TAYANGAN DEMOCRAZY DAN PERILAKU POLITIK
(Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Democrazy Di MetroTV Terhadap Perilaku Politik Mahasiswa FISIP USU)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Departemen Ilmu Komunikasi
Diajukan Oleh :
Nelvita Sari H. Lumban Gaol 060904029
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAKSI
Penelitian ini berjudul Tayangan Democrazy di MetroTV dan Perilaku Politik (Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Democrazy di MetroTV Terhadap Perilaku Politik Mahasiswa FISIP USU). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh tayangan Democrazy di MetroTV terhadap perilaku ppolitik mahasiswa FISIP USU.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yaitu metode yang melihat sejauhmana pengaruh antara satu variable terhadap variable lainnya.
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa S1 FISIP USU stambuk 2006 sampai 2008 yaitu sebanyak 322 orang. Melalui rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%, maka besar sampel yang diambil adalah sebanyak 76 orang responden. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah sampel stratifikasi proporsional dan sampel acak sederhana.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui dua cara antara lain melalui data sekunder yaitu mengumpulkan data dari ;iteratur dan sumber bacaan yang dianggap relevan dan mendukung penelitian ini. Melalui data primer yaitu data yang diperoleh melalui hasil kuesioner dan wawancara.
Teknik analisa data yang digunakan adalah analisis tabel tunggal, tabel silang dan uji hipotesis melalui rumus Koefisien korelasi Rank Order oleh Spearman dengan hasil 0.27. Untuk melihat kuat lemahnya korelasi kedua variable digunakan skala Guildford. Hasil 0.27 berada diskala 0.20-0.39 yang menunjukkan adanya hubungan yang rendah tetapi pasti antara tayangan Democrazy di MetroTV terhadap perilaku politik mahasiswa FISIP USU. Untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variable X terhadap Y digunakan rumus
test
t , dimana > , = 2.41 dan = 1.99 sehingga pengaruh tayangan Democrazy di MetroTV terhadap perilaku politik mahasiswa FISIP USU adalah signifikan. Kemudian untuk mengetahui besar kekuatan pengaruh variabel X terhadap variabel Y digunakan uji determinasi bahwa tayangan Democrazy di MetroTV mempengaruhi perilaku politik mahasiswa FISIP USU sebesar 7.29%.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena berkat kasih karunia-Nya yang senantiasa memberikan kesehatan dan semangat kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kepada kedua orang tua penulis, Jatogu Lumban Gaol,SE. dan Demseria Hasibuan yang senantiasa mendoakan, memberikan dukungan dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Opung Nelvita dan Megawati Sitinjak yang selalu memberikan dukungan kepada penulis.
Skripsi ini berjudul Tayangan Demorazy di MetroTV dan Perilaku Politik, dibuat sebagai salah satu persyaratan kelulusan dan perolehan gelar sarjana dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, departemen Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara. Dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan bimbingan, nasehat serta dukungan dari berbagai pihak.
Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Mukti Sitompul, M.Si, selaku dosen pembimbing penulis, yang sangat banyak membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Mulai dari meluangkan waktu, memberikan saran dan kritik berharga dan berkenan berdiskusi dengan penulis
4. Bapak Drs. Humaizi, MA. selaku dosen wali yang telah membimbing penulis selama menjalani masa studi sebaga mahasiswa FISIP USU.
5. Seluruh Staf Dosen dan Adiministrasi Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU, yang telah memberikan pendidikan pelajaran, bimbingan serta bantuan lainnya pada penulis dari semester awal hingga menamatkan perkuliahan.
6. Andi Simatupang, yang telah memberikan waktu,perhatian, pikiran serta dukungan yang sebesar-besarnya kepada penulis sampai skripsi ini dapat selesai.
7. Teman-teman penulis di “Ugeb” Erinstella, Mey, Esther, dan “Miracle” Darma, Elisa serta Kak Mery.
8. Teman-teman penulis di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik , terkhusus kepada Herbin, Dewi Manik, Dewi Bakara, Hilda, Poppy, Nelson, Castri, Helena, Maykel, Yusniar, Citra, Riama, Stella,
9. Teman-teman penulis di Naposobulung HKBP IMMANUEL.
10.Kak Novita, kak Nora, Darwin, bang Maniur, bang bosma, kak Herna, kak Dian, Nova, dan Jenni
12.Teman-teman mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi stambuk 2006, Dedek, frensi, Gusti, Ima, Irawati, Diana, Ropesta, Efron,S.sos, Melisa, S.sos, dan seluruh teman-teman yang tidak dapat disebutkan.
13. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan.
Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, masih terdapat kekurangan Oleh karena itu diharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kedepannya bagi penulis. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi seluruh pihak yang membacanya.
Medan, Maret 2010 Penulis,
DAFTAR ISI
I.3. Pembatasan Masalah……….6
I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1. Tujuan Penelitian………...6
I.4.2. Manfaat Penelitian………...7
I.5. Kerangka Teori I.5.1. Komunikasi………...7
I.5.2. Komunikasi Massa………...9
I.5.3. Televisi sebagai Media Komunikasi Massa………...10
I.5.4. Model Teori S-O-R………..14
I.5.5. Perilaku Politik………...16
I.6. Kerangka Konsep………....18
I.7. Model Teoritis………...19
I.8. Variabel Operasional………...20
I.9. Defenisi Operasional………...21
I.10. Hipotesis………...25
BAB II URAIAN TEORITIS II.1. Komunikasi……….26
II.1.1. Unsur-unsur Komunikasi………....27
II.1.2. Proses Komunikasi………...28
II.1.3. Ruang Lingkup Komunikasi………...29
II.1.4. Tujuan Komunikasi………...32
II.1.5. Fungsi Komunikasi ……….32
II.2. Komunikasi Massa………...32
II.2.1. Ciri-ciri Komunikasi Massa………....33
II.2.2. Fungsi Komunikasi Massa………..36
II.3. Televisi………....36
III.3.1. Klasifikasi Siaran Televisi………..37
II.4. Model Teori S-O-R……….40
II.5. Talk Show………....42
II.6. Perilaku Politik………....43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1. Metode Penelitian………...49
III.3. Populasi………...49
III.4. Sampel………...50
III.5. Teknik Penarikan Sampel………...51
III.6. Teknik Pengumpulan Data………...53
III.7. Teknik Analisis Data………..53
III.8. Proses Pengolahan Data……….56
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Deskripsi Lokasi Penelitian………...……….58
IV.1.1. Sejarah SingkatFISIP USU………..………..58
IV.1.2. Visi FISIP USU………...60
IV.1.3. Misi FISIP USU………...60
IV.2. Analisis Tabel Tunggal IV.2.1. Karakteristik Responden………...62
IV.2.2. Tayangan Democrazy di MetroTV……….65
IV.2.3. Perilaku Politik Mahasiswa………...79
IV.3. Analisis Tabel Silang………..88
IV.4. Uji Hipotesis……….103
IV.5. Pembahasan………...106
BAB V PENUTUP V.1. Kesimpulan………...108
V.2. Saran……….109 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
Tabel 1 : Variabel Operasional………...20
Tabel 2 : Populasi ……….50
Tabel 3 : Sampel...………...52
Tabel 4 : Jenis Kelamin Responden………....62
Tabel 5 : Stambuk/angkatan Responden……….63
Tabel 6 : Departemen Responden ……….……64
Tabel 7 : Penampilan Pembawa Acara/Host Democrazy di MetroTV dalam berpakaian...……….65
Tabel 8 : Kemampuan pembawa acara Democrazy di MetroTV menguasai topik pembahasan…...………...66
Tabel 9 : Sikap ramah yang dimiliki pembawa acara Democrazy di MetroTV dalam menyapa penonton…...……….67
Tabel 10 : Kejelasan suara dan artikulasi pembawa acara Democrazy di MetroTV………...68
Tabel 11 : Kemampuan pembawa acara Democrazy di MetroTV menggunakan bahasa formal dan informal ………...………..69
Tabel 12 : Pengalaman yang dimiliki narasumber dalam tayangan Democrazy di MetroTV dalam bidang akademis……..……….70
Tabl 14 : Kesesuaian latar belakang pendidikan narasumber dalam tayangan Democrazy di MetroTV dengan topik yang dibahas..…………....72 Tabel 15 : Kerjasama tim antara pelaku yang terlibat dalam tayangan
Democrazy di MetroTV……...………....73 Tabel 16 : Kekompakan antara pelaku dalam penyampaian humor dalam
tayangan Democrazy di MetroTV..……….74 Tabel 17 : Topik yang dibahas dalam tayangan Democrazy di MetroTV……..75 Tabel 18 : Keaktualan topik yang dibahas dalam tayangan Democrazy di
MetroTV…...………....76 Tabel 19 : Frekuensi penayangan Democrazy di MetroTV
dalam satu minggu…….………...77 Tabel 20 : Durasi penayangan Democrazy di MetroTV…...………....77 Tabel 21 : Keaktifan dalam kepengurusan organisasi mahasiswa setelah
menonton tayangan Democrazy di MetroTv……..……….78 Tabel 22 : Keaktifan dalam kepengurusan partai politik setelah menonton
Democrazy di MetroTV……...………....79 Tabel 23 : Keinginan bergabung dalam organisasi mahasiswa setelah menonton
tayangan Democrazy di MetroTV…………...………....80 Tabel 24 : Keinginan bergabung dalam partai politik setelah menonton
tayangan Democrazy di MetroTV...81 Tabel 25 : Pengaruh Democrazy di MetroTV terhadap kepribadian
kepemimpinan……….82 Tabel 26 : Pengaruh Democrazy di MetroTV terhadap sikap menjadi pemimpin
Tabel 27 : Pengaruh Democrazy di MetroTV terhadap sikap menjadi pemimpin yang demokratis……….………..84 Tabel 28 : Pengaruh Democrazy di MetroTV terhadap keikutsertaan dalam
Pemilihan Umum (Pemilu)……...………...85 Tabel 29 : Pengaruh Democrazy di MetroTV terhadap keaktifan memberikan
saran dalam organisasi mahasiswa……...………...86 Tabel 30 : Pengaruh Democrazy di MetroTV terhadap keaktifan memberikan
saran dalam partai politik……...……….87 Tabel 31 : Hubungan antara kualitas narasumber yang dapat dipercaya
dalam tayangan Democrazy di MetroTV dengan kepribadian
kepemimpinan………..………88 Tabel 32 : Hubungan antara topik yang dibahas dalam tayangan
Democrazy di MetroTV dengan keinginan bergabung
dalam organisasi mahasiswa…..………...90 Tabel 33 : Hubungan antara keaktulan topik yang dibahas dalam tayangan
Democrazy di MetroTV dengan keinginan bergabung dalam
partai politik……….92
Tabel 34 : Hubungan antara jenis kelamin dengan keinginan bergabung dalam organisasi mahasiswa setelah menonton tayangan
Democrazy di MetroTV...………....94 Tabel 35 : Hubungan jenis kelamin dengan kepribadian kepemimpinan
mahasiswa setelah menonton tayangan democrazy di MetroTV...95 Tabel 36 : Hubungan stambuk/angkatan dengan keinginan bergabung dalam
Tabel 37 : Hubungan antara stambuk/angkatan dengan kepribadian kepemimpinan mahasiswa setelah menonton tayangan
Democrazy di MetroTV………...98 Tabel 38 : Hubungan departemen/jurusan dengan keinginan bergabung
dalam organisasi mahasiswa setelah menonton tayangan
Democrazy di MetroTV………...99 Tabel 39 : Hubungan departemen/jurusan dengan kepribadian
kepemimpinan mahasiswa setelah menonton tayangan
ABSTRAKSI
Penelitian ini berjudul Tayangan Democrazy di MetroTV dan Perilaku Politik (Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Democrazy di MetroTV Terhadap Perilaku Politik Mahasiswa FISIP USU). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh tayangan Democrazy di MetroTV terhadap perilaku ppolitik mahasiswa FISIP USU.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yaitu metode yang melihat sejauhmana pengaruh antara satu variable terhadap variable lainnya.
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa S1 FISIP USU stambuk 2006 sampai 2008 yaitu sebanyak 322 orang. Melalui rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%, maka besar sampel yang diambil adalah sebanyak 76 orang responden. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah sampel stratifikasi proporsional dan sampel acak sederhana.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui dua cara antara lain melalui data sekunder yaitu mengumpulkan data dari ;iteratur dan sumber bacaan yang dianggap relevan dan mendukung penelitian ini. Melalui data primer yaitu data yang diperoleh melalui hasil kuesioner dan wawancara.
Teknik analisa data yang digunakan adalah analisis tabel tunggal, tabel silang dan uji hipotesis melalui rumus Koefisien korelasi Rank Order oleh Spearman dengan hasil 0.27. Untuk melihat kuat lemahnya korelasi kedua variable digunakan skala Guildford. Hasil 0.27 berada diskala 0.20-0.39 yang menunjukkan adanya hubungan yang rendah tetapi pasti antara tayangan Democrazy di MetroTV terhadap perilaku politik mahasiswa FISIP USU. Untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variable X terhadap Y digunakan rumus
test
t , dimana > , = 2.41 dan = 1.99 sehingga pengaruh tayangan Democrazy di MetroTV terhadap perilaku politik mahasiswa FISIP USU adalah signifikan. Kemudian untuk mengetahui besar kekuatan pengaruh variabel X terhadap variabel Y digunakan uji determinasi bahwa tayangan Democrazy di MetroTV mempengaruhi perilaku politik mahasiswa FISIP USU sebesar 7.29%.
BAB I PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Media massa dan manusia sangat erat hubungannya. Melalui media massa setiap manusia bisa mendapatkan informasi yang menyangkut dirinya, orang lain, maupun lingkungannya. Media massa adalah sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia akan informasi.Setiap manusia, terutama yang hidup di zaman modern ini sangat membutuhkan media massa.
Media massa atau Pers adalah suatu istilah yang mulai dipergunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas.
Mengenai asal media massa, Eropa dalam hal ini dapat dijadikan sebagai sumber utama sekitar tahun 1400-an. Yaitu, ketika Johannes Gutenberg, penemu asal Jerman, pertama kali mencetak sebuah buku pers pada tahun 1453, ada juga yang menyebutkan tahun 1451, yang mengubah kemampuan penyimpanan dan penyampaian ilmu pengetahuan, dalam bentuk yang dapat dibaca oleh jutaan orang. (http://sutisna.com/pendidikan/media-pendidikan/media-massa-1/).
massa yang mampu menarik perhatian masyarakat luas. Televisi juga merupakan sumber informasi utama bagi seseorang untuk belajar tentang masyarakat, nilai-nilai budaya dan adat istiadat serta kebiasaan (Purba, 2006:58).
Tayangan parodi rakyat yang disiarkan oleh stasiun MetroTV ini diberi nama Democrazy. Tayangan ini semula terkesan seperti acara televisi pada umumnya, namun konsep yang dibuat oleh metrotv membuat tayangan ini berbeda dan jauh lebih menarik. Konsep yang berbeda dari tayangan ini adalah situasi dalam tayangan tersebut yang menggambarkan situasi sidang Dewan Perwakilan Rakyat yang ada di Indonesia. Namun dalam tayangan ini disebut dengan sidang Dewan Parodi rakyat.
Tayangan Democrazy telah ada sejak Februari 2008. Acara ini semula bernama Newsdotcom, namun sekarang nama tayangan tersebut diganti menjadi Democrazy. Acara Democrazy ditayangkanan secara langsung setiap hari Minggu pukul 21.05 WIB, dan siaran ulang setiap hari senin pukul 03.05 WIB dan 13.30 WIB. Dalam setiap tayangannya, tema yang diangkat selalu berbeda sesuai dengan isu yang berkembang pada saat itu. Tayangan ini dikonsep seperti suatu sidang di DPR yang dihadiri perwakilan dari setiap wakil partai politik yang ada di DPR dan dipimpin oleh seorang pemimpin sidang. Acara ini juga dipandu seorang MC yang disebut sebagai Protokol Dewan Parodi Rakyat (http://andibagus.blogspot.com/2008/02/demo-crazy-parodi-politik-nya-metro-tv.html).
yang disampaikan. Dalam tayangan tersebut juga hadir narasumber dari kalangan politisi atau bidang tertentu yang turut memberikan pendapat membahas permasalahan yang diangkat dalam cerita.
Meskipun dalam tayangan Democrazy mengangkat masalah politik, namun konsep acara yang disajikan tidak membuat jenuh penontonnya, seperti yang sering dipikirkan orang awam. Konsep acara yang disajikan tidak seperti konsep berita yang terkesan kaku dan membosankan. Kelebihan lain yang membuat acara ini cukup diminati, juga karena cerita yang mereka angkat dalam setiap tayangannya adalah dari isu-isu yang sedang hangat di kalangan masyarakat.
Bukan hanya kalangan masyarakat awam saja yang tertarik dengan tayangan ini, kalangan mahasiswa juga memiliki perhatian khusus terhadap tayangan ini. Hal ini disebabkan karena dalam setiap penayangannya mereka selalu mengundang mahasiswa untuk turut serta terlibat dalam program acara tersebut.
mengapresiasikan partisipasi politik mahasiswa yang ruang lingkupnya masih terbatas. Organisasi juga melatih mahasiswa menjadi pelaku politik, seperti terlibat dalam susunan kepengurusan atau menjadi pemimpin organisasi. Mahasiswa FISIP juga memiliki perhatian khusus kepada setiap tayangan yang membahas politik yang dapat meningkatkan pengetahuannya di bidang politik, yang juga bisa dibawa kedalam oerganisasinya. Tidak menutup kemungkinan Mahasiswa FISIP juga tertarik pada tayangan Democrazy yang memang disajikan untuk membahas masalah politik yang sedang beredar di masyarakat.
Tayangan tersebut bisa menambah pengetahuan mahasiwa FISIP USU tentang kondisi sosial dan politik yang terjadi di Indonesia. Konsep acaranya yang dipadukan dengan unsur humoris para aktor didalamnya membuat acara ini tidak kaku dan membosankan.
Berdasarkan uraian-uraian diatas, peneliti merasa tertarik untuk mengetahui sejauh mana pengaruh tayangan Democrazy terhadap perilaku politik mahasiswa FISIP USU.
I.2. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :
I.3. PEMBATASAN MASALAH
Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas, maka peneliti merasa perlu membuat pembatasan masalah agar menjadi lebih jelas, yaitu :
a. Tayangan Democrazy di MetroTV dibatasai pada pembawa acara/host, narasumber, perangkat acara, materi acara, dan waktu tayang.
b. Perilaku politik mahasiswa dibatasi pada individu sebagai aktor politik, agregasi politik, tipologi kepribadian politik dan partisipasi politik.
c. Penelitian ini dilakukan pada tayangan Democrazy di MetroTV yang disiarkan
setiap hari Minggu. d. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Maret 2010
e. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa stambuk 2006-2008 program S-1 reguler FISIP USU yang pernah menonton tayangan Democrazy minimal 3 kali.
I.4. TUJUAN PENELITIAN DAN MANFAAT PENELITIAN I.4.1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui topik apa saja yang disampaikan dalam tayangan Democrazy di Metrotv.
2. Untuk mengetahui sejauh mana keaktifan mahasiswa mengikuti perkembangan tayangan Democrazy di Metrotv.
I.4.2. Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah :
1. Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan memperluas wawasan peneliti mengenai media massa, khususnya dalam pembentukan citra suatu lembaga.
2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu memperkaya khasanah penelitian dalam ilmu komunikasi dan dapat menambah wawasan pembacanya.
3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi instansi terkait, terutama pengusaha media massa.
I.5. KERANGKA TEORI
Teori merupakan himpunan konstruk (konsep), defenisi dan preposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004:6). Teori berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, dan memberikan pandangan terhadap sebuah permasalahan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
I.5.1. Komunikasi
dengan pemaknaan yang sama. Jadi secara sederhana dalam proses komunikasi yang terjadi adalah bermuara pada usaha untuk mendapatkan kesamaan makna atau pemahaman pada subjek yang melakukan komunikasi tersebut. Komunikasi bukan hanya hal yang paling wajar dalam pola tindakan manusia, tetapi juga paling rumit (Purba dkk,2006:29). Ungkapan diatas tidak dapat dipungkiri, karena komunikasi merupakan hal yang dilakukan sejak manusia lahir ke bumi. Komunikasi dapat diartikan sebagai bentuk interaksi manusia yang saling memperngaruhi antara yang satu dengan yang lain sengaja atau tidak sengaja, dan tidak terbatas pada komunikasi verbal saja (Cangara,2003:20).
Dalam perkembangannya, banyak ahli komunikasi mendefenisikan komunikasi secara berbeda-beda. Sejak awal abad 20 tepatnya 1930-1960, defenisi-defenisi mengenai komunikasi telah banyak diungkap, ketika itu para ahli di Amerika Serikat mulai merasakan ekbutuhan akan “Science Of Communication”, dan diantaranya adalah Carl I. Hovland. Menurutnya, Ilmu Komunikasi adalah suatu usaha yang sistematis untuk merumuskan secara tegas azas-azas dan atas dasar azas-azas tersebut disampaikan informasi serta dibentuk pendapat dan sikap (a systematic attempt to formulate in rigorous fashion the principles by which information is transmitted and opinions and attitudes are
formed) (Purba dkk, 2006:29). Jika Carl I. Hovland mendefenisikan komunikasi
sebagai usaha yang sistematis, maka Harold Laswell menerangkan cara terbaik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What
Effect? Yang berarti “Siapa Mengatakan Apa dengan Saluran Apa Kepada Siapa
I.5.2. Komunikasi Massa
Komunikasi dapat dipahami sebagai proses penyampaian pesan, ide, atau informasi kepada orang lain dengan menggunaka sarana tertentu guna mempengaruhi atau mengubah perilaku penerima pesan. Komunikasi Massa adalah komunikasi melalui media massa, atau komunikasi kepada banyak orang (massa) dengan menggunakan sarana media. Media massa sendiri ringkasan dari media atau sarana komunikasi massa.
(http://id.shvoong.com/social-sciences/1877099-definisi-komunikasi-massa/) Dari defenisi komunikasi massa di atas kita dapat mengetahui bahwa komunikassi massa harus menggunakan media massa. Jadi sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas yang dihadiri puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa. Media komunikasi yang termasuk media massa adalah radio siaran, dan televisi yang dikenal sebagai media elektronik, surat kabar dan majalah yang disebut disebut dengan media cetak.
I.5.3. Televisi sebagai Media Komunikasi Massa
Televisi (TV) berasal dari kata tele yang artinya jauh dan vision, artinya tampak. Jadi televisi adalah suatu alat komunikasi yang tampak atau dapat dilihat dari jarak jauh. Televisi juga bisa dikatakan sebagai perangkat elektronik yang dapat disaksikan atau dinikmati. Televisi juga merupakan alat yang dapat menampilkan gambar pada layarnya yang berasal dari gelombang frekuensi tinggi tanpa perantara fisik (http://duniatv.blogspot.com/2008/02/sejarah-televisi.html).
Di Indonesia, Pada tahun 1962 menjadi tonggak pertelevisian Nasional Indonesia dengan berdiri dan beroperasinya TVRI. Pada perkembangannya TVRI menjadi alat strategis pemerintah dalam banyak kegiatan, mulai dari kegiatan sosial hingga kegiatan-kegiatan politik. Selanjutnya televisi terus berkembang ditandai dengan banyaknya stasiun televisi swasta yang bermunculan, seperti Indosiar, RCTI, SCTV, Metrotv, Tvone, dll. Media televisi mampu mendekatkan peristiwa dan tempat kejadian dengan penontonnya.
Menurut Askurifai Baksin, terdapat unsur-unsur dominan yang menjadi ciri khas televisi, yaitu (Baksin, 2006:63-68) :
1. Penampilan Penyaji berita
Penyaji atau yang lebih dikenal dengan sebutan presenter atau pemandu acara adalah istilah Inggris untuk orang yang membawakan acara atau program televisi. Seorang presenter televisi biasanya juga seorang aktor, penyanyi, dan lainnya, tapi umumnya terkenal karena menjadi presenter program tertentu. Kecuali presenter untuk program politik atau iptek yang merupakan profesional di bidangnya, atau selebriti yang berhasil di satu bidang tapi punya minat di bidang tertentu lainnya. (http://id.wikipedia.org/wiki/Presenter_televisi)
RM Hartoko dalam Baksin 2006 menyebutkan beberapa prasayarat untukk menjadi presenter televisi yang baik, yaitu (Baksin, 2006:157) :
a. Penampilan yang baik dan perlu didukung oleh watak dan pengalaman. b. Kecerdasan pikiran yang meliputi pengetahuan umum dan daya
ingatan yang kuat.
c. Keramahan yang tidak berlebihan sampai over friendly yang dapat menjengkelkan dan menjadi tidak wajar.
d. Jenis suara yang tepat dengan warna suara yang enak untuk didengar dan memiliki wibawa yang cukup mantap.
2. Narasumber
Narasumber adalah orang yang menjadi sumber informasi atau yang mengetahui informasi tertentu. Menurut R. Fadli yang digolongkan kepada narasumber yang tidak sembarangan atau special adalah (Fadli, 2001:131) :
a. Memiliki kapabilitas
Kapabilitas adalah kemampuan yang meliputi kemampuan dalam bidang akademis maupun pengalaman.
b. Memiliki kredibilitas
Kredibilitas merupakan kualitas, kapabilitas, atau kekuatan untuk menimbulkan kepercayaan.
c. Memiliki akseptabilitas
Akseptabilitas meliputi latar belakang pribadi maupun profesi seorang narasumber yang sesuai dengan topik pembahasan.
Tayangan Democrazy di MetroTv merupakan tayangan yang berbentuk talk show. JB Wahyudi berpendapat bahwa talk show merupakan hasil penggabungan antara karya artistik dan jurnalistik karena dalam acara ini pembawa acara harus mampu memadukan antara seni panggung (artistik) dan teknik wawancara (jurnalistik) (Baksin, 2006: 82).
3. Materi Acara
a. Permasalahan apa yang dibahas dalam diskusi tersebut, yaitu hal yang menjadi topik pembahasan dalam diskusi tersebut merupakan permasalahan yang penting bagi masyarakat.
b. Masalah itu merupakan masalah yang aktual atau yang sedang hangat di masyarakat.
4. Perangkat acara
Wibowo juga berpendapat memberi ilustrasi visual dari apa yang sedang dibicarakan menambah daya tarik dan menghidupkan program talk show (Wibowo,1997:49). Ilustrasi visual tersebut dapat berupa sajian acara musik di awal acara sebagai pembukaan, membacakan cerita menarik, menyajikan ilustrasi gambar yang berganti-ganti, atau menyajikan situasi komedi yang diperankan oleh perangkat acara (Wibowo,1997:37). Perangkat acara bertugas untuk menyampaikan ilustrasi tersebut. Seperti dalam tayangan democrazy di MetroTV, perangkat cara adalah orang-orang yang memiliki peran dalam tayangan tersebut dan bertugas untuk menyampaikan ilustrasi visual kepada khalayak. Agar ilustrasi tersebut dapat disampaikan dengan baik, perangkat acara perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu:
a. Keselarasan antara perangkat acara dan kerja sama tim.
5. Waktu tayang
Faktor lain yang juga perlu diperhatikan dalam tayangan talk show adalah pemilihan waktu tayang. Pemilihan waktu tayang diperlukan agar segmentasi khalayak yang diharapkan dapat tercapai. Dalam pemilihan waktu tayanga juga perlu memperhatikan:
a. Frekuensi penayangan yang diperlukan untuk memudahkan penonton mengingat acara tersebut.
b. Durasi tayangan yaitu lamanya tayangan tersebut berlangsung. Hal ini perlu diperhatikan untuk menghindari penonton dari kebosanan.
I.5.4. Model Teori S – O – R
Model teori S-O-R singkatan dari Stimulus organism Respon suatu model klasik komunikasi yang lahir pada tahun 1930-an. Asumsi dasar dari model ini adalah: media massa menimbulkan efek yang terarah, segera dan langsung terhadap komunikan. Model teori ini merupakan model teori paling dasar. Model ini dipengaruhi oleh displin psikologi, khususnya yang beraliran behavioristik (Mulyana, 2008:132). Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. unsur-unsur dalam model ini adalah :
a. Pesan (stimulus, S) adalah tayangan Democrazy d Metrotv.
c. Efek (Response, R) adalah pengaruh yang diimbulkan acara tersebut yang terlihat dalam perilaku politik mahasiswa.
Dibalik konsep ini sesungguhnya terdapat dua pemikiran yang mendasarinya :
1. Gambaran mengenai suatu masyarakat modern yang merupakan agresi dai individu-individu yang relative terisolasi (atomized) yang bertindak berdasarkan kepentingan pribadinya, yang tidak terlalu terpengaruh oleh kendala dan ikatan sosial.
2. Suatu pandangan yang dominan mengenai media massa yang seolah-olah sedang melakukan kampanye untuk memobilisasi perilaku sesuai dengan tujuan dari berbagai kekuatan yang ada dalam masyarakat, seperti pemerintah, partai politik, dan sebagainya.
Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.
I.5.5. Perilaku Politik
Perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia, sedang dorongan merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia (Purwanto, 1998:10). Ilmu psikologi memandang perilaku manusia
(human behavior) sebagai reaksi yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat
kompleks (Azwar, 2005: 9). Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berperilaku dalam segala aktivitas, banyak hal yang mengharuskan manusia berperilaku.
Perilaku politik dirumuskan sebagai kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik (Surbakti, 1999:131). Yang melakukan kegiatan adalah pemerintah dan masyarakat.
Pendekatan behavioralisme menjawab bahwa individu yang secara aktual melakukan kegiatan politik, sedangkan lembaga poltik pada dasarnya merupakan perilaku individu yang berpola tertentu.
Ramlan Surbakti mengemukakan beberapa kajian pendekatan perilaku politik, yaitu (Surbakti, 1999:132) :
1. Individu aktor politik
Dikatakan aktor politik karena invidu tersebut aktif menjalankan fungsinya dalam jabatan yang dipegangnya.
2. Agregasi politik
Agregasi politik adalah kelompok individu yang tergabung dalam suatu organisasi seperti partai politik, kelompok kepentingan, birokrasi dan lembaga-lembaga pemerintahan (Sastroatmodjo, 1995:7).
3. Tipologi Kepribadian politik
Tipologi kepribadian politik adalah tipe-tipe kepribadian pemimpin seperti pemimpin otoriter, demokratis, dan leissfeir.
4. Partisipasi politik
Partisipasi poltik merupakan keikutsertaan warga Negara biasa dalam menentukan segala keputusan yang menyangkut dan mempengaruhi hidupnya. Keikutsetaan ini ditunjukkan dengan mengajukan usul, mengajukan alternatif, memberikan kritik, membayar pajak, dan memilih pemimpin pemerintahan seperti dalam PEMILU.
I.6. KERANGKA KONSEP
Kerangka Konsep adalah hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemugkinan hasil penelitian yang dicapai (Nawawi, 1993: 40).
Konsep merupakan istilah dan defenisi yang akan digunakan untuk menggambarkan secara abstrak suatu fenomena yang hendak diuji (Singarimbun, 1995 : 32).
Adapun yang menjadi kerangka konsep dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel bebas atau Independent variable(X)
Variabel bebas adalaha sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor atau unsur yang lain (Nawawi, 1995:56). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tayangan Democrazy di Metrotv.
2. Variabel terikat
Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada atau muncul dipengaruhiatau ditentukan oleh adanya variable bebas (Nawawi, 1995:57). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku politik mahasiswa FISIP USU.
3. Karakteristik Responden
I.7. MODEL TEORITIS
Variabel – variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep dibentuk dalam suatu model teoritis sebagai berikut :
Tayangan Democrazy di MetroTV
Perilaku politik mahasiswa
I.8. VARIABEL OPERASIONAL
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep diatas, maka dibuat variable operasional yang berfungsi untuk kesesuaian dalam penelitian, yaitu :
Tabel 1. Variabel Operasional
Variabel Teoritis Variabel Operasional Variabel bebas (X)
Tayangan Democrazy di MetroTV
1. Host/pembawa acara a. Penampilan b. Kecerdasan c. Keramahan d. Jenis suara e. Penguasaan bahasa 2. Narasumber
a. Memiliki kapabilitas b. Memiliki kredibilitas c. Memiliki akseptabilitas 3. Perangkat Acara
a. Kerjasama tim
b. Komunikasi antara perangkat acara 4. Materi Acara
a. Topik pembahasan b. Aktualisasi topik 5. Waktu tayang
a. Frekuensi penayangan b. Durasi penayangan Variabel Terikat (Y)
Perilaku Politik Mahasiswa
1. Invidu aktor politik
a. Keaktifan dalam kepengurusan organisasi mahasiswa
b. Keaktifan dalam kepengurusan partai politik 2. Agregasi Politik
a. Keterlibatan dalan organisasi mahasiswa b. Keterlibatan dalam organisasi politik 3. Tipologi kepribadian politik
a. Otoriter b. Demokratis 4. Partisipasi Politik
a. Ikutserta memberikan suara dalam PEMILU b. Aktif memberikan suara dalam organisasi
mahasiswa
c. Aktif memberikan suara dalam partai politik Variabel Antara
Karakteristik Responden
1. Jenis kelamin 2. Stambuk
I.9. DEFENISI OPERASIONAL
Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel (Singarimbun:46). Dengan kata lain, defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variable yang sama.
Defenisi operasional dari variable-variabel dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel bebas (Democrazy di MetroTV)
1. Host/Pemandu acara : Seseorang yang membawakan acara dalam program acara Democrazy di MetroTV.
a. Penampilan yaitu gambaran kepribadian pemandu acara Democrazy di MetroTV yang terlihat dari berpenampilan rapi dalam berpakaian. b. Kecerdasan pikiran yaitu kemampuan host/pemandu acara menguasai
topik pembahasan dalam tayangan Democrazy di MetroTV.
c. Keramahan adalah sikap host/pemandu acara Democrazy di MetroTV yang ramah dalam menyapa penonton.
d. Jenis suara yaitu kejelasaan suara dan artikulasi host/pemandu acara Democrazy di MetroTV.
e. Penguasaan bahasa adalah kemampuan pembawa acara Democrazy di MetroTV mengunakan bahasa formal dan informal yang mudah dipahami.
a. Kapabilitas yaitu kemampuan dalam bidang akademis maupun pengalaman yang dimiliki narasumber dalam tayangan Democrazy di MetroTV.
b. Kredibilitas, yaitu kualitas yang dimiliki narasumber tayangan Democrazy di MetroTV sehingga dapat dipercaya.
c. Akseptabilitas adalah kesesuaian latar belakang pribadi maupun profesi seorang narasumber terhadap topik yang dibahas dalam tayangan Democrazy di MetroTV.
3. Perangkat acara, yaitu seluruh pelaku yang terlibat dalam tayangan Democrazy di MetroTV.
a. Kerja sama tim, yaitu keselarasan komunikasi antara pelaku yang terlibat dalam tayangan Democrazy di MetroTV.
b. Komunikasi antara perangkat acara yaitu kekompakan antara pelaku dalam penyampaian humor dalam tayangan Democrazy di MetroTV. 4. Materi acara, yaitu materi-materi acara yang dibawakan dalam setiap
penayangan Democrazy di MetroTV.
a. Topik pembahasan, yaitu topik yang diangkat dalam tayangan Democrazy di MetroTV merupakan masalah yang menarik untuk dibahas.
b. Aktualisasi topik, yaitu topik yang dibahas dalam tayangan Democrazy di MetroTv merupakan masalah yang aktual.
5. Waktu tayang, yaitu waktu penayangan Democrazy di MetroTV.
b. Durasi penayangan, yaitu durasi penayangan acara Democrazy di MetroTV.
2. Variabel Terikat (Perilaku Politik Mahasiswa FISIP USU)
1. Sebagai aktor politik, yaitu keinginan mahasiswa FISIP USU menjadi pelaku politik setelah menonton tayangan Democrazy di MetroTV.
a. Keaktifan dalam kepengurusan organisasi, yaitu keaktifan mahasiswa FISIP USU dalam kepengurusan organisasi mahasiswa setelah menonton tayangan Democrazy di MetroTV.
b. Keaktifan dalam kepengurusan partai politik, yaitu keaktifan mahasiswa FISIP USU dalam kepengurusan partai politik setelah menonton tayangan Democrazy di MetroTV.
2. Agregasi politik, yaitu keikutsertaan mahasiswa FISIP USU dalam organisasi atau partai politik setelah melihat tayangan Democrazy di MetroTV.
a. Keterlibatan dalam organisasi mahasiswa, yaitu mahasiswa FISIP USU bergabung menjadi anggota organisasi mahasiswa setelah menonton tayangan Democrazy di MetroTV.
b. Keterlibatan dalam partai politik, yaitu mahasiswa FISIP USU bergabung menjadi anggota partai politik setelah menonton tayangan Democrazy di MetroTV.
a. Otoriter, yaitu sikap otoriter yang dimiliki mahasiswa FISIP USU setelah menonton tayangan Democrazy di MetroTV.
b. Demokratis, yaitu sikap demokratis yang dimiliki mahasiswa FISIP USU setelah menonton tayangan Democrazy di MetroTV.
4. Partisipasi politik, yaitu keikutsertaan mahasiwa FISIP USU dalam memberikan pendapat dan ikut serta memberikan suara dalam pemilihan seperti pemilihan pemimpin negara, pemimpin organisasi, atau pemimpin partai politik setelah menonton tayangan Democrazy di MetroTV.
a. Ikutserta memberikan suara dalam pemilihan umum, yaitu keikutsertaan mahasiswa FISIP USU memberikan suara dalam pemilihan umum (PEMILU) setelah menonton tayangan Democrazy di MetroTV.
b. Aktif memberikan suara dalam organisasi mahasiswa, yaitu keaktifan mahasiswa FISIP USU memberikan saran dalam organisasi dan memberikan suara dalam pemilihan di organisasi mahasiswa setelah menonton tayangan Democrazy di MetroTV.
c. Aktif memberikan suara dalam partai politik, yaitu keaktifan mahasiswa FISIP USU memberikan saran dalam partai dan memberikan suara dalam pemilihan di partai politik setelah menonton tayangan Democrazy di MetroTV.
3. Variabel Antara (Karakteristik Responden)
1. Jenis kelamin : Dilihat dari jenis kelamin pria atau wanita.
3. Jurusan/Departemen : Jumlah Departemen program S-1 reguler yang ada di FISIP USU, ada enam Departemen yaitu Ilmu Komunikasi, ilmu Politik, Administrasi Negara, Sosiologi, Antropologi, dan Kesejahteraan Sosial.
I.10. HIPOTESIS
Hipotesis secara sederhana merupakan dugaan sementara yang diharapkan terjadi dalam penelitian. Hipotesis memfokuskan kita untuk berpikir lebih dalam tentang kemungkinan sebagai pengganti hipotesis membimbing peneliti ke arah pemahaman yang lebih luas tentang implikasi pertanyaan dan variabel yang terlibat. Dengan menentukan hipotesis, peneliti harus berpikir lebih hati-hati.
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang tengah diteliti (Suyanto dan Sutinah, 2005: 43).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ho : Tidak terdapat hubungan antara tayangan Democrazy di MetroTV terhadap perilaku politik mahasiswa di FISIP USU.
BAB II
URAIAN TEORITIS
II.1. KOMUNIKASI
Setiap orang yang hidup dalam masyarakat secara kodrati senantiasa terlibat dalam komunikasi. Terjadinya komunikasi adalah konsekuensi dari hubungan sosial (sosial relations). Istilah komunikasi atau communication berasal dari kata latin communication dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama dalam artian sama makna.
Menurut Carl I. Hovland komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain (communication is the process to modify the behavior of other
individuals)(Effendy, 2005:10). Akan tetapi, perubahan sikap, pendapat atau
perilaku orang lain dapat terjadi apabila komunikas tersebut belangsung secara komunikatif.
Sedangkan Harold Lasweel memberikan pengertian komunikasi melalui paradigma yang dikemukakannya dalam karyanya The Structire abd Function of
Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk
menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan “Whos Says What In
Which Channel To Whom With What Effect ?” Paradigma Lasswell menunjukkan
bahwa komunikasi meliputi lima unsure sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan, yakni :
Pesan (Message)
Media (channel, media)
Komunikan (communicant, receiver, recipient)
Efek (effect, impact, influence)
Berdasarkan paradigma lasswell tersebut komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan mellaui media yang menimbulkan efek tertentu (Effendy, 2005:10).
II.1.1. Unsur-unsur Komunikasi
Berdasarkan pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, maka jelas bahwa komunikasi antarmanusia hanya bisa terjadi jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bias terjadi jika didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek. Unsur-unsur ini juga disebut komponen atau elemen komunikasi (Cangara, 2006: 23-27). Adapun Unsur-unsur komunikasi adalah :
1. Sumber
Semua peristiwa akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu orang atau dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi, atau lembaga. Sumber sering disebeut pengirim, komunikator atau alam bahasa Inggris disebut source atau sender.
2. Pesan
tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bias berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Dalam bahasa Inggris pesan biasanya disebut message, content, atau information.
3. Media
Media yang dimaksud disini adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat mengenai saluran.
II.1.2. Proses Komunikasi
Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yaitu : 1. Proses Komunikasi secara primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang
(symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses
komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar dan lain sebagaianya yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan (Effendy, 2005:16).
2. Proses Komunikasi secara sekunder
merupakan media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi (Effendy, 2005:16)
II.1.3. Ruang Lingkup Komunikasi
Ilmu komunikasi merupakan ilmu yang mempelajari, menelaah, dan meneliti kegiatan-kegiatan komunikasi manusia yang luas ruang lingkup dan banyak dimensinya. Berikut ini jenis-jenis komunikasi menurut konteksnya (Efendi, 1993:52-54) :
1. Berdasarkan bidang komunikasi
Yang dimaksud dengan bidang disini adalah bidang kehidupan manusia, dimana di antara jenis kehidupan yang satu dengan jenis kehidupan lainnya terdapat perbedaan yang khas dan kekhasan ini menyangkut proses komunikasi. Berdasarkan bidangnya komunikasi meliputi :
a. Komunikasi sosial (sosial communication)
b. Komunikasi organisasional/manajemen (organization.management communication)
c. Komunikasi bisnis (business communication) d. Komunikasi politik (political communication)
2. Berdasarkan sifat komunikasi
Ditinjau dari sifatnya komunikasi diklasifikasikan sebagai berikut : a. Komunikasi verbal (verbal communication)
1) Komunikasi lisan (oral communication)
2) Komunikasi tulisan (written communicaaation) b. Komunikasi nirverbal (nonverbal communication)
1) Komunikasi kial (gestural/body communication) 2) Komunikasi gambar (pictorial communication) 3) Lain-lain
c. Komunikasi tatap muka (face-to-face communication) d. Komunikasi bermedia (mediated communication)
3. Berdasarkan tatanan komunikasi
Yang dimaksud dengan tatanan komunikasi adalah proses komunikasi ditinjau dari jumlah komunikan, apakah satu orang, sekelompok orang, atau sejumlah orang yang bertempat tinggal secara tersebar. Berdasarkan situasi komunikan seperti itu, maka diklasifikasikan mejadi bentuk sebagai berikut:
a. Komunikasi pribadi (personal communication)
1) Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication) 2) Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) b. Komunikasi kelompok (group communication)
b) Forum c) Symposium d) Diskusi panel e) Seminar f) Lain-lain
2) Komunikasi kelompok besar (large group communication) c. Komunikasi Massa (mass communication)
1) Komunikasi media massa cetak a)surat kabar
b) majalah
2) Komunikasi media massa elektronik
a) radio b) televisi c) film d) lain-lain
d. Komunikasi medio a) surat
II.1.4. Tujuan komunikasi
Tujuan Komuniaksi (Effendy, 2003:55), yaitu : a. Mengubah sikap (to change attitude)
b. Mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion) c. Mengubah perilaku (to change the behavior)
d. Mengubah masyarakat (to change the society) II.1.5. Fungsi Komunikasi
Fungsi komuniaksi (Effendy, 2003:55), yaitu ; a. Menginformasikan (to inform) b. Mendidik (to educate)
c. Menghibur (to entertain) d. Mempengaruhi (to influence)
II.2. KOMUNIKASI MASSA
Komunikasi massa diadopsi dari istilah bahasa Inggris “mass
communication”,singkatan dari mass media communication. Artinya, komunikasi
yang menggunakan media massa atau “mass mediated”. Komunikasi Massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia (human communication) yang lahir bersamaan dengan mulai digunakannya alat-alat mekanik, yang mampu melipatgandakan pesan-pesan komunikasi (Wiryanto, 2000:1).
communicated through a mass medium to a large number of people)(Ardianto, 2004:3).
Defenisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh Gerbner. Menurut Gerbner (1967) komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri. Dari defenisi Gerbner tergambar bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi (Ardianto,2004:4) .
Produk tersebut disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jarak waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan, atau bulanan. Proses memproduksi pesan tidak dapat dilakukan perorangan, melainkan harus oleh lembaga, dan membutuhkan suatu teknologi tertentu sehingga komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industry.
II.2.1. Ciri-ciri Komunikasi massa
Ciri-ciri komunikasi massa (Nurudin,2007:19), yaitu : 1. Komunikator dalam komunikasi massa melembaga
sama lain dengan mengolah pesan itu menjadi sumber informasi. Komunikator dalam komunikasi massa itu lembaga disebabkan elemen utama komunikasi massa adalah media massa.
2. Komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen
Komunikan dalam komunikasi massa sifatnya heterogen/beragam. Artinya, penonton televisi itu beragam pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial, ekonomi, punya jabatan yang beragam, punya agama atau kepercayaan yang tidak sama pula.
Herbert Blumer pernah memberikan ciri tentang karakteristik audience/ komunikan, yaitu :
1. Audience dalam komunikasi massa sangatlah heterogen. Artinya, ia
mempunyai heterogenitas komposisi atau susunan. Jika ditinjau dari asalnya, mereka berasal dari berbagai kaelompok dalam masyarakat. 2. Bersisi individu-individu yang tidak tahu atau mengenal satu sama
lain. Disamping itu, antara individu itu tidak berinteraksi satu sama lain secara langsung.
3. Mereka tidak mempunyai kepemimpinan atau organisasi formal.
3. Pesannya bersifat umum
menyediakan acara lain yang sifatnnya lebih umum. Ini penting agar televisi tidak kehilangan cirri khasnya sebagai saluran komunikasi massa.
4. Komunikasinya berlangsung satu arah
Komunikasi dalam komunikasi massa berlangsung satu arah. Artinya, komunikasi berlangsung dari media massa ke khalayak, namun tidak terjadi sebaliknya. Respon yang diberikan oleh khalayak tidak terjadi langsung pada saat komunikasi tersebut berlangsung. Meskipun terkadang terjadi dua arah, namun tidak kepada semua khalayak. Misalnya, telepon interaktif yang dilakukan pembawa acara dan khalayak.
5. Komunikasi massa menimbulkan keserempakan
Salah satu ciri komunikasi selanjutnya adalah bahwa dalam komunikasi massa itu ada keserempakan. Serempak disini berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut secara bersamaan.
6. Komunikasi mengandalkan peralatan teknis
Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada khalayaknya sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis yang dimaksud misalnya pemancar untuk media elektronik.
7. Komunikasi massa dikontrol oleh Gatekeeper
Gatekeeper atau yang sering disebut pentapis informasi/ palang pintu/
II.2.2. Fungsi Komunikasi Massa
Menurut Karnilah fungsi komunikasi massa secara khusus (Ardianto,2004:19-23) terdiri dari :
a. Fungsi informasi b. Fungsi pendidikan c. Fungsi mempengaruhi
d. Fungsi proses pengembangan mental e. Fungsi adaptasi lingkungan
f. Fungsi memanipulasi lingkungan
II.3. TELEVISI
Televisi (TV) adalah paduan antara radio (broadcast) dan film (moving
picture. Para penonton televisi tidak akan mungkin menangkap siaran televisi jika
tidak ada unsure-unsur radio dan tidak akan dapat melihat gambar yang bergerak pada layar pesawat TV jika tidak ada unsur-unsur film.
Televisi berasal dari dua kata yang berbeda asalnya, yaitu tele (bahasa Yunani) yang berarti jauh, dan visi (videre, bahasa Latin) yang berarti penglihatan Dengan demikian televise diartikan dengan melihat jauh. Melihat jauh maksudnya gambar dan suara yang diproduksi di suatu tempat dan dapat dilihat dari tempat lain mellaui sebuah perangkat penerima.
dalam televisi merupakan gambar yang hidup yang mampu menimbulkan kesan yang mendalam pada penonton.
Televisi sebagai media massa, secara umum memiliki lima fungsi utama (Wahyudi, 1986:215), yaitu :
1. Pendidikan 2. Hiburan
3. Penerangan/informasi 4. Iklan
5. Seleksi
II.3.1. Klasifikasi Siaran Televisi
Pada prinsipnya penyelenggaraan siaran di stasiun televisi umum dibagi menjadi dua (Baksin, 2006:79-81), yaitu:
1. Karya Artistik
Yang tergolong ke dalam karya artistik adalah : 1. Film
2. Sinetron (sinema alektronik)
3. Pergelaran musik, tari, pantomin, lawak, sirkus, sulap, dan teater 4. Acara keagamaan
5. Variety show
6. Kuis
7. Ilmu pengetahuan dan teknologi. 8. Penerangan umum
2. Karya Jurnalistik
Berbeda dengan karya artistic yang menekankan pada aspek keindahan dan menggunakan imajinasi senimannya, karya jurnalistik justru sebaliknya. Yang tergolong dalam karya jurnalistik adalah :
1. Berita aktual yang bersifat timeconcern. 2. Berita nonaktual yang bersifat timeless
3. Penjelasan yang bersifat aktual atau sedang hangat-hangatnya yang tertuang dalam acara :
a. Monolog (seprti pengumuman harga BBM, pidato kepala Negara) b. Dialog (bis aberupa wawanvara atau diskusi)
c. Laporan
d. Siaran langsung (komentar, reportase)
JB Wahyudi berpendapat memasuki abad ke-21 ada kecenderungan terjadi penggabungan antara artistik dan jurnalistik. Penggabungan ini sangat terasa pada media televisi karena siaran televisi lebih berperan sebagai media hiburan. Acara
talkshow merupakan hasil penggabungan antara karya artistic dan jurnalistik
(Baksin, 2006:82).
Karya jurnalistik eletronik (televisi) memiliki unsur dominan yang menjadi ciri khas dari karya jurnalistik media cetak, yakni adanya penampilan
anchor, narasumber, dan bahasa yang digunakan.
disampaikan melalui televisi juga memetlukan pertimbangan lain agar pesan tersebut dapat diterima oleh khalayak sasaran (Ardianto, 2004:131). Faktor tersebut adalah :
a. Pemirsa
Pemirsa adalah khalayak yang menonton tayangan tersebut. Sasaran khalaak perlu diperhatikandan disesuaikan dengan pesan yang disampaikan agar maksud pesan tersebut sampai kepada khalayak sasaran
b. Waktu
Setelah mengetahui minat dan kebiasaan setiap kategori pemirsa, langkah selanjutnya adalah menyesuaikan waktu penayangan dengan kebiasaan pemirsa. Faktor waktu menjadi bahan pertimbangan agar setiap acara ditayangkan secara proporsional dan dapat diterima oleh khalayak yang dituju.
c. Durasi
Durasi berkaitan dengan waktu, yakni jumlah menit dalam setiap penayangan acara. Durasi masing-masing acara disesuaikan dengan jenis acara dan tuntutan naskah. Suatu acata tidak akan mencapai sasaran karena durasi terlalu singkat atau terlalu lama.
d. Metode Penyajian
rupa, yakni menggunakan metode penyajian tertentu dimana pesan nonhiburan dapat mengundang unsure hiburan.
II.4. MODEL TEORI S-O-R
Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini semula berasal dari psikologi. Kalau kemudian menjadi teori komunikasi juga tidak mengherankan karena objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen: sikap, opini, perilaku,kognisi, afeksi dan konasi.
Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Unsur-unsur dalam model ini adalah :
a. Pesan (stimulus, S)
b. Komunikan (Organism, O) c. Efek (Response, R)
Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah aspek “how” bukan “what” dan “why”. Jelasnya, how to communicate dalam hal ini how to change attitude/ bagaimana mengubah sikap komunikan.
Prof. Dr. Mar’at dalam bukunya “Sikap Manusia, Perubahan serta Pengukurannya”, mengutip pendapat Hovland, Janis, dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru, ada tiga variabel penting, yaitu (Effendy, 1993:255) :
b. Pengertian c. Penerimaan
Gambar 1. Model teori S-O-R (Effendy,1993:255)
Gambar diatas menunjukkan bahwa perubahan sikap bergantung pada proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.
Maka, setelah terjadinya proses-proses di dalam diri komunikan, maka perubahan yang terjadi:
a. Perubahan kognitif, pada perubahan ini pesan yang ditunjukkan kepada komunikan bertujuan hanya untuk mengubah pikiran komunikan.
b. Perubahan afektif, dalam hal ini adapun tujuan komunikator bukan saja hanya untuk diketahui oleh komunikan, melainkan diharapkan adanya timbul suatu bentuk perasaan tertentu seperti rasa iba, sedih, terharu,
Organism : Perhatian Pengertian penerimaan Stimulus
c. Perubahan behavioral, yaitu dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan.
II.5. TALK SHOW
Talk show adalah wawancara di program televisi atau radio antara pembawa acara/host dengan narasumber untuk membahas sebuah topik. Format
talk show bias formal dan nonformal. Daya tariknya tergantung pembawa acara
dan topik yang dibahas (hardiman, 2006:126).
Menurut Masduki dalam Wiryanto (2004:39), talkshow adalah wawancara berita bersifat dinamis, tidak terpaku pada aktivitas atau topik perbincangan dan jam tayang juga lebih fleksibel. Talkshow juga dapat dimasukkan dalam program khusus atau program wawancara sebagai berita. Bila dilihat dari maknanya maka talkshow berasal dari kata talk = obrolan, show = gelaran.
Talkshow merupakan perpaduan antara seni panggung dan teknik wawancara jurnalistik. Wawancara dilakukan ditengah-tengah atau disela-sela pertunjukan, baik itu music, lawak, peragaan busana, dan sebagainya. Jika suatu wawancara diselenggarakan ditengah-tengah show, maka acara ini disebut talkshow. Dalam acara ini pembawa acara juga berfungsi sebagai pewawancara (Wahyudi, 1996:90). Pembawa acara harus mampu memadukan seni panggung(artistic) dan teknik wawancara (baksin,2006:82)
topik pembicaraan yang sedang dibahas adalah hal yang terkesan berat dan pelik seperti masalah politik.
II.6. PERILAKU POLITIK
Perilaku politik merupakan salah satu aspek dari perilaku secara umum karena disamping perilaku politik masih ada perilaku lain seperti perilaku ekonomi, perilaku budaya, perilaku keagamaan dan sebagainya. Perilaku politik merupakan perilaku yang menyangkut masalah politik . Perilaku politik dapat dirumuskan sebagai kegiatan yang berkenaan dengan proses dan pelaksanaan keputusan politik.
Sejalan dengan pengertian politik, perilaku politik berkenaan dengan tujuan suatu masyarakat. Kebijakan untuk mencapai suatu tujuan, serta sistem kekuasaan yang memungkinkan adanya suatu otoritas untuk mengatur kehidupan masyarakat kearah pencapaian tujuan tersebut. Politik senantiasa berkenaan dengan tujuan masyarakat secara umum (public goal). Perilaku politik dapat dijumpai dalam berbagai bentuk. Dalam suatu negara misalnya, ada pihak yang memerintah dan pihak lain yang diperintah. Terhadap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah ada yang setuju dan ada yang kurang setuju.
Perilaku politik dirumuskan sebagai kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik. Yang melakukan kegiatan ini adalah pemerintah dan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan dibagai menjadi dua, yaitu :
Pemerintah dan masyarakat merupakan kumpulan manusiandan akegiatannya dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Warga negara memiliki fungsi pemerintahan (pejabat pemerintah)
2. Warga negara biasa yang tidak memiliki fungsi pemerintahan namun memiliki hak untuk mempengaruhi orang yang memiliki fungsi pemerintahan (fungsi politik).
Pendekatan behavioralisme menjawab bahwa individulah yang secara actual melakukan kegiatan politik, sedangkan perilaku lembaga ploitik pada daearnya merupakan perilaku individu yang berpola tertentu. Dibalik tindakan lembaga-lembaga politik dan pemerintahan, seperti keputusan pemerintah, tindakan legislatif, keputusan pengadilan, dan keputusan partai terdapat sejumlah individu yang yang membuat keputusan dan melakukan tindakan. Oleh Karen itu, untuk menjelaskan perilaku suatu lembaga yang perlu ditelaah bukan lembaganya, melainkan latar belakang individu yang secara actual mengendalikan lembaga.
1. Model Perilaku Politik
Dalam melakukan kajian terhadap perilaku politik dapat dipilih tiga kemungkinan unit analisais, yakni individu aktor politik, agregasi politik, dan tipologi kepribadian poltik..
Ramlan Surbakti mengemukakan beberapa kajian pendekatan perilaku politik, yaitu (Surbakti, 1999:132) :
a. Individu aktor politik
Manakala kita menaruh perhatian pada perilaku individu sebagai aktor politik, tipe aktor politik yang lebih memiliki pengaruh dalam proses politik adalah pimpinan politik dan pemerintahan. Yang termasuk dalam kategori individu aktor politik meliputi aktor politik (pemimpin), aktivis politik Aktor politik adalah individu yang menjalankan fungsi pemerintahan atau fungsi politik. Misalnya, memiliki jabatan dalam lembaga pemerintahan, atau organisasi. Dikatakan aktor politik karena invidu tersebut aktif menjalankan fungsinya dalam jabatan yang dipegangnya.
b. Agregasi politik
Agregasi politik adalah kelompok individu yang tergabung dalam suatu organisasi seperti partai politik, kelompok kepentingan, birokrasi dan lembaga-lembaga pemerintahan (Sastroatmodjo, 1995:7).
c. Tipologi Kepribadian politik
Kajian terhadap perilaku politik seringkali dijelaskan dari sudut psikologik disamping pendekatan structural fungsional dan structural konflik. Berikut ini diuraikan sebuaha model tentang factor-faktor yang mempengaruhi perilaku politik individu aktor politik yang merupakan kombinasi ketiga pendekatan tersebut. Menurut model ini terdapat empat faktor yang mempengaruhi perilaku politik seorang aktor politik :
1. Lingkungan sosial politik tak lansung, seperti sistem poltik, sistem ekonomi, sistem budaya, dan media massa.
2. Lingkungan sosial politik langsung yang mempengaruhi dan membentuk kepribadian aktor, seperti keluarga, agama, sekolah dan kelompok pergaulan.
3. Struktur kepribadian yang tercermin dalam sikap individu.
4. lingkungan sosial politik langsung berupa situasi, yaitu keadaaan yang mempengaruhi aktor secara langsung ketika hendak melakukan suatu kegiatan seperti cuaxaa, keadan keluarga, keadaan ruangan, kehadiran orang lain, suasana kelompok, dan ancaman dengan segala bentuknya.
2. Partipasi Politik
1. Mempengaruhi isi kebijakan umum
2. Ikut menentukan pembuat dan pelaksanaan keputusan politik
Kegiatan yang dikategorikan partisipasi politik adalah ;
1. Partai politik yang dimaksudkan berupa kegiatan atau perilaku luar individu warga negara biasa yang dapat diamati, bukan perilaku dalam berupa sikap dan orientasi.
2. Kegiatan itu diarahkan untuk mempengaruhi pemerintah selaku pembuat dan pelaksana keputusan politik. Termasuk kedalam pengertian ini kegiatan mengajukan alternative kebijakan umum, alternative pembuat dan pelaksana keputusan politik dan kegiatan mendukung atau menentang keputusan politik yang dibuat pemerintah.
3. Kegiatan yang berhasil (efektif) maupun yang gagal mempengaruhi pemerintah termsuk dalam konsep partaisipasi politik.
4. Kegiatan mempengaruhi pemerintah dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
5. Kegiatan memmpengaruhi pemerintah dapat dilakukan melalui prosedur yang wajar (konvensional) dan tidak berupa kekerasan seperti ikut memilih dalam pemilihan umum, mengajukan petisi, menulis surat, atau dengan cara-cara tidak wajar seperti demonstrasi.
1. Partisipasi aktif
Partisipasi aktaif mencakupi kegiatan warga negara mengajukan usul mengenai suatu kebijakan umum, mengajukan alternatif kebijakan umum yang berbeda dengan kebijakan pemerintah, mengajukan kritikan dan saran perbaikan untuk meluruskan kebijaksanaan, membayar pajak, dan ikut serta dalam kegiatan pemilihan pimpinan pemerintahan.
2. Partisipasi pasif
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1. METODE PENELITIAN
Metode Penelitian yang digunakan adalah metode korelasional. Metode yang digunakan untuk meneliti sejauh mana pengaruh pemberitaan di televisi terhadap perilaku politik. Penelitian ini bertujuan menemukan hubungan antara variabel tersebut.
Metode korelasional meneliti hubungan antara variabel-variabel . Metode korelasional digunakan untuk meneliti hubungan atau pengaruh sebab akibat. Keuntungan metode ini adalah kemampuannya memberikan bukti nyata mengenai hubungan sebab akibat yang langsung bisa dilihat ( Kriyantono, 2006:62).
III.2. LOKASI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumtera Utara di Jl. Dr. A. Sofyan No. 1 Kampus USU. Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan (20155) Telp. (061) 8211965, Fax. 8217168.
III.3. POPULASI
2006 sampai 2008 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang pernah menonton tayangan democrazy minimal 3 kali.
Tabel 2. Daftar Populasi No. Departemen
Stambuk
Jumlah 2006 2007 2008
1 Administrasi Negara 14 18 13 45
Sampel adalah sebagian populasi yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu (Nawawi, 1991:144).
Pada dasarnya, sampel merupakan bagian dari populasi yang memperoleh perlakuan penelitian yang secara keseluruhan mempunyai sifat yang sama dengan populasi.
Ukuran sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90 %.
N = jumlah sampel N = jumlah populasi
D = nilai presisi yang ditetapkan sebesar 10 % atau 0,1 Berdasarkan rumus diatas, maka jumlah sampel yang dibutuhkan :
1
Jadi, jumlah sampel adalah 76 orang.
III.5. TEKNIK PENARIKAN SAMPEL
Teknik penarikan sampel adalah teknik penarikan sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian.
Adapun teknik penarikan sampel yang dilakukan peneliti adalah :
1. Sampel Stratifikasi Proporsional (Proportional Stratified Sample)
Dalam teknik ini populasi dikelompokkan kedalam kelompok atau kategori yang disebut dengan tujuan untuk membuat sifat yang homogen dari populasi yang heterogen. Rumus pengambilan sampelnya adalah :
(Kriyantono, 2006:151) N
xn n
Keterangan :
1
n = jumlah jiwa
n = jumlah sampel N= populasi
Berdasarkan rumus diatas, maka dapat dihitung sampel yang dipilih di setiap jurusan adalah :
Tabel 3. Sampel No. Departemen
N
Jumlah % 2006 2007 2006
1 Administrasi Negara 3 4 3 10 13
2 Antropologi 3 2 1 6 8
3 Ilmu Komunikasi 10 8 8 26 34
4 Ilmu Politik 3 3 3 9 12
5 Kesejahteraan Sosial 5 6 4 15 20
6 Sosiologi 3 2 5 10 13
Jumlah 27 25 24 76 100
1. Sampel acak sederhana (Simple random sampling)
III.6. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah : 1. Penelitian lapangan (Field research), yaitu pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara melakukan survey di lokasi penelitian. Penelitian dialapangan dilakukan dengan menggunakan :
Kuesioner, yaitu alat pengumpul data dalam bentuk sejumlah
pertanyaan tertulis yang harus dijawab pula oleh responden (Nawawi, 1991 : 117).
Wawancara, yaitu sejumlah pertanyaan lisan yang diajukan peneliti
terhadap pihak-pihak yang terkait.
2. Penelitian kepustakaan (Library research), yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data-data melalui literatur dan bacaan yang mendukung dan relevan dengan penelitian yang dilakukan.
III.7. TEKNIK ANALISIS DATA
Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dipresentasikan (Singarimbun, 1995 : 263). Pada penelitian ini teknik analisi data yang dilakukan adalah :
1. Analisis Tabel tunggal
2. Analisis Tabel Silang
Analisis tabel silang merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk menganalisis dan mengetahui apakah variabel yang satu mempunyai hubungan dengan variabel yang lainnya (Singarimbun, 1995 : 271).
3. Uji Hipotesis
Uji Hipotesis ialah salah satu fungsi statistic untuk menyederhanakan data sehingga mudah dibaca dan dipresentasikan, juga dipakai untuk menguji hipotesis.
Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diukur terdapat dalam skala ordinal. Sesuai dengan pedoman penggunaan test statistic yang berlaku, pengujian hipotesa yanag berskala ordinal dapat dilakukan dengan test statistik “Korelasi
Rank Spearmen” :
(Kriyantono,2006:174)
Keterangan :
rho (rs) = koefisien korelasi rank-order
d = perbedaan antara pasangan jenjang
N = jumlah invidu dalam sampel
∑ = sigma atau jumlah