• Tidak ada hasil yang ditemukan

TA : Rancang Bangun Sistem Informasi Monitoring Antrian Pada Koperasi Setia Bhakti Wanita Berbasis Web.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TA : Rancang Bangun Sistem Informasi Monitoring Antrian Pada Koperasi Setia Bhakti Wanita Berbasis Web."

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh:

Nama : Muhamad Revo Dwi Putro

NIM : 08.41010.0074

Program Studi : Strata 1

Jurusan : Sistem Informasi

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA

(2)

i

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR GAMBAR ... 4

DAFTAR TABEL ... 9

DAFTAR LAMPIRAN ... 11 BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

1.1 Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined. 1.2 Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. 1.3 Batasan Masalah ... Error! Bookmark not defined. 1.4 Tujuan ... Error! Bookmark not defined. 1.5 Sistematika Penulisan ... Error! Bookmark not defined. BAB II LANDASAN TEORI ... Error! Bookmark not defined. 2.1 Sistem Monitoring ... Error! Bookmark not defined. 2.1.1 Definisi ... Error! Bookmark not defined. 2.1.2 Efektifitas Sistem Monitoring ... Error! Bookmark not defined. 2.1.3 Tujuan Sistem Monitoring ... Error! Bookmark not defined. 2.1.4 Bentuk-Bentuk Sistem Monitoring ... Error! Bookmark not defined. 2.2 Sistem Antrian ... Error! Bookmark not defined.

(3)

ii

2.3.1 Definisi ... Error! Bookmark not defined. 2.3.2 Klasifikasi ... Error! Bookmark not defined. 2.3.3 Karakteristik ... Error! Bookmark not defined.

2.4 Socket ... Error! Bookmark not defined.

2.6 System Development Life Cycle (SDLC) . Error! Bookmark not defined.

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM ... Error! Bookmark not defined.

3.1 Analisis Sistem... Error! Bookmark not defined. 3.1.1 Hasil Analisis ... Error! Bookmark not defined. 3.1.2 Analisis Kebutuhan Sistem ... Error! Bookmark not defined. 3.2 Perancangan Sistem ... Error! Bookmark not defined. 3.2.1 Use Case Monitoring Antrian ... Error! Bookmark not defined. 3.2.2 Activity Diagram dan Flow of Event . Error! Bookmark not defined.

3.2.3 Sequence Diagram ... Error! Bookmark not defined. 3.2.4 Class Diagram Monitoring Antrian .. Error! Bookmark not defined. 3.3 Perancangan User Interface ... Error! Bookmark not defined.

3.3.1 Desain Form Penangkapan Data ... Error! Bookmark not defined. 3.3.2 Desain Form Laporan Monitoring Antrian ... Error! Bookmark not defined.

(4)

iii

4.1 Kebutuhan sistem ... Error! Bookmark not defined. 4.1.1 Menangkap data ... Error! Bookmark not defined. 4.1.2 Menampilkan Laporan ... Error! Bookmark not defined. 4.2 Implementasi Sistem ... Error! Bookmark not defined.

4.2.1 Tampilan Penangkapan Data ... Error! Bookmark not defined. 4.3.2 Tampilan Laporan Monitoring Antrian ... Error! Bookmark not defined.

(5)

4

Gambar 2.1 Single Channel Single Phase ... Error! Bookmark not defined. Gambar 2.2 Single Channel – Multi Phase ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 2.3 Multi Channel Single Phase ... Error! Bookmark not defined. Gambar 2.4 Multi Channel – Multi Phase ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 2.5 Diagram Segitiga Pemasaran Jasa ... Error! Bookmark not defined. Gambar 2.6 Ilustrasi komunikasi antar socket ... Error! Bookmark not defined. Gambar 2.7 Langkah-langkah kerja socket server . Error! Bookmark not defined. Gambar 2.8 Metode Prototype ... Error! Bookmark not defined. Gambar 3.1 Workflow Simpanan ... Error! Bookmark not defined. Gambar 3.2 Workflow Pinjaman ... Error! Bookmark not defined. Gambar 3.3 Blok Diagram Sistem Informasi Monitoring AntrianError! Bookmark not defined.

Gambar 3.4 Penerapan socket client-server pada proses monitoringError! Bookmark not defined.

Gambar 3.5 Alur proses mengolah data ... Error! Bookmark not defined. Gambar 3.6 Use Case Monitoring Antrian ... Error! Bookmark not defined. Gambar 3.8 Activity Diagram Menangkap Data .... Error! Bookmark not defined. Gambar 3.9 Activity Diagram Menyimpan Data ... Error! Bookmark not defined. Gambar 3.10 Activity Diagram Menampilkan Laporan ... Error! Bookmark not defined.

(6)

5

Gambar 3.13 Notasi Class Currentantrian ... Error! Bookmark not defined. Gambar 3.14 Notasi Class Status ... Error! Bookmark not defined. Gambar 3.15 Notasi Class Pegawai ... Error! Bookmark not defined. Gambar 3.16 Notasi Class ClientPenangkapanDataError! Bookmark not defined. Gambar 3.17 Notasi Class MenuAntrian ... Error! Bookmark not defined. Gambar 3.18 Notasi Class MenuTransaksi ... Error! Bookmark not defined. Gambar 3.19 Notasi Class MenuPetugas ... Error! Bookmark not defined. Gambar 3.20 Notasi Class MenuPelayanan ... Error! Bookmark not defined. Gambar 3.21 Notasi Class TangkapData ... Error! Bookmark not defined. Gambar 3.22 Notasi Class LaporanAntrian ... Error! Bookmark not defined. Gambar 3.23 Class diagram monitoring antrian.... Error! Bookmark not defined. Gambar 3.24 Desain Form Penangkapan Data ... Error! Bookmark not defined. Gambar 3.25 Form laporan monitoring antrian ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.1 Blok Diagram Monitoring Data ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.2 Arsitektur Sistem Informasi Monitoring AntrianError! Bookmark not defined.

Gambar 4.3 Bagan Implemetasi Menangkap Data Error! Bookmark not defined. Gambar 4.4 Bagan Implemetasi Menampilakan Laporan.... Error! Bookmark not defined.

(7)

6

Gambar 4.9 Halaman Awal Laporan Monitoring Antrian ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.10 Halaman menu laporan transaksi ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.11 Halaman detail laporan transaksi ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.12 Halaman menu laporan petugas kasirError! Bookmark not defined. Gambar 4.13 Halaman detail laporan petugas kasirError! Bookmark not defined. Gambar 4.14 Halaman menu laporan petugas PJ kartu ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.15 Halaman detail laporan petugas PJ kartu ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.16 Halaman menu laporan petugas informasi ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.17 Halaman detail laporan petugas informasi ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.18 Halaman Menu Laporan Pelayanan . Error! Bookmark not defined. Gambar 4.19 Contoh Laporan Pelayanan pada Bulan SeptemberError! Bookmark not defined.

Gambar 4.20 Penentuan IP address server yang dituju ... Error! Bookmark not defined.

(8)

7

(9)

8

Gambar 4.47 Pembuktian Test Case ID 6.3 ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.48 Submenu petugas ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.49 Detail grafik petugas ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.50 Pembuktian submenu kasir Test Case ID 7.1 . Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.51 Pembuktian submenu PJ kartu Test Case ID 7.1Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.52 Pembuktian submenu informasi Test Case ID 7.1Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.53 Pembuktian submenu kasir Test Case ID 7.2 . Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.54 Pembuktian submenu PJ kartu Test Case ID 7.2Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.55 Pembuktian submenu informasi Test Case ID 7.2Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.56 Pembuktian submenu kasir Test Case ID 7.3 . Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.57 Pembuktian submenu PJ kartu Test Case ID 7.3Error! Bookmark not defined.

(10)

9

(11)

10

(12)

11

(13)

12

(14)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Koperasi Setia Bhakti Wanita adalah badan usaha milik sekelompok orang yang mengorganisasikan berbagai kegiatan ekonomi yang bertujuan untuk mensejahterakan anggotanya. Koperasi ini mempunyai struktur organisasi yang dipimpin oleh beberapa pengurus yang membawahi karyawan dan Pembimbing Penyuluh Lapangan (PPL). PPL adalah perantara yang diberikan koperasi untuk setiap kelompok yang terdaftar, guna untuk mempererat hubungan antara anggota kelompok dengan koperasi dan membimbing anggota-anggota kelompok untuk mengikuti kegiatan yang dirancang oleh koperasi. Kegiatan-kegiatannya antara lain yaitu Simpan Pinjam, Swalayan, Learning Center, Griya Tamu, dan E-Kopwan. Dari beberapa kegiatan yang dijalankan, Simpan Pinjam merupakan proses bisnis utama yang paling mendasar karena dari dana Simpan Pinjam anggota yang diolah menjadikan koperasi ini dapat berkembang lebih besar lagi.

(15)

2

salah satu dari 4 menu transaksi yang terdiri dari PJ kartu atas, PJ kartu bawah, informasi atas, dan informasi bawah. Menu PJ kartu ditujukan untuk anggota yang ingin melakukan transaksi pembayaran angsuran dan simpanan (individu) sedangkan menu informasi untuk anggota yang ingin melakukan transaksi pengajuan pinjaman.

Dengan jumlah anggota yang mencapai 10.000 orang, Simpan Pinjam memiliki potensi yang tinggi untuk menarik lebih banyak lagi anggota sedangkan saat ini sistem antrian di Simpan Pinjam hanya bisa menghasilkan sebatas pengurutan nomor antrian. Manager HRD tidak mendapatkan history laporan dari sistem antrian, belum tersedianya history laporan mengakibatkan manager HRD kesulitan dalam melakukan monitoring antrian yang nantinya manager HRD membutuhkan informasi itu untuk meningkatkan layanan.

Monitoring yang dibutuhkan manager HRD agar mendapatkan informasi

dalam antrian Simpan Pinjam tidak bisa dilakukan secara manual. Karena deretan langkah yang panjang dan mempunyai beberapa proses yang berbeda dalam transaksinya, oleh sebab itu sebaiknya diadakan perbaikan pada sistem antrian yang sudah berjalan dengan mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan manager HRD. Antrian anggota yang berlangsung di Simpan Pinjam sebaiknya dibuat sebagai suatu sistem yang menghasilkan monitoring antrian. Monitoring tersebut akan memuat

history antrian di Simpan Pinjam, waktu yang dibutuhkan untuk proses transaksi dan

karyawan-karyawan yang bertugas di Simpan Pinjam.

(16)

3

disimpan ke database setelah itu akan diolah oleh sistem untuk menghasilkan output dari Sistem Informasi Monitoring ini yaitu informasi real time antrian yang terjadi, informasi total antrian per periode, informasi petugas loket (jumlah antrian per loket), informasi pelayanan (total layanan, total waktu layanan). Informasi yang dihasilkan oleh sistem dapat digunakan untuk melakukan peningkatan layanan, antara lain memberikan gambaran manager HRD untuk kinerja petugas pada loket transaksi,

manager HRD melihat kinerja petugas loket dari waktu pelayanan serta total antrian

tiap harinya. Selain itu dapat memberikan gambaran pada manager HRD dalam setiap bulan antrian yang menumpuk agar bisa direspon dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalahnya adalah Bagaimana merancang dan membangun sistem informasi

monitoring antrian pada Koperasi Setia Bhakti Wanita yang dapat mengolah dan

memberikan informasi antrian? 1.3 Batasan Masalah

Dari uraian latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka dibuat batasan masalah sebagai berikut:

1. Tidak membahas tentang keputusan manager HRD 2. Tidak membahas tentang kinerja petugas

(17)

4

4. Tidak membahas masalah keamanan dalam lingkup web server dan database

server.

1.4 Tujuan

Sesuai dengan permasalahan yang ada maka tujuan dari dibuatnya perangkat lunak ini adalah menghasilkan sistem informasi monitoring antrian yang terdapat laporan real time antrian yang terjadi, laporan total antrian per periode, laporan petugas loket (jumlah antrian per loket), laporan pelayanan (total layanan, total waktu layanan). Laporan-laporan tersebut digunakan oleh manager HRD untuk mengevaluasi antrian di bagian simpan pinjam.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan di dalam memahami persoalan dan pembahasannya, maka penulisan laporan Tugas Akhir ini dibuat dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dikemukakan hal-hal yang menjadi latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan yang ingin dicapai serta sistematika penulisan laporan tugas akhir ini

BAB II LANDASAN TEORI

(18)

5

Pada bab ini dibahas tentang gambaran umum dan perancangan dari sistem yang dibuat. Perancangan sistem yang dibuat meliputi use case

diagram, activity diagram, sequence diagram, diagram dan desain

input output.

BAB IV IMPLEMENTASI dan EVALUASI

Pada bab ini dibahas tentang implementasi dari sistem yang dibuat secara keseluruhan serta melakukan pengujian terhadap aplikasi yang dibuat untuk mengetahui apakah sistem tersebut dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi sesuai dengan yang diharapkan. Pengujian sistem dilakukan pada validasi input, fungsionalitas sistem, dan non-fungsionalitas sistem.

BAB V PENUTUP

(19)

6 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Monitoring 2.1.1 Definisi

Monitoring didefinisikan sebagai siklus kegiatan yang mencakup

pengumpulan, peninjauan ulang, pelaporan, dan tindakan atas informasi suatu proses yang sedang diimplementasikan (Mercy, 2005). Umumnya, monitoring digunakan dalam checking antara kinerja dan target yang telah ditentukan.

Monitoring ditinjau dari hubungan terhadap manajemen kinerja adalah proses

terintegrasi untuk memastikan bahwa proses berjalan sesuai rencana (on the

track). Monitoring dapat memberikan informasi keberlangsungan proses untuk

menetapkan langkah menuju ke arah perbaikan yang berkesinambungan. Pada pelaksanaannya, monitoring dilakukan ketika suatu proses sedang berlangsung. Level kajian sistem monitoring mengacu pada kegiatan per kegiatan dalam suatu bagian (Wrihatnolo, 2008), misalnya kegiatan pemesanan barang pada supplier oleh bagian purchasing. Indikator yang menjadi acuan monitoring adalah output per proses / per kegiatan.

(20)

Pada dasarnya, monitoring memiliki dua fungsi dasar yang berhubungan, yaitu compliance monitoring dan performance monitoring (Mercy, 2005).

Compliance monitoring berfungsi untuk memastikan proses sesuai dengan

harapan / rencana. Sedangkan, performance monitoring berfungsi untuk mengetahui perkembangan organisasi dalam pencapaian target yang diharapkan.

Umumnya, output monitoring berupa progress report proses. Output tersebut diukur secara deskriptif maupun non-deskriptif. Output monitoring bertujuan untuk mengetahui kesesuaian proses telah berjalan. Output monitoring berguna pada perbaikan mekanisme proses / kegiatan di mana monitoring dilakukan.

2.1.2 Efektifitas Sistem Monitoring

Sistem monitoring akan memberikan dampak yang baik bila dirancang

dan dilakukan secara efektif. Berikut kriteria sistem monitoring yang efektif

(Mercy, 2005):

1. Sederhana dan mudah dimengerti (user friendly). Monitoring harus dirancang

dengan sederhana namun tepat sasaran. Konsep yang digunakan adalah

singkat, jelas, dan padat. Singkat berarti sederhana, jelas berarti mudah

dimengerti, dan padat berarti bermakna (berbobot).

2. Fokus pada beberapa indikator utama. Indikator diartikan sebagai titik kritis

dari suatu scope tertentu. Banyaknya indikator membuat pelaku dan obyek

monitoring tidak fokus. Hal ini berdampak pada pelaksanaan sistem tidak

terarah. Maka itu, fokus diarahkan pada indikator utama yang benar-benar

(21)

3. Perencanaan matang terhadap aspek-aspek teknis. Tujuan perancangan sistem

adalah aplikasi teknis yang terarah dan terstruktur. Maka itu, perencanaan

aspek teknis terkait harus dipersiapkan secara matang. Aspek teknis dapat

menggunakan pedoman 5W1H, meliputi apa, mengapa, siapa, kapan, di mana

dan bagaimana pelaksanaan sistem monitoring.

4. Prosedur pengumpulan dan penggalian data. Selain itu, data yang didapatkan dalam pelaksanaan monitoring pada on going process harus memiliki prosedur

tepat dan sesuai. Hal ini ditujukan untuk kemudahan pelaksanaan proses masuk

dan keluarnya data. Prosedur yang tepat akan menghindari proses input dan

output data yang salah (tidak akurat).

2.1.3 Tujuan Sistem Monitoring

Terdapat beberapa tujuan sistem monitoring. Tujuan sistem monitoring dapat ditinjau dari beberapa segi, misalnya segi obyek dan subyek yang dipantau, serta hasil dari proses monitoring itu sendiri. Adapun beberapa tujuan dari sistem

monitoring yaitu (Amsler, dkk, 2009) yaitu:

1. Memastikan suatu proses dilakukan sesuai prosedur yang berlaku. Sehingga, proses berjalan sesuai jalur yang disediakan (on the track).

2. Menyediakan probabilitas tinggi akan keakuratan data bagi pelaku monitoring. 3. Mengidentifikasi hasil yang tidak diinginkan pada suatu proses dengan cepat

(tanpa menunggu proses selesai).

(22)

2.1.4 Bentuk-Bentuk Sistem Monitoring

Sistem monitoring dapat dilakukan dengan berbagai bentuk/metode implementasi. Bentuk implementasi sistem monitoring tidak memiliki acuan baku, sehingga pelaksanaan sistem mengacu ke arah improvisasi individu dengan penggabungan beberapa bentuk. Penggunaan bentuk sistem monitoring disesuaikan dengan situasi dan kondisi organisasi. Situasi dan kondisi dapat berupa tujuan organisasi, ukuran dan sifat proses bisnis perusahaan, serta budaya/etos kerja. Mengemukakan tujuh bentuk aktivitas dari sistem monitoring, yaitu (Williams, 1998):

1. Observasi proses kerja, misalnya dengan melakukan visit pada fasilitas kerja, pemantauan kantor, lantai produksi, maupun karyawan yang sedang bekerja 2. Membaca dokumentasi laporan, berupa ringkasan kinerja dan progress report 3. Melihat display data kinerja lewat layar komputer

4. Melakukan inspeksi sampel kualitas dari suatu proses kerja

5. Melakukan rapat pembahasan perkembangan secara individual maupun grup 6. Melakukan survei klien/konsumen untuk menilai kepuasan akan produk atau

layanan jasa suatu organisasi

7. Melakukan survei pasar untuk menilai kebutuhan konsumen sebagai pedoman dalam tindak lanjut perbaikan.

2.2 Sistem Antrian 2.2.1 Definisi

(23)

mendapatkan pelayanan dan kemudian meninggalkan sistem setelah dilayani. Dalam sistem antrian terdapat beberapa komponen dasar proses antrian antara lain adalah (Gross dan Harris , 2001):

1. Kedatangan

Setiap masalah antrian melibatkan kedatangan, misalnya orang, mobil, panggilan telepon untuk dilayani, dan lain-lain. Unsur ini sering dinamakan proses

input. Proses input meliputi sumber kedatangan atau biasa dinamakan calling

population, dan cara terjadinya kedatangan yang umumnya merupakan variabel

acak. Karakteristik dari populasi yang akan dilayani dapat dilihat menurut ukurannya, pola kedatangan, serta perilaku dari populasi yang akan dilayani. Menurut ukurannya, populasi yang dilayani bisa terbatas (finite) dan tidak terbatas (infinite). Pola kedatangan bisa teratur, dapat pula bersifat acak atau random. Variabel acak adalah suatu variabel yang nilainya bisa berapa saja sebagai hasil dari percobaan acak. Variabel acak dapat berupa diskrit atau kontinu. Bila variabel acak hanya dimungkinkan memiliki beberapa nilai saja, maka ia merupakan variabel acak diskrit. Sebaliknya bila nilainya dimungkinkan bervariasi pada rentang tertentu, ia dikenal sebagai variabel acak kontinu.

2. Pelayanan

(24)

yang ditemui pada loket seperti pada penjualan tiket di gedung bioskop. Dalam mekanisme pelayanan ini ada tiga aspek yang harus diperhatikan yaitu :

a. Tersedianya pelayanan

Mekanisme pelayanan tidak selalu tersedia untuk setiap saat. Misalnya dalam pertunjukan bioskop, loket penjualan karcis hanya dibuka pada waktu tertentu antara satu pertunjukan dengan pertunjukan berikutnya, sehingga saat loket ditutup mekanisme pelayanan terrhenti dan petugas beristirahat.

b. Kapasitas pelayanan

Kapasitas dari mekanisme pelayanan diukur berdasarkan jumlah pelanggan yang tidak dapat dilayani secara bersama-sama. Kapasitas pelayan yang tidak selalu sama untuk setiap saat, ada yang tetap. Ada juga yang berubah-ubah. Karena itu, fasilitas pelayanan dapat memiliki satu atau lebih saluran. Fasilitas yang mempunyai satu saluran disebut saluran tunggal atau sistem pelayanan tunggal dan fasilitas yang mempunyai lebih dari satu saluran disebut saluran ganda atau pelayanan ganda.

c. Lama pelayanan

(25)

3. Antrian

Timbulnya antrian terutama tergantung dari sifat kedatangan dan proses pelayanan. Jika tak ada antrian berarti terdapat pelayan yang menganggur atau kelebihan fasilitas pelayanan (Mulyono, 1991).

2.2.2 Disiplin Antrian

Disiplin antrian adalah aturan di mana para pelanggan dilayani, atau

disiplin pelayanan (service discipline) yang memuat urutan (order) para

pelanggan menerima layanan. Ada 4 bentuk - bentuk disiplin antrian menurut

urutan kedatangan antara lain adalah (Kakiay, 2004):

1. First Come First Served (FCFS) atau First In First Out (FIFO), di mana

pelanggan yang terlebih dahulu datang akan dilayani terlebih dahulu. Misalnya,

antrian pada loket pembelian tiket bioskop, antrian pada loket pembelian tiket

kereta api.

2. Last Come First Served (LCFS) atau Last In First Out (LIFO), di mana

pelanggan yang datang paling akhir akan dilayani terlebih dahulu. Misalnya,

sistem antrian pada elevator untuk lanti yang sama, sistem bongkar muat

barang dalam truk, pasien dalam kondisi kritis, walaupun dia datang paling

akhir tetapi dia akan dilayani terlebih dahulu.

3. Service In Random Order (SIRO) atau Random Selection for Service (RSS), di

mana panggilan didasarkan pada peluang secara random, jadi tidak menjadi

permasalahan siapa yang lebih dahulu datang. Misalnya, pada arisan di mana

(26)

4. Priority Service (PS), di mana prioritas pelayanan diberikan kepada pelanggan

yang mempunyai prioritas lebih tinggi dibandingkan dengan pelanggan yang

mempunyai prioritas yang lebih rendah, meskipun mungkin yang dahulu tiba di

garis tunggu adalah yang terakhir datang. Hal ini mungkin disebabkan oleh

beberapa hal, misalnya seseorang yang memiliki penyakit yang lebih berat

dibandingkan orang lain pada suatu tempat praktek dokter, hubungan

kekerabatan pelayan dan pelanggan potensial akan dilayani terlebih dahulu.

Dari bentuk-bentuk displin antrian yang dijelaskan diatas, Koperasi Setia

Bhakti Wanita menganut pada bentuk yang pertama yaitu FIFO. Karena sistem

antrian yang mengarahkan anggota untuk mengambil nomor antrian lalu

menunggu nomor antriannya dipanggil dan tertera di display petugas loket itu

jelas mengartikan anggota yang datang terlebih dahulu akan dilayani terlebih

dahulu.

2.2.3 Struktur Antrian

Ada 4 model struktur antrian dasar yang umum terjadi dalam seluruh

sistem antrian (Kakiay, 2004) :

1. Single Channel – Single Phase

Single Channel berarti hanya ada satu jalur yang memasuki sistem

pelayanan atau ada satu fasilitas pelayanan. Single Phase berarti hanya ada satu

fasilitas pelayanan. Contohnya adalah sebuah kantor pos yang hanya mempunyai

satu loket pelayananan dengan jalur satu antrian, supermarket yang hanya

(27)

Gambar 2.1 Single Channel – Single Phase

2. Single Channel – Multi Phase

Sistem antrian jalur tunggal dengan tahapan berganda ini atau

menunjukkan ada dua atau lebih pelayanan yang dilaksanakan secara berurutan.

Sebagai contoh adalah : pencucian mobil, tukang cat mobil, dan sebagainya.

Gambar 2.2 Single Channel Multi Phase

3. Multi Channel – Single Phase

Sistem Multi Channel – Single Phase terjadi di mana ada dua atau lebih

fasilitas pelayanan dialiri oleh antrian tunggal. Contohnya adalah antrian pada

sebuah bank dengan beberapa teller, pembelian tiket atau karcis yang dilayani

oleh beberapa loket, pembayaran dengan beberapa kasir, dan lain-lain.

Gambar 2.3 Multi Channel Single Phase

4. Multi Channel – Multi Phase

Sistem Multi Channel – Multi Phase ini menunjukkan bahwa setiap sistem

mempunyai beberapa fasilitas pelayanan pada setiap tahap sehingga terdapat lebih

dari satu pelanggan yang dapat dilayani pada waktu bersamaan. Contoh pada

(28)

dimulai dari pendaftarran, diagnose, tindakan medis, sampai pembayaran,

registrasi ulang mahasiswa baru pada sebuah universitas, dan lain-lain.

Gambar 2.4 Multi Channel – Multi Phase

Sedangkan pada Koperasi Setia Bhakti Wanita sendiri menganut sistem

Multi Channel – Multi Phase. Karena di sana hanya mempunya satu mesin antrian

yang menghasilkan nomor urut antrian, dan mempunyai beberapa fasilitas

pelayanan yang bertahap.

2.3 Pelayanan / Jasa 2.3.1 Definisi

Pelayanan / jasa merupakan pemberian suatu kinerja atau tindakan tak kasat mata (intangible) dari satu pihak kepada pihak lain, di mana pada umumnya jasa diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan dan interaksi antara pemberi jasa dan penerima jasa mempengaruhi hasil jasa tersebut. Sukses sebuah industri jasa bergantung pada kemampuan perusahaan mengelolah tiga aspek berikut (Rangkuti, 2003) :

1. Janji perusahaan mengenai jasa yang akan disampaikan kepada customer. 2. Kemampuan perusahaan untuk membuat karyawan mampu memenuhi janji

tersebut.

(29)

Ketiga aspek ini harus dipenuhi dan tidak bisa dilepaskan satu dengan yang lain. Kegagalan satu aspek akan mempengaruhi aspek lainnya. Model kesatuan dari ketiga aspek ini dikenal dengan nama segitiga jasa, di mana sisi segitiga mewakili setiap aspek. Kehilangan atau kegagalan satu sisi akan merobohkan segitiga. Karena itu, pembahasan industri jasa harus meliputi perusahaan/institusi/organisasi, karyawan serta customer (Rangkuti,2003).

Gambar 2.5 Diagram Segitiga Pemasaran Jasa

2.3.2 Klasifikasi

Secara garis besar klasifikasi jasa dibagi dalam tujuh kriteria pokok yaitu (Tjiptono dan Chandra, 2005) :

1. Segmen pasar

(30)

alasan dan kriteria spesifik dalam memilih jasa dan penyedia jasa, kuantitas jasa yang dibutuhkan, dan kompleksitas pengerjaan jasa yang diperlukan.

2. Tingkat keberwujudan

Kriteria ini berhubungan dengan tingkat keterlibatan produk fisik dengan

customer yang dibagi menjadi tiga macam :

a. Rented-goods services : customer menyewa dan menggunakan produk tertentu

berdasarkan tarif yang disepakati selama jangka waktu spesifik.

b. Owned-goods services : produk-produk yang dimiliki customer direparasi,

dikembangkan atau ditingkatkan kinerjanya, atau dipelihara/dirawat oleh perusahaan jasa. Juga termasuk perubahan bentuk dari produk tersebut.

c. Non-goods services : jasa personal bersifat intangible (tidak berbentuk produk

fisik) yang ditawarkan kepada customer. 3. Keterampilan penyedia jasa

Berdasarkan kriteria ini, terdapat dua tipe pokok jasa yaitu proffesional

services (jasa yang membutuhkan keterampilan tinggi dalam proses operasinya)

dan nonproffesional services (tidak memerlukan keterampilan tinggi). a. Tujuan organisasi jasa

Berdasarkan tujuan organisasi, jasa dapat diklasifikasikan menjadi

commercial services atau profit services dan non-profit services. Unit X

(31)

b. Regulasi

Berdasarkan aspek regulasi, jasa dibagi menjadi regulated services dan

nonregulated services.

c. Tingkat intensitas karyawan

Berdasarkan tingkat intensitas karyawan (keterlibatan tenaga kerja), jasa dikelompokkan menjadi dua macam yaitu : equipment-based services (mengandalkan penggunaan dan mesin dan peralatan canggih dalam operasinya) dan people-based services atau jasa padat karya. Jasa padat karya dikategorikan menjadi tidak terampil, terampil dan pekerja profesional.

d. Tingkat kontak penyedia jasa dan layanan

Berdasarkan kriteria ini, secara umum jasa dapat dikelompokkan menjadi

high contact services dan low contact services. Pada jasa kontak tinggi,

keterampilan interpersonal staf penyedia jasa merupakan aspek krusial yang meliputi komunikasi, presentasi dan manajemen stres. Sementara pada jasa kontak rendah, justru keahlian teknis karyawan yang paling krusial.

2.3.3 Karakteristik

Ada empat karakteristik jasa yang disimpulkan oleh berbagai penulis tentang jasa yaitu (Tjiptono dan Chandra, 2005):

1. Intangibility

Jasa merupakan perbuatan, tindakan, pengalaman, proses, kinerja (performance), atau usaha. Jasa bisa dikonsumsi tetapi tidak bisa dimiliki

(non-ownership). Walaupun jasa dapat berkaitan dengan produk fisik seperti kapal,

(32)

diberikan oleh pihak tertentu kepada pihak lainnya. Jasa bersifat intangible berarti jasa tidak dapat diindra sebelum dibeli dan dikonsumsi. Seorang customer tidak dapat menilai hasil dari sebuah jasa sebelum ia mengalami atau mengkonsumsinya sendiri.

2. Hetereogeneity/Variability/Inconsistency

Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan non-standardized output, atau banyak variasi bentuk, kualitas, dan jenis, tergantung pada siapa, kapan, dan di mana jasa tersebut diproduksi. Hal ini bisa terjadi karena jasa melibatkan unsur manusia dalam proses produksi dan konsumsinya. Ada tiga faktor yang menyebabkan variabel kualitas jasa : (1) kerjasama atau partisipasi customer selama penyampaian jasa; (2) moral/motivasi karyawan dalam melayani

customer; dan (3) beban kerja perusahaan. Bila ada perbedaan konsistensi layanan

yang diterima pada setiap kesempatan, maka akan berdampak pada persepsi

customer terhadap kualitas jasa secara keseluruhan.

3. Inseparability

Interaksi antara penyedia jasa dan customer merupakan ciri khusus dalam pemasaran jasa. Dalam hubungan ini, efektivitas individu yang menyampaikan jasa (contact-personnel) merupakan unsur kritis, sehingga harus diperhatikan dengan sebaik-baiknya. Faktor penting lainnya adalah pemberian perhatian khusus pada tingkat partisipasi / keterlibatan customer dalam proses penyampaian jasa. Dan tidak kalah pentingnya perlu diperhatikan juga ketersediaan dan akses terhadap fasilitas pendukung jasa.

(33)

Perishability berarti jasa merupakan komoditas yang tidak tahan lama,

tidak dapat disimpan untuk pemakaian ulang, dijual kembali atau dikembalikan. Untuk manajemen permintaan jasa, mengidentifikasi pengecualian dalam karakteristik perishability dan penyimpanan jasa. Dalam situasi tertentu jasa bisa disimpan misalnya dalam bentuk pemesanan, penundaan penyampaian jasa dan bisa disimpan dalam sebuah sistem, pengetahuan, mesin, dll. Misalnya mahasiswa bisa menginvestasi pengetahuan yang diterima dalam perkuliahan.

2.4 Socket

Socket adalah suatu abstraksi yang mana aplikasi dapat mengirim dan

menerima data sama halnya dengan membuka suatu file untuk dibaca dan ditulis pada tempat penyimpanan file. Socket memungkinkan untuk masuk ke dalam jaringan dan berkomunikasi dengan aplikasi lain yang juga masuk ke dalam jaringan yang sama. Informasi yang ditulis ke dalam socket pada suatu aplikasi pada suatu mesin dapat dibaca oleh aplikasi lain pada mesin yang berbeda dan sebaliknya. Berikut ilustrasi socket berkomunikasi satu dengan lainnya dapat dilihat pada Gambar 2.6 (Kurniawan, 2011).

(34)

Pada perkembangannya socket mempuyai skenario komunikasi yang menggunakan server, yaitu socketserver. Pada intinya terdapat dua socket yang berbeda fungsi, satu socket berfungsi sebagai server dan satu socket berfungsi sebagai client. Socket yang berfungsi sebagai server akan menunggu koneksi dari

socket yang berfungsi sebagai client, ketika koneksi antara server dan client telah

terhubung maka keduanya akan saling mengirim data (Kurniawan, 2011). Berikut merupakan langkah-langkah socketserver :

Socket

Gambar 2.7 Langkah-langkah kerja socket server

Langkah awal pembuatan socket server dengan membuat sisi server dari gambar diatas, pertama langkah socket yang berfungsi untuk membuat serta membuka socket pada TCP (Transfer Control Protocol). Dilangkah selanjutnya

(35)

yang dikirimkan ataupun diterima client. Setelah itu langkah listen berjalan yaitu menunggu koneksi socket lalu diikuti dengan accept yang berarti koneksi socket sudah diterima, fungsi dari read dan write adalah sebagai pertanda data penerimaan data dan pengiriman data. Apabila fungsi dari langkah-langkah dalam sisi server sudah terpenuhi maka close merupakan langkah terakhir yang akan menutup koneksi serta akan mengulang ke langkah accept. Dari sisi client aliran data melewati socket yang berarti data tersebut akan mengakses langkah connect agar dapat mengadakan koneksi ke server. Setelah itu data pada client akan melewati langkah read dan write agar server dapat mencatat data-data tersebut, begitu data sudah tercatat maka langkah close menjadi langkah terakhir yang dilewati data pada sisi client.

2.6 System Development Life Cycle (SDLC)

(36)

Sedangkan menurut Denis dkk, SDLC adalah sebuah proses memahami bagaimana Sistem Informasi dapat mendukung kebutuhan bisnis, merancang sistem, membangun sistem, dan memberikannya kepada pengguna. Sama halnya dengan empat tahapan dasar yang meliputi : perncanaan, analisa, desain, dan implementasi. Disetiap proyek mempunyai kekuatan penekanan perbedaan pada tahapan dasar di SDLC atau mendekati tahapan SDLC dijalur yang berbeda, tetapi disemua proyek harus mempunyai elemen dari empat tahapan tersebut. Ada dua poin utama yang harus diketahui pada SDLC. Pertama, harus mendapatkan pengertian umum dari fase dan langkah - langkah dimana proyek2 sistem informasi bergerak dan beberapa teknik yang menghasilkan pencapaian tertentu. Kedua, sangat penting untuk memahami bahwa SDLC adalah proses perbaikan bertahap. Pencapaian dihasilkan dalam tahap analisa yang memberikan gambaran umum tentang bentuk sistem baru. pencapaian ini digunakan sebagai masukan untuk tahap desain, yang kemudian diperbaiki untuk menghasilkan satu set pencapaian yang menggambarkan lebih detail bagaimana persisnya sistem akan dibangun. Pencapaian ini, pada gilirannya akan digunakan dalam fase implementasi untuk menghasilkan sistem yang sebenernya. Setiap fase memperbaiki dan menyempurnakan pada pekerjaan yang dilakukan sebelumnya (Denis,dkk,2013).

(37)

pengguna untuk dapat mendukung kebutuhan pengguna. Untuk menggunakan SDLC maka dibutuhkan sumber data awal dari pengguna yang dijadikan acuan dalam perencanaan, analisa, perancangan dan implementasi. Penggunaan acuan ini dimaksudkan agar sistem yang dibangun bisa menjembatani kebutuhan pengguna dari permasalahan yang dihadapinya.

a. Perencanaan

Sebuah proses dasar untuk memahami mengapa sebuah sistem harus dibangun. Pada fase ini diperlukan analisa kelayakan dengan mencari data atau melakukan proses information gathering kepada pengguna.

b. Analisa

Analisa sistem dapat didefinisikan sebuah proses investigasi terhadap sistem yang sedang berjalan dengan tujuan untuk mendapatkan jawaban mengenai pengguna sistem, cara kerja sistem dan waktu penggunaan sistem. Dari proses analisa ini akan didapatkan cara untuk membangun sistem baru.

c. Rancangan

Fase perancangan merupakan proses penentuan cara kerja sistem dalam hal architechture design, interface design, database dan spesifikasi file, dan program design. Hasil dari proses perancangan ini akan didapatkan spesifikasi sistem.

d. Implementasi

(38)

Metode prototyping merupakan metode yang dipakai dalam membangun sistem baru atau perbaikan dari sistem. Karena metode tersebut menitik beratkan pada fase yang sangat krusial dalam membangun atau memperbaiki sistem yaitu fase analisa, rancangan, dan implementasi. Dari titik berat metode itu yang akan diulang terus menerus yang melibatkan kerjasama dengan pengguna akan menghasilkan prototype dari sistem yang akan dikaji ulang sebelum menuju ke implementasi sistem yang telah diinginkan oleh pengguna (Denis,dkk,2013). Sesuai dengan arti dari metode prototype itu yang merupakan model pengembangan system yang proses iterative dalam pengembangan sistem dimana requirement diubah ke dalam sistem yang bekerja (working system) yang secara terus menerus diperbaiki melalui kerjasama antara user dan analis. Prototype juga bisa dibangun melalui beberapa tool pengembangan untuk menyederhanakan proses. Metode prototype digambarkan pada gambar 2.8 sebagai berikut :

(39)
(40)

26

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Pembuatan sistem informasi monitoring antiran menggunakan konsep

Systems Development Life Cycle (SDLC) yang berfungsi untuk menggambarkan

tahapan di dalam proses pembuatan Rancang Bangun Sistem Informasi Monitoring Antrian pada Koperasi Setia Bhakti Wanita Berbasis Web, berikut adalah tahapan-tahapannya :

3.1 Analisis Sistem

Untuk pengumpulan data-data yang diperlukan dalam melaksanakan tugas akhir di bagian Simpan Pinjam khususnya di proses antrian pada Koperasi Setia Bhakti Wanita, ada beberapa langkah yang telah dilakukan, antara lain:

a. Wawancara/Interview

Langkah ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang terjadi di bagian Simpan Pinjam Koperasi Setia Bhakti Wanita yang berkaitan dengan sistem antrian. Diperoleh pula kebutuhan-kebutuhan sistem yang diinginkan oleh pihak perusahaan dalam rangka pembuatan aplikasi nantinya. Narasumber untuk pengerjaan tugas akhir adalah koordinator dibagian EDP (Entry Data Processing). Hasil dari wawancara ini, mengetahui awal dari point-point permasalahan yang ada di bagian Simpan Pinjam Koperasi Setia Bhakti Wanita dengan cara mengetahui alur kerja bagian terlebih dahulu (dapat dilihat pada lampiran I) hasilnya adalah simpan pinjam mempunyai proses yang harus dipantau untuk mendapatkan laporan

(41)

27

berhubungan dengan sistem antrian. Setelah mengetahui alur pada bagian simpan pinjam maka langkah selanjutnya adalah pengamatan sistem antrian.

b. Pengamatan/Observasi

Langkah ini dilakukan untuk melihat kondisi di bidang simpan pinjam terutama sistem antrian. Observasi yang dilakukan meliputi operasi mesin antrian dan sifat antrian, pada gambar 3.1 merupakan workflow simpanan berdasarkan anggota yang mengantri :

1. Langkah pertama anggota yang akan bertransaksi mengambil struck antrian yang berisikan informasi nomor antriannya, jumlah antrian sementara, jenis transaksi. 2. Langkah kedua anggota akan dipanggil berdasarkan nomor antriannya dan

langsung menuju ke loket PJ kartu untuk melakukan angsuran ataupun simpanan, anggota menyerahkan rekapan data angsuran / simpanan yang nantinya akan diinput petugas loket PJ kartu.

3. Langkah ketiga rekapan dan input-an yang terjadi di loket PJ kartu akan diperiksa kembali oleh tim Internal Audit, sementara proses pemeriksaan berlangsung antrian di loket PJ kartu akan dilanjutkan begitu seterusnya sampai tim internal

audit selesai memeriksa. Tim internal audit akan memberikan kitir setoran ke PJ

kartu, setelah itu petugas PJ kartu menyerahkan ke anggota yang mempunyai data tersebut.

(42)

28

1 2

4

Mesin Antrian Anggota

PJ Kartu

Kasir

Internal Audit 3

Gambar 3.1 Workflow Simpanan

Pada gambar 3.2 merupakan workflow peminjaman berdasarkan anggota yang mengantri :

1. Langkah pertama anggota yang akan bertransaksi mengambil struck antrian yang berisikan informasi nomor antriannya, jumlah antrian sementara, jenis transaksi. 2. Langkah kedua anggota akan menuju loket bagian informasi yang menunjukan

nomor antrian yang dipunyai. Petugas bagian informasi akan memberikan SPH yang berguna untuk mencairkan pinjaman di loket kasir

(43)

29

1

2 3

Mesin Antrian

Anggota Bagian Informasi

Kasir

Gambar 3.2 Workflow Pinjaman

Dari hasil observasi, diketahui terdapat mesin antrian yang merupakan server pada sistem antrian, mesin antrian tersebut menghasilkan data antrian berupa nomor antrian, jenis transaksi dan waktu transaksi. Data antrian yang dihasilkan akan diberikan pada setiap loket transaksi, lalu akan diproses pada aplikasi client disetiap loket transaksi. Proses tersebut meliputi pemanggilan data antrian dan penyaluran data antrian ke transaksi selanjutnya.

(44)

30

melakukan monitoring antrian adalah informasi tentang petugas, layanan dan total antrian.

3.1.1 Hasil Analisis

Dari permasalahan tersebut akan dibuat sistem informasi monitoring yang digunakan untuk membantu manager HRD dalam meningkatkan layanan. Input data yang akan diolah didapatkan dari transfer data antrian di setiap loket transaksi. Proses

monitoring yang akan diterapkan meliputi penangkapan data antrian, lalu akan

disimpan ke database setelah itu akan diolah oleh sistem untuk menghasilkan Output dari Sistem Informasi Monitoring Antrian yaitu laporan real time antrian yang terjadi, laporan total antrian per periode, laporan petugas loket (jumlah antrian per loket), laporan pelayanan (total layanan, total waktu layanan).

Laporan yang dihasilkan dapat digunakan untuk melakukan peningkatan layanan, antara lain memberikan gambaran manager HRD untuk kinerja petugas pada loket transaksi, manager HRD melihat kinerja petugas loket dari waktu pelayanan serta total antrian tiap harinya. Dan juga memberikan gambaran pada manager HRD dalam setiap bulan antrian yang menumpuk agar bisa direspon dengan baik.

3.1.2 Analisis Kebutuhan Sistem

Aplikasi sistem informasi monitoring antrian yang akan dibangun membutuhkan data antrian sebagai data utama yang digunakan untuk menghasilkan informasi ke manager HRD. Data antrian sebagai acuan untuk mencatat berbagai aktifitas server antrian yang ada di Koperasi Setia Bhakti Wanita. Dapat dilhat pada

(45)

31

Tabel 3.1 Analisa Kebutuhan Sistem

No Pengguna Kebutuhan Laporan Yang dihasilkan

1 Manager

HRD

 Informasi antrian yang terjadi

 Informasi total antrian per periode

 Informasi petugas loket (jumlah

Laporan real time antrian yang terjadi

 Laporan total antrian per periode

 Laporan petugas loket (jumlah antrian per loket)

 Laporan pelayanan (total layanan, total waktu layanan)

Aplikasi sistem informasi monitoring antrian ini akan membantu manager HRD dalam memonitor antrian untuk meningkatkan layanan. Pada Tabel 3.2 merupakan kebutuhan functional dan non functional dari sistem.

Tabel 3.2 Functional dan Non-functional Sistem Informasi Monitoring Antrian

Functional Non Functional

 Sistem dapat menangkap data antrian pada server.

 Sistem menyediakan halaman yang memungkinkan penggunanya mendapat laporan monitoring

antrian.

 Sistem dapat memilah data antrian dari server

3.2 Perancangan Sistem

(46)

32 yang akan dihasilkan oleh sistem.

Gambar 3.3 merupakan gambaran dari Sistem Informasi Monitoring Antrian yang berawal dari anggota yang akan melakukan transaksi simpan pinjam mengambil nomor antrian pada mesin antrian, lalu data dari sistem antrian akan ditangkap dan dipilah sesuai dengan informasi yang akan dibutuhkan setelah itu disimpan pada

database. Data akan diolah oleh sistem dan menghasilkan yaitu laporan real time

antrian yang terjadi, laporan total antrian per periode, laporan petugas loket (jumlah antrian per loket), laporan pelayanan (total layanan, total waktu layanan). Laporan yang dihasilkan oleh sistem dapat digunakan untuk melakukan peningkatan layanan, antara lain memberikan gambaran manager HRD untuk kinerja petugas pada loket transaksi. Manager HRD melihat kinerja petugas loket dari waktu pelayanan serta total antrian tiap harinya, dan juga memberikan gambaran pada manager HRD dalam setiap bulan antrian yang menumpuk agar bisa direspon dengan baik.

Pada Gambar 3.3 terdapat proses monitoring yang terdiri atas lima proses utama yaitu menghubungkan dengan server, menangkap data antrian, memilah data, menyimpan data, membuat laporan antrian. Titik pengamatan dalam proses

monitoring terdapat di server antrian, penetapan titik pengamatan penting dalam

me-monitoring antrian di Koperasi Setia Bhakti Wanita. Pada server antrian terdapat

kegiatan yang berlangsung di sistem antrian maka titik pengamatan dilakukan di

server. Proses monitoring menggunakan konsep socket client-server, karena konsep

socket client-server tidak akan merusak sistem antrian yang sudah terbuat.

(47)

33

Gambar 3.3 Blok Diagram Sistem Informasi Monitoring Antrian

Pada Gambar 3.4 merupakan langkah-langkah dari socket client-server. Pertama-tama client harus terhubung dengan server, beranjak dari langkah pertama

client akan melakukan proses connection request ke server untuk mengawali

(48)

34

mendapatkan data yang terdapat pada server, data request akan direspon oleh server dengan proses data replay yang berguna memberikan data yang ada di server. Apabila tidak terdapat data pada saat server melakukan proses data replay maka

client akan mengulang proses data request, apabila terdapat data dari proses data

replay yang dilakukan server maka data tersebut akan diolah oleh client. Proses

mengolah data dapat dilihat pada Gambar 3.5 jika data yang diolah bukan merupakan data antrian maka akan kembali pada proses data request.

Socket client - server

Gambar 3.4 Penerapan socket client-server pada proses monitoring

(49)

35

merupakan data antrian maka akan kembali ke proses data request, apabila merupakan data antrian akan dilakukan proses pemilahan data. Data antrian dipilah berdasarkan keterangan dan status antrian, apabila data antrian tidak mengandung kedua unsur tersebut maka akan ke proses data request kembali untuk meminta data yang tepat sebaliknya apabila data antrian mengandung kedua unsur tersebut maka data akan disimpan ke table yang telah disediakan. Table currentantrian untuk menyimpan keterangan antrian dan table status untuk menyimpan status antrian.

Mengelola data

Gambar 3.5 Alur proses mengolah data 3.2.1 Use Case Monitoring Antrian

Pada Gambar 3.6 terdapat use case monitoring antrian. Pada use case

(50)

36

yang terlibat dalam kegiatan bisnis organisasi sedangkan pekerja bisnis atau business

worker adalah suatu peranan di dalam organisasi, bukan posisi. Seseorang boleh

memainkan banyak peran tetapi memengang hanya satu posisi (Sholiq, 2006).

Server

Manager HRD Request data

Menyimpan data

Menampilkan laporan Mengolah data <<extend>>

Client

<<include>>

<<extend>>

Gambar 3.6 Use Case Monitoring Antrian

Pada Gambar 3.6 terdapat tiga aktor, yaitu server sebagai sumber data dari sistem antrian yang akan dicatat aktivitasnya oleh client untuk dijadikan history serta laporan monitoring. Laporan-laporan monitoring antrian ditujukan kepada manager HRD yang nantinya akan mengambil keputusan.

(51)

37

Activity diagram adalah sebuah cara untuk memodelkan aliran kerja

(workflow) dari use case dalam bentuk grafik. Diagram ini menunjukan langkah-langkah di dalam aliran kerja, titik-titik keputusan di dalam aliran kerja, siapa yang bertanggung jawab menyelesaikan masing-masing aktivitas, dan obyek-obyek yang digunakan dalam aliran kerja (Sholiq, 2006).

Gambar 3.7 menceritakan tentang, bagaimana client server berkomunikasi. Pada awalnya proses koneksi sama seperti langkah socket client-server, yaitu client akan mengirimkan koneksi yang akan diterima server yang artinya sudah terjadi hubungan atau ada komunikasi antara keduanya. Selanjutnya client akan mengecek data antrian yang sudah di data oleh server dengan cara melihat status antrian dan

client akan menerima status antrian masuk jika tidak masuk maka kembali lagi pada

proses mengecek data antrian, jika status antrian masuk akan menuju ke proses selanjutnya yaitu proses menangkap data.

Berikut ini disajikan flow of events dari proses request data. Flow of events bertujuan untuk mendokumentasikan alur logika dalam use case yang menjelaskan secara rinci apa yang pemakai akan lakukan dan apa yang sistem itu sendiri lakukan.

Flow of events request data disajikan pada Tabel 3.3 dengan kondisi akhir yang

(52)

38

Gambar 3.7 Activity Diagram Request Data

Tabel 3.3 Flow of Event request data Nama Proses Request data

Kebutuhan terkait Salah satu proses untuk memulai monitoring antiran yang berada di koperasi Setia Bhakti Wanita. Proses ini berhubungan langsung dengan server, dan disetiap kegiatan server akan terpantau.

Tujuan Meminta data.

Prasyarat Sudah terkoneksi dengan server.

Kondisi akhir sukses Terdapat data atau kegiatan pada server antrian yang akan dilanjutkan ada proses mengolah data.

Kondisi akhir gagal Jika tidak ada data atau dalam server tidak ada kegiatan, maka client akan meminta terus-menerus sampai terdapat data.

(53)

39 Nama Proses Request data Aktor sekunder Tidak ada

Pemicu Terdapat kegiatan di server antrian

Alur utama Langkah Aksi

1. Melakukan koneksi ke server antrian.

2. Client meminta data kepada server.

3. Server akan merespon dengan

mengirimkan data atau kegiatan yang terjadi.

4. Melakukan validasi data.

5. Melakukan proses mengolah data. Alur Perluasan Langkah Aksi Percabangan

Tidak ada B. Proses Mengolah Data

Pada Gambar 3.8 menceritakan alur proses mengolah data. Proses dimulai ketika server sudah mengirimkan data yang terdapat isinya atau adanya kegiatan pada

server, pengiriman data berlangsung pada proses request data. Selanjutnya data akan

(54)

40

Gambar 3.8 Activity Diagram Menangkap Data

Berikut ini disajikan flow of events dari menangkap data. menangkap data dilakukan setelah data tertangkap dan selanjutnya akan difilter dan diidentifikasi oleh proses ini. Flow of events dari proses menangkap data disajikan dalam Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Flow of Events Menangkap Data Nama Use Case Mencatat Mutasi

Kebutuhan terkait Data yang dihasilkan oleh proses sebelum yaitu proses

request data, data tersebut akan diolah pada proses ini.

Tujuan Mendapatkan data yang dibutuhkan dengan cara memeriksa dan memilah data.

Prasyarat Data antrian.

(55)

41 Nama Use Case Mencatat Mutasi

Kondisi akhir gagal Jika bukan merupakan data antrian akan mengulang pada proses request data

Aktor utama Client

Aktor sekunder Tidak ada

Pemicu Proses request data menghasilkan data yang mempunyai isi atau terdapat kegiatan pada server antrian.

Alur utama Langkah Aksi

1. Memeriksa data.

2. Melakukan validasi data.

3. Data yang merupakan data antrian akan dipilah sesuai dengan kebutuhan.

4. Jika data bukan merupakan data antrian akan mengulang ke proses request data. 5. Melakukan validasi data antrian.

6. Melakukan proses penyimpan data, data yang tersimpan merupakan data yang sudah dipilah-pilah.

7. Jika data antrian bukan merupakan data yang dibutuhkan maka akan mengulang ke proses request data.

Alur Perluasan Langkah Aksi Percabangan Tidak ada

C. Proses Penyimpanan Data

(56)

42

Gambar 3.9 Activity Diagram Menyimpan Data

Berikut ini flow of events dari proses menyimpan data. Menyimpan data dilakukan setelah proses menangkap data menghasilkan data yang telah dipilah dan data itu akan disimpan pada table antrian dan table statu. Flow of events dari proses menyimpan data dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Flow of Events Menyimpan Data

Nama Proses Menyimpan Data

Kebutuhan terkait Pada sisi client akan terus menerus menyimpan kegiatan yang terdapat di server dan tentu sudah dipilah datanya. Data-data itu akan dijadikan history untuk antrian Koperasi Setia Bhakti Wanita.

Tujuan Menghasilkan table antrian dan table status untuk membuat laporan monitoring antrian.

Prasyarat Data yang sudah dipilah.

Kondisi akhir sukses Jika data antrian sudah dipilah maka data dapat disimpan pada table antrian dan table status.

(57)

43

Nama Proses Menyimpan Data

Aktor utama Client

Aktor sekunder Tidak ada

Pemicu Proses menangkap data berjalan dengan lancar.

Alur utama Langkah Aksi

1. Melakukan proses menangkap data

2. Hasil dari proses tersebut merupakan masukan yang akan disimpan ke table antrian dan table status

3. Proses penyimpanan data

4. Masuknya data pada table currentantrian dan table status

Alur Perluasan Langkah Aksi Percabangan Tidak ada

D. Proses Menampilkan Laporan

Pada Gambar 3.10 merupakan diagram menampilkan laporan. Laporan yang dihasilkan telah disesuaikan dengan kebutuhan manager HRD, yaitu laporan antrian, laporan transaksi, laporan petugas, dan laporan pelayanan. Data dari semua laporan berasal dari table antrian, table status dan table petugas.

Table

(58)

44

berjalan ketika manager HRD ingin melihat laporan monitoring antiran. Flow of

events dari proses menampilkan laporan dapat dilihat pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6 Flow of Events Menyimpan Data Nama Proses Menampilkan Laporan

Kebutuhan terkait Laporan monitoring antrian yang disajikan kepada

manager HRD mendapat masukan dari table antrian, table status dan table petugas.

Tujuan Memberikan informasi antrian di bagian Simpan Pinjam koperasi Setia Bhakti Wanita.

Prasyarat Table antrian dan table status sudah terisi dengan data

yang dibutuhkan.

Kondisi akhir sukses Menampilkan laporan monitoring antrian kepada

manager HRD

Kondisi akhir gagal Jika tidak ada data pada table antrian dan table status

Aktor utama Manager HRD

Aktor sekunder Sistem

Pemicu Manager HRD memilih menu laporan

Alur utama Langkah Aksi

1. Manager HRD memilih menu laporan

antrian serta memilih periode yang diinginkan.

2. Pembuatan laporan yang mengambil data dari table currentantrian, table status dan

table petugas.

3. Sistem menampilkan laporan yang diinginkan manager HRD.

Alur Perluasan Langkah Aksi Percabangan Tidak ada

3.2.3 Sequence Diagram

Menurut Nugroho (2005) sequence diagram adalah interaction diagram yang memperlihatkan event-event yang berurutan sepanjang berjalannya waktu. Sequence

diagram menggambarkan interaksi yang dilakukan oleh objek-objek dalam sistem.

(59)

45

membentuk sebuah alur kerja sama. Berikut sequence diagram sistem yang disarankan:

A. Sequence Diagram Mengolah Data

Alur yang digambarkan pada sequence diagram tak ubahnya adalah flow of

events yang sudah dibuat sebelumnya. Pada sequence diagram ini digambarkan

proses-proses yang terjadi sewajarnya. Berikut ini adalah Gambar 3.11 merupakan

sequence diagram dari proses menangkap data.

Gambar 3.11 Sequence Diagram Mengolah Data : Client

(60)

46

client yang melakukan koneksi kepada server guna meminta data antrian, karena

server merupakan sumber data dari sistem antrian yang akan dicatat aktivitasnya oleh

client. Setelah terhubung maka client akan meminta data antrian kepada server,

server akan menjalankan perintah Get_data() yang berarti server mengirimkan data

tersebut. Pada halaman client terdapat TextInbox yang berfungsi sebagai media yang menampilkan data yang dikirim oleh server, pada langkah ini data akan dipilah menggunakan perintah Split_data() untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Apabila tidak terdapat data yang dibutuhkan maka client akan meminta data kembali kepada server, perulangan ini berfungsi apabila tidak ada data antrian yang ditangkap maka client tidak melanjutkan ke langkah selanjutnya sampai menemukan data antrian yang dibutuhkan. Setelah menemukan data antrian yang dibutuhkan maka data-data tersebut akan disimpan menggunakan perintah Save_data() ke table currentantrian dan table status.

B. Sequence Diagram Menampilkan Laporan

Sequence diagram di Gambar 3.12 merealisasikan proses menampilkan

laporan. Sequence diagram menampilkan laporan juga menggambarkan flow of

events dari proses menampilkan laporan yang merupakan proses akhir dari sistem

informasi monitoring antrian.

(61)

47

Show_Status () : Manager HRD

: Manager HRD Halam anLaporanHalam anLaporan TabelAntrianTabelAntrian GrafikLaporanGrafikLaporan DetailGrafikDetailGrafik KontrolDatabas eKontrolDatabas e TableCurrentant rian

mem ilih menu trans aks i

Load_data()

tabel antrian s aat ini dan antrian terlayani

grafik trans aks i s aat ini mem ilih jangka waktu

Filter_waktu() grafik dalam jangka waktu tertentu

mem inta detail grafik

grafik petugas s aat ini mem ilih jangka waktu

Filter_waktu() grafik dalam jangka waktu tertentu

mem inta detail grafik grafik dalam jangka waktu tertentu

mem inta detail grafik

Show_detailgrafik() grafik pelayanan s aat ini

mem ilih jangka waktu

(62)

48 3.2.4 Class Diagram Monitoring Antrian

Class diagram digunakan untuk menampilkan kelas-kelas atau paket-paket

dalam sistem dan relasi antar mereka. Biasanya, dibuat beberapa diagram kelas untuk satu sistem. Satu class diagram menampilkan subset dari kelas-kelas dan relasinya.

Class diagram lainnya mungkin menampilkan kelas-kelas termasuk attribut dan

operasi dari kelas-kelas pembentuk diagram.

Class diagram adalah alat perancangan terbaik untuk tim pengembang

perangkat lunak. Class diagram membantu tim pengembang mendapatkan pola kelas-kelas dalam sistem, struktur sistem sebelum menuliskan kode program, dan membantu untuk memastikan bahwa sistem adalah rancangan terbaik dari beberapa alternatif rancangan (Sholiq, 2010).

Berdasarkan perencanaan sistem pada use case diagram, dibutuhkan kelas-kelas untuk membangun dan mendukung jalannya aplikasi. Hubungan antar kelas-kelas tersebut dapat digambarkan dalam sebuah class diagram. Class diagram dari sistem yang dibangun tidak ditampilkan secara keseluruhan, melainkan ditampilkan secara terpisah sesuai relasi-relasi yang ada untuk mempermudah pembacaan.

(63)

49

penyimpanan data pada SQL server. Class diagram yang digunakan dalam pada

monitoring antrian adalah :

A. Class Model

Class Model atau class entitas adalah class yang digunakan menangani

informasi yang mungkin disimpan secara permanen di dalam database. Berikut ini merupakan class model yang ada dalam sistem informasi monitoring antrian Class Model atau class entitas adalah class yang digunakan menangani informasi yang mungkin disimpan secara permanen di dalam database. Berikut ini merupakan class model yang ada dalam sistem informasi monitoring antrian beserta atribut dan operasi dalam class tersebut:

1. Class Currentantrian

Pada Gambar 3.13 adalah notasi class Currentantrian yang berfungsi menangani data antrian yang digunakan untuk menyimpan data yang berada di sistem antrian. Atribut yang dimiliki class currentantrian adalah id, waktu_antri, nama_mejatransaksi, dan jumlah_antrian.

(64)

50

Pada Gambar 3.14 adalah notasi class Status yang berfungsi menangani data antrian yang digunakan untuk menyimpan data yang berada di sistem antrian. Atribut yang dimiliki class status adalah id, waktu_transaksi, no_mejatransaksi, dan no_antrian.

Gambar 3.14 Notasi Class Status 3. Class Pegawai

Pada Gambar 3.15 adalah notasi class Pegawai yang berfungsi memberi keterangan siapa dan apa nama transaksi yang dilakukan di sistem antrian tersebut. Atribut yang dimiliki class pegawai adalah no_mejatransaksi, nama_mejatransaksi, dan nama_pegawai.

(65)

51 B. Class View

Pengertian dari class view sebenarnya hampir sama dengan kelas pembatas (boundary class). Yaitu kelas yang terletak diantara sistem dengan sekelilingnya. Semua form, laporan, user interface, termasuk dalam kategori class view. Berikut ini

class view pada sistem informasi monitoring antrian.

1. Class PenangkapanData

Pada Gambar 3.16 adalah notasi class ClientPenangkapanData digunakan untuk menangani fungsi-fungsi pada halaman client sebagai langkah awal pada aplikasi sistem informasi monitoring antrian. Halaman client ini digunakan juga untuk mendapatkan data atau kegiatan yang berada di server antrian. Atribut yang digunakan pada class PenangkapanData yaitu btnConnect, btnEdit, btnSave, btnCancel, txtHost, txtComm, txtport, lblServer , lblSerialPort, lblPortServer dan txtInbox. Operasi pada class ClientPenangkapanData yaitu Connect_server, Edit_serveraddress, Save_serveraddress, dan Show_data.

(66)

52 2. Class MenuAntrian

Pada Gambar 3.17 adalah notasi class MenuAntrian digunakan untuk menampilkan antrian yang terjadi dari sistem antrian. Atribut yang digunakan pada

class MenuAntrian yaitu MenutxtAntrian, txtSelamatDatang, txtAntrianSaatini,

txtAntrianTerlayani, tblAntrianSaatini, tblAntrianTerlayani. Operasi pada class MenuAntrian yaitu Show_AntrianSaatini dan Show_AntrianTerlayani.

Gambar 3.17 Notasi Class MenuAntrian 3. Class MenuTransaksi

(67)

53

Gambar 3.18 Notasi Class MenuTransaksi 4. Class MenuPetugas

Pada Gambar 3.19 adalah notasi class MenuPetugas digunakan untuk menampilkan grafik laporan setiap petugas loket yang terlibat di sistem antrian. Atribut yang digunakan pada class MenuPetugas yaitu MenutxtPetugas, subMenutxtKasir, subMenutxtPJKartu, subMenutxtInformasi, txtPeriode1, txtPeriode2, dan btnLihat. Operasi pada class MenuAntrian yaitu Show_grafikPetugasKasir, Show_grafikPetugasPJKartu, dan Show_grafikPetugasInformasi.

Gambar 3.19 Notasi Class MenuPetugas 5. Class MenuPelayanan

(68)

54 C. Class Controller

Class controller bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan

kegiatan-kegiatan terhadap class lainnya. Class ini bersifat optional, tetapi jika class control ini diputuskan untuk digunakan dalam sistem, maka lazimnya satu class control untuk satu use case. Class control digunakan untuk mengatur urutan kejadian dalam

use case tersebut. Class controller pada sistem informasi monitoring antrian adalah:

1. Class TangkapData

Gambar 3.21 adalah notasi class TangkapData digunakan untuk mengatur jalannya menangkap data yang dilakukan oleh client. Show_MessageDialog, Get_data, Split_data, dan Save_data merupakan fungsi yang digunakan pada TangkapData. Fungsi Show_MessageDialog untuk menunjukan status terhubung atau tidak terhubung antara client dan server antrian, Get_data untuk meminta data ke

server, Split_data untuk memilah data yang dibutuhkan, sedangkan Save_data untuk

menyimpan data yang telah dipilah.

Gambar 3.21 Notasi Class TangkapData 2. Class LaporanAntrian

Gambar

Gambar 2.7 Langkah-langkah kerja socket server
Tabel 3.1 Analisa Kebutuhan Sistem
Gambar 3.3 Blok Diagram Sistem Informasi Monitoring Antrian
Gambar 3.4 Penerapan socket client-server pada proses monitoring
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rasa terima kasih penulis haturkan atas bantuan segala pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungannya sehingga laporan Tugas Akhir dengan judul “ Program

Dalam penelitian ini kemampuan bina diri adalah sebuah penilaian yang dapat dilakukan oleh siswa tunagrahita ringan melalui pembinaan dan pelatihan tentang

Edmodo memberi fasilitas bagi guru, murid tempat yang aman untuk berkomunikasi, berkolaborasi, berbagi konten dan aplikasi pembelajaran, pekerjaan rumah (PR) bagi siswa, diskusi

Dalam kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat, BMT dapat menawarkan produk jasa wadi‟ah, dari segi bahasa berarti “titipan”. Aqad wadi‟ah termasuk kategori

Hasil penelitian didapatkan , 52 responden (60,5%) yang memiliki sikap yang baik tentang pengobatan tradisional, terdapat 47 responden (54,7%) yang menggunakan

Hasil penelitian menunjukkan penerapan model Problem Based Learning selama dua siklus dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik kelas XII MIPA

LAPORAN PUBLIKASI (BULANAN)/CONDENSED FINANCIAL STATEMENT (MONTHLY) LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN1. PT BANK MANDIRI (PERSERO), Tbk Plaza

3. Siswa tidak mampu menyimpulkan atau membuat hasil diskusi. Proses analisis untuk data aktivitas siswa adalah sebagai berikut. a) Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa