• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERGESERAN PERANAN MERAJE DALAM MASYARAKAT SEMENDE DI DUSUN PAMASALAK PEKON SINARBARU KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERGESERAN PERANAN MERAJE DALAM MASYARAKAT SEMENDE DI DUSUN PAMASALAK PEKON SINARBARU KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERGESERAN PERANAN MERAJE DALAM MASYARAKAT SEMENDE

DI DUSUN PAMASALAK PEKON SINARBARU KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU

OLEH:

Alpina Damayanti

Meraje adalah kakak atau adik laki-laki dari ibu. Dalam struktur lembaga adat Meraje termasuk dalam pemimpin adat di masyarakat Semende. Secara hukum adat Meraje berperan penting dalam keluarga terutama dalam membimbing Tunggu Tubang dan Anak Belai. Namun Pada saat ini Peran dari seorang Meraje di Dusun Pamasalak Pekon Sinarbaru Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu telah mengalami pergeseran yaitu peran dalam menetapkan tunggu tubang, menetapkan jodoh, membimbing, mengayomi, mengawai Anak Belai, dan mengawasi harta pusaka, Peran Meraje saat ini sudah diambil alih oleh orang tua.

Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan pegeseran peranan Meraje dalam masyarakat Semende di Dusun Pamasalak Pekon Sinarbaru Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu. Adapun tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang menyebabkan pergeseran Peranan Meraje dan peran Meraje apa saja yang telah bergeser di Dusun Pamasalak Pekon Sinarbaru Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara,observasi, dokumentasi, dan kepustakaan. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif.

(2)

PERGESERAN PERANAN MERAJE DALAM MASYARAKAT SEMENDE DI DUSUN PAMASALAK PEKON SINARBARU KECAMATAN

SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU

Oleh

ALPINA DAMAYANTI Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Alpina Damayanti, lahir di Bumi Dipasena

Jaya pada tanggal 03 April 1993, sebagai anak kedua dari

tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Sabirin dan Ibu

Erawana.

Pendidikan formal pertama yang pernah ditempuh oleh penulis adalah tahun

1998-2005 penulis menempuh pendidikan di Sekolah Dasar Negeri (SD) 1

Sinarbaru. setelah itu pada tahun 2005-2008 penulis melanjutkan pendidikan ke

tahap Sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri (Mts N) Sukoharjo. Tahun

2008-2011 penulis tercatat sebagai siswi pada Sekolah Menengah Atas Negeri (SMA N)

2 Pringsewu.

Pada tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan ke tingkat Perguruan Tinggi.

Ditahun yang sama penulis berhasil menjadi Mahasiswa pada Program Studi

Pendidikan Sejarah melalui jalur penerimaan SNMPTN pada tahun 2011.

Kemudian Peneliti melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Desa Pardasuka dan

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Bengkunat Kecamatan

(7)

PERSEMBAHAN

Sembah sujud dan rasa syukur selalu kupanjatkan hanya kepada Allah SWT atas semua ciptaan-Nya, serta yang memungkinkan manusia berpijak di bumi untuk hidup, dan memiliki cinta dan kasih sayang. Dengan Syukur kehadirat Allah SWT, Ku persembahkan karya ku ini

kepada :

Berawal dari orang tua tercinta yang begitu berarti sepanjang hidupku ayahku Sabirin dan ibuku Erawana yang telah membesarkan dan merawat ku penuh kasih sayang, dengan segenap pengorbanannya yang

telah dicurahkan kepada ku.

Kakak ku Nina Sabrina, dan Adik ku Gefrina Yolanda Rizky serta Kakak Ipar ku Safrijal dan Ponakan ku tercinta Aqela Naura Khalisa.

Para pendidikku tercinta, yang dengan keikhlasan dan kesabaran mengajariku tanpa pamrih.

(8)

MOTO

“sesuatu mungkin mendatangi mereka yang mau

menunggu, namun hanya didapatkan oleh mereka yang

bersemangat mengejarnya”

(9)

SANWACANA

Assalamualaikum Wr.Wb

Segala puji bagiAllah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pergeseran Peranan Meraje dalam Masyarakat Semende di Dusun Pamasalak Desa Sinarbaru Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu kita

nantikan syafaat-Nya di hari akhir kelak.

Penulis menyadari akan keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki, sehingga

mendapat banyak bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka dalam

kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr.Bujang Rahman, M.Si. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., Wakil Dekan I Wakil Akademik dan

Kerjasama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si., Wakil Dekan II Bidang Keuangan

Umum dan Kepegawaian Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

(10)

4. Bapak Drs. Hi. Muhammad Fuad, M.Hum., Wakil Dekan III Bidang

Kemahasiswaan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lampung.

5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial yang telah memberikan kemudahan kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Maskun, M.H., Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah.

Sekaligus Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, sumbangan

pikiran, kritik, dan saran selama perkuliahan maupun selama penyusunan

skripsi. Terimakasih Pak.

7. Bapak Drs. Iskandarsyah. M.H Selaku Dosen Pembimbing Akademik,

sekaligus Pembimbing Utama yang telah sabar membimbing dan memberi

masukan serta saran yang sangat bermanfaat sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Terimakasih Pak

8. Bapak Drs. Wakidi, M. Hum, Selaku Pembahas Utama dalam penyusunan

skripsi ini yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingannya.

Terimakasih Pak.

9. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah dan para

pendidik di Unila pada umumnya yang telah memberikan ilmu

pengetahuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Program Studi

Pendidikan Sejarah.

10.Kepala Pekon Sinarbaru Bapak M.Yusuf yang telah member izin

(11)

11.Kepada para tokoh adat di Dusun Pamasalak yang telah member izin

selama proses penelitian di Dusun Pamasalak Desa Sinarbaru.

12.Keluarga besar ku di Dusun Pamasalak Desa Sinarbaru Kecamatan

Sukoharjo Kabupaten Pringsewu yang telah memberikan semangat,

motivasi selama proses perkuliahan dan penelitian serta mendoakan

peneliti agar sukses meraih cita-cita.

13.Seluruh masyarakat di Dusun Pamasalak Desa Sinarbaru, terima kasih atas

kesempatan waktunya untuk membantu saya dalam proses penelitian yang

begitu ramah dan membantu kelancaran peneliti.

14. Sahabat-sahabat peneliti di Program Studi Pendidikan Sejarah Anggun

Puspawati, Agung Aditya, Arif Rahman, Nina Indayana, Rika Rahmawati

terimakasih atas bantuan kalian dan sebuah persahabatan yang sering

diwarnai dengan curhatan, lelucon, senyuman, kesenangan, dan seringkali

prasangka buruk dan kekecewaan tapi itulah sebuah persahabatan. Semoga

persahabatan ini tetap terjalin.

15.Sahabat-sahabat di KKN dan di PPL Desa Pardasuka Kecamatan

Bengkunat Kabupaten Pesisir Barat Diah, Caca, Elisa, Kak Dian, Icha,

Ima, Uti, Diantini, Mami Gita, Ucup, terimakasih atas hari-hari indah

KKN dan PPL kita serta persahabatan yang tetap terjaga hingga sekarang.

Terus semangat ya kalian semua,,,!

16.Teman-teman seperjuangan Pendidikan Sejarah 2011 Anita, Nita, Pipin,

Ika, Putri, Neli, Marliyana, Dea, Indra, Wina, Resi, Windri, Lusia, Desi,

(12)

Setyo, Novri dan teman-temanku lainnya yang tidak dapat disebutkan satu

per satu.

17.Mahasiswa Pendidikan Sejarah Angkatan 2010 dan 2009 Yang Telah

Memberi Bantuan Berupa Pengarahan Dan Motivasi.

18.Teman-teman dan adik-adik tingkat di Program Studi Pendidikan Sejarah

terima kasih atas motivasinya.

19.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang

tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih.

Semoga ALLAH SWT membalas segala amal kebaikan kita. Penulis berharap

semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada

umumnya.

Wassalamu`alaikum Wr. Wb

Bandar Lampung, April 2015 Penulis

(13)

DAFTAR ISI

C. Tujuan,Kegunaan, Rung Lingkup Penelitian ... 6

1. Tujuan Penelitian ... 6

2. Kegunaan Penelitian ... 6

3. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA , KERANGKA BERPIKIR DAN PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka ... 8

1. Konsep Kebudayaan ... 8

2. Konsep Faktor Pergeseran Peranan... 9

3. Konsep Masyarakat Semende ... 12

D. Definisi Operasional Variabel ... 21

E. Informan ... 22

(14)

1. Observasi ... 23

3. Verifikasi dan penarikan Kesimpulan ... 28

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL ... 30

1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 30

1.1Sejarah Singkat Pekon Sinarbaru ... 30

1.2Letak dan Keadaan Geografis ... 32

1.3Keadaan Penduduk Pekon Sinarbaru ... 33

1.4Keadaan Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian... 33

1.5Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Agama ... 33

1.6Keadaan Penduduk Menurut Pendidikan ... 34

1.7Peran Meraje dalam Masyarakat Semende ... 34

1.7.1 Peran Meraje secara adat dalam masyarakat Semende di Dusun Pamasalak Pekon Sinarbaru ... 34

1. Memimpin Musyawarah ... 34

2. Menetapkan Tunggu Tubang ... 35

3. Menjadi Juru Bicara atau Besuare ... 35

4. Membimbing, Mengayomi, dan Mengawasi para Anak Belai ... 36

5. Memberi Hukuman atau Sanksi ... 36

6. Mengawasi Harta Pusaka ... 37

7. Mencarikan Jodoh ... 37

1.7.2 Pergerseran Peran yang Terjadi Pada Meraje ... 38

1. Menetapkan Tunggu Tubang ... 38

2. Mengawasi Harta Pusaka ... 39

3. Mencarikan Jodoh ... 40

4. Membimbing, Mengayomi, dan Mengawasi para Anak Belai ... 40

2. Faktor-faktor yang Menyebabkan Bergesernya Peranan Meraje Dalam Masyarakat Adat Semende di Dusun Pamasalak Pekon Sinarbaru Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu ... 41

(15)

1. Faktor bertambah dan berkurangnya penduduk ... 41

2. Faktor Pendidikan ... 45

3. Faktor perkembangan Jaman yang modern ... 50

4. Faktor Keluarga ... 53

2.2 Faktor Ekstern ... 55

2.2.1 Pengaruh Kebudayaan Masyarakat Lain ... 55

1. Lingkungan Tempat Tinggal ... 57

2. Faktor Pembauran Antar Suku ... 59

B. PEMBAHASAN 1. Faktor-faktor yang menyebabkan Pergeseran Peran Meraje dalam Masyarakat Semende di Dusun Pamasalak Pekon Sinarbaru ... 62

1.1Faktor Intern ... 63

1. Faktor bertambah dan berkurangnya penduduk ... 63

2. Faktor Pendidikan ... 64

3. Faktor perkembangan Jaman yang modern ... 65

4. Faktor Keluarga ... 67

1.2 Faktor Ekstern ... 67

1.2.1 Pengaruh Kebudayaan Masyarakat Lain ... 67

1. Lingkungan Tempat Tinggal ... 67

2. Faktor Pembauran Antar Suku ... 68

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 71

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1 Nama Pejabat Pekon Sinarbaru ... 31

Tabel 2 Luas Wilayah Pekon Sinarbaru ... 32

Tabel 3 Keadaan Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian... 33

Tabel 4 Jumlah Penduduk menurut Tingkat Pendidikan ... 34

Tabel 5 Pertanyaan tentang bertambahnya penduduk ... 42

Tabel 6 Pertanyaan tentang berkurangnya penduduk ... 44

Tabel 7 Tingkat Pendidikan ... 46

Tabel 8 Generasi muda... 49

Tabel 9 Berkembanyan Jaman Modern... 51

Tabel 10 Peran Keluarga ... 54

Tabel 11 Pengaruh Kebudayaan Lain ... 56

Tabel 12 Lingkungan Tempat Tinggal ... 57

Tabel 13 Pembauran Antar Suku ... 60

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Istilah

2. Pedoman Wawancara 3. Daftar Nama Informan

4. Pengesahan Komisi Pembimbing 5. Surat Izin Penelitian Pendahuluan 6. Surat Izin Penelitian

7. Surat Keterangan Penelitian 8. Lembar pengajuan judul 9. Peta Lokasi Penelitian

(18)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, tidak

mungkin ada kebudayaan jika tidak ada manusia. Setiap kebudayaan adalah hasil

dari ciptaan manusia. Indonesia adalah Negara kepulauan, yang terdiri dari

berbagai macam suku bangsa yang tersebar di seluruh penjuru wilayah Indonesia,

misalnya suku bangsa Sunda, Batak, Minangkabau, Jawa, Basemah, Bali atau

yang lainnya. Banyaknya suku bangsa dengan adat istiadat yang berbeda-beda ini

menjadikan masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang majemuk

atau masyarakat yang terdiri dari berbagai suku bangsa. Setiap suku bangsa

memiliki kebudayaan serta adat istiadat, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan

yang berbeda-beda, hal itu terjadi karena adanya perbedaan dalam penafsiran

unsur-unsur kebudayaan.

Dalam memahami kebudayaan tidaklah cukup hanya mengetahui wujudnya saja.

Kebudayaan itu juga harus dipahami maknanya yang terkandung dalam berbagai

wujudnya baik sebagai gagasan, pola perilaku maupun benda-benda.

Kebudayaan dapat berfungsi sebagai sarana untuk menyalurkan ide-ide atau

pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat kepada anggota masyarakat lain dari

generasi ke generasi, maka ide-ide atau pengetahuan yang hendak diwariskan

(19)

2

Dengan demikian kebudayaan dianggap sebagai tempat atau wadah yang

membawa makna yang hendak disalurkan kepada masyarakat.

Menurut ilmu antropologi, “kebudayaan” adalah keseluruhan sistem gagasan

tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang

dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Tiap-tiap kebudayaan universal

sudah tentu juga menjelma dalam ketiga wujud kebudayaan yaitu wujudnya yang

berupa sistem budaya, sistem sosial dan unsur-unsur kebudayaan fisik.

Disebutkan bahwa ada tujuh unsur kebudayaan yang dapat ditemukan pada

semua bangsa, ketujuh unsur kebudayaan yaitu :

1. Bahasa,

2. Sistem pengetahuan, 3. Organisasi sosial,

4. Sistem peralatan hidup dan teknologi, 5. Sistem mata pencaharian hidup, 6. Sistem religi,

7. Kesenian,

(Koentjaraningrat, 2009:165)

Keanekaragaman kebudayaan yang dimiliki oleh berbagai provinsi yang ada di

Indonesia itu merupakan kekayaan dan menjadikan cirri khas bangsa yang harus

tetap dilestarikan. Salah satu Provinsi yang memiliki kemajemukan suku bangsa

adalah Provinsi Lampung, di Provinsi Lampung tidak hanya ada satu suku

bangsa Lampung saja akan tetapi ada juga suku bangsa yang lainnya salah

satunya yaitu suku bangsa Semende.

Suku Semende adalah salah satu suku bangsa Indonesia yang berada di daerah

kecamatan Semende kabupatan Muara Enim provinsi Sumatera Selatan. Suku

(20)

3

mengandung arti Lembaga, kebiasaan, peraturan dan hukum. Sebagaimana

suku-suku bangsa lain di Indonesia, suku-suku Semende memiliki beragam adat yang khas

sseperti bahasa, kesenian dan upacara perkawinan.

Suku Semende yang ada di wilayah Provinsi Lampung ini salah satunya ada di

daerah Kabupaten Pringsewu. Kehadiran masyarakat Semende ke daerah

Lampung telah menjadikan daerah ini kaya akan berbagai kebudayaan, karena

kedatangan masyarakat di sini tidak hanya berpindah tempat tetapi juga

membawa kebiasaan-kebiasaan atau kebudayaan yang telah mereka lakukan

ditempat mereka tinggal sebelumnya.

Kebudayaan yang mereka bawa dari daerah asal akan mereka adaptasikan ke

dalam daerah baru. Dalam proses adaptasi ini, manusia menggunakan

lingkungannya untuk tetap melaksanakan kelangsungan dalam kehidupannya.

Kebudayaan yang telah mereka adaptasikan di daerah baru menimbulkan adanya

kebudayaan baru didaerah tersebut. Kebudayaan baru dari berbagai daerah

menjadikan propinsi Lampung sebagai daerah bercirikan majemuk. Masyarakat

majemuk adalah masyarkat yang terdiiri dua atau lebih kelompok yang secara

kultural dan ekonomi terpisah-pisah dan memilki struktur kelembagaan yang

berbeda-beda.

Setiap suku memiliki struktur kelembagaan atau lembaga adat masing-masing,

begitu juga dengan masyarakat Semende. Masyarakat Semende memiliki

lembaga adat yang sampai saat ini masih ada dalam masyarakat Semende yaitu

(21)

4

1. Payung jurai atau payung Meraje ialah turunan anak laki-laki tertua dalam keluarga (jurai).

2. Jenang jurai atau jenang Meraje ialah turunan dari payung jurai. 3. Meraje ialah kakak atau adik laki-laki dari ibu.

4. Anak belai ialah semua keturunan dari kakak atau adik perempuan ibu. 5. Apit jurai ialah keluarga dari sebelah ibu dan ayah. (Dzulfikriddin,

2001:25-26)

Berdasarkan uraian diatas Bemeraje Anak Belai merupakan lembaga tertinggi

dalam sistem kelembagaan di masyarakat Semende. Dalam adat Beeraje Anak

Belai ini ada dua hal yang sangat berkaitan dan berhubungan erat serta tidak

dapat dipisahkan antara yang satu dengan lainnya, yaitu Tunggu Tubang dan Meraje. Dalam menjalankan tugasnya tunggu tubang diawasi oleh paman yang disebut dengan Meraje.

Peran dari seorang Meraje sesuai dengan hukum adat Semende adalah memimpin musyawarah, menetapkan Tunggu Tubang, menjadi juru bicara (besuare), membimbing dan mengawasi para anak belai, memberi hukuman atau

sanksi, mengawasi harta pusaka, dan mencarikan jodoh. Dalam musyawarah

keluarga, sseperti apabila ingin mengadakan acara upacara pernikahan, Meraje duduk ditengah dan pendapatnya menjadi pegangan utama dalam mengambil

keputusan. Sebelum Meraje datang, musyawarah belum dapat dimulai, kecuali atas izinnya. Apabila terjadi perselisihan dalam keluarga, maka hanya Meraje yang berhak mengadili dan menyelesaikan perselisihan itu. Begitu pula jika

terjadi perselisihan antara salah satu anggota keluarga dengan pihak luar, maka

Merajelah yang mewakili keluarga untuk menyelesaikan persoalan itu, baik dengan perdamaian ataupun dengan memberikan ganti rugi. Meraje dijadikan sebagai tumpuan keluarga besar atas segala sesuatu yang terjadi baik hal buruk

(22)

5

Dari penjelasan di atas, dapat dilihat bawah peran dan kedudukan Meraje dalam masyarakat adat Semende yang menaungi segenap anggota keluarga. Akan

tetapi, Meraje yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab besar itu tidak dapat bertindak semaunya. Ada hal-hal yang membatasinya, yaitu aturan adat

Semende. Karena itu, peran pemimpin adat sangat kuat dalam masyarakat

Semende.

Pada mulanya masyarakat Dusun Pamasalak menjadikan lembaga adat Bemeraje

anak belai sebagai lemabaga adat tertinggi, namun kenyataannya saat ini

menunjukan bahwa kepemimpinan Meraje di masyarakat adat Semende di Dusun

pamasalak dilihat dari perannya tidak seperti dulu lagi. Seperti yang

dikemukakan oleh Bapak Sabirin salah satu Meraje yang ada di Dusun pamasalak mengemukakan bahwa Meraje masih ada namun pengaruhnya bagi masyarakat sudah tidak seperti dulu lagi, salah contoh peran dari Meraje yang telah mengalami pergeseran yaitu dahulu seorang Meraje mencarikan jodoh untuk bujang dan gadis yang ada dalam keluarganya namun kenyataannya saat

ini Meraje hanya dijadikan sebagai orang yang dituakan dalam acara pernikahan (Wawancara dengan Bapak Sabirin, Meraje di Dusun Pamasalak, Selasa, 13

januari 2015).

Hal dikemukakan oleh Bapak Sabirin diatas dapat menunjukkan bahwa peran

dari seorang Meraje di dusun Pamasalak sudah mengalami suatu pergeseran sebagai akibat dari perkembangan zaman yang terjadi di dalam masyarakat.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penulis tertarik

(23)

6

Pergeseran Peranan Meraje dalam masyarakat Semende di Dusun Pamasalak Pekon Sinarbaru Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu

B. Analisis Masalah 1. Rumusan masalah

Berdasarakan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran peranan Meraje dalam masyarakat adat Semende di Dusun Pamasalak Pekon Sinarbaru

Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu dan peran apa saja yang sudah

mengalami pergeseran?

C. Tujuan, Kegunaan dan Ruang Lingkup Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah ;

Untuk mengetahui Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran

peranan Meraje dalam masyarakat adat Semende di Dusun Pamasalak Pekon Sinarbaru Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu.

2. Kegunaan Penelitian

Setiap penelitian tentunya kegunaan pada pihak-pihak yang membutuhkan,

adapun kegunaan dalam penelitian ini antara lain diharapkan bermanfaat untuk:

1. Memahami dan mengetahui bagaimana suatu masyarakat mengalami suatu

perubahan. Selain itu, peneliti ingin turut merasakan bagaimana masyarakat

menjalankan kehidupan keseharian pada keadaan yang telah berubah karena

(24)

7

2. Memberikan manfaat dan pengetahuan mengenai factor-faktor apa saja yang

memepengaruhi pergeseran peranan dari pemimpin adat khususnya Meraje. 3. Sebagai sumbangan pustaka yang dapat dimanfaatkan bagi mahasiswa

Universitas Lampung sebagai informasi wujud ragam budaya Semende.

3. Ruang Lingkup Penelitian

1. Obyek penelitian : Pergeseran Peranan Meraje dalam masyarakat Semende di Dusun

Pamasalak Kecamatan Sukoharjo

Kabupaten Pringsewu.

2. Subyek penelitian : Masyarakat Semende di Dusun

Pamasalak Pekon Sinarbaru

Kecamatan Sukoharjo

Kabupaten Pringsewu.

3. Tempat penelitian : Dusun Pamasalak Pekon Sinarbaru

Kecamatan Sukoharjo Kabupaten

Pringsewu.

4. Waktu Penelitian : Tahun 2015

(25)

8

REFERENSI

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropolgi. PT. Renika Cipta. Jakarta. Halaman 165

Thohlon Abdul Rauf. 1989. Jagat Besemah Lebar Semende Panjang. Pustaka Dzumirrah Yayasan Nurqadim. Jilid 1. Palembang . Halaman 68

Dzulfikriddin. 2001. Kepemimpinan Meraje Dalam Masyarakat Adat Semende Dan Kesesuaiannya Dengan Kepemimpinan Dalam Islam, Pustaka Auliya. Palembang Halaman 25

(26)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA

A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Kebudayaan

Menurut E.B Taylor dalam Soerjono Soekanto Kebudayaan adalah kompleks

yang mencakup kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain

kebiasaan serta kemampuan-kemampuan yang didapatkan oleh manusia sebagai

anggota masyarakat (Soerjono Soekanto, 2007:150).

Selo Soemarjan dan Soemardi merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil rasa

dan cipta masyarakat (Soerjono Soekanto, 2007:151), Sedangkan menurut Ilmu Antropologi, “Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan

hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar” (Koentjaraningrat, 2009:144).

Jadi yang dimaksud dengan kebudayaan adalah hasil dari pemikiran manusia

yang bisa berbentuk abstrak maupun konkrit yang merupakan kreatifitas manusia

sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan yang dibahas disini adalah kebudayaan

Semende di dalam masyarakat Dusun Pamasalak Kecamatan Sukoharjo

Kabupaten Pringsewu yang masih dijalankan oleh masyarakat Semende yaitu

bemeraje anak belai. Bemeraje anak belai ini merupakan lembaga adat dalam

(27)

9

seorang Meraje, karena adanya kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan peran dari seorang Meraje ini mengalami pergeseran.

2. Konsep Faktor Pergeseran Peranan

Menurut Poerwadarminto, faktor adalah suatu hal (keadaan, peristiwa, dan

sebagainya) yang ikut menyebabkan atau mempengaruhi terjadinya sesuatu.

(W.J.S Poerdarminto 1991:279). Sedangkan menurut Suwarno, faktor merupakan

sesuatu yang bisa menyebabkan atau berubahnya nilai tradisi dan budaya

tradisional masyarakat (Suwarno, 201:211).

Arti dari Pergeseran sendiri adalah suatu keadaan dalam masyarakat yang terjadi

karena ketidak sesuaian diantara unsur-unsur kebudayaan yang saling berbeda

sehingga tercapai keadaan yang tidak serasi fungsinya bagi kehidupan.

Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia modern dijelaskan pergeseran berasal

dari kata geser yang berarti :

a. Bergeser, beringsut,beralih tempat

b. Pergantian , pindah tempat

Beberapa pengertian pergeseran yang lain dalam kamus besar bahasa Indonesia

yaitu :

a. Bergesekan

b. Peralihan, perpindahan, pergantian

Ditinjau dari kata, pergeseran mengandung pengertian perubahan posisi.

Sedangkan pengertian Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan

(status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan

(28)

10

tidak dapat dipisah-pisahkan dan saling bertentangan satu sama lain. Setiap orang

mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan

hidupnya. Hal tersebut sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang

diperbuatnya bagi masyarakat kepadanya. Pentingnya peranan karena adalah

karena ia mengatur perilaku mengatur perilaku seseorang. Peranan menyebabkan

seseorang pada batas-batas tertentu dapat meramalkan perbuatan-perbuatan orang

lain.

Hubungan-hubungan sosial yang ada dalam masyarakat, merupakan hubungan

antara peranan-peranan individu dalam masyarakat. Sementara peranan itu

sendiri diatur oleh norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

Koentjraningrat memberi arti peranan merupakan suatu peranan khas yang

dipentaskan atau ditindakkan dalam kedudukan dimana ia berhadapan dengan

individu-individu dalam kedudukan lain. (Koentjraningrat, 1986:169)

Pengertian Peranan menurut Soerjono Soekanto dalam bukunya Sosiologi (suatu

pengantar) mengemukakan definisi peranan sebagai berikut:

“Peranan lebih banyak menekankan pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Jadi seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan.” (Soerjono Soekanto, 2007: 213)

Kutipan dalam buku yang sama, lebih lanjut Soerjono Soekanto mengemukakan

aspek-aspek peranan mencakup tiga hal, yaitu sebagai berikut:

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

(29)

11

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat (Soerjono Soekanto, 2007 : 213).

Pendapat lain dikemukakan oleh WJS Poerwadarminto dalam kamus umum bahasa Indonesia mengartikan peranan adalah “sesuatu yang menjadikan bagian atau yang memegang pimpinan yang terutama (dalam terjadinya suatu hal atau peristiwa)”. (Poerwadarminto, 1997:735)

Pembahasan perihal aneka macam peranan yang melekat pada individu-individu

dalam masyarakat penting bagi hal-hal yaitu :

1. Peranan-peranan tertentu harus dilaksanakan apabila struktur masyarakat hendak dipertahankan kelangsungannya

2. Peranan tersebut seyogyanya dilekatkan pada individu-individu yang oleh masyarakat dianggap mampu melaksanakan. Mereka harus lebih dahulu terlatih dan mempunyai hasrat untuk melaksanakannya

3. Dalam masyarakat kadang kala di jumpai individu-individu yang tak mampu melaksanakan peranannya sebagaimana diharapkan oleh masyarakat, karena mungkin pelaksanaannya memerlukan pengorbanan arti kepentingan-kepentingan pribadi yang terlalu banyak

4. Apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan peranannya, belum tentu masyarakat akan memberiikan peluang-peluang yang seimbang, bahkan seringkali terlihat betapa masyarakat membatasi peluang-peluang tersebut. (Soerjono Soekanto, 2007:216).

Peran di sini adalah sesuatu yang memainkan role, tugas dan kewajiban. Peran

merupakan sesuatu yang diharapkan lingkunganuntuk dilakukan oleh seseorang atau

sekelompok orang yang karena kedudukannya akan dapat memberi pengaruh pada

lingkungan tersebut.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor merupakan sesuatu yang

menyebabkan atau mempengaruhi suatu keadaan atau peristiwa. Sedangkan

Pergeseran adalah menunjukan salah satu bentuk perubahan yang bersifat

tendensius atau (masih bersinggungan dengan keadaan semula), pergeseran

(30)

12

sesuaian dengan nilai-nilai kebudayaan yang ada, diantara unsur-unsur

kebudayaan yang saling berbeda sehingga tercapai keadaan yang tidak serasi

fungsinya bagi kehidupan. Dan yang dimaksud dengan Peranan adalah adalah

suatu pola tindakan yang di lakukan oleh orang yang memiliki kedudukan baik

secara individual maupun bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama.

Berdasarkan kesimpulan diatas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah faktor

penyebab pergeseran peranan Meraje dalam masyarakat Semende di Dusun Pamasalak Desa Sinarbaru Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu.

3. Konsep Masyarakat Semende

Menurut Soerjono Soekanto masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama

dan menghasilkan kebudayaan (Soerjono Soekanto, 1990:164).

Menurut Selo Soemarjan mengatakan bahwa masyarakat adalah orang-orang

yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan (Esti Ismawati, 2012:49).

Sedangkan menurut Abdul Syani masyarakat berasal dari kata musyarak (arab),

yang artinya bersama-sama, kemudian berubah menjadi masyarakat, yang artinya

berkumpul bersama, hidup bersama dengan saling berhubungan dan saling

mempengaruhi, selanjutnya mendapatkan kesepakatan menjadi masyarakat

(Indonesia) (Abdul Syani, 2007:30).

Jadi masyarakat adalah sekumpulan individu (manusia) yang terikat oleh

pemikiran, perasaan dan sistem (aturan) yang sama. Disamping adanya

sekumpulan individu didalamnya juga terdapat interaksi antar mereka. Jadi

bukan sekedar sekumpulan individu. Sekelompok individu hanya akan

(31)

13

membentuk masyarakat adalah interaksi antar anggota masyarakat yang ada di

dalamnya.

Masyarakat yang akan diteliti disini adalah masyarakat Semende di Dusun

Pamasalak Pekon Sinarbaru, menurut Koentjraningrat bahwa lahirnya

masyarakat diawali dengan hubungan tiap-tiap individu yang hanya mencakup

kaum keluarga, kerabat dan tetangga dekat saja yang menjadi satu kesatuan.

Masyarakat di Dusun Pamasalak tentunya masyarakat yang memiliki hukum adat

yang hidup dalam masyarakat yang erat hubungannya dengan perilaku budaya

dan keagamaan masyarakat.

Kata Semende berasal dari kata Se dan Ende, kata Se mengandung arti satu.

Makna kata Se menurut bahasa suku Semende adalah semua daerah yang berada

di wilayah Semende merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu

dengan lainnya. Kata Ende mengandung arti kepunyaan. Makna Ende menurut

bahasa semende adalah adat masyarakat semende harus mempunyai rasa

memiliki, rasa mencintai dan menjaga keutuhan dan adat istiadat semende

(Aliana, Arifin, Zainal, dkk, 1985:98).

Berdasarkan uraian diatas kata semende mengandung arti satu kesatuan yang

terhimpun dalam suatu wilayah bernam suku semende yang masing-masing

masyarakatnya merupakan satu kesatuan adat yang harus mempunyai rasa

memiliki, mencintai dan menjaga keutuhan adat istiadat semende.

Dari penjelasan diatas dapat diambil intisari bahwa masyarakat Semende adalah

sekumpulan manusia yang saling berinteraksi menurut sistem adat atau

(32)

14

keutuhan adat istiadat Semende. Masyarakat Semende disini yaitu masyarakat

Semende di Dusun Pamasalak Pekon Sinarbaru Kecamatan Sukoharjo Kabupaten

Pringsewu.

4. Konsep Meraje

Masyarakat Pekon yang mempunya kultur yang masih kental dengan adat tidak

terlepas dari sosok pemimpin kepala adat. Setiap suku memiliki lembaga adat

masing-masing begitu juga dengan masyarakat Semende. Masyarakat Semende

memiliki lembaga adat yaitu adat Bemeraje Anak Belai. Dzulfikriddin

mengemukakan Lembaga adat dalam masyarakat semende terdiri dari :

1. Payung jurai atau payung meraje. Yang menjadi payung jurai dalam jurai Semende ialah turunan anak laki-laki tertua dalam jurai (keluarga) itu.

2. Jenang jurai atau Jenang meraje, ialah keturunan bawah payung jurai 3. Meraje, yaitu kakak atau adik laki-laki dari ibu.

4. Anak belai, adalah semua keturunan dari kakak atau adik perempuan ibu. 5. Apit jurai, adalah keluarga atau famili dari sebelah ibu dan sebelah ayah.

(Dzulfikriddin, 2001:25-26)

Dalam adat bemeraje anak belai ini ada dua hal yang sangat berkaitan antara satu

dengan yang lain dan tidak dpat dipisahkan yaitu antara tunggu tubang dengan

meraje.

Meraje berasal dari kata raje atau raja yang bertugas sebagai pemimpin. Meraje yaitu kakak atau adik laki-laki dari ibu, yang bertugas sebagai seseorang yang

membimbing dan mengasuh seluruh anak belai, serta membimbing dan

mengasuh tunggu tubang (Dzulfikriddin, 2001:26).

(33)

15

terhadap tradisi Tunggu Tubang mengatakan Meraje sangat dipentingkan sekali keberadaannya, karena meraje adalah sebagai pengontrol dan penyeimbang

dalam keluarga (Arwin Rio Saputra, 2013:61) .

Syarat-syarat menjadi seorang Meraje seperti yang dikemukakan oleh Bapak

Sabirin bahwa syarat menjadi seorang Meraje adalah Anak Laki-laki dalam

keluarga yang memiliki sifat Adil dan tidak berat sebelah, bijaksana dalam

mengambil keputusan. Upacara pengangkatan Meraje melalui Upacara Mbaji,

Upacara mbajii itu biasanya dilaksanakan setelah selesai masa panen padi dan

kopi dengan mengadakan sembelihan hewan kurban berupa seekor kerbau atau

sapi ataupun kambing, Dilaksanakannya upacara mbajii ini setelah panen padi

dan kopi dengan maksud agar ada persediaan pangan dan dana yang cukup

karena pada saat itu semua keluarga sedang bergembira karena mempunyai hasil

panen padi yang berlimpah. Pada upacara itu, tugas wakil dari meraje

menyampaikan pengarahan tentang adat Semende, sejarah Semende, dan

petuah-petuah penting bagi kehidupan para anak belai. Pada akhirnya dilakukan serah

terima jabatan meraje dari meraje kepada calon meraje. (Wawancara Bapak

Sabirin, 20 September 2015)

Peran dari seorang Meraje adalah memimpin musyawarah, menetapkan tunggu tubang, menjadi juru bicara (besuare), membimbing dan mengawasi para anak

belai, memberikan hukuman atau sanksi, mengawasi harta pusaka, mencarikan

jodoh (Dzulfikriddin, 2001:29-35)

(34)

16

Meraje dijadikan sebagai tumpuan keluarga besar atas segala sesuatu yang terjadi baik hal buruk atau pun yang sebaliknya. Karena itu, peran kedudukan Meraje sangat penting dalam masyarakat Semende.

Tetapi dewasa ini seiring dengan adanya suatu perubahan-perubahan baik sosial,

ekonomi, politik, maupun teknologi dan informasi saat ini sangatlah membuka

peluang untuk mendistegrasikan berbagai bentuk budaya-budaya daerah yang

dinilai tidak mampu memperlihatkan eksistensinya dan mulai di anggap sebagai

sesuatu yang sifatnya primitifistis. Pengaruh seperti demikian di atas bukan hal

yang tidak mungkin terjadi ini di buktikan dengan mulai bergesernya peran

pemimpin adat dalam masyarakat terkhususnya peran dari seorang Meraje dalam masyarakat Semende di Dusun pamasalak.

Pada mulanya masyarakat Dusun Pamasalak menjadikan lembaga adat bemeraje

anak belai sebagai lembaga adat tertinggi, namun saat ini kepemimpinan adat di

masyarakat adat semende di Dusun pamasalak dilihat dari perannya tidak seperti

dulu lagi. Seperti yang dikatakan salah satu Meraje yang ada di Dusun pamasalak bahwa meraje masih ada namun pengaruhnya bagi masyarakat sudah tidak

seperti dulu lagi, meraje tetap berfungsi sebagai orang yang dituakan dalam

keluarga besar, tapi fungsi ini lebih sebagai fungsi yang pasif. Hal tersebut dalam

kehidupan bermasyarakat kini telah mengalami pergeseran nilai-nilai sebagai

akibat adanya sifat berfikir rasional,praktis dan modis serta modernis dari

(35)

17

B. Kerangka Pikir

Masyarakat adat yang mempunya kultur yang masih kental dengan adat tidak

terlepas dari sosok pemimpin kepala adat. Kepala adat dalam hal ini dituntut

dapat melaksanakan semua urusan yang berada di wilayah adat, dimana kepala

adat adalah pemimpin masyarakat adat yang terhimpun dalam organisasi adat

yang kita kenal dengan lembaga adat. Masyarakat Semende memiliki Lembaga

adat yang sampai saat ini masih ada dalam masyarakat Semende adalah Lembaga

Adat Bemeraje Anak Belai yang terdiri dari Payung jurai atau Payung meraje, Jenang jurai atau Jenang meraje, Meraje, Anak belai, Apit jurai.

Bemeraje Anak Belai merupakan lembaga tertinggi dalam sistem kelembagaan di

masyarakat Semende. Dalam adat Bemeraje Anak Belai ini ada dua hal yang

sangat berkaitan dan berhubungan erat serta tidak dapat dipisahkan antara yang

satu dengan lainnya, yaitu tunggu tubang dan meraje.

Meraje didalam masyarakat semende dijadikan sebagai tumpuan keluarga besar atas segala sesuatu yang terjadi baik hal buruk atau pun yang sebaliknya. Peran

meraje di dalam sebuah keluarga di masyarakat Semende memiliki peranan

penting di dalam keluarga maupun dalam keluarga besar.

Seiring berkembangnya Ekonomi, Sosial, budaya, teknologi dan globalisasi yang

semakin canggih di masa sekarang hal tersebut mendorong pola fikir masyarakat

di Dusun Pamasalak dalam memandang peran dari seorang pemimpin adat,

masyarakat Dusun pamasalak yang dahulu melaksanakan dan menjunjung tinggi

peran dari seorang meraje dalam segala hal pada saat ini sudah mulai mengalami

(36)

18

dalam masyarakat adat semende di Dusun Pamasalak, Baik karena faktor intern

maupun faktor ekstern.

C. Paradigma

Keterangan :

: Garis Pengaruh

: Garis Akibat

Pergeseran Meraje

Menyebabkan bergesernya Peranan Meraje a. Faktor Intern :

1. Faktor bertambah dan berkurangnya penduduk 2. Faktor pendidikan

3. Faktor Perkembangan Jaman yang modern

4. Faktor Keluarga

b. Faktor Ekstern:

1. Faktor Lingkungan Tempat tinggal

(37)

19

REFERENSI

Soerjono Soekanto. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. PT Raja grafindo Persada. Jakarta . Halaman 150

Ibid 151 Ibid 283

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropolgi. PT. Renika Cipta. Jakarta. Halaman 144

________________ , 1983. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Gramedia. Jakarta . Halaman 169

Depdikbud. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia Modern. Jakarta Departemen Pendidikan Nasional. 2011. Fungsi Keluarga Dalam Penanaman

Nilai-Nilai Budaya Masyarakat Minangkabau Di Kota Bukittinggi. PD SYUKRI. Padang.

WJS Poerwadarminto. 1997. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta :Balai Pustaka. Halaman 735

,1991. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta :Balai Pustaka. Halaman 279

Suwarno. 2001. Teori Sosiologi sebuah Pemikiran Awal. Universitas Lampung:Bandar Lampung. Halaman 21

Esti Ismawati. 2012. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Ombak. Yogyakarta. Halaman 49 Abdul Syani. 2007. Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan. PT. Bumi Aksara.

Jakarta. Halaman 30 Ibid 164

Ibid 165 Ibid 166

Joseph. S. Roucek dan Roland L.Warren. 1984. Pengantar Sosiologi. Jakarta:Bina Aksara. Halaman 219

Ibid 220

Aliana, Arifin, Zainal, dkk. 1985. Sistem Morfologi Verbal Bahasa Basemah. P dan K.P3 Bahasa; Jakarta. Halaman 98

(38)

20

Ibid 26

(39)

19

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif

Penelitian kualitatif menuju ke strategi penelitian observasi, wawancara mendalam,

dan sebagainya yang memungkinkan peneliti memperoleh informasi yang bersifat

empiris yang hendak dipecahkan oleh peneliti.

Dalam melihat pergeseran Peran Meraje dalam masyarakat Semende di Dusun

Pamasalak penulis menggunakan metode penelitian deskriptif. “Metode deskriptif

dapat diartikan sebagai suatu metode dalam meneliti status manusia, suatu objek,

suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun peristiwa pada masa sekarang

(M.Nazir, 1988:63).

Tujuan dari penelitian deskriptif adalah membuat deskripsi, gambaran atau lukisan

secara sistematis, faktual, akurat, mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan

antar fenomena yang diselidiki (M.Nazir, 1988:63).

Pendapat lain menyatakan metode deskriptif adalah metode penelitian yang

digunakan untuk memecahkan masalah yang terjadi pada situasi sekarang yang

(40)

20

analisis pengolahan data membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif

dan suatu deskriptif (Muhammad Ali, 1985:120). Dengan demikian maka metode

deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau

melukiskan fenomena secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan

sifat-sifat serta untuk memecahkan suatu masalah pada suatu daerah tertentu yang

akan diteliti.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dusun Pamasalak Pekon Sinarbaru kecamatan Sukoharjo

kabupaten Pringsewu. Penulis mempunyai alasan mengapa memilih lokasi ini karena

hampir sebagian yang tinggal di Dusun Pamasalak adalah masyarakat suku Semende.

Dari kondisi ini terlihat adanya pergeseran peran dari seorang Meraje menjadi tidak

sekuat dulu lagi. Berdasarkan alasan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian terkait faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran peran Meraje dalam

masyarakat semende, selain itu berdasarkan pada pertimbangan lokasi penelitian yang

merupakan Pekon tempat tinggal penulis dengan harapan penulis dapat dengan

mudah melakukan penelitian karena secara verbal penulis dapat berkomunikasi

dengan informan lebih mudah. Informan adalah seluruh masyarakat Semende yang

memahami peran dari lembaga adat khususnya pemimpin adat Meraje.

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini adalah konsep dari gejala yang bervariasi yaitu objek

penelitian. Variabel dapat diartikan sebagai gejala sesuatu yang akan menjadikan

(41)

21

dinyatakan sebagai factor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala-gejala

yang akan diteliti. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel

tunggal dengan focus penelitian pada faktor-faktor yang menyebabkan Bergesernya

Peranan Meraje dalam masyarakat adat Semende di Dusun Pamasalak Pekon Sinarbaru Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu.

D. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu

variabel atau konsep dengan cara memberikan arti atau dengan menspesifikasi

kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur

variabel tertentu (Nasir, 1988:152). Sedangkan menurut Subyabrata definisi

operasional variabel adalah definisi yang diambil berdasarkan sifat-sifat atau hal yang

didefinisikan (Sumadi Subyabrata, 1983:83).

Dari kedua pendapat diatas, maka dapat diperoleh sebuah pemahaman bahwa yang

dimaksud dengan definisi operasional variabel adalah definisi yang memberikan arti

lebih spesifik tentang variabel yang kita teliti, agar variabel yang kita amati bisa

diukur dengan jelas. Dalam penelitian ini penulis merumuskan definisi operasional

(42)

22

E. Informan

Menurut Moleong, Informan adalah orang yang mempunyai banyak pengetahuan

tentang latar penelitian dan bersedia untuk memberikan informasi tentang situasi dan

kondisi latar belakang penelitian (Moleong, 1998:90)

Menurut Spradley, ada beberapa kriteria dalam menentukan informan, agar data dapat

diperoleh dengan lebih valid adapun kriteria tersebut meliputi:

1. Subyek telah lama dan intensif menyatu dengan lokasi penelitian, ditandai oleh kemampuan memberikan informasi diluar kepala tentang sesuatu yang ditanyakan.

2. Subyek masih terikat secara penuh serta aktif pada lingkungan dan kegiatan yang menjadi sasaran penelitian.

3. Subyek mempunyai cukup informasi yang dibutuhkan oleh peneliti, serta memiliki banyak waktu atau kesempatan untuk dimintai informasi (Spradley, 1990: 57),.

Berdasarkan kriteria yang telah disebutkan diatas, penentuan informan dalam

penelitian ini dilakukan secara purposive sample, dimana pemilihan informan dipilih secara sengaja berdasarkan kriteria tersebut.

Dalam penelitian ini, untuk memperoleh lebih banyak informasi mengenai Pergeseran

Peranan Meraje maka penulis menggunakan informan. Informan dalam penelitian ini adalah orang yang memiliki kaitan langsung dan mengerti tentang Meraje. Supaya lebih terbukti informasinya, peneliti menetapkan informan dengan kriteria sebagai

berikut :

a) Individu yang bersangkutan merupakan Meraje itu sendiri.

b) Individu yang bersangkutan memiliki pengetahuan yang luas mengenai masalah

(43)

23

c) Individu yang bersangkutan memiliki kesediaan dan waktu yang cukup.

d) Individu yang bersangkutan telah berusia dewasa.

Kriteria yang digunakan untuk memilih informan adalah para tokoh tokoh masyarakat

(tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh agama dan masyarakat adat Semende) di Dusun

Pamasalak Pekon Sinarbaru Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu yang

memahami tentang Peran dari Meraje.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara pengumpulan data yang dibutuhkan untuk

menjawab rumusan masalah penelitian. Umumnya cara pengumpulan data dapat

menggunakan teknik: wawancara (interview), angket (questionnaire), pengamatan (observation), studi dokumentasi dan focus group discussion (FGD) (Juliansyah Noor, 2012: 138).

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka penulis

menggunakan beberapa cara untuk mendapatkan data yang relevan dan seakurat

mungkin, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Teknik ini menuntut adanya pengamatan dari peneliti baik secara langsung maupun

tidak langsung terhadap objek penelitian. Instrumen yang dapat digunakan yaitu

(44)

24

hasil observasi antara lain: ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan,

kejadian/peristiwa, waktu dan perasaan (Juliansyah Noor, 2012: 140).

Menurut Banister (dalam Haris Herdiansyah, 2012:132), observasi berasal dari

bahasa latin yang berarti memperhatikan dan mengikuti. Memperhatikan dan

mengikuti berarti mengamati dengan teliti dan sistematis sasaran perilaku yang

dituju. Sasaran yang tampak itulah yang disebut data atau informasi yang harus

diamati dan dicatat secara langsung keadaannya di lapangan sehingga diperoleh data

atau fakta yang berhubungan dengan masalah yang dikaji.

Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan pengamatan terhadap Pergeseran

peranan Meraje dalam masyarakat adat semende di Dusun Pamasalak Pekon Sinarabaru Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu.

2. Angket

Menurut Hadari Hawawi (1993:117) angket adalah usaha mengumpulkan informasi

dengan menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis, untuk dijawab secara tertulis

oleh responden. Angket merupakan teknik pengumpulan data pokok dalam penelitian

ini. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup. Angket

tertutup merupakan angket yang pilihan jawabannya telah disediakan, dan responden

tinggal memilih jawaban yang sesuai (Faisal, 2007:51).

Budi Koestoro dan Basrowi berpendapat angket tertutup yaitu angket yang jumlah

item dan jawabannya sudah ditentukan, jadi responden tinggal memilihnya (Budi

(45)

25

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau

pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2008:142).

Data yang diperoleh melalui angket di uji dengan menggunakan uji persentase. Uji persentase tersebut dengan menggunakan Rumus : P=

Keterangan : P : Persentase

F : Jumlah yang diperoleh N : Jumlah responden (Sutrisno Hadi, 1991:421)

3. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

berhadapan secara langsung dengan yang diwawancarai tetapi dapat juga diberikan

daftar pertanyaan dahulu untuk dijawab pada kesempatan lain (Juliansyah Noor,

2012: 138).

Menurut Juliansyah Noor, bahwa:

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in-depht interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewanwancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewanwancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatitif lama (Juliansyah Noor, 2012: 139).

Dalam proses wawancara ini, peneliti melakukan wawancara terhadap para informan

(46)

26

mendatangi para informan dan berbincang-bincang mengenai informasi yang

dibutuhkan oleh peneliti.

4. Teknik dokumentasi

Menurut Suharsimi Ari Kunto, bahwa teknik dokumentasi adalah mencari data

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,

majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya (Ari Kunto, 2011: 274).

Menurut Koentjaraningrat, yang dimaksud teknik dokumentasi yaitu suatu metode

atau cara mengumpulkan data-data melalui sumber tertulis terutama berupa

arsip-arsip dan juga termasuk juga buku,teori, dalil-dalil atau hukum-hukum dan lain-lain

yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti (Koentjaraningrat, 1997:188)

Menurut Basrowi dan Suwandi, bahwa dokumentasi merupakan suatu cara

pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan

dengan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap (Basrowi

dan Suwandi, 2008: 158).

Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka peneliti dapat menarik kesimpulan

bahwa teknik dokumentasi adalah suatu metode mengumpulkan data melalui sumber

tertulis untuk mendapatkan informasi baik data tertulis maupun dalam bentuk

gambar, foto, catatan, buku, surat kabar dan lain sebagainya yang memiliki hubungan

(47)

27

5. Teknik Kepustakaan

Teknik kepustakaan selain berfungsi untuk mendukung data primer yang diperoleh

dari lapangan, teknik ini juga bermanfaat untuk memahami konsep-konsep ilmiah

maupun teori-teori yang ada kaitannya dengan materi penelitian (Departemen

Pendidikan Nasional, 2011: 5).

Menurut Koentjaraningrat, studi pustaka adalah suatu cara pengumpulan data dan

informasi dengan bantuan bermacam-macam materi yang terdapat diruangan

perpustakaan, misalnya Koran, catatan-catatan, kisah-kisah sejarah, dokumen, dan

sebagainya yang relevan dengan penelitian (Koentjaraningrat, 1997:8)

Menurut Hadari Nawawi, teknik studi kepustakaan dilaksanakan dengan cara

mendapatkan sumber-sumber data yang diperoleh dari perpustakaan yaitu dengan

mempelajari buku-buku literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti (Hadari

Nawawi,2001:133)

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa teknik kepustakaan

adalah suatu cara yang digunakan seorang peneliti dalam mempelajari

literatur-literatur untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

Teknik kepustakaan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mempelajari

buku-buku dalam usaha untuk memperoleh beberapa teori maupun argument yang

(48)

28

G. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data

kualitatif. Menurut Milles dan Huberman proses analisa data kualitatif akan melalui

proses sebagai berikut:

1. Reduksi data

Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menggolongkan, mengarahkan,

membuang yang tidak perlu serta mengorganisasikan data dengan cara yang

sedemikian rupa sehingga kesimpulannya dapat ditarik dan diverifikasi. Pada tahap

reduksi data ini, peneliti akan memilah secara teliti data yang dapat dan tidak dapat

dijadikan sebagai landasan utama sebelum disajikan dalam penelitian ini.

Langkah-langkah yang digunakan pada tahap ini sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data jumlah penduduk Dusun Pamasalak

2. Memilah berdasarkan suku penduduk Dusun Pamasalak

3. Penelitian difokuskan pada suku Semende Dusun Pamasalak

2. Display (Penyajian Data)

Untuk penyajian data dibatasi sebagai sekumpulan informasi tersusun yang

memberikan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Secara teknis,

data yang telah dipilih kemudian diorganisir ke dalam matriks yang akan disajikan

dalam bentuk teks naratif. Penyajian data dilakukan dengan mendeskripsikan hasil

temuan dari kegiatan wawancara terhadap informan serta menampilkan dokumen

sebagai penunjang data. Langkah-langkah yang digunakan pada tahap ini sebagai

(49)

29

1. Mencari informasi Lembaga Adat khususnya peran dari seorang Meraje dalam masyarakat Semende.

2. Mencari informasi mengenai Pergeseran peran Meraje dalam masyarakat adat semende.

3. Meneliti Sejauh mana Pergeseran peran Meraje dalam masyarakat adat semende terjadi.

4. Mendeskripsikan Faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran peran

Meraje dalam masyarakat adat semende.

3. Verifikasi dan penarikan kesimpulan

Pada tahapan ini penarikan kesimpulan dilakukan secara cermat dengan melakukan verifikasi berupa tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan sehingga data yang ada dapat teruji kebenarannya. Hasil wawancara (data) dari informan kemudian ditarik kesimpulannya (sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian) sehingga jelas maknanya. Langkah-langkah yang digunakan pada tahap ini sebagai berikut:

1. Menggabungkan hasil wawancara dengan data yang diperoleh di lapangan

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran peranan Meraje dalam masyarakat adat semende di Dusun Pamasalak Pekon Sinarbaru

Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu.

2. Menarik kesimpulan tentang pergeseran peranan Meraje dalam masyarakat adat semende di Dusun Pamasalak Pekon Sinarbaru Kecamatan Sukoharjo

(50)

30

REFERENSI

Mohammad Ali. 1985. Penelitian Pendidikan Proses dan Strategis. Angkasa : Bandung. Halaman 120

Suharsimi Arikunto. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Bina Aksara: Jakarta. Halaman 274

Suwandi Basrowi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Rineka Cipta. J.akarta. Halaman 158

Departemen Pendidikan Nasional. 2011. Fungsi Keluarga Dalam Penanaman Nilai-Nilai Budaya Masyarakat Minangkabau Di Kota Bukittinggi. PD SYUKRI. Padang. Halaman 5

Haris Herdiansyah. 2012. Metode Penelitian kualitatif. Salemba. Halaman 132

Hadari Nawawi. 1991. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada Universit Press. Yogyakarta. Halaman 117

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta. Halaman 142

Koentjaraningrat, 1997. Metode Penelitian Masyarakat. Gramedia: Jakarta.Halaman 188

_____ _____ , 1947. Pengantar Ilmu Antropologi. Aksara Baru. Jakarta. Halaman 171

Maryeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Bumi Aksara. Jakarta. Halaman 58 M. Nazir. 1988. Metodelogi Penelitian. Ghalia Indonesia: Jakarta. Halaman 63 Juliansyah Noor. 2012. Metodologi Penelitian. Kencana Prenada Media Group.

Jakarta . Halaman 138

(51)

70

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang Pergeseran Peran Meraje dalam

masyarakat Semende di Dusun Pamasalak Desa Sinarbaru Kecamatan Sukoharjo

Kabupaten Pringsewu berdasarkan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut :

Faktor intern (dalam) :

1. Bertambah dan berkurangnya Penduduk

Sebanyak 75% informan menyatakan pergeseran peran meraje disebabkan

karena bertambah atau berkurangnya penduduk yang menetap di Dusun

Pamasalak.

2. Faktor Pendidikan

Sebanyak 75% informan menyatakan pergeseran peran meraje disebabkan

karena perkembangan tingkat pendidikan masyarakat di Dusun Pamasalak.

3. Faktor Perkembangan Jaman dan Modernisasi

Sebanyak 87.5% informan menyatakan pergeseran peran meraje disebabkan

karena adanya perkembangan jaman dan modernisasi yang semakin

(52)

71

4. Faktor Keluarga

Sebanyak 87.5% informan menyatakan pergeseran peran meraje disebabkan

karena faktor Rasa tanggung jawab dari orang tua.

Faktor ekstern (luar) :

1. Faktor Lingkungan Tempat Tinggal

Sebanyak 100% informan menyatakan pergeseran peran meraje disebabkan

karena faktor lingkungan tempat tinggal.

2. Faktor Pembauran Antar Suku

Sebanyak 87.5% informan menyatakan pergeseran peran meraje disebabkan

karena adanya pengaruh pembauran antar suku yang terjadi dalam proses

interaksi di masyarakat.

B. Saran

Setelah penulis menyelesaikan penelitian, membahas dan mengambil kesimpulan

hasil penelitian, ada beberapa saran yang diberikan oleh penulis sebagai berikut :

1. Kepada masyarakat Dusun Pamasalak Desa Sinarbaru khusus masyarakat

Semende saya menyarankan bahwa kebudayana adat istiadat maupun tradisi

harus tetap dijaga dan dilestarikan agar tidak hilang oleh perubahan zaman dan

tetap mempertahankan warisan kebudayaan daerah.

2. Kepada generasi muda saya berpesan agar untuk selalu semangat dan terus

berjuang mempertahankan kebudayaan masing-masing sekalipun banyak

kebudayaan yang datang dari luar.

3. Kepada tokoh adat, tokoh pemuda, dan masyarakat umum agar dapat saling

(53)

72

kita mempunyai kepercayaan dan keyakinan berbeda-beda. Jadikanlah

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rauf, Thohlon. 1989. Jagat Besemah Lebar Semende Panjang. Pustaka Dzumirrah Yayasan Nurqadim. Jilid 1. Palembang

Ali, Mohammad. 1985. Penelitian Pendidikan Proses dan Strategis. Angkasa : Bandung

Ali, Moh. 1982. Kamus Besar Bahasa Indonesia Modern

Aliana, Arifin, Zainal, dkk. 1985. Sistem Morfologi Verbal Bahasa Basemah. P dan K.P3 Bahasa; Jakarta

Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Bina Aksara: Jakarta

Basrowi, Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Rineka Cipta. Jakarta Departemen Pendidikan Nasional. 2011. Fungsi Keluarga Dalam Penanaman

Nilai-Nilai Budaya Masyarakat Minangkabau Di Kota Bukittinggi. PD SYUKRI. Padang.

Depdikbud. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia Modern. Jakarta

Dzulfikriddin. 2001. Kepemimpinan Meraje Dalam Masyarakat Adat Semende Dan Kesesuaiannya Dengan Kepemimpinan Dalam Islam, Pustaka Auliya. Palembang

Hadari Nawawi. 2001. Instrument Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta

Herdiansyah, Haris. 2012. Metode Penelitian kualitatif. Salemba Humanika. Ismawati, Esti. 2012. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Ombak. Yogyakarta

(55)

_____ _____ , 1983. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Gramedia. Jakarta Maryeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Bumi Aksara. Jakarta.

Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia: Jakarta

Noor, Juliansyah. 2012. Metodologi Penelitian. Kencana Prenada Media Group. Jakarta

Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. PT Raja grafindo Persada. Jakarta

_________________ , 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. PT Grafindo; Jakarta Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta. Suryabrata, Sumadi. 2000. Metodologi Penelitian. Jakarta : Raja Grafindo Persada Sutopo, H.B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Universitas Sebelas Maret.

Surakarta.

Syani, Abdul. 2007. Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan. PT. Bumi Aksara. Jakarta

WJS Poerwadarminto. 1997. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta :Balai Pustaka

Sumber Skripsi

Rio Saputra, Arwin. 2013. “Persepsi masyarakat Semende terhadap Pembagian Harta Warisan dengan Sistem Tunggu Tubang (Studi Kasus di Desa Sukananti Way Tenong Lampung Barat”. FISIP Universitas Lampung. Bandar Lampung Putri, Oktavia Mega. 2011. “Pergeseran Budaya Lampung Pada Komunitas Masyarakat Lampung Didesa Cikoneng Kecamatan Anyer Kabupaten Serang Banten”. Skripsi. Universitas Lampung

Sumber Internet

Venderia, Sri. 1991.“ Bergesernya Fungsi dan Peranan Pemimpin Adat di Minangkabau (Studi Kasus di Padang Pariaman Sumatera Barat)

http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/39429Diakses pada Senin, 05

Referensi

Dokumen terkait

mencakup proses terjadinya pergeseran bahasa, pola pergeseran bahasa, dan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pergeseran bahasa. Proses pergeseran bahasa pada

Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pergeseran perkawinan adat Mandailing terhadap perkawinan Adat Melayu di Kelurahan Selat Lancang

Berdasarkan hasil penelitian untuk mengetahui apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan sistem adat perkawinan di Desa Parit Baru maka peneliti

Peranan komunikasi di dalam organisasi pemberdayaan masyarakat di daerah Pekon Tugupapak, Semaka, Kabupaten Tanggamus adalah sebagai berikut: (a) Peran makna informatif

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) mengetahui faktor kekuatan dan kelemahan apa saja yang ada didalam pengembangan usaha agroindustri opak

Sedangkan teori pendukung dalam menganalisis hasil dilapangan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang ada saya mengunakan teori Slamet (1993:137-143) yakni

Faktor penyebab pergeseran peran pemangku adat dalam pemerintahan desa di desa banjar benai kecamatan benai kebapaten kuantan singingi yaitu Faktor: kontak dengan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja Faktor-faktor apa yang mempengaruhi perkembangan industri kerupuk di Desa Cikoneng Kecamatan Cikoneng