ANALISIS PENGARUH KOMPETENSI DAN TEKANAN ANGGARAN WAKTU TERHADAP KUALITAS AUDIT
(Survey Pada Sepuluh Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung )
ANALYSIS INFLUENCE OF COMPETENCE AND TIME BUDGET PRESSURE ON AUDIT QUALITY
( case Survey of ten public accounting firms in the area of Bandung )
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Sidang Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Disusun Oleh:
PRAMA JAKA TAMTAMA 21106107
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG
ii ABSTRACT
In discharging its duties, an auditor has the right to obtain access to needed information, to the senior audit must provide the widest opportunity to interact with junior audit staff or leaders who will in the audit. There are several ways that can be the auditor in obtaining information from audits, among others, observing the work process, seek clarification, ask for demonstrations, review documents, cross checking, looking for evidence and conduct surveys. The purpose of this study is to determine the competence of the external auditor, time budget pressure, to know the quality of audit and to analyze the competence and time budget pressure Effect on the quality of audit.
The method used is descriptive and verification with qualitative and quantitative approaches. The unit of analysis in this research is the competence of the external auditor, external auditor independence and audit quality in ten public accounting firm in the Territory Bandung. Use the same samples in a population of 27 external auditors. To know competence and independence of external auditors audit the impact on the quality of statistical tests performed using correlation analysis, regression analysis, coefficient determination and to test the hypothesis is then used t tests using the tools SPPS 15.0 for Windows.
III
ABSTRAK
Dalam menjalankan fungsinya, seorang auditor mempunyai hak untuk mendapatkan akses informasi yang dibutuhkan, untuk itu audit senior harus memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada audit junior dalam berinteraksi dengan staf atau pimpinan yang akan di audit tersebut. Ada beberapa cara yang dapat ditempuh auditor dalam mendapatkan informasi dari audit, antara lain, mengamati proses kerja, meminta penjelasan, meminta peragaan, menelaah dokumen, memeriksa silang, mencari bukti-bukti dan melakukan survey. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kompetensi auditor eksternal, tekanan anggaran waktu, untuk mengetahui kualitas audit dan untuk menganalisis kompetensi dan tekanan anggaran waktu Pengaruhnya terhadap kualitas audit.
Metode yang digunakan adalah deskriptif dan verifikatif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Unit analisis dalam penelitian ini adalah kompetensi auditor eksternal, independensi auditor eksternal dan kualitas audit di sepuluh Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung. Sampel yang di gunakan sama dengan populasi sebesar 27 auditor eksternal. Untuk mengetahui kompetensi dan independensi auditor eksternal pengaruhnya terhadap kualitas audit maka dilakukan pengujian statistik menggunakan analisis korelasi, analisis regresi, koefisien determinasi dan untuk menguji hipotesis maka yang digunakan adalah uji t dengan menggunakan alat bantu SPPS 15.0 for windows.
Hasil penelitian secara kualitatif menunjukan bahwa kompetensi auditor eksternal sudah cukup baik dan tekanan anggaran waktu sudah cukup baik begitu pula dengan kualitas audit, dan hasil penelitian secara kuantitatif menunjukan besarnya analisis kompetensi auditor eksternal berpengaruh terhadap kualitas audit sebesar 60,7% dan sisanya sebesar 39,3% dijelaskan variabel lain yaitu indepedensi, jumlah klien,level of audit fee,kesehatan keuangan klien.
KA
Puji syukur penulis
melimpahkan rahmat dan kar
dapat menyelesaikan Skrips
KOMPETENSI DAN TE KUALITAS AUDIT” Surve
Wilayah Bandung.
Skripsi ini disusun ol
syarat utuk mengikuti ujian
Fakultas Ekonomi Universitas
Mengingat keterbatas
waktu dari penulis, maka penul
dari berbagai kekurangan. Ol
yang membangun untuk perba
khususnya, dan untuk peneliti
Selama penyusunan skr
M.si selaku pembimbing ya
bantuan dan dorongan yang sa
ingin menyampaikan rasa teri
1. Dr. Ir. Eddy Soery
Komputer Indonesia.
KATA PENGANTAR
nulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang t
karunia-Nya kepada penulis, sehingga akhirnya penul
kripsi yang berjudul “ANALISIS PENGAR EKANAN ANGGARAN WAKTU TERHAD
rvey Pada Sepuluh Kantor Akuntan Publik
un oleh penulis dengan maksud memenuhi salah
ian sidang Sarjana (S1) Program Studi Akunta
tas Komputer Indonesia.
tasan, pengetahuan, kemampuan, pengalaman
penulis menyadari bahwa laporan skripsi ini tidak lupu
Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kr
perbaikan serta penambahan pengetahuan bagi penul
liti selanjutnya yang membutuhkan pada umumnya.
n skripsi ini, penulis terima kasih kepada Surtikanti
yang telah banyak memberikan bimbingan, ara
sangat berarti. Selain itu, pada kesempatan ini penul
erima kasih kepada:
ryanto Soegoto, M.Sc selaku Rektor Univers
v
2. Prof. Dr. Umi Narimawati, Dra., S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Komputer Indonesia
3. Sri Dewi Anggadini, S.E., M.Si selaku Ketua Program Studi Akuntansi.
4. Ony Widilestariningtyas, SE., M. Si, Ak selaku Dosen Wali Ak-3 yang
selama ini telah membimbing kami semua dalam menyelesaikan studi di
Universitas Komputer Indonesia.
5. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Akuntansi Universitas Komputer
Indonesia.
6. Sekretariat Prodi Akuntansi, terima kasih atas pelayananya selama penulis
kuliah.
7. Seluruh Akuntan Senior dan staf pada Sepuluh Kantor Akuntan Publik di
Wilayah Bandung, atas bantuan dan kesempatan yang diberikan kepada
penulis pada penelitian ini.
8. Kepada Kedua Orang Tua Mamah dan Papah tercinta, yang senantiasa
tulus memberikan dukungan, doa, kasih sayang, dan perhatian yang tak
henti-hentinya mengalir untukku. Atas kemudahan yang aku dapatkan
khususnya materi yang tak sedikit kalian keluarkan, tanpa kalian aku
bukan apa-apa.
9. Adik-adikku yang selalu memberikan dukungan selama penulis menyusun
skripsi.
10. Seseorang yang selalu membantu, memberi dukungan, semangat dalam
vi
11. Sahabat-sahabat terbaikku, Dani, Rohan, Taufik, Fajar, Robi, Qiki,
Imbang, Ondos yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi
ini.
12. Teman-teman seperjuangan angkatan 2006 khususnya Ak-3 yang tidak
bisa disebutkan satu-persatu, terima kasih atas kerja sama dan bantuannya.
13. Untuk Teman-teman, kerabat dan saudara yang telah memberikan doa dan
dukungan semangatnya kepada penulis.
14. Kepada rekan-rekan di Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi yang
mungkin telah lulus lebih awal ataupun yang masih berada di UNIKOM,
ayo tetap semangat dan terus berjuang.
15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis, secara langsung ataupun tidak langsung dalam
menyelesaikan laporan Skripsi ini.
Harapan penulis semoga apa yang disajikan dalam laporan penelitian ini
dapat memberikan manfaat yang besar bagi penulis khususnya, dan bagi pihak
yang membaca pada umumnya. Akhir kata penulis panjatkan doa kepada Allah
SWT, semoga amal berupa bantuan, dorongan, dan doa yang telah diberikan
kepada penulis akan mendapat balasan yang berlipat ganda.
Amin ya rabbal’alamin.
Bandung,Juli 2011 Penulis
1 BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN
Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari
profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan
tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan
dalam laporan keuangan. Profesi akuntan publik bertanggungjawab untuk
menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan, sehingga
masyarakat memperoleh informasi keuangan yang andal sebagai dasar
pengambilan keputusan (Mulyadi dan Puradiredja, 1998:3).
Peran akuntan publik dewasa ini menunjukkan perkembangan pesat.
Pengaruh globalisasi menyebabkan kaburnya batas-batas antar Negara.
Dampaknya, semakin jauh jarak pembuat dan pengguna informasi yang akhirnya
menyebabkan bisa pada informasi tersebut. Selain itu, terdapat pula perbedaan
kepentingan antara pembuat laporan dan pengguna laporan. Untuk itu diperlukan
suatu opini dari pihak ketiga yang independen untuk menilai informasi tersebut.
Pihak ketiga yang dimaksud dalam hal penilaian informasi yang terkait dengan
keuangan tersebut adalah akuntan publik. Disini akuntan publik bertugas
memberikan opini terhadap laporan keuangan suatu perusahaan. Opini tersebut
nantinya akan digunakan oleh pengguna laporan keuangan seperti pemegang
2
demikian, opini yang dibuat akuntan publik akan sangat berpengaruh pada
kegiatan perusahaan tersebut di masa yang akan datang.
Kualitas audit yang baik pada prinsipnya dapat dicapai jika auditor
menerapkan standar-standar dan prinsip-prinsip audit, bersikap bebas tanpa
memihak (Independen), patuh kepada hukum serta mentaati kode etik
profesi. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) adalah pedoman yang
mengatur Standar umum pemeriksaan akuntan publik,
Kepercayaan yang besar dari pemakai laporan keuangan auditan dan jasa
lainnya yang diberikan oleh akuntan publik inilah yang akhirnya mengharuskan
akuntan publik memperhatikan kualitas audit yang dihasilkannya. Adapun
pertanyaan dari masyarakat tentang kualitas audit yang dihasilkan oleh
akuntan publik semakin besar setelah terjadi banyak skandal yang melibatkan
akuntan public baik diluar negeri maupun didalam negeri. Skandal didalam
negeri terlihat dari akan diambilnya tindakan oleh Majelis Kehormatan Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) terhadap 10 Kantor Akuntan Publik yang diindikasikan
melakukan pelanggaran berat saat mengaudit bank-bank yang dilikuidasi
pada tahun 1998. Selain itu terdapat kasus keuangan dan manajerial perusahaan
public yang tidak bisa terdeteksi oleh akuntan publik yang menyebabkan
perusahaan didenda oleh Bapepam (Christiawan 2003:82).
Kane dan Velury (2005), mendefinisikan kualitas audit sebagai
kapasitas auditor eksternal untuk mendeteksi terjadinya kesalahan material
dan bentuk penyimpangan lainnya.
3
jaminan dimana kualitas tersebut akan digunakan untuk membandingkan
kondisi yang sebenarnya dengan yang seharusnya
Kane dan Velury (2005), mendefinisikan kualitas audit sebagai
kapasitas auditor eksternal untuk mendeteksi terjadinya kesalahan material dan
bentuk penyimpangan lainnya. Russel (2000), menyebutkan bahwa kualitas
audit merupakan fungsi jaminan dimana kualitas tersebut akan digunakan
untuk membandingkan kondisi yang sebenarnya dengan yang seharusnya.
Kualitas audit yang buruk dapat merugikan bagi pihak yang menggunakan
jasa audit, sebagaimana kasus pada perusahaan Kima Farma Tbk. Pada laporan
auditnya Bapepam menemukan adanya indikasi mark up terhadap laba dimana
tahun 2001 ditulis Rp. 132 milyar padahal sebenarnya hanya senilai Rp. 99,594
milyar.PT Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah di Indonesia. Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma
melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di
audit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM). Akan tetapi, Kementerian BUMN
dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung
unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan
keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan
kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan
yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6
milyar, atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada unit
Industri Bahan Baku yaitu kesalahan berupaoverstated penjualan sebesar Rp 2,7
4
23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa overstated persediaan
sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan sebesar Rp 10,7 miliar. Kesalahan
penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai yang ada dalam
daftar harga persediaan digelembungkan. PT Kimia Farma, melalui direktur
produksinya, menerbitkan dua buah daftar harga persediaan (master prices) pada
tanggal 1 dan 3 Februari 2002. Daftar harga per 3 Februari ini telah
digelembungkan nilainya dan dijadikan dasar penilaian persediaan pada unit
distribusi Kimia Farma per 31 Desember 2001. Sedangkan kesalahan penyajian
berkaitan dengan penjualan adalah dengan dilakukannya pencatatan ganda atas
penjualan. Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada unit-unit yang tidak
disampling oleh akuntan, sehingga tidak berhasil dideteksi. Berdasarkan
penyelidikan Bapepam, disebutkan bahwa KAP yang mengaudit laporan
keuangan PT Kimia Farma telah mengikuti standar audit yang berlaku, namun
gagal mendeteksi kecurangan tersebut. Selain itu, KAP tersebut juga tidak terbukti
membantu manajemen melakukan kecurangan tersebut. Kemampuan untuk
menemukan kecurangan dari laporan keuangan ditentukan oleh Kompetensi
auditor. Akibat adanya manipulasi tersebut maka Bapepam menjatuhkan
sanksi denda sebesar Rp. 500 juta kepada PT. Kimia Farma Tbk dan
kepada auditornya sebesar Rp. 100 juta (Media Akuntansi, 2003).
Kemudian pada kasus Bank Lippo terjadi pembukuan ganda pada tahun
2002. Pada tahun tersebut Bapepam menemukan adanya tiga versi laporan
keuangan. Laporan yang berbeda itu, pertama, yang diberikan kepada publik
5
ke BEJ pada 27 Desember 2002, dan ketiga, laporan yang disampaikan
akuntan publik, dalam hal ini kantor akuntan publik Prasetio, Sarwoko dan
Sandjaja dengan auditor Ruchjat Kosasih dan disampaikan kepada manajemen
Bank Lippo pada 6 Januari 2003. Dari ketiga versi laporan keuangan tersebut
yang benar-benar telah diaudit dan mencantumkan ”opini wajar tanpa
pengecualian” adalah laporan yang disampaikan pada 6 Januari 2003. Akibat
adanya manipulasi tersebut maka Bapepam menjatuhkan sanksi denda kepada
Bank Lippo sebesar Rp 2,5 miliar, karena pencantuman kata ”diaudit” dan
”opini wajar tanpa pengecualian” di laporan keuangan 30 September 2002
yang dipublikasikan pada 28 Nopember 2002, dan sanksi denda sebesar Rp
3,5 juta kepada Ruchjat Kosasih selaku partner kantor akuntan publik (KAP)
Prasetio, Sarwoko & Sandjaja karena keterlambatan penyampaian informasi
penting mengenai penurunan agunan yang diambil alih (AYDA) Bank Lippo
selama 35 hari.
(http://nem-idunggede.blogspot.com/2009/11/skandal-manipulasi-laporan-keuangan-pt.html).
Selain itu, terdapat fenomena khusus yang pernah terjadi pada salah satu
Kantor Akuntan Publik (KAP) yaitu Kantor Akuntan Publik xxx wilayah
Bandung. Salah satu kesalahan yang terjadi yaitu kesalahan mengaudit dan
perbedaan persepsi antara auditor dan klien suatu perusahaan. Auditor senior
yang bertugas untuk melaksanakan audit atas laporan keuangan terkadang masih
ada yang melakukan kesalahan, penyebab terjadinya kesalahan tersebut yaitu
kurangnya kompetensi. kompetensi sangat penting bagi auditor dalam melakukan
6
adanya kesalahan tersebut maka audit yang dihasilkan tidak berkualitas karena
kurangnya keahlian auditor yang merupakan bagian dari standar umum. Maka
dari itu masih banyak auditor yang melakukan kesalahan mengaudit dan
perbedaan persepsi anatara auditor maka audit yang dihasilkan tidak berkualitas
(Sumber: Auditor di Kantor Akuntan Publik xxx).
Dampak penurunan kualitas audit dapat menurunkan kepercayaan
publik terhadap profesi akuntansi, menurunkan kredibilitas para akuntan public
atas hasil-hasil audit yang mereka lakukan. Pada akhirnya akibat dari penurunan
kualitas audit dapat mematikan profesi itu sendiri serta akan menimbulkan
campur tangan pemerintah yang berlebihan terhadap profesi itu sendiri (Otley
dan Pierce 1995).
Berbagai penelitian sehubungan dengan kualitas audit telah dilakukan
antara lain oleh Kelly dan Margheim (1990), menyebutkan bahwa penurunan
kualitas audit adalah akibat dari tekanan (pressure), system pengendalian
(control system) dan gaya pengendalian (supervissory style). Otley dan Pierce
(1995), menjelaskan bahwa beberapa perilaku disfungsional auditor seperti
Prematur Sign-Off Audit Procedures (menghentikan prosedur audit)
Underreportingof Time(keterlambatan atau tidak tepat waktu), Altering Audit
Process dan Gathering Unsufficient Evidence (mengganti proses audit dan
mengumpulkan bukti yang tidak cukup) akan berdampak terhadap penurunan
kualitas audit .
De Angelo dalam Kusharyanti (2003:25) mendefinisikan kualitas audit
7
menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi
kliennya. Kemungkinan dimana auditor akan menemukan salah saji tergantung
pada kualitas pemahaman auditor (kompetensi) sementara tindakan pembuatan
laporan audit, auditor harus mempunyai tekanan anggaran waktu yang baik.
Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary mendefinisikan kompetensi
adalah ketrampilan dari seorang ahli. Dimana ahli didefinisikan sebagai
seseorang yang memiliki tingkat ketrampilan tertentu atau pengetahuan yang
tinggi dalam subyek tertentu yang diperoleh dari pelatihan dan pengalaman (Sri
Lastanti, 2005:88)
Kompetensi diperoleh melalui pendidikan formal, peningkatan
ketrampilan dan jam terbang akuntan tersebut. Hal ini juga tidak lepas dari
pengaruh input saat memasuki perguruan tinggi. Dengan kata lain, jika sejak awal
input yang dimiliki sudah bagus, kompetensi yang dimiliki akuntan akan
cenderung bagus pula. Selain itu, untuk peningkatan kompetensi, akuntan publik
juga diwajibkan untuk mengikuti pendidikan berkelanjutan. Secara garis besar,
kompetensi profesionsal dibagi menjadi dua fase terpisah:
1. Pencapaian kompetensi profesional
Pencapaian ini diperoleh melalui pendidikan tinggi, kemudian diikuti pendidikan
khusus, pelatihan, dan ujian professional dalam subjek-subjek yang relevan, dan
pengalaman kerja.
2. Pemeliharaan kompetensi professional
Pemeliharaan kompetensi dilakukan melalui pendidikan yang berkelanjutan,
8
peningkatan berkesinambungan dalam kehidupan profesionalnya. (Jurnal SNA X
26-28Juli 2007).
Auditor seringkali bekerja dalam keterbatasan waktu. Setiap KAP perlu
mengestimasi waktu yang dibutuhkan (membuat anggaran waktu) dalam kegiatan
pengauditan. Anggaran waktu ini dibutuhkan untuk menentukan cost audit dan
mengukur efektifitas kinerja auditor (waggoner dan Cashell 1991).
Namun seringkali anggaran waktu tidak realistis dengan pekerjaan yang
harus dilakukan, akibatnya muncul perilaku-perilaku kontraproduktif yang
menyebabkan kualitas audit menjadi lebih rendah. Anggaran waktu yang sangat
terbatas ini salah satunya disebabkan oleh tingkat persaingan yang semakin tinggi
antar Kantor Akuntan Publik (KAP) (Irene 2007).
Berdasarkan latar belakang dan fenomena diatas, maka penulis tertarik
meneliti masalah“Analisis Kompetensi dan Tekanan Waktu Audit Terhadap Kualitas Audit”
1.2 IDENTIFIKASI MASALAH DAN RUMUSAN MASALAH.
1.2.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis
mengidentifikasi masalah di dalam penelitian ini sebagai berikut :
9
2. Apakah semua auditor eksternal pada Kantor Akuntan Publik (KAP)
mempunyai kompetensi
3. Bagaimana tekanan anggaran waktu auditor dalam melakukan tugas
laporan hasil auditnya
1.2.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan diatas,
penulis merumuskan masalah-masalah sebagai berikut :
1. Seberapa besar hubungan Kompetensi Auditor Eksternal dan Tekanan
Anggaran Waktu auditor terhadap Kualitas Audit pada Kantor Akuntan
Publik
2. Seberapa besar pengaruh Kompetensi dan tekanan waktu berpengaruh
terhadap kualitas audit secara parsial
3. Seberapa besar pengaruh Kompetensi dan tekanan waktu berpengaruh
terhadap kualitas audit secara simultan
1.3 MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh, mengolah dan
menganalisis data mengenai Analisis Kompetensi dan Tekanan Waktu Auditor
10
dan untuk memperoleh gambaran perbandingan antara teori dengan
pelaksanaannya di lapangan.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui adanya hubungan antara kompetensi dan tekanan
anggaran waktu auditor eksternal pada Kantor Akuntan Publik
2. Untuk mengetahui besaran tekanan waktu auditor eksternal pada Kantor
Akuntan Publik
3. Untuk mengetahui kualitas audit
1.4 KEGUNAAN PENELITIAN
1.4.1 Kegunaan Akademis
Penelitian atas analisis pengaruh kompetensi dan tekanan waktu auditor
eksternal terhadap kualitas jasa audit di bandung diharapkan dapat berguna bagi
semua pihak yang berkepentingan dan disamping itu, penelitian itu dapat
memberikan manfaat :
1 Bagi Pengembangan Ilmu Akuntansi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi analisis kompetensi dan
tekanan waktu auditor eksternal pengaruhnya terhadap kualitas jasa audit
2 Bagi Peneliti Lain
Diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian lain yang ingin
11
3 Bagi Peneliti
Penelitian ini dijadikan sebagai uji kemampuan dalam menerapkan teori-teori
yang diperoleh di perkuliahan terkait dengan kompetensi dan tekanan waktu
auditor eksternal dan kualitas jasa audit di kantor akuntan publik.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi :
1. Bagi Kantor Akuntan Publik
Dapat memberikan informasi tentang bagaimana kompetensi dan tekanan
anggaran waktu Auditor eksternal yang dapat di gunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan.
2. Bagi Auditor
Memberikan informasi tentang pemahaman kompetensi dan independensi
auditor eksternal dan kualitas jasa audit sehingga dalam prakteknya dapat
lebih meningkatkan kompetensi independensi auditor eksternal
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung.
Dalam penelitian ini dilakukan survei terhadap akuntan publik Kantor Akuntan
12
Tabel 1.1
Daftar Kantor Akuntan Publik
No. Nama Kantor Akuntan Publik Alamat
1. KAPDRS. Bambang Budi Tresno Pascal Hyper Square. Blok B-61 Lantai 3 Jl. Pasir Kaliki, Bandung
2. Hendrawinata gani & hidaya Kopo plaza Blok A-14 Jln. Peta
3. KAP DRS. SANUSI, SUPARDI DAN SOEGIHARTO
Jln. Ciakwao No. 40 Bandung
4. KAP. DRS. Gunawan Sudrajat Komplek Taman Golf Arcamanik Endah
Jl. Golf Timur III No. 1 Bandung 40293
5. KAP. DR. La Midjan & Rekan Jl. IR. H. Djuanda No.207 Bandung 40135
6. KAP Roebiandini dan Rekan Jln. Raden Patah No.7
7. DRS. Moch. Zaenuddin Holis Pesona Taman Burung Blok c7 Bandung
8. KAP Mansur Suripto dan Rekan Jln. Turangga No 23 Bandung
9 KAP Prof.Dra.H.TB.Hasanuddin,& Rekan
Jl. Soekarno Hatta. MTC blok F No. 29 Bandung 40286
10 KAP Suhardjadinata, AK., MM Jl. Venus Raya No.14 Metro
1.5.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dimulai dari bulan Maret 2010 sampai dengan juli 2011.
Adapun waktu kegiatan penelitian yang dilakukan oleh penulis berdasarkan pada
13
Tabel 1.2 Pelaksanaan Penelitian
No Keterangan
Maret April Mei juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Survey Awal 2 Pengajuan
Judul Penelitian
3 Penelitian Lapangan
4 Penyususnan dan Bimbingan UP
5 Pelaksanaan Sidang UP
6 Penyusunan dan Bimbingan Skripsi
✁ BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA, DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kompetensi
2.1.1.1 Pengertian Kompetensi
Dalam melakukan suatu penelitian kita perlu memaparkan tentang apa yang kita
teliti, hal tersebut dapat memudahkan dan menjelaskan lebih rinci tentang variabel yang
akan kita teliti.
Kompetensi adalah keseluruhan pengetahuan, kemampuan, atau
keterampilan dan sikap kerja ditambah atribut kepribadian yang dimiliki oleh
seseorang yang mencakup kemampuan berfikir kreatif, keluasan pengetahuan,
kecerdasan emosional, pengalaman, pelatihan, sikap positif, keterampilan kerja
serta kondisi kesehatan yang baik dan bisa dibuktikan dalam pelaksanaan tugas
dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya (Iskandar Dinata, 2006:36)
Dalam melaksanakan audit, auditor harus bertindak sebagai seorang yang
ahli dibandingkan auditing dan akuntansi. Pencapaian keahlian dimulai dengan
pendidikan formal yang selanjutnya diperluas melalui pengalaman dalam praktek
audit. Selain itu, auditor harus menjalani pelatihan teknis yang cukup dan
mengcakup aspek teknis maupun pendidikan umum (SPAP, SA Seksi 210,PSA
No. 04, 2001)
Menurut Sukrisno Agoes (2004:35) mengatakan bahwa pendidikan formal
auditor dan pengalaman profesionalnya saling melengkapi satu sama lain adalah
✂✄
1. Pendidikan formal diperoleh melalui perguruan tinggi, yaitu falkutas Ekonomi jurusan Akuntansi Negri (PTN) atau swasta (PTS).
2. Telah mengikuti UNA Dasar dan UnA Profesi.
3. Telah memiliki nomor register Negara Akuntan(Registered Accountant). 4. Telah mengikuti pendidikan profesi berkelanjutan(continuing professional
education)baik yang diadakan di KAP sendiri, oleh IAI atau seminar dan lokalisasinya.
5. Seorang auditor harus selalu mengikuti perkembangan-perkembangan yang berkaitan dengan profesinya dan peraturan-peraturan pemerintah termasuk perpajakan.
Seorang asisten junior, untuk pencapaian kompetensinya harus
memperoleh pengalaman profesionalnya dengan mendapatkan supervisi memadai
dan review atas pekerjaannya dari atasan yang lebih berpengalaman. Seorang
auditor harus secara terus-menerus mengikuti perkembangan yang terjadi dalam
tugas dan profesinya. Selain itu, auditor harus memperlajari, memahami dan
menerapkan ketentuan-ketentuan baru dalam prinsip akuntansi pemerintah dab
standar audit yang telah ditetapkan.
Kompetensi t e r b a g i dalam 4 (empat) komponen yaitu pengetahuan,
pengalaman, pendidikan dan pelatihan. (SPAP, PSA No.04, 2001)
2.1.1.1.1 Pengetahuan
Pengetahuan m e n u r u t Meinhard et.al (1987) diukur dari seberapa
tinggi pendidikan seorang auditor karena dengan demikian auditor akan
mempunyai semakin banyak pengetahuan (pandangan) mengenai bidang yang
digelutinya sehingga dapat mengetahui berbagai masalah secara lebih
mendalam, selain itu auditor akan lebih mudah dalam mengikuti perkembangan
☎6
2.1.1.1.2 Pengalaman
Pengalaman merupakan akumulasi gabungan dari semua yang diperoleh
melalui berhadapan dan berinteraksi secara berulang-ulang dengan sesama
benda alam, keadaan, gagasan, dan penginderaan (Loeher, 2002)
DidalamSPAP Seksi 210 PSA No.04 (2001:210.1)yang tercantum dalam standar umum pertama berbunyi :
“Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian
dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor”.
Standar umum pertama ini menegaskan bahwa betapapun kemampuan
seseorang dalam bidang-bidang lain, termasuk dalam bidang bisnis dan keuangan,
ia tidak dapat memenuhi persaratan yang dimaksudkan dalam standar auditing ini,
jika tidak memiliki pendidikan serta pengalaman memadai dalam bidang auditing.
Sedangkan Yulius Jogi Cristiawan (2002:83) mengartikan kompetensi sebagai berikut :
“Kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang
dimiliki auditor sektor publik dalam bidang auditing dan akuntansi”.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpilkan bahwa melaksanakan
audit untuk dapat sampai pada suatu pernyataan pendapat, auditor harus
senantiasa bertindak sebagai seseorang yang ahli dalam bidang akuntansi dan
bidang auditing. Pencapaian keahlian tersebut dimulai dengan pendidikan
formalnya, yang diperluas melalui pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam
✆✝
2.1.1.1.3 Pendidikan
Auditor eksternal harus selalu memelihara atau mempertahankan kualitas
profesionalnya serta kemampuan teknisnya melalui pendidikan secara
berkesinambungan. Mereka harus berusaha memperoleh informasi tentang
kemajuan dan perkembangan baru dalam standar, prosedur dan teknik-teknik
audit.
2.1.1.1.4 Pelatihan
Satuan Kerja Audit eksternal harus terdiri dari para auditor yang memiliki
latar belakang pendidikan dan keahlian yang relevandengan tugas-tugas audit.
Setiap auditor internal harus memiliki pengetahuan dan kecakapan dalam
menerapkan berbagai standar, prosedur dan teknik pemeriksaan, prinsip-prinsip
dan teknik-teknik akuntansi, prinsip-prinsip manajemen, serta pemahaman
terhadap dasar dari berbagai pengetahuan, seperti akuntansi, ekonomi, hukum,
perdagangan, perpajakan, keuangan, metode-metode kuantitatif dan sistem
informasi yang dikomputerisasi. Kesemuanya bisa diperoleh dari
pelatihan-pelatihan yang dilakukan lembaga-lembaga yang menunjang pelatihan-pelatihan tersebut
Dari beberapa kutipan diatas, penulis dapat menarik sebuah kesimpulan
mengenai hal tersebut bahwa, kompetensi auditor dapat dibentuk diantaranya
melalui pengetahuan dan pengalaman, keahlian dan pemahaman dibidangnya
untuk dapat mendukung kualitas dari pekerjaan yang dilakukan serta
keterkaitannya dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan dalam
✞8
auditor yang kompeten dan berkualitas.
Kompetensi seorang auditor dapat dilihat dati substansi masalah yang
diangkat dalam pelaksanaan audit. Bila masalah yang diangkat adalah hal-hal
yang kurang penting sementara masih banyak masalah-masalah yang lebih
penting namun tidak dibahas secara rinci, maka hal ini sedikit banyak
mengindikasikan derajat kompetensi seorang auditor.
Hogan (1997) menjelaskan bahwa kantor auditor besar dapat memberikan
kualitas audit yang baik dimana dapat mengurangi terjadinya underpricing pada
saat perusahaan melakukanInitial Public Offering(IPO). Teoh dan Wong (1993)
juga memberikanEarning Response Confficient (ERC) perusahaan yang menjadi
klien pada kantor audit besar, secara statistik signifikan lebih besar dibandingkan
perusahaan yang menjadi klien pada kantor akuntan audit kecil. Kantor audit yang
besar menunjukkan kredibilitas auditor yang semakin baik, berarti kualitas audit
yang dilakukan akan semakin baik pula (Hogan, 1997 ; Teoh dan Wong, 1993)
2.1.1.2 karakteristik Kompetensi
Menurut Lyle & Spencer yang dikutip Syaiful F Pribadi (2004:92) menyatakan bahwa terdapat lima karakteristik dari kompetensi adalah sebagai
berikut:
1. Motives(motif) adalah hal-hal yang berfikir oleh seseorang untuk berfikir dan memiliki keinginan secara konsisten yang akan dapat menimbulkan tindakan.
2. Trains (karekteristtik) adalah karakteristik fisik-fisik dan respons-respons yang konsisten terhadap situasi atau informasi.
✟✠
4. Knowladge (pengetahuan) adalah informasi yang dimiliki seseorang dalam bidang-bidang content tertentu.
5. Skill (keterampilan) adalah kemampuan untuk melakukan tugas fisik atau mental.
Dari kelima karakteristik diatas, penulis dapat mengungkapkan pendapat
tentang pandangan mengenai kompetensi auditor berkenaan dengan masalah
kemampuan atau keahlian yang dimiliki auditor didukung dengan pengetahuan
yang bersumber dari pendidikan formal dan disiplin ilmu yang relavan dan
pengalaman yang sesuai dengan bidang pekerjaan
2.1.1.3 Kode Etik
yang menjadi landasan dari etika profesional setiap profesi adalah
kebutuhan profesi tersebut tentang kepercayaan masyarakat terhaadap mutu jasa
yang diserahkanoleh profesi, setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada
masyarakat memerlukan kepercayaan dari masyarakat yang dilayaninya.
Masyarakat akan sangat menghargai profesi yang menerapkan standar mutu tinggi
terhdap pelaksanaan pekerjaan anggota profesi, kepercayaan masyarakat terhadap
mutu audit akan menjadi lebih tinggi terhdap pelaksanaan audit yang dilakukan
oleh anggota profesi tersebut.
Menurut Alvin A. Arens (2003:110) mendefinisikan Etika itu sendiri adalah sebagai berikut :
“Etika secara garis besar dapat didefinisikan sebagai serangkaian prisnsip
atau nilai-nilai normal”.
Etika profesional dikeluarkan oleh organisasi profesi untuk mengatur
✡☛
Etika professional bagi praktik akuntan Indonesia (IAI). Dengan demikian etika
professional yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia tidak hanya
mengatur anggotanya dalam berpraktik sebagai akunntan publik, namin dalam
profesi akuntan lainnya.
Anggota IAI yang berpraktik sebagai akuntan publik bertanggung jawab
untuk mematuhi pasal-pasal yang tercantum dalam Kode Etik Akuntan Indonesia.
Kewajiban untuk memenuhi kode etik ini tidak terbatas pada akuntan yang
menjadi anggota IAI saja, namun mencakup pada semua orang yang bekerja
dalam praktik profesi akuntan publik. Seperti karyawan, partner, dan staf
2.1.1.3.1 Kecakapan Profesional Akuntan Publik
Didalam Kode Etik Akuntan Indonesia Bab II Kecakapan Profesional
dicantumkan dalam dua pasal. Pasal 3 dalam kode etik tersebut mengatur :
1. Kewajiban bagi semua anggota IAI untuk melaksanakan pekerjaannya berdasarkan standar profesional yangberlaku bagi pekerjaannya tersebut. 2. Kewajiban bagi setiap anggota IAI untuk mengikat orang-orang lain yang
bekerja dalam pelaksanaan tugas profesionalnya untuk mematuhi Kode Etik Akuntan Indonesia.
3. Kewajiban bagi setiap anggota IAI untuk senantiasa meningkatkan kecakapan profesinal.
4. Kewajiban untuk menolak setiap penugasan yang tidak sesuai dengan kecakapan profesionalnya.
Dalam Pasal 2 Ayat 1a Kode Etik Akuntan Indonesia diatur mengenai kewajiban akuntan publik untuk melaksanakan pekerjaannya berdasarkan Standar
Profesional Akuntan Publik yang berisi tiga standar yaitu : (1) Standar Auditing,
(2) Standar Atestasi, (3) Standar Jasa Akuntan Publik, diwajibkan untuk
☞✌
Dalam Pasal 2 Ayat 1b Kode Etik Akuntan Indonesia diatur mengenai kewajiban akuntan publik untuk menjelaskan kepada staf dan ahli lainnya yang
bekerja padanya mengenai keterkaitan mereka terhadap Kode Etik Akuntan
Indonesia. Seperti telah disebutkan di muka, Kode Etik Akuntan Indonesia hanya
mengikat akuntan yang menjadi anggota IAI, namun juga mengikat orang lain
yang bekerja pada kantor akuntan publik untuk mematuhi pasal-pasal Kode Etik
Akuntan Indonesia. Jika dalam menjalankan pekerjaan auditnya, auditor
memerlukan tenaga ahli lain (selain ahli akuntansi dan audit), ia tetap bartanggung
jawab atas ahli pekrjaan ahli tersebut.
Dalam pasal 2 ayat 2 kode Etik Akuntan Indonesia, akuntan publik diwajibkan untuk memelihara dan meningkatkan kecakapan profesionalnya, agar
jasa yang dihasilkan senantiasa relavan dengan kebutuhan pemakai jasanya.
Pemeliharaan dan peningkatan kecakapan profesional auditor dilaksanakan
melalui progam pendidikan profesional berkelanjutan yang diselenggarakan oleh
IAI.
Dalam pasal 2 ayat 3 Kode Etik Akuntan Indonesia melarang akuntan publik menerima pekerjaan jika ia atau kantornya diperkirakan tidak akan mampu
menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan kompetensi profesional. Akuntan publik
dapat dikatakan memiliki kompetensi profesional jika ia mampu melaksanakan
pekerjaan auditnya sesuai dengan standar auditing, mampu melaksanakan
pelaksanaan pekerjaan atastasinya sesuai dengan standar atestasinya mampu
✍✍
Dalam Pasal 3Kode Etik Akuntan Indonesia berisi larangan bagi anggota IAI yang tidak bekerja sebagai akuntan publik untuk memberikan pernyataan
pendapatan atas asrsi yang dibuat oelh pihak lain, kecuali bagi akuntan yang
menurut perundang-undangan yang berlaku harus memberikan pernyataan
akuntan.
2.1.2 Tekanan Anggaran Waktu Audit (Time Budget Pressure)
Tekanan anggaran waktu adalah suatu keadaan yang menunjukkan
auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang
telah disusun atau terdapat pembatasan waktu dan anggaran yang sangat ketat
dan baku (Sososutikno, 2003)
Tekanan Anggaran Waktu merupakan rentang waktu yang diberikan oleh
yang memberikan tugas untuk melakukan audit terhadap auditor untuk
menyelesaikan tugas auditnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Samekto dan
Agus menunjukan bahwa jika waktu pelaksanaan audit yang diberikan tidak
cukup, maka auditor dalam melaksanakan tugasnya secara tergesa-gesa sesuai
dengan kemampuannya atau mengerjakanya hanya sebagian tugasnya. Sebaliknya
bila batasan waktu terlalu longgar, maka fokus perhatian auditor akan berkurang
sehingga akan cenderung gagal mendeteksi bukti audit yang signifikan. Hasil
penelitian tersebut bertentangan dengan eksperimen yang dilakukan oleh
Waggoner dan Cashell dalam yang menunjukkan bahwa semakin banyak waktu
✎✏
Tekanan anggaran waktu merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja
auditor (Ahituv dan Igbaria, 1998).
Penelitian lain dilakukan oleh Kelley dan Margheim yang menyebutkan bahwa
ketika auditor menetapkan alokasi waktu audit yang sangat ketat, akan mengakibatkan
efek samping yang merugikan publik, yaitu memunculkan perilaku yang mengancam
kualitas audit antara lain penurunan tingkat pendeteksian dan penyelidikan aspek
kualitatif salah saji, gagal meneliti prinsip akuntansi, melakukan review dokumen secara
dangkal, menerima penjelasan klien secara lemah dan mengurangi pekerjaan pada salah
satu langkah audit di bawah tingkat yang diterima.
De Zoort dan Lord (1997), menyebutkan ketika menghadapi tekanan
anggaran waktu, auditor akan memberikan respon dengan dua cara yaitu;
fungsional dan disfungsional. Tipe fungsional adalah perilaku auditor untuk
bekerja lebih baik dan menggunakan waktu sebaik-baiknya, hal ini sesuai
juga dengan pendapat yang dikemukakan oleh Glover (1997), yang
mengatakan bahwa anggaran waktu diidentifikasikan sebagai suatu potensi
untuk meningkatkan penilaian audit (audit judgement) dengan mendorong
auditor lebih memilih informasi yang relevan dan menghindari penilaian yang
tidak relevan. Sementara itu tipe disfungsional perilaku auditor yang
dikemukakan oleh Rhode (1978), mengatakan bahwa tekanan anggaran
waktu berpotensi menyebabkan perilaku penurunan kualitas audit.
De zoort (2002) mendefenisikan tekanan anggaran waktu sebagai bentuk
tekanan yang muncul dari keterbatasan sumber daya yang dapat diberikan untuk
melaksanakan tugas. Sumber daya diartikan sebagai waktu yang digunakan
✑✒
Otley dan Pierce (1995), menjelaskan juga bahwa perilaku auditor
dalam hal PrematurSign-Off Audit Procedures(menghentikan prosedur audit),
Underreporting of Time(keterlambatan atau tidak tepat waktu), Altering Audit
Process dan Gathering Unsufficient Evidence (mengganti proses audit dan
mengumpulkan bukti yang tidak cukup) termasuk kepada perilaku
disfungsional auditor.
Tekanan anggaran waktu adalah keadaan yang menunjukkan auditor
dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun
atau terdapat pembatasan waktu dan anggaran waktu yang sangat ketat dan baku
(Sososutikno, 2003)
Tekanan anggaran waktu merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja
auditor (Ahituv dan Igbaria, 1998).
2.1.3 Kualitas Audit
Pengertian Kualitas adalah suatu hasil yang telah dicapai oleh
subjek/objek untuk memperoleh tingkat kepuasan, sehingga akan menimbulkan
hasrat subjek/objek untuk menilai suatu kegiatan tersebut (Akmal, 2006:65)
Kualitas audit adalah Probabilitas seorang auditor dapat menemukan dan
melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien
(Sososutikno, 2003)
Adapun untuk mengukur kualitas audit pada auditor di Bandung
digunakan indikator kualitas audit yang dikemukakan SPAP, SA Seksi 411,
✓✔
(a) Ketepatan waktu penyelesaian audit
(b) Ketaatan pada standar auditing
(c) Komunikasi dengan tim audit dengan manajemen klien
(d) Perencanaan dan pelaksanaan
(e) Independensi dalam pembuatanoutcome/ laporan audit
Akuntan publik atau auditor independen dalam menjalankan tugasnya
harus memegang prinsip-prinsip profesi. Ada 8 prinsip yang harus dipatuhi
akuntan publik yaitu :
1. Tanggung jawab profesi.
Setiap anggota harus menggunakan pertimbangan moral dan profesional
dalam semua kegiatan yang dilakukannya.
2. Kepentingan publik.
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka
pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan public dan menunjukkan
komitmen atas profesionalisme.
3. Integritas.
Setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya
dengan intregitas setinggi mungkin.
4. Objektivitas.
Setiap anggota harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
5. Kompetensi dan kehati-hatian profesional.
✕6
kompetensi dan ketekunan serta mempunyai kewajiban untuk
mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesional.
6. Kerahasiaan.
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh
selama melakukan jasa professional dan tidak boleh memakai atau
mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan
7. Perilaku Profesional.
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi
profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
8. Standar Teknis.
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan standar
teknis dan standar profesional yang relevan (Simamora, 2002:47)
Selain itu akuntan public juga harus berpedoman pada Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI), dalam hal ini adalah standar auditing. Standar auditing terdiri
dari standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.
1. Standar Umum.
a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam
sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya auditor wajib
✖✗
2. Standar Pekerjaan Lapangan.
a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya
b. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus dapat
diperoleh untuk merencanakan audit dan menetukan sifat, saat, dan lingkup
pengujian yang akan dilakukan.
c. Bukti audit kompeten yang cukup harus dapat diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, pengajuan, pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar yang
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.
3. Standar Pelaporan.
a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan jika ada ketidak
konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan
periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut
dalam periode sebelumnya.
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai,
kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor
d. Laporan auditor harus memuat pernyataan pendapat mengenai laporan
keuangan secara keseluruhan atas suatu asersi.
Sehingga berdasarkan uraian di atas, audit memiliki fungsi sebagai
proses untuk mengurangi ketidakselarasan informasi yang terdapat antara
✘8
memberikan pengesahan terhadap laporan keuangan. Para pengguna laporan
keuangan (SPAP,2001;150:1):
Namun sampai saat ini belum ada definisi yang pasti mengenai
bagaimana dan apa kualitas audit yang baik itu. Tidak mudah untuk
menggambarkan dan mengukur kualitas jasa secara obyektif dengan beberapa
indikator. Hal ini dikarenakan, kualitas jasa adalah sebuah konsep yang sulit
dipahami dan kabur, sehingga kerap kali terdapat kesalahan dalam menentukan
sifat dan kualitasnya (Nurchasanah, 2003:49)
Sutton (1993) menyatakan bahwa tidak adanya definisi yang pasti
mengenai kualitas audit disebabkan belum adanya pemahaman umum mengenai
faktor penyusun kualitas dan sering terjadi konflik peran antara berbagai
pengguna laporan audit. Sutton (1993) menjelaskan bahwa dengan
mengumpulkan beberapa penelitian sebelumnya menyatakan ada perbedaan
persepsi mengenai kualitas audit
Pengukuran kualitas audit tersebut membutuhkan kombinasi antara
ukuran hasil dan proses. Pengukuran hasil lebih Banyak digunakan karena
pengukuran proses tidak dapat diobservasi secara langsung sedangkan
pengukuran hasil biasanya menggunakan ukuran besarnya audit. Hal tersebut
senada dengan Moizer (1986) yang menyatakan bahwa pengukuran kualitas
proses audit terpusat pada kinerja yang dilakukan auditor dan kepatuhan pada
standar yang telah digariskan.
Berbagai penelitian tentang kualitas audit pernah dilakukan, salah satunya
✙✚
sektor publik dengan menggunakan sampel KAP yang mengaudit institusi sektor
publik. Studi ini menganalisis temuan-temuan Quality Control Review. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa lama hubungan dengan klien (audit tenure),
jumlah klien, telaah dari rekan auditor (peer review), ukuran dan kesehatan
keuangan klien serta jam kerja audit secara signifikan berhubungan dengan
kualitas audit. Faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas audit adalah
pendidikan, struktur audit, kemampuan pengawasan (supervisor),
profesionalisme dan beban kerja. Semakin lamaaudit tenure, kualitas audit akan
semakin menurun. Sedangkan kualitas audit akan meningkat seiring dengan
meningkatnya jumlah klien, reputasi auditor, kemampuan teknis dan keahlian
yang meningkat.
Sedangkan hasil penelitian Behn et. al menunjukkan 6 atribut kualitas
audit (dari 12 atribut) yang berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan
klien, yaitu : pengalaman melakukan audit, memahami industri klien, responsif
atas kebutuhan klien, taat pada standar umum, keterlibatan pimpinan KAP, dan
keterlibatan komite audit (Simposium Nasional Akuntansi V, 2002:563)
Kemudian Harhinto (2004) telah melakukan penelitian mengenai pengaruh
keahlian dan independensi terhadap kualitas audit. Dimana keahlian diproksikan
dengan pengalaman dan pengetahuan, sedangkan independensi diproksikan dalam
lama ikatan dengan klien, tekanan dari klien dan telaah dari rekan auditor. Adapun
untuk mengukur kualitas audit digunakan indikator antara lain : (a)Melaporkan
semua kesalahan klien, (b)Pemahaman terhadap sistem informasi akuntansi klien,
✛✜
auditing dan prinsip akuntansi dalam melakukan pekerjaan lapangan, (e.)Tidak
percaya begitu saja terhadap pernyataan klien, (f.)Sikap hati-hati dalam
pengambilan keputusan.
2.1.4 Audit
Pada dasarnya audit merupakan kegiatan yang membandingkan kondisi aktual
yang ada dengan kriteria yang telah dibuat. Kondisi yang dimaksud disini merupakan
keadaan yang seharusnya dapat digunakan oleh auditor sebagai pedoman untuk
mengevaluasi informasi dalam lingkup akuntansi dan keuangan.
Audit adalah suatu proses yang sistematis tentang akumulasi dan evaluasi
terhadap bukti tentang informasi yang ada dalam suatu perusahaan tertentu.
sebagimana didefinisikan olehSusanti Irawati (2008:1):
“Audit adalah suatu proses yang dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti
-bukti audit mengenai kegiatan ekonomi yang dicerminkan dari informasi
keuangan suatu perusahaan tertentu”
Pengertian Audit menurut Mulyadi adalah sebagai berikut :
“Secara umum auditing adalah suatu proses sitematik untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegitan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan”.
(2002:9)
Sedangkan pengertian Audit menurut Henry Simamora adalah :
✢✣
(2009:9)
Dari definisi audit secara umum tersebut memiliki unsur penting yang
diuraianMulyadi (2009:9)yaitu antara lain sebagai berikut: 1. Suatu Proses Sistematik
Auditing merupakan suatu proses yang sistematik, yaitu berupa suatu
rangkaian langkah atau prosedur yang logis, berangka dan terorganisasi.
Auditing dilaksanakan dengan suatu urutan langkah yang direncanakan,
terorganisir dan bertujuan.
2. Untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif
Proses sistematik itu ditujukan untuk memperoleh bukti yang mendasari
pernyataan yang dibuat oleh individu atau badan usaha, serta untuk
mengevaluasi tanpa memihak atau prasangka terhadap bukti-bukti tersebut
3. Pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi
Yang dimaksud dengan pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi
disini adalah hasil proses akuntansi. Akuntansi merupakan proses
pengidentifikasian, pengukuruan, dan penyampaian informasi ekonomi yang
dinyatakan dalam satuan uang. Proses akuntansi ini menghasilkan suatu
pernyataan yang disajikan dalam laporan keuangan, yang umumnya terdiri dari
empat laporan keuangan pokok: neraca, laporan laba/rugi, laporan perubahan
ekuitasdan laporan arus kas. Laporan keuangan dapat pula berupa laporan
✤✥
4. Menetapkan tingkat kesesuaian
Pengumpulan bukti mengenai pernyataan dan evaluasi terhadap hasil
pengumpulan bukti tersebut dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian
pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan.
5. Kriteria yang ditetapkan
Kriteria atau standar yang digunakan sebagai dasar untuk menilai pernyataan
dapat berupa:
a. Peraturan yang ditetapkan oleh suatu badan legislatif
b. Anggaran atau ukuran prestasi lain yang ditetapkan oleh manajemen
c. Prinsip akuntansi yang berterima umum di Indonesia (generally accepted accounting principles)
6. Penyampaian hasil
Penyampaian hasil auditing sering disebut dengan atestasi (attestation).
Penyampaian hasil ini dilakukan secara tertulis dalam bentuk laporan audit
(audit report).
7. Pemakai yang berkepentingan
Dalam dunia bisnis pemakai yang berkepentingan terhadap laporan audit
adalah para pemakai informasi keuangan, calon investor dan kreditur,
✦✦
2.1.4.1 Tujuan Audit
MenurutAbdul Halim (2008:147)tujuan audit adalah sebagai berikut :
“Untuk menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material,
posisi keuangan dan hasil usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum”.
Menurut Alvin A. Arens, Randal J. Elder, Mark S. Beasly (2007:218) yang diterjemahkan oleh Tim Dejacarta menyatakan terdapat dua tujuan spesifik
audit, yaitu :
1. Tujuan umum berkait saldo
a. Eksistensi
Tujuan ini menyangkut apakah angka-angka dimasukkan dalam laporan keuangan memang seharusnya dimasukkan.
b. Kelengkapan
Tujuan ini menyangkut apakah semua angka-angka yang seharusnya dimasukkan memang diikut sertakan secara lengkap.
c. Akurasi
Tujuan akurasi mengacu ke jumlah yang dimasukkan dengan jumlah yang benar.
d. Klasifikasi
Klasifikasi digunakkan untuk menunjukkan apakah setiap pos dalam daftar klien telah dimasukkan dalam akun yang benar.
e. Pisah Batas
Tujuannya adalah untuk memutuskan apakah transaksi telah dicatat dalam periode yang tepat.
f. Kecocokan Rincian
Tujuannya adalah untuk meyakinkan bahwa rincian dalam daftar memang dibuat dengan akurat, dijumlahkan secara benar dan sesuai dengan buku besar.
g. Nilai Realisasi
✧★
h. Hak dan Kewajiban
Tujuan ini merupakan cara akuntan publik memenuhi asersi mengenai hak dan kewajiban.
i. Penyajian dan Pengungkapan
Untuk mencapai tujuan penyajian, akuntan publik melakukan pengujian untuk menyakinkan bahwa semua akun neraca dan laporan laba rugi serta informasi yang berkaitan telah disajikan dengan benar dalam laporan keuangan.
2. Tujuan audit umum berkait transaksi
a. Eksistensi
Tujuan ini berkaitan apakah transaksi yang dicatat secara aktual memang terjadi.
b. Kelengkapan
Tujuan ini menyangkut apakah seluruh transaksi yang seharusnya ada dalam jurnal secara aktual telah dimasukkan.
c. Akurasi
Tujuan ini menyangkut keakuratan informasi untuk transaksi akuntansi.
d. Klasifikasi
Transaksi yang dicantumkan dalam jurnal diklasifikasikan dengan tepat
e. Saat Pencatatan
Kesalahan saat pencatatan jika transaksi tidak dicatat pada tanggal transaksi terjadi.
f. Posting Pengikhtisaran
Transaksi yang tercatat secara tepat dimasukkan dalam berkas induk dan di ikhtisarkan dengan benar.
2.1.4.2 Pelaksanaan Audit
Dalam menjalankan tugasnya, seorang auditor harus mengunjungi unit
kerja yang akan diaudit. Dalam menjalankan fungsinya, seorang auditor
mempunyai hak untuk mendapatkan akses informasi yang dibutuhkan. Untuk itu
✩✪
dalam berinteraksi dengan staf atau pimpinan unit tersebut. Ada beberapa cara
yang dapat ditempuh auditor dalam mendapatkan informasi dari audite, antara
lain:
1. Mengamati Proses Kerja.
Dalam hal ini, auditor dapat memulai tugasnya dengan mengamati atau
melakukan observasi secara langsung proses kerja dalam perspektif manajemen
mutu. Melalui pengamatan ini, auditor dapat mengumpulkan data/informasi
dan mendeteksi apakah terdapat gejala adanya penyimpangan atau kesenjangan
(diskrepansi).
2. Meminta Penjelasan
Auditor dapat menggali informasi dengan cara meminta penjelasan dari unit
kerja yang dikunjungi (auditee). Untuk mendapatkan informasi yang banyak,
maka teknik bertanya auditor sebaiknya menggunakan pertanyaan terbuka.
3. Meminta Peragaan
Dalam kasus tertentu, auditor dapat meminta auditee memperagakan suatu
kegiatan. Ketika peragaan sedang dilakukan, auditor mengamati sambil
membandingkan dengan ketentuan atau persyaratan yang telah diatur dalam
Buku Pedoman Simintas.
4. Menelaah Dokumen Simintas
Melalui proses telaah dokumen, auditor dapat mencatat berbagai informasi
signifikan untuk ditanyakan kepada audit.
✫6
Dalam proses audit, auditor diperbolehkan mengumpulkan data/informasi dari
unit-unit lain yang berkaitan. Misalnya untuk mengaudit Fakultas dalam
penyiapan dan koreksi soal ujian, seorang auditor boleh memeriksa silang ke
Pusat Pengujian.
6. Mencari Bukti-bukti
Dalam proses audit, tujuan auditor adalah mencari informasi/data dan
bukti-bukti objektif. Bukti objektif dapat berupa catatan, dokumen, atau kondisi
faktual yang dapat dianalisis dan dibuktikan kebenarannya. Misalnya auditor
menemukan suatu diskrepansi atau penyimpangan, maka auditor perlu mencari
bukti-bukti yang dapat mendukung untuk menguji kebenaran temuan tersebut.
7. Melakukan Survei
Apabila dimungkinkan, seorang auditor boleh menggunakan seperangkat
angket survei untuk mengecek hal-hal tertentu, misalnya tingkat kepuasan
pelanggan, efektifitas komunikasi, masalah kepemimpinan, dan sebagainya
2.1.4.3 Jenis-Jenis Audit
Akuntan Publik melaksanakan tiga tipe audit utama : audit atas laporan
keuangan, audit operasional dan audit kepatuhan. Dua jenis jasa audit yang
terakhir sering kali dinamakan sebagai audit aktivitas, walaupun kedua jenis audit
tersebut sangat mirip dengan jasaassurancedan jasa atestasi.
MenurutRahayudanSuhayati (2010 : 4)jenis audit terditi dari 3 macam, yaitu :
✬✭
Audit laporan keuangan bertujuan untuk menentukan apakah laporan
keuangan telah disajikan wajar, sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu.
2. Audit Operasional
Perkembangan bisnis membuat pemegang saham sudah tidak dapat
mengikuti semua kegiatan operasi perusahaannya sehari-hari, sehingga
mereka membutuhkan auditor manajemen yang profesional untuk membantu
mereka dalam mengendalikan operasional perusahaan.
3. Audit Kepatuhan
Audit Kepatuhan bertujuan untuk menentukan apakah auditee (yang
diperiksa) telah mengikuti kebijakan, prosedur, dan peraturan yang telah
ditentukan pihak yang otoritasnya lebih tinggi.
Berdasarkan uraian di atas bahwa jenis-jenis audit merupakan kegiatan
yang dilakukan oleh bagian audit. Kriteria yang ditetapkan dari setiap jenis audit
memiliki ciri khas sendiri, seperti : (1) audit atas laporan keuangan berdasarkan
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, (2) audit kepatuhan berdasarkan
kebijakan manajemen, hukum, peraturan, atau persyaratan lain pihak ketiga dan
(3) audit operasional berdasarkan penetapan tujuan misalnya, yang dilakukan oleh
manajemen atau pihak yang berwenang.
Sedangkan Mulyadi(2009:28) mengemukakan orang atau sekelompok orang yang melaksanakan audit dapat dikelompokan menjadi 3 golongan antara lain
adalah sebagai berikut :
1. Auditor independen
✮8
dibuat oleh kliennya. Audit tersebut terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan seperti : kreditur, investor, dan instansi pemerintahan (terutama instansi pajak).
2. Auditor Pemerintah
Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggung jawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi atau entitas pemerintahan atau pertanggung jawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah.
3. Auditor Intern
Auditor intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah menetukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menetukan efisiensi dan efektifitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.
Pada dasarnya layanan yang diberikan oleh para auditor disetiap cabang
auditing diatas adalah sama, kini setiap cabang telah terpisah dan mempunyai
tanggung jawab beda dengan tingkat kebebasan yang berbeda.
2.1.4.4 Jenis-jenis Auditor
Jenis-jenis auditor ada empat, yaitu :
1. Auditor Eksternal / Akuntan Publik / Auditor Independen
Auditor yang melakukan fungsi pengauditan atas laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Praktik akuntan publik harus dilakukan melalui suatu Kantor Akuntan Publik.
2. Auditor Pemerintah
Auditor yang bertugas melakukan audit atas keuangan pada instans-instansi pemerintah.
3. Auditor Internal
Auditor yng bekerja pada suatu perusahaan dan berstatus sebagai pegawai perusahaan tersebut bertugas membantu manajemen perusahaan tempat dimana ia bekerja.
4. Auditor Pendidik
Auditor yang bekerja sebagai pendidik.
✯✰
2.1.5 Standar Auditing
Standar Profesional Akuntan Publik merupakan standar auditing yang
menjadi criteria atau pedoman kerja minimum yang memiliki hukum bagi para
auditor dalam menjalankan tanggungjawab profesionalnya. SPAP merupakan
kodifikasi pernyataan standar auditing, standar atestasi, dan standar jasa akuntansi
yang telah diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia-Komite Norma Pemeriksaan
Akuntan.
2.1.6 Hubungan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit
Kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan indepedensi
(Christiawan, 2002)
Deis dan Groux (1992) menjelaskan bahwa probabilitas untuk menemukan
pelanggaran tergantung pada kemampuan teknis auditor dan probabilitas
melaporkan pelanggaran tergantung pada indepedensi auditor (Simposium
Nasional Akuntansi, Juli 2007)
Alim Hasari dan Purwanti (2007) dalam penelitiannya berkaitan
kompetensi dan indepedensi terhadap kualitas audit menjelaskan bahwa
kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Sebagian besar studi yang pernah dilakukan dalam rangka kualitas audit,
✱✲
2.1.7 Hubungan Tekanan Anggaran Waktu Dengan Kualitas Audit
Tekanan anggaran waktu yang dihadapi oleh profesional dalam bidang
pengauditan dapat menimbulkan tingkat stress yang tinggi dan mempengaruhi
sikap, niat, dan perilaku auditor serta mengurangi perhatian mereka terhadap
aspek kualitatif dari indikasi salah saji yang menunjukkan potensial kecurangan
atas pelaporan keuangan (Dezoort, 2002)
Time budget selalu digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi juga
merupakan komponen penilaian dalam performance appraisal. Hal ini
menimbulkan pressure kepada auditor untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai
dengan waktu yang telah dianggarkan. Dibawah time budget pressure, auditor
akan menerima pilihan yang berisiko dan hanya fokus terhadap informasi yang
penting. Time budget pressure yang terlalu ketat yang kemungkinan berdampak
pada penurunan kualitas kinerja auditor serta berpengaruh terhadap kualitas
pemeriksaan keuangan yang dilakukan oleh auditor (Burmansyah 2009).
Saat menghadapi tekanan anggaran waktu, auditor akan memberikan
respon dengan dua cara yaitu fungsional dan disfungsional. Jadi dengan adanya
tekanan anggaran waktu dapat mempengaruhi perilaku auditor yang kemudian
✵✶
2.2 Kerangka Pemikiran
Profesi akuntan publik, ialah profesi dimana seorang akuntan atau disebut
auditor bekerja untuk melayani jasa publik. Yang dimana jasa publik tersebut
meliputi, memeriksa laporan keuangan suatu perusahaan, memberikan suatu
analisa laporan keuangan, memberikan tanggapan atas kejadian yang terjadi
dimasyarakan khususnya mengenai kinerja keuangan. Profesi akuntan publik
harus memiliki beberapa faktor yang menunjang pekerjaannya sehingga
menghasikan suatu kualitas laporan yang baik. Faktor-faktor tersebut ialah :
1. Kompetensi
Kompetensi adalah keseluruhan pengetahuan, kemampuan, atau
keterampilan dan sikap kerja ditambah atribut kepribadian yang dimiliki oleh
✷✸
kecerdasan emosional, pengalaman, pelatihan, sikap positif, keterampilan kerja
serta kondisi kesehatan yang baik dan bisa dibuktikan dalam pelaksanaan tugas
dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya (Iskandar Dinata, 2006:36)
Kompetensi t e r b a g i dalam 4 (empat) komponen yaitu pengetahuan,
pengalaman, pendidikan dan pelatihan. Iskandar Dinata (2006:36)
a. Pengetahuan
Pengetahuan m e n u r u t Meinhard et.al (1987) diukur dari seberapa
tinggi pendidikan seorang auditor karena dengan demikian auditor akan
mempunyai semakin banyak pengetahuan (pandangan) mengenai bidang yang
digelutinya sehingga dapat mengetahui berbagai masalah secara lebih
mendalam, selain itu auditor akan lebih mudah dalam mengikuti perkembangan
yang semakin kompleks (Harhinto, 2004:35)
b. Pengalaman
Pengalaman merupakan akumulasi gabungan dari semua yang diperoleh
melalui berhadapan dan berinteraksi secara berulang-ulang dengan sesama
benda alam, keadaan, gagasan, dan penginderaan (Loeher, 2002)
c. Pendidikan
Auditor eksternal harus selalu memelihara atau mempertahankan kualitas
profesionalnya serta kemampuan teknisnya melalui pendidikan secara
berkesinambungan. Mereka harus berusaha memperoleh informasi tentang
kemajuan dan perkembangan baru dalam standar, prosedur dan teknik-teknik
✹✹
d. Pelatihan
Satuan Kerja Audit eksternal harus terdiri dari para auditor yang memiliki
latar belakang pendidikan dan keahlian yang relevandengan tugas-tugas audit.
Setiap auditor internal harus memiliki pengetahuan dan kecakapan dalam
menerapkan berbagai standar, prosedur dan teknik pemeriksaan, prinsip-prinsip
dan teknik-teknik akuntansi, prinsip-prinsip manajemen, serta pemahaman
terhadap dasar dari berbagai pengetahuan, seperti akuntansi, ekonomi, hukum,
perdagangan, perpajakan, keuangan, metode-metode kuantitatif dan sistem
informasi yang dikomputerisasi. Kesemuanya bisa diperoleh dari
pelatihan-pelatihan yang dilakukan lembaga-lembaga yang menunjang pelatihan-pelatihan tersebut
2. Tekanan anggaran waktu
Tekanan anggaran waktu adalah keadaan yang menunjukkan auditor dituntut
untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun atau
terdapat pembatasan waktu dan anggaran waktu yang sangat ketat dan baku
(Sososutikno, 2003)
Tekanan anggaran waktu mempengaruhi seorang auditor dalam melakukan
tugas-tugasnya, oleh karena itu tekanan anggaran waktu yang sempit dapat
memberatkan auditor juga. Dan penugasan beban yang banyak akan
mempengaruhi juga terhadap kualitas pekerjaan auditor juga. Sehingga seorang
auditor harus dapat mengefesiensikan waktu yang ada terhadap beban