ABSTRAK
KONSTRIBUSI ANGGOTA TIM AHLI DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR
SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM EKSKRESI (Kajian Deskriptif pada Siswa Kelas XI IPA4 Semester Genap
SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)
Oleh
MIRA OLIVIA HR
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konstribusi anggota tim ahli dengan hasil belajar tim asal dan hubungan konstribusi anggota tim ahli dengan hasil belajarnya dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di kelas XI IP semester genap SMA Negeri 5 Bandar Lampung. Penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan menggunakan teknik purposive sampling sehingga sampel yang diperoleh adalah siswa kelas XI IP . Data penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa nilai pretes dan postes yang diperoleh dari proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan dan data kualitatif berupa deskripsi hubungan konstribusi anggota tim ahli dengan hasil belajar tim asal dan hubungan konstribusi anggota tim ahli dengan hasil belajar ahli itu sendiri.
sedang. Seluruh ahli dalam penelitian ini memiliki nilai konstribusi yang tergolong sedang, sebagian besar anggota tim asal (68,96%) memperoleh hasil belajar yang tergolong sedang, dan sebagian besar anggota tim ahli (51,73%) memperoleh hasil belajar yang tergolong sedang. Selain itu diketahui pula bahwa terdapat hubungan yang positif antara konstribusi anggota tim ahli dengan hasil belajar tim asal dan konstribusi anggota tim ahli dengan hasil belajarnya. Hal itu berarti peningkatan nilai konstribusi anggota tim ahli akan meningkatkan nilai hasil belajar tim asal dan nilai hasil belajar ahli itu sendiri.
Kata kunci: Aktivitas, hasil belajar, konstribusi anggota tim ahli.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Metro pada tanggal 9 Januari 1992, yang merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Chairul Eka Putra dan Ibu Sri Herlina HS. Penulis beralamat di JL. Suttan Syahrir No. 1 16c Mulyojati Kota Metro atau dapat dihubungi di nomor HP: 08997668768 dan email: hroliviamira@gmail.com.
Pendidikan yang ditempuh penulis adalah SD Negeri 1 Metro Pusat (1998-2004), SMP Negeri 1 Metro (2004-2007), SMA Negeri 1 Metro (2007-2010). Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Unila melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).
Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Dasar dan
Information and Communication Technology serta aktif di organisasi sebagai anggota divisi penelitian dan pengembangan Himpunan mahasiswa eksakta (2011/2012), anggota divisi Forum Penelitian dan Pengembangan Islam
MOTTO
Manjadda wa jadda
Wa man saaro’alad darbi washola
(Pepatah Arab)
Perempuan itu harus tangguh, gesit, cekatan, rajin, dan
sifat yang lebih mendasar lainnya. Kalau cuma imut,
menggemaskan, warna – warni, saya rasa boneka Barbie
juga punya sifat artifisial itu.
(Darwis Tere Liye)
PERSEMBAHAN
Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya ini sebagai tanda
baktiku kepada:
Ibu dan buyah yang telah mendidik dan membesarkan ku dengan segala limpahan
kasih sayang yang tak terhitung, kerja keras yang tiada berujung, dukungan,
kesabaran, dan kekuatan yang selalu mengiringi derap langkahku dan segala doa
yang dipanjatkan untuk kesuksesan dan kebahagiaanku
Adikku, Tengku dan Tarisa yang selalu mendukung dan bangga terhadap langkah
yang kutempuh serta memberiku kekuatan untuk selalu memberikan contoh yang
baik
Keluarga besar di Bandar Lampung dan Metro yang selalu sedia untukku
SANWACANA
Alhamdulillahi Rabbil Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT, atas nikmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan
Pendidikan MIPA FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “KONSTRIBUSI ANGGOTA TIM AHLI DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM EKSKRESI (Kajian Deskriptif pada Siswa Kelas XI IPA4 Semester Genap SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;
2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung; 3. Pramudiyanti, S.Si., M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi
FKIP Universitas Lampung;
4. Dr. Tri Jalmo M.Si., selaku Pembimbing Akademik sekaligus Pembimbing I atas sumbangan pemikiran, bimbingan, saran, dan motivasi sehingga skripsi ini dapat selesai;
6. Drs. Darlen Sikumbang M.Biomed., selaku pembahas atas saran – saran perbaikan dan motivasi untuk penyelesaian skripsi ini;
7. Seluruh dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menyele-saikan studi;
8. Drs. Hi. Ahyauddin M.Pd., selaku Kepala SMA Negeri 5 Bandar Lampung dan Ibu Dewi Eka, S.Pd., selaku guru mitra yang telah memberikan izin dan masukan selama penelitian;
9. Seluruh dewan guru, staf, dan siswa – siswi kelas XI IP SMA Negeri 5 Bandar Lampung atas kerja sama yang baik selama penelitian berlangsung. 10.Tim terbaik dalam pembuatan skripsi Cris Ayu Setyaningsih dan Rosiana
Aisyiyah serta sahabat-sahabatku, Fajria Faiza, Komasari, Eliyana Putri, Yusika Nabilla, Arinta Winsi, Sisca P. Nasution, dan Liza Istiana yang banyak memberikan bantuan dan semangat;
11.Para observer Linda Asrina, Hanni Hanifah, Yuliani, Endang Lastriana, Annisa Shinta, Kartika, dan Sri Wahyuningsih.
12.Rekan – rekan seperjuangan angkatan 2010 terkhususnya Biologi A, terima kasih atas persahabatan dan kebersamaan yang terjalin selama ini;
13.Semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, tetapi semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin
Bandar Lampung, Juli 2014 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 4
F. Kerangka Pikir ... 6
G. Hipotesis ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 9
B. Hasil Belajar ... 14
C. Aktivitas Belajar... 19
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 25
B. Populasi dan Sampel ... 25
C. Desain Penelitian ... 25
D. Prosedur penelitian ... 25
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 30
F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 34
IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 41
xiv
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ... 67
B. Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 68
LAMPIRAN 1. Silabus ... 72
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 76
3. Lembar Kerja Siswa ... 87
4. Lembar Kerja Kelompok ... 90
5. Soal Pretes dan Postes ... 111
6. Kunci Jawaban ... 114
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Lembar observasi aktivitas ahli. ... 31
2. Angket ahli ... 33
3. Nilai dan kriteria konstribusi anggota tim ahli ... 35
4. Nilai dan kriteria konstribusi untuk tiap aspek ... 36
5. Analisis pretes dan postes ... 37
6. Kriteria hasil belajar ... 38
7. Tingkat hubungan berdasarkan interval korelasi sederhana. ... 39
8. Nilai dan kriteria konstribusi anggota tim ahli ... 41
9. Nilai dan kriteria pada tiap aspek aktivitas ... 42
10.Pengelompokkan hasil belajar tim asal dan ahli ... 43
11.Rata-rata hasil belajar anggota tim asal dan ahli ... 43
12.Hasil uji linieritas dan uji korelasi ... 44
13.Hasil uji linieritas dan uji korelasi ... 45
14.Lembar observasi aktivitas siswa ... 137
15.Hasil analisis pretes ... 138
16.Hasil analisis postes ... 140
17.N-gain hasil belajar anggota tim asal dan anggota tim ahli ... 142
18.Nilai aktivitas, hasil belajar anggota tim asal, dan tim ahli serta kriteria aktivitas, hasil belajar anggota tim asal dan tim ahli ... 143
xvi
20. Analisis uji linearitas dengan variabel konstribusi anggota tim ahli
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Cuplikan jawaban di LKS tim asal terkait materi yang disampaikan
anggota tim ahli tubulus kontortus proksimal.... ... 46 2. Cuplikan jawaban postes anggota tim asal terkait materi yang
disampaikan anggota tim ahli tubulus kontortus proksimal. ... 47 3. Cuplikan jawaban postes anggota tim asal terkait materi yang
disampaikan anggota tim ahli alveolus. ... 48 4. Cuplikan jawaban di LKK tim ahli tubulus malpighi……… 51 5. Cuplikan jawaban di LKS tim asal terkait materi yang disampaikan
anggota tim ahli tubulus malpighi ……….……... 51 6. Cuplikan jawaban di pretes anggota tim asal terkait materi yang
disampaikan anggota tim ahli tubulus malpighi ……… 52 7. Cuplikan jawaban postes anggota tim asal terkait materi yang
disampaikan anggota tim ahli tubulus malpighi…... 52 8. Cuplikan jawaban postes anggota tim asal terkait materi yang
disampaikan anggota tim ahli glomerulus ……… 56 9. Cuplikan jawaban di LKK tim ahli tubulus kontortus distal…………. 58 10.Cuplikan jawaban LKS di tim asal terkait materi yang disampaikan
anggota tim ahli tubulus kontortus distal……… 60 11.Cuplikan jawaban postes anggota tim ahli tubulus kontortus distal... 60 12.Cuplikan jawaban LKK tim ahli glomerulus………. 62 13.Cuplikan jawaban LKS tim asal yang terkait materi yang
disampaikan anggota tim ahli glomerulus …. ………. 62 14.Cuplikan jawaban postes anggota tim ahli glomerulus………..… 63 15.Cuplikan jawaban postes anggota tim ahli terkait dengan materi yang
xix
16.Tim ahli mengerjakan LKK…………..……… 147 17.Tim ahli mengerjakan LKK dibantu oleh guru. …………..………... 147 18.Anggota tim ahli menjelaskan materi yang menjadi tanggung
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penggunaan model dalam proses pembelajaran telah mengalami modifikasi seiring bertambahnya waktu. Model pembelajaran tradisional mulai ditinggalkan dan berganti dengan model pembelajaran yang lebih modern. Model
pembelajaran modern tersebut lebih menekankan siswa untuk berinteraksi secara aktif sehingga diperoleh hasil yang optimal. Seiring dengan pendekatan
kontruktivisme dalam proses pembelajaran, model pembelajaran yang mendapat perhatian dan respon tinggi ialah model pembelajaran kooperatif (Isjoni, 2013: 5).
Salah satu model pembelajaran kooperatif terpopuler saat ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Alasan tersebut diungkapkan Maden (2011: 3) bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah model pembelajaran kooperatif yang cukup fleksibel dengan variasi tak terbatas dibandingkan model pembelajaran kooperatif lainnya sehingga banyak digunakan dan dikembangkan. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw juga direkomendasikan dalam segala proses pembelajaran. Hal itu dikarenakan, model pembelajaran kooperatif tipe
2
(Robinson,1991: 65). Selain itu, penelitian beberapa ahli pendidikan dunia seperti Dori, dkk (1995), Aronson (2005), Mahoney (2010), Sahin (2010), Tran (2012), dan Kazemi (2012) menunjukkan bahwa hasil belajar siswa mengalami
peningkatan setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat dua elemen penting yang berperan dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Elemen penting tersebut adalah tim ahli dan kemampuan individual tim ahli dalam menjelaskan informasi kepada tim asal. Sehingga setiap siswa memiliki
kesempatan sukses yang sama dalam pembelajaran. Tim ahli bertanggung jawab membantu siswa lainnya dengan cara menjelaskan materi yang menjadi tanggung jawabnya (Sahin, 2010: 785). Menurut Slavin (2005: 10), tanggung jawab tim ahli difokuskan pada kegiatan anggota tim dalam membantu satu sama lain untuk belajar dan memastikan bahwa tiap orang dalam tim siap untuk mengerjakan tes atau bentuk penilaian lainnya yang dilakukan siswa tanpa bantuan teman satu timnya. Kemampuan setiap siswa tim ahli dalam menjelaskan materi bergantung dari kemampuan individual yang dimilikinya (Dollard dan Mahoney, 2010: 2).
3
anggota tim ahli dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil belajar siswa pada materi sistem ekskresi (kuasi deskriptif pada siswa kelas XI IP
semester genap SMA Negeri 5 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Adakah hubungan antara konstribusi anggota tim ahli terhadap hasil belajar anggota tim asal dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di kelas XI IP SMA Negeri 5 Bandar Lampung?
2. Adakah hubungan konstribusi anggota tim ahli terhadap hasil belajarnya dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di kelas XI IP SMA Negeri 5 Bandar Lampung?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui:
4
2. Hubungan konstribusi anggota tim ahli terhadap hasil belajarnya dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di kelas XI IP SMA Negeri 5 Bandar Lampung.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Bagi peneliti
Dapat memberikan wawasan, pengalaman, dan bekal bagi peneliti sebagai calon guru biologi yang berkompetensi, profesional dan berdedikasi tinggi serta berkepribadian yang mantap terutama dalam merancang dan
melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. 2. Bagi guru
Dapat memberikan informasi dan pengetahuan yang baru mengenai
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sehingga dapat dijadikan alternatif dalam memilih model pembelajaran yang tepat.
3. Bagi siswa
5
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari angggapan yang berbeda terhadap masalah yang akan diteliti, maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut.
1. Konstribusi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah konstribusi anggota tim ahli ditinjau dari aktivitasnya yang dianggap berpengaruh terhadap hasil belajar siswa di tim asal dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
2. Aktivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah aktivitas anggota tim ahli yang dilakukan di dalam masing - masing tim asal yang ditinjau dari empat aspek, yakni 1) kesesuaian menyampaikan hasil diskusi tim ahli ke tim asal 2) kemampuan menyampaikan materi dengan kombinasi menggunakan
gambar/diagram/grafik 3) kemampuan siswa dalam menjelaskan materi menggunakan sistematika yang tepat, dan 4) kemampuan siswa dalam menjelaskan materi menggunakan bahasa yang jelas. Nilai aktivitas anggota tim ahli tersebut diperoleh dari penilaian aktivitas anggota tim ahli
menggunakan lembar observasi dan angket yang diisi oleh setiap anggota tim ahli di tim asal.
3. Anggota tim ahli yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa yang menjadi anggota di tim ahli. Angota tim ahli tersebut bertanggung jawab terhadap bagian materi tertentu kemudian menjelaskan bagian materi ke siswa anggota tim ahli lainnya di tim asal.
6
asal dan hasil belajar anggota tim ahli di tim asal. Hasil belajar anggota tim asal berupa N-gain yang diperoleh anggota tim asal kecuali N-gain anggota tim ahli. Nilai N-gain anggota tim asal diperoleh dari jawaban pretes dan postes anggota tim asal yang terkait dengan materi yang menjadi tanggung jawab anggota tim ahli di tim asal. Sedangkan hasil belajar anggota tim ahli berupa N-gain anggota tim ahli. Nilai N-gain anggota tim ahli diperoleh dari jawaban pretes dan postes anggota tim ahli yang terkait dengan materi yang menjadi tanggung jawabnya.
5. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014 dan sampel nya adalah siswa kelas XI IP .
6. Materi pokok dalam penelitian ini adalah sistem ekskresi yang terdapat pada KD 3.5 biologi SMA Kelas XI, yaitu “Menjelaskan keterkaitan antara struktur fungsi, dan proses serta kelainan/ penyakit yang dapat terjadi pada sistem ekskresi pada manusia dan hewan (misalnya ikan dan serangga)”.
F. Kerangka Pikir
Seiring dengan pendekatan kontruktivisme dalam proses pembelajaran, model pembelajaran yang mendapat perhatian dan respon tinggi ialah model
pembelajaran kooperatif. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa adalah model pembelajaran kooperatif tipe
7
X Y
Menurut penelitian sebelumnya, model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar siswa tersebut tidak terlepas dari peran komponen-komponen di dalamnya. Dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat dua komponen penting, yaitu tim ahli dan tim asal. Konstribusi tim ahli dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ditinjau dari aktivitasnya saat berada di tim asal. Hal itu dikarenakan aktivitas tim ahli di tim asal diduga berpengaruh terhadap hasil belajar tim asal. Adapun aktivitas tim ahli tersebut adalah menyampaikan hasil diskusi tim ahli, menyampaikan materi dengan kombinasi menggunakan gambar/diagram/grafik, dan penggunaan bahasa yang jelas dan sistematis. Dengan demikian dirasa perlu dilakukan penelitian kajian tentang konstribusi anggota tim ahli dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil belajar siswa. Penelitian ini mengenai hubungan konstribusi anggota tim ahli dalam
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan hasil belajar anggota tim asal dan hubungan konstribusi anggota tim ahli dengan hasil belajarnya. Variabel bebas pada penelitian ini adalah konstribusi anggota tim ahli, sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar siswa. Hubungan antara kedua variabel tersebut digambarkan dalam diagram berikut.
Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat Keterangan:
X: Konstribusi anggota tim ahli dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
8
G. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. H0 = Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara konstribusi anggota tim ahli terhadap hasil belajar tim asal di kelas XI IP Semester Genap
SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.
H1 = Terdapat hubungan yang signifikan antara konstribusi anggota tim ahli
terhadap hasil belajar tim asal di kelas XI IP Semester Genap SMA
Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.
2. H0 = Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara konstribusi anggota tim ahli terhadap hasil belajarnya di kelas XI IP Semester Genap SMA
Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014 .
H1 = Terdapat hubungan yang signifikan antara konstribusi anggota tim ahli
terhadap hasil belajarnya di kelas XI IP Semester Genap SMA Negeri
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Model dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Model dapat dipahami sebagai suatu tipe atau desain, deskripsi yang dipergunakan sebagai pedoman dalam kegiatan, dan desain sederhana dari suatu sistem kerja (Sagala, 2013: 175). Menurut Trianto (dalam Sandi, 2012: 5), model pembelajaran meliputi pendekatan suatu model pembelajaran yang luas dan menyeluruh sedangkan menurut Sagala (2013: 176) model pembelajaran adalah suatu perencanaan yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan proses pembelajaran di kelas.
10
Ketiga, sesuai dengan cara belajar siswa yang dilakukan. Keempat, dapat dilaksanakan dengan baik oleh guru. Kelima, tidak ada satupun metode yang paling sesuai untuk segala tujuan, jenis materi, dan proses belajar yang ada (Hasan, dalam Isjoni, 2013: 50). Pada saat ini, model pembelajaran yang mendapat banyak perhatian adalah model pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lain sebagai satu tim atau satu tim (Isjoni, 2013: 15). Lewis (2012: 1) menyatakan bahwa:
“Cooperative learning, one kind of student-centered learning approach, has been documented throughout the literature as effective in helping students obtain practical learning skills, abilities for effective communication and proficiency in term of understanding knowledge, and it promotes positive student attitudes towards their own learning”.
Sementara itu Rusman (2010: 203) menyatakan bahwa cooperative learning
11
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar tim. Terdapat beberapa unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian tim biasa. Hal tersebut diperkuat oleh pemikiran Roger dan Lie (dalam Amri dan Ahmadi, 2010: 91) bahwa ada lima unsur yang menjadi ciri dari pembelajaran kooperatif yang tidak terdapat pada belajar tim biasa yakni, saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses tim.
Sebagian besar tipe dalam pembelajaran koperatif menggunakan prinsip – prinsip pembelajaran untuk tujuan tertentu. Salah satu pembelajaran kooperatif yang memiliki tujuan tertentu adalah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Platt dan Brooks (2002: 376) mengungkapkan“the goal orientation in a Jigsaw task is convergent and there is one possible outcome” sedangkan ahli pendidikan lain berpendapat bahwa Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab dan setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik (Lie, 2010: 33). Lebih lanjut Rusman (2012: 219) menjelaskan bahwa
12
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memungkinkan siswa untuk saling
membantu dalam memahami materi pelajaran. Hal itu dipertegas oleh pernyatan Heeden (2003: 19) bahwa:
“ Jigsaw, one of the cooperative learning techniques. This techinuques, including two different treatments with different small groups in order to help learning and improving cooperation between students, was first designed by Aronson in 1978”.
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terdapat dua elemen penting agar pembelajaran berjalan efektif. Pertama, tim ahli siswa. Menurut Sahin (2010: 2) tim ahli tersebut berasal dari tim asal yang memperoleh pembahasan materi yang berbeda. Kedua, kemampuan individual. Kemampuan individual setiap siswa dalam tim ahli akan mempengaruhi informasi yang akan disampaikan kepada siswa yang lain (Dollard dan Mahoney, 2010: 2).
Menurut Kazemi (20012: 4), kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebagai berikut.
a. Pembagian tim
Siswa dalam kelas dibagi menjadi beberapa tim asal dan masing – masing tim mendapatkan bagian materi yang berbeda. Tiap anggota dalam tim asal tersebut dinamai tim ahli.
b. Diskusi tim ahli.
Tiap ahli dalam tim asal berpisah dan bersatu dengan anggota tim asal lainnya yang memiliki bagian materi yang sama. Kemudian tiap tim ahli mendiskusikan bagian materi yang mereka dapat. Menurut Lai dan Wut (2006: 4), selama proses ini, siswa akan berbagi mengenai konsep yang ia dapat selama ini dan berdiskusi mengenai topik utama yang berkaitan dengan bagian materi mereka. Proses ini bertujuan untuk memfasilitasi, memperbaiki, dan menyamakan konsep yang ada sebelum tiap ahli kembali ke tim asal mereka.
c. Laporan tim
13
dipersilahkan untuk bertanya dan menanggapi untuk mengklarifikasi pernyataan yang diberikan oleh ahli dalam tim mereka.
d. Tes
Para siswa mengerjakan kuis – kuis individual yang mencakup semua topik permasalahan yang telah dibahas di tim asal.
e. Rekognisi tim
Perhitungan skor tim dan menentukan penghargaan tim.
Dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, setiap siswa merupakan ahli dalam sub materi tertentu. Tim ahli merupakan elemen yang sangat penting dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Hal itu diungkapkan Maccpherson (2007: 74) bahwa “ the first essential elemens for the Jigsaw method to be effective is a
group goal or expert group for the students”.Tim ahli harus memahami bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk memberikan informasi secara jelas dan benar kepada temannya agar pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat berhasil. Keberhasilan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw bergantung pada tim ahli. Hal itu sesuai dengan pendapat Dollard dan Mahoney (2010: 2) bahwa:
“ Without a group goal or expert group, students may not give adequate
explanations to their team members about their subtopics because they were not motivated to do so”.
Setiap ahli dalam tim ahli mempunyai tanggung jawab individual dan kesempatan sukses yang sama dalam pembelajaran. Menurut Slavin (2005: 10), tanggung jawab individual maksudnya adalah bahwa kesuksesan tim bergantung pada pembelajaran individu dari semua anggota tim. Tanggung jawab difokuskan pada kegiatan anggota tim dalam membantu satu sama lain untuk belajar dan
14
penilaian lainnya yang dilakukan siswa tanpa bantuan teman satu timnya sedangkan kesempatan yang sama maksudnya, bahwa semua siswa memberi kontribusi kepada timnya dengan cara meningkatkan kinerja mereka dari sebelumnya.
B. Hasil Belajar
Menurut Tim Penyusun Pusat Bahasa (1994: 513), hasil adalah perolehan atau pendapatan sedangkan Hesti (2008: 12) mengungkapkan bahwa belajar adalah usaha manusia dari yang tidak mampu untuk menjadi mampu dan akan membantu manusia menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungannya. Sementara itu Abdurrahman (dalam Hesti, 2008: 28) menyatakan bahwa belajar merupakan proses dari seseorang individu yang berupaya mencapai tujuan belajar yaitu suatu bentuk perubahan prilaku yang relatif menetap. Belajar merupakan salah satu perilaku yang amat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Dengan adanya proses belajar inilah manusia bertahan hidup (survived).
Menurut Rahmawati (2009: 31), belajar (learn) dapat diartikan sebagai proses transfer yang ditandai dengan adanya perubahan pengetahuan, tingkah laku, dan kemampuan seseorang yang relatif tetap sebagai hasil dari latihan dan
15
1. Belajar ditandai dengan adanya perubahan pengetahuan, sikap, tingkah laku, dan keterampilan yang relatif tetap dalam diri seseorang sesuai dengan tujuan yang diharapkan.Dengan demikian yang dimaksud dengan belajar adalah jika seseorang mampu menerapkan apa yang dipahami dalam bentuk konkret sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
2. Belajar terjadi melalui latihan dan pengalaman yang bersifat kumulatif. Artinya, hasil belajar tidak diperoleh secara tiba-tiba, akan tetapi berlangsung melalui proses tahap demi tahap. Hal ini berhubungan dengan kemampuan seseorang, jika peserta didik bisa memahami dan mengusai sebuah tahapan proses belajar, maka peserta didik bisa melanjutkan ke proses tahapan selanjutnya. Akan tetapi jika peserta didik belum bisa menguasai suatu tahapan belajar, maka peserta didik akan kesulitan untuk melanjutkan ke proses belajar selanjutnya.
3. Belajar merupakan proses aktif-konstruktif yang terjadi melalui mental proses. Yang dimaksud mental proses adalah serangkaian proses kognitif seperti persepsi (perception), perhatian (attention), mengingat (memory), berpikir (thinking, reasoning), dan memecahkan masalah (problem solving).Dengan kesadaran tersebut peserta didik akan secara aktif memberikan perhatian, mengingat, berpikir, manafsirkan, mengelompokkan, mengaitkan,
mengkonfrontasikan informasi yang diterima berdasarkan apa yang dicapai dan apa yang dia ketahui(pengetahuan lama yang telah didapatkan).
Hasil belajar adalah hasil dari rangkaian proses pembelajaran yang dilakukan oleh individu. Menurut Romiszowski (dalam Rahmawati, 2009: 16), hasil belajar merupakan keluaran (outputs) dari suatu sistem pemrosesan masukan (inputs), masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (performance). Sementara itu Amri dan Ahmadi (2001: 15) menjelaskan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar dan tersirat dalam bentuk nilai. Kemampuan tersebut adalah siswa akan memiliki kemampuan seperti
16
Hasil belajar siswa merupakan cermin dari kuantitas dan kualitas proses
pembelajaran. Slameto(2003: 51), mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan salah satu yang digunakan untuk memperoleh laporan tentang hasil belajar yang di capai oleh siswa. Hasil belajar yang biasa diukur melalui tes adalah bukti dari usaha yang dilakukan dalam proses pembelajaran. Sementara itu menurut Hesti (2008: 9), hasil belajar (achievement) itu sendiri dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di pondok pesantren atau sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes
mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.
Keberhasilan siswa dalam belajar memerlukan syarat – syarat tertentu. Sagala (2013: 57), menyatakan bahwa agar siswa dapat berhasil belajar diperlukan persyaratan antara lain:
1. Kemampuan berpikir yang tinggi bagi para siswa. Hal ini ditandai dengan berpikir kritis, logis, sistematis, dan objektif.
2. Menumbuhkan minat yang tinggi terhadap mata pelajaran.
3. Bakat dan minat yang khusus para siswa yang dapat dikembangkan sesuai dengan potensinya.
4. Menguasai bahan – bahan dasar yang diperlukan untuk meneruskan pelajaran di sekolah menjadi lanjutannya.
5. Menguasai salah satu bahasa terutama bahasa inggris bagi siswa yang telah memenuhi syrat untuk itu.
6. Stabilitas psikis atau tidak mengambil masalah penyesuaian diri dan seksual.
17
Menurut Djamarah dan Zain (2006: 17), tingkat keberhasilan suatu pembelajaran dapat digolongkan sebagai berikut.
a. Istimewa/maksimal : apabila seluruh bahan pengajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa.
b. Baik sekali/optimal : apabila sebagian besar (70%-90%) bahan pelajaran dapat dikuasai oleh siswa.
c. Baik/minimal : apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% sd 75% saja yang dikuasai oleh siswa. d. Kurang : apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa.
Hasil belajar yang diperoleh ntar siswa tidaklah sama. Hal itu dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Faktor – faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut.
1. Faktor internal
Faktor ini berasal dari dalam diri peserta didik, yakni faktor psikologis yang berhubungan dengan jiwa peserta didik dan keinginan yang meliputi
intelegensi, minat dan perhatian, bakatmotif serta kematangan peserta didik. a. Intelegensi
Intelegensi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar. Intelegensi merupakan dasar potensial bagi pencapaian hasil belajar, artinya hasil belajar yang dicapai akan bergantung pada tingkat intelegensi, dan hasil belajar yang dicapai tidak akan melebihi tingkat intelegensinya.29 Sehingga, semakin tinggi tinggi tingkat intelegensi, makin tinggi pula tingkat hasil belajar yang dapat dicapai (Mulyasa, dalam Rahmawati, 2009: 35).
b. Minat dan perhatian
Minat adalah kecenderungan seseorang terhadap sesuatu. Sedangkan perhatian adalah melihat dan mendengarkan dengan baik dan teliti terhadap sesuatu.30 Perhatian bisa dipupuk dengan memberikan stimulus yang baru, beraneka ragam atau berorientasi (Wahib, dalam Rahmawati, 2009: 35).
c. Bakat
18
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang timbul dari luar
diri peserta didik, yakni faktor yang mendukung hasil belajar pada diri peserta didik (Rahmawati, 2009: 23).
a. Faktor Keluarga
1. Cara Orang Tua Mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, dapat menyebabkan anak kurang berhasil dalam belajarnya. Mungkin anak sendiri sebetulnya pandai, tetapi karena cara belajarnya tidak teratur, akhirnya kesukaran-kesukaran terjadi dalam belajarnya, sehingga hasil yang didapatkan atau prestasinya tidak memuaskan, bahkan mungkin gagal dalam studinya. Disinilah bimbingan orang tua sangat memegang peranan penting yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan anak.
2. Pengertian Orang Tua
Terkadang anak mengalami lemah semangat, maka orang tua wajib memberi pengertian dan dorongan. Sehingga membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah. Jikalau perlu, orang tua menghubungi gurunya untuk mengetahui perkembangan anak di sekolah.
b. Faktor Sekolah 1. Kurikulum
Kurikulum adalah a plan for learning yang merupakan unsur substansial dalam pendidikan. Tanpa kurikulum kegiatan belajar mengajar tidak dapat berlangsung, sebab materi yang harus guru sampaikan harus sesuai dengan kurikulum yang ada. Menurut Bahri (2002: 146), muatan kurikulum akan memperngaruhi intensitas dan frekuensi belajar peserta didik.
2. Metode Mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Metode guru yang kurang baik akan mempengaruhi tingkat pemahaman peserta didik dan juga belajar peserta didik. Sehingga dalam proses belajar mengajar seorang guru harus kreatif dalam memilih metode-metode mengajar selama proses belajar mengajar di dalam kelas.
3. Guru
19
dan instrumen sebagai faktor-faktor utama yang mempengaruhi proses dan prestasi belajar. Menurut Mulyati (dalam Rahmawati, 2009: 25), proses pembelajaran tidak berlangsung secara satu arah (one way system) melainkan terjadi secara timbal balik (interactive, two ways trafic system). Kedua pihak berperan secara aktif dalam kerangka kerja (frame work), serta dengan menggunakan cara dan kerangka berpikir (frame ofreference).
Hasil belajar siswa dapat diukur dengan mengadakan evaluasi. Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan pembelajaran sudah tercapai. Untuk dapat mengukur sejauh mana
ketercapaian tersebut, maka diperlukan suatu teknik evaluasi hasil belajar (Sudjono, dalam Hesti, 2008: 14).
Menurut Khomsiyah (2010: 15), dalam konteks evaluasi hasil belajar dikenal adanya dua macam teknik evaluasi yakni, teknik tes dan non tes.
a. Teknik tes
Teknik tes digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar dari segi ranah kognitif. Tes adalah cara atau prosedur dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan yang berbentuk pertanyaan – pertanyaan yang harus dijawab atau perintah – perinath yang ahrus dikerjakan oleh siswa sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan prestasi siswa itu sendiri. Teknik tes digolongkan dalam enam jenis yakni, tes seleksi, tes awal, tes akhir, tes diagnostik, tes formatif, dan tes sumatif.
20
Teknik non tes digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah efektif dan psikomotorik. Teknik non tes digolongkan dalam empat jenis yakni, observasi, wawancara, angket, dan pemeriksaan dokumen.
C. Aktivitas Belajar
Menurut Hesti (2008: 7), aktivitas adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan individu sementara menurut Slameto (2003: 88), belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaaan dan tingkah laku. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa aktivitas belajar adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan individu untuk memperoleh penguasaan pengetahuan atau keterampilan dan perubahan tingkah laku.
Aktivitas belajar siswa merupakan salah satu unsur paling dasar dalam proses pembelajaran. Hal itu diungkapkan oleh seorang pakar pendidikan, Trinandita (dalam Ibrahim, 2007: 44) menjelaskan bahwa hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah aktivitas siswa. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa lainnya. Menurut Anglin (dalam Supinah, 2009: 4), aktivitas belajar siswa yang baik dapat terjadi apabila guru mengupayakan situasi dan kondisi pembelajaran yang mendukung. Upaya terebut meliputi: (a)
21
perencanaan komunikasi tatap muka, (c) memutuskan pilihan jika terjadi suatu dilemma, dan (d) mengembangkan situasi agar siswa terlibat dalam percakapan praktis.
Menurut Mudofir (dalam Supinah, 2009: 4), aktivitas belajar siswa selama mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas dapat dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu: (a) interaksi aktif dengan guru (avtive interaction with teacher), (b) bekerja selagi siswa duduk (working atthe student’s seat), (c) partisipasi mental (mental participation). Beberapa prinsip belajar yang harus dilakukan siswa terkait dengan aktivitas belajarnya, yaitu: (a) persiapan belajar (pre learning preparation), (b) memotivasi diri agar aktivitas belajarnya meningkat, (c) berpartisipasi aktif (active participation), dan (d) pengetahuan tentang hasil belajar (knowledge of results). Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing – masing siswa dapat melibatkan
kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan ketrampilan yang akan mengarah pada peningkatan hasil belajar.
Selain itu aktivitas siswa merupakan unsur penting dalam menentukan efektif atau tidaknya suatu proses pembelajaran. Hal itu dikarenakan aktivitas merupakan hal yang sangat penting bagi siswa karena memberikan kesempatan pada siswa untuk bersentuhan dengan objek yang sedang dipelajari seluas mungkin. Dengan
22
dalam Isnaini, 2012: 4). Selain itu, aktivitas siswa selama proses pembelajaran merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas siswa merupakan perilaku atau kegiatan yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan – kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas – tugas, menjawab pertanyaan guru, dan bekerja sama dengan siswa lainnya serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan (Sanjaya, dalam Supinah, 2009: 6).
Proses pembelajaran yang efektif memudahkan tercapainya keberhasilan belajar (Hesti. 2008: 7). Keberhasilan belajar tidak akan tercapai dengan mudah jika proses pembelajaran tidak didukung dengan aktivitas belajar. Aktivitas siswa adalah inti dari proses pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan dan potensi di dalam dirinya sendiri (Hammond,dkk., 2001: 45).
23
aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah, kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda atau siswa akan bertanya, mengajukan pendapat, menimbulkan diskusi dengan guru.
Dalam pembelajaran perlu diperhatikan bagaimana keterlibatan siswa dalam pengorganisasian pengetahuan, apakah mereka aktif atau pasif.Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa selama mengikuti pembelajaran. Berkenaan dengan hal tersebut, Dierich (dalam Sardiman, 2004: 101)
menggolongkan aktivitas siswa dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut.
1. Kegiatan- kegiatan visual.
Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja dan bermain. Menurut Haryanto (2009: 3), kemampuan membaca merupakan dasar bagi anak untuk
menguasai berbagai bidang studi. 2. Kegiatan- kegiatan lisan
Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi.
3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan
Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi tim, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio. Menurut Siringoringo (2009: 4), dalam proses komunikasi sebagian besarnya adalah mendengarkan. Mendengarkan merupakan kemampuan yang bukan hanya memerlukan kemampuan mendengar secara fisik, menggunakan telinga saja tetapi lebih luas lagi, yakni kemampuan untuk memahami, menagamti, dan memiliki empati dari yang kita dengar dan dapat menerjemahkannya dalam pesan. 4. Kegiatan-kegiatan Menulis
24
aktif dalam menerima informasi dan dapat membantu siswa menyerap dan memproses informasi.
5. Kegiatan-kegiatan menggambar
Menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta dan pola. Menurut Rose (2003: 65), kemampuan dalam menjelaskan gambar merupakan proses berpikir yang mengkombinasikan kompleks kata, gambar, warna, dan bahkan suara. Selain itu, apabila siswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan sebuah gambar maka akan membantu siswa untuk berpikir tentang suatu subjek secara global dan memungkinkan fleksibilitas pemikirannya. 6. Kegiatan-kegiatan motorik
Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun.
7. Kegiatan-kegiatan mental
Mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan dan membuat keputusan.
8. Kegiatan- kegiatan emosional
Merasa bosan, gugup, melamun,berani,dan tenang.
Sementara itu Abimanyu (dalam Isnaini, 2012: 12) menyatakan bahwa aktivitas dalam proses pembelajaran itu dapat berbentuk aktivitas siswa yang dijelaskan sebagai berikut.
a. Aktivitas fisik, seperti melakukan pengukuran, perhitungan, pengumpulan data,atau memperagakan suatu konsep dan lain-lain.
b. Aktivitas mental, seperti mendengarkan informasi dengan cermat, berdiskusi dengan teman sekelas, melakukan pengamatan terhadap sesuatu pengetahuan baru tersebut.
c. Aktivitas intelektual, seperti latihan keterlibatan intektual dalam bentuk latihan keterampilan intelektual seperti menyusun suatu rencana/program, menyatakan gagasan dan sebagainya.
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April 2014 di SMA Negeri 5 Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 2013/2014.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di kelas XI IPA SMA Negeri 5 Bandar Lampung sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI IP yang dipilih dengan teknik purposive sampling.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif korelasional. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat hubungan antara konstribusi anggota tim ahli dengan hasil belajar siswa sedangkan teknik analisisnya menggunakan statistik korelasi.
D. Prosedur Penelitian
26
1. Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut.
a. Membuat surat izin penelitian ke SMA Negeri 5 Bandar Lampung tempat diadakannya penelitian.
b. Mengadakan observasi ke SMA Negeri 5 tempat diadakannya penelitian untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang menjadi populasi penelitian.
c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas yang diteliti.
d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Kelompok (LKK), dan Lembar Kerja Siswa (LKS).
e. Membuat instrumen penelitian yaitu soal pretes, postesdan lembar observasi aktivitas siswa.
2. Penelitian
Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di kelas XI IP . Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut.
2.1 Pertemuan ke-1
a. Kegiatan Awal
1) Apersepsi dilakukan oleh siswa dengan memperhatikan penjelasan guru,
27
sehingga mampu berfungsi mengubah darah menjadi urin. Adakah yang mengetahui bagaimana struktur ginjal sehingga mampu
melakukannya?”.
2) Siswa memperoleh motivasi dari guru, ”Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui bahwa struktur, fungsi, dan proses pada organ eksresi itu berkaitan. Apabila strukturnya terganggu, maka fungsi dan proses yang terjadi didalamnya juga terganggu. Akibatnya akan terjadi kelainan/penyakit pada sistem ekskresi kita”.
b. Kegiatan Inti
1) Siswa bergabung dalam tim asal, masing-masing terdiri dari 6 orang anggota yang telah dibentuk oleh guru berdasarkan nilai pada pretes yang telah dilakukan pada akhir pertemuan pada materi sebelumnya. 2) Siswa membentuk ahli dalam masing – masing tim asal dengan
memilih 1 dari 6 kartu yang berbeda warnanya. Tiap warna kartu mewakili materi sehingga ahli yang memilih warna kartu tertentu bertanggung jawab terhadap materi yang diwakili oleh warna kartu tersebut.
3) Siswa ahli dari berbagai tim asal yang sama bergabung dalam tim yang disebut tim ahli.
28
5) Siswa bertanya mengenai maksud pertanyaan yang belum dipahami dan mengkonfirmasi kebenaran jawaban di LKK.
6) Siswa ahli dalam tiap tim ahli kembali ke tim asal.
7) Siswa ahli dalam tim asal mempresentasikan hasil diskusi masing – masing tim ahli.
8) Tim asal berdiskusi untuk mengerjakan LKS. c. Kegiatan Penutup
1) Siswa membuat simpulan/rangkuman materi yang telah dipelajari dengan bimbingan guru.
2) Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.
3) Siswa mengumpulkan LKS dan jawabannya.
4) Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang rencana pembelajara pada pertemuan selanjutnya.
2.2 Pertemuan ke-2 a. Kegiatan Awal
1) Apersepsi dilakukan oleh siswa dengan memperhatikan penjelasan guru,
”Kemarin kalian sudah mengetahui, mengapa darah bisa menjadi urin, sekarang saya akan bertanya mengenai organ ekskresi lainnya yakni kulit. Mengapa kulit bisa menghasilkan keringat? Bagaimana struktur
29
2) Siswa memperoleh motivasi dari guru,”Dengan mempelajari materi hari ini, kalian akan memperoleh informasi mengenai hubungan struktur, fungsi, proses, dan kelainan/penyakit yang terjadi pada organ ekskresi
kulit, hati, ginjal ikan, insang, tubula malpighi, dan trakea”. b. Kegiatan Inti
1) Siswa membentuk tim ahli seperti pada pertemuan sebelumnya. 2) Siswa dalam tim ahli berdiskusi untuk mengerjakan LKK yang telah
diberikan dengan menggunakan literatur dari buku pelajaran dan internet.
3) Siswa dalam tiap tim ahli kembali ke tim asal.
4) Siswa ahli dalam tim asal mempresentasikan hasil diskusi masing – masing tim ahli.
5) Tim asal berdiskusi untuk mengerjakan LKS. c. Kegiatan Penutup
1) Siswa membuat simpulan/rangkuman materi yang telah dipelajari dengan bimbingan guru.
2) Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.
3) Siswa mengumpulkan LKS dan jawabannya. 4) Siswa mengerjakan postes.
30
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis dan teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut. 1. Jenis Data.
a) Data kuantitatif
Data kuantitatif berupa nilai dari pretes dan postes. Nilai pretes dan postes dianalisuntukmenentukan hasil belajar siswa yang terdiri dari dua jenis, yaitu hasil belajar anggota tim asal dan hasil belajar anggota tim ahli.
b) Data kualitatif
Data kualitatif dalam penelitian ini adalah deskripsi konstribusi anggota tim ahli di tim asal dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
ditinjau dari aktivitasnya yakni 1) kesesuaian menyampaikan hasil diskusi tim ahli ke tim asal 2) kemampuan menyampaikan materi dengan kombinasi menggunakan gambar/diagram/grafik 3) kemampuan siswa dalam menjelaskan materi menggunakan sistematika yang tepat, dan 4) kemampuan siswa dalam menjelaskan materi menggunakan bahasa yang jelas.
2. Teknik Pengumpulan Data
31
Lembar observasi aktivitas ahli berisi aspek aktivitas yang diamati pada saat anggota tim ahli kembali ke tim asal. Setiap siswa merupakan ahli dan diamati setiap aspek aktivitas yang dilakukan. Adapun lembar observasi yang digunakan untuk menentukan aktivitas anggota tim ahli sebagai berikut.
Tabel 1. Lembar observasi aktivitas anggota tim ahli. No Nama Skor Aspek
Keterangan: A. Menyampaikan dengan lisan dan benar setiap poin hasil diskusi.
B. Menjelaskan hasil diskusi menggunakan bahasa yang jelas.
C. Menggunakan gambar, bagan, atau alat bantu lainnya ketika menjelaskan hasil diskusi.
D. Menjelaskan hasil diskusi secara sistematis.
A. Menyampaikan dengan lisan dan benar setiap poin hasil diskusi
Skor Deskriptor
1 - Menyampaikan dengan lisan dan benar satu dari tiga poin hasil diskusi tim ahli.
2 - Menyampaikan dengan lisan dan benar dua dari tiga poin hasil diskusi tim ahli.
3 - Menyampaikan dengan lisan dan benar tiga poin hasil diskusi tim ahli.
B. Menjelaskan hasil diskusi menggunakan bahasa yang jelas.
Skor Deskriptor
1 - Menjelaskan hasil diskusi menggunakan bahasa yang kurang jelas.
32
jelas.
3 - Menjelaskan hasil diskusi menggunakan bahasa yang jelas.
C. Menggunakan gambar, bagan, atau alat bantu lainnya ketika menjelaskan hasil diskusi.
Skor Deskriptor
1 - Tidak menggunakan gambar, bagan, atau alat bantu lainnya ketika menjelaskan hasil diskusi.
2 - Menggunakan gambar, bagan, atau alat bantu lainnya ketika menjelaskan hasil diskusi tetapi penjelasan sulit dimengerti. 3 - Menggunakan gambar, bagan, atau alat bantu lainnya ketika menjelaskan hasil diskusi dan penjelasan mudah dimengerti.
D. Menjelaskan hasil diskusi secara sistematis.
Skor Deskriptor
1 - Menjelaskan hasil diskusi secara tidak sistematis. 2 - Menjelaskan hasil diskusi tetapi kurang sistematis. 3 - Menjelaskan hasil diskusi secara sistematis
Pengisian lembar observasi aktivitas anggota tim ahli tersebut dibantu oleh lima orang observer. Observer – observer tersebut melakukan perekaman kegiatan diskusi di tim ahli dan di tim asal dan memberikan nilai aktivitas sementara untuk tiap ahli. Setelah itu, guru
membandingkan nilai aktivitas sementara yang diisi oleh observer
dengan aktivitas ahli selama proses pembelajaran yang terdapat dalam video rekaman proses pembelajaran.
b) Lembar Kerja Kelompok (LKK) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) Pada LKK terdapat pertanyaan – pertanyaan yang dikerjakan oleh tim
33
LKS dapat digunakan untuk mengetahui kebenaran, kesesuaian, dan kelengkapan poin hasil diskusi di tim ahli yang diberikan anggota tim ahli di tim asal.
c) Angket anggota tim ahli
Angket anggota tim ahli berisi pertanyaan - pertanyaan yang harus
dijawab oleh setiap anggota tim ahli di tim asal setelah semua anggota tim ahli menjelaskan hasil diskusinya. Angket anggota tim ahli ini digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan nilai konstribusi anggota tim ahli di tim asal. Angket anggota tim ahli ini berupa enam pertanyaan yang memerlukan jawaban bebas seperti terdapat pada Tabel 2.
Tabel 2. Angket Anggota Tim Ahli. No Pertanyaan
1 Urutkan dari yang terbaik, ahli yang dalam menjelaskan menggunakan bahasa yang mudah anda mengerti?
2 Ahli manakah yang dalam menjelaskan menggunakan kalimat yang singkat dan mudah anda mengerti? Bila lebih dari satu, urutkan dari yang terbaik!
3 Ahli manakah yang dalam menjelaskan menggunakan gambar? Bila lebih dari satu, urutkan dari yang terbaik!
4 Ahli manakah yang dalam menjelaskan menggunakan tabel? Bila lebih dari satu, urutkan dari yang terbaik!
5 Ahli manakah yang dalam menjelaskan menggunakan bagan? Bila lebih dari satu, urutkan dari yang terbaik!
34
d) Pretes dan Postes
Nilai pretes diambil pada akhir pertemuan materi sebelumnya, yakni pada materi sistem pernapasan. Nilai postes diambil di akhir pertemuan pada materi sistem ekskresi. Teknik penskoran nilai pretes dan postes yaitu :
S = x 100
Keterangan:
S = Nilai yang diharapkan (dicari)
R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar N = Jumlah skor maksimum dari tes tersebut
Purwanto (2008, dalam Suwandi, 2012: 31).
F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis a. Teknik Analisis Data
1. Data Kuantitatif
Nilai pretes, postes, dan N-gain dianalisis menggunakan uji korelasi bivariate (produck moment) dengan program SPSS versi 17, yang sebelumnya
dilakukan uji prasyarat berupa uji linearitas.
Uji linearitas data dilakukan dengan program SPSS versi 17 dengan kriteria pengujian disajikan seperti berikut ini.
Kriteria Pengujian - Hipotesis
H0 = Kedua variabel berhubungan linier H1 = Kedua variabel tidak berhubungan linier
35
- Kriteria Pengujian
Jika Fhitung ≤ Ftabel atau nilai signifikansi> 0,05 maka H0 diterima, jika Fhitung
≥ Ftabel atau nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak (Rusman, 2010: 74).
2. Data Kualitatif
a) Kontibusi Anggota Tim Ahli
Data konstribusi anggota tim ahli diperoleh dari lembar observasi aktivitas ahli. Selanjutnya menggolongkan tingkatan konstribusi anggota tim ahli menurut kategori interval. Adapun langkah yang dilakukan sebagai berikut.
1) Menghitung jumlah nilai konstribusi anggota tim ahli
Nilai konstribusi anggota tim ahli merupakan nilai aktivitas yang dilakukan anggota tim ahli di tim asal yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Nilai =
2) Menafsirkan atau menentukan nilai konstribusi anggota tim ahli
Setelah diketahui nilai konstribusi anggota tim ahli, maka nilai tersebut ditafsirkan atau ditentukan sesuai kriteria yang terdapat pada Tabel 3.
Tabel 3. Nilai dan kriteria konstribusi anggota tim ahli.
Nilai Kriteria
0-30 Rendah
31 – 70 Sedang
71-100 Tinggi
36
3) Menentukan nilai pada tiap aspek konstribusi
Selain menentukan nilai konstribusi dan kriterianya, melalui lembar observasi aktivitas ahli, dapat diketahui pula nilai untuk tiap aspek konstribusi yang dilakukan oleh anggota tim ahli di tim asal. Kemudian nilai untuk tiap aspek tersebut ditentukan kriterianya sesuai dengan Tabel 3. Nilai dan kiteria untuk tiap aspek konstribusi tersebut kemudian diletakkan pada Tabel 4 seperti dibawah ini.
Tabel 4. Nilai dan kriteria konstribusi untuk tiap aspek. Aspek Konstribusi
Yang Diamati
Nilai Kriteria
A B C D Keterangan:
A : Menyampaikan dengan lisan setiap poin hasil diskusi. B : Menyampaikan dengan lisan setiap poin hasil diskusi. C : Menggunakan gambar, tabel, dan bagan ketika menjelaskan. D : Menjelaskan materi menggunakan sistematika yang tepat.
b) Hasil Belajar
37
Tabel 5. Analisis pretes dan postes.
Nama Ahli di Tim Asal
Nomor Soal dan Penanggung Jawab Soal
Setelah melakukan analisis pretes dan postes, maka diketahui skor anggota tim asal dan skor anggota tim ahli sebelum dan sesudah proses
pembelajaran. Kemudian menghitung jumlah skor anggota tim asal dan skor anggota tim ahli yang merupakan hasil belajar anggota tim asal dan hasil belajar anggota tim ahli. Hasil belajar anggota tim asal berupa N-gain
yang diperoleh anggota tim asal kecuali N-gain anggota tim ahli. Nilai N-gain anggota tim asal diperoleh dari jawaban pretes dan postes anggota tim asal yang terkait dengan materi yang menjadi tanggung jawab anggota tim ahli di tim asal. Sedangkan hasil belajar anggota tim ahli berupa N-gain
38
dan hasil belajar anggota tim ahli dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Hake (dalam Suwandi, 2012: 30) sebagai berikut.
N-gain = X 100
Keterangan:
N-gain = average normalized gain = rata-rata N-gain Spost = postscore class averages = rata-rataskor postes
Spre = prescore class averages = rata-rataskor pretes
Smax = maximum score = skor maksimum
Langkah selanjutnya adalah mengelompokkan hasil belajar yang diperoleh anggota tim asal dan anggota tim ahli. Pengelompokkan hasil belajar anggota tim asal dan anggota tim ahli sesuai kriteria pada Tabel 6.
Tabel 6. Kriteria hasil belajar siswa.
Nilai Kriteria
0 – 30 Rendah
31 – 70 Sedang
71 – 100 Tinggi
(dimodifikasi dari Suwandi, 2012: 33).
b. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan uji korelasi sederhana (bivariate correlation) menggunakan program SPSS 17. Uji ini digunakan untuk mengetahui besarnya hubungan antara dua variabel, yang dalam penelitian ini adalah konstribusi anggota tim ahli dan hasil belajar siswa.
Spost – Spre
39
Uji ini dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Person (Product Moment).
- Hipotesis
H0 = Tidak ada hubungan antara konstribusi anggota tim ahli dengan hasil belajar siswa
H1 = Ada hubungan antara konstribusi anggota tim ahli dengan hasil belajar siswa
- Kriteria Pengujian
Jika r hitung < r tabel atau probabilitasnya> 0,05 maka H0 diterima, jika r hitung > r tabel atau probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak (Rusman, 2011: 67).
Teknik ini menghasilkan nilai koefisien korelasi yang dapat memberikan deskripsi tentang derajat kekuatan dari dua variabel yang tersebut. Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Tingkat hubungan berdasarkan interval korelasi sederhana. Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat (Sugiyono, 2010: 257)
Interpretasi terhadap nilai koefisien korelasi:
40
artinya semakin tinggi nilai satu variabel maka semakin tinggi pula nilai variabel lainnya.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara konstribusi tim ahli dengan hasil belajar siswa tim asal yang tergolong rendah di kelas XI IP SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara konstribusi anggota tim ahli dengan hasil belajarnya sendiri yang tergolong sedang di kelas XI IP SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.
B. Saran
Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut. 1. Dalam proses pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw hendaknya
67
2. Dalam menentukan waktu diskusi ahli hendaknya mempertimbangkan kemampuan siswa dalam memahami materi yang menjadi tanggung jawabnya sehingga alokasi waktu pada kegiatan pembelajaran tidak menyimpang dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah dibuat.
3. Aktivitas anggota tim ahli berhubungan dengan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang memiliki proses yang baik akan menghasilkan hasil belajar yang baik sehingga dapat digunakan tidak hanya pada materi pokok sistem ekskresi saja, tetapi juga pada materi pokok lain yang sesuai dengan karakteristik materi pokok tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Anggi, Rani. 2010. Efektivitas penggunaan media audio-visual dalam pembelajaran keterampilan menulis bahasa prancis pada siswa kelas x MAN 1 Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. Diakses dari httpeprints.uny. ac.id43391Rani.%2006204241038.pdf pada Rabu 8 Mei 2014 21.51 WIB. Amri, dan Ahmadi. 2001. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran. Prestasi
Pustaka. Jakarta.
--- 2010. Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas. Prestasi Pustakaraya. Jakarta.
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah dan Zain. 2006. Strategi Belajar dan Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.
Dollard, Mark W. dan Kate Mahoney. 2010. How Effective Is The Jigsaw Method When Used to Introduce New Science Curricula in Middle School Science?
Diakses dari http://oar.nipissingu.ca/PDFS/V1033.pdf pada Rabu, 1 Desember 2013 15:50 WIB.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.
Hammond, dkk. 2010. Learning From Others: Learning in a Social Context. Stanford University School of Education. Diakses dari http://onlearningbydesign.com
/2/post/2013/03/classroom-interaction-do-your-learners-participate-orcontribute.html?goback=.gde_2774663_ member_219090868 pada Jumat, 27 Desember 2013 09:40 WIB.
Haryanto. 2009. Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Dan Menulis Permulaan Dengan Media Gambar. Universitas Sebelas Maret. Wonogiri. Diakses dari Haryanto httpeprints.uns.ac.id82151156342308201012031.pdf pada Rabu 8 Mei 2014 22.51 WIB
69
Heeden, T. 2003. The Reverse Jigsaw: A process of cooperative learning and discussion. University Park. Penn state.
Hesti. 2008. Penerapan Model Pembelajaran tipe STAD. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Ibrahim, M. 2007. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya. Isjoni, 2013. Cooperative Learning: Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Alfabeta.
Bandung.
Isnaini, Iin. 2012. Peningkatan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam dengan menggunakan metode bermain peran pada siswa kelas iv SD Negeri 19. Universitas Pontianak. Pontiank. Diakses dari
jurnal.untan.ac.id%2Findex.php%2Fjpdpb%2Farticle%2Fdownload% pada Rabu, 8 mei 2014 10:42 WIB.
Kazemi, Mahnaz. 2012. The Effect of Jigsaw Technique on the Learner’s Reading
Achievement: The Case of English as L2. Diakses dari http://www.mjal.org /Journal/14.pdf pada Rabu, 1 Desember 2013 04:10 WIB.
Khomsiyah. 2010. Pengaruh Metode Pembelajaran Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan di SMK Wongsorejo Gombong. Diakses dari httpeprints.uny.ac.id101641JURNAL%20PENELITIAN.pdf pada Rabu 8 Mei 2014 22.53 WIB.
Lai, C.Y dan Wut, C. C. 2006. Using handhelds in a Jigsaw cooperative learning environment.National Taiwan Normal University. Taipei. Diakses dari
http://www.oarnipsinggu.org/Journal/14.pdf pada Rabu, 1 Desember 2013 04:10 WIB.
Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning. Grasindo. Jakarta.
Lewis, Ramon. 2012. The Effect of Jigsaw Learning on Students’ Attitudes in a
Vietnamese Higher Education Classroom. Diakses dari
http://www.sciedu.ca/journal/index.php/ijhe/article/download/1115/613 pada Rabu, 1 Desember 2013 04:23 WIB.
70
Maden,Sedat. 2011. Effect of Jigsaw I Technique on Achievement in Written Expression Skill. Cumhuriyet University. Turkey. Diakses dari http:// www. Academia.edu/1322758/Effect_of_jigsaw_I_Technique_on_achievement_in_wr itten_expression_skill pada Rabu, 1 Desember 2013 04:25 WIB.
Mengduo, Qiao dan Jin Xiaoling. 2010. Jigsaw Strategy as a Cooperative Learning Technique: Focusing on the Language Learners. Diakses dari http://www. celea.org.cn/teic/92/10120608.pdf pada Rabu, 1 Desember 2013 04:27 WIB.
Platt,dan Brooks,F.B. 2002. Task engagement: A Turning point in foreign language development. Hebron Univesity.
Rahmawati, Fitri. 2009. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Kimia Materi Pokok Sistem Periodik Unsur Kelas X di MA Uswatun Hasanah Mangkang. Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang. Semarang. Diakses dari httplibrary.
walisongo.ac.iddigilibfilesdisk189jtptiain-gdl-fitrirahma-4450-1-sekripsi-p.pdf pada Rabu 8 Mei 201 21.39 WIB.
Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Raja Grafindo Pustaka. Jakarta.
Robinson, Ann. 1991. Cooperative Learning and the Academically Talented Student.
The University of Connecticut. Arkansas.Diakses dari
Rose, Colin. 2003. Accelerated Learning For The century. Yayasan Nuansa Cendekia. Bandung.
Sagala, Syaiful. 2013. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung.
Sahin, Abdullah. 2010. Effects of Jigsaw II Technique on Academic Achievement and Attitudes to Written Expression Course. Diakses dari
http://www.researchgate.net/publication/228346703_Effects_of_jigsaw_II_tech nique_on_academic_achievement_and_attitudes_to_written_expression_course /file/9fcfd50b46f467348a.pdf pada Rabu, 1 Desember 2013 04:25 WIBl Sandi, Fitria. 2012. Perbandingan Model Pembelajaran Two Stay Two Stra (TSTS)
dan Mode Gallery Walk (GW) terhadap Penguasaan Konsep. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
71
Siringoringo. 2009. Komunikasi Efektif. Diakses dari pada Rabu 8 Mei 201 21.49 WIB httppusdiklatwas.bpkp.go.idartikelnamafile85Komunikasi_efektif_-_respon.pdf
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor- faktor Yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.
Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Nusa Media. Bandung
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan:n Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Bandung.
Supinah. 2009. Bagaimana Mengukur Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran. Diakses dari httpp4tkmatematika.orgfileARTIKELArtikel%20PendidikanAKTIFITAS %20SISWA_supinah.pdf pada Rabu, 1 Desember 2013 05:25 WIB
Suwandi, Tri. 2012. Pengaruh Pembelajaran Berbasis MasalahOpen-Ended Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Oleh Siswa. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 1994. Kamus Bahasa Indonesia. Depdiknas. Jakarta.