PEMANFAATAN BIJI DURIAN SEBAGAI SUBTITUSI
JAGUNG TERHADAP PERFORMANS
AYAM KAMPUNG
SKRIPSI
BASTA SIMANULLANG 110306031
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PEMANFAATAN BIJI DURIAN SEBAGAI SUBTITUSI
JAGUNG TERHADAP PERFORMANS
AYAM KAMPUNG
SKRIPSI
BASTA SIMANULLANG 110306031
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul : Pemanfaatan Biji Durian Sebagai Subtitusi Jagung Terhadap Performans Ayam Kampung
Nama : Basta Simanullang NIM : 110306031
Program Studi : Peternakan
Disetujui oleh: Komisi Pembimbing
Dr.Ir. Nurzainah Ginting, M.Sc.
Ketua Anggota
Mengetahui,
Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si. Ketua Program Studi Peternakan
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala
pernyataan dalam skripsi PEMANFAATAN BIJI DURIAN SEBAGAI
SUBTITUSI JAGUNG TERHADAP PERFORMANS AYAM KAMPUNG
adalah benar merupakan gagasan dan hasil penelitian saya sendiri dibawah arahan
komisi pembimbing. Semua data dan sumber informasi yang digunakan dalam
skripsi ini telah dinyatakan secara jelas dan dicantumkan dalam daftar pustaka
dibagian akhir skripsi serta dapat diperiksa kebenarannya. Skripsi ini juga belum
pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program studi sejenis di perguruan
tinggi lain.
Medan, November 2015
ABSTRACT
BASTA SIMANULLANG, 2015, "Utilization of Durian’s Seed As substituted of corn starch on Performance of kampung Chicken". Guided by SAYED UMAR and NURZAINAH GINTING.
The Purpose of this study was to examine the use of durian seed as a cornstarch on peformans of kampung chicken. This study was conducted at the Laboratory of Animal biology animal husbandry Studies program Faculty of Agriculture, University of North Sumatra Medan. The experimental was conducted for 90 days starting from 07th of mey, 2015 to 30th of July 2015. Experimental design used in this research was completely randomized design (CRD) non factorial with 4 treatments and 5 replications. Where P0: 0% ration with durian seed flour, 30% corn flour; P1: 10% ration with durian seed flour, 20% corn flour; P2: 20% ration with durian seed flour, 10% corn flour; P3: 30% ration with durian seed flour, corn flour 0%.Parameters of the substitution were ration consumption, body weight gain and Feed Conversion Ratio (FCR).
The results show that the average of ration consumption P0, P1, P2 and P3 are 317,63, 315,54, 309,12 and 298,26. Body weight gain P0, P1, P2 and P3 are 90,92, 97,09, 92,40 and 88,84. Feed conversion ratio (FCR) P0, P1, P2 and P3 are 3,66, 3,34, 3,46 and 3,37. Conclution of the study are thatt the P0, P1, P2 and P3 not influenced significantly (Fhit <0.05) on feed intake, body weight gain and feed conversio ratio (FCR).
ABSTRAK
BASTA SIMANULLANG, 2015, “Pemanfaatan Biji Durian Sebagai Subtitusi Jagung Terhadap Performans Ayam Kampung”. Dibimbing oleh SAYED UMAR dan NURZAINAH GINTING.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pemanfaatan biji durian sebagai subtitusi tepung jagung terhadap peformans ayam kampung. Penelitian ini dilaksanakana di Laboratorium Biologi Ternak Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan bulan 7 Mei 2015 sampai 30 Juli 2015. Pengujian terhadap Parameter Penelitian yakni Konsumsi Ransum, Pertambahan Bobot Badan, Konversi Ransum Feed Convertion Ratio (FCR)
Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan acak lengkap (RAL) non faktorial dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Dimana P0 : ransum dengan 0 % tepung biji durian, 30 % tepung jagung; P1 : ransum dengan 10 % tepung biji durian, 20 % tepung jagung; P2 : ransum dengan 20 % tepung biji durian, 10 % tepung jagung; P3 : ransum dengan 30 % tepung biji durian, 0 % tepung jagung. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bahwa P0, P1, P2 dan P3 memberikan pengaruh yang tidak nyata (Fhit<0,05) terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum.
RIWAYAT HIDUP
Basta Simanullang, lahir di Desa Lae Parira, Kecamatan Lae Parira,
Kabupaten Dairi, pada tanggal 17 Januari 1992. Anak kesembilan dari Sembilan
bersaudara, anak dari Bapak Nahason Simanullang dan Ibu Ramista Marbun.
Penulis menyelesaikan Pendidikan Sekolah Menengah Atas pada tahun
2010 dan melanjutkan pendidikan di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian
USU pada tahun 2011 melalui jalur Seleksi nasional Masuk Perguruan Tinggi
(SNMPTN).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai pengurus Ikatan
Mahasiswa Peternakan (IMAPET) 2011-2014, sebagai Koordinator Kerohanian
Ikatan Mahasiswa Kristen Peternakan (IMAKRIP) 2012-2013, anggota Unit
Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen (UKM-KMK) 2011-
sekarang, Ketua Pengembangan Program dan Operasi Unit Kegiatan Mahasiswa
Studi Pedesaan (UKM SP) 2014-2015, Sekretaris Komisi Pemilihan Umum
Fakultas Pertanian 2013, Sekretaris Perayaan Pekan Olahraga dan Seni
Peternakan 2013, Sekretaris Panitia Pelaksanaan Retret IMAKRIP 2012,
Koordinator Publikasi, Dekorasi dan Dokumentasi Perayaan Natal IMAKRIP
2014, Anggota Hubungan Masyarakat Panitia OSPEK 2014, Asisten Dasar
Ternak Unggas 2013-2014, Asisten Ilmu Reproduksi Ternak dan Inseminasi
Buatan 2013-2014 dan Asisten Ilmu Perikanan 2014.
Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di PT. Indojaya
Agrinusa, PT Jafpa Comfeed Tbk di Kaban Jahe dan Deli Tua pada Juli-Agustus
2014. Pada bulan Mei-Juli 2014 melaksanakan penelitian di Laboratorium Biologi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan yang Maha Esa atas
segala rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skipsi ini. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Pemanfaatan Biji Durian Sebagai
Subtitusi Jagung Terhadap Performans Ayam Kampung” yang merupakan salah
satu syarat untuk menjadi sarjana di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Orang
Tua, keluarga dan sahabat yang telah memberikan semangat kepada penulis untuk
dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada Bapa
Ginting selaku anggota komisi pembimbing penulis yang telah membimbing dan
memberikan berbagai masukan kepada penulis, serta kepada Bapak Ma’ruf Tafsin
sebagai ketua Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk perbaikan dikemudian harinya. Penulis berharap penulisan skripsi ini
DAFTAR ISI
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 3
Hipotesis Penelitian ... 3
Kegunaan Penelitian... 3
TINJAUAN PUSTAKA Ayam Kampung ... 4
Populasi Ayam Kampung ... 5
Sistem pencernaan ayam kampung ... 5
Kebutuhan nutrisi ayam kampung ... 7
Biji Durian ... 8
Populasi Biji Durian ... 9
Kandungan Nutrisi Biji Durian ... 9
Tepung Jagung ... 10
Kandungan Nutrisi Jagung ... 11
Bahan Pakan Penyusun Ransum ... 12
Bungkil Kedelai ... 12
Dedak ... 12
Bungkil Kelapa ... 13
Bungkil Inti Sawit ... 13
Tepung Ikan ... 14
Konsumsi Ransum ... 15
Pertambahan Bobot Badan ... 16
Konversi Ransum ... 17
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 19
Bahan dan Alat Penelitian ... 19
Bahan... 19
Metode Penelitian... 20
Parameter Penelitian... 21
Konsumsi Ransum ... 21
Pertambahan Bobot Badan ... 21
Konversi pakan ... 21
Pelaksanaan Penelitian ... 22
Persiapan Kandang dan Peralatan ... 22
Analisis Bahan Pakan ... 22
Persiapan Ayam Kampung ... 22
Penyusunan Ransum ... 22
Pemberian Pakan ... 23
Pengambilan Data ... 23
Analisis Data ... 23
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum ... 24
Pertambahan Bobot Badan ... 26
Konversi Ransum ... 28
Rekapitulasi Data ... 31
KESIMPULAN DAN SARAN ... 32
DAFTAR PUSTAKA ... 33
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kandungan nutrisi ayam kampung ... 7
Tabel 2. Produksi durian/ kabupaten kota di Provinsi Sumatera Utara 2001 ... 8
Tabel 3. Kandungan nutrisi dalam biji durian ... 10
Tabel 4. Data produksi jagung Sumatera Utara 2011 ... 11
Tabel 5. Kandungan nutrisi tepung jagung ... 11
Tabel 6. Kebutuhan pakan ayam kampung ... 16
Tabel 7. Pertambahan bobot badan ayam kampung... 17
Tabel 8. Rataan konsumsi ransum selama penelitian... 24
Tabel 9. Rataan pertambahan bobot badan selama penelitian ... 27
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal
Lampiran 1. Prosedur kerja ... 36
Lampiran 2. Susunan Ransum Penelitian ... 37
Lampiran 3. Data rataan konsumsi ransum selama penelitian ... 38
Lampiran 4. Tabel analisis ragam konsumsi ransum selama penelitian ... 39
Lampiran 5. Data rataan pertambahan bobot badan selama penelitian ... 40
Lampiran 6. Tabel analisis ragam pertambahan bobot badan ayam kampung ... 41
Lampiran 7. Data konversi ransum selama penelitian ... 42
ABSTRACT
BASTA SIMANULLANG, 2015, "Utilization of Durian’s Seed As substituted of corn starch on Performance of kampung Chicken". Guided by SAYED UMAR and NURZAINAH GINTING.
The Purpose of this study was to examine the use of durian seed as a cornstarch on peformans of kampung chicken. This study was conducted at the Laboratory of Animal biology animal husbandry Studies program Faculty of Agriculture, University of North Sumatra Medan. The experimental was conducted for 90 days starting from 07th of mey, 2015 to 30th of July 2015. Experimental design used in this research was completely randomized design (CRD) non factorial with 4 treatments and 5 replications. Where P0: 0% ration with durian seed flour, 30% corn flour; P1: 10% ration with durian seed flour, 20% corn flour; P2: 20% ration with durian seed flour, 10% corn flour; P3: 30% ration with durian seed flour, corn flour 0%.Parameters of the substitution were ration consumption, body weight gain and Feed Conversion Ratio (FCR).
The results show that the average of ration consumption P0, P1, P2 and P3 are 317,63, 315,54, 309,12 and 298,26. Body weight gain P0, P1, P2 and P3 are 90,92, 97,09, 92,40 and 88,84. Feed conversion ratio (FCR) P0, P1, P2 and P3 are 3,66, 3,34, 3,46 and 3,37. Conclution of the study are thatt the P0, P1, P2 and P3 not influenced significantly (Fhit <0.05) on feed intake, body weight gain and feed conversio ratio (FCR).
ABSTRAK
BASTA SIMANULLANG, 2015, “Pemanfaatan Biji Durian Sebagai Subtitusi Jagung Terhadap Performans Ayam Kampung”. Dibimbing oleh SAYED UMAR dan NURZAINAH GINTING.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pemanfaatan biji durian sebagai subtitusi tepung jagung terhadap peformans ayam kampung. Penelitian ini dilaksanakana di Laboratorium Biologi Ternak Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan bulan 7 Mei 2015 sampai 30 Juli 2015. Pengujian terhadap Parameter Penelitian yakni Konsumsi Ransum, Pertambahan Bobot Badan, Konversi Ransum Feed Convertion Ratio (FCR)
Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan acak lengkap (RAL) non faktorial dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Dimana P0 : ransum dengan 0 % tepung biji durian, 30 % tepung jagung; P1 : ransum dengan 10 % tepung biji durian, 20 % tepung jagung; P2 : ransum dengan 20 % tepung biji durian, 10 % tepung jagung; P3 : ransum dengan 30 % tepung biji durian, 0 % tepung jagung. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bahwa P0, P1, P2 dan P3 memberikan pengaruh yang tidak nyata (Fhit<0,05) terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sejak tahun 2010 Indonesia mencanangkan swasembada daging, dimana
saat ini konsumsi daging nasional didominasi oleh daging ayam. Berkenaan
dengan hal tersebut telah diambil langkah-langkah positif diantaranya pengadaan
bibit ternak unggul, tersedianya pakan yang bermutu dan manajemen yang handal
serta diadakan revitalisasi dan penataan Rumah Potong Ayam (RPA) yang
standar. Peningkatan produksi karkas ayam dalam rangka swasembada daging
harus diikuti dengan peningkatan mutu dan keamanan pangan serta menjamin
kehalalannya (Abubakar, 2008).
Indonesia merupakan salah satu negara yang penduduknya banyak
menderita anemia (kekurangan zat besi), terutama terjadi pada anak-anak. Hal ini
dikarenakan kurang mengkonsumsi daging berikut olahannya. Berkaitan dengan
kasus anemia, dari sekian jenis daging, kandungan gizi terbaik salah satunya ada
pada daging ayam kampung. Dilandasi oleh kebutuhan gizi yang baik dan rasa
nikmat, masyarakat kita telah biasa menyertakan daging ayam kampung dalam
menu makanan harian. Keperluan ini tidak hanya satu atau dua orang saja, tetapi
banyak anggota keluarga. Kebutuhan dalam jumlah besar terhadap daging ayam
kampung ini akan menyebabkan terjadi peningkatan permintaan terhadap ayam
kampung (Rasyaf, 2010).
Penyebab mahalnya harga daging adalah tingginya biaya produksi yang
harus dikeluarkan. Faktor utama yang menjadikan biaya produksi yang tinggi
tersebut adalah mahalnya harga pakan, yang diperkirakan mencapai 70 – 80% dari
daging sebagai bahan pangan yang mampu dijangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat termasuk mereka yang berpenghasilan rendah adalah dengan menekan
biaya pakan, dengan tetap mempertimbangkan kualitas pakan yang diberikan.
Selain itu yang perlu diperhatikan dalam menyusun pakan ayam kampung adalah
penggunaan secara maksimal bahan pakan lokal yang konvensional dan
inkonvensional yang tersedia di daerah yang bersangkutan dalam upaya menekan
serendah mungkin penggunaan bahan pakan impor. Oleh karena itu secara
keseluruhan harga pakan dapat ditekan yang selanjutnya dapat meningkatkan
efisiensi dan pendapatan usaha ternak.
Jagung adalah salah satu bakan pakan berbentuk biji-bijian. Selain itu
jagung merupakan sumber energi terpenting bagi ayam dan merupakan bahan
makanan yang sangat digemari (palatable) oleh ternak. Disamping itu jagung juga mengandung xanthophylls atau zat kuning yang berguna untuk memberi warna pada kulit. Walaupun harga jagung relatif mahal namun kandungan nurtrisinya
termasuk lengkap. Oleh karena itu jagung akan tetap digemari dan dipakai dalan
usaha ternak. Jagung merupakan bahan utama dalam penyusunan ransum yang
hingga kini masih digunakan walaupun memiliki harga yang relatif lebih mahal
daripada bahan pakan lainnya. Oleh karena itu perlu ditemukan bahan pakan
alternatif yang memiliki kandungan dan nilai palatabilitas yang hampir sama
dengan jagung dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan tepung
jagung. Salah satu bahan alternatif tersebut adalah biji durian.
Buah durian banyak menghasilkan sampah berupa kulit dan biji durian.
Kulit dan biji durian yang dibiarkan bertumpuk tentunya sangat mengganggu
umum tersebut akan mengakibatkan tumbuhnya jamur pada permukaan biji.
Jamur yang tumbuh pada biji dapat menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat
sebut karena jamur menghasilkan yang dikenal sebagai mycotoxin
(Wahyono, 2009).
Ditinjau dari segi kandungan nutrisi, biji durian memiliki kandungan
nutrisi berupa protein kasar, lemak kasar, serat kasar, energi dan mineral yang
hampir mendekati kandungan nutrisi pada tepung jagung. Sehingga muncul
pemikiran peneliti untuk melakukan penetitian tentang pemanfaatan biji durian
sebagai subtitusi tepung jagung terhadap performans ayam kampung.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pemanfaatan biji
durian sebagai subtitusi tepung jagung terhadap peformans ayam kampung.
Hipotesis Penelitian
Pemanfaatan biji durian mampu mensubtitusi pemakaian tepung jagung
pada ayam kampung dalam meningkatkan performans ayam kampung yang
meliputi Pertambahan Bobot Badan, Konsumsi Ransum dan Konversi Ransum.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bermanfaat
bagi peneliti, peternak maupun masyarakat pada umumnya, sehubungan dengan
pemanfaatan biji durian sebagai subtitusi tepung jagung dalam meningkatkan
performans ayam kampung yang meliputi Pertambahan Bobot Badan, Konsumsi
TINJAUAN PUSTAKA
Ayam Kampung
Klasifikasi ayam kampung secara zoologis adalah Filum: Chordata, Sub
Filum: Vertebrata, Kelas: Aves, Ordo: Galliformes, Famili: Phasianidae, Genus: Gallus-gallus, Spesies: Gallus-gallus domesticus. Dibandingkan dengan ayam ras, ayam kampung juga jauh lebih lincah dan aktif bergerak. Jika dipelihara secara
umbaran, terbiasa hinggap atau istirahat di dahan pohon yang cukup tinggi. Selain
itu, ukuran tubuhnya juga lebih kecil dibandingkan dengan ayam ras
(Sarwono, 1996).
Hampir di setiap pelosok daerah di Indonesia terdapat ternak ayam yang
dipelihara oleh masyarakat dengan karakteristik sangat beragam. Bentuk tubuh,
bentuk jengger, warna bulu, warna paruh dan cakar yang sangat beragam. Ayam
tersebut disebut sebagai ayam kampung atau ada pula yang menyebutnya ayam
sayur. Daerah penyebaran ayam kampung sangat luas dan dipelihara oleh hampir
semua masyarakat dipedesaan diseluruh Indonesia (Suprijatna, 2005).
Ayam kampung berukuran kecil dan bentuknya agak ramping. Berat
badannya mencapai 1,4 kg pada umur 4 bulan dan produksi telurnya mencapai
135 butir/ tahun. Jenis ini memiliki bulu warna putih, hitam coklat kuning
kemerahan, kuning atau kombinasi dari warna-warni tersebut. Pada ayam jantan
memiliki jengger yang bergerigi dan berdiri tegak, serta berukuran agak besar.
Sedangkan pada ayam betina memiliki jengger kecil dan tebal, tegak serta
berwarna merah cerah. Pada ayam jantan memiliki pial yang berukuran sedang
dan berwarna merah cerah, sedangkan pada ayam betina mamiliki pial (gelambir)
kaki agak panjang dan kuat. Jenis ayam kampung merupakan tipe dwiguna, yaitu
dapat diusahakan untuk pedaging maupun untuk petelur (Cahyono, 1998).
Populasi Ayam Kampung
Diakui atau tidak selera konsumen terhadap ayam kampung sangat tinggi.
Hal itu terlihat dari pertumbuhan populasi dan permintaan ayam kampung yang
semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini terlihat dari peningkatan produksi
ayam kampung dari tahun ke tahun, dimana pada tahun 2001 – 2005 terjadi
peningkatan sebanyak 4,5 % dan pada tahun 2005 – 2009 konsumsi ayam
kampung dari 1,49 juta ton meningkat menjadi 1,52 juta ton (Aman, 2011).
Sistem Pencernaan Ayam Kampung
Sistem pencernaan merupakan rangkaian proses yang terjadi di dalam
saluran pencernaan ayam untuk memanfaatkan nutrisi dari pakan atau bahan
pakan yang diperlukan tubuh untuk hidup, beraktivitas, berproduksi dan
bereproduksi. Saluran pencernaan pada ayam terdiri dari berbagai organ yang
berfungsi untuk memecah pakan atau bahan pakan yang masuk ke saluran
pencernaan, menyerap zat gizi yang dibutuhkan dan membuang sisa yang tidak
dapat dicerna (Roura et al., 2013).
Disamping itu, ada beberapa kelenjar yang ikut berperan dalam
pencernaan pada ayam seperti kelenjar pankreas, empedu, limpa dan hati. Setiap
organ atau bagian dari organ ini mempunyai fungsi masing-masing. Pengetahuan
tentang sistem pencernaan akan membantu untuk mengerti tentang kebutuhan gizi
ternak, dan membantu pemberian pakan. Sistem digesti adalah suatu lintasan
alamiah pada hewan. Pencernaan diartikan sebagai pengelolaan pakan sejak
masuk dalam mulut sehingga diabsorbsi. Secara garis besar fungsi saluran
pencernaan adalah sebagai tempat pakan ditampung, tempat pakan dicerna, tempat
pakan diabsorbsi dan tempat pakan sisa yang dikeluarkan. Sistem pencernaan
meliputi saluran pencernaan (paruh, mulut, tenggorok, lambung kelenjar,
empedal, usus halus, usus buntu, usus besar, kloaka, anus) dan alat tambahan
(hati, pankreas, lien). Unggas mengalami proses pencernaan yang berbeda dengan
hewan lain, meskipun mempunyai kesamaan pada prosesnya. Sebagaimana hewan
lain proses pada saluran pencernaan unggas menggunakan tiga prinsip:
a. Secara mekanik, pencernaan secara mekanik pada unggas berlangsung pada
empedal, pakan di dalam empedal dengan adanya kontraksi otot empedal
dengan bantuan grit akan diubah menjadi pasta;
b. Secara khemis/ enzimatis, pencernaan secara enzimatis terutama dibantu
dengan adanya senyawa kimia dan kerja dari enzim yang dihasilkan oleh
alat-alat pencernaan;
c. Secara mikrobiologik, pencernaan secara mikrobiologik terjadi dengan adanya
mikrobia yang ikut berperan dalam proses pencernaan. Pada ayam pencernaan
secara mikrobiologik tidak berperan besar seperti pada ternak yang lain, hanya
sedikit ditemukan mikrobia pada tembolok dan usus besarnya. Pada tembolok
ditemukan beberapa bakteri aktif yang menghasilkan asam organik seperti
asam asetat dan asam laktat dan juga pada ceca terjadi sedikit pencernaan
Kebutuhan Nutrisi Ayam Kampung
Tabel 1. Kebutuhan nutirisi ayam Kampung
Minggu 0-12 12-22 22 keatas
Sumber : Nawawi dan Norrohmah (2002)
Sifat khusus unggas adalah mengkonsumsi ransum untuk memenuhi
kebutuhan energi, sehingga jumlah pakan/ ransum yang dikonsumsi tiap harinya
cenderung berhubungan erat dengan kadar energinya. Bila konsentrasi protein yang
tetap terdapat dalam semua ransum, maka ransum yang mempunyai konsentrasi
energi metabolis tinggi akan menyediakan protein yang kurang dalam tubuh unggas
karena rendahnya jumlah pakan yang dikonsumsi. Sebaliknya, bila kadar energi
kurang maka unggas akan mengkonsumsi pakan/ ransum untuk mendapatkan lebih
banyak energi akibatnya kemungkinan akan mengkonsumsi protein yang berlebihan
(Tillman et a., 1991).
Secara umum, kebutuhan gizi untuk ayam paling tinggi selama minggu
awal (0-8 minggu) dari kehidupan, oleh karena itu perlu diberikan ransum yang
cukup mengandung energi, protein, mineral dan vitamin dalam jumlah yang
seimbang. Faktor lainnya adalah perbaikan genetik dan peningkatan manajemen
pemeliharaan ayam kampung harus didukung dengan perbaikan nutrisi pakan
(Sapuri, 2006).
Menurut Scott et al. (1982) kebutuhan energi termetabolis ayam tipe ringan umur 2-8 minggu antara 2600-3100 kkal/kg dan protein pakan antara 18%
- 21,4% sedangkan menurut NRC (1994) kebutuhan energi termetabolis dan
adalah untuk ayam ras, sedangkan standar kebutuhan energi dan protein untuk
ayam kampung yang dipelihara di daerah tropis belum ada. Oleh sebab itu
kebutuhan energi dan protein untuk ayam kampung di Indonesia perlu diteliti.
Buah Durian (Durio zibethinus murr)
Bobot total buah durian terdiri dari tiga bagian, bagian pertama daging
buah sekitar 20-25%, kedua biji sekitar 5-15%, sisanya berupa bobot kulit
mencapai 60-70%. Bobot sebuah durian antara 0,5-9,0 kg tetapi sebagian besar
antara 1,5-2,5 kg. setiap buah berisi 5 juring, di dalam juring terdapat 1-5 biji
berbentuk lonjong dan berwarna coklat. Sebuah durian rata-rata mengandung
15-25 biji di dalamnya (Untung, 1996).
Tabel 2. Produksi durian per kabupaten/ kota di Provinsi Sumatera Utara tahun 2001
No Kabupaten/ kota Produksi Durian (Ton)
1 Medan 205
Populasi Durian (Durio zibethinus murr)
Produksi durian di Indonesia cukup melimpah. Data Biro Pusat Statistik
(2004), menunjukkan bahwa produksi durian meningkat setiap tahun. Seiring
dengan meningkatnya luas daerah panen durian yaitu dari 24.031 ha pada tahun
1999 menjadi 53.770 ha pada tahun 2003, maka terjadi peningkatan produksi
durian di Indonesia dari 194.359 ton pada tahun 1999 menjadi 741.841 ton pada
tahun 2002 (Wahyono, 2009). Sedangkan di wilayah Semarang vegetasi tanaman
durian dapat dijumpai di daerah Kecamatan Tembalang, Banyumanik, Gunung
Pati, Ngaliyan dan Mijen, dengan jumlah lebih dari 100.000 pohon dan tingkat
produksi 1500-2000 ton/tahun.
Kandungan Nutrisi Biji Durian
Persentase berat bagian ini termasuk rendah yaitu hanya 20-35%. Hal ini
berarti kulit (60-75%) dan biji (5-15%) belum termanfaatkan secara maksimal.
Umumnya kulit dan biji menjadi limbah yang hanya sebagian kecil dimanfaatkan
sebagai pakan ternak, malahan sebagian besar dibuang begitu saja. Biji durian
mentah tidak dapat dimakan karena mengandung asam lemak siklopropena yang
beracun. Sebagian kecil masyarakat mengkonsumsi bijinya dengan cara dibakar,
dikukus atau direbus. Padahal jika diolah lebih lanjut biji durian dapat bermanfaat
lebih sebagai bahan baku berbagai olahan makanan yang tentunya akan
memberikan nilai tambah (Wahyono, 2009).
Secara fisik, biji durian berwarna putih kekuning-kuningan berbentuk
bulat telur, berkeping dua, berwarna putih kekuning- kuningan atau coklat muda.
Biji durian yang masak mengandung 51,1% air, 46,2% karbohidrat, 2.5% protein
(karbohidrat 34,7%) ataupun ubi jalar (karbohidrat 27,9%). Kandungan
karbohidrat yang tinggi ini memungkinkan dimanfaatkannya biji durian sebagai
bahan baku pangan tingginya kandungan karbohidrat, biji durian ini dapat
dimanfaatkan sebagai sumber glukosa (Prasetyaningrum, 2010).
Tabel 3. Kandungan nutrisi dalam biji durian
No Komponen Berat Basah
1 Protein (%) 2-3
2 Lemak (%) <1
3 Karbohidrat (%) 45-47
4 Abu (%) 1-2
5 Air (%) 48-51
Toksisitas
1 Asam sianida <0,0001
2 Asam siklopropena Tt
Sumber: Prasetyaningrum (2010).
Tepung Jagung
Tepung jagung adalah bentuk hasil pengolahan bahan dengan cara
penggilingan atau penepungan. Tepung jagung adalah produk setengah jadi dari
biji jagung kering pipilan yang dihaluskan dengan cara penggilingan kemudian
diayak (Suryawijaya dan setiawan, 1998).
Biji jagung mengandung pati 54,1-71,7%, sedangkan kandungan gulanya
2,6-12,0%. Karbohidrat pada jagung sebagian besar merupakan komponen pati,
sedangkan komponen lainnya adalah pentosan, serat kasar, dekstrin, sukrosa, dan
Tabel 4. Data produksi jagung Sumatera Utara 2011
Kabupaten/ kota Luas Panen (Ha) Produksi (Ton)
Deli serdang 14,020 26,595
Tapanuli Utaran 3,023 10,252
Langkat 23,390 131,033
Asahan 7,260 34,740
Sergei 9,216 35,353
Karo 90,605 469,633
Simalungun 63,712 324,655
Tobasa 14,020 26,595
Medan 266 1,316
Binjai 719 4,473
Sumber : BPS Provinsi Sumatera, 2011
Kandungan nutrisi Tepung jagung
Jagung dimanfaatkan sebagai sumber energi yang utama dalam
penyusunan ransum ayam kampung. Ada tiga jenis jagung yaitu jagung kuning,
jagung putih dan jagung merah. Di Indonesia tepung jagung yang populer untuk
ransum ayam kampung adalah jagung kuning. Dalam susunan ransum ayam
kampung, para ahli nutrisi ternak menyarankan agar jagung digunakan dengan
kisaran 40-45 % (Nawawi dan Nurrohmah, 2002). Kandungan nutrisi tepung
jagung tertera pada Tabel 8.
Tabel 5. Kandungan nutrisi tepung jagung
Uraian Kandungan nutrisi
Protein kasar (%) 8,3
Serat Kasar (%) 2,2
Lemak Kasar (%) 3,9
Kalsium (%) 0,03
Posfor (%) 0,28
Energi Metabolis (kkal/kg) 3420
Sumber : a. NRC (1998)
Bahan Pakan Penyusun Ransum
Bungkil Kedelai
Bungkil kedelai adalah kedelai yang sudah diambil minyaknya. Bungkil
kedelai merupakan sumber protein yang sangat bagus sebab keseimbangan asam
amino yang terkandung didalamnya cukup lengkap dan tinggi. Bungkil kedelai
dibuat melalui beberapa tahapan seperti pengambilan lemak, pemanasan dan
penggilingan (Boniran, 1999).
Bungkil kacang kedelai adalah merupakan sumber asam amino pembantu,
disamping tepung ikan. Bungkil kacang kedelai tidak mengandung asam amino
selengkap tepung ikan, karena relatif lebih baik daripada sumber nabati lainnya.
Karena pembatasan penggunaan tepung ikan, karena harganya mahal, bungkil
kacang kedelai menjadi popular sebagai pendamping (Rasyaf, 1989).
Dedak
Dedak merupakan limbah pengolahan gabah menjadi beras. Sebagai
Negara yang telah berswasembada beras, tentunya dedak cukup banyak di
Indonesia. Dedak mempunyai harga absolut yang relatif rendah, tetapi kandungan
gizinya tidak mengecewakan. Dedak mengandung cukup energi dan protein, juga
kaya akan vitamin. Tetapi kelemahan dedak adalah kandungan serat kasar yang
cukup tinggi, kandungan asam amino yang tidak sempurna dan kandungan
beberapa vitamin dan mineral yag juga kurang. Walaupun demikian dedak tetap
digunakan sebagai bahan makanan pendamping jagung, karena harganya yang
cukup murah. Dedak umumnya digunakan antara 10-30% dari total ransum
Bungkil Kelapa
Bungkil kelapa adalah limbah dari pembuatan minyak kelapa. Merupakan
bahan makanan yang biasa diberikan kepada ayam dan ternak lainnya. Bungkil
kelapa di Indonesia masih mengandung energi cukup tinggi dan cukup pula
kandungan asam aminonya. Karena kandunga minyaknya masih tinggi
penggunaan bungkil kelapa harus hati-hati sebab akan menimbulkan ketengikan
dan menjadi racun namun pemakaian bungkil kelapa sangat menolong karena
harganya yang relatif murah, disamping kandungan energinya yang cukup tinggi
dan asam aminonya yang cukup baik (Rasyaf, 1989).
Bungkil Inti Sawit
Bungkil inti sawit (BIS) merupakan salah satu limbah industri kelapa sawit
yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Bungkil inti sawit (BIS) adalah
hasil ikutan dari ekstraksi inti sawit yang diperoleh melalui proses kimia dan
mekanik. Bungkil inti sawit (BIS) cukup potensial digunakan sebagai pakan
unggas. Pada saat ini Indonesia menyandang posisi sebagai produsen utama
kelapa sawit terbesar di dunia, yang pada tahun 2011 produksi kelapa sawit
Indonesia 24,1 juta ton dan pada tahun 2012 memiliki target produksi 25,9 juta
ton (BPS, 2011).
Bungkil inti sawit (BIS) sebelum fermentasi mengandung protein kasar
16,07%, serat kasar 21,30%, bahan kering 87,30%, lemak kasar 8,23%, Ca 0,27%,
P 0,94% dan Cu 48,04 ppm (Mirnawati et al, 2008).
Bungkil inti sawit adalah limbah ikutan proses ekstrasi inti sawit. Bahan
Davendra (1997). Zat makanan yang terkandung dalam bungkil inti sawit cukup
bervariasi, tetapi kandungan yang terbesar adalah protein berkisar antara 18-19%
(Satyawibawa dan Widyastuti, 2000).
Pada BIS terdapat 14-21% protein kasar. Tingkatan ini adalah terlalu
rendah untuk digunakan dalam awal pertumbuhan pada itik, tetapi protein cukup
untuk pertumbuhan unggas yang sudah dewasa. Nwokolo et al (1986)
menyatakan bahwa rata-rata ketersediaan dari asam amino untuk unggas adalah
63.3% untuk glisin sekitar 93.2% yang rendah adalah valin dan methinonin pada
BIS.
Tepung Ikan
Dalam kegiatan industri pengalengan ikan selalu menghasilkan limbah
ikan yang sebenarnya masih dapat dimanfaatkan untuk membuat tepung ikan,
karena kandungan protein masih cukup besar selain itu juga terdapat calsium.
Tepung ikan dapat dimanfaatkan untuk campuran makanan ternak seperti unggas,
babi dan makanan ikan. Tepung ikan mengandung protein, mineral dan vitamin B.
Protein ikan terdiri dari asam amino yang tidak terdapat pada tumbuhan.
Kandungan gizi yang tinggi pada tepung ikan dapat meningkatkan produksi dan
nilai gizi telur, daging pada ternak dan ikan (Martsiano, 2008).
Usaha pembuatan tepung ikan dapat menggunakan limbah ikan karena
relatif murah dan mudah didapat. Limbah ikan jika tidak dikelola akan
menimbulkan pencemaran karena proses pembusukan protein ikan. Selain itu bisa
menjadi sumber penyakit menular terhadap manusia yang ditularkan lewat lalat
(misalnya muntaber). Pengolahan sumber buangan tersebut secara terencana dapat
sumber protein khususnya sebagai komponen bahan makanan ternak serta dapat
mengurangi pencemaran lingkungan. Selain sebagai sumber protein dengan asam
amino yang baik, limbah ikan juga merupakan sumber mineral dan vitamin.
Tetapi perlu diketahui bahwa kandungan gizi limbah ikan ini berbeda, sesuai
dengan jenis ikan yang diolah di industri perikanan, setelah proses pengolahan
(produksi).
Konsumsi Ransum
Gelatin digunakan sebagai bahan makanan tambahan (food aditif), yang
berfungsi untuk pertumbuhan otot precursor dari keratin sebagai penambah rasa
enak, dengan kandungan lemak yang bebas (rendah), sehingga dapat mengurangi
energi yang dikonsumsi tubuh tanpa ada pengaruh yang negatif karena gelatin
dapat mengikat sejumlah besar air dan dapat membantu memberi rasa kenyang
setelah mengkonsumsi dapat juga menggantikan kalori yag biasanya berlebihan.
Gelatin merupakan bahan yang mampu mengembang di dalam air dan membentuk
gel (Voigt, 1984), gelatin juga berfungsi sebagai pengental, pembuat elastis dan pengikat air (Fauzi et al., 2007).
Ransum disebut sempurna apabila kombinasi beberapa bahan makanan
yang bila dikonsumsi secara normal dapat mensuplai zat –zat makanan kepada
ternak dalam perbandingan jumlah dan bentuk sedemikian rupa sehingga fungsi –
fungsi fisiologis tubuh berjalan dengan normal. Dalam mengkonsumsi ransum
ternak di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat energi, keseimbangan asam
amino, tingkat kehalusan ransum, keaktifan ternak , berat badan kecepatan
Tabel 6. Kebutuhan pakan ayam Kampung
Umur (Minggu) Konsumsi (g/ekor/hari)
1 9
Pertambahan Bobot Badan
Produktivitas ternak sangat dipengaruhi oleh jumlah pakan dan nutrisi
yang dapat dimanfaatkan oleh ternak. Kualitas nutrisi yang dilihat dari aspek
energi yang terkandung di dalam pakan yang dikonsumsi, tidak semuanya
dimanfaatkan oleh ternak, ada termanfaatkan, sebagian lainnya terbuang melalui
feses, urin, gas metan dan panas (Tillman et al., 1984).
Ternak menyerap energi di dalam pakan terutama untuk hidup pokok, dan
apabila masih ada kelebihan energi akan digunakan untuk produksi, namun
sebagian energi diserap di dalam tubuh akan dikonversi menjadi panas tubuh
(Gatenby, 1986).
Konsumsi pakan yang rendah akan menyebabkan kekurangan zat makanan
yang dibutuhkan ternak dan akibatnya akan menghambat penimbunan lemak dan
daging. Apabila kebutuhan untuk hidup pokok sudah terpenuhi, kelebihan gizi
yang dikonsumsi akan ditimbun sebagai jaringan lemak dan daging
Tabel 7. Pertambahan bobot badan ayam Kampung
Umur (Minggu) Berat Badan (g)
1 45
Konversi Ransum (Feed Converse Ratio)
Konversi ransum (Feed Converse Ratio) adalah perbandingan jumlah konsumsi ransum pada satu minggu dengan pertambahan bobot badan yang
dicapai pada minggu itu (Rasyaf, 2004).
Konversi ransum adalah perbandingan antara jumlah pakan yang
dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan yang dicapai dalam kurun waktu
yang sama. Konversi pakan merupakan suatu indikator yang dapat menerangkan
tingkat efisiensi penggunaan pakan, dimana semakin rendah angkanya berarti
semakin baik konversi pakan tersebut (Anggorodi, 1990).
Rataan konversi pakan untuk ayam kampung umur 10-16 minggu adalah
sebesar 3,84. Hal ini dapat disebabkan oleh Efisiensi penggunaan pakan dapat
diketahui dari konversi pakan yakni jumlah pakan yang dikonsumsi untuk
mencapai pertambahan bobot badan per satu kilogram bobot badan (Purba, 1999).
Pertumbuhan adalah korelasi peningkatan pada tubuh yang tampak pada
interval waktu sesuai dengan karakteristik spesies, sehingga terdapat karakteristik
kisaran tubuh untuk setiap spesies dan karakteristik perkembangan serta ukuran
dari heriditas, nutrisi dan manajemen yang merupakan faktor esensial yang
mendukung laju tumbuh hewan (Singh, 1997).
Angka konversi ransum menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan
ransum. Angka konversi ransum dipengaruhi oleh strain dan faktor lingkungan
seperti seluruh pengaruh luar termasuk di dalamnya faktor makanan terutama nilai
gizi rendah (Lestari, 1992).
Konversi ransum adalah perbandingan jumlah ransum yang dikonsumsi
pada satu minggu dengan pertambahan bobot badan pada minggu itu
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Program Studi
Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini
berlangsung selama 3 bulan dimulai pada 7 Mei 2015 sampai 30 Juli 2015.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah DOC ayam
kampung sebanyak 100 ekor usia 2-12 minggu sebagai objek penelitian, pakan
konsentrat yang terdiri dari biji durian, tepung jagung, dedak padi, tepung ikan,
bungkil kedelai, bungkil kelapa, bungkil inti sawit (BIS), minyak dan tepung
mineral. Obat-obatan seperti vaksin ND dan vaksin gumboro, rhodalon untuk
membersihkan tempat pakan dan minum vitamin. Air minum yang diberikan
secara ad-libitum.
Alat
Adapun alat yang digunakan adalah kandang yang terdiri dari 20 unit
dengan ukuran 70 x 80 x 70 cm, tempat pakan dan minum, timbangan untuk
menimbang pakan dan ternak, alat penerang sekaligus sebagai alat pemanas, alat
tulis, ember, alat pembersih kandang dan perlengkapan fumigasi. Mesin copper
untuk mencacah biji durian yang telah dianginkan, mesin grinder untuk
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL)
non faktorial dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Adapun perlakuan tersebut
adalah:
P0 : ransum dengan 0 % tepung biji durian, 30 % tepung jagung
P1 : ransum dengan 10 % tepung biji durian, 20 % tepung jagung
P2 : ransum dengan 20 % tepung biji durian, 10 % tepung jagung
P3 : ransum dengan 30 % tepung biji durian, 0 % tepung jagung
Ulangan yang dibentuk disesuaikan dengan rumus
T (n-1) ≥ 15 4 (n-1) ≥ 15 4n – 4 ≥ 15 4n ≥ 19 n ≥ 4,75
dengan susunan penelitian adalah:
P2U1 P0U1 P1U2 P0U2 P2U3
P3U1 P0U5 P2U5 P3U2 P3U3
P0U4 P1U5 P1U4 P3U5 P1U3
P2U4 P1U1 P0U3 P2U2 P3U4
Dimana:
P : Perlakuan
U : Ulangan
Mode linier rancangan percobaan yang digunakan adalah sebagai berrikut:
Keterangan:
i = 1,2,…. Perlakuan
j = 1,2,…. Ulangan
Yij = respon atau milai pengamatan dari perlakuan ke- i dan ulangan ke-j
� = nilai tengah umum
Tij : pengaruh perlakuan ke-i
∑ �� : pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
Parameter Penelitian
- Konsumsi Ransum
Konsumsi ransum diukur setiap minggu sekali yaitu, selisih antara
jumlah ransum yang diberikan dengan sisa ransum
Konsumsi ransum = ransum awal – ransum sisa
- Pertambahan Bobot Badan
Pertambahan berat badan diperoleh dengan mengurangi berat badan
akhir dengan berat badan awal penelitian.
Pertambahan Bobot Badan (PBB) = Bobot badan akhir – bobot badan awal
- Konversi Ransum Feed Convertion Ratio (FCR)
Merupakan perbandingan antara jumlah ransum yang dikonsumsi
dengan pertambahan berat badan. FCR merupakan tolak ukur untuk menilai
tingkat efisiensi penggunaan ransum.
Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan kandang dan peralatan
Kandang terlebih dahulu didesinfeksi dengan detergen dan
rodhalon kemudian difumigasi dengan pengasapan KMnO4 dan formalin
kemudian dibiarkan selama 3 hari. Peralatan kandang dibersihkan dan
didesinfeksi sebelum digunakan.
2. Persiapan biji durian
Biji durian dikumpulkan dari pengusaha pengolahan biji durian,
dibersihkan dengan air bersih dan dianginkan, kemudian diremukan dan
dikeringkan dibawah sinar matahari. Biji durian yang sudah kering
digiling dengan menggunakan grinder.
3. Analisis bahan pakan
Biji durian yang sudah digiling dan tidak digiling dianalisis
kandungan protein kasar, serat kasar, energi, lemak kasar, kadar abu dan
TDN.
4. Persiapan ayam kampung
Sebelum DOC dimasukkan kedalam kandang yang sudah
disediakan, terlebih dahulu dilakukan penimbangan agar bisa diketahui
kisaran bobot badan awal yang akan digunakan, kemudian dilakukan
pemilihan secara acak (random) untuk menghindari bias (galat percobaan)
lalu ditempatkan pada masing-masing plot yang tersedia sebanyak 4 ekor.
5. Penyusunan Ransum
ransum. Teknik penyusunan ransum dilakukan sekali dalam satu minggu
secara manual, yaitu dengan mencampurkan bahan pakan yang telah
ditimbang sesuai dengan formulasinya.
6. Pemberian pakan
Pakan yang berikan selama penelitian adalah ransum yang telah
disusun yang tersedia secara adlibitum dan dilakukan penimbangan
sebanyak 2 kali dalam satu hari. Pakan yang sisa ditimbang untuk
mengetahui jumlah konsumsi pada berbagai perlakuan.
7. Pengambilan data
Data konsumsi ditimbang setiap hari, pertambahan bobot badan
ditimbang setiap minggu dan konversi ransum dihitung diakhir dari
periode pemeliharaan.
8. Analisis Data
Pengujian Parameter dilakukan dengan Analisa Sidik Ragam, bila
perlakuan tidak berbeda nyata (Fhit≤0.05) atau sangat nyata (Fhit≥0.01)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsumsi Ransum
Konsumsi ransum merupakan banyaknya jumlah ransum yang dimakan
oleh ternak akan digunakan untuk mencukupi hidup pokok dan untuk produksi
ternak. Konsumsi ransum dapat dihitung dengan pengurangan jumlah ransum
yang diberikan dengan pakan sisa pada tempat pakan. Konsumsi pakan merupakan
hal yang penting, karena berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan baik untuk
hidup pokok maupun produksi. Meningkatnya ransum yang dikonsumsi akan
memberikan kesempatan pada tubuh untuk meretensi zat-zat makanan yang lebih
banyak, kebutuhan protein zat-zat makanan yang lebih banyak, sehingga kebutuhan
protein terpenuhi.
Rataan konsumsi ransum selama penelitian dapat dilihat pada Tabel
sebagai berikut :
Tabel 8. Rataan konsumsi ransum selama penelitian (g/ekor/minggu)
Perlakuan Ulangan Total Rataan Standar TOTAL 1236,53 1202,775 1229,888 1264,275 1269,28 6202,74
RATAAN 309,13 300,69 307,47 316,07 317,32
dari Tabel 8, dapat dilihat bahwa rataan konsumsi ransum ayam kampung selama
penelitian adalah tidak berbeda nyata antar perlakuan (P0,P1, P2, P3). Konsumsi
ransum tertinggi terdapat pada P0 sebesar 317,63 g/ekor/minggu sedangkan
Berdasarkan analisis ragam menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata
(f hit ≤ 0,05) terhadap konsumsi. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian tepung
jagung dan tepung biji durian tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap
konsumsi. Namun kecenderungan konsumsi pada P0 lebih tinggi bila
dibandingkan dengan P1,P2 dan P3. Dalam hal ini menunjukkan bahwa tepung
jagung dan tepung biji durian mempunyai kualitas dan palatabilitas yang relatif
sama.
Pada Tabel 8 di atas terlihat bahwa P1,P2 dan P3 lebih rendah daripada P0
hal ini disebabkan oleh P0 tidak mengandung tepung biji durian. Konsumsi pada
P1, P2 dan P3 dipengaruhi oleh kandungan gelatin yang dapat mengikat sejumlah
besar air dan dapat memberi rasa kenyang setelah mengkonsumsi dan dapat juga
menggantikan kalori yang berlebihan. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Voigt (1984), yang menyatakan bahwa gelatin digunakan sebagai bahan makanan
tambahan (food additif), yang berfungsi untuk pertumbuhan otot prekursor dari
keratin sebagai penambah rasa enak, dengan kandungan lemak yang bebas
(rendah), sehingga dapat mengurangi energi yang dikonsumsi tubuh tanpa ada
pengaruh yang negatif karena gelatin dapat mengikat sejumlah besar air dan
dapat membantu memberi rasa kenyang setelah mengkonsumsi dan juga
menggantikan kalori yag biasanya berlebihan. Gelatin merupakan bahan yang
mampu mengembang di dalam air dan membentuk gel, gelatin juga berfungsi sebagai pengental, pembuat elastis dan pengikat air (Fauzi, 2007).
Dari penelitian yang dilakukan P0, P1, P2 dan P3 tidak menunjukkan nilai
konsumsi yang nyata hal ini disebabkan oleh nilai kandungan nutrisi dalam
ransum penelitian disusun dengan bahan pakan yang sama dengan persentasi yang
tidak jauh berbeda, sehingga kandungan nutrisinya tidak berbeda (iso nutrien) dan seimbang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Parakkasi (1995), yang menyatakan
bahwa ransum disebut sempurna apabila kombinasi beberapa bahan makanan
yang bila dikonsumsi secara normal dapat mensuplai zat –zat makanan kepada
ternak dalam perbandingan jumlah dan bentuk sedemikian rupa sehingga fungsi –
fungsi fisiologis tubuh berjalan dengan normal. Dalam mengkonsumsi ransum
ternak di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat energi, keseimbangan asam
amino, tingkat kehalusan ransum, keaktifan ternak , berat badan kecepatan
pertumbuhan dan suhu lingkungan
Pertambahan Bobot Badan (PBB)
Pertambahan bobot badan (PBB) mencakup pertumbuhan dalam bentuk
berat jaringan-jaringan pembangun seperti: tulang, jantung, otak, dan semua
jaringan tubuh lainnya (kecuali jaringan lemak) dan alat-alat tubuh. Pertambahan
Bobot Badan dapat diukur dengan cara mengurangkan bobot badan akhir dengan
bobot badan awal persatuan waktu dalam satuan gram/ ekor/ minggu.
Penimbangan dilakukan satu kali dalam seminggu. Rataan pertambahan bobot
badan ayam kampung yang diperoleh selama penelitian adalah seperti Tabel 9
Tabel 9. Rataan pertambahan bobot badan selama penelitian (g/ekor/minggu)
dari Tabel 9, dapat dilihat bahwa rataan pertambahan bobot badan ayam kampung
selama penelitian adalah tidak berbeda nyata antar perlakuan (P0,P1, P2, P3).
Rataan pertambahan bobot badan tertinggi terdapat pada P1 sebesar 97,09 gram/
ekor/ hari sedangkan rataan pertambahan bobot badan terendah terdapat pada P3
sebesar 88,84.
Berdasarkan analisis ragam menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata
(f hitung ≤ 0,05) terhadap konsumsi. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian
tepung jagung dan tepung biji durian tidak memberikan pengaruh yang nyata
terhadap pertambahan bobot badan ayam kampung. Namun kecenderungan rataan
pertambahan bobot badan pada P1 (97,09) lebih tinggi bila dibandingkan dengan
P0, P2 dan P3. Dalam hal ini menunjukkan bahwa kandungan nutrisi pada tepung
jagung dan tepung biji durian dapat dicerna dan dimanfaatkan oleh ternak dengan
baik, baik untuk hidup pokok dan untuk produksi. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Tillman et al., (1984) yang menyatakan bahwa produktifitas ternak sangat dipengaruhi oleh jumlah pakan dan nutrisi yang dapat dimanfaatkan oleh
ternak. Kualitas nutrisi yang dilihat dari aspek energi yang terkandung di dalam
pakan yang dikonsumsi, tidak semuanya dimanfaatkan oleh ternak, ada
panas. Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan Gatenby (1986), yang
menyatakan bahwa ternak menyerap energi di dalam pakan terutama untuk hidup
pokok, dan apabila masih ada kelebihan energi akan digunakan untuk produksi,
namun sebagian energi diserap di dalam tubuh akan dikonversi menjadi panas
tubuh.
Dari hasil penelitian di atas diperoleh bahwa konsumsi pada P0 lebih
tinggi dibandingkan dengan konsumsi pada P1. Sementara pada pertambahan
bobot badan ditemukan bahwa pertambahan bobot badan pada P1 lebih tinggi
daripada P0. Kecenderungan hal ini kemungkinan disebabkan oleh kadungan
asam amino yang terkandung pada biji durian lebih lengkap. Hubungan antara
konsumsi dan pertambahan bobot badan di atas tidak sesuai dengan pernyataan
Anggorodi (1994), yang menyatakan bahwa konsumsi pakan yang rendah akan
menyebabkan kekurangan zat makanan yang dibutuhkan ternak dan akibatnya
akan menghambat penimbunan lemak dan daging. Apabila kebutuhan untuk hidup
pokok sudah terpenuhi, kelebihan gizi yang dikonsumsi akan ditimbun sebagai
jaringan lemak dan daging.
Dari Tabel 9 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata pertumbuhan bobot
badan ayam kampung semua perlakuan yaitu sebesar 13,19 gram/ekor/hari.
Angka tersebut lebih tinggi daripada standar PBB pada pemeliharaan ayam
kampung menurut Murtidjo (1994) yaitu sebesar 9,8 gram/ekor/hari.
Konversi Ransum (Feed Converse Ratio)
Konversi ransum merupakan suatu ukuran yang dapat digunakan untuk
menilai efisiensi penggunaan ransum serta kualitas ransum. Konversi ransum
bobot badan dalam jangka waktu tertentu. Rasyaf (2004), menyatakan bahwa,
konversi ransum (Feed Converse Ratio) adalah perbandingan jumlah konsumsi ransum pada satu minggu dengan pertambahan bobot badan yang dicapai pada
minggu itu. FCR dapat dicari dengan cara membagikan antara jumlah ransum
yang habis dikonsumsi oleh ayam kampung dalam jangka waktu tertentu dengan
bobot hidup.
Tabel 10. Konversi ransum selama penelitian (g/ekor/minggu)
Perlakuan Ulangan Total Rataan Standar
Dari Tabel 10, dapat dilihat bahwa konversi ransum ayam kampung selama
penelitian adalah tidak berbeda nyata antar perlakuan (P0,P1, P2, P3). Konversi
ransum tertinggi terdapat pada P1 sebesar 3,66 sedangkan konversi ransum
terendah terdapat pada P3 sebesar 3,34. Semakin rendah nilai konversi ransum
maka semakin efektif penggunaan ransum tersebut sebagai pakan ternak.
Berdasarkan analisis ragam menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata
(f hitung ≤ 0,05) terhadap konversi ransum. Hal ini menunjukkan bahwa
pemberian tepung jagung dan tepung biji durian tidak memberikan pengaruh yang
nyata terhadap konversi ransum ayam kampung. Namun kecenderungan konversi
ransum pada P1 (3,34) lebih rendah bila dibandingkan dengan P0, P2 dan P3.
Dalam hal ini menunjukkan bahwa pemberian P1 sebagai pakan ternak ayam
sesuai dengan pernyataan Anggorodi (1990), yang menyatakan bahwa konversi
ransum adalah perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan
pertambahan bobot badan yang dicapai dalam kurun waktu yang sama. Konversi
pakan merupakan suatu indikator yang dapat menerangkan tingkat efisiensi
penggunaan pakan, dimana semakin rendah angkanya berarti semakin baik
konversi pakan tersebut.
Perlakuan yang diberikan menunjukkan bahwa konversi ransum yang
diberikan tergolong efisien yaitu 3,6 dimana lebih rendah jika dibandingkan
dengan pernyataan Murtidjo (1994), yaitu sebesar 3,8 dan menurut Purba (1999)
rataan konversi pakan untuk ayam kampung umur 10-16 minggu adalah sebesar
3,84. Hal ini dapat disebabkan oleh efisiensi penggunaan pakan dapat diketahui
dari konversi pakan yakni jumlah pakan yang dikonsumsi untuk mencapai
pertambahan bobot badan per satu kilogram bobot badan.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa P0 merupakan konsumsi tertinggi
sementara P1 berada diurutan kedua, sementara dalam pertambahan bobot badan
P1 lebih tinggi jika dibandingkan dengan P1. Konversi ransum adalah hasil bagi
antara konsumsi dengan pertambahan bobot badan. Besar konsumsi ransum dan
pertambahan bobot badan menentukan konversi pakan. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Martawidjaja (1998), yang menyatakan bahwa pakan yang berkualitas
baik dapat menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi. Penggunaan
pakan akan semakin efisien bila jumlah pakan yang dikonsumsi minimal namun
Rekapitulasi Hasil Penelitian
Data rekapitulasi hasil penelitian pemanfaatan biji durian sebagai subtitusi
jagung terhadap ayam kampung disajikan dalam Tabel 11 sebagai berikut:
Tabel 11. Data rekapitulasi hasil penelitian pemanfaatan biji durian sebagai subtitusi jagung terhadap ayam kampung
Perlakuan
Rataan Parameter Konsumsi
(g/ekor/minggu)
PBB (g/ekor/minggu)
FCR (g/ekor/minggu)
P0 317,63tn 90,92 tn 3,66 tn
P1 315,54 tn 97,09 tn 3,34 tn
P2 309,12 tn 92,40 tn 3,46 tn
P3 298,26 tn 88,84 tn 3,37 tn
Dari data rekapitulasi diatas, terlihat bahwa P0, P1, P2 dan P3
memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap konsumsi ransum, pertambahan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan biji durian
mampu menggantikan pemberian tepung jagung terhadap performans ayam
kampung umur 2-12 minggu bila ditinjau dari segi konsumsi ransum,
pertambahan bobot badan dan konversi ransum.
Saran
Disarankan kepada peternak untuk menggunakan tepung biji durian untuk
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar. 2008. Standarisasi Rumah Potong Ayam (RPA) “Tradisional” dan Penerapan HACCP dalam Proses Pemotongan Ayam di Indonesia. (http://www.bsn.or.id). Dikutip pada tanggal 29 Januari 2015
Anggorodi, R. 1990. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia, Jakarta.
Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia. Jakarta.
Aman, Y. 2011. Ayam Kampung Unggul. Penerbit Penebar Swadaya: Jakarta
Cahyono. B. 1998. Ayam Buras Pedaging. PT. Trubus Agriwidya: Jakarta
BPS. (2004). Kota Yogyakarta Dalam Angka 2004. Yogyakarta: Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik. 2011. Kabupaten Deli Serdang Dalam Angka 2010 .Medan: BPS Sumut
Boniran, S. 1999. Quality Control untuk Bahan Baku dan Produk Akhir Pakan Ternak. Kumpulan Makalah Feed Quality Management Workshop, American Soybean Asosiation dan Balai Penelitian Ternak.
Dinas Pertanian Dalam Angka Propinsi Sumatera Utara 2001. Laporan Tahunan.
Fauzi, Yan dkk. 2007. Kelapa Sawit , Budi Daya, Pemanfaatan Hasil, dan Limbah, Analisa Usaha dan Pemasaran. Edisi Revisi. Cetakan 21. Jakarta: Penebar Swadaya.
Gatenby, R. M. 1986 . Sheep Production in the Tropics and Sub-Tropics. Tropical Agriculture Series . Longman, London and New York.
Hartadi, H., S Reksohadiprojo dan A. D. Tilman. 1997. Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Kamal, M. 1994. Pengaruh Penambahan DL - Metionin Sintesis Kristal ke Dalam Ransum Fase Akhir Terhadap Perlemakan Ayam Broiler. UGM - Press, Yogjakarta.
Lestari. 1992. Menentukan Bibit Broiler: Peternakan Indonesia.
Martsiano, 2008. Ransum Ayam Kampung. www.WordPress.com.
Murtidjo, B. A., 1994. Mengelola Ayam Kampung. Kanisius, Yogyakarta.
Nawawi, N. T dan Nurrohmah, S. 2002. Ransum Ayam Kampung. Trubus Agrisarana: Surabaya.
National Research Council. 1994. Nutrient Requirement of Poultry. National Academy of Sciences: Washington, D.C.
Nwokolo EN, Kitts DD. 1988. Growth parameters and plasma-tissue fatty acid profiles of rats fed rubber seed oil. Food Chem. 30: 219-229.
Parakkasi, A., 1995. Ilmu Nutrisi Ruminansia Pedaging. Departemen Ilmu Pakan Ternak, Fakultas Pertanian, IPB Bogor.
Prasetyaningrum, D. A. 2010. Biji durian sebagai bahan pangan alternatif : aspek nutrisi dan tekno ekonomi: Riptek, vol. 4, no. I1, tahun 2010, hal.: 37-45
Purba, E. 1999. Pengaruh Pemberian Berbagai Level Tepung Bekicot (Achatina fulica) sebagai Substitusi Tepung Ikan terhadap Performans Ayam Kampung Umur 10-16 Minggu. FP USU, Medan.
Rasyaf, M. 1989. Memelihara Ayam Buras. Kanisius, Yogyakarta.
Rasyaf. M. 1994.beternak ayam pedaging. Penebar swadaya, Jakarta Untung. O 1996. Durian untuk kebun komersil dan hobi. Penebar swadaya: Jakarta
Rasyaf, M. 2004. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rasyaf, M. 2010. Manajemen Peternakan Ayam Kampung. Jakarta: Penebar Swadaya
Rasyaf, M. 2012. Panduan Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya. Jakarta.
Richana dan suarni. 2010. Teknologi pengolahan jagung. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen: Bpgor
Roura E, Baldwin MW, Klasing KC. 2013. The avian taste system: Potential implications in poultry nutrition. Anim Feed Sci Technol. 18:1-9.
Sapuri, A. 2006. “Evaluasi Program Intensifikasi Penagkaran Bibit Ternak Ayam Buras di Kabupaten Pandeglang” (skripsi). Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Sarwono, B. 1996. Beternak Ayam Kampung. Penebar Swadaya: Jakarta.
Scott, M.L.,M.C. Nesheim and R. J. Young, 1982. Nutrition of the Chickens. Second Ed. M.L. Scott and Associates Ithaca: New York.
Singh, K.S., 1997. Animal Nutrition. First Edition. Kalyani Publishers: New delhi.
Suprijatna, E. 2005. Ayam buras krosing peterlur. Penebar swadaya: Jakarta.
Suryawijaya & Setiawan. (1998). Reaksi Pasar Modal Indonesia Terhadap Peristiwa Politik Dalam Negeri (Event Study pada Peristiwa 27 Juli 1996). Yogyakarta: Kelola Gajah Mada University Business Review No. 18/VII/1998.
Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo dan S. Prawirokusumo dan S. Lebdosoekojo, 1984. Ilmu Pakan Ternak Dasar. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Tillman, A.D., H. Hartadi., S. Reksohadiprodjo., S. Prawirokusumo dan S. Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar, UGM Press: Yogyakarta.
Untung, O. 1996. Durian untuk kebun komersial dan hoby. Penebar swadaya: Jakarta.
Voigt. 1984. Buku Ajar Teknologi Farmasi. Diterjemahkan oleh Soendani Noeroto S.,UGM Press, Yogyakarta. Hal: 337-338
LAMPIRAN
Lampiran 1. Prosedur Kerja Pengolahan Biji Durian
Pengumpulan biji durian
Pembersihan biji durian
penganginan
pencacahan
Digrinder
Lampiran 2. Susunan ransum penelitan
No. Bahan Pakan
Perlakuan
P0 P1 P2 P3
1 T.jagung 30 20 10 30
2 TBD 0 10 20 0
3 B.kedelai 9,9 9,9 9,9 9,9
4 Dedak 13,5 12,5 10,5 14
5 B.kelapa 18 18 19,5 18,5
6 BIS 16,5 16,5 16,5 15,5
7 T.ikan 10 10 10 10
8 Premix 0,1 0,1 0,1 0,1
9 M. nabati 2 3 3,5 2
10 TOTAL 100 100 100 100
Kandungan Nutrisi
1 PK 19,95 20,34 19,77 19,47
2 EM 2681,61 2670,71 2639,16 2698,21
3 SK 7,17 7,19 7,13 7,17
4 LK 6,00 5,54 6,51 6,28
5 Ca 1,09 1,18 1,00 1,04
Lampiran 3. Data Rataan Konsumsi Penelitian Pemanfaatan Tepung Biji Durian sebagai subtitusi Tepung Jagung
Lampiran 4. Tabel analisis ragam konsumsi selama penelitian
Perlakuan Ulangan Total Rataan Standar TOTAL 1236,53 1202,775 1229,888 1264,275 1269,28 6202,74
Lampiran 5. Data Rataan PBB Penelitian Pemanfaatan Tepung Biji Durian sebagai subtitusi Tepung Jagung Terhadap Ayam
Lampiran 6. Tabel Analisis Ragam Pertambahan Bobot Badan Selama Penelitian
Lapiran 7. Data Konversi Ransum Penelitian Pemanfaatan Tepung Biji Durian sebagai Subtitusi tepung jagung Terhadap
Lampiran 8. Tabel Analisis Ragam Konversi Ransum Selama Penelitian
Lampiran 9. Diagram batang rataan konsumsi (g/ekor/hari)
Lampiran 10. Diagram batang rataan PBB (g/ekor/hari) 285
P0 (317.63) P1 (315.54) P2 (309.12) P3 (298.26)
RATAAN KONSUMSI
P0 (90.92) P1 (97.09) P2 (92.40) P3 (88.84)
RATAAN PBB (g/ekor/minggu)
Lampiran 11. Diagram batang rataan konversi ransum 3,1
3,2 3,3 3,4 3,5 3,6 3,7
P0 (3.66) P1 (3.34) P2 (3.46) p3 (3.37)
RATAAN KONVERSI RANSUM SELAMA PENELITIAN