• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Elite Lokal Dalam Pemilu Legislatif Tahun 2014 (Studi Deskriptif: Elite Partai Golkar Di Kabupaten Padang Lawas)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peran Elite Lokal Dalam Pemilu Legislatif Tahun 2014 (Studi Deskriptif: Elite Partai Golkar Di Kabupaten Padang Lawas)"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN ELITE LOKAL DALAM PEMILU

LEGISLATIF TAHUN 2014

(Studi Deskriptif: Elite Partai Golkar di Kabupaten

Padang Lawas)

Disusun Oleh:

Syarif Hidayatulah

100906008

Dosen Pembimbing: Dra. T. Irmayani, M. Si

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

SYARIF HIDAYATULAH (1009060080)

PERAN ELITE LOKAL DALAMA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014 (Studi Deskriptif: Elite Partai Golkar di Kabupaten Padang Lawas)

Rincian Skripsi: 93 Halaman, 5 Tabel, 16 Buku, 1 Internet. (Kisaran Buku dari Tahun: 1982-2013)

Kata Kunci : Elite, Partai Golkar, Padang Lawas

ABSTRAK

Penelitian ini menjelaskan bagaimana peran elite golkar dalam pemilu yang dilaksanakan 9 April 2014 di Kabupaten Padang Lawas, serta apa yang menjadi suksesnya partai golkar dalam pemilu, dengan kekuatan dalam partai sehinggah memberikan pengaruh besar kepada masyarakat dan memperoleh suara yang maksimal dalam pemilu.

Teori yang digunakan dalam menjelaskan penelitian ini adalah: pertama, Teori Elit seperti yang ungkapkan oleh Vilfredo Pareto dalam hal ini melihat Elit Golkar adalah sekelompok kecil orang berkualitas yang mampu menduduki jabatan tinggi dalam lapisan masyarakat khususnya di Kabupaten Padang Lawas. kedua, Teori kekuasaan seperti yang di ungkapkan Max Weber elit Golkar dapat mempengaruhi dan menguasai masyarakat padang lawas dalam Pemerintahan. Dan terakhir teori strategi menurut Arnold Steinberg adalah menjelaskan bagaimana Strategi dan rencana Elit Golkar dalam mempengaruhi suksesnya menduduki kursi pemerintahan di Kabupaten Padang Lawas. Dengan menggunakan studi deskriptif dan wawancara sebagai teknik utama dalam pengumpulan data. Penelitian ini mengandalkan analisis dari data wawancara yang diperoleh dan relefansinya dengan teori yang digunakan.

(3)

UNIVERSITY OF NORT SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTEMENT OF POLITICAL SCIENCE

SYARIF HIDAYATULLAH (100906008)

THE ROLE OF LOCAL ELITE IN LEGISLATIVE ELECTIONS 2014 (Descriptive Study : Elite Golkar in Padang Lawas)

Details of Thesis Thesis : 93 pages, 5 tables, 16 Books, 1 Internet. (Book Of The Year Range : 1982 to 2013)

Keywords : Elite, Golkar, Padang Lawas

ABSTRACT

This study describes how the role of the elite Golkar in the elections held 9 April 2014 in Padang Lawas , and what the success of the Golkar party in the elections, with the party's strength in making a major impact to the community and to obtain maximum sound in elections.

The theory is used to explain this study are: The first, elite theory as expressed by Vilfredo Pareto in this view Golkar Elite is a small group of qualified people who are able to occupy high positions in society, especially in Padang Lawas. second, theory of power as dictated Max Weber Golkar elite can influence and control of the old desert community in the Government. And lastly by Arnold Steinberg strategy theory is to explain how the strategy and plan of Golkar elite in influencing the success of the seat of government in Padang Lawas. By using descriptive studies and interviews as the primary data gathering techniques . This study relied on the analysis of the information obtained and relefansinya interview with the theory used.

(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Persetujuan

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh

Nama : Syarif Hidayatullah Hasibuan

Nim : 100906008

Judul :PERAN ELITE LOKAL DALAM PEMILU LEGISLATIF

TAHUN 2014 (Studi Deskriptif: Elite Partai Golkar di Kabupaten Padang Lawas)

Menyetujui:

Ketua Departemen Ilmu Politik Dosen Pembimbing

Dra. T. Irmayani, M.Si Dra. T. Irmayani, M.Si

(NIP. 19680630199403200) (NIP. 19680630199403200)

Mengetahui, Dekan FISIP USU

(5)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan panitia penguji skripsi Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, oleh:

Nama : Syarif Hidayatullah Hasibuan

Nim : 100906008

Judul :PERAN ELITE LOKAL DALAM PEMILU LEGISLATIF

TAHUN 2014 (Studi Deskriptif: Elite Partai Golkar di Kabupaten Padang Lawas)

Dilaksanakan pada:

Hari :

Tanggal :

Pukul :

Tempat :

Tim Penguji:

Ketua :

NIP. ( )

Penguji Utama :

NIP. ( )

Penguji Tamu :

(6)

Karya ini dipersembahkan untuk

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, taufik dan hidayah-Nya, penyusunan skripsi yang berjudul PERAN ELITE LOKAL DALAM PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014 (Studi Deskriptif: Elite Partai Golkar di Kabupaten Padang Lawas) dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik dari Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Selesainya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada, Ibu Dra. T. Irmayani, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Politik sekaligus sebagai dosen pembimbing penulis yang selama ini telah meluangkan waktu memberikan bimbingan, masukan dan kritik yang membangun kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Tak lupa juga penulis ucapkan terimakasih kepada Bapak Drs. P. Anthonius Sitepu, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Poitik.

Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Dekan Prof. Dr. Badaruddin, M.Si serta seluruh dosen dan staf pengajar Departemen Ilmu Politik yang telah meluangkan waktu untuk mendidik penulis selama menjalani masa perkuliahan. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada Kak Ema, Pak Burhan dan Kak Siti yang membantu penulis dalam urusan administratif kampus.

Kepada seluaruh keluarga tercinta, ibunda dan ayahanda dan seluaruh saudara- saudara beserta kerabat yang anyak membantu dan memberikan perhatian besar kepada penulis. Kepada seluruh teman-teman seperjuangan Ilmu Politik angkatan 2010 yang tidak dapat disebutkan satu persatu penulis banyak memperoleh pengalaman kehidupan perkuliahan yang diartikan sebagai persahabatan

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan dan kelemahan. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih atas semua bantuan dari semua pihak dalam penyelesaian skripsi ini dan berharap skripsi ini memberikan manfaat bagi kita.

Medan, Maret 2015

Syarif Hidayatullah

(8)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... I

Abstrak ... i

Abstrack ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Lembar Persembahan ... v

Kata Pengantar ... vi

DAFTAR ISI ... vii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Perumusan Masalah ... 6

C.Batasan Masalah ... 7

D.Tujuan Penelitian ... 7

E.Manfaat Penelitian ... 8

FKerangka Teori ... 9

F.1 Teori Elit ... 9

F.2 Teori Kekuasaan ... 16

F.3 Teori Strategi Politik ... 22

G.Metodologi Penelitian ... 26

G.1 Jenis Penelitian ... 26

G.2 Lokasi Penelitian ... 27

G.3 Teknik Pengumpulan Data ... 27

G.4 Teknik Analisa Data ... 29

(9)

BAB II : DESKRIPSI LOKASI DAN ELIT DI KAB. PADANG LAWAS ... 31

2.1 Profil Kabupaten Padang Lawas ... 31

2.1.1 Sejarah Kabupaten Padang Lawas ... 31

2.1.2 Letak Wilayah ... 36

2.1.3 Penduduk ... 37

2.2 Partai Golkar ... 40

2.2.1 Sejarah Berdirinya Partai Golkar ... 40

2.2.2 Hegemoni Golkar dan Kebijakan Kristalisasi Partai Politik ... 43

2.2.3 Platform Partai Golkar ... 47

2.2.4 Visi dan Misi Partai Golkar ... 49

2.2.5 Perkembangan Partai Golkar di Padang Lawas ... 50

2.2.4 Struktur Pengurus DPD Partai Golkar ... 53

2.2.3Profil Elit Politik dan Non politik ... 55

BAB III PEMBAHASAN ... 65

3.1 Aktivitas Elite Lokal dalam Pemilu Legislatif ... 65

3.2 Pandangan Masyarakat Terhadap Paratai Golkar dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kab. Padang Lawas ... 74

3.3 Kemenagan Partai Golkar dalam Pemilu Legislatif Tahun 2014 di Kabupaten Padang Lawas ... 81

BAB IV PENUTUP ... 89

4.1 Kesimpulan ... 89

4.2 Saran ... 91

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Bupati Padang lawas periode ... 34

Tabel 2. Kecamatan dan Luas wilayah di Kabupaten padang Lawas ... 35

Tabel 3. Jumlah penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin ... 39

Tabel 4. komposisi dan personalia dewan pinpinan daearah partai golkar di

Kabupaten Tapanuli Selatan dan Padang Lawas ... 53

Tabel 5. Perolehan Suara Partai Golkar tahun 2009 dan 2014 ... 86

Peta Kabupaten Padang Lawas ... 37

(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, taufik dan hidayah-Nya, penyusunan skripsi yang berjudul PERAN ELITE LOKAL DALAM PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014 (Studi Deskriptif: Elite Partai Golkar di Kabupaten Padang Lawas) dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik dari Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Selesainya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada, Ibu Dra. T. Irmayani, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Politik sekaligus sebagai dosen pembimbing penulis yang selama ini telah meluangkan waktu memberikan bimbingan, masukan dan kritik yang membangun kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Tak lupa juga penulis ucapkan terimakasih kepada Bapak Drs. P. Anthonius Sitepu, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Poitik.

Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Dekan Prof. Dr. Badaruddin, M.Si serta seluruh dosen dan staf pengajar Departemen Ilmu Politik yang telah meluangkan waktu untuk mendidik penulis selama menjalani masa perkuliahan. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada Kak Ema, Pak Burhan dan Kak Siti yang membantu penulis dalam urusan administratif kampus.

Kepada seluaruh keluarga tercinta, ibunda dan ayahanda dan seluaruh saudara- saudara beserta kerabat yang anyak membantu dan memberikan perhatian besar kepada penulis. Kepada seluruh teman-teman seperjuangan Ilmu Politik angkatan 2010 yang tidak dapat disebutkan satu persatu penulis banyak memperoleh pengalaman kehidupan perkuliahan yang diartikan sebagai persahabatan

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan dan kelemahan. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih atas semua bantuan dari semua pihak dalam penyelesaian skripsi ini dan berharap skripsi ini memberikan manfaat bagi kita.

Medan, Maret 2015

Syarif Hidayatullah

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pemilihan umum ialah salah satu syarat dalam era demokrasi, dimana

pemilihan umum merupakan ajang partai politik bertarung serta memberi

kesempatan atau peluang untuk menduduki Eksekutif dan Legislatif. Bagi

suatu negara yang menganut sistem pemerintahan demokrasi maupun yang

membangun proses demokrasi, partai politik menjadi sarana demokrasi yang

bisa berperan sebagai penghubung antara rakyat dan pemerintah. Pembentukan

partai politik berdasarkan atas prinsip-prinsip demokrasi, yakni pemerintahan

yang dipimpin oleh mayoritas melalui pemilihan umum. Untuk menciptakan

pemerintahan yang mayoritas, diperlukan partai-partai yang dapat digunakan

sebagai kendaraan politik untuk ikut dalam pemilihan umum. Menurut J

Kristiadi, pemilu demokratis adalah perebutan kekuasaan yang dilakukan

dengan regulasi, norma, dan etika sehingga sirkulasi elit atau pergantian

kekuasaan dapat dilakukan secara damai dan beradab.1

Pemilihan umum yang berlangsung di Kab.Padang Lawas semenjak

tahun 2009 banyak sekali dipengaruhi oleh elit yang sedang berkuasa. Pada

tahun 2009 pemilihan umum untuk memilih anggota legislatif banyak

dimenangkan oleh partai Demokrat pada saat itu, dikarenakan pada tahun 2009

1

(13)

banyak elit lokal menetapkan pilihannya pada partai yang incumbent dari

tahun 2004 tersebut. Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa kebiasaan yang

terjadi membentuk perilaku masyarakat di daerah tersebut. Begitu pula pada

pemilihan umum untuk memilih calon anggota legislatif di Kab.Padang Lawas

yang berlangsung pada tanggal 9 April 2014 lalu juga banyak dipengaruhi

oleh elit lokal yang juga turut serta berkompetisi di dalam pemilihan umum

tersebut.

Pada tahun 2009 Partai Golkar dalam mengikuti pemilihan umum

legislatif memperoleh suara secara keseluruhan 9.134 Suara dan menempatkan

Golkar di urutan kedua, sementara yang memperolehan suara terbanyak

dimenangkan oleh Partai Demokrat dengan perolehansuara 12.010.2

Partai Golkar berhasil memperoleh suara terbanyak pada Pemilihan

Umum Legislatif tahunn 2014 tingkat Kab. Padang Lawas, dengan perolehan

suara 20.515. Rincian perolehan Partai Golkar, yakni di Dapil Padang Lawas I Partai

Golkar terus berusaha untuk menaikkan elektabitasnya dalam Pemilu

selanjutnya dengan beberapa tokoh elit yang dianggap sangat berpengaruh

dalam partai dan siap untuk menang pada pemilu legislaif 2014. Hal ini sangat

memberikan pengaruh yang sangat signifikan pada Pemilu yang dilaksanakan

pada tanggal 09 April 2014, dimana partai Golkar kembali bangkit untuk

memperoleh suara terbanyak dalam pemihan umum yang telah berlangsung

tahun ini.

2

(14)

meraih 5.393 suara, Dapil Padang Lawas II 2.870 suara, Dapil Padang Lawas

III 2.944 suara, Dapil Padang Lawas IV 5.725 suara dan di Dapil Padang

Lawas V memperoleh 3.583 suara. Kemudian, posisi kedua yakni Partai

Hanura meraih 16.577 suara, Partai Demokrat memperoleh 13.512 suara, PKB

13.184 suara, PPP 11.837 suara, PDIP 9.950 suara, Gerindra 9.914 suara,

PAN 7.960 suara, PKS 7.032 suara, PKPI 6.189 suara, PBB 4.489 suara, dan

posisi terkahir adalah NasDem dengan perolehan sebanyak 4.141 suara3

Dari data di atas dapat kita lihat bagaimana kondisi pemilihan umum

untuk memilih anggota legislatif di Kab.Padang Lawas dari tahun 2009

sampai dengan 2014. Pergantian pemenang jumlah perolehan suara banyak

dimotori oleh elit yang juga turut serta berkompetisi ataupun elit yang tidak .

Hasil ini tidak hanya menempatkan Partai Golkar sebagai peraih suara

terbanyak di Kab.Padang Lawas, namun memperoleh sebanyak 5 kursi

legislatif di DPRD Kab. Padang Lawas, dari total 30 kursi legislatif yang

diperebutkan. Keadaan tersebut sangat dapat dirasakan masyarakat karena

dilihat dari hasil dari pemenangan partai Golkar, yang didalamnya terdapat

beberapa tokoh masyarakat yang dikategorikan sebagai elit partai, dengan

memperoleh suara tertinggi di daerah padang lawas. Masyarakat banyak

menggunakan hak pilihnya untuk memilih sosok yang mereka anggap sudah

mengerti bagaimana kondisi yang terjadi di daerah pemilihannya dan

bagaimana mengatasi kondisi keadaan yang terjadi di daerah itu pula.

3

(15)

ikut berkompetisi namun mempunyai andil yang penting untuk kemenangan

suatu calon dari partai tertentu. Isu kepemimpinan nasional menjadi penting

guna mengukur posisi elit partai yang akan maju atau elit di luar partai politik

yang dijagokan oleh partai. Walau demikian, elit di luar partai juga termasuk

elit dalam tingkatan kelas sosial dalam strata masyarakat. Elit dapat memotori

suatu partai ataupun perilaku masyarakat untuk menetapkan pilihannya, untuk

mendapatkan hasil yang memuaskan dalam suatu pemilihan umum. Pemilu

juga mendorong beberapa patronase dengan tujuan untuk menjalin hubungan

dengan beberapa kelompok yang mempunyai kepentingan tertentu untuk

mendapatkan tujuan.4

4

Henk Schulte dan Gerry Van Klinken. 2007. Politik Lokal di Indonesia. Jakarta: Yayasan obor Indonesia, Hal. 52

Teori elit dibangun di atas pandangan bahwa keberadaan elit baik elit

politik tidak dapat dielakkan dari aspek-aspek kehidupan modern yang serba

kompleks. Dalam sejarahnya, jumlah elit cenderung lebih sedikit akibat

legitimasi dari masyarakat demikian berat. Ada dua tradisi akademik tentang

elit, yakni dalam tradisi yang lebih tua elit diperlukan sebagai sosok khusus

yang menjalankan misi historis, memenuhi kebutuhan mendesak, melahirkan

bakat-bakat unggul dan elit dipandang sebagai kelompok pencipta tatanan

yang kemudian dianut oleh semua pihak. Dalam pendekatan yang lebih baru,

elit dipandang sebagai suatu kelompok yang menghimpun para petinggi

(16)

Elit politik merupakan individu-individu yang memiliki keistimewaan

dalam pemahaman, pemaparan, dan pengalaman mengenai sistem kekuasaan

selain itu, elit politik juga merupakan individu yang telah mendapat

pengakuan dari masyarakat sebagai suatu minoritas yang memiliki status

sosial dalam peran dan fungsinya di tengah masyarakat. Kedudukan elit dalam

masyarakat dapat dianalisis melalui konsep kekuasaan. Hal ini disadari bahwa

elit dan kekuasaan merupakan dua variabel yang tidak dapat dipisahkan,

karena elit merupakan sekelompok orang yang memiliki sumber-sumber

kekuasaan dan sebaliknya, Kekuasaan merupakan salah satu unsur

terbentuknya elit.

Adapun yang mendorong elite politik atau kelompok-kelompok elite

untuk memainkan peranan aktif dalam politik adalah Karena ada dorongan

kemanusiaan yang tidak dapat dihindarkan atau diabaikan untuk meraih

kekuasaan. Politik merupakan permainan kekuasaan dan para individu

menerima keharusan untuk melakukan sosialisasi serta penanaman nilai-nilai

guna menemukan ekspresi bagi pencapaian kekuasaan tersebut. Keinginan

berebut kekuasaan dan berusaha memperbesar kekuasaan yang menyebabkan

terjadinya pergumulan politik antar elite di dunia politik.

Alasan penelitian ini berkonsentrasi terhadap partai Golkar

dikarenakan partai Golkar dapat membuktikan bahwa dirinya suatu partai yang

dapat berdiri tegak dan mampu menjaga eksistensinya sebagai partai besar

(17)

Golkar bukanlah partai yang menang di pemilu tahun 2009 namun pada

pemilu tahun 2014 partai ini memperoleh suara tertinggi, kemenangan ini

kemudian apakah ada pengaruh dari elit partai yang duduk sebagai Bupati,

ketua DPRD dan elit-elit partai tersebut di Kab. Padang Lawas. Penelitian

difokuskan di daerah Kab.Padang Lawas karena daerah ini merupakan hasil

dari pemisahan diri dari Kab. Tapanuli Selatan sehinggah penelitian ini

menunjukkan bagaimana suatu kabupaten baru dalam menghadapi pemilihan

umum legislatif di daerahnya dalam rangka menempatkan perwakilan

masyarakatnya dalam kursi legislatif.

Pengaruh yang sangat besar terhadap elite partai golkar dalam

memenangkan perolehan suara dalam pemilihan umum, sehinggah hal ini

sangat berpengaruh terhadap perilaku pemilih didaerah Padang Lawas.

Beranjak dari yang dikemukakan sebelumnya maka dalam penelitian ini,

mengkaji bagaimana peran yang diberikan elit terhadap kemenangan partai

Golkar yang ada di kabupaten Padang Lawas.

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah adalah usaha untuk menyatakan secara tersurat

pertanyaan penelitian apa saja yang perlu dijawab atau dicarikan jalan

pemecahannya. Perumusan masalah merupakan penjabaran dari identifikasi

masalah dan pembatasan masalah. Dengan kata lain, perumusan masalah

(18)

masalah yang akan diteliti didasarkan atas identifikasi masalah dan

pembatasan masalah.5

C.Batasan Masalah

Sejalan dengan latar belakang dan persoalan yang telah diuraikan di

atas, adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah

“Bagaimana peran Elit lokal dalam pemenangan partai Golkar pada pemilu

legislatif tahun 2014 di Kab. Padang Lawas?

Pembatasan masalah adalah usaha untuk menetapkan masalah dalam

batasan penelitian yang akan diteliti. Batasan masalah ini berguna untuk

mengidentifikasikan faktor mana saja yang termasuk kedalam masalah

penelitian dan faktor mana saja yang tidak termasuk kedalam ruang penelitian

tersebut. Maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengkaji

pendekatan yang dilakukan elit politik dan elit non politik dalam pemenangan

pada pemilu legislatif tahun 2014 di Kab. Padang Lawas.

D.Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah pernyataan mengenai apa yang hendak

kita capai. Tujuan peneitian dicantumkan agar pihak lain yang membaca

laporan penelitian dapat mengetahui dengan pasti tentang apa tujuan dari

5

(19)

penelitian kita sesungguhnya.6

E. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitan ini

secara umum ialah untuk mengetahui pengaruh dan pendekatan yang

digunakan elit Golkar dalam memberikan pengaruhnya di masyarakat dalam

usaha memenangkan partai Golkar pada pemilu legislatif di Kab.Padang

Lawas.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan

pengetahuan yang bermanfaat yaitu:

1. Secara akademis penelitian dapat menjadi bahan acuan ataupun

referensi dalam konteks ilmu politik terkait dengan elite politik.

2. Secara teoritis maupun metodologis studi ini diharapkan dapat

memberikan sumbangan terhadap perkembangan dan pendalaman

studi pengaruh elit lokal dalam suatu partai politik, khususnya di

Indonesia.

3. Secara pribadi penelitian mampu mengasah kemampuan peneliti

dalam melakukan sebuah proses penelitian yang bersifat ilmiah dan

memberikan pengetahuan yang baru bagi peneliti sendiri.

6

(20)

F. Kerangka Teori

F.1 Teori Elite

Elite Politik adalah sekelompok kecil orang berkualitas yang mampu

menduduki jabatan tinggi dalam lapisan masyarakat. Menurut Pareto,

masyarakat terbagi dalam dua kategori yaitu: lapisan elite yang jumlahnya

kecil dan mempunyai kemampuan memerintah (governing elite), dan lapisan

non elite yang jumlahnya besar yang ditakdirkan untuk diperintah (non elite).7

Elit merupakan orang-orang yang berhasil, yang mampu menduduki

jabatan tinggi dalam lapisan masyarakat. Disamping itu bahwa elit yang ada

dalam lapisan masyarakat pada umumnya datang dari kelas yang sama yaitu

orang-orang yang kaya dan juga pandai, yang mempunyai kelebihan dalam

matematika, bidang musik, karakter moral dan sebagainya.. Vilfredo Pareto

sendiri lebih memusatkan perhatiannya pada elit yang memerintah, yang

menurut dia berkuasa karena bisa menggabungkan kekuasaan dan kelicikan

yang dilihatnya sebagai hal yang penting.8

Gaetano Mosca dan Vilfredo Pareto membagi strtifikasi dalam tiga

kategori yaitu elit yang memerintah (governing elit), elit yang tidak

memerintah (non-governing elite) dan massa umum (non-elite). Kajian ini

membagi dua katagori elit yaitu:9

1. Elit Politik Lokal merupakan seseorang yang menduduki

jabatan-jabatan politik (kekuasaan) di eksekutif dan legislatif yang dipilih

7 SP. Varma. 2010.Teori Politik Modern. .Jakarta: PT. Rajawali Pers. Hal 199

8

Ibid. Hal 200

9

(21)

melalui pemilihan umum dan dipilih dalam proses politik yang

demokratis ditingkat lokal. Mereka menduduki jabatan politik

tinggi ditingkat lokal yang membuat dan menjalankan kebijakan

politik. Elit politiknya seperti: Gubenur, Bupati, Walikota, Ketua

DPRD, dan pimpinan-pimpinan partai politik. dalam konteks lokal

yaitu elit politik lokal dan elit non politik lokal.

2. Elit Non Politik Lokal adalah seseorang yang menduduki

jabatan-jabatan strategis dan mempunyai pengaruh untuk memerintah

orang lain dalam lingkup masyarakat. Elit non politik ini seperti:

elit keagamaan, elit organisasi kemasyarakatan, kepemudaan,

profesi dan lain sebagainya. Perbedaan tipe elit lokal ini diharapkan

selain dapat membedakan ruang lingkup mereka, juga dapat

memberikan penjelasan mengenai hubungan antar-elit politik

maupun elit mesyarakat dalam proses pemilihan kepala daerah di

tingkat lokal.

Dalam sirkulasi elit, konflik bisa muncul dari dalam kelompok itu sendiri

maupun antar kelompok pengusaha maupun kelompok tandingan. Sirkulasi elit

menurut Pareto terjadi dalam dua kategori yaitu: Pertama, pergantian terjadi antara

kelompok-kelompok yang memerintah sendiri, dan Kedua, pergantian terjadi di

antara elite dengan penduduk lainya. Pergantian model kedua ini bisa berupa

pemasukan yang terdiri atas dua hal yaitu Individu-individu dari lapisan yang

(22)

lapisan bawah yang membentuk kelompok elit baru dan masuk kedalam kancah

perebutan kekuasaan dengan elit yang sudah ada.10

Sementara Gaetano Mosca melihat bahwa pergantian elit terjadi apabila

elit yang memerintah dianggap kehilangan kemampuanya dan orang luar di kelas

tersebut menunjukan kemampuan yang lebih baik, maka terdapat segala

kemungkinan bahwa kelas yang berkuasa akan dijatuhkan dan digantikan oleh

kelas penguasa yang baru11. Dalam sirkulasi elit yang disebutkan oleh Mosca,

terutama karena terjadinya penjatuhan rejim, konflik pasti tidak terhindarkan,

karena masing-masing pihak akan menggunakan berbagai macam cara. menurut

Maurice Duverger, dalam konflik politik, sejumlah alat digunakan seperti

organisasi dan jumlah uang (kekayaan), sistem, militer, kekerasan fisik, dan lain

sebagainya.12

Elit merupakan seseorang yang menduduki jabatan-jabatan politik

(kekuasaan) di eksekutif dan legislatif yang dipilih melalui pemilihan umum dan

dipilih dalam proses politik yang demokratis ditingkat lokal. Mereka menduduki Tata cara mekanisme sirkulasi elit ini akan sangat menentukan sejauh

mana sistem politik memberikan karangka bagi terujutnya pergantian kekuasaan

di suatu Negara. Dalam konteks pergantian seperti itu, kenyataannya perosesnya

tidak selalu mulus, apalagi dalam konteks politik Internasional yang menunjukan

sifat-sifat ketidak normalan. tetapi masing-masing DPRD mempunyai tata cara

dan mekanisme masing-masing dalam pergantian elit.

10 SP. Varma. Op.Cit. Hal. 201 11

Ibid. Hal. 203 12

(23)

jabatan politik tinggi ditingkat lokal yang membuat dan menjalankan kebijakan

politik. Elit politiknya seperti Gubenur, Bupati, Walikota, DPRD, dan

pimpinan-pimpinan partai politik.

Dalam menganalisa kedudukan elit dalam masyarakat, elemen yang perlu

di perhatikan adalah konsep kekuasaan. Hal ini disadari bahwa elit dan kekuasaan

merupakan dua variable yang tidak dapat dipisahkan, karena elit adalah

merupakan sekelompok orang yang memiliki sumber-sumber kekuasaan dan

sebaliknya. Kekuasaan merupakan salah satu unsur terbentuknya elit. Elit politik

adalah sekelompok orang yang memiliki kekuasaan politik. Bahwa jumlah

penguasa selalu lebih sedikit daripada yang dikuasai.13

Secara umum, elit merupakan sekelompok orang yang menempati

kedudukan-kedudukan tinggi. Dalam arti yang lebih khusus, elit juga ditunjukkan

oleh sekelompok orang terkemuka dalam bidang-bidang tertentu dan khususnya

kelompok kecil yang memegang pemerintahan serta lingkungan dimana

kekuasaan itu diambil. Dengan demikian, konsep tentang elit cenderung lebih

menekankan kepada elit politik dengan merujuk pada pembagian elit penguasa Teori elit dibangun di atas

pandangan atau persepsi bahwa keberadaan elit baik elit politik maupun elit

agama tidak dapat dielakkan dari aspek-aspek kehidupan modern yang serba

kompleks. Dalam sejarahnya, jumlah elit cenderung lebih sedikit akibat legitimasi

dari masyarakat demikian berat.

13

(24)

dan elit yang tidak berkuasa yang mengarah kepada adanya kepentingan yang

berbeda.

Elit politik merupakan individu-individu yang memiliki keistimewaan

dalam pemahaman, pemaparan, dan pengalaman mengenai sistem kekuasaan

selain itu, elit politik juga merupakan individu yang telah mendapat pengakuan

dari masyarakat sebagai suatu minoritas yang memiliki status sosial dalam peran

dan fungsinya di tengah masyarakat. Sehingga dengan kedudukan yang istimewa

inilah kemudian elit menjadi faktor penentu yang berperan dalam mendorong dan

mempengaruhi partisipasi politik masyarakat.

Dalam masyarakat yang menganut paham demokrasi, maka keberadaan

elit tidak bisa dilepaskan dari adanya proses sosial yang berkembang. Keller

mengemukakan empat proses sosial utama yang mendorong perkembangan elit

yakni pertumbuhan penduduk, pertumbuhan spesialisasi jabatan, pertumbuhan

organisasi formal atau birokrasi dan perkembangan keagamaan moral.

Konsekuensinya, kaum elitpun semakin banyak, semakin beragam, dan lebih

bersifat otonom.14

Huky membagi elit ke dalam tiga kategoriyaitu :15

1. Elit karena kekayaan.

Kekayaan menjadi suatu sumber kekuasaan. Orang-orang kaya

tergabung ke dalam group tertentu baik bersifat konkrit maupun

14Ibid. hal. 44

(25)

abstrak dan mengontrol masyarakat di sekitarnya, seperti majikan

dengan posisi elit dalam mengontrol bawahannya.

2. Elit karena eksekutif.

Group ini terdiri dari orang-orang yang mempunyai posisi strategis

dalam strategi di bidang tertentu. Dengan posisi yang strategis ini,

ia memperoleh kekuasaan mengontrol dan mempengaruhi orang

lain. Misalnya pejabat-pejabat pemerintah pada kedudukan yang

strategis.

3. Elit komunitas.

Orang-orang tertentu dalam suatu komunitas dipandang sebagai

kelompok yang dapat mempengaruhi kelompok lain.

Untuk melancarkan mekanisme sistem politik maka para elit politik atau

elit penguasa harus mampu mengakomodasi berbagai tuntutan masyarakat atau

warga Negara. Kemudian tuntutan itu diolah menurut mekaisme sistem politik

yang bisa menghasilkan berbagai kebijakan atau keputusan yang dapat menjawab

berbagai tuntutan masyarakat. Keputusan atau kebijakan ini juga memberi

kesejahteraan pada anggota masyarakat. Elit politik bertindak secara demokratis

untuk menghargai hak-hak warganegara dan terbuka terhadap berbagai golongan.

Adapun cara elit mempertahankan kekuasaan yaitu:16

1. Dengan jalan menghilangkan segenap peraturan-peraturan lama,

terutama dalam bidang politik yang merugikan kedudukannya

16

(26)

penguasa, peraturan-peraturan tersebut akan digantikan dengan

peraturan-peraturan baru yang akan menguntungkan penguasa.

Keadaan tersebut biasanya terjadi pada waktu ada pergantian

kekuasaan dari seseorang penguasa kepada penguasa lain (yang baru).

2. Mengadakan sistim-sistim kepercayaan (belief - system) yang akan

dapat memperkokoh kedudukan penguasa atau golongan. Sistem

sistem kepercayaan tersebut meliputi agama ideologi dan seterusnya.

3. Pelaksanaan administrasi dan birokrasi yang baik

4. Mengadakan konsolidasi secara horisontal dan secara pertikal.

F.2 Teori Kekuasaan

Kekuasaan merupakan suatu konsep politik yang paling sering di bahas

dan dipelajari oleh para akademisi dalam mempelajari ilmu politik. Khususnya

dalam hal ini politik beranggapan bahwa Kekuasaan merupakan inti dari politik

yaitu semua kegiatan yang menyangkut masalah memperebutkan dan

mempertahankan kekuasaan. Kekusaan sangat erat kaitannya dengan pengaruh

dan mempengaruhi. Kekuasaan biasanya berbentuk hubungan dalam artian bahwa

ada satu pihak yang memerintah dan ada pihak yang diperintah. Atau satu pihak

memberi perintah dan satu pihak lagi yang mematuhi perintah.

Max Weber juga mengatakan bahwa kekuasaan adalah kesempatan dari

seseorang atau sekelompok orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan

(27)

perlawanan dari orang-orang atau golongan-golongan tertentu.17

Kekuasaan diartikan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain

menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan. Kekuasaan terdapat di

semua bidang kehidupan dan dijalankan.Kekuasaan mencakup kemampuan untuk

memerintah dan juga untuk memberi keputusan-keputusan yang secara langsung

maupun tidak langsung mempengaruhi tindakan-tindakan pihak-pihak lainnya.

Meriam budiardjo dalam bukunya yang berjudul “Dasar-dasar Ilmu Politik”

menyebutkan bahwa kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau sekelompok

orang untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang atau sekelompok lain

sedemikian rupa sehingga tingkah laku itu menjadi sesuai dengan keinginan dan

tujuan dari orang yang mmpunyai kekuasaan itu.

Dengan demikian

kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau sekelompok orang untuk

memengaruhi pikiran atau tingkah laku orang atau kelompok orang lain, sehingga

orang yang dipengaruhi itu mau melakukan sesuatu yang sebetulnya orang itu

enggan melakukannya. Yang terpenting dari kekuasaan adalah adanya

keterpaksaan, yakni keterpaksaan pihak yang dipengaruhi untuk mengikuti

pemikiran ataupun tingkah laku pihak yang memengaruhi.

18

Konsep kekuasaan (politik) diupayakan sebagai suatu elaborasi dengan

menjadikan kekuasaan itu sebagi fenomena politik kekuasaan. Untuk memahami Sehingga dapat mempengaruhi

seseorang agar bertingkah laku sesuai dengan yang diinginkan.

17

Soerjono Soekanto. Op.Cit.262

18

(28)

fenomena kekuasaan politik. Charles F Andrain dan Ramlan Surbakti seperti yang

dikutip oleh P. Antonius Sitepu dapat ditinjau dari (6) dimensi yaitu:19

1. Dimensi Potensial dan Aktual

Seseorang yang dipandang mempunyai kekuasaan potensial apabila

mempunyai atau memiliki sumbr-sumber kekuasaan seperti kekayaan

tanah, senjata, pengetahuan informasi, popularitas, status sosial yang

tinggi, massa yag terorganisir dan jabatan. Sebaliknya seseorang yang

dipandang memiliki kekuasaan aktual apabila telah menggunakan

sumber-sumber yang dimilikinya kedalam kegiatan-kegiatan politik

secara efektif.

2. Dimensi Konsensus dan paksaan

Dalam menganalisis hubungan kekuasaan harus membedakan

kekuasaan yang berdasarkan paksaan dan kekuasaan yang berdasarkan

konsensus. Para analisis politik yang lebih menekankan aspek

konsensus dari kekuasaan akan cenderung melihat elite politik sebagai

orang yang tengah berusaha menggunakan kekuasaan untuk mencapai

tujuan masyarakat secara keseluruhan. Sementara itu, apabila

menekankan pada aspek paksaan dari kekuasaan akan cenderung

memandang politik sebagai perjuangan, pertarungan, dominasi, dan

konflik.

19

(29)

3. Dimensi Positif dan Negatif.

Tujuan umum pemengang kekuasaan adalah untuk mendapatkan

ketaatan atau penyesuaian diri dari pihak yang dipengaruhi. Tujuan

umum itu dapat dikelompokkan menjadi dua aspek yang berbeda

yakni: tujuan positif dan negatif. Kekuasaan positif adalah

penggunaaan sumber-sumber kekuasaan untuk mencapai tujuan yang

dianggap penting dan diharuskan, sedangkan kekuasaan negatif adalah

penggunaan sumber-sumber kekuasaan untuk mencegah orang lain

untuk mencapai tujuannya yang tidak hanya dipandang tidak perlu

akan tetapi juga merugikan pihaknya.

4. Dimensi jabatan dan pribadi

Dalam masyarakat yang sudah maju dan mapan kekuasaan terkandung

erat dalam jabatan-jabatan. Penggunaan kekuasaan yang terkandung

dalam jabatan secara efektif tergantung kepada kuaitas pribadi yang

dimiliki dan ditampilkan oleh setiap pribadi yang memegang jabatan.

Dalam masyarakat yang masih sederhana, struktur kekuasaan

didasarkan atas realitas pribadi lebih menonjol daripada kekuasaan

yang terkandung didalaam jabatan itu. Dalam hal ini, pemimpin yang

melaksanakan kekuasaan efektifitas kekuasaannnya terutama berasal

(30)

5. Dimensi implisit dan eksplisit

kekuasaan implisit adalah kekuasaan yang tidak terlihat dengan kasat

mata akan tetapi dapat dirasakan sedangkan kekuasaan eksplisit adalah

pengaruh yang terlihat dan dapat dirasakan. Adanya kekuasaan dimensi

eksplisit menimbulkan perhatian orang pada segi rumit hubungan

kekuasaan yang disebut dengan azaz memperkirakan reaksi dari pihak

lain.

6. Dimensi langsung dan tidak langsung

Kekuasaan langsung adalah penggunaan sumber-sumber kekuasaan

untuk mempengaruhi pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik

dengan melakukan hubungan secara langsung tanpa melakukan

perantara. Yang termasuk dalam kategori sumber-sumber kekuasaan

adalah sarana paksaan fisik, kekayaan dan harta benda (ekonomi)

normatif, jabatan, keahlian, status sosial, popularitas pribadi. Massa

yang terorganisir, senjata, penjara, kerja paksa, teknologi, aparat yang

menggunakan senjata. Sedangkan kekuasaan yang tidak langsung

penggunaan sumber-sumber kekuasaaan untuk mempegaruhi

pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik dengan melalui

perantara politik lain yang diperkirakan mempunyai pengaruh yang

(31)

Adapun Unsur – unsur kekuasaan yang didapat dijumpai dalam masyarakat

mempunyai beberapa unsur pokok yaitu.20

1. Rasa Takut

Perasaan takut pada seseorang menimbulkan suatu kepatuhan terhadap

segala kemauan dan tindakan orang ynag ditakuti tadi. rasa takut

merupakan perasaan negatif karena seseorang tunduk kepada orang

lain dalam keadaan terpaksa. Orang yang mempunyai rasa takut akan

berbuat segala sesesuatu yang sesuai dengan keinginan orang yang

ditakutinya agar terhindar dari kesukaran-kesukaran yang akan

menimpa dirinya, seandainya dia tidak patuh.

2. Rasa Cinta

Rasa cinta menghasilkan perbuatan-perbuatan yang pada umumnya

positif. Orang-orang lain bertindak seseuai dengan kehendak pihak

yang berkuasa untuk menyenangkan semua pihak. Rasa cinta biasanya

telah mendarah daging dalam diri seseorang atau sekelompok orang.

Rasa cinta yang efisien seharusnya dimulai dari pihak penguasa.

3. Kepercayaan

Kepercayaan dapat timbul sebagai hasil hubungan langsung antara dua

orang atau lebih yang bersifat asosiatif.

20

(32)

4. Pemujaan

Di dalam sistem pemujaan, seseorang atau sekelompok orang yang

memegang kekuasaan mempunyai dasar pemujaan dari orang-orang

lain. Akibatnya adalah segala tindakan penguasa dibenarkan atau

setidak-tidaknya dianggap benar.

F.3 Teori Strategi Politik

Strategi adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan kelompok atau

pribadi secara keseluruhan. Melalui serangkaian aktifitas yang unik atau berbeda

dari yang lain dan terus menerus untuk mendapatkan hasil yang maksimal

berdasarkan kebutuhan dan keinginan yang ingin dicapai ditopang dengan sarana

dan prasarana. Dikendalikan oleh seorang pemimpin.Pemimpin sejati bukanlah

orang yang yang cuma bisa memimpin, tetapi pemimpin sejati adalah orang yang

bisa membuat orang-orang yang di pimpinnya menjadi pemimpin pula.

Strategi menurut Arnold Steinberg adalah rencana untuk tindakan

penyusunan dan pelaksanaan strategi mempengaruhi suskses atau gagalnya

strategi pada akhirnya.21

21

Toni Adrianus Pito, at.all. 2006. Mengenal teori-Teori Politik: Dari Sistem Politik Sampai Korupsi. Bandung: Nuansa. Hal 196

Dalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja,

memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan

prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan

(33)

Pada dasarnya strategi politik menurut Peter Schroder ada dua strategi

yaitu strategi Ofensif (menyerang) dan strategi defensif (bertahan). Strategi

ofensif merupakan strategi memperluas pasar dan strategi menembus pasar. Pada

dasarnya, semua strategi ofensif yang diterapkan saat kampanye pemilu harus

menampilkan perbedaan yang jelas dan menarik antara kita dan partai-partai

pesaing yang ingin kita ambil alih pemilihnya. Sedangkan strategi defensif

merupakan strategi untuk mempertahankan pasar dan strategi untuk menutup atau

menyerahkan pasar.22

Sebagaimana yang dikutip dari buku Toni Andrianus Pito at all “Mengenal

Teori- Teori Politik” Ada empat macam startegi politik yaitu:23

1. Strategi penguatan yaitu strategi yang digunakan untuk sebuah kontestan

yang telah dipilih karena mempunyai citra tertentu dan citra tersebut

dibuktikan oleh kinerja politik selama mengemban jabatan publik tertentu.

2. Startegi rasionalisasi yaitu dilakukan kepada kelompok pemilih yang

sebelumnya telah memilih kontestan tertentu karena kontestan tersebut

berhasil mengembangkan citra tertentu yang disukai pemilih akan tetapi

kinerjanya kemudian tidak sesuai dengan citra tersebut. Strategi

rasionalisasi ini dilakukan untuk mengubah sikap pemilih dan harus

dilakukan untuk mengubah sikap pemilih dan harus dilakukan dengan

hati-hati.

22

Ibid.Hal. 198 23

(34)

3. Strategi bujukan yaitu strategi yang diterapkan oleh kandidat yang

dipersiapkan memiliki citra tertentu tapi juga memiliki atribut-atribut yang

cocok dengan citra lainnya.

4. Strategi konfrontasi yaitu strategi yang diterapkan kepada para pemilih

yang telah memilih kontestan dengan citra tertentu yang dianggap tidak

cocok oleh pemilih dan kemudian kontestan tersebut tidak menghasilkan

kinerja yang memuaskan pemilih. Biasa saja pada suatu pemilu, sebagaian

pemilih menjatuhkan pilihannya kepada kandidat yang jelek, tapi

kemudian kandidat tersebut ternyata tidak menghasikan kinerja yang

diharapkan.

Salah satu perwujudan dari strategi politik itu ialah kampanye politik dan

marketing Politik yang dilakukan untuk mendapatkan suatu tujuan tertentu dari

suatu kompetisi yang sedang berlangsung. Kampanye pada prinsipnya merupakan

suatu proses kegiatan komunikasi individu atau kelompok yang dilakukan secara

terlembaga dan bertujuan untuk menciptakan suatu efek atau dampak tertentu.

Kampanye merupakan sebuah tindakan yang bertujuan mendapatkan

pencapaian dukungan, usaha kampanye bisa dilakukan oleh perorangan atau

sekelompok orang yang terorganisir untuk melakukan pencapaian suatu proses

pengambilan keputusan di dalam suatu kelompok, kampanye biasa juga dilakukan

guna memengaruhi, penghambatan, pembelokan pecapaian. Sehingga dalam

(35)

dianggap efektif jika calon legislatif atau suatu partai itu mendapat kemenangan

suara dalam pemilu nantinya.

Marketing politik adalah seperangkat metode yang memfasilitasi kontestan

(individu atau partai poilitik) dalam memasarkan inisiatif politik, gagasan politik,

isu politik, idiologi politik, dan karakteristik pemimpin partai dan program kerja

partai kepada masyarakat. Pada dasarnya political marketing menurut Adam

Nursal yakni sebagai strategi kampanye politik untuk membentuk serangkain

makna politis tertentu didalam pikiran para pemilih. Serangkain makna politis

yang terbentuk didalam pikiran para pemilih untuk memilih para kontestan

tertentu. Makna politis inilah yang menjadi output penting marketing politik yang

menentukan pihak mana yang akan dipilih oleh pemilih.24

Dalam kajian ilmu politik political marketing menurut firmanzah

merupakan penerapan-penerapan marketing dalam kehidupan politik. Dalam

political marketing, yang ditekankan adalah penggunaan pendekatan dan metode

marketing dalam menyusun produk politik, distribusi produk politik kepada

masyarakat serta meyakinkan bahwa produk politiknya lebih unggul dibandingkan

dengan pesaing. Sehingga membantu politikus dan partai politik untuk

membangun hubungan dua arah dengan konstituen dan masyarakat.25

Marketing menjadi salah satu cara yang diperlukan dalam strategi politik.

Dalam konsep marketing mengenal adanya persaingan untuk mendapatkan

dukungan dari masyarakat. Dalam hal ini bagaiamana seorang kandidat

24

Rudi Sakam Sinaga. 201, Pengantar Ilmu Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal 41 25

(36)

mengkomunikasikannya kepada masyarakat dengan mengemas strategi-strategi

kampanye yang akan mudah diterima masyarakat.

G. Metodologi Penelitian

G.1 Jenis Penelitian

Berdasaran dari uraian serta penjelasan tujuan penelitian maupun kerangka

dasar di atas, penelitian ini bersifat kualitatif dengan metode deskriptif. Dengan

metode kualitatif, penelitian sama-sama mempersoalkan realibitas, validitas,

pengukuran dan alat ukur juga berbeda.26 Penelitian dekriptif adalah suatu cara

yang digunakan untuk memecahkan masalah yang ada pada masa sekarang

berdasarkan fakta dan data-data yang ada. Menyajikan data, menganalisis dan

menginterpretasi dan juga bersifat komperatif dan korelatif.27

26

Burhan Bungin. 2001. Metodologi penelitian Sosial. Surabaya: Air langga Press. Hal 71

27

Colid Narbukodan Abu Achmadi. 1997.metodologi Penelitian.Jakarta: Bumi Aksara. Hal 44

Secara khusus penelitian deskriptif yang penulis gunakan dapat diartikan

sebagai prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan keadaan objek

penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Fakta

atau data yang ada dikumpulkan, diklarifikasi dan kemudian akan dianalisa.

G. 2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi penelitian pada Kab.Padang Lawas yang

merupakan daerah kemenangan partai Golkar pada pemilu Legislatif yang

(37)

G. 3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan sebuah penelitian, ada beberapa metode yang biasa

digunakan untuk mengumpulkan data antara lain wawancara (interview),

observasi (observation), dan dokumentasi (documentation). Untuk memperoleh

data atau informasi, keterangan-keterangan atau fakta-fakta yang diperlukan,

maka penulis dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai

berikut :

1. Data Primer, yaitu data yang diambil dari data primer atau sumber

pertama dilapangan.28

28

Burhan Bungin. 2001.Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif.

Surabaya: Air Langga University Press. Hal 128

Penelitian ini dilakukan dengan cara

wawancara, yaitu suatu cara pengumpulan data dengan melakukan

tanya jawab dengan informan yang mengetahui benar masalah yang

diteliti, atau yang terlibat langsung dengan masalah yang diteliti.

Adapun informan kunci yang akan di wawancarai dalam penelitian

ini yaitu Bapak Sahwil Nasution sebagai salah satu elit partai

Golkar dan saat ini meduduki jabatan sebagai Ketua DPRD di Kab.

Padang Lawas, Bapak H. Ir. Syarifuddin Hasibuan M.Si, Sebagai

Wakil Ketua bidang pemengan pemilu II partai golkar, Bapak

Amran Fikal S.Sos.I sebagai anggota DPRD Kab.Padang Lawas,

Bapak Darman Mt Hasibuan sebagai ketua Soksi Kab.Padang

Lawas, Bapak Sahrul dalimunte yang menjabat sebagai Ketua

(38)

Sutan Harahap sebagai ketua LMP (Laskar Merah Putih)

Kab.Padang Lawas. Alasan saya memilih narasumber ini karena

mereka merupakan motor massa dalam pemilihan anggota legislatif

di Kab.Padang Lawas pada tahun 2014 yang baru saja

dilaksanakan.

2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua atau

sumber skunder.29

G. 4 Teknik Analisa Data

Data diperoleh dari literatur yang relevan

dengan judul penelitian seperti buku-buku, jurnal, artikel,

peraturan-peraturan, laporan-laporan serta bahan-bahan lain yang

berhubungan dengan penelitian ini.

Adapun teknik analisa data yang digunaka dalam penelitian ini adalah

menggunakan jenis data kualitatif. Dalam analisis data kualitatif memberikan hasil

penelitian untuk memperoleh gambaran terhadap proses yang diteliti dan juga

menganalisis makna yang dibalik informan, data dan proses tersebut.30

29

Ibid. Hal. 128 30

Burhan Bungin. 2009. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi,Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana. Hal. 153

Disamping

itu, penelitian ini bersifat deskripsi yang bertujuan memberikan gambaran

mengenai situasi atau kejadian yang terjadi. Data-data yang terkumpul melalui

wawancara dan dokumentasi kemudian disusun, dianalisa dan disajikan untuk

(39)

tersebut diolah dan dieksplorasi secara mendalam yang selanjutnya akan

menghasilkan kesimpulan yang menjelaskan masalah yang akan diteliti.

H. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih terperinci maka penulis

menjabarkan penelitian ini ke dalam IV Bab. Untuk itu sistematika penulisan

skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, ,

batasan masalah, tujuan penelitian, Manfaat Penelitian, kerangka

teori, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II DESKRIPSI MENGENAI LOKASI DAN PROFIL ELIT LOKAL

YANG BERPENGARUH DI KAB. PADANG LAWAS

Bab ini akan diuraikan gambaran umum tentang deskripsi lokasi

penelitian, profil Golkar dan Elit yang yang berpengaruh di Kab.

Padang Lawas.

BAB III : PENGARUH ELIT LOKAL TERHADAP KEMENANGAN

PARTAI GOLKAR PADA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014

Bab ini akan berisikan tentang penyajian data dan fakta yang

dianalisis secara sistematis berdasarkan penelitian yang dilakukan.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran yang diperoleh dari

(40)

BAB II

DESKRIPSI LOKASI DAN ELIT KAB. PADANG LAWAS

2.1 Profil Kabupaten Padang Lawas

2.1.1 Sejarah Kabupaten Padang Lawas

Pada zaman penjajahan Belanda, Kabupaten Tapanuli Selatan disebut

AFDEELING PADANG SIDIMPUAN yang dikepalai oleh seorang Residen

yang berkedudukan di Padang Sidimpuan. Afdeeling Padang Sidimpuan

dibagi atas 3 (tiga) onder afdeling, masing-masing dikepalai oleh seorang

Contreleur dibantu oleh masing-masing Demang, yaitu :

1. Onder Afdeeling Angkola dan Sipirok, berkedudukan di Padang

Sidimpuan. Onder ini dibagi atas 3 distrik, masing-masing dikepalai

oleh seorang Asisten Demang, yaitu :

a. Distrik Angkola berkedudukan di Padang Sidimpuan

b. Distrik Batang Toru berkedudukan di Batang Toru

c. Distrik Sipirok berkedudukan di Sipirok

2. Onder Afdeeling Padang Lawas, berkedudukan di Sibuhuan. Onder ini

dibagi atas 3 onder distrik, masing-masing dikepalai oleh seorang

Asisten Demang, yaitu :

a. Distrik Padang Bolak berkedudukan di Gunung Tua

b. Distrik Barumun dan Sosa berkedudukan di Sibuhuan

(41)

3. Onder Afdeeling Mandailing dan Natal, berkedudukan di Kota Nopan.

Onder ini dibagi atas 5 onder distrik, masing-masing dikepalai oleh

seorang Asisten Demang, yaitu :

a. Distrik Panyabungan berkedudukan di Panyabungan

b. Distrik Kota Nopan berkedudukan di Kota Nopan

c. Distrik Muara Sipongi berkedudukan di Muara Sipongi

d. Distrik Natal berkedudukan di Natal

e. Distrik Batang Natal berkedudukan di Muara Soma

Tiap-tiap onder distrik dibagi atas beberapa Luhat yang dikepalai

olehseorang Kepala Luhat (Kepala Kuria) dan tiap-tiap Luhat dibagi atas

beberapakampung yang dikepalai oleh seorang Kepala Hoofd dan dibantu

oleh seorangKepala Ripo apabila kampung tersebut mempunyai penduduk

yang besarjumlahnya.

Daerah Padang Lawas dijadikan suatu Kabupaten yang dikepalai oleeh

seorang Bupati berkedudukan di Sibuhuan. Bupati pertamanya adalah Ir.H.

Soripada Harahap dan kemudian Basyrah Lubis. Pada tahun 2002 sesuai

dengan Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan Nomor 4 Tahun 2002

tentang Pembentukan Kecamatan Sayur Matinggi, Marancar, Aek Bilah, Ulu

Barumun, Lubuk Barumun, Portibi, Huta Raja Tinggi, Batang Lubu Sutam,

(42)

Kecamatan-kecamatan yang dibentuk sebagaimana tersebut

diatasberasal dari :

1. Kecamatan Sayur Matinggi dengan ibukotanya Sayur matinggi

berasal dari sebagianKecamatan Batang Angkola.

2. Kecamatan Marancar dengan ibu kotanya Marancar berasal dari

sebagian Kecamatan Batang Toru.

3. Kecamatan Aek Bilah dengan ibukotanya Biru berasal dari

sebagian Kecamatan Saipar Dolok Hole.

4. Kecamatan Ulu Barumun dengan ibukotanya Pasar Paringgonan

berasal dari sebagian Kecamatan Barumun.

5. Kecamatan Lubuk Barumun dengan ibukotanya Pasar Latong

berasal dari sebagian Kecamatan Barumun. Kecamatan Portibi

dengan ibukotanya Portibi berasal dari sebagian Kecamatan

Padang Bolak.

6. Kecamatan Huta Raja Tinggi dengan ibukotanya Huta Raja Tinggi

berasal dari sebagian Kecamatan Sosa.

7. Kecamatan Batang Lubu Sutam dengan ibu kotanya Pinarik berasal

dari sebagian Kecamatan Sosa.

8. Kecamatan Simangambat dengan ibukotanya Langkimat berasal

dari sebagian Kecamatan Barumun Tengah.

9. Kecamatan Huristak dengan ibukotanya Huristak berasal dari

(43)

Dengan keluarnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37

Tahun 2007 dan disyahkan pada tanggal 10 Agustus 2007 tentang

pembentukan Kabupaten Padang Lawas Utara dan Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 dan disyahkan pada tanggal 10

Agustus 2007 tentang pembentukan Kabupaten Padang Lawas maka

Kabupaten Tapanuli Selatan dimekarkan menjadi 3 Kabupaten, yaitu

Kabupaten Padang Lawas Utara (Ibukotanya Gunung Tua) dengan jumlah

daerah Administrasi 8 Kecamatan ditambah 10 desa dari Wilayah

Kecamatan Padang Sidimpuan Timur dan Kabupaten Padang Lawas

(Ibukotanya Sibuhuan) dengan jumlah daerah administrasi 12 Kecamatan

sedangkan Kabupaten Tapanuli Selatan (ibukotanya Sipirok) dengan jumlah

daerah administrasi 11 Kecamatan.

Tabel I

Bupati Padang Lawas Periode Ke Periode

No Nama Bupati Periode

1. Ir.H.Soripada Harahap 2007 – 2009

2. Basyrah Lubis 2009 – 2012

3. H. Ali Sutan Harahap 2012 – Sekarang

(44)

Tabel II

Kecamatan dan Luas Wilayah di Kabupaten Padang Lawas

Kecamatan/District Luas/ Area (Km2) Distribusi Luas/

Distribution of Area (%)

Sosopan 407,52 9,63

Ulu Barumun 241,37 5,71

Barumun 119,50 2,83

Barumun selatan 122,60 2,90

Lubuk Barumun 300,23 7,10

Sosa 611,85 14,46

Batang Lubu Sutam 686,00 13,85

Hutaraja Tinggi 408,00 9,65

Huristak 357,65 8,46

Barumun Tengah 443,09 10,47

Aek Nabara Barumun 487,75 11,57

Sihapas Barumun 144,43 3,41

Jumlah Luas Kab. Padang

Lawas

4229,99

(45)

2.1.2 Letak Wilayah

Kabupaten Padang Lawas terletak antara: 1o26’ ‐ 2o11’ Lintang Utara 91o01’ – 95o53’ Bujur Timur dengan luas wilayah 4.229,99 km2. Ketinggian

Berkisar antara: 0 – 1.915 m2 di atas permukaan laut.31

Kemiringan Tanah:

a. Datar : 26.863 Ha ( 6,35 % )

b. Landai : 48.739 Ha ( 11,52 % )

c. Berbukit‐bukit : 67.664 Ha ( 16 % ) d. Bergunung : 279.733 Ha ( 66.13 % )

Wilayah Kabupaten Padang Lawas berbatasan dengan:

a. Utara :Kabupaten Padang Lawas Utara

b. Timur :Kabupaten Rokan Hulu (ProvinsiRiau)

c. Selatan :Kabupaten Pasaman (Provinsi Sumatera

Barat) dan Kecamatan Siabu (Kabupaten

Mandailing Natal)

d. Barat :Kecamatan Gunung Malintang (Kabupaten

Mandailing Natal) Kecamatan Sayur

Matinggi dan Kecamatan Batang Angkola

(Kabupaten Tapanuli Selatan).

31

(46)

Peta Kabupaten Padang Lawas

Sumber : BPS Kabupaten Padang Lawas 2014

2.1.3 Penduduk

Berdasarkan hasil sensus penduduk pada tahun 2011, jumlah

penduduk di Kabupaten Padang Lawas sebanyak 225.259 jiwa dengan

kepadatan penduduk sebesar 53 jiwa per km2 sedangkan Jumlah penduduk

Padang Lawas pada tahun 2012 sebanyak 232.166 jiwa dengan kepadatan

penduduk sebesar 54 jiwa per km2. Jumlah penduduk laki-laki Padang

(47)

persen yang artinya dari100 orang perempuan terdapat kira-kira 100 orang

penduduk laki-laki.

Bila dilihat per Kecamatan maka kecamatan Barumun merupakan

Kecamatan yang penduduknya terbesar dibanding kecamatan lainnya.

Kecamatan Barumun juga merupakan kecamatan terpadat di Padang Lawas

dengan kepadatan mencapai 376 jiwa per km2. Adapun kecamatan dengan

jumlah penduduk terendah adalah Sihapas Barumun dan kepadatan

penduduk terendah adalah Batang Lubu Sutam.

Berdasaarkan kelompok umur, penduduk Padang Lawas tergolong

penduduk muda. Hal ini terlihat dari model piramida penduduk yang

mengerucut keatas, atau dengan kata lain jumlah penduduk berumur muda

lebih besar dibanding penduduk tua. Bila dibanding penduduk usia

produktif( usua 15-64 tahun) dengan penduduk usia tidak produktif (0- 14

tahun dan 65 tahun ke atas). Maka rasio beban ketergantungan penduduk

Padang Lawas tahun 2012 adalah sebesar 71 persen yang artinya setiap 100

orang penduduk usia produktif menanggung sekitar 71 orang penduduk usia

(48)

Tabel III

Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

Kelompok Umur Jumlah Total Total

Laki-laki Perempuan

(1) (2) (3) (4)

0-4 17175 16509 33684

5-9 14575 13940 2828515

10-14 14094 13415 27509

15-19 11368 11160 22528

20-24 10061 10115 20176

30-34 8563 8606 17169

35-39 7619 7259 15148

40-44 6156 6370 12526

45-49 5336 5461 10797

50-54 4156 4265 8421

55-59 2991 3160 6151

60-64 1992 2285 4277

65-69 1259 4470 2729

70-74 806 1026 1832

75+ 789 1116 1905

Padang Lawas 116289 115877 232166

(49)

2.2 Partai Golkar

2.2.1 Sejarah Berdirinya Partai Golkar

Kelahiran Golkar dimulai dari proses pengorganisasian yang

dilakukan secara teraratur sejak tahun 1960 yang dipelopori ABRI khususnya

TNI-AD, dan secara eksplisit organisasi Golongan Karya lahir pada tanggal

20 Oktober1964 dengan nama Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber

Golkar), dengan tujuan semula untuk mengimbangi dominasi kekusaan

politik PKI, dan perlawanan terhadap rongrongan dari PKI beserta ormasnya.

Selanjutnya Sekber GOLKAR beranggotakan 61 organisasi fungsional yang

kemudian berkembang menjadi 291 organisasi fungsional. Perkembangan

yang cukup signifikan ini terjadi karena adanya kesamaan visi di antara

masing-masing anggota.

Organisasi-organisasi yang terhimpun ke dalam Sekber GOLKAR ini

kemudiandikelompokkan berdasarkan kekaryaannya kedalam 7 (tujuh)

Kelompok Induk Organisasi (KINO), yaitu:

1. Koperasi Serbaguna Gotong Royong (KOSGORO)

2. Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI)

3. Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR)

4. Organisasi Profesi

5. Ormas Pertahanan Keamanan (HANKAM)

6. Gerakan Karya Rakyat Indonesia (GAKARI)

(50)

Maka lahirnya Sekber Golkar yang merupakan wadah bagi golongan

fungsional/golongan karya murni, yang tidak berada dibawah arus

pengaruh kekuatan politik tertentu. Jumlah anggota Sekber Golkar ini

bertambah dengan pesat, karena golongan fungsional lain yang menjadi

anggota Sekber Golkar, dalam Front Nasional menyadari bahwa

perjuangan dari organisasi fungsional serta untuk menjaga keutuhan

eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan

Pancasila dan UUD 1945. Perkembangan dari Golkar sendiri sangat

ditunjang oleh keberadaan ABRI,yang menyatu kedalam tubuh Golkar,

Karena Golkar dipimpin ABRI aktif, dan faktanya tokoh ABRI

begitu berpengaruh dalam terbentuknya Institusiini. Golongan Karya

kemudian disebut juga sebagai masyarakat kekaryaan,yang terdiri dari

golongan fungsional, selanjutnya ada penggolongan keanggotaan yang

berasal dari warga Negara Indonesia sesuai dengan pekerjaannya dalam

lapangan produksi yang ada yakni:

1. Angkatan Buruh/Petani

2. Angkatan Tani dan nelayan

3. Angkatan Pengusaha Nasional

4. Angkatan Bersenjata (Angkatan Darat, Angkatan

Udara, Angkatan Laut, Kepolisian, Veteran)

(51)

6. Angkatan Proklamasi

7. Angkatanjasa (cendikiawan, guru dan pendidik,

seniman, wartawan, pemuda, wanita dan warga

keturunan)

Dalam perjalanan selanjutnya, kegagalan G-30S PKI dan terbitnya

SUPERSEMAR (Surat Perintah Sebelas Maret), kepada Jend.Soeharto

untuk mengendalikan keamanan Negara, menjadikan posisi angkatan Darat

yang telah mengkosolidasikan Sekber GOLKAR yang di dalamnya terdapat

golongan fungsional di menjadi sangat stategis. Akhir dari kelumpuhan

kekuatan PKI maka dimulailah dominasi GOLKAR dalam perpolitikan

tanah air. Kondisi perpolitikan pada tahun1965,yakni setahun sesudah

Sekber Golkar lahir, sangat diluar dugaan momentum politik saat itu telah

ikut mendorong meroketnya eksistensi.

Sekber Golkar sebagai wadah alternatif atau pengimbang kekuatan

front Nasionalis, menyusul kegagalan G30S/PKI. Maka Sekber Golkar

bersama kekuatan Pancasila lainnya merapatkan barisan dan mencanangkan

upaya pembaharuan, serta pembangunan di berbagai sektor kehidupan,

yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, Maka pada saat dimulainya

pemerintahan Orde Baru jadilah Golkar sebagai kekuatan terbesar dalam

perpolitikan Indonesia, hingga akhirnya partai ini memenangkan secara

(52)

2.2.2 Hegemoni Golkar dan kebijakan Kristalisasi Partai Politik

Pemilu 1971 menampilkan Golkar sebagai pemenang dan menyapu

bersih lawan-lawan politiknya secara nasional, maka hal ini dimanfaatkan

oleh Soeharto untuk memperkuat posisi Golkar di parlemen dengan lebih

menyederhanakan jumlah partai politik, dengan dalih bahwa Sistem

politik dengan menjalankan multipartai, sangat mengganggu jalannya

pembangunan diera orde baru. Maka pada 4 maret 1970 terbentuklah

kelompok nasionalis yang merupakan gabungan PNI, IPKI, MURBA,

PARKINDO dan partai katolik. Tanggal 14 Maret 1970 terbentuk

kelompok spiritual yang terdiri dari NU, PARMUSI, PSII dan PERTI.

Kemudian kelompok nasionalis diberi nama kelompok demokrasi

pembangunan, sedangkan kelompok kedua diberi nama kelompok

persatuan. Pengelompokan ini kemudian berlanjut dalam pembagian fraksi

di DPR dan MPR hasil Pemilu 1971, dan keadaan seperti ini tentunya

tidak memberi pilihan pada partai-partai politik lainnya untuk melakukan

perlawanan terhadap pemerintahan otoriter Orde baru, maka pada tahun

1973 partai nasionalis yang kemudian disebut kelompok demokrasi

pembangunan menjadi partai demokrasi.

pada tanggal 10 januari 1973. Lalu kelompok spiritual yang

kemudian menjadi kelompok persatuan, pada tanggal 19 Februari 1973

menggabungkan kegiatan politiknya kedalam wadah Partai Persatuan

(53)

pada tanggal 6 desember 1974 pemerintah orde baru menyampaikan

rencana UU partai politik dan Golongan Karya kepada DPR, sebagai aturan

hukum peleburan partai politik secara besar- besaran, yang terjadi

pertamakalinya dalam sejarah kepartaian Indonesia. Implikasi dari

kebijakan itu yakni fusi partai politik, Golkar kemudian menjelma menjadi

organisasi politik dengan kekuatan yang tidak bias disaingi oleh dua

kekuatan politik lainnya, sehingga dalam pemilu 1977 Golongan Karya

adalah kekuatan politik yang sudah mempunyai identitas, sedangkan kedua

partai lainya adalah dua partai baru yang mencoba mempertaruhkan

identitasnya untuk menarik masa pendukung dalam pemilu.

PPP menangkap isu agama, sebagai satu-satunya pelekat utama bagi

partainya. Sasaran utamanya adalah umat Islam dan organisasi-organisasi

islam pendukungnya seperti NU, PSII, Muslimin Indonesia dan PERTI.

Sasaran lain adalah pemilih rasional yang mengganggap PPP sebagai

alternatif pilihan politik bagi masyarakat, serta perwacanaan yang

dibangun, bahwa PPP adalah satu-satunya wadah bagi umat Islam.

Disisi lain Golkar sangat sadar dengan hal ini, dandengan kekuatan

yang dimilikinya menetralisir isu yang menjadi senjata PPP itu, dengan

menyatakan bahwa politik itu adalah urusan duniawi, maka umat islam

berhak untuk memilih partai politik sesuai dengan keyakinannya, dan tidak

berarti bahwa yang berada dalam barisan Golkar adalah umat islam yang

(54)

sangat bersusah payah merumuskan identitas dirinya kepada massa

pemilihnya sendiri. PDI yang bercirikan demokrasi Indonesia kebangsaan

dan keadilan sosial, mencoba membangun citranya sebagai partai rakyat

kecil, walaupun praktis tidak terlalu besar manfaatnya. Hal ini tentunya

karena ketidakmampuan partai tersebut untuk merumuskan siapa dirinya,

maka dia pun tidak mampu menumbuhkan proses identifikasi pemilih

dengan dirinya. Golka rsebagai kekuatan politik tidak mampu disaingi oleh

dua partai pesaingnya, Golkar dalam Pemilu menjual jargon “politik no

pembangunan yes” pada massa pemilihnya. Kemudian, Golkar

mengidentifikasi dirinya sebagai golongan yang terdiri dari manusia

modern, yang mengusahakan modernisasi dan pembangunan bagi

masyarakat. Disamping karena kuatnya pengaruh Golkar ditengah

masyarakat, dan ditopang oleh birokrasi dan ABRI yang menjadi

landasan kekuatan politik orde baru, maka tak pelak lagi, Golkar menjadi

pemenang mutlak dalam setiap pemilu Orde Baru dan menjadi Absolute

Majority di parlemen.

Kemudian dalam meraih dukungan dari pemilih diseluruh pelosok

daerah, Orde Baru memberlakukan kebijakan bahwa partai-partai politik

hanya bisa menjangkau masyarakat di tingkat kabupaten, yang tentu saja

membatasi ruang gerak partai pesaingnya. Di sisi lain karena Golkar

dianggap bukan partai, maka organisasi ini mampu dengan leluasa

(55)

rumput), sampai ketingkat desa dan kelurahan. Kebijakan lain untuk

strategi mendapatkan pemilih mengambang, dilakukan dengan

mengasingkan para pemimpin partai (PPP dan PDI) dari pengikut

mereka,yang memiliki akar-akar historis, dengan tokoh tersebut.

Selanjutnya, ada pembentukan keluarga besar Golongan Karya

sebagai jaringan konstituen, yang dibina sejak awal Orde Baru melalui

suatu pengaturan informal, yaitu jalur A untuk lingkungan militer, jalur

B untuk lingkungan birokrasi dan jalur G untuk lingkungan sipil di luar

birokrasi. Pemuka ketiga jalur terebut melakukan fungsi pengendalian

terhadap Golkar melalui Dewan Pembina yang mempunyai peran

sangatstrategis.

Serangkaian peraturan pun dikeluarkan pemerintah, seperti peraturan

Monoloyalitas yang mewajibkan semua pegawai negeri sipil (PNS) untuk

menyalurkan aspirasi politiknya kepada Golongan Karya. Dengan iklim

politik yang seperti ini, maka selama rezim Orde Baru jadilah Golkar dan

ABRI, sebagai tulang punggung pemerintahan, dimana semua politik Orde

Baru diciptakan, dan kemudian dilaksanakan oleh pimpinan militer dan

Golkar, dimana selama puluhan tahun Orde Baru berkuasa, jabatan-jabatan

dalam struktur eksekutif, legislatif dan yudikatif, hampir semuanya

diduduki oleh kader-kader Golkar. Maka dapat dikatakan bahwa, selama

periode pemerintahan orde baru dalam fakta politiknya terjadi proses

Gambar

Tabel I
Tabel II
Tabel III
Tabel IV
+3

Referensi

Dokumen terkait

Keempat, keeratan hubungan cara minum tablet zat besi dengan kejadian anemia ibu hamil trimester III di BPS Pipin Heriyanti Yogyakarta tahun 2011 yaitu memiliki

hasil penelitian yang berasal dari ternpat lain dengan rnasalah yang sama , tidak1. dapat diadopsi begitu saja oleh para praktisi di lapangan karena

RANCANG BANGUN MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS GAME PUZZLE DENGAN MODELPROBLEM BASED LEARNINGUNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATAPELAJARAN PEMROGRAMAN DASAR..

berpikir kritis dibandingkan dengan bahan ajar di sekolah, karena modul sistem reproduksi berbasis berpikir kritis terintegrasi nilai islam dan kemuhammadiyahan

Figure 4, shows a damage assessment map produced by the integration of the two change detection methods, coherence results for SAR data and CE results for

[r]

Perusahaan pasangan usaha yang termasuk dalam kategori bermasalah atau wanprestasi, maka dilakukan tindakan penyehatan atau penyelamatan dan penyelesaian

Menurut Ardi Winoto (2008:3) dalam bukunya “ Mikrokontroler adalah Sebuah sistem microprocessor dimana didalamnya sudah terdapat CPU, ROM, RAM, I/0, clock dan