• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN PERILAKU PROSOSIAL TERHADAP SUKU LAIN ANTARA SUKU JAWA DAN SUKU BUGIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN PERILAKU PROSOSIAL TERHADAP SUKU LAIN ANTARA SUKU JAWA DAN SUKU BUGIS"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

1

PERBEDAAN PERILAKU PROSOSIAL TERHADAP SUKU

LAIN ANTARA SUKU JAWA DAN SUKU BUGIS

SKRIPSI

Oleh :

Ibnu Munfaridz

201210230311187

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

2

PERBEDAAN PERILAKU PROSOSIAL TERHADAP SUKU

LAIN ANTARA SUKU JAWA DAN SUKU BUGIS

SKRIPSI

Diajukan Kepada Univeristas Muhammadiyah Malang sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Psikologi

Oleh :

Ibnu Munfaridz 201210230311187

FAKULTAS PSIKOLOGI

(3)

i

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Skripsi : Perbedaan Perilaku Prososial Antara Suku Jawa Dan Suku Bugis

Terhadap Suku Lain.

2. Nama Peneliti : Ibnu Munfaridz

3. NIM : 201210230311187

4. Fakultas : Psikologi

5. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang

6. Waktu Penelitian : 4 Desember 2015 – 20 Desember 2015 Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji pada tanggal

Dewan Penguji

Ketua Penguji : Dra. Tri Daya Kisni, M.Si ( )

Anggota Penguji : 1. Adhyatman Prabowo, S.Psi., M.Psi ( )

2. Yuni Nurhamida, S.Psi. M.Si ( ) 3. Isriqomah, S.Psi. M.Si ( )

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Tri Daya Kisni, M.Si Adhyatman Prabowo, S.Psi., M.Psi

Malang, Februari 2016

Mengesahkan

(4)

ii

Dra. Tri Dayakisni, M.Si.

SURAT PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Ibnu Munfaridz

Nim : 201210230311187

Fakultas / Jurusan : Psikologi/ Psikologi

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang

Menyatakan bahwa skripsi/ karya ilmiah yang berjudul :

Perbedaan Perilaku Prososial Antara Suku Jawa Dan Suku Bugis Terhadap Suku Lain

1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk kutipan

yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya.

2. Hasil tulisan karya ilmiah / skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan Hak bebas

Royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini

tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Malang, Januari 2016

Mengetahui,

Ketua Program Studi Yang menyatakan

(5)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat, rahmat, dan

hidayatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbedaan Perilaku

Prososial Antara Suku Jawa Dan Suku Bugis Terhadap Suku Lain., skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis memiliki kelemahan dan keterbatasan, sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan karena ada bimbingan, dorongan, serta bantuan dari berbagai pihak

baik moril maupun materil. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima

kasih sebesar- besarnya atas segala bantuan yang telah diberikan terutama kepada:

1. Dra. Tri Dayakisni, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah

Malang.

2. Yuni Nurhamida, S.Psi., M.Si., selaku Ketua Program Studi Fakultas Psikologi Universitas

Muhammadiyah Malang.

3. Dra. Tri Dayakisni, M.Si., selaku pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu,

kesabaran dan ketelatenan untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berharga,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

4. Adhyatman Prabowo, S.Psi., M.Psi., selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan

waktu, kesabaran dan ketelatenan untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat

berharga, serta selalu memberi semangat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik.

5. Tri Muji Ingarianti, S.Psi., M.Psi., selaku dosen wali yang telah memberikan motivasi, arahan dan dukungan sejak awal perkuliahan sampai selesainya skripsi ini.

6. Kepada seluruh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah

memberikan ilmu pengetahuan selama perkuliahan ini.

7. Laboratorium Fakultas Psikologi beserta rekan-rekan asisten, untuk setiap dukungan dan

bantuan selama ini.

8. Kepada keluarga saya, Ayah Mohamad Rivai Nasir dan Ibu Hajrawati, serta Adik tercinta

Salsa Iftitah Amalia terima kasih atas kasih sayang dan do’a serta kebahagiaan yang diberikan. 9. Shella Lyana Wilza Cumentas, seseorang yang selalu ada dan memberi motivasi dalam

perkuliahan. Dan Anak saya Maryam Qonita Salsabila yang memberikan motivasi dalam

(6)

iv

10. Teman-teman dan sahabat tercinta: Nanda, Sulis, Elita, Afi, Kiky, Citra, Eva, Anya, Septian, Reza, Mukhlis, Tyo, Didik, Ical, Mito, Erwinsyah, Didit, Mughny, Gita, yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini..

Penulis menyadari tiada satupun karya manusia yang sempurna, sehingga kritik dan saran demi perbaikan karya skripsi ini sangat penulis harapkan. Meski demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.

Malang, Februari 2016

Penulis

(7)

v DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN………. i

SURAT PERNYATAAN……… ii

KATA PENGANTAR………. iii

DAFTAR ISI………v

DAFTAR TABEL………vi

DAFTAR LAMPIRAN………....vii

ABSTRAK……….. 1

PENDAHULUAN……….. 2

LANDASAN TEORI………6

Perilaku Prososial………..6

Perilaku Prososial Antara Suku Jawa Dan Suku Bugis Terhadap Suku Lain………...7

Hipotesa………7

METODE PENELITIAN……….8

Rancangan Penelitian………...8

Subjek Penelitian………..8

Variabel dan Instrumen Penelitian………...8

Prosedur Penelitian………...9

HASIL PENELITIAN……….10

DISKUSI……….11

SIMPULAN DAN IMPLIKASI……….13

REFERENSI………...14

(8)

vi DAFTAR TABEL

(9)

vii DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

Skala Try Out Perilaku Prososial………16

LAMPIRAN 2

Analisa Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian………21

LAMPIRAN 3

Blue Print Skala Perilaku Prososial………23 LAMPIRAN 4

Tabulasi Data Penelitian……….31

LAMPIRAN 5

(10)

1

PERBEDAAN PERILAKU PROSOSIAL TERHADAP SUKU LAIN ANTARA SUKU JAWA DAN SUKU BUGIS

Ibnu Munfaridz

Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang

faizmunfaridz@gmail.com

Indonesia merupakan bangsa yang memiliki keberagaman agama, Bahasa, ras, budaya dan suku, meskipun begitu nilai-nilai pancasila dan Bhineka tungga ika yang berarti meskipun berbeda-beda tetap satujua sangat dijunjung tinggi di Indonesia. Suku Jawa dan Bugis merupakan suku yang besar yang ada di Indonesia, nilai-nilai budayanya pun bebeda. Dalam penelitian ini peneliti ingin meneliti apakah ada perbedaan perilaku prososial antara suku Jawa dan suku Bugis terhadap suku lain. Jumlah subjek dalam penelitiaan ini yaitu 75 orang Jawa dan 75 orang Bugis dengan batas minimal usia 21 tahun. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dimana subjek penelitian sudah diketahui dan sesuai dengan ciri-ciri atau karakteristik yang ada. Pengambilan data menggunakan skala model likert. Metode analisa data menggunakan komparatif Independent sample t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai (t hitung= 1,464 (sig >0,05) yang artinya tidak terdapat perbedaan perilaku prososial terhadap suku lain antara suku Jawa dan suku Bugis. Hal ini berarti bahwa budaya tidak mempengaruhi perilaku prososial.

Kata Kunci: Perilaku Prososial, Suku Jawa, Suku Bugis.

Indonesia is a nation that has a diversity of religion, language, race, culture and ethnicity, however the values of Pancasila and Bhineka Tungga ika means different though still highly valued satujua in Indonesia. Javanese and Bugis is a large tribe in Indonesia, cultural values was somewhat different. In this study, researchers wanted to examine whether there are differences in prosocial behavior between Javanese and Bugis against another tribe. The number of subjects in this penelitiaan ie 75 Javanese and Bugis 75 people with a minimum age limit of 21 years. The sampling technique used was purposive sampling in which the research subjects are already known and in accordance with the traits or characteristics that exist. Retrieving data using a Likert scale models. Comparative data analysis method using Independent sample t-test. The results showed that the value (t = 1,464 (sig> 0.05), which means there is no difference prosocial behavior against another tribe between Javanese and Bugis. This means that the culture does not affect prosocial behavior.

(11)

2

Perilaku prososial merupakan suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan suatu keuntungan langsung pada orang yang melakukan tindakan tersebut, dan mungkin bahkan melibatkan suatu resiko bagi orang yang menolong (Baron & Byrne, 2005). Meskipun tindakan prososial dimaksudkan untuk memberikan keuntungan kepada orang lain, namun tindakan ini dapat muncul karena beberapa alasan. Misalnya, seorang individu mungkin membantu orang lain karena punya motif untuk mendapatkan keuntungan pribadi (mendapat hadiah), agar dapat diterima orang lain, atau karena memang dia benarbenar bersimpati, atau menyayangi seseorang.

Kenyataan yang terjadi, kehidupan pada saat ini nilai-nilai prososial dimasyarakat nampak adanya kemunduruan. Misalnya di dalam bus ada seorang lanjut usia atau wanita hamil berdiri berdesakan dengan penumpang yang lainnya, sementara yang muda dengan enaknya duduk tanpa peduli terhadap orang tua atau wanita hamil tersebut. Atau misalnya, sering terlihat korban kecelakaan hanya menjadi tontonan di mana hanya sedikit dari masyarakat yang langsung memberikan pertolongan, dan mereka hanya berkerumun menyaksikan korban yang mengerang kesakitan atau bahkan tidak sadarkan diri.

Fenomena-fenomena ini yang mengisyaratkan melemahnya perilaku prososial yang ada dalam masyarakat Fenomena di atas didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Hamidah (2002) ditujuh daerah di Jawa Timur menunjukkan adanya indikasi penurunan kepedulian sosial dan kepekaan terhadap orang lain dan lingkungannya.

Kau (2010) menyatakan fenomena menurunnya perilaku prososial pada remaja dapat dilihat pada rendahnya perilaku tolong menolong, berbagi, dan bekerjasama, antara remaja dengan remaja, orang lain, orang tua, maupun masyarakat. Perilaku prososial tidak semata-mata berdasarkan pada logika, pemahaman, atau penalaran, karena beberapa kondisi emosi menjadi penyebab dari munculnya perilaku prososial, diantaranya empati. Lebih menarilk lagi ditinjau dari sudut pandang budaya dimana nilai-nilai yang terkandung dalam suatu budaya juga mempengaruhi perilaku prososial mereka.

Kebudayaan berasal dari kata sansekerta buddayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi,yang berarti budi atau akal. Dengan demikian, kebudayaan berarti hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Adapun ahli antropologi yang merumuskan definisi tentang kebudayaan secara sistematis dan ilmiah adalah Taylor, yang menulis dalam bukunya: “Primitive Culture”, bahwa kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan lain, serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat (Ranjabar, 2006).

(12)

3

Masyarakat indonesia sangat kaya akan suku dan budaya Kementrian Dalam Negeri pada tahun 2012 mencatat jumlah penduduk Indonesia sebanyak 251.857.940 juta jiwa, dan tidak kurang dari 30 ribu pulau di Indonesia. Dari jumlah pulau tersebut, sebanyak 13.446 pulau telah diberi namadan sekitar 17 ribu lainnyamasih tanpa nama, dimanamereka tinggal tersebar dipulau-pulau tersebut. Mereka juga mendiami dalam wilayah dengan kondisi geografis yang bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran rendah, pedesaan, hingga perkotaan. Hal ini juga berkaitan dengan tingkat peradaban kelompok-kelompok sukubangsa dan masyarakat di Indonesia yang berbeda. Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia pada tahun 2000, menyatakan jumlah suku di Indonesia, yang berhasil terdata sebanyak 1.128 suku bangsa, dengan komposisi 1.072 etnik dan sub-etnik di Indonesia.

Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Windu Nuryanti (2012) mengatakan bahwa menurut hasil penelitian Indonesia memiliki sekitar 743 bahasa. Dari jumlah itu, 442 bahasa sudah dipetakan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, sebanyak 26 bahasa diantaranya ada di Sumatera, 10 bahasa di Jawa dan Bali, 55 bahasa di Kalimantan, 58 bahasa di Sulawesi, 11 bahasa di Nusa Tenggara Barat, 49 bahasa di Nusa Tenggara Timur, 51 bahasa di Maluku, serta 207 bahasa di Papua. Bisa dikatakan bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat keanekaragaman budaya atau tingkat heterogenitas yang tinggi. Hal ini juga mepengaruhi perilaku masing-masing budaya yang bebeda-beda.

Suku Jawa dan Bugis merupakan suku yang besar yang ada di indonesia, nilai-nilai budayanya pun bebeda dimana nilai-nilai budaya pada suku jawa memegang dua nilai dasar yang sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat Jawa yaitu (Geertz,1983); 1. Nilai rukun budaya Jawa adalah bertujuan untuk mempertahankan masyarakat yang harmonis, selaras, tentram dan tenang tanpa perselisihan. Untuk itu semua individu diharapkan untuk berlaku rukun agar tidak menimbulkan ketegangan dalam masyarakat. Cita-cita masyarakat Jawa pada hakekatnya adalah masyarakat yang harmonis. Secara individual orang Jawa tidak diakui terlalu penting, bahkan bila perlu orang Jawa harus mau mengorbankan dirinya untuk kepentingan umum. Semua individu diharapkan 10 selalu “low profile”, tidak menonjolkan diri, tidak saling bersaing, harus mau selalu berbagi, patuh dan

tergantung serta kooperatif. Orang Jawa harus bisa “ngeli” tidak boleh mengacaukan

keseimbangan sosial untuk kepentingan dan ambisi pribadi.

Disamping itu manusia Jawa dituntut untuk menerima dan pasrah terhadap kekuatan yang lebih tinggi dan selalu menyadari bahwa hidupnya adalah bagian dari suatu masyarakat luas. Menurut dwiyanto dan purwadi dalam bukunya filsafat Jawa (2009:246) mengatakan bahwa rukun adalah kesatuan perasaan antar indvidu dalam melaksanakan sebuah visi bersama dengan menyingkirkan segala jenis pertengkaran dan pertentangan. Dalam bahasa jawa rukun kuwi angedohi padu don yang artinya rukun itu menjauhkan pertengkaran. Prinsip kerukunan bertujuan untuk mempertahankan masyarakat dalam keadaan harmonis. Keadaan inilah yang disebut rukun. Rukun

(13)

4

perlu di cegah. Rukun berarti berusaha menghindari pecahnya konflik (Willner dalam Magis-Suseno, 2001). 2. Nilai Hormat Budaya Jawa adalah setiap orang dalam berbicara dan membawakan diri setiap orang harus selalu menunjukan sikap hormat terhadap orang lain, sesuai dengan derajat dan kedudukan.

Mereka yang berkedudukan tinggi harus diberi hormat. Ungkapan rasa hormat juga tercermin

dalam bahasa jawa yaitu “bahasa krama” yang menunjukan rasa hormat yang mengungkapkan

keakraban (Mulder,1983). Dua nilai budaya tersebut merupakan suatu hal yang mendasar di budaya jawa karena budaya jawa mengajarkan kerukunan dan keharmonisan serta rasa hormat dalam kehidupan bermasyarakat denhgan saling tolong-menolong sesama masyarakat.

Adapun nilai-nilai budaya yang ada di suku bugis yang terkenal dengan sebutan sipakatau, sipakainga, dan sipakalebbi. Sipakatau adalah inti atau pangkalan sikap keterbukaan yang berarti membuka diri dalam peranan hidup kemanusiaan. Selanjutntya sipakalebbi adalah nilai yang mengusung rasa hormat terhadap sesama, nilai ini juga mengajarkan untuk senantriasa memperlakukan orang lain dengan baik dan memandang orang dengan segala kelebihannya. Dan yang terakhir sipakainga, adalah nilai yang hadir sebagai tuntutan untuk saling mengingatkan, karena manusia tak pernah terlepas dari kesalahan. Adapun nilai budaya yang dikenal dengan kata Siri, Chabot; Hamka; Budidarmo; Ibrahim (dalam Hamid, et al., 2007) menjelaskan bahwa siri’ na pacce merupakan niat tulus pada orang Bugis-Makassar untuk senantiasa menjaga harga dirinya sebagai sebuah kewajiban moral, usaha mempertahankan eksistensi dalam kehidupan bermasyarakat, dan motivasi untuk saling membantu, menjaga, dan mengingatkan dalam kebaikan.

Moein (dalam Darwis & Dilo, 2012) menjelaskan konsep siri’ ke dalam tiga bagian, 1) siri’ dalam

sistem budaya adalah pranata pertahanan harga diri, kesusilaan, hukum, dan agama sebagai salah

satu nilai utamanya yang mempengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku manusia. 2) Siri’ dalam

sistem sosial adalah mendinamisasi keseimbangan eksistensi hubungan dengan individu lain dan masyarakat untuk saling menjaga keharmonisan dan keberlangsungan hidup. 3) Siri’ dalam sistem kepribadian adalah terbentuknya individu yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, kesungguhan dan keteguhan hati untuk menjaga harkat dan martabatnya atau dengan kata lain untuk menghindarkan diri dari rasa malu. Dari nilai – nilai budaya suku bugis dan jawa terdapat beberapa kesamaan yang intinya menjunjung tinggi kerukunan dan rasa hormat dalam bermasyarakat.

Akan tetapi terdapat fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat dimana terjadi perpecahan antar masyarakat yang meninggalkan nilai-nilai budayanya sehingga nilai-nilai budaya yang ditanamkan sejak kecil tidak lagi dipegang teguh, hal tersebut terjadi di Lumajang, Jawa Timur yaitu kasus yang belum lama ini terjadi yaitu pengeroyokan dua orang di Lumajang yang mengakibatkan satu orang meninggal yaitu Salim Kancil, dimana Salim Kancil termasuk orang yang menentang tambang illegal yang ada di daerahnya, karena merasa terganggu, penambang illegal tersebut mengeroyok Salim dan temannya. Hal tersebut sangat bertentangan dengan nilai-nilai budaya Jawa yang menjunjung tinggi kerukunan dan rasa hormat.

(14)

5

korban jiwa. Dalam kejadian tersebut, dua orang kelompok Bara Barayya tewas akibat terkena peluru senapan angin dan dua lainnya masih dalam perawatan intensif rumah sakit Pelamonia Makassar. Hal tersebut juga bertentangan dengan nilai-nilai budaya suku Bugis yang dimana

menjelaskan bahwa siri’ na pacce merupakan niat tulus pada orang Bugis-Makassar untuk senantiasa menjaga harga dirinya sebagai sebuah kewajiban moral, usaha mempertahankan eksistensi dalam kehidupan bermasyarakat, dan motivasi untuk saling membantu, menjaga, dan mengingatkan dalam kebaikan. Oleh karena itu, dari dua fenomena yang ada dimasing-masing suku tersebut penulis ingin meneliti apakah ada perbedaan perilaku prososial antara suku jawa dan Bugis terhadap suku lain, di lihat dari nilai-nilai budaya yang mereka miliki.

Akan tetapi tidak terelakkan bahwa suku dan budaya di Indonesia sangatlah beragam sehingga antar suku dapat saling berbaur satu sama lain. Contohnya suku Jawa dan Bugis yang melakukan transmigrasi ke daerah lain yang dapat mempengaruhi perilaku prososial masing-masing suku, dalam hal ini suku Jawa dan Bugis tidak lagi tinggal didaerah yang dimana terdapat suku asli mereka. Akan tetapi dilihat dari nilai-nilai budaya suku Jawa yang mengutamakan kerukunan dan rasa hormat maka hal ini tidak akan berpengaruh terhadap perilaku prososialnya karena orientasi suku Jawa adalah tetangga, dimanapun dia, dari suku apapun dia maka orang Jawa akan menjaga kerukunan dan rasa hormat tersebut.

Berbeda dengan suku Bugis yang nilai-nilai budayanya yaitu senantiasa menjaga harga dirinya sebagai sebuah kewajiban moral, usaha mempertahankan eksistensi dalam kehidupan bermasyarakat, dan motivasi untuk saling membantu, menjaga, dan mengingatkan dalam kebaikan, dapat dilihat bahwa suku Bugis lebih mengutamakan marga atau sesama suku Bugis.

Herbert Simon (1990) berpendapat bahwa sangat mudah bagi individu untuk mempelajari norma sosial dari anggota lain dari masyarakat. Orang-orang yang rnempelajari dengan baik norma dan kebiasaan dari suatu masyarakat memiliki keuntungan dalam bertahan hidup. Karena sejak berabad-abad yang lalu, budaya rnernpelajari hal-hal seperti bagaimana orang dapat bekerja sarna dengan baik, dan orang yang mempelajari aturan ini lebih dapat bertahan hidup daripada yang tidak. Akibatnya, melalui seleksi alam, kemampuan untuk mempelajari norma sosial menjadi bagian dari perbaikan genetis.

Salah satu norma yang dipelajari dan dinilai berharga oleh orang-orang adalah menolong orang lain. Singkatnya, orang-orang secara genetis diprogram untuk mempelajari norma-norma sosial, dan salah satu normanya adalah altruisme (Hoffman, 1981; Kameda, Takezawa, & Hastie, 2003). Koentjaraningrat, Matsumoto (dalam Dayakisni & Yuniardi, 2008) menjelaskan bahwa budaya merupakan sebuah hasil pemikiran dan produk yang berisikan seperangkat nilai serta keyakinan. Hal ini termanifestasi dalam bentuk gagasan, sikap, atau perilaku untuk dijadikan pedoman bagi individu yang berada pada kebudayaan tersebut. Begitupun halnya dengan perilaku prososial yang ada dalam setiap budaya yang didasari oleh norma-norma dan nilai-nilai budaya tersebut.

(15)

6

perilaku prososial atau perilaku menolong terutama pada suku Jawa dan suku Bugis, juga dapat meningkatkan rasa nasionalisme. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memperluas informasi dan wawasan dalam ranah ilmu psikologi sosial, khususnya pada kajian lintas budaya.

Perilaku Prososial

Menurut Baron & Byrne (2002), tindak prososial adalah segala tindakan apapun yang menguntungkan orang lain, dapat dijelaskan bahwa tindakan yang dilakukan ini tidak memberikan keuntunga secara langsung pada orang yang melakukan tindakan tersebut dan kadang-kadang mungkin mengandung resiko-resiko tertentu. Perilaku-perilaku yang dipandang sebagi perilaku prososial adalah memebrikan pertolongan dalam situasi darurat, beramal. Donasi, membantu, berkorban dan berbagi. William (dalam Dayakisni : 2009) membatasi perilaku prososial sebagai perilaku yang memiliki intensi untuk mengubah keadaan fisik atau psikologis penerima bantuan dari kurang baik menjadi lebih baik, dalam arti secara material sanrpun psikologis- Tindakan prososial memiliki tiga indikator; yaitu (a) tindakan itu berakhir pada dirinya dan tidak menuntut keuntungan pada pihak pelaku, (b) tindakan itu dilahirkan secara sukarela, (c) tindakan itu menghasilkan kebahagiaan (Staub dalam Myers, 2012) Rela berkorban juga merupakan salah satu bagian dalam perilaku prososial.

Faktor-faktor yang mendasari perilaku prososial

Menurut staub (1978) terdapat beberapa faktor yang mendasari seseorang untuk bertindak prososial, yaitu:

1. self –Gain

harapan seseorang untuk memperoleh atau menghindari kehilangan sesuatu, misalnya ingin mendapatkan pengakuan, pujian atau takut dikucilkan.

2. Personal Values and Norms

Adanya nilai-nilai dan norma social yang diinternalisasikan oleh individu selama mengalami sosialisasi dan sebagian nilai-nilai serta norma tersebut berkaitan dengan tindakan prososial, seperti berkewajiban menegakkan kebenarandan keadilan serta adanya norma timbale balik.

3. Empathy

Kemampuan seseorang untuk ikut merasakan perasaan atau pengalaman orang lain. kemampuan untuk empati ini erat kaitannya dengan pengambilalihan peran. Jadi pasyarat untuk mampu melakukan empati, individu harus memiliki kemampuan untuk melakukan pengambilan peran.

Faktor Situasional dan Personal Yang Berpengaruh Pada Perilaku Prososial

Ada beberapa faktor personal maupun situasional yang menentukan tindakan prososial. Menurut pilavin (dukutip oleh Brigham, 1991) ada tiga faktor yang mempengaruhi kemungkinan terjadinya perilaku prososial:

1. Karakteristik situasional (seperti; situasi yang kabur atau samar-samar dan jumlah orang yang melihat kejadian)

(16)

7

3. Karakteristik korban (seperti; jenis kelamin, ras, daya tarik)

Adapun faktor situasional yang mendukung atau menghambat perilaku prososial menurut Baron & Byrne (2005):

1. Daya tarik ( menolong mereka yang anda sukai) 2. Atribusi (menyangkut tanggung jawab korban) 3. Model-model prososial (kekuatan dari contoh positif)

Selain itu adapun karakteristik kepribadian Bystander yang mendorong perilaku prososial: 1. Empati, komponen afektif, tekanan /Distres, dan simpati.

2. Komponen kognitif, pengambilan perspektif, perasaan korban, self dalam situasi, karakter fiktif.

Nilai rukun budaya Jawa adalah bertujuan untuk mempertahankan masyarakat yang harmonis, selaras, tentram dan tenang tanpa perselisihan. Nilai Hormat Budaya Jawa adalah setiap orang dalam berbicara dan membawakan diri setiap orang harus selalu menunjukan sikap hormat terhadap orang lain, sesuai dengan derajat dan kedudukan. Dua nilai budaya tersebut merupakan suatu hal yang mendasar di budaya jawa karena budaya jawa mengajarkan kerukunan dan keharmonisan serta rasa hormat dalam kehidupan bermasyarakat dengan saling tolong-menolong sesama masyarakat. Dari nilai-nilai budaya Jawa di atas yang dapat membentuk Perilaku Prososialnya.

Perilaku Prososial Suku Bugis

(17)

8

tuntutan untuk saling mengingatkan, karena manusia tak pernah terlepas dari kesalahan. Dari nilai-niai budaya suku Bugis di atas yang membentuk perilaku prososial masyarakatnya.

Perbedaan perilaku prososial antara suku Jawa dan suku Bugis terhadap suku lain

Secara individual orang Jawa tidak diakui terlalu penting, bahkan bila perlu orang Jawa harus mau mengorbankan dirinya untuk kepentingan umum. Semua individu diharapkan 10 selalu “low profile”, tidak menonjolkan diri, tidak saling bersaing, harus mau selalu berbagi, patuh dan tergantung serta kooperatif, dilihat dari nilai-nilai budaya suku Jawa yang mengutamakan kerukunan dan rasa hormat dan orientasi suku Jawa adalah tetangga, dan suku Bugis yang nilai-nilai budayanya yaitu senantiasa menjaga harga dirinya sebagai sebuah kewajiban moral, usaha mempertahankan eksistensi dalam kehidupan bermasyarakat, dan motivasi untuk saling membantu, menjaga, dan mengingatkan dalam kebaikan, dan mengutamakan marga atau sesama suku Bugis, maka terlihat bahwa perilaku prososial suku Jawa lebih tinggi dari pada suku Bugis terhadap suku lain yang ditinjau dari nilai-nilai budayanya.

Suku Jawa yang lebih mengutamakan rukun hormat yang dimana dimanapun masyarakat suku Jawa berada maka mereka akan hormat kepada siapapun yang ada di lingkungan mereka tanpa memandang suku dan budaya akan lebih mudah menolong orang lain yang berada di lingkungannya sebab masyarakat suku Jawa tidak memandang suku sebagai tolak ukur untuk menolong orang lain.

Berbeda dengan suku Jawa, suku Bugis yang mengutamakan marga ataupun sesame suku Bugis, masyarakat suku Bugis lebih memandang orang lain dari suku dan marga mereka, masyarakat suku Bugis juga lebih mengutamakan untuk membantu orang lain yang memiliki suku yang sama dengan mereka sebelum membantu orang lain yang berbeda suku. Meskipun terdapat perbedaan nilai-nilai budaya suku Jawa dan suku Bugis akan tetapi perilaku prososial dapat dilihat dari factor-faktor lain, dengan kata lain tidak hanya dilihat dari nilai-nilai budayanya. Oleh sebab itu peneliti melakukan penelitian untuk mengetahu perbedaan perilaku prososial terhadap suku lain antara suku Jawa dan suku Bugis.

Hipotesa

Ada perbedaan perilaku prososial terhadap suku lain antara suku Jawa dan suku Bugis, suku Jawa lebih tinggi dibandingkan suku Bugis.

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

(18)

9 Subjek Penelitian

Penelitian ini akan menyelidiki mengenai perbedaan perilaku prososial terhadap suku lain antara suku Jawa dan Bugi. Oleh karena itu, subjek penelitian yang dipilih sebagai partisipan adalah 1) masyarakat suku Bugis asli, baik itu laki-laki maupun perempuan dengan karakteristik usia minimal 21 tahun, kedua orang tuanya berasal dari suku Bugis asli, tinggal menetap di daerah yang benar-benar masih memegang teguh nilai-nilai budaya Bugis yang belum terpengaruhi budaya luar 2) masyarakat suku Jawa asli, baik itu laki-laki dan perempuan dengan karakteristik usia minimal 21 tahun, kedua orangtuanya berasal dari suku Jawa asli, tinggal menetap di daerah yang benar-benar masih memegang teguh nilai-nilai budaya Jawa yang belum terpengaruhi budaya luar Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dimana subjek penelitian sudah diketahui dan sesuai dengan ciri-ciri atau karakteristik yang ada di atas.

Variabel dan Instrumen Penelitian

Varabel bebas dari penelitian ini yaitu suku Jawa dan Bugis dengan variabel terikatnya yaitu perilaku prososial. Perilaku prososial adalah segala bentuk perilaku yang memberikan konsekuensi positif bagi si penerima, baik dalam bentuk materi, fisik ataupun psikologis yang memberi keuntungan pada orang lain atau dirinya sendiri. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala model Likert yang terdiri dari item favorable dan unfavorable. Selain itu, dalam skala ini berisikan lima kategori jawaban dengan format respon yang berdasarkan item dengan penilaian, yaitu SS (sangat sesuai), S (sesuai), TS (tidak sesuai), dan STS (sangat tidak sesuai). Skala yang digunakan yaitu skala dari Suciatma Umiasih (2013) yang dimana peneliti mengadopsi skala tersebut sesuai dengan penelitiannya yaitu perbedaan perilaku prososial terhadap suku lain antara suku Jawa dan suku Bugis.

Hasil try out uji validitas dan reliabilitas menggunakan program SPSS for windows versi 20. Adapun untuk masing-masing indeks validitas dan reliabilitas pada variabel di atas terdapat pada table 1.

Tabel 1. Indeks Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Penelitian

Alat Ukur Jumlah Valid Indeks Validitas Indeks Reliabilitas Perilaku Prososial 33 0.325 – 0.708 0.920

Berdasarkan hasil uji Validitas dan reliabilitas skala perilaku prososial dengan menggunakan standar validitas r= 0,3 dari 36 item diperoleh item valid sebanyak 33 item dan item gugur sebanyak 3 item. Setelah diuji kembali dengan membuang item yang gugur sehingga diperoleh tingkat reliabilitas sebesar 0.920 maka skala ini termasuk dalam reliabel. Dari 33 item yang valid dapat mewakili aspek – aspek yang ada. Sehingga skala ini dapat digunakan dalam penelitian karena telah memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang baik.

Prosedur Penelitian

(19)

10

mulai dari tanggal 20 November 2015 – 11 Desember 2015 dengan cara membagikan skala tersebut kepada setiap subjek. Namun sebelum membagikan skala. terlebih dahulu peneliti memberikan pengantar yang bertujuan untuk memastikan bahwa subjek yang diberikaan skala adalah orang Jawa dan Bugis yang berusia minimal 21 tahun.

Selama proses penyebaran skala peneliti banyak dibantu oleh tiga orang rekan di Yogyakarta dan dua orang rekan di Makassar. Subjek yang di dapatkan dalam proses try out berjumlah 35 orang Jawa dan 35 orang Bugis. Setelah data terkumpul peneliti kemudian melakukan proses entry data, menguji validitas dan reliabilitas alat ukur.

Tahap selanjutnya adalah melakukan penelitian langsung dengan menggunakan instrumen penelitian yang telah valid dan reliable setelah melalui proses try out. Dalam proses penelitian ini skala yang disebar adalah sebanyak 150 subjek yang terdiri dari 75 orang Jawa dan 75 orang Bugis. Setelah data terkumpul, peneliti kembali melakukan proses entry data dan analisa data dengan menggunakan Software perhitungan statistic SPSS for Windows versi 20. Adapun metode analisa data dalam penelitian ini menggunakan independent sample t-test untuk mengetahui perbedaan perilaku prososial antara suku Jawa dan suku Bugis terhadap suku lain.

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian 150 subjek terkait dengan perilaku prososial digambarkan dalam tabel dibawah ini :

Tabel 1. Deskripsi Subjek Suku Jawa Dan Suku Bugis

Jenis Kelamin Frekuensi Suku Jawa Suku Bugis Persentase

Laki-Laki 76 39 37 50,67% Bugis. Dengan jumlah subjek Laki-laki sebanyak 76 orang dan subjek perempuan 74 orang. Dari 75 subjek orang Jawa terdapat 39 orang laki-laki dan 37 orang perempuan. Sedangkan dari 75 subjek orang Bugis terdapat 36 orang laki-laki dan 38 orang perempuan.

(20)

11

30-39 tahun berjumlah 8 orang yang terdiri dari 3 orang Jawa dan 5 orang Bugis. Pada rentang usi 40-49 tahun berjumlah 15 orang yang terdiri dari 9 orang Jawa dan 6 orang Bugis.

Tabel 2. Perhitungan T-score Perilaku Prososial Suku JawaTerhadap Suku Lain

Perilaku Interval Frekuensi Persentase Prososial

Tinggi T-score ≥ 50 32 42, 67%

Rendah T-score < 50 43 57, 33 %

Total 75 100 %

Berdasakan perhitungan T-score pada tabel 2 ditemukan bahwa dari 75 subjek suku Jawa. terdapat 32 atau 42,67% subjek yang memiliki perilaku Prososial tinggi terhadap suku lain dan 43 atau 57, 33% subjek yang memiliki perilaku prososial rendah terhadap suku lain.

Tabel 3. Perhitungan T-score Perilaku Prososial Suku Bugis Terhadap Suku Lain

Perilaku Interval Frekuensi Persentase Prososial

Tinggi T-score ≥ 50 39 52 %

Rendah T-score < 50 36 48 %

Total 75 100 %

Berdasakan hasil perhitungan T-score pada tabel 3 ditemukan bahwa dari 75 subjek suku Bugis. terdapat 39 atau 52% subjek yang memiliki perilaku Prososial tinggi terhadap suku lain dan 36 atau 48% subjek yang memiliki perilaku prososial rendah terhadap suku lain.

Tabel 4. Hasil Uji Compare Mean Independent t-test

F Sig t df sig. (2-tailed)

,890 ,765 1,464 148 ,145

Berdasarkan hasil pada tabel 3 ditemukan bahwa nilai t hitung= 1,464 (sig >0,05), artinya tidak ada perbedaan perilaku prososial antara suku Jawa dan suku Bugis terhadap suku lain.

DISKUSI

Hasil dari penelitiaan ini menunjukan bahwa tidak ada perbedaan perilaku prososial terhadap suku lain antara suku Jawa dan suku Bugis. Hal ini berarti bahwa hipotesis peneliti ditolak atau tidak terbukti sebab dari hasil uji independent sample t-test menunjukkan tidak ada perbedaan perilaku prososial antara suku Jawa dan sukuBugis yang signifikan.

(21)

12

nilai-nilai budaya antara suku Jawa dan Bugis yang mana nilai budaya tersebut dapat membentuk perilaku prososial seseorang.

Hal ini diperkuat oleh Herbert Simon (1990) yang berpendapat bahwa sejak berabad-abad yang lalu, budaya rnernpelajari hal-hal seperti bagaimana orang dapat bekerja sarna dengan baik, dan orang yang mempelajari aturan ini lebih dapat bertahan hidup dari pada yang tidak. Salah satu norma yang dipelajari dan dinilai berharga oleh orang-orang adalah menolong orang lain. Hal tersebut berarti bahwa meskipun suku Jawa dan Bugis memiliki nilai budaya yang berbeda akan tetapi masing-masing budaya tersebut mengajarkan kerja sama dan perilaku tolong menolong antar sesama.

Seperti pada suku Jawa dimana masyarakat Jawa pada hakekatnya adalah masyarakat yang harmonis. Secara individual orang Jawa tidak diakui terlalu penting, bahkan bila perlu orang Jawa harus mau mengorbankan dirinya untuk kepentingan umum.

Semua individu diharapkan selalu “low profile”, tidak menonjolkan diri, tidak saling bersaing, harus mau selalu berbagi, patuh dan tergantung serta kooperatif. Orang Jawa harus bisa “ngeli” tidak boleh mengacaukan keseimbangan sosial untuk kepentingan dan ambisi pribadi dan nilai budaya.

Disamping itu manusia Jawa dituntut untuk nerimo dan pasrah terhadap kekuatan yang lebih tinggi dan selalu menyadari bahwa hidupnya adalah bagian dari suatu masyarakat luas. Menurut dwiyanto dan purwadi dalam bukunya filsafat Jawa (2009) mengatakan bahwa rukun adalah kesatuan perasaan antar indvidu dalam melaksanakan sebuah visi bersama dengan menyingkirkan segala jenis pertengkaran dan pertentangan. Dalam bahasa jawa rukun kuwi angedohi padu don yang artinya rukun itu menjauhkan pertengkaran.

Prinsip kerukunan bertujuan untuk mempertahankan masyarakat dalam keadaan harmonis. Keadaan inilah yang disebut rukun. Rukun berarti “berada dalam keadaan yang selaras”, “tenang

dan tentram”, “tanpa perselisihan dan pertentangan”, “bersatu dalam maksud untuk saling

membantu (Mulder, dalam Suseno,1996).Dengan demikian, kerukunan dalam masyarakat jawa bukan pencipta pada keadaan rukun, namun lebih kepada tidak mengganggu keselarasan yang diasumsikan sudah ada.

Dalam perspektif Jawa, ketenangan dan keselarasan sosial merupakan keadaan normal yang ada dalam diri selama tidak diganggu. Segala perilaku yang bias mengganggu keselarasan dan ketenangan dalam masyrakat perlu di cegah. Rukun berarti berusaha menghindari pecahnya konflik (Willner dalam Magis-Suseno, 2001). 2. Nilai Hormat Budaya Jawa adalah setiap orang dalam berbicara dan membawakan diri setiap orang harus selalu menunjukan sikap hormat terhadap orang lain, sesuai dengan derajat dan kedudukan.

(22)

13

yang terakhir sipakainga, adalah nilai yang hadir sebagai tuntutan untuk saling mengingatkan, karena manusia tak pernah terlepas dari kesalahan.

Adapun nilai budaya yang dikenal dengan kata Siri, Chabot; Hamka; Budidarmo; Ibrahim (dalam Hamid, et al., 2007) menjelaskan bahwa siri’ na pacce merupakan niat tulus pada orang Bugis -Makassar untuk senantiasa menjaga harga dirinya sebagai sebuah kewajiban moral, usaha mempertahankan eksistensi dalam kehidupan bermasyarakat, dan motivasi untuk saling membantu, menjaga, dan mengingatkan dalam kebaikan.

Dari nilai – nilai budaya suku bugis dan jawa terdapat beberapa kesamaan yang memiliki maksud yang sama yaitu menjunjung tinggi kerukunan dan rasa hormat dalam bermasyarakat. Kesamaan dari nilai-nilai budaya dari suku Jawa dan suku Bugis menunjukkan bahwa maksud dari nilai-nilai budaya diatas yaitu menghargai sesama, lebih mengutamakan kepentingan umum, saling menolong, memperlakukan orang lain dengan baik, dan selalu mempentingkan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi..

Hal tersebut berarti bahwa meskipun suku Jawa dan Bugis memiliki nilai budaya yang berbeda akan tetapi masing-masing budaya tersebut mengajarkan kerja sama dan perilaku tolong menolong antar sesama.Dari beberapa kesamaan inilah yang membentuk perilaku prososial masyarakat Jawa dan Bugis terhadap etnis lain. Sehingga tidak terdapat perbedaan perilaku prososial terhadap suku lain antara suku Jawa dan Bugis.

Faktor lain juga dapat mempengaruhi perilaku prososial tersebut, antara lain faktor karakteristik situasional dan faktor karakteristik personal yang melihat kejadian (Dayakisni dan Hudaniah, 2006) seperti kehadiran orang lain, pengorbanan yang harus dikeluarkan, Pengalaman dan suasana hati, kejelasan stimulus, adanya norma-norma sosial, hubungan antara calon penolong dengan korban.

Selain itu Menurut Sarwono & Meinarno (2009) mengungkapkan bahwa factor factor yang mempengaruhi perilaku prososial, yaitu: Pengaruh Faktor Situasional seperti; Bystande, daya tarik, atribusi terhadap korban, ada model, desakan waktu, sifat kebutuhan korban. Pengaruh faktor dalam diri seperti; suasana hati, sifat, jenis kelamin, tempat tinggal, dan pola asuh.

Meskipun tidak terdapat perbedaan prososial antara suku Jawa dan suku Bugis terhadap suku lain, ada hal yang juga memprihatinkan bagi masyarakat di Negara kita. Dimana dari hasil penelitian pada75 subjek suku Jawa menunjukkan bahwa dari 75 subjek terdapat 32 subjek yang masuk dalam kategori tinggi dan 43 subjek masuk dalam kategori rendah dalam perilaku prososial mereka terhadap suku lain. Hal ini menunjukkan bahwasannya perilaku prososial suku Jawa terhadap suku lain masih jauh dari angka ideal.

(23)

14

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

Berdasarkan hasil perhitungan independent sample t-test ditemukan bahwa nilai t hitung= 1,464 (sig >0,05), artinya tidak ada perbedaan perilaku prososial terhadap suku lain antara suku Jawa dan suku Bugis. Karena terdapat beberapa kesamaan nilai-nilai budaya antara suku Jawa dan suku Bugis yang dimana nilai budaya tersebut dapat membentuk perilaku prososial masyarakatnya.

Implikasi dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi stimulasi bagi masyarakat secara umum bahwasanya perilaku prososial merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat meskipun berbeda suku, karena perilaku prososial sangat bermanfaat bagi orang lain yang membutuhkan bantuan kita, tidak selamanya pula manusia dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Apalagi Indonesia merupakan bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila dan bhineka tunggal ika yang berarti meskipun berbeda-beda tetap satu jua.

Pemerintah juga diharapkan agar lebih meningkatkan pendidikan cultural bagi masyarakat Indonesia sebagaimana bangsa yang memegang teguh bhineka tunggal ika dan Pancasila sebagai dasar Negara yang mana meskipun kita berbeda suku, ras, dan agama, tetapi kita tetap satu. Maka dengan tidak memandang perbedaan tersebut, masyarakat lebih peduli terhadap sesama. Tanpa memandang asal dan suku.

Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan variabel yang sama namun dalam konteks yang berbeda, misalnya menggunakan suku masing-masing ataupun suku yang dianggap menarik untuk diteliti. Bagi peneliti yang ingin meneliti dengan variabel yang sama namun tetap menggunakan suku Jawa dan suku Bugis juga dapat memperhatikan hal-hal yang dianggap menarik untuk diteliti terkait dengan nilai-nilai yang terkandung dalam budaya masing-masing suku.

(24)

15 REFERENSI

Akil, A., Yudono, A., Latief, I., & Radja, A.M. (2013). Application of Buginese-Makassarese culture in Makassar City. Makassar: Faculty of Engineering, Hasanuddin University

Arrahmannews. (29 September, 2015). Pembunuhan sadis aktivis Lumajang Salim Kancil atas kasus penolakan tambang pasir. Diakses pada 29 Oktober 2015, dari http://arrahmahnews.com/2015/09/29/pembunuhan-sadis-aktivis-lumajang-salim-kancil-atas-kasus-penolakan-tambang-pasir/

Astuti, S. Y. (2014). Hubungan antara empati dengan perilaku prososial pada karang taruna di desa Jetis, kecamatan baki,KabupatenSukoharjo. Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Baron, A. R., Byrne, D. (2005). Psikologi sosial jilid 2. Jakarta: Erlangga

Dayakisni, T., Hudaniah.(2009). Psikologi sosial. Malang: UMM Press.

Dayakisni, T., Yuniardi, S. (2008). Psikologi lintas budaya. Malang: UMM Press.

Hamid, A., Farid, A.Z.A., Mattulada., Lopa, B., Salombe. (2007). Siri’ dan pesse’ harga diri manusia Bugis, Makassar, Mandar, Toraja. Makassar: Pustaka Refleksi.

Ilham, A. (07 November, 2014). Tawuran pecah di Makassar, dua tewas. Diakses pada 29 Oktober 2015, dari http://news.okezone.com/read/2014/11/07/340/1062619/tawuran-pecah-di-makassar-dua-tewas

Isnandar, W. T. (2010). Hubungan antara konsep diri dengan perilaku

Prososial pada siswa sma 1 Purwodadi. Skripsi, Surakarta: Program Sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Mashuri, F. (2015). Nilai budaya siri’ na pacce dengan komitmen perkawinan pada etnis bugis-Makassar.Skripsi, Malang: Program Sarjana Universitas Muhammadiyah Malang.

Karina, D.V. (2014). Pengaruh nilai budaya jawa (rukun - hormat) terhadap pemaafan dalam konteks hubungan remaja dengan orang tua. Skripsi, Malang: Program Sarjana Universitas Muhammadiyah Malang.

Khusnul, K. (2012). Pengalaman nilai sipakatau, sipakalebbi, sipakainga, di lingkungan forum komunitas mahsiswa bone Yogyakarta (FKMB-Y). Yogyakarta: Universitas Sunan Kalijaga

(25)

16

LAMPIRAN 1

Skala

Try Out

(26)

17 *SEBELUM TRY OUT

BLUE PRINT

Perilaku Prososial

Aspek-aspek perilaku Prososial:

a. Berbagi (sharing), yaitu kesediaan untuk berbagi dalam bentuk apapun kepada orang lain meskipun orang tersebut tidak membutuhkan.

b. Kerjasama (cooperatve), yaitu merupakan kesediaan untuk bekerjasama dengan orang lain demi terciptanya suatu tujuan. Kerjasama ini biasanya saling menguntungkan, saling member, dan saling menolong.

c. Menyumbang (donating), yaitu kesediaan untuk memberikan secara sukarela baik barang maupun uang kepada orang lain.

d. Menolong (helping), yaitu kesediaan membantu orang lain yang sedang dalam kesulitan. Menolong meliputi membantu orang lain atau menawarkan sesuatu yang menunjang berlangsungnya kegiatan orang lain.

e. Kejujuran (honesty), kesediaan berkata jujur dan tidak berbuat curang terhadap orang lain. f. Mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain, yaitu suatu tindakam untuk kepentingan pribadi yang berhubungan dengan orang lain tanpa mengganggu dan melanggar hak dan kesejahteraan orang lain.

Tabel 1

Sebaran data skala prososial

No Indikator

Item

Favourable Unfavourable

1 Berbagi 1, 13, 25 7, 19, 31

2 Kerjasama 2, 14, 26 8, 20, 32

3 Menyumbang 3, 15, 27 9, 21, 33

4 Menolong 4, 16, 28 10, 22, 34

5 Kejujuran 5, 17, 29 11, 23, 35

6 Mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain.

(27)

18

PERILAKU PROSOSIAL

IdentitasDiri

1. Nama/Inisial :

2. JenisKelamin : L / P (Lingkari salah satunya)

3. Usia :

4. Alamat :

5. Suku

6. Latar Belakang Budaya (Etnis) Orang tua – Ayah :

Ibu:

7. Apakah Bapak/Ibu lebih banyak berdomisili di Sulawesi Selatan padausia 2 – 21 tahun? Jawaban : Ya / Tidak (Lingkari salah satunya)

Di bawah ini terdapat serangkaian pernyataan-pernyataan, Bapak/Ibu diminta untuk

memberikan tanda centang (√) pada kolom yang telah tersedia,

No Pernyataan SS S TS STS

1 Saya berusaha mengemukakan pikiran untuk mencapai tujuan dalam sebuah kelompok meskipun berbeda suku.

2 saya senang jika bekerja sama dengan orang lain meskipun berbeda suku.

3 Saya memberi sebagian barang yang tidak terpakai kepada korban bencana alam meskipun berbeda suku. 4 Saya senang memberikan pertolongan kepada orang

yang membutuhkan meskipun berbeda suku

5 Saya selalu berkata jujur ke orang lain meskipun berbeda suku.

6 Saya akan memberikan nomor antrian pada orang lain yang lebih membutuhkan meskipun berbeda suku. 7 Saya enggan menawarkan makanan kepada orang lain

yang berbeda suku.

(28)

19

9 Saya enggan memberikan sumbangan kepada korban bencana alam yang berbeda suku.

10 Saya enggan menolong orang lain yang berbeda suku.

11 Saya lebih suka berbohong ketika berbicara dengan orang lain yang berbeda suku.

12 Saya lebih mendahulukan kepentingan pribadi, sebelum membantu orang lain yang berbeda suku. 13 Saya senang ketika bertukar pikiran dengan orang lain

yang berbeda suku.

14 Saya senang melakukan gotong royong bersama tetangga yang berbeda suku.

15 Saya akan meminjamkan uang ke orang lain meskipun berbeda suku.

16 Saya senang menolong teman yang sedang kesusahan meskipun berbeda suku.

17 Ketika melakukan kesalahan kepada orang lain, saya akan mengakuinya meskipun berbeda suku.

18 Ketika didalam bis, saya akan mengutamakan orang tua untuk duduk dikursi meskipun berbeda suku.

19 Saya enggan meminjamkan barang kepada orang lain yang berbeda suku.

20 Saya enggan melakukan kegiatan kebersihan dengan orang lain yang berbeda suku.

21 Saya enggan meminjamkan uang kepada tetangga yang berbeda suku.

22 Saya enggan menolong korban kecelakaan yang berbeda suku.

23 Ketika melakukan kesalahan, saya enggan mengakui kesalahan ke orang lain yang berbeda suku.

24 Saya enggan mendahulukan kepentingan orang lain yang berbeda suku.

25 Saya memberikan motivasi kepada orang lain meskipun berbeda suku.

26 Saya senang memberikan pendapat dalam kelompok meskipun berbeda suku.

27 saya membagikan sebagian uang saya untuk pengemis meskipun berbeda suku.

28 Saya bersedia membantu tanpa mengharapkan imbalan dari orang lain meskipun berbeda suku.

(29)

20

30 Saya lebih suka mengalah kepada orang lain meskipun berbeda suku.

31 Saya enggan memberikan solusi kepada permasalahn orang lain yang berbeda suku.

32 Saya enggan membentuk kelompok dengan orang lain yang berbeda suku.

33 Saya menghindar ketika dimintai sumbangan untuk korban bencana alam yang berbeda suku.

34 Saya tidak bersedia membantu orang lain yang berbeda suku.

35 Saya membuat cerita yang mengada-ada tentang diri saya ke orang lain yang berbeda suku.

(30)

21

LAMPIRAN 2

Analisa Validitas dan Reliabilitas

(31)
(32)

23

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

(33)

24

LAMPIRAN 3

Blue Print Skala Perilaku Prososial

(34)

25 BLUE PRINT

Perilaku Prososial

Blue print skala perilaku prososial

Aspek-aspek perilaku Prososial:

a. Berbagi (sharing), yaitu kesediaan untuk berbagi dalam bentuk apapun kepada orang lain meskipun orang tersebut tidak membutuhkan.

b. Kerjasama (cooperatve), yaitu merupakan kesediaan untuk bekerjasama dengan orang lain demi terciptanya suatu tujuan. Kerjasama ini biasanya saling menguntungkan, saling member, dan saling menolong.

c. Menyumbang (donating), yaitu kesediaan untuk memberikan secara sukarela baik barang maupun uang kepada orang lain.

d. Menolong (helping), yaitu kesediaan membantu orang lain yang sedang dalam kesulitan. Menolong meliputi membantu orang lain atau menawarkan sesuatu yang menunjang berlangsungnya kegiatan orang lain.

e. Kejujuran (honesty), kesediaan berkata jujur dan tidak berbuat curang terhadap orang lain. f. Mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain, yaitu suatu tindakam untuk kepentingan pribadi yang berhubungan dengan orang lain tanpa mengganggu dan melanggar hak dan kesejahteraan orang lain.

Tabel 1

Sebaran data skala prososial

No Indikator

Item

Favourable Unfavourable

1 Berbagi 1, 23 7, 18, 28

2 Kerjasama 2, 13, 24 8, 19, 29

3 Menyumbang 3, 14, 25 9, 20, 30

4 Menolong 4, 15, 26 10, 21, 31

5 Kejujuran 5, 16, 27 11, 22, 32

6 Mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain.

(35)

26 PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Salam sejahtera bagi kita semua, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa mendekap kita dengan kasih dan sayang Nya.Bapak/Ibu perkenalkan saya, Ibnu Munfaridz, mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.Dengan ini, saya memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi sebagai subjek dalam penelitian saya.

Adapun penelitian ini adalah sebagai prasyarat bagi saya untuk memperoleh gelar Strata1 (S1) dibidang keilmuan Psikologi. Sehubungan dengan hal tersebut, terlebih dahulu saya sampaikan bahwa dalam pengisian skala ini tidak bertujuan untuk mencari jawaban benar atau salah, melainkan hanya untuk menggambarkan kondisi Bapak/Ibu dalam menjalani hubungan dengan orang lain.

Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kerja sama Bapak/Ibu agar mengisi skala di bawah ini sesuai dengan diri Bapak/Ibu yang sebenarnya. Perlu diketahui bahwa pengisian skala ini hanya digunakan untuk kepentingan penelitian ilmiah semata.Sebagai peneliti, saya memegang teguh etika penelitian dalam menjamin kerahasiaan jawaban yang Bapak/Ibu berikan.Maka dari itu, Bapak/Ibu tidak perlu khawatir untuk memberikan informasi melalui jawaban atas pernyataan-pernyataan yang telah disediakan.

Atas kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, saya ucapkan banyak terima kasih.

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Hormat Saya,

(36)

27

PETUNJUK PENGISIAN

1. Bapak/Ibu dimohon untuk membaca dan memahami setiap isi dari pernyataan yang telah disediakan pada kolom sebelah kiri.

2. Jawablah dengan memberi tanda centang(√)pada salah satu kolom yang berada di sebelah kanan pernyataan.

3. Apabila Bapak/Ibu ingin mengganti jawaban yang telah dipilih, silahkan beri tanda sama dengan(=) pada kolom pertama dan kemudian berilah kembali tanda centang (√) pada kolom yang menjadi jawaban Bapak/Ibu.

Contoh :

No Sangat setuju setuju Tidak setuju

Sangat tidak setuju

1  

2  

4. Tidak ada jawaban benar dan salah dalam pengisian kolom ini, yang ada hanyalah jawaban yang paling sesuai dengan keadaan diri Bapak/Ibu.

5. Pastikan Bapak/Ibu hanya memilih satu kolom pilihan saja dalam setiap pernyataan yang telah disediakan.

(37)

28

“SELAMAT MENGERJAKAN” IdentitasDiri

1. Nama/Inisial :

2. JenisKelamin : L / P (Lingkari salah satunya)

3. Usia :

4. Alamat asal : Alamat sekarang :

5. Suku :

6. Latar Belakang Budaya (Etnis) Orang tua – Ayah :

Ibu :

7. Apakah Bapak/Ibu lebih banyak berdomisili di Yogyakarta atau Jawa Tengah padausia 2 – 21 tahun? Jawaban : Ya / Tidak (Lingkari salah satunya)

Di bawah ini terdapat serangkaian pernyataan-pernyataan, Bapak/Ibu diminta untuk

memberikan tanda centang (√) pada kolom yang telah tersedia,

No Pernyataan SS S TS STS

1 Saya senang menawarkan makanan kepada orang lain meskipun berbeda suku.

2 saya senang jika bekerja sama dengan orang lain meskipun berbeda suku.

3 Saya memberi sebagian barang yang tidak terpakai kepada korban bencana alam meskipun berbeda suku. 4 Saya senang membantu orang lain yang membutuhkan

meskipun berbeda suku.

5 Saya selalu berkata jujur ke orang lain meskipun berbeda suku.

6 Saya akan mengutamakan penyandang cacat dalam mengantri meskipun berbeda suku.

7 Saya enggan menawarkan makanan kepada orang lain yang berbeda suku.

(38)

29

9 Saya enggan memberikan sumbangan kepada korban bencana alam yang berbeda suku.

10 Saya enggan membantu orang lain yang berbeda suku.

11 Saya lebih suka berbohong ketika berbicara dengan orang lain yang berbeda suku.

12 Saya enggan mendahulukan kepentingan penyandang cacat yang berbeda suku.

13 Saya senang melakukan gotong royong bersama tetangga yang berbeda suku.

14 Saya senang memberikan uang kepada orang lain yang sedang kesusahan meskipun berbeda suku.

15 Saya senang membantu nenek-nenek menyebrang jalan meskipun berbeda suku.

16 Ketika melakukan kesalahan kepada orang lain, saya akan mengakuinya meskipun berbeda suku.

17 Ketika didalam bus, saya akan mengutamakan penyandang cacat untuk duduk dkursi meskipun berbeda suku.

18 Saya enggan meminjamkan barang kepada orang lain yang berbeda suku.

19 Saya enggan melakukan kegiatan kebersihan dengan orang lain yang berbeda suku.

20 Saya enggan memberikan uang kepada tetangga yang berbeda suku ketika terkena musibah

21 Saya enggan membantu korban kecelakaan yang berbeda suku.

22 Ketika melakukan kesalahan, saya enggan mengakui kesalahan ke orang lain yang berbeda suku.

23 Saya memberikan motivasi kepada orang lain meskipun berbeda suku.

24 Saya senang memberikan pendapat kepada kelompok dalam memecahkan persoalan meskipun berbeda suku 25 Saya senang memberikan obat-obatan dan makanan

kepada korban bencana alam meskipun berbeda suku. 26 Saya bersedia membantu tanpa mengharapkan imbalan

dari orang lain meskipun berbeda suku.

27. Ketika orang lain meminta pendapat tentang dirinya, saya akan mengatakan yang sejujurnya meskipun berbeda suku.

(39)

30

29 Saya enggan membentuk kelompok untuk kegiatan acara warga dengan orang lain yang berbeda suku. 30 Saya menghindar ketika dimintai sumbangan untuk

korban bencana alam yang berbeda suku.

31 Saya enggan membantu anak kecil menyebrang jalan yang berbeda suku.

32 Saya membuat cerita yang mengada-ada tentang diri saya ke orang lain yang berbeda suku.

(40)

31

LAMPIRAN 4

(41)
(42)

33

(43)

34

(44)
(45)
(46)

37 SUKU BUGIS

Subjek Item

(47)

38

(48)

39

(49)
(50)
(51)

42

LAMPIRAN 5

(52)

43

Group Statistics

suku N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Prososial

suku jawa 75 114,53 9,842 1,137

suku bugis 75 112,17 9,907 1,144

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean

Difference

Std. Error

Difference

95% Confidence Interval of

the Difference

Lower Upper

Prososial

Equal variances assumed ,089 ,765 1,464 148 ,145 2,360 1,613 -,827 5,547

Equal variances not

assumed

Gambar

Tabel 4. Hasil Uji Compare Mean Independent t-test………………………………………….10
Tabel 1. Deskripsi Subjek Suku Jawa Dan Suku Bugis
Tabel 4. Hasil Uji Compare Mean Independent t-test
Tabel 1 Sebaran data skala prososial
+2

Referensi

Dokumen terkait

a. 1) Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima

Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa meskipun siswa mempersepsikan dirinya memiliki kapasitas yang cukup untuk membaca, namun ada suatu potensi yang

Langkah penyusunan laporan arus kas dapat dilakukan dengan empat tahapan yaitu : menghitung perubahan saldo rekening kas dan setara kas dengan membandingkan

Perawatan kaki pasien diabetes mellitus terdiri dari deteksi kelainan kaki, latihan kaki dan praktik perawatan kaki.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

Berdasarkan Firman Tuhan tentang” ibadah yang sejati” ( Roma 12,1), Maka pemuda BNKP Jemaat Hilisawato Simalingkar Medan menyatakan bahwa Ibadah tidak sekedar mengikuti

SIG dapat mengumpulkan dan menyimpan data dan informasi yang diperlukan baik secara tidak langsung dengan cara mengimpornya dari perangkat-perangkat lunak SIG yang lain maupun

Menurut  Rasyid  Ridla  dalam  tafsirnya,  kata  ُﺢْﻴِﺴَﻤْﻟَﺍ  (al­Masih)  adalah  kata  serapan  dari  bahasa  ‘Ibrani,  yaitu  dari  kata 

dapat dikembalikan apabila ada ketentuan khusus yang dibuat oleh perusahaan atas nama dan disepakati para peserta, seperti kesediaan untuk mengembalikan sebagian