SKRIPSI
Diajukan Oleh :
DEFIANTI RISWANDI
1013010040/FE/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sar jana EKONOMI DAN BISNIS
Pr ogdi Akuntansi
Diajukan Oleh :
DEFIANTI RISWANDI
1013010040/FE/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
Yang diajukan
DEFIANTI RISWANDI
1013010219/FE/EA
Disetujui untuk Ujian Lisan oleh
Pembimbing Utama
Dr.Gideon Setyo Budiwitjaksono, M.Si
Tanggal : …………
NIP. 267069502431
Wakil Dekan I
SURABAYA
Disusun Oleh :
Defianti Riswandi
1013010040/FEB/EA
telah dipertahankan dihadapan
dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
Progdi Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
pada tanggal 28 Maret 2014
Pembimbing :
Tim Penguji :
Pembimbing Utama
Ketua
Dr. Gideon S.B, M.Si
Dr. Gideon S.B, M.Si
Sekretaris
Dra. Ec. Erry A, M.Aks, Ak
Anggota
Drs. Ec. Eko Riadi, M.Aks
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur
dapat menyelesaikan tugas akhir penulisan skripsi dengan judul : “PENGARUH
KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AKUNTAN PUBLIK TERHADAP
KUALITAS AUDIT PADA PROFESI AKUNTAN PUBLIK DI SURABAYA”
dengan baik.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis sangat berterima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan sehingga dapat
menyelesaikan tugas-tugas sebagai mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur. Ucapan terima kasih khususnya penulis sampaikan kepada :
1.
Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2.
Bapak Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3.
Bapak Dr. Hero Priono, SE, MSi, Ak, CA selaku Kepala Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur.
4.
Bapak Dr. Gideon Setyo Budiwitjaksono, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang
telah meluangkan dukungan, semangat, ilmu, serta waktunya untuk membimbing
sayang, dukungan moril dan materiil selama kuliah hingga penyelesaian skripsi
ini.
7.
Kepada sahabat saya yang selalu memberikan motivasi, dan semangat dalam
menyusun skripsi, Rafika dan Ninid.
8.
Teman-teman jurusan akuntansi 2010 khususnya Sahabat – sahabat di kampus
tercinta Ratih, Dhani, Septian, Bunda, Luluk, Firda, Nova dan teman-teman
bimbingan Bapak Gideon yang selalu memberi semangat dan doa serta kasih
sayang, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna,
karena itu saran dan kritik sangat diharapkan demi perbaikan dan penyempurnaan
skripsi ini, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi akademika UPN “Veteran”
Jawa Timur umumnya, serta bagi mahasiswa Program Studi Akuntansi khususnya.
Surabaya, 21 Maret 2014
Kata Pengantar ...
i
Daftar Isi ...
iii
Daftar Tabel ...
vii
Daftar Gambar ... viii
Abstraksi ...
ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ...
1
1.2 Rumusan Masalah ...
6
1.3 Tujuan Penelitian ...
6
1.4 Manfaat Penelitian ...
6
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA
2.1
Penelitian Terdahulu ...
9
2.2
Landasan Teori………..
12
2.2.1
Definisi, Tujuan, dan Proses Auditing ...
12
2.2.2
Jenis-Jenis Auditing ...
15
2.2.3
Jenis-jenis Auditor ……….. ...
17
2.2.4
Kualitas Audit ………...
18
2.2.5
Kompetensi Akuntan Publik……….………....
21
2.2.5.1 Definisi Kompetensi Akuntan Publik…………...
21
2.2.5.2 Pencapaian Kompetensi Profesional Akuntan
Publik………...
26
Independensi Akuntan Publik terhadap Kualitas Audit
Akuntan Publik………... 35
2.3
Kerangka Pemikir ……….
37
2.4
Hipotesis ………...
38
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Objek Penelitian ...
39
3.2
Operasionalisme dan Pengukuran Variabel ...
40
3.2.1
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ...
40
3.2.2
Pengukuran Variabel ...
43
3.3
Teknik Penentuan Sampel ...
46
3.3.1
Populasi ...
46
3.3.2
Sampel ...
46
3.4
Teknik Pengumpulan Data ...
47
3.4.1
Jenis dan Sumber Data ...
47
3.4.2
Pengumpulan Data ...
48
3.5
Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 48
3.5.1
Teknik Analisis Data...
48
3.5.2
Uji Kualitas Data……….
49
3.5.2.1
Uji Validitas ...
49
3.5.2.2
Uji Reliabilitas ………...
49
3.5.2.3
Uji Normalitas ………...
50
3.5.3
Asumsi Klasik ...
50
3.5.4
Uji Hipotesis………
53
4.1
Deskripsi Data Penelitian ...
56
4.1.1
Deskripsi Variabel Penelitian ...
56
4.2
Hasil Penelitian ...
61
4.2.1
Hasil Penelitian ...
61
4.2.1.1
Uji Kualitas Data ...
61
4.2.1.1.1 Uji Validitas ………
61
4.2.1.1.2 Uji Reliabilitas ...
65
4.2.1.1.3 Uji Normalitas……… ...
66
4.2.1.2
Uji Reliabilitas ………
65
4.2.1.3 Uji Normalitas... ...
66
4.2.2 Pengujian Asumsi Klasik...
68
4.2.2.1 Uji Multikolinieritas...
68
4.2.2.2 Uji Heteroskedastisitas...
69
4.2.2.3 Uji Autokorelasi...
70
4.2.3 Pengujian Hipotesis...
70
4.2.3.1 Persamaan Regresi………..
70
4.2.3.2 Pengujian Hipotesis dengan Uji Kesesuaian
Model (Uji F)……….
72
5.3
Keterbatasan dan Implikasi………...
80
DAFTAR PUSTAKA
Oleh :
DEFIANTI RISWANDI
Abstr ak
Akuntan publik merupakan auditor independen yang menyediakan jasa
kepada masyarakat umum terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang
dibuat oleh kliennya. Tugas akuntan publik adalah memeriksa dan memberikan opini
terhadap kewajaran laporan keuangan suatu entitas usaha berdasarkan standar yang
telah ditentukan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Berdasarkan hal tersebut maka
akuntan publik memiliki kewajiban menjaga kualitas audit yang dihasilkannya.
Karena dalam kualitas audit yang baik akan dihasilkan laporan auditan yang mampu
menyajikan temuan dan melaporkan dengan sesungguhnya tentang kondisi keuangan
kliennya. Oleh karena itu maka permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah
: (1)Apakah kompetensi dan independensi mempunyai pengaruh terhadap kualitas
audit. (2)Mana yang paling dominan antara kompetensi dan independensi
pengaruhnya terhadap kualitas audit
Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dengan menyebarkan
kuesioner kepada responden secara acak. Adapun populasi dalam penelitian ini
adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya. Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah kompetensi dan independensi akuntan publik,
sedangkan variabel terikatnya adalah kualitas audit.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa secara parsial hanya
kompetensi yang berpengaruh terhadap kualitas audit sedangkan secara simultan
kompetensi dan independensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit. Oleh
karena itu baik auditor maupun Kantor Akuntan Publik (KAP) diharapkan dapat
meningkatkan kualitas auditnya.
By :
DEFIANTI RISWANDI
Abstr act
Public accountants are independent auditors that provide services to the
general public , especially in the field of audit of financial statements made by his
client. Public accountants task is to examine and provide a fairness opinion on the
financial statements of a business entity based on the standards set by the Indonesian
Institute of Accountants (IAI). Under these conditions, Public accountants have an
obligation to maintain the quality of the resulting audit. Due to the good quality of the
audit report will be generated that is able to present audited and reported findings to
the truth about the financial condition of its clients. Therefore, the issues examined in
this study are: (1) Is the competence and independence of influence on audit quality.
(2) Which is the most dominant among the competence and independence of their
effects on audit quality.
This study uses primary data collected by distributing questionnaires to the
respondents at random. The population in this study is the auditors who work in
Public Accounting Firm (KAP) in Surabaya. The independent variable in this study is
the competence and independence of public accountants, while the dependent
variable is the quality of the audit.
Based on the results of this study concluded that competence only partially
affect audit quality while simultaneously affect the competence and independence of
the auditors on audit quality. Therefore, both the auditor and Public Accounting Firm
(KAP) is expected to improve the quality of the audit.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Profesi akuntan publik dikenal oleh masyarakat sebagai akuntan yang
memiliki izin dari kementrian keuangan untuk memberikan jasa akuntan
publik di Indonesia. Masyarakat mengenal profesi akuntan publik sebagai
pemberi jasa audit yang disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Para
pemakai informasi tersebut adalah pihak manajemen sebagai pemakai internal
dan pemakai eksternal antara lain pemerintah, bank, kreditur dan investor atau
calon investor. Pihak-pihak dari luar perusahaan membutuhkan informasi
laporan keuangan perusahan untuk bahan acuan pertimbangan keputusan atas
relasi yang akan dijalin dengan perusahaan.
Berdasarkan uraian situasi diatas dengan demikian terdapat dua
kepentingan yang berlawanan, di satu pihak manajemen ingin menyampaikan
informasi mengenai pertanggungjawaban pengelolaan dana yang berasal dari
pihak luar. Sedangkan di pihak lain, pihak luar perusahaan menginginkan
informasi yang andal dari manajemen perusahaan mangenai pertanggung
berlawanan inilah yang menyebabkan berkembang-tidaknya profesi akuntan
publik.
Manajemen perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga agar
pertanggung jawaban kepada pihak luar dapat dipercaya, sedangkan pihak
luar perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga untuk memperoleh keyakinan
bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen perusahaan dapat
dipercaya sebagai dasar keputusan yang diambil oleh mereka. Baik pihak
manajemen perusahaan maupun pihak luar perusahaan yang berkepentingan
terhadap jasa pihak ketiga yang dapat dipercaya.
Tanpa menggunakan jasa
auditor independen, manajemen perusahaan tidak akan dapat meyakinkan
pihak luar perusahaan bahwa laporan keuangan yang disajikan berisi
informasi yang dapat dipercaya, karena dari sudut pandang pihak luar,
manajemen perusahaan memiliki kepentingan, baik kepentingan keuangan
maupun kepentingan yang lain.
Profesi akuntan publik merupakan pihak independen yang dapat
membantu pihak diluar perusahaan (masyarakat umum) yang akan
menentukan bahwa laporan keuangan yang disusun oleh manajemen telah
memenuhi persyaratan (kewajaran). Untuk menentukan hal itu, maka akuntan
publik harus menjalankan fungsi pemeriksaan secara memadai sesuai aturan
atau standar yang ada. Pemeriksaan (audit) dalam arti luas bermakna evaluasi
melakukan verifikasi bahwa subjek dari audit telah diselesaikan atau berjalan
sesuai dengan standar, regulasi, dan praktik yang telah disetujui dan diterima.
De Angelo (1981) mendefinisikan audit quality (kualitas audit) sebagai
probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang
adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Tentu saja audit
dilaksanakan oleh auditor yang kompeten, objektif, dan tidak memihak.
Profesi akuntan sering disebut profesi kepercayaan masyarakat
meskipun dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya kenyatannya akuntan
sendiri sering menemui kesulitan dalam mempertahankan integritasnya.
Auditor merupakan suatu profesi yang kompleks yang jumlahnya relatif
sedikit dan profesi ini mempunyai derajat keahlian pada suatu spesialisasi
tertentu. Profesi auditor diakui sebagai suatu keahlian bagi perusahaan dan
ikatan profesinya. Profesi auditor mempunyai kedudukan yang unik dibanding
dengan profesi yang lain, karena dalam melaksanakan tugasnya auditor bukan
hanya bertanggung jawab atas kepentingan klien melainkan untuk
kepentingan pihak lain yang memakai laporan keungan auditan.
Sehubungan dengan posisi tersebut, maka auditor dituntut untuk dapat
mempertahankan kepercayaan yang telah didapat dari klien maupun
masyarakat atau pihak lain yang berkepentingan. Kepercayaan ini senantiasa
harus ditingkatkan dengan didukung tingkat keahlian yang dimiliki oleh
ideal. Karakteristik yang dimiliki oleh seorang auditor akan mempengaruhi
keahliannya dalam mengaudit.
Karakteristik tersebut dapat dilihat dari ciri –
ciri psikologis yaitu kepribadian diri auditor seperti tanggung jawab yang
dimiliki, rasa percaya diri, tingkat kejujuran, dan lain–lain. Selain itu cara
auditor menganalisis tugasnya juga berpengaruh dari keahlian auditor, begitu
juga dengan komponen pengetahuan yang dimiliki serta apakah strategi
penentuan keputusan yang telah dijalankan auditor sudah cukup efektif.
Penelitian – penelitian untuk mengungkap karakteristik keahlian audit
yang ideal perlu dilakukan secara berkesinambungan. Alasan perlu dilakukan
penelitian ini adalah pertama, karena kantor akuntan publik (KAP)
berkepentingan dalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses audit dan
kedua adalah untuk meningkatkan kualitas auditor. Dengan demikian kantor
Akuntan Publik atau organisasi profesi akuntan yang lain harus berusaha
meningkatkan pemahaman terhadap karakteristik yang penting bagi keahlian
audit sehingga pada akhirnya akan berguna dalam membantu merancang
keputusan, pengembangan progam pelatihan, penetapan pedoman tarif jasa
auditor, prosedur untuk evaluasi kinerja auditor, dan dapat melakukan proses
audit secara professional.
Saat ini masih dijumpai beberapa pelanggaran yang dilakukan oleh
Tabel 1.1 Dafta r Pelangga ran Pr ofesi Akunta n Publik di Indonesia
NO
Nama KAP
Pelanggaran
1.
2.
3.
4.
5.
Pandan R.W.
Oman Pieters Arifin
Drs Abdul Hasan Salipu
Drs. Tahrir Hidayat
Johan Malonda
Bekerja-sama dalam kebijakan dan
pengambilan keputusan perusahaan
terutama yang berkaitan dengan masalah
perpajakan dan laporan keuangan.
Melanggar Standar auditing (SA), dan
Standar Profesional Akuntan Publik
(SPAP)
Belum memenuhi ketentuan administratif
dan belum memenuhi Standar Auditing
(SA)
Izin AP yang bersangkutan dibekukan
karena melanggar Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP).
Memanipulasi yang berkaitan dengan
laporan audit atas laporan keuangan
konsolidasi
Sumber : diolah dari berbagai sumber.
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa keahlian audit yang dimiliki oleh
profesi Akuntan Publik dapat dikatakan perlu adanya peningkatan, dengan demikian
dapat dikatakan bahwa kualitas hasil audit belum baik.
Dari uraian di atas penelitian ini akan mengkaji lebih jauh yang berkaitan
dengan akibat atau karakteristik profesi Kantor Akutan Publik dengan mengambil
judul “Pengar uh Kompetensi da n Independensi Akuntan Publik ter ha dap
1.2
PERUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan
masalahnya adalah :
1.
Apakah ada pengaruh kompetensi akuntan publik terhadap kualitas audit
akuntan publik
2.
Apakah ada pengaruh independensi akuntan publik terhadap kualitas audit
akuntan publik
3.
Manakah variabel kompetensi dan independensi akuntan publik yang
berpengaruh secara dominan terhadap kualitas audt pada akuntan publik
1.3
TUJ UAN PENELITIAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penilitian ini adalah untuk
menguji secara empiris.
1.
Pengaruh kompetensi dan independensi akuntan publik terhadap kualitas
audit akuntan publik.
2.
Dari variabel-variabel yang diketahui yaitu kompetensi dan independensi
akuntan publik, variabel mana yang berpengaruh paling dominan terhadap
1.4
MANFAAT PE NELITIAN
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu antara lain :
1.
Manfaat Praktis, meliputi manfaat dalam operasional yang mencakup :
a.
Manfaat Bagi Peniliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk
memperdalam pengetahuan sebagai upaya peningkatan daya pikir dan
menambah pengetahuan praktis mengenai masalah audit khususnya
tentang pegaruh kompetensi dan independensi akuntan publik terhadap
kualitas audit akuntan publik.
b.
Manfaat Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat disajikan sebagai wacana
dasar pemikiran dan penalaran untuk merumuskan permasalahan baru
dalam penelitian selanjutnya guna memperluas aktifitas akademika
dalam memperdalam pengetahuan dibidang akuntansi.
c.
Bagi Auditor Independen
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu
masukan yang bermanfaat bagi auditor independen dalam memahami
dan independensi audit sehungga dapat melaksanakan audit yang
berkualitas.
2.
Manfaat Akademis, meliputi manfaat dalam pengembangan ilmu yang
mencakup :
Manfaat Bagi Universitas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
referensi bagi peniliti lain yang berhubungan dengan permasalahan yang
diteliti, serta sebagai dharma bakti kepada Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur pada umumnya dan Fakultas Ekonomi
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1
PENELITIAN TERDAHULU
Hasil penelitian yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang
dibahas dalam penelitian ini pernah dilakukan oleh :
1.
Noryulia (2004)
Judul :
“Pengaruh Keahlian Audit, Indepen, dan Kompetensi Terhadap
Pelaksanaan Audit yang Berkualitas pada Kantor Akuntan Publik di
Surabaya.”
Permasalahan :
a.
Apakah keahlian audit, independensi dan kompetensi mempunyai
pengaruh secara simultan terhadap pelaksanaan audit yang berkualitas
pada kantor akuntan publik di Surabaya.
b.
Variabel manakah dari variabel keahlian audit, independensi, dan
kompetensi yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap
pelaksanaan audit yang berkualitas pada kantor akuntan publik di
Hasil Penelitian :
a.
Terdapat pengaruh secara simultan keahlian audit, independensi, dan
kompetensi terhadap pelaksanaan audit yang berkualitas pada KAP di
Surabaya.
b.
Kompetensi
mempunyai
pengaruh
yang
dominan
terhadap
pelaksanaan audit yang berkualitas pada KAP di Surabaya.
2.
Alim (2007)
Judul :
“Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas
Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderator.”
Permasalahan :
Mengevaluasi hubungan antara kompetensi, independensi,
etika auditor dan kualitas audit, dimana variabel etika auditor sebagai
variabel moderasi yang akan mempengaruhi secara kuat atau lemah
hubungan diantara variabel yang lainnya.
Hasil Penelitian :
Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa kompetensi
berpengaruh terhadap kualitas audit. Hal ini berarti bahwa kualitas audit
dapat dicapai jika auditor memiliki kompetensi yang baik dimana
pengetahuan. Sementara itu, interaksi kompetensi dan etika auditor tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Penelitian ini juga
menemukan bukti empiris bahwa independensi berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit. Selanjutnya interaksi independensi dan etika
auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
3.
Bumiarini (2005)
Judul :
“Pengaruh Kompentensi dan Independensi Akuntansi Publik
terhadap Profesionalisme Akuntan Publik (Studi Empiris pada Kantor
Akuntan Publik di Surabaya)”
Permasalahan :
a.
Apakah terdapat pengaruh antara kompetensi dan independensi
akuntan publik terhadap profesionalisme akuntan publik?
b.
Faktor manakah yang lebih dominan mempengaruhi profesionalisme
para akuntan publik?
Hasil Penelitian :
a.
Hipotesis pertama yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh
terhadap profesionalisme akuntan publik antara kompetensi dan
b.
Hipotesis
kedua
menyatakan
faktor
yang
lebih
dominan
mempengaruhi profesionalisme para akuntan publik menunjukkan
bahwa faktor kompetensi dan independensi merupakan 2 faktor
penting yang dapat meningkatkan profesionalisme para akuntan publik
pada kantor-kantor akuntan publik di Surabaya.
2.2
LANDASAN TEORI
2.2.1 Definisi, Tujuan, dan Pr oses Auditing
1. Definisi Auditing
Menurut Mulyadi (2002: 9) auditing adalah suatu proses sistematik
untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai
pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan
tujuan menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan
tersebut dengan dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian
hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.
Sedangkan menurut Arens & Loebbecke (1997: 1) auditing adalah
proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang
dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang
kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan
Ditinjau dari sudut akuntan publik, auditing adalah pemeriksaan
(examination) secara obyektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau
organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan
tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi
keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut (Mulyadi, 2002:
11)
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa auditing
adalah pemeriksaan atas laporan keuangan secara sistematik dengan
mengumpulkan dan mengevaluasi bukti secara obyektif dengan tujuan untuk
menentukan apakah laporan keuangan tersebut telah menyajikan secara wajar
sesuai dengan standar auditing.
2. Tujuan Auditing
Menurut Abdul Halim menyatakan bahwa tujuan audit adalah :
“Untuk menyatakan pendapat atas kewajaran, dalam semua hal yang material,
posisi keuangan dan hasil usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum”. (2003:147)
Tujuan audit secara umum adalah untuk menilai apakah informasi atau
3.
Proses Auditing
Proses audit disebut juga tahap-tahap audit yang merupakan
langkah-langkah yang dilakukan auditor mulai dari rencana audit, pelaksanaan
sampai pada penerbitan laporan akuntan.
Menurut Mulyadi (2002: 122) proses audit atas laporan keuangan
dibagi menjadi empat tahap, yaitu :
a.
Penerimaan Perikatan Audit
Langkah awal pekerjaan audit atas laporan keuangan berupa
pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak perikatan audit
dari calon klien atau untuk melanjutkan atau menghentikan perikatan
audit dari klien berulang.
b.
Perencanaan Audit
Keberhasilan penyelesaian perikatan audit sangat ditentukan
oleh kualitas perencanaa audit yang dibuat oleh auditor.
c.
Pelaksanaan Pengujian Audit
Tahap ini disebut juga dengan “pekerjaan lapangan”.
Pelaksanaan pekerjaan lapangan ini harus mengacu tiga standar
auditing yang termasuk “standar pekerjaan lapangan”. Tujuan utama
pelaksanaan pekerjaan lapangan ini adalah untutk memperoleh bukti
audit tentang efektivitas pengendalian intern klien dan kewajaran
d.
Pelaporan Audit
Pelaksanaa tahap ini harus mengacu pada “ standar pelaporan”.
Ada dua langkah penting yang dilaksanakan oleh auditor dalam
pelaporan audit ini : (1) menyelesaikan audit dengan meringkas semua
hasil pengujian dan menarik simpulan, (2) menerbitkan laporan audit.
2.2.2 J enis-J enis Auditing
Terdapat bermacam-macam jenis audit intern yang biasa dilakukan
auditor internal perusahaan. Menurut Mulyadi (2003:16) membagi tiga jenis
audit, yaitu:
“1. Audit laporan keuangan
2. Audit operasional
3. Audit ketaatan.”
Sedangkan menurut Alvin Arens dan James Lobbecke yang
diahlibahsakan oleh Amir Abadi Jusuf (2000:11-13) membagi menjadi tiga
jenis yaitu :
“1. Pemeriksaan Operasional (Operational Audit)
2. Pemeriksaan Ketaatan (Compliance Audit)
3. Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan (Financial Statement Audit).”
Keterangan dari masing-masing jenis audit tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Pemeriksaan Operasional (Operational Audit)
Merupakan penelaahan dari prosedur dan metode operasi suatu
efektivitasnya. Pada saat suatu audit operasional selesai dilaksanakan,
manajemen biasanya akan mengharapkan sejumlah rekomendasi untuk
meningkatkan kegiatan operasional perusahaan.
2.
Pemeriksaan Ketaatan (Compliance Audit)
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mempertimbangkan apakah
auditee (klien) telah mengikuti prosedur atau aturan tertentu yang telah
ditetapkan. Pemeriksaan ketaatan mempunyai tujuan untuk menentukan
sejauh mana prosedur atau peraturan-peraturan yang ditentukan oleh
manajemen dijalankan dengan baik oleh unit organisasi dalam perusahaan.
Hasil pemeriksaan ketaatan ini biasanya tidak dilaporkan kepada
seseorang di dalam organisasi itu, tetapi kepada pimpinan organisasi
sebagai pihak yang berkepentingan atas dipatuhinya prosedur dan
peraturan yang telah ditetapkan.
3.
Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)
Pemeriksaan atas laporan keuangan bertujuan untuk menentukan
apakah laporan keuangan secara keseluruhan yang merupakan informasi
terukur yang akan diversifikasi, telah disajikan sesuai dengan
kriteria-kriteria tertentu pada umumnya laporan keuangan yang dimaksud meliputi
neraca, perhitungan laba rugi, laporan arus kas dan juga termasuk catatan
kakinya. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan oleh eksternal auditor
terhadap laporan keuangan perusahaan dengan tujuan menerangkan
Pembagian jenis pemeriksaan tersebut didasarkan pada kebutuhan dan
ruang lingkup perusahaan.
2.2.3 J enis-J enis Auditor
1. Auditor Independen
Auditor independen adalah auditor operasional yang menyediakan
jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas
laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya. Audit tersebut terutama
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan
seperti : kreditur, investor, calon kreditur, calon investor, dan instansi
pemerintah (terutama instansi pajak).
2.
Auditor Pemer inta h
Auditor pemeintah adalah profesional yang bekerja di instansi
pemerintah
yang
tugas
pokoknya
melakukan
audit
atas
pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi
atau entitas pemerintahan atau pertanggungjawaban keuangan yang
ditujukan kepada pemerintah. Umumnya yang disebut auditor pemerintah
adalah auditor yang bekerja di Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) serta
instansi pajak.
3.
Auditor Inter n
Auditor internal adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan
adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh
manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya
penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan
efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan
informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.
2.2.4 Kua lita s Audit
Auditor sangat berkepentingan dengan kualitas jasa yang diberikan.
Kualitas jasa yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik diatur dan
dikendalikan melalui berbagai standar yang diterbitkan oleh organisasi profesi
tersebut. Untuk mengukur kualitas audit maka diperlukan suatu kriteria.
Standar auditing merupakan salah satu ukuran kualitas audit. Standar ini harus
diterapkan dalam setiap audit atas laporan keuangan yang dilakukan oleh
auditor independen. Standar ini dapat diterapkan tanpa memandang besar
kecilnya usaha klien, bentuk organisasi bisnis, jenis industri maupun sifat
organisasi bisnis.
Kepercayaan masyarakat terhadap mutu audit akan menjadi lebih
tinggi jika profesi akuntan publik menerapkan standar mutu yang tinggi
terhadap pelaksanaan pekerjaan audit. Dalam SPAP seksi 161 paragraf 1,
dinyatakan bahwa dalam penugasan audit, auditor bertanggung jawab untuk
mematuhi satndar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.
Menurut Christiawan (2002: 83) kualitas audit ditentukan oleh dua hal
competence (expertise) and independence. These qualities have direct effects
on actual audit quality, as well as interactive effects. In addition, financial
statementuser’s perception of audit quality are function oftheir perception of
both auditor independence amd expertise (AAA Finansial Accounting
Standart Committee 2000).
Perlu diketahui bahwa standar auditing berbeda dengan prosedur
auditing. Hal ini dinyatakan dalam SPAP seksi 150 paragraf 1, yaitu :
“Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing, yaitu prosedur
berkaitan dengan tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan standar
berkaitan dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja tindakan tersebut, dan
berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan prosedur
tersebut. Standar auditing, yang berbeda dengan prosedur auditing berkaitan
dengan tidak hanya kualitas rpofesional auditor namun juga berkaitan dengan
pertimbangan yang digunakan dalam pelaksanaan auditnya dan dalam
pelaksanaan auditnya dan dalam laporannya.”
Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh IAI adalah
sebagai berikut :
1.
Standar Umum
a.
Audit yang harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor.
b.
Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi
c.
Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
2.
Standar Pekerjaan Lapangan
a.
Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi sebagaimana mestinya.
b.
Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian
yang akan dilakukan.
c.
Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang
diaudit.
3.
Standar Pelaporan
a.
Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
b.
Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan
laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan
prinsip akuntansi tersebut dalam periode waktu sebelumnya.
c.
Pengungkapan informatif dalam laporan keungan harus dipandang
d.
Laporan auditor harus memuat suatu pernyatan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa
pernyaraan demikian tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan
keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas
mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan
tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.
Jadi seorang auditor dalam melaksanakan audit atas laporan
keuangan harus didasarkan pada standar auditing yang ditetapkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia. Standar auditing tersebut merupakan ukuran
mutu (kualitas) dari kualitas audit akuntan publik yang dihasilkannya.
Sedangkan kompetensi dan independesi merupakan faktor-faktor penentu
kualitas audit seroang akuntan publik dalam pelaksanaan audit sesuai
dengan standar auditing tersebut.
2.2.5 Kompetensi Akunta n Publik
2.2.5.1 Definisi Kompetensi Akuntan Publik
Menurut kamus Kompetensi LOMA (1998) dalam Alim (2007)
kompetensi didefinisikan sebagai aspek-aspek pribadi dari seseorang pekerja
yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior. Aspek-aspek
pribadi ini mencakup sifat, motif-motif, sistem nilai, sikap, pengetahuan, dan
keterampilan dimana kompetensi akan mengarahkan tingkah laku, sedangkan
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang berhubungan dengan
pekerjaan, serta kemampuan yang dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan non
rutin. Definisi kompetensi dalam bidang auditing pun sering diukur dengan
pengalaman.
Standar umum pertama (SA seksi 210 dalam SPAP, 2001)
menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau yang
memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
Seangkan, standar umum ketiga (SA seksi 230 dalam SPAP, 2001)
menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit akan penyusunan laporannya,
auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan
seksama. Oleh karena itu, maka setiap auditor wajib memiliki kemahiran
profesionalitas dan keahlian dalam melaksanakan tugasnya sebagai auditor.
Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary (1983) mendefinisikan
keahlian (expertise) sebagai keterampilan dari seorang ahli. Ahli (expert)
didefinisikan seseorang yang memiliki tingkat keterampilan tertentu atau
pengetahuan yang tinggi dalam subyek tertentu yang diperoleh dari pelatihan
dan pengalaman.
Trotter (196) dalam Murtanto (1999) mendefinisikan ahli sebagai
orang yang dengan keterampilannya mengerjakan pekerjaan dengan mudah,
cepat, intuitif dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan. Hayes
Roth et.al (1983) dalam artikel yang mendefiniskan keahlian sebagai
terhadap masalah yang timbul dalam lingkungan tersebut dan keterampilan
untuk memecahkan permasalahan tersebut.
Lee dan Stone (1995), mendefinisikan kompetensi sebagai suatu
keahlian yang cukup secara eksplisit dapat digunakan untuk melakukan audit
secara obyektif. Pendapat lain adalah dari Dreyfus dan Dreyfus (dalam
saifudin 2004), mendefinisikan kompetensi sebagai keahlian seorang yang
berperan secara berkelanjutan yang mana pergerakannya melalui proses
pembelajaran, dari “pengetahuan sesuatu” ke “mengetahui bagaimana”,
seperti misalnya : dari sekedar pengetahuan yang tergantung pada aturan
tertentu kepada suatu pertanyaan yang bersifat intuitif. Lebih spesifik lagi
Dreyfus dan Dreyfus (1986) membedakan proses pemerolehan keahlian
menjadi 5 tahap.
Tahap pertama disebut novice, yaitu tahapan pengenalan terhadap
kenyataan dan membuat pendapat hanya berdasarkan aturan-aturan yang
tersedia. Keahlian pada tahap pertama ini biasanya dimiliki oleh staf audit
pemula yang baru lulus dari perguruan tinggi.
Tahap kedua disebut advanced beginner. Pada tahap ini auditor sangat
bergantung pada aturan dan tidak mempunyai cukup kemampuan untuk
merasionalkan segala tindakan audit, namun demikian, auditor pada tahap ini
mulai dapat membedakan aturan yang sesuai dengan suatu tindakan.
Tahap ketiga disebut competence. Pada tahap ini auditor harus
Tindakan yang diambil disesuaikan dengan tujuan yang ada dalam pikirannya
dan kurang sadar terhadap pemilihan, penerapan, dan prosedur aturan audit.
Tahap keempat disebut profiency. Pada tahap ini segala sesuatu
menjadi rutin, sehingga dalam bekerja auditor cenderung tergantung pada
pengalaman yang lalu. Disini instuisi mulai digunakan dan pada akhirnya
pemikiran audit akan terus berjalan sehingga diperoleh analisis yang
substansial.
Tahap kelima atau terakhir adalah expertise. Pada tahap ini auditor
mengetahui sesuatu karena kematangannya dan pemahamannya terhadap
praktek yang ada. Auditor sudah dapat membuat keputusan atau
menyelesaikan suatu permasalahan. Dengan demikan segala tindakan auditor
pada tahap ini sangat rasional dan mereka bergantung pada instuisinya bukan
pada peraturan-peraturan yang ada.
Walaupun terdapat beberapa definisi diatas, secara umum belum ada
kesepakatan mengeani definisi keahlian diantara peneliti. Konsekuensinya,
konsep dari keahlian harus dioperasikan dengan melihat beberpa variabel atau
ukuran, seperti lamanya pengalaman seseorang di bidang tertentu
(Mohammadi dan Wright, 1987).
Definisi keahlian dalam bidang auditing pun sering diukur dengan
pengalaman (Mayangsari, 2003). Pengetian keahlian menurut Bedard (1986)
dalam Murtanto (1999) adalah seseorang yang memiliki pengetahuan dan
Ashton (1991) dalam Mayangsari (2003) mengatakan bahwa ukuran
kewahlian tidak cukup hanya pengalaman tetapi diperlukan
pertimbangan-pertimbangan lain dalam pengambilan suatu keputusan yang baik karena pada
dasarnya manusia memiliki sejumlah unsur lain disamping pengalaman.
Beberapa peneliti lainnya telah memsukkan unsur kemampuan (ability),
pengetahuan (knowledge), dan pengalaman (experience) ke dalam penelitian
mereka (Bonar dan Lewis, 1990; Libby dan Luft, 1993; Libby dan Tan, 1994)
dalam Muranto (1990).
Dalam praktek, definisi keahlian sering ditunjukkan dengan
pengakuan resmi (official recognition) seperti kecerdasan partner dan
penerimaan consensus (consensual acclamation) seperti pengakuan terhadap
seorang spesialis pada industry tertentu, tanpa adanya suatu daftar resmi dari
atribut-atribut keahlian (Mayangsari, 2003). Dalam hal ini Shanteau (1987)
dalam Murtanto (1990) memberikan definisi operasional seorang ahli adalah
seorang yang telah diatur dalam profesinya sebagai orang yang memiliki
ketrampilan dan kemampuan yang penting untuk menilai pada derajat yang
tinggi.
Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa belum terdapat deskripsi yang
jelas
tentang
keahlian.
Akibatnya,
konsep
keahlian
harus
dioperasionalisasikan dengan melihat beberapa variabel. Dan pada penelitian
2.2.5.2 Penca paian Kompetensi Pr ofesional Akuntan Publik
Menurut Boyton, dkk (2002: 61) kompetensi auditor
ditentukan oleh 3 faktor, yaitu :
1.
Pendidikan universitas formal untuk memsuki profesi
2.
Pelatihan praktik kerja dan pengalaman dalam auditing
3.
Mengikuti pendidikan profesi berkelanjutan selama karier profesi
auditor.
Menurut Mulyadi (2002: 58) pencapaian kompetensi professional
awalnya memerlukan standar pendidikan yang tinggi, diikuti oleh pendidikan
khususnya, pelatihan dan ujian professional dalam subyek-subyek yang
relevan dan pengalaman kerja.
Asisten junior untuk mencapai kompetensinya harus memperoleh
pengalaman dengan mendapatkan supervisi yang memadai dan review atas
pekerjaannya dari atasannya yang lebih berpengalaman. Akuntan publik harus
secara terus menerus mengikuti perkembangan yang terjadi dalam bisnis dan
profesinya. Akuntan publik harus mempelajari, memahami dan menerapkan
ketentuan-ketentuan baru dalam prinsip akuntansi dan standar auditing yang
ditetapkan oleh organisasi profesi (Christiawan, 2002: 83).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Putri Noviyani (2003) dalam
Christiawan (2002: 85) menyimpulkan bahwa pengalaman akan berpengaruh
positif terhadap pengetahuan auditor tentang jenis kekeliruan. Penelitian ini
kemampuan auditor untuk mengetahui kekeliruan yang ada di perusahaan
yang menjadi kliennya. Penelitian ini juga memberikan bukti pelatihan yng
dilakukan oleh auditor akan meningkatkan keahlian mereka untuk mengetahui
kekeliruan merupakan salah satu bagian dari kompetensi auditor.
Menurut Mulyadi (2002: 58) setelah akuntan publik mencapai
kompetensinya, maka yang harus dilakukan oleh akuntan publik selanjutnya
adalah memelihara kompetensinya dengan cara :
1.
Kompetensi harus dipelihara dan dijaga melalui komitmen untuk
belajar
dan
melakukan
peningkatan
professional
secara
berkesinambungan selama kehidupan profesi anggota.
2.
Pemeliharaan kompetensi profesional memerlukan kesadaran
untuk terus mengikuti perkembangan profesi akuntan, termasuk
diantaranya pernyataan-pernyataan akuntansi, auditing, peraturan
lainnya, baik nasional maupun internasional yang relevan.
3.
Anggota harus menerapkan suatu program yang dirancang untuk
memastikan terdepannya kendali mutu atas pelaksanaan jasa
profesi yang konsisten dengan standar nasional dan internasional.
Jadi seorang akuntan publik harus memiliki latar belakang
pendidikan formal auditing dan akuntansi, pengalaman kerja yang
cukup dalam profesi yang akan ditekuninya dan selalu mengikuti
pendidikan-pendidikan profesi berkelanjutan. Akuntan publik juga
berpengalaman dalam bidang industri kliennya. Jika akuntan
publik atau asistennya tidak mampu menangani suatu masalah
maka mereka berkewajiban untuk mengupayakan pengetahuan dan
keahlian yang dibutuhkan, mengalihkan pekerjaannya kepada
orang lain yang lebih mampu (kompeten) atau mengundurkan diri
dari penugasan. Selain itu asisten yunior harus diawasi secara
seksama dalam pekerjaannya oleh atasannya, karena mereka belum
mempunyai cukup pengalaman.
2.2.6 Independensi Akuntan Publik
Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak
dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada pihak lain. Independensi
juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan
fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak memihak dalam
merumuskan dan menyatakan pendapatnya (Mulyadi, 2002: 26-27).
Menurut standar auditing dari Ikatan Akuntan Publik mengenai
standar umum yang kedua menentukan bahwa dalam semua hal yang
berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mental harus
dipertahankan oleh auditor. Independensi dalam audit berarti cara pandang
tidak memihak didalam pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan,
dan penyusunan laporan audit (Loebbecke, 1997: 84).
Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) disebutkan bahwa
bahwa ia independen, tetapi ia harus pula menghindari keadaan yang dapat
menyebabkan pihak luar meragukan independensinya.
Independensi diklasifikasikan menjadi dua oleh Mautz dan Sharaf
dalam Mayangsari (2003) yaitu independensi dalam kenyataan (independence
in fact) dan independensi dalam penampilan (independence in appearance).
Independen dalam kenyataan adalah independen dalam diri auditor, yaitu
kemampuan auditor untuk bersikap bebas, jujur, dan obyektif dalam
melakukan penugasan audit. Independensi dalam penampilan adalah
independen yang dipandang dari pihak yang berkepentingan terhadap
perusahaan yang diaudit yang mengetahui hubungan antara auditor dengan
kliennya.
Dalam Meutia (2004: 336) yang berkaitan dengan masalah
independensi, AICPA memberikan prinsip-prinsip sebagai panduan :
1.
Auditor dan perusahaan tidak boleh tergantung dalam hal keuangan klien.
2.
Auditor dan perusahaan seharusnya tidak terlibat dalam konflik
kepentingan yang akan mengganggu obyektifitas mereka berkenaan
dengan cara-cara yang mempengaruhi laporan keuangan.
3.
Auditor dan perusahaan seharusnya tidak memiliki hubungan dengan klien
yang akan mengganggu obyektifitas auditor.
Menurut Arens dan Loebbecke (1997: 89) untuk memlihara dan
mempertahankan independensi hal-hal yang paling penting yaitu :
Wajib dijatuhkan pengadilan jika seorang akuntan publik tidak
independen dapat berat akibatnya, termasuk tindakan kriminal. Pengadilan
telah memberikan banyak insentif bagi auditor agar tetap bersikap
independen.
2.
Peraturan 101, interprestasi dan ketentuannya
Hal ini membatasi para akuntan publik dalam hubungan keuangan
dan bisnis dengan klien. Ini merupakan bantuan yang besar dalam
mempertahankan independensi.
3.
Standar auditing yang berlaku umum
Standar umum yang kedua mengharuskan auditor untuk
mempertahankan sikap mental independen untuk semua hal yang
berkaitan dengan penugasan.
4.
Standar pengendalian mutu (IAI dan AICPA di Amerika Serikat)
Isinya salah satu standar pengendalian mutu masyarakat kantor
akuntan publik untuk menetapkan kebijakan dan prosedur guna
memberikan jaminan yang cukup bahwa semua pegawainya
independen.
5.
Pendefinisian perusahaan
Terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi berkaitan
dengan independensi. Pelaporan ketidaksetujuan antar auditor dengan
klien, penggantian partner, pembatasan jasa manajemen, dan review
6.
Komite audit
Adalah sejumlah anggota dewan komisaris perusahaan klien yang
bertanggung-jawab untuk membantu auditor dalam mempertahankan
independensinya dari manajemen. Pada saat ini hanya bank umum saja
yang telah diwajibkan oleh oleh Bank Indonesia untuk mempunyai komite
audit yang disebut dewan-dewan audit.
7.
Komunikasi dengan auditor pendahulu
Persoalan utama komunikasi ini adalah informasi yang dapat
membantu auditor pengganti untuk menentukan apakah manajemen klien
mempunyai integritas.
8.
Menjajaki pendapat mengenai penetapan prinsip akuntansi
Menetapkan persyaratan yang harus diikuti jika sebuah kantor
akuntan publik diminta untuk memberikan pendapat lisan atau tertulis
menggunakan prinsip-prinsip akuntansi atau jenis pendapat audit yang
dikeluarkan untuk suatu transaksi spesifik.
9.
Pengesahan auditor oleh pemegang saham
Pada saat ini semakin banyak perusahaan meminta para pemegang
sahamnya untuk mengesahkan sebuah kantor akuntan publik baru atau
meneruskan yang sudah ada.
10.
Kesimpulan
Tanpa mengabaikan peraturan yang menyatakan dalam kode etik
memihak dengan manajemen dari pihak-pihak lainnya yang terkena
pengaruh dari penampilan pertanggung jawaban akuntan publik baru atau
meneruskan yang sudah ada.
Ryan et.al dalam Meutia (2004: 336) menyebutkan SEC memberikan
prinsip-prinsip yang menyatakan bahwa independensi dapat terganggu apabila
auditor: (1) memiliki konflik kepentingan dengan kliennya; (2) mengaudit
pekerjaan mereka sendiri; (3) berfungsi baik sebagai manajer ataupun pekerja
dari kliennya; (4) bertindak sebagai penasihat bagi kliennya.
Atas dasar pembahasan diatas tentang pentingnya independensi
akuntan publik diatas tersebut dapat ditarik kesimpulan mengenai pentingnya
independensi akuntan publik sebagai berikut :
1.
Independensi merupakan syarat yang sangat penting bagi profesi akuntan
publik untuk menilai kewajaran informasi yang disajikan oleh manajemen
kepada pemakai informasinya.
2.
Independensi diperlukan oleh akuntan publik untuk memperoleh
kepercayaan dair klien dan masyarakat, khusunya para pemakai laporan
keuangan.
3.
Jika akuntan publik tidak independen maka pendapat yang diberikan tidak
mempunyai arti atau nilai.
4.
Independensi merupakan martabat penting akuntan publik yang secara
2.2.7 Pengar uh Kompetensi ter hadap Kualita s Audit Akuntan Pub lik
Dalam semua penugasan dan dalam semua tanggung jawab, setiap
akuntan publik harus melakukan upaya untuk mencapai tingkatan kompetensi
yang akan meyakinkan bahwa kualitas jasa yang diberikan memenuhhi
tingkatan profesionalisme yang disyaratkan oleh Prinsip Etika. Akuntan
publik dalam mempertahankan kompetensi profesional harus menerapkan
suatu program yang dirancang untuk memastikan terdapatnya kendali mutu
atas pelaksanaan jasa profesional yang konsisten dengan standar nasional dan
internasional (Mulyadi, 2002: 58).
Menurut Christiawan (2002: 85) berdasarkan penelitian yang telah ada
secara umum dapat direfleksikan bahwa pendidikan formal, pelatihan dan
pengalaman yang merupakan komponen dasar kompetensi akuntan publik
memiliki pengaruh yang positif terhadap kualitas audit yang dilakukan oleh
akuntan publik.
Menurut Noryulia (2004) berdasarkan penelitian yang dilakukannya
variabel yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap pelaksanaan
audit adalah kompetensi, terutama dalam pengaruhnya terhadap kualitas audit.
Menurut Alim (2007) berdasarkan evaluasi yang dilakukannya antara
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas audit ini berhasil
membuktikan bahwa kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit. Hal ini
kompetensi yang baik, dimana kompetensi tersebut terdiri dari dua dimensi
yaitu pengalaman dan pengetahuan.
2.2.8 Pengar uh Independensi Akunta n Pub lik ter hada p Kualitas Audit
Akuntan Publik
Dalam menjalankan tugasnya, akuntan publik harus selalu
mempertahankan sikap mental independen didalam memberikan jasa
profesional sebagaimana diatur dalam Standar Akuntan Publik yang
ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.
Kepercayaan masyarakat yang besar dari para pemakai laporan
keuangan auditor dan jasa yang diberikan akuntan publik akhirnya
mengharuskan akuntan publik memperhatikan kualitas audit yang
dilakukannya. Sikap mental independen sama pentingnya dengan keahlian
dalam bidang praktik akuntansi dan prosedur audit yang harus dimiliki oleh
setiap auditor. Auditor tidak hanya berkewajiban mempertahankan sikap
mental independen, tetapi juga harus menghindari keadaan-keadaan yang
dapat mengakibatkan masyarakat meragukan independensinya. Auditor juga
harus menimbulkan persepsi dikalangan masyarakat bahwa ia benar-benar
independen (Mulyadi, 2002: 27).
Menurut Scott et.al dalam Meutia (2004: 337) auditor yang
independen seharusnya dapat menjadi pelindung terhadap praktek-praktek
akuntansi yang memperdayakan, karena auditor tidak hanya dianggap
berhubungan dengan audit committee dan dewan direksi yang bertanggung
jawab unutk memeriksa dengan teliti para pembuat keputusan di perusahaan.
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa seorang akuntan publik
harus selalu mempertahankan sikap mental independennya dalam setiap
melaksanakan audit. Dengan pelaksanaan audit yang sesuai dengan standar
auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia maka akuntan
publik dapat memberikan kualitas audit yang dapat dipercaya sesuai dengan
harapan para pemakai laporan keuangan.
2.2.9 Teor i yang Melandasi Pengar uh Kompetensi dan Independensi Akuntan
Publik ter hadap Kualitas Audit Akuntan Publik
Teori motivasi Mc. Clelland ,menyatakan bahwa ada tiga kebutuhan
dasar yang memotivasi manusia (Hanafi, 2003: 312) yaitu :
1.
Need for achievement yaitu kebutuhan untuk berprestasi yang merupakan
dorongan rasa tanggung jawab untuk memcahkan masalah. Seorang
pegawai yang mempunyai kebutuhan berprestasi tinggi cenderung
mengambil resiko. Kebutuhan dasar untuk melakukan pekerjaan lebih
baik daripada sebelumnya, selalu berkeinginan mencapai prestasi yang
lebih tinggi.
2.
Need for affilitation yaitu kebutuhan untuk berafiliasi merupakan
dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain, berada bersama orang lain,
3.
Need for power yaitu kebutuhan untuk kekuasaan, merupakan refleksi dari
dorongan untuk mencapai otoritas, untuk memiliki pengaruh terhadap
orang lain.
Ketiga macam kebutuhan manusia diatas sangat memperngaruhi
pelaksanaan tugas tenaga kerja pada umumnya dan para akuntan publik pada
khususnya. Teori tersebut memotivasi para akuntan publik agar meningkatkan
kompetensinya, sehingga bisa melakukan audit sesuai dengan standar auditing
yang dibuat oleh Ikatan Akuntansi Indonesia. Dengan pemenuhan segala
kriteria yang telah ditetapkan dalam standar tersebut maka akuntan publik
dapat meningkatkan kualitas audit yang dihasilkannya.
Teori Penentuan Tujuan mengasumsikan manusia sebagai individu
yang berfikir (thinking individual), yang berusaha mencapai tujuan tertentu.
Teori ini memfokuskan pada proses penetapan tujuan. Jika tujuan cukup
spesifik dan menantang, tujuan dapat menjadi faktor pemotivasian yang
efektif baik untuk individu maupun untuk kelompok (Hanafi, 2004: 319).
Kedua teori diatas menjekaskan bahwa sikap independensi akuntan
publik ditujukan untuk meningkatkan kualitas audit. Hasil kualitas audit
senantiasa akam ditingkatkan untu memenuhi harapan masyarakat terhadap
kualitas audit yang dipertanggungjawabkan. Teori tersebut memotivasi para
akuntan publik agar senantiasa meningkatkan dan mempertahankan
independensinya untuk memenuhi tuntutan kualitas audit atas pelaksanaan
2.3
KERANGKA PEMIKIRAN
Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori dan penelitian
sebelumnya, untuk memudahkan analisis, serta untuk pendukung hasil
penelitian, maka diajukan beberapa premis, sebagai berikut :
Premis 1 : Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu
tingkatan pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seseorang
anggota untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan
(Mulyadi, 2002)
Premis 2 : Dengan kompetensi yang dimilikinya, akuntan publik melaksanakan audit
dengan efisien dan efektif (Arens & Loebbecke, 1997)
Premis 3 : Independensi merupakan sikap seseorang untuk bertindak secara obyektif
dan dengan integritas yang tinggi. Integritas berhubungan dengan
kejujuran intelektual akuntan objektivitas secara konsisten berhubungan
dengan sikap netral dalam melaksanakan tugas pemeriksaan dan
menyiapkan laporan audit (Mayangsari, 2003)
Premis 4 : Kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan independensi
(Christiawan, 2002)
Premis 5 : Dalam penugasan audit, auditor bertanggung jawab untuk mematuhi
standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (Anonim,
2001)
Untuk memudahkan analisis dan menguji hipotesis, maka dapat digambarkan
Ga mbar 2.1 : Diagra m Kerangka Pikir
Uji Statistik
Regr esi Linier Berganda
2.4
HIPOTESIS
Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah
diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H 1 : Diduga ada pengaruh kompetensi terhadap kualitas audit akuntan publik
(didukung premis 1, 2, 4 dan premis 5).
H 2 : Diduga ada pengaruh independensi akuntan publik terhadap kualitas audit
akuntan publik (didukung premis 3, 4, dan 5).
H3 :
Diduga kompetensi akuntan publik yang berpengaruh paling dominan
terhadap kualitas audit akuntan publik (didukung premis 1, 2, dan 4)
Independensi Akuntan Publik
(X2)
Kualitas Audit
(Y)
Kompetensi3.1
OBJ EK PENELITIAN
Objek penelitian adalah hal yang menjadi sasaran penelitian (Kamus
Besar Indonesia, 1989: 622). Menurut Supranto (2000: 21) objek penelitian
adalah himpunan elemen yang dapat berupa orang, organisasi atau barang
yang akan diteliti. Kemudian dipertegas Anton Dayan (1986: 21), objek
penelitian adalah pokok persoalan yang hendak diteliti untuk mendapatkan
data secara lebih terarah. Menurut Suharsini Arikunto (1998: 18), objek
penelitian adalah variabel atau apa yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian.
Dengan demikian penelitian ini menggunakan unit observasi yaitu
kualitas audit, kompetensi dan independensi yang ada pada kondisi Akuntan
3.2
OPERASIONALISME DAN PENGUKURAN VARIABEL
3.2.1 Definisi Oper asional dan Pengukur a n Var iabel
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberika kepada suatu
variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan
kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk
mengukur konstrak variabel tersebut (Nazir, 2005: 152).
Penelitian ini menggunakan dua variabel bebas (X) yaitu kompetensi
(X1) dan independensi Akuntan Publik (X2). Sedangkan variabel terkaitnya
yaitu kualitas audit Akuntan Publik (Y).
Agar tidak menimbulkan interprestasi yang berbeda, maka secara
oprasional variavel tersebut didefinisikan, yaitu sebagai berikut :
1.
Var iabel Bebas (X), ter dir i dar i dua macam variabel yaitu :
a .
Kompetensi (X
1)
Yaitu merupakan sifat dasar seseorang yang dengan sendirinya
berkaitan dengan pelaksanaan suatu pekerjaan secara efektif.
Kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai
dalam bidang akuntansi dan auditing (Christiawan, 2002). Adapun
instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
penelitian Bumiarini (2005) dan variabel ini diukur dengan
menggunakan 6 indikator :
1.
Penyajian sesuai Prinsip Akuntan Berlaku Umum.
2.
Kemampuan membuat laporan dan perbaikannya.
3.
Kemampuan untuk melakukan pemeriksaan.
4.
Tanggap terhadap perubahan perkembangan Prinsip Akuntansi
Berlaku Umum.
5.
Pelaksanaan supervisi.
6.
Pemberian jasa lain.
b.
Independensi Akuntan Publik (X
2)
Yaitu merupakan sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak
dikendalikan oleh pihak lain dan tidak tergantung oleh orang lain
(Mulyadi, 2002). Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang
digunakan dalam penelitian Bumiarini (2005) dan variabel ini diukur
dengan menggunakan 3 indikator :
1.
Independensi.
2.
Kebijakan mendesain uji yang dilakukan.
2.
Var iabel Ter ikat (Y)
Kualitas Audit Akuntan P ublik
Yaitu merupakan ukuran pelaksanaan audit apakah telah
dilaksanakan sesuai dengan Standar Auditing yang telah ditetapkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia, dalam hal ini Standar Auditing merupakan
penentuan mutu (kualitas) kinerja serta seluruh tujuan yang harus dicapai
dalam audit laporan keuangan (Boynton, 2002). Adapun instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan dan modifikasi
dari instrumen yang digunakan dalam penelitian Bumiarini (2005) dan
variabel ini diukur dengan menggunakan 2 indikator :
1.
Latar belakang pendidikan dan pengalaman.