KARYA TULIS ILMIAH
Oleh:
STEFEN ANDRIANUS 110100009
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
NIM : 110100009
Judul : Hubungan Tingkat Pengetahuan Penderita Diabetes Mellitus dengan Kualitas Hidup Penderita Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2014
Pembimbing Penguji I
(dr.Rina)Amelia,)MARS)) ))(Dr.)dr.)Dina)Keumala)Sari,)M.)G,)Sp.GK) NIP : 197604202003122002 NIP : 197312212003122001
Penguji II
(dr. Wan Naemah, Sp. PA) NIP : 196010011987122001
Medan, 19 Desember 2014
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya tulis ilmiah dengan judul:
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA DIABETES
MELLITUS DENGAN KUALITAS HIDUP PENDERITA DIABETES
MELLITUS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK
MEDAN PADA TAHUN 2014
Yang dipersiapkan oleh:
STEFEN ANDRIANUS
110100009
Karya tulis ilmiah ini telah diperiksa dan disetujui untuk
dilanjutkan ke seminar hasil penelitian.
Medan, 8 Desember 2014
Disetujui,
Dosen Pembimbing
ABSTRAK
Diabetes Mellitus sering dikaitkan dengan berbagai komplikasi-komplikasi yang serius. Rendahnya kualitas hidup pada penderita DM sering dikatikan dengan kejadian komplikasi diabetik. Tingkat pengetahuan mempunyai peranan penting dalam manajemen pasien DM, terutama dalam pencegahan komplikasi diabetik. Sehingga diharapkan dengan pengetahuan yang baik akan penyakitnya, seorang penderita DM dapat mengawal penyakitnya dengan baik dan mencegah komplikasi-komplikasi DM dan meningkatkan kualitas hidupnya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara tingkat pengetahuan penderita DM dengan kualitas hidup penderita DM. Populasi pada penelitian ini adalah pasien DM rawat jalan di Poliklinik Divisi Endokrinologi Metabolisme RSUP Haji Adam Malik Medan. Sampel penelitian berjumlah 90 orang dan diambil dengan menggunakan metode consecutive sampling. Data penelitian diambil dengan menggunakan metode wawancara menggunakan kuesioner tingkat pengetahuan tentang DM dan kuesioner WHOQOL-BREF. Data selanjutnya diolah dengan menggunakan statistik korelasi pearson untuk melihat hubungan diantara keduanya.
Penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan sedang dengan jumlah 48 orang (42,2%). Kualitas hidup secara keseluruhan menunjukkan bahwa mayoritas pasien memiliki kualitas hidup yang cukup yaitu sebanyak 45 orang (50%). Mayoritas kualitas hidup penderita DM pada domain kesehatan fisik adalah cukup (65,6%). Pada domain psikologis, mayoritas memiliki kualitas hidup baik (48,9%). Pada domain hubungan soial, mayoritas responden memiliki kualitas hidup baik (42,2%) , dan pada domain lingkungan, mayoritas responden memiliki kualitas hidup baik (50%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan antara tingkat pengetahuan penderita DM dengan kualitas hidup penderita DM di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2014.
Penderita DM diharapkan dapat lebih berupaya meningkatkan pemahamannya tentang penyyakit DM. Tenaga kesehatan khususnya dokter juga diharapkan untuk dapat mengedukasi pasien DM dengan baik. Selain itu, institusi kesehatan juga diharapkan turut berperan dalam melaksanakan seminar-seminar tentang DM, Senam DM dan membangun suatu komunitas DM.
ABSTRACT
Diabetes Mellitus is usually associtated with serious complications. A low quality of life in diabetic patients is usually asssociated with diabetic complications. Knowledge of Diabetes Mellitus plays an important role in the management of people with Diabetes, especially in the prevention of diabetic complications. With a good knowledge about Diabetes, people with diabetes are expected to take good care of themselves in order to prevent complications related to Diabetes Mellitus and have a better quality of life.
The objective of this study is to see the correlation between the level of diabetic patients’ knowledge of Diabetes Mellitus and quality of life in people with Diabetes. The population of this study were outpatients in the Clinics of Endocrinology and Metabolism, Haji Adam Malik Hospital Medan. There were 90 people enrolled in this study. The samples in this study were chosen using consecutive sampling. Data was collected by using knowledge of Diabetes questionaire and WHOQOL-BREF questionaire. Data was analyzed by using perason correlation to see the association between diabetic patients’ knowledge of Diabetes Mellitus and quality of life.
This study shows that majority of patients have a moderate level of diabetes knowledge (42,2%). Quality of Life is measured by 4 domains based on the WHOQOL-BREF. The overall quality of life shows that majority of patients have a moderate Quality of Life (50%). In the domain of physical health, majority of patients have a low quality of life (65,6%). Majority of patients have a good quality of life in the domain of psychology, social relationships and environment with a number of 48,9%, 42,2%, and 50% consecutively. The conclusion of this study is there is a correlation between the level of diabetic patients’ knowledge of Diabetes Mellitus and quality of life in people with Diabetes.
It is recommended that diabetic patients improve their understanding about diabetes. Health care providers, such as doctors and hospitals are recommended to educate their patients about their disease. Diabetes education in the form of presentation and seminar, exercises for diabetes and building a community for diabetic patients may also be helpful.
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada peneliti sehingga peneliti dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan baik.
Karya tulis ilmiah dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Penderita Diabetes Mellitus dengan Kualitas Hidup Penderita Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2014” ini merupakan syarat untuk melakukan penelitian yang merupakan syarat kelulusan dalam program studi pendidikan kedokteran di Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, peneliti mendapatkan banyak
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini peneliti
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan, kesehatan dan
kekuatan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
2. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD, KGEH selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Rina Amelia, MARS selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan dan dukungan selama penyusunan karya
tulis ilmiah ini.
4. Para dosen dari Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah membuka wawasan dalam
penelitian.
5. Kedua orang tua peneliti Taufik Tan dan Suryani Hermanto yang senantiasa
mendoakan dan memberikan dukungan baik moril maupun materil, serta
menjadi motivasi bagi peneliti dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
6. Teman baik saya Enri Richard dan Imelda Junaedi yang telah membantu saya
dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.
7. Pihak-pihak yang telah membantu peneliti dalam penyusunan karya tulis
Peneliti menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan peneliti. Oleh karena itu, peneliti
sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk menyempurnakan
karya tulis ilmiah ini sehingga hasi penelitian ini dapat memberikan manfaat
untuk kita semua.
Medan, 9 Desember 2014
Peneliti,
Stefen Andrianus
DAFTAR ISI
2.2.2. Instrumen Pengukuran Kualitas Hidup ... 9
2.3.Pengetahuan ... 10
2.3.1. Definisi Pengetahuan ... 10
2.3.2. Tingkat Pengetahuan ... 11
2.3.3. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan ... 12
2.4.Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kualitas Hidup ... 13
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 15
3.1.Kerangka Konsep ... 15
3.3.Hipotesis ... 16
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 21
5.2. Karakteristik Individu ... 21
5.3. Tingkat Pengetahuan Penderita DM ... 22
5.4. Tingkat Kualitas Hidup berdasarkan Domain WHO ... 23
5.4.1. Domain Kesehatan Fisik ... 23
5.4.2. Domain Psikologis ... 24
5.4.3. Domain Hubungan Sosial ... 24
5.4.4. Domain Lingkungan ... 25
5.5. Nilai Rata-Rata Domain Kualitas Hidup ... 26
5.6. Tingkat Kualitas Hidup Penderita DM ... 26
5.7. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kualitas Hidup ... 27
5.8. Pembahasan ... 28
5.8.1. Tingkat Pengetahuan Pasien DM ... 28
5.8.2. Kualitas Hidup Pasien DM ... 29
5.8.3. Domain Kesehatan Fisik ... 29
5.8.4. Domain Psikologis ... 30
5.8.5. Domain Hubungan Sosial ... 30
5.8.6. Domain Lingkungan ... 31
5.8.7. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kualitas Hidup 31 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 33
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Kriteria Diagnosis DM dan Gangguan Toleransi Glukosa ... 6
Tabel 2.2. Domain Penilaian Kualitas Hidup Instrumen WHOQOL-BREF 10 Tabel 3.1. Definisi Operasional Penelitian ... 15
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kategori Usia Responden .... 22
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi berdasarkan Tingkat Pengetahuan ... 23
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Domain Kesehatan Fisik . 23 Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Domain Psikologis ... 24
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Domain Hubungan Sosial 25 Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Domain Lingkungan ... 25
Tabel 5.7. Nilai Rata-Rata Kualitas Hidup Setiap Domain ... 26
Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Tingkat Kualitas Hidup Responden ... 26
DAFTAR SINGKATAN
DM Diabetes Mellitus
DCCT Diabetes Control and Complication Trial HbA1c Hb terglikosilasi
HRQoL Health Related Quality of Life IDF International Diabetes Federation
KGDP Kadar Glukosa Darah Puasa
MODY Maturity - onset Diabetes of youth
SPSS Statistical Package for the Social Sciences TTGO Tes Toleransi Glukosa Oral
TNM Terapi Nutrisi Medis
UKPDS The United Kingdom Prospective Diabetes Study
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Penjelasan Lampiran 2 Lembar Persetujuan
Lampiran 3 Kuesioner WHOQOL-BREF
ABSTRAK
Diabetes Mellitus sering dikaitkan dengan berbagai komplikasi-komplikasi yang serius. Rendahnya kualitas hidup pada penderita DM sering dikatikan dengan kejadian komplikasi diabetik. Tingkat pengetahuan mempunyai peranan penting dalam manajemen pasien DM, terutama dalam pencegahan komplikasi diabetik. Sehingga diharapkan dengan pengetahuan yang baik akan penyakitnya, seorang penderita DM dapat mengawal penyakitnya dengan baik dan mencegah komplikasi-komplikasi DM dan meningkatkan kualitas hidupnya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara tingkat pengetahuan penderita DM dengan kualitas hidup penderita DM. Populasi pada penelitian ini adalah pasien DM rawat jalan di Poliklinik Divisi Endokrinologi Metabolisme RSUP Haji Adam Malik Medan. Sampel penelitian berjumlah 90 orang dan diambil dengan menggunakan metode consecutive sampling. Data penelitian diambil dengan menggunakan metode wawancara menggunakan kuesioner tingkat pengetahuan tentang DM dan kuesioner WHOQOL-BREF. Data selanjutnya diolah dengan menggunakan statistik korelasi pearson untuk melihat hubungan diantara keduanya.
Penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan sedang dengan jumlah 48 orang (42,2%). Kualitas hidup secara keseluruhan menunjukkan bahwa mayoritas pasien memiliki kualitas hidup yang cukup yaitu sebanyak 45 orang (50%). Mayoritas kualitas hidup penderita DM pada domain kesehatan fisik adalah cukup (65,6%). Pada domain psikologis, mayoritas memiliki kualitas hidup baik (48,9%). Pada domain hubungan soial, mayoritas responden memiliki kualitas hidup baik (42,2%) , dan pada domain lingkungan, mayoritas responden memiliki kualitas hidup baik (50%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan antara tingkat pengetahuan penderita DM dengan kualitas hidup penderita DM di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2014.
Penderita DM diharapkan dapat lebih berupaya meningkatkan pemahamannya tentang penyyakit DM. Tenaga kesehatan khususnya dokter juga diharapkan untuk dapat mengedukasi pasien DM dengan baik. Selain itu, institusi kesehatan juga diharapkan turut berperan dalam melaksanakan seminar-seminar tentang DM, Senam DM dan membangun suatu komunitas DM.
ABSTRACT
Diabetes Mellitus is usually associtated with serious complications. A low quality of life in diabetic patients is usually asssociated with diabetic complications. Knowledge of Diabetes Mellitus plays an important role in the management of people with Diabetes, especially in the prevention of diabetic complications. With a good knowledge about Diabetes, people with diabetes are expected to take good care of themselves in order to prevent complications related to Diabetes Mellitus and have a better quality of life.
The objective of this study is to see the correlation between the level of diabetic patients’ knowledge of Diabetes Mellitus and quality of life in people with Diabetes. The population of this study were outpatients in the Clinics of Endocrinology and Metabolism, Haji Adam Malik Hospital Medan. There were 90 people enrolled in this study. The samples in this study were chosen using consecutive sampling. Data was collected by using knowledge of Diabetes questionaire and WHOQOL-BREF questionaire. Data was analyzed by using perason correlation to see the association between diabetic patients’ knowledge of Diabetes Mellitus and quality of life.
This study shows that majority of patients have a moderate level of diabetes knowledge (42,2%). Quality of Life is measured by 4 domains based on the WHOQOL-BREF. The overall quality of life shows that majority of patients have a moderate Quality of Life (50%). In the domain of physical health, majority of patients have a low quality of life (65,6%). Majority of patients have a good quality of life in the domain of psychology, social relationships and environment with a number of 48,9%, 42,2%, and 50% consecutively. The conclusion of this study is there is a correlation between the level of diabetic patients’ knowledge of Diabetes Mellitus and quality of life in people with Diabetes.
It is recommended that diabetic patients improve their understanding about diabetes. Health care providers, such as doctors and hospitals are recommended to educate their patients about their disease. Diabetes education in the form of presentation and seminar, exercises for diabetes and building a community for diabetic patients may also be helpful.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronis yang terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi cukup insulin atau menggunakan insulin secara efektif. Saat ini 382 juta penduduk dunia menderita DM dan pada tahun 2035 diperkirakan 592 juta penduduk dunia akan menderita DM Peningkatan prevalensi DM ini terjadi di seluruh dunia baik negara maju maupun negara berkembang (IDF, 2013).
Pada saat ini, terjadi peningkatan prevalensi DM di seluruh dunia. Pada tahun 2013, tercatat sebesar 382 juta orang di dunia yang berumur 40–59 tahun menderita DM dan diperkirakan akan terus meningkat setiap tahunnya. Data regional IDF menunjukkan bahwa Asia Tenggara menduduki peringkat ke-2 tertinggi di dunia dengan jumlah penderita DM sebanyak 72 juta jiwa. Pada tahun 2035 diperkirakan angka ini akan meningkat 70.6% menjadi 122,8 juta penderita. (IDF, 2013).
Jumlah penderita DM di Indonesia menduduki peringkat ke-7 dunia (IDF, 2013). Saat ini prevalensi DM di Indonesia yang telah didiagnosis dokter adalah 1,4%, jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat (Riskesdas, 2013). WHO memperkirakan 21.527.000 penduduk Indonesia akan menderita DM pada tahun 2030. Faktor utama penyebab peningkatan jumlah penderita DM adalah perubahan gaya hidup. Perubahan gaya hidup ini meliputi perubahan pola makan, peningkatan tingkat stress, dan sedentary lifestyle.
Peningkatan prevalensi DM juga terjadi di provinsi Sumatera Utara. Prevalensi penderita DM di Sumatera Utara pada tahun 2012 adalah 1,8% (Riskesdas, 2013). Dengan peningkatan prevalensi DM, juga akan meningkatkan komplikasi DM yang dialami oleh pasien DM.
Gangguan aliran darah, neuropati perifer meningkatkan resiko infeksi dan ulkus di kaki. Retinoapti Diabetik merupakan penyebab kebutaan yang utama pada penderita DM. Sekitar 1% kebutaan penduduk dunia disebabkan oleh Diabetes. DM juga merupakan salah satu penyebab utama gagal ginjal. DM meningkatkan resiko kematian hingga 2 kali lipat dibanding orang yang sehat (WHO, 2010). Komplikasi DM dapat dicegah dengan mempertahankan kadar glukosa darah, tekanan darah dan kadar kolesterol darah dalam batas normal (IDF, 2013).
Komplikasi-komplikasi ini tentunya berdampak besar terhadap sosial ekonomi dan kualitas hidup pasien DM. Bila seorang pasien DM mengalami komplikasi, tentu akan menurunkan kualitas hidupnya. Tingkat pengetahuan mempunyai peranan penting dalam manajemen pasien DM, terutama dalam pencegahan komplikasi diabetik. Sehingga diharapkan dengan pengetahuan yang baik akan penyakitnya, seorang penderita DM dapat mengawal penyakitnya dan mencegah komplikasi-komplikasi DM. Rendahnya kejadian komplikasi pada pasien DM tentu dapat meningkatkan kualitas hidup pasien DM.
Penelitian menunjukkan bahwa pasien dengan DM memiliki kualitas hidup yang lebih rendah dibandingkan dengan orang sehat. Hal ini tentunya terkait dengan kejadian komplikasi diabetik pada pasien DM. Selain itu, status sosioekonomi yang baik dan faktor resiko kardiovaskular yang terkontrol dapat meningkatkan kualitas hidup pasien DM (Kiadaliri et al., 2013). Kontrol faktor resiko ini tentunya berkaitan erat dengan tingkat pengetahuan pasien DM.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimanakah hubungan antara tingkat pengetahuan penderita DM dengan kualitas hidup penderita DM di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2014?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan penderita DM dengan kualitas hidup penderita DM di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2014.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan penderita DM tentang penyakitnya. b. Untuk menilai kualitas hidup penderita DM.
c. Untuk menilai kualitas hidup penderita DM di setiap domain WHO.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberi manfaat bagi: a. Subjek Penelitian
Subjek penelitian akan mengetahui tingkat pengetahuannya tentang penyakit yang dideritanya dan mengetahui upaya untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
b. Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah pemahaman peneliti mengenai status tingkat pengetahuan penderita DM tentang penyakitnya, kualitas hidup penderia DM dan hubungannya.
c. Institusi Kesehatan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Diabetes Mellitus (DM) 2.1.1. Definisi
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronis yang terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi cukup insulin atau menggunakan insulin secara efektif (IDF 2013). DM bukanlah suatu penyakit tunggal, melainkan sekelompok kelainan dan gejala klinis yang bersifat heterogen dengan ciri utama berupa intoleransi glukosa. Istilah Diabetes Mellitus digunakan untuk menjelaskan sekumpulan gejala dengan hiperglikemia kronis dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
2.1.2. Klasifikasi dan Etiologi
The American Diabetes Association mengklasifikasikan diabetes dalam empat kategori, yaitu:
1. Diabetes Mellitus Tipe 1 (defisiensi insulin absolut)
Defisiensi insuln absolut pada DM Tipe 1 disebabkan oleh kerusakan sel beta pankreas yang dipicu oleh suatu reaksi autoimun. Reaksi autoimun ini mungkin dipicu oleh faktor eskternal pada individu yang rentan secara genetik. Kerusakan ini berlangsung selama beberapa bulan sampai beberapa tahun hingga terjadi penurunan massa sel beta pankreas. Penurunan jumlah sel beta pankreas ini menyebabkan penurunan produksi insulin. Penurunan jumlah produksi insulin ini pada akhirnya mengakibatkan konsentrasi insulin dalam darah tidak dapat mengontrol kadar glukosa plasma.
2. Diabetes Mellitus Tipe 2 (resistensi insulin dengan defisit sekresi insulin) Pada DM tipe 2, sekresi insulin dikatakan tidak adekuat karena pasien mengalami resistensi insulin. Resistensi insulin di hati menyebabkan ketidakmampuan hati menekan produksi glukosanya. Resistensi insulin di perifer menyebabkan terganggunya uptake glukosa perifer. Kombinasi keduanya menyebabkan peningkatan glukosa darah baik saat puasa maupun setelah makan.
Pada tahap awal perjalan penyakitnya, konsentrasi insulin dalam darah biasanya sangat tinggi. Pada tahap lebih lanjut, produksi insulin oleh sel beta pankreas akan menurun dan menyebabkan semakin buruknya keadaan hiperglikemia pada pasien DM tipe 2. Pada umumnya, perkembangan penyakit ini terjadi di usia dewasa dan semakin meningkat seiring bertambahnya umur.
3. Diabetes Mellitus Tipe Lainnya
Yang termasuk kedalam kelompok ini adalah defek genetik pada sel beta pankreas, defek genetik pada kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati dan kerusakan sel beta pankreas yang diinduksi obat-obatan atau zat kimia.
Salah satu DM tipe lain yang paling sering dibicarakan adalah maturity-onset diabetes of youth (MODY). MODY memiliki 6 mutasi autosomal dominan yang spesifik. Termasuk diantaranya gen untuk hepatocyte nuclear factor-1! (HNF-1!; MODY 3), Glukokinase (MODY 2), HNF-4! (MODY 1), Insulin Promoter Factor (IPF-1; MODY 4), HNF-1! (MODY 5), dan NeuroD1 (MODY 6). Individu dengan defek genetik ini memiliki riwayat keluarga penderita DM yang kuat dengan berat badan yang normal dan terdiagnosa sebelum berusia 25 tahun. Dulunya MODY diklasifikasikan sebagai salah satu bentuk DM tipe 2. Namun tidak terjadinya peningkatan berat badan pada penderita MODY dan defek genetik yang berbeda antara MODY dengan DM tipe 2 menyebabkan klasifikasi tersebut tidak dipakai lagi.
4. Diabetes Gestasional.
2.1.3. Gejala klinis
DM memiliki 3 gejala klinis yang utama, yaitu: a. Poliuri
Poliuri terjadi karena diuresis osmotik yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula darah.
b. Rasa haus
Rasa haus terjadi karena kehilangan cairan dan elektrolit c. Penurunan berat badan
Penurunan berat badan disebabkan oleh deplesi cairan dalam tubuh dan pemecahan lemak dan otot yang terjadi karena defisiensi insulin.
2.1.4. Diagnosis
Tabel 2.1. Kriteria Diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa.
Tes Normal Gangguan Toleransi
Glukosa Diabetes Sumber : The Merck Manual, 2013.
HbA1c = Hb terglikosilasi ; KGDP = Kadar Glukosa Darah Puasa; TTGO = tes toleransi glukosa oral.
2.1.5. Penatalaksanaan
Menurut PERKENI (2011), terdapat 4 pilar penatalaksanaan DM, yaitu: 1. Edukasi
Pengetahuan tentang pemantauan glukosa darah mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia serta cara mengatasinya harus diberikan kepada pasien. Pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri, setelah mendapat pelatihan khusus.
2. Terapi gizi medis
Terapi Nutrisi Medis (TNM) merupakan bagian dari penatalaksanaan diabetes secara total. Kunci keberhasilan TNM adalah keterlibatan secara menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain serta pasien dan keluarganya). Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pada penyandang diabetes perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis, dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin.
3. Latihan jasmani
4. Intervensi farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan suntikan.
a. Obat hipoglikemik oral
Berdasarkan cara kerjanya, obat hipoglikemik oral dibagi menjadi 5 golongan, yaitu :
1. Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue): Sulfonilurea dan Glinid 2. Peningkat sensitivitas terhadap insulin: Metformin dan Tiazolidindion 3. Penghambat glukoneogenesis: Metformin
4. Penghambat absorpsi glukosa: Penghambat glukosidase alfa 5. DPP-IV inhibitor
b. Suntikan : Insulin dan Agonis GLP-1 / Incretin mimetic
2.1.6. Komplikasi
DM dapat menyebabkan beberapa komplikasi yang serius, yaitu: Hipoglikemia, peningkatan resiko infeksi, komplikasi mikrovaskuler (retinopati dan nefropati diabetik), komplikasi neurologis, dan komplikasi makrovaskuler. Komplikasi mikrovaskuler dapat menghambat penyembuhan luka. Hal ini menyebabkan luka kecil pada penderita DM dapat meluas dan membentuk ulkus dalam yang dapat disertai dengan infeksi sekunder.
2.1.7. Prognosis
Prognosis penderita DM sangat dipengaruhi oleh terkontrol atau tidaknya penyakit ini pada penderitanya. Diabetes Control and Complication Trial (DCCT) menunjukkan terdapat hubungan antara hiperglikemia kronis dengan peningkatan resiko komplikasi mikrovaskuler pada penderita DM tipe 1. The United Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS) menunjukkan hasil yang sama pada
2.2. Kualitas Hidup
2.2.1. Definisi Kualitas Hidup
Definisi sehat menurut konstitusi badan kesehatan dunia (WHO) adalah
suatu keadaan sejahtera (well being) yang meliputi kesejahteraan fisik, mental dan sosial, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Dapat terlihat dari definisi
ini bahwa parameter untuk menentukan tingkat kesehatan seseorang bukan hanya
dilihat dari fekuensi atau tingkat keparahan penyakitnya, tetapi estimasi tingkat
kesejahteraan (well being) juga merupakan bagian yang integral dalam menilai status kesehatan seseorang.
WHO mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi seseorang tentang
keberadaan atau posisi dirinya dalam hidup dalam konteks kebudayaan dan sistem
kepercayaan yang dianutnya dan berhubungan dengan tujuan (goals), ekspektasi (expecatations), standar (standards) dan concerns. Kualitas hidup merupakan suatu konsep yang luas dan dipengaruhi secara kompleks oleh kesehatan fisik
individu yang bersangkutan, keadaan psikologis, tingkat kemandirian, hubungan
sosial, kepercayaan pribadi dan hubungan individu tersebut dengan
lingkungannya.
Kualitas hidup dalam konteks kesehatan disebut sebagai health related quality of life (HRQoL). Estimasi derajat kesejahteraan dapat dinilai dengan mengukur kualitas hidup yang berhubungan dengan status kesehatan seseorang /
Health related quality of life (HRQoL). Karena definisi sehat bersifat multidimensional, maka HRQoL juga bersifat multidimensional yang meliputi
domain fisik, mental, emosional dan social functioning.
2.2.2. Instrumen Pengukuran Kualitas Hidup
Penelitian ini akan menggunakan kuesioner WHOQOL-BREF (kuesioner
terlampir) untuk menilai kualitas hidup pasien DM di RSUP H. Adam Malik
Medan. Kuesioner WHOQOL-BREF terdiri dari 26 butir pertanyaan yang menilai
4 domain kualitas hidup. Pertanyaan tersebut terdiri dari 1 butir pertanyaan yang
menilai kualitas hidup secara keseluruhan, 1 butir pertanyaan tentang kesehatan
penilaian kualitas hidup tersebut. Domain kualitas hidup pada kuesioner WHOQOL-BREF dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut.
Tabel 2.2. Domain penilaian kualitas hidup instrumen WHOQOL-BREF.
No. Domain Aspek yang dinilai
1. Kesehatan Fisik Aktivitas sehari-hari
Ketergantungan terhadap substansi obat dan bantuan medis
2. Psikologis Gambaran diri (Bodily Image) dan penampilan
Perasaan negatif Perasaan positif Self-esteem
Spiritualitas, agama dan keyakinan pribadi Berpikir, belajar, ingatan dan konsentrasi 3. Hubungan Sosial Hubungan personal
Dukungan sosial Aktivitas seksual 4. Lingkungan Sumber daya finansial
Kebebasan, keselamatan fisik dan keamanan Perawatan kesehatan dan sosial: kemudahan akses dan kualitas
Lingkungan tempat tinggal
Kesempatan untuk mendapatkan informasi baru dan keterampilan
Partisipasi dan kesempatan untuk rekreasi / aktivitas di waktu luang
Lingkungan fisik (polusi, bising, lalu lintas, dan cuaca)
Transportasi
Sumber : WHOQOL-BREF Introduction, Administration, Scoring and Generic Version of the Assessment, 1996.
2.3. Pengetahuan
2.3.1. Definisi Pengetahuan
melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga (Notoatmodjo, 2010).
2.3.2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), Pengetahuan yang tercakup dalam domain
kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan yaitu:
1. Tahu (know)
Tahu adalah mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari suatu bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” adalah merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rendah. Kata kerja yang dapat digunakan untuk mengukur bahwa
seseorang tahu tentang apa yang telah dipelajarinya antara lain : menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
2. Memahami (comprehension)
Memahami adalah kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
meyebutkan.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip
dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu organisasi
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk melakukan atau menghubungkan
bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain,
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasar
pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau mengguanakan kriteria-kriteria
yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek
penelitian atau responden.
2.3.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan yang dimiliki seseorang
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan memperngaruhi bagaimana seseorang
menanggapi suatu respon eksternal terhadap dirinya. Orang yang berpendidikan
akan berpikir sejauh mana keuntungan yang akan mungkin mereka peroleh dari
gagasan tersebut.
2. Paparan media masa
Informasi banyak disebar melalui berbagai media, baik media cetak
maupun elektronik. Pemaparan terhadap media masa dapat meningkatkan
pengetahuan seseorang.
3. Status ekonomi
Status ekonomi menentukan seberapa baik pemenuhan kebutuhan
individu. Dalam memenuhi kebutuhan primer maupun sekunder, keluarga dengan
status ekonomi baik akan lebih mudah memenuhi kebutuhannya dibanding
keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi kebutuhan
4. Hubungan sosial
Individu yang memiliki hubungan interpersonal yang baik dan aktif secara
sosial akan lebih terpapar dengan pengetahuan. Selain itu, faktor hubungan sosial
juga mempengaruhi kemampuan individu untuk menerima pesan menurut model
komunikasi media.
5. Pengalaman
Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal bisa diperoleh dari
lingkungan sekitarnya dalam proses perkembangannya.
Pengetahuan atau kognitif yang dipengaruhi faktor-faktor tersebut diatas
merupakan hal yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku atau tindakan
seseorang karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari
oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada yang tidak didasari oleh
pengetahuan (Notoatmodjo, 2010).
2.4. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kualitas Hidup
Menurut penelitian yang dilaksanakan di poliklinik penyakit dalam RSUP
DR. Sardjito, Tingkat pengetahuan informasi kesehatan mempunyai hubungan
yang signifikan terhadap tingkat kualitas hidup penderita DM tipe 2. Penyuluhan
kesehatan tentang DM tipe 2 penting diberikan dalam meningkatkan pengetahuan
informasi kesehatan DM tipe 2 dan kualitas hidup penderita DM tipe 2 (Silitonga,
2012).
Ada hubungan pada variabel pengetahuan, sikap, komplikasi, kadar gula
darah, dan kemampuan mengatur pola makan yang bermakna dengan tingkat
kecemasan pada penderita DM tipe 2 (Wahyuni, 2012). Tingkat kecemasan
termasuk ke dalam aspek perasaan negatif yang dinilai dalam domain psikologis
WHOQOL-BREF. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa tingkat kecemasan
yang dipengaruhi oleh faktor-faktor diatas mungkin berpengaruh terhadap kualitas
hidup penderita DM.
Penelitian yang dilakukan di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat
pengetahuan tentang diabetes mellitus dengan gaya hidup penderita diabetes
mellitus tipe II di desa tersebut (Hairi,2013). Gaya hidup mencerminkan
komplikasi, angka hospitalisasi dan angka mortalitas pada pasien DM
(Hernández, 1996). Dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan yang baik
menghasilkan gaya hidup yang baik sehingga dapat menurunkan tingkat
mortalitas dan morbiditas serta meningkatkan kualitas hidup pasien DM.
Pada penelitian terhadap farmasis yang dilakukan di India selatan,
konseling yang diberikan oleh farmasi kepada pasien DM tidak hanya
meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan pasien tetapi juga meningkatkan
kualitas hidup pasien DM (Adepu, 2007).
Penelitian tentang hubungan kualitas hidup dengan kepatuhan terapi pada
pasien DM di Meksiko menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan dan sikap yang
baik berhubungan dengan 5 dari 6 domain kualitas hidup pada instrumen
WHOQOL-100. Oleh sebab itu, intervensi-intervensi yang dapat mengubah sikap
negatif ke arah peningkatan tingkat kepatuhan dan peningkatan pengetahuan
pasien dapat membantu meningkatkan kualitas hidup pasien DM (Martínez,
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka konsep penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka kerangka konsep dalam bentuk
penelitian ini adalah :
Variabel Bebas Variabel Terikat
Tingkat pengetahuan pasien DM
3.2. Definisi operasional
Tabel 3.1. Definisi operasional penelitian
Kualitas Hidup
3.3. Hipotesis
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan pasien DM dengan kualitas hidupnya di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2014.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1. Waktu penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli tahun 2014 hingga bulan November tahun 2014 setelah mendapatkan ethical clearance dari komisi etik. 4.2.2. Tempat penelitian
Penelitian akan dilakukan di Poliklinik Divisi Endokrinologi Metabolisme RSUP Haji Adam Malik Medan.
4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien rawat jalan Poliklinik Divisi Endokrinologi Metabolisme RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2014. Dari survey pendahuluan, didapatkan bahwa jumlah pasien rawat jalan di Poliklinik Divisi Endokrinologi Metabolisme RSUP Haji Adam Malik yang menderita DM pada tahun 2013 adalah sejumlah 932 orang.
4.3.2. Sampel
Penentuan besar sampel minimum dihitung dengan menggunakan rumus :
p = proporsi asli atau estimasi
d = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir
Dengan! menggunakan! jumlah! populasi! 932! orang! berdasarkan! jumlah!
penderita!DM!rawat!jalan!di!Poliklinik!Endokrinologi!RSUP!Haji!Adam!Malik!Medan!
pada! tahun! 2013,!confidence( level(sebesar! 95%! dan! proporsi! dianggap! 50%! dan!
toleransi!kesalahan!sebesar!10%.!
!
=
932
×
1
,
96
!×
0
,
5
(
1
−
0
,
5
)
931
×
0
,
1
!+
1
,
96!
×
0
,
5
(
1
−
0
,
5
)
!
Berdasarkan! rumus! diatas,! maka! didapat! jumlah! sampel! adalah! 87,16! orang.!
Penelitian!ini!akan!menggunakan!jumlah!sampel!sebesar!90!orang.!
4.3.3. Kriteria inklusi
Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah:
1. Pasien rawat jalan Poliklinik DM RSUP H. Adam Malik Medan.
2. Pasien mampu berkomunikasi verbal dengan baik.
3. Pasien bersedia berpartisipasi dalam penelitian.
4.3.4. Kriteria Eksklusi
Kriteri ekslusi dalam penelitian ini adalah:
1. Pasien yang menolak untuk berpatisipasi dalam penelitian ini.
2. Pasien DM dengan penurunan tingkat kesadaran.
4.4. Teknik Pengumpulan Data
4.4.1. Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara wawancara
menggunakan kuesioner sebagai panduan .
4.4.2. Data Sekunder
Data mengenai jumlah pasien DM diambil peneliti dari Poliklinik DM
RSUP Haji Adam Malik Medan
4.5. Alat Pengumpulan Data
4.5.1. Kuesioner pengetahuan DM
Kuesioner (kuesioner terlampir) ini menggunakan instrumen penelitian
sebelumnya oleh Anderson, D. & Christison, J. (2008) yang telah diterjemahkan
dan di uji validitas dan reliabilitasnya pada penelitian terdahulu oleh Yuni
Thiodora Gultom (2012). Pengambilan data dilakukan dengan wawancara
menggunakan kuesioner ini sebagai panduan. Komponen instrumen adalah :
pengetahuan diet pertanyaan nomor 1, 12, 15, 21, obat-obat DM pertanyaan
nomor 10, latihan fisik pertanyaan nomor 8, 10, monitoring gula darah pertanyaan
nomor 6, dan pertanyaan lainnya tentang pengetahuan yang berhubungan dengan
penyakit DM secara umum.
Teknik pengukuran yang dilakukan yaitu jika responden memberikan
jawaban benar maka dinilai 2, jika responden memberikan jawaban salah diberi
nilai 0 dan jika responden menjawab tidak tahu diberi nilai 1. Pengetahuan
manajemen DM ditentukan dari hasil nilai rata-rata jawaban dari keseluruhan
responden dibandingkan dengan hasil nilai rata-rata jawaban dari masing-masing
responden. Peneliti menentukan hasil pengetahuan manajemen DM dengan cara
kepada responden dinilai rendah jika total jawaban kurang dari 50% dibandingkan
dengan nilai rata-rata seluruh responden. Nilai sedang jika total nilai jawaban
responden lebih dari 50% dibandingkan dengan nilai rata-rata seluruh responden
dengan nilai rata-rata seluruh responden.
4.5.2. Kuesioner kualitas hidup
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner WHOQOL-BREF (kuesioner
terlampir) yang telah teruji validitas dan reabilitasnya. Kuesioner terdiri dari 26
pertanyaan dengan skor 1-5 untuk tiap pertanyaan. Pertanyaan untuk domain
kesehatan fisik adalah pertanyaan nomor 3, 4, 10, 15, 16, 17, dan 18. Pertanyaan
untuk domain psikologis adalah pertanyaan nomor 5, 6, 7, 11, 19, dan 26.
Pertanyaan untuk domain hubungan sosial adalah pertanyaan nomor 20, 21, dan
22. Pertanyaan untuk domain lingkungan adalah pertanyaan nomor 8, 9, 12, 13,
14, 23, 24, dan 25. Perhitungan dan konversi nilai akan dilakukan sesuai tabel
WHO (tabel terlampir). Informed consent akan diberi bersamaan dengan
kuesioner tersebut. Pengisian kuesioner oleh pasien akan dipandu oleh peneliti
untuk memastikan pasien mengerti maksud dari masing-masing pertanyaan dalam
kuesioner.
4.6. Pengolahan dan Analisa Data
Data yang diperoleh dari kuesioner dan wawancara akan dikumpulkan dan
dianalasis secara deskriptif dan analitik. Secara deskriptif, data akan disajikan
dalam tabel distribusi frekuensi tingkat pengetahuan dan derajat kualitas hidup
pasien DM di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2014. Secara analitik
akan dilihat hubungan antara tingkat pengetahuan dan kualitas hidup dengan
menggunakan uji korelasi Pearson. Analisa data akan dilakukan dengan
menggunakan program komputer yaitu SPSS (Statistical Package for the Social
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Proses pengambilan data untuk penelitian ini dilakukan pada tanggal 7
September hingga 7 Oktober 2014 di Poliklinik Divisi Endrokrinologi
Metabolisme RSUP Haji Adam Malik Medan. Berdasarkan data-data yang telah
dikumpulkan, maka dapat disimpulkan hasil penelitian dalam paparan di bawah
ini.
5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik merupakan rumah sakit
kelas-A sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990 dan sesuai
dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991. RSUP Haji Adam Malik juga
merupakan pusat rujukan wilayah Pembangunan A yang meliputi Provinsi
Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat dan Riau.
Wawancara terhadap responden dilakukan di ruang tunggu Poliklinik
Divisi Endokrinologi Metabolisme RSUP Haji Adam Malik Medan. Divisi
Endrokrinologi Metabolisme merupakan salah satu divisi yang berad dibawah
naungan Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSUP Haji Adam Malik Medan.
5.2. Karakteristik Individu
Sampel penelitian yang diikutsertakan dalam penelitian ini terdiri dari 90
orang yang keseluruhannya merupakan pasien DM yang melakukan rawat jalan di
Poliklinik Divisi Endokrinologi Metabolisme RSUP Haji Adam Malik Medan.
Responden berjenis kelamin pria adalah sebanyak 43 orang dan yang berjenis
kelamin wanita adalah sebanyak 47 orang. Distribusi frekuensi usia responden
penelitian menurut kategori usia yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi berdasarkan Kategori Usia Responden (Depkes
RI, 2009)
Kategori Usia Frekuensi (orang) Persentase (%)
Remaja akhir (17-25 tahun) 0 0
Dewasa awal (26-35 tahun) 4 4,4
Dewasa akhir (36-45 tahun) 26 28,9
Lansia awal (46-55 tahun) 24 26,7
Lansia akhir (56-65 tahun) 15 16,7
Manula (>65 tahun) 21 23,3
Total 90 100
Dari tabel 5.1 dapat dilihat bahwa mayoritas responden adalah pada
kategori usia dewasa akhir (36-45 tahun) yaitu sebanyak 26 orang (28,9%),
sedangkan responden dengan kategori usia dewasa awal (26-35 tahun) hanya berjumlah 4 orang (4,4%).
Data penelitian yang digunakan adalah data primer. Data penelitian ini
berupa tingkat pengetahuan dan tingkat kualitas hidup penderita DM. Data berasal
dari wawancara langsung terhadap subjek penelitian menggunakan kuesioner penelitian.
5.3. Tingkat Pengetahuan Penderita DM
Untuk kategori tingkat pengetahuan, 90 orang responden akan
dikelompokkan menjadi 3 kelompok tingkat pengetahuan yaitu tinggi, sedang dan
rendah. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan penderita DM dapat dilihat pada
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi berdasarkan Tingkat Pengetahuan Responden
Tingkat Pengetahuan Frekuensi (orang) Persentase (%)
Tinggi 34 37,8
Sedang 38 42,2
Rendah 18 20
Total 90 100
Dari tabel 5.2 dapat diketahui bahwa mayoritas responden memiliki
tingkat pengetahuan sedang dengan jumlah 48 orang (42,2%). Responden dengan
tingkat pengetahuan tinggi berjumlah 34 orang (37,8%) dan responden dengan
tingkat pengetahuan rendah berjumlah 18 orang (20%)
5.4. Tingkat Kualitas Hidup berdasarkan Domain Kualitas Hidup WHO
WHO telah menetapkan 4 domain kualitas hidup berupa Domain
Kesehatan Fisik, Domain Psikologis, Domain Hubungan Sosial dan Domain
Lingkungan.
5.4.1. Tingkat Kualitas Hidup pada Domain Kesehatan Fisik
Distribusi tingkat kualitas hidup pada Domain Kesehatan Fisik dapat
dilihat pada tabel 5.3 dibawah ini.
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Tingkat Kualitas Hiudp pada Domain Kesehatan
Fisik
Kualitas Hidup Frekuensi (orang) Persentase (%)
Baik 22 24,4
Cukup 59 65,6
Kurang 9 10
Dari tabel 5.3 dapat diketahui bahwa mayoritas kualitas hidup penderita DM di RSUP Haji Adam Malik Medan adalah cukup (65,6%). Responden dengan kualitas hiudp baik berjumlah 22 orang (24,4%) dan yang memiliki kualitas hidup kurang adalah sebanyak 9 orang (10%).
5.4.2. Tingkat Kualitas Hidup pada Domain Psikologis
Distribusi tingkat kualitas hidup pada Domain Psikologis dapat dilihat pada tabel 5.4 dibawah ini.
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Tingkat Kualitas Hiudp pada Domain Psikologis
Kualitas Hidup Frekuensi (orang) Persentase (%)
Baik 44 48,9
Cukup 35 38,9
Kurang 11 12,2
Total 90 100
Dari tabel 5.4 dapat diketahui bahwa responden dengan kualitas hidup baik pada Domain Psikologis berjumlah 44 orang (48,9%). Responden dengan kualitas hidup yang cukup pada domain ini berjumlah 35 orang (38,9%) dan yang kurang berjumlah 11 orang (12,2%).
5.4.3. Tingkat Kualitas Hidup pada Domain Hubungan Sosial
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Tingkat Kualitas Hiudp pada Domain Hubungan Sosial
Kualitas Hidup Frekuensi (orang) Persentase (%)
Baik 38 42,2
Cukup 33 36,7
Kurang 19 21,1
Total 90 100
Dari tabel 5.5 dapat diketahui bahwa responden dengan kualitas hidup baik pada Domain Hubungan Sosial berjumlah 38 orang (42,2%). Responden
dengan kualitas hidup yang cukup pada domain ini berjumlah 33 orang (36,7%) dan yang kurang berjumlah 19 orang (21,1%).
5.4.4. Distribusi Tingkat Kualitas Hidup pada Domain Lingkungan
Distribusi tingkat kualitas hidup pada Domain Lingkungan dapat dilihat pada tabel 5.6 dibawah ini.
Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Tingkat Kualitas Hiudp pada Domain Lingkungan
Kualitas Hidup Frekuensi (orang) Persentase (%)
Baik 45 50
Cukup 32 35,6
Kurang 13 14,4
Total 90 100
5.5. Nilai Rata-Rata Domain Kualitas Hidup Penderita DM
Rata-rata nilai kualitas yang ditinjau dari 4 domain kualitas hidup pada
pasien DM di RSUP Haji Adam Malik Medan dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.
Tabel 5.7. Nilai rata-rata kualitas hidup berdasarkan domain kualitas hidup WHO
Domain Nilai rata-rata (N=90)
Kesehatan Fisik 54,36
Psikologis 61,73
Hubungan Sosial 56,56
Lingkungan 60,90
Dari tabel 5.7 diatas, dapat dilihat bahwa penderita DM di RSUP Haji
Adam Malik Medan memiliki nilai rata-rata terendah pada domain kesehatan fisik
dengan nilai 54,36, sedangkan domain dengan nilai rata-rata tertinggi adalah
domain psikologis dengan nilai 61,73.
5.6. Tingkat Kualitas Hidup Penderita DM
Berdasarkan nilai dari 4 domain kualitas hidup diatas, maka dapat
diketahui tingkat kualitas hidup penderita DM di RSUP Haji Adam Malik Medan
secara umum. Distribusi responden penelitian berdasarkan tingkat kualitas hidup
seara umum pada pasien DM di RSUP Haji Adam Malik Medan dengan jumlah
sampel penelitian 90 orang dapat dilihat pada tabel 5.8.
Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi berdasarkan Tingkat Kualitas Hidup Responden
Kualitas Hidup Frekuensi (orang) Persentase (%)
Baik 37 41,1
Cukup 45 50
Kurang 8 8,9
Berdasarkan tabel 5.8 dari 90 responden penelitian terlihat bahwa
mayoritas pasien memiliki kualitas hidup yang cukup yaitu sebanyak 45 orang
(50%). Responden dengan kualitas hidup baik berjumlah 37 orang (41,1%) dan
yang memiliki kualitas hidup kurang berjumlah 8 orang (8,9%).
5.7. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kualitas Hidup Penderita DM
Dari 90 orang responden dalam penelitian ini, didapatkan hasil tabulasi
silang antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kualitas hidup penderita DM
yang dapat dilihat pada tabel 5.9.
Tabel 5.9. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat Kualitas Hidup
Penderita DM
pengetahuan rendah berjumlah 18 orang, dengan 3 diantaranya memiliki tingkat
kualitas hidup yang kurang, 12 orang dengan tingkat kualitas hidup yang cukup
dan 3 orang dengan tingkat kualitas hidup yang baik. Responden dengan tingkat
pengetahuan sedang berjumlah 38 orang dengan 4 orang diantaranya memiliki
tingkat kualitas hidup yang kurang, 21 orang dengan tingkat kualitas hidup yang
cukup dan 13 orang diantaranya dengan tingkat kualitas hidup yang baik.
Responden dengan tingkat pengetahuan yang tinggi berjumlah 34 orang dengan 1
diantaranya memiliki tingkat kualitas hiudp yang rendah, 12 orang dengan tingkat
kualitas hidup yang cukup dan 21 orang dengan tingkat kualitas hidup yang
Analisa data dengan menggunakan statistik korelasi Pearson
menunjukkan ada hubungan antara tingkat pengetahuan penderita DM dengan kualitas hidup penderita DM di RSUP Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2014 dengan koefisien signifikansi 0,023 (p value < 0.05).
5.8. Pembahasan
5.8.1. Tingkat Pengetahuan Pasien DM
Hasil penelitian tentang tingkat pengetahuan menyatakan bahwa mayoritas pasien DM yang melakukan rawat jalan di RSUP Haji Adam Malik Medan memiliki tingkat pengetahuan yang sedang (42,2%). Rata-rata nilai tingkat
pengetahuan pasien DM di RSUP Haji Adam Malik Medan adalah 67,4%. Hal ini sejalan dengan beberapa penelitian yang menunjukkan bawha mayoritas pasien DM memiliki tingkat pengetahuan yang sedang. Mufunda et al. (2012) menyatakan bahwa pasien DM di Zimbabwe memiliki tingkat pengetahuan yang
sedang dengan nilai rata-rata 63,8%. Selain itu, penelitian Alaboudi et al. (2014) tentang tingkat pengetahuan pasien DM di Arab Saudi juga menunjukkan hal yang sama dengan nilai rata-rata sebesar 64,6%.
5.8.2. Kualitas Hidup Pasien DM Secara Umum
Kualitas hidup menurut WHO adalah persepsi seseorang tentang
keberadaan atau posisi dirinya dalam hidup dalam konteks kebudayaan dan sistem
kepercayaan yang dianutnya dan berhubungan dengan tujuan (goals), ekspektasi
(expectations), standar (standards) dan concerns. Penilaian kualitas hidup
dilakukan dengan menggunakan kuesioner WHOQOL-BREF yang membagi
kualitas hidup menjadi 4 domain, yaitu domain kesehatan fisik, psikologis,
hubungan sosial dan lingkungan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata skor kualitas hidup
pasien DM di RSUP Haji Adam Malik Medan adalah 58,39 dengan simpangan
baku 16,38. Jika dikelompokkan maka pasien dengan kualitas hidup baik adalah
sebesar 41,1%, kualitas hidup cukup adalah sebesar 50% dan yang kurang adalah
sebesar 8,9%. Angka ini menunjukkan bahwa hanya sedikit pasien DM yang
mengalami penuruan kualitas hidup akibat DM. Hal ini mungkin diakibatkan oleh
angka kejadian komplikasi yang masih rendah pada pasien DM di RSUP Haji
Adam Malik Medan sebab kejadian komplikasi memiliki dampak yang sangat
besar terhadap kualitas hidup penderita DM. Komplikasi DM dengan dampak
terbesar terhadap kualitas hidup adalah ischemic heart disease, stroke, dan
neuropati (Solli et al., 2010).
5.8.3. Domain Kesehatan Fisik
Pasien DM di RSUP H. Adam Malik Medan memiliki nilai yang
rendah pada domain kesehatan fisik dan domain hubungan sosial. Hal ini sesuai
dengan penelitian Odili et al. (2009) yang dilakukan di Rumah Sakit Pendidikan
University of Benin. Penelitian Eljedi et al. (2008) juga menunjukkan bahwa
domain dengan nilai terendah adalah domain kesehatan fisik. Selama proses
penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa nilai yang rendah pada domain
kesehatan fisik ini mungkin disebabkan oleh adanya gangguan pada aktivitas
sehari-hari, ketergantungan terhadap substansi obat (obat antidiabetik) dan
mobilitas yang berkurang dan penurunan kemampuan bekerja. Nyeri dan
ketidaknyamanan akibat DM dan komplikasinya juga memberikan dampak
terhadap rendahnya nilai pada domain kesehatan fisik ini.
5.8.4. Domain Psikologis
Nilai rata-rata tertinggi adalah pada domain psikolgis (61,73) dan ini
menunjukkan bawha pasien DM di RSUP H. Adam Malik Medan memiliki
kepuasan yang lebih baik pada aspek gambaran diri (bodily image) dan
penampilan, perasaan negatif yang jarang, perasaan positif yang sering, self
esteem yang lebih baik dan spiritualitas dan kemampuan berpikir, belajar, ingatan
dan konsentrasi yang baik. Seperti yang kita ketahui, masyarakat Indonesia adalah
masyarakat dengan sistem dukungan keluarga dan agama yang sangat kuat.
Dukungan keluarga yang kuat dikaitkan dengan adaptasi psikologis pasien yang
lebih baik terhadap penyakitnya (Odili et al., 2009). Hal ini bertetangan dengan
penelitian Gholami (2013) yang menunjukkan bahwa nilai terendah pasien DM di
Neyshabur, Iran adalah pada domain psikologis. Namun, perlu diingat bahwa
persepsi individu terhadap kualitas hidup mungkin berbeda antar budaya dan antar
negara (Bani-Issa, 2010).
5.8.5. Domain Hubungan Sosial
Domain hubungan sosial memiliki nilai rata-rata kedua terendah
(56,56). Domain ini menilai aspek hubungan personal, dukungan sosial dan
aktivitas seksual. Disfungsi seksual dapat terjadi pada pasien DM baik wanita
maupun pria. Prevalensi disfungsi seksual pada pria dengan DM adalah sebesar
68% (Peter et al., 2012). Disfungsi seksual juga terjadi pada wanita yang
menderita DM dengan prevalensi sebesar 75% (Mezones-Helgui et al., 2008).
Disfungsi seksual menyebabkan penurunan kualitas hidup dan dihubungkan
dengan kejadian depresi dan ansietas pada penderitanya (Mohammed et al.,
2009). Nilai yang rendah pada domain ini menunjukkan ketidakpuasan pasien
DM di RSUP Haji Adam Malik Medan dalam aspek hubungan personal, aktivitas
5.8.6. Domain Lingkungan
Domain lingkungan memiliki nilai rata-rata yang cukup baik
dibandingkan dengan domain kesehatan fisik dan hubungan sosial. Hal ini sesuai
dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Odili (2009) dan Eljedi (2006).
Salah satu aspek penilaian dalam domain ini adalah kemudahan akses dan kualitas
perawatan kesehatan dan sosial. Kepuasan pasien DM di RSUP Haji Adam Malik
Medan dalam menjangkau perawatan kesehatan dan kualitas pelayanan yang
diberikan tercermin dalam nilai pada domain ini dah hal ini diamati oleh peneliti
saat melakukan wawancara pengambilan data dengan responden penelitian. Aspek
lain yang dinilai pada domain ini adalah hubungan sosial. Nilai yang tinggi pada
domain ini mungkin disebabkan oleh dukungan yang diberikan keluarga pasien
sebab masyarakat Indonesia adalah masyarakat dengan rasa dan hubungan
kekeluargaan yang tinggi serta family care giver support system yang kuat.
Nilai rata-rata kualitas hidup beserta domain kualitas hidup bervariasi
dan berbeda antar penelitian dan antar negara. Hal ini menjadi bukti bahwa
kualitas hidup adalah suatu konsep yang subjektif dan dipersepsikan secara
berbeda oleh setiap individu dan dipengaruhi oleh budaya setempat (Bani-Issa,
2010). Misalnya, penelitian kualitas hidup terhadap pasien DM di Uni Emirat
Arab menunjukkan kualitas hidup yang baik, hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor misalnya pendapatan masyarakat negara tersebut yang sangat tinggi,
keakraban antar keluarga dan hubungan yang erat antar anggota keluarga dan
stabilitas politik negara tersebut (Bani-Issa, 2010). Oleh sebab itu, penilaian
kualitas hidup pada penderita DM di Indonesia mungkin memberikan hasil yang
bervariasi karena banyaknya suku dan budaya bangsa Indonesia.
5.8.7. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kualitas Hidup Penderita DM
Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara tingkat
pengetahuan penderita DM dengan kualitas hidup penderita DM di RSUP Haji
Adam Malik Medan. Hal ini sesuai dengan penelitian Silitonga (2012) yang
Silitonga menyatakan bahwa pengetahuan tentang informasi kesehatan penyakit
DM merupakan faktor yang paling mempengaruhi kualitas hidup pasien.
Pengaruh tingkat pengetahuan terhadap kualitas hidup ini mungkin terkait dengan
kejadian komplikasi yang rendah pada pasien DM dengan tingkat pengetahuan
yang baik. Pasien DM dengan tingkat pengetahuan yang baik tentunya dapat
mengawal dan memanajemen penyakitnya dengan baik sehingga menurunkan
BAB 6
KESIMPULAN DAAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian pembahasan yang telah
dipaparkan pada bab sebelumnya adalah sebagai berikut:
1. Mayoritas penderita DM di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2014
memiliki tingkat pengetahuan yang sedang.
2. Mayoritas penderita DM di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2014
memiliki kualitas hidup yang cukup.
3. Mayoritas penderita DM memiliki kualitas hidup yang cukup pada domain
kesehatan fisik dan kualitas hidup yang baik pada domain psikologis,
hubungan sosial dan lingkungan.
4. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan penderita DM dengan kualitas
hidup penderita DM di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2014.
6.2. Saran
Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam
menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang
mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam penelitian ini.
Adapun saran tersebut, yaitu:
1. Kepada pasien DM di RSUP Haji Adam Malik Medan, agar dapat
meningkatkan tingkat pengetahuan dan pemahamannya tentang penyakitnya.
Dengan tingkat pengetahuan yang baik, diharapkan pasien-pasien DM dapat
mengawal penyakitnya dengan baik dan meningkatkan kualitas hidupnya.
2. Kepada tenaga kesehatan khususnya dokter, agar dapat mengedukasi pasien
DM dengan baik sehingga penderita DM lebih paham tentang penyakitnya dan
upaya untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
3. Kepada institusi kesehatan, khususnya RSUP Haji Adam Malik Medan, agar
kepada pasien DM, senam DM, dan membentuk komunitas DM di lingkungan
RSUP Haji Adam Malik Medan.
4. Kepada peneliti selanjutnya, agar dapat dilaksanakan penelitian yang lebih
dalam tentang hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kualitas hidup
DAFTAR PUSTAKA
Adepu, R., Rasheed, A., dan Nagavi, B.G., 2007. Effect of Patient Conseling on
Quality of Life in Type-2 Diabetes Mellitus Patients in Two Selected South
Indian Community Pharmacies: A Study. Indian Journal of Pharmaceutical
Sciences 2007, 69 (4): 519-524.
ALAboudi, I.S., Hassali, M.A., Shafie, A.A., ALRubeaan, K., dan Hassan, A.,
2014. Knowledge, Attitudes and Quality of Life of Type 2 Diabetes Patients
in Saudi Arabia. Saudi Pharmaceutical Journal 2014. Doi:
http://dx.doi.org/10.1016/j.jsps.2014.08.001.
Bani-Issa, W., 2010. Evaluation of the health-related quality of life of Emirati
people with diabetes: integration of sociodemographic and disease-related
variables. Eastern Mediterranean Health Journal, 2011. 17 (11): 826-829.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009. Profil Kesehatan Indonesia.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2013. Riset Kesehatan Dasar. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Division of mental health and prevention of substance abuse, 1997. WHOQOL
Measuring Quality of Life. World Health Organization.
Eljedi, A., Mikolajczyk, R.T., Kraemer, A., and Laaser, U., Health Related
Quality of Life in Diabetic Patients and Controls without Diabetes in Refugee
Camps in the Gaza Strip: A Cross-sectional Study. BMC Public Health 2006.
6 (10): 268.
Foundation Health Measure Report, 2010. Health Related Quality of Life and
Well-Being. Healthy People 2020.
Gholami, A., Azini, M., Borji, A., Shirazi, F., Sharafi, Z., dan Zarei, E., 2013.
Quality of Life in Patient with Type 2 Diabetes: Application of
Gultom, Y.T., 2012. Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Mellitus tentang
Manajemen Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot
Soebroto Jakarta Pusat. Skripsi. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia.
Hairi, L.M., Apriatmoko, R., dan Sari, L.N., 2013. Hubungan Antara Tingkat
Pengetahuan tentang Diabetes Mellitus dengan Gaya Hidup Penderita
Diabetes Mellitus Tipe II di Desa Nyatnyono, Kecamatan Ungaran Barat,
Kabupaten Semarang. Skripsi. PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,
Semarang.
Hernandez, A.Q., Granja, L.L., Serrano, V.C., Luna, J.A.M., Leyva, P.M., dan
Moreno, I.Q., 2000. Quality of Life for Diabetic Patients. Revista Cubana de
Medicina General Integral 2000, 16 (1): 50-56.
International Diabetes Federation, 2013. IDF Diabetes Atlas. Edisi keenam.
International Diabetes Federation.
Kiadaliri, A.A., Najafi, B., dan Sani, M.M., 2013. Quality of Life in People with
Diabetes: A Systematic Review of Studies in Iran. Journal of Diabetes and
Metabolic Diorders 2013, 12:54.
Kishore, P., 2013. Diabetes Mellitus. The Merck Manual.
http://www.merckmanuals.com/professional/endocrine_and_metabolic_disor
ders/diabetes_mellitus_and_disorders_of_carbohydrate_metabolism/diabetes
_mellitus_dm.html. 30 April 2014 (20: 45)
Khardori, R., 2014. Type 2 Diabetes Mellitus. Medscape.
http://emedicine.medscape.com/article/117853-overview#aw2aab6b2b6. 30
April 2014 (20:05)
McCance, K.L., dan Huether, S.E., Brashers, V.L., dan Rote, N.S., 2010.
Pathophysiology: The Biologic Basis for Disease in Adults and Children.
Martinez, Y.V., Aguiar, C.A.P., Pacheco, R.A.R., dan Martinez, J.J.V., 2008.
Quality of Life associated with Treatment Adherence in Patient with Type 2
Diabetes: A Cross-sectional Study. BMC Health Service Research 2008, 8:
164.
Mezones-Holguin, E., Blumel, J.E., Huezo, M., et al., 2008. Impact of diabetes
mellitus on female sexual function and risk factors. Arch Androl 51: 1-6.
Mohammed, A.H., Asrul, A.S., Yaseen, K., dan Ranjeev, H., 2009. Assessment of
Knowledge and Perception of Erectile Dysfunction Among Diabetic And
Non-Diabetic Patients At A University Health Center In Malaysia. Asian
Journal of Pharmaceutical and Clinical Research, 2(3):60-5.
Mufunda, E., Wikby, K., Bjorn, A., dan Hjelm, K., 2012. Level and Determinants
of Diabetes Knowledge in Patients with Diabetes in Zimbabwe: a
cross-sectional study. The Pan African Medical Journal, 13.
Notoatmodjo, S., 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. PT. Rineka
Cipta, Jakarta.
Odili, V., Ugboka, L., dan Oparah, A., 2008. Quality of Life of People With
Diabetes in Benin City As Measured With WHOQOL-BREF. The Internet
Journal of Law, Healthcare and Ethics, 6(2).
Perkumpulan endokrinologi Indonesia, 2011. Konsensus Pengendalian dan
Pencegahan Diabetes Mellitus tipe 2 di Indonesia 2011. PERKENI.
Peter, J., Riley, C.K., Layne, B., Miller, K., dan Walker, L., 2012. Prevalence and
risk factors associated with erectile dysfunction in diabetic men attending
clinics in Kingston, Jamaica. Journal of Diabetology, 2012. 2:2.
Programme on Mental Health, 1996. WHOQOL-BREF Introduction,
Administration, Scoring and Generic Version of the Assessment. World