• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Luas Lahan Sawah Di Kabupaten Serdang Bedagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Luas Lahan Sawah Di Kabupaten Serdang Bedagai"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1. Data Sekunder Luas Lahan, Produktivitas Padi, Harga Padi, Harga Kelapa Sawit.

(2)

Lanjutan Lampiran 1. Data Sekunder Luas Lahan, Produktivitas Padi, Harga Padi, Harga Kelapa Sawit.

(3)

Lanjutan Lampiran 1. Data Sekunder Luas Lahan, Produktivitas Padi, Harga Padi, Harga Kelapa Sawit.

(4)

Lanjutan Lampiran 1. Data Sekunder Luas Lahan, Produktivitas Padi, Harga Padi, Harga Kelapa Sawit.

(5)

Lanjutan Lampiran 1. Data Sekunder Luas Lahan, Produktivitas Padi, Harga Padi, Harga Kelapa Sawit.

(6)

Lanjutan Lampiran 1. Data Sekunder Luas Lahan, Produktivitas Padi, Harga Padi, Harga Kelapa Sawit.

(7)

Lanjutan Lampiran 1. Data Sekunder Luas Lahan, Produktivitas Padi, Harga Padi, Harga Kelapa Sawit.

(8)

Lampiran 2. Hasil Pengolahan Data Penelitian dengan SPSS Versi 16

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

luas_lahan 2.3755E3 2002.57807 119

produktivitas_padi 5.3714 1.21211 119

harga_padi 3.4756E3 406.45563 119

harga_kelapa_sawit 1.1899E3 47.19456 119

Correlations

Pearson Correlation luas_lahan 1.000 .870 .025 -.011

produktivitas_padi .870 1.000 -.259 -.265

harga_padi .025 -.259 1.000 .934

harga_kelapa_sawit -.011 -.265 .934 1.000

Sig. (1-tailed) luas_lahan . .000 .395 .452

produktivitas_padi .000 . .002 .002

harga_padi .395 .002 . .000

harga_kelapa_sawit .452 .002 .000 .

N luas_lahan 119 119 119 119

produktivitas_padi 119 119 119 119

harga_padi 119 119 119 119

(9)

Variables Entered/Removedb

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: luas_lahan

Model Summaryb

a. Predictors: (Constant), harga_kelapa_sawit, produktivitas_padi, harga_padi

(10)
(11)
(12)
(13)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 119

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 8.38433745E2

Most Extreme Differences Absolute .118

Positive .118

Negative -.070

Kolmogorov-Smirnov Z 1.287

Asymp. Sig. (2-tailed) .073

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Adhi Yudha Bhaskar, Drs. Marhadi Slamet Kistiyanto, M. Si, Ir. Juarti, M.

P.,2011. Pengaruh Transformasi Lahan Pertanian Menjadi Perkebunan

Kelapa Sawit terhadap Tingkat Kesejahteraan Petani di Kecamatan Babulu Kabupaten Penajam Paser Utara Provinsi Kalimantan Timur . Makalah penelitian. Universitas Negeri Malang, Malang, 2011.

Ace Partadireja. 1980. Beberapa Masalah dalam Produksi Bahan

Makanan.Prisma.LP3ES, Jakarta.

Adi Wira. 2009. Pengaruh Harga padi terhadap Alih Fungsi Lahan, Bandung. Arum Laili Afrian,2009. Analisis Pengaruh Beberapa Variable Terhadap Alih Fungsi Lahan Perkebunan di KOTA SEMARANG Kasus di PT. Karyadeka Alam

Lestari,.Semarang.

BPS. 2015. Kabupaten Serdang Bedagai Dalam Angka 2008-2014.

Bambang Irawan dan Supena Friyatno.2011. Dampak Konversi Lahan Sawah di Jawa terhadap Produksi Beras dan Kebijakan Pengendaliannya, Jakarta.

Bangun, Wilson. 2007. Teori Ekonomi Mikro. Bandung

Catur TB, Joko Purwanto, Rhina Uchyani F dan Susi Wuri Ani .2010. Dampak alih Fungsi Lahan Pertanian ke Sektor Non Pertanian terhadap Ketersediaan Beras di Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah. Pusat Penelitian Agribisnis Fakultas Pertanian UNS, Surakarta.

Dinas Perkebunan. 2015. Harga Kelapa Sawit Tahun 2008-2014 di Kabupaten

Serdang Bedagai

Dinas Pertanian. 2015. Harga dan Produktivitas Padi Tahun 2008-2014 di Kabupaten Serdang Bedagai

Fanny Anugerah,2000., Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah ke Penggunaan Non Pertanian di Kabupaten Tangerang,

Tangerang.

Gunanto, ES. 2007. Konversi Lahan Pertanian Mengkhawatirkan.

(15)

Irawan, B dan S. Friyatno. 2002. Dampak Konversi Lahan Sawah di Jawa terhadap Produksi Beras dan Kebijakan Pengendaliannya. Jurnal

Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis SOCA : Vol.2 No.2 : 79-95.

Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Denpasar.

Iqbal dan Sumaryanto. 2007. Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Bertumpu pada Partisipasi Masyarakat. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.

Mosher, A.T. 1969. Subsistence Agriculture and Economies Development. Dalam Tesis : I K. Djayastra : Respons Petani Sayur terhadap Perubahan Harga di Bali, Yogyakarta.

Nainggolan, R.E. 2007. Rencana Pembangunan Provinsi Sumatera Utara dari Prespektif Ketahanan Pangan. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional “Kebijakan Pengembangan Lahan Pertanian Pangan Abadi”, Convention Hall Hotel Danau Toba Internasional, Medan.

Nasoetion, L,I dan Winoto, J. 1996. Masalah Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Dampaknya Terhadap Keberlangsungan Swasembada Paangan. Pusat

Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian dan Ford Fondation, Bogor.

Ni Putu Martini Dewi. 2008. Pengaruh Alih Fungsi Lahan Sawah terhadap

Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Badung,Bandung.

Pasaribu. 2006. Poverty profile dan The Alleviation Programs In Indonesia,

Seminar Internasional Fund For Agricultural Development (IFAD) Hanoi,

Vietnam.

Prayudho. 2009. Teori Lokasi

.prayudho.wordpress.com/2009/11/05/teori-lokasi/.com

Rizal Dafa. 2004. Pengaruh Harga Kelapa Sawit Terhadap Luas Lahan Sawah. Kalimantan.

Rustiadi, Reti Wafda. 2008. Urgensi pengembangan Lahan Pertanian Pangan Abadi dalam Perspektif Ketahanan Pangan. Maakalah disampaikan pada

Seminar Nasional “Kebijakan Pengembangan Lahan Pertanian Pangan

Abadi’, Convention Hall Hotel Danau Toba Internasional, Medan.

Suwarno, P.S. 1996. Alih Fungsi Tanah Pertanian dan Penanggulangannya.

Dalam Prosiding Lokakarya “Persaingan Dalam Pemanfaatan Sumber Daya

Lahan dan Air”: Dampaknya Terhadap Keberlanjutan Swasembada Beras :

121-134. Hasil Kerjasama Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian

dan Ford Foundation, Bogor.

(16)

Issu Aktual. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian, Departemen Pertanian, Bogor.

Syahyuti. 2007. Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan. Alih Fungsi Lahan Pertanian Produktif Menjadi Non pertanian dengan Kebijakan Pemerintah. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.

Warton Jr dan Cliffton R. 1969. Subsistence Agriculture and Economies

Development. Aldine Publishing Company, Chicago.

Widjanarko , M.App.Sc, Diah Mardiana,Rurini Anna. 2006. Konversi Lahan

Sawah. Analisis Alih Fungsi Lahan dengan Dampaknya terhadap Ketahanan Pangan. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.

(17)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan secara purposive, yaitu secara sengaja di

Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara, dengan pertimbangan

bahwa Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten yang 7

( tujuh ) tahun terakhir mengalami penurunan luas lahan sawah khususnya lahan

pertanian produktif. Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu lumbung

padi di Sumatera Utara. Akibat dari penurunan luas lahan tersebut maka

ketahanan pangan juga ikut menurun, sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi

luas lahan sawah perlu diteliti lebih lanjut.

3.2. Metode Pengambilan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait seperti Dinas Pertanian Serdang

Bedagai, Badan Pusat Statistik Kota Medan, Kantor Badan Pusat Statistik

Kabupaten Serdang Bedagai, Instansi dan asosiasi terkait dan publikasi

instansi-instansi terkait. Data sekunder diambil dari tahun 2008 sampai pada tahun 2009.

3.3. Metode Analisis Data

3.3.1 Identifikasi Masalah 1 (Hipotesis 1)

Identifikasi Masalah 1 (Hipotesis 1), dianalisis dengan dengan regresi linear

berganda yaitu dingunakan untuk mengukur pengaruh antara lebih dari satu

(18)

Rumus :

Y = a+b1X1 +b2X2+b3X3+E

Y = luas lahan (ha)

X1 = produktivitas padi (ton/ha)

X2 = harga padi (Rp/kg)

X3 = harga kelapa sawit(Rp/kg)

a = konstanta

b1,b2,b3 =koefisien regresi

e = variabel kesalahan

Dimana data yang digunakan adalah data tahun 2008-2014.

3.3.1.1 Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi

normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang

terdistribusi normal. Jadi uji normalitas bukan dilakukan pada masing-masing

variabel tetapi pada nilai residualnya. Sering terjadi kesalahan yang jamak yaitu

bahwa uji normalitas dilakukan pada masing-masing variabel.

2. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah suatu kondisi dimana terjadi korelasi yang kuat

diantara variabel-variabel bebas (X) yang diikut sertakan dalam pembentukan

model regresi linear. Untuk mendeteksi Multikolinearitas dapat dilihat dari

(19)

tolerance. Jika nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,1, maka model linier tersebut

bebas dari Multikolinearitas.

3. Uji Heteroskedasitas

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain.

Heteroskedasitas terjadi apabila variabel gangguan tidak mempunyai varian yang

sama untuk observasi. Akibat adanya Heteroskedasitas, penafsiran OLS tidak bias

tetapi tidak efesien. Untuk mendeteksiHeteroskedasitas dapat dilihat dari program

SPSS 16 yaitu grafik Scatterplot. Jika Scatterplot tidak membentuk pola dan

tersebar maka hal ini menunjukan bahwa tidak terjadi Heteroskedasitas.

3.3.1.2 Uji Statistik

1. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi (R2) yang bertujuan untuk melihat apakah variabel

independent cukup memberikan arti dalam menjelaskan variabel dependen.

Dengan kata lain variasi yang terjadi pada variabel indevenden dapat menjelaskan

variabel dependen sebesar (R2).

2. Uji F (Uji Keseluruhan)

Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara

signifikasi terhadap variabel devenden. Dimana jika fhitung< ftabel, maka H0

diterima atau variabel independen secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh

terhadap variabel dependen (tidak signifikan) dengan kata lain perubahan yang

terjadi pada variabel terikat tidak dapat dijelaskan oleh perubahan variabel

(20)

3. Uji t (Uji Parsial)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel

independen secara sendiri-sendiri mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap

variabel dependen, dengan kata lain,untuk mengetahui apakah masing-masing

variabel independen dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel

dependen secara nyata.

Untuk mengkaji pengaruh variabel independen terhadap dependen secara

individu dapat dilihat hipotesis berikut: H1 : ß1 = 0 → tidak berpengaruh, H1 : ß1 >

0 → berpengaruh positif, H1 : ß1 < 0 → berpengaruh negative. Dimana ß1 adalah

koefisien variabel independen ke-1 yaitu nilai parameter hipotesis. Biasanya nilai

ß dianggap nol, artinya tidak ada pengaruh variabel X1 terhadapY, bila fhitung< ftabel

maka H0 diterima (tidak signifikan). Uji t digunakan untuk membuat keputusan

apakah hipotesis terbukti atau tidak, dimana tingkat signifikan yang digunakan

yaitu 5%.

3.4. Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka penulis

membuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:

3.4.1. Definisi

1. Penurunan luas lahan adalah perubahan fungsi lahan dari suatu komoditi ke

komoditi lain maupun ke areal non pertanian.

2. Produksi adalah banyaknya jumlah produk usahatani yang diperoleh dalam

(21)

3. Luas lahan sawah adalah luasnya sawah yang digunakan untuk komoditi

padi yang dinyatakan dalam satuan hektare (ton/ha).

4. Produktivitas adalah kemampuan lahan sawah untuk menghasilkan padi

(ton/ha).

5. Harga padi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah harga nominal yang

diterima petani dari agen/pedagang dengan kesepakatan bersama(Rp/kg).

6. Harga kelapa sawit yang dimaksud dalam penelitian ini adalah harga

nominal yaitu nilai atas kelapa sawit yang di ukur dalam satuan uang untuk

satuan berat tertentu (Rp/kg).

7. Laju Penurunan luas lahan adalah persentase perubahan luas lahan sawah.

3.4.2 Batasan Operasional

Batasan operasional dari penelitian ini adalah :

1. Daerah penelitian adalah Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera

Utara.

2. Waktu penelitian adalah tahun 2015.

(22)

Tabel 4.1. Luas Wilayah (Km2) Tiap Kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai

No Kecamatan Luas Wilayah/

Desa (Km2)

(23)

4.2 Kondisi Lahan Sawah di Kabupaten Serdang Bedagai

Pada tahun 2008 luas areal persawahan di Kabupaten Serdang Bedagai

seluas 38.870 Ha. Pada tahun 2009 luas lahan sawah meningkat dengan luas

41.981 Ha, namun pada tahun 2010 luas lahan sawah mulai menurun hingga tahun

2013. Penurunan luas lahan sawah ini menunjukan terjadinya penurunan luas

lahan, khususnya lahan padi ke komoditi lainnya maupun non pertanian.

Penggunaan lahan sawah di Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat pada

Tabel 4.2.

Tabel 4.2 . Luas Lahan Sawah di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008-2014

Tahun Luas Lahan Sawah (Ha)

2008 38.870

2009 41.981

2010 41.057

2011 40.598

2012 40.598

2013 39.502

2014 39.846

(24)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1 Luas dan Kondisi Geografis

Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara, secara geografis

terletak pada 3001’2,5” – 3046’33” Lintang Utara dan 98044”22” -99019’01” Bujur

Timur, dengan ketinggian berkisar 0-500 m di atas permukaan laut. Secara

administratif, Kabupaten Serdang Bedagai memiliki batas wilayah sebagai

berikut:

Sebelah Utara berbatasan dengan : Selat Malaka

Sebelah Selatan berbatasan dengan : Kabupaten Simalungun

Sebelah Barat berbatasan dengan : Kabupaten Deli Serdang

Sebelah Timur berbatasan dengan : Kabupaten Batu Bara dan

Kabupaten Simalungun

Luas wilayah Kabupatan Serdang Bedagai yaitu seluas 1.900,22 km2,

terdiri dari 17 kecamatan, 6 kelurahan, dan 1221 dusun. Kabupaten Serdang

Bedagai memiliki iklim tropis, kelembapan udara per bulan sekitar 83%, curah

hujan berkisar antara 27 sampai dengan 248 mm per bulan dengan periodik tinggi

pada bulan November. Hujan perbulan berkisar 4-21 hari dengan periode hari

hujan yang besar pada bulan September. Rata-rata kecepatan angin berkisar 1,8

m/dt dengan tingkat penguapan sekitar 3,8 mm/hari. Temperatur udara per bulan

minimum 23,70C dan maksimum 34,20C . Berikut adalah kecamatan-kecamatan

(25)

Tabel 4.1. Luas Wilayah (Km2) Tiap Kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai

No Kecamatan Luas Wilayah/

Desa (Km2)

(26)

4.2 Kondisi Lahan Sawah di Kabupaten Serdang Bedagai

Pada tahun 2008 luas areal persawahan di Kabupaten Serdang Bedagai

seluas 38.870 Ha. Pada tahun 2009 luas lahan sawah meningkat dengan luas

41.981 Ha, namun pada tahun 2010 luas lahan sawah mulai menurun hingga tahun

2013. Penurunan luas lahan sawah ini menunjukan terjadinya penurunan luas

lahan, khususnya lahan padi ke komoditi lainnya maupun non pertanian.

Penggunaan lahan sawah di Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat pada Tabel

4.2.

Tabel 4.2 . Luas Lahan Sawah di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008-2014

Tahun Luas Lahan Sawah (Ha)

2008 38.870

2009 41.981

2010 41.057

2011 40.598

2012 40.598

2013 39.502

2014 39.846

(27)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Luas Lahan Sawah di Kabupaten Serdang Bedagai

Luas lahan sawah adalah luasnya sawah yang digunakan untuk komoditi

padi yang dinyatakan dalam satuan hektare (ton/ha). Luas Lahan sawah adalah

besarnya suatu luas lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh

pematang (galengan), saluran untuk menahan/ menyalurkan air,yang biasanya

ditanami padi sawah tanpa memandang dari mana diperolehnya atau status tanah

tersebut.Adapun besar penurunan luas lahan sawah di Kabupaten Serdang

Bedagai dapat dilihat dari persentase perubahan luas lahan sawah per tahun

sebagai berikut:

(28)

Pada Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa pada tahun 2008 luas lahan sawah

sebesar 38.870 Ha. Pada tahun 2009 mengalami peningkatan luas lahan sawah

menjadi 41.981 Ha. Akan tetapi pada tahun 2010 sampai dengan 2013 terjadi

penurunan luas lahan sawah, dari 41.057 Ha menjadi 39.502 Ha, dimana

penurunan luas lahan tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 1.096 Ha

(2,69%). dan mengalami penurunan luas lahan terendah adalah pada tahun 2011

yaitu sebesar 0,45 Ha (1,117%).

5.2 Produktivitas Padi

Produktivitas adalah kemampuan lahan sawah untuk menghasilkan padi

(ton/ha). Secara umum, produktivitas padi di Kabupaten Serdang Bedagai

mempunyai pengaruh terhadap penurunan luas lahan sawah. Adapun besarnya

produktivitas padi sawah dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut ini:

Tabel 5.2 Produktivitas Padi di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008-2014

Tahun Produktivitas Padi Produktivitas Padi

(%)

(29)

Penurunan produktivitas padi sawah terus mengalami penurunan dari tahun

ke tahun. Tabel 5.2 memperlihatkan bahwa pada tahun 2008 produktivitas padi

sawah sebesar 5,93 ton/ha, dimana tahun 2009 produktivitas padi sawah

mengalami penurunan yaitu. 0,24 ton/ha (mengalami perubahan persentase

produktivitas padi sebesar -4,04%). Penurunan produktivitas padi sawah paling

tinggi tahun 2014 yaitu 0,2 ton/ha (-3,96%).

5.3 Harga Padi

Harga padi adalah harga nominal yang diterima petani dari agen/pedagang

dengan kesepakatan bersama(Rp/kg). Secara umum, harga padi di Kabupaten

Serdang Bedagai mempunyai pengaruh terhadap penurunan luas lahan sawah.

Adapun besarnya harga padi dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3 Harga Padi di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008-2014

Tahun Harga Padi

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai

Harga padi terus mengalami kenaikan harga setiap tahunnya. Tabel 5.3

(30)

Kenaikan harga padi yang paling tinggi adalah tahun 2011 sebesar Rp. 3.448/kg

atau mengalami persentase perubahan harga sebesar 7,71%

5.3Harga Kelapa Sawit

Harga kelapa sawit adalah harga nominal yaitu nilai atas kelapa sawit yang di

ukur dalam satuan uang untuk satuan berat tertentu (Rp/kg). Secara umum, harga

kelapa sawit di Kabupaten Serdang Bedagai mempunyai pengaruh terhadap

penurunan luas lahan sawah. Adapun besarnya harga kelapa sawit dapat dilihat

pada Tabel 5.4 berikut ini:

Tabel 5.4. Harga Kelapa Sawit di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008-2014

Tahun Harga Kelapa

Sawit (Rp/Kg)

Sumber: Dinas Perkebunan Kabupaten Serdang Bedagai

Harga kelapa sawit terus mengalami kenaikan harga setiap tahunnya. Tabel

5.4 memperlihatkan bahwa pada tahun 2008 harga kelapa sawit sebesar 1.123

(31)

sebesar Rp. 1.227/kg atau mengalami persentase perubahan harga kelapa sawit sebesar 3,42% dibandingkan harga kelapa sawit pada tahun 2011.

5.5 Hasil Analisis Pengaruh Variabel Produktivitas Padi, Harga Padi dan Harga Kelapa Sawit Terhadap Luas Lahan

Hasil analisis pengaruh variabel produktivitas padi, harga padi dan harga

kelapa sawit terhadap luas lahan dapat dilihat pada Tabel 5.5 berikut ini:

Tabel 5.5. Hasil Analisis Pengaruh Variabel Produktivitas Padi Harga Padi dan Harga Kelapa Sawit Terhadap Luas Lahan dengan menggunakan

Software SPSS Versi 16,00

Correlations Collinearity Statistics

B Std. Error Beta

Berdasarkan hasil Analisis Pengaruh Variabel Produktivitas Padi Harga Padi dan

Harga Kelapa Sawit Terhadap Luas Lahan dengan menggunakan Software SPSS

Versi 16,00 maka dapat dibuat persamaan sebagai berikut:

Y = -7.156,92 +1.547,76X1 + 1,76X2 - 4,13X3 + E

(32)

Y = luas lahan sawah (ha)

X1 = produktivitas padi (ton/ha)

X2 = harga padi (Rp/kg)

X3 = harga kelapa sawit (Rp/kg)

e = tingkat kesalahan

5.5.1 Uji Asumsi Klasik

Hasil dari berbagai uji asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

5.5.1.1 Uji Normalitas

Uji Normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi

normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang

terdistribusi normal. Jadi uji normalitas bukan dilakukan pada masing-masing

variabel tetapi pada nilai residualnya. Sering terjadi kesalahan yang jamak yaitu

(33)

Gambar 5.1 Grafik Histogram

Berdasarkan Grafik Histogram pada Gambar 5.1 di atas, dapat dilihat

bahwa pola distribusi data adalah normal, maka dapat disimpulkan bahwa model

(34)

Gambar 5.2. Normal P-P Plot of Regresion Standardized Residual

Berdasarkan penyebaran data (titik) pada Normal P-P Plot of Regresion

Standardized Residual (Gambar 5.2.) di atas, maka dapat dilihat bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka dapat

(35)

Tabel 5.5.1.1. Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 119

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 8.38433745E2

Most Extreme Differences

Absolute .118

Positive .118

Negative -.070

Kolmogorov-Smirnov Z 1.287

Asymp. Sig. (2-tailed) .073

a. Test distribution is Normal.

Berdasarkan Tabel Kolmogorov-Smirnov Test di atas, diketahui bahwa

nilai Kolmogorov-Smirnov Test adalah sebesar 0,575 dan nilai

α

=

5% (0,05).

Hipotesis yang diajaukan adalah :

HO : Distribusi sampel tidak berbeda nyata dengan distribusi normal ( Sampel

berasal dari populasi yang berdistribusi normal)

H1 : Distribusi sampel berbeda nyata dengan distribusi normal ( Sampel

berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal)

Kriteria pengambilan keputusan adalah :

HO diterima jika nilai signifikansi >

α

H1 diterima jika nilai signifikansi <

α

Hasil analisis uji untuk persoalan diatas menunjukan nilai signifikansi

yang diperoleh lebih besar dari

α

0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan

(36)

berbeda nyata dengan distribusi normal. Sampel berasal dari populasi yang

berdistribusi normal.

Berdasarkan hasil Uji Normalitas di atas, baik dengan menggunakan

metode Grafik Histogram, dengan menggunakan Normal P-Plot of regression Standardized residual, maupun dengan menggunakan Tabel Kolmogorov-Smienov

Test, maka diperoleh hasil bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas sehingga dapat diproses dengan uji selanjutnya.

5.5.1.2 Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas adalah suatu kondisi dimana terjadi korelasi yang kuat

di antara variabel-variabel bebas (X) yang diikutsertakan dalam pembentukan

model regresi linear. Untuk mendeteksi Multikolinearitas dapat dilihat dari

program SPSS versi 16 yaitu dari nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai tolerance. Jika nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,1, maka model linier

tersebut bebas dari Multikolinearitas.

Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan SPSS versi 16,00 maka

(37)

Tabel 5.6 Hasil Uji Multikolinearitas

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

.929 1.077

.128 7.822

.127 7.848

Berdasarkan Tabel Hasil Uji Multikolinearitas (Tabel 5.6) diatas, maka

dapat dilihat bahwa nilai VIF <10 dan nilai tolerance > 0,1 maka model linier

tersebut bebas dari Multikolinearitas.

5.5.1.3 Uji Heteroskedasitas

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain.

Heteroskedasitas terjadi apabila variabel gangguan tidak mempunyai varian yang

sama untuk observasi. Akibat adanya Heteroskedasitas, penafsiran OLS tidak bias

tetapi tidak efesien. Untuk mendeteksiHeteroskedasitas dapat dilihat dari program

SPSS 16 yaitu grafik Scatterplot. Jika Scatterplot tidak membentuk pola dan tersebar maka hal ini menunjukan bahwa tidak terjadi Heteroskedasitas.

Dari hasil SPSS versi 16 dapat dilihat bahwa Grafik Scatteflot tidak membentuk pola dan tersebar maka hal ini menunjukan bahwa data tidak terjadi

(38)

Gambar 5.3 Scatterplot

5.5.2. Uji Statistik

5.5.2.1 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi (R2) berfungsi untuk melihat sejauh mana

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependent. Nilai

Koefisien Determinasi (R2) sebesar 0,825. Hal ini menunjukan bahwa sebesar

82,5% alih fungsi lahan dapat dijelaskan oleh produktivitas padi, harga padi dan

harga kelapa sawit, sedangkan sisanya sebesar 17,5% dipengaruhi oleh

faktor-faktor lain di luar model. Berikut Tabel Hasil Koefisien Determinasi (R2) hasil

(39)

Tabel 5.5.2.1 Hasil Koefisien Determinasi (R2)

a. Predictors: (Constant), harga_kelapa_sawit, produktivitas_padi, harga_padi

b. Dependent Variable: luas_lahan

5.5.2.2 Uji Statistik F (Uji Serempak)

Uji statistik F (Uji Serempak) pada dasarnya menunjukan apakah semua

variasi indevenden yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara

serempak terhadap variabel dependen. Berikut Tabel Hasil Uji Statistik F (Uji

Serempak) hasil olahan data dengan SPSS Versi 16,00.

Tabel 5.5.2.2 Hasil Uji Statistik F (Uji Serempak)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 3.903E8 3 1.301E8 180.351 .000a

Residual 8.295E7 115 721309.522

Total 4.732E8 118

a. Predictors: (Constant), harga_kelapa_sawit, produktivitas_padi, harga_padi b. Dependent Variable: luas_lahan

Berdasarkan hasil Uji Statistik F( Uji Serempak) dapat diketahui bahwa nilai

(40)

maka dapat disimpulkan bahwa variabel indevenden yaitu produktivitas padi,

harga padi dan harga kelapa sawit secara serempak berpengaruh nyata terhadap

luas lahan lahan.

5.5.2.3 Uji Statistik t (Uji Parsial)

Uji ini dilakukan untuk mengetahui signifikansi variabel independen

secara individu terhadap variabel dependennya. Adapun hipotesis pada Uji t ini

adalah sebagai berikut:

H0 : ß1 = 0 (tidak ada pengaruh)

H1 : ß1 ≠ 0 (ada pengaruh)

Pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas adalah sebagai berikut :

Jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima

Jika probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak

Uji statistik t dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen

secara individual (parsial) terhadap variabel dependennya. Hasil Uji Statistik-t

diperoleh nilai probabilitas variabel independen produktivitas padi (X1), harga

padi (X2) lebih kecil dari 0,05 (Tabel 5.5). Jadi H0 ditolak dan H1 diterima, ini

menunjukkan bahwa secara individu produktivitas padi (X1) dan harga padi (X2)

mempunyai pengaruh yang signifikan atau nyata terhadap variabel dependen yaitu

luas lahan sedangkan variabel independen harga kelapa Sawit (X3) lebih besar dari

0,05. Jadi H0 diterima dan H1 ditolak, hal ini menunjukkan bahwa variabel harga

kelapa sawit berpengaruh tidak signigikan terhadap luas lahan.

5.5.2.3.1 Produktivitas Padi

Hasil regresi (Tabel 5.5) menunjukan bahwa koefisien regresi

(41)

padi 0,000 artinya produktivitas padi di Kabupaten Serdang Bedagai memberikan

dampak yang positif dan signifikan terhadap luas lahan sawah, dimana setiap

kenaikan produktivitas padi sebesar 1 ton/ha maka luas lahan akan naik sebesar

1.547,76.

Hasil temuan dari penelitian ini sesuai dengan teori yang mengatakan

bahwa jika produktivitas padi meningkat maka penggunaan lahan sawah ke non

pertanian akan menurun (Bangun, 2007). Dengan kata lain, jika produktivitas padi

meningkat luas lahan sawah akan meningkat pula.

5.5.2.3.2 Harga Padi

Hasil regresi (Tabel 5.5) menunjukan bahwa koefisien regresi harga padi

(X2) adalah 1,766 dan signifikansi t variabel harga padi 0,01 artinya harga padi di

Kabupaten Serdang Bedagai memberikan dampak yang positif dan signifikan

terhadap luas lahan sawah, dimana setiap kenaikan harga padi sebesar 1 Rp/Kg

maka luas lahan akan bertambah sebesar 1,766 Ha atau jika harga padi naik

sebesar 100 Rp/Kg maka luas lahan sawah akan bertambah sebesar 176,6 Ha.

Hasil temuan dari penelitian ini sesuai dengan teori Adi (2009) yang

mengatakan bahwa jika harga padi naik maka petani akan mempertahankan lahan

mereka untuk areal persawahan, sehingga mereka tidak mau mengalih fungsikan

lahan sawah mereka tersebut. Hal ini akan berdampak penurunan luas lahan akan

berkurang dan petani akan terus melakukan bercocok tanam padi.

5.5.2.3.3 Harga Kelapa Sawit

Hasil regresi (Tabel 5.5) menunjukan bahwa koefisien regresi harga

(42)

0,3755 artinya harga kelapa sawit di Kabupaten Serdang Bedagai memberikan

dampak yang negatif dan tidak signifikan terhadap luas lahan sawah, dimana

setiap kenaikan harga kelapa sawit sebesar 1 Rp/Kg maka luas lahan sawah akan

berkurang sebesar 4,135 Ha atau jika harga kelapa sawit naik sebesar 100 Rp/Kg

maka luas lahan sawah akan bertambah sebesar 413,5 Ha.

Hasil temuan dari penelitian ini sesuai dengan teori Rizal (2004) yang

menyatakan bahwa tidak semua petani mampu mengalih fungsikan lahan sawah

mereka untuk pertanian kelapa sawit. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor

yaitu: modal, pengalaman bertani padi, luas lahan, dan skill bertani. Sehingga harga kelapa sawit tidak terlau signifikan terhadap penurunan luas lahan sawah,

(43)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa produktivitas padi (X1) dan harga padi (X2) berpengaruh

positif dan signifikan terhadap luas lahan sawah, sedangkan harga kelapa sawit

(X3) berpegaruh negatif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap luas lahan

sawah.

5.2 Saran

1. Kepada petani, hendaknya tidak melakukan alih fungsi lahan untuk

menjaga ketahanan pangan di Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Kepada pemerintah, hendaknya lebih memperhatikan lahan sawah yang

semakin hari semakin berkurang dan membuat suatu lembaga yang lebih

fokus terhadap sawah.

3. Kepada peneliti lain hendaknya melakukan penembangan model, dengan

menambah variabel penjelas lain serta mengambil kasus faktor-faktor yang

(44)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang

kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menenpati bumi. Konkritnya,

lahan difungsikan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk mempertahankan

eksistensi. Aktivitas yang pertama kali dilakukan adalah pemanfaatan lahan untuk

bercocok tanam (pertanian). Seiring pertumbuhan populasi dan perkembangan

peradaban manusia, penguasaan dan pengunaan lahan mulai terusik. Lahan yang

semula berfungsi sebagai media bercocok tanam (pertanian), berangsur-angsur

berubah menjadi multifungsi pemanfaatan. Perubahan fungsi lahan ke komoditi

lain maupun keareal non pertanian yang kemudian dikenal dengan istilah alih

fungsi lahan, semakin lama semakin meningkat. Implikasinya, ahli fungsi lahan

perrtanian yang tidak terkendali dapat mengancam kapasitas penyediaan pangan

(Iqbal dan Sumaryanto, 2007).

Secara empiris, lahan pertanian yang paling rentan terhadap ahli fungsi

lahan adalah sawah. Hal tersebut disebabkan oleh: (1) kepadatan penduduk di

pedesaan yang mempunyai agroekosistem dominan sawah pada umumnya jauh

lebih tinggi dibandingkan agroekosistem lahan kering, sehingga tekanan

penduduk atas lahan juga lebih tinggi; (2) daerah pesawahan banyak yang

lokasinya berdekatan dengan daerah perkotaan; (3) akibat pola pembangunan di

masa sebelumnya, infrastruktur wilayah persawahan pada umumnya lebih baik

daripada wilayah lahan kering dan (4) pembangunan prasarana dan sarana

(45)

wilayah bertopografi datar, dimana pada wilayah dengan topografi seperti itu

( terutama di Pulau Jawa), ekosistem pertaniannya dominan areal persawahan

(Winoto, 2005).

Meurut Nasoetion dan Winoto (1996), proses penurunan luas lahan sawah

secara langsung dan tidak langsung ditentukan oleh 2 faktor, yaitu (i) sistem

kelembagaan yang dikembangkan oleh masyarakat dan pemerintah, dan (ii) sistem

non kelembagaan yang berkembang secara alamiah dalam masyarakat. Sistem

kelembagaan yang dikembangkan oleh masyarakat dan pemerintah antara lain

dipresentasikan dalam bentuk terbitnya beberapa peraturan mengenai konversi

lahan.

Proses penurunan luas lahan sawah pada dasarnya dapat dipandang sebagai

suatu bentuk konsekuensi logis dari adanya pertumbuhan dan transformasi serta

perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat yang sedang berkembang.

Perkembangan ini tercermin dari adanya:

1. Pertumbuhan aktifitas pemanfaatan sumber daya alam akibat meningkatnya

permintaan kebutuhan terhadap penggunaan lahan sebagai dampak

peningkatan jumlah penduduk dan kebutuhan per kapita.

2. Adanya pergeseran kontribusi sektor-sektor pembangunan dari sektor primer

khususnya dari sektor pertanian dan pengolahan sumber daya alam ke

aktifitas sektor-sektor sekunder (manufaktur) dan tersier (jasa),

(Rustiadi dan Wafda, 2008).

Ilham dkk (2003), menyatakan bahwa harga lahan, aktivitas ekonomi suatu

wilayah, pengembangan pemukiman, dan daya saing produk pertanian merupakan

(46)

pada saat krisis ekonomi menyebabkan banyak petani menjual asetnya berupa

sawah untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dampaknya secara umum

meningkatkan konversi lahan sawah dan makin meningkatkan penguasaan lahan

pada pihak-pihak pemilik modal.

Penelitian Syafa’at dkk (2001) pada sentra produksi padi utama di Jawa dan

Luar Jawa, menunjukan bahwa selain faktor teknis dan kelembagaan, faktor

ekonomi yang menentukan penurunan luas lahan sawah ke pertanian dan non

pertanian adalah : (1) nilai kompetitif padi terhadap komoditas lain menurun; (2)

respon petani terhadap dinamika pasar,lingkungan, dan daya saing usahatani

meningkat.

Menurut Nainggolan (2008), faktor penting yang sangat mempengaruhi

petani untuk melakukan konversi lahan adalah dikarenakan oleh fator stabilitas

harga gabah yang masih relatif rendah dan belum memberikan pengaruh yang

besar bagi peningkatan kesejahteraan petani itu sendiri. Selain itu perbedaan

tingkat upah di sektor pertanian dan industri, jumlah pemilikan asset lahan serta

luas pemilikan lahan sawah yang semakin kecil cenderung menjadi faktor

pendorong proses konversi lahan sawah.

Pertumbuhan penduduk yang tinggi meningkatkan komposisi pemanfaatan

lahan yang dapat mengancam keberadaan lahan pertanian yang subur.

Peningkatan jumlah penduduk akan mempersempit lahan untuk usaha pertanian.

Selain hal tersebut di atas, hal yang menyebabkan terjadinya konversi lahan

adalah permintaan atas produk perkebunan seperti sawit, karet dan kopi yang terus

meningkat dan harganya semakin komersial. Lahan pertanian pangan cenderung

(47)

penurunan lahan pangan ialah karena defisitnya neraca pertambahan luas dan

konversi lahan pertanian pangan.

Ketersediaan pangan yang berkelanjutan (sustainable) dibutuhkan untuk

stabilisasi harga pangan. Ketidakstabilan harga pangan dapat mengurangi minat

investasi pada sektor pangan.pada tingkat usahatani, ketidakstabilan harga tidak

merangsang petani untuk menggunakan teknologi baru, meningkatkan

keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge). Pada tingkat hilir, ketidakstabilan menyebabkan rendahnya investasi di bidang pemasaran dan

processing. Selain itu sektor industri pangan berkepentingan atas stabilitas harga pangan karena terkait dengan upah tenaga kerja. Harga yang stabil memudahkan

perencanaan usaha dan merencanakan tingkat keuntungan.

Dampak penurunan luas lahan sawah dapat dipandang dari dua sisi. Pertama,

dari fungsinya yaitu manfaat dan penggunaan lahan sawah yang diperuntukan

untuk memproduksi padi. Dengan demikian adanya konversi lahan sawah ke

fungsi lain akan menurunkan produksi padi nasional. Kedua, dari bentuknya

perubahan lahan sawah ke pemukiman, perkantoran, prasarana jalan dan lainnya

berimplikasi besarnya kerugian akibat sudah diinvestasikannya dana untuk

mencetak sawah, membangun waduk dan sistem irigasi

(Irawan dan Friyanto, 2002).

Upaya pencegahan penurunan luas lahan sawah sulit dilakukan, karena

lahan sawah merupakan private good yang legal untuk ditransaksikan. Oleh

karena itu upaya yang dapat dilakukan hanya bersifat pengendaliaan.

Pengendaliaan yang dilakukan sebaiknya bertitik tolak dari faktor-faktor

(48)

dan perangkat hukum. Secara ekonomi, penurunan luas lahan sawah yang

dilakukan petani baik melalui transaksi penjualan ke pihak lain ataupun

mengganti pada usaha non padi merupakan keputusaan yang rasional. Sebab

dengan keputusan tersebut petani berekspektasi pendapatan totalnya, baik dalam

jangka pendek maupun dalam jangka panjang akan meningkat. Sedangkan faktor

sosial yang mempengaruhi penurunan luas lahan, yaitu : perubahan perilaku,

hubungan pemilik dengan lahan, pemecahan lahan, pengambilan keputusan, dan

apresiasi pemerintah terhadap aspirasi masyarakat. Dua faktor terakhir

berhubungan dengan sistem pemerintahan. Dengan asumsi pemerintah sebagai

pengayom dan abdi masyarakat, seharusnya dapat bertindak sebagai pengendali

terjadinya penurunan luas lahan sawah. Namun hal tersebut hendaknya didukung

oleh keakuratan pemetaan dan pendataan penggunaan lahan yang dilengkapi

dengan teknologi yang memadai. Artinya, jika tersedia data yang akurat pada

tahun tertentu maka penyimpangan data pada tahun-tahun sebelumnya dapat

dikoreksi dengan faktor koreksi tertentu (Suwarno, 1996).

2.2. Landasan Teori

Mekanisasi perubahan pengguaan lahan melibatkan kekuatan-kekuatan

pasar, sistem administratif yang dikembangkan pemerintah, dan kepentingan

politik. Pemerintah di sebagian besar Negara di dunia pada kenyataannya

memegang peran kunci dalam alokasi lahan misalnya hutan, daerah lahan

tambang, dan sebagainya (Prayudho,2009).

Produksi adalah jumlah hasil. Dalam usahatani guna memperoleh hasil

produksi, petani melakukan usaha pengkombinasian faktor-faktor yang dimiliki,

(49)

kerja, keahliaan. Produktivitas adalah kemampuan suatu faktor produksi seperti

luas tanah untuk memperoleh hasil produksi per hektar. Produksi dan

produktivitas ditentukan oleh banyak faktor, seperti kesuburan tanah, varietas

bibit yang ditanam, penggunaan pupuk yang memadai, baik jenis maupun dosis,

tersedianya air dalam jumlah yang cukup, teknik bercocok tanam yang tepat,

penggunaan alat-alat produksi pertanian yang memadai, dan tersedianya tenaga

kerja (Ace Partadiredja,1980).

Menurut Warton. Jr dan Cliffton (1969), dalam kondisi nyata luas dan

kesuburan tanah yang dimiliki petani adalah berbeda-beda, demikian pula keadaan

lingkungan kehidupan social ekonomi mereka. Dengan perbedaan yang ada, maka

usahatani dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut:

a. Usahatani yang bersifat subsisten, yakni dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1. Produksi subsisten (subsistence production) dengan tingkat komersial yang rendah dan produksi digunakan untuk memenuhi kebutuhan

keluarga sendiri.

2. Tingkat kehidupan subsisten (subsistence living ), yakni yang

berhubungan dengan kemampuan memenuhi tingkat kebutuhan hidup

yang minimum.

b. Usahatani yang bersifat seperti sebuah perusahaan (farm bussines) dengan

ciri-ciri sebagai berikut:

1. Pengalokasian biaya disesuaikan dengan kegiatan usaha yang

(50)

2. Pencapain tingkat efisiensi teknis (penggunaan tenaga kerja dan

modal) agar diperoleh kuantitas produksi yang optimum dan

pencapaian tingkat efisiensi ekonomis, yakni laba yang maksimum.

Walaupun ada perbedaan seperti yasng diuarikan di atas, dibalik itu ada pula

kesamaan di antara petani ini, yakni mereka memandang pertanian sebagai suatu

sarana pokok untuk memenuhi kebutuhan keluarga yaitu melalui hasil-hasil

produksi pertanian (Mosher, A. T, 1969).

Menurut Bangun (2007), faktor produktivitas menjelaskan hubungan

faktor-faktor produktivitas dengan hasil produktivitas. Faktor produkstivitas dikenal

dengan istilah input, sedangkan hasil produktivitas disebut dengan output,dimana salah satu inputnya adalah luas lahan. Jika produktivitas padi meningkat

kemungkinan petani mengalihkan penggunaan lahan sawah ke non pertanian akan

menurun.

Menurut Adi (2009), jika harga padi naik maka petani akan

mempertahankan lahan mereka untuk areal persawahan, sehingga mereka tidak

mau mengalih fungsikan lahan sawah mereka tersebut. Hal ini akan berdampak

penurunan luas lahan akan berkurang dan petani akan terus melakukan bercocok

tanam padi.

Menurut Rizal (2004), bahwa tidak semua petani mampu mengalih fungsikan

lahan sawah mereka untuk pertanian kelapa sawit. Hal ini disebabkan oleh

beberapa faktor yaitu: modal, pengalaman bertani padi, luas lahan, dan skill

bertani. Sehingga harga kelapa sawit mungkin tidak terlau signifikan terhadap

penurunan luas lahan sawah, namun mampu memberikan dampak negatif

(51)

2.3. Penelitian Terdahulu

Menurut Adhi, dkk. (2011), dalam penelitiannya mengenai Pengaruh Transformasi Lahan Pertanian Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit terhadap

Tingkat Kesejahteraan Petani di Kecamatan Babulu Kabupaten Penajam Paser Utara Provinsi Kalimantan Timur faktor yang diketahui mempengaruhi alasan petani melakukan transformasi lahan adalah tingkat pendidikan, mata

pencaharian, tingkat pendapatan dan beralihnya mata pencaharian masyarakat dari

yang semula petani padi menjadi petani kelapa sawit merubah pola kehidupan

para petani. Salah satu contoh yang ada pada masyarakat petani di Kecamatan

Babulu yaitu meningkatnya gaya hidup para petani. Terkait dengan adanya

perubahan mata pencaharian dari petani padi menjadi petani kelapa sawit

menyebabkan pendapatan masyarakat menjadi ikut berubah, akan tetapi

perubahan pendapatan yang diperoleh tidak diimbangi dengan peningkatan

kesejahteraan keluarga petani. (Adhi,dkk,2011).

Menurut Catur, dkk (2010) dalam penelitiannya mengenai Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian ke Sektor Non Pertanian terhadap Ketersediaan Beras di

Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah Kabupaten Klaten mengalami penurunan produksi padi sawah sebanyak 19.661 ton. Penurunan produksi padi

sawah tidak terlepas dari faktor penurunan luas lahan pertanian ke sektor non

pertanian. Hal ini terjadi karena lahan merupakan faktor utama dalam proses

usahatani yaitu sebagai tempat pelaksanaan usahatani. Jika faktor lain dianggap

konstan, maka penurunan luas tanam akan menurunkan tingkat produksi padi

(52)

Ni Putu Martini Dewi (2008) dalam penelitiannya mengenai Pengaruh Alih

Fungsi Lahan Sawah terhadap Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Badung.

Alih fungsi lahan sawah sangat bergantung pada banyak faktor misalnya

terjadinya pembanguan fisik seperti perkantoran, jalan, perumahan dll. Luas lahan

sawah nyata berpengaruh meningkatkan produksi total tanaman padi, sedangkan

luas sawah yang beralih ke non sawah belum dapat membuktikan pengaruh

produksi padi secara total di Kabupaten Badung.

Bambang Irawan dan Supena Friyatno (2011), dalam penelitiannya

mengenai Dampak Konversi Lahan Sawah di Jawa terhadap Produksi Beras dan Kebijakan Pengendaliannya, menyimpulkan secara umum konversi lahan sawah banyak terjadi di provinsi atau kabupaten yang memiliki tingkat pertumbuhan

ekonomi dan jumlah penduduk yang relatif tinggi dan Konversi lahan sawah

cenderung menunjukkan penurunan produksi per satuan lahan yang semakin

besar, sedangkan percetakan sawah cenderung menunjukkan peningkatan

produksi per satuan lahan yang semakin kecil .

Arum Laili Afrian (2009) dalam penelitiannya mengenai Analisis Pengaruh

Beberapa Variable terhadap Alih Fungsi Lahan Perkebunan di Kota Semarang (Kasus di PT. Karyadeka Alam Lestari). bahwa dari jumlah variabel independen yang ada seperti produktivitas lahan, harga lahan, jumlah penduduk, PDRB, serta

PDRB per kapita hanya jumlah PDRB perkapita berpengaruh nyata terhadap alih

fungsi lahan, sedangkan variabel lainnya tidak berpengaruh nyata terhadap alih

fungsi lahan.

Fanny Anugerah (2005), dalam penelitiannya mengenai Analisis

(53)

Pertanian di Kabupaten Tangerang, bahwafaktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap penurunan luas lahan sawah di tingkat wilayah adalah laju pertumbuhan

penduduk, persentase luas lahan sawah irigrasi dan pertambahan panjang jalan

aspal. Yang berpenagruh negatif yaitu produktifitas padi.

2.4. Kerangka Pemikiran

Lahan merupakan faktor produksi utama dalam usaha pertanian yang

sangat penting di Indonesia karena merupakan sumber daya alam yang utama

untuk produksi beras. Seiring dengan peningkatan aktifitas penduduk serta

aktifitas pembanguna, kebutuhan akan lahan juga semakin bertambah. Hal

tersebut menyebabkan timbulnya alih funsi lahan pertanian menjadi non

pertanian.

Masalah penurunan luas lahan sawah yang terus meningkat karena

pesatnya pembangunan merupakan salah satu penyebab menurunnya pertumbuhan

produksi padi secara nasional terus meningkat setiap tahun, tetapi dengan laju

pertumbuhan yang cenderung semakin menurun. Secara tidak langsung konversi

lahan sawah juga dapaat mengurangi kuantitas ketersediaan pangan akibat

terputusnya jaringan irigasi yang selanjutnya berdampak pada penurunan

produktivitas usahatani.

Konsekuensi dari semua ini adalah semakin meningkatnya laju penurunan

luas lahan sawah menjadi arel pemukiman, perkotaan atau daerah industri. Selain

itu, jumlah percetakan sawah baru yang sangat terbatas dan tidak sebanding

dengan peningkatan jumlah penduduk juga menjadi penyebab semakin

meningkatnya penurunan luas lahan saawah. Akibat dari penurunan luas lahan

(54)

memenuhi kebutuhan pangan nasional yang senantiasa meningkat seiring dengan

meningkatnya laju pertambahan penduduk.

Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu kabupaten yang dalam

tujuh tahun terakhir mengalami Penurunan luas lahan sawah sehingga

menyebabkan luas lahan pertanian di Kabupaten Serdang Bedagai cenderung

menurun. Penurunan luas lahan sawah dapat dilihat berdasarkan luas lahan sawah

di Kabupaten Serdang Bedagai yang diperoleh dari BPS.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Keterangan = Dampak

Luas Lahan sawah (Y)

Produksi Pangan Penurunan luas

lahan

 Produktivitas Padi (X1)

 Harga Padi (X2)

 Harga Kelapa

(55)

2.5. Hipotesis Penelitian

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi luas lahan sawah di Kabupaten Serdang

Bedagai adalah produktivitas padi (X1), harga padi (X2), harga kelapa

sawit (X3).

2. Penurunan luas lahan memiliki dampak yang nyata terhadap ketahanan

(56)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lahan sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh

pematang (galengan), saluran untuk menahan/ menyalurkan air,yang biasanya

ditanami padi sawah tanpa memandang dari mana diperolehnya atau status tanah

tersebut. Lahan memiliki peran dan fungsi strategis bagi masyarakat Indonesia

yang bercorak agraris, dimana sebagian besar penduduknya menggantungkan

hidup dari sektor pertanian. Dalam rangka pembangunan pertanian yang

berkelanjutan, lahan merupakan sumberdaya pokok dalam usaha pertanian,

terutama pada kondisi dimana sebagian besar bidang usaha yang dikembangkan

masih tergantung kepada pola pertanian yang bersifat land base agricultural.

Penguasaan dan penggunaan lahan mulai beralih fungsi seiring

pertumbuhan populasi dan perkembangan peradaban manusia. Hal ini akhirnya

menimbulkan permasalahan kompleks akibat pertambahan jumlah penduduk,

penemuan dan pemanfaatan teknologi, serta dinamika pembangunan. Lahan yang

semula berfungsi sebagai media bercocok tanam, berangsur-angsur berubah

menjadi multifungsi pemanfaatan. (Iqbal dan Sumaryanto, 2007).

Perubahan penggunaan lahan dapat terjadi karena adanya perubahan rencana

tata ruang wilayah, adanya kebijaksanaan arah pembangunan dan karena

mekanisme pasar. Dua hal terakhir terjadi lebih sering pada masa lampau karena

(57)

wilayah. Alih fungsi dari pertanian ke non pertanian terjadi secara meluas

sejalan dengan kebijaksanaan pembangunan yang menekankan kepada aspek

pertumbuhan melalui kemudahan fasilitas investasi, baik kepada investor lokal

maupun luar negeri dalam penyediaan tanah (Widjanarko, dkk, 2006).

Pertumbuhan penduduk yang cepat diikuti dengan kebutuhan perumahan,

menjadikan lahan-lahan pertanian berkurang di berbagai daerah. Lahan yang

semakin sempit semakin terfragmentasi akibat kebutuhan perumahan dan lahan

industri. Petani lebih memilih bekerja di sektor informal daripada bertahan di

sektor pertanian. Daya tarik sektor pertanian yang terus menurun juga menjadikan

petani cenderung melepas kepemilikan lahannya. Pelepasan kepemilikan lahan

cenderung diikuti dengan alih fungsi lahan (Gunanto, 2007).

Pertumbuhan perekonomian menuntut pembangunan infrastruktur baik

berupa jalan, bangunan industri dan pemukiman. Kondisi demikian

mencerminkan adanya peningkatan permintaan terhadap lahan untuk penggunaan

non pertanian yang mengakibatkan banyak lahan sawah, terutama di sekitar

perkotaan, mengalami alih fungsi. Alih fungsi lahan juga dapat terjadi oleh

karena kurangnya insentif pada usahatani lahan sawah yang diduga akan

menyebabkan terjadi alih fungsi lahan ke tanaman pertanian lainnya.

Pemilik lahan mengalihfungsikan lahan pertaniannya untuk kepentingan

non pertanian oleh karena mengharapkan keuntungan lebih. Secara ekonomis

lahan pertanian, terutama sawah, harga jualnya tinggi karena biasanya berada di

lokasi yang berkembang. Namun, bagi petani penggarap dan buruh tani, alih

(58)

petani semakin terjebak dengan semakin sempitnya kesempatan kerja sehingga

akan menimbulkan masalah sosial yang pelik.

Masalah penurunan lahan sawah dapat diatasi bila pemerintah daerah

sangat ketat dalam hal penataan ruang. Pemerintah harus tegas dalam melarang

pembangunan perumahan dan industri yang hendak menggunakan lahan di

kawasan pertanian. Penurunan luas lahan sawah dapat dicegah dengan menjadikan

sektor pertanian sebagai lapangan usaha yang menarik dan bergengsi secara alami.

Penurunan luas lahan sawah yang terjadi tanpa kendali dapat menimbulkan

persoalan ketahanan pangan, lingkungan dan ketenagakerjaan (Syahyuti, 2007).

Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai mempunyai beberapa cara untuk

mencegah penurunan luas lahan yaitu dengan adanya perda tentang proteksi lahan

pertanian (padi),menumbuh kembangkan kembali gerakan tanaman padi,proteksi

politik kepada petani.

Fenomena penurunan luas lahan sawah juga terjadi di Kabupaten Serdang

Bedagai. Adapun luas lahan sawah dan perubahan luas lahan sawah tahun

(59)

Tabel 1.1 . Luas Lahan Sawah dan Perubahan Luas Lahan Sawah Tahun 2008-2014 di Kabupaten Serdang Bedagai.

Tahun Luas Lahan Sawah

(Ha)

Perubahan Luas Lahan Sawah terhadap Tahun Sebelumnya (Ha)

Persentase

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008-2014

Tabel 1.1 di atas memperlihatkan bahwa penurunan luas lahan sawah di

Kabupaten Serdang Bedagai mulai terjadi pada tahun 2010, dimana Kabupaten

Serdang Bedagai memiliki luas lahan sawah seluas 41.057 Ha, dan pada tahun

berikutnya (2011-2014) luas lahan sawah semakin menurun hingga penurunan

yang paling drastis terjadi pada 2013 yaitu 39.502 Ha (Dinas Pertanian, berbagai

tahun). Dimana penggunaan lahan sawah untuk penanaman padi semakin

berkurang dan dialihkan untuk perumahan dan industri.

Untuk itu kita perlu meramalkan keadaan lahan padi sawah untuk

beberapa tahun ke depan. Hal ini diperlukan untuk dapat mengetahui dan

mengantisipasi agar penurunan luas lahan dapat ditekan. Karena apabila terjadi

penurunan lahan sawah yang terlalu besar, akan mengakibatkan berkurangnya

(60)

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa perlu melakukan

penelitian mengenai “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Luas Lahan Sawah di

Kabupaten Serdang Bedagai”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Faktor-faktor apa saja yang yang mempengaruhi luas lahan sawah di

Kabupaten Serdang Bedagai?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka tujuan

penelitian ini adalah:

1. Menganalisis laju penurunan luas lahan di Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi luas lahan Kabupaten

Serdang Bedagai.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan informasi ilmiah bagi pihak pemerintah.

2. Sebagai bahan informasi bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan

dengan penelitiaan ini.

3. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas

(61)

ABSTRAK

Praja Sembiring (100304035) dengan judul skripsi “Faktor-Faktor yang mempengaruhi Luas Lahan Sawah di Kabupaten Serdang Bedagai” . penelitian ini dilakukan pada bulan Febuari s.d. Agustus 2015 dan dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS dan Ibu Siti Khadijah Hidayati Nasution, SP, M.Si.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis besarnya pengaruh Produktivitas Padi, Harga Padi dan Harga Kelapa Sawit terhadap luas lahan sawah di Kabupaten Serdang Bedagai. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series data tahun 2008-2014 (7 tahun). Metode analisis yang digunakan adalah Metode Regresi Linear Berganda. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Variabel produktivitas Padi dan harga padi berpengaruh positif dan signifikan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi luas lahan sedangkan harga kelapa sawit berpengaruh negatif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi luas lahan sawah.

(62)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LUAS LAHAN SAWAH DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

SKRIPSI

PRAJA SEMBIRING 100304035 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(63)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LUAS LAHAN SAWAH DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

SKRIPSI

PRAJA SEMBIRING 100304035 AGRIBISNIS

Usulan Penelitian Salah Satu Syarat Untuk Dapat Melaksanakan Penelitian di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Dr.Ir.Tavi Supriana, MS)

NIP. 196411021989032001 NIP.197310111999032002 (Siti Khadijah Nasution,SP,M.Si)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(64)

ABSTRAK

Praja Sembiring (100304035) dengan judul skripsi “Faktor-Faktor yang mempengaruhi Luas Lahan Sawah di Kabupaten Serdang Bedagai” . penelitian ini dilakukan pada bulan Febuari s.d. Agustus 2015 dan dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS dan Ibu Siti Khadijah Hidayati Nasution, SP, M.Si.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis besarnya pengaruh Produktivitas Padi, Harga Padi dan Harga Kelapa Sawit terhadap luas lahan sawah di Kabupaten Serdang Bedagai. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series data tahun 2008-2014 (7 tahun). Metode analisis yang digunakan adalah Metode Regresi Linear Berganda. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Variabel produktivitas Padi dan harga padi berpengaruh positif dan signifikan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi luas lahan sedangkan harga kelapa sawit berpengaruh negatif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi luas lahan sawah.

(65)

RIWAYAT HIDUP

Praja Sembiring lahir di Bandar Pinang, Bintang Bayu, Serdang Bedagai pada tanggal 24 Januari 1993, sebagai anak pertama dari empat bersaudara dari Bapak

Budi Sembiring dan Ibu Nurlina Saragih.

Jenjang Pendidikan :

1. Sekolah Dasar di SD Negeri 101988 Bandar Pinang, Bintang Bayu, Serdang

Bedagai masuk tahun 1998 dan lulus pada tahun 2004.

2. Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Tanjung Harap, Serdang Bedagai

masuk tahun 2004 dan lulus tahun 2007.

3. Sekolah Menengah Atas di SMA YPP.Pembangunan Galang, Deli serdang

masuk tahun 2007 dan lulus tahun 2010

4. Tahun 2010 masuk di program studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara melalui jalur Ujian Masuk Bersama Perguruan

Tinggi (UMB-PTN).

5. Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada bulan Agustus 2014 di

desa Pintu Air, Kabupaten Langkat.

Pengalaman Organisasi :

1. Anggota Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian ( IMASEP) Universitas

Sumatera Utara, Tahun 2010 s/d 2014.

(66)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

rahmat-Nya yang memberikan kesempatan dan kekuatan kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Adapun Judul penelitian ini adalah “FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI LUAS LAHAN SAWAH DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya

kepada Ibu DR.Ir. Tavi Supriana, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu

Siti Khadijah Hidayati Naution, SP, M.Si selaku anggota komisi pembimbing

yang telah membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan

ini juga penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu DR.Ir. Salmiah,MS selaku Ketua Departemen Agribisnis Fakultas

Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak DR.Ir.Satia Negara Lubis,MEc selaku Sekertaris Departemen

Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

3. Seluruh Staff pengajar dan pegawai di Departemen Agribisnis Fakultas

Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

4. Terima kasih buat keluarga ku yang tersayang Bapak B.Sembiring dan Ibu

N.Saragih, Adik Ku Ariando Sembiring, Nindi Triana Sembiring, Meilina

Sembiring, dan teman terbaik ku Melvha Hutapea, atas dukungan moral,

(67)

5. Teman-teman seperjuangan Program Studi Agribisnis 2010, Khususnya

teman-Teman seperjuangan Gerakan 51 LDK dan kepada Abang dan

Kakak serta adek-adek di Agribisnis yang telah bnayak memberikan

motivasi baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik

dari segi isi maupun redaksinya oleh karena itu dengan senang hati penulis

menerima kritik, saran dan masukan semua pihak yang bersifat membangun demi

kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi

kita semua.

Medan, Agustus 2015

(68)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 6

2.2 Landasan Teori ... 10

2.3 Penelitian Terdahulu ... 13

2.4 Kerangka Pemikiran ... 15

2.5 Hipotesis Penelitian ... 17

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian... 18

3.2 Pengambilan Data ... 18

3.3 Metode Analisis Data ... 19

3.3.1 Identifikasi masalah 1 (Hipotesis 1) ... 19

3.3.1.1 Uji Asumsi Klasik ... 19

3.3.1.2 Uji Statistik ... 20

3.4 Defenisi dan Batasan Operasional ... 22

3.4.1 Defenisi ... 22

3.4.2 Batasan Operasional ... 23

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 4.1 Luas dan Kondisi Geografis ... 24

4.2 Kondisi Lahan Sawah di Kabupaten Serdang Bedagai ... 26

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Luas Lahan Sawah di Kabupaten Serdang Bedagai ... 27

5.2 Produktivitas Padi ... 28

5.3 Harga Padi ... 29

(69)

5.5 Hasil Analisis Pengaruh Variabel Produktivitas Padi, Harga Padi, Harga Kelapa Sawit Terhadap Luas Lahan ... 31 5.5.1 Uji Asumsi Klasik ... 32 5.5.2 Uji Statistik ... 38

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 43 6.2 Saran ... 43

(70)

DAFTAR TABEL

No Hal

1. Luas lahan sawah dan perubahan luas lahan sawah tahun

2008-2014 di Kabupaten Serdang Bedagai ... 3

2. Luas wilayah (km2) tiap kecamatan di kabupaten Serdang Bedagai ... 25

3. Luas lahan sawah di Kabupaten Serdang Bedagai... 26

4. Penurunan luas lahan sawah di Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2008-2014... .. 27

5. Produktivitas padi di Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2008-2014 ... ..28

6. Harga Padi di Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2008-2014 ... .. 29

7. Harga kelapa Sawit di Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2008-2014 ... .. 30

8. Hasil Regresi ... . 31

9. Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ... 35

10. Hasil Multikolineritas ... 37

11. Hasil Koefisien Determinasi (R2) ... .. 39

(71)

DAFTAR GAMBAR

No Hal

1. Kerangka Pemikiran ... 16

2. Grafik Histogram ... 33

Gambar

Tabel 4.1. Luas Wilayah (Km2) Tiap Kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai
Tabel 4.2 . Luas Lahan Sawah  di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008-2014
Tabel 4.1. Luas Wilayah (Km2) Tiap Kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai
Tabel 4.2 . Luas Lahan Sawah  di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008-2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hence, the aim of this research is to develop a novel matching algorithm that incorporate signature separability measure such as Jeffries-M atusita distance along

Kerinci Penyediaan jasa pendukung pelayanan

The current study employed a spatio-temporal disaggregation method to derive fine spatial resolution (60m) images of NDVI by integrating the information in terms of

Penyediaan jasa jaminan barang milik daerah 17

Pritom navode kako u praksi internetski marketing najčešće obuhvaća korištenje web stranica poduzeća u kombinaciji s tehnikama marketinške komunikacije putem

Hasil analisis statistika menunjukkan bahwa interaksi antara waktu tanam dan jenis pupuk organik berpengaruh tidak nyata (P ≥ 0,05) terhadap semua variabel yang

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan Analisis of Variance (ANOVA) dan dilakukan UjiBNT (Beda Nyata Terkecil) pada taraf α = 5%. Hasil

Ketentuan tentang penyelenggaraan pemerintah daerah diatur lebih lanjut dengan Undang-Undang sebagaimana diamatkan Pasal 18 ayat (7) UUD 1945, yang berbunyi &#34;susunan dan tata