• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AKUNTAN PUBLIK TERHADAP KUALITAS AUDIT PADA PROFESI AKUNTAN PUBLIK DI SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AKUNTAN PUBLIK TERHADAP KUALITAS AUDIT PADA PROFESI AKUNTAN PUBLIK DI SURABAYA."

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

DEFIANTI RISWANDI

1013010040/FE/EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

(2)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan

Dalam Memperoleh Gelar Sar jana EKONOMI DAN BISNIS

Pr ogdi Akuntansi

Diajukan Oleh :

DEFIANTI RISWANDI

1013010040/FE/EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(3)

Yang diajukan

DEFIANTI RISWANDI

1013010219/FE/EA

Disetujui untuk Ujian Lisan oleh

Pembimbing Utama

Dr.Gideon Setyo Budiwitjaksono, M.Si

Tanggal : …………

NIP. 267069502431

Wakil Dekan I

(4)

SURABAYA

Disusun Oleh :

Defianti Riswandi

1013010040/FEB/EA

telah dipertahankan dihadapan

dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi

Progdi Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

pada tanggal 28 Maret 2014

Pembimbing :

Tim Penguji :

Pembimbing Utama

Ketua

Dr. Gideon S.B, M.Si

Dr. Gideon S.B, M.Si

Sekretaris

Dra. Ec. Erry A, M.Aks, Ak

Anggota

Drs. Ec. Eko Riadi, M.Aks

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Jawa Timur

(5)

dapat menyelesaikan tugas akhir penulisan skripsi dengan judul : “PENGARUH

KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AKUNTAN PUBLIK TERHADAP

KUALITAS AUDIT PADA PROFESI AKUNTAN PUBLIK DI SURABAYA”

dengan baik.

Pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis sangat berterima kasih kepada

semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan sehingga dapat

menyelesaikan tugas-tugas sebagai mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur. Ucapan terima kasih khususnya penulis sampaikan kepada :

1.

Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2.

Bapak Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3.

Bapak Dr. Hero Priono, SE, MSi, Ak, CA selaku Kepala Program Studi

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa

Timur.

4.

Bapak Dr. Gideon Setyo Budiwitjaksono, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang

telah meluangkan dukungan, semangat, ilmu, serta waktunya untuk membimbing

(6)

sayang, dukungan moril dan materiil selama kuliah hingga penyelesaian skripsi

ini.

7.

Kepada sahabat saya yang selalu memberikan motivasi, dan semangat dalam

menyusun skripsi, Rafika dan Ninid.

8.

Teman-teman jurusan akuntansi 2010 khususnya Sahabat – sahabat di kampus

tercinta Ratih, Dhani, Septian, Bunda, Luluk, Firda, Nova dan teman-teman

bimbingan Bapak Gideon yang selalu memberi semangat dan doa serta kasih

sayang, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna,

karena itu saran dan kritik sangat diharapkan demi perbaikan dan penyempurnaan

skripsi ini, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi akademika UPN “Veteran”

Jawa Timur umumnya, serta bagi mahasiswa Program Studi Akuntansi khususnya.

Surabaya, 21 Maret 2014

(7)

Kata Pengantar ...

i

Daftar Isi ...

iii

Daftar Tabel ...

vii

Daftar Gambar ... viii

Abstraksi ...

ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ...

1

1.2 Rumusan Masalah ...

6

1.3 Tujuan Penelitian ...

6

1.4 Manfaat Penelitian ...

6

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA

2.1

Penelitian Terdahulu ...

9

2.2

Landasan Teori………..

12

2.2.1

Definisi, Tujuan, dan Proses Auditing ...

12

2.2.2

Jenis-Jenis Auditing ...

15

2.2.3

Jenis-jenis Auditor ……….. ...

17

2.2.4

Kualitas Audit ………...

18

2.2.5

Kompetensi Akuntan Publik……….………....

21

2.2.5.1 Definisi Kompetensi Akuntan Publik…………...

21

2.2.5.2 Pencapaian Kompetensi Profesional Akuntan

Publik………...

26

(8)

Independensi Akuntan Publik terhadap Kualitas Audit

Akuntan Publik………... 35

2.3

Kerangka Pemikir ……….

37

2.4

Hipotesis ………...

38

BAB III METODE PENELITIAN

3.1

Objek Penelitian ...

39

3.2

Operasionalisme dan Pengukuran Variabel ...

40

3.2.1

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ...

40

3.2.2

Pengukuran Variabel ...

43

3.3

Teknik Penentuan Sampel ...

46

3.3.1

Populasi ...

46

3.3.2

Sampel ...

46

3.4

Teknik Pengumpulan Data ...

47

3.4.1

Jenis dan Sumber Data ...

47

3.4.2

Pengumpulan Data ...

48

3.5

Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 48

3.5.1

Teknik Analisis Data...

48

3.5.2

Uji Kualitas Data……….

49

3.5.2.1

Uji Validitas ...

49

3.5.2.2

Uji Reliabilitas ………...

49

3.5.2.3

Uji Normalitas ………...

50

3.5.3

Asumsi Klasik ...

50

3.5.4

Uji Hipotesis………

53

(9)

4.1

Deskripsi Data Penelitian ...

56

4.1.1

Deskripsi Variabel Penelitian ...

56

4.2

Hasil Penelitian ...

61

4.2.1

Hasil Penelitian ...

61

4.2.1.1

Uji Kualitas Data ...

61

4.2.1.1.1 Uji Validitas ………

61

4.2.1.1.2 Uji Reliabilitas ...

65

4.2.1.1.3 Uji Normalitas……… ...

66

4.2.1.2

Uji Reliabilitas ………

65

4.2.1.3 Uji Normalitas... ...

66

4.2.2 Pengujian Asumsi Klasik...

68

4.2.2.1 Uji Multikolinieritas...

68

4.2.2.2 Uji Heteroskedastisitas...

69

4.2.2.3 Uji Autokorelasi...

70

4.2.3 Pengujian Hipotesis...

70

4.2.3.1 Persamaan Regresi………..

70

4.2.3.2 Pengujian Hipotesis dengan Uji Kesesuaian

Model (Uji F)……….

72

(10)

5.3

Keterbatasan dan Implikasi………...

80

DAFTAR PUSTAKA

(11)

Oleh :

DEFIANTI RISWANDI

Abstr ak

Akuntan publik merupakan auditor independen yang menyediakan jasa

kepada masyarakat umum terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang

dibuat oleh kliennya. Tugas akuntan publik adalah memeriksa dan memberikan opini

terhadap kewajaran laporan keuangan suatu entitas usaha berdasarkan standar yang

telah ditentukan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Berdasarkan hal tersebut maka

akuntan publik memiliki kewajiban menjaga kualitas audit yang dihasilkannya.

Karena dalam kualitas audit yang baik akan dihasilkan laporan auditan yang mampu

menyajikan temuan dan melaporkan dengan sesungguhnya tentang kondisi keuangan

kliennya. Oleh karena itu maka permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah

: (1)Apakah kompetensi dan independensi mempunyai pengaruh terhadap kualitas

audit. (2)Mana yang paling dominan antara kompetensi dan independensi

pengaruhnya terhadap kualitas audit

Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dengan menyebarkan

kuesioner kepada responden secara acak. Adapun populasi dalam penelitian ini

adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya. Variabel

bebas dalam penelitian ini adalah kompetensi dan independensi akuntan publik,

sedangkan variabel terikatnya adalah kualitas audit.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa secara parsial hanya

kompetensi yang berpengaruh terhadap kualitas audit sedangkan secara simultan

kompetensi dan independensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit. Oleh

karena itu baik auditor maupun Kantor Akuntan Publik (KAP) diharapkan dapat

meningkatkan kualitas auditnya.

(12)

By :

DEFIANTI RISWANDI

Abstr act

Public accountants are independent auditors that provide services to the

general public , especially in the field of audit of financial statements made by his

client. Public accountants task is to examine and provide a fairness opinion on the

financial statements of a business entity based on the standards set by the Indonesian

Institute of Accountants (IAI). Under these conditions, Public accountants have an

obligation to maintain the quality of the resulting audit. Due to the good quality of the

audit report will be generated that is able to present audited and reported findings to

the truth about the financial condition of its clients. Therefore, the issues examined in

this study are: (1) Is the competence and independence of influence on audit quality.

(2) Which is the most dominant among the competence and independence of their

effects on audit quality.

This study uses primary data collected by distributing questionnaires to the

respondents at random. The population in this study is the auditors who work in

Public Accounting Firm (KAP) in Surabaya. The independent variable in this study is

the competence and independence of public accountants, while the dependent

variable is the quality of the audit.

Based on the results of this study concluded that competence only partially

affect audit quality while simultaneously affect the competence and independence of

the auditors on audit quality. Therefore, both the auditor and Public Accounting Firm

(KAP) is expected to improve the quality of the audit.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG

Profesi akuntan publik dikenal oleh masyarakat sebagai akuntan yang

memiliki izin dari kementrian keuangan untuk memberikan jasa akuntan

publik di Indonesia. Masyarakat mengenal profesi akuntan publik sebagai

pemberi jasa audit yang disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Para

pemakai informasi tersebut adalah pihak manajemen sebagai pemakai internal

dan pemakai eksternal antara lain pemerintah, bank, kreditur dan investor atau

calon investor. Pihak-pihak dari luar perusahaan membutuhkan informasi

laporan keuangan perusahan untuk bahan acuan pertimbangan keputusan atas

relasi yang akan dijalin dengan perusahaan.

Berdasarkan uraian situasi diatas dengan demikian terdapat dua

kepentingan yang berlawanan, di satu pihak manajemen ingin menyampaikan

informasi mengenai pertanggungjawaban pengelolaan dana yang berasal dari

pihak luar. Sedangkan di pihak lain, pihak luar perusahaan menginginkan

informasi yang andal dari manajemen perusahaan mangenai pertanggung

(14)

berlawanan inilah yang menyebabkan berkembang-tidaknya profesi akuntan

publik.

Manajemen perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga agar

pertanggung jawaban kepada pihak luar dapat dipercaya, sedangkan pihak

luar perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga untuk memperoleh keyakinan

bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen perusahaan dapat

dipercaya sebagai dasar keputusan yang diambil oleh mereka. Baik pihak

manajemen perusahaan maupun pihak luar perusahaan yang berkepentingan

terhadap jasa pihak ketiga yang dapat dipercaya.

Tanpa menggunakan jasa

auditor independen, manajemen perusahaan tidak akan dapat meyakinkan

pihak luar perusahaan bahwa laporan keuangan yang disajikan berisi

informasi yang dapat dipercaya, karena dari sudut pandang pihak luar,

manajemen perusahaan memiliki kepentingan, baik kepentingan keuangan

maupun kepentingan yang lain.

Profesi akuntan publik merupakan pihak independen yang dapat

membantu pihak diluar perusahaan (masyarakat umum) yang akan

menentukan bahwa laporan keuangan yang disusun oleh manajemen telah

memenuhi persyaratan (kewajaran). Untuk menentukan hal itu, maka akuntan

publik harus menjalankan fungsi pemeriksaan secara memadai sesuai aturan

atau standar yang ada. Pemeriksaan (audit) dalam arti luas bermakna evaluasi

(15)

melakukan verifikasi bahwa subjek dari audit telah diselesaikan atau berjalan

sesuai dengan standar, regulasi, dan praktik yang telah disetujui dan diterima.

De Angelo (1981) mendefinisikan audit quality (kualitas audit) sebagai

probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang

adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Tentu saja audit

dilaksanakan oleh auditor yang kompeten, objektif, dan tidak memihak.

Profesi akuntan sering disebut profesi kepercayaan masyarakat

meskipun dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya kenyatannya akuntan

sendiri sering menemui kesulitan dalam mempertahankan integritasnya.

Auditor merupakan suatu profesi yang kompleks yang jumlahnya relatif

sedikit dan profesi ini mempunyai derajat keahlian pada suatu spesialisasi

tertentu. Profesi auditor diakui sebagai suatu keahlian bagi perusahaan dan

ikatan profesinya. Profesi auditor mempunyai kedudukan yang unik dibanding

dengan profesi yang lain, karena dalam melaksanakan tugasnya auditor bukan

hanya bertanggung jawab atas kepentingan klien melainkan untuk

kepentingan pihak lain yang memakai laporan keungan auditan.

Sehubungan dengan posisi tersebut, maka auditor dituntut untuk dapat

mempertahankan kepercayaan yang telah didapat dari klien maupun

masyarakat atau pihak lain yang berkepentingan. Kepercayaan ini senantiasa

harus ditingkatkan dengan didukung tingkat keahlian yang dimiliki oleh

(16)

ideal. Karakteristik yang dimiliki oleh seorang auditor akan mempengaruhi

keahliannya dalam mengaudit.

Karakteristik tersebut dapat dilihat dari ciri –

ciri psikologis yaitu kepribadian diri auditor seperti tanggung jawab yang

dimiliki, rasa percaya diri, tingkat kejujuran, dan lain–lain. Selain itu cara

auditor menganalisis tugasnya juga berpengaruh dari keahlian auditor, begitu

juga dengan komponen pengetahuan yang dimiliki serta apakah strategi

penentuan keputusan yang telah dijalankan auditor sudah cukup efektif.

Penelitian – penelitian untuk mengungkap karakteristik keahlian audit

yang ideal perlu dilakukan secara berkesinambungan. Alasan perlu dilakukan

penelitian ini adalah pertama, karena kantor akuntan publik (KAP)

berkepentingan dalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses audit dan

kedua adalah untuk meningkatkan kualitas auditor. Dengan demikian kantor

Akuntan Publik atau organisasi profesi akuntan yang lain harus berusaha

meningkatkan pemahaman terhadap karakteristik yang penting bagi keahlian

audit sehingga pada akhirnya akan berguna dalam membantu merancang

keputusan, pengembangan progam pelatihan, penetapan pedoman tarif jasa

auditor, prosedur untuk evaluasi kinerja auditor, dan dapat melakukan proses

audit secara professional.

Saat ini masih dijumpai beberapa pelanggaran yang dilakukan oleh

(17)

Tabel 1.1 Dafta r Pelangga ran Pr ofesi Akunta n Publik di Indonesia

NO

Nama KAP

Pelanggaran

1.

2.

3.

4.

5.

Pandan R.W.

Oman Pieters Arifin

Drs Abdul Hasan Salipu

Drs. Tahrir Hidayat

Johan Malonda

Bekerja-sama dalam kebijakan dan

pengambilan keputusan perusahaan

terutama yang berkaitan dengan masalah

perpajakan dan laporan keuangan.

Melanggar Standar auditing (SA), dan

Standar Profesional Akuntan Publik

(SPAP)

Belum memenuhi ketentuan administratif

dan belum memenuhi Standar Auditing

(SA)

Izin AP yang bersangkutan dibekukan

karena melanggar Standar Profesional

Akuntan Publik (SPAP).

Memanipulasi yang berkaitan dengan

laporan audit atas laporan keuangan

konsolidasi

Sumber : diolah dari berbagai sumber.

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa keahlian audit yang dimiliki oleh

profesi Akuntan Publik dapat dikatakan perlu adanya peningkatan, dengan demikian

dapat dikatakan bahwa kualitas hasil audit belum baik.

Dari uraian di atas penelitian ini akan mengkaji lebih jauh yang berkaitan

dengan akibat atau karakteristik profesi Kantor Akutan Publik dengan mengambil

judul “Pengar uh Kompetensi da n Independensi Akuntan Publik ter ha dap

(18)

1.2

PERUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan

masalahnya adalah :

1.

Apakah ada pengaruh kompetensi akuntan publik terhadap kualitas audit

akuntan publik

2.

Apakah ada pengaruh independensi akuntan publik terhadap kualitas audit

akuntan publik

3.

Manakah variabel kompetensi dan independensi akuntan publik yang

berpengaruh secara dominan terhadap kualitas audt pada akuntan publik

1.3

TUJ UAN PENELITIAN

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penilitian ini adalah untuk

menguji secara empiris.

1.

Pengaruh kompetensi dan independensi akuntan publik terhadap kualitas

audit akuntan publik.

2.

Dari variabel-variabel yang diketahui yaitu kompetensi dan independensi

akuntan publik, variabel mana yang berpengaruh paling dominan terhadap

(19)

1.4

MANFAAT PE NELITIAN

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu antara lain :

1.

Manfaat Praktis, meliputi manfaat dalam operasional yang mencakup :

a.

Manfaat Bagi Peniliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk

memperdalam pengetahuan sebagai upaya peningkatan daya pikir dan

menambah pengetahuan praktis mengenai masalah audit khususnya

tentang pegaruh kompetensi dan independensi akuntan publik terhadap

kualitas audit akuntan publik.

b.

Manfaat Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat disajikan sebagai wacana

dasar pemikiran dan penalaran untuk merumuskan permasalahan baru

dalam penelitian selanjutnya guna memperluas aktifitas akademika

dalam memperdalam pengetahuan dibidang akuntansi.

c.

Bagi Auditor Independen

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu

masukan yang bermanfaat bagi auditor independen dalam memahami

(20)

dan independensi audit sehungga dapat melaksanakan audit yang

berkualitas.

2.

Manfaat Akademis, meliputi manfaat dalam pengembangan ilmu yang

mencakup :

Manfaat Bagi Universitas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

referensi bagi peniliti lain yang berhubungan dengan permasalahan yang

diteliti, serta sebagai dharma bakti kepada Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur pada umumnya dan Fakultas Ekonomi

(21)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1

PENELITIAN TERDAHULU

Hasil penelitian yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang

dibahas dalam penelitian ini pernah dilakukan oleh :

1.

Noryulia (2004)

Judul :

“Pengaruh Keahlian Audit, Indepen, dan Kompetensi Terhadap

Pelaksanaan Audit yang Berkualitas pada Kantor Akuntan Publik di

Surabaya.”

Permasalahan :

a.

Apakah keahlian audit, independensi dan kompetensi mempunyai

pengaruh secara simultan terhadap pelaksanaan audit yang berkualitas

pada kantor akuntan publik di Surabaya.

b.

Variabel manakah dari variabel keahlian audit, independensi, dan

kompetensi yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap

pelaksanaan audit yang berkualitas pada kantor akuntan publik di

(22)

Hasil Penelitian :

a.

Terdapat pengaruh secara simultan keahlian audit, independensi, dan

kompetensi terhadap pelaksanaan audit yang berkualitas pada KAP di

Surabaya.

b.

Kompetensi

mempunyai

pengaruh

yang

dominan

terhadap

pelaksanaan audit yang berkualitas pada KAP di Surabaya.

2.

Alim (2007)

Judul :

“Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas

Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderator.”

Permasalahan :

Mengevaluasi hubungan antara kompetensi, independensi,

etika auditor dan kualitas audit, dimana variabel etika auditor sebagai

variabel moderasi yang akan mempengaruhi secara kuat atau lemah

hubungan diantara variabel yang lainnya.

Hasil Penelitian :

Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa kompetensi

berpengaruh terhadap kualitas audit. Hal ini berarti bahwa kualitas audit

dapat dicapai jika auditor memiliki kompetensi yang baik dimana

(23)

pengetahuan. Sementara itu, interaksi kompetensi dan etika auditor tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Penelitian ini juga

menemukan bukti empiris bahwa independensi berpengaruh signifikan

terhadap kualitas audit. Selanjutnya interaksi independensi dan etika

auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

3.

Bumiarini (2005)

Judul :

“Pengaruh Kompentensi dan Independensi Akuntansi Publik

terhadap Profesionalisme Akuntan Publik (Studi Empiris pada Kantor

Akuntan Publik di Surabaya)”

Permasalahan :

a.

Apakah terdapat pengaruh antara kompetensi dan independensi

akuntan publik terhadap profesionalisme akuntan publik?

b.

Faktor manakah yang lebih dominan mempengaruhi profesionalisme

para akuntan publik?

Hasil Penelitian :

a.

Hipotesis pertama yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh

terhadap profesionalisme akuntan publik antara kompetensi dan

(24)

b.

Hipotesis

kedua

menyatakan

faktor

yang

lebih

dominan

mempengaruhi profesionalisme para akuntan publik menunjukkan

bahwa faktor kompetensi dan independensi merupakan 2 faktor

penting yang dapat meningkatkan profesionalisme para akuntan publik

pada kantor-kantor akuntan publik di Surabaya.

2.2

LANDASAN TEORI

2.2.1 Definisi, Tujuan, dan Pr oses Auditing

1. Definisi Auditing

Menurut Mulyadi (2002: 9) auditing adalah suatu proses sistematik

untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai

pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan

tujuan menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan

tersebut dengan dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian

hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.

Sedangkan menurut Arens & Loebbecke (1997: 1) auditing adalah

proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang

dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang

kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan

(25)

Ditinjau dari sudut akuntan publik, auditing adalah pemeriksaan

(examination) secara obyektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau

organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan

tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi

keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut (Mulyadi, 2002:

11)

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa auditing

adalah pemeriksaan atas laporan keuangan secara sistematik dengan

mengumpulkan dan mengevaluasi bukti secara obyektif dengan tujuan untuk

menentukan apakah laporan keuangan tersebut telah menyajikan secara wajar

sesuai dengan standar auditing.

2. Tujuan Auditing

Menurut Abdul Halim menyatakan bahwa tujuan audit adalah :

“Untuk menyatakan pendapat atas kewajaran, dalam semua hal yang material,

posisi keuangan dan hasil usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi

yang berlaku umum”. (2003:147)

Tujuan audit secara umum adalah untuk menilai apakah informasi atau

(26)

3.

Proses Auditing

Proses audit disebut juga tahap-tahap audit yang merupakan

langkah-langkah yang dilakukan auditor mulai dari rencana audit, pelaksanaan

sampai pada penerbitan laporan akuntan.

Menurut Mulyadi (2002: 122) proses audit atas laporan keuangan

dibagi menjadi empat tahap, yaitu :

a.

Penerimaan Perikatan Audit

Langkah awal pekerjaan audit atas laporan keuangan berupa

pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak perikatan audit

dari calon klien atau untuk melanjutkan atau menghentikan perikatan

audit dari klien berulang.

b.

Perencanaan Audit

Keberhasilan penyelesaian perikatan audit sangat ditentukan

oleh kualitas perencanaa audit yang dibuat oleh auditor.

c.

Pelaksanaan Pengujian Audit

Tahap ini disebut juga dengan “pekerjaan lapangan”.

Pelaksanaan pekerjaan lapangan ini harus mengacu tiga standar

auditing yang termasuk “standar pekerjaan lapangan”. Tujuan utama

pelaksanaan pekerjaan lapangan ini adalah untutk memperoleh bukti

audit tentang efektivitas pengendalian intern klien dan kewajaran

(27)

d.

Pelaporan Audit

Pelaksanaa tahap ini harus mengacu pada “ standar pelaporan”.

Ada dua langkah penting yang dilaksanakan oleh auditor dalam

pelaporan audit ini : (1) menyelesaikan audit dengan meringkas semua

hasil pengujian dan menarik simpulan, (2) menerbitkan laporan audit.

2.2.2 J enis-J enis Auditing

Terdapat bermacam-macam jenis audit intern yang biasa dilakukan

auditor internal perusahaan. Menurut Mulyadi (2003:16) membagi tiga jenis

audit, yaitu:

“1. Audit laporan keuangan

2. Audit operasional

3. Audit ketaatan.”

Sedangkan menurut Alvin Arens dan James Lobbecke yang

diahlibahsakan oleh Amir Abadi Jusuf (2000:11-13) membagi menjadi tiga

jenis yaitu :

“1. Pemeriksaan Operasional (Operational Audit)

2. Pemeriksaan Ketaatan (Compliance Audit)

3. Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan (Financial Statement Audit).”

Keterangan dari masing-masing jenis audit tersebut adalah sebagai berikut :

1.

Pemeriksaan Operasional (Operational Audit)

Merupakan penelaahan dari prosedur dan metode operasi suatu

(28)

efektivitasnya. Pada saat suatu audit operasional selesai dilaksanakan,

manajemen biasanya akan mengharapkan sejumlah rekomendasi untuk

meningkatkan kegiatan operasional perusahaan.

2.

Pemeriksaan Ketaatan (Compliance Audit)

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mempertimbangkan apakah

auditee (klien) telah mengikuti prosedur atau aturan tertentu yang telah

ditetapkan. Pemeriksaan ketaatan mempunyai tujuan untuk menentukan

sejauh mana prosedur atau peraturan-peraturan yang ditentukan oleh

manajemen dijalankan dengan baik oleh unit organisasi dalam perusahaan.

Hasil pemeriksaan ketaatan ini biasanya tidak dilaporkan kepada

seseorang di dalam organisasi itu, tetapi kepada pimpinan organisasi

sebagai pihak yang berkepentingan atas dipatuhinya prosedur dan

peraturan yang telah ditetapkan.

3.

Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)

Pemeriksaan atas laporan keuangan bertujuan untuk menentukan

apakah laporan keuangan secara keseluruhan yang merupakan informasi

terukur yang akan diversifikasi, telah disajikan sesuai dengan

kriteria-kriteria tertentu pada umumnya laporan keuangan yang dimaksud meliputi

neraca, perhitungan laba rugi, laporan arus kas dan juga termasuk catatan

kakinya. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan oleh eksternal auditor

terhadap laporan keuangan perusahaan dengan tujuan menerangkan

(29)

Pembagian jenis pemeriksaan tersebut didasarkan pada kebutuhan dan

ruang lingkup perusahaan.

2.2.3 J enis-J enis Auditor

1. Auditor Independen

Auditor independen adalah auditor operasional yang menyediakan

jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas

laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya. Audit tersebut terutama

ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan

seperti : kreditur, investor, calon kreditur, calon investor, dan instansi

pemerintah (terutama instansi pajak).

2.

Auditor Pemer inta h

Auditor pemeintah adalah profesional yang bekerja di instansi

pemerintah

yang

tugas

pokoknya

melakukan

audit

atas

pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi

atau entitas pemerintahan atau pertanggungjawaban keuangan yang

ditujukan kepada pemerintah. Umumnya yang disebut auditor pemerintah

adalah auditor yang bekerja di Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan (BPKP) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) serta

instansi pajak.

3.

Auditor Inter n

Auditor internal adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan

(30)

adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh

manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya

penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan

efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan

informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.

2.2.4 Kua lita s Audit

Auditor sangat berkepentingan dengan kualitas jasa yang diberikan.

Kualitas jasa yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik diatur dan

dikendalikan melalui berbagai standar yang diterbitkan oleh organisasi profesi

tersebut. Untuk mengukur kualitas audit maka diperlukan suatu kriteria.

Standar auditing merupakan salah satu ukuran kualitas audit. Standar ini harus

diterapkan dalam setiap audit atas laporan keuangan yang dilakukan oleh

auditor independen. Standar ini dapat diterapkan tanpa memandang besar

kecilnya usaha klien, bentuk organisasi bisnis, jenis industri maupun sifat

organisasi bisnis.

Kepercayaan masyarakat terhadap mutu audit akan menjadi lebih

tinggi jika profesi akuntan publik menerapkan standar mutu yang tinggi

terhadap pelaksanaan pekerjaan audit. Dalam SPAP seksi 161 paragraf 1,

dinyatakan bahwa dalam penugasan audit, auditor bertanggung jawab untuk

mematuhi satndar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.

Menurut Christiawan (2002: 83) kualitas audit ditentukan oleh dua hal

(31)

competence (expertise) and independence. These qualities have direct effects

on actual audit quality, as well as interactive effects. In addition, financial

statementuser’s perception of audit quality are function oftheir perception of

both auditor independence amd expertise (AAA Finansial Accounting

Standart Committee 2000).

Perlu diketahui bahwa standar auditing berbeda dengan prosedur

auditing. Hal ini dinyatakan dalam SPAP seksi 150 paragraf 1, yaitu :

“Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing, yaitu prosedur

berkaitan dengan tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan standar

berkaitan dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja tindakan tersebut, dan

berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan prosedur

tersebut. Standar auditing, yang berbeda dengan prosedur auditing berkaitan

dengan tidak hanya kualitas rpofesional auditor namun juga berkaitan dengan

pertimbangan yang digunakan dalam pelaksanaan auditnya dan dalam

pelaksanaan auditnya dan dalam laporannya.”

Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh IAI adalah

sebagai berikut :

1.

Standar Umum

a.

Audit yang harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki

keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor.

b.

Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi

(32)

c.

Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib

menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

2.

Standar Pekerjaan Lapangan

a.

Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan

asisten harus disupervisi sebagaimana mestinya.

b.

Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk

merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian

yang akan dilakukan.

c.

Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,

pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar

memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang

diaudit.

3.

Standar Pelaporan

a.

Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah

disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di

Indonesia.

b.

Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,

ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan

laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan

prinsip akuntansi tersebut dalam periode waktu sebelumnya.

c.

Pengungkapan informatif dalam laporan keungan harus dipandang

(33)

d.

Laporan auditor harus memuat suatu pernyatan pendapat mengenai

laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa

pernyaraan demikian tidak dapat diberikan, maka alasannya harus

dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan

keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas

mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan

tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.

Jadi seorang auditor dalam melaksanakan audit atas laporan

keuangan harus didasarkan pada standar auditing yang ditetapkan oleh

Ikatan Akuntan Indonesia. Standar auditing tersebut merupakan ukuran

mutu (kualitas) dari kualitas audit akuntan publik yang dihasilkannya.

Sedangkan kompetensi dan independesi merupakan faktor-faktor penentu

kualitas audit seroang akuntan publik dalam pelaksanaan audit sesuai

dengan standar auditing tersebut.

2.2.5 Kompetensi Akunta n Publik

2.2.5.1 Definisi Kompetensi Akuntan Publik

Menurut kamus Kompetensi LOMA (1998) dalam Alim (2007)

kompetensi didefinisikan sebagai aspek-aspek pribadi dari seseorang pekerja

yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior. Aspek-aspek

pribadi ini mencakup sifat, motif-motif, sistem nilai, sikap, pengetahuan, dan

keterampilan dimana kompetensi akan mengarahkan tingkah laku, sedangkan

(34)

pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang berhubungan dengan

pekerjaan, serta kemampuan yang dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan non

rutin. Definisi kompetensi dalam bidang auditing pun sering diukur dengan

pengalaman.

Standar umum pertama (SA seksi 210 dalam SPAP, 2001)

menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau yang

memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

Seangkan, standar umum ketiga (SA seksi 230 dalam SPAP, 2001)

menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit akan penyusunan laporannya,

auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan

seksama. Oleh karena itu, maka setiap auditor wajib memiliki kemahiran

profesionalitas dan keahlian dalam melaksanakan tugasnya sebagai auditor.

Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary (1983) mendefinisikan

keahlian (expertise) sebagai keterampilan dari seorang ahli. Ahli (expert)

didefinisikan seseorang yang memiliki tingkat keterampilan tertentu atau

pengetahuan yang tinggi dalam subyek tertentu yang diperoleh dari pelatihan

dan pengalaman.

Trotter (196) dalam Murtanto (1999) mendefinisikan ahli sebagai

orang yang dengan keterampilannya mengerjakan pekerjaan dengan mudah,

cepat, intuitif dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan. Hayes

Roth et.al (1983) dalam artikel yang mendefiniskan keahlian sebagai

(35)

terhadap masalah yang timbul dalam lingkungan tersebut dan keterampilan

untuk memecahkan permasalahan tersebut.

Lee dan Stone (1995), mendefinisikan kompetensi sebagai suatu

keahlian yang cukup secara eksplisit dapat digunakan untuk melakukan audit

secara obyektif. Pendapat lain adalah dari Dreyfus dan Dreyfus (dalam

saifudin 2004), mendefinisikan kompetensi sebagai keahlian seorang yang

berperan secara berkelanjutan yang mana pergerakannya melalui proses

pembelajaran, dari “pengetahuan sesuatu” ke “mengetahui bagaimana”,

seperti misalnya : dari sekedar pengetahuan yang tergantung pada aturan

tertentu kepada suatu pertanyaan yang bersifat intuitif. Lebih spesifik lagi

Dreyfus dan Dreyfus (1986) membedakan proses pemerolehan keahlian

menjadi 5 tahap.

Tahap pertama disebut novice, yaitu tahapan pengenalan terhadap

kenyataan dan membuat pendapat hanya berdasarkan aturan-aturan yang

tersedia. Keahlian pada tahap pertama ini biasanya dimiliki oleh staf audit

pemula yang baru lulus dari perguruan tinggi.

Tahap kedua disebut advanced beginner. Pada tahap ini auditor sangat

bergantung pada aturan dan tidak mempunyai cukup kemampuan untuk

merasionalkan segala tindakan audit, namun demikian, auditor pada tahap ini

mulai dapat membedakan aturan yang sesuai dengan suatu tindakan.

Tahap ketiga disebut competence. Pada tahap ini auditor harus

(36)

Tindakan yang diambil disesuaikan dengan tujuan yang ada dalam pikirannya

dan kurang sadar terhadap pemilihan, penerapan, dan prosedur aturan audit.

Tahap keempat disebut profiency. Pada tahap ini segala sesuatu

menjadi rutin, sehingga dalam bekerja auditor cenderung tergantung pada

pengalaman yang lalu. Disini instuisi mulai digunakan dan pada akhirnya

pemikiran audit akan terus berjalan sehingga diperoleh analisis yang

substansial.

Tahap kelima atau terakhir adalah expertise. Pada tahap ini auditor

mengetahui sesuatu karena kematangannya dan pemahamannya terhadap

praktek yang ada. Auditor sudah dapat membuat keputusan atau

menyelesaikan suatu permasalahan. Dengan demikan segala tindakan auditor

pada tahap ini sangat rasional dan mereka bergantung pada instuisinya bukan

pada peraturan-peraturan yang ada.

Walaupun terdapat beberapa definisi diatas, secara umum belum ada

kesepakatan mengeani definisi keahlian diantara peneliti. Konsekuensinya,

konsep dari keahlian harus dioperasikan dengan melihat beberpa variabel atau

ukuran, seperti lamanya pengalaman seseorang di bidang tertentu

(Mohammadi dan Wright, 1987).

Definisi keahlian dalam bidang auditing pun sering diukur dengan

pengalaman (Mayangsari, 2003). Pengetian keahlian menurut Bedard (1986)

dalam Murtanto (1999) adalah seseorang yang memiliki pengetahuan dan

(37)

Ashton (1991) dalam Mayangsari (2003) mengatakan bahwa ukuran

kewahlian tidak cukup hanya pengalaman tetapi diperlukan

pertimbangan-pertimbangan lain dalam pengambilan suatu keputusan yang baik karena pada

dasarnya manusia memiliki sejumlah unsur lain disamping pengalaman.

Beberapa peneliti lainnya telah memsukkan unsur kemampuan (ability),

pengetahuan (knowledge), dan pengalaman (experience) ke dalam penelitian

mereka (Bonar dan Lewis, 1990; Libby dan Luft, 1993; Libby dan Tan, 1994)

dalam Muranto (1990).

Dalam praktek, definisi keahlian sering ditunjukkan dengan

pengakuan resmi (official recognition) seperti kecerdasan partner dan

penerimaan consensus (consensual acclamation) seperti pengakuan terhadap

seorang spesialis pada industry tertentu, tanpa adanya suatu daftar resmi dari

atribut-atribut keahlian (Mayangsari, 2003). Dalam hal ini Shanteau (1987)

dalam Murtanto (1990) memberikan definisi operasional seorang ahli adalah

seorang yang telah diatur dalam profesinya sebagai orang yang memiliki

ketrampilan dan kemampuan yang penting untuk menilai pada derajat yang

tinggi.

Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa belum terdapat deskripsi yang

jelas

tentang

keahlian.

Akibatnya,

konsep

keahlian

harus

dioperasionalisasikan dengan melihat beberapa variabel. Dan pada penelitian

(38)

2.2.5.2 Penca paian Kompetensi Pr ofesional Akuntan Publik

Menurut Boyton, dkk (2002: 61) kompetensi auditor

ditentukan oleh 3 faktor, yaitu :

1.

Pendidikan universitas formal untuk memsuki profesi

2.

Pelatihan praktik kerja dan pengalaman dalam auditing

3.

Mengikuti pendidikan profesi berkelanjutan selama karier profesi

auditor.

Menurut Mulyadi (2002: 58) pencapaian kompetensi professional

awalnya memerlukan standar pendidikan yang tinggi, diikuti oleh pendidikan

khususnya, pelatihan dan ujian professional dalam subyek-subyek yang

relevan dan pengalaman kerja.

Asisten junior untuk mencapai kompetensinya harus memperoleh

pengalaman dengan mendapatkan supervisi yang memadai dan review atas

pekerjaannya dari atasannya yang lebih berpengalaman. Akuntan publik harus

secara terus menerus mengikuti perkembangan yang terjadi dalam bisnis dan

profesinya. Akuntan publik harus mempelajari, memahami dan menerapkan

ketentuan-ketentuan baru dalam prinsip akuntansi dan standar auditing yang

ditetapkan oleh organisasi profesi (Christiawan, 2002: 83).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Putri Noviyani (2003) dalam

Christiawan (2002: 85) menyimpulkan bahwa pengalaman akan berpengaruh

positif terhadap pengetahuan auditor tentang jenis kekeliruan. Penelitian ini

(39)

kemampuan auditor untuk mengetahui kekeliruan yang ada di perusahaan

yang menjadi kliennya. Penelitian ini juga memberikan bukti pelatihan yng

dilakukan oleh auditor akan meningkatkan keahlian mereka untuk mengetahui

kekeliruan merupakan salah satu bagian dari kompetensi auditor.

Menurut Mulyadi (2002: 58) setelah akuntan publik mencapai

kompetensinya, maka yang harus dilakukan oleh akuntan publik selanjutnya

adalah memelihara kompetensinya dengan cara :

1.

Kompetensi harus dipelihara dan dijaga melalui komitmen untuk

belajar

dan

melakukan

peningkatan

professional

secara

berkesinambungan selama kehidupan profesi anggota.

2.

Pemeliharaan kompetensi profesional memerlukan kesadaran

untuk terus mengikuti perkembangan profesi akuntan, termasuk

diantaranya pernyataan-pernyataan akuntansi, auditing, peraturan

lainnya, baik nasional maupun internasional yang relevan.

3.

Anggota harus menerapkan suatu program yang dirancang untuk

memastikan terdepannya kendali mutu atas pelaksanaan jasa

profesi yang konsisten dengan standar nasional dan internasional.

Jadi seorang akuntan publik harus memiliki latar belakang

pendidikan formal auditing dan akuntansi, pengalaman kerja yang

cukup dalam profesi yang akan ditekuninya dan selalu mengikuti

pendidikan-pendidikan profesi berkelanjutan. Akuntan publik juga

(40)

berpengalaman dalam bidang industri kliennya. Jika akuntan

publik atau asistennya tidak mampu menangani suatu masalah

maka mereka berkewajiban untuk mengupayakan pengetahuan dan

keahlian yang dibutuhkan, mengalihkan pekerjaannya kepada

orang lain yang lebih mampu (kompeten) atau mengundurkan diri

dari penugasan. Selain itu asisten yunior harus diawasi secara

seksama dalam pekerjaannya oleh atasannya, karena mereka belum

mempunyai cukup pengalaman.

2.2.6 Independensi Akuntan Publik

Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak

dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada pihak lain. Independensi

juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan

fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak memihak dalam

merumuskan dan menyatakan pendapatnya (Mulyadi, 2002: 26-27).

Menurut standar auditing dari Ikatan Akuntan Publik mengenai

standar umum yang kedua menentukan bahwa dalam semua hal yang

berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mental harus

dipertahankan oleh auditor. Independensi dalam audit berarti cara pandang

tidak memihak didalam pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan,

dan penyusunan laporan audit (Loebbecke, 1997: 84).

Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) disebutkan bahwa

(41)

bahwa ia independen, tetapi ia harus pula menghindari keadaan yang dapat

menyebabkan pihak luar meragukan independensinya.

Independensi diklasifikasikan menjadi dua oleh Mautz dan Sharaf

dalam Mayangsari (2003) yaitu independensi dalam kenyataan (independence

in fact) dan independensi dalam penampilan (independence in appearance).

Independen dalam kenyataan adalah independen dalam diri auditor, yaitu

kemampuan auditor untuk bersikap bebas, jujur, dan obyektif dalam

melakukan penugasan audit. Independensi dalam penampilan adalah

independen yang dipandang dari pihak yang berkepentingan terhadap

perusahaan yang diaudit yang mengetahui hubungan antara auditor dengan

kliennya.

Dalam Meutia (2004: 336) yang berkaitan dengan masalah

independensi, AICPA memberikan prinsip-prinsip sebagai panduan :

1.

Auditor dan perusahaan tidak boleh tergantung dalam hal keuangan klien.

2.

Auditor dan perusahaan seharusnya tidak terlibat dalam konflik

kepentingan yang akan mengganggu obyektifitas mereka berkenaan

dengan cara-cara yang mempengaruhi laporan keuangan.

3.

Auditor dan perusahaan seharusnya tidak memiliki hubungan dengan klien

yang akan mengganggu obyektifitas auditor.

Menurut Arens dan Loebbecke (1997: 89) untuk memlihara dan

mempertahankan independensi hal-hal yang paling penting yaitu :

(42)

Wajib dijatuhkan pengadilan jika seorang akuntan publik tidak

independen dapat berat akibatnya, termasuk tindakan kriminal. Pengadilan

telah memberikan banyak insentif bagi auditor agar tetap bersikap

independen.

2.

Peraturan 101, interprestasi dan ketentuannya

Hal ini membatasi para akuntan publik dalam hubungan keuangan

dan bisnis dengan klien. Ini merupakan bantuan yang besar dalam

mempertahankan independensi.

3.

Standar auditing yang berlaku umum

Standar umum yang kedua mengharuskan auditor untuk

mempertahankan sikap mental independen untuk semua hal yang

berkaitan dengan penugasan.

4.

Standar pengendalian mutu (IAI dan AICPA di Amerika Serikat)

Isinya salah satu standar pengendalian mutu masyarakat kantor

akuntan publik untuk menetapkan kebijakan dan prosedur guna

memberikan jaminan yang cukup bahwa semua pegawainya

independen.

5.

Pendefinisian perusahaan

Terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi berkaitan

dengan independensi. Pelaporan ketidaksetujuan antar auditor dengan

klien, penggantian partner, pembatasan jasa manajemen, dan review

(43)

6.

Komite audit

Adalah sejumlah anggota dewan komisaris perusahaan klien yang

bertanggung-jawab untuk membantu auditor dalam mempertahankan

independensinya dari manajemen. Pada saat ini hanya bank umum saja

yang telah diwajibkan oleh oleh Bank Indonesia untuk mempunyai komite

audit yang disebut dewan-dewan audit.

7.

Komunikasi dengan auditor pendahulu

Persoalan utama komunikasi ini adalah informasi yang dapat

membantu auditor pengganti untuk menentukan apakah manajemen klien

mempunyai integritas.

8.

Menjajaki pendapat mengenai penetapan prinsip akuntansi

Menetapkan persyaratan yang harus diikuti jika sebuah kantor

akuntan publik diminta untuk memberikan pendapat lisan atau tertulis

menggunakan prinsip-prinsip akuntansi atau jenis pendapat audit yang

dikeluarkan untuk suatu transaksi spesifik.

9.

Pengesahan auditor oleh pemegang saham

Pada saat ini semakin banyak perusahaan meminta para pemegang

sahamnya untuk mengesahkan sebuah kantor akuntan publik baru atau

meneruskan yang sudah ada.

10.

Kesimpulan

Tanpa mengabaikan peraturan yang menyatakan dalam kode etik

(44)

memihak dengan manajemen dari pihak-pihak lainnya yang terkena

pengaruh dari penampilan pertanggung jawaban akuntan publik baru atau

meneruskan yang sudah ada.

Ryan et.al dalam Meutia (2004: 336) menyebutkan SEC memberikan

prinsip-prinsip yang menyatakan bahwa independensi dapat terganggu apabila

auditor: (1) memiliki konflik kepentingan dengan kliennya; (2) mengaudit

pekerjaan mereka sendiri; (3) berfungsi baik sebagai manajer ataupun pekerja

dari kliennya; (4) bertindak sebagai penasihat bagi kliennya.

Atas dasar pembahasan diatas tentang pentingnya independensi

akuntan publik diatas tersebut dapat ditarik kesimpulan mengenai pentingnya

independensi akuntan publik sebagai berikut :

1.

Independensi merupakan syarat yang sangat penting bagi profesi akuntan

publik untuk menilai kewajaran informasi yang disajikan oleh manajemen

kepada pemakai informasinya.

2.

Independensi diperlukan oleh akuntan publik untuk memperoleh

kepercayaan dair klien dan masyarakat, khusunya para pemakai laporan

keuangan.

3.

Jika akuntan publik tidak independen maka pendapat yang diberikan tidak

mempunyai arti atau nilai.

4.

Independensi merupakan martabat penting akuntan publik yang secara

(45)

2.2.7 Pengar uh Kompetensi ter hadap Kualita s Audit Akuntan Pub lik

Dalam semua penugasan dan dalam semua tanggung jawab, setiap

akuntan publik harus melakukan upaya untuk mencapai tingkatan kompetensi

yang akan meyakinkan bahwa kualitas jasa yang diberikan memenuhhi

tingkatan profesionalisme yang disyaratkan oleh Prinsip Etika. Akuntan

publik dalam mempertahankan kompetensi profesional harus menerapkan

suatu program yang dirancang untuk memastikan terdapatnya kendali mutu

atas pelaksanaan jasa profesional yang konsisten dengan standar nasional dan

internasional (Mulyadi, 2002: 58).

Menurut Christiawan (2002: 85) berdasarkan penelitian yang telah ada

secara umum dapat direfleksikan bahwa pendidikan formal, pelatihan dan

pengalaman yang merupakan komponen dasar kompetensi akuntan publik

memiliki pengaruh yang positif terhadap kualitas audit yang dilakukan oleh

akuntan publik.

Menurut Noryulia (2004) berdasarkan penelitian yang dilakukannya

variabel yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap pelaksanaan

audit adalah kompetensi, terutama dalam pengaruhnya terhadap kualitas audit.

Menurut Alim (2007) berdasarkan evaluasi yang dilakukannya antara

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas audit ini berhasil

membuktikan bahwa kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit. Hal ini

(46)

kompetensi yang baik, dimana kompetensi tersebut terdiri dari dua dimensi

yaitu pengalaman dan pengetahuan.

2.2.8 Pengar uh Independensi Akunta n Pub lik ter hada p Kualitas Audit

Akuntan Publik

Dalam menjalankan tugasnya, akuntan publik harus selalu

mempertahankan sikap mental independen didalam memberikan jasa

profesional sebagaimana diatur dalam Standar Akuntan Publik yang

ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.

Kepercayaan masyarakat yang besar dari para pemakai laporan

keuangan auditor dan jasa yang diberikan akuntan publik akhirnya

mengharuskan akuntan publik memperhatikan kualitas audit yang

dilakukannya. Sikap mental independen sama pentingnya dengan keahlian

dalam bidang praktik akuntansi dan prosedur audit yang harus dimiliki oleh

setiap auditor. Auditor tidak hanya berkewajiban mempertahankan sikap

mental independen, tetapi juga harus menghindari keadaan-keadaan yang

dapat mengakibatkan masyarakat meragukan independensinya. Auditor juga

harus menimbulkan persepsi dikalangan masyarakat bahwa ia benar-benar

independen (Mulyadi, 2002: 27).

Menurut Scott et.al dalam Meutia (2004: 337) auditor yang

independen seharusnya dapat menjadi pelindung terhadap praktek-praktek

akuntansi yang memperdayakan, karena auditor tidak hanya dianggap

(47)

berhubungan dengan audit committee dan dewan direksi yang bertanggung

jawab unutk memeriksa dengan teliti para pembuat keputusan di perusahaan.

Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa seorang akuntan publik

harus selalu mempertahankan sikap mental independennya dalam setiap

melaksanakan audit. Dengan pelaksanaan audit yang sesuai dengan standar

auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia maka akuntan

publik dapat memberikan kualitas audit yang dapat dipercaya sesuai dengan

harapan para pemakai laporan keuangan.

2.2.9 Teor i yang Melandasi Pengar uh Kompetensi dan Independensi Akuntan

Publik ter hadap Kualitas Audit Akuntan Publik

Teori motivasi Mc. Clelland ,menyatakan bahwa ada tiga kebutuhan

dasar yang memotivasi manusia (Hanafi, 2003: 312) yaitu :

1.

Need for achievement yaitu kebutuhan untuk berprestasi yang merupakan

dorongan rasa tanggung jawab untuk memcahkan masalah. Seorang

pegawai yang mempunyai kebutuhan berprestasi tinggi cenderung

mengambil resiko. Kebutuhan dasar untuk melakukan pekerjaan lebih

baik daripada sebelumnya, selalu berkeinginan mencapai prestasi yang

lebih tinggi.

2.

Need for affilitation yaitu kebutuhan untuk berafiliasi merupakan

dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain, berada bersama orang lain,

(48)

3.

Need for power yaitu kebutuhan untuk kekuasaan, merupakan refleksi dari

dorongan untuk mencapai otoritas, untuk memiliki pengaruh terhadap

orang lain.

Ketiga macam kebutuhan manusia diatas sangat memperngaruhi

pelaksanaan tugas tenaga kerja pada umumnya dan para akuntan publik pada

khususnya. Teori tersebut memotivasi para akuntan publik agar meningkatkan

kompetensinya, sehingga bisa melakukan audit sesuai dengan standar auditing

yang dibuat oleh Ikatan Akuntansi Indonesia. Dengan pemenuhan segala

kriteria yang telah ditetapkan dalam standar tersebut maka akuntan publik

dapat meningkatkan kualitas audit yang dihasilkannya.

Teori Penentuan Tujuan mengasumsikan manusia sebagai individu

yang berfikir (thinking individual), yang berusaha mencapai tujuan tertentu.

Teori ini memfokuskan pada proses penetapan tujuan. Jika tujuan cukup

spesifik dan menantang, tujuan dapat menjadi faktor pemotivasian yang

efektif baik untuk individu maupun untuk kelompok (Hanafi, 2004: 319).

Kedua teori diatas menjekaskan bahwa sikap independensi akuntan

publik ditujukan untuk meningkatkan kualitas audit. Hasil kualitas audit

senantiasa akam ditingkatkan untu memenuhi harapan masyarakat terhadap

kualitas audit yang dipertanggungjawabkan. Teori tersebut memotivasi para

akuntan publik agar senantiasa meningkatkan dan mempertahankan

independensinya untuk memenuhi tuntutan kualitas audit atas pelaksanaan

(49)

2.3

KERANGKA PEMIKIRAN

Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori dan penelitian

sebelumnya, untuk memudahkan analisis, serta untuk pendukung hasil

penelitian, maka diajukan beberapa premis, sebagai berikut :

Premis 1 : Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu

tingkatan pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seseorang

anggota untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan

(Mulyadi, 2002)

Premis 2 : Dengan kompetensi yang dimilikinya, akuntan publik melaksanakan audit

dengan efisien dan efektif (Arens & Loebbecke, 1997)

Premis 3 : Independensi merupakan sikap seseorang untuk bertindak secara obyektif

dan dengan integritas yang tinggi. Integritas berhubungan dengan

kejujuran intelektual akuntan objektivitas secara konsisten berhubungan

dengan sikap netral dalam melaksanakan tugas pemeriksaan dan

menyiapkan laporan audit (Mayangsari, 2003)

Premis 4 : Kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan independensi

(Christiawan, 2002)

Premis 5 : Dalam penugasan audit, auditor bertanggung jawab untuk mematuhi

standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (Anonim,

2001)

Untuk memudahkan analisis dan menguji hipotesis, maka dapat digambarkan

(50)

Ga mbar 2.1 : Diagra m Kerangka Pikir

Uji Statistik

Regr esi Linier Berganda

2.4

HIPOTESIS

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah

diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H 1 : Diduga ada pengaruh kompetensi terhadap kualitas audit akuntan publik

(didukung premis 1, 2, 4 dan premis 5).

H 2 : Diduga ada pengaruh independensi akuntan publik terhadap kualitas audit

akuntan publik (didukung premis 3, 4, dan 5).

H3 :

Diduga kompetensi akuntan publik yang berpengaruh paling dominan

terhadap kualitas audit akuntan publik (didukung premis 1, 2, dan 4)

Independensi Akuntan Publik

(X2)

Kualitas Audit

(Y)

Kompetensi
(51)

3.1

OBJ EK PENELITIAN

Objek penelitian adalah hal yang menjadi sasaran penelitian (Kamus

Besar Indonesia, 1989: 622). Menurut Supranto (2000: 21) objek penelitian

adalah himpunan elemen yang dapat berupa orang, organisasi atau barang

yang akan diteliti. Kemudian dipertegas Anton Dayan (1986: 21), objek

penelitian adalah pokok persoalan yang hendak diteliti untuk mendapatkan

data secara lebih terarah. Menurut Suharsini Arikunto (1998: 18), objek

penelitian adalah variabel atau apa yang menjadi titik perhatian suatu

penelitian.

Dengan demikian penelitian ini menggunakan unit observasi yaitu

kualitas audit, kompetensi dan independensi yang ada pada kondisi Akuntan

(52)

3.2

OPERASIONALISME DAN PENGUKURAN VARIABEL

3.2.1 Definisi Oper asional dan Pengukur a n Var iabel

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberika kepada suatu

variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan

kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk

mengukur konstrak variabel tersebut (Nazir, 2005: 152).

Penelitian ini menggunakan dua variabel bebas (X) yaitu kompetensi

(X1) dan independensi Akuntan Publik (X2). Sedangkan variabel terkaitnya

yaitu kualitas audit Akuntan Publik (Y).

Agar tidak menimbulkan interprestasi yang berbeda, maka secara

oprasional variavel tersebut didefinisikan, yaitu sebagai berikut :

1.

Var iabel Bebas (X), ter dir i dar i dua macam variabel yaitu :

a .

Kompetensi (X

1

)

Yaitu merupakan sifat dasar seseorang yang dengan sendirinya

berkaitan dengan pelaksanaan suatu pekerjaan secara efektif.

Kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai

dalam bidang akuntansi dan auditing (Christiawan, 2002). Adapun

instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan

(53)

penelitian Bumiarini (2005) dan variabel ini diukur dengan

menggunakan 6 indikator :

1.

Penyajian sesuai Prinsip Akuntan Berlaku Umum.

2.

Kemampuan membuat laporan dan perbaikannya.

3.

Kemampuan untuk melakukan pemeriksaan.

4.

Tanggap terhadap perubahan perkembangan Prinsip Akuntansi

Berlaku Umum.

5.

Pelaksanaan supervisi.

6.

Pemberian jasa lain.

b.

Independensi Akuntan Publik (X

2

)

Yaitu merupakan sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak

dikendalikan oleh pihak lain dan tidak tergantung oleh orang lain

(Mulyadi, 2002). Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian

ini merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang

digunakan dalam penelitian Bumiarini (2005) dan variabel ini diukur

dengan menggunakan 3 indikator :

1.

Independensi.

2.

Kebijakan mendesain uji yang dilakukan.

(54)

2.

Var iabel Ter ikat (Y)

Kualitas Audit Akuntan P ublik

Yaitu merupakan ukuran pelaksanaan audit apakah telah

dilaksanakan sesuai dengan Standar Auditing yang telah ditetapkan oleh

Ikatan Akuntan Indonesia, dalam hal ini Standar Auditing merupakan

penentuan mutu (kualitas) kinerja serta seluruh tujuan yang harus dicapai

dalam audit laporan keuangan (Boynton, 2002). Adapun instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan dan modifikasi

dari instrumen yang digunakan dalam penelitian Bumiarini (2005) dan

variabel ini diukur dengan menggunakan 2 indikator :

1.

Latar belakang pendidikan dan pengalaman.

(55)

Secara ringkas untuk mengukur variabel penelitian dapat dijelaskan

Gambar

Tabel 1.1 Daftar Pelanggaran Profesi Akuntan Publik di Indonesia
Gambar 2.1 : Diagram Kerangka Pikir
Tabel 3.1 Indikator Variabel
Tabel 4.1 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai  : “Kompetensi (X1)”
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hubungannya dengan hal diatas, penulisan ilmiah ini membahas bagaimana sebuah program aplikasi sederhana yang dibuat dengan Microsoft Visual C++ 6.0 untuk

Skripsi saudari MUNAWATI dengan Nomor Induk Mahasiswa 11407185 yang beijudul ’ PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AL QUR’AN MELALUI METODE STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK

Fasilitasi Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik Kegiatan Penyebarluasan Informasi PIP2B Penataan Kawasan Pengembangan Destinasi Wisata.. 13 Pengawasan Pembangunan/penataan RTH

sebanyak 7 siswa.. Analisis Ketiga Tentang Pengaruli Penggunaan Keias Multimedia Terhadap Efektivitas Pembelajaran PAI Pada Siswa Keias XI MAN 1 Salatiga. Analisis ini

Jika ingin menambah data tekan tombol add, tombol disebelah kanan untuk memilih kategori, warna dan tipe barang yang akan diinputkan, jika ingin merubah data

[r]

Universitas Kristen Maranatha Maka dari itu, agar organisasi atau perusahaan memiliki daya saing dalam persaingan global, organisasi tersebut harus mampu memfokuskan

Pada sisi server dibuat file khusus dengan membagi file menjadi beberapa segmen, kemudian menghitung dan membuat file SHA256 dari tiap segmen, selanjutnya semua file