• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Sistem Kesehatan Kota di Dinas Kesehatan Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Sistem Kesehatan Kota di Dinas Kesehatan Kota Medan"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

Daftar Pustaka

Agustino, Leo. 2006. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta

BUKU :

Danin, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia

Hasibuan. 2009. Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta: Bumi Aksara

Handayaningrat. 1986. Administrasi Pemerintahan dalam Pembangunan Nasional. Jakarta: Gunung Agung

Jasin. 1981. Manajemen Modern, Prinsip dan Praktek. Jakarta: PDIN – LIPI

Moleong, Lexy. J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. remaja Rosdakarya

Parsons,Wayne.2005.Public Policy:Pengantar Teori dan Praktik AnalisisKebijakan. Jakarta:Prenada Media.

Putra, Fadillah. 2003. Paradigma Kritis dalam Studi Kebijakan Publik. Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Subarsono, AG.2009.Analisis Kebijakan Publik.Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta: PT Pustaka LP3ES.

(2)

Sutarto. 1984. Dasar – Dasar Organisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2008. Metodse Penelitian Sosial. Jakarta: Prenada Media Group. Wahab, Solichin Abdul.1997.Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan Negara.Malang

Peraturan Daerah Kota Medan No 4 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Kota Medan

Undang-Undang dan Peraturan Daerah :

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 374/Menkes/SK/V/2009 Tentang Sistem Kesehatan Nasional

Sumber-sumber Lain :

(3)
(4)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum Kota Medan

3.1.1 Geografi dan Demografi

Karakteristik Kota Medan didukung oleh luas wilayah 265,10 km2

Secara astronomis, Kota Medan terletak pada posisi koordinat 2

atau 3,6 persen dari total luas wilayah Provinsi Sumatera Utara. Secara administratif,Kota Medanberbatasan dengan Selat Malaka di sebelah utara, dan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah timur, barat, serta selatan. Kota Medan sebagai pusat pemerintahan Provinsi Sumatera Utara memiliki posisi strategis yang semakin menguat baik secara regional maupun nasional.Posisi ini menjadi modal dasar dalam pembangunan kota.

0

.27’ – 20.47’Lintang Utara dan 980.35’ – 980

(5)

udara yang cenderung terus meningkat, angin kencang, dan potensi banjir akibat curah hujan yang terus meningkat ataupun banjir kiriman dari daerah hulu.

Kota Medan secara hidrologi dipengaruhi dan dikelilingi oleh beberapa sungai besar dan anak sungai seperti sungai percut, sungai deli, sungai babura, sei belawan dan sungai-sungai lainnya. Sungai-sungai yang melintas di Kota Medan mempengaruhi bentuk fisik, ruang dan lingkungan serta berdampak pada pola perkembangan Kota Medan.Sungai-sungai tersebut sampai saat ini masih digunakan sebagai salah satu sumber air untuk sebagian masyarakat yang tinggal di daerah sekitar aliran sungai, sekaligus berfungsi sebagai drainase primer dalam rangka pengendalian banjir, serta tempat pembuangan air hujan. Tantangan yang dihadapi adalah fungsi sungai yang cenderung semakin terbatas akibat pendangkalan dan degradasi lingkungan.

Jumlah penduduk Kota Medan hingga tahun 2009 diperkirakan mencapai 2,1 juta jiwa dengan pertumbuhan penduduk rata-rata 1,1% per tahun, sehingga Kota Medan tercatat sebagai kota dengan tingkat kepadatan penduduk tinggi (8.001 jiwa/km2

Laju pertumbuhan penduduk Kota Medan dari tahun 2005-2009menunjukkan trend menurun atau perlambatan pertambahan penduduk (Gambar 3.1). Penurunan laju pertumbuhan penduduk antara lain didorong oleh pelaksanaan pengendalian penduduk melalui program keluarga berencana, meningkatnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya norma keluarga kecil sejahtera, dan perubahan cara pandang penduduk Kota Medan yang tidak lagi menganggap “banyak anak banyak rezeki”. Kelompok keluarga muda cenderung memilih untuk memiliki anak yang semakin berkualitas.

(6)

Gambar 3.1

Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Medan Tahun 2005-2009

Sumber : BPS Kota Medan, 2010.

Laju pertumbuhan penduduk Kota Medan sampai dengan tahun 2015 diperkirakan sekitar 1,07 persen pertahun. Pertumbuhan penduduk Kota Medan yang rendah amat penting untuk menjaga daya dukung lingkungan perkotaan dan fasilitas umum serta sosial bagi penduduk. Dengan demikian, gerakan norma keluarga kecil sejahtera tetap harus menjadi prioritas pembangunan urusan kependudukan untuk lima tahun ke depan.Penduduk Kota Medan memiliki ciri keragaman (pluralitas) baik dari agama, suku etnis, budaya dan adat istiadat. Hal ini memunculkan karakter penduduk Kota Medan yang bersifat terbuka dan dinamis.

(7)

mempengaruhi penurunan tingkat kematian. Pada akhir proses transisi demografi, tingkat kelahiran dan kematian tidak banyak berubah sehingga jumlah penduduk cenderung tidak berubah, kecuali adanya migrasi. Perkembangan penduduk Kota Medan dalam 5 (lima) tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2.

Jumlah, Laju Pertumbuhan, dan Kepadatan Pendudukan

Kota Medan Tahun 2005-2009

Indikator

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

Jumlah Penduduk (jiwa) 2.036.185 2.067.288 2.083.156 2.102.105 2.121.053

Laju Pertumbuhan Penduduk (%) 1.5 1.53 0.77 0.91 0.9

Luas Wilayah (KM2) 265,1 265,1 265,1 265,1 265,1

Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) 7.681 7.798 7.858 7.929 8.001

Sumber : BPS Kota Medan, 2010

Tabel 3.2 menunjukkan jumlah penduduk Kota Medan terus meningkat dari 2.036.185 jiwa pada tahun 2005 menjadi 2.121.053 jiwa pada tahun 2009 atau meningkat sebesar 4,17 persen.Rata-rata laju pertumbuhan penduduk selama 2005-2009 sebesar 1,12 persen.

Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, tingkat kepadatan penduduk Kota Medan meningkat menjadi 7.853,36 jiwa/km2

Perkembangan penduduk menurut umur dan jenis kelamin akan mempengaruhi penyediaan pelayanan umum seperti pelayanan kesehatan, pendidikan dan fasilitas sosial serta

(8)

menunjukkan bahwa angka ketergantungan, yaitu perbandingan penduduk usia produktif (kelompok umur 15-64 tahun) dan penduduk usia tidak produktif (kelompok umur 0-14 dan 65 tahun atau lebih) relatif besar. Hal ini menunjukkan bahwa potensi ketenagakerjaan penduduk Kota Medan sangat besar untuk mendorong percepatan pembangunan ekonomi daerah.

Tabel 3.3.

Distribusi Penduduk Kota Medan Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2009

Gol. Umur

Jumlah

(jiwa)

Persen

(%)

0 – 14 561.813 26,49

15 – 64 1.475.058 69,54

65 + 84.182 3,97

Jumlah 2.121.053 100

Sumber : BPS Kota Medan, 2010

Tantangan yang harus diatasi dalam lima tahun mendatang antaralain adalah :

1. Perlunya perluasan lapangan kerja dalam memanfaatkan bonus demografi berupa meningkatnya penduduk usia produktif dalam mendukung percepatan pembangunan kota.

2. Perlunya penyediaan fasilitas sosial dan umum dalam mendukung kegiatan sosial, ekonomi dan budaya terutama bagi para pemuda atau penduduk kelompok usia muda.

(9)

3.1.2 Kesehatan Masyarakat

Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat Kota Medan selama periode 2006-2009 ditunjukkan oleh penurunan angka kematian bayi (AKB), peningkatan Angka Harapan Hidup (AHH). AKB tahun 2009 sebesar 9,8 per 1000 kelahiran hidup, telah berkurang sebesar 5,3 per 1000 kelahiran hidup dibanding tahun 2006. Berdasarkan AHH sebesar 71,5 tahun pada tahun 2009, terjadi peningkatan sebesar 0,8 tahun di banding tahun 2006. Di samping itu, rata-rata angka lahir hidup pada tahun 2009 juga semakin membaik yaitu semakin turun menjadi 1,31 jiwa dari angka sebelumnya tahun 2006 sebesar 1,39 jiwa. Hal ini mengindikasikan bahwa pada tahun 2009 rata-rata jumlah anak yang dilahirkan hidup oleh seorang wanita lebih kecil dibandingkan jumlah rata-rata bayi yang dilahirkan pada tahun 2008.

Tabel 3.4

Indikator Kesehatan Masyarakat Kota Medan Tahun 2006-2009

Sedangkan angka anak masih hidup juga menunjukkan perbaikan yaitu dari 1,33 jiwa pada tahun 2006 menjadi 1,29 jiwa pada tahun 2009. Secara terperinci angka harapan hidup tertinggi di tingkat kecamatan masih menunjukkan adanya ketimpangan, hal ini dapat diindikasikan dari Angka Harapan Hidup tertinggi di Kecamatan Medan Amplas sebesar 80,5

Jenis Indikator

tahun

2006 2007 2008 2009

Angka Harapan Hidup (tahun) 70.7 71.1 71.2 71.5

Angka Kematian Bayi, IMR (%) 15.1 13.8 10.5 9.8

Rata-rata Anak Lahir Hidup (jiwa) 1.39 1.34 1.33 1.31

Rata-rata Anak Masih Hidup (jiwa) 1.33 1.29 1.29 1.29

Angka Kesakitan Umum (%) 20.43 20.13 20.15 18

(10)

0

Angka Kematian Bayi, IMR (%) Angka Kesakitan Umum (%) Tabel 3.5

Perkembangan Angka Kematian Bayi dan Kesakitan Umum Kota MedanTahun 2006-2009. (dalam persen)

Sumber: BPS, 2010

Gambaran kondisi kesehatan masyarakat Kota Medan lainnya yang berkaitan dengan pola hidup sehat dan bersih (PHBS), diantaranya masih relatif rendahya pemberian air susu eksklusif, dimana pada tahun 2008 masih dijumpai sebanyak 32,45% bayi yang tidak memperoleh ASI eksklusif. Relatif tingginya prevalensi gizi kurang dan gizi lebih pada balita, dimana hal ini menunjukkan perilaku yang salah dalam pola pemberian makanan pada bayi dan balita. Pada tahun 2008 terdapat sebanyak 0,52% (911) balita dengan gizi buruk, 3,21% (5.676) balita dengan gizi kurang. Hal lainnya yang menunjukkan rendahnya PHBS ini adalah adanya kecenderungan meningkatnya penderita HIV/AIDS, yang menggambarkan adanya perilaku seksual yang tidak aman dan penyalahgunaan NAPZA, dimana sampai tahun 2008 diperkirakan terdapat pengguna NAPZA sebanyak 20.000 orang, dan penderita HIV/AIDS yang mencapai 493 orang.

(11)

kunjungan sebesar 1.096.023 jiwa tahun 2009. Sebanyak 39 puskesmas yang ada, 13 diantaranya telah ditingkatkan statusnya menjadi puskesmas rawat inap, dengan dukungan tenaga dokter spesialis secara berkala. Sedangkan jumlah posyandu sebanyak 1.405 unit, dan secara keseluruhan merupakan posyandu aktif, dengan fungsi-fungsi utama seperti imunisasi, pencegahan/penanggulangan balita gizi buruk, pemeriksaan ibu hamil, pelayanan KB,sekaligus sarana berbagai penyuluhan kesehatan masyarakat.

(12)

Tabel. 3.6

Sarana/Prasarana dan Tenaga Kesehatan Kota Medan Tahun 2008

No Sarana dan SDM Kesehatan Jumlah

1. Rumah Sakit Umum 47

2. Rumah Sakit Jiwa 5

3. Rumah Sakit Ibu dan Anak 8

4. Rumah Sakit Khusus 3

5. Puskesmas 39

6. Puskesmas Rawat Inap 11

7. Puskesmas Pembantu 41

8. Praktek Dokter Umum 781

9. Praktek Dokter Spesialis 379

10. Praktek Dokter Bersama 8

11. Praktek Dokter Gigi 266

12. Laboratorium Kesehatan 11

13. Kelurahan Siaga 151

14. Puskesmas Keliling 27

15 Dokter Umum 153

16. Dokter Gigi 98

17. Bidan 367

18. Perawat 425

(13)

20. Asisten Apoteker 144

21. Tenaga Gizi 45

22. Tenaga Kesehatan Masyarakat 12

23. Tenaga Sanitasi 48

24. Analisis 35

25. Magister 12

26. Lain-lain 113

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Medan, 2009

Dari tabel di atas terlihat bahwa sarana/prasarana dan tenaga kesehatan di Kota Medan jumlahnya sudah cukup memadai, namun yang menjadi permasalahan adalah kualitas dan penyebaran sarana dan tenaga kesehatan tersebut yang adakalanya di beberapa tempat banyak terdapat sarana dan tenaga kesehatan, tetapi di tempat lain mengalami kekurangan. Permasalahan lainnya adalah masih belum optimalnya kualitas sarana dan tenaga kesehatan yang ada, dimana untuk meningkatkan kualitas sarana dan tenaga kesehatan tersebut dibutuhkan komitmen secara terkoordinasi dan berkelanjutan serta didukung oleh masyarakat, dunia usaha dan dunia pendidikan.

Berdasarkan kondisi umum penyelenggaraan urusan kesehatan sampai tahun 2009, berbagai permasalahan pokok penyelenggaraan kesehatan dalam 5 tahun yang akan datang (2011-2015) di Kota Medan, disajikan sebagai berikut :

1. Masih relatif rendahnya kesadaran masyarakat untuk untuk hidup bersih dan sehat 2. Relatif rendahnya mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan

(14)

4. Belum optimalnya pelaksanaan pelayanan rujukan dan belum sepenuhnya memenuhi harapan masyarakat, khususnya masyarakat miskin.

5. Di samping itu, kualitas pelayanan Puskesmas dan Rumah Sakit masih relatif rendah, terutama yang berhubungan dengan pelayanan administrasi dan pelayanan medis.

6. Rendahnya upaya peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan ditandai juga dengan relatif masih rendahnya akses dan pelayanan kesehatan terhadap kualitas kesehatan dan gizi ibu hamil dan balita, terutama dari keluarga miskin

3.1.3 Visi dan Misi Kota Medan

Visi akan memberikan arah kemana pembangunan diselenggarakan, sedangkan misi merupakan kegiatan pokok yang harus dilaksanakan untuk terlaksananya Visi yang ditetapkan adalah :

”KOTA MEDAN MENJADI KOTA METROPOLITAN YANG BERDAYA

SAING, NYAMAN, PEDULI, DAN SEJAHTERA”

Dalam rangka mewujudkan visi pembangunan kota yang ditetapkan dan sekaligus mempertegas tugas, fungsi dan dan tanggungjawab seluruh pelaku pembangunan, baik oleh penyelenggara pemerintahan daerah maupun masyarakat selama lima tahun ke depan, maka Misi pembangunan Kota Medan adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan Kualitas Kepemerintahan yang Demokratis, Berkeadilan, Transparan Dan Akuntabel;

2. Meningkatkan Penataan Prasarana dan Sarana Perkotaan yang Serasi dan Seimbang untuk Semua Kawasan Kota;

(15)

5. Meningkatkan Kualitas Masyarakat Kota.

3.1.4 Struktur Ekonomi

Struktur perekonomian kota yang kokoh akan menjadi motor penggerak perekonomian dan sekaligus penopang ketahanan ekonomi daerah. Selama periode 2005-2009, struktur ekonomi Kota Medan didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan kontribusi terhadap PDRB rata-rata sebesar 25,90 persen pertahun. Sumbangan sektor transportasi dan telekomunikasi rata-ratasebesar 19,0 persen, sektor industri dan pengolahan sebesar 16,05 persen, serta sektor keuangan dan jasa perusahaan sebesar 14,19 persen pertahun.

Tabel 3.7

Struktur PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2009 (%)

2005 2006 2007 2008 2009*)

I PRIMER 3.060 2.929 2.851 2.877 2.837 Sumber : BPS Kota Medan (diolah)

sektor/lapangan usaha

PDRB

(16)

lama, hingga menuju tingkat kematangan struktur ekonomi. Selain itu, Kota Medan juga menjadi pusat perdagangan, dan jasa perhotelan, serta restoran.

Ciri perekonomian Kota Medan yang berbasis sektor jasa, perdagangan dan restoran juga dipengaruhi oleh pola perkembangan Kota Medan yang ditandaioleh meningkatnya pusat-pusat perdagangan yang berskala besar, bangunan hotel-hotel dan restoran, serta transportasi dan telekomunikasi

Tantangan yang harus dihadapi dalam lima tahun mendatangantaralain adalah:

(1) Perlu pengembangan usaha mikro kecil menengah dan koperasi (UMKMK) dengan meningkatkan akses permodalan, jaminan usaha, pengembangan manajemen usaha, penyediaan tempat usaha dan pemasaran; serta peningkatan teknologi produksi, pengolahan dan pemasaran.

(2) Perlu peningkatan kerjasama dan kemitraan antara UMKMK dengan usaha besar.

(3) Perlu pengembangan kegiatan ekonomi kreatif yang dapat menampung tambahan angkatan kerja berusia muda.

3.2 Gambaran Umum Dinas Kesehatan Kota Medan

3.2.1 Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan disusunnya Profil Kesehatan Kota Medan Tahun 2013 adalah agar tersedia data/informasi yang akurat, tepat waktu dan sesuai dalam rangka meningkatkan kemampuan manajemen kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna.

(17)

a. Tersedianya data/informasi umum dan lingkungan Kota Medan yang meliputi data lingkungan fisik/ biologik, data demografi dan sosial ekonomi.

b. Tersedianya data/informasi status kesehatan masyarakat Kota Medan yang meliputi angka kematian, angka kesakitan dan status gizi.

c. Tersedianya data/informasi tentang upaya kesehatan dan kebijaksanaan di Kota Medan.

d. Tersedianya data/informasi untuk bahan penyusunan perencanaan kegiatan/program kesehatan di Kota Medan.

e. Tersedianya alat untuk pemantauan dan evaluasi tahunan program-program kesehatan di Kota Medan.

f. Tersedianya wadah integrasi berbagai data yang telah dikumpulkan oleh berbagai sistem pencatatan dan pelaporan yang ada di Puskesmas, rumah sakit maupun di unit-unit kesehatan lainnya di Kota Medan.

g. Tersedianya alat untuk memacu penyempurnaan sistem pencatatan dan pelaporan kesehatan di Kota Medan.

3.2.2 Tugas Pokok dan Fungsi

Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kesehatan Kota Medan yang tertuang dalam Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan. Dalam Peraturanm Daerah ini telah ditetapkan kedudukan, tugas, fungsi dan susunan organisasi Dinas Kesehatan Kota Medan sebagai berikut :

(18)

Dinas Kesehatan merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah, yang dipimpin oleh kepala dinas yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.

2. Tugas

Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah dibidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

3. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada pasal 19, Dinas Kesehatan menyelenggarakan fungsi.

a. Perumusan kebijakan teknis dibidang kesehatan;

b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang kesehatan;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang kesehatan; dan

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

3.2.3 Susunan Organisasi

Organisasi Dinas Kesehatan, terdiri dari :

1. Kepala Dinas

2. Sekretariat, membawahkan : a. Sub Bagian Umum;

b. Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan; c. Sub Bagian Penyusunan Program.

(19)

b. Seksi Kesehatan Rujukan; c. Seksi Kesehatan Khusus.

4. Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan, membawahkan : a. Seksi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit; b. Seksi Wabah dan Bencana;

c. Seksi Kesehatan Lingkungan.

5. Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan, membawahkan: a. Seksi Perencanaan dan Pendayagunaan;

b. Seksi Pendidikan dan Pelatihan; c. Seksi Registrasi dan Akreditasi.

6. Bidang Kefarmasian Jaminan dan Sarana Kesehatan, membawahkan : a. Seksi Kefarmasian;

b. Seksi Jaminan Kesehatan;

c. Seksi Sarama dan Peralatan Kesehatan. 7. Unit Pelaksana Teknis Dinas, terdiri atas :

a. Puskesmas (39 unit) dan Puskesmas Pembantu (41 Unit) b. Gudang Farmasi (1 unit)

c. Klinik Spesialis Bestari(1 unit)

d. Balai Laboratorium kesehatan lingkungan (1 unit) 8. Kelompok Jabatan Fungsional

(20)

Gambar 3.8

STRUKTUR ORGANISASI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN

3.2.4 Sumber Daya

a. Sumber Daya Manusia

(21)

Jumlah SDM per 31 Desember 2011 untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Kesehatan Kota Medan adalah sebanyak 1746orang

b. Sumber Daya Lainnya

Sumber daya lainnya termasuk didalamnya Sarana dan Prasarana untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Kesehatan Kota Medan adalah sebagai berikut:

c. Bangunan Kantor

Bangunan gedung kantor Dinas Kesehatan Kota Medan adalah bangunan permanen yang kondisinya baik.

1. Kendaraan Dinas Kesehatan(Roda 4 dan Roda 2)

Kendaraan Roda empat berjumlah 65 (enampuluh lima) unit dengan rincian sebagai berikut Ambulance 7 (tujuh) unit, puskesmas keliling 39 (tiga puluh sembilan) unit, mobil operasional gudang farmasi 1 (satu ) unit, mobil operasional Dinas 7 (tujuh) unit, Mobil operasionil DBD 4 (empat ) unit, mobil dinas 1 (satu) unit, mobil emergensi 3 (tiga) unit, mobil operasional fogging 1 (satu) unit. mobil sarana pendistribusian farmasi 2 (dua) unit. Sedangkan kendaraan Roda 2 berjumlah : 215 (dua ratus lima belas) unit.

Kendaraan ini dipergunakan untuk memperlancar dan menunjang tugas untuk mencapai visi dan misi Dinas Kesehatan Kota Medan.

2. Fasilitas Lainnya

(22)

BAB IV

PENYAJIAN DATA

Setelah melakukan penelitian dan pengumpulan data di lapangan melalui wawancara dan observasi atau pengamatan secara langsung, maka diperoleh data responden dalam kaitannya dengan implementasi Perda No.4 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Kota di Dinas Kesehatan Kota Medan.

Adapun data-data yang disajikan terdiri dari dua bagian, yaitu data identitas responden dan data variabel penelitian. Penyajian data identittas responden adalah untuk mengetahui spesifikasi (ciri-ciri khusus) yang dimiliki oleh responden, yaitu meliputi jenis kelamin, usia, dan pendidikan terakhir. Sedangkan penyajian data tentang variabel penelitian adalah untuk menjawab permasalahan penelitian. Data-data tersebut disajikan sebagai berikut :

4.1Identitas Responden

Tabel 4.1 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

1 Laki-Laki 3 75%

2 Perempuan 1 25%

Jumlah 4 100%

Sumber : wawancara 2014

(23)

No. Pendidikan Frekuensi Persentase

1 SD - 0%

2 SLTP - 0%

3 SLTA 1 25%

4 Diploma/Sarjana 3 75%

Jumlah 4 100%

Sumber : Wawancara 2014

Dari Tabel Diatas dapat dilihat bahwa identitas responden berdasarkan pendidikan terakhir yaitu Tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) tidak ada, sedangkan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sebanyak satu orang dan pada tingkat Diploma/Sarjana sebanyak 3 orang.

4.2 Hasil Wawancara

Wawancara merupakan salah satu cara untuk mendapatkan informasi dari informan kunci tentang implementasi Perda No.4 Tentang Sistem Kesehatan Kota di Dinas Kesehatan Kota Medan melalui koordinasi dan kerjasama lintas sektor.

(24)

yaituKepala Bidang Bina Pelayanan Kesehatan, yang bertanggung jawab menangani Sistem Kesehatan Kota Medan. Dalam penelitian ini juga terdapat informan tambahan yaitu masyarakat.

Tipe wawancara yang dipilih oleh penulis yaitu tipe wawancara berstruktur, dimana sebelum memulai wawancara terlebih dahulu penulis menyusun daftar pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan-pertanyaan yang disusun jelas berhubungan dengan proses implementasi Sistem Kesehatan Kota Medan tersebut. Namun didalam prosesnya sendiri, penulis tidak menutup kemungkinan akan munculnya pertanyaan-pertanyaan baru yang dapat menggali informasi lebih dalam dari para informan.

Dilihat dari Indikator Implementasi Kebijakan, antara lain :

1. Komunikasi

Keberhasilan implementasi kebijakan masyarakat adalah implementor mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus ditransisikan kepada kelompok sasaran sehingga akan mengurangi distorsi implementasi. Apabila tujuan dan sasaran suatu kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok- sasaran, maka kemugkinan akan terjadi resistensi dari kelompok sasaran. Maka peneliti melakukan wawancara dengan Kepala Bagian Bina Pelayanan Kesehatan, yaitu dr. Iman Surya, dengan pertanyaan :

1. Siapakah yang menginisiasi lahirnya Peraturan Daerah ini? (Sejarah lahirnya Peraturan Daerah)

(25)

Sistem Kesehatan Kota Medan. Proses pembuatan Sistem Kesehatan ini dimulai pada tahun 2007, yang masih berupa naskah akademis dengan melibatkan lintas sektoral dalam pembahasannya, seperti tokoh-tokoh masyarakat, akademisi, dan pemerhati kesehatan. Kemudian berlanjut kembali pada tahun 2009 yaitu dilakukan studi banding oleh dinas kesehatan dan anggota DPRD Kota Medan ke Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Serang, dikarenakan Provinsi Jawa Tengah telah mengeluarkan Peraturan Gubernur tentang Sistem Kesehatan Provinsi dan Kabupaten Serang juga telah mengeluarkan Peraturan Daerah tentang Sistem Kesehatan Kabupaten. Setelah melakukan studi banding Dinas Kesehatan berkonsultasi dengan DPRD, dan kemudian diputuskan bahwa akan dibuat Peraturan Daerah Tentang Sistem Kesehatan Kota.

Tetapi pada tahun 2010 pengerjaannya terhenti sementara, kemudian pada tahun 2011 Dinas Kesehatan mulai mengajukan ke DPRD untuk dilakukan pembahasan, dan pada Febuari tahun 2012 selesailah pembahasan dan ditetapkan sebagai Peraturan Daerah Kota Medan Tentang Sistem Kesehatan Kota. Namun dalam implementasimya hingga tahun 2014, Peraturan Daerah tentang Sistem Kesehatan Kota Medan ini belum bisa berjalan dikarenakan beberapa hal.

2. Bentuk dan sosialisasi seperti apa yang telah dilakukan dalam mensosialisasikan Sistem Kesehatan Kota kepada masyarakat?

Jawab : Sosialisasi saat ini belum dilakukan ke masyarakat, masih sosialisasi di internal Dinas Kesehatan Kota Medan.

(26)

Jawab : Hal yang menjadi penghambat dalam mensosialisasikan ke masyarakat adalah pertama, karena adanya perubahan struktur di dalam internal dinas kesehatan dan pergantian pimpinan setelah pengesahan Peraturan Daerah tersebut, sehingga pembahasan Sistem Kesehatan Kota Medan ini tidak sampai kepada pembahasan yang lebih teknis, yaitu sampai kepada Pembuatan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk Teknis (Juknis) yang dijadikan acuan dalam pelaksanaan Sistem Kesehatan Kota, sehingga Sistem Kesehatan Kota ini seperti terlupakan untuk dilaksanakan. Kedua, karena permasalahan anggaran yang kurang untuk pelaksanaan Peraturan daerah tersebut yang membuat segala bentuk aktivitas yang sudah direncanakan terbatasi untuk dilaksanakan.

4. Bagaimana bentuk sosialisasi kepada instansi-instansi yang berperan dalam pelaksanaan teknis dilapangan, seperti Rumah sakit dan Puskesmas, terkait dengan Sistem Kota Medan tersebut?

Jawab : belum ada dilakukan sosialisasi kepada instansi-instansi kesehatan seperti, Puskesmas, maupun Rumah Sakit terkait Sistem Kesehatan Kota yang telah disahkan melalui Peraturan Daerah. Sosialisasi masih dilakukan di internal Dinas Kesehatan Kota Medan. 5. Apa yang menjadi penyebab tidak terlaksananya Sosialisasi kepada pelaksana teknis, yaitu

Rumah Sakit dan Puskesmas?

Jawab : Kembali lagi, ruang gerak Dinas Kesehatan terbatasi oleh anggaran yang minim dalam memberikan sosialisasi kepada Rumah sakit dan Puskesmas dan belum ada Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk Teknis (Juknis) yang dapat dijadikan acuan kerja.

(27)

Jawab : belum ada koordinasi yang dilakukan ke sektor manapun bila terkait Sistem Kesehatan ini, dikarenakan Sistem Kesehatan ini belum bisa berjalan sampai sekarang, dikarenakan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk Teknis (Juknis) yang belum ada dan belum dibuat. Namun apabila terkait dengan Tugaspokok dan fungsi Dinas Kesehatan, koordinasi dan kerjasamalintassektor telah dilakukan, contohnya saja untuk penanggulangan Demam Berdarah (DBD), Dinas Kesehatan telah melakukan koordinasi dan kerjasama dengan pihak Kecamatan, Kelurahan, dan Lingkungan melalui Puskesmas untuk pemberantasan sarang nyamuk. Kemudian dalam menjalankan program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Dinas Kesehatan telah melakukan koordinasi dan kerjasama dengan sekolah-sekolah melalui Dinas Pendidikan, dan dalam menangani Gizi Buruk Dinas Kesehatan telah berkooordinasi dengan Badan Ketahanan Pangan, serta program Posyandu Dinas Kesehatan juga berkoordinasi dan bekerjasama dengan Badan Pemberdayaan Masyarakat, dan banyak lagi sektor-sektor lain bila dikaitkan dengan Tugas pokok dan fungsi Dinas Kesehatan.

7. Sebagai masyarakat kota Medan apakah anda tahu mengenai Kebijakan Perda tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Kota Medan? (Peneliti mewawancarai seorang masyarakat bernama Joko Sunaryo)

Jawab : saya tidak mengetahui ada program atau kebijakan Perda No.4 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Kota Medan, dan saya belum pernah mendengar dalam bentuk sosialisasi apapun.

(28)

Jawab : saya tahu mengenai kebijakan perda no.4 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Kota Medan ini, dan saya senang melihat Pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk menjalankan amanah Undang-Undang atau aturan lebih tinggi, yaitu agar Pemerintah Daerah mempunyai pedomannya sendiri dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan di daerahnya masing-masing, akan tetapi saya tidak melihat realisasinya dilapangan dan menembus lapisan masyarakat terbawah. Sistem Kesehatan Kota Medan seharusnya menjadi suatu pedoman bagi Dinas Kesehatan Kota Medan untuk menyelenggarakan pembangunan kesehatan yang layak, adil, dan terjangkau bagi masyarakat kota Medan secara khusus. Namun hal tersebut belum terealisasi melihat pertimbangan banyaknya permasalahan-permasalahan kesehatan yang muncul di tengah-tengah masyarakat Kota Medan.

2. Sumber Daya

walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, tetapi apabila implementator kekurangan sumberdaya untuk melaksanakan, implementasitidak akan berjalan efektif. Sumber daya tersebut dapat berwujud sumberdaya manusia, yakni kompetensi implementor dan sumber daya financial.

1. Bagaimana pembagian Tugas dan wewenang dalam proses implementasi?

(29)

didalam Subdinas Bina Program ini bertukar Tupoksinya, dan Subdinas Bina Program ini telah dihapus dan bergabung menjadi Bagian Kesekretariatan, sehingga samapai pada tahun 2012 Perda ini disahkan, tugas dan wewenang yang khusus menangani Sistem Kesehatan ini belum ada samapai sekarang.

2. Apakah sudah dilakukan pelatihan dan pendidikan khusus bagi Sumberdaya Manusia Dinas Kesehatan dalam mengimplementasikan Sistem Kesehatan Kota?

Jawab : Belum ada, karena pada waktu Subdinas Bina Program masih ada dan bertanggung jawab terhadap Sistem Kesehatan Kota belum sempat dilakukan pelatihan dan pendidikan khusus bagi Sumber Daya Manusianya.

3. Dari mana dana yang diperoleh untuk melaksanakan Sistem Kesehatan Kota?

Jawab : Jika melihat rencana Program Sistem Kesehatan Kota ini nantinya akan dilaksanakan melalui dana APBD dan Bantuan-bantuan Swasta melalui program Coorperate Social Responsibility (CSR), seperti program-program Dinas Kesehatan sebelumnya, perusahaan swasta sudah mulai mendekatkan diri kepada Dinas Kesehatan melalui penyokongan dana yang bersifat membantu pelaksanaan program-program tersebut melalui CSR

3. Disposisi

merupakan watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis.

(30)

Jawab : Jadi nantinya Dinas Kesehatan akan mempunyai kriteria-kriteria tertentu bagi SDM Dinas Kesehatan untuk melaksanakan Sistem Kesehatan Kota, yaitu orang-orang yang mempunyai kompetensi dalam melakukan penyuluhan-penyuluhan ke masyarakat, mampu dalam pembuatan tata naskah, dan juga mungkin orang yang mempunyai latar belakang Ilmu Hukum untuk menyusun Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk Teknis (Juknis) Sistem Kesehatan Kota.

2. Berdasarkan Pasal 6 Dinas Kesehatan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang bertahap, apakah pembangunan kesehatan yang telah dirancang Dinas Kesehatan berjalan tepat waktu?

Jawab : Dinas Kesehatan mempunyai Rencana Strategi (Renstra) yang berjangka waktu selama lima tahun, yang menjadi pedoman dan acuan Dinas Kesehatan dalam melaksanakan pembangunan kesehatan. Dalam prosesnya tidak semua hal berjalan tepat waktu sesuai dengan Renstra tersebut.

3. Apa yang menjadi faktor penghambat dan pendukung dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang bertahap?

Jawab : salah satu faktor penghambat adalah anggaran yang terkadang tidak mencukupi, dan kemudian faktor pendukungnya adalah banyak peran serta masyarakat dan swasta dalam mendukung, seperti perusahaan Bank Mandiri yang membantu dengan cara memberikan CSR kepada Dinas Kesehatan, institusi pendidikan, seperti Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, dan lain-lain.

(31)

Jawab : Ada, Kalau Punishment adalah berupa sanksi administratif, teguran, dan sampai kepada pemecatan atau penutupan. Kalau Reward juga ada, contohnya saja Rumah Sakit yang membantu program pemerintah, dengan membantu masyarakat yang tidak mampu dan sakit dengan pelayanan dan perawatan yang responsif, tanpa harus menunggu pembiayaan.

4. Struktur Organisasi

merupakan yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengatuh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan.

1. Adakah bidang/seksi didalam Dinas Kesehatan yang secara khusus menangani Sistem Kesehatan kota nantinya?

(32)

BAB V

ANALISIS DATA

Dalam bab V ini akan dipaparkan tentang penganalisaan dari seluruh data yang diperoleh selama penelitian, baik melalui studi kepustakaan, wawanacara maupun melihat dengan langsung fenomena yang terkait dengan Implementasi Peraturan Daerah Nomor 4 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Kota di Dinas Kesehatan Kota Medan, maka akan dilakukan analisa terhadap setiap data yang ada dan fakta yang didapat berdasarkan variabel operasional penelitian, dan penguraian masalah-masalah yang terjadi yaitu :

5.1Komunikasi

Sebelum sebuah kebijakan diimplementasikan, pelaksana kebijakan harus menyadari bahwa suatu keputusan yang telah dibuat dan perintah untuk melaksanakannya telah dikeluarkan, sehingga mereka bekerja dengan memiliki wewenang masing-masing. Disini peran komunikasi sangat penting untuk mensinergikan setiap aktifitas. Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi yang akurat, jelas, konsisten, menyeluruh serta koordinasi antara instansi-instansi terkait dalam proses implementasi dan bentuk koordinasi yang dilakukan apakah koordinasi horizontal, vertikal, maupun diagonal.

Kemudian agar implementasi menjadi efektif, maka mereka yang bertanggung jawab untuk mengimplementasikan sebuah program harus tahu apa yang semestinya mereka kerjakan. Komunikasi dalam implementasi Sistem Kesehatan Kota ini meliputi komunikasi internal pelaksana dan komunikasi eksternal, dalam hal ini sosialisasi kepada masyarakat dan hubungan dengan dinas atau institusi lain.

(33)

sendiri. Secara umum komunikasi antar pelaksana dapat dikatakan sudah dilakukan dan berjalan cukuplancar.

Hal ini didukung dari hasil wawancara yang menyatakan bahwa sosialisasi mengenai Peraturan Daerah tentang Sistem Kesehatan ini sudah dilakukan di internal Dinas Kesehatan Kota Medan sebagai Implementor.

Sedangkan komunikasi eksternal yaitu koordinasi dan sosialisasi dengan masyarakat dan instansi-instansi lintas sektor diluar Dinas Kesehatan Kota Medan. Komunikasi eksternal yang dibangun antar para pelakasana dengan masyarakat belum ada dilaksanakan karena belum berjalannya Kebijakan ini. Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya warga masyarakat yang belum mengetahui tentang program ini, apa yang menjadi tujuannya, bagaimana prosesnya serta manfaat yang akan mereka alami.

Pernyataan ini juga didukung oleh hasil wawancara dengan kepala Bidang Pelayanan Kesehatan yang menyatakan bahwa sosialisasi yang dilakukan untuk masyarakat belum bisa berjalan.

Komunikasi eksternal lainnya adalah koordinasi yang dijalin dengan dinas dan sektor-sektor lain. Koordinasi dan kerjasama lintas sektor-sektor belum bisa berjalan hingga saat ini, bila dikaitkandengan implementasi Sistem Kesehatan Kota. Hal tersebut dikarenakan belum dibuatnya Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk Teknis (Juknis)yang menjadi pedoman teknis Dinas Kesehatan. Namun bila terkait Tupoksi dari Dinas Kesehatan, koordinasi dan kerjasama telah dilaksanakan dengan beberapa sektor, seperti hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti.

(34)

secara eksternal belum ada sama sekali. Hal tersebut menunjukan bahwa Dinas Kesehatan mempunyai Pekerjaan Rumah untuk menyelesaikan Juklak dan Juknis agar bisa melakukan komunikasi eksternal dengan lintas sektor sesuai pedoman yang ada.

5.2Sumber Daya

Di samping Komunikasi dalam implementasi Sistem Kesehatan Kota Medan, yang perlu mendapat perhatian dalam proses implementasi adalah masalah sumber daya. Karena sumber daya merupakan salah satu faktor utama dalam melaksanakan dan merealisasikan jalannya suatu program. Tak terkecuali dengan dana yang dibutuhkan, peralatan yang akan digunakan selama proses implementasi hingga sumber daya manusia yang tergolong mampu dan cakap dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.

Hal ini didukung oleh hasil wawancara yang dilakukan penulis serta melihat kenyataan yang ada di lapangan maka dapat dinyatakan bahwa sumber daya, terkhusus Sumber Daya Manusia di Dinas Kesehatan yang ada belum bisa difokuskan untuk mengimplementasikan Sistem Kesehatan kota ini, karena belum adanya pembagian tugas dan wewenang Sumber Daya Manusia yang jelas.

(35)

5.3Disposisi

Watak dan karakteristik dari para pelaksana program dalam menyikapisuatu kebijakan merupakan faktor yang tidak dapat dikesampingkan. Jika parapelaksana program setuju dengan isi suatu kebijakan, dan dalam hal ini berartiadanya dukungan, kemungkinan besar mereka akan melaksanakannyasebagaimana yang diinginkan oleh para pembuat kebijakan. Disposisiimplementor dapat dilihat dari tanggung jawab pegawai melaksanakantugas pokok dan fungsi dalam menyelesaikan Sistem Kesehatan Kota sampai kepada pembuatan petunjuk pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk Teknis (Juknis). Bila dilihat dari kronologis proses pembuatan Peraturan Daerah ini dari tahun 2007 dan baru tahun 2012 bisa terselesaikan, serta beberapa kemacatan-kemacatan yang terjadi dan Juklak dan Juknis yang belum dibuat, menunjukan bahwa pelaksana kebijakan ini, yaitu Sumber Daya Manusia Dinas Kesehatan tidak responsif terhadap kebutuhan masyarakat dan tidak memiliki keinginan yang kuat untuk menyelesaikan Sistem Kesehatan Kota Medan tersebut sampai pembuatan Juklak dan Juknis. Sebab bila dilihat dari hasil wawancara yang dilakukan doleh peneliti bahwa salah satu alasan kenapa Sistem Kesehatan ini belum bisa diaplikasikan adalah karena Juklak dan Juknis yang belum ada.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa Dinas Kesehatan sebagai pelaksana kebijakan ini belum memiliki tanggung jawab terhadap tugas pokok dan fungsinya sebagai aparat pemerintah yang seharusnya responsif terhadap kebutuhan kesehatan masyarakat.

5.4Struktur Organisasi

(36)

salah satu dinas dibawah naungan Pemerintah Kota Medan yang fokus kerjanya adalah pemeliharaan Kesehatan masyarakat Kota Medan. Di dalam dinas itu sendiri terdapat struktur yang masing-masing seksi/bidang mempunyai tugas dan wewenangnya sendiri.

Oleh karena itu terkait dengan Kebijakan Peraturan Daerah tentang Sistem Kesehatan Kota Medan, Dinas Kesehatan sebagai implementor mempunyai struktur yang mengatur tugas dan wewenang dalam melaksanakannya, yaitu Bagian Kesekretariatan sebagai leading sector. Namun sebenarnya sebelum ada pergantian Struktur dan kepemimpinan di internal Dinas Kesehatan, tugas dan wewenang implementasi Sistem Kesehatan Kota ini ada di bawah bagian Sub Dinas Program. Berdasarkan Wawancara yang dilakukan oleh Peneliti dengan Pegawai Dinas Kesehatan, penyebab lain belum dibuatnya Petunjuk Pelaksanaan (juklak) dan Petunjuk Teknis (Juknis) Sistem Kesehatan Kota adalah Pergantian Kepemimpinan di Internal Dinas Kesehatan Kota Medan, dimana Sumber Daya Manusia Sub Dinas Program yang semula bertugas melaksanakan Sistem Kesehatan Kota dipecah kedalam beberapa Bagian/seksi dan Subdinas Program dihapus sebagai salah satu struktur didalam Dinas Kesehatan, sehingga apa yang telah direncanakan dan dikerjakan menjadi kabur dan tanpa arah.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa Bidang khusus yang menangani Sistem Kesehatan Kota ini sekarang diserahkan kepada Bagian Kesekretariatan, yang berfungsi sebagai leading sector.

5.5Faktor Pendukung dan Penghambat

(37)

tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Kota Medan, Peneliti ingin melihat faktor Pendukung dan penghambat tentang apa yang sedang diteliti.

5.5.1 Faktor Pendukung

Beberapa hal yang mendukung dalam implementasi Sistem Kesehatan Kota Medan ini adalah :

1. Walaupun proses implementasi belum bisa berjalan, akan tetapi koordinasi dan kerjasama dengan beberapa sektor telah terjalin berkaitan tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) Dinas Kesehatan kota Medan.

Dalam hal ini, Dinas Kesehatan akan terbantu dalam hal koordinasi dan kerjasama ketika petunjuk dan pelaksanaan (Juklak) dan petunjuk teknis (Juknis) telah selesai, karena sudah adanya pengalaman dengan beberapa sektor yang harapannya nanti akan membantu pelaksanaan program-program Dinas Kesehatan.

2. Adanya peran serta masyarakat dan swasta dalam mendukung program-program Dinas Kesehatan, seperti beberapa program yang telah berjalan. Contohnya saja keterlibatan masyarakat melalui tokoh-tokoh agama dan tokoh-tokoh masyarakat dalam mensosialisasikan Bahaya HIV/AIDS karena seks bebas. Kemudian keterlibatan Swasta mendukung program-program Dinas Kesehatan melalui dana Coorperate Social Responsibility (CSR).

5.5.2 Faktor Penghambat

(38)

1. Adanya pergantian pemimpin dan Struktural Dinas Kesehatan Kota Medan yang menyebabkan belum bisa terselesaikannya Sistem Kesehatan Kota Medan ini sampai kepada Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk Teknis (Juknis).

Restrukturalisasi di Dinas Kesehatan menyebabkan beberapa Sumber Daya Manusia yang paham mengenai Sistem Kesehatan Kota harus terpecah kedalam bidang/ bagian. Seperti hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan Kepala Bagian Bina Pelayanan Kesehatan yang mengatakan bahwa kekaburan atau ketidakfokusan Dinas Kesehatan menyelesaikannya sampai Juklak dan Juknis adalah karena pergantian pemimpin dan struktur, dimana sebelumnya Sumber Daya Manusia yang paham dan mengikuti proses Rancangan hingga sampai Perda adalah pegawai-pegawai yang berada di Bagian Sub-Dinas Program, sekarang Sub-Dinas Program sudah dihapus dan Sumber Daya Manusia yang didalamnya dipecah ke dalam beberapa Bagian/Bidang didalam struktur Dinas Kesehatan Kota Medan.

2. Belum dibuatnya Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk Teknis (Juknis)sebagai pedoman dalam melaksanakan Sistem Kesehatan Kota, sehingga Dinas Kesehatan belum bisa bekerja dan melaksanakan Perda, yang walaupun beberapa poin didalam Sistem Kesehatan Kota sudah terlaksana karena berkaitan dengan Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kesehatan dan menjadi kewajiban dari Dinas Kesehatan.

(39)

BAB VI

PENUTUP

a. KESIMPULAN

Bila berdasarkan latar belakang dibuatnya Peraturan Daerah tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Kota Medan adalah karena adanya peraturan yang lebih tinggi dari Pemerintah Pusat yang mewajibkan Pemerintah Daerah mempunyai pedoman hukum dalam menyelenggarakan sistem kesehatannya sendiri karena kebutuhan Warga Negara secara umum dan Warga Kota Medan secara khusus. Maka sudah menjadi tanggung jawab dan kewajiban dari Pemerintah Kota Medan untuk mewujudkan tatanan kesehatan yang mampu melibatkan partisipasi semua unsur terkait dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, mewujudkan pembangunan kota berwawasan kesehatan, mewujudkan kemandirian daerah dalam bidang kesehatan, meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang aman, adil, terjangkau, dan terbuka bagi masyarakat, serta meningkatkan akses masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan.

Namun kesemua tujuan dari Sistem Kesehatan Kota Medan tersebut harus terjanggal karena adanya faktor pergantian kepemimpinan dan struktural di internal, belum dibuatnya Petunjuk pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk Teknis (Juknis) dan anggaran yang dirasa kurang oleh Dinas Kesehatan Kota Medan untuk melaksanakan implementasi Peraturan Derah tersebut.

(40)

b. SARAN

1. Kepada Dinas Kesehatan Kota Medan diharapkan bisa lebih fokus dan serius menyelesaikan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk Teknis (Juknis) sebagai kunci dalam melaksanakan Sistem Kesehatan Kota Medan dan pedoman dalam proses membangun Kota Medan yang sehat. Dinas Kesehatan juga diharapkan lebih peka dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat, sehingga adalah suatu hal yang mendesak sifatnya Juklak dan Juknis ini untuk cepat diselesaikan agar Kota Medan mempunyai pedoman yang sah dan kuat untuk membangun Kota Medan yang sehat sesuai Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kota Medan. 2. Kepada Dinas Kesehatan Kota Medan diharapkan membuat struktur baru yang lebih khusus

dalam melaksanakan Sistem Kesehatan Kota Medan, seperti menambah Bidang/Bagian yang fokus melaksanakan Sistem Kesehatan Kota Medan dan menjadi leading sector, agar dikedepannya ketika terjadi pergantian pemimpin, segala sesuatu yang telah direncanakan dan dilaksanakan Bidang/Bagian itu tidaklah kabur.Serta diharapkan untuk tidak merubah struktur tersebut.

3. Kepada Dinas Kesehatan Kota Medan diharapkan mampu memilih atau menyeleksi Sumber Daya Manusia yang berkompeten dan memiliki semangat kerja yang tinggi dalam melaksanakan Sistem Kesehatan Kota Medan tersebut. serta diharapkan mampu memberikan pelatihan dan pendidikan bagi Sumber Daya Manusia Dinas Kesehatan secara khusus agar paham dan mengerti dalam melaksanakan Sistem Kesehatan Kota Medan.

(41)

dapat menjadi koordinator dalam menggerakkan setiap elemen dan pembangunan kesehatan Kota Medan yang terintegrasi.

(42)

Daftar Pustaka

Agustino, Leo. 2006. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta

BUKU :

Danin, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia

Hasibuan. 2009. Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta: Bumi Aksara

Handayaningrat. 1986. Administrasi Pemerintahan dalam Pembangunan Nasional. Jakarta: Gunung Agung

Jasin. 1981. Manajemen Modern, Prinsip dan Praktek. Jakarta: PDIN – LIPI

Moleong, Lexy. J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. remaja Rosdakarya

Parsons,Wayne.2005.Public Policy:Pengantar Teori dan Praktik AnalisisKebijakan. Jakarta:Prenada Media.

Putra, Fadillah. 2003. Paradigma Kritis dalam Studi Kebijakan Publik. Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Subarsono, AG.2009.Analisis Kebijakan Publik.Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta: PT Pustaka LP3ES.

(43)

Sutarto. 1984. Dasar – Dasar Organisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2008. Metodse Penelitian Sosial. Jakarta: Prenada Media Group. Wahab, Solichin Abdul.1997.Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan Negara.Malang

Peraturan Daerah Kota Medan No 4 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Kota Medan

Undang-Undang dan Peraturan Daerah :

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 374/Menkes/SK/V/2009 Tentang Sistem Kesehatan Nasional

Sumber-sumber Lain :

(44)
(45)

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan analisa data kualitatif. Penelitian deskriptif adalalah penelitian yang memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya. Dengan demikian penelitian ini menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian yang sesuai dengan kenyataan sebagaimana adanya dan mencoba menganalisa untuk memberikan kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh. (Danin, 2002: 41).

Jadi dengan metode deskriptif ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas tentang “Implementasi Peraturan daerah Kota Medan no 4 tahun 2012 tentang system kesehatan kota”, dengan diupayakan dapat menerangkan fenomena yang ada berdasarkan data atau informasi yang diperoleh selama melakukan penelitian.

2.2 Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi lokasi penelitian ini adalahDinas Kesehatan Kota Medan

2.3 Informan Penelitian

(46)

informan), yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian, (2) informan utama, yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang diteliti, (3) informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang sedang diteliti. (Suyanto, 2005: 171-172)

Berdasarkan uraian diatas maka penelitian menentukan informan dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu: penentuan informan tidak didasarkan atas strata, kedudukan, pedoman atau wilayah tetapi didasarkan adanya tujuan tertentu yang tetap berhubungan dengan permasalahan penelitian, maka peneliti dalam hal ini menggunakan informan penelitian yang terdiri atas:

1. Informan kunci dalam penelitian ini adalah Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan

2. Informan Utama dalam Penelitian ini adalah Pegawai atau staff Dinas Kesehatan Kota Medan

3. Informan Tambahan dalam penelitian ini adalah masyarakat Kota Medan.

2.4Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data/keterangan/informasi yang diperlukan, maka Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Teknik Pengumpulan Data Primer, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Dalam penelitian ini akan dilakukan dengan :

a. Wawancara (Interview)

(47)

lain, misalnya telepon dan internet (Suyanto, 2005). Salah satu bentuk wawancara yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (dept interview) yang merupakan proses tanya jawab secara langsung yang ditujukan terhadap informan di lokasi penelitian dengan panduan wawancara.

b. Pengamatan (Observasi)

Pengamatan dalam kamus berarti melihat dengan penuh perhatian. Dalam hal pengamatan, apa yang diamati, siapa yang mengamati, kesalahan-kesalahan apa saja yang sering terjadi pada waktu pengamatan perlu diketahui oleh peneliti sebelum melakukan tahap-tahap penelitian (Suyanto, 2005). Fokus perhatian paling esensial dari penelitian kualitatif adalah pemahaman dan kemampuannya dalam membuat makna atas suatu kejadian atau fenomena pada situasi yang tampak. Bahkan, harus melakukan perenungan dan refleksi atas kemungkinan-kemungkinan yang ada dibalik penampakan itu.

2. Teknik pengumpulan data sekunder, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengumpulan bahan kepustakaan yang dapat mendukung data primer. Teknik pengumpulan data skunder dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen sebagai berikut:

a. Dokumentasi

Yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang ada di lokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang relevan.

b. Studi Kepustakaan ( Library research )

(48)

2.5 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data merupakan pemecahan data yang diperoleh dari lokasi penelitian dan kemudian di bagi sesuai dengan golongan yang sudah ditentukan. Sesuai dengan metode penelitian, teknik analisa data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah teknik analisa data secara kualitatif.

(49)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara yang menganut paham demokrasi menerapkaan sistem otonomi daerah, yaitu sistem yang memberikan hak, wewenang, dan kewajiban kepada daerah otonom untuk mengatur serta mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Oleh sebab itu, Pemerintah daerah sebagai daerah otonom mempunyai hak, kewenangan dan kewajiban dalam membangun masyarakat di wilayah administratifnya untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.

(50)

di daerah-daerah terpencil, yang memaksa masyarakat di daerah terpencilharus pergi ke kelurahan atau kecamatan untuk bisa mendapatkan pelayanan kesehatan di puskesmas, dan masalah ketidaktepatan sasaran dalam pemberian kesehatan Gratis, dan lain-lain.

Kejadian-kejadian diatas hanyalah sedikit dari sekian banyak lagi masalah yang seharusnya menjadi perhatian serius pemerintah ataupun pemerintah daerah untuk segera dicarikan solusi terbaik. Terdapat beberapa hal yang sebenarnyadirasa dapat dilakukan oleh pemerintah sebagai pemberi kebijakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, yang dapat dijadikan faktor pendukungdalam melaksanakan kebijakan kesehatan yaitu peningkatan manajemen pelayanan kepada masyarakat yang berbasis kemasyarakatan, memberikan jaminan kesehatan terpadu bagi masyarakat desa, dan penyediaan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam hal ini para tenaga medis yang dinilai mampu memberikan segala bentuk tindakkan yang sesuai kemampuan mereka, menyediakan sarana dan prasarana yang mampu mendukung, serta kemudian perbaikan dari sistem yang dirasa kurang menjamin pelayanan kesehatan yang baik kepada masyarakat.

Dalam pelayanan pemerintah, rasa puas masyarakat terpenuhi bila apa yang diberikan oleh pemerintah kepada mereka sesuai dengan apa yang mereka harapkan, dengan memperhatikan kualitas dan kuantitas pelayanan itu di berikan serta biaya yang relatif terjangkau dan mutu pelayanan yang baik. Jadi, terdapat tiga unsur pokok dari pelayanan itu sendiri. Pertama, biaya harus relatif lebih rendah, kedua, waktu yang diperlukan, dan terakhir mutu pelayanan yang diberikan relatif baik.

(51)

menempatkan manusia sebagai fokus utama pembangunan, dan memiliki tenggat sampai tahun 2015. Dimana terdapat 5 dari 8 butir didalam MDGs yang berkaitan dengan kesehatan, yaitu pada butir Pertama, pendapatan populasi dunia minimal $1 sehari, untuk menurunkan angka kemiskinan. Butir keempat, menurunkan angka kematian anak, sehingga pada tahun 2015 tingkat kematian anak-anak usia dibawah lima tahun berkurang sampai sampai dua per tiga. Butir kelima, meningkatkan kesehatan ibu, yaitu tercapainya target berkurangnya dua per tiga rasio kematian ibu dalam proses melahirkan. Butir keenam, memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya. Butir ketujuh, memastikan kelestarian lingkungan hidup, sehingga pada tahun 2015 dapat tercapai target, yaitu mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan dalam kebijakan setiap Negara dan program serta mengurangi hilangnya sumber daya lingkungan, kemudian diharapkan mengurangi setengah dari jumlah orang yang tidak memiliki akses air minum yang sehat (sumber : http://www.scribd.com/doc/92468584/Millennium-Development-Goals). Maka oleh sebab itu dibutuhkan upaya lebih lanjut dari pemerintah sampai ketataran pemerintah daerah untuk mencapainya, sehingga dibuatlah Inpres no.3 tahun 2010 tentang program pembangunan yang berkeadilan, yang mewajibkan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota melaksanakan percepatan pencapaian MDGs dalam suatu Rencana Aksi Daerah (RAD) (Sumber :

Didalam UU No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan, telah mengamanatkan bahwa alokasi anggaran kesehatan nasional seminimalnya adalah 5% dari APBN, akan tetapi realisasinya pada tahun 2013 Pemerintah hanya menganggarkan 2,1% saja, malah mengalami penurunan dari 2 tahun sebelumnya yaitu sekisar 2,2% dari APBN, dan bahkan lebih rendah dari alokasi anggaran kesehatan Negara-negara miskin Afrika, yang

(52)

sebagai penanggung jawabharus mampu membangun kerangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan masyarakat menjadi salah satupr ioritas primer dari tujuan nasional yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita Bangsa Indonesia.

Oleh sebab itu dirasa sangat penting ketika pemerintah, maupun pemerintah daerah merumuskan suatu kebijakan yang menjadi pedoman bersama dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dari sisi kebijakan nasional, Pemerintah juga membuat kebijakan kesehatan melalui Undang-undang, Peraturan Menteri, dan peraturan-peraturan lainnya, yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan sistem kesehatan di Indonesia. Sementara Pemerintah Daerah dengan kewenangan desentralisasinya, dapat berkoordinasi dan bekerjasama lintas sektor di daerahnya dalam rangka menjalankan roda pemerintahan. Oleh karena itu Pemerintah Daerah memiliki tanggung jawab untuk memberikan pelayanan yang lebih baik lagi kepada masyarakat di daerahnya, baik itu melalui Peraturan Daerah, Peraturan Kepala Daerah, ataupun peraturan-peraturan lainnya.

(53)

sepertinya belumlah mendapat perhatian yang serius dari aparat pemerintah daerah, hal tersebut dapat terlihat banyaknya keluhan-keluhan masyarakat mengenai masalah kesehatan, baik dari sisi pelayanan, aparatur, ataupun dari sistemnya. Contohnya saja bisa kita lihat pada daerah Padang Lawas Utara, berita mengenai ketidakseriusan pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat masih jauh dari harapan, dimana penelantaran pasien

masih menjadi hal yang lumrah terjadi (sumber :

mengeluh mengenai pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah di daerah Sidikalang (sumber :

kabupaten/kota Sumatera Utara memiliki Peraturan Daerah yang telah mengatur implementasi Kesehatan di daerah tersebut, tetap saja masih ada masalah dalam pelayanan kesehatan (sumber

:

. Bila dikaitkan dengan Peraturan Daerah Kota Medan tentang Sistem Kesehatan, maka adalah suatu hal yang penting dan wajib bagi Pemerintah Kota Medan untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat, akan tetapi fakta dilapangan menunjukan bahwa hal tersebut tidak berjalan sesuai dengan apa yang disusun oleh Pemerintah Daerah dan dinilai masih

kurang efektif oleh masyarakat Kota Medan (sumber :

(54)
(55)

1.2 Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang penelitian, maka dapat dirumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1) Bagaimana implementasi kebijakan pemerintah daerah tentang Sistem Kesehatan di Kota Medan melalui koordinasi dan kerja sama lintas sektor?

2) Apa saja Faktor-faktor pendukung dan penghambat pengimplementasian Peraturan Daerah tersebut di Kota Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai sasaran yang hendak dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian tentunya jelas diketahui sebelumnya. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah

1) Untuk mengetahui bagaimana implementasi Peraturan Daerah nomor 4 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan di Kota Medan dalam koordinasi dan kerja sama lintas sektor.

2) Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat pengimplementasian Perda Nomor 4 Tahun 2012 tersebut di Kota Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan adalah:

1. Sebagai kontribusi bagi dunia pendidikan, khususnya dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan.

(56)

3. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi kalangan mahasiswa pada khususnya sebagai bahan referensi yang tertarik dalam bidang kajian ini.

4. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah guna penyusunan dan penyempurnaan pembangunan terkhusus di sektor kesehatan.

1.5 Kerangka Teori

Singarimbun (1997:37) menyebutkan bahwa teori adalah serangkaian asumsi, konsep, defenisi, dan proposisi untuk mengembangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep. Kerangka teori merupakan landasan teori yang berguna sebagai pendukung pemecahan masalah. Untuk itu perlu disusun suatu kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran, menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan diteliti.

1.5.1 Kebijakan Publik

a. Pengertian Kebijakan Publik

Kebijakan publik menurut Thomas Dye dalam buku Subarsono adalah apapun pilihan pemerintah untuk melakukan ataupun tidak melakukan. Definisi kebijakan publik dari Dye tersebut mengandung makna bahwa kebijakan publik tersebut dibuat oleh badan pemerintah bukan organisasi swasta dan kebijakan publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan atau tidak dilakukan oleh badan pemerintah (Subarsono, 2009:2)

(57)

Dalam pandangan David Easton ketika pemerintah membuat kebijakan public, ketika itu pula pemerintah mengalokasikan nilai – nilai kepada masyarakat, karena setiap kebijakan mengandung seperangkat nilai di dalamnya.

Harrold Laswell dan Abraham Kaplan berpendapat bahwa kebijakan public hendaknya berisi tujuan, nilai – nilai, dan praktika – praktika social yang ada dalam masyarakat. Ini berarti kebijakan public tidak boleh bertentangan dengan nilai – nilai dan praktik – praktik social yang ada dalam masyarakat. Ketika kebijakan public berisi nilai – nilai yang bertentangan dengan nilai – nilai yang hidup dalam masyarakat, maka kebijakan public tersebut akan mendapat resistensi ketika diimplementasikan. Sebaliknya, suatu kebijakan public harus mampu mengakomodasi nilai – nilai dan praktika – praktika yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.

b. Proses – proses Kebijakan Publik

Adapun proses pembuatan kebijakan public menurut Anderson (Subarsono, 2009:12) yaitu:

a. Formulasi masalah (Problem Formulation) / Agenda Setting

Apa masalahnya? Apa yang membuat hal tersebut menjadi masalah kebijakan? Bagaimana masalah tersebut dapat masuk dalam agenda pemerintah? Proses ini juga berkaitan dengan cara suatu masalah bias mendapat perhatian pemerintah.

b. Formulasi kebijakan (Formulation)

Bagaimana mengembangkan pilihan – pilihan atau alternative – alternative untuk memecahkan masalah tersebut? Siapa saja yang berartisipasi dalam formulasi kebijakan? Hal ini berkaitan dengan proses perumusan pilihan – pilihan kebijakan oleh pemerintah

(58)

Bagaimana Alternatif ditetapkan? Persyaratan atau criteria seperti apa yang harus dipenuhi? Siapa yang akan melaksanakan kebijakan? Bagaimana proses atau strategi untuk melaksanakan kebijakan? Apa isi dari kebijakan yang telah ditetapkan? Hal ini berkaitan dengan proses ketika pemerintah memilih untuk melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan

d. Implementasi (Implementation)

Siapa yang terlibat dalam implementasi kebijakan? Apa yang mereka kerjakan? Hal ini berkaitan dengan proses untuk melaksanakan kebijakan supaya mencapai hasil

e. Evaluasi (evaluation)

Bagaimana tingkat keberhasilan atau dampak kebijak diukur? Siapa yang mengevaluasi kebijakan? Apa konsekuensi dari adanya evaluasi kebijakan? Adakah tuntutan untuk melakukan perubahan atau pembatalan? Hal ini berkaitan dengan proses memonitoir atau menilai hasil atau kinerja kebijakan.

1.5.2 Implementasi

Dalam kamus Webster (Wahab, 1997:64) pengertian implementasi dirumuskan secara pendek, dimana “to implement" (mengimplementasikan) berarti “to provide means for carrying out; to give practical effect to” (menyajikan alat bantu untuk melaksanakan; menimbulkan dampak/berakibat sesuatu).Menurut Van Meter dan Van Horn (Agustino, 2006: 139) mendefinisikan implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan.

(59)

terjadi sesudah program dinyatakan diberlakukan atau dirumuskan, yakni peristiwa-peristiwa dan kegiatan-kegiatan yang terjadi setelah proses pengesahan kebijakan, baik yang menyangkut usaha-usaha mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan dampak nyata pada masyarakat atau pada kejadian-kejadian tertentu. (Fadillah Putra, 2003:84)

Begitupula Lineberry (Fadillah Putra, 2003:81) juga menyatakan bahwa proses implementasi setidak-tidaknya memiliki empat elemen-elemen sebagai berikut:

1.Pembentukan unit organisasi baru dan staf pelaksana.

2. Penjabaran tujuan ke dalam berbagai aturan pelaksana ( Standard Operating Procedures/ SOP). 3. Koordinasi berbagai sumber dan pengeluaran kepada kelompok sasaran; pembagian tugas di dalam dan di antara dinas-dinas/ badan pelaksana.

4.Pengalokasian sumber-sumber untuk mencapai tujuan.

Dari pendapat beberapa ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan dimaksudkan untuk memahami apa yang terjadi setelah suatu program dirumuskan, serta apa dampak yang timbul dari program kebijakan itu. Di samping itu, implementasi kebijakan tidak hanya terkait dengan persoalan administratif, melainkan juga mengkaji faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap proses implementasi kebijakan tersebut.

1.5.3Implementasi Kebijakan

(60)

Adapun dalam mengimplemetasikan suatu kebijakan dikenal beberapa model sebagai berikut:

A. Teori Merilee S. Grindle (1980) (Subarsono, 2009:93)

Keberhasilan implementasi menurut merilee S. Grindle (1980) dipengaruhi dua variable besar, yakni:

1. variable isi kebijakan (content of policy) mencakup:

a. sejauh mana kepentingan kelompok sasaran atau target groups termuat dalam isi kebijakan

b. jenis manfaat yang diterima oleh target group

c. sejauh mana perubahan yang diinginkan dari suatu kebijakan d. apakah letak suatu program sudah tepat

e. apakah suatu kebijakan telah menyebutkan implementornya dengan rinci f. apakah suatu program didukung oleh sumber daya yang memadai

2. variable lingkungan kebijakan mencakup:

a. seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh para actor yang terlibat dalam implementsi kebijakan

(61)

Gambar 1.1. Model Implementasi Grindle

B. Teori Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn (1975) (Subarsono, 2009:99)

Menurut Meter dan Horn, ada lima variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yakni:

a. Standar dan sasaran kebijakan

Melaksanakan kegiatan Dipengaruhi oleh: (a) Isi Kebijakan

1. Kepentingan yang dipengaruhi 2. Tipe manfaat

3. Derajat perubahan yang diharapkan

4. Letak pengambilan keputusan 5. Pelaksana program

(62)

Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisasikan. Apabila standar dan sasaran kebijakan kabur, maka akan terjadi multiinterpretasi dan mudah menimbulkan konflik antara para agen implementasi

b. Sumber daya

Implementasi kebijakan perlu dukungan sumber daya baik sumber daya manusia (human resourse) maupun sumber daya non manusia (non human resourse)

c. Hubungan antar organisasi

Dalam banyak program, implementasi sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu, diperlukan koordinasi dan kerjasama antar instansi bagi keberhasilan suatu program

d. Karakteristik agen pelaksana

Yang dimaksud karakteristik agen pelaksana adalah mencakup struktur birokrasi, norma – norma, dan pola – pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya itu akan mempengaruhi implementasi suatu program

e. Kondisi sosial, politik, dan ekonomi

(63)

f. Disposisi implementor

Disposisi implementor ini mencakup tiga hal penting, yakni respon implementor terhadap kebijakan, yang akan mempengaruhi kemauannya untuk melaksanakan kebijakan, kognisi yaitu pemahamannya terhadap kebijakan,intensitas disposisi implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh implementor.

Gambar 1.2. Model Impelementasi Van Meter and Van Horn

C. Teori George Edwards III (1980) mengungkapkan ada empat faktor dalam mengimplementasikan suatu kebijakan publik yaitu:

1. Komunikasi

2. Sumber daya

3. Disposisi atau perilaku

(64)

Keempat faktor tersebut secara simultan bekerja dan berinteraksi satu sama lain agar membantu proses implementasi atau sebaliknya menghambat proses implementasi.

Implementasi sebuah kebijakan secara konseptual bisa dikatakan sebagai sebuah proses pengumpulan sumber daya Alam dan Sumber Daya Manusia dan diikuti dengan penentuan tindakan-tindakan yang harus diambil untuk mencapai tujuan kebijakan.

Rangkaian tindakan yang diambil tersebut merupakan bentuk transformasi rumusan-rumusan yang diputuskan dalam kebijakan menjadi pola-pola operasional yang pada akhirnya akan menimbulkan perubahan sebagaimana diamanatkan dalam kebijakan yang telah diambil sebelumnya. Hakikat utama implementasi adalah pemahaman atas apa yang harus dilakukan setelah sebuah kebijakan diputuskan

Dalam pandangan George C. Edwards yang diikuti dalam buku Leo Agustino (2006:149), Implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat variable, yaitu:

a. Komunikasi, keberhasilan implementasi kebijakan masyarakat adalah implementor mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus ditransisikan kepada kelompok sasaran sehingga akan mengurangi distorsi implementasi. Apabila tujuan dan sasaran suatu kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok- sasaran, maka kemugkinan akan terjadi resistensi dari kelompok sasaran.

Gambar

Gambar 3.1
Tabel 3.2 menunjukkan jumlah penduduk Kota Medan terus meningkat dari 2.036.185
Tabel 3.3.
Tabel. 3.6 Sarana/Prasarana dan Tenaga Kesehatan
+6

Referensi

Dokumen terkait

[r]

BERITA ACARA PEMBUKAAN DOKUMEN PENAWARAN PENGADAAN PERALATAN DAN FASILITAS PERKANTORAN PADA KANTOR WILAYAH DJP KALIMANTAN SELATAN DAN TENGAH.. DAN KPP PRATAMA BANJARMASIN Nomor

[r]

Pada hari ini Kamis tanggal Dua bulan Agustus tahun Dua Ribu Dua Belas pukul 09.00 WIB s/d 11.00 WIB , kami POKJA Pengadaan Barang/Jasa Kejaksaan Tinggi Banten

[r]

Selain memastikan diagnosis dan membina komunikasi dengan para ahli, orangtua anak autis hendaknya juga memperkaya pengetahuan tentang autisme, terutama pengetahuan mengenai terapi

Berdasarkan aturan dalam pelelangan umum dengan pascakualifikasi, maka panitia pengadaan diharuskan melakukan pembuktian kualifikasi terhadap data-data kualifikasi

Kementerian Kehutanan, Pertanian, Bappenas, Kementerian Dalam Negeri, BPK, UKP Pokja Nasional menetapkan Skenario Mitigasi Nasional berdasarkan usulan skenario mitigasi