Gambaran Tingkat Pengetahuan Anak-Anak Sekolah Rendah tentang Kebersihan Rongga Mulut
di Sekolah Kebangsaan Tebrau Bakar Batu, Johor Bharu, Johor, Malaysia
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh :
ASYRAFF BIN MD NAJIB
070100400
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Gambaran Tingkat Pengetahuan Anak-Anak Sekolah Rendah tentang Kebersihan Rongga Mulut
di Sekolah Kebangsaan Tebrau Bakar Batu, Johor Bharu, Johor, Malaysia
Oleh :
ASYRAFF BIN MD NAJIB
070100400
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN
Gambaran Tingkat Pengetahuan Anak-anak Sekolah Rendah tentang Kebersihan Rongga Mulut di Sekolah Kebangsaan Tebrau Bakar Batu,
Johor Bharu, Johor, Malaysia pada Tahun 2010
Nama : Asyraff bin Md Najib
NIM : 070100400
Pembimbing / Penguji III Penguji I
(dr. Sri Sofyani, Sp.A (K)) (Prof. Dr. dr. Harun Al Rasyid, Sp.PD,Sp.GK)
NIP: 140328817 NIP: 195011051979031004
Penguji II
(dr. Arlinda Sari Wahyuni, Mkes)
NIP: 196906091999032001
Dekan
Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Kebersihan rongga mulut sering dianggap sebagai hal yang sepele oleh masyarakat. Ini karena ramai yang tidak tahu tentang masalah-masalah yang bakal timbul pada kesehatan mereka jika kebersihan rongga mulut tidak dijaga dengan cara yang benar. Terdapat banyak penyakit yang melibatkan mulut, gigi dan gusi. Contohnya adalah gingivitis, tonsillitis, kanker mulut,infeksi jamur dan karies gigi. Karies gigi merupakan penyakit yang paling sering terjadi pada anak-anak. Oleh sebab itu, mulai tahun 1984, pemerintah Malaysia telah menjalankan satu program penjagaan kebersihan rongga mulut pada anak-anak prasekolah dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran kebersihan rongga mulut sejak usia dini, dan seterusnya mendekatkan diri anak-anak dengan perilaku untuk menjaga kebersihan rongga mulut.
Penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara dengan menggunakan instrumen kuesioner terstruktur. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study. Pengambilan sampel pula dilakukan dengan menggunakan teknik quota sampling.
Tujuan penelitian ini dijalankan adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan anak-anak sekolah dasar tentang kebersihan rongga mulut di Sekolah Kebangsaan Tebrau Bakar Batu, Johor Bharu, Johor, Malaysia pada tahun 2010.
Dengan jumlah sampel sebanyak 90 orang, hasil dari penelitian yang didapat adalah 74,4% mempunyai tingkat pengetahuan baik, 25,6% mempunyai tingkat pengetahuan sedang, dan tidak didapat tingkat pengetahuan kurang.
Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan anak-anak sekolah rendah di Sekolah Rendah Tebrau Bakar Batu berada pada tingkat pengetahuan baik. Masukan kepada anak-anak sekolah rendah tersebut adalah mengekalkan cara hidup yang sehat di samping sentiasa mencegah diri dari penyakit-penyakit pada rongga mulut.
ABSTRACT
Oral hygiene is often disregarded by the society. This is because a lot of them do not know about the problems that would arise to their health if oral hygiene is not maintained in the right way. There are many diseases involve the mouth, teeth and gums. Some of them are gingivitis, tonsillitis, mouth cancer, fungal infection and dental caries. Dental caries is a disease that often occurs in children. Therefore, beginning in 1984, the Malaysian government has run a programme on oral hygiene maintenance for preschool children with the aim to raise the awareness of oral hygiene from early age, and to encourage them to have good behaviour on oral hygiene.
This study was conducted by interviews and questionnaires. It is a descriptive study which used the cross sectional method. The sampling was done by using quota sampling technique.
The purpose of this study been carried out is to determine the knowledge level of primary school children about oral hygiene in Sekolah Kebangsaan Tebrau Bakar Batu, Johor Bharu, Johor, Malaysia in 2010.
With a sample size of 90 people, the results obtained from the study was 74,4% with good knowledge level, 25,6% have average knowledge level and 0% with low knowledge level.
From this results, it can be concluded that the knowledge of primary school children in Sekolah Kebangsaan Tebrau Bakar Batu is good. Some advices for them are to maintain the healthy way of living and always prevent themselves from oral disease.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah S.W.T, Tuhan semesta
alam pemilik segala ilmu pengetahuan. Berkat rahmat dan hidayahNya saya
selaku penulis dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian ini hingga selesai.
Penulisan karya tulis ilmiah ini dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan yang
harus dipenuhi untuk menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara. Oleh karena itu, penulis memilih judul: “Gambaran
Tingkat Pengetahuan Anak-anak Sekolah Rendah tentang Kebersihan Rongga
Mulut di Sekolah Kebangsaan Tebrau Bakar Batu, Johor Bharu, Johor, Malaysia
pada tahun 2010”.
Penulis selama melakukan proposal penelitian ini telah memperoleh
bantuan moral dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan
terima kasih sebesar-besarnya kepada dr. Sri Sofyani, Sp. A (K) selaku dosen
pembimbing atas segala bimbingan dan arahan yang diberikan dalam menyusun
hasil penelitian ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis tujukan
kepada dosen-dosen Ilmu Kesehatan Komunitas yang sudah membimbing selama
perkuliahan, serta keluarga dan teman-teman yang telah membantu dan
mendukung saya dalam penyusunan hasil penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih sangat jauh dari
kata sempurna. Sebagai manusia biasa, penulis tidak pernah luput dari kesalahan
dan kekhilafan. Sebagai mahasiswa, penulis masih berada pada tahap
pembelajaran yang ingin tetap belajar memperbaiki kesalahan. Semoga bias lebih
baik untuk ke depannya
Penang, 27 September 2010
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
ABSTRAK ... ... ii
ABSTRACT ... ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan Penelitian ... 3
1.4. Manfaat Penelitian ... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1. Rongga Mulut ... 5
2.1.1 Pipi, Bibir, dan Palatum ... 6
2.1.2 Lidah ... 7
2.1.3 Gigi ... 8
2.1.4 Gingiva ... 11
2.1.5 Air Liur ... 12
2.2. Konsep Dasar Oral Hygiene ... 12
2.3. Pendidikan Kesehatan Gigi ... 14
2.3.1 Sikat Gigi ... 16
2.3.2 Pasta Gigi ... 18
2.3.3 Flossing atau Benang Gigi ... 19
2.3.4 Obat Kumur ... 20
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep ... 22
3.2. Definisi Operasional ... 22
3.3. Aspek Pengukuran ... 24
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 26
4.1. Jenis Penelitian ... 26
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 26
4.2.1 Waktu Penelitian ... 26
4.2.2 Tempat Penelitian ... 26
4.3. Populasi dan Sampel ... 27
4.3.1 Populasi ... 27
4.3.2 Sampel ... 27
4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 28
4.4.1. Uji Validitas ... 28
4.4.2. Uji Reliabilitas ... 29
4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 30
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31
5.1. Hasil Penelitian ... 31
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 31
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 32
5.1.3. Hasil Analisa Data ... 34
5.2. Pembahasan ... 40
5.2.1. Pengetahuan ... 40
6.1. Kesimpulan ... 42
6.2. Saran ... 42
DAFTAR PUSTAKA ... ... 44
LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2. Kuesioner Penelitian
Lampiran 3. Informed Consent (Persetujuan Setelah Penjelasan)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 3.1. Skor Pertanyaan pada Kuesioner Pengetahuan ... 26
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas untuk Tiap Pertanyaan dalam Kuesioner ... 31
Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik berdasarkan Usia ... 33
Tabel 5.2. Distribusi Karakteristik berdasarkan Jenis Kelamin ... 34
Tabel 5.3. Distribusi Karakteristik berdasarkan Suku dan Bangsa ... 35
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variebel Pengetahuan ... 36
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tingkat Pengetahuan ... 37
Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Usia terhadap Tingkat Pengetahuan ... 38
Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Kelamin terhadap Tingkat pengetahuan ... 39
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul halaman
Gambar 2.1. Rongga mulut manusia ... 6
Gambar 2.2. Jenis-jenis gigi manusia ... 10
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2. Kuesioner Penelitian
Lampiran 3. Informed Consent (Persetujuan Setelah Penjelasan)
ABSTRAK
Kebersihan rongga mulut sering dianggap sebagai hal yang sepele oleh masyarakat. Ini karena ramai yang tidak tahu tentang masalah-masalah yang bakal timbul pada kesehatan mereka jika kebersihan rongga mulut tidak dijaga dengan cara yang benar. Terdapat banyak penyakit yang melibatkan mulut, gigi dan gusi. Contohnya adalah gingivitis, tonsillitis, kanker mulut,infeksi jamur dan karies gigi. Karies gigi merupakan penyakit yang paling sering terjadi pada anak-anak. Oleh sebab itu, mulai tahun 1984, pemerintah Malaysia telah menjalankan satu program penjagaan kebersihan rongga mulut pada anak-anak prasekolah dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran kebersihan rongga mulut sejak usia dini, dan seterusnya mendekatkan diri anak-anak dengan perilaku untuk menjaga kebersihan rongga mulut.
Penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara dengan menggunakan instrumen kuesioner terstruktur. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study. Pengambilan sampel pula dilakukan dengan menggunakan teknik quota sampling.
Tujuan penelitian ini dijalankan adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan anak-anak sekolah dasar tentang kebersihan rongga mulut di Sekolah Kebangsaan Tebrau Bakar Batu, Johor Bharu, Johor, Malaysia pada tahun 2010.
Dengan jumlah sampel sebanyak 90 orang, hasil dari penelitian yang didapat adalah 74,4% mempunyai tingkat pengetahuan baik, 25,6% mempunyai tingkat pengetahuan sedang, dan tidak didapat tingkat pengetahuan kurang.
Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan anak-anak sekolah rendah di Sekolah Rendah Tebrau Bakar Batu berada pada tingkat pengetahuan baik. Masukan kepada anak-anak sekolah rendah tersebut adalah mengekalkan cara hidup yang sehat di samping sentiasa mencegah diri dari penyakit-penyakit pada rongga mulut.
ABSTRACT
Oral hygiene is often disregarded by the society. This is because a lot of them do not know about the problems that would arise to their health if oral hygiene is not maintained in the right way. There are many diseases involve the mouth, teeth and gums. Some of them are gingivitis, tonsillitis, mouth cancer, fungal infection and dental caries. Dental caries is a disease that often occurs in children. Therefore, beginning in 1984, the Malaysian government has run a programme on oral hygiene maintenance for preschool children with the aim to raise the awareness of oral hygiene from early age, and to encourage them to have good behaviour on oral hygiene.
This study was conducted by interviews and questionnaires. It is a descriptive study which used the cross sectional method. The sampling was done by using quota sampling technique.
The purpose of this study been carried out is to determine the knowledge level of primary school children about oral hygiene in Sekolah Kebangsaan Tebrau Bakar Batu, Johor Bharu, Johor, Malaysia in 2010.
With a sample size of 90 people, the results obtained from the study was 74,4% with good knowledge level, 25,6% have average knowledge level and 0% with low knowledge level.
From this results, it can be concluded that the knowledge of primary school children in Sekolah Kebangsaan Tebrau Bakar Batu is good. Some advices for them are to maintain the healthy way of living and always prevent themselves from oral disease.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Kebersihan rongga mulut adalah tindakan untuk membersihkan dan
menyegarkan mulut,gigi dan gusi untuk mencegah dari penyakit gigi dan mulut,
mencegah penyakit penularan yang penularannya melalui mulut, mempertinggi
daya tahan tubuh, dan memperbaiki fungsi mulut untuk meningkatkan nafsu
makan. Dengan penjagaan gigi yang baik bukan saja dapat memperoleh wajah
yang cantik ,tapi juga dapat memudahkan seseorang untuk makan dan berbicara
tanpa perlu risau akan bau mulut (Hermawan, 2010).
Terdapat banyak penyakit yang melibatkan mulut, gigi dan gusi.
Contohnya adalah gingivitis, tonsilitis, kanker mulut, infeksi jamur dan karies
gigi. Pada anak-anak,penyakit yang sering terjadi pada mereka adalah karies gigi
karena kurang penjagaan yang benar, dan konsumsi makanan yang manis secara
berlebihan. Dari hasil survei terhadap anak yang berusia 6 tahun yang dilakukan
pada tahun 1970 di Malaysia, didapatkan 95,4% mempunyai satu atau lebih
karies gigi (Oral Health Division, 2003). Menurut WHO (2000), pada tahun 1981
didapati indeks decayed/missing/filled teeth (DMFT) di Malaysia adalah sebanyak
3,9 yang dikategorikan dalam tingkat sedang. Ini menunjukkan bahwa pada waktu
itu, kesadaran tentang pentingnya kebersihan rongga mulut pada ibu bapa dan
anak-anak masih rendah.
Mulai tahun 1984, pemerintah Malaysia telah melancarkan satu program
penjagaan kebersihan rongga mulut pada anak-anak prasekolah dengan tujuan
untuk meningkatkan kesadaran kebersihan rongga mulut di usia dini, dan
seterusnya mendekatkan diri anak-anak dengan perilaku untuk menjaga
kebersihan rongga mulut (Oral Health Division, 2009b). Program tersebut
merupakan salah satu upaya untuk mempromosikan kesehatan rongga mulut
dalam mengurangi persentase pengidap karies gigi di kalangan anak-anak. Hasil
dari program tersebut menunjukkan penurunan sampai 88,6% pada tahun 1988
Setelah dilakukan studi epidemiologi ulang pada tahun 1995 untuk menilai
keberhasilan program yang telah dilancarkan pada tahun 1984 itu, didapatkan
hanya sebanyak 12,9% yang bebas dari karies gigi pada anak-anak berusia 5
tahun. Hasil dari data tersebut menunjukkan Malaysia masih belum mencapai
target yang telah ditetapkan oleh World Health Organisation (WHO) yaitu
sebanyak 50% bebas dari karies gigi pada anak-anak berumur 5 hingga 6 tahun.
Selain itu, juga didapatkan persentase anak berusia 6 tahun yang bebas dari karies
gigi adalah sebanyak 19,1% kurang dari target 30% yang telah ditetapkan pada
Oral Health Goals year 2000 in Malaysia (Oral Health Division, 2003). Hal ini
menandakan bahwa masih terdapat beberapa daerah yang kurang mendapat
cakupan dari program yang telah dijalankan. Pada tahun 1997, telah dilakukan
sebuah survei dan mendapatkan persentase karies gigi pada anak berusia 6 tahun
dan 12 tahun menurun sehingga 27% dan 57% (Oral Health Division, 2009a).
Selain itu, ada penelitian lain yang mendapatkan persentase karies gigi pada anak
yang berusia 5 tahun untuk tahun 2005 adalah sebanyak 76,2% (WHO Oral
Health Country/Area Profile Programme, 2009).
Banyak kendala yang dapat menjadi faktor penyebab tingginya insidens
karies gigi di Malaysia pada sekitar tahun 1970 sehingga tahun 1995, misalnya
rendahnya kesadaran anak-anak, ibu bapa,dan masyarakat yang berhubungan
dengan tingkat pengetahuan mereka tentang kebersihan rongga mulut, jalan
masuk ke pelayanan kesehatan gigi yang tidak mudah dan tidak adekuat,
kurangnya sarana pelayanan kesehatan gigi di kawasan-kawasan pedalaman, dan
masalah keuangan keluarga untuk mendapatkan perkhidmatan kesehatan.
Tingkat pengetahuan anak-anak tentang kebersihan rongga mulut amat
bergantung kepada cara asuhan dan didikan oleh orang tua serta guru-guru yang
mengajar mereka. Jika didikan diberikan dengan baik, pasti anak-anak akan
mempunyai pengetahuan, sikap dan mengamalkan penjagaan rongga mulut yang
benar dan seterusnya mengurangkan insidens penyakit yang berkaitan dengan
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka peneliti ingin melihat
bagaimanakah gambaran tingkat pengetahuan anak-anak sekolah rendah tentang
kebersihan rongga mulut di Sekolah Kebangsaan Tebrau Bakar Batu, Johor
Bharu, Johor, Malaysia, pada Tahun 2010?
1.3 Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat
pengetahuan anak-anak sekolah dasar tentang kebersihan rongga mulut di Sekolah
Kebangsaan Tebrau Bakar Batu, Johor Bharu, Johor, Malaysia.
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang kebersihan rongga mulut
berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan.
2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang kebersihan rongga mulut
antara anak-anak yang berusia 9 tahun, 10 tahun dan 11 tahun.
3. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang kebersihan rongga mulut
berdasarkan suku.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:
1. Mendapatkan pengalaman nyata dalam melakukan penelitian di bidang
kedokteran.
2. Melatih diri untuk berkomunikasi dengan masyarakat yang mempunyai
berbagai latar belakang.
3. Mendapatkan ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan kebersihan
1.4.2. Manfaat bagi sampel penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk:
1. Menambah kesadaran dan pengetahuan anak-anak sekolah dasar tentang
pentingnya penjagaan kebersihan rongga mulut.
2. Menerapkan sikap dan perilaku yang berkaitan dengan penjagaan
kebersihan rongga mulut.
3. Mengurangi insidens penyakit rongga mulut dikalangan anak-anak
sekolah dasar.
1.4.3. Manfaat bagi sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk:
1. Melakukan kegiatan-kegiatan di peringkat sekolah untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan amalan anak-anak sekolah dasar terhadap
penjagaan kebersihan rongga mulut.
2. Melakukan inisiatif untuk menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan gigi
di sekolah atau memudahkan anak-anak sekolah untuk mendapatkan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rongga Mulut
Mulut atau rongga mulut merupakan pintu masuk dari traktus
gastrointestinal. Ianya adalah tempat permulaan bagi proses digestif mekanis yaitu
dengan cara masktikasi dan juga proses digestif kimiawi melalui enzim yang
terdapat dalam saliva. Hampir seluruh bagian dari rongga mulut dilapisi dengan
epithelial yaitu dari jenis nonkeratinized stratified squamous epithelial yang
berfungsi untuk melindungi dari aktifitas yang abrasif sewaktu proses digestif
(Eroschenko, 2007). Lapisan ini sentiasa dilembapi dengan sekresi saliva secara
terus menerus.
Rongga mulut dibatasi secara anterior oleh gigi dan lidah sementara secara
posterior oleh oropharynx. Batas superior dibentuk oleh soft palate dan hard
palate. Lantai atau permukaan bawah rongga mulut dibentuk oleh mylohyoid
muscle yang dilapisi dengan membran mukosa. Lidah hanya melekat pada
mylohyoid muscle dan bukanlah batas dari permukaan bawah rongga mulut
(McKinley dan O’Loughlin, 2008).
2.1.1 Pipi, Bibir, dan Palatum
Dinding lateral dari rongga mulut dibentuk oleh pipi, dan dilapisi secara
keseluruhan oleh kulit dan mengandungi buccinator muscles. Buccinator muscles
akan menekan pipi terhadap gigi supaya makanan solid tetap berada pada
tempatnya sewaktu proses mengunyah. Selain itu, pada permukaan luar juga
mengandungi kelenjar rambut dan kelenjar keringat.
Permukaan pipi sebelah dalam juga dilapisi mukosa yang melekat erat
dengan struktur otot di bawahnya. Permukaan pipi dekat area gigi molar 2 rahang
atas terdapat duktus (pintu keluar kelenjar air liur besar parotis). Hal ini dapat
menyebabkan banyaknya karang gigi di daerah tersebut. Daerah ini juga sering
ditemui sisi makanan terselip sehingga tertinggal antara pipi dan gigi. Hal inilah
yang dapat menyebabkan karies gigi. Apalagi, posisi gigi belakang yang tidak
harmonis dapat mengakibatkan terjadinya gigitan berulang pada permukaan dalam
pipi. Secara klinis hal ini dapat dilihat dengan adanya garis horizontal berwarna
keputihan (Pratiwi, 2009). Pipi terminasi pada bibir atau labia yang membentuk
bagian anterior dari rongga mulut.
Bibir dibentuk oleh orbicularis oris muscle dan dilapisi oleh keratinized
stratified squamous epithelium (Eroschenko, 2007). Bibir memberikan warna
kemerahan kerana suplai darah yang banyak oleh pembuluh darah superfisial dan
juga kurangnya jumlah keratin pada lapisan epithelial luar. Permukaan bagian
dalam bibir memiliki lapisan epitel tipis dan agak cembung karena mengandung
beberapa kelenjar air liur kecil (Pratiwi, 2009).
Profil bibir atas dan bawah dapat menjelaskan kelainan gigi yang terjadi.
kondisi gigi atas lebih maju daripada gigi bawah (lebih dari empat milimeter). Hal
ini dapat menyebabkan terjepitnya bibir bawah di antara gigi atas dan bawah.
Namun dapat diatasi dengan perwatan ortodontik atau bedah rahang (Pratiwi,
2009).
Palatum membentuk bagian atas dari rongga mulut dan berfungsi sebagai
pelindung untuk memisahkan ia dari rongga hidung. Dua per tiga dari bagian
anterior palatum adalah keras dan bertulang yang dikenal sebagai hard palate
manakala satu per tiga dari bagian posterior adalah lunak dan berotot yang dikenal
sebagai soft palate. Hard palate dibentuk oleh palatum processes of maxillae dan
horizontal plate of palatine bones. Ianya dilapisi oleh jaringan ikat padat dan
nonkeratinized stratified squamous epithelium. Lengkung pada soft palate terdiri
dari otot skeletal dan dilapisi oleh nonkeratinized stratified squamous epithelium.
Palatum durum atau hard palate menutupi sebagian besar langit-langit
mulut kita dan berperan penting dalam sistem pengunyahan. Fungsinya selain
memperjelas ucapan kita juga memperkuat melekatnya gigi tiruan. Torus
palatinus yaitu tonjolan di tengah-tengah palatum dengan ukuran yang bervariasi
sering terjadi. Hal ini selain menimbulkan rasa tidak nyaman saat pemakaian gigi
tiruan juga menyulitkan saat pemasangannya. Palatum molle atau soft palate
membagi dua daerah faring. Faring mengatur aliran udara melalui mulut dan
hidung saat bernafas dan berbicara.
Terdapat tonjolan berbentuk kon di medial dan mengarah ke inferior yang
dikenal sebagai uvula. Sewaktu proses menelan makanan, soft palate dan uvula
akan terangkat ke atas untuk menutup pintu posterior dari nasopharynx supaya
mengelakkan dari bahan yang ingin ditelan masuk ke dalam ruangan nasal.
2.1.2 Lidah
Lidah merupakan organ aksesori dari sistem digestif yang dibentuk oleh
otot skeletal dan dilapisi oleh stratified squamous epithelium. Pada permukaan
superior lidah terdapat papila yang mengandungi banyak reseptor untuk deria
rasa. Hanya filiform papillae yang dilapisi oleh keratinized stratified squamous
stratified squamous epithelium (Eroschenko, 2007). Selain dari deria rasa, lidah
juga berperan dalam pembentukan suara dan membantu dalam proses mengunyah.
Lidah akan mencampurkan bahan yang telah dimakan dan kemudian akan
menekannya pada palatum supaya menjadi bolus agar mudah untuk ditelan.
Lidah dapat dibagi menjadi dua area. Area dua per tiga yang berbentuk V
terdiri dari tonjolan-tonjolan kecil yang disebut papilla. Papilla-papilla ini
mengandung saraf dan organ pengecap (taste bud). Daerah ini memerlukan
pembersihan dengan cara penyikatan dan berkumur, untuk membersihkan sisa
makanan yang tidak terlihat. Bila dibiarkan maka dapat terbentuk lapisan jamur
atau plak yang tebal. Cekungan berupa garis terkadang muncul di tengah
permukaan lidah. Bagian satu per tiga belakang lidah biasanya berwarna lebih
pucat, mengandung jaringan limfoid menghadap faring.
Jika lidah diangkat, pada bagian bawah lidah akan terlihat lapisan tipis
yang disebut frenulum yang menyambungkan lidah dengan dasar mulut tepat di
tengahnya. Kadang terjadi di mana frenulum terlalu pendek dan ketat sehingga
tidak dapat mengangkat lidah, termasuk pembersihan gigi bawah juga menjadi
sulit. Hal ini biasanya diatasi dengan pengguntingan melalui pembedahan.
2.1.3 Gigi
Gigi berperan dalam masktikasi atau mengunyah makanan yang
merupakan bagian dari proses digestif mekanis. Menurut bentuknya, gigi terbagi
menjadi dua jenis yaitu homodontal dan heterodontal. Homodontal merupakan
bentuk gigi geligi yang sama dalam satu rongga mulut. Bentuk tersebut terdapat
pada makhluk hidup seperti ikan dan burung. Sedangkan gigi geligi manusia
termasuk jenis heterodontal, karen memiliki gigi geligi dengan berbagai bentuk
Gambar 2.2. Jenis-jenis gigi manusia. Sumber: Pratiwi, 2009.
Terdapat empat jenis gigi manusia yaitu gigi insisif, gigi kaninus, gigi
premolar dan gigi molar. Fungsi gigi insisif adalah memotong atau mengiris
makanan, gigi kaninus adalah untuk merobek makanan, gigi premolar berfungsi
untu merobek dan menggiling makanan dan yang terakhir yaitu gigi molar
berfungsi untuk mengunyah dan menggiling makanan.
Gigi seri dan gigi taring memiliki empat permukaan sementara gigi
geraham besar dan kecil memiliki lima permukaan. Masing-masing permukaan
gigi berbeda, maka berbeda pula bentuk anatomisnya. Sehingga hal ini menjadi
Gambar 2.3. Struktur gigi manusia. Sumber: Pratiwi, 2009.
Gigi terdiri dari dua bagian besar yaitu akar dan mahkota. Mahkota gigi
diselubungi lapisan sementum. Kedua lapisan ini bertemu pada cemento-enamel
junction berupa garis pada leher gigi. Pada gigi orang dewasa yang sehat, garis ini
berada di bawah atau tertutup oleh area perlekatan gusi. Jadi secara klinis atau
yang tampak oleh mata, mahkota gigi adalah bagian gigi yang berada di atas area
perlekatan gusi. Sementara secara anatomis, atau sesungguhnya batas mahkota
Panjang mahkota gigi yang tampak oleh mata sangat bervariasi, tergantung
letak area perlekatan gusi. Penyikatan gigi yang berlebihan dapat mengakibatkan
turunnya area perlekatan gusi, sehingga gigi tampak lebih panjang. Sedangkan
mahkota gigi akan tampak lebih pendek pada pemakaian gigi yang berlebihan
(Pratiwi, 2009).
2.1.4 Gingiva
Gingivae atau gusi terdiri dari dense irregular connective tissue yang
dilapisi oleh nonkeratinized stratified squamous epithelium yang menutupi
alveolar processes pada rahang atas dan bawah serta meliputi leher bagian gigi.
Permukaan internal bibir atas dan bawah kedua-duanya melekat pada gusi pada
lipatan nipis di bagian garis tengah yang dikenal sebagai labia frenulum
(McKinley dan O’Loughlin, 2008).
Gingiva berjalan melapisi tonjolan alveolar dan berakhir pada leher gigi.
Gingiva yang mengelilingi leher gigi direkatkan oleh cincin yang disebut
junctional epithelium. Gingiva yang sehat biasanya berwarna merah muda,
tergantung etnis individu. Makin gelap kulit seseorang, makin gelap pula warna
merah gingivanya. Konsistensinya padat dan melekat pada tulang alveolar di
bawahnya.
Gingiva dibagi menjadi tiga area yaitu area paling atas disebut free
marginal gingiva yaitu gingiva yang tidak melekat pada tulang alveolar. Di
bawahnya adalah attached gingiva, yaitu area gingiva yang melekat pada tulang
alveolar dengan lebar yang bervariasi. Interdental gingiva adalah bagian gingiva
yang berada di antara gigi. Sulkus gingiva pula adalah kantung yang berjalan dari
marginal gingiva sampai junctional epithelium.
Serat periodontal adalah penyambung akar gigi dengan tulang alveolar
yang mengandung serat kolagen, sel saraf, dan pembuluh darah. Serat ini
berfungsi untuk memegang gigi dan tempat perlekatannya tersebar merata di
2.1.5 Air Liur
Air liur atau saliva merupaan campuran berbagai cairan yang terdapat
dalam rongga mulut. Cairan ini berasal dari kelenjar saliva mayor dan minor.
Saliva berfungsi sebagai cairan pembersih dalam mulut, sehingga diperlukan
dalam jumlah yang cukup. Kekurangan saliva akan membuat tingginya jumlah
plak dalam mulut. Tingkat keasaman saliva juga berpengaruh terhadap timbulnya
lubang gigi atau karies. Semakin asam, semakin mudah terjadinya karies gigi.
2.2 Konsep Dasar Oral Hygiene
Kebersihan rongga mulut adalah tindakan untuk membersihkan dan
menyegarkan mulut,gigi dan gusi untuk mecegah dari penyakit gigi dan mulut,
mencegah penyakit penularan yang penularannya melalui mulut, mempertinggi
daya tahan tubuh badan, dan memperbaiki fungsi mulut untuk meningkatkan
nafsu makan (Hermawan, 2010).
Mengapa oral hygiene amat penting dalam kehidupan kita? Menurut
Hermawan (2010), terdapat teori tentang infeksi fokal yang banyak mendapat
perhatian selama abad 19 dan awal abad 20. Teori ini menyebutkan bahawa
infeksi bertanggungjawab atas inisiasi dan progresi berbagai penyakit inflamasi
seperti radang sendi, tukak lambung dan radang usu buntu.
Kemajuan dalam klasifikasi dan identifikasi kuman bakteri rongga mulut
dan bidang imunologi, semakin meyakinkan adanya peran penting infeksi gigi
terhadap berbagai penyakit sistemik seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,
penyakit paru, penyakit gula, stroke, kanker dan sebagainya. Juga menjadi
semakin jelas bahawa gigi dan rongga mulut dapat menjadi tempat asal bagi
desiminasi mikroorganisme penyebab penyakit kebagian tubuh yang lain.
Tidak semua bakteri rongga mulut membahayakan. Sebagian besar justru
dibutuhkan sebagai flora normal mulut. Bakteri yang potensial menimbulkan
penyakit gigi dan banyak pula dijumpai pada penyakit sistemik yaitu golongan
bakteri anaerob negatif. Antara lain adalah P.Gingivilis, B.Intermedius dan
A.Actinomyecetemcommitans. Bakteri-bakteri ini dominan pada radang gusi dan
Bakteri rongga mulut yang dapat menyebar melalui aliran darah disebut
sebagai bakteriemia. Yang menyebar bisa bakteri itu sendiri maupun racun yang
dihasilkannya yaitu dikenal sebagai endotoksin atau eksotoksin. Beberapa
penelitian mengenai bakteriemia ini layak disimak. Bakteriemia diamati pada
100% pasien setelah cabut gigi, 70% setelah pembersihan karang gigi, pada 55%
setelah pembedahan gigi geraham bungsu, 20% setelah perawatan akar gigi, dan
55% setelah operasi amandel.
Pada kondisi kesehatan mulut normal, hanya sejumlah kecil bakteri
fakultatif dan tidak membahayakan masuk ke aliran darah. Namun pada kondisi
kebersihan mulut jelek, jumlah bakteri pada permukaan gigi meningkat dua
hingga sepuluh kali lipat sehingga peluang untuk menjadi bakteriemia menjadi
lebih besar. Kecuali lewat bakteriemia, adanya rangkaian reaksi imunologis yang
dipicu oleh infeksi di rongga mulut, merupakan penjelasan lain mengapa problem
gigi dapat merambat ke penyakit-penyakit serius yang bisa berujung dengan
kematian.
Cara penjagaan oral yang baik adalah seperti berikut:
Melakukan pembersihan gigi yang dilakukan secara mandiri dan profesional. Perawatan mandiri dapat dilakukan di rumah dengan sikat gigi
teratur, dua kali sehari dengan metode yang benar. Tindakan dengan
membersihkan gigi dengan benang gigi (flossing) dapat dilakukan satu
hingga dua kali sehari. Guna pasta gigi berfluorida. Hindari dari makan
makanan ringan dan minuman manis untuk mengurangkan kerusakan
gigi.Secara profesional, kita hendaklah mengunjungi dokter gigi secara
rutin tiap enam bulan sekali untuk pembersihan yang tidak dapat dilakukan
di rumah dan dapat melakukan pendeteksian awal gangguan-gangguan
gigi dan mulut yang kita belum sadari ( Razak, 2007).
Makanan yang lengket dan kenyal, seperti permen atau buah yang dikeringkan sebaiknya dimakan saat makan biasa dan bukan antara waktu
makan. Jika perlu, sikat gigi setiap kali habis makan.
permukaan gigit gigi geraham. Pelapisan ini berguna untuk mencegah
akumulasi plak pada cekungan gigi yang dalam dan sulit dicapai sikat
untuk dibersihkan. Sealants ini biasanya diaplikasikan pada anak-anak saat
gigi geraham tetapnya tumbuh. Sealant juga dapat diaplikasikan pada gigi
dewasa yang masih utuh atau belum berlubang.
Fluorida sering direkomendasikan sebagai perlindungan terhadap lubang gigi. Penelitian juga menunjukkan jumlah lubang gigi lebih sedikit setelah
mengkonsumsi air yang mengandung fluor. Fluor dapat dikonsumsi saat
struktur email gigi sedang mengalami tumbuh kembang, dengan demikian
fluor dapat melindungi email dari asam. Anak yang berusia di bawah 12
tahun haruslah mengkonsumsi air atau mengkonsumsi suplemen yang
mengandungi fluor jika tinggal di daerah yang tidak menerima pelayanan
fluor pada air mereka (Anonim, 2007).
Peletakan fluor secara topikal juga direkomendasikan untuk melindungi permukaan gigi. Hal ini didapat dari kandungan fluor dalam pasta gigi atau
obat kumur. Pelapisan fluor secara topikal ini dapat juga dilakukan saat
kunjungan ke dokter gigi, setelah pembersihan rutin gigi.
Makan permen karet dengan xylitol mulai banyak dilakukan di beberapa negara untuk melindungi gigi. Efeknya dalam mengurangi jumlah plak
yang dilihat berdasarkan kerja bakteri terhadap xylitol untuk memproduksi
asam, tidak seperti pada jenis gula lainnya (Pratiwi, 2009).
Dengan penjagaan gigi yang baik bukan saja dapat mencegah penyakit
oral, melainkan juga untuk memelihara kesehatan umum yang baik selain dari
memperlihatkan tampang wajah yang bagus, memudahkan untuk makan dan juga
berbicara tanpa merisaukan bau mulut.
2.3 Pendidikan Kesehatan Gigi
Pendidikan kesehatan gigi merupakan metode untuk memotivasi pasien
agar membersihkan mulut mereka dengan efektif. Pendekatan ini sebaiknya tidak
dianggap sebagai instrukter dokter tetapi lebih merupakan dorongan atau ajakan
Pendekatan ini ditujukan sedini mungkin pada anak-anak, dan orang
dewasa yang belum memiliki pemahaman yang benar. Suksesnya pendidikan ini
sangat tergantung dari intensitas dokter gigi dalam memberikan dorongan setiap
kali pasien datang.
Apa saja pendidikan kesehatan gigi itu? Pendidikan kesehatan gigi
meliputi metode penyikatan gigi, flossing, dan pengontrolan pola makan.
Pendidikan kesehatan gigi dapat diberikan saat pasien datang ke dokter gigi dan
pada setiap kunjungan terdapat beberapa metode yang akan dilakukan.
Pada kunjungan pertama, biasanya akan dilakukan pemeriksaan
menyeluruh tentang kebersihan mulut, pemeriksaan tentang kebiasaan pasien
dalam membersihkan mulut, penjelasan serta anjuran dokter gigi. Dokter gigi
akan memeriksa berapa banyak plak dan sisa makanan yang melekat pada
permukaan gigi. Hasil pemeriksaan ini kemudian dimasukkan dalam catatan status
kebersihan mulut pasien dan dikelompokkan dengan pernyataan baik, sedang atau
buruk.pencatatan hasil kebersihan mulut ini akan dibandingkan dengan hasil pada
kunjungan berikutnya.
Jika status kesehatan mulut pasien adalah sedang atau buruk, maka pasien
akan diminta untuk menunjukkan cara membersihkan gigi yang biasa dilakukan
dirumah. Dengan mengamati hal ini, barulah dokter gigi dapat menentukan
apakah pasien perlu diberikan saran tertentu untuk memperbaiki kebiasaan cara
membersihkan mulut.
Dalam memberi penjelasan serta anjuran oleh dokter gigi, biasanya
mereka akan menjelaskan tentang pentingnya kebersihan rongga mulut dan gigi.
Selain itu, dokter gigi akan medemonstrasikan cara pembersihan gigi pada model
contoh gigi, merekomendasikan pemakaian jenis sikat gigi yang baik dan pasta
gigi yang mengandung fluor serta merekomendasikan frekuensi penyikatan gigi
dalam sehari dan kapan waktu yang tepat untuk menyikat gigi serta durasi waktu
berapa lama setiap kali pembersihan mulut dilakukan.
Pada kunjungan kedua biasanya akan dilakukan evaluasi dan mengulangi
anjuran secara lebih terperinci. Dokter gigi akan melihat dan mengevaluasi apakah
pembersihan yang efektif baru diajarkan dan tidak mudah untuk dilaksanakan.
Seringkali hasil yang didapatkan tidak menunjukkan kemajuan seperti yang
diharapkan. Dalam hal ini, dokter gigi selalu menganjurkan untuk tetap
memotivasi pasien. Selain itu, juga akan dilakukan pertanyaan tentang kesulitan
pasien saat membersihkan gigi sendiri di rumah dan memberikan solusi teknik
yang mudah untuk diaplikasi.
Pada kunjungan yang berikutnya, dokter gigi akan mengulangi seluruh
proses seperti pada kunjungan pertama dan akan memberikan dorongan untuk
mempertahankan tingkat kebersihan mulut yang sudah baik. Ini karena, kebiasaan
yang baik biasanya akan bertahan jika terus diberikan motivasi.
2.3.1 Sikat Gigi
Sikat gigi yang dijual di pasaran terdiri dari dua jenis yaitu manual dan
elektrik. Antara ciri-ciri sikat gigi yang baik adalah bulu sikat yang halus sehingga
tidak merusak email dan gusi serta kepala sikat yang ramping atau bersudut,
sehingga mempermudah pencapaian sikat di daerah mulut bagian belakang yang
sulit dijangkau.
Ada dua macam bulu yang digunakan untuk sikat gigi yaitu bulu asli dari
rambut hewan dan bahan sintetik seperti nilon. Tetapi kini, sikat gigi umumnya
dibuat dengan bahan sintetik. Walaupun bahan buku hewan dan sintetik termasuk
efektif dalam mengangkat plak, tetapi bahan sintetik lebih unggul dalam hal
keseragaman ukuran, elastisitas, daya tahan terhadap kepatahan dan dorongan air.
Dalam hal ini, bulu sikat yang lembut lebih dianjurkan pemakaiannya
karena fleksibel dan efektif membersihkan lekukan dan daerah yang sulit
dijangkau. Sedangkan bulu sikat yang keras tidak dapat menghilangkan karang,
noda, atau memutihkan gigi.
Sebaiknya sikat gigi diganti setelah tiga bulan pemakaian. Tetapi jika
dalam waktu seminggu sikat sudah terlihat tidak laya pakai, berarti terdapat
kesalahan cara kita menyikat gigi. Satu hal yang dapat diperhatikan, tiap orang
sebaiknya memiliki sikat gigi peribadi dan jangan dipakai bersama-sama dengan
Walaupun kita selalu mengatakan telah menyikat gigi dua kali sehari,
namun sebagian besar orang tetap memiliki plak dalam mulutnya. Hal ini
menunjukkan bahawa metode pembersihan yang dilakukan belum tepat. Ada
beberapa metode yang disarankan para ahli, namun belum dapat dibuktikan
metode mana yang terbaik. Antara metode tersebut adalah Scrub, Roll, Bass,
Stillman, Fones, dan Charters.
Pada metode Scrubs, dia telah memperkenalkan cara sikat gigi dengan menggerakkan sikat secara horizontal. Ujung bulu sikat diletakkan pada
area batas gusi dan gigi, kemudian digerakkan maju dan mundur
berulang-ulang.
Roll pula memperkenalkan cara menyikat gigi dengan gerakan memutar mulai dari permukaan kunyah gigi belakang, gusi dan seluruh permukaan
gigi sisanya. Bulu sikat diletakkan pada area batas gusi dan gigi dengan
posisi paralel dengan sumbu tegaknya tinggi.
Bass memperkenalkan cara dengan meletakkan bulu sikatnya pada area batas gusi dan gigi sambil membentuk sudut 45 derajat dengan sumbu
tegak gigi. Sikat gigi digetarkan di tempat tanpa mengubah-ubah posisi
bulu sikat.
Stillman mengaplikasikan metode dengan menekan bulu sikat dari arah gusi ke gigi secara berulang. Setelah sampai dipermukaan kunyah, bulu
sikat digerakkan memutar. Bulu sikat diletakkan pada area batas gusi dan
gigi sambil membentuk sudut 45 derajat dengan sumbu tegak gigi seperti
metode Bass.
Fones mengutarakan metode gerakan sikat secara horizontal sementara gigi ditahan pada posisi menggigit atau oklusi. Gerakan dilakukan
memutar dan mengenai seluruh permukaan gigi atas dan bawah.
Charters pula memperkenalkan cara dengan meletakkan bulu sikat menekan gigi dengan arah bulu sikat menghadap permukaan kunyah atau
oklusal gigi. Arahkan 45 derajat pada daerah leher gigi. Tekan pada daerah
gigi dan sela-sela gigi kemudian getarkan minimal sepuluh kali pada
membersihkan daerah mahkota gigi. Metode ini baik untuk membersihkan
plak di daerah sela-sela gigi, pada pasien yang memakai alat ortodontik
kawat gigi dan pada pasien dengan gigi tiruan yang permanen.
Setiap metode yang telah disarankan oleh beberapa dokter gigi ahli
memiliki kesulitan tersendiri. Bagi anak-anak disarankan memulai dengan metode
Scrubs dan dilanjutkan dengan metode Bass. Secara umum, sampai saat ini
disimpulkan bahawa cara sikat gigi yang paling efektif adalah dengan
mengkombinasikan metode-metode tersebut.
2.3.2 Pasta Gigi
Pasta gigi adalah pasta atau gel yang digunakan untuk meningkatkan
kesehatan gigi dan mulut dengan cara mengangkat plak dan sisa makanan,
termasuk menghilangkan bau atau mengurangi bau mulut. Pasta gigi juga dapat
membantu menguatkan struktur gigi dengan kandungan fluor.
Jumlah pasta gigi yang diletakkan pun tidak perlu sepanjang pemukaan
bulu sikat, melainkan seperlunya saja. Jadi bukan jumlah pasta gigi yang
berpengaruh terhadap kebersihan gigi, tetapi cara menyikatnya. Kemudian, busa
yang terbentuk saat menyikat gigi sebaiknya tidak ditelan.
Apakah kandungan pasta gigi? Pasta gigi mengandungi sodium fluorida
(NaF) yang merupakan bahan aktif yang paling utama dan popular dalam pasta
gigi untuk mecegah lubang pada gigi. Beberapa merek mengandung sodium
monofluorofosfat (SMFP). Hampir seluruh pasta gigi yang dipasarkan di Amerika
memiliki 1000-1100 bagian per milion NaF atau SMFP. Konsistensi ini
menunjukkan bahawa pasta gigi yang murah sama bagusnya dengan yang mahal.
Banyak pasta gigi mengandung sodium lauryl sulfate (SLS). SLS juga
biasa terkandung dalam shampu atau sabun yang kita pakai sehari-hari. SLS pada
beberapa orang dapat menyebabkan luka pada mulut seperti ulkus karena bersifat
mengeringkan lapisan pelindung mulut sehingga jaringan di bawahnya menjadi
rusak.
Bahan seperti baking soda, enzim, vitamin, herbal, kalsium dan hidrogen
gigi. Beberapa pasta gigi dapat menimbulkan rasa mual atau muntah dan diare
jika ditelan dalam jumlah yang tertentu. Jumlah yang berlebihan dapat
menyebabkan fluorosis. Karena itu, penggunaan pasta gigi pada balita perlu
dilakukan pengawasan orang tua.
Kalsium dalam pasta gigi dapat berasal dari tulang hewan atau dari jeruk
nipis. Kaum vegetarian biasanya menghindari penggunaan produk yang berasal
dari hewan. Oleh karena itu, di India dipasarkan pasta gigi khusus untuk para
vegetarian.
2.3.3 Flossing atau Benang Gigi
Flossing merupakan tindakan pembersihan gigi dengan menggunakan
dentalfloss atau yang lebih dikenal dengan benang gigi. Flossing bertujuan untuk
mengangkat sisa makanan di antara gigi yang tidak tercapai dengan sikat gigi.
Idealnya, flossing dilakukan setelah menyikat gigi sehingga upaya pembersihan
gigi menjadi sempurna.
American Dental Association (ADA) menyarankan flossing dilakukan
minimal sekali sehari. Caranya dengan melingkarkan benang gigi di sekeliling
gigi berbentuk huruf C dan menggeserkannya pada permukaan gigi dari arah garis
gusi ke luar sampai tiga kali per gigi dan diulangi di bagian sebelahnya. Tetapi,
cara flossing yang salah dapat menyebabkan luka pada gusi dan tidak
membersihkan plak dengan efektif.
ADA telah membuat penelitian tentang efek terhadap flossing dan
mendapati terjadi penurunan kasus lubang gigi jika dilakukan flossing setiap hari
sekali. Sebagian dokter gigi merekomendasikan penggunaan pengangkat plak
berbentuk seperti tusuk gigi sebagai pengganti flossing. Namun tampaknya
penggunaannya masih kurang mendapat dukungan. Hal ini disebabkan banyaknya
keluhan iritasi dan infeksi gusi terjadi akibat penggunaan alat tersebut.
Cara pemakaian benang gigi yang benar menurut Pratiwi (2009) adalah:
1. Ambil benang gigi secukupnya (kira-kira 10-15cm).
3. Lewatkan benang perlahan melalui titik kontak dengan menggerakkan
benang dari arah depan ke belakang. Hindari penekanan yang berlebihan
karena dapat mengiritasi daerah gusi antara gigi.
4. Gerakkan benang dari arah gusi ke gigi (jangan sebaliknya) dengan
penekanan ke arah gigi supaya dapat mengangkat sisa-sisa kotoran dengan
sempurna.
5. Setelah melakukan flossing di seluruh gigi, berkumurlah untuk
mengangkat sisa-sisa kotoran yang masih terjebak di antara gigi.
2.3.4 Obat Kumur
Obat kumur biasanya bersifat antiseptik yang dapat membunuh kuman
sebagai timbulnya plak, radang gusi, dan bau mulut. Namun, tindakan berkumur
tidak mengeliminir perlunya penyikatan gigi. Obat kumur juga dapat menjadi
penyegar mulut atau mengurangi bau mulut seusai makan.
Penggunaan obat kumur biasanya sekitar 20ml setiap habis bersikat gigi
dua kali sehari. Obat kumur dikulum dalam mulut selama 30 detik dan kemudian
dikeluarkan.
Bahan lain yang juga digunakan adalah air, pemanis seperti sorbitol dan
sodium sakarin, dan alkohol 20 persen. Kandungan alkohol ini perlu diwaspadai
karena ada kontraindikasi. Beberapa merek obat kumur akhir-akhir ini banyak
yang tidak memiliki kandungan alkohol di dalamnya.
Beberapa obat kumur dibuat khusus untuk mengatasi plak gigi. Bahan
aktif yang terkandung adalah mentol (0,042%), timol (0,064%), metal salisilat
(0,060%), dan eukaliptol (0,092%). Bahan lain yang juga terkandung adalah air,
alkohol 21,6%, sorbitol, perasa, sodium sakarin, dan asam benzoat.
Obat kumur yang mengandung garam dapat dibuat sendiri di rumah.
Caranya dengan melarutkan garam dengan takaran satu sendok teh dalam segelas
air hangat. Namun hal ini secara spesifik hanya dilakukan untuk mengatasi
keluhan abses atau keradangan lainnya di dalam mulut, dan bukan untuk
2.3.5 Pola Makan
Faktor yang paling penting dalam hubungan diet dan kesehatan gigi adalah
frekuensi konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, terutama sukrosa.
Jika sisa makanan ini membentuk plak yang kemudiaanya menghasilkan asam
dengan pH di bawah 5,5 maka terjadilah pengrusakan email gigi sebagai tahap
awal munculnya gigi berlubang. Sukrosa ini banyak terkandung pada makanan
manis dan camilan. Karena itu, tujuan utama diet yang berhubungan dengan
kesehatan gigi adalah motivasi setiap orang untuk mengontrol frekuensi dalam
mengkonsumsi jenis makanan yang mengandung karbohidrat.
Oleh itu, perlu dilakukan analisis diet yang dilakukan sendiri sehari-hari
agar dapat memantau dan mengelakkan dari kesehatan gigi kita menurun. Dalam
menganalisis diet, pasien akan disosialisasikan mengenai jenis makanan dengan
risiko rendah terhadap gigi berlubang atau disebut dengan makanan
nonkariogenik. Daging atau produk yang mengandung daging, wortel, dan jenis
sayuran lainnya, serta kacang dan keju termasuk jenis makanan yang
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini
adalah :
Usia
Jenis Kelamin
Suku dan Bangsa
3.2 Definisi Operasional
Antara hal yang akan dilihat pada penelitian ini adalah usia, jenis kelamin
dan suku serta bangsa terhadap pengetahuan tentang kebersihan rongga mulut
Usia
Definisi Operasional : Usia anak-anak mulai dari kelahirannya sampai saat menjawab pertanyaan yang diberikan pada kuesioner.
Cara Ukur : Wawancara.
Alat ukur : Kuesioner yang terdiri dari pentanyaan tentang identitas murid. Kategori :
o Yang berumur 9 tahun
o Yang berumur 10 tahun
o Yang berumur 11 tahun
Skala pengukuran : Ordinal
Jenis kelamin
Definisi Operasional : Anak-anak yang sejak dilahirkan mempunyai jenis kelamin sebagai laki-laki atau perempuan saat menjawab pertanyaan pada
kuesioner yang akan diberikan. Cara Ukur : Wawancara.
Alat Ukur : Kuesioner yang terdiri dari pertanyaan tentang identitas murid. Kategori :
o Laki-laki
o Perempuan
Skala Pengukuran : Nominal.
Suku
Definisi Operasional : Suku adalah anak-anak yang sejak dilahirkan memiliki keturunan yang sama dengan orang tuanya
Cara Ukur : Wawancara
Alat Ukur : Kuesioner yang terdiri dari pertanyaan tentang identitas murid. Kategori :
o Melayu
o Cina
o India
o Indonesia
o Lain-lain
Skala Pengukuran : Nominal.
Tingkat pengetahuan anak-anak sekolah dasar tentang kebersihan rongga mulut. Definisi Operasional : Kemampuan anak berusia 9-11 tahun untuk
menjawab pertanyaan mengenai kebersihan rongga mulut. Cara Ukur : Wawancara.
Kategori : Pengetahuan anak sekolah dasar tentang kebersihan rongga mulut diukur melalui 10 pertanyaan yang digunakan kepada responden
dengan memilih jawaban yang disediakan. Jawaban paling benar diberi
nilai 3 dan paling rendah diberi nilai 1. Pengukuran tingkat pengetahuan
tentang kebersihan rongga mulut dibedakan atas 3 kategori menurut
Pratomo (1990):
o Tingkat pengetahuan baik, apabila nilai yang diperoleh responden
lebih besar dari 75% dijawab dengan benar dengan total skor > 18.
o Tingkat pengetahuan sedang, apabila nilai yang diperoleh
responden 40%-75% dijawab dengan benar dengan total 9-17.
o Tingkat pengetahuan kurang, apabila nilai yang diperoleh
responden lebih kecil dari 40% dari jawaban yang benar dengan
total < 8.
Skala Pengukuran : Ordinal.
3.3. Aspek Pengukuran
Pengukuran gambaran tingkat pengetahuan anak-anak sekolah rendah
tentang kebersihan rongga mulut di Sekolah Kebangsaan Tebrau Bakar Batu
dilakukan berdasarkan jawaban pertanyaan yang diberikan oleh responden.
Instrumen yang digunakan berupa kuesioner dengan jumlah pertanyaan sebanyak
11 pertanyaan. Bila jawaban responden paling benar akan diberi nilai 2, jawaban
kurang benar diberi nilai 1, dan jawaban salah diberi nilai 0. Sisterm skoring yang
Tabel 3.1. Skor Pertanyaan pada Kuesioner Pengetahuan
No. Skor
1. A = 2 B = 0 C = 1
2. A = 0 B = 1 C = 2
3. A = 1 B = 2 C = 0
4. A = 2 B = 0 C = 1
5. A = 0 B = 2 C = 1
6. A = 1 B = 0 C = 2
7. A = 2 B = 1 C = 0
8. A = 2 B = 1 C = 0
9. A = 1 B = 2 C = 0
10. A = 2 B = 0 C = 1
11. A = 2 B = 0 C = 1
Dengan memakai skala pengukuran menurut Pratomo (1990), yaitu: Baik, jika jawaban responden yang benar >75%
Sedang, jika jawaban responden yang benar 40-75% Kurang, jika jawaban responden yang benar <40%
Maka penilaian terhadap pengetahuan responden yaitu: Skor 18-22 : baik
BAB 4
METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, jenis penelitian yang telah digunakan
adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan studi cross-sectional. Ini
merupakan penelitian yang bertujuan melakukan deskripsi mengenai fenomena
yang ditemukan, baik berupa faktor resiko maupun efek atau hasil dan diteliti
pada waktu yang bersamaan. Tiap subjek penelitian diobservasi sebanyak satu
kali. Alasan jenis penelitian ini dipilih adalah karena sesuai untuk memenuhi
tujuan penelitian yang telah ditetapkan yaitu survei untuk mengetahui gambaran
tingkat pengetahuan tentang kebersihan rongga mulut.
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1 Waktu Penelitian
Waktu penelitian akan dimulai dari bulan September 2010 sampai bulan
Oktober 2010 pada jam sekolah.
4.2.2 Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah di dalam kelas di Sekolah Kebangsaan Tebrau
Bakar Batu, Johor Bharu, Johor Malaysia. Sekolah ini terletak di kawasan
lingkungan bersosioekonomi yang rendah, dan ada 600 orang murid di situ. Selain
itu, murid yang belajar di sana terdiri dari berbagai suku dan bangsa, ada
masyarakat Melayu, Cina, India dan juga terdapat murid berbangsa Indonesia
karena orang tuanya bekerja di sana. Tempat penelitian ini dipilih karena lokasi
4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi
Yang menjadi populasi terjangkau pada penelitian ini adalah seluruh
murid atau pelajar yang belajar di Sekolah Kebangsaan Tebrau Bakar Batu, Johor
Bharu, Johor, Malaysia.
4.3.2 Sampel
Pada penelitian ini, sampel akan diambil dengan menggunakan rumus
berikut (Imron dan Munif, 2010) :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d = presisi yang ditetapkan
Diketahui jumlah populasi di Sekolah Kebangsaan Tebrau Bakar Batu, Johor
Bharu, Johor, Malaysia adalah sebanyak 600 orang. Tingkat presisi yang
ditetapkan adalah 10%. Maka, jumlah sampel yang harus diambil adalah :
= 85,71
= 86 responden
Jadi, jumlah sampel adalah sebesar 86 responden.
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:
1. Bersedia dan mendapat izin dari orang tua untuk menjadi subjek
penelitian.
2. Pelajar di Sekolah Kebangsaan Tebrau Batu Bakar.
3. Berusia 9 – 11 tahun.
Yang menjadi kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :
1. Mengalami gangguan status mental
2. Mengalami kelainan kongenital pada rongga mulut
Pada penelitian kali ini, cara penarikan sampel yang akan dilakukan adalah
dengan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik ini dipilih karena ia
merupakan cara yang paling mudah dan paling sesuai pada penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti. Pada teknik ini, sampel yang akan diambil telah
ditentukan jumlah dan kriterianya. Maka, semua subjek yang datang dan
memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek
yang diperlukan terpenuhi.
4.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, yang telah diuji adalah karakteristik responden yaitu
usia dan jenis kelamin terhadap tingkat pengetahuan mereka mengenai kebersihan
rongga mulut. Ini dapat diperoleh dengan cara memberikan kuesioner terstruktur
yang terdiri dari 11 pertanyaan tentang kebersihan rongga mulut yang harus
dijawab oleh setiap responden.
Untuk memastikan kuesioner yang digunakan itu standard, kuesioner akan
diuji terlebih dahulu untuk menentukan validitas dan realibilitasnya dengan
menggunakan program SPSS for windows 16.0.
Jenis data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data primer yaitu
data yang diperoleh dari responden itu sendiri dengan menggunakan kuesioner.
Uji validitas dan reliabilitas kuesioner dijalankan terlebih dahulu pada 40 orang
sampel.
4.4.1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang diukur. Kuesioner yang telah selesai disusun akan diuji
validitasnya dengan SPSS 16.0.
Kuesioner penelitian ini yang telah disusun sebelumnya dengan jumlah
pertanyaan kurang lebih sebanyak 16 pertanyaan, kemudian dilakukan uji
perangkat lunak SPSS 16.0. Sampel untuk uji validitas adalah 40 responden yang
diambil dari anak-anak sekolah rendah yang bersekolah di Sekolah Rendah
Kebangsaan Sri Tebrau, Johor Bharu, Johor, Malaysia. Uji validitas ini dijalankan
pada bulan September 2010.
Uji validitas dilakukan dengan korelasi Pearson, skor yang didapat dari
setiap pertanyaan dikorelasikan dengan skor total untuk tiap variabel. Setelah
semua korelasi untuk setiap pertanyaan dengan skor total diperoleh, nilai-nilai
tersebut dibandingkan dengan nilai r tabel. Jika nilai koefisien korelasi Pearson
dari suatu pertanyaan tersebut berada di atas nilai r tabel, maka pertanyaan
tersebut adalah valid.
4.4.2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan indeks yang dipakai untuk menunjukkan sejauh
mana suatu alat pengukur dapat dipercaya. Kuesioner yang telah selesai disusun
akan diuji reliabilitasnya dengan menggunakan SPSS 16.0.
Kuesioner penelitian ini yang disusun sebelumnya telah dilakukan uji
reliabilitas dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 16.0. Sampel untuk uji
reliabilitas adalah 40 responden yang diambil dari anak-anak sekolah rendah yang
bersekolah di Sekolah Rendah Kebangsaan Sri Tebrau. Uji reliabilitas ini
dilaksanakan pada bulan September 2010.
Uji reliabilitas dilakukan pada seluruh pertanyaan yang valid dengan
koefisien Reliabilitas Alpha pada aplikasi SPSS 16.0. Jika nilai alpha lebih besar
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas untuk Tiap Pertanyaan dalam Kuesioner
Variabel No
pertanyaan
Total Pearson
Correlation
Status Alpha Status
Pengetahuan
1 0.682 Valid 0.607 Reliabel
2 0.395 Valid Reliabel
3 0.381 Valid Reliabel
4 0.616 Valid Reliabel
5 0.344 Valid Reliabel
6 0.462 Valid Reliabel
7 0.539 Valid Reliabel
8 0.412 Valid Reliabel
9 0.367 Valid Reliabel
10 0.356 Valid Reliabel
11 0.385 Valid Reliabel
4.5 Pengolahan dan Analisa Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS for
windows 16.0 (Statistical Products and Service Solutions). Data yang sudah
dianalisis disajikan dalam bentuk tabel serta penjelasan hasil analisis dalam
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
Proses pengambilan data untuk penelitian telah dilakukan dengan
menggunakan instrument kuesioner dan menggunakan metode wawancara yang
telah diisi oleh responden di tempat tanpa dibawa pulang ke rumah. Hasil
kuesioner yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa, sehingga dapat
disimpulkan hasil penelitian dalam paparan di bawah ini.
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan September 2010 di Sekolah
Kebangsaan Tebrau Bakar Batu, Johor Bharu, Johor, Malaysia. Sekolah
Kebangsaan Tebrau Bakar Batu merupakan sekolah rendah di negeri Johor yang
ditubuhkan sebelum kemerdekaan Malaysia yaitu pada tahun 1950. Pembentukan
nama sekolah ini diilhamkan daripada sumber persekitaran sekolah yaitu pokok
tebrau dan juga adanya fabrik bata yang bertujuan untuk membangunkan
pemerintahan British. Sekolah ini dikelaskan dalam sekolah gred A karena
pencapaian akademik pelajar yang baik sepanjang tahun. Keluasan sekolah adalah
seluas 5 ekar dan terletak 7 kilometer dari Bandar Johor. Ia mempunyai 30 tenaga
pengajar dan hampir 600 orang murid. Murid yang belajar di sana terdiri dari
berbagai suku dan bangsa contohnya seperti Melayu, Cina, India dan juga terdapat
murid berbangsa Indonesia. Sekolah ini hanya mempunyai 12 kelas dan
menyebabkan murid tahun 2,3,4 dan 5 harus berkongsi kelas. Untuk mengatasi
masalah itu, pihak sekolah mengadakan 2 sesi pembelajaran yaitu sesi pagi bagi
murid tahun satu hingga tahun tiga dan sesi sore bagi murid tahun empat hingga 6.
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden
Responden yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah murid yang
bersekolah di Sekolah Kebangsaan Tebrau Bakar Batu, Johor Bharu, Johor,
Malaysia pada tahun 2010. Total sampel yang di ambil pada penelitian ini adalah
seramai 90 orang. Responden dipilih dengan menggunakan teknik purposive
sampling di mana peneliti menetapkan kriteria-kriteria yang harus ada pada
sampel supaya layak menjadi responden dalam penelitian ini.
Dari keseluruhan responden, didapatkan tentang gambaran karakteristik
mengenai usia, jenis kelamin dan juga suku serta bangsa. Data lengkap mengenai
karakteristik-karakteristik responden dapat dilihat pada tabel–tabel di bawah.
Pada penelitian ini, ada ditanyakan mengenai usia bagi setiap responden di
dalam lembar kuesioner dan hasilnya dapat dikelaskan menjadi tiga kelompok
[image:46.595.109.530.453.613.2]usia yaitu yang berumur 9 tahun, 10 tahun dan 11 tahun.
Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik berdasarkan Usia
Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)
Usia
9 tahun 30 33,3
10 tahun 30 33,3
11 tahun 30 33,3
Total 90 100
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa distribusi bagi karakteristik setiap
usia adalah sama yaitu 9 tahun (33,3%), 10 tahun (33,3%) dan 11 tahun (33,3%).
Ini dikarenakan peneliti telah menetapkan kuota jumlah responden bagi setiap
Pada penelitian ini, responden ditanyakan mengenai jenis kelaminnya di
dalam lembar kuesioner. Ini karena faktor jenis kelamin dapat mempengaruhi
[image:47.595.109.528.214.384.2]pengetahuan tentang kebersihan rongga mulut
Tabel 5.2. Distribusi Karakteristik berdasarkan Jenis Kelamin
Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)
Jenis Kelamin
Laki-laki 45 50
Perempuan 45 50
Total 90 100
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa distribusi bagi karakterisitik jenis
kelamin adalah sama yaitu laki-laki (50%) dan perempuan (50%). Ini karena
peneliti telah membataskan kuota bagi responden laki-laki banding perempuan
sebanyak 1:1.
Pada penelitian ini juga ditanyakan mengenai suku dan bangsa pada
lembar kuesioner untuk melihat gambaran tingkat pengetahuan tentang kebersihan
Tabel 5.3. Distribusi Karakteristik berdasarkan Suku dan Bangsa
Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)
Suku dan Bangsa
Melayu 83 92,2
Cina 3 3,3
India 4 4,4
Lain-lain 0 0
Total 90 100
Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden yang paling sedikit
adalah dari suku dan bangsa lain-lain (0%), diikuti dengan kaum Cina (3,3%),
kaum India (4,4%) dan yang tertinggi adalah kaum Melayu (92,2%) yang
merupakan responden mayoritas dalam penelitian ini.
5.1.3. Hasil Analisa Data
5.1.3.1. Pengetahuan Anak Sekolah Rendah tentang Kebersihan Rongga Mulut
Pada penelitian ini, terdapat 11 pertanyaan yang diajukan di dalam lembar
kuesioner berkaitan tentang kebersihan rongga mulut. Pertanyaan-pertanyaan
tersebut telah diuji validitas dan reliabilitas sehingga ianya dapat mewakili
pengetahuan responden tentang kebersihan rongga mulut. Data lengkap mengenai
distribusi frekuensi jawaban responden pada variabel pengetahuan dapat dilihat
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variebel Pengetahuan
No Item
Jawaban Responden
Benar Salah
(n) (%) (n) (%)
1 Maksud kebersihan rongga mulut 71 78,9 19 21,1
2 Frekuensi sikat gigi yang benar 49 54,4 41 45,6
3 Sebab perlu menjaga kebersihan gigi 79 87,8 11 12,2
4 Cara penjagaan rongga mulut yang benar 33 36,7 57 63,3
5 Keburukan tidak menjaga kebersihan rongga
mulut
83 92,2 7 7,8
6 Sebab perlu menyikat lidah 61 67,8 29 32,2
7 Kegunaan benang gigi (dental floss) 73 81,1 17 18,9
8 Sebab perlu berkunjung ke dokter gigi 72 80,0 18 20,0
9 Frekuensi berkunjung ke dokter gigi 36 40,0 54 60,0
10 Keburukan makanan manis 81 90,0 9 10,0
11 Makanan yang baik untuk kesehatan gigi 72 80,0 18 20,0
Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa pertanyaan-pertanyaan yang banyak
dijawab dengan benar adalah pertanyaan nomor satu (78,9%), nomor dua (54,4%),
[image:49.595.113.517.162.657.2](81,1%), nomor lapan (80,0%), nomor sepuluh (90,0%), dan nomor sebelas
(80,0%). Pertanyaan yang banyak dijawab dengan salah adalah pertanyaan nomor
empat ( 63,3%) dan nomor sembilan (60,0%).
Tingkat pengetahuan responden pula dapat dikelaskan menjadi 3
kelompok yaitu pengetahuan baik, pengetahuan sedang dan pengetahuan buruk.
Responden dikatakan mempunyai tingkat pengetahuan yang baik jika memperoleh
skor total dari jawaban yang diisi pada kuesioner lebih dari 18, tingkat
pengetahuan sedang jika skor total adalah 9 hingga 17 dan tingkat pengetahuan
buruk jika skor total adalah kurang dari 16. Setelah dilakukan penelitian pada