• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Cyber Extension

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Cyber Extension"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PEMANFAATAN

CYBER EXTENSION

UMI ATHIAH

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Cyber Extension adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun serta sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014

Umi Athiah

(4)
(5)

ABSTRAK

UMI ATHIAH. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Cyber Extension. Dibawah Bimbingan HADIYANTO

Cyber extension secara umum bertujuan untuk mengembangkan sistem informasi pertanian berbasis web terpadu; tepat guna; dan bermanfaat bagi penyuluh, kelembagaan penyuluhan, serta para pelaku agribisnis ataupun masyarakat pada umumnya. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan karakteristik penyuluh, persepsi penyuluh mengenai karakteristik cyber extension, dan faktor eksternal dengan intensitas pemanfaatan cyber extension dan tingkat manfaat yang dirasakan. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan jumlah sampel sebanyak 36 penyuluh yang memanfaatkan cyber extension. Hasil uji statistik Rank Spearman dan Chi-Square menunjukkan bahwa hanya usia, kepemilikan media massa modern, pengalaman menggunakan internet, dan tingkat motivasi yang berhubungan dengan intensitas pemanfaatan cyber extension dan tingkat manfaat yang dirasakan. Pada persepsi mengenai karakteristik cyber extension hanya satu yang berhubungan dengan intensitas pemanfaatan cyber extension dan tingkat manfaat yang dirasakan, yaitu persepsi mengenai tingkat kemungkinan dicoba. Faktor eksternal tidak berhubungan dengan intensitas pemanfaatan cyber extension dan tingkat manfaat yang dirasakan.

Kata kunci: cyber extension, faktor eksternal, karakteristik, pemanfaatan media, penyuluh

ABSTRACT

UMI ATHIAH. Associated Factors of the Use of Cyber Extension. Supervised by HADIYANTO

Cyber extension generally aims to develop agricultural information system based on integrated web; efficient; and beneficial to the agricultural extension, the extension institutional, and also agribusiness actors or society in general. The aims of this study were to determine the relationships of agricultural extension counselor characteristic, the counselor perceptions of cyber extension characteristics, and associated external factors of the intensity use of cyber extension and level of perceived usefulness. This study used survey method with a a sample of 36 agricultural extension counselors that used cyber extension. Results of statistical analysis of Spearman Rank test and Chi-Square showed that only age, the modern mass media possession, the experience of using the internet, and the level of motivation which had associated with the intensity use of cyber extension and level of perceived usefulness. While for the perceptions of the characteristics of cyber extension showed that only one perception variable had related with the extension and intensity use of cyber extension and level of perceived, which is perceived level of probability attempt of cyber extension. The result showed that no relation of external factors with intensity of use of cyber extension and level of perceived usefulness.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PEMANFAATAN

CYBER EXTENSION

UMI ATHIAH

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Cyber Extension

Nama : Umi Athiah

NIM : I34100136

Disetujui oleh

Ir Hadiyanto, MSi Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Siti Amanah, MSc Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang masih memberikan nikmat jasmani dan rohani serta waktu yang bermanfaat bagi penulis

sehingga skripsi dengan judul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Cyber Extensiondapat diselesaikan tanpa hambatan dan masalah yang berarti. Shalawat dan salam senantiasa penulis sampaikan kepada Rasulullah SAW, dan para sahabat hingga tabi’in dan pengikutnya hingga hari akhir. Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak.

Ucapan terimakasih penulis berikan kepada bapak Ir Hadiyanto, MSi selaku dosen pembimbing atas bimbingan, saran, dan curahan waktunya kepada penulis selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yaitu Ibunda Umroh dan Ayahanda Rusli Sahal selaku orang tua tercinta, Lita Jahidah, Silma Mausuli selaku kakak tersayang, Rusydah Afifi selaku adik tersayang. Terima kasih bagi saudara-saudara terdekat penulis yaitu Pia A, Sarah I, Rima F, Putri R, Dwi R, Ratu A, Shita R, dan Nurul F, yang telah memberikan doa, dukungan, kasih sayang, kritikan, saran, memberikan motivasi, semangat, dan menemani penulis dalam proses penulisan laporan ini dan tidak lupa kepada seluruh keluarga besar SKPM 47 atas kebersamaannya. Terima kasih untuk teman satu pembimbing yaitu Atrina Dwi Putri dan Ditha Fitrialdi Putri yang sama-sama memberi semangat serta doa. Penulis juga berterima kasih kepada seluruh penyuluh BP3K Wilayah Cibinong yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Penulis juga berterima kasih kepada Bapak Darwin selaku Admin Pusat Cyber extension di Badan Pengembangan Penyuluhan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) di Kementrian Pertanian Republik Indonesia yang bersedia membagi informasi pengguna cyber extension di wilayah Bogor. Penulis mengetahui bahwa karya ini belumlah sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Akhir kata semoga skripsi ini dapat menghasilkan laporan yang bermanfaat bagi banyak pihak.

Bogor, Juli 2014

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xix

DAFTAR LAMPIRAN xxi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Masalah Penelitian 3

Tujuan Penelitian 3

Kegunaan Penelitian 3

PENDEKATAN TEORITIS 5

Tinjauan Pustaka 5

Cyber Extension sebagai Sistem Informasi Kegiatan Penyuluhan 5

Implementasi Cyber Extension di Indonesia 6

Sistem Kerja Cyber Extension di Beberapa Negara 6

Media Komunikasi dan Inovasi Pertanian 7

Karakteristik Penyuluh 10

Persepsi 11

Faktor Eksternal 11

Pemanfaatan Cyber Extension 12

Kerangka Pemikiran 14

Hipotesis 15

Definisi Operasional

PENDEKATAN LAPANG 19

Lokasi dan Waktu Penelitian 19

Teknik Pengambilan Sampel 19

Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data 20

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 20

GAMBARAN UMUM BALAI PENYULUHAN PERTANIAN

PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BP3K) WILAYAH CIBINONG

(14)
(15)

Letak Geografis BP3K Wilayah Cibinong 21

Profil BP3K Wilayah Cibinong 22

Visi Misi dan Fungsi BP3K Wilayah Cibinong 24

Kegiatan dan Program BP3K Wilayah Cibinong 24

Profil Website Cyber Extension 25

KARAKTERISTIK PENYULUH, PERSEPSI MENGENAI

KARAKTERISTIK CYBER EXTENSION, FAKTOR EKSTERNAL PENYULUH, PEMANFAATAN CYBER EXTENSION

27

Karakteristik Penyuluh di Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Wilayah Cibinong

27

Usia 27

Jenis Kelamin 27

Tingkat Pendidikan Formal 27

Tingkat Penghasilan 29

Kepemilikan Media 29

Pengalaman Menggunakan Internet 30

Tingkat Motivasi 30

Ikhtisar 30

Persepsi Penyuluh mengenai Karakteristik Cyber Extension di Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Wilayah Cibinong

31

Tingkat Keuntungan Relatif 31

Tingkat Kesesuaian 33

Tingkat Kemungkinan dicoba 33

Tingkat Kemungkinan diamati 33

Tingkat Kerumitan 34

Ikhtisar 34

Faktor Eksternal dalam Pemanfaatan Cyber Extension di Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Wilayah Cibinong

34

(16)
(17)

Kesempatan Mengikuti Pelatihan 35

Ikhtisar 35

Pemanfaatan Cyber Extension 36

Intensitas Pemanfaatan Cyber Extension 36

Tingkat Manfaat yang dirasakan 37

Ikhtisar 37

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PENYULUH DENGAN

PEMANFAATAN CYBER EXTENSION

39

Hubungan Usia dengan Pemanfaatan Cyber Extension 39 Hubungan Jenis Kelamin dengan Pemanfaatan Cyber Extension 40 Hubungan Tingkat Penghasilan dengan Pemanfaatan Cyber Extension 41 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pemanfaatan Cyber Extension 42 Hubungan Pengalaman Menggunakan Internet dengan Pemanfaatan

Cyber Extension

43

Hubungan Kepemilikan Media Massa Modern dengan Pemanfaatan

Cyber Extension

44

Hubungan Tingkat Motivasi dengan Pemanfaatan Cyber Extension 45

Ikhtisar 45

HUBUNGAN PERSEPSI MENGENAI KARAKTERISTIK CYBER EXTENSION DENGAN PEMANFAATAN CYBER EXTENSION

47

Hubungan Persepsi Penyuluh mengenai Tingkat Keuntungan Relatif dengan Pemanfaatan Cyber Extension

47

Hubungan Persepsi Penyuluh mengenai Tingkat Kesesuaian dengan Pemanfaatan Cyber Extension

48

Hubungan Persepsi Penyuluh mengenai Tingkat Kemungkinan dicoba dengan Pemanfaatan Cyber Extension

49

Hubungan Persepsi Penyuluh mengenai Tingkat Kemungkinan diamati dengan Pemanfaatan Cyber Extension

50

Hubungan Persepsi Penyuluh mengenai Tingkat Kerumitan dengan Pemanfaatan Cyber Extension

51

(18)
(19)

HUBUNGAN FAKTOR EKSTERNAL PENYULUH DENGAN PEMANFAATAN CYBER EXTENSION

53

Hubungan Ketersediaan Sarana Mengakses Internet dengan Pemanfaatan Cyber Extension

53

Hubungan Kesempatan Mengikuti Pelatihan dengan Pemanfaatan

Cyber Extension

54

Ikhtisar 55

SIMPULAN DAN SARAN 57

Simpulan 57

Saran 57

DAFTAR PUSTAKA 59

LAMPIRAN 61

(20)
(21)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Pemanfaatan cyber extension (diinspirasi dari Browning et al. 2008 seperti dikutip oleh Mulyandari 2011 )

13

Tabel 2 Luas wilayah kerja BP3K Cibinong 25

Tabel 3 Jumlah penyuluh yang bertugas di BP3K Wilayah Cibinong tahun 2013

25 Tabel 4 Jumlah dan persentase penyuluh berdasarkan karakteristik

demografi di BP3K Wilayah Cibinong

27 Tabel 5 Distribusi responden berdasarkan jawaban dari pernyataan dim

karakteristik cyber extension

31 Tabel 6 Jumlah dan persentase penyuluh berdasarkan faktor eksternal

penyuluh di BP3K Wilayah Cibinong

33 Tabel 7 Jumlah dan persentase penyuluh berdasarkan pemanfaatan

cyber extension di BP3K Wilayah Cibinong

35 Tabel 8 Hasil uji statistik hubungan usia dengan pemanfaatan cyber

extension

39 Tabel 9 Hasil uji Chi Square jenis kelamin dengan pemanfaatan cyber

extension

40 Tabel 10 Hasil uji statistik hubungan tingkat penghasilan dengan

pemanfaatan cyber extension

41 Tabel 11 Hasil uji statistik hubungan tingkat pendidikan dengan

pemanfaatan cyber extension

42 Tabel 12 Hasil uji statistik hubungan pengalaman menggunakan internet

dengan pemanfaatan cyber extension

43 Tabel 13 Hasil uji statistik hubungan kepemilikan media dengan

pemanfaatan cyber extension

44 Tabel 14 Hasil uji statistik hubungan tingkat motivasi dengan

pemanfaatan cyber extension

45 Tabel 15 Hasil uji statistik hubungan persepsi penyuluh mengenai tingkat

keuntungan relatif dengan pemanfaatan cyber extension

47 Tabel 16 Hasil uji statistik hubungan persepsi penyuluh mengenai

tingkat kesesuaian dengan pemanfaatan cyber extension

48 Tabel 17 Hasil uji statistik hubungan persepsi penyuluh mengenai

tingkat kemungkinan dicoba dengan pemanfaatan cyber extension

49

Tabel 18 Hasil uji statistik hubungan persepsi penyuluh mengenai tingkat kemungkinan diamati dengan pemanfaatan cyber extension

50 Tabel 19 Hasil uji statistik hubungan persepsi penyuluh mengenai

tingkat kerumitan dengan pemanfaatan cyber extension

51 Tabel 20 Hasil uji statistik hubungan ketersediaan sarana mengakses

internet dengan pemanfaatan cyber extension

53 Tabel 21 Hasil uji statistik hubungan kesempatan mengikuti pelatihan

dengan pemanfaatan cyber extension

(22)
(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Peta lokasi penelitian 61

Lampiran 2 Kerangka sampling penyuluh 62

Lampiran 3 Dokumentasi penelitian 63

(24)
(25)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Saat ini, perkembangan pasar bebas di era globalisasi ekonomi sudah mulai tampak di pasaran dalam negeri. Berdasarkan data statistik realisasi impor komoditas pangan yang diolah Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin) menyatakan bahwa pada September 2013 komoditas utama impor subsektor ini adalah gandum/meslin segar yang mencapai US$158.30 juta, jagung segar sebesar US$ 33.95 juta dan beras sebesar US$ 26.99 juta (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2013). Kondisi ini menuntut petani untuk meningkatkan produk pertanian dalam negeri. Hal ini dapat diwujudkan melalui peningkatan kualitas petani dan peningkatan kemandirian petani melalui pemberdayaan dan perlindungan petani.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani, pemberdayaan petani adalah segala upaya untuk meningkatkan kemampuan petani untuk melaksanakan usaha tani yang lebih baik melalui pendidikan dan pelatihan, penyuluhan dan pendampingan, pengembangan sistem dan sarana pemasaran hasil pertanian, konsolidasi dan jaminan luasan lahan pertanian, kemudahan akses ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi serta penguatan kelembagaan petani. Salah satu yang dibutuhkan untuk memberdayakan petani adalah penyuluhan dan pendampingan petani agar menjadi petani yang mandiri dan profesional dalam meningkatkan produktivitasnya.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan, penyuluhan pertanian perikanan dan kehutanan yang selanjutnya disebut penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama dan pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi dan permodalan, dan sumber daya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraan, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

(26)

2

terutama bagi penyuluh pertanian yang telah menyandang jabatan fungsional sebagai Penyuluh Pertanian Ahli.

Cyber extension dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pelayanan data dan informasi penyuluhan yang memadai sehingga dapat memfasilitasi proses pembelajaran penyuluh. Selain itu, melalui cyber extension penyuluh dapat berinteraksi dengan penyuluh lain, pelaku utama, dan pelaku usaha lainnya sehingga komunikasi lebih praktis. Cyber extension juga dapat dimanfaatkan oleh petani untuk memperoleh informasi pertanian yang antara lain meliputi teknologi budidaya, pola tanam, jadwal tanam varietas baru dan produksi tinggi, komoditas yang sedang dibutuhkan konsumen, harga pasar dan lain-lain. Hal ini dapat mendukung petani untuk mendapatkan informasi sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan teknologi. Pemanfaatan cyber extension diharapkan dapat mengatasi kesenjangan informasi antara petani pemasok dengan petani pemasar serta dengan pihak yang terlibat dalam kegiatan pengembangan pertanian. Cyber extension sudah diimplementasikan di Indonesia sejak tahun 2004, salah satunya melalui telecenter di bawah program Partnerships for e-Prosperity for the poor

(Pe-PP) salah satunya di Desa Pabelan, Magelang Jawa tengah (Sumardjo et al.

2010).

Hasil penelitian Permatasari (2013) menyatakan bahwa pemanfaatan cyber extension di kalangan petani masih belum optimal. Hal ini dikarenakan mayoritas petani masih menggunakan media konvensional dan komunikasi secara interpersonal. Petani juga sulit membangun networking melalui cyber extension

karena ketidakmampuan petani dalam menggunakan cyber extension. Hasil penelitian yang berkaitan dengan pemanfaatan media oleh penyuluh yaitu penelitian Anwas (2009) terdapat faktor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan media oleh penyuluh secara intensif yaitu tingkat pendidikan formal, dukungan keluarga, dan tingkat kepemilikan media komunikasi dan informasi. Hal ini mengindikasikan bahwa ketersediaan media komunikasi memengaruhi pemanfaatan media.

Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) merupakan balai penyuluhan di tingkat kecamatan yang dijadikan sebagai percontohan kelembagaan penyuluhan yang ideal di tingkat kecamatan. Balai Penyuluh ini memiliki tugas untuk menyediakan informasi mengenai teknologi pertanian, pasar dan permodalan kepada petani melalui penyuluh. Informasi tersebut disalurkan melalui kegiatan penyuluhan. Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Wilayah Cibinong merupakan salah satu balai penyuluhan yang berada di Kabupaten Bogor. Balai penyuluhan ini menaungi lima kecamatan untuk kegiatan penyuluhan.

Faktor-faktor dominan yang berhubungan dengan cyber extension sangat penting dianalisis untuk mengetahui sejauh mana pemanfaatan cyber extension di kalangan penyuluh. Menurut Mulyandari (2011) aplikasi teknologi perlu memperhatikan karakteristik teknologi informasi dan komunikasi inovasi pertanian sebagai media baru atau inovasi, di samping itu juga perlu mengetahui faktor lain yang memengaruhi dilihat dari sisi internal (individu) dan eksternal (lingkungan luar). Karakteristik individu, persepsi mengenai karakteristik cyber extension serta faktor lingkungan dapat menentukan pemanfaatan cyber extension.

(27)

3 kalangan penyuluh, maka penting untuk dianalisis faktor-faktor dominan yang berhubungan dengan pemanfaatan media cyber extension.

Masalah Penelitian

Karakteristik setiap penyuluh yang berada di Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) masing-masing berbeda. Usia, jenis kelamin, tingkat penghasilan, tingkat pendidikan, kepemilikan media massa modern, pengalaman menggunakan internet dan tingkat motivasi dapat berhubungan dengan dengan pemanfaatan cyber extension. Karakteristik penyuluh merupakan salah satu faktor internal yang terdapat dalam diri penyuluh. Karakteristik yang ada pada suatu media inovasi dapat berhubungan dengan penilaian seseorang terhadap media tersebut. Cyber extension merupakan suatu inovasi dimana inovasi tersebut memiliki lima karakteristik menurut Rogers (2003) yaitu keuntungan relatif, kerumitan penggunaan, kesesuaian atau tidaknya dengan kebutuhan, kemudahan untuk diaplikasikan, kemudahan untuk dilihat hasilnya. Karakteristik atau ciri yang melekat pada sesuatu menimbulkan persepsi di kalangan penyuluh saat memanfaatkan cyber extension. Persepsi juga merupakan salah satu faktor internal dalam tiap-tiap penyuluh. Pemanfaatan cyber extension di kalangan penyuluh juga dapat berhubungan dengan lingkungan bekerja. Ketersediaan sarana mengakses internet, kesempatan mengikuti pelatihan dapat berhubungan dengan intensitas pemanfaatan cyber extension dan tingkat manfaat yang dirasakan. Sangat diperlukan suatu upaya untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan cyber extension. Oleh karena itu, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik penyuluh, persepsi penyuluh mengenai karakteristik

cyber extension, faktor eksternal penyuluh, dan pemanfaatan cyber extension? 2. Bagaimana hubungan karakteristik penyuluh dengan pemanfaatan cyber

extension?

3. Bagaimana hubungan persepsi mengenai karakteristik cyber extension dengan pemanfaatan cyber extension?

4. Bagaimana hubungan faktor eksternal penyuluh dengan pemanfaatan cyber extension?

Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasi karakteristik penyuluh, persepsi penyuluh mengenai karakteristik cyber extension, faktor eksternal penyuluh, dan pemanfaatan

cyber extension

2. Menganalisis hubungan karakteristik penyuluh dengan pemanfaatan cyber extension

3. Menganalisis hubungan persepsi penyuluh mengenai karakteristik cyber extension dengan pemanfaatan cyber extension

(28)

4

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut:

1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan referensi dan kajian bagi penelitian selanjutnya mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan cyber extension dikalangan pemasar maupun dilembaga penelitian

2. Kalangan non akademisi, seperti Departemen Pertanian diharapkan dapat bermanfaat untuk menjalankan program kerja departemen pertanian dan menjadi bahan evaluasi bagi setiap balai yang bertanggung jawab dibidang penyuluhan sehingga sistem cyber extension ini dapat terus diperbaiki dan ditingkatkan kualitasnya agar lebih efektif.

3. Bagi penyuluh, khususnya penyuluh pertanian diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai sejauh mana pemanfaatan cyber extension di kalangan penyuluh dan mengetahui faktor apa saja yang memengaruhi pemanfaatan

(29)

5

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Cyber Extension sebagai Sistem Informasi Kegiatan Penyuluhan

Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999) kemampuan agen penyuluhan untuk memengaruhi petani mengalami peningkatan, sebagian disebabkan oleh pembangunan di bidang teknologi komunikasi dan informasi, dan sebagian lagi penggunaan ilmu-ilmu sosial dalam penyuluhan. Model konvergensi komunikasi yang dirumuskan Rogers dan Kincaid (1981) dianggap layak ditempatkan sebagai paradigma dominan dalam komunikasi inovasi penyuluhan pertanian sesuai dengan hasil uji yang dilakukan Sumardjo dalam disertasinya pada tahun 1999 yang menunjukkan bahwa model tersebut lebih efisien dan efektif dalam sistem penyuluhan pertanian. Model komunikasi secara konvergen dianggap sebagai bentuk komunikasi inovasi dalam penyuluhan pertanian. Hal ini diduga dapat dipercepat prosesnya apabila didukung oleh aplikasi sistem jaringan teknologi informasi yang handal sehingga terjadi keterpaduan antara kebutuhan petani dengan kebutuhan pihak-pihak terkait.

Cyber extension adalah adalah mekanisme pertukaran informasi pertanian melalui area cyber, suatu ruang imajiner-maya di balik interkoneksi jaringan komputer melalui peralatan komunikasi. Cyber extension ini memanfaatkan kekuatan jaringan, komunikasi komputer dan multimedia interaktif untuk memfasilitasi mekanisme berbagi informasi atau pengetahuan (Wijekoon et al. 2009). Jaringan yang digunakan merupakan jaringan internet yang merupakan salah satu jenis media massa modern. Menurut Vivian (2008) internet merupakan sebuah jaringan dasar yang membawa pesan. Internet berasal dari sistem komunikasi militer AS yang dibuat pada tahun 1969 yang disebut ARPAnet (Advanced Research Project Agency Network). Lain halnya dengan istilah web. Web merupakan struktur kode-kode yang mengizinkan pertukaran bukan hanya antarteks, tetapi juga grafis, video dan audio. Selanjutnya kode-kode tersebut mudah untuk dipahami orang awam sehingga mereka tidak perlu tau kode tersebut untuk masuk ke isi web. Selain itu, dasar-dasar kode web diterima secara universal sehingga memungkinkan semua orang yang memiliki komputer, modem, dan koneksi internet masuk ke dalam web global.

(30)

6

Implementasi Cyber extension di Indonesia

Hasil penelitian Mulyandari (2011) di wilayah Jawa Barat dan Jawa Timur mengenai cyber extension terhadap keberdayaan petani menyatakan sebagian besar petani merasakan manfaat cyber extension sudah sesuai dengan kebutuhan. Petani juga merasakan keuntungan dari pemanfaatan cyber extension dari segi ekonomi dalam mendukung kegiatan usahatani apabila dibandingkan dengan teknologi informasi sebelumnya. Keuntungan yang dirasakan sangat nyata oleh petani yaitu dapat menghemat waktu dan biaya transportasi karena dibantu pemanfaatan cyber extension. Tingkat pemanfaatan cyber extension pada hasil penelitian ini sudah sangat baik. Petani menggunakan telepon genggam untuk melakukan kegiatan komunikasi dengan petani lainnya, petani juga mengakses informasi pasar maupun teknologi melalui online, selain itu petani juga melakukan promosi produk pertaniannya. Faktor dominan yang secara nyata memberikan pengaruh positif terhadap tingkat pemanfaatan cyber extension

adalah karakteristik individu dan perilaku (sikap dan keterampilan) petani dalam memanfaatkan teknologi informasi. Selanjutnya, tingkat keberdayaan petani dipengaruhi secara dominan oleh perilaku dalam memanfaatkan teknologi informasi, tingkat pemanfaatan cyber extension, karakteristik individu (tingkat kekosmopolitan), persepsi terhadap karakteristik cyber extension, dan faktor lingkungan (ketersediaan sarana teknologi informasi).

Hasil penelitian Permatasari (2013) menyatakan bahwa pemanfaatan cyber extension di kalangan petani masih belum optimal. Umumnya petani masih dominan menggunakan media konvensional dan komunikasi secara interpersonal. Petani belum memiliki kemampuan untuk membangun networking melalui cyber extension. Persepsi petani pengguna mengenai keuntungan dari cyber extension

berhubungan dengan karakteristik petani pada tingkat pendidikan formal. Sistem Kerja Cyber Extension di Beberapa Negara

Berdasarkan hasil kajian Sumardjo et al. (2010) terdapat beberapa negara yang sudah menerapkan sistem kerja cyber extension, antara lain yaitu Cina, Kenya, India, Peru, dan Thailand. Berikut ini akan dijelaskan masing-masing negara yang menerapkan sistem kerja cyber extension.

1. Cina, pada awal abad ke-20 para pengusaha besar sudah mulai akses informasi pasar melalui mesin telegram rumah ke pedagang harian sampai pada akhir dekade. Akhir abad 20, para pengusaha sudah mulai akses informasi pasar melalui PC desktop. Saat ini tidak hanya pengusaha besar yang dapat akses informasi melainkan juga petani yang sudah mulai akses informasi pasar melalui telepon selular dengan biaya yang relatif murah. Telepon selular merupakan media yang memiliki kemampuan tinggi dalam pengembangan strategi untuk teknologi pemasaran, termasuk pemasaran produk pertanian yang sangat fluktuatif (BBC News 2004a seperti dikutip oleh Sumardjo et al.

2010). Pengembangan teknologi pemasaran produk negara Cina dipasaran global melalui pengembangan website khusus untuk produk yang dihasilkan negara Cina termasuk produk pertanian. Melalui teknologi ini, proses perdagangan global yang melibatkan pedagang dan perusahaan besar dalam dan luar negeri untuk produk Cina dapat berkembang dengan pesat.

(31)

7 (KACE). KACE dibangun oleh perusahaan swasta sejak tahun 1997 untuk memfasilitasi bertemunya penjual dan pembeli yang berhubungan dengan komoditas pertanian, menyiapkan informasi pemasaran secara tepat waktu, menyiapkan mekanisme harga komoditas yang kompetitif untuk pemberdayaan dan peningkatan pendapatan petani di pedesaan. Informasi yang dapat diakses oleh petani ini telah mampu mempercepat proses penyebaran informasi pasar ke petani miskin lainnya. Wilayah yang ada jaringan Safaricom, petani setiap saat dapat mudah akses informasi seperti informasi harga komoditas di pasar-pasar yang berbeda, siapa pembeli dan penjualnya, berapa harganya, kapan dan dimana melakukan transaksi, maupun akses informasi penyuluhan lainnya dengan menggunakan telepon selular (BBC News 2004a seperti dikutip oleh Sumardjo et al. 2010).

3. India, terdapat banyak proyek pengembangan infrastruktur teknologi untuk akses informasi bagi setiap masyarakat di pedesaan dan di perkotaan baik bersifat top down maupun bottom up. Teknologi wireless dikembangkan oleh Brewer dari organisasi ICT4B (Information and Communication Technology for Billions) (Agriwatch.com 2005 seperti dikutip oleh Sumardjo et al. 2010). Melalui teknologi ini pula petani di India dapat langsung mengakses informasi untuk mengetahui peluang untuk dapat mengusahakan komoditas yang memiliki harga yang lebih baik dan menguntungkan seperti komoditas buah-buahan dan hortikultura.

4. Peru, jaringan Huaral Valley di Peru dibangun untuk meningkatkan akses petani terhadap informasi pertanian. Jaringan ini dibentuk oleh masyarakat yang didukung oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), lembaga lokal, Menteri Pertanian dan Pendidikan di Peru (Peru’s Education and Agriculture

Ministries) dan organisasi pembangunan Eropa.

5. Thailand, Thailand Canada Tele-centre Project (TCTP) bertujuan untuk melaksanakan studi dan tes terhadap konsep untuk pelayanan penyampaian teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di daerah pedesaan dan daerah terpencil di Thailand. Telecenter ini dikelola oleh manajer,operator, dan pelatih dengan jumlah masing-masing pengelola sesuai dengan kondisi telecenter yang dikelola. Telecenter ini bersifat partisipatif, setiap perencanaan dan operasionalisasi kegiatan senantiasa melibatkan masyarakat termasuk dalam proses penentuan pengelola telecenter.

Media Komunikasi dan Inovasi Pertanian

Media komunikasi menurut Leeuwis (2007) adalah alat-alat yang membantu untuk mengombinasikan saluran-saluran komunikasi yang berbeda untuk menjadi pengangkut (transportation) sinyal-sinyal yang berbentuk tulisan (teks), visual, terdengar, tersentuh, dan/atau tercium. Lebih lanjut Leuwis membedakan komunikasi hanya ke dalam tiga kategori, yakni media antar pribadi, media massa konvensional, dan media hibrida.

(32)

8

tetapi pada waktu yang sama didukung oleh suatu level interaktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan media konvensional.

Leeuwis (2007) menyatakan dengan mengikuti kemajuan yang cepat dalam teknologi komputer dan telekomunikasi, sejak awal 1990-an kita telah menyaksikan peningkatan media hibrida baru yang mengkombinasikan potensi yang ditawarkan oleh media massa dan komunikasi interpersonal. Teknologi internet dan CD-ROM misalnya, merupakan media yang potensial mencapai audiens yang luas, yang membiarkan aktivitas antara penerima dan pengirim sampai taraf tertentu. Internet memiliki aplikasi luas, banyak terkait dengan intervensi komunikatif (dalam berbagai bidang kemasyarakatan, termasuk pertanian dan manajemen sumberdaya).

Inovasi pertanian adalah segala sesuatu yang dihasilkan melalui kegiatan penelitian dan pengkajian pertanian untuk membantu perkembangan pertanian secara umum (IRRI seperti dikutip oleh Sumardjo et al. 2010). Terdapat lima karakteristik inovasi menurut Rogers (2003) keuntungan relatif (relative advantage), kemungkinan untuk dicoba (triability), tingkat kerumitan (complexity), kesesuaiannya (compatibility), kemungkinan diamati hasilnya (observability). Menurut Mulyandari (2011) cyber extension merupakan suatu bentuk inovasi dalam komunikasi pertanian, sehingga dapat dikatakan bahwa sarana teknologi informasi selain menjadi inovasi juga merupakan pembawa inovasi. Berikut penjelasan karakteristik inovasi menurut Rogers (2003), Van den Ban dan Hawkins (1999):

1) Keuntungan Relatif (Relative Advantage)

Keuntungan relatif adalah derajat dimana suatu inovasi dipandang lebih baik dibandingkan dengan gagasan/teknologi sebelumnya. Derajat dari keuntungan relatif sering diekspresikan dari segi ekonomis, efisien waktu, rendahnya risiko yang harus ditanggung dan sebagai penyampaian sosial yang bernilai. Dasar dari inovasi yang menentukan tipe khusus dari keuntungan relatif yaitu (segi ekonomi, sosial, dan semacamnya) menjadi penting bagi pengadopsi. Van den Ban dan Hawkins (1999) mengatakan keuntungan relatif dilihat dari kemungkinan inovasi membuat petani mencapai tujuannya dengan lebih baik, atau dengan biaya yang lebih rendah dari pada yang telah dilakukan sebelumnya. Keuntungan relatif dapat dipengaruhi oleh pemberian insentif pada petani, misalnya menyediakan benih dengan harga subsidi. Menurut hasil penelitian Mulyandari (2011) keuntungan nyata yang sangat dirasakan oleh petani dari adanya cyber extension adalah dalam menghemat waktu dan biaya transportasi karena dibantu dengan pemanfaatan teknologi informasi khususnya dengan adanya telepon genggam. Dengan adanya media konvergen, jangkauan pemasaran hasil pertanian juga lebih luas hingga mencapai luar kota bahkan sudah menjangkau luar pulau dan uar negeri. Keuntungan yang juga dirasakan petani dengan pemanfaatan teknologi informasi adalah dapat mengakses informasi sesuai dengan kebutuhan melalui internet.

2) Kesesuaian (Compatibility)

(33)

9 Individu tidak akan menerima inovasi kecuali inovasi tersebut memiliki dasar yang sebelumnya diketahui. Pelatihan sebelumnya menyediakan ukuran dasar bagi inovasi untuk dapat diinterpretasikan hingga dapat menurunkan ketidakyakinan terhadap inovasi tersebut. Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999) kompatibilitas berkaitan dengan nilai sosial budaya dan kepercayaan, dengan gagasan yang diperkenalkan sebelumnya, atau dengan kebutuhan yang dirasakan oleh petani. Sebagai contoh, petani yang memperoleh tambahan panen dengan menanam varietas gandum unggul, besar kemungkinan akan menerima varietas padi unggul yang dianjurkan.

3) Kerumitan (Complexity)

Kerumitan yaitu derajat dimana suatu inovasi dianggap relatif sulit untuk dipahami dan digunakan. Setiap klasifikasi dapat diklasifikasikan dalam bentuk rangkaian dari sederhana ke kompleks. Beberapa gagasan baru (inovasi) kerumitan dianggap hal yang penting yang dapat menghambat proses mengadopsi bagi orang-orang tertentu. Sebagai salah satu contoh yaitu keterampilan dan pengetahuan dari pengguna personal komputer dan alat teknologi yang lebih praktis (handphone) yang terdahulu akan lebih luas wawasan dan keterampilannya mengenai penggunaan personal komputer dari pada individu yang baru (orang awam). Mereka menganggap penggunaan personal komputer itu sangat kompleks dan membutuhkan waktu yang intensif untuk memahami penggunaan personal komputer, mereka akan merasa bingung bagaimana menghubungkan berbagai komponen yang berbeda dari personal komputer, maupun menjalankan program dari software lainnya. Umumnya, individu mencoba bergabung dengan klub pengguna komputer untuk dapat menggunakan personal komputer dengan baik. Menurut Van den Ban dan Hawkins ( 1999) inovasi sering gagal karena tidak diterapkan secara benar. Beberapa diantara memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus. Sebagai contoh adakalanya lebih penting memperkenalkan sekumpulan paket inovasi yang relatif sederhana tetapi saling berkaitan, walaupun kaitan-kaitan tersebut mungkin sulit dipahami.

4) Kemungkinan dicoba (Trialability)

Kemungkinan dicoba adalah derajat dimana suatu inovasi dapat dicoba dalam skala terbatas. Inovasi dapat dicoba dari skala kecil sebelumnya biasanya lebih cepat diadopsi dibandingkan langsung dalam skala besar. Dalam satu kasus, untuk mempelajari dasar-dasar website memerlukan periode waktu yang singkat, namun untuk mempelajari dan memanfaatkan perangkat lunak secara penuh sangat memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan aplikasi biasa. Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999) kemudahan dicoba ada hubungannya dengan kemudahan memilah. Sebagai contoh pada kasus petani bahwa petani cenderung untuk mengadopsi inovasi jika telah dicoba dalam skala kecil di lahannya sendiri dan terbukti lebih baik daripada mengadopsi dalam skala besar. Inovasi cepat tersebut menyangkut banyak risiko.

5) Kemungkinan diamati (Observability)

(34)

10

semakin percaya anggota sistem sosial, sehingga berhubungan positif dengan tingkat adopsi.

Karakteristik Penyuluh

Menurut Anwas (2009) penyuluh adalah individu yang sudah dewasa, oleh karena itu proses belajar dalam meningkatkan kompetensi penyuluh perlu mengacu pada prinsip-prinsip pendidikan orang dewasa. Pandangan humanistik menegaskan bahwa setiap orang dewasa cenderung telah memiliki pengalaman hidup dan memiliki kebutuhan yang beragam. Orang dewasa sebagai peserta didik akan belajar apabila sesuai dengan potensi dan kebutuhannya untuk mempertahankan, meningkatkan, dan mengaktualisasikan dirinya. Penyuluh juga perlu belajar untuk mempertahankan, meningkatkan, dan mengaktualisasikan dirinya sebagai penyuluh. Penyuluh pertanian adalah orang yang mengemban tugas untuk memberi dorongan kepada petani agar mereka dapat mengubah pengetahuan, sikap, dan keterampilannya yang lama menuju ke cara-cara baru yang lebih baik sesuai dengan kebutuhan dan potensinya serta perkembangan zaman (Anwas 2009).

Definisi penyuluh menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan dibagi ke dalam tiga istilah, yaitu penyuluh Pegawai Negeri Sipil (PNS), penyuluh swasta, dan penyuluh swadaya. Penyuluh PNS adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkup pertanian, perikanan, atau kehutanan untuk melakukan kegiatan penyuluhan. Penyuluh swasta adalah penyuluh yang berasal dari dunia usaha dan/atau lembaga yang mempunyai kompetensi dalam bidang penyuluhan. Penyuluh swadaya adalah pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan warga masyarakat lainnya yang dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu menjadi penyuluh.

Karakteristik penyuluh menurut Anwas (2009) yaitu usia, pendidikan formal, motivasi, dan kepemilikan media komunikasi. Berikut ini akan dijelaskan masing-masing karakeristik penyuluh:

1) Usia adalah lama hidup penyuluh yang dihitung berdasarkan tanggal lahir sampai dengan penelitian dilakukan

2) Pendidikan adalah adanya proses belajar yang ditandai dengan adanya perubahan perilaku baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu dalam berpikir dan berperilaku. Menurut Mardikanto (1993) semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang berpengaruh terhadap efisien bekerja dan semakin banyak tahu cara-cara dan teknik bekerja yang lebih baik dan lebih menguntungkan.

(35)

11 informasi yang dimiliki pada dasarnya memungkinkan dan memudahkan penyuluh mengakses informasi yang diperlukan untuk mendukung kesuksesan penyuluhan.

4) Motivasi menurut Van den Ban dan Hawkins (1999) adalah keadaan internal yang mendorong seseorang untuk melaksanakan kegiatan tertentu.

Hasil penelitian Murfiani dan Jahi (2006) menyatakan bahwa rata-rata penyuluh pertanian berusia dewasa menengah, berpendapatan yang cukup tinggi, memiliki tingkat kekosmopolitan dan motivasi tinggi banyak mengkonsumsi media, mementingkan kompetensi teknis pertanian dan kurang menguasai aspek pengembangan modal agribisnis kecil. Hal ini berarti karakteristik penyuluh berhubungan dengan pemanfaatan media. Dalam penelitian kali ini karakteristik individu yang memenuhi kriteria penyuluh yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, kepemilikan media hibrida, lama menjadi penyuluh.

Persepsi

Menurut Desiderato dalam Rakhmat (2004) persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensori stimuli). Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, movitasi, dan memori.

Persepsi menurut Van den Ban dan Hawkins (1999) adalah proses menerima informasi atau stimuli dari lingkungan dan mengubahnya ke dalam kesadaran psikologis. Agen penyuluhan hanya dapat merencanakan dan menggunakan alat-alat bantu penyuluhan seperti media audio visual (slide, film, demostrasi lapang, dan lain-lain) dengan baik jika mereka memahami prinsip dasar penyuluhan. Menurut DeVito (1997) seperti dikutip oleh Riyanto (2010) persepsi adalah proses dengan mana seseorang menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang memengaruhi inderanya. Persepsi memengaruhi rangsangan (stimuli) atau pesan apa yang diserap dan makna apa yang diberikan ketika orang mencapai kesadaran. Penelitian kali ini mencoba untuk mengidentifikasi persepsi penyuluh terhadap suatu konsep cyber extension yang dilihat melalui karakteristik cyber extension

sebagai sebuah inovasi. Faktor Eksternal

(36)

12

distribusi tugas sesuai spesialisasinya, dan (3) ketersediaan bahan publikasi untuk penyuluhan, dan (4) tingkat kemudahan komunikasi antar penyuluh, dengan pimpinan lembaga penyuluh, serta kemudahan komunikasi dengan klien.

Menurut Mulyandari (2011) faktor lingkungan yang dapat berhubungan dengan pemanfaatan cyber extension yaitu tingkat ketersediaan media komunikasi konvensional, tingkat ketersediaan sarana akses informasi berbasis teknologi informasi, tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi, dan keterjangkauan terhadap fasilitasi training. Tingkat ketersediaan media komunikasi konvensional adalah jenis saluran komunikasi baik secara tatap muka maupun melalui media tercetak dan elektronis satu arah yang dapat dijangkau dan diakses untuk mendukung kegiatan usahatani. Tingkat ketersediaan sarana akses informasi berbasis teknologi informasi adalah jenis saluran atau tempat yang memungkinkan petani menggunakan media komunikasi berbasis teknologi informasi untuk mendukung kegiatan usahatani. Tingkat ketersediaan infrastruktur jaringan komunikasi adalah keterjangkauan dan kondisi infrastruktur jaringan komunikasi untuk akses informasi pertanian berbasis teknologi informasi. Keterjangkauan terhadap fasilitasi training adalah kemudahan petani dalam memperoleh pelatihan terkait dengan penggunaan teknologi informasi, yaitu dalam penggunaan komputer, akses internet, dan akses informasi pertanian melalui telepon genggam. Hasil penelitian Holbein (2008) seperti dikutip oleh Mulyandari (2011) memberikan satu catatan penting bahwa dalam mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pembelajaran masyarakat diperlukan proses pendampingan.

Menurut Taragola dan Gelb (2005) seperti dikutip oleh Mulyandari (2011) faktor-faktor seperti kurangnya kemampuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, kurangnya kesadaran akan manfaat teknologi informasi dan komunikasi, terlalu sulitnya untuk digunakan, kurangnya infrastruktur teknologi, tingginya biaya teknologi, rendahnya tingkat kepercayaan terhadap sistem teknologi informasi dan komunikasi, kurangnya pelatihan aplikasi teknologi informasi dan komunikasi, integrasi sistem dan rendahnya ketersediaan perangkat lunak membatasi penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di tingkat petani.

Hasil penelitian Haryanti (2004) menyatakan bahwa faktor-faktor sosial, kondisi-kondisi yang mendukung, dan konsekuensi jangka panjang berpengaruh positif terhadap pemanfaatan personal komputer, sedangkan kompleksitas yang dirasakan, kesesuaian tugas, dan perilaku afektif tidak berpengaruh karena individu menggunakan komputer tidak menekankan pada perasaan, selain itu individu juga sudah menganggap bahwa komputer itu tidak rumit.

Pemanfaatan Media Cyber extension

Menurut Browning et al. (2008) seperti dikutip oleh Mulyandari (2011) pemanfaatan cyber extension peubah dari pemanfaatan cyber extension yaitu tingkat manfaat yang dirasakan, tingkat pengelolaan informasi berbasis teknologi informasi, dan kualitas berbagi informasi secara interaktif, intensitas pemanfaatan

(37)
(38)

14

Menurut Mulyandari (2011) aplikasi teknologi perlu memperhatikan karakteristik teknologi informasi dan komunikasi inovasi pertanian sebagai media baru atau inovasi, di samping itu dalam implementasi di lapangan juga perlu mengetahui faktor lain yang memengaruhi dilihat dari sisi internal (individu) dan eksternal (lingkungan). Karakteristik individu, persepsi mengenai karakteristik

cyber extension serta faktor lingkungan dapat menentukan pemanfaatan cyber extension.

Kerangka Pemikiran

Pemanfaatan cyber extension dapat berhubungan dengan faktor internal dan eksternal. Karakteristik penyuluh seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan formal, tingkat penghasilan, kepemilikan media massa modern, tingkat motivasi, dan pengalaman menggunakan internet dapat berhubungan pemanfaatan cyber extension. Karakteristik penyuluh merupakan salah satu faktor internal yang ada dalam diri penyuluh. Persepsi penyuluh mengenai karakteristik cyber extension

yang disebut sebagai inovasi teknologi menurut (Rogers 2003) seperti keuntungan relatif (relative advantage), kesesuaian (compatibility), kerumitan (complexity ), kemungkinan dicoba (trialability), dan kemungkinan diamati (observability) juga dapat berhubungan dengan pemanfaatan cyber extension. Persepsi penyuluh mengenai karakteristik cyber extension juga merupakan salah satu faktor internal. Selain itu terdapat faktor eksternal yang ada di sekitar penyuluh seperti ketersediaan sarana mengakses internet, kesempatan mengikuti pelatihan. Keseluruhan variabel dapat berhubungan dengan pemanfaatan cyber extension

(39)

15

1. Diduga terdapat hubungan nyata antara karakteristik penyuluh (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan formal, tingkat penghasilan, kepemilikan media massa modern, pengalaman menggunakan internet, tingkat motivasi) dengan pemanfaatan cyber extension (intensitas pemanfaatan cyber extension, tingkat manfaat yang dirasakan).

2. Diduga terdapat hubungan nyata antara persepsi penyuluh mengenai cyber extension (tingkat keuntungan relatif, tingkat kesesuaian, tingkat kemungkinan untuk dicoba, tingkat kemungkinan untuk diamati, dan tingkat kerumitan)

Karakteristik Penyuluh 1. Usia

2. Jenis kelamin

3. Tingkat pendidikan formal 4. Tingkat penghasilan

5. Kepemilikan media massa modern 1. Tingkat keuntungan relatif

(relativeadvantage)

2. Tingkat kesesuaian (compatibility)

3. Tingkat kemungkinan dicoba (trialability)

4. Tingkat kemungkinan diamati (observability)

5. Tingkat kerumitan

(complexity) Faktor internal

Pemanfaatan Cyber extension 1. Intensitas pemanfaatan cyber extension

2. Tingkat manfaat yang dirasakan

Faktor Eksternal

(40)

16

dengan pemanfaatan cyber extension(intensitas pemanfaatan cyber extension,

tingkat manfaat yang dirasakan).

3. Diduga terdapat hubungan nyata antara faktor eksternal (ketersediaan sarana mengakses internet, kesempatan mengikuti pelatihan) dengan pemanfaatan

cyber extension (intensitas pemanfaatan cyber extension, tingkat manfaat yang dirasakan).

Definisi Operasional

Definisi operasional untuk masing-masing variabel sebagai berikut:

1. Karakteristik penyuluh yaitu ciri-ciri yang mengambarkan penyuluh yang dapat dilihat dari usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan formal, tingkat penghasilan, kepemilikan media, pengalaman menggunakan internet, motivasi, dan lama menjadi penyuluh.

a. Usia adalah lama hidup penyuluh yang dihitung berdasarkan tanggal lahir sampai dengan penelitian dilakukan. Usia diukur dengan skala ordinal. Menurut Havighurst (1950) dalam Mugniesyah (2006) kategori usia dibagi menjadi tiga, yaitu:

Dewasa awal : 18 – 29 tahun diberi skor 3 Dewasa pertengahan : 30 – 50 tahun diberi skor 2 Dewasa akhir/tua : > 50 tahun diberi skor 1

b. Jenis kelamin adalah identitas seksual yang melekat pada diri seseorang. Jenis kelamin diukur dengan skala nominal. Jenis kelamin dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu:

Perempuan : diberi kode 1 Laki-laki : diberi kode 2

c. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang dijalani. Tingkat pendidikan diukur dengan skala ordinal. Tingkat pendidikan dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu:

Rendah : Tamat SD diberi skor 1

Sedang : Tamat SMP-SMA diberi skor 2 Tinggi : Tamat Perguruan Tinggi diberi skor 3

d. Tingkat penghasilan adalah jumlah rupiah yang diperoleh penyuluh dalam sebulan yang terdiri dari gaji pokok, tunjangan, dan honor lainnya. Tingkat penghasilan diukur dengan skala ordinal. Tingkat penghasilan dikelompokkan ke dalam tiga kategori mengacu kepada upah minimun regional Kabupaten Bogor, yaitu:

Rendah : < Rp 2 300 000 diberi skor 1

Sedang : Rp 2 300 000 – Rp 3 5 00 000 diberi skor 2 Tinggi : > Rp 3 500 000 diberi skor 3

e. Kepemilikan media adalah jenis teknologi informasi dimiliki penyuluh untuk mendukung pemanfaatan cyber extension. Kepemilikan media dapat diukur dari kepemilikan komputer, telepon genggam berinternet, dan laptop/tablet. Kepemilikan media diukur dengan skala ordinal. Kepemilikan media dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu:

Rendah memiliki satu media (komputer/telepon genggam berinternet/laptop/tablet) diberi skor 1

(41)

17 (a) Komputer dan telepon genggam berinternet

(b) Komputer dan laptop/tablet

(c) Telepon genggam berinternet dan laptop/tablet

Tinggi memiliki 3 media diberi skor 3 (memiliki kepemilikan komputer, telepon genggam berinternet, dan laptop/tablet) f. Pengalaman menggunakan internet yaitu seberapa banyak waktu yang

sudah digunakan dalam penggunaan internet. Pengalaman menggunakan internet diukur dengan skala ordinal berdasarkan rataan sebaran dilapang. Pengalaman menggunakan internet dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu:

Baru : < 8 tahun diberi skor 1 Lama : ≥ 8 tahun diberi skor 2

g. Tingkat motivasi yaitu seberapa besar dorongan dari dalam diri penyuluh untuk memenuhi kebutuhan dalam kegiatan penyuluhan melalui penggunaan cyber extension. Motivasi dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu:

Motivasi rendah (5-7) : diberi skor 1 Motivasi sedang (8-13) : diberi skor 2 Motivasi tinggi (14-20) : diberi skor 3

2. Persepsi terhadap karakteristik cyber extension adalah pandangan terhadap ciri-ciri dari aplikasi teknologi informasi dalam pemanfaatan cyber extension untuk akses dan pengelolaan informasi berdasarkan karakteristik inovasi media komunikasi cyber extension meliputi: keuntungan relatif, kesesuaian, kerumitan, dan kemungkinan dicoba, kemungkinan diamati hasilnya. Persepsi diukur dengan menggunakan skala interval. Masing-masing variabel persepsi memiliki lima butir pertanyaan. Kategori tiap-tiap variabel diperoleh menggunakan perhitungan rentang kelas. Skor untuk masing-masing variabel untuk tiap pertanyaan yaitu:

a. Tingkat keuntungan relatif cyber extension adalah derajat seberapa lebih baiknya media komunikasi cyber extension yang digunakan dibandingkan dengan saluran atau media yang digantikan dilihat dari segi ekonomis, efisien dan rendahnya risiko yang harus ditanggung.

b. Tingkat kesesuaian adalah derajat dimana media komunikasi cyber extension bersifat konsisten dengan pengalaman sebelumnya, dan sesuai dengan kebutuhan terhadap informasi mengenai kegiatan penyuluhan. c. Tingkat kemungkinan dicoba yaitu derajat dimana media komunikasi

cyber extension dapat dicoba dalam skala kecil, baik dalam individu maupun alat yang digunakan.

d. Tingkat kemungkinan diamati yaitu derajat dimana media komunikasi

(42)

18

e. Tingkat kerumitan adalah derajat dimana media komunikasi cyber extension dianggap sulit untuk dimengerti dan digunakan. Tingkat kerumitan dapat dilihat dari segi keterampilan, pengetahuan dan pengalaman terhadap penggunaan media komunikasi cyber extension. 3. Faktor eksternal yaitu kondisi lingkungan di sekitar penyuluh yang dapat

mendukung pemanfaatan cyber extension. Kategori tiap-tiap variabel diperoleh menggunakan perhitungan rentang kelas.

a. Ketersediaan sarana mengakses internet yaitu adanya sarana yang memungkinkan penyuluh memanfaatkan cyber extension di kantor.

Ketersediaan sarana mengakses internet diukur berdasarkan ketersediaan jaringan internet yang memadai, dan ketersediaan komputer yang layak pakai. Ketersediaan sarana mengakses internet diukur dengan skala ordinal. Ketersediaan sarana mengakses internet dikategorikan menjadi dua, yaitu:

Ketersediaan sarana mengakses internet rendah (5-7) : diberi skor 1 Ketersediaan sarana mengakses internet tinggi (8-10) : diberi skor 2 b. Kesempatan mengikuti pelatihan yaitu seberapa banyak pelatihan

pemanfaatan cyber extension yang telah dilaksanakan dikalangan penyuluh. Kesempatan untuk mengikuti pelatihan diukur dengan skala ordinal. Kesempatan untuk mengikuti pelatihan dikategorikan menjadi dua, yaitu:

Kesempatan mengikuti pelatihan rendah (3-4) : diberi skor 1 Kesempatan mengikuti pelatihan tinggi (5-7) : diberi skor 2

4. Pemanfaatan media cyber extension adalah kecenderungan penyuluh dalam memanfaatkan media cyber extension. Parameter yang digunakan yaitu:

a. Tingkat manfaat yang dirasakan adalah variasi jenis manfaat cyber extension yang dapat dirasakan oleh penyuluh dengan menggunakan peralatan teknologi informasi. Tingkat manfaat yang dirasakan dapat diukur melalui kategori yaitu dapat mengakses informasi, dapat berkomunikasi secara interaktif. Tingkat manfaat yang dirasakan memiliki empat pertanyaan dan dikategorikan menjadi tiga, yaitu:

Tingkat manfaat yang dirasakan rendah (5-9) : diberi skor 1 Tingkat manfaat yang dirasakan sedang (10-14) : diberi skor 2 Tingkat manfaat yang dirasakan tinggi (5-20) : diberi skor 3 b. Intensitas pemanfaatan cyber extension adalah curahan waktu yang

dikeluarkan oleh penyuluh untuk memanfaatkan cyber extension dalam mendukung kegiatan penyuluhan yang dihitung dalam satu hari terakhir saat menjadi penyuluh. Intensitas pemanfaatan cyber extension diukur dalam jumlah menit per hari terakhir mengakses dengan menggunakan skala ordinal. Intensitas pemanfaatan cyber extension dikategorikan berdasarkan rataan sebaran di lapang menjadi:

(43)

19

PENDEKATAN LAPANGAN

Penelitian ini merupakan penelitian explanatory yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel-variabel penelitian dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya (Singarimbun dan Effendi 2008).

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Wilayah Cibinong (Lampiran 1). Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Balai Penyuluhan Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Wilayah Cibinong telah mengimplementasikan cyber extension dikalangan penyuluh. Selain itu alasan peneliti memilih lokasi tersebut berdasarkan rujukan data dan informasi dari Admin Pusat cyber extension di Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Pertanian (BPPSDMP) menyatakan bahwa penyuluh yang dominan menggunakan cyber extension terdapat di lokasi tersebut. Lokasi tersebut dipilih untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan pemanfaatan

cyber extension.

Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah penyuluh yang tergabung di Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Wilayah Cibinong sebanyak 44 penyuluh. Unit analisis dalam penelitian ini yaitu individu. Pemilihan responden berdasarkan penyuluh yang menggunakan cyber extension yang terdiri dari penyuluh Pegawai Negeri Sipil (PNS), penyuluh Tenaga Harian Lepas-Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL_TBPP), Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT), dan Penyuluh Pertanian Swadaya (PPS). Data penyuluh yang memanfaatkan cyber extension ini didapatkan dari kepala BP3K Wilayah Cibinong. Penarikan sampel yang digunakan oleh peneliti pada penelitian ini adalah sampel acak atau random sampling dengan metode Simple Random Sampling atau Sampel Acak Sederhana. Jumlah populasi penyuluh yang tergabung di Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Wilayah Cibinong yaitu 44 penyuluh. Jumlah responden atau sampel yang diteliti adalah sebanyak 36 penyuluh yang memanfaatkan cyber extension dalam satu minggu terakhir (Lampiran 2). Informan berasal dari admin puncak cyber extension dan kepala Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Wilayah Cibinong.

Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

(44)

20

terstruktur dengan sebagian responden untuk menggali lebih dalam pendapat mereka mengenai cyber extension dan apa kelemahan serta kelebihan dari informasi yang disediakan di website tersebut. Wawancara juga dilakukan dengan kepala BP3K Wilayah Cibinong selaku informan dalam penelitian ini agar dapat menggali lebih banyak mengenai sejauh mana pemanfaatan cyber extension di kalangan penyuluh dan apa saja yang mendukung maupun menghambat pemanfaatan cyber extension. Selain itu, data sekunder yaitu data yang dikumpulkan dan sudah diolah oleh pihak lain. Data sekunder ini diperoleh melalui kajian pustaka dan literatur yang terkait dengan kondisi kelembagaan, peta lokasi penelitian dan dokumen tertulis lainnya. Catatan harian juga digunakan penulis untuk melengkapi data primer dan data sekunder. Data primer dan data sekunder digunakan untuk saling mendukung satu sama lain dan menyempurnakan hasil penelitian.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data hasil kuisioner akan diolah dengan menggunakan diperoleh diolah dengan menggunakan software Statistic Program for Social Science (SPSS) for Windows versi 20.0 dan Mirosoft Excel 2010. Data dianalisis dengan menggunakan tabel frekuensi, uji Chi Square, dan analisis korelasi Rank Spearman yang berfungsi untuk mengukur tingkat atau eratnya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat (Riduwan 2004). Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan beberapa teknik, antara lain:

1. Tabel frekuensi dengan bantuan Microsoft Excel 2010 untuk mendeskripsikan hasil penelitian mengenai karakteristik penyuluh (usia, jenis kelamin, tingkat penghasilan, tingkat pendidikan, kepemilikan media massa modern, pengalaman menggunakan internet, dan tingkat motivasi); persepsi mengenai karakteristik cyber extension (tingkat keuntungan relatif, tingkat kesesuaian, tingkat kemungkinan dicoba, tingkat kemungkinan diamati, tingkat kerumitan); faktor eksternal penyuluh (ketersediaan sarana mengakses internet, kesempatan mengikuti pelatihan); pemanfaatan cyber extension

(intensitas pemanfaatan cyber extension, tingkat pemanfaatan yang dirasakan) 2. Uji korelasi Rank Spearman untuk melihat hubungan antar variabel dengan menggunakan total skor. Uji ini digunakan untuk menentukan hubungan usia, tingkat penghasilan, tingkat pendidikan, kepemilikan media massa modern, pengalaman menggunakan internet, dan tingkat motivasi, persepsi mengenai tingkat keuntungan relatif, tingkat kesesuaian, tingkat kemungkinan dicoba, tingkat kemungkinan diamati, tingkat kerumitan, ketersediaan sarana mengakses internet, kesempatan mengikuti pelatihan dengan pemanfaatan

cyber extension.

(45)

21

GAMBARAN UMUM BALAI PENYULUHAN PERTANIAN

PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BP3K) WILAYAH

CIBINONG

Letak Geografis BP3K Wilayah Cibinong

Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Wilayah Cibinong terletak di daerah Cikaret, Kecamatan Cibinong. Jarak BP3K Wilayah Cibinong dari Kantor Pemerintah Daerah Cibinong sekitar 15 kilometer dan dapat ditempuh kira-kira setengah jam. Sementara itu, wilayah kerja BP3K Cibinong meliputi lima kecamatan yaitu Kecamatan Cibinong, Kecamatan Sukaraja, Kecamatan Tajur Halang, Kecamatan Bojong Gede, dan Kecamatan Babakan Madang. Batas wilayah kerja BP3K Wilayah Cibinong adalah:

1. Utara berbatasan dengan Kota Depok

2. Selatan berbatasan dengan Kota Bogor/Megamendung 3. Barat berbatasan dengan Kecamatan Kemang/Semplak

4. Timur berbatasan dengan Kecamatan Citeureup, Cibadak dan Gunung Putri

Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Wilayah Cibinong memiliki luas wilayah kerja 12 597.38 hektar. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Luas wilayah kerja Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Wilayah Cibinong

(46)

22

Cibinong paling besar yaitu 51.8 persen dari keseluruhan jumlah luas lahan perikanan di lima kecamatan. Kecamatan Sukaraja memiliki komoditas unggulan dibidang pertanian dan peternakan yaitu ubi kayu, pisang, jagung manis, sapi, kambing dan pembibitan tanaman hutan. Kecamatan Babakan Madang memiliki komoditas unggulan dibidang pertanian, peternakan dan kehutanan yaitu padi gogo, ubi kayu, kopi, dan pembibitan tanaman hutan. Kecamatan Bojong Gede memiliki komoditas unggulan dibidang pertanian yaitu jambu biji, belimbing, sayuran, dan tanaman hias. Kecamatan Tajur Halang memiliki komoditas unggulan dibidang pertanian dan kehutanan yaitu jambu biji, belimbing, sayuran, tanaman hias, dan pembibitan tanaman hutan sehingga luas lahan kerja BP3K juga sesuai dengan komoditas yang paling unggul di setiap kecamatan.

Kantor BP3K Wilayah Cibinong memiliki lahan seluas 8 910 m2 dengan bangunan kantor BP3K seluas 427,5 m2. Bangunan kantor BP3K Wilayah Cibinong terdiri atas 10 ruangan, antara lain: satu ruang perpustakaan, satu ruang kepala, satu ruang fungsional, satu rang aula, satu ruang peragaan, satu ruang mushola, satu ruang dapur, satu ruang pengolahan data, dua ruang toilet. Selain itu, terdapat ruang dinas yang memiliki satu ruang tamu, dua kamar tidur, satu kamar mandi, satu ruang keluarga dan dapur. Lahan kantor BP3K Wilayah Cibinong diperuntukan sebagai lahan percontohan dan tempat pengelolaan pelaksanaan penyuluhan bagi masyarakat tani di wilayah Cibinong. Lahan Percontohan meliputi lahan sawah seluas 2000 m2, lahan darat seluas 4682,5 m2 dan kolam ikan seluas 1500 m2. Sisanya sebesar 300 m2 digunakan untuk kantor Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Cibinong yang berasal dari Dinas Pertanian dan Kehutanan (Distanhut). Baik BP3K Wilayah Cibinong dengan UPT Cibinong berkoordinasi dalam informasi pertanian.

Profil BP3K Wilayah Cibinong

Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Wilayah Cibinong didirikan pada 6 April 2009 di Kelurahan Harapan Jaya. BP3K Wilayah Cibinong awalnya lebih dikenal dengan nama Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), setelah terbentuknya Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP4K) atau yang lebih dikenal saat dengan Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BKP5K) maka dibentuk surat keputusan mengenai terbentuknya Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Wilayah Cibinong. Sebelumnya BPP berlokasi di Kelurahan Ciriung Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor, namun setelah dibentuknya BP3K Wilayah Cibinong pada tahun 2009, lokasi kantor BP3K berpindah lokasi di Cikaret Cibinong. Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Wilayah Cibinong merupakan salah satu BP3K yang ada di Kabupaten Bogor. Secara keseluruhan, jumlah BP3K yang tersebar di Kabupaten Bogor adalah dua belas BP3K. Masing-masing BP3K memiliki aparatur yang bertugas untuk menjalankan tugas dan program kerja yang telah direncanakan.

(47)

23 Cibungbulang, BP3K Cariu, BP3K Jonggol, dan BP3K Cibinong. Berdasarkan kriteria dan jumlah populasi sampel dalam penelitian ini, Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Wilayah Cibinong memiliki aparatur pekerja yang dapat mendukung kegiatan penyuluhan sebanyak 44 orang yang terdiri dari penyuluh Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 12 orang, penyuluh POPT sebanyak 3 orang, Tenaga Harian Lepas-Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TBPP) sebanyak 10 orang, Penyuluh Pertanian Swadaya sebanyak 19 orang.

Tabel 3 Jumlah penyuluh yang bertugas di BP3K Wilayah Cibinong tahun 2013

No Jenis penyuluh Jumlah

(orang)

Persentase (%) 1. Penyuluh Pegawai Negeri Sipil (PNS) 12 27.27 2. Pengendali Organisme Pengganggu

Tanaman (POPT)

Berdasarkan Tabel 3 aparatur yang bekerja di Balai Penyuluhan Pertanian terdiri dari empat pangkat yaitu penyuluh Pegawai Negeri Sipil, Tenaga Harian Lepas-Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TBPP), Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT), dan Penyuluh Pertanian Swadaya (PPS). Masing-masing pangkat memiliki tugas dan fungsi dalam kegiatan penyuluhan. Penyuluh Pegawai Negeri Sipil (PNS) bertugas dan bertanggung jawab penuh untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian dalam satu BP3K yang tersedia di tiap-tiap kecamatan. Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) merupakan pegawai negeri sipil yang disalurkan langsung dari Departemen Pertanian dan bertanggung jawab secara penuh dalam pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Tenaga Harian Lepas-Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TBPP) merupakan tenaga bantu yang ditugaskan langsung dari pusat untuk membantu penyuluh Pegawai Negeri Sipil dalam menyebarkan informasi pertanian. Penyuluh Pertanian Swadaya bertugas sebagai mitra kerja penyuluh Pegawai Negeri Sipil (PNS) untuk memberikan penyuluhan kepada petani sesuai dengan program kerja yang telah direncanakan sebelumnya di wilayah kerja.

Gambar

Tabel 1 Pemanfaatan cyber extension (diinspirasi dari Browning et al. 2008 seperti dikutip oleh Mulyandari 2011)
Gambar 1  Kerangka pemikiran
Tabel 2 Luas wilayah kerja Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan
Tabel 4 Jumlah dan persentase penyuluh berdasarkan karakteristik demografi di
+6

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan : Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara faktor usia, jenis kelamin, pekerjaan , lama hemodialisis dan dukungan sosial dengan tingkat kecemasan

Variabel bebas dalam penelitian ini terdiri dari karakteristik subjek (usia, jenis kelamin, riwayat penyakit, aktifitas fisik, dan kebiasaaan olahraga), tinggi badan,

Pada analisis bivariat ditemukan variabel yang berhubungan bermakna dengan perilaku seksual remaja adalah jenis kelamin, usia pubertas, pengetahuan, sikap, status perkawinan orang

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman pengobatan, lama terapi, jenis pembiayaan, dukungan keluarga)

Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2013 – Juni 2014.Variabel yang diteliti adalah karakteristik pekerja (usia, tingkat pendidikan, dan masa kerja), faktor

Berdasarkan tabel 11 di atas didapatkan bahwa hubungan antara status ekonomi (penghasilan) dengan tingkat kecemasan menghadapi persalinan mempunyai nilai p value =

Hasilpenelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin, usia dan status ekonomi dengan tingkat kecemasan pasien Preoperative di RS Mitra Husada

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jenis pekerjaan, frekuensi paparan, masa kerja, penggunaan alat pelindung diri, faktor mekanis, usia, jenis kelamin,