• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI KUALITATIF KAMPANYE POLITIK PARTAI GOLKAR DALAM PEMILIHAN UMUM CALON LEGISLATIF KABUPATEN LEBAK TAHUN 2014 - FISIP Untirta Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "EVALUASI KUALITATIF KAMPANYE POLITIK PARTAI GOLKAR DALAM PEMILIHAN UMUM CALON LEGISLATIF KABUPATEN LEBAK TAHUN 2014 - FISIP Untirta Repository"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Konsentrasi Ilmu Jurnalistik

Program Studi Ilmu Komunikasi

Oleh:

BOBBY WIBAWA PRASETYA NIM. 091685

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

Barang siapa yang menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu, maka

ALLAH memudahkan baginya jalan menuju surga.

(HR. Muslim : 2699)

PERSEMBAHAN

(3)

i

KUALITATIF KAMPANYE POLITIK PARTAI GOLKAR DALAM PEMILIHAN

UMUM CALON LEGISLATIF KABUPATEN LEBAK TAHUN 2014.

PEMBIMBING I : MIA DWIANNA W, S.SOS., M.I.KOM DAN PEMBIMBING 2 : YOKI YUSANTO, S.SOS., M.I.KOM

(4)

ii

ELECTION OF A CANDIDATE LEGISLATURES DISTRICT LEBAK 2014. ADVISER I : : MIA DWIANNA W, S.SOS., M.I.KOM AND ADVISER II : YOKI YUSANTO, S.SOS., M.I.KOM

(5)

iii

rakhmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul “Evaluasi Kualitatif Kampanye Politik Partai Golkar Dalam Pemilihan Umum Calon Legislatif Kabupaten Lebak Tahun 2014”. Solawat serta salam senantiasa kita sampaikan kepada junjungan Nabi besar kita Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Maksud dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat menempuh ujian sarjana program S1 (Strata Satu) pada program studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Hubungan Masyarakat di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua yang selalu memotivasi dan memberikan dukungannya kepada peneliti. Penulis telah mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis dengan kerendahan hati menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sholeh Hidayat, M.PD selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa atas kontribusinya sebagai pemimpin di kampus peneliti.

2. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Ibu Neka Fitriyah, S.Sos., M.Si. selaku Ketua Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan sebagai dosen penguji sidang.

(6)

iv

7. Ibu Nina Yuliana, S.Sos, M.Si selaku anggota penguji sidang skripsi

8. Bapak/Ibu Dosen jurusan Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan ilmu kepada penulis. Tak lupa juga untuk para staf dan karyawan jurusan Ilmu Komunikasi.

9. Inu Ainul Hayat selaku Wakil Sekretaris DPD Partai Golongan Karya Kabupaten Lebak, yang telah membantu memberikan data yang diperlukan oleh peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.

10. Kedua orang tuaku tercinta yang selalu memberikan segalanya baik moril maupun materil serta doa tulus yang selalu menyertai setiap langkah penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

11. Sahabat Warzien yang selalu menemani (Gladio, Fajrin, Mola, Eggy, Ega, Aan, Yoga, Kojil, Anwar, Danis, Ucup dan Mbot), terimakasih.

12. Sahabat KOJO yang rela menjalani kebersamaan hampir 5 tahun di kampus tercinta (Arif, Bayu, Cony, Danang, Dany. Dwi, Fachri, Hamas, Iskandar,Isank, Jawa, Kori, Niken, Paleo, Piras, Rahmi, Randi, Tiwi dan Yanuar) Sukses Jo.

13. Teman-teman seperjuangan Ilmu Komunikasi 2009 atas segala canda tawa serta keceriaan. Terimakasih telah memberikan kesan yang sulit dilupakan dalam hidup peneliti.

(7)

v

Serang, Oktober 2014

(8)

vi PERNYATAAN ORISINALITAS

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

ABSTRAK……….………..i

ABSTRACK……….…..ii

KATA PENGANTAR………...iii

DAFTAR ISI……….vi

DAFTAR TABEL………...ix

DAFTAR GAMBAR………..x

DAFTAR LAMPIRAN……….………xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah………1

1.2 Rumusan Masalah………..5

1.3 Identifikasi Masalah………...5

1.4 Tujuan Penelitian………...6

1.5 Manfaat Penelitian……….6

(9)

vii

2.4.1 Jenis dan Tipe Kampanye……….20

2.4.2 Media Kampanye Politik………..22

2.5 Strategi dan Teknik dalam Kampanye……….23

2.6 Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behaviour)………..24

2.6.1 Model Proses Komunikasi Kampanye………..26

2.7 Kerangka Pemikiran……….29

2.8 Penelitian Sebelumnya……….31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian………..34

3.2 Informan Peneliti……….36

3.3 Objek Penelitian………...39

3.4 Jenis Data……….39

3.5 Teknik Pengumpulan Data………...40

3.6 Analisis Data………....43

4.7 Uji Validitas……….45

4.8 Lokasi dan Jadwal Penelitian………...47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian………..51

(10)

viii

4.2 Deskripsi Informan………..58

4.2.1 Informan Kunci……….59

4.2.2 Informan Pendukung……….61

4.3 Hasil Penelitian dan Pembahasan………61

4.3.1 Cetak Biru Kampanye Partai Golongan Karya……….66

4.3.2 Realisasi Cetak Biru Kampanye Partai Golongan Karya……….84

4.3.3 Kinerja Pelaksanaan Kampanye Selama Proses Kegiatan Kampanye Partai Golongan Karya……….92

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan………102

5.2 Saran………..103

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(11)

ix

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian………...48

Tabel 4.3.1 Bagan Kategorisasi Cetak Biru Kampanye Partai Golongan Karya………...67

Tabel 4.3.2 Laporan Penerimaan dan Pengeluaran Dana Kampanye Partai Golkar…….76

Tabel 4.3.3 Bagan Kategorisasi Realisasi Cetak Biru Kampanye Partai Golongan Karya………..84

Tabel 4.3.4 Bagan Kategorisasi Kinerja Pelaksanaan Kampanye……….92

Tabel 4.3.5 Perolehan Suara Partai Golkar………94

(12)

x

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berfikir……….30

Gambar 4.1.1 Logo Partai Golkar………...51

Gambar 4.2.1 Informan 1………...59

Gambar 4.2.2 Informan 2………...60

(13)

xi

Lampiran 2 : Pedoman Observasi

Lampiran 3 : Pedoman Wawancara

Lampiran 4 : Hasil Wawancara

Lampiran 5 : Struktur Organisasi Partai Golongan Karya Kabupaten Lebak

Lampiran 6 : Laporan Akuntan Independen Atas Penerapan Prosedur Disepakati Dan Audit Kepatuhan

Lampiran 7 : Perolehan Suara Calon DPRD Legislatif Partai Golongan Karya Kabupaten Lebak 2014

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Mengevaluasi kesuksesan sebuah kampanye bukanlah hal yang mudah. Kebanyakan evaluasi kampanye hanya berupa daftar dari perencanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan dan hasil dari kegiatan yang dianalisis sehingga menghasilkan beberapa faktor yang menjadi baik buruknya sebuah kegiatan kampanye.

Proses kampanye tidak selalu mengalir lancar sesuai apa yang diuraikan dalam cetak biru kampanyenya. Masalah pembatasan waktu dan anggaran, ego, politik, semuanya dapat mengakibatkan kampanye berjalan menuju arah yang salah. Panduan dari cetak biru kampanye saja tidak menghentikan kekeliruan-kekeliruan yang mungkin terjadi. Karenanya, pengalaman mempraktikan kampanye merupakan hal yang sangat berharga, terutama pada tahap-tahap awal kampanye

(15)

Untuk mengevaluasi kampanye harus dilakukan dimulai dari melihat apa saja perencanaan kampanye yang akan dilakukan, apakah perencanaan kampanye yang dilakukan berjalan dengan baik atau tidak, bagaimana realisasi dari perencanaan kampanye. Apakah realisasi kampanye sudah berjalan baik atau tidak, apa saja hasil evaluasi kampanye.

(16)

PAN dengan 7.303.324 suara, PBB dengan 2.907.487 suara, Partai Bintang Reformasi dengan 2.764.998 suara dan Partai Damai Sejahtera dengan 2.414.254 suara.

Untuk pemilu 2014 ini, diikuti oleh 12 Partai Politik dan 3 Partai Lokal Aceh yang ikut serta dalam pemilihan sekarang yaitu Partai Nasdem, Partai Golkar, PDIP, Partai Demokrat, Partai Keadilan Sosial, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Gerindra, PAN, Partai Hanura, PBB dan PKP Indonesia serta Partai Damai Aceh, Partai Nasional Aceh dan Partai Aceh.

Partai Golkar di Kabupaten Lebak memiliki simpatisan yang begitu banyak dan basis daerah yang begitu kuat. Dalam pemilu 2009, Partai Golkar Kabupaten Lebak mendapat 9 kursi di DPRD Kabupaten Lebak. Ini merupakan hasil yang buruk dari sebelumnya yang mendapat 13 kursi pada masa Ketua Umum Alm H. Tb. Farid Mukim.

Untuk pemilu 2014, menurut H. Mas Yogi Rochmat Abdulirohi selaku Sekretaris DPD Partai Golkar Kabupaten Lebak mengatakan bahwa Partai Golkar Kabupaten Lebak menargetkan suara sekitar 170.000 suara atau sama dengan 13 kursi di DPRD Kabupaten Lebak. Apakah pada pemilu 2014, suara yang ditargetkan oleh Partai Golkar Kabupaten Lebak akan tercapai.

(17)

Ade Sumardi dan Ir. H. Amir Hamzah – H. Kasmin. Partai Golkar Kabupaten Lebak mengusung pasangan calon Ir. H. Amir Hamzah dan H. Kasmin selaku Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Lebak.

Dalam prosesnya, pasangan yang diusung oleh Partai Golkar pada pemungutan suara kalah dari pasangan Hj. Iti Octavia Jayabaya – H. Ade Sumardi, tetapi tim sukses dari Ir. H. Amir Hamzah – H. Kasmin menilai adanya kecurangan saat penghitungan suara dan melaporkan kasus ini KPU Lebak dan Mahkamah Konstitusi. Pelaporan yang dilakukan oleh tim sukses Partai Golkar ke Mahkamah Konstitusi didukung oleh Ratu Atut Chosiyah selaku Ketua DPD Partai Golkar Provinsi Banten sekaligus Gubernur Banten.

Adanya kasus suap yang melibatkan nama Partai Golkar dan Ratu Atut dan melibatkan nama Mahkamah Konstitusi meembuat nama citra Partai Golkar di Banten khususnya di Kabupaten Lebak menurun. Bagaimana dengan Partai Golkar dalam menghadapi pemilu 2014 nanti.

Untuk mengetahui bagaimana proses kampanye Partai Golkar pada pemilihan umum calon legislatif Kabupaten Lebak 2014, peneliti mengikuti proses awal kampanye Partai Golkar sampai sesudah pemungutan suara pemilu calon legislatif.

(18)

pelaksanaan yang merupakan penerapan dan enyesuaian dari rancangan yang telah dibuat, kemudian diakhiri dengan evaluasi yang ditujukan untuk menilai kefektifan kampanye.

Dari latar belakang diatas, maka penulis ingin mengetahui dan mengevaluasi kampanye politik Partai Golkar dengan melakukan penelitian dengan judul, “Evaluasi Kualitatif Terhadap Kampanye Politik Partai Golkar Dalam Pemilihan Umum Calon Legislatif

Kabupaten Lebak Tahun 2014”

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :

Bagaimana evaluasi kualitatif terhadap kampanye politik Partai

Golkar dalam pemilihan umum calon legislatif Kabupaten Lebak

tahun 2014 ?

1.3Identifikasi Masalah

Untuk menghindari permasalahan yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana cetak biru kampanye ?

2. Bagaimana realisasi cetak biru kampanye ?

(19)

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah untuk :

1. Untuk menjelaskan cetak biru kampanye.

2. Untuk menjelaskan realisasi cetak biru kampanye.

3. Untuk menjelaskan kinerja atau pelaksanaan kampanye selama proses kegiatan kampanye.

1.5Manfaat Penelitian

Didalam melakukan penelitian ini, penulis mengharapkan ada manfaat/kegunaan yang dapat diambil baik bagi diri penulis sendiri maupun bagi masyarakat pada umumnya. Manfaat/kegunaan penelitian ini dibedakan kedalam dua bentuk, yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dan memperkaya khazanah pengetahuan dibidang komunikasi, khusunya kajian tentang komunikasi politik.

2. Manfaat Praktis

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komunikasi Politik

Komunikasi merupakan aktifitas yang tidak dapat dipisahkan dalam keseharian manusia dalam berbagai bidang. Di dalam setiap realitas kehidupan politik pasti terjadi komunikasi. Komunikasi tidak hanya tampil dalam bentuk aksi-aksi protes menuntut hak yang terampas maupun menyuarakan aspirasi tetapi kehidupan politik meniscayakan adanya rapat, pidato, kampanye, kontrak antar lembaga, siding dalam parlemen, perundingan atau negosisasi.

Secara etismologis Komunikasi berasal dari bahasa latin communicare yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Untuk

pengertian secara definitif komunikasi dinyatakan oleh Carl I. Hoveland sebagai berikut: “Communication is the process by which an individual transmit stimuli (usually verbal symbols) to modify the behaviour of

another individuals.” (Komunikasi adalah sebuah proses dimana seorang

individu mengirim atau mentransfer stimulan (yang biasanya berupa lambing-lambang verbal) – untuk mengubah prilaku individu lain).

(21)

Komunikasi Antar Personal adalah komunikasi yang melibatkan antar sesame orang atau individu dan biasanya face to face. Komunikasi Kelompok adalah komunikasi atau hubungan antar individu didalam kelompok kecil, dan biasanya digunakan untuk pengambilan keputusan. Komunikasi Organisasi lebih kompleks lagi, karena hubungannya tidak hanya melibatkan antar individu akan tetapi antara individu dan kelompok-kelompok. Sedangkan Komunikasi Massa adalah komunikasi yang melibatkan ranah publik, dan memuat banyak hubungan, yakni hubungan antarpersonal, kelompok, dan organisasi.1

Harold D. Laswell menyatakan bahwa cara terbaik untuk menerangkan proses komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan: Who Says What, In Which Channel, To Whom, With What Effect (Siapa

Mengatak Apa, Melalui Siaran, Kepada Siapa, dan Dengan Efek Apa). Jawaban dari pertanyaan tersebut menunjukan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban pertanyaan yang diajukan, yakni:

 Komunikator (communicator, source, sender)

 Pesan (Message)

 Media (channel, media)

 Komunikan (communicant, communicare, receiver,

recipient)

 Efek (effect, impact, influence)

1

(22)

Lebih lanjut lagi Lasswell mengemukakan bahwa fungsi komunikasi meliputi 3 hal, yaitu:

1. The surveillance of the environment (pengamatan lingkungan). Fungsi ini merupakan kegiatan mengumpulkan dan menyebarkan informasi mengenai peristiwa dalam suatu lingkungan, seperti penggarapan dan penyampaian berita. 2. The correlation of the parts of society in responding to the

environment (korelasi kelompok-kelompok dalam masyarakat ketika menanggapi lingkungan). Fungsi ini merupakan kegiatan interpretasi terhadap informasi mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan, seperti propaganda-propaganda dan tajuk rencana.

3. The transmission of the social heritage from one generation to the next (transmisi warisan sosial dari generasi yang satu ke generasi yang lain). Fungsi ini merupakan kegiatan pengkomunikasikan informasi, nilai, dan norma sosial dari generasi yang satu ke generasi yang lain atau dari anggota kelompok kepada pendatang baru, seperti kegiatan pendidikan/pembelajaran.2

Source-Message-Channel-Receiver Theory. SMCR merupakan

singkatan dari Source (sumber) Message (pesan) Channel (saluran/media) – Receiver (penerima). Pada rumus S-M-C-R, khusus

2

(23)

mengenai C (channel) yang berarti saluran atau media dua pengertian, yakni primer dan sekunder. Saluran primer adalah media yang merupakan lambang, misalnya bahasa, gambar atau warna yang digunakan dalam komunikasi tatap muka (face to face communication), sedangkan saluran sekunder adalah media berwujud, baik media massa misalnya surat kabar,

televisi atau radio, maupun media non massa misalnya surat telepon atau poster.

(24)

menjadi pengatur lalu lintas opini menjadi kunci keberhasilan dalam sistem komunikasi tradisional ini.3

Menurut McQuail (1992: 472-243) mengatakan bahwa “Political Communication all processes of information (including facts, opinions,

beliefs, etc) transmission, exchange and search angaged in by participants

in the course of institutionalized political activities” (Komunikasi Politik

adalah semua proses penyampaian informasi, termasuk fakta, pendapat, keyakinan-keyakinan dan seterusnya, pertukaran dan pencarian tentang itu semua yang dilakukan oleh para partisipan dalam konteks kegiatan politik yang lebih bersifat melembaga).4

“Political Communication is a sub-field of political science and

communication that deals with productions dissemination, procession and

effects of information, both through media and interpersonally, within a

political context. This includes the study of the media, the analysis of

speeches by politicians and those that are trying to influence the political

process, and formal and informal conversations among members of the

public, among other aspects.”

Sedangkan pengertian komunikasi politik menurut Lord Windlesham seperti yang dikutip oleh Dan Nimmo adalah sebagai berikut:

“Political communication is the deliberate of a political message

by a sender to a receive behave in a way might not oyherwise have done.”

3

M. Rizwan Haji Ali. 2007. Strategi Politik Memenangkan Pilkada Damai, Tulisan opini didalam

www.acehinstitute.org.

4

(25)

(Komunikasi politik adalah suatu penyampaian pesan politik yang secara sengaja dilakukan oleh komunikator kepada komunikan dengan tujuan untuk membuat komunikan berprilaku tertentu).

Jadi yang menjadi inti permasalahan dan pembahasan pada komunikasi politik adalah isi pesan dan tujuannya. Dari definisi tentang komunikasi politik diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam komunikasi politik, maka politik adalah isi pesan dan atau tujuan dari sebuah komunikasi politik.

Dalam studi komunikasi politik terdapat tiga elemen penting yang saling berhubungan erat dalam menciptakan proses komunikasi politik. Pertama adalah organisasi poliitik seperti partai politik, organisasi

masyarakat, kelompok penekan, organisasi ‘peneror’ dan pemerintah.

Sedang yang kedua adalah media dan ketiga adalah warga Negara. Didalam kehidupan-kehidupan berdemokrasi, maka kegiatan komunikasi politik sangat lazim dilakukan, terlebih lagi ketika memasuki proses menjelang pemilu maupun pilkada. Pada saat proses tersebut berlangsung, maka aktivitas komunikasi politik terlihat dimana-mana dan sangat tinggi sekali intensitasnya.

(26)

maka diharapkan segala sesuatu yang menjadi cita-cita dan harapan partai politik dapat tercapai.

Jadi untuk dapat memenangkan sebuah pemilihan kepala daerah (Pilkada) maka pendekatan dan komunikasi politik harus dijalankan secara optimal oleh para kontestan. Para kontestan perlu melakukan kajian untuk mengidentifikasi besaran (size) pendukungnya, massa mengambang dan pendukung kontestan lainnya.

2.2 Evaluasi Kampanye

Evaluasi kampanye diartikan sebagai upaya sistematis untuk menilai berbagai aspek yang berkaitan dengan proses pelaksanaan dan pencapaian tujuan kampanye. Dari definisi tersebut dapat diperoleh gambaran bahwa evaluasi kampanye tidak hanya dilakukan pada saat kampanye telah berakhir, namun juga ketika kampanye tersebut masih berlangsung. Definisi tersebut juga menunjukkan adanya dua aspek pokok yang perlu diperhatikan dalam melakukan evaluasi yakni bagaimana kampanye dilaksanakan dan apa hasil yang dicapai sebagai konsekuensi pelaksanaan program tersebut.5

Membuat perencanaan yang matang sebenarnya bukan sesuatu yang sulit. Tim perencana kampanye dapat merumuskan perencanaan berdasarkan lima pertanyaan sederhana yaitu : apa yang ingin dicapai?

5

(27)

Siapa yang akan menjadi sasaran? Pesan apa yang akan disampaikan? Bagaimana mengevaluasinya?.6

Terkait dengan proses pelaksanaan, terdapat dua hal yang menjadi fokus perhatian yakni bagaimana cetak biru kampanye direalisasikan dari waktu ke waktu serta bagaimana kinerja pelaksanaan kampanye selama proses kegiatan tersebut berlangsung. Secara singkat penilaian terhadap proses implementasi rancangan kampanye dapat dilakukan dengan menganalisis catatan harian kampanye yang berisis berbagai data dan fakta sebagai hasil proses pemantauan (monitoring), pengamatan dilapangan dan wawancara yang dilakukan untuk mendapat umpan balik. Hasil dari evaluasi proses ini harus didapatkan saat itu juga karena akan digunakan untuk proses kampanye selanjutnya. Jika permasalahan muncul dalam kampanye yang sedang berlangsung maka harus dapat diselesaikan dan dicari solusinya saat itu juga agar kampanye tidak berujung pada kegagalan. Disini terlihat bahwa evaluasi ini hampir tidak berbeda dengan kegiatan pemantauan pada tahap pelaksanaan. Kenyataannya memang demikian adanya.

Pada evaluasi proses pelaksanaan kampanye juga dilakukan penilaian terhadap kinerja pelaksanaan kampanye baik pada tataran individuala maupun kolektif (tim kerja). Unsur-unsur penilaian tersebut dapat didasarkan pada rincian dan kelengkapan rencana kerja yang dibuat, pemenuhan target kerja, kualitas pekerjaan, ketepatan waktu penyelesaian,

6

(28)

kemampuan mencari alternatif pemecahan saat menghadapi masalah atau bisa juga dikombinasikan dari semua itu.

Berkaitan dengan aspek pencapaian tujuan kampanye, beberapa hal yang menjadi pusat perhatian adalah perubahan kesadaran, sikap dan perilaku publik sesuai tujuan yang telah ditentukan, pemenuhan fungsi media dan evaluasi efisiensi biaya.

(29)

pelaksana kampanye. Dalam hal ini pelaksana kampanye dapat mempertanggungjawabkan segala kebijakan, tindakan bahwa rancangan kampanye yang telah dibuat sebelumnya.

Melihat alasan-alasan diatas wajar kiranya bila para ahli kampanye kemudian menempatkan evaluasi sebagai bagian proses kampanye yang tak terpisahkan, dimulai dari perencanaan yang meliputi analisis situasi dan konseptualisasi desain kampanye, dilanjutkan dengan tahap pelaksanaan yang merupakan penerapan dan penyesuaian dari rancangan yang telah dibuat, kemudian diakhiri dengan evaluasi yang ditujukan untuk memulai keefektifan kampanye.7

2.3 Kampanye Politik

Kampanye politik pada dasarnya merupakan salah satu bentuk dari komunikasi politik. Untuk dapat menyusun sebuah kampanye politik yang efektif, maka kita harus dapat memahami komunikasi politik terebih dahulu. Komunikasi politik menjadi hal sangat penting yang harus dilakukan oleh setiap elit politik. Karena komunikasi politik menjadi kunci yang utama bagi partai politik maupun kandidat dalam menyampaikan pesan kepada massa maupun pendukungnya.

Identifikasi ini perlu dilakukan untuk menganalisis kekuatan dan potensi suara yang akan diperoleh pada saat pencoblosan dan juga untuk mengidentifikasi strategi pendekatan yang diperlukan terhadap

7

(30)

masing kelompok pemilih. Strategi ini perlu dipikirkan oleh setiap kontestan maupun partai politik , karena pesaing juga secara intens melakukan upaya-upaya untuk memenangkan persaingan politik.8

Banyak sekali definisi mengenai kampanye yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya:

Rice dan Paisley: “Someone’s intention to influence someone else’s beliefs or behavior using communicated appeals.” (Kampanye

diartikan sebagai keinginan seseorang untuk mempengaruhi kepercayaan atau tingkah laku orang lain dengan menggunakan daya tarik komunikasi.)

Sedangkan menurut Kotler dan Roberto (1989), “Campaign is an organized conducted by one group (the change agent) which intends to

persuade others (the target adopter), to accept, modify, or abandon

certains idea, attitudes practices and behavior.” (Kampanye ialah sebuah

upaya yang dikelola, oleh suatu kelompok (agen perubahan) yang ditujukan untuk memersuasi target sasaran agar bias menerima, memodifikasi, atau membuang ide, sikap dan prilaku tertentu.)9

“A political campaign is an organized effort which seeks to

influence the decision making process within a specific group. In

democracies, political campaigns often refer to electoral campaigns,

wherein representatives are chosen of referendums are decided.” (Sebuah

kampanye politik adalah usaha yang teroganisir yang berusaha untuk

8

Firmanzah. 2007. Marketing Politik Antara Pemahaman dan Realitas. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, hal. 123

9

(31)

mempengaruhi proses pengambilan keputusan dalam suatu kelompok tertentu. Dalam demokrasi, kampanye politik sering menyebut pemilu kampanye, dimana wakil-wakilnya dipilih atau referendum yang memutuskan.)10

Dari definisi diatas, maka setiap aktifitas kampanye komunikasi setidaknya harus mengandung empat hal yakni:

1. Tindakan kampanye yang ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak tertentu.

2. Jumlah khalayak sasaran besar.

3. Biasanya dipusatkan pada kurun waktu tertentu.

4. Melalui serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisir. Kampanye adalah bagian dari bentuk komunikasi, yakni proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media sehingga menimbulkan efek tertentu. Dari proses komunikasi tersebut, maka yang dimaksud dengan komunikator adalah pelaksana kampanye itu sendiri (the campaigner) tentang sesuatu kegiatan (the campaign setting), yaitu isi pesan yang disampaikan melalui media tertentu (the channel) dengan tujuan untuk mempengaruhi komunikan (the audience), dan dengan harapan membawa dampak tertentu padda diri khalayak (the effects).11

10

Daniel Kreiss and Philip N. Howard. 2010. Political Campaign. International Journal of Communication 4. Licensed under the Creative Commons Attribution, diposting 23 Oktober 2013. 11

(32)

2.4 Efek dan Tujuan Kampanye

Efek komunikasi dalam kampanye merupakan bagian penting dalam pencapaian tujuan kampanye. Efek yang diharapkan timbul dari proses komunikasi dalam kampanye adalah: 12

1. Dampak Kognitif

Komunikan mengetahui atau meningkat intelektualitasnya. Pesan ditujukan kepada pikiran si komunikan. Tujuan komunikator berkisar pada upaya mengubah pikiran komunikan.

2. Dampak Afektif

Komunikan tergerak hatinya dan menimbulkan perasaan tertentu, misalnya sedih, gembira, marah dan sebagainya.

3. Dampak Behavioral

Dampak ini adalah dampak yang paling tinggi kadarnya, timbul pada diri komunikan dalam bentuk prilaku, tindakan atau tindakan. Didalam konteks antar partai maka terdapat tiga tujuan kampanye, yakni:

1. Ada upaya untuk membangkitkan kesetiaan alami para pengikut partai dan agar meraka memilih sesuai dengan kesetiaan itu.

2. Ada kegiatan untuk menjajaki warga Negara yang tidak terikat pada partai dan menurut istilah Kenneth Burke untuk menciptakan pengidentifikasi di antara golongan independen.

12

(33)

3. Ada kampanye yang ditujukan pada oposisi, bukan dirancang untuk mengalihkan kepercayaan dan nilai anggota partai, melainkan untuk meyakinkan rakyat bahwa keadaan lebih baik jika dalam kampanye ini mereka memilih kandidat dari partai lain.

Sedangkan pengertian kampanye yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kampanye didalam dunia politik atau kampanye dalam konteks Pemilu, dalam hal ini adalah kampanye pemilihan bupati maupun wakil bupati. Untuk dapat membedakan perbedaan antara kampanye sosial (social campaigns) dengan kampanye komersial (political campaigns), maka kita harus mengetahui jenis atau tipe

kampanye yang digunakan.

2.4.1 Jenis dan Tipe Kampanye

Berbagai jenis maupun tipe kampanye pada dasarnya ditentukan oleh motivasi yang melatar belakangi diselenggarakannya sebuah program kampanye. Dan motivasi inilah yang akan menentukan kea rah mana kampanye ini akan digerakkan dan tujuan apa yang akan dicapai. Berdasarkan ketertarikan antara motivasi dan tujuan kampanye tersebut, Charkes U. Larson membagi jenis kampanye ke dalam tiga kategori, yakni: 13:

1. Product Oriented Campaigns : Kampanye yang berorientasi pada produk. Motivasi yang mendasarinya adalah memperoleh

13

(34)

keuntungan finansial. Cara yang ditempuh adalah dengan memperkenalkan produk dan melipat gandakan penjualan sehingga diperoleh keuntungan yang diharapkan. Kampanye jenis ini sering juga disebut dengan commercial campaign atau corporate campaigns.

2. Candidate Oriented Campaigns : Sebuah kampanye yang berorientasi pada kandidat, umumnya dimotivasi oleh hasrat untuk meraih kekuasaaan politik. Tujuan dari kampanye ini antara lain adalah memenangkan dukungan masyarakat terhadap kandidat-kandidat yang diajukan oleh partai politik agar dapat menduduki jabatan-jabatan politik yang diperebutkan lewat proses pemilihan umum. Kampanye jenis ini sering juga disebut dengan political campaigns.

3. Ideologically or Cause Oriented Campaigns : Bentuk

kampanye yang berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan sering kali berdimensi pada perubahan sosial. Kampanye ini juga ditujukan untuk menangani masalah-masalah sosial melalui perubahan sikap dan prilaku publik yang terkait. Kampanye jenis ini sering juga disebut dengan social change campaigns.

(35)

maupun Tim Sukses dari calon legislatif adalah kampanye yang bertujuan untuk memenangkan Partai Golkar dalam Pemilihan Presiden 2014.

2.4.2 Media Kampanye Politik

Didalam pustaka komunikasi politik terdapat enam media kampanye yakni mingling printed matter, rallies, speech, radio dan TV spot; dan joint forum of debate.14

Mingling berarti bergaul. Kampanye dengan media ini adalah

kandidat pergi menemui calon pemilih ke tempat masing-masing dan tidak mengarahkan mereka ke satu tempat. Kandidat mendatangi pemilih disuatu pasar, mall, stasiun dan tempat lainnya.

Kedua, printed matter adalah media kampanye berupa barang cetakan yang berupa lambang partai, foto kandidat, tanda anggota, brosur-brosur yang berisi program partai / kandidat, stiker yang disebarluaskan pada rakyat pemilih, sehingga mereka mengenal kandidat dan partai yang mengusung.

Ketiga, rallies merupakan media kampanye yang paling menggairahkan dan melibatkan banyak orang secara langsung seperti yang sudah dikenal di Indonesia sampai sekarang, misalnya arak-arakan atau pawai missal.

Keempat, speech yakni media kampanye yang berupa pidato. Biasanya dilakukan sesudah arak-arakan massa atau pawai, berkumpul

14

(36)

satu tempat atau di tanah lapang. Tetapi pidato yang mengikuti kampanye arak-arakan tersebut sebenarnya tidak dapat dikatakan sebagai bentuk kampanye pidato. Pidato itu merupakan bagian dari media rallies, sebab isinya masih bertujuan untuk menggairahkan massa. Biasanya pidato tersebut melibatkan artis (celebrity endorsement).

Kelima, radio dan tv spot. Media kampanye ini di Indonesia sudah dimulai dengan istilah kampanye dialogis. Namun dapat dikemas lebih umu seperti misalnya dibuka dengan tanya jawab denganpenonton atau pendengar di rumah dengan hubungan langsung, sehingga maksud kampanye untuk memperkenalkan kandidat atau partai pada pemilih dapat benar-benar tercapai.

Terakhir, adalah kampanye dengan media joint forum or debate. Dalam forum ini para kandidat akan diuji kemampuannya dalam memaparkan visi, misi dan programnya serta menjawab dan member solusi atas pertanyaan dari panelis. Dengan metode seperti ini, maka publik bisa mengetahui kecakapan dari masing-masing kandidat atau calon bersaing.

2.5 Strategi dan Teknik dalam Kampanye Politik

(37)

komunikasi politik dan menerapkan strategi kampanye politik. Pemasaran politik merupakan serangkain aktivitas terencana, strategi tetapi juga taktis, berdimensi jangka panjang dan jangka pendek, untuk menyebarkan makna politik kepada para pemilih.15

Onong Uchjana Effendi menjelaskan bahwa strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Demikian pula dengan strategi komunikasi yang merupakan paduan dan perencanaan komunikasi dengan manajemen komunikasi yakni untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi komunikasi harus mampu menunjukan bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan, daalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bias berbeda-beda sewaktu-waktu tergantung pada situasi dan kondisi.16

Agar dapat memenangkan dalam bidang politik, maka diperlukan suatu strategi yang tepat. Strategi merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan politik, tanpa adanya suatu strategi yang baik maka partai politik tidak akan mampu bersaing dan memenangkan persaingan politik.17

15

Nursal, Adman. 2004. Political Marketing : Strategi Memenangkan Pemilihan Umum, Sebuah Pendekatan Baru Kampanye Pemilihan DPR, DPD, Presiden. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Hal. 21

16

Effendi, Onong Uchjana. 2004. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, hal. 32

17

(38)

2.6 Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behaviour)

Teori perilaku terencana menjelaskan bahwa faktor utama yang menentukan terbentuknya suatu perilaku adalah tujuan perilaku itu sendiri. Suatu perilaku tidak terbentuk begitu saja tanpa adanya perencanaan atau kesadaran seseorang akan tujuan yang ingin dicapai melalui perilaku tersebut. Kesadaran akan tujuan tertentu akan membawa individu untuk membuat rencana membentuk sebuah perilaku dalam suatu situasi tertentu. Jadi, landasan utama perilakunya adalah tujuan perilaku itu sendiri. Pada dasarnya, tujuan sebuah perilaku ditentukan oleh faktor-faktor berikut:

1. Sikap terhadap perilaku. Ini menyangkut kepercayaan individu terhadap konsekuensi positif dan negatif dari sebuah perilaku, serta peritmbangan-pertimbangan penting yang ada pada masing-masing konsekuensi tersebut. Perilaku akan terlaksana jika individu merasa konsekuensi positifnya lebih besar daripada konsekuensi negatifnya. 2. Norma subjektif yang berhubungan dengan perilaku. Ini menyangkut

kepercayaan individu berkenaan dengan pemikiran orang-orang yang mempunyai arti penting bagi dirinya terhadap perilaku tersebut. Hal ini berhubungan erat dengan sejauh mana individu termotivasi agar dapat memenuhi harapan orang-orang tersebut.

3. Persepsi terhadap pengawasan perilaku. Ini adalah persepsi individu mengenai kekuatan faktor eksternal yang akan sangat mempengaruhi tingkat kemudahan atau kesulitan munculnya perilaku tersebut.

(39)

2.6.1 Model Proses Komunikasi Kampanye

Menurut McQuail dan Windahl (1993) model kampanye Nowak dan Warneryd merupakan salah satu contoh model tradisional kampanye. Pada model ini proses kampanye dimulai dari tujuan yang hendak dicapai dan diakhiri dengan efek yang diinginkan. Model ini merupakan deskriptif dari bermacam-macam proses kerja dalam kampanye. Pada model kampanye Nowak dan Warneryd ini terdapat delapan elemen kampanye yang harus diperhatikan yaitu : Intended effect (efek yang diharapkan), Competiting communication (persaingan komunikasi), Communication

object (objek komunikasi), Target population and Receiving group

(populasi target dan kelompok penerima), The channel (saluran), The message (pesan), The communicator/sender (komunikator/penerima), The obtained effect (efek yang dicapai).

(Nowak dan Warneryd)

Gambar 2.1 : A Model of A Communication Campaign

Sumber : Rosady Ruslan, 2008:128

(40)

Penjelasan unsur-unsur (element) dalam suatu bagan dari Model of Communication Campaign, yaitu sebagai berikut :18

1. Intended Effect (efek yang diharapkan). Efek yang hendak

dicapai harus dirumuskan dengan jelas. Dengan demikian, penentuan elemen-elemen lainnya akan lebih mudah dilakukan. Kesalahan umum yang sering terjadi adalah terlalu

“mengagung-agungkan” potensi efek kampanye, sehingga efek

yang ingin dicapai menjadi tidak jelas dan tegas.

2. Competiting communication (persaingan komunikasi). Agar suatu kampanye menjadi efektif, maka perlu diperhitungkan potensi gangguan dari kampanye yang bertolak belakang (counter campaign).

3. Communication object (objek komunikasi). Objek kampanye

biasanya dipusatkan pada satu hal saja, karena untuk objek yang berbeda menghendaki metode komunikasi yang berbeda. Ketika objek kampanye telah ditentukan, pelaku kampanye akan dihadapkan lagi pada pilihan apa yang akan ditonjolkan atau ditentukan pada objek tersebut.

4. Target populating and receiving group (populasi target dan kelompok penerima). Kelompok penerima adalah bagian dari populasi target. Agar penyebaran pesan lebih mudah dilakukan

18

(41)

maka penyebaran pesan lebih baik ditujukan pada opinion leader (pemuka pendapat) dari populasi target. Kelompok penerima dan populasi target dapat diklarifikasikan menurut sulit atau mudahnya mereka dijangkau oleh pesan kampanye. Mereka yang tidak membutuhkan atau tidak terterpa pesan kampanye adalah bagian dari kelompok yang sulit dijangkau. 5. The channel (saluran). Saluran yang digunakan dapat

bermacam-macam tergantung karakteristik kelompok penerima dan jenis kampanye. Media dapat menjangkau hampir seluruh kelompok, namun bila tujuannya adalah mempengaruhi perilaku maka akan lebih efektif bila dilakukan melalui saluran antarpribadi.

6. The message (pesan). Pesan dapat dibentuk sesuai dengan karakteristik kelompok yang menerimanya. Pesan juga dapat dibagi kedalam tiga fungsi yakni : menumbuhkan kesadaran, mempengaruhi, serta memperteguh dan meyakinkan penerima pesan bahwa pilihan atau tindakan mereka adalah benar.

(42)

8. The obtained effect (efek yang dicapai). Efek kampanye meliputi efek kognitif (perhatian, peningkatan pengetahuan dan kesadaran), afektif ( berhubungan dengan perasaan, mood dan sikap), dan konatif (keputusan bertindak dan penerapan)

2.7 Kerangka Pemikiran

Pemilihan umum merupakan sebuah tolak ukur untuk menentukan apakah sebuah negara telah menerapkan demokrasi atau tidak. Penyelenggaraan pemilihan umum dengan transparasi kepada masyarakat serta kebebasan berpendapat masyarakat dan kebebasan untuk memilih merupakan cerminan partisipasi dan aspirasi aktif masyarakat dalam penerapan demokrasi. Setiap masyarakat yang telah memenuhi persyaratan sebagai pemilih memiliki hak untuk memberikan suaranya dalam setiap pemilihan umum termasuk pemilihan calon legislatif.

(43)

target suara? Apakah biaya yang dikeluarkan sama dengan rancangan anggaran kampanye?.

Konseptualisasi kerangka berfikir peneliti terhadap masalah yang diangkat dalam penelitian ini terdapat dalam gambar berikut:

Gambar 2.2

BAGAN KERANGKA BERFIKIR

Sumber : Peneliti

CETAK BIRU KAMPANYE

PERENCANAAN KAMPANYE

PELAKSANAAN KAMPANYE

EVALUASI KAMPANYE

DIREALISASIKAN

(44)

2.8 Penelitian Sebelumnya

Telah banyak sekali diadakan penelitian tentang studi Kampanye Politik yang relevan, diantaranya :

Penelitian tentang Manajemen Kampanye yang dilakukan oleh Drara Novia Dwi Astrini (2013). Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Penelitian ini mengambil studi tentang Manajemen Kampanye Public Relations Dalam Menghadapi Isu (Studi Deskriptif Kualitatif Kegiatan Factory Visit di PT. Djarum Kudus). Dari penelitian tersebut didapatkan suatu kesimpulan bahwa, Salah satu kegiatan PR yang membutuhkan proses terencana adalah kegiatan kampanye perusahaan, dimana dalam program dan pelaksanaannya mengfungsikan kerja seseorang PR sehingga dikenal dengan istilah Kampanye PR. Peneliti memperoleh data Corporate Affairs PT. Djarum telah melakukan tahapan manajemen kegiatan kampanye PR ini untuk menghadapi isu perusahaan.

(45)

Dinas Kesehatan Kabupaten Serang mampu mengatasi kemacetan tersebut sebelum menjadi masalah yang besar. Dapat mengatur efektivitas komunikasi dan sejauh mana hasil telah tercapai.

(46)

TABEL 2.1 PENELITIAN SEBELUMNYA

Nama Peneliti Drara Novia Dwi Astrini

Tahun Penelitian 2013 2013 2014

Metode Penelitian Deskriptif Kualitatif Kualitatif Kualitatif

(47)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian pada hakekatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif.

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang dugunakan untuk melihat kondisi objek alamiah (sebagai lawannya dalam eksperimen) dimana peneliti adalah instrument kunci, tehnik pengumpulan datan dilakukan dengan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menakankan makna daripada generalisasi.19

Melalui pendekatan metode kualitatif, peneliti berupaya untuk memperoleh informasi secara menyeluruh mengenai Evaluasi Kualitatif Terhadap Kampanye Politik Kampanye Politik Partai Golkar Dalam Pemilihan Umum Calon Legislatif Kabupaten Lebak Tahun 2014. Pendekatan kualitatif dipilih agar peneliti mendapatkan pemahaman yang dalam terhadap permasalahan yang ada.

Dengan menggunakan pendekatan kualitatif maka data yang didapat akan lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel dan bermakna sehingga tujuan penelitian dapat tercapai. Dapat ditemukan data yang

19

(48)

bersifat proses kerja, perkembangan suatu kegiatan, deskripsi yang luas dan mendalam, perasaan, norma, keyakinan, sikap mental, etos kerja, dan budaya yang dianut seorang atau sekelompok orang dalam lingkungan kerjanya.20

Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya.21 Sebagai peneliti ilmu komunikasi dengan metode kualitatif dalam analisis datanya tidak menggunakan bantuan ilmu statistik, tetapi menggunakan rumus 5W + 1H (Who, What, When, Where, Why dan How).22

a. What (data dan fakta yang dihasilkan)

Data dan fakta yang dihasilkan dari penelitian ini adalah jawaban dari evaluasi kualitatif terhadap kampanye politik Partai Golkar dalam pemilihan umum calon legislatif Kabupaten Lebak tahun 2014.

b. Who (siapa saja yang bias menjadi informan kunci)

Dalam penelitian ini, yang menjadi informan adalah Ketua Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Lebak, selaku orang yang bertanggung jawab atas program kampanye Partai Golkar dalam pemilihan umum calon legislatif Kabupaten Lebak tahun 2014.

20

Ibid, Hal. 181

21

Krisyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, hal. 56

22

(49)

c. Where (dimana sumber informasi penelitian bias digali atau ditemukan)

Dalam penelitian ini, tempat yang bias dijadikan lokasi untuk meneliti adalah kantor DPD Partai Golkar Kabupaten Lebak dan observasi ke lapangan yang bertempat di Stadion Ona Rangkabitung.

d. How (bagaimana proses data itu berlangsung)

Penelitian ini menjelaskan bagaimana evaluasi kualitatif terhadap kampanye politik Partai Golkar dalam pemilihan umum calon legislatif Kabupaten Lebak tahun 2014 yaitu dengan melihat perencanaan dan proses kampanye calon legislatif dan kampanye Partai Golkar, serta evaluasi setelah kampanye.

e. Why (Mengapa)

Why memberikan pemahaman lebih dalam dari hasil

penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini, pertanyaan Why akan menjawab analaisis lebih dalam atau penafsiran/intrepetasi lebih dalamada apa dibalik fakta dan data hasil penelitian itu, mengapa bisa terjadi seperti itu.

3.2 Informan Peneliti

(50)

dengan pertimbangan tertentu, menentukan subyek atau obyek sesuai dengan tujuan, menetapkan tempat yang sudah ditentukan, contohnya orang tersebut dianggappaling mengerti tentang subyek penelitian.23

Sampel sebagai sumber data hendaknya yang menjadi informan peneliti memiliki kriteria sebagai berikut : 24

1. Informan yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturisasi, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui tetapi juga dihayati ;

2. Informan tergolong masih sedang berkecimpung pada

kegiatan yang diteliti ;

3. Informan mempunyai waktu yang memadai untuk memberikan informasi ;

4. Informan tidak cendrung memberikan informasi hasil kemasannya sendiri.

Peneliti mengambil sampel penelitian yang kemudian disebut key informan yakni, Pertama, Sekretaris DPD Partai Golkar Kabupaten Lebak yang memiliki tanggung jawab atas kampanye Partai Golkar dalam pemilihan umum calon legislatif periode 2014 -2019.

Informan adalah orang-orang yang memberi informasi baik tentang dirinya atau orang lain mengenai suatu kejadian kepada peneliti. Dalam buku Moleong (2006) menjelaskan informan sebagai orang yang

23

Sugiyono, 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV. Alfabeta, Hal. 57

24

(51)

imanfaatkan untuk memberi informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.25

Karakteristik anggota informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah memiliki kriteria sebagai berikut :

1. Pria/wanita dengan usia yang tidak ditentukan 2. Warga Lebak

3. Praktisi politik

4. Berwawasan luas mengenai ilmu politik 5. Bergelut dalam dunia politik di Lebak

6. Masyarakat yang memiliki pengetahuan tentang kampanye politik Partai Golkar dan mengikuti jadwal kampanye Partai Golkar

Dari kriteria diatas, peneliti menentukan informan penelitian berdasarkan tiga kelompok :

a. Informan utama (key informan), dalam penelitian ini yang menjadi informan kunci adalah Ketua Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Lebak. dalam hal ini Ketua DPD Partai Golkar yang memiliki berkompeten dalam bidang politik dan mampu menjelaskan permasalahan tentang pemilu ini.

b. Informan ahli, yaitu para ahli yang sangat memahami dan memberikan penjelasan berbagai hal yang berkaitan dengan penelitian dan tidak dibatasi dengan wilayah tempat tinggal,

25

(52)

misalnya para akademisi, budayawan, tokoh masyarakat dan tokoh agama. Dalam penelitian ini yang menjadi informan ahli adalah para politikus di Kabupaten Lebak

3.3 Obyek Penelitian

Sesuai dengan ruang lingkup penelitian ini maka yang menjadi objek dari penelitian adalah berbagai tahapan maupun kegiatan kampanye politik yang dilakukan oleh Calon Legislatif Partai Golkar menjelang Pemilu Kab. Lebak 2013. Penelitian ini juga dilakukan di kantor DPD Partai Golkar Lebak .

Secara lebih konkrit yang menjadi objek penelitian ini adalah elemen-elemen atau segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan maupun kampanye politik baik yang dilakukan oleh Tim Sukses Calon Legislatif maupun Partai Golkar pada Pemilu Kab. Lebak 2014.

3.4 Jenis Data

Penelitian ini menggunakan 2 jenis data: 1. Sumber Data Primer

(53)

wawancara dengan Tim Sukses kampanye Partai Golkar . Selain itu, peneliti juga mendokumentasikan berbagai kegiatan yang diikuti selama proses kampanye Partai golkar.

2. Sumber Data Sekunder

Adalah data yang diperoleh peneliti dalam bentuk data yang sudah berupa publikasi terkait dengan penelitian untuk melengkapi data primer. Sumber data pendukung yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kepustakaan yang didapat dari buku-buku pendukung, artikel koran, majalah, jurnal, hasil dokumentasi, skripsi dan informasi yang diperoleh dari berbagai media massa.

Dalam penelitian ini didapatkan data-data yang berhubungan dengan kegiatan kampanye yang dilakukan oleh Partai Golkar. Data ini didapat dari artikel berbagai surat kabar antara lain adalah pemberitaan tentang kegiatan Kampanye Partai Golkar yang didapat lewat surat kabar Radar Banten, Kabar Banten, dll. Informasi seputar kampanye lewat media internet. Selain itu, juga didapat data berupa arsip kegiatan kampanye yang berasal dari DPD Parta Golkar Lebak maupun arsip data.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini ada dua, yakni data primer dan data sekunder. Untuk pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain:

(54)

Wawancara atau Interview merupakan suatu cara yang dilakukan oleh penulis untuk mendapatkan informasi secara detail mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan Partai Golkar. Kegiatan ini dilakukan dengan melakukan Tanya jawab kepada beberapa narasumber atau informan. Dalam pelaksanaan wawancara, pertanyaan pokok yang diajukan adalah mengenai bagaimana kegiatan kampanye politik yang dilakukan oleh partai Golkar dan berbagai persiapan Partai Golkar dalam Pemilu 2014.

Pelaksanaan wawancara dilakukan setelah pelaksanaan Pemilu 2014 antara rentang waktu Maret- September 2014. Dalam pelaksanaan wawancara peneliti menghampiri langsung narasumber masing-masing seperti Kantor DPD Partai Golkar Lebak dan kediaman pribadi narasumeber.

Dalam penelitian ini maka jenis wawancara yang dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara (interview guide). Jenis interview guide pada umumnya dimaksudkan untuk kepentingan wawancara yang lebih mendalam dengan lebih memfokuskan pada persoalan-persoalan yang menjadi pokok dari minat penelitian.26 Dalam metode ini, pewawancara biasanya menyiapkan pertanyaan-pertanyaan singkat yang akan dikembangkan sesuai konteks dan situasi wawancara. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah langkah-langkah sistematis datda yang masuk.

26

(55)

Pedoman wawancara biasanya tidak berisi pertanyaan-pertanyaan yang mendetail, akan tetapi sekedar garis besar tentang data atau informasi yang ingin didapatkan dari informan. Sehingga nanti dapat dikembangkan oleh pewawancara ketika melakukan wawancara dengan narasumber.

2. Observasi atau Pengamatan

Penelitian dengan menggunakan metode observasi biasanya dilakukan untuk mealacak secara sistematis dan langsung gejala-gejala komunikasi terkait dengan persoalan-persoalan sosial, politis, dan cultural masyarakat27. Observasi yang dilakukan adalah bersifat non sistematis, artinya tidak menggunakan instrumen atau alat pengamatan dalam mengamati aktivitas dan pelaksanaan kegiatan kampanye politik Partai Golkar dalam menghadapi Pemilihan Umum 2014.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi secara participant observasion, namun sebatas active participant observasion,

yakni peneliti ikut ambil bagian sampai tingkat tertentu dalamkegiatan kampanye pemenangan Partai Golkar, dan dalam ini peneliti tidak menjadi bagian dari kelompok yang diteliti.

Pada tahapan observasi, peneliti mengamati segala bentuk kegiatan kampanye politik yang dilakukan oleh Partai Golkar secara langsung atau melakukan pengamatan melalui media massa. Observasi ini dilakukan dalam kurun waktu bulan Maret 2014 sampai dengan September 2014.

27

(56)

Sebelum massa kampanye dimulai, peneliti mengamati segala bentuk kegiatan politik Partai Golkar melalui media massa. Selain itu, peneliti juga melakukan pendekatan atau menjalin komunikasi secara langsung dengan pengurus DPD Partai Golkar Lebak, yakni dimulai sejak bulan Maret 2014.

Pada masa kampanye, peneliti juga menghadiri dan mengikuti rangkaian kegiatan kampanye yang dilakukan oleh Partai Golkar, antara lain adalah kegiatan kampanye terbuka, kampanye dialogis maupun kegiatan kampaye debat. Selain itu penulis juga mendapat kesempatam untuk mengikuti kegiatan konsolidasi atau rapat internal yang dilakukan oleh DPD Partai Golkat Lebak dalam menentukan target suara.

3.6 Analisis Data

(57)

 Reduksi. Reduksi bukan sesuatu yang terpisah dari analisis.

Ia merupakan bagian dari analisis. Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang mempertajam, memilih, memfokuskan, membuang, menyusun data dalam suatu cara dimana kesimpulan akhir dapat digambarkan. Reduksi data terjadi secara berkelanjutan hingga laporan akhir. Bahkan sebelum data secara aktuual dikumpulkan, reduksi data antisipasi terjadi sebagaimana diputuskan oleh peneliti. Sebagaimana pengumpulan data berproses, terdapat beberapa bagian selanjutnya dari reduksi data (membuat rangkuman, membuat tema-tema, membuat gugus-gugus, membuat pemisahan-pemisahan, menulis memo-memo).

 Model data (data display). Kita mendefinisikan model

(58)

dalam pemilihan umum calon legislatif Kabupaten Lebak tahun 2014.

 Penarikan/verifikasi kesimpulan. Dari permulaan

pengumpulan data, peneliti kualitatif mulai memutuskan apakah makna sesuatu, mencatat keteraturan, pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur sebab-akibat, dan proposisi-proposisi.

3.7 Uji Validitas

(59)

dipercaya, atau menurut istilah penelitian naturalistic mempunyai credibility atau kredibilitas.

Validitas eksternal berkenaan dengan generalisasi, yakni sampai manakah generalisasi yang dirumuskan berlaku bagi kasus-kasus lain diluar penelitian. Penelitian kualitatif tidak melakukan sampling acak juga tidak mengadakan pengolahan statistik untuk mempertahankan generalisasi dan validasi eksternal. Validitas eksternal antara lain harus memungkinkan perbandingan dengan hasil studi dan untuk dapat diadakan perbandingan oleh peneliti lain, harus ada deskripsi dan definisi yang jelas tentang tiap komponen seperti konsep yang dikembangkan, ciri-ciri populasi, sampling, situasi lokasi, unit analis, dan sebagainya sehingga dapat dipahami orang lain sesuai dengan pemahaman peneliti sendiri. Kekaburan dalam hal ini mengurangi sifat keilmiahan studi itu.

(60)

yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekkan atau sebagai pembanding terhadap data itu.28

Dalam penelitian ini, dalam melakukan teknik triangulasi data

tidak hanya bertanya dengan Komisi Pemilihan Umum dalam hal ini DPD Partai Golkar sebagai informan utama/key informan penelitian, namun juga kepada tim sukses calon legislatif. Hasil wawancara yang didapat dari Ketua DPD Partai Golkar dicek kebenarannya sesuai yang terjadi dilapangan. Selain itu juga dapat dilihat melalui observasi dilapangan. Hal ini bertujuan agar data yang didapat dapat teruji kevalidannya antara key informan dengan informan ahli lainnya.

3.8 Lokasi dan Jadwal Penelitian

Penelitian mengenai “Evaluasi Kualitatif Terhadap Kampanye

Politik Partai Golkar Dalam Pemilihan Umum Calon Legislatif Kabupaten

Lebak 2014” akan dilakukan di Kantor DPD Partai Golkar Kabupaten

Lebak dan Stadion Ona Rangkasbitung.

Jadwal penelitian ini dimulai dari bulan Maret 2014 – bulan September 2014 sejak dimulainya masa kampanye (pra pemilu) sampai sesudah pemilihan (pasca pemilu) :

28

(61)

TABEL 3.1 JADWAL PENELITIAN

Sumber : Peneliti

NO KEGIATAN MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER

1 Observasi

2

Penyusunan Proposal

3

Pengumpulan Data 1

4 Skripsi Bab 1-3

5

Pengumpulan Data 2

(62)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab IV ini peneliti akan memaparkan mengenai profil singkat objek penelitian yang diteliti, Partai Golkar dan para elemen Partai Golkar yang merupakan objek penelitian, gambaran umum mengenai evaluasi kualitatif kampanye politik Partai Golkar dalam pemilihan umum calon legislatif Kabupaten Lebak 2014. Untuk mengetahui cetak biru kampanye Partai Golkar dan Bagaimana realisasi cetak biru kampanye Partai Golkar serta meneliti kinerja perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi setelah kampanye.

Dimana penelitian ini menggunakan teori perilaku terencana dan metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi.

(63)

Dengan melakukan penelitian melalui pendekatan deskriptif maka peneliti memaparkan, menjelaskan, menggambarkan data yang diperoleh oleh peneliti melalui wawancara mendalam yang dilakukan dengan para informan.

Hasil penelitian ini diperoleh dengan teknik wawancara mendalam (in-depth interview) atau wawancara tidak terstruktur yang bertujuan untuk mengetahui pandangan personal informan. Dalam melakukan wawancara ini, peneliti membutuhkan waktu selama 2 bulan yaitu bulan Mei dan Juni 2014.

Peneliti mewawancarai beberapa informan yakni Sekretaris DPD Partai Golkar Kabupaten Lebak, Wakil Sekretaris DPD Partai Golkar serta Informan pendukung yakni, Wakil Ketua Bagian Pemenangan Pemilu Partai Golkar Kabupaten Lebak.

Agar pembahasan lebih sistematis dan terarah, peneliti membagi kedalam 3 pembahasan yaitu:

1. Deskripsi Objek Penelitian 2. Deskripsi Informan

(64)

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Partai Golkar

Gambar 4.1.1

Logo Partai Golongan Karya

Partai Golkar yang didirikan pada 20 Oktober 1964 di Jakarta, sebuah partai yang mengusung asas berdasarkan pancasila dengan mempunyai tujuan partai yaitu :

1. Mempertahankan, mengamankan, mengamalkan pancasila

dan Undang-Undang Dasar 1945.

2. Mewujudkan cita-cita bangsa sebagaimana dimaksudkan dalam Undang-Undang Dasar 1945.

3. Menciptakan masyarakat adil dan makmur merata materil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 4. Mewujudkan kedaulatan rakyat dalam rangka

(65)

menjunjung tinggi dan menghormati kebenaran, keadilan, hokum, dan hak asasi manusia.29

4.1.2 Paradigma Partai Golkar

Paradigma baru Partai Golkar ini berisi pokok-pokok doktrin, visi, misi dan platform politik. Didalam perumusan paradigma baru ini ada terkandung aspek pembaruan sekaligus kesinambungan. Aspek pembaruan ditunjukkan melalui perubahan struktur atau kelembagaan, dan aspek kesinambungan tampak pada kekukuhan Partai Golkar untuk tetap berideologi Pancasila dan doktrin karya dan kekaryaan.

Perubahan ini disamping dimaksudkan untuk meluruskan sejumlah kekeliruan lama, juga diarahkan untuk mewujudkan Partai Golkar yang mandiri, demokratis, kuat solid, berakar, dan responsif. Dengan paradigma baru Partai Golkar diharakan menjadi partai politi modern dalam pengertiannya yang sebenarnya. Yakni, tidak lagi sebagai ”Partainya

Penguasa” (the ruler’s party) yang hanya menjadi mesin pemilu atau alat

politik untuk melegitimasi kekuasaan.

Pembaruan paradigma itu sendiri didorong oleh faktor utama yang berasal dari diri Partai Golkar sendiri, yakni jati diri dan watak Golkar sebagai kekuatan pembaru. Sebagaimana disebutkan pada point keempat dari Ikrar Panca Bhakti Golongan Karya, etos atau semangat pembaruan pada sejatinya merupakan fitrah atau sikap dasar Partai Golkar sejak

29

(66)

kelahirannya. Fitrah inilah yang mendorong dilakukannya pembaruan ini. Dengan demikian, pembaruan paradigma ini merupakan pengejawantahan belaka dari fitrah tersebut.

Paradigma baru Partai Golkar ini telah mulai diwujudkan melalui pembaruan internal, terutama terhadap struktur atau kelembagaan organisasi yang selama ini mempunyai akses yang terlalu besar terhadap organisasi yang membatasi kemandirian Partai Golkar.

(67)

keputusan-keputusan organisasional secara independen tanpa campur tangan dari pihak luar atau golongan mana pun.

4.1.3 Visi Partai Golkar

Sejalan dengan cita-cita Para Bapak Pendiri Negara (the founding fathers) kita bahwa tujuan kita bernegara adalah melindungi segenap

tumpah darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa, mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan ikut menciptakan perdamaian dunia, maka Partai Golkar sebagai pengemban cita-cita proklamasi menegaskan visi perjuangannya untuk menyertai perjalanan bangsa mencapai cita-citanya.

Partai Golkar berjuang demi terwujudnya Indonesia baru yang maju, modern, bersatu, damai, adil dan makmur dengan masyarakat yang beriman dan bertaqwa, berakhlak baik, menjunjung hak asasi manusia, cinta tanah air, demokratis, dan adil dalam tatanan masyarakat madani yang mandiri, terbuka, egaliter, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja dan semangat kekaryaan, serta disiplin yang tinggi.

(68)

kembali sistem kenegaraan kita disemua bidang agar kita dapat bangkit kembali dalam suasana yang lebih terbuka dan demokratis. Bagi Partai Golkar, upaya mewujudkan kehidupan politik yang demokratis yang bertumpu pada kedaulatan rakyat adalah cita-cita sejak kelahirannya.

Keterbukaan adalah nilai kemanuasiaan yang hakiki yang merupakan nafas dari gerakan reformasi. Atas dasar pandangan keterbukaan tersebut, kita harus menciptakan sistem sosial politik yang terbuka atau transparan dengan struktur dan proses politik yang dapat secara efektif benar-benar mencerminkan kedaulatan rakyat. Untuk itu maka peluang bagi rakyatuntuk ikut berpartisipasi aktif dalam proses-proses politik mutlak dibuka seluas-luasnya. Kebebasan untuk berserikat, berkumpul dan menyampaikan pendapat semakin terjamin dan dilindungi oleh Undang-Undang.

Sendi utama masyarakat madani adalah supremasi hukum. Oleh karena itu negara kita adalah negara hukum maka supremasi hukum harus dtempatkan sebagai pilar utama dalam rangka mewujudkan sistem politik yang demokratis dan berdasarkan hukum. Partai Golkar memandang bahwa reformasi hukum tidak terbatas hanya pada penyempurnaan sarana dan prasarana, materi dan aparatur hukum, tetapi juga budaya hukum.

(69)

punggung konglomerasi ternyata justru membawa negara dan bangsa Indonesia terjerembab ke dalam krisis ekonomi yang sangat parah. Konglomerasi semu dan sangat rapuh terhadap goncangan ekonomi global. Dalam konteks ini, maka paradigma ekonomi kerakyatan justru memiliki potensi yang sangat kuat bagi fundamental ekonomi kita.

Dengan visi ekonomi kerakyatan ini, maka usaha kecil, menengah, dan koperasi akan dikembangkan dan diperkuat sebagai pilar utama perekonomian nasional. Partai Golkar menginginkan di masa depan usaha menengah, kecil dan koperasi menjadi ujung tombak perberdayaan masyarakat dalam pengertian yang sebenarnya. Tanpa upaya-upaya pemberdayaan rakyat, maka tujuan menciptakan masyarakat madani akan semakin jauh dari gapaian kita. Untuk itu sejalan dan searah dengan visi menciptakan kesejahteraan rakyat, perhatian terhadap upaya penguatan usaha menengah, keci, koperasi menjadi prioritas yang diutamakan.

(70)

kerja), budaya displin, dan budaya hidup etis dan religius di kalangan masyarakat.

Partai Golkar memandang kerukunan sebagai basis bagi integrasi bangsa. Untuk itu, maka kehidupan sosial budaya yang berkeadilan dan terjembataninya kesenjangan sosial ekonomi antarindividu, antarkelompok, antara kota-desa, antara Jawa-luar Jawa, dan antara pusat-daerah, menjadi agenda yang penting yang harus dipentingkan. Demikian juga halnya, pengembangan kehidupan beragama dan kerukunan antarumat beragam menjadi kepedulian Partai Golkar.

Dengan visi ini pula Partai Golkar hendak mengembangkan pola hubungan sosial yang lebih harmonis dan dilandasi oleh semangat persamaan manusia. Pandangan yang diskrimatif dan tidak adil terhadap suatu kelompok tertentu harus dihapuskan dari segenap masyarakat kita, dan diganti dengan pandangan yang diliputi oleh semangat kekeluargaan, kebersamaan dan persaudaraan sejati antarwarga negara.

4.1.4 Misi Partai Golkar

(71)

masyarakat yang demokratis, menegakkan supremasi hukum, mewujudkan masyarakat kesejahteraan rakyat dan hak-hak asasi manuasia.

Dalam rangka membawa misi mulia tersebut Partai Golkar melaksanakan fungsi-fungsi sebagai sebuah partai politik modern, yaitu:

1. Mempertegas komitmen untuk menyerap, memadukan, mengartikulasikan dan memperjuangkan aspirasi serta kepentingan rakyat sehingga menjadi kebijakan politik yang bersifat publik.

2. Melakukan rekrutmen kader-kader yang berkualitas melalui

sistem pretasi (merit system) untuk dapat diplih oleh rakyat untuk menduduki posisi-posisi politik atau jabatan-jabatan publik. Dengan posisi atau jabatan politik ini maka para kader dapat mengontrol atau mempengaruhi jalannya pemerintahan untuk diabdikan sepenuhnya bagi kepentingan dan kesejahteraan rakyat.

3. Meningatkan proses pendidikan dan komunikasi politik yang dialogis dan partisipatif, yaitu membuka diri terhadap berbagai pikiran, aspirasi dan kritik dari masyarakat.30

4.2 Deskripsi Informan

Dalam bab ini peneliti akan menguraikan deskripsi informan, yaitu mengenai evaluasi kualitatif kampanye politik Partai Golkar dalam

30

(72)

pemilihan umum calon legislatif Kabupaten Lebak tahun 2014. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa peneliti menggunakan dua macam informan, yaitu informan kunci (key informant) dan informan pendukung.

Adapun hasil penelitian ini berdasarkan hasil wawancara, literature/kepustakaan dan foto. Berikut ini adalah beberapa profil yang diwawancarai oleh peneliti :

4.2.1 Informan Kunci (Key Informant)

1. Informan 1

Gambar 4.2.1

Informan Kunci H. Mas Yogi Rochmat Abdulirohi

Gambar

Gambar 2.1 : A Model of A Communication Campaign
TABEL 3.1 JADWAL PENELITIAN
Gambar 4.2.1
Gambar 4.2.2
+6

Referensi

Dokumen terkait

“Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, Rambu Lalu Lintas, dan/atau Marka Jalan yang bersifat perintah, larangan, peringatan, atau petunjuk pada jaringan atau ruas

Alasan siswa yang mengalami miskonsepsi jenis ini baik pada soal bentuk kartun maupun soal bentuk teks sama seperti alasan mereka pada kelompok benda diam

Menurut (Sulastrianah, dkk 2014) tanin merupakan salah satu senyawa yang dapat mengendapkan protein, tanin dapat berperan sebagai antibakteri karena sifatnya yang dapat

berpikir kritis dibandingkan dengan bahan ajar di sekolah, karena modul sistem reproduksi berbasis berpikir kritis terintegrasi nilai islam dan kemuhammadiyahan

Dan dari segi proses kegiatan pembelajaran peneliti menyimpulkan bahwa dengan tipe make a match ini dapat memberikan manfaat bagi santri, diantaranya adalah: (1) mampu

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbedaan kadar profil lipid (LDL, HDL, trigliserida, dan kolesterol total) pada pasien NSTEMI dan STEMI.. Metode: Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan ibu tentang Posyandu sebagian besar dikategorikan baik sebanyak 19 orang (63,33%), keaktifan ibu mengikuti Posyandu sebagian

Kepemimpinan visioner kepala sekolah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kepemimpinan kepala sekolah yang futuristik, artinya kepala sekolah tersebut