• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Penderita Penyakit Appendicitis Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2007-2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karakteristik Penderita Penyakit Appendicitis Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2007-2011"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT APPENDICITIS RAWAT INAPDI RUMAH SAKIT HAJI MEDAN

TAHUN 2007 - 2011

SKRIPSI

Oleh :

NIM. 051000142 RANI IRMALIANI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

Appendicitis merupakan infeksi pada appendiks. Appendisitis dapat terjadi pada semua umur dengan rasio pria : wanita sebanding.Kejadian appendicitis di Madagaskar tahun 1999 insidens rate 51,1 per 10.000 penduduk. Di Amerika Serikat tahun 1999 terdapat 680.000 kasus dengan insidens rate 25 per 10.000 penduduk. Di Finlandia tahun 2007 insidens rate 37 per 10.000 penduduk. Di Indonesia tahun 2009 terdapat 30.703 kasus appendicitis.

Untuk mengetahui karakteristik penderita appendicitis rawat inap di Rumah Sakit Haji Medan tahun 2007-2011, dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Populasi 186 data penderita dan sampel penelitian juga 186 data penderita (total sampling).

Proporsi tertinggi sosiodemografi pada umur 14-22 tahun 25,2%, perempuan 56,5%, Jawa29,6%, Islam 99,5%, Akademi/PT58%, dan pelajar/mahasiswa 40,3%. Keluhan sakit perut kanan bawah (100,0%), appendicitis kronis 43,5%, ada komplikasi 10,2%, peritonitis100%, operasi 86%, lama rawatan rata-rata 8,16 hari, sembuh90,9%, dan CFR 0%.

Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara umur berdasarkan jenis appendicitis (p=0,201), umur berdasarkan status komplikasi (p=0,100). Ada perbedaan proporsi yang bermakna antara penatalaksanaan medis berdasarkan komplikasi,penatalaksanaan medis berdasarkan jenis appendicitis (p=0,007), . Tidak ada perbedaan antaralama rawatan rata-rata penderita dengan ada tidaknya komplikasi (8,17 hari vs 8,05 hari; t=0,134; p=0,894). Lama rawatan rata-rata penatalaksanaan medis operasi secara bermakna lebih lama daripada non operasi (8,48 hari vs 6,19 hari;t=-2,968; p=0,003).

Pihak rumah sakit diharapkan melengkapi pencatatan kartu status, danmemberikan pemahaman kepada penderita tentang penatalaksanaan appendicitis.

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan Judul :

KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT APPENDICITIS RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT HAJI MEDAN

TAHUN 2007 - 2011

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

RANI IRMALIANI NIM. 051000142

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 02 Juli 2012 dan

Dinyatakan telah Memenuhi Syarat untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

drh. Rasmaliah, M.Kes Drs. Jemadi, M.Kes

NIP. 19590818 198503 2 002 NIP.19640404 199203 1 005

Penguji II Penguji III

Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH dr. Taufik Ashar, MKM NIP. 19490417 197902 1 001 NIP. 19780331200312 1 001

Medan, Juli 2012 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Dekan,

(4)

ABSTRACT

Appendicitis is a inflammation of the appendix. Appendicitis can occur at any age with a ratio of male: female proportion.There are several indicates of appendicitis for the rates among countries as an comparation. In Madagascar,the incidence rate is 51,1 per 10.000 population in 1999. In USA for the same year was accaunted for about 680.000 cases or 25 per 10.000 population. In Finlandia for the year 2007, the rate is about 37 per 10.000 population. In Indonesiain in 2009 about 30.703 cases.

To determine the characteristics of patients with appendicitis in Haji Hospital, Medan, conducted research with a descriptive case series design. Population sample of 186 patient data and also research data 186 patients (total sampling).

Socio-demographic highest proportion at age 14-22 years 25.2%, female 56.5%, 29.6% Jawa, Muslim 99.5%, university58%, and students 40.3%. Complaint lower right abdominal pain (100.0%), chronic appendicitis 43.6%, 89.8% no complications, peritonitis 53.6%, 86% surgery, duration of treatment an average of 8.16 days, recovered90.9%, and CFR 0%.

There was no significant difference in proportion between the ages based on the type of appendicitis (p = 0.201), age based on the status of complications (p = 0.100). there was significant difference between the proportion of complication of status based on medical treatment (p = 0.007), medical treatment based on the type of appendicitis (p = 0.007). There was no significant difference in proportion between length of treatment the average patient with no complications (8.17 days vs. 8.05 days; t = 0.134, p = 0.894). Length of the average nursing medical treatment surgery was significantly longer than the conservative (8.49 days vs. 6.19 days, t =2.968, p = 0.003).

The hospital is expected to complete the registration card, and to give understanding to the patient about the treatment of appendicitis.

(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rani Irmaliani

Tempat/ Tanggal Lahir : Jakarta, 1 Desember 1985

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Anak ke : 3 dari 4 Bersaudara

Alamat Rumah : Jln. Karya sukadamai no 18 seiagul medan barat

Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1992-1997 : SD Negeri 08 Jakarta Timur 2. Tahun 1997-1998 : SD Swasta IKAL MEDAN 3. Tahun 1998-2001 : SLTP Negeri 16 Medan 4. Tahun 2001-2004 : SMUN 3 Medan

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Karakteristik Penderita Penyakit Appendicitis Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Medan

Tahun 2007-2011.” Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada papa Abdul Manaf,MA dan mama Rosmaliani Nasution yang telah membesarkan, membimbing dan mendidik penulis dengan kasih sayang serta memberikan dukungan dan do’a kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan

Terima kasih kepada dosen pembimbing I Ibu drh.Rasmaliah,M.Kes dan dosen pembimbing II bapak Drs. Jemadi, M. Kes serta dosen penguji I Bapak Prof.dr.Sori Muda Sarumpaet,MPH dan dosen penguji II Bapak dr.Taufik Ashar,MKM. Yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberi saran, kritikan, bimbingan serta masukan kepada penulis untuk penyempurnaan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

(7)

2. Bapak dr. Makmur Sinaga, selaku Dosen Wali/ Penasehat Akademik yang telah setia membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

3. Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes selaku Ketua Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen pembimbing I.

4. Bapak Drs. Jemadi, M. Kes selaku dosen pembimbing II skripsi yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, MPH selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan pengarahan untuk penyempurnaan skripsi.

6. Bapak dr. Taufik Ashar, MKM selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan pengarahan untuk penyempurnaan skripsi.

7. Kepala direktur RS Haji Medan yang telah memberikan izin kepada penulis serta staf Litbang yang senantiasa membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

8. Kepala Sub bagian Rekam Medik serta pegawai-pegawai di bagian rekam medik yang juga membantu dalam pengumpulan data.

9. Seluruh Dosen serta Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

(8)

arti dalam hidupku melalui dorongan semangat, kasih sayang dan do’a yang tidak pupus dalam menyelesaikan skripsi ini.

11.Buat sahabat-sahabatku seperjuangan : Dika, Hamida, Dedeh, Dipo, Ririn, Desi, Merry, Risty, Marwa, Liza, Gita, Salmia, Enny, Widya, Dian, dan Razaq terima kasih atas kebersamaan dan dukungan yang telah diberikan. Semoga persaudaraan kita tak lekang oleh waktu.

12.Teman-temanku peminatan Epidemiologi yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas dukungan dan kebersamaan yang telah kita jalin selama menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya.

Medan, Juli 2012 Penulis

(9)
(10)

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 29

5.2. Karakteristik Penderita Appendicitis ... 33

5.2.1. Sosiodemografi ... 33

5.2.2. Keluhan Saat Datang ke Rumah Sakit ... 35

5.2.3. Lama Rawatan Rata-rata ... 35

5.2.4. Jenis Appendicitis ... 36

5.2.5. Status Komplikasi ... 37

5.2.6. Penatalaksanaan Medis ... 38

5.2.7. Keadaan Sewaktu Pulang ... 38

5.3. Analisa Statistik ... 39

5.3.1. Umur Berdasarkan Jenis Appendicitis. ... 39

5.3.2. Umur Berdasarkan Status Komplikasi ... 40

5.3.3. Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Jenis Appendicitis ... 41

5.3.4. Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Status Komplikasi ... 41

5.3.5. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Status Komplikasi .... 42

5.3.6. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Penatalaksanaan Medis ... 43

BAB 6 PEMBAHASAN ... 44

6.1. Karakteristik Penderita Appendicitis ... 44

6.1.1. Sosiodemografi ... 44

6.1.2. Keluhan ... 51

6.1.3. Lama Rawatan Rata-rata ... 52

6.1.4. Jenis Appendicitis ... 53

6.1.5. Status Komplikasi ... 54

6.1.6. Penatalaksanaan Medis ... 55

6.1.7. Keadaan Sewaktu Pulang ... 57

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita Appendicitis Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Haji

Medan Tahun 2007-2011 ... 33 Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Appendicitis Berdasarkan Suku,

Agama, Pendidikan, dan Pekerjaan yang Dirawat Inap di Rumah

Sakit Haji Medan Tahun 2007-2011 ... 34 Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Appendicitis Berdasarkan Keluhan

yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Haji Medan Tahun

2007-2011 ... 35 Tabel 5.4. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Appendicitis Rawat Inap di

Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2007-2011 ... 36 Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita Appendicitis Berdasarkan Jenis

Appendicitis yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Haji Medan

Tahun 2007-2011 ... 36 Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita Appendicitis Berdasarkan

Komplikasi Appendicitis yang Dirawat Inap di Rumah Sakit

Haji Medan Tahun 2007-2011 ... 37

Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita Appendicitis Berdasarkan Penatalaksanaan Medis yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Haji

Medan Tahun 2007-2011 ... 38 Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Penderita Appendicitis Berdasarkan Keadaan

Sewaktu Pulang yang dirawat Inap di Rumah Sakit Haji Medan

Tahun 2007-2011 ... 39 Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Jenis Appendicitis

Penderita Appendicitis Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Medan

Tahun 2007-2011 ... 39 Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Komplikasi Appendicitis

Penderita Appendicitis Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Medan

(12)

Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Jenis Appendicitis Penderita Appendicitis Rawat Inap di Rumah Sakit

Haji Medan Tahun 2007-2011 ... 41 Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Berdasarkan

Komplikasi AppendicitisPenderita Appendicitis Rawat Inap di

Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2007-2011 ... 42 Tabel 5.13. Distribusi Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Komplikasi

Appendicitis Penderita Appendicitis Rawat Inap di Rumah Sakit

Haji Medan Tahun 2007-2011 ... 43 Tabel 5.14. Distribusi Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan

Penatalaksanaan Medis Penderita Appendicitis Rawat Inap di

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Appendiks pada saluran pencernaan ... 6 Gambar 2.2. Anatomi Appendiks ... 7 Gambar 2.3. Posisi Appendiks ... 7 Gambar 6.1. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita

Appendicitis Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Haji Medan Tahun

2007-2011 ... 44 Gambar 6.2. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita

Appendicitis Berdasarkan Suku yang Dirawat Inap di

Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2007-2011 ... 47 Gambar 6.3. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita

Appendicitis Berdasarkan Agama yang Dirawat Inap

di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2007-2011 ... 48 Gambar 6.4. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita

Appendicitis Berdasarkan Pendidikan yang Dirawat

Inap di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2007-2011 ... 49 Gambar 6.5. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita

Appendicitis Berdasarkan Pekerjaan yang Dirawat

Inap di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2007-2011 ... 50 Gambar 6.6. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita

Appendicitis Berdasarkan Keluhan yang Dirawat Inap

di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2007-2011 ... 51 Gambar 6.7. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita

Appendicitis Berdasarkan Jenis Appendicitis yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Haji Medan Tahun

2007-201 ... 53 Gambar 6.8. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita

Appendicitis Berdasarkan Komplikasi Appendicitis yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Haji Medan Tahun

(14)

Gambar 6.9. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Appendicitis Berdasarkan Penatalaksanaan Medis yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Haji Medan Tahun

2007-2011 ... 56 Gambar 6.10. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita

Appendicitis Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Haji Medan Tahun

2007-2011 ... 57 Gambar 6.11. Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan

Jenis Appendicitis Penderita Appendicitis Rawat Inap

di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2007-2011 ... 59 Gambar 6.12. Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan

Komplikasi Appendicitis Penderita Appendicitis Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Medan Tahun

2007-2011 ... 60 Gambar 6.13. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penatalaksanaan

Medis Berdasarkan Jenis Appendicitis Penderita Appendicitis Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Medan

Tahun 2007-2011 ... 62 Gambar 6.14. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penatalaksanaan

Medis Berdasarkan Komplikasi Appendicitis Penderita Appendicitis Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Medan

Tahun 2007-2011 ... 63 Gambar 6.15. Diagram BarLama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan

Komplikasi Appendicitis Penderita Appendicitis Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Medan Tahun

2007-2011 ... 65 Gambar 6.16. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan

Penatalaksanaan Medis Penderita Appendicitis Rawat

(15)

6.2.1. Umur Berdasarkan Jenis Appendicitis.. ... 58

6.2.2. Umur Berdasarkan Status Komplikasi ... 60

6.2.3. Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Jenis Appendicitis ... 61

6.2.4. Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Status Komplikasi ... 63

6.2.5. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Status Komplikasi .... 65

6.2.6. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Penatalaksanaan Medis ... 66

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

7.1. Kesimpulan ... 69

7.2. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Lampiran 1. Master Data

Lampiran 2. Hasil Pengolahan Data

(16)

ABSTRAK

Appendicitis merupakan infeksi pada appendiks. Appendisitis dapat terjadi pada semua umur dengan rasio pria : wanita sebanding.Kejadian appendicitis di Madagaskar tahun 1999 insidens rate 51,1 per 10.000 penduduk. Di Amerika Serikat tahun 1999 terdapat 680.000 kasus dengan insidens rate 25 per 10.000 penduduk. Di Finlandia tahun 2007 insidens rate 37 per 10.000 penduduk. Di Indonesia tahun 2009 terdapat 30.703 kasus appendicitis.

Untuk mengetahui karakteristik penderita appendicitis rawat inap di Rumah Sakit Haji Medan tahun 2007-2011, dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Populasi 186 data penderita dan sampel penelitian juga 186 data penderita (total sampling).

Proporsi tertinggi sosiodemografi pada umur 14-22 tahun 25,2%, perempuan 56,5%, Jawa29,6%, Islam 99,5%, Akademi/PT58%, dan pelajar/mahasiswa 40,3%. Keluhan sakit perut kanan bawah (100,0%), appendicitis kronis 43,5%, ada komplikasi 10,2%, peritonitis100%, operasi 86%, lama rawatan rata-rata 8,16 hari, sembuh90,9%, dan CFR 0%.

Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara umur berdasarkan jenis appendicitis (p=0,201), umur berdasarkan status komplikasi (p=0,100). Ada perbedaan proporsi yang bermakna antara penatalaksanaan medis berdasarkan komplikasi,penatalaksanaan medis berdasarkan jenis appendicitis (p=0,007), . Tidak ada perbedaan antaralama rawatan rata-rata penderita dengan ada tidaknya komplikasi (8,17 hari vs 8,05 hari; t=0,134; p=0,894). Lama rawatan rata-rata penatalaksanaan medis operasi secara bermakna lebih lama daripada non operasi (8,48 hari vs 6,19 hari;t=-2,968; p=0,003).

Pihak rumah sakit diharapkan melengkapi pencatatan kartu status, danmemberikan pemahaman kepada penderita tentang penatalaksanaan appendicitis.

(17)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan Judul :

KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT APPENDICITIS RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT HAJI MEDAN

TAHUN 2007 - 2011

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

RANI IRMALIANI NIM. 051000142

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 02 Juli 2012 dan

Dinyatakan telah Memenuhi Syarat untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

drh. Rasmaliah, M.Kes Drs. Jemadi, M.Kes

NIP. 19590818 198503 2 002 NIP.19640404 199203 1 005

Penguji II Penguji III

Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH dr. Taufik Ashar, MKM NIP. 19490417 197902 1 001 NIP. 19780331200312 1 001

Medan, Juli 2012 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Dekan,

(18)

ABSTRACT

Appendicitis is a inflammation of the appendix. Appendicitis can occur at any age with a ratio of male: female proportion.There are several indicates of appendicitis for the rates among countries as an comparation. In Madagascar,the incidence rate is 51,1 per 10.000 population in 1999. In USA for the same year was accaunted for about 680.000 cases or 25 per 10.000 population. In Finlandia for the year 2007, the rate is about 37 per 10.000 population. In Indonesiain in 2009 about 30.703 cases.

To determine the characteristics of patients with appendicitis in Haji Hospital, Medan, conducted research with a descriptive case series design. Population sample of 186 patient data and also research data 186 patients (total sampling).

Socio-demographic highest proportion at age 14-22 years 25.2%, female 56.5%, 29.6% Jawa, Muslim 99.5%, university58%, and students 40.3%. Complaint lower right abdominal pain (100.0%), chronic appendicitis 43.6%, 89.8% no complications, peritonitis 53.6%, 86% surgery, duration of treatment an average of 8.16 days, recovered90.9%, and CFR 0%.

There was no significant difference in proportion between the ages based on the type of appendicitis (p = 0.201), age based on the status of complications (p = 0.100). there was significant difference between the proportion of complication of status based on medical treatment (p = 0.007), medical treatment based on the type of appendicitis (p = 0.007). There was no significant difference in proportion between length of treatment the average patient with no complications (8.17 days vs. 8.05 days; t = 0.134, p = 0.894). Length of the average nursing medical treatment surgery was significantly longer than the conservative (8.49 days vs. 6.19 days, t =2.968, p = 0.003).

The hospital is expected to complete the registration card, and to give understanding to the patient about the treatment of appendicitis.

(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Masalah kesehatan yang dihadapi pada saat sekarang ini adalah masalah penyakit menular dan penyakit tidak menular atau degeneratif.Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan masalah yang sangat substansial, mengingat pola kejadian sangat menentukan status kesehatan di suatu daerah dan juga keberhasilan peningkatan status kesehatan di suatu negara. Perubahan pola struktur masyarakat dari agraris ke industri dan perubahan pola fertilitas gaya hidup dan sosial ekonomi masyarakat diduga sebagai hal yang melatarbelakangi Penyakit Tidak Menular (PTM), sehingga kejadian penyakit tidak menular semakin bervariasi dalam transisi.Salah satu jenis penyakit tidak menular adalah penyakit pada saluran pencernaan.1

Menurut World Health Organization (WHO) Global Infobase tahun 2002, Cause Specific Death Rate (CSDR) penyakit saluran pencernaan di beberapa negarayaitu Jerman 51 per 100.000 penduduk,Amerika Serikat 30 per 100.000 penduduk, Inggris 47 per 100.000 penduduk, Perancis 42 per 100.000 penduduk, Finlandia 39 per 100.000 penduduk, Switzerland 34 per 100.000 penduduk, Swedia 33 per 100.000 penduduk, India 33 per 100.000 penduduk, Argentina 31 per 100.000 penduduk,dan Bangladesh 26 per 100.000 penduduk.2

(20)

menempati urutan ke tiga dari 10 penyakit dengan jumlah kematian 6.590 dari 225.212 kasus dengan Case Fatality Rate (CFR) 2,93% tahun 2007 dan urutan kelima dengan jumlah kematian 6.825 dari 234.536 kasus dengan CFR 2,91% tahun 2008.3

Salah satu penyakit pada saluran pencernaan adalah infeksi pada apendiks yang disebut dengan appendisitis.4Appendisitis menyebabkan abdomen akut dan memerlukan tindakan bedah.5Penelitian Asif (2008) di RS Kharian Islamabad pada 220 penderita gejala abdomen akut didapat proporsi appendisitis akut 21,4%, nyeri perut non spesifik 15,4%, kolesistisis akut 12,7%, obstruksi usus halus 14,5%, ulkus peptikum 11,8%, kolik ginjal 9%, pankreas akut 4%, penyakit ginekologi 4%, diverticulitis meckel 1,3%, gastrointestinal 1,3%, tuberkulosis aleocaecal1,3%, iskemik mesentrika 0,9%, kanker hati 0,9%, peradangan ginjal 0,5%, dan typhlitis 0,5%.6

(21)

Menurut Ditjen Bina Yanmedik Depkes RI, penyakit appendisitis menempati urutan kesembilan dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia sebanyak 5,02% (30.703 kasus) pada tahun 2009.16

Gejala appendisitis berupa abdomen akut memberikan gambaran klinis yang sama dengan gangguan penyakit lain sehingga sulit untuk dibedakan.17Hal ini mengakibatkan appendisitis sulit didiagnosa dan terlambat untuk ditangani sehingga terjadi komplikasi.18

Penelitian Sofii (2006) di Sub-bagian Bedah Digesti RSUP Dr Sardjito

Yogyakarta pada 82 penderita appendisitis berusia didapat 45 orang (54,9%) laki-laki

dan 37 orang (45,1%) perempuan, serta kelompok umur dibawah ≤ 45 tahun66 orang (80,5%), dan diatas 45 tahun 16 orang (19,5%).19Penelitian Jehan (2001) di RSUP H. Adam Malik Medan pada 60 penderita appendisitis berusia diatas 15 tahun didapat 29 orang (48,3%) laki-laki dan 31 orang (51,7%) perempuan, serta kelompok umur 15-30 tahun 41 orang (68,3%),31-40 tahun 14 orang (23,3%), 41-50 tahun 4 orang (6,7%), dan 51-60 tahun 1 orang (1,7%).20Penelitian Martalena (2008) di RSU Kabanjahe pada 126 penderita appendisitis didapat 74 orang (58,7%) laki-laki dan 52 orang (41,3%) perempuan, serta kelompok umur ≤15 tahun 9 orang (7,1%), 16 -30 tahun 71 orang (56,3%), 31-45 tahun 24 orang (19,1%), dan ≥46 tahun 22 orang (17,5%).21

(22)

tahun 2010dan 37 orang tahun 2011. Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui karakteristik penderita appendisitis rawat inap di Rumah Sakit Haji Medan tahun 2007-2011.

1.2.Perumusan Masalah

Belum diketahui karakteristik penderita appendisitis rawat inap di Rumah Sakit Haji Medan tahun 2007-2011.

1.3.Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita appendisitis rawat inap di Rumah Sakit Haji Medan tahun 2007-2011.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita appendisitis berdasarkan sosiodemografi (umur, jenis kelamin, suku,agama, pendidikan dan pekerjaan). b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita appendisitis berdasarkan

keluhanyang dirasakan.

c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita appendisitis berdasarkan jenis appendisitis.

(23)

e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita appendisitis berdasarkan penatalaksanaan medis.

f. Untuk mengetahui lama rawat rata-rata penderita appendisitis.

g. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita appendisitis berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

h. Untuk mengetahui proporsi umur berdasarkan jenis appendisitis. i. Untuk mengetahui proporsi umur berdasarkan status komplikasi.

j. Untuk mengetahui proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan jenis appendisitis.

k. Untuk mengetahui proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan status komplikadsi

l. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata berdasarkan jenis appendisitis. m. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata berdasarkan status komplikasi.

1.4.Manfaat Penelitian

1.4.1. Sebagai informasi dan bahan masukan bagi Rumah Sakit Haji Medan untuk meningkatkan pelayanan, penyediaan fasilitas perawatan, dan pengobatan terhadap pasien yang menderita appendisitis.

(24)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Appendiks

2.1.1. Anatomi

Appendiks merupakan organ yang berbentuk tabung dengan panjangkira-kira 10 cm, berdiameter 7-8 mm dan berpangkal pada sekum. Appendiks pertama kali tampak saat perkembangan embriologi minggu ke delapan yaitu bagian ujung dari protuberans sekum. Pada saat antenatal dan postnatal, pertumbuhan dari sekum yang berlebih akan menjadi appendiksyang akan berpindah dari medial menuju katup ileocaecal.

Appendiks memiliki lumen sempit dibagian proksimal dan melebar pada bagian distal. Pada appendiks terdapat tiga tanea coli yang menyatu dipersambungan sekum dan berguna untuk mendeteksi posisi appendiks.Gejala klinik appendicitis ditentukan oleh letak appendiks.Posisi appendiks adalah retrocaecal (di belakang sekum) 65,28%, pelvic (panggul) 31,01%, subcaecal(di bawah sekum) 2,26%, preileal (di depan usus halus) 1%, dan postileal (di belakang usus halus) 0,4%. Pada bayiappendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkal dan menyempit kearah ujung. Keadaan inimenjadi sebab rendahnya insidens appendicitis pada usia tersebut.22

(25)

Gambar 2.2 Anatomi appendiks Gambar 2.3. Posisi Appendiks

Appendiks disebut tonsil abdomen karena ditemukan banyak jaringan limfoid. Jaringan limfoid pertama kali muncul pada appendiks sekitar dua minggu setelah lahir, jumlahnya meningkat selama pubertas sampai puncaknya berjumlah sekitar 200 folikel antara usia 12-20 tahun dan menetap saat dewasa. Setelah itu, mengalami atropi dan menghilang pada usia 60 tahun.23

(26)

2.1.2. Fisiologi25

Appendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu secara normal dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lendir di muara appendiks tampaknya berperan pada patogenesis appendicitis.

Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh Gut Associated Lymphoid Tissue (GALT) yang terdapat disepanjang saluran cerna termasuk appendiks ialah Imunoglobulin A (Ig-A). Imunoglobulin ini sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi yaitu mengontrol proliferasi bakteri, netralisasi virus, serta mencegah penetrasi enterotoksin dan antigen intestinal lainnya. Namun, pengangkatan appendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh sebab jumlah jaringan sedikit sekali jika dibandingkan dengan jumlah di saluran cerna dan seluruh tubuh.

2.2. Definisi Appendicitis

Appendicitis adalah infeksi pada appendiks karena tersumbatnya lumen oleh fekalith (batu feces), hiperplasi jaringan limfoid, dan cacing usus. Obstruksi lumen merupakan penyebab utama appendicitis.Erosi membran mukosa appendiks dapat terjadi karena parasit seperti Entamoebahistolytica, Trichuris trichiura,dan Enterobius vermikularis.24

(27)

2.3. Patofisiologi Appendicitis

Appendicitis merupakan peradangan appendiks yang mengenai semua lapisan dinding organ tersebut. Tanda patogenetik primer diduga karena obstruksi lumen dan ulserasi mukosa menjadi langkah awal terjadinya appendicitis.27 Obstruksi intraluminal appendiks menghambat keluarnya sekresi mukosa dan menimbulkan distensi dinding appendiks. Sirkulasi darah pada dinding appendiks akan terganggu. Adanya kongesti vena dan iskemia arteri menimbulkan luka pada dinding appendiks.5 Hal ini kemungkinan disebabkan oleh fekalit (massa keras dari feses), tumor, dan benda asing.28

Kondisi ini mengundang invasi mikroorganisme yang ada di usus besar memasuki luka dan menyebabkan proses radang akut, kemudian terjadi proses irreversibel meskipun faktor obstruksi telah dihilangkan.5

Appendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh dengan sempurna, tetapi akan membentuk jaringan parut. Jaringan ini menyebabkan terjadinya perlengketan dengan jaringan sekitarnya. Perlengketan tersebut dapat kembali menimbulkan keluhan pada perut kanan bawah. Pada suatu saat organ ini dapat mengalami peradangan kembali dan dinyatakan mengalami eksaserbasi.22

2.4. Epidemiologi Appendicitis

2.4.1. Distribusi Appendicitis

a.Distribusi Appendicitis Berdasarkan Orang (Person)

(28)

Namsawang (2008) di Rumah Sakit Surin Thailand pada 4300 penderita appendicitis didapat 1.803 orang (41,9%) laki-laki dan 2.497 orang (58,1%) perempuan, serta kelompok umur 0-15 tahun 845 orang (19,7%), 16-60 tahun 2.891 orang (67,2%), >60 tahun 564 orang (13,1%).29

Penelitian Nwomeh (2006) di Amerika Serikat pada 788 penderita appendicitis didapat proporsi kulit putih 81%, kulit hitam 12%, dan lainnya 7%.30 Penelitian Silvia (2010) di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan pada 174 penderita appendicitis didapat 64 orang (36,8%) laki-laki dan 110 orang (63,2%) perempuan, serta kelompok umur 4-11 tahun 5 orang (2,9%), 12-19 tahun 45 orang (25,9%), 20-27 tahun 34 orang (19,5%), 28-35 tahun 20 orang (11,5%), 36-43 tahun 26 orang (14,9%), 44-51 tahun 27 orang (15,5%), 52-59 tahun 12 orang (6,9%), dan 60-66 tahun 5 orang (2,9%).31

b.Distribusi Appendicitis Berdasarkan Tempat (Place)

Penelitian Richardsonet al (2004) di Afrika Selatan, IR appendicitis 5 per 1.000 penduduk di pedesaan, 9 per 1.000 penduduk di periurban, dan 18 per 1.000 penduduk di perkotaan.32

c. Distribusi Appendicitis Berdasarkan Waktu (Time)

Penelitian Dombal (1994) di Amerika Serikat terjadi penurunan kasus appendicitis dari 100 menjadi 52 per 100.000 penduduk periode tahun 1975-1991.33 Penelitian Walker (1995) di Afrika Selatan terjadi peningkatan kasus appendicitis dari 8,2 menjadi 9,5 per 100.000 penduduk periode tahun 1987-1994.34

(29)

Ballester et al(2003)di Spanyol terjadi peningkatan kasus appendicitis dari 11,7 menjadi 13,2 per 10.000 penduduk periode tahun 1998-2003.11

2.4.2. Determinan Appendicitis

a.Faktor Host a.1.Umur

Appendicitis dapat terjadi pada semua usia dan paling sering pada dewasa muda. Penelitian Addins (1996) di Amerika Serikat, appendicitis tertinggi pada usia 10-19 tahun dengan Age Specific Morbidity Rate (ASMR) 23,3 per 10.000 penduduk.36 Hal ini berhubungan dengan hiperplasi jaringan limfoid karena jaringan limfoid mencapai puncak pada usia pubertas.22

a.2. Jenis Kelamin

Penelitian Omran et al (2003) di Kanada, Sex Specific Morbidity Rate (SSMR) pria : wanita yaitu8,8 : 6,2 per 10.000 penduduk dengan rasio 1,4 : 1.12Penelitian Gunerhan (2008) di Turki didapat SSMR pria : wanita yaitu 154,7 : 144,6 per 100.000 penduduk dengan rasio 1,07: 1.15 Kesalahan diagnosa appendicitis15-20% terjadi pada perempuan karena munculnya gangguan yang sama dengan appendicitis seperti pecahnya folikel ovarium, salpingitis akut, kehamilan ektopik, kista ovarium, dan penyakit ginekologi lain.22

a.3. Ras

(30)

Richardsonet al (2004) di Afrika Selatan, IR kulit putih : kulit hitam yaitu2,9 : 1,7 per 1.000 penduduk denganrasio1,7 : 1.32

b. Faktor Agent

Proses radang akut appendiks disebabkan invasi mikroorganisme yang ada di usus besar. Pada kultur ditemukan kombinasi antara Bacteriodes fragililis danEschericia coli, Splanchicus sp, Lactobacilus sp, Pseudomonas sp, dan Bacteriodessplanicus. Bakteri penyebab perforasi yaitu bakteri anaerob 96% dan aerob 4%.5

c. Faktor Environment

Penelitian epidemiologi menunjukkan peran konsumsi rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya appendicitis.Kebiasaan konsumsi rendah serat mempengaruhi defekasi dan fekalith menyebabkan obstruksi lumen sehingga memiliki risiko appendicitis yang lebih tinggi.22

2.5. Klasifikasi Appendicitis

Adapun klasifikasi appendicitis berdasarkan klinikopatologis adalah sebagai berikut:

2.5.1. Appendicitis Akut

a. Appendicitis Akut Sederhana (Cataral Appendicitis)

(31)

jadi menebal, edema, dan kemerahan. Gejala diawali dengan rasa nyeri di daerah umbilikus, mual, muntah, anoreksia, malaise, dan demam ringan. Pada appendicitis kataral terjadi leukositosis dan appendiks terlihat normal, hiperemia, edema, dan tidak ada eksudat serosa.37

b.Appendicitis Akut Purulenta (Supurative Appendicitis)

Tekanan dalam lumen yang terus bertambah disertai edema menyebabkan terbendungnya aliran vena pada dinding appendiks dan menimbulkan trombosis. Keadaan ini memperberat iskemia dan edema pada apendiks. Mikroorganisme yang ada di usus besar berinvasi ke dalam dinding appendiks menimbulkan infeksi serosa sehingga serosa menjadi suram karena dilapisi eksudat dan fibrin. Pada appendiks dan mesoappendiks terjadi edema, hiperemia, dan di dalam lumen terdapat eksudat fibrinopurulen.

Ditandai dengan rangsangan peritoneum lokal seperti nyeri tekan, nyeri lepas di titik Mc Burney, defans muskuler, dan nyeri pada gerak aktif dan pasif. Nyeri dan defans muskuler dapat terjadi pada seluruh perut disertai dengan tanda-tanda peritonitis umum.37

c. Appendicitis Akut Gangrenosa

(32)

2.5.2. Appendicitis Infiltrat

Appendicitis infiltrat adalah proses radang appendiks yang penyebarannya dapat dibatasi oleh omentum, usus halus, sekum, kolon dan peritoneum sehingga membentuk gumpalan massa flegmon yang melekat erat satu dengan yang lainnya.37

2.5.3. Appendicitis Abses

Appendicitis abses terjadi ketika omentum dan jaringan sekitar dapat mengelilingi apendiks yang meradang untuk membentengi peradangan yang menyebar, tetapi supurasi setempat berlanjut.38

2.5.4. Appendicitis Perforasi

Appendicitis perforasi adalah pecahnya appendiks yang sudah ganggren yang menyebabkan pus masuk ke dalam rongga perut sehingga terjadi peritonitis umum. Pada dinding appendiks tampak daerah perforasi dikelilingi oleh jaringan nekrotik.38

2.5.5. Appendicitis Kronis

(33)

fibrosis. Terdapat infiltrasi sel radang limfosit dan eosinofil pada sub mukosa, muskularis propia, dan serosa. Pembuluh darah serosa tampak dilatasi.38

2.6. Gejala Appendicitis18

Beberapa gejala yang sering terjadi yaitu:

2.6.1. Rasa sakit di daerah epigastrum, daerah periumbilikus, di seluruh abdomen atau di kuadran kanan bawah merupakan gejala-gejala pertama. Rasa sakit ini samar-samar, ringan sampai moderat, dan kadang-kadang berupa kejang. Sesudah empat jam biasanya rasa nyeri itu sedikit demi sedikit menghilang kemudian beralih ke kuadran bawah kanan. Rasa nyeri menetap dan secara progesif bertambah hebat apabila pasien bergerak.

2.6.2. Nyeri tekan didaerah kuadran kanan bawah. Nyeri tekan mungkin ditemukan juga di daerah panggul sebelah kanan jika appendiks terletak retrocaecal. Rasa nyeri ditemukan di daerah rektum pada pemeriksaan rektum apabila posisi appendiks di pelvic. Letak appendiks mempengaruhi letak rasa nyeri.

2.6.3. Demam tidak tinggi (kurang dari 380C), kekakuan otot, dan konstipasi.

2.6.4. Anoreksia, mual, dan muntah yang timbul selang beberapa jam dan merupakan kelanjutan dari rasa sakit yang timbul permulaan.

(34)

2.7. Diagnosa Banding Appendicitis22

Banyak masalah yang dihadapi saat menegakkan diagnosis appendicitis karena penyakit lain yang memberikan gambaran klinis yang hampir sama dengan appendicitis, diantaranya:

2.7.1. Gastroenteritis ditandai dengan terjadi mual, muntah, dan diare mendahului rasa sakit. Sakit perut lebih ringan, hiperperistaltis sering ditemukan, panas dan leukositosis kurang menonjol dibandingkan appendicitis akut.

2.7.2. Demam dengue, dimulai dengan sakit perut mirip peritonitis dan diperoleh hasil positif untuk Rumple Leed, trombositopeni, dan hematokrit yang meningkat.

2.7.3. Limfadenitis Mesenterika, biasanya didahului oleh enteritis atau gastroenteritis. Ditandai dengan nyeri perut kanan disertai dengan perasaan mual dan nyeri tekan perut.

2.7.4. Gangguan alat reproduksi perempuan, folikel ovarium yang pecah dapat memberikan nyeri perut kanan bawah pada pertengahan siklus menstruasi. Tidak ada tanda radang dan nyeri biasa hilang dalam waktu 24 jam.

(35)

2.7.6. Kehamilan ektopik, hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan yang tidak jelas seperti ruptur tuba dan abortus. Kehamilan di luar rahim disertai pendarahan menimbulkan nyeri mendadak difus di pelvic dan bisa terjadi syok hipovolemik.

2.7.7. Divertikulosis Meckel, gambaran klinisnya hampir sama dengan appendicitis akut dan sering dihubungkan dengan komplikasi yang mirip pada appendicitis akut sehingga diperlukan pengobatan serta tindakan bedah yang sama.

2.7.8. Ulkus peptikum perforasi, sangat mirip dengan appendicitis jika isi gastroduodenum mengendap turun ke daerah usus bagian kanan sekum.

2.7.9. Batu ureter, jika diperkirakan mengendap dekat appendiks dan menyerupai appendicitis retrocaecal. Nyeri menjalar ke labia, skrotum, penis, hematuria, dan terjadi demam atau leukositosis.

2.7.10. Endometriosis eksterna, akan memberikan keluhan nyeri di tempat endometriosis berada dan darah terkumpul sewaktu menstruasi, karena tidak ada jalan keluar.

2.7.11. Kista ovarium terpuntir, timbul nyeri mendadak dengan intesitas yang tinggi dan teraba massa dalam rongga pelvis pada pemeriksaan perut, colok vaginal atau colok rektal. Tidak terdapat demam.

2.8. Komplikasi

(36)

diagnosa, menunda diagnosa, terlambat merujuk ke rumah sakit, dan terlambat melakukan penanggulangan. Hal ini menyebabkan peningkatan angka morbiditas dan mortalitas. Proporsi komplikasi appendicitis 10-32%, paling sering pada anak kecil dan orang tua. Komplikasi 93% terjadi pada anak-anak di bawah 2 tahun dan 40-75% pada orang tua. CFR komplikasi 2-5%, 10-15% terjadi pada anak-anak dan orang tua.39 Anak-anak memiliki dinding appendiks yang masih tipis, omentum lebih pendek dan belum berkembang sempurna memudahkan terjadinya perforasi, sedangkan pada orang tuaterjadi pada gangguan pembuluh darah.22 Adapun jenis komplikasi diantaranya:

2.8.1. Perforasi

Perforasi adalah pecahnya appendiks yang berisi pus sehingga bakteri menyebar ke rongga perut.17 Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam pertama sejak awal sakit, tetapi meningkat tajam sesudah 24 jam.Perforasi dapat diketahui praoperatif pada 70% kasus dengan gambaran klinis yang timbul lebih dari 36 jam sejak sakit, panas lebih dari 38,50C, tampak toksik, nyeri tekan seluruh perut yang kontinyu, dan leukositosis terutama polymorphonuclear (PMN).28Perforasi, baik berupa perforasi bebas maupun mikroperforasi dapat menyebabkan peritonitis.18 Insidens lebih tinggi pada anak kecil dan lansia.28

2.8.2. Peritonitis

(37)

cairan elektrolit mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, dan oligouria.27Peritonitis disertai rasa sakit perut yang semakin hebat, muntah, nyeri abdomen, demam, dan leukositosis. Biasanya, akibat dari infeksi klebsiella, Proteus,dan Pseudomonas.28

2.8.3. Abses

Abses merupakan peradangan appendiks yang berisi pus. Teraba massa lunak di kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini mula-mula berupa flegmon dan berkembang menjadi rongga yang mengandung pus. Hal ini terjadi bila appendicitis gangren atau mikroperforasi ditutupi oleh omentum.18

2.9. Pencegahan Appendicitis

2.9.1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer bertujuan untuk menghilangkan faktor risiko terhadap kejadian appendicitis sedini mungkin. Upaya pencegahan primer dilakukan secara menyeluruh kepada masyarakat. Upaya yang dilakukan antara lain:

a.Diet tinggi serat

(38)

b.Defekasi yang teratur

Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi pengeluaran feces. Makanan yang mengandung serat penting untuk memperbesar volume feces dan makan yang teratur mempengaruhi defekasi.Individu yang makan pada waktu yang sama setiap hari mempunyai suatu keteraturan waktu, respon fisiologi pada pemasukan makanan dan keteraturan pola aktivitas peristaltik di kolon.40Frekuensi defekasi yang jarang akan mempengaruhi konsistensi feces yang lebih padat sehingga terjadi konstipasi. Konstipasi menaikkan tekanan intracaecal sehingga terjadi sumbatan fungsional appendiks dan meningkatnya pertumbuhan flora normal kolon. Pengerasan feces memungkinkan adanya bagian yang terselip masuk ke saluran appendiks dan menjadi media kuman/bakteri berkembang biak sebagai infeksi yang menimbulkan peradangan pada appendiks tersebut.22

2.9.2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder meliputi diagnosa dini dan pengobatan yang tepat untuk mencegah timbulnya komplikasi.

a. Diagnosa Appendicitis

Diagnosa yang dilakukan antara lain:

a.1. Pemeriksaan Fisik

(39)

a.1.2. Palpasi pada daerah perut kanan bawah, apabila ditekan akan terasa nyeri dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri. Nyeri tekan perut kanan bawah merupakan kunci diagnosa appendicitis. Pada penekanan perut kiri bawah akan dirasakan nyeri pada perut kanan bawah yang disebut tanda Rovsing (Rovsing Sign). Apabila tekanan di perut kiri bawah dilepaskan juga akan terasa nyeri pada perut kanan bawah yang disebut tanda Blumberg (Blumberg Sign).22

a.1.3. Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator, pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui letak appendiks yang meradang. Uji psoas dilakukan dengan rangsangan otot psoas lewat hiperektensi sendi panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian paha kanan ditahan. Bila appendiks yang meradang menempel di m. psoas mayor, maka tindakan tersebut akan menimbulkan nyeri. Pada uji obturator dilakukan gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang. Bila appendiks yang meradang kontak dengan obturator internus yang merupakan dinding panggul kecil, maka tindakan ini akan menimbulkan nyeri.22

a.1.4. Pemeriksaan rektum,pemeriksaan ini dilakukan pada appendicitis untuk menentukan letak appendiks apabila letaknya sulit diketahui. Jika saat dilakukan pemeriksaan ini terasa nyeri, maka kemungkinan appendiks yang meradang terletak di daerah pelvic.39

a.2. Pemeriksaan Penunjang

(40)

10.000-18.000/mm3 (leukositosis) dan neutrofil diatas 75%, sedangkan pada CRP ditemukan jumlah serum yang meningkat. CRP adalah salah satu komponen protein fase akut yang akan meningkat 4-6 jam setelah terjadinya proses inflamasi, dapat dilihat melalui proses elektroforesis serum protein.23

a.2.2. Pemeriksaan barium enema untuk menentukan lokasi sekum. Pemeriksaan Barium enema dan Colonoscopy merupakan pemeriksaan awal untuk kemungkinankarsinoma colon.23

a.2.3. Serum Beta Human Chorionic Gonadotrophin(B-HCG) untuk memeriksa adanya kemungkinan kehamilan.23

a.2.4. Pengukuran enzim hati dan tingkatan amilase membantu mendiagnosa peradangan hati, kandung empedu, dan pankreas.23

a.2.5. Pemeriksaan foto polos abdomen tidak menunjukkan tanda pasti appendicitis, tetapi mempunyai arti penting dalam membedakan appendicitis dengan obstruksi usus halus atau batu ureter kanan.23

(41)

a.2.7. Analisa urin bertujuan untuk mendiagnosa batu ureter dan kemungkinan infeksi saluran kemih sebagai akibat dari nyeri perut bawah. Pada analisa urin akan tampak sejumlah kecil eritrosit atau leukosit.18

b. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita appendicitis meliputi non operasi dan operasi.

b.1. Non operasi

Penatalaksanaan non operasi pada appendicitis meliputi penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita yang tidak mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa pemberian antibiotik. Pemberian antibiotik berguna untuk mencegah infeksi. Pada penderita appendicitis perforasi, sebelum operasi dilakukan penggantian cairan dan elektrolit, serta pemberian antibiotik sistemik.41

b.2. Operasi

Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan appendicitis maka tindakan yang dilakukan adalah operasi membuang appendiks (appendektomi). Penundaan appendektomi dengan pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan perforasi. Pada abses appendiks dilakukan drainage (mengeluarkan nanah).42

2.9.3. Pencegahan Tersier

(42)

dicuci dengan garam fisiologis atau antibiotik.18 Pasca appendektomi diperlukan perawatan intensif dan pemberian antibiotik dengan lama terapi disesuaikan dengan besar infeksi intra-abdomen.39

(43)

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang, tujuan, dan manfaat penelitian maka kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut:

Karakteristik Penderita Appendisitis

1. Sosiodemografi Umur

Jenis kelamin Suku

Agama Pendidikan Pekerjaan

2. KeluhanJenis Appendisitis 3. Jenis Appendisitis

4. Status komplikasi 5. Penatalaksanaan medis 6. Lama rawatan rata-rata 7. Keadaan sewaktu pulang

3.2. Definisi Operasional

3.2.1. Penderita appendisitis adalah orang yang dinyatakan menderita appendisitis berdasarkan diagnosa dokter dan tercatat pada kartu status.

3.2.2. Sosiodemografi penderita appendisitis dibedakan atas :

a. Umur adalah usia penderita appendisitis sesuai dengan yang tercatat pada kartu status yang kemudian dikategorikan dengan menggunakan rumus Sturges.

(44)

2. 14-22 tahun 3. 23-31 tahun 4. 32-40 tahun 5. 41-49 tahun 6. 50-58 tahun 7. 59-67 tahun 8. 68-76 tahun 9. 77-85 tahun

Untuk analisa statistik, umur dikategorikan menjadi: 1. ≤40 tahun

2. >40 tahun

b. Jenis kelamin adalah ciri tertentu penderita appendisitis sesuai dengan yang tercatat pada kartu status yang dikategorikan menjadi:

1. Laki-laki 2. Perempuan

c. Suku adalah ras atau etnik penderita appendisitis sesuai dengan yang tercatat pada kartu status yang dikategorikan menjadi:

1. Batak 2. Jawa 3. Minang 4. Aceh 5. Melayu 6. Lain-lain

d. Agama adalah kepercayaan yang dianut penderita appendisitis sesuai dengan yang tercatat pada kartu status yang dikategorikan menjadi:

1. Islam

2. Kristen Protestan 3. Kristen Katolik 4. Hindu

(45)

e. Pendidikan adalah sekolah formal yang pernah diikuti oleh penderita appendisitis sesuai dengan yang tercatat pada kartu status yang dikategorikan menjadi:

1. Belum/Tidak sekolah 2. SD

3. SMP 4. SMA

5. Akademi/ PT

f. Pekerjaan adalah kegiatan utama yang dilakukan oleh penderita appendisitis sesuai dengan yang tercatat pada kartu status yang dikategorikan menjadi: 1. PNS

2. Pegawai Swasta/ karyawan 3. Wiraswasta

4. Ibu Rumah Tangga (IRT) 5. Pelajar Mahasiswa 6. Tidak bekerja

3.2.3. Keluhan adalah gejala yang dialami penderita appendicitis sehingga berobat ke rumah sakit sesuai dengan yang tercatat pada kartu status yang dikategorikan menjadi:

1. Sakit perut kanan bawah 2. Anoreksia

3. Mual 4. Demam 5. Muntah 6. Konstipasi

3.2.4. Jenis Appendisitis adalah klasifikasi appendisitis berdasarkan diagnosa klinik sesuai dengan yang tercatat pada kartu status yang dikategorikan menjadi: 1. Appendisitis akut

(46)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan desain case series.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Haji Medan. Pemilihan lokasi dengan pertimbangan tersedianya data rekam medis penderita appendisitis rawat inap tahun 2007-2011 dan belum pernah dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita appendisitis rawat inap.

4.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai dari bulan April 2011 sampai Juni 2012.

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

(47)

5.2. Karakteristik Penderita Appendicitis

5.2.1. Sosiodemografi

Proporsi penderita appendicitis berdasarkan umur dan jenis kelamin yang dirawat inap di Rumah Sakit Haji Medan tahun 2007-2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita Appendicitis Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2007-2011

Umur (Tahun)

Jenis Kelamin

Jumlah Laki-laki Perempuan

f % f % f %

(48)

4. Appendisitis perforasi 5. Appendisitis kronis

Untuk analisa statistik dikategorikan menjadi :

1. Appendicitis akut (Appendicitis akut, infiltrat, abses, dan perforasi) 2. Appendicitis kronis

3.2.5. Status komplikasi adalah ada tidaknya penyulit akibat keterlambatan penanganan appendisitis sesuai dengan yang tercatat pada kartu status yang dikategorikan menjadi:

1. Peritonitis

2. Tidak ada komplikasi.

3.2..5 Penatalaksanaan medis adalah tindakan medis yang dilakukan terhadap penderita appendisitis untuk menyelamatkan jiwa penderita sesuai dengan yang tercatat pada kartu status yang dikategorikan menjadi:

1. Non operasi 2. Operasi

3.2.6. Lama rawatan rata-rata adalah jumlah hari perawatan penderita appendisitis sesuai dengan yang tercatat pada kartu status dan kemudian dihitung nilai rata-rata.

3.2.7. Keadaan sewaktu pulang adalah kondisi penderita appendisitis sewaktu keluar dari rumah sakit sesuai dengan yang tercatat pada kartu status yang dikategorikan menjadi:

1. Sembuh

2. Pulang berobat jalan (PBJ)

(49)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1. Gambaran Umum RS Haji Medan

Rumah Sakit Haji Medan diresmikan pada tanggal 4 Juni 1992, berlokasi di jalan Rumah Sakit Haji Estate di areal tanah seluas 6 ha dengan luas bangunan 13.017,59 m2. Adapun visi, misi, falsafah dan motto Rumah Sakit Haji Medan adalah:

5.1.1. Visi

Mewujudkan Rumah Sakit Haji Medan sebagai rumah sakit yang bernafaskan Islam dalam semua kegiatannya di Sumatera Utara.

5.1.2 Misi

a. Pelayanan kesehatan yang Islami dan profesional dengan tetap peduli pada kaum dhua’fa.

b. Melaksanakan dakwah Islamiah dalam setiap kegiatannya. c. Sebagai sarana untuk menimba ilmu bagi cendikiawan muslim.

5.1.3. Falsafah

(50)

Assyu’ara ayat 80: “Dan apabila aku sakit maka Dialah (Allah) yang akan menyembuhkan”.

5.1.4 Motto

Bekerja sebagai ibadah, ikhlas dalam pelayanan dan istiqomah dalam pendirian.

Rumah Sakit Haji Medan menyediakan pelayanan kesehatan antara lain: a. Pelayanan gawat darurat baik bedah maupun non bedah.

b. Pelayanan Unit Rawat Jalan, terdiri dari poliklinik umum, poliklinik gigi, pelayanan spesialis seperti: bedah onkologi, bedah umum, pediatri, kebidanan dan penyakit kandungan, mata, kulit dan kelamin, neurologi, psikiatri, paru-paru, THT, jantung orthopedi, dan klinik Voluntary Conseling and Testing (VCT). c. Pelayanan Rawat Inap, terdiri dari: rawat inap (kelas utama A/super VIP, kelas

utama B/VIP, kelas IA, kelas IB, kelas II, kelas III), ranjang bayi, inkubator, dan ruang ICU.

d. Pelayanan farmasi rumah sakit.

e. Pelayanan Penunjang medis terdiri dari : laboratorium, radiologi, arthroscope, CT Scan, Functional Endoscopy Sinus Surgery (FESS), ureteroscope, electrokinetic, lithotriptor, multimobile (C-Arm), gastroscopy, fisioterapi, konsultasi gizi, dan rehabilitasi medis.

f. Pelayanan transportasi pasien terdiri dari : ambulance gawat darurat, antar jemput pasien dan antar jemput jenazah.

(51)

4.3.2. Sampel

Sampel adalah data penderita appendisitis rawat inap di Rumah Sakit Haji tahun 2007-2011. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sama dengan jumlah populasi (Total Sampling).

4.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari kartu status penderita appendisitis rawat inap di Rumah Sakit Haji tahun 2007-2011. Berkas rekam medis dikumpulkan dan dilakukan pencatatan terhadap variabel yang akan diteliti.

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

(52)

1,3 lebih banyak berjenis kelamin perempuan dari pada yang berjenis kelamin laki-laki.

Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Appendicitis Berdasarkan Suku, Agama, Pendidikan, dan Pekerjaan yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2007-2011

Sosiodemografi f % Ibu Rumah Tangga Tidak bekerja

(53)

proporsi suku tertinggi adalah suku Jawa 29,6%. Proporsi agama Islam 99,5%. Proporsi pendidikan tertinggi adalah akademi/PT58%. Proporsi pekerjaan tertinggi adalah pelajar/mahasiswa 40,3%.

5.2.2. Keluhan Saat Datang ke Rumah Sakit

Proporsi penderita appendicitis berdasarkan keluhan yang rawat inap di Rumah Sakit Haji Medan tahun 2007-2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Appendicitis Berdasarkan Keluhan yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2007-2011

Keluhan (n=186) f %

Sakit perut kanan bawah Anoreksia

Dari tabel 5.3. dapat dilihat bahwa proporsi penderita Appendicitis yang dirawat inap di Rumah Sakit Haji Medan tahun 2007-2011 berdasarkan keluhan yang tertinggi adalah sakit perut kanan bawah 100%, anoreksia 2,7%, mual 39,2%, demam 21,5%, muntah 26,3% dan konstipasi 6,5%.

5.2.3. Lama Rawatan Rata-Rata

(54)

Tabel 5.4. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Appendicitis Rawat Inap di Rumah Sakit Haji MedanTahun 2007-2011

Lama Rawatan Rata-rata (Hari)

Mean

Standar Deviasi (SD) 95% CI

Dari tabel 5.4. dapat dilihat bahwa penderita Appendicitis yang dirawat inap di Rumah Sakit Haji Medan tahun 2007-2011 berdasarkan lama rawatan rata-rata adalah 8,16 hari dan standar deviasi 3,724. Lama rawatan paling singkat 1 hari dan paling lama 26 hari. Berdasarkan 95% CI didapatkan lama rawatan rata-rata 7,62-8,70.

5.2.4. Jenis Appendicitis

Proporsi penderita appendicitis berdasarkan jenis appendicitis yang dirawat inap di Rumah SakitHaji Medan tahun 2007-2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita Appendicitis Berdasarkan Jenis Appendicitis yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2007-2011

(55)

Appendicitis yang tertinggi adalah appendicitis kronis43,6% (81 orang)dan yang terendah appendicitis abses 0,5%(1 orang).

5.2.5. Komplikasi Appendicitis

Proporsi penderita appendicitis berdasarkan komplikasi appendicitis yang dirawat inap di Rumah Sakit Haji Medan tahun 2007-2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita Appendicitis Berdasarkan Komplikasi Appendicitis yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2007-2011

Komplikasi Appendicitis f %

Tidak ada komplikasi Peritonitis

167 19

89,8 10,2

Jumlah 186 100,0

Dari tabel 5.6. dapat dilihat bahwa proporsi penderita Appendicitis yang dirawat inap di Rumah Sakit Haji Medan tahun 2007-2011 berdasarkan komplikasi appendicitis adalah tidak ada komplikasi 89,8% (167 orang). Penderita appendicitis yang memiliki komplikasi peritonitis sebesar 10,2% (19 orang).

5.2.6. Penatalaksanaan Medis

(56)

Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita Appendicitis Berdasarkan Penatalaksanaan Medis yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2007-2011

Penatalaksanaan Medis f %

Non Operasi

Dari tabel 5.7. dapat dilihat bahwa proporsi penderita Appendicitis yang dirawat inap di Rumah Sakit Haji Medan tahun 2007-2011 berdasarkan penatalaksanaan medis yang tertinggi yaituoperasi 86% (160 orang).

5.2.7. Keadaan Sewaktu Pulang

Proporsi penderita appendicitis berdasarkan keadaan sewaktu pulang yang dirawat inap di Rumah Sakit Haji Medan tahun 2007-2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Penderita Appendicitis Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang yang dirawat Inap di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2007-2011

(57)

5.3. Analisa Statistik

5.3.1. Umur Berdasarkan Jenis Appendicitis

Proporsi umur berdasarkan jenis appendicitis penderita appendicitis rawat inap di Rumah Sakit Haji Medan tahun 2007-2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Jenis Appendicitis Penderita Appendicitis Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2007-2011

Jenis Appendicitis

Umur (tahun)

Jumlah

≤40 >40

f % f % f %

Appendicitis akut 63 60 42 40 105 100,0

Appendicitis kronis 41 50,6 40 49,4 81 100,0

χ2

=1,633 df=1 p=0,201

Berdasarkan tabel 5.9. diatas dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi kelompok umur penderita Appendicitis berdasarkan klasifikasi Appendicitis yaitu pada appendicitis akut yang tertinggi yaitu pada kelompok ≤40 tahun 60% (63 orang) dan pada appendicitis kronis yang tertinggi pada kelompok umur ≤40 tahun 50,6% (41 orang).

Hasil analisa statistik menggunakan uji Chi-square didapat nilai p>0,05, artinya tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara umur berdasarkan jenis appendicitis.

5.3.2. Umur Berdasarkan Komplikasi Appendicitis

(58)

Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Komplikasi Appendicitis Penderita Appendicitis Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2007-2011

Dari tabel 5.10. dapat dilihat bahwa proporsi tertinggiperitonitispada kelompokumur ≤ 40 tahun 73,7%. Proporsi tidak ada komplikasi tertinggi pada kelompok umur ≤40 tahun 53,9%.

Hasil analisa statistik menggunakan uji Chi-square didapat nilai p>0,05, artinya tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara umur berdasarkan komplikasi appendicitis.

5.3.3. Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Jenis Appendicitis

Proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan jenis appendicitis penderita appendicitis rawat inap di Rumah Sakit Haji Medan tahun 2007-2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Jenis Appendicitis Penderita Appendicitis Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2007-2011

Jenis Appendicitis

Penatalaksanaan Medis

Jumlah Non Operasi Operasi

f % f % f %

Appendicitis akut 21 20 84 80 105 100,0

Appendicitis kronis 5 6,2 76 93,8 81 100,0

χ2

(59)

Dari tabel 5.11. dapat dilihat bahwa proporsi appendicitis akut tertinggi penatalaksanaan operasi 80%. Proporsi appendicitis kronis tertinggi penatalaksanaan operasi 93,8%.

Hasil analisa statistik menggunakan uji Chi-square didapat nilai p<0,05, artinya ada perbedaan proporsi yang bermakna antara penatalaksanaan medis berdasarkan jenis appendicitis.

5.3.4. Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Komplikasi Appendicitis

Proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan komplikasi appendicitis penderita appendicitis rawat inap di Rumah Sakit Haji Medan tahun 2007-2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Komplikasi Appendicitis Penderita Appendicitis Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2007-2011

Status Komplikasi

Penatalaksanaan Medis

Jumlah Non Operasi Operasi

f % f % f %

Peritonitis

Tidak ada komplikasi

7

Dari tabel 5.12. dapat dilihat bahwa proporsiPeritonitis tertinggi pada penatalaksanaan operasi 63,2%. Proporsi tidak ada komplikasi tertinggi pada penatalaksanaan operasi 88,6%.

(60)

Tabel 5.14. Distribusi Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Penatalaksanaan Medis Penderita Appendicitis Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2007-2011

Penatalaksanaan Medis Lama Rawatan Rata-rata (Hari)

n Mean SD

Non Operasi 26 6,19 5,292

Operasi 160 8,48 3,316

t=-2,988 df=184 p=0,003

Berdasarkan tabel 5.14. dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata penderita appendicitis operasi yaitu 8,48 hari dan lama rawatan rata-rata non operasi sebsar 6,19 hari.

(61)

BAB 6 PEMBAHASAN

6.1. Karakteristik Penderita Appendicitis

6.1.1. Sosiodemografi

Sosiodemografi terdiri dari umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, dan pekerjaan.

a. Umur dan Jenis Kelamin

Proporsi penderita appendicitis berdasarkan umur dan jenis kelaminyang dirawat inap di Rumah Sakit Haji Medan tahun 2007-2011dapat dilihat pada gambar berikut ini.

(62)

secara statistik terdapat perbedaan yang bermakna antara proporsi komplikasi appendicitis berdasarkan penatalaksanaan medis.

5.3.5. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Komplikasi Appendicitis

Lama rawatan rata-rata berdasarkan komplikasi appendicitis penderita appendicitis rawat inap di Rumah Sakit Haji Medan tahun 2007-2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.13. Distribusi Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Komplikasi Appendicitis Penderita Appendicitis Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2007-2011

Komplikasi Appendicitis Lama Rawatan Rata-rata (Hari)

n Mean SD

Peritonitis 19 8,05 3,674

Tidak ada komplikasi 167 8,17 3,740

t=0,134 df=184 p=0,894

Berdasarkan tabel 5.13. dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata 19 penderita appendicitis dengan komplikasi peritonitis adalah 8,05 hari dan 167 penderita appendicitis dengan status tidak ada komplikasi yaitu 8,17 hari.

Hasil analisa statistik menggunakan uji t-test didapat nilai p>0,05 yang berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan komplikasi appendicitis.

5.3.6. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Penatalaksanaan Medis

(63)

Dari gambar 6.1. dapat dilihat bahwa bahwa proporsi penderita penderita appendicitis pada laki-laki kelompok umur 5-13 tahun 16,1%, kemudian menurun pada kelompok umur 14-22 tahun 13,6%, dan proporsi pada laki-laki tertinggi pada kelompok umur 23-31 tahun 25,9%. Hal ini karena pada kelompok umur 23-31 tahun laki-laki memiliki pola makan yang tidak teratur karena faktor aktivitas kerja yang padat. Pada kelompok umur 32-40 tahun menurun menjadi14,8%, menurun kembali pada kelompok41-49 tahun 12,4%, pada kelompok 50-58 tahun turun menjadi 8,6%,kemudian turun lagi menjadi 3,7% pada kelompok 59-67 tahun, meningkat pada kelompok umur 68-76 tahun 4,9%, kemudian pada laki-laki kelompok umur 77-85 tahun tidak terdapat penderita appendicitis.

Berdasarkan proporsi penderita appendicitis pada perempuan kelompok umur 5-13 tahun 10,5%, proporsi pada perempuan tertinggi pada kelompok umur 14-22 tahun 34,3%. Hal ini karena faktor pola makan perempuan yang tidak teratur serta menjalani pola diet yang salah sehingga asupan gizi terutama serat rendah. Pada kelompok umur 23-31 tahun menurun menjadi 12,4%, kemudian meningkat menjadi 22,9% pada kelompok umur 32-40 tahun. Terjadi penurunan lagi pada kelompok umur 41-49 tahun menjadi9,5%. Proporsi pada kelompok umur 50-58 tahun dan 59-67 tahun 3,8%. Pada kelompok umur 68-76 tahun penderita appendicitis, ada penurunan lagimenjadi 1,9%, dan kemudian sangat menurun pada kelompok umur 77-85 tahun menjadi 0,9%.

(64)

Appendicitis dapat terjadi pada semua umur, paling sering pada umur10-30 tahun dan jarang pada anak-anak dan orang tua dengan rasio pria : wanita sebanding.Appendicitis berhubungan dengan obstruksi karena hiperplasi jaringan limfoid submukosa yang meningkat selama pubertas sampai puncaknya berjumlah sekitar 200 folikel pada usia 12-20 tahun dan menetap saat dewasa. Setelah itu, jaringan limfoid submukosa mengalami atropi dan menghilang pada usia 60 tahun.Selain itu, fekalith juga merupakan penyebab obstruksi lumen appendiks. Fekalith berhubungan dengan konsumsi diet rendah serat yang menyebabkan konstipasi. Konstipasi dapat menaikkan tekanan intracaecal sehingga terjadi sumbatan fungsional appendiks.17

Appendicitis pada kelompok umur anak-anak disebabkan oleh dinding apendiks yang masih tipis, anak kurang komunikatif sehingga memeperpanjang waktu diagnosis dan proses perdindingan kurang sempurna. Appendicitis pada kelompok umur orang tua disebabkan adanya gejala yang samar, keterlambatan berobat, adanya perubahan anotomi apendiks berupa penyempitan lumen, dan arteriosklerosis.22

(65)

dengan desain cross sectional didapat proporsi umur tertinggi 15-30 tahun 68,3% dan terendah 51-60 tahun 1,7%.Proporsi jenis kelamin yaitu perempuan 51,7% dan laki-laki 48,3% dengan sex ratio 1,1 :1.20

b. Suku

Proporsi penderita appendicitis berdasarkan sukuyang dirawat inap di Rumah Sakit Haji Medan tahun 2007-2011dapat dilihat pada gambarberikut ini.

Gambar 6.2. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Appendicitis Berdasarkan Suku yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Haji Medan Berdasarkan Data Tahun 2007-2011

Dari gambar 6.2. dapat dilihat bahwa proporsi suku tertinggi adalah Jawa 29,6% dan terendah Batak7%. Hal ini tidak menunjukkan keterkaitan antara suku dengan kejadian appendicitis, namun hanya menunjukkan penderita appendicitis yang berobat ke Rumah sakit Haji mayoritas suku Jawa. Dalam hal ini, bukan berarti suku Jawa merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kejadian Appendicitis. Namun diasumsikan karena warga disekitar RS Haji Medan mayoritas Jawa.

29.6%

27.4% 24.7%

11.3%

7.0%

Jawa

Minang

Melayu

Aceh

(66)

Sesuai dengan pernyataan Hinarwan (1992), Appendicitis merupakan peradangan pada organ apendiks yang dapat diderita semua orang dan tidak ada perbedaan rasial (suku).43Hasil penelitian Martalena (2008) dengan desain case series, proporsi suku Jawa 92,8%, Tionghoa 3,2, Batak 2,4%, dan lainnya 1,6%.21

c. Agama

Proporsi penderita appendicitis berdasarkan agama yang dirawat inap di Rumah Sakit Haji Medan tahun 2007-2011dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 6.3. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Appendicitis Berdasarkan Agama yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Haji Medan Berdasarkan Data Tahun 2007-2011

Dari gambar 6.3. dapat dilihat bahwa proporsi agama tertinggi adalah Islam 99,5%. Hal ini tidak menunjukkan keterkaitan antara agama dengan kejadian appendicitis, namun hanya menunjukkan penderita appendicitis yang berobat ke RS Haji Medan mayoritas beragama Islam.

99.5% 0.5%

Islam

Gambar

Gambar 2.1. Appendiks pada saluran pencernaan
Gambar 2.2 Anatomi appendiks                    Gambar 2.3. Posisi Appendiks
Tabel 5.1.
Tabel 5.2.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Steganografi merupakan suatu teknik menyembunyikan data rahasia di dalam suatu wadah atau media digital sehingga keberadaan data rahasia tersebut tidak diketahui oleh orang

[r]

Penerapan good governance dalam pemerintahan desa akan berkaitan dengan hubungan antara kepala desa dengan kepala daerah, dalam kasus kepala desa dolok huluan, hubungan

Responden selalu mendengarkan dan peduli dengan kekawatiran yang di alami klien (62,5%).responden selalu memberikan motivasi dan dorongan semangat kepada klien (75%).responden

Analisis selanjutnya yang digunakan adalah analisis kebijakan permukiman dan dilakukan survey sosial ekonomi pada lokasi penelitian dengan mengaitkan pendapat masyarakat

Peranan usaha kecil di Indonesia memang diakui sangat penting dalam perekonomian nasional, terutama dalam aspek-aspek, seperti peningkatan kesempatan kerja, pemerataan..

Dijumpai hubungan level parameter hematologi rutin dengan outcome , dimana level hemoglobin, hematokrit dan LED memiliki hubungan terbalik yang signifikan.. terhadap skor

dengan Mikroorganisme Lokal Dalam Pakan terhadap Karkas Kelinci