Lampiran 1. Data Sekunder Luas Lahan, Produktivitas Padi, Harga Padi, Harga Kelapa Sawit.
Lanjutan Lampiran 1. Data Sekunder Luas Lahan, Produktivitas Padi, Harga Padi, Harga Kelapa Sawit.
Lanjutan Lampiran 1. Data Sekunder Luas Lahan, Produktivitas Padi, Harga Padi, Harga Kelapa Sawit.
Lanjutan Lampiran 1. Data Sekunder Luas Lahan, Produktivitas Padi, Harga Padi, Harga Kelapa Sawit.
Lanjutan Lampiran 1. Data Sekunder Luas Lahan, Produktivitas Padi, Harga Padi, Harga Kelapa Sawit.
Lanjutan Lampiran 1. Data Sekunder Luas Lahan, Produktivitas Padi, Harga Padi, Harga Kelapa Sawit.
Lanjutan Lampiran 1. Data Sekunder Luas Lahan, Produktivitas Padi, Harga Padi, Harga Kelapa Sawit.
Lampiran 2. Hasil Pengolahan Data Penelitian dengan SPSS Versi 16
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
luas_lahan 2.3755E3 2002.57807 119
produktivitas_padi 5.3714 1.21211 119
harga_padi 3.4756E3 406.45563 119
harga_kelapa_sawit 1.1899E3 47.19456 119
Correlations
Pearson Correlation luas_lahan 1.000 .870 .025 -.011
produktivitas_padi .870 1.000 -.259 -.265
harga_padi .025 -.259 1.000 .934
harga_kelapa_sawit -.011 -.265 .934 1.000
Sig. (1-tailed) luas_lahan . .000 .395 .452
produktivitas_padi .000 . .002 .002
harga_padi .395 .002 . .000
harga_kelapa_sawit .452 .002 .000 .
N luas_lahan 119 119 119 119
produktivitas_padi 119 119 119 119
harga_padi 119 119 119 119
Variables Entered/Removedb
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: luas_lahan
Model Summaryb
a. Predictors: (Constant), harga_kelapa_sawit, produktivitas_padi, harga_padi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 119
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 8.38433745E2
Most Extreme Differences Absolute .118
Positive .118
Negative -.070
Kolmogorov-Smirnov Z 1.287
Asymp. Sig. (2-tailed) .073
DAFTAR PUSTAKA
Adhi Yudha Bhaskar, Drs. Marhadi Slamet Kistiyanto, M. Si, Ir. Juarti, M.
P.,2011. Pengaruh Transformasi Lahan Pertanian Menjadi Perkebunan
Kelapa Sawit terhadap Tingkat Kesejahteraan Petani di Kecamatan Babulu Kabupaten Penajam Paser Utara Provinsi Kalimantan Timur . Makalah penelitian. Universitas Negeri Malang, Malang, 2011.
Ace Partadireja. 1980. Beberapa Masalah dalam Produksi Bahan
Makanan.Prisma.LP3ES, Jakarta.
Adi Wira. 2009. Pengaruh Harga padi terhadap Alih Fungsi Lahan, Bandung. Arum Laili Afrian,2009. Analisis Pengaruh Beberapa Variable Terhadap Alih Fungsi Lahan Perkebunan di KOTA SEMARANG Kasus di PT. Karyadeka Alam
Lestari,.Semarang.
BPS. 2015. Kabupaten Serdang Bedagai Dalam Angka 2008-2014.
Bambang Irawan dan Supena Friyatno.2011. Dampak Konversi Lahan Sawah di Jawa terhadap Produksi Beras dan Kebijakan Pengendaliannya, Jakarta.
Bangun, Wilson. 2007. Teori Ekonomi Mikro. Bandung
Catur TB, Joko Purwanto, Rhina Uchyani F dan Susi Wuri Ani .2010. Dampak alih Fungsi Lahan Pertanian ke Sektor Non Pertanian terhadap Ketersediaan Beras di Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah. Pusat Penelitian Agribisnis Fakultas Pertanian UNS, Surakarta.
Dinas Perkebunan. 2015. Harga Kelapa Sawit Tahun 2008-2014 di Kabupaten
Serdang Bedagai
Dinas Pertanian. 2015. Harga dan Produktivitas Padi Tahun 2008-2014 di Kabupaten Serdang Bedagai
Fanny Anugerah,2000., Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah ke Penggunaan Non Pertanian di Kabupaten Tangerang,
Tangerang.
Gunanto, ES. 2007. Konversi Lahan Pertanian Mengkhawatirkan.
Irawan, B dan S. Friyatno. 2002. Dampak Konversi Lahan Sawah di Jawa terhadap Produksi Beras dan Kebijakan Pengendaliannya. Jurnal
Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis SOCA : Vol.2 No.2 : 79-95.
Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Denpasar.
Iqbal dan Sumaryanto. 2007. Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Bertumpu pada Partisipasi Masyarakat. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.
Mosher, A.T. 1969. Subsistence Agriculture and Economies Development. Dalam Tesis : I K. Djayastra : Respons Petani Sayur terhadap Perubahan Harga di Bali, Yogyakarta.
Nainggolan, R.E. 2007. Rencana Pembangunan Provinsi Sumatera Utara dari Prespektif Ketahanan Pangan. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional “Kebijakan Pengembangan Lahan Pertanian Pangan Abadi”, Convention Hall Hotel Danau Toba Internasional, Medan.
Nasoetion, L,I dan Winoto, J. 1996. Masalah Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Dampaknya Terhadap Keberlangsungan Swasembada Paangan. Pusat
Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian dan Ford Fondation, Bogor.
Ni Putu Martini Dewi. 2008. Pengaruh Alih Fungsi Lahan Sawah terhadap
Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Badung,Bandung.
Pasaribu. 2006. Poverty profile dan The Alleviation Programs In Indonesia,
Seminar Internasional Fund For Agricultural Development (IFAD) Hanoi,
Vietnam.
Prayudho. 2009. Teori Lokasi
.prayudho.wordpress.com/2009/11/05/teori-lokasi/.com
Rizal Dafa. 2004. Pengaruh Harga Kelapa Sawit Terhadap Luas Lahan Sawah. Kalimantan.
Rustiadi, Reti Wafda. 2008. Urgensi pengembangan Lahan Pertanian Pangan Abadi dalam Perspektif Ketahanan Pangan. Maakalah disampaikan pada
Seminar Nasional “Kebijakan Pengembangan Lahan Pertanian Pangan
Abadi’, Convention Hall Hotel Danau Toba Internasional, Medan.
Suwarno, P.S. 1996. Alih Fungsi Tanah Pertanian dan Penanggulangannya.
Dalam Prosiding Lokakarya “Persaingan Dalam Pemanfaatan Sumber Daya
Lahan dan Air”: Dampaknya Terhadap Keberlanjutan Swasembada Beras :
121-134. Hasil Kerjasama Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian
dan Ford Foundation, Bogor.
Issu Aktual. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian, Departemen Pertanian, Bogor.
Syahyuti. 2007. Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan. Alih Fungsi Lahan Pertanian Produktif Menjadi Non pertanian dengan Kebijakan Pemerintah. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.
Warton Jr dan Cliffton R. 1969. Subsistence Agriculture and Economies
Development. Aldine Publishing Company, Chicago.
Widjanarko , M.App.Sc, Diah Mardiana,Rurini Anna. 2006. Konversi Lahan
Sawah. Analisis Alih Fungsi Lahan dengan Dampaknya terhadap Ketahanan Pangan. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan secara purposive, yaitu secara sengaja di
Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara, dengan pertimbangan
bahwa Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten yang 7
( tujuh ) tahun terakhir mengalami penurunan luas lahan sawah khususnya lahan
pertanian produktif. Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu lumbung
padi di Sumatera Utara. Akibat dari penurunan luas lahan tersebut maka
ketahanan pangan juga ikut menurun, sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi
luas lahan sawah perlu diteliti lebih lanjut.
3.2. Metode Pengambilan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait seperti Dinas Pertanian Serdang
Bedagai, Badan Pusat Statistik Kota Medan, Kantor Badan Pusat Statistik
Kabupaten Serdang Bedagai, Instansi dan asosiasi terkait dan publikasi
instansi-instansi terkait. Data sekunder diambil dari tahun 2008 sampai pada tahun 2009.
3.3. Metode Analisis Data
3.3.1 Identifikasi Masalah 1 (Hipotesis 1)
Identifikasi Masalah 1 (Hipotesis 1), dianalisis dengan dengan regresi linear
berganda yaitu dingunakan untuk mengukur pengaruh antara lebih dari satu
Rumus :
Y = a+b1X1 +b2X2+b3X3+E
Y = luas lahan (ha)
X1 = produktivitas padi (ton/ha)
X2 = harga padi (Rp/kg)
X3 = harga kelapa sawit(Rp/kg)
a = konstanta
b1,b2,b3 =koefisien regresi
e = variabel kesalahan
Dimana data yang digunakan adalah data tahun 2008-2014.
3.3.1.1 Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi
normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang
terdistribusi normal. Jadi uji normalitas bukan dilakukan pada masing-masing
variabel tetapi pada nilai residualnya. Sering terjadi kesalahan yang jamak yaitu
bahwa uji normalitas dilakukan pada masing-masing variabel.
2. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah suatu kondisi dimana terjadi korelasi yang kuat
diantara variabel-variabel bebas (X) yang diikut sertakan dalam pembentukan
model regresi linear. Untuk mendeteksi Multikolinearitas dapat dilihat dari
tolerance. Jika nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,1, maka model linier tersebut
bebas dari Multikolinearitas.
3. Uji Heteroskedasitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain.
Heteroskedasitas terjadi apabila variabel gangguan tidak mempunyai varian yang
sama untuk observasi. Akibat adanya Heteroskedasitas, penafsiran OLS tidak bias
tetapi tidak efesien. Untuk mendeteksiHeteroskedasitas dapat dilihat dari program
SPSS 16 yaitu grafik Scatterplot. Jika Scatterplot tidak membentuk pola dan
tersebar maka hal ini menunjukan bahwa tidak terjadi Heteroskedasitas.
3.3.1.2 Uji Statistik
1. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R2) yang bertujuan untuk melihat apakah variabel
independent cukup memberikan arti dalam menjelaskan variabel dependen.
Dengan kata lain variasi yang terjadi pada variabel indevenden dapat menjelaskan
variabel dependen sebesar (R2).
2. Uji F (Uji Keseluruhan)
Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara
signifikasi terhadap variabel devenden. Dimana jika fhitung< ftabel, maka H0
diterima atau variabel independen secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh
terhadap variabel dependen (tidak signifikan) dengan kata lain perubahan yang
terjadi pada variabel terikat tidak dapat dijelaskan oleh perubahan variabel
3. Uji t (Uji Parsial)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel
independen secara sendiri-sendiri mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen, dengan kata lain,untuk mengetahui apakah masing-masing
variabel independen dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel
dependen secara nyata.
Untuk mengkaji pengaruh variabel independen terhadap dependen secara
individu dapat dilihat hipotesis berikut: H1 : ß1 = 0 → tidak berpengaruh, H1 : ß1 >
0 → berpengaruh positif, H1 : ß1 < 0 → berpengaruh negative. Dimana ß1 adalah
koefisien variabel independen ke-1 yaitu nilai parameter hipotesis. Biasanya nilai
ß dianggap nol, artinya tidak ada pengaruh variabel X1 terhadapY, bila fhitung< ftabel
maka H0 diterima (tidak signifikan). Uji t digunakan untuk membuat keputusan
apakah hipotesis terbukti atau tidak, dimana tingkat signifikan yang digunakan
yaitu 5%.
3.4. Definisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka penulis
membuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:
3.4.1. Definisi
1. Penurunan luas lahan adalah perubahan fungsi lahan dari suatu komoditi ke
komoditi lain maupun ke areal non pertanian.
2. Produksi adalah banyaknya jumlah produk usahatani yang diperoleh dalam
3. Luas lahan sawah adalah luasnya sawah yang digunakan untuk komoditi
padi yang dinyatakan dalam satuan hektare (ton/ha).
4. Produktivitas adalah kemampuan lahan sawah untuk menghasilkan padi
(ton/ha).
5. Harga padi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah harga nominal yang
diterima petani dari agen/pedagang dengan kesepakatan bersama(Rp/kg).
6. Harga kelapa sawit yang dimaksud dalam penelitian ini adalah harga
nominal yaitu nilai atas kelapa sawit yang di ukur dalam satuan uang untuk
satuan berat tertentu (Rp/kg).
7. Laju Penurunan luas lahan adalah persentase perubahan luas lahan sawah.
3.4.2 Batasan Operasional
Batasan operasional dari penelitian ini adalah :
1. Daerah penelitian adalah Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera
Utara.
2. Waktu penelitian adalah tahun 2015.
Tabel 4.1. Luas Wilayah (Km2) Tiap Kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai
No Kecamatan Luas Wilayah/
Desa (Km2)
4.2 Kondisi Lahan Sawah di Kabupaten Serdang Bedagai
Pada tahun 2008 luas areal persawahan di Kabupaten Serdang Bedagai
seluas 38.870 Ha. Pada tahun 2009 luas lahan sawah meningkat dengan luas
41.981 Ha, namun pada tahun 2010 luas lahan sawah mulai menurun hingga tahun
2013. Penurunan luas lahan sawah ini menunjukan terjadinya penurunan luas
lahan, khususnya lahan padi ke komoditi lainnya maupun non pertanian.
Penggunaan lahan sawah di Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat pada
Tabel 4.2.
Tabel 4.2 . Luas Lahan Sawah di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008-2014
Tahun Luas Lahan Sawah (Ha)
2008 38.870
2009 41.981
2010 41.057
2011 40.598
2012 40.598
2013 39.502
2014 39.846
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
4.1 Luas dan Kondisi Geografis
Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara, secara geografis
terletak pada 3001’2,5” – 3046’33” Lintang Utara dan 98044”22” -99019’01” Bujur
Timur, dengan ketinggian berkisar 0-500 m di atas permukaan laut. Secara
administratif, Kabupaten Serdang Bedagai memiliki batas wilayah sebagai
berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan : Selat Malaka
Sebelah Selatan berbatasan dengan : Kabupaten Simalungun
Sebelah Barat berbatasan dengan : Kabupaten Deli Serdang
Sebelah Timur berbatasan dengan : Kabupaten Batu Bara dan
Kabupaten Simalungun
Luas wilayah Kabupatan Serdang Bedagai yaitu seluas 1.900,22 km2,
terdiri dari 17 kecamatan, 6 kelurahan, dan 1221 dusun. Kabupaten Serdang
Bedagai memiliki iklim tropis, kelembapan udara per bulan sekitar 83%, curah
hujan berkisar antara 27 sampai dengan 248 mm per bulan dengan periodik tinggi
pada bulan November. Hujan perbulan berkisar 4-21 hari dengan periode hari
hujan yang besar pada bulan September. Rata-rata kecepatan angin berkisar 1,8
m/dt dengan tingkat penguapan sekitar 3,8 mm/hari. Temperatur udara per bulan
minimum 23,70C dan maksimum 34,20C . Berikut adalah kecamatan-kecamatan
Tabel 4.1. Luas Wilayah (Km2) Tiap Kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai
No Kecamatan Luas Wilayah/
Desa (Km2)
4.2 Kondisi Lahan Sawah di Kabupaten Serdang Bedagai
Pada tahun 2008 luas areal persawahan di Kabupaten Serdang Bedagai
seluas 38.870 Ha. Pada tahun 2009 luas lahan sawah meningkat dengan luas
41.981 Ha, namun pada tahun 2010 luas lahan sawah mulai menurun hingga tahun
2013. Penurunan luas lahan sawah ini menunjukan terjadinya penurunan luas
lahan, khususnya lahan padi ke komoditi lainnya maupun non pertanian.
Penggunaan lahan sawah di Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat pada Tabel
4.2.
Tabel 4.2 . Luas Lahan Sawah di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008-2014
Tahun Luas Lahan Sawah (Ha)
2008 38.870
2009 41.981
2010 41.057
2011 40.598
2012 40.598
2013 39.502
2014 39.846
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Luas Lahan Sawah di Kabupaten Serdang Bedagai
Luas lahan sawah adalah luasnya sawah yang digunakan untuk komoditi
padi yang dinyatakan dalam satuan hektare (ton/ha). Luas Lahan sawah adalah
besarnya suatu luas lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh
pematang (galengan), saluran untuk menahan/ menyalurkan air,yang biasanya
ditanami padi sawah tanpa memandang dari mana diperolehnya atau status tanah
tersebut.Adapun besar penurunan luas lahan sawah di Kabupaten Serdang
Bedagai dapat dilihat dari persentase perubahan luas lahan sawah per tahun
sebagai berikut:
Pada Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa pada tahun 2008 luas lahan sawah
sebesar 38.870 Ha. Pada tahun 2009 mengalami peningkatan luas lahan sawah
menjadi 41.981 Ha. Akan tetapi pada tahun 2010 sampai dengan 2013 terjadi
penurunan luas lahan sawah, dari 41.057 Ha menjadi 39.502 Ha, dimana
penurunan luas lahan tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 1.096 Ha
(2,69%). dan mengalami penurunan luas lahan terendah adalah pada tahun 2011
yaitu sebesar 0,45 Ha (1,117%).
5.2 Produktivitas Padi
Produktivitas adalah kemampuan lahan sawah untuk menghasilkan padi
(ton/ha). Secara umum, produktivitas padi di Kabupaten Serdang Bedagai
mempunyai pengaruh terhadap penurunan luas lahan sawah. Adapun besarnya
produktivitas padi sawah dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut ini:
Tabel 5.2 Produktivitas Padi di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008-2014
Tahun Produktivitas Padi Produktivitas Padi
(%)
Penurunan produktivitas padi sawah terus mengalami penurunan dari tahun
ke tahun. Tabel 5.2 memperlihatkan bahwa pada tahun 2008 produktivitas padi
sawah sebesar 5,93 ton/ha, dimana tahun 2009 produktivitas padi sawah
mengalami penurunan yaitu. 0,24 ton/ha (mengalami perubahan persentase
produktivitas padi sebesar -4,04%). Penurunan produktivitas padi sawah paling
tinggi tahun 2014 yaitu 0,2 ton/ha (-3,96%).
5.3 Harga Padi
Harga padi adalah harga nominal yang diterima petani dari agen/pedagang
dengan kesepakatan bersama(Rp/kg). Secara umum, harga padi di Kabupaten
Serdang Bedagai mempunyai pengaruh terhadap penurunan luas lahan sawah.
Adapun besarnya harga padi dapat dilihat pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3 Harga Padi di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008-2014
Tahun Harga Padi
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai
Harga padi terus mengalami kenaikan harga setiap tahunnya. Tabel 5.3
Kenaikan harga padi yang paling tinggi adalah tahun 2011 sebesar Rp. 3.448/kg
atau mengalami persentase perubahan harga sebesar 7,71%
5.3Harga Kelapa Sawit
Harga kelapa sawit adalah harga nominal yaitu nilai atas kelapa sawit yang di
ukur dalam satuan uang untuk satuan berat tertentu (Rp/kg). Secara umum, harga
kelapa sawit di Kabupaten Serdang Bedagai mempunyai pengaruh terhadap
penurunan luas lahan sawah. Adapun besarnya harga kelapa sawit dapat dilihat
pada Tabel 5.4 berikut ini:
Tabel 5.4. Harga Kelapa Sawit di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008-2014
Tahun Harga Kelapa
Sawit (Rp/Kg)
Sumber: Dinas Perkebunan Kabupaten Serdang Bedagai
Harga kelapa sawit terus mengalami kenaikan harga setiap tahunnya. Tabel
5.4 memperlihatkan bahwa pada tahun 2008 harga kelapa sawit sebesar 1.123
sebesar Rp. 1.227/kg atau mengalami persentase perubahan harga kelapa sawit sebesar 3,42% dibandingkan harga kelapa sawit pada tahun 2011.
5.5 Hasil Analisis Pengaruh Variabel Produktivitas Padi, Harga Padi dan Harga Kelapa Sawit Terhadap Luas Lahan
Hasil analisis pengaruh variabel produktivitas padi, harga padi dan harga
kelapa sawit terhadap luas lahan dapat dilihat pada Tabel 5.5 berikut ini:
Tabel 5.5. Hasil Analisis Pengaruh Variabel Produktivitas Padi Harga Padi dan Harga Kelapa Sawit Terhadap Luas Lahan dengan menggunakan
Software SPSS Versi 16,00
Correlations Collinearity Statistics
B Std. Error Beta
Berdasarkan hasil Analisis Pengaruh Variabel Produktivitas Padi Harga Padi dan
Harga Kelapa Sawit Terhadap Luas Lahan dengan menggunakan Software SPSS
Versi 16,00 maka dapat dibuat persamaan sebagai berikut:
Y = -7.156,92 +1.547,76X1 + 1,76X2 - 4,13X3 + E
Y = luas lahan sawah (ha)
X1 = produktivitas padi (ton/ha)
X2 = harga padi (Rp/kg)
X3 = harga kelapa sawit (Rp/kg)
e = tingkat kesalahan
5.5.1 Uji Asumsi Klasik
Hasil dari berbagai uji asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
5.5.1.1 Uji Normalitas
Uji Normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi
normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang
terdistribusi normal. Jadi uji normalitas bukan dilakukan pada masing-masing
variabel tetapi pada nilai residualnya. Sering terjadi kesalahan yang jamak yaitu
Gambar 5.1 Grafik Histogram
Berdasarkan Grafik Histogram pada Gambar 5.1 di atas, dapat dilihat
bahwa pola distribusi data adalah normal, maka dapat disimpulkan bahwa model
Gambar 5.2. Normal P-P Plot of Regresion Standardized Residual
Berdasarkan penyebaran data (titik) pada Normal P-P Plot of Regresion
Standardized Residual (Gambar 5.2.) di atas, maka dapat dilihat bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka dapat
Tabel 5.5.1.1. Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 119
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 8.38433745E2
Most Extreme Differences
Absolute .118
Positive .118
Negative -.070
Kolmogorov-Smirnov Z 1.287
Asymp. Sig. (2-tailed) .073
a. Test distribution is Normal.
Berdasarkan Tabel Kolmogorov-Smirnov Test di atas, diketahui bahwa
nilai Kolmogorov-Smirnov Test adalah sebesar 0,575 dan nilai
α
=
5% (0,05).Hipotesis yang diajaukan adalah :
HO : Distribusi sampel tidak berbeda nyata dengan distribusi normal ( Sampel
berasal dari populasi yang berdistribusi normal)
H1 : Distribusi sampel berbeda nyata dengan distribusi normal ( Sampel
berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal)
Kriteria pengambilan keputusan adalah :
HO diterima jika nilai signifikansi >
α
H1 diterima jika nilai signifikansi <
α
Hasil analisis uji untuk persoalan diatas menunjukan nilai signifikansi
yang diperoleh lebih besar dari
α
0,05. Dengan demikian dapat disimpulkanberbeda nyata dengan distribusi normal. Sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
Berdasarkan hasil Uji Normalitas di atas, baik dengan menggunakan
metode Grafik Histogram, dengan menggunakan Normal P-Plot of regression Standardized residual, maupun dengan menggunakan Tabel Kolmogorov-Smienov
Test, maka diperoleh hasil bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas sehingga dapat diproses dengan uji selanjutnya.
5.5.1.2 Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas adalah suatu kondisi dimana terjadi korelasi yang kuat
di antara variabel-variabel bebas (X) yang diikutsertakan dalam pembentukan
model regresi linear. Untuk mendeteksi Multikolinearitas dapat dilihat dari
program SPSS versi 16 yaitu dari nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai tolerance. Jika nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,1, maka model linier
tersebut bebas dari Multikolinearitas.
Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan SPSS versi 16,00 maka
Tabel 5.6 Hasil Uji Multikolinearitas
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
.929 1.077
.128 7.822
.127 7.848
Berdasarkan Tabel Hasil Uji Multikolinearitas (Tabel 5.6) diatas, maka
dapat dilihat bahwa nilai VIF <10 dan nilai tolerance > 0,1 maka model linier
tersebut bebas dari Multikolinearitas.
5.5.1.3 Uji Heteroskedasitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain.
Heteroskedasitas terjadi apabila variabel gangguan tidak mempunyai varian yang
sama untuk observasi. Akibat adanya Heteroskedasitas, penafsiran OLS tidak bias
tetapi tidak efesien. Untuk mendeteksiHeteroskedasitas dapat dilihat dari program
SPSS 16 yaitu grafik Scatterplot. Jika Scatterplot tidak membentuk pola dan tersebar maka hal ini menunjukan bahwa tidak terjadi Heteroskedasitas.
Dari hasil SPSS versi 16 dapat dilihat bahwa Grafik Scatteflot tidak membentuk pola dan tersebar maka hal ini menunjukan bahwa data tidak terjadi
Gambar 5.3 Scatterplot
5.5.2. Uji Statistik
5.5.2.1 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R2) berfungsi untuk melihat sejauh mana
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependent. Nilai
Koefisien Determinasi (R2) sebesar 0,825. Hal ini menunjukan bahwa sebesar
82,5% alih fungsi lahan dapat dijelaskan oleh produktivitas padi, harga padi dan
harga kelapa sawit, sedangkan sisanya sebesar 17,5% dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain di luar model. Berikut Tabel Hasil Koefisien Determinasi (R2) hasil
Tabel 5.5.2.1 Hasil Koefisien Determinasi (R2)
a. Predictors: (Constant), harga_kelapa_sawit, produktivitas_padi, harga_padi
b. Dependent Variable: luas_lahan
5.5.2.2 Uji Statistik F (Uji Serempak)
Uji statistik F (Uji Serempak) pada dasarnya menunjukan apakah semua
variasi indevenden yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
serempak terhadap variabel dependen. Berikut Tabel Hasil Uji Statistik F (Uji
Serempak) hasil olahan data dengan SPSS Versi 16,00.
Tabel 5.5.2.2 Hasil Uji Statistik F (Uji Serempak)
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 3.903E8 3 1.301E8 180.351 .000a
Residual 8.295E7 115 721309.522
Total 4.732E8 118
a. Predictors: (Constant), harga_kelapa_sawit, produktivitas_padi, harga_padi b. Dependent Variable: luas_lahan
Berdasarkan hasil Uji Statistik F( Uji Serempak) dapat diketahui bahwa nilai
maka dapat disimpulkan bahwa variabel indevenden yaitu produktivitas padi,
harga padi dan harga kelapa sawit secara serempak berpengaruh nyata terhadap
luas lahan lahan.
5.5.2.3 Uji Statistik t (Uji Parsial)
Uji ini dilakukan untuk mengetahui signifikansi variabel independen
secara individu terhadap variabel dependennya. Adapun hipotesis pada Uji t ini
adalah sebagai berikut:
H0 : ß1 = 0 (tidak ada pengaruh)
H1 : ß1 ≠ 0 (ada pengaruh)
Pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas adalah sebagai berikut :
Jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima
Jika probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak
Uji statistik t dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen
secara individual (parsial) terhadap variabel dependennya. Hasil Uji Statistik-t
diperoleh nilai probabilitas variabel independen produktivitas padi (X1), harga
padi (X2) lebih kecil dari 0,05 (Tabel 5.5). Jadi H0 ditolak dan H1 diterima, ini
menunjukkan bahwa secara individu produktivitas padi (X1) dan harga padi (X2)
mempunyai pengaruh yang signifikan atau nyata terhadap variabel dependen yaitu
luas lahan sedangkan variabel independen harga kelapa Sawit (X3) lebih besar dari
0,05. Jadi H0 diterima dan H1 ditolak, hal ini menunjukkan bahwa variabel harga
kelapa sawit berpengaruh tidak signigikan terhadap luas lahan.
5.5.2.3.1 Produktivitas Padi
Hasil regresi (Tabel 5.5) menunjukan bahwa koefisien regresi
padi 0,000 artinya produktivitas padi di Kabupaten Serdang Bedagai memberikan
dampak yang positif dan signifikan terhadap luas lahan sawah, dimana setiap
kenaikan produktivitas padi sebesar 1 ton/ha maka luas lahan akan naik sebesar
1.547,76.
Hasil temuan dari penelitian ini sesuai dengan teori yang mengatakan
bahwa jika produktivitas padi meningkat maka penggunaan lahan sawah ke non
pertanian akan menurun (Bangun, 2007). Dengan kata lain, jika produktivitas padi
meningkat luas lahan sawah akan meningkat pula.
5.5.2.3.2 Harga Padi
Hasil regresi (Tabel 5.5) menunjukan bahwa koefisien regresi harga padi
(X2) adalah 1,766 dan signifikansi t variabel harga padi 0,01 artinya harga padi di
Kabupaten Serdang Bedagai memberikan dampak yang positif dan signifikan
terhadap luas lahan sawah, dimana setiap kenaikan harga padi sebesar 1 Rp/Kg
maka luas lahan akan bertambah sebesar 1,766 Ha atau jika harga padi naik
sebesar 100 Rp/Kg maka luas lahan sawah akan bertambah sebesar 176,6 Ha.
Hasil temuan dari penelitian ini sesuai dengan teori Adi (2009) yang
mengatakan bahwa jika harga padi naik maka petani akan mempertahankan lahan
mereka untuk areal persawahan, sehingga mereka tidak mau mengalih fungsikan
lahan sawah mereka tersebut. Hal ini akan berdampak penurunan luas lahan akan
berkurang dan petani akan terus melakukan bercocok tanam padi.
5.5.2.3.3 Harga Kelapa Sawit
Hasil regresi (Tabel 5.5) menunjukan bahwa koefisien regresi harga
0,3755 artinya harga kelapa sawit di Kabupaten Serdang Bedagai memberikan
dampak yang negatif dan tidak signifikan terhadap luas lahan sawah, dimana
setiap kenaikan harga kelapa sawit sebesar 1 Rp/Kg maka luas lahan sawah akan
berkurang sebesar 4,135 Ha atau jika harga kelapa sawit naik sebesar 100 Rp/Kg
maka luas lahan sawah akan bertambah sebesar 413,5 Ha.
Hasil temuan dari penelitian ini sesuai dengan teori Rizal (2004) yang
menyatakan bahwa tidak semua petani mampu mengalih fungsikan lahan sawah
mereka untuk pertanian kelapa sawit. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu: modal, pengalaman bertani padi, luas lahan, dan skill bertani. Sehingga harga kelapa sawit tidak terlau signifikan terhadap penurunan luas lahan sawah,
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa produktivitas padi (X1) dan harga padi (X2) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap luas lahan sawah, sedangkan harga kelapa sawit
(X3) berpegaruh negatif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap luas lahan
sawah.
5.2 Saran
1. Kepada petani, hendaknya tidak melakukan alih fungsi lahan untuk
menjaga ketahanan pangan di Kabupaten Serdang Bedagai.
2. Kepada pemerintah, hendaknya lebih memperhatikan lahan sawah yang
semakin hari semakin berkurang dan membuat suatu lembaga yang lebih
fokus terhadap sawah.
3. Kepada peneliti lain hendaknya melakukan penembangan model, dengan
menambah variabel penjelas lain serta mengambil kasus faktor-faktor yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka
Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang
kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menenpati bumi. Konkritnya,
lahan difungsikan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk mempertahankan
eksistensi. Aktivitas yang pertama kali dilakukan adalah pemanfaatan lahan untuk
bercocok tanam (pertanian). Seiring pertumbuhan populasi dan perkembangan
peradaban manusia, penguasaan dan pengunaan lahan mulai terusik. Lahan yang
semula berfungsi sebagai media bercocok tanam (pertanian), berangsur-angsur
berubah menjadi multifungsi pemanfaatan. Perubahan fungsi lahan ke komoditi
lain maupun keareal non pertanian yang kemudian dikenal dengan istilah alih
fungsi lahan, semakin lama semakin meningkat. Implikasinya, ahli fungsi lahan
perrtanian yang tidak terkendali dapat mengancam kapasitas penyediaan pangan
(Iqbal dan Sumaryanto, 2007).
Secara empiris, lahan pertanian yang paling rentan terhadap ahli fungsi
lahan adalah sawah. Hal tersebut disebabkan oleh: (1) kepadatan penduduk di
pedesaan yang mempunyai agroekosistem dominan sawah pada umumnya jauh
lebih tinggi dibandingkan agroekosistem lahan kering, sehingga tekanan
penduduk atas lahan juga lebih tinggi; (2) daerah pesawahan banyak yang
lokasinya berdekatan dengan daerah perkotaan; (3) akibat pola pembangunan di
masa sebelumnya, infrastruktur wilayah persawahan pada umumnya lebih baik
daripada wilayah lahan kering dan (4) pembangunan prasarana dan sarana
wilayah bertopografi datar, dimana pada wilayah dengan topografi seperti itu
( terutama di Pulau Jawa), ekosistem pertaniannya dominan areal persawahan
(Winoto, 2005).
Meurut Nasoetion dan Winoto (1996), proses penurunan luas lahan sawah
secara langsung dan tidak langsung ditentukan oleh 2 faktor, yaitu (i) sistem
kelembagaan yang dikembangkan oleh masyarakat dan pemerintah, dan (ii) sistem
non kelembagaan yang berkembang secara alamiah dalam masyarakat. Sistem
kelembagaan yang dikembangkan oleh masyarakat dan pemerintah antara lain
dipresentasikan dalam bentuk terbitnya beberapa peraturan mengenai konversi
lahan.
Proses penurunan luas lahan sawah pada dasarnya dapat dipandang sebagai
suatu bentuk konsekuensi logis dari adanya pertumbuhan dan transformasi serta
perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat yang sedang berkembang.
Perkembangan ini tercermin dari adanya:
1. Pertumbuhan aktifitas pemanfaatan sumber daya alam akibat meningkatnya
permintaan kebutuhan terhadap penggunaan lahan sebagai dampak
peningkatan jumlah penduduk dan kebutuhan per kapita.
2. Adanya pergeseran kontribusi sektor-sektor pembangunan dari sektor primer
khususnya dari sektor pertanian dan pengolahan sumber daya alam ke
aktifitas sektor-sektor sekunder (manufaktur) dan tersier (jasa),
(Rustiadi dan Wafda, 2008).
Ilham dkk (2003), menyatakan bahwa harga lahan, aktivitas ekonomi suatu
wilayah, pengembangan pemukiman, dan daya saing produk pertanian merupakan
pada saat krisis ekonomi menyebabkan banyak petani menjual asetnya berupa
sawah untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dampaknya secara umum
meningkatkan konversi lahan sawah dan makin meningkatkan penguasaan lahan
pada pihak-pihak pemilik modal.
Penelitian Syafa’at dkk (2001) pada sentra produksi padi utama di Jawa dan
Luar Jawa, menunjukan bahwa selain faktor teknis dan kelembagaan, faktor
ekonomi yang menentukan penurunan luas lahan sawah ke pertanian dan non
pertanian adalah : (1) nilai kompetitif padi terhadap komoditas lain menurun; (2)
respon petani terhadap dinamika pasar,lingkungan, dan daya saing usahatani
meningkat.
Menurut Nainggolan (2008), faktor penting yang sangat mempengaruhi
petani untuk melakukan konversi lahan adalah dikarenakan oleh fator stabilitas
harga gabah yang masih relatif rendah dan belum memberikan pengaruh yang
besar bagi peningkatan kesejahteraan petani itu sendiri. Selain itu perbedaan
tingkat upah di sektor pertanian dan industri, jumlah pemilikan asset lahan serta
luas pemilikan lahan sawah yang semakin kecil cenderung menjadi faktor
pendorong proses konversi lahan sawah.
Pertumbuhan penduduk yang tinggi meningkatkan komposisi pemanfaatan
lahan yang dapat mengancam keberadaan lahan pertanian yang subur.
Peningkatan jumlah penduduk akan mempersempit lahan untuk usaha pertanian.
Selain hal tersebut di atas, hal yang menyebabkan terjadinya konversi lahan
adalah permintaan atas produk perkebunan seperti sawit, karet dan kopi yang terus
meningkat dan harganya semakin komersial. Lahan pertanian pangan cenderung
penurunan lahan pangan ialah karena defisitnya neraca pertambahan luas dan
konversi lahan pertanian pangan.
Ketersediaan pangan yang berkelanjutan (sustainable) dibutuhkan untuk
stabilisasi harga pangan. Ketidakstabilan harga pangan dapat mengurangi minat
investasi pada sektor pangan.pada tingkat usahatani, ketidakstabilan harga tidak
merangsang petani untuk menggunakan teknologi baru, meningkatkan
keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge). Pada tingkat hilir, ketidakstabilan menyebabkan rendahnya investasi di bidang pemasaran dan
processing. Selain itu sektor industri pangan berkepentingan atas stabilitas harga pangan karena terkait dengan upah tenaga kerja. Harga yang stabil memudahkan
perencanaan usaha dan merencanakan tingkat keuntungan.
Dampak penurunan luas lahan sawah dapat dipandang dari dua sisi. Pertama,
dari fungsinya yaitu manfaat dan penggunaan lahan sawah yang diperuntukan
untuk memproduksi padi. Dengan demikian adanya konversi lahan sawah ke
fungsi lain akan menurunkan produksi padi nasional. Kedua, dari bentuknya
perubahan lahan sawah ke pemukiman, perkantoran, prasarana jalan dan lainnya
berimplikasi besarnya kerugian akibat sudah diinvestasikannya dana untuk
mencetak sawah, membangun waduk dan sistem irigasi
(Irawan dan Friyanto, 2002).
Upaya pencegahan penurunan luas lahan sawah sulit dilakukan, karena
lahan sawah merupakan private good yang legal untuk ditransaksikan. Oleh
karena itu upaya yang dapat dilakukan hanya bersifat pengendaliaan.
Pengendaliaan yang dilakukan sebaiknya bertitik tolak dari faktor-faktor
dan perangkat hukum. Secara ekonomi, penurunan luas lahan sawah yang
dilakukan petani baik melalui transaksi penjualan ke pihak lain ataupun
mengganti pada usaha non padi merupakan keputusaan yang rasional. Sebab
dengan keputusan tersebut petani berekspektasi pendapatan totalnya, baik dalam
jangka pendek maupun dalam jangka panjang akan meningkat. Sedangkan faktor
sosial yang mempengaruhi penurunan luas lahan, yaitu : perubahan perilaku,
hubungan pemilik dengan lahan, pemecahan lahan, pengambilan keputusan, dan
apresiasi pemerintah terhadap aspirasi masyarakat. Dua faktor terakhir
berhubungan dengan sistem pemerintahan. Dengan asumsi pemerintah sebagai
pengayom dan abdi masyarakat, seharusnya dapat bertindak sebagai pengendali
terjadinya penurunan luas lahan sawah. Namun hal tersebut hendaknya didukung
oleh keakuratan pemetaan dan pendataan penggunaan lahan yang dilengkapi
dengan teknologi yang memadai. Artinya, jika tersedia data yang akurat pada
tahun tertentu maka penyimpangan data pada tahun-tahun sebelumnya dapat
dikoreksi dengan faktor koreksi tertentu (Suwarno, 1996).
2.2. Landasan Teori
Mekanisasi perubahan pengguaan lahan melibatkan kekuatan-kekuatan
pasar, sistem administratif yang dikembangkan pemerintah, dan kepentingan
politik. Pemerintah di sebagian besar Negara di dunia pada kenyataannya
memegang peran kunci dalam alokasi lahan misalnya hutan, daerah lahan
tambang, dan sebagainya (Prayudho,2009).
Produksi adalah jumlah hasil. Dalam usahatani guna memperoleh hasil
produksi, petani melakukan usaha pengkombinasian faktor-faktor yang dimiliki,
kerja, keahliaan. Produktivitas adalah kemampuan suatu faktor produksi seperti
luas tanah untuk memperoleh hasil produksi per hektar. Produksi dan
produktivitas ditentukan oleh banyak faktor, seperti kesuburan tanah, varietas
bibit yang ditanam, penggunaan pupuk yang memadai, baik jenis maupun dosis,
tersedianya air dalam jumlah yang cukup, teknik bercocok tanam yang tepat,
penggunaan alat-alat produksi pertanian yang memadai, dan tersedianya tenaga
kerja (Ace Partadiredja,1980).
Menurut Warton. Jr dan Cliffton (1969), dalam kondisi nyata luas dan
kesuburan tanah yang dimiliki petani adalah berbeda-beda, demikian pula keadaan
lingkungan kehidupan social ekonomi mereka. Dengan perbedaan yang ada, maka
usahatani dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut:
a. Usahatani yang bersifat subsisten, yakni dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Produksi subsisten (subsistence production) dengan tingkat komersial yang rendah dan produksi digunakan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga sendiri.
2. Tingkat kehidupan subsisten (subsistence living ), yakni yang
berhubungan dengan kemampuan memenuhi tingkat kebutuhan hidup
yang minimum.
b. Usahatani yang bersifat seperti sebuah perusahaan (farm bussines) dengan
ciri-ciri sebagai berikut:
1. Pengalokasian biaya disesuaikan dengan kegiatan usaha yang
2. Pencapain tingkat efisiensi teknis (penggunaan tenaga kerja dan
modal) agar diperoleh kuantitas produksi yang optimum dan
pencapaian tingkat efisiensi ekonomis, yakni laba yang maksimum.
Walaupun ada perbedaan seperti yasng diuarikan di atas, dibalik itu ada pula
kesamaan di antara petani ini, yakni mereka memandang pertanian sebagai suatu
sarana pokok untuk memenuhi kebutuhan keluarga yaitu melalui hasil-hasil
produksi pertanian (Mosher, A. T, 1969).
Menurut Bangun (2007), faktor produktivitas menjelaskan hubungan
faktor-faktor produktivitas dengan hasil produktivitas. Faktor produkstivitas dikenal
dengan istilah input, sedangkan hasil produktivitas disebut dengan output,dimana salah satu inputnya adalah luas lahan. Jika produktivitas padi meningkat
kemungkinan petani mengalihkan penggunaan lahan sawah ke non pertanian akan
menurun.
Menurut Adi (2009), jika harga padi naik maka petani akan
mempertahankan lahan mereka untuk areal persawahan, sehingga mereka tidak
mau mengalih fungsikan lahan sawah mereka tersebut. Hal ini akan berdampak
penurunan luas lahan akan berkurang dan petani akan terus melakukan bercocok
tanam padi.
Menurut Rizal (2004), bahwa tidak semua petani mampu mengalih fungsikan
lahan sawah mereka untuk pertanian kelapa sawit. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu: modal, pengalaman bertani padi, luas lahan, dan skill
bertani. Sehingga harga kelapa sawit mungkin tidak terlau signifikan terhadap
penurunan luas lahan sawah, namun mampu memberikan dampak negatif
2.3. Penelitian Terdahulu
Menurut Adhi, dkk. (2011), dalam penelitiannya mengenai Pengaruh Transformasi Lahan Pertanian Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit terhadap
Tingkat Kesejahteraan Petani di Kecamatan Babulu Kabupaten Penajam Paser Utara Provinsi Kalimantan Timur faktor yang diketahui mempengaruhi alasan petani melakukan transformasi lahan adalah tingkat pendidikan, mata
pencaharian, tingkat pendapatan dan beralihnya mata pencaharian masyarakat dari
yang semula petani padi menjadi petani kelapa sawit merubah pola kehidupan
para petani. Salah satu contoh yang ada pada masyarakat petani di Kecamatan
Babulu yaitu meningkatnya gaya hidup para petani. Terkait dengan adanya
perubahan mata pencaharian dari petani padi menjadi petani kelapa sawit
menyebabkan pendapatan masyarakat menjadi ikut berubah, akan tetapi
perubahan pendapatan yang diperoleh tidak diimbangi dengan peningkatan
kesejahteraan keluarga petani. (Adhi,dkk,2011).
Menurut Catur, dkk (2010) dalam penelitiannya mengenai Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian ke Sektor Non Pertanian terhadap Ketersediaan Beras di
Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah Kabupaten Klaten mengalami penurunan produksi padi sawah sebanyak 19.661 ton. Penurunan produksi padi
sawah tidak terlepas dari faktor penurunan luas lahan pertanian ke sektor non
pertanian. Hal ini terjadi karena lahan merupakan faktor utama dalam proses
usahatani yaitu sebagai tempat pelaksanaan usahatani. Jika faktor lain dianggap
konstan, maka penurunan luas tanam akan menurunkan tingkat produksi padi
Ni Putu Martini Dewi (2008) dalam penelitiannya mengenai Pengaruh Alih
Fungsi Lahan Sawah terhadap Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Badung.
Alih fungsi lahan sawah sangat bergantung pada banyak faktor misalnya
terjadinya pembanguan fisik seperti perkantoran, jalan, perumahan dll. Luas lahan
sawah nyata berpengaruh meningkatkan produksi total tanaman padi, sedangkan
luas sawah yang beralih ke non sawah belum dapat membuktikan pengaruh
produksi padi secara total di Kabupaten Badung.
Bambang Irawan dan Supena Friyatno (2011), dalam penelitiannya
mengenai Dampak Konversi Lahan Sawah di Jawa terhadap Produksi Beras dan Kebijakan Pengendaliannya, menyimpulkan secara umum konversi lahan sawah banyak terjadi di provinsi atau kabupaten yang memiliki tingkat pertumbuhan
ekonomi dan jumlah penduduk yang relatif tinggi dan Konversi lahan sawah
cenderung menunjukkan penurunan produksi per satuan lahan yang semakin
besar, sedangkan percetakan sawah cenderung menunjukkan peningkatan
produksi per satuan lahan yang semakin kecil .
Arum Laili Afrian (2009) dalam penelitiannya mengenai Analisis Pengaruh
Beberapa Variable terhadap Alih Fungsi Lahan Perkebunan di Kota Semarang (Kasus di PT. Karyadeka Alam Lestari). bahwa dari jumlah variabel independen yang ada seperti produktivitas lahan, harga lahan, jumlah penduduk, PDRB, serta
PDRB per kapita hanya jumlah PDRB perkapita berpengaruh nyata terhadap alih
fungsi lahan, sedangkan variabel lainnya tidak berpengaruh nyata terhadap alih
fungsi lahan.
Fanny Anugerah (2005), dalam penelitiannya mengenai Analisis
Pertanian di Kabupaten Tangerang, bahwafaktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap penurunan luas lahan sawah di tingkat wilayah adalah laju pertumbuhan
penduduk, persentase luas lahan sawah irigrasi dan pertambahan panjang jalan
aspal. Yang berpenagruh negatif yaitu produktifitas padi.
2.4. Kerangka Pemikiran
Lahan merupakan faktor produksi utama dalam usaha pertanian yang
sangat penting di Indonesia karena merupakan sumber daya alam yang utama
untuk produksi beras. Seiring dengan peningkatan aktifitas penduduk serta
aktifitas pembanguna, kebutuhan akan lahan juga semakin bertambah. Hal
tersebut menyebabkan timbulnya alih funsi lahan pertanian menjadi non
pertanian.
Masalah penurunan luas lahan sawah yang terus meningkat karena
pesatnya pembangunan merupakan salah satu penyebab menurunnya pertumbuhan
produksi padi secara nasional terus meningkat setiap tahun, tetapi dengan laju
pertumbuhan yang cenderung semakin menurun. Secara tidak langsung konversi
lahan sawah juga dapaat mengurangi kuantitas ketersediaan pangan akibat
terputusnya jaringan irigasi yang selanjutnya berdampak pada penurunan
produktivitas usahatani.
Konsekuensi dari semua ini adalah semakin meningkatnya laju penurunan
luas lahan sawah menjadi arel pemukiman, perkotaan atau daerah industri. Selain
itu, jumlah percetakan sawah baru yang sangat terbatas dan tidak sebanding
dengan peningkatan jumlah penduduk juga menjadi penyebab semakin
meningkatnya penurunan luas lahan saawah. Akibat dari penurunan luas lahan
memenuhi kebutuhan pangan nasional yang senantiasa meningkat seiring dengan
meningkatnya laju pertambahan penduduk.
Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu kabupaten yang dalam
tujuh tahun terakhir mengalami Penurunan luas lahan sawah sehingga
menyebabkan luas lahan pertanian di Kabupaten Serdang Bedagai cenderung
menurun. Penurunan luas lahan sawah dapat dilihat berdasarkan luas lahan sawah
di Kabupaten Serdang Bedagai yang diperoleh dari BPS.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Keterangan = Dampak
Luas Lahan sawah (Y)
Produksi Pangan Penurunan luas
lahan
Produktivitas Padi (X1)
Harga Padi (X2)
Harga Kelapa
2.5. Hipotesis Penelitian
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi luas lahan sawah di Kabupaten Serdang
Bedagai adalah produktivitas padi (X1), harga padi (X2), harga kelapa
sawit (X3).
2. Penurunan luas lahan memiliki dampak yang nyata terhadap ketahanan
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lahan sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh
pematang (galengan), saluran untuk menahan/ menyalurkan air,yang biasanya
ditanami padi sawah tanpa memandang dari mana diperolehnya atau status tanah
tersebut. Lahan memiliki peran dan fungsi strategis bagi masyarakat Indonesia
yang bercorak agraris, dimana sebagian besar penduduknya menggantungkan
hidup dari sektor pertanian. Dalam rangka pembangunan pertanian yang
berkelanjutan, lahan merupakan sumberdaya pokok dalam usaha pertanian,
terutama pada kondisi dimana sebagian besar bidang usaha yang dikembangkan
masih tergantung kepada pola pertanian yang bersifat land base agricultural.
Penguasaan dan penggunaan lahan mulai beralih fungsi seiring
pertumbuhan populasi dan perkembangan peradaban manusia. Hal ini akhirnya
menimbulkan permasalahan kompleks akibat pertambahan jumlah penduduk,
penemuan dan pemanfaatan teknologi, serta dinamika pembangunan. Lahan yang
semula berfungsi sebagai media bercocok tanam, berangsur-angsur berubah
menjadi multifungsi pemanfaatan. (Iqbal dan Sumaryanto, 2007).
Perubahan penggunaan lahan dapat terjadi karena adanya perubahan rencana
tata ruang wilayah, adanya kebijaksanaan arah pembangunan dan karena
mekanisme pasar. Dua hal terakhir terjadi lebih sering pada masa lampau karena
wilayah. Alih fungsi dari pertanian ke non pertanian terjadi secara meluas
sejalan dengan kebijaksanaan pembangunan yang menekankan kepada aspek
pertumbuhan melalui kemudahan fasilitas investasi, baik kepada investor lokal
maupun luar negeri dalam penyediaan tanah (Widjanarko, dkk, 2006).
Pertumbuhan penduduk yang cepat diikuti dengan kebutuhan perumahan,
menjadikan lahan-lahan pertanian berkurang di berbagai daerah. Lahan yang
semakin sempit semakin terfragmentasi akibat kebutuhan perumahan dan lahan
industri. Petani lebih memilih bekerja di sektor informal daripada bertahan di
sektor pertanian. Daya tarik sektor pertanian yang terus menurun juga menjadikan
petani cenderung melepas kepemilikan lahannya. Pelepasan kepemilikan lahan
cenderung diikuti dengan alih fungsi lahan (Gunanto, 2007).
Pertumbuhan perekonomian menuntut pembangunan infrastruktur baik
berupa jalan, bangunan industri dan pemukiman. Kondisi demikian
mencerminkan adanya peningkatan permintaan terhadap lahan untuk penggunaan
non pertanian yang mengakibatkan banyak lahan sawah, terutama di sekitar
perkotaan, mengalami alih fungsi. Alih fungsi lahan juga dapat terjadi oleh
karena kurangnya insentif pada usahatani lahan sawah yang diduga akan
menyebabkan terjadi alih fungsi lahan ke tanaman pertanian lainnya.
Pemilik lahan mengalihfungsikan lahan pertaniannya untuk kepentingan
non pertanian oleh karena mengharapkan keuntungan lebih. Secara ekonomis
lahan pertanian, terutama sawah, harga jualnya tinggi karena biasanya berada di
lokasi yang berkembang. Namun, bagi petani penggarap dan buruh tani, alih
petani semakin terjebak dengan semakin sempitnya kesempatan kerja sehingga
akan menimbulkan masalah sosial yang pelik.
Masalah penurunan lahan sawah dapat diatasi bila pemerintah daerah
sangat ketat dalam hal penataan ruang. Pemerintah harus tegas dalam melarang
pembangunan perumahan dan industri yang hendak menggunakan lahan di
kawasan pertanian. Penurunan luas lahan sawah dapat dicegah dengan menjadikan
sektor pertanian sebagai lapangan usaha yang menarik dan bergengsi secara alami.
Penurunan luas lahan sawah yang terjadi tanpa kendali dapat menimbulkan
persoalan ketahanan pangan, lingkungan dan ketenagakerjaan (Syahyuti, 2007).
Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai mempunyai beberapa cara untuk
mencegah penurunan luas lahan yaitu dengan adanya perda tentang proteksi lahan
pertanian (padi),menumbuh kembangkan kembali gerakan tanaman padi,proteksi
politik kepada petani.
Fenomena penurunan luas lahan sawah juga terjadi di Kabupaten Serdang
Bedagai. Adapun luas lahan sawah dan perubahan luas lahan sawah tahun
Tabel 1.1 . Luas Lahan Sawah dan Perubahan Luas Lahan Sawah Tahun 2008-2014 di Kabupaten Serdang Bedagai.
Tahun Luas Lahan Sawah
(Ha)
Perubahan Luas Lahan Sawah terhadap Tahun Sebelumnya (Ha)
Persentase
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008-2014
Tabel 1.1 di atas memperlihatkan bahwa penurunan luas lahan sawah di
Kabupaten Serdang Bedagai mulai terjadi pada tahun 2010, dimana Kabupaten
Serdang Bedagai memiliki luas lahan sawah seluas 41.057 Ha, dan pada tahun
berikutnya (2011-2014) luas lahan sawah semakin menurun hingga penurunan
yang paling drastis terjadi pada 2013 yaitu 39.502 Ha (Dinas Pertanian, berbagai
tahun). Dimana penggunaan lahan sawah untuk penanaman padi semakin
berkurang dan dialihkan untuk perumahan dan industri.
Untuk itu kita perlu meramalkan keadaan lahan padi sawah untuk
beberapa tahun ke depan. Hal ini diperlukan untuk dapat mengetahui dan
mengantisipasi agar penurunan luas lahan dapat ditekan. Karena apabila terjadi
penurunan lahan sawah yang terlalu besar, akan mengakibatkan berkurangnya
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa perlu melakukan
penelitian mengenai “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Luas Lahan Sawah di
Kabupaten Serdang Bedagai”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Faktor-faktor apa saja yang yang mempengaruhi luas lahan sawah di
Kabupaten Serdang Bedagai?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Menganalisis laju penurunan luas lahan di Kabupaten Serdang Bedagai.
2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi luas lahan Kabupaten
Serdang Bedagai.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan informasi ilmiah bagi pihak pemerintah.
2. Sebagai bahan informasi bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan
dengan penelitiaan ini.
3. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas
ABSTRAK
Praja Sembiring (100304035) dengan judul skripsi “Faktor-Faktor yang mempengaruhi Luas Lahan Sawah di Kabupaten Serdang Bedagai” . penelitian ini dilakukan pada bulan Febuari s.d. Agustus 2015 dan dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS dan Ibu Siti Khadijah Hidayati Nasution, SP, M.Si.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis besarnya pengaruh Produktivitas Padi, Harga Padi dan Harga Kelapa Sawit terhadap luas lahan sawah di Kabupaten Serdang Bedagai. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series data tahun 2008-2014 (7 tahun). Metode analisis yang digunakan adalah Metode Regresi Linear Berganda. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Variabel produktivitas Padi dan harga padi berpengaruh positif dan signifikan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi luas lahan sedangkan harga kelapa sawit berpengaruh negatif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi luas lahan sawah.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LUAS LAHAN SAWAH DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
SKRIPSI
PRAJA SEMBIRING 100304035 AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LUAS LAHAN SAWAH DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
SKRIPSI
PRAJA SEMBIRING 100304035 AGRIBISNIS
Usulan Penelitian Salah Satu Syarat Untuk Dapat Melaksanakan Penelitian di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Disetujui oleh : Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
(Dr.Ir.Tavi Supriana, MS)
NIP. 196411021989032001 NIP.197310111999032002 (Siti Khadijah Nasution,SP,M.Si)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Praja Sembiring (100304035) dengan judul skripsi “Faktor-Faktor yang mempengaruhi Luas Lahan Sawah di Kabupaten Serdang Bedagai” . penelitian ini dilakukan pada bulan Febuari s.d. Agustus 2015 dan dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS dan Ibu Siti Khadijah Hidayati Nasution, SP, M.Si.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis besarnya pengaruh Produktivitas Padi, Harga Padi dan Harga Kelapa Sawit terhadap luas lahan sawah di Kabupaten Serdang Bedagai. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series data tahun 2008-2014 (7 tahun). Metode analisis yang digunakan adalah Metode Regresi Linear Berganda. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Variabel produktivitas Padi dan harga padi berpengaruh positif dan signifikan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi luas lahan sedangkan harga kelapa sawit berpengaruh negatif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi luas lahan sawah.
RIWAYAT HIDUP
Praja Sembiring lahir di Bandar Pinang, Bintang Bayu, Serdang Bedagai pada tanggal 24 Januari 1993, sebagai anak pertama dari empat bersaudara dari Bapak
Budi Sembiring dan Ibu Nurlina Saragih.
Jenjang Pendidikan :
1. Sekolah Dasar di SD Negeri 101988 Bandar Pinang, Bintang Bayu, Serdang
Bedagai masuk tahun 1998 dan lulus pada tahun 2004.
2. Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Tanjung Harap, Serdang Bedagai
masuk tahun 2004 dan lulus tahun 2007.
3. Sekolah Menengah Atas di SMA YPP.Pembangunan Galang, Deli serdang
masuk tahun 2007 dan lulus tahun 2010
4. Tahun 2010 masuk di program studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara melalui jalur Ujian Masuk Bersama Perguruan
Tinggi (UMB-PTN).
5. Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada bulan Agustus 2014 di
desa Pintu Air, Kabupaten Langkat.
Pengalaman Organisasi :
1. Anggota Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian ( IMASEP) Universitas
Sumatera Utara, Tahun 2010 s/d 2014.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat-Nya yang memberikan kesempatan dan kekuatan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Adapun Judul penelitian ini adalah “FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI LUAS LAHAN SAWAH DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada Ibu DR.Ir. Tavi Supriana, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu
Siti Khadijah Hidayati Naution, SP, M.Si selaku anggota komisi pembimbing
yang telah membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan
ini juga penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu DR.Ir. Salmiah,MS selaku Ketua Departemen Agribisnis Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak DR.Ir.Satia Negara Lubis,MEc selaku Sekertaris Departemen
Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
3. Seluruh Staff pengajar dan pegawai di Departemen Agribisnis Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
4. Terima kasih buat keluarga ku yang tersayang Bapak B.Sembiring dan Ibu
N.Saragih, Adik Ku Ariando Sembiring, Nindi Triana Sembiring, Meilina
Sembiring, dan teman terbaik ku Melvha Hutapea, atas dukungan moral,
5. Teman-teman seperjuangan Program Studi Agribisnis 2010, Khususnya
teman-Teman seperjuangan Gerakan 51 LDK dan kepada Abang dan
Kakak serta adek-adek di Agribisnis yang telah bnayak memberikan
motivasi baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik
dari segi isi maupun redaksinya oleh karena itu dengan senang hati penulis
menerima kritik, saran dan masukan semua pihak yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi
kita semua.
Medan, Agustus 2015
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 11.2 Identifikasi Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 6
2.2 Landasan Teori ... 10
2.3 Penelitian Terdahulu ... 13
2.4 Kerangka Pemikiran ... 15
2.5 Hipotesis Penelitian ... 17
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian... 18
3.2 Pengambilan Data ... 18
3.3 Metode Analisis Data ... 19
3.3.1 Identifikasi masalah 1 (Hipotesis 1) ... 19
3.3.1.1 Uji Asumsi Klasik ... 19
3.3.1.2 Uji Statistik ... 20
3.4 Defenisi dan Batasan Operasional ... 22
3.4.1 Defenisi ... 22
3.4.2 Batasan Operasional ... 23
BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 4.1 Luas dan Kondisi Geografis ... 24
4.2 Kondisi Lahan Sawah di Kabupaten Serdang Bedagai ... 26
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Luas Lahan Sawah di Kabupaten Serdang Bedagai ... 27
5.2 Produktivitas Padi ... 28
5.3 Harga Padi ... 29
5.5 Hasil Analisis Pengaruh Variabel Produktivitas Padi, Harga Padi, Harga Kelapa Sawit Terhadap Luas Lahan ... 31 5.5.1 Uji Asumsi Klasik ... 32 5.5.2 Uji Statistik ... 38
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ... 43 6.2 Saran ... 43
DAFTAR TABEL
No Hal
1. Luas lahan sawah dan perubahan luas lahan sawah tahun
2008-2014 di Kabupaten Serdang Bedagai ... 3
2. Luas wilayah (km2) tiap kecamatan di kabupaten Serdang Bedagai ... 25
3. Luas lahan sawah di Kabupaten Serdang Bedagai... 26
4. Penurunan luas lahan sawah di Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2008-2014... .. 27
5. Produktivitas padi di Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2008-2014 ... ..28
6. Harga Padi di Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2008-2014 ... .. 29
7. Harga kelapa Sawit di Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2008-2014 ... .. 30
8. Hasil Regresi ... . 31
9. Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ... 35
10. Hasil Multikolineritas ... 37
11. Hasil Koefisien Determinasi (R2) ... .. 39
DAFTAR GAMBAR
No Hal
1. Kerangka Pemikiran ... 16
2. Grafik Histogram ... 33