MAKALAH
INTERAKSI MANUSIA DAN KOMPUTER
“MEMBANDINGKAN PROSES DESAIN PENGEMBANGAN SISTEM”
Untuk memenuhi matakuliah Interaksi Manusia dan Komputer oleh Bapak Muhammad Iqbal Akbar
Disusun Oleh :
Ananda Putri Syaviri
: 130533608243
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Sistem ialah interaksi dari elemen-elemen yang saling berkaitan bekerja sama untuk mencapai tujuan. Elemen-elemen tersebut ialah elemen sistem konvensional (data, manusia dan prosedur) dan elemen-elemen sistem modern (data, manusia, prosedur, hardware dan software). Sebuah sistem menerima masukan, memprosesnya dan kemudian menghasilkan suatu keluaran. Sistem tersebut mampu bekerja karena komponen-komponen di dalamnya saling berinteraksi untuk menghasilkan keluaran. Dalam melakukan prosesnya, kinerja sistem sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di sekitarnya.
Informasi adalah hasil pengolahan data yang berguna bagi penerimanya. Sistem informasi ialah interaksi antara data, manusia dan prosedur (yang didukung oleh hardware dan software) untuuk memberikan suatu tindakan keputusan selanjutnya baik untuk jangka pendek, menengah atau panjang dalam sebuah organisasi. Dengan kata lain sistem informasi juga adalah suatu kumpulan dari komponen-komponen yang saling berinteraksi untuk mengelola informasi pada suatu organisasi untuk mendukung kegiatan bisnis organisasi. Pada awalnya, sistem organisasi tidak harus dikaitkan dengan teknologi informasi, namun seiring perkembangan zaman, saat ini suatu sistem informasi tidak dapat lepas dari penggunaan teknologi informasi.
permasalahan yang muncul dengan memperhatikan indikator-indikator yang dapat menyebabkan sistem memerlukan maintenance atau tidaknya, maka perlu menggunakan proses desain yang sesuai dengan permasalahan tersebut sehingga pengembangan sistem infromasi tersebut dapat dilaukan sesuai dengan tujuannya.
1.2. TUJUAN PENULISAN MAKALAH
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk memenuhi tugas matakuliah Interaksi Manusia dan Komputer.
2. Untuk mengetahui apa saja proses desain sistem yang dapat digunakan untuk membangun atau mengembangkan sebuah sistem (sistem informasi).
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan dari masing-masing proses desain.
1.3. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan penjabaran latar belakang dari penulisan makalah ini, hal-hal yang akan dibahas sebagai suatu rumusan masalah adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan pengembangan sistem (sistem informasi)? 2. Mengapa sebuah sistem perlu dilakukan pengembangan?
3. Apa saja proses desain yang digunakan dalam mengembangkan sebuah sistem? 4. Apa saja kelebihan dan kelemahan dari masing-masing proses desain?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Pengembangan Sistem InformasiPengembangan sistem informasi ialah satu set aktivitas, metode, praktik terbaik, siap dikirmkan, dan peralayan terotomasi yang digunakan oleh stakeholder untuk
pengembangan sistem dilakukan apabila sistem yang lama sudah tidak dapat mengimbangi atau memadai kebutuhan atau pun perkembangan perusahaan, sehingga terdapat beberapa pendapat tentang definisi pengembangan sistem, antara lain:
Menyusun suatu sistem yang baru untuk menggantikan sistem yang lama secara
keseluruhan atau memperbaiki sistem yang telah ada.
Suatu proses pengaplikasian teknologi informasi untuk suatu tujuan tertentu atau
menyelesaikan suatu masalah.
Memilah suatu masalah yang besar dan kompleks menjadi beberapa bagian kecil
yang dapat dikelola.
Pengembangan sistem dapat berarti menyusun suatu sistem yang baru untuk
menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang telah ada. Dengan telah dikembangkannya sistem yang baru, maka diharpakan akan terjadi peningkatan-peningkatan di sistem yang baru, yaitu meningkatkan:
Performance (kinerja), peningkatan terhadpap kinerja sistem yang baru sehingga
menjadi lebih efektif. Kinerja dapat diukur dari throughput (jumlah dari
pekerjaaan yang dapat dilakukan suatu saat tertentu dan response time (rata-rata waktu yang tertunda diantara dua transaksi atau pekerjaan ditambah dengan waktu response untuk menanggapi pekerjaan tersebut)).
Information (informasi), peningkatan terhadap kualitas informasi yang disajikan. Economy (ekonomis), peningkatan terhadap manfaat-manfaat atau
keuntungan-keuntungan penruunan-penurunan biaya yang terjadi.
Control (pengendalian), peningkatan terhadap manfaat-manfaat atau
keuntungan-keuntungan atau penurunan-penurunan biaya yang terjadi. Efficiency (efisiensi), peningkatan terhadap efisiensi operasi.
Services (pelayanan), peningkatan terhadap pelayanan yang diberikan oleh sistem.
2.2. Perlunya Mengembangkan Sebuah Sistem
Dengan seiring perkembangan zaman maka sebuah sistem tentu tidak selamanya dapat digunakan dengan baik. Untuk itu perlu ada perubahan terhadap sistem tersebut baik dengan cara memperbaiki sistem yang lama ataupun jika perlu untuk mengganti sistem yang lama. Ada beberapa hal yang mendasari hal tersebut, antara lain:
Adanya instruksi-instruksi (directives)
Pengembangan atau pembuatan sebuah sistem tentu tidak memakan biaya yang sedikit, sehingga organisasi harus secara bijak menentukan apakah sistem yang digunakan masih layak untuk dipakai atau sudah harus dikembangkan atau bahkan diganti. Indikator-indikator yang menyebabkan sistem yang lama harus diperbaiki, ditingkatkan bahkan diganti keseluruhannya, karena adanya:
Ketidakberesan dalam sistem lama
Pertumbuhan organisasi: kebutuhan informasi yang semakin luas, volume
pengolahan data yang meningkat dan perubahan prinsip akuntansi seperti peluang apsar, pelayanan yang meningkat kepada pelanggan
Keluhan dari pelanggan
Pengiriman barang yang sering tertunda Pembayaran gaji yang terlambat
Laporan yang tidak sesuai atau sering salah Tanggung jawab yang tidak jelas
Waktu kerja yang berlebihan Ketidakberesan kas
Peroduktivitas tenaga kerja yang rendah Banyak pekerja yang menganggur Kegiatan yang tumpang tindih
Tanggapan yang lambat terhadap konsumen Kehilangan kesempatan kompetisi pasar Kesalahan-kesalahan manual yang tinggi Persediaan barang yang terlalu tinggi
Pemesanan kembali barang yang tidak efisien Biaya operasi yang tinggi
File-file kurag teratur
Keluhan dari supplier karena tertundanya pembayaran
Tumpukan back-order (pengriman karena kurrangnya persediaan barang) Investasi yang tidak efisien
Peramalan penjualan dan produksi tidak tepat
Kapasitas produksi yang menganggur (die capacities) Pekerjaan manajer yang terlalu praktis
perubahan modul pada sistem yang sudah ada. Secara umum, alur pengembangan suatu sistem informasi mempunyai beberapa tahapan. Tahapan pengembangan sistem informasi sering kali disebut dengan “System Development Life Cycle (SDLC)”.
Dalam pengembangan sistem informasi terdapat dua hal utama yang harus diperhatikan:
a. Produk
Produk yang harus dihasilkan pada setiap tahap pengembangan sistem infromasi. Kesalahan dalam pembuatan produk dalam setiap tahap akan menyebabkan kesalahan yang semakin besar pada produk akhir.
b. Proses
Proses pengembangan sistem infromasi. Proses ini meliputi tahapan pengembangan mulai dari tahap feasibility sampai implementation. Jika proses tersebut tidak dilaksanan sesuai dengan jadwal maka kemungkinan kegagalan proyek menjadi semakin besar. Prinsip prinsip yang digunakan dalam pengembangan sistem meliputi:
Sistem yang dikembangkan adalah untuk manajemen
Sistem yang dikembangkan adalah investasi modal yang besar Sistem yang dikembangkan memerlukan orang yang terdidik Tahapan kerja dan tugas-tugas yang harus dilakukan dalam proses
pengembangan sistem
Proses pengembangan sistem tidak harus urut Jangan takut membatalkan proyek
Dokumentasi harus ada untuk pedoman dalam pengembangan sistem
2.3. Proses Desain Pengembangan Sistem
Proses desain sistem menggunakan metodologi pengembangan sistem. Metodologi pengembangan sistem adalah suatu proses pengembangan sistem yang formal dan presisi yang mendefinisikan serangkaian aktivitas, metode, best practices dan tools yang
terauyomasi bagi para pengembang dan manager proyek dalam rangka mengembangkan dan merawat sebagai keseluruhan sistem informasi atau software. Penggunaan metodologi pengembangan sistem ini diperlukan untuk:
Menjamin adanya konsistensi proses
Dapat diterapkan dalam berbagai jenis proyek
Mengurangi resiko kesalahan dan pengambilan jalan pintas
Menuntut adanya dokumentasi yang konsisten bagi personal baru dalam tim
Macam-mavam metodologi pengembangan sistem yang dapat digunakan:
a. Metode System Development Life Cycle (SDLC)
System Development Life Cycle disingkat dengan SDLC. SDLC merupakan siklus pengembangan sistem. Pengembangan sistem teknik (engineering system development). SDLC berfungsi untuk menggambarkan tahapan-tahapan utama dan langkah-langkah dari setiap tahapan yang secara garis besar terbagi dalam empat kegiatan utama, yaitu initiation, analysis, design dan implementation. Setiap kegiatan dalam SDLC dapat dijelaskan melalui tujuan (purpose) dan hasil kegiatannya (deliverable).
SDLC didefinisikan oleh Departemen Kehakiman AS sebagai sebuah proses pengembangan software yang digunakan oleh analyst system, untuk mengembangkan sebuah sistem informasi. SDLC mencakup kebutuhan (requirement), validasi, pelatihan, kepemilikan (user ownership) sebuah sistem informasi yang diperoleh melalui investigasi, analisis, desain, implementasi, dan perawatan software. Software yang dikembangkan berdasarkan SDLC akan menghasilkan sistem dengan kualitas yang tinggi, memenuhi harapan penggunanya, tepat dalam waktu dan biaya, bekerja dengan efektif dan efsien dalam infrastruktur teknologi informasi yang ada atau yang direncanakan, serta murah dalam perawatan dan pengembangan lebih lanjut. Tahapan-tahapan dalam SDLC:
System initiation (planning) ialah perencanaan awal untuk sebuah proyek
yaitu jadwal dan anggaran yang harus dibuat supaya berhasil menyelesaikan proyek.
System analysis ialah studi domain masalah bisnis untuk
merekomendasikan perbaikan dan menspesifikasikan persyaratan dan prioritas bisnis untuk solusi. Analisis system ditujukan untuk menyediakan tim proyek dengan pemahaman yang lebih menyeluruh terhadap masalah-masalah dan kebutuhan-kebutuhan yang memicu proyek. Area bisnis dipelajari dan dianalisis untuk memperoleh pemahaman yang lebih rinci mengenai apa yang bekerja, apa yang tidak bekerja dan apa yang dibutuhkan.
System design ialah spesifikasi atau konstruksi solusi yang teknis dan
berbasis komputer untuk persyaratan bisnis yang diidentifikasikan dalam analisis sistem. Selama desain sistem, pada awalnya akan mengekspolarasi solusi teknis alternatif. Setelah alternatif solusi disetujui, fase desain sistem mengembangkan cetak biru (blueprint) dan spesifikasi teknis yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan database, program, antarmuka pengguna dan jaringan yang dibutuhkan untuk sistem informasi.
System implementation ialah konstruksi, instalasi, pengujian dan
pengiriman sistem ke dalam produksi (artinya operasi sehari-hari). Implementasi sistem mengontruksi sistem informasi baru dan menempatkannya ke dalam operasi, selanjutnya dilaksanakan pengujian.
b. Model Waterfall
a. Tahap Komunikasi
Pada tahap ini melakukan inisiasi projek yang akan dibangun dan mengumpulkan atau menganalisis kebutuhan yang diperlukan dalam
pengembangan sistem yang akan dibangun. Seluruh kebutuhan software harus bisa didapatkan dalam fase ini, termasuk didalamnya kegunaan software yang diharapkan pengguna serta batasan software tersebut. Informasi ini biasanya diperoleh melalui wawancara, survey atau diskusi. Informasi tersebut dianalisis untuk mendapatkan dokumentasi kebutuhan pengguna untuk dapat digunakan pada tahap atau fase selanjutnya.
b. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan meliputi estimating, scheduling dan tracking.
Melakukan analisis perencanaan perkiraan segala kebutuhan yang diperlukan dalam pengembangan sistem tersebut. Melakukan penjadwalan terkait segala kegiatan dan target yang harus dicapai pada proses pengembangan sistem. Melakukan pengamatan dengan dokumentasi pada setiap kegiatan yang
dilakukan dalam proses pengembangan sistem tersebut tanpa terkecuali dengan maksud untuk menghindari kesalahan yang fatal akibta kurang memperhatikan aspek-aspek dalam proses pengembangan sistem.
c. Tahap Pemodelan
tampilannya. d. Tahap Konstruksi
Pada tahap konstruksi, tahapan yang dilakukan adalah melakukan pengkodingan (membuat kode program) dan melakukan uji coba (test). Melakukan pembuatan software dengan pemrograman. Dapat dilakukan dengan membuat program tersebut kedalam modul- modul yang nantinya akan digabungkan dalam tahap berikutnya. Kemudian, pada tahap uji coba akan dilakukan pemeriksaan terkait dengan kode program, algoritma dan logika kode program yang telah dibuat. Sesuia atau tidaknya kode program, apakah layak atau tidaknya, terdapat bug atau tidaknya, yang bertujuan untuk memenuhi fungsi program seperti yang diinginkan.
e. Tahap Pengembangan
Tahap pengembangan ini meliputi tahap delivery, support dan feedback. Tahapan pengembangan ini berarti meliputi pemasaran program, kemudian maintenance (pemeliharaan) dan memantau bagaimana feedback dari program yang telah dijalankan tersebut. Pemeliharaan dalam memperbaiki kesalahan ketika program sudah dipasarkan dan muncul bug maka dilakukan tahap support yaitu melakukan perbaikan sistem. Kemudian dapat dilakukan peningkatan jasa sistem sebagai feedback yang nantinya berperan sebagai kebutuhan baru
sehingga kepuasan costumer menjadi meningkat.
c. Model Prototyping
Tahapan model prototyping adalah: a. Tahap komunikasi
Dimana pelanggan dan pengembang melakukan pertemuan untuk bersama-sama mendefinisikan format seluruh perangkat lunka, identifikasi semua kebutuhan dan garis besar sistem yang akan dibuat.
b. Tahap perencanaan cepat
Tahap ini dilakukan dengan membuat perancangan sementara yang berfokus pada penyajian kepada pelanggan (dengan membuat format input dan output program).
c. Tahap pemodelan cepat
Tahap ini dilakukan dengan membuat perancangan sementara yang berfokus pada penyajian kepada pelanggan (dengan membuat storyboard atau algoritma tampilan atau mock up).
d. Tahap konstruksi prototype
Tahap ini akan dilakukan evaluasi oleh pelanggan apakah prototyping yang sudah dibangun sesuai dengan keinginan pelanggan. Jik sudah sesuai dilanjutkan ke tahap selanjutnya. Jika tidak maka mengulang kembali ke langkan 1, 2 dan 3.
e. Tahap delivery dan feedback (development).
langsung pada tahap pemasaran system, jika tidak kembali pada langkan pekodean sistem.
d. Model Incremental
Model incremental adalah model pengembangan sistem pada software engineering berdasarkan requirement software yang dipecah menjadi beberapa fungsi atau bagian sehingga model pengembangannya secara bertahap. Dilain pihak ada yang
mengartikan mode incremental sebagai perbaikan dari model waterfall dan sebagai standar pendekatan topdown. Tahapan-tahapan model incremental adalah sebagai berikut:
a. Tahap Analisis.
Tahapan dimana menganalisis siapa yang akan menggunakan sistem ini, kemudian bagaimana cara kerja sistem, dimana dan kapan sistem akan digunakan. Kemudian menganalisa segala kebutuhan apa saja yang dibutuhkan untuk membuat sistem ini meliputi hardware-brainware yang dibutuhkan sesuai persyaratan, serta menganalisis segala permasalahan yang akan terjadi beserta solusinya.
b. Tahap Pemodelan (desain)
Tahapan dimana melakukan pennggambaran secara umum bagaimana sistem inforasi akan dibuat, bagaimana bentuk visual yang harus diberikan pada sistem tersebut. Bagaimana hardware, software dan network
dokumen yang akan disimpan (database) serta definisi fungsinya. Proses iini befokus pada rancangan struktur data, arsitektur software, representasi
interface dan detail (algoritma procedure)
c. Tahap Pembuatan Kode Program
Tahap ini dilakukan dengan pengerjaan kode program dari sistem yang akan dibuat beserta fasilitas-fasilitas yang akan diberikan kepada pengguna sistem berdasarkan tingkatan dan batasannya. Pada tahap pembuata kode program juga dilakukan pemeriksaan untuk tiap-tiap komponen sistem agar desain yang telah dikerjakan dapat berfungsi seperti yang diinginkan.
d. Tahap Uji coba (testing)
Tahap pengujian (testing) dilakukan tahap uji coba dalam skala kompleks yang artinya uji coba dilakukan setelah seluh komponen sistem diletakkan pada posisinya masing-masing. Tahap pengujian ini bertujuan untuk dapat melihat apakah sistem yang dibuat sudah sesuai dengan apa yang
direncanakan (diinginkan) atau belum sesuai. Jika sudah dapat diketahui tingkat keberhasilan dan kesesuaian dengan apa yang telah dirancang, maka melanjutkan ke tahap development dan delivery (jika sesuai), atau kembali ke tahap analisis untuk memperbaiki kekurangan sistem (jika kurang/tidak sesuai).
e. Model Rapid Application Development
Rapid application development adalaah mode proses pembangunan perangkat lunak yang tergolong dalam tenik incremental bertingkat. Rapid Application Development (RAD) adalah penggabungan beberapa metode atau teknik terstruktur. RAD
a. Tahap business modeling
Pada tahap ini. Aliran informasi pada fungsi-fungsi bisnis dimodelkan untuk mengetahui informasi apa yang mengendalikan proses bisnis, informasi apa yang hasilkan, siapa yang membuat informasi itu, kemana saja informasi tersebut mengalir dan siapa saja yang mengolahnya.
b. Tahap data modeling
Aliran informasi yang didefinisikan dari business modeling, disaring lagi agar bisa dijadikan bagian-bagian dari objek data yang dibutuhkan untuk
mendukung bisnis tersebut. Karakteristik (atribut) setiap objek ditentukan beserta relasi antar objeknya.
c. Tahap process modeling
Objek-objek data yang didefinisikan sebelumnya diubah agar bisa menghasilkan aliran informasi untuk diimplementasikan menjadi fungsi bisnis. Pengolahan deskripsi dibuat untuk menambah, merubah, menghapus atau mengambil kembali objek data.
d. Tahap application modeling
menggunakan bahasa pemrograman generasi ketiga (third generation programming languages), tetapi lebih ditekankan pada reuse komponen-komponen (jika ada) atau membuta komponen-komponen baru ada (jika perlu). Dalam semua kasus, alat bantu untuk otomatisasi digunakan untuk memfasilitasi pembuatan perangkat lunak.
e. Tahap testing dan turnover
Karena menekankan pada penggunaan kembali komponen yang telah ada (reuse), sebagian komponen-komponen tersebut sudah diuji sebelumnya. Sehingga mengurangi waktu testing secara keseluruhan. Kecuali untuk komponen-komponen baru.
f. Model Spiral
Model spiral adalah model proses software yang evolusioner yang merangkai sifat interatif dari prototype dengan cara control dan aspek sistematis dari model sekuensial linier. Model ini berpotensi untuk pengembangan versi pertambahan software secara cepat. Tahapan mode spiral adalah
a. Tahap komunikasi
Pada tahap ini membangun komunikasi yang efektif di antara pengembang dan pelanggan.
b. Tahap perencanaan
batas waktunya, dan menganalisa resiko yang trejadi pada setiap kegiatan atau informasi yang dilakukan dan digunakan.
c. Tahap pemodelan
Pada tahap ini melakukan analisis dan desain. Pada tahap analisis, menganalisa secara keseluruhan baik dari analisa yang sudah dilakukan pada tahap
sebelumnya. Menganalisa dari segi teknis maupun manajemen proyek tersebut. Kemudian melakukan desain proyek baik dalam storyboard maupun algoritma. d. Tahap konstruksi
Pada tahap ini dilakukan pembangunan perangkat lunak yang dimaksud, dengan membuat kode program (pemrograman), kemudian dilakukan pengujian (uji coba).
e. Tahap pengembangan
Pada tahap ini dilakukan pemasaran yaitu dengan pemasangan perangkat lunak yang telah dibuat, dan diberikan fitur tamabhan untuk keberhasilan proyek.
2.4. Kelebihan dan Kekurangan Proses Desain Kelebihan SDLC:
Menyediakan tahapan yang dapat digunakan sebagai pedoman mengembangkan
sistem
Memberikan hasil sistem yang lebih baik karena sistem dianalisis dan dirancang
secara keseluruhan sebelum diimplementasikan.
Kekurangan SDLC:
Hasil dari SDLC tergantung pada hasil analisis.
Dibutuhkan biaya yang lebih besar jika dibandingkan dengan metode lain
Dibutuhkan waktu yang lama untuk pengembangannya karena harus dikembangkan
sampai selesai terlebih dahulu.
Kelebihan waterfall
Kualitas dari sistem yang dihasilkan akan baik. Ini dikarenakan oleh
pelaksanaannya secara bertahap. Tiap tahap diselesaikan secara rinci baru dapat melanjutkan ke tahap selanjutnya. Sehingga lebih fokus pada tiap tahapan. Dokumen pengembangan sistem sangat terorganisir, karena setiap fase harus
terselesaikan dengan lengkap sebelum melangkah ke fase berikutnya. Jadi setiap fase atau tahapan akan mempunyai dokumen tertentu.
Model waterfall mudah dipahami dan diimplementasikan Model klasik yang paling banyak digunakan
Diperlukan majemen yang baik, karena proses pengembangan tidak dapat dilakukan
secara berulang sebelum terjadinya suatu produk.
Kesalahan kecil akan menjadi masalah besar jika tidak diketahui sejak awal
pengembangan.
Pelanggan sulit menyatakan kebutuhan secara eksplisit sehingga tidak dapat
mengakomodasi ketidakpastian pada saat awal pengembangan.
Kesulitan untuk mengakomodasi perubahan setelah proses berjalan Karen model
waterfall bersifat rigid atau kaku.
Hanya sesuai ketika kebutuhan sudah dimengerti dengan baik.
Kelebihan Incremental:
Merupakan model dengan manajemen yang sederhana pengguna tidak perlu
menunggu sampai seluruh sistem dikirim untuk mengambil keuntungan dari sistem resiko kegagalan proyek secara keseluruhan rendah nilai penggunaan dapat
ditentukan pada setiap increment sehingga fungsionalitas sistem diadakan lebih awal
Memiliki resiko lebih rendah terhadap keseluruhan pengembangan sistem prioritas
tertinggi pada pelayanan sistem adalah yang paling diuji
Lebih fleksibel, biaya rendah untuk mengakomodasi perubahan jika ada Mudah diuji dan didebug selama iterasi
Kelemahan Incremental:
Kemungkinan tiap bagian tidak dapat diintegrasikan
Dapat menjadi build and fix model karena kemampuannya untuk selalu mendapat
perubahan selama proses rekayasa berlangsung
Harus open architecture (timbul masalah terkait arsitektur sistem yang harus
dirubah secara keseluruhan atau mulai dari awal kembali).
Mungkin terjadi kesulitan untuk memetakan kebutuhan pengguna ke dalam rencana
spesifikasi masing-masing hasil increment
Tiap fase increment bersifat kaku dan kurang cocok untuk proyek skala besar.
Kelebihan Rapid Application Development:
Model RAD cocok untuk proyek dengan skala besar Model RAD digunakan untuk aspek guna ulang
Waktu pengembangan dengan model RAD yang sangat pendek
Setiap fungsi dapat dimodulkan dalam waktu tertentu dan dapat dibicarakan oleh
RAD mengikuti tahapan pengembangan sistem sepeti umumnya, tetapi mempunyai
kemampuan untuk menggunakan kembali komponen yang ada (reusable object).
Kelemahan Rapid Application Development:
Memerlukan sumber daya yang cukup besar.
Memerlukan komitmen yang kuat, Penghalusan dan penggabungan dari beberapa
tim di akhir proses sangat diperlukan dan memerlukan kerja keras
Hasil dari program yang menggunakan model RAD mungkin tidak modular (karena
sistem tidak bisa dimodularisasi)
Persoalan waktu bisa jadi overtime (proyek bisa gagal karena waktu yang disepakati
tidak terpenuhi)
Resiko teknis dari penggunaan model RAD tinggi
Kelebihan Prototyping:
Prototype melibatkan user dalam analisa dan desain.
Dievaluasi oleh pengguna untuk digunakan dalam memperbaiki kebutuhan
Punya kemampuan menangkap requirement secara konkret.
Digunakan untuk memperluas SDLC.
Menyediakan cara yang baik untuk menentukan kebutuhan
Kelemahan Prototyping:
Proses analisis dan perancangan terlalu singkat.
Mengesampingkan alternatif pemecahan masalah.
Bisanya kurang fleksible dalam mengahdapi perubahan.
Protitype yang dihasilkan tidak selamanya mudah dirubah dan cepat selesai.
Sistem pertama yang dibangun hamper tidak bisa digunakan Banyak hal diabaikan (kualitas, performa)
Harapan yang tidak realistis.
Kelebihan Spiral:
Sangat mempertimbangakn resiko kemungkinan munculnya kesalahan sehingga
sangat dapat diandalkan untuk proyek skala besar.
Model spiral dilakukan dengan tahapan-tahapan yang sangat baik sehingga lebih
Model spiral, menggunakan proses-proses yang dapat diamati dengan baik
sehingga baik pengembang maupun pengguna dapat cepat mengetahui letak kekurangan dan kesalahan sistem.
Dapat disesuaikan agar perangkat lunak bisa dipakai selama hidup perangkat lunak
komputer.
Menggunakan prototipe sebagai mekanisme pengurangan resiko dan pada setiap
keadaan di dalam evolusi produk.
Tetap mengikuti langkah-langkah dalam siklus kehidupan klasik dan
memasukkannya ke dalam kerangka kerja iterative. Mengeliminasi error lebih dini
Menggabungkan keunggulan waterfall dan protoyping, serta pendekatan yang
sistematis
Kelemahan Spiral:
Waktu yang dibutuhkan cukup panjang dan biaya yang besar.
Sangat tergantung pada tenaga ahli yang dapat memperkirakan resiko (Memerlukan
penaksiran resiko yang masuk akal dan akan menjadi masalah yang serius jika resiko mayor tidak ditemukan dan diatur.)
Terdapat kesulitan untuk mengontrol proses, karena masih relative baru belum ada
bukti apakah mode spiral handal untuk diterapkan.
Sulit untuk menyakinkan pelanggan bahwa pendekatan evolusioner ini bisa
dikontrol.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN1. Pengembangan sistem merupakan penyusunan suatu sistem yang baru untuk menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang telah ada.
2. Alasan diperlukan Pengembangan Sistem Informasi adalah: adanya masalah yang timbul dari sistem yang lama seperti ketidak beresan dalam sistem lama dan pertumbuhan organisasi (kebutuhan informasi yang semakin luas, volume pengolahan data meningkat, perubahan prinsip akuntansi), untuk meraih kesempatan-kesempatan dalam berbagai hal, seperti : peluang-peluang pasar, pelayanan yang meningkat kepada pelanggan, juga adanya instruksi-instruksi (directive) dari pimpinan atau dari luar organisasi seperti peraturan.
3. Terdapat Macam-Macam Metodologi Pengembangan System diantaranya yaitu: System Development Life Cycle, Waterfall, Incremental, Prototyping, RAD, Spiral, yang masing-masing memiliki kelebihan da kekurangan dalam penggunaannya.
4. SDLC merupakan metode pengembangan sistem paling tua, sangat cocok untuk pengembangan sistem yang besar, tidak sesuai atau tidak terlalu disarankan untuk small scale project karena:
Banyak memerlukan sumber daya Tidak fleksibel
Sulit untuk melakukan perubahan aplikasi dengan pengambilan keputusan yang cepat 5. Waterfall adalah model lama (paling lama dalam model SDLC) namun cukup reasonable.
Digunakan ketika sudah mengetahui kebutuhan yang diperlukan dengan baik. Bersifat kaku dan sekuensial linier.
6. Incremental digunakan jika kebutuhan yang diperlukan dapat dimengerti dengan baik dan akan digunakan secepatnya. Bersifat linier, lebih fleksibel namun pada tiap fasenya bersifat kaku.
8. Prototyping mentikberatkan aktivitas pada pembuatan protipe. Mengikuti evolustionari dan digunakan ketika kebutuhan tidak atau belum dimengerti. Berfokus pada keinginan pelanggan dan feedback nya digunakan untuk memperhalus prototype.
DAFTAR RUJUKAN :
Yulianto, A.A; Gartina, I; Astuti, R; Dewi, S; Sari, S.K; Witanti, W.2009. Analisis dan Desain Sistem Informasi. Jurnal Buku Analisis dan Sistem Informasi. (online).
mcd.bis.telekomuniversity.ac.id. Diakses pada tanggal 5 April 2016 pukul 03.24 WIB.
Hardianti, Astri. 2015. Metode-Metode Pengembangan Sistem Informasi Beserta Kelebihan dan Kekurangannya. (Online). astrihardi.blogspot.co.id. Diakses pada tanggal 5 April 2016 pukul 03.26 WIB.
(1)Prasetyo, Didik Dwi. 2015. Software Process. Power Point Rekayasa Perangkat Lunak. (2)Dennis, A; Wixom, B.H; Roth, R. 2011. System Analysis and Design 5th Edition. (Dalam
Power Point Dennis et al).
Milda, Roysari. 2012. Macam-Macam Model Proses RPL dan Penyelasaian Kasus. (online).
http://roysarimilda.wordpress.com/2012/05/08/macam-macam-model-proses-rpl-dan-penyelesaian-kasus/. Diakses pada tanggal 7 April 2016 00.52 WIB
Etunas. Pengembangan Software dengan Metode Waterfall. (online).
http://ww.etunas.com/web/pengembangan-software-dengan-metode-waterfall.html Diakses pada tanggal 7 April 2016 pukul 12,00 WIB
Yuda, Thomas. 2012. Tahapan pada Waterfall. (online).
http://thomasyuda20.blogspot.co.id/2012/10/tahapan-pada-waterfall.html?m=1. Diakses pada tanggal 6 April 2016 pukul 11.53 WIB.
Rakucileo. 2013. Rapid Application Development Model. (online).
http://rakucileo.wordpress/2013/07/12/rad-rapid-application-development-model/. Diakses pada tanggal 7 April 2016 00.00 WIB.
http://artikelsayasaja.bblogspot.co.id/2011/09/incremental-model-adalah-model.html?m=1. Diakses pada tanggal 6 April 2016 pukul 11.27 WIB