PENENTUAN BILANGAN ASAM DAN BOBOT JENIS SERTA
KELARUTAN DALAM ETANOLDARIMINYAK
NILAM(Pogostemon cablin B.)
TUGAS AKHIR
OLEH:
AVIA HILDANI
NIM 122410087
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan tepat waktu.
Tugas akhirditujukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar
AhliMadyaAnalis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera
Utara. Adapun judul tugas akhir ini adalah: “PENENTUAN BILANGAN
ASAM DAN BOBOT JENIS SERTA KELARUTAN DALAM ETANOL
DARI MINYAK NILAM (Pogostemon cablin B.)”.
Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis banyak mendapat bantuan,
dorongan, semangat dan motivasi yang penulis terima dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt.selaku Wakil Dekan I Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc.,Apt.selaku koordinator Program
Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Marline Nainggolan, M.S., Apt. yang telah banyak membimbing dan
mengarahkan penulis dalam pembuatan tugas akhir ini.
5. Bapak Drs., Saiful Bahri, MS., Apt. selaku Penasehat Akademik beserta
Farmasi Universitas Sumatera Utara.
6. Ibu Ir. Novira Dwi Shanty Artsiwi selaku kepala UPT. BPSMB (Balai
Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang) Medan yang telah memberikan
fasilitas kepada penulis untuk melaksanakan praktik kerja lapangan.
7. Ibu Dra. Lisni Ritonga selaku Penyelia Laboratorium Minyak Atsiri dan
Bahan Penyegar UPT. BPSMB (Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu
Barang) Medan yang telah memberi fasilitas dan membantu penulis dalam
melaksanakan praktik kerja lapangan.
8. Ibu Darwati selaku Penyelia Laboratorium Minyak Nabati dan
Rempah-rempah UPT. BPSMB (Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang) yang
telah memberi fasilitas dan membantu penulis dalam melaksanakan praktik
kerja lapangan.
Ayahanda Subur Dahari dan Ibunda Suriati yang telah banyak
memberikan dorongan moral maupun materil, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini dengan tepat waktu.
Penulis menyadari penulisan tugas akhir ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis menerima kritikan dan saran yang sifatnya membangun.
Akhir kata penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Medan, Juni 2015 Penulis,
ABSTRAK
Minyak atsiri disebut juga minyak eteris atau minyak terbang yang banyak digunakan sebagai bahan pengharum, pewangi pada makanan, sabun, pasta gigi, wangi-wangi dan obat-obatan.Tanaman nilam yang umum dibudidayakan adalah nilam Aceh (Pogostemon cablin Benth), karena kadar minyak (>2%) dan kualitas minyaknya (Patchouli alcohol> 30%) lebih tinggi dari pada nilam Jawa (kadar minyak < 2%). Manfaat minyak nilam yang paling utama yaitu sebagai pengikat wangi pada parfum, sebagai antibiotik dan penawar racun.Pengujian ini bertujuan untukmengetahui standard mutu dari minyak nilamsesuai dengan SNI 06-2385-2006.
Sampel yang digunakan berasal dari C.V sari jaya Jln. Bandung ujung Medan. Pengujian dilakukan untuk menentukan mutu dari minyak nilam dengan menggunakan beberapa parameter yaitu penentuan bilangan asam, bobot jenis dan kelarutan dalam etanol. Pada uji bilangan asam digunakan alat buret dan erlenmeyer, sedangkan uji bobot jenis digunakan piknometer dan uji kelarutan dalam etanol digunakan gelas ukur yang dilakukan di UPT. Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB).
Hasil rata-rata dari pengujian bilangan asam diperoleh3, 7555, bobot jenis diperoleh0,9606 dan kelarutan dalam etanol diperoleh dengan perbandingan 1:7. Menurut Badan Standart Nasional hasil yang diperoleh memenuhi persyaratan. Nilai untuk bilangan asam maksimal 8, bobot jenis (0,950-0,975) dan kelarutan dalam etanol maksimal 1:10.
Kata kunci : minyak nilam,bilangan asam, bobot jenis dan kelarutan dalam etanol
Halaman
LEMBAR JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
ABSTRAK ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
DAFTAR TABEL ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan ... 3
1.3 Manfaat ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1 Tanaman Nilam ... 4
2.1.1 Morfologi tanaman nilam ... 4
2.1.2 Jenis–jenis tanaman nilam ... 5
2.1.2 Ekologi tanaman nilam ... 6
2.2 Minyak Atsiri ... 11
2.2.1 Pengertian minyak atsiri ... 11
2.2.2 Penggolongan minyak atsiri ... 12
2.2.3 Penyulingan minyak atsiri ... 12
2.3 Minyak Nilam ... 15
2.2.5 Parameter mutu minyak nilam ... 18
2.3.2.1 Bobot jenis ... 18
2.3.2.2 Bilangan asam ... 19
2.3.2.3 Bilangan ester ... 19
2.3.2.4 Kelarutan dalam etanol ... 20
2.3 Parameter syarat mutu minyak nilam ... 21
BAB III METODOLOGI ... 22
3.1 Tempat Pengujian ... 22
3.2 Sampel ... 22
3.3 Alat ... 22
3.3.1 Penentuan bilangan asam minyak nilam sesuai dengan SNI 06-2385-2006 ... 22
3.3.2 Penentuan bobot jenis minyak nilam sesuai dengan SNI 06-2385-2006 ... 22
3.3.3 Penentuan kelarutan minyak nilam dalam etanol sesuai dengan SNI 06-2385-2006 ... 22
3.4 Bahan ... 23
3.4.1 Penentuan bilangan asam minyak nilam sesuai dengan SNI 06-2385-2006 ... 23
3.4.2 Penentuan bobot jenis minyak nilam sesuai dengan SNI 06-2385-2006 ... 23
3.4.3 Penentuan kelarutan minyak nilam dalam etanol sesuai dengan SNI 06-2385-2006 ... 23
3.5 Prosedur ... 23
3.5.1 Penentuan bilangan asam minyak nilam sesuai dengan SNI 06-2385-2006 ... 23
3.5.3 Penentuan kelarutan minyak nilam dalam etanol
sesuai dengan SNI 06-2385-2006 ... 24
3.6 Perhitungan ... 25
3.6.1 Penentuan bilangan asam minyak nilam sesuai dengan SNI 06-2385-2006 ... 25
3.6.2 Penentuan bobot jenis minyak nilam sesuai dengan SNI 06-2385-2006 ... 25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26
4.1.Hasil ... 26
4.2.Pembahasan ... 26
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 28
5.1. Kesimpulan ... 28
5.2. Saran ... 28
DAFTAR PUSTAKA ... 29
Lampiran Halaman
1. Gambar alat dan bahanpengujian pada minyak nilam ... 31
2. Tabel data pengujian ... 35
3. Parameter syarat mutu minyak nilam sesuai dengan SNI 06-2385-2006 ... 37
Tabel Halaman
2.1 Parameter syarat mutu minyak nilam sesuai dengan SNI 06-2385-2006 .. 21
ABSTRAK
Minyak atsiri disebut juga minyak eteris atau minyak terbang yang banyak digunakan sebagai bahan pengharum, pewangi pada makanan, sabun, pasta gigi, wangi-wangi dan obat-obatan.Tanaman nilam yang umum dibudidayakan adalah nilam Aceh (Pogostemon cablin Benth), karena kadar minyak (>2%) dan kualitas minyaknya (Patchouli alcohol> 30%) lebih tinggi dari pada nilam Jawa (kadar minyak < 2%). Manfaat minyak nilam yang paling utama yaitu sebagai pengikat wangi pada parfum, sebagai antibiotik dan penawar racun.Pengujian ini bertujuan untukmengetahui standard mutu dari minyak nilamsesuai dengan SNI 06-2385-2006.
Sampel yang digunakan berasal dari C.V sari jaya Jln. Bandung ujung Medan. Pengujian dilakukan untuk menentukan mutu dari minyak nilam dengan menggunakan beberapa parameter yaitu penentuan bilangan asam, bobot jenis dan kelarutan dalam etanol. Pada uji bilangan asam digunakan alat buret dan erlenmeyer, sedangkan uji bobot jenis digunakan piknometer dan uji kelarutan dalam etanol digunakan gelas ukur yang dilakukan di UPT. Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB).
Hasil rata-rata dari pengujian bilangan asam diperoleh3, 7555, bobot jenis diperoleh0,9606 dan kelarutan dalam etanol diperoleh dengan perbandingan 1:7. Menurut Badan Standart Nasional hasil yang diperoleh memenuhi persyaratan. Nilai untuk bilangan asam maksimal 8, bobot jenis (0,950-0,975) dan kelarutan dalam etanol maksimal 1:10.
Kata kunci : minyak nilam,bilangan asam, bobot jenis dan kelarutan dalam etanol
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berbicara mengenai minyak atsiri, kita tidak lepas dari membahas masalah
bau dan aroma, karena fungsi minyak atsiri yang paling luas dan paling umum
diminati adalah sebagai pengharum, baik itu sebagai parfum untuk tubuh,
kosmetik, pengharum ruangan, pengharum sabun, pasta gigi, pemberi cita rasa
pada makanan maupun produk rumah tangga lainnya. Beberapa jenis minyak
atsiri banyak digunakan sebagai bahan terapi terhadap suatu jenis penyakit atau
yang lebih populer dengan istilah aroma terapi (Agusta, 20002).
Tumbuhan dari minyak atsiri memiliki aroma yang berbeda dengan
minyak atsiri dari tumbuhan lainnya, bahkan kebanyakan minyak atsiri memiliki
aroma yang sangat spesifik, dikarenakan minyak atsiri memiliki komponen kimia
yang berbeda-beda. Komposisi atau kandungan masing-masing komponen kimia
adalah hal yang paling mendasar dalam menentukan aroma, kegunaan, kualitas
dan mutu dari suatu minyak atsiri (Agusta, 20002).
Bagian jaringan tanaman yang menghasilkan minyak atsiri berasal dari akar,
batang, kulit, daun, bunga, buah dan biji. Sifat minyak atsiri yang paling menonjol
antara lain mudah menguap pada suhu kamar, mempunyai rasa getir, berbau
wangi sesuai dengan aroma tanaman yang menghasilkannya, dan umumnya larut
dalam pelarut organik. Dari sekitar 80 jenis minyak atsiri yang selama ini
diperdagangkan di pasar dunia, ternyata 40 jenis lainnya dapat diproduksi di
barulah tercatat sekitar14 jenis minyak atsiri di Indonesia cukup nyata peranannya
sebagai komoditasekspor dunia (Lutony, dkk, 2002).
Minyak atsiri disebut juga minyak eterisatau minyak terbang yang banyak
diperlukan dalamkehidupan sehari-hari. Minyak atsiri banyakdigunakan sebagai
bahan pengharum ataupewangi pada makanan, sabun, pasta gigi, wangi-wangian,
dan obat-obatan yang sebagian besar diambil dari berbagai jenis tanaman
penghasilminyak atsiri, salah satunya minyak nilam(Pogostemon cablin
Benth)(Sariadi, 2012).
Indonesia merupakan penghasil minyak nilam terbesar di dunia yang tiap
tahun memasok sekitar 75% kebutuhan dunia. Jumlah minyak atsiri tersebut, 60%
diproduksi di Nanggroe Aceh Darussalam dan sisanya berasal dari Sumatera
Utara, Sumatera Barat, dan Jawa Tengah. Republik Rakyat Cina merupakan
produsen minyak nilam terbesar kedua setelah Indonesia. Negara-negara lain yang
memproduksi minyak nilam adalah Brazil, Malaysia, India, dan Taiwan. Hampir
seluruh produksi minyak nilam Indonesia diekspor terutama ke Amerika Serikat,
negara-negara Eropa Barat, dan Jepang(Hayani, 2005).
Minyak nilam di pasar international dikenal dengan nama patchouli oil,
karena dalam minyak nilam terdapat kandungan bahan kimia yang sangat penting,
yaitu patchouli alkohol atau disingkat PA. Tanaman nilam yang umum
dibudidayakan adalah nilam Aceh, karena kadar minyak (>2%) dan kualitas
minyaknya (PA >30%) lebih tinggi dari pada nilam Jawa (kadar minyak < 2%)
(Nuryani, dkk, 2005). Bahan kimia lain yang terdapat dalam minyak nilam yaitu
1.2 Tujuan
Tujuan dari tugas akhir inisebagai berikut :
1. Memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Ahli Madya Analis Farmasi
dan Makanan Program Diploma III Fakultas Farmasi Universitas Sumatera
Utara.
2. Mengetahui apakah minyak nilamyang diuji memenuhi persyaratan SNI
(Standard Nasional Indonesia) melalui parameter pengujian bilangan asam,
bobot jenis dankelarutan dalam etanol.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dari pengujian bilangan asam, bobot jenis
dan kelarutan dalam etanol dari minyak nilam adalah menambah wawasan penulis
dalam ilmu pengetahuan minyak atsiri nilam dan megetahui cara menentukan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Nilam
2.1.1 Morfologi tanaman nilam
Morfologi tanaman nilam antara lain: (Nuryani, dkk, 2005).
Famili : Labiateae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Lamiales
Spesies : Pogostemon cablin Benth
Tanaman nilam merupakan tumbuhan daerah tropis. Tanaman ini
merupakan tumbuhan semak dengan ketinggian sekiar 0,3-1,3 meter. Di alam
bebas tumbuhnya menggeliat-geliat tidak teratur dan cenderung mengarah
kedatangnya sinar matahari, namun di kebun pertanaman nilam tumbuhnya dapat
tegak ke atas atau merumpun pendek bila diberi penegak bambu (Firmanto, 2009).
Ciri-ciri tanaman nilam yaitu berakar serabut, berbatang lunak dan
berbuku-buku, buku batangnya menggembung dan berair, warna batangnya hijau
kecokelatan. Daun nilam merupakan daun tunggal yang berbentuk bulat telur atau
lonjong, melebar ke tengah, meruncing ke ujung dan tepinya bergerigi. Tulang
daunnya bercabang-cabang ke segala penjuru. Bila daun nilam diremas-remas
akan berbau harum, oleh karena itu masyarakat desa sering menggunakannya
untuk mandi dan mencuci pakaian sebagai pengganti sabun dan sekaligus untuk
berharga, karenadaun nilam yang baik berasal dari daunnya. Tanaman nilam tidak
selalu berbunga, tergantung pada jenisnnya. Nilam yang berbunga, berwarna putih
dan tersusun di tangkai. Jenis nilam yang berbunga ini menjadi indikator bahwa
nilam tersebut tidak layak dikembangkan, karena kadar minyaknya rendah dan
komposisi minyaknya juga jelek (Firmanto, 2009).
2.1.2 Jenis–jenis tanaman nilam
Jenis-jenis tanaman nilam antara lain :
a. Pogostemon cablin Benth
Pogostemon cablin Benthdisebut juga denganPogostemon patchouli atau
Pogostemon mentha. Pogostemon cablin sering juga disebut nilam Aceh. Jenis
tanaman ini termasuk famili Labiate, yaitu kelompok tanaman yang mempunyai
aroma yang mirip satu sama lain. Diantara jenis nilam, yang diusahakan secara
komersial adalah varietas Pogostemon cablin Benth yang sebenarnya berasal dari
Filipina, yang kemudian berkembang ke Malaysia, Madagaskar, Paraguay,
Brazilia dan Indonesia (Sudaryani, dkk, 1998).
Di Indonesia banyak ditemukan di Aceh dan Sumatera Utara. Nilam jenis
ini jarang berbunga, oleh karena itu kandungan minyaknya tinggi yaitu 2,5-5%,
disamping itu, minyak nilam memiliki sifat-sifat yang diinginkan dalam
perdagangan (Nuryani, dkk, 2005).
b. Pogostemon heyneanus
Pogostemon heyneanus sering juga dinamakan nilam jawa atau nilam
hutan. Jenis ini berasal dari India, banyak tumbuh liar di hutan pulau Jawa
0,5-1,5%. Ciri-ciri spesifik yang dapat membedakan nilam Jawa dan nilam Aceh
secara visual yaitu pada daunnya. Permukaan daun nilam Aceh halus, sedangkan
nilam Jawa kasar. Tepi daun nilam Aceh bergerigi tumpul, pada nilam Jawa
bergerigi runcing, ujung daun nilam Aceh runcing, nilam Jawa meruncing. Nilam
jawa lebih toleran terhadap nematoda dan penyakit layu bakteri dibandingkan
nilam Aceh (Nuryani, dkk, 2005).
c. Pogostemon hortensis
Pogostemon hortensis disebut juga nilam sabun, karena bisa digunakan
untuk mencuci pakaian. Jenis nilam ini hanya terdapat di daerah Banten. Bentuk
Pogostemon hortensismirip dengan nilam Jawa, tetapi tidak berbunga. Kandungan
minyaknya 0,5-1,5% dan komposisi minyak yang dihasilkan jelek, sehingga untuk
jenis minyak nilam ini kurang mendapatkan pasaran dalam perdagangan
(Sudaryani, dkk, 1998).
2.1.3 Ekologi tanaman nilam
Tanaman nilam termasuk tanaman yang mudah tumbuh seperti herba
lainnya dan untuk memperoleh produksi yang tinggi, maka dalam pengelolaanya
perlu memperhatikan beberapa hal. Pengelolaan ini bertujuan agar produksi yang
dilakukan dapat berlangsung secara optimal dan menguntungkan. Adapun hal-hal
yang perlu diperhatikan antara lain :
a. Tanah
Tanaman nilam dapat tumbuh dimana saja seperti di sawah, tegalan,
pekarangan rumah, atau di hutan yang baru di buka, walaupun dapat tumbuh
baik pula. Tanaman nilam ini lebih cocok tumbuh di tanah yang subur, gembur
dan banyak mengandung bahan organik. Jenis tanah yang baik untuk ditumbuhi
tanaman nilam adalah regosol, latosol, dan aluvial. Ciri-ciri tanah organik untuk
tanaman nilam adalah tanah lempung berpasir atau lempung berdebu. Keasaman
tanahnya (pH) antara 6-7, memiliki daya resapan tanah yang baik, dan tidak
menyebabkan genangan air pada musim hujan (Subroto, 2007).
Cara mendapatkan tanah yang subur, gembur dan banyak mengandung
bahan organik dapat dilakukan dengan pemberian pupuk kandang yang sudah
masak. Penggunaan pupuk kandang yang belum masak dapat menjadi sumber
inokulum (biakan bakteri) yang mengakibatkan busuknya akar nilam (Nuryani,
dkk, 2005).
Tanah yang teralalu asam, jika digunakan untuk menanam nilam, maka
tanaman nilam yang tumbuh akan menjadi kerdil. Kekerdilan ini disebabkan oleh
garam aluminium (Al) yang larut di dalamnya. Peningkatkan pH tanah, dapat
dilakukan pengapuran, sekurang-kurangnya dua bulan sebelum tanam. Kebutuhan
kapur sekitar 0,5-1 ton/hektare tergantung pada tingkat keasamannya. Akan tetapi,
jika pH tanah terlalu basa, akan menyebabkan garam mangan (Mn) tidak dapat
diserap tanaman sehingga bentuk daun nilam akan kurus kecil (Subroto, 2007).
Tanah yang kandungan airnya tinggi, perlu dilakukan sistem drainasi yang
baik dan intensif. Tanah-tanah yang tergenang air atau permukaan air tanah yang
terlalu dangkal, tanaman ini akan mudah terserang penyakit akar busuk yang
disebabkan oleh cendawan phytoptora. Keadaan fisik tanah yang berat (tanah liat),
Penggunaan tanah yang layak harus berdasarkan kepada potensi atau kemampuan
sumberdaya lahan dan keadaan lingkungan atau iklimnya (Sudaryani, dkk, 1998).
b. Cahaya matahari
Cara pertumbuhan dan produksi minyak nilam agar optimal, tanaman nilam
memerlukan intensitas penyinaran berkisar antara 75-100%. Pada tempat-tempat
yang agak terlindung, nilam masih dapat tumbuh dengan baik, tetapi kadar
minyak lebih rendah dari pada tempat terbuka. Nilam yang ditanam di bawah
naungan akan tumbuh lebih subur, daun lebih lebar dan tipis serta hijau, tetapi
kadar minyaknya rendah (Nuryani, dkk, 2005).
Tanaman yang tumbuh pada lingkungan berintensitas cahaya rendah
memiliki akar yang lebih kecil, jumlahnya sedikit dan tersusun dari sel yang
berdinding tipis, hal ini terjadi akibat terhambatnya translokasi hasil fotosintesis
dari akar. Intensitas cahaya yang terlalu tinggi dapat menurunkan laju fotosintesis,
hal ini disebabkan adanya fotooksidasi klorofil yang berlangsung cepat, sehingga
merusak klorofil. Pada intensitas cahaya yang tinggi kelembaban udara berkurang,
sehingga proses transpirasi berlangsung lebih cepat. Intensitas cahaya yang terlalu
rendah akan membatasi fotosintesis dan menyebabkan cadangan makanan
cenderung lebih banyak dipakai daripada disimpan (Haryanti, 2010).
Pencahayaan matahari dapat mempengaruhi warna dan ukuran daun nilam.
Lahan tanaman nilam yang tidak diberikan pelindung dari cahaya matahari akan
menyebabkan daun nilam kecil, agak tebal dan berwarna merah
dikandungnya lebih tinggi. Pengaruh pencahayaan matahari sebagaimana
diuraikan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: (Subroto, 2007).
1. Cahaya matahari berperan sebagai sumber energi untuk proses fotosintesis bagi
setiap tanaman.
2. Jenis cahaya yang dibutuhkan adalah cahaya putih.
3. Penyerapan cahaya matahari tergantung dari jenis tanaman.
4. Tanaman nilam untuk produksi minyak lebih cocok ditempatkan pada cahaya
matahari yang jatuh secara langsung karena dapat meningkatkan kadar
minyaknya.
c. Ketinggian
Tanaman nilam dapat tumbuh di dataran rendah maupun pada dataran tinggi
yang mempunyai ketinggian 2.200 meter diatas permukaan laut, tetapi umumnya
akan tumbuh dengan baik pada ketinggian 10-400 meter di atas permukaan laut.
Pada dataran rendah kadar minyak lebih tinggi, tetapi kadar patchouli alkohol
lebih rendah, sebaiknya pada dataran tinggi kadar minyak rendah dan kadar
patchouli alkohol (Pa) tinggi (Sudaryani, dkk, 1998).
d. Suhu
Secara teoritis, setiap tanaman memerlukan suhu yang tinggi terutama pada
fase generatif. Akan tetapi, suhu yang terlalu tinggi, dapat merusak jaringan
tanaman dan menggugurkan daun-daun tanaman. Nilam termasuk jenis tanaman
tropis, oleh karena itutanaman nilam dapat tumbuh dengan baik di daerah-daerah
tropis antara 100 lintang utara sampai 100 lintang selatan. Suhu yang paling cocok
e. Curah hujan
Air dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, diantaranya sebagai pelarut
zat nutrisi, pembentuk gula dan pati, sarana pengangkutan hara dalam tanaman,
pertumbuhan sel, pembentukan enzim, dan menjaga stabilitas suhu. Sebagai
sumber air, curah hujan yang dibutuhkan tanaman nilam relatif tinggi, yaitu
sekitar 2300-3000 mm per tahun, dengan penyebaran merata sepanjang tahun
(Subroto, 2007).
f. Kelembapan
Kelembapan juga dapat berpengaruh terhadap kehidupan suatu tanaman.
Reaksi setiap tanaman terhadap kelembapan tergantung pada jenis tanaman itu
sendiri. Tanaman yang tumbuh di dataran yang rendah, pada umumnya
membutuhkan kelembapan yang tidak terlalu tinggi untuk melangsungkan
pertumbuhannya, sebaliknya jika tanaman itu tumbuh di dataran tinggi, pada
umumnya membutuhkan kelembapan yang tinggi. Tanaman nilam agar dapat
tumbuh dengan optimal membutuhkan kelembapan sekitar 60-70% (Subroto,
2007).
g. Angin
Angin dapat mempengaruhi pertumbuhan suatu tanaman, terutama pada fase
pertumbuhan vegetatif. Jika pada fase pertumbuhan vegetatif terdapat angin
kering yang berhembus dengan kencang, tumbuh-tumbuhan dapat tumbang,
termasuk tanaman nilam, jadi nilam akan tumbuh dengan baik, pada daerah yang
2.2Minyak Atsiri
2.2.1 Pengertian minyak atsiri
Umumnya minyak atsiri merupakan pemberi bau yang khas, atau disebut
minyak eteris, minyak menguap atau essential oil yaitu bahan aromatis alam yang
berasal dari tumbuhan. Ciri minyak atsiri antara lain mudah menguap pada suhu
kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai
tanaman penghasilnya dan bersifat larut dalam pelarut organik dan tidak larut
dalam air. Minyak atsiri pada suhu kamar berbentuk cairan berwarna
kuning-kecoklatan hingga kuning muda sampai kemerahan dan mempunyai densitas lebih
kecil dari air (Sumarni, 2008).
Minyak eteris atau minyak atsiri adalah istilah yang digunakan untuk
minyak yang mudah menguap dan diperoleh dari tanaman dengan cara
penyulingan uap. Defenisi ini, dimaksudkan untuk membedakan minyak atau
lemak dengan minyak atsiri yang berbeda tanaman penghasilnya. Dalam
kelompok ini dicantumkan pula minyak yang mudah menguap dengan metode
ekstraksi yaitu menggunakan penyulingan uap. Minyak atsiri merupakan salah
satu hasil dari sisa proses metabolisme dalam tanaman yang terbentuk, karena
reaksi antara berbagai persenyawaan kimia dengan adanya air. Minyak tersebut
disintesis dalam sel kelenjar pada jaringan tanaman dan ada juga yang terbentuk
dalam pembuluh resin, misalnya minyak terpentin dari pohon pinus (Lutony, dkk,
2002).
Minyak atsiri terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia yang
persenyawaan kimia yang mengandung unsur nitrogen (N) dan belerang (S)
(Bulan, 2004). Pada umumnya komponen kimia dari minyak atsiri terdiri dari
campuran hidrogen dan turunannya yangmudah menguap dan diperoleh dari
tanamandengan cara penyulingan uapmengandung oksigen disebut dengan
terpen atau terpenoid.Terpen merupakan persenyawaan hidrogen tidak jenuh dan
satuan terkecil dari molekulnya disebut isoprene (Guenther, 1987).
2.2.2 Penggolongan minyak atsiri
Minyak atsiri mengandung bermacam–macam komponen kimia yang
berbeda, namun komponen tersebut dapat digolongkan kedalam 4 kelompok besar
yang dominan dalam menentukan sifat minyak atsiri, yaitu: (Guenther, 1987).
1. Terpen, yang ada hubungan dengan isopren atau isopentena
2. Persenyawaan berantai lurus, tidak mengandung rantai cabang
3. Turunan benzen
4. Bermacam-macam persenyawaan lainnya
2.2.3 Penyulingan minyak atsiri
Ada tiga macam cara penyulingan yang dapat digunakan untuk memperoleh
minyak atsiri yaitu :
a. Penyulingan dengan air
Penyulingan dengan air (water destillation), ini merupakan cara yang paling
sederhana karena sampel yang akan disuling dimasukkan kedalam drum,
kemudian ditambahkan air dan dipanaskan, setelah itu uap yang terjadi dialirkan
melalui kondensor dan minyak atsiri yang terbentuk ditampung dalam tempat
Pada penyulingan ini, bahan berhubungan langsung dengan air yang
mendidih. Bahan yang disuling direbus dengan air yang ada di dalam ketel
(tangki) penyulingan. Uap air akan menguap dengan membawa uap minyak atsiri
yang dikandung oleh bahan yang disuling. Uap ini kemudian dialirkan melalui
sebuah pipa yang berhubungan dengan kondensor (pendingin), sehingga uap
berubah menjadi air kembali. Cairan campuran antara minyak dan air ditampung
pada sebuah bak pemisah cairan. Pada bak pemisah inilah terjadi pemisahan
antara air dan minyak, hal ini disebabkan karena perbedaan berat jenisnya. Pada
penyulingan cara ini kurang tepat, karena bahan yang tersuling bercampur antara
daun dan ranting-ranting yang menyebabkan bahan sulit bergerak dalam air
mendidih. Keadaan ini menyebabkan penyulingan tidak sempurna, sehingga
rendeman minyak yang dihasilkan menjadi rendah (Sudaryani, dkk, 1998).
b. Penyulingan dengan uap dan air
Prinsip penyulingan dengan cara ini adalah dengan menggunakan tekanan
uap rendah. Pada cara ini bahan tidak berhubungan dengan air. Bahan diletakkan
di atas piringan. Piringan dibuat dari plat atau seng yang diberi lubang (sepeti
ayakan), dan terletak beberapa sentimeter di atas air di dalam ketel. Setelah air
mendidih, uap air akan keluar melalui lubang-lubang piringan dan terus mengalir
melalui sela-sela bahan. Bersama uap air ini akan ikut terbawa minyak atsiri yang
terkandung dalam bahan. Uap air yang timbul disalurkan melalui pipa, dan
selanjutnya masuk ke ketel pendingin. Dalam ketel pendingin ini uap air
berkondensasi menjadi air dan minyak. Campuran antara minyak dan air
terpisah dari minyak, yaitu turun ke bawah permukaan minyak, selanjutnya air
dan minyak ini dipisahkan (Sudaryani, dkk, 1998).
Keuntungan penyulingan dengan uap dan air, yaitu:
- Uap air selalu jernih, basah dan tidak terlalu panas.
- Bahan berhubungan dengan uap saja, tidak dengan air mendidih.
Kelemahan penyulingan dengan uap dan air, yaitu:
- Tidak dapat menghasilkan minyak dengan cepat, karena tekanan uap yang
dihasilkan relatif rendah.
- Untuk mendapat rendeman minyak yang tinggi, perlu waktu penyulingan yang
panjang
c. Penyulingan dengan uap
Penyulingan dengan uap pada dasarnya hanya dengan mengalirkan uap
yang bertekanan tinggi. Pada cara ini ketel perebus air dipisahkan dari ketel
penyuling, yakni ketel yang berisi bahan. Uap air yang dihasilkan pada ketel
perebus air, dialirkan pada sebuah pipa ke dalam ketel penyuling. Bahan yang
disuling diletakkan di atas piringan yang berlubang-lubang di dalam ketel.
Piringan boleh lebih dari satu dan disusun secara bertingkat. Cara untuk
memudahkan bergeraknya uap air ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu harus
disediakan ruang kosong antara bahan yang terletak pada piringan dibawahnya
dengan piringan di atasnya, antara piringan yang terletak pada susunan yang
paling bawah dan alas ketel harus ada ruang yang kosong sebagai tempat
penampungan uap air yang dihasilkan oleh ketel perebus. Uap jernih yang
penyulingan. Bersamaan dengan uap air ini, minyak atsiri akan ikut terbawa,
selanjutnya pipa penyalur disalurkan melalui ketel ketiga yang berfungsi sebagai
kondensor. Setelah mengalami proses kondensasi, campuran minyak dan air
kemudian dicampur pada bak pemisah campuran, dengan adanya perbedaan berat
jenisnya maka air dapat dipisahkan dari minyak. Penyulingan dengan cara ini
akan menghasilkan minyak yang bermutu tinggi (Sudaryani, dkk, 1998).
2.3 Minyak Nilam
Nilam yang sering disebut juga Pogostemon patchouli pellet atau dilem
wangi (Jawa), merupakan tanaman yang belum begitu dikenal secara meluas oleh
masyarakat. Nilam banyak ditanam orang untuk diambil minyaknya dan
merupakan salah satu dari beberapa jenis minyak yang digunakan dalam industri
kosmetika dan banyak dicari konsumen di luar negeri (Sudaryani, dkk, 1998).
Tanaman nilam menghasilkanminyak nilam melalui proses penyulingan dan
termasuk ke dalam salah satu jenis minyak atsiri yang dibutuhkan oleh
masyarakat yang memiliki sifat sebagai berikut: (Sudaryani, dkk, 1998).
1. Sukar menguap dibandingkan dengan minyak atsiri lainnya
2. Dapat larut dalam alkohol
3. Dapat dicampur dengan minyak eteris lainnya
Minyak nilam terdiri dari campuran persenyawaan terpen dengan
alkohol-alkohol, aldehid dan ester-ester yang memberikan bau khas misalnya patchouli
alkohol. Patchouli alkohol merupakan senyawa yang menentukan bau minyak
minyak nilam adalah norpatchoulenol yang terdapat dalam jumlah sedikit.
Patchouli alkohol merupakan seskuiterpen alkohol dapat diisolasi dari minyak
nilam, tidak larut dalam air, larut dalam alkohol, eter atau pelarut organik yang
lain, mempunyai titik didih 140oC pada tekanan 8 mHg. Kristal yang terbentuk
mempunyai titik lebur 56oC. Patchouli alkohol mempunyai berat molekul 222,36
dengan rumus molekul C12H26O (Bulan, 2004).
Bau minyak nilam ini hampir sama dengan minyak cedar. Minyak cedar
sering digunakan untuk memalsukan minyak nilam atau sering digunakan sebagai
bahan pencampur minyak nilam, oleh karena itu untuk mengetahui asli atau
tidaknya minyak nilam, dapat dilakukan dengan sederhana, yaitu dengan
meneteskan minyak tersebut diatas kertas saring, setelah disimpan beberapa hari,
akan tercium minyak cedar atau tidak (Subroto, 2007).
Dalam industri minyak nilam digunakan sebagai fiksasi yang belum dapat
digantikan oleh minyak lain sampai saat ini. Minyak nilam terdiri dari
komponen-komponen yang bertitik didih tinggi sehingga sangat baik dipakai sebagai zat
pengikat dalam industri parfum dan dapat membentuk aroma yang harmonis. Zat
pengikat adalah suatu persenyawaan yang mempunyai daya menguap lebih rendah
atau titik uapnya lebih tinggi daripada zat pewangi sehingga kecepatan penguapan
zat pewangi dapat dikurangi atau dihambat. Penambahan zat pengikat di dalam
parfum dimaksudkan untuk mengikat aroma wangi dan mencegah penguapan zat
pewangi yang terlalu cepat sehingga aroma wangi tidak cepat hilang atau lebih
tahan lama (Subroto, 2007).
dilakukandengan uji laboratorium. Jika kelarutan atau tetapan fisika menunjukkan
angka penurunan, maka minyak nilam tersebut tidak asli atau merupakan hasil
pencampuran (Sudaryani, dkk, 1998).
2.3.1 Manfaat minyaknilam
Salah satu manfaat minyak nilam yang paling utama yaitu sebagai pengikat
wangi pada parfum dan kosmetika. Aroma minyak nilam tergolong kedalam jenis
aroma woodsy, yang merupakan minyak eksotik (exotic oil) untuk meningkatkan
gairah dan semangat, serta bersifat meningkatkan sensualitas. Aroma minyak ini
biasanya digunakan untuk mengharumkan kamar tidur yang dapat memberikan
efek menenangkan dan membuat tidur lebih nyenyak. Nilam juga dapat berfungsi
sebagai antibiotik dan antiradang karena dapat menghadang pertumbuhan jamur
dan mikroba (Subroto, 2007).
Dalam pengobatan tradisional di India, yang lebih dikenal dengan ayurveda,
minyak nilam digunakan untuk penawar racun apabila digigit ular atau serangga.
Minyak nilam murni yang diteteskan pada kapas dan diusapkan pada bagian yang
digigit ular kobra, dapat menetralkan racun/bisa ular sebagai pertolongan pertama
(Subroto, 2007).
Tanaman nilam telah banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Akar
dari tanaman ini digunakan untuk pencahar, bagian daun sebagai deodoran, obat
luka, bawasir, disentri, penyakit empedu, ganguan haid dan obat peluruh haid.
Semua bagian dari tumbuhan ini jugadapat dimanfaatkan sebagai obat sakit
Dalam hal psikoemosional, minyak nilam dapat digunakan untuk
menanggulangi gangguan depresi, gelisah, tegang karena kelelahan, stres,
kebingungan, lesu, tidak bergairah dan dapat meredakan kemarahan. Beberapa
tetes minyak nilam dalam air panas kemudian uapnya dihirup, dapat membantu
menghilangkan stres. Selain itu minyak nilam atau daun nilam kering dapat
dibakar dan berfungsi sebagai pengharum ruangan (Subroto, 2007).
Minyak nilam juga digunakan untuk perawatan kulit yang rusak. Minyak
iniakan menghalangi terjadinya kulit keriput dan pecah-pecah. Aromanya
berkhasiat untuk mengatasi kurang gairah pada pria dan frigid pada wanita
(Agusta, 20001).
Penggunaan 1 gram minyak nilam yang dicampur dengan sampo herbal
dapat mencegah timbulnya ketombe, merangsang pertumbuhan rambut, serta
menjaga warna rambut agar tetap hitam, sehingga mencegah timbulnya uban.
Campuran 10-15 tetes minyak nilam dalam 60 minyak pencampur dapat
digunakan untuk pemijatan. Dalam perawatan pakaian, terutama yang terbuat dari
wol dan sutra, beberapa tetes minyak nilam dapat mencegah ngengat, semut dan
serangga lain yang hidup dalam lemari dan laci (Subroto, 2007).
2.3.2 Parameter mutu minyak nilam
2.3.2.1 Bobot jenis
Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat terhadap air volume sama yang
ditimbang di udara pada suhu yang sama (Depkes RI, 1984).Bobot jenis
merupakan salah satu kriteria yang penting dalam menentukan mutu dan
dicantumkan dalam pustaka. Nilai bobot jenis minyak atsiri berkisar antara
0,696-1,188 pada 15 derajat. Piknometer adalah alat penetapan bobot jenis yang praktis
dan tepat digunakan. Bentuk kerucut piknometer bervolume sekitar 10 ml,
dilengkapi dengan sebuah termometer dan sebuah kapiler dengan gelas penutup
(Guenther, 1987).
2.3.2.2 Bilangan asam
Bilangan asam adalah bilangan yang menunjukkan jumlah miligram
kaliumhidroksida yang diperlukan untuk menetralkan asam bebas yang terdapat
dalam 1 gram zat (Depkes RI, 1984). Minyak atsiri mengandung sejumlah kecil
asam bebas. Jumlah asam bebas biasanya dinyatakan sebagai bilangan asam, dan
jarang dihitung dalam persen asam. Bilangan asam dari suatu minyak
didefenisikan sebagai jumlah miligram KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan
asam bebas dalam 1 gram minyak (Guenther, 1987).
Cara penentuan bilangan asam minyak nilam sangat sederhana, yaitu
dengan cara minyak nilam ditimbang 4 ± 0,05 gram, dilarutkan dalam 5 ml etanol
netral pada labu saponifikasi, ditambah 5 tetes larutan Fenolftaein sebagai
indikator. Larutan tersebut dititrasi dengan KOH 0,1 N sampai warna merah muda
(BSN, 2006).
2.3.2.3 Bilangan ester
Bilang ester adalah jumlah miligram kalium hidroksida yang diperlukan
untuk menyabunkan 1 gram zat (Depkes RI, 1984).Cara penentuan bilangan ester
minyak nilam terlebih dahulu dilakukan pengujian blanko, caranya labu
ditambahkan 5 ml etanol dan 25 ml larutan kalium hidroksida 0,5 N dalam
alkohol, direfluks di atas penangas air mendidih selama 1 (satu) jam setelah
larutan mendidih, diamkan larutan hingga menjadi dingin. Kondensor refluks
dilepaskan dan ditambahkan 5 tetes larutan Fenolftaein dan kemudian dinetralkan
dengan HCl 0,5 N (BSN, 2006).
Pada waktu yang sama dan dalam kondisi yang sama, ditimbang contoh 4
gram ± 0,05 gram dan dimasukan ke dalam labu. Dididihkan dengan hati-hati
ditambahkan 25 ml larutan KOH 0,5 dalam alkohol dan beberapa potong batu
didih atau porselen kemudian dibiarkan larutan menjadi dingin. Kondensator
refluks dilepaskan, ditambahkan 5 tetes larutan PP dan larutan dinetralkan dengan
HCl 0,5 N seperti pada penentuan blanko (BSN, 2006).
2.3.2.4 Kelarutan dalam etanol
Kelarutan dalam etanol digunakan karena banyak minyak atsiri larut dalam
alkohol dan jarang yang larut dalam air, maka kelarutannya dapat diketahui
dengan mudah menggunakan etanol pada berbagai tingkat konsentrasi. Kelarutan
minyak tergantung juga kepada kecepatan daya larut dan kualitas minyak.
Biasanya minyak yang kaya akan komponen oxygenated lebih mudah larut dalam
alkohol daripada yang kaya akan terpen (Guenther, 1987).
Cara penentuan kelarutan minyak nilam dalam etanol yaitu ditempatkan
1 ml contoh dan diukur dengan teliti di dalam gelas ukur yang berukuran 10 ml
atau 25 ml, tambahkan etanol 90%, setetes demi setetes, kocoklah setelah setiap
penambahan sampai diperoleh suatu larutan yang sebening mungkin pada suhu
dengan kekeruhan larutan pembandingan, melalui cairan yang sama tebalnya,
setelah minyak tersebut larut tambahkan etanol berlebih karena beberapa minyak
tertentu mengendap pada penambahan etanol lebih lanjut (BSN, 2006).
3.4 Parameter syarat mutu minyak nilam
Tabel 2.1 Parameter syarat mutu minyak nilam sesuai dengan SNI 06-2385-2006
No Jenis Uji Satuan Persyaratan
1 Warna - Kuning muda–Coklat
kemerahan
2 Bobot jenis 250C/250C - 0,950-0,975
3 Indeks bias (nD20) - 1.507-1,517
4 Kelarutan dalam etanol 90%
pada suhu 200C ± 30C -
Larutan jernih atau opelesensi ringan dalam perbandingan volume 1:10
5 Bilangan asam - Maks 8
6 Bilangan ester - Maks 20
7 Putaran optik - (-) 480 – (-) 650
8 Patchouli alkohol (C12H26O) Mg/k Min 30
9 Alpha copaene (C15H24) g Maks 0,5
BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat Pengujian
Penentuan bilangan asam, bobot jenis dan kelarutan minyak nilam dalam
etanol dilakukan di UPT. Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB)
Dinas Perindustrian dan Perdagangan yang bertempat di jalan STM No.17 Medan
3.2 Sampel
Sampel yang digunakan adalah minyak nilam yang berasal dariC.V sari jaya
jln. Bandung ujung Medan.
3.3 Alat
3.3.1 Penentuan bilangan asam pada minyak nilam sesuai dengan SNI 06-2385-2006
Alat yang digunakan pada penentuan bilangan asam minyak nilam adalah
buret dengan skala terbagi dalam sepersepuluh mililiter, labu penyabunan
berkapasitas 250 ml, dan neraca analitik.
3.3.2 Penentuan bobot jenis pada minyak nilam sesuai dengan SNI 06-2385-2006
Alat yang digunakan pada penentuan bobot jenis minyak nilam adalah
penangas air yang dilengkapi dengan thermostat, piknometer berkapasitas 25 ml
dan timbangan analitik.
3.3.3 Penentuan kelarutan minyak nilam dalam etanol sesuai dengan SNI 06-2385-2006
Alat yang digunakan pada penentuan kelarutan minyak nilam dalam etanol
3.4 Bahan
3.4.1 Penentuan bilangan asam pada minyak nilam sesuai dengan SNI 06-2385- 2006
Bahan yang digunakan pada penentuan bilangan asam minyak nilam adalah
etanol 95%, kalium hidroksida (KOH) 0,1 N dalam etanol yang
disatandarisasikan.
3.4.2 Penentuan bobot jenis pada minyak nilam sesuai dengan SNI 06-2385- 2006
Bahan yang digunakan pada penentuan bobot jenis minyak nilam adalah
minyak nilam dan akuades.
3.4.3 Penentuan kelarutan minyak nilam dalam etanol sesuai dengan SNI 06-2385-2006
Bahan yang digunakan pada penentuan kelarutan minyak nilam dalam
etanol adalah etanol 90%, dan larutan pembanding untuk kekeruhan yang baru
saja dibuat dengan menambahkan 0,5 ml larutan perak nitrat 0,1 N ke dalam 50
ml larutan natrium khlorida 0,0002 N dan dikocok yang kemudian ditambahkan
dengan satu tetes asam nitrat encer (25 %) dan amati setelah 5 menit, lindungi dari
sinar matahari langsung.
3.5 Prosedur
3.5.1 Penentuan bilangan asam pada minyak nilam sesuai dengan SNI 06-2385- 2006
Prosedur kerja yang dilakukan pada penentuan bilangan asam minyaknilam,
yaitu ditimbang 4g +0,05 g contoh minyak, larutkan dalam 5 ml etanol netral pada
labu saponifikasi penyabunan, setelah itu ditambahkan 5 tetes larutan
hidroksida 0,1 N sampai warna merah muda.
3.5.2 Penentuan bobot jenis pada minyak nilam sesuai dengan SNI 06-2385-2006
Prosedur kerja yang dilakukan pada penentuan bobot jenis minyak nilam,
yaitu cuci dan bersihkan piknometer, kemudian bilas dengan etanol, keringkan
bagian dalam piknometer tersebut dengan arus udara dingin dan sisipkan
tutupnya, biarkan piknometer di dalam lemari timbangan selama 30 menit dan
timbang (m), isi piknometer dengan air suling yang telah didihkan dan biarkan
dan biarkan pada suhu 250C, sambil menghindari adanya gelembung-gelembung
udara, celupkan piknometer ke dalam penangas air pada suhu 250C ± 0,20C
selama 30 menit, sisipkan penutupnya dan keringkan piknometernya, biarkan
piknometer di dalam lemari timbangan selama 30 menit, kemudian timbang
dengan isinya (m1), kosongkan piknometer tersebut, cuci dengan etanol, kemudian
keringkan dengan arus udara kering.Isilah piknometer dengan contoh minyak dan
hindari adanya gelembung udara, celupkan kembali piknometer ke dalam
penangas air pada suhu 250C ± 0,20C selama 30 menit, sisipkan tutupnya dan
keringkan piknometer tersebut, biarkan piknometer di dalam lemari timbangan
selama 30 menit dan timbang (m2).
3.5.3 Penentuan kelarutan minyak nilam dalam etanol sesuai dengan SNI 06-2385-2006
Prosedur kerja yang dilakukan pada penentuan kelarutan minyak
nilamdalam etanol yaitu ditempatkan 1 ml contoh dan diukur dengan teliti di
dalam gelas ukur yang berukuran 10 ml atau 25 ml, tambahkan etanol 90%,
larutan yang sebening mungkin pada suhu 20°C, bila larutan tersebut tidak
bening, bandingkanlah kekeruhan yang terjadi dengan kekeruhan larutan
pembandingan, melalui cairan yang sama tebalnya, setelah minyak tersebut larut
tambahkan etanol berlebih karena beberapa minyak tertentu mengendap pada
penambahan etanol lebih lanjut.
3.6 Perhitungan
3.6.1 Penentuan bilangan asam pada minyak nilam sesuai dengan SNI 06-2385-2006
Cara menghitung bilangan asam pada minyak nilam digunakan rumus
sebagai berikut :
Keterangan :56,1 = bobot setara KOH
v = larutan KOH yang diperlukan (ml) N = normalitas larutan KOH (N) m = massa contoh yang di uji
3.6.2 Penentuan bobot jenis pada minyak nilam sesuai dengan SNI 06-2385-2006
Cara menghitung bobot jenis pada minyak nilam digunakan rumus sebagai
berikut :
Keterangan : m = massa,piknometer kosong,
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1Hasil
Pada percobaan penetapan bilangan asam, bobot jenis dan kelarutan dalam
etanol dari minyak nilam yang dilakukan secara duplo, diketahui bahwa nilai
rata-rata minyak nilam yang diuji pada bilangan asam 3, 7555, bobot jenis0,9606 dan
kelarutan dalam etanol dengan perbandingan 1:7. Contoh perhitungan hasil
pengujian dapat dilihat di Lampiran 2.
4.2 Pembahasan
Minyak nilam yang diuji memenuhi persyaratan bilangan asam, bobot jenis
dan kelarutan dalam etanol, karena berdasarkan SNI 06-2385-2006, syarat untuk
bilangan asam maksimal 8, bobot jenis pada rentang 0,950-0,975 dan kelarutan
dalam etanol dengan perbandingan 1:10 (BSN, 2006).
Bilangan asam adalah bilangan yang menunjukkan jumlah miligram kalium
hidroksida yang diperlukan untuk menetralkan asam bebas yang terdapat dalam 1
gram zat (Depkes RI, 1984). Minyak atsiri mengandung sejumlah kecil asam
bebas. Jumlah asam bebas biasanya dinyatakan sebagai bilangan asam, dan jarang
dihitung dalam persen asam (Guenther, 1987).
Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat terhadap air volume sama yang
ditimbang di udara pada suhu yang sama (Depkes RI, 1984).Bobot jenis
merupakan salah satu kriteria penting dalam menentukan mutu dan kemurnian
dicantumkan dalam pustaka. Piknometer adalah alat penetapan bobot jenis yang
praktis dan tepat digunakan, dilengkapi dengan sebuah termometer dan kapiler
bertutup (Guenther, 1987).
Kelarutan dalam alkohol digunakan karena banyak minyak atsiri larut dalam
alkohol dan jarang yang larut dalam air, maka kelarutannya dapat diketahui
dengan mudah dengan menggunakan alkohol pada berbagai tingkat konsentrasi.
Menurut kelarutan minyak, tergantung juga kepada kecepatan daya larut dan
kualitas minyak. Biasanya minyak yang kaya akan komponen oxygenated lebih
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari pengujian yang dilakukan, hasil rata-rata bilangan asam yaitu 3, 7555,
bobot jenis yaitu 0,9606dan kelarutan minyak nilam dalam etanol yaitu 1:7, maka
dapat disimpulkan bahwa minyak nilam yang diuji memenuhi persyaratan sesuai
dengan SNI 06-2385-2006.
5.2 Saran
- Sebaiknya dilakukan pengujian terhadap seluruh parameter minyak nilam,
tidak hanyapengujianbilangan asam, bobot jenis dan kelarutan dalam etanol,
tetapi juga parameter lainnya seperti indeks bias dan patchouli alcohol.
- Diharapkan dinas–dinasyang menangani pengujian minyak atsiri, melengkapi
seluruh peralatan yang diperlukan pada saat pengujian dan dapat
DAFTAR PUSTAKA
Agusta, A. (20001). Aromaterapi Cara Sehat Dengan Wewangian. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 58
Agusta, A. (20002). MinyakAtsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Bandung: ITB. Hal. 1-2.
Alam, P.N. (2007). Aplikasi Proses Pengkelatan Untuk Peningkatan Mutu Minyak Nilam Aceh. Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan. April: 6(2) : 63-66.
BSN. (2006). Minyak Nilam(Pogostemon patchouli) SNI 06-2385-2006). Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. Hal. 1-8.
Bulan, R. (2004). Esterifikasi Patchouli Alkohol Hasil Isolasi dari Minyak Daun
Nilam (patchouli oil). USU Digital Library. Hal: 3.
Depkes RI. (1984). Farmakope Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Departemeen Kesehatan RI. Hal. 767, 807 dan 810.
Firmanto, B. H. (2009). Budidaya Tanaman Industri Wewangian Nilam. Bandung: CV. Walatra. Hal. 5 dan13.
Guenther, E. (1987). Minyak Atsiri Jilid I. Jakarta: Universitas Indonesia-Press. Hal. 552-575.
Halimah. D. P. P. (2010). Minyak Atsiri dari Tanaman Nilam (pogostemon
cablinbenth) Melalui Metode Fermentasi dan Hidrodistilasi Serta Uji
Bioaktivitasnya. Prosiding. KIMIA FMIPA–ITS.
Hariyanti, S. (2010). Respon Pertumbuhan Jumlah dan Luas Daun
Nilam(Pogostemon cablin Benth) pada Tingkat Naungan yang Berbeda.
Respon Pertumbuhan Jumlah. Hal. 20-26.
Irawan, B. (2010). Peningkatan Mutu Minyak Nilam Dengan Ekstraksi Dan Destilasi Pada Berbagai Komposisi Pelarut. ISSN. April: 1411-4216.
Lutony, T.L; Yeyet, R. (2002). Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 1-2.
Nuryani, Y; Emmyzar dan Wiratno. (2005). Budidaya Tanaman Nilam. Sirkuler. April: 12 : 1-6.
Sastrohamidjojo, H. (2004). Kimia Minyak Atsiri. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 1dan 192.
Subroto, T. (2007). Budidaya dan Penyulingan Minyak Nilam. Bandung: PT. Pribumi Mekar. Hal. 1-5, 10,dan 11.
Sudaryani, Titik dan Endang, S. (1998). Budidaya dan Penyulingan Nilam. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal 1,2, 7-10, 30-35
LAMPIRAN
Lampiran I : Gambar alat dan bahan pengujian pada minyak nilam
Gambar 1. Daun nilam (Pogostemon Cablin Benth)
Gambar 2. Sampel minyak nilam
Gambar 4. Kelarutan minyak nilam dalam etanol
Gambar 5. Uji blanko pada pengujian bilangan asam
Gambar 7. Penangas air/water bath
Lampiran 2 : Tabel data pengujian
Tabel 1Hasil penentuan bilangan asam pada minyak nilam
Rumus :
Normalitas KOH = 0,02
126
�
Berat sampel Volume sampel Volume blanko
=
15,9621Tabel 2Hasil penentuan bobot jenis pada minyak nilam
Rumus :
Keterangan : m = massa, dalam gram, piknometer kosong,
m1 = massa, dalam gram, piknometer berisi air pada 250C,
m2 = massa, dalam gram, piknometer berisi contoh pada 250C
Perhitungan:
Hasil bobot jenis I = 54,7304−31,0779
= 24,1816
25,1487 = 0,9617
Hasil rata-rata bobot jenis = 0,9595 + 0,9617
2 = 0,9606
Tabel 3 keseluruhan hasil dari minyak nilam
Bilangan asam Kelarutan dalam etanol
Bobot jenis
I II I II
3,9645 3,5465 0,9595 0,9617
Lampiran 3 : Parameter syarat mutu minyak nilam sesuai dengan SNI 06-2385-2006
Tabel 4 : Parameter syarat mutu minyak nilam sesuai dengan SNI 06-2385-2006
No Jenis Uji Satuan Persyaratan
1 Warna - Kuning muda–Coklat
kemerahan
2 Bobot jenis 250C/250C - 0,950-0,975
3 Indeks bias (nD20) - 1.507-1,517
4 Kelarutan dalam etanol 90%
pada suhu 200C ± 30C -
Larutan jernih atau opelesensi ringan dalam perbandingan volume 1:10
5 Bilangan asam - Maks 8
6 Bilangan ester - Maks 20
7 Putaran optik - (-) 480 – (-) 650
8 Patchouli alkohol (C12H26O) Mg/k Min 30
9 Alpha copaene (C15H24) g Maks 0,5