• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Tingkat Pengetahuan Penderita Diabetes Mellitus dengan Kualitas Hidup Penderita Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Tingkat Pengetahuan Penderita Diabetes Mellitus dengan Kualitas Hidup Penderita Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2014"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

STEFEN ANDRIANUS 110100009

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

NIM : 110100009

Judul : Hubungan Tingkat Pengetahuan Penderita Diabetes Mellitus dengan Kualitas Hidup Penderita Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2014

Pembimbing Penguji I

(dr.Rina)Amelia,)MARS)) ))(Dr.)dr.)Dina)Keumala)Sari,)M.)G,)Sp.GK) NIP : 197604202003122002 NIP : 197312212003122001

Penguji II

(dr. Wan Naemah, Sp. PA) NIP : 196010011987122001

Medan, 19 Desember 2014

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

Karya tulis ilmiah dengan judul:

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA DIABETES

MELLITUS DENGAN KUALITAS HIDUP PENDERITA DIABETES

MELLITUS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK

MEDAN PADA TAHUN 2014

Yang dipersiapkan oleh:

STEFEN ANDRIANUS

110100009

Karya tulis ilmiah ini telah diperiksa dan disetujui untuk

dilanjutkan ke seminar hasil penelitian.

Medan, 8 Desember 2014

Disetujui,

Dosen Pembimbing

(4)

ABSTRAK

Diabetes Mellitus sering dikaitkan dengan berbagai komplikasi-komplikasi yang serius. Rendahnya kualitas hidup pada penderita DM sering dikatikan dengan kejadian komplikasi diabetik. Tingkat pengetahuan mempunyai peranan penting dalam manajemen pasien DM, terutama dalam pencegahan komplikasi diabetik. Sehingga diharapkan dengan pengetahuan yang baik akan penyakitnya, seorang penderita DM dapat mengawal penyakitnya dengan baik dan mencegah komplikasi-komplikasi DM dan meningkatkan kualitas hidupnya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara tingkat pengetahuan penderita DM dengan kualitas hidup penderita DM. Populasi pada penelitian ini adalah pasien DM rawat jalan di Poliklinik Divisi Endokrinologi Metabolisme RSUP Haji Adam Malik Medan. Sampel penelitian berjumlah 90 orang dan diambil dengan menggunakan metode consecutive sampling. Data penelitian diambil dengan menggunakan metode wawancara menggunakan kuesioner tingkat pengetahuan tentang DM dan kuesioner WHOQOL-BREF. Data selanjutnya diolah dengan menggunakan statistik korelasi pearson untuk melihat hubungan diantara keduanya.

Penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan sedang dengan jumlah 48 orang (42,2%). Kualitas hidup secara keseluruhan menunjukkan bahwa mayoritas pasien memiliki kualitas hidup yang cukup yaitu sebanyak 45 orang (50%). Mayoritas kualitas hidup penderita DM pada domain kesehatan fisik adalah cukup (65,6%). Pada domain psikologis, mayoritas memiliki kualitas hidup baik (48,9%). Pada domain hubungan soial, mayoritas responden memiliki kualitas hidup baik (42,2%) , dan pada domain lingkungan, mayoritas responden memiliki kualitas hidup baik (50%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan antara tingkat pengetahuan penderita DM dengan kualitas hidup penderita DM di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2014.

Penderita DM diharapkan dapat lebih berupaya meningkatkan pemahamannya tentang penyyakit DM. Tenaga kesehatan khususnya dokter juga diharapkan untuk dapat mengedukasi pasien DM dengan baik. Selain itu, institusi kesehatan juga diharapkan turut berperan dalam melaksanakan seminar-seminar tentang DM, Senam DM dan membangun suatu komunitas DM.

(5)

ABSTRACT

Diabetes Mellitus is usually associtated with serious complications. A low quality of life in diabetic patients is usually asssociated with diabetic complications. Knowledge of Diabetes Mellitus plays an important role in the management of people with Diabetes, especially in the prevention of diabetic complications. With a good knowledge about Diabetes, people with diabetes are expected to take good care of themselves in order to prevent complications related to Diabetes Mellitus and have a better quality of life.

The objective of this study is to see the correlation between the level of diabetic patients’ knowledge of Diabetes Mellitus and quality of life in people with Diabetes. The population of this study were outpatients in the Clinics of Endocrinology and Metabolism, Haji Adam Malik Hospital Medan. There were 90 people enrolled in this study. The samples in this study were chosen using consecutive sampling. Data was collected by using knowledge of Diabetes questionaire and WHOQOL-BREF questionaire. Data was analyzed by using perason correlation to see the association between diabetic patients’ knowledge of Diabetes Mellitus and quality of life.

This study shows that majority of patients have a moderate level of diabetes knowledge (42,2%). Quality of Life is measured by 4 domains based on the WHOQOL-BREF. The overall quality of life shows that majority of patients have a moderate Quality of Life (50%). In the domain of physical health, majority of patients have a low quality of life (65,6%). Majority of patients have a good quality of life in the domain of psychology, social relationships and environment with a number of 48,9%, 42,2%, and 50% consecutively. The conclusion of this study is there is a correlation between the level of diabetic patients’ knowledge of Diabetes Mellitus and quality of life in people with Diabetes.

It is recommended that diabetic patients improve their understanding about diabetes. Health care providers, such as doctors and hospitals are recommended to educate their patients about their disease. Diabetes education in the form of presentation and seminar, exercises for diabetes and building a community for diabetic patients may also be helpful.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada peneliti sehingga peneliti dapat

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan baik.

Karya tulis ilmiah dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Penderita Diabetes Mellitus dengan Kualitas Hidup Penderita Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2014” ini merupakan syarat untuk melakukan penelitian yang merupakan syarat kelulusan dalam program studi pendidikan kedokteran di Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, peneliti mendapatkan banyak

bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini peneliti

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan, kesehatan dan

kekuatan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

2. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD, KGEH selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Rina Amelia, MARS selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan

waktu untuk memberikan bimbingan dan dukungan selama penyusunan karya

tulis ilmiah ini.

4. Para dosen dari Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah membuka wawasan dalam

penelitian.

5. Kedua orang tua peneliti Taufik Tan dan Suryani Hermanto yang senantiasa

mendoakan dan memberikan dukungan baik moril maupun materil, serta

menjadi motivasi bagi peneliti dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

6. Teman baik saya Enri Richard dan Imelda Junaedi yang telah membantu saya

dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.

7. Pihak-pihak yang telah membantu peneliti dalam penyusunan karya tulis

(7)

Peneliti menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari

kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan peneliti. Oleh karena itu, peneliti

sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk menyempurnakan

karya tulis ilmiah ini sehingga hasi penelitian ini dapat memberikan manfaat

untuk kita semua.

Medan, 9 Desember 2014

Peneliti,

Stefen Andrianus

(8)

DAFTAR ISI

2.2.2. Instrumen Pengukuran Kualitas Hidup ... 9

2.3.Pengetahuan ... 10

2.3.1. Definisi Pengetahuan ... 10

2.3.2. Tingkat Pengetahuan ... 11

2.3.3. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan ... 12

2.4.Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kualitas Hidup ... 13

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 15

3.1.Kerangka Konsep ... 15

(9)

3.3.Hipotesis ... 16

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 21

5.2. Karakteristik Individu ... 21

5.3. Tingkat Pengetahuan Penderita DM ... 22

5.4. Tingkat Kualitas Hidup berdasarkan Domain WHO ... 23

5.4.1. Domain Kesehatan Fisik ... 23

5.4.2. Domain Psikologis ... 24

5.4.3. Domain Hubungan Sosial ... 24

5.4.4. Domain Lingkungan ... 25

5.5. Nilai Rata-Rata Domain Kualitas Hidup ... 26

5.6. Tingkat Kualitas Hidup Penderita DM ... 26

5.7. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kualitas Hidup ... 27

5.8. Pembahasan ... 28

5.8.1. Tingkat Pengetahuan Pasien DM ... 28

5.8.2. Kualitas Hidup Pasien DM ... 29

5.8.3. Domain Kesehatan Fisik ... 29

5.8.4. Domain Psikologis ... 30

5.8.5. Domain Hubungan Sosial ... 30

5.8.6. Domain Lingkungan ... 31

5.8.7. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kualitas Hidup 31 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 33

(10)
(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kriteria Diagnosis DM dan Gangguan Toleransi Glukosa ... 6

Tabel 2.2. Domain Penilaian Kualitas Hidup Instrumen WHOQOL-BREF 10 Tabel 3.1. Definisi Operasional Penelitian ... 15

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kategori Usia Responden .... 22

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi berdasarkan Tingkat Pengetahuan ... 23

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Domain Kesehatan Fisik . 23 Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Domain Psikologis ... 24

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Domain Hubungan Sosial 25 Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Domain Lingkungan ... 25

Tabel 5.7. Nilai Rata-Rata Kualitas Hidup Setiap Domain ... 26

Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Tingkat Kualitas Hidup Responden ... 26

(12)

DAFTAR SINGKATAN

DM Diabetes Mellitus

DCCT Diabetes Control and Complication Trial HbA1c Hb terglikosilasi

HRQoL Health Related Quality of Life IDF International Diabetes Federation

KGDP Kadar Glukosa Darah Puasa

MODY Maturity - onset Diabetes of youth

SPSS Statistical Package for the Social Sciences TTGO Tes Toleransi Glukosa Oral

TNM Terapi Nutrisi Medis

UKPDS The United Kingdom Prospective Diabetes Study

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Penjelasan Lampiran 2 Lembar Persetujuan

Lampiran 3 Kuesioner WHOQOL-BREF

(14)

ABSTRAK

Diabetes Mellitus sering dikaitkan dengan berbagai komplikasi-komplikasi yang serius. Rendahnya kualitas hidup pada penderita DM sering dikatikan dengan kejadian komplikasi diabetik. Tingkat pengetahuan mempunyai peranan penting dalam manajemen pasien DM, terutama dalam pencegahan komplikasi diabetik. Sehingga diharapkan dengan pengetahuan yang baik akan penyakitnya, seorang penderita DM dapat mengawal penyakitnya dengan baik dan mencegah komplikasi-komplikasi DM dan meningkatkan kualitas hidupnya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara tingkat pengetahuan penderita DM dengan kualitas hidup penderita DM. Populasi pada penelitian ini adalah pasien DM rawat jalan di Poliklinik Divisi Endokrinologi Metabolisme RSUP Haji Adam Malik Medan. Sampel penelitian berjumlah 90 orang dan diambil dengan menggunakan metode consecutive sampling. Data penelitian diambil dengan menggunakan metode wawancara menggunakan kuesioner tingkat pengetahuan tentang DM dan kuesioner WHOQOL-BREF. Data selanjutnya diolah dengan menggunakan statistik korelasi pearson untuk melihat hubungan diantara keduanya.

Penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan sedang dengan jumlah 48 orang (42,2%). Kualitas hidup secara keseluruhan menunjukkan bahwa mayoritas pasien memiliki kualitas hidup yang cukup yaitu sebanyak 45 orang (50%). Mayoritas kualitas hidup penderita DM pada domain kesehatan fisik adalah cukup (65,6%). Pada domain psikologis, mayoritas memiliki kualitas hidup baik (48,9%). Pada domain hubungan soial, mayoritas responden memiliki kualitas hidup baik (42,2%) , dan pada domain lingkungan, mayoritas responden memiliki kualitas hidup baik (50%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan antara tingkat pengetahuan penderita DM dengan kualitas hidup penderita DM di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2014.

Penderita DM diharapkan dapat lebih berupaya meningkatkan pemahamannya tentang penyyakit DM. Tenaga kesehatan khususnya dokter juga diharapkan untuk dapat mengedukasi pasien DM dengan baik. Selain itu, institusi kesehatan juga diharapkan turut berperan dalam melaksanakan seminar-seminar tentang DM, Senam DM dan membangun suatu komunitas DM.

(15)

ABSTRACT

Diabetes Mellitus is usually associtated with serious complications. A low quality of life in diabetic patients is usually asssociated with diabetic complications. Knowledge of Diabetes Mellitus plays an important role in the management of people with Diabetes, especially in the prevention of diabetic complications. With a good knowledge about Diabetes, people with diabetes are expected to take good care of themselves in order to prevent complications related to Diabetes Mellitus and have a better quality of life.

The objective of this study is to see the correlation between the level of diabetic patients’ knowledge of Diabetes Mellitus and quality of life in people with Diabetes. The population of this study were outpatients in the Clinics of Endocrinology and Metabolism, Haji Adam Malik Hospital Medan. There were 90 people enrolled in this study. The samples in this study were chosen using consecutive sampling. Data was collected by using knowledge of Diabetes questionaire and WHOQOL-BREF questionaire. Data was analyzed by using perason correlation to see the association between diabetic patients’ knowledge of Diabetes Mellitus and quality of life.

This study shows that majority of patients have a moderate level of diabetes knowledge (42,2%). Quality of Life is measured by 4 domains based on the WHOQOL-BREF. The overall quality of life shows that majority of patients have a moderate Quality of Life (50%). In the domain of physical health, majority of patients have a low quality of life (65,6%). Majority of patients have a good quality of life in the domain of psychology, social relationships and environment with a number of 48,9%, 42,2%, and 50% consecutively. The conclusion of this study is there is a correlation between the level of diabetic patients’ knowledge of Diabetes Mellitus and quality of life in people with Diabetes.

It is recommended that diabetic patients improve their understanding about diabetes. Health care providers, such as doctors and hospitals are recommended to educate their patients about their disease. Diabetes education in the form of presentation and seminar, exercises for diabetes and building a community for diabetic patients may also be helpful.

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronis yang terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi cukup insulin atau menggunakan insulin secara efektif. Saat ini 382 juta penduduk dunia menderita DM dan pada tahun 2035 diperkirakan 592 juta penduduk dunia akan menderita DM Peningkatan prevalensi DM ini terjadi di seluruh dunia baik negara maju maupun negara berkembang (IDF, 2013).

Pada saat ini, terjadi peningkatan prevalensi DM di seluruh dunia. Pada tahun 2013, tercatat sebesar 382 juta orang di dunia yang berumur 40–59 tahun menderita DM dan diperkirakan akan terus meningkat setiap tahunnya. Data regional IDF menunjukkan bahwa Asia Tenggara menduduki peringkat ke-2 tertinggi di dunia dengan jumlah penderita DM sebanyak 72 juta jiwa. Pada tahun 2035 diperkirakan angka ini akan meningkat 70.6% menjadi 122,8 juta penderita. (IDF, 2013).

Jumlah penderita DM di Indonesia menduduki peringkat ke-7 dunia (IDF, 2013). Saat ini prevalensi DM di Indonesia yang telah didiagnosis dokter adalah 1,4%, jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat (Riskesdas, 2013). WHO memperkirakan 21.527.000 penduduk Indonesia akan menderita DM pada tahun 2030. Faktor utama penyebab peningkatan jumlah penderita DM adalah perubahan gaya hidup. Perubahan gaya hidup ini meliputi perubahan pola makan, peningkatan tingkat stress, dan sedentary lifestyle.

Peningkatan prevalensi DM juga terjadi di provinsi Sumatera Utara. Prevalensi penderita DM di Sumatera Utara pada tahun 2012 adalah 1,8% (Riskesdas, 2013). Dengan peningkatan prevalensi DM, juga akan meningkatkan komplikasi DM yang dialami oleh pasien DM.

(17)

Gangguan aliran darah, neuropati perifer meningkatkan resiko infeksi dan ulkus di kaki. Retinoapti Diabetik merupakan penyebab kebutaan yang utama pada penderita DM. Sekitar 1% kebutaan penduduk dunia disebabkan oleh Diabetes. DM juga merupakan salah satu penyebab utama gagal ginjal. DM meningkatkan resiko kematian hingga 2 kali lipat dibanding orang yang sehat (WHO, 2010). Komplikasi DM dapat dicegah dengan mempertahankan kadar glukosa darah, tekanan darah dan kadar kolesterol darah dalam batas normal (IDF, 2013).

Komplikasi-komplikasi ini tentunya berdampak besar terhadap sosial ekonomi dan kualitas hidup pasien DM. Bila seorang pasien DM mengalami komplikasi, tentu akan menurunkan kualitas hidupnya. Tingkat pengetahuan mempunyai peranan penting dalam manajemen pasien DM, terutama dalam pencegahan komplikasi diabetik. Sehingga diharapkan dengan pengetahuan yang baik akan penyakitnya, seorang penderita DM dapat mengawal penyakitnya dan mencegah komplikasi-komplikasi DM. Rendahnya kejadian komplikasi pada pasien DM tentu dapat meningkatkan kualitas hidup pasien DM.

Penelitian menunjukkan bahwa pasien dengan DM memiliki kualitas hidup yang lebih rendah dibandingkan dengan orang sehat. Hal ini tentunya terkait dengan kejadian komplikasi diabetik pada pasien DM. Selain itu, status sosioekonomi yang baik dan faktor resiko kardiovaskular yang terkontrol dapat meningkatkan kualitas hidup pasien DM (Kiadaliri et al., 2013). Kontrol faktor resiko ini tentunya berkaitan erat dengan tingkat pengetahuan pasien DM.

(18)

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimanakah hubungan antara tingkat pengetahuan penderita DM dengan kualitas hidup penderita DM di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2014?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan penderita DM dengan kualitas hidup penderita DM di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2014.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan penderita DM tentang penyakitnya. b. Untuk menilai kualitas hidup penderita DM.

c. Untuk menilai kualitas hidup penderita DM di setiap domain WHO.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberi manfaat bagi: a. Subjek Penelitian

Subjek penelitian akan mengetahui tingkat pengetahuannya tentang penyakit yang dideritanya dan mengetahui upaya untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

b. Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menambah pemahaman peneliti mengenai status tingkat pengetahuan penderita DM tentang penyakitnya, kualitas hidup penderia DM dan hubungannya.

c. Institusi Kesehatan

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diabetes Mellitus (DM) 2.1.1. Definisi

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronis yang terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi cukup insulin atau menggunakan insulin secara efektif (IDF 2013). DM bukanlah suatu penyakit tunggal, melainkan sekelompok kelainan dan gejala klinis yang bersifat heterogen dengan ciri utama berupa intoleransi glukosa. Istilah Diabetes Mellitus digunakan untuk menjelaskan sekumpulan gejala dengan hiperglikemia kronis dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.

2.1.2. Klasifikasi dan Etiologi

The American Diabetes Association mengklasifikasikan diabetes dalam empat kategori, yaitu:

1. Diabetes Mellitus Tipe 1 (defisiensi insulin absolut)

Defisiensi insuln absolut pada DM Tipe 1 disebabkan oleh kerusakan sel beta pankreas yang dipicu oleh suatu reaksi autoimun. Reaksi autoimun ini mungkin dipicu oleh faktor eskternal pada individu yang rentan secara genetik. Kerusakan ini berlangsung selama beberapa bulan sampai beberapa tahun hingga terjadi penurunan massa sel beta pankreas. Penurunan jumlah sel beta pankreas ini menyebabkan penurunan produksi insulin. Penurunan jumlah produksi insulin ini pada akhirnya mengakibatkan konsentrasi insulin dalam darah tidak dapat mengontrol kadar glukosa plasma.

(20)

2. Diabetes Mellitus Tipe 2 (resistensi insulin dengan defisit sekresi insulin) Pada DM tipe 2, sekresi insulin dikatakan tidak adekuat karena pasien mengalami resistensi insulin. Resistensi insulin di hati menyebabkan ketidakmampuan hati menekan produksi glukosanya. Resistensi insulin di perifer menyebabkan terganggunya uptake glukosa perifer. Kombinasi keduanya menyebabkan peningkatan glukosa darah baik saat puasa maupun setelah makan.

Pada tahap awal perjalan penyakitnya, konsentrasi insulin dalam darah biasanya sangat tinggi. Pada tahap lebih lanjut, produksi insulin oleh sel beta pankreas akan menurun dan menyebabkan semakin buruknya keadaan hiperglikemia pada pasien DM tipe 2. Pada umumnya, perkembangan penyakit ini terjadi di usia dewasa dan semakin meningkat seiring bertambahnya umur.

3. Diabetes Mellitus Tipe Lainnya

Yang termasuk kedalam kelompok ini adalah defek genetik pada sel beta pankreas, defek genetik pada kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati dan kerusakan sel beta pankreas yang diinduksi obat-obatan atau zat kimia.

Salah satu DM tipe lain yang paling sering dibicarakan adalah maturity-onset diabetes of youth (MODY). MODY memiliki 6 mutasi autosomal dominan yang spesifik. Termasuk diantaranya gen untuk hepatocyte nuclear factor-1! (HNF-1!; MODY 3), Glukokinase (MODY 2), HNF-4! (MODY 1), Insulin Promoter Factor (IPF-1; MODY 4), HNF-1! (MODY 5), dan NeuroD1 (MODY 6). Individu dengan defek genetik ini memiliki riwayat keluarga penderita DM yang kuat dengan berat badan yang normal dan terdiagnosa sebelum berusia 25 tahun. Dulunya MODY diklasifikasikan sebagai salah satu bentuk DM tipe 2. Namun tidak terjadinya peningkatan berat badan pada penderita MODY dan defek genetik yang berbeda antara MODY dengan DM tipe 2 menyebabkan klasifikasi tersebut tidak dipakai lagi.

4. Diabetes Gestasional.

(21)

2.1.3. Gejala klinis

DM memiliki 3 gejala klinis yang utama, yaitu: a. Poliuri

Poliuri terjadi karena diuresis osmotik yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula darah.

b. Rasa haus

Rasa haus terjadi karena kehilangan cairan dan elektrolit c. Penurunan berat badan

Penurunan berat badan disebabkan oleh deplesi cairan dalam tubuh dan pemecahan lemak dan otot yang terjadi karena defisiensi insulin.

2.1.4. Diagnosis

Tabel 2.1. Kriteria Diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa.

Tes Normal Gangguan Toleransi

Glukosa Diabetes Sumber : The Merck Manual, 2013.

HbA1c = Hb terglikosilasi ; KGDP = Kadar Glukosa Darah Puasa; TTGO = tes toleransi glukosa oral.

(22)

2.1.5. Penatalaksanaan

Menurut PERKENI (2011), terdapat 4 pilar penatalaksanaan DM, yaitu: 1. Edukasi

Pengetahuan tentang pemantauan glukosa darah mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia serta cara mengatasinya harus diberikan kepada pasien. Pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri, setelah mendapat pelatihan khusus.

2. Terapi gizi medis

Terapi Nutrisi Medis (TNM) merupakan bagian dari penatalaksanaan diabetes secara total. Kunci keberhasilan TNM adalah keterlibatan secara menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain serta pasien dan keluarganya). Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pada penyandang diabetes perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis, dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin.

3. Latihan jasmani

(23)

4. Intervensi farmakologis

Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan suntikan.

a. Obat hipoglikemik oral

Berdasarkan cara kerjanya, obat hipoglikemik oral dibagi menjadi 5 golongan, yaitu :

1. Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue): Sulfonilurea dan Glinid 2. Peningkat sensitivitas terhadap insulin: Metformin dan Tiazolidindion 3. Penghambat glukoneogenesis: Metformin

4. Penghambat absorpsi glukosa: Penghambat glukosidase alfa 5. DPP-IV inhibitor

b. Suntikan : Insulin dan Agonis GLP-1 / Incretin mimetic

2.1.6. Komplikasi

DM dapat menyebabkan beberapa komplikasi yang serius, yaitu: Hipoglikemia, peningkatan resiko infeksi, komplikasi mikrovaskuler (retinopati dan nefropati diabetik), komplikasi neurologis, dan komplikasi makrovaskuler. Komplikasi mikrovaskuler dapat menghambat penyembuhan luka. Hal ini menyebabkan luka kecil pada penderita DM dapat meluas dan membentuk ulkus dalam yang dapat disertai dengan infeksi sekunder.

2.1.7. Prognosis

Prognosis penderita DM sangat dipengaruhi oleh terkontrol atau tidaknya penyakit ini pada penderitanya. Diabetes Control and Complication Trial (DCCT) menunjukkan terdapat hubungan antara hiperglikemia kronis dengan peningkatan resiko komplikasi mikrovaskuler pada penderita DM tipe 1. The United Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS) menunjukkan hasil yang sama pada

(24)

2.2. Kualitas Hidup

2.2.1. Definisi Kualitas Hidup

Definisi sehat menurut konstitusi badan kesehatan dunia (WHO) adalah

suatu keadaan sejahtera (well being) yang meliputi kesejahteraan fisik, mental dan sosial, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Dapat terlihat dari definisi

ini bahwa parameter untuk menentukan tingkat kesehatan seseorang bukan hanya

dilihat dari fekuensi atau tingkat keparahan penyakitnya, tetapi estimasi tingkat

kesejahteraan (well being) juga merupakan bagian yang integral dalam menilai status kesehatan seseorang.

WHO mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi seseorang tentang

keberadaan atau posisi dirinya dalam hidup dalam konteks kebudayaan dan sistem

kepercayaan yang dianutnya dan berhubungan dengan tujuan (goals), ekspektasi (expecatations), standar (standards) dan concerns. Kualitas hidup merupakan suatu konsep yang luas dan dipengaruhi secara kompleks oleh kesehatan fisik

individu yang bersangkutan, keadaan psikologis, tingkat kemandirian, hubungan

sosial, kepercayaan pribadi dan hubungan individu tersebut dengan

lingkungannya.

Kualitas hidup dalam konteks kesehatan disebut sebagai health related quality of life (HRQoL). Estimasi derajat kesejahteraan dapat dinilai dengan mengukur kualitas hidup yang berhubungan dengan status kesehatan seseorang /

Health related quality of life (HRQoL). Karena definisi sehat bersifat multidimensional, maka HRQoL juga bersifat multidimensional yang meliputi

domain fisik, mental, emosional dan social functioning.

2.2.2. Instrumen Pengukuran Kualitas Hidup

Penelitian ini akan menggunakan kuesioner WHOQOL-BREF (kuesioner

terlampir) untuk menilai kualitas hidup pasien DM di RSUP H. Adam Malik

Medan. Kuesioner WHOQOL-BREF terdiri dari 26 butir pertanyaan yang menilai

4 domain kualitas hidup. Pertanyaan tersebut terdiri dari 1 butir pertanyaan yang

menilai kualitas hidup secara keseluruhan, 1 butir pertanyaan tentang kesehatan

(25)

penilaian kualitas hidup tersebut. Domain kualitas hidup pada kuesioner WHOQOL-BREF dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2. Domain penilaian kualitas hidup instrumen WHOQOL-BREF.

No. Domain Aspek yang dinilai

1. Kesehatan Fisik Aktivitas sehari-hari

Ketergantungan terhadap substansi obat dan bantuan medis

2. Psikologis Gambaran diri (Bodily Image) dan penampilan

Perasaan negatif Perasaan positif Self-esteem

Spiritualitas, agama dan keyakinan pribadi Berpikir, belajar, ingatan dan konsentrasi 3. Hubungan Sosial Hubungan personal

Dukungan sosial Aktivitas seksual 4. Lingkungan Sumber daya finansial

Kebebasan, keselamatan fisik dan keamanan Perawatan kesehatan dan sosial: kemudahan akses dan kualitas

Lingkungan tempat tinggal

Kesempatan untuk mendapatkan informasi baru dan keterampilan

Partisipasi dan kesempatan untuk rekreasi / aktivitas di waktu luang

Lingkungan fisik (polusi, bising, lalu lintas, dan cuaca)

Transportasi

Sumber : WHOQOL-BREF Introduction, Administration, Scoring and Generic Version of the Assessment, 1996.

2.3. Pengetahuan

2.3.1. Definisi Pengetahuan

(26)

melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga (Notoatmodjo, 2010).

2.3.2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), Pengetahuan yang tercakup dalam domain

kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan yaitu:

1. Tahu (know)

Tahu adalah mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari suatu bahan yang dipelajari atau rangsangan

yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” adalah merupakan tingkat pengetahuan

yang paling rendah. Kata kerja yang dapat digunakan untuk mengukur bahwa

seseorang tahu tentang apa yang telah dipelajarinya antara lain : menyebutkan,

menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

2. Memahami (comprehension)

Memahami adalah kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek

yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

meyebutkan.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat

diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip

dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu organisasi

(27)

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk melakukan atau menghubungkan

bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain,

sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasar

pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau mengguanakan kriteria-kriteria

yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek

penelitian atau responden.

2.3.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan yang dimiliki seseorang

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan memperngaruhi bagaimana seseorang

menanggapi suatu respon eksternal terhadap dirinya. Orang yang berpendidikan

akan berpikir sejauh mana keuntungan yang akan mungkin mereka peroleh dari

gagasan tersebut.

2. Paparan media masa

Informasi banyak disebar melalui berbagai media, baik media cetak

maupun elektronik. Pemaparan terhadap media masa dapat meningkatkan

pengetahuan seseorang.

3. Status ekonomi

Status ekonomi menentukan seberapa baik pemenuhan kebutuhan

individu. Dalam memenuhi kebutuhan primer maupun sekunder, keluarga dengan

status ekonomi baik akan lebih mudah memenuhi kebutuhannya dibanding

keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi kebutuhan

(28)

4. Hubungan sosial

Individu yang memiliki hubungan interpersonal yang baik dan aktif secara

sosial akan lebih terpapar dengan pengetahuan. Selain itu, faktor hubungan sosial

juga mempengaruhi kemampuan individu untuk menerima pesan menurut model

komunikasi media.

5. Pengalaman

Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal bisa diperoleh dari

lingkungan sekitarnya dalam proses perkembangannya.

Pengetahuan atau kognitif yang dipengaruhi faktor-faktor tersebut diatas

merupakan hal yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku atau tindakan

seseorang karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari

oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada yang tidak didasari oleh

pengetahuan (Notoatmodjo, 2010).

2.4. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kualitas Hidup

Menurut penelitian yang dilaksanakan di poliklinik penyakit dalam RSUP

DR. Sardjito, Tingkat pengetahuan informasi kesehatan mempunyai hubungan

yang signifikan terhadap tingkat kualitas hidup penderita DM tipe 2. Penyuluhan

kesehatan tentang DM tipe 2 penting diberikan dalam meningkatkan pengetahuan

informasi kesehatan DM tipe 2 dan kualitas hidup penderita DM tipe 2 (Silitonga,

2012).

Ada hubungan pada variabel pengetahuan, sikap, komplikasi, kadar gula

darah, dan kemampuan mengatur pola makan yang bermakna dengan tingkat

kecemasan pada penderita DM tipe 2 (Wahyuni, 2012). Tingkat kecemasan

termasuk ke dalam aspek perasaan negatif yang dinilai dalam domain psikologis

WHOQOL-BREF. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa tingkat kecemasan

yang dipengaruhi oleh faktor-faktor diatas mungkin berpengaruh terhadap kualitas

hidup penderita DM.

Penelitian yang dilakukan di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat

(29)

pengetahuan tentang diabetes mellitus dengan gaya hidup penderita diabetes

mellitus tipe II di desa tersebut (Hairi,2013). Gaya hidup mencerminkan

komplikasi, angka hospitalisasi dan angka mortalitas pada pasien DM

(Hernández, 1996). Dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan yang baik

menghasilkan gaya hidup yang baik sehingga dapat menurunkan tingkat

mortalitas dan morbiditas serta meningkatkan kualitas hidup pasien DM.

Pada penelitian terhadap farmasis yang dilakukan di India selatan,

konseling yang diberikan oleh farmasi kepada pasien DM tidak hanya

meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan pasien tetapi juga meningkatkan

kualitas hidup pasien DM (Adepu, 2007).

Penelitian tentang hubungan kualitas hidup dengan kepatuhan terapi pada

pasien DM di Meksiko menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan dan sikap yang

baik berhubungan dengan 5 dari 6 domain kualitas hidup pada instrumen

WHOQOL-100. Oleh sebab itu, intervensi-intervensi yang dapat mengubah sikap

negatif ke arah peningkatan tingkat kepatuhan dan peningkatan pengetahuan

pasien dapat membantu meningkatkan kualitas hidup pasien DM (Martínez,

(30)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka konsep penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka kerangka konsep dalam bentuk

penelitian ini adalah :

Variabel Bebas Variabel Terikat

Tingkat pengetahuan pasien DM

3.2. Definisi operasional

Tabel 3.1. Definisi operasional penelitian

Kualitas Hidup

(31)

3.3. Hipotesis

(32)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan pasien DM dengan kualitas hidupnya di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2014.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1. Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli tahun 2014 hingga bulan November tahun 2014 setelah mendapatkan ethical clearance dari komisi etik. 4.2.2. Tempat penelitian

Penelitian akan dilakukan di Poliklinik Divisi Endokrinologi Metabolisme RSUP Haji Adam Malik Medan.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien rawat jalan Poliklinik Divisi Endokrinologi Metabolisme RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2014. Dari survey pendahuluan, didapatkan bahwa jumlah pasien rawat jalan di Poliklinik Divisi Endokrinologi Metabolisme RSUP Haji Adam Malik yang menderita DM pada tahun 2013 adalah sejumlah 932 orang.

4.3.2. Sampel

(33)

Penentuan besar sampel minimum dihitung dengan menggunakan rumus :

p = proporsi asli atau estimasi

d = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir

Dengan! menggunakan! jumlah! populasi! 932! orang! berdasarkan! jumlah!

penderita!DM!rawat!jalan!di!Poliklinik!Endokrinologi!RSUP!Haji!Adam!Malik!Medan!

pada! tahun! 2013,!confidence( level(sebesar! 95%! dan! proporsi! dianggap! 50%! dan!

toleransi!kesalahan!sebesar!10%.!

!

=

932

×

1

,

96

!

×

0

,

5

(

1

0

,

5

)

931

×

0

,

1

!

+

1

,

96!

×

0

,

5

(

1

0

,

5

)

!

Berdasarkan! rumus! diatas,! maka! didapat! jumlah! sampel! adalah! 87,16! orang.!

Penelitian!ini!akan!menggunakan!jumlah!sampel!sebesar!90!orang.!

4.3.3. Kriteria inklusi

Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah:

1. Pasien rawat jalan Poliklinik DM RSUP H. Adam Malik Medan.

2. Pasien mampu berkomunikasi verbal dengan baik.

3. Pasien bersedia berpartisipasi dalam penelitian.

4.3.4. Kriteria Eksklusi

Kriteri ekslusi dalam penelitian ini adalah:

1. Pasien yang menolak untuk berpatisipasi dalam penelitian ini.

2. Pasien DM dengan penurunan tingkat kesadaran.

(34)

4.4. Teknik Pengumpulan Data

4.4.1. Data Primer

Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara wawancara

menggunakan kuesioner sebagai panduan .

4.4.2. Data Sekunder

Data mengenai jumlah pasien DM diambil peneliti dari Poliklinik DM

RSUP Haji Adam Malik Medan

4.5. Alat Pengumpulan Data

4.5.1. Kuesioner pengetahuan DM

Kuesioner (kuesioner terlampir) ini menggunakan instrumen penelitian

sebelumnya oleh Anderson, D. & Christison, J. (2008) yang telah diterjemahkan

dan di uji validitas dan reliabilitasnya pada penelitian terdahulu oleh Yuni

Thiodora Gultom (2012). Pengambilan data dilakukan dengan wawancara

menggunakan kuesioner ini sebagai panduan. Komponen instrumen adalah :

pengetahuan diet pertanyaan nomor 1, 12, 15, 21, obat-obat DM pertanyaan

nomor 10, latihan fisik pertanyaan nomor 8, 10, monitoring gula darah pertanyaan

nomor 6, dan pertanyaan lainnya tentang pengetahuan yang berhubungan dengan

penyakit DM secara umum.

Teknik pengukuran yang dilakukan yaitu jika responden memberikan

jawaban benar maka dinilai 2, jika responden memberikan jawaban salah diberi

nilai 0 dan jika responden menjawab tidak tahu diberi nilai 1. Pengetahuan

manajemen DM ditentukan dari hasil nilai rata-rata jawaban dari keseluruhan

responden dibandingkan dengan hasil nilai rata-rata jawaban dari masing-masing

responden. Peneliti menentukan hasil pengetahuan manajemen DM dengan cara

kepada responden dinilai rendah jika total jawaban kurang dari 50% dibandingkan

dengan nilai rata-rata seluruh responden. Nilai sedang jika total nilai jawaban

responden lebih dari 50% dibandingkan dengan nilai rata-rata seluruh responden

(35)

dengan nilai rata-rata seluruh responden.

4.5.2. Kuesioner kualitas hidup

Instrumen yang digunakan adalah kuesioner WHOQOL-BREF (kuesioner

terlampir) yang telah teruji validitas dan reabilitasnya. Kuesioner terdiri dari 26

pertanyaan dengan skor 1-5 untuk tiap pertanyaan. Pertanyaan untuk domain

kesehatan fisik adalah pertanyaan nomor 3, 4, 10, 15, 16, 17, dan 18. Pertanyaan

untuk domain psikologis adalah pertanyaan nomor 5, 6, 7, 11, 19, dan 26.

Pertanyaan untuk domain hubungan sosial adalah pertanyaan nomor 20, 21, dan

22. Pertanyaan untuk domain lingkungan adalah pertanyaan nomor 8, 9, 12, 13,

14, 23, 24, dan 25. Perhitungan dan konversi nilai akan dilakukan sesuai tabel

WHO (tabel terlampir). Informed consent akan diberi bersamaan dengan

kuesioner tersebut. Pengisian kuesioner oleh pasien akan dipandu oleh peneliti

untuk memastikan pasien mengerti maksud dari masing-masing pertanyaan dalam

kuesioner.

4.6. Pengolahan dan Analisa Data

Data yang diperoleh dari kuesioner dan wawancara akan dikumpulkan dan

dianalasis secara deskriptif dan analitik. Secara deskriptif, data akan disajikan

dalam tabel distribusi frekuensi tingkat pengetahuan dan derajat kualitas hidup

pasien DM di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2014. Secara analitik

akan dilihat hubungan antara tingkat pengetahuan dan kualitas hidup dengan

menggunakan uji korelasi Pearson. Analisa data akan dilakukan dengan

menggunakan program komputer yaitu SPSS (Statistical Package for the Social

(36)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Proses pengambilan data untuk penelitian ini dilakukan pada tanggal 7

September hingga 7 Oktober 2014 di Poliklinik Divisi Endrokrinologi

Metabolisme RSUP Haji Adam Malik Medan. Berdasarkan data-data yang telah

dikumpulkan, maka dapat disimpulkan hasil penelitian dalam paparan di bawah

ini.

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik merupakan rumah sakit

kelas-A sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990 dan sesuai

dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991. RSUP Haji Adam Malik juga

merupakan pusat rujukan wilayah Pembangunan A yang meliputi Provinsi

Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat dan Riau.

Wawancara terhadap responden dilakukan di ruang tunggu Poliklinik

Divisi Endokrinologi Metabolisme RSUP Haji Adam Malik Medan. Divisi

Endrokrinologi Metabolisme merupakan salah satu divisi yang berad dibawah

naungan Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSUP Haji Adam Malik Medan.

5.2. Karakteristik Individu

Sampel penelitian yang diikutsertakan dalam penelitian ini terdiri dari 90

orang yang keseluruhannya merupakan pasien DM yang melakukan rawat jalan di

Poliklinik Divisi Endokrinologi Metabolisme RSUP Haji Adam Malik Medan.

Responden berjenis kelamin pria adalah sebanyak 43 orang dan yang berjenis

kelamin wanita adalah sebanyak 47 orang. Distribusi frekuensi usia responden

penelitian menurut kategori usia yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan

(37)

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi berdasarkan Kategori Usia Responden (Depkes

RI, 2009)

Kategori Usia Frekuensi (orang) Persentase (%)

Remaja akhir (17-25 tahun) 0 0

Dewasa awal (26-35 tahun) 4 4,4

Dewasa akhir (36-45 tahun) 26 28,9

Lansia awal (46-55 tahun) 24 26,7

Lansia akhir (56-65 tahun) 15 16,7

Manula (>65 tahun) 21 23,3

Total 90 100

Dari tabel 5.1 dapat dilihat bahwa mayoritas responden adalah pada

kategori usia dewasa akhir (36-45 tahun) yaitu sebanyak 26 orang (28,9%),

sedangkan responden dengan kategori usia dewasa awal (26-35 tahun) hanya berjumlah 4 orang (4,4%).

Data penelitian yang digunakan adalah data primer. Data penelitian ini

berupa tingkat pengetahuan dan tingkat kualitas hidup penderita DM. Data berasal

dari wawancara langsung terhadap subjek penelitian menggunakan kuesioner penelitian.

5.3. Tingkat Pengetahuan Penderita DM

Untuk kategori tingkat pengetahuan, 90 orang responden akan

dikelompokkan menjadi 3 kelompok tingkat pengetahuan yaitu tinggi, sedang dan

rendah. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan penderita DM dapat dilihat pada

(38)

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi berdasarkan Tingkat Pengetahuan Responden

Tingkat Pengetahuan Frekuensi (orang) Persentase (%)

Tinggi 34 37,8

Sedang 38 42,2

Rendah 18 20

Total 90 100

Dari tabel 5.2 dapat diketahui bahwa mayoritas responden memiliki

tingkat pengetahuan sedang dengan jumlah 48 orang (42,2%). Responden dengan

tingkat pengetahuan tinggi berjumlah 34 orang (37,8%) dan responden dengan

tingkat pengetahuan rendah berjumlah 18 orang (20%)

5.4. Tingkat Kualitas Hidup berdasarkan Domain Kualitas Hidup WHO

WHO telah menetapkan 4 domain kualitas hidup berupa Domain

Kesehatan Fisik, Domain Psikologis, Domain Hubungan Sosial dan Domain

Lingkungan.

5.4.1. Tingkat Kualitas Hidup pada Domain Kesehatan Fisik

Distribusi tingkat kualitas hidup pada Domain Kesehatan Fisik dapat

dilihat pada tabel 5.3 dibawah ini.

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Tingkat Kualitas Hiudp pada Domain Kesehatan

Fisik

Kualitas Hidup Frekuensi (orang) Persentase (%)

Baik 22 24,4

Cukup 59 65,6

Kurang 9 10

(39)

Dari tabel 5.3 dapat diketahui bahwa mayoritas kualitas hidup penderita DM di RSUP Haji Adam Malik Medan adalah cukup (65,6%). Responden dengan kualitas hiudp baik berjumlah 22 orang (24,4%) dan yang memiliki kualitas hidup kurang adalah sebanyak 9 orang (10%).

5.4.2. Tingkat Kualitas Hidup pada Domain Psikologis

Distribusi tingkat kualitas hidup pada Domain Psikologis dapat dilihat pada tabel 5.4 dibawah ini.

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Tingkat Kualitas Hiudp pada Domain Psikologis

Kualitas Hidup Frekuensi (orang) Persentase (%)

Baik 44 48,9

Cukup 35 38,9

Kurang 11 12,2

Total 90 100

Dari tabel 5.4 dapat diketahui bahwa responden dengan kualitas hidup baik pada Domain Psikologis berjumlah 44 orang (48,9%). Responden dengan kualitas hidup yang cukup pada domain ini berjumlah 35 orang (38,9%) dan yang kurang berjumlah 11 orang (12,2%).

5.4.3. Tingkat Kualitas Hidup pada Domain Hubungan Sosial

(40)

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Tingkat Kualitas Hiudp pada Domain Hubungan Sosial

Kualitas Hidup Frekuensi (orang) Persentase (%)

Baik 38 42,2

Cukup 33 36,7

Kurang 19 21,1

Total 90 100

Dari tabel 5.5 dapat diketahui bahwa responden dengan kualitas hidup baik pada Domain Hubungan Sosial berjumlah 38 orang (42,2%). Responden

dengan kualitas hidup yang cukup pada domain ini berjumlah 33 orang (36,7%) dan yang kurang berjumlah 19 orang (21,1%).

5.4.4. Distribusi Tingkat Kualitas Hidup pada Domain Lingkungan

Distribusi tingkat kualitas hidup pada Domain Lingkungan dapat dilihat pada tabel 5.6 dibawah ini.

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Tingkat Kualitas Hiudp pada Domain Lingkungan

Kualitas Hidup Frekuensi (orang) Persentase (%)

Baik 45 50

Cukup 32 35,6

Kurang 13 14,4

Total 90 100

(41)

5.5. Nilai Rata-Rata Domain Kualitas Hidup Penderita DM

Rata-rata nilai kualitas yang ditinjau dari 4 domain kualitas hidup pada

pasien DM di RSUP Haji Adam Malik Medan dapat dilihat pada tabel dibawah

ini.

Tabel 5.7. Nilai rata-rata kualitas hidup berdasarkan domain kualitas hidup WHO

Domain Nilai rata-rata (N=90)

Kesehatan Fisik 54,36

Psikologis 61,73

Hubungan Sosial 56,56

Lingkungan 60,90

Dari tabel 5.7 diatas, dapat dilihat bahwa penderita DM di RSUP Haji

Adam Malik Medan memiliki nilai rata-rata terendah pada domain kesehatan fisik

dengan nilai 54,36, sedangkan domain dengan nilai rata-rata tertinggi adalah

domain psikologis dengan nilai 61,73.

5.6. Tingkat Kualitas Hidup Penderita DM

Berdasarkan nilai dari 4 domain kualitas hidup diatas, maka dapat

diketahui tingkat kualitas hidup penderita DM di RSUP Haji Adam Malik Medan

secara umum. Distribusi responden penelitian berdasarkan tingkat kualitas hidup

seara umum pada pasien DM di RSUP Haji Adam Malik Medan dengan jumlah

sampel penelitian 90 orang dapat dilihat pada tabel 5.8.

Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi berdasarkan Tingkat Kualitas Hidup Responden

Kualitas Hidup Frekuensi (orang) Persentase (%)

Baik 37 41,1

Cukup 45 50

Kurang 8 8,9

(42)

Berdasarkan tabel 5.8 dari 90 responden penelitian terlihat bahwa

mayoritas pasien memiliki kualitas hidup yang cukup yaitu sebanyak 45 orang

(50%). Responden dengan kualitas hidup baik berjumlah 37 orang (41,1%) dan

yang memiliki kualitas hidup kurang berjumlah 8 orang (8,9%).

5.7. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kualitas Hidup Penderita DM

Dari 90 orang responden dalam penelitian ini, didapatkan hasil tabulasi

silang antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kualitas hidup penderita DM

yang dapat dilihat pada tabel 5.9.

Tabel 5.9. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat Kualitas Hidup

Penderita DM

pengetahuan rendah berjumlah 18 orang, dengan 3 diantaranya memiliki tingkat

kualitas hidup yang kurang, 12 orang dengan tingkat kualitas hidup yang cukup

dan 3 orang dengan tingkat kualitas hidup yang baik. Responden dengan tingkat

pengetahuan sedang berjumlah 38 orang dengan 4 orang diantaranya memiliki

tingkat kualitas hidup yang kurang, 21 orang dengan tingkat kualitas hidup yang

cukup dan 13 orang diantaranya dengan tingkat kualitas hidup yang baik.

Responden dengan tingkat pengetahuan yang tinggi berjumlah 34 orang dengan 1

diantaranya memiliki tingkat kualitas hiudp yang rendah, 12 orang dengan tingkat

kualitas hidup yang cukup dan 21 orang dengan tingkat kualitas hidup yang

(43)

Analisa data dengan menggunakan statistik korelasi Pearson

menunjukkan ada hubungan antara tingkat pengetahuan penderita DM dengan kualitas hidup penderita DM di RSUP Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2014 dengan koefisien signifikansi 0,023 (p value < 0.05).

5.8. Pembahasan

5.8.1. Tingkat Pengetahuan Pasien DM

Hasil penelitian tentang tingkat pengetahuan menyatakan bahwa mayoritas pasien DM yang melakukan rawat jalan di RSUP Haji Adam Malik Medan memiliki tingkat pengetahuan yang sedang (42,2%). Rata-rata nilai tingkat

pengetahuan pasien DM di RSUP Haji Adam Malik Medan adalah 67,4%. Hal ini sejalan dengan beberapa penelitian yang menunjukkan bawha mayoritas pasien DM memiliki tingkat pengetahuan yang sedang. Mufunda et al. (2012) menyatakan bahwa pasien DM di Zimbabwe memiliki tingkat pengetahuan yang

sedang dengan nilai rata-rata 63,8%. Selain itu, penelitian Alaboudi et al. (2014) tentang tingkat pengetahuan pasien DM di Arab Saudi juga menunjukkan hal yang sama dengan nilai rata-rata sebesar 64,6%.

(44)

5.8.2. Kualitas Hidup Pasien DM Secara Umum

Kualitas hidup menurut WHO adalah persepsi seseorang tentang

keberadaan atau posisi dirinya dalam hidup dalam konteks kebudayaan dan sistem

kepercayaan yang dianutnya dan berhubungan dengan tujuan (goals), ekspektasi

(expectations), standar (standards) dan concerns. Penilaian kualitas hidup

dilakukan dengan menggunakan kuesioner WHOQOL-BREF yang membagi

kualitas hidup menjadi 4 domain, yaitu domain kesehatan fisik, psikologis,

hubungan sosial dan lingkungan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata skor kualitas hidup

pasien DM di RSUP Haji Adam Malik Medan adalah 58,39 dengan simpangan

baku 16,38. Jika dikelompokkan maka pasien dengan kualitas hidup baik adalah

sebesar 41,1%, kualitas hidup cukup adalah sebesar 50% dan yang kurang adalah

sebesar 8,9%. Angka ini menunjukkan bahwa hanya sedikit pasien DM yang

mengalami penuruan kualitas hidup akibat DM. Hal ini mungkin diakibatkan oleh

angka kejadian komplikasi yang masih rendah pada pasien DM di RSUP Haji

Adam Malik Medan sebab kejadian komplikasi memiliki dampak yang sangat

besar terhadap kualitas hidup penderita DM. Komplikasi DM dengan dampak

terbesar terhadap kualitas hidup adalah ischemic heart disease, stroke, dan

neuropati (Solli et al., 2010).

5.8.3. Domain Kesehatan Fisik

Pasien DM di RSUP H. Adam Malik Medan memiliki nilai yang

rendah pada domain kesehatan fisik dan domain hubungan sosial. Hal ini sesuai

dengan penelitian Odili et al. (2009) yang dilakukan di Rumah Sakit Pendidikan

University of Benin. Penelitian Eljedi et al. (2008) juga menunjukkan bahwa

domain dengan nilai terendah adalah domain kesehatan fisik. Selama proses

penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa nilai yang rendah pada domain

kesehatan fisik ini mungkin disebabkan oleh adanya gangguan pada aktivitas

sehari-hari, ketergantungan terhadap substansi obat (obat antidiabetik) dan

(45)

mobilitas yang berkurang dan penurunan kemampuan bekerja. Nyeri dan

ketidaknyamanan akibat DM dan komplikasinya juga memberikan dampak

terhadap rendahnya nilai pada domain kesehatan fisik ini.

5.8.4. Domain Psikologis

Nilai rata-rata tertinggi adalah pada domain psikolgis (61,73) dan ini

menunjukkan bawha pasien DM di RSUP H. Adam Malik Medan memiliki

kepuasan yang lebih baik pada aspek gambaran diri (bodily image) dan

penampilan, perasaan negatif yang jarang, perasaan positif yang sering, self

esteem yang lebih baik dan spiritualitas dan kemampuan berpikir, belajar, ingatan

dan konsentrasi yang baik. Seperti yang kita ketahui, masyarakat Indonesia adalah

masyarakat dengan sistem dukungan keluarga dan agama yang sangat kuat.

Dukungan keluarga yang kuat dikaitkan dengan adaptasi psikologis pasien yang

lebih baik terhadap penyakitnya (Odili et al., 2009). Hal ini bertetangan dengan

penelitian Gholami (2013) yang menunjukkan bahwa nilai terendah pasien DM di

Neyshabur, Iran adalah pada domain psikologis. Namun, perlu diingat bahwa

persepsi individu terhadap kualitas hidup mungkin berbeda antar budaya dan antar

negara (Bani-Issa, 2010).

5.8.5. Domain Hubungan Sosial

Domain hubungan sosial memiliki nilai rata-rata kedua terendah

(56,56). Domain ini menilai aspek hubungan personal, dukungan sosial dan

aktivitas seksual. Disfungsi seksual dapat terjadi pada pasien DM baik wanita

maupun pria. Prevalensi disfungsi seksual pada pria dengan DM adalah sebesar

68% (Peter et al., 2012). Disfungsi seksual juga terjadi pada wanita yang

menderita DM dengan prevalensi sebesar 75% (Mezones-Helgui et al., 2008).

Disfungsi seksual menyebabkan penurunan kualitas hidup dan dihubungkan

dengan kejadian depresi dan ansietas pada penderitanya (Mohammed et al.,

2009). Nilai yang rendah pada domain ini menunjukkan ketidakpuasan pasien

DM di RSUP Haji Adam Malik Medan dalam aspek hubungan personal, aktivitas

(46)

5.8.6. Domain Lingkungan

Domain lingkungan memiliki nilai rata-rata yang cukup baik

dibandingkan dengan domain kesehatan fisik dan hubungan sosial. Hal ini sesuai

dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Odili (2009) dan Eljedi (2006).

Salah satu aspek penilaian dalam domain ini adalah kemudahan akses dan kualitas

perawatan kesehatan dan sosial. Kepuasan pasien DM di RSUP Haji Adam Malik

Medan dalam menjangkau perawatan kesehatan dan kualitas pelayanan yang

diberikan tercermin dalam nilai pada domain ini dah hal ini diamati oleh peneliti

saat melakukan wawancara pengambilan data dengan responden penelitian. Aspek

lain yang dinilai pada domain ini adalah hubungan sosial. Nilai yang tinggi pada

domain ini mungkin disebabkan oleh dukungan yang diberikan keluarga pasien

sebab masyarakat Indonesia adalah masyarakat dengan rasa dan hubungan

kekeluargaan yang tinggi serta family care giver support system yang kuat.

Nilai rata-rata kualitas hidup beserta domain kualitas hidup bervariasi

dan berbeda antar penelitian dan antar negara. Hal ini menjadi bukti bahwa

kualitas hidup adalah suatu konsep yang subjektif dan dipersepsikan secara

berbeda oleh setiap individu dan dipengaruhi oleh budaya setempat (Bani-Issa,

2010). Misalnya, penelitian kualitas hidup terhadap pasien DM di Uni Emirat

Arab menunjukkan kualitas hidup yang baik, hal ini disebabkan oleh beberapa

faktor misalnya pendapatan masyarakat negara tersebut yang sangat tinggi,

keakraban antar keluarga dan hubungan yang erat antar anggota keluarga dan

stabilitas politik negara tersebut (Bani-Issa, 2010). Oleh sebab itu, penilaian

kualitas hidup pada penderita DM di Indonesia mungkin memberikan hasil yang

bervariasi karena banyaknya suku dan budaya bangsa Indonesia.

5.8.7. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kualitas Hidup Penderita DM

Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara tingkat

pengetahuan penderita DM dengan kualitas hidup penderita DM di RSUP Haji

Adam Malik Medan. Hal ini sesuai dengan penelitian Silitonga (2012) yang

(47)

Silitonga menyatakan bahwa pengetahuan tentang informasi kesehatan penyakit

DM merupakan faktor yang paling mempengaruhi kualitas hidup pasien.

Pengaruh tingkat pengetahuan terhadap kualitas hidup ini mungkin terkait dengan

kejadian komplikasi yang rendah pada pasien DM dengan tingkat pengetahuan

yang baik. Pasien DM dengan tingkat pengetahuan yang baik tentunya dapat

mengawal dan memanajemen penyakitnya dengan baik sehingga menurunkan

(48)

BAB 6

KESIMPULAN DAAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian pembahasan yang telah

dipaparkan pada bab sebelumnya adalah sebagai berikut:

1. Mayoritas penderita DM di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2014

memiliki tingkat pengetahuan yang sedang.

2. Mayoritas penderita DM di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2014

memiliki kualitas hidup yang cukup.

3. Mayoritas penderita DM memiliki kualitas hidup yang cukup pada domain

kesehatan fisik dan kualitas hidup yang baik pada domain psikologis,

hubungan sosial dan lingkungan.

4. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan penderita DM dengan kualitas

hidup penderita DM di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2014.

6.2. Saran

Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam

menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang

mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam penelitian ini.

Adapun saran tersebut, yaitu:

1. Kepada pasien DM di RSUP Haji Adam Malik Medan, agar dapat

meningkatkan tingkat pengetahuan dan pemahamannya tentang penyakitnya.

Dengan tingkat pengetahuan yang baik, diharapkan pasien-pasien DM dapat

mengawal penyakitnya dengan baik dan meningkatkan kualitas hidupnya.

2. Kepada tenaga kesehatan khususnya dokter, agar dapat mengedukasi pasien

DM dengan baik sehingga penderita DM lebih paham tentang penyakitnya dan

upaya untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

3. Kepada institusi kesehatan, khususnya RSUP Haji Adam Malik Medan, agar

(49)

kepada pasien DM, senam DM, dan membentuk komunitas DM di lingkungan

RSUP Haji Adam Malik Medan.

4. Kepada peneliti selanjutnya, agar dapat dilaksanakan penelitian yang lebih

dalam tentang hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kualitas hidup

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Adepu, R., Rasheed, A., dan Nagavi, B.G., 2007. Effect of Patient Conseling on

Quality of Life in Type-2 Diabetes Mellitus Patients in Two Selected South

Indian Community Pharmacies: A Study. Indian Journal of Pharmaceutical

Sciences 2007, 69 (4): 519-524.

ALAboudi, I.S., Hassali, M.A., Shafie, A.A., ALRubeaan, K., dan Hassan, A.,

2014. Knowledge, Attitudes and Quality of Life of Type 2 Diabetes Patients

in Saudi Arabia. Saudi Pharmaceutical Journal 2014. Doi:

http://dx.doi.org/10.1016/j.jsps.2014.08.001.

Bani-Issa, W., 2010. Evaluation of the health-related quality of life of Emirati

people with diabetes: integration of sociodemographic and disease-related

variables. Eastern Mediterranean Health Journal, 2011. 17 (11): 826-829.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009. Profil Kesehatan Indonesia.

Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2013. Riset Kesehatan Dasar. Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

Division of mental health and prevention of substance abuse, 1997. WHOQOL

Measuring Quality of Life. World Health Organization.

Eljedi, A., Mikolajczyk, R.T., Kraemer, A., and Laaser, U., Health Related

Quality of Life in Diabetic Patients and Controls without Diabetes in Refugee

Camps in the Gaza Strip: A Cross-sectional Study. BMC Public Health 2006.

6 (10): 268.

Foundation Health Measure Report, 2010. Health Related Quality of Life and

Well-Being. Healthy People 2020.

Gholami, A., Azini, M., Borji, A., Shirazi, F., Sharafi, Z., dan Zarei, E., 2013.

Quality of Life in Patient with Type 2 Diabetes: Application of

(51)

Gultom, Y.T., 2012. Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Mellitus tentang

Manajemen Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot

Soebroto Jakarta Pusat. Skripsi. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Indonesia.

Hairi, L.M., Apriatmoko, R., dan Sari, L.N., 2013. Hubungan Antara Tingkat

Pengetahuan tentang Diabetes Mellitus dengan Gaya Hidup Penderita

Diabetes Mellitus Tipe II di Desa Nyatnyono, Kecamatan Ungaran Barat,

Kabupaten Semarang. Skripsi. PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,

Semarang.

Hernandez, A.Q., Granja, L.L., Serrano, V.C., Luna, J.A.M., Leyva, P.M., dan

Moreno, I.Q., 2000. Quality of Life for Diabetic Patients. Revista Cubana de

Medicina General Integral 2000, 16 (1): 50-56.

International Diabetes Federation, 2013. IDF Diabetes Atlas. Edisi keenam.

International Diabetes Federation.

Kiadaliri, A.A., Najafi, B., dan Sani, M.M., 2013. Quality of Life in People with

Diabetes: A Systematic Review of Studies in Iran. Journal of Diabetes and

Metabolic Diorders 2013, 12:54.

Kishore, P., 2013. Diabetes Mellitus. The Merck Manual.

http://www.merckmanuals.com/professional/endocrine_and_metabolic_disor

ders/diabetes_mellitus_and_disorders_of_carbohydrate_metabolism/diabetes

_mellitus_dm.html. 30 April 2014 (20: 45)

Khardori, R., 2014. Type 2 Diabetes Mellitus. Medscape.

http://emedicine.medscape.com/article/117853-overview#aw2aab6b2b6. 30

April 2014 (20:05)

McCance, K.L., dan Huether, S.E., Brashers, V.L., dan Rote, N.S., 2010.

Pathophysiology: The Biologic Basis for Disease in Adults and Children.

(52)

Martinez, Y.V., Aguiar, C.A.P., Pacheco, R.A.R., dan Martinez, J.J.V., 2008.

Quality of Life associated with Treatment Adherence in Patient with Type 2

Diabetes: A Cross-sectional Study. BMC Health Service Research 2008, 8:

164.

Mezones-Holguin, E., Blumel, J.E., Huezo, M., et al., 2008. Impact of diabetes

mellitus on female sexual function and risk factors. Arch Androl 51: 1-6.

Mohammed, A.H., Asrul, A.S., Yaseen, K., dan Ranjeev, H., 2009. Assessment of

Knowledge and Perception of Erectile Dysfunction Among Diabetic And

Non-Diabetic Patients At A University Health Center In Malaysia. Asian

Journal of Pharmaceutical and Clinical Research, 2(3):60-5.

Mufunda, E., Wikby, K., Bjorn, A., dan Hjelm, K., 2012. Level and Determinants

of Diabetes Knowledge in Patients with Diabetes in Zimbabwe: a

cross-sectional study. The Pan African Medical Journal, 13.

Notoatmodjo, S., 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. PT. Rineka

Cipta, Jakarta.

Odili, V., Ugboka, L., dan Oparah, A., 2008. Quality of Life of People With

Diabetes in Benin City As Measured With WHOQOL-BREF. The Internet

Journal of Law, Healthcare and Ethics, 6(2).

Perkumpulan endokrinologi Indonesia, 2011. Konsensus Pengendalian dan

Pencegahan Diabetes Mellitus tipe 2 di Indonesia 2011. PERKENI.

Peter, J., Riley, C.K., Layne, B., Miller, K., dan Walker, L., 2012. Prevalence and

risk factors associated with erectile dysfunction in diabetic men attending

clinics in Kingston, Jamaica. Journal of Diabetology, 2012. 2:2.

Programme on Mental Health, 1996. WHOQOL-BREF Introduction,

Administration, Scoring and Generic Version of the Assessment. World

Gambar

Tabel 2.1. Kriteria Diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa.
Gambaran diri (Bodily Image) dan
Tabel 3.1. Definisi operasional penelitian
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi berdasarkan Kategori Usia Responden (Depkes
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik penderita tumor jinak dan ganas pada prostat di RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2011.. Penelitian jenis deskriptif

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan penderita diabetes mellitus tentang komplikasi Diabetes Melitus di RSUP H. Adam

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sindrom depresif terbanyak pada penderita DM tipe 2 di RSUP Haji Adam Malik Medan adalah sindrom depresif ringan

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sindrom depresif terbanyak pada penderita DM tipe 2 di RSUP Haji Adam Malik Medan adalah sindrom depresif ringan

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui prevalensi DM pada pasien- pasien SKA yang dirawat di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari sampai Desember

Untuk mengetahui prevalensi penderita kanker serviks di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012.. Tujuan

Karakteristik Penderita Kanker Leher Rahim Yang Dirawat Inap. Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

Lampiran 4.SuratIzinPenelitian Dari RSUP Haji Adam Malik