• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENERAPAN MODEL EUROPEAN CONSUMER SATISFACTION INDEX (ECSI) PADA PELANGGAN SPEEDY DI PT. TELKOM YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN PENERAPAN MODEL EUROPEAN CONSUMER SATISFACTION INDEX (ECSI) PADA PELANGGAN SPEEDY DI PT. TELKOM YOGYAKARTA"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENERAPAN MODEL

EUROPEAN CONSUMER SATISFACTION INDEX (ECSI) PADA PELANGGAN SPEEDY

DI PT. TELKOM YOGYAKARTA

Diajukan untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi

Disusun Oleh: Ruth Siska Marthatilova

D 0206096

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul:

HUBUNGAN PENERAPAN MODEL EUROPEAN CONSUMER SATISFACTION INDEX (ECSI)

PADA PELANGGAN SPEEDY DI PT. TELKOM YOGYAKARTA

Surakarta, November 2010 Diterima dan disetujui oleh Dosen pembimbing

(3)

commit to user

MOTO

Bakat diberikan Tuhan maka rendah hatilah, Ketenaran diberikan

manusia maka bersyukurlah, Kesombongan diberikan diri sendiri

maka berhati-hatilah

Hanya karena sesuatu itu sulit tak berarti kamu harus menyerah,

melainkan kamu harus berusaha lebih keras

Saat seseorang mengatakan kau tak mampu, janganlah menyerah

tetaplah tersenyum dan katakanlah “ akan aku buktikan” - Luis

Lira

Pemenang mungkin jatuh sebanyak 100x tapi mereka bangkit

sebanyak 101x – Mia Hamm

Siapa yang anda miliki lebih berharga dari apa yang anda miliki

(4)

commit to user

v

PERSEMBAHAN

Tanpa terasa waktu yang berjaLan telah menghantarku kepada “satu karya kecilku” yang buat aku merupakan

satu mimpi, satu harapan dan satu cita-cita yang terwujud.

Dengan penuh cinta dan rasa hormat, “satu karya kecil” ini kupersembahkan kepada :

Jesus Christ, Tuhan dan Juru Selamatku.

My Dad and my Mom, thanks for your care, love, and kindness.

My Brother, Andika Elly Chandra.

Tedy Yunianto, a gift of God.

Sahabat-sahabat dan teman-temanku, thanks for beautiful moment, thanks

(5)

commit to user

KATA PENGANTAR

Dengan rencana-Nya yang indah, puji syukur kepada Tuhan YME yang membuat segalanya terjadi, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “HUBUNGAN PENERAPAN MODEL EUROPEAN CONSUMER SATISFACTIONS INDEX (ECSI) PADA PELANGGAN

SPEEDY DI PT. TELKOM YOGYAKARTA” Penyusun menyadari bahwa keberhasilan dalam menyelesaikan skripsi ini tentu saja tidak terlepas dari adanya bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penyusun menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada :

1. Dr. dr. Moch Syamsulhadi, Sp.K.J selaku Rektor Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan ijin dan rekomendasinya.

2. Drs. H. Supriyadi SN. SU selaku Dekan FISIP UNS.

3. DR. Prahastiwi Utari, Ph. D selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UNS.

4. Dr. H. Widodo Muktiyo, SE, M.C0m selaku Pembimbing Skripsi yang telah banyak membantu memberikan bimbingan, pengarahan serta saran dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

5. Drs. Nuryanto M, Si selaku pembimbing akademis yang banyak membantu dan membimbing dalam menyelesaikan studi.

(6)

commit to user

vii

7. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penyusun serta seluruh staff fakultas yang telah membantu.

8. Ibu Eni Tri Astuti selaku Sekretaris Director General Manager (DGM) dan Ibu Vita Tri Wardani selaku Sekretaris General Manager (GM), atas ijin, rekomendasi, waktu, saran, kritik, dukungan dan banyak kemudahan yang diberikan kepada penyusun.

9. Seluruh staff karyawan PT. Telkom PUREL dan Sekretaris Yogyakarta atas kerja sama yang diberikan.

10.Mas Budi Dr. Comp yang telah banyak membantu atas waktu, bimbingan, saran dan arahan yang berguna bagi penyusun.

11.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa di sebutkan satu persatu, terima kasih banyak.

Akhir kata, semoga karya kecil ini mampu memberikan masukan bagi seluruh pihak yang terkait pada umumnya dan dapat memberi manfaat bagi siapapun yang membaca dan mengkaji karya ini.

Surakarta, Desember 2010

(7)

commit to user

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan ... ii

Halaman Pengesahan... iii

Halaman Motto ... iv

Halaman Persembahan... v

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel... xii

Daftar Bagan ... xiv

Daftar Gambar ... xv

Abstrak... xvi

Abstract... xvii

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah... 9

C. Tujuan Penelitian... 9

D. Manfat Penelitian ... 10

E. Teori dan Kerangka Dasar Pemkiran... 11

1. Landasan Teori... 11

2. Kerangka Dasar Pemikiran ... 36

F. Hipotesis ... 36

G. Definisi Konseptual dan Defnisi Operasional... 37

(8)

commit to user

ix

2. Definisi Operasional... 39

H. Metodelogi Penelitian ... 45

1. Jenis Penelitian... 45

2. Lokasi Penelitian... 46

3. Teknik Pengumpulan Data... 46

4. Teknik Pengambilan Populasi dan Sampel ... 47

I. Teknik Analisis Data ... 48

1. First Order Confimatory Factor Analysis ... 48

2. Evaluasi Asumsi SEM ... 50

3. Evaluasi Atas Kriteria Goodness of Fit... 51

4. Analisis Structural Equation Model (SEM) ... 57

BAB II. DESKRIPSI LOKASI ... 60

A. PT. Telkom Yogyakarta ... 60

B. Visi, Misi, dan Tujuan PT. Telkom Yogyakarta ... 65

1. Visi... 65

2. Misi ... 66

3. Tujuan ... 67

C. Struktur Organisasi Perusahaan... 68

D. Usahan dan Kegiatan PT. Telkom... 70

(9)

commit to user

BAB III. PENYAJIAN DATA ... 76

A. Analisis Statistik Diskriptif ... 76

1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden 76 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Responden ... 77

3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Terakhir Responden ... 78

B. Karakteristik Tanggapan Responden... 80

1. Tanggapan Responden Mengenai Image ... 80

2. Tanggapan Responden Mengenai Customer Expectation ... 82

3. Tanggapan Responden Mengenai Perceived Quality ... 84

4. Tanggapan Responden Mengenai Perceived Value... 86

5. Tanggapan Responden Mengenai Customer Satisfaction... 88

6. Tanggapan Responden Mengenai Complaints... 88

7. Tanggapan Responden Mengenai Customer Loyality ... 90

BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN... 93

A. Analisis Konfirmatori Faktor (CFA) First Order ... 93

1. Uji Validitas Konvergen ... 95

2. Uji Reliabilitas Konstruk ... 101

B. Uji Kecukupan Sampel ... 105

1. Uji Normalitas... 106

2. Uji Outlier ... 107

(10)

commit to user

xi

D. Re-estimasi Model Struktural ... 111

E. Modifikasi Model Struktural... 113

F. Uji Hipotesis (Analisis Kausalitas) ... 116

G. Pembahasan... 119

BAB V. PENUTUP... 128

A. Kesimpulan ... 128

B. Keterbatasan Penelitian... 129

C. Saran... 130 DAFTAR PUSTAKA

(11)

commit to user

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1.Indikator Berupa Pertanyaan Image... 40

Tabel 1.2.Indikator Berupa Pertanyaan Customer Expectation ………. 41

Tabel 1.3.Indikator Berupa Pertanyaan Perceived Quality... 42

Tabel 1.4.Indikator Berupa Pertanyaan Perceived Value... 43

Tabel 1.5 Indikator Berupa Pertanyaan Customer Satisfaction... 43

Tabel 1.6 Indikator Berupa Pertanyaan Complaint... 44

Tabel 1.7 Indikator Berupa Pertanyaan Loyalty... 45

Tabel 1.8 Goodness Of Fit Indicess ... 56

Tabel 3.1 Distribusi Jenis Kelamin Respoonden ... 76

Tabel 3.2 Distribusi Usia Responden... 76

Tabel 3.3 Distribusi Pendidikan Terakhir Responden ... 79

Tabel 3.4 Deskripsi Tanggapan Responden Image... 80

Tabel 3.5 Deskripsi Tanggapan Responden Customer Expectation... 82

Tabel 3.6 Deskripsi Tanggapan Responden Perceived Quality... 84

Tabel 3.7 Deskripsi Tanggapan Responden Perceived Value... 87

Tabel 3.8 Deskripsi Tanggapan Responden Customer Satisfaction... 88

Tabel 3.9 Deskripsi Tanggapan Responden Complaint... 90

Tabel 3.10 Deskripsi Tanggapan Responden Loyalty... 91

Tabel 4.1 Validitas Konvergen Variabel Image... 96

Tabel 4.2 Validitas Konvergen Variabel Customer Expectation... 97

(12)

commit to user

xiii

Tabel 4.4 Validitas Konvergen Variabel Perceived Value... 98

Tabel 4.5 Validitas Konvergen Variabel Customer Satisfaction... 99

Tabel 4.6 Validitas Konvergen Variabel Complaint... 100

Tabel 4.7 Validitas Konvergen Variabel Loyalty... 101

Tabel 4.8 Reliabilitas Konstruk ... 103

Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas ... 106

Tabel 4.10 Hasil Pengujian Outlier... 108

Tabel 4.11 Evaluasi Goodness-of-fit Indices ... 110

Tabel 4.12 Loading Faktor Tiap Instrumen ... 112

Tabel 4.13 Evaluasi Goodness-of-fit Indices Setelah Modofikasi... 115

(13)

commit to user

DAFTAR BAGAN

Halaman

(14)

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1:Causality Model Describing Causes and Consequences of

Customer Satisfaction... 16

Gambar 3.1: Frekuensi Jenis Kelamin Responden... 77

Gambar 3.2: Frekuensi Usia Responden ... 78

Gambar 3.3: Frekuensi Pendidikan Terakhir Responden... 79

Gambar 4.1: Model Analisis Konfirmatori Faktor (CFA) ... 94

Gambar 4.2:Hasil Model Analisis Konfirmatori Faktor (CFA)... 95

Gambar 4.3: Model Struktural (SEM)... 110

Gambar 4.4: Model Struktural (SEM) Setelah Dire-estimasi ... 113

(15)

commit to user

ABSTRAKSI

Ruth Siska Marthatilova, D0206096, Hubungan Penerapan Model European Customer Satisfaction Index (ECSI) pada Pelanggan Speedy di PT. Telkom Yogyakarta.

Persaingan antar Internet Service Provider (ISP) di Indonesia sudah mencapai puncaknya, setiap operator telekomunikasi di Indonesia sudah mulai serius untuk bermain dilayanan data. Saat ini ada beberapa Internet Service Provider yang aktif dalam persaingan di bidang telekomunikasi. Telkom yang merupakan pemain lama dibidang telekomunikasi dengan produk andalan yaitu Speedy.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) pengaruh image terhadap customer expectation, customer satisfaction, dan loyalty; 2) customer expectation terhadap perceived quality, perceived value, dan customer satisfaction; 3) perceived quality terhadap perceived value, dan customer satisfaction; 4) perceived value terhadap customer satisfaction; 5) customer satisfaction terhadap loyalty; 6) customer satisfaction terhadap complaints; 6) complaints terhadap loyalty pelanggan Speedy di PT. Telkom Yogyakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen Speedy di PT. Telkom Yogyakarta dengan sampel penelitian adalah pelanggan Speedy sebesar 155 responden dari 175 kuesioner yang disebar. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode accidental sampling. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan structural equation modeling menggunakan AMOS versi 16 untuk menguji hipotesis yang diajukan.

Hasil penelitian yang diperoleh:

1. Image berpengaruh signifkkan positif terhadap customer expectation, customer satisfaction, dan loyalty. Hasil penelitian menunjukkan hanya hubungan image terhadap customer expectation yang berpengaruh signifikan (nilai probabilitas < 0,05). Customer expectation berpengaruh signifikan terhadap perceived quality, perceived value, dan customer satisfaction. Hasil pengujian kausalitas menunjukkan bahwa customer expectation hanya berpengaruh signifkan terhadap perceived value dan perceived quality (nilai probabilitas < 0,05).

2. Perceived quality berpengaruh terhadap perceived value dan customer satisfaction; Perceived value terhadap customer satisfaction; Customer satisfaction berpengaruh signifikan positif terhadap customer loyalty; Customer satisfaction berpengaruh signifikan negatif terhadap complaints; Complaints berpengaruh signifikan negatif terhadap customer loyalty.

3. H2, H6, H7, dan H9 tidak terbukti. Sedangkan H1, H3, H4, H5, H8, H10, H11, dan H12 terbukti dalam penelitian ini.

Saran yang diajukkan dalam penelitian ini adalah agar PT. TELKOM Yogyakarta, diharapkan terus dapat meningkatkan kualitas keseluruhan, kualitas jaringan, layanan dan kualitas produk sehingga dapat meningkatkan loyalitas.

(16)

commit to user

xvii

ABSTRACT

Ruth Siska Marthatilova, D0206096, Relationships European Model Application of the Consumer Satisfaction Index (ECSI) at Speedy Customer at. Telkom Yogyakarta.

Competition among Internet Service Provider (ISP) in Indonesia has reached its peak, each telecom operator in Indonesia have started seriously to play served data. Currently there are several Internet Service Providers who are active in competition in the telecommunications sector. Telkom, which is a long time player in the field of telecommunications in Indonesia do not want to be left to secure his position as ruler of data and voice services. One of them is through their flagship product that is Speedy.

The purpose of this research is to determine: 1) the influence of image on customer expectation, customer satisfaction, and loyalty, 2) customer expectation of perceived quality, perceived value, and customer satisfaction; 3) perceived quality on perceived value, and customer satisfaction, 4) perceived value to customer satisfaction, 5) customer satisfaction on loyalty; 6) customer satisfaction on complaints; 6) complaints against Speedy customer loyalty in the PT. Telkom Yogyakarta. The population in this study are all consumers Speedy in PT. Telkom Yogyakarta with Speedy customer research sample was of 155 respondents from 175 copies of questionnaires distributed. Sampling technique using accidental sampling method. The research method used in this research using quantitative research methods with structural equation modeling using AMOS version 16 to test the hypothesis.

The results obtained:

1. Image signifkkan positive effect on customer expectation, customer satisfaction, and loyalty. The results showed only the image of the customer relationship that has significant expectation (probability value <0.05). Customer expectation significant effect on perceived quality, perceived value, and customer satisfaction. Causality test results indicate that significantly affects only the customer expectation on perceived value and perceived quality (probability value <0.05). 2. Perceived quality has a significant positive impact on perceived value and

customer satisfaction; Perceived value to customer satisfaction: Customer satisfaction has a significant positive impact on customer loyalty, customer satisfaction has a significant negative of complaints; Complaints have a significant negative effect on customer loyalty.

3. H2, H6, H7, and H9 study not proved. But H1, H3, H4, H5, H8, H10, H11, and H12 this study proved.

The suggestions in this research is to PT. Telkom Yogyakarta, is expected to continue to improve the overall quality, network quality, service and product quality so that it can increase the overall quality foster consumer satisfaction.

(17)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi dan teknologi saat ini telah menjadi kebutuhan pokok.

Setiap orang membutuhkan komunikasi dan teknologi dalam kehidupan

sehari-hari. Di zaman seperti saat ini menuntut orang untuk berbuat dengan

cepat dalam segala hal agar tidak tertinggal dengan orang lain. Dalam bidang

bisnis jika seseorang tidak bergerak dengan cepat maka dia akan tertinggal

dengan pesaingnya, peluangnya akan hilang dan dia akan tertinggal. Maka itu

dibutuhkan alat pendukung untuk memperlancar dan mempercepat gerak

pekerjaannya, dan salah satunya adalah alat komunikasi Internet.

Persaingan dunia internet di Indonesia yang semakin komplek,

membuat Internet Service Provider berlomba-lomba meningkatkan dan

mempertahankan kualitas produk-produknya. Internet Service Provider

merupakan perusahaan atau badan yang menyelenggarakan jasa sambungan

Internet dan jasa lainnya yang berhubungan. Kebanyakan perusahaan telepon

merupakan penyelenggara jasa Internet. Mereka menyediakan jasa seperti

hubungan ke Internet, pendaftaran nama domain, dan hosting. ISP atau

Internet Service Provider ini mempunyai jaringan baik secara domestik

maupun internasional sehingga pelanggan atau pengguna dari sambungan

yang disediakan oleh ISP dapat terhubung ke jaringan Internet global. Jaringan

(18)

kabel (modem, sewa kabel, dan jalur lebar), radio, maupun VSAT.

Berdasarkan Sumber dari internetworldstats.com data update Januari 2010,

jumlah pengguna internet di Indonesia menduduki peringkat ke 5 di Asia.

Negara yang paling dekat dengan Indonesia (Malaysia) menduduki peringkat

9. Sedangkan peringkat pertama diduduki oleh China.

Persaingan antar Internet Service Provider (ISP) di Indonesia sudah

mencapai puncaknya, setiap operator telekomunikasi di Indonesia sudah mulai

serius untuk bermain dilayanan data. Pasar Indonesia yang masih cukup

terbuka membuat semua operator berlomba-lomba mengemas dagangan

mereka untuk merebut hati pasar pengguna Internet di tanah air. Saat ini ada

beberapa Internet Service Provider yang aktif dalam persaingan di bidang

telekomunikasi, yaitu Telkom dengan Speedy’nya, Telkomsel dengan Flash,

Indosat dengan Indosatm2, Axis, 3, Fren, dan Smart. Masing-masing operator

saling menyodorkan keunggulan produknya. Mereka menawarkan paket-paket

istimewa dngan fasilitas dan harga istimewa demi memperebutkan dan

mempertahankan pelanggan.

Pesatnya kemajuan teknologi dibidang telekomunikasi khususnya

Internet, menyebabkan timbulnya persaingan baik yang menyangkut

teknologi, layanan, jangkauan, maupun harga yang ditawarkan. Semakin maju

masyarakat, tentu saja semakin tinggi pula tuntutan akan kebutuhan

komunikasi dan teknologi. Dengan meningkatnya pengguna jasa Internet,

membuat banyak Internet Service Provider ingin meningkatkan

(19)

peningkatan kualitas dan pelayanannya. Nantinya para pengguna Internet akan

dihadapkan dengan banyak pilihan untuk memenuhi kebutuhan internet.

Peningkatan jumlah pengguna internet secara tidak langsung membuat

Internet Service Provider akan semaksimal mungkin memenuhi kebutuhan

pasar dengan cara meningkatkan kapasitas, kualitas, serta meluncurkan produk

dan layanan inovatif untuk meningkatkan perusahaan.

Telkom yang merupakan pemain lama dibidang telekomunikasi di

Indonesia tidak mau ketinggalan untuk mengamankan posisinya sebagai

penguasa layanan data dan suara. Salah satunya adalah melalui produk

andalan mereka yaitu Speedy. Layanan Internet ADSL ini seakan tidak

memiliki pesaing di level yang sama, walaupun layanan Internet Mobile sudah

merajalela, namun pengguna Speedy tidak berkurang.

Speedy merupakan layanan internet (Internet Service Provider)

berkecapatan tinggi dari PT Telkom, berbasis tekhnologi akses Asyimmetric

Digital Subscriber Line (ADLS) yang memungkinkan terjadinya komunikasi

data, voice, dan voice bersamaan, pada media jaringan akses tembaga (line

telepon).

Dengan semakin kompetitifnya persaingan layanan antar Internet

Service Provider (ISP) di Indonesia, Speedy memberikan tujuh tarif paket

layanan yaitu paket mail, paket chat, paket socialia, paket load, paket familia,

paket executive, dan paket biz (http://www.telkom.co.id/produk‐

(20)

Peran dan fungsi PR Telkom dalam upaya penyebarluasan informasi

dari berbagai kebijakan Telkom sangat dibutuhkan guna tercapainya suatu

pengetahuan, pengertian, pemahaman dan keikutsertaan dari publik internal

dan eksternal untuk mendukung eksistensi Speedy sebagai salah satu

broadband Telkom. Keberhasilan Telkom dalam memasarkan produk Speedy

tidak lepas dari peran public relations.

Public Relation (PR) atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan

sebutan Humas (Hubungan Masyarakat) merupakan salah satu aspek

manajemen yang diperlukan oleh setiap perusahaan dan organisasi, baik itu

perusahaan atau organisasi yang bersifat komersial maupun yang bersifat non

komersial, mulai dari yayasan, perguruan tinggi, lembaga-lembaga pemerintah

sampai dengan militer, kehadirannya dibutuhkan karena PR merupakan salah

(21)

PR menjadi sangat penting sebagai sumber informasi yang terpercaya kian

terasa di era globalisasi dan banjir informasi saat ini.

PR begitu penting sebagai salah satu pewujud keberhasilan dan

keberlangsungan suatu perusahaan, karena bidang PR adalah bidang yang

sangat luas, yang menyangkut hubungan dengan berbagai pihak. PR bukan

sekedar menjual senyum ataupun propaganda dengan tujuan memperoleh

suatu kemenangan atau mendekati elemen-elemen pers dengan tujuan untuk

memperoleh suatu pemberitaan yang positif, lebih dari itu, PR dituntut harus

mampu mempergunakan strategi, agar perusahaan disukai dan dipercayai oleh

pihak-pihak yang berhubungan dan berkaitan erat dengan perusahaan tersebut.

Pihak-pihak yang berhubungan dan berkaitan erat dengan perusahaan ini

terdiri atas pemegang saham, manajemen, karyawan, konsumen, pers,

akademisi, dan lain sebagainya. Mereka dapat membangun dan membentuk

opini didalam masyarakat dan dapat mengangkat atau sebaliknya,

menjatuhkan citra perusahaan.

Keseluruhan kegiatan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan pada

akhirnya akan bermuara pada nilai yang akan diberikan oleh pelanggan

mengenai kepuasan yang dirasakan, kepuasan merupakan tingkat perasaan

dimana seseorang menyatakan hasil perbandingan, atas kinerja produk atau

jasa yang diterima atau yang diharapkan. Jika kepuasan pelanggan terwujud

maka loyalitas juga akan terwujud. Selain itu ditekankan bahwa loyalitas

(22)

Bila dibeberapa tahun terakhir ini, kita dipusingkan dengan klaim

“termurah” dari semua operator, kini masa itu sudah lewat. Sudah jarang kita

dengar iklan yang mengaku-aku bahwa tarifnya paling murah, sekarang sudah

eranya layanan yang optimal. Demikian juga dengan internet, harga termurah

sudah bukan jaminan lagi untuk bisa menguasai pasar internet di suatu daerah.

Kualitas sinyal, kecepatan akses, dan luasnya jangkauan menjadi modal utama

untuk bisa memenangi perang Internet Service Provider (ISP) di Indonesia.

Speedy yang selama ini sudah menguasai pasar Internet Broadband di

Indonesia tentunya tidak ingin pasarnya dicaplok oleh pesaing. Kelemahan

Speedy yang tidak bisa digunakan secara mobile sangat disadari oleh pihak

Telkom. Sebuah langkah strategis untuk bisa mempertahankan pelanggan

supaya tidak lari ke pesaing lain adalah dengan meningkatkan dan

memperbaiki kualitas layanan dan produk. Karena kualitas dari suatu poduk

itu sendiri akan menghasilkan perceived quality. Perceived quality merupakan

persepsi konsumen maka dapat diramalkan jika perceived quality pelanggan

negatif, produk tidak akan disukai dan tidak akan bertahan lama dipasaran.

Sebaliknya, jika perceived quality pelanggan positif, produk akan disukai.

Pihak perusahaan melalui tenaga PR (public relation) mengupayakan

untuk membangun citra perusahaan sebaik mungkin melalui media relation

atau media komunikasi seperti televisi, majalah, tabloid, surat kabar, radio,

dan media cyber termasuk internet untuk memberikan informasi dan

komunikasi dalam menarik perhatian konsumen atas produk atau jasa yang

(23)

menumbuhkan harapan pelanggan terhadap produk atau jasa yang ditawarkan

perusahaan.

Pemenuhan atas harapan pelanggan (customer expectation) serta

perceived quality dari pelanggan Speedy menjadi dasar bagi perusahaan untuk

memperbaiki qualitas layanan yang telah diberikan Speedy selama ini, yaitu

dengan memberikan tambahan kecepatan dengan tarif tetap. Vice President

Public and Marketing Communication Telkom Eddy Kurnia mengatakan,

kecepatan internet ditingkatkan dari 384 Kbps menjadi 512 Kbps untuk paket

Socialian, dari 512 Kbps menjadi 1 Mbps untuk paket Load, dan 1 Mbps

menjadi 2 Mbps untuk Paket Game, adapun tarif berlangganan tetap dengan

tarif lama. Selain meningkatkan kecepatan Speedy, Telkom juga akan

meluncurkan paket-paket baru yang diharapkan dapat memenuhi berbagai

kebutuhan pelanggan terhadap akses internet cepat. Speedy juga tidak sekadar

menyediakan sambungan internet, tetapi sudah kaya dengan berbagai konten,

seperti Kanal Bola (www.kanalbola.com), untuk melihat pertandingan bola

Liga Inggris dan Liga Italia secara live streaming, serta Fulltrek

(www.fulltrek.com) untuk mendownload video dan musik original. Selain itu

ada konten edukasi dan games yang beragam

(http://simtronik.com/speedy-tambah-kecepatan-tarif-tetap/).

Penambahan kecepatan dengan tarif tetap merupakan perbaikan bagi

perceived quality dan perceived value pelanggan Speedy, perceived value

adalah efek dari nilai uang yang dikeluarkan oleh pelanggan atas penerimaan

(24)

pelanggan terhadap layanan Speedy. Sehingga dengan perbaikan dari

layanan-layanan yang diberikan Speedy diharapkan akan semakin dapat meningkatkan

tingkat kepuasan pelanggan yang pada akhirnya diharapkan pelanggan dapat

loyal terhadap Speedy.

Kepuasan pelanggan dapat menjadi salah satu tolak ukur atas loyalitas

para pelanggan Speedy. Seorang humas (public relation) dikatakan berhasil

apabila dapat memberikan informasi kepada pelanggan selengkap-lengkapnya

hingga pelanggan terpuaskan, dimana kepuasan pelanggan tidak akan tercapai

tanpa image baik dengan dibarengi oleh pemenuhan customer expectation,

perceived quality, dan perceived value.

Dari relationship yang terbentuk, complaints memiliki peran tidak

kalah pentingya dalam suatu hubungan antara penyedia layanan dengan

konsumennya. Semakin sedikit komplain dari konsumen, hal tersebut

mengindikasikan bahwa konsumen semakin puas atas jasa layanan yang

diberikan oleh Speedy.

Sikap loyal pelanggan dapat dibentuk oleh image yang telah dibangun

oleh humas (public relations) Speedy baik secara langsung ataupun setelah

dibentuk oleh kepuasan pelanggan dengan dimonitor dari komplain dari para

pelanggannya itu sendiri. Tujuan akhir dari suatu perusahaan adalah menarik

pelanggan baru sebanyak-banyaknya, dengan asumsi pelanggan lama menjadi

pelanggan setia atau loyal terhadap produk yang ditawarkan oleh perusahaan

(25)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan pengungkapan latar belakang seperti di atas maka penulis

dapat mengambil suatu permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh antara image terhadap customer expectation?;

2. Apakah terdapat pengaruh antara image terhadap customer satisfaction?;

3. Apakah terdapat pengaruh antara image terhadap loyalty ?;

4. Apakah terdapat pengaruh antara customer expectation terhadap

perceived quality?;

5. Apakah terdapat pengaruh antara customer expectation terhadap perceived

value?;

6. Apakah terdapat pengaruh antara customer expectation terhadap customer

satisfaction?;

7. Apakah terdapat pengaruh antara perceived quality terhadap perceived

value?;

8. Apakah terdapat pengaruh antara perceived quality terhadap customer

satisfaction?;

9. Apakah terdapat pengaruh antara perceived value terhadap customer

satisfaction?;

10.Apakah terdapat pengaruh antara customer satisfaction terhadap loyalty?;

11.Apakah terdapat pengaruh antara customer satisfaction terhadap

complaints?;

(26)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, dapat di kemukakan tujuan

dalam penelitian ini, yaitu:

1. Untuk mengetahui pengaruh antara image terhadap customer expectation?;

2. Untuk mengetahui pengaruh antara image terhadap customer satisfaction?;

3. Untuk mengetahui pengaruh antara image terhadap loyalty ?;

4. Untuk mengetahui pengaruh antara customer expectation terhadap

perceived quality?;

5. Untuk mengetahui pengaruh antara customer expectation terhadap

perceived value?;

6. Untuk mengetahui pengaruh antara customer expectation terhadap

customer satisfaction?;

7. Untuk mengetahui pengaruh antara perceived quality terhadap perceived

value?;

8. Untuk mengetahui pengaruh antara perceived quality terhadap customer

satisfaction?;

9. Untuk mengetahui pengaruh antara perceived value terhadap customer

satisfaction?;

10.Untuk mengetahui pengaruh antara customer satisfaction terhadap

loyalty?;

11.Untuk mengetahui pengaruh antara customer satisfaction terhadap

complaints?;

(27)

D. Manfaat Penelitian

1) Secara Teoritis

Memberikan sumbangan wacana terhadap ilmu Komunikasi.

2) Secara Praktis

Memberikan sumbangan wacana terhadap PT. TELKOM khususnya

Produk Akses Layanan Internet SPEEDY, untuk diharapkan dapat

memberikan informasi tentang sikap konsumennya sebagai pedoman

untuk menentukan strategi dan kebijakan pemasaran.

3) Hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan bahwa proses penelitian

ini merupakan interaksi yang dinamis antara dunia teori dan dunia empirik.

E. Teori dan Kerangka Dasar Pemikiran

1. Landasan Teori

a. Public Relations

Public Relation (PR) atau hubungan masyarakat (Humas)

merupakan salah satu dimensi dari ilmu komunikasi. Kegiatan PR

menyangkut kepentingan setiap organisasi, baik itu organisasi yang

bersifat komersial maupun non komersial. Kehadirannya tidak bisa

dicegah, terlepas dari kita menyukainya atau tidak, dan kita tidak bisa

memutuskan untuk secara sengaja menghadirkan atau mengusir

kehumasan. Public Relations ada karena terdapat tuntunan untuk

(28)

Istilah PR menurut kamus IPR (institute of Public Relations)

adalah: Keseluruhan upaya yang dilangsungkan secara terencana, dan

berkesinambungan dalam rangka menciptakan, dan memelihara niat

baik, dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap

khalayaknya (Jefkins, 1995: 8).

Dari pengertian di atas dapat terlihat bahwa Public Relations

mempunyai upaya yang terencana dan berkesinambungan. Public

Relations merupakan suatu rangkaian kegiatan yang diorganisasikan

sebagai suatu rangkaian program terpadu dan semuanya itu

berlangsung secara berkesinambungan dan terencana. Jadi Public

Relations bukan kegiatan yang bersifat sembarangan karena tujuan

utama dari Public Relations adalah menciptakan dan memelihara

saling pengertian.

Selain Frank Jefkins, Danny GrinsWorld dalam Public

Relations News, International Public Relations Weekly for Executive,

juga mengemukakan pendapatnya tentang PR, yaitu, Public Relations

adalah fungsi Manajamen yang melakukan evaluasi terhadap

sikap-sikap publik, mengidentifikasikan kebijakan dan prosedur

seseorang/sebuah perusahaan terhadap publiknya, menyusun rencana

serta menjalankan program-program komunikasi utnuk memperoleh

pemahaman dan penerimaan publik.

Dari definisi di atas jelas bahwa peran PR adalah menjalin

(29)

memperoleh opini publik yang menyenangkan bagi perusahaan. Oleh

karena itu kegiatan PR senantiasa ada dan dapat dirasakan manfaatnya

oleh masyarakat, sehingga tujuan perusahaan dalam menjalin

hubungan baik dengan masyarakat dapat tercapai (Kasali, 1994:7).

Kegiatan utama PR dalam usaha untuk mewujudkan tujuan

perusahaan tersebut adalah dengan mengadakan komunikasi yang

melibatkan seluruh komponen perusahaan untuk menciptakan dan

menjaga citra positif di mata publik, sehingga dapat mendukung

tercapainya tujuan perusahaan, yakni terbinanya hubungan yang

harmonis antara perusahaan dengan publik. Hal ini seperti yang

dinyatakan F. Rachmadi dalam bukunya “Public Relations dalam

Teori dan Praktis”, Public Relations adalah penyelenggara komunikasi

timbal balik antara suatu lembaga dengan publik yang mempengaruhi

sukses tidaknya lembaga tersebut.

Publik sasaran humas itu sendiri dibagi menjadi dua, yakni

publik intern dan publik ekstern. Publik intern dan ekstern yang

menjadi sasaran humas sangatlah kompleks dan manajemen yang

didukungnya sangatlah rumit sehingga untuk menanganinya secara

efektif dan efisien, humas harus melakukan tugasnya secara seksama.

Kemudian untuk lebih memperjelas arah, tujuan dan maksud

dari kegiatan Public Relations, Dr. Rex Harlow mengungkapkan

definisi yang lengkap sebagai berikut : Public Relations adalah fungsi

(30)

jalur bersama antara organisasi dengan publiknya mengenai

komunikasi, pengertian, penerimaan dan kerjasama melibatkan

manajemen dalam permasalahan atau persoalan, membantu

manajemen menjadi tahu dan tanggap terhadap opini publik,

menetapkan dan menekankan tanggung jawab manajemen untuk

melayani kepentingan publik, mendukung manajemen dalam

mengikuti dam memanfaatkan perusahaan secara efektif, bertindak

sebagai system peringatan dini dalam membantu mengantisipasi

kecenderungan, dan menggunakan penelitian serta tekhnik komunikasi

yang sehat dan etis sebagai sasaran utama (Effendy , 1993 :117).

Pengertian tersebut menekankan bahwa Public Relations

adalah pelaksana fungsi komunikasi perusahaan, untuk menciptakan

pengertian dan kepercayaan publik terhadap perusahaan. Jadi PR

penting untuk menumbuhkan hubungan yang baik antara segenap

komponen pada suatu lembaga dalam rangka memberi pengertian,

menumbuhkan motivasi dan partisipasi. Semua itu bertujuan untuk

menumbuhkan dan mengembangkan pengertian dan goodwill

publiknya serta memperoleh opini publik yang positif dan mendukung.

Humas secara khusus memiliki ciri-ciri hakiki sebagaimana

dijelaskan secara eksplisit oleh Effendy sebagai berikut :

1. Humas adalah kegiatan komunikasi dalam suatu organisasi yang

(31)

2. Humas merupakan penunjang tercapainya tujuan yang ditetapkan

oleh manajemen sutau organisasi.

3. Publik yang menjadi sasaran kegiatan humas adalah publik ekstern

dan publik intern.

4. Operasionalisasi humas adalah membina hubungan yang harmonis

antara organisasi dengan publik dan mencegah terjadinya rintangan

psikologi, baik yang timbul dari pihak organisasi maupun dari

pihak publik. (Effendy, 1992 : 2).

Komunikasi yang dilancarkan oleh PR bercirikan komunikasi

timbal balik (two way traffic communication). Fungsi timbal balik yang

dimiliki PR ini meliputi kegiatan komunikasi keluar dan kedalam.

Keluar yaitu harus mengusahakan tumbuhnya gambaran (Image) yang

positif terhadap segala tindakan dan kebijakan organisasi atau

lembaganya. Kedalam yaitu harus berusaha mengenali dan

mengidentifikasi hal-hal yang dapat menimbulkan sikap dan gambaran

negatif (kurang menguntungkan) dalam masyarakat sebelum sesuatu

tindakan atau kebijakan itu dijalankan (Rahmadi , 1994 : 8).

Eksistensi Humas dalam sebuah perusahaan adalah untuk

menunjang upaya manajemen dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Dan untuk mewujudkan hal tersebut, menurut Frank

Jefkins dalam Public Relations Edisi Keempat, Humas memiliki

(32)

1. Menciptakan dan memelihara suatu citra yang baik dan tepat atas

organisasinya baik itu yang berkenaan dengan kebijakan, produk,

jasa, maupun dengan para personilnya.

2. Memantau pendapat mengenai segala sesuatu yang berkaitan

dengan citra, kegiatan, reputasi, maupun kepentingan-kepentingan

organisasi dan menyampaikan setiap informasi yang penting ini

langsung kepada pihak manajemen atau pimpinan puncak untuk

ditanggapi atau dtindaklanjuti.

3. Memberi nasehat atau masukan kepada pihak manajemen

mengenai berbagai masalah komunikasi yang penting, berikut

berbagai teknik untuk mengatasinya.

4. Menyediakan berbagai informasi kepada khalayak perihal

kebijakan organisasi, kegiatan, produk, jasa dan personalia

selengkap mungkin demi menciptakan suatu pengetahuan yang

maksimal dalam rangka menjangkau pengertian khalayak.

Dan untuk mempermudah pelaksanaan tugas-tugasnya seorang

PR perlu memiliki langkah-langkah praktis seperti yang diungkapkan

Rhenald Kasali dalam bukunya Manajemen Public Relations, Konsep

dan Aplikasinya di Indonesia, dalam melaksanakan tugas-tugasnya,

seorang PR akan menggunakan konsep-konsep manajemen untuk

mempermudah pelaksanaanya tugasnya. Hal ini dapat ditunjukkan dari

(33)

Pada Bagan di atas dapat dilihat pelaksanaan proses humas

tidak semata-mata melakukan aksi, tetapi perlu adanya

tahapan-tahapan yang jelas. Intinya bahwa seluruh rangkaian pekerjaan humas

membutuhkan rencana-rencana dan diikuti dengan langkah-langkah

pengendalian melalui proses evaluasi. Seorang humas profesional akan

memahami betul perlunya perencanaan dan tahapan-tahapan yang

menyertainya sebelum melakukan aksi (Kasali , 1994 : 33).

Sedangkan ciri humas dalam operasionalisasinya menurut

Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Hubungan Masyrakat Suatu

Studi Komunologis ada dua, yaitu:

Pertama, membina hubungan yang harmonis antara organisasi

dengan publik dan yang kedua mencegah terjadinya rintangan

psikologis pada pihak publik. Istilah harmonis yang menjadi sifat Pengumpulan Fakta

Definisi Permasalahan

Perencanaan Program

Aksi dan Komunikasi

Evaluasi

(34)

hubungan yang harus dibina humas mengandung makna yang luas,

yakni sikap menyenangkan (Favorable), itikad baik (goodwill),

toleransi (tolerance), saling pengertian (mutual understanding), saling

mempercayai (mutual confidence), saling menghargai (mutual

appreciation) dan citra yang baik (good image). Situasi hubungan yang

seperti itulah yang harus dibina oleh humas, baik antara organisasi

dengan publik internal maupun publik eksternal. Selain itu mengenai

upaya pencegahan terjadinya rintangan psikologis, kegiatan humas

adalah memantau atau mendeteksi gejala-gejala yang timbul, baik pada

publik intern maupun pada publik ekstern. Begitu gejala negatif

tampak, segera ditangani untuk mencegah menjaadi tindakan fisik

yang apabila dibiarkan akan menghambat terjadinya tujuan organisasi

(Effendy , 1992 : 34).

Pejabat Humas atau PR yang ditunjuk oleh pihak manajemen,

secara independen memiliki tanggung jawab dalam memberikan

masukan-masukan yang membangun terutama dalam hal pemgambilan

keputusan perusahaan. Segala bentuk progam yang akan, sedang, dan

akan dilaksanakan tersebut harus dipertanggungjawabkan pada pihak

manajemen perusahaan termasuk di dalamnya adalah penganggaran

dana yang dikeluarkan guna mendukung terciptanya tujuan yang

hendak dicapai, yaitu pembentukan citra yang positif di kalangan

(35)

Kegiatan yang dilakukan PR harus seimbang, artinya ia tidak

boleh hanya menitikberatkan pada publik internal saja, melainkan ia

juga harus memperhatikan publik eksternal, yang dalam hal ini

diwakili oleh masyarakat atau pelanggan. Pentingnya keseimbangan

ini mengingat perusahaan berusaha untuk mendapatkan goodwill serta

kepercayaan dari karyawan dan pelanggan dalam rangka membentuk

citra positif. Eksistensi Public Relations tersebut tentu saja bukan

ditujukan guna mengangkat citra pejabatnya, namun lebih dari itu

seorang pejabat PR memiliki tanggung jawab yang jauh lebih penting

dan utama, yaitu mengangkat citra lembaganya di depan khalayak

ramai, sebagaimana telah disebutkan oleh Jefkins di atas, termasuk

dengan masyarakat sekitar perusahaan itu sendiri.

Sementara tujuan kegiatan eksternal PR seperti dikemukakan

oleh Drs. HR. Danan mencakup:

1. Memperluas konsumen perusahaan

2. Memperkenalkan suatu jenis hasil produksi kepada publik dalam

arti luas

3. Mencari dana dan mengembangkan modal

4. Memperbaiki citra perusahaan guna mendapat opini publik yang

b. Image/ Citra

Sekarang ini banyak sekali perusahaan atau organisasi

(36)

membangun suatu citra yang menguntungkan bagi suatu perusahaan

tidak hanya dengan melepaskan diri terhadap terbentuknya suatu kesan

publik negatif.

Menurut Bill Canton dalam Sukadentel (1990) mengatakan

bahwa citra adalah kesan, perasaan, gambaran diri publik terhadap

perusahaan; kesan dengan sengaja diciptakan dari suatu obyek, orang atau

organisasi.

Citra adalah cara bagaimana pihak lain memandang sebuah

perusahaan, seseorang, suatu komite, atau suatu aktivitas. Setiap

perusahaan mempunyai citra. Setiap perusahaan mempunyai citra

sebanyak orang yang memandangnya. Berbagai citra perusahaan

datang dari pelanggan perusahaan, pelanggan potensial, bankir, staf

perusahaan, pesaing, distributor, pemasok, asosiasi dagang, dan

gerakan pelanggan di sektor perdagangan yang mempunyai pandangan

terhadap perusahaan (Kurtz, 2004: 67-68).

Jenis Citra

Jefkins (2003) menyebutkan beberapa jenis citra (image).

Berikut ini lima jenis citra yang dikemukakan, yakni:

1. Citra bayangan (mirror image). Citra ini melekat pada orang dalam

atau anggota-anggota organisasi biasanya adalah pemimpinnya

(37)

2. Citra yang berlaku (current image). Adalah suatu citra atau

pandangan yang dianut oleh pihak-pihak luar mengenai suatu

organisasi;

3. Citra yang diharapkan (wish image). Adalah suatu citra yang

diinginkan oleh pihak manajemen;

4. Citra perusahaan (coorporate image). Adalah citra dari suatu

organisasi secara keseluruhan, jadi bukan sekedar citra atas produk

dan pelayanannya;

5. Citra majemuk (multiple image). Banyaknya jumlah pegawai

(individu), cabang, atau perwakilan dari sebuah perusahaan atau

organisasi dapat memunculkan suatu citra yang belum tentu sama

dengan organisasi atau perusahaan tersebut secara keseluruhan.

Soemirat dan Ardianto (2004) menjelaskan efek kognitif dari

komunikasi sangat mempengaruhi proses pembentukan citra

seseorang. Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan

informasi-informasi yang diterima seseorang. Komunikasi tidak secara langsung

menimbulkan perilaku tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi cara

kita mengorganisasikan citra kita tentang lingkungan. Public Relations

digambarkan sebagai input-output, proses internal dalam model ini

adalah pembentukan citra, sedangkan input adalah stimulus yang

diberikan dan output adalah tanggapan atau perilaku tertentu. Berikut

(38)

citra) sebagai model komunikasi dalam PR yang dibuat oleh Soemirat

dan Ardianto.

Efektivitas PR didalam pembentukan citra (nyata, cermin dan

aneka ragam) organisasi, erat kaitannya dengan kemampuan (tingkat

dasar dan lanjut) pemimpin dalam menyelesaikan tugas organisasinya,

baik secara individual maupun tim yang dipengaruhi oleh praktek

berorganisasi (job design, reward system, komunikasi dan

pengambilan keputusan) dan manajemen waktu/ perubahan dalam

mengelola sumberdaya (materi, modal dan SDM) untuk mencapai

tujuan yang efisien dan efektif, yaitu mencakup penyampaian perintah,

informasi, berita dan laporan, serta menjalin hubungan dengan orang.

Hal ini tentunya erat dengan penguasaan identitas diri yang mencakup

aspek fisik, personil, kultur, hubungan organisasi dengan pihak

pengguna, respons dan mentalitas pengguna (Hubeis, 2001).

Praktisi humas senantiasa dihadapkan pada tantangan dan harus

menangani berbagai macam fakta yang sebenarnya, terlepas dari

apakah fakta itu hitam, putih, atau abu-abu. Perkembangan komunikasi

tidak memungkinkan lagi bagi suatu organisasi untuk menutup-nutupi

suatu fakta. Citra humas yang ideal adalah kesan yang benar, yakni

sepenuhnya berdasarkan pengalaman, pengetahuan, serta pemahaman

atas kenyataan yang sesungguhnya. Itu berarti citra tidak seharusnya

“dipoles agar lebih indah dari warna aslinya”, karena hal itu justru

(39)

c. Harapan Pelanggan

Harapan pelanggan akan terus berkembang sesuai

perkembangan lingkungan yang memberi informasi dan bertambahnya

pengalaman pelanggan yang akan berpengaruh terhadap tingkat

kepuasan yang dirasakan pelanggan. Harapan Pelanggan diyakini

mempunyai peranan besar dalam menentukan kualitas produk dan

kepuasan pelanggan. Pada dasarnya ada hubungan erat antara kualitas

produk dan kepuasan pelanggan.

Menurut Zeithami (1993) dalam Ali hasan 2008, dalam konteks

kepuasan pelanggan, umumnya harapan merupakan keyakinan

pelanggan tentang apa yang akan diterimanya. Harapan merupakan

standar prediksi dan standar ideal.

1) Faktor-faktor yang menentukan harapan pelanggan

Faktor-faktor yang menentukan harapan pelanggan

meliputi kebutuhan pribadi, pengalaman masa lampau,

rekomendasi dari mulut ke mulut, dan iklan.

2) Pembentukan harapan

a. Cara perusahaan mempromosikan produknya melalui iklan

dapat mempengaruhi harapan pelanggan terhadap kinerja

produk;

b. Pengalaman pelanggan dengan produk lain yang memiliki

(40)

c. Karakteristik pelanggan, pelanggan yang memilki harapan

lebih tinggi atas suatu produk dibandingkan pelanggan lainnya.

3) Performance (kinerja)

a. Performance memiliki dua dimensi, yakni (1) instrumental

performance (daya tahan) berkaitan dengan fungsi fisik suatu

produk; expresive symbolic performance (corak model),

berkenaan dengan kinerja estetis atau peningkatan citra diri;

b. Tingkat kinerja yang diharapkan dari produk tertentu

dipengaruhi oleh karakteristik produk, yaitu pengalaman

sebelumnya yang dimiliki pelanggan berkenaan dengan

produk, harga, dan karakteristik fisiknya mempengaruhi

harapannya terhadap kinerja produk bersangkutan. Jika produk

itu mahal harganya, atau kinerjanya sangat baik dalam

pengalaman konsumsi yang lalu, maka pelanggan bersangkutan

mungkin memiliki standar kinerja yang tinggi.

d. Persepsi Kualitas

Persepsi kualitas menurut Chapman dan Wahlers (1999:54)

adalah kepercayaan konsumen terhadap keseluruhan kualitas suatu

produk. Persepsi kualitas produk akan berpengaruh secara langsung

kepada keputusan pembelian konsumen dan loyalitas mereka terhadap

merek. Karena perceived quality merupakan persepsi konsumen maka

dapat diramalkan jika perceived quality pelanggan negatif, produk

(41)

jika perceived quality pelanggan positif, produk akan disukai. Karena

perceived quality merupakan persepsi dari pelanggan, maka tidak

dapat ditentukan secara objektif. Persepsi pelanggan akan melibatkan

apa yang penting bagi pelanggan karena setiap pelanggan memiliki

kepentingan yang berbeda-beda terhadap suatu produk.

Mengacu pada pendapat David A. Garvin, dimensi perceived

quality dibagi menjadi tujuh (David, 1996 dalam Durianto, Sugiarto,

Tony, 2001:98) yaitu:

1. Kinerja, melibatkan berbagai karakteristik operasional utama,

misalnya karakteristik operasional mobil adalah kecepatan,

akselerasi, sistem kemudi dan kenyamanan. Karena faktor

kepentingan pelanggan berbeda satu sama lain, seringkali

pelanggan mempunyai sikap yang berbeda dalam menilai

atribut-atribut kinerja tersebut;

2. Pelayanan, mencerminkan kemampuan memberikan pelayanan

terkait dengan produk yang dipasarkan;

3. Ketahanan, mencerminkan daya tahan produk tersebut, apakah

produk tersebut tahan lama atau tidak;

4. Keandalan, konsistensi dari kinerja yang dihasilkan suatu produk

dari satu pembelian ke pembelian berikutnya;

5. Karakteristik Produk, fitur-fitur yang terdapat pada suatu produk

yang membedakannya dari produk pesaingnya, dan fitur tersebut

(42)

6. Kesesuaian dengan Spesifikasi, merupakan pandangan mengenai

kualitas proses manufaktur sesuai dengan spesifikasi yang telah

ditentukan dan teruji;

7. Hasil, mengarah pada kualitas yang dirasakan yang melibatkan

enam dimensi sebelumnya. Jika perusahaan tidak dapat

menghasilkan “hasil akhir” produk yang baik maka kemungkinan

produk tersebut tidak akan mempunyai atribut kualitas lain yang

penting.

Membangun Persepsi Kualitas (Perceived Quality) yang Kuat

Peran perceived quality bagi suatu merek sangat penting,

sehingga upaya membangun perceived quality yang kuat perlu

memperoleh perhatian yang serius agar perusahaan dapat merebut dan

menguasai pasar disetiap kategori produk. Membangun perceived

quality harus diikuti dengan peningkatan kualitas nyata dari

produknya. Karena akan sia-sia meyakinkan pelanggan bahwa kualitas

merek produknya adalah tinggi bilamana kenyataan menunjukkan

sebaliknya (Durianto, Sugiarto, Tony, 2001:104). Berikut adalah

berbagai hal yang perlu diperhatikan dalam membangun perceived

quality menurut David Aaker (dalam Durianto, Sugiarto, Tony,

2001:105):

a. Komitmen Terhadap Kualitas

Perusahaan harus mempunyai komitmen terhadap kualitas

(43)

kualitas bukan hanya basa basi tetapi tercermin dalam tindakan

tanpa kompromi.

b. Budaya Kualitas

Komitmen kualitas harus terefleksi dalam budaya

perusahaan, norma perilakunya dan nilai-nilainya. Jika perusahaan

dihadapkan pada pilihan kualitas dan biaya, maka kualitas yang

harus dimenangkan.

c. Informasi Masukan Dari Pelanggan

Pada akhirnya dalam membangun perceived quality

pelangganlah yang mendefinisikan kualitas. Untuk itulah

perusahaan perlu secara berkesinambungan melakukan riset

terhadap pelanggannya sehingga diperoleh informasi yang akurat,

relevan, dan up to date.

d. Sasaran atau Standar yang Jelas

Sasaran kualitas harus jelas dan tidak terlalu umum, karena

sasaran kualitas yang terlalu umum cenderung menjadi tidak

bermanfaat. Kualitas juga harus memiliki standar yang jelas, dapat

dipahami dan diprioritaskan.

e. Kembangkan Karyawan yang Berinisiatif

Karyawan harus dimotivasi dan diizinkan untuk berinisiatif

serta dilibatkan dalam mencari solusi masalah yang dihadapi

dengan pemikiran yang kreatif dan inovatif. Karyawan juga secara

(44)

e. Persepsi Nilai

Pengertian dari persepsi nilai (perceived value) adalah evaluasi

menyeluruh dari kegunaan suatu produk yang didasari oleh persepsi

konsumen terhadap sejumlah manfaat yang akan diterima

dibandingkan dengan pengorbanan yang dilakukan atau secara umum

dipikirkan konsumen, value dikenal dengan istilah ”value for

money”,”best value”, dan ”you get what you pay for” (Morris &

Morris, 1990) dikutip dari Pepadri, 2002.

Nilai yang dipersepsikan (perceived value) menurut Maxwell

(2001) adalah selisih antara total customer value dan total customer

cost. Total customer value adalah kumpulan manfaat yang diharapkan

diperoleh pelanggan dari produk atau jasa tertentu. Sedangkan total

customer cost adalah kumpulan pengorbanan yang diperkirakan

pelanggan akan terjadi dalam mengevaluasi, memperoleh dan

menggunakan produk/jasa. Monroe (1990) mengartikan nilai yang

dipersepsikan adalah total manfaat yang dipersepsikan dibagi harga

yang dipersepsikan.

Harga yang dipersepsikan disini maksudnya adalah persepsi

terhadap total biaya yang harus dikeluarkan meliputi harga beli

produk, biaya start up (biaya balik nama, instalasi, dll) dan biaya

setelah pembelian (perbaikan, servis, risiko kerusakan dan kinerja yang

buruk). Manfaat yang dipersepsikan beberapa kombinasi mengenai

(45)

sehubungan dengan pemanfaatan dan penggunaan produk tersebut

setelah pembelian.

Penilaian konsumen terhadap produk akan tergantung pada

pengorbanan dan manfaat dari produk. Jika konsumen mendapat

manfaat lebih besar dari yang dikorbankan maka konsumen pasti akan

melakukan pembelian, akan tetapi jika konsumen menerima manfaat

yang lebih rendah dari yang telah dikorbankannya maka akan berujung

pada ketidakpuasan konsumen dan kelangsungan produk yang rendah.

Berkaitan dengan kualitas, motif sebagian besar konsumen

adalah mendapatkan kualitas sebaik-baiknya dengan harga

semurah-murahnya. Inilah value bagi konsumen, yang dirumuskan dengan azas

pengorbanan dan manfaat. Apakah pengorbanan yang diberikan dalam

bentuk uang (perceived monetary sacrifice) dirasakan sudah

berimbang dengan manfaat yang diterima (perceived benefits) dan

memberikan nilai yang layak bagi konsumen (perceived value).

f. Kepuasan Pelanggan

Pada dasarnya tujuan suatu bisnis adalah untuk menciptakan

kepuasan kepada para pelanggannya. Berbicara tentang kepuasan

pelanggan ada beberapa pakar yang memberikan definisi mengenai

kepuasan pelanggan diantaranya:

a. Kotler (2000: 36) Kepuasan adalah seseorang merasa kekecewaan

(46)

dirasa dari produk (atau hasil) dalam hubungan dengan harapannya;

b. Wilkie (1990) mendefinisikan kepuasan pelanggan sebagai suatu

tanggapan emosional pada evaluasi terhadap pengalaman konsumsi

suatu produk atau jasa;

c. Eangel (1990) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan merupakan

evaluasi purnabeli dimana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya

sama atau melampaui harapan pelanggan.

Dari berbagai definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada

dasarnya pengertian kepuasan pelanggan mencakup perbedaan antara

harapan dan kinerja atau hasil yang diharapkan.

1) Pengukuran Kepuasan Pelanggan

Ada beberapa metode yang dapat digunakan perusahaan untuk

mengukur dan memantau kepuasan pelanggannya dan pelanggan

pesaing. Kotler, et.al (2004) dalam Fandy Tjiptono mengidentikasi

empat metode untuk mengukur kepuasan pelanggan:

a. Sistem Keluhan dan Saran, Setiap organisasi yang berorientasi pada

pelanggan (customer oriented) perlu menyediakan kesempatan dan

akses yang mudah dan nyaman bagi para pelanggannya guna

menyampaikan saran, kritik, pendapat dan keluhan mereka;

b. Ghost Shopping (mystery Shopping), salah satu cara memperoleh

gambaran mengenai kepuasan pelanggan adalah dengan

(47)

berpura-pura sebagai pelanggan potencial produk perusahaan dan

pesaing;

c. Lost Customers Analisys, sedapat mungkin perusahaan seyogyanya

menghubungi para pelanggan yang telah berhenti membeli atau yang

telah pindah pemasok agar dapat memahami mengapa hal itu terjadi

dan supaya dapat mengambil kebijakan perbaikan selanjutnya;

d. Survei Kepuasan Pelanggan, Sebagian besar riset pelanggan

dilakukan dengan menggunakan metode survei (mcNeal & Lamb,

dikutip dalam Peterson & Wilson, 1992), baik survei melalui pos,

telepon, e-mail, websites, maupun wawancarta langsung.

2) Teori Kepuasan Pelanggan

a. Equity Theory

Sejumlah peneliti berpendapat bahwa setiap orang

menganalisis pertukaran antara dirinya (A) dan pihak lain (B)

guna menentukan sejauh mana pertukaran tersebut adil atau

fair. Equity Theory beranggapan bahwa orang menganalisis

rasio input dan hasilnya dengan rasio input dan hasil mitra

pertukarannya. Jika orang merasa bahwa rasionaya unfovorable

dibandingkan lainnya dalam pertukaran tersebut, orang

(48)

b. Attribution Theory

Attribution Theory mengidentifikasi proses yang

dilakukan seseorang dalam menentukan penyebab tindakannya,

orang lain, dan objek tertentu. Atribusi yang dilakukan

seseorang akan mempengaruhi kepuasan purnabelinya terhadap

produk tertentu, karena atribusi memoderasi perasaan puas atau

tidak puas.

Atribusi sangat besar pengaruhnya terhadap kepuasan atau

ketidakpuasan pelanggan apabila keterlibatan, pengalaman dan

pengetahuan pelanggan terhadap produk relatif tinggi.

g. Komplain

Customer Complaint didefinisi sebagai suatu sikap pelanggan

yang tidak puas dengan merk atau tingkat pelayanan yang diterima dari

penyedia jasa (Lihat Yang et al., 2003). Pelanggan akan mengeluh bila

merasa tidak puas. Mereka mengeluh karena harapannya tidak

terpenuhi. Pelanggan yang tidak puas dapat melakukan tindakan

keluhan berupa beralih langganan, memberitahukan kepada teman atau

keluarga, melakukan keluhan pada agen konsumen, pengembalian

produk, bahkan secara ekstrim dapat mengajukan gugatan terhadap

perusahaan melalui pengacara. Seseorang yang merasa tidak puas pada

suatu produk, rata-rata akan menceritakannya kepada sepuluh orang

(49)

kepada tiga orang lainnya mengenai pengalaman terhadap suatu

produk. Keluhan sebenarnya merupakan respon yang mengikuti

ketidakpuasan konsumen, apabila pelanggan merasa puas, berakibat

komplain rendah. Biaya untuk mendapatkan seorang pelanggan baru

biasanya lima sampai tujuh kali lebih besar dibanding biaya untuk

mempertahankan pelanggan yang telah ada.

h. Loyalty

Loyalitas pelanggan merupakan kekuatan kita dalam

menciptakan barrier to new entrans (menghalangi pemain baru

masuk). Dalam rangka menciptakan cusomer loyalty maka perusaaan

harus berpikir untuk dapat menciptakan customer satisfaction terlebih

dahulu.

Ada beberapa ciri sebuah pelanggan bisa dianggap loyal, antara

lain:

a. Pelanggan yang melakukan pembelian ulang secara teratur;

b. Pelanggan yang membeli untuk produk yang lain ditempat yang

sama;

c. Pelanggan yang mereferensikan kepada orang lain;

d. Pelanggan yang tidak dapat dipengaruhi oleh pesaing untuk

pindah.

Customer loyal merupakan invisible advocate bagi kita.

(50)

selalu berusaha merekomendasikan kepada orang lain. Secara otomatis

word of mouth akan bekerja.

Loyalitas pelanggan merupakan dorongan perilaku untuk

melakukan pembelian secara berulang-ulang dan untuk membangun

kesetiaan pelanggan terhadap suatu produk/jasa yang dihasilkan oleh

badan usaha tersebut membutuhkan waktu yang lama melalui suatu

proses pembelian yang berulang-ulang tersebut (Olson, 1993: 45).

Pelanggan (Customer) berbeda dengan konsumen (Consumer), seorang

dapat dikatakan sebagai pelanggan apabila orang tersebut mulai

membiasakan diri untuk membeli produk atau jasa yang ditawarkan

oleh badan usaha. Kebiasaan tersebut dapat dibangun melalui

pembelian berulang-ulang dalam jangka waktu tertentu, apabila dalam

jangka waktu tertentu tidak melakukan pembelian ulang maka orang

tersebut tidak dapat dikatakan sebagai pelanggan tetapi sebagai

seorang pembeli atau konsumen.

Selanjutnya Griffin (1995: 39) berpendapat bahwa seseorang

pelanggan dikatakan setia atau loyal apabila pelanggan tersebut

menunjukkan perilaku pembelian secara teratur atau terdapat suatu

kondisi dimana mewajibkan pelanggan membeli paling sedikit dua kali

dalam selang waktu tertentu. Upaya memberikan kepuasan pelanggan

dilakukan untuk mempengaruhi sikap pelanggan, sedangkan konsep

loyalitas pelanggan lebih berkaitan dengan perilaku pelanggan

(51)

Menurut Philip Kotler (2005: 18), menyebutkan bahwa

customer loyalty adalah suatu pembelian ulang yang dilakukan oleh

seorang pelanggan karena komitmen pada suatu merek atau

perusahaan. Sebenarnya ada banyak faktor yang mempengaruhi suatu

konsumen untuk loyal, antara lain faktor harga: seseorang tentu akan

memilih perusahaan atau merek yang menurutnya menyediakan

alternatif harga paling murah diantara pilihan-pilihan yang ada. Selain

itu ada juga faktor kebiasaan, seseorang yang telah terbiasa

menggunakan suatu merek atau perusahaan tertentu maka

kemungkinan untuk berpindah ke pilihan yang lain akan semakin kecil.

Pengertian tentang seorang pelanggan yang loyal menurut

Grifin (1995: 31) adalah ”A loyal customer is one who makes regular

repeat purchases, purchase across product and service lines, refers

others and demonstrates an immunity to the pull of the competition”.

Hal ini berarti bahwa pelanggan yang loyal adalah pelanggan yang

memiliki ciri-ciri antara lain melakukan pembelian secara berulang

pada badan usaha yang sama, membeli lini produk dan jasa yang

ditawarkan oleh badan usaha yang sama, memberitahukan kepada

orang lain tentang kepuasan-kepuasan yang didapat dari badan usaha

dan menunjukkan kekebalan terhadap tawaran-tawaran dari badan

usaha pesaing.

Loyalitas Konsumen secara umum dapat diartikan kesetiaan

(52)

commit to user

Loyalitas konsumen merupakan manifestasi dan kelanjutan dari

kepuasan konsumen dalam menggunakan fasilitas maupun jasa

pelayanan yang diberikan oleh pihak perusahaan, serta untuk tetap

menjadi konsumen dari perusahaan tersebut. Loyalitas adalah bukti

konsumen yang selalu menjadi pelanggan, yang memiliki kekuatan dan

sikap positif atas perusahaan itu. Dari penjelasan di atas dapat

diketahui bahwa masing-masing pelanggan mempunyai dasar loyalitas

yang berbeda, hal ini tergantung dari objektivitas mereka

masing-masing.

2. Kerangka Dasar Pemikiran

Kerangka dasar digunakan untuk memudahkan arah dalam

penelitian. Dari uraian di atas dapat digambarkan skema kerangka

pemikiran sebagai berikut:

Customer Expectation

Image

Perceived Quality

Perceived Value

Complaints

Loyalty

Gambar 1:

Causality Model Describing Causes and Consequences of Customer Satisfaction

(53)

F. Hipotesis

Hipotesis adalah kesimpulan sementara atau reposisi tentatif hubungan

antara dua variabel atau lebih terhadap permasalahan yang diteliti sampai

terbukti melalui data yang terkumpul. Berdasarkan kerangka teori dan konsep

yang disusun, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:

H.1. Diduga terdapat pengaruh yang signifikan positif antara image terhadap

customer expectation?;

H.2. Diduga terdapat pengaruh yang signifikan positif antara image terhadap

customer satisfaction?;

H.3. Diduga terdapat pengaruh yang signifikan positif antara image terhadap

loyalty ?;

H.4. Diduga terdapat pengaruh yang signifikan positif antara customer

expectation terhadap perceived quality?;

H.5. Diduga terdapat pengaruh yang signifikan positif antara customer

expectation terhadap perceived value?;

H.6. Diduga terdapat pengaruh yang signifikan positif antara customer

expectation terhadap customer satisfaction?;

H.7. Diduga terdapat pengaruh yang signifikan positif antara perceived

quality terhadap perceived value?;

H.8. Diduga terdapat pengaruh yang signifikan positif antara perceived

quality terhadap customer satisfaction?;

H.9. Diduga terdapat pengaruh yang signifikan positif antara perceived value

(54)

H.10.Diduga terdapat pengaruh yang signifikan positif antara customer

satisfaction terhadap loyalty?;

H.11.Diduga terdapat pengaruh yang signifikan negatif antara customer

satisfaction terhadap complaints?;

H.12.Diduga terdapat pengaruh yang signifikan negatif antara complaints

terhadap loyalty?.

G. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional

1. Definisi Konseptual

a. Citra (Image)

Menurut Bill Canton dalam Sukadentel (1990) mengatakan

bahwa citra adalah kesan, perasaan, gambaran diri publik terhadap

perusahaan; kesan dengan sengaja diciptakan dari suatu obyek, orang

atau organisasi.

b. HarapanPelanggan(Customer Expectation)

Menurut Zeithami (1993) dalam Ali hasan 2008, dalam

konteks kepuasan pelanggan, umumnya harapan merupakan

keyakinan pelanggan tentang apa yang akan diterimanya. Harapan

merupakan standar prediksi dan standar ideal.

c. Persepsi Kualitas (perceived quality)

Persepsi kualitas menurut Chapman dan Wahlers (1999:54)

adalah kepercayaan konsumen terhadap keseluruhan kualitas suatu

(55)

kepada keputusan pembelian konsumen dan loyalitas mereka terhadap

merek.

d. Persepsi Nilai (Perceived Value)

Pengertian dari perceived value adalah evaluasi menyeluruh

dari kegunaan suatu produk yang didasari oleh persepsi konsumen

terhadap sejumlah manfaat yang akan diterima dibandingkan dengan

pengorbanan yang dilakukan atau secara umum dipikirkan konsumen,

value dikenal dengan istilah ”value for money”,”best value”, dan ”you

get what you pay for” (Morris & Morris, 1990) dikutip dari Pepadri,

2002.

e. Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction)

Kepuasan adalah seseorang merasa kekecewaan atau kesenangan

sebagai hasil membandingkan satu capaian yang dirasa dari produk (atau

hasil) dalam hubungan dengan harapannya (Kotler, 2000: 36).

f. Komplain (complaints)

Customer Complaint didefinisi sebagai suatu sikap pelanggan

yang tidak puas dengan merk atau tingkat pelayanan yang diterima dari

penyedia jasa (Lihat Yang et al., 2003).

g. Loyalitas (Loyalty)

Loyalitas pelanggan merupakan dorongan perilaku untuk

melakukan pembelian secara berulang-ulang dan untuk membangun

(56)

badan usaha tersebut membutuhkan waktu yang lama melalui suatu

proses pembelian yang berulang-ulang tersebut (Olson, 1993: 45).

2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi yang menjelaskan bagaimana suatu

variabel diukur melalui indikator-indikator yang diteliti:

a. Variabel Independen

Variabel Independen adalah variabel yang dapat mempengaruhi

perubahan dalam variabel dependen dan mempunyai hubungan yang

positif ataupun hubungan yang negative pada variabel dependen

nantinya (Kuncoro, 2003: 42). Variabel Independen dalam penelitian

ini adalah Image (Citra). Menurut Bill Canton dalam Sukadentel (1990)

mengatakan bahwa citra adalah kesan, perasaan, gambaran diri publik

terhadap perusahaan; kesan dengan sengaja diciptakan dari suatu obyek,

orang atau organisasi.

Tabel I.1

Indikator Berupa Pertanyaan Kuesioner Image (Citra)

No Indikator

1 Menurut anda, apakah Speedy dapat dipercaya dalam apa yang dikatakan dan dilakukan

2 Menurut anda, apakah Speedy stabil dan mantap

3 Menurut anda, apakah Speedy memiliki kontribusi sosial bagi masyarakat

4 Menurut anda, apakah Speedy berkaitan dengan pelanggan 5 Me

Gambar

    Tabel I.1 Indikator Berupa Pertanyaan Kuesioner
Tabel I.2
Tabel I.5
Tabel I.7 Indikator Berupa Pertanyaan Kuesioner Loyalitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Cara pembuatan kue lontar coklat hampir sama seperti membuat kue lontar Original hanya pada isi Kue Lontar kita cukup menambah coklat batangan yang telah dilelehkan menggunakan mangkuk

Tujuan dari penelitian ini Mengetahui kandungan nilai gizi bekatul meliputi, kadar air, mineral, protein, karbohidrat dan serat kasar pada masing-masing varetas padi

Sehubungan dengan Evaluasi penawaran pada paket pekerjaan : Peningkatan Ruas Jalan.. Adow Cs Hot Mix ( DAK Penugasan Bidang Jalan – Prioritas

Pokja Pengadaan Barang/Jasa ULP PSRS ODHIV Wasana Bahagia Ternate pada Kementerian Sosial RI akan melaksanakan Pemilihan Langsung dengan pascakualifikasi secara elektronik

Setelah penulis memberikan kesimpulan dari hasil penelitian tentang pengaruh independensi auditor dan profesionalisme auditor terhadap kualitas audit, maka penulis

Adapun sebagai alasan dari penulis memilih Desa Kualu Nenas Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar sebagai objek penelitian penulis adalah dikarenakan Desa Kualu Nenas

Kelebihan novel Bidadari Bidadari Surga karya Tere Liye yang diterbitkan pada tahun 2008 terletak pada ceritanya yaitu menceritakan sebuah pengorbanan seorang

Sedangkan tujuan mata pelajaran fisika adalah agar peserta didik mampu menguasai konsep-konsep fisika dan saling keterkaitannya, serta mampu menggunakan metode ilmiah yang