ANALISIS PENGARUH RASIO CAMEL TERHADAP TINGKAT KESEHATAN BANK PERKREDITAN RAKYAT PROVINSI JAWA
BARAT PERIODE 2013– 2015
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Nurfitriana Kusumah 109081000122
JURUSAN MANAJEMEN KONSENTRASI PERBANKAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Nurfitriana Kusumah
No. IndukMahasiswa : 109081000122
Fakultas : EkonomidanBisnis
Jurusan : Manajemen
Konsentrasi : Perbankan
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, Juni 2016
Yang Menyatakan
(Nurfitriana Kusumah)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Nurfitriana Kusumah
2. Tempat/Tanggal Lahir : Karawang, 23 April 1991
3. Agama : Islam
4. Alamat : Jl. Citanduy 4 No. 312 RT 002/016
Perumnas Adiarsa, Kec. Karawang Barat,
Kab. Karawang, Jawa Barat 41313
5. Telepon : 081906717047
6. Nama Orang Tua
Ayah : Dedi Haryadi, SKM, MKM
Ibu : Ani Suherni
7. E-mail : fitririana23@gmail.com
II. PENDIDIKAN
1. SDN Adiarsa Barat III Tahun 1997-2003
2. SMP Negeri 1 Karawang Tahun 2003-2006
3. SMA Negeri 5 Karawang Tahun 2006-2009
i
ABSTRACT
This research aims to investigate the influences of CAMEL to banks health level. The CAMEL performance is measured by Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Perfoarming Loan (NPL), operation efficiency (BOPO) Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), and Loan to Deposit Ratio (LDR). The statistic method used to test on the research hypotesis was logistic regression. The report
data were extracted from bank’s financial from financial report which had been
published by Bank Indonesia. The results of this research indicated that Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Perfoarming Loan (NPL), and Loan to Deposit Ratio (LDR) have affect significant to banks health level, while the results of BOPO, ROA, and ROE there’s nosignificant influence on the health banks level
ii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rasio (CAR, NPL,BOPO, ROA,ROE dan LDR) terhadap tingkat kesehatan bank. Metode statistik yang digunakan dalam penelitian yaitu regresi logistik. Data penelitian diambil dari laporan keuangan bank yang telah diterbitkan oleh Bank Indonesia. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa CAR, NPL, dan LDR berpengaruh signifikan terhadap tingkat kesehatan bank, sementara hasil rasio BOPO, ROA dan ROE tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap tingkat kesehatan bank.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah…. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT
yang telah memberikan curahan rahmat dan kasih sayangnya serta kemudahan bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Pengaruh Rasio Camel Terhadap Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Provinsi Jawa Barat Periode 2013-2015”
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW., keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang telah merubah dari zaman kegelapan menjadi zaman terang benderang seperti saat ini dengan ilmu pengetahuan. Semoga kita termasuk umatnya yang mendapat syafaat di hari nanti.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Kedua orang tua, ibunda Ani Suherni dan ayahanda Dedi Haryadiyang telah mendukung sepenuhnya dengan cinta kasih dan kesabaran hingga segala kebutuhan jasmani dan rohani juga memberikan dukungan baik moril maupun materil serta doa yang tiadahenti-hentinya kepada penulis.
2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah berkenan memberikan tambahan ilmu dan solusi pada setiap permasalahan atas kesulitan dalam penulisan skripsi ini. Bimbingan dan arahan untuk membimbing penulis selama menyusuns kripsi.
3. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Titi Dewi Warninda, SE.,M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen dan Ibu Ela Patriana, MM selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan pengetahuan yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan
iv
7. Untuk Khoirunnisa, kamu penyemangat ibu buat kerjain skripsi. Maaf ya ibu tinggal terus ke kampus.
8. Untukteman-temanku Ima, Teh Milah, Dila, Zizah, Ari , Tetis, Fadhlin, Risa Yuni terimakasih atas saran, kritik, suntikkan semangat dan keceriaan bagi penulis.
9. Seluruh teman-teman Manajemen C 2009 atas kebersamaan dan kenangan indah yang telah diukir bersama Jaga terus kebersamaan yang telah kita rajut.
10. Seluruh teman-teman kelas konsentrasi Perbankan Fakultas Ekonomi dan Bisnis 2009 yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu. Senang rasanya bias menjadi bagian dari kalian.
11. Seluruh staf dan karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis.
12. Seluruh pihak yang turut mendukung dan membantu penulis baik moril maupun materiil, yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak khususnya dalam bidang manajemen perbankan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Penulis
v
1. Pengertian Bank Perkreditan Rakyat ... 23
vi
3. Kelebihan dan Kekurangan BPR ... 25
4. Perbandingan Bank Umum dengan BPR ... 25
C. Kinerja Bank ... 26
D. Laporan Keuangan ... 27
E. Laporan Keuangan Perbankan ... 28
F. Manfaat Laporan Keuangan ... 30
G. Tingkat Kesehatan Bank ... 33
1. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank ... 33
2. Komponen Faktor-Faktor CAMEL ... 34
3. Predikat Tingkat Kesehatan Bank ... 36
H. Rasio Keuangan ... 37
1. Capital Adequacy Ratio (CAR) ... . 37
2. Non Performing Loan(NPL) ... . 38
3. Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional(BOPO) ... . 39
4. Return on Assets(ROA) dan Return on Equity (ROE) ... . 40
5. Loan to Deposit Ratio(LDR) ... .. 41
I. Pengaruh Variabel Independen terhadap Variabel Dependen ... 42
J. Penelitian Terdahulu ... 45
K. Kerangka Pemikiran ... 51
L. Hipotesis Penelitian ... 53
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 54
B. Populasi dan Sampel ... 54
C. Metode Pengumpulan Data ... 55
1. Data Sekunder... 56
2. Penelitian Kepustakaan ... 57
D. Metode Analisis Data ... 57
1. Analisis Deskriptif ... 57
2.Regresi Logistik ... 58
vii
1. Variabel Dependen (Y) ... 60
2. Variabel Independen (X) ... 61
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Bank Perkreditan Rakyat ... 65
1. Sejarah Bank Perkreditan Rakyat ... . 65
2. Badan Hukum Bank Perkreditan Rakyat ... . 66
3. Alokasi Kredit BPR ... . 67
B. Deskriptif Penelitian ... 68
C. Hasil Analisis Data ... 71
1. Uji Signifikan Simultan ... 71
2. Uji Kelayakan Model ... 72
3. Uji Koefisien Determinasi ... 73
4. Uji Wald ... 74
5. Interpretasi ... 77
BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 80
B. Implikasi ... 81
B. Saran ... 82
DAFTAR PUSTAKA ... 83
viii
DAFTAR TABEL
No Keterangan Hal
1.1 Perkembangan Aset BPR berdasarkan Lokasi BPR 4
2.1 Kriteria Pengukuran Rasio CAR 38
2.2 Kriteria Pengukuran Rasio NPL 39
2.3 Kriteria Pengukuran Rasio BOPO 40
2.4 Kriteria Pengukuran Rasio ROA 41
2.5 Kriteria Pengukuran Rasio ROE 41
2.6 Kriteria Pengukuran Rasio LDR 42
2.7 Penelitian Terdahulu 49
3.1 Sampel BPR 56
3.2 Operasional Variabel dan Pengukuran Skala 63
4.1 Sejarah Bank Perkreditan Rakyat 65
4.2 Tabel Statistik Deskriptif 69
4.3 Omnimbus Test of Model Coefficient 70
4.4 Hosmer and Lemeshow Test 73
4.5 Koefisien Cox & Snell R Square and Nagelkerke R Square 74
4.6 Koefisien Regresi Logistik 75
4.7 Koefisien Regresi Logistik & Tingkat Signifikasi
ix
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan Hal
x
DAFTAR LAMPIRAN
No Keterangan Hal
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kondisi perekonomian Indonesia yang mengalami keterpurukan sebagai
imbas dari krisis perekonomian pada tahun 1997 mengakibatkan bangkrutnya
sejumlah bank yang tidak mampu melanjutkan usahanya.Bangkrutnya
sejumlah bank tersebut kemudian memberikan motivasi bagi bank lainnya
untuk tetap menjaga kestabilan dunia perbankan dan melanjutkan fungsi
utamanya. Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan, bahwa fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai
penghimpun dan penyalur dana masyarakat yang bertujuan untuk menunjang
pelaksanaan pembangunan nasional, dalam rangka meningkatkan pemerataan
pembangunan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, kearah
peningkatan taraf hidup rakyat banyak (Lianawatidkk,2016).
Berdasarkan Undang – Undang No.10 Tahun 1998, bank yang diakui
secara resmi di Indonesia terdiri atas dua jenis, yaitu Bank Umum dan Bank
Perkreditan Rakyat (BPR). Bank Umum dan BPR melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional atau syariah.Perbedaan mendasar Bank Umum dan
BPR terletak pada kegiatan operasionalnya dimana BPR tidak diperkenankan
2
diberikan oleh BPR adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang
serupa, memberikan kredit, dan menempatkan dananya dalam bentuk
Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito,
dan/atau tabungan pada bank lain (Latumaerissa, 2011).
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan suatu lembaga keuangan
yang memiliki peranan yang cukup penting didalam mendorong
perekonomian di Indonesia.Keberadaan BPR sangat membantu usaha mikro,
kecil dan menengah karena kegiatan usaha BPR terutama ditujukan untuk
melayani usaha-usaha kecil dan masyarakat di pedesaan.BPR yang merupakan
bagian dari sistem Perbankan harus sehat dan dapat dipercaya oleh
masyarakat agar dapat berkontribusi maksimal dalam menggerakan
perekonomian secara keseluruhan.
Dalam arahan Gubernur Bank Indonesia pada acara Bankers’ Dinner
disampaikanbahwa sudah saatnya untuk menempatkan sektor informal
(seperti petani kecil di pedesaan,pedagang di pasar-pasar tradisional, penjual
rokok dan pedagang warung kelontong) di barisan terdepan dalam penetapan
kebijakan Bank Indonesia (Putting the Last First). Terkait dengan hal
tersebut, serta dalam rangka pemberdayaan dan pengembangan sektor
informal, peran dankontribusi BPR sebagai ujung tombak lembaga keuangan
3
penting.BPR dianggap yang paling dekat dan paling mengetahui nasabahnya
dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya (Soraya, 2013).
Meningkatnya persaingan yang kompetitif di dunia perbankan dapat
membatasi ruang gerak bagi Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dalam
melaksanakan kegiatan operasional bank.Adanya keterbatasan tersebut
dimungkinkan karena Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang tidak melayani
lalu lintas pembayaran dan wilayah operasinya terbatas di wilayah yang
dilayani saja. Irmayanto (dalam Lianawati dkk,2016) menjelaskan bahwa
masalah yang sering dihadapi oleh Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah
terkait kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM), kekurangan dana, adanya
persaingan, dan wilayah kerja terbatas. Permasalahan tersebut masih menjadi
tantangan bagi Bank Perkreditan Rakyat (BPR) untuk dapat memanfaatkan
peluang-peluang yang ada sebagai dukungan pengembangan dan peningkatan
peran Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dalam pembangunan nasional.
Upaya Bank Perkreditan Rakyat (BPR) untuk mempertahankan kinerja
positif sampai dengan tahun 2013 ini tidaklah mudah.Mangkuprawira (2011)
menjelaskan bahwa penilaian kinerja hendaknya didasarkan pada sebuah
analisis menyeluruh dengan mempertimbangkan uraian dan spesifikasi
pekerjaan yang sedang diterapkan. Analisa untuk menjaga kesehatan suatu
BPR, tidak hanya dinilai pada perkembangan faktor keuangan saja, akan
tetapi perkembangan manajemen dan kebijakan Bank Perkreditan Rakyat
4
Dalam beberapa tahun terakhir jumlah BPR mengalami penurunan.
Sampai dengan Oktober 2011 jumlah BPR konvensional yang ada di seluruh
Indonesia tercatat 1.669 unit, yang terdiri atas : BPR berbadan hukum
Perseroan Terbatas 1.388 unit; berbadan hukum Perusahaan Daerah 247 unit;
dan Koperasi sebanyak 34 unit yang tersebar di 33 provinsi. Dibandingkan
Oktober 2010, jumlah tersebut mengalami penyusutan sebanyak 37 unit,
dimana jumlah keseluruhan BPR masih tercatat sebanyak 1.706 unit yang
terdiri atas : BPR berbadan hukum PT 1.384 unit; Perusahaan Daerah 288
unit; danKoperasi sebanyak 34 unit (Soraya, 2013).
Riset InfoBank pada April 2013, sejak tahun 2005 hingga tahun 2012, ada
47 Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang harus tutup karena kesalahan
kepengurusan dan moral hazard (www.infobanknews.com). Selain itu, jumlah
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dari 1.706 sekarang menyusut hanya berkisar
1.669. Walaupun jumlah BPR mengalami penurunan, namun jaringan usaha
BPR terus meningkat dengan total aset yang tumbuh sebesar 18,44% per Juli
2013.
Tabel 1.1
Perkembangan Aset BPR berdasarkan Lokasi BPR (dalam milyar)
Sumber : www.perbarindo.or.id
Lokasi 2011 2012 2013
5
Dalam suatu negara, perbankan memiliki peran yang vital, hal ini tidak
lepas dari fungsi bank itu sendiri, yaitu sebagai penghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dengan lebih
efektif dan efisien. Jadi dengan demikian bank bisa menjadi andalan dalam
pembangunan di bidang ekonomi, apabila sistem dan kelembagaan dalam
industri perbankan baik maka perbankan akan sangat bermanfaat bagi
pembangunan di indonesia. Dengan demikian agar perbankan menjadi sangat
bermanfaat dalam mendukung pembangunan negara maka proses penyaluran
pembiayaan perbankan harus dilakukan secara aktif, berhati-hati, dan
didasarkan pada pengetahuan atau informasi yang tepat mengenai sektor
industri usaha tertentu yang produktif. Oleh karena itu peran dari bank, dalam
hal ini Bank Perkreditan Rakyat sangat di perhatikan kesehatannya karena
BPR sebagai salah satu alat penunjang perekonomian. Penilaian kesehatan
bank ini di nilai sangat penting, karena bank dipercayakan untuk menghimpun
dan mengelola dana masyarakat. Penilaian kesehatan bank dilakukan setiap
periode.Dalam setiap penilaian ditentukan kondisi suatu bank apakah bank itu
sehat ataupun tidak.Bagi bank yang sudah dinilai sebelumnya dapat pula
dinilai apakah ada peningkatan atau penurunan kesehatanya.Bagi bank yang
menurut penilaian sehat atau kesehatannya terus meningkat tidak jadi
masalah, karena itulah yang diharapkan dan supaya tetap dipertahankan.Akan
tetapi bagi bank yang terus-menerus tidak sehat, maka harus mendapat
6
berlaku.Penilaian untuk menentukan suatu kondisi bank, biasanya
menggunakan berbagai alat ukur.Salah satu alat ukur utama yang digunakan
untuk menentukankondisi suatu bank adalah CAMEL.
Penilaian tingkat kesehatan bank merupakan gambaran dari kinerja bank
yang dipakai sebagai tolok ukur bagi pihak yang berkepentingan dalam
mengevaluasi pengelolaan bank telah dilakukan sejalan dengan prinsip
operasional bank yang sehat dan hati – hati (Laksito dan Sutapa, 2010).
Pelanggaran prinsip kehati-hatian sering terjadi dalam perbankan
meskipun prinsip tersebut sudah disyaratkan dalam peraturan perbankan.
Prinsip ini sangat diperlukan terutama dalam hal penyaluran kredit, karena
sumber dana kredit yang disalurkan adalah bukan dari bank itu sendiri tetapi
dana yang berasal dari masyarakat, sehingga perlu penerapan prinsip
kehati-hatian melalui analisa yang akurat dan mendalam dalam penyaluran yang
tepat. Jika kredit yang telah disalurkan kepada masyarakat dalam jumlah besar
tidak dibayar kembali kepada bank tepat pada waktunya, maka kualitas kredit
dapat digolongkan menjadi Non Performing Loan (NPL) yang menyebabkan
terjadinya kredit macet.Hal ini dapat menurunkan citra dan kredibilitas bank
di mata publik dan perbankan internasional (Yulianto dan Sulistyowati, 2012).
Tingkat kesehatan bank dapat dinilai dari beberapa indikator.Salah satu
indikator utama yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan bank
yang bersangkutan. Berdasarkan laporan keuangan akan dapat dihitung
7
kesehatan bank. Analisis rasio keuangan memungkinkan manajemen untuk
mengidentifikasikan perubahan-perubahan pokok pada trend jumlah, dan
hubungan serta alasan perubahan tersebut. Hasil analisis laporan keuangan
akan membantu mengintepretasikan berbagai hubungan kunci serta
kecenderungan yang dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai potensi
keberhasilan perusahaan dimasa mendatang (Almilia dan Herdiningtyas,
2005).
Almilia dan Herdiningtyas (2005) mengemukakan bahwa secara empiris
tingkat kegagalan bisnis dan kebangkrutan bank dengan menggunakan
rasio-rasio keuangan model CAMEL dapat diuji sebagaimana yang telah dilakukan
oleh beberapa peneliti yaitu: Thomson (1991) (dalam Wilopo 2001) yang
menguji manfaat rasio keuangan CAMEL dalam memprediksi kegagalan bank
di USA pada tahun 1980an dengan menggunakan alat statistik regresi logit.
Whalen dan Thomson (1988) (dalam Wilopo 2001) menemukan bahwa rasio
keuangan CAMEL cukup akurat dalam menyusun rating bank. Di Indonesia,
Surifah (1999) menguji manfaat rasio keuangan dalam memprediksi
kebangkrutan bank denganmenggunakan model CAMEL.
Laksito dan Sutapa (2010) melakukan penelitian pada Bank Perkreditan
Rakyat dengan variabel penelitian rasio keuangan capital, rasio keuangan
asset rasio keuangan manajemen, rasio keuangan ROA, rasio keuangan ROE,
rasio keuangan likuiditas, dan rasio keuangan sensitivitas terhadap risiko
8
memprediksi kebangkrutan bank dapt disimpulkan bahwa Capital, Assets,
Manegement, Earning mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
prediksi kesehatan bank karena capital pada BPR menunjukkan kemampuan
bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan
manajemen bank dalam mengukur, mengawasi, dan mengontrol risiko – risiko
yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank.
Penelitian yang dilakukan oleh Yulianto dan Sulistyowati (2012)
menunjukkan bahwa CAR dan NPL dapat digunakan untuk membentuk
variabel diskriminan.Sedangkan variabel NPM, ROA, BOPO, LDR dan IER
menunjukkan hasil yang tidak signifikan, sehingga variabel tersebut
mempunyai nilai prediksi yang rendah dalam membentuk variabel
diskriminan.
Lestari (2008) dalam Yulianto dan Sulistyowati (2012) menganalisis
tingkat kesehatan bank pemerintah, hasilnya menunjukkan bahwa dengan
menggunakan metode CAMELS terdapat 2 bank dengan 3 periode yang
mendapatkan predikat tidak sehat (PT Bank Tabungan Negara pada tahun
2008 dan PT BPD Nusa Tenggara Barat pada tahun 2007 dan 2008).
Wahyudi dan Sutapa (2010) menunjukkan hasil penelitian sebagai
berikut: (1) Capital Adequacy Ratio (CAR), Net Proft Margin (NPM), Return
on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), beban operasional terhadap
pendapatan operasional (BOPO) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) tidak
9
Bermasalah (APB) dan Kualitas Aktiva Produktif (KAP) menunjukkan hasil
secara rata-rata keseluruhan bank dari segi kualitas asset yang dimiliki oleh
bank kurang baik atau dapat dikatakan buruk, (3) Interest Risk Ratio (IER)
berpengaruh signifikan terhadap tingkat kesehatan bank.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, peneliti tertarik
untukmenggunakan kembali rasio-rasio CAMEL tersebut.Penelitian ini
mengacukepada penelitian Yulianto dan Sulistyowati (2012) yang bertujuan
untuk menguji kembali analisis CAMEL dalam memprediksi tingkat
kesehatan bank.Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
terdapat pada periode penelitian, dimana pada penelitian sebelumnya periode
yang diteliti selama 2 tahun periode 2009-2011, maka penelitian ini mencoba
dengan periode 2013-2015, dan sampel yang digunakan adalah Bank
Perkreditan Rakyat Provinsi Jawa Barat yang terdaftar di Direktori Bank
Indonesia tahun 2013 – 2015. Variabel independen yang digunakan adalah
rasio CAMEL yang terdiri dari CAR, NPL, BOPO, ROA, ROE, dan
10 B. Rumusan Masalah
Atas dasar pemikiran di atas maka dapat dirumuskan pertanyaan
penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh rasio CAR terhadap tingkat kesehatan Bank
Perkreditan Rakyat di Provinsi Jawa Barat Periode 2013-2015?
2. Bagaimana pengaruh rasio NPL terhadap tingkat kesehatan Bank
Perkreditan Rakyat di Provinsi Jawa Barat Periode 2013-2015?
3. Bagaimana pengaruh rasio BOPO terhadap tingkat kesehatan Bank
Perkreditan Rakyat di Provinsi Jawa Barat Periode 2013-2015?
4. Bagaimana pengaruh rasio ROA terhadap tingkat kesehatan Bank
Perkreditan Rakyat di Provinsi Jawa Barat Periode 2013-2015?
5. Bagaimana pengaruh rasio ROE terhadap tingkat kesehatan Bank
Perkreditan Rakyat di Provinsi Jawa Barat Periode 2013-2015?
6. Bagaimana pengaruh rasio LDR terhadap tingkat kesehatan Bank
Perkreditan Rakyat di Provinsi Jawa Barat Periode 2013-2015?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi variabel-variabel rasio
CAMEL yang berpengaruh terhadaptingkat kesehatan pada sektor perbankan.
Secara rinci tujuannya adalah sebagaiberikut :
1. Menganalisis pengaruh rasio CAR terhadap tingkat kesehatan Bank
11
2. Menganalisis pengaruh rasio NPL terhadap tingkat kesehatan Bank
Perkreditan Rakyat daerah Jawa Barat
3. Menganalisis pengaruh rasio BOPO terhadap tingkat kesehatan Bank
Perkreditan Rakyat daerah Jawa Barat
4. Menganalisis pengaruh rasio ROA terhadap tingkat kesehatan Bank
Perkreditan Rakyat daerah Jawa Barat
5. Menganalisis pengaruh rasio ROE terhadap tingkat kesehatan Bank
Perkreditan Rakyat daerah Jawa Barat
6. Menganalisis pengaruh rasio LDR terhadap tingkat kesehatan Bank
Perkreditan Rakyat daerah Jawa Barat
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Bagi penulis, di harapkan dapat menambah wawasan penulis dan
pengetahuan penulissecara khusus, dan pembaca secara umum, mengenai
analisis tingkat kesehatan di Indonesia.
2. Bagi deposan, investor, kreditor, dan masyarakat luas dapat dijadikan
acuan dalam mengevaluasi bank-bank umum yang beroperasi demi
melindungi kepentingannya.
3. Bagi peneliti lebih lanjut, penelitian ini diharapkan sebagai sumber
12
mengenai topik-topik yang berkaitan, baik yang bersifat melanjutkan
13 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bank
1. Definisi Bank
Secara sederhana bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang
kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-
jasa bank lainnya (Kasmir, 2011).
Crosse dan Hampel memberikan pengertian bank sebagai suatu
organisasi yang menggabungkan usaha manusia dan sumber-sumber
keuangan untuk melaksanakan fungsi pelayanan terhadap kebutuhan
masyarakat dan untuk memperoleh keuntungna bagi pemilik bank.
Pengertian bank yang lain diberikan oleh Perry yang menyatakan
bahwa bank adalah badan usaha yang transaksinya berkaitan dengan
peneriamaan simpanan dari nasabah, menyediakan dana atas setiap
penarikan, melancarkan lalu lintas pembayaran, memberikan kredit dan
atau menanamkan kelebihan simpanan tersebut sampai dibutuhkan.
Selain itu dalam pasal 1 ayat 2 UU No. 10 Tahun 1998 tentang
perbankan dinyatakan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun
14
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk – bentuk lainnya
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
2. Tugas dan Fungsi Bank
Pada dasarnya tugas pokok bank menurut UU No.19 tahun 1998
adalah membantu pemerintah dalam hal mengatur, menjaga, dan
memelihara stabilitas nilai rupiah, mendorong kelancaran produksi dan
pembangunan serta memperluas kesempatan kerja guna peningkatan taraf
hidup rakyat banyak. Sedangkan fungsi bank pada umumnya (Siamat,
2005:276) :
a. Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien
dalam kegiatan ekonomi.
b. Menciptakan uang.
c. Menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat.
d. Menawarkan jasa-jasa keuangan lain.
3. Jenis Bank
Adapun jenis perbankan dewasa ini jika ditinjau dari berbagai segi
antara lain (Kasmir, 2011):
a. Dilihat dari fungsinya
Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 14 Tahun 1967
15
1. Bank Umum
2. Bank Pembangunan
3. Bank Tabungan
4. Bank Pasar
5. Bank Desa
6. Lumbung Desa
7. Bank Pegawai
Namun setelah keluar UU Pokok Perbankan Nomor 7 Tahun
1992 dan ditegaskan lagi dengan keluarnya Undang – Undang RI
Nomor 10 Tahun 1998 maka jenis perbankan berdasarkan
fungsinya terdiri dari:
a) Bank Umum
Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Sifat jasa yang diberikan adalah umum
b) Bank Perkreditan Rakyat
Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip
syariah.Dalam kegiatannya BPR tidak memberikan jasa dalam lalu
16
lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan atau jasa bank
umum.
b. Dilihat dari segi kepemilikan
Ditinjau dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja yang
memiliki bank tersebut. Jenis bank dilihat dari segi kepemilikan
adalah:
1. Bank milik pemerintah
Bank milik pemerintah merupakan bank yang akte pendirian
maupun modal bank ini sepenuhnya milik Pemerintah Indonesia,
sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah.
2. Bank milik swasta nasional
Bank milik swasta nasional merupakan bank yang seluruh atau
sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta.Kemudian akte
pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula dengan
pembagian keuntungannya untuk keuntungan swasta pula.
3. Bank milik koperasi
Bank milik koperasi adalah bank yang kepemilikan
saham-sahamnya dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum
koperasi.Contoh bank jenis ini adalah Bank Umum Koperasi
Indonesia (Bukopin).
17
Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada diluar
negeri, baik milik swasta asing atau pemerintah
asing.Kepemilikannya pun jelas dimiliki oleh pihak asing.
5. Bank milik campuran
Bank milik campuran merupakan bank yang kepemilikan
sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta
nasional.Kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh
warga Negara Indonesia.
c. Dilihat dari segi status
Jenis bank dilihat dari segi status adalah sebagai berikut :
1. Bank Devisa
Bank devisa merupakan bank yang dapat melaksanakan
transaksi keluar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang
asing secara keseluruhan, misalnya transfer keluar negeri, inkaso
keluar negeri, travellers cheque, pembukaan dan pembayaran
Letter of Credit dan transaksi lainnya.
2. Bank non – Devisa
Bank non devisa adalah bank yang beum mempunyai izin
untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa sehingga tidak
18
d. Dilihat dari segi cara menentukan harga
Jenis bank jika dilihat dari segi atau caranya dalam menentukan harga
baik harga jual maupun harga beli, yaitu :
1. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional (Barat)
Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini
adalah bank yang berorientasi pada prinsip konvensional. Hal ini
tidak terlepas dari sejarah bangsa Indonesia di mana asal mula
bank di Indonesia dibawa oleh kolonial Belanda.
2. Bank yang berdasarkan prinsip syariah (Islam)
Bank yang berprinsip syariah belum lama berkembang di
Indonesia.Namun di luar negeri terutama di negara – negara Timur
Tengah seperti Mesir atau Pakistan bank yang berprinsip syariah
sudah berkembang pesat sejak lama. Bank berdasarkan prinsip
syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara
bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan
usaha atau kegiatan perbankan lainnya.
4. Sumber Dana Bank
a. Pengertian Sumber Dana Bank
Sebagai lembaga keuangan, maka dana merupakan persoalan bank
yang paling utama. Tanpa dana, bank tidak dapat berbuat apa-apa,
19
berupa menghimpun dana yang sementara tidak dipergunakan untuk
kemudian menyalurkan kembali dana tersebut ke dalam masyarakat
untuk jangka waktu tertentu. Fungsi untuk mencari dan selanjutnya
menghimpun dana dalam bentuk simpanan (deposit) sangat
menentukan pertumbuhan suatu bank, sebab volume dana yang
berhasil dihimpun atau disimpan tentunya akan menentukan pula
volume dana yang dapat dikembangkan oleh bank tersebut dalam
bentuk penanaman dana yang menghasilkan, misalnya dalam bentuk
pemberian kredit, pembelian efek-efek atau surat berharga dalam pasar
uang.
Adapun pengertian Dana Bank menurut Sinungan (2000) adalah:
”Uang tunai yang dimiliki bank ataupun aktiva lancar yang dikuasai
bank dan setiap waktu dapat diuangkan”.
Definisi lain Dana Bank menurut Kuncoro (2002) adalah: ”Semua
utang dan modal yang tercatat pada neraca bank sisi pasiva yang dapat
dipergunakan sebagai modal operasional bank dalam rangka kegiatan
penyaluran atau penempatan dana”.
Pengertian Sumber Dana Bank menurut Kasmir (2011)
mengatakan: ”Sumber-sumber dana bank adalah usaha bank dalam
20
b. Jenis-jenis Sumber Dana Bank
Dalam usaha menghimpun dana tersebut, sudah tentu bank harus
mengenal sumber-sumber dana yang terdapat di dalam berbagai
lapisan masyarakat dengan bentuk yang berbeda-beda. Secara garis
besarnya sumber dana bagi sebuah bank ada 3 yaitu :
1) Dana dari modal sendiri (Dana Pihak ke 1)
Dana dari modal sendiri adalah dana yang berasal dari para
pemegang saham bank, yakni pemilik bank. Dana pihak ke 1 ini
terdiri dari :
(a) Modal yang disetor
Yaitu jumlah uang yang disetor secara efektif oleh para
pemegang saham pada saat bank berdiri. Umumnya modal
setoran pertama dari para pemilik bank ini sebagian
dipergunakan bank untuk sarana perkantoran, peralatan kantor
dan promosi untuk menarik minat masyarakat. Selanjutnya
modal ini dapat diperbesar lagi dengan cara penambahan modal
oleh pemilik bank.
(b) Cadangan-cadangan
Yaitu sebagian dari laba bank yang disisihkan dalam bentuk
cadangan modal dan cadangan lainnya yang digunakan untuk
21
diperbesar apabila bagian untuk cadangan tersebut ditingkatkan
atau bank mampu meningkatkan labanya.
(c)Laba yang ditahan
Merupakan laba yang memang belum dibagikan pada tahun
yang bersangkutan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai modal
untuk sementara waktu. Biasanya laba yang ditahan
dipergunakan untuk memperkuat posisi cadangan likuiditas
(cash reserve) atau penambahan dana yang dapat dipinjamkan
(lonable funds).
2) Dana pinjaman dari pihak luar (Dana Pihak ke 2)
Dana dari pihak kedua ini, yaitu pihak yang memberikan
pinjaman dana (uang) pada bank yang terdiri dari :
(a) Pinjaman dari bank lain
Pinjaman ini biasanya dikenal dengan Call Money yaitu
pinjaman harian antar bank. Pinjaman ini biasanya diminta bila
ada kebutuhan mendesak yang diperlukan bank. Jangka waktu
Call Money ini biasanya tidak lama, yaitu sekitar satu bulan
dan dan bahkan hanya beberapa hari saja. Kadangkala ada yang
meminjam hanya satu malam sehingga juga disebut overnight
call money.
22
Biasanya pinjaman ini berbentuk pinjaman jangka menengah
panjang. Realisasi pinjaman ini harus melalui persetujuan Bank
Indonesia dimana secara tidak langsung Bank Indonesia selaku
bank sentral ikut serta mengawasi pelaksanaan pinjaman
tersebut demi menjaga solvabilitas bank bersangkutan.
(c) Pinjaman dari lembaga keuangan bukan bank
Pinjaman dari LKBB ini kadangkala tidak benar-benar
berbentuk pinjaman atau kredit, tapi lebih banyak berbentuk
surat berharga yang dapat diperjualbelikan sebelum tanggal
jatuh tempo. Misalnya berbentuk Sertifikat Bank atau Deposit
On Call dengan jangka waktu melebihi 3 bulan dan dapat
diperpanjang kembali tanpa mengeluarkan sertifikat baru.
Dalam banyak hal, pinjaman seperti ini dapat digolongkan pada
sumber dana dari pihak ketiga, yaitu dari masyarakat.
(d) Pinjaman dari bank sentral
Untuk membiayai usaha-usaha masyarakat yang tergolong
prioritas apalagi yang berprioritas tinggi seperti kredit investasi
pada sektor-sektor yang harus ditunjang sesuai dengan petunjuk
pelita (misalnya pertanian, pangan, perhubungan, dll), kredit
produksi dan modal kerja dan kredit-kredit kecil lainnya, maka
23
3) Dana dari masyarakat (Dana Pihak ke 3)
Dana-dana masyarakat yang disimpan dalam bank adalah
merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan bank.
Dana pihak ke 3 ini terdiri dari 3 jenis, yaitu :
(a) Giro
Giro adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
mempergunakan cek, bilyet giro, surat perintah pembayaran
lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.
(b) Deposito
Deposito atau simpanan berjangka adalah simpanan pihak
ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan
dalam jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara pihak
ketiga dan bank yang bersangkutan.
(c) Tabungan
Tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang
penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat
24 B. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
1. Pengertian Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
BPR adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya
dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuklainnya yang
dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR.
Berdasarkan Undang – Undang No. 10 Tahun 1998 Bank Perkreditan
Rakyat adaah bank yang melaksanakan kegiatan secara konvensional atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayarannya. Kegiatan usaha BPR terutama
ditujukan untuk melayani usaha – usaha kecil dan masyarakat di daerah
pedesaan. Bank Perkreditan Rakyat merupakan bank desa yang khusus
melayani masyarakat kecil di kecamatan dan pedesaan (Kasmir, 2011).
2. Usaha Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Usaha – usaha Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah:
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu.
b. Memberikan kredit
c. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI),
deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/atau tabungan pada bank
25
Usaha yang tidak boleh dilakukan oleh BPR adalah:
a. Menerima simpanan giro
b. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing
c. Melakukan penyertaan modal dengan prinsip prudent banking
d. Melakukan usaha perasuransian
e. Melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha sebagaimana yang
dimaksud dalam usaha BPR
3. Kelebihan dan Kekurangan BPR
a) Kelebihan BPR
Bank Umum memang punya keunggulan teknologi, sumber dana yang
melimpah, networking secara nasional, lalu lintas pembayaran melalui cek
dan bilyet giro, dan sebagainya. Tetapi BPR juga punya keunggulan
hubungan personal yang kuat dengan nasabahnya.BPR mampu memberi
pelayanan yang prima karena pelayanan yang dilakukan BPR adalah face
to face.BPR juga mampu menyesuaikan kondisi, adat – istiadat, buaya,
dan kehidupan masyarakat sekitar.
b) Kekurangan BPR
Tidak bisa melakukan kegiatan usaha dalam lalu lintas pembayaran, tidak
bisa memberikan jasa simpanan dalam bentuk giro, tidak bisa
memberikan jasa perasuransian , tidak bisa ikut serta dalam penyertaan
26
4. Perbandingan Bank Umum dengan BPR
Berdasarkan kegiatan usaha dan larangan-larangan di atas, maka
secara umum BPR mempunyai kegiatan usaha yang lebih terbatas
dibandingkan Bank Umum. Bank umum dapat menghimpun dana dalam
bentuk simpanan dari masyarakat berupa giro, tabungan, dan deposito,
sedangkan BPR tidak boleh menghimpun dana dalam bentuk giro dan juga
tidak boleh ikut serta dalam lalu lintas pembayaran. Bank umum dapat
melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing, sedangkan BPR tidak
diperbolehkan. Bank umum dapat melakukan penyertaan modal pada
lembaga keuangan dan untuk mengatasi kredit macet, sedangkan BPR
sama sekali tidak boleh melakukan penyertaan modal. Dalam hal
melakukan usaha perasuransian, BPR dan Bank Umum sama-sama tidak
diperbolehkan.
C. Kinerja Bank
Pengertian kinerja menurut beberapa ahli seperti Caves yaitu penilaian
bagaimana hasil ekonomi dari kegiatan industri memberikan kemungkinan
kontribusi terbaik guna mencapai tujuan.Dari pendapat tersebut diatas dapat
didefinisikan bahwa kinerja adalah seberapa baik hasil yang dicapai oleh
perusahaan dalam mencapai tujuan perekonomian, dimana tujuan
perekonomian adalah untuk memaksimumkan kegiatan ekonomi (Sofyan
27
Kinerja dapat diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan
keuangan. Informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan di masa lalu sering
kali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja
di masa depan.
Menurut Mulyadi (1999) dalam Harjanti (2011) Kinerja yang baik
merupakan hal penting yang harus dicapai oleh perusahaan dalam
menjalankan bisnisnya, karena kinerja merupakan cerminan oleh perusahaan
dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dananya. Cara pengukuran
kinerja perbankan salah satunya adalah dengan mengukur kemampuan
perbankan dalam menghasilkan laba atau profit dari berbagai kegiatan yang
dilakukan.
D. Laporan Keuangan
Laporan keuangan pada dasarnya adalah merupakan hasil refleksi dari
sekian banyak transaksi yang terjadi dalam suatu
perusahaan.Transaksi-transaksi dan peristiwa-peristiwa yang bersifat finansial dicatat, digolongkan,
dan diringkaskan dalam satuan uang, dan kemudian diadakan penafsiran
untuk berbagai tujuan (Saraswati, 2012). Berbagai tindakan tersebut tidak lain
adalah merupakan proses akuntansi yang pada hakikatnya merupakan seni
pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi dan peristiwa - peristiwa
yang setidak-tidaknya sebagian bersifat finansial, dalam cara yang tepat dan
28
Sugiri dan Riyono (2001 dalam Saraswati, 2012) berpendapat bahwa
laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi. Sebagai hasil
akhirdari proses akuntansi, laporan keuangan harus mampu menyajikan
informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan oleh berbagai pihak.
Laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan data
keuangan perusahaan.Laporan keuangan ini disusun dan ditafsirkan untuk
kepentingan manajemen dan pihak-pihak lain yang menaruh perhatian atau
mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan tersebut
(Djarwanto, 1996:5 dalam Saraswati, 2012).
E. Laporan Keuangan Perbankan
Dalam rangka peningkatan transparansi kondisi keuangan,
berdasarkanPeraturan Bank Indonesia Nomor: 3/22/PBI/2001 tanggal 14
Desember 2001,bank wajib menyusun dan menyajikan laporan keuangan
dengan bentuk dan cakupan yang terdiri dari :
1. Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Tahunan
laporan lengkap mengenai kinerja suatu bank dalam kurun waktu satu
tahun.
2. Laporan Keuangan Publikasi Triwulan
laporan keuangan yang disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan
yang berlaku dan dipublikasikan setiap triwulan.
29
laporan keuangan yang disusun berdasarkan Laporan Bulanan
BankUmum yang disampaikan bank kepada Bank Indonesia dan
dipublikasikan setiap bulan.
4. Laporan Keuangan Konsolidasi Bank
Merupakan bagian dari suatu kelompok usaha dan atau memiliki anak
perusahaan, wajib meyusun laporan keuangan konsolidasi berdasarkan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang berlaku serta
menyampaikan laporan sebagaimana diatur dalam peraturan Bank
Indonesia.
Laporan keuangan yang harus disusun berdasrkan Standar Khusus
Akuntansi Perbankan Indonesia (SKAPI) dan Prinsip Akuntansi
Perbankan Indonesia (PAPI) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI). Menurut PSAK No.31 tentang Akuntansi Perbankan,
laporan keuangan bank terdiri atas :
a. Neraca Bank
Neraca bank menyajikan aset dan kewajiban dalam neraca
berdasarkan karakteristiknya dan disusun berdasarkan urutan
likuiditasnya.
b. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi bank menyajkan secara terperinci unsur pendapatan
30
c. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu
dan diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi, dan
pendanaan.
d. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas menyajikan peningkatan dan penurunan
aset bersih atau kekayaan bank selama periode bersangkutan
berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang dianut dan harus
diungkapkan dalam laporan keuangan.
e. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan yang akan dibuat harus disajikan
secara sistematis.
F. Manfaat Laporan Keuangan
Laporan keuangan beserta pengungkapannya dibuat perusahaan
dengan tujuan memberikan informasi yang berguna untuk pengambilan
keputusan-keputusan investasi dan pendanaan.Hal ini sesuai dengan
pernyataan dalam SFAC No. 1 bahwa laporan keuangan harus memberikan
informasi:
1. Untuk keputusan investasi dan kredit
2. Mengenai jumlah dan timing arus kas
31
4. Mengenai kinerja perusahaan
5. Mengenai sumber dan penggunaan kas
6. Penjelas dan interpretif
7. Untuk menilai stewardship
Informasi yang disediakan oleh laporan keuangan berupa informasi
akuntansi.Belkaoui (dalam Wicaksana, 2011) mendefinisikan informasi
akuntansi sebagai informasi kuantitatif tentang entitas ekonomi yang
bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi dalam menetukan
pilihan-pilihan di antara alternatif-alternatif tindakan.Informasi akuntansi yang
dihasilkan oleh pihak manajemen perusahaan mempunyai beberapa
karakteristik kualitatif yang harus dimiliki.Karakteristik tersebut dapat
membedakan antara informasi yang bermanfaat dengan yang kurang
bermanfaat. Dalam pemilihan metode akuntansi yang akan digunakan
perusahaan, karakteristik tersebut haruslah menjadi salah satu dasar
pertimbangan pemilihan metode akuntansi yang akan digunakan.
Menurut Statement of Financial Accounting (SFAC) No. 2
karakteristik kualitatif dari informasi akuntansi adalah sebagai berikut :
1. Relevan
Relevanmaksudnya adalah kapasitas informasi yang dapat mendorong
suatu keputusan apabila dimanfaatkan oleh pemakaiuntuk kepentingan
memprediksi hasil di masa depan yang berdasarkan kejadian waktu lalu
32
a. Ketepatan waktu (timeliness), yaitu informasi yang siap digunakan
para pemakai sebelum kehilangan makna dan kapasitas dalam
pengambilan keputusan
b. Nilai prediktif (predictive value), yaitu informasi dapat membantu
pemakai dalam membuat prediksi tentang hasil akhir dari kejadian
yang lalu, sekarang dan masa depan.
c. Umpan balik (feedback value), yaitu kualitas informasi yang
memungkinkan pemakai dapat mengkonfirmasikan ekspektasinya
yang telah terjadi di masa lalu
2. Reliable
Reliable, maksudnya adalah kualitas informasi yang dijamin bebas dari
kesalahan dan penyimpangan atau bias serta telah dinilai dan disajikan
secara layak sesuai dengan tujuannya. Reliable mempunyai tiga
krakteristik utama yaitu :
a. Dapat diperiksa (verifiability), yaitu consensus dalam pilihan
pengukuran akuntansi yang dapat dinilai melalui kemampuannya
untuk meyakinkan bahwa apakah informasi yang disajikan
berdasarkan metode tertentu memberikan hasil yang sama apabila
diverifikasi dengan metode yang sama oleh pihak independen
b. Kejujuran penyajian (representation faithfulness), yaitu adanya
kecocokan antara angka dan diskripsi akuntansi serta
33
c. Netralitas (neutrality), informasi akuntansi yang netral diperuntukkan
bagi kebutuhan umum para pemakai dan terlepas dari anggapan
mengenai kebutuhan tertentu dan keinginan tertentu para pemakai
khusus informasi.
3. Daya Banding
Daya banding(comparability), informasi akuntansi yang dapat
dibandingkan menyajikan kesamaan dan perbedaan yang timbul dari
kesamaan dasar dan perbedaan dasar dalam perusahaan dan transaksinya
dan tidak semata-mata dari perbedaan perlakuan akuntansinya
4. Konsistensi
Konsistensi (consistency), yaitu keseragaman dalam penetapan
kebijaksanaan dan prosedur akuntansi yang tidak berubah dari periode ke
periode.
G. Tingkat Kesehatan Bank
1. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank
Menurut Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia tanggal 30 April
1997 tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum,
Tingkat kesehatan bank adalah penilaian atas suatu kondisi laporan
keuangan bank pada periode dan saat tertentu sesuai dengan standar Bank
34
manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan pelaksanaan ketentuan lain yang
mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan bank (Riyadi,2006).
Siamat (2005) menyatakan bahwa tingkat kesehatan bank merupakan
hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap
kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian faktor permodalan,
kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas dan sensitivitas terhadap
risiko pasar. Penilaian terhadap faktor-faktor CAMEL dilakukan melalui
penilaian kuantitatif dan atau kualitatif setelah mempertimbangkan unsur
judgement yang didasarkan atas materialitas dan signifikasi dari
faktor-faktor penilaian (Yulianto dan Sulistyowati, 2012)
2. Komponen Faktor – Faktor CAMEL
a. Aspek Permodalan (Capital)
Modal secara umum adalah sejumlah dana yang ditanamkan ke
dalam suatu perusahaan oleh pemiliknya untuk pembentukan suatu
badan usaha dan menghendaki agar uang yang ditanamkannya
memberikan hasil. Sedangkan modal bank adalah dana yang
diinvestasikan oleh pemilik dalam rangka pendirian badan usaha yang
yang dimaksudkan untuk membiayai kegiatan usaha bank disamping
untuk memenuhi regulasi yang ditetapkan oleh otoritas moneter
35
b. Aspek Kualitas Aset (Asset Quality)
Aspek kualitas aset yaitu untuk menilai jenis – jenis aset yang
dimiliki oleh bank.Penilaian aset harus sesuai dengan Peraturan oleh
Bank Indonesia dengan membandingkan anatara aktiva produktif yang
diklasifikasikan dengan aktiva produktif yang diklasifikasikan (Taufik
dalam Yanti dkk, 2014).
c. Aspek Kualitas Manajemen
Aspek kualitas manajemen, mencerminkan tingkat efektifitas yang
dapatdicapai oleh usaha operasional bank. Taufik dalam Yanti dkk
(2014) menyatakan, untuk menilai kegiatan bank yang dikelola sehari
– hari dari kualitas manajemen juga bisa dilihat dengan dua faktor,
yaitu faktor:
a. Manajemen Umum yang terdiri dari manajemen strategi,
manajemen struktural, dan manajemen sistem dan kepemimpinan.
b. Manajemen Risiko yang terdiri dari manajemen likuiditas,
manajemen kredit, manajemen operasional, dan manajemen
Hukum Pemilik dan Pengurus
d. Aspek Rentabilitas (Earnings)
Aspek Rentabilitas merupakan ukuran kemampuan bank dalam
menigkatkan labanya apakah setiap periode atau untuk mengukur
tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank yang
36
rentabilitas yang terus meningkat. Rentabilitas juga sering disebut
profitabilitas usaha yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi
usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan
(Kasmir dalam Yanti dkk, 2014)
e. Aspek Likuiditas
Aspek Likuiditas, yaitu penilaian atas kemapuan bank yang
bersangkutan untuk membayar semua hutang – hutangnya terutama
simpanan tabungan, giro, dan deposito pada saat ditagih dan dapat
pula memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai (Yanti
dkk, 2014).
3. Predikat Tingkat Kesehatan Bank
Sesuai ketentuan Bank Indonesia, kondisi tingkat kesehatan bank di
Indonesia saat ini dikelompokkan menjadi empat predikat, yaitu:
a. Sehat
b. Cukup sehat
c. Kurang sehat
d. Tidak sehat
Predikat tingkat kesehatan bank yang “Sehat “ atau “Cukup Sehat”
atau “Kurang Sehat “ akan diturunkan menjadi “Tidak Sehat” jika
37
a. Perselisihan intern yang diperkirakan akan menimbulkan kesulitan
dalam bank yang bersangkutan
b. Campur tangan pihak – pihak di luar bank dalam kepengurusan
(manajemen) Bank, termasuk didalamnya kerjasama yang tidak wajar
yang mengakibatkan salah satu atau beberapa kantornya berdiri
sendiri
c. Window Dressing dalam pembukuan atau laporan bank secara materiil
dapat berpengaruh terhadap keadaan keuangan bank sehingga
mengakibatkan penilaian yang keliru terhadap bank
d. Praktik “Bank dalam Bank” atau melakukan usaha bank diluar
pembukuan bank
e. Kesulitan keuangan bank yang mengakibatkan penghentian sementara
atau pengunduran diri dari keikutsertaan dalam kliring
f. Praktik perbankan lain yang dapat membahayakan kelangsungan
usaha bank atau menurunkan kesehatan bank
H. RasioKeuangan
1. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kewajiban pemenuhan
modal minimum yang harus dimiliki oleh bank. CAR memperlihatkan
seberapa besar jumlahseluruh aktiva bank yang mengandung resiko
38
dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber
diluar bank(Almilia dan Herdiningtyas, 2005). Untuk saat ini minimal
CAR sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).Rasio
ini dapat dirumuskan sebagai berikut (Surat Edaran Bank Indonesia
No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004) :
Adapun penilaian rasio CAR berdasarkan Surat Edaran Bank
Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 antara lain :
Tabel 2.1
Kriteria Pengukuran Rasio CAR
Kriteria Hasil Rasio
Sehat ≥8%
Tidak Sehat <8%
.
2. Non Perfoarming Loan (NPL)
Non Performing Loan (NPL) adalah merupakan kredit bermasalah
yang merupakan salah satu kunci untuk menilai kualitas kinerja
bank.Kredit bermasalah digolongkan menjadi kredit dengan kualitas
kurang lancar, diragukan dan macet (Almilia dan Herdiningtyas,
2005).Almilia dan Herdiningtyas (2005) menyatakan bahwa semakin
buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit
39
bermasalahsemakin besar. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (Surat
Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004):
Adapun penilaian rasio NPL berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia
No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 antara lain :
Tabel 2.2
Kriteria Pengukuran Rasio NPL
3. Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional
BOPO adalah rasio perbandingan antara biaya operasional dengan
pendapatn operasional.Semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin
baik kinerja manajemen bank, karena lebih efisien dalam menggunakan
sumber daya yang ada di perusahaan (Riyadi, 2006).Rasio ini dirumuskan
sebagai berikut (Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei
2004) :
Kriteria Hasil Rasio
Sehat ≤ 5%
40
Adapun penilaian rasio BOPO berdasarkan Surat Edaran Bank
Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 antara lain :
Tabel 2.3
Kriteria Pengukuran Rasio BOPO
4. Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE)
Return on Assets adalah rasio antara laba sebelum pajak terhadap rata
rata total asset. Altman (1986) menyatakan bahwa rasio ROA berpengaruh
signifikan terhadap kebangkrutan bank. Riyadi (2006) menyatakan semakin
besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank
sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil
Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (Surat Edaran Bank Indonesia
No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004):
Adapun penilaian rasio ROAberdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia
No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 antara lain :
Kriteria Hasil Rasio
Sehat ≤ 94%
41 Tabel 2.4
Kriteria Pengukuran Rasio ROA
Return on Equity merupakan laba setelah pajak terhadap rata – rata
modal inti. Semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan yang
dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah
semakin kecil (Almilia dan Herdiningtyas, 2005). Rasio ini dirumuskan
sebagai berikut (Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31Mei
2004):
Adapun penilaian rasio ROEberdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia
No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 antara lain :
Tabel 2.5
Kriteria Pengukuran Rasio ROE
5. Loan to Deposit Ratio
Loan to deposit ratio (LDR) adalah perbandingan antara total kredit
dengan total Dana Pihak Ketiga yang dihimpun oleh bank. LDR akan
Kriteria Hasil Rasio
Sehat ≥ 0.5%
Tidak Sehat < 0.5%
Kriteria Hasil Rasio
Sehat >5%
42
menunjukkan tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga
yang dihimpun bank yang bersangkutan (Riyadi, 2006). Rasio ini dirumuskan
sebagai berikut (SE BI No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004):
Adapun penilaian rasio LDRberdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia
No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 antara lain :
Tabel 2.6
Kriteria Pengukuran Rasio LDR
:
I. Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen
1. Pengaruh Rasio CAR Terhadap Tingkat Kesehatan Bank
CAR merupakan rasio kecukupan modal yang digunakan untuk
menutup risiko kemungkinan rugi yang ditimbulkan dari kegiatan usaha.
Semakin tinggi CAR kemungkinan risiko rugi yang diakibatkan dari
kegiatan usaha tersebut dapat ditanggung oleh bank yang bersangkutan
artinya kecukupan modal menunjukkan kemampuan bank dalam
mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen
bank dalam mengukur, mengawasi, dan mengontrol risiko yang dapat
berpengaruh terhadap besarnya modal bank
Kriteria Hasil Rasio
Sehat 50%<rasio≤ 100%
43
Almilia dan Herdiningtyas (2005) menyatakan bahwa CAR mampu
menunjukkan pengaruh rasio keuangan yang masuk dalam
kelompok-kelompok tersebut terhadap kebangkrutan suatu bank.
2. Pengaruh Rasio NPL Terhadap Tingkat Kesehatan Bank
Rasio ini menunjukkan bahwa kemampuan bank dalam
mengelolakredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga semakin
tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank
yangmenyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar kemungkinan
suatubank dalam kondisi bermasalah semakin besar. (Almilia dan
Herdiningtyas, 2005).
3. Pengaruh Rasio BOPO Terhadap Tingkat Kesehatan Bank
Riyadi (2006) dalam menyatakan BOPO adalah rasio perbandingan
antara biaya operasional dengan pendapatan operasional, semakin rendah
tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut
karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada di
perusahaan.
Menurut Berger, et al dalam Mulyaningrum (2008), bank yang dalam
kegiatan usahanya tidak efisien akan mengakibatkan ketidak mampuan
bersaing dalam mengerahkan dana masyarakat maupun dalam
menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan
sebagai modal usaha. Dengan adanya efisiensi pada lembaga perbankan
44
penambahan jumlah dana yang disalurkan, biaya lebih kompetitif,
peningkatan pelayanan kepada nasabah, keamanan dan kesehatan
perbankan yang meningkat.
4. Pengaruh Rasio ROATerhadap Tingkat Kesehatan Bank
Return on Assets adalah rasio antara laba sebelum pajak terhadap rata
rata total asset.Riyadi (2006) menyatakan semakin besar ROA, semakin
besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan
suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.
5. Pengaruh Rasio ROE Terhadap Tingkat Kesehatan Bank
ROE merupakan rasio antara laba setelah pajak dengan total aktiva.
ROE mengukur kemampuan bank dalammendapatkan keuntungan secara
keseluruhan. ROE berpengaruh terhadap prediksi kesehatan bank, hal ini
ditunjukkan dengan setiap kenaikan ROE akan diikuti semakin rendah
bank mengalami tidak sehat, artinya keberhasilan bank didasarkan pada
penilaian rentabilitas bank. Sebaliknya setiap penurunan ROE akan diikuti
semakin tinggi bank mengalami tidak sehat.
6. Pengaruh Rasio LDR Terhadap Tingkat Kesehatan Bank
Menurut Santoso (1996) dalam Mulyaningrum (2008), LDR
merupakan salah satu rasio keuangan yang dapat dipakai sebagai proxy
untuk risiko likuiditas.Loan to Deposit Ratio menilai peranan simpanan
bank dalam pinjaman keuangan.Sebuah rasio yang tinggi berarti proporsi
45
tersedia untuk membiayai pinjaman, seperti call money, discount window
borrowing dan other market borrowing (studi ini berasumsi bahwa tidak
ada modal yang dibayar penuh untuk pinjaman keuangan). Tingkat bunga
pada dana lainnya ini bagaimanapun lebih tinggi dibandingkan tingkat
bunga untuk simpanan dan khususnya untuk call money, tingkat suku
bunga adalah volatile. Santoso (1996) dalam Mulyaningrum (2008)
mengatakan bahwa semakin tinggi LDR maka semakin tinggi probabilitas
dari sebuah bank mengalami kebangkrutan.
J. Penelitian Terdahulu
1. Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hesti Budiwati (2011)
dengan judul Analisis Rasio Keuangan Camel terhadap Prediksi
Kepailitan Pada Bank Umum Swasta Nasional Di Indonesia Periode 2004
– 2007 dengan variabel penelitian : CAR, KP, APYD, APYDAP, NPA,
PPAP, ROA, ROE, NIM, BOPO, FBI, LDR menunjukkan bahwa rasio
keuangan CAMEL mempunyai perbedaan yang signifikan secara simultan
dan rasio earnings (rentabilitas) merupakan rasio yang dominant dalam
membedakan bank yang pailit dan tidak pailit. Secara keseluruhan rasio
keuangan CAMEL dapat digunakan untuk memprediksi kondisi kepailitan
pada Bank Umum Swasta Nasional di Indonesia. Hasil lain dan cukup
menarik juga diberikan dalam penelitian ini, dimana fungsi diskriminan
46
pailit dan tidak pailit, juga mampu mengelompokkan bank yang sedang
dalam kondisi kesulitan keuangan (financial distress).
2. Penelitian yang dilakukan oleh Vidyarto Nugroho (2012) dengan judul
Pengaruh CAMEL dalam Memprediksi Kebangkrutan Bank dengan hasil
multivariat menunjukkan bahwa variabel LDR secara signifikan
mempengaruhi untuk probabilitas kebangkrutan bank di Indonesia pada
tingkat α = 5% meskipun memiliki tanda yang berbeda dengan yang
diperkirakan. Vaariabel CAR, NPL, BOPO, ROE dan NIM memiliki tanda
yang sama seperti yang sedang diprediksi tetapi tidak signifikan. Variabel
ROA tidak signifikan dan memiliki tanda yang berbeda dengan yang
diperkirakan. Keakuratan prediksi kebangkrutan bank di 2009 mencapai
94,6%.
3. Penelitian yang di teliti oleh Luciana Spica Almilia dan Winny
Herdiningtyas (2005) dengan judul penelitian analisis rasio CAMEL
terhadap prediksi kondisi bermasalah pada lembaga perbankan periode
2000 – 2002 dengan variabel penelitian CAR, ATTM, APB, NPL, PPAP
terhadap Aktiva Produktif, Pemenuhan PPAP, ROA,ROE, NIM, BOPO,
LDR. Model analisis Logistic Regression Model. Hasil penelitian
menunjukan bahwa Rasio CAR mempunyai pengaruh signifikan terhadap
kondisi bermasalah dan pengaruhnya negatif artinya semakin rendah rasio
CAR, kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Rasio