• Tidak ada hasil yang ditemukan

The Socio economic development of the buffer zone community of Gunung Ciremai National Park

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "The Socio economic development of the buffer zone community of Gunung Ciremai National Park"

Copied!
300
0
0

Teks penuh

(1)

GUNUNG CIREMAI

DIAH ZUHRIANA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Pengembangan Sosial Ekonomi Masyarakat Daerah Penyangga Taman Nasional Gunung Ciremai adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi.

Bogor, Agustus 2012

(4)
(5)

DIAH ZUHRIANA. The Socio Economic Development of the Buffer Zone Community of Gunung Ciremai National Park. Under the direction of: HADI S. ALIKODRA, SOERYO ADIWIBOWO, and ERVIZAL A.M. ZUHUD

The objectives of this research are, first, to explore in-depth the problems and the socio economic conditions of the community living in the buffer zone of Gunung Ciremai National Park (GCNP). Second, to simulate and analyze the impact of the agroforestry and ecotourism development to local labor absorption, income and forest cover. Third, to formulate the strategy for socio economic development of the buffer zone’s Park. The research carried out in the five villages located at the buffer zone of the GCNP. Data were obtained through field survey by interviewing several amount of respondents, direct field observations, focus group discussion and secondary data collections. Data were analyzed through supply and demand analysis, descriptive analysis, stakeholder’s analysis, and dynamic system analysis. Three scenarios are simulating in the last mentioned analysis i.e. business as usual, moderate and optimist scenario.

Regarding the first objective, the existing socio economic conditions of the buffer zone’s Park are describe as follows. First, most of the community living in the buffer zone work as land owner-farmer or labor-farmer and educated from elementary school. Second, the agroforestry activities contribute up to 56 percent of the total household income whereas, the ecotourism contribute to amount of 41 percent. Third, the attitude of the local people toward national park conservation is considered low due to fewer park’s benefit perceived by the local people. Concerning the second objective of the research, the optimist scenario is the best path way for developing the future socio-economic conditions of the buffer zone. However, with regards to third objective of the research, the best strategy for developing the socio economic conditions of the buffer zone is through improving the infrastructure facilities for ecotourism, intensifying the frequency of agroforestry extension, sustained local community assistance as well as enhancing local community participation toward ecotourism and agroforestry development.

(6)

DIAH ZUHRIANA. Pengembangan Sosial Ekonomi Masyarakat Daerah Penyangga Taman Nasional Gunung Ciremai. Dibimbing oleh HADI SUKADI ALIKODRA, SOERYO ADIWIBOWO, DAN ERVIZAL A.M. ZUHUD.

Keberhasilan pengelolaan taman nasional sangat ditentukan oleh intensitas interaksi dan dukungan yang diberikan oleh masyarakat sekitar kawasan taman nasional. Jika upaya pelestarian dianggap sebagai sesuatu hal yang akan memberi manfaat, maka masyarakat setempat akan melindungi kawasan tersebut (MacKinnon 1990). Penelitian ini bertujuan untuk, pertama, menelaah permasalahan dan kondisi sosial ekonomi masyarakat daerah penyangga Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC). Kedua, menganalisis dan melakukan simulasi dinamis pengembangan program ekowisata dan agroforestri, dan ketiga, merumuskan strategi pengembangan sosial ekonomi masyarakat daerah penyangga TNGC melalui kegiatan ekowisata dan agroforestri.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2010 hingga Mei 2011 di daerah penyangga Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) Provinsi Jawa Barat. Sebanyak 5 desa yang memiliki potensi ekowisata dan/atau agroforestri dipilih secara purposive sebagai desa sampel. Data diperoleh melalui metode survei dengan wawancara kepada sejumlah responden, observasi langsung di lapangan, Focus Group Discussion (FGD), data sekunder dan literatur. Data yang diperoleh dianalisis dengan metode : 1) analisis deskriptif, 2) analisis penawaran (supply) dan permintaan (demand), 3) analisis pemangku kepentingan (stakeholder), serta 4) analisis sistem dinamik dengan perangkat lunakSTELLA 9.02.

(7)

Tiga skenario pengembangan ekowisata dan agroforestri disimulasikan dalam studi ini: skenario bussiness as usual; moderat dan optimis.

Kondisi sosial ekonomi masyarakat daerah penyangga TNGC secara singkat adalah sebagai berikut. Pertama, masyarakat daerah penyangga sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani dan berpendidikan tamat Sekolah Dasar. Kedua, alternatif mata pencaharian di sektor ekowisata dapat memberikan kontribusi pendapatan sebesar 41% dari total pendapatan masyarakat dan dari kegiatan agroforestri dapat memberikan kontribusi sebesar 56,29%. Ketiga, sikap masyarakat yang kurang mendukung upaya konservasi TNGC disebabkan kurangnya manfaat yang langsung dirasakan oleh masyarakat dari keberadaan TNGC.

Adapun untuk menganalisis sistem dinamis pengembangan sosial ekonomi masyarakat daerah penyangga diperoleh hasil sebagai berikut. Untuk skenario eksisting (bussiness as usual), hasil simulasi menunjukkan bahwa dalam 10 tahun mendatang tenaga kerja yang diserap di ekowisata akan meningkat sebesar 135,78%; dan pendapatan per kapita per bulan warga masyarakat yang terlibat dalam usaha ini akan meningkat sebesar 60,76%. Adapun pengembangan agroforestri akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebesar 38,27% dan meningkatkan pendapatan warga masyarakat yang berusaha di usaha ini sebesar 5,73%. Dampak lanjutan dari hal ini adalah meningkatnya penutupan hutan TNGC dari 5.132 ha menjadi seluas 5.231 hektar atau meningkat sebesar 1,92%.

(8)

jumlah tenaga kerja yang diserap ekowisata diperkirakan akan meningkat sebesar 200% dan pendapatan per kapita per bulan anggota masyarakat diperkirakan meningkat sebesar 119,16%. Sementara untuk pengembangan agroforestri, tenaga kerja yang diserap akan meningkat sebesar 481,72% dan pendapatan per kapita per bulan meningkat sebesar 176,16%. Implikasi lebih lanjut dari situasi ini adalah luas penutupan hutan TNGC bertambah dari 5.132 hektar (pada tahun 2009) menjadi 7.286 hektar (pada tahun 2019) atau mengalami peningkatan sebesar 41,96%.

Apabila akan ditempuh pengembangan ekowisata dan agroforestri menurut skenario moderat, maka strategi yang perlu ditempuh oleh stakeholder Pemerintah (Balai TNGC dan Pemda Kabupaten Kuningan) adalah melibatkan secara aktif peran dunia usaha atau LSM sebagai mitra dalam pengembangan program ekowisata dan agroforestri. Adapun program-program yang perlu dijalankan adalah pertama, pengembangan fasilitas ekowisata dari kondisi kurang baik menjadi cukup baik dengan fokus pelayanan pengunjung dan pengembangan usaha. Kedua, peningkatan frekuensi penyuluhan minimal empat bulan sekali dengan fokus ketrampilan teknik penanggulangan hama dan penyakit, peningkatan produksi jenis tanaman unggulan dan pemasaran hasil. Ketiga, pendampingan kelompok dengan fokus pada fasilitasi usaha produktif dan peningkatan nilai tambah produksi agroforestri. Keempat, keberlanjutan program ekowisata dan agroforestri minimal dua kali per tahun, dengan fokus permodalan dan pelatihan peningkatan usaha wisata dan agroforestri, serta kelima, pelibatan masyarakat yang lebih merata dengan prioritas pada masyarakat yang belum pernah dilibatkan dalam program.

(9)

tiga kali dari kondisi saat ini. Pengembangan ekowisata dan agroforestri tersebut dengan fokus yang sama dengan skenario moderat.

Seluruh program dilakukan melalui pendekatan pengembangan masyarakat dari semula memandang masyarakat sebagai pihak lemah dan tidak berdaya (hanya sebagai objek perubahan) menjadi pendekatan yang lebih berorientasi pada perubahan sikap, tingkah laku dan budaya yang mengarah pada kemandirian masyarakat (sebagai subjek perubahan).

(10)

GUNUNG CIREMAI

DIAH ZUHRIANA

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Program Studi Konservasi Biodiversitas Tropika

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(11)

2. Dr. Ir. Tutut Sunarminto, M.Si.

(12)

Judul Disertasi : Pengembangan Sosial Ekonomi Masyarakat

Daerah Penyangga Taman Nasional Gunung Ciremai Nama : Ir. Diah Zuhriana, M.Pd.

NIM : E 361070041

Disetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Hadi Sukadi Alikodra, M.S. Ketua

Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, M.S. Prof. Dr. Ir. Ervizal A. M. Zuhud, M.S. Anggota Anggota

Mengetahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Konservasi Biodiversitas Tropika

Prof. Dr. Ir. Ervizal A. M. Zuhud, M.S. Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.

(13)
(14)

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan IPB

(15)
(16)

Penulis dilahirkan di Indramayu Jawa Barat pada tanggal 31 Oktober 1967, merupakan putri kedua dari enam bersaudara, keluarga Bapak Moh. Djuhadi (alm) dan Ibu Siti Afifah.

Lulus SD Negeri Halimun II Bandung pada tahun 1979, SMP Negeri Karangampel lulus pada tahun 1982, dan SMA Negeri I Indramayu lulus pada tahun 1985. Mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan dari Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB pada tahun 1990, dan memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) dari Program Studi Pendidikan Teknologi Kejuruan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) pada tahun 2001.

Pada tahun 2007 penulis masuk program S3 Sekolah Pascasarjana IPB pada Program Studi Konservasi Biodiversitas Tropika (KVT). Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Doktor, penulis menyusun Disertasi dengan judul ”Pengembangan Sosial Ekonomi Masyarakat Daerah Penyangga Taman Nasional Gunung Ciremai”, dengan Komisi Pembimbing Prof. Dr. Ir. Hadi Sukadi Alikodra, M.S., sebagai Ketua, Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, M.S, dan Prof. Dr. Ir. Ervizal A.M Zuhud, M.S. masing-masing sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

(17)
(18)

Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga proses penelitian dan penyusunan disertasi ini dapat diselesaikan. Penghargaan dan ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Hadi Sukadi Alikodra, M.S, Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, M.S, dan Prof. Ervizal, A.M. Zuhud, M.S, sebagai komisi pembimbing, atas segala bimbingan dan arahan sehingga disertasi ini dapat diselesaikan.

2. Dr. Ir. Hartrisari Hardjomidjojo DEA, atas bimbingan dan ilmu pemodelan yang telah diajarkan.

3. Kepala Taman Nasional Gunung Ciremai (Bapak Ir. Kurung waktu itu) beserta segenap jajarannya, Pak Maman, Bu Nisa, Pak Rachmat, Pak Mufti, Pak Ichwan, dan lainnya yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.

4. Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, M.S dan Dr. Ir. Tutut Sunarminto, M.Si, sebagai penguji pada ujian tertutup yang telah memberikan kritik dan saran untuk perbaikan.

5. Para narasumber di lapangan, Bapak Inda, Kepala Desa Karangsari, Bapak Rachmat dari LSM Kanopy, Bapak Mulyadi Ketua Kompepar, Bapak Kusnadi, Bapak Engkos aparat Desa Seda, para Penyuluh Kehutanan Lapangan di Kabupaten Kuningan, dan pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan, yang telah menyediakan waktu dan tenaga membantu pelaksanaan penelitian di lapangan.

6. Staf pendidikan pada Program Studi Konservasi Biodiversitas Tropika Departemen KSHE pada khususnya, dan staf pendidikan Sekolah Pascasarjana IPB pada umumnya, yang telah membantu kelancaran studi. 7. Para pegawai di lingkungan Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan

Ekowisata atas bantuan dan kerjasamanya selama menjalankan studi.

(19)

dukungannya.

10. Dr. Sigit Nugroho dan Dr. Moh. Haryono atas segala bantuan dan dukungannya.

11. Rekan-rekan seperjuangan menempuh studi S3, Dr. Garsetiasih, Dr. Siti Badriyah Rusharyati, Dr. Sri Rahayu dan rekan-rekan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, sebagai teman diskusi dan berbagi motivasi.

12. Ibunda Siti Afifah dan Lilik Kustini, serta keluarga besar Moh. Djuhadi dan Kamari Santoso, atas segala doa dan supportnya yang tiada henti.

13. Khusus kepada suami Endras Wahyudi dan anak-anakku tercinta, Jihad, Dhifa, Fathan dan Fakhri, atas segala pengertian, doa yang senantiasa dipanjatkan dan pengorbanan yang tak terhingga selama perjalanan menempuh studi ini.

14. Rekan-rekan, saudara, dan pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu,

Semoga segala bantuan, dukungan, pengorbanan dan doa yang telah dipanjatkan, dapat menjadi ladang amal yang mendapat ganjaran dari Allah Subhanahu Wata’ala. Amin.

Semoga disertasi ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2012

(20)

x 2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian... 11

2.2 Penentuan Contoh... 11

2.2.1 Penentuan Wilayah Daerah Penyangga dan Desa Contoh.... 2.2.2 Penentuan Responden... 11 13 2.3 Pengumpulan Data Penelitian... 14

2.3.1 Teknik pengumpulan Data... 2.3.2 Jenis Data yang Dikumpulkan... 14 17 2.4 Metode Analisis Data... 19

2.4.1 Analisis Deskriptif... 2.4.2 Analisis Penawaran (Supply) dan Permintaan (Demand)... 2.4.3 Analisis Stakeholder... III PROFIL TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI DAN DAERAH PENYANGGA 3.1 Profil Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC)... 24

3.1.1 Luas, Letak dan Sejarah Kawasan... 3.1.2 Kondisi Fisik... 3.2 Profil Daerah Penyangga TNGC Wilayah Kabupaten Kuningan... 31

3.2.1 Luas dan Letak Kabupaten Kuningan... 3.2.2 Kondisi Biofisik... 3.2.3 Potensi Wilayah Kabupaten Kuningan...

31 31 33 3.2.3.1 Potensi Kehutanan dan Perkebunan... 3.2.3.2 Potensi Budaya, Wisata dan Sumberdaya Air...

(21)

xi

4.1.1.1 Akses Sebelum Ditetapkan Sebagai Taman Nasional 4.1.1.2 Akses Setelah Ditetapkan Sebagai Taman Nasional..

42 46 4.1.2 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Contoh... 49 4.1.2.1 Masyarakat yang Bekerja di Ekowisata... 4.1.2.2 Masyarakat yang Bekerja di Agroforestri...

52 58 4.2 Sikap Masyarakat terhadap Konservasi TNGC... 63

4.2.1 Pemahaman Responden terhadap Dampak Kerusakan Hutan 4.2.2 Pemahaman Responden trhadap Fungsi dan Manfaat TNGC 4.2.3 Sikap Responden terhadap Konservasi TNGC... 4.2.4 Perilaku Responden dalam Konservasi TNGC...

63 65 67 71

4.3 Analisis Permasalahan Konservasi TNGC 76

4.3.1 Kondisi Kerusakan TNGC... 4.3.2 Kondisi Pengelolaan Daerah Penyangga TNGC... 4.3.3 Permasalahan Sosial Ekonomi dan Sikap Masyarakat...

76 4.4 Potensi Pengembangan Sosial Ekonomi Masyarakat Daerah

Penyangga TNGC... 91 4.4.1 Penawaran dan Permintaan Ekowisata... 91 4.4.1.1 Kondisi Penawaran Ekowisata... 4.4.2 Penawaran dan Permintaan Agroforestri... 126

4.4.2.1 Kondisi Penawaran Agroforestri... 4.4.2.2 Kondisi Permintaan Agroforestri...

126 142 4.4.2.3 Potensi Kesempatan Kerja ... 147 4.5 Model Sistem Dinamik Pengembangan Sosial Ekonomi Masyarakat

Daerah Penyangga TNGC 150

4.5.1 Identifikasi sistem... 4.5.2 Sub Model pada Pengembangan Sosial Ekonomi

Masyarakat Daerah Penyangga TNGC ... 4.5.3 Persamaan dalam Model... 4.5.4 Simulasi Model... 4.5.5 Pengujian Kinerja Model ...

152 155 161 162 173 4.6 Strategi Pengembangan Sosial Ekonomi Masyarakat Daerah

Penyangga TNGC... 177 4.6.1 Peran Stakeholder... 177

4.6.1.1 Pengembangan Ekowisata... 4.6.1.2 Pengembangan Agroforestri... 4.6.1.3 Peningkatan Sikap Masyarakat Terhadap

Konservasi TNGC... 180 190 198 4.6.2 Pengembangan Masyarakat Daerah Penyangga TNGC... 200 4.7 Implikasi... 219

4.7.1 Pengembangan Ekowisata... 4.7.2 Pengembangan Agroforestri...

(22)

xii

(23)

xiii

1. Stakeholder yang terlibat dalam pengembangan daerah penyangga TNGC... 13 2. Jumlah responden penelitian…... 13 3. Data pengelolaan dan pemanfaatan potensi TNGC... 17 4. Data pengembangan sosial ekonomi masyarakat daerah penyangga

TNGC…..……….……… 18

5. Ukuran kuantitatif terhadap pemetaan Stakeholder…... 20 6. Matriks resultante posisi masing-masing Stakeholder... 21 7. Metode analisis data…... 23 8. Sejarah penunjukkan dan penetapan TNGC... 24 9. Keadaan fisik berdasarkan kelas lereng... 26 10. Tipe vegetasi di TNGC... 27 11. Obyek wisata alam di kawasan TNGC... 28 12. Data potensi mata air TNGC... 29 13. Data lahan kritis pada daerah penyangga TNGC... 32 14. Tata guna lahan dan perkebunan Kabupaten Kuningan... 34 15. Kapasitas produksi hasil hutan Kabupaten Kuningan... 34 16. Komoditas perkebunan rakyat ... 35 17. Penggunaan lahan kering di Kabupaten Kuningan ... 35 18. Pemanfaatan air dari kawasan TNGC... 36 19. Potensi obyek wisata TNGC... 37 20. Jumlah angkatan kerja penduduk Kabupaten Kuningan ... 39 21. Penduduk kecamatan daerah penyangga... 40 22. Jenis usaha yang ada di Kabupaten Kuningan ... 40 23. Karakteristik Desa Contoh... 51 24. Kondisi sosial ekonomi lima Desa Contoh.. ... 52 25. Karakteristik responden yang bekerja di ekowisata ... 53 26. Pendapatan responden dari usaha ekowisata ... 55 27. Karakteristik responden petani agroforestri ... 59 28. Rata-rata pendapatan responden petani agroforestri ... 60 29. Pengeluaran responden petani agroforestri... 61 30. Kegiatan agroforestri di Desa Seda, Desa Pajambon dan Desa

(24)

xiv

33. Jumlah masyarakat bekas penggarap kawasan TNGC pada Desa Contoh ... 83 34. Kondisi fasilitas pada tiga obyek ekowisata TNGC... 98 35. Penawaran produk ekowisata oleh masyarakat... 100 36. Jumlah unit usaha dan jumlah masyarakat yang bekerja di tiga lokasi

ekowisata... 106 37. Karakteristik responden ekowisatawan TNGC ... 109 38. Permintaan ekowisatawan terhadap produk ekowisata... 112 39. Kesenjangan fasilitas, pelayanan dan jenis usaha ekowisata antara

permintaan dan penawaran... 119 40. Peningkatan kesempatan kerja bagi masyarakat di sektor ekowisata... 121 41. Responden yang berminat dan rata-rata kesediaan membayar... 122 42. Pemanfaatan potensi SDA dan SDM daerah penyangga bagi

pengembangan jenis usaha ekowisata... 124 43. Potensi komoditas pertanian desa-desa agroforestri………... 134 44. Potensi komoditas tanaman kehutanan desa-desa agroforestri……... 134 45. Keuntungan rata-rata per tahun dari tanaman pertanian dan kehutanan

serta persentase petani yang menanam di Desa Karangsari ... 135 46. Keuntungan rata-rata per tahun dari tanaman pertanian dan kehutanan

serta persentase petani yang menanam di Desa Seda... 138 47. Keuntungan rata-rata per tahun dari tanaman pertanian dan kehutanan

serta persentase petani yang menanam di Desa Pajambon... 139

48. Kebutuhan kayu bakar masyarakat Desa Contoh……….... 143

49. Komoditas tanaman pertanian yang disukai masyarakat……….... 148 50. Komoditas tanaman kehutanan yang disukai masyarakat………... 149 51. Peningkatan jumlah ekowisatawan karena adanya peningkatan fasilitas

jumlah program/kegiatan, dan jumlah masyarakat yang dilibatkan dalam program/kegiatan... 159 52. Peningkatan produksi agroforestri karena adanya peningkatan frekuensi

penyuluhan, pendampingan, jumlah program/kegiatan dan jumlah masyarakat yang dilibatkan dalam program/kegiatan ... 161 53. Prediksi kesempatan kerja, pendapatan masyarakat dan luas penutupan

hutan TNGC sesuai kondisi saat ini... 163 54. Prediksi kesempatan kerja, pendapatan masyarakat dan luas penutupan

hutan TNGC pada skenario moderat... 167 55. Prediksi kesempatan kerja, pendapatan masyarakat dan luas penutupan

(25)

xv

59. Program pengembangan masyarakat di daerah penyangga TNGC... 178 60. Pengaruh dan kepentingan keterlibatan stakeholder terhadap

pengembangan ekowisata TNGC... 185 61. Peran stakeholder dalam pembukaan kesempatan kerja pada program

pengembangan ekowisata TNGC... 187 62. Peran stakeholder dalam pengembangan jenis usaha masyarakat di

sektor ekowisata TNGC... 189 63. Pengaruh dan kepentingan keterlibatan stakeholder terhadap

pengembangan agroforestri di daerah penyangga TNGC... 194 64. Peran Stakeholder dalam pembukaan kesempatan kerja bagi

masyarakat pada program pengembangan agroforestri di daerah penyangga TNGC...………... 196 65. Peran stakeholderdalam peningkatan produksi tanaman agroforestri... 196 66. Kegiatan penyuluhan dan pendampingan pada program agroforestri... 197 67. Peran Stakeholder dalam peningkatan sikap masyarakat daerah

penyangga TNGC terhadap konservasi TNGC... 198 68. Program pemberdayaan masyarakat pada desa-desa penyangga

TNGC... 203 69. Pemetaan pengembangan masyarakat yang telah dilakukan di desa

(26)

xvi

1. Kerangka pemikiran penelitian………... 10 2. Peta desa sampel pada daerah penyangga TNGC... 12 3. Matriks kuadran posisi stakeholder ... 21 4. Peta penyebaran potensi wisata alam TNGC ... 30 5. Peta pariwisata Kabupaten Kuningan ... 38 6. Peta desa-desa daerah penyangga TNGC ... 41 7. Contoh lahan garapan masyarakat di dalam kawasan TNGC ... 47 8. Proporsi pendapatan dari ekowisata ... 56 9. Persepsi responden terhadap fungsi dan manfaat TNGC ... 67 10. Sikap responden terhadap konservasi TNGC ... 71 11. Perilaku responden dalam konservasi TNGC ... 75 12. Luas hutan primer wilayah TNGC pada tahun 1996 dan tahun

2006 ... 77 13. Peta penutupan hutan TNGC berdasarkan citra lansat tahun 2009 78 14. Akses menuju obyek wisata Bumi Perkemahan Palutungan (a)

dan Lembah Cilengkrang (b)...

96 15. Kondisi fasilitas di Buper Palutungan dan Lembah Cilengkrang .... 98 16. Jenis usaha warung makanan dan minuman di Buper Palutungan

dan Lembah Cilengkrang ... 101 17. Jenis usaha souvenir di Buper Palutungan dan Cibulan ... 102 18. Jenis usaha penitipan kendaraan di Buper Palutungan, Cibulan

dan Lembah Cilengkrang ... 103 19. Jenis usaha atraksi outbond di Buper Palutungan... 104

20. Jenis usaha penyewaan kamar bilas di Pemandian Cibulan 104

(27)

xvii

32. Pasar grosir sayuran ... 143 33. Industri pengolahan kayu (panglong) di Kabupaten Kuningan ... 146 34. Penggunaan kayu bakar untuk industri batu bara ... 147 35. Diagram lingkar akibat (causal loop) model pengembangan

daerah penyangga TNGC... 152 36 Simulasi model kesempatan kerja sesuai kondisi saat ini... 162 37 Simulasi model pendapatan sesuai kondisi saat ini... 163 38 Simulasi model penutupan hutan TNGC sesuai kondisi saat ini... 163 39 Simulasi model kesempatan kerja pada skenario moderat... 165 40 Simulasi model pendapatan pada skenario moderat ... 166 41 Simulasi model penutupan hutan TNGC pada skenario moderat ... 166 42 Simulasi model kesempatan kerja pada skenario optimis... 168 43 Simulasi model pendapatan pada skenario optimis ... 168 44 Simulasi model penutupan hutan TNGC pada skenario optimis ... 168 45 Luas penutupan hutan TNGC pada skenario moderat dan optimis 172 46 Diagram jumlah ekowisatan pada obyek wisata TNGC... 174 47 Diagram jumlah ekowisatan hasil simulasi... 175 48 Diagram PDRB perkapita di Kabupaten Kuningan... 175 49 Diagram pendapatan masyarakat hasil simulasi ... 175 50 Matriks tingkat pengaruh dan kepentingan stakeholder terhadap

program pengembangan ekowisata TNGC... 185 51 Matriks tingkat pengaruh dan kepentingan stakeholder terhadap

program pengembangan agroforestri di daerah penyangga TNGC 195

52 Siklus pengembangan masyarakat……….. 218

53 Peran stakeholder dalam pengembangan sosial ekonomi

masyarakat daerah penyangga...…..

(28)

xvii

1. Data masyarakat bekas penggarap kawasan Taman Nasional

Gunung Ciremai wilayah Kabupaten Kuningan ... 245 2. Rekapitulasi persepsi, sikap dan perilaku responden ... 246 3. Gambar struktur model pengembangan sosial ekonomi

(29)

BAB. I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hutan dan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya, memiliki peran penting dalam menyangga kehidupan manusia. Aspek stabilitas, fungsi dan keberlanjutan dari ekosistem global bergantung pada keanekaragaman spesies tumbuhan dan satwa yang berfungsi penting bagi kesejahteraan manusia (Poore and Sayer 1988). Oleh karena itu dibutuhkan upaya untuk melindungi dan melestarikan keanekaragaman hayati tersebut agar kehidupan tetap berkelanjutan dan menjamin agar fungsi dan manfaatnya senantiasa dirasakan oleh generasi saat ini dan generasi yang akan datang. Agar tujuan pemanfaatan berkelanjutan dapat dicapai, maka diperlukan implementasi konservasi, yang salah satunya diwujudkan melalui sistem pengelolaan taman nasional.

Pengelolaan taman nasional mengemban tiga misi konservasi yaitu; perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya dan pemanfaatan secara lestari sumberdaya hayati dan ekosistemnya. Tujuan pengelolaan taman nasional adalah terwujudnya kelestarian sumberdaya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya dan mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia (UU no.5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya).

(30)

Ancaman terhadap taman nasional juga terjadi di Indonesia, yang memiliki 50 taman nasional dengan luas 16.375.251,31 ha. Ancaman ini telah menyebabkan kawasan taman nasional terdegradasi akibat beberapa aktifitas masyarakat dalam kawasan seperti penggunaan lahan untuk bertani, pemukiman, penggembalaan ternak, pengambilan hasil hutan kayu/non kayu, perburuan, pembakaran hutan untuk dijadikan ladang, serta kegiatan pertambangan pasir dan emas. Beberapa contoh taman nasional yang mengalami permasalahan yaitu TN Gunung Halimun Salak dalam bentuk penyerobotan lahan seluas 621,849 ha dan penebangan liar seluas 42 ha, TN Ujung Kulon dalam bentuk pemukiman liar seluas 2.188,276 ha dan perladangan liar seluas 1.143,375, TN Kerinci Seblat dalam bentuk pemukiman liar seluas 1.665 ha yang melibatkan 1.085 KK, TN Gunung Palung dalam bentuk penebangan liar sebanyak 12,62 m3 dan perladangan liar oleh 140 KK, TN Kutai dalam bentuk pemukiman dan perladangan liar seluas 4.977 ha dan pencurian hasil hutan sebanyak 2.145,17 batang (Zakaria 2003 dalam Suporahardjo 2003), serta TN Gunung Ciremai yang telah megalami kerusakan sekitar 3.799,29 ha, atau sekitar 43% dari luas kawasan.

Kerusakan ekosistem pada taman nasional memberikan dampak negatif terhadap kehidupan masyarakat karena mereka banyak bergantung pada produk dan jasa hutan (Poore dan Sayer 1988; Machlis dan Tichnell 1985). Dampak sosial dan ekonomi dari hilangnya fungsi taman nasional adalah kehilangan plasma nutfah, bahan pangan dan obat-obatan penunjang kehidupan, erosi, banjir, longsor dan kekeringan. Eksistensi dan keberadaan taman nasional menjadi salah satu pelindung dari peningkatan angka kemiskinan. World Bank (2003) menunjukkan bahwa 204 juta orang penduduk dunia berada di sekitar hutan, yang berarti 18,5% dari 1,3 milyar penduduk tinggal pada lingkungan yang rawan.

(31)

tidak disertai dengan pengalihan mata pencaharian atau insentif ekonomi lain, mereka akan tetap menggantungkan kehidupan mereka pada sumberdaya hutan tersebut. Berbagai kasus lingkungan hidup termasuk kerusakan hutan, kepunahan spesies, baik pada lingkup global maupun nasional sebagian besar juga adalah masalah sikap moral, dan bersumber dari perilaku manusia (Brown 1987; Keraf 2006), dan hanya bisa diatasi dengan perubahan cara pandang/persepsi dan perilaku manusia terhadap alam yang tidak hanya menyangkut orang per orang tetapi juga budaya masyarakat secara keseluruhan (Naess 1993 dalam Devall 1990).

Kelestarian taman nasional sangat tergantung pada dukungan masyarakat sekitar. Apabila masyarakat memandang pelestarian taman nasional sebagai penghalang, maka akan menggagalkan upaya pelestarian, dan jika upaya pelestarian dianggap sebagai sesuatu yang memberi manfaat, maka masyarakat setempat akan melindungi kawasan tersebut (MacKinnon 1993). Oleh karena itu keberadaan taman nasional harus dapat memberikan manfaat bagi masyarakat di sekitarnya, karena salah satu tujuan pengelolaan taman nasional adalah meningkatkan kondisi sosial ekonomi masyarakat lokal, namun aktivitas mereka tidak merugikan kelestarian taman nasional (Davey 1998; MacKinnon, et al. 1993).

Untuk menjaga integritas keanekaragaman hayati taman nasional, dan membantu menjaga keseimbangan antara konservasi keanekaragaman hayati dengan kebutuhan manusia diperlukan strategi pengelolaan daerah penyangga yaitu daerah yang terletak di luar kawasan taman nasional dan berada di

sekeliling taman nasional (Sayer and Campbell 2004) yang dibentuk untuk

(32)

masyarakat yang lebih baik terhadap pelestarian kawasan taman nasional diharapkan terjadi seiring dengan membaiknya kondisi sosial dan ekonomi.

Pengembangan daerah penyangga pada hakekatnya adalah

pengembangan masyarakat, oleh karena itu program-program yang dikembangkan pada daerah penyangga semestinya dilakukan melalui berbagai strategi yang mengedepankan pemanfaatan sumber-sumber yang ada dalam masyarakat tersebut dan dilakukan dengan mengandalkan pada kemampuan dan kekuatan masyarakat (Ife dan Tesoriero 2008) serta diprioritaskan bagi dimensi pengembangan sosial, ekonomi dan lingkungan.

Situasi kerusakan taman nasional juga terjadi di Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) dimana saat ini sekitar 42,54% dari luas TNGC atau sekitar 3.799,27 ha telah mengalami kerusakan. Pemilihan sebagai wilayah penelitian didasarkan atas permasalahan yang dihadapi TNGC (Balai TNGC 2010), yaitu; 1. Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) ditetapkan berdasarkan SK

Menteri Kehutanan No. 424/Menhut-II/2004 pada tanggal 19 Oktober 2004, dengan luas 15.500 ha yang terdiri dari 8.931,27 ha termasuk wilayah Kabupaten Kuningan dan 6.933,13 ha termasuk wilayah Kabupaten Majalengka. Sebelum ditetapkan sebagai taman nasional, kawasan Gunung Ciremai merupakan hutan lindung dan hutan produksi yang dikelola oleh Perum Perhutani, yang dalam pengelolaannya menerapkan program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Adanya perubahan status kawasan tersebut, maka dilakukan penyesuaian pengelolaan dan pemanfaatannya sesuai dengan tujuan pengelolaan taman nasional. Perubahan ini membawa konsekwensi berhentinya kegiatan penggarapan lahan dalam kawasan oleh masyarakat melalui program PHBM.

2. Kerusakan yang sangat luas disebabkan oleh pembukaan hutan di lereng Gunung Ciremai untuk dijadikan lahan pertanian masyarakat seluas 1.817 ha pada ketinggian 1.800 meter dpl.

3. Kebakaran hutan yang terjadi hampir setiap tahun, terbesar pada tahun 2002 seluas 2.000 ha.

4. Pencurian kayu (1999 hingga 2004) mencapai 30.757 batang, dengan total kerugian mencapai 10,676 milyar rupiah, sehingga mengakibatkan berkurangnya luas penutupan hutan.

(33)

6. Perburuan satwa liar terjadi di beberapa desa yang berbatasan langsung dengan kawasan TNGC yang mengakibatkan belum terjaminnya kelestarian satwa liar. Salah satu sebab terjadinya perburuan liar adalah adanya gangguan terhadap lahan milik masyarakat oleh beberapa satwa liar seperti babi hutan akibat kondisi habitat di dalam kawasan TNGC yang mengalami gangguan.

Faktor sosial ekonomi seringkali dijadikan alasan oleh masyarakat untuk melakukan berbagai kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam kawasan TNGC yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip pengelolaan taman nasional. Hal ini erat hubungannya dengan upaya masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Terdapat indikasi bahwa luas kepemilikan lahan garapan masyarakat belum dapat memberikan hasil untuk memenuhi tingkat kehidupan kecukupan. Luas kepemilikan lahan garapan sebagian besar anggota masyarakat yang ada di sekitar kawasan TNGC tergolong sempit (< 0.3 ha) (Bappeda 2010). Padahal kehidupan masyarakat masih tergantung pada kegiatan pertanian. Hal ini telah mendorong masyarakat melakukan berbagai kegiatan ilegal dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya, seperti: perambahan hutan, pencurian kayu/non kayu dan perburuan satwa.

Kerusakan hutan TNGC akan menyebabkan terjadinya degradasi keanekaragaman hayati dan fungsi jasa lingkungan kawasan tersebut, termasuk juga ancaman bagi satwa langka dilindungi dan endemik Jawa yang terdapat di TNGC, seperti Macan Kumbang (Panthera pardus), Surili (Presbytis comata), dan Elang Jawa (Spizaetus bartelsi), mengancam pasokan air bagi masyarakat Kuningan, Majalengka, Cirebon dan Indramayu, dan juga akan dapat menurunkan sumber mata pencaharian masyarakat dan Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Daerah setempat. Sekitar 131.621 jiwa masyarakat yang bermukim di 45 desa di daerah penyangga TNGC kondisi ekonominya sangat bergantung pada kelestarian kawasan TNGC.

(34)

Kondisi tanah yang subur dan ketersediaan sumberdaya air yang melimpah menjadikan lahan yang subur bagi tumbuhnya berbagai jenis tanaman. Bentuk-bentuk pengembangan kegiatan di daerah penyangga yang dapat memberikan manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat setempat sekaligus berperan penting bagi kelestarian kawasan taman nasional dapat diwujudkan melalui pengembangan ekowisata (Alikodra 2011) dan konservasi lahan melalui sistem agroforestri, dimana bentuk penggunaan lahan ini sudah lama dipraktekkan oleh masyarakat perdesaan dalam beragam bentuk dan model (H de Foresta et al. 2000).

Program pengembangan masyarakat di daerah penyangga TNGC telah dilakukan oleh berbagai stakeholder namun belum memberikan hasil yang optimal. Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) telah dilakukan sejak tahun 2001 oleh Perum Perhutani, namun belum dapat mencapai sasaran (Yuniandra 2006), pelatihan pemandu ekowisata/interpreter dan pelatihan kerajinan tangan untuk cinderamata telah dilakukan sejak tahun 2009 oleh Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat, namun belum dapat diimplementasikan oleh masyarakat dan belum mampu membuat masyarakat menjadi berdaya dan mandiri melalui ketrampilan yang diperolehnya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, dalam upaya menjaga kelestarian TNGC, diperlukan adanya pengembangan sosial ekonomi masyarakat daerah penyangga yang dilakukan melalui kegiatan pengembangan masyarakat sesuai dengan potensi taman nasional maupun potensi yang dimiliki oleh masyarakat daerah penyangga, bagi peningkatan kondisi sosial ekonomi dan sikap masyarakat terhadap konservasi TNGC.

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan pokok kesejahteraan masyarakat dan kelestarian TNGC yang belum terwujud yang diajukan dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana kondisi sosial ekonomi dan sikap masyarakat terhadap konservasi TNGC pada saat ini ?

2. Apa permasalahan konservasi TNGC yang dihadapi saat ini ?

(35)

4. Bagaimana strategi pengembangan daerah penyangga TNGC khususnya melalui pengembangan ekowisata dan agroforestri ?

1.3 Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah merumuskan pengembangan daerah penyangga, yang mendukung kelestarian TNGC. Adapun tujuan antara dari penelitian ini adalah :

1. Menelaah permasalahan dan kondisi sosial ekonomi masyarakat daerah penyangga TNGC.

2. Melakukan analisis permasalahan konservasi TNGC yang dihadapi saat ini 3. Menganalisis potensi dan melakukan simulasi dinamis pengembangan

program ekowisata dan agroforestri di daerah penyangga untuk mendukung konservasi TNGC

4. Merumuskan strategi pengembangan daerah penyangga TNGC khususnya melalui pengembangan ekowisata dan agroforestri.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan bidang konservasi biodiversitas tropika, khususnya yang berbasis pada pengembangan masyarakat.

2. Bagi pengambil kebijakan penelitian ini bermanfaat sebagai dasar dan masukan dalam kebijakan pengembangan daerah penyangga TNGC melalui pengembangan masyarakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan kelestarian

3. Bagi masyarakat daerah penyangga TNGC dan dunia usaha, penelitian ini bermanfaat sebagai acuan untuk meningkatkan keterlibatannya dalam pengelolaan TNGC.

1.5 Novelty

(36)

Beberapa penelitian mengenai pengembangan masyarakat, dapat dilihat fokus kajian seperti yang telah dilakukan oleh Hibbard dan Tang (2004) dengan fokus pada kolaborasi antara pemerintah, lembaga semi pemerintah, NGO dan masyarakat lokal, serta pengembangan peran wanita pada konservasi mangrove. Pengembangan kapasitas masyarakat dalam kepemimpinan, aksi bersama dan hubungan antar organisasi dilakukan oleh Bessant (2005), keuntungan-keuntungan partisipasi bagi anggota masyarakat dan para pelaksana untuk keberlanjutan proses community development (Schafft and Greenwood 2003), upaya community development melalui partisipasi pemerintahan, kesejahteraan sosial dan infrastruktur lingkungan (Beard 2007), serta pengembangan masyarakat dengan fokus pada kolaborasi antar stakeholder melalui sharingpendanaan sosial (Bowen 2005).

Penelitian pengembangan sosial ekonomi masyarakat daerah penyangga ini selain bertujuan untuk meningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat, juga mengkaji mengenai sikap masyarakat sebagai faktor penting yang harus diperhatikan dalam upaya mencari dukungan masyarakat untuk upaya konservasi taman nasional. Kebaruan dari penelitian ini adalah bagaimana tujuan peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat dicapai melalui pengembangan program yang bersumber dari potensi taman nasional dan potensi masyarakat daerah penyangga dengan mempertimbangkan aspek sikap masyarakat terhadap konservasi taman nasional, serta melalui strategi pengembangan masyarakat yang lebih memperhatikan aspek kemandirian masyarakat. Muara dari strategi ini adalah terwujudnya kelestarian taman nasional dan kesejahteraan masyarakat daerah penyangga.

1.6 Kerangka Pemikiran

(37)

masyarakat di sekitar kawasan, sebagai kompensasi terhadap masyarakat lokal karena kehilangan akses dengan sumberdaya di daerah inti (Poore & Sayer 1988).

Peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat ini dilakukan sebagai upaya untuk mendapatkan dukungan masyarakat, karena menurut MacKinnon, et al. (1993) kelestarian taman nasional sangat tergantung pada dukungan masyarakat sekitar. Apabila masyarakat memandang pelestarian taman nasional sebagai penghalang, maka akan menggagalkan upaya pelestarian, dan jika upaya pelestarian dianggap sebagai sesuatu yang memberi manfaat, maka masyarakat setempat akan melindungi kawasan tersebut.

Agar kelestarian kawasan taman nasional tetap terjaga, maka program yang dikembangkan untuk peningkatan sosial ekonomi masyarakat dilakukan di daerah penyangga, sesuai dengan fungsinya yaitu untuk memberikan lapisan perlindungan tambahan bagi kawasan taman nasional sekaligus bermanfaat bagi pembangunan kesejahteraan masyarakat perdesaan di sekitarnya (Meffe dan Carroll 1994).

Pengembangan daerah penyangga taman nasional yang dilaksanakan dengan bersumber pada potensi taman nasional dan potensi daerah penyangga, berpedoman pada Undang-undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Hayati dan Ekosistemnya, mengatur tentang bentuk-bentuk pemanfaatan yang bisa dilakukan di dalam taman nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam yang mengatur tentang bentuk pemanfaatan jasa lingkungan, Surat Keputusan Dirjen Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam no 44/KPTS/Dj-VI/1997 tentang Petunjuk Teknis Pengembangan Daerah Penyangga, serta Surat Edaran Mendagri No. 660.1/269/V/Bangda tahun 1999 tentang Pengelolaan Daerah Penyangga.

Pengembangan masyarakat daerah penyangga merupakan proses yang dirancang untuk menciptakan kondisi sosial ekonomi yang lebih maju, dimana kegiatan ini dilakukan dengan mengedepankan pemanfaatan sumber-sumber yang ada dalam masyarakat serta dilakukan sesuai kemampuan dan kekuatan masyarakat (Ife dan Tesoriero 2008). Peran para pihak adalah membantu jika sumber kekuatan dan kemampuan masyarakat tidak tersedia.

(38)

lingkungan, dengan fokus pada peningkatan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat. Sikap masyarakat yang mendukung terhadap upaya konservasi TNGC diharapkan terwujud seiring dengan meningkatnya kondisi sosial ekonomi masyarakat. Sikap yang mendukung akan dapat mengurangi tekanan terhadap kawasan TNGC, sehingga peningkatan luas penutupan hutan TNGC yang merupakan indikasi kelestarian taman nasional dapat terwujud. Berdasarkan potensi yang ada, penelitian ini memfokuskan kegiatan pengembangan sosial ekonomi masyarakat melalui program-program yang mampu menyeimbangkan antara kepentingan kelestarian dan kepentingan ekonomi bagi masyarakat, yaitu melalui program ekowisata dan agroforestri. Kerangka pemikiran penelitian disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

(modifikasi dari Poore and Sayer 1988; Ife dan Tesoriero 2008; MacKinnon 1993)

Potensi Taman Nasional Daerah Penyangga 1. Potensi biofisik 2. Potensi sosial

ekonomi masyarakat

Pengembangan sosial ekonomi masyarakat daerah penyangga melalui ekowisata dan agroforestri

Sikap masyarakat

terhadap konservasi TNGC

feedback

Kesempatan kerja dan pendapatan -ekowisata -agroforestri Rendahnya

kondisi sosial dan ekonomi masyarakat

Luas penutupan

hutan TNGC Kerusakan

(39)

BAB II. METODE PENELITIAN

2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitiandilaksanakan di daerah penyangga kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) wilayah kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat pada bulan Maret 2010 sampai dengan bulan Mei 2011.

2.2 Penentuan Contoh

2.2.1 Penentuan Wilayah Daerah Penyangga dan Desa Contoh

Taman Nasional Gunung Ciremai(TNGC) terletak di dua

kabupatenyaituKabupaten MajalengkadanKabupaten Kuningan,

berbatasandengantujuhkecamatan, 18 desa di

KabupatenMajalengkadantujuhkecamatan 27desa di KabupatenKuningan. Daerah penelitian ini dibatasi hanya di wilayah Kabupaten Kuningan didasarkan atas empat alasan; 1) 56,3% luas kawasan TNGC termasuk dalam wilayah kabupaten Kuningan, 2) 60% dari seluruh desa di daerah penyangga dan 64% dari jumlah penduduk di daerah penyangga TNGC berada di Kabupaten Kuningan, 3) Desa-desa di daerah penyangga TNGC yang termasuk dalam zona merah (rawan ancaman dan gangguan) sebagian besar berada di wilayah Kabupaten Kuningan serta 4) Luas lahan kritis kawasan TNGC, 60% termasuk dalam wilayah Kabupaten Kuningan (Balai TNGC dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kuningan 2010).

(40)

Keterangan Gambar 2 :

1. Warna merah : Zona Inti seluas±5.640,33 ha (36,39%). 2. Warna kuning : Zona Rimbaseluas ± 1.490,54 ha (9,62%). 3. Warna biru : Zona Rehabilitasi seluas± 8,092,56 ha (52,21%) 4. Warna hijau : Zona Pemanfaatan± 250,63 ha (1,62%)

5. Warna ungu : Daerah Penyangga TNGC

6. Tanda X : Desa-desa Contoh

(41)

2.2.2Penentuan Responden

Populasidalampenelitianiniadalahmasyarakatdaerah penyangga yang bekerja di ekowisata TNGC dan agroforestri. Penentuan sampel dilakukansecarapurposive, dengan jumlah contoh sebanyak 63 orang yang bekerja di ekowisata (44,37% dari total populasi 142 orang) dan 55 orang yang aktif mengelola agroforestri (26% dari total populasi).Respondenekowisata di tiga lokasi ekowisata dipilih secara acak masing-masing sebanyak 30 orang, sehingga jumlah keseluruhan responden ekowisata sebanyak 90 orang.Responden konsumen kayu yang terdiri dari masyarakat pengguna kayu bakar, pengelola industri pengolahan kayu dan pengelola industri batu bata.

Dari hasil identifikasi dengan metode snowball, stakeholder yang berperan dalam program ekowisata dan agroforestri dikelompokkan menjadi tiga, yaitu Pemerintah, Dunia Usaha dan LSM/Masyarakat, dengan jumlah keseluruhan sebanyak 10 stakeholder,seperti disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1Stakeholderyang terlibat dalam pengembangan daerah penyangga TNGC No Jenis Stakeholder

1 Pemerintah a. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Propinsi Jawa Barat b. Balai Taman Nasional Gunung Ciremai

c. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kuningan d. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kuningan 2 Dunia Usaha a. Perusahaan Daerah Aneka Usaha (PDAU)

b. Pengusaha Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Kuningan

c. CV Wisata Putri Mustika 3 LSM/Masyarakat a. LSM Kanopi

b. LSM Akar

c. Kelompok Masyarakat Penggerak Pariwisata (Kompepar)

Jumlah keseluruhan responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 224 orang, dengan rincian disajikan pada Tabel 2.

Tabel2Jumlah responden penelitian No Penentuan

Sampel

Populasi Jumlah

Responden 1 Ekowisata a. Masyarakat yang bekerja di ekowisata 63

b. Ekowisatawanpada tiga obyek wisata 90 2 Agroforestri a. Masyarakat yang bekerja di agroforestri 55

b. Konsumen pengguna kayu bakar, industri kayu dan batu bata

6

3 Stakeholder Stakeholderyang berperandalam program ekowisata danagroforestri

10

(42)

2.3Pengumpulan Data Penelitian 2.3.1 Teknik Pengumpulan Data

Data yang dihimpun dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperolehsecara langsung dari responden melalui wawancara dan pengisian kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil penelusuran dokumen yang meliputiProfil Desa, Profil Kabupaten Kuningan, laporan tahunan, Rencana Pengelolaan Jangka Menengah (RPJM), Rencana Strategis (Renstra), Statistik Kabupaten Kuningan, Kuningan dalam Angka serta dokumen lain yang mendukung.

Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi pada wilayah penelitian, maka data yang dihimpunmeliputi profil TNGC serta daerah penyangganya, kondisi sosial ekonomi masyarakat yang bekerja di sektor ekowisata dan agroforestri sertasikap masyarakat terhadap konservasi TNGC, peran stakeholder bagi konservasi TNGC, permasalahan yang dihadapi dalam konservasi TNGC yang berkaitan dengan kesempatan kerja, pendapatan dan sikap masyarakat terhadap konservasi TNGC,serta solusi pengembangan daerah penyangga TNGC yang pro konservasi berbasis pada ekowisata dan agroforestri. Dengan adanya pemetaan kondisi ini maka dapat dirumuskan model pengembangan daerah penyangga TNGC.

Profil TNGC serta daerah penyangganya diperoleh melalui hasil wawancara dengan pihak Balai TNGC dan penelusuran dokumenlaporan tahunan serta Rencana Pengelolaan Jangka Menengah (RPJM). Jenis data dan parameternya disajikan pada Tabel 3 dan Tabel 4.

Informasi mengenai kondisi sosial ekonomi dan sikap masyarakat diperoleh dari hasil wawancara dan pengisian kuesioner terhadap responden masyarakat yang bekerja di ekowisata dan agroforestri, serta penelusuran dokumen.Informasi yang dihimpun meliputi karakteristik responden masyarakat yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, luas kepemilikan lahan, mata pencaharian,serta pendapatan dan pengeluaran rumah tangga responden.Dokumen yang digunakan yaitu Profil Desa, Profil Kabupaten Kuningan, serta Rencana Pengelolaan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Bappeda Kabupaten Kuningan tahun 2009-2013.

(43)

TNGC, serta mengetahui seberapa besar tingkat partisipasi masyarakat terhadap konservasi TNGC. Skala pengukuran menggunakan skala ordinal berupa pengukuran sikap. Teknik pengukuran sikap dilakukan dengan menggunakan skala Likert dengan tingkatan skor 1 (sangat tidak setuju), 2 (setuju), 3 (ragu-ragu), 4 (setuju) dan 5 (sangat setuju).Kuesioner yang disebarkan kepada 100 orang responden (data yang dapat dianalisis 95 kuesioner)diuji validitas dan reliabilitasnya. Validitas adalah sejauh mana kuesioner tersebut mampu mengungkapkan apa yang ingin diukur, sedangkan reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Singarimbun dan Effendi 2006).Perhitungan validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan program SPSSversi18. Hasil uji validitas dan reliabilitas menunjukkan instrumen penelitian dinyatakan valid dengan nilai koefisien validitas di atas 0,60. Tingkat reliabilitas instrumen ditentukan berdasarkan skala Alpha Cronbach 0–1. Hasil menunjukkan instrumen penelitian dinyatakan reliabel dengan nilai 0,617 (Azwar 2003).

Informasi mengenai peran stakeholder meliputi pengaruh dan kepentingan keterlibatan serta kontribusinya dalam pengembangan ekowisata dan agroforestri. Informasi diperoleh melalui hasil wawancara dengan stakeholder serta penelusuran dokumen Rencana Pengelolaan Jangka Menengah (RPJM) dan Rencana Strategis (Renstra).

Informasi mengenai potensi ekowisata dan agroforestri diperoleh dari hasil wawancara dengan masyarakat yang bekerja di ekowisata dan ekowisatawan, sedangkan potensi agroforestri diperoleh dari hasil wawancara dengan masyarakat yang bekerja di agroforestri dan konsumen kayu, yaitu industri kayu, industri batu bata dan masyarakat pengguna kayu bakar.

(44)

Kondisi penutupan hutan TNGC dapat diketahui dengan menganalisis peta penutupan lahan berdasarkan penafsiran citra landsat dari Badan Planologi Kehutanan. Untuk melihat perubahan kondisi penutupan hutan TNGC, peta penutupan lahan yang diperhitungkan adalah peta tahun 1996, 2000, 2003, 2006, dan peta tahun 2009. Kondisi kerusakan hutan dapat diketahui dari peta penutupan hutan TNGC tersebut dengan melihat seberapa besar persentase perubahan dari areal yang seharusnya merupakan areal berhutan (primer maupun sekunder) menjadi areal selain hutan (ladang, sawah, pekarangan, kebun dan perubahan lahan dalam bentuk lainnya). Peningkatan kerusakan hutan TNGC dapat diperkirakan dari berkurangnya luas penutupan hutan TNGC dari tahun ke tahun, karena adanya kebakaran hutan, perubahan penggunaan menjadi lahan pertanian dan perkebunan, serta penyebab lainnya.

Data primer diperoleh dengan melakukan pengumpulan data sebagai berikut;

1. Diskusi dan wawancara dengan stakeholder yang terlibat dalam pengembangan daerah penyangga yaitu Balai TNGC, Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kuningan, dunia usaha, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan masyarakat,untuk mengetahui pengaruh dan kepentinganketerlibatannya dalam pengembangan program ekowisata dan agroforestri serta mengetahui peran stakeholder yang meliputi jenis kegiatan yang telah, sedang dan akan dilaksanakan, frekwensi kegiatan, masyarakat daerah penyangga yang dilibatkan, serta bagaimana kegiatan tersebut dilaksanakan

2. Wawancara dengan masyarakat yang bekerja pada kegiatan ekowisata untuk mengetahui a)kondisi sosial dan ekonomi, b) penyediaan produk wisata oleh masyarakat (penawaran) serta c) persepsi, sikap dan perilaku terhadap konservasi TNGC.

3. Wawancara dengan pengunjung dilakukan untuk mengetahui kondisi demand (permintaan) ekowisata TNGC. Wawancara difokuskan pada aspek motivasi pengunjung, daya tarik obyek wisata alam, informasi obyek wisata TNGC, kondisi assesibilitas, serta fasilitas ekowisata termasuk penyediaan produk ekowisata oleh masyarakat.

(45)

kendala yang dihadapi serta c) persepsi, sikap dan perilaku terhadap konservasi TNGC.

5. Wawancara dengan konsumen pengguna kayu bakar, pengelola industri penggergajian kayu dan industri bata untuk mengetahui kondisi permintaan produk kayu

2.3.2 Jenis Data yang Dikumpulkan

Data yang dikumpulkan dikelompokkan menjadi dua, yaitu data

pemanfaatan potensi TNGC dan data pengembangan social

ekonomimasyarakatdaerah penyangga TNGC melalui program ekowisata dan agroforestri. Jenis data dan parameter pengelolaan dan pemanfaatan potensi TNGC yang dikumpulkan disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Data pengelolaan dan pemanfaatan potensi TNGC

No. Jenis Data Parameter

1. Sejarah kawasan TNGC Kronologis penunjukan dan penetapan kawasan 2. Peta kawasan TNGC Wilayah kerja, luas, daerah penyangga TNGC, dan

obyek wisata alam

3. Kondisi fisik Tipe iklim, jenis tanah, topografi dan hidrologi 4 Kondisi Biologi Tipe ekosistem dan jenis flora/fauna

5. Pemanfaatan potensi ekowisata dan air TNGC

Potensi ekowisata (jenis, jumlah dan cara pemanfaatan) dan potensi air (cara pemanfaatan) 6. Rencana Pengelolaan

Jenis gangguan (kebakaran, perambahan dan pencurian kayu/non kayu/flora/fauna), Intensitas (frekwensi dan besar gangguan), nilai kerugian 8 Program Pengembangan

Masyarakat

Jenis kegiatan, lokasi, pelaksanaan, keberlanjutan program

9. Statistik TNGC Kerusakan kawasan, bekas penggarap kawasan, data ekowisatawan obyek wisata TNGC

10. Kebijakan Pengelolaan daerah penyangga dan tata ruang kabupaten

11 Potensi TNGC Jenis dan bentuk pemanfataan potensi TNGC 12. Pengembangan potensi

ekowisata, dan agroforestri di daerah penyangga

Program/kegiatan pengembangan, pihak yang terlibat dalam program, pengaruh dan kepentingan dalam program, manfaat dan keuntungan bagi masyarakat, kendala dan permasalahan 13. Pemanfaatan potensi

TNGC bagi pengembangan ekowisata dan agroforestri

Potensi ekowisata (jenis, jumlah, pemanfaatan oleh masyarakat)

,potensi agroforestri, potensi air bagi

petani/masyarakat (jumlah dan cara pemanfaatan)

Jenis data yang diperlukan untuk analisis pengembangan

(46)

Tabel 4 Data pengembangan sosialekonomimasyarakatdaerah penyangga

Jenis kebijakan dan Perda, Implementasi

3. Lokasi daerah penyangga

Peta lokasi, desa-desa yang masuk daerah penyangga

,sosial ekonomi masyarakat (Mata pencaharian, tingkat pendidikan masyarakat, perekonomian, budaya, dll, sarana prasarana umum)

5. Potensi ekowisata Jenis dan jumlah obyek wisata, pihak pengelola, sarana dan prasarana, aksesibilitas, produk wisata ,ekowisatawan.

6. Kondisi sosial ekonomi responden yang bekerja di ekowisata

-Karakteristik responden masyarakat (umur, jenis kelamin, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, mata pencaharian, pendapatan, kepemilikan lahan), -Kondisi obyek wisata, promosi, aksesinilitas, fasilitas ekowisata dan penyediaan produk wisata, serta harapan terhadap pengembangan ekowisata TNGC -bentuk partisipasi masyarakat bagi kelestarian TNGC

7. Kondisi sosial ekonomi responden masyarakat yang bekerja di

agroforestri

-Karakteristik responden masyarakat (umur, jenis kelamin, pendidikan, jumlah anggota keluarga, mata pencaharian, pendapatan, kepemilikan lahan), -Produksi tanaman agroforestri, jenis tanaman Kendala dan harapan terhadap pengembangan agroforestri

-bentuk partisipasi masyarakat bagi kelestarian TNGC

8. Sikap dan perilaku konservasi masyarakat

Sikap dan perilaku terhadap konservasi TNGC

9. Permintaan ekowisata Karakterisik ekowisatawan (umur, pendidikan, pekerjaan, asal daerah, pendapatan), motivasi ekowisatawan, daya tarik obyek ekowisata, promosi dan informasi, assesibilitas, fasilitas ekowisata dan produk ekowisata serta harapan terhadap

pengembangan ekowisata TNGC

10 Permintaan agroforestri Karakterisik petani agroforestri (umur, pendidikan, kepemilikan lahan, pendapatan),Jenis dan jumlah produk agroforestri,harapan terhadap pengembangan

(47)

2.4 Metode Analisis Data

Data hasil penelitian ini dianalisis dengan menggunakan beberapa metode. Untuk mengetahui profil TNGC, profil daerah penyangga TNGC, kondisi kerusakan hutan TNGC, kondisi sosial ekonomi masyarakat dan sikapdan perilaku masyarakat terhadap konservasi TNGC, serta analisis permasalahandigunakan analisis deskriptif. Untuk mengetahui peran stakeholder dalam pengembangan ekowisata dan agroforestri di daerah penyangga TNGC dilakukan analisis stakeholder, dan solusi pemecahan masalah melalui potensi pengembangan ekowisata dan agroforestri digunakan analisis penawaran (supply) dan permintaan (demand). Selanjutnyauntuk membangun model pengembangan sosial ekonomi msyarakat daerah penyangga TNGC digunakan analisis sistem dinamik.

2.4.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dilakukan dengan caramenggambarkan apa adanya mengenai suatu gejala atau keadaan pada saat penelitian dilakukan, tanpa bermaksud untuk menguji hipotesis (Arikunto 1998).

2.4.2Analisis Penawaran (supply)dan Permintaan (demand)

Analisis penawaran (supply) dan permintaan (demand)dilakukan dengan membandingkan antara kondisi penawaran dan permintaanuntuk melihat kemungkinan terjadinya kesenjangan atau gap.Kesenjangan yang terjadi dapat menjadi input atau potensi pengembangan.Pembandingan dalam ekowisata dilakukan terutama terhadap variabel yang berpengaruh terhadappeningkatan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat yaitu;motivasi ekowisatawan, obyek daya tarik ekowisata,informasi dan promosi ekowisata, aksesibilitas, serta fasilitas dan pelayanan ekowisata, penyediaan produk ekowisata oleh

masyarakat dan harapan terhadap pengembangan ekowisata

TNGC.Pembandingan dalam agroforestri dilakukan terutama terhadap parameter yang berpengaruh terhadap pengembangan agroforestri yaitu melalui produksitanaman pertanian dan tanaman kehutanan, sertaharapan terhadap pengembangan agroforestri di daerah penyangga TNGC.

2.4.3 Analisis Stakeholder

(48)

stakeholder yang terkait.Stakeholder kunci dapat diidentifikasi perannya berdasarkan tingkat pengaruh dan tingkat kepentingannya terhadap program pengembangan ekowisata dan agroforestri. Pemetaan stakeholder ini dilakukan dengan menggunakan analisis stakeholder (Reed, et al. 2009).Menurut Grimble, R. dan Man-Kwan Chan dalam Suporahardjo (2005) peran analisis stakeholder untuk menutup kesenjangan antar stakeholder dengan cara memberi suatu pendekatan yang mulai dengan suatu kepentingan yang berbeda-beda dari bermacam-macam stakeholderpada suatu program.

Penetapan kuantitatif skor pertanyaan pada pemetaan stakeholder mengacu pada pengukuran data berjenjang lima, yang disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Ukuran kuantitatif terhadap pemetaan stakeholder

Skor Nilai Kriteria Keterangan

Sangat bergantung pada keberadaan program Ketergantungan tinggi pada keberadaan program

Jika responnya berpengaruh nyata terhadap aktivitas stakeholderlain

Jika responnya berpengaruh besar terhadap aktivitas stakeholderlain

Jika responnya cukup berpengaruh terhadap aktivitas stakeholder lain

Jika responnya berpengaruh kecil terhadap aktivitas stakeholderlain.

Jika responnya berpengaruh nyata terhadap aktivitas stakeholderlain.

Alat analisis yang digunakan adalah ‘”stakeholder grid” dengan bantuan perangkat lunak Microsoft Excel XLSTAT 7.1. Hasil analisis digambarkan dalam bentuk matriks, dimana stakeholder dikategorikan berdasarkan tingkat pengaruh dan kepentingannya terhadap suatu aktivitas tertentu.Diagram hasil analisis stakeholderdisajikan padaGambar 3.

(49)

Gambar 3Matriks kuadran posisi stakeholder

Posisi pada kuadran dapat menggambarkan posisi dan peranan dari masing-masing stakeholderyaitu : 1) Subject(kepentingan tinggi tetapi pengaruh rendah); 2) Key Player(kepentingan dan pengaruh tinggi), 3)Crowd (kepentingan dan pengaruh rendah), dan 4) Context Setter (kepentingan rendah tetapi pengaruh tinggi). Matriks resultante posisi masing-masing stakeholder pada empat kuadran dapat dilihat pada Tabel 6 berikut :

Tabel 6Matriks resultante posisi masing-masing stakeholder

Pengaruh Rendah Pengaruh Tinggi

Kuadran II : Key Player Kelompok stakeholderdengan

Kuadran IV : Context Setter Kelompok stakeholder berpengaruh tinggi, namun derajat

kepentingannya rendah

2.4.4Analisis Sistem Dinamik

(50)

penyusunan model ini dibatasi pada variabel kesempatan kerja, pendapatan, dan kelestarian TNGC. Penentuan horison waktu dilakukan untuk melihat perubahan yang terjadi. Horison waktu yang digunakan adalah tahun. Pemodelan sistem akan dilakukan dengan tahapanberikut (Purnomo 2005) ;

a. Identifikasi isu dan tujuan

Dalam penelitian ini isu utama adalah pengembangan sosial ekonomi masyarakat daerah penyangga TNGC. Tujuannya adalah membuat model pengembangan sosial ekonomi masyarakat daerah penyangga TNGC melalui program ekowisata dan agroforestri, bagi peningkatan kesempatan kerja, pendapatan masyarakat dan kelestarian TNGC.

b. Konseptualisasi Model

Berdasarkan isu yang telah ditetapkan kemudian dilakukan konseptualisasi model.Berdasarkan model konseptual tersebut, kemudian dirinci menjadi diagram stok dan aliran. Proses ini dibuat dengan menggunakan perangkat lunak STELLA 9.02. Model Pengembangan siaial ekonomi masyarakat daerah penyangga TNGC ini terdiri dari 3 sub model, yaitu 1)Sub model kesempatan kerja, 2). Sub model pendapatan masyarakat, dan 3) Sub model kelestarian TNGC

c. Spesifikasi model

Pada tahap spesifikasi ini kuantifikasi dan perumusan hubungan antar elemen dilakukan sehingga model dapat dijalankan pada komputer.

d. Pengujian Model

Tahapan ini dilakukan untuk mengenali keterbatasan kinerja model sehingga dapat ditentukan kesesuaian penggunaan model dalam rangka penyelesaian permasalahan yang dihadapi. Untuk mengetahui ketepatan model yang dibuat akan dilakukan evaluasi dengan cara validasi model (evaluasi kelogisan model) dan simulasi model (perbandingan dengan dunia nyata). Validasi model dilakukan dengan cara membandingkan dengan data-data dari instansi terkait.

e. Penggunaan model.

Model yang telah dievaluasi selanjutnya akan digunakan untuk menentukan skenario-skenario pemecahan masalah.

(51)

Tabel 7Metode analisis data Metoda

Analisis Data

Tahapan Analisis Data yang dianalisis Tujuan

Analisis

(52)
(53)

3.1 Profil Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) 3.1.1 Luas, Letak, dan Sejarah Kawasan

Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) memiliki luas sekitar 15.859,17 ha yang secara administrasif meliputi dua kabupaten, yaitu Kabupaten Kuningan 8.931,27 ha (56,32%) dan Kabupaten Majalengka seluas 6.927,90 ha (43,68%) (RPJM Balai TNGC 2010). Data ini berbeda dengan luas kawasan TNGC berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 424/ Menhut-II/2004 Tanggal 19 Oktober Tahun 2004 yaitu seluas ± 15.500 (Lima Belas Ribu Lima Ratus) ha. Hal ini dikarenakan penentuan luas kawasan pada saat penetapan kawasan dilakukan melalui peta yang kurang akurat (berdasarkan informasi dari staf Balai TNGC). Untuk selanjutnya dalam penelitian ini penentuan luas kawasan TNGC yang digunakan adalah berdasarkan data RPJM Balai TNGC tahun 2010 yaitu seluas 15.859,17 ha.

Secara geografis TNGC terletak pada 1080 19’ 10” – 1080 27’ 55” BT dan 6047’ 5” – 60 58’ 20” LS, berbatasan sebelah Utara dengan Kabupaten Cirebon, Selatan dengan Kabupaten Kuningan, Barat dengan Kabupaten Majalengka dan Timur dengan Kabupaten Kuningan. Berdasarkan Daerah Aliran Sungai (DAS), TNGC termasuk pada lima DAS, yaitu DAS Ciwaringin, Cisanggarung, Cimanuk Hilir, Cilitung dan Ciberes Bangkaderes.

Pada awalnya TNGC merupakan Kelompok Tutupan Hutan Gunung Ciremai yang pertama kali ditetapkan sebagai kawasan hutan oleh Pemerintah Hindia Belanda, selanjutnya sejarah penunjukan dan penetapan TNGC secara rinci disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Sejarah penunjukan dan penetapan TNGC

No. Tahun Surat Keputusan Perihal/Penunjukan dan Penetapan

1 1978 Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 143/Kpts/Um/3/1978 Tanggal 10 Maret 1978, tentang Wilayah kerja Unit Produksi (Unit III) Perum Perhutani Jawa Barat

Wilayah kerja Perum Perhutani Unit III meliputi seluruh areal hutan yang berada di di Daerah TK. I. Jawa Barat, dan Kelompok Hutan Gunung Ciremai termasuk dalam wilayah kerja KPH Kuningan dan KPH Majalengka, kecuali areal Suaka Alam dan Hutan Wisata

2 2003 Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 195/Kpts-II/ 2003 tanggal 4 Juli 2003, tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Wilayah Propinsi Jawa Barat seluas

 816. 603 ha

Kelompok Hutan Produksi Gunung Ciremai di Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka yang pengelolaannya oleh Perum Perhutani melalui KPH Kuningan dan KPH Majalengka ditunjuk sebagai Kawasan Hutan Lindung

3 2004 Surat Bupati Kuningan Nomor

522/1480/Dishutbun, tanggal 26 Juli 2004,

(54)

No. Tahun Surat Keputusan Perihal/Penunjukan dan Penetapan

tentang Proposal Kawasan Hutan Gunung Ciremai sebagai kawasan Pelestarian Alam

Gunung Ciremai menjadi Taman Nasional Gunung Ciremai.

4 2004 Surat Bupati Majalengka Nomor 522/2394/Dishutbun Tanggal 13 Agustus 2004, tentang Usulan Gunung Ciremai sebagai kawasan Pelestarian Alam

Usulan kepada Menteri Kehutanan perubahan fungsi kawasan hutan lindung pada kelompok hutan Gunung Ciremai menjadi Taman Nasional Gunung Ciremai

5 2004 Surat Bupati Kuningan kepada Ketua DPRD Kabupaten Kuningan Nomor 522.6/1653/ Dishutbun Tanggal 13 Agustus 2004, Perihal Pengelolaan Kawasan Hutan Gunung Ciremai sebagai Kawasan Pelestarian Alam 6 2004 Surat Pimpinan DPRD Kabupaten Kuningan No. 661/266/DPRD, Tanggal 1 September 2004 kepada Menteri Kehutanan

Dukungan Atas Usulan Pengelolaan Kawasan Hutan Gunung Ciremai Sebagai Kawasan Pelestarian Alam (KPA).

7 2004 Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 424/ Menhut-II/2004 Tanggal 19 Oktober Tahun 2004

Perubahan Fungsi Kawasan Hutan Lindung pada Kelompok Hutan Gunung Ciremai Seluas ± 15.500 (Lima Belas Ribu Lima Ratus) ha terletak di Kabupaten Kuningan dan Majalengka, Propinsi Jawa Barat menjadi TNGC.

8 2004 Surat Gubernur Jawa Barat Nomor 522/3325/Binprod 22 Oktober 2004, Kepada Menteri Kehutanan

Pengkajian Usulan Perubahan Fungsi Kawasan Hutan Gunung Ciremai menjadi Kawasan Pelestarian Alam.

9 2004 Surat Keputusan Dirjen PHKA No: SK.140/IV/Set-3/2004 Tanggal 30 Desember 2004, Tentang Penunjukan Pengelola 17 Taman Nasional termasuk Gunung Ciremai.

Penunjukan BKSDA Jabar II sebagai pengelola TN Gunung Ciremai sampai terbentuknya organisasi TNGC yang definitf

10 2005 Surat Direktur Konservasi Kawasan kepada Kepala BKSDA Jabar II No. S.41/IV/KK-1/2005 tanggal 31 Januari 2005 perihal Tindak lanjut Penunjukan TNGC

Penempatan beberapa orang staf BKSDA Jabar II di TNGC untuk melakukan koordinasi, sosialisasi dan pengamanan kawasan.

11 2005 Surat Perintah Tugas Kepala BKSDA Jabar II No: PT 322/IV-K 12/Peg 2005 Tanggal 1 Maret 2005,

Staf BKSDA Jabar II ditunjuk untuk membantu Kepala Balai KSDA Jabar II melaksanakan pengelolaan TNGC

12 2005 Surat Perintah Tugas Kepala BKSDA Jabar II No: PT 434/IV-K 12/Peg 2005. Tanggal 28 Maret 2005

Penunjukan Kasi Konservasi Wilayah I selaku Koodinator Pengelolaan TNGC untuk membantu Kepala Balai KSDA Jabar II dalam pelaksanaan Pengelolaan TNGC

13 2005 Surat Keputusan Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat II nomor SK.193/IV-K.12/2005 tanggal 1 Juni 2005 tentang Susunan Organisasi Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat.

Pengelolaan TNGC berada di wilayah kerja Seksi Konservasi Wilayah I dengan di bantu oleh 2 Satuan kerja dan 10 Resort TNGC dengan jumlah personil sebanyak 31 Orang

14 2005 Tanggal 14 Juli 2005, deklarasi TNGC oleh Menteri Kehutanan di Pendopo

Bupati Kuningan.

-15 2006 Pencanangan Organisasi Balai Taman Nasional Gunung Ciremai oleh Menteri Kehutanan pada tanggal 3 Mei 2006

-16 2006 Penerbitan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor. P.29/Menhut-II/2006 Tanggal 2 Juni 2006, tentang Perubahan Pertama atas Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 6186/Kpts-II/2002 tentang Organisasi Tata Kerja Balai Taman Nasional

Gambar

Gambar 1  Kerangka pemikiran penelitian
Tabel 9   Keadaan fisik berdasarkan kelas lereng
Tabel 13  Data lahan kritis pada daerah penyangga TNGC
Tabel 18  Pemanfaatan air dari kawasan TNGC No Desa contoh Jumlah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan: untuk mengetahui adanya pengaruh senam zumba terhadap perubahan berat badan pada mahasiswa keperawatan yang melakukan senam zumba di Fakultas Ilmu Kesehatan UIN

Tujuan ut am a kajian ini adalah unt uk m engenal past i m engenal past i perkait an signifikan ant ara penggunaan SPK dengan t ahap penguasaan saiz kosa kat a bahasa

Setelah melakukan penelitian di SMK PGRI 1 Tambun Selatan mengenai sistem informasi pengolahan nilai, maka dihasilkan sebuah aplikasi yang merupakan bentuk dari

Dalam metode brainstorming langkah-langkah berikut harus dilakukan: membentuk kelompok dan menugaskan seorang pemimpin ke dalam kelompok (1 menit), menginformasikan dan

Dikatakan cukup tinggi karena menghasilkan volume limbah cair sebesar ±568 m³ per hari dengan menghasilkan produk ± 1.400 potong kain batik per hari, Kampoeng Batik juga

Kedua jenis parasitoid ini mampu bertahan hidup selama tiga, dan yang paling banyak ditemukan adalah parasitoid Cotesia erionotae, hal ini dikarenakan jumlah

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi dengan judul

Bank BTN juga harus menerapkan sistem internet banking untuk melayani nasabahnya dengan fasilitas transaksi e-commerce dengan cara bekerjasama dengan beberapa