• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN DI JAWA TIMUR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN DI JAWA TIMUR."

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

i

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat serta hidayahnya yang telah dilimpahkan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban mahasiswa untuk memenuhi tugas dan syarat akhir akademis di Perguruan Tinggi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Fakultas Ekonomi khususnya Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan. Dalam penulisan skripsi ini penulis mengambil judul “ Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran Di Jawa Timur”.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa didalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangannya. Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang ada. Walaupun demikian berkat bantuan dan bimbingan yang diterima dari Ir. Hamidah Hendrarini, Msi, Selaku Dosen Pembimbing Utama yang dengan penuh kesabaran telah mengarahkan dari awal untuk memberikan bimbingan kepada peneliti, sehingga skripsi ini dapat tersusun dan terselesaikan dengan baik.

Atas terselesaikannya skripsi ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

(2)

ii

3. Bapak Drs. Ec. Marseto D.S, Msi, selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta staf karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah dengan ikhlas memberikan banyak ilmu pengetahuannya selama masa perkuliahan dan pelayanan akademik bagi peneliti.

5. Bapak-bapak dan ibu-ibu staf instansi Badan Pusat Statistik cabang Kota Surabaya (BPS) yang telah memberikan banyak informasi dan data-data yang dibutuhkan untuk mengadakan penelitian dalam penyusunan skripsi ini.

6. Ayahanda, ibunda, beserta Keluarga tercinta yang telah memberikan motivasi, do’a, semangat dan dorongan moral serta spiritualnya yang telah tulus kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

(3)

iii diberikan.

Akhir kata, besar harapan bagi peneliti semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai bahan kajian maupun sebagai salah satu sumber informasi dan bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Surabaya, September 2010

(4)

iv

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

ABSTRAKSI... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.... ... 6

2.1. Penelitian Terdahulu ... 7

2.1.1. Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu ... 9

2.2. Landasan Teori ... 10

2.2.1. Pengertian Tenaga Kerja ... 10

2.2.1.1. Pengertian Pengangguran ... 11

2.2.1.2. Jenis – jenis Pengangguran ... 13

(5)

v

2.2.2.3. Pengertian Kesempatan Kerja ... 24

2.2.2.4. Hubungan Angkatan Kerja Dengan Pengangguran ... 25

2.2.3. Pertumbuhan Ekonomi ... 26

2.2.3.1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi ... 26

2.2.3.2. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi ... 26

2.2.3.3. Definisi Pertumbuhan Ekonomi ada 3 Komponen ... 27

2.2.3.4. Faktor – faktor Penunjang dan Penghambat Pertumbuhan Ekonomi ... 28

2.2.3.5. Teori Pertumbuhan Ekonomi ... 30

2.2.3.6. Ciri – cirri Pertumbuhan Ekonomi ... 34

2.2.3.7. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi Dengan Pengangguran ... 35

2.2.4. Pengertian Upah Minimum Regional (UMR) ... 36

2.2.4.1. Teori Upah ... 37

2.2.4.2. Hubungan Teori Upah Dengan Pengangguran ... 43

2.2.5. Investasi ... 44

(6)

vi

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 54

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 54

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 55

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 56

3.4. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis ... 57

3.4.1. Teknik Analisis Data ... 57

3.4.2. Uji Hipotesis ... 58

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 63

4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 63

4.1.1. Kondisi Geografis Di Jawa Timur ... 63

4..2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 64

4.2.1. Perkembangan Tingkat Pengangguran ... . 64

4.2.2. Perkembangan Angkatan Kerja ... . 66

4.2.3. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi ... . 67

4.2.4. Perkembangan UMR ... . 68

4.2.5. Perkembangan Investasi ... . 68

4.3. Hasil Analisis Asumsi Regresi Klasik (BLUE / Best Linier Unbiased Estimator ... . 69

4.3.1. Analisis Dan Pengujian Hipotesis ... . 75

(7)

vii

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 86 5.1. Kesimpulan ... . 86 5.2. Saran ... . 88 DAFTAR PUSTAKA

(8)

viii

Gambar 1. Komponen Penduduk dan Tenaga Kerja ... 23

Gambar 2. Upah yang Fleksibel dan Tidak Fleksibel ... 39

Gambar 3. Supply dan Demand Dari Tenaga Kerja ... 41

Gambar 4. Dampak Upah Minimum di Sektor Formal dan Informal ... 43

Gambar 5. Hubungan Antara MEC dan Investasi ... 49

Gambar 6. Kerangka Pikir ... 52

Gambar 7. Kurva Distribusi Penerimaan atau Penolakan Hipotesis ... 59

Gambar 8. Kurva Distribusi t ... 60

Gambar 9. Kurva Statistik Durbin – Watson ... 71

Gambar 10. Distribusi Kriteria Penerimaan/Penolakan Hipotesis Secara Simultan atau Keseluruhan ... 76

Gambar 11. Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor Angkatan Kerja Terhadap Tingkat Pengangguran ... 78

Gambar 12. Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Pengangguran ... 79

Gambar 13. Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor Upah Minimum Regional Terhadap Tingkat Pengangguran ... 80

(9)

ix

Tabel 1. Perkembangan Tingkat Pengangguran Tahun 1994 - 2008 ... 65

Tabel 2. Perkembangan Angkatan Kerja Tahun 1994 - 2008 ... 66

Tabel 3. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Tahun 1994 - 2008 ... 67

Tabel 4. Perkembangan UMR Tahun 1994 - 2008 ... 68

Tabel 5. Perkembangan Investasi Tahun 1994 - 2008 ... 69

Tabel 6. Tes Multikolinier... 72

Tabel 7. Tes Heterokedastisitas Dengan Korelasi Rank Spearman ... 73

Tabel 8. Analisis Varian (ANOVA) ... 75

Tabel 9. Hasil Analisis Variabel X Terhadap Variabel Y ... 77

(10)

x Lampiran 2 : Regression

Tabel Variables Entered / Removed Tabel Model Summary

Tabel ANOVA Lampiran 3

Tabel Collinearity Diagnostics : Tabel Coefficients

Lampiran 4 : Tabel Residuals Statistics

Tabel Nonparametric Correlations Lampiran 5 : Tabel Pengujian Nilai F

Lampiran 6 : Tabel Pengujian Nilai t

(11)

xi

Rizaldi Imam Buchori

ABSTRAKSI

Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang mempunyai potensi sumber daya manusia yang sangat ahli dan handal, maka penduduk Indonesia selalu berupaya untuk memanfaatkannya dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu dipilihnya tingkat pengangguran ini terutama sejak krisis moneter yang mengakibatkan bertambahnya jumlah pengangguran karena banyak perusahaan yang bangkrut sehingga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi khususnya di Jawa Timur. Atas dasar pemikiran tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Angkatan Kerja, Pertumbuhan Ekonomi, UMR (Upah Minimum Regional), dan Investasi berpengaruh terhadap Tingkat Pengangguran di Jawa Timur.

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) cabang Kota Surabaya yang diambil selama kurun waktu 15 tahun mulai dari tahun 1994 - 2008. Untuk analisis data menggunakan alat bantu komputer dengan program SPSS (Statistic Program For Social Science) versi 13.0. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dan uji hipotesis yang digunakan adalah Uji F dan Uji t statistik.

Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis diketahui secara simultan diperoleh bahwa Angkatan Kerja, Pertumbuhan Ekonomi, UMR (Upah Minimum Regional), dan Ivestasi secara bersama – sama berpengaruh terhadap Tingkat Pengangguran di Jawa Timur. Dan dari hasil analisis dengan uji t secara parsial bahwa Agkatan Kerja, Pertumbuhan Ekonomi, Investasi tidak berpengaruh terhadap Tingkat Pengangguran di Jawa Timur. Sedangkan UMR (Upah Minimum Regional) berpengaruh terhadap Tingkat Pengangguran di Jawa Timur.

(12)

1 1.1. Latar Belakang

Dalam pembangunan ekonomi negara – negara berkembang, pengangguran semakin bertambah jumlahnya merupakan masalah yang lebih rumit dan lebih serius daripada masalah perubahan dalam distribusi pendapatan yang kurang menguntungkan penduduk yang berpendapatan rendah. Keadaan di negara - negara berkembang dalam beberapa dasawarsa ini menujukkan bahwa pembangunan yang telah tercipta tidak sanggup mengadakan kesempatan kerja yang lebih cepat daripada pertambahan penduduk yang berlaku. Oleh karenanya, masalah pengangguran yang mereka hadapi dari tahun ke tahun semakin lama semakin bertambah serius. Lebih prihatin lagi dibeberapa negara miskin bukan hanya saja jumlah pengangguran menjadi bertambah besar, tetapi juga proporsi mereka dari keseluruhan tenaga kerja semakin bertambah tinggi, (Sukirno, 1985:65)

(13)

pembangunan ekonomi di negara – negara berkembang. (Sukirno, 1985:187)

Krisis ekonomi yang berkepanjangan menyisakan tiga tantangan mendasar bagi perekonomian Jawa Timur diantaranya masalah pertumbuhan ekonomi yang rendah, kemiskinan, dan pengangguran.

Pada tahun 2000, tingkat pengangguran terbuka (perbandingan jumlah pengangguran terbuka terhadap jumlah angkatan kerja) masih mengalami kanaikan. Penurunan tingkat pengangguran terbuka telah mulai sejak tahun 2000 seiring pertumbuhan ekonomi yang mencapai 4,8%, namun jumlah penganggur tahun 2000 masih jauh lebih tinggi dibandingkan sebelum krisis ekonomi tahun 1997. Hal ini sekaligus menunjukkan perekonomian yang belum pulih. Indikator penting lainnya adalah tingkat partisipasi angkatan kerja (perbandingan jumlah angkatan kerja terhadap total usia penduduk angkatan kerja) yang cenderung meningkat. (Basri, 2002:224).

(14)

Menurut teori pengangguran dapat terjadi krisis kerja dengan angkatan kerja atau jumlah permintaan dan penawaran tidak seimbang. Sehingga jumlah pertumbuhan tenaga kerja diatas pertumbuhan angka kesempatan kerja. Pertumbuhan kesempatam kerja yang kecil dikarenkan faktor investasi dan faktor pertumbuhan ekonomi tidak bertambah yang meningkat maka produksi barang dan jasa akan meningkat pula sehingga meningkatkan standart hidup. Laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi biasanya akan memperluas kesempatan kerja dan menurunkan tingkat pengangguran. (Dorn busch dan Fisher, 1992:8).

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses peningkatan produk perkapita yang berlangsung terus – menerus dari tahun ke tahun dalam kurun waktu yang panjang di suatu Negara.

Pertambahan pada jumlah angkatan kerja akan berpengaruh pada tingkat upah nyata maupun pembagian pendapatan masyarakat (Djojohadikusumo, 1993:53). Pemerintah sebagai pengambil kebijakan berniat menaikkan kesejahteraan pekerja melalui penentuan upah minimum. Namun dipihak lain, peraturan tentang upah minimum kurang memperhatikan aspek produktivitas dan pertumbuhan ekonomi

(15)

pengangguran. Tingkat pengangguran tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 42,15%.

Masalah kependudukan merupakan masalah yang sangat serius karena pertambahan jumlah penduduk yang tinggi akan menimbulkan berbagai masalah dan hambatan bagi pembangunan yaitu pertambahan jumlah tenaga kerja, sedangkan kemampuan menciptakan kesempatan kerja baru sangat terbatas, akibatnya dapat menimbulkan masalah – masalah seperti jumlah industry, angkatan kerja, menurunnya pertumbuhan ekonomi dan jumlah pengangguran yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan kenyataan – kenyataan yang telah dijelaskan diatas maka penulis tertarik untuk mengamati masalah pengangguran dan mengaji lebih dalam lagi tentang : “Analisis Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran di Jawa Timur”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah :

(16)

2. Manakah diantara faktor angkatan kerja, pertumbuhan ekonomi, Upah Minimum Regional (UMR), dan Investasi yang berpengaruh paling dominan terhadap tingkat pengangguran di Jawa Timur?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh faktor angkatan kerja, pertumbuhan ekonomi, Upah Minimum Regional (UMR), dan Investasi berpengaruh terhadap tingkat pengangguran di Jawa Timur? 2. Untuk mengetahui faktor apa yang berpengaruh paling dominan

terhadap tingkat pengangguran di Jawa Timur?

1.4. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini, maka hasilnya diharapkan dapat diambil manfaat sebagai berikut:

a. Bagi Universitas

(17)

b. Bagi Pemerintah Provinsi Jawa Timur

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi atau masukan terhadap pemerintah provinsi Jawa Timur serta sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan untuk mengatasi pengangguran di Jawa Timur.

c. Bagi Peneliti

(18)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Beberapa peneliti telah melakukan suatu penelitian mengenai Tingkat pengangguran dan hasil dari penelitian tersebut adalah :

1. Dharendra Wardhana (2006)

Dengan judul penelitian “ Pengangguran Struktural di Indonesia : Keterangan dari Analisis SVAR Dalam Kerangka Analisis Hysterisis” yang menyatakan bahwa perubahan tingkat pengangguran yang kurang dipengaruhi oleh tingkat perubahan PDB yang nampaknya benar – benar terjadi. Komponen pembentuk PDB bukan didominasi oleh sektor riil atau didominasi oleh kegiatan yang kurang memiliki multiplier dan spillover yang tinggi seperti kegiatan konsumsi. Namun dengan

(19)

2. Supriyati, Saptana, Sumedi, dan Tri bastuti Purwantini (2002)

Dengan Judul “Dinamika Ketenagakerjaan, Penyerapan Tenaga Kerja dan Sistem Hubungan Kerja” yang menyatakan bahwa Secara Makro, penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di pedesaan masih cukup tinggi, sementara sumbangan sektor pertanian terhadap PDB semakin menurun. Sehingga mengakibatkan semakin menurunnya produktivitas tenaga kerja sektor pertanian. Data yang sama menunjukkan peningkatan pengangguran terbuka dan tidak kentara di pedesaan relatif besar, walau ada kecenderungan menurun pada tahun 2000. Beberapa langkah strategis yang dilakukan adalah melalui usaha pengembangan usaha tani komoditas komersial yang bersifat padat tenaga kerja, usaha - usaha konsolidasi lahan dan management usaha tani serta pengembangan dan pendalaman agroindustri berbasis bahan baku setempat.

3. Nugraha Setiawan (2005)

(20)

mereka yang berumur muda, dibandingkan dengan penganggur yang pernah bekerja. Keadaan tersebut terlihat sama, baik di pedesaan maupun perkotaan. Sedangkan, jika ditinjau dari aspek tingkat pendidikan, penganggur baru memiliki kualifikasi yang lebih bagus dari para penganggur lama, baik di pedesaan maupun diperkotaan. Berdasarkan perhitungan tingkat pengangguran, ternyata di wilayah pedesaan tingkat penganggurannya lebih rendah, dibandingkan dengan di perkotaan. Kemungkinan besar diakibatkan banyaknya migran pencari kerja dari pedesaan yang mencari kerja di kota. Dilihat dari struktur umur, tingkat pengangguran yang tinggi berada pada mereka yang berumur muda. Sedangkan dari sisi pendidikan, yang memiliki tingkat pengagguran tinggi adalah pada kelompok SLTP dan SLTA. Dari hasil penelitian diatas variabel yang terdapat pada skripsi terdahulu diatas yaitu pengangguran, angkatan kerja, tingkat pendidikan, dan struktur umur.

2.1.1. Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu

(21)

Yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran di Jawa Timur”, dengan variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tingkat Pengangguran (Y), sedangkan variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Angkatan Kerja (X1), Pertumbuhan Ekonomi (X2), UMR (X3), Investasi (X4

2.2. Landasan Teori

).

2.2.1. Pengertian Tenaga Kerja

Pengertian tenaga kerja Menurut UU No. 13 Tahun 2003 adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

Pengertian tenaga kerja (www.nakertrans.go.id

• Setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat.

diakses 24 Juni 2010) antara lain :

(22)

Definisi orang bekerja dengan tidak bekerja sangat longgar sehingga penentuan batas antara orang yang bekerja dengan pengangguran sangat tipis. Perbedaan definisi ini juga berbeda antara negara yang satu dengan lainnya, tergantung dari keadaan negara tersebut, terutama dalam penentuan berapa jam seseorang dapat digolongkan menjadi kelompok yang telah bekerja.

Berdasarkan Undang–undang No. 25 tahun 1997 tentang ketenagakerjaan yang ditetapkan tanggal 1 Oktober 1998 telah ditentukan bahwa batasan minimal usia seorang tenaga kerja di Indonesia adalah 15 tahun atau lebih. Namun Indonesia tidak menganut batasan maksimum usia seorang tenaga kerja, hal ini terjadi karena Indonesia belum mempunyai jaminan sosial nasional yang cukup kuat.

Jadi dari uaraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat dengan batasan minimal usia tenaga kerja adalah 15 tahun atau lebih.

2.2.1.1. Pengertian Pengangguran

(23)

diterima bekerja atau mempunyai pekerjaan tetapi belum bekerja (future starts).

Dalam Anonim (2003 : 27), pengangguran didefinisikan mereka yang mencari pekerjaan yaitu kegiatan seseorang yang tidak bekerja dan pada saat survei orang tersebut sedang mencari pekerjaan, mereka yang mempersiapkan usaha yaitu suatu kegiatan yang dilakukan seseorang dalam rangka mempersiapkan suatu usaha atau pekerjaan yang baru, mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan yang biasa disebut penganggur “putus asa”, mereka yang sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.

Pengertian pengangguran secara teknis (www.nakertrans.go.id

1. Tidak bekerja, baik dalam arti mendapatkan upah atau bekerja mandiri diakses 24 Juni 2010) adalah semua orang dalam referensi waktu tertentu yang

2. Saat ini siap untuk bekerja (available for work)

3. Mencari pekerjaan, dalam arti mempunyai kegiatan aktif dalam mencari kerja tersebut.

Tingkat pengangguran adalah perbandingan jmlah penganggur dengan jumlah angkatan kerja, dinyatakan dalam persen.

Jadi dari beberapa pengertian pengangguran diatas dapat disimpulkan bahwa pengangguran adalah penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru, atau

(24)

penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena tidak mungkin mendapatkan pekerjaan dan penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja.

2.2.1.2. Jenis-Jenis Pengangguran

Untuk mengelompokkan masing-masing pengangguran, menurut Edgar O. Edwards dalam Arsyad, (1999 : 82) perlu diperhatikan beberapa dimensi antara lain waktu, intensitas pekerjaan, dan produktivitas.

Edgar O. Edwards dalam Todaro (2000 : 235) membagi 5 (lima) jenis pokok pengerahan tenaga kerja yang tidak optimal (underutilization of labour) antara lain :

1. Pengangguran terbuka (open unemployment) yakni, mereka yang bener-benar tidak bekerja, baik secara sukarela maupun terpaksa. 2. Pengangguran terselubung (under employment) yakni, para pekerja

yang jumlah jam kerjanya lebih sedikit yang dari sebenarnya mereka inginkan.

3. Mereka yang nampak aktif bekerja tetapi sebenarnya kurang produktif (the visibly active but underutilized) mereka yang tidak digolongkan dalam pengangguran terbuka atau terselubung, namun bekerja dibawah standar produktivitas optimal. Jenisnya sendiri lebih dari satu, yakni :

a. Pengangguran terselubung yang terlindungi (disguised underemployment)

(25)

c. Pensiun terlalu dini (premature retirement)

4. Mereka yang tidak mampu bekerja secara penuh (the impaired) yakni, para pekerja yang ingin bekerja secara penuh tetapi terbentur pada kondisi fisik yang lemah dan tidak memungkinkan (misalnya : penyandang cacat)

5. Mereka yang tidak produktif (the unproductive) yakni, mereka yang sesungguhnya memiliki kemampuan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang prduktif, akan tetapi mereka tidak memiliki sumber daya komplemen yang memadai untuk menghasilkan output.

Pada saat akan membagi jenis-jenis pengangguran yang harus diperhatikan adalah alasan-alasan mengapa pengangguran itu terjadi, kemudian baru kita akan dapat mempertimbangkan penyebab dari pengangguran, beberapa ahli membagi jenis pengangguran dilihat dari segi penyebabnya antara lain :

• Samuelson (1997 : 366) membagi penyebab dari pengangguran dalam 3 (tiga) jenis yaitu :

(26)

yang baru menyelesaikan studi dan mencari pekerjaan. Atau karena adanya perpindahan dari satu kota ke kota yang lain.

2. Pengangguran Struktural, pengangguran ini terjadi karena ketidaksesuaian antara penawaran dan permintaan tenaga kerja. Ketidaksesuaian ini terjadi karena permintaan atas satu jenis pekerjaan bertambah sementara permintaan atas pekerjaan lain menurun dan penawaran tidak dapat melakukan penyesuaian dengan cepat atas situasi tersebut.

3. Pengangguran Siklus, terjadi apabila permintaan tenaga kerja secara keseluruhan rendah. Apabila total pembelanjaan dan output menurun maka pengangguran akan meningkat dengan segera di segala bidang. Pengangguran ini terjadi bila jumlah kesempatan kerja menurun sebagai akibat dan terjadinya ketidakseimbangan antara penawaran agregat dan permintaan agregat.

• Sedangkan jenis-jenis pengangguran dilihat dari penyebabnya menurut Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans) antara lain :

1. Penganggur Musiman, yaitu seorang yang sedang tidak mempunyai pekerjaan karena pola kegiatannya bersifat musiman. 2. Penganggur Peralihan, yaitu mereka yang menganggur karena

(27)

3. Penganggur Sukarela, yaitu seorang yang memilih untuk lebih baik menganggur dari pada menerima pekerjaan dengan upah lebih rendah dari biasanya.

4. Penganggur Terpaksa, yaitu orang yang tidak dapat memperoleh pekerjaan sekalipun mereka bersedia menerima upah lebih rendah dari tingkat yang biasanya berlaku.

5. Pengangguran Bersiklus, yaitu pengangguran yang terjadi karena pengurangan pekerjaan sebagai akibat fluktuasi berkala dalam tingkat kegiatan perekonomian. Pengangguran bersiklus dikaitkan penurunan dalam keseluruhan kegiatan ekonomi dan karenanya dapat dikurangi dengan pemulihan yang berkelanjutan dari resesi. 6. Pengangguran Kunjungtural, yaitu pengangguran yang terjadi

dikarenakan suatu kondisi pasang surutnya produksi atau karena adanya perubahan konjungtur (turunnya permintaan efektif terhadap barang dan jasa dalam masyarakat akan menurunkan produksi sehingga mengakibatkan pengurangan pada jumlah tenaga kerja).

7. Pengangguran Sektoral, pengangguran sektoral ada dalam industri-industri tertentu.

8. Pengangguran Sementara, yaitu keadaan ketika pekerja untuk sementara menganggur atau sedang tidak bekerja.

(28)

tertentu seperti perubahan teknologi atau relokasi industri atau oleh perubahan dalam komposisi angkatan kerja. Pengangguran struktural terjadi ketika ada ketidakseimbangan antara lowongan pekerjaan dan pekerja yang menganggur karena penganggur tersebut tidak mempunyai kemampuan yang tepat atau tidak tinggal di tempat yang tepat untuk mengisi lowongan pekerjaan itu.

10. Pengangguran Teknologi, yaitu pengangguran yang terjadi ketika peran manusia mulai digantikan dengan mesin atau tehnologi.

11. Pengangguran Tersamar, istilah pengangguran tersamar menggambarkan gejala meskipun tidak seorangpun yang menganggur, sejumlah besar tenaga kerja dipekerjakan dalam tugas-tugas yang sebelumnya dapat dilakukan dengan baik oleh sedikit pekerja.

12. Pengangguran Terselubung, yaitu keadaan menganggur suatu angkatan kerja yang tidak dilaporkan karena mereka tidak giat mencari kerja disebabkan oleh alasan tertentu.

13. Pengangguran Tersembunyi, yaitu gejala yang meskipun tidak ada seorang pun yang menganggur, sejumlah besar tenaga kerja melakukan tugas yang seharusnya dapat dilaksanakan dengan baik oleh tenaga kerja yang lebih sedikit jumlahnya.

(29)

orang-orang yang sedang tidak bekerja dan karenanya secara teknis menganggur (www.nakertrans.go.id diakses 24 Juni 2010).

2.2.2. Angkatan Kerja

2.2.2.1. Pengertian Angkatan Kerja

Angkatan kerja adalah bagian penduduk yang mampu dan bersedia melakukan pekerjaan. Kata “mampu” disini menunjukkan kepada tiga hal, yaitu : (Dumairy, 1997 : 75)

a. Mampu fisik, yaitu sudah cukup umur, jasmani, sudah cukup kuat. Dan tidak mempunyai cacat mental.

b. Mampu mental, yaitu mempunyai mental yang sehat dan tidak memiliki kelainan untuk melakukan pekerjaan normal.

c. Mampu yuridis, yaitu tidak kehilangan kebebasan untuk memiliki dan melakukan pekerjaan, kata “bersedia” berarti orang yang bersangkutan dapat secara aktif maupun pasif atas kemauannya sendiri mencari pekerjaan.

(30)

Yang dimaksud dengan angkatan kerja menurut Dumairy (1997 : 74) adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja atau mempunyai pekerjaan namun untuk sementara sedang tidak bekerja, dan sedang mencari pekerjaan.

Penggolongan angkatan kerja berdasarkan pendekatan angkatan kerja dibagi menjadi dua yaitu :

• Golongan yang bekerja.

• Golongan yang menganggur dan mencari pekerjaan.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dari hasil sensus penduduk tahun 1980, angkatan kerja yang digolongkan bekerja adalah :

a. Mereka yang selama seminggu sebelum pemecahan melakukan suatu pekerjaan dengan maksud memperoleh penghasilan dan lamanya bekerja paling sedikit satu hari selama seminggu.

b. Mereka yang selama satu minggu sebelum pemecahan tidak melakukan pekerjaan atau bekerja kurang dari satu jam, tetapi mereka adalah :

a. Pekerja tetap, pegawai pemerintah atau swasta yang tidak masuk kerja kerena cuti, sakit, mogok, mangkir, atau perusahaan menghentikan kegiatannya sementara.

(31)

c. Orang – orang yang bekerja di bidang keahlian seperti dokter, tukang cukur, pialang dan lain sebagainya.

Sedangkan angkatan kerja yang digolongkan menganggur dan mencari pekerjaan adalah :

a. Mereka yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha mencari pekerjaan.

b. Mereka yang pernah bekerja, pada saat pencacahan sedang menganggur dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan.

c. Mereka yang sedang dibebas tugaskan dan sedang berusaha mendapat pekerjaan.

Untuk golongan pengangguran ini dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu:

a. Pengangguran penuh, yaitu orang yang sma sekali tdak bekerja dan berusaha mencari pekerjaan.

b. Setengah pengangguran, yaitu orang yang kurang dimanfaatkan dalam bekerja, dilihat dari segi jam kerja, produktivitas kerja dan pendapatan.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja atau mempunyai pekerjaan, namun untuk sementara sedang tidak mencari pekerjaan

(32)

yang bekerja dan yang menganggur atau yang sedang mencari pekerjaan. Sedangkan potensial labor force yaitu kelompok bukan angkatan kerja yang sewaktu-waktu dapat menawarkan jasanya untuk bekerja, yang dikelompokkan atas golongan yang sedang bersekolah, mengurus rumah tangga dan golongan lain-lain atau penerima pendapatan.

Besarnya penyedia tenaga kerja dalam masyarakat adalah jumlah orang yang menawarkan jasanya untuk proses produksi. Diantara meereka sebagian orang sudah aktif dalam kegiatannya yang menghasilkan barang dan jasa. Mereka dinamakan golongan yang bekerja. Sebagian lain tergolong yang siap bekerja dan sedang berusaha mencari pekerjaan. Mereka dinamakan pencari kerja atau penganggur. Jumlah yang bekerja dan pencari kerja dinamakan angkatan kerja atau labor force.

Tingkat pengangguran adalah perbandingan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja. Dinyatakan dalam persen.

Jadi :

Angkatan Kerja = Yang bekerja + Penganggur

(33)

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dari hasil sensus penduduk tahun 1990, angkatan kerja yang digolongkan bekerja adalah :

1. Mereka yang selama seminggu sebelum pencacahan melakukan suatu pekerjaan dengan maksud memperoleh penghasilan dan lamanya bekerja paling sedikit satu minggu.

2. Mereka yang selama satu minggu sebelum pencacahan tidak melakukan pekerjaan kurang dari satu jam, tetapi mereka adalah pekerja tetap, pegawai pemerintah yang sedang tidak melakukan pekerjaan atau cuti, para petani yang menunggu musim panen, orang yang bekerja sesuai keahlian seperti dokter dan lain-lain.

2.2.2.2. Pengertian Bukan Angkatan Kerja

Menurut Dumairy (1997 :74) yang temasuk bukan angkatan kerja adalah tenaga kerja ataupenduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan, terdiri dari :

1. Sekolah maksudnya adalah pelajar dan mahasiswa.

2. Mengurus rumah tangga maksudnya adalah ibu – ibu yang bukan wanita karier dan kegiatannya hanya mengurus rumah tangga. 3. Menerima Pendapatan bukan merupakan imbalan langsung atas

jasa kerjanya (pensiunan, penderita cacat dan sebagainya)

(34)

yang masing – masing kegiatannya bersekolah, mengurus rumah tangga, serta menerima pendapatan tapi bukan merupakan imbalan langsung atas jasa kerjanya.

Berikut ini untuk lebih jelasnya, disajikan skema dari kerangka komponen penduduk dan tenaga kerja.

Gambar 1 : Komponen Penduduk dan Tenaga Kerja

Sumber : Simanjutak, J. Payaman, 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Penerbit LPFE-UI, Jakarta, Hal 15.

Penduduk

Tenaga Kerja

Angkatan kerja

Tidak Kentara Kentara

Menganggur Bekerja

Setengah Menganggur Bekerja Penuh

Penghasilan Rendah Produktifitas Rendah

Sekolah

Bukan Tenaga Kerja

Bukan Angkatan Kerja

Mengurus Rumah Tangga

(35)

Jadi kesimpulan dari pengertian angkatan kerja adalah bagian tenaga kerja yang sesungguhnya terlihat dalam kegiatan produktifitas untuk menghasilkan barang dan jasa.

2.2.2.3. Pengertian Kesempatan Kerja

Kata “Employment” dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja “To Employ” yang berarti menggunakan suatu proses untuk proses memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan. “Employment” dinyatakan dengan banyaknya jumlah orang yang dimaksudkan yaitu sejumlah orang ada dalam pekerjaan dan mempunyai pekerjaan.

Kesempatan kerja berarti kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan dengan imbalan (upah) yang memadai kemungkinan bekerja erat hubungan dengan lapangan pekerjaan yang tersedia. Pengertian memiliki pekerjaan ada dua unsur yaitu :

1. Lapangan Pekerjaan.

2. Orang – orang yang dipekerjakan atau melakukan pekerjaan.

(36)

lapangan kerja yang memungkinkan untuk mendapatkan suatu aktivitas yang dinamakan bekerja.

Faktor – faktor yang sangat penting dalam kesempatan kerja adalah unsur manusia, maka diperlukan pendekatan terhadap pendekatan terhadap sumber daya manusia.

Pengertian kesempatan kerja disimpulkan bahwa jumlah tenaga kerja yang terpakai untuk perekonomian, dimana dengan tersedianya waktu yang memungkinkan dilaksanakannya aktivitas yang bersifat produktif, untuk lebih memperjelas bila dilihat dalam skema kerangka komponen penduduk dan tenaga kerja.

2.2.2.4. Hubungan Pengangguran dan Angkatan Kerja

Menurut iwan dan suparmoko (1999 : 67) angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan penduduk yang belum bekerja, namun siap untuk bekerja atau sedang mencari pekerjaan pada tigkat upah yang berlaku. Sedangkan penduduk yang bekerja adalah mereka melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa untuk memperoleh penghasilan, baik bekerja penuh maupun tidak bekerja penuh.

Berdasarkan pengertian diatas bahwa dengan adanya tingginya Angkatan kerja maka kesempatan kerja yang ada akan berkurang atau menurun karena tingginya tingkat Angkatan kerja maka tingkat penyedia kerja terbatas dibandingkan dengan Angkatan kerja yang ada sehingga yang terjadi adalah tingkat pengangguran.

(37)

2.2.3. Pertumbuhan Ekonomi

2.2.3.1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang – barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini timbul sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan dan idiologis yang diperlukan.

Pertumbuhan ekonomi juga berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.

(Sukirno, 2004 : 9)

2.2.3.2. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi

Dalam menetukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu Negara dihitung pendapatan nasional riil, yaitu produk nasional bruto riil atau Produk Domestik Bruto riil. Formula yang digunakan untuk menetukan tingkat pertumbuhan ekonomi adalah (cara1)

PN riil 1 – PN riil

(38)

Sedangkan suatu Negara yang tidak melakukan perhitungan pendapatan nasional menurut harga tetap, untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi perhitungan harga dilakukan secara dua tahap : 1. Menghitung pendapatan nasional riil dengan mendeflasikan

pendapatan nasional pada harga masa kini.

2. Menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi. Menghitung pendapatan nasional riil dengan mendeflasikan pendapatan pada harga masa kini dilakukan dengan menggunakan formula sebagai berikut :

100

PN riil = x PN masa kini i………….(Sukirno, 2002 : 56) HI

Dimana :

1

PN riil = Pendapatan nasional tahun I HI 1

PN masa kini i = Pendapatan nasional pada harga masa tahun 1 = Indeks harga atau pendeflasi pendapatan nasional

Untuk tingkat pembukaan ekonomi di Surabaya, penelitian ini menggunakan alat indicator PDRB (Produk Domestik Regional Brutu) yaitu nilai barang dan jasa yang diproduksi di wilayah tertentu (regional) dalam waktu satu tahun.

2.2.3.3. Devinisi Pertumbuhan Ekonomi ada 3 Komponen.

(39)

2. Teknologi maju merupakan faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam menyediakan aneka macam barang – barang kepada penduduknya. 3. Bidang kelembagaan dan idiologi sehingga menjadi inovasi yang

menghasilkan ilmu pengetahuan umat manusia dan dapat dimanfaatkan secara tepat.

2.2.3.4. Faktor – Faktor Penunjang dan Penghambat Pertumbuhan

Ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi yang lebih tepat diukur dengan menggunakan pertumbuhan pandapatan perkapita menurut adanya kenaikan Produk Domestik Bruto atau Pendapatan Nasiaonal (PDB). Pendapatan Domestik Bruto sangat ditentukan oleh penggunaan faktor – faktor produksi yaitu :

a. Kapital.

(40)

b. Sumber daya alam

Sering dikatakan bahwa suatu negara yang tidak memiliki sumber daya alam akan lambat dalam mencapai kemajuan ekonomi yang lebih tinggi, tetapi pada kenyataannya tidak demikian karena yang terpenting adalah kemampuan penduduknya yang tinggi untuk melakukan pembangunan. Seperti halnya kapital, sumber daya alam bukan merupakan faktor penentu dalam pertumbuhan ekonomi akan tetapi lebih merupakan hasil dan bukan sebab bagi keberhasilan pertumbuhan ekonomi suatu daerah.

c. Teknologi

Pertumbuhan ekonomi dapat ditingkatkan dengan perbaikan teknologi. Teknologi adalah cara untuk mengolah atau menghasilkan suatu jenis barang atau jasa tertentu. Teknologi mempunyai hubungan dengan inovasi yaitu penemuan baru, penemuan komoditi baru, menemukan cara produksi baru, dan sebagainya.

d. Faktor Sosial

(41)

banyak digunakan alat kapital, tenaga kerja dan sebagainya maka semakin tinggi pula tinggkat pendapatan suatu negara.

e. Faktor tenaga kerja

Faktor tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang penting dalam kaitanya dengan peningkatan PDB suatu negara. Dari sisi jumlahnya, semakin banyak tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi, maka semakin tinggi pula kegiatan produksi tersebut. Namun hal ini tidak berlaku sepenuhnya, karena adanya hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang, sehingga setelah tinggat penggunaan tenaga kerja tertentu, jumlah produk total yang dapat dihasilkan oleh tenaga kerja tersebut akan berkurang. Dengan kata lain setelah jumlah tertentu dari tenaga kerja tersebut maka produk marginal tenaga kerja tambahan menjadi negatif. Pada saat itu akan terjadi pengangguran tenaga kerja sehingga dengan demikian faktor tenaga kerja tidak cukup dilihat dari segi jumlahnya saja, tetapi juga harus diperhatikan kualitas dari tenaga kerja tersebut.

2.2.3.5. Teori Pertumbuhan Ekonomi

(42)

a. Teori Pertumbuhan Neo-Klasik menurut Sukirno (1997 : 259)

Mengenai rasio modal produksi dapat dengan mudah mengalami perubahan. Dengan perkataan lain untuk menciptakan sejumlah tertentu produksi, dapat digunakan berbagai jumlah modal yang berbeda dengan bantuan tenaga kerja yang jumlahnya berbeda-beda pula dan sesuai dengan yang diperlukan.

b. Teori Pertumbuhan Ekonomi Harrod-Domar, menurut Sukirno (1993 : 287)

Teori Harrod-Domar tetap mempertahankan pendapat dari ahli ekonomi terdahulu yang menekankan tentang peranan pembentukan modal dalam menciptakan Pertumbuhan Ekonomi. Tetapi berbeda dengan pendapat kaum klasik dan Keynes yang memberikan perhatian pada aspek dari pembentukan modal saja.

c. Teori pertumbuhan ekonomi klasik

Menurut pandangan para ahli ekonomi klasik ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu : jumlah penduduk, jumlah stok barang – barang modal, luas tanah dan kekayaan alam. Walaupun pertumbuhan ekonomi tergantung pada banyak faktor, namun para ahli ekonomi klasik lebih banyak menumpahkan perhatianya kepada pertumbuhan penduduk kepada pertumbuhan ekonomi.

(43)

berlangsung. Pada awalnya, apabila penduduk sedikit dan kekayaan alam relatif berlimpah, tingkat pengambilan modal dari investasi yang dibuat adalah tinggi. Maka para pengusaha akan memperoleh keuntungan yang besar. Ini akan menimbulkan investasi baru dan pertumbuhan ekonomi terwujud. Keadaan seperti itu tidak akan terus menerus berlangsung. Apabila penduduk sudah terlalu banyak, pertambahannya akan menurunkan tingkat kegiatan ekonomi karena produktivitass marginal penduduk telah negatif. Maka kemakmuran masyarakat nenurun kembali. Apabila keadaan ini tercapai, ekonomi dikatakan telah mencpai keadaan tidak berkembang. Pada keadaan ini pendapatan pekerja hanya mencapai tingkat cukup hidup. Menurut ahli ekonomi klasik bahwa setiap masyarakat tidak akan mampu menghalangi terjadinya keadaan tidak berkembang tersebut. Maka hanya mampu mengundurkan terjadinya keadaan tersebut.

(44)

nasional dan pendapatan perkapita menjadi semakin lambat pertumbuhannya. Penduduk yang terus bertambah akan menyebabkan pada suatu jumlah penduduk yang tertentu produksi marginal telah sama dengan pendapatan perkapita. Pada keadaan ini pendapatan perkapita mancapai nilai yang maksimal. Jumlah penduduk pada saat itu dinamakan penduduk optimal.

d. Teori pertumbuhan Schumpeter

Teori ini menekankan tantang pentingnya peranan pengusaha dalam mekanciptakan pertumbuhan ekonomi. Dalam teori ini ditunjukan bahwa peran pengusaha merupakan golongan yang akan terus menerus membuat pembaharuan atau inovasi dalam kegiatan ekonomi. Inovasi tersebut meliputi : memperkenalkan barang – barang baru, memperluas pasar suatu barang kepasaran pasar yang baru, mengembangkan sumber hahan mentah yang baru dan mengadakan perubahan – prubahan dalam organisasi perusahaan dengan tujuan mempertinggi efesiensi.

(45)

tinggi. Kenaikan tersebut akan mendorong perusahaan – perusahaan lain untuk menghasilkan lebih banyak barang dan melakukan penanaman modal baru. Menurut schumpeter, investasi dibedakan menjadi 2 golongan yaitu menanaman modal autonomi dan penanaman modal terpengaruh.

Menurut schumpeter semakin tinggi tingkat kemajuan suatu perekonomian maka semakin terbatas kemungkinan untuk mengadakan inovasi. Maka pertumbuhan ekonomi akan menjadi bertambah lambat jalannya. Yang pada akhirnya nanti akan tercapai tingkat “keadaan tidak berkembang atau stationary state”. (Sukirno. 2004 : 434)

2.2.3.6. Ciri-Ciri Pertumbuhan Ekonomi

Proses Pertumbuhan Ekonomi dipengaruhi oleh dua macam faktor yaitu faktor ekonomi dan non ekonomi. Yang termasuk dalam faktor ekonomi adalah : sumberdaya manusia, modal usaha, teknologi, dan sebagainya. Ekonomi tidak bisa lepas dari faktor non ekonomi seperti lembaga sosial, kondisi politik dan nilai-nilai modal dalam suatu bangsa, faktor-faktor ekonomi ini menunjang Pertumbuhan Ekonomi.

Menurut (Kuznet dalam Todaro, 1983 : 149), tiga komponen Pertumbuhan Ekonomi yaitu :

(46)

2. Kemajuan teknologi memberikan dasar atau pra kondisi untuk Pertumbuhan Ekonomi selanjutnya memang sesuatu yang diperlukan. Tapi kondisinya belum cukup untuk merealisasikan pertumbuhan yang potensial yang terdapat dalam teknologi baru.

2.2.3.7. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi Dengan Pengangguran

(47)

tingkat pengangguran, semakin rendah tingkat pertumbuhan ekonomi.

2.2.4. Pengertian Upah Minimum Regional (UMR)

Pengertian upah menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan (www.nakertrans.go.id

Upah Minimum Regional adalah suatu standart pengupahan buruh/pekerja dalam setiap daerah dalam kurun waktu tertentu. Pada tiap-tiap daerah besarnya upah minimum regional (UMR) berbeda-beda yang didasarkan pada tingkat kesejahteraan ekonomi rakyat.

diakses 24 Juni 2010).

Sistem pengupahan di Indonesia pada umumnya didasarkan kepada tiga fungsi upah, yaitu :

1. Menjamin kehidupan yang layak bagi pekerja dan keluarganya 2. Mencerminkan imbalan atas hasil kerja seseorang

(48)

Jadi upah minimum regional merupakan standart pengupahan pekerja atau buruh yang diterima dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja yang besarnya pada tiap-tiap daerah berbeda-beda untuk mendorong produktivitas kerja.

2.2.5.1. Teori Upah

Teori-teori upah dapat dijelaskan dengan menggunakan ajaran Karl Marx yang menjelaskan tiga hal, yaitu :

a. Teori Nilai

Bahwa hanya yang merupakan sumber nilai ekonomi. Jadi nilai suatu barang adalah nilai dari jasa buruh atau dari jumlah waktu kerja yang dipergunakan untuk memproduksi barang tersebut.

b. Pertentangan Kelas

Bahwa kapitalis selalu berusaha menciptakan barang-barang modal untuk mengurangi penggunaan buruh. Dengan demikian akan timbul pengangguran besar-besaran. Dengan adanya pengangguran sangat besar ini maka pengusaha dapat menekan upah. Konsekuensi dari sistem ini maka tidak ada jalan lain bagi buruh kecuali untuk bersatu merebut capital dari pengusaha menjadi milik bersama.

c. Konsekwensi antara teori nilai dan pertentangan kelas

(49)

produksi. Tiap orang harus bekerja menurut kemampuannya, dan tiap orang memperoleh menurut kebutuhannya (from each according to his ability, to each according to his needs)

Teori neo klasik mengemukakan bahwa dalam rangka memaksimumkan keuntungan tiap-tiap pengusaha menggunakan faktor-faktor produksi sedemikian rupa sehingga faktor-faktor produksi yang digunakan menerima atau diberi imbalan sebagai nilai pertambahan hasil marginal dari faktor produksi tersebut. Ini berarti bahwa pengusaha memperkerjakan sejumlah karyawan sedemikian rupa sehingga nilai pertambahan hasil marginal seseorang sama dengan upah yang di terima orang tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa menurut teori Neo Klasik, karyawan memperoleh upah senilai dengan pertambahan hasil marginalnya. Dengan kata lain, upah dalam hal ini berfungsi sebagai imbalan atas usaha kerja yang diberikan seseorang tersebut kepada pengusaha.

(50)

Gambar 2. Upah yang Fleksibel dan Tidak Fleksibel

(a) Upah Yang Flaksibel (b) Upah Yang tidak Fleksibel

Sumber : Samuelson Paul A, 1997, Makro Ekonomi, Erlangga, Jakarta, hal 368

(51)

Grafik sebelah kanan (b) mengasumsikan bahwa dalam situasi dimana terjadi goncangan terhadap perekonomian pasar, pasar tenaga kerja berada pada tingkat upah yang terlalu tinggi. Harga tenaga kerja adalah W’ dan bukan pada tingkat keseimbangan pasar yaitu W. Pada tingkat upah yang terlalu tinggi, pekerja yang sedang mencari pekerjaan lebih banyak bila dibandingkan dengan kesempatan kerja. Jumlah pekerja yang mau bekerja pada tingkat upah W’ adalah sebanyak G pada kurva penawaran, akan tetapi perusahaan hanya mau menerima pekerjaan sejumlah H (tampak pada kurva permintaan). Karena tingkat upah melebihi tingkat upah keseimbangan pasar, maka terdapat surplus tenaga kerja. Para pekerja yang menganggur yang digambarkan dengan garis terputus-putus sepanjang HG disebut pengangguran terpaksa.

(52)

Gambar 3. Supply dan Demand dari Tenaga Kerja

Sumber : Simanjuntak, J Payaman, 1998, Pengantar Ekonomi Sumber daya Manusia, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, hal 4

Kurva permintaan untuk tenaga kerja sebagai suatu masukan faktor mempunyai kemiringan yang bergerak dari kiri atas ke kanan bawah (digambarkan oleh garis D) yang menunjukkan suatu penurunan produktivitas tenaga kerja marginal pada saat tenaga kerja yang digunakan bertambah. Posisi dan kemiringan dari kurva permintaan untuk suatu jenis tenaga kerja akan tergantung pada produktivitas dan elastisitas permintaan terhadap harga untuk produk yang dihasilkan oleh tenaga kerja tersebut.

(53)

Dengan asumsi bahwa informasi yang ada adalah senpurna mengenai pasar kerja, maka teori neoklasik beranggapan bahwa jumlah penyediaan jumlah tenagakerja selalu sama dengan permintaan. Ditunjukkan pada titik E dimana garis S dan D berpotongan dimana tingkat upah berada di WE dan jumlah tenaga kerja berada di LE

Dalam kenyataan titik E (equilibrium) itu tidak pernah tercapai karena informasi mengenai pasar kerja tidak pernah sempurna dan hambatan-hambatan institusional selalu ada. Sebagai contoh bila tingkat upah minimum ditetapkan pada titik W

. Bila permintaan sama dengan penyediaan maka tidak terjadi pengangguran.

1 bukan pada WE, maka jumlah

penyediaan tenaga kerja adalah LS sedangkan permintaan hanya sebesar LD. Selisih antara LS dan LD

Teori neoklasik akan cocok digunakan dalam konteks negara dengan pasar tenaga kerja yang terintegrasi. Bagi negara berkembang seperti Indonesia yang masih memiliki karakteristik pasar tenaga kerja dualistik maka diperlukan pendekatan teori yang lain.

(54)

Gambar 4. Dampak Upah Minimum di Sektor Formal dan

Informal

Sumber : Suryhadi Asep, 2003, Kebijakan Upah Minimum dan Dampaknya Terhadap Pasar Tenaga Kerja, Kongres ke XV Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), batu, hal 27

Jika tidak terdapat distorsi di pasar tenaga kerja maka tingkat keseimbangan akan tercapai pada titik E, dimana kurva DF dan D1 berpotongan. Tingkat keseimbangan upah adalah pada W* berlaku pada sektor formal maupun non formal. Jumlah keseluruhan tenaga kerja adalah ON, ON* bekerja disektor formal dan N*N bekerja disektor informal. Jika upah minimum ditetapkan pada tingkat WM maka jumlah tenaga kerja akan berkurang menjadi ON1. Hal ini akan memaksa sebagian pekerja disektor formal untuk pindah ke sektor informal sehingga jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor informal akan meningkat menjadi N1N. Akibatnya tingkat upah di sektor informal akan tertekan menjadi W1

2.2.5.2. Hubungan Teori Upah Dengan Pengangguran

.

Menurut Teori neo klasik bahwa dalam rangka memaksimumkan keuntungan tiap-tiap pengusaha menggunakan faktor-faktor produksi

(55)

sedemikian rupa sehingga faktor produksi yang digunakan menerima atau diberi imbalan sebagai nilai pertambahan hasil marginal dari faktor produksi tersebut. Ini berarti bahwa pengusaha memperkerjakan sejumlah karyawan sedemikian rupa sehingga nilai pertambahan hasil marginal seseorang sama dengan upah yang di terima orang tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa menurut teori Neo Klasik, karyawan memperoleh upah senilai dengan pertambahan hasil marginalnya. Dengan kata lain, upah dalam hal ini berfungsi sebagai imbalan atas usaha kerja yang diberikan seseorang tersebut kepada pengusaha.

Jadi dengan keutungan Perusahaan yang tinggi dan jumlah Upah yang diterima karyawan yang kecil maka perusahaan akan menambah Angkatan kerja karena tingkat upah yang diterima karyawan sekarang kecil sehingga perusahaan berani menambah tenaga kerja dengan upah yang sekarang guna meningkatkan keuntungan perusahaannya.

2.2.5. Investasi

Dapat diartikan sebagai pengeluaran penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian. (Sukirno, 2004 : 121)

(56)

penunjang dalam memperlancar proses produksi. Menurut penggunaanya, pengeluaran untuk investasi dibagi menjadi tiga bagian yaitu : untuk keperluan konstruksi, rehabilitasi atau perbaikan, dan ekspansi atau perluasan konstruksi adalah pembangunan atau pendirian sesuatu yang sama sekali baru. Apabila bangunan itu pada suatu saat rusak dan kemudian diperbaiki, maka pengeluaran ini adalah pengeluaran untuk keperluan rehabilitasi. Sedangkan apabila bangunan tadi diperluas, maka perluasan inilah yang dimaksud ekspansi. (Rosyidi, 2003 : 168).

Cara pembagian investasi menurut jenisnya :

a. Autonomous investment dan Induced invesment

Autonomous invesment (investasi otonom) adalah investasi yang

besar kecilnya tidak dipengaruhi pendapatan, tetapi dapat berubah oleh karena adanya perubahan faktor diluar pendapatan. Misal tingkat teknologi, kebijakan para pengusaha dan sebagainya. Induced investment (investasi terimbas) adalah bersebelahan

dengan investasi otonom. Investasi ini dipengaruhi oleh tingkat pendapatan.

b. Public investment dan Private investment

Public investment adalah investasi atau penanaman modal yang

(57)

Private investment adalah investasi yang dilakukan oleh pihak

swasta.

c. Domestic investment dan Foreign investment

Domestic investment adalah penanaman modal dalam negeri.

Foreign investment adalah penanaman modal luar negeri.

d. Gross investment dan Net investment

Gross investment (investasi bruto) adalah total seluruh investasi

yang diadakan atau dilaksanakan pada suatu ketika. Atau investasi yang dilakukan pada suatu Negara (daerah tertentu) pada atau selama suatu periode tertentu.

Net investment (investasi netto) adalah selisih antara investasi bruto

dengan penyusutan.

(Rosyidi, 2003 : 169-172) Secara umum faktor yang mempengaruhi investasi adalah apabila seorang pemilik modal atau para pengusaha menggunakan uangnya membeli barang-barang modal, maka pembelanjaan itu dinamakan investasi. Akan tetapi berhasil tidaknya pemilik modal dalam menjalankan usahanya dalam kenyataan akan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat menentukan, yaitu :

(58)

waktu industri atau perusahaan itu sudah mulai menghasilkan barang atau jasa yang menjadi hasil produksinya, maka pemilik modal akan melakukan kegiatan terus-menerus selama beberapa tahun.

b. Perubahan dan perkembangan teknologi.

Pada umumnya semakin banyak perkembangan ilmu pengetahuan dan pengeluaran yang dilaksanakan, maka semakin banyak pula jumlah kegiatan yang dilakukan oleh para pengusaha.

c. Tingkat pendapatan nasional dan perubahannya.

Kenyataan yang ada menggambarkan bahwa hubungan antara pendapatan nasional dan investasi merupakan hal yang saling berkaitan, dimana investasi itu pada umumnya cenderung untuk mencapai tingkat yang lebih besar apabila pendapatan nasional semakin besar jumlahnya dan begitu juga sebaliknya semakin rendah jumlah investasi akan mempengaruhi tingkat pendapatan nasional.

d. Keuntungan yang dicapai perusahaan.

(59)

e. Tingkat bunga.

Menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberikan keuntungan bagi para pengusaha dan dapat dilaksanakan. Para pengusaha hanya akan melaksanakan keinginan untuk menanam modal apabila tingkat pengembalian modal dari penanam modal itu, yaitu persentasi keuntungan netto (tetapi sebelum dikurangi bunga uang yang dibayar) modal yang diperoleh, lebih besar dari tingkat bunga.

(Sukirno, 2004 : 122)

(60)

Gambar 1 : Hubungan antara MEC dan Investasi

Sumber : Sukirno. 2004, Pengantar Teori Makro Ekonomi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. : 125

Berdasarkan hal-hal yang dilakukan efisiensi modal marginal dapat didefinisikan suatu kurva yang menunjukkan suatu hubungan diantara tingkat pengembalian modal dan jumlah modal yang akan di investasikannya. Untuk memperjelas arti konsep modal marginal dapat dijelaskan berikut, sumbu tegak menunjukkan nilai investasi yang akan dilakukan. Pada kurva Marginal Efficiency of Capital ditunjukkan dengan tiga buah titik A,B,C. Titik A menggambarkan bahwa tingkat pengembalian modal adalah sebesar R0 dan investasi adalah I0. Ini berarti titik A menggambarkan bahwa dalam perekonomian terdapat investasi yang akan menghasilkan tingkat pengembalian modal sebanyak R0 atau lebih tinggi, dan untuk mewujudkan investasi tersebut modal

(61)

yang diperlukan adalah sebanyak I0. Titik B dan C juga memberikan gambaran yang sama. Titik A menggambarkan wujudnya kesempatan untuk menginvestasikan dengan tingkat pengembalian modal R1 atau lebih dan modal yang diperlukan adalah I1, dan titik C menggambarkan untuk mewujudkan usaha yang dapat menghasilkan tingkat pengembalian modal sebanyak R2 atau lebih, diperlukan modal sebanyak I2

2.2.5.1. Hubungan Investasi Dengan Pengangguran

. (Sukirno, 2004 : 124-125)

Investasi merupakan modal yang sangat vital bagi investor dengan adanya modal maka investor dapat membangun perusahaan ataupun menambah perlengkapan produksi. Dengan adanya investasi maka perusahaan dapat membuka lapangan kerja sehingga terjadinya penyerapan tenaga kerja bagi masyarakat yang sedang mencari pekerjaan. Maka dengan adanya investasi tingkat pengangguran dapat dikurangi.

2.3. Kerangka Pemikiran

Untuk menciptakan Kesejahteraan Penduduk di Jawa Timur yang Merata dibutuhkan Penanganan terhadap Jumlah Pengangguran di Jawa Timur. Tingkat Pengangguran di Jawa Timur dipengaruhi beberapa faktor antara lain Angkatan Kerja, Pertumbuhan Ekonomi, UMR dan Investasi. Berdasarkan pemikiran diatas maka dapat dijelaskan hubungan variabel terikat terhadap variabel bebas sebagai berikut :

(62)

a. Pengaruh Tingkat Pengangguran terhadap Angkatan Kerja.

Angkatan kerja adalah penduduk yang dikelompokkan sebagai mereka yang bekerja dan yang menganggur atau mencari kerja. Jika angkatan kerja mengalami kenaikan maka akan berpengaruh pada kesempatan kerja yang semakin rendah sehingga tingkat pengangguran mengalami kenaikan.

b. Pengaruh Tingkat Pengangguran terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yang menurun akan berdampak pada pendapatan nasional menurun pula, maka secara tidak langsung akan mempersempit lapangan kerja. Jika pertumbuhan ekonomi menurun tetapi tenaga kerja terus bertambah akan berakibat pada peningkatan pengangguran.

c. Pengaruh Tingkat Pengangguran terhadap Upah / UMR.

(63)

d. Pengaruh Tingkat Pengangguran terhadap Investasi.

Investasi merupakan modal awal dalam menjalankan kegiatan perekonomiannya. Dengan adanya investasi maka perusahaan dapat menambah faktor – faktor produksi baik itu barang maupun jasa, tanpa adanya investasi maka perusahaan tidak dapat membuka lapangan pekerjaan dan tidak adanya penawaran pekerjaan bagi masyarakat yang sedang mencari kerja atau lowongan kerja sehingga yang terjadi adalah meningkatnya jumlah pengangguran yang ada pada suatu daerah.

Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka yang ada dan untuk memperjelas faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengangguran di Jawa Timur, dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 5. Kerangka Konseptual Antara Variabel Bebas Dan Terikat

(64)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan pokok – pokok permasalahan yang telah dikemukakan diatas maka dapat disusun hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara terhadap permasalaha penelitian adalah :

1. Diduga bahwa faktor angkatan kerja, pertumbuhan ekonomi, Upah Minimum Regional (UMR) dan Investasi merupakan variabel yang berpengaruh terhadap tingkat pengangguran di Jawa Timur.

(65)

54 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional adalah pernyataan tentang definisi, arti, batasan, pengertian, dan pengukuran variabel secara operasional, baik berdasarkan teori yang telah ada maupun secara empiris.

Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : a. Variabel Terikat (Y)

Adalah variabel yang tidak dapat berdiri sendiri (dependent variable), dalam hal ini dinyatakan dalam (Y), yaitu Tingkat

Pengangguran Dinyatakan dengan satuan Persen (%). b. Variabel Bebas (X)

Adalah variabel yang dapat berdiri sendiri (independent variable), yaitu :

1. Angkatan Kerja (X1

Adalah tenaga kerja/penduduk dalam usia kerja yang bekerja/mempunyai pekerjaan namun untuk sementara sedang tidak bekerja dan yang mencari pekerjaan dalam satuan jiwa.

)

2. Pertumbuhan Ekonomi (X2

Adalah perolehan nilai PDRB dari tahun ke tahun. Dinyatakan dengan satuan Persen (%).

(66)

3. Upah/UMR (X3

Adalah hak yang diterima seseorang dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pemberian kerja kepada pekerja yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang – undangan (BPS). Dalam penelitian ini upah dihitung menggunakan UMR dalam rupiah (Rp).

)

4. Investasi (X4

Adalah pengeluaran penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian. Dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

)

3.2. Teknik Penentuan Sampel

(67)

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Data merupakan suatu bagian yang penting dari penulisan skripsi ini, untuk memperoleh data yang diperlukan bagi penelitian ini, maka teknik dari pengumpulan data meliputi :

a. Studi Kepustakaan (Library Research)

Pada penelitian ini pengumpulan data dan jurnal yang diperoleh berdasarkan buku - buku dan literatur - literatur yang terkait dan sesuai dengan penelitian ini.

b. Dokumentasi

Studi ini dikaitkan dengan cara pengumpulan dokumentasi yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan mencatat atau mengutip data - data yang ada pada dokumen instansi - instansi terkait dengan masalah yang dibahas.

c. Sumber Data

(68)

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1. Teknik Analisis

Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah Regresi Linier Berganda, yang persamaannya sebagai berikut :

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4

= Pertumbuhan Ekonomi 3

X

= Upah Minimum Regional (UMR) 4

(69)

Jumlah Kuadrat Regresi R 2

Jumlah Kuadrat Total =

(Sudrajat, 1998 : 120)

Dimana : R2

Karakteristik dari R

= Koefisien Determinasi 2

a. Tidak mempunyai nilai negatif adalah :

b. Nilai berkisar antara 0 dan 1 atau 0 < R2 > 1

3.4.2. Uji Hipotesis

Selanjutnya untuk menguji pengaruh secara simultan antara variabel bebas dan variabel terikat maka digunakan hipotesis sebagai berikut :

a. Uji F

Disebut uji beda varians yaitu pengujian yang dilakukan untuk menguji pengaruh dari variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat, dengan kriteria sebagai berikut :

(70)

Gambar 11 : Kurva Distribusi Penerimaan atau Penolakan Hipotesis

F tabel

Sumber : Supranto, 1990, Ekonometrika, Penerbit Fakultas Ekonomi UI, Jakarta, hal. : 152

Ho diterima, jika F hitung ≤ F tabel. Ho ditolak, jika F hitung ≥ F tabel.

KT Regresi F hitung =

KT Galat

(Sudrajat, 1998 : 94)

Dengan derajat bebas = (k, n-k-1) Keterangan :

n = Jumlah Sampel

K = Jumlah Parameter Regresi Kaidah pengujiannya :

(71)

2. Apabila F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima, artinya variabel bebas mempengaruhi variabel terikat secara simultan.

b. Uji t

Yaitu pengujian yang dilakukan untuk menguji pengaruh dari masing masing variabel bebas secara parsial atau individu atau terpisah terhadap variabel terikat dan kriterianya sebagai berikut : Ho : βj = 0 (tidak ada pengaruh)

Hi : βj ≠ 0 (ada pengaruh)

Gambar 12 : Kurva Distribusi t

Sumber : Supranto , 1990, Ekonometrika, Penerbit Fakultas Ekonomi UI, Jakarta, hal. : 152

Ho diterima jika -t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel

Ho ditolak jika t hitung > t tabel atau t hitung < -t tabel βj

t hitung =

Se t (βj)

(72)

Dengan derajat kebebasan sebesar n-k-1, dimana : βj = Koefisien regresi

Se = Standart error perhitungan n = Jumlah sampel

k = Jumlah parameter regresi j = Pengamatan

Kaidah pengujian :

Apabila t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan Hi diterima, berarti: a. Ada pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat. b. Apabila t hitung ≤ t tabel maka Ho diterima dan Hi ditolak,

berarti tidak ada pengaruh antara variabel terikat dengan variabel bebas.

c. Uji BLUE (Best Linier Unbiassed Estimator)

Persamaan regresi tersebut bersifat BLUE (Best Linier Unbiassed Estimator), artinya pengambilan keputusan

melalui uji F dan uji t tidak bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE, maka harus dipenuhi oleh Regresi Linier Berganda, yaitu :

(73)

b. Varian atau komponen pengganggu Ui harus konstan dan harus memenuhi syarat homoskedatisiti.

c. Tidak terjadi autokolerasi antar komponen pengganggunya.

d. Variabel eksplanatori harus non stokastik atau kalaupun stokastik, harus menyebar bebas dari komponen pengganggunya.

e. Tidak terjadi multi kolinieritas antar variabel eksplanatori.

f. Komponen pengganggu Ui harus tersebar mengikuti sebaran normal dengan nilai tengah = 0 dengan varian sebesar σ2

.

Sifat BLUE dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Best, pentingnya sifat ini bila diterapkan dalam uji

signifikansi baku terhadap α dan β.

2. Linier, sifat ini dibutuhkan untuk memudahkan penafsiran.

3. Unbiassed, nilai jumlah sampel sangat besar penafsiran

parameter diperoleh sampel besar kira-kira mendekati nilai parameter.

(74)

63

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1. Kondisi Geografis

Jawa Timur terletak antara 110.54 dan 115.57 BT , 5.37 dan 8.48 LS. Dengan luas daratan mencapai 46.712,80 km2 dan terbagi dalam 37 wilayah Kabupaten/Kota. Menurut kondisi geografisnya, Jawa Timur dibagi menjadi 3 bagian : dataran tinggi (lebih 100 meter di atas permukaan laut), sedang (45-100 meter), dan rendah (di bawah 45 meter) Jumlah penduduk Jawa Timur berdasarkan sensus bulan Juni 2000 mencapai 34.525.588 jiwa terdiri dari 16.980.594 jiwa laki-laki dan 17.544.944 jiwa perempuan, dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 720 jiwa/km2.

Berdasarkan letak geografis, kondisi sosio-kultur, potensi alam dan infrastruktur, maka Jawa Timur dibagi 4 bagian:

• Bagian Utara dan Pulau Madura, merupakan daerah pantai dan dataran rendah serta daerah pegunungan kapur yang relatif kurang subur.

• Bagian Tengah merupakan daerah dataran rendah dengan perbukitan dan gunung-gunung berapi yang relatif subur.

(75)

Indonesia bagian Timur, maka industri dan perdagangan merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan.

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

Deskripsi hasil penelitian ini memberikan gambaran tentang data- data serta perkembangan Tingkat Pengangguran sehingga dapat mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi terhadap perkembangan Tingkat Pengangguran, Angkatan Kerja, Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum Regional, dan Investasi.

4.2.1. Perkembangan Tingkat Pengangguran

Perkembangan Tingkat Pengangguran dapat disajikan dalam tabel di bawah ini :

Tabel.1. Perkembangan Tingkat Pengangguran Tahun 1994-2008

Tahun Tingkat Pengangguran

( % )

(76)
(77)
(78)

Tahun Angkatan Kerja 4.2.3. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi

Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi dapat disajikan dalam tabel di bawah ini :

Tabel.3. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Tahun 1994-2008

Tahun Pertumbuhan Ekonomi

(%)

(79)

Ekonomi selama 15 tahun ( 1994 - 2008 ) cenderung mengalami fluktuasi. Perkembangan tertinggi Pertumbuhan Ekonomi adalah pada tahun 1999 sebesar 17,33 % sudah membaiknya perekonomian di Indonesia karena pada tahun 1998 terjadi krisis moneter yang melanda di Indonesia dan perkembangan terendah adalah pada tahun 1998 sebesar -21,14 % dikarenakan pada tahun 1998 terjadi krisis ekonomi dan moneter yang mengakibatkan inflasi yang sangat tinggi serta banyaknya perusahaan yang kolaps dan pada akhirnya bangkrut. Pertumbuhan Ekonomi tertinggi terjadi pada tahun 1996 sebesar 8,26 % disebabkan banyaknya aliran dana masyarakat mengalir sehingga pertumbuhan ekonomi yang meningkat hanya kenaikan pendapatan perkapita atau GDP yang meningkat serta dibarengi pembangunan ekonomi yang merata dan Pertumbuhan Ekonomi terendah pada tahun 1998 sebesar -16,12 % disebabkan pertumbuhan ekonomi yang menurun karena penurunan pendapatan perkapita atau GDP sehingga pembangunan ekonomi ikut menurun di segala bidang.

4.2.4. Perkembangan UMR

(80)

tingkat UMR yang tetap tetapi tingkat inflasi yang semakin naik sehingga daya beli masyarakat yang berkurang akibat adanya inflasi yang semakin naik secara terus – menerus.

Tabel.4. Perkembangan UMR Tahun 1994-2008

Tahun UMR 4.2.5. Perkembangan Investasi

Gambar

Gambar 1 : Komponen Penduduk dan Tenaga Kerja
Gambar 2. Upah yang Fleksibel dan Tidak Fleksibel
Gambar 3. Supply dan Demand dari Tenaga Kerja
Gambar 4. Dampak Upah Minimum di Sektor Formal dan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menganalisis pengaruh investasi, tenaga kerja, ekspor, inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi sektor pertanian dan sektor industri baik secara simultan maupun secara parsial

Menganalisis pengaruh investasi, tenaga kerja, ekspor, inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi sektor pertanian dan sektor industri baik secara simultan maupun secara parsial

Secara parsial variabel PDRB per kapita, populasi penduduk, dan tingkat pengangguran terbuka (TPT) berpengaruh positif dan signifikan terhadap ketimpangan distribusi

Hasil Uji F dengan α = 5% menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum Kabupaten/Kota dan tingkat pengangguran berpengaruh

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa PDRB perkapita, Pengangguran berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Sulawesi Selatan 2004-2013, sedangkan

Menganalisis pengaruh investasi, tenaga kerja, ekspor, inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi sektor pertanian dan sektor industri baik secara simultan maupun secara parsial

Sedangkan secara parsial variabel kurs valuta asing (X1) berpengaruh secara nyata dan negatif terhadap Penanaman Modal Asing (Y) dengan menggunakan Uji t dimana thitung

Sedangkan berdasarkan hasil pengujian secara parsial variable kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika tidak berpengaruh secara nyata dan positif terhadap nilai ekspor udang Jawa Timur