• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SKOR DEPRESI PADA ORANG DENGAN END STAGE RENAL DISEASE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SKOR DEPRESI PADA ORANG DENGAN END STAGE RENAL DISEASE"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

ORANG DENGAN END STAGE RENAL DISEASE YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RUMAH SAKIT UMUM DR. PIRNGADI

MEDAN

T E S I S

OLEH:

IHSAN FADHILAH NIM : 167106001

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS-I PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2020

(2)

HEMODIALISIS DI RUMAH SAKIT UMUM DR. PIRNGADI MEDAN

T E S I S

Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Mencapai Keahlian dalam Bidang Psikiatri Pada Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

IHSAN FADHILAH NIM : 167106001

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS-I PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2020

(3)
(4)

hadirat Allah SWT, karena atas berkah limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya maka penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa hormat, terima kasih yang sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis-I Psikiatri di Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada umumnya dan khususnya dalam penyusunan tesis ini yaitu kepada:

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S (K), Ketua TKP PPDS–I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, dan Ketua Program Studi Magister Kedokteran Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Dr. dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, M.Ked (Oph), Sp.M (K) dan Sekretaris Program Studi Magister Kedokteran Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Dr. dr. Mohd.

Rhiza S Tala, M.Ked (OG), SP.OG (K) yang telah memberikan vi kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. dr. Elmeida Effendy, M. Ked., Sp. K. J.(K), selaku Ketua Departemen/Plt.Ketua Program Studi Psikiatri FK USU, dan sebagai pembimbing pertama penulis dalam menyelesaikan tesis ini yang penuh kesabaran dan perhatian telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan, dukungan, kesempatan luas dan memberi masukan- masukan yang berharga kepada penulis selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

3. Dr. dr. Mustafa Mahmud Amin, M. Ked., M. Sc, Sp. K. J. (K), sebagai pembimbing kedua penulis dalam menyelesaikan tesis ini dan sebagai guru penulis yang dengan penuh kesabaran dan perhatian telah membimbing, memberikan pengarahan, mengkoreksi, dan memberikan buku-buku bacaan yang berharga selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

(5)

pengetahuan, dorongan serta pengarahan yang berharga kepada penulis selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

5. Prof. dr. Bahagia Loebis, Sp. K. J. (K), sebagai guru penulis, yang penuh kesabaran dan perhatian telah banyak memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan serta pengarahan yang berharga kepada penulis selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

6. Prof. dr. H. M. Joesoef Simbolon, Sp. K. J. (K), sebagai guru penulis yang memberikan bimbingan, pengetahuan, dan pengarahan yang berharga kepada penulis selama menjalani pendidikan spesialisasi.

7. dr. Vita Camellia, M. Ked., Sp. K. J., sebagai guru penulis yang dengan penuh kesabaran dan perhatian telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, pengetahuan, dorongan, dukungan dan memberikan buku- buku bacaan dan masukan-masukan berharga kepada penulis selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

8. dr. Muhammad Surya Husada, M. Ked., Sp. K. J., sebagai guru penulis, yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, pengetahuan, dorongan, dukungan dan masukan-masukan berharga selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

9. dr. Nazli Mahdina Sari Nst, M. Ked., Sp. K. J., sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengetahuan serta dorongan selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

10. dr. Dessy Mawar Zalia, M. Ked., Sp. K. J., sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengetahuan serta dorongan selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

11. dr. Cindy Chias Arthy, M. Ked., Sp. K. J., sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengetahuan serta dorongan selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

12. dr. Freddy Subastian, Sp. K. J., sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan, serta literatur-literatur yang berharga selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

(6)

mengikuti pendidikan spesialisasi.

14. dr. Hanip Fahri, M.M, M. Ked., Sp. K. J., sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengetahuan serta dorongan selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

15. dr. Suprida Ginting, M. Ked., Sp. K. J., sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengetahuan serta dorongan selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

16. dr. Alfi Syahri Rangkuti, M. Ked., Sp. K. J., sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengetahuan serta dorongan selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

17. Direktur Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Jiwa Prof. M.

Ildrem Medan, Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan, Direktur RS. Polda Medan, Direktur RS.Haji Mina medan, Direktur Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara atas izin, kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk belajar dan bekerja selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

18. Direktur Pelayanan Medik RSU dr. Pirngadi Medan, yang telah memberikan izin, kesempatan, fasilitas, dan pengarahan kepada penulis selama mengikuti pendidikan spesialisasi.

19. Kedua orang tua yang sangat penulis hormati dan sayangi, Drs. Fauzen, dan Dr. Dra. Hj. Risnawaty, M. Hum yang dengan penuh kesabaran, cinta serta kasih sayangnya telah membesarkan, membimbing dan mendidik dalam segala hal kepada penulis, serta doa restu, dukungan, semangat, kesabaran dan pengorbanan atas waktu dan material yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini. 20. Kedua mertua yang sangat penulis hormati dan sayangi H. Teddy Zulfenri,

S.T dan Hj. Kamnovita, S.E. yang dengan penuh kesabaran, cinta serta kasih sayangnya telah memberikan dorongan, dukungan dan doa kepada penulis selama pendidikan spesialisasi.

(7)

pengertian yang mendalam, pengorbanan, air mata, bahkan ikut berlelah membantu dalam segala hal. Tanpa semua itu, penulis tidak akan mampu menyelesaikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Psikiatri dan tesis ini dengan baik. Terima kasih atas segala doa,kesabaran dan pengertian serta pengorbanan atas segala waktu dan kesempatan yang tidak dapat penulis habiskan bersama-sama dalam suka cita dan keriangan selama penulis menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis Psikiatri dan menyelesaikan tesis ini.

22. Saudara ipar penulis, Ivany Vatriscia, S.K.M yang banyak memberikan semangat, pengorbanan dan doa kepada penulis selama menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis Psikiatri dan penyusunan tesis ini.

Akhir kata penulis hanya mampu berdoa dan memohon semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya kepada mereka yang secara langsung maupun tidak langsung yang telah banyak memberikan bantuan selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi dan dalam menyelesaikan tesis ini.

Medan, Juli 2020

Ihsan Fadhilah

(8)

ABSTRAK

Faktor-faktor yang berhubungan dengan skor depresi pada orang dengan End stage renal disease yang menjalani hemodialisis

di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan

Latar Belakang: Penderita end stage renal disease (ESRD) biasanya mengalami perubahan status kesehatan yang sering menimbulkan banyak tekanan emosional dan psikologis ditambah dengan dampak signifikan pada pekerjaan, hubungan dan gaya hidup. Pada orang dengan ESRD akan mengalami tingkat kesulitan emosional dan psikologis yang luas sehingga mereka akan mungkin mengalami tingkat depresi dan kecemasan yang jauh lebih tinggi daripada populasi umum.

Risiko kematian pada pasien yang menjalani dialisis dengan adanya gejala depresi adalah 1,5 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak memiliki gejala depresi.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian multivariat kerangka konsep prediktif dengan pendekatan potong lintang terhadap 98 subjek di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan pada bulan Mei hingga Juli 2020 dengan cara pengambilan sampel yakni consecutive sampling. Uji yang dilakukan pada studi ini terdiri dari uji bivariat, dan uji multivariat regresi linear untuk menentukan faktor faktor apa saja yang berhubungan dengan depresi. Alat ukur yang digunakan adalah Hospital anxiety and depression scale (HADS).

Hasil :. Setelah dilakukan uji multivariat, variabel yang bermakna secara statistik terhadap total skor depresi pada orang dengan end stage renal disease yang menjalani hemodialisis adalah Jenis kelamin (p=0.03), Skor Kualitas tidur (p<0.001) dan lama dialisis (p<0.001).

Kesimpulan : Dengan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan skor HADS-D, diharapkan klinisi dapat memberikan intervensi kepada pasien yang memiliki faktor resiko untuk terjadinya depresi pada orang dengan end stage renal disease yang menjalani hemodialisis.

Kata kunci: end stage renal disease, Hemodialisis, Depresi, HADS

(9)

Factors related to depression scores in people with End stage renal disease undergoing hemodialysis at the General Hospital

dr. Pirngadi Medan

Background: Patients with end stage renal disease (ESRD) usually experience changes in health status that often cause a lot of emotional and psychological pressure coupled with significant impacts on work, relationships and lifestyle.

People with ESRD will experience a wide range of emotional and psychological difficulties so they will probably experience a much higher level of depression and anxiety than the general population. The risk of death in patients undergoing dialysis in the presence of depressive symptoms is 1.5 times higher compared to those without depressive symptoms.

Method: This study is a multivariate predictive conceptual framework study with a cross-sectional approach to 98 subjects at the General Hospital of Dr. Pirngadi Medan in May to July 2020 by means of a sample that is consecutive sampling.

The test conducted in this study consisted of a bivariate test, and a multivariate linear regression test to determine what factors were associated with the agitation score. The measuring instrument used is the Hospital anxiety and depression scale (HADS-D).

Results: After multivariate testing, the statistically significant variables in the total depressive score in people with end stage renal disease undergoing hemodialysis were gender (p = 0.03), sleep quality score (p <0.001,), and duration of dialysis (p <0.001 ).

Conclusion: By knowing the factors associated with HADS-D scores, it is expected that clinicians can provide interventions to patients who have risk factors for depression in people with end stage renal disease undergoing hemodialysis.

Keywords: end stage renal disease, Hemodialysis, Depression, HADS-D.

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

UCAPAN TERIMAKASIH... ii

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

DAFTAR SINGKATAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang ... 1

I.2 Perumusan Masalah ... 4

I.3 Hipotesis ... ... 4

I.4 Tujuan Penelitian ... 5

I.4.1 Tujuan Umum ... 5

I.4.2 Tujuan Khusus ... 5

I.5 Manfaat Penelitian ... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 8

II.1 Chonic kidney disease ……… ... 8

II.1.1 Definisi ... 8

II.1.2 Epidemiologi... 9

II.1.3 Etiologi ... 12

II.1.4 Penatalaksanaan ... 13

II.1.4.1 Hemodialisis ... 13

II.2 Depresi pada end stage renal disease ……… ... 15

II.2.1 Definisi …... 15

II.2.2 Epidemiologi ... 16

(11)

II.3. Alat Ukur ... 22

II.4. Kerangka Teori ... 25

II.5 Kerangka konseptual ... 25

II.6 Definisi operasional ... . 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

III.1 Desain Penelitian ... 27

III.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 27

III.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 27

III.4 Kriteria Inklusi dan Ekslusi ... 27

III.5 Besar Sampel ... 28

III.6 Cara pengambilan sampel ... 38

III.7 Cara Kerja Penelitian ……… ... 38

III.8 Kerangka kerja ... ... 39

III.9 Identifikasi variabel ... ... 39

III.10 Rencana Manajemen dan Analisis Data…. ... 40

III.11 Persetujuan Komite Etik ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 43

IV.1 Karakteristik Demografik ... 43

IV.2 Analisis Multivariat... 45

IV.3. Laporan Analisis Regresi Linier ... 52

BAB V PEMBAHASAN ... 54

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

VI.1. Kesimpulan ... 66

VI.2. Saran... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 70

LAMPIRAN ... 77

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Laporan data tahunan USDRS usia terjadinya ESRD ... 10 Gambar 2. Laporan data tahunan USDRS etnis terjadinya ESRD... 11 Gambar 3. Laporan data tahunan USDRS penyebab terjadinya ESRD ... 12

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Karakteristik Demografik ... 44

Tabel 4.2 Analisis bivariat variabel bebas kategori ... 46

Tabel 4.3 Analisis bivariat variabel bebas numerik ... 47

Tabel 4.4 Tabel model Summary analisis multivariat pertama ... 48

Tabel 4.5 Tabel model Summary analisis multivariat kedua ... 49

Tabel 4.6 Statistik Residu ... 50

Tabel 4.7 Resume analsisi regresi linier ... 51

Tabel 4.8 Analisis multivariat ... 52

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Persetujuan Komisi Etik ... 77

Lampiran 2. Lembar Penjelasan kepada Calon Subjek Penelitian ... 78

Lampiran 3. Persetujuan setelah Penjelasan (Informed Consent) ... 79

Lampiran 4. Identifikasi subjek penelitian ... 80

Lampiran 5 Riwayat hidup peneliti ... 81

Lampiran 6. Instrumen Hospital anxiety and depression scale ... 82

(15)

DAFTAR SINGKATAN

BDI : Beck Depression Inventory

CAPD : Continuous ambulatory peritoneal dialysis CAD : Coronary artery disease

CCPD : Continuous cyclic peritoneal dialysis CKD : Chonic kidney disease

ESRD : End stage renal disease GFR : Glomerular Filtrate Rate

GnRH : Gonadotropin releasing hormone HADS : Hospital Anxiety and Depression Scale IL-6 : Interleukin 6

PPDGJ III : Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III

PLMS : Periodic limb movement during sleep PSQI : Pittsburgh Sleep Quality index RLS : Restless legs syndrome

Rikesda : Riset Kesehatan Dasar TNF-α : Tumor necrosis factor α

(16)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

End stage renal disease (ESRD) atau penyakit ginjal stadium akhir yang merepresentasikan stadium chronic kidney disease (CKD) tahap akhir, pada keadaan ini terjadi akumulasi toksin, cairan, dan elektrolit yang tidak dapat diekskresikan oleh ginjal yang bisa menyebabkan kematian kecuali jika toksin dikeluarkan dengan terapi penggantian ginjal, seperti dialisis atau transplantasi ginjal.1 Penderita end stage renal disease (ESRD) biasanya mengalami perubahan status kesehatan yang sering menimbulkan banyak tekanan emosional dan psikologis ditambah dengan dampak signifikan pada pekerjaan, hubungan dan gaya hidup. Pada orang dengan ESRD akan mengalami tingkat kesulitan emosional dan psikologis yang luas sehingga mereka akan mungkin mengalami tingkat depresi dan kecemasan yang jauh lebih tinggi daripada populasi umum. Kesulitan emosional dan psikologis yang tidak diobati dapat dikaitkan dengan penurunan kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan, peningkatan beban gejala dan hasil klinis yang lebih buruk, termasuk peningkatan penggunaan sumber daya layanan kesehatan dan gangguan kemampuan untuk mematuhi rezimen diet dan pengobatan.2 Data Hasil Riset Kesehatan Dasar (Rikesda) tahun 2013 dan 2018 menunjukan bahwa prevalensi chronic kidney disease berdasarkan diagnosis dokter pada tahun 2013 di Indonesia dimulai pada usia ≥ 15 tahun sebesar 2% dan terjadi peningkatan pada tahun 2018 sebesar 3,8%. Menurut data Rikesda chronic kidney disease disebabkan oleh neuropati

(17)

diabetes sebesar 52%, hipertensi dan komplikasinya sebesar 24% dan penyebab lainnya sebesar 24%.3

Depresi sangat lazim dan dikaitkan dengan kualitas hidup yang buruk dan peningkatan mortalitas di antara orang dewasa dengan CKD, termasuk mereka yang menderita ESRD. Sebagian besar studi pada pasien dengan ESRD telah melaporkan hubungan antara depresi dan keadaan medis dan psikososial yang buruk, dengan hanya sebagian kecil yang melaporkan tidak terdapat hubungan.

Dalam studi oleh Farrokhi dkk dimana mereka mengidentifikasi 31 studi dari 67.075 pasien yang meneliti hubungan antara depresi dan kematian pada pasien dengan ESRD yang menerima dialisis jangka panjang. Para penulis menemukan bahwa risiko kematian pada pasien yang menjalani dialisis dengan adanya gejala depresi adalah 1,5 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak memiliki gejala depresi.4 Dari studi oleh Tsai dkk pada tahun 2012 di Taiwan yang mengevaluasi efek dari gejala depresi terhadap fungsi ginjal pada 568 pasien yang didiagnosis dengan CKD, didapati 160 diantaranya didapati memiliki gejala depresi yang ditandai dengan skor Beck Depression Inventory (BDI) ≥ 11 dan ditemukan hubungan antara gejala depresi berat pada ESRD dengan kematian (HR, 1,66; 95% CI, 1,14-2,44). Pada studi ini juga didapati hubungan yang sangat signifikan antara gejala depresi dengan penurunan laju fitrasi glomerulus dengan nilai p<0,01.4,5

Depresi yang terjadi pada End-stage renal disease dapat disebaskan oleh beberapa faktor seperti demografi (usia, jenis kelamin, staus pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, status pernikahan, lama dialisis, kualitas tidur, komorbiditas dengan penyakit kronis lainnya (diabetes, hipertensi, penyakit

(18)

cardiovaskuler, stroke dan lain-lain), riwayat depresi sebelumnya.4-11 Dari studi crossectional oleh Araujo dkk pada tahun 2011 di Brazil yang merekrut 400 pasien CKD yang menjalani perawatan hemodialisis didapati hubungan yang signifikan antara depresi dengan usia p=0,009, jenis kelamin dengan nilai p=0,004, lama pendidikan dengan nilai p<0,05, status pekerjaan p<0,05 dan skor kualitas tidur p<0,05. Pada studi ini juga menemukan hubungan antara depresi dengan komorbiditas penyakit diabetes p<0,05.6 Pada Studi Anees dkk pada tahun 2008 di Pakistan menemukan hubungan yang sangat signifikan antara depresi dengan status pernikahan dan didapati nilai p<0,001.7 Berdasarkan studi Nelson dkk pada tahun 2016 di India menemukan hubungan antara lama dialisis dengan depresi pada orang dengan end stage renal disease dengan p=0,032.8 Dari Studi Liu dkk pada tahun 2017 di China menemukan hubungan antara jumlah penghasilan perbulan dari keluarga dengan depresi pada orang dengan hemodialisis dengan p=0,008.9 Dari studi Lossman dkk pada tahun 2015 di Belanda menemukan hubungan antara riwayat depresi sebelumnya dengan depresi pada orang dengan end stage renal disease p=0,03.10

Dari Studi Liu dan kawan-kawan ini juga menjelaskan tidak terdapat hubungan antara usia (p=0,804) jenis kelamin (p=0,058), lama dialisis (p=0,351), status pernikahan (p=0,850), komorbiditas penyakit (p=0,445) dengan depresi.9 Berdasarkan studi Mosleh dkk pada tahun 2020 di Saudi Arabia mendapati tidak terdapat hubungan antara status pekerjaan dan tingkat pendidikan dengan p>0,05.11

(19)

I.2. Perumusan Masalah

Kondisi kejiwaan seperti depresi biasanya sering ditemukan pada pasien dengan end-stage renal disease yang telah dikaitkan dengan penurunan yang signifikan dalam kualitas hidup serta risiko yang lebih tinggi untuk rawat inap dan kematian. Melalui kepustakaan studi yang melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan skor depresi pada orang dengan end-stage renal disease sepengetahuan peneliti belum pernah dilakukan di Sumatera Utara. Berdasarkan latar belakang tersebut maka melalui penelitian ini ingin dikonfirmasi faktor- faktor apa saja yang berhubungan skor depresi pada orang dengan end-stage renal disease.

I.3. Hipotesis

1. Terdapat hubungan antara usia dan skor depresi pada orang dengan end stage renal disease yang menjalani hemodialisis.

2. Terdapat hubungan antara jenis kelamin dan skor depresi pada orang dengan end stage renal disease yang menjalani hemodialisis

3. Terdapat hubungan antara lama pendidikan dan skor depresi pada orang dengan end stage renal disease yang menjalani hemodialisis

4. Terdapat hubungan antara penghasilan keluarga perbulan dan skor depresi pada orang dengan end stage renal disease yang menjalani hemodialisis.

5. Terdapat hubungan antara status pekerjaan dan skor depresi pada orang dengan end stage renal disease yang menjalani hemodialisis.

6. Terdapat hubungan antara status pernikahan dan skor depresi pada orang dengan end stage renal disease yang menjalani hemodialisis.

(20)

7. Terdapat hubungan antara lama dialisis dan skor depresi pada orang dengan end stage renal disease yang menjalani hemodialisis

8. Terdapat hubungan antara jumlah komorbiditas dengan penyakit kronis lainnya dan skor depresi pada orang dengan end stage renal disease yang menjalani hemodialisis

9. Terdapat hubungan antara skor kualitas tidur dan skor depresi pada orang dengan end stage renal disease yang menjalani hemodialisis

10. Terdapat hubungan riwayat depresi sebelumnya dan skor depresi pada orang dengan end stage renal disease yang menjalani hemodialisis

11. Terdapat hubungan suku dan skor depresi pada orang dengan end stage renal disease yang menjalani hemodialisis

I.4 Tujuan Penelitian I.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi skor depresi pada orang dengan end stage renal disease yang menjalani hemodialisis.

I.4.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran karakteristik orang dengan end stage renal disease yang menjalani hemodialisis.

2. Untuk mengetahui hubungan antara usia dengan skor depresi pada orang dengan end stage renal disease yang menjalani hemodialisis.

(21)

3. Untuk mengetahui hubungan antara jenis kelamin dengan skor depresi pada orang dengan end stage renal disease yang menjalani hemodialisis

4. Untuk mengetahui hubungan antara lama pendidikan dengan skor depresi pada orang dengan end stage renal disease yang menjalani hemodialisis

5. Untuk mengetahui hubungan antara penghasilan keluarga perbulan dengan skor depresi pada orang dengan end stage renal disease yang menjalani hemodialisis.

6. Untuk mengetahui hubungan antara status pekerjaan dengan skor depresi pada orang dengan end stage renal disease yang menjalani hemodialisis.

7. Untuk mengetahui hubungan antara status pernikahan dengan skor depresi pada orang dengan end stage renal disease yang menjalani hemodialisis.

8. Untuk mengetahui hubungan antara lama dialisis dengan skor depresi pada orang dengan end stage renal disease yang menjalani hemodialisis

9. Untuk mengetahui hubungan antara jumlah komorbiditas dengan penyakit kronis lainnya dengan skor depresi pada orang dengan end stage renal disease yang menjalani hemodialisis

10. Untuk mengetahui hubungan antara skor kualitas dengan skor depresi pada orang dengan end stage renal disease yang menjalani hemodialisis

(22)

11. Untuk mengetahui hubungan riwayat depresi sebelumnya dengan skor depresi pada orang dengan end stage renal disease yang menjalani hemodialisis

12. Untuk mengetahui hubungan suku dengan skor depresi pada orang dengan end stage renal disease yang menjalani hemodialisis

I.5. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada klinisi mengenai faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan skor depresi pada orang dengan end stage renal disease yang menjalani Hemodialisis sehingga klinisi dapat mempertimbangkan pemberian tindakan intervensi kepada orang dengan End stage renal disease dengan lebih terarah.

2. Dengan mengidentifikasi faktor faktor yang berhubungan dengan skor depresi pada orang dengan end stage renal disease yang menjalani Hemodialisis, diharapkan dapat mengurangi gejala depresi pada orang dengan end stage renal disease yang menjalani Hemodialisis sehingga meningkatkan angka harapan hidup pada penderita end stage renal disease yang menajlani hemodialisis.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dilanjutkan untuk bahan penelitian lainnya yang sejenis atau penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Chonic kidney disease II.1.1. Definisi

Chonic kidney disease didefinisikan berdasarkan keadaan patologis ginjal yang ditandai dengan adanya kerusakan ginjal atau penurunan laju filtrasi glomerulus/Glomerular Filtrate Rate (GFR). Penyakit ginjal dikategorikan sebagai CKD bila memenuhi kriteria berikut :

1) Kerusakan ginjal berlangsung lebih dari tiga bulan.

2) Glomerular Filtrate Rate < 60 ml/menit/1,73 m2. Glomerular Filtrate Rate merupakan indeks pengukuran fungsi ginjal dimana nilai normal pada dewasa sekitar 125 mL/min per 1,73 m².

3) Kelainan struktural atau fungsional dengan manifestasi berupa: kelainan histologi ginjal, elektrolit akibat abnormalitas tubular, albuminuria, abnormalitas sedimen urin, riwayat transplantasi ginjal, dan kelainan struktural ginjal yang dinilai dengan pencitraan.1

Berdasarkan pemeriksaan laju fitrasi glomerulus, maka stadium Chonic kidney disease dapat terbagi menjadi:

 Stadium I (G1) : Dimana nilai laju fitrasi glomerulus di atas atau sama dengan 90 ml/menit/1,73 m2.

 Stadium II (G2) : Dimana nilai laju fitrasi glomerulus 60 hingga 89 ml/menit/1,73 m2.

(24)

 Stadium IIIa (G3a) : Dimana nilai laju fitrasi glomerulus 45 hingga 59 ml/menit/1,73 m2.

 Stadium IIIb (G3b) : Dimana nilai laju fitrasi glomerulus 30 hingga 44 ml/menit/1,73 m2.

 Stadium IV (G4) Dimana nilai laju fitrasi glomerulus 15 hingga 29 ml/menit/1,73 m2..

 Stadium V (G5) Dimana nilai laju fitrasi glomerulus di bawah 15 ml/menit/1,73 m2.1

Istilah end stage renal disease atau penyakit ginjal stadium akhir yang merepresentasikan stadium CKD dengan terjadinya akumulasi toksin, cairan, dan elektrolit tidak dapat diekskresikan oleh ginjal yang bisa menyebabkan kematian kecuali jika toksin dikeluarkan dengan terapi penggantian ginjal, seperti dialisis atau transplantasi ginjal. 1

II.1.2 Epidemiologi

Data Hasil Riset Kesehatan Dasar (Rikesda) tahun 2013 dan 2018 menunjukan bahwa prevalensi penyakit gagal ginjal kronis di Indonesia ≥ 15 tahun berdasarkan diagnosis dokter pada tahun 2013 adalah sebesar 2% dan terjadi peningkatan pada tahun 2018 sebesar 3,8% yang dapat disebabkan oleh neuropati diabetes sebesar 52%, hipertensi dan komplikasinya sebesar 24 % dan penyebab lainnya sebesar 24%.3

Chronic kidney disease di dunia saat ini mengalami peningkatan dan menjadi masalah kesehatan serius, hasil penelitan Global Burden of Disease tahun 2010, Chronic kidney disease merupakan penyebab kematian peringkat ke-27 di

(25)

dari 2 juta penduduk di dunia mendapatkan perawatan dengan dialisis atau transplantasi ginjal dan hanya sekitar 10% yang benar-benar mengalami perawatan tersebut. Sepuluh persen penduduk di dunia mengalami chronic kidney disease dan jutaan meninggal setiap tahun karena tidak mempunyai akses untuk pengobatan.12 End stage renal disease dikenal sebagai tahap kelima dan terakhir dari chronic kidney disease dan diderita oleh individu yang membutuhkan transplantasi ginjal atau dialisis seumur hidup.1

Insiden end stage renal disease bervariasi menurut demografi. Angka lebih tinggi untuk orang yang lebih tua daripada orang yang lebih muda: 1556 Per million per year (PMPY), berusia ≥75 tahun; 1265, usia 65 hingga 74; 573, usia 45 hingga 64; dan 129, usia 22 hingga 44 tahun. 13

Gambar 1. Laporan Data Tahunan the United States Renal Data System (USRDS) yang menilai usia terjadinya ESRD dari tahun 1997 – 2014 yang memberikan informasi tentang tren temporal dalam penyebab utama terjadinya ESRD.

(26)

Diadaptasi: Himmelfrab J, Ikizler TA editors Chornic Kidney Disease, Dialysis and Transplantation 4th Edition. Philadephia. 2019

Angka kejadian End stage renal disease jauh lebih tinggi untuk orang kulit hitam / Afrika Amerika (877 PMPY) daripada untuk orang kulit putih (286 PMPY); nilai-nilai antara untuk orang Asia (357 PMPY) dan Penduduk Asli Amerika (333 PMPY). 13

Gambar 2. Laporan Data Tahunan the United States Renal Data System (USRDS) yang menilai usia terjadinya ESRD dari tahun 1997 – 2014 yang memberikan informasi tentang tren temporal dalam penyebab utama terjadinya ESRD.

Diadaptasi: Himmelfrab J, Ikizler TA editors Chornic Kidney Disease, Dialysis and Transplantation 4th Edition. Philadephia. 2019

Tingkat kejadian yang disesuaikan jauh lebih tinggi untuk orang-orang dari etnis hispanik (466 PMPY) daripada untuk non-Hispanik (346 PMPY) dan angka kejadian ESRD jauh lebih tinggi untuk pria daripada wanita.13

(27)

II.1.3. Etiologi

Penyebab utama Chronic kidney disease adalah diabetes, hipertensi, glomerulonefritis, dan penyakit ginjal polikistik. Penyebab utama CKD juga merupakan faktor penyebab untuk terjadinya ESRD. Laporan Data Tahunan the United States Renal Data System (USRDS) yang menilai faktor penyebab terjadinya ESRD dari tahun 1997 – 2014 yang memberikan informasi tentang tren temporal dalam penyebab utama ESRD, dimana diabetes dikaitkan dengan 44%

individu yang mengembangkan ESRD dan hipertensi hingga 29%; karena itu dua penyebab utama berkontribusi hampir tiga perempat dari total laporan data USRDS.1,13

Gambar 3. Laporan Data Tahunan the United States Renal Data System (USRDS) yang menilai faktor penyebab terjadinya ESRD dari tahun 1997 – 2014 yang memberikan informasi tentang tren temporal dalam penyebab utama terjadinya ESRD.

(28)

Diadaptasi: Himmelfrab J, Ikizler TA editors Chornic Kidney Disease, Dialysis and Transplantation 4th Edition. Philadephia. 2019

II.1.4.Penatalaksanaan

Pada end stage renal disease, pilihan pengobatan termasuk hemodialisis (di rumah sakit atau di rumah); dialisis peritoneal, continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD) atau continuous cyclic peritoneal dialysis (CCPD);

atau transplantasi. 1

II.1.4.1. Hemodialisis

Hemodialisis adalah pengalihan darah pasien dari tubuh melalui dialyzer yang terjadi secara difusi dan ultrafiltrasi, kemudian darah kembali lagi ke dalam tubuh pasien. Hemodialisis merupakan akses ke sirkulasi darah pasien, suatu mekanisme untuk membawa darah pasien ke dan dari dializer (tempat terjadi pertukaran cairan, elektrolit, dan toksin). Ada lima cara memperoleh akses ke sirkulasi darah pasien antara lain: Fistula arteriovena, graft arteriovena, shunt arteriovenal eksternal, kateterisasi vena femoralis, dan kateterisasi vena subklavia.14

Hemodialisis merupakan suatu proses pembersihan darah dari toksin, yang digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialysis jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien dengan end stage renal disease yang memerlukan terapi jangka panjang atau permanen. Pada keadaan dengan gejala uremia berat, semakin cepat dilakukan tindakan hemodialisis semakin baik. Pada stadium ini telah terjadi uremia sehingga

(29)

memerlukan hemodialisis secara rutin 2-3 kali perminggu dengan waktu 4-5 jam perkali tindakan.14

Indikasi hemodialisis dibedakan menjadi 2 yaitu : hemodialisis emergensi atau hemodialisis segera dan hemodialisis kronik. Keadaan akut tindakan dialisis dilakukan pada : kegawatan ginjal dengan keadaan klinis uremik berat, overhidrasi, oliguria (produksi urine <200 ml/12 jam), anuria (produksi urine

<50ml/12 jam), hiperkalemia (terutama jika terjadi perubahan EKG, biasanya K

>6,5 mmol/I), asidosis berat (PH <7,1 atau bikarbonat <12meq/I), uremia (BUN

>150 mg/dL), ensefalopati uremikum, neuropati/miopati uremikum, perikarditis uremikum, disnatremia berat (Na>160 atau <115 mmol/I), hipertermia, keracunan akut (alkohol, obat-obatan) yang bisa melewati membran dialisis.15

Indikasi hemodialisis kronis adalah hemodialisis yang dilakukan berkelanjutan seumur hidup penderita dengan menggunakan mesin hemodialisis, dialisis dimulai jika GFR <15 ml/mnt, keadaan pasien yang mempunyai GFR <15 ml/mnt tidak selalu sama, sehingga dialisis dianggap baru perlu dimulai jika dijumpai salah satu dari : 1) GFR <15 ml/mnt, tergantung gejala klinis, 2) gejala uremia meliputi: lethargi, anoreksia, mual dan muntah, 3) adanya malnutrisi atau hilangnya massa otot, 4) hipertensi yang sulit dikontrol dan adanya kelebihan cairan, 5) komplikasi metabolik yang berulang.15

Komplikasi jangka panjang dari hemodialisis adalah penyakit kardiovaskular yang menjadi penyebab utama kematian pada penderita penyakit End stage renal disease selain dari infeksi. Penyebab dasar penyakit kardiovaskular berkaitan dengan faktor risiko seperti diabetes melitus, inflamasi kronik, perubahan besar pada volume ekstraselular (terutama pada penambahan

(30)

berat badan interdialitik yang besar), tatalaksana hipertensi yang tidak adekuat, dislipidemia, anemia, kalsifikasi vaskular, hiperhomosisteinemia, dan mungkin juga diakibatkan oleh perubahan hemodinamik kardiovaskular selama hemodialisis berlangsung.16

II.2. Depresi pada End stage renal disease II.2.1. Definisi

Menurut PPDGJI-III, depresi merupakan suatu suasana perasaan (mood) yang mempunyai gejala utama mood yang depresif, kehilangan minat dan kegembiraan serta berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktifitas, serta beberapa gejala lainnya seperti konsentrasi dan perhatian yang berkurang, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, gagasan tentang perasaan bersalah dan tidak berguna, pandangan masa depan yang suram, gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh diri, tidur yang terganggu dan nafsu makan berkurang.17

Depresi adalah penyakit kronis dan berulang. Pasien dengan End stage renal disease yang mendapat perawatan hemodialisis harus menanggung ketidaknyamanan fisik yang berhubungan dengan penyakit mereka dan harus menghadapi berbagai tekanan, masalah keluarga, yang meningkatkan risiko terjadinya depresi. Depresi sangat terkait dengan ketidakpatuhan terhadap pengobatan, peningkatan mortalitas dan tingkat rawat inap.2

(31)

II.2.2. Epidemiologi

Depresi sangat lazim pada pasien dengan ESRD. Tinjauan meta-analisis oleh Palmer dan kawan-kawan memeriksa prevalensi depresi pada populasi ini.

Prevalensi depresi adalah 3 sampai 4 kali lebih tinggi pada pasien dengan CKD dan ESRD dibandingkan dengan populasi umum dan 2 sampai 3 kali lebih tinggi dibandingkan dengan individu dengan penyakit kronis lainnya. Pada populasi umum, risiko depresi seumur hidup diperkirakan antara 5% dan 10%. Tingkat depresi dengan penyakit medis komorbiditas bahkan lebih tinggi. Untuk pasien dengan diabetes, tingkat prevalensi antara 12% dan 18%; untuk pasien dengan coronary artery disease (CAD), angka antara 15% dan 23%, dan untuk pasien dengan penyakit paru obstruktif kronis, perkiraan prevalensi depresi adalah sekitar 25%. 4 Prevalensi depresi lebih tinggi di antara pasien yang menerima hemodialisis, dengan perkiraan tingkat berkisar antara 23 hingga 42% di Amerika Serikat dan Eropa, dan 45,9% di Taiwan.2

II.2.3. Mekanisme biologi terjadinya depresi pada End stage renal disease.

Ada banyak laporan yang menghubungkan depresi dengan status inflamasi. Gagal ginjal kronis adalah suatu keadaan peradangan kronis dimana pada keadaan ini terjadi peningkatan kadar sitokin dan reaktan fase akut pada pasien dengan keadaan kadar ureum tinggi yang berimplikasi pada terjadinya depresi yang diinduksi oleh sitokin hal ini merupakan patogenesis depresi pada pasien dialisis. Banyak biomarker inflamasi didesregulasikan pada pasien ESRD, jadi mungkin ada hubungan biologis langsung antara peningkatan tingkat depresi dan penyakit ginjal kronis. 18

(32)

Pada orang dengan gagal ginjal kronis ditemukan terjadi peningkatan sekresi dari sitokin yang akan menyebabkan peningkatan siktokin proinflamasi hal ini diketahui memainkan peran penting dalam patofisiologi depresi pada gagal ginjal kronis. Sitokin telah ditemukan mempengaruhi hampir setiap jalur yang terlibat dalam patogenesis depresi termasuk perubahan pada basal ganglia, ekspresi neurotransmiter, fungsi neuroendokrin, serta plastisitas sinaptik.

Beberapa studi dan studi metaanalisis menemukan peningkatan yang signifikan dalam tingkat sirkulasi sitokin proinflamasi, khususnya IL-6 dan TNF-α, pada pasien dengan depresi berat. 19

II.2.4. Faktor resiko terjadinya depresi pada end stage renal disease.

II.2.4.1. Faktor Resiko Demografis, Sosial ekonomi dan Klinis II.2.4.1.1. Umur

Prevalensi major depressive disorder berdasarkan usia pada individu berusia 18 hingga 29 tahun, tiga kali lipat lebih tinggi daripada prevalensi pada individu berusia 60 tahun atau lebih.20 Pada orang dengan ESRD usia yang lebih muda. telah dikaitkan dengan kejadian keparahan depresi dibandingkan usia tua.21

II.2.4.1.2. Jenis kelamin

Prevalensi major depressive disorder 1,5 sampai 3 kali lipat lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria.20 Hal ini disebakan oleh karena perbedaan faktor hormonal dan perbedaan stresor psikososial antara perempuan dan laki-laki.22 Pada orang dengan ESRD, depresi dilaporkan lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki.

(33)

II.2.4.1.3. Status pernikahan

Pada umumnya major depressive disorder terjadi paling sering pada orang yang tidak memiliki hubungan interpersonal yang erat, bercerai atau berpisah.22 Dalam sebuah studi di India pada pasien yang menjalani hemodialisis dan pasangan mereka, didapati perselisihan dalam hubungan pernikahan dilaporkan pada sekitar sepertiga dari populasi penelitian, yang memiliki hubungan yang kuat dengan depresi. Dukungan dan konflik pernikahan juga dapat dikaitkan dengan sejauh mana pasien mematuhi regimen pengobatan.13

II.2.4.1.4. Suku

Etnisitas telah dikaitkan dengan berbagai hambatan untuk perawatan, yang menyebabkan kesenjangan kesehatan mental. Ada beberapa bukti dalam literatur ESRD bahwa kualitas hidup, persepsi dukungan agama dan kualitas dukungan sosial bervariasi menurut ras dan mungkin berkontribusi terhadap depresi. Satu studi membandingkan 78 pasien HD ras kulit hitam dan 82 ras kulit putih, dan tidak menemukan perbedaan dalam tingkat efek depresi mereka. Namun, mereka menemukan penekanan yang lebih kuat pada agama atau spiritualitas sebagai alat mengatasi dalam kelompok pasien kulit hitam. 13

II.2.4.1.5. Status Sosioekonomi

End stage renal disease menghadapi banyak hambatan untuk tetap terus bekerja setelah memulai dialisis oleh karena jadwal dialisis, kelelahan, gejala- gejala dari gagal ginjal dan persepsi masyarakat bahwa pasien dengan ESRD tidak dapat bekerja hal ini akan berdampak pada status sosial ekonomi yang kurang

(34)

baik.23 Pengangguran dan kehilangan pekerjaan telah lama dilaporkan dikaitkan dengan gangguan kesehatan mental. Pengangguran telah terbukti terkait dengan penurunan kesejahteraan psikososial dan kepuasan hidup sehinnga meningkatkan risiko suasana perasaan. Pengangguran dapat berkontribusi terhadap depresi karena dapat menyebabkan kehilangan kontak sosial dan stress terkait dengan kehilangan pendapatan.24

2.2.4.1.6. Lama dialisis

Kualitas hidup terkait kesehatan pada pasien dengan end stage renal disease biasanya lebih buruk daripada populasi umum. Selain itu, depresi adalah masalah psikologis yang sangat umum pada pasien dengan ESRD. Ini merupakan masalah psikologis yang harus dianggap sama pentingnya dengan masalah fisik karena depresi dilaporkan terkait dengan tingkat morbiditas dan mortalitas pada pasien dengan ESRD.25

Salah satu periode paling kritis dalam kehidupan pasien end stage renal disease adalah awal dari dialisis Selama periode ini, pasien menjadi tergantung pada teknologi medis, yang dapat memiliki konsekuensi patofisiologis dan psikologis yang kritis. Penyebab dari perubahan ini adalah multifaktorial dan mungkin termasuk perawatan dialisis itu sendiri, hilangnya fungsi ginjal secara progresif, di samping perbaikan yang tidak memadai dari lingkungan internal oleh modalitas dialisis saat ini, serta penyakit komorbiditas yang sedang berlangsung dan progresif. Persiapan yang memadai dari pasien untuk terapi dialisis termasuk perawatan akses, resep perawatan dialisis yang ditargetkan secara individual dan terarah, perhatian untuk diet dan rehabilitasi fisik, permulaan dialisis yang tepat

(35)

waktu dan perawatan yang memadai dari penyakit komorbiditas semua kemungkinan penting dalam meningkatkan hasil selama periode kritis ini.

Disamping itu durasi dialisis yang lama juga dikaitkan dengan kejadian depresi pada ESRD.4,26

II.2.4.1.7. Kualitas tidur

Keluhan tidur sangat umum di antara pasien dengan pasien yang memiliki end stage renal disease terutama yang berisiko mengalami gejala terkait gangguan tidur. Mengantuk, kelelahan, restless legs syndrome, dan sulit tidur adalah salah satu gejala paling umum pada ESRD.13 Pasien dengan HD dianggap sangat rentan terhadap masalah emosional seperti depresi karena stres kronis terkait dengan beban penyakit, pembatasan diet, keterbatasan fungsional, penyakit kronis terkait, efek samping obat, perubahan persepsi diri dan ketakutan akan kematian.

Gangguan tidur di antara pasien dialisis ditemukan terkait dengan durasi terapi dialisis, urem atau kreatinin yang tinggi, nyeri, cacat dan keluhan somatik seperti pruritus dan nyeri tulang. Prevalensi masalah tidur (insomnia, restless legs syndrome (RLS), Periodic limb movement during sleep (PLMS), dan sleep apnea) mungkin berkontribusi terhadap gangguan kualitas hidup pada pasien dengan ESRD.27

II.2.4.1.8. Komorbiditas

End stage renal disease yang diobati dengan hemodialisis, sering dikaitkan dengan beberapa komorbiditas seperti hipertensi, penyakit jantung, masalah muskuloskeletal, dan diabetes mellitus. Jumlah komorbiditas dengan

(36)

penyakit kronis menunjukkan hubungan yang sangat signifikat dengan tingkat depresi. Pasien yang menerima terapi HD dengan tingginya jumlah komorbiditas menunjukkan rendahnya tingkat kualitas hidup yang dirasakan, biasanya disertai dengan karakteristik tekanan emosional yang signifikan seperti gejala depresi dan kecemasan.28

II.2.4.2.Faktor Biologi

Berapa penelitian telah mendukung hubungan dua arah antara peradangan dan depresi pada penyakit kronis. Hubungan ini sangat relevan untuk pasien dengan ESRD, dimana tingkat inflamasi tinggi tampaknya memprediksi hasil kesehatan yang buruk seperti mortalitas. 4

II.2.4.3. Faktor Behavioral

Meningkatnya beban perawatan diri terkait CKD dan ESRD, termasuk seringnya kunjungan ke klinik dan rumah sakit, pembatasan diet, peningkatan beban pil, dan pemantauan glukosa, tekanan darah, dan berat badan di rumah, dapat menyebabkan depresi. Ini ditambahkan ke tantangan yang terkait dengan dialisis, seperti bepergian ke klinik dialisis 3 kali seminggu untuk hemodialisis, atau melakukan hemodialisis harian di rumah atau dialisis peritoneal. 4

Gangguan fungsional dan gejala fisik yang disebabkan oleh penyakit kronis, juga dapat berkontribusi pada perkembangan depresi. Untuk pasien dengan ESRD, kondisi komorbiditas seperti demensia, stroke sebelumnya, atau gagal jantung dapat membatasi aktivitas sehari-hari. Untuk pasien dengan ESRD, orthostasis, sakit kepala, dan kelelahan setelah hemodialisis dapat mencegah

(37)

pasien dari melakukan tugas rutin. Seperti dijelaskan di atas, gejala fisik yang berhubungan dengan uremia, perawatan dialisis, dan / atau obat-obatan (misalnya, gangguan pencernaan dari pengikat fosfat) sering dialami oleh pasien-pasien ini, dan telah dikaitkan dengan depresi . 4

II.3. Alat Ukur

II.3.1.Hospital Anxiety Depresion Rating Scale

Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) dikembangkan pertama kali oleh Zigmond dan Snaith pada tahun 1983 untuk mengidentifikasi gangguan ansietas dan depresi di antara pasien di rumah sakit non psikiatri. HADS terbagi menjadi Hospital Anxiety and Depression Scale – Anxiety (HADS-A) untuk subskala ansietas dan Hospital Anxiety and Depression Scale – Depression (HADS-D) untuk subskala depresi. Baik HADS-A maupun HADS-D memiliki sensitifitas dan spesifisitas sebesar 0,80.29Hospital Anxiety and Depression Scale dirancang untuk menyediakan alat ukur yang sederhana dan dapat dipercaya dalam praktek medis.30

Hospital Anxiety and Depression Scale terdiri dari 14 pernyataan yang dibagi menjadi 2 subskala, yaitu untuk menilai kecemasan (7 pernyataan) dan depresi (7 pernyataan), yang mana penderita menggolongkan masing-masing pernyataan dalam 4 skala nilai, dari nilai 0 (tidak sama sekali) sampai nilai 3 (sangat sering). Nilai yang lebih tinggi mengindikasikan adanya permasalahan.

Jawaban subjek dijumlahkan secara terpisah, yaitu penilaian untuk kecemasan dan penilaian untuk depresi, dengan jumlah minimum dan maksimum adalah 0 dan 21 untuk masing-masing skala. Titik potong yang direkomendasikan adalah : lebih

(38)

dari atau sama dengan 16 menyatakan kasus berat, titik potong 11-15 merupakan kasus sedang, titik potong 8-10 merupakan kasus ringan, dan kurang dari 8 bukan merupakan suatu kasus kecemasan atau depresi. Validitas dan reliabilitas HADS sudah dilaporkan beberapa penelitian. Di Indonesia, telah dilakukan uji reliabilitas oleh Widyadharma dkk pada tahun 2015. Hasil interrater agreement untuk HADS-A adalah 0,706. Hasil interrater agreement untuk HADS-D adalah 0,681.

Dimana nilai 0,61-0,80 berarti reliabilitasnya adalah baik.31

II.3.2. Pittsburgh Sleep Quality index

Pittsburgh Sleep Quality index mengevaluasi tujuh komponen kualitas tidur, termasuk kualitas tidur subjektif, latensi tidur, durasi tidur, efisiensi kebiasaan tidur, gangguan tidur, penggunaan obat untuk tidur, dan disfungsi siang hari karena kurang tidur. Pittsburgh Sleep Quality index memiliki sensitifitas 89,6%, dan spesifisitas 86,5%. Setiap skor komponen dihitung dan dikodekan dari 0 hingga 3, di mana 0 menunjukkan "tidak ada kesulitan," dan 3, "kesulitan parah." Skor global berkisar dari 0 hingga 21, di mana skor ≤5 menunjukkan kualitas tidur yang baik dan skor> 5 menunjukkan kualitas tidur yang buruk.32

Pittsburgh Sleep Quality index telah dilakukan uji validasi dan reabilitas versi bahasa Indonesia pada penderita penyakit ginjal kronis oleh Ikbal ZI pada tahun 2015 dengan hasil uji konsistensi internal yang baik (Cronbach’s Alpha = 0,79 pada responden penyakit ginjal kronis dan 0,75 pada pembanding, bila keduanya digabung mendapat Cronbach’s Alpha 0,85). Uji Validitas isi didapatkan nilai 0,89, uji validitas konstruksi didapatkan bukti-bukti instrumen PSQI memiliki validitas konstruksi yang baik. Korelasi Pearson menunjukkan

(39)

korelasi yang baik tiap komponen dengan skor global PSQI pada kelompok responden ( r antara 0,50 – 0,80, p <0,001), known group validity didapatkan bermakna dengan p <0,001.33

(40)

II.4. Kerangka Teori

II.5. Kerangka Konseptual

Mekanisme Biologi

Masalah Psikososial Penderita

Persepsi dan mekanisme koping

SKOR DEPRESI PADA ORANG DENGAN END STAGE

RENAL DISEASE

Jenis kelamin

Lama pendidikan

Status pernikahan

Status pekerjaan

Pendapatan keluarga

Lama sakit

Skor Kualitas Tidur

Riwayat Depresi Sebelumnya

Jumlah Komorbiditas

SKOR HADS-D

Usia

Suku

(41)

II.6. Definisi Operasional

NO Variabel Definisi operasional Alat ukur dan

cara ukur Hasil ukur Skala 1. Orang dengan End

stage renal disease

yang menjalani hemodialysis

Penyakit ginjal stadium V yang sedang menjalani terapi hemodiialisis

- Wawancara - Rekam Medis

Orang dengan

ESRD Nominal

2. Usia Lamanya waktu hidup atau ada

sejak dilahirkan. Wawancara Dalam tahun Numerik

3. Jenis kelamin

Sifat jasmani atau rohani yang membedakan dua makhluk sebagai perempuan atau laki-laki.

Wawancara - Laki-laki

- Perempuan Nominal

4. Lama pendidikan Lamanya mengikuti pendidikan

formal. Wawancara Dalam tahun Numerik

5. Status pernikahan

Dibedakan atas masih dalam ikatan pernikahan (menikah), dan tidak dalam ikatan perkawinan (/duda, atau tidak menikah)

Kartu identitas pasien

-Menikah

-Tidak menikah Nominal

6. Status pekerjaan suatu kegiatan yang dilakukan pasien yang mendapatkan upah.

Kartu identitas pasien

-Bekerja

- Tidak bekerja Nominal

7. Penghasilan keluarga per bulan

Total jumlah penghasilan dalam keluarga yang serumah selama satu bulan.

Wawancara Dalam juta Numerik

8. Lama Dialisis

Lama waktu penyakit yang diderita oleh orang dengan End stage renal disease

- Rekam medis

- Wawancara Dalam tahun Numerik

9. Skor Kualitas tidur Kualitas tidur pasien dengan ESDR dalam satu bulan terakhir

Pittsburg Sleep Quality Indeks (PSQI)

Dalam angka

0-21 Numerik

10. Riwayat Depresi Sebelumnya

Riwayat depresi yang terjadi

sebelumnya Wawancara - Ada

- TIdak Ada

Nominal

11.

Jumlah Komorbiditas dengan Penyakit Kronis lainnya

Jumlah penyakit kronis yang diderita oleh pasien selain penyakit ESRD yang dideritanya.

- Wawancara - Rekam medis pasien

- Dalam angka Numerik

12.

Suku Orang dengan ESRD yang menjalani hemodialisis

Golongan Manusia yang anggota- anggotanya mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya

Wawancara -Batak

-Selain batak Nominal

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN III.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian multivariat tipe prediktif dengan pendekatan potong lintang yaitu menganalisis hubungan antara beberapa variabel bebas dan variabel tergantung dengan menggunakan instrumen HADS-D.34

I.2. Tempat dan Waktu

Tempat Penelitian : RSU Dr. Pirngadi Medan Waktu Penelitian : Mei – Juli 2020

III.3. Populasi dan Sampel

Populasi Target : Orang dengan end stage renal disease

Populasi Terjangkau : Orang dengan end stage renal disease yang datang ke ruangan hemodialisis RSU Dr. Pirngadi Medan periode Mei – Juli 2020

III.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria Inklusi

1. Orang dengan end stage renal disease yang datang ke ruangan hemodialisa RSU Dr. Pirngadi Medan

2. Usia ≥ 18 tahun

3. Skor MOCA-INA minimal 26 pada Usia > 65 tahun 4. Mampu membaca dan menulis

5. Kooperatif

(43)

Kriteria Eksklusi

1. Komorbid dengan gangguan psikiatri lainnya 2. Kelemahan fisik seperti buta, tuli, dsb

III.5. Besar sampel

Pada studi ini terdapat 11 variabel bebas, dan dalam menentukan rumus besar sampel ini akan dicari hubungan bivariat untuk setiap variabel bebas, kemudian besar sampel yang paling banyak yang akan menjadi besar sampel pada studi ini. Untuk variabel bebas berskala kategorik akan digunakan diagnosis penelitian analitik komparatif numerik tidak berpasangan dua kelompok satu kali pengukuran untuk melihat hubungan bivariatnya. Untuk variabel bebas berskala numerik akan digunakan diagnosis penelitian analitik korelatif numerik tidak berpasangan satu kali pengukuran untuk melihat hubungan bivariatnya.34

Terdapat dua langkah sebelum menentukan besar sampel untuk penelitian multivariat prediktif numerik satu kali pengukuran. Cara yang pertama adalah dengan menggunakan tabel besar sampel untuk Diagnosis penelitian multivariat prediktif numerik satu kali pengukuran. Setelah itu, kita tetap harus menghitung seluruh hubungan bivariat antara setiap variabel bebas terhadap variabel tergantung. Kemudian penentuan besar sampel akan dilihat jumlah besar sampel yang paling banyak.34

Langkah Pertama

Dengan menetapkan kesalahan tipe satu 5% dan kesalahan tipe dua 20%

untuk hipotesis dua arah serta koefisien determinasi 0,25 adalah 56 subjek.35

(44)

Langkah kedua

Penentuan besar sampel juga harus dipertimbangkan berdasarkan rumus besar sampel untuk hubungan bivariatnya untuk setiap variabel bebas, seperti diketahui bahwa variabel bebas pada penelitian terdiri dari variabel kategorik dan variabel numerik.35

Untuk mencari besar sampel pada diagnosis penelitian analitik komparatif numerik tidak berpasangan dua kelompok satu kali pengukuran, maka terlebih dahulu kita mencari rumus untuk simpang baku gabungan yaitu35

(sg)2 = (s12 x (n1-1) + s22 x (n2-1)) n1+n2-2

dimana:

sg = simpang baku gabungan sg2 = varian gabungan

s1 = simpang baku kelompok 1 pada penelitian sebelumnya n1 = besar sampel kelompok 1 pada penelitian sebelumnya s2 = simpang baku kelompok 2 pada penelitian sebelumnya n2 = besar sampel kelompok 2 pada penelitian sebelumnya

Setelah didapatkan simpang baku gabungan, maka langkah selanjutnya adalah : n1 = n2 = 2 x (zα+zβ) x Sg) 2

x1-x2

(45)

dimana, parameter yang berasal dari kepustakaan adalah sg (simpang baku gabungan), sedangkan yang ditetapkan peneliti adalah zα, zβ, dan x1-x2, oleh karena itu pada penelitian ini ditetapkan bahwa

zα = nilai standar alfa  5% = 1,96  2 arah zβ = nilai standar beta  20% = 0,84

S = simpang baku gabungan

x1-x2 = selisih minimal rerata yang dianggap bermakna = 4,2

Penetapan selisih rerata minimal yang dianggap bermakna ditentukan melalui judgement peneliti yaitu nilai terendah adalah 0 dan nilai tertinggi adalah 21, pada rating scale, biasanya minimal perbaikan ditentukan melalui partial response yaitu pengurangan 20% gejala, berdasarkan hal tersebut, maka dipertimbangkan selisih minimal rerata yang dianggap bermakna secara logis dan etis adalah 20%

dari 21, yaitu 4,2.

Variabel Jenis Kelamin

Skor HADS-D

Kelompok 1 = laki-laki ( n = 12, s = 3.17 ) Kelompok 2 = perempuan (n = 8, s = 4.14 )

(sg)2 = (s12 x (n1-1) + s22 x (n2-1)) n1+n2-2

(sg)2 = (3,172 x (12-1) + 4,142 x (8-1))

(46)

(sg)2= 110,56 + 119,99 18 (sg)2= 12,81

Sg = √12,81 Sg = 3,58

Setelah didapatkan nilai sg, maka :

n1 = n2 = 2 x (zα+zβ) x S) 2 x1-x2

n1 = n2 = 2 x (1,96+0,84) x 3,58) 2 4,2

n1 = n2 = 9,86  10

Jadi jumlah besar sampel minimal yang digunakan untuk variabel jenis kelamin adalah 10 untuk setiap kelompok.

Variabel Status Pernikahan Skor HADS-D

Kelompok 1 = Menikah ( n = 11, s = 3,63 ) Kelompok 2 = Tidak Menikah (n = 9, s = 4.18 )

(sg)2 = (s12 x (n1-1) + s22 x (n2-1)) n1+n2-2

(sg)2 = (3,632 x (11-1) + 4,182 x (9-1)) 11+9-2

(47)

(sg)2= 13,18 + 139,84 18 (sg)2= 8.50

Sg = √8.50 Sg = 2,92

Setelah didapatkan nilai sg, maka :

n1 = n2 = 2 x (zα+zβ) x S) 2 x1-x2

n1 = n2 = 2 x (1,96+0,84) x 2,92) 2 4.2

n1 = n2 = 7,6  8

Jadi jumlah besar sampel minimal yang digunakan untuk status pernikahan adalah 8 untuk setiap kelompok.

Variabel Riwayat Depresi Sebelumnya Skor HADS-D

Kelompok 1 = Ada Riwayat ( n = 5, s = 1,30 )

Kelompok 2 = Tidak Ada Riwayat (n = 15, s = 3,39 )

(sg)2 = (s12 x (n1-1) + s22 x (n2-1)) n1+n2-2

(sg)2 = (1,302 x (5-1) + 3,382 x (15-1))

(48)

5+15-2 (sg)2= 6,76 + 161

18 (sg)2= 9,32

Sg = √9,32 Sg = 3,06

Setelah didapatkan nilai sg, maka :

n1 = n2 = 2 x (zα+zβ) x S) 2 x1-x2

n1 = n2 = 2 x (1,96+0,84) x 3,06) 2 4.2

n1 = n2 = 8.34  9

Jadi jumlah besar sampel minimal yang digunakan untuk variabel riwayat depresi sebelumnya adalah 9 untuk setiap kelompok.

Variabel Status Pekerjaan Skor HADS-D

Kelompok 1 = Bekerja ( n = 6, s = 1,33 )

Kelompok 2 = Tidak Bekerja (n = 14, s = 4,01 )

(sg)2 = (s12 x (n1-1) + s22 x (n2-1)) n1+n2-2

(49)

(sg)2 = (1,322 x (6-1) + 4,012 x (14-1)) 6+14-2

(sg)2= 8,85 + 209,17 18 (sg)2= 12,11

Sg = √12,11 Sg = 3,48

Setelah didapatkan nilai sg, maka :

n1 = n2 = 2 x (zα+zβ) x S) 2 x1-x2

n1 = n2 = 2 x (1,96+0,84) x 3,48) 2 4,2

n1 = n2 = 10,78  11

Jadi jumlah besar sampel minimal yang digunakan untuk variabel status pekerjaan adalah 11 untuk setiap kelompok.

Variabel Suku Skor HADS-D

Kelompok 1 = Batak ( n = 13, s = 4,15) Kelompok 2 = Selain Batak (n = 7, s = 3,87 )

(sg)2 = (s12 x (n1-1) + s22 x (n2-1)) n1+n2-2

(50)

(sg)2 = (4,152 x (13-1) + 3,872 x (7-1)) 13+7-2

(sg)2= 206,64 + 89,82 18 (sg)2= 16,47

Sg = √16,47 Sg = 4,06

Setelah didapatkan nilai sg, maka :

n1 = n2 = 2 x (zα+zβ) x S) 2 x1-x2

n1 = n2 = 2 x (1,96+0,84) x 4,06) 2 4,2

n1 = n2 = 14,68  15

Jadi jumlah besar sampel minimal yang digunakan untuk variabel suku adalah 15 untuk setiap kelompok.

Untuk mencari besar sampel untuk diagnosis penetian analitik korelatif numerik numerik, digunakan rumus besar sampel sebagai berikut

[ ( ) (

)

]

(51)

Keterangan:

n = jumlah subjek

Alpha (α) = kesalahan tipe satu ditetapkan 5%

Zα = nilai standar alpha = 1,96

Beta (β) = kesalahan tipe dua ditetapkan 20%

Zβ = nilai standar beta = 0,84

r = koefisien korelasi minimal yang dianggap bermakna

Variabel usia Skor HADS-D

Diketahui r = 0.30 (korelasi negatif)

[ ( ) (

)

]

= 84

Variabel lama pendidikan ODS Skor HADS-D

Diketahui r = 0.44 (korelasi negatif)

[ ( ) (

)

]

= 38,1639

(52)

Variabel lama dialisis Skor HADS-D

Diketahui r = 0.57 (korelasi negatif)

[ ( ) (

)

]

= 22,09  23

Variabel jumlah penghasilan keluarga perbulan Skor HADS-D

Diketahui r = 0.55 (korelasi negatif)

[ ( ) (

)

]

= 24 Variabel jumlah komorbiditas Skor HADS-D

Diketahui r = 0.28 (korelasi positif)

[ ( ) (

)

]

(53)

Variabel Skor PSQI Skor HADS-D

Diketahui r = 0.73 (korelasi positif)

[ ( ) (

)

]

= 12,07  13

Berdasarkan beberapa rumus besar sampel diatas disimpulkan bahwa jumlah besar sampel yang terbanyak adalah 98 subjek.35

III.6. Cara pengambilan sampel

Cara Pengambilan Sampel : Non probability sampling tipe consecutive sampling.34

III.7. Cara kerja

Orang dengan End Renal Disease yang datang menjalani hemodialysis ke RSU dr. Pirngadi Medan yang memenuhi kriteria Inklusi dan eksklusi akan diberikan informed consent dan diminta untuk menandatangani informed consent.

Setelah itu akan dilakukan wawancara serta menilai skor depresinya dengan menggunakan kuesioner HADS-D. Setelah itu, data penelitian akan dikumpulkan dan diinterpretasi serta diolah lebih lanjut.

Gambar

Gambar 1. Laporan Data Tahunan the United States Renal Data System (USRDS)  yang  menilai  usia  terjadinya  ESRD  dari  tahun  1997  –  2014  yang  memberikan  informasi tentang tren temporal dalam penyebab utama terjadinya ESRD
Gambar 2. Laporan Data Tahunan the United States Renal Data System (USRDS)  yang  menilai  usia  terjadinya  ESRD  dari  tahun  1997  –  2014  yang  memberikan  informasi tentang tren temporal dalam penyebab utama terjadinya ESRD
Gambar 3. Laporan Data Tahunan the United States Renal Data System (USRDS)  yang  menilai  faktor  penyebab  terjadinya  ESRD  dari  tahun  1997  –  2014  yang  memberikan  informasi  tentang  tren  temporal  dalam  penyebab  utama  terjadinya  ESRD

Referensi

Dokumen terkait

Gina Patriasih. Pengaruh Penguasaan Konsep Suku Banyak Terhadap Kemampuan Menyelesaikan Matriks Sistem Persamaan Linear dengan Menggunakan Kaidah Cramer. Kemampuan

Dengan memperhatikan kondisi bahwa konsumen cenderung menghindari risiko dalam memilih produk baru, maka hal tersebut akan menyebabkan strategi perluasan merek menjadi salah

Rina Susanti, MM. Rony Setiawan, M.Si. Yoyo Hambali, S.Ag, MA. Harun Alrasyid, M.Si.. Harun Alrasyid, M.Si. Muhamad Abid Marzuki, M.Ed. Rony Setiawan, M.Si. Mita Widyastuti, Dra.,

Tugas dan fungsi masing-masing akan diuraikan dalam setiap seksi, dimana Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakan kegiatan

1) Konsumen sebaiknya selalu bersikap waspada dan berhati-hati atas penjualan barang dan/atau jasa yang bersifat menipu karena pada kenyataannya meskipun telah ada

a) Situasi terjadinya komunikasi. Yang dimaksud dengan situasi terjadinya komunikasi adalah keadaan sewaktu berlangsungnya komunikasi yang bersangkutan. Orang yang mengkonsumsi

Dalam pembangunan hutan tanaman yang lokasinya tidak bisa dipisahkan dengan pemukiman masyarakat yang ada di sekitarnya, perusahaan juga telah merencanakan dan

Pengaruh waktu pada proses sintering secara fluidisasi dala argon sebagai fluida pada suhu 1100 o C dengan kecepatan alir 33,3 ml/menit terhadap perubahan diameter