93
Lampiran 15: Daftar Riwayat Hidup
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Raden Rinaldi Somantri
NIM : 21112144
Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 10 Mei 1994
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki - laki
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jl. Baturaden II No 21 Rt 03 Rw 07, Ciwastra,
Bandung 40286
Email : radenrinaldi@ymail.com
No HP : 082216918116
DATA PENDIDIKAN
Pengalaman Organisasi :
1. Anggota Karang Taruna Rw 07 2013 - 2016
No. Tingkat Nama Sekolah Tempat Tahun Ijazah
1. SD SDN. Pasirpgor Bandung 2001-2006
2. SMP SMPN 48 Bandung Bandung 2007-2009
PENGARUH RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PENAGIHAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TERHADAP
PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
(Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Majalaya Bandung Tahun 2010 – 2014)
THE EFFECT OF VALUE ADDED TAX RESTITUTION AND COLLECTION OF VALUE ADDED TAX TO VALUE ADDED TAX
RECEIPTS
(Case Study of Tax Service Office Pratama Majalaya Bandung Period 2010 -2014)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Program Strata 1
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Pada Program Studi Akuntansi
Oleh :
Nama : Raden Rinaldi Somantri NIM : 21112144
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN
SURAT KETERANGAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 7
1.3 Rumusan Masalah ... 7
1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 8
1.4.1 Maksud Penelitian ... 8
1.4.2 Tujuan Penelitian... 8
1.5 Kegunaan Penelitian ... 8
1.5.1 Kegunaan Praktis... 8
1.5.2 Kegunaan Akademis ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka ... 10
2.1.1 Penghasilan Restitusi Pajak Pertambahan Nilai ... 10
2.1.1.1 Pengertian Restitusi Pajak Pertambahan Nilai ... 10
2.1.1.2 Sebab-sebab terjadinya Kelebihan Pembayaran Pajak ... 11
vi
2.1.2 Penagihan Pajak ... 12
2.1.2.1 Pengertian Penagihan Pajak ... 12
2.1.2.2 Dasar Penagihan Pajak ... 12
2.1.2.3 Surat Teguran ... 14
2.1.2.4 Indikator Penagihan Pajak ... 16
2.1.3 Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai ... 16
2.1.3.1 Pengertian Penerimaan Pajak ... 16
2.1.3.2 Pajak Pertambahan Nilai ... 17
2.1.3.4 Indikator Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai ... 18
2.2 Kerangka Pemikiran ... 18
2.2.1 Pengaruh Restitusi Pajak Pertambahan Nilai terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai... 18
2.2.2 Pengaruh Penagihan Pajak Pertambahan Nilai terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai... 19
2.3 Hipotesis Penelitian ... 20
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 21
3.2 Operasionalisasi Variabel ... 23
3.3 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 25
3.3.1 Sumber Data ... 25
3.3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 25
3.4 Populasi, Sampel, dan Tempat serta Waktu Penelitian ... 27
3.4.1 Populasi ... 27
3.4.2 Penarikan Sampel ... 27
3.4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 28
3.4.1 Tempat Penelitian ... 28
3.4.2 Waktu Penelitian... 29
3.5 Metode Pengujian Data ... 29
3.5.1 Uji Asumsi Normalitas ... 30
vii
3.5.3 Uji Asumsi Heteroskedastisitas... 32
3.5.4 Uji Asumsi Autokorelasi ... 33
3.6 Metode Analisis Data ... 33
3.6.1 Analisis Regresi Linier Berganda ... 34
3.6.2 Analisi Koefisien Korelasi Berganda ... 36
3.6.3 Analisi Koefisien Determinasi ... 36
3.6.4 Metode Pengujian Data ... 37
3.6.4.1 Pengujian Secara Parsial (Uji Statistik t) ... 38
3.6.4.2 Menentukan Tinglat Signifikan ... 39
3.6.4.3 Menggambar Daerah Penerimaan dan Penolakan ... 39
3.6.4.4 Penarikan Kesimpulan... 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 41
4.1.1 Analisis Deskriptif ... 41
4.1.1.1 Restitusi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ... 42
4.1.1.2 Penagihan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ... 44
4.1.1.3 Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai ... 46
4.1.2 Hasil Analisis Verifikatif ... 48
4.1.2.1 Uji Asumsi Klasik ... 48
4.1.2.1.1 Uji Normalitas ... 48
4.1.2.1.2 Uji Multikolinearitas ... 50
4.1.2.1.3 Uji Multikolinearitas ... 51
4.1.2.1.4 Uji Autokorelasi ... 52
4.1.2.2Uji Regresi Linier Berganda ... 53
4.1.2.3Pengaruh Restitusi PPN terhadap Penerimaan PPN ... 55
4.1.2.4Pengaruh Penagihan PPN terhadap Penerimaan PPN ... 59
viii
4.2.1 Pengaruh Restitusi Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
terhadap Penerimaan PPN KPP Majalaya Pratama
Bandung ... 61
4.2.2 Pengaruh Penagihan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terhadap Penerimaan PPN KPP Majalaya Pratama Bandung ... 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 69
5.2 Saran ... 69
5.2.1 Saran Praktis ... 69
5.2.2 Saran Akademik ... 70
DAFTAR PUSTAKA ... 72
72
DAFTAR PUSTAKA
Andi Supangat. 2007. Statistika dalam Kajian Deskriftif, Inferensi dan Nonparametrik. Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Advianto, Hari Sih. 2009. Tindakan Penagihan Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Balai Diklat Keuangan Malang. Malang: BPPK.
Agus Nugroho Jatmiko. 2006. Pengaruh Sikap Wajib Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi di Kota Semarang). Universitas Diponegoro.\
Agustinus Paseleng. 2013. Efektivitas Penagihan Pajak dengan Surat Teguran Dan Surat Paksa Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Manado. ejournal.
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/view/3508.
Akhiruddin, 2010. Pengaruh Restitusi Pajak Pertambahan Nilai Wajib Pajak Badan terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai pada Kantor Pelayanan Pajak Madya di Kota Makasar. ejournal. http://ojs.unm.ac.id/ml.scribd.com/universitasnegerimakasar.pdf. Diakses: 7 Mei 2010. Hal. 4
Bambang Brojonegoro. 2015. Restitusi jadi Kambing Hitam Penurunan Pajak. www.kontan.id. http://nasional.kontan.co.id/news/restitusi-jadi-kambing-hitam-penurunan-pajak)
Diana, Anastasia dan Lilis Setiawati. 2009. Perpajakan Indonesia. Yogyakarta : Andi Offset.
Direktur Jendral Pajak Nomor PER-122/PJ./2006
Direktur Jenndral Bina keuangan Daerah kementiran dalam negeri keuda.kemendagri.go.id/views/penerapan-akuntansi-berbasis-akrual
Gustian Djuanda dan Irwansyah Lubis, 2011. Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai & Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Edisi Revisi 2011. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Gunadi. 2007. Pajak Internasional. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
73
Haula Rosdiana dan Edi Slamet Irianto, 2011, Panduan Lengkap Tata Cara PerpajakanDi Indonesia, Visi Media, Jakarta
Husein, Umar. 2011. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis Edisi 11. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Hutagaol, John. 2007. Perpajakan Isu-isu Kontemporer, Jakarta: Graha Ilmu.
Ida Ayu Ivon. 2015. Pengaruh Self Assessment System, Pemeriksaan Pajak, Dan Penagihan Pajak Pada Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
ejournal.http://ojs.unud.ac.id/index.php/Akuntansi/article/download/13012 /10723 . Diakses 22 Maret 2016
Ida, Zuraida dan LY.Hari Sih Advianto.2011. Penagihan pajak pusat dan daerah.
Bogor: Ghalia Indonesia
Irma Devita (2010). Panduan Lengkap Hukum Praktis Pouler,kiat-kiat cerdas mudah, dan bijak mengatasi hukum pertanahan. Bandung:Kaifa
Jonathan Sarwono. 2012. PATH ANALYSIS, Teori, Aplikasi, Prosedur Analisis untuk Riset Skripsi, Tesis dan Disertasi. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
Karina, Metta. 2013. Analisis Restitusi Pajak Pertambahan Nilai pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Palembang Ilir Barat. ejournal. http://jurnal ilmiah.STIE mdp.ac.id/724/1/JURNALMetakarina 2009210047.pdf . Diakses: 12 Aprill 2013. Hal. 2.
Mardiasmo. 2009. Perpajakan.Edisi Revisi.Jogjakarta: Andis.
Marduati, Andi. 2012. Pengaruh Penagihan Pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa terhadap Pencairan Tunggakan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Barat. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin, Makassar. http://repository.unhas.ac.id/bitstream/ handle/123456789/2740 /SKRIPSI.pdf?sequence=1, diakses tanggal 20 Maret 2016.
Menurut PMK Nomor 72/PMK.03/2010 Tentang Tata Cara Pengembalian Kelebihan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Mohammad Zain. (2007). Manajemen Perpajakan. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Pasal 11 UU KUP Nomor 28 Tahun 2007, Restitusi Pajak.
Pasal 18 ayat 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP).
74
Siregar, Susi Aprilita. 2006. Pengaruh Pemeriksaan Pajak Terhadap Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak Atas Pertambahan Nilai. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Universitas Padjajaran. Bandung.
Singgih Santoso, 2002 Mengolah Data Statistik Secara Professional, Elex Media Komputindo, Jakarta
Soemarso S.R. 2007. Perpajakan Pendekatan Komprehensif. Salemba Empat, Jakarta.
Sugiono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta.
Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta.
Sugiono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta.
Sukardji, Untung. 2006. Pajak Pertambahan Nilai . Jakarta : Rajawali Pers.
Sukardji, Untung. 2015. Pajak Pertambahan Nilai edisi revisi 2015. Jakarta : Rajawali Pers.
Supramono, Damayanti. 2009. Perpajakan Indonesia. Andi. Yogyakarta.
Suryadi. 2006. Model Hubungan Kausal Kesadaran, Pelayanan, Kepatuhan Wajib Pajak Dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Penerimaan Pajak. Jurnal Keuangan Publik, 4(1),105-121.
Timbul Hamonangan Simanjuntak dan Imam Mukhlis. 2012. Dimensi Ekonomi Perpajakan dalam Pembangunan Ekonomi. Penerbit Raih Asa Sukses. Medan.
Trisni Suryarini dan Tarsis Tarmudji, 2012. Pajak di Indonesia. Yogyakarta:Graha ilmu
75
Undang-undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomot 19 Tahun 2000.
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 Pasal 7 Tarif PPN.
Umi Narimawati. 2007. Riset Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Agung Media.
Umi Narimawati. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Teori dan Aplikasi. Bandung: Agung Media.
Umi Narimawati. 2010. Penulisan Karya Ilmiah. Ganesis. Bekasi.
Utama, Mekar Satria. 2016. Setelah 2 Hari Ditahan, Pengusaha Properti Lunasi Utang Pajak Rp 36,8 Miliar. www.kompas.com. http://regional.kompas.com/read/2015/11/06/22221381/Setelah.2.Hari.Dit ahan.Pengusaha.Properti.Lunasi.Utang.Pajak.Rp.36.8.Miliar.
Waluyo, Wirawan B Ilyas (2005). Perpajakan Indonesia, Edisi revisi. Buku 1. Jakarta : Salemba 4.
Waluyo,2011. Perpajakan Indonesia Edisi 10 Buku 1.Penerbit Salemba Empat,Jakarta
Waluyo. 2013. Perpajakan Indonesia. Salemba Empat, Jakarta.
10 BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTSESIS
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Restitusi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 2.1.1.1Pengertian Restitusi (PPN)
Menurut Djuanda dan Lubis (2011:121) Restitusi merupakan kelebihan
pembayaran Pajak Pertambahan Nilai terjadi karena jumlah Pajak Masukan yang
dibayar lebih besar daripada jumlah Pajak Keluaran yang dipungut dalam suatu
Masa Pajak.
Menurut Trisni Suryarini dan Tarsis Tarmudji (2012:150) Retitusi Pajak
Pertambahan Nilai terjadi apabila dalam suatu masa, pajak masukan lebih besar dari
pajak keluaran, maka selisihnya merupakan kelebihan pajak yang dapat
dikompesasikan dengan pajak yang terutang dalam masa pajak berikutnya atau
dapat dikembalikan.
Menurut penjelasan Pasal 11 UU KUP No. 28 Tahun 2007 Restitusi adalah
perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dengan jumlah kredit pajak
yang menunjukan selisih lebih (jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang
terutang.
Dari pengertian pendapat ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
pengembalian pajak (restituis) adalah apabila jumlah pajak masukan yang dibayar
lebih besar daripada pajak keluaran atau pajak yang terutang dalam suatu masa
11
2.1.1.2Sebab-sebab Terjadi Kelebihan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai
Kelebihan pembayaran PPN menurut Untung Sukardji (2006:307) terjadi
karena:
1. Jumlah Pajak Masukan yang dibayar lebih besar dari pada jumlah Pajak Keluaran yang dipungut dalam suatu masa Pajak yang disebabkan oleh:
a. Pengusaha Kena Pajak (PKP) melakukan pembelian Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP) pada masa investasi atau pada awas usaha dimulai
b. Ekspor BKP oleh PKP
c. PKP menyerahkan BKP atau JKP yang meperoleh fasilitas Pajak Yang Terutang Tidak Dipungut atau lebih sering disebut PPN dan PPnBM Tidak Dipungut.
2. Selain itu kemungkinan terjadi kelebian pembayaran pajak bukan disebabkan Pajak Masukan lebih besar daripada Pajak Keluaran, melainkan semata-mata desebabkan oleh kekeliruan pemungut pajak yang dilakukan oleh PKP. Peristiwa ini dinamakan kelebihan pembayaran pajak karena terjadi pajak yang salah dipungut (Pasal 7 ayat (3), (4) dan (5) Peraturan Pemerintah Nomor 143 Tahun 2000)
2.1.1.3Indikator Restitusi Pajak Pertambahan Nilai
Menurut Trisni Suryarini dan Tarsis Tarmudji (2012:150) Retitusi Pajak
Pertambahan Nilai terjadi apabila dalam suatu masa, pajak masukan lebih besar dari
pajak keluaran, maka selisihnya merupakan kelebihan pajak yang dapat
dikompesasikan dengan pajak yang terutang dalam masa pajak berikutnya atau
dapat dikembalikan. Berdasarkan pengertian tersebut, indikator variabel Restitusi
Pajak Pertambahan Nilai adalah Jumlah Pengembalian kelebihan pembayaran
12
2.1.2 Penagihan Pajak
2.1.2.1Pengertian Penagihan Pajak
Menurut Haularosdiana dan Edi Slamet (2011:245) Penagihan Pajak
didefinisikan sebagai berikut:
“Penagihan Pajak adalah serangkain tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyandraan dan menjual barang yang telah disita”.
Menurut Gunadi (2011:48) Penagihan Pajak adalah Penagihan pajak
dilakukan berdasarkan utang pajak yang belum dibayar (tunggakan pajak) yang
tercantum dalam ketetapan pajak. Pengertian lain Siti Kurnia Rahayu (2010:197)
Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan dari aparatur jenderal, berhubungan
wajib pajak tidak melunasi baik sebagian seluruhnya kewajiban perpajakannya
yang menurut undang- undang perpajakan yang berlaku”.
Dari beberapa pengertian pendapat ahli diatas, penulis dapat menyimpulkan
bahwa Penagihan Pajak merupakan serangkaian tindakan yang dilakukukan oleh
Direktur Jendral Pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksakanakan
penyitaan, melaksanakan penyadaraan dan menjual barang yang telah disita
terhadap Wajib Pajak (WP) yang tidak mematuhi ketentuan undang-undang unuk
melunasi sebagian atau seluruh kewajiban perpajakannya.
2.1.2.2Dasar Penagihan Pajak
Pasal 18 ayat 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP), menjelaskan bahwa Surat Ketepatan
maupun Surat Keputusan yang menjadi dasar penagihan pajak seperti sebagai
13
1. Surat Tagihan Pajak (STP)
Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi
administrasi berupa bunga dan/atau denda.
2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) adalah surat ketetapan yang
menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah
kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah
yang masih harus dibayar.
3. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) adalah surat
ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah
ditetapkan.
4. Surat Keputusan Pembetulan
Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan
kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan
tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan yang terdapat dalam
Surat Ketetapan Pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat Keputusan Keberatan, Surat
Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Penghapusan
Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak, Surat
Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pengembalian
14
5. Surat Keputusan Keberatan
Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap Surat
Ketetapan Pajak atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga
yang diajukan oleh Wajib Pajak.
6. Putusan Banding
Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding terhadap
Surat Keputusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak.
2.1.2.3Surat Teguran
Berdasarkan Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997
tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 menyatakan Surat Teguran atau dapat
disebut juga Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis adalah surat yang
diterbitkan oleh Pejabat untuk menegur atau memperingatkan kepada Wajib Pajak
untuk melunasi utang pajaknya.
Definsi serupa diungkapkan Ida Zuraida dan L.Y Hari Sih Advianto
(2011:65) Penagihan Pajak dengan Surat Teguran atau dapat juga disebut surat
peringatan atau surat lain yang sejenis adalah surat yang diterbitkan oleh pejabat
untuk menegur atau memperingatkan kepada wajib pajak untuk melunasi utang
pajaknya. Berdasarkan pengertian tersebut, Penagihan Pajak dengan surat teguran
adalah langkah yang dilakukan oleh pejabat terhadap Wajib Pajak (WP) untuk
mengur atau memperingati atas tunggakan pajak yang belum dilunasi oleh WP
15
Dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 24/PMK.03/2008 sttd Peraturan
Menteri Keuangan No. 85/PMK.03/2010 diatur bahwa mengenai saat penerbitan
SuratTeguran , tergantung dari ada tidaknya sengketa seperti berikut ini
1. Dalam hal Wajib Pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruh jumlah pajak
yang masih harus dibayar dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan (PAHP)
atau Pembahasan Akhir Hasil Verifikasi (PAHV) dan Wajib Pajak tidak
mengajukan keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) atau
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), kepada Wajib Pajak
disampaikan Surat Teguran, setelah 7 hari sejak jatuh tempo pengajuan
keberatan.
2. Dalam hal Wajib Pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruh jumlah pajak
yang masih harus dibayar dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan atau
Pembahasan Akhir Hasil Verifikasi, dan Wajib Pajak tidak mengajukan
permohonan banding atas keputusan keberatan sehubungan dengan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), atau Surat Ketetapan Pajak setelah 7
(tujuh) hari sejak tanggal jatuh tempo pengajuan banding.
3. Dalam hal Wajib Pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruh jumlah pajak
yang masih harus dibayar dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan atau
Pembahasan Akhir Hasil Verifikasi, dan Wajib Pajak mengajukan permohonan
banding atas keputusan keberatan sehubungan dengan Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar (SKPKB), kepada Wajib Pajak disampaikan Surat Teguran
setelah 7 (tujuh) hari sejak tanggal jatuh tempo pelunasan pajak yang masih
16
4. Dalam hal Wajib Pajak menyetujui seluruh jumlah pajak yang masih harus
dibayar dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan atau Pembahasan Akhir
Hasil Verifikasi, kepada Wajib Pajak disampaikan Surat Teguran setelah 7
(tujuh) harisejak jatuh tempo pelunasan.
5. Dalam hal Wajib Pajak mencabut pengajuan keberatan atas Surat Ketetapan
PajakKurang Bayar (SKPKB) atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan (SKPKBT) setelah tanggal jatuh tempo pelunasan tapi sebelum
tanggal diterima surat pemberitahuan untuk hadir oleh Wajib Pajak, kepada
Wajib Pajak disampaikan Surat Teguran setelah 7 (tujuh) hari sejak tanggal
pencabutanpengajuan keberatan tersebut.
2.1.2.4Indikator Penagihan Pajak
Ida Zuraida dan L.Y Hari Sih Advianto (2011:65) Penagihan Pajak dengan
Surat Teguran atau dapat juga disebut surat peringatan atau surat lain yang sejenis
adalah surat yang diterbitkan oleh pejabat untuk menegur atau memperingatkan
kepada wajib pajak untuk melunasi utang pajaknya. Berdasarkan pengertian
tersebeut indikator pada variabel Penagihan Pajak adalah Jumlah realisasi
penagihan pajak dengan surat teguran.
2.1.3 Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai 2.1.3.1Pengertian Penerimaan Pajak
Jhon Hutagaol (2007:325) mendefinisikan Penerimaan pajak merupakan
sumber penerimaan yang dapat diperoleh secara terus-menerus dan dapat
17
masyarakat.
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:25) menyatakan bahwa Penerimaan
Pajak adalah sebagai salah satu pos penerimaan negara yang mempunyai fungsi
utama pajak yaitu pajak dipergunakan sebagai alat untuk memasukkan dana secara
optimal ke kas negara.
Sedangkan menurut Deivta Purnamasari (2010:256), Penerimaan pajak
merupakan hasil penerimaan negara yang sebagian besar diserahkan kepada
Pemerintah Daerah untuk meningkatkan pendapatan daerah guna membiayai
penyelenggaraan pemerintah daerah dan meningkatkan otonomi daerah.
Dari beberapa pendapat ahli yang mendfinisikan Penerimaan Pajak, penulis
dapat menyimpulan bahwa Perimaan pajak adalah sumber penerimaan yang dapat
diperoleh secara terus-menerus yang dipergunakan sebagai alat untuk memasukan
dana secara optimal ke kas Negara yang selanjutnya di serahkan kepada pemerintah
daerah dalam rankga kemandirian pembiayaan pembagunan.
2.1.3.2Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Definisi Pajak Pertambahan Nilai menurut Siti Kurnia Rahayu (2010;231)
dalam Perpajakan Indonesia Konsep dan Aspek Formal sebagai berikut:
”Pajak yang dikenakan terhadap pertambahan nilai (Value Added) yang
timbul akibat dipakainya faktor-faktor produksi disetiap jalur perusahaan dalam menyiapkan, menghasilkan, menyalurkan dan memperdagangkan barang atau pemberian pelayanan jasa kepada para konsumen”.
Menurut Waluyo (2011:9) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan
pajak yang dikenakan atas konsumsi di dalam negeri (di dalam Daerah Pabean),
18
Tahun 2009, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah Pajak yang dikenakan atas
konsumsi barang dan jasa, di dalam daerah pabean yang dikenakan bertingkat
disetiap jalur produksi dan distribusi.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas, penulis dapat menyimpulkan
bahwa Pajak Pertambahan Nilai merupakan pajak yang timbul akibat dipakainya
faktor-faktor produksi disetiap jalur perusahaan dalam menyiapkan, menghasilkan,
menyalurkan dan memperdagangkan barang atau jasa di daerah dalam negeri (di
dalam daerah pabean).
2.1.3.3Indikator Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai
Menurut Waluyo (2011:2) yaitu Untuk dapat merealisasikan tujuan
pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dibutuhkan dana yaitu
dengan menggali sumber dana yang berasal dari pajak. Berdasarkan pengertian
tersebut, Indikator pada variabel Penerimaan Pajak adalah Jumlah Realisasi
Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai.
2.2 Kerangka Pemikiran
2.2.1 Pengaruh Antara Restitusi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terhadap Penerimaan PPN
Menurut Untung Sukardji (2015:595) bahwa pengembalian (restitusi)
kelebihan pembayaran mempengaruhi penerimaan negara dari sektor pajak, karena
Pengusaha Kena Pajak (PKP) mengambilnya uangnya yang masuk ke kas negara
terlalu banyak atau lebih besar daripada jumlah pajak yang seharusnya disetor atau
19
sebenarnya tidak terhutang. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Akhiruddin
(2010) restitusi Pajak Pertambahan Nilai yang terjadi sangat mempengaruhi dan
berdampak negatif terhadap penerimaan pajak yang ada. Penelitian lainnya yang
dilalukan oleh Wanha Marina Supit (2014) bahwa Restitusi pajak pertambahan nilai
yang terjadi memberikan pengaruh terhadap penerimaan pajak yang ada. Sehingga
dapat mengakibatkan penyaluran dana pajak untuk pembangunan berkurang.
Hasil penelitian lain nya yang dilakukan oleh Metta Karina (2013) Adanya
faktur pajak dan perhitungan pajak yang harus dikoreksi atau dilakukan
pengembalian (restitusi) karena kekeliruan dari PKP sehingga menyebabkan
perubahan pada nilai PPN. Kekeliruan tersebut disebabkan karena kurangnya
pengetahuan dan pemahaman PKP terhadap peraturan perpajakan.
2.2.2 Pengaruh Antara Penagihan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terhadap Penerimaan PPN
Menurut Waluyo (2013:68) mendefinisikan hubungan antara Penagihan
PPN dengan Penerimaan PPN sebagai berikut:
“Penagihan pajak berhubungan terhadap penerimaan pajak yaitu perkembnagan jumlah tunggakan pajak dari waktu ke waktu menunjukan jumlah yang sangat besar. Peningkatan jumlah tunggakan pajak ini belum diimbangi dan kegiatan pencairannya, namun dengan demikian secara umum penerimaan pajak di bidang perpajakan semakin meningkat terhadap tunggakan pajak maka perlu dilaksanakan penagihan”.
Menurut Ida Zuraida, L.Y Hari Sih Advianto (2011:139) mendefinisikan
hubungan antara Penagihan PPN dengan Penerimaan PPN sebagai berikut:
20
Berdasarkan uraian diatas, penulis dapat menyajikan paradigma penelitian
sebagai berikut:
Gambar 2.1 Paradigma Penelitian
2.3 Hipotesis Penelitian
Menurut Sugiyono (2012:64) Hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Berdasarkan pengertian tersebut,
penulis dapat menyimpulkan beberapa hipotesis yang akan diuji dalam penelitian
ini, yaitu:
H1: Pengaruh Restitusi Pajak Pertambahan Nilai berpengaruh signifikan
terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai.
H2: Penagihan Pajak Pertambahan Nilai berpengaruh signifikan terhadap
Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai.
Restitusi PPN (X1), Djuanda & Lubis (2011:121), Trisni Suryarini dan Tarsis Tarmudji (2012:150) Pasal 11 UU KUP
No. 28 Tahun 2007
Untung Sukardji (2015:595)) Akhiruddin (2010), Wanha Marina Supit (2014), Metta Karina (2013)
Penagihan PPN (X2), Haularosdiana dan Edi Slamet (2011:245), Gunadi (2011:48), Siti Kurnia Rahayu (2010:197)
Penerimaan PPN (Y) Simanjuntak H. Timbul dan Imam Mukhlis (2012:30) Deivta Purnamasari (2010:256) Siti Kurnia Rahayu
(2010:231)
69 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka
penulis mengambil beberapa kesimpulan sesuai rumusan masalah yang dicari
sebagai berikut :
1. Restitusi pajak pertambahan nilai berpengaruh signifikan terhadap Penerimaan
Pajak Pertambahan Nilai periode tahun 2010-2014, dimana setiap ada kenaikan
jumlah Restitusi PPN maka akan terjadi juga pula penurunan pada Penerimaan
Pajak Pertambahan Nilai. Dengan bertambahnya restitusi yang diaujakan oleh
Pengusaha Kena Pajak maka akan ada dana pajak yang berkurang. Sehingga
berpengaruh terhadap penurunan Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai di Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Majalaya Bandung.
2. Penagihan Pajak Pertambahan Nilai dengan surat teguran berpengaruh signifikan terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai periode tahun 2010-2014, dimana
setiap ada kenaikan dari jumlah penagihan pajak dengan surat teguran yang
berhasil didapat atau diamankan maka akan terjadi pula peningkatan Penerimaan
Pajak Pertambahan Nilai. Sehingga berpengaruh terhadap peningkatan
Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
70
5.2 Saran
Setelah penulis memberikan kesimpulan dari hasil penelitian tentang
pengaruh Restitusi Pajak Pertambahan Nilai dan Penagihan Pajak Pertambahan
Nilai terhadap Peneriimaan Pajak Pertambahan Nilai , maka penulis memberikan
beberapa saran yang dapat digunakan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Majalaya Bandung :
5.2.1 Saran Praktis
1. Tingginya jumlah Restitusi Pajak Pertambahan Nilai adalah belum optimalnya
pemeriksa pajak dalam memeriksa faktur dan proses hitung dalan pelaporan
yang diajukan oleh Pengusaha Kena Pajak sebagai syarat dalam mendapatkan
Restitusi Pajak Pertambahan Nilai. Sebaiknya untuk mengatasi hal tersebut
bagian pemeriksaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Majalaya
Bandung lebih teliti dalam memeriksa faktur yang diajukan oleh PKP tersebut.
Sehingga tidak ada lagi faktur fiktif yang bisa menggerus Penerimaan Pajak
Pertambahan Nilai. Sedangkan Untuk mengurangi dan menekan angka
kesalahan yang dilakukan Pengusaha Kena Pajak dalam proses perhitungan dan
pelaporannya dalam mengajukan Restitusi Pajak Pertambahan Nilai, sebaiknya
untuk mengatasi hal tersebut dengan cara diadakannya sosialisasi kepada para
Pengusaha Kena Pajak bagaimana cara menghitung Pajak Pertambahan Nilai
sesuai ketentuan yang berlaku.
2. Meskipun Penagihan Pajak dengan surat teguran yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Majalaya Bandung sudah cukup baik,
71
upaya - upaya lain nya, misalnya dengan melakukan kunjungan ke dinas
kependudukan dan catatan sipil bagi surat teguran yang dikirim kembali lagi ke
kantor pajak (kempos) karena Pengusaha Kena Pajak yang bersangkutan sudah
pindah alamat, hal ini dimaksudkan untuk mencari informasi mengenai data PKP
yang sedang dalam proses penyelesaian tunggakan pajak untuk keperluan
updade informasi data PKP tersebut.
5.2.2 Saran Akademis
1. Bagi Pengembang Ilmu
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan, sebagai
sumber informasi dan sebagai sumbangan pemikiran dalam mengembangkan
disiplin ilmu akuntansi perpajakan, serta berkontribusi dalam pengembangan
penelitian khususnya mengenai Restitusi Pajak Pertambahan Nilai (PPN),
Penagihan PPN, Penerimaan PPN serta sebagai masukan dan tambahan referensi
bagi para pembaca.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk peneliti yang akan meneliti variabel Restitusi Pajak Pertambahan Nilai
(PPN), Penagihan PPN, Penerimaan PPN khususnya di variabel Restitusi PPN
lebih baik mencari fenomena yang berlawanan dengan teori tersebut, agar
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya,
serta senantiasa memberikan kesehatan, kemampuan, dan kekuatan sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah
satu syarat menempuh Program Strata 1 guna memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Pada Program Studi Akuntansi di Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM).
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Restitusi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Penagihan PPN terhadap Penerimaan PPN (Studi kasus pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Majalaya Bandung)”
Dalam penyusunan dan penelitian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan
bimbingan Prof. Dr. Hj.Ria Ratna Ariawati, SE. MS. Ak. selaku dosen pebimbing
yang telah berkenan memberikan waktu, koreksi, bimbingan, dan saran – saran.
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu:
1. Dr. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer
Indonesia.
2. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec. Lic., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Komputer Indonesia.
3. Dr. Siti Kurnia Rahayu, SE., M.Ak., Ak., CA selaku Ketua Program Studi
Akuntansi Universitas Komputer Indonesia
4. Prof. Dr. Hj.Ria Ratna Ariawati, SE. MS. Ak.selaku Ketua Program Studi
iv
yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam
membimbing penulis selama proses penyelesaian laporan penelitian ini.
5. Dr. Surtikanti, SE., M.Si., Ak, CA selaku Dosen Wali dikelas AK-1 angkatan
2012.
6. Seluruh Staff Dosen Pengajar UNIKOM yang telah membekali Penulis
dengan pengetahuan.
7. Ayahanda Saman Somantri dan Ibunda Oti Rosmiati tercinta serta keluarga
tersayang yang selalu mendoakan dan membantu agar senantiasa sukses,
serta kedua kakaku tercinta Ryan Gumilar dan Anti Yulianty yang selalu
memberikan semangat dalam menyusus skripsi ini,
8. Gita Ayu Pratiwi yang selalu memberika semangat dan doa kepada penulis.
9. Teman-teman seperjuangan; Aly Jaya, Agung Prayoga, Albert Stefanus,
Frandes Rajagukguk, Nande Bramantyo, Prima Arief Hidayat, Ari Akbar,
Yanto, Eriska Mulya Ramdhini, Kartika Novitasari, dan Nur Zayastuti,
terimakasih atas doa dan semangatnya.
10.Teman-teman BTM; Ajis Obet, Dani Ngucur, Dimas Buryo, Deni Chomenk,
Ivan Dusenk, Owis, Dabul, Om Ibeng, Bruno Gunawan dan Dery,
terimakasih atas doa dan semangatnya.
11.Teman-teman Akuntansi 1 angkatan 2012 yang telah berjuang bersama
selama 4 tahun yang luar biasa ini.
Dengan keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang penulis miliki, penulis
v
terdapat kekurangan dan kelemahan, walaupun demikian penulis telah berusaha
semaksimal mungkin untuk mendapat hasil yang optimal.
Bertolak dari inilah, penulis mengharapkan adanya koreksi, kritik dan saran
yang membangun dari berbagai pihak sehingga menjadi bahan masukan bagi
penulis untuk peningkatan di masa yang akan datang.
Akhir kata, semoga Skripsi ini ada manfaatnya, khusunya bagi penulis dan
umumnya bagi kita semua dalam rangka menambah wawasan pengetahuan dan
pemikiran kita.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bandung, Agustus 2016
Penulis,
Raden Rinaldi S.