i
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED
LEARNING (PBL) DENGAN STRATEGI MIND
MAPPING (PETA PIKIRAN) PADA MATERI INDEKS
HARGA DAN INFLASI KELAS XI IIS SMA NEGERI 1
KERTEK WONOSOBO TAHUN PELAJARAN
2015/2016
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Ekonomi Pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
Rizkiani Utami Yusuf 7101411176
JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diajukan ke sidang
panitia ujian skripsi pada:
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada:
Hari :
Tanggal :
Penguji I Penguji II Penguji III
Rediana Setiyani, S.Pd., M.Si.
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
sayasendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapatatau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkankode etik ilmiah. Apabila di kemudian hari
terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan darikarya tulis orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yangberlaku.
Semarang, November 2015
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (QS. Al Insyirah :6)”
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
1. Kedua orang tuaku tercinta Bapak M. Yusuf
dan Ibu Nur Chasanah, terimakasih untuk
do’a, dukungan, dan limpangan kasih
sayangnya.
2. Guru dan Dosenku, terimakasih dedikasinya.
3. Sahabat-sahabatku, terimakasih semangatnya.
vi PRAKATA
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model
Problem Based Learning (PBL) dengan Strategi Mind Mapping (Peta Pikiran)
pada Materi Indeks Harga dan Inflasi Kelas XI IIS SMA Negeri 1 Kertek
Wonosobo Tahun Pelajaran 2015/2016”ini sebagai salah satu syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Semarang.
Dalam menyusun skripsi ini, penyusun memperoleh bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu di
Universitas Negeri Semarang.
2. Dr. Wahyono, M.M., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan kemudahan administrasi dalam perijinan pelaksanaan
penelitian.
3. Dr. Ade Rustiana, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi yang telah
memberikan kemudahan administrasi dalam perijinan pelaksanaan penelitian.
4. Agung Yulianto, S.Pd., M.Si., Dosen Pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, arahan, dan saran dengan penuh kesabaran kepada penulis selama
vii
5. Bapak Ibu dosen dan seluruh staff Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan bekal ilmu yang tak ternilai harganya
selama penulis menempuh pendidikan di Universitas.
6. Heri Pujiyanto, S.Pd., M.Si., Kepala SMA Negeri 1 Kertek Wonosobo yang
telah memberiakn ijin penelitian dan membantu terlaksananya penelitian ini.
7. Titin Widyawati, S.E., Guru Ekonomi SMA Negeri 1 Kertek Wonosoboyang
telah membimbing dan membantu terlaksananya penelitian ini.
8. Siswa kelas XI IIS tahun pelajaran 2015/2016SMA Negeri 1 Kertek
Wonosobo yang telah bersedia menjadi responden dalam pengambilan data
penelitian ini.
9. Bapak Ibu Guru serta Tata Usaha SMA Negeri 1 Kertek Wonosobo
Semoga atas izin Allah SWT skripsi ini dapat berguna sebagaimana
mestinya.
Semarang, November 2015
viii SARI
Yusuf, Rizkiani Utami. 2015. “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Menggunakan
Model Problem Based Learning (PBL) dengan Strategi Mind Mapping (Pete Konsep) pada Materi Indeks Harga dan Inflasi Kelas XI IIS SMA Negeri 1 Kertek
Wonosobo Tahun Pelajaran 2015/2016”. Sarjana Pendidikan Ekonomi Akuntansi.
Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Agung Yulianto, S.Pd., M.Si.
Kata Kunci: Hasil Belajar, Model Problem Based Learning (PBL), strategi mind mapping, Indeks Harga dan Inflasi
Keberhasilan proses pembelajaran di sekolah dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa. Hasil belajar siswa kelas XI IIS SMA Negeri 1 Kertek Wonosobo pada materi indeks harga dan inflasi menunjukkan masih banyak yang belum mencapai KKM. Hal ini menjadi salah satu indikasi bahwa materi indeks harga dan inflasi perlu inovasi model dan strategi pembelajaran agar siswa lebih mudah memahami materi. Harapannya dalam proses KBM siswa berperan aktif, memahami materi yang diajarkan dan saat evaluasi siswa memperoleh hasil belajar diatas KKM. Model Problem Based Learning (PBL) dengan Strategi Mind Mapping menjadi salah satu model dan strategi pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui: penerapan Model Problem Based Learning (PBL) dengan Strategi Mind Mapping dalam meningkatkan hasil belajar ekonomi dan hasil belajar ekonomi lebih tinggi dibandingkan menggunakan model pembelajaran konvensional.
Penelitian ini menggunakan metode quasi experiment dengan pola pretest-posttest group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IIS di SMA Negeri 1 Kertek Wonosobo tahun pelajaran 2015/2016 yang terdiri dari 3 kelas sebanyak 70 siswa. Sampel penelitian dipilih secara random yang kemudian diperoleh kelas XI IIS 3 sebagai kelas eksperimen dan XI IIS 2 sebagai kelas kontrol.Metode pengumpulan data yaitu dengan tes dan observasi. Pengujian H1 yaitu menggunakan uji paired sample t-test dan H2 menggunakan uji independent sample t-test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar setelah perlakuan dengan Model Problem Based Learning (PBL) dengan Strategi Mind Mapping dilihat dari rata-rata nilai pre-test yaitu 55,30 dan post-test sebesar 80,35 pada kelas eksperimen. Selain itu juga menunjukkan adanya perbedaan hasil rata-rata nilai post-test kelas eksperimen sebesar 80,35 lebih tinggi dibandingkan post-test kelas kontrol sebesar 74,88.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Model Problem Based Learning (PBL) dengan Strategi Mind Mapping dapat meningkatkan hasil belajar siswa materi indeks harga dan inflasi. Kelas eksperimen yang mendapat pembelajaran dengan Model Problem Based Learning (PBL) dengan Strategi Mind Mapping memperoleh hasil belajar lebih tinggi daripada kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional.
ix
ABSTRACT
Yusuf, Rizkiani Utami. 2015. “Improving the Students’ learning result by using
Problem Based Learning (PBL) Model with Mind Mapping Strategy on the price index and inflation materials in XI IIS class in SMA Negeri 1 Kertek Wonosobo in the Academic Year of 2015/2016”. Bachelor of Accounting Education.Semarang State University. Advisor: Agung Yulianto, S.Pd., M.Si. Keytwords: Learning Results, Problem Based Learning (PBL) Model, Mind Mapping Strategy, Price Index and Inflation,
The achievement of learning process in school can be seen from the result
of the students. the students’ result of XI IIS in SMA Negeri 1 Kretek Wonosobo
on price index and inflation materials showed that there are still many students who have not reach the KKM score yet. It makes an indication that the price index and inflation materials need to be inovated the model and the learning strategies in order to make the students become more understand with the materials. It is expected that the students are active in learning teaching process,
understand the material which is explained, and the students’ results are in above
KKM score. The Problem Based Learning Model (PBL) and Mind Mapping Strategy are one of models and the learning strategies that is expected can on
improving the students’ learning results. The objective of the study is to improve economic learning result and the results are higher compared by using the conventional model.
This study uses quasi experiment method with pretest-posttest group design pola. The population of this study is all students of XI IIS in SMA Negeri 1 Kertek Wonosobo in the Academic Year of 2015/2016, those are 70 students in 3 class. The sample of the study is chosen randomly then got XI IIS 3 class as the expreimental calsas and XI IIS2 as the control class. The procedures of collecting the data by using test and observation. H1 examination used paried sample t-test
and H2 used independent sample t-test.
The result of the study shows that there is improvement on the learning result after used the treatment of Problem Based Learning (PBL) Model with Mind Mapping Strategy that is seen from the pretest score is about 55,30 and the post test score is about 80,35 on experimental class. Meanwhile, it also shows that there is a differentiation on the post test average score of experimental class that is 80,35 higher than the post test of control class, that is 74,88.
Based on the result of the study can be concluded that Problem Based
Learning Model with Mind Mapping Strategy can improve the students’ learning
x DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
PRAKATA... ... vi
SARI... ... viii
ABSTRACT ... ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 RumusanMasalah ... 8
1.3 Tujuan Penelitian ... 9
1.4 Manfaat Penelitian ... 9
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Hasil Belajar ... 11
2.1.1. Tinjauan Tentang Belajar ... 11
a. Pengertian Belajar ... 11
b. Teori Belajar ... 12
c. Prinsip Belajar ... 19
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 22
xi
2.1.2.Hasil Belajar ... 30
a. Pengertian Hasil Belajar ... 30
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi hasil Belajar ... 32
2.2 Model Problem Based Learning (PBL) ... 33
2.2.1. Model Pembelajaran ... 33
a. Pengertian Model Pembelajaran ... 33
b. Macam-macam Model Pembelajaran ... 33
2.2.2. Model Problem Based Learning (PBL) ... 35
a. Pengertian Model Problem Based Learning (PBL) ... 35
b. Karakteristik Problem Based Learning (PBL) ... 36
c. Langkah-langkah Problem Based Learning (PBL) ... 38
d. Manfaat Model Problem Based Learning (PBL) ... 40
e. Keuntungan dan Kelemahan Model Problem Based Learning (PBL) ... 41
2.3 Strategi Mind Mapping ... 43
2.3.1. Mind Mapping ... 43
a. Pengertian Mind Mapping ... 43
b. Langkah dalam Membuat Mind Mapping ... 44
c. Keuntungan dan Kelemahan Mind Mapping ... 45
2.3.2. Model Problem Based Learning (PBL) dengan Strategi Mind Mapping ... 45
2.4 Penelitian Terdahulu ... 46
2.5 Kerangka Pikir Teoritis dan Pengembangan Hipotesis ... 54
2.5.1. Kerangka Pikir Teoritis ... 54
2.5.2. Pengembangan Hipotesis ... 56
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian ... 57
3.2 Populasi, Sampel, danTeknik Pengambilan Sampel... 58
3.2.1 Populasi ... 58
3.2.1.1 Uji Normalitas Data Populasi ... 59
3.2.1.2 Uji Homogenitas Data Populasi... 60
xii
3.3 Variabel penelitian ... 62
3.4 Sumber Data ... 62
3.5 Prosedur Pengumpulan Data ... 63
3.6 Metode Pengumpulan Data... 64
3.6.1 Metode Dokumentasi ... 64
3.6.2 Metode Tes ... 64
3.6.3 Metode Observasi ... 65
3.7 Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 68
3.7.1 Kelas Eksperimen ... 68
3.7.2 Kelas Kontrol ... 69
3.8 Metode Analisis Instrumen Tes ... 70
3.8.1 Uji Validitas Butir Soal ... 70
3.8.2 Uji Reliabilitas Soal ... 72
3.8.3 Tingkat Kesukaran Soal ... 73
3.8.4 Daya Pembeda Soal ... 74
3.9 Metode Analisis Data ... 75
3.9.1 Analisis Data Deskriptif ... 75
3.9.2 Analisis Data Awal (Pre-test) ... 76
1. Uji Normalitas ... 76
2. Uji Homogenitas ... 77
3. Uji Kesamaan Dua Rata-rata ... 77
3.9.3 Analisis Data Akhir (Post-test) ... 77
1. Uji Normalitas ... 78
2. Uji Homogenitas ... 78
3. Uji Hipotesis 1 ... 78
4. Uji Hipotesis 2 ... 79
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 81
4.1.1 Hasil Deskriptif Penelitian ... 81
4.1.1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 81
xiii
4.1.1.3. Pelaksanaan Pembelajaran ... 84
a.Pelaksanaan Pembelajaran pada Kelas Eksperimen .. 84
b.Pelaksanaan Pembelajaran pada kelas Kontrol... 87
4.1.1.4. Analisis Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa ... 90
a. Analisis Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen ... 90
b.Analisis Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Kelas Kontrol ... 96
4.1.1.5. Deskripsi Hasil Pre-test dan Post-test ... 103
a. Analisis Data Hasi Belajar Sebelum Perlakuan (Hasil Pre-Tets) ... 103
b.Analisis Data Hasil Belajar Sesudah Perlakuan (Hasil Post-Test) ... 104
4.1.1.6. Deskripsi Efek Eksperimen ... 105
4.1.2 Hasil Analisis Data Awal ... 106
4.1.2.1 Uji Normalitas ... 106
4.1.2.2 Uji Homogenitas ... 107
4.1.2.3 Uji Kesamaan Dua Rata-rata ... 107
4.1.3 Hasil Analisis Data Akhir ... 108
4.1.3.1 Uji Normalitas ... 109
4.1.3.2 Uji Homegenitas ... 109
4.1.3.3 Uji Hipotesis 1 ... 110
4.1.3.4 Uji Hipotesis 2 ... 111
4.1.4 Peningkatan Hasil Belajar Siswa ... 113
4.2 Pembahasan ... 114
4.2.1 Perbandingan Hasil Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Pembelajaran pada Kelas Eksperimen ... 114
xiv
BAB V PENUTUP ... 121
5.1 Simpulan ... 121
5.2 Saran... ... 121
DAFTAR PUSTAKA ... 123
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Nilai Rata-rata Ulangan Harian Ekonomi Materi Indeks Harga dan Inflasi Kelas XI IIS SMA Negeri 1 Kertek Wonosobo
Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 3
Tabel 2.1. Perbandingan Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Metode Lain ... 37
Tabel 2.2. Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu ... 47
Tabel 3.1. Pre Test-Post Test Control Group Desain ... 57
Tabel 3.2. Jumlah Siswa kelas XI IIS SMA Negeri 1 Kertek Wonosobo Tahun Pelajaran 2015/2016 ... 58
Tabel 3.3. Hasil Uji Normalitas Data Populasi ... 59
Tabel 3.4. Hasil Uji Homegenitas Data Populasi ... 60
Tabel 3.5. Kriteria Aktivitas Siswa ... 67
Tabel 3.6. Aspek Penilaian Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen ... 67
Tabel 3.7. Aspek Penilaian Aktivitas Siswa Kelas Kontrol ... 67
Tabel 3.8. Analisis Validitas Butir Soal Uji Coba ... 71
Tabel 3.9. Hasil Uji Reliabilitas ... 72
Tabel 3.10. Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal Uji Coba ... 73
Tabel 3.11. Kriteria Soal Berdasarkan Daya Beda ... 75
Tabel 3.13. Analisis Daya Pembeda Butir Soal Uji Coba ... 75
Tabel 4.1. Aspek Penilaian Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen ... 91
Tabel 4.2. Keaktifan Siswa Kelas Eksperimen Pertemuan Pertama ... 92
Tabel 4.3. Keaktifan Siswa Kelas Eksperimen Pertemuan Kedua ... 93
Tabel 4.4. Keaktifan Siswa Kelas Eksperimen Pertemuan Ketiga... 94
Tabel 4.5. Keaktifan Siswa Kelas Eksperimen Pertemuan Keempat ... 95
xvi
Tabel 4.7. Keaktifan Siswa Kelas Kontrol Pertemuan Pertama ... 96
Tabel 4.8. Keaktifan Siswa Kelas Kontrol Pertemuan Kedua ... 98
Tabel 4.9. Keaktifan Siswa Kelas Kontrol Pertemuan Ketiga ... 99
Tabel 4.10.Keaktifan Siswa Kelas Kontrol Pertemuan Keempat ... 100
Tabel 4.11.Hasil Penilaian Aktivitas Siswa ... 101
Tabel 4.12.Deskripsi Hasil Pre-test ... 103
Tabel 4.13.Deskripsi Hasil Post-test ... 104
Tabel 4.14. Deskripsi Efek Eksperimen ... 105
Tabel 4.15. Nilai Rata-rata Pre-test dan Post-test ... 106
Tabel 4.16. Uji Normalitas Data Awal ... 106
Tabel 4.17. Uji Homogenitas Data Awal ... 107
Tabel 4.18. Uji Kesamaan Dua Rata-rata ... 108
Tabel 4.19. Uji Normalitas Data Akhir ... 109
Tabel 4.20. Uji Homogenitas Data Akhir... 109
Tabel 4.21. Uji Hipotesis 1 ... 111
Tabel 4.22. Uji Hipotesis 2 ... 112
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Skema Kerangka Berfikir ... 55
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Wawancara ... 125
Lampiran 2 Daftar Nilai Ulangan Harian Materi Indeks Harga dan Inflasi Kelas XI IIS SMA Negeri 1 Kertek Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 128
Lampiran 3 Daftar Nilai Ulangan Harian Materi Mendeskripsikan Bank, LKBB, Bank Sentral dan OJK Kelas XI IIS SMA Negeri 1 Kertek Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 131
Lampiran 4 Daftar Nama Siswa Uji Coba Soal Kelas XII IIS SMA Negeri 1 Kertek Wonosobo Tahun Pelajaran 2015/2016 ... 134
Lampiran 5 Daftar Nama Partisipan Kelas Eksperimen ... 135
Lampiran 6 Daftar Nama Partisipan Kelas Kontrol ... 136
Lampiran 7 Kisi-kisi Soal Uji Coba ... 137
Lampiran 8 Soal Uji Coba ... 139
Lampiran 9 Kunci Jawaban Soal Uji Coba ... 152
Lampiran 10 Analisis Validitas Butir Soal Uji Coba ... 153
Lampiran 11 Analisis Tingakat Kesukaran Butir Soal Uji Coba ... 157
Lampiran 12 Analisis Daya Pembeda butir Soal Uji Coba ... 160
Lampiran 13 Kisi-kisi Soal Pre-test... 163
Lampiran 14 Soal Pre-test ... 165
Lampiran 15 Kunci Jawaban Soal Pre-test ... 174
Lampiran 16 Daftar Nilai Pre-test Kelas Eksperimen ... 175
Lampiran 17 Daftar Nilai Pre-test Kelas Kontrol ... 176
Lampiran 18 Uji Normalitas Data Awal ... 177
Lampiran 19 Uji Homogenitas Data Awal ... 178
Lampiran 20 Uji Kesamaan Dua Rata-rata ... 179
xix
Lampiran 22 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen... 199
Lampiran 23 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 218
Lampiran 24 Contoh Kasus Inflasi ... 237
Lampiran 25 Kunci Jawaban Kasus Inflasi menggunakan Mand Mapping ... 240
Lampiran 26 Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen ... 241
Lampiran 27 Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Kelas Kontrol ... 253
Lampiran 28 Kisi-kisi Soal Post-test ... 265
Lampiran 29 Soal Post-test ... 267
Lampiran 30 Kunci Jawaban Soal Post-test ... 275
Lampiran 31 Daftar Nilai Post-test Kelas Eksperimen ... 276
Lampiran 32 Daftar Nilai Post-test Kelas Kontrol ... 277
Lampiran 33 Uji Normalitas Data Akhir ... 278
Lampiran 34 Uji Homogenitas Data Akhir ... 279
Lampiran 35 Uji Hipotesis 1 ... 280
Lampiran 36 Uji Hipotesis 2 ... 281
Lampiran 37 Dokumentasi Kelas Eksperimen Pertemuan 1 ... 282
Lampiran 38 Dokumentasi Kelas Eksperimen Pertemuan 2... 283
Lampiran 39 Dokumentasi Kelas Eksperimen Pertemuan 3 ... 285
Lampiran 40 Dokumentasi Kelas Eksperimen Pertemuan 4 ... 286
Lampiran 41 Dokumentasi kelas Kontrol Pertemuan 1 ... 287
Lampiran 42 Dokumentasi kelas Kontrol Pertemuan 2 ... 288
Lampiran 43 Dokumentasi kelas Kontrol Pertemuan 3 ... 289
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia yang tidak bisa dielak.
Dengan adanya pendidikan bertujuan untuk menumbuhkan dan mengembangkan
potensi sumber daya manusia (SDM). Melalui kegiatan pengajaran siswa dapat
mengembangkan dirinya secara optimal, yaitu mengembangkan semua potensi
siswa, kecakapan serta karakteristik pribadinya ke arah positif sehingga
menghasilkan generasi yang lebih baik.
Pada Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Undang-Undang
Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.
Untuk mencapai tujuan dari pendidikan maka perlu kualitas dan mutu
pendidikan yang baik. Pada nyatanya kualitas dan mutu pendidikan di Indonesia
masih rendah, rendahnya kualitas pendidikan tersebut disebabkan oleh beberapa
faktor, antara lain keterbatasan dana, ketersediaan sarana dan prasarana dalam
aktivitas pembelajaran. Kualitas dan mutu pendidikan terkait erat dengan aktivitas
pembelajaran. Pembelajaran atau pengajaran menurut Briggs dalam Anni
(2011:191), pembelajaran ialah seperangkat peristiwa (events) yang
mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta didik itu
penyediaan kondisi yang mengakibatkan terjadinya proses belajar pada diri
peserta didik. Dalam proses pembelajaran terjadi interaksi anatara guru dengan
siswa. Interaksi yang baik antara guru dengan siswa dan sesama siswa akan
berdampak positif dalam pembelajaran untuk meningkatkan kualitas dan mutu
pendidikan. Pengukuran pencapaian kualitas dan mutu pendidikan dituangkan
dalam prestasi belajar. kemudian prestasi belajar diwujudkan dalam prestasi
akademik yang diukur melalui hasil belajar.
Menurut Anni (2011:85), hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang
diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Pada dunia
pendidikan hasil belajar sangat penting karena sebagai indikator keberhasilan
tujuan yang telah direncankan pada kegiatan belajar. Hasil belajar bukan hanya
sebagai indikator keberhasilan guru menyampaikan materi kepada siswa
melainkan sebagai pertimbangan dalam penggunaan model pembelajaran yang
digunakan dalam proses pembelajaran serta sebagai penentu siswa-siswi yang
telah mencapai ketuntasan minimal dan berhak melanjutkan ke materi berikutnya.
Ekonomi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana manusia
memenuhi kebutuhan hidupnya dengan menggunakan sumber daya yang ada
melalui berbagai pilihan dan kegiatan produksi, konsumsi dan distribusi.
Pembelajaran Ekonomi yang diperlukan saat ini adalah pembelajaran yang
inovatif, dimana yang dapat meningkatkan penguasaan materi, sekaligus dapat
meningkatkan kreativitas siswa. Aktivitas siswa sangat diperlukan dalam kegiatan
belajar mengajar, sebab siswa sebagai subjek didik adalah yang merencanakan
semata-mata ditentukan oleh derajat pemilikan potensi siswa yang bersangkutan,
melainkan juga lingkungan, terutama guru yang profesional. Di dalam proses
pembelajaran guru dan siswa merupakan faktor utama.
Berdasarkan observasi awal di SMA N 1 Kertek Wonosobo tahun pelajaran
2014/2015 melalui wawancara dengan guru mata pelajaran ekonomi kelas XI IIS
ibu Titin Widyawati,S.E mengatakan bahwa siswa kurang tertarik terhadap mata
pelajaran ekonomi, sehingga hasil belajar dan keaktifan siswa dalam pembelajaran
juga kurang.
Salah satu permasalahan dalam pembelajaran ekonomi kelas XI IIS SMA N
1 Kertek Wonosobo ialah pada materi indekas harga dan inflasi yang merupakan
materi sulit dicerna oleh siswa. Contoh kasus siswa kurang mampu menghitung
indeks harga dengan menggunakan metode laspeyres dan paasche. Dapat dilihat
dari hasil belajar kognitif siswa berupa nilai ulangan harian sebagai berikut:
Tabel 1.1.
Nilai Ulangan Harian Ekonomi Materi Indeks Harga dan Inflasi Kelas XI IIS SMA Negeri 1 Kertek Wonosobo Tahun Pelajaran 2014/2015 No Kelas Jumlah
Siswa
KKM Tuntas Tidak Tuntas
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
1 XI IIS 1 21 75 8 38,09% 13 61,90%
2 XI IIS 2 22 75 9 40.90% 13 59,09%
3 XI IIS 3 21 75 11 52,38% 10 47,62%
Jumlah 64 28 43,75% 36 56,25%
Sumber: Data nilai ulangan harian materi indeks harga dan inflasi SMA Negeri 1 Kertek Wonosobo tahun pelajaran 2014/2015. (Lampiran 2)
Tabel diatas dengan standar nilai KKM yang ditetapkan oleh sekolah 75
menunjukan bahwa 43,74% siswa telah mencapai KKM dan 56,25% siswa belum
belum maksimal karena jumlah siswa yang memperoleh nilai diatas atau sama
dengan KKM masih kurang dari 75%. Mulyasa (2009:256) menyatakan bahwa
pembelajaran dikatakan berhasil apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya
sebagian besar (75%) siswa terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial
serta menunjukkan semangat yang besar dan rasa percaya diri. Jadi suatu proses
pembelajaran harus melibatkan sebagian siswanya untuk berperan aktif agar
mencapai perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Hasil observasi awal juga menunjukkan bahwa rendahnya nilai ulangan
harian siswa SMA Negeri 1 Kertek Wonosobo pada materi indeks harga dan
inflasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor dari diri siswa ditunjukan
pada kemampuan memahami materi, daya ingat dan kemampuan berhitung siswa
rendah atau kurang. Selain faktor tersebut ditinjau dari model pembelajaran yang
digunakan oleh guru, guru masih menerapkan model pembelajaran konvensional,
sehingga siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran. (Lampiran 1)
Atas dasar permasalahan diatas, maka penelitian ini berupaya untuk
mengulas permasalahan mengenai upaya dalam meningkatkan hasil belajar siswa
pada materi pokok indeks harga dan inflasi yang memiliki karakteristik analistik
dan aplikatif. Materi ini tidak hanya mempelajarai teori, yang terpenting adalah
bagaimana siswa dapat memecahkan masalah yang berkaitan dengan materi ini
yang banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat meningkatkan
pemahaman siswa melalui model pembelajaran yang sesuai.
Guru tidak hanya dituntut untuk memiliki kemampuan dalam teoritis tapi
yang tepat supaya berbagai permasalah tersebut bisa diatasi. Model pembelajaran
yang digunakan hendaknya yang memungkinkan siswa dapat lebih aktif, siswa
mampu memahami materi, daya ingat dan kemampuan berhitung siswa
meningkat, sehingga hasil belajar siswa juga meningkat. Adapun model
pembelajaran tersebut adalah model problem based learning (PBL). Karena
dengan model problem based learning (PBL) mendorong siswa untuk aktif, lebih
memahami materi serta meningkatkan kemampuan berhitung melalui
penyelesaikan masalah-masalah di dunia nyata yang berkaitan dengan materi
indeks harga dan inflasi. Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli yaitu menurut
Arnyana dalam Sudarman, dkk (2013:3) “problem based learning (PBL) adalah
pembelajaran yang dirancang berdasarkan masalah-masalah real kehidupan yang
bersifat tidak terstruktur, terbuka, dan mendua”. Menurut Dewey dalam
Sudarman, dkk (2013:3) “problem based learning (PBL) yaitu interaksi stimulus
dan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan”.
Sedangkan menurut Nurhadi dalam Sulistyani dan Harnanik (2014:491) “problem
based learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan
masalah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir
kritis dan ketrampilan pemecahan masalah, serta memperoleh pengetahuan dan
konsep yang esensial dari materi pelajaran”. Dari uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa keuntungan menggunakan model problem based learning (PBL) yaitu
pengetahuan benar-benar diserap oleh siswa dengan baik karena siswa terlibat
pada kegiatan belajar, melatih kerja sama anatara siswa dengan siswa, dapat
belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari jurnal yang menyatakan model ini dapat
meningkatkan hasil belajar adalah Annisa Rahma Yulyana dan Kardoyo (2014)
dengan judul “Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Perubahan Nilai
Tukar Rupiah Terhadap Valuta Asing serta Hasil Belajar Melalui Model Problem
Based Learning Siswa SMA Al-Irsyad Tegal (Study pada Kelas XI IPS 3 Tahun
Ajaran 2013/2014)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model problem based
learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan rata-rata siklus I
75,6 dengan ketercapaian ketuntasan klasikal yaitu 70% dan pada siklus II
rata-rata kelas meningkat menjadi 79,23 dan ketercapaian ketuntasan klasikal yaitu
sebesar 87% pada kelas XI IPS 3 SMA Al-Irsyad Tegal.
Dalam penelitian ini untuk meningkatkan daya ingat siswa model
pembelajaran problem based learning (PBL) dikolaborasikan dengan strategi
pembelajaran, strategi yang digunakan yaitu yang bisa meningkatkan daya ingat
siswa. Menurut Sani (2013:89), model pembelajaran merupakan kerangka
konseptual berupa pola prosedur sistematik yang dikembangkan berdasarkan teori
dan digunakan dalam mengorganisasikan proses belajar mengajar untuk mencapai
tujuan tertentu, terkait dengan pemilihan strategi dan pembuatan struktur metode,
ketrampilan, dan aktivitas peserta didik. Sedangkan pengertian strategi
pembelajaran atau mengajar menurut beberapa ahli yaitu, menurut Sudjana
(2014:147) “strategi mengajar adalah tindakan guru melaksanakan rencana
mengajar. Artinya usaha guru dalam menggunakan beberapa variable pengajaran
(tujuan, bahan, metode dan alat, serta evaluasi) agar dapat mempengaruhi para
(2011:19), “strategi belajar mengajar merupakan pemilihan jenis latihan tertentu
yang cocok dengan tujuan yang akan dicapai”.
Dari pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahawa model
pembelajaran dengan strategi pembelajaran saling berkaitan. Di dalam model
pembelajaran terdapat strategi pembelajaran. Pada penelitian ini model
pembelajaran yang digunakan ialah model problem based learning (PBL) dengan
strategi mind mapping.
Menurut Andri Saleh dalam Maisyarah (2013), “mind map adalah diagram
yang digunakan untuk menggambarkan sebuah tema, ide, atau gagasan utama
dalam materi pelajaran”. Menurut De Porter dan Readon dalam Sridewita dan
Syamsul Amar (2014:6), “mind mapping adalah model yang efektif untuk
membantu siswa mengingat perkataan dan bacaan, meningkatkan pemahaman
terhadap materi, membantu mengorganisasi materi, dan memberikan wawasan
baru”. Dan menurut Sridewita dan Syamsul Amar (2014:6), “mind mapping
adalah teknik berupa skema atau gambar untuk mencurahkan segala yang kita
fikirkan atau yang ada di otak kita”. Penggunakan mapping sebagai strategi
pembelajaran dalam penelitian ini cukup efektif meningkatkan hasil belajar siswa.
Hal ini dapat diliahat dari jurnal Nina Mahardani dan Widiyanto (2014) dengan
judul “ Perbedaan Hasil Belajar Ekonomi Antara Model Think-Pair-Share dan Model Concept Mapping pada Siswa SMA 1 Nguter Sukoharjo”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa model concept mapping lebih efektif meningkatkan hasil
belajar dibandingkan dengan model Think-Pair-Share pada kelas X SMA Nguter
Jadi model pembelajaran dalam penelitian ini yaitu menggunakan model
problem based learning (PBL) dengan strategi mind mapping pada materi indeks
harga dan inflasi salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar, karena
pada materi ini siswa akan diberikan beberapa masalah yang terkait dengan indeks
harga dan inflasi, kemudian memecahkan masalah tersebut dengan cara membuat
mind map.
Dari uraian latar belakang diatas peneliti berkeinginan untuk memberikaan
variasi model pembelajaran serta mengadakan penelitian eksperimen yang
berjudul “MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN
MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN STRATEGI MIND MAPPING (PETA PIKIRAN) PADA MATERI INDEKS HARGA
DAN INFLASI KELAS XI IIS SMA NEGERI 1 KERTEK WONOSOBO
TAHUN PELAJARAN 2015/2016”.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
rumusan masalah penelitian sebagai berikut :
1. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning
(PBL) dengan strategi mind mapping meningkatkan hasil belajar siswa
materi indeks harga dan inflasi siswa kelas XI IIS SMA Negeri 1 Kertek,
Wonosobo tahun pelajaran 2015/2016?
2. Apakah model pembelajaran problem based learning (PBL) dengan strategi
mind mapping lebih meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan
siswa kelas XI IIS SMA Negeri 1 Kertek Wonosobo tahun pelajaran
2015/2016?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bahwa menggunakan model pembelajaran problem based
learning (PBL) dengan strategi mind mapping meningkatkan hasil belajar
siswa materi indeks harga dan inflasi siswa kelas XI IIS SMA Negeri 1
Kertek, Wonosobo tahun pelajaran 2015/2016.
2. Untuk mengetahui bahwa menggunakan model pembelajaran problem based
learning (PBL) dengan strategi mind mapping lebih meningkatkan hasil
belajar siswa dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional pada
materi indeks harga dan inflasi siswa kelas XI IIS SMA Negeri 1 Kertek
Wonosobo tahun pelajaran 2015/2016.
1.4. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bukti empirik dalam dunia
pendidikan mengenai penerapan model pembelajaran problem based learning
(PBL)dengan strategi mind mapping meningkatkan hasil belajar ekonomi.
b. Manfaat Praktis
Penelitian yang akan peneliti lakukan di SMA Negeri 1 Kertek Wonosobo
diharapkan dapat bermanfaat :
1. Bagi guru, penerapan model problem based learning (PBL) dengan
pertimbangan dalam pemilihan model pembelajaran yang tepat serta
sebagai evaluasi untuk pembelajaran selanjutnya.
2. Bagi sekolah, memberikan masukan kepada sekolah sebagai bahan
evaluasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
3. Bagi peneliti, menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman sebagai
calon guru dapat berusaha sejak sekarang untuk belajar menerapkan
11 BAB II
LANDASAN TEORI 2.1.Tinjauan Tentang Hasil Belajar
2.1.1.Tinjauan Tentang Belajar a. Pengertian Belajar
Banyak ahli yang mengemukakan pendapat tentang pengertian belajar.
Menurut Slameto (2010:2), belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Menurut Anni (2011:82), belajar merupakan proses penting bagi
perubahan perilaku setiap orang dan belajar itu mencakup segela sesuatu yang
dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang. Menurut Sani (2013:40), belajar
merupakan aktivitas interaksi aktif individu terhadap lingkungan sehingga terjadi
perubahan tingkah laku. Menurut Sudjana (2014:28), belajar adalah proses yang
aktif, belajar adalah proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar
individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat
melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati,
memahami sesuatu. Apabila kita berbicara tentang belajar maka kita berbicara
tentang bagaimana mengubah tingkah laku seseorang.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan
suatu proses atau usaha individu untuk berinteraksi terhadap lingkungan yang
yang diarahkan kepada tujuan dan mengakibatkan perubahan perilaku. Perubahan
b. Teori Belajar
Banyak teori belajar yang digunakan para guru untuk berbagai keperluan
belajar dan proses pembelajaran, membantu guru untuk memahami bagaiman
peserta didik belajar. Beberapa ahli yang mengembangkan teori belajar menurut
Sani (2013:4-38) adalah sebagai berikut:
1. Teori Belajar Behavioristik
Teori belajar behavioristik adalah teori tentang perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini menjelaskan bahwa belajar adalah
perubahan perilaku yang diamati, diukur, dan dinilai secara konkret. Pembelajaran
dilakukan dengan member stimulus kepada peserta didik agar menimbulkan
respons yang tepat seperti yang diinginkan. Hubungan stimulus dan respons jika
diulang akan menjadi sebuah kebiasaan. Respons atau perilaku tertentu diperoleh
menggunkan metode pelatihan atau pembiasaan. Jika peserta menemui masalah
atau kesulitan, guru dapat menyuruhnya untuk mencoba dan mencoba lagi (trial
and error) sampai memperoleh hasil.
2. Teori Belajar Kognitivisme
Menurut teori kognitivisme, pembelajaran terjadi dengan mengaktifkan
indra siswa agar memperoleh pemahaman. Pengaktifan indra dapat dilaksanakan
dengan menggunakan media atau alat bantu melalui berbagai metode. Pendidikan
menurut teori kognitif adalah sebagai berikut:
1) Pendidikan menghasilkan individu atau peserta didik yang memiliki
kemampuan berpikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang
2) Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang
memungkinkan pengetahuan dan ketrampilan dapat dikonstruksi oleh
peserta didik.
3) Latihan memecahkan masalah sering kali dilakukan melalui belajar
kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.
4) Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar
yang sesuai bagi dirinya.
5) Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan teman yang
membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan
pada diri peserta didik.
Menurut teori ini belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman (tidak
selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang dapat diamati).
Teori belajar yang berkembang berdasarkan teori ini yaitu:
1) Teori Perkembangan Kognitif
Menurut teori perkembangan kognitif atau teori piaget, pengetahuan
dibentuk berdasarkan interaksi antara individu dengan lingkunangan,
informasi tidak sekedar dituangkan ke dalam pikiran mereka dari
lingkungan. Contoh aplikasi teori piaget dalam pembelajaran adalah:
a. Menentukan tujuan intruksional.
b. Memilih materi pelajaran.
c. Menentukan topik yang dapat dipelajari secara aktif oleh peserta didik
d. Merancang kegiatan belajar yang cocok untuk topik yang akan
dipelajari oleh pserta didik.
e. Mempersiapkan berbagai pertanyaan yang memacu kreatifitas peserta
didik untuk berdiskusi atau bertanya.
f. Mengevaluasi proses dan hasil belajar.
2) Teori Bruner
Jerome Bruner mengembangkan teori perkembangan mental, yang
mendeskripsikan bahwa terjadinya proses belajar lebih ditentukan oleh cara
mengatur materi pelajaran. Contoh aplikasi teori bruner dalam proses belajar
mengajar adalah:
a. Menentukan tujuan-tujuan intruksional.
b. Memilih materi pelajaran.
c. Menentukan topic yang akan dipelajari secara induktif oleh peserta
didik.
d. Mencari contoh, tugas, ilustrasi, dsb.
e. Mengatur topik-topik pembelajaran mualai dari yang kongkret ke
abstrak, dari yang sederhana ke kompleks, dan dari tahap enaktif,
ikonik ke simbolik.
f. Mengevaluasi proses dan hasil belajar.
3) Teori Ausubel
David Ausubel mengembangkan teori belajar bermakna dengan
menjelaskan bahwa bahan pelajaran akan lebih mudah dipahami jika bahan
bermakna harus sesuai dengan struktur kognitif dan struktur keilmuan, serta
memuat keterkaitan seluruh bahan. Oleh karena itu, dibutuhkan “peta
konsep”, yaitu bagan atau struktur tentang keterkaitan seluruh konsep secara
terpadu dan terorganisasi baik secara hierarkis dan distributif. Contoh
aplikasi teori ausubel dalam proses belajar mengajar adalah:
a. Menentukan tujuan intruksional.
b. Mengukur kesiapan peserta didik.
c. Memilih materi pelajaran.
d. Mengidentifikasi prinsip-prinsip yang harus dikuasai peserta didik.
e. Menyajikan pandangan menyeluruh tentang apa yang harus dipelajari.
f. Menggunakan advance organizer dengan cara membuat rangkuman.
g. Memfasilitasi peserta didik untuk memahami konsep dan prinsip
dengan fokus pada hubungan anatara konsep yang ada.
h. Mengevaluasi proses dan hasil belajar.
4) Teori Gagne
Menurut teori ini, dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan
informasi yang kemudian dioalah sehingga, menghasilkan luaran dalam
bentuk hasil belajar. Hasil belajar berupa kecakapan atau kemampuan
manusia yang terdiri atas informasi verbal, kecakapan intelektual, strategi
kognitif, sikap (afektif), dan kecakapan motorik. Pemrosesan informasi
mengacu pada cara-cara orang menangani rangsangan dari lingkungan,
mengorganisasi data, melihat masalah, mengembangkan konsep dan
baik verbal maupun nonverbal. Penerapan teori ini dalam pemebelajaran
adalah sebagai berikut:
a. Jangan terlalu cepat dalam menyampaikan informasi yang berbeda,
dibutuhkan agar informasi yang pertama tidak terdesak oleh informasi
berikutnya.
b. Jangan terlalu banyak ide yang diberikan dalam satu kali penyampaian,
kecuali jika telah ada informasi pengait dalam memori jangka panjang.
c. Dibutuhkan memberikan waktu atau kesempatan berfikir pada peserta
didik ketika harus menjawab pertanyaan.
3. Teori Belajar Humanistik
Teori ini menganggap bahwa keberhasilan keberhasilan belajar terjadi jika
peserta didik memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Teori belajar ini
berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari
sudut pandang pengamatannya.
Prinsip-prinsip belajar humanistik adalah sebagai berikut:
1. Manusia mempunyai cara belajar alami.
2. Belajar terjadi secara signifikan jika materi pelajaran dirasakan
mempunyai relevansi dengan maksud tertentu.
3. Belajar menyangkut perubahan dalam persepsi mengenai diri peserta
didik.
5. Belajar akan berjalan lancar jika peserta didik dilibatkan dalam proses
belajar. Belajar yang melibatkan peserta didik dapat member hasil yang
mendalam.
6. Kepercayaan pada diri peserta didik pada peserta didik ditumbuhkan
dengan membiasakan untuk mawas diri.
7. Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.
4. Teori Belajar Sibernetik
Menurut teori ini proses belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi
yang dipelajari. Cara belajar secara sibernetik terjadi jika peserta didik mengolah
informasi, memonitornya, dan menyusun strategi berkenaan dengan informasi
tersebut. Salah satu penganut aliran sibernetik adalah Landa, yang menggunakan
model pendekatan berpikir algoritmik dan heuristic. Proses berpikir algoritmik
adalah proses berpikir yang sistematis, secara bertahap, konvergen, dan linier
menuju ke satu sasaran atau tujuan tertentu. Sedangkan proses berpikir heuristic
adalah cara berpikir divergen, menuju beberapa sasaran atau tujuan sekaligus,
contohnya penerapan pembelajaran menggunakan proses berpikir heuristic adalah
penemuan cara memecahkan masalah menggunakn metode problem solving.
Berdasarkan uraian diatas penelitian ini menerapkan teori belajar
kognitivisme dan dikembangkan lagi yaitu teori ausubel, menurut teori
kognitivisme dalam Sani (2013:10), pendidikan adalah:
1. Pendidikan menghasilkan individu atau peserta didik yang memiliki
kemampuan berpikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang
2. Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang
memungkinkan pengetahuan dan ketrampilan dapat dikonstruksi oleh
peserta didik.
3. Latihan memecahkan masalah sering kali dilakukan melalui belajar
kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.
4. Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar
yang sesuai bagi dirinya.
5. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan teman yang
membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi
pengetahuan pada diri peserta didik.
Dan menurut teori ausuble yang dikembangkan oleh David Ausubel dalam
Sani (2013:15), mengembangkan teori belajar bermakna dengan menjelaskan
bahwa bahan pelajaran akan lebih mudah dipahami jika bahan ajar dirasakan
bermakna bagi peserta didik. Bahan ajar untuk belajar bermakna harus sesuai
dengan struktur kognitif dan struktur keilmuan, serta memuat keterkaitan seluruh
bahan. Oleh karena itu, dibutuhkan “peta konsep”, yaitu bagan atau struktur
tentang keterkaitan seluruh konsep secara terpadu dan terorganisasi baik secara
hierarkis dan distributif.
Sesuai dengan teori ausubel dan pengertian pendidikan menurut teori
kognitivisme tersebut siswa diajak untuk belajar dengan diberi latihan
memecahkan masalah yang berkaitan dengan indeks harga dan inflasi sesering
kali dilakukan belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan
peta konsep supaya pembelajaran lebih bermakna. Diharapkan hasil belajar siswa
meningkat apabila siswa diberikan contoh masalah sehari-hari yang ada pada
kehidupan nyata kemudian dipecahkan dengan membuat peta konsep.
c. Prinsip Belajar
Menurut Gagne dalam anni (2011:95-96), prinsip yang dikembangkan yaitu:
1. Prinsip Keterdekatan (contiguity) menyatakan bahwa situasi stimulus yang
hendak direspon oleh pembelajar harus disampaikan sedekat mungkin
waktunya dengan respon yang diinginkan.
2. Prinsip Pengulangan (repetition) menyatakan bahwa situasi stimulus dan
responnya perlu diulang-ulang, atau dipraktikan, agar belajar dapat diperbaiki
dan meningkatkan retensi belajar.
3. Prinsip Penguatan (reinforcement) menyatakan bahwa belajar sesuatu yang
baru akan diperkuat apabila belajar yang lalu diikuti oleh perolehan hasil
yang menyenangkan. Dengan kata lain pembelajar akan kuat motivasinya
untuk mempelajari sesuatu yang baru apabila hasil belajar yang telah dicapai
memperoleh penguatan.
Gagne di samping mengakui pentingnya ketiga prinsip tersebut, dan ke tiga
perinsip itu dipandang sebagai kondisi eksternal yang mempengaruhi belajar, juga
mengusulkan tiga perinsip lain yang mrnjadi kondisi internal yang harus ada pada
diri pembelajar. Ketiga prinsip itu harus dimiliki oleh pembelajar sebelum
melakukan kegiatan belajar baru. Ketiga prinsip itu adalah :
1. Informasi Faktual (factual information). Informasi ini dapat diperoleh melalui
pembelajar sebelum memulai belajar baru, dan dilacak dari memori, karena
informasi itu telah dipelajari dan disimpan didalm memori selama
berbulan-bulan atau bertahun-tahun yang lalu.
2. Kemahiran Intelektual (intellectual skill). Pembelajaran harus memiliki
berbagai cara dalam mengerjakan sesuatu, terutama yang berkaitan dengan
symbol-simbol bahasa dan lainnya, untuk mempelajari hal-hal baru. Pertama,
mungkin ada stimulasi untuk mengingat kemahiran intelektual itu dengan
bantuan beberapa petunjuk verbal. Perlu diketahui bahwa kemahiran
intelektual tidak dapat disajikan melalui petunjuk lisan atau petunjuk tertulis
yang disampaikan oleh pendidik. Kemahiran intelektual harus telah dipelajari
sebelumnya agar dapat digunakan atau diingat ketika diperlukan.
3. Strategi (strategy). Setiap aktivitas belajar memerlukan pengaktifan strategi
bejar dan mengingat. Pembelajar harus mampu menggunakan strategi untuk
menghadirkan stimulus yang kompleks; memilih dan membuat kode
bagian-bagian stimulus; memecahkan masalah; dan melacak kembali informasi yang
telah dipelajari.
Sedangkan menurut Slameto (2010:27-28) dengan mempelajari
uraian-uraian yang terdahulu, maka calon guru atau pembimbung seharusnya sudah dapat
menyusun sendiri prinsip-prinsip belajar, yaitu prinsip belajar yang dapat
dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh setipa siswa secara
1. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar
a. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif,
meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan
instruksional.
b. Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat
pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional.
c. Belajar perlu lingkungan yang menantang di mana anak dapat
mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan
efektif.
d. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkunangannya.
2. Sesuai hakikat belajar
a. Belajar itu pross kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut
perkembangannya.
b. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery.
c. Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang satu
dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang
diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan response yang
diharapkan.
3. Sesuai materi/bahan yang harus dipelajari
a. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur,
penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap
b. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan
tujuan instruksional yang harus dicapainya.
4. Syarat keberhasilan belajar
a. Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar
dengan tenang.
b. Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar
pengertian/ketrampilan/sikap itu mendalam pada siswa.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Dalam melakukan belajar yang efektif tidak lepas dari kondisi-kondisi yang
mempengaruhi belajar semakin baik kondisi siswa maka baik pula dalam proses
pembelajaran. Sebab siswa merupakan objek belajar dimana siswa dituntut untuk
lebih aktif dibandingkan para pendidik. Maka perlu adanya kondisi yang sangat
mendukung proses pembelajaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
menurut Slameto (2010:54-72) :
1. Faktor intern
a. Faktor jasmaniah
Yang termasuk dalam faktor jasmaniah adalah kesehatan dan cacat
tubuh. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap kegiatan belajarnya.
Ketika kesehatan nya memburuk maka proses belajarnya juga akan
terganggu. Demikian pula dengasn cacat tubuh, siswa yang memilki
b. Faktor psikologis
Yang tergolong dalam faktor psikologis antara lain :
a) Intelegensi adalah faktor kecakapan untuk menghadapi dan
menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif,
mengetahui atau menggunakan konsep yang abstrak secara efektif,
mengetahui hasil dan mempelajari dengan cepat
b) Perhatian yaitu keaktifan jiwa atau sekumpulan obyek dalam hal ini
proses belajar
c) Minat yaitu kecenderungan yang tetap untuk memperhatikandan
mengenang beberaoa kegiatan
d) Bakat yaitu kemampuan untuk belajar
e) Motif yaitu yang menjadi penyebab berbuat
f) Kematangan yaitu kesediaan untuk memberikan respon atau reaksi
dalam belajar
g) Kesiapan adalah kesediaan untuk member respon atau bereaksi.
c. Faktor kelelahan
Kelelahan dapat dibedakan menjadi dua yaitu kelelahan jasmani
dan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh
dan kecenderungan untuk membaringkan tubuh/ kondisi tubuh lemah dan
kurang semangat. Hal ini terjadi karena kekacauan substansi sisa
pembakaran dalam tubuh. Kelelahan rohani dapat dilihat adanya kelesuan
hilang. Dari hal di atas dapat dimengerti bahwa kelelahan itu
mempengaruhi belajar.
2. Faktor ekstern
a. Faktor keluarga
a) Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar
anak, demikian juga relasi antara anak dan anggota keluarganya yang
lain bila tercipta kondisi yang dinamis akan berpengaruh baik dengan
kondisi belajar anak dan sebaliknya, kemudian suasana rumah terkait
dengan kejadian yang sering terjadi didalam keluarga di mana anak
berada dan belajar, serta keadaan ekonomi keluarga yaitu terkait
pemenuhan kebutuhan pokok dan fasilitas belajar anak apakah sudah
terpenuhi.
b) Relasi antar anggota keluarga
Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu diusahakan
relasi yang baik di dalam keluarga anak tersebut. Hubungan yang baik
adalah hubungan yang penuh pengetian dan kasih sayang, disertai
bimbingan dan bila perlu hukuman-hukuman untuk mensukseskan
belajar anak sendiri.
c) Suasana rumah
Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian
yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan belajar.
ketenangan kepada anak yang belajar. Suasana rumah yang tegang,
ribut dan sering terjadi cekcok, pertengkaran antar anggota keluarga
atau dengan keluarga lain menyebabkan anak menjadi bosan di rumah,
suka keluar rumah, akibatnya belajarnya kacau.
d) Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak.
Anak yang sedang belajar harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misal
makan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lain-lain, juga
membutuhkan ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis-menulis,
buku-buku dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika
keluarga mempunyai uang yang cukup. Jika anak hidup dalam keluarga
miskin, kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi, akibatnya kesehatan
anak terganggu sehingga belajar anak juga terganggu.
e) Pengertian orang tua
Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak
sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah.
Kadang-kadang anak lemah semangat orang tua wajib memberi pengertian dan
mendorongnya, membantu sedapat mungkin kesulitan anak yang
dialami disekolah.
f) Latar belakang kebudayaan
Tingkat kependidikan dalam keluarga atau kebiasaan di dalam keluarga
mempengaruhi sikap anak disekolah. Perlu ditanamkan
b. Faktor Sekolah, yang mempengaruhi belajar ini mencakup :
a) Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada
siswa sebagian besar menyajikan bahan pelajaran agar siswa dapat
menerima pelajaran dengan baik
b) Relasi guru dengan siswa.
Cara belajar siswa dipengaruhi relasi dengan gurunya, guru yang
kurang interaksi dengan siswa menyebabkan siswa enggan
berpartisipasi aktif dalam belajar. Menciptakan relasi yang baik antara
siswa perlu agar dapat memberikan pengaruh positif terhadap belajar
siswa.
c) Relasi siswa dengan siswa
Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang
menyenagkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau sedang
mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari
kelompok.akibatnya makin parah masalahnya dan akan mengganggu
belajarnya.
d) Disiplin sekolah
Agar siswa lebih maju, harus disiplin dalam belajar di sekolah dan di
rumah yang dicontohkan oleh guru dan staf.
Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa. Alat
pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan
pelajaran yang diberikan kepada siswa.
f) Waktu sekolah
Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar di
sekolah, waktu itu dapat pagi, siang, sore/malam hari. Waktu sekolah
juga mempengruhi belajar siswa.jika terjadi siswa masuk di sore hari,
sebenarnya kurang dapat dipertanggungjawabkan. Di mana siswa harus
beristirahat tapi terpakasa masuk sekolah, sehingga mereka
mendengarkan pelajaran dengan mengantuk dansebagainya.
g) Standar pelajaran di atas ukuran
Guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya, perlu memberi
pelajaran di atas ukuran standar. Akibatnya siswa merasa kurang
mampu dan takut kepada guru.
h) Keadaan gedung
Dengan jumah siswa yang banyak serta variasi karakteristik mereka
menuntut keadaan gedung dewasa ini harus memadai di dalam setiap
kelas.
i) Metode
Metode adalah cara yang harus dilalui didalam mengajar. Metode
belajar sangat mempengaruhi belajar. Metode mengajar yang kurang
baik maka hasil belajar siswa kurang baik pula.
Diharapkan guru jangan terlalu banyak memberi tugas yang harus
dikerjakan dirumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk
kegiatan yang lain.
c. Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap
belajar siswa. Adapun hal-hal yang mempengaruhi siswa tersebut
adalah sebagai berikut:
a) Kegiatan siswa dalam masyarakat
Perlu adanya pembatasan kegiatan siswa dalam masyarakat supaya
jangan menggangu belajarnya. Jika mungkin memilih kegiatan yang
mendukung kegiatan belajarnya.
b) Mass media
Yang termasuk mass media adalah bioskob, radio, tv, surat kabar,
majalah, buku-buku, komik-komik, dan lain-lain. Mass media yang
baik memberi pengruh yang baik bagi siswa dan juga belajarnya, begitu
juga sebaliknya mass media yang jelek juga memberi pengaruh yang
jelek terhadap siswa.
c) Teman bergaul
Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul lebih cepat masuk jiwanya dari
pada yang kita duga. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka
perlulah diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik-baik
dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua
d) Bentuk kehidupan masyarakat
Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi,
suka mencuri dan memiliki kebiasaan yang tidak baik, akan
berpengaruh jelek pada anak yang ada di situ.
Seperangkat faktor lain yang memberikan kontribusi belajar adalah kondisi
internal dan kondisi eksternal. Kondisi internal mencakup kondisi fisik, seperti
kesehatan organ tubuh; kondisi psikis, seperti kemampuan intelektual, emosional;
dan kondisi sosial, seperti kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan.
Kesempurnaan dan kualitas kondisi internal yang dimiliki oleh pembelajar akan
berpengaruh terhadap kesiapan, proses, dan hasil belajar. Faktor lainnya adalah
kondisi eksternal yang terdiri dari variasi dan derajat kesulitan materi (stimulus)
yang dipelajari (direspon), tempat belajar, iklim, suasana lingkungan, dan budaya
belajar masyarakat akan mempengaruhi kesiapan, proses, dan hasil belajar (Rifa’I
dan Anni, 2011:97).
e. Tujuan Belajar
Tujuan belajar sebenarnya bervariasi dan sangat banyak. Menurut Suprijono
(2012:5):
“Tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan
tindakan instruksional, lazim dinamakan instructional effects, yang biasa berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sementara, tujuan belajar sebagai hasil yang menyertai tujuan belajar instruksional, lazim disebut nurturant effects. Bentuknya berupa, kemampuan berfikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima orang lain, dan sebagainya. Tujuan ini merupakan konsekuensi logis dari peserta didik
2.1.2.Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Salah satu indikator proses pembelajaran tercapai atau tidaknya adalah
dengan melihat hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Menurut Suprijono
(2012:5), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian, sikap,
apresiasi dan ketrampilan. Sedangkan menurut Sudjana (2009:22), hasil belajar
ialah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa menerima
pengalaman belajarnya.
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan
kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari
Benyamin Blom dalam (Sudjana, 2009:23) yang secara garis besar membaginya
menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris.
1. Ranah Kognitif
Ranah Kognitif berkaitan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri enam
aspek yaitu:
a. Pengetahuan (Knowledge)
b. Pemahaman (Comprehension)
c. Aplikasi (application)
d. Analisis (analysis)
e. Sintesis (Synthesis)
2. Ranah Afektif (affective domain)
Ranah afektif berhubungan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar ranaf
afektif berkenaan dengan perasaan, minat, perhatian, keinginan, penghargaan, dll.
Beberapa kategori ranah afektif sebagai hasil belajar adalah sebagai berikut :
a. Penerimaan (receiving)
b. Jawaban (responding)
c. Penilaian (valuing)
d. Pengorganisasian
e. Pembentukan pola hidup
3. Ranah Psikomotorik (Psychomotoric domain)
Hasil belajar dibidang ini tampak dalam bentuk ketrampilan (skill) dan
kemampuan bertindak individu setelah menerima pengalaman belajar tertentu.
Terdapat enam tingkat ketrampilan, yaitu:
a. Gerakan refleks
b. Ketrampilan gerakan dasar
c. Kemampuan perceptual, termasuk membedakan visual, membedakan
auditif, motoris, dll.
d. Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan
ketepatan.
e. Gerakan-gerakan skill, mulai dari ketrampilan sederhana sampai pada
ketrampilan yang kompleks.
f. Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti
Jadi sesuai klasifikasi hasil belajar diatas, hasil belajar dalam penelitian ini
adalah perubahan perilaku siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.
Perubahan perilaku tersebut meliputi ranah kognif yang meliputi pemahaman
siswa tentang materi indeks harga dan inflasi, ranah afektif berupa aktivitas siswa
dalam kegiatan pembelajaran, dan ranah psikomotorik yaitu ketrampilan dalam
mengemukakan pendapat dalam kegiatan pembelajaran. Untuk mengetahui
perubahan tingkah laku tersebut maka perlu diadakan tes atau evaluasi. Hasil
belajar tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor.
b. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar siswa setelah memperoleh
pembelajaran. Berhasil atau tidaknya hasil belajar sebagai tolak ukur tercapai
tidaknya tujuan dari pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurtut
Sudjana (2014:39-40), faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dipengaruhi
oleh dua faktor utama yaitu:
1. Faktor dari dalam diri siswa, meliputi:
a. Kemampuan yang dimilikinya
b. Motivasi belajar
c. Minat dan perhatian
d. Sikap dan kebiasaan belajar
e. Ketekunan
f. Sosial ekonomi
2. Faktor dari luar diri siswa/faktor lingkungan
Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil
belajar di sekolah, ialah kualitas pengajaran.
2.2. Model Problem Based Learning (PBL) 2.2.1. Model Pembelajaran
a. Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Suprijono (20012:45), model pembelajaran merupakan landasan
praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar
yang dirancang berdasarkan analisis tehadap implementasi kurikulum dan
implikasinya pada tingkat operasional dikelas. Menurut Arends dalam Suprijono
(2012:45), model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan,
termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan
pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Berdasarkan beberapa pengertian model pembelajaran diatas dapat
disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta
didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan
mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar
mengajar.
b. Macam-macam Model Pembelajaran
1. Model Pembelajaran Langsung
Menurut Suprijono (2012:46), model pembelajaran langsung atau direct