• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mekanisme Pendaftaran Dan Pengukuhan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Bagi Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Mekanisme Pendaftaran Dan Pengukuhan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Bagi Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

MEKANISME PENDAFTARAN DAN PENGUKUHAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) BAGI ORANG PRIBADI DI KANTOR

PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN PETISAH O

L E H

NAMA : NICKY LAUDA SITEPU NIM : 052600097

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menamatkan Studi Pada Program Diploma III Administrasi Perpajakan

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN TUGAS AKHIR INI DISETUJUI UNTUK DIPRESENTASIKAN OLEH :

NAMA : NICKY LAUDA SITEPU

NIM : 052600097

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN FAKULTAS : ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JUDUL : MEKANISME PENDAFTARAN DAN

PENGUKUHAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) BAGI ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN PETISAH

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini telah dipresentasikan di depan Panitia Penguji Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU

Pada Hari :

Tanggal :

Pukul :

TIM MAJELIS PENGUJI

Ketua :

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang oleh karena kasih dan karunia-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Mekanisme Pendaftaran Dan Pengukuhan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Bagi Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah” ini tepat pada waktunya.

Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa modernisasi sistem administrasi perpajakan telah dilakukan di dalam lingkungan Direktorat Jenderal Pajak. Hal ini dilakukan sebagai upaya meningkatkan kualitas pelayanan perpajakan kepada masyarakat. Oleh karena itu, penulis ingin melakukan praktek kerja dan pengamatan atas Mekanisme Pendaftaran Dan Pengukuhan Nomor Pokok Wajib Pajak (Npwp) Bagi Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

Selama penulisan karya tulis ini, penulis banyak menerima dorongan dan motivasi serta bimbingan moral maupun materil. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Kepada Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

(5)

3. Kepada Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan untuk kelancaran penulisan Tugas Akhir ini. 4. Kepada Dosen FISIP USU, terkhususnya para dosen pengajar di Program Diploma

III Administrasi Perpajakan, yang telah memberikan ilmu pengetahuan khususnya mengenai Ilmu Administrasi Perpajakan selama penulis mengikuti kegiatan perkuliahan.

5. Kepada Bapak Akhmat Raskito yang telah bersedia menjadi Supervisor selama menyelesaikan karya tulis ini. Terima kasih penulis sampaikan buat bimbingan dan dukungannya.

6. Kepada Bapak Kepala Kantor Pajak Pratama Medan Petisah, Kabag Umum beserta Staf yang telah memberikan izin riset serta membantu dalam memberikan data untuk kelengkapan Tugas Akhir ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak–pihak yang telah membantu penulisan karya tulis ini. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi semua.

Medan, April 2010 Hormat Saya,

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang PKLM ... 1

B. Tujuan dan Manfaat PKLM ... 4

1. Tujuan PKLM ... 4

2. Manfaat PKLM ... 4

C. Ruang Lingkup PKLM ... 6

D. Metode PKLM ... 6

E. Metode Pengumpulan Data PKLM ... 7

F. Sistematika Penulisan Laporan PKLM ... 8

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat ... 10

B. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pratama Medan Petisah ... 13

C. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pratama Medan Barat ... 14

BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Ketentuan Umum 1. Pengertian Pajak ... 20

(7)

3. Pengertian Wajib Pajak ... 20

B. Teori-Teori yang Mendukung Pemungutan Pajak ... 21

C. Pengelompokan Pajak ... 22

D. Pengertian NPWP ... 23

E. Dasar Hukum Nomor Pokok Wajib Pajak ... 24

F. Fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak ... 25

G. Nomor Identitas Tunggal Wajib Pajak ... 25

H. Tempat Pendaftaran NPWP ... 26

I. Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) ... 27

J. Pemindahan Wajib Pajak Ke Kantor Pelayanan Pajak Lain ... 28

K.Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak ... 29

L. Tata Cara Pendaftaran dan dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak serta Pelaporan dan Pengukuhan Pengukuhan Pengusaha Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan Pajak ... 31

M. Tata Cara Perubahan Data Wajib Pajak... 33

N. Tata Cara Pemindahan Wajib Pajak dan Pengusaha Kena Pajak ... 34

O. Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak serta Pelaporan dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dengan sistem e-Registration ... 37

(8)

Q. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak Dan Pencabutan

Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak ... 40 R. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak ... 40 S. Sanksi Nomor Pokok Wajib Pajak ... 41

BAB IV ANALISIS DAN DAN EVALUASI DATA

A. Peranan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) ... 43 B. Mekanisme Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak

Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah ... 46 C. Hak Dan Kewajiban Setelah Memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak ... 47 D. Upaya – Upaya yang Dilakukan Direktorat Jenderal Pajak

untuk Meningkatkan Jumlah Wajib Pajak ... 49 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 54 B. Saran ... 55 DAFTAR PUSTAKA

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Peningkatan penerimaan negara dari sektor pajak telah memegang peranan penting di negara kita. Melalui penerimaan negara atas pembayaran pajak yang dilakukan masyarakat, pemerintah akan mampu membiayai segala keperluan rutin penyelenggaraan pemerintahan dan juga untuk menyediakan berbagai sarana maupun prasarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembangunan.

Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang (UU), dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (UU No. 28 Tahun 2007).

Reformasi perundang-undangan perpajakan telah memberikan keleluasaan kepada masyarakat dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Hal ini terlihat pada penerapan sistem penghitungan sendiri (Self Assessment System) dalam penghitungan pajak (Mardiasmo; 2004). Sistem pemungutan pajak Self Assessment System adalah sistem dimana Wajib Pajak (WP) diberi kepercayaan untuk

(10)

Pajak (DJP) berperan sebagai Pembina, Pengawas, Peneliti, serta memberikan petunjuk dan juga sanksi terhadap wajib pajak.

Namun dalam kenyataannya, masih banyak wajib pajak yang belum menyadari dan tidak melaksanakan secara penuh kepercayaan yang diberikan oleh DJP dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, terutama dalam hal pendaftaran sebagai wajib pajak baru guna memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya (UU No. 28 tahun 2007). NPWP dalam prakteknya menjadi satu identitas yang penting yang dapat memberikan begitu banyak kemudahan bagi Wajib Pajak.

(11)

(NPWP) tersebut. Ketidaktahuan tersebut menyebabkan tingkat kesadaran untuk memiliki NPWP pun menjadi rendah.

Berangkat dari pemikiran di atas, penulis tertarik untuk melakukan Praktik Kerja Lapangan dan pengamatan tentang bagaimana mekanisme pendaftaran dan pengukuhan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP). Praktik kerja lapangan ini dimaksudkan untuk mengakomodasikan antara konsep-konsep atau teori yang diperoleh di bangku perkuliahan dengan kenyataan di lapangan kerja yang sesungguhnya, sehingga pendidikan yang diperoleh di bangku perkuliahan dapat diterapkan serta menjadi bekal untuk mahasiswa agar bersaing dalam menghadapi dunia kerja yang semakin komplit di masa yang akan datang. Dalam hal ini, penulis bermaksud melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah, sehingga melalui PKLM ini, penulis akan mampu menyampaikan serta memberikan gambaran mengenai mekanisme pendaftaran dan pengukuhan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) terkhususnya bagi orang pribadi.

(12)

B. Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1.

Di dalam suatu kegiatan yang dilakukan selalu memiliki tujuan yang sesuai dengan yang diharapkan. Demikian halnya dengan PKLM yang dilaksanakan oleh mahasiswa Administrasi Perpajakan, mempunyai tujuan tersendiri, khususnya bagi mahasiswa yang bersangkutan. Adapun tujuan kegiatan PKLM ini adalah:

Tujuan PKLM

a) Untuk mengetahui mekanisme pendaftaran dan pengukuhan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) bagi Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP).

b) Untuk mengetahui hak dan kewajiban Wajib Pajak setelah memperoleh NPWP.

c) Upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesadaran Wajib Pajak akan pentingnya pajak.

2.

a. Bagi Mahasiswa Manfaat PKLM

1) Penerapan teori dan ilmu yang sudah diperoleh dan menuangkannya ke dalam penyelesaian masalah yang timbul selama melakukan PKLM di KPP Pratama Medan Petisah.

2) Menambah wawasan dan pengetahuan di bidang perpajakan.

(13)

b. Bagi Instansi Pemerintahan

1) Untuk meningkatkan kualitas generasi muda melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

2) Untuk menciptakan hubungan baik antara instansi pemerintahan dalam hal ini KPP Patama Medan Petisah dengan pihak Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

3) Mempromosikan citra aparat pajak yang baik kepada masyarakat. c. Universitas

1) Membuka interaksi antara mahasiswa dengan instansi pemerintah yang bersangkutan dalam memberikan uji nyata mengenai ilmu pengetahuan yang diperoleh mahasiswa melalui PKLM.

2) Memperbaiki pandangan (image) masyarakat terhadap sumber daya manusia yang dihasilkan dari lembaga pendidikan nasional khususnya Universitas Sumatera Utara dengan persepsi umum.

d. Bagi Masyarakat

1) Agar masyarakat khususnya Wajib Pajak mengerti dan memahami mengenai mekanisme pendaftaran dan pengukuhan Nomor Pokok Wajib Pajak.

(14)

C. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun yang menjadi ruang lingkup yang paling mendasar dalam melakukan PKLM pada KPP Pratama Medan Barat adalah:

1. Peranan dari Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

2. Deskripsi mekanisme pendaftaran dan pengukuhan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang dilakukan sejak digulirkannya modernisasi perpajakan yang yang diperoleh dari Seksi Pelayanan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah.

3. Hak dan kewajiban wajib pajak setelah memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

D. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta perolehan informasi yang sesuai, maka metode yang digunakan adalah sebagai berikut:

1) Tahap Persiapan

Pada tahap ini, penulis melakukan berbagai persiapan dimulai dari penentuan tempat PKLM, mencari bahan untuk pembuatan proposal, hingga pada konsultasi dengan pihak dosen.

2) Studi Kepustakaan

(15)

3) Observasi Lapangan

Penulis melakukan observasi lapangan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah. Dalam observasi ini, penulis mengajukan surat pengantar untuk melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) dan melakukan praktik serta pengamatan data yang akan diperlukan.

4) Pengumpulan Data

Data dapat dikelompokkan menjadi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui hasil wawancara dengan narasumber, sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan dan dokumentasi.

5) Analisis Data dan Evaluasi

Melalui pengumpulan data yang berasal dari studi kepustakaan serta hasil temuan di lapangan, penulis akan melakukan analisis dan evaluasi sehingga diperoleh data yang saling mendukung dan akurat mengenai mekanisme pendaftaran dan pengukuhan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah. Sifat dan bentuk tulisan bersifat deskriptif dan informatif.

E. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Adapun cara pengumpulan sumber-sumber data di atas adalah sebagai berikut: 1) Wawancara (Interview)

(16)

2) Pengamatan (Observasi)

Yaitu studi yang dilakukan dengan pengamatan langsung atas kegiatan yang dilakukan dengan pencatatan terhadap tiap fenomena yang menjadi objek penelitian. 3) Studi Dokumentasi

Dalam metode ini, penulis meminta dokumen yang berhubungan dengan objek PKLM, dokumen tersebut berupa struktur organisasi, formulir pendaftaran, dan dokumen-dokumen penting lainnya.

F. Sistematika Penulisan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) BAB I : Pendahuluan

Dalam bab ini akan dibahas mengenai Latar Belakang, Tujuan dan Manfaat, Ruang Lingkup, Metode PKLM, Metode Pengumpulan Data dan Sistematika Penulisan Laporan.

BAB II : Gambaran Objek/Lokasi Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Dalam bab ini, diuraikan Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Petisah, Struktur Organisasi, Uraian Tugas serta Fungsi pegawai.

BAB III : Gambaran Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

(17)

BAB IV : Penyajian dan Analisis Data

Dalam bab ini, penulis menganalisa mengenai Peranan NPWP, Mekanisme Pendaftaran dan Pengukuhan NPWP, serta Hak dan Kewajiban Wajib Pajak setelah memperoleh NPWP di KPP Pratama Medan Petisah.

BAB V : Penutup

Dalam bab ini berisi kesimpulan dari uraian sebelumnya, di samping untuk dikemukakan juga saran yang kiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk memperbaiki kelemahan yang ada di bidang perpajakan.

(18)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

Pada Tahun 1987, Kantor Pelayananan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi Pajak. Pada saat itu ada 2 (dua) Kantor Inspeksi Pajak yaitu Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi penduduk semakin cepat, maka pemerintah merasa perlu adanya penambahan Kantor Inspeksi Pajak guna memaksimalkan penerimaan negara dari sektor pajak.

Pada Tahun 1988, Kantor Inspeksi Pajak dipecah menjadi 2 (dua) yaitu:

1. Kantor Inspeksi Pajak Medan yang wilayah kerjanya meliputi Kotamadya Medan, Kabupaten Langkat, Kabupaten Asahan, dan Kabupaten Labuhan Batu. Dan Kantor Inpeksi Pajak Medan tersebut beralamat di Jalan Sukamulia No. 17-A.

(19)

Kantor Inspeksi Pajak Medan oleh Pemerintah dibagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu:

1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara yang beralamat di Jalan Sukamulia No. 17-A Medan, yang wilayah kerjanya meliputi Kotamadya Medan, Kabupaten Langkat, Kotamadya Binjai.

2. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan yang beralamat di Jalan diponogoro No. 30-A Medan.

3. Kantor Inspeksi Pajak Medan Barat yang saat itu beralamat di Jalan Binjai No. 1 Medan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Nomor Kep.785/KMK.01./1993 mengenai Kantor Pelayanan Pajak, jajaran Kantor Wilayah 1 Sumatera Bagian Utara terhitung Agustus 1993, terdiri dari:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara yang beralamat di Jalan Kejaksaan No. 2 Medan.

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat yang beralamat di Jalan Sukamulia No. 17-A.

3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur yang beralamat di Jalan Binjai KM. 7 Medan

(20)

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Petisah

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah didirikan pada tanggal 26 Mei 2008. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah beralamat di Jalan Asrama No. 7A Medan dengan membawahi tiga kecamatan yaitu Kecamatan Medan Petisah, Kecamatan Medan Helvetia, dan Kecamatan Medan Sunggal.

Semenjak reorganisasi, wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Medan Petisah meliputi antara lain:

1. Kelurahan Petisah Tengah 2. Kelurahan Sei Putih Tengah 3. Kelurahan Sei Putih Timur 4. Kelurahan Sei Putih Barat 5. Kelurahan Sekip

(21)

14. Kelurahan Lalang 15. Kelurahan Sunggal 16. Kelurahan Dwikora

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Tidak Langsung Lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah wewenang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

B. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

Visi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah adalah menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak, yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan Undang-Undang Perpajakan dengan tingkat efektifitas dan efisiensi yang tinggi

1. Visi

Misi dari kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah adalah menjadi model pelayanan masyarakat yang menyelenggarakan sistem dan manajemen perpajakan kelas dunia yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat.

(22)

C. Stuktur Organisasi KPP Pratama Medan Petisah

Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan secara sistematis mengenai penetapan tugas–tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab masing–masing dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan struktur tersebut juga untuk membina keharmonisan kerja agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan teratur dan baik untuk mencapai tujuan secara maksimal.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah di pimpin oleh seorang Kepala Kantor yang secara operasional bertanggung jawab kepada Kepala Kantor wilayah Direktorat Jenderal Pajak.

(23)

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah terdiri dari 11 (sebelas) seksi yang masing – masing seksi dipimpin oleh seorang kepala seksi. Struktur organisasi yang ada di Kantor Pelayanan Pajak pratama Medan Petisah dapat digambarkan sebagai berikut :

a. Seksi Pengolahan Data dan Informasi; b. Seksi Pelayanan;

c. Seksi Penagihan; d. Seksi Pemeriksaan;

e. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan; f. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I; g. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II; h. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III; i. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV;

D. Uraian Tugas dan fungsi

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah terdiri dari: 1. Subbagian Umum

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi 3. Seksi Pelayanan

(24)

6. Seksi Ekstenfikasi Perpajakan 7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi 1 8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 11. Kelompok Jabatan Fungsional

Adapun tugas tiap-tiap seksi tersebut adalah 1. Uraian Tugas

1. Sub Bagian Umum

Mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, dan rumah tangga.

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

Mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Felling, pelaksanaan i-SISMOP dan SIG, serta penyiapan laporan kinerja.

3. Seksi Pelayanan

(25)

pengolahan Surat Pemberitahuan, serta surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi perpajakan Wajib Pajak, serta melakukan kerjasama Perpajakan.

4. Seksi Penagihan

Mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

5. Seksi Pemeriksaan

Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

6. Seksi Ekstenfikasi Perpajakan

Mempunyai tugas melakukan tugas pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek pajak dan subjek pajak, pembentukan dan pemuktakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi.

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, Seksi Pengawasan dan Konsultasi III, Seksi dan Pengamatan IV.

(26)

Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan dan melakukan evaluasi hasil banding.

8. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undang yang berlaku:

a. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahlian. b. Setiap kelompok tersebut dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior

yang ditunjuk oleh Kepala Kantor wilyah dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang bersangkutan.

c. Jumlah jabatan Fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.

d. Jenis dan jenjang jabatan diatur sesuai dengan peraturan perundang-undang yang berlaku.

Dalam melaksanakan tugasnya, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah mempunyai fungsi sebagai berikut:

2. Uraian Fungsi

(27)

2. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan

3. Pengadmistrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya

4. Penyuluhan perpajakan

5. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak 6. Pelaksanaan ekstensifikasi

7. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak 8. Pelaksanaan pemeriksaan pajak

9. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak 10. Pelaksanaan konsultasi perpajakan

11. Pelaksanaan intensifikasi 12. Pembetulan ketetapan pajak

13. Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/ atau Bangunan

14. Pelaksanaan administrasi Kantor

(28)

BAB III

GAMBARAN DATA

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

A. Ketentuan Umum 1. Pengertian Pajak

Menurut UU No.28 Tahun 2007, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang (UU), dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2. Fungsi Pajak

Pada Dasarnya, Ada dua fungsi pajak,yaitu: 1.Fungsi Budgetair (penerimaan)

Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

2.Fungsi Regulerend (mengatur)

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

3. Pengertian Wajib Pajak

(29)

hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

B. Teori-Teori Yang Mendukung Pemungutan Pajak

Terdapat beberapa teori yang menjelaskan atau memberikan justifikasi pemberian hak kepada negara untuk memungut pajak.Teori-teori tersebut antara lain adalah:

a.Teori Asuransi

Negara melindungi keselamatan jiwa,harta benda,dan hak-haknya.Oleh karena itu rakyatnya harus membayar pajak yang diibaratkan sebagai suatu premi asuransi karena memperoleh jaminan perlindungan tersebut.

b.Teori Kepentingan

Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingan (misalkan perlindungan) masing-masing orang. Semakin besar kepentingan sseorang terhadap negara, makin tinggi pajak yang harus dibayar.

c.Teori Daya Pikul

Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya,artinya pajak harus dibayar sesuai dengan daya pikul masing-masing orang.

d.Teori Bakti

(30)

e.Teori Asas Daya Beli

Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak berarti menarik.Maksudnya memungut pajak berarti menarik daya beli dari rumah tangga masyarakat untuk rumah tangga negara.Selanjutnya negara akan menyalurkannya kembali ke masyarakat dalam bentuk pemeliharaan kesejahteraan masyarakat.Dengan demikian kepentingan seluruh masyarat lebih diutamakan.

C. Pengelompokan Pajak

Menurut golongannya, terdiri dari:

a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain

Contoh : Pajak Penghasilan

b. Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

Contoh : Pajak Pertambahan Nilai Menurut sifatnya, terdiri dari:

a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya,dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak

Contoh : Pajak Penghasilan

b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak

(31)

Menurut lembaga pemungutnya, terdiri dari:

a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara

Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Materai.

b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah

Pajak Daerah terdiri atas :.

• Pajak Propinsi, Contoh : Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

• Pajak Kabupaten/Kota, Contoh : Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak reklame, dan Pajak Penerangan jalan.

D. Pengertian NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)

Menurut UU No.28 Tahun 2007, NPWP adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan.

(32)

pembayaran pajak, kepindahan lokasi usaha, perubahan badan usaha atau kegiatan lain yang diisyaratkan untuk memiliki identitas perpajakan.

Setip Wajib Pajak hanya memiliki satu Nomor Pokok Wajib Pajak untuk semua jenis pajak yang kewajiban, NPWP mempunyai 15 digit, dengan susunan sebagai berikut:

a) 9 (sembilan ) digit pertama merupakan kode Wajib Pajak

b) 6 (enam) digit berikutnya merupakan kode Administrasi Perpajakan

E. Dasar Hukum Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

(33)

F. Fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

Setiap Wajib Pajak dalam hal berhubungan dengan dokumen perpajakan diharuskan mencantumkan NPWP yang dimilikinya. Fungsi dari NPWP tersebut adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui identitas Wajib pajak

b. Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan Administrasi Perpajakan

c. Untuk keperluan yang berhubungan dengan dokumen perpajakannya, karena yang berhubungan dengan dokumen perpajakan diharuskan mencantumkan NPWP.

d. Untuk memenuhi kewajiban-kewajiban perpajakan misalnya dalam Surat Setoran Pajak (SSP) yang ditetapkan sendiri maupun pemotong/ pemungut oleh pihak ketiga harus mencantumkan NPWP.

e. Untuk mendapatkan pelayanan dari instansi-instansi tertentu yang mewajibkan mencantumkan NPWP dalam dokumen-dokumen yang dilakukan seperti dokumen impor dan dokumen ekspor.

f. Untuk keperluan pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) masa atau tahunan.

G. Nomor Identitas Tunggal Wajib Pajak

(34)

dalam Surat Edaran DJP No.SE. 02/PJ9/1998 tanggal 4 Mei 1998 dengan pokok pengaturan:

1. NPWP ditetapkan sebagai identitas tunggal Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan di bidang PPh dan PPN/PPnBm.

2. Setiap Pengusaha Kena Pajak (PKP) diberlakukan Nomor Pokok Pengusaha Kena Pajak (NPPKP) baru yaitu sama dengan Nomor Pokok Wajib Pajak dari wajib pajak yang bersangkutan

3. Wajib Pajak yang digunakan NPPKP lama (sebelum berlakunya surat edaran) diminta untuk menggunakan NPPKP baru.

4. Dengan ketentuan pada butir 1 dan 2 tidak mengubah hak dan kewajibannya serta prosedur administrasi, kecuali:

a. Wajib pajak yang kantor pusat dan cabangnya terdaftar sebagai Pengusaha Kena Pajak dalam satu KPP harus digabung menjadi satu KPP yaitu KPP Kantor Pusat.

b. Wajib Pajak yang kantor cabangnya lebih dari satu PKP tempat pajak terutang yang di tunjuk melaksanakan hak dan kewajiban PKP yaitu salah satu PKP cabang sesuai dengan pilihan Wajib Pajak.

H. Tempat Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

(35)

kedudukan Wajib Pajak berada dalam dua atau lebih wilayah kerja Kantor Dirjen Pajak, Direktorat Jendral Pajak menetapkan tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak. Untuk mempermudah pelaksanaan pendaftaran diri Wajib Pajak di tempat-tempat yang mudah di jangkau, Dirjen Pajak dapat menentukan tempat pendaftaran lain selain Kantor Pelayanan Pajak.

I. Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) diberikan kepada orang pribadi dengan kriteria sebagai berikut:

1. Wajib Pajak terdaftar, yaitu Wajib Pajak yang telah terdaftar dalam tata usaha Kantor Pelayanan Pajak dan telah diberikan NPWP.

2. Orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak Badan yang wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP paling lama 1 (satu) bulan setelah saat usaha mulai dijalankan. Saat usaha mulai dijalankan adalah saat yang terjadi lebih dulu antara saat pendirian dan saat usaha nyata-nyata mulai dilakukan.

(36)

4. Orang pribadi lainnya, yatiu Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas, dan Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas apabila sampai pada suatu bulan memperoleh penghasilan yang jumlahnya melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak setahun – yang memerlukan NPWP dapat mengajukan permohonan untuk memperoleh NPWP

J. Pemindahan Wajib Pajak Ke Kantor Pelayanan Pajak Lain

Pemindahan Wajib Pajak adalah tindakan memindahkan administrasi perpajakan Wajib Pajak dari tata usaha Kantor Pelayanan Pajak lama ke tata usaha Kantor Pelayanan Pajak baru, karena alasan pindah tempat tinggal atau tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha atau perubahan status perusahaan.

Dalam hal Wajib Pajak terdaftar pindah tempat tinggal atau tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha ke wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak lain atau terjadi perubahan status perusahaan yang mengakibatkan Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar harus berubah, maka Wajib Pajak mengajukan permohonan pindah dengan menyampaikan surat pernyataan pindah beserta persyaratannya

(37)

Dalam hal perpindahan Wajib Pajak, Kantor Pelayanan Pajak wajib menerbitkan:

a. Surat pindah, untuk diberikan kepada Wajib Pajak paling lama pada hari kerja berikutnya setelah surat pernyataan pindah diterima, guna diserahkan ke Kantor Pelayanan Pajak baru, dalam hal surat pernyataan pindah beserta persyaratannya secara lengkap telah disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak lama.

b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan surat keterangan terdaftar, paling lama pada hari kerja berikutnya, dimana surat pernyatan pindah beserta persyaratannya secara lengkap disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak baru, atau setelah menerima surat pindah dari Wajib Pajak yang berasal dari Kantor Pelayanan Pajak lama.

Surat pindah adalah surat yang berisi keterangan pindah Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak baru yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak Lama, karena alasan pindah tempat tinggal atau tempat kedududukan dan/atau tempat kegiatan usaha atau perubahan status perusahaan.

K. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

Penghapusan NPWP adalah tindakan menghapuskan NPWP dari tata usaha Kantor Pelayanan Pajak. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dilakukan dalam hal:

(38)

b. Wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan.

c. Warisan yang belum terbagi dalam kedudukan sebagai Subjek Pajak sudah selesai dibagi.

d. Wajib Pajak Badan yang telah dibubarkan secara resmi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

e. Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang sesuatu hal kehilangan statusnya sebagai Bentuk Usaha Tetap.

f. Wajib Pajak Orang Pribadi lainnya selain yang dimaksud dalam huruf a dan huruf b yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai Wajib Pajak.

Penghapusan NPWP dapat dilakukan apabila utang pajak telah dilunasi dan hak untuk melakukan penagihan telah daluwarsa, kecuali dari hasil pemeriksaan pajak diketahui bahwa utang pajak tersebut tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi disebabkan karena:

a. Wajib Pajak Orang Pribadi meninggal dunia dengan tidak meninggalkan harta warisan dan tidak mempunyai ahli waris, atau ahli waris tidak dapat ditemukan; b. Wajib Pajak tidak mempunyai kekayaan lagi; atau

(39)

L. Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak serta Pelaporan dan Pengukuhan Pengukuhan Pengusaha Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan Pajak

1. Menerima formulir Permohonan Pendaftaran dan Perubahan Data Wajib Pajak, berfungsi sebagai formulir pendaftaran, yang telah ditandatangani Wajib Pajak atau kuasanya yang sah beserta lampirannya.

2. Memeriksa kelengkapan formulir Permohonan Pendaftaran dan Perubahan Data Wajib Pajak yang terdiri dari :

a. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas :

• Fotokopi Kartu Tanda Penduduk bagi penduduk Indonesia, atau Paspor ditambah surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa bagi orang asing.

b Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas :

(40)

• Surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa.

c.Untuk Wajib Pajak Badan :

• Fotokopi Akte Pendirian dan perubahan terakhir atau surat keterangan penunjukkan dari Kantor Pusat bagi Bentuk Usaha Tetap.

• Fotokopi Kartu Tanda Penduduk bagi penduduk Indonesia, atau Paspor ditambah surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa bagi orang asing, dari salah seorang pengurus aktif.

• Surat keterangan tempat kegiatan usaha dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa.

d.Untuk Bendaharawan sebagai Wajib Pajak Pemungut/Pemotong : • Fotokopi surat penunjukan sebagai bendaharawan.

• Fotokopi Kartu Tanda Penduduk bendaharawan.

e.Untuk Joint Operation sebagai Wajib Pajak Pemungut/Pemotong: a) Fotokopi Perjanjian Kerja sama sebagai sebagai Joint Operation. b) Fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak masing-masing anggota

(41)

c) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk bagi penduduk Indonesia, atau Paspor ditambah surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa bagi orang asing, dari salah seorang pengurus Joint Operation.

3. Mengisi kolom-kolom pada formulir Permohonan Pendaftaran dan Perubahan Data Wajib Pajak yang diisi oleh dinas.

M. Tata Cara Perubahan Data Wajib Pajak

Yang dimaksud dengan perubahan data Wajib Pajak meliputi perubahan identitas Wajib Pajak, pemindahan Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak, serta penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau pencabutan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

Perubahan identitas wajib pajak meliputi :

d) Perbaikan data karena kesalahan dalam keluaran (data dalam dokumen masukan tidak sama dengan data keluaran).

e) Perubahan Nomor Pokok Wajib Pajak karena adanya kesalahan (misalnya Kode Wajib Pajak cabang tidak sama dengan pusat).

f) Perubahan nama Wajib Pajak karena penggantian nama. g) Perubahan bentuk badan hukum.

h) Perubahan alamat Wajib Pajak karena perpindahan tempat tinggal atau tempat kegiatan usaha dalam wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak yang sama.

(42)

j) Perubahan jenis usaha karena ada perubahan kegiatan usaha Wajib Pajak. k) Perubahan jenis pajak, karena sesuatu hal yang mengakibatkan kewajiban jenis

pajaknya berubah.

N. Tata Cara Pemindahan Wajib Pajak dan Pengusaha Kena Pajak

Dalam hal surat pernyataan pindah diajukan melalui Kantor Pelayanan Pajak lama:

1. Menerima surat pernyataan pindah yang telah ditandatangani oleh Wajib Pajak atau kuasa yang sah beserta lampiran yang diisyaratkan atau dari Kantor Penyuluhan Pajak.

2. Memeriksa kelengkapan lampiran yang diisyaratkan, terdiri dari : a.Untuk Wajib Pajak orang pribadi :

• Pindah tempat tinggal, adalah surat keterangan tempat tinggal yang baru dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa.

(43)

b.Untuk Wajib Pajak Badan :

• Pindah tempat kedudukan, adalah surat keterangan tempat kedudukan yang baru dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa.

• Pindah tempat kegiatan usaha, adalah surat keterangan tempat kegiatan usaha yang baru dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa.

Dalam hal surat pernyataan pindah diajukan melalui Kantor Pelayanan Pajak baru

1. Menerima surat pernyataan pindah dan formulir Permohonan Pendaftaran dan Perubahan Data Wajib Pajak, Kartu Nomor Pokok dan/atau Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak lama, dari Wajib Pajak atau dari Kantor Penyuluhan

2. Memeriksa kelengkapan lampiran yang diisyaratkan, terdiri dari: a.Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi :

(44)

keterangan tempat tinggal yang baru dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa.

• Pindah tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, adalah Surat Keterangan Terdaftar dan/atau Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dalam hal Pengusaha Kena Pajak, dan surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang baru dari instansi yang sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa.

b.Untuk Wajib Pajak Badan :

• Pindah tempat kedudukan, adalah fotokopi akte perubahan atau surat keterangan tempat kedudukan yang baru dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa, dan Surat Keterangan Terdaftar

(45)

O. Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak serta Pelaporan dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dengan sistem e-Registration

1. Membuka situs Direktorat Jenderal Pajak dengan alamat http://www.pajak.go.id atau situs lainnya yang terdapat pada sistem.

2. Memilih menu system e-registration.

3. Membuat account Wajib Pajak yang antara lain berisi username dan password.

4. Login ke sistem e-Registration dengan mengisi username dan password yang telah dibuat.

5. Memilih jenis Wajib Pajak yang sesuai (Orang Pribadi, Badan atau Bendaharawan).

6. Mengisi formulir Permohonan Pendaftaran dan Perubahan Data pada layer komputer dengan lengkap dan benar.

7. Memilih tombol “daftar” untuk mengirim Formulir Registrasi Wajib Pajak secara elektronis ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar. 8. Mencetak Formulir Registrasi Wajib Pajak dan Surat Keterangan Terdaftar

Sementara sebagaimana yang tertera pada layar komputer.

(46)

10. Mengirimkan Formulir Registrasi Wajib Pajak yang sudah ditandatangani beserta persyaratannya ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar.

Catatan: Wajib Pajak dapat melihat status permohonan pendaftaran melalui e-mail atau aplikasi e-registration.

11. Menerima permintaan kelengkapan persyaratan, dalam hal terdapat persyaratan yang belum lengkap.

12. Mengirim kelengkapan persyaratan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar.

13. Menerima kartu Nomor Pokok Wajib Pajak dan Surat Keterangan Terdaftar dan atau Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dari Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak.

(47)

P. Tata Cara Perubahan Data Wajib, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dengan sistem e-registration

a.Melalui Internet.

1. Melakukan kegiatan seperti pada mendaftar pada angka 1 sampai dengan angka 4.

Catatan : dalam hal Wajib Pajak sudah memiliki account, prosedur angka 3 tidak perlu dilakukan.

2. Melakukan perubahan data sesuai dengan item-item yang berubah..

3. Memilih tombol “perbarui” untuk mengirim formulir Permohonan Pendaftaran dan Perubahan Data pada layar komputer secara elektronis ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar.

4. Melakukan kegiatan seperti pada angka 8 sampai dengan angka 12) 5. Menerima :

a. Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak, Surat Keterangan Terdaftar, dan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak bagi Wajib Pajak sesuai dengan prosedur pendaftaran angka 8.

b. Surat Keterangan Terdaftar, dan atau Surat Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak bagi Wajib Pajak.

(48)

Q. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak Dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

a. Melalui Internet.

1. Melakukan kegiatan seperti pada prosedur pendaftaran angka 1 sampai dengan angka 4)

Catatan : Dalam hal Wajib Pajak sudah memiliki account,prosedur angka 3 tidak perlu dilakukan.

2. Memilih tombol “Penghapusan”untuk mengirim Formulir Registrasi Wajib Pajak secara elektronis ke Kantor Pelayanan Pajak terdaftar.

3. Mencetak Formulir Registrasi Wajib Pajak.

4. Melakukan kegiatan seperti pada prosedur angka 9 sampai dengan angka 12. 5. Menerima Surat Pencabutan Surat Keterangan Terdaftar, Surat Penghapusan

Nomor Pokok Wajib Pajak dan atau Surat Pencabutan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dan atau Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, dari Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak Terdaftar.

R. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak

Yang dimaksud dengan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak adalah tindakan menghapuskan Nomor Pokok Wajib Pajak dari tata usaha Kantor Pelayanan Pajak.

(49)

• Wajib Pajak Orang Pribadi yang telah meninggal dunia dan tidak meninggal warisan

• Wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan • Warisan yang telah selesai terbagi dalam kedudukan sebagai Subjek Pajak

sudah selesai dibagi

• Wajib Pajak badan yang telah dibubarkan secara resmi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

• Bentuk Usaha Tetap yang karena sesuatu hal kehilangan statusnya sebagai bentuk usaha.

• Wajib Pajak Orang Pribadi lainnya selain yang dimaksud dalam huruf a dan huruf b yang tidak memenuhi syarat sebagai Wajib Pajak.

S. Sanksi Nomor Pokok Wajib Pajak

Terhadap Wajib Pajak yang tidak mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak dikenakan sanksi perpajakan sebagaimana diatur di dalam Pasal 39 UU No.28 Tahun 2007, yaitu setiap orang yang dengan sengaja :

a) Tidak mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak atau tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. b) Menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak

(50)

d) Menyampaikan Surat Pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap.

e) Menolak untuk dilakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 f) Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau pencatatan, atau dokumen lain

yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar, atau tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya.

g) Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di Indonesia, tidak memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lain. h) Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di Indonesia, tidak

memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau diselenggarakan secara program on-line di Indonesia dalam Pasal 28 ayat (11).

(51)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

A. Peranan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.Dengan dimilikinya NPWP ini, menandakan bahwa Wajib Pajak tersebut sudah terdaftar sebagai Wajib Pajak dan mempunyai kewajiban untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang.

(52)

tersebut tidak diatnggapi maka Wajib Pajak tersebut di kenakan sanksi Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.

Wajib Pajak yang mempunyai NPWP harus mencantumkan NPWP pada dokumen atau berkas yang berhubungan dengan urusan perpajakan. Dokumen Perpajakan itu sangat banyak jumlahnya, ini tentu sangat menyulitkan bagi petugas pajak yang menangani urusan administrasi di Kantor Pelayan Pajak yang berhungan langsung dengan Wajib Pajak. Untuk itu di dalam berbekas atau dokumen perpajakannya telah tercantum kolom yang digunakan untuk tempat NPWP.

Hal yang dilakukan pertama kali terhadap dokumen-dokumen perpajakan seperti Surat Setoran Pajak yang sudah diterima Kantor Pelayanan Pajak adalah penyortiran guna memudahkan dalam pekerjaan memproses lebih lanjut Surat Setoran Pajak (SSP). Penyortiran dilakukan berdasarkan NPWP yang tercantum didalam dokumen perpajakan tersebut, yang diurut dari Nomor Pokok Wajib Pajak yang nomor urut terkecil sampai yang terbesar.

(53)

Pengurusan NPWP mulai dari terkecil sampai pada yang terbesar ditujukan agar mempermudah dalam proses administrasinya dan untuk mengawasi kepatuhan Wajib Pajak di dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

Setelah penyortiran dan pencatatan dilaksanakan, maka atas dokumen-dokumen perpajakannya tersebut dilanjutkan dengan pengarsipan berkas. Dokumen perpajakan tersebut dimasukkan ke dalam anak berkas yang telah di buat kemudian selanjutnya dimasukkan ke dalam induk berkas Wajib Pajak untuk di simpan dan dimasukkan pada rumah berkas. Namun terlebih dahulu dibuat NPWP beserta anak berkas Wajib Pajak, nama Wajib Pajak pada berkas Wajib Pajak beserta anak berkas Wajib Pajak tersebut. Fungsinya ialah untuk memudahkan didalam memasukkan dokumen perpajakannya. Jika kita melihat semakin banyaknya Wajib Pajak bertambah setiap tahunnya, hal ini akan menambah jumlah dokumen Wajib Pajak yang lama maupun Wajib Pajak yang baru.

(54)

B. Mekanisme Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah

Adapun mekanisme yang dilakukan dalam hal pendaftaran pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak Orang Pribadi adalah sebagai berikut:

4. Menerima formulir Permohonan Pendaftaran dan Perubahan Data Wajib Pajak, berfungsi sebagai formulir pendaftaran, yang telah ditandatangani Wajib Pajak atau kuasanya yang sah beserta lampirannya.

5. Memeriksa kelengkapan formulir Permohonan Pendaftaran dan Perubahan Data Wajib Pajak yang terdiri dari :

a. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas :

• Fotokopi Kartu Tanda Penduduk bagi penduduk Indonesia, atau Paspor ditambah surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa bagi orang asing.

b Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas :

(55)

• Surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa.

6. Mengisi kolom-kolom pada formulir Permohonan Pendaftaran dan Perubahan Data Wajib Pajak yang diisi oleh petugas.

7. Mengirim kelengkapan persyaratan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar.

8. Menerima kartu Nomor Pokok Wajib Pajak dan Surat Keterangan Terdaftar dan atau Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dari Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak.

Catatan: Dalam hal alamat Wajib Pajak terbukti tidak benar, maka permohonan pendaftaran Wajib Pajak dan atau pelaporan usaha Wajib Pajak ditolak dan Wajib Pajak menerima Surat Penolakan Pendaftaran Wajib Pajak dan Pelaporan

C. Hak Dan Kewajiban Setelah Memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak

(56)

peraturan-peraturan yang senantiasa berubah membuat masyarakat bingung, misalnya Wajib Pajak tidak menggunakan haknya membuat Surat Permohonan Penundaan masuknya SPT karena Wajib Pajak merasa malas, dan menganggap pengurusannya sulit sehingga ia lebih memilih dikenakan denda daripada mengurus surat permohonan masuknya SPT.

Sedangkan sebagian lagi belum mengetahui apa sebenarnya hak dan kewajibannya sebagai Wajib Pajak sehingga Wajib Pajak tersebut tidak menjadi Wajib Pajak aktif, tetapi hanya sekedar menjadi Wajib Pajak pasif agar memperoleh NPWP yang digunakan untuk kepentingan pribadinya. Seharusnya menjadi Wajib Pajak mempunyai kewajiban menghitung, menyetor, dan melaporkan pajaknya walaupun nihil. Wajib Pajak tetap mempunyai kewajiban melapor, jika Wajib Pajak terlambat atau tidak melaporkan pajaknya maka Wajib Pajak tersebut akan tetap dikenakan sanksi sesuai Peraturan Perundangan-Undangan yang berlaku.

Wajib pajak yang telah memiliki NPWP mempunyai hak:

1. Mendapatkan pelayanan dari instansi-instansi tertentu atau fiskus.

2. Memperoleh dokumen-dokumen yang dipergunakan untuk pembayaran pajak terutang.

3. Membuat permohonan penundaan pemasukan SPT, penundaan dan pengangsuran pembayaran pajak.

4. Meminta adanya suatu keterangan tertulis yang menjadi dasar penggenaan pajak dalam Surat Ketetapan Pajak (SKP).

(57)

6. Meminta kompensasi dan restitusi pajak.

7. Meminta penghapusan atau pengurangan sanksi serta pembetulan SPT yang salah.

8. Memberi kuasa kepada orang lain untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya.

Wajib pajak yang telah memiliki NPWP mempunyai kewajiban:

1. Menghitung sendiri besar pajaknya yang harus dibayar oleh Wajib Pajak. 2. Menyetorkan pajaknya yang terutang ke Bank-Bank Persepsi atau Kantor Pos. 3. Melaporkan pembayaran pajaknya ke Kantor Pelayanan Pajak yang terutang.

D. Upaya-Upaya Yang Dilakukan Direktorat Jenderal Pajak Untuk Meningkatkan Jumlah Wajib Pajak

Untuk mendukung penerimaan pajak agar optimal, upaya peningkatan Wajib Pajak yang dilakukan Dirjen Pajak untuk meningkatkan jumlah Wajib Pajak yang memiliki NPWP dapat ditempuh dengan dua cara yaitu:

(58)

(PTKP),PTKP 2009 adalah Rp 15.840.000 untuk Wajib Pajak, Rp 1.320.000 tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin, Rp 1.320.000 tambahan untuk setiap anggota sedarah dalam garis keturunan paling banyak tiga orang untuk setiap keluarga.Tetapi tetap saja tingkat kesadaran pajak kita masih rendah, sehingga Dirjen Pajak melakukan berbagai upaya dengan pendekatan biaya hidup Wajib Pajak tersebut,apakah memiliki/menyewa rumah yang cukup besar, listrik 1.300W, telepon, Handphone, mobil, motor, dll.

2. Intensifikasi Pajak yaitu: Dengan melakukan peningkatan kualitas aparatur perpajakan (Tax Administration Reform), pelayanan prima terhadap Wajib Pajak, dan pembinaan kepada para Wajib Pajak, pengawasan administratif, pemeriksaan, penyidikan, serta penegakan hukum.Tindakan ini berupa upaya Dirjen Pajak dengan melakukan berbagai penyuluhan, seminar, lokakarya, pelatihan, simulasi, brosur, majalah, surat kabar, radio dan sebagainya.

Berdasarkan Surat Edaran Dirjen Pajak bernomor SE-68/PJ/2009 tentang Target Rasio Penyampaian SPT Tahunan PPh pada 2009, Dirjen Pajak telah memerintahkan kepada Kepala Kanwil Dirjen Pajak bersama para Kepala KPP di wilayah kerjanya masing- masing untuk membuat target bulanan pemasukan SPT. Dirjen Pajak juga melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan jumlah Wajib Pajak dengan cara sebagai berikut:

(59)

2. Melakukan pemisahan antara Wajib Pajak baru dan lama (khusus Wajib Pajak Orang Pribadi)

3. Segera mengirimkan imbauan kepada Wajib Pajak baru dan segera menerbitkan Surat Teguran bagi Wajib Pajak lama yang dilanjutkan dengan Surat Tagihan Pajak sesuai ketentuan yang berlaku.

4. Memberikan edukasi perpajakan terutama kepada Wajib Pajak baru.

Upaya peningkatan jumlah Wajib Pajak juga didukung dengan adanya berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak dalam tahun 2009, yaitu:

1.

Pembebasan biaya fiskal ke luar negeri mulai 2009 bagi yang memiliki NPWP dan telah berusia 21 tahun. Bagi masyarakat yang telah memiliki NPWP akan dibebaskan dari pengenaan Fiskal Luar Negeri mulai 2009. Pemungutan Fiskal Luar Negeri ini kelak akan dihapuskan secara total mulai 2011.

Ketentuan Tentang Kepemilikan NPWP Bagi Orang Yang Akan Bepergian Ke Luar Negeri.

2.

Sunset Policy adalah kebijakan pemberian fasilitas perpajakan, yang berlaku

(60)

berupa bunga yang diatur dalam Pasal 37A Undang-Undang Ketentuan Umun dan Tata Cara Perpajakan (Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007)

Sunset Policy ini hanya berlaku dalam 1 tahun, yaitu mulai berlaku dari 1

januari 2008 sampai 31 Desember 2008.

Yang dapat memanfaatkan Sunset Policy adalah:

a) Orang Pribadi yang belum memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), yang dalam tahun 2008 secara sukarela mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP dan menyampaikan SPT Tahunan PPh untuk tahun pajak 2007 dan tahun-tahun pajak sebelumnya paling lambat 31 Maret 2009.

b) Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan yang telah memilki NPWP sebelum tahun 2008, yang menyampaikan pembetulan SPT Tahunan PPh Tahun Pajak 2006 dan tahun-tahun pajak sebelumnya untuk melaporkan penghasilan yang belum diperhitungkan dalam pelaporan SPT Tahunan PPh yang telah disampaikan.

3.

Selain itu, dalam aturan RUU PPh ini juga diatur penerimaan tarif pemotongan atau pemungutan PPh yang berbeda bagi masyarakat yang telah memiliki NPWP.

Ketentuan Tentang Pengenaan PPh Pasal 21, 22, Dan 23 Yang Lebih Besar Dari Orang Pribadi/Badan Yang Tidak Memiliki NPWP.

(61)

NPWP dikenakan pemotongan PPh pasal 23 sebesar 100% lebih tinggi dari tarif normal.

Dan bagi WP yang dikenakan PPh pasal 22 yang tidak mempunyai NPWP, dikenakan pemungutan PPh 22 sebesar 100% lebih tinggi dari tarif normal.

Sebagai tambahan dapat disampaikan bahwa peningkatan NPWP juga dimungkinkan dilakukan melalui sarana elektronik (e-regsitration). Ini menandakan bahwa kemudahan fasilitas yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak juga telah meningkatkan kesadaran wajib pajak tentang pentingnya kepemilikan NPWP.

(62)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil analisis dan evaluasi data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Peranan daripada NPWP adalah sebagai sarana dalam administrasi perpajakan dan Tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

2. Setelah memperoleh NPWP, wajib pajak akan memperoleh hak untuk mendapatkan pelayanan dari instansi-instansi tertentu atau fiskus, Memperoleh dokumen-dokumen yang dipergunakan untuk pembayaran pajak terutang, Membuat permohonan penundaan pemasukan SPT, penundaan dan pengangsuran pembayaran pajak, meminta adanya suatu keterangan tertulis yang menjadi dasar penggenaan pajak dalam SKP, melakukan keberatan dan banding, meminta kompensasi dan restitusi pajak, meminta penghapusan atau pengurangan sanksi serta pembetulan SPT yang salah, memberi kuasa kepada orang lain untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya.

(63)

4. Upaya peningkatan wajib pajak yang dilakukan Dirjen Pajak untuk meningkatkan jumlah wajib pajak yang memiliki NPWP dapat ditempuh dengan dua cara yaitu ektensifikasi dan intensifikasi perpajakan.

B. Saran

Adapun dari hasil analisis dan sintesis atas pembahasan yang dilakukan, maka dapat diberikan saran/rekomendasi untuk dikaji dan ditindaklanjuti, yaitu:

1. Hendaknya peningkatan jumlah wajib pajak (meningkatnya pendaftaran NPWP) menjadi sebuah program yang berkelanjutan dalam rangka meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak.

2. Ada baiknya dalam pelaksanaan sosialisasi mengenai peranan NPWP kepada masyarakat ke depannya, peranan para akademisi seperti mahasiswa perpajakan dapat menjadi bahan pertambangan bagi Direktorat Jenderal Pajak, yang dalam hal ini KPP Pratama Medan Petisah. Dalam hal ini, pihak KPP Pratama Medan Petisah dapat berkoordinasi dengan pihak akademisi dalam rangka melaksanakan sosialisasi ke masyarakat.

(64)

DAFTAR PUSTAKA

Cyrus, Sihaloho, 2003. Modul Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan, PT. Raja Grafindo Persada; Jakarta.

Marsyahrul, Tony, 2005. Pengantar Perpajakan, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia; Jakarta.

Mardiasmo, 2008. Perpajakan. Penerbit Andi; Yogyakarta.

Rusjdi, Muhammad, 2006. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, PT. Indeks Kelompok Gramedia;Jakarta.

Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Direktorat Jenderal Pajak. 2009. Seri KUP: NPWP&Manfaatnya. Direktorat Penyuluhan Pelayanan dan Humas Direktorat Jenderal Pajak RI.

Direktorat Jenderal Pajak. 2009. Seri KUP: NPWP &Pengukuhan PKP. Direktorat Penyuluhan Pelayanan dan Humas Direktorat Jenderal Pajak RI.

Direktorat Jenderal Pajak. 2009. Seri KUP: Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian NPWP serta Pelaporan dan Pengukuhan PKP. Direktorat Penyuluhan

Pelayanan dan Humas Direktorat Jenderal Pajak RI.

(65)

Direktorat Jenderal Pajak. 2008. Sosialisasi Pengenalan Pokok-Pokok Perubahan UU PPh yang Baru (Slide Presentasi). Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak

Sumatera Utara I.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk: mengetahui pengaruh model pembelajaran berbasis masalah menggunakan animasi terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok suhu dan kalor di

2 Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan

In this research, we expand the U-type line- balancing using goal programming for multi objective model with two goals, i.e., minimized the number of temporary workers and number

Cara kerja motor bensin empat langkah yang pertama adalah langkah hisap yaitu piston bergerak dari titik mati atas (TMA) ke titik mati bawah (TMB) untuk menghisap bahan bakar

The resulting rupture to business planning and operations came through clearly in our survey of 1,198 business leaders from around the world for the PricewaterhouseCoopers 13th

[r]

Strategi TKI di Malaysia untuk mengatasi kemiskinan dan biaya pendidikan. Pertama, Fenomena Sarmini adalah salah satu TKI di Malaysia yang sukses menjadi

Akibat hukum terhadap pengusaha pertambangan setelah adanya Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 25/PUU-VIII/2010 adalah, pengusaha pertambangan dapat memiliki wilayah izin