• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Persepsi dan Perilaku Konsumen di DKI Jakarta terhadap Label Gizi Pangan dengan Status Gizi dan Kesehatan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Persepsi dan Perilaku Konsumen di DKI Jakarta terhadap Label Gizi Pangan dengan Status Gizi dan Kesehatan."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PERSEPSI DAN PERILAKU KONSUMEN DI

DKI JAKARTA TERHADAP LABEL GIZI PANGAN DENGAN

STATUS GIZI DAN KESEHATAN

ANISA RAHMI NURHASANAH

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Persepsi dan Perilaku Konsumen di DKI Jakarta terhadap Label Gizi Pangan dengan Status Gizi dan Kesehatan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013 Anisa Rahmi N NIM I14090004

(4)

ABSTRAK

ANISA RAHMI NURHASANAH.Hubungan Persepsi dan Perilaku Konsumen di DKI Jakarta terhadap Label Gizi Pangan dengan Status Gizi dan Kesehatan. Di bawah bimbingan AHMAD SULAEMAN

Label informasi nilai gizi adalah daftar kandungan zat gizi pangan pada label pangan sesuai dengan format yang dibakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan persepsi dan perilaku masyarakat terhadap informasi gizi pada label makanan dengan status gizi dan kesehatan. Desain penelitian ini menggunakan cross sectional study.Responden diambil secara purposive dengan kriteria atau persyaratan bahwa responden merupakan warga DKI Jakarta dengan pendidikan minimal SMA atau sederajat, sebanyak 91 orang yang tersebar di pusat-pusat perbelanjaan Mal Ciputra, Pluit Village, Plaza Semanggi, Plaza Sarinah, dan Tamini Square pada bulan Mei 2013. Hasilnya menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku membaca label informasi nilai gizi responden dengan status gizi (p=0.190), kesehatan (p=0.237), sebaran umur (p=0.151), jenis kelamin (p=0.875), tingkat pendidikan (p=0.311), status pekerjaan (p=0.608), dan tingkat pendapatan (p=0.140). Terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku membaca label informasi nilai gizi dengan pengetahuan gizi responden (p=0.008), sikap (p=0.006), dan persepsi konsumen mengenai label informasi nilai gizi (p=0.015).

Kata kunci: Informasi Nilai Gizi, Perilaku, Persepsi, Status Gizi, Kesehatan, Pengetahuan, Sikap.

ABSTRACT

ANISA RAHMI NURHASANAH. Relation Between Consumer Behavior and Perception of Nutrition Information on Food Label with Nutrition Status and Health in DKI Jakarta. Supervised by AHMAD SULAEMAN.

Nutrition information is a list of nutrient content in food label according to standardized format. The purpose of this study was to determine the relationship between consumer perception and behavior on nutrition information in food label with nutrition status and health. Study designused was a cross-sectional. Samples were taken purposively with the criteria a people who lived at DKI Jakarta with minimum educatingof high school.91 people were randomized collected at shopping centers Ciputra Mal, Pluit Village, Semanggi Plaza, Sarinah Plaza, and Tamini Square in May 2013. There was no significant relationship between the behavior of read a nutrition label with nutrition status (p=0.190), health (p=0.237), age (p=0.151), gender (p=0.875), education level (p=0.311), job status (p=0.608), and income level (p=0.140). There were a significant relationship between behavior of read nutrition label with nutrition knowledge (p=0.008), attitude (p=0.006), and consumer perception of nutrition label (p=0.015).

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

HUBUNGAN PERSEPSI DAN PERILAKU KONSUMEN DI

DKI JAKARTA TERHADAP LABEL GIZI PANGAN DENGAN

STATUS GIZI DAN KESEHATAN

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(6)
(7)

DAFTAR ISI

PRAKATA i DAFTAR ISI ii

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR iii

DAFTAR LAMPIRAN iii

PENDAHULUAN 1 

Latar Belakang 1 

Perumusan Masalah 3 

Tujuan Penelitian 3 

Kegunaan Penelitian 3 

KERANGKA PEMIKIRAN 4 

METODE 5 

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian 5 

Jumlah dan Cara Penarikan Responden 6 

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 7 

Pengolahan dan Analisis Data 8 

Definisi Operasional 10 

HASIL DAN PEMBAHASAN 11 

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 11 

Karakteristik Responden 12 

Sosial Ekonomi Responden 14 

Pengetahuan tentang Label Gizi 16 

Sikap terhadap Label Gizi 16 

Persepsi mengenai Label Gizi 16 

Perilaku membaca Label Gizi 17 

Kesehatan Responden 17 

Status Gizi Responden 18 

Hubungan Sebaran Umur Responden dengan Perilaku Membaca Label

Informasi Zat Gizi 18 

Hubungan Jenis Kelamin Responden dengan Perilaku Membaca Label Gizi 19  Hubungan Tingkat Pendidikan Responden dengan Perilaku Membaca Label

(8)

Hubungan Status Pekerjaan dengan Perilaku Membaca Label Gizi 21  Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Perilaku Membaca Label Gizi 22  Hubungan Pengetahuan konsumen terhadap perilaku konsumen dalam

membaca Label Gizi 23 

Hubungan Sikap Konsumen terhadap Perilaku Konsumen dalam

membacaLabel Gizi 24 

Hubungan Persepsi Konsumen terhadap Perilaku Konsumen dalamm membaca

Label Gizi 24 

Hubungan Perilaku Konsumen dalam membaca Label gizi dengan Status Gizi

dan Kesehatan Responden 25 

SIMPULAN DAN SARAN 26 

Simpulan 26 

Saran 27 

DAFTAR PUSTAKA 27 

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Distribusi alokasi proporsi responden 7  Tabel 2 Jenis data, variabel dan cara pengumpulan data 8  Tabel 3 Pengkategorian karakteristik responden 10  Tabel 4 Sebaran responden menurut karakteristik dan sosial ekonomi 14  Tabel 5 Sebaran responden menurut status gizi 18  Tabel6Hasil uji hubungan pengetahuan, sikap, kesehatan, dan persepsi

responden mengenai label gizi dengan perilaku membaca label gizi 24  Tabel 7 Hasil uji hubungan status gizi dengan perilaku membaca label gizi 25 

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1Kerangka pemikiran perilaku dan persepsi konsumen terhadap status

gizi dan kesehatan 5 

Gambar 2 Sebaran responden menurut pengetahuan, sikap, persepsi, kesehatan,

dan perilaku mengenai label gizi 15 

Gambar 3 Sebaran responden menurut keterpengaruhan perilaku label gizi oleh

sebaran umur 19 

Gambar 4 Sebaran responden menurut keterpengaruhan perilaku label gizi oleh

jenis kelamin 20 

Gambar 5 Sebaran reponden menurut keterpengaruhan perilaku label gizi oleh

tingkat pendidikan 21 

Gambar 6 Sebaran responden menurut keterpengaruhan perilaku label gizi oleh

status pekerjaan 22 

Gambar 7 Sebaran responden menurut keterpengaruhan perilaku label gizi oleh

tingkat pendapatan 23 

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Hubungan Perilaku dan Persepsi Konsumen Label gizi terhadap Status Gizi dan Kesehatan 30  Lampiran 2 Data persepsi, perilaku, pengetahuan, sikap, dan kesehatan

(10)
(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di zaman yang serba praktis sekarang ini, sebagian orang lebih memilih untuk mengkonsumsi makanan dalam kemasan daripada makanan segar. Alasannya bisa karena keterbatasan waktu, atau semata-mata mengikuti tren.Selain itu, seiring dengan perkembangan pengetahuan dan peningkatan kesehatan, masyarakat di Indonesia mulai menyadari pentingnya pemahaman terhadap label pangan. Label dapat didefinisikan sebagai tulisan, tag, gambar atau pengertian lain yang ditulis, dicetak, distensil, diukir, dihias, atau dicantumkan dengan cara apapun dan dapat memberikan kesan dari suatu produk yang terdapat pada suatu wadah atau kemasan (Wijaya 2001).

Pangan kemasan merupakan pangan yang banyak digemari masyarakat Indonesia terutama masyarakat diberbagai kota besar di Indonesia, seperti DKI Jakarta. Untuk memudahkan konsumen dalam memperoleh informasi yang benar dan jelas tentang setiap produk yang dikemas sebelum konsumen memutuskan untuk membeli dan atau mengkonsumsinya, maka berdasarkan penjelasan UU No. 18 Tahun 2012 Tentang Pangan pada pasal 97 ayat 1 disebutkan bahwa pemberian label di dalam dan/atau pada kemasan produk pangan adalah wajib. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun1999 tentang Label dan lklan Pangan ditetapkan bahwa sejumlah informasi tertentu merupakanketerangan minimal yang wajib dicantumkan pada setiap label pangan misalnya nama produk, berat bersih, nama dan alamat perusahaan dan lain- lain. Namun, terdapat informasi lain yang dapat dicantumkan secara sukarela atau dapat menjadi wajib pada pangan tertentu, salah satunya adalah informasi nilai gizi.

Informasi Nilai Gizi atau dikenal juga dengan Nutrition Information atau Nutrition Fact atau Nutrition labelingdi Indonesia merupakan salah satu informasi yang wajib dicantumkan apabila label pangan memuat sejumlah keterangan tertentu. Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.06.51.0475 tahun 2005 tentang Pedoman Pencatuman Informasi Nilai Gizi pada Label Pangan menyatakan bahwa pencantuman informasi nilai gizi diwajibkan pada label pangan yang memuat keterangan tertentu, yaitu label pangan yang disertai pernyataan bahwa pangan mengandung vitamin, mineral, dan atau zat gizi lainnya yang ditambahkan, atau dipersyaratkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dibidang mutu dan gizi pangan, wajib ditambahkan vitamin, mineral, dan atau zat gizi lainnya. Dari sisi kesehatan, informasi nilai gizi kemungkinan dapat memiliki manfaat untuk konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang memerlukan pengendalian asupan zat gizi,misalnya penderita diabetes dapat mengatur jumlah asupan kalori dengan memperhatikan jumlah energi suatu produk pangan, begitu juga dengan penderita hipertensi dapat mengatur jumlah asupan natrium dengan memperhatikan jumlah yang tercantum dalam informasi nilai gizi.

(12)

2

terutama gula, garam, dan lemak.Perilaku membaca label makanan selain untuk menghindari konsumsi berlebih juga untuk mewaspadai bahaya di balik makanan kemasan kadaluwarsa yang berujung kepada timbulnya penyakit (Sibuea 2002). Perilaku konsumen mencakup proses pengambilan keputusan dan kegiatan yang dilakukan konsumen secara fisik dalam pengevaluasian, perolehan penggunaan atau mendapatkan barang dan jasa. Jadi dalam menganalisis perilaku konsumen tidak hanya menyangkut faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan kegiatan saat pembelian, akan tetapi juga meliputi proses pengambilan keputusan yang menyertai pembelian. Perilaku membaca label gizi produk pangan kemasan yang merupakan salah satu perilaku konsumen adalah sebagai langkah untuk menyeimbangkan gizi yang merupakan salah satu dari 13 pesan PUGS (Pedoman Umum Gizi Seimbang) yang dibuat oleh Direktorat Gizi Departemen Kesehatan pada tahun 1994 untuk menghasilkan kualitas sumberdaya manusia yang handal (Cahanar dan Suhanda 2006).

Berdasarkan penelitian kuantitatif yang dilakukan oleh International Food Information Council (IFIC), umumnya masyarakat Amerika membaca label makanan saat akan membeli bahan pangan. Lebih dari 8 dari 10 konsumen yang melihat komposisi atau informasi zat gizi pada label, dimana 11% selalu melihat, 32% hampir selalu melihat, dan 40% terkadang melihat. Kandungan zat gizi yang menjadi perhatian konsumen adalah kalori (89%), diikuti total lemak (81%), sodium (75%), gula (73%), karbohidrat (72%), lemak jenuh (71%), dan kolesterol (66%) (Borra 2006).Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh The Food and Drug (FDA) tahun 2005, 60-80% para konsumen di Amerika membaca label produk pangan sebelum membeli produk makanan baru.Dari presentase tersebut, 30-40% konsumen mengaku bahwa label produk pangan menjadi salah satu masukan mereka dalam membeli jenis produk pangan (Philipson 2005).Sementara itu, berdasarkan hasil kajian Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN), di Indonesia masalah label masih kurang mendapat perhatian dari konsumen. BPKN menemukan hanya 6,7% konsumen yang memperhatikan kelengkapannya (Hasil Kajian BPKN 2007). Kurangnya perhatian pada perilaku konsumen dalam membaca informasi nilai gizi produk pangan dapat berdampak buruk bagi status kesehatan masyarakat.Hal ini perlu mendapatkan perhatian lebih lanjut.

(13)

3 Informasi terdepan dari suatu produk pangan yang dinilai oleh konsumen adalah semua informasi yang tercantum dalam label yang terdapat pada kemasan pangan. Informasi nilai gizi yang merupakan salah satu atribut dari label pangan, menjadi salah satu informasi penting dalam penentuan pembelian produk pangan oleh masyarakat Jakarta karena ingin meningkatkan dan menjaga kesehatan mereka. Kurangnya penelitian mengenai label gizi, serta pada penelitian-penelitian sebelumnya kebanyakan responden diambil hanya dari kalangan mahasiswa yang berpengetahuan gizi baik. Hal ini kurang dapat memberi gambaran bagi masyarakat pada umumnya.Oleh karena itu, penelitian ini dikaji untuk memberi gambaranmasyarakat pada umumnya dari populasi DKI Jakarta mengenai hubunganpersepsi danperilaku masyarakat terhadap informasi gizi pada label kemasan pangan dengan status gizi dan kesehatan mereka.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan pokok-pokok permasalahan yang menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana persepsi konsumen terhadap label gizi produk pangan kemasan. 2. Bagaimana perilaku konsumen terhadap label gizi produk pangan kemasan. 3. Bagaimanakah hubunganpersepsi dan perilaku konsumen terhadap label gizi

produk pangan kemasan dengan status gizi dn kesehatannya

Tujuan Penelitian Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan persepsi dan perilaku masyarakat terhadap label gizi pada kemasan makanan dengan status gizi dan kesehatan

Tujuan Khusus

Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui persepsi masyarakat mengenai label gizi pada kemasan pangan.

2. Mengetahui perilaku masyarakat terhadap label gizi pada kemasan pangan. 3. Mengetahui hubungan perilaku masyarakat terhadap label gizi dengan

status gizi dan kesehatan masyarakat berdasarkan informasi nilai gizi.

Kegunaan Penelitian

(14)

4

KERANGKA PEMIKIRAN

Perilaku seseorang juga dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal.Persepsi merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi timbulnya perilaku. Persepsi adalah proses dimana sensasi yang dirasakan oleh konsumen dipilih, diorganisir, dan diinterpretasikan. Tiga tahap dari persepsi adalah pemaparan, perhatian, dan interpretasi (Solomon 2002). Perilaku dan persepsi konsumen mengenai label gizi ini dapat mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan untuk membeli produk pangan. Kemampuan membeli ini berhubungan dengan konsumsi pangan yang dimakan oleh seseorang.Setiap produk pangan yang dikonsumsi seseorang memiliki nilai gizinya masing-masing yang mempengaruhi status gizi dan kesehatan orang tersebut.Status gizi merupakan suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan (Gibson 1996). Sedangkan kesehatan menurut UU No 36 tahun 2009 adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi.

Pengetahuan konsumen akan mempengaruhi keputusan pembelian yaitu semakin banyak pengetahuan yang dimiliki konsumen maka konsumen akan semakin baik dalam mengambil keputusan. Selain itu, pengetahuan tersebut dapat mengakibatkan konsumen akan lebih efisien dan lebih tepat dalam mengolah informasi serta mampu me-recall informasi dengan lebih baik. Berdasarkan uraian tersebut, terlihat bahwa persepsi berhubungan dengan pembentukkan pengetahuan konsumen yang kemudian akan mempengaruhi keputusan pembelian atau konsumsi (Kotler 2006).

Persepsi dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berkaitan dengan karakteristik responden seperti jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan dan status sosial ekonomi. Persepsi seseorang terhadap suatu barang juga mempengaruhi perilaku mereka dalam membaca label gizi. Persepsi yang telah mereka miliki selama ini terhadap produk tertentu akan terus mereka percayai, sehingga akan lebih cenderung untuk mengabaikan informasi baru terkini, seperti label gizi pangan.Faktor eksternal responden berasal dari lingkungan sekitar responden yang dapat mempengaruhi persepsinya seperti sumber informasi.

(15)

5 perilaku konsumen yang akan diteliti adalah persepsi dan perilaku konsumen tentang hal yang berkaitan dengan informasi nilai gizi serta pengaruhnya terhadap status gizi dan kesehatan. Melalui survei persepsi dan perilaku konsumen tentang informasi nilai gizi dapat diketahui faktor-faktor internal apa saja yang berhubungan dalam membentuk persepsi dan perilaku konsumen tentang informasi nilai gizi terhadap status gizi dan kesehatan.

Keterangan : =Variabel yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti = Hubugan yang diteliti = Hubungan yang tidak diteliti Gambar 1Kerangka pemikiran perilaku dan persepsi konsumen terhadap status

gizi dan kesehatan

METODE

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional study karena pengumpulan data dilakukan pada satu waktu yang tidak berkelanjutan.Penelitian dilakukan di pusat-pusat perbelanjaan yang berada di wilayah DKI Jakarta.Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei 2013.

Persepsi Terhadap Informasi Nilai Gizi

Faktor Internal : Tingkat usia Tingkat pendidikan Jenis kelamin Status sosial Ekonomi

Faktor eksternal

Status gizi dan kesehatan Perilaku Terhadap Informasi Nilai Gizi

Pengaruh lingkungan Proses psikologis

Perbedaan dan Pengaruh Individu :

Pengetahuan

(16)

6

Jumlah dan Cara Penarikan Responden

Pada penelitian ini konsumen pusat perbelanjaan yang dijadikan sebagai responden penelitian adalah konsumen yang termasuk ke dalam golongan ekonomi menengah dan memiliki pendidikan minimal setara dengan Sekolah Menengah Atas.Pengelompokkan ini dilakukan untuk memudahkan peneliti karena besarnya keragaman karakteristik yang terdapat di pusat-pusat perbelanjaan. Konsumen yang dikelompokkan berdasarkan kelas sosial diduga akan membentuk pola pemikiran tertentu sesuai dengan kelas sosialnya. Pemilihan kelas menengah dimaksudkan sebagai penduga konsumen yang memahami label pangan, yaitu informasi nilai gizi pada berbagai kelas ekonomi. Sedangkan untuk pendidikan minimal setara dengan Sekolah Menengah Atas dimaksudkan sebagai penduga bahwa konsumen telah memahami masalah gizi dan cara pembacaan informasi nilai gizi. Lokasi pemilihan responden dilakukan di lima tempat pusat perbelanjaan yang tersebar di daerah DKI Jakarta yang diasumsikan data dari tiap pusat perbelanjaan tersebut dapat menggambarkan keadaan data konsumen diseluruh Indonesia dan untuk mewakili data dari tiap daerah.

Daerah pusat perbelanjaan merupakan daerah yang sering digunakan oleh warga masyarakat DKI Jakarta untuk membeli bahan pangan yang mereka butuhkan dan merupakan tempat untuk memperdagangkan produk-produk makanan kemasan yang didalam kemasan produk tersebut terdapat pelabelan pangan, salah satuya adalah informasi nilai gizi.

Pusat perbelanjaan yang terpilih yaitu Mal Ciputra, Pluit Village, Plaza Semanggi, Plaza Sarinah, dan Tamini Square.Pusat – pusat perbelanjaan ini dipilih karena tersebar dan mewakili tiap daerah yang ada di daerah DKI Jakarta dan dapat mewakili gambaran populasi di DKI Jakarta khususnya dan Indonesia pada umumnya.Lokasi tersebut tepat dipilih karena memiliki rata-rata konsumen dengan kelas ekonomi menengah, pendidikan minimal setara dengan Sekolah Menengah Atas, dan peneliti mendapatkan ijin untuk melakukan pengambilan data di lokasi tersebut. Selain itu, pusat perbelanjaan tersebut merupakan pusat perbelanjaan yang memiliki letak strategis sehingga banyak konsumen memilih untuk berbelanja ditempat tersebut..

Responden diambil secara purposive dengan metode simple random sampling dengan pengambilan responden secara proposional.Responden yang digunakan adalah responden yang tersebar di pusat perbelanjaan di DKI Jakarta. Konsumen yang dipilih menjadi responden yaitu harus memenuhi beberapa kriteria seperti: 1) berbelanja di pusat perbelanjaan tersebut, 2) produk yang dibeli merupakan produk makanan yang memiliki label pangan informasi nilai gizi, 3) bersedia menjadi responden, dan 4) bersedia memberikan data yang dibutuhkan terkait penelitian secara lengkap.

Jumlah responden dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan uji Hipotesis beda 2 proporsi (Ariawan 1998) sebagai berikut :

(17)

7 Z1 - α/2 = derajat kemaknaan (95%) = 1,96

Z1 – β = kekuatan uji 80% Z= 1,28

P1 = proporsi perilaku membaca label gizi pada responden yang berjenis kelamin perempuan 52,1% (Asmaiyar 2004)

P2 = proporsi perilaku membaca label gizi pada responden yang berjenis kelamin laki-laki 19,2 % (Asmaiyar 2004)

P = P1+P2

Besar responden yang dihasilkan : n =

Berdasarkan rumus di atas, jumlah responden dalam penelitian ini minimal sebesar 84 orang, untuk mengantisipasi adanya responden yang drop-out maka jumlah respondentersebut ditambah 10% menjadi 92,4 = 93 orang, karena pengambilan data di ambil pada lima tempat pusat perbelanjaan yang tersebar di DKI Jakarta, maka pengambilan responden dilakukan dengan cara proposional random sampling.

Tabel 1Distribusi alokasi proporsi responden Pusat Perbelanjaan

Jakarta Barat Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Selatan Jakarta Utara =1.164.446/4.

Dari 93 kuesioner yang digunakan, didapatkan 91 responden yang kembali dan memenuhi syarat.Actual respondenpada penelitian ini berjumlah 91 orang.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

(18)

8

wawancara berupa kuesioner dan pengukuran langsung. Data tersebut, yaitu: 1) Karakteristik responden meliputi, nama, jenis kelamin, usia, pendidikan, berat badan, dan tinggi badan 2) Karakteristik sosial ekonomi meliputi pendapatan dan pekerjaan 3) Perilaku konsumen 4) Persepsi konsumen 5) Pengetahuan konsumen 6) Sikap konsumen. Sedangkan data sekunder yang dibutuhkan yaitu data gambaran umum mengenai lokasi penelitian yaitu pusat-pusat perbelanjaan di DKI Jakarta, dan nilai kandungan gizi, serta klaim kesehatan.Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan keterangan informasi nilai gizi pada label pangan.

Tabel 2Jenis data, variabel dan cara pengumpulan data

No Jenis data Variabel Cara pengumpulan data 1. Karakteristik

responden

Wawancara langsung dengan respondendan penyebaran kuesioner

2. Status gizi Berat badan Berat badan diukur dengan menggunakan timbangan injak

Tinggi badan Tinggi badan diukur dengan menggunakan microtouise dengan ketelitian 0.1 cm

3. Persepsi konsumen Persepsi konsumen positif dan negatif

Wawancara langsung dengan responden dan penyebaran kuesioner

4. Perilaku Konsumen Frekuensimembaca Label gizi

Wawancara langsung dengan responden dan penyebaran kuesioner

Zat Gizi pada Label gizi

Wawancara langsung dengan responden dan penyebaran kuesioner

Keputusan membeli Wawancara langsung dengan responden dan penyebaran kuesioner

5. Pengetahuan Tingkat pengetahuan Penyebaran kuesioner 6. Sikap Sikap konsumen Penyebaran kuesioner 7. Kesehatan Tingkat kesehatan Wawancara langsung dengan

responden dan penyebaran kuesioner

Pengolahan dan Analisis Data

(19)

9 Variabel perilaku membaca label gizi produk pangan kemasan dinilai berdasarkan kemampuan responden menjawab10 pertanyaan mengenai frekuensi membaca label gizi produk pangan kemasan. Penelitian dilakukan dengan memberikan nilai satu pada jawaban tidak pernah, nilai dua pada jawaban jarang, nilai tiga pada jawaban sering, dan nilai empat pada jawaban selalu untuk setiap pertanyaan.Bobot nilai kemudian dijumlah dari setiap pertanyaan dan dikategorikan menjadi dua menurut nilai mean data, yaitu kurang baik (jika total skor <25.16) dan baik (jika total skor ≥ 25.16).

Variabel persepsi konsumen tentang label gizi produk pangan kemasan dinilai berdasarkan kemampuan responden menjawab 6 pertanyaan. Penelitian dilakukan dengan memberikan nilai 0 pada jawaban salah atau negatif, nilai 1 pada jawaban tidak tahu, dan nilai 2 pada jawaban benar atau positif. Bobot nilai yang sudah dijumlahkan kemudian dikategorikan menjadi dua menurut nilai median data, yaitu kurang baik (jika total skor <8) dan baik (jika total skor ≥ 8).

Variabel pengetahuan tentang label gizi produk pangan kemasan dinilai berdasarkan kemampuan responden menjawab dengan benar 10 pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan. Penelitian dilakukan dengan memberikan nilai 0 pada jawaban salah, nilai 1 pada jawaban tidak tahu, dan nilai 2 pada jawaban benar. Bobot nilai yang sudah dijumlahkan kemudian dikategorikan menjadi dua menurut nilai mean data, yaitu kurang baik (jika ≤ 7 pertanyaan dijawab responden dengan benar) dan baik (jika >7 pertanyaan dijawab responden dengan benar).

Variabel sikap terhadap pentingnya membaca label gizi produk pangan kemasan dinilai berdasarkan kemampuan responden menjawab10 pertanyaan. Penelitian dilakukan dengan memberikan nilai 1 pada jawaban sangat tidak setuju, nilai 2 pada jawaban tidak setuju, nilai 3 pada jawaban setuju, dan nilai 4 pada jawaban sangat setuju. Bobot nilai kemudian dijumlahkan dan dikategorikan menjadi dua menurut nilai mean data, yaitu kurang baik (jika total skor <31.73) dan baik (jika total skor ≥ 31.73)

Variabel status gizi diukur berdasarkan indeks massa tubuh yang didapat dari data berat badan dan tinggi badan responden. Pengkategorian indeks massatubuh responden didasarkan pada pengkategorian IMT dari Depkes (2003), yaitu kurus sekali (jika IMT<17 kg/m2), kurus (jika IMT 17.0 – 18.4 kg/m2), normal (jika IMT 18.5 – 25.0 kg/m2), gemuk (jika IMT 25.1 – 27.0 kg/m2), dan gemuk sekali atau obesitas (jika IMT >27.0 kg/m2).

Variabel kesehatan diukur berdasarkan jumlah penyakit yang diderita responden dan tingkat kesehatan yang dialami responden. Penelitian ini dilakukan dengan memberikan nilai 2 untuk kesehatan yang meningkat, nilai 1 untuk kesehatan yang tetap, dan nilai 0 untuk kesehatan yang menurun, serta persentase penuh (100%) untuk orang yang tidak mengalami atau memiliki penyakit apapun (sehat). Bobot nilai kemudian dijumlahkan dan dikategorikan menjadi dua, yaitu kurang baik (jika total skor <70%) dan baik (jika total skor ≥ 70%).

(20)

10

konsumen.Sedangkan analisis spearman digunakan untuk mengetahui hubungan kesehatan, persepsi konsumen, dan karaketeristik responden.

Data karakteristik responden meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan tingkat pendapatanresponden diperoleh dengan cara wawancara langsung dan penyebaran kuesioner. Data karakteristik ini dikategorikan kedalam bentuk yang lebih sederhana, yaitu untuk kategori tingkat pendidikan (rendah dan tinggi), status pekerjaan (tidak bekerja dan bekerja), dan tingkat pendapatan (rendah dan tinggi). Untuk data karakteristik umur dan jenis kelamin tidak disajikan dalam bentuk yang lebih sederhana, kemudian data karakteristik ini pada akhirnya akan memberikan gambaran mengenai responden. Selain itu, data antropometri responden yang terdiri dari berat badan dan tinggi badan. Data tersebut digunakan untuk memperoleh data Indeks Massa Tubuh (IMT) sebagai indikator dari status gizi responden. Data berat badan diperoleh dari pengukuran langsung menggunakan timbangan injak,sedangkan data tinggi badan diperoleh dengan mengukur tinggi badan secara langsung dengan menggunakan microtoi berskala pengukuran 0.1 cm.

Tabel 3Pengkategorian karakteristik responden No Karekteristik responden Kategori

1 Umur 16-19 tahun

20-45 tahun

2 Jenis kelamin Laki-laki

Perempuan

3 Tingkat pendidikan Responden

SMA Ibu rumah tangga (IRT)

5 Tingkat pendapatan

<Rp 1.000.000 Rp 1.000.000-Rp 3.000.000 Rp 3.000.000-Rp 6.000.000 Rp 6.000.000-Rp 10.000.000 Rp 10.000.000-Rp 15.000.000

>Rp 15.000.000

Definisi Operasional

Contohadalah masyarakat umum yang melakukan pembelian pangan dipusat perbelanjaan.

(21)

11

Karakteristik sosial ekonomi adalah ciri khas sosial ekonomi konsumen reponden yang mempengaruhi pola pikirnya dalam pemilihan bahan pangan berdasar informasi nilai gizi.

Karakteristik pendidikan adalah ciri khas pengetahuan responden yang mempengaruhinya dalam pemilihan pembelian bahan pangan yang sesuai dengan standar gizi yang dibutuhkan responden.

Konsumen adalah pembeli yang sedang melakukan kegiatan pembelanjaan makanan di pusat perbelanjaan dengan berdasarkan pada informasi nilai gizi karena memiliki pengetahuan yang cukup dan biaya pembelian bahan yang cukup.

Persepsi Konsumen adalahsuatu proses seorang dalam menyeleksi, mengorganisasikan, dan menginterprestasikan informasi nilai gizi ke dalam suatu gambaran pemenuhan kebutuhan gizi secara keeluruhan

Perilaku Konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan kegiatan yang dilakukan konsumen secara fisik dalam pengevaluasian, perolehan penggunaan atau mendapatkan makanan berdasar pengetahuan terhadap informasi nilai gizi

Makanan adalah segala sesuatu yang dapat dikonsumsi oleh manusia secara aman dan memiliki pelabelan pangan, terutama informasi nilai gizi sebagai keterangan dari bahan tersebut.

Label pangan adalahinformasi identitas/ “jati diri” dari produk yang menjadi hak milik perusahaan sebagai alat komunikasi tertulis pihak produsen dengan pihak konsumen dalam melakukan pelayanan jaminan persyaratan mutu produk dan kesehatan.

Informasi Nilai Giziadalah info atau data dari kandungan gizi yang terdapat atau terkandung di dalam bahan pangan

Status Gizi adalah tingkat kecukupan gizi seseorang yang diukur dari pembagian antara tinggi badan dengan berat badan

Kesehatan adalah tingkat kesehatan seseorang karena pemilihan makanan yang baik berdasar pada pemahaman terhadap informasi nilai gizi dalam mempengaruhi tingkat konsumsinya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta merupakan Ibu Kota dari Negara Indonesia.DKI Jakarta mempunyai luas wilayah  650 km2 termasuk wilayah

daratan Kepulauan Seribu yang tersebar di teluk Jakarta. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 25 tahun 1978 wilayah DKI Jakarta dibagi dalam lima wilayah kota yang setingkat dengan Kota Madya Daerah Tingkat II dan berada langsung di bawah Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang terdiri dari 30 kecamatan dan 236 Kelurahan. Adapun pembagian kelima wilayah tersebut adalah Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Utara, Jakarta Selatan, dan Jakarta Pusat.

(22)

12

pusat-pusat perbelanjaan yang menjadi salah satu daya tarik untuk mengunjungi kota tersebut dan juga sebagai salah satu pusat kegiatan ekonomi para penduduk. Pada pusat-pusat perbelanjaan terjadi kegiatan jual beli yang terutama adalah produk-produk pangan.Kesibukan para penduduk mendorong para warganya untuk berbelanja di pusat-pusat perbelanjaan. Adapun beberapa pusat perbelanjaan yang terdapat di DKI Jakarta adalah Mal Ciputra Jakarta, Pluit Village, Plaza Semanggi, Plaza Sarinah, Tamini Square yang dijadikan sebagai tempat pengambilan data penelitian.

Mal Ciputra Jakarta yang dahulu bernama Mall Citraland adalah sebuah pusat perbelanjaan di Grogol, Jakarta Barat, Indonesia.Mal ini berdiri pada tanggal 26 Februari 1993.Mal Ciputra Jakarta adalah pusat perbelanjaan ritel mixed use dan hiburan yang memiliki enam lantai dengan luas kotor 76.017 m2 dan luas bersih yang dapat disewakan 43.115 m2.Mal Ciputra Jakarta memiliki jumlah pengunjung rata-rata pertahunnya 12 juta orang.

Tamini Square merupakan pusat perbelanjaan yang memiliki konsep untuk keluarga dan remaja.Terletak dipersimpangan jalan Taman Mini Raya dan Pondok Gede menjadikan Tamini Square sebagai salah satu pusat perbelanjaan yang terfavorit di Jakarta Timur.Tamini Square memiliki jumlah pengunjung rata-rata pertahunnya adalah 9 juta orang.

Plaza Semanggi atau The Plaza Semanggi adalah salah salah satu pusat perbelanjaan di kawasan Semanggi, Jakarta Selatan yang mulai beroperasi pada tahun 2004.Plaza Semanggi memiliki jumlah pengunjung rata-rata pertahunnya 11 juta orang.

Pluit Village yang merupakan perubahan dari Megamall Pluit berdiri sejak tahun 1990, namun berganti kepemilikan sehingga mengubahnama pada tahun 2007. Pluit village dibangun di tanah seluas 21 ha dengan bangunan sebesar 86.588 m2 yang memiliki pemandangan danau.Mal ini berdekatan dengan kawasan Pantai Indah Kapuk.Pluit Village memiliki jumlah pengunjung rata-rata pertahunnya 10 juta orang, yang sebagian besar merupakan penduduk keturunan Cina.

Plaza Sarinah adalah pusat perbelanjaan setinggi 74 meter dan 15 lantai yang terletak di Menteng, Jakarta Pusat.Gedung ini mulai dibangun pada tahun 1963 dan diresmikan pada tahun 1967 oleh Soekarno.Sarinah adalah pusat perbelanjaan pertama di Indonesia dan juga pencakar langit pertama di Jakarta.Plaza Sarinah memiliki jumlah pengunjung rata-rata pertahunnya 13 juta orang.

Karakteristik Responden

Penelitian ini menggunakan responden yang sedang berbelanja di pusat perbelanjaan tertentu di DKI Jakarta, yaitu Mal Ciputra, Tamini Square, Plaza Semanggi, Pluit Village, dan Plaza Sarinah. Karakteristik responden merupakan gambaran umum responden yangberbelanja di beberapa pusat perbelanjaan di DKI Jakartayang meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan status gizi.

Usia

(23)

13 2004).Berdasarkan tabel 4usia dikategorikan ke dalam dua pengelompokkan umur, yaitu 16-19 tahun dan 20-45 tahun. Hal ini dikarenakan usia16-19 tahun termasuk dalam kategori remaja, sedangkan usia20-45 tahun termasuk ke dalam kategori dewasa muda. Dari data yang didapat, diketahui rata-rata responden termasuk ke dalam kategori dewasa muda atau pada rentang usia20-45 tahun, yaitu sebesar 84.6%. Responden remaja hanya sebesar 15.4% dari total keseluruhan responden yang didapat. Responden yang kebanyakan berusia dewasa ini dipengaruhi karena banyaknya konsumen yang berbelanja rata-rata merupakan ibu-ibu yang bertugas sebagai pengurus urusan dapur rumah tangga atau wanita karir yang berbelanja untuk kebutuhannya sehari-hari.

Jenis Kelamin

Responden berjumlah 91 orang yang diambil dari lima pusat perbelanjaan.Berdasarkan tabel 4 menunjukkan sebagian besar responden yang berbelanja dipusat perbelanjaan berjenis kelamin perempuan dengan persentase sebesar 71.4% dan yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 28.6%.Tingginya persentase responden yang berjenis kelamin perempuan dikarenakan aktivitas berbelanja terutama untuk produk pangan disebagian banyak keluarga dilakukan oleh perempuan.Responden laki-laki yang datang ke pusat perbelanjaan lebih cenderung untuk kegiatan rapat atau mengerjakan tugas sambil disertai dengan kegiatan mengkonsumsi produk pangan kemasan.

Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan responden merupakan bagian dari penelitian yang diperlukan untuk mengukur seberapa jauh tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh responden. Karena semakin tinggi tingkat pendidikan, maka akan semakin tinggi pula pengetahuan yang diketahui (Suhardjo et al. 1988). Dalam penelitian ini tingkat pendidikan responden dikategorikan menjadi empat, yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA), diploma/akademi, sarjana, dan pasca sarjana.Berdasarkan tabel 4 sebagian besar responden memiliki pendidikan terakhir adalah sarjana sebesar 53.8%.Sedangkan untuk tingkat pendidikan lainnya yaitu SMA sebesar 37.4%, diploma sebesar 4.4%, dan pasca sarjana sebesar 4.4%.Responden yang kebanyakan adalah sarjana ini ada yang memiliki pekerjaan, namun ada juga yang tidak.Responden yang bergelar sarjana namun tidak mempunyai pekerjaan dikarenakan melanjutkan tingkat pendidikannya atau sedang menunggu panggilan pekerjaan.Sedangkan responden kedua terbanyak yaitu SMA merupakan responden yang sedang mengambil pendidikan S1 dan masih bersekolah sehingga masih memiliki pendidikan terakhir SMA.Dalam pengambilan data, hanya responden dengan pendidikan terakhir SMA saja yang diambil datanya, karena tingkat pendidikan berhubungan dengan pekerjaan maupun tingkat pendapatan seseorang.

(24)

14

Tabel 4 Sebaran respondenmenurut karakteristik dan sosial ekonomi Karakteristik

Tingkat pendidikan SMA/Sederajat 34 37.4

Diploma/akademi 4 4.4 Tingkat pendapatan < Rp 1.000.000 37 40.7

Rp 1.000.000 – Rp

Sosial Ekonomi Responden

Penelitian ini selain mengkaji mengenai karakteristik responden, peneliti juga ingin mengkaji mengenai keadaan sosial ekonomi dari responden.Karakteristik sosial ekonomi responden yang diteliti adalah pekerjaan dan tingkat pendapatan dari responden.Hal ini berkaitan dengan semakin tinggi pekerjaan seseorang, maka semakin tinggi pula pendapatan orang tersebut.Pekerjaan responden terbagi kedalam enam kategori yaitu tidak bekerja, pegawai negeri sipil (PNS), pegawai swasta, BUMN, wiraswasta, dan ibu rumah tangga.Tingkat pendapatan responden terbagi kedalam enam kategori yaitu < Rp 1.000.000, Rp 1.000.000 – Rp 3.000.000, Rp 3.000.000 – Rp 6.000.000, Rp 6.000.000-Rp 10.000.000, Rp 10.000.000- Rp 15.000.000, dan > Rp 15.000.000.

Pekerjaan

(25)

15 responden masih merupakan pelajar yang sedang menempuh pendidikan sarjana atau pasca sarjana serta terdapat beberapa responden yang sedang menunggu panggilan untuk bekerja karena baru lulus sebagai sarjana. Sedangkan untuk pekerjaan lainya memiliki persentase sebesar 19.8% sebagai pegawai swasta, 13.2% sebagai karyawan BUMN, 7.7% sebagai wiraswasta, dan 2.2% masing-masing sebagai PNS dan ibu rumah tangga. Banyaknya responden yang termasuk kategori tidak bekerja dikarenakan responden masih merupakan mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi.

Tingkat Pendapatan

Pendapatan responden yang diteliti dibagi menjadi enam kategori diantaranya kategori < Rp 1.000.000, Rp 1.000.000 – Rp 3.000.000, Rp 3.000.000 – Rp 6.000.000, Rp 6.000.000-Rp 10.000.000, Rp 10.000.000- Rp 15.000.000, dan > Rp 15.000.000.

Berdasarkan table4 pendapatan responden terbanyak berada pada kategori < Rp 1.000.000 yaitu sebesar 40.7%. Sedangkan untuk kategori pendapatan lain yaitu Rp 1.000.000 – Rp 3.000.000 sebesar 28.6%, Rp 3.000.000 – Rp 6.000.000 sebesar 18.7%, Rp 6.000.000 – Rp 10.000.000 sebesar 7.7%, Rp 10.000.000 – Rp 15.000.000 sebesar 1.1%, dan > Rp 15.000.000 sebesar 3.3%. Tingkat pendapatan berhubungan dengan kemampuan atau daya beli dari seseorang. Semakin tinggi pendapatan seseorang maka semakin tinggi pula kemampuannya dalam membeli, sehingga orang yang memiliki penghasilan tinggi sebagian kecil lebih cenderung untuk membeli produk pangan berdasarkan nilai kandungan gizi yang terdapat dalam pangan tersebut, bukan melihat dari harganya.Hal ini berkaitan karena masih banyak orang yang juga mementingkan hal lain seperti kesukaan maupun tingkat kepercayaan terhadap barang yang telah mereka miliki dalam memilih suatu produk pangan.

Dari data diatas, dilakukan pengelompokkan tingkat pendapatan responden, yaitu responden yang memiliki tingkat pendapatan tinggi dan tingkat pendapatan rendah.Tingkat pendapatan rendah adalah pendapatan kurang dari Rp 1.000.000.Sedangkan tingkat pendapatan tinggi adalah pendapatan lebih dari Rp 1.000.000.Responden yang memiliki pendapatan tinggi, yaitu sebesar 59%.Sedangkan responden lainnya termasuk ke dalam kategori pendapatan yang rendah, yaitu 41%.

Gambar 2Sebaran responden menurut pengetahuan, sikap, persepsi, kesehatan, dan perilaku mengenai label gizi

Baik Kurang Baik

Pengetahuan Sikap Persepsi Perilaku Kesehatan 52,7

47,3 50,549,5 62,6

37,4

48,451,6 51,748,3

(26)

16

Pengetahuan tentang Label Gizi

Pengetahuan merupakan hasil dari proses mencari tahu, dari yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat menjadi dapat. Dalam proses mencari tahu ini mencakup berbagai metode dan konsep-konsep, baik melalui proses pendidikan maupun melalui pengalaman (Notoatmodjo 2005). Hal ini mempengaruhi seseorang dalam pemahaman berbagai hal termasuk diantaranya penyerapan informasi dari label gizi suatu produk pangan kemasan. Pengetahuan mengenai label gizi merupakan suatu hal yang sangat penting guna terbentuknya suatu tindakan untuk berperilaku membaca label yang merupakan kewajiban bagi konsumen, sehingga dengan meningkatkan pengetahuan konsumen tentang label merupakan cara yang tepat dalam memulai suatu perubahan perilaku pada konsumen tersebut.

Tingkat pengetahuan yang mempengaruhi perilaku seseorang juga diteliti dalam penelitian ini sebagai komponen acuan dalam penentuan perilaku seseorang.Karena pengetahuan tinggi, belum tentu memiliki perilaku yang tepat dalam mambaca label gizi.Berdasarkan gambar 2dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik yaitu sebesar 52.7% responden dapat menjawab pertanyaan dengan baik dan benar.Tingkat pengetahuan responden yang lebih cenderung kepada tingkat pengetahuan yang baik dipengaruhi oleh rata-rata pendidikan responden yang sudah mengenyam pendidikan minimal 9 tahun, dengan pendidikan terakhir Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sedang melanjutkan ke tingkat perguruan tinggi.Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh lama pendidikan seseorang.Sedangkan tingkat pengetahuan responden yang masih rendah lebih dikarenakan responden yang cenderung untuk malas membaca atau memiliki rasa keingintahuan yang kurang, sehingga kurang tepat dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan pada penelitian ini.

Sikap terhadap Label Gizi

Sikap adalah kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.Sikap belum merupakan suatu tindakan aktivitas, akantetapi merupakan suatu predisposisi untuk terjadinya suatu perilaku. Usaha yang paling berpengaruh untuk menentukan hubungan antara sikap-perilaku adalah teori tindakan yang masuk akal, teori ini berusahamenetapkan faktor-faktor apa yang menentukan konsistensi sikap-perilaku yang dimulai dengan asumsi bahwa individu beperilaku cukup rasional (Notoatmodjo 2005).

Berdasarkan gambar 2sikap responden terhadap label gizi adalah baik yaitu sebesar 50.5%.Rata-rata responden menanggapi sikap positif terhadap informasi yang disajikan, namun tidak selalu sikap yang baik terhadap pembacaan label gizi memiliki praktek perilaku yang baik pula.Kecenderungan manusia untuk berpikiran positif dengan menerima baik ilmu yang positif, tidak selalu dibarengi dengan perilaku yang baik pula.

Persepsi mengenai Label Gizi

(27)

17 akan berbeda satu sama lain. Persepsi yang dibentuk oleh seorang individu dipengaruhi oleh isi memori dan pengalaman masa lalu yang tersimpan dalam memori. Persepsi mempengaruhi pemahaman label gizi (Asmaiyar 2004).

Berdasarkan gambar 2 dapat diketahui persepsi responden yang merupakan penduduk DKI Jakarta sebagian besar memiliki persepsi yang baik terhadap label gizi yaitu sebesar 62.6%. Hal ini berkaitan dengan tingginya pengetahuan yang banyak diketahui responden dan sikap responden yang juga tergolong ke dalam sikap yang baik.

Perilaku membaca Label Gizi

Perilaku membaca label gizi produk pangan kemasan yang merupakan salah satu perilaku konsumen adalah sebagai langkah untuk menyeimbangkan gizi yang merupakan salah satu dari 13 pesan PUGS (Pedoman Umum Gizi Seimbang). Berikut data perilaku responden mengenai pembacaan label gizi.

Berdasarkan gambar 2dapat diketahui jika penduduk DKI Jakarta memiliki tingkat perilaku yang rendah mengenai pembacaan label gizi yaitu sebesar 51.6%. Banyaknya responden yang memiliki perilaku yang kurang terhadap informasi nilai gizi dikarenakan kurangnya perhatian responden terhadap pentingnya nilai kandungan gizi yang terdapat dalam makanan yang dikonsumsi dan sebagian besar responden lainnya mengaku bahwa tidak memiliki informasi atau mendapat informasi yang cukup mengenai pentingnya label gizi bagi kesehatan dan status gizi mereka.

Kesehatan Responden

Kesehatan menurut UU No 36 tahun 2009 adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Sakit adalah suatu keadaan dimana seseorang merasa kondisi kesehatannya terganggu. Penyakit sendiri pada dasarnya adalah proses fisik atau patofisiologis yang berlangsung dan mampu menyebabkan keadaan yang abnormal pada tubuh atau pikiran. Seseorang dapat saja merasa sehat atau tidak ada penyakit, namun jika kemudian dia merasa tak sehat, itulah yang disebut sakit.Hal ini dapat terlihat apabila seseorang mengidap tekanan darah tinggi atau terkena ancaman serangan jantung, namun dalam keseharian, orang tersebut masih merasa sehat atau tidak sakit.

(28)

18

Status Gizi Responden

Status gizi merupakan gambaran keseimbangan antara kebutuhan akan zat-zat gizi dan penggunaannya dalam tubuh. Status gizi dipengaruhi oleh dua hal pokok yaitu konsumsi makanan dan keadaan kesehatan tubuh.Keduanya berkaitan dengan faktor lingkungan sosial atau ekonomi dan budaya.Keseimbangan tersebut dapat dilihat dari variabel pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi badan/panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan, dan panjang tungkai (Gibson, 1990). Jika keseimbangan tadi terganggu, misalnya pengeluaran energi dan protein lebih banyak dibandingkan pemasukan maka akan terjadi kekurangan energi protein, dan jika berlangsung lama akan timbul masalah yang dikenal dengan KEP berat atau gizi buruk (Depkes RI, 2000).

Tabel 5 Sebaran responden menurut status gizi

Variabel Kategori n %

Status gizi Kurus sekali 4 4.4

Kurus 8 8.8

Normal 64 70.3

Gemuk 9 9.9

Gemuk sekali 6 6.6

Total 91 100

Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki status gizi baik karena tergolong kedalam kategori status gizi normal sebesar 70.3%.Hal ini dikarenakan responden sebagian besar memiliki pengetahuan yang baik, sehingga dapat menjaga kesehatannya dengan baik.Sedangkan untuk kategori status gizi kurus sekali sebesar 4.4%, kurus 8.8%, gemuk 9.9%, dan gemuk sekali 6.6%.Responden yang termasuk kedalam status gizi malnutrisi dalam penelitian ini dapat disebabkan karena perilaku mereka yang kurang menjaga kesehatan.Hal ini dapat terlihat dari hasil penelitian pada variabel pengetahuan dan perilaku, dimana sebagian besar penduduk memiliki pengetahuan yang baik mengenai label gizi, namun banyak juga penduduk yang memiliki perilaku kurang terhadap label gizi.

Berdasarkan gambaran diatas, dilakukan pengelompokkan status gizi responden.Pengelompokkan tersebut terbagi kedalam tiga kelompok, yaitu status gizi kurus, normal, dan gemuk.Sebagian besar responden termasuk ke dalam kategori status gizi normal, yaitu sebesar 70%.Sedangkan responden lainnya termasuk ke dalam kategori dengan status gizi kurus, yaitu 13% dan status gizi gemuk, yaitu 17%.

Uji Antar Variable

Hubungan Sebaran Umur Responden dengan Perilaku Membaca Label Informasi Zat Gizi

(29)

19 persentase tetap terlihat ada kecenderungan perbedaan persentase yang besar antara kategori umur.Gambar 3 menunjukkan umur dengan perilaku membaca label gizi memperlihatkan adanya perbedaan besar persentase. Responden yang membaca label informasi gizi dengan baik lebih tinggi pada responden dengan rentang usia 20-45 tahun (49.4%) dibandingkan dengan responden pada rentang usia 16-19 tahun (42.9%). Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Green (1980) yang menyatakan bahwa umur memang merupakan faktor yang berada diluar pengaruh langsung untuk berkontribusi atas perilaku kesehatan, yang dalam hal ini adalah perilaku membaca label gizi produk pangan kemasan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Asmaiyar (2004) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara umur dengan kepatuhan membaca label produk pangan, penelitian Zahara (2009) yang menyatakan bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan antara umur dengan membaca label yang dapat disebabkan karena rentang umur responden yang tidak terlalu jauh, hanya berkisar pada rentang umur dewasa muda, dan penelitian Jannah (2010) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara sebaran umur dengan perilaku membaca label informasi gizi pada mahasiswa UIN Jakarta. Rentang umur pada penelitian ini serupa dengan penelitian Zahara (2009) yang memiliki persentase besar pada rentang umur dewasa muda. Menurut Zahara (2009) rentang umur ini adalah rentang usia dewasa muda, sehingga belum ada resiko penyakit ataupun penurunan status kesehatan yang perlu dikuatirkan.

Gambar 3Sebaran perilaku label gizi responden menurut usia

Hubungan Jenis Kelamin Responden dengan Perilaku Membaca Label Gizi

Jenis kelamin merupakan salah satu data karakteristik responden, yang dapat memberi gambaran umum mengenai responden. Berdasarkan gambar 4 dapat dilihat bahwa rata-rata responden perempuan maupun laki-laki sebagian besar termasuk kedalam kategori kurang dalam membaca label gizi, yaitu masing-masing sebesar 50.8% dan 53.8%. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p=0.875. Dari nilai ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin responden dengan perilaku membaca label gizi dengan p=0.875. Hal ini dikarenakan adanya pemilihan responden yang tidak terdistribusi secara heterogen.Sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah

Kurang

16–19 tahun 20-45 tahun

Perilak

u

(30)

20

perempuan.Walaupun tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik, tetapi dari hasil ditemukan adanya kecenderungan bahwa persentase perempuan yang membaca label gizi dengan baik lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki.

Hasil ini sejalan dengan studi Dricoutis, Lazardiz, dan Nayga yang menemukan bahwa wanita secara umum lebih memungkinkan untuk menggunakan label informasi zat gizi dan Jannah (2010) yang menyatakan bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan antara sebaran jenis kelamin dengan perilaku membaca label gizi produk pangan kemasan pada mahasiswa UIN Jakarta. Namun, hal ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Zahara (2009) yang menyatakan bahwa pria lebih memiliki kepatuhan membaca label informasi gizi dan label komposisi makanan yang lebih baik daripada perempuan dan Asmaiyar (2004) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin dengan kepatuhan membaca label produk pangan.

Gambar 4Sebaran perilaku label gizi responden menurut jenis kelamin

Hubungan Tingkat Pendidikan Responden dengan Perilaku Membaca Label Gizi

Status sosial ekonomi dapat diukur berdasarkan tingkat pendidikan orang tua dan situasi ekonomi keluarga (Neumark & Hanna 2000), sehingga pada penelitian ini variabel latar belakang pendidikan terkait dengan status sosial ekonomi.Berdasarkan gambar 5 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan antara perilaku responden yang berpendidikan tinggi dan berpendidikan menengah. Sebagian besar responden yang berpendidikan menengah memiliki perilaku membaca label gizi yang baik (52.9%). Sedangkan responden dengan kategori berpendidikan tinggi sebagian besar memiliki perilaku membaca label informasi gizi yang kurang baik (54.4%). Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji analisisspearman didapatkan bahwa tingkat pendidikan responden tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku membaca label informasi gizi dengan p=0.311.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Zahara (2009) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara latar belakang pendidikan ayah dengan kepatuhan membaca label informasi makanan baik zat gizi, komposisi, maupun kadaluwarsa. Namun hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Asmaiyar (2004) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang

(31)

21 bermakna antara pendidikan dengan kepatuhan konsumen membaca label.Hal ini mungkin terjadi karena kebanyakan dari responden yang termasuk dalam kategori pendidikan menengah dalam penelitian ini merupakan mahasiswa yang sedang bekuliah, sehingga memiliki waktu luang yang lebih banyak untuk dapat membaca label gizi pada produk pangan kemasan dan kebanyakan responden ini ingin mendapat sesuatu yang lebih dengan uang yang sedikit sehingga mereka lebih cermat dalam membaca label gizi pangan.

Gambar 5Sebaran perilaku label giziresponden menurut tingkat pendidikan

Hubungan Status Pekerjaan dengan Perilaku Membaca Label Gizi

Status pekerjaan responden terkait dengan status sosial ekonomi.Berdasarkan gambar 6 dapat dilihat bahwa responden terbagi ke dalam dua kelompok kategori status perkerjaan, yaitu tidak bekerja dan bekerja. Sebagian besar responden yang tidak bekerja memiliki perilaku yang kurang baik dalam membaca label gizi sebesar (54.9%), sedangkan responden yang bekerja sebagian besar memiliki perilaku yang baik dalam membaca label gizi (52.5%). Dari hasil uji statistik dengan menggunakan analisis uji spearman didapatkan hasil tidak ada hubungan yang signifikan antara status pekerjaan responden dengan dengan perilaku membaca label informasi gizi dengan p=0.608. Hal ini terjadi karena distribusi responden yang tidak merata karena sebagian besar termasuk ke dalam kategori tidak bekerja.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Zahara (2009) yang menyatakan bahwa status pekerjaan ayah memiliki hubungan yang signifikan dengan kepatuhan membaca label informasi zat gizi dan komposisi dan Asmaiyar (2004) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan kepatuhan konsumen membaca label.

(32)

22

Gambar 6Sebaran perilaku label giziresponden menurut status pekerjaan

Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Perilaku Membaca Label Gizi

Penghasilan atau pendapatan seseorang merupakan gambaran dari status ekonomi seseorang (Nayga 1996). Berdasarkan gambar 7responden yang termasuk kedalam kategori berpenghasilan rendah sebagian besar memiliki perilaku yang baik dalam membaca label informasi gizi (51.4%), sedangkan responden yang termasuk kedalam kategori berpenghasilan tinggi sebagian besar memiliki perilaku yang kurang baik dalam membaca label gizi (53.7%). Dari hasil uji statistik dengan mengunakan uji analisis spearman didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan dengan perilaku membaca label informasi gizi dengan p=0.140.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Nayga (1996) yang menemukan bahwa penghasilan berhubungan signifikan dengan perilaku membaca kalori, sodium, serat, lemak, dan kolesterol.Perencanaan makanan rumah tangga yang berpenghasilan tinggi ternyata lebih banyak yang lebih memperhatikan zat gizi kalori, sodium, serat, lemak, dan kolosterol dibandingkan lainnya (Nayga 1996).Hal ini terjadi karena distribusi responden yang tidak merata dan adanya keterkaitan antara tingkat pendidikan dan pendapatan. Dalam bahasan sebelumnya, diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan perilaku membaca label informasi gizi sehingga pada tingkat pendapatan pun menghasilkan hasil yang sama bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan perilaku membaca label informasi gizi. Selain itu, tingkat pendapatan juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dimana orang yang berpendapatan tinggi cenderung lebih sibuk sehingga tidak meluangkan waktu untuk membaca label gizi dan juga dipengaruhi oleh tingkat kesukaan dan kepercayaan akan suatu produk yang telah lama dimiliki sehingga mengabaikan label gizi yang ada pada kemasan pangan.

Kurang Baik

Baik 55,1

47,6 44,9

52,4

0 10 20 30 40 50 60

Tidak bekerja Bekerja

Perilak

u

(33)

23

Gambar 7Sebaranperilaku label giziresponden menurut tingkat pendapatan

Hubungan Pengetahuan konsumen terhadap perilaku konsumen dalam membaca Label Gizi

Pengetahuan seseorang sangat berkaitan dengan perilaku yang akan dilakukan oleh seseorang. Semakin tinggi pengetahuan seseorang maka akan semakin baik perilaku yang dilakukan seseorang tersebut. Dari data diperoleh bahwa pengetahuan dan perilaku responden mengenai label gizi memiliki hubungan yang signifikan karena memiliki nilai p<0.05.Hal ini menunjukkan terdapat hubungan antara pengetahuan seseorang terhadap label gizi dengan perilaku mereka dalam membaca label gizi. Semakin tinggi pengetahuan responden maka akan semakin baik pula perilaku mereka dalam membaca label gizi ataupun sebaliknya pengetahuan responden akan meningkat seiring dengan perilaku mereka yang baik dalam membaca label gizi.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Green (1980) menyatakan bahwa pengetahuan merupakan faktor yang berkontribusi atas perilaku kesehatan, yang dalam hal ini adalah perilaku membaca Label gizi pada produk pangan kemasan. Dan juga sejalan dengan penelitian Dricoutis, Lazaridis dan Nayga (2006) yang menyatakan bahwa pengetahuan gizi akan memudahkan dalam memahami dan membaca label gizi. Pengetahuan gizi akan mempermudah untuk memahami manfaat dan efisiensi dalam membaca label makanan. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam hubungan antara pengetahuan dan perilaku membaca label adalah bahwa perilaku membaca label gizi dapatmeningkatkan pengetahuan gizi konsumen. Sebagai responden, konsumen dapat menambah pengetahuan gizi dengan membaca label produk makanan. Dricoutis, Lazaridis, dan Nayga (2006), menyatakan bahwa perilaku membaca label makanan, zat gizi tertentu, dan komposisi dapat meningkatkan pengetahuan konsumen.

(34)

24

Tabel 6Hasil uji hubungan pengetahuan, sikap, kesehatan, dan persepsi responden mengenai label gizi dengan perilaku membaca label gizi

Variabel Sig p-value R n

Pengetahuan 0.008 +0.277 91

Sikap 0.006 +0.285 91

Persepsi 0.015 +0.255 91

Kesehatan 0.237 +0.125 91

Hubungan Sikap Konsumen terhadap Perilaku Konsumen dalam membacaLabel Gizi

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.Manifestasi dari sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo 2003)

Dari data sikap responden terhadap label gizi dan perilaku responden dalam membaca label gizi didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dan perilaku responden mengenai label gizi. Hal ini dapat terlihat dari hasil uji pearson dengan menggunakan program SPSS didapatkan hasil p<0.05. Dari hasil uji tersebut dapat diketahui sikap dan perilaku saling mempengaruhi satu sama lain dimana semakin tinggi sikap seseorang terhadap label gizi, maka semakin baik pula responden dalam membaca atau berperilaku membaca label gizi.

Hasil ini sesuai dengan teori Green (1980) menyatakan bahwa sikap merupakan faktor yang berkontribusi atas perilaku kesehatan, yang dalam hal ini adalah perilaku membaca label gizi produk pangan kemasan.Hal ini juga sesuai dengan penelitian terdahulu, yaitu penelitian Nayga (1996) menemukan bahwa ada hubungan signifikan antara pernyataan sikap dari responden yang sedang menjalani diet penyakit dengan perilaku membaca label zat gizi serat, gula, dan lemak. Menurut Zahara (2009) juga terdapat hubungan yang signifikan antar sikap kesehatan dengan kepatuhan membaca label informasi zat gizi. Dalam penelitiannya disimpulkan bahwa sikap yang baik memang salah satu faktor yang berhubungan dengan perilaku membaca label, terutama label informasi zat gizi.

Hubungan Persepsi Konsumen terhadap Perilaku Konsumen dalamm membaca Label Gizi

(35)

25 Hasil uji hubungan antara persepsi responden dengan perilaku membaca label gizi memiliki nilai p<0.05.Dari hasil uji tersebut dapat diketahui persepsi responden, mengenai label gizi memiliki hubungan yang signifikan terhadap perilaku responden dalam membaca label gizi, dimana semakin tinggi atau baik persepsi seseorang terhadap label gizi maka akan semakin baik pula perilaku seseorang dalam membaca label gizi. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Siagian (1994) yang menyatakan bahwa persepsi seseorang mengenai lingkungan, dalam hal ini label gizi produk pangan kemasan akan sangat berpengaruh pada perilaku yang akhirnya akan menentukan faktor-faktor yang dipandang motivasional (dorongan untuk melakukan sesuatu), perilaku terhadap label gizi. Selain itu menurut Petrucelli (1996), keefektifan penggunaan label informasi zat gizi sangat tergantung pada persepsi dan kepercayaan konsumen terhadap zat gizi tersebut. Nayga menambahkan, sebagai responden jika konsumen tidak yakin atau percaya pada label informasi zat gizi yang tertera pada kemasan makanan, maka mereka akan lebih sedikit membaca label makanan. Persepsi seseorang akan berpengaruh terhadap terbentuknya suatu perilaku, persepsi dan kepercayaan telah dinyatakan berhubungan signifikan dengan terbentuknya perilaku (Nayga 1996). Tabel 7 Hasil uji hubungan status gizi dengan perilaku membaca label gizi

Variabel Kategori

Kateg0ri Perilaku membaca label informasi gizi

Hubungan Perilaku Konsumen dalam membaca Label gizi dengan Status Gizi dan Kesehatan Responden

(36)

26

antara responden yang berstatus gizi normal dengan status gizi malnutrisi yang dalam hal ini adalah, status gizi kurang dan gemuk. Sebagian besar responden yang termasuk kedalam kategori dengan status gizi normal memiliki perilaku membaca label gizi yang baik sebesar 54.7%, sedangkan sebagian besar responden yang termasuk ke dalam kategori kurang dan gemuk memiliki perilaku yang kurang baik dalam membaca label gizi, yaitu masing-masing sebesar 58.3% dan 73.3%. Sehingga secara tidak langsung perilaku seseorang dalam membaca label gizi memberi pengaruh pada status gizi mereka.

Kesehatan manusia juga dipengaruhi oleh perilaku seseorang dalam menjaga dan meningkatkan kesehatannya.Seperti pada pernyataan sebelumnya bahwa perilaku kesehatan termasuk kedalam perilaku terbuka, dalam penelitian ini juga dikaji hubungan antara kesehatan dengan perilaku.Data kesehatan dan perilaku responden diuji dengan menggunakan uji spearman pada program SPSS. Dari hasil perhitungan uji tersebut didapatkan nilai p-value >0.05.Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara perilaku dengan kesehatan. Kesehatan manusia sebenarnya hampir sama dengan status gizi seseorang dimana tidak hanya dipengaruhi oleh satu hal saja tetapi juga beberapa faktor lain seperti aktivitas fisik, pola hidup dan tingkat stress atau keadaan psikologis seseorang.Konsumsi makanan merupakan salah satu faktor kecil saja dalam mempengaruhi kesehatan seseorang, sehingga dalam penelitian ini tidak dapat ditemukan hubungan yang berbeda nyata atau siginifikan antara perilaku membaca label gizi dengan kesehatan responden. Namun, apabila dilihat dari status gizi responden yang sebagian besar termasuk kedalam kategori normal, responden dalam kategori ini disamping memiliki perilaku yang baik dalam membaca label gizi juga memiliki persentase kesehatan yang baik, yaitu sebesar 81.2%. Sehingga secara tidak langsung perilaku membaca label gizi dapat memberi pengaruh selain terhadap status gizi, tetapi juga untuk kesehatan mereka.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Warga DKI Jakarta yang menjadi responden dalam penelitian berjumlah 91 orang dengan kisaran usia antara 19 tahun sampai 45 tahun. Responden terdiri dari laki-laki (28.6%) dan perempuan (71.4%) dengan tingkat pendidikan sebagian besar merupakan sarjana (53.8%). Sebagian besar dari keseluruhan responden berada pada kelompok usia 20-45 tahun (85.7%). Berat badan dan tinggi badan responden juga dikategorikan menurut IMT, sebagian besar responden berada pada kategori IMT normal (75.8%). Secara keseluruhan responden merupakan kelompok ekonomi menengah dengan pendapatan sebagian besar berada pada tingkat < Rp 1.000.000 (40.7%) dan tidak bekerja (53.9%).

(37)

27 pendidikan rendah (52.9%), responden pekerja (52.5%), dan tingkat pendapatan rendah (51.4%) termasuk dalam kategori baik dalam membaca label gizi. Sedangkan untuk kategori laki-laki (53.8%), sebaran umur 16-19 tahun (57.1%), sebaran umur 20-45 tahun (50.6%), tingkat pendidikan tinggi (54.4%), responden tidak bekerja (54.9%), tingkat pendapatan tinggi (53.7%) termasuk kedalam kategori kurang baik dalam membaca label informasi gizi.

Variabel-variabel pada penelitian ini terbagi kedalam dua kategori, yaitu baik dan kurang baik.Sebagian besar variabel dari responden termasuk kedalam kategori baik untuk persepsi (62.6%), sikap (50.5%), pengetahuan (52.7%), dan kesehatan (51.7%).Sedangkan untuk variabel perilaku sebagian besar responden termasuk dalam kategori kurang baik (51.6%).

Hubungan antar variabel didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku membaca label gizi dengan status gizi dan kesehatan (p=0.190 dan p=0.237) serta karakteristik dan sosial ekonomi responden, yaitu sebaran umur memiliki p=0.151, jenis kelamin memiliki p=0.875, tingkat pendidikan memiliki p=0.311, status pekerjaan memiliki p=0.608, dan tingkat pendapatan memiliki p=0.140. Hubungan pengetahuan gizi dengan perilaku membaca label informasi nilai gizi terdapat hubungan yang signifikan (p=0.008). Selain itu, juga terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi konsumen dan sikap dengan perilaku membaca label gizi (p=0.015 dan p=0.006).

Saran

Sebaiknya BPOM, LSM, dan instasi terkait seperti Universitas atau mahasiswa terutama mahasiswa dari program studi ilmu gizi diharapkan dapat melakukan program pendidikan dan pengenalan mengenai pentingnya informasi nilai gizi produk pangan kemasan dengan memberikan promosi berupa cara membaca serta memahami informasi yang terdapat pada label tersebut dan menerapkan hasil widya karya pangan dan gizi dalam bentuk informasi yang akurat. Promosi atau penyebaran informasi ini ini dapat diberikan dalam bentuk pamflet-pamflet, artikel di koran, dan iklan baik di televisi maupun siaran radio. Selain itu, pelabelan informasi nilai gizi produk pangan kemasan ada baiknya juga dilakukan pada produk pangan lain seperti produk pangan hasil olahan rumah tangga yang sebenarnya cukup sering dikonsumsi masyarakat sesuai dengan AKG.

DAFTAR PUSTAKA

Asmaiyar. 2004. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan konsumen membaca label produk pangan di pasar kebayoran lama jakartaselatan tahun 2003 [tesis]. Jakarta (ID): Universitas Indonesia

Assael H. 1998. Consumer behavior and marketing action. 6 th ed. Cincinnati OH: South Western College Publishing.

(38)

28

________________________________. 2003. Kategori Status Gizi. Jakarta: Depkes RI

Badan Perlindungan Konsumen Nasional. 2007. Hasil Kajian BKPN di Bidangan Pangan Terkait Perlindungan Konsumen. http://www.Indonesia.go.id (23 Juli 2013)

Borra S. 2006. Consumer perspectives on food label. Am J Clin Nutr, 83(suppl):1235S

BPOM. 2005. Peraturan kepala badan pengawas obat dan makanan nomor HK.00.06.51.0475 tentang pedoman pencatuman informasi nilai gizi pada label pangan.

Cahanar P, Suhanda I. 2006.Makanan Sehat Hidup Sehat. Jakarta (ID): Buku Kompas

Cowburn G, Stockley L. 2004. Consumer understanding and use of nutrition labeling: a systematic review. Public Health Nutrition, 8(1): 21-28

Green L dkk. 1980. Diterjemahkaan oleh Zulazmi hamdy, Zarfiel Tafal, dan Sudarti Kresno. Perencanaan Pendidikan Kesehatan Sebuah Pendekatan Diagnostik. Jakarta: Proyek Pengembangan Fakultas Kesehatan Masyarakat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI

Grunert KG, Wills JM, Celemin LF. 2010. Nutrition knowledge, and use and understanding of nutrition information on food labels among consumer in the UK. Elsevier, 55:177-189.

Gruner KG, Celemin LF, Wills JM, Bonsmann SS, Nureeva L. 2010. Use and understanding of nutrition information on food labels in six European countries.J Public Helath, 18:261-277

Jannah WA. 2010. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku membaca label giziproduk pangan kemasan pada mahasiswa kesehatan masyarakat UIN Syarif Hidayatullah jakartatahun 2010 [skripsi]. Jakarta (ID): UIN Syarif Hidayatullah

Kotler P, Keller, Lane K. 2006. Marketing Management: Twelfth Edition. New Jersey: Pearson Education, inc.

Naygaet al. 2006.Nutritional knowledge and consumer use of nutrtional food lables.International Food and Agribusiness Management Association World Food and Agribusiness Symposium.

Nayga R. 1996. Determinants of consumer use of nutritional information on food packages. Journal of Agricultural Economics Assocation

Neumark S& Hannan PJ. 2000. Weightrelated behaviors among adolescent girls and boys. Arch Pediatr Adolesc Med, 154, 569-577.

Notoatmodjo S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta (ID): Rineka Cipta

Pemerintah Republik Indonesia. 1999. Peraturan pemerintah republik indonesia No. 69 tahun 1999 tentang label dan iklan pangan. Jakarta (ID): Sekretariat Negara

_________________________. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta (ID): Sekretariat Negara.

(39)

29 Philipson T. 2005. Government perspective: food labeling. Am J Clin Nutr,

82(suppl):262S-4S

Rahmawati T. 2000. Keragaman konsumsi pangan, aktivitas fisik dan status gizi wanita menopause [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sibuea P. 2002.Awas! Makanan kadaluwarsa dalam

parsel.http://64.203.71.11/kesehatan/news/0212/16/230032.htm (20 Juli 2013)

Solomon MR. 2002. Consumer behavior. New Jersey: Prentice Hall International. Suryani T. 2008. Perilaku Konsumen : Implikasi pada strategi pemasaran, edisi

pertama, cetakan pertama, Penerbit : Graha Ilmu, Jakarta.

Wijaya H. 2001. Pelabelan Pangan di dalam Pengendalian Mutu dan Keamanan Pangan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Jakarta.

(40)

30

LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Hubungan Perilaku dan Persepsi Konsumen Label gizi terhadap Status Gizi dan Kesehatan

HUBUNGAN PERSEPSI DAN PERILAKU KONSUMEN DI

DKI JAKARTA TERHADAP LABEL GIZI PANGAN DENGAN

STATUS GIZI DAN KESEHATAN

KodeResponden

Sayasetujuuntukdiwawancara

Tandatanganresponden

Tanggalwawancara :

NamaResponden :

Beratbadan :

Tinggibadan :

Alamatrumah :

No. Telepon/Hp : Nama Enumerator :

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(41)

31

2013

A. KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI RESPONDEN

Lingkarilah pada nomor dan isi kolom dari pertanyaan dibawah ini yang sesuai dengan biodata diri Anda

A1. JenisKelamin 1=laki-laki, 2=perempuan

A2. Umur tahunbulan

A3. Pendidikan

A4. Pekerjaan

A5. Pendapatan

B. PERSEPSI KONSUMEN

1. Menurutanda, apakahfungsiinformasinilaigizi yang tercantumpadakemasanpangan?

a. Batas banyakpanganuntukdikonsumsi

b. Batas kandunganmakanan yang dapatdimakan c. Batas kandungan yang terdapatdalammakanan d. Lainnya, yaitu…….

e. Tidak tahu

2. Menurutandaseberapapentingketeranganinformasinilaigizipadaprodukpangan? 1 SD/sederajat 2 SMP/sederajat 3 SMA/sederajat 4 Diploma/akademi

5 Sarjana 6 PascaSarjana

7 lainnya, sebutkan………

0 TidakBekerja 1 PNS 2 Pegawaiswasta 3 BUMN 4 TNI/Polri 5 Wiraswasta

6 Dosen/Guru 7 Iburumahtangga (IRT) 8 lainnya, sebutkan……..

1 <Rp 1.000.000

Gambar

Gambar 1Kerangka pemikiran perilaku dan persepsi konsumen terhadap status
Tabel 1Distribusi alokasi proporsi responden
Tabel 2Jenis data, variabel dan cara pengumpulan data
Tabel 3Pengkategorian karakteristik responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data primer meliputi sosial ekonomi keluarga (besar keluarga, pendapatan per kapita, pekerjaan orang tua dan pendidikan orang tua) karakteristik anak baduta

Frekuensi kunjungan konsumen ke kafe ten&amp; &amp;pat ditentukan oleh persepsi yang muncul dalam diri konsumen setelah ia berkunjung dan mencoba produk dan jasa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi tentang lingkungan belanja dengan kecenderungan perilaku belanja konsumen minimarket khususnya yang berada

Lampiran 7 : Tabulasi Data Variabel Perilaku Konsumen dalam Mengkonsumsi Buah Lokal (Y) pada Penelitian Pengaruh Kesadaran, Persepsi dan Preferensi Konsumen terhadap Perilaku

Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui pengaruh kesadaran konsumen terhadap perilaku konsumen dalam mengkonsumsi buah lokal dikawasan perpasaran Jakarta Barat,

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, banyak responden yang menyediakan mie di rumah sebagai makanan selingan untuk anak karena anak suka dan selalu meminta

Hasil dari penelitian responden yang memiliki usia menarche 13 tahun sebanyak 42%.Usia tersebut masih tergolong ke dalam usia 3 tahun pertama sejak menstruasi hal tersebut dapat

Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan keragaman konsumsi pangan dan status gizi wanita usia 19-49 tahun di Provinsi DKI Jakarta berdasarkan data Riset Kesehatan