• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggug Jawab Jasa Pengiriman Barang Terhadap Hilang/Atau Rusaknya Barang Melalui Jalur Darat (Studi Kasus pada PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tanggug Jawab Jasa Pengiriman Barang Terhadap Hilang/Atau Rusaknya Barang Melalui Jalur Darat (Studi Kasus pada PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) Medan)"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Badrulzaman Mariam Darus, 2001, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung

Badrulzaman Mariam Darus, 2005, Kitab Undang Undang Hukum Perdata Buku III tentang Hukum Perikatan dengan Penjelasannya , Alumni, Bandung

Dewanta Mukti Fajar Nur, Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Muhammad Abdulkadir, 2005, Hukum Pengangkutan Darat, laut dan Udara, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Muhammad Abdulkadir, 2008, Hukum Pengangkutan Niaga, Citra Aditya Bakti. Bandung.

Marzuki Peter Mahmud, 2008, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Purba Hasim, 2005, Hukum Pengangkutan di Laut, Pustaka Bangsa Press, Medan. Salim HS, 2003, Perkembangan Hukum Kontrak Innoninaat di Indonesia, Sinar

Grafika, Jakarta.

Shidarta, 2005, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, PT Grasindo, Jakarta. Subekti R, 2010, Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT Inter Masa, Jakarta.

Suriaatmadja Toto T, 2005, Pengangkutan Kargo Udara: Tanggungjawab Pengangkut dalam Dimensi Hukum Udara Nasional dan Internasional, Pustaka Bani Quraisy, Bandung.

Soekanto Soerjono, 2010, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta.

Syahrani Riduan, 2010, Beluk Beluk Dan Asas Asas Hukum Perdata, Edisi Revisi Alumni, Bandung.

Umar Husein, 2005, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

(2)

B. PeraturanUndang-Undang

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.

Undang-Undang no.22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 77 Tahun 2016.

C. Website

Hawani. 2010. Tanggung jawab PT. Tiki Jne dalam Pengiriman Barang Terhadap Konsumennya (Studi pada PT. TIKI JALUR NUGRAHA EKAKURIR Cab. Bandar Lampung). Jurnal Fakultas Hukum Universitas Lampung Bandar. Lampung. http://digilib.unila.ac.id/20060/1/Fix%20Skripsi.pdf.

Satria Adjie Bayu Priangga. 2012. Tanggung Gugat Perusahaan Jasa Pengiriman Barang Terhadap Konsumen Yang Kehilangan Barang Ditinjau Dari UU No. 8 TAHUN 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Studi Kasus Di BPSK Kota Surabaya). Jurnal Yayasan Kesejahteraan Pendidikan dan Perumahan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Fakultas Hukum Program Studi Ilmu Hukum. Surabaya. http://eprints.upnjatim.ac.id/3746/.

(3)

BAB III

PT. TIKI JNE MEDAN SEBAGAI PERUSAHAAN JASA PENGIRIMAN BARANG MELALUI DARAT

D. Deskripsi Tentang PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir dan Peraturan

Hukumnya.

PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir atau JNE berdiri pada tanggal 26 November 1990, didirikan oleh H. Soeprapto Suparno di Jakarta dengan nomor Surat Izin Usaha: 03006/1.824.271. PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir pertama kali bergerak dalam hal kepabeanan terutama impor atas kiriman peka waktu melalui gudang „Rush Handling‟. Peningkatan investasi asing pada tahun 90-an,

pertumbuhan ekonomi domestik, perkembangan teknologi informasi serta diversifikasi produk yang inovatif kemudian mendorong JNE untuk bertransformasi menjadi perusahaan yang dikenali saat ini.34

Untuk menanggapi perkembangan dunia usaha dan perubahan gaya hidup masyarakat modern, permintaan penanganan kiriman peka waktu yang dilayani JNE tidak lagi terbatas pada paket kecil dan dokumen, namun juga mencakup penanganan cargo, transportasi, logistik, dan distribusi. Untuk melakukan ini, saat ini JNE didukung ribuan SDM terlatih dan membangun lebih daru 1,500 titik layanan yang tersebar diseluruh Nusantara. Saat ini JNE merupakan salah satu perusahaan dalam bidang logistik yang terbaik di Indonesia, dan komitmen dan prestasinya dibuktikan dengan diraihnya berbagai penghargaan serta setifikasi ISO 9001:2008 atas sistem manajemen mutu. PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir

34

(4)

memiliki visi dan misi sebagai pedoman untuk menjadi perusahaan yang lebih baik dan memiliki kredibilitas.

Mengutip dari harian Merdeka yang menyebutkan bahwa Soeprapto Suparno bersama Johari Zein mendirikan perusahaan JNE atau biasa yang dikenal dengan Tiki JNE pada tanggal 26 November 1990. Perusahaan ini memulai kegiatannya dengan delapan karyawan dan modal 100 miliar rupiah. Pusat kegiatan usahanya yaitu penanganan kegiatan kepabean, impor kiriman barang, dokumen, serta pengantaranya dari luar negeri ke Indonesia.35

Nilai-nilai dasar yang dianut JNE adalah jujur, adil, disiplin, tanggung jawab, kerjasama, peduli, dan visioner.Sedangkan filosofinya yaitu efektif, efisien, fleksibel, dan seimbang. Tahun 1991, JNE memperluas jaringan internasional dengan bergabung sebagai anggota asosiasi perusahaan-perusahaan kurir beberapa negara Asia (ACCA) yang bermarkas di Hongkong yang kemudian memberi kesempatan kepada JNE untuk mengembangkan wilayah antaran sampai ke seluruh dunia. Karena persaingannya di pasar domestik, JNE juga memusatkan memperluas jaringan domestik. Dengan jaringan domestiknya TIKI dan namanya, JNE mendapat keuntungan persaingan dalam pasar domestic. JNE juga memperluas pelayanannya dengan logistik dan distribusi.

Selama bertahun-tahun TIKI dan JNE berkembang menjadi dua perusahaan yang punya arah sendiri. Karena itu, keduanya menjadi saingan dan akhirnya JNE menjadi perusahaan sendiri dengan manajemen diri sendiri. JNE meluncurkan logonya sendiri pada tahun 2000 dan berpisah dari TIKI. JNE lalu

35

(5)

berusaha melakukan inovasi dengan memberikan layanan yang berbeda dengan TIKI. Kesan awal masyarakat menganggap layanan JNE lebih mahal dari yang lainnya, ini karena segemen yang dibidik memang segmen premium.

Pengembangan produk dan layanan yang berbeda di JNE antara lain menyediakan jasa kurir, logistic, money remittance hingga jasa kargo. Sebagai sister company dengan TIKI, secara etika bisnis, JNE menghadapi kesulitan tidak

boleh beradu harga dan layanan dengan TIKI. Namun, ternyata industri pengiriman berkembang dan pasarnya ikut membesar sehingga JNE tidak perlu berebut pasar. Perlahan-lahan JNE menemukan banyak layanan baru yang tidak terpikir sebelumnya.36

PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) lalu membeli gedung pada tahun 2002 dan mendirikan JNE Operations Sorting Centers. Tahun 2004 JNE membeli gedung baru yang merupakan kantor pusat JNE dan kedua gedung ini berada di Jakarta. Dari tahun ke tahun, pertumbuhan bisnis JNE semakin baik, bahkan di atas rata-rata pertumbuhan industri.Industri sendiri bertumbuh hanya sebesar 10% - 15%, namun bisnis JNE tumbuh hingga 20% tiap tahunnya. Resep keberhasilan JNE adalah tidak mau menunggu konsumen. Lebih baik, JNE menjemput bola.Kurir JNE langsung menjemput barang ke rumah konsumen yang ingin mengirimkan barang. Hanya dengan menelepon, kurir pasti datang ke rumah. Kalau masih khawatir nilai barang tidak sesuai dengan nilai 10x pengiriman, JNE menganjurkan agar konsumen untuk mengansuransikan barangnya. JNE berkomitmen memberikan layanan yang terbaik. Standar JNE, kalau sampai

36

(6)

perusahaan asuransi tidak membayar klaim sesuai hari yang ditentukan, JNE bersedia menggantikan dengan membayar klaim konsumen. Bagi JNE, barang sampai tujuan pelanggan adalah harga mati. Selain itu, sebanyak 170 titik jaringan yang sudah online. Ini memudahkan JNE dan pelanggan untuk mengawasi pengiriman barang.

Satu lagi layanan inovatif dari JNE, Pesona. Pesona adalah pesanan oleh-oleh Nusantara. Setiap orang bisa saling mengirimkan makanan khas daerah tertentu ke sanak keluarga di daerah lain. Contoh, mau kasih oleh-oleh kerupuk bangka ke keluarga di Jakarta. Anda cukup telepon JNE dan JNE akan carikan toko kerupuk yang terkenal di Bangka dan segera dikirimkan. Bahkan, es krimpun bisa dikirimkan melalui JNE.

Tidak sampai di situ, JNE banyak melakukan inovasi-inovasi unggul lainnya. JNE sekarang membuka bisnis baru yakni trucking. Ini adalah layanan pengiriman barang-barang kebutuhan pokok. Layanan trucking ini dilengkapi dengan GPS agar terpantau. JNE juga bekerjasama dengan perusahaan pengiriman barang UPS. Konsumen bisa mengirimkan barang ke luar negeri lewat UPS ini. Rencana selanjutnya, JNE berencana terjun ke bisnis surat menyurat di bawah 500 gram. Bisnis yang sebelumnya dimonopoli PT. Pos Indonesia, dengan pencabutan aturan ini maka membuka peluang bagi JNE. JNE saat ini tinggal menunggu aturan pemerintah yang mengatur soal bisnis ini.37

Saat ini JNE didukung oleh lebih dari 1000 karyawan dan tidak kurang dari 1.500 gerai yang tersebar luas di Indonesia. Kehandalan JNE juga telah

37

(7)

dibuktikan dengan diraihnya berbagai bentuk penghargaan serta sertifikasi ISO 9001:2000 atas jasa layanan yang telah diberikan. Layanan terbaik adalah harga mati bagi JNE. Karena itu, sangat wajar kalau JNE punya SDM yang handal. Bahkan departemen HRD mempunyai empat divisi yaitu intelektual (berhubungan dengan pekerjaan), training (bertugas untuk kegiatan outbound dan memberikan training), spiritual (mengatur kegiatan keagamaan), dan fisikal (berhubungan dengan aktivitas kebugaran badan karyawan). Pemimpin perusahaan JNE berkata, “Setiap masa selalu ada tantangannya, tapi JNE tetap harus maju menghadapi tantangan itu.”

E. Peranan dan Tugas PT. TIKI JNE dalam Melakukan Pengiriman Barang

Melalui Darat

PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) sebagai sebuah perusahaan ekspedisi yang mengangkut barang dari satu tempat ketempat yang lainnya melakukan banyak proses untuk mengirimkan barang yang dititipkan konsumen dari satu tempat ketempat yang lain. Nama resminya adalah Tiki Jalur Nugraha Ekakurir dan menjadi salah satu perusahaan kurir terbesar di Indonesia.

(8)

Jenis Layanan JNE, antara lain :

1. Jasa Kurir Intra Kota dan Dalam Negeri 2. Jasa Kurir Luar Negeri

3. Jasa Kargo Laut dan Udara

4. Jasa Perpindahan dan Angkutan Darat 5. Jasa Logistik dan Distribusi

6. Jasa Layanan Kepabeanan 7. Jasa Penjemputan Bandara

8. Jasa Pengiriman Uang (Western Union) 9. Jasa layanan PESONA

10.Jasa Online Payment.38

Jenis Layanan Kurir Dalam Negeri (Domestic Courier), antara lain:

a. Diplomat Service adalah layanan dengan penekanan utama pada faktor pengamanan kiriman, karena proses pengirimannya dilakukan dengan “Hand Carry” atau diantar sendiri dengan kurir

khusus yang menumpang pesawat bersama paket yang dikirim b. Special Service (SS) adalah layanan pengiriman dengan waktu

penyampaian dilakukan pada hari yang sama atau paling lambat keesokan harinya sebelum jam 11.00 waktu setempat, layanan ini berlaku untuk tujuan yang mempunyai penerbangan langsung, untuk kiriman ini berlaku cut off time dengan menyesuaikan jadwal penerbangan

38

(9)

c. Yakin Esok Sampai (YES) adalah layanan kiriman yang melayani pengiriman ke beberapa kota tujuan dimana apabila kiriman tidak terantar keesokan harinya maka ongkos kirim secara otomatis akan dikembalikan kepada pengirim (Money Back Guarantee) , kiriman ini melayani pengantaran untuk hari Minggu dan hari libur.

d. Express Regular adalah jenis layanan kiriman dengan estimasi waktu penyampaian satu hari kerja untuk tujuan ( destination) kota-kota yang dapat dilayani dengan penerbangan langsung (direct flight), layanan ini tidak melayani pengantaran pada hari minggu dan hari libur.

e. Ongkos Kirim Ekonomis (OKE) adalah jenis layanan kiriman dengan harga yang sangat ekonomis dengan estimasi waktu penyampaian 2 sampai 4 hari kerja atau lebih tergantung dari tujuannya dan tidak melayani pengantaran hari minggu ataupun hari libur.39

PT. TIKI JNE dalam menjalankan tugasnya menerapkan syarat Standar Pengiriman PT. TIKI Jalur Nugraha Ekakurir (SSP). Disaat pengiriman menyerahkan atau dokumen untuk dikirimkan atau di trasportasikan oleh JNE, para pengirim dianggap telah menerima dan setuju dengan SSP dibawah ini : 1. PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE)

JNE berarti termasuk seluruh agen JNE yang telah diangkat dan ditempatkan dilokasi-lokasi yang telah ditentukan berdasarkan perjanjian keagenan JNE. 2. Ketentuan Tentang SSP

39

(10)

Seluruh transaksi yang dilakukan JNE dilaksanakan berdasarkan syarat dan kondisi yang telah diatur dalam SSP ini.

a. SSP adalah syarat dasar yang mengikat dan merupakan bagian yang tidak terpisahkandari perjanjian/ketentuan tertulis lainnya

b. JNE tidak dapat dibebani dengan perjanjian lain selain yang ditulis dalam SSP ini kecuali dengan perjanjian tertulis dan ditandatangani oleh pejabat JNE yang berwenang yang bertindak untuk dan atas nama JNE.

3. Tata Cara Pengangkutan

a. JNE bukan perusahaan angkutan umum dan hanya akan mengangkut dokumen atau barang sesuai dan kondisi SSP ini. JNE berhak menolak untuk menerima atau mengangkut dokumen atau barang tertentu dari perorangan ataupun perusahaan berdasarkan kebijaksanaan JNE sendiri. b. JNE berhak mengangkut dokumen atau barang milik pengirim mealui jalur

dan prosedur dengan menggunakan prusahan angkutan dan dengan cara penanganan, pergudangan serta transportasi yang cocok dan baik menurut kebijakan JNE.

c. Pembungkusan dokumen atau barang pengirim untuk pengakutan merupakan tanggung jawab pengirim termasuk penempatan dokumen atau barang kedalam suatu wadah yang mungkin disediakan JNE.

(11)

e. Pengirim bertanggung jawab untuk mencantumkan alamat lengkap tujuan kiriman, jenis atau daftar isi kiriman dokumen atau barang agar pengantaran dapat dilakukan dengan tepat.

f. JNE tidak bertanggung jawab atas keterlambatan, kehilangan, kerusakan dan biaya-biaya yang timbul akibat kelalaian dan kesalahan pengirim dalam memenuhi kewajiban tersebut diatas,

4. Pemeriksaan Kiriman

a. JNE berhak tetapi tidak berkewajiban memeriksa barang atau dokumen yang dikirim oleh pengirim untuk memastikan bahwa suatu kiriman dokumen atau barang adalah layak diangkut ke Kota tujuan sesuai syarat prosedur operasional yang baku proses Bea dan Cukai serta metode penanggan pengiriman JNE.

b. JNE dalam melaksanakan haknya tidak menjamin atau menyatakan bahwa seluruh kiriman adalah layak untuk pengangkutan dan pengataran tanpa melanggar hukum disemua kota asal tujuan katau yang dilalui kiriman tersebut.

c. JNE tidak bertanggung jawab terhadap kiriman yang isinya tidak sesuai dengan keterangan yang diberikan pengiriman kepada JNE.

(12)

5. Larangan Kiriman

a. JNE tidak menerima barang berbahaya yang mudah yang mudah meledak atau terbakar. Obat-obatan terlarang, emas dan perak, uang logam, abu cyanide, platinum dan perangko dan barang curian. Cek tunai money order

atau traveler’s cek surat barang antik, lukisan antik, binatang atau tanaman hidup.

b. Apabila pengirim mengirimkan barang-barang tersebut tanpa sepengetahuan JNE, maka pengirim membebaskan JNE dari seluruh klaim atas kerusakan, biaya yang mungkin timbul serta tuntutan dari pihak manapun.

c. JNE berhak untuk mengambil langkah-langkah yang dianggaop perlu segera setelah JNE mengetahui adanya pelanggaran terhadap kondisi ini termasuk untuk menjalankan hak yang diatur dalam klausula 4 ayat (1). 6. Jaminan Kepemilikan Kiriman

a. Pengiriman dengan ini menjamin bahwa yang bersangkutan adalah pemilik yang sah dan berhak atas dokumen atau barang yang diserahkan untuk dikirimkan oleh JNE dan telah sepakat untuk mengikatkan diri dengan SSP ini tidak hanya atas nama diri sendiri melainkan juga selaku agen serta untuk dan atas nama semua pihak yang berkepentingan atas dokumen atau barang tersebut.

(13)

7. Tarif

a. JNE melakukan penagihan berdasarkan tarif yang telah diberitahukan kepada para pengirim dari waktu ke waktu untuk menyampaikan kiriman dokumen atau barang milik pengirim, yang telah disetujui antara JNE dengan masing-masing pengirim.

b. Tarif yang ditentukan JNE termasuk biaya airport tax (pajak airport) setempat dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), tetapi tidak termasuk Bea Masuk. Retrubusi Import atau Deposit sehubungan dengan pengakutan dokumen atau barang milik pengirim.

8. Ganti Rugi

a. JNE hanya bertanggung jawab untuk mengganti kerugian yang dialami pengirim akibat kerusakan atau kehilangan dari pengiriman dokumen atau barang oleh JNE sepanjang kerugian tersebut terjadi ketika barang atau dokumen masih berada dalam pengawaasan JNE, dengan catatan bahwa kerusakan tersebut semata-mata disebabkan karena kelalaian karyawan atau agen JNE.

(14)

c. Nilai pertanggung jawaban JNE sesuai syarat dan kondisi pada klausal 8 ayat (1) diatas adalah dalam bentuk ganti rugi atas kerusakan atau kehilangan dokumen atau barang yang nilainya tidak melebihi 10 kali biaya kirim atau kesamaannya untuk kiriman tujuan dalam negeri Indonesia dan US $100.00 untuk kiriman tujuan diluar Indonesia, perkiriman. Penentuan nilai pertanggung jawaban JNE ditetapkan dengan mempertimbangkan nilai dokumen atau barang penggantiannya pada waktu dan tempat pengiriman tanpa menghubungkannya dengan nilai komersial dan kerugian konsekuensi seperti yang diatur dalam klausula 8 ayat (2) diatas.

9. Tata Cara Klaim

a. Setiap Klaim dari pengiriman sehubungan dengan kewajiban dan tanggung jawab JNE harus disampaikan secara tertulis dan telah diterima oleh kantor JNE paling lambat 14 (empat belas) hari setelah tanggal dokumen atau barang tersebut seharusnya telah diterima ditujuan.

b. Jumlah Klaim tidak dapat diperhitungkan dengan jumlah tagihan dari JNE. 10.Lain-lain

(15)

F. Pengaturan dan Manfaat Menggunakan Jasa PT. TIKI JNE Melalui

Darat

PT. TIKI JNE dalam melakukan pengiriman barang menggunakan berbagai tipe alat transportasi seperti mobil, kereta api, bus, dll. Pengiriman melalui berbagai macam armada tersebut dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, selain itu penggunaan armada tersebut akibat adanya perkembangan kendaraan transportasi yang kian hari tambah banyak dan juga dengan transportasi memudahkan untuk mengangkut barang dengan cepat ke luar kota maupun keluar negeri. 40

Pengiriman barang melalui darat umumnya hanya berlaku untuk trayek tertentu. Dalam hal ini ada batasan jarak tempuh dimana hanya melayani pengiriman yang bisa dilalui armada darat. Umumnya jenis pengiriman ini hanya digunakan untuk melayani pengiriman barang lokal atau dalam lingkup satu kota. Dengan hanya menggunakan truk tentu sulit mengirim barang dalam jumlah banyak atau barang berdimensi besar. Jadi cukup sulit bagi distributor untuk mengirimkan barang ke luar pulau dengan menggunakan jalur darat, apalagi jika mencakup barang-barang seperti alat-alat berat, mesin percetakan, mobil, dan lain sebagainya41.

Proses pengiriman barang ini merupakan bentuk kegiatan usaha yang banyak dilakukan setiap harinya. Pengiriman barang yang dituju biasanya ke tempat atau lokasi yang jauh untuk dijangkau. Pengiriman barang bisa dilakukan

40https://usahatransportasi.wordpress.com/2012/04/05/manfaat-transportasi-darat/diakses

tanggal 1 September 2016.

41

(16)

dengan berbagai macam jalur. PT TIKI JNE dalam melakukan pengiriman barang menetapkan suatu aturan tertentu seperti:

A. Pengaturan tentang barang yang dilarang

1. Warkat Pos dan atau Kartu Pos (atau alamat tujuan yang berbentuk PO BOX)

2. Barang yang dapat dan atau mudah meledak, menyala atau terbakar sendiri, seperti : korek api, gas LPJ, ethanol, cat, (barang tersebut harus dikirim dengan jalur darat dan packing khusus)

3. Narkotika, Minuman keras dan obat–obatan terlarang lainnya 4. Pornografi, barang cetakan/benda yang menyinggung kesusilaan 5. Barang cetakan/rekaman yang isinya dapat mengganggu keamanan dan

ketertiban serta stabilitas nasional

6. Makanan basah (makanan basah dapat dikirim dengan syarat : dipacking oleh JNE, dan JNE tidak bertanggungjawab terhadap kebusukan/kebasian)

7. Tanaman dan hewan (tanaman dapat dikirm namun dengan syarat ada surat dari Badan Karantina Hewan dan Tanaman yang menyatakan tanaman/hewan tersebut bebas dari hama/penyakit)

8. Senjata api, pisau dan petasan (senjata dapat dikirim jika ada surat resmi dari kepolisian)

9. Perhiasan, batu akik/batu-batu berharga, perangko dan uang tunai. (uang tunai dapat dikirim dengan produk WESTERN UNION)

(17)

B. Pengaturan terhadap penimbangan barang

Pengukuran berat kiriman ada 2 cara yang harus dilakukan kedua-duanya : 1. Berat timbangan

Kiriman ditimbang dengan timbangan standard dan berat kiriman ditentukan dalam satuan kg sesuai yang tertera di timbangan.

2. Berat volumetrik

Kiriman diukur menggunakan meteran standar. Diukur panjangnya (cm), lebarnya (cm) dan tinggi/tebalnya (cm), lalu dihitung dengan rumus :

Panjang (cm) x Lebar (cm) x Tinggi (cm) /6000

Keterangan : 6000 adalah angka ketetapan untuk kiriman service SS, YES, REGULER, OKE, untuk kiriman service Kargo dan Trucking 6000 diganti menjadi 4000, dan untuk kiriman Luar Negeri diganti menjadi 5000.

C. Pengaturan biaya asuransi terhadap barang yang dikirim

Asuransi adalah untuk kiriman barang/dokumen yang berharga. Yang dimaksud berharga adalah :

1. Jika kiriman bernilai/harga lebih dari Rp. 1.000.000

2. Jika nilai/harga barang/kiriman lebih besar dibandingkan dengan 10 kali ongkos kirimnya

3. Dokumen-dokumen yang dianggap berharga

(18)

(0,2 % x *harga barang) + biaya administrasi asuransi Rp. 5000

*Harga barang adalah harga barang (harga beli barang) yang dideklarasikan oleh pengirim.

Contoh : jika barang elektronik harganya Rp. 2.000.000, maka biaya

tambahan untuk asuransinya :

(0,2/100 x Rp. 2.000.000) + Rp. 5000 = Rp. 9000

Beberapa barang ditentukan harga/nilai tanggungannya, yaitu :

1. Dokumen-dokumen berharga diasuransikan dengan penggantian terbatas hanya untuk jasa/nilai, penerbitan kembali dokumen tersebut bukan nilai nominal atau harga dokumen tersebut, seperti : 2. BPKB Mobil nilai maksimal asuransi Rp.3.500.000,-/buku

3. BPKB Motor nilai maksimal asuransi Rp.2.500.000,-/buku 4. STNK Mobil nilai maksimal asuransi Rp.2.000.000,-/lembar 5. STNK Motor nilai maksimal asuransi Rp.1.000.000/lembar 6. Ijazah nilai maksimal asuransi Rp.200.000,-

7. Paspor nilai maksimal asuransi Rp.500.000,-

8. Sertifikat tanah asli nilai maksimal asuransi Rp.2.000.000,-

9. Dokumen penting lainnya dapat diasuransikan dengan nilai maksimal Rp.2.000.000,-/dokumen.

(19)

D. Pengaturan biaya tambahan terhadap barang yang dikirim

a. Kiriman Cairan Berbahaya (Dangerous Good) yaitu kiriman yang mengandung cairan kimia yang mudah meledak pada suhu udara tertentu. Kiriman ini dapat dikirimkan dengan pesawat udara namun memerlukan penanganan khusus, seperti : tempat/box khusus (UN) dengan harga USD 40, harus dilengkapi dengan MSDS. Surcharge100% dari ongkos kirim, minimum berat dikenakan sebesar 10 kg/kiriman.

Beberapa penanganan khusus diperuntukan untuk cairan/zat kimia/dangerous good. Kiriman zat/cairan kimia harus menyertakan MSDS (Material Safety Data Sheet), yaitu surat keterangan yang berisi tentang kandungan, sifat dan cara penanganan zat. MSDS dikeluarkan oleh lembaga/perusahaan/laboratorium resmi.

b. Kiriman barang seperti Bank Note, sarang burung walet, perhiasan dan atau barang yang memiliki nilai USD > 5000 dikenakan surcharge sebesar 100% dan ongkos kirim

c. Surcharge dikenakan untuk kiriman barang yang memiliki berat per kolinya :

1. 75 kg ≤ barang ≤ 99 kg dikenakan tambahan biaya 25% dari ongkos kirim,

2. 100 kg ≤ barang ≤ 149 kg dikenakan tambahan biaya 35% dari ongkos kirim,

3. 150 kg ≤ barang ≤ 199 kg dikenakan tambahan biaya 50% dari ongkos kirim,

(20)

Maka dari itu sebisa mungkin jika ada kiriman dengan berat per kolinya seperti di atas, dibagi-bagi menjadi koli-koli kecil sehingga tidak terkena surcharge

Pengirim yang akan mengirimkan barangnya dan telah sepakat memenuhi pengaturan yang ditetapkan oleh PT TIKI JNE akan dapat mengirim barang dalam jumlah tertentu sesuai dengan kebutuhan. Barang yang dikirim tentunya jumlahnya tidak menentu. Kadang pengiriman barang dalam jumlah yang banyak, kadang dalam jumlah yang sedikit. Jika mengirim dalam jumlah sedikit untuk tempat tujuan yang jauh, akan mengalami kerugian. Namun jika mengirim barang melalui JNE, tentu akan lebih hemat. Terkadang jasa pengiriman barang ditimbang sesuai dengan berat barang yang akan dikirim. Harga juga menyesuaikan dengan barang tersebut. Sehingga akan lebih hemat dan tidak membutuhkan banyak biaya, selain itu manfaat yang akan diperoleh pengirim barang, berupa:

1. Barang cepat sampai ke tempat tujuan

(21)

2. Waktu lebih efisien

Menggunakan jasa JNE adalah waktu lebih efisien. Tentunya bagi pengirim barang, waktu sangat berharga. Sebab waktu bisa dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan lain. Jika pengiriman barang dilakukan sendiri, otomatis waktu akan lebih tersita karena pengiriman barang yang lokasinya jauh. Namun jika memilih jasa ekspedisi barang, tinggal antar barang yang akan kirim ke tempat jasa pengiriman barang tersebut. Selanjutnya bisa melakukan transaksi pengiriman barang seperti pencatatan barang, timbangan barang, harga atau ongkos pengiriman, alamat yang dituju, dan pemberian informasi kapan barang tersebut akan sampai. Dengan demikian, akan menghemat waktu untuk tetap melakukan pengiriman barang dan aktivitas lainnya.

3. Mudah untuk dilakukan

(22)

BAB IV

TANGGUNG JAWAB JASA PENGIRIMAN BARANG TERHADAP HILANG/RUSAKNYA BARANG MELALUI JALUR

DARAT PADA PT. TIKI JNE MEDAN

A. Pelaksanaan Perjanjian antara pelaku usaha dengan pengguna jasa

terhadap hilang atau rusaknya barang melalui jalur darat pada PT. TIKI

JNE Medan.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa prosedur perjanjian JNE terhadap objek pengiriman melalui jalur darat yaitu dengancara mengisi nomor resi, form pengisian pengiriman barang. Nomor Resi harus diisi dengan nama dan alamat yang lengkap, jelas, benar dan terbaca agar barang atau dokumen yang akan dikirim bisa sampai ke tempat yang dituju. Sedangkan prosedur dalam pengiriman barang yaitu pemeriksaan terhadap barang-barang yang akan dikirim. Apabila barang-barang tersebut layak untuk dikirim, maka pihak JNE akan memproses pengiriman barang/dokumen tersebut dengan mengeluarkan nomor resisebagai dokumen perjanjian pengiriman barang yang ditandatangani oleh kedua belah pihak. Nomor resi tersebut berisikan hak dan kewajiban para pihak.42

Prosedur perjanjian JNE terhadap hilang/rusaknya barang yang menjadi objek pengiriman melalui jalur darat, yaitu Setiap klaim dari pelanggan sehubungan dengan kewajiban dan tanggung jawab JNE harus disampaikan secara tertulis dan telah diterima oleh kantor JNE paling lambat 14 (empat belas) hari setelah tanggal dokumen atau barang tersebut seharusnya telah diterima di tujuan.

42Hasil wawancara dengan Erly, selaku customer service PT. JNE, tanggal 6 September

(23)

Klaim tidak akan dilayani sebelum seluruh tagihan dari JNE pada pelanggan tersebut diselesaikan. Jumlah klaim tidak dapat diperhitungkan dengan jumlah tagihan dari JNE.43

Kewajiban perusahaan adalah menyiapkan barang yang akan dikirim dengan rapi, mengantarkan barang/dokumen sampai ketempat yang dituju, dan melindungi barang/dokumen agar tidak rusak dan hilang. Hak perusahaan adalah berhak mendapat keterangan mengenai sifat barang yang akan dikirim, menolak permintaan pengiriman barang yang terlarang atau tidak sah dan menerima biaya yang diperlukan dalam pengiriman barang. Sedangkan kewajiban konsumen membukus barang yang akan dikirim dengan rapi, memberikan keterangan mengenai sifat barang yang akan dikirim dan membayar biaya yang diperlukan dalam pengiriman barang. Hak konsumen adalah mendapatkan tanda bukti pengiriman, barang yang dikirim sampai tepat pada waktunya, dan konsumen berhak menuntut ganti rugi jika terjadi kehilangan atau kerusakan barang yang disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian dari perusahaan pengiriman/JNE atau yang mewakilinya sesuai dengan SOPnya.

Berdasarkan hasil penelitian di PT.TIKI JNE Medan dapat diketahui tata cara atau prosedur pengiriman barang PT.TIKI JNE adalah sebagai berikut:

1. PT. TIKI JNE Medan hanya akan mengangkut dokumen dengan kondisi Syarat Standar Pengiriman, adapun syarat standar pengiriman barang yaitu: a. Pihak JNE membuat perjanjian secara sepihak yang posisinya relatif lebih

kuat dari konsumen;

43Hasil wawancara dengan Erly, selaku customer service PT. JNE, tanggal 6 September

(24)

b. Konsumen tidak dilibatkan dalam isi perjanjian;

c. Pejanjian dibuat secara tertulis dan massal serta ditandatangani oleh konsumen.

Setelah syarat stadar pengiriman terpenuhi barang yang akan dikirim oleh pemilik akan diangkut oleh PT.TIKI JNE ke tempat yang dituju, akan tetapi perusahaan pengangkutan berhak menolak untuk menerima atau mengangkut dokumen atau barang tertentu dari perorangan, ataupun perusahaan berdasarkan kebijaksanaan perusahaan pengiriman barang tersebut, hal ini dilandaskan pada ketentuan pasal 13 huruf d Peraturan Pemerintah No.8 Tahun 2011 mengingat ketentuan Undang-Undang No.22 Tahun 2009. Adapun alasan PT.TIKI JNE menolak melakukan pengiriman barang adalah sebagai berikut:

a. Barang-barang yang beralamat tidak lengkap seperti alamat PO BOX b. Barang berbahaya karena mudah meledak, mudah tergesek dan

menimbulkan api (seperti: korek api, gas LPJ, barang berbahan etanol, cat) sehingga barang-barang tersebut berada dalam kategori perlakuan khusus

c. Barang-barang narkoba, minuman keras (beer) dan jenis obat-obatan terlarang lainnya

d. Buku-buku/lembaran/cetakan pornografi atau yang mengganggu kesusilaan, mengganggu keamanan dan ketertiban nasional

e. Tanaman hidup (karena tanaman dapat membawa hama /virus penyakit. Kecuali ada surat ijin lulus karantina bebas hama)

(25)

g. Senjata tajam, pisau dan petasan (senjata dapat dikirim jika ada surat ijin resmi dari pihak kepolisian)

h. Perhiasan /batu akik/batu-batu berharga /logam mulia, karena ada aturan khusus untuk pengiriman barang-barang berharga.

i.Uang tunai

j.Perlengkapan dan peralatan untuk judi.44

2. PT. TIKI JNE Medan pengiriman barang berhak mengangkut dokumen atau barang milik pengirim melalui jalur dan prosedur dengan menggunakan perusahaan angkutan dengan cara penanganan, pergudangan, serta transportasi yang cocok dan baik menurut kebijakan perusahaan pengiriman barang.

3. Pembungkusan dokumen atau barang pengirim untuk pengangkutan merupakan tanggung jawab pengirim termasuk penempatan dokumen atau barang ke dalam suatu wadah yang mungkin di sediakan perusahaan pengiriman barang.

4. PT. TIKI JNE Medanyang melakukan pengiriman barang tidak bertanggung jawab atas kehilangan atau kerusakan dokument atau barang yang di akibatkan ketidak sempurnaan pembungkusan oleh pemilik barang.

5. Pemilik barang bertanggung jawab untuk mencantumkan alamat lengkap, tujuan kiriman, jenis atau isi kiriman, dokumen atau barang agar pengantaran di lakukan dengan tepat.

44Hasil wawancara dengan Erly, selaku customer service PT. JNE, tanggal 6 September

(26)

6. PT. TIKI JNE Medanyang melakukan pengiriman barang tidak bertanggung jawab atas keterlambatan, kehilangan, kerusakan, dan biaya-biaya yang di timbulkan akibat kelalaian, kesalahan Pemilik barang dalam memenuhi kewajiban-kewajiban tersebut di atas.45

Perusahaan pengiriman barang selalu melakukan pengecekan barang dari pengirim sebelum menerima barang tersebut untuk dikirim. Hal itu dilakukan untuk menghindari terjadinya kerusakan barang yang telah di bungkus oleh pengirimakan tetapi penerima memminta ganti rugi terhadap perusahaan pengiriman barang. Oleh sebab itu perusahaan pengiriman barang menetapkan hal terkait masalah pengiriman barang seperti di bawah ini :

1. PT. TIKI JNE Medan pengiriman barang berhak tetapi tidak berkewajiban memeriksa barang atau dokumen yang di kirim oleh pemilik barang untuk memastikan bahwa suatu pengiriman barang adalah layak untuk di angkut ke kota tujuan sesuai syarat prosedur oprasional yang baku dan metode penanganan kiriman.

2. PT. TIKI JNE Medan pengiriman dalam menjalan haknya tidak menjamin atau menyatakan bahwa seluruh kiriman adalah layak untuk pengangkutan dan pengantaran tanpa melanggar hukum di semua kota asal, tujuan, atau yang di lalui kiriman tersebut.

45

(27)

3. PT. TIKI JNE Medan tidak bertanggung jawab terhadap kiriman yang isinya tidak sesuai dengan keterangan yang di berikan pemilik barang terhadap perusahaan.46

Sebagaimana telah Diuraikan untuk menjaga keamanan kurir dan nama baik perusahaan pengiriman barang, PT. TIKI JNE Medan menetapkan larangan untuk pengiriman barang yang berbahaya atau melanggar hukum seperti dibawah ini :

1. Perusahaan tidak menerima barang berbahaya yang bisa meledak atau terbakar, obat obatan terlarang, emas dan perak, uang logam, abu, cyanide, platimum dan batu atau metal berharga dan perangko dan barang curian, cek

tunai, money order, atau traveller's cek, surat, barang antik, lukisan antik, binatang atau tanama hidup, seperti yang diatur dalam pasal 53 ayat 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tahun 2014 dalam rangka melaksanakan ketentuan Undang-Undang No.2 Tahun 2009.

2. Apabila pengirim mengirimkan barang-barang tersebut tanpa sepengetahuan perusahaan pengiriman barang, maka pengirim membebaskan perusahaan pengiriman barang dari seluruh klaim atas kerusakan, biaya yang mungkin timbul serta tuntutan dari pihak manapun.

3. Perusahaan pengiriman barang berhak untuk mengambil langkah-langkah

yang dianggap perlu segera setelah perusahaan pengiriman barang mengetahui adanya pelanggaran terhadap suatu keadaan termasuk untuk menjalankan hak

46

(28)

yang di atur dalam klausa perjanjian.47 Pernyataan tersebut dilandaskan atas ketentuan pasal 19 Peraturan Pemerintah No.8 Tahun 2011 tentang Angkutan Multimoda.

4. Perusahaan pengiriman barang berhak menolak pengiriman barang pemilik ke suatu tempat tertentu dengan alasan-alasan force majeure seperti sedang terjadi bencana alam di lokasi tujuan pengiriman barang.

Dari hasil penelitian diketahui para pihak yaitu pelaku usaha dalam hal ini JNE Medan dan Konsumen yang tidak melakukan/memenuhi peraturan perundang-undangan atau perjanjian dalam melakukan transaksi penyelenggaraan pengiriman barang. Adanya hambatan-hambatan yang terjadi dalam penyelenggaraan jasa pengiriman barang yang dilakukan oleh Konsumen yang tidak beritikad baik, maka diperlukan perlindungan bagi JNE Medan selaku pelaku usaha jasa pengiriman barang untuk menjamin pelayanan yang telah diberikan. Perilaku Konsumen yang tidak beritikad baik itu diantaranya, tidak mau menggunakan asuransi, keengganan konsumen memberikan keterangan yang benar mengenai isi paket, tidak menyimpan bukti pengiriman atau resi dan alamat penerima atau konsumen tidak jelas. Adapun masalah-masalah yang timbul akibat Konsumen yang kurang beritikad baik yaitu keterlambatan pengantaran, rusaknya barang yang dikirim, susahnya melacak dan mencari kembali barang yang belum sampai ke tujuan pengiriman karena konsumen yang tidak menyimpan resi pengiriman.Kebanyakan dari konsumen juga tidak memperhatikan dan tidak peduli atas informasi dan ketentuan/ atauran yang diberikan JNE Medan selaku

47

(29)

pelaku usaha jasa pengiriman barang. Sehingga Konsumen tidak tahu akan himbauan dan larangan yang telah diberikan oleh JNE Medan.

Tanggung jawab pelaku usaha akan menjadi tolak ukur kepuasan konsumen hal tersebut yang menjadikan pelaku usaha memberikan pelayanan terbaik kepada Konsumen, menjamin kerahasian isi atas setiap informasi yang dikirim dan penyampaian surat dan barang kepada setiap alamat sesuai dengan jadwal yang diinginkan. Tidak hanya itu kepuasan Konsumen sebagai pengguna jasa layanan pengiriman surat dan barang juga diukur dari ketaatan JNE Medan memenuhi ganti rugi kepada Konsumen manakala surat dan barang yang dikirim hilang, rusak, atau terlambat. Ketidak pedulian konsumen atas informasi yang telah diberikan oleh pihak penyedia jasa yaitu pelaku usaha menyebabkan terganggunya pelayanan dalam pengiriman barang. Dan konsumen yang tidak beritikad baik dalam transaksi pengiriman barang dapat menjadikan pengiriman barang jadi terhambat. Di sini JNE Medan selaku pelaku usaha jasa pengiriman barang tidak cukup menginformasikan ketentuan tersebut kepada konsumen, tetapi juga harus diinformasikan kepada konsumen bagaimana mekanisme penyelesaian pengaduan konsumen. Dan begitu pula dengan konsumen pengguna jasa pengiriman barang harus juga beritikad baik untuk mengetahui segala aturan dan ketentuan-ketentuan yang diberikan oleh JNE selaku pelaku usaha jasa pengiriman barang.

(30)

adanya Konsumen jasa pengiriman barang di JNE Medan yang tidak mau menggunakan asuransi, keengganan Konsumen memberikan keterangan yang benar mengenai isi paket, dan Konsumen yang tidak menyimpan bukti pengiriman atau resi pengiriman. Payung hukum sudah mengatur tetapi masih bisa memberikan peluang terjadinya sengketa antara Pelaku Usaha dalam hal ini JNE Medan dengan Konsumen. Isi dari peraturan tersebut hanya memberikan perlindungan setelah adanya sengketa, sedang sebelum adanya sengketa belum ada peraturan yang mengaturnya. Dimana Konsumen bisa melakukan perbuatan yang merupakan tindakan Konsumen yang tidak beritikad baik. Pelaku usaha dalam hal ini JNE kurang mendapatkan perlindungan dalam bentuk rasa nyaman dan aman pada saat penyelenggaraan pengiriman barang. Perlunya suatu aturan yang bersifat preventif untuk memberikan perlindungan lebih awal bagi JNE selaku pelaku usaha agar meminimalisir terjadinya sengketa antara konsumen dan pelaku usaha.

B. Tanggung jawab dan kewajiban Perusahaaan terhadap ganti kerugian

yang diderita oleh pemilik barang.

Berdasarkan hasil wawancara, diperoleh informasi mengenai hak dan kewajiban perusahaan pengiriman sebagai berikut:

Hak Perusahaan/JNE adalah:

(31)

b) PT. TIKI JNE Medan berhak menolak permintaan pengiriman barang terlarang atau tidak sah, misalnya barang yang mudah meledak atau terbakar, obat-obatan terlarang, perhiasan, alkohol dan hewan serta tumbuh-tumbuhan. c) PT. TIKI JNE Medan berhak menerima atau menagih biaya pengiriman dan

biaya-biaya lain yang diperlukan dalam pengiriman barang.48 Kewajiban Perusahaan/JNE adalah:

a) PT. TIKI JNE Medan berkewajiban mempersiapkan barang atau dokumen yang akan dikirim dengan baik dan rapi;

b) PT. TIKI JNE Medan berkewajiban mengantarkan barang atau dokumen sampai ketempat yang dituju;

c) PT. TIKI JNE Medan berkewajiban melindungi, menjaga keselamatan barang atau dokumen yang akan dikirim agar tidak rusak dan hilang.49

Tanggung jawab adalah keadaan wajib yang menanggung segala sesuatunya bila terjadi apa-apa, boleh dituntut, dipermasalahkan, diperkarakan dan sebagainya. Sebagai pihak yang mengusahakan proses pengiriman barang, JNE Medan memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan proses pengiriman dan menjaga keselamatan atas barang-barang yang akan dikirim.

Apabila dalam proses pengangkutannya terjadi hal-hal di luar dugaan atau di luar kendali dari pihak pengirim yang di timbulkan selama proses penyelenggaraan pengiriman tersebut, maka JNE terikat untuk bertanggung jawab atas segala kerugian dari kerugian yang timbul dalam proses penyelenggaraan

48

Hasil wawancara dengan Erly, selaku customer service PT. JNE, tanggal 6 September 2016

49Hasil wawancara dengan Erly, selaku customer service PT. JNE, tanggal 6 September

(32)

pengiriman yang dilakukannya, sehingga jika pihak JNE dapat membuktikan bahwa ia tidak bersalah maka ia dapat dibebaskan dari kewajiban untuk membayar ganti kerugian yang dibebankan kepadanya, yang dimaksud tidak bersalah adalah karena hal-hal yang terjadi di luar kemampuannya, seperti karena adanya bencana alam atau dikarenakan sifat dari barang-barang yang dikirimnya. Jika dalam proses pengirimannya terjadi klaim atau tuntutan dari pihak pengirim barang yang di akibatkan oleh rusaknya atau hilangnya barang-barang milik konsumen/pengirim, pihak JNE harus bertanggung jawab kepada pihak konsumen/pengirim.

Tanggung jawab JNE dalam hal terjadi wanprestasi dalam pengiriman barang adalah bilamana terjadi kerusakan atau kehilangan atas barang titipan, maka pihak JNE bertanggung jawab untuk kerugian dengan penggantian maksimum 10 (sepuluh) kali biaya pengiriman. Barang yang masuk dalam kategori bernilai tinggi, pihak JNE akan menyarankan konsumen/pengirim untuk mengansurasikannya.50 Untuk pengiriman barang yang diansurasikan, penggantian kerugian barang dibayar penuh sesuai dengan besarnya nominal barang yang tertera/dicantumkan dalam polis asuransi atau penggantian kerugian dibayar dengan barang yang sama. Premi asuransi dibayar sendiri oleh pengirim ketika barang yang bernilai tinggi tersebut setuju untuk diasuransikan dan dikirim melalui jasa JNE. Apabila JNE dapat membuktikan secara benar dan jelas bahwa kesalahan tersebut bukan kesalahan dari JNE, melainkan akibat kelalaian dan kesalahan dari pihak pengirim barang atau karena terdapat keadaan memaksa

50

(33)

(force majeur) yang mengakibatkan barang muatan tersebut tidak sampai di

tangan pihak penerima barang, hal inilah yang membebaskan JNE dari tuntutan yang diajukan oleh pihak pengirim barang, sebagaimana yang telah diuraikan di dalam Pasal 468 ayat (2) dan (3) KUHD bahwa “Si pengangkut diwajibkan mengganti segala kerugian, yang disebabkan karena barang tersebut seluruhnya atau sebagian tidak dapat diserahkannya, atau karena terjadi kerusakan pada barang itu, kecuali apabila dibuktikannya bahwa tidak diserahkannya barang atau kerusakan tadi disebabkan oleh suatu malapetaka yang selayaknya tidak dapat dicegah maupun dihindarkannya, atau cacat dari pada barang tersebut, atau oleh kesalahan dari si yang mengirimkannya” dan “ia bertanggung jawab untuk perbuatan dari segala mereka, yang dipekerjakannya, dan untuk segala benda yang dipakainya dalam menyelenggarakan pengangkutan tersebut”.

Dengan demikian jika prinsip tanggung jawab dari pihak pengangkut pengiriman barang dihubungkan dengan Pasal 468 ayat (2) KUHD, maka pihak pengangkut dianggap bertanggung jawab secara praduga (Presumptions Liability) atas segala kerugian yang timbul dalam proses penyelenggaraan pengangkutan, tetapi apabila perusahaan berhasil membuktikan bahwa dia tidak bersalah, maka pengangkut dibebaskan dari tanggung jawab. Yang dimaksud dengan ”tidak bersalah” adalah tidak melakukan kelalaian dan telah mengambil tindakan yang

(34)

Apabila terjadi keterlambatan dan kerusakan barang paket, JNE juga akan bertanggung jawab penuh, namun harus sesuai dengan prosedur yang ada, antara lain adanya surat keterlambatan dan kerusakan dari pengemudi, bukti kerusakan dari si penerima barang dan yang membuktikan bahwa terjadinya keterlambatan dan kerusakan barang ini memang bukan merupakan force majeur ataupun overmarct, dengan penggantian yang relatif sama dengan keterlambatan atau kerusakan barang yaitu 5 kali lipat dari ongkos pengangkutan.

(35)

C. Upaya Perlindungan Pengguna Jasa Pengiriman Barang yang diberikan

oleh PT. TIKI JNE

Salah satu kebutuhan hidup yang tak kalah penting di era globalisasi ini adalah kebutuhan akan jasa pengiriman barang. Banyaknya penduduk yang saling mengirim barang dari tempat yang jauh membuat jasa ini menjadi sangat penting. Akan tetapi terdapat kendala dalam perusaahan pengiriman barang yang terjadi karena adanya keterlambatan pengiriman barang oleh JNE Medan yang mengakibatkan kerugian terhadap konsumen.

Pelaksanaan pengangkutan dalam JNE Medan tidak selalu berjalan lancar karena dapat terjadi berbagai kendala dalam proses pengirimannya. Kendala-kendala itu terjadi disebabkan oleh beberapa hal yakni barang tidak sampai di tempat tujuan atau hilang, barang kiriman sampai di tempat tujuan tetapi rusak sebagian atau seluruhnya, barang sampai tetapi terlambat datang, barang salah kirim yang biasanya disebabkan oleh kesalahan dari pihak JNE Medan seperti salah menempel resi, resi tertukar atau terjadi kesalahan dalam memberikan kode tujuan, serta barang tidak ada atau hilang yang mungkin bukan kesalahan dari pengangkut misalnya kecelakaan yang terjadi ketika proses pengiriman barang.51

Hal tersebut melanggar isi perjanjian pengiriman barang antara Pihak JNE dan konsumen yang disebut wanprestasi baik yang dilakukan secara sengaja atau kelalaian maupun karena keadaan memaksa dari pengangkut. Perjanjian antara perusahaan pengiriman barang dan konsumen didasarkan pada Pasal 1313 KUHPerdata tentang perjanjian. Bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan dimana

51

(36)

satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih. Kondisi konsumen yang banyak dirugikan, memerlukan peningkatan upaya untuk melindunginya, sehingga hak-haknya dapat ditegakkan. Keseimbangan perlindungan hukum antara konsumen dan produsen.

Guna melindungi konsumen, JNE Medan yang merupakan direksi pemilik merk dagang TIKI seluruh Indonesia melakukan perjanjian kerjasama keagenan dengan JNE Medan yang merupakan cabang dari merk dagang TIKI pusat dengan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang tertuang dari isi perjanjian kerjasama No.044/TIKI-JKT/DIRUT/IV/2012. Dalam perjanjian keagenan, disebutkan kewajiban dan hak konsumen Pihak kedua JNE Medan serta Pihak pertama JNE Medan dalam penyelenggaraan jasa pengiriman. Pasal 10 perjanjian kerjasama keagenan nomor.044/TIKI-JKT/DIRUT/IV/2012 menguraikan tentang kewajiban JNE agar memberikan pelayanan yang terbaik kepada konsumen di Kota Medan sebagai bentuk tanggung jawab dari JNE Medan.

(37)

akan hak-haknya, sehingga menjadikan konsumen tidak bisa berbuat banyak terhadap kerugian yang dideritanya sebagai akibat pemanfaatan jasa pengiriman dalam hal terjadi keterlambatan, kerusakan atau kehilangan. Apabila konsumen mengetahui tentang tingkat mutu dan pelayanan JNE Medan maka setidaknya konsumen akan mengerti standar mutu pelayanan JNE dan dapat mengajukan keluhannya kepada JNE Medan.

Penanggungjawab JNE Medan yang memiliki 65 cabang di Kota Medan maupun Kabupaten/kota Sumatera Utara serta armada transportasi darat sebanyak 89 buah, tercatat dalam 5 (lima) tahun terakhir kurang lebih ada 115 kasus bentuk kelalaian pelayanan JNE Medan yang mencakup 41 buah surat dan paket hilang, 32 buah surat dan paket rusak dan 42 buah surat dan paket terlambat. Hal ini tentu menjelaskan betapa lemahnya surat perjanjian keagenan yang dimiliki pihak JNE Medan.

Dalam pertanggung jawaban terhadap perjanjiannya apabila terjadi keterlambatan, kerusakan atau kehilangan surat pos dan paket pos, ada beberapa faktor penghambat, antara lain :

1. Faktor yuridis

(38)

mengatur kewajiban bagi pemegang ijin penyedia pengiriman barang, yang tidak lain adalah JNE Medan. Namun lain halnya dengan Surat perjanjian kerjasama keagenan yang menguraikan mengenai kewajiban dan hak antar pihak JNE Medan. Sedangkan kewajiban pemegang ijin pengiriman untuk memperhatikan kewajiban pelaku usaha sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang perlindungan konsumen tidak diatur dalam surat perjanjian keagenan tersebut. Pengaturan ini jelas merugikan konsumen, sebab UUPK tidak hanya mengatur tentang hak dan kewajiban konsumen tetapi juga kewajiban kepada pelaku usaha Kewajiban merupakan sesuatu yang harus dipenuhi, sedangkan hak pemenuhannya sangat bergantung pada pemilik kewajiban.Konsumen sebagai pemilik hak berhak menuntut dan meminta secara utuh haknya sebagai pengguna jasa JNE Medan yang merupakan penyedia jasa yang dipercaya dan dituntut untuk memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen.

2. Faktor teknis

(39)

koordinasi dengan para pihak yang terkait dengan pengiriman barang agar tidak terjadi kelalaian dalam pengiriman dimaksud. Namun terbentur pada permasalahan klasik yang hampir sama pada semua sektor pembangunan, yaitu permasalahan dana, membutuhkan investasi yang mahal, pengadaan alat yang cukup mahal yang memerlukan waktu cukup lama dalam proses pengiriman. Adapun upaya-upaya hukum yang dapat dilakukan konsumen apabila dirugikan dalam pemanfaatan Jasa pengiriman seperti yang telah diuraikan diatas yang tidak termuat dalam perjanjian kerjasama keagenan, mereka berhak mengajukan gugatan terhadap kerugian yang dideritanya.

Pengaturan mengenai penyelesaian sengketa antara konsumen dengan pelaku usaha adalah sebagai berikut:

1. Setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usaha atau melalui badan peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum.

2. Penyelesaian sengketa konsumen dapat ditempuh melalui pengadilan atau melalui luar pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa.

3. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak menghilangkan tanggung jawab pidana sebagaimana diatur dalam undang-undang.

(40)

tersebut dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu pihak atau oleh para pihak yang bersengketa.

Pemilik barang yang dirugikan keselamatan badannya, keamanan jiwanya, atau harta bendanya dalam pemanfaatan jasa pengiriman dapat mengajukan gugatan melalui Peradilan Umum ataupun melalui BPSK. Namun, karena panjangnya proses penggantian kerugian jika melalui jalur BPSK, kebanyakan konsumen yang merasa dirugikan lebih memilih jalur damai dengan pihak JNE Medan.

Berdasarkan data lapangan diperoleh bahwa banyaknya syarat yang harus dipenuhi dalam proses pengajuan gugatan hingga terpenuhinya kompensasi dari pihak JNE Medan, membuat dia memutuskan untuk menyelesaikan kasus ini secara kekeluargaan. Penanganan gangguan terhadap pengiriman barang ataupun kerugian yang diderita konsumen, pihak JNE Medan berusaha cepat dalam mencari alternatif solusi dalam pemberian kompensasi dan ganti rugi. Hal ini dilakukan secara kekeluargaan.52Dalam hal keterlambatan, pihak TIKI sendiri masih terus mencari solusi yang tepat karena terjadinya keterlambatan tidak sepenuhnya merupakan tanggung jawab JNE Medan.

Keterlambatan biasanya dikarenakan faktor transit yang cukup lama. Dalam hal kerusakan lebih diperhatikan dari cara pengirim membungkus dan membuat paket tersebut. Paket sebaiknya harus dibungkus secara benar dan rapi terutama untuk benda-benda yang mudah pecah. Untuk hal kerusakan, jika kerusakan berasal dari buruknya cara pengirim membungkus paket, maka pihak

52

(41)

JNE Medan tidak bertanggungjawab dan apabila ada klaim dari penerima, maka barang dikembalikan kepada pengirim. Apabila paket rusak saat didaerah transit, maka yang bertanggung jawab adalah pihak JNE Medan didaerah transitnya barang kiriman tersebut.53Adapun dalam hal kehilangan, pihak yang bertanggung jawab tergantung letak dimana barang tersebut dalam proses pengiriman. Jika hilang didaerah transit merupakan tanggung jawab pihak JNE Medan daerah transit, namun jika barang hilang dalam perjalanan dari daerah transit ke penerima, maka beban tanggung jawab dibebankan kepada kedua pihak yaitu pihak TIKI transit dan pihak JNE Medan penerima.

1. Upaya perlindungan yang diberikan JNE kepada pengguna jasa yaitu a. Menindak lanjuti keluhan konsumen

Dari keluhan konsumen tersebut, upaya-upaya yang dilakukan adalah : 1) Melakukan penelusuran dan pelacakan terhadap posisi kiriman.

Upaya penelusuran dan pelacakan terhadap posisi kiriman dilakukan secara manual dan online dengan menggunakan program komputer yang sudah terintegrasi dengan internet. Program tersebut dapat membantu mempermudah pencarian informasi mengenai posisi kirimannya.

2) Melakukan pengulangan transaksi dan meneruskan kembali kiriman sesuai dengan nama dan alamat penerima yang benar.

Upaya pengulangan transaksi dilakukan ketika petugas loket melakukan kesalahan dalam pengisian data di dalam bukti terima

53

(42)

kiriman. Setelah dilakukan pengulangan transaksi, kiriman diteruskan kembali sesuai dengan nama dan alamat penerima yang benar.

3) Melakukan penerusan kiriman terhadap kiriman yang salah sortir sesuai dengan alamat yang benar.

Upaya penerusan kiriman dilakukan ketika petugas bagian pengolahan pos melakukan salah sortir kiriman. Penerusan kiriman dilakukan dengan cara kiriman langsung diteruskan kembali sesuai dengan alamat yang benar tanpa harus dikembalikan terlebih dahulu ke kantor pos kirim.

4) Mengembalikan kiriman kepada pengirim.

Upaya meretur kiriman dilakukan ketika petugas antaran kurir melakukan gagal antar terhadap kiriman. Terhadap kiriman yang gagal antar, kiriman tersebut diretur kembali kepada pengirim dengan disertai alasan gagal antar

b. Memberikan ganti rugi JNE wajib memberikan ganti rugi atas kehilangan, kerusakan, dan keterlambatan kiriman, serta ketidaksesuaian antara barang yang dikirim dengan yang diterima. Besarnya ganti rugi sesuai dengan kesepakatan antara penyelenggara kiriman dengan konsumen. Konsumen dapat mengajukan ganti rugi dengan menunjukkan bukti terima kiriman.54 Dengan adanya peristiwa yang menimbulkan suatu kerugian kepada salah satu pihak, sehingga mengakibatkan timbulnya konflik diantara para pihak, maka terhadap pihak pengangkut dan pemilik barang angkutan dapat menyelesaikan

54Hasil wawancara dengan Erly, selaku customer service PT. JNE, tanggal 6 September

(43)

permasalahan tersebut secara kekeluargaan, yakni dengan alternatif penyelesaian sengketa atau yang dikenal dengan penyelesaian sengketa melalui jalur non-litigasi, hingga permasalahan tersebut mendapat solusi tanpa harus menyelesaikan permasalahannya melalui pengadilan (jalur litigasi).

Jika barang angkutan pemilik mengalami kerusakan maka pihak pengangkut dan pemilik barang angkutan menyelesaikan permasalahan tersebut secara kekeluargaan dengan musyawarah mufakat agar masalah tersebut mendapat solusi.

PT. TIKI JNE pernah terjadi sengketa antara pemilik barang angkutan dan pihak pengangkut, namun sejauh ini sengketa tersebut dapat diselesaikan dengan jalan damai secara kekeluargaan antara pihak pengangkut dan pihak pemilik barang angkutan. Pada penyelesaian sengketa ini pihak PT. TIKI JNE dan pemilik barang angkutan tidak melibatkan pihak ketiga dalam penyelesaian masalah. Jika dilihat dari cara penyelesaian sengketanya, maka penyelesaian yang dilakukan para pihak disini adalah “negosiasi” karena hanya dilakukan oleh pihak yang

berkepentingan, tanpa melibatkan pihak ketiga.

(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Prosedur perjanjian PT. TIKI JNE terhadap hilang/rusaknya barang yang menjadi objek pengiriman melalui jalur darat adalah dengan mengisi nomor resi yaitu form pengisian pengiriman barang. Nomor resi harus diisi dengan nama dan alamat yang lengkap, jelas, benar dan terbaca agar barang atau dokumen yang akan dikirim bisa sampai ke tempat yang dituju. Setiap Klaim dari pelanggan sehubungan dengan kewajiban dan tanggung jawab JNE harus disampaikan secara tertulis dan telah diterima oleh kantor JNE paling lambat 14 hari setelah tanggal dokumen atau barang tersebut seharusnya telah diterima di tujuan. Klaim tidak akan dilayani sebelum seluruh tagihan dari JNE pada pelanggan tersebut diselesaikan. Jumlah klaim tidak dapat diperhitungkan dengan jumlah tagihan dari JNE.

(45)

pengiriman jalur darat yang didasarkan sesuai dengan ketentuan UU NO. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan serta SOP.

3. PT.TIKI JNE Medan sebagai perusahaan jasa pengiriman barang memiliki kewajiban dan tanggung jawab terhadap pemilik barang, atas segala resiko yang timbul saat barang diangkut oleh PT TIKI JNE, bentuk kewajiban dan tanggung jawab atas risiko tersebut timbul karena adanya beberapa hal seperti barang hilang, barang rusak, keterlambatan barang di lokasi tujuan. Pertanggung jawaban atas risiko tersebut dilakukan dengan cara yang berbeda seperti melakukan penelusuran terhadap barang yang hilang dengan menggunakan program komputer dalam rangka mencari informasi, bertanggung jawab dalam bentuk penggantian berupa penggantian maksimum 10 (sepuluh) kali biaya pengiriman, Namun bila barang yang akan dikirim masuk dalam kategori bernilai tinggi, penggantian kerugian barang dibayar penuh sesuai dengan besarnya nominal barang yang tertera dalam polis asuransi atau penggantian kerugian dibayar dengan barang yang sama jika barang yang diangkut rusak, dan melakukan penerusan pengiriman terhadap barang yang terlambat datang di lokasi tujuan.

B. Saran

(46)

pemilik barang dalam penentuan nilai pertanggung jawaban dengan mempertimbangkan nilai dokumen atau barang yang hilang ataupun rusak dan mencantumkan lama pembayaran ganti rugi dalam syarat standar pengiriman (SSP), sehingga pemilik barang mengetahui dan mendapat kepastian waktu pembayaran terhadap barang yang hilang ataupun rusak tersebut.

2. Diperlukan pemahaman pemilik barang terhadap perjanjian yang dilakukan dengan perusahaan penyedia jasa agar pemilik barang dapat mengetahui hak dan kewajibannya terutama hak yang diterima akibat hilang/rusaknya barang yang akan dikirim oleh perusahaan penyedia jasa angkutan.

(47)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN JASA PENGIRIMAN BARANG DALAM

PENGANGKUTAN DI DARAT

A. Pengirim Barang dan Hubungannya dengan Pengguna Jasa.

Pengangkutan merupakan salah satu hal yang vital dalam kehidupan manusia, baik dalam perdagangan maupun untuk melakukan pengiriman barang. Ketentuan mengenai pengangkutan dapat ditemukan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (selanjutnya disebut KUHD), dan dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009, pengiriman barang adalah pihak yang mengikatkan diri untuk membayar provisi atas barang yang dikirim.

Pengertian Pengiriman Barang adalah merupakan rangkaian kegiatan pemindaian barang atau penumpang dari suatu tempat pemuatan ke tempat tujuan sebagai tempat penurunan pembongkaran barang muatan.16 Adapun peristiwa hukum pengangkutan meliputi empat pokok kajian, yaitu: serangkaian perbuatan hukum mengenai cara terjadi perjanjian, pengangkutan, saat terjadinya perjanjian pengangkutan, pembuktian dengan dokumen pengangkutan.17

Pengiriman barang dari satu tempat ke tempat lain dilakukan oleh Perusahaan jasa pengiriman yang merupakan sebuah kegiatan bisnis yang bertujuan untuk mengirim atau menyalurkan produk kepada penerima barang sehingga akan memperoleh suatu kepuasan (satis faction) yaitu dengan mengirimkan barang pemilik ketempat yang dituju dengan jangka waktu yang singkat dan biaya yang

16 Abdulkadir Muhammad,

Hukum Pengangkutan Niaga, Citra Aditya Bakti. Bandung, 2008, hal.48.

17

(48)

minimum, hal tersebut dilakukan Perusahaan jasa pengiriman barang untuk mencapai suatu kepuasan terhadap pemilik barang.

Melihat kepada definisi pengiriman barang maka dapat diketahui ada hubungan hukum antara perusahaan penyedia jasa pengirim barang JNE dengan masyarakat pengguna jasa tersebut, dengan adanya hubungan hukum antara para pihak akan menimbulkan suatu perikatan, hubungan hukum yang terjadi antar para pihak juga akan menimbulkan hak dan kewajiban.

Perikatan yang timbul akibat hukum antar para pihak terjadi karena disetujuinya persyaratan terhadap benda yang akan dikirim oleh JNE. Dimana pengirim membayar biaya pengiriman itu sebagai persetujuan dapat dilihat dengan distempelnya sampul kiriman yang bersangkutan, dengan demikian maka oleh JNE timbullah hubungan hukum para pihak yaitu pihak JNE dengan pemilik barang.

(49)

kecepatan waktu pengantaran atau pengirimannya.18 Dipenuhinya ketentuan mengenai penempelan resi tersebut, maka pihak pengirim dipandang telah membayar ongkos pengiriman atau dengan kata lain telah memenuhi kewajibannya. Pihak JNE sebagai sarana pengiriman berhak atas ongkos kirim, berupa pembayaran perangko dari pihak pengirim. Dan sebagai imbalan atas haknya itu pihak JNE berkewajiban untuk mengankut dan melakukan pengiriman barang dengan selamat sampai ke tempat tujuan.

D. Tanggung Jawab Perusahaan Jasa Pengiriman Barang Menurut

Peraturannya.

Perusahaan jasa memiliki tanggung jawab dalam arti liability yang dapat diartikan sebagai tanggung gugat dan merupakan bentuk spesifik dari tanggung jawab hukum menurut hukum perdata. Tanggung gugat merujuk pada posisi seseorang atau badan hukum yang dipandang harus membayar suatu kompensasi atau ganti rugi setelah adanya peristiwa hukum.19

Tanggung jawab itu timbul akibat Perjanjian yang dilakukan para pihak dan harus memenuhi beberapa syarat seperti harus ada barang tertentu dan ada pihak-pihak yang mengadakan perjanjian itu, karena tanpa adanya pihak-pihak-pihak-pihak tersebut maka perjanjian itu tidak mungkin ada. Demikian pula halnya pada perjanjian pengangkutan, karena tanpa adanya yang mengadakan perjanjian pengangkutan tidaklah akan ada (lahir). Kewajiban ganti rugi bagi pelaku usaha yang didasari oleh undang- undang menyatakan bahwa pelaku usaha harus terlebih dahulu

18http://www.bisniskurir.com/2014/07/beda-layanan-beda-ongkirnya.html, diakses

tanggal 1 September 2016.

19

(50)

dinyatakan berada dalam keadaan lalai (ingebrekestelling). Lembaga “pernyataan lalai” ini adalah merupakan upaya hukum untuk sampai kepada suatu fase, dimana pelaku usaha dinyatakan ingkar janji atau telah melakukan wanprestasi. Pasal 1234 KUHPerdata menyatakan bahwa perikatan ditujukan untuk:

1. Memberikan sesuatu; 2. Berbuat sesuatu; 3. Tidak berbuat sesuatu.

Ridwan Syahrani, berpendapat bahwa perjanjian dimana prestasinya berupa memberi sesuatu atau untuk berbuat sesuatu, apabila debitur tidak memenuhi kewajibannya, maka untuk pemenuhan prestasi tersebut debitur harus lebih dahulu diberi teguran agar ia memenuhi kewajibannya, debitur yang tidak memenuhi prestasi setelah diberi teguran maka ia dianggap telah wanprestasi.20

Pada mulanya pengaturan mengenai bagaimana caranya memberikan teguran terhadap pelaku usaha untuk memenuhi prestasi diatur di dalam Pasal 1238 KUHPerdata, namun setelah dikeluarkannya Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) nomor 3 tahun 1963 tertanggal 5 september 1963, maka ketentuan dalam pasal 1238 tersebut menjadi tidak berlaku lagi.

Ganti rugi adalah sanksi yang dapat dibebankan kepada pelaku usaha yang tidak memenuhi prestasi dalam suatu perikatan untuk memberikan penggantian kerugian berupa biaya dan rugi. Biaya adalah segala pengeluaran atau perongkosan yang nyata-nyata telah dikeluarkan oleh konsumen, sedangkan rugi adalah segala kerugian karena musnahnya atau rusaknya barang-barang

milik konsumen akibat kelalaian pelaku usaha.21 Pelaku usaha yang dianggap telah melakukan wanprestasi dapat dituntut untuk membayar ganti kerugian,

20

Ibid,hal.229

21

(51)

namun jumlah besarnya ganti kerugian yang dapat dituntut pemenuhannya kepada pelaku usaha dengan dibatasi oleh undang-undang. Beberapa alasan yang dapat menjadikan pelaku usaha melakukan wanprestasi yaitu:

1. Overmacht

2. Alasan timbal balik 3. Pelepasan Hak

Pelaku usaha pengiriman barang dalam melakukan wanprestasi dapat mempunyai alas an overmachtrelative yaitu suatu keadaan memaksa yang dapat dicari jalan keluarnya.22

Perjanjian pengangkutan dapat di definisikan sebagai perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengirim barang, dimana pengangkut mengikatkan dirinya untuk memberikan pengangkutan barang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat dan tepat pada waktunya, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar ongkos (uang angkutan) sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati, menurut ketentuan Pasal 186 UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Perusahaan angkutan umum yang dalam hal ini perusahaan pengiriman barang wajib mengankut barang yang akan dikirim setelah disepakatinya perjanjian angkutan dan/atau dilakukan pembayaran biaya angkutan oleh pengirim barang.

Pihak-pihak dalam perjanjian pengangkutan dibagi atas dua, yaitu pihak pengangkut dan pihak pemilik barang adalah pengangkut dan pengirim. Dengan

22

(52)

kata lain bahwa, pengangkut dan pengirimlah yang mengadakan perjanjian pengangkutan.23

Setelah para pihak mengikatkan diri maka akan muncul suatu tanggung jawab pengangkut dapat didefinisikan sebagai kewajiban perusahaan angkutan untuk mengganti kerugian yang diderita oleh penumpang atau pengirim barang serta pihak ketiga.24 Pertanggung jawaban yang harus ditanggung Perusahaan jasa pengiriman barang muncul akibat kelalaian saat pengangkutan, kelalian tersebut dapat berupa rusaknya barang saat pengiriman, hilangnya barang saat pengiriman, atau barang yang dikirim sudah sampai akan tetapi tidak tepat waktu. Setiap kelalaian tersebut akan ditanggulangi dengan cara yang berbeda seperti ganti rugi sepenuhnya atas barang yang hilang, dan upaya lainnya.

Perusahaan jasa pengiriman barang dapat ditemukan dalam ketentuan KUHD diatur dalam:

a. Pasal 468 KUHD

Ayat 1 “Persetujuan pengangkutan untuk menjaga keselamatan barang yang harus

diangkutnya mulai saat diterimanya hingga saat diserahkannya barang tersebut”.

Ayat 2 (a) “Pengangkut wajib mengganti kerugian pengirim, apabila barang yang

diangkutnya tidak diserahkan atau rusak”.

Ayat 2 (b) “Tetapi pengangkut tidak berkewajiban mengganti kerugian pengirim, bila tidak dapat diserahkan atau rusaknya barang itu disebabkan karena:

1. Suatu malapetaka yang tidak dapat dihindari terjadinya. 2. Sifat, keadaan atau cacat dari barang itu sendiri.

23

Abdul Kadir Muhammad, Op. Cit, hal. 17

24

(53)

3. Suatu kelalaian atau kesalahan si pengirim sendiri.”

Ayat 3 : “Pengangkut juga bertanggung jawab kepada :

1. segala perbuatan mereka yang dipekerjakan bagi kepentingan pengangkut itu. 2. sifat, keadaan atau cacat dari barang itu sendiri.

3. segala barang (alat-alat) yang dipakainya untuk menyelenggarakan

pengangkutan itu.”

b. Pasal 477 KUHD

Ketentuan Pasal 447 KUHD merumuskan “pengangkut bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan karena terlambat diserahkannya barang yang diangkut kecuali apabila dibuktikan keterlambatan itu disebabkan karena suatu malapetaka yang tidak dapat dicegah atau dihindarinya”.

c. Khusus untuk rusaknya barang, pengangkut bebas dari tanggung jawab apabila dapat membuktikan rusaknya barang itu karena cacat barang atau karena kesalahan pengirim.

Prinsip tentang tanggung jawab merupakan perihal yang sangat penting dalam melindungi pemilik barang, dalam kasus-kasus pelanggaran hak konsumen, diperlukan kehati-hatian dalam menganalisis siapa yang harus bertanggung jawab dan seberapa tanggung jawab dapat dibebankan kepada pihak-pihak terkait.25

Prinsip-prinsip tanggung jawab dalam hukum dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Prinsip Tanggung Jawab karena kesalahan (liability based on fault). Prinsip ini sudah cukup lama berlaku, baik dalam hukum pudana maupun

25

Referensi

Dokumen terkait

terjadi di suatu malam menjelang pagi, dima- na keluarga Asep sedang lelap tertidur. Ka- rena antara rumah satu dengan yang lainnya saling berdempetan maka nyala

contract , adalah “s uatu kesepakatan di antara dua orang atau lebih orang yang menciptakan kewajiban untuk melakukan atau tidak melakukan suatu hal khusus.. Suatu tulisan

1 PROFESIONALISME GURU PADA ERA UNDANG-UNDANG GURU DAN DOSEN Oleh: Nanik Hindaryatiningsih Abstrak Pemberlakuan Undang-undang tentang Guru dan Dosen yang tertuang dalam

enactment of the Marriage Law, Indonesian courts ruled that inter-religious marriage could be concluded at the Civil Registry Office, which has the authority to

Pelabelan terkait dengan apa yang bisa dikerjakan perempuan dan apa yang bisa dikerjakan laki-laki.. Padahal peran tersebut bisa

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, yaitu metode yang menganalisis masalah dengan cara mendeskripsikannya pada data-data yang sudah ada, berupa

Sedangkan pada IC 555 berfungsi untuk mengatur waktu (Timer) pada nyala led yang membentuk suatu rangkaian modulasi pulsa dengan di bantu kombinasi resistor dan kapasitor. Rangkaian

yaitu sebesar 55,7% dicapai oleh pernyataan nomor 4 yang menyatakan bahwa ‘Joe’s.. PENGARUH MARKETING PUBLIC RELATIONS TERHADAP CITRA MEREK: STUDI PADA RESTORAN JOE’S