• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Jejaring Sosial untuk Orang dengan Penyakit Systemic Lupus Erythematosus Menggunakan R4 Framework

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Jejaring Sosial untuk Orang dengan Penyakit Systemic Lupus Erythematosus Menggunakan R4 Framework"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS JEJARING SOSIAL UNTUK ORANG DENGAN

PENYAKIT

SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS

MENGGUNAKAN R4

FRAMEWORK

ARIN KARLINA

DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Jejaring Sosial

untuk Orang dengan Penyakit

Systemic Lupus Erythematosus

Menggunakan R4

Framework

adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan

belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

(3)

ABSTRAK

ARIN KARLINA. Analisis Jejaring Sosial untuk Orang dengan Penyakit

Systemic

Lupus Erythematosus

Menggunakan R4

Framework

. Dibimbing oleh FIRMAN

ARDIANSYAH.

Proses pemillihan komponen jejaring sosial untuk target

user

yang spesifik

dan samar merupakan tugas yang kompleks. Fokus penelitian ini adalah

melakukan

analisis

komponen

keseharian

penderita

Systemic

Lupus

Erythematosus

(SLE) untuk dijadikan panduan kriteria pengembangan jejaring

sosial untuk penderita SLE. Untuk mengurangi kompleksitas analisis, penelitian

diarahkan menggunakan metodologi

Lean and Mean

dengan

framework

konseptual khusus web sosial

yaitu R4

framework

. Hasil analisis berupa kriteria

panduan kemudian dibandingkan dengan jejaring sosial Facebook untuk dihitung

probabilitas potensi implementasinya. Persentase potensi implementasi yaitu

sebesar 78% untuk 9 set

privacy

dan

policy,

33% untuk 3 aspek unik

user,

dan

55% untuk 10 objek dengan 88 fitur. Untuk akurasi, komponen objek dengan

multikriteria terbanyak dianalisis menggunakan

Analytic Hierarchy Process

(AHP)

dengan 9.38%

consistency ratio.

Hasil AHP menilai objek berdasarkan

kebutuhan dari penderita SLE dengan tiga faktor terpenting yaitu 17.8% untuk

pojok obat, 15% untuk

spaces

, dan 13.7% untuk

medical history

.

Kata kunci:

analytic hierarchy process, r4 framework,

jejaring sosial,

systemic

lupus erythematosus

ABSTRACT

ARIN KARLINA. Social network Analysis for People with

Systemic Lupus

Erythematosus

Using R4 Framework. Supervised by FIRMAN ARDIANSYAH.

Choosing components of a social network for a specific and vague user

target is a complex task. This study is focused on analyzing daily life components

of people with

Systemic Lupus Erythematosus

(SLE). The aim of this study is to

provide a guideline for developing a social network for people with SLE. This

study uses Lean and Mean method complementing with R4 framework as a

specific conceptual social web development framework. The guideline which has

been made then compared to the popular social network, Facebook, to measure its

implementation potential. It summarizes the potential with percentage of 78% for

nine privacy and policy set, 33% for three unique user aspects, and 55% for ten

objects with its 88 features. To accurate the estimations, the multi-criteria

component object are analyzed using the Analytic Hierarchy Process by 9.38% of

consistency ratio. It prioritizes the three most important objects needed by people

with SLE such as medicine corner by 17.8%, spaces 15%, and medical history

13.7%.

(4)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Komputer

pada

Departemen Ilmu Komputer

ANALISIS JEJARING SOSIAL UNTUK ORANG DENGAN

PENYAKIT

SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS

MENGGUNAKAN R4

FRAMEWORK

ARIN KARLINA

DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)
(6)

Judul Skripsi : Analisis Jejaring Sosial untuk Orang dengan Penyakit

Systemic

Lupus Erythematosus

Menggunakan R4

Framework

Nama

: Arin Karlina

NIM

: G64100050

Disetujui oleh

Firman Ardiansyah, SKom, MSi

Pembimbing I

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Buono, MSi, MKom

Ketua Departemen

(7)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas

karunia-Nya sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan. Tugas akhir dengan judul

Analisis Jejaring Sosial untuk Orang dengan Penyakit

Systemic Lupus

Erythematosus

Menggunakan R4

Framework

ini dilaksanakan sejak Oktober

2013 hingga Juli 2014. Dalam penulisannya, penulis mendapatkan dukungan dan

bantuan dari pihak-pihak yang penulis ingin sampaikan rasa terima kasih sebagai

berikut:

1

Orangtua tercinta yaitu Ayahanda Enang Kosasih dan Ibunda Cut

Rosniah, serta kedua kakak yang saya sayangi Tika Muthia dan Niza

Ayunda atas seluruh pengorbanan, doa, dan dukungan yang besar bagi

penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

2

Bapak Firman Ardiansyah, SKom, MSi, selaku dosen pembimbing tugas

akhir yang telah memberikan waktu dan tenaga berupa bimbingan dan

arahan selama pengerjaan tugas akhir.

3

Teman-teman angkatan 47 Ilmu Komputer, Pixels 47, yang telah

memberikan dukungan selama 4 tahun penulis menjalani kehidupan

sebagai mahasiswa.

4

Sahabat dan teman-teman yang yang telah memberikan semangat

kepada penulis mengerjakan tugas akhir tanpa permintaan balas jasa.

5

Keempat responden penelitian dengan kontribusinya yang sangat besar

terhadap penulis untuk menjalani tugas akhir ini.

Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat, khususnya bagi

penderita

Systemic Lupus Erythematosus

dan pengembang aplikasi web sosial.

Bogor, Agustus 2014

(8)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

1

Manfaat Penelitian

2

Ruang Lingkup Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

R4

Framework

2

Metodologi

Lean & Mean

3

Systemic Lupus Erythematosus

4

METODE PENELITIAN

4

Pengambilan Data

4

(

Re

)

Design: Conceptualization

5

Pendefinisian

Design Sphere

5

Pendefinisian

Development Sphere

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

6

(

Re

)

Design: Conceptualization

6

Pendefinisian

Design Sphere:

Culture Sphere

7

Pendefinisian

Design Sphere:

User Sphere

9

Pendefinisian

Development Sphere:

Technology Sphere

12

SIMPULAN DAN SARAN

13

Simpulan

13

Saran

13

DAFTAR PUSTAKA

13

LAMPIRAN

15

(9)

DAFTAR TABEL

1

Daftar 10 situs yang terpilih sebagai objek pengamatan

6

2

Daftar kelompok fitur yang terdefinisi

6

3

Daftar pengamatan komunitas SLE

online

7

4

Rumusan

privacy

dan

policy

untuk

social network

bagi penderita SLE

8

5

Analisis individu dan perannya dalam suatu jaringan

9

6

Analisis penggunaan

real-world aspects

dalam perumusan atribut yang

dimodelkan dalam suatu model biografi atau persona

9

7

Goal

(

end condition

)

, activity,

dan

task

pengguna sistem

10

8

Deskripsi objek secara mendetail

11

9

Perbandingan komponen aspek unik

user

dalam Facebook

12

10

Perbandingan komponen objek dan set fiturnya dengan Facebook

12

11

Hasil penilaian bobot kebutuhan oleh AHP

13

DAFTAR GAMBAR

1

4Sphere (Choe dan Song 2009)

3

2

4Sphere

dimensions

(Choe dan Song 2009)

3

3

RRR

Lifecycle Stages

(Choe dan Song 2009)

3

4

Metode penelitian

5

5

Ilustrasi persona

10

DAFTAR LAMPIRAN

1

Daftar fitur-fitur hasil observasi

online

terhadap 10 situs pengamatan

15

2

Daftar fitur dan pengelompokannya

17

3

Materi hasil wawancara dengan penderita SLE

19

4

Materi hasil wawancara terhadap lingkungan sosial

23

5

Hasil pendefinisian percakapan wawancara menjadi daftar aktivitas

24

6

Hasil pendefinisian aktivitas yang didapat menjadi kajian

goal

dan

aktivitas pendukung

27

7

Rumusan set fitur berdasarkan objeknya

31

8

Perbandingan set fitur

dengan Facebook

34

(10)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Interaksi sosial merupakan peristiwa ketika dua orang atau lebih hadir

bersama dan menciptakan komunikasi dengan tujuan mempengaruhi individu lain

(Thibaut dan Kelley 1959). Salah satu peran interaksi sosial, yaitu intervensi

sosial, berguna dalam membantu proses penyembuhan dari pengalaman traumatis,

menyesuaikan kondisi psikologis, dan memperpanjang kehidupan orang dengan

penyakit kronis (Cohen

et al.

2000). Studi mengenai keterkaitan antara dukungan

sosial dan jejaring sosial terhadap kesehatan (Berkman 2010) menunjukkan

tingkat

survival

orang berpenyakit tanpa interaksi sosial (

usual care

) lebih rendah

dibandingkan orang berpenyakit dengan interaksi sosial baik (

intervention

). Untuk

itu, terdapat kepentingan bagi orang berpenyakit untuk mempertahankan kualitas

interaksi sosial yang baik.

Salah satu orang berpenyakit khusus yang membutuhkan intensitas interaksi

yang baik adalah penderita penyakit

Systemic Lupus Erythematosus

(SLE).

Kebutuhan merealisasikan kualitas interaksi di antara penderita SLE tergolong

penting dikarenakan oleh salah satu faktor pemicu aktivitas SLE merupakan

tingkat kebahagiaan dan stress. Untuk itu, intevensi sosial yang baik diperlukan

penderita SLE untuk memaksimalkan

quality of life

yang telah berkurang (HLT

2014). Salah satu intervensi sosial yang dapat dilakukan adalah dengan bergabung

dalam suatu grup pendukung SLE (

support group

) sebagai tempat yang mewadahi

sumber dukungan sosial atau

informal emotional support

(Pigache 2006).

Selain sebagai sumber

informal emotional support

, intervensi sosial juga

menyediakan fungsi sebagai sumber informasi (

informational support

). Sumber

informasi dibutuhkan oleh penderita karena SLE memiliki variasi seribu gejala

unik yang hampir tidak serupa untuk setiap individu penderitanya (HLT 2014).

Oleh karena itu, keperluan pertukaran informasi yang bersifat

experiental

knowledge

diperlukan untuk mendapatkan pemahaman lebih mengenai gejala unik

yang dihadapi masing-masing penderita sebagai upaya dalam menghindari

ambiguitas diagnosa dan pengobatan.

Dari fakta-fakta tersebut, terdapat kebutuhan akan media sarana pemenuhan

emotional support

dan

informational support

pendukung keberlangsungan

intervensi sosial dan pertukaran informasi antar penderita. Salah satu

media yang

dapat menanggulangi permasalahan tersebut adalah jejaring sosial, yang

mendasarkan perilaku sosial

dalam pengembangannya. Jejaring sosial juga

mampu menanggulangi permasalahan keterbatasan geografis dan mobilitas, yang

merupakan keterbatasan sebagian besar penderita SLE.

Dalam melakukan analisis, diperlukan beberapa perspektif sisi penelaahan.

Penelaahan dalam penelitian ini dikaji menggunakan konsep analisis suatu

framework

holistik, R4

framework,

yang dapat mengkoordinasikan beragam

perspektif untuk pengembangan suatu

Social Web Application

(Choe dan Song

2009).

Perumusan Masalah

(11)

2

pengguna penderita SLE. Dari kekurangan tersebut, maka diperlukan suatu

penelitian untuk merumuskan jejaring sosial yang paling sesuai dengan kriteria

seorang penderita SLE.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan analisis kebutuhan

suatu jejaring sosial untuk penderita

Systemic Lupus Erythematosus

.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai panduan dan acuan awal dalam

pengembangan jejaring sosial khusus untuk orang dengan penyakit

Systemic

Lupus Erythematosus.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1

Analisis menggunakan R4

framework

dengan RRR

lifecycle

hanya pada

tahap (

Re

)

Design

dengan batasan pada sub-tahap

conceptualization

.

2

Penggunaan metodologi

Lean & Mean

disesuaikan dengan kebutuhan

analisis dan ketersediaan informasi.

3

Penggunaan

sphere

dibatasi tanpa penggunaan

business sphere

dan

outer-technology sphere.

TINJAUAN PUSTAKA

R4

Framework

R4

framework

merupakan

framework

holistik untuk pengembangan aplikasi

social web

(Choe dan Song 2009). R4

framework

melibatkan banyak domain

pengetahuan untuk proses penganalisaan suatu aplikasi

social web.

R4

framework

dibagi menjadi dua komponen utama, yaitu peta konseptual 4Sphere dan RRR

lifecycle process.

A

4 Sphere

4Sphere mendeskripsikan empat perspektif atau

sphere

(Gambar 1) yang

harus dilibatkan dalam proses pengembangan aplikasi

social web.

Keempat

sphere

tersebut yaitu:

culture

(budaya)

, user

(pengguna)

, technology

(teknologi)

,

dan

business

(bisnis)

.

Gambar 1 4Sphere

(Choe dan Song 2009)

(12)

3

Setiap

sphere

memiliki

inner

dan

outer dimension

(Gambar 2) yang

digunakan agar proses pengembangan

social web

terfokus ke dalam area spesifik

dan relevan dari dunia nyata (

real world

).

Inner culture

mendeskripsikan tujuan

komunitas.

Outer culture

mendeskripsikan pandangan sosio-kultural dalam

aplikasi web.

Inner user

mendeskripsikan pengalaman pengguna.

Outer user

mendeskripsikan

perilaku

dan

aktivitas

pengguna.

Inner

technology

mendeskripsikan fungsionalitas dan implementasi perangkat lunak.

Outer

technology

mendeskripsikan

device platforms

dan

infrastruktur.

Inner business

mendeskripsikan manajemen.

Outer business

mendeskripsikan pemasaran.

B

RRR

Lifecycle Process

RRR

lifecycle

seperti yang terlihat dalam Gambar 3 terdiri dari tiga tahapan

sebagai berikut:

(

Re

)

Design

: mendeskripsikan hasil awal dari tahap desain dan

pengembangan suatu

Social Web Application

(SWA)

.

Hasil dari tahapan

(

Re

)

Design

didapatkan dari proses analisis menggunakan 4 perspektif dari

R4

framework

yaitu

culture, user, business,

dan

technology sphere.

Realization

: pengembang merevisi tujuan SWA sesuai dengan hasil

penyaringan atas kejadian nyata dari penggunaan SWA oleh pengguna

sistem. Tahap

realization

terjadi ketika SWA sudah berkembang dalam

rentang waktu beberapa bulan atau hitungan tahun.

Reformation

:

tahap ini

terjadi ketika SWA sudah berkembang dalam waktu

beberapa tahun. Dalam tahapan ini suatu SWA telah memerlukan (1)

ekspansi pengguna; (2) perubahan desain untuk beradaptasi sesuai

peningkatan keberagaman jenis pengguna; (3) memperbesar strategi bisnis;

(4) pendefinisian ulang SWA sesuai konteks

cultural sphere

dan

business

sphere.

Metodologi

Lean & Mean

Penerapan metodologi

lean & mean

oleh Choe dan Song didesain untuk

small start-up

dengan sumberdaya terbatas untuk pengembang yang ingin merilis

dan mengembangkan aplikasinya secara cepat dan efisien. Perincian

task

menggunakan metode ini terdiri dari empat tahapan sebagai berikut:

Pendefinisian

culture

(

defining

)

o

Inner

(

community

): mendefinisikan tujuan aplikasi

social web

untuk

komunitas

o

Outer

(

socio-cultural context

): mendefinisikan pengaruh persoalan

kultural terhadap aplikasi

social web.

(13)

4

Pendefinisian

user

(

experiencing

)

o

Inner

(

user experience

): mengidentifikasi pengguna

o

Outer

(

activity

): mengidentifikasi

task

pengguna dengan metode

Activity

Object Features

(AOF) (Porter 2008).

Pendefinisian

business

(

supporting

)

o

Inner

(

management

): menyaring tujuan menjadi slogan (Kawasaki 2004)

dan mendefinisikan nilai bisnis

o

Outer

(

market positioning

): membangun model bisnis awal (Kawasaki

2004), membedakan aplikasi

social web

dari kompetitor, dan memilih

infrastruktur sistem.

Pendefinisian

technology

(

implementing

)

o

Inner

(

software

): memilih fitur yang paling esensial dan melakukan

eksperimen dengan prototipe awal

.

o

Outer

(

system

): memilih infrastuktur sistem dan memilih

device platform

.

Systemic Lupus Erythematosus

SLE tergolong ke dalam kondisi autoimun dimana sistem imun berfungsi

sebaliknya dengan menyerang sel-sel tubuh, jaringan, dan organ (HLT 2014).

Seorang penderita SLE umumnya memiliki kondisi kesehatan lain yang

dinamakan

overlapping disease

seperti

scleroderma, raynaud’s phenomenon,

mixed connective tissue disease, rheumatoid arthritis, sjogren’s syndrome

, dan

lainnya.

SLE termasuk sulit untuk didiagnosa. Dalam banyak kasus, penderita

terdiagnosa setelah bertahun-tahun merasakan adanya gejala. Kesulitan diagnosa

ini salah satunya disebabkan oleh perilaku SLE yang meniru penyakit lain

sehingga sering terjadi kesalahan diagnosa penyakit. Sistem tubuh yang dapat

dipengaruhi oleh SLE di antaranya otak dan

nervous system, ophthalmologic

(

eyes

)

, dermatologic

(

skin

)

, hematologic

(

blood

)

, cardiopulmonaru system

(

heart

and lungs

)

, renal system

(

kidney

)

, gastrointestinal system, musculoskeletal system,

tulang,

oral disease,

dan sistem reproduksi (LFA 2014).

Selain dari gejala fisik yang terjadi, SLE juga dapat menyebabkan gejala

atau kondisi kesehatan mental seperti depresi, merasa terisolasi secara sosial,

kesulitan menjalin hubungan personal, gelisah akan masa depan, dan sering terjadi

perubahan

mood

(LFA 2014).

METODE PENELITIAN

Pengambilan Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan detail data

penelitian sebagai berikut:

1

Data

online

berupa data fitur

social web,

dilakukan dengan studi komparatif

melalui 10 situs pengamatan yang relevan dengan kriteria penelitian, yaitu

situs yang mencakup pengguna dengan kategori individu yang memiliki

penyakit kronis.

(14)

5

a Data mengenai karakteristik (

habit

) pengguna, dilakukan dengan proses

wawancara kepada dua orang penderita SLE.

b Data mengenai karakteristik aspek sosio-kultural

,

dilakukan dengan

proses wawancara terhadap dua orang dari lingkaran sosial penderita

SLE.

(

Re

)

Design: Conceptualization

Analisis jejaring sosial untuk orang dengan penyakit SLE didasarkan pada

metodologi

Lean & Mean

dengan RRR

lifecycle

pada tahapan (

Re

)

Design,

yaitu

tahapan

conceptualization

yang dikaji menggunakan tiga pondasi analisis R4

framework

dengan

alur pengerjaan seperti yang terlihat pada Gambar 4.

Pendefinisian

Design Sphere

1

Culture sphere

a

Inner culture

(

community

): mendefinisikan tujuan utama dari komunitas

yang akan dibentuk dalam jejaring sosial untuk penderita SLE melalui

analisis

user motivation.

b

Outer culture

(

socio-cultural context

): menganalisis pengaruh konteks

budaya dalam kehidupan penderita SLE. Pengaruh digunakan untuk

merumuskan

privacy

dan

policy

dari jejaring sosial.

2

User sphere

a

Inner user

(

user experience

): menentukan tipe

user

dari sistem beserta

atribut pendukungnya.

b

Outer user

(

user activity

): pengamatan

outer user

ditujukan untuk

mengidentifikasi perilaku dan aktivitas yang dilakukan oleh

user

dalam

dunia nyata. Perumusan hasil yaitu berupa rumusan objek dan set fitur

yang dikaji menggunakan metode AOF (Porter 2008)

.

Pendefinisian

Development Sphere

1

Technology sphere

a

Inner technology

(

software

)

Pada tahap ini dilakukan perbandingan set fitur yang sudah dirumuskan

dengan suatu

social network

popular dan melakukan pembobotan

prioritas objek sesuai dengan kebutuhan

user

melalui konsep

decision

making,

yaitu

analytic hierarchy process

(AHP).

(15)

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

(

Re

)

Design: Conceptualization

Dalam konseptualisasi, proses pertama yaitu pengumpulan data. Data

digunakan sebagai modul analisis untuk tahapan konseptualisasi selanjutnya, yaitu

pendefinisian

sphere.

Pengumpulan data dibagi menjadi dua tahapan sebagai

berikut:

1

Pengumpulan dan pengolahan data

online

Pengumpulan data

online

pertama berupa penjaringan situs sebagai modul

analisis secara

online.

Hasil penjaringan menetapkan sebanyak 10 situs

yang

relevan terhadap kriteria penelitian dengan ciri khas masing-masing situs

dipaparkan dalam Tabel 1.

Pengolahan pertama pada data tersebut yaitu penjaringan 50 daftar fitur

(Lampiran 1) dari 10 situs observasi. Daftar fitur tersebut kemudian

dikelompokkan untuk diketahui keunikannya (Tabel 2) menggunakan referensi

4 konsep penganalisaaan

social web

(Golbeck 2013), yaitu

tie strength, trust,

community-maintained resources,

dan

social information filtering.

Hasil

pengelompokan dalam Tabel 2 tersebut digunakan sebagai referensi tambahan

dalam pendefinisian

sphere

selanjutnya. Dalam Tabel 2 dicantumkan

persentase n fitur dalam kelompok dari keseluruhan N=50 fitur. Keseluruhan

daftar fitur dengan pengelompokannya dapat dilihat pada Lampiran 2.

Tabel 1 Daftar 10 situs yang terpilih sebagai objek pengamatan

No. Alamat situs Detail situs

1 www.facebook.com Social network umum

2 www.patientslikeme.com Social network khusus penderita specific

life-long disease

3 www.alliancehealth.com Social network untuk patient dan caregiver

berdasarkan kondisi kesehatan

4 www.dailystregth.com Social network kesehatan secara umum

5 www.healthkeep.com Social network orang berpenyakit secara umum

6 healthunlocked.com Virtual health community khusus penderita rare

atau chronic diseases

7 www.mdjunction.com Virtual health community khusus penderita rare

atau chronic diseases

8 www.smartpatients.com Virtual health community untuk patient dan

caregiver secara umum

9 www.medhelp.org Virtual health community orang berpenyakit

secara umum

10 www.inspire.com Virtual health community orang berpenyakit

secara umum

Tabel 2 Daftar kelompok fitur yang terdefinisi

Persentase 26% 22% 20% 16% 10% 6%

Kelompok Standard fitur SNS*

Community maintained resources

Social information filtering

Tie strength

Lainnya Trust

(16)

7

2. Pengumpulan data

offline

Pengumpulan data

offline,

dilakukan melalui wawancara terhadap 2 orang

penderita (Lampiran 3) dan 2 orang dari lingkaran sosial penderita (Lampiran

4). Data wawancara digunakan sebagai modul analisis pendefinisian

sphere

utama dalam penelitian.

Pendefinisian

Design Sphere

:

Culture Sphere

A

Pendefinisian

inner culture (community

)

Dalam

inner culture sphere

, analisis

user motivation

difokuskan pada dua

area, yaitu data wawancara dan data observasi

online

dalam konteks komunitas

.

Dalam analisis data wawancara (Lampiran 3), tujuan atau motivasi utama

penderita mengikuti komunitas adalah sebagai alternatif pencarian informasi,

tempat bercerita, dan tempat untuk saling menjaga komunikasi dengan sesama

penderita.

Dari observasi terhadap komunitas SLE

online

yang diamati dalam Tabel 3,

didapatkan motivasi umum partisipasi

user

dalam komunitas

online

tersebut

adalah untuk mendapatkan

valuable information

mengenai masalah kesehatan

yang tidak diketahui oleh

user

. Hal ini dilihat dari kepentingan

social information

filtering,

yaitu berupa

crowdsourcing

atau kumpulan

user

dalam komunitas, yang

melakukan kontribusi pengumpulan konten yang dianggap bernilai informatif

dengan cara melakukan

sharing

atau

voting

terhadap suatu konten

.

Hasil analisis lain yaitu ditemukannya beragam

user

dengan masalah

kondisi SLE yang berbeda-beda. Aspek

social information filtering

dari

pengelompokan fitur dalam Tabel 2 ditegaskan kembali melalui aksi

sharing

pengetahuan

user

atas dasar pengalaman kondisi SLE yang beragam.

Social

sharing

tersebut digunakan

user

dalam komunitas untuk pembandingan

pengetahuan sebagai referensi tambahan dalam menghindari ambiguitas gejala

dan merumuskan pengobatan terbaik.

Selain itu, faktor dukungan sosial seperti dukungan moril dari sesama

penderita menjadi faktor tambahan bagi pengguna dalam mengakses komunitas

online

sebagai upaya untuk peningkatan kepercayaan diri

.

Tabel 3 Daftar pengamatan komunitas SLE

online

No Alamat situs Nama komunitas URL komunitas

1 www.facebook.com Yayasan Lupus

Indonesia

https://www.facebook.com/gro ups/57949991613/

2 www.alliancehealth.com Lupus Support

Community

http://www.SLEconnect.com/

3 www.dailystregth.com Lupus Support

Group

http://www.dailystrength.org/c /SLE/support-group

4 healthunlocked.com Lupus Patients

Understanding and Support

https://healthunlocked.com/SL E-support

5 www.mdjunction.com Lupus Support

Group

http://www.mdjunction.com/S LE

6 www.inspire.com Lupus Support

Group

(17)

8

Merujuk pada pertimbangan yang telah dijelaskan, tujuan dari komunitas

yang akan dibentuk dalam

social network

untuk penderita SLE adalah sebagai

virtual social connection

bagi penderita SLE dengan rentang

pengetahuan dan

informasi yang berbeda-beda. Hal ini ditujukan untuk berbagi pengalaman

berdasarkan kasus kesehatan masing-masing dengan menggunakan prinsip

social

sharing

yang didasarkan atas

emotional intensity

yang sama yaitu penyakit SLE

.

B

Pendefinisian

outer culture (socio-cultural context

)

Privacy

dan

policy

dari

social network

untuk penderita SLE dianalisis

menggunakan dua area pendefinisian

privacy

dalam

social web

(Golbeck 2013)

,

yaitu bagaimana cara informasi dibagi pakai

oleh

user

dengan

user

lain dan

bagaimana cara informasi yang dimiliki

user

didistribusikan oleh situs. Hasil

analisis merumuskan 9 kriteria

privacy

dan

policy

(Tabel 4)

yang dikategorikan

dari tiga aspek yaitu

real-world aspects

berdasarkan hasil wawancara, aspek hasil

studi literatur (Aldhafferi

et al.

2013), dan aspek

social information filtering

yang

merujuk pada

analisis

inner culture sphere

.

Tabel 4 Rumusan

privacy

dan

policy

untuk

social network

bagi penderita SLE

Aspek analisis Privacy & Policy dalam dunia maya Aspek

real-world aspects

dari hasil wawancara

Negative judgement oleh lingkungan orang yang tidak memahami SLE

1. Pengguna memiliki hak untuk menetapkan suatu content sebagai ‘protected’ atau

public’ atau ‘friend only’ terhadap data

yang akan di bagi-pakai (share). Trustworthiness yang

tinggi terhadap sesama penderita SLE

2. Penggunaan ranking dalam user profile

sebagai role of reputation untuk menunjukkan tingkat kepercayaan (trustworthiness) terhadap user.

Aspek hasil studi literatur (Aldhafferi et al. 2013)

Ketidaknyamanan pengaksesan profil oleh orang tidak dikenal

3. Pengguna memiliki hak untuk menetapkan ‘allow’ atau ‘deny’ untuk pengguna asing (stranger) dalam mengakses profil pengguna. Ketidaknyamanan

pertemanan dengan orang yang tidak diinginkan

4. Pengguna memiliki hak untuk menerima atau menolak ajakan pertemanan dari

stranger atau pengguna lain. Penggunaan data asli

dalam akun dunia maya

5. Penggunaan real personal information

dan real health information sebagai bukti bahwa pengguna merupakan orang terpercaya.

Aspek social information filtering

(merujuk analisis inner culture sphere)

Kebutuhan

crowdsourcing

6. Pengguna dilarang menyebarkan konten yang tidak menyenangkan untuk

menghindari laporan ‘report’ atau ‘block’ terhadap pengguna.

7. Pelarangan penggunaan akun sebagai iklan untuk produk-produk kesehatan sebagai usaha memperkaya diri. Penetapan valuable

information atas kontribusi user

8. Penggunaan rating dalam konten sebagai bentuk kontribusi user untuk menentukan

valuable content atau good recommendation.

(18)

9

Real-world aspects

dianalisis berdasarkan dua kajian utama hasil wawancara

yaitu mengenai

privacy

dari hasil wawancara dengan penderita SLE (Lampiran 3)

dan mengenai

social-cultural context

dari wawancara dengan lingkaran sosial

penderita (Lampiran 4).

Pendefinisian

Design Sphere

:

User Sphere

A

Pendefinisian

inner user (user experience

)

Pada

sphere

ini

,

penekanan analisis

user experience

penderita SLE diamati

melalui wawancara dan observasi dari situs dalam Tabel 1.

Hasil analisis

digunakan untuk mengidentifikasi individu dan perannya dalam suatu jaringan

seperti yang tercantum dalam Tabel 5.

Merujuk Tabel 5,

social network

untuk penderita SLE disarankan untuk

memiliki 2 jenis

user,

yaitu ‘

normal user

untuk penderita SLE yang masih

menjalani pengobatan

dan

‘community advocate

user

untuk penderita SLE remisi

atau tidak remisi namun memiliki jangka waktu pengobatan yang cukup lama atau

seorang

user

yang berkontribusi banyak dalam memberikan

valuable content

dalam sistem.

Setelah jenis

user

teridentifikasi, analisis penentuan atribut pendukung dari

individu yang dibuat dalam

social network

ditekankan dari

real-world aspects

penderita SLE seperti yang tercantum dalam Tabel 6. Atribut yang terdapat dalam

Tabel 6 kemudian diilustrasi menjadi suatu persona seperti yang terdapat dalam

Gambar 5.

Psychology effect

sendiri dirujuk pada

I Rule Effect

(Porter 2008) yang

digunakan sebagai motivasi psikologis agar seseorang merasa senang akan

pencapaian kontribusi yang dilakukannya terhadap sistem.

Tabel 5 Analisis individu dan perannya dalam suatu jaringan

Aspek

analisis Data wawancara Data Observasi (10 situs online)

Kategori individu

Penderita SLE

Remisi Normal

user Community advocate Ciri dan peran Penderita yang masih menjalani pengobatan Penderita SLE yang telah remisi atau dalam masa free dari pengobatan Penderita suatu jenis penyakit kronis

a. penderita yang lebih ahli

b. penderita yang telah

menjalani pengobatan cukup lama

c. penderita yang

berkontribusi besar terhadap pemberian valuable content dalam sistem

Tabel 6 Analisis penggunaan

real-world aspects

dalam perumusan atribut yang

dimodelkan dalam suatu model biografi atau persona

Real-world

aspects Atribut Persona (model biografi)

Identitas Nama: Gender: Umur: Tanggal lahir: Status SLE: Lama pengobatan: Eka Rahma Perempuan 28 Tahun 18 Maret 1986 Aktif

(19)

10

Gambar 5 Ilustrasi persona

Real-world

aspects Atribut Persona (model biografi) Social circle Health condition:

Obat: Lokasi asal: Lokasi control:

DPL:

SLE, sjogren syndrome, sceloderma, kidney Cellcept, Prednisone, Plaquenil, Celebrex

Jakarta Selatan

RS PGI Cikini, Jakarta Pusat RSCM, Jakarta Pusat dr. Arif, Sp.PD-KR

Psychology effect

Ranking:

Jumlah dukungan: Jumlah kontribusi: Badges:

Community advocate

35 supports to others, 109 respon 49 jawaban helpful, 11 review, 60 post Passionate contributers

B

Pendefinisian

outer user (user activity

)

Pendefinisian

outer user sphere

didasari dengan analisis menggunakan

konsep metode

Activity, Object, Features

atau AOF (Porter 2008) dengan

perincian sebagai berikut:

Pendefinisian

Activiy

(aktivitas primer)

Tahapan

activity

digunakan untuk mendapatkan aktivitas primer yang

dilakukan pengguna dalam sistem. Untuk analisisnya digunakan modul hasil

wawancara yang diolah ke dalam pasangan

goal, activity,

dan

task

seperti yang

tercantum dalam Tabel 7

.

Berdasarkan analisis dari 48 poin jawaban wawancara,

aktivitas primer pengguna adalah melakukan

sharing

pengetahuan, informasi, dan

pengalaman terkait pengelolaan SLE sesuai kondisi medis masing-masing.

Pendefinisian

Object

(objek sosial)

(20)

11

Tabel 7

Goal

(

end condition

)

,

activity

, dan

task

pengguna sistem

Goal Mempertahankan stabilitas kesehatan

Activity Sharing pengetahuan, informasi, dan pengalaman terkait pengelolaan SLE sesuai kondisi medis masing-masing.

Task Melakukan pertukaran informasi terkait kondisi medis, memberikan pertukaran solusi dan perumusan solusi atas gejala medis yang terjadi, meraih support melalui komunikasi suportif antar penderita, memberikan intrik dan rekomendasi terbaik berdasarkan keberhasilan dalam menstabilkan SLE, memberikan feedback terhadap pertanyaan dan masalah penderita lain.

Identifikasi aspek menghasilkan 2 kelompok objek terdefinisi, yaitu 6 objek

sosial dan 4 objek non-sosial (tanpa

social action feature

). Objek sosial terdiri

atas curhat,

spaces, medical history, announcement,

pojok obat, dan

review

.

Sedangkan objek non-sosial terdiri atas kalendar,

search, medical control

progress,

dan

static information.

Detail fungsi objek dapat dilihat dalam Tabel 8.

Pendefinisian

Features

(set fitur)

Kajian terakhir AOF, yaitu

features,

digunakan untuk merumuskan set fitur

dari objek yang telah didefinisikan. Sebanyak 88 set fitur dari 2 kelompok objek

dirumuskan seperti yang terlihat dalam Lampiran 7.

Tabel 8 Deskripsi objek secara mendetail

Objek Detail

Curhat Objek ini difungsikan untuk status updates yang bersifat short mind,

blog untuk long story, dan social action support sebagai aksi dukungan sosial secara virtual terhadap penderita lain.

Spaces Objek ini difungsikan untuk suatu ruang (space) dalam jejaring sosial untuk mengkoneksikan pengguna lain tanpa pertemanan atas dasar health condition yang sama atau menyerupai satu sama lain.

Medical history

Objek ini difungsikan untuk menampilkan sejarah medis dari penderita yang di-record oleh jejaring sosial atas input atau aksi yang pernah dilakukan pengguna dalam sistem. Sejarah penderita yang diliput mencakup sejarah kondisi, resep obat, test lab, dan flare. Announcement Objek ini difungsikan untuk mengingatkan pengguna terhadap suatu

hal yang sedang terjadi dan bersifat sesekali. Announcement yang

diliput adalah event, hospitalization, emotion meter, dan lokasi.

Pojok obat Objek ini difungsikan untuk dua hal yaitu obat 101 dan manajemen

obat yang sedang dikonsumsi.

Review Objek ini difungsikan untuk review yang dikategorikan menjadi treatment, medicine, exercises, dan food combining.

Kalendar Objek ini difungsikan untuk user agenda dan user notes yang sifatnya

pribadi tanpa interaksi antar pengguna di dalamnya.

Search Objek ini difungsikan untuk melakukan advanced search untuk

pengguna, dokter pemerhati lupus dan keyword (health condition,

treatment, symptom, lokasi) Medical

control progress

Objek ini difungsikan untuk memberikan user individual graphics.

Grafik yang diberikan yaitu grafik perkembangan kontrol, grafik obat (dosis, jenis, jumlah), dan timeline emosi.

Static information

Objek ini difungsikan untuk resources yang bersifat mandatory,

(21)

12

Pendefinisian

Development Sphere

:

Technology Sphere

A.

Pendefinisian

inner technology (software

)

Dalam

inner technology sphere

dilakukan dua hal, yaitu proses

perbandingan komponen

dari

social network

untuk penderita SLE dengan

social

network

Facebook dan proses penentuan bobot kepentingan menggunakan AHP.

Perbandingan komponen,

digunakan untuk menilai potensi implementasi

kriteria

social network

untuk penderita SLE sesuai analisis. Dari

perbandingannya dengan Facebook, hasil penilaian potensi implementasi yaitu

78% potensi untuk

privacy

dan

policy,

33% untuk aspek unik

user,

dan 55%

untuk objek dengan 88 set fitur.

Perbandingan dilakukan dengan

membandingkan ketersediaan komponen hasil analisis dengan Facebook

seperti yang tercantum dalam Tabel 9 untuk perbandingan komponen unik

user

dan Tabel 10 untuk perbandingan objek dan set fitur. Perincian perbandingan

komponen objek secara terperinci dapat dilihat pada Lampiran 8.

AHP digunakan untuk memberikan pembobotan terhadap objek-objek yang

disarankan untuk diimplementasikan dalam

social network

untuk penderita

SLE. Pembobotan nilai objek dilakukan langsung oleh penderita dengan

memberikan nilai dari skala 1 hingga 9 untuk

decision matrix

ukuran 10x10.

Hasil perhitungan AHP dengan

consistency ratio

sebesar 9.38% yaitu berupa

pemberian peringkat

untuk objek kriteria yang memiliki nilai bobot prioritas

dari yang paling tinggi hingga yang paling rendah (Tabel 11). Penghitungan

AHP secara terperinci dapat dilihat pada Lampiran 9.

Tabel 9 Perbandingan komponen aspek unik

user

dalam Facebook

Aspek unik Identitas Psychology effect Social circle

Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak

Ketersediaan dalam Facebook Nama, gender, umur, tanggal lahir Status SLE, lama pengobatan

- Ranking, jumlah dukungan, jumlah kontribusi, badges. Lokasi asal Health condition, obat, lokasi control, DPL

Persentase 67% 0% 20%

Potensi implementasi komponen aspek unik user sebesar 33%

Tabel 10 Perbandingan komponen objek dan set fiturnya dengan Facebook

Objek sosial Objek non-sosial

Keterangan Persentase potensi

impementasi Keterangan

(22)

13

Tabel 11 Hasil penilaian bobot kebutuhan oleh AHP

Rank Object Priority

1 Pojok obat 17.8%

2 Spaces 15.0%

3 Medical history 13.7%

4 Curhat 10.6%

5 Review 10.6%

6 Search 10.6%

7 Medical control progress 10.3%

8 Kalendar 8.4%

9 Announcement 1.8%

10 Static Information 1.5%

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Dalam penelitian ini telah terbentuk dokumen hasil analisis berupa

kriteria-kriteria yang dapat digunakan pada pengembangan jejaring sosial yang

dikhususkan untuk orang dengan penyakit SLE

.

Hasil analisis dirancang

menggunakan perspektif analisis pengembangan

social web

yaitu R4

framework.

Dalam penelitian ini juga didokumentasikan perhitungan potensi

implementasi dari kriteria hasil analisis dengan melakukan perbandingan

komponen dengan jejaring sosial Facebook, yaitu sebesar 78% untuk set

privacy

dan

policy,

33% untuk aspek unik

user,

dan 55% untuk objek dan set fiturnya.

Selain dari evaluasi probabilitas komponen dalam Facebook tersebut, evaluasi

juga dilakukan dengan pembobotan terhadap objek dan set fitur menggunakan

AHP

yang mengurutkan 3 objek dengan tingkat kepentingan paling tinggi yaitu

pojok obat sebesar 17.8%,

spaces

sebesar 15%, dan

medical history

sebesar

13.7%

Saran

Saran untuk penelitian selanjutnya sebagai berikut:

1

Melakukan proses analisis terhadap lebih dari dua responden penderita SLE

untuk mendapatkan hasil analisis yang lebih umum.

2

Melengkapi seluruh proses RRR

lifecycle

sehingga hasil rancangan lebih

komprehensif.

DAFTAR PUSTAKA

Aldhafferi N, Watson C, Sajeev ASM. 2013. Personal information privacy

settings of online social networks and their suitability for mobile internet

devices. Di dalam:

International Journal of Security and Trust Management

[internet]

;

2013 April. Univeristy of New England (AU): [IJSPTM]. vol 2;

[diunduh

2013

Maret

18].

Tersedia

pada:

(23)

14

Berkman LF. 2010. Social integration, social networks, social support, and health.

Di dalam:

Social networks and Health

[internet]

;

2010 Jun 2-4; Geneva.

Geneva (CH): [World Health Organization]. hlm 3-14; [diunduh 2013 Oktober

18].

Tersedia

pada:

http://www.who.int/healthinfo/15_Social_Networks_Berkman_ok.pdf

Choe SP, Song J. 2009. R4: towards a holistic framework for developing social

web application. Di dalam:

The 5

th

International Conference on Collaborative

Computing: Networking, Applications, and Worksharing

;

2009 Nov 11-14.

Washington DC, United States of America. Washington DC (US): IEEE. hlm

1-9.

Cohen S, Underwood LG, Gotlieb BH. 2000.

Social Support Measurement and

Intervention: A Guide for Health and Social Scientist.

New York (US): Oxford

University Press.

Golbeck J. 2013.

Analyzing the Social Web.

Waltham MA (US): Elsevier inc.

[HLT]

HibbsLupusTrust.

2014.

What

is

SLE.

https://www.hibbslupustrust.org/SLE

.

[10 April 2014].

Kawasaki G. 2004.

The Art of The Start.

New York (US): Penguin Group.

[LFA]

Lupus

Foundation

of

America.

2014.

I

Have

Lupus.

http://www.lupus.org/answers/topic/i-have-lupus. [22 Juli 2014].

Pigache P. 2006.

Positive Options for Living with SLE.

Blewster K, Brondino J,

Mummery A, editor. Alameda CA (US): Hunter House Inc.

Porter J. 2008.

Designing for the Social Web.

Nolan MJ, Anderson M, Reber K,

Wodtke C, editor. Berkeley CA (US): New Riders.

(24)

15

Lampiran 1 Daftar fitur-fitur hasil observasi

online

terhadap 10 situs pengamatan

.

Daftar Fitur F ac ebook P at ie nt sl ike m e A ll ia nc ehe al th D ai lyst re ngt h H ea lt hke ep H ea lt hunl oc ke d MDjunc ti on S m ar tP at ie nt s Me dH el p Inspi re P er se nt ase

Public opinion (comments)           100%

User recent activities/ What

I've done/ My recent post           100% Profile (content list, contact

list, personalisasi)           100%

Pencarian           100%

Privacy setting & security

(block, content visibility)           100%

Private message           100%

News feed (in common

‘health interest’/ ‘ tag’ user activities)

          90%

Tag health interest

(condition/ symptom/ treatment/ ribbon)

          80%

Social relations/ teman

terhubung (follow, friend)           80%

Rating           80%

Medical community/ support

groups           80%

Wall atau public message on

profile           70% Bookmarking           70%

Resources/ Help/ Support           70%

Tag content           70%

Share lokasi           70%

Artikel           60%

Public short message

(status)           60%

Pictures (photo albums)           60%

Forum/ discussion board           60%

Invite/ import or export

contact (email/ SNS)           60%

Leaderboard/ Top rated/

Popular topic           60% Social appreciation (gift/

give a hug)           60%

(25)

16

Lampiran 1 Lanjutan

Daftar Fitur F ac ebook P at ie nt sl ike m e A ll ia nc ehe al th D ai lyst re ngt h H ea lt hke ep H ea lt hunl oc ke d MDjunc ti on S m ar tP at ie nt s Me dH el p Inspi re P er se nt ase Recommended posts,

contents, or friends           50%

Achievement (Badges/

Member stars/ ranks)           50%

Video           50%

Health blog/ my journal           50%

Event           40%

Share link/ document           40%

Public activity streams atau

Public activity timeline           40% Question and Answer/ Ask

advice           40%

Notifikasi           40%

Daily health tracker/ goal

tracker           40% Tag emotion on public status           40%

Review produk(treatment/

medicine)           40%

Voting/ polling           30% Relasi dengan dokter

(become a fan, follow)           30%

Chat           20%

Reminder (goal reminder/

medicine reminder)           20%

Tag atau mention user           20%

Health/ Medication Tools

(application/ widget)           20% Pengelompokan teman

(circles/restricted/favorites)           20% Rincian data pengobatan

(Health records)           20%

Optical readability (text

zoom)           10%

Donate           10%

Video call/ audio call           10% Multi-login / social sign-in

dengan SNS lain           10%

Wiki           10%

(26)

17

Lampiran 2 Daftar fitur dan pengelompokannya

1.

Standard fitur

social networking sites

(SNS).

No Daftar fitur Persentase*

1 Public opinion (comments) 100% 2 User recent activities/ What I've done/ My recent post 100% 3 Profile (content list, contact list, personalisasi) 100% 4 Privacy setting & security (blocking dan content visibility) 100% 5 Private message 100%

6 Pencarian 100%

7 Public short message (status) 60% 8 Pictures (photo albums) 60%

9 Video 50%

10 Notifikasi 40%

11 Event 40%

12 Tag emotion on public status 40% 13 Share link/ document 40% *persentase ketersediaan fitur dari 10 situs yang diamati

2.

Community-maintained resources

(kelompok fitur yang berkaitan dengan unsur

kesehatan dan orang berpenyakit).

No Daftar fitur Persentase*

1 News feed (in common ‘health interest’/ ‘ tag’ user

activities’) 90%

2 Tag health interest (condition/ symptom/ treatment/ ribbon) 80% 3 Groups/ Medical community/ support groups 80% 4 Health blog/ my journal 50% 5 Daily health tracker/ goal tracker 40% 6 Review produk(treatment/ medicine) 40% 7 Relasi dengan dokter (become a fan, follow) 30% 8 Reminder (goal reminder/ medicine reminder) 20% 9 Health/ Medication Tools (application/ widget) 20%

10 Rincian data pengobatan (Health records) 20%

11 Optical readability (text zoom) 10% *persentase ketersediaan fitur dari 10 situs yang diamati

3.

Trust

(kelompok fitur yang berkaitan dengan

trustworthiness

terhadap

user

dan

content

).

No. Daftar fitur Persentase*

1 Share lokasi/ location tagging 70% 2 Achievement (Badges/ Member stars/ Member ranks) 50% 3 Re-share content dari user lain 50% *persentase ketersediaan fitur dari 10 situs yang diamati

4.

Social information filtering

(kelompok fitur untuk pengumpulan informasi dari

keseluruhan

content

suatu

social web

secara sosial).

No. Daftar fitur Persentase*

1 Rating 80%

2 Bookmarking (favorite/ watch/ follow/ track) 70%

3 Tag content 70%

(27)

18

Lampiran 2 Lanjutan

No. Daftar fitur Persentase*

5 Leaderboard/ Top rated/ Top treatment/ Popular topic 60% 6 Recommended posts, contents, or friends 50% 7 Question and Answer/ Ask advice 40% 8 Public activity streams atau Public activity timeline 40%

9 Voting/ polling 30%

10 Wiki 10%

*persentase ketersediaan fitur dari 10 situs yang diamati

5.

Tie strength

(kelompok fitur yang berkaitan dengan kedekatan relasi dan

interaksi dengan

user

lain).

No. Daftar fitur Persentase*

1 Social relations/ teman yang terhubung (follow, friend) 80%

2 Wall atau public message on profile 70%

3 Social appreciation (gift/ give a hug) 60% 4 Pengelompokan teman (circles/restricted/favorites) 20%

5 Tag atau mention user 20%

6 Chat 20%

7 Poke/ nudge/ alert 10%

8 Video call/ audio call 10% *persentase ketersediaan fitur dari 10 situs yang diamati

6.

Lainnya (

uncategorized

)

No. Daftar fitur Persentase*

1 Resources/ Help/ Support 70%

2 Artikel 60%

3 Invite people/ import or export contact 60%

4 Donate 10%

(28)

19

Lampiran 3 Materi hasil wawancara dengan penderita SLE

1.

Background

1.1 Profile (umur, gender) A 25 tahun, Perempuan. B 22 tahun, Perempuan.

1. 2 Apa jenis SLE yang anda derita?

A SLE sendi dan darah

B Darah, sempat kena hati, scleroderma, juga ada sjogren syndrom nya.

2.

Community purposes

2.1 Apakah anda bergabung ke dalam suatu komunitas SLE? (sebagai contoh:

menjadi anggota Yayasan Lupus Indonesia, Syamsi Dhuha Foundation, grup facebook SLE, dsb). Apakah anda pernah mengikuti kegiatan yang diadakan? (offline)

A Ya, saya sudah menjadi anggota YLI (Yayasan Lupus Indonesia). Kalau grup-grup facebook juga ada beberapa yang sudah saya join (masuk) ke dalam grupnya. Ya, saya pernah ikut kegiatan gathering YLI (Yayasan Lupus Indonesia).

B Belum pernah karena kebanyakan gathering tentang SLE diadakannya jauh. Kalau dipaksakan ikut takut kelelahan. ODAPUS (Orang dengan Lupus) kan tidak boleh kecapekan.

2.2 Jika anda bergabung dalam suatu komunitas SLE, apa tujuan utama anda

bergabung dalam komunitas tersebut? (offline dan online)

A Untuk cari info terkait SLE, tentang detail penyakitnya (jenis SLE, obat, penyebab, keluhan, gejala, treatment). Untuk cari info tentang perkembangan penelitian terbaru juga.

Curhat! Untuk mencari support, info tempat dokter pemerhati lupus, tips-tips mengatasi SLE supaya tidak flare (kambuh), kabar-kabar masing-masing anggota (baik kabar buruk misalnya meninggal, atau kabar baik misalnya remisi).

B Tentunya untuk sharing dong. Berbagi pengalaman, tempat bertanya, dan tidak selamanya aku kuat. Makanya gabung di grup untuk dapat dukungan semangat dari sesama penderita

A Melalui grup atau forum kesehatan di internet, konten atau postingan apa yang

paling sering anda cari? Serta, konten atau postingan apa yang paling berguna bagi anda?

B Curhatan, cari support, lihat-lihat curhatan orang gimana. Buat cari teman juga yang keluhannya sama, soalnya banyak yang sama-sama tidak paham sama keluhannya. Buat cari info tempat juga, cari info dokter pemerhati lupus di daerah masing-masing. A Biasanya sih info kesehatan, manfaat buah dan sayur, dan paling sering kalau tau istilah medis yang baru aku denger, misalnya nefritic lupus, RA, aku langsung cari info-info deh. Siapa tau gejalanya sama kaya aku.

2.4 Apakah anda pernah membuat postingan dalam grup atau forum internet

tersebut? Jika ya, seputar apa postingan yang anda lakukan? Apakah anda merasa terbantu dengan respon ODAPUS (Orang dengan Lupus) lain mengenai postingan anda?

A Ya pernah, curhat tentang kondisi saat itu (biasanya saat kondisi sedang memburuk), sangat terbantu secara moriil oleh respon ODAPUS lain karena mempunyai masalah yang sama.

B Biasanya hal-hal yang aku kurang paham atau kalimat-kalimat penyemangat.

3.

Privacy

3.1 Kepada siapakah anda biasanya bercerita untuk sekedar ‘curhat’ mengenai

keluh kesah anda?

A Ke anggota keluarga, teman-teman yang paling dekat, dan dokter.

(29)

20

Lampiran 3 Lanjutan

3.2 Apakah anda merasa malu untuk me-share ‘curhatan’ anda dalam dunia maya?

Jika tidak, berupa apa curhatan anda? (contoh: perkataan/ gambar/ video) A Kalau ke sesama ODAPUS tidak, tapi ke selain ODAPUS iya. Ke selain ODAPUS

agak malu karena banyak yang kurang paham tentang SLE, jadi kebanyakan memandang miring seperti manja / cemen, padahal masalahnya serius. Tapi, karena ketidaktahuan mereka jadinya dipandang miring. Semua jenis curhatan bisa perkataan atau gambar, kalau curhat dalam bentuk video belum pernah.

B Tergantung. Kalau curhatan aku bisa merusak pandangan orang yang melihatnya aku tidak share. Tapi kalau untuk foto atau info lainnya kebanyakan ODAPUS via inbox. Mungkin karena malu.

4. Lokasi

4.1 Apakah anda membutuhkan informasi mengenai tempat tinggal atau lokasi

ODAPUS lainnya?

A Ya butuh banget, misalkan ada ODAPUS dari daerah-daerah itu lebih sulit cari

dokternya, kadang suka ada yang nanya ‘Aku ODAPUS dari (misalkan) Purwokerto,

kira-kira ada yang tau dokter pemerhati lupus yang deket sini di mana ya?’, atau

kalau misalkan ada yang seperti ini ‘ibu saya ODAPUS sudah meninggal, obatnya

masih sisa banyak, ada yang perlu tidak?’ lalu obatnya disharing dan sebagainya.

Ada juga yang mau pindahan ke Kalimantan lalu nanya apa di Kalimantan ada dokter pemerhati lupus, terus rumah sakitnya di mana. Macam-macam sih kebutuhannya, yang jelas informasi lokasi suka dibutuhkan kalau ada apa-apa.

B Perlu, karena bisa saling jumpa dan share pengalaman masing-masing dengan adanya SLE di tubuh kita. Tapi, hanya sebagian ODAPUS yang lokasinya deket denganku. Kadang suka jumpa di Rumah Sakit.

5.

Coping SLE

5.1 Apa anda butuh info tentang obat yang kamu konsumsi?

Jika iya informasi tentang apa saja yang kamu butuhkan dari obat?

A Butuh info obat mah pasti, info yang penting itu kalau menurut saya efek jangka panjang dari obat. Karena kan minumnya seumur hidup, kaya methil kan buat keropos tulang. Jadi bisa diantisipasi rajin minum susu.

B Tentu. Aku harus tau tentang obat yang aku minum. Kegunaan, efek samping dan lain-lain semua secara detail.

5.2 Apakah anda membutuhkan informasi mengenai dokter/ rumah sakit/

ketersediaan obat?

A Info daftar dokter pemerhati lupus di setiap provinsi. Penting. Di mana tempat dia praktek, kalau obat mah biasanya kan dari rumah sakit kalau control

B Dulu aku tidak. Aku fikir semua dokter itu sama. Hanya Rumah Sakit nya yang berbeda dalam pelayanannya. Tapi, ternyata SLE harus ditangani DPL (Dokter pemerhati lupus). Dari situ aku mulai cari info dokter yang berpengalaman menangani SLE siapa saja, dari Rumah Sakit mana, dan lain-lainnya.

5.3 Apakah anda kesulitan dalam me-menage resep dokter? Apakah anda

mengingat atau mencatat sejarah perkembangan resep dokter? Jika tidak, apakah anda ingat keluhan terakhir yang anda sampaikan ke dokter terakhir kalinya?

A Resep dokter mah ada copy-nya kan. Keluhan itu yang kadang sebulan ada, pernah ada keluhan apa. Tapi timbul tenggelam, SLE kan suka gitu. Minggu kemarin full

nyeri sendi, minggu ini tidak. Pas di depan dokter lupa dikonsulin. Jadi paling kalau bisa dicatat ya dicatat.

B Pasti aku ingat semua fungsi obat yang dokter kasih. Makanya resep selalu aku

(30)

21

Lampiran 3 Lanjutan

5.4 Apakah anda butuh jejak record medis dari pertemuan anda ke dokter?

(contoh: perkembangan atau hasil test lab). Detail perkembangan apa yang kamu butuhkan?

A Iya perlu. Minimal catetan sendiri lah, jadi keliatan aja bulan kemarin sehat, bulan ini stabil, bulan depan turun. Kan kalau tiap bulan kontrol.

B Kalau itu butuh banget supaya kita tau kita membaik atau memburuk. Semuanya dari dosis obat sampai hasil lab aku yang hasilnya tidak wajar (di bawah/ di atas nilai normal) aku selalu tanya sama dokter bagaimana solusinya).

5.5 Hal apa yang rutin anda lakukan untuk mempertahankan kondisi tubuh anda?

(selain mengkonsumsi obat dokter)

A Tidak stress! Mengkonsumsi makanan yang baik, tidak terlalu letih.

B Ini juga hal yang masih aku cari tahu, karena walau aku sudah usahakan tidak stress, tidak kelelahan, dan semua hal-hal yang harus dihindari aku sudah lakukan itu tapi tetep aja luppy (SLE) aktif. Keluhan tetap saja muncul, tapi aku biasa minum air putih setelah bangun tidur dan mau tidur.

5.6 Apakah olahraga membantu menstabilkan kondisi kesehatan anda? Olahraga

apa yang biasanya anda lakukan?

A Jelas ya, tapi saya termasuk yang jarang berolahraga karena malas. Olahraga yang sering saya lakukan jalan pagi.

B Kalau aku tidak. Udah usaha olahraga dari mulai sepeda. Baru 5 menit bersepeda udah sesak. Coba jalan santai jantung debar-debar dan pergelangan kaki sakit. Mau coba yoga.

5.7 Apakah anda menerapkan pola makan sehat?

A Ya makanan sehat pasti. Suka coba-coba juga yang sesuai.

B Pasti. Aku sangat menghindari makanan instan, berpengawet, pewarna, penyedap rasa. Hanya makanan rumah, konsumsi sayur dan buah, susu juga rutin di minum.

5.8 Sebagai seorang ODAPUS, saran apa yang paling sering dilontarkan oleh

dokter untuk menjaga kestabilan SLE anda? A Obat harus teratur, tidak kecapaian, dan tidak stress. B Tidak boleh stress, terpapar matahari dan kelelahan.

5.9 Sebagai seorang ODAPUS, faktor apa yang menurut anda paling

mempengaruhi kondisi kesehatan anda?

A Yang paling penting dan paling wajib itu kalau minum obat harus teratur, sama tidak kecapekan dan tidak stress.

B Cuaca. Aku sering drop di cuaca dingin.

6.

Interaction

6.1 Pertanyaan apa yang umumnya anda tanyakan kepada dokter / pekerja medis /

sesama ODAPUS mengenai penyakit anda?

A Biasanya kalau pertanyaan ke dokter atau pekerja medis tidak jauh-jauh dari dosis, resep obat baru, perkembangan obat baru, asupan makan kita, sama keluhan-keluhan. Keluhannya ya bisa sesak napak terus, apa ada kaitannya dengan SLE jantung, dok? Kalau pertanyaan yang biasa ditanya ke sesama ODAPUS paling sering itu nanya dosisnya dia, jenis obat dia apa, nanya-nanya pengganti obat ini, terus nanya keluhan dia apa sama tidak kaya kita, dokter pemerhati lupusnya siapa, tips-tips mengatasi SLE dikehidupan sehari-hari, bagaimana caranya untuk tidak flare, kabar-kabar kondisi masing-masing saat ini, selebihnya berupa curhat

B Apa pun yang belum aku tau, misalnya kenapa sesak, terus apa obatnya. Kalau ada yang belum jelas dari biasanya aku langsung tanya ke ODAPUS.

6.2 Jika anda bertemu dengan seorang ODAPUS dan berbincang, apa yang akan

anda bicarakan untuk pertama kalinya? (selain sapaan dan perkenalan)

(31)

22

Lampiran 3 Lanjutan

6.2 Jika anda bertemu dengan seorang ODAPUS dan berbincang, apa yang akan

anda bicarakan untuk pertama kalinya? (selain sapaan dan perkenalan)

B Biasanya apa yang aku keluhkan, obat apa yang diminum, berobat di mana dan saling

support tentunya. Kadang ada yang ngasih saran juga.

7.

Lainnya

7.1 Apa jenis SLE dan keunikan gejalanya dapat berbeda-beda untuk tiap

ODAPUS?

A Ya biasanya beda, karena banyak jenisnya dan biasanya setiap orang itu keluhannya beda-beda (ada yang migraine, ada yang tidak) banyak lagi yang lain-lainnya. Jenis obat dan dosisnya juga pasti berbeda tiap orang. Jadi, benar-benar tidak sama

B Setiap ODAPUS keluhan nya beda. Berdasarkan sharing sesama ODAPUS ya ada yang mengeluhkan ini, tapi yang lain tidak. Jenis obat pun berbeda. tergantung apa yang diserang dan seberapa parah SLEnya

7.2 Jika anda membutuhkan informasi mengenai keluhan apapun tentang SLE, di

mana tempat yang paling sering anda cari untuk mencari informasi?

A Dokter, browsing internet, baca buku tentang SLE, lewat facebook, dan forum-forum kesehatan.

B Kalau aku pertama tanya dokter. Jika masih ada pertanyaan di kepala aku browsing.

Tapi, kalau masih belum terjawab rasa penasaranku aku tanya ke ODAPUS lainnya. Tapi kalau masih belum puas juga kembali ke dokter aku cecar dengan pertanyaan-pertanyaan itu.

7.3 Apa yang umumnya anda cari di internet mengenai SLE anda?

A Biasanya sih kalau ‘googling’ untuk cari-cari info tentang dokter pemerhati lupus sama jadwal prakteknya, di mana prakteknya atau di rumah sakit mana. Sama lihat juga reputasi dokternya gimana, terpercaya tidak, bagus tidak. Soalnya SLE agak samar, jadi suka tidak cocok dokternya.

B Awalnya pasti pengertian tentang SLE. Apa itu SLE? Ciri-ciri, gejala, dan macam-macam SLE itu sendiri. Tapi, kalau sekarang aku lebih sering search tentang obat. Kalau dokter ngasih obat tambahan pasti aku langsung search efek samping obat dan lain-lain nya, atau aku tanya langsung ke apoteker di daerahku.

7.4 Apa faktor paling vital untuk meningkatan Quality of Life (kualitas hidup)

seorang ODAPUS menurut anda?

A Kalau mau meningkatkan quality of life menurut saya. Pertama jangan stress dan

capek, jadi SLEnya tidak flare, stabil terus, dan dukungan teman sama keluarga. Jadi kalau drop, secara mental tidak drop juga. Support sesama ODAPUS juga perlu jadi supaya ada masukan, teman cerita hal-hal yang tidak bisa diceritakan ke keluarga tentang penyakit kita. Jadi ada perasaan senasib sepenanggungan gitu lah <

Gambar

Gambar 4  Metode penelitian
Tabel 1  Daftar 10 situs yang terpilih sebagai objek pengamatan
Tabel 3  Daftar pengamatan komunitas SLE online
Tabel 4  Rumusan privacy dan policy untuk social network bagi penderita SLE
+6

Referensi

Dokumen terkait

Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang bersifat merusak, melibatkan gangguan berfikir, persepsi, emosional dan gangguan perilaku. Peningkatan kasus skizofrenia

Kondisi sungai Gelis saat ini bisa dibilang sangat memprihatinkan karena air yang berwarna hitam dan memiliki bau tak sedap.. Adanya beragam aktivitas manusia di sekitar Sungai

Selain koefisien determinasi juga didapat koefisien korelasi yang menunjukkan besarnya hubungan antara variabel bebas yaitu pemahaman peraturan pajak, tarif pajak, lingkungan,

Pening- katan konsentrasi oksigen terlarut di perairan dengan sistem aerasi dapat dilakukan menggunakan kincir yang dapat dipasang di setiap unit KJA atau pada

Jadi kalo dianalisa diiba na Rajo Sontang Rajo Dubalang on inda marpisah tutu dabo (jadi kira-kira hubanganya sekarang ialah sebagai orang sumando-menyumandoi .Buktinya ada

Dalam hal ini, skenario lebih mungkin adalah bahwa investor hanya akan menarik uang mereka dari bank dan menaruhnya ke dalam reksa dana yang aman diinvestasikan di Treasury

Baham hukum yang digunakan oleh penulis dalam penulisan ini terdiri dari:. Bahan hukum primer, yang terdiri dari peraturan perundang – undangan khususnya

B 188 KR Effects of Essential Oil Supplementation on in Vitro Digestibility and Rumen Fermentation Characteristics of Three Different Diets H..