• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Karakteristik Mutu Bunga Gladiol (Gladiolus Hybrydus) Dengan Teknik Pengolahan Citra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Karakteristik Mutu Bunga Gladiol (Gladiolus Hybrydus) Dengan Teknik Pengolahan Citra"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

KAJIAN KARAKTERISTIK MUTU BUNGA GLADIOL (Gladiolus hybrydus) DENGAN TEKNIK PENGOLAHAN CITRA

Oleh : JUAN MARAGIA

F14103062

2007

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(2)

KAJIAN KARAKTERISTIK MUTU BUNGA GLADIOL (Gladiolus hybrydus) DENGAN TEKNIK PENGOLAHAN CITRA

SKRIPSI

Sebagai syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknik Pertanian,

Fakultas Teknologi Pertanian,

Institut Pertanian Bogor

Oleh : JUAN MARAGIA

F14103062

2007

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(3)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

KAJIAN KARAKTERISTIK MUTU BUNGA GLADIOL (Gladiolus hybrydus) DENGAN TEKNIK PENGOLAHAN CITRA

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknik Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh : Juan Maragia

F14103062

Dilahirkan pada tanggal 20 Mei 1985 Di Boyolali, Jawa Tengah

Tanggal lulus : Menyetujui, Bogor, Agustus 2007

Prof. Dr. Ir. Hadi K. Purwadaria, M.Sc. NIP. 130354174

Dosen Pembimbing Akademik

Mengetahui,

(4)

RINGKASAN

Juan Maragia. F14103062. Kajian Karakteristik Mutu Bunga Gladiol (Gladiolus hybrydus) Dengan Teknik Pengolahan Citra.

Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Hadi K. Purwadaria, M.Sc.

Salah satu tanaman hias yang banyak disukai adalah jenis bunga, hal ini dapat dilihat pada volume permintaan bunga, khususnya bunga potong. Hal ini dapat dilihat dari grafik permintaan yang selalu meningkat, baik untuk dalam negeri dan luar negeri. Salah satu jenis bunga potong yang masih mempunyai daya tarik adalah bunga Gladiol. Kegunaan utama bunga Gladiol adalah untuk pelengkap hiasan dalam dekorasi.

Penangganan pasca panen memegang peranan penting dalam penentuan mutu bunga, terutama kegiatan sortasi dan pemutuan. Selama ini kegiatan sortasi dan pemutuan bunga Gladiol masih dilakukan secara manual, sehingga menghasilkan produk yang kurang seragam. Karena hasil sortasi secara manual kurang memuaskan, maka diperlukan suatu metode untuk mensortasi dan mengelompokkan bunga Gladiol dengan baik.

Salah satu alternative untuk memperbaiki kualitas proses sortasi adalah dengan menggunakan Teknik Pengolahan Citra (Image Processing). Proses pengolahan citra adalah Pengolahan Citra adalah proses untuk mengamati dan menganalisa suatu objek tanpa berhubungan langsung dengan objek yang diamati. Pada penelitian ini algoritma yang dipakai adalah pengembangan dari program yang telah ada sebelumya.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan mutu bunga Gladiol dengan algoritma pengolahan yang telah disusun, kemudian membandingkan hasil yang didapat dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).

Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian dan di rumah kost di Desa Balumbang Jaya, Kecamatan Kota Bogor Barat, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dari dari bulan Maret sampai Juni 2007.

Setelah dilakukan perhitungan dengan pengolahan citra didapat beberapa nilai untuk parameter-parameter seperti panjang, luas area, dan indeks RGB. Dari data-data ini kemudian dicari korelasinya dengan pengukuran secara manual. Untuk hubungan panjang antara pengukuran manual dengan teknik pengolahan didapat nilai koefisien determinasi sebesar 0,9786, sedangkan untuk hubungan panjang manual dengan luasan area total di peroleh nilai koefisien determinasi 0,5101. Dari nilai koefisien determinasi pengukuran panjang dapat disimpulkan bahwa panjang bunga Gladiol aktual dapat diduga dari pengukuran panjang dengan teknik pengolahan citra. Nilai koefisien determinasi antara panjang pengukuran manual dengan luas area total yang cukup kecil menunjukkan bahwa luasan area tidak dapat menunjukkan panjang aktual secara akurat.

Tingkat kelurusan ternyata tidak dapat diduga dengan menggunakan selisih panjang, hal ini ditunjukkan dengan sebaran tingkat kelurusan dengan selisih panjang yang tidak dapat ditentukan batas atas dan batas bawah antar tingkat kelurusan

(5)

Tingkat kemekaran dapat diduga dari luas area floret. Sebaran antara luas area floret dengan tingkat kemekaran memiliki nilai batas atas dan batas bawah y6ang jelas, walaupun ada beberapa bunga Gladiol yang masuk ke tingkat kemekaran di atasanya atau di bawahnya.

Setelah dibandingkan dengan standar mutu yang ada, menurut SNI, ternyata ada beberapa kriteria yang tidak sesuai. Ketidaksuaian ini disebabkan beberapa faktor, antara lain faktor manusia (kelelahan dan kejenuhan) dan faktor teknis.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Juan Maragia dilahirkan di kota Boyolali Propinsi Jawa

Tengah pada tanggal 20 Mei 1985, anak pertama dari tiga

bersaudara, putra pasangan Soemardjono dan Pujiatun.

Memulai pendidikan di SDN Boyolali 5 lulus tahun 1997,

melanjutkan ke SLTPN 1 Boyolali lulus tahun 2000. Melanjutkan

di SMUN 1 Boyolali lulus tahun 2003.

Pendidikan dilanjutkan di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi

Mahasiswa IPB (USMI) pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi

Pertanian.

Penulis sempat aktif di beberapa organisasi kampus, diantaranya : HIMATETA,

KITA, dan FKM Boyolali. Pada tahun 2006 penulis mengikuti kegiatan praktek

lapangan di PTPN VIII Perkebunan Malabar, Bandung. Topik yang diambil “ASPEK KETEKNIKAN PERTANIAN DI PABRIK TEH HITAM ORTHODOKS PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII KEBUN MALABAR, PANGALENGAN, BANDUNG, JAWA BARAT” .

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Teknologi Pertanian,

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

A. Botani Tanaman Gladiol ... 3

1. Budidaya tanaman Gladiol ... 4

2. Panen ... 5

3. Pasca panen ... 6

B. Pengolahan Citra ... 8

C. Pemprograman Dengan Visual Basic 6.0 ... 12

D. Penelitian Terdahulu...13

III.METODE PENELITIAN ... 16

A.Tempat dan Waktu ... 16

B. Bahan dan Alat ... 16

1. Bahan penelitian ... 16

2. Peralatan penelitian ... 16

C. Metode Penelitian ... 17

a. Penelitian pendahuluan ... 18

b. Pengambilan citra ... 18

c. Algoritma pengolahan citra ... 19

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

A. Pengolahan Citra Bunga Gladiol...22

B. Karakteristik Citra Bunga Gladiol...27

(8)

b.Hubungan antara luas area floret dengan jumlah floret yang telah

mekar………..………...30

c.Hubungan antara selisih panjang dengan pengolahan citra dengan tingkat kelurusan dengan pengukuran manual………..34

d.Hubungan antara indeks warna (Red, Green, Blue) dengan pengolahan citra dengan tingkat kemekaran dengan pengukuran manual...…...35

C. Pendugaan Kelas Mutu Bunga Gladiol..………39

a.Pendugaan kelas mutu berdasar panjang tangkai……….……39

b.Pendugaan kelas mutu berdasar luasan area...40

c.Pendugaan kelas mutu berdasar tingkat kemekaran berdasar luas area floret...41

d. Pendugaan kelas mutu berdasar indeks warna (RGB)...42

e. Pendugaan kelas mutu dengan parameter gabungan...42

V. KESIMPULAN DAN SARAN...44

A. Kesimpulan...44

B. Saran...44

DAFTAR PUSTAKA ...46

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Pengelompokan bunga Gladiol menurut Standar Nasional Indonesia ... 8

Tabel 2. Model warna dan deskripsinya ... 12

Tabel 3. Hasil perhitungan statistik pada data panjang sisi 1 hasil pengolahan

citra ... 29

Tabel 4. Hasil perhitungan statistik pada data panjang sisi 1 hasil pengolahan

citra ... 29

Tabel 5. Hasil perhitungan statistik pada data selisih luas area hasil pengolahan

citra ... 32

Tabel 6. Hasil perhitungan statistik pada data luas area floret ... 33

Tabel 7. Hasil perhitungan statistik pada data indeks warna merah hasil

pengolahan citra ... 37

Tabel 8. Hasil perhitungan statistik pada data indeks warna hijau hasil pengolahan

citra ... 37

Tabel 9. Kriteria pemutuan berdasar panjang tangkai pada program pemutuan

bunga Gladiol ... 39

Tabel 10.Hasil pendugaan kelas mutu bunga Gladiol berdasakan panjang tangkai

... 40

Tabel 11.Kriteria pemutuan berdasar selisih luas area pada program pemutuan

bunga Gladiol ... 40

Tabel 12.Hasil pendugaan kelas mutu bunga Gladiol berdasakan selisih luasan

area ... 41

Tabel 13.Kriteria penentuan tingkat kemekaran berdasar luas area floret pada

program pemutuan bunga Gladiol ... 41

Tabel 14.Hasil pendugaan kelas mutu bunga Gladiol berdasakan luas area floret

... 48

Tabel 15.Hasil pendugaan kelas mutu bunga Gladiol berdasarkan parameter

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Elemen-elemen dari sistem Pengolahan Citra ... 11

Gambar 2. Bunga Gladiol (mutu B) ... 17

Gambar 3. Diagram blok penentuan korelasi panjang tangkai pengolahan citra dengan manual ... 20

Gambar 4. Diagram blok penentuan jumlah floret pengolahan citra dengan manual ... 21

Gambar 5. Diagram blok penentuan korelasi tingkat kelurusan pengolahan citra dengan manual ... 21

Gambar 6. Citra bunga Gladiol utuh mutu B dengan resolusi 562x200 (sisi 1) 23 Gambar 7. Citra bunga Gladiol utuh mutu B dengan resolusi 562x200 (sisi 2) 23 Gambar 8. Tampilan awal program pengolahan citra ... 24

Gambar 9. Tampilan program saat melakukan proses thresholding ... 24

Gambar 10. Tampilan program saat melakukan proses binerisasi ... 25

Gambar 11. Tampilan program saat melakukan proses perhitungan luas floret .. 26

Gambar 12. Diagram alir algoritma pengolahan citra pada bunga Gladiol ... 26

Gambar 13. Hubungan antara panjang sisi 1 pengolahan citra dengan pengukuran manual ... 27

Gambar 14.Hubungan antara panjang sisi 2 pengolahan citra dengan pengukuran manual ... 27

Gambar 15. Sebaran panjang sisi 1 tiap mutu bunga Gladiol ... 28

Gambar 16. Sebaran panjang sisi 2 tiap mutu bunga Gladiol ... 29

Gambar 17. Hubungan antara luas area floret dengan jumlah floret mekar ... 30

Gambar 18. sebaran luas area total tiap mutu bunga Gladiol ... 31

Gambar 19. Sebaran luas area floret tiap mutu bunga Gladiol ... 31

Gambar 20. Sebaran selisih luas area total denga luas area floret tiap mutu bunga Gladiol ... 32

(11)

SKRIPSI

KAJIAN KARAKTERISTIK MUTU BUNGA GLADIOL (Gladiolus hybrydus) DENGAN TEKNIK PENGOLAHAN CITRA

Oleh : JUAN MARAGIA

F14103062

2007

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(12)

KAJIAN KARAKTERISTIK MUTU BUNGA GLADIOL (Gladiolus hybrydus) DENGAN TEKNIK PENGOLAHAN CITRA

SKRIPSI

Sebagai syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknik Pertanian,

Fakultas Teknologi Pertanian,

Institut Pertanian Bogor

Oleh : JUAN MARAGIA

F14103062

2007

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(13)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

KAJIAN KARAKTERISTIK MUTU BUNGA GLADIOL (Gladiolus hybrydus) DENGAN TEKNIK PENGOLAHAN CITRA

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknik Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh : Juan Maragia

F14103062

Dilahirkan pada tanggal 20 Mei 1985 Di Boyolali, Jawa Tengah

Tanggal lulus : Menyetujui, Bogor, Agustus 2007

Prof. Dr. Ir. Hadi K. Purwadaria, M.Sc. NIP. 130354174

Dosen Pembimbing Akademik

Mengetahui,

(14)

RINGKASAN

Juan Maragia. F14103062. Kajian Karakteristik Mutu Bunga Gladiol (Gladiolus hybrydus) Dengan Teknik Pengolahan Citra.

Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Hadi K. Purwadaria, M.Sc.

Salah satu tanaman hias yang banyak disukai adalah jenis bunga, hal ini dapat dilihat pada volume permintaan bunga, khususnya bunga potong. Hal ini dapat dilihat dari grafik permintaan yang selalu meningkat, baik untuk dalam negeri dan luar negeri. Salah satu jenis bunga potong yang masih mempunyai daya tarik adalah bunga Gladiol. Kegunaan utama bunga Gladiol adalah untuk pelengkap hiasan dalam dekorasi.

Penangganan pasca panen memegang peranan penting dalam penentuan mutu bunga, terutama kegiatan sortasi dan pemutuan. Selama ini kegiatan sortasi dan pemutuan bunga Gladiol masih dilakukan secara manual, sehingga menghasilkan produk yang kurang seragam. Karena hasil sortasi secara manual kurang memuaskan, maka diperlukan suatu metode untuk mensortasi dan mengelompokkan bunga Gladiol dengan baik.

Salah satu alternative untuk memperbaiki kualitas proses sortasi adalah dengan menggunakan Teknik Pengolahan Citra (Image Processing). Proses pengolahan citra adalah Pengolahan Citra adalah proses untuk mengamati dan menganalisa suatu objek tanpa berhubungan langsung dengan objek yang diamati. Pada penelitian ini algoritma yang dipakai adalah pengembangan dari program yang telah ada sebelumya.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan mutu bunga Gladiol dengan algoritma pengolahan yang telah disusun, kemudian membandingkan hasil yang didapat dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).

Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian dan di rumah kost di Desa Balumbang Jaya, Kecamatan Kota Bogor Barat, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dari dari bulan Maret sampai Juni 2007.

Setelah dilakukan perhitungan dengan pengolahan citra didapat beberapa nilai untuk parameter-parameter seperti panjang, luas area, dan indeks RGB. Dari data-data ini kemudian dicari korelasinya dengan pengukuran secara manual. Untuk hubungan panjang antara pengukuran manual dengan teknik pengolahan didapat nilai koefisien determinasi sebesar 0,9786, sedangkan untuk hubungan panjang manual dengan luasan area total di peroleh nilai koefisien determinasi 0,5101. Dari nilai koefisien determinasi pengukuran panjang dapat disimpulkan bahwa panjang bunga Gladiol aktual dapat diduga dari pengukuran panjang dengan teknik pengolahan citra. Nilai koefisien determinasi antara panjang pengukuran manual dengan luas area total yang cukup kecil menunjukkan bahwa luasan area tidak dapat menunjukkan panjang aktual secara akurat.

Tingkat kelurusan ternyata tidak dapat diduga dengan menggunakan selisih panjang, hal ini ditunjukkan dengan sebaran tingkat kelurusan dengan selisih panjang yang tidak dapat ditentukan batas atas dan batas bawah antar tingkat kelurusan

(15)

Tingkat kemekaran dapat diduga dari luas area floret. Sebaran antara luas area floret dengan tingkat kemekaran memiliki nilai batas atas dan batas bawah y6ang jelas, walaupun ada beberapa bunga Gladiol yang masuk ke tingkat kemekaran di atasanya atau di bawahnya.

Setelah dibandingkan dengan standar mutu yang ada, menurut SNI, ternyata ada beberapa kriteria yang tidak sesuai. Ketidaksuaian ini disebabkan beberapa faktor, antara lain faktor manusia (kelelahan dan kejenuhan) dan faktor teknis.

(16)

RIWAYAT HIDUP

Juan Maragia dilahirkan di kota Boyolali Propinsi Jawa

Tengah pada tanggal 20 Mei 1985, anak pertama dari tiga

bersaudara, putra pasangan Soemardjono dan Pujiatun.

Memulai pendidikan di SDN Boyolali 5 lulus tahun 1997,

melanjutkan ke SLTPN 1 Boyolali lulus tahun 2000. Melanjutkan

di SMUN 1 Boyolali lulus tahun 2003.

Pendidikan dilanjutkan di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi

Mahasiswa IPB (USMI) pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi

Pertanian.

Penulis sempat aktif di beberapa organisasi kampus, diantaranya : HIMATETA,

KITA, dan FKM Boyolali. Pada tahun 2006 penulis mengikuti kegiatan praktek

lapangan di PTPN VIII Perkebunan Malabar, Bandung. Topik yang diambil “ASPEK KETEKNIKAN PERTANIAN DI PABRIK TEH HITAM ORTHODOKS PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII KEBUN MALABAR, PANGALENGAN, BANDUNG, JAWA BARAT” .

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Teknologi Pertanian,

(17)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

A. Botani Tanaman Gladiol ... 3

1. Budidaya tanaman Gladiol ... 4

2. Panen ... 5

3. Pasca panen ... 6

B. Pengolahan Citra ... 8

C. Pemprograman Dengan Visual Basic 6.0 ... 12

D. Penelitian Terdahulu...13

III.METODE PENELITIAN ... 16

A.Tempat dan Waktu ... 16

B. Bahan dan Alat ... 16

1. Bahan penelitian ... 16

2. Peralatan penelitian ... 16

C. Metode Penelitian ... 17

a. Penelitian pendahuluan ... 18

b. Pengambilan citra ... 18

c. Algoritma pengolahan citra ... 19

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

A. Pengolahan Citra Bunga Gladiol...22

B. Karakteristik Citra Bunga Gladiol...27

(18)

b.Hubungan antara luas area floret dengan jumlah floret yang telah

mekar………..………...30

c.Hubungan antara selisih panjang dengan pengolahan citra dengan tingkat kelurusan dengan pengukuran manual………..34

d.Hubungan antara indeks warna (Red, Green, Blue) dengan pengolahan citra dengan tingkat kemekaran dengan pengukuran manual...…...35

C. Pendugaan Kelas Mutu Bunga Gladiol..………39

a.Pendugaan kelas mutu berdasar panjang tangkai……….……39

b.Pendugaan kelas mutu berdasar luasan area...40

c.Pendugaan kelas mutu berdasar tingkat kemekaran berdasar luas area floret...41

d. Pendugaan kelas mutu berdasar indeks warna (RGB)...42

e. Pendugaan kelas mutu dengan parameter gabungan...42

V. KESIMPULAN DAN SARAN...44

A. Kesimpulan...44

B. Saran...44

DAFTAR PUSTAKA ...46

(19)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Pengelompokan bunga Gladiol menurut Standar Nasional Indonesia ... 8

Tabel 2. Model warna dan deskripsinya ... 12

Tabel 3. Hasil perhitungan statistik pada data panjang sisi 1 hasil pengolahan

citra ... 29

Tabel 4. Hasil perhitungan statistik pada data panjang sisi 1 hasil pengolahan

citra ... 29

Tabel 5. Hasil perhitungan statistik pada data selisih luas area hasil pengolahan

citra ... 32

Tabel 6. Hasil perhitungan statistik pada data luas area floret ... 33

Tabel 7. Hasil perhitungan statistik pada data indeks warna merah hasil

pengolahan citra ... 37

Tabel 8. Hasil perhitungan statistik pada data indeks warna hijau hasil pengolahan

citra ... 37

Tabel 9. Kriteria pemutuan berdasar panjang tangkai pada program pemutuan

bunga Gladiol ... 39

Tabel 10.Hasil pendugaan kelas mutu bunga Gladiol berdasakan panjang tangkai

... 40

Tabel 11.Kriteria pemutuan berdasar selisih luas area pada program pemutuan

bunga Gladiol ... 40

Tabel 12.Hasil pendugaan kelas mutu bunga Gladiol berdasakan selisih luasan

area ... 41

Tabel 13.Kriteria penentuan tingkat kemekaran berdasar luas area floret pada

program pemutuan bunga Gladiol ... 41

Tabel 14.Hasil pendugaan kelas mutu bunga Gladiol berdasakan luas area floret

... 48

Tabel 15.Hasil pendugaan kelas mutu bunga Gladiol berdasarkan parameter

(20)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Elemen-elemen dari sistem Pengolahan Citra ... 11

Gambar 2. Bunga Gladiol (mutu B) ... 17

Gambar 3. Diagram blok penentuan korelasi panjang tangkai pengolahan citra dengan manual ... 20

Gambar 4. Diagram blok penentuan jumlah floret pengolahan citra dengan manual ... 21

Gambar 5. Diagram blok penentuan korelasi tingkat kelurusan pengolahan citra dengan manual ... 21

Gambar 6. Citra bunga Gladiol utuh mutu B dengan resolusi 562x200 (sisi 1) 23 Gambar 7. Citra bunga Gladiol utuh mutu B dengan resolusi 562x200 (sisi 2) 23 Gambar 8. Tampilan awal program pengolahan citra ... 24

Gambar 9. Tampilan program saat melakukan proses thresholding ... 24

Gambar 10. Tampilan program saat melakukan proses binerisasi ... 25

Gambar 11. Tampilan program saat melakukan proses perhitungan luas floret .. 26

Gambar 12. Diagram alir algoritma pengolahan citra pada bunga Gladiol ... 26

Gambar 13. Hubungan antara panjang sisi 1 pengolahan citra dengan pengukuran manual ... 27

Gambar 14.Hubungan antara panjang sisi 2 pengolahan citra dengan pengukuran manual ... 27

Gambar 15. Sebaran panjang sisi 1 tiap mutu bunga Gladiol ... 28

Gambar 16. Sebaran panjang sisi 2 tiap mutu bunga Gladiol ... 29

Gambar 17. Hubungan antara luas area floret dengan jumlah floret mekar ... 30

Gambar 18. sebaran luas area total tiap mutu bunga Gladiol ... 31

Gambar 19. Sebaran luas area floret tiap mutu bunga Gladiol ... 31

Gambar 20. Sebaran selisih luas area total denga luas area floret tiap mutu bunga Gladiol ... 32

(21)

Gambar 22.Hubungan antara tingkat kelurusan dengan selisih panjang (dua sisi

yang berbeda) ... 34

Gambar 23. Sebaran selisih panjang dua sisi tiap satuan mutu ... 35

Gambar 24. Sebaran indeks warna merah tiap satuan mutu ... 35

Gambar 25. Sebaran indeks warna hijau tiap satuan mutu ... 36

Gambar 26. Sebaran indeks warna biru tiap satuan mutu ... 36

Gambar 27. Sebaran indeks warna merah tiap tingkat kemekaran ... 36

Gambar 28. Sebaran indeks warna merah tiap tingkat kemekaran ... 37

(22)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan penelitian yang

berjudul “KAJIAN KARAKTERISTIK MUTU BUNGA GLADIOL (Gladiolus hybridus) DENGAN TEKNIK PENGOLAHAN CITRA”.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hadi K. Purwadaria, M.Sc. selaku dosen pembimbing

atas bimbinganya dan arahannya yang telah diberikan selama penulis

melakukan studi.

2. Bapak Dr. Ir. Usman Ahmad, M.Agr dan Dr. Leopold O. Nelwan, S.TP

M.Si, yang telah bersedia menjadi penguji.

3. Kedua orang tua dan adik-adik yang telah memberikan doa dan

dukungannya.

4. Pak Sulyaden yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian.

5. Teman-teman TPPHP : DDy, Gytha, Ucup, Nana, Woko, Arie, Ajied,

Asum, Manda, Deta, Danu, Dyah, Rini, dan Ana, yang selalu memberikan

bantuan, dorongan, semangat, dan doa selama pelaksanaan penelitian.

6. Kost Delapan : Khapid, Drajat, Fuad, Ali, dan Singkek, atas

kebersamaanya selama ini.

7. Sahabat-sahabat : Kindi, Ervian, Taufik, Anne, Rany, Hanida, Gigi, dan

Puspita Crew (eka, dewi, tika, amna, dan wilis) atas perhatian, bantuan,

dorongan, semangat, dan doa.

8. Teman-teman TEP 40 atas semangat dan bantuannya selama penyusunan

usulan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Saran dan

kritik yang membangun senantiasa penulis harapkan. Semoga karya ilmiah ini

dapat berguna.

(23)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara beriklim tropis yang memiliki

beraneka ragam produk hortikultura, baik itu buah-buahan ataupun tanaman hias.

Dewasa ini tanaman hias telah berhasil menjadi salah satu kebutuhan yang penting,

hal ini berkaitan erat dengan keindahan dari tanaman hias itu sendiri. Salah satu

tanaman hias yang banyak disukai adalah jenis bunga, hal ini dapat dilihat pada

volume permintaan bunga, khususnya bunga potong.

Salah satu jenis bunga potong yang masih mempunyai data tarik kuat adalah

bunga Gladiol. Sama seperti bunga potong yang lain fungsi utama dari bunga

Gladiol adalah sebagai pelengkap dekorasi dan untuk pelengkap dalam upacara

keagamaan.

Adapun sentra produksi bunga Gladiol di Indonesia terletak dibeberapa

propinsi, antara lain di daerah Jawa Barat terdapat di Parongpong (Bandung),

Salabintana (Sukabumi) dan Cipanas (Cianjur). Di Jawa tengah terdapat di daerah

Bandungan (Semarang) sedangkan di Jawa Timur berada di daerah Batu (Malang).

Bunga Gladiol merupakan bunga yang memiliki berbagai macam warna,

sehingga konsumen dapat memilih warna sesuai dengan selera. Tetapi untuk

proses pemutuan warna hanyalah salah satu parameter. Parameter yang lain

digunakan untuk proses pemutuan bunga Gladiol antara lain jumlah kuncup,

panjang tangkai, keseragaman, kelurusan tangkai, jumlah bunga mekar, dan

kotoran. Dari beberapa parameter yang telah disebutkan, dipasaran atau pada

tingkat konsumen kemekaran dan panjang bunga Gladiol merupakan parameter

utama.

Salah satu cara dalam proses pemutuan adalah dengan pengolahan citra

(image processing). Penggunaan pengolahan citra untuk proses pemutuan bukan merupakan hal yang baru, seperti pengolahan citra untuk pemutuan buah manggis

seperti yang dilakukan oleh Hamdani (1998). Untuk bunga juga sudah mulai

banyak dilakukan, dan kebanyakan pemutuan yang dilakukan adalah pemutuan

untuk bunga potong. Pemutuan bunga krisan dengan pengolahan citra juga telah

(24)

berdasar panjang tangkai, diameter tangkai, dan jumlah kelopak, seperti yang

dilakukan oleh Asmara (2005).

B. Tujuan

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk melakukan pemutuan bunga

Gladiol (Gladiolus hybridus) dengan pengolahan citra. Sedangkan tujuan khusus penelitian ini yaitu :

1. Menyusun algoritma pengolahan citra untuk menentukan jumlah floret,

panjang tangkai, tingkat kelurusan batang, dan tingkat kemekaran tanaman

Gladiol.

2. Menentukan penggolongan mutu bunga Gladiol dengan menggunakan

pengolahan citra.

3. Membandingkan hasil penggolongan mutu dengan pengolahan citra dengan

(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Botani Tanaman Gladiol

Tanaman Gladiol merupakan tanaman bunga hias berupa tanaman

semusim berbentuk herba termasuk dalam famili Iridaceae. Gladiol berasal dari bahasa latin "Gladius" yang berarti pedang kecil, seperti bentuk daunnya. Berasal

dari Afrika Selatan dan menyebar di Asia sejak 2000 tahun yang lalu. Tahun 1730

mulai memasuki daratan Eropa dan berkembang di Belanda. Tanaman Gladiol

termasuk dalam subklas Monocotyledoneae, berakar serabut, dan tanaman ini membentuk pula akar kontraktil yang tumbuh pada saat pembentukan subang baru.

Kelebihan dari bunga potong Gladiol adalah kesegarannya dapat bertahan lama

sekitar 5-10 hari dan dapat berbunga sepanjang waktu (deptan, 2007).

Berdasarkan kedudukan tanaman Gladiol dalam sistem taksonomi

tumbuhan, tanaman Gladiol dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Divisi : Tracheophyta Subdivisi : Pteropsida Klas : Angiospermae Subklas : Monocotyledoneae Ordo : Iridales

Famili : Iridaceae Genus : Gladiolus

Spesies : : Gladiolus hybridus

Hasil penelitian tahun 1988, Indonesia mengenal 20 varietas Gladiol dari

Belanda yang kemudian diuji multi lokasi di kebun percobaan Sub Balai

Penelitian Hortikultura Cipanas. Tiga varietas diantaranya memiliki penampilan

yang paling indah, (warna dan bentuknya berbeda dengan Gladiol lama), yaitu:

White godness (putih), Tradehorn (merah jingga), dan Priscilla (putih). Ragam jenis bunga Gladiol adalah :

(26)

b) Gladiolus primulinus, berukuran kecil, sangat menarik. Bertangkai halus tetapi kuat dan panjangnya mencapai 90 cm.

c) Gladiolus ramosus. Panjang tangkai bunga 100-300 cm.

d) Gladiolus nanus. Tangkai bunga melengkung, dan panjang hanya 35 cm.

Beberapa kultivar tanaman Gladiol lainnya yang telah di uji di Indonesia adalah:

Red Majesty, Priscilla, Oscar, Rose Supreme, Sanclere, Dr. Mansoer, Albino, Salem, Merah Api, Queen Occer, Cekerdan lain sebagainya.

1. Budidaya tanaman Gladiol

Tanaman Gladiol dapat tumbuh dengan baik pada daerah yang memiliki

curah hujan rata-rata 2000-2500 mm/tahun. Di Indonesia tanaman Gladiol

tumbuh sepanjang tahun, baik pada musim penghujan ataupun musim kemarau.

Untuk pertumbuhan dan perkembangannya tanaman Gladiol membutuhkan sinar

matahari penuh, keadaan yang kurang menunjang dapat mengakibatkan bunga

dapat mengering, dan kuncup tidak dapat terbentuk secara optimal. Kekurangan

cahaya yang terjadi pada waktu pembentukan daun ke 5, 6, dan 7 akan

menyebabkan kekeringan tampak pada kuncup bunga saja. Meskipun demikian

ada beberapa kultifat dari tanaman Gladiol yang kurang peka terhadap cahaya

matahari, antara lain Eurovision, Peter, Friendship, Jessica, dan Mascagni (warintek, 2007).

Tanaman Gladiol tumbuh baik pada suhu udara 10-25o C dengan ketinggian

500-1500 m dpl. Suhu udara rata-rata yang kurang dari 10o C akan menyebabkan

pertumbuhan tanaman akan terhambat, dan jika berlangsung lama dapat terhenti.

Suhu udara maksimum pertumbuhan Gladiol adalah 27o C, kadang-kadang dapat

menyesuaikan diri sampai suhu udara 40o C, bila kelembaban tanah dan tanaman

relatif tinggi. Jenis tanah yang cocok untuk tanaman Gladiol adalah andosol dan

latosol yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, dengan pH tanah

berkisar antara 5.5 - 5.9.

2. Panen

Budidaya tanaman Gladiol dapat diatur sehingga panen dapat dilakukan

(27)

pasar, sehingga panen dapat dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Tanaman Gladiol akan berbunga pada umur 60-80 hari setelah tanam, tergantung

pada jenis kultivarnya. Bunga pertama akan mekar setelah primerdia bunga

muncul. Bunga dapat dipetik setelah warna dari 1 atau 2 floret terbawah telah

dapat dilihat dengan jelas tetapi belum mekar. Jika kuncup bunga dibiarkan

sampai mekar penuh, kerusakan akan mudah terjadi terutama selama pengemasan

dan pengangkutan. Bila bunga dipanen terlalu awal, (sebelum floret terbawah

menampakan warna bunga), maka akan ada kemungkinan bunga tidak dapat

mekar dengan sempurna.

Pemanenan dilakukan secara hati-hati dengan menyertakan 2-3 daun pada

tangkai bunga dan menyisakan daun-daun pada tanaman sebanyak mungkin

minimum 4 daun. Pemotongan tangkai bunga dengan pisau tajam dan bersih

supaya terhindar dari kontaminasi jasad renik. Jika menggunakan pisau tumpul,

terjadi luka lebih lebar pada permukaan dasar tangkai bunga, sehingga

memungkinkan terjadi infeksi.

Bunga Gladiol tergolong bunga yang mudah kehilangan air. Sebaiknya

panen bunga dilakukan pagi hari, karena saat tersebut bunga Gladiol berturgor

optimum. Kandungan karbohidrat yang rendah dapat diperbaiki dengan larutan

pengawet yang mengandung gula.

Panen bunga tidak dianjurkan pada saat suhu udara tinggi (siang hari) atau

pada turgor rendah, bunga basah oleh embun, hujan atau sebab lain. Bunga yang

basah akan mudah terserang oleh cendawan Botrytis gladiolorum (blight), walaupun pada kondisi suhu udara yang rendah.

Untuk lahan seluas 1 hektar akan menghasikan panen bunga ± sebanyak

200.000 potong. Secara teknis penanaman dapat diatur dengan pemetakan lahan,

sehingga dalam satu saat terdapat lahan siap olah, siap tanam, dan siap panen.

3. Pasca Panen a. Pengumpulan

Bunga Gladiol sangat peka terhadap kekuatan gaya berat dan akan selalu

cenderung melengkung pada suhu udara tinggi, sehingga berakibat terjadinya

(28)

Gladiol yang dipanen dikumpulkan dan diletakan tegak lurus diruangan pada

suhu udara rendah (selama penyimpanan/pengangkutan).

b. Penyortiran dan Penggolongan

Setelah dipanen, dilakukan penyortiran dan penggolongan sesuai dengan

ukuran. Bunga dibersihkan dari kotoran yang menempel, dengan hati-hati,(bila

perlu) cukup diperciki atau disemprot air saja. Hal ini menjaga agar mahkota

bunga tidak rusak.

Bunga dipilih yang bagus bentuknya, tidak terkena penyakit atau luka,

dikelompokan sesuai dengan kebutuhan, (berdasarkan tingkat

kesegaran/ukuran bunga). Penggolongan ini dimaksudkan untuk

mempertahankan nilai jual sehingga bunga yang bagus tidak turun harganya

akibat tercampur dengan yang bunga Gladiol yang berkualitas rendah.

Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) pengelompokan bunga Gladiol

dibagi menjadi empat kelompok mutu, yaitu AA, A, B, dan C (SNI

01-4479-1998). Pengelompokan ini berdasarkan atas panjang tangkai, jumlah floret,

keseragaman, warna spesifik, kelurusan tangkai, jumlah floret mekar, kerusakan

mekanis, benda asing/ kotoran dan hama/ penyakit. Pengelompokannya dapat

dilihat pada Tabel 1. Penjelasan untuk masing-masing parameter adalah sebagai

berikut :

a. Panjang bunga adalah ukuran mulai dari pangkal tangkai sampai dengan

bagian terujung bunga.

b. Ukuran lurus tangkai bunga dinyatakan dalam ukuran panjang atau besarnya

deviasi tekuk tangkai bunga terhadap garis lurus. Cara mengukurnya dengan

meletakkan bunga diatas garis lurus dan pada lengkung tangkai yang paling

jauh diukur deviasinya. Deviasi atau lenggang-lenggoknya tangkai bunga

dapat mencapai lebih dari 7.5 cm tergantung pada jenisnya.

c. Ukuran besar bunga (floret) adalah ukuran yang diambil dari bunga (floret)

(29)

d. Jumlah bunga (floret) pertangkai adalah jumlah bunga yang terdapat pada satu

tangkai baik yang sudah mekar ataupun yang masih kuncup.

e. Keseragaman warna adalah gambaran tentang keadaan warna mahkota bunga

dalam satu kemasan. Warna bunga adalah seragam jika seluruh bunga dalam

kemasan tersebut mempunyai warna yang seragam. Warna spesifik adalah

warna khas bunga Gladiol dari suatu kultivar.

f. Keseragaman bentuk adalah gambaran tentang keadaan bentuk bunga dalam

satu kemasan. Bentuk bunga adalah seragam jika seluruh mahkota bunga

dalam kemasan mempunyai bentuk yang seragam.

g. Tingkat kesegaran adalah keadaan fisik yang berkaitan dengan jangka waktu

setelah pemetikan, yang ditandai dengan tingkat kelayuan bunga.

h. Tingkat kerusakan adalah kondisi yang menggambarkan kerusakan fisik atau

kerusakan oleh hama atau penyakit.

i. Benda asing/ kotoran adalah semua benda bukan bunga Gladiol dalam

kemasan bersangkutan, seperti tanah, sisa pestisida yang terlihat mata, bahan

tanaman lain, serangga utuh/ bagian dari serangga yang masih hidup/sudah

mati dan lain-lain kotoran yang menempel pada bunga Gladiol tersebut atau

yang terdapat pada kemasan yang tampak secara visual. Bahan penyekat atau

pembungkus tidak dianggap sebagai kotoran.

j. Keseragaman kultivar adalah keadaan yang menggambarkan apakah bunga

(30)
[image:30.612.129.513.107.341.2]

Tabel 1. Pengelompokan bunga Gladiol menurut Standar Nasional Indonesia

No Parameter Mutu

AA A B C 1 Panjang tangkai (cm) >95 76-94 61-75 51-60

2 Jumlah minimum floret (buah) 16 14 12 10

3 Keseragaman (%) 100 95 95 <95

4 Warna spesifik (%) 100 95 95 <95

5 Bebas hama/penyakit (proses) 100 95 95 <95

6 Kelurusan tangkai Lurus Lurus Sedang Kurang

7 Jumlah floret mulai mekar

(buah)

1-2 1-2 2-3 2-3

8 Kerusakan mekanis (%) 0 5 10 >10

9 Benda asing/kotoran (%) 0 1 2 3

Sumber : Deptan (2007)

c. Penyimpanan

Penyimpanan bunga Gladiol setelah panen bertujuan untuk

memperlambat proses kelayuan bunga sebelum sampai kekonsumen, selain itu

juga dimaksudkan untuk menambah nilai ekonomisnya. Proses penyimpanan

biasanya dilakukan pada saat bunga:

a) Baru saja dipetik, menunggu pemanenan selesai.

b) Setelah dipanen tidak segera dijual/diangkut.

c) Diperjalanan sebelum sampai kekonsumen.

Dalam tahap ini, bunga dikondisikan agar tetap segar, karena bunga

potong sangat sensitif terhadap dehidrasi maka air yang hilang harus

diimbangi dengan larutan perendam yang mengandung air dan senyawa lain

yang diperlukan. Penyimpanan berkaitan erat dengan suhu udara. Makin

rendah suhu udara, makin lambat terjadi penurunan mutu. Suhu udara

penyimpanan bunga yang berasal dari daerah tropika relatif lebih tinggi,

(31)

d. Pengemasan dan Pengangkutan

Sistem pengemasan yang baik bertujuan melindungi bunga selama

pengangkutan dan sebagai sarana promosi yang dapat meningkatkan harga

jual. Cara pengemasan yang paling sederhana yaitu dengan membungkus

tangkai bunga dengan daun pisang, kemudian dimasukan kedalam ember

berisi air sehingga tangkai bunga tercelup dan membungkus bagian atas bunga

dengan plastik yang sebelumnya sudah dilubangi. Pengemasan seperti ini

umum dilakukan oleh pedagang pengecer yang langsung berhubungan dengan

konsumen. Pengemasan yang lebih baik biasa untuk bunga yang akan

menempuh perjalanan atau untuk promosi, biasanya bahan pengawet yang

digunakan adalah sukrosan dan 8-hydroxyquinoline citrate.

Mengingat sifat bunga yang selalu dikonsumsi dalam keadaan segar dan

bagus penampilannya maka dituntut sistem pengangkutan yang bisa bergerak

cepat. Faktor yang perlu diperhatikan yaitu suhu udara selama pengangkutan

dan susunan kemasan agar tidak terlalu tinggi serta tahan goncangan. Sarana

pengangkutan biasa menggunakan mobil box yang dilengkapi alat pengatur

suhu udara.

B. PENGOLAHAN CITRA (Image Processing)

Citra merupakan sekumpulan titik-titik dari gambar yang berisi informasi

warna dan tidak tergantung pada waktu. Umumnya citra dibentuk dari kotak-kotak

persegi empat yang teratur sehingga jarak horizontal dan vertikal antar pixel sama pada seluruh bagian citra. Warna citra didapat melalui penjumlahan nilai Red, Green, Blue (RGB).

Citra (x,y) disimpan dalam memori komputer atau penyimpan bingkai citra

dalam bentuk array N x M dari contoh diskrit dengan jarak sama, sebagai berikut.

f(x,y) = f(0,0) f(0,1) ... f(0,M-1) f(1,0) f(1,1) ... f(1,M-1) ... ... ... ...

(32)

Citra dengan modus skala keabuan dengan format 8-bit memiliki 256 tingkat

keabuan atau intensitas warna. Nilai tersebut berkisar antara 0-255, dimana nilai 0

menunjukkan tingkat paling gelap (hitam), sedangkan nilai 255 menunjukkan

tingkat paling terang dan tingkat abu-abu berada diantaranya. Citra dengan 24 bit

mempunyai 32 768 warna, tiap pixel dinyatakan dengan: • bit 0 – 7 untuk warna merah

• bit 7 – 15 untuk warna hijau • bit 16 – 24 untuk warna biru

Kemungkinan kombinasi warna yang ada adalah 224 = 16 777 216, dimana

nilai 0 menyatakan warna hitam sedangkan nilai 16 777 215 menyatakan warna

putih.

Ada dua bagian pada proses pembentukan citra, yaitu geometri citra yang

menentukan suatu titik dalam pemandangan diproyeksikan pada bidang citra dan

fisik cahaya yang menentukan kecerahan suatu titik pada bidang citra sebagai

fungsi pencahayaan pemandangan serta sifat-sifat permukaan.

Pengolahan Citra adalah proses untuk mengamati dan menganalisa suatu

objek tanpa berhubungan langsung dengan objek yang diamati. Proses dan

analisanya melibatkan persepsi visual dengan data masukan maupun data keluaran

yang diperoleh berupa citra dari objek yang diamati. Teknik-teknik pengolahan

citra meliputi penajaman citra, penonjolan fitur tertentu dari suatu citra, kompresi

citra dan koreksi citra yang tidak fokus atau kabur (Ahmad, 2005).

Citra masukan diperoleh melalui suatu kamera yang di dalamnya terdapat

suatu alat digitasi yang mengubah citra masukan berbentuk analog menjadi citra

digital. Alat digitasi ini dapat berupa penjelajahan solid-state yang menggunakan matrik sel yang sensitif terhadap cahaya yang masuk, dimana citra yang direkam

maupun yang digunakan mempunyai kedudukan atau posisi yang tetap.

Alat masukan citra yang digunakan adalah kamera CCD (Charge Coupled Device) atau juga bisa menggunakan kamera digital, dimana sensor citra dari alat ini menghasilkan keluaran berupa citra analog sehingga dibutuhkan proses digitasi

dengan menggunakan alat digitasi seperti yang telah disebutkan di atas.

(33)

Pengubah Analog Komputer Digital

Monitor Peraga

Bingkai Penyimpanan adalah komputer dan alat peraga komputer baik yang multiguna atau dari jenis

khusus yang dirancang untuk Image Processing digital. Proses pengolahan citra umumnya dilakukan dari pixel ke pixel yang bersifat paralel. Sistem perangkat keras terdiri dari sub sistem yaitu sub sistem komputer, masukan video, keluaran

video, kontrol interaktif, penyimpan citra, dan perangkat khusus pengolah citra.

Elemen-elemen dari sistem pengolahan citra disajikan pada Gambar 1.

Citra Citra

[image:33.612.137.517.215.360.2]

Masukan Digital

Gambar 1. Elemen-elemen dari sistem pengolahan citra(Arymurthy dan Suryana, 1992)

Tabel 2. Model warna dan deskripsinya

Model Warna Deskripsi

RGB Merah, Hijau dan Biru (warna pokok).

Sebuah model warna pokok aditif yang digunakan pada

sistem display.

CMY(K) Cyan, Magenta, Kuning (dan Hitam).

Sebuah model warna subtraktif yang digunakan pada

mesin printer.

YcbCr Luminase (Y) dan dua komponen kromasiti (Cb dan Cr). Digunakan dalam siaran gelombang televisi.

HSI Hue, Saturasi, dan Intensity.

Berdasarkan pada persepsi manusia terhadap warna.

Sumber : Ahmad.U. (2005)

[image:33.612.125.507.433.659.2]
(34)

Model warna telah banyak dikembangkan oleh para ahli, seperti model RGB

(Red, Green, Blue), model CMY (K) (Cyan, Magenta, Yellow), YcbCr (luminase serta dua komponen kromasi Cb dan Cr), dan HSI (Hue, Saturation, Intensity). Model warna RGB merupakan model warna pokok aditif, yaitu warna dibentuk

dengan mengkombinasikan energi cahaya dari ketiga warna pokok dalam berbagai

perbandingan (Ahmad, 2005). Tabel 2 memperlihatkan beberapa model warna

yang penting dan deskripsi serta pemakaiannya.

Model warna RGB dapat juga dinyatakan dalam bentuk indeks warna RGB

dengan rumus sebagai berikut:

Indeks warna merah (I red ) =

B G R R + + ...(1)

Indeks warna hijau (I green ) =

B G R G + + ...(2)

Indeks warna biru (I blue ) =

B G R B + + ...(3)

Dengan R, G dan B masing-masing berupa besaran yang menyatakan nilai

intensitas warna merah, hijau dan biru.

Model warna HSI merupakan model warna yang paling sesuai dengan

manusia. Nilai Hue dapat diaplikasikan untuk membedakan antara obyek dan latar belakang. Saturation (kejenuhan) yang tinggi dapat menjadi jaminan nilai Hue cukup akurat dalam membedakan obyek dan latar belakang. Intensity merupakan nilai abu-abu dari pixel dalam citra hitam-putih.

Model warna RGB dapat ditransformasikan ke model HSI dengan

persamaan sebagai berikut:

Cos H =

[

(

) (

2

)(

)

]

0.5

2 2 B G G R G R B G R − − + − × ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − − ...(4)

S =

(

)

(

)

⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ × + +

R G B

B G

R min , ,

3

1 ...(5)

I = ⎟

(35)

C. PEMROGRAMAN DENGAN VISUAL BASIC 6.0

Visual Basic merupakan bahasa pemrograman yang menggunakan konsep pemrograman visual. Konsep visual menawarkan begitu banyak kemudahan dalam merancang suatu program.

Microsoft Visual Basic diperkenalkan pertama kali oleh perusahaan pembuat perangkat lunak microsoft coorporation, mulai dari versi 1.0 sampai kini dirilis Visual Basic versi 6.0. Microsoft ini mengubah wajah bahasa BASIC ke dalam konsep yang lebih modern, berkonsep object oriented programming atau pemrograman berorientasi pada objek dan berbasiskan pemrograman event driven pada sistem operasi windows. Visual Basic mampu menterjemahkan event yang dimulai oleh pemakai menjadi aktivitas yang bisa diprogram dengan cara

memanggil prosedur yang dikaitkan dengan event tersebut.

Pemrograman Windows memiliki beberapa karakteristik khusus antara lain,

tampilannya yang bersifat grafis. Hal ini diimplementasikan dalam “objek

penghubung dengan pemakai” (user interface object). Karenanya dalam aplikasi Windows digunakan icon-icon, tombol dan scrollbar, kotak dialog dan sebagainya dengan maksud pengoperasiannya lebih mudah dan lebih

menyenangkan.

Visual Basic dapat memangkas begitu banyak pernyataan dan instruksi program ke dalam pernyataan yang lebih sederhana untuk melaksanakan instruksi

yang begitu panjang, serta menyediakan sekumpulan obyek untuk menjadikan

tampilan program tampak menarik. Pemakai bisa memilih obyek mana yang

digunakan dalam program, kemudian menentukan karakteristik dan menuliskan

sedikit kode untuk obyek tersebut.

D. PENELITIAN TERDAHULU

Gunayanti (2002) mengkaji mutu buah mangga Arummanis dan mangga

Gedong berdasar sifat fisik permukaan buah seperti area, indeks warna, dan

indeks tektur menggunakan teknik pengolahan citra. Dari kajian yang dilakukan

diperoleh hasil bahwa untuk membedakan mangga dengan mutu I, II, dan III

(36)

reject memiliki nilai contras rata-rata di atas 0.6 sedangkan buah mutu I, II, dan III memiliki nilai contras di bawah 0.6. Parameter indeks warna RGB dan komponen tekstur selain contras pada mangga Arumanis tidak menunjukkan perbedaan yang nyata sehingga tidak dapat digunakan sebagai parameter dalam

melakukan pemutuan. Pada mangga Gedong parameter yang sesuai untuk

melakukan pemutuan adalah indeks warna merah. Batasan nilai indeks warna

merah untuk mutu I yaitu lebih besar atau sama dengan 0.35, sedangkan untuk

mutu II indeks warna merah yang dihasilkan antara 0.33-0.35 dan untuk kelas

reject indeks warna merah yang dihasilkan sebesar 0.33.

Asmara (2005) melakukan kajian karakteristik mutu bunga Krisan tipe spray dengan teknik pengolahan citra. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh

hubungan nilai panjang tangkai yang diukur secara langsung dengan pengolahan

citra diperoleh nilai R2 = 0.9797. Hubungan nilai diameter tangkai yang diukur

secara langsung dengan pengolahan citra menghasilkan nilai R2 = 0.9071.

dengan resolusi citra 400x300 pixel, untuk bunga krisan mutu A menghasilkan citra dengan panjang tangkai lebih dari 296 pixel, diameter tangkai lebih dari 42 pixel dan jumlah kuntum lebih besar dari 7. Untuk bunga Krisan mutu B diperoleh citra dengan panjang tangkai antara 216-296 pixel, diameter tangkai antara 26-42 pixel, dan jumlah kuntum bunga antara 4-6. Untuk bunga Krisan mutu C diperoleh citra dengan panjang tangkai kurang dari 216 pixel, diameter tangkai tangkai kurang dari 26 pixel dan jumlah kuntum kurang dari 4. pemututan bunga berdasar panjang tangkai diperoleh ketepatan sebesar 100% untuk mutu A,

sedangkan untuk mutu B dan mutu C diperoleh ketepatan sebesar 95%. Pemutuan

berdasarkan diameter tangkai dan jumlah kuntum diperoleh ketepatan sebesar

100% untuk mutu A, mutu B, dan mutu C.

Ahmad (2002) telah melakukan penelitian dengan membangun program

untuk melakukan ekstraksi dan analisis beberapa kriteria kematangan buah dari

citra buah mangga dan membandingkannya dengan hasil langsung terhadap

beberapa faktor penentu tingkat ketuaan mangga Arumanis. Kriteria yang

dianalisis meliputi area, bentuk (roundness), warna kulit, dan tekstur permukaan kulit buah. Area dari citra buah mangga memiliki korelasi yang erat dengan buah

(37)

mangga dapat digunakan sebagai kriteria pemutuan bedasarkan ukuran buah,

warna kulit dan tekstur permukaan kulit buah tidak berhubungan dengan tingkat

kematangan yang diwakili oleh kekerasan dan total padatan terlarut sehingga

kriteria ini tidak dapat digunakan untuk menentukan tingkat kematangan magga

Arumanis. Permukaan kulit buah mangga sehat dan buah mangga cacat memiliki

karakteristik yang berbeda jika dilihat dari fitur tekstur yang diekstrak dari citra,

sehingga fitur-fitur tektur ini dapat digunakan sebagai kriteria untuk pemeriksaan

dan memisahkan mangga yang cacat dari yang sehat.

Faizal (2006) melakukan penelitian tantang aplikasi pengolahan citra untuk

pemutuan cabai merah. Program untuk aplikasi ini dibangun dengan visual basic

6.0. Hasil yang didapat dari pengolahan citra akan dibandingkan dengan Standar

Nasional Indonesia (SNI) dan pengukuran yang dilakukan secara manual,

pemutuan ini dilakukan untuk mengelompokkan cabai merah kedalam tiga

kelompok mutu yaitu mutu I, mutu II, dan mutu III. Adapun pemutuan yang

dilakukan berdasakan pada panjang buah cabai merah, diameter pangkal cabai

merah, faktor bentuk (roundness) dan berdasarkan warna dari cabai merah itu sendiri. Dari data panjang dan diameter buah cabai juga akan dicari korelasinya,

dan ternyata terdapat korelasi antara panjang dengan diameter cabai. Dari dari

perbandingan antara pengolahan citra dengan Standar Nasional Indonesia ternyata

ada beberapa data yang mempunyai perbedaan yang cukup besar. Pada

pengukuran diameter perbedaan hasil disebabkan karena pengambilan bidang

ukur tidak sama antara pengukuran dengan pengolahan citra dengan pengukuran

dengan pengukuran manual. Untuk nilai roundness perbedaan antara cabai merah mutu I, mutu II, mutu III dengan pengolahan citra sudah dapat menunjukkan

perbedaan mutu, tetapi pada masih ada tumpang tindih antara ketiga kelompok

mutu tersebut. Hal ini disebabkan karena pada saat sortasi manual tidak ada

(38)

III. METODE PENELITIAN

A. TEMPAT DAN WAKTU

Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan dari bulan April 2007 sampai

dengan bulan Mei 2007, bertempat di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan

dan Hasil Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,

Institut Pertanian Bogor dan di rumah kos di Kalurahan Balumbang Jaya

Kecamatan Kota Bogor Barat.

B. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah tanaman Gladiol dengan

empat mutu yang berbeda, yaitu mutu AA, A, B, dan C, masing-masing berjumlah

30 tangkai. Bunga Gladiol yang akan digunakan didapat dari petani Salabintana

Wetan, Desa Sudajaya Girang Sukabumi. Gambar bunga Gladiol disajikan pada

[image:38.612.220.439.428.578.2]

Gambar 2.

Gambar 2. Bunga Gladiol

2. Peralatan

(39)

a. Kamera digital Cyber-shot Sony dengan resolusi 6 mega pixel. Kamera ini menggunakan lensa merk Carl Zeiss.

b. Dudukan kamera merk “YASICHA”

c. Dua buah lampu TL merk philip dengan daya 25 Watt (120-240 Volt) sebagai

alat bantu pencahayaan.

d. Luxmeter untuk mengukur intensitas cahaya. e. Alat digitasi dan Image Processing Board. f. Kain berwarna putih sebagai background.

g. Styrofoam putih sebagai alas untuk alat bantu dalam peletakan bunga .

h. Seperangkat komputer sebagai alat pengolahan citra.

i. Alat ukur panjang ukuran 1 meter untuk mengukur panjang tangkai.

j. Wadah plastik untuk tempat penyimpanan bunga sementara

C. METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini, pengambilan data untuk setiap sampel dilakukan dengan

pengambilan citra dari sampel bunga Gladiol menggunakan kamera digital

Cyber-shot Sony, dan pengamatan manual terhadap bunga Gladiol sehingga data yang

didapat dapat dibandingkan antara data dengan teknik pengolahan citra dengan

data perhitungan atau pengamatan manual manual. Pengolahan citraini dilakukan

untuk mengetahui mutu jika dilihat dari beberapa data yang didapat dari

perhitungan dengan teknik pengolahan citra.

a. Penelitian Pendahuluan

Penelitian awal ini dilakukan untuk mengetahui berbagai perlakuan untuk

pengolahan citra yang optimal sehingga memudahkan pengambilan citra dan

pengolahan citra selanjutnya. Penelitian pendahuluan yang dilakukan adalah

mencoba beberapa alat bantu dalam pengambilan citra. Dari percobaan untuk

menentukkan alat pengambil citra dari dua alternatif yaitu kamera digital dan

(40)

yang besar. Hal ini dikarenakan lensa yang ada tidak sesuai dengan spesifikasi

yang dibutuhkan. Dari pengambilan citra akan didapat citra yang melengkung.

b. Pengambilan Citra

Bunga Gladiol yang sudah disiapkan terlebih dahulu dipisahkan

berdasarkan empat tingkatan mutu yang ada. Pemisahan dilakukan di tingkat

pedagang. Pada saat pemisahan terdapat beberapa kesulitan karena banyaknya

tingkatan mutu dan parameter, bunga. Misalnya, bunga Gladiol jika dilihat dari

jumlah floret dapat masuk ke mutu AA, tapi dari panjang bunga tersebut masuk

ke mutu B, ataupun sebaliknya. Setelah terpisah menjadi empat, kelompok

bunga Gladiol selanjutnya ambil citranya dengan kamera digital Cyber-shot Sony.

Hal ini dikarenakan lensa CCD yang ada tidak ada spesifikasi yang cocok dengan

obyek, lensa yang sesuai dengan kebutuhan tidak tersedia. Pengambilan citra

dilakukan pada kondisi berikut :

a. Bunga Gladiol diletakkan pada kain berwarna putih sebagai latar belakang

dan di bawah kamera digital dengan ketinggian 90 centimeter. Dua buah

lampu TL dinyalakan untuk memberi cahaya pada objek dengan

ketinggian 80 cm dan sudut pencahayaan 90°. Kain putih ini dipilih

sebagai latar belakang karena bayangan yang disebabkan oleh objek

menjadi satu dengan warna kain, dan kain yang digunakan tidak

menimbulkan pantulan cahaya.

b. Pengambilan citra dilakukan dengan posisi yang berbeda yaitu pada posisi

bunga diletakkan tidur dengan dua sisi yang berbeda. Dari citra yang

diambil dari dua sisi ini diharapkan ketiga parameter yang hendak dicari

(kemekaran, jumlah floret, panjang tangkai, dan tingkat kelurusan batang)

dapat diwakili.

c. Intensitas reflektan bunga Gladiol ditangkap oleh sensor kamera digital

melalui lensa dan ditampilkan di LCD pada kamera digital

d. Citra bunga Gladiol direkam dengan ukuran 2816 x 2112 pixel dalam 256 tingkat intensitas warna RGB (Red, Green, Blue).

(41)

f. Untuk dapat diolah maka format citra perlu diubah. Format citra awal yang

merupakan file dengan extention file JPEG harus di ubah dalam bentuk BMP. Untuk merubah ke dalam format BMP digunakan softwere Adobe Photoshop 7.0, sebelumnya resolusi citra diperkecil dengan Microsoft picture manager sehingga resolusinya menjadi 563 x 200 pixel.

Untuk dapat membuka kembali file citra bunga Gladiol, menghitung luas

proyeksi dan mendapatkan nilai intensitas warna (RGB) bunga Gladiol diperlukan

suatu program pengolahan citra. Program pengolahan citra ini disusun dalam

bahasa Visual Basic.

c. Algoritma Image Processing

Algoritma Image Processing yang dibangun adalah sebagai berikut : i. Merubah file citra bunga Gladiol yang disimpan dalam extention JPEG

menjadi extention BMP dengan menggunakan Adobe Photoshop 7.0. ii. Membuat program pengolahan citra dalam visual basic dimana terdapat

modul membuka file, modul filterisasi dan modul peragaan secara grafis pada citra yang diolah.

iii. Membuka dan mengolah file citra bunga Gladiol dengan extention BMP dengan menggunakan program pengolahan citra yang telah dibangun.

Proses yang dilakukan adalah proses filterisasi langsung (penyaringan

citra) ke dalam bentuk luasan yang sesuai dengan bentuk bunga Gladiol

tersebut. Proses filterisasi ini berfungsi untuk membedakan tampilan objek

dengan latar belakang. Proses filterisasi citra dilakukan secara global thresholding

iv. Mencari nilai RGB bunga Gladiol dengan cara analisis warna dan

pengukuran warna terhadap titik pada bunga Gladiol. Nilai dari

titik-titik yang didapat kemudian dirata-ratakan

v. Menghitung nilai luas proyeksi dengan cara menjumlahkan pixel berwarna putih (objek)

vi. Setelah data-data didapatkan, dilakukan Pengklasifikasian dengan

(42)

Pengolahan citra dilakukan untuk mendapatkan beberapa parameter yang

akan digunakan untuk proses pemutuan.

a.Pengukuran panjang tangkai

Untuk menentukan pajang tangkai digunakan metode perhitungan dua

pixel dengan jarak terjauh pada sumbu X. Dimana jarak terjauh diartikan sebagai panjang. Rumus yang digunakan untuk mengukur

panjang (dapat juga digunakan untuk pengukuran diameter, jika

pengambilan citra dilakukan dari bawah) adalah :

2 2 1 2 2 1 2

2 2

1, ],[ , ]) ( ) ( )

([i j i j i i j j

[image:42.612.107.555.443.528.2]

d = − + −

...(7)

d([i1,j1],[i2,j2]) = panjang dalam pixel

i1 = titik x minimum j1 = titik y minimum

i2 = titik x maksimum j2 = titik y maksimum

dari data yang didapat kemudian data dibandingkan dengan data yang

telah diperoleh dari pengukuran secara manual, kemudian dicari

korelasinya.

Gambar 3. Diagram blok penentuan korelasi panjang tangkai

b. Pengukuran jumlah floret dan tingkat kelurusan

Perhitungan jumlah floret dilakukan dengan proses labeling pada obyek

pada saat obyek diambil citranya dari atas ataupun samping. Kedua data

yang diperoleh akan dibandingkan posisi mana yang menghasilkan data

yang mudah diolah dan akurat. Proses pelabelan dilakukan dengan

algoritma rekursif yang tahapannya sebagai berikut : Panjang Tangkai

(pixel) Panjang Tangkai

(cm)

Pengolahan Citra Pengukuran

Manual Grafik Korelasi Antara

(43)

- baca citra secara sistematis (misalnya dari kiri ke kanan) untuk

menemukan pixel 1 yang belum diberi label dan beri label baru. - Beri label sama pada semua pixel tetangganya

[image:43.612.106.549.76.302.2]

- Berhenti bila tidak ada lagi pixel 1. - Ulangi langkah 1.

Gambar 4. Diagram blok penentuan korelasi jumlah floret

Pengukuran intensitas lengkung akan dicoba dengan menghitung selisih

panjang pada dua sisi pengambilan citra.

Gambar 5. Diagram blok penentuan korelasi tingkat kelurusan Luas area Floret

(pixel) Jumlah Floret mekar

(buah)

Pengolahan Citra Pengukuran

Manual Grafik Korelasi Antara

Pengolahan Citra Dengan Hasil Pengukuran Manual

Selisih panjang (pixel) Tingkat kelurusan

Pengolahan Citra Pengamatan

Manual Grafik Korelasi Antara

[image:43.612.100.557.395.481.2]
(44)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengolahan Citra Bunga Gladiol

Hasil pengambilan citra bunga Gladiol yang dilakukan dengan kamera

digital akan didigitasi oleh bingkai penangkap citra dengan dengan resolusi citra

sebesar 2816 x 2112 pixel. Hasil perekaman dan digitasi terlebih dahulu disimpan dalam memori external kamera yang mempunyai kapasitas 256 mega byte, kemudian dengan menggunakan kabel data akan dipindahkan ke dalam memori hardisk untuk analisa citra lebih lanjut. Program pengolahan citra bunga

Gladiol yang digunakan merupakan program hasil modifikasi program terdahulu

yang menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic 6.0.

Program ini dapat berfungsi sebagai pembangun algoritma mutu bunga

Gladiol dan sebagai program untuk grading atau sortasi mutu bunga Gladiol.

Untuk program pembangun algoritma mutu bunga Gladiol dihitung 5 parameter,

yaitu panjang tangkai (dua sisi), luas area total, luas area floret, indeks warna

(RGB), panjang floret, dan vertikal floret yang nantinya akan digunakan sebagai

dasar penetapan bagi proses sortasi atau grading mutu bunga Gladiol. Untuk

mendapatkan parameter-parameter itu maka pengambilan citra bunga dilakukan

dengan cara meletakkan bunga tidur dengan dua sisi yang berbeda. Kedua macam

citra yang dibutuhkan adalah :

1. Citra bunga Gladiol dari atas, dengan floret menghadap kamera (resolusi lebar

= 2816 pixel, tinggi = 2112 pixel).

2. Citra bunga Gladiol dari atas, dengan floret membelakangi kamera (resolusi

lebar = 2816 pixel, tinggi = 2112 pixel).

Selanjutnya citra diubah dari format JPEG ke format BMP dengan

menggunakan Adobe photoshop 7.0, kemudian dengan Microsoft Picture Manager ukuran pixel gambar diubah menjadi 563 x 200 pixel. Pengecilan ukuran ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam penyusunan bahasa program

dan untuk memperkecil ukuran file. Dibawah ini disajikan beberapa posisi

(45)

Gambar 6. Citra utuh bunga Gladiol mutu B dengan resolusi 563 x 200

(sisi 1)

Gambar 7. Citra utuh bunga Gladiol mutu B dengan resolusi 563 x 200

(sisi 2)

Pada penelitian kali ini kecuali untuk mutu AA bunga Gladiol yang

digunakan untuk masing-masing mutu berjumlah 30 tangkai, sedangkan untuk

mutu AA hanya 10 tangkai. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan ketersediaan

bunga Gladiol mutu AA dipasaran, keterbatasan ini disebabkan karena para petani

merasa terlalu lama untuk menunda panen agar mendapat bunga Mutu AA,

sedangkan harga bunga dipasaran tidak ada perbedaan antara bunga Gladiol mutu

AA dengan mutu-mutu yang lain, karena kebayakan konsumen lebih melihat pada

panjang tangkai dan kemekaran floret. Faktor lain adalah kultivat yang ada

sekarang sulit untuk mencapai jumlah floret sampai 16 floret, biasanya floret

(46)
[image:46.612.175.464.79.296.2]

Gambar 8. Tampilan awal program pengolahan citra

Gambar 9. Tampilan saat program melakukan proses Thresholding

Citra dipanggil dengan menekan tombol Open, maka pada tampilan program akan muncul kotak dialog open file citra. File citra yang telah dipilih akan

[image:46.612.176.464.339.557.2]
(47)
[image:47.612.176.463.155.375.2]

yang berwarna hitam dan pixel obyek tetap tidak mengalami perubahan warna, seperti terlihat pada Gambar 9. Tujuan dari Thresholding adalah untuk memisahkan antara pixel obyek dengan pixel latar.

Gambar 10. Tampilan saat program melakukan proses binerisasi.

Selanjutnya citra dibinerisasi, yaitu hanya memberikan dua nilai intensitas

pada citra. Pixel obyek akan diwakili oleh warna putih (RGB=(0,0,0)), dan pixel latar diwakili oleh warna hitam (RGB=(0,0,0)), seperti ditunjukkan pada Gambar

10 sesudah binerisasi.

Tujuan binerisasi citra adalah untuk mempermudah mendapatkan data-data

pengolahan citra yang diharapkan. Setelah binerisasi kemudian dilanjutkan

dengan perhitungan nilai-nilai parameter luas proyeksi citra, panjang citra dan

luas proyeksi floret. Data-data pengambilan data citra disajikan pada Lampiran.

Pada program ini proses binerisasi langsung dilanjutkan dengan proses

perhitungan luasan area obyek.

Pendugaan jumlah floret yang mekar dilakukan dengan menghitung luasan

warna merah pada citra (karena bunga yang dipakai warna merah). Seperti

ditunjukkan pada Gambar 11. Dilakukan dengan menghitung jumlah pixel yang terdeteksi oleh program. Implementasi pengembangan algoritma untuk grading

(48)
[image:48.612.191.535.313.679.2]

Gambar 11. Tampilan saat program melakukan proses perhitungan luas area floret

Gambar 12. Diagram alir algoritma pengolahan citra pada bunga Gladiol. Program Karakteristik Mutu

- Luas area total dan luas area floret untuk tiap-tiap mutu

- panjang bunga untuk tiap-tiap mutu - indeks warna untuk tiap-tiap mutu

Program Pemutuan Bunga

SELESAI

Extention JPEG

Minimize MULAI

Bunga Gladiol Mutu AA (10 sampel) Mutu A (30 sampel) Mutu B (30 sampel) Mutu C (30 sampel)

Pengambilan Citra

Open File

(49)

B. Karakteristik Citra Bunga Gladiol.

a. Hubungan antara panjang dengan pengolahan citra dengan panjang dengan pengukuran manual

Grafik hubungan antara panjang perhitungan menggunakan teknik

pengolahan citra dengan panjang pengukuran manual dapat dilihat pada gambar

dibawah. Gambar 13 dan Gambar 14 memperlihatkan hubungan panjang pada

dua sisi yang berbeda antara pengolahan citra dengan pengukuran manual.

y = 0,1807x ‐ 5,662 R2 = 0,9784

40 50 60 70 80 90 100

300 350 400 450 500 550 600

Panjang sisi 1 pengolahan citra (pixel)

Pa n ja n g    pe ng u k ur a n   m a nua l   (c m )

Gambar 13. Hubungan antara panjang sisi 1 hasil pengolahan citra dengan

panjang dengan pengukuran manual.

y = 0,18x ‐ 4,7628 R2 = 0,9677

40 50 60 70 80 90 100

300 350 400 450 500 550 600

panjang sisi 2 pengolahan citra (pixel)

Pa n ja n g    pe ng u k ur a n   m a nua l   (c m )

Gambar 14. Hubungan antara panjang sisi 2 hasil pengolahan citra dengan

(50)

Dari grafik hubungan antara panjang (pada dua sisi pengambilan citra)

pengukuran dengan teknik pengolahan citra dengan panjang pengukuran manual

dapat dilihat bahwa semua mempunyai nilai koefesien determinasi (R2) yang

dihasilkan cukup tinggi. Nilai R2 yang tinggi menunjukkan bahwa model linier

yang dikembangkan untuk menjelaskan bentuk hubungan kedua peubah cukup

handal, yang berarti model yang dibuat mampu menjelaskan prilaku peubah Y

(panjang dengan pengukuran manual) dengan baik. Semakin besar nilai R2 berarti

model semakin mampu menerangkan prilaku peubah Y, dimana kisaran nilai R2

mulai dari 0% sampai 100%.

Pada pengukuran sisi 1 diperoleh nilai R2 = 0.9484, dan pada pengukuran

sisi 2 yang dibandingkan dengan panjang pengukuran manual diperoleh nilai R2 =

0.9677. Untuk mengetahui hubungan antara panjang tangkai pengolahan citra

dengan mutu dapat dilihat pada grafik sebaran panjang tangkai tiap mutu bunga

Gladiol. Grafik sebaran panjang tangkai bunga Gladiol mutu AA, mutu A, mutu

B, mutu C dapat dilihat pada Gambar dibawah.

300 350 400 450 500 550 600

0 1 2 3 4 5

Mutu Pa nj a n g   sisi   1   de n g a n   p e n g o lah an   ci tr a   (p ix e l)

Gambar 15. Sebaran panjang sisi 1 tiap mutu bunga Gladiol.

(51)
[image:51.612.169.476.96.425.2]

Tabel 3. Hasil perhitungan statistik pada data panjang sisi 1 hasil pengolahan citra

Parameter

Panjang sisi 1 pengolahan citra (pixel)

AA A B C

Rata-rata 536.6000 496.7272 418.8485 341.7576

Standar Deviasi 8.7711 31.8721 19.9799 15.5101

Maksimum 554 547 449 366

Minimum 525 431 347 307

Ambang Atas 524 440 374

Ambang Bawah 524 440 374

300 350 400 450 500 550 600

0 1 2 3 4 5

Mutu Pa nj a n g   sisi   2   de ng a n   pe ng ol a h a n   ci tr a   (pi x e l)

Gambar 16. Sebaran panjang sisi 2 tiap mutu bunga Gladiol.

Tabel 4. Hasil perhitungan statistik pada data panjang sisi 2 hasil pengolahan citra

Parameter

Panjang sisi 2 pengolahan citra (pixel)

AA A B C

Rata-rata 542.0000 488.8485 415.7879 340.3939

Standar Deviasi 11.7568 35.6310 30.2573 16.3630

Maksimum 556 526 443 372

Minimum 517 392 371 304

Ambang Atas 517 427 371

Ambang Bawah 517 427 371

(52)

Dari grafik sebaran panjang (sisi 1 dan sisi 2) tidak ada yang dapat

benar-benar mengelompokkan panjang bunga sesuai dengan mutu, tapi dari perhitungan

statistik masih dapat ditentukan ambang batas atas dan ambang batas bawah

sehingga parameter panjang pengolahan citra dapat dijadikan untuk parameter

pemutuan. Hasil perhitungan statistik pada data panjang (sisi 1 dan sisi 2)

masing-masing disajikan dalam Tabel 3, dan Tabel 4. Pada grafik dapat dilihat

ada beberapa bunga yang masuk ke mutu diatas atau masuk ke mutu dibawahnya,

hal ini disebabkan kelelahan dan kejenuhan mata saat melakukan sortasi manual

Tetapi secara umum masih dapat dilihat bahwa panjang bunga mutu AA lebih

besar daripada panjang bunga mutu A, begitu seterusnya.

b. Hubungan antara luas area floret dengan jumlah floret yang telah mekar Dari grafik hubungan antara pengukuran luas area floret dengan jumlah

floret mulai mekar walaupu

Gambar

Tabel 1. Pengelompokan bunga Gladiol menurut Standar Nasional Indonesia
Gambar 1. Elemen-elemen dari sistem pengolahan citra (Arymurthy dan   Suryana, 1992)
Gambar 2. Bunga Gladiol
Grafik Korelasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pati teroksidasi menggunakan NaOCl 9 % waktu oksidasi 60 menit.. Pati teroksidasi menggunakan NaOCl 12 % waktu oksidasi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dosis optimal pemakaian tepung daun lamtorogung (TDL) sebagai sumber protein nabati alternatif pakan ikan

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang pengaruh intellectual capital terhadap kinerja perusahaan yang mengukur menggunakan rasio ROI dan

Penyuluh Pertanian pada dasarnya adalah aparat atau agen yang membangun pertanian, pendidik/penasehat yang mengabdi untuk kepentingan para petani, nelayan beserta

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya untuk pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan 6 tahun yang dilakukan melalui

[r]

Universitas