I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan pada umumnya identik dengan tingkat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan bersumber pada Ilmu Pe-ngetahuan Alam (IPA). Kimia sebagai salah satu bagian dari IPA mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam pengembangan teknologi masa depan.
Kimia adalah ilmu pengetahuan yang menggunakan metode ilmiah dalam proses-nya. Dalam pembelajaran kimia, yang harus diperhatikan adalah bagaimana siswa mendapatkan
pengetahuan (learning to know), konsep dan teori melalui pengalaman praktis dengan cara melaksanakan observasi atau eksperimen (learning to do), secara langsung (skil objektives) sehingga dirinya berperan sebagai ilmuwan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia di MA Negeri 1 Bandar Lampung kelas X, diperoleh informasi bahwa pada materi pokok hidrokarbon tahun pelajaran 2010-2011, siswa yang mencapai nilai ≥ 72 hanya sekitar 60%. Standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan di MA Negeri 1 Bandar Lampung untuk mencapai
ketuntasan belajar adalah 100% siswa harus memperoleh nilai ≥ 72. Jadi, KKM yang telah ditetapkan belum tercapai dan ini berarti, belum tercapai 100 % siswa yang menguasai konsep materi hidrokarbon.
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, pembelajaran pada konsep hidrokarbon selama ini dimulai dengan guru memberikan pertanyaan yang membangun konsep, tetapi hanya sekitar 2 siswa yang mau menjawab dan aktif dalam proses pembelajaran, yaitu siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi, sedangkan sebagian siswa lain lebih banyak diam, belum berani mengungkapkan pendapatnya, kurang terlibat aktif. Selain itu, tidak semua siswa memiliki buku pelajaran sebagai sumber belajar sehingga kegiatan siswa lebih dominan pada mendengarkan dan mencatat materi yang disampaikan oleh guru. Setelah guru
menyampaikan materi, guru memberikan latihan soal kepada siswa, namun siswa yang aktif mengerjakan soal latihan hanya beberapa siswa. Siswa lainnya lebih banyak mengandalkan teman yang pandai, dan ada juga yang tidak mengerjakan soal tersebut.
Dalam menjelaskan konsep hidrokarbon, diperlukan suatu model pembelajaran disertai adanya media pendukung untuk menarik dan memotivasi siswa. Sehingga, siswa tidak hanya mendengarkan penjelasan guru tetapi lebih aktif dalam melakukan kegiatan belajar, semakin aktif siswa dalam belajar maka siswa akan semakin mudah memahami konsep-konsep, dan pemahaman yang didapatkan siswa itu akan bertahan lama dalam ingatan siswa.
Suasana kelas juga perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa sehingga siswa mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain, menciptakan semangat dan motivasi siswa untuk belajar. Oleh karena itu, guru perlu mencipta-kan suasana belajar yang dapat menumbuhkan sikap bekerja sama antara siswa yang satu dengan yang lainnya. Selain itu, alur proses belajar tidak harus berasal dari guru menuju siswa, sesama siswa juga bisa saling bertukar pikiran dan pada akhirnya dapat menyimpulkan hasil diskusi dalam bentuk lisan maupun tertulis.
dan bahan penunjang, guru hanya berperan sebagai fasilitator. Guru harus dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif dalam mengkonstruksi atau
membangun sendiri pengetahuannya, sehingga pengetahuannya tentang hidrokarbon dapat lebih lama diingat oleh siswa.
Untuk dapat memahami hakikat IPA secara menyeluruh yakni IPA mencakup proses, produk, dan aplikasi, siswa harus memiliki kemampuan Keterampilan Proses Sains (KPS).
Keterampilan Proses Sains adalah semua keterampilan yang terlibat pada saat berlang-sungnya sains. KPS penting dimiliki guru agar digunakan sebagai jembatan untuk menyampaikan pengetahuan atau informasi baru kepada siswa atau mengembangkan pengetahuan atau informasi yang telah dimiliki siswa. Salah satu keterampilan proses sains yang penting untuk dikuasai oleh siswa adalah keterampilan inferensi. Terdapat dua
indikator dari keterampilan inferensi, yakni (1) siswa mampu membuat suatu kesimpulan tentang suatu fenomena, dan (2) siswa mampu menginterpretasi data dan informasi.
Keterampilan ini menuntut siswa agar dapat menemukan suatu konsep atau kesimpulan dari data percobaan yang ada dan fakta -fakta yang ada disekitar mereka, yang selama ini belum mereka kuasai seutuhnya, meskipun sudah seringkali menerapkan keterampilan inferensi dalam pemecahan suatu masalah yang mereka hadapi. Dengan menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing, guru dapat melatih keterampilan proses sains (KPS) dan menemukan konsepnya sendiri dari fakta dan data yang diperoleh siswa melalui keterampilan inferensi. Selain itu, dengan mengkonstruksi konsep-konsep kimia akan menjadi lebih bermakna bagi siswa, tidak hanya sekedar menjadi hafalan yang membebani siswa.
Hasil penelitian yang dilakukan Kurniasari (2010) yang melakukan penelitian kuasi
inkuiri terbimbing pada materi pokok laju reaksi telah berlangsung cukup baik; (2). Model inkuiri terbimbing lebih efektif dibandingkan pembelajaran konvensional dalam
meningkatkan hasil belajar kognitif siswa; (3). Sikap ilmiah siswa yang dibelajarkan dengan inkuiri terbimbing lebih tinggi dibandingkan siswa yang dibelajarkan dengan konvensional pada materi laju reaksi dengan persentase siswa kelas eksperimen yang memiliki sikap ilmiah sangat baik mencapai 32,6 % sedangkan kelas kontrol hanya mencapai 13,3%.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, maka dilakukan penelitian dengan judul : “Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dalam Meningkatkan Keterampilan Inferensi dan Penguasaan Konsep Hidrokarbon Siswa Kelas X MA Negeri 1 Bandar Lampung T.P 2011/2012”
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana efektivitas model pembelajaran inquiri terbimbing pada materi pokok hidrokarbon dalam meningkatkan keterampilan inferensi?
2. Bagaimana efektivitas model pembelajaran inquiri terbimbing pada materi pokok hidrokarbon dalam meningkatkan penguasaan konsep?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
2. Efektivitas model pembelajaran inquiri terbimbing pada materi pokok hidrokarbon dalam meningkatkan penguasaan konsep.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan dan penerapan model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa khususnya keterampilan inferensi serta penguasaan konsep kimia siswa pada materi pokok Hidrokarbon.
2. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi dan bahan informasi tentang penggunaan model inquiri terbimbing untuk kepentingan penelitian selanjutnya.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Materi pokok yang dibahas adalah hidrokarbon yang meliputi identifikasi unsur C dan H dalam senyawa karbon, kekhasan atom karbon, alkana, alkena, dan alkuna, isomer alkana, alkena, dan alkuna, sifat fisik dan sifat kimia senyawa hidrokarbon.
3. Keterampilan inferensi siswa adalah salah satu indikator dari keterampilan proses sains siswa yaitu keterampilan siswa dalam menyimpulkan berda-sarkan fakta hasil
pengamatan. Pada penelitian ini, ditunjukkan dengan data aktivitas siswa dan hasil pretest serta posttest.
4. Penguasaan konsep menurut Posner dalam Suparno (1997) berkaitan dengan proses belajar yang mencakup dua tahap perubahan konsep yaitu siswa menggunakan konsep-konsep yang telah dimiliki untuk berhadapan dengan fenomena baru. Kemudian, siswa mengubah konsepnya yang tidak cocok lagi dengan fenomena baru yang mereka hadapi.
5. Menurut Nuraeni dkk (2010), model pembelajaran dikatakan efektif mening-katkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menun-jukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemaham-an setelah pembelajaran
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Inquiri Terbimbing
Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Dalam kegiatan pembelajaran terjadi proses interaksi (hubungan timbal balik) antara guru dengan siswa. Guru memberikan materi sementara siswa tidak hanya sekedar menerima begitu saja melainkan ada interaksi diantara keduanya sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Wena (2009:76) menuliskan bahwa strategi inquiri ini dikembangkan oleh Richard Suchman untuk mengajar para peserta didik memahami proses meneliti dan menerangkan suatu
kejadian. Menurut Suchman, kesadaran peserta didik terhadap proses inquiri dapat ditingkatkan sehingga mereka dapat diajar prosedur pemecahan masalah secara ilmiah. Selain itu, kepada peserta didik juga dapat diajarkan bahwa pengetahuan bersifat sementara dan bisa berubah dengan munculnya teori-teori baru. Oleh karena itu, peserta didik harus disadarkan bahwa pendapat orang lain dapat memperkaya pengetahuan yang mereka miliki.
Trowbridge & Bybee dalam Asri (2007:21) mengemukakan “Inquiry is the process of defining and investigating problems, formulating hypotheses, designing experiments,
gathering data, and drawing conculations about problems”. Menurut mereka inquiry adalah proses mendefinisikan dan menyelidiki masalah-masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, menemukan data, dan menggambarkan kesimpulan masalah-masalah tersebut. Lebih lanjut, dikemukakan bahwa esensi dari pengajaran inkuiri adalah menata lingkungan
atau suasana belajar yang berfokus pada siswa dengan memberikan bimbingan secukupnya dalam menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmiah.
Uraian menurut ahli di atas menjelaskan tentang prosedur inkuiri, dimana dalam menjelaskan proses pembelajaran inquiri haruslah melibatkan dengan kegiatan-kegiatan tersebut, yaitu mengajukan pertanyaan yang ilmiah, merumuskan pertanyaan yang relevan, merencanakan observasi, penyelidikan atau investigasi dengan melaksanakan percobaan atau eksperimen dengan menggunakan alat untuk memperoleh data, menganalisis dan menginterpretasi data serta membuat prediksi dan mengkomunikasikan hasilnya serta menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan peranan materi dan proses sains, pembelajaran inkuiri sangat berpengaruh pada proses pembelajaran, karena dalam kegiatan tersebut siswa melakukan penyelidikan berdasarkan permasalahan yang diajukan guru, tetapi siswa sendiri yang menentukan
prosedur penyelidikannya. Selain itu kegiatan pembelajaran tersebut dapat mengembangkan sebuah komunitas kekeluargaan, saling bertukar informasi mengenai penyelidikan mereka masing-masing sehingga terjadinya kegiatan belajar-mengajar secara alami dan juga aktif di dalam kelas.
Idah (2007) menyebutkan :
Inkuiri terbimbing menuntut siswa untuk mengembangkan langkah kerja (prosedur) dalam memecahkan masalah yang telah diberikan oleh guru melalui LKS jenis challenge activity.
Menurut Kuhlthau (2008) ada enam karakteristik inkuiri terbimbing (guided inquiry) yaitu: 1) Siswa belajar aktif dan terefleksikan pada pengalaman
Jhon Dewey menggambarkan pembelajaran sebagai proses aktif individu, bukan sesuatu dilakukan untuk seseorang tetapi lebih kepada sesuatu itu dilakukan oleh seseorang.
sangat menekankan pembelajaran Hands on (berdasarkan pengalaman) sebagai penentang metode otoriter dan menganggap bahwa pengalaman dan inkuiri (penemuan) sangat penting dalam pembelajaran bermakna.
2) Siswa belajar berdasarkan pada apa yang mereka tahu
Pengalaman masa lalu dan pengertian sebelumnya merupakan bentuk dasar untuk membangun pengetahuan baru. Ausubel prihatin dengan individu yang belajar materi
verbal/tekstual dalam jumlah yang besar di sekolah. Menurut Ausubel faktor terpenting yang mempengaruhi pembelajaran adalah melalui apa yang mereka tahu.
3) Siswa mengembangkan rangkaian berfikir dalam proses pembelajaran melalui bimbingan Rangkaian berpikir ke arah yang lebih tinggi memerlukan proses yang mendalam yang
membawa kepada sebuah pemahaman. Proses yang mendalam memerlukan waktu dan motivasi yang dikembangkan oleh pertanyaan-pertnayaan yang otentik mengenai objek yang telah digambarkan dari pengalaman dan keingintahuan siswa.
Proses yang mendalam juga memerlukan perkembangan kemampuan intelektual yang melebihi dari penemuan dan pengumpulan fakta. Menurut Bloom, kemampuan intelektual seperti pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi membantu merangsang untuk berinkuiri yang membawa kepada pengetahauan dan pemahaman yang mendalam.
4) Perkembangan siswa terjadi secara bertahap
Siswa berkembang melalui tahap perkembangan kognitif, kapasitas, mereka untuk berpikir abstrak ditingkatkan oleh umur. Perkembangan ini merupakan proses kompleks yang meliputi kegiatan berpikir, tindakan, refleksi, menemukan, dan menghubungkan ide,
membuat hubungan, mengembangkan dan mengubah pengetahuan sebelumnya, kemampuan, serta sikap dan nilai.
Siswa belajar melalui semua pengertiannya. Mereka menggunakan seluruh kemampuan fisik, mental dan sosial untuk membangun pemahaman yang mendalam mengenai dunia dan apa yang hidup di dalamnya.
6) Siswa belajar melalui interaksi sosial dengan orang lain
Siswa hidup di lingkungan sosial di mana mereka terus menerus belajar melalui interaksi dengan orang lain di sekitar mereka. Orang tua, teman, saudara, guru, kenalan, dan orang asing merupakan bagian dari lingkungan sosial yang membentuk pembelajaran lingkungan pergaulan di mana mereka membangun pemahaman mengenai dunia dan membuat makna untuk mereka. Vigotsky berpendapat bahwa perkembangan proses hidup bergantung pada interaksi sosial dan pembelajaran sosial berperan penting untuk perkembangan kognitif.
Berdasarkan karakteristik tersebut, inkuiri terbimbing merupakan sebuah model yang berfokus pada porses berpikir yang membangun pengalaman oleh keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Siswa belajar dengan membangun pemahaman mereka sendiri berdasarkan pengalaman-pengalaman dan apa yang telah mereka tahu.
Gulo dalam Trianto (2010) menyatakan langkah-langkah pelaksanakan pembelajaran Inkuiri adalah sebagai berikut :
1. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan
Kegiatan Inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalah diajukan. Untuk meyakinkan bahwa pertanyaan sudah jelas, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis.
2. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru menanyakan pada siswa gagasan mengenai hipotesis yang mungkin. Dari semua gagasan yang ada, dipilih salah satu hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan.
3. Mengumpulkan data
4. Analisis data
Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Faktor penting dalam menguji hipotesis adalah pemikiran ‘benar’ atau ‘salah’. Setelah memperoleh kesimpulan, dari data percobaan siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelakan sesuai dengan proses Inkuiri yang telah dilakukannya.
5. Membuat kesimpulan
Langkah penutup dari pembelajaran Inkuiri adalah membuat kesimpulan sementara berdasarkan data yang diperoleh.
Dari uraian di atas, inkuiri terbimbing dapat diartikan sebagai salah satu metode
pembelajaran berbasis inkuiri yang penyajian masalah, pertanyaan dan materi atau bahan penunjang ditentukan oleh guru. Masalah dan pertanyaan ini yang mendorong siswa
melakukan penyelidikan untuk menentukan jawabannya. Kegiatan siswa dalam pembelajaran ini adalah mengumpulkan data dari masalah yang ditentukan guru, membuat hipotesis, melakukan penyelidikan, menganalisis hasil, membuat kesimpulan, dan mengkomunikasikan hasil penyelidikan.
B. Keterampilan Proses Sains
Menurut Rustaman (2009), keterampilan proses melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual, dan sosial. Keterampilan kognitif atau intelektual dengan melakukan keterampilan proses siswa menggunakan pikirannya, keterampilan manual terlibat dalam penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan atau perakitan alat, keterampilan sosial dimaksudkan bahwa dengan keterampilan proses siswa berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Cara berpikir dalam sains, fisika misalnya, adalah keterampilan-keterampilan proses.
diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan berhasil menemukan sesuatu yang baru. Dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan memproses perolehan siswa mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.
Menurut Mundilarto dalam widayanto (2009) menyebutkan bahwa proses sains diturunkan dari langkah yang dilakukan saintis ketika melakukan penelitian ilmiah, langkah-langkah tersebut dinamakan keterampilan proses. Keterampilan proses sains dapat juga diartikan sebagai kemampuan atau kecakapan untuk melaksanakan suatu tindakan dalam belajar sains sehingga menghasilkan konsep, teori, prinsip, hukum maupun fakta atau bukti.
Rohandi (2003:117) menyebutkan suatu ciri pendidikan sains adalah bahwa sains lebih dari sekedar kumpulan yang dinamakan fakta. Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan juga kumpulan proses. Aspek proses merupakan aspek sains yang kedua setelah aspek produk. Aspek produk yaitu metode memperoleh pengetahuan. Metode ini di kenal sebagai metode keilmuan.
Metode keilmuan memiliki kerangka dasar prosedur yang dapat dijabarkan dalam enam langkah: (1) Sadar akan adanya masalah dan perumusan masalah; (2) Pengamatan dan pengumpulan data yang relevan, (3) Penyusunan dan klasifikasi data; (4) Perumusan
hipotesis; serta (6) Tes dan pengujian kebenaran hipotesis. Pada tahap-tahap tersebut terdapat aktivitas-aktivitas di antaranya melakukan observasi, mengukur, memprediksi,
Funk dkk dalam Nur (1998) mengklasifikasikan keterampilan proses sains menjadi
keterampilan proses dasar dan keterampilan proses sains terpadu. Keterampilan proses sains terdiri dari proses berikut :
1. Pengamatan 2. Klasifikasi 3. Komunikasi
4. Pengukur sistem metriks 5. Prediksi
6. Inferensi
Nur (1998) menyebutkan tentang mengapa inferensi penting sebagai salah satu komponen keterampilan proses sains yang harus dimiliki siswa, karena kita mempunyai apresiasi yang lebih baik terhadap lingkungan apabila kita dapat menafsirkan dan memahami kejadian-kejadian dan berharap pola semacam itu akan tetap berlaku untuk waktu yang akan datang. Sebagian besar perilaku kita didasarkan pada inferensi yang kita buat. Para ilmuan menyusun hipotesis berdasarkan inferensi yang mereka buat terhadap penyelidikannya. Sebagai guru, kita selalu membuat inferensi tentang perilaku siswa-siswa kita. Belajar itu sendiri adalah sebuah inferensi yang dibuat berdasarkan perubahan-perubahan tingkah laku siswa yang dapat diobservasi.
Apabila observasi adalah pengalaman yang diperoleh melalui satu atau lebih dari indera, maka inferensi adalah penafsiran atau penjelasan terhadap hasil observasi tersebut. Inferensi merupakan sebuah pernyataan yang ditarik berdasarkan bukti serangkaian observasi. Dengan demikian, inferensi harus didasarkan pada observasi langsung.
American Association for the Advancement of Science (1970) dalam Devi (2011)
sesuatu yang diamatinya. Pola pembelajaran untuk melatih keterampilan proses inferensi, sebaiknya menggunakan teori belajar konstruktivisme, sehingga siswa belajar merumuskan sendiri inferensinya.
C. Penguasaan Konsep
Menurut Dahar (1998 : 96) , konsep adalah suatu abstraksi yang memiliki suatu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, hubungan-hubungan yang mempuyai atribut yang sama. Setiap konsep tidak berdiri sendiri melainkan berhubungan satu sama lain, oleh karena itu siswa dituntut tidak hanya menghafal konsep saja, tetapi hendaknya
memperhatikan hubungan antara satu konsep dengan konsep yang lainnya.
Piaget dalam Dimyati dan Madjiono (2002 : 13) menyatakan bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Individu melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang.
Belajar pengetahuan meliputi tiga fase, fase-fase itu adalah fase eksplorasi, pe-ngenalan konsep, dan aplikasi konsep. Dalam fase pengenalan konsep, siswa mengenal konsep yang ada hubungannya dengan gejala. Dalam fase aplikasi konsep, siswa menggunakan konsep untuk meneliti gejala lebih lanjut.
Posner dalam Suparno (1997 : 50) menyatakan bahwa dalam proses belajar terdapat dua tahap perubahan konsep yaitu tahap asimilasi dan akomodasi. Pada tahap asimilasi, siswa menggunakan konsep-konsep yang telah mereka miliki untuk berhadapan dengan fenomena yang baru. Pada tahap akomodasi, siswa mengubah konsepnya yang tidak cocok lagi dengan fenomena baru yang mereka hadapi.
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa tahapan dari model pembelajaran inkuiri terbimbing dimulai dari tahap pertama yaitu siswa dihadapkan pada permasalahan dimana dari permasalahan tersebut, siswa diminta untuk memberikan jawaban yang bersifat sementara. Tahap kedua yaitu siswa mencari dan mengumpulkan data
mengenai masalah yang diajukan guru dari berbagai sumber. Tahap ketiga yaitu siswa menguji dan membuktikan hipotesisnya dengan melakukan percobaan atau jika tidak melakukan percobaan, siswa mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang permasalahan yang dihadapi siswa. Setelah itu, siswa menganalisa hasil pengamatannya. Tahap keempat, siswa membuat laporan kegiatan eksperimennya serta membuat kesimpulan dari hasil pengamatannya dan berdasarkan informasi-informasi yang telah diperoleh. Tahap kelima, Siswa mempresentasikan hasil pengamatannya. Guru berperan dalam memberikan komentar terhadap jalannya diskusi dan memberikan penguatan serta meluruskan hal-hal yang kurang tepat. Dan tahapan terakhir yaitu, siswa diberikan penghargaan oleh guru kepada masing-masing kelompok yang telah memberikan presentasinya kemudian memberikan tugas individu mengenai materi yang telah dipelajari tadi. Dalam proses menemukan konsep tersebut, siswa melakukan aktivitas-aktivitas di antaranya melakukan obsevasi, mengukur, memprediksi, mengklasifikasi, membandingkan, menyimpulkan, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menganalisis data, membuat laporan penelitian, dan
mengkomunikasikan hasil penelitian, menerapkan konsep dan melakukan metode ilmiah, dengan demikian siswa akan mampu menemukan dan mengembangkan fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.
Pada akhirnya, berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas, diharapkan model
pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep siswa.
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
1. Siswa kelas X7 dan X8 semester genap MA Negeri 1 tahun pelajaran 2011-2012 yang menjadi sampel penelitian mempunyai kemampuan dasar yang sama dalam hal keterampilan inferensi dan penguasaan konsep hidrokarbon.
2. Faktor - faktor lain yang dapat mempengaruhi peningkatan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep hidrokarbon siswa kelas X MA Negeri 1 Bandar Lampung pada kedua kelas diabaikan.
F. Hipotesis Umum
Adapun hipotesis umum dalam penelitian ini adalah :
a. Model pembelajaran inquiri terbimbing pada materi pokok hidrokarbon lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan inferensi dibandingkan pembelajaran konvensional. b. Model pembelajaran inquiri terbimbing pada materi pokok hidrokarbon lebih efektif
III. METODE PENELITIAN
A. Penentuan Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X MA Negeri 1 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012 yang tersebar dalam sepuluh kelas yang berjumlah 448.
2. Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling, Teknik purposive sampling dikenal juga sebagai sampling pertimbangan yaitu pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan (berdasarkan saran dari ahli). Purposive sampling akan baik hasilnya ditangan seorang ahli yang mengenal populasi (Sudjana, 2005). Dalam hal ini, pengambilan sampel dilakukan dengan ibu Dra. Rosmiati selaku guru MAN 1 Setelah diperoleh dua kelas sampel maka ditentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan pertimbangan dari peneliti dan guru mitra maka diambil kelas X.7 dan X.8 sebagai sampel, karena kedua kelas tersebut memiliki kemampuan awal yang tidak jauh berbeda, kemudian ditentukan kelas X.7 sebagai kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan kelas X.8 sebagai kelas kontrol menggunakan
pembelajaran konvensional.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang bersifat kuantitatif. Sumber data dibagi menjadi dua kelompok yaitu data hasil pretest posttest dan data aktivitas siswa kelas eksperimen dan data hasil pretest posttest dan data aktivitas siswa kelas kontrol.
C. Desain dan Metode Penelitian
1. Desain penelitian
Penelitian ini menggunakan Non Equivalent Control Group Design yaitu desain dengan melihat perbedaan pretest maupun posttest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen.
Tabel 1. Desain penelitian
Pretest Perlakuan Postest
Kelas kontrol O1 O2
Kelas eksperimen O1 X1 O2
Keterangan:
X1: Pembelajaran kimia dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing O1: Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi pretest
O2: Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi posttest
D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Sebagai variabel bebas adalah pembelajaran yang menggunakan model inkuiri terbimbing dan pembelajaran
E. Instrumen dan Validitas Penelitian
Adapun bentuk instrumen penelitian yang digunakan adalah berupa soal-soal pretest dan postest yang masing-masing terdiri dari dua bagian, yaitu soal-soal penguasaan konsep yang berupa pilihan jamak dan soal-soal keterampilan inferensi dalam bentuk soal uraian.
Dalam pelaksanaannya kelas kontrol dan kelas eksperimen diberikan soal yang sama. Soal pretest adalah soal materi pokok reaksi oksidasi reduksi yang terdiri dari 15 butir soal pilihan jamak dan 5 soal uraian, dimana dari 5 soal uraian tersebut, terdapat 2 soal yang mengandung keterampilan inferensi. Sedangkan soal posttest adalah materi pokok hidrokarbon yang terdiri dari 15 butir soal pilihan jamak dan 5 butir soal uraian, dimana dari 5 soal uraian tersebut, terdapat 2 soal yang mengandung keterampilan inferensi.
Agar data yang diperoleh sahih dan dapat dipercaya, maka dilakukan pengujian terhadap butir soal pretes dan postes yang akan digunakan. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen
dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.
Oleh karena dalam melakukan judgment diperlukan ketelitian dan keahlian penilai, maka peneliti meminta ahli untuk melakukannya, yang dalam hal ini dosen pembimbing penelitian untuk menilainya.
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah yang digunakan penelitian ini adalah:
1. Observasi Pendahuluan
a. Melakukan wawancara kepada guru mitra mengenai persentase siswa yang mencapai KKM pelajaran kimia, rata-rata kemampuan akademik siswa pada pelajaran kimia. b. Menentukan populasi dan sampel penelitian sebanyak 2 kelas.
2. Pelaksanaan Penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
a. Tahap persiapan
Menyusun silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa, lembar aktivitas siswa, dan instrumen tes.
b. Tahap Pelaksanaan
Adapun prosedur pelaksanaan pembelajaran adalah :
(1) melakukan pretest dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
model inkuiri terbimbing di kelas eksperimen yaitu kelas X7 dan pembelajaran konvensional di kelas kontrol yaitu kelas X8
(3) melakukan posttest dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
(4) melakukan tabulasi dan analisis data.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data yang dikumpulkan untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Setelah melaksanakan penelitian, maka dilakukan analisis data pada hasil pretest dan posttest yang diperoleh, maka pertama kali dihitung skor pretest dan posttest dirumuskan sebagai berikut:
Untuk penguasaan konsep, jumlah soal masing-masing sebanyak 15 soal pilihan ganda pada pretest dan posttest dengan skor maksimal 15. Sedangkan untuk soal essay sebanyak 5 soal, namun keterampilan inferensi masing-masing 2 soal pada pretest dan posttest dengan skor maksimal 20. Sehingga, dirumuskan nilai siswa sebagai berikut:
Nilai Siswa = ko mak imumko i wa x 100 …………..(1)
Data yang diperoleh kemudian dicari gain ternormalisasinya kemudian dianalisis menggunakan uji homogenitas dua varians.
1. Gain ternormalisasi
N-g
=
� �� � − � �� � �� �� � � − � �� � �
...(2)
2. Uji Normalitas
Hipotesis untuk uji normalitas :
Ho = data penelitian berdistribusi normal H1 = data penelitian berdistribusi tidak normal
Untuk uji normalitas data digunakan rumus sebagai berikut :
� = ∑ − �
Keterangan :
x2 = uji Chi- kuadrat fo = frekuensi observasi fe = frekuensi harapan
Kriteria : Terima H0 jika x2 hitung x2 tabel
3.Uji Homogenitas Dua Varians
Uji homogenitas dua varians digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak. Untuk uji homogenitas dua varians ini, rumusan hipotesisnya adalah :
H0 : σ12 = σ22 Data gain kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang homogen. H1 : σ12 ≠ σ22 Data gain kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang tidak
homogen. Keterangan:
varians skor kelompok I
varians skor kelompok II
dimana dk1 = (n1-1) dan dk2 = (n2-1)
Untuk menguji homogenitas kedua varians kelas sampel, digunakan uji kesamaan dua varians, dengan rumusan statistik :
Keterangan :
varians terbesar
varians terkecil
Dengan kriteria uji
Terima H0 jika Fhitung < Ftabel, dan tolak sebaliknya (Sudjana, 2005).
4. Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik di mana hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif
(Hl). Sehingga rumusan hipotesis menjadi : Keterampilan inferensi
H0 : Rata-rata N-gain keterampilan inferensi yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih rendah atau sama dengan pembelajaran konvensional.
� : � ≤ �
Hl : Rata-rata N-gain keterampilan inferensi yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi dibandingkan pembelajaran konvensional
� : � > �
Penguasaan konsep
H0 : Rata-rata N-gain penguasaan konsep siswa yang diterapkan menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih rendah atau sama dengan pembelajaran konvensional.
� : � ≤ �
Hl : Rata-rata N-gain penguasaan konsep siswa yang diterapkan menggunakan pembe-lajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi dibandingkan pembepembe-lajaran konvensional � : � > �
Keterangan :
μ1 : rata-rata (x,y) pada kelas yang diterapkan pembelajaran inkuiri
terbimbing
μ2 : rata-rata (x,y) pada kelas yang diterapkan pembelajaran
konvensional
x : keterampilan inferensi y : penguasaan konsep
Uji statistik ini sangatlah bergantung pada homogenitas kedua varians data, karena jika kedua varians kelas sampel homogen (σ12 = σ22), maka uji yang dilakukan menggunakan rumus
sebagai berikut :
Rumus statistik yang digunakan adalah:
ℎ� � = �̅̅̅ − �̅̅̅
�√� + �
� �� � = � −� + � −+ � −
Keterangan:
�̅̅̅ = Rata-rata N-gain keterampilan inferensi yang diterapkan model pembelajaran inkuiri
terbimbing.
�̅̅̅ = Rata-rata N-gain keterampilan inferensi dengan pembelajaran konvensional.
� = Simpangan baku gabungan
� = Jumlah siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing.
� = Jumlah siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
= Simpangan baku siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing
= Simpangan baku siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
Dalam hal ini, kriteria pengujian adalah : Terima H0 jika : t < t(1-α) dan tolak harga-harga lainnya.
b) Untuk penguasaan konsep, � = � (Sampel mempunyai varian yang homogen), maka :
ℎ� � = �̅̅̅̅− �̅̅̅̅ �̅̅̅ = Penguasaan konsep yang diterapkan pembelajaran konvensional.
� = Jumlah siswa pada kelas yang diterapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing
= Varians siswa yang diterapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing = Varians siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional
c). Mencari harga t tabel pada tabel distribusi t dengan level signifikan 0,05 dan
2 -n n
dk 1 2 untuk 2 2 2
1
, sedangkan level signifikan 0,05 dan dk masing-masing
n1-1
dan
n2-1
untuk 12 22.1
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi hidrokarbon lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan inferensi dibandingkan pembelajaran kon-vensional.
2. Model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi hidrokarbon lebih efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep dibandingkan pembelajaran kon-vensional pada materi hidrokarbon.
B. Saran
Adapun saran berdasarkan penelitian yang telah dilakukan yaitu :
1. Pada pembelajaran inkuiri terbimbing, terdapat kendala pada tahapan membuat hipotesis, sehingga dalam penggunaan model pembelajaran ini, guru harus lebih optimal untuk membimbing dan mengarahkan siswa dalam membuat hipotesis.
2. Dalam menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing, guru harus lebih optimal dalam menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran.
2
45
DAFTAR PUSTAKA
Dahar, R.W.1996.Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Idah.2007. Pengaruh Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap
Penguasaan Konsep Siswa. Jakarta : UIN
Lisnawati, L.2007. Hubungan Antara Keterampilan Proses Sains Dengan Sikap Ilmiah Siswa Melalui Pembelajaran Inkuiri Terstruktur
Jakarta : UIN
Nur, M.1998. Proses Belajar Mengajar Dengan Metode Pendekatan Keterampilan Proses.Surabaya : SIC
Rohandi, R.2003.Memberdayakan Anak Melalui Pendidikan Sains. Yogyakarta: Kanisius
J.Todd,Ross dan Carol,Kuhlthau.2008.http://www.justsciencenow.com/inquiry Rustaman, N.2005.Pengembangan Butir Soal Keterampilan Proses
Sains.FPMIPA.UPI.http://onengdalilah.blogspot.com/2009/02 Semiawan,C. 1992. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta : Gramedia Margono, S, Drs. 2010. Metode Penelitian Pendidikan.Jakarta : Rineka Putra Suparno, S. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung
Susiwi, D.2009. Analisis Keterampilan proses Sains Siswa SMA pada Model Pembelajaran Praktikum D-E-H, Jurnal pengajaran MIPA, Vol.14 No.2: http://fpmipa.upi.edu/v3/www/jurnal/oktober2009/7.SUSIWI-AnalisisKeterampilanProsesSains-REVISI.pdf
46
Widayanto. 2009. Pengembangan Keterampilan Proses dan Pemahaman Siswa Kelas X melalui Kit Optik. Jurnal Pendidikan Fisika Ind Volume 5 Nomor 1 Januari. Jakarta
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN
PENGUASAAN KONSEP HIDROKARBON SISWA KELAS X MA NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG T.P 2011/2012
(Skripsi)
Oleh
DITA WINDA VIANNI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
PERNYATAAN
Dengan ini Saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan Saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila ternyata kelak dikemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan Saya diatas, maka Saya akan bertanggung jawab sepenuhnya.
Bandar Lampung, 10 Oktober 2012
MOTTO
“Janganlah kamu , bersikap lemah dan janganlah (pula) kamu bersedih
hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya),
jika kamu orang-orang yang beriman.”
(QS.Ali Imran:139)
“...Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum
sehingga mereka mengubah keadaan mereka sendiri..”
(QS. Ar Ra’d : 11)
“Duduklah bersama-sama orang besar, bertanyalah kepada
orang-orang yang pandai dan bergaullah dengan orang-orang-orang yang cerdik”
(HR.Thabrani)
Berpikir cerdas, Beramal Ikhlas, Berusaha sungguh-sungguh, Bertawakal kepada
Allah SWT
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN
PENGUASAAN KONSEP HIDROKARBON SISWA KELAS X MA NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG T.P 2011/2012
Oleh
DITA WINDA VIANNI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Kimia
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Judul Skripsi : EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM
MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP
HIDROKARBON SISWA KELAS X MA NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG T.P 2011/2012
Mahasiswa : Dita Winda Vianni Nomor Pokok Mahasiswa : 0813023024
Program Studi : Pendidikan Kimia Jurusan : Pendidikan MIPA
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Dra. Nina Kadaritna, M.Si. Emmawaty Sofya,S.Si, M.Si NIP. 19600407 198503 2 003 NIP 19710819 199903 2 001
2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
Dr. Caswita, M.Si.
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dra. Nina Kadaritna, M.Si. ______________
Sekretaris : Emmawaty Sofya, S.Si., M.Si. ______________ Penguji
Bukan Pembimbing : Drs. Tasviri Efkar, M.S. ______________
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Hi.Bujang Rahman, M.S. NIP 19600315 198503 1 003
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Curup, Rejang Lebong pada tanggal 12 Desember 1990, anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Drs. Sriyanto dan Ibu Purnama Yanti.
Pendidikan diawali pada tahun 1995 di Taman Kanak-Kanak Dharma Wanita Kalianda diselesaikan tahun 1996, SD Negeri 2 Sukarame diselesaikan tahun 2002. SMP Negeri 12 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2005, dan SMA Negeri 12 Bandarlampung yang diselesaikan tahun 2008. Kemudian pada tahun 2008 terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri).
Selama menjadi mahasiswa, penulis mempunyai pengalaman berorganisasi yaitu : FPPI, Sekretaris Divisi Pendidikan HIMASAKTA, Sekretaris Komisi Keuangan Dewan Perwakilan Mahasiswa FKIP, dan aktif dalam kegiatan sosial LAMDA Lampung.
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil’alamin dengan mengucap syukur kepada Alloh SWT,
spesial dipersembahkan karya sederhana ini untuk
:
Papa dan mama tercinta yang menjadi saksi sejarah hidup, ikhlas dalam
memberikan dukungan, ikhlas berdoa untuk keberhasilan, yang tak lelah
menasehati dan membimbing, yang mengajarkan banyak hal. Jasa-jasa kalian
takkan pernah bisa terbayarkan. (Robbighfirli waliwalidayya warhamhuma
kamaa robbayani soghiro) aamiin.
Kakak dan adik yang tersayang, Mas Riyan dan Laras.
Terima kasih dukungan dan do’anya.
Guru dan Dosenku yang telah mendidik dan mengajari
banyak hal tentang ilmu pengetahuan.
Murobbi dan teman-teman yang senantiasa saling mengingatkan dalam kebaikan
SANWACANA
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing Dalam Meningkatkan Keterampilan Inferensi Dan Penguasaan Konsep Hidrokarbon Siswa Kelas X MA Negeri 1 Bandar Lampung T.P 2011/2012” ini dapat terselesaikan.
Adapun maksud dari penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fakultas Kegutuan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis ter-batas, maka adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak sangat memban-tu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis mengu-capkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr.Hi.Bujang Rahman,M.S.,selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA.
4. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si., selaku pembimbing I yang dengan ikhlas memberikan masukan, bimbingan, serta motivasi kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.
5. Ibu Emmawaty Sofya, S.Si., M.Si., selaku Pembimbing II yang juga sekaligus pembimbing akademik dengan ikhlas dan sabar, membimbing serta membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.
6. Bapak Drs. Tasviri Efkar, M.S., selaku Pembahas yang telah ikhlas dalam memberikan masukan dan saran dalam penulisan skripsi.
7. Seluruh Dosen dan staf di Jurusan PMIPA Universitas Lampung.
8. Bapak Drs. H.Jamsari, M.Ag., selaku kepala MA Negeri 1 Bandar Lampung yang telah memberikan izin penulis untuk melaksanakan penelitian.
9. Ibu Dra.Rosmiati, selaku guru mitra selama penelitian.
10.Teman-teman seperjuangan di pendidikan kimia 2008 : janwarsam, andrian, toro, tohir, ari, alan, obed, joni, mahfudz, usep, diky, ulivina, agita, vera, anggun, sulas, susi, rina, dena, anggi, irma, febri, della, rely, pipit, titin, khususiyah, eti, lia, ria, ena, kiki, sinta, devi, esty, yuri, nunik, elsa, kakak-kakak, adik-adik pendidikan kimia.
11.Teman-teman presidium HIMASAKTA 10/11 dan DPM FKIP 11/12. 12.Teman-teman perjuanganku di PPL dan KKN : Milah, Yonda, Santi, Evo,
Kiki, Aas, Arief, dan Tomi, Eka.
13.Seluruh warga SMA N 1 Negeri Besar Way Kanan. Kalian menorehkan kenangan berharga selama PPL dan KKN di desa Negeri Besar.
15.Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini terima kasih atas dukungan, bantuan serta semangat yang kalian berikan. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan kebaikan kepada kita semua. Aamiin.
Bandar Lampung, 10 Oktober 2012 Penulis,
ABSTRAK
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP HIDROKARBON SISWA KELAS X MA
NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG T.P 2011/2012
Oleh
DITA WINDA VIANNI
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam meningkatkan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MA Negeri 1 Bandar Lampung semester genap tahun ajaran 2011-2012 dengan kelas X 7 dan X 8 sebagai sampel. Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan Non Equivalent Control Group Design. Efektivitas pembelajaran ini diukur berdasarkan perbandingan N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil penelitian menunjukkan nilai rerata N-gain keterampilan inferensi untuk kelas kontrol dan eksperimen adalah -0,65 dan 0,61. Sedangkan nilai rerata N-gain penguasaan konsep untuk kelas kontrol dan eksperimen adalah 0,18 dan 0,55. Berdasarkan pengujian hipotesis, disimpulkan bahwa kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki keterampilan inferensi dan
konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran inquiri
terbimbing pada materi hidrokarbon lebih efektif dalam meningkatkan
keterampilan inferensi dan penguasaan konsep siswa dibandingkan pembelajaran konvensional.
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Diagram rata-rata perolehan nilai pretest dan nilai postest keterampilan inferensi siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol... 30
2. Diagram rerata perolehan nilai pretest dan postest penguasaan konsep siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 31
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8
A. Pembelajaran Inquiri Terbimbing ... 8
B. Keterampilan Proses Sains ... 13
C. Penguasaan Konsep ... 16
D. Kerangka Pemikiran.. ……… 17
E. Anggapan Dasar ... 18
III. METODE PENELITIAN ... 20
A. Penentuan Populasi Dan Sampel Penelitian ... 20
B. Jenis dan Sumber Data ... 21
C. Desain dan Metode Penelitian ... 21
D. Variabel Penelitian ... 22
E. Instrumen dan Validitas Penelitian ... 22
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 23
G. Teknik Analisis Data ... 24
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 30
A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 30
B. Pembahasan ... 36
V. SIMPULAN DAN SARAN ... 43
A. Simpulan ... 43
B. Saran ... 43
DAFTAR PUSTAKA ... 45
LAMPIRAN 1. Silabus kelas eksperimen ... 47
2. Silabus kelas kontrol ... 52
3. RPP kelas eksperimen ... 56
4. RPP kelas kontrol ... 93
6. Soal Pretest ... 143
7. Kisi-kisi Pretest ... 148
8. Rubrik penskoran pretest ... 150
9. Soal Postest ... 156
10. Kisi-kisi Postest ... 160
11. Rubrik penskoran posttest ... 162
12. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 166
13. Perhitungan dan Analisis Data ... 186
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman