• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Etnografi Tentang Pengetahuan Petani dalam Budidaya Bunga di Desa Raya, Kec. Brastagi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Studi Etnografi Tentang Pengetahuan Petani dalam Budidaya Bunga di Desa Raya, Kec. Brastagi"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

Studi Etnografi Tentang Pengetahuan Petani Dalam Budidaya Bunga Di Desa Raya, Kecamatan Brastagi Kabupaten Karo

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dalam Bidang Antropologi

Oleh:

Harni Yanti Siboro 080905021

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh : Nama : Harni Yanti Siboro

NIM : 080905021

Departemen : Antropologi Sosial

Judul : Studi Etnografi Tentang Pengetahuan Petani Dalam Budidaya Bunga Di Desa Raya, Kec. Brastagi

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PERNYATAAN ORIGINALITAS

Studi Etnografi Tentang Pengetahuan Petani Dalam Budidaya Bunga Di Desa Raya, Kecamatan Brastagi Kabupaten Karo

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan di sini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan, Juli 2012 Penulis

(4)

ABSTRAK

Studi etnografi tentang pengetahuan petani dalam budidaya bunga di Desa Raya Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo (Harni Yanti Siboro, 2012). Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 101 halaman, 12 tabel, 14 gambar, 14 daftar pustaka disertai 11 situs internet, surat penelitian dan peta desa.

Penelitian ini mengkaji tentang pengetahuan petani dalam budidaya tanaman bunga di Desa Raya. Petani bunga di Desa Raya memiliki pengetahuan tentang bagaimana mereka dapat memproduksi tanaman bunga dan bagaimana mereka mendistribusikan hasil dari panen tanaman bunga mereka di pasaran. Untuk memproduksi tanaman bunga para petani harus menggunakan pengetahuan yang mereka miliki dimulai dari proses pengolahan lahan, pembibitan, menanam, perawatan tanaman serta panen, akan tetapi tidak hanya dibutuhkan pengetahuan petani dalam proses produksi tersebut karena para petani tidak terlepas dari beberapa masalah. Masalah yang dihadapi petani adalah iklim atau keadaan cuaca yang sulit ditebak dan masalah hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman bunga.

Fokus penelitian ini adalah pada pengetahuan petani bunga dalam budidaya tanaman bunga terutama dalam proses produksi dan penggunaan 2 media tanam yaitu media alam terbuka dan media greenhouse serta distribusi tanaman bunga. Pertanyaan penelitian yang dikaji meliputi pengklasifikasian atas proses produksi, perbedaan penggunaan 2 media tanam, masalah-masalah yang dihadapi petani bunga serta distribusi. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Antropologi Kognitif dengan memfokuskan pada pengetahuan petani bunga yang dianalisis secara kualitatif dengan emic view. Untuk pengumpulan data penelitian ini menggunakan metode wawancara mendalam dan observasi partisipasi terbatas untuk melihat gambaran dan terlibat secara langsung dalam aktifitas petani bunga.

(5)

UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan kesehatan, kasih, karunia dan berkatNya sehingga penulis sampai pada tahap akhir perkuliahan dan dapat menyelesaikan studi dan skripsi ini sampai selesai. Penulis juga menyadari tidak dapat menyelesaikan tugas ini tanpa bantuan dari semua pihak baik yang telah memberikan saran, bimbingan dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses penyelesaian skripsi mulai dari awal sampai skripsi ini dapat diselesaikan.

Oleh karena itu Penghargaan yang sebesar-besarnya penulis berikan kepada kedua orang tua penulis Ayahanda B. Siboro dan Ibunda R. Tampubolon yang sangat penulis sayangi, terimakasih atas cinta dan kasih sayang, ketulusan, dukungan, doa dan materi sejak lahir hingga penulis bisa seperti sekarang ini dan tidak akan pernah tergantikan dengan apapun juga dan oleh siapapun juga. Semoga Tuhan memberikan kesehatan dan umur yang panjang. Terimakasih juga karena sudah menjadi orangtua yang terbaik buat penulis hingga saat ini.

Dalam kesempatan ini penulis juga menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Fikarwin Zuska selaku Ketua Departemen Antropologi Sosial Universitas Sumatera Utara, Bapak Drs. Agustrisno, MSP selaku Sekretaris Departemen Antropologi Sosial Universitas Sumatera Utara, Bapak Drs. Irfan, Msi selaku dosen wali selama menjalani pendidikan di Universitas Sumatera Utara. Terimakasih untuk waktu, saran dan pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

Kepada Bapak Drs. Lister Berutu. MA selaku Dosen Pembimbing Skripsi penulis yang selalu sabar dan semangat membimbing penulis menyelesaikan proposal sampai skripsi penulis selesai. Ibu Prof. Chalida Fakhruddin selaku ketua penguji proposal dan Bapak Dr. Fikarwin Zuska sebagai penguji I, di mana telah banyak membantu penulis dalam perbaikan proposal. Para Dosen Departemen Antropologi Sosial, Staf Pegawai FISIP, Pegawai Perpustakaan Fakultas dan Pegawai Perpustakaan Universitas.

Bapak Budiman Ketaren selaku Kepala Desa Raya dan kepada Ita selaku staf pegawai Desa Raya, terimakasih penulis ucapkan atas kerjasama dan penerimaan serta informasi yang diberikan. Kepada seluruh masyarakat Desa Raya/informan yang telah menerima penulis dan telah meluangkan waktu bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, terimakasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan.

(6)

Kepada para sahabat-sahabat terbaikku, sahabat yang selalu ada dalam suka dan duka Maria M Silalahi, Puteri Ananda yang telah banyak membantu, yang selalu ada setiap aku butuhkan, selalu memberikan dorongan, semangat, dukungan dan doa. Juga tidak lupa aku ucapkan kepada sahabatku Helen Lucen Silalahi, S.Sos yang selalu memberikan omelannya agar aku cepat menyelesaikan skripsi ini, terimakasih aku ucapkan. Tidak lupa juga aku ucapkan terimakasih buat sahabat-sahabatku yang lainnya: Rico Tanpati Perangin-angin (Si Komo), Junius Tarigan, Nelson Siahaan, Kalvin Napitupulu, Hezron Siahaan dan Berty Manurung buat kebersamaannya selama masa perkuliahaan, semangat yang diberikan dan juga keusilannya serta petualangan yang tak akan terlupakan dari kalian.

Kepada para Kerabat-kerabatku Antropologi 2008 Berkat S Gulo, Deny Firman Gulo, Marda Ginting, Santa Panjaitan, Santa Simamora, Ria Hasugian, Suherman, Dea Aniendita, Lias, Karmila, Radinton Malau, S.Sos, Batara Silalahi, Fajri Pasaribu, Iskandar, Hardi, Nesya terimakasih atas semangat yang diberikan kepada penulis selama ini. Kepada para Senior bang Denny Nitra Silaen, S.Sos, Rikky Erwaman Syahputra, S.Sos, Umar Badillah, Firman J Tambunan, Wilfrid S Silitonga, Darwin Tambunan, Hery Manurung, Sandrak Lugo, S.Sos, terimakasih buat semangat dan dukungan yang selalu kalian berikan.

Kerabat-kerabat mahasiswa/i Antropologi FISIP USU yakni Perdamenta Tarigan, Amy Valentina, Rini Sinulingga, Dina Aulia, Dika, Omry, Lina Manalu, Silton, Niky Tarigan terimakasih atas semangat dan dukungan yang selalu diberikan kepada penulis. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu pada kesempatan ini yang telah membantu dalam penulisan dan proses studi. Menyadari atas keterbatasan penulis, maka skripsi atau hasil penelitian ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan, untuk itu koreksi dan masukan dari berbagai pihak guna penyempurnaan hasil dari penelitian ini sangat penulis harapkan. Semoga tulisan ini berguna bagi pihak-pihak yang memerlukan.

Medan, Juli 2012 Penulis

(7)

RIWAYAT HIDUP

Harni Yanti Siboro, lahir pada tanggal 3 Januari 1989 Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang. Beragama Kristen Khatolik, anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Ayahanda B. Siboro dan Ibunda R. Tampubolon. Riwayat pendidikan formal penulis : SDN 101866 Batang Kuis (1995-2001), SMP Negeri I Batang Kuis (2001-2004), SMU Negeri I Batang Kuis (2004-2007), Antropologi Sosial , Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara (2008-2012).

Selama kuliah penulis aktif dalam mengikuti pelatihan/seminar diantaranya : Panitia Seminar Pra-Sarasehan Nasional Jaringan Kekerabatan Antropologi Sosial Indonesia oleh Universitas Andalas di Sumatera Barat (2011), Peserta Seminar Dalam Rangka Revitalisasi dan Reaktualisasi Budaya Lokal oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan (2011), Peserta dalam Roadshow Film Dokumenter dan Diskusi Publik Crossing Boundaries oleh The Interseksi Foundation di Universitas Sumatera Utara (2010), Peserta Seminar Dalam Peluncuran Buku dan Diskusi Publik oleh The Interseksi Foundation di Universitas Sumatera Utara (2012) dan Peserta Seminar Dalam Studi Ekskursi Oleh Bank Indonesia (2012).

Pengalaman berorganisasi penulis diantaranya : Pernah menjadi Anggota INSAN FISIP USU, Anggota Teater ‘O’ di Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara (2009), Anggota SGC (Study Group Of Culture, 2008) dan Anggota GENBI (Generasi Muda Baru Bank Indonesia) Oleh Bank Indonesia (2012-sekarang). Selain itu penulis juga pernah bekerja sebagai Staf Pengajar di Bimbingan Tes/Studi di BIMA (2011-2012).

Medan, 12 Juli 2012

(8)

KATA PENGANTAR

Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Jurusan Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, Medan. Dalam rangaka memenuhi persyaratan tersebut penulis telah menyusun sebuah skripsi dengan judul “Studi Etnografi Tentang Pengetahuan Petani Dalam Budidaya Bunga di Desa Raya, Kecamatan Brastagi Kabupaten Karo”.

Pada skripsi ini dilakukan pembahasan secara menyeluruh mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh petani bunga dalam membudidayakan bunga terutama dalam proses produksi dan pemasaran tanaman bunga di Desa Raya. Pembahasan tersebut diuraikan dari Bab I samapai dengan Bab VI.

Bab I Pendahuluan. Pada Bab ini diuraikan garis besar penulisan skripsi secara menyeluruh, antara lain mengemukakan latar belakang masalah, perumusan masalah penelitian sehingga dapat diketahui apa yang ingin dikemukakan dalam penulisan skripsi ini. Selanjutnya diuraikan juga lokasi penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan teknik pengumpulan data. Penguraian pada Bab ini , dimaksudkan agar dapat memberikan gambaran secara keseluruhan mengenai materi penulisan yang dimaksud dalam penelitian/skripsi ini.

Bab II Gambaran Umum Desa Raya. Pada Bab ini diuraikan mengenai identifikasi desa (meliputi : sejarah desa, letak desa, keadaan penduduk dan topografi desa), tata ruang desa, tata pemukiman, sarana dan prasarana desa, kelembagaan desa dan Gambaran Petani Bunga.

Bab III Pertanian Bunga Desa Raya. Pada Bab ini diuraikan secara keseluruhan mengenai pertanian bunga yang ada di Desa Raya. Pertanian bunga ini mencakup proses produksi bunga yang dilakukan oleh para petani dan penggunaan 2 media dalam proses pembudidayaan bunga serta alasan pemilihan jenis bunga yang ditanam.

Bab IV Pengetahuan Petani Bunga Akan Hama Dan Penyakit. Pada Bab ini diuraikan bagaimana petani bunga yang ada di Desa Raya menggunakan pengetahuan yang mereka miliki untuk menanggulangi hama dan penyakit yang mengganggu tanaman bunga mereka serta variasi pengetahuan petani dalam pengolahan dan penggunaan pupuk, baik itu pupuk organik maupun pupuk anorganik/kimia.

(9)

Bab VI Penutup. Penutup berisikan tentang kesimpulan dan saran. Pada Bab ini akan disimpulkan kembali secara keseluruhan dari hasil penelitian tentang Pengetahuan Petani Dalam Budidaya Bunga di Desa Raya. Diakhir Bab ini penulis menyampaikan beberapa saran yang berguna untuk perkembangan pengetahuan yang dimiliki petani terhadap pembudidayaan bunga terutama dalam proses produksi dan pemasaran bunga.

Sebagai akhir dari tulisan ini, penulis juga membuat daftar pustaka sebagai bahan referensi dari skripsi ini serta lampiran-lampiran seperti pedoman wawancara, peta lokasi penelitian, surat penelitian, serta foto-foto di lokasi penelitian.

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

2.2. Letak Geografis, Iklim, Dan Luas Wilayah ... 22

2.3. Keadaan Dan Susunan Penduduk ... 23

2.3.1. Keadaan Penduduk... 22

2.3.2. Susunan Penduduk... 24

2.3.3. Jumlah Penduduk Menurut Jenjang Pendidikan... 26

2.3.4. Susunan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian... 27

2.3.5. Susunan Penduduk Berdasarkan Agama... 28

2.4. Sarana dan Prasarana di Desa Raya... 29

2.4.1. Sarana Pendidikan dan Pemerintahan... 29

2.4.2. Sarana Kesehatan... 31

(11)

2.5. Bahasa... 34

2.6. Struktur Sosial dan Organisasi Kemasyarakatan... 34

2.7. Gambaran Petani Bunga... 35

BAB III PENGETAHUAN PETANI DALAM PROSES PRODUKSI TANAMAN BUNGA ... 41

3.1. Pertanian Bunga di Desa Raya... 41

3.1.1. Media Alam Terbuka ... 42

3.1.2. Media Greenhouse... 42

3.2. Proses Produksi Tanaman Bunga... 46

3.2.1. Proses Produksi Pada Media Greenhouse... 46

3.2.1.1. Proses Pengolah Lahan... 46

3.2.1.2. Proses Pembibitan... 50

3.2.1.3. Proses Penanaman... 52

3.2.1.4. Proses Pemeliharaan... 56

3.2.2. Proses Produksi Pada Media Alam Terbuka... 61

3.2.2.1. Proses Pengolahan Lahan... 61

3.2.2.2. Proses Pembibitan... 63

3.2.2.3. Proses Penanaman... 64

3.2.2.4. Proses Perawatan... 65

3.3. Panen ... 69

3.4. Pengerahan Tenaga Kerja... 70

(12)

BAB IV PENGETAHUAN PETANI BUNGA AKAN HAMA

DAN PENYAKIT... 77

4.1. Masalah Petani Bunga... 77

4.1.1. Hama dan Penyakit... 77

4.1.2. Iklim dan Tanah... 80

4.2. Variasi Pengetahuan Petani Dalam Pengolahan Dan Penggunaan Pupuk... 81

4.2.1. Pengetahuan Petani Akan Pupuk Organik... 82

4.2.2. Pengetahuan Petani Akan Pupuk Anorganik (Kimia)... 83

BAB V PENGETAHUAN PETANI DALAM PEMASARAN BUNGA... 87

5.1. Pemasaran Bunga... 87

5.2. Hubungan Petani Dengan Konsumen... 88

(13)

ABSTRAK

Studi etnografi tentang pengetahuan petani dalam budidaya bunga di Desa Raya Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo (Harni Yanti Siboro, 2012). Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 101 halaman, 12 tabel, 14 gambar, 14 daftar pustaka disertai 11 situs internet, surat penelitian dan peta desa.

Penelitian ini mengkaji tentang pengetahuan petani dalam budidaya tanaman bunga di Desa Raya. Petani bunga di Desa Raya memiliki pengetahuan tentang bagaimana mereka dapat memproduksi tanaman bunga dan bagaimana mereka mendistribusikan hasil dari panen tanaman bunga mereka di pasaran. Untuk memproduksi tanaman bunga para petani harus menggunakan pengetahuan yang mereka miliki dimulai dari proses pengolahan lahan, pembibitan, menanam, perawatan tanaman serta panen, akan tetapi tidak hanya dibutuhkan pengetahuan petani dalam proses produksi tersebut karena para petani tidak terlepas dari beberapa masalah. Masalah yang dihadapi petani adalah iklim atau keadaan cuaca yang sulit ditebak dan masalah hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman bunga.

Fokus penelitian ini adalah pada pengetahuan petani bunga dalam budidaya tanaman bunga terutama dalam proses produksi dan penggunaan 2 media tanam yaitu media alam terbuka dan media greenhouse serta distribusi tanaman bunga. Pertanyaan penelitian yang dikaji meliputi pengklasifikasian atas proses produksi, perbedaan penggunaan 2 media tanam, masalah-masalah yang dihadapi petani bunga serta distribusi. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Antropologi Kognitif dengan memfokuskan pada pengetahuan petani bunga yang dianalisis secara kualitatif dengan emic view. Untuk pengumpulan data penelitian ini menggunakan metode wawancara mendalam dan observasi partisipasi terbatas untuk melihat gambaran dan terlibat secara langsung dalam aktifitas petani bunga.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Penelitian ini mengkaji tentang pengetahuan petani dalam budi daya bunga. Pengetahuan petani dalam membudidayakan bunga yang dikaji ini dilakukan untuk dapat mengetahui bagaimana petani bunga menggunakan pengetahuan (mind) yang mereka miliki untuk membudidayakan tanaman bunga yang sering juga dijadikan sebagai tanaman hias. Dengan melakukan penelitian ini diperoleh data dan gambaran tentang suatu sistem pengetahuan yang bersifat abstrak yang digunakan sekelompok manusia di lingkungan sekitar tempat mereka tinggal yang kemudian mereka interpretasikan sehingga mengasilkan prilaku.

(15)

masa panen. Dari tahapan-tahapan produksi ini petani memiliki teknik tersendiri agar hasil produksi bunga di lahan pertanian mereka memiliki kualitas yang baik. Di sinilah peneliti mengkaji pengetahuan petani khususnya dalam budi daya bunga. Selain itu penelitian ini juga melihat sistem distribusi dari hasil panen bunga tersebut. Sistem distribusi yang dimaksudkan adalah pemasaran bunga yang dilakukan oleh para petani untuk menjual hasil panen mereka yaitu dengan cara memperbolehkan para pembeli atau konsumen untuk datang langsung ke kebun atau ke ladang mereka dan memilih langsung bunga yang ingin dibeli.

(16)

• Tanaman hortikultura mudah atau cepat mengalami kebusukan. Meskipun demikian, hasil tanaman hortikultura selalu dibutuhkan setiap hari dalam keadaan segar. Dari pemanenan hingga pemasaran hasil tanaman hortikultura memerlukan penanganan dengan cermat dan efisien. Penanganan yang baik akan meningkatkan kualitas harga pasar.

• Tanaman hortikultura memiliki daerah penanaman dengan kondisi dan keadaan yang spesifik. Tidak pada sembarang tempat. Ada tanaman yang hanya cocok ditanam di daerah pegunungan seperti apel, kentang, beberapa jenis bunga, begitu pula sebaliknya.

Jenis tanaman hortikultura yang dihasilkan baik buah-buahan maupun sayur-sayuran seperti jeruk, cabai, tomat, kentang, kubis dan lain sebagainya adalah hasil komoditi terbesar di daerah ini. Hasil komoditi ini merupakan produk andalan dari Kab. Karo dengan tingkat pendapatan hampir 90% berasal dari tanaman hortikultura dan selain memenuhi kebutuhan lokal beberapa komoditi dari daerah ini juga dijual ke daerah lain, bahkan ada yang di ekspor ke luar negeri sehingga kabupaten ini menjadi terkenal sebagai produsen utama beberapa komoditi buah-buahan dan sayur-sayuran di Sumatera Utara (data BPS Kab. Karo, 2010)1

Meskipun demikian daerah ini juga terkenal akan penghasil jenis tanaman hias yaitu bunga. Meskipun produksi pertanian tanaman bunga ini masih rendah, akan tetapi di beberapa kawasan pedesaan di Tanah karo sudah banyak yang menanam

.

1

Data BPS Kabupaten Karo

(17)

bunga sebagai tanaman pokoknya bahkan sudah membudidayakan tanaman bunga dengan varian yang berbeda. Oleh karena itu peneliti tertarik melakukan penelitian terhadap sistem pengetahuan petani bunga yang ada di Desa Raya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo. Di sini dilihat bagaimana petani menggunakan pengetahuan yang mereka miliki untuk membudidayakan tanaman bunga agar menghasilkan produksi yang memuaskan.

Sistem produksi bunga itu sendiri pasti berbeda dengan tanaman hortikultura lainnya, tergantung bagaimana petani tersebut mengolah lahan pertaniannya agar menghasilkan produksi yang baik dan memuaskan. Sistem produksi bunga yang tercakup berbagai unsur-unsur di dalamnya seperti: pengolahan lahan, pembibitan, menanam, pemeliharaan sampai kepada masa panen dan juga cara pendistribusian dari hasil tanaman mereka setelah panen menjadi fokus kajian ini.

Sistem pengolahan lahan yang baik tentunya menghasilkan produksi hasil tanam yang baik pula, oleh sebab itu tentunya petani memiliki pengklasifikasian jenis lahan yang baik untuk ditanami tanaman bunga. Tidak hanya itu saja jenis-jenis lahan itu diklasifikasikan lagi berdasarkan jenis-jenis tanah yang bagaimana yang cocok untuk ditanami bunga. Tanah atau lahan merupakan sumberdaya alam fisik yang mempunyai peranan penting dalam usaha tani itu sendiri.

(18)

Pada sistem lingkungan tanah, usaha-usaha yang perlu dikerjakan ialah rehabilitasi, pengawetan, perencanaan dan pendayagunaan tanah yang optimum. Tujuan pengolahan tanah itu sendiri adalah agar tanah menjadi gembur, subur dan banyak mengandung atau menyimpan unsur hara, mudah untuk pertumbuhan tanaman serta mudah untuk perkembangan perakaran tanaman2

Selain itu petani juga harus memperhitungkan lamanya tingkat penggunaan sebidang tanah tertentu dalam perjalanan waktu, misalnya berdasarkan luas tanah yang digunakan ditinjau dari segi kebutuhan akan kerja serta besarnya masukan kerja yang diperlukan untuk satu tingkat tertentu penguasaan atas sebidang tanah. Kerja selalu dilakukan dengan menggunakan satu alat tertentu dan di sini kita akan mempertanyakan dengan cara Antropologis – tradisional, apakah sistem itu pada pokoknya menggunakan kerja tangan dengan perantaraan tajak (hoe), ataukah juga menggunakan kerja hewan untuk menarik bajak (plow) (Wolf 1983:34). Untuk itu perlu dikembangkan suatu konsep, yang dapat mengupayakan lahan pertanian terus dapat digunakan sebagai lahan pertanian abadi (LPA)

.

3

2

www.balittanah.litbang.deptan.go.id

, baik melalui upaya-upaya perumusan kebijakan pemerintah maupun dari aspek ekonomi, fisik geografi maupun sosial budaya lahan itu sendiri. Ini berarti, kita tidak hanya melihat dari satu sisi bagaimana petani bunga menginterpretasikan pengetahuan mereka untuk menanam bunga, akan tetapi juga bagaimana para petani mengolah lahan mereka dan dengan cara apa untuk menanami tanaman bunga tersebut.

3

(19)

Tidak hanya terfokus pada pengolahan lahan, penelitian ini juga mengkaji tentang bagaimana petani menggunakan pengetahuan yang mereka miliki untuk pertanian mereka dalam pembibitan dan pola penanaman. Di Desa Raya sendiri jenis bunga yang ditanam adalah jenis bunga potong Krisan dengan berbagai jenisnya serta jenis bunga Mawar.

Meskipun bunga potong Krisan terdiri dari berbagai jenis akan tetapi proses penanamannya tidak jauh berbeda antara jenis yang satu dengan jenis yang lainnya sehingga tidak menyulitkan para petani bunga yang ada di Desa Raya untuk membudidayakan bunga tersebut. Sama halnya dengan bunga Mawar, proses penanamannya juga tidak jauh berbeda dengan proses penanaman bunga Krisan, hanya terdapat sedikit saja perbedaan dalam proses penanaman awalnya.

Proses menanam bunga yang dilakukan oleh petani pasti memiliki teknik tersendiri. Misalnya, dalam proses menanam bunga apakah petani melakukan penggolongan terhadap jenis bibit ataupun tunas yang akan ditanam, seperti apa metode penanamannya, alat-alat seperti apa yang dipakai untuk menanam, bagaimana pembagian waktu selama penanaman dan sebagainya (Dove, 1988:133-149). Di sinilah peneliti mendeskripsikan bagaimana petani bunga menggunakan pengetahuan mereka untuk menanam bunga.

(20)

dan suhu yang cocok untuk pertumbuhan suatu tanaman dan pekerjaan, tetapi juga mempengaruhi tipe pemilikan tanah di suatu daerah. Sawah yang luas misalnya, jarang terdapat di wilayah yang kondisi lahannya miskin dan topografinya pegunungan (Frithjof Kuhren,1990:14), oleh karena itulah di daerah pegunungan hanya beberapa kawasan yang dijumpai daerah persawahan.

Selain para petani harus memperhitungkan kondisi alam seperti cuaca dan iklim, para petani juga harus mengantisipasi tanaman mereka dari serangan hama dan penyakit. Selain itu dengan penelitian ini peneliti dapat mengungkapkan pengetahuan petani bunga di Desa Raya dalam membuat kategorisasi atas tanah, tanaman, hama, pupuk, dan pestisida. Bagaimana simpul-simpul pengetahuan ini berkaitan dengan strategi penanaman dan pemeliharaan atas budi daya bunga (Sembiring, 2002:8).

(21)

Saat ini Indonesia mengekspor bunga senilai kurang dari $5 juta per tahun. Hal ini menjadikan Indonesia Negara ke- 33 terbesar dalam ekspor bunga, dengan pangsa pasar dunia sebesar 0,7%. Pada saat ini untuk pemasaran bunga sendiri, industri florikultur AMARTA4

Salah satu upaya Amarta yang dilakukan di Berastagi tepatnya di Desa Raya yang merupakan penghasil bunga potong Krisan terbesar di Berastagi adalah dengan membangun kebun percontohan atau yang biasa disebut masyarakat petani dengan

greenhouse dan memberikan penyuluhan terhadap petani tentang produksi bunga pada media greenhouse serta bagaimana pengendalian hama dan penyakit pada tanaman bunga serta penggunaan pupuk kimia.

dataran tinggi telah berkembang (budidaya Mawar, Krisan) di Berastagi, Bogor, Bandung/Lembang yang menawarkan banyak peluang bagi intervensi AMARTA yang efisien di Jawa Barat dan Sumatera Utara dan dataran tinggi di Bali. Industri florikultur dataran rendah juga telah berkembang (anggrek, heliconia tanaman hias dan tanaman yang tumbuh dalam kontainer) dan berkembang baik pada ketinggian 0-700 m di daerah Medan, Jakarta dan selatan Bali, dan intervensi AMARTA dapat secara signifikan meningkatkan produktivitas ini, sehingga meningkatkan rata-rata pendapatan keluarga di industri bunga tropis dan dataran tinggi.

Upaya Amarta untuk mengembangkan ekspor bunga di berbagai daerah di Indonesia termasuk Berastagi tidak hanya membutuhkan peralatan teknologi untuk mengembangkan dan membudidayakan bunga, akan tetapi pengalaman serta 4

AMARTA; Agri Business Market and Suport Activity. Atau dalam bahasa Indonesia AMARTA; Penilaian Rantai Nilai Sektor Florikultur Tropis di Indonesia.

(22)

pengetahuan alami yang dimiliki para petani bunga juga sangat dibutuhkan untuk pengembangan dan pembudidayaan tanaman bunga itu sendiri.

Uraian di atas selain menjelaskan tentang manfaat teknologi yang dipakai dalam pengembangan budi daya bunga juga merupakan penjelasan tentang distribusi dan pemasaran bunga dalam skala nasional. Dari wawancara awal yang dilakukan hasil panen bunga dari Desa Raya tidak hanya dipasarkan ke kota Medan tetapi pemasaran bunga juga sampai kepada kota-kota besar yang ada di Sumatera Utara. Para konsumen atau pembeli bunga juga banyak yang datang dari berbagai daerah. Baik itu untuk dikonsumsi sendiri maupun untuk dijual kembali.

Membahas masalah distribusi sangat menarik karena pola penyaluran bisa tergambarkan secara terstruktur. Beranjak dari sini kita bisa melihat bagaimana hubungan antara petani bunga dengan para pembeli atau konsumen. Dalam masalah ini peneliti akan menggambarkan pola hubungan yang terjadi antara petani bunga dengan pembeli agar dapat dipahami oleh masyarakat luas.

(23)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah : Melihat bagaimana sistem pengetahuan petani bunga dalam membudidayakan tanaman bunga di Desa Raya, Kec. Berastagi, Kab. Karo.

Masalah tersebut akan dirinci sebagai berikut:

1. Sistem pengetahuan yang digunakan dalam produksi bunga yang mencakup pengolahan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, dan panen.

2. Sistem distribusi yang mencakup pemasaran hasil panen dan hubungan dengan konsumen.

1.3. Lokasi Penelitian

(24)

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang sistem pertanian bunga yang ada di Desa Raya dan juga melihat bagaimana petani di sana melakukan sistem produksi yang mencakup pengolahan lahan, pembibitan, menanam, pemeliharaan sampai kepada masa panen juga bagaimana mereka melakukan pendistribusian terhadap hasil panen mereka dengan menggunakan pengetahuan yang dimiliki petani bunga dengan cara mendeskripsikan aktifitas-aktifitas yang dilakukan petani bunga dalam sistem produksi dan distribusi bunga di Desa Raya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo.

Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat sebagai suatu proses untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan dapat diterapkan sebagai bahan pembelajaran untuk ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tulisan ini. Penelitian ini juga diharapkan bermanfaat untuk menambah wawasan dan kepustakaan di bidang Antropologi, khususnya dalam memperkaya literatur mengenai Antropologi Pertanian.

1.5. Tinjauan Pustaka

(25)

yang bercocok tanam (melakukan budidaya) di lahan pertaniannya (Scott,1994). Dengan demikian orang yang tinggal di desa belum tentu dikatakan sebagai petani.

Konsep dari petani pedesaan juga berbeda dari peladang primitif. Petani pedesaan merupakan bagian dari satu masyarakat yang lebih besar dan lebih kompleks, yang bercocok-tanam dan beternak di daerah pedesaan yang hasil produksinya selain digunakan sendiri juga dijual di pasar hasil bumi. Sedangkan peladang primitif adalah sebuah kelompok manusia primitif atau tribe (suku-bangsa primitif) yang tinggal secara terpencil dan hasil produksi terbesarnya digunakan untuk penghasil-penghasilnya sendiri atau untuk kewajiban-kewajiban kekerabatan dan bukan untuk dipertukarkan dengan tujuan memperoleh keuntungan (wolf, 1983:2-3).

Berbeda dengan Kroeber, diungkapkan dalam Masyarakat Petani dan Kebudayaan mengatakan, meskipun petani bersifat kedesaan, namun mereka hidup berhubungan dengan pasar-pasar di kota. Mereka merupakan suatu bagian mengelompok dari suatu penduduk yang lebih besar yang biasanya meliputi pusat-pusat kota. Mereka merupakan bagian masyarakat dengan bagian budaya. Artinya meskipun mereka hidup mengelompok dalam satu wilayah yang terpencil tetapi kadang kala mereka juga akan berhubungan dengan kehidupan yang ada di kota baik untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka maupun untuk menjual hasil pertanian mereka dan secara tidak langsung membentuk kebudayaan mereka.

(26)

dengan sesama mereka. Karena pada umumnya masyarakat tidak bisa dipisahkan dengan lingkungannya.

Goodenough (dalam Nur Syam, 2007:50-51) menjelaskan bahwa dalam meneliti sebuah masyarakat, peneliti harus melihat aktivitas-aktivitas sosial, kelompok sosial juga bahasa yang digunakan oleh masyarakat yang diteliti. Untuk memperoleh itu semua, peneliti harus bisa mengerti bahasa setempat sehingga dapat berkomunikasi dengan para informan untuk “mengorek” isi kepala mereka tentang permasalahan yang sedang diteliti, seperti bagaimana cara berpikir masyarakat yang berprofesi sebagai petani bunga tentang pertanian bunga, bagaimana memberantas hama penyakit pada tanaman bunga dan lain sebagainya.

Lebih lanjut Goodenough mengungkapkan pendapatnya tentang hal mendasar yang menjadi pusat kajian Antropologi kognitif, yaitu:

“Hal-hal mendalam dari kehidupan individu anggota masyarakat, seperti tentang bagaimana anggota masyarakat memandang benda-benda, kejadian-kejadian, dan makna-makna dari dunianya. Mereka memandang “dunianya” berdasarkan kriteria mereka sendiri (emic view) bukan dari kriteria orang luar, kaum peneliti (etic view)”

(Goodenough 2007:50).

Pengetahuan yang digunakan petani bunga dalam pertanian bunga dinamakan kebudayaan. Hal ini sesuai dengan pendekatan Antropologi kognitif dimana kebudayaan dianggap sebagai seperangkat pengetahuan yang diperoleh manusia yang dipergunakan untuk menginterpretasikan pengalaman dan menghasilkan tingkah laku. Spradley mendefenisikan kebudayaan5

5

Defenisi tersebut ditulis ulang oleh Marzali dalam pengantar pada buku Metode Etnografi oleh James P. Spradley. Dalam pengantar ini, Marzali menjelaskan secara singkat tentang apa itu etnografi sampai perkembangan metode dalam etnografi.

(27)

dunia sekeliling mereka, dan sekaligus untuk menyusun strategi perilaku dalam menghadapi dunia sekeliling mereka (Spradley, 1997:xx). Hal inilah yang akan dilihat peneliti di Desa Raya, Kecamatan Berastagi tentang pertanian bunga yang ada di sana dan pengetahuan yang digunakan petani bunga dalam mengolah lahan mereka untuk membudidayakan bunga serta bagaimana strategi yang digunakan petani di sana untuk pengendalian hama dan penyakit bunga.

Menurut Winarto hal di atas sama seperti yang dilakukan petani padi. Bagaimana petani belajar dari keragaman strategi mereka mengendalikan hama seperti serangan hama selama beberapa musim, sehingga menyajikan kesempatan untuk mengevaluasi keefektifan strategi yang beragam tersebut (dalam jurnal Antropologi Indonesia, 1999:30-31).

Hal ini senada dengan Spradley yang menjelaskan bahwa metode yang digunakan untuk “menggali” pikiran (mind) tersebut adalah dengan menggunakan metode folk taxonomy (Spradley dalam Marzali, 1997:xix). Dalam konteks penelitian ini folk taxonomy yang ingin peneliti lihat adalah bagaimana petani dapat mengklasifikasikan musim, tanah, bibit, hama, pupuk dan lain sebagainya dalam membudidayakan tanaman bunga di Desa Raya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo.

(28)

sifat-sifat dari gejala-gejala alam dan sebagainya. Pengetahuan tersebut biasanya berasal dari kebutuhan praktis untuk bertani, berkebun dan lain-lain.

Marzali (1997: xx) menyebutkan bahwa cara yang paling tepat untuk memperoleh budaya adalah melalui bahasa atau lebih khusus lagi melalui daftar kata-kata yang ada dalam suatu bahasa. Bahasa dan istilah-istilah (nama/sebutan) yang digunakan oleh petani bunga di Desa Raya menjadi penting untuk ditelusuri. Penelusuran aspek bahasa ini untuk melihat bagaimana mereka membuat sistem pengkategorisasian dalam pikiran mereka untuk menjelaskan sistem pengetahuan mereka. Sri Ahimsa Putra (Naibaho, 2011:26) menegaskan melalui bahasa inilah berbagai pengetahuan baik tersembunyi (tacit)6 maupun yang tidak (explicit)7

Winarto (1999:69) mengatakan bahwa petani sebenarnya memiliki pengetahuan lokal yang sangat kaya. Pilihan-pilihan petani atas jenis tanaman mereka melibatkan pengetahuan ekologi yang cukup beragam. Winarto memberi contoh satu jenis padi yang dipilih petani memiliki karakteristik genetika tertentu yang perlu dikenali oleh petani, apakah itu menyangkut perlakuan air, pupuk, pengolahan tanah, pengendalian hama, umur padi, kemajuan produksi, kualitas gabah, serta citra rasa dari jenis padi yang ditanam adalah merupakan hal-hal yang sangat penting bagi petani dalam proses belajar mereka. Winarto mengatakan bahwa petani selalu melakukan pengamatan atas apa yang terjadi dengan tanaman mereka.

terungkap pada si peneliti.

6

Tacit knowledge yaitu pengetahuan yang diketahui bersama, seperti pemahaman atau perasaan yang tidak dapat dinyatakan dengan kata-kata. Pengetahuan tacic dapat berupa ide-ide, gagasan dan bersifat abstrak.

7

(29)

Dove (1988:133-143) berpendapat mengenai teknik menanam padi yang dilakukan ‘orang Kantu’yang tinggal di sepanjang aliran sungai Kapuas, Kalimantan Barat. Dimana orang Kantu sebelum menanam padi mereka terlebih dahulu akan memilih bibit-bibit padi yang unggul sebelum menanam, dan memiliki pantangan dan aturan sebelum menanam dan memanen padi.

Pengetahuan yang dimiliki oleh petani biasanya juga melalui pengalaman yang diperoleh dari nenek moyang mereka. Scott (1984:4) mengatakan bahwa banyaknya padi yang dihasilkan suatu keluarga untuk sebagian tergantung kepada nasib, akan tetapi tradisi setempat yang mengenal soal jenis bibit, cara menanam dan penetapan waktu telah digariskan berdasarkan pengalaman selama berabad-berabad, dengan tujuan menghasilkan panen yang lebih mantap dan dapat diandalkan menurut keadaan.

(30)

1.6. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif8

Dalam penelitian ini ada dua jenis data yang digunakan, yaitu data primer dan data sekunder. Adapun data primer diperoleh dari lapangan melalui observasi dan wawancara. sedangkan data sekunder merupakan data tambahan untuk menunjang data-data primer yang telah diperoleh seperti data dari internet, jurnal, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan penelitian ini. Dalam pengumpulan data digunakan teknik wawancara, observasi, dan penyebaran kuesioner (Koentjaraningrat, 1990:50).

. Penelitian ini berusaha mendeskripsikan bagaimana petani bunga menggunakan pengetahuan yang mereka miliki untuk membudidayakan tanaman bunga terutama tanaman bunga potong Krisan, bagaimana mereka mengatasi masalah-masalah tentang penyakit dan pemeliharaan tanaman yang mereka budidayakan dan juga bagaimana mereka menjalankan sistem distribusi penjualan hasil panen bunga mereka.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu sebagai berikut :

1.6.1. Observasi

8

(31)

Observasi9

1.6.2. Wawancara

(pengamatan) merupakan salah satu metode yang digunakan dalam penelitian ini. Teknik yang digunakan adalah observasi partisipasi, di mana peneliti mengamati dan mencatat segala kegiatan ataupun aktivitas yang dilakukan oleh petani bunga secara langsung dimulai dari mengikuti dan melihat aktivitas para petani yang berangkat pada pagi hari menuju ladang mereka masing-masing dan melakukan proses-proses kegiatan yang dilakukan di ladang mereka seperti dimulai dari proses pengolahan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan sampai dengan proses panen dan pemasaran bunga yang dilakukan informan di ladang mereka. Observasi atau pengamatan berguna untuk mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar kebiasaan dan sebagainya. Pengamatan memungkinkan peneliti untuk melihat dunia sebagaimana yang dilihat oleh subjek penelitian, hidup pada saat itu: pengamatan memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan oleh subjek sehingga memungkinkan juga peneliti sebagai sumber data; pengamatan memungkinkan pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama, baik dari pihaknya maupun dari pihak subjek (Moleong 2000:126).

Metode wawancara atau metode interview, mencakup cara yang digunakan seorang peneliti untuk mendapatkan keterangan secara lisan dari seorang informan dengan cara melakukan wawancara dengan informan tersebut (Koentjaraningrat, 1985:129). Sebelum melakukan wawancara, maka peneliti terlebih dahulu menulis 9

(32)

atau membuat beberapa pertanyaan di selembar kertas sebagai pedoman untuk melakukan wawancara yang diajukan kepada informan yang telah dicari dan ditetapkan sebagai sumber data. Dalam menentukan informan, peneliti meminta informasi dasar kepada kepala Desa Raya yaitu Bapak Budiman Ketaren dan beberapa masyarakat sekitar yang sebelumnya sudah pernah peneliti temui selama melakukan observasi untuk mengarahkan peneliti melakukan wawancara dengan petani bunga. Penetapan jumlah informan yang ditentukan oleh peneliti disesuaikan dengan kebutuhan informasi peneliti mengenai segala pengetahuan petani bunga dalam proses produksi dan pemasaran bunga yang ada di Desa Raya.

Setelah beberapa informan peneliti dapatkan, kemudian peneliti menjumpai beberapa informan tersebut baik pada saat informan sedang berada di ladang dan sedang melakukan aktifitas bertaninya dan melakukan pembudidayaan tanaman bunga juga pada saat informan sedang berada di rumah dan mengajukan beberapa pertanyaan dan mendapatkan informasi seputar tentang pembudidayaan bunga yang dilakukan para petani yang ada di Desa Raya.

1.6.3. Studi Kepustakaan dan Dokumentasi

(33)

1.7. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data secara kualitatif. Semua data yang telah dikumpulkan baik itu data yang didapat dari hasil observasi, wawancara maupun sumber kepustakaan disusun sesuai dengan kategori yang mengacu dari rumusan masalah yang sudah peneliti tentukan sebelumnya, yaitu: Proses produksi bunga yang dilakukan para petani yang ada di Desa Raya dimulai dari bagaimana petani menggunakan pengetahuan yang mereka miliki untuk melakukan pengolahan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan sampai kepada proses panen yang dilakukan dan juga bagaimana petani melakukan pemasaran terhadap hasil panen mereka. Kemudian peneliti melakukan penganalisaan hubungan dari setiap bagian yang telah disusun untuk memudahkan saat mendeskripsikannya.

(34)

BAB II

GAMBARAN UMUM PETANI BUNGA DI DESA RAYA

2.1. Sejarah Desa Raya

Nama Desa Raya pada mulanya berawal dari sebuah marga karo yang bernama Togan Raya. Togan Raya merupakan manusia pertama suku karo yang berasal dari India yang lahir ± 200 SM. Togan Raya kemudian berkelana dan tiba serta menetap di Tanah Karo. Menurut orang tua dahulu, Togan Raya merupakan seorang yang sakti sehingga apapun yang diucapkannya akan menjadi kenyataan, karena itulah Togan Raya sangat dihormati dan disegani di daerahnya. Lambat laun Togan Raya membentuk keluarga dan perkampungan di sekitar tempatnya tinggal dan untuk menghormati beliau maka daerah tempat mereka tinggal dinamai dengan sebutan Raya atau yang lebih dikenal dengan sebutan Desa Raya.

(35)

sebagainya, sedangkan etnis lain yang tinggal di desa ini adalah seperti Jawa dan Cina. Penduduk pendatang adalah orang-orang yang berasal dari daerah lain dan menetap sebagai warga desa akibat dari perkawinan dengan putra/putri desa, namun sebagian besar ada yang tidak didasari oleh alasan perkawinan, tetapi ada yang sengaja datang untuk mencari pekerjaan sebagai buruh tani dan akhirnya memilih untuk tinggal menetap di Desa Raya.

Secara administratif sebelum tahun 1984 Desa Raya tergabung dalam Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo. Tahun 1985 sampai tahun 1990 Desa Raya masuk dalam Kecamatan Perwakilan Brastagi. Pada tahun 1991 Kecamatan Perwakilan Brastagi menjadi defenitif yang secara otomatis desa-desa yang terdapat di dalamnya menjadi wilayah Kecamatan Brastagi termasuk Desa Raya. Adapun Kepala Desa yang pernah menjabat menjadi Kepala Desa Raya adalah sebagai berikut:

1. Cekem Ketaren 2. Luari Ketaren 3. Berngab Sinuhaji 4. Palaren Ketaren 5. Nendeng Purba

(36)

9. Budiman Ketaren (2009-2014)

2.2. Letak Geografis, Iklim dan Luas Wilayah

Lokasi wilayah merupakan salah satu penunjang bagi kemajuan suatu daerah di mana kemajuan ini akan mendukung peningkatan kesejahteraan hidup penduduknya. Desa Raya merupakan salah satu dari 10 Desa/Kelurahan di wilayah Kecamatan Brastagi yang terletak 2,5 km ke arah Selatan dari Ibukota Kecamatan dan 5 km ke arah Utara Ibukota Kabupaten Karo Kabanjahe. Desa Raya berada disepanjang Jl. Jamin Ginting yang merupakan Jalan Negara sepanjang 3,5 km dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Desa Rumah Brastagi

- Sebelah Selatan : Desa Sumbul/Sumber mufakat - Sebelah Barat : Desa Guru Singa, Desa Kaban - Sebelah Timur : Desa Aji Julu dan Ajijahe

(37)

utamanya adalah tanaman holtikultura dan berbagai jenis tanaman hias seperti bunga. Hal ini juga didukung oleh kondisi tanah yang sangat subur sehingga sangat cocok untuk usaha agraris. Berikut dapat dilihat tabel komposisi luas daerah Desa Raya.

Tabel 1. Luas Wilayah (ha) Menurut Jenis Penggunaannya di Desa Raya

No. Peruntukan Lahan Luas Presentase

1. Persawahan 20 ha 4.00%

2. Tegalan/Perladangan 342 ha 68.40%

3. Perumahan/Pemukiman 126 ha 25.20%

5. Lainnya 12 ha 2.40%

Jumlah 500 ha 100%

Sumber : Monografi Desa Raya Tahun 2010

(38)

2.3. Keadaan dan Susunan Penduduk

2.3.1. Keadaan Penduduk

Penduduk merupakan modal dasar pembangunan suatu daerah, maka peranan penduduk pada suatu daerah sangat penting juga sebagai tenaga kerja dalam pembangunan, sebab salah satu prinsip berdirinya suatu negara haruslah ada penduduk atau rakyat. Jika penduduk tidak ada maka negara pun tidak akan terbentuk dan sumber daya yang tersedia tidak akan berfungsi sebagaimana mestinya.

Menurut data Desa Raya terdiri dari 1268 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk 5838 jiwa yang tersebar. Keadaan penduduk sangat beraneka ragam. Ini dapat dilihat dari jumlah penduduk, tingkat pendidikan penduduk, serta mata pencaharian penduduk. Sementara mayoritas suku bangsa yang mendiami Desa Raya adalah suku batak Karo, sedangkan suku minoritas adalah suku batak Toba dan Jawa. Dalam kehidupan sehari-hari, penduduk desa ini masih memegang penuh sifat kekeluargaan, seperti saling menyapa, saling mengenal antara satu dengan yang lain, bahkan kepada orang asing atau pendatang mereka tidak segan-segan untuk memberikan informasi tentang apa yang ditanyakan.

(39)

sebagainya mereka selalu saling menghadiri dan saling membantu sehingga terciptalah suatu hubungan yang harmonis antara sesama penduduk di desa ini. Selain itu juga sistem kekerabatan yang ada di Desa Raya didukung oleh adanya pertalian darah diantara sesama penduduk sehingga sifat gotong-royong dan saling bersahabat masih kuat pada penduduk yang tinggal di desa ini.

2.3.2. Susunan Penduduk

(40)

Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia dan Jenis Kelamin

No Kelompok Umur Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

1. 0-1 85 115 200

2. 1-5 200 210 410

3. 5-7 60 70 130

4. 7-12 248 292 540

5. 12-15 100 130 230

6. 16-20 105 133 238

7. 21-25 280 385 665

8. 26-30 400 498 898

9. 31-40 402 555 957

10. 41-50 360 400 760

11. 51-55 210 300 510

12. 56-60 85 105 190

13. 60 ke atas 40 70 110

Jumlah 2575 3263 5838

(41)

Dari tabel di atas terlihat bahwa jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia dan jenis kelamin laki-laki adalah 2575 jiwa lebih kecil jumlahnya dari jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia dan jenis kelamin perempuan adalah 3263 jiwa. Selisih jumlah penduduk laki-laki dan perempuan adalah 688 jiwa.

2.3.3. Jumlah Penduduk Menurut Jenjang Pendidikan

(42)

Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Jenjang Pendidikan

No. Pendidikan Jumlah

1. Belum/ Tidak Tamat SD 4734

2. Tamat SD 304

3. Tamat SMP 105

4. Tamat SLTA 403

5. Diploma 82

6. S-1 180

7. Kejar Paket A &B 30

Jumlah 5838

Sumber : Monografi Desa Raya Tahun 2010

(43)

2.3.4. Susunan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Mata pencaharian adalah kegiatan utama suatu kelompok masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada umumnya mata pencaharian penduduk yang ada di Desa Raya adalah sebagai petani. Hal ini terlihat dari lahan-lahan yang ada di

(44)

Tabel 4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No. Mata Pencaharian Jumlah

1. Pegawai Negeri Sipil 261

2. Industri 68

3. Petani 2530

4. Buruh Tani 780

5. Lainnya 200

Jumlah 3839

Sumber :Monografi Desa Raya Tahun 2010

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah pegawai negeri sipil sebesar 261 jiwa, dibidang industri sebesar 68 jiwa, buruh tani sebesar 780 jiwa, petani sebesar 2530 jiwa dan lainnya sebesar 200 jiwa. Mata pencaharian lainnya disini termasuk halnya tukang bangunan, tukang pangkas, supir angkutan dan lain sebagainya. Hal ini terlihat bahwa jumlah penduduk yang bermata pencaharian paling banyak adalah sebagai petani.

2.3.5. Susunan Penduduk Berdasarkan Agama

(45)

Tabel 5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

No. Agama Jumlah

1. Islam 1264

2. Katolik 368

3. Kristen Protestan 4200

4. Hindu/Budha 6

Jumlah 5838

Sumber : Monografi Desa Raya Tahun 2010

(46)

2.4. Sarana dan Prasarana di Desa Raya

2.4.1. Sarana Pendidikan dan Pemerintahan

Salah satu pengukuran maju tidaknya suatu daerah adalah dengan melihat kualitas dari sumber daya manusia yang ada di daerah tersebut. Untuk itu ketersediaan sarana pendidikan dan pemerintahan tidak boleh diabaikan dalam satu daerah tersebut. Berikut akan dilampirkan data berupa tabel tentang sarana dan prasarana pendidikan dan pemerintahan yang ada di Desa Raya :

Tabel 6. Sarana dan Prasarana Pendidikan dan Pemerintahan yang ada di Desa Raya

No. Sarana dan Prasarana Pemilik/Pengelola Jumlah

1. Balai Desa Desa (Badan Usaha

Milik Desa)

1

2. Kantor Pemerintahan Pemerintah 5

3. Pendidikan PAUD Pemerintah 1

4. Pendidikan PAUD Swasta 2

5. Pendidikan Dasar (SD) Pemerintah 2

6. Pendidikan Menengah Pertama (SLTP)

Pemerintah 1

7. SMU/SMIK Swasta 1

8. Perguruan Tinggi Swasta 1

(47)

Berdasarkan tabel di atas dapat kita lihat bahwa sarana pendidikan dan pemerintahan yang ada di Desa Raya cukup memadai dikarenakan sarana dan prasarana yang ada terutama untuk pendidikan cukup melengkapi sebagai standar jenjang pendidikan yang ada di Indonesia, ini dapat dilihat dari tersedianya bangunan sekolah SD sebanyak 2 unit yang merupakan Sekolah Dasar Negeri. Untuk melanjutkan kejenjang pendidikan selanjutnya yaitu SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) di Desa Raya terdapat 1 unit bangunan sekolah SLTP yang juga milik negara atau sekolah negeri. Sedangkan untuk tingkat SMU/SMIK hanya tersedia 1 unit bangunan sekolah yang merupakan milik swasta. Terakhir adalah 1 unit bangunan untuk perguruan tinggi yang merupakan milik swasta dan berbasis pada pendidikan keperawatan dan kebidanan.

(48)

melanjutkan ke kota-kota besar seperti Kota Medan. Bagi orangtua yang mampu dari segi ekonomi anak-anak mereka akan disekolahkan sampai ke luar provinsi seperti Jakarta, Yogyakarta, dan Bandung.

2.4.2. Sarana Kesehatan

Tabel 7. Sarana dan Prasarana Kesehatan di Desa Raya No. Sarana dan Prasarana Pemilik/Pengelola Jumlah

1. Rumah Sakit Umum Swasta 3

2. Polindes /BKIA Swasta/Pemerintah 5

Sumber : Monografi Desa Raya Tahun 2010

(49)

2.4.3. Prasarana Perhubungan/Jalan yang ada di Desa Raya Berdasarkan

Klasifikasinya

(50)

Tabel 8. Prasarana Perhubungan/ Jalan Desa Raya BerdasarkanKlasifikasinya

No. Jenis Prasarana/ Jalan Panjang (km)

Keterangan/ Keadaan

1. Jalan Negara 3,5 Hotmix, belum ada parit

2. Jalan Provinsi - -

3. Jalan Kabupaten 0.7 Aspal

4. Jalan Kecamatan - -

5. Jalan Desa 1,0 Aspal, berlubang-lubang

6. Jalan usaha tani 4,8 Perkerasan (LPB Telford) 7. Jalan usaha tani 9,5 Jalan tanah

8. Jalan usaha tani 3,5 Jalan setapak

Jumlah 23,0

Sumber : Monografi Desa Raya 2010

(51)
(52)

2.5. Bahasa

Daerah Desa Raya merupakan daerah perbatasan antara wilayah Kecamatan Kabanjahe dengan Kecamatan Brastagi yang masing-masing daerah tersebut termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Tanah Karo, sehingga otomatis penduduk yang ada di Desa Raya menggunakan bahasa Karo sebagai bahasa sehari-hari. Mayoritas suku bangsa yang tinggal di Desa Raya adalah suku Karo, meskipun demikian ada juga beberapa suku Lain seperti suku batak Toba, dan Jawa yang tinggal di desa tersebut. Suku-suku lain di luar suku Karo juga berbahasa Karo karena daerah tempat mereka tinggal merupakan daerah Karo sehingga secara otomatis mereka juga ikut membaur dengan masyarakat sekitar.

2.6. Struktur Sosial dan Organisasi Kemasyarakatan

(53)

• Berdasarkan atas hubungan darah

Berdasarkan hubungan darah terdapat adanya hubungan berdasarkan keturunan asal. Pada masyarakat Karo salah satunya yaitu Desa Raya, garis keturunan ditentukan dari pihak laki-laki (patrilineal) yang membawa nama keluarga (marga). Laki-laki ataupun perempuan yang mempunyai marga yang sama merupakan satu kerabat meskipun mereka tidak satu keluarga dan tidak adanya hubungan darah. Jika terdapat ada yang melakukan perkawinan dalam satu marga maka akan dikenakan sanksi adat sesuai dengan daerah masing-masing. Biasanya bila ada yang melanggar akan dikenakan sanksi seperti dikucilkan maupun diusir dari daerah tempat mereka tinggal.

• Berdasarkan atas hubungan perkawinan

Dengan adanya hubungan perkawinan, timbul kekerabatan dengan pihak-pihak dari tiap-tiap marga dan bukan hanya dari dua pihak-pihak keluarga melainkan banyak pihak.

2.7. Gambaran Petani Bunga

(54)

masyarakat Desa Raya karena selain alam yang berpotensi untuk diolah sebagai lahan pertanian juga dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga mereka masing-masing.

Pekerjaan sebagai petani adalah pekerjaan dimana petani mengolah lahan pertanian untuk ditanami berbagai tanaman yang sesuai dengan kondisi alam yang cocok untuk ditanami dan difungsikan dan juga disesuaikan dengan modal petani untuk mengembangkan lahan pertanian mereka. Untuk mengembangkan lahan pertanian tidak hanya dibutuhkan tenaga dan modal tetapi juga teknik dan pengetahuan yang dimiliki para petani yang mereka gunakan untuk mengembangkan lahan pertanian mereka. Seperti yang dilakukan para petani yang ada di Desa Raya, untuk mengembangkan dan membudidayakan tanaman bunga agar menghasilkan produksi tanaman yang berkualitas dan sesuai dengan keinginan pasar maka mereka melakukan beberapa tahapan. Tahapan inilah yang dilihat sebagai variabel dan kriteria petani seperti : pengolahan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan sampai kepada masa panen dan juga kepada siapa petani menjual hasil panen bunganya.

(55)

perawatan yang lebih intensif dibandingan dengan tanaman lainnya, sehingga untuk menghindari atau mengurangi kerugian mereka menanam tanaman lain.

Sekilas penanaman bunga sangat mudah, akan tetapi jika tidak teliti dan sabar bunga yang dihasilkan tidak akan bagus dan memuaskan, tidak seperti tanaman lain tanaman bunga setiap saat harus diperhatikan agar tidak terkena penyakit dan hama. Di Desa Raya sendiri teknik menanam bunga dilakukan dengan dua cara atau dengan menggunakan dua media penanaman, yaitu dengan media alam terbuka dan dengan menggunakan media Greenhouse (rumah kaca). Dengan menggunakan media yang berbeda tentu berbeda pulalah cara penanamannya meskipun jenis tanaman yang ditanam sama.

(56)

dimiliki. Sementara untuk tenaga kerja bagi petani yang menggunakan media alam terbuka biasanya selalu mengandalkan tenaga sendiri atau tenaga keluarga jika akan menanam dan memanen. Bagi mereka jika menggunakan tenaga pekerja (aron) akan menambah pengeluaran saja. Mereka lebih memilih untuk mengerjakan sendiri karena menurut para petani mereka masih sanggup untuk mengerjakannya sendiri dan mereka juga selalu dibantu oleh anak-anak mereka sehabis pulang sekolah.

Bagi petani yang menggunakan media greenhouse (rumah kaca) untuk media tanamnya luas lahan yang dipergunakan juga tergantung dari lahan yang mereka miliki. Di Desa Raya sendiri luas lahan yang digunakan untuk media greenhouse

cukup beragam. Ada petani yang menanam bunga dalam satu media greenhouse

dengan luas lahan 12x 28 meter. Ada juga petani yang menanam bunga dengan luas lahan berkisar 12 rantai dengan 3 media greenhouse di dalamnya. Bagi petani yang menggunakan media greenhouse sebagai media tanamanya biasanya dibuat tidak jauh dari rumah petani. Hal ini disebabkan agar petani mudah untuk mengontrol tanamannya, hal ini dikarenakan bunga yang ditanam dalam media greenhouse lebih membutuhkan perawatan khusus dibandingkan dengan media bunga yang ditanam dalam media terbuka.

Sementara untuk tenaga kerja, kebanyakan petani yang menggunakan media

(57)

yang cukup luas sehingga media greenhouse yang dibuat lebih dari satu sehingga mereka membutuhkan tenaga pekerja untuk membudidayakan bunga.

Jam kerja yang digunakan atau lamanya petani bekerja di ladang baik di media terbuka maupun dengan menggunakan media greenhouse tidak memiliki perbedaan yang jauh. Berikut jadwal jam kerja petani:

- Pukul 08.00 WIB berangkat ke ladang - Pukul 08.30 - 11.30 WIB bekerja - Pukul 12.00 WIB istirahat

- Pukul 12.30 – 13.30 WIB bekerja - Pukul 14.00 WIB makan siang - Pukul 16.30 pulang ke rumah

Jam kerja ini juga berlaku pada petani pekerja (aron) bahkan petani yang bekerja dalam media greenhouse baik si pemilik maupun petani pekerja beberapa diantaranya pulang lebih lama karena tanaman yang menggunakan media ini perawatannya lebih intensif dibandingkan dengan media terbuka.

(58)

panen tiap minggunya tetap ada sehingga pendapatan keluarga tidak akan berkurang dan tetap ada tiap minggunya juga.

(59)

BAB III

Pengetahuan Petani Dalam Proses Produksi Tanaman Bunga

3.1. Pertanian Bunga di Desa Raya

(60)

sehingga meskipun ada perbedaan pada proses produksi antara media terbuka dengan media media greenhouse akan tetapi pada umumnya tujuan dari pembudidayaan bunga tidak jauh berbeda.

3.1.1. Media Alam Terbuka

Media dengan menggunakan lahan alam terbuka sama halnya dengan media pertanian pada umumnya. Petani yang menggunakan media alam terbuka untuk membudidayakan tanaman bunga tidak membutuhkan biaya yang cukup besar untuk mengolah lahan pertaniannya. Pada lahan ini hanya dibutuhkan beberapa potong bambu yang berukuran 80 cm-100cm dan tali yang berbahan plastik disepanjang luas dan lebar lahan yang digunakan. Kegunaan dari bambu dan tali plastik ini nantinya hanya sebagai penyangga tumbuhan bunga agar tidak tumbang atau miring ke samping pada usia 1 bulan sampai 3 bulan. Hal ini dikarenakan tumbuhan tanaman bunga yang semakin besar dan tinggi sehingga dapat mempengaruhi tanaman bunga lain jika tidak diberi penyangga.

3.1.2. Media Greenhouse

(61)

merupakan badan binaan yang bekerjasama denga Amerika dan berpusat di Jakarta. Tujuan dari AMARTA sendiri adalah ingin memperkenalkan kebun percontohan atau yang lebih dikenal dengan nama greenhouse kepada masyarakat agar produktivitas tanaman bunga yang ditanam dapat dibandingkan dengan tanaman yang ditanam dalam media alam terbuka.

AMARTA sendiri tidak hanya mengenalkan kebun percontohan atau

greenhouse kepada masyarakat tetapi juga mengajari masyarakat bagaimana menanam tanaman bunga dengan menggunakan media greenhouse. Pada awalnya untuk membangun media greenhouse ini dibentuklah satu kelompok petani penanam bunga yang akan diajari menanam atau membudidayakan tanaman bunga pada media

greenhouse. Satu kelompok petani yang akan diajari untuk membudidayakan bunga dengan menggunakan media greenhouse ini terdiri dari 50 orang dalam satu

greenhouse. Ke 50 orang petani ini dibentuk ke dalam 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 10 orang petani dan masing-masing kelompok diajari secara bergantian dan hasil panen bunga dibuat pembagian hasil panen kepada tiap-tiap kelompok yang nantinya akan digunakan kembali untuk pengembangan greenhouse

(62)

belajar membudidayakan bunga dalam media greenhouse tidak dikenakan biaya oleh organisasi tersebut.

Seperti yang dikatakan oleh salah satu informan yang merupakan salah satu anggota yang ikut belajar untuk membudidayakan bunga dalam media greenhouse

dan merupakan pemilik greenhouse yang sekaligus penerus greenhouse pertama yang didirikan di Desa Raya karena lahan yang digunakan untuk mendirikan greenhouse

adalah milik informan. Menurut informan kedatangan AMARTA cukup membantu mereka dalam mengembangkan dan membudidayakan bunga. Mereka diajari bagaimana membudidayakan bunga dengan menggunakan media greenhouse dan mereka juga dapat membandingkan hasil tanaman bunga yang dibudidayakan dalam media greenhouse dengan bunga yang dibudidayakan dengan menggunakan media alam terbuka. Tidak hanya diajari, semua modal dan biaya yang digunakan untuk membangun kebun percontohan atau greenhouse dibiayai sepenuhnya oleh AMARTA dan juga semua bibit awal bunga dan berbagai pupuk yang digunakan juga dibiayai oleh organisasi ini.

Setahun bekerjasama dan mengajari penduduk terbentuklah 9 greenhouse

(63)

mengajari petani setempat AMARTA juga bekerjasama dengan pemerintahan setempat untuk membuka pasar yang khusus untuk menjual bunga potong Krisan. Hal ini sangat membantu petani bunga karena setiap panen petani tidak perlu bersusah payah untuk menjual hasil panennya ke pusat pasar yang berada di kota Kecamatan Brastagi.

(64)

Foto 3.1 Pembudidayaan Bunga Krisan Dengan Menggunakan Media Alam Terbuka

(65)

3.2. Proses Produksi Tanaman Bunga

Pada proses produksi tanaman bunga ada beberapa tahapan-tahapan yang dilakukan para petani bunga yang ada di Desa Raya agar menghasilkan produksi yang memuaskan. Tahapan tersebut mencakup; proses pengolahan lahan, pembibitan, penanaman dan proses pemeliharaan tanaman bunga, karena hal tersebut merupakan beberapa indikasi penting dalam memproduksi bunga. Berikut penjelasan mengenai proses produksi tanaman bunga yang dilakukan dengan menggunakan media

greenhouse dan media alam terbuka.

3.2.1. Proses Produksi Pada Media Greenhouse

3.2.1.1. Proses Pengolah Lahan

(66)

Setelah selesai melakukan penggemburan tanah, langkah selanjutnya adalah membuat bedeng berkisar 1 meter atau lebih tergantung dari luas lahan yang dimiliki. Pembuatan bedeng ini dimaksudkan untuk pemudahan proses pemanenan sehingga tiap tanaman yang ditanam akan teratur susunannya. Setelah selesai membuat bedeng tanah yang sudah digarap dan digemburkan tadi disirami atau diberi air sampai menggenang seperti membentuk kolam. Cara penyiramannya cukup sederhana yaitu hanya dengan menggunakan alat penyiram tanaman seperti gembor dan selang air. Biasanya alat penyiram tanaman gembor digunakan petani yang menggunakan media alam terbuka sebagai lahan untuk membudidayakan tanaman bunganya. Hal ini dikarenakan petani yang menggunakan lahan media alam terbuka tidak terlalu luas sedangkan bagi petani yang menggunakan media greenhouse juga menggunakan alat penyiram gembor, akan tetapi mereka lebih memilih menggunakan alat penyiram berupa selang air sebagai alat penyiram utamanya, terutama bagi petani yang menggunakan media greenhouse yang cukup luas sehingga memudahkan mereka untuk menyiram lahan dan tanaman.

(67)

Proses pengolahan lahan tidak sampai disitu saja, agar menghasilakan tanaman yang baik tidak hanya tanaman yang diberi pupuk, akan tetapi tanah yang akan dipakai sebagai media tanam juga diberi pupuk. Setelah tanah tadi diberi polomit, selanjutnya tanah tersebut diberi pupuk yang oleh petani bunga setempat menyebutnya Bokasi. Bokasi merupakan sejenis pupuk yang terbuat dari campuran kotoran ternak dan ampas padi (sekam). Biasanya ampas padi (sekam) sebelum dicampur bersama kotoran ternak dikeringkan terlebih dahulu selama 1-2 hari, setelah kering barulah sekam dicampur dengan kotoran ternak. Agar bokasi tersebut tercampur dengan tanah dengan merata petani mencangkul lagi tanah yang sudah tercampur dengan bokasi sampai merata. Setelah pemberian bokasi selesai para petani kemudian memberikan Mabar atau pupuk organik untuk dicampurkan kembali pada tanah.

(68)

menggunakan media terbuka yang tidak tahu kapan hujan akan datang menyirami lahan mereka sehingga pupuk organik tersebut akan menjadi percuma dan sia-sia. Sementara bagi petani yang menggunkan media greenhouse tidak akan khawatir dan rugi karena mereka membudidayakan bunga dalam satu lahan tertutup sehingga hujan tidak akan masuk dan membuang percuma pupuk organik tersebut. Hal senada juga dikatakan oleh seorang petani greenhouse yang merupakan salah satu informan yang bernama Ny. Edi br.Sembiring, dia mengatakan bahwa:

“Penambahan Mabar atau pupuk organik ke dalam proses pengolahan lahan dikarenakan selain untuk lebih menyuburkan tanah juga nantinya akan lebih menghasilkan jenis tanaman yang bagus dan memuaskan sehingga dapat mempertahankan harga jual bunga meskipun harga bunga sedang sedang turun dipasaran”.

Proses terakhir dari pengolahan lahan adalah menaikkan tanah atau yang sering disebut petani dengan sebutan gulut (tanah dinaikkan), akan tetapi sebenarnya

proses pengolahan lahan ini merupakan proses lanjutan untuk menanam bunga mawar. Sebagaimana yang diketahui bahwa Desa Raya merupakan daerah penghasil bunga Krisan terbesar di tanah Karo, akan tetapi untuk meragamkan tanaman para petani di sana juga menanam tanaman bunga mawar. Namun beberapa petani di Raya juga ada yang menggunakan gulut (tanah dinaikkan) untuk tanaman bunga Krisan.

(69)

saat proses penyiraman tanah dan pupuk tidak jatuh ke bawah melainkan terserap ke dalam tanaman. Agar gulut dapat berdiri tegak para petani menggunakan sejenis terpal yang terbuat dari bahan plastik di seluruh sisi dinding bedeng sedangkan untuk penyangga terpal digunakan bambu-bambu kecil sebagai pengikat atau penjepit agar terpal tidak jatuh ataupun miring. Setelah gulut selesai dibuat kemudian tanah diratakan kembali lalu disirami kembali dengan air. Semua proses pengolahan lahan biasanya dilakukan selama 2-3 hari sebelum akhirnya melakukan proses tanam.

3.2.1.2. Proses Pembibitan

(70)

Pada proses pemesanan bibit bunga yang dilakukan para petani tidak terlalu sulit, hal ini dikarenakan para petani sudah lama bekerjasama dengan petani bunga dan pemasok bibit-bibit tanaman hias ada di daerah-daerah tersebut sehingga jika ingin memesan mereka tinggal menelepon atau mengirimkan surat beserta jenis-jenis bibit bunga yang diinginkan, setelah itu dalam jangka waktu 2 atau 3 hari pesanan bibit akan tiba di tempat, akan tetapi tidak semua petani bunga yang ada di Desa Raya melakukan pemesanan bibit, ada juga petani yang melakukan pembibitan dengan cara penyetekan/stek. Hal ini dikarenakan biaya untuk memesan bibit sedikit lebih mahal dibandingkan dengan pembibitan sendiri. Meskipun sedikit lebih mahal akan tetapi kualitas dari bibit yang siap pakai sudah tidak diragukan lagi.

(71)

tersebut disiram dengan air, setelah selesai maka bibit tersebut dapat ditanam dalam wadah tersebut.

Untuk menanam bibit dalam wadah yang telah berisikan sekam tersebut tidak sembarangan, setiap bibit yang ditanam harus memiliki jarak antara tanaman bibit yang satu dengan yang lainnya. ukuran jarak yang dibuat petani dalam wadah tersebut berkisar satu atau dua jari tangan orang dewasa. Hal tersebut dimaksudkan agar udara dan cahaya tetap masuk pada sela-sela tanaman bibit bunga sehingga tanaman tersebut dapat tetap tumbuh dengan baik. Setelah selesai melakukan pembibitan dibutuhkan waktu selama ± 2 hari untuk pendiaman bibit dalam wadaah tersebut sebelum akhirnya bibit-bibit bunga Krisan tersebut siap ditanam pada lahan yang sudah dipersiapkan.

3.2.1.3. Proses Penanaman

(72)

bunga Krisan seperti; bunga Mawar, Lusiantus. Berikut perbedaan proses penanaman bunga Krisan, Mawar dan Lusiantus yang pada media greenhouse.

Bunga Krisan

Untuk melakukan proses tanam petani yang menggunakan media tanam

greenhouse sebelum melakukan proses tanam baik berbagai jenis bunga Krisan, Lusiantus, Pikok dan Ester terkecuali bunga Mawar terlebih dahulu petani harus membuat cetakan pada tanah. Cetakan itu berupa lubang-lubang kecil untuk tempat menanam bunga. Proses pembuatan cetakan itu adalah pertama-tama petani melubangi tanah/lahan yang sudah dipersiapkan sebelumnya dengan cetakan sederhana yang terbuat dari kayu atau bambu bulat dengan panjang berkisar 1 m. Kayu dengan panjang 1 m tersebut gunanya sebagai pengukur agar jarak tanah yang dilubangi antara satu dengan yang lainnya tidak berbeda. Sedangkan bambu yang ujungnya dibuat runcing gunanya sebagai cetakan untuk melubangi tanah.

(73)

penyiraman pada bibit-bibit bunga Krisan yang baru saja ditanam tersebut, alasannya agar bibit bunga yang ditanam kembali segar dan tidak layu. Bibit yang baru saja ditanam pada keesokan harinya langsung diberi pupuk. Pemberian pupuk ini gunanya adalah untuk memancing pertumbuhan bunga Krisan sehingga bunga dapat tumbuh dengan baik dan sempurna.

Bibit bunga Krisan yang telah ditanam setelah berumur satu minggu kembali diberi pupuk. Pupuk-pupuk yang diberikan seperti; Pupuk NPK, Paten kali butir dan bas. Semua pupuk ini berfungsi untuk merangsang pertumbuhan batang, memperkuat akar dan merangsang pertumbuhan bunga. Tidak lupa para petani kembali memberikan Mabar (pupuk organik) agar tanaman bunga Krisan semakin subur dan menghasilkan bunga yang sehat.

Bunga Mawar

Pada umumnya bunga Mawar di tanam pada media tertutup seperti

greenhouse. Hal ini dikarenakan bunga Mawar sangat peka terhadap sinar matahari sehingga jika terlalu banyak menyerap sinar matahari proses pemekaran bunga menjadi lebih cepat dan gampang layu, karena itulah penanaman bunga Mawar dilakukan pada media greenhouse yang pengaturan cahayanya dapat disesuaikan dengan kebutuhan bunga Mawar.

(74)

bunga Mawar. Setelah itu mulailah dengan penanaman bibit Mawar. Penanaman bunga Mawar dilakukan pada sisi-sisi atau pada bagian pinggir bedeng yang telah dinaikkan (gulut) dan jarak tanam bunga Mawar masing-masing berkisar 10 cm. Setelah tanaman bunga Mawar berusia satu minggu maka dilakukanlah pemupukan pertama. Pupuk yang diberi seperti; Pupuk paten kali butir, bas dan hidro compact (NPK).

Petani menanam bunga Mawar hanya di pinggiran sisi bedeng yang telah dinaikkan dan bukan di tengah seperti penanaman bunga lain pada umumnya. Tujuannya adalah untuk mengambil tunas baru pada bunga Mawar. Untuk mendapatkan tunas baru tersebut tidak hanya ditanam pada pinggiran bedeng akan tetapi bagaimana proses penanamannya juga harus diperhatikan.

(75)

Bunga Lusiantus

Lusiantus merupakan jenis tanaman hias bunga yang jenisnya sama dengan jenis bunga Krisan, hanya saja dalam hal proses penanamannya ada sedikit perbedaan dengan proses penanaman jenis bunga Krisan lainnya.

Gambar

Tabel 1. Luas Wilayah (ha) Menurut Jenis Penggunaannya di Desa Raya
Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia dan Jenis Kelamin
Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Jenjang Pendidikan
Tabel 4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
+7

Referensi

Dokumen terkait

BANK berhak dengan ketentuan dan syarat-syarat yang dianggap baik oleh BANK untuk menjual dan/atau mengalihkan sebagian atau seluruh hak tagih BANK, baik pokok maupun bunga,

Disamping itu pada kondisi pemeliharaan ayam buras saat ini dimana peternak sudah melaksanakan pemeliharaan di kandang batere untuk tujuan memproduksi telur konsumsi, maka dengan

Hasil penelitian sebagai berikut: (1) strategi kepala sekolah perempuan dalam mencapai sekolah efektif di MIT Al-Ishlah Kota Gorontalo yang meliputi: (a) optimalisasi

(2) Pemegang saham atau kelompok pemegang saham Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) dapat mengajukan kembali calon anggota Direksi

Mata sebagai indera penglihat yang diuraikan mencakup mekanisme organ mata sebagai indera penglihat; struktur dan fungsi yang melindungi bola mata; struktur dan fungsi organ

Informasi tambahan ini akan membuat Anda bisa lebih mengerti kecenderungan yang anak Anda miliki sehingga bisa membantu mereka untuk belajar dengan lebih maksimal. Informasi

Nilai konsistensi di bawah 0,10 yaitu (-0,71340) sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam pemilihan usaha mikro kecil... Penentuan Usaha Mikro Kecil Prioritas dengan Tujuan

Redaks i pu