• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KELAYAKAN USAHA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SENTRA INDUSTRI KONVEKSI DI DESA TAMBAKBOYO KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KELAYAKAN USAHA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SENTRA INDUSTRI KONVEKSI DI DESA TAMBAKBOYO KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA DAN STRATEGI

PENGEMBANGAN SENTRA INDUSTRI KONVEKSI DI

DESA TAMBAKBOYO KECAMATAN PEDAN

KABUPATEN KLATEN

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Negeri Semarang

Oleh : Sinung Waluyanto

NIM. 7450406042

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada :

Hari :

Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Rusdarti, M.Si Drs. S.T. Sunarto, M.S NIP. 195904211984032001 NIP. 194712061975011001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan

(3)

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada :

Hari : Tanggal :

Penguji Skripsi

Dra. Y. Titik Haryati, M.si NIP.195206221976122001

Anggota I Anggota II

Prof. Dr. Rusdarti, M.Si Drs. S.T. Sunarto, M.S NIP. 195904211984032001 NIP. 194712061975011001

Mengetahui : Dekan,

(4)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis didalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila di kemudian hari terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Semarang, September 2011

Sinung Waluyanto NIM. 7450406042

(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

 “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya…” (QS. Al Baqarah {2} 286)

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai dengan urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain, dan hanya Tuhan-Mu lah hendaknya kamu berharap”(QS. Al Insyirah:6-8)

PERSEMBAHAN:

Dengan mengucap rasa syukur kepada Allah SWT, atas segala karunia-Nya skripsi ini kupersembahkan kepada:

(6)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Analisis Kelayakan Usaha dan Strategi Pengembangan Sentra Industri Konveksi Di Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten”.

Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan Studi Strata 1 (satu) guna meraih gelar Sarjana Ekonomi. Penulis menyampaikan rasa terima kasih atas segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada:

1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu dengan segala kebijakannya .

2. Drs. S. Martono, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang dengan kebijaksanaanya memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dan studi yang baik

3. Dr. Hj. Sucihatiningsih DWP, M.Si, Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk menyusun skripsi.

4. Prof. Dr. Rusdarti, M.Si, Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran selama penyusunan skripsi.

(7)

6. Kepala Disperindagkop & UMKM Kabupaten Klaten dan kepala bagian industri kecil, beserta staf dan karyawan yang telah memberikan informasi dan data yang dibutuhkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

7. Kakakku (Priyanto, Setiyawan, Suryanti dan Setiyarto), atas doa dan motivasi dalam penyelesaian skripsi

8. Teman-temanku seperjuangan EP’06, kakak dan adik kelas, terima kasih atas bantuan kalian selama ini.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Saya menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, jika ada kritik dan saran yang bersifat membangun demi lebih sempurnanya skripsi ini dapat diterima dengan senang hati. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak yang telah membantu.

Semarang, September 2011

(8)

SARI

Sinung Waluyanto. 2011. “Analisis Kelayakan Usaha dan Strategi Pengembangan

Sentra Industri Konveksi di Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten”, Skripsi. Jurusan Ekonomi Pembangunan. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Prof. Dr. Rusdarti, M.Si Pembimbing II Drs. ST. Sunarto, M.S.

Kata Kunci: Kelayakan Usaha, Strategi Pengembangan dan Industri Konveksi

Industri konveksi di Desa Tambakboyo merupakan salah satu sentra dari industri konveksi di Kabupaten Klaten. Industri konveksi di Desa Tambakboyo nilai investasi dan nilai produksi yang naik turun menjadi masalah yang utama dalam penelitian ini. Selain itu yang mengakibatkan naik turunnya nilai investasi dan nilai produksi diakibatkan industri konveksi mengalami permasalahan mengenai permodalan, pemasaran, teknologi, akses informasi, dan sebagainya. Adanya permasalahan tersebut, industri konveksi di Desa Tambakboyo dapat mengalami kegagalan bahkan kebangkrutan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan usaha dan strategi pengembangan industri konveksi di Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten.

Populasi penelitian ini adalah semua unit-unit usaha industri konveksi di Desa Tambakboyo berjumlah 63 unit usaha yang disebut dengan penelitian populasi. Variable penelitian adalah profil industri konveksi, kelayakan usaha dan strategi pengembangan industri konveksi di Desa Tambakboyo. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi, angket dan interview. Metode analisis deskriptif, kuantitatif dan kualitatif dengan alat analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis kelayakan usaha dan analisis SWOT.

Berdasarkan hasil analisis kelayakan usaha industri konveksi di Desa Tambakboyo menunjukkan kelompok industri Rumah Tangga nilai NPV sebesar Rp37,634,077.10, BCR sebesar 1,16 dan IRR sebesar 37% dan kelompok industri kecil NPV sebesar Rp88,446,732.08, BCR sebesar 1,15. dan IRR sebesar 37%. Berdasarkan hasil analisis SWOT usaha industri konveksi mempunyai keunggulan dalam produktivitas dan SDM, dan kelemahan dalam hal kurangnya promosi produk sehingga pemasaran kurang maksimal. Industri konveksi Desa Tambakboyo memiliki peluang pasar yang cukup tinggi dan perhatian yang baik pemerintah dan ancaman dalam hal persaingan dengan industri konveksi wilayah lain. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah usaha indutri konveksi di Desa Tambakboyo masih layak dilakukan.

(9)

DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN... iv

2.2.2 Industri Konveksi ... 17

2.3 Studi Kelayakan ... 18

2.4 Strategi Pengembangan ... 22

(10)

3.1 Populasi Penelitian ... 31

3.2 Variabel Penelitian ... 31

3.2.1 Profil Usaha Industri Konveksi ... 31

3.2.2 Kelayakan Usaha Industri ... 32

3.2.3 Strategi Pengembangan ... 32

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 33

3.3.1 Metode Dokumentasi ... 33

3.3.2 Metode Kuesioner atau Angket ... 33

3.4 Metode Analisis Data ... 34

a. Perhitungan Net Present Value ... 69

b. Perhitungan Benefit Cost Ratio ... 71

c. Perhitungan Internal Rate of Return ... 73

4.1.3 Analisis SWOT ... 76

a. Identifikasi Faktor-Faktor Strategi Internal dan Eksternal ... 77

b. Matriks SWOT ... 83

4.2 Pembahasan... 87

4.2.1 Analisis Kelayakan Usaha ... 87

4.2.2 Analisis SWOT ... 88

BAB 5 PENUTUP ... 90

5.1 Simpulan ... 90

5.2 Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 94

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal.

1.1 Perusahaan Industri dan Tenaga Kerja Menurut Kelompok Usaha di

Kabupaten Klaten Tahun 2008 ... 3

1.2 Sentra Industri Konveksi di Kabupaten Klaten Tahun 2008 ... 5

1.3 Perkembangan Sentra Industri Konveksi di Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten Tahun 2006-2008 ... 7

3.1 Matriks SWOT ... 38

4.1 Tahun Berdiri dan Lama Usaha Industri Konveksi Kelompok Industri Rumah Tangga ... 42

4.2 Tahun Berdiri dan Lama Usaha Industri Konveksi Kelompok Industri Rumah Tangga ... 43

4.3 Jenis Industri Konveksi di Desa Tambakboyo ... 44

4.4 StatusKepemilikan Izin Usaha Industri Konveksi Desa Tambakboyo .... 46

4.5 Modal Usaha Industri Konveksi di Desa Tambakboyo ... 48

4.6 TenagaKerja Industri Konveksi Desa Tambakboyo Menurut Jenis Kelamin ... 50

4.7 Tenaga Kerja Industri Konveksi Desa Tambakboyo Menurut Usia ... 52

4.8 TenagaKerja Industri Konveksi Desa Tambakboyo Menurut Tingkat Pendidikan... 54

4.9 StatusTenaga Kerja Tetap Industri Konveksi Desa Tambakboyo ... 56

4.10 Asal Tenaga Kerja Industri Konveksi Desa Tambakboyo ... 58

4.11 Rincan Upah Pekerja Industri Konveksi Desa Tambakboyo ... 60

4.12 Rata-Rata Produktivitas Tenaga Kerja Konveksi ... 61

4.13 Jenis Produksi Kelompok Industri Rumah Tangga ... 62

4.14 Jenis Produksi Industri Konveksi Kelompok Industri Kecil... 63

4.15 Hasil Produksi Industri Konveksi Desa Tambakboyo ... 64

(12)

4.17 Rata-rata Pendapatan dan Biaya Industri Konveksi Kelompok Industri

RT Desa Tambakboyo ... 68

4.18 Rata-rata Pendapatan dan Biaya Industri Konveksi Kelompok Industri Kecil Desa Tambakboyo ... 69

4.19 PerhitunganNet Present Value Kelompok Industri RT ... 70

4.20 PerhitunganNet Present Value Kelompok Industri Kecil ... 70

4.21 Perhitungan Benefit Cost Ratio Kelompok Industri Rumah Tangga ... 71

4.22 Perhitungan Benefit Cost Ratio Kelompok Industri Kecil ... 72

4.23 Perhitungan Internal Rate of Return Kelompok Industri RT... 74

4.24 Perhitungan Internal Rate of Return Kelompok Industri Kecil ... 74

4.25 Faktor Strategi Internal Kelompok Industri RT ... 77

4.26 Faktor Strategi Internal Kelompok Industri Kecil ... 78

4.27 Faktor Strategi Eksternal Kelompok Industri RT ... 79

4.28 Faktor Strategi Eksternal Kelompok Industri Kecil... 80

4.29 Matrik eksternal-internal ... 82

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal.

1.1 Unit Industri dan Tenaga Kerja ... 8

1.2 Nilai Produksi Industri Konveksi Desa Tambakboyo ... 9

2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 28

4.1 Jenis Industri Konveksi di Desa Tambakboyo ... 45

4.2 Status Kepemilikan Izin Usaha Industri Konveksi Desa Tambakboyo.... 47

4.3 Modal Usaha Industri Konveksi di Desa Tambakboyo (dalam jutaan) ... 49

4.4 Tenaga Kerja Industri Konveksi Desa Tambakboyo Menurut Jenis Kelamin ... 52

4.5 Tenaga Kerja Industri Konveksi Desa Tambakboyo Menurut Usia ... 53

4.6 TenagaKerja Industri Konveksi Desa Tambakboyo Menurut Tingkat Pendidikan... 55

4.7 StatusTenaga Kerja Tetap Industri Konveksi Desa Tambakboyo ... 57

4.8 Asal Tenaga Kerja Industri Konveksi Desa Tambakboyo ... 59

4.9 Hasil Produksi Industri Konveksi Desa Tambakboyo ... 64

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Hal.

1 Angket Penelitian ... 97

2 Jumlah Tenaga Kerja Industri Konveksi ... 105

3 Pendapatan dan Biaya Industri Rumah Tangga Tahun 2007 ... 107

4 Pendapatan dan Biaya Industri Rumah Tangga Tahun 2008 ... 108

5 Pendapatan dan Biaya Industri Rumah Tangga Tahun 2009 ... 109

6 Pendapatan dan Biaya Industri Rumah Tangga Tahun 2010 ... 110

7 Pendapatan dan Biaya Industri Kecil Tahun 2007 ... 111

8 Pendapatan dan Biaya Industri Kecil Tahun 2008 ... 112

9 Pendapatan dan Biaya Industri Kecil Tahun 2009 ... 113

10 Pendapatan dan Biaya Industri Kecil Tahun 2010 ... 114

11 Rata-Rata Pendapatan dan Biaya Industri Rumah Tangga ... 115

12 Rata-Rata Pendapatan dan Biaya Industri Kecil ... 116

13 Analisis Finansial Industri Rumah Tangga ... 117

14 Analisis Finansial Industri Kecil ... 118

15 SWOT Strategi Internal Industri Rumah Tangga ... 119

16 SWOT Strategi Eksternal Industri Rumah Tangga ... 120

17 SWOT Strategi Internal Industri Kecil ... 121

18 SWOT Strategi Eksternal Industri Kecil ... 122

19 Profil Industri Konveksi Desa Tambakboyo ... 123

21 Produksi Industri Rumah Tangga Konveksi... 125

22 Produksi Industri Kecil Konveksi ... 126

23 Permohonan Ijin Observasi ... 127

24 Permohonan Ijin Penelitian ... 128

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Sektor industri merupakan salah satu komponen utama pembangunan ekonomi yang mampu memberikan kontribusi keluaran yang besar dalam perekonomian nasional. Sektor ini juga memberikan kontribusi yang besar dalam penyerapan tenaga kerja. Begitu pula dengan perekonomian di Kabupaten Klaten.

Industri di Kabupaten Klaten dapat dibagi menjadi Industri Logam Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) serta Industri Hasil Pertanian dan Kehutanan (IHPK). Dari data Klaten Dalam Angka tahun 2008 dan Data Sentra Industri Kabupaten Klaten tahun 2008, tercantum jumlah perusahaan ILMKA sebanyak 33.347 perusahaan. Kondisi ini mengalami kenaikan sebesar 0.45 persen dibandingkan tahun 2007.

(16)

Nilai produksi yang di sumbangkan dari sektor industri ini sebesar 5.636.923.046 pada tahun 2008. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan 18,80 persen yang sebelumnya sebesarr 4.744.952.192 pada tahun 2007. Dan sumbangan terbesar dari sektor industri adalah pada sektor industri kecil Industri Logam Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) yaitu sebesar 2.731.794,2 atau sebesar 42,08% dari jumlah keseluruhan di sektor industri. Industri yang lain yaitu industri kecil pada Industri Hasil Pertanian dan Kehutanan (IHPK) sebesar 1.742.284.800 atau 30,91%, industri besar dan menengah ILMKA sebesar 739.475.036 atau 13,11% dan yang terakhir adalah industri besar menengah hasil pertanian dan kehutanan sebesar 783.368.950 atau 13,9%.

(17)

Tabel 1.1

Perusahaan Industri Dan Tenaga Kerja Menurut Kelompok Usaha Di

Kabupaten Klaten Tahun 2008

No Kelompok Industri Jumlah Unit

Jumlah

Tenaga Kerja Investasi Nilai Produksi

1 Industri

Besar/Menengah

Sub Jumlah 2008 126 12.543 588.936.000 1.522.843.986

2007 126 12.543 588.936.000 1.253.110.992

2006 126 12.543 588.936.000 1.113.255.992

2005 126 11.125 588.936.000 945.164.965

2004 126 11.125 585.936.000 510.483.599

2 Industri Kecil

Sub Jumlah 2008 33.221 136.435 1.156.956.500 4.114.079.060

2007 33.071 135.097 1.156.956.500 3.491.841.200

2006 35.802 145.270 1.156.961.500 3.309.370.450

2005 35.762 145.270 1.156.961.600 3.016.004.650

2004 35.791 145.263 1.156.961.500 2.851.693.363

Jumlah Total 2008 33.347 148.978 1.745.892.500 5.636.923.046

2007 33.197 147.640 1.745.892.500 4.744.952.192

2006 35.928 157.813 1.745.897.500 4.422.626.442

2005 35.888 156.395 1.745.897.600 3.961.169.615

2004 35.917 156.388 1.741.897.500 3.362.176.962

Sumber:BPS Jawa Tengah (Desperindagkop dan PM Kabupaten Klaten)

(18)

Klaten menyebar di beberapa lokasi yaitu di Kecamatan Wedi, Ngawen, Pedan, Ceper, Klaten Selatan dan Jogonalan. Kecamatan yang memiliki jumlah sentra industri konveksi terbanyak adalah Kecamatan Wedi yang memiliki 3 sentra industri konveksi, disusul kemudian Kecamatan Ngawen, Ceper, Jogonalan dan Klaten Selatan masing-masing memiliki 2 sentra industri konveksi, sedangkan Kecamatan Pedan hanya memiliki 1 sentra industri konveksi.

Melihat profil dan lokasi sentra industri konveksi di Kabupaten Klaten tersebut tampak bahwa industri ini memiliki peran yang penting dalam mendorong aktivitas perekonomian rakyat di Kabupaten Klaten. Kemampuan menyerap tenaga kerja sebanyak 2.474 orang adalah jumlah yang cukup besar dalam suatu sentra industri.

(19)

Tabel 1.2

Sentra Industri Konveksi di Kabupaten Klaten Tahun 2008

No

(20)

lain terlalu sedikit dan kebanyakan pada industri rumah tangga. Jika di Kabupaten Klaten perbandingan industri rumah tangga dan industri kecil relaitif sama dan perbedaan jumlah tidak terlalu jauh.

Sentra industri konveksi di Kecamatan Pedan dibanding dengan sentra industri konveksi lain masih di bawah seperti industri konveksi yang ada di kecamatan Wedi. Dapat dilihat baik dari hal jumlah sentra, nilai investasi, nilai produksi ataupun jumlah unitnya. Selain itu sentra industri konveksi di Kecamatan Wedi merupakan industri konveksi yang terbesar di Kabupaten Klaten dan memilik wilayah yang besar pula dan dalam undergraduate theses oleh Beny Wahyu Pramono 05/185948/TK/30904, Teknik Arsitektur dan Perencanaan FT UGM bahwa Sentra Konveksi Wedi memiliki sejumlah karakter yang mampu mewakili hasil penelitian serupa terhadap barbagai sentra konveksi di Indonesia.

(21)

Tabel 1.3

Perkembangan sentra industri konveksi di Desa Tambakboyo

Kecamatan Pedan Tahun 2006-2008

Komoditi

Industri

Konveksi

Tahun

2006 2007 2008

Unit 63 63 63

Tenaga Kerja 189 268 268

Nilai Investasi 189.000.000 3.150.000.000 1.260.000.000 Nilai Produksi 4.082.400.000 25.795.000.000 16.750.000.000 Sumber:Disperindag Kabupaten Klaten 2009

Berdasarkan tabel 1.3 di atas menunjukkan dari nilai investasi industri konveksi di Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan menunjukkan mengalami penurunan di tahun 2008 dari Rp 3.150.000.000 menjadi Rp 1.260.000.000. Hal ini tidak selaras dengan nilai investasi industri konveksi seluruh Kabupaten Klaten. Di sentra industri konveksi Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan nilai produksi juga mengalami penurunan dari tahun 2007 sebesar Rp25.795.000.000 menjadi Rp 16.750.000 di tahun 2008. Pengaruh dari turunnya nilai investasi ini dan jumlah unit usaha dan tenaga kerja berdampak pada turunnya nilai produksi.

(22)

Grafik 1.1

Unit Industri dan Tenaga Kerja

Industri Konveksi Desa Tambakboyo

Grafik 1.1 di atas dapat dilihat jumlah unit usaha dan tenaga kerja dari tahun 2006 sampai dengan 2008. Bahwa jumlah unit usaha dan jumlah tenaga kerja tidak adanya peningkatan atau jumlahnya tetap yaitu unit usaha jumlahnya selalu 63 unit usaha dan tenaga kerja pada tahun 2007 dan 2008 adalah sama yaitu 268 tenaga kerja.

(23)

Grafik 1.2

Nilai Produksi Industri Konveksi Desa Tambakboyo (dalam jutaan)

Berdasarkan grafik 1.1 dan grafik 1.2 bahwa unit usaha jumlahnya tetap yaitu 63 unit dan tenaga kerja mengalami peningkatan dari tahun 2006 ke tahun 2007 dan tetap pada tahun 2008. Sedangkan pada nilai produksi mengalami penurunan pada tahun 2008 sehingga hal ini menunjukkan bahwa adanya ketimpangan antara jumlah unit usaha, tenaga kerja dan jumlah produksi. Sehingga menyebabkan nilai investasi juga menurun.

Ketidakseimbangan ini dikarenakan adanya perbedaan skala unit usaha yang dilakukan. Pada sentra industri ini sebagian besar adalah industri rumah tangga dan industri kecil. Sehingga yang mempengaruhi jumlah nilai produksi pada sentra industri ini tergantung pada pasar dan kemajuan masing-masing industri.

(24)

permasalahan mengenai permodalan, pemasaran, teknologi, akses informasi, dan sebagainya. Permasalahan tersebut dapat mengakibatkan adanya kegagalan dalam industri konveksi di Kecamatan Pedan.

Berdasarkan uraian diatas maka analisa kelayakan usaha perlu dilakukan guna meminimalisir besarnya resiko yang akan di tanggung para pelaku industri atau masih layakkah industri konveksi tersebut dijalankan. Selain itu perlu dikaji strategi pengembangan yang tepat untuk dapat meningkatkan usaha industri konveksi di Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten. Maka penulis tertarik untuk meneliti dengan judul “Analisis Kelayakan Usaha dan

Strategi Pengembangan Sentra Industri Konveksi di Desa Tambakboyo

Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten”

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tentang latar belakang masalah di atas, dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana profil industri konveksi di sentra industri konveksi di Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten?

2. Apakah industri konveksi di Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten layak secara finansial?

(25)

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

1. Mendiskripsikan profil sentra industri konveksi di Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten.

2. Menganalisis kelayakan finansial usaha sentra industri konveksi di Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten.

3. Menganalisis strategi pengembangan usaha sentra industri konveksi di Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten.

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan khususnya mengenai sentra industri konveksi di Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten.

b. Sebagai bahan acuan bagi penelitian sejenis dalam usaha pengembangan lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan kajian tentang pengembangan sentra industri konveksi di Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten.

(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1Pembangunan

Pembangunan merupakan sebuah proses yang di dalamnya terjadi perubahan menuju ke arah yang lebih baik sesuai dengan tujuan semula. Pembangunan daerah sebagai cerminan dari kegiatan pengembangan kemampuan suatu daerah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakatnya merupakan hal yang sangat penting dilakukan terutama dengan adanya otonomi daerah sehingga tiap daerah diharuskan menentukan nasib daerahnya sendiri.

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah dan masyarakatnya mengelola sumber daya – sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999:108).

(27)

Menurut Arsyad (1999:122), strategi pembangunan daerah dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok yaitu :

a. Strategi Pengembangan Fisik atau Lokalitas

Dilakukan dengan program perbaikan kondisi fisik atau lokalitas daerah untuk kepentingan pembangunan industri dan perdagangan. Tujunnya untuk menciptakan identitas daerah atau kota, memperbaiki basis pesona (amenity base) atau kualitas hidup masyarakat dan memperbaiki dunia usaha daerah.

b. Strategi pengembangan dunia usaha

Pengembangan dunia usaha merupakan komponen penting dalam perencanaan pembangunan ekonomi daerah karena daya tarik, kreasi atau daya perekonomian daerah yang sehat.

c. Strategi pengembangan sumber daya manusia

Sumber daya manusia merupakan aspek yang paling penting dalam proses pembangunan ekonomi.

d. Strategi pengembangan ekonomi masyarakat

(28)

2.2Industri

Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.

Menurut Dumairy (1998:148) industri sebagai suatu sistem terdiri dari unsur fisik dan dan unsur perilaku manusia. Unsur fisik yang mendukung proses industri adalah komponen tempat meliputi pula kondisinya, peralatan, bahan baku / bahan mentah dan beberapa hal yang memerlukan sumber energi, sedangkan unsur perilaku manusia meliputi komponen tenaga kerja, ketrampilan tradisi, transportasi dan komunikasi serta keadaan politik dan pasar.

Pengertian menurut Sandi (1985:154) industri adalah usaha untuk memproduksi barang jadi dari bahan baku atau bahan mentah melalui penggarapan dalam jumlah besar sehingga barang tersebut dapat diperoleh dengan harga satuan yang serendah mungkin tetapi dengan mutu setinggi mungkin.

(29)

Pembangunan industri disesuaikan dengan perkembangan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi (Bintarto,1987:86). Industri adalah bagian dari proses produksi di mana bagian ini tidak mengambil bahan – bahan langsung dari alam yang kemudian mengolahnya hingga menjadi barang yang bernilai bagi masyarakat (Bintarto, 1987:87).

Penggolongan sektor industri dikelompokkan ke dalam empat golongan yang didasarkan pada banyaknya tenaga kerja, yaitu:

1. Industri Besar tenaga kerja 100 orang/lebih 2. Industri Sedang tenaga kerja 20-99 orang 3. Industri Kecil tenaga kerja 5-19 orang

4. Industri Rumah Tangga tenaga kerja 1-4 orang

(BPS Jawa Tengah : Statistik Industri Sedang Kecamatan Trucuk Tahun 2004)

(30)

2.2.1Industri Kecil

Industri kecil adalah industri yang bergerak dengan jumlah tenaga kerja dan pemodalan kecil, menggunakan teknologi sederhana tetapi jumlah keseluruhan tenaga kerja mungkin besar. Pada umumnya industri kecil didirikan tanpa melalui atau mengenal ijin usaha, tanpa mengenal prosedur resmi dan lain-lain sehingga perusahaan kecil tersebut mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Sering menghadapi kesulitan modal karena bentuknya yang informal sehingga sulit dipercaya oleh lembaga perbankan untuk menerima pinjaman modal.

b. Perputaran keuangannya lambat

c. Kegiatan pribadi pengusaha sangat besar

d. Keuntungan bersih dari pengusaha biasanya sulit dibesarkan jika dibandingkan dengan gaji/upah yang diterima pengusaha bila bekerja pada perusahaan lain.

e. Secara yuridis pengusaha mempunyai tanggung jawab yang tidak terbatas dan hasrat pribadi terlibat untuk melunasi hutang perusahaan jika mengalami kerugian (Subroto,1979).

Industri kecil juga merupakan salah satu penunjang pembangunan di desa yang tidak dapat diragukan lagi. Industri kecil di pedesaan mempunyai beberapa keunggulan yaitu :

a. Tenaga kerja murah

(31)

c. Biaya penyelenggaraan gedung dan penggudangan relatif murah d. Bebas dari pungutun, biaya keselamatan relatif murah, tanpa

pemadam kebakaran, masker, sarung tangan, pengaman dan sebagainya.

Dari beberapa pendapat tersebut diatas, secara umum terdapat kesamaan sifat dan karakter tentang industri kecil antara lain: memiliki modal kecil, usaha dimiliki secara pribadi, menggunakan teknologi dan peralatan sederhana, serta jumlah tenaga kerja relatif sedikit. Oleh karena itu industri kecil cocok untuk dikembangkan didaerah pedesaan. Industri kecil yang sedang berkembang diantaranya adalah industri konveksi.

2.2.2. Konveksi

Industri konveksi adalah industri yang memproduksi pakaian jadi. Konveksi termasuk dalam klasifikasi barang konsumen yaitu shopping goods kelompok heterogeneus shopping goods. Konveksi termasuk dalam kelompok heterogeneus shopping goods sebab aspek karakteristik atau ciri-cirinya (features) dianggap lebih penting oleh konsumen dari pada aspek harganya. (www.journal.uii.ac.id. 2004:97)

(32)

a. Bahan baku

b. Pengukuran dan pemotongan kain c. Penjahitan

d. Pembuatan lubang kancing e. Pemasangan aksesoris f. Produk jadi

(www.bi.go.id. 2007:17)

2.3Studi Kelayakan

Studi kelayakan merupakan penilaian atas usaha suatu proyek dimana untuk mengetahui layak atau tidak usaha tersebut dan membantu pengembangan dan perencanaan usaha di masa yang akan datang. Selain itu berguna membantu pengusaha dalam perencanaan usahanya untuk peningkatan efisiensi dan produktivitas usahanya.

Suatu usaha akan memerlukan dana yang cukup besar untuk keberlangsungan dan keberlanjutan usahanya. Baik itu dalam proses produksi maupun investasinya. Namun banyak usaha yang setelah dijalankan sekian lama ternyata tidak menguntungkan. Kegagalan usaha tersebut dapat disebabkan karena kesalahan perencanaan, kesalahan dalam menafsir pasar, kesalahan dalam memperkirakan kontinuitas bahan baku dan sebagainya. Untuk itulah studi kelayakan usaha sangat penting dalam suatu usaha.

(33)

dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan. Mempelajari mendalam artinya meneliti secara sungguh-sungguh data dan informasi yang ada, kemudian diukur, dihitung dan dianalisis hasil penelitian tersebut dengan menggunakan metode-metode tertentu. Kelayakan artinya penelitian yang dilakukan secara mendalam tersebut dilakukan untuk menentukan apakah usaha yang akan dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang akan dikeluarkan. (Kasmir dan Jakfar, 2006:10)

Yang dimaksud dengan studi kelayakan bisnis (SKB) adalah penelitian tentang tidak dapatnya suatu bisnis dilaksanakan dengan berhasil dengan pertimbangan mendapatkan manfaat financial (arti sempit). Studi kelayakan bisnis atau sering pula disebut dengan studi kelayakan proyek adalah suatu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu proyek bisnis yang biasanya merupakan proyek investasi itu dilaksanakan. Maksud layak (atau tidak layak) di sini adalah prakiraan bahwa proyek akan dapat (atau tidak dapat) menghasilkan keuntungan yang layak bila telah dioperasionalkan (Umar, 1997:7)

(34)

dapatnya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil.

Studi kelayakan juga disebut dengan feasibility study merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha/proyek yang direncanakan. Pengertian layak dalam penilaian ini adalah kemungkinan dari gagasan usaha/proyek yang akan dilaksanakan memberikan manfaat (benefit), baik dalam arti financial benefit maupun dalam arti social benefit. Layaknya suatu gagasan usaha/proyek dalam arti financial benefit, hal ini tergantung dari segi penilaian yang dilakukan. (Ibrahim, 2009:1)

Paling tidak ada lima tujuan mengapa perlu adanya studi kelayakan bisnis sebelum usaha dilakukan (Kasmir dan Jakfar, 2006:20) yaitu:

a) Menghindari Resiko Kerugian

Untuk mengatasi resiko kerugian di masa yang akan datang ada semacam kondisi kepastian. Kondisi ini ada yang dapat diramalkan akan terjadi atau memang dengan sendirinya terjadi tanpa dapat diramalkan. Dalam hal ini fungsi studi kelayakan adalah untuk meminimalkan resiko yang tidak kita inginkan, baik resiko yang dapat kita kendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan.

b) Memudahkan Perencanaan

(35)

dalam malakukan perencanaan dan hal-hal apa saja yang perlu direncanakan.

c) Memudahkan Pelaksanaan Pekerjaan

Dengan adanya berbagai rencana yang sudah disusun akan sangat memudahkan pelaksanaan usaha. Para pelaksana yang mengerjakan bisnis tersebut telah memiliki pedoman yang harus diikuti. Pedoman tersebut telah tersusun secara sistematis, sehingga usaha yang dilaksanakan dapat tepat sasaran dan sesuai dengan rencana yang sudah tersusun.

d) Memudahkan Pengawasan

Dengan telah dilaksanakannya suatu usaha sesuai dengan rencana yang sudah disusun, maka akan memudahkan kita untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya usaha. Pengawasan ini perlu dilakukan agar tidak melenceng dari rencana yang telah disusun.

e) Memudahkan Pengendalian

Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan telah dilakukan pengawasan, maka jika terjadi penyimpangan akan mudah terdeteksi, sehingga dapat dilakukan pengendalian atas penyimpangan tersebut. Tujuan pengendalian adalah untuk mengendalikan pelaksanakan agar tidak melenceng dari rel yang sesungguhnya, sehingga pada akhirnya tujuan perusahaan kan tercapai.

(36)

mengakibatkan suatu usaha ternyata kemudian menjadi tidak menguntungkan atau gagal. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam studi kelayakan :

a) Ruang lingkup usaha b) Cara kegiatan usaha

c) Evaluasi terhadap aspek-aspek yang menentukan berhasilnya suatu usaha d) Hasil kegiatan usaha tersebut, serta biaya yang harus ditanggung untuk

memperoleh hasil tersebut

e) Akibat-akibat yang bermanfaat maupun yang tidak dari adanya usaha tersebut.

Analisis kelayakan merupakan studi yang bertujuan untuk menilai apakah suatu kegiatan investasi yang dijalankan tersebut layak atau tidak layak dijlankan dilihat dari aspek finansial atau keuangan. Analisis finansial lebih memusatkan penilaian usaha dari sudut pandang investor dan pemilik usaha sehingga dapat dikatakan analisis finansial berorientasi pada profit atau mencari laba atau keuntungan. Sasaran utama dari analisis finansial adalah menemukan dan berusaha untuk mewujudkan besarnya penerimaan usaha.

2.4Strategi Pengembangan

Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dalam perkembangannya, konsep mengenai strategi terus berkembang. Dalam bukunya, Rangkuti (2006:56) mengutip pengertian atau definisi strategi menurut beberapa pakar strategi yaitu:

Menurut Skinner (1978) strategi merupakan filosopi yang berkaitan

dengan alat untuk mencapai tujuan. Selain itu menurut Hayes dan

(37)

ada dalam lingkup perusahaan, termasuk di dalamnya pengalokasian

semua sumber daya yang dimiliki perusahaan. Sedangkan menurut

Hill (1989) strategi merupakan suatu cara yang berkaitan dengan

kegiatan manufaktur dan pemasaran, semuanya bertujuan untuk

mengembangkan perspektif corporatmelalui agregasi.

Konsep strategi menurut Rangkuti (2006:4) ada dua konsep yaitu: 1. Distinctive Competence

Distinctive Competence merupakan tindakan yang dilakukan oleh perusahaan agar dapat melakukan kegiatan lebih baik dibandingkan pesaingnya.

2. Competitive Advantage

Competitive Advantage kegiatan spesifik yang dikembangkan oleh perusahaan agar lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya.

Tipe tipe strategi menurut Rangkuti (2006:7) dapat dikelompokkan menjadi:

1) Strategi Manajemen

(38)

2) Strategi Investasi

Strategi yang berorientasi pada investasi, misalnya apakah perusahaan ingin melakukan strategi pertumbuhan yang agresif atau berusaha mengadakan penetrasi pasar, strategi bertahan dan sebagainya. 3) Strategi Bisnis

Strategi ini disebut juga dengan strategi bisnis secara fungsional karena strategi ini berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan menajemen, misalnya strategi produksi atau operasional, strategi distribusi, strategi organisasi dan strategi lain yang berhubungan dengan keuangan.

Dalam proses pengembangan strategi dimulai dari pengembangan strategi korporat dengan fokus mempertahankan hidup atau disebut survival. Berdasarkan strategi korporat ini , strategi unit bisnis dengan fokus pada distinctive competence, kepemimpinan, biaya, diferensiasi mengenai produkdan fokus pada biaya. Yang terakhir adalah penyusunan strategi operasional dengan fokus pada prioritas persaingan, biaya kualitas, fleksibilitas, dan pengiriman. Penetapan strategi operasional ini berupa pengembangan struktur maupun infrastruktur (Rangkuti, 2006:58)

Pengembangan struktur meliputi: a. Desain organisasi

b. Evaluasi kapasitas

(39)

Pengembangan infrastruktur meliputi: a. Perencanaan operasional

b. Pengendalian kebutuhan bahan

c. Kualitas dan pelayanan kepada konsumen d. Produktivitas dan tenaga kerja

e. Penggunaan teknologi manajemen

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu mengenai industri terutama tentang kelayakan usaha telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Disini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian sebagai bahan acuan dan perbandingan dalam penelitian ini, diantaranya adalah:

(40)

Penelitian yang dilakukan oleh Budi Raharjo tahun 2008 tentang Analisis Kelayakan Usaha dan Strategi Pengembangan Industri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan usaha industri mebel di kecamatan Suruh kabupaten Semarang. Hasil dari peneitian ini adalah kelayakan usaha didapatkan hasil NPV = Rp 452.950.625,43, BCR=1,55 dan IRR=18,7% serta hasil SWOT menunjukkan industri ini memiliki keunggulan dalam produktivitas dan sumber daya dan memiliki kelemahan dalam hal kurangnya peralatan, modal dan teknologi serta kurangnya promosi produk sehingga pemasaran kurang maksimal.

Penelitian lainnya yaitu dilakukan oleh Nashrul Imam tahun 2010 tentang Profit dan Strategi Pengembangan Industri Mebel di Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mekanisme produksi dan pemasaran, kendala dalam produksi dan pemasaran serta strategi pengembangan industri kecil mebel tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, usaha mebel di kecamatan Suruh memiliki keunggulan dan dalam produktivitas dan sumber daya, dan memiliki kelemahan dalam hal kurangnya peralatan, modal dan teknologi serta kurangnya promosi produk sehingga pemasaran kurang maksimal. Industri mebel ini memiliki peluang pasar yang cukup tinggi dan perhatian yang baik dari pemerintah dan memiliki ancaman dalam hal persaingan dengan industri mebel wilayah lain.

(41)

mebel dan yang ketiga tentang profil dan strategi pengembangan dibandingkan dengan penelitian ini mencakup semua analisis yang ada pada ketiga penelitian terdahulu yaitu mengenai profil, kelayakan usaha dan strategi pengembangan dan sama-sama mengenai industri kecil.

2.6Kerangka Berpikir

Industri kecil adalah industri yang bergerak dengan jumlah tenaga kerja dan pemodalan kecil, menggunakan teknologi sederhana tetapi jumlah keseluruhan tenaga kerja mungkin besar. industri kecil sangat berperan penting dalam pembangunan suatu daerah tertentu karena dapat menyerap tenaga kerja yang cukup besar dan memberi andil yang cukup besar pula dalam mensejahterakan rakyat.

Sentra industri konveksi di Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan

Kabupaten Klaten dilakukan sudah dilakukan sejak bertahun tahun yang lalu. Dalam menganalisis layak atau tidaknya industri konveksi tersebut menggunakan analisis kelayakan finansial dan untuk menganalisis strategi pengembangan sentra industri tersebut menggunakan analisis SWOT.

Untuk mempemudah penelitian yang akan dilaksanakan, maka perlu

(42)

Gambar. 2.1

Kerangka Pemikiran Penelitian

Analisis Kelayakan terdiri dari NPV, IRR, dan BCR yang akan di teliti dalam penelitian ini. Sedangkan strategi pengembangan menggunakan analisis SWOT.

2.6.1 Net Present Value (NPV)

Net Present Value merupakan nilai sekarang (present value) dari suatu proyek dari selisih antara benefit (manfaat) dengan cost (biaya) pada discount rate tertentu dan menunjukkan kelebihan benefit dibandingkan dengan biaya.

(43)

Cara perhitungan NPV adalah sebagai berikut :

Keterangan :

DF = Discount Factor

i = tingkat bunga yang berlaku n = lamanya periode waktu

2.6.2 Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah tingkat diskon yang akan manyamakan nilai sekarang dari arus kas bersih dari biaya awal proyek. Jika nilai sekarang dari arus kas lebih besar dari biaya awal proyek, kita menaikkan tingkat diskon dan mengulangi prosesnya. Sebaliknya jika nilai sekarang dari arus kas lebih rendah dari biaya awal proyek maka kita menurunkan tingkat diskon. Proses ini berlanjut sampai tingkat diskon ditemukan menyamakan nilai sekarang arus kas bersih dengan biaya awal proyek. Tingkat diskon yang ditemukan adalah tingkat pengembalian internal (IRR) dari proyek (Salvatore, 2005 : 277).

(44)

Keterangan :

i1 = Discount Factor (tingkat bunga) pertama dimana diperoleh NPV positif.

i2 = Discount Factor (tingkat bunga) kedua dimana diperoleh NPV negatif.

2.6.3 Benefit Cost Ratio (BCR)

Suatu usaha dapat dikatakan layak dilaksanakan apabila nilai BCR lebih besar dari pada satu. Jika nilai BCR lebih kecil dari satu maka usaha industri akan mendatangkan kerugian ekonomis apabila dilaksanakan (Gasperzs, 2002 : 145)

Kriteria rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio=BCR) untuk menganalisis investasi proyek industri yang memiliki umur ekonomis t

(t=1,2,3,…,n) tahun dilakukan berdasarkan formula berikut:

BCR(i) = {∑DFt (Bt)}/{∑DFt (Ct)}

Disini t = 0,1,2,….,n

2.6.4 SWOT

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subyek pemelitian (Suharsimi Arikunto, 2006:130). Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Menurut Suharsimi Arikunto : Apabila subyeknya kurang dari 100, diambil semua sekaligus sehingga penelitiannya penelitian populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah semua unit-unit usaha industri konveksi di Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten yang berjumlah 63 unit, sehingga penelitian ini adalah penelitian populasi.

3.2. Variabel Penelitian

Variabel adalah obyek penelitian atau yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, Suharsimi, 2006:118). Variabel dalam penelitian ini adalah :

3.2.1 Profil Usaha Industri Konveksi

(46)

3.2.2 Kelayakan Usaha Industri Konveksi

Kelayakan usaha atau financial merupakan indikator yang menunjukkan bahwa industri konveksi di desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten pelaksanaannya sudah layak secara financial yang diukur dengan menggunakan analisis uji NPV, IRR, dan BCR.

3.2.3 Strategi pengembangan industri konveksi

Strategi pengembangan industri konveksi Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten adalah kebijakan pengembangan yang dilakukan mengenai potensi industri yang cukup besar tersebut akan tetapi masih perlu adanya pembinaan dan mengatur strategi yang terkait dengan pengembangan terhadap masa depan industri konveksi itu.

(47)

3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

3.3.1 Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan pengumpulan data baik angka maupun keterangan secara tertulis. Menurut Suharsini Arikunto (2006,158) metode dokumentasi adalah suatu cara untuk memperoleh data atau informasi tentang hal-hal yang ada kaitannya dengan penelitian, dengan jalan melihat kembali sumber tertulis yang lalu baik berupa angka atau keterangan.

Mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan masalah dengan mencatat data yang tersedia pada kelompok/masyarakat yang terkait, seperti para pengusaha industri konveksi di Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Klaten. Selain itu mengumpulkan informasi dari sumber pusataka yang relevan dengan penelitian dan internet.

3.3.2 Metode Kuesioner (Angket)

(48)

3.4. Metode Analisis Data

3.4.1 Analisis Diskriptif

Analisis deskriptif merupakan analisis yang berguna untuk menggambarkan variabel yang diteliti ( Arikunto, 1997: 212). Yaitu hasil penelitian ini hanya untuk menggambarkan atau melukiskan keadaan suatu obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta- fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Analisis ini untuk mengetahui tentang profil industri konveksi di Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten.

3.4.2 Analisis Kelayakan Finansial

Aspek finansial sangat memegang peranan penting dalam melakukan studi kelayakan bisnis. Ada beberapa metode yang biasa dipertimbangkan dalam penilaian suatu investasi :

a. Net Present Value (NPV)

Net Present Value merupakan nilai sekarang (present value) dari suatu proyek dari selisih antara benefit (manfaat) dengan cost (biaya) pada discount rate tertentu dan menunjukkan kelebihan benefit dibandingkan dengan biaya.

(49)

Cara perhitungan NPV adalah sebagai berikut :

Keterangan :

DF = Discount Factor

i = tingkat bunga yang berlaku n = lamanya periode waktu b. InternalRate of Return (IRR)

IRR adalah tingkat diskon yang akan manyamakan nilai sekarang dari arus kas bersih dari biaya awal proyek. Jika nilai sekarang dari arus kas lebih besar dari biaya awal proyek, kita menaikkan tingkat diskon dan mengulangi prosesnya. Sebaliknya jika nilai sekarang dari arus kas lebih rendah dari biaya awal proyek maka kita menurunkan tingkat diskon. Proses ini berlanjut sampai tingkat diskon ditemukan menyamakan nilai sekarang arus kas bersih dengan biaya awal proyek. Tingkat diskon yang ditemukan adalah tingkat pengembalian internal (IRR) dari proyek (Salvatore, 2005 : 277).

(50)

menunjukkan Discount Factor (DF) sehingga tercapai NPV = 0 (Choliq, 1999:57)

- Keterangan :

i1 = Discount Factor (tingkat bunga) pertama dimana diperoleh NPV positif.

i2 = Discount Factor (tingkat bunga) kedua dimana diperoleh NPV negatif.

c. Benefit Cost Ratio (BCR)

Kriteria rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio=BCR) untuk menganalisis investasi proyek industri yang memiliki umur

ekonomis t (t=1,2,3,…,n) tahun dilakukan berdasarkan formula

berikut:

BCR(i) = {∑DFt (Bt)}/{∑DFt (Ct)}

Disini t = 0,1,2,….,n

Suatu usaha dapat dikatakan layak dilaksanakan apabila nilai BCR lebih besar dari pada satu. Jika nilai BCR lebih kecil dari satu maka usaha industri akan mendatangkan kerugian ekonomis apabila dilaksanakan (Gasperzs, 2002 : 145)

3.4.3 Analisis SWOT

(51)

(opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (treaths). Hal ini disebut dengan analisis situasi. Model yang popular untuk analisis situasi adalah analisis SWOT (Rangkuti, 2006:18)

Tahap pengumpulan data merupakan tahap pertama dalam penyusunan analisis SWOT. Pada tahap ini data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data eksternal dan data internal. Model yang digunakan dalam tahap ini adalah Matriks Faktor Strategi Eksternal dan Matriks Faktor Strategi Internal.

(52)

Tabel 3.1 Sumber : Freddy Rangkuti, 2006:31

a. Strategi SO

(53)

untuk digunakan sebagai usaha untuk mempertahankan keunggulan komparatif tersebut.

b. Strategi ST

Strategi ini mempertemukan interaksi antara ancaman atau tantangan dari luar yang diidentifikasikan untuk memperlunak ancaman atau tantangan tersebut, dan sedapat mungkin merubahnya menjadi peluang bagi pengembangan selanjutnya. Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman.

c. Strategi WO

Strategi ini merupakan kajian yang menuntut adanya kepastian dari berbagai peluang dan kekurangan yang ada. Peluang yang besar di sini akan dihadapi oleh kurangnya kemampuan sektor untuk menangkapnya. Pertumbuhan harus dilakukan secara hati-hati untuk memilih dan menerima peluang tersebut. Khususnya dikaitkan dengan keterbatasan potensi kawasan. Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

d. Strategi WT

(54)
(55)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Hasil penelitin meliputi deskripsi profil industri konveksi, analisis kelayakan usaha industri konveksi dan strategi pengembangan industri konveksi di Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten.

4.1.1 Profil Industri Konveksi Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan

Kabupaten Klaten

Profil industri konveksi adalah deksripsi tentang latar belakang yang mencakup hal-hal yang berkaitan dengan usaha industri konveksi di Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten. Profil industri konveksi Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten meliputi:

a. Berdirinya Industri Konveksi

(56)

Tabel 4.1

Tahun Berdiri dan Lama Usaha

Industri Konveksi Kelompok Industri Rumah Tangga

No No. Responden Tahun Berdiri Lama Usaha (tahun)

(57)

Industri konveksi kelompok industri kecil tahun berdiri dan lama usaha dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.2

Tahun Berdiri dan Lama Usaha

Industri Konveksi Kelompok Industri Rumah Tangga

No No. Responden Tahun Berdiri Lama Usaha (tahun)

(58)

beberapa lama kemudian mereka membuka usaha konveksi sendiri. Usaha konveksi ini kemudian menjadi berkembang dan menjadi mata pencaharian masyarakat. Rata-rata responden telah menjalankan usahanya selama 13 sampai 14 tahun. Usaha yang dijalankan paling lama telah berdiri selama 21 tahun sejak tahun 1989, sedangkan usaha yang paling baru berdiri yaitu 4 tahun atau sejak tahun 2006.

b. Jenis Industri

Penggolongan jenis industri konveksi di Desa Tambakboyo berdasarkan jumlah tenaga kerja. Industri konveksi di Desa Tambakboyo masuk dalam kategori industri rumah tangga dan industri kecil dan tidak ada yang masuk dalam kategori industri sedang dan industri besar. Sentra industri konveksi di Desa Tambakboyo jumlah tenaga kerja paling sedikit 2 orang dan paling banyak 16 orang. Pengelompokkan jenis industri dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.3

Jenis Industri Konveksi di Desa Tambakboyo

No Jenis Industri Jumlah Persentase (%)

1 Industri Rumah Tangga 35 56

2 Industri Kecil 28 44

Total 63 100

(59)

Berdasarkan hasil penelitian, jumlah unit industri rumah tangga sebanyak 35 unit industri dan kelompok industri kecil sebanyak 28 unit industri. Hal ini menunjukkan kelompok industri rumah tangga lebih banyak dari pada kelompok industri kecil. Perbandingan antara jenis industri kelompok industri rumah tangga dan industri kecil dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:

Grafik 4.1

Jenis Industri Konveksi di Desa Tambakboyo

c. Status Pemilikan Izin Usaha

(60)

Tabel 4.4

Status Kepemilikan Izin Usaha Industri Konveksi

Di Desa Tambakboyo

No Jenis

Industri

Status Kepemilikan Usaha Jumlah

(unit)

Milik Izin Belum Izin

1 Industri RT 35 - 35 35

2 Industri Kecil 28 10 18 28

Total 10 53 63

Persentase 16% 84% 100%

Sumber : Data Primer diolah 2011

Tabel Status Kepemilikan Izin Usaha menunjukkan dari 63 unit industri konveksi, sebanyak 53 unit industri konveksi (84%) belum memiliki izin usaha dan dan hanya 10 unit industri konveksi (16%) yang sudah memiliki izin usaha. Masih minimnya industri konveksi yang belum memiliki izin usaha menandakan bahwa kesadaran pemilik usaha masih kurang. Tidak ada konsekuensi bagi para pemilik industri konveksi jika tidak memiliki izin usaha, karena tanpa memiliki izin usaha merekapun masih tetap bisa berjalan.

(61)

konveksi di Desa Tambakboyo belum memiliki izin usaha. Dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:

Grafik 4.2

Status Kepemilikan Izin Usaha Industri Konveksi

Desa Tambakboyo

d. Peralatan

(62)

Alat-alat yang digunakan untuk memproduksi konveksi Desa Tambakboyo antara lain : gunting, mesin potong, mesin jahit, mesin obras, mesin itik, mesin overdeck dan lain-lain. Penggunaan mesin-mesin baru bertujuan untuk meningkatkan hasil dan kualitas produksi konveksi.

e. Modal Usaha

Industri konveksi Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten merupakan kelompok industri rumah tangga dan industri kecil. Untuk mengetahui modal yang dibutuhkan usaha konveksi dapat dilihat tabel berikut.

Tabel 4.5

Modal Usaha Industri Konveksi di Desa Tambakboyo Kecamatan

Pedan Kabupaten Klaten

Sumber : Data Primer diolah 2011

Berdasarkan hasil penelitian, jumlah unit industri yang paling banyak berdasarkan modal usahanya adalah Rp 20.000.000-Rp

No Jenis Industri

Modal Usaha

(dalam jutaan)

Jumlah

(unit)

>40 31-40 20-30 < 20

1 Industri RT 35 - 3 16 16 35

2 Industri Kecil 28 14 8 6 - 28

Jumlah Total 14 11 22 16 63

(63)

30.000.000 dengan rincian kelompok industri rumah tangga sebanyak 16 unit dan kelompok industri kecil 6 unit. Sedangkan jumlah unit yang paling sedikit berdasarkan besar modal adalah Rp31.000.000-Rp 40.000.000 dengan rincian kelompok rumah tangga 3 unit dan kelompok industri kecil 8 unit. Modal industri yang paling besar yaitu di atas Rp 40.000.000 pada kelompok industri kecil sebanyak 14 unit dan modal paling kecil di bawah Rp 20.000.000 pada kelompok industri rumah tangga sebanyak 16 unit. Rincian tersebut dapat dilihat pada grafik 4.3. Semakin besar modal semakin besar skala industri tersebut.

Grafik 4.3

Modal Usaha Industri Konveksi di Desa Tambakboyo Kecamatan

(64)

f. Tenaga Kerja

Dari 63 unit industri konveksi yang diteliti, setidaknya mampu menyerap 297 tenaga kerja. Rincian tenaga kerja menggunakan tenaga kerja tetap saja tidak termasuk tenaga kerja sambilan, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi perhitungan ganda, karena tenaga sambilan sifatnya hanya sementara dan dapat berpindah-pindah kerja dari industri konveksi yang satu ke industri konveksi yang lain. Tenaga kerja sambilan biasanya dibutuhkan pada waktu tertentu saja.

Industri konveksi di Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten berjumlah 63 unit usaha, dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 297 orang.

1) Jenis Kelamin

Data yang diperoleh mengenai komposisi tenaga kerja industri konveksi Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten menurut jenis kelamin adalah sebagai berikut :

Tabel 4.6

Tenaga Kerja Industri Konveksi Menurut Jenis Kelamin

No Jenis

Industri

Jenis Kelamin Jumlah Tenaga

Kerja

Laki-laki Perempuan

1 Industri RT 35 4 95 99

2 Industri Kecil 28 30 168 198

Total 63 34 263 297

Persentase 11% 89% 100%

(65)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 297 tenaga kerja yang terserap, 263 orang adalah tenaga kerja perempuan dan 34 orang adalah tenaga kerja laki-laki. Hal ini disebabkan tenaga kerja perempuan sangat berperan besar dalam proses produksi konveksi yaitu sebagai penjahit untuk menghasilkan suatu barang sedangkan tenaga kerja laki-laki berperan sebagai tenaga kerja pengguntingan/pemotongan dan pengepakan. Dapat dilihat pada grafik berikut.

(66)

Grafik 4.4

Tenaga Kerja Industri Konveksi Desa Tambakboyo

Menurut Jenis Kelamin

2) Usia Tenaga Kerja

Usia tenaga kerja yang bekerja pada industri konveksi di Desa Tambakboyo dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.7

Tenaga Kerja Industri Konveksi Desa Tambakboyo

Menurut Usia

No Jenis

Industri

Usia (tahun) Jumlah

(orang)

>40 31-40 21-30 ≤20

1 Industri RT 35 8 29 44 18 99

2 Industri Kecil 28 23 28 82 65 198

Total 63 31 57 126 83 297

Persentase 11% 19% 42% 28% 100%

Sumber : data primer diolah

(67)

pada kelompok umur 21-30 tahun atau sebesar 42% hal ini dikarenakan pada kelompok umur ini adalah tenaga yang produktif dalam industri konveksi dan paling sedikit pada kelompok umur > 40 tahun atau sebesar 11% dikarenakan kebanyakan tenaga kerja adalah wanita dan umur di atas 40 sudah tidak lagi produktif, sedangkan

kelompok umur ≤20 tahun sebesar 28% dan kelompok umur 31-40 tahun sebesar 19%.

Industri konveksi di Desa Tambakboyo jumlah tenaga kerja berdasarkan usia paling banyak adalah 21-30 tahun untuk kelompok industri rumah tangga sebanyak 44 orang dan kelompok industri kecil sebanyak 82 orang. Sedangkan jumlah tenaga kerja berdasarkan usia paling sedikit adalah usia di atas 40 tahun untuk kelompok industri rumah tangga sebanyak 8 orang dan kelompok industri kecil sebanyak 31 orang. Dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Grafik 4.5

Tenaga Kerja Industri Konveksi Desa Tambakboyo

(68)

3) Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh tenaga kerja. Tingkat pendidikan tenaga kerja pada industri konveksi di Desa Tambakboyo dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.8

Tenaga Kerja Industri Konveksi Desa Tambakboyo

Menurut Tingkat Pendidikan

Sumber : data primer diolah

(69)

kelompok industri rumah tangga 24 orang dan kelompok industri kecil 47 orang. Paling banyak pada tingkat pendidikan Tamat SMP dan paling sedikit pada tingkat pendidikan tidak sekolah. Dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Grafik 4.6

Tenaga Kerja Industri Konveksi Desa Tambakboyo

Menurut Tingkat Pendidikan

(70)

4) Status Tenaga Kerja

Status tenaga kerja pada industri konveksi pada penelitian ini menggunakan tenaga kerja tetap tanpa tenaga kerja sambilan yang berjumlah 297 orang. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi perhitungan ganda, karena tenaga kerja sambilan sifatnya hanya sementara dan dapat berpindah-pindah kerja dari industri konveksi yang satu ke industri konveksi yang lain. Tenaga kerja sambilan biasanya dibutuhkan pada waktu tertentu saja.

Tabel 4.9

Status Tenaga Kerja Tetap Industri Konveksi

Desa Tambakboyo

No Jenis Industri Status Tenaga Kerja Jumlah

TK

Tetap Sambilan

1 Industri RT 35 99 - 99

2 Industri Kecil 28 198 - 198

Total 63 297 - 297

Persentase 100% - 100%

Sumber : data primer diolah

(71)

hidupnya. Hal ini dikarenakan industri konveksi di Desa Tambakboyo sudah merupakan sentra industri konveksi dan sulitnya mencari kerja selain manjadi tenaga kerja di industri konveksi yang disebabkan kebanyakan yang bekerja adalah perempuan dan tingkat usia masih muda dan tingkat pendidikan kebanyakan Tamat SMP yang telah dijelaskan sebelumnya. Status tenaga kerja industri konveksi Desa Tambakboyo dapat dilihat pada grafik sebagai berikut.

Grafik 4.7

Status Tenaga Kerja Tetap Industri Konveksi

Desa Tambakboyo

5) Asal Tenaga Kerja

(72)

dan luar daerah. Maksud dari dalam daerah adalah asal tenaga kerja masih tergolong dari daerah sendiri yaitu Desa Tambakboyo, sedangkan luar daerah yaitu luar dari Desa Tambakboyo. Asal tenaga kerja industri konveksi di Desa Tambakboyo dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 4.10

Asal Tenaga Kerja Industri Konveksi Desa Tambakboyo

Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten

No Jenis Industri

Asal Tenaga Kerja Jumlah

TK

Dalam Desa Luar Desa

1 Industri RT 35 62 37 99

2 Industri Kecil 28 114 84 198

Total 63 176 121 297

Persentase 59% 41% 100%

Sumbe : data primer diolah

(73)

Grafik 4.8

Asal Tenaga Kerja Industri Konveksi Desa Tambakboyo

g. Upah

(74)

Tabel 4.11

Rincan Upah Pekerja Industri Konveksi Desa Tambakboyo

No Proses Produksi Upah (Rp)

1 Pengguntingan/pemotongan 15.000 - 30.000 per hari 2 Jahit

a. Celana b. Kaos

c. Jaket / jamper

300-500 per potong 500-1000 per potong 1000-2000 per potong

3 Pengepakan 15.000 - 20.000 per hari

Sumber : Data Primer diolah

Bagi tenaga kerja jahit upah yang diterima menurut output yang mereka hasilkan. Rata-rata upah yang dihasilkan sebesar Rp15.000 sampai Rp 30.000 per hari. Pemberian upah yang diberikan yaitu mingguan. Besar jumlah upah yang diterima berdasarkan output yang dihasilkan selama satu minggu.

h. Produksi

Produksi konveksi di Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten terdapat dua jenis yaitu produksi massal dan produksi pesanan. Produksi massal yaitu produksi yang dilakukan setiap saat, sedangkan produksi pesanan merupakan produksi yang dilakukan untuk memenuhi pesanan dari konsumen.

(75)

Tabel 4.12

Rata-Rata Produktivitas Tenaga KerjaKonveksi Desa Tambakboyo

No Indikator Jumlah

1 Jenis Produksi a. Celana b. Kaos c. Jaket

30 unit/orang/hari 25 unit/orang/hari 15 unit/orang/hari

2 Hasil produksi 70 unit/hari

Sumber : data primer diolah

(76)

Tabel 4.13

Jenis Produksi Kelompok Industri Rumah Tangga

(77)
(78)

Jumlah produksi industri konveksi Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan dalam satu bulan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

Tabel 4.15

Hasil Produksi Industri Konveksi Desa Tambakboyo

(dalam satu bulan)

No Jenis Industri

Jenis Produk

Kaos Celana Jaket

1 Industri RT 35 11.850 17.400 1600

2 Industri Kecil 28 30.950 44.600 7800

Total 63 42.800 62.000 9400

Sumber : Data Primer diolah

Jumlah produksi industri konveksi Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan dalam satu bulan dapat dilihat pada grafik sebagai berikut.

Grafik 4.9

Hasil Produksi Industri Konveksi Desa Tambakboyo

(dalam satu bulan)

(79)

62.000 potong, kaos 43.050 potong dan jaket 9400 potong per bulan. Industri rumah tangga mampu menghasilkan 12100 kaos, 17400 celana dan 1600 jaket. Industri kecil mampu menghasilkan 30950 kaos, 44600 celana dan 7800 jaket.

Banyaknya kendala yang dihadapi dalam proses produksi industri konveksi seperti kendala mengenai kenaikan bahan baku, keterbatasan peralatan dan persaingan harga industri konveksi mempengaruhi jumlah hasil produksi. Tetapi rata-rata pekerja dapat menghasilkan hasil seperti rincian pada tabel 4.10 diatas.

i. Pemasaran

Produk industri konveksi dari Desa Tambakboyo tidak hanya dipasarkan di daerah Kabupaten Klaten saja tetapi juga sampai keluar daerah bahkan ada yang sampai keluar pulau Jawa. Dalam hal pemasaran, pengusaha industri konveksi tidak terlalu mengalami kesulitan, karena biasanya telah memiliki pelanggan sendiri dari daerah tertentu dan juga memiliki semacam makelar di daerah tertentu yang datang sendiri ke tempat usaha mereka.

(80)

Tabel 4.16

Daerah Pemasaran Produk Industri Konveksi Desa Tambakboyo

Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten

No Jenis Industri

Daerah Pemasaran Produk Jumlah

(unit)

Lokal Luar Daerah

1 Industri RT 35 24 11 35

2 Industri Kecil 28 2 26 28

Total 63 26 37 63

Persentase 41% 59% 100%

Sumber : Data Primer diolah

Berdasarkan tabel di atas dearah pemasaran menunjukkan lebih banyak produk yang dipasarkan di luar daerah daripada di dalam daerah sendiri. Dapat kita lihat bahwa produk industri konveksi dari Desa Tambakboyo 40% dipasarkan di dalam daerah Kabupaten Klaten dan sebanyak 60% telah dipasarkan di luar daerah, di luar yang dimaksud juga termasuk di luar Propinsi Jawa Tengah dan luar Pulau Jawa jadi jangkauan pemasaran industri cukup luas.

(81)

Grafik 4.10

Daerah Pemasaran Produk Industri Konveksi Desa Tambakboyo

Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten

(82)

j. Pendapatan dan Keuntungan

Berdasarkan hasil penelitian dari data primer didapat rata-rata pendapatan dan biaya industri konveksi Desa Tambakboyo adalah sebagai berikut:

Table 4.17

Rata-rata Pendapatan dan Biaya Industri Konveksi Kelompok Industri RT Desa Tambakboyo

No Keterangan 2007 2008 2009 2010

1 Pendapatan 88,506,300.00 90,745,871.43 92,265,871.43 92,863,728.57 2 Biaya Var.

-Upah Tenaga Kerja 15,638,071.43 15,718,900.00 15,940,428.57 16,311,628.57 -Bahan Baku 56,130,371.43 58,422,514.29 59,663,961.90 58,923,000.00 -Transportasi dll 2,222,000.00 2,224,571.43 2,314,000.00 2,329,571.43 Biaya Tetap

-Biaya penyusutan 1,455,714.29 1,456,285.71 1,453,428.57 1,462,000.00 -biaya perawatan 698,428.57 786,142.86 786,142.86 786,142.86

3 Profit (1-2)

12,361,714.29

12,137,457.14 12,107,909.52

Gambar

Gambar. 2.1
Tabel 3.1 Matriks SWOT
Tabel 4.1
Tabel 4.2 Tahun Berdiri dan Lama Usaha
+7

Referensi

Dokumen terkait

MEMENUHI Berdasarkan hasil pemeriksaan, selama periode audit bulan Agustus sampai Oktober 2015, auditee telah menerima bahan baku sebanyak 6 kali dan seluruh

Induk : Ubah “tanpa induk” menjadi Bahan Ajar dan Isi Urutan ke-1, sehingga nanti sub halaman 1) Modul akan berada di bawah halaman Bahan Ajar pada nomor 1..  Untuk

Parfet (2001) mengklasifikasikan manipulasi keputusan operasi sebagai praktik yang wajar karena dilakukan untuk menstabilkan atau memperoleh hasil yang positif

Bila persoalan HPI yang dihadapi ternyata menyangkut persoalan Statuts Benda, maka kedudukan hukum benda itu harus diatur berdasarkan statuta realia dari tempat di mana

Penelitian ini berjudul Persepsi Mahasiswa Mengenai Go-Jek (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Persepsi Mengenail Layanan GO-Jek di Kalangan Mahasiswa Universitas Sumatera

6 Biaya servis yang terjangkau 7 Perbaikan yang cepat 8 Pengiriman spare part yang telah dipesan 9 Kedatangan teknisi sesuai janji 10 Waktu

Berdasarkan Tabel 8 diatas dapat diketahui bahwa nilai koefisien determinasi yang diperoleh sebesar 0.495. atau sebesar 49.5 bahwa variabel loyalitas pelanggan dapat dijelaskan oleh

Berita adalah fakta atau informasi yang ditulis oleh seseorang (siswa, guru, atau wartawan) yang dimuat dalam majalah dinding atau surat kabar (Widodo, 2007). Dalam pengertian