ABSTRAK
KUALITAS MIKROBIOLOGI UDARA di RUANGNEONATAL
INTENSIVE CARE UNIT(NICU) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Dr. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG
Oleh
GULBUDDIN HIKMATYAR
Neonatal intensive care unit merupakan ruang perawatan neonatus yang harus dijaga kebersihan dan sterilitasnya, karena neonatus yang dirawat pada ruangan ini memiliki daya imun yang lemah sehingga rentan terkena infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial dapat disebabkan kualitas mikrobiologi udara ruang yang buruk, karena beberapa cara transmisi kuman penyebab infeksi dapat ditularkan melalui udara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis mikroorganisme udara yang terdapat dalam ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung dan juga untuk mengetahui angka kuman dari ruangan tersebut.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodedescriptive analitickarena tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas mikrobiologi udara ruang NICU RSUD Abdul Moeloek.
Hasil penelitian ini ditemukan bakteri yaituStaphylococcus aureus, Streptocossus sp., Neisseria sp., Shigella sp., Pseudomonas sp., Klebsiella, Corynebacterium, Escherichia, S. saprophyticus, S. epidermidis. dan untuk jamur didapatkan hasil yaituRhizopus sp. dan Aspergillus sp. dari perhitungan angka kuman didapatkan hasil normal yaitu 1,162 CFU/m3.
AB ✁✂AC✁
✄ ☎ ✆✂✝B☎ ✝✞✝✟☎ ✆A✞ QUALITY OF THE AIR FROM NEONATAL INTENSIVE CARE UNIT (NICU) GENERAL HOSPITAL OF
Dr. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG
By
GULBUDDIN HIKMATYAR
✠✡☛☞ ✌✍✌✎ ✏☞✍✡☞ ✑ ✏ve care unit of a neonatal care space that must be maintained cleanliness and sterility, because neonates treated in this room has a weak immune so susceptible to nosocomial infections. Nosocomial infections can be caused by microbiological quality of air space that bad, because some of the ways of transmission of germs that cause the infection can be transmitted through the air. This study aims to determine the types of microorganisms present in the room air Neonatal Intensive Care Unit (NICU) Hospital Abdul Moeloek Bandar Lampung and also to determine the number of bacteria from the room.
This research was conducted by using descriptive method analytic for the purpose of this study was to determine the microbiological quality of the air space Abdul Moeloek Hospital NICU.
The results of this study found that bacterias ✒✓✔ ✕✖ ✗✘✙✚ ✙✚✚ ✛✜ ✔✛✢ ✣ ✛✜ ✤ ✒ ✓✢✣ ✕✓ ✙✚ ✙✜ ✜ ✛✜ ✜ ✕✥✤ ✦✣ ✧✜ ✜✣✢ ✧✔ ✜ ✕✥✤ ✒✖✧★✣ ✘✘✔ ✜ ✕✥✤ ✩✜ ✣ ✛✪ ✙✫✙✬✔ ✜ ✜ ✕✥✤ ✭ ✘✣✮✜ ✧✣ ✘✘✔ ✤ ✯✙✢ ✗✬ ✣✮✔ ✚✓✣✢ ✧✛ ✫✤ ✰✜ ✚✖ ✣✢ ✧✚✖ ✧✔ ✤ ✒✥ ✜ ✔ ✕✢ ✙✕✖ ✗✓ ✧✚ ✛✜ ✤ ✒✥ ✣ ✕ ✧✪✣✢ ✫✧✪✧✜ ✥ and for fungi showed that ✱✖ ✧✲✙✕ ✛✜ ✜ ✕✥ and ✳✜ ✕✣✢ ★✧✘✘✛✜ ✜ ✕. from the calculation of the normal number of bacteria showed that 1,162 CFU / m3.
In conclusion there are many different types of microorganisms in the NICU room. The results of the calculation of number of bacteria showed normal, but still there is the possibility of nosocomial infection.
KUALITAS MIKROBIOLOGI UDARA di RUANGNEONATAL
INTENSIVE CARE UNIT(NICU) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr.
H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG
Oleh
GULBUDDIN HIKMATYAR
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN
Pada
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
✴✵✶✷✸✷✹✺ ✵ ✻✼✽
✾✿❀❁ ❂❃s ❄✿❄❃❂❃❅❃ ❀❆❄❆ ❂✿❀❇ ❅❆p Gulbuddin Hikmatyar. Penulis lahir di Koto Kaciak, tanggal 15 Desember 1992. Penulis merupakan anak kelima dari enam
bersaudara dari pasangan Teja Dirgahayu dan Suhermi.
Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) di TK Aisyiyah
Koto Kaciak pada tahun 1998, pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 03
Koto Kaciak (1999-2005), pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di
Madrasah Tsanawiyah Negeri Tanjung Raya (2005-2008), dan pendidikan
Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Tanjung Raya (2008-2011).
Selama menjadi siswa SMP dan SMA penulis aktif diorganisasi kesiswaan baik
maupun tidak formal dengan menjadi Wakil Ketua OSIS pada periode 2008-2009
dan Ketua Bidang Keagamaan pada periode 2009-2010.
Tahun 2011 penulis menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Unila melalui jalur
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi (SNMPTN). Selama menjadi
mahasiswa, penulis aktif di organisasi Forum Studi Islam Ibnu Sina Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung sebagai Kardiak pada periode 2011-2012,
Ketua biro BBQ pada periode 2012-2013, dan sebagai Ketua Umum pada periode
.. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib
suatu kaum sebelum mereka mengubahnya sendiri ..
(Q.S Ar Ra du 13:11)
Sebuah persembahan kecil untuk
Buya, Ibu, Abang, Kakak,
Adik dan Keluarga Besarku
tercinta
-Manusia yang paling mulia adalah manusia yang paling
bermanfaat untuk manusia
❈❉❊WACANA
Alhamdulillahirobbil alamin, puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT
yang senantiasa mencurahkan segala nikmat-Nya sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan. Shalawat serta salam senantiasa terhaturkan kepada junjungan kita,
Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita ke zaman yang penuh dengan
ilmu pengetahuan seperti saat ini.
Skripsi dengan judul Kualitas Mikrobiologi Udara di Ruang Neonatal Intensive Care Unit ( NICU ) Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kedokteran di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas
Lampung.
2. dr. Muhartono Sp.PA, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
3. dr. Tri Umiana Soleha, M.Kes., selaku pembimbing utama atas kesediaan
dan waktunya dalam memberikan bimbingan, saran dan kritik kepada
penulis dalam penyusunan skripsi ini.
4. dr. Prambudi Rukmono, Sp.A (K)., selaku pembimbing dua atas kesediaan
dan waktunya dalam memberikan bimbingan, saran dan kritik kepada
penulis dalam penyusunan skripsi ini.
5. dr. Ety Apriliana, M.Biomed., selaku penguji utama atas waktu, ilmu,
saran dan kritik yang diberikan kepada penulis.
6. dr. Fitria Saftarina, M.Kes., selaku pembimbing akademik atas kesabaran
dan bantuan dalam membimbing penulis selama ini.
7. Buya tersayang, Teja Dirgahayu dan Ibu tercinta, Suhermi atas semangat,
dorongan, dan motivasi serta do a yang selalu diberikan kepada penulis
sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih kepada
Abang Fadhli, Abang Uul, Abang Hamdi, Kakak Azizi, dan juga
Masyithah atas dukungannya selama ini.
8. Sahabat The Kite s yaitu Ibal, Hamzah, Ozo, dan Zul yang telah menjadi
sahabat terbaik sampai saat ini.
9. Desta Eko Indrawan dan Nycho Alva Chindo sebagai sahabat terbaik yang
selalu membantu dan memberikan motivasi kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
10. Teman teman di Geng Mikro yang menjadi tempat bertanya dan
tempat meminta tolong saat penulis mendapatkan kesusahan dalam
11. Teman teman yang telah banyak membantu seperti Yolci, Lian, Kak
Tir, Sakinah, Pei, Naomi, Gede yang telah membantu dalam melakukan
penelitian.
12. Kakak kakak, teman teman, dan adik adik di FSI Ibnu Sina yang
telah memberikan semangat dan banyak pelajaran kepada penulis. Semoga
selamanya tetap cerdas, berukhuwah, berkarakter.❋●●❍ ■❏❍ ❑▲❍ ▼.
13. Kakak kakak, teman teman di Tapak Suci Unila tempat penulis
berlatih kesabaran dan ketekunan.
14. Ustadz dan teman teman di PPMDH Daarul Hikmah yang menjadi
saudara ketika pertama kali penulis berada di Lampung.
15. Mbak Romi, selaku penanggung jawab lab mikro yang selalu sabar dalam
membimbing penulis dalam melakukan penelitian.
16. Teman teman KKN Karya Mulya Sari yang selalu memberikan motivasi
dan kebersamaan.
17. Teman teman Kosan Abbas Alkindi 3 tempat berkumpul, bercerita dan
suka duka selama berada dikosan.
Penulis menyadari skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Namun penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat
dan pengetahuan baru kepada setiap orang yang membacanya.
Bandar Lampung, April 2015
Penulis
i
2.1.1 Jenis-Jenis Mikroorganisme Yang Mencemari Udara... 8
2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mikroba di Udara ... 11
2.1.3 Pengukuran Kualitas Udara dalam Ruang... 13
2.1.4 Peraturan Terkait dengan Kualitas Udara dalam Ruangan... 14
2.2 Definisi NICU ... 16
2.2.1 Level Perawatan Bayi ... 17
2.2.2 Peralatan di ruang NICU ... 19
2.3 Infeksi Nasokomial ... 21
2.3.1 Pengertian Infeksi Nasokomial... 21
2.3.2 Siklus Terjadinya Infeksi Nasokomial ... 22
2.3.3 Jenis Infeksi Nasokomial... 24
ii
➂ ➂➂➃ ➄➅➆ ➇➈➅➉➅ ➊➅ ➋ ➂➆ ➂➌ ➊
➍➃➎➈➏➐ ➑➒➓➉➏ ➓➏➔ ➒→ ➒➑➓➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➣ ↔ ➍➃➣↕ ➑➙→➛➜ ➑➓➆➏ ➝➞ ➑→➉➏ ➓➏➔ ➒→ ➒➑➓➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➣ ↔ ➍➃ ➍➟➑➝➞ ➏➔➉➏ ➓➏➔ ➒→ ➒➑➓➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➣ ↔ ➍➃➠➌➔ ➑→➜ ➑➓➡ ➑➢ ➑➓➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➣ ↔ ➍➃➤➉➥➦ ➐➏➜ ➛➥➉➏ ➓➏➔ ➒→ ➒➑➓➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➣ ➧ ➍➃➨➩➑➓➫➑➓➭➑➓➞➏ ➓➏➔ ➒→ ➒➑➓➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➍➨ ➍➃↔➈➏➯➒➓➒➐ ➒➇➞➏➥ ➑➐ ➒➦➓➑➔➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➍➲ ➍➃➧➉➏ ➓➳➑➵➒➑➓➈➑→ ➑➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➍➲ ➍➃➲➅→ ➒➙➑➉➏ ➓➏➔ ➒→ ➒➑➓➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➃➃ ➃➃➍➲
➂V. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ... 40
4.2 Pembahasan... 42
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 51
5.1.1 Kesimpulan Umum... 51
5.1.2 Kesimpulan Khusus... 51
5.2 Saran... 52
➸➺➻➼ ➺➽➼ ➺➾ ➚ ➪
➶ ➹➘ ➴➷ ➬ ➹➷ ➹➮ ➹➱ ✃ ❐❒➱❮➴❰ÏÐ➱Ñ ❰➹ÒÓ➮➹➱Ô➴ ➱ÓÕ ÓÖ× Ó➱ÑÏ ØÙÓ➹➱Ñ➹Ö➹ÓÚ➱ØÖ❐ ❐❐❐❐ ❐❐❐❐ ❐❐❐❐ ❐❐❐❐ ❐❐❐❐ ❐❐✃ Û Ü❐ÝÖ➹➱❮➹ÕÝÓÞÓßÒ➴➷➴➮ ➘➹➘ ➹➱ß❮➹➱➶ ➴❰➹➱➹➱Ú❮➹Õ➹Ô➴ ➱ÓÕÓÖÒ➴➮➴ ➱❰➴ÏÜ ààÛ
íîïð îñò îóôõ ñîö
÷øù úûüø ý
þ ÿ ✁ü ø✂✄☎✂☎üø ý ✆ø ý÷ ✝✞ ✝✟✄ø✠û✡✂û☛ ☞ ÿ✌✍ ☎ ý✂û ✎û☛ ø✟ ûúø✍ ø✏✞ø✂☎
✔✕✖✗ ✕✘✙ ✕✚ ✛ ✕✘
✜✢✣ ✤✢✥ ✦✢✧✢✣ ✢★
1
❉ ❊❉ ❋
●E❍D❊■ ❏❑ ❏❊❍
▲▼ ▲ ❑◆ ❖◆ P◗❘❙◆ ❚◆ ❯❱
Flora mikroba di udara bersifat sementara dan beragam. Udara bukanlah
suatu medium tempat mikroorganisme tumbuh, tetapi merupakan pembawa
bahan partikulat debu dan tetesan cairan, yang semuanya mengandung
mikroorganisme. Mikroorganisme diudara dapat ditemukan pada udara
diluar ruangan maupun udara di dalam ruangan, salah satunya ruangan
rumah sakit yang bisa menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial
(Budiyanto,2005).
Infeksi nosokomial dapat terjadi karena rendahnya kualitas udara dalam
ruangan rumah sakit. Sedangkan menurut Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor: 1204/Menkes/Sk/X/2004 Tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, dalam indeks angka kuman menurut
fungsi ruang atau unit (CFU/m3) pada ruang ICU, ruang perawatan bayi dan
ruang perawatan prematur sebesar 200 CFU/m3. Artinya nilai normal dari
angka kuman ruangan tersebut harus dibawah 200 CFU/m3 sehingga bisa
2
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tutik tahun 2009 di
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek mengenai sterilitas
udara di ruang bedah saraf menunjukkan bahwa terdapat berbagai mikroba
baik itu bakteri maupun jamur di udara pada ruangan tersebut yaitu
❲❳❨ ❩❬ ❭❪❫❴ ❫❴❴ ❵❛ ❨❵❜❝ ❵❛ ❞ ❲❳❨ ❩❬ ❭ ❪❫❴ ❫❴❴ ❵❛ ❝ ❩❡❢ ❝ ❜❣❡❢ ❡❛ ❞ ❲❳❨ ❩❬ ❭❪❫❴ ❫❴ ❴ ❵❛ ❛ ❨ ❩ ❜ ❫❩❬ ❭❳❡❴ ❵❛ ❞❲❳ ❜❝ ❩❳ ❫❴ ❫❴❴ ❵❛❛ ❩❤❞ ❲❨ ❪❣❫✐❝ ❪❪❨❛ ❩❤❞ ❲❬❡❥❝ ❪❪❨ ❛ ❩❤❞❦❬ ❡❧❫ ❩❵❛❛ ❩., ♠❛ ❩❝ ❜❥❡ ❪❪❵❛ ❛ ❩❤❞ dan ♥ ❵❴ ❫ ❜ ❛ ❩❤ Selain itu telah dilakukan juga penelitian
kualitas udara di inkubator ruang perinatologi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Bandar Lampung dan didapatkan hasil identifikasi bakteri yaitu
❲❳❨ ❩❬ ❭❪❫❴ ❫❴❴ ❵❛ ❨ ❵ ❜❝ ❵❛, ❲❳ ❜❝ ❩❳ ❫❴ ❫❴❴ ❵❛ ❩✐❝ ❵ ❣❫✐❡❨, ♦❝❡❛❛ ❝ ❜❡❨ ❛ ❩❤, ♣❤❴ ❫ ❪❡, ❲❬❡❥❝ ❪❪❨ ❛ ❩❤❞ ❲❨ ❪❣❫✐❝ ❪❪❨ ❛ ❩❤❞ ♣❤ ❨ ❝ ❜❫❥❝✐❝❛❤❞ q❤ ❨ ❝ ❜ ❫❥❝✐❫❛❨❤❞ dan r ❪❝ s❛❡❝ ❪ ❪❨ ❩✐❝ ❵ ❣❫✐❡❨(Erin,2013).
Infeksi nosokomial paling tinggi terjadi pada bangsal anak pada umur <1
tahun. Angka infeksi tertinggi terjadi di NICU (♦❝ ❫✐❨❳❨❪ t✐❳❝✐❛ ❡❝v ✉❨❜❝
✈✐❡❳) oleh karena resiko infeksi bertambah tinggi misalnya pada bayi berat
badan lahir rendah (Sumarmo, 2012).
Penelitian terhadap bayi yang mengalami sepsis neonatorum di RSUD
Abdul Moeloek didapatkan hasil bahwa dari keseluruhan sampel darah bayi
yang diperiksa terdapat 64% bayi positif terdapat bakteri pada darahnya
3
Umumnya keadaan ruangan NICU harus tetap dijaga dalam keadaan bersih
mengingat kondisi pasien yang dirawat di dalamnya, hanya saja karena
aktivitas yang dilakukan di dalamnya menyebabkan kemungkinan terjadinya
infeksi nosokomial di dalamnya. Penelitian sebelumnya dilakukan pada
ruangan bedah syaraf dan dalam inkubator bayi,sedangkan untuk penelitian
dalam ruang NICU belum pernah dilakukan.
Berdasarkan penjelasan diatas, perlu diteliti tentang identifikasi
mikrobiologi udara sehingga bisa diketahui kualitas udara di ruang✇①② ③④ ⑤④ ⑥
⑦③⑤① ③⑧ ⑨v① ⑩④❶① ❷③⑨⑤ (NICU) RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar
Lampung.
❸❹❺ ❻❼❽ ❼❾ ❿➀➁ ❿❾ ❿➂❿➃
Berdasarkan dari uraian latar belakang maka muncul pertanyaan tentang
bagaimana kualitas udara yang ada di ruangan NICU rumah sakit Abdul
Moelok Bandar Lampung.
❸❹➄ ➅ ❼juan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui kualitas udara di ruang ✇①② ③④ ⑤④ ⑥ ⑦③⑤① ③⑧ ⑨①v ⑩④❶① ❷③⑨⑤
4
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui jenis mikroorganisme udara yang terdapat dalam
ruang ➆ ➇➈➉ ➊➋ ➊➌ ➍➉➋ ➇➉ ➎ ➏v➇ ➐ ➊➑ ➇ ➒➉➏➋ RSUD Abdul Moeloek Bandar
Lampung.
2. Untuk mengetahui angka kuman dari ruangan➆➇➈➉➊➋ ➊ ➌ ➍➉ ➋ ➇➉➎ ➏v➇➐ ➊➑ ➇
➒➉ ➏➋ RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi ilmu pengetahuan
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pengetahuan tentang kualitas udara dalam suatu ruangan.
1.4.2 Bagi peneliti
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dibidang Mikrobiologi sekaligus
dapat menerapkan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
1.4.3 Bagi institusi:
a. Sebagai bahan kepustakaan dalam lingkungan Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung
b. Bagi Rumah Sakit Abdul Moeloek , agar dapat digunakan sebagai
referensi untuk mengetahui bagaimana angka kuman dalam ruangan
dan juga apakah perawatan yang dilakukan terhadap ruangan efektif
dan sudah sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.
1.5 Kerangka Teori
Mikroba dapat ditemukan dalam berbagai tempat, termasuk pada udara.
Udara merupakan suatu perantara dari penyebaran mikroba. Mikroba tidak
5
berkembang biak disana. Keberadaan mikroba diudara dipengaruhi oleh
berbagai keadaan seperti suhu dan kelembaban yang menjadi faktor penting
dalam pertumbuhan mikroba dan paling banyak ditemukan dalam ruangan
(Waluyo, 2009).
Keberadaan mikroba di udara dalam ruangan dapat juga ditemukan di
ruangan rumah sakit salah satunya adalah ruang NICU. NICU merupakan
ruang perawatan bayi secara khusus terutama bayi yang dalam keadaan
gawat darurat dan keadaan lainnya sehingga memerlukan perhatikan dan
perawatan yang khusus (Depkes, 2003).
Mikroba di udara yang terdapat pada rumah sakit dapat menyebabkan
berbagai macam penyakit yang disebut dengan infeksi nosokomial. Infeksi
nosokomial merupakan penyakit yang didapatkan selama berada dirumah
sakit atau karena mikroba yang ada di rumah sakit. Infeksi nosokomial tidak
hanya terjadi pada petugas yang ada, tetapi dapat juga terjadi pada pasien,
pengunjung, dan orang-orang yang berhubungan dengan rumah sakit
6
Gambar 1. Kerangka teori Kualitas Udara Ruang
NICU
Infeksi Nosokomial Kualitas Mikrobiologi
Kualitas Udara
Angka Kuman Jenis Kuman
7
1.6 Kerangka Konsep
Gambar 2. Kerangka konsep
Kontaminasi dari luar ruangan dan organisme lain
Mikroba Udara Udara Ruang NICU
8
➓➔ ➓→→
T→➣J➔U➔➣↔UST➔↕➔
➙➛➜ ➝➞➟ ➠➡➠➢ ➠➤ ➠➥➦➧➧ ➦➨ ➩ ➡➠➢➫➞➝ ➠U➭a➦a
➙➛➜ ➛➜ J➞ ➡➠➢➯J➞ ➡➠➢➤➠➥➦➧ ➧➦➨➩➡➠➢ ➫➞ y a➡➨➤➞ ➡➲➞ ➫a➦ ➠ U➭a➦a 1. Bakteri
Menurut Burge tahun 2001 terdapat tipe dari beberapa bakteri yang banyak
ditemukan di dalam ruang, antara lain :
➳➵ ➸➺➻➼ ➽➻➽ ➻➻us s p
Spesies bakteri ini terdapat pada kulit tubuh manusia. Bakteri ini
ditemukan pada area dengan okupansi tinggi atau pada area dengan
ventilasi yang tidak baik. ➸➺➻➼ ➽➻➽ ➻➻us adalah jenis bakteri yang tidak berbahaya. Dalam keadaan normal, bakteri ini dapat dibasmi dengan
sistem ventilasi yang baik dan proses pembersihan dengan penyedot
debu atau sejenisnya.
➾➵ B➳➻➺➚➚us sp
Bakteri yang tidak berbahaya ini umumnya diasosiasikan dengan
tanah dan debu. Keadaan temperatur dan kadar air yang tepat pada
permukaan yang berdebu dan keras adalah media yang baik bagi
9
➪➶ ➹ ➘➴➷ ➬➮l➱ ➪➱➪➪us sp
➹ ➘➴➷ ➬➮l➱ ➪➱➪➪us juga terdapat pada permukaan kulit tubuh manusia➶ Diantara spesies➹➘➴➷➬➮➱ ➪➱➪➪l us yang paling umum terdapat di dalam ruang adalah ➹➘➴➷ ➬➮lo➪➱➪➪us ➴✃ ❐ ❒u❮ ❰ yaitu patogen yang penting dalam lingkungan rumah sakit, karena mempunyai kemampuan
memecah sel darah merah.
d. Batang gram-positif
Batang gram-positif merupakan tipe bakteri yang juga diasosiasikan
dengan tanah dan debu. Meskipun tergolong jenis patogen yang tidak
berbahaya, bakteri ini tumbuh di area yang basah dan lembab seperti
pada karpet, dinding, dan perabot. Bakteri ini dapat dihilangkan
dengan cara pembersihan dan sistem ventilasi yang memadai.
e. Batang gram-negatif
Organisme ini jarang ditemui di lingkungan dalam ruang. Bila
ditemukan dalam konsentrasi yang tinggi, berarti ada keterkaitan
dengan bioaerosol dari air yang terkontaminasi atau sumber-sumber
kontaminan lainnya, seperti permukaan yang basah dan lembab,
tumpahan air pembuangan, banjir, atau dari sistemÏÐr H➴Ñ ÒÓÐÑ ÔÕÑ Ðt (AHU) yang meningkat. Beberapa bakteri gram-negatif dapat
menyebabkan demam. Terkadang pertumbuhan bakteri ini pada AHU
dapat memicu terjadinya gejala-gejala seperti pneumonia akut.
Pembersihan dengan menggunakan desinfektan merupakan cara yang
10
2. Jamur
Jamur dapat membahayakan kesehatan manusia dengan penyebaran spora
di udara dan terhirup melalui proses inhalasi. Beberapa jenis jamur dapat
bersifat patogen dan menimbulkan efek toksik pada manusia dan
vertebrata lainnya (Robbins,Öt × Ø., 2000). Paparan material berjamur yang berulang sampai kuantitas tertentu dapat menyebabkan iritasi saluran
pernafasan atau alergi pada beberapa individu (Bush,Öt ×Ø., 2006).
Kelembaban pada substrat termasuk di udara adalah merupakan salah satu
faktor utama dalam pertumbuhan jamur. Pada umumnya, sebagian besar
jamur dapat tumbuh pada kondisi lingkungan yang lembab. Selain itu, air
juga menjadi faktor penting lainnya. Air membantu proses difusi dan
pencernaan. Selain itu, air juga mempengaruhi substrat pH dan osmolaritas
dan merupakan sumber dari hidrogen dan oksigen, yang dibutuhkan
selama proses metabolisme. Pertumbuhan suatu jamur ditentukan oleh
w
×ÙÖr ×ÚÛtÛvty (aw), yaitu kandungan air dari suatu substrat (Quidesat, 2009).
Suhu di dalam ruangan dalam rentang 18 24oC adalah suhu optimal bagi
pertumbuhan kebanyakan jamur, meskipun beberapa jenis jamur dapat
hidup juga di rentang suhu yang luas. Sedikit jamur yang mempunyai
temperatur optimal diatas 30 oC yaitu ÜÝ ÞÖß àÛØØus áumÛà×Ùus . Jamur di dalam lingkungan tidak tumbuh jika suhu di atas 30oC. Spora jamur lebih
tahan panas daripada miselia (myÚÖ ØÛ× ) dan pada umumnya bertahan lebih lama pada suhu yang lebih luas rentangnya. (Gutarowska & Piotrowska,
11
âãä ã â Faåtæç èFaåæçt yaéêë ìíî ìéê ïçuðñò ìbìçaóaaéë ñåç æôa ó ñ Uóaça Sejumlah faktor intrinsik dan lingkungan mempengaruhi dan distribusi
jenis mikroflora di udara. faktor intrinsik meliputi sifat dan keadaan
fisiologis mikroorganisme dan juga keadaan suspensi. Spora relatif lebih
banyak daripada sel vegetatif. Hal ini terutama karena sifat spora dorman
yang memungkinkan mereka untuk mentolerir kondisi yang tidak
menguntungkan seperti pengeringan, kurangnya nutrisi yang cukup dan
radiasi ultraviolet. Demikian pula spora fungi berlimpah di udara karena
spora merupakan alat penyebaran penyebaran fungi (Gutarowska &
Piotrowska, 2007).
Ukuran mikroorganisme merupakan faktor yang menentukan jangka waktu
mereka untuk tetap melayang di udara. Umumnya mikroorganisme yang
lebih kecil dapat dengan mudah dibebaskan ke udara dan tetap di sana
selama jangka waktu lama. Miselium fungi memiliki ukuran yang lebih
besar dan karena itu tidak dapat bertahan lama di udara. Keadaan suspensi
memainkan peran penting keberadaan mikroorganisme di udara. Semakin
kecil suspensi, semakin besar kemungkinan mereka untuk tetap berada di
udara. Biasanya mereka melekat pada partikel debu dan air liur.
Mikroorganisme yang ada dalam partikel debu di udara hanya hidup untuk
waktu yang singkat. Tetesan yang dibuang ke udara melalui batuk atau
bersin juga hanya dapat bertahan di udara untuk waktu singkat. Namun
jika ukuran suspensi menurun, mereka dapat bertahan lama di udara
12
Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi mikroba udara adalah suhu
atmosfer, kelembaban, angin, ketinggian, dan lain-lain. Temperatur dan
kelembaban relatif adalah dua faktor penting yang menentukan viabilitas
dari mikroorganisme dalam aerosol. Studi denganõö÷ ÷ øùiømø÷ úö ûöns dan
üý úoli menunjukkan bahwa kelangsungan hidup udara terkait erat dengan suhu. Ada peningkatan yang progresif di tingkat kematian dengan
peningkatan suhu dari -18° C sampai 49o C. Virus dalam aerosol
menunjukkan perilaku serupa. Partikel influenza, polio dan virus vaccinia
lebih mampu bertahan hidup pada temperatur rendah, 7-24° C. tingkat
kelembaban relatif (þöløùöiv Humÿ ÿty ) optimum untuk kelangsungan hidup mikroorganisme adalah antara 40 sampai 80%. Kelembaban relatif
yang lebih tinggi maupun lebih rendah menyebabkan kematian
mikroorganisme. Hampir semua virus mampu bertahan hidup lebih baik
pada RH 17 sampai 25%. Namun, virus poliomyelitis bertahan lebih baik
pada RH 80 81%. Kemampuan mikroba bertahan hidup lebih ditentukan
oleh RH dan suhu. Pada semua temperatur, kemampuan mereka untuk
bertahan hidup adalah pada RH ekstrem. Terlepas dari RH, peningkatan
suhu menyebabkan penurunan waktu bertahan (Sri dkk,2010).
Pengaruh angin juga menentukan keberadaan mikroorganisme di udara.
Pada udara yang tenang, partikel cenderung turun oleh gravitasi. Tapi
sedikit aliran udara dapat menjaga mereka dalam suspensi untuk waktu
yang relatif lama. Angin penting dalam penyebaran mikroorganisme
karena membawa mereka lebih jauh. Arus juga memproduksi turbulensi
13
global juga mempengaruhi penyebaran vertikal. Ketinggian membatasi
distribusi mikroba di udara. Semakin tinggi dari permukaan bumi, udara
semakin kering, radiasi ultraviolet semakin tinggi, dan suhu semakin
rendah sampai bagian puncak troposfer. Hanya spora yang dapat bertahan
dalam kondisi ini, dengan demikian, mikroba yang masih mampu bertahan
pada ketinggian adalah mikroba dalam fase spora dan bentuk-bentuk
resisten lainnya (Sri dkk,2010).
✁✂✄ ✂☎ ✆✝✞✟ ✠✡☛ua✞☞ua✌✍ta✎✏✑a☛a ✒ a✌a✓✔ua✞✟
Penyehatan udara dalam ruang kerja adalah usaha yang dilakukan agar
suhu, kelembaban, debu, sirkulasi udara, bahan pencemar dan mikroba
dalam ruang kerja memenuhi syarat kesehatan. Merujuk pada Keputusan
Menteri Kesehatan RI No. 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri antara
lain adalah :
1. Suhu dan kelembaban:
- Suhu : 18-28oC
- Kelembaban : 40%-60%
2. Debu
- Debu Total:0,15 mg/m3
- Asbes Bebas : 5 serat/ml udara dengan panjang serat 5 mikron
- Silika Total: 50mg/m3
3. Pertukaran Udara (sirkulasi udara) :
14
4. Mikrobiologi:
- Angka kuman < 700 koloni/m3 udara
- Bebas mikroorganisme patogen
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
1204/Menkes/Sk/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit, persyaratan kualitas udara adalah sebagai berikut:
a. Angka kuman
Tab✚ ★✗✖ Indeks Angka kuman Menurut Fungsi Ruang atau Unit
No. Ruang atau Unit Konsentrasi Maksimum
15
b. Persyaratan penghawaan untuk masing-masing ruang atau unit adalah :
- Ruang-ruang tertentu seperti ruang operasi, perawatan bayi,
laboratorium, perlu mendapat perhatian yang khusus karena sifat
pekerjaan yang terjadi di ruang-ruang tersebut.
- Ventilasi ruang operasi harus dijaga pada tekanan lebih positif
sedikit (minimum 0,10 mbar) dibandingkan ruang-ruang lain di
rumah sakit.
- Ruangan dengan volume 100 m3 sekurang-kurangnya 1 (satu) fan
dengan diameter 50 cm dengan debit udara 0,5 m3/detik, dan
frekuensi pergantian udara per jam adalah 2 (dua) sampai dengan
12 kali.
c. Suhu dan kelembaban
Hendaknya didesain sedemikian rupa sehingga dapat menyediakan
suhu dan kelembaban seperti dalam tabel berikut :
Tab✮✯ ✰✱ Standar Suhu, Kelembaban, dan Tekanan Udara Menurut Kemenkes 2004
Sumber : Depkes, 2004
No Ruang atau Unit SuhuoC Kelembaban %
1 Operasi 19-24 45-60
16
✲✳ ✲ ✴✵✶✷✸✷✹ ✷✺✻ ✼U
NICU adalah suatu bagian dari Rumah Sakit yang mandiri (instalasi di
bawah direktur `pelayanan) dengan staf yang khusus dan perlengkapan
yang khusus ditujukan untuk observasi perawatan dan terapi pasien-pasien
penderita penyakit, cedera atau penyakit yang mengancam nyawa atau
potensial mengancam nyawa dengan prognosis yang dubia. NICU
menyediakan kemampuan dan sarana, prasarana serta peralatan khusus
untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan ketrampilan
staff medik, perawat dan staff lain yang berpengalaman dalam pengelolaan
keadaan-keadaan tersebut
Dalam pendapat dari ahli yang lain disebutkan bahwa NICU adalah ruang
perawatan intensif untuk bayi yang memerlukan pengobatan dan
perawatan khusus, guna mencegah dan mengobati terjadinya kegagalan
organ-organ vital (Victor, 1997). Kemudian Depkes (2003) menjelaskan
NICU merupakan unit perawatan untuk bayi baru lahir yang memerlukan
perawatan khusus seperti BBLR, fungsi pernafasan kurang sempurna,
prematur dan bayi yang mengalami kesulitan dalam persalinan serta
menunjukkan tanda tanda mengkhawatirkan dalam beberapa hari pertama
kehidupan. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa NICU
merupakan ruang perawatan khusus untuk bayi baru lahir dan dengan berat
badan rendah yang mengalami fungsi pernafasan kurang sempurna dan
memerlukan pengobatan dan perawatan khusus, guna mencegah terjadinya
17
✽✾ ✽✾✿ ❀❁❂❁ ❃❄❁❅awata❆ ba❇ ❈
Perawatan bayi yang terdapat di ruang perinatologi terbagi atas beberapa
tingkatan❉❊ ❋●i❍ ■❏❍ ❑ ❋▲ ▼ ❑◆ ❋ry (SCN) yaitu :
a. SCN I adalah untuk bayi risiko rendah, dengan kata lain bayi normal
yang sering digunakan istilah rawat gabung (perawatan bersama ibu).
Perawatan level 1 mencakup bayi lahir sehat yang segera dilakukan
rawat gabung dengan ibunya, sehingga dapat menunjang penggunaan
ASI eksklusif (Rahayu, 2010).
b. SCN II adalah untuk bayi risiko tinggi tetapi pengawasan belum perlu
intensif. Perawatan level II meliputi perawatan bayi bermasalah yang
memerlukan perawatan khusus yang terbagi menjadi dalam ruangan
infeksi dan non infeksi. Adapun bayi yang dapat dirawat di level ini
antara lain bayi dengan hiperbilirubinemia yang memerlukan terapi
sinar maupun transfusi tukar, bayi berat badan lahir rendah (BB
1500-kurang dari 2500 gram) atau sangat rendah (BB 1500-kurang dari 1500
gram), bayi kurang bulan (umur kehamilan di bawah 34-36 minggu)
yang memerlukan perawatan dalam inkubator, bayi yang tidak dapat
atau tidak boleh diberikan minum peroral, sehingga harus diberikan
infus intravena, bayi yang membutuhkan terapi oksigen, tetapi belum
memerlukan alat bantu nafas mekanis, misalnya bayi dengan distres
atau gangguan nafas, riwayat lahir tidak langsung menangis, bayi
dengan gejala hipoglikemia (kadar gula darah rendah) atau ibu dengan
riwayat diabetesmelitus, bayi dengan riwayat tindakan persalinan yang
18
◗❘st❙ ❚❘ ❯❱ ; bayi sakit tersangka infeksi sedang-berat yang memerlukan pemberian antibiotika secara intravena dan nutrisi intravena (Rahayu,
2010).
c. SCN III atau NICU diperlukan untuk bayi risiko tinggi dengan
pengawasan yang benar-benar ekstra ketat. Satu orang perawat yang
bertugas hanya boleh menangani satu pasien selama 24 jam penuh.
Perawatan level III meliputi perawatan bayi sakit kritis atau belum
stabil yang memerlukan support alat bantu nafas mekanik ❲ B❳❨❨ ❩◗
N❚❯❚❩ C❬❭ ❬ ❚ ❪❚❳ ❫◗❱❩❚ ❪nt or m◗❘❚ ❴❱❘ ), tindakan operatif maupun pemberian obat-obatan atau tindakan intervensi khusus (Gullo dan
Antonino, 2009).
Adapun bayi yang harus dirawat di NICU antara lain bayi dengan
sindroma gawat nafas derajat 3 dan 4 yang memerlukan support alat bantu
nafas mekanik ( B❳❨❨ ❩◗ N❚❯❚❩ C❬ ❭❬ ❚❚❳t ❫◗❱❩❚ ❪nt or m◗❘❚ ❴❱❘ ), Aspirasi air ketuban (❵◗❛on◗um ❭ ❯❜❱❙ ❚❪❱on❝❞❴❡❙❢ ❣◗ ). Bayi berat badan lahir amat atau sangat rendah (kurang dari 1200 gram), atau bayi dengan umur
kehamilan kurang dari 34 minggu yang belum mendapatkan obat
kematangan paru. Bayi dengan kelainan kongenital yang membutuhkan
tindakan operatif, misalnya bayi dengan obstruksi saluran pencernaan,
hernia diafragmatika, omfaloke penyakit jantung bawaan, perforasi usus,
atresia ani, serta perawatan bayi pasca operasi besar yang membutuhkan
support ventilator mekanik. Bayi yang membutuhkan intervensi invasif,
19
umbilikal, pemasangan akses vena dalam dan akses arteri, ventilator
mekanik (Tiningsih,2012).
❤✐ ❤✐ ❤ ❥❦❧a♠ata♥♦♣❧ua♥qrs tU
Menurut Gullo dan Antonino,2009 terdapat beberapa peralatan yang ada di
NICU yang biasa digunakan pada bayi-bayi yang dirawat di NICU, hal ini
tergantung dari berat ringannya kondisi bayi.
a. F✉✉✈✇① ②③④⑤✉
Sering bayi di NICU tidak bisa mendapatkan makanan yang mereka
butuhkan melalui mulut langsung, sehingga perawat akan memasang
selang kecil melalui mulut sampai ke lambung. Sebagai jalan untuk
memasukan ASI atau susu formula.
b. ⑥①⑦⑧①③ w⑧ ⑨ ⑩✉rs
Ini adalah tempat tidur dengan penghangat yang ada diatasnya, sehingga
bayi dapat terhindar dari hipotermi. Orang tua dapat menyentuh bayi di
w
⑧ ⑨ ⑩✉rs , yang tentunya berbicara dulu kepada perawat. c. Inkubator
Ini adalah tempat tidur kecil yang tertutup oleh plastik keras yang
transparan, suhu di inkubator diatur sesuai dengan kondisi bayi. Terdapat
lubang disetiap samping inkubator sebagai jalan untuk perawat dan dokter
memeriksa pasien. Orang tua dapat menyentuh bayinya lewat lubang
tersebut.
d. Jalur infus
Sebuah kateter kecil yang fleksibel yang dimasukan kedalam pembuluh
20
kebutuhan cairan dan obat-obatan, biasanya di lengan atau kaki atau
bahkan dapat dibuatum❶❷❸ ❹ili ❷ ❺❸ ❻❼t❼r (sebuah kateter yang dimasukan ke umbilical) pada situasi tertentu dibutuhkan❽❾ ❹❿➀❼ yang lebih besar untuk memasukan cairan dan obat-obatan, ini dilakukan oleh dokter bedah
pediatrik.
e. Monitor
Bayi di NICU tersambungkan ke monitor sehingga staff NICU akan selalu
mengetahui tanda-tanda vital mereka. Dalam satu monitor dapat terekam
beberapa tanda-tanda vital, antara lain denyut nadi, pernafasan, tekanan
darah, suhu dan SpO2 (kandungan oksigen dalam darah ).
f. B❹➁❼❹❿➂❺❻ t❺❼➃❸➄➅
Terapi cahaya yang digunakan untuk bayi-bayi yang kadar bilirubinnya
lebih tinggi dari normal, biasanya digunakan di atas bayi dengan bayi
telanjang dan matanya ditutup dengan pelindung mata khusus, lamanya
terapi cahaya tergantung dari penurunan kadar bilirubin, biasanya
diperiksa ulang setelah 24 jam pemakaian cahaya.
g. B➁❶ ❶ ❹❼ C➆ ➇➆
Alat bantu napas dengan menggunakan canul kecil ke dalam lubang
hidung bayi, hal ini biasanya digunakan untuk bayi yang sering lupa napas
(apnoe).
h. Ventilator
Mesin napas yang digunakan untuk bayi yang mempunyai gangguan nafas
berat, hal ini dengan menggunakan selang kecil melalui hidung atau mulut
21
➈➉➊ ➋➌➍ ➎➏➐ ➑➌a➐➒ ➏➒➓ ➑a➔
➈➉➊ ➉→ ➣➎➌↔➎↕t➑a➌ ➋➌➍➎➏➐➑➙➒ ➐ ➒➏➒ ➓➑a➔
Kata nosokomial berasal dari bahasa Yunani nosossos yaitu penyakit dan ➛om➜➝on yaitu merawat. Nosokomial diartikan sebagai segala sesuatu yang berasal atau berhubungan dengan rumah sakit atau tempat perawatan.
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi atau didapat penderita
ketika dirawat di rumah sakit dengan ketentuan sebagai berikut (Depkes,
2001) :
1. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak didapatkan
tanda-tanda klinis dari infeksi yang sedang diteliti.
2. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak dalam masa
inkubasi dari infeksi tersebut.
3. Tanda-tanda khusus infeksi tersebut mulai timbul
sekurang-kurangnya setelah 3 x 24 jam sejak mulai perawatan.
4. Infeksi pada lokasi yang sama tetapi disebabkan oleh mikroorganisme
yang berbeda dari mikroorganisme pada saat masuk rumah sakit, atau
disebabkan oleh mikroorganisme yang sama tetapi lokasi infeksi
berbeda.
Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang terjadi di rumah sakit atau
dihasilkan oleh mikroorganisme yang didapat selama dirawat di rumah
sakit. Infeksi nosokomial bukan hanya melibatkan pasien tetapi siapa saja
yang berhubungan dengan rumah sakit seperti staf, pegawai, relawan,
pengunjung, pekerja penjual, maupun petugas pengantar barang. Sebagian
22
tapi ada juga penyakit yang muncul setelah pasien pulang, seperti infeksi
luka operasi yang 25 % menampakkan gejala setelah pasien pulang. Pada
kasus ini, pasien terinfeksi di rumah sakit tapi waktu inkubasi penyakit
lebih lama dari pada waktu rawat pasien (Depkes RI, 2001).
Infeksi rumah sakit sering terjadi pada pasien berisiko tinggi yaitu pasien
dengan karakteristik usia tua, berbaring lama, menggunakan obat
im
➞➟ ➠➡ ➞➢ ➤➥➡ ➦➟ dan atau ➥stroi➧➨ imunitas turun misal pada pasien yang menderita luka bakar atau pasien yang mendapatkan tindakan ➦➡➩➫inv ,
pemasangan infus yang lama, atau pemasangan kateter urine yang lama
dan infeksi nosokomial pada luka operasi (Depkes RI, 2001). Infeksi
nosokomial dapat mengenai setiap organ tubuh , tetapi yang paling banyak
adalah infeksi nafas bagian bawah, infeksi saluran kemih, infeksi luka
operasi dan infeksi aliran darah primer atau➢➭ ➯➥➲ ➩t➩s (Depkes RI, 2003). ➳➵➸ ➵ ➳ S➺➻➼➽u➾ ➚➪➶a➹➺➘ya ➴ ➘➷➚ ➻➽ ➺➬➮➽ ➮ ➻➮ ➱ ➺a➼➵
Mikroorganinisme dapat hidup di manapun dalam lingkungan kita. Pada
manusia dapat ditemukan pada kulit, saluran pernafasan bagian atas, usus
dan organ genital. Disamping itu mikroorganisme juga dapat hidup pada
hewan, tumbuhan, tanah , air dan udara. Beberapa mikroorganisme lebih
patogen dari yang lain, atau lebih mungkin menyebabkan penyakit. Ketika
daya tahan manusia menurun, misalnya pada pasien dengan HIV/AIDS
(Depkes, 2007). Semua manusia rentan terhadap infeksi bakteri dan
sebagian besar jenis virus. Jumlah (dosis) organisme yang diperlukan
23
kontak dengan kulit yang utuh, dan setiap hari manusia menyentuh benda
di mana terdapat sejumlah organisme di permukaannya. Risiko infeksi
akan meningkat bila area kontak adalah membran mukosa atau kulit yang
tidak utuh. Resiko infeksi menjadi sangat meningkat ketika
mikroorganisme berkontak dengan area tubuh yang biasanya tidak steril,
sehingga masuknya sejumlah kecil organisme saja dapat menyebabkan
sakit (Depkes, 2007).
Bakteri, virus dan penyebab infeksi lain dapat bertahan hidup dan
menyebar, sejumlah faktor atau kondisi tertentu harus tersedia.
Faktor-faktor penting dalam penularan mikroorganisme yang dapat menyebabkan
penyakit dari orang ke orang dapat dilihat dalam gambar di bawah ini.
24
ÏÐÑ ÐÑ JÒÓÔÕÖÓ ×ÒØÕÔÙÚÕ ÚØÚ ÛÔaÜ
Ada 4 macam penyakit infeksi nosokomial yang dilakukan surveilans di
rumah sakit yaitu: ÝÞ ß àáâã ä Ýáåt æç èåâáton atau Infeksi Luka Operasi, éåntá äãêor ëì íìáãêåî ïç åumíç áã ãêãÞ Pneumonia ventilator, Infeksi Saluran Kemih (ISK), dan Infeksi Aliran Darah Primer (IADP) atau
phlebitis (Depkes RI, 2001).
Infeksi nosokomial yang berhubungan erat dengan udara adalah infeksi
nosokomial pneumonia yang merupakan infeksi saluran nafas bawah yang
mengenai parenkim paru dan terjadi setelah 48 jam masa perawatan di
rumah sakit (Depkes, 2001). Seorang pasien dikatakan menderita
pneumonia bila ditemukan satu diantara kriteria berikut :
Pada pemeriksaan fisik terdapat ronki basah atau didapatkannya pekak
ðîÞ ääç åñss pada perkusi , dan salah satu diantara keadaan berikut :
a) Timbulnya sputum purulen yang sebelumnya tidak ada, atau
terjadinya perubahan sifat sputum.
b) Isolasi mikroorganisme positif pada biakan darah
c) Isolasi mikroorganisme pathogen positif dari aspirasi trakea,sikatan/
cuci bronkus atau biopsi.
d) Foto toraks menunjukan adanya infiltrat, konsolidasi, kavitasi, efusi
pleura baru atau progresif.
e) Titer IgM atau IgG spesifik meningkat 4 kali lipat dalam 2 kali
pemeriksaan.
25
òó Untuk pasien 12 bulan selain tanda di atas didapatkan 2 diantara keadaan berikut:ôõ ö÷ ôøù ú ôûüý ôú ûü øþ ÿü ü öò✁
✂✄☎ ✄✆ ✝ ✞✟✠✡ ✡✠☛☞ ✌✞ ✍ ✎✏✑✏ ✌✒✏bab ✓ ✌✔✏ ✟✍✞✕ ✡✍ ✡✟✡ ✎✞a✖
Mikroorganisme penyebab infeksi nosokomial (WHO, 2002):
1ó Co÷nvü✗öô✘nt õô✙ÿ✗ò÷ns
Menyebabkan penyakit pada orang sehat, karena tidak adanya
kekebalan terhadap mikroorganisme tersebut: ✚✙ôõÿ✛✘ ✗✜✗ ✜✜us ô÷✢✣øur ✚ ✙ú÷pt✗✜✗ ✜✜✢✣ø✚ô✘m✗ö÷✘✘ô ✚ÿüò÷✘✘ôøvirusü ö✤✘ ✢÷nzôø virusÿ ÷õ ô✙üü✣✁t ✥ó C✗öûüü✗ö ô✘t õ ô✙ÿ✗ ò÷ns
Penyebab penyakit pada orang dengan penurunan daya tahan tubuh
terhadap mikroorganisme langsung masuk dalam jaringan tubuh yang
tidak steril: ✦✣÷✢û✗✧✗öô✣ø ✦ ú✗✙÷✢✣ø ★✘÷ù✣ü÷✘✘ô ø ✚÷ ú ú ô✙ü ô ø Dan
✩ö✙÷ ú✗ù ô✜t÷ ú✁ 3) ✪pport✢öüü✜st õô✙ÿ✗ò÷ns
Menyebabkan penyakit menyeluruh pada penderita dengan daya tahan
26
Tab✭✮✯. Mikroorganisme Penyebab Infeksi
Golongan Mikroorganisme
✰✱✲✲us ✳r✴✵ p✶ositi ✷✸ ✴✹✺ ✻✼ ✱✲ ✱✲✲us ✴✽✾rus; ✷✾trpt✱✲ ✱✲✲✿ ✳ ❀oup❁❂ B❂ C ❃✴❄❅; ❆✾nt✲ ✱✲✲✿ro
❁❄✴✾✱❇✿✲r ❇✴✲✿✼✼✿ H✿✿✲stotox✲ ✼✿❃✿✴❂stro ✰✼✿❃✿ostr um t✾t✴❄✿✿ ❂
✳✱✼✱❄✳✴❄❇✽❈✴❄❉por✴✳r✴m ❄✾✳ ✴✸✿✾v ❁✾r✱❇✿✲ ❇✴✲ ✿ ✼✼✿ ✳ ❀ ✴✵
❄✾✳ ✴✸✿✾v
✷ ✴✵✱❄✾ ✼✼✴❂ ✷✺ ✿✳✾✼✼✴❂ ❆❊✲✱✼✿ ❂ t✾pro❂us ❈✼✾❇❉✿✾ ✼✼ ✴❂ p
s
✾ ✽❃✱✵on✴❉ ✴✾r✽✳✿✴❂son ✴✲ ✿❄✾✱❇✴✲t t✾❂r ✶ ✼ ✴v✱❇✴✲✾t✿rum m✾✿❄✳ ✱n s✾t✿✲pum
Bakteri lain Cory❄✾❇✴✲✾t✿rum ❃✿✺ ✸✾p ✿✴✾ ❂r ✼✿✾st✿✴❂r my
✲ ✱❇✴✲✾t✿rum ✽❇✾t ✲ ✽ ✼r ✿os❂s ✴❄onymous my
✲ ✱❇✴✲✾t✿ ✴❂r ❇or❃✾✾ ✼ ✼✴t p✾✿rtusss
Jamur C✴❄❃✿❃✴❂ ✱✲ ✴❀❃✿ ✴❂n m✱ ✽✼❃ ❉❂ ✺ ✿stop✼✴❉m✴❂
✲ ✱✲✲✿❃✿✿ ✾o❂s✰rypt✱✲ ✱✲✲us
Parasit ❋❄✾um✱✲✿yt❂s✸oxo✼✴❉pm✴
27
●❍ ● III
■E❏❑ ▲E▼E◆ELI❏I❍◆
3.1▲❖P ◗❘n▼ ❖❖ ❙❘n ❘ ◗❚t
❯❱❲❱ ❳❨❩❨❬❲ ❨❲ ❨ ❭❨❳❬❪ ❫❪❬❲ ❭❱❲❴❬❲ ❵❱❲❴ ❴ ❫❲ ❬❪❬❲ ❵❱ ❩❛❭❱ ❜ ❝❞❡❢ ❣❤ ✐❣ ❥❝ ❦❧ ❦♠❣ ✐❣❡ ❪❬♥❱❲❬ ❩❫♦❫❬❲ ❭❬♥❨ ♣ ❱❲❱ ❳❨❩❨❬❲ ❨❲ ❨ ❬❭❬❳❬q ❫❲❩❫❪ ❵❱❲❴❱ ❩❬q❫❨ ❪❫❬❳❨❩❬r ❵❨❪♥❛s ❨❛❳❛❴❨❫❭❬♥ ❬♥❫❬❲❴t✉✈U RSU✇①s❭ ❫❳②❛❱ ❳❛❱❪③
3.2④ ◗⑤tu⑥◗❚❏❖ ⑦p◗⑧▼ ❖❖ ❙❘n ❘ ◗❚t
❯❱❲❱ ❳❨❩❨❬❲ ❭❨❳❬❪❫❪❬❲ ♣❬❭❬ s❫❳❬❲ ⑨❪❩❛s❱ ♥-t❛⑩❱❵s❱ ♥ 2014 ❭❨ ♥❫❬❲❴ t✉ ✈U R❫ ❵❬q S❬❪❨❩ ①s❭❫❳ ②❛❱ ❳❛❱❪ ❶❬❲❭❬♥ ❷❬❵♣❫❲❴ ❫❲❩❫❪ ❵❱❲❴❬❵s❨❳ r ❬❵♣❱ ❳
❵❨❪♥❛s ❬ ❫❭❬♥ ❬. ❸❱❵❫❭❨❬❲ ❭❨❳❬❪ ❫❪❬❲ ♣ ❱❵❱♥❨❪r ❬❬❲ r ❬❵♣ ❱ ❳ ❭❨ ❷❬s ❛♥ ❬❩❛♥ ❨❫❵ ②❨❪♥ ❛s ❨❛❳❛❴❨❹❬❪ ❫❳❩❬r❸❱❭❛❪❩❱ ♥❬❲❺❲ ❨⑩❱ ♥ r❨❩❬r❷❬❵♣❫❲❴.
3.3❻ ◗⑦❖ ❙p ▼❖❖ ❙❘n ❘ ◗❚t
S❬❵♣ ❱ ❳♣❱❲ ❱ ❳❨❩❨❬❲ ❼❬❲❴❭❨❴ ❫❲ ❬❪❬❲ ❬❭❬❳❬q ❫❭❬♥❬♥❫❬❲❴❬❲ t✉ ✈U RSU✇ ①s❭❫❳
②❛❱ ❳❛❱❪③
3.4❍ ❙◗⑧⑥◗❚● ◗❽ ◗❚
28
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara meletakkan media PCA
(❰➝➞➟➠ Ï ➢➤ ➥➟ ➹➦➞ ➧) untuk media pertumbuhan mikroorganisme yang ada diudara. Media pada cawan petri diletakkan terbuka 5 titik dalam
ruangan NICU dan didiamkan selama 15 menit. Selanjutnya media
dalam cawan ditutup kembali dengan parafilm dan dimasukkan dalam
termos es untuk diperiksa di laboratorium.
b. Penanaman dan Pembiakan
Media yang berisi sampel diinkubasi dalam media inkubasi. Media
PCA diinkubasi pada suhu 37oC selama 2 x 24 jam untuk memberikan
waktu bakteri tumbuh sedangkan media SDA diinkubasi selama 1-2
minggu pada suhu 25oC. Setelah masa inkubasi selesai selanjutnya
29
dilanjutkan dengan pewarnaan Gram, sedangkan untuk koloni jamur
dilakukan pewarnaan jamur.
Media PCA yang berisi sampel penelitian diinkubasi dengan keadaan
terbalik pada suhu 37oC selama 2 x 24 jam dan media SDA diinkubasi
pada suhu 25oC selama 1-2 minggu. Koloni bakteri yang tumbuh
dihitung jumlahnya lalu dilanjutkan dengan pewarnaan Gram dan
isolasi bakteri, sedangkan untuk koloni jamur yang tumbuh dilanjutkan
dengan pewarnaan jamur.
c. Penghitungan Angka kuman
Perhitungan koloni mikroorganisme yang tumbuh setelah diinkubasi
dilakukan dengan syarat-syarat berikut:
1. Tiap koloni yang tumbuh baik besar,kecil maupun koloni yang
menjalar dihitung sebagai 1 koloni.
2. Perhitungan koloni dilakukan secara manual dengan menghitung
koloni yang ada dan juga bisa dilakukan dengan menggunakan
ÐÑÒ ÑÓÔÐÑÕ ÓÖ×Ø.
3. Perhitungan angka kuman dapat dilakukan dengan menggunakan
rumus:
30
d. Isolasi Bakteri
Bakteri yang telah dihitung selanjutnya dilakukan isolasi dengan cara
ditanamkan dalam agar darah untuk mengidentifikasi bakteri gram
positif dan ditanamkan kedalam agar Mac Conkey untuk
mengidentifikasi bakteri gram negatif. Masing-masing agar diinkubasi
selama 24 jam pada suhu 37oC.
e. Identifikasi Mikroorganisme
Identifikasi mikroorganisme dilakukan dengan langkah berikut :
1. Makroskopis
Identifikasi secara makroskopis dengan menggunakan pengamatan
untuk melihat karakteristik koloni bakteri dan jamur berdasarkan
bentuk, warna, dan permukaan koloni.
2. Mikroskopis
Identifikasi secara mikroskopis dilakukan dengan cara yang
berbeda untuk masing-masing mikroorganisme yaitu :
a. Bakteri diidentifikasi dengan menggunakan pewarnaan
gram untuk melihat bentuk sel dan sifat bakteri terhadap
warna.
Langkah kerja pewarnaan gram :
1. Gelas objek difiksasi dengan cara dilewatkan di atas api
dengan nyala kecil selama beberapa saat.
2. Dibuat olesan tipis isolate bakteri dengan menggunakan ose
bulat secara septis,kemudian dikeringkan dan difikasasi di
31
3. Olesan yang telah dibuat ditetesi dengan kristal violet
(Gram A = cat utama) sampai menutupi seluruh sediaan,
dan diamkan selama 1 menit kemudian cuci dengan air
mengalir dengan perlahan.
4. Ditetesi olesan tersebut dengan larutan iodin (Gram B =
larutan mordan), dan didiamkan selama 1 menit, kemudian
dicuci pada air mengalir secara perlahan hingga tetesan
menjadi bening.
5. Kemudian dilakukan dekolorisasi dengan ditetesi etil
alkohol 95% (Gram C) selama 10-30 detik sampai terlihat
adanya warna yang luntur dari olesan,dan segera aliri
dengan air selama beberapa detik untuk menghentikan
aktivitas dekolorisasi.
6. Langkah selanjutnya bakteri ditetesi dengan safranin
selama 20-30 detik, dan dicuci dengan air mengalir secara
perlahan selama beberapa detik untuk menghabiskan
sisa-sisa pewarnaan sampai bersih dan dikeringkan. Setelah itu
diamati dengan mikroskop untuk melihat bentuk sel dan
sifat bakteri terhadap zat warna.
b. Jamur diidentifikasi dengan menggunakan metode
pewarnaan jamur Lactophenol Cotton Blue (LPCB) untuk
32
Langkah kerja pewarnaan ÙÚ ÛÜÝÞ ßàá Ýâ ã Ý ÜÜÝá äâåà (LPCB) untuk jamur :
1. Ditetesi satu tetesÙÚÛÜÝÞßàá Ýâã ÝÜÜÝáäâ åà (LPCB) pada gelas objek.
2. Diambil bahan pemeriksaan dengan menggunakan ose bulat
kemudian diletakkan pada gelas objek tersebut. Setelah itu
ditutup dengan menggunakan kaca objek.
3. Didiamkan selama 10 menit, kemudian diamati di bawah
mikroskop dengan perbesaran 40x atau 100x untuk melihat
miselium, tipe hifa, dan kantung spora.
f. Indentikasi secara biokimia dilakukan dengan cara berikut :
a) Untuk bakteri Gram positif
1. Uji Katalase
Uji katalase dilakukan dengan cara koloni diletakkan pada
gelas objek sebanyak satu ose kemudian cairan H2O2
diteteskan pada gelas objek tersebut. Hasil positif apabila
terdapat gelembung udara yang menandakan bakteri yang
berkembang adalah æÜÚÞßçâ Ý ÛÝÛÛåè èÞé dan hasil negatif apabila tidak terdapat gelembung udara yang menandakan
bakteri yang berkembang adalahæÜêàÞ ÜÝ ÛÝ ÛÛåèèÞ.
2. Uji gula-gula
Uji gula-gula menggunakan media gula-gula yaitu berupa
33
dilakukan karena sifat bakteri yang bisa menfermentasikan
gula. Hasil bernilai positif ditandai dengan terjadinya
perubahan dari biru menjadi hijau atau kuning menandakan
bakteri tersebut menghasilkan asam, serta adanya
gelembung udara pada tabung Durham menandakaan
bakteri tersebut menghasilkan gas.
3. Uji SIM
Dengan menggunakan Agar SIM yang merupakan agar
semisolid dan digunakan untuk menilai adanya hidrogen
sulfide, timbulnya indol akibat enzim ëì íîëï îð ñò ñó ô yang ditandai dengan berubahnya larutan kovac menjadi merah,
serta motilitas atau pergerakan bakteri.
4. Uji DNAse
Dengan menggunakan DNAse agar plate, bakteri
ditanamkan kedalam media tersebut dan diinkubasi pada
suhu 37oC selama 24 jam. Selanjutnya koloni akan
digenangi dengan larutan HCL10% selama 1-2 menit. Hasil
bernilai positif apabila terdapat zona bening pada agar
tersebut yang menandakan adanya õëñ îðíöï ÷ï÷÷øó ñ øì ôøó dan bernilai negatif apabila tidak terdapat zona bening pada
agar.
5. Uji Fermentasi Glukosa
Pengujian dilakukan dengan memasukkan bakteri sebanyak
34
selama 24 jam pada suhu 370C. apabila didapatkan
perubahan warna menjadi hijau atau kuning artinya terdapat
ù úûü ýþÿ ✁ ✁✁✂ ✄ ☎ü ✆✝☎✞ ✟ ✆✝✆✄ dan apabila larutan berubah menjadi biru menandakan adanya ù úûüýþÿ ✁ ✁✁✂ ✄
✄ûü✞ ü ýþ ú✆✁✂ ✄✠
b) Bakteri Gram Negatif
1. Uji TSIA (✡✞ ✆üÿ☎ù✂☛û✞☞✞ ✌✍☛û✞)
Media TSIA digunakan untuk menilai kemampuan bakteri
memfermentasi gula berupa glukosa, laktosa, dan sukrosa.
Hal ini ditandai dengan perubahan warna akibat timbulnya
suasana asam, serta terbentuknya H2S. Media diamati pada
2 tempat, yaitu bagian lereng dan bagian dasar.
2. Uji Sitrat
Uji ini bertujuan untuk melihat kemampuan bakteri dalam
menggunakan natrium sitrat sebagai sumber utama
metabolisme dan pertumbuhan. Didapatkan hasil yang
positif apabila agar sitrat yang semula berwarna hijau
berubah menjadi biru yang timbul akibat suasana asam
3. Uji gula-gula
Uji gula-gula menggunakan media gula-gula yaitu berupa
glukosa, laktosa, maltosa, manitol, dan sukrosa. Uji ini
dilakukan karena sifat bakteri yang bisa menfermentasikan
35
perubahan dari biru menjadi hijau atau kuning menandakan
bakteri tersebut menghasilkan asam, serta adanya
gelembung udara pada tabung Durham menandakaan
bakteri tersebut menghasilkan gas.
4. Uji SIM
Mempunyai tujuan yang sama pada penilaian bakteri Gram
positif digunakan untuk menilai adanya hidrogen sulfide,
timbulnya indol akibat enzim ✎✏ ✑✒✎✓ ✒✔ ✕✖ ✕✗ ✘ yang ditandai dengan berubahnya larutan kovac menjadi merah, serta
motilitas atau pergerakan bakteri.
5. Uji Oksidase
Dilakukan dengan cara koloni bakteri diteteskan denan
reagen oksidase kemudian didiamkan beberapa saat dan
apabila terdapat perubahan warna menjadi merah muda atau
36
3.6✙✚ ✛✜✚✛✢✚✛✣✤n✤ ✥✦t✦✚✛
Ruang NICU
Media PCA
Inkubasi 37oC, 2 x 24 jam
Hitung Angka Kuman
Koloni Bakteri Koloni Jamur
Penanaman di Lempeng Agar Nutrien
Penanaman di Agar Sabouraud
Inkubas 37oC,24 jam
Inkubasi 37oC,24 Jam
Pertumbuhan Koloni (+) Pertumbuhan Koloni (+)
Pewarnaan Gram Identifikasi Makroskopik
38
✹ ✺✻ ✼✺✽ 4.Rancangan penelitian Tes DNAse
Positif
✾✿❀❁ ❂❃❁ ❄
Negatif
Uji Fermentasi Glukosa
Negatif
✾✿❄ ❀❅ ❂❆ ❅❇❈❉❊❋❁ ❄
Positif
39
3.■ ❏❑▲ ▼n▼◆ ▼❖p❑P ◗▼r P ❘on
❙P ❚❑❘ 4.Definisi Operational
❯P❱▼P ❚❑❘ ❏❑▲▼n▼◆▼ ❲P ◗❑❳ ❨r▼ ❩P❱P❬❭ur ❪ ❭P❘P
yang terdapat pada ruang NICU
Penelitian ini sudah melalui uji etik dan dinyatakan lulus uji etik sehingga bisa
❡❢
❣ ❤❣ ✐
❥❦ ❧♠ ♥♦♣q❤rs ❤r❧❤t❤r
✉✈✇❥❦❧♠♥♦♣q❤r
❡①❢ ①❢ ②③④⑤⑥ ⑦⑧ ⑨⑩❶⑧ ⑥⑧ ⑥
❷⑩❸⑤ ⑦ ③❶ ③⑨⑤❹⑤ ⑩❶ ❺ ⑩❶❻ ❼⑤⑨⑩❽⑧ ❽ ⑩❶ ❼ ⑩⑦ ⑩❹ ❼⑤ ❽ ③❹ ⑩❾⑧ ⑤ ❿ ⑩❾ ➀ ⑩ ❽⑧⑩⑨⑤❹ ⑩④⑧ ❼ ⑩❸⑩ ❼⑤ ❸⑧ ⑩ ❶❻ ➁➂➃ ➄ ➅ ➆➄❷ ➇❿❼⑧⑨ ➈ ➉③⑨➉③❽ ❿⑩⑤ ❽ ❽ ⑩❸③❶ ⑩ ⑥ ③⑥ ⑤ ⑨⑤ ❽⑤ ❶⑤ ⑨⑩⑤ ⑩❶ ❻❽ ⑩ ❽⑧ ⑥ ⑩❶ ❺ ⑩❶ ❻ ❸ ③❶❼ ⑩❾ ❺ ⑩⑤❹⑧ ❢ ➊❢ ➋➌➃➍➄➎⑥
➏
❼③❶ ❻⑩❶ ❸③❸⑩❹⑩ ❽➉⑨➉❶⑤ ❢➐➐➊➑①
❡①❢ ①➌ ②③④⑤⑥ ⑦⑧ ⑨⑩❶❽❾⑧④⑧④
❷⑩❸⑤ ⑤ ❼③❶❹⑤➒⑤ ❽ ⑩④⑤ ❺ ⑩❶ ❻ ❹ ③⑨⑩❾ ❼⑤ ⑨⑩❽⑧❽⑩❶ ➊ ⑥⑩❽ ⑩ ❼ ⑩⑦⑩❹ ❼⑤ ⑩⑥ ❿⑤ ⑨ ❽ ③④⑤⑥⑦⑧⑨⑩❶❺ ⑩⑤❹⑧➓
⑩① ➔ ⑩❽❹ ③❸⑤ ❺ ⑩❶❻ ⑩❼ ⑩ ⑦⑩❼ ⑩ ❸⑧ ⑩❶ ❻⑩❶ ❹ ③❸ ④③❿ ⑧❹ ❺ ⑩⑤❹⑧ ➓ → ➣↔↕ ➙➛➜➝ ➞➝➞➞➟ ➠ ↔➟➡ ➢➟➠➤ → ➣➡ ➢↕ ➣➝➞➝ ➠ ➠➟ ➠ ➠↕➥➤ ➦ ➢➧➠ ➠➢➡ ➧↔ ➠↕➥➤ → ➙➧➨ ➢➜➜ ↔ ➠↕➥➤ ➩ ➠➢➟ ➫➝ ➭➝ ➯ ↔ ➠ ➠↕➥➤ ➲➜➢➳ ➠➧➢➜➜ ↔➤ C➝➡➛➯➢➳↔➞➣➢➡ ➧➟ ➭, E➠ ➞➙➢➡ ➧➞➙➧↔➤ →➥ ➠↔↕➡➝ ↕ ➙➛ ➣➧➞➟ ➠➤ →➥ ➢↕➧➫➢➡➭➧➫➧➠➥ ➵⑩⑥ ⑧ ❸ ❺ ⑩❶ ❻ ❿③❸⑩❼ ⑩ ⑦ ⑩❼⑩ ⑧❼⑩❸ ⑩ ❸⑧⑩❶❻⑩❶❹ ③❸ ④③❿ ⑧❹ ⑩❼⑩⑨⑩❾➸ ➙➧➺➝↕ ➟ ➠➠↕➥➫ ↔➯➻ ➠↕➢➡ ➨➧➜➜➟ ➠➠↕➥
➾➚
➪➶➹ ➘➶➴ ➷➴ ➶➬ ➮➱✃✃ ❐❐ ➱✃ ➘❐ ➘❒ ❮❐ ➱❒ ❰❐ Ï❐ Ï❒➱✃❐ ➱Ð ÑÒ ÓÔÕ Ó➪ Ö×❰❒ Ø ÙÚ➶ØÚ➶ ➘×➶ Ï❐❰❐❰ ❐Ø❐ ❮×❐Û❐➴➱ÚÏ ❮❐ØÜ❐ ➮Û❒Ý➷ÝÞ ➚ÒßÓà❮
á â ãäåæç èç é
➾â ➚âÝ ê❐✃ ➮ Û➶➱❐✃ ❐ ➘➶➴➶➬ ❐Û❐ ➱ ❒ ➱Û❒ ➘ ❰ ❐➹❐Û ❮➶ ➱ë❐ ✃❐ ➘➶ ×➶Ï➴ ➮➬❐ ➱ ❰ ➮Ï ➮ ❰❐ ➱ Ï❒❐ ➱✃❐ ➱Ð ÑÒ Ó❐✃ ❐ ÏÛ➮❰ ❐ ➘Û➶ Ïë❐❰ ➮➹➶ ➱Ü➶ ×❐ Ï❐ ➱❮➮➘ ÏÚ ÚÏ✃❐ ➱ ➮➴ ❮➶â
➾â ➚â➚ ê❐✃ ➮ ➮➱➴Û❐ ➱➴ ➮ ➹➶ ÏØ❒ ❰➮Û➮➱✃ ➘❐Û➘❐ ➱ ➹➶ Ï❐ì❐Û❐ ➱ Ï❒❐ ➱✃❐ ➱ ❰ ❐ ➱ ➹ ➶ Ï❐Û❒Ï❐ ➱ ❰ ➮ ❰ ❐Ø❐ ❮Ï❒❐ ➱✃❐ ➱Ð ÑÒ Ó❐ ✃❐ Ï➘➶ ×➶ Ï➴ ➮➬❐ ➱Ï❒ ❐ ➱✃❐ ➱Û➶Û❐➹Û➶ Ïë❐✃❐â
îïðñ ïòóôõñïö ï
Ayni, Tutik Nur.2009. Sterilitas udara ruang operasi bedah saraf RSUD DR. H.
Abdul Moeloek Bandar Lampung.÷ øipsi . Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung. Bandar Lampung.
Bas, Evrim Kiray. Bülbül, A. Cömert, S. Uslu, S. Arslan, S. Nuhoglu, A. Neonatal
Infection with Neisseria meningitidis: Analysis of a 97-Year Period Plus Case
Study September 2014;52(9):3478-3482
Brooks, G. 2008ùúû üýik iolüþÿ ✁✂ üø✁û ✄☎ ùt Dalam:✆ ✄✝ ✁t✞ ✟ ú ✁lni✠k ✟✡ ☛✂☞✁ý✁û þ✌s ú ✁✂ ÿ✠ ✄☞úi ✠rüýÿolü þ✍ , Edisi 23. EGC: Jakarta.
Budiyanto, M.A.K. 2005.úû üýÿik olü þÿ✎mum . Universitas Muhammadiyah
Malang Press.Malang.
Budiyanto. 2005.✏✄✑✄û✒✂✄✑✄ûúû üý ÿik olüþÿ . Jakarta : Erlangga
Burge, 2001.✓☎✂üüû☛ÿr ✔✕ ✄☞ity ✄☎✂ú✕û ✁oist in✖✕ÿ✂ ÿ☎ þ✑l . California.
Bush RK, Portnoy JM, Saxon A, Terr Al, Wood R A. 2006.✗✘✁ú ✁✂ÿ✠ ✄☞✁✙✙✁✠ts ü✙
mol
✂✁✚ ü✑✕ û✁x . J Allergy Clin Immunol (jurnal): Pp 326-333
Depkes. 2001. ✛✁✂üm✄n✛✁☎ þ✁☎✂✄☞i✄☎ ✓☎✙✁ksi ✜mi✄☞okoso ✂ÿ Rum✄✘ ÷✄øit .
Depkes. 2003. ✢ ✣✤✥ ✦✧★ pel✧✩ ✧★✧★ ✪ ✫ ✧★ ✬ ✪ ✧✭ ✧t intensi✮ . Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Depkes. 2004. ✢ ✣rsy✧✪ ✧✯ ✧★ ✣✰ ✣✱ ✧✯ ✧k ★ ★ ✬ ✲✫★✬✧★li rum✧✱ ✰ ✧ ✲it ✳ Jakarta:
Depertemen Kesehatan RI.
Dewi, Amalia Khrisna. 2013. Isolasi, Identifikasi dan Uji Sensitivitas
✴✯ ✧✵✱✩✥✶✥✶✶l us ✧ ✫✪ ✣us terhadap ✷✦✶oxiillin dari Sampel Susu Kambing
Peranakan Ettawa (PE) Penderita Mastitis Di Wilayah Girimulyo,
Kulonprogo, Yogyakarta [j✫ ✪★✧✸
]
: 138-150.Gullo, Antonino. 2009.✹nt✣nsiv✣✧★✤✶riti✶✧✸✶✧ ✪ ✣ m✣✤✺✶★ ✣✳i London: Spinger.
Gutarowska B, Piotrowska M. 2007. Methods of mycological analysis in
buildings.✻ ✫✺l✤✺★ ✬✧★ ✤✼★ ✽ironm✣nt , hal: 1843-1850.
Hill PC, Cheung YB, Akisanya A, Sankareh K, Lahai G, Greenwood BM et al.
Nasopharyngeal carriage of Streptococcus pneumoniae in Gambian
infants: a longitudinal study. Clin Infect Dis. 2008;46:807-814.
Imaniar, Erin. 2013. Kualitas mikrobiologi udara di inkubator unit perinatologi
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Abdul Moeloek Bandar Lampung.
✴✲ripsi✳ Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Bandar Lampung
Jawetz E., Melnick J.L., Adelberg E.A. 2007✳ ✾ik✪✥✿✺✥ ✬✺ol ❀✣✤✥ ✲t✣✪ ✧★ . Jakarta :
EGC Press
Kennedy, FPC. Apriliana, E. Rukmono, P. Kualitas Mikrobiologi Air di Unit
Perinatologi di Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek Bandar Lampung.
Kusuma, Sri AF, 2009. Staphylococcus aureus [❁ ❂❃ ❂❄❂❅]. Fakultas Farmasi
Universitas Padjadjaran. Jatinangor
Mayasari, Evita. 2006. Pseudomonas aeruginosa; Karakteristik, Infeksi, dan
Penanganan, http :// library.usu.ac.id
Mena KD, Gerba CP. 2009. Risk assesment of ❆❇ ❈❉❊ ❋● ❋❍ ❂s ❂❈■ ❉❏❑ ❍ ❋❇ ❂ in
water.❆❉▲❁ ❈❊▼❏❋◆ ❖P ◗❂❘i❋❍ ❂❄ ❙i▲■ ❂ ■❚ ❋❯ ❁ ❈❊ ❑❱i❍❈ ◗❂❘i❋❍ ❂❄ ❲nstitut❈s ❋❯❳ ❈❂❄th .2009;201:71-115
Pelczar, J. Michael., dan Chan, E.C.S.2008▼❨❂❇ ❂ ■❩❊ ❂❇ ❂ ■❁ik■❋▲❑ol❋ ❏❑ .
Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Pratami, Hema Anggika. 2012▼Identifikasi Mikroorganisme Pada Tangan Tenaga
Medis dan Paramedis di Unit Perinatologi Rumah Sakit Abdul Moeloek
Bandar Lampung [j❉■ ❍ ❂❄] : 85-94.
Rahajoe, N. Nastiti dkk. 2008. Respirologi Anak Edisi Pertama, Jakarta : IDAI
Richartds MJ, Edwars JR, Culver DH, Gayness RP. 1999. Nosocomial Infection
in Pediatric Intensive Care Units in United States. Diakses 20
September 2014 tersedia pada
http://www.pediatries.org/cgi/content/full.
Robbins, C. A., Swenson, L. J., Nealley, M. L., Gots, R. E., Kelman, B. J. 2000.
❳ ❈❂❄th❬❯❯❈❱ts ❋❯ ❁❱iotoxins in❲❍❊ ❋ ❋■ ❭❑r ❪ ❭ ❫❱❂❄riti R❈vi❈w▼ ❭ ❴❴❄ ❵❱❱up❬❍◆iron❳y❏▼ Hal.773-784
Rahayu, Eny. 2010. Koping Ibu Terhadap Bayi BBLR (Berat Badan Lahir
Rendah) yang Menjalani Perawatan Intensif di Ruang NICU (◗❈❋❍ ❂❘❂ ❄
❲❈ntnsi❯ ❫❂ ■❈ ❖nit ). P❃ripsi▼ Fakultas Kedokteran Universitas