• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan usaha tanaman hias di Kota Bogor, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan usaha tanaman hias di Kota Bogor, Jawa Barat"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

(Kasus Pedagang di Kota Bogor, Jawa Barat)

Oleh:

BINARIA ARITONANG A14105657

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(2)

Pendapatan Usaha Tanaman Hias di Kota Bogor, Jawa Barat. (Dibawah bimbingan RAHMAT YANUAR).

Bisnis hortikultura telah memberikan sumbangan dalam menghasilkan devisa Negara. Salah satu indikator ekonomi makro yang cukup penting untuk mengetahui peranan dan kontribusi yang diberikan oleh subsektor hortikultura terhadap pendapatan nasional adalah dengan melihat nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Tanaman hias itu sendiri berada pada urutan keempat dari seluruh tanaman hortikultura sebagai penghasil Produk Domestik Bruto, selama beberapa tahun terakhir menunjukkan rata-rata peningkatan yang signifikan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis karakteristik usaha tanaman hias di daerah penelitian, menganalisis tingkat pendapatan pedagang tanaman hias di daerah penelitian, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang tanaman hias di daerah penelitian.

Penelitian ini dilakukan di Jalan Pajajaran dan Jalan Dadali, Kota Bogor, Jawa Barat pada bulan Agustus sampai dengan Desember 2008. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara melakukan wawancara dan pengamatan langsung dengan pedagang tanaman hias. Data primer diperoleh dari literatur instansi-instansi terkait, seperti Dinas Tata Kota dan Pertamanan Kota Bogor, Dinas Agribisnis Kota Bogor, Badan Pusat Statistik, dan sebagainya. Responden dalam penelitian ini terdiri dari 23 orang pedagang di Jalan Pajajaran dan 7 orang pedagang di Jalan Dadali.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif meliputi analisis keadaan umum usaha tanaman hias sedangkan analisis kuantitatif berupa analisis pendapatan usaha tanaman hias, dan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan usaha tanaman hias.

Usaha penjualan tanaman hias di sepanjang jalur hijau di Kota Bogor merupakan usaha yang turun temurun dari orangtua atau saudara-saudara pedagang yang telah merintis usaha ini puluhan tahun yang lalu dan menjual tanaman hias berbunga maupun tanaman hias daun. Daerah pembelian tanaman hias dari daerah Bogor sendiri, yaitu: Puncak, Ciapus dan Parung. Sedangkan daerah di luar Bogor, yaitu: Ciledug, Bandung, Madura, bahkan Malang. Pedagang tanaman hias di Kota Bogor, mayoritas berusia 31 – 50 tahun, tingkat pendidikan terakhir rata-rata SD – SLTP, pengalaman menjual tanaman hias lebih dari 10 tahun, jumlah anggota keluarga 1 – 5 orang, dan mempunyai luas lahan 100 – 150 m2.

(3)
(4)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

TINGKAT PENDAPATAN USAHA TANAMAN HIAS

(Kasus Pedagang di Kota Bogor, Jawa Barat)

Oleh:

BINARIA ARITONANG A 14105657

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Pada

(5)

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

Judul Skripsi : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN USAHA TANAMAN HIAS

(Kasus Pedagang di Kota Bogor, Jawa Barat) Nama : Binaria Aritonang

NRP : A14105657

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Rahmat Yanuar SP, MSi NIP. 132 321 442

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

(6)

Tanggal Kelulusan: 28 Januari 2009

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI BERJUDUL “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN USAHA TANAMAN HIAS (KASUS PEDAGANG DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT)” BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA TULIS ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN

Bogor, Januari 2009

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Siborongborong, Sumatera Utara, pada tanggal 29 Mei 1982. penulis merupakan anak kelima dari tujuh bersaudara dari pasangan Sahat Manganar Aritonang dan Nurbaya Sihombing.

(8)

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur yang sebesar-besarnya kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua berkat, rahmat, kasih dan perlindungan yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dalam waktu yang telah ditentukan.

Skripsi yang ditulis mengambil topik mengenai “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Usaha Tanaman Hias (Kasus Pedagang di Kota Bogor, Jawa Barat). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat pendapatan pedagang tanaman hias di Kota Bogor serta faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang tanaman hias di Kota Bogor.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan masukan sehingga skripsi ini selesai.

Bogor, Januari 2009

Binaria Aritonang

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji Tuhan, atas berkat dan penyertaanNya akhirnya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada bagian ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua Orangtuaku yang tercinta dan semua saudara-saudaraku tersayang yang telah memberikan kasih sayang, doa, dukungan moril maupun moral serta semangat selama penulis menyelesaikan studi.

2. Rahmat Yanuar SP, MSi, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan dan solusi sehingga penulis diberikan kemudahan dalam melakukan dan menyelesaikan penelitian serta dalam penulisan skripsi.

3. Muhammad Firdaus, PhD, sebagai dosen evaluator pada kolokium yang telah memberikan masukan dan arahan dalam proposal penelitian.

4. Dr. Ir. Heny K. Daryanto MEc, sebagai dosen penguji utama. Terima kasih atas ilmu, kritik serta masukan berharga bagi kesempurnaan skripsi ini. 5. Ir. Narni Farmayanti, MSc, selaku dosen Komisi Pendidikan. Terima kasih

(10)

untuk diwawancarai oleh penulis.

7. Putri atas kesediaannya sebagai pembahas pada seminar penulis.

8. Simon Audry Halomoan Siagian S.H, M.H atas kasih sayang, kesetian, kesabaran dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

9. Sahabat sejatiku Jean dan Donny, atas bantuan dan dukungannya selama penelitian hingga penulisan skripsi.

10.Teman-teman di ekstensi, Septina, Sandra, Lisma, Indra, Arfan, Imel,

Junita, Nova, Dowe, Siti yang telah memberikan bantuan dan dukungan bagi penulis.

11.Teman-temanku, Lita, Elsa, Betni, K’Krista, yang senantiasa menjadi tempat berbagi suka dan duka.

12.Pihak Sekretariat Ektensi MAB yang telah membantu penulis.

13.Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Akhirnya, terima kasih atas segala bantuan serta dukungannya dan Tuhan Memberkati. Amin.

Bogor, Januari 2009

(11)

(Kasus Pedagang di Kota Bogor, Jawa Barat)

Oleh:

BINARIA ARITONANG A14105657

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(12)

Pendapatan Usaha Tanaman Hias di Kota Bogor, Jawa Barat. (Dibawah bimbingan RAHMAT YANUAR).

Bisnis hortikultura telah memberikan sumbangan dalam menghasilkan devisa Negara. Salah satu indikator ekonomi makro yang cukup penting untuk mengetahui peranan dan kontribusi yang diberikan oleh subsektor hortikultura terhadap pendapatan nasional adalah dengan melihat nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Tanaman hias itu sendiri berada pada urutan keempat dari seluruh tanaman hortikultura sebagai penghasil Produk Domestik Bruto, selama beberapa tahun terakhir menunjukkan rata-rata peningkatan yang signifikan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis karakteristik usaha tanaman hias di daerah penelitian, menganalisis tingkat pendapatan pedagang tanaman hias di daerah penelitian, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang tanaman hias di daerah penelitian.

Penelitian ini dilakukan di Jalan Pajajaran dan Jalan Dadali, Kota Bogor, Jawa Barat pada bulan Agustus sampai dengan Desember 2008. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara melakukan wawancara dan pengamatan langsung dengan pedagang tanaman hias. Data primer diperoleh dari literatur instansi-instansi terkait, seperti Dinas Tata Kota dan Pertamanan Kota Bogor, Dinas Agribisnis Kota Bogor, Badan Pusat Statistik, dan sebagainya. Responden dalam penelitian ini terdiri dari 23 orang pedagang di Jalan Pajajaran dan 7 orang pedagang di Jalan Dadali.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif meliputi analisis keadaan umum usaha tanaman hias sedangkan analisis kuantitatif berupa analisis pendapatan usaha tanaman hias, dan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan usaha tanaman hias.

Usaha penjualan tanaman hias di sepanjang jalur hijau di Kota Bogor merupakan usaha yang turun temurun dari orangtua atau saudara-saudara pedagang yang telah merintis usaha ini puluhan tahun yang lalu dan menjual tanaman hias berbunga maupun tanaman hias daun. Daerah pembelian tanaman hias dari daerah Bogor sendiri, yaitu: Puncak, Ciapus dan Parung. Sedangkan daerah di luar Bogor, yaitu: Ciledug, Bandung, Madura, bahkan Malang. Pedagang tanaman hias di Kota Bogor, mayoritas berusia 31 – 50 tahun, tingkat pendidikan terakhir rata-rata SD – SLTP, pengalaman menjual tanaman hias lebih dari 10 tahun, jumlah anggota keluarga 1 – 5 orang, dan mempunyai luas lahan 100 – 150 m2.

(13)
(14)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

TINGKAT PENDAPATAN USAHA TANAMAN HIAS

(Kasus Pedagang di Kota Bogor, Jawa Barat)

Oleh:

BINARIA ARITONANG A 14105657

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Pada

(15)

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

Judul Skripsi : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN USAHA TANAMAN HIAS

(Kasus Pedagang di Kota Bogor, Jawa Barat) Nama : Binaria Aritonang

NRP : A14105657

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Rahmat Yanuar SP, MSi NIP. 132 321 442

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

(16)

Tanggal Kelulusan: 28 Januari 2009

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI BERJUDUL “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN USAHA TANAMAN HIAS (KASUS PEDAGANG DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT)” BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA TULIS ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN

Bogor, Januari 2009

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Siborongborong, Sumatera Utara, pada tanggal 29 Mei 1982. penulis merupakan anak kelima dari tujuh bersaudara dari pasangan Sahat Manganar Aritonang dan Nurbaya Sihombing.

(18)

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur yang sebesar-besarnya kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua berkat, rahmat, kasih dan perlindungan yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dalam waktu yang telah ditentukan.

Skripsi yang ditulis mengambil topik mengenai “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Usaha Tanaman Hias (Kasus Pedagang di Kota Bogor, Jawa Barat). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat pendapatan pedagang tanaman hias di Kota Bogor serta faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang tanaman hias di Kota Bogor.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan masukan sehingga skripsi ini selesai.

Bogor, Januari 2009

Binaria Aritonang

(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji Tuhan, atas berkat dan penyertaanNya akhirnya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada bagian ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua Orangtuaku yang tercinta dan semua saudara-saudaraku tersayang yang telah memberikan kasih sayang, doa, dukungan moril maupun moral serta semangat selama penulis menyelesaikan studi.

2. Rahmat Yanuar SP, MSi, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan dan solusi sehingga penulis diberikan kemudahan dalam melakukan dan menyelesaikan penelitian serta dalam penulisan skripsi.

3. Muhammad Firdaus, PhD, sebagai dosen evaluator pada kolokium yang telah memberikan masukan dan arahan dalam proposal penelitian.

4. Dr. Ir. Heny K. Daryanto MEc, sebagai dosen penguji utama. Terima kasih atas ilmu, kritik serta masukan berharga bagi kesempurnaan skripsi ini. 5. Ir. Narni Farmayanti, MSc, selaku dosen Komisi Pendidikan. Terima kasih

(20)

untuk diwawancarai oleh penulis.

7. Putri atas kesediaannya sebagai pembahas pada seminar penulis.

8. Simon Audry Halomoan Siagian S.H, M.H atas kasih sayang, kesetian, kesabaran dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

9. Sahabat sejatiku Jean dan Donny, atas bantuan dan dukungannya selama penelitian hingga penulisan skripsi.

10.Teman-teman di ekstensi, Septina, Sandra, Lisma, Indra, Arfan, Imel,

Junita, Nova, Dowe, Siti yang telah memberikan bantuan dan dukungan bagi penulis.

11.Teman-temanku, Lita, Elsa, Betni, K’Krista, yang senantiasa menjadi tempat berbagi suka dan duka.

12.Pihak Sekretariat Ektensi MAB yang telah membantu penulis.

13.Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Akhirnya, terima kasih atas segala bantuan serta dukungannya dan Tuhan Memberkati. Amin.

Bogor, Januari 2009

(21)

Halaman 2.1. Karakteristik dan Penggolongan Tanaman Hias ... 12

2.2. Penelitian Terdahulu ... 18

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 25

3.1.1. Pendapatan Usahatani ... 25

3.1.2. Fungsi Pendapatan ... 28

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 30

3.3. Hipotesis Penelitian ... 34

BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

4.2. Jenis dan Sumber Data ... 36

4.3. Metode Penentuan Responden ... 37

4.4. Metode Analisis Data ... 38

4.1.1. Analisis Pendapatan ... 39

4.1.2. Analisis Regresi ... 41

4.5. Pengujian Asumsi Regresi ... 42

4.6. Definisi Operasional ... 45

(22)

Halaman BAB VI. ANALISIS PENDAPATAN PEDAGANG TANAMAN HIAS

6.1. Aspek Permodalan ... 62 6.2. Analisis Pendapatan Usaha Tanaman Hias ... 63 6.2.1. Penerimaan Usaha ... 64 6.2.2. Biaya Usaha... 66

6.2.2.1 Biaya Tunai ... 66 6.2.2.2 Biaya Diperhitungkan ... 74 6.2.3. Analisis Keuntungan Usaha... 80 BAB VII. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENDAPATAN USAHA TANAMAN HIAS

7.1. Analisis Faktor-faktor ... 82 7.2. Penjelasan Masing-masing Faktor ... 85 BAB VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

8.1. Kesimpulan ... 91 8.2. Saran ... 93 DAFTAR PUSTAKA ... 94

(23)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun 2004-2006 ... 2 2. Volume Ekspor dan Impor Tanaman Hias di Indonesia

Tahun 2003-2006 ... 3 3. Jumlah Produksi Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2003-2007... 4 4. Jumlah Produksi Tanaman Hias di Kota Bogor Tahun 2005-2007 ... 6 5. Jumlah Pedagang Tanaman Hias di Kota Bogor,

Tahun 2002 dan 2006 ... 7 6. Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu ... 22 7. Tabel Penentuan Responden ... 38 8. Tabel Perhitungan Penerimaan, Pengeluaran dan Pendapatan ... 41 9. Umur Pedagang Tanaman Hias di Kota Bogor Tahun 2008 ... 52 10. Tingkat Pendidikan Pedagang Tanaman Hias di Kota Bogor

Tahun 2008 ... 53 11. Pengalaman Pedagang Tanaman Hias di Kota Bogor Tahun 2008 ... 54 12. Jumlah Anggota Keluarga Pedagang Tanaman Hias

di Kota Bogor Tahun 2008 ... 54 13. Luas Lahan Pedagang Tanaman Hias di Kota Bogor Tahun 2008 ... 55 14. Rata-rata Penerimaan Usaha Sampingan Pedagang

Tanaman Hias di Kota Bogor, Periode Agustus 2008 ... 64 15. Rata-rata Penggunaan TKLK Usaha Tanaman Hias di Jalan

Pajajaran, Periode Agustus 2008 ... 72 16. Rata-rata Penggunaan TKLK Usaha Tanaman Hias di Jalan Dadali,

Periode Agustus 2008 ... 72 17. Rata-rata Biaya Tunai Usaha Tanaman Hias di Kota Bogor,

Periode Agustus 2008 ... 73 18. Rata-rata Penggunaan TKDK Usaha Tanaman Hias di Jalan

Pajajaran, Periode Agustus 2008 ... 75 19. Rata-rata Penggunaan TKDK Usaha Tanaman Hias di Jalan Dadali,

Periode Agustus 2008 ... 75 20. Penerimaan, Pengeluaran, Pendapatan serta R/C ratio Usaha

(24)

Halaman 22. Hasil Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat

Pendapatan Usaha Tanaman Hias di Kota Bogor, Periode Agustus

(25)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

(26)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Sentra Produksi Tanaman Hias di Jawa Barat ... 96 2. Jumlah Produksi Tanaman Hias Anthurium di Jawa Barat ... 97 3. Jumlah Produksi Tanaman Hias di Kota Bogor ... 98 4. Penerimaan Penjualan Tanaman Hias Pedagang Tanaman Hias

di Kota Bogor, Periode Agustus 2008... 99 5. Modal Awal, Luas Lahan, Jumlah Jenis Tanaman Hias, Pembelian,

Jam Kerja, Penerimaan, Jumlah TKLK, Jumlah TKDK

Pedagang Tanaman Hias di Kota Bogor, Periode Agustus Tahun

2008 ... 107 6. Penerimaan Total Pedagang Tanaman Hias di Kota Bogor, Periode

Agustus 2008 ... 108 7. Penerimaan, Biaya-biaya Perawatan Tanaman Hias, dan Pendapatan

Pedagang Tanaman Hias di Kota Bogor, Periode Agustus 2008 ... 109 8. Penerimaan, Biaya-biaya, dan Pendapatan Bersih Usaha Sampingan

Pedagang Tanaman Hias di Kota Bogor, Periode Agustus 2008 ... 110 9. Persentase Perbandingan Pendapatan Usaha Tanaman Hias dengan

(27)

1.1 Latar Belakang

Hortikultura berasal dari bahasa Latin, yaitu Hortus dan Colere. Hortus bermakna kebun, sedangkan Colere berarti membudidayakan (to Cultivate). Dengan demikian hortikultura mengandung arti membudidayakan tanaman di

kebun atau di sekitar tempat tinggal. Hortikultura dalam terjemahan bebas dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang budidaya tanaman yang intensif dan produknya digunakan manusia sebagai bahan pangan, bahan-bahan obat (empon-empon), bahan-bahan bumbu (tanaman rempah), bahan-bahan penyegar atau penyedap dan sebagai pelindung serta memberikan kenyamanan pada lingkungan (tanaman hias). Menurut Rahim dan Hastuti (2007), subsektor tanaman hortikultura (horticulture) merupakan cabang ilmu pertanian yang membicarakan masalah budidaya tanaman yang menghasilkan buah, sayuran, tanaman hias serta rempah-rempah dan bahan baku obat tradisional.

(28)

Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Berdasarkan Kelompok Komoditi Tahun 2003 – 2006

Kelompok Komoditi

Nilai PDB (Milyar Rp) Persentase Peningkatan

Hortikultura 53.885 56.845 61.792 68.639 13.80

Sumber: Dirjen Hortikultura, (2003-2006)

Berdasarkan Tabel 1, nilai PDB tanaman hias pada tahun 2006 paling tinggi dari periode tiga tahun sebelumnya, dengan nilai Rp 4.734 miliar pada tahun tersebut atau meningkat dari tahun 2005, 2004, dan 2003 yakni masing-masing Rp 4.662 miliar, Rp 4.609 miliar, dan Rp 4.501 miliar. Rata-rata peningkatan PDB tersebut sekitar 1,67 persen, untuk buah-buahan meningkat 7.23 persen, sayuran 5.83 persen dan komoditi tanaman biofarmaka meningkat sebesar 40,48 persen.

Tanaman hias adalah jenis tanaman tertentu baik yang berasal dari tanaman daun atau tanaman bunga yang dapat ditata untuk memperindah lingkungan sehingga suasana menjadi lebih artistik dan menarik (Sudarmono, 1997). Jadi tanaman dapat dikelompokkan sebagai tanaman hias apabila tanaman itu memiliki keindahan. Secara umum keindahan suatu tanaman terletak pada organ tanaman itu sendiri, terutama pada daun dan bunganya. Sehingga muncul istilah tanaman hias daun dan tanaman hias bunga.

(29)

tanaman. Selanjutnya, tanaman sebagai sumber oksigen yang diperlukan untuk kehidupan. Selain itu penataan tanaman dan jenis pada tanaman yang tepat akan menghantarkan estetikanya. Jadi, tanaman hias itu sendiri mempunyai banyak manfaat bagi kehidupan manusia.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2003-2006, jumlah ekspor tanaman hias (tanaman Anggrek, Krisan, dan tanaman hias lainnya) di Indonesia mengalami fluktuasi. Data tahun 2003 menunjukkan jumlah volume ekspor sebesar 681.928 kg, tahun 2004 sebesar 14.065.154 kg dan sampai dengan tahun 2005 jumlah ekspor menjadi sebesar 18.259.265 kg, atau meningkat rata-rata 59,06 persen per tahun. Pada tahun 2006 jumlah ekspor mengalami penurunan sebesar 3.211.916 kg, atau 17,5 persen dari tahun sebelumnya. Pada periode yang sama jumlah impor juga meningkat, tahun 2003 sebesar 123.999 kg, tahun 2004 sebesar 806.647 kg dan tahun 2005 sebesar 1.009.391 kg, serta tahun 2006 jumlah impor sebesar 1.076.953, atau meningkat rata-rata 37,1 persen per tahun. Namun demikian jumlah ekspor tetap lebih besar dari impor, artinya Indonesia sampai dengan tahun 2006 masih termasuk negara pengekspor tanaman hias. Adapun perkembangan volume ekspor impor tanaman hias dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Volume Ekspor dan Impor Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2003-2006

Tahun Ekspor Impor

(30)

Berdasarkan Tabel 2, volume ekspor tanaman hias dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2005 mengalami peningkatan dan tahun 2006 volumenya menurun, namun nilainya tetap meningkat. Hal ini karena nilai tukar mata uang rupiah meningkat dari Rp 9.640,- per dolar pada tahun 2005, meningkat menjadi Rp 10.545,- per dolar pada tahun 2006. Tanaman hias merupakan komoditi yang unik. Semakin unik jenis tanaman hias tersebut, maka harganya akan cenderung semakin mahal.

Jumlah permintaan akan tanaman hias setiap saat berubah, tergantung dengan trend dan selera konsumen sejalan dengan tingkat pendapatan masyarakat. Perubahan jumlah permintaan juga dipengaruhi oleh adanya perayaan-perayaan hari besar keagamaan seperti Idul Fitri, Natal, Tahun Baru dan Imlek atau hari-hari besar lainnya. Potensi pasar yang cukup bagus, baik itu pasar domestik maupun internasional membuat petani berusaha meningkatkan produksinya. Data jumlah total produksi tanaman hias di Indonesia tahun 2003-2007, dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Produksi Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2003-2007 NO KOMODITAS

Produksi ( Tangkai )

2003 2004 2005 2006 2007

1 Anggrek 6.904.109 8.027.720 7.902.403 10.903.444 10.166.276

2 Anthurium 1.263.770 1.285.061 2.615.999 2.017.534 1.975.682

3 Anyelir 2.391.113 1.566.931 2.216.123 1.781.046 1.981.308

4 Gerbera ( Herbras ) 3.071.903 3.411.126 4.065.057 4.874.098 4.826.233

5 Gladiol 7.114.382 16.686.134 14.512.619 11.195.483 9.625.047

6 Heliconia 681.920 804.580 1.131.568 1.390.117 1.312.181

7 Krisan 27.406.464 27.683.449 47.465.794 63.716.256 77.115.151

8 Mawar 50.766.656 61.540.963 60.719.517 40.394.027 43.788.396

9 Sedap Malam 16.139.563 37.516.879 32.611.284 30.373.679 63.292.795

JUMLAH 115.739.880 158.522.843 173.240.364 166.645.684 214.083.069

10 Dracaena 1) 2.553.020 1.082.596 1.131.621 905.039 1.910.270

11 Melati 2) 15.740.955 29.313.103 22.552.537 24.795.996 29.822.895

12 Palem 3) 668.154 530.325 751.505 986.340 922.639

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2003 - 2007 Ket: 1) Satuan Produksi dalam Batang

2

) Satuan Produksi dalam Kg 3

(31)

Pada Tabel 3, tercatat bahwa jumlah produksi dari setiap jenis tanaman hias cenderung fluktuatif. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan konsumen terhadap jenis-jenis tanaman hias berubah-ubah, artinya bunga yang ramai diminati oleh konsumen bersifat musiman. Jumlah produksi tanaman hias yang cenderung meningkat adalah jenis Krisan. Sedangkan untuk jenis Gerbera (Herbras) cenderung stabil, artinya permintaan konsumen terhadap Gerbera (Herbras) relatif stabil.

(32)

Kota Bogor mempunyai banyak tempat wisata, sehingga Kota Bogor disebut juga sebagai Kota Wisata. Hal ini merupakan peluang bagi pedagang tanaman hias untuk menjual tanaman hias kepada para wisatawan domestik maupun wisatawan internasional. Kota Bogor, selain sebagai Kota Wisata juga merupakan sentra produksi tanaman hias, karena didukung dengan iklim dan topografi yang cocok untuk membudidayakan tanaman hias. Hal ini juga salah satu faktor pendukung dalam usaha penjualan tanaman hias yang dilakukan para pedagang tanaman hias yang memanfaatkan jalan di sepanjang jalur hijau di Kota Bogor. Data jumlah produksi tanaman hias di Kota Bogor tahun 2005 sampai dengan 2007 dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Produksi Tanaman Hias di Kota Bogor Tahun 2005-2007

NO. KOMODITI Jumlah Produksi

2005 2006 2007

Jumlah 364.373 248.458 201.175

10. Sumber: Dinas Agribisnis Kota Bogor, 2005-2007 (data diolah)

Ket: 1) Satuan Produksi dalam Batang 2

) Satuan Produksi dalam Kg 3

) Satuan Produksi dalam Pohon

(33)

1.2 Perumusan Masalah

Para pelaku usaha yang bergerak dalam bidang usaha perdagangan tanaman hias di Kota Bogor semakin meningkat. Hal ini terbukti dengan adanya pedagang tanaman hias di sepanjang jalan yang ada di Jalan Raya Bogor. Jumlah pedagang tanaman hias yang berada di Kota Bogor pada tahun 2002 adalah 188 orang meningkat menjadi 215 orang pada tahun 2006. Data jumlah pedagang tanaman hias di Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Pedagang Tanaman Hias di Kota Bogor, Tahun 2002 dan 2006

No. Lokasi Jumlah (2002) Jumlah (2006)

1. Jalan Dadali 31 34

2. Jalan Pajajaran 107 118

3. Jalan Semeru 20 20

4. Jalan Baru Cifor 27 33

5. Jalan Ahmad Yani 3 10

Total 188 215

Sumber : Dinas Tata Kota dan Pertamanan Kota Bogor, 2002 dan 2006

Pertambahan jumlah pedagang tanaman hias di Kota Bogor, tentu akan mempengaruhi tingkat pendapatan masing-masing pedagang. Selain itu, pedagang tanaman hias juga dihadapkan pada tingginya biaya produksi yaitu biaya pembelian tanaman hias, biaya transportasi akibat kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM), biaya pemeliharaan tanaman hias, dan biaya tenaga kerja yang berdampak pada meningkatnya harga jual. Harga jual yang tinggi menyebabkan daya beli konsumen semakin berkurang.

(34)

hobbinya menjadi lahan bisnis baru. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap pendapatan pedagang tanaman hias di sepanjang jalur hijau di Kota Bogor.

Pesaing-pesaing lain pedagang tanaman hias adalah adanya pedagang-pedagang yang menjajakan dagangannya langsung ke pasar-pasar atau ke rumah-rumah dengan harga yang sama atau bahkan lebih murah. Menurut pedagang tanaman hias di daerah penelitian, hal ini karena pedagang tersebut membeli langsung dari petani atau tanaman tersebut mempunyai kualitas yang kurang baik. Pelaku bisnis lain juga ada yang melakukan promosi dengan mengadakan pameran-pameran di mall.

Masalah-masalah di atas tentu akan mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang tanaman hias di Kota Bogor. Selain itu, keadaan ekonomi Indonesia yang tidak stabil, harga-harga kebutuhan pokok semakin meningkat sedangkan pendapatan (gaji bagi karyawan) tetap. Keadaan tersebut memicu masyarakat untuk mencari pendapatan lain, salah satunya dengan terjun ke dunia bisnis tanaman hias. Hal ini juga mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang tanaman hias di Kota Bogor.

(35)

bahkan bisa mencapai jumlah yang lebih besar dari penjualan tanaman hias itu sendiri.

Dengan kondisi-kondisi tersebut, maka pertanyaan yang pertama muncul adalah seberapa besar tingkat pendapatan pedagang tanaman hias di Kota Bogor, kemudian apakah sebenarnya faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha tanaman hias sehingga jumlah pendapatan pedagang mengalami peningkatan atau penurunan? Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut, penulis merasa perlu melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan usaha atau pedagang tanaman hias di Kota Bogor, sehingga pedagang tanaman hias dapat meningkatkan pendapatannya.

Berdasarkan uraian di atas, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik usaha tanaman hias di Kota Bogor?

2. Bagaimana tingkat pendapatan usaha pedagang tanaman hias di Kota Bogor?

3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha pedagang tanaman hias di Kota Bogor?

1.3 Tujuan

Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan yang ingin dicapai adalah : 1. Menganalisis karakteristik usaha tanaman hias di Kota Bogor.

(36)

3. Menganalisis faktor-faktor apa yang mempengaruhi tingkat pendapatan usaha pedagang tanaman hias di Kota Bogor.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memecahkan masalah-masalah dan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Bagi pedagang, dapat membantu pedagang untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang sehingga dapat meningkatkan kembali pendapatannya.

2. Bagi pembaca, menjadi sumber informasi dan bahan studi literatur serta perbandingan untuk penelitian selanjutnya.

3. Bagi penulis, menambah keterampilan, kemampuan pengetahuan dalam membuat karya ilmiah yang baik dan benar.

1.5. Ruang lingkup Penelitian

(37)
(38)

BAB II

TINJAUAN

PUSTAKA

2.1 Karakteristik dan Penggolongan Tanaman Hias

Tanaman hias adalah jenis tanaman tertentu baik yang berasal dari tanaman daun atau tanaman bunga yang dapat ditata untuk memperindah lingkungan sehingga suasana menjadi lebih artistik dan menarik (Sudarmono,

1997). Tanaman hias dapat memberikan suasana indah mempesona, dan melembutkan pandangan. Memberikan kecemerlangan sepanjang waktu. Memberikan kesejukan dan rasa nyaman serta mampu menurunkan suhu pada saat udara panas sekaligus dapat mencuci udara karena tanaman merupakan sumber O2.

Lakitan (1995) dalam Saepuloh (2005), mendefinisikan bahwa tanaman hias adalah komoditi yang dibudidayakan dalam kehidupan sehari-hari untuk dinikmati keindahannya. Menikmati keindahan tanaman hias dapat dilakukan dengan cara menghadirkan tanaman tersebut secara utuh di lingkungan pemukiman manusia. Salah satu cara misalnya dengan menanam tanaman hias di halaman rumah atau taman-taman umum. Tanaman hias selain ditanam langsung di tanah juga dapat ditanam dalam pot. Panen tanaman hias dapat dilakukan secara fisik dan dapat hanya dengan menikmati keindahannya dengan tidak secara fisik memanen tanaman atau bagian dari tanaman tersebut.

(39)

Keindahan tanaman tersebut dapat dipancarkan dari keseluruhan tajuk tanaman juga bentuk, warna bunga dan kerangka tanaman.

Menurut Sudarmono (1997), tanaman hias dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu :

1. Tanaman hias daun

Tanaman hias daun dipilih karena penampilan aneka ragam daunnya yang berwarna-warni. Mulai dari yang berwarna tunggal merah, hijau, kuning, orange, perak, warna kombinasi, warna strip-strip, warna zebra, warna bintik-bintik, totol-totol merah-ungu, dan warna mengkilap. Daya tarik lainnya adalah penampilan bentuk tajuknya, bentuk batangnya, bentuk daunnya, dan teksturnya.

Selain daya tarik karena keindahannya, tanaman hias daun disukai orang karena persyaratan tumbuhnya ringan, perawatannya mudah, dan tahan lama dibandingkan dengan tanaman hias bunga. Di dalam ruangan, tanaman hias daun misalnya, Suplir keriting dapat bertahan sampai 10 tahun. Contoh lain tanaman hias daun adalah: Palem kol, Perilepta dyerianus, Palem merah, Palem kuning, Palem botol, Asoka, Aglaonema, Lantana camara, dan Sikas. 2. Tanaman hias bunga

(40)

musim hujan bunga akan mampu bertahan dalam tiga hari saja. Contoh tanaman hias bunga adalah: Mawar, Melati, Krisan, Euphorbia, Bougenville, Anggrek, dan Adenium.

Menurut Ratnasari (2007), berdasarkan struktur dan bentuknya tanaman hias dapat digolongkan menjadi tanaman pohon, liana dan herba, perdu, semak, dan sukulen. Struktur tanaman ini akan mempengaruhi fungsi tanaman pada saat digunakan. Berikut penggolongan tanaman hias:

1. Tanaman Pohon

Tanaman pohon adalah jenis tanaman berkayu yang biasanya mempunyai batang tunggal dan dicirikan dengan pertumbuhan yang sangat tinggi. Tanaman berkayu adalah tanaman yang membentuk batang sekunder dan jaringan xylem yang banyak. Biasanya, tanaman pohon digunakan sebagai pelindung dan centre point. Selain itu, ada juga tanaman pohon yang bisa digunakan sebagai tanaman hias pot, tetapi jenisnya sangat terbatas. Flamboyan dan Dadap merah termasuk jenis tanaman pohon.

2. Tanaman Liana dan Herba

(41)

3. Tanaman Perdu

Tanaman golongan perdu merupakan tanaman berkayu yang pendek dengan batang yang cukup kaku dan kuat untuk menopang bagian-bagian tanaman. Golongan perdu biasanya dibagi menjadi tiga, yaitu perdu rendah, perdu sedang, dan perdu tinggi. Termasuk jenis tanaman ini adalah bunga Sikat botol, Krossandra, dan Euphorbia.

4. Tanaman Semak

Tanaman golongan semak dicirikan dengan batang yang berukuran sama dan sederajat. Termasuk dalam jenis ini adalah Bambu hias.

5. Tanaman Sukulen

Tanaman sukulen adalah jenis tanaman “lunak” yang tidak berkayu dengan batang dan daun yang mampu menyimpan cadangan air dan tahan terhadap kondisi yang kering. Termasuk dalam jenis ini adalah Kaktus.

Menurut Ratnasari (2007), tanaman hias memiliki habitat yang berbeda satu sama lain. Secara umum, habitat tanaman hias dicirikan dengan perbedaannya akan lingkungan hidup yang mencakup ketinggian tempat dari permukaan air laut, kebutuhan air, dan kebutuhan cahaya.

Ketinggian Tempat

Biasanya, faktor ketinggian tempat lebih dikenal dengan faktor suhu. Sebagai negara yang berada di daerah khatulistiwa, keragaman iklim di masing-masing daerah relatif sedikit. Perbedaan suhu di sini lebih banyak dipengaruhi oleh ketinggian tempat, yaitu dataran tinggi dan dataran rendah.

(42)

dataran rendah relatif panas sehingga tidak banyak tanaman hias yang berasal dari daerah subtropis bisa dibudidayakan dengan baik.

Berdasarkan ketinggian tempat, tanaman hias dikelompokkan menjadi tiga, yaitu tanaman hias dataran tinggi, dataran rendah, dan dataran sedang. Sebagai acuan, suatu daerah dikatakan sebagai dataran tinggi jika berada pada ketinggian 700 m di atas permukaan laut (dpl). Dataran rendah berada pada ketinggian < 200 m dpl. Daerah yang berada pada kisaran ketinggian 200-700 m dpl merupakan dataran sedang.

Kebutuhan Air

Air merupakan salah satu kebutuhan utama tanaman. Tanpa air, tanaman tidak akan dapat mengolah bahan makanannya sehingga akan layu, kemudian mati. Tanaman yang mengalami kelayuan harus segera diberi air agar dapat segar kembali. Jika tidak, kondisi tersebut dapat menyebabkan kelayuan permanen yang akhirnya akan membuat tanaman mati. Kebutuhan air untuk setiap tanaman sangat beragam, tergantung pada jenis tanaman, fase pertumbuhan, ukuran tanaman, ukuran pot (jika tanaman ditanam dalam pot), kondisi media tanam, kondisi akar, pencahayaan, serta suhu dan kelembapan lingkungan.

Jenis tanaman sukulen atau kaktus-kaktusan membutuhkan air yang sedikit untuk dapat tumbuh dengan baik, sedangkan jenis tanaman air justru membutuhkan keadaan jenuh air untuk dapat tumbuh dengan baik. Pada umumnya, kebutuhan air pada tanaman hias bunga berada di antara kedua jenis tanaman tersebut.

(43)

air lebih banyak daripada tanaman yang masih muda dan kecil. Faktor lingkungan juga mempengaruhi kebutuhan tanaman tanaman akan air, diantaranya tempat tumbuh tanaman. Kebutuhan air pada tanaman yang tumbuh di dalam pot jauh lebih tinggi dibandingkan tanaman yang ditanam langsung di tanah. Peletakan tanaman juga mempengaruhi kebutuhan air. Tanaman yang diletakkan di dalam ruangan ber-AC membutuhkan air lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang diletakkan di ruangan tanpa AC.

Kebutuhan Cahaya

Berdasarkan kebutuhan cahaya, tanaman dapat dikelompokkan menjadi jenis tanaman yang toleran terhadap sinar matahari langsung atau tanaman yang membutuhkan naungan. Namun, adapula tanaman yang dapat tumbuh baik di tempat yang terkena cahaya langsung maupun ternaungi.

Tanaman yang toleran terhadap sinar matahari sebaiknya ditempatkan di tempat-tempat yang terkena sinar matahari secara penuh sehingga dapat tumbuh secara optimal. Sementara tanaman yang toleran terhadap naungan sebaiknya diletakkan di tempat yang teduh atau tidak terkena sinar matahari, contohnya di bawah pohon, diberi naungan paranet, atau bisa juga di teras rumah. Jika tidak terdapat naungan, tanaman jenis ini juga bisa diletakkan di tempat-tempat yang hanya terkena sinar matahari pagi atau sore saja.

(44)

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa pendapatan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut diduga mempunyai pengaruh terhadap pendapatan pedagang tanaman dengan menggunakan uji-uji tertentu. Faktor atau Variabel yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan pedagang tanaman hias bisa dijadikan acuan untuk mengembangkan pertanian melalui peningkatan pendapatan yang diperoleh pedagang tanaman hias. Faktor-faktor yang berpengaruh berbeda-beda tergantung jenis dan lokasi usaha tanaman hiasnya.

(45)

yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Regresi (regression analysis), karena lebih mengarah pada aspek faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang tanaman hias.

Penelitian Anggrayni (2006), tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan usaha tanaman hias di Kecamatan Sawangan, Depok memasukkan beberapa faktor yang diduga mempengaruhi terhadap tingkat pendapatan usaha tanaman hias di daerah penelitian. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor yang berpengaruh positif terhadap pendapatan dan faktor yang berpengaruh negatif terhadap pendapatan. Faktor yang berpengaruh positif terhadap pendapatan adalah: harga jual tanaman hias Euphorbia, harga jual tanaman hias Walisongo, pupuk kandang, pupuk kompos dan pupuk Urea. Variabel yang bertanda negatif adalah tenaga kerja, harga beli tanaman hias Euphorbia, harga beli tanaman hias Walisongo, dan harga beli tanaman hias Kamboja Jepang. Dari hasil analisis pendapatan, rata-rata tingkat pendapatan pedagang tanaman hias adalah sebesar Rp 5.065.454,- per bulan dan pendapatan di luar usaha sebesar Rp 2.950.000,- artinya pedagang tanaman hias mempunyai pendapatan yang cukup besar. Perbedaan dengan penelitian Anggrayni (2006) adalah: variabel yang digunakan dalam penelitian Anggrayni (2006), beberapa variabel diantaranya berbeda dengan variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Selain itu, lokasi daerah penelitian juga berbeda dengan penelitian.

(46)

terlihat dari Nilai R/C atas biaya tunai sebesar 5,62, dan nilai R/C atas biaya total sebesar 2,17. Berdasarkan analisis fungsi produksi, setelah melakukan pendugaan dan pengujian serta pemeriksaan asumsi OLS dengan melihat masalah multikolinear, MSE dan autokorelasi maka model fungsi produksi yang dipilih adalah model fungsi produksi Douglas. Hasil analisis fungsi produksi Cobb-Douglas menunjukkan bahwa nilai VIF lebih kecil dari 1, MSE terkecil, yaitu sebesar 0,0297, dan nilai DW sebesar 2,28. Hal ini berarti tidak ada masalah multikolinear, MSE maupun masalah autokorelasi. Perbedaan dengan penelitian Sumiyati (2006), selain komoditi yang berbeda, lokasi penelitian juga berbeda.

(47)

persen, dan faktor produksi luas lahan(X1) berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95 persen. Sedangkan faktor produksi tenaga kerja (X5) tidak berpengaruh nyata. Perbedaan dengan penelitian Nadhwatunnaja (2008) adalah: jenis komoditi yang akan diteliti. Nadhwatunnaja (2008), meneliti tentang paprika hidroponik sedangkan komoditi yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah tanaman hias.

(48)

masing-masing faktor produksi. Perbedaan dengan penelitian Nugroho (2008), selain perbedaan komoditi juga lokasi penelitian yang berbeda. Untuk lebih jelasnya ringkasan hasil penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu No Peneliti/ dilakukan oleh pedagang tanaman hias di Jalan Pajajaran masih mengalami keuntungan walaupun relatif kecil. Secara ekonomis keuntungan ini dapat diidentifikasi dari nilai imbangan penerimaan atas biaya (R/C) tunai sebesar 1.34 dan R/C atas biaya total sebesar 1.23

2. Dari hasil analisis elastisitas transmisi diperoleh bahwa, perubahan harga sebesar 1 persen di tingkat pedagang pengecer mengakibatkan perubahan harga di tingkat petani sebesar kurang dari 1 persen. Nilai elastisitas transmisi untuk masing-masing tanaman yang diteliti adalah 0.94 rata tingkat pendapatan pedagang tanaman hias adalah sebesar Rp 5.065.454,- per bulan dan pendapatan di luar usaha sebesar Rp 2.950.000,- artinya pedagang tanaman hias mempunyai pendapatan yang cukup besar.

2. Dari hasil analisis faktor bahwa, model yang terbaik untuk menunjukkan bahwa sudah tidak adanya multikolonieritas, koefisien determinan (R2) sebesar 84.3 persen sedangkan nilai F-hitung sebesar 19.13. Faktor yang berpengaruh positif terhadap pendapatan adalah: harga jual tanaman hias Euphorbia, harga jual tanaman hias walisongo, pupuk kandang, pupuk kompos dan pupuk Urea. Variabel yang bertanda negatif adalah tenaga kerja, harga beli tanaman hias Euphorbia, harga beli tanaman hias walisongo, dan harga beli tanaman hias kamboja jepang. 1.Berdasarkan analisis pendapatan,

(49)

No Peneliti/ biaya tunai sebesar 5,62, dan nilai R/C atas biaya total sebesar 2,17.

2. Berdasarkan analisis fungsi produksi, setelah melakukan pendugaan dan pengujian serta pemeriksaan asumsi OLS dengan melihat masalah multikolinear, MSE dan autokorelasi maka model fungsi produksi yang dipilih adalah model fungsi produksi Cobb-Douglas. Hasil analisis fungsi produksi Cobb-Douglas menunjukkan bahwa nilai VIF lebih kecil dari 1, MSE terkecil, yaitu sebesar 0,0297, dan nilai DW sebesar 2,28. Hal ini berarti tidak ada masalah multikolinear, MSE maupun masalah autokorelasi.

1. Dari hasil analisis ratio keuntungan, nilai R/C atas biaya tunai petani anggota Koptan Mitra Sukamaju adalah sebesar 1.74 dan nilai R/C atas

2. Berdasarkan analisis fungsi produksi, faktor produksi luas lahan (X1), nutrisi (X3), pestisida (X4), dan tenaga kerja (X5) secara bersama-sama berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 99 persen terhadap produksi paprika hidroponik. Dengan melakukan uji-t, hasil uji ini menunjukkan faktor produksi nutrisi (X3) dan pestisida (X4) berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 99 persen, dan faktor produksi luas lahan(X1) berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95 persen. Sedangkan faktor produksi tenaga kerja (X5) tidak berpengaruh nyata. 1.Berdasarkan hasil analisis pendapatan

usahatani, pendapatan yang diterima oleh petani bersertifikat SNI lebih besar dibandingkan dengan yang diterima oleh petani non sertifikat. Hal tersebut tergambarkan oleh nilai R/C, R/C yang diperoleh petani bersertifikat lebih tinggi dibandingkan petani non sertifikat.

(50)

No Peneliti/

Tahun Topik

Metode/

Variabel Hasil Penelitian

Petani Bersertifikasi SNI di Desa Beji, Kecamatan Kedung Banteng, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah

(51)

BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Pendapatan Usahatani

Menurut Soekartawi (1986), ilmu usahatani pada dasarnya memperhatikan cara-cara petani memperoleh dan memadukan sumberdaya (lahan, kerja, modal, waktu, dan pengelolaan) yang terbatas untuk mencapai tujuannya. Ilmu usahatani juga diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input) (Soekartawi, 2002).

Tingkat keuntungan dapat diukur dengan pendapatan usahatani yang umumnya digunakan untuk mengevaluasi kegiatan suatu usahatani dengan tujuan untuk membantu perbaikan pengelolaan usahatani. Analisis pendapatan usahatani bertujuan untuk menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha dan dapat menggabarkan keadaan yang akan datang.

(52)

usahatani. Biaya usahatani dapat dibedakan menjadi biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan.

1. Biaya tunai

Biaya tunai usahatani didefinisikan sebagai jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani.

2. Biaya yang diperhitungkan

Biaya yang diperhitungkan merupakan pengeluaran secara tidak tunai yang dikeluarkan oleh petani, biaya ini dapat berupa faktor produksi yang digunakan petani tanpa mengeluarkan uang tunai seperti sewa lahan yang diperhitungkan atas lahan milik sendiri, penggunaan tenaga kerja dalam keluarga, dan penyusutan peralatan.

Berdasarkan sifatnya biaya produksi usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: (a) Biaya tetap (fixed cost); dan (b) Biaya tidak tetap (variabel cost).

(a) Biaya tetap

Biaya tetap ini umumnya didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh sedikit atau banyak. Jadi besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Contoh biaya tetap: sewa tanah, pajak dan alat-alat pertanian.

(b)Biaya variabel

(53)

ingin menambah jumlah produksi, maka jumlah sarana produksi juga harus ditambah.

Menurut Tjakrawiralaksana (1983), biaya adalah semua pengeluaran, dinyatakan dengan uang, yang diperlukan untuk menghasilkan sesuatu produk dalam satu periode produksi. Biaya disebut pula “ongkos-ongkos” yang merupakan nilai dari seluruh pengorbanan (unsur produksi) yang disebut pula “input”. Termasuk biaya-biaya tersebut adalah: sarana produksi yang habis terpakai, lahan, biaya alat-alat produksi tahan lama, tenaga kerja, dan biaya lain-lain.

Soekartawi, et al (1986), menyatakan bahwa penerimaan usahatani adalah nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu yaitu jumlah komoditi dikalikan dengan harga satuan komoditi. Sedangkan pengeluaran usahatani adalah nilai semua input yang habis dipakai dalam proses produksi.

Berkaitan dengan ukuran pendapatan dan keuntungan, Soekartawi, et al (1986) mengemukakan beberapa definisi yaitu :

a. Penerimaan tunai usahatani (farm receipt): nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani.

b. Pengeluaran tunai usahatani (farm payment): jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani.

c. Pendapatan tunai usahatani (farm net cash flow): selisih antara penerimaan tunai usahatani dan pengeluaran tunai usahatani.

(54)

e. Pengeluaran total usahatani (total farm expenses): nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan dalam produksi termasuk biaya-biaya yang diperhitungkan.

f. Pendapatan bersih usahatani (net farm income): selisih antara penerimaan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani.

Secara harafiah pendapatan usahatani dapat didefinisikan sebagai sisa dari pengurangan nilai penerimaan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan. Pendapatan yang diharapkan tentu saja memiliki nilai positif dan semakin besar nilainya semakin baik.

Menurut Tjakrawiralaksana (1983), pendapatan usahatani adalah jumlah yang tersisa setelah biaya, yaitu semua nilai input untuk produksi, baik yang benar-benar dibayar maupun yang hanya diperhitungkan, telah dikurangkan dari penerimaan. Pendapatan pengelola itu sendiri terdiri dari 2 unsur, yaitu:

1. Imbalan jasa manajemen, ”upah” atau honorarium petani sebagai pengelola.

2. Sisanya atau laba, yaitu net profit, merupakan imbalan bagi resiko usaha. Inilah yang sebenarnya merupakan keuntungan atau laba, dalam pengertian ekonomi perusahaan.

3.1.2 Laba/Pendapatan Maksimum

(55)

tergantung dari jumlah barang yang diproduksi. Perbedaan antara penerimaan total dengan biaya inilah yang disebut laba. Lebih jelas lagi, laba yang diterima adalah: (Q) = P (Q). Q – C (Q) = R (Q) – C (Q). (3.1) Kondisi syarat pertama untuk memilih nilai Q yang memberikan laba yang paling maksimum adalah apabila derivative, atau turunan pertama dari equasi terhadap Q sama dengan nol, yaitu:

d dR dC

= ’ (Q) = - = 0 (3.2) dQ dQ dQ

sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi syarat pertama untuk laba maksimum adalah:

dR dC

= (3.3) dQ dQ

Secara sederhana ini berarti bahwa untuk memperoleh laba yang paling maksimum, maka peneriman ekstra, atau marjinal revenue atau (MR) yang diterima dari penjualan 1 unit barang terakhir harus sama dengan biaya ekstra (marginal cost = MC) untuk memperoduksi 1 unit barang terakhir tersebut. Artinya untuk memperoleh laba yang paling maksimum perusahaan akan memilih tingkat output pada saat mana penerimaan marjinal (Marginal Revenue = MR) sama dengan biaya marjinal (Marginal Cost = MC),

MR = dR/dQ = dC/dQ = MC (3.4)

(56)

untuk memproduksi 1 unit barang terakhir lebih besar dari penerimaan yang akan diperoleh seandainya barang tersebut dijual. Hubungan di atas bisa dilihat ilustrasinya pada Gambar 1.

C.R

C (Q) = TC

R (Q) = TR

0 Q (Output)

Gambar 1. Total Revenue, Total Cost, Laba Maksimal (Nicholson, 2001)

Gambar 1, memperlihatkan fungsi-fungsi biaya dan penerimaan (C dan R). Jika kita hanya memproduksi sedikit output, biaya yang mesti dikeluarkan yaitu C (Q), lebih besar dari penerimaan R (Q). Makin banyak barang diproduksi, jarak antara biaya dengan penerimaan makin kecil dan kalau terus ditambah, kita akan memperoleh laba yang positif, sebab R (Q) > C (Q). Laba yang maksimum dicapai ketika garis singgung TR dan MR sejajar.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

(57)

analisis regresi (regression analysis). Analisis fungsi pendapatan adalah analisis yang menjelaskan hubungan antara pendapatan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan. Fungsi pendapatan ini digunakan untuk menduga parameter tidak bebas (Y) dan parameter bebas (X).

Usaha tanaman hias merupakan usaha yang telah lama digeluti pedagang tanaman hias di Kota Bogor. Pedagang tanaman hias ini telah menekuninya sekitar sepuluh tahun bahkan ada yang lebih. Berdasarkan data dari Dinas Tata Kota dan Pertamanan Kota Bogor, jumlah pedagang tanaman hias di Kota Bogor bertambah. Selain masalah tersebut, pedagang tanaman hias juga mempunyai pesaing baru, yaitu: pedagang di perumahan-perumahan dan pedagang yang menjajakan langsung tanaman hias ke rumah penduduk atau ke pasar tradisional.

Sebelum melakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang tanaman hias, terlebih dahulu dilakukan analisis terhadap tingkat pendapatan pedagang tanaman hias di Kota Bogor. Analisis pendapatan ini dilakukan dengan mengurangkan biaya yang dikeluarkan dari penerimaan. Biaya pembelian tanaman hias merupakan biaya yang paling besar diperlukan untuk usaha tanaman hias. Peningkatan harga beli tanaman hias itu sendiri menyebabkan pedagang untuk memikirkan kembali usahanya.

(58)
(59)

Gambar 2. Alur Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian. 2. Produk diluar tanaman hias

(60)

3.3 Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan beberapa hipotesis. Hipotesis penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha tanaman hias adalah :

1. Luas lahan

Luas lahan mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan. Karena semakin luas lahan yang digunakan untuk usaha tanaman hias, maka semakin besar pendapatan yang diperoleh. Asumsi kenaikan luas lahan harus diikuti oleh bertambahnya jumlah tanaman hias yang dijual.

2. Tenaga kerja

Tenaga kerja mempunyai pengaruh negatif terhadap pendapatan. Karena semakin bertambah jumlah tenaga kerja yang dipakai, maka biaya yang digunakan untuk mengupah tenaga kerja akan semakin besar dan ini juga akan berpengaruh terhadap pendapatan usaha tanaman hias.

3. Harga beli tanaman hias

Harga beli tanaman hias mempunyai pengaruh negatif terhadap pendapatan. Karena semakin besar biaya yang dikeluarkan untuk pembelian tanaman hias, maka akan berdampak pada penurunan pendapatan.

4. Harga jual tanaman hias

(61)

5. Biaya pupuk (pupuk kandang, pupuk kompos dan pupuk NPK)

Biaya pupuk merupakan salah satu komponen dari biaya total. Semakin besar biaya pupuk yang digunakan, maka pendapatan yang diperoleh akan semakin menurun. Artinya biaya pupuk berpengaruh negatif terhadap pendapatan.

6. Biaya media tanam (pakis dan sekam)

Biaya pakis dan sekam diduga berpengaruh negatif terhadap pendapatan. Karena semakin besar biaya yang dikeluarkan untuk pakis dan sekam, maka akan berdampak pada penurunan pendapatan.

7. Biaya obat-obatan

Biaya obat-obatan diduga berpengaruh negatif terhadap pendapatan. Karena semakin besar biaya yang dikeluarkan untuk obat-obatan, maka akan berdampak pada penurunan pendapatan.

8. Biaya transportasi

Biaya transportasi diduga berpengaruh negatif terhadap pendapatan. Karena semakin besar biaya yang dikeluarkan untuk transportasi, maka akan berdampak pada penurunan pendapatan.

9. Biaya pot

(62)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), karena banyak pedagang yang menggunakan lokasi sepanjang jalur hijau di Kota Bogor sebagai tempat mereka

untuk menjual tanaman hias. Selain itu, Kota Bogor adalah salah satu sentra produksi tanaman hias di Jawa Barat yang didukung dengan iklim dan topografi yang cocok untuk membudidayakan tanaman hias. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Desember 2008.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua macam: 1. Data Primer

Untuk memperoleh data primer ini dilakukan dengan metode :

a. Metode wawancara, yaitu melakukan wawancara dengan menggunakan pedoman daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terhadap responden (pedagang tanaman hias).

b. Metode observasi, yaitu pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung di lokasi penelitian.

2. Data Sekunder

(63)

pedagang tanaman hias, data-data jumlah produksi tanaman hias, data jumlah ekspor impor tanaman hias dan lain-lain.

4.3 Metode Penentuan Responden

Metode penarikan sampel terhadap pedagang tanaman hias dilakukan dengan metode random sampling (Saoekartawi, 2002), yaitu dengan memilih secara acak pedagang yang ada di sepanjang Jalan Pajajaran dan Jalan Dadali, Kota Bogor. Sampai sekarang teknik ini dipandang sebagai teknik yang paling baik dalam penelitian bahkan mungkin dianggap satu-satunya teknik yang terbaik. Tentu saja persyaratan untuk teknik ini harus dipatuhi yaitu diketahuinya populasi dan sifat homogenitas sifat populasi. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam random sampling adalah semua individu dalam populasi (anggota populasi) diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Karena itu tidak ada alasan bahwa sampel yang terpilih secara random sampling adalah sampel yang kurang baik.

(64)

pedagang yang ada di Jalan Dadali, diambil sebanyak 7 responden. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Tabel Penentuan Jumlah Responden

Lokasi Populasi Sampel

Jalan Pajajaran Jalan Dadali

118 34

23 7

Jumlah 152 30

Pemilihan kedua lokasi ini (Jalan Pajajaran dan Jalan Dadali), karena merupakan lokasi pedagang tanaman hias yang paling banyak dibandingkan tempat-tempat lainnya. Data yang diambil adalah data ”cross section” atau ”causal model”, yaitu menemukan bentuk pola hubungan yang saling mempengaruhi antara variabel yang dicari dan variabel-variabel yang mempengaruhinya, serta menggunakannya untuk meramalkan nilai-nilai dari variabel untuk masa yang akan datang. Setelah mendapatkan (pedagang tanaman hias) kemudian dilakukan wawancara dengan dipandu oleh seperangkat kuisioner.

4.4 Metode Analisis Data

(65)

4.4.1 Analisis Pendapatan

Untuk mengukur keberhasilan usahatani biasanya dilakukan dengan melakukan analisis pendapatan usahatani. Dengan melakukan analisis pendapatan usahatani dapat diketahui gambaran keadaan aktual usahatani sehingga dapat melakukan evaluasi dengan perencanaan kegiatan usahatani pada masa yang akan datang.

Untuk menganalisis pendapatan usahatani diperlukan informasi mengenai keadaan penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan. Penerimaan usahatani adalah nilai produksi yang diperoleh dalam jangka waktu tertentu dan merupakan hasil perkalian antara jumlah komoditi total dengan harga satuan dari komoditi tersebut. Sedangkan biaya atau pengeluaran usahatani adalah nilai penggunaan faktor-faktor produksi dalam melakukan proses produksi usahatani.

Analisis pendapatan berguna untuk mengetahui dan mengatur apakah kegiatan usaha yang dilakukan berhasil atau tidak. Tujuan dilakukan analisis pendapatan ini adalah untuk menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan. Tingkat pendapatan selain dipengaruhi oleh keadaan harga faktor komoditi dan harga hasil komoditi, juga dipengaruhi oleh manajemen pemeliharaaan. Untuk mengetahui tingkat pendapatan usaha tanaman hias di Kota Bogor akan dilakukan dengan menggunakan analisis pendapatan dengan rumus (Soekartawi, 2002):

Pd = TR – TC Keterangan:

Pd = Pendapatan dari usaha tanaman hias (Rp)

(66)

dikalikan dengan harga output tersebut (Rp) TC = Biaya Total (Rp)

Pendapatan usahatani juga dapat dibedakan menjadi pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai merupakan pendapatan yang diperoleh atas biaya-biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh

petani. Sedangkan pendapatan atas biaya total merupakan pendapatan setelah dikurangi biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan.

R/C menunjukkan berapa besarnya penerimaan yang diperoleh sebagai manfaat dari setiap rupiah yang dikeluarkan. Analisa R/C dibedakan atas jenis biaya yang dikeluarkan, yaitu R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya total. R/C atas biaya tunai diperoleh dari rasio penerimaan usahatani dengan pengeluaran tunai usahatani. Sedangkan R/C atas biaya total diperoleh dari rasio penerimaan usahatani dengan pengeluaran total usahatani. Secara matematis R/C dirumuskan sebagai berikut:

R/C = TR TC dimana:

(67)

Tabel 8. Perhitungan Penerimaan, Biaya, dan Pendapatan

No. Indikator Jl. Pajajaran

Jumlah (Rp)

Jl. Dadali Jumlah (Rp) I. ARUS PENERIMAAN

1. Penerimaan penjualan tanaman hias

2. Penerimaan usaha penjualan di luar produk tanaman hias:

TOTAL PENERIMAAN (1) (1)

II. ARUS PENGELUARAN

A. Biaya Tunai:

Biaya tunai usaha penjualan tanaman hias: 1. Biaya pembelian tanaman hias 2. Biaya perawatan tanaman hias 3. Biaya pot

4. Biaya transportasi

5. Biaya tenaga kerja luar keluarga (TKLK) 6. Biaya lain-lain

Jumlah biaya tunai usaha penjualan tanaman hias

Biaya tunai produk diluar tanaman hias: 1. Biaya pembelian pupuk kandang 2. Biaya pembelian pupuk kompos 3. Biaya pembelian pupuk organik 4. Biaya pembelian sekam 5. Biaya pembelian pakis

6. Biaya akomodasi pembuatan taman 7. Biaya akomodasi penyewaan

Jumlah biaya produk diluar tanaman hias

Total biaya tunai (2) (2)

B. Biaya Diperhitungkan:

1. Biaya tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) 2. Biaya penyusutan

3. Biaya bunga modal 4. Biaya sewa

Total biaya diperhitungkan (3) (3)

TOTAL SELURUH PENGELUARAN (2+3) = 4 (2+3) = 4

(68)

Y = b0 X1

Dalam bentuk Ln menghasilkan persamaan regresi linear berganda (multiple linear regression) sebagai berikut:

bi = Koefisien regresi penduga variabel ke-i X1 = Luas Lahan (m2)

e = Gangguan stokhastik atau kesalahan

4.5 Pengujian Asumsi-asumsi Regresi

a. Pengujian Asumsi OLS

(69)

1. Normalitas

Salah satu cara mengecek normalitas adalah dengan plot Probabilitas Normal. Melalui plot ini, masing-masing nilai pengamatan dipasangkan dengan nilai harapan pada distribusi normal. Normalitas terpenuhi apabila titik-titik (data) terkumpul di sekitar garis lurus.

2. Homoskedastisitas

Suatu model memenuhi asumsi homoskedastisitas jika memiliki varians eror yang sama, yaitu nilai-nilai Y bervariasi dalam satuan yang sama baik untuk nilai X yang tinggi maupun nilai X yang rendah, hal ini dapat dilihat dari plot antara sisaan dengan nilai dugaan telah menunjukkan bahwa titik-titik telah menyebar secara acak dan tidak membentuk pola.

3. Multikolinearitas

Multikolinieritas berarti ada hubungan linier yang “sempurna” (pasti) di antara beberapa atau semua variabel independen dari model regresi. Adapun cara pendeteksiannya adalah jika multikolinearitas tinggi, jika nilai R2 tinggi tetapi tidak satu pun atau sangat sedikit koefisien yang ditaksir yang signifikan/penting secara statistik.

4. Autokorelasi

Autokorelasi merupakan kondisi linier antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu dan ruang. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi maka dilakukan pengujian Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut:

1. 1,65 < DW < 2,35 tidak ada autokorelasi

(70)

3. DW < 1,21 atau DW > 2,79 terjadi autokorelasi

Masalah autokorelasi ini pada umumnya terjadi pada data time series, sehingga pada penelitian ini tidak dilakukan. Karena data yang digunakan adalah data cross section.

b. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi adalah besaran yang dipakai untuk menunjukkan sampai sejauh mana keragaman pendapatan (Y) dapat diterangkan oleh model dugaan. Nilai koefisien determinasi berkisar antara nol dan satu, jika nilai koefisien determinasi semakin mendekati satu berarti semakin besar keragaman hasil pendapatan dapat dijelaskan oleh faktor-faktor yang mempengaruhinya.

c. Pengujian Paramater Secara Keseluruhan (Uji-F)

Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas yang digunakan dalam model mempunyai pengaruh secara nyata terhadap variabel yang ingin dijelaskan atau tidak. Dalam hal ini, pengujian hipotesa secara statistik menggunakan uji F, yaitu :

Fhit = JKT/(k-1) JKG/(n-1) Keterangan :

JKT = Jumlah kuadrat tengah regresi JKG = Jumlah kuadrat galah/sisa regresi n = Jumlah pengamatan

k = Jumlah variabel bebas

Sedangkan kaidah pengujiannya adalah sebagai berikut : Fhit>Ftabel (k-1 :n-k)---Tolak H0

(71)

Jika H0 ditolak, maka model dugaan dapat digunakan untuk diramalkan hubungan antara variabel dependen dengan variabel penjelas (explanatory variabel) pada tingkat signifikan atau tingkat kepercayaan tertentu ( persen).

d. Pengujian Parameter Secara Individu (Uji-t)

Pengujian koefisien regresi secara individual dilakukan dengan mengetahui apakah variabel-variabel yang digunakan satu per satu berpengaruh nyata terhadap besarnya variabel-variabel tak bebas. Dalam hal ini, pengujian yang digunakan adalah uji T, yaitu :

Thit = bi-0 Sbi Keterangan :

bi = Nilai koefisien regresi dugaan Sbi = Simpangan baku koefisien dugaan

Adapun kriteria pengujian hipotesis tersebut di atas adalah : Thit > Ttabel ( /2 : n-k)……….. tolak H0

Thit < Ttabel ( /2 : n-k)……… terima H0

Apabila H0 ditolak, artinya adalah variabel yang digunakan berpengaruh secara nyata terhadap variabel tak bebas. Sebaliknya, apabila H0 diterima, maka variabel yang digunakan tidak berpengaruh secara nyata.

4.6 Definisi Operasional

Untuk menghindari ketidaksamaan pandangan dalam pengertian, maka terdapat beberapa hal yang perlu diberi batasan sesuai dengan tujuan yang diinginkan dari penelitian. Batasan-batasan tersebut meliputi :

Gambar

Tabel 2. Volume Ekspor dan Impor Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2003-2006
Tabel 3. Jumlah Produksi Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2003-2007
Tabel 4. Jumlah Produksi Tanaman Hias di Kota Bogor Tahun 2005-2007
Tabel 5. Jumlah Pedagang Tanaman Hias di Kota Bogor, Tahun 2002 dan 2006
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan pengujian secara parsial variabel Jumlah Penduduk (X1) tidak berpengaruh secara nyata terhadap Permintaan Impor Beras Di Jawa Timur (Y).. Variabel Produksi Beras

Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis secara simultan variabel bebas, yaitu Investasi Industri Kecil (X1), Jumlah Tenaga Kerja Industri Kecil (X 2 ) Pertumbuhan

Sedangkan pengujian secara parsial variabel Jumlah Penduduk (X 1 ) tidak berpengaruh secara nyata positif terhadap Permintaan Impor Beras Di Indonesia (Y).. Variabel Produksi Beras

Sedangkan hasil uji secara parsial, hanya variabel bebas bibit dan pupuk K yang berpengaruh nyata terhadap produktivitas kubis; selebihnya variabel bebas pupuk organik, pupuk N,

Dari hasil uji parsial menunjukan bahwa variabel yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani kopi yaitu variabel luas lahan dan upah tenaga kerja, sedangkan harga

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel bebas luas lahan, bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat produksi

Pengujian dilakukan dengan uji t (uji parsial) dan uji F (uji serempak). Hasil penelitian menunjukkan 1) Pertumbuhan ekonomi berpengaruh secara nyata positif terhadap

Berdasarkan hasil pengujian secara parsial uji t, diketahui bahwa variabel iklim kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja kontraktor pada Divisi