STRUKTUR BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATERNAK
AYAM RAS PEDAGING POLA MANDIRI DAN
KEMITRAAN PERUSAHAAN INTI RAKYAT
DI KECAMATAN PAMIJAHAN
KABUPATEN BOGOR
NUR RIZKY RACHMATIA
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Struktur Biaya dan Pendapatan
Usahaternak Ayam Ras Pedaging Pola Mandiri dan Kemitraan Perusahaan Inti
Rakyat di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor adalah karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada
perguruan tinggi manapun. Penelitian yang dilakukan merupakan bagian dari
penelitian tesis dosen pembimbing skripsi. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Bogor, Februari 2013
iii
RINGKASAN
NUR RIZKY RACHMATIA. Struktur Biaya dan Pendapatan Usahaternak Ayam Ras Pedaging Pola Mandiri dan Kemitraan Perusahaan Inti Rakyat di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. Dibimbing Oleh UJANG SEHABUDIN.
Ternak ayam ras di Indonesia dalam subsektor peternakan memperoleh prioritas utama dalam memajukan pembangunan di Indonesia. Sektor pertanian memberikan konstribusi terhadap PDB Nasional dengan rataan laju pertumbuhan 3,72 persen sepanjang 2006 hingga 2010 dimana subsektor peternakan memberikan kontribusi dengan rataan laju pertumbuhan sebesar 3,39 persen. Perkembangan populasi ayam ras pedaging di Indonesia dari tahun 2000-2011 mengalami peningkatan dengan rata-rata sebesar 5,3 persen. Kontribusi populasi ayam ras pedaging di Provinsi Jawa Barat terhadap populasi nasional sebesar 41,48 persen pada tahun 2011. Kontribusi populasi ayam ras pedaging Kabupaten Bogor terhadap Provinsi Jawa Barat sebesar 19,01 persen. Kecamatan Pamijahan merupakan salah satu kecamatan dengan populasi ayam ras pedaging terbesar di Kabupaten Bogor dengan kontribusi sebesar 9,5 persen pada tahun 2010. Hal ini menunjukkan bahwa Kecamatan Pamijahan merupakan sebagai sentra ayam ras pedaging terbesar kedua di Kabupaten Bogor setelah Kecamatan Gunung Sindur.
Usahaternak ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor dilakukan secara mandiri dan kemitraan plasma dengan skala yang dapat dibedakan menjadi dua skala yaitu skala I (populasi <5000 ekor) dan skala II (populasi ≥5000 ekor). Perbedaan tipologi peternak dan skala usaha mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Peternak plasma relatif menghadapi risiko harga lebih kecil daripada peternak mandiri karena terdapat kontrak pembelian dengan inti. Keterbatasan peternak plasma tidak memiliki kekuatan untuk memilih alternatif sarana produksi dan menetapkan harga. Peternak mandiri mempunyai keleluasaan untuk memperoleh sarana produksi dan menjual hasil produksi. Kondisi ini dapat berimplikasi pada struktur biaya dan pendapatan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur biaya, unit cost dan pendapatan usahaternak ayam ras pedaging peternak mandiri dan peternak plasma di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Pamijahan merupakan sentra ayam ras pedaging terbesar kedua di Kabupaten Bogor. Jumlah responden untuk masing-masing tipe peternak adalah peternak mandiri sebanyak 30 peternak dan peternak plasma sebanyak 40 peternak. Sebanyak 20 reponden peternak mandiri dan 25 responden peternak plasma diambil dengan metode
purposive dari data populasi peternak ayam ras pedaging yang dipublikasikan oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor tahun 2010. Sebanyak 10 responden peternak mandiri dan 15 peternak plasma diambil dengan metode
snowball sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya pakan dan Day Old Chick
iv lebih rendah dari peternak plasma yaitu 12.647/kg. Berdasarkan skala, unit cost
peternak mandiri pada skala II mempunyai unit cost terkecil yaitu Rp 11.530/kg sedangkan, peternak plasma pada skala I mempunyai unit cost terbesar yaitu Rp 13.284/kg. Tingginya unit cost usahaternak pada peternak plasma karena sarana produksi (pakan dan DOC) lebih mahal yang diperoleh secara kredit dari inti. Harga pakan pada peternak plasma sebesar Rp 6.598/kg dan peternak mandiri sebesar Rp 6.021/kg. Harga DOC pada peternak plasma Rp 5.417/kg dan peternak mandiri masing-masing sebesar Rp 6.021/kg.
Pendapatan usahaternak pada peternak mandiri lebih tinggi dari peternak plasma baik atas biaya tunai maupun biaya total. Pendapatan atas biaya tunai dan biaya total pada peternak mandiri masing-masing sebesar Rp 3.032/kg dan Rp 2.841/kg, sedangkan pada peternak plasma masing-masing sebesar Rp 2.159/kg dan Rp 1.765/kg. Tingginya pendapatan peternak mandiri karena manajemen usahaternak ayam ras pedaging pada peternak mandiri lebih baik dibandingkan peternak plasma. Hal ini ditunjukkan oleh Feed Convertion Ratio (FCR) dan mortalitas pada peternak mandiri yang lebih rendah. FCR dan mortalitas pada peternak mandiri masing-masing sebesar 0,96 kg dan 3,55 persen, sedangkan peternak plasma masing-masing sebesar 1,05 kg dan 4,05 persen. Berdasarkan skala usaha, pendapatan usahaternak pada skala II lebih tinggi dari skala I, baik pada peternak mandiri maupun peternak plasma. Secara statistik, terdapat perbedaan pendapatan atas biaya tunai dan biaya total yang signifikan antara peternak mandiri dan peternak plasma artinya pendapatan atas biaya tunai dan biaya total peternak mandiri lebih besar dari peternak plasma.
v
STRUKTUR BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATERNAK
AYAM RAS PEDAGING POLA MANDIRI DAN
KEMITRAAN PERUSAHAAN INTI RAKYAT
DI KECAMATAN PAMIJAHAN
KABUPATEN BOGOR
NUR RIZKY RACHMATIA H44090098
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
vi Judul Skripsi : Struktur Biaya dan Pendapatan Usahaternak Ayam Ras Pedaging Pola Mandiri dan Kemitraan Perusahaan Inti Rakyat di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor
Nama : Nur Rizky Rachmatia
NRP : H44090098
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Ir. Ujang Sehabudin NIP. 19680301 199303 1003
Mengetahui,
Ketua Departemen
Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T. NIP. 19660717 199203 1 003
vii
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan izin dan ridho-Nya
atas terlaksananya penelitian ini sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Penulisan skripsi ini
tentunya tidak terlepas dari dukungan dan dorongan serta kerjasama berbagai
pihak. maka penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ir. Ujang Sehabudin selaku dosen pembimbing yang secara tulus dan
bijaksana telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga dalam memberikan
bimbingan dan pengarahan sejak perencanaan penulisan proposal,
pelaksanaan penelitian hingga penulisan skripsi ini.
2. Ayahanda Nur Rachmat S, Ibunda Indriana, kakak Nur Ratih Paramitha
dan adik Nur Widya Kamila yang tercinta telah banyak memberikan
bantuan, dukungan, perhatian dan kasih sayang serta doa sejak
perencanaan penulisan, pelaksanaan penelitian hingga penulisan skripsi ini
3. Seluruh peternak responden yang telah bersedia menjadi responden atas
segala bantuan serta informasi-informasi yang diperlukan oleh penulis
4. Seluruh staf Kecamatan Pamijahan yang telah memberikan ijin penelitian
dan pengambilan data-data yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.
5. Seluruh dosen dan staf departemen yang telah membantu selama penulis
menyelesaikan studi di ESL.
6. Naelis, Adinda, dan Dea serta seluruh sahabatku tercinta lainnya yang
tidak dapat disebutkan satu persatu atas doa, dukungan, motivasi, dan
semangat kepada penulis selama ini.
7. Rekan-rekan satu bimbingan Dewi Shinta Ramadhani, Dita Permatasari,
Dwipanca, Hayu Windi Hapsari atas dukungan, kekompakan dan motivasi
viii 8. Teman-teman Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan 46 atas doa,
dukungan, semangat, motivasi, kebersamaan dan kekompakan selama ini.
9. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam penyusunan skripsi ini.
Bogor, Februari 2013
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah S.W.T atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah dicurahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi
dengan judul “Struktur Biaya dan Pendapatan Usahaternak Ayam Ras Pedaging
Pola Mandiri dan Kemitraan Perusahaan Inti Rakyat di Kecamatan Pamijahan
Kabupaten Bogor”. Skripsi ini merupakan hasil karya penulis guna memenuhi
persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Skripsi ini memuat serangkaian informasi dan analisis mengenai struktur biaya dan pendapatan usahaternak ayam ras pedaging pada peternak kemitraan dan peternak mandiri di Kecamatan Pamijahan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan, terutama peternak, Perusahaan Inti Rakyat (PIR), dan Dinas Peternakan. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat sebagai rujukan serta informasi untuk dijadikan bahan referensi dalam melaksanakan studi lanjutan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Februari 2013
x
2.3.3. Vaksin, Obat-obatan dan Disinfektan ... 8
xi
5.1.2. Sarana dan Prasarana... 33
5.2. Karakteristik Peternak Responden ... 33
5.3. Karakteristik Perkandangan ... 36
5.4. Manajemen Budidaya Ayam Ras Pedaging ... 37
5.4.1. Persiapan Sarana dan Prasarana ... 38
5.4.2. Masa Pemeliharaan ... 39
5.4.3. Masa Panen ... 40
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42
6.1. Analisis Struktur Biaya Usahaternak Ayam Ras Pedaging... 42
6.2. Analisis Pendapatan Usahaternak Ayam Ras Pedaging... 48
VII. SIMPULAN DAN SARAN... 56
7.1. Simpulan ... 56
7.2. Saran . ... 57
DAFTAR PUSTAKA ... 58
LAMPIRAN ... 59
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Penelitian Terdahulu yang Relevan……….…. 16 2. Peternak Responden di Kecamatan Pamijahan Tahun
2012………... 25
3. Struktur Biaya Usahaternak Ayam Ras Pedaging di
Kecamatan Pamijahan Tahun 2012………... 27 4. Karakteristik Responden Peternak Ayam Ras Pedaging di
Kecamatan Pamijahan Tahun 2012………...
34 5. Karakteristik Perkandangan Usahaternak Ayam Ras
Pedaging di Kecamatan Pamijahan Tahun 2012………….. 36
6.
truktur Struktur Biaya Usahaternak Ayam Ras Pedaging Menurut
Tipe Peternak di Kecamatan Pamijahan Tahun 2012……... 42 7.
truktur Struktur Biaya Usahaternak Ayam Ras Pedaging Menurut
Skala Usaha di Kecamatan Pamijahan Tahun 2012………. 45 8. Pendapatan dan R/C Rasio Usahaternak Ayam Ras
Pedaging Menurut Tipe Peternak di Kecamatan Pamijahan
Tahun 2012………...
48 9. Pendapatan dan R/C Rasio Usahaternak Ayam Ras
Pedaging Menurut Skala Usaha di Kecamatan Pamijahan Tahun 2012………... Ekor di Kecamatan Pamijahan Tahun 2012...
53
Antar Skala di Kecamatan Pamijahan Tahun 2012... 54
14. Hasil Uji Beda Pendapatan Usahaternak Ayam Ras Pedaging Per Kg Output Menurut Tipe peternak Plasma
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Laju Pertumbuhan Pruduk Domestik Bruto (PDB) Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha (%) di
Indonesia Tahun 2006-2010...……….. 62
2. Perkembangan Populasi Ayam Ras Pedaging di Indonesia
Tahun 2000-2011……….……… 62
3. Perkembangan Produksi Daging Ternak di Indonesia Tahun
2006-2009……….……….... 63
4. Kontribusi Populasi Ayam Broiler Jawa Barat Terhadap
Nasional Tahun 2001-2008…………..……….… 63
5. Perkembangan Populasi Ayam Broiler (ekor) Tahun
2005-2010 di Kabupaten Bogor………..………... 63
6. Populasi Ayam Ras Pedaging Tingkat Kota/Kabupaten di
Provinsi Jawa Barat Tahun 2010……….. 64
7. Populasi dan Produksi Ayam Ras Pedaging Tingkat Provinsi
di Indonesia Tahun 2010………..………...………….….. 65
8. Rincian Biaya Peternak Kemitraan Plasma (Rp/Kg) di
Kecamatan Pamijahan Tahun 2012……….…….. 66
9. Rincian Biaya Peternak Mandiri (Rp/kg) di Kecamatan
Pamijahan Tahun 2012………. 67
10. Hasil Uji Beda Pendapatan Menurut Tipe Usaha di
Kecamatan Pamijahan Tahun 2012……….………….… 68
11. Hasil Uji Beda Menurut Skala Usaha <5.000 Ekor di
Kecamatan Pamijahan Tahun 2012……….. 69
12. Hasil Uji Beda Menurut Skala Usaha ≥5.000 Ekor di
Kecamatan Pamijahan Tahun 2012………... 70
13. Hasil Uji Beda Pendapatan Peternak Mandiri Antarskala di
Kecamatan Pamijahan Tahun 2012…... 71 14. Hasil Uji Beda Pendapatan Peternak Kemitraan Plasma
Antarskala di Kecamatan Pamijahan Tahun 2012……...……. 72 15. Dokumentasi Penelitian Usahaternak Ayam Ras Pedaging di
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Ternak ayam ras di Indonesia dalam subsektor peternakan memperoleh
prioritas utama dalam hal memajukan pembangunan di Indonesia. Berdasarkan
data BPS 2012, sektor pertanian memberikan konstribusi terhadap PDB Nasional
dengan rataan laju pertumbuhan 3,72 persen sepanjang 2006 hingga 2010 dimana
subsektor peternakan memberikan kontribusi dengan rataan laju pertumbuhan
sebesar 3,39 persen (Lampiran 1).
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Peternakan (2012),
perkembangan populasi ayam ras pedaging di Indonesia dari tahun 2000-2011
mengalami peningkatan. Rata-rata Pertumbuhan perkembangan populasi ayam ras
pedaging pada tahun 2000-2011 sebesar 5,39 persen (Lampiran 2). Rata-rata
kontribusi produksi daging ayam ras pedaging 47,27 persen terhadap produksi
daging nasional pada tahun 2006-2009 (Lampiran 3). Kontribusi total kuantitas
daging ayam ras pedaging merupakan kontribusi tertinggi dibandingkan
kontribusi produksi daging ternak lainnya.
Ayam ras pedaging merupakan salah satu hewan yang dibudidayakan
manusia untuk diambil dagingnya. Saat ini budidaya ayam ras pedaging semakin
digemari karena proses pembudidayaan yang relatif lebih cepat jika dibandingkan
dengan sapi ataupun hewan lain yang juga dibudidayakan untuk diambil
dagingnya. Salah satu sentra pembudidayaan ayam ras pedaging di Indonesia
adalah Provinsi Jawa Barat.
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Peternakan (2012), tingkat
kontribusi populasi ayam ras pedaging di Provinsi Jawa Barat terhadap populasi
nasional sangat tinggi. Jika dilihat dari dua tahun terakhir kontribusinya semakin
2 sebanyak 41,48 persen (Lampiran 4). Hal ini mengindikasikan tingginya potensi
pengembangan usaha ayam ras pedaging di Jawa Barat.
Berdasarkan data Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor
(2011), pertumbuhan populasi ayam ras pedaging tahun 2005 hingga tahun 2010
sebesar 11,56 persen di Kabupaten Bogor (Lampiran 5). Kontribusi populasi ayam
ras pedaging di Kabupaten Bogor terhadap Provinsi Jawa Barat pada tahun 2010
sebesar 19,01 persen (Lampiran 6). Angka yang besar ini jelas mengindikasikan
bahwa Kabupaten Bogor memiliki potensi yang besar terutama secara kuantitas
produksi ayam ras pedaging.
Kecamatan Pamijahan merupakan salah satu kecamatan dengan populasi
ayam ras pedaging terbesar di Kabupaten Bogor setelah Kecamatan Gunung
Sindur. Berdasarkan data Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor
(2011), Kecamatan Pamijahan memiliki kontribusi populasi ayam ras pedaging
terhadap Kabupaten Bogor sebesar 9,5 persen pada tahun 2010 (Lampiran 7). Hal
ini menunjukkan bahwa Kecamatan Pamijahan memiliki potensi sebagai sentra
ayam ras pedaging terbesar di Kabupaten Bogor.
Usahaternak ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten
Bogor dilakukan secara kemitraan plasma dan mandiri. Skala usaha dapat
dibedakan menjadi dua skala yaitu skala I (populasi ayam ras pedaging <5000
ekor) dan skala II (populasi ayam ras pedaging ≥5000 ekor). Perbedaan pola tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Peternak plasma relatif menghadapi risiko harga lebih kecil daripada
peternak mandiri karena terdapat kontrak pembelian dengan inti. Dalam pola
kemitraan, inti menyediakan sarana produksi dan menjamin pemasaran, sehingga
3 plasma tidak memiliki kekuatan untuk memilih alternatif sarana produksi dan
menetapkan harga.
Peternak mandiri mempunyai keleluasaan untuk memilih sarana produksi
dan menjual dengan harga sesuai keinginan. Peternak mandiri melakukan kegiatan
usahaternak ayam ras pedaging dilakukan secara sendiri, mulai dari pemasokan
sarana produksi hingga pemasaran hasil. Semua sarana produksi peternakan
diperoleh dari pihak luar dengan menggunakan modal sendiri, demikian pula
halnya ketika menjual hasil produksi ayam ras pedaging.
Perbedaan pola usahaternak ayam ras pedaging menurut tipologi usaha
dan skala usaha di Kecamatan Pamijahan dapat berimplikasi pada perbedaan
struktur biaya dan pendapatan. Terkait perbedaan tersebut, perlu dilakukan
penelitian pada peternak plasma dan mandiri agar mengetahui pola usahaternak
yang menguntungkan.
1.2. Rumusan Masalah
Pelaku kegiatan budidaya ayam ras (on farm) mayoritas adalah peternak yang memiliki keterbatasan modal dan pemasaran. Peternak sulit memperoleh
permodalan dari lembaga keuangan formal seperti perbankan. Hal ini disebabkan
umumnya peternak plasma tidak memiliki agunan. Dalam hal pemasaran,
peternak plasma umumnya tidak memiliki akses pasar yang baik sehingga
cenderung berada dalam posisi price taker dan bargaining position yang lemah. Kondisi ini menyebabkan usaha peternakan rentan terhadap resiko terutama risiko
harga yang fluktuatif.
Pola kemitraan Perusahaan Inti Rakyat (PIR) merupakan salah satu upaya
untuk mengatasi permasalahan tersebut. Pengembangan kerjasama kemitraan pola
PIR yaitu antara perusahaan peternakan sebagai pihak inti dengan peternak
4 Kecamatan Pamijahan dilakukan secara mandiri. Umumnya usahaternak mandiri
memiliki modal yang lebih baik daripada peternak plasma. Peternak mandiri
bebas membeli sarana produksi dengan harga yang lebih murah tapi rentan
terhadap fluktruasi harga. Peternak plasma mendapat harga sarana produksi lebih
mahal dari peternak mandiri. Hal ini disebabkan peternak plasma melakukan
pembayaran dilakukan secara kredit kepada inti yang diatur pada kontrak. Skala
usaha yang berbeda pada peternak plasma dan peternak mandiri dapat
berimplikasi pada perbedaan biaya dan hasil produksi ayam ras pedaging.
Salah satu Faktor penting dalam usahaternak ayam ras pedaging adalah
manajemen pemeliharaan. Upaya dalam pencegahan segala penyakit ayam yang
harus dilakukan secara teratur dan mengontrol kebersihan lingkungan kandang,
sehingga hal ini dapat menekan tingkat kematian pada ayam ras pedaging. Selain
itu, mengatur Feed Convertion Ratio (FCR) sangat penting untuk dilakukan dalam manajemen budidaya. Hal ini dikarenakan apabila FCR yang diperoleh sangat
besar maka akan semakin tinggi pula biaya pakan selama proses produksi.
Berdasarkan gambaran tersebut, permasalahan yang dikaji dalam penelitian
ini berusaha menjawab beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana struktur biaya usahaternak ayam ras pedaging menurut tipe
usahaternak dan skala usahaternak?
2. Bagaimana pendapatan usahaternak ayam ras pedaging menurut tipe
usahaternak dan skala usahaternak?
1.3. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis struktur biaya dan unit cost usahaternak ayam ras pedaging pedaging menurut tipe usahaternak dan skala usahaternak di Kecamatan
5 2. Menganalisis pendapatan usahaternak ayam ras pedaging menurut tipe
usahaternak dan skala usahaternak di Kecamatan Pamijahan.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peternak,
sebagai masukan peternak untuk agar dapat memperbaiki manajemen usahaternak
dan pemilihan skala usaha yang lebih menguntungkan. Manfaat bagi penelitian
lanjutan yaitu penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan kajian
untuk penelitian lanjutan. Selain itu, penelitian ini dapat didalami dengan analisis
yang lebih luas untuk penelitian selanjutnya.
1.5. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dan keterbatasan penelitian sebagai berikut:
1. Analisis struktur biaya dan pendapatan usahaternak ayam ras pedaging
dilakukan pada periode produksi terakhir yang dilakukan peternak plasma
dan peternak mandiri.
2. Struktur biaya dan pendapatan usahaternak yang dikaji meliputi biaya
tunai dan biaya non tunai. Adapun pendapatan usahaternak ayam ras
dalam penelitian ini terdiri dari pendapatan atas biaya tunai dan
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Karakteristik Ayam Ras Pedaging (Broiler)
Menurut Amrullah (2002), ayam ras pedaging (broiler) adalah istilah yang dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki
karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhannya cepat, sebagai penghasil
daging dengan konversi pakan yang efisien, dan siap dipotong pada umur yang
relatif muda. Umumnya ayam ras pedaging (broiler) ini siap di panen pada umur 35- 45 hari dengan berat antara 1,2-1,9 kg/ekor.
Menurut Rasyaf (2003), ayam broiler sebagai ayam ras pedaging bertumbuh sangat cepat dan mampu mengubah makanan yang ia makan menjadi
daging dengan sangat efisien. Kelebihannya itu harus ditunjang dengan
pemeliharaan yang baik, tanpa pemeliharaan yang baik daya tahan tubuhnya akan
menurun dan mudah terserang penyakit. Menurut Amrullah (2002), secara genetis
ayam ras pedaging (broiler) mampu mengolah makanan dengan cepat ketika makanan dikonsumsi olehnya.
2.2 Usahaternak Ayam Ras Pedaging
Menurut Rasyaf (2004), barang-barang modal usaha peternakan ayam
meliputi DOC, kandang, alat peternakan, pakan, obat-obatan dan lain-lain.
Standar produksi bagi ayam pedaging bertumpu pada pertambahan berat badan,
konsumsi pakan dan konversi pakan. Hasil penelitian Pakarti (2000), keberhasilan
usahaternak ayam ras pedaging (broiler) dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu pakan, lingkungan dan manajemen pemeliharaan. Kombinasi dari faktor pakan,
lingkungan dan manajemen dicerminkan oleh indikator penting yaitu tingkat
mortalitas, konversi pakan dan bobot ayam ras pedaging (broiler) yang dicapai. Menurut Tobing (2002), dalam usahaternak ayam ras pedaging (broiler)
7 vaksin; serta (3) Perkandangan. Penanganan ketiga aspek tersebut dapat
mempengaruhi keragaan usahaternak yang ditunjukkan oleh konversi pakan
menjadi rendah (efisiensi tinggi), pertumbuhan terhambat dan tingkat mortalitas
tinggi. Selain itu, Fadilah (2004), dalam usahaternak ayam ras pedaging (broiler)
faktor produksi yang digunakan adalah bibit ayam, pakan, tenaga kerja,
obat-obatan, vaksin dan vitamin, serta bahan penunjang seperti sekam, listrik dan
bahan bakar.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam usaha budidaya ayam ras
pedaging (broiler) diantaranya (1) Manajemen pemeliharaan; (2) Fluktuasi harga produk; (3) Fluktuasi harga; (4) Kepastian waktu penjualan tergantung kondisi
pasar; (5) Margin usaha relatif rendah dengan keuntungan berkisar 5–10 persen; (6) Ketersediaan faktor produksi misalnya vaksin, obat-obatan, feed suplement, bahan baku ransum merupakan produk impor (Fadillah 2004).
Menurut Suharno (2002), hal-hal yang harus diperhatikan dalam agribisnis
ayam ras pedaging adalah (1) Pandai menyiasati situasi pasar dalam pengaturan
pola produksi; (2) Menjalin komunikasi antar peternak; (3) Memperpendek jalur
pemasaran; (4) Menguasai manajemen produksi dan pemotongan. Menurut
Rasyaf (2002), terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan dalam usahatenak yaitu
unsur produksi, unsur manajemen dan unsur pasar.
2.3. Faktor-Faktor Produksi Usaha Ayam Ras Pedaging
Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam usahaternak ayam ras
pedaging terdiri dari DOC (Day Old Chick), pakan, vaksin, obat-obatan dan disinfektan, tenaga kerja, kandang dan peralatan; listrik dan bahan bakar. Salah
satu hal terpenting yang harus diperhatikan dalam usahaternak adalah
8
2.3.1. Day Old Chick (DOC)
Bibit merupakan faktor penting dalam kegiatan produksi karena menjamin
kelangsungan usaha peternakan ayam ras pedaging. Menurut Ginting (2003)
dalam penelitiannya, rata-rata biaya DOC yang dikeluarkan oleh peternak ayam
ras pedaging sebesar 26,98 persen. Biaya DOC tersebut merupakan biaya terbesar
kedua setelah biaya pakan. Selain itu, keteresediaan, mutu dan kontinuitas bibit
sangat mempengaruhi kelangsungan produksi ternak yang akan dilakukan.
Peternak ayam ras pedaging harus memiliki pemasok bibit ternak tetap, sehingga
kelangsungan produksi ternak tetap terjaga (Rahardi, 2003).
2.3.2. Pakan
Pengelolaan pakan sangat penting, karena biaya pakan pada peternakan
ayam ras pedaging dapat mencapai 60-70 persen dari total biaya produksi. Ginting
(2003) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa secara statistik pakan
merupakan faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi ayam ras
pedaging. Biaya produksi yang dikeluarkan peternak setiap periode produksi
mencapai 63,97 persen. Pengelolaan pakan meliputi jenis pakan, kualitas pakan
dan konsentrasi pakan yang diberikan pada ayam ras pedaging.
Pemberian pakan pada ayam ras pedaging harus memperhatikan
kecukupan nutrisi pakan. Secara garis besar nutrisi dalam pakan ayam terdiri dari
protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Pemenuhan nutrisi tersebut
sangat diperlukan untuk pemeliharaan, pertumbuhan dan reproduksi (Fadilah et al. 2007).
2.3.3. Vaksin, Obat-obatan dan Desinfektan
Banyak program pencegahan penyakit yang dapat diaplikasikan di suatu
9 program sanitasi, vaksin dan pengobatan dini pada umur tertentu, ketika gejala
ayam sakit mulai tampak.
Program sanitasi (biosecurity) merupakan program yang dijalankan di suatu kawasan peternakan yang bertujuan untuk mencegah terjadinya perpindahan
penyebab penyakit menular. Program sanitasi bisa dilakukan dengan cara menjaga
kebersihan dan menggunakan desinfektan.
Program vaksinasi merupakan salah satu cara yang paling sering dilakukan
untuk mencegah timbulnya penyakit di kawasan peternakan. Semua program
vaksin dilakukan berdasarkan sejarah penyakit di peternakan tersebut atau
wilayah sekitarnya. Vaksin yang diberikan ke ternak ayam dapat berupa vaksin
virus hidup, vaksin yang dilemahkan dan vaksin yang dimatikan.
Program pengobatan sebaiknya dilakukan jika ayam sudah terdeteksi
secara dini terkena penyakit. Jika infeksi sudah terlalu parah, pengobatan akan
sulit dilakukan karena membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang mahal.
Tingkat mortalitas ayam yang tinggi akan mengurangi pendapatan peternak.
Peternak dapat memberikan obat secara terencana jika sebelumnya telah
mengetahui sejarah penyakit yang sering terjadi di kawasan tersebut (Fadilah et al. 2007).
2.3.4. Tenaga Kerja
Tenaga kerja sangat menentukan kelangsungan usaha pada peternakan
ayam ras pedaging. Tenaga kerja merupakan prioritas yang harus dirancang
menjadi sistem kerja dalam perencanaan usaha peternakan ayam ras pedaging.
Sistem kerja di peternakan ayam dibedakan menjadi sistem kerja rotasi dan sistem
kerja per kelompok atau per kandang. Tenaga kerja yang dipilih dapat berupa
10 Hasil penelitian Rommie (1998) menunjukkan bahwa biaya tenaga kerja
yang dikeluarkan peternak ayam ras pedaging skala rakyat mencapai 1,74 persen
dari total biaya produksi. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan peternak skala
besar sebesar 1,53 persen dari total biaya produksi (Imaduddin, 2001).
2.3.5. Kandang dan Peralatan
Bagian terpenting dalam suatu peternakan adalah kandang, karena
kandang merupakan tempat ayam berdiam dan berproduksi. Selain itu kandang
berfungsi untuk mempermudah tata laksana pemeliharaan dan pengontrolan
ternak.
Kandang dengan tipe postal merupakan kandang yang sesuai dengan ayam
ras pedaging. Kontruksi kandang yang dibangun sebaiknya kuat dan mudah
dirawat. Selain itu untuk efisiensi biaya, kandang yang dibangun harus
disesuaikan dengan skala usaha.
Peralatan yang digunakan untuk produksi terdiri dari tempat pakan, tempat
minum, semawar, mesin air, lampu, terpal gebang, thermometer, serta peralatan
lain seperti sapu lidi, ember, sekop, selang plastik, ciduk dan drum minyak tanah.
Tempat pakan yang digunakan berbentuk round feeder yang terbuat dari bahan plastik. Satu buah tempat pakan ukuran besar dengan kapasitas 5 kg dapat
digunakan untuk kurang lebih tiga puluh ekor ayam. Tempat minum yang
digunakan adalah tempat minum dengan kapasitas dua galon yang digunakan
untuk tiga puluh ayam. Perbandingan penggunaan tempat pakan dengan tempat
minum di dalam kandang adalah 1:1 artinya setiap 2 m2 terdapat satu buah pakan
dan satu buah tempat minum yang berjarak 1 meter. Alat pemanas yang
digunakan adalah semawar yang berfungsi untuk mempertahankan suhu kandang
11 temperatur di dalam kandang agar suhu ayam tetap stabil dan pertumbuhan ayam
tidak terganggu (Rahardi 2003).
2.3.6. Listrik
Penggunaan listrik dalam usaha peternakan ayam ras pedaging ini
tujuannya sebagai pencahayaan. Pengaturan cahaya lampu dimalam hari sangat
menunjang pemeliharaan ayam ras pedaging didaerah tropis, terutama untuk
makan di malam hari, karena pengaturan cahaya akan membantu meningkatkan
penampilan ayam Di daerah tropis, suhu siang hari cukup tinggi sehingga
mengganggu konsumsi pakan. Untuk mengejar konsumsi pakan, ayam harus
diberi kesempatan makan pada malam hari. Tata letak lampu yang benar dan
cahaya lampu yang cukup dalam kandang membantu meningkatkan konsumsi
pakan. Biaya pemakaian listrik tidak terlalu mempengaruhi input usaha dibidang
peternakan ayam Girinsonta (1997).
2.3.7 Bahan Bakar
Faktor produksi bahan bakar dalam usaha peternakan ayam ras pedaging
ini dikaitkan dengan penggunaan indukan atau brooder. Alat ini berfungsi menyerupai induk ayam, yakni menghangatkan ayam ketika baru menetas.
Sumber panas yang bisa digunakan bermacam-macam, mulai dari kompor,
minyak, gas, lampu pijar, atau air panas. Dan tujuan utama indukan adalah
memberikan kehangatan bagi ayam, agar dapat menunjang keberhasilan
pemeliharaan Girinsonta (1997).
2.4. Pola Kemitraan
Menurut Dinas Peternakan Kabupaten Bogor (2010), kemitraan adalah
kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah dan besar yang
disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah dan besar yang
12 menguntungkan. Pada hakikatnya kerjasama kemitraan berfungsi untuk
memperkokoh struktur ekonomi nasional.
Dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan kesjahteraan produsen
peternakan melalui penguatan daya saing, pemerintah Indonesia telah
mengarahkan para produsen peternakan untuk saling menjalin kerjasama
kemitraan (Sutawi 2007). Berdasarkan PP No. 44 Tahun 1997 tentang kemitraan,
kemitraan adalah kerjasama antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha
besar dengan memperhatikan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.
Menurut Kepmentan No. 940 Tahun 1997 tentang Pedoman Kemitraan
Usaha Pertanian, kemitraan usaha pertanian adalah kerjasama usaha antara
perusahaan mitra dengan kelompok mitra di bidang usaha pertanian. Dalam
agribisnis ayam ras pedaging, pada tahun 1990 pemerintah melakukan
restrukturisasi dengan menerbitkan Keppres No. 22 Tahun 1990 tentang
Pembinaan Usaha Peternakan Ayam Pedaging. Inti Keppres No. 22 Tahun 1990
yaitu membebaskan usaha ayam pedaging tidak hanya untuk usaha peternakan
rakyat tetapi juga mengijinkan untuk skala perusahaan yang melakukan kemitraan
dengan peternakan rakyat. Kepmentan No. 472 tahun 1996 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pembinaan Usaha Peternakan Ayam Pedaging, kemitraan dapat
dilaksanakan dengan pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR), pola pengelola atau pola
penghela (Sutawi, 2007).
Sumardjo (2001) menyatakan, dalam sistem agribisnis terdapat lima
bentuk kemitraan antara petani dengan pengusaha besar. Kelima jenis kemitraan
tersebut adalah pola inti plasma, pola subkontrak, pola dagang umum, pola
keagenan dan kerjasama operasional agribisnis. Usahaternak ayam ras pedaging
pola inti plasma, perusahaaan mitra menyediakan sarana produksi, memberikan
13 mengusahakan permodalan sedangkan peternak plasma menyediakan tenaga
kerja, kandang dan peralatan untuk melaksanakan budidaya.
2.5. Biaya Produksi
Biaya adalah nilai dari semua korbanan ekonomis yang diperlukan untuk
menghasilkan suatu produk, yang sifatnya tidak dapat dihindari, dapat
diperkirakan dan diukur. Biaya produksi merupakan kompensasi yang diterima
oleh pemilik faktor-faktor produksi. Biaya yang dilakukan pada periode tertentu,
dikenal dengan biaya tetap dan biaya variabel. Menurut Tobing (2000),
komponen-komponen biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi budidaya
ayam dibedakan atas biaya tetap dan biaya variabel. Komponen biaya tetap terdiri
atas biaya penyusutan kandang dan peralatan, biaya opportunitas dan lainnya.
Komponen biaya variabel terdiri dari biaya pakan, DOC, obat-obatan, tenaga
kerja, sekam, kapur, gula, minyak tanah, gas dan listrik.
Menurut Boediono (2002), dalam hubungannya dengan tingkat output, dari segi sifatnya biaya produksi dapat dibagi menjadi tujuh:
1. Total Fixed Cost (TFC) atau biaya tetap total adalah jumlah biaya yang tetap dibayar perusahaan (produsen) berapapun tingkat output yang dihasilkan. Jumlah TFC adalah tetap untuk setiap output (misalnya penyusutan, sewa gedung dan sebagainya).
2. Total Variable Cost (TVC) atau biaya variabel total adalah jumlah biaya yang berubah sesuai dengan tinggi rendahnya output yang diproduksi (misalnya: biaya untuk bahan mentah, upah, ongkos angkut dan sebagainya).
3. Total Cost (TC) atau biaya total adalah penjumlahan dari biaya tetap maupun biaya variabel.
14 5. Average Variable Cost (AVC) atau biaya variabel rataan adalah semua biaya
lain, selain AFC, yang dibebankan pada setiap unit output.
6. Average Total Cost (ATC) atau biaya total rataan adalah biaya produksi dari setiap unit output yang dihasilkan.
7. Marginal Cost (MC) atau biaya marginal adalah kenaikan dari TC yang diakibatkan oleh diproduksinya tambahan satu unit output.
Hasil penelitian Saodah (2000) menunjukkan bahwa biaya produksi pada
usaha peternakan ayam broiler dibagi menjadi dua, yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel terbesar adalah pakan sebesar 54,94 persen dan DOC
sebesar 37,7 persen, sehingga total keseluruhan biaya variabel sebesar 98,61
persen, sedangkan biaya tetap terdiri dari depresiasi kandang sebesar 1,06 persen
dan depresiasi alat sebesar 0,33 persen, sehingga total keseluruhan biaya tetap
sebesar 1,39 persen. Penerimaan terbesar didapatkan dari penjualan ayam ras
pedaging sebesar98,95 persen.
2.6. Pendapatan Usahaternak Ayam Ras Pedaging
Menurut Rasyaf (2002), penerimaan dalam suatu peternakan ayam ras
pedaging (broiler) terdiri dari (1) Hasil produksi utama berupa penjualan ayam pedaging, baik hidup maupun dalam bentuk karkas dan (2) Hasil sampingan yaitu
berupa kotoran ayam atau alas litter yang laku dijual kepada petani. Semua penerimaan produsen berasal dari hasil penjualan output.
Soekartawi (2003) menyatakan bahwa penerimaan adalah nilai hasil dari
output atau produksi karena perusahaan telah menjual atau menyerahkan sejumlah barang atau jasa kepada pihak pembeli. Selanjutnya dikatakan penerimaan
perusahaan bersumber dari penjualan hasil usaha, seperti panen dari peternak dan
barang olahannya. Semua hasil agribisnis yang dipakai untuk konsumsi keluarga
15 akhirnya dipakai pemilik perusahaan secara pribadi. Tujuan pencatatan
penerimaan ini adalah untuk memperlihatkan sejelas mungkin berapa besar
penerimaan dari penjualan hasil operasional dan penerimaan lain-lain di
perusahaan tersebut. Pendapatan usahaternak ayam ras pedaging adalah total
penerimaan dikurangi total biaya.
2.7. Penelitian Terdahulu
Hasil kajian Yunus (2009), terhadap usaha peternakan ayam ras pedaging
pola kemitraan dan mandiri di Kota Palu masih cukup menguntungkan, namun
pendapatan rata-rata usaha ternak mandiri lebih besar dari rata-rata pendapatan
usaha ternak pola kemitraan. Faktor-faktor/variabel yang berpengaruh nyata
terhadap produksi adalah bibit ayam (DOC), pakan, tenaga kerja, dan bahan
bakar.
Surono (1997) menyatakan bahwa penyebab gulung tikar peternak skala
kecil karena kalah bersaing dengan peternak skala besar. Hal ini disebabkan biaya
per unit outputnya lebih tinggi. Biaya input yang dikeluarkan peternak skala kecil
lebih tinggi dibanding peternak skala besar.
Hasil penelitian Windharsari (2007), peternak kemitraan mempunyai
persepsi positif dengan adanya pembinaan dan pelatihan yang dilakukan oleh
perusahaan inti. Peternak ayam ras pedaging pola mandiri di Kabupaten
Karanganyar lebih menguntungkan (lebih efisien) dibandingkan dengan
usahaternak pola kemitraan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai R/C ratio pola mandiri
yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai R/C ratio pola kemitraan.
Hasil penelitian Ritonga (2008), alokasi penggunaan input-input produksi
di peternakan ayam ras pedaging Kelompok Bina Usaha Tani Muslim (KBTM)
belum optimal. Keuntungan aktual yang diperoleh KBTM lebih kecil dari
16 tenaga kerja serta peralatan kandang masih berlebih sehingga keuntungan yang
diperoleh tidak maksimal. Input-input produksi yang menjadi kendala aktif yaitu
DOC, VOD serta penggunaan lahan dan kandang.
Tabel 1. Penelitian Terdahulu yang Relevan Nama
Peneliti Judul Penelitian Persamaan Perbedaan
Yunus
Komoditi yang diteliti Pemilihan lokasi penelitian dan metode pengolahan data menggunakan analisis statistika, Fungsi Frontier Stokastik dan Efisiensi Teknis, Efisiensi Harga dan Efisiensi Ekonomis Metode pengolahan data menggunakan Analisis Pendapatan
Pemilihan lokasi penelitian dan metode pengolahan data menggunakan analisis kelembagaan Metode pengolahan data menggunakan Analisis Pendapatan dan analisis Rasio
Pemilihan lokasi penelitian dan metode pengolahan data menggunakan analisis margin pemasaran dan analisis indeks keterpaduan pasar
17
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis pada penelitian ini meliputi struktur biaya
usahaternak, Analisis pendapatan usahaternak, skala usahaternak dan R/C rasio
usahaternak ayam ras pedaging. Secara rinci penjelasan mengenai kerangka
pemikiran teoritis dapat dilihat dibawah ini.
3.1.1 Struktur Biaya Usahaternak
Menurut Soekartawi (1995), biaya usahaternak diklasifikasikam menjadi
dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap ini umumnya didefinisikan biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus
dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Besarnya
biaya tetap tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Biaya
variabel adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang
dihasilkan. Penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel disebut dengan biaya
total. Komposisi yang terdapat dari biaya usahaternak disebut struktur biaya
usahaternak. Secara matematis biaya total dapat dirumuskan sebagai berikut:
TC = TVC + TFC
Keterangan:
TC = Total biaya
TVC = Total biaya variabel
TFC = Total biaya tetap
Biaya rata-rata adalah biaya keseluruhan untuk menghasilkan suatu output
tertentu yang dibagi dengan jumlah unit produk yang dihasilkan atau merupakan
biaya produksi per unit output. Biaya rata-rata dapat dibedakan atas biaya total
rata-rata, biaya tetap rata-rata dan biaya variabel rata-rata. Biaya tetap rata-rata
18 sering disebut dengan biaya tetap per satu satuan output. Adapun biaya variabel
rata-rata adalah total biaya variabel dibagi dengan total jumlah output yang
dihasilkan atau sering disebut dengan biaya variabel per satu satuan output. Secara
matematis biaya total rata-rata, biaya tetap dapat dirumuskan sebagai berikut:
ATC = , AVC = , AFC =
Keterangan:
Q = Jumlah Output
TC = Total biaya
TVC = Total biaya variabel
TFC = Total biaya tetap
ATC = Biaya total rata-rata
AVC = Biaya variabel rata-rata
ATC = Biaya tetap rata-rata
Biaya produksi dibedakan juga berdasarkan jumlah yang dikeluarkan dan
diperhitungkan yang terdiri dari biaya tunai dan biaya tidak tunai. Biaya tunai
merupakan biaya yang dikeluarkan secara tunai untuk keperluan usahaternak.
Biaya tunai terbagi atas biaya tunai tetap dan biaya tunai variabel. Biaya tunai
untuk melihat pengalokasian modal yang dimiliki peternak. Biaya tidak tunai
merupakan biaya yang tidak dimasukkan kedalam biaya tunai akan tetapi
diperhitungkan dalam kegiatan usahaternak. Biaya tidak tunai untuk melihat
bagaimana manajemen usahaternak. Rumus biaya usahaternak sebagai berikut:
TB = Bt + Bd
Keterangan:
TB = Total biaya
19 Bd = Biaya diperhitungkan
3.1.2 Analisis Pendapatan Usahaternak
Menurut Kadarsan (1995), salah satu cara untuk mengukur manfaat pola
kemitraan dibandingkan dengan pola mandiri pada usahaternak ayam ras
pedaging adalah dengan melihat perbedaan pendapatan peternak untuk tiap satu
ekor ternak yang mereka hasilkan. Pendapatan merupakan selisih dari nilai
penerimaan terhadap nilai pengeluaran (biaya). Terdapat dua tujuan utama dari
analisa pendapatan, yaitu menggambarkan keadaan sekarang dan menggambarkan
keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan. Analisa pendapatan
memberikan bantuan untuk mengukur kegiatan usaha pada saat ini berhasil atau
tidak. Penerimaan perusahaan bersumber dari pemasaran atau penjualan hasil
usaha, seperti panen tanaman dan barang olahannya serta panen dari peternakan
dan barang olahannya. Penerimaan bisa juga bersumber dari
pembayaran-pembayaran tagihan, bunga, dividen, pembayaran-pembayaran dari pemerintah dan semua
sumber lainnya yang menambah aset perusahaan. Semua hasil agribisnis yang
dipakai untuk dikonsumsi keluarga pun harus dihitung dan dimasukkan sebagai
penerimaan perusahaan walaupun akhirnya dipakai pemilik perusahaan secara
pribadi.
Hanafie (2010) menerangkan bahwa pendapatan terbagi menjadi dua yaitu
pendapatan tunai dan pendapatan non tunai. Pendapatan tunai adalah pendapatan
yang terhitung dari hasil pertanian secara tunai. Contohnya: hasil penjualan ayam
ras pedaging dikurangi dengan total biaya. Pendapatan non tunai adalah
pendapatan yang tidak terhitung dari hasil pertanian tidak tunai tetapi termasuk
pendapatan. Contohnya: Ayam ras pedaging yang dikonsumsi sendiri.
Kadarsan (1995) menerangkan bahwa pendapatan adalah selisih antara
20 diperlukan dua keterangan pokok, yaitu keadaan pengeluaran dan penerimaan
dalam jangka waktu tertentu. Rasyaf (2002) menambahkan bahwa pendapatan
adalah sejumlah uang yang diperoleh setelah semua variabel dan biaya tetap
tertutupi. Hasil pengurangan positif berarti untung, hasil pengurangan negatif
berarti rugi.
3.1.3 Skala Usahaternak
Pada usahaternak ayam ras pedaging untuk mengetahui usahaternak ayam
ras pedaging berproduksi pada tidak ekonomis (diseconomies of scale) atau skala usaha yang ekonomis (economies of scale) diperlukan Analisis biaya jangka panjang. Usahaternak ayam ras pedaging yang dilakukan peternak mencapai skala
tidak ekonomis apabila penambahan produksi menyebabkan biaya produksi
rata-rata menjadi lebih besar. Sebaliknya, usahaternak ayam ras pedaging yang
dilakukan peternak dapat mencapai skala ekonomis apabila penambahan produksi
menyebabkan biaya produksi rata-rata menjadi lebih kecil. Hubungan antara skala
usaha dengan biaya produksi rata-rata dapat dilihat pada Gambar 2.
Sumber: Walter Nicholson, 1990
Gambar 1. Kurva Biaya Jangka Panjang
Keterangan:
21 SMC = Biaya marjinal jangka pendek (short marginal cost)
SATC = Total biaya variabel jangka pendek (short average total cost) MC = Biaya marjinal jangka panjang (marginal cost)
LAC = Total biaya jangka panjang (long run average total cost)
Berdasarkan Gambar 2 diatas, kurva biaya rata-rata jangka panjang (LAC)
yang berbentuk huruf U terbagi menjadi dua, yaitu bagian menurun dan bagian
meningkat yang berimplikasi pada skala usaha ekonomis. Bagian pertama yaitu
bagian menurun dapat dilihat pada rentang produksi ayam ras pedaging mulai dari
titik 0 sampai Q2, artinya penambahan skala usaha akan selalu disertai dengan
penurunan biaya rata-rata per unit. Daerah ini disebut sebagai skala usaha
ekonomis (economies of scale). Q2 merupakan titik minimum dari kurva LAC. Titik minimum ini merupakan titik perpotongan antara kurva MC dengan LAC
dan pada daerah ini merupakan skala usaha paling efisien karena memiliki biaya
minimum.
Bagian kedua yaitu bagian meningkat dapat dilihat pada rentang produksi
ayam ras pedaging mulai dari titik Q2 sampai Q3. Bagian ini menunjukkan biaya
rata-rata berada diatas biaya minimum yang cenderung meningkat. Penambahan
skala usaha akan disertai oleh kenaikan biaya rata-rata per unit output. Daerah ini
disebut skala usaha tidak ekonomis (diseconomies of scale).
3.1.4 Rasio R/C
Kadarsan (1995) menerangkan pendapatan selain diukur dengan nilai
mutlak dapat pula diukur dengan nilai efisiensinya. Salah satu alat untuk
mengukur nilai efisiensi pendapatan tersebut yaitu penerimaan untuk setiap biaya
22 Rasio R/C (Revenue Cost Ratio) bertujuan untuk mengukur efisiensi input-input dengan menghitung perbandingan antara penerimaan total dengan biaya
produksi total. Perbandingan ini menunujukkan penerimaan kotor setiap rupiah
yang digunakan dalam usaha. Semakin tinggi nilai R/C ratio menunjukkan
semakin besar penerimaan yang diperoleh dari setiap rupiah biaya yang
dikeluarkan. Dengan demikian perolehan nilai R/C rasio yang semakin tinggi
maka tingkat efisiensi pendapatan pun semakin tinggi maka efisiensi pendapatan
pun semakin baik.
R/C Rasio =
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Peternak mandiri dan peternak plasma dalam usahaternak mempunyai
keterbatasan dalam memaksimumkan pendapatan. Hal ini disebabkan oleh
manajemen teknis budidaya dan fluktuasi harga sarana produksi. Penanganan
manajemen teknis budidaya yang baik menyebabkan biaya produksi menjadi
rendah. Manajemen budidaya yang buruk menyebabkan tingkat mortalitas tinggi
dan Feed Convertion Ratio (FCR).
Tingginya tingkat mortalitas menyebabkan sedikitnya hasil panen
sehingga biaya produksi tinggi. FCR yang diperoleh sangat besar maka akan
semakin tinggi pula biaya pakan selama proses produksi. Peternak mandiri dan
plasma mempunyai manajemen teknis yang berbeda.
Pergerakan harga sarana produksi sangat berfluktuasi, terutama pakan dan
DOC. Peternak plasma terjamin dari fluktuasi harga sarana produksi dengan
adanya kontrak. Peternak plasma mendapat harga sarana produksi lebih mahal
dari peternak mandiri karena peternak plasma melakukan pembayaran dilakukan
secara kredit kepada inti yang diatur pada kontrak. Peternak mandiri rentan akan Total Penerimaan (TR)
23 fluktuasi harga sarana produksi tetapi bebas membeli sarana produksi dengan
harga yang lebih murah. Saat harga sarana produksi tinggi, peternak mandiri
mempunyai risiko yang tinggi.
Perbedaan manajemen teknis dan biaya sarana produksi pada peternak
mandiri dan plasma berkaitan dengan struktur biaya dan masing-masing
kontribusi biaya. Pemahaman struktur biaya penting karena berimplikasi pada
pendapatan. Struktur biaya akan dianalisis biaya tetap, biaya variabel dan unit cost. Pendapatan akan dianalisis biaya tunai, biaya non-tunai dan pendapatan total. Pengukuran efisiensi input-input dengan menghitung perbandingan antara
penerimaan total dengan biaya produksi total masing-masing peternak dapat
dianalisis menggunakan R/C rasio, sehingga kekurangan dan kelebihan pada
kedua peternak dapat diketahui sebagai masukan untuk peningkatan pendapatan
24
Gambar 2. Alur Kerangka Pemikiran Operasional
Usahaternak ayam ras pedaging
Manajemen teknis budidaya dan fluktuasi harga sapronak
Peternak kemitraan Peternak mandiri
Analisis perbandingan usahaternak ayam ras pedaging pada peternak kemitraan dan peternak mandiri
Pendapatan, R/C rasio, Uji beda
pendapatan Struktur biaya
25
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 2012.
Waktu Penelitian dilakukan di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Provinsi
Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara purposive berdasarkan data dari Dinas Peternakan dan Perikanan Bogor dengan pertimbangan bahwa kawasan
tersebut merupakan kawasan yang memiliki populasi ayam ras pedaging terbesar.
4.2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan terdiri dari data sekunder dan data primer. Jenis
data sekunder yaitu data populasi ternak nasional, data PDB peternakan, data
perkembangan produksi ternak, jumlah penduduk dan konsumsi ayam ras
pedaging di Indonesia, data kontribusi total kuantitas daging ayam ras pedaging
terhadap produksi di Jawa Barat, data populasi ayam ras pedaging Provinsi Jawa
Barat, data perkembangan populasi ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor dan
data populasi ternak ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor. Data sekunder
diperoleh dari Direktorat Jenderal Peternakan, Dinas Peternakan dan Perikanan
Bogor, Departemen Pertanian, UPT Pamijahan dan Kecamatan Pamijahan baik
publikasi cetak maupun elektronik. Data primer yang digunakan yang diambil
yaitu data produksi, data biaya produksi ayam ras pedaging, data penerimaan
produksi ayam ras pedaging dan karakteristik peternakan. Data primer diperoleh
dari peninjauan langsung di lapangan dan wawancara langsung dengan responden.
4.3. Penentuan Jumlah Responden
Pengambilan sampel peternak terdiri dari dua tipe peternak, yaitu peternak
mandiri dan peternak kemitraan plasma. Penentuan sampel peternak dari Dinas
26 responden peternak menggunakan metode purposive dari data populasi peternak ayam ras pedaging dengan peternak mandiri dan peternak plasma masing-masing
sebanyak 20 peternak dan 25 peternak. Sisa kekurangan responden dengan
metode snowball sampling dengan peternak mandiri dan peternak plasma masing-masing sebanyak 10 peternak dan 15 peternak. Jumlah peternak responden dalam
penelitian ini sebanyak 70 peternak yang terdiri dari 30 peternak mandiri dan 40
peternak kemitraan berdasarkan skala usaha, yaitu < 5.000 dan ≥ 5.000 ekor.
Masing-masing sampel peternak diambil dari tujuh desa secara purposive
(tertuju), yaitu Desa Gunung Sari, Gunung Pincung, Cibitung Wetan, Pasarean,
Cibunian, CiasiHan dan Ciasmara dengan pertimbangan desa tersebut memiliki
jumlah peternak terbanyak di Kecamatan Pamijahan. Kerangka sampel peternak
kemitraan dan peternak mandiri dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Pengambilan Distribusi Sampel Peternak Kemitraan dan Peternak Mandiri di Kecamatan Pamijahan Tahun 2012
No. Desa Peternak Mandiri Peternak Plasma <5000 ≥5000 Total <5000 ≥5000 Total
1 Gunung Sari 11 6 17 3 6 9
2 Gunung Pincung 2 1 3 8 1 9
3 Cibitung Wetan - 2 2 8 6 14
4 Pasarean 3 - 3 1 3 4
5 Cibunian 3 - 3 - - -
6 Ciasihan - 1 1 3 1 4
7 Ciasmara 1 - 1 - - -
Jumlah 20 10 30 23 17 40
Sumber: Data Primer, 2012
4.4. Analisis Data
Metode pengolahan data dilakukan secara kuantitatif dengan
menggunakan program SPSS 20 dan Microsoft Office Excel 2010. Data-data yang telah diolah dan dianalisis tersebut digunakan untuk memberikan alternatif solusi
produksi yang tepat untuk diterapkan pada peternak mandiri dan peternak plasma
sesuai dengan kondisi-kondisi dasar dari setiap masalah. Data yang diperoleh dari
27 mengenai struktur biaya produksi, pendapatan, R/C rasio dan uji beda pendapatan
antara peternak mandiri dan peternak plasma
4.4.1. Analisis Struktur Biaya
Analisis struktur biaya dalam penelitian ini dibedakan menurut tipe dan
skala usaha. Tipe usaha dibedakan menurut pola usaha masing-masing peternak,
yaitu pola kemitraan (peternak plasma) dan pola mandiri (peternak mandiri) yang
dilihat secara keseluruhan tanpa membedakan skala usaha. Adapun struktur biaya
dibedakan pula berdasarkan skala usaha, yaitu < 5.000 dan ≥ 5.000 ekor.
Biaya yang dikeluarkan dalam usahaternak ayam ras pedaging terdiri dari
biaya tunai dan biaya tidak tunai. Biaya tunai merupakan biaya yang dikeluarkan
secara tunai dalam usahaternak ayam ras pedaging. Biaya tunai terdiri dari biaya
tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yang dikeluarkan adalah biaya pemeliharaan
kandang, sedangkan biaya variabel yang dikeluarkan terdiri dari biaya DOC (Day Old Chick), pakan, OVK (obat-obatan, vitamin, vaksin), sekam, kapur, listrik, bahan bakar, sewa kandang, dan tenaga kerja luar keluarga.
Biaya tidak tunai merupakan biaya yang tidak dikeluarkan secara tunai,
namun diperhitungkan dalam usahaternak ayam ras pedaging. Biaya tidak tunai
yang diperhitungkan terdiri dari biaya penyusutan kandang, penyusutan peralatan
peternakan dan tenaga kerja dalam keluarga. Biaya penyusutan dihitung dengan
menggunakan metode garis lurus. Secara matematis biaya penyusutan dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Biaya Penyusutan =
Struktur biaya usahaternak ayam ras pedaging dapat dilihat pada Tabel 3. Nilai Beli – Nilai Sisa
28
Tabel 3. Struktur Biaya Usahaternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Pamijahan Tahun 2012
Komponen Biaya Peternak Mandiri
Peternak Kemitraan
- Tenaga kerja luar keluarga
Sub Total
- Tenaga kerja dalam keluarga
Total Biaya Tidak Tunai
Total Biaya
Sumber: Data Primer, 2012
4.4.2. Analisis Pendapatan
Analisis ini meliputi komponen penerimaan dan biaya yang digunakan
untuk menganalisis pendapatan yang diperoleh peternak plasma. Analisis
pendapatan dihitung berdasarkan selisih antara penerimaan total (TR) dengan
biaya total (TC). Rumus yang digunakan yaitu (Soekartawi, 2003):
Total ∑ Tidak Tunai + ∑ Tunai
Tidak Tunai Tidak Tunai -TC Tidak Tunai
Tunai Tunai - TCTunai
Dimana,
29 TR = Total Revenue atau Penerimaan Total (Rp)
TC = Total Cost atau Biaya Total (Rp)
Analisis Penerimaan terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak
tunai. Penerimaan tunai merupakan penerimaan yang diperoleh peternak ayam ras
pedaging dari hasil produksi ayam ras pedaging yang dijual. Adapun penerimaan
tidak tunai diperoleh dari hasil produksi ayam ras pedaging yang dikonsumsi dan
diberikan kepada orang lain. Secara matematis penerimaan usahaternak ayam ras
pedaging dapat dirumuskan sebagai berikut:
TR Tunai = PA.YA
TR Tidak Tunai = PA.YB
Keterangan:
PA = Harga ayam ras pedaging (Rp/Kg)
YA = Hasil produksi ayam ras pedaging yang dijual (Kg)
YB = Hasil produksi ayam ras pedaging yang dikonsumsi dan
diberikan (Kg)
TR Tunai = Total penerimaan tunai peternak ayam ras pedaging (Rp)
TR Tidak Tunai = Total penerimaan tidak tunai peternak ayam ras pedaging (Rp)
4.4.3. Rasio R/C
Menurut Kadarsan (1995), rasio R/C digunakan untuk menganalisis
imbangan antara penerimaan dengan biaya. Analisis ini bertujuan untuk mengukur
efisiensi input-output, dengan menghitung perbandingan antara penerimaan total dengan biaya produksi total. Semakin besar nilai Rasio R/C, maka keuntungan
yang diperoleh peternak plasma akan semakin besar. Rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut:
30 Dengan Kriteria :
Rasio R/C > 1 ; maka usahaternak ayam ras pedaging menguntungkan
Rasio R/C = 1 ; maka usahaternak ayam ras pedaging impas
Rasio R/C < 1 ; maka usahaternak ayam ras pedaging rugi
4.4.4. Uji Beda Dua Sampel Bebas
Menurut Walpole (1993), Uji beda dua sampel bebas merupakan salah
satu jenis perbedaan dua mean yang digunakan untuk menguji kesamaan rata-rata dari dua sampel yang saling bebas dan saling tidak berpengaruh. Uji t bebas
digunakan untuk mengetahui secara statistik apakah terdapat perbedaan yang
nyata terhadap pendapatan antara peternak mandiri dan peternak plasma. Asumsi
yang digunakan pada pengujian sampel ini adalah secara normal. Secara
matematis rumus yang digunakan untuk mencari t hitung dan standar deviasi
adalah:
t =
√
Sd= ∑
Dimana,
d = Rata-rata selisih pendapatan usahaternak ayam ras pedaging peternak mandiri dan peternak plasma
Do = Pendapatan usahaternak ayam ras pedaging masing-masing responden di = Contoh responden
Sd = Standar deviasi selisih pendapatan usahaternak ayam ras pedaging peternak mandiri dan peternak plasma
n = Jumlah responden
Adapun hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian sebagai berikut:
31 Hipotesis Ho akan ditolak apabila P value < , begitu juga sebaliknya hipotesis
Ho diterima apabila P value > . Taraf nyata yang digunakan adalah 10 persen.
4.5. Definisi Operasional
Ruang lingkup kajian yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan
melalui konsep operasional, yaitu sebagai berikut:
1. Ayam ras pedaging adalah strain ayam hasil budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai
penghasil daging, konversi pakan kecil, siap dipotong pada usia relatif muda
dan menghasilkan mutu daging berserat.
2. Kemitraan Pola Perusahaan inti Rakyat (PIR) adalah pola ini merupakan pola
hubungan kemitraan antara peternak/kelompok peternak/kelompok mitra
sebagai plasma dengan perusahaan inti yang bermitra usaha.
3. Perusahaan inti adalah perusahaan yang menyediakan lahan, sarana produksi,
bimbingan teknis dan manajemen serta menampung, mengolah dan
memasarkan hasil produksi.
4. Peternak plasma adalah peternak yang melaksanakan proses
produksi/budidaya, mengelola sarana produksi ternak dan membayarkan
kembali seluruh produksi yang dihasilkan.
5. Peternak mandiri adalah peternak yang mampu menyelenggarakan
usahaternak dengan modal sendiri dan bebas menjual outputnya ke pasar.
Seluruh resiko dan keuntungan ditanggung sendiri.
6. Produksi adalah jumlah total ayam ras pedaging yang dihasilkan dalam satu
32 7. Penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga
jual.
8. Pendapatan tunai adalah selisih total penerimaan tunai dikurangi seluruh biaya
yang dikorbankan dalam satu periode pemeliharaan/produksi.
9. Pendapatan tidak tunai adalah selisih total penerimaan tidak tunai dikurangi
seluruh biaya yang dikorbankan dalam satu periode pemeliharaan/produksi.
10.Pendapatan total adalah penjumlahan dari pendapatan tunai dan pendapatan
tidak tunai.
11.Biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan
walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit.
12.Biaya tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi
yang dihasilkan seperti biaya untuk sarana produksi.
13. Biaya tunai dari biaya variabel dapat berupa bibit ayam (DOC), pakan,
vaksin, obat dan vitamin, tenaga kerja, listrik dan bahan bakar. Biaya tunai
dari biaya tetap yaitu biaya pemeliharaan dan pajak.
14.Biaya tidak tunai adalah biaya yang diperhitungkan dalam usahaternak seperti
33
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5.1 Letak dan Keadaan Geografis Lokasi Penelitian
Kecamatan Pamijahan merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten
Bogor, Propinsi Jawa Barat. Luas Kecamatan Pamijahan adalah 8.088,286 Ha.
Kecamatan Pamijahan terdiri dari 15 desa, 45 Dusun, 139 Rukun Warga (RW),
dan 472 Rukun Tetangga (RT). Desa yang terdapat di Kecamatan Pamijahan
antara lain Cibunian, Purwabakti, Ciasmara, Gunung Sari, Gunung Bunder 1,
Gunung Bunder 2, Cibening, Gunung Picung, Cibitung Kulon, Cibitung Wetan,
Pamijahan, Pasarean, Gunung Menyan, Cimayang dan Ciasihan. Batas-batas
wilayah Kecamatan Pamijahan sebagai berikut:
Utara : Kecamatan Cibungbulang
Barat : Kecamatan Leuwiliang
Selatan: Kabupaten Sukabumi
Timur : Kecamatan Tenjolaya
Berdasarkan topografi, Kecamatan Pamijahan merupakan dataran tinggi
dengan ketinggian 550-1000 m diatas permukaan laut (dpl). Rata- rata curah hujan
di Kecamatan Pamijahan 250-300 mm/tahun. Suhu udara yang berkisar 26–27 0C.
5.1.1 Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk
Jumlah penduduk wilayah Pamijahan adalah 141.301 orang dimana
jumlah laki- laki 71.962 orang dan perempuan 69.339 orang. Mayoritas penduduk
Kecamatan Pamijahan adalah masyarakat campuran penduduk asli dan WNI
keturunan. Bahasa dominan yang digunakan adalah bahasa Indonesia dan bahasa
sunda. Agama yang dipeluk penduduk Kecamatan Pamijahan adalah Agama
Islam, Kristen, Hindu dan Budha.
Mata pencaharian masyarakat di Kecamatan Pamijahan mayoritas adalah
34 masyarakat Kecamatan Pamijahan bertumpu pada sektor perdagangan dan sektor
pertanian. Pada sektor perdagangan terdiri dari olahan pangan serta makanan
ringan. Pada sektor pertanian masyarakat Kecamatan Pamijahan lebih dominan
pada beternak ayam, tanaman hias, usahatani dan perikanan. Sektor lain yang juga
berperan dalam perekonomian masyarakat Kecamatan Pamijahan adalah sektor
jasa, seperti jasa-jasa angkutan, dan pariwisata.
Kecamatan Pamijahan mempunyai permasalahan pada bidang
perekonomian. Permasalahan yang sering timbul dalam bidang perekonomian
adalah rendahnya kualitas infrastruktur seperti jalan raya dan pasar sebagai pusat
perdagangan serta rendahnya dukungan permodalan dari lembaga keuangan
perbankan terhadap pedagang kecil.
5.1.2 Sarana dan Prasarana
Sarana transportasi di Kecamatan Pamijahan melalui jalan raya baik
berupa aspal, kerikil dan tanah. Prasarana transportasi di daerah ini terdiri dari
truk, sedan, angkutan umum, sepeda motor, dan sepeda. Alat tansportasi di daerah
ini didominasi oleh sepeda motor. Sarana dan prasarana yang terdapat di wilayah
Kecamatan Pamijahan adalah SPBU, Mini Market, dan tempat pemasaran baik
pasar, kios Sapronak, warung maupun toko.
5.2 Karakteristik Peternak Responden
Peternak responden yang berada di wilayah Kecamatan Pamijahan
memiliki karakteristik yang berbeda-beda berdasarkan usia, jenis kelamin, status
pernikahan dan jumlah tanggungan, pendidikan, pekerjaan, dan pengalaman
usahaternak ayam ras pedaging. Karakteristik responden pada peternak mandiri