ABSTRAK
PERGESERAN PERANAN MERAJE DALAM MASYARAKAT SEMENDE
DI DUSUN PAMASALAK PEKON SINARBARU KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU
OLEH:
Alpina Damayanti
Meraje adalah kakak atau adik laki-laki dari ibu. Dalam struktur lembaga adat Meraje termasuk dalam pemimpin adat di masyarakat Semende. Secara hukum adat Meraje berperan penting dalam keluarga terutama dalam membimbing Tunggu Tubang dan Anak Belai. Namun Pada saat ini Peran dari seorang Meraje di Dusun Pamasalak Pekon Sinarbaru Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu telah mengalami pergeseran yaitu peran dalam menetapkan tunggu tubang, menetapkan jodoh, membimbing, mengayomi, mengawai Anak Belai, dan mengawasi harta pusaka, Peran Meraje saat ini sudah diambil alih oleh orang tua.
Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan pegeseran peranan Meraje dalam masyarakat Semende di Dusun Pamasalak Pekon Sinarbaru Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu. Adapun tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang menyebabkan pergeseran Peranan Meraje dan peran Meraje apa saja yang telah bergeser di Dusun Pamasalak Pekon Sinarbaru Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara,observasi, dokumentasi, dan kepustakaan. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif.
PERGESERAN PERANAN MERAJE DALAM MASYARAKAT SEMENDE DI DUSUN PAMASALAK PEKON SINARBARU KECAMATAN
SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU
Oleh
ALPINA DAMAYANTI Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Alpina Damayanti, lahir di Bumi Dipasena
Jaya pada tanggal 03 April 1993, sebagai anak kedua dari
tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Sabirin dan Ibu
Erawana.
Pendidikan formal pertama yang pernah ditempuh oleh penulis adalah tahun
1998-2005 penulis menempuh pendidikan di Sekolah Dasar Negeri (SD) 1
Sinarbaru. setelah itu pada tahun 2005-2008 penulis melanjutkan pendidikan ke
tahap Sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri (Mts N) Sukoharjo. Tahun
2008-2011 penulis tercatat sebagai siswi pada Sekolah Menengah Atas Negeri (SMA N)
2 Pringsewu.
Pada tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan ke tingkat Perguruan Tinggi.
Ditahun yang sama penulis berhasil menjadi Mahasiswa pada Program Studi
Pendidikan Sejarah melalui jalur penerimaan SNMPTN pada tahun 2011.
Kemudian Peneliti melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Desa Pardasuka dan
Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Bengkunat Kecamatan
PERSEMBAHAN
Sembah sujud dan rasa syukur selalu kupanjatkan hanya kepada Allah SWT atas semua ciptaan-Nya, serta yang memungkinkan manusia berpijak di bumi untuk hidup, dan memiliki cinta dan kasih sayang. Dengan Syukur kehadirat Allah SWT, Ku persembahkan karya ku ini
kepada :
Berawal dari orang tua tercinta yang begitu berarti sepanjang hidupku ayahku Sabirin dan ibuku Erawana yang telah membesarkan dan merawat ku penuh kasih sayang, dengan segenap pengorbanannya yang
telah dicurahkan kepada ku.
Kakak ku Nina Sabrina, dan Adik ku Gefrina Yolanda Rizky serta Kakak Ipar ku Safrijal dan Ponakan ku tercinta Aqela Naura Khalisa.
Para pendidikku tercinta, yang dengan keikhlasan dan kesabaran mengajariku tanpa pamrih.
MOTO
“sesuatu mungkin mendatangi mereka yang mau
menunggu, namun hanya didapatkan oleh mereka yang
bersemangat mengejarnya”
SANWACANA
Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji bagiAllah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Pergeseran Peranan Meraje dalam Masyarakat Semende di Dusun Pamasalak Desa Sinarbaru Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu”. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu kita
nantikan syafaat-Nya di hari akhir kelak.
Penulis menyadari akan keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki, sehingga
mendapat banyak bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka dalam
kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr.Bujang Rahman, M.Si. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., Wakil Dekan I Wakil Akademik dan
Kerjasama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si., Wakil Dekan II Bidang Keuangan
Umum dan Kepegawaian Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
4. Bapak Drs. Hi. Muhammad Fuad, M.Hum., Wakil Dekan III Bidang
Kemahasiswaan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung.
5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial yang telah memberikan kemudahan kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Drs. Maskun, M.H., Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah.
Sekaligus Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, sumbangan
pikiran, kritik, dan saran selama perkuliahan maupun selama penyusunan
skripsi. Terimakasih Pak.
7. Bapak Drs. Iskandarsyah. M.H Selaku Dosen Pembimbing Akademik,
sekaligus Pembimbing Utama yang telah sabar membimbing dan memberi
masukan serta saran yang sangat bermanfaat sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Terimakasih Pak
8. Bapak Drs. Wakidi, M. Hum, Selaku Pembahas Utama dalam penyusunan
skripsi ini yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingannya.
Terimakasih Pak.
9. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah dan para
pendidik di Unila pada umumnya yang telah memberikan ilmu
pengetahuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Program Studi
Pendidikan Sejarah.
10.Kepala Pekon Sinarbaru Bapak M.Yusuf yang telah member izin
11.Kepada para tokoh adat di Dusun Pamasalak yang telah member izin
selama proses penelitian di Dusun Pamasalak Desa Sinarbaru.
12.Keluarga besar ku di Dusun Pamasalak Desa Sinarbaru Kecamatan
Sukoharjo Kabupaten Pringsewu yang telah memberikan semangat,
motivasi selama proses perkuliahan dan penelitian serta mendoakan
peneliti agar sukses meraih cita-cita.
13.Seluruh masyarakat di Dusun Pamasalak Desa Sinarbaru, terima kasih atas
kesempatan waktunya untuk membantu saya dalam proses penelitian yang
begitu ramah dan membantu kelancaran peneliti.
14. Sahabat-sahabat peneliti di Program Studi Pendidikan Sejarah Anggun
Puspawati, Agung Aditya, Arif Rahman, Nina Indayana, Rika Rahmawati
terimakasih atas bantuan kalian dan sebuah persahabatan yang sering
diwarnai dengan curhatan, lelucon, senyuman, kesenangan, dan seringkali
prasangka buruk dan kekecewaan tapi itulah sebuah persahabatan. Semoga
persahabatan ini tetap terjalin.
15.Sahabat-sahabat di KKN dan di PPL Desa Pardasuka Kecamatan
Bengkunat Kabupaten Pesisir Barat Diah, Caca, Elisa, Kak Dian, Icha,
Ima, Uti, Diantini, Mami Gita, Ucup, terimakasih atas hari-hari indah
KKN dan PPL kita serta persahabatan yang tetap terjaga hingga sekarang.
Terus semangat ya kalian semua,,,!
16.Teman-teman seperjuangan Pendidikan Sejarah 2011 Anita, Nita, Pipin,
Ika, Putri, Neli, Marliyana, Dea, Indra, Wina, Resi, Windri, Lusia, Desi,
Setyo, Novri dan teman-temanku lainnya yang tidak dapat disebutkan satu
per satu.
17.Mahasiswa Pendidikan Sejarah Angkatan 2010 dan 2009 Yang Telah
Memberi Bantuan Berupa Pengarahan Dan Motivasi.
18.Teman-teman dan adik-adik tingkat di Program Studi Pendidikan Sejarah
terima kasih atas motivasinya.
19.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih.
Semoga ALLAH SWT membalas segala amal kebaikan kita. Penulis berharap
semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada
umumnya.
Wassalamu`alaikum Wr. Wb
Bandar Lampung, April 2015 Penulis
DAFTAR ISI
C. Tujuan,Kegunaan, Rung Lingkup Penelitian ... 6
1. Tujuan Penelitian ... 6
2. Kegunaan Penelitian ... 6
3. Ruang Lingkup Penelitian ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA , KERANGKA BERPIKIR DAN PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka ... 8
1. Konsep Kebudayaan ... 8
2. Konsep Faktor Pergeseran Peranan... 9
3. Konsep Masyarakat Semende ... 12
D. Definisi Operasional Variabel ... 21
E. Informan ... 22
1. Observasi ... 23
3. Verifikasi dan penarikan Kesimpulan ... 28
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL ... 30
1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 30
1.1Sejarah Singkat Pekon Sinarbaru ... 30
1.2Letak dan Keadaan Geografis ... 32
1.3Keadaan Penduduk Pekon Sinarbaru ... 33
1.4Keadaan Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian... 33
1.5Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Agama ... 33
1.6Keadaan Penduduk Menurut Pendidikan ... 34
1.7Peran Meraje dalam Masyarakat Semende ... 34
1.7.1 Peran Meraje secara adat dalam masyarakat Semende di Dusun Pamasalak Pekon Sinarbaru ... 34
1. Memimpin Musyawarah ... 34
2. Menetapkan Tunggu Tubang ... 35
3. Menjadi Juru Bicara atau Besuare ... 35
4. Membimbing, Mengayomi, dan Mengawasi para Anak Belai ... 36
5. Memberi Hukuman atau Sanksi ... 36
6. Mengawasi Harta Pusaka ... 37
7. Mencarikan Jodoh ... 37
1.7.2 Pergerseran Peran yang Terjadi Pada Meraje ... 38
1. Menetapkan Tunggu Tubang ... 38
2. Mengawasi Harta Pusaka ... 39
3. Mencarikan Jodoh ... 40
4. Membimbing, Mengayomi, dan Mengawasi para Anak Belai ... 40
2. Faktor-faktor yang Menyebabkan Bergesernya Peranan Meraje Dalam Masyarakat Adat Semende di Dusun Pamasalak Pekon Sinarbaru Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu ... 41
1. Faktor bertambah dan berkurangnya penduduk ... 41
2. Faktor Pendidikan ... 45
3. Faktor perkembangan Jaman yang modern ... 50
4. Faktor Keluarga ... 53
2.2 Faktor Ekstern ... 55
2.2.1 Pengaruh Kebudayaan Masyarakat Lain ... 55
1. Lingkungan Tempat Tinggal ... 57
2. Faktor Pembauran Antar Suku ... 59
B. PEMBAHASAN 1. Faktor-faktor yang menyebabkan Pergeseran Peran Meraje dalam Masyarakat Semende di Dusun Pamasalak Pekon Sinarbaru ... 62
1.1Faktor Intern ... 63
1. Faktor bertambah dan berkurangnya penduduk ... 63
2. Faktor Pendidikan ... 64
3. Faktor perkembangan Jaman yang modern ... 65
4. Faktor Keluarga ... 67
1.2 Faktor Ekstern ... 67
1.2.1 Pengaruh Kebudayaan Masyarakat Lain ... 67
1. Lingkungan Tempat Tinggal ... 67
2. Faktor Pembauran Antar Suku ... 68
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 70
B. Saran ... 71
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1 Nama Pejabat Pekon Sinarbaru ... 31
Tabel 2 Luas Wilayah Pekon Sinarbaru ... 32
Tabel 3 Keadaan Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian... 33
Tabel 4 Jumlah Penduduk menurut Tingkat Pendidikan ... 34
Tabel 5 Pertanyaan tentang bertambahnya penduduk ... 42
Tabel 6 Pertanyaan tentang berkurangnya penduduk ... 44
Tabel 7 Tingkat Pendidikan ... 46
Tabel 8 Generasi muda... 49
Tabel 9 Berkembanyan Jaman Modern... 51
Tabel 10 Peran Keluarga ... 54
Tabel 11 Pengaruh Kebudayaan Lain ... 56
Tabel 12 Lingkungan Tempat Tinggal ... 57
Tabel 13 Pembauran Antar Suku ... 60
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Istilah
2. Pedoman Wawancara 3. Daftar Nama Informan
4. Pengesahan Komisi Pembimbing 5. Surat Izin Penelitian Pendahuluan 6. Surat Izin Penelitian
7. Surat Keterangan Penelitian 8. Lembar pengajuan judul 9. Peta Lokasi Penelitian
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, tidak
mungkin ada kebudayaan jika tidak ada manusia. Setiap kebudayaan adalah hasil
dari ciptaan manusia. Indonesia adalah Negara kepulauan, yang terdiri dari
berbagai macam suku bangsa yang tersebar di seluruh penjuru wilayah Indonesia,
misalnya suku bangsa Sunda, Batak, Minangkabau, Jawa, Basemah, Bali atau
yang lainnya. Banyaknya suku bangsa dengan adat istiadat yang berbeda-beda ini
menjadikan masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang majemuk
atau masyarakat yang terdiri dari berbagai suku bangsa. Setiap suku bangsa
memiliki kebudayaan serta adat istiadat, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan
yang berbeda-beda, hal itu terjadi karena adanya perbedaan dalam penafsiran
unsur-unsur kebudayaan.
Dalam memahami kebudayaan tidaklah cukup hanya mengetahui wujudnya saja.
Kebudayaan itu juga harus dipahami maknanya yang terkandung dalam berbagai
wujudnya baik sebagai gagasan, pola perilaku maupun benda-benda.
Kebudayaan dapat berfungsi sebagai sarana untuk menyalurkan ide-ide atau
pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat kepada anggota masyarakat lain dari
generasi ke generasi, maka ide-ide atau pengetahuan yang hendak diwariskan
2
Dengan demikian kebudayaan dianggap sebagai tempat atau wadah yang
membawa makna yang hendak disalurkan kepada masyarakat.
Menurut ilmu antropologi, “kebudayaan” adalah keseluruhan sistem gagasan
tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Tiap-tiap kebudayaan universal
sudah tentu juga menjelma dalam ketiga wujud kebudayaan yaitu wujudnya yang
berupa sistem budaya, sistem sosial dan unsur-unsur kebudayaan fisik.
Disebutkan bahwa ada tujuh unsur kebudayaan yang dapat ditemukan pada
semua bangsa, ketujuh unsur kebudayaan yaitu :
1. Bahasa,
2. Sistem pengetahuan, 3. Organisasi sosial,
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi, 5. Sistem mata pencaharian hidup, 6. Sistem religi,
7. Kesenian,
(Koentjaraningrat, 2009:165)
Keanekaragaman kebudayaan yang dimiliki oleh berbagai provinsi yang ada di
Indonesia itu merupakan kekayaan dan menjadikan cirri khas bangsa yang harus
tetap dilestarikan. Salah satu Provinsi yang memiliki kemajemukan suku bangsa
adalah Provinsi Lampung, di Provinsi Lampung tidak hanya ada satu suku
bangsa Lampung saja akan tetapi ada juga suku bangsa yang lainnya salah
satunya yaitu suku bangsa Semende.
Suku Semende adalah salah satu suku bangsa Indonesia yang berada di daerah
kecamatan Semende kabupatan Muara Enim provinsi Sumatera Selatan. Suku
3
mengandung arti Lembaga, kebiasaan, peraturan dan hukum. Sebagaimana
suku-suku bangsa lain di Indonesia, suku-suku Semende memiliki beragam adat yang khas
sseperti bahasa, kesenian dan upacara perkawinan.
Suku Semende yang ada di wilayah Provinsi Lampung ini salah satunya ada di
daerah Kabupaten Pringsewu. Kehadiran masyarakat Semende ke daerah
Lampung telah menjadikan daerah ini kaya akan berbagai kebudayaan, karena
kedatangan masyarakat di sini tidak hanya berpindah tempat tetapi juga
membawa kebiasaan-kebiasaan atau kebudayaan yang telah mereka lakukan
ditempat mereka tinggal sebelumnya.
Kebudayaan yang mereka bawa dari daerah asal akan mereka adaptasikan ke
dalam daerah baru. Dalam proses adaptasi ini, manusia menggunakan
lingkungannya untuk tetap melaksanakan kelangsungan dalam kehidupannya.
Kebudayaan yang telah mereka adaptasikan di daerah baru menimbulkan adanya
kebudayaan baru didaerah tersebut. Kebudayaan baru dari berbagai daerah
menjadikan propinsi Lampung sebagai daerah bercirikan majemuk. Masyarakat
majemuk adalah masyarkat yang terdiiri dua atau lebih kelompok yang secara
kultural dan ekonomi terpisah-pisah dan memilki struktur kelembagaan yang
berbeda-beda.
Setiap suku memiliki struktur kelembagaan atau lembaga adat masing-masing,
begitu juga dengan masyarakat Semende. Masyarakat Semende memiliki
lembaga adat yang sampai saat ini masih ada dalam masyarakat Semende yaitu
4
1. Payung jurai atau payung Meraje ialah turunan anak laki-laki tertua dalam keluarga (jurai).
2. Jenang jurai atau jenang Meraje ialah turunan dari payung jurai. 3. Meraje ialah kakak atau adik laki-laki dari ibu.
4. Anak belai ialah semua keturunan dari kakak atau adik perempuan ibu. 5. Apit jurai ialah keluarga dari sebelah ibu dan ayah. (Dzulfikriddin,
2001:25-26)
Berdasarkan uraian diatas Bemeraje Anak Belai merupakan lembaga tertinggi
dalam sistem kelembagaan di masyarakat Semende. Dalam adat Beeraje Anak
Belai ini ada dua hal yang sangat berkaitan dan berhubungan erat serta tidak
dapat dipisahkan antara yang satu dengan lainnya, yaitu Tunggu Tubang dan Meraje. Dalam menjalankan tugasnya tunggu tubang diawasi oleh paman yang disebut dengan Meraje.
Peran dari seorang Meraje sesuai dengan hukum adat Semende adalah memimpin musyawarah, menetapkan Tunggu Tubang, menjadi juru bicara (besuare), membimbing dan mengawasi para anak belai, memberi hukuman atau
sanksi, mengawasi harta pusaka, dan mencarikan jodoh. Dalam musyawarah
keluarga, sseperti apabila ingin mengadakan acara upacara pernikahan, Meraje duduk ditengah dan pendapatnya menjadi pegangan utama dalam mengambil
keputusan. Sebelum Meraje datang, musyawarah belum dapat dimulai, kecuali atas izinnya. Apabila terjadi perselisihan dalam keluarga, maka hanya Meraje yang berhak mengadili dan menyelesaikan perselisihan itu. Begitu pula jika
terjadi perselisihan antara salah satu anggota keluarga dengan pihak luar, maka
Merajelah yang mewakili keluarga untuk menyelesaikan persoalan itu, baik dengan perdamaian ataupun dengan memberikan ganti rugi. Meraje dijadikan sebagai tumpuan keluarga besar atas segala sesuatu yang terjadi baik hal buruk
5
Dari penjelasan di atas, dapat dilihat bawah peran dan kedudukan Meraje dalam masyarakat adat Semende yang menaungi segenap anggota keluarga. Akan
tetapi, Meraje yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab besar itu tidak dapat bertindak semaunya. Ada hal-hal yang membatasinya, yaitu aturan adat
Semende. Karena itu, peran pemimpin adat sangat kuat dalam masyarakat
Semende.
Pada mulanya masyarakat Dusun Pamasalak menjadikan lembaga adat Bemeraje
anak belai sebagai lemabaga adat tertinggi, namun kenyataannya saat ini
menunjukan bahwa kepemimpinan Meraje di masyarakat adat Semende di Dusun
pamasalak dilihat dari perannya tidak seperti dulu lagi. Seperti yang
dikemukakan oleh Bapak Sabirin salah satu Meraje yang ada di Dusun pamasalak mengemukakan bahwa Meraje masih ada namun pengaruhnya bagi masyarakat sudah tidak seperti dulu lagi, salah contoh peran dari Meraje yang telah mengalami pergeseran yaitu dahulu seorang Meraje mencarikan jodoh untuk bujang dan gadis yang ada dalam keluarganya namun kenyataannya saat
ini Meraje hanya dijadikan sebagai orang yang dituakan dalam acara pernikahan (Wawancara dengan Bapak Sabirin, Meraje di Dusun Pamasalak, Selasa, 13
januari 2015).
Hal dikemukakan oleh Bapak Sabirin diatas dapat menunjukkan bahwa peran
dari seorang Meraje di dusun Pamasalak sudah mengalami suatu pergeseran sebagai akibat dari perkembangan zaman yang terjadi di dalam masyarakat.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penulis tertarik
6
Pergeseran Peranan Meraje dalam masyarakat Semende di Dusun Pamasalak Pekon Sinarbaru Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu
B. Analisis Masalah 1. Rumusan masalah
Berdasarakan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran peranan Meraje dalam masyarakat adat Semende di Dusun Pamasalak Pekon Sinarbaru
Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu dan peran apa saja yang sudah
mengalami pergeseran?
C. Tujuan, Kegunaan dan Ruang Lingkup Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah ;
Untuk mengetahui Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran
peranan Meraje dalam masyarakat adat Semende di Dusun Pamasalak Pekon Sinarbaru Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu.
2. Kegunaan Penelitian
Setiap penelitian tentunya kegunaan pada pihak-pihak yang membutuhkan,
adapun kegunaan dalam penelitian ini antara lain diharapkan bermanfaat untuk:
1. Memahami dan mengetahui bagaimana suatu masyarakat mengalami suatu
perubahan. Selain itu, peneliti ingin turut merasakan bagaimana masyarakat
menjalankan kehidupan keseharian pada keadaan yang telah berubah karena
7
2. Memberikan manfaat dan pengetahuan mengenai factor-faktor apa saja yang
memepengaruhi pergeseran peranan dari pemimpin adat khususnya Meraje. 3. Sebagai sumbangan pustaka yang dapat dimanfaatkan bagi mahasiswa
Universitas Lampung sebagai informasi wujud ragam budaya Semende.
3. Ruang Lingkup Penelitian
1. Obyek penelitian : Pergeseran Peranan Meraje dalam masyarakat Semende di Dusun
Pamasalak Kecamatan Sukoharjo
Kabupaten Pringsewu.
2. Subyek penelitian : Masyarakat Semende di Dusun
Pamasalak Pekon Sinarbaru
Kecamatan Sukoharjo
Kabupaten Pringsewu.
3. Tempat penelitian : Dusun Pamasalak Pekon Sinarbaru
Kecamatan Sukoharjo Kabupaten
Pringsewu.
4. Waktu Penelitian : Tahun 2015
8
REFERENSI
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropolgi. PT. Renika Cipta. Jakarta. Halaman 165
Thohlon Abdul Rauf. 1989. Jagat Besemah Lebar Semende Panjang. Pustaka Dzumirrah Yayasan Nurqadim. Jilid 1. Palembang . Halaman 68
Dzulfikriddin. 2001. Kepemimpinan Meraje Dalam Masyarakat Adat Semende Dan Kesesuaiannya Dengan Kepemimpinan Dalam Islam, Pustaka Auliya. Palembang Halaman 25
8
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA
A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Kebudayaan
Menurut E.B Taylor dalam Soerjono Soekanto Kebudayaan adalah kompleks
yang mencakup kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain
kebiasaan serta kemampuan-kemampuan yang didapatkan oleh manusia sebagai
anggota masyarakat (Soerjono Soekanto, 2007:150).
Selo Soemarjan dan Soemardi merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil rasa
dan cipta masyarakat (Soerjono Soekanto, 2007:151), Sedangkan menurut Ilmu Antropologi, “Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan
hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar” (Koentjaraningrat, 2009:144).
Jadi yang dimaksud dengan kebudayaan adalah hasil dari pemikiran manusia
yang bisa berbentuk abstrak maupun konkrit yang merupakan kreatifitas manusia
sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan yang dibahas disini adalah kebudayaan
Semende di dalam masyarakat Dusun Pamasalak Kecamatan Sukoharjo
Kabupaten Pringsewu yang masih dijalankan oleh masyarakat Semende yaitu
bemeraje anak belai. Bemeraje anak belai ini merupakan lembaga adat dalam
9
seorang Meraje, karena adanya kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan peran dari seorang Meraje ini mengalami pergeseran.
2. Konsep Faktor Pergeseran Peranan
Menurut Poerwadarminto, faktor adalah suatu hal (keadaan, peristiwa, dan
sebagainya) yang ikut menyebabkan atau mempengaruhi terjadinya sesuatu.
(W.J.S Poerdarminto 1991:279). Sedangkan menurut Suwarno, faktor merupakan
sesuatu yang bisa menyebabkan atau berubahnya nilai tradisi dan budaya
tradisional masyarakat (Suwarno, 201:211).
Arti dari Pergeseran sendiri adalah suatu keadaan dalam masyarakat yang terjadi
karena ketidak sesuaian diantara unsur-unsur kebudayaan yang saling berbeda
sehingga tercapai keadaan yang tidak serasi fungsinya bagi kehidupan.
Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia modern dijelaskan pergeseran berasal
dari kata geser yang berarti :
a. Bergeser, beringsut,beralih tempat
b. Pergantian , pindah tempat
Beberapa pengertian pergeseran yang lain dalam kamus besar bahasa Indonesia
yaitu :
a. Bergesekan
b. Peralihan, perpindahan, pergantian
Ditinjau dari kata, pergeseran mengandung pengertian perubahan posisi.
Sedangkan pengertian Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan
(status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
10
tidak dapat dipisah-pisahkan dan saling bertentangan satu sama lain. Setiap orang
mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan
hidupnya. Hal tersebut sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang
diperbuatnya bagi masyarakat kepadanya. Pentingnya peranan karena adalah
karena ia mengatur perilaku mengatur perilaku seseorang. Peranan menyebabkan
seseorang pada batas-batas tertentu dapat meramalkan perbuatan-perbuatan orang
lain.
Hubungan-hubungan sosial yang ada dalam masyarakat, merupakan hubungan
antara peranan-peranan individu dalam masyarakat. Sementara peranan itu
sendiri diatur oleh norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
Koentjraningrat memberi arti peranan merupakan suatu peranan khas yang
dipentaskan atau ditindakkan dalam kedudukan dimana ia berhadapan dengan
individu-individu dalam kedudukan lain. (Koentjraningrat, 1986:169)
Pengertian Peranan menurut Soerjono Soekanto dalam bukunya Sosiologi (suatu
pengantar) mengemukakan definisi peranan sebagai berikut:
“Peranan lebih banyak menekankan pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Jadi seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan.” (Soerjono Soekanto, 2007: 213)
Kutipan dalam buku yang sama, lebih lanjut Soerjono Soekanto mengemukakan
aspek-aspek peranan mencakup tiga hal, yaitu sebagai berikut:
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
11
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat (Soerjono Soekanto, 2007 : 213).
Pendapat lain dikemukakan oleh WJS Poerwadarminto dalam kamus umum bahasa Indonesia mengartikan peranan adalah “sesuatu yang menjadikan bagian atau yang memegang pimpinan yang terutama (dalam terjadinya suatu hal atau peristiwa)”. (Poerwadarminto, 1997:735)
Pembahasan perihal aneka macam peranan yang melekat pada individu-individu
dalam masyarakat penting bagi hal-hal yaitu :
1. Peranan-peranan tertentu harus dilaksanakan apabila struktur masyarakat hendak dipertahankan kelangsungannya
2. Peranan tersebut seyogyanya dilekatkan pada individu-individu yang oleh masyarakat dianggap mampu melaksanakan. Mereka harus lebih dahulu terlatih dan mempunyai hasrat untuk melaksanakannya
3. Dalam masyarakat kadang kala di jumpai individu-individu yang tak mampu melaksanakan peranannya sebagaimana diharapkan oleh masyarakat, karena mungkin pelaksanaannya memerlukan pengorbanan arti kepentingan-kepentingan pribadi yang terlalu banyak
4. Apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan peranannya, belum tentu masyarakat akan memberiikan peluang-peluang yang seimbang, bahkan seringkali terlihat betapa masyarakat membatasi peluang-peluang tersebut. (Soerjono Soekanto, 2007:216).
Peran di sini adalah sesuatu yang memainkan role, tugas dan kewajiban. Peran
merupakan sesuatu yang diharapkan lingkunganuntuk dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang yang karena kedudukannya akan dapat memberi pengaruh pada
lingkungan tersebut.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor merupakan sesuatu yang
menyebabkan atau mempengaruhi suatu keadaan atau peristiwa. Sedangkan
Pergeseran adalah menunjukan salah satu bentuk perubahan yang bersifat
tendensius atau (masih bersinggungan dengan keadaan semula), pergeseran
12
sesuaian dengan nilai-nilai kebudayaan yang ada, diantara unsur-unsur
kebudayaan yang saling berbeda sehingga tercapai keadaan yang tidak serasi
fungsinya bagi kehidupan. Dan yang dimaksud dengan Peranan adalah adalah
suatu pola tindakan yang di lakukan oleh orang yang memiliki kedudukan baik
secara individual maupun bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama.
Berdasarkan kesimpulan diatas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah faktor
penyebab pergeseran peranan Meraje dalam masyarakat Semende di Dusun Pamasalak Desa Sinarbaru Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu.
3. Konsep Masyarakat Semende
Menurut Soerjono Soekanto masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama
dan menghasilkan kebudayaan (Soerjono Soekanto, 1990:164).
Menurut Selo Soemarjan mengatakan bahwa masyarakat adalah orang-orang
yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan (Esti Ismawati, 2012:49).
Sedangkan menurut Abdul Syani masyarakat berasal dari kata musyarak (arab),
yang artinya bersama-sama, kemudian berubah menjadi masyarakat, yang artinya
berkumpul bersama, hidup bersama dengan saling berhubungan dan saling
mempengaruhi, selanjutnya mendapatkan kesepakatan menjadi masyarakat
(Indonesia) (Abdul Syani, 2007:30).
Jadi masyarakat adalah sekumpulan individu (manusia) yang terikat oleh
pemikiran, perasaan dan sistem (aturan) yang sama. Disamping adanya
sekumpulan individu didalamnya juga terdapat interaksi antar mereka. Jadi
bukan sekedar sekumpulan individu. Sekelompok individu hanya akan
13
membentuk masyarakat adalah interaksi antar anggota masyarakat yang ada di
dalamnya.
Masyarakat yang akan diteliti disini adalah masyarakat Semende di Dusun
Pamasalak Pekon Sinarbaru, menurut Koentjraningrat bahwa lahirnya
masyarakat diawali dengan hubungan tiap-tiap individu yang hanya mencakup
kaum keluarga, kerabat dan tetangga dekat saja yang menjadi satu kesatuan.
Masyarakat di Dusun Pamasalak tentunya masyarakat yang memiliki hukum adat
yang hidup dalam masyarakat yang erat hubungannya dengan perilaku budaya
dan keagamaan masyarakat.
Kata Semende berasal dari kata Se dan Ende, kata Se mengandung arti satu.
Makna kata Se menurut bahasa suku Semende adalah semua daerah yang berada
di wilayah Semende merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu
dengan lainnya. Kata Ende mengandung arti kepunyaan. Makna Ende menurut
bahasa semende adalah adat masyarakat semende harus mempunyai rasa
memiliki, rasa mencintai dan menjaga keutuhan dan adat istiadat semende
(Aliana, Arifin, Zainal, dkk, 1985:98).
Berdasarkan uraian diatas kata semende mengandung arti satu kesatuan yang
terhimpun dalam suatu wilayah bernam suku semende yang masing-masing
masyarakatnya merupakan satu kesatuan adat yang harus mempunyai rasa
memiliki, mencintai dan menjaga keutuhan adat istiadat semende.
Dari penjelasan diatas dapat diambil intisari bahwa masyarakat Semende adalah
sekumpulan manusia yang saling berinteraksi menurut sistem adat atau
14
keutuhan adat istiadat Semende. Masyarakat Semende disini yaitu masyarakat
Semende di Dusun Pamasalak Pekon Sinarbaru Kecamatan Sukoharjo Kabupaten
Pringsewu.
4. Konsep Meraje
Masyarakat Pekon yang mempunya kultur yang masih kental dengan adat tidak
terlepas dari sosok pemimpin kepala adat. Setiap suku memiliki lembaga adat
masing-masing begitu juga dengan masyarakat Semende. Masyarakat Semende
memiliki lembaga adat yaitu adat Bemeraje Anak Belai. Dzulfikriddin
mengemukakan Lembaga adat dalam masyarakat semende terdiri dari :
1. Payung jurai atau payung meraje. Yang menjadi payung jurai dalam jurai Semende ialah turunan anak laki-laki tertua dalam jurai (keluarga) itu.
2. Jenang jurai atau Jenang meraje, ialah keturunan bawah payung jurai 3. Meraje, yaitu kakak atau adik laki-laki dari ibu.
4. Anak belai, adalah semua keturunan dari kakak atau adik perempuan ibu. 5. Apit jurai, adalah keluarga atau famili dari sebelah ibu dan sebelah ayah.
(Dzulfikriddin, 2001:25-26)
Dalam adat bemeraje anak belai ini ada dua hal yang sangat berkaitan antara satu
dengan yang lain dan tidak dpat dipisahkan yaitu antara tunggu tubang dengan
meraje.
Meraje berasal dari kata raje atau raja yang bertugas sebagai pemimpin. Meraje yaitu kakak atau adik laki-laki dari ibu, yang bertugas sebagai seseorang yang
membimbing dan mengasuh seluruh anak belai, serta membimbing dan
mengasuh tunggu tubang (Dzulfikriddin, 2001:26).
15
terhadap tradisi Tunggu Tubang mengatakan Meraje sangat dipentingkan sekali keberadaannya, karena meraje adalah sebagai pengontrol dan penyeimbang
dalam keluarga (Arwin Rio Saputra, 2013:61) .
Syarat-syarat menjadi seorang Meraje seperti yang dikemukakan oleh Bapak
Sabirin bahwa syarat menjadi seorang Meraje adalah Anak Laki-laki dalam
keluarga yang memiliki sifat Adil dan tidak berat sebelah, bijaksana dalam
mengambil keputusan. Upacara pengangkatan Meraje melalui Upacara Mbaji,
Upacara mbajii itu biasanya dilaksanakan setelah selesai masa panen padi dan
kopi dengan mengadakan sembelihan hewan kurban berupa seekor kerbau atau
sapi ataupun kambing, Dilaksanakannya upacara mbajii ini setelah panen padi
dan kopi dengan maksud agar ada persediaan pangan dan dana yang cukup
karena pada saat itu semua keluarga sedang bergembira karena mempunyai hasil
panen padi yang berlimpah. Pada upacara itu, tugas wakil dari meraje
menyampaikan pengarahan tentang adat Semende, sejarah Semende, dan
petuah-petuah penting bagi kehidupan para anak belai. Pada akhirnya dilakukan serah
terima jabatan meraje dari meraje kepada calon meraje. (Wawancara Bapak
Sabirin, 20 September 2015)
Peran dari seorang Meraje adalah memimpin musyawarah, menetapkan tunggu tubang, menjadi juru bicara (besuare), membimbing dan mengawasi para anak
belai, memberikan hukuman atau sanksi, mengawasi harta pusaka, mencarikan
jodoh (Dzulfikriddin, 2001:29-35)
16
Meraje dijadikan sebagai tumpuan keluarga besar atas segala sesuatu yang terjadi baik hal buruk atau pun yang sebaliknya. Karena itu, peran kedudukan Meraje sangat penting dalam masyarakat Semende.
Tetapi dewasa ini seiring dengan adanya suatu perubahan-perubahan baik sosial,
ekonomi, politik, maupun teknologi dan informasi saat ini sangatlah membuka
peluang untuk mendistegrasikan berbagai bentuk budaya-budaya daerah yang
dinilai tidak mampu memperlihatkan eksistensinya dan mulai di anggap sebagai
sesuatu yang sifatnya primitifistis. Pengaruh seperti demikian di atas bukan hal
yang tidak mungkin terjadi ini di buktikan dengan mulai bergesernya peran
pemimpin adat dalam masyarakat terkhususnya peran dari seorang Meraje dalam masyarakat Semende di Dusun pamasalak.
Pada mulanya masyarakat Dusun Pamasalak menjadikan lembaga adat bemeraje
anak belai sebagai lembaga adat tertinggi, namun saat ini kepemimpinan adat di
masyarakat adat semende di Dusun pamasalak dilihat dari perannya tidak seperti
dulu lagi. Seperti yang dikatakan salah satu Meraje yang ada di Dusun pamasalak bahwa meraje masih ada namun pengaruhnya bagi masyarakat sudah tidak
seperti dulu lagi, meraje tetap berfungsi sebagai orang yang dituakan dalam
keluarga besar, tapi fungsi ini lebih sebagai fungsi yang pasif. Hal tersebut dalam
kehidupan bermasyarakat kini telah mengalami pergeseran nilai-nilai sebagai
akibat adanya sifat berfikir rasional,praktis dan modis serta modernis dari
17
B. Kerangka Pikir
Masyarakat adat yang mempunya kultur yang masih kental dengan adat tidak
terlepas dari sosok pemimpin kepala adat. Kepala adat dalam hal ini dituntut
dapat melaksanakan semua urusan yang berada di wilayah adat, dimana kepala
adat adalah pemimpin masyarakat adat yang terhimpun dalam organisasi adat
yang kita kenal dengan lembaga adat. Masyarakat Semende memiliki Lembaga
adat yang sampai saat ini masih ada dalam masyarakat Semende adalah Lembaga
Adat Bemeraje Anak Belai yang terdiri dari Payung jurai atau Payung meraje, Jenang jurai atau Jenang meraje, Meraje, Anak belai, Apit jurai.
Bemeraje Anak Belai merupakan lembaga tertinggi dalam sistem kelembagaan di
masyarakat Semende. Dalam adat Bemeraje Anak Belai ini ada dua hal yang
sangat berkaitan dan berhubungan erat serta tidak dapat dipisahkan antara yang
satu dengan lainnya, yaitu tunggu tubang dan meraje.
Meraje didalam masyarakat semende dijadikan sebagai tumpuan keluarga besar atas segala sesuatu yang terjadi baik hal buruk atau pun yang sebaliknya. Peran
meraje di dalam sebuah keluarga di masyarakat Semende memiliki peranan
penting di dalam keluarga maupun dalam keluarga besar.
Seiring berkembangnya Ekonomi, Sosial, budaya, teknologi dan globalisasi yang
semakin canggih di masa sekarang hal tersebut mendorong pola fikir masyarakat
di Dusun Pamasalak dalam memandang peran dari seorang pemimpin adat,
masyarakat Dusun pamasalak yang dahulu melaksanakan dan menjunjung tinggi
peran dari seorang meraje dalam segala hal pada saat ini sudah mulai mengalami
18
dalam masyarakat adat semende di Dusun Pamasalak, Baik karena faktor intern
maupun faktor ekstern.
C. Paradigma
Keterangan :
: Garis Pengaruh
: Garis Akibat
Pergeseran Meraje
Menyebabkan bergesernya Peranan Meraje a. Faktor Intern :
1. Faktor bertambah dan berkurangnya penduduk 2. Faktor pendidikan
3. Faktor Perkembangan Jaman yang modern
4. Faktor Keluarga
b. Faktor Ekstern:
1. Faktor Lingkungan Tempat tinggal
19
REFERENSI
Soerjono Soekanto. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. PT Raja grafindo Persada. Jakarta . Halaman 150
Ibid 151 Ibid 283
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropolgi. PT. Renika Cipta. Jakarta. Halaman 144
________________ , 1983. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Gramedia. Jakarta . Halaman 169
Depdikbud. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia Modern. Jakarta Departemen Pendidikan Nasional. 2011. Fungsi Keluarga Dalam Penanaman
Nilai-Nilai Budaya Masyarakat Minangkabau Di Kota Bukittinggi. PD SYUKRI. Padang.
WJS Poerwadarminto. 1997. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta :Balai Pustaka. Halaman 735
,1991. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta :Balai Pustaka. Halaman 279
Suwarno. 2001. Teori Sosiologi sebuah Pemikiran Awal. Universitas Lampung:Bandar Lampung. Halaman 21
Esti Ismawati. 2012. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Ombak. Yogyakarta. Halaman 49 Abdul Syani. 2007. Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan. PT. Bumi Aksara.
Jakarta. Halaman 30 Ibid 164
Ibid 165 Ibid 166
Joseph. S. Roucek dan Roland L.Warren. 1984. Pengantar Sosiologi. Jakarta:Bina Aksara. Halaman 219
Ibid 220
Aliana, Arifin, Zainal, dkk. 1985. Sistem Morfologi Verbal Bahasa Basemah. P dan K.P3 Bahasa; Jakarta. Halaman 98
20
Ibid 26
19
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif
Penelitian kualitatif menuju ke strategi penelitian observasi, wawancara mendalam,
dan sebagainya yang memungkinkan peneliti memperoleh informasi yang bersifat
empiris yang hendak dipecahkan oleh peneliti.
Dalam melihat pergeseran Peran Meraje dalam masyarakat Semende di Dusun
Pamasalak penulis menggunakan metode penelitian deskriptif. “Metode deskriptif
dapat diartikan sebagai suatu metode dalam meneliti status manusia, suatu objek,
suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun peristiwa pada masa sekarang
(M.Nazir, 1988:63).
Tujuan dari penelitian deskriptif adalah membuat deskripsi, gambaran atau lukisan
secara sistematis, faktual, akurat, mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan
antar fenomena yang diselidiki (M.Nazir, 1988:63).
Pendapat lain menyatakan metode deskriptif adalah metode penelitian yang
digunakan untuk memecahkan masalah yang terjadi pada situasi sekarang yang
20
analisis pengolahan data membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif
dan suatu deskriptif (Muhammad Ali, 1985:120). Dengan demikian maka metode
deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau
melukiskan fenomena secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan
sifat-sifat serta untuk memecahkan suatu masalah pada suatu daerah tertentu yang
akan diteliti.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Dusun Pamasalak Pekon Sinarbaru kecamatan Sukoharjo
kabupaten Pringsewu. Penulis mempunyai alasan mengapa memilih lokasi ini karena
hampir sebagian yang tinggal di Dusun Pamasalak adalah masyarakat suku Semende.
Dari kondisi ini terlihat adanya pergeseran peran dari seorang Meraje menjadi tidak
sekuat dulu lagi. Berdasarkan alasan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian terkait faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran peran Meraje dalam
masyarakat semende, selain itu berdasarkan pada pertimbangan lokasi penelitian yang
merupakan Pekon tempat tinggal penulis dengan harapan penulis dapat dengan
mudah melakukan penelitian karena secara verbal penulis dapat berkomunikasi
dengan informan lebih mudah. Informan adalah seluruh masyarakat Semende yang
memahami peran dari lembaga adat khususnya pemimpin adat Meraje.
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini adalah konsep dari gejala yang bervariasi yaitu objek
penelitian. Variabel dapat diartikan sebagai gejala sesuatu yang akan menjadikan
21
dinyatakan sebagai factor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala-gejala
yang akan diteliti. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel
tunggal dengan focus penelitian pada faktor-faktor yang menyebabkan Bergesernya
Peranan Meraje dalam masyarakat adat Semende di Dusun Pamasalak Pekon Sinarbaru Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu.
D. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu
variabel atau konsep dengan cara memberikan arti atau dengan menspesifikasi
kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur
variabel tertentu (Nasir, 1988:152). Sedangkan menurut Subyabrata definisi
operasional variabel adalah definisi yang diambil berdasarkan sifat-sifat atau hal yang
didefinisikan (Sumadi Subyabrata, 1983:83).
Dari kedua pendapat diatas, maka dapat diperoleh sebuah pemahaman bahwa yang
dimaksud dengan definisi operasional variabel adalah definisi yang memberikan arti
lebih spesifik tentang variabel yang kita teliti, agar variabel yang kita amati bisa
diukur dengan jelas. Dalam penelitian ini penulis merumuskan definisi operasional
22
E. Informan
Menurut Moleong, Informan adalah orang yang mempunyai banyak pengetahuan
tentang latar penelitian dan bersedia untuk memberikan informasi tentang situasi dan
kondisi latar belakang penelitian (Moleong, 1998:90)
Menurut Spradley, ada beberapa kriteria dalam menentukan informan, agar data dapat
diperoleh dengan lebih valid adapun kriteria tersebut meliputi:
1. Subyek telah lama dan intensif menyatu dengan lokasi penelitian, ditandai oleh kemampuan memberikan informasi diluar kepala tentang sesuatu yang ditanyakan.
2. Subyek masih terikat secara penuh serta aktif pada lingkungan dan kegiatan yang menjadi sasaran penelitian.
3. Subyek mempunyai cukup informasi yang dibutuhkan oleh peneliti, serta memiliki banyak waktu atau kesempatan untuk dimintai informasi (Spradley, 1990: 57),.
Berdasarkan kriteria yang telah disebutkan diatas, penentuan informan dalam
penelitian ini dilakukan secara purposive sample, dimana pemilihan informan dipilih secara sengaja berdasarkan kriteria tersebut.
Dalam penelitian ini, untuk memperoleh lebih banyak informasi mengenai Pergeseran
Peranan Meraje maka penulis menggunakan informan. Informan dalam penelitian ini adalah orang yang memiliki kaitan langsung dan mengerti tentang Meraje. Supaya lebih terbukti informasinya, peneliti menetapkan informan dengan kriteria sebagai
berikut :
a) Individu yang bersangkutan merupakan Meraje itu sendiri.
b) Individu yang bersangkutan memiliki pengetahuan yang luas mengenai masalah
23
c) Individu yang bersangkutan memiliki kesediaan dan waktu yang cukup.
d) Individu yang bersangkutan telah berusia dewasa.
Kriteria yang digunakan untuk memilih informan adalah para tokoh tokoh masyarakat
(tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh agama dan masyarakat adat Semende) di Dusun
Pamasalak Pekon Sinarbaru Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu yang
memahami tentang Peran dari Meraje.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara pengumpulan data yang dibutuhkan untuk
menjawab rumusan masalah penelitian. Umumnya cara pengumpulan data dapat
menggunakan teknik: wawancara (interview), angket (questionnaire), pengamatan (observation), studi dokumentasi dan focus group discussion (FGD) (Juliansyah Noor, 2012: 138).
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka penulis
menggunakan beberapa cara untuk mendapatkan data yang relevan dan seakurat
mungkin, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Teknik ini menuntut adanya pengamatan dari peneliti baik secara langsung maupun
tidak langsung terhadap objek penelitian. Instrumen yang dapat digunakan yaitu
24
hasil observasi antara lain: ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan,
kejadian/peristiwa, waktu dan perasaan (Juliansyah Noor, 2012: 140).
Menurut Banister (dalam Haris Herdiansyah, 2012:132), observasi berasal dari
bahasa latin yang berarti memperhatikan dan mengikuti. Memperhatikan dan
mengikuti berarti mengamati dengan teliti dan sistematis sasaran perilaku yang
dituju. Sasaran yang tampak itulah yang disebut data atau informasi yang harus
diamati dan dicatat secara langsung keadaannya di lapangan sehingga diperoleh data
atau fakta yang berhubungan dengan masalah yang dikaji.
Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan pengamatan terhadap Pergeseran
peranan Meraje dalam masyarakat adat semende di Dusun Pamasalak Pekon Sinarabaru Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu.
2. Angket
Menurut Hadari Hawawi (1993:117) angket adalah usaha mengumpulkan informasi
dengan menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis, untuk dijawab secara tertulis
oleh responden. Angket merupakan teknik pengumpulan data pokok dalam penelitian
ini. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup. Angket
tertutup merupakan angket yang pilihan jawabannya telah disediakan, dan responden
tinggal memilih jawaban yang sesuai (Faisal, 2007:51).
Budi Koestoro dan Basrowi berpendapat angket tertutup yaitu angket yang jumlah
item dan jawabannya sudah ditentukan, jadi responden tinggal memilihnya (Budi
25
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2008:142).
Data yang diperoleh melalui angket di uji dengan menggunakan uji persentase. Uji persentase tersebut dengan menggunakan Rumus : P=
Keterangan : P : Persentase
F : Jumlah yang diperoleh N : Jumlah responden (Sutrisno Hadi, 1991:421)
3. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
berhadapan secara langsung dengan yang diwawancarai tetapi dapat juga diberikan
daftar pertanyaan dahulu untuk dijawab pada kesempatan lain (Juliansyah Noor,
2012: 138).
Menurut Juliansyah Noor, bahwa:
Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in-depht interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewanwancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewanwancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatitif lama (Juliansyah Noor, 2012: 139).
Dalam proses wawancara ini, peneliti melakukan wawancara terhadap para informan
26
mendatangi para informan dan berbincang-bincang mengenai informasi yang
dibutuhkan oleh peneliti.
4. Teknik dokumentasi
Menurut Suharsimi Ari Kunto, bahwa teknik dokumentasi adalah mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya (Ari Kunto, 2011: 274).
Menurut Koentjaraningrat, yang dimaksud teknik dokumentasi yaitu suatu metode
atau cara mengumpulkan data-data melalui sumber tertulis terutama berupa
arsip-arsip dan juga termasuk juga buku,teori, dalil-dalil atau hukum-hukum dan lain-lain
yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti (Koentjaraningrat, 1997:188)
Menurut Basrowi dan Suwandi, bahwa dokumentasi merupakan suatu cara
pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap (Basrowi
dan Suwandi, 2008: 158).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka peneliti dapat menarik kesimpulan
bahwa teknik dokumentasi adalah suatu metode mengumpulkan data melalui sumber
tertulis untuk mendapatkan informasi baik data tertulis maupun dalam bentuk
gambar, foto, catatan, buku, surat kabar dan lain sebagainya yang memiliki hubungan
27
5. Teknik Kepustakaan
Teknik kepustakaan selain berfungsi untuk mendukung data primer yang diperoleh
dari lapangan, teknik ini juga bermanfaat untuk memahami konsep-konsep ilmiah
maupun teori-teori yang ada kaitannya dengan materi penelitian (Departemen
Pendidikan Nasional, 2011: 5).
Menurut Koentjaraningrat, studi pustaka adalah suatu cara pengumpulan data dan
informasi dengan bantuan bermacam-macam materi yang terdapat diruangan
perpustakaan, misalnya Koran, catatan-catatan, kisah-kisah sejarah, dokumen, dan
sebagainya yang relevan dengan penelitian (Koentjaraningrat, 1997:8)
Menurut Hadari Nawawi, teknik studi kepustakaan dilaksanakan dengan cara
mendapatkan sumber-sumber data yang diperoleh dari perpustakaan yaitu dengan
mempelajari buku-buku literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti (Hadari
Nawawi,2001:133)
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa teknik kepustakaan
adalah suatu cara yang digunakan seorang peneliti dalam mempelajari
literatur-literatur untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
Teknik kepustakaan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mempelajari
buku-buku dalam usaha untuk memperoleh beberapa teori maupun argument yang
28
G. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data
kualitatif. Menurut Milles dan Huberman proses analisa data kualitatif akan melalui
proses sebagai berikut:
1. Reduksi data
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menggolongkan, mengarahkan,
membuang yang tidak perlu serta mengorganisasikan data dengan cara yang
sedemikian rupa sehingga kesimpulannya dapat ditarik dan diverifikasi. Pada tahap
reduksi data ini, peneliti akan memilah secara teliti data yang dapat dan tidak dapat
dijadikan sebagai landasan utama sebelum disajikan dalam penelitian ini.
Langkah-langkah yang digunakan pada tahap ini sebagai berikut:
1. Mengumpulkan data jumlah penduduk Dusun Pamasalak
2. Memilah berdasarkan suku penduduk Dusun Pamasalak
3. Penelitian difokuskan pada suku Semende Dusun Pamasalak
2. Display (Penyajian Data)
Untuk penyajian data dibatasi sebagai sekumpulan informasi tersusun yang
memberikan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Secara teknis,
data yang telah dipilih kemudian diorganisir ke dalam matriks yang akan disajikan
dalam bentuk teks naratif. Penyajian data dilakukan dengan mendeskripsikan hasil
temuan dari kegiatan wawancara terhadap informan serta menampilkan dokumen
sebagai penunjang data. Langkah-langkah yang digunakan pada tahap ini sebagai
29
1. Mencari informasi Lembaga Adat khususnya peran dari seorang Meraje dalam masyarakat Semende.
2. Mencari informasi mengenai Pergeseran peran Meraje dalam masyarakat adat semende.
3. Meneliti Sejauh mana Pergeseran peran Meraje dalam masyarakat adat semende terjadi.
4. Mendeskripsikan Faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran peran
Meraje dalam masyarakat adat semende.
3. Verifikasi dan penarikan kesimpulan
Pada tahapan ini penarikan kesimpulan dilakukan secara cermat dengan melakukan verifikasi berupa tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan sehingga data yang ada dapat teruji kebenarannya. Hasil wawancara (data) dari informan kemudian ditarik kesimpulannya (sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian) sehingga jelas maknanya. Langkah-langkah yang digunakan pada tahap ini sebagai berikut:
1. Menggabungkan hasil wawancara dengan data yang diperoleh di lapangan
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran peranan Meraje dalam masyarakat adat semende di Dusun Pamasalak Pekon Sinarbaru
Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu.
2. Menarik kesimpulan tentang pergeseran peranan Meraje dalam masyarakat adat semende di Dusun Pamasalak Pekon Sinarbaru Kecamatan Sukoharjo
30
REFERENSI
Mohammad Ali. 1985. Penelitian Pendidikan Proses dan Strategis. Angkasa : Bandung. Halaman 120
Suharsimi Arikunto. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Bina Aksara: Jakarta. Halaman 274
Suwandi Basrowi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Rineka Cipta. J.akarta. Halaman 158
Departemen Pendidikan Nasional. 2011. Fungsi Keluarga Dalam Penanaman Nilai-Nilai Budaya Masyarakat Minangkabau Di Kota Bukittinggi. PD SYUKRI. Padang. Halaman 5
Haris Herdiansyah. 2012. Metode Penelitian kualitatif. Salemba. Halaman 132
Hadari Nawawi. 1991. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada Universit Press. Yogyakarta. Halaman 117
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta. Halaman 142
Koentjaraningrat, 1997. Metode Penelitian Masyarakat. Gramedia: Jakarta.Halaman 188
_____ _____ , 1947. Pengantar Ilmu Antropologi. Aksara Baru. Jakarta. Halaman 171
Maryeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Bumi Aksara. Jakarta. Halaman 58 M. Nazir. 1988. Metodelogi Penelitian. Ghalia Indonesia: Jakarta. Halaman 63 Juliansyah Noor. 2012. Metodologi Penelitian. Kencana Prenada Media Group.
Jakarta . Halaman 138
70
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang Pergeseran Peran Meraje dalam
masyarakat Semende di Dusun Pamasalak Desa Sinarbaru Kecamatan Sukoharjo
Kabupaten Pringsewu berdasarkan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
Faktor intern (dalam) :
1. Bertambah dan berkurangnya Penduduk
Sebanyak 75% informan menyatakan pergeseran peran meraje disebabkan
karena bertambah atau berkurangnya penduduk yang menetap di Dusun
Pamasalak.
2. Faktor Pendidikan
Sebanyak 75% informan menyatakan pergeseran peran meraje disebabkan
karena perkembangan tingkat pendidikan masyarakat di Dusun Pamasalak.
3. Faktor Perkembangan Jaman dan Modernisasi
Sebanyak 87.5% informan menyatakan pergeseran peran meraje disebabkan
karena adanya perkembangan jaman dan modernisasi yang semakin
71
4. Faktor Keluarga
Sebanyak 87.5% informan menyatakan pergeseran peran meraje disebabkan
karena faktor Rasa tanggung jawab dari orang tua.
Faktor ekstern (luar) :
1. Faktor Lingkungan Tempat Tinggal
Sebanyak 100% informan menyatakan pergeseran peran meraje disebabkan
karena faktor lingkungan tempat tinggal.
2. Faktor Pembauran Antar Suku
Sebanyak 87.5% informan menyatakan pergeseran peran meraje disebabkan
karena adanya pengaruh pembauran antar suku yang terjadi dalam proses
interaksi di masyarakat.
B. Saran
Setelah penulis menyelesaikan penelitian, membahas dan mengambil kesimpulan
hasil penelitian, ada beberapa saran yang diberikan oleh penulis sebagai berikut :
1. Kepada masyarakat Dusun Pamasalak Desa Sinarbaru khusus masyarakat
Semende saya menyarankan bahwa kebudayana adat istiadat maupun tradisi
harus tetap dijaga dan dilestarikan agar tidak hilang oleh perubahan zaman dan
tetap mempertahankan warisan kebudayaan daerah.
2. Kepada generasi muda saya berpesan agar untuk selalu semangat dan terus
berjuang mempertahankan kebudayaan masing-masing sekalipun banyak
kebudayaan yang datang dari luar.
3. Kepada tokoh adat, tokoh pemuda, dan masyarakat umum agar dapat saling
72
kita mempunyai kepercayaan dan keyakinan berbeda-beda. Jadikanlah
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rauf, Thohlon. 1989. Jagat Besemah Lebar Semende Panjang. Pustaka Dzumirrah Yayasan Nurqadim. Jilid 1. Palembang
Ali, Mohammad. 1985. Penelitian Pendidikan Proses dan Strategis. Angkasa : Bandung
Ali, Moh. 1982. Kamus Besar Bahasa Indonesia Modern
Aliana, Arifin, Zainal, dkk. 1985. Sistem Morfologi Verbal Bahasa Basemah. P dan K.P3 Bahasa; Jakarta
Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Bina Aksara: Jakarta
Basrowi, Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Rineka Cipta. Jakarta Departemen Pendidikan Nasional. 2011. Fungsi Keluarga Dalam Penanaman
Nilai-Nilai Budaya Masyarakat Minangkabau Di Kota Bukittinggi. PD SYUKRI. Padang.
Depdikbud. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia Modern. Jakarta
Dzulfikriddin. 2001. Kepemimpinan Meraje Dalam Masyarakat Adat Semende Dan Kesesuaiannya Dengan Kepemimpinan Dalam Islam, Pustaka Auliya. Palembang
Hadari Nawawi. 2001. Instrument Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta
Herdiansyah, Haris. 2012. Metode Penelitian kualitatif. Salemba Humanika. Ismawati, Esti. 2012. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Ombak. Yogyakarta
_____ _____ , 1983. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Gramedia. Jakarta Maryeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Bumi Aksara. Jakarta.
Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia: Jakarta
Noor, Juliansyah. 2012. Metodologi Penelitian. Kencana Prenada Media Group. Jakarta
Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. PT Raja grafindo Persada. Jakarta
_________________ , 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. PT Grafindo; Jakarta Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta. Suryabrata, Sumadi. 2000. Metodologi Penelitian. Jakarta : Raja Grafindo Persada Sutopo, H.B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.
Syani, Abdul. 2007. Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan. PT. Bumi Aksara. Jakarta
WJS Poerwadarminto. 1997. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta :Balai Pustaka
Sumber Skripsi
Rio Saputra, Arwin. 2013. “Persepsi masyarakat Semende terhadap Pembagian Harta Warisan dengan Sistem Tunggu Tubang (Studi Kasus di Desa Sukananti Way Tenong Lampung Barat”. FISIP Universitas Lampung. Bandar Lampung Putri, Oktavia Mega. 2011. “Pergeseran Budaya Lampung Pada Komunitas Masyarakat Lampung Didesa Cikoneng Kecamatan Anyer Kabupaten Serang Banten”. Skripsi. Universitas Lampung
Sumber Internet
Venderia, Sri. 1991.“ Bergesernya Fungsi dan Peranan Pemimpin Adat di Minangkabau (Studi Kasus di Padang Pariaman Sumatera Barat)
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/39429Diakses pada Senin, 05