UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN
ANALISIS TARGET DAN REALISASI PENERIMAAN PAJAK PENERANGAN JALAN (PPJ) PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH
KOTA MEDAN
TUGAS AKHIR
Diajukan Oleh:
RAHIMA AULIA
122101246
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Diploma III
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah swt. atas segala rahmat dan
taufik-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini yang diajukan
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara tepat pada waktu yang
ditentukan.
Judul yang Penulis ajukan adalah “Analisis Target Dan Realisasi Penerimaan Pajak Penerangan Jalan (PPJ) Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan”. Dalam penyusunan dan penulisan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac.Ak, CA selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Fahmi Natigor Nasution, Macc, Ak selaku Wakil Dekan I
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Un iversitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. H. Arifin Lubis, MM, Ak, CA selaku Wakil Dekan II Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Ami Dilham, SE, M.Si selaku Wakil Dekan III Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Dr. Yeni Absah, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi D-III Manajemen
Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
6. Bapak Syahfrizal Helmi Situmorang, SE, M.Si selaku Sekretaris Program
Studi D-III Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
ii
7. Ibu Yasmin Chairunisa Muchtar, SP, MBA selaku Dosen Pembimbing
Penulis.
8. Ibu Hj. Yusdarlina, S.Sos selaku Kepala Bidang Penagihan Dinas Pendapatan
Kota Medan beserta Staf yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu yang
sangat membantu Penulis dalam kegiatan Magang dan Tugas Akhir.
9. Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Genta Sosiadinata, SKM, M.Psi dan
Ibunda Ns.Rosmawati Helmi Barus, S.Kep tersayang yang tiada
henti-hentinya mencurahkan kasih sayang dan juga dukungan moral maupun
materil, nasehat serta do’a yang tulus dalam setiap langkah yang penulis
tempuh, dan segala sesuatu hingga saat ini yang penulis capai tak lepas dari
restu ayahanda dan ibunda.
10. AdekRifodita Dinata dan saudara-saudara Penulis yang ikut memberi
semangat dan masukan.
11. Sahabat-sahabat tersayang Eca, Putra, Gebi dan Tika yang selalu memberikan
dukungan dan motivasi. Five Bananas, dan teman-teman D-III Manajemen
Keuangan khususnya Grup D stambuk 2012 yang bersama-sama berjuang
dalam tiga tahun ini.
Demi perbaikan selanjutnya, saran dan kritik yang membangun akan Penulis
terima dengan senang hati dan semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi kita
semua.
Medan, Juni 2015 Penulis
iii
BAB II PROFIL INSTANSI A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan...6
B. Visi dan Misi...8
C. Struktur Organisasi...9
D. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi...11
E. Kinerja Usaha Terkini...29
BAB III PEMBAHASAN A. Pajak...31
B. Fungsi Pajak...32
C. Jenis-Jenis Pajak...33
D. Pajak Daerah...34
E. Pajak Penerangan Jalan...36
F. Objek Pajak Penerangan Jalan...37
G. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Perangan Jalan...38
H. Tarif Pajak Penerangan Jalan...38
I. Pemungutan dan Perhitungan Pajak Penerangan Jalan...39
J. Analisa Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Perangan Jalan...40
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...44
B. Saran...45
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara berkembang terus menggalakkan pembangunan di
segala bidang kehidupan dengan tujuan mengejar ketertinggalan dari negara lain
dan untuk mewujudkan kehidupan bermasyarakat yang adil dan sejahtera bagi
masyarakat sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Untuk
menyukseskan pelaksanaan pembangunan tersebut diperlukan dana yang cukup
besar. Sumber dana yang digunakan untuk melaksanakan pembangunan tersebut
berasal dari berbagai sumber, salah satunya berasal dari partisipasi
masyarakatdalam bentuk pembayaran pajak.
Menurut Soemitro dalam (Sudirman dan Antong, 2012:2) definisi pajak
adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang
langsung dapat ditujukan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum. Berdasarkan defenisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri
pajak itu meliputi; dipungut berdasarkan undang-undang/aturan hukum,
merupakan peralihan kekayaan orang/badan kas negara, tidak ada imbalan
langsung yang dapat ditunjukkan dalam pembayaran pajak secara individual,
dapat dipaksakan, pembayaran berulang-ulang atau sekaligus, untuk membiayai pengeluaran pemerintah, alat untuk mencapai tujuan tertentu, serta pemungutan
langsung maupun tidak langsung. Manfaat yang diterima karena pembayaran
pajak adalah berupa sarana atau prasarana jalan, pendidikan, kesehatan,
2
Pengenaan pajak di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu
pajak negara dan pajak daerah. Pajak negara atau sering juga disebut sebagai
pajak pusat yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat. Pajak daerah adalah
pungutan daerah menurut peraturan pajak yang ditetapkan oleh daerah untuk
pembiayaan rumah tangganya sendiri. Pendapatan daerah dapat berasal dari
pendapatan asli daerah sendiri yang berasal dari pembagian pendapatan asli
daerah, dana perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah, pinjaman daerah, dan pendapatan daerah lain yang sah. (Suparmoko,
2002:55)
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah dalam perpajakan
dan retribusi sejalan dengan semakin besarnya tanggung jawab daerah dalam
peyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat.
2. Meningkatkan akuntabilitas daerah dalam penyediaan layanan dan
penyelenggaraan pemerintahan dan sekaligus memperkuat otonomi daerah.
3. Memberikan kepastian bagi dunia usaha mengenal jenis-jenis pemungutan
daerah dan sekaligus memperkuat dasar hukum pemungutan pajak daerah dan
retribusi daerah.
Berdasarkan hal tersebut maka pemerintah daerah diberikan wewenang
dan tanggung jawab untuk mengatur rumah tangga daerahnya sendiri dengan
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) berupa pajak daerah. Dalam hal ini,
salah satu lembaga pemerintah yang berperan aktif dalam mengelola Pendapatan
Asli Daerah (PAD) adalah Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan. Dinas
mengelola sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah yang terdiri dari: Pajak Hotel,
Pajak Restoran, Pajak Hiburan , Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan ( PPJ ),
Pajak Biaya Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTP) , Pajak Parkir,
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pajak Air Tanah (ABT).
Saat ini pemerintah telah banyak menetapkan pemungutan daerah, salah
satunya adalah pajak penerangan jalan. Defenisi pajak penerangan jalan menurut
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 16 Tahun 2011 Pasal 1 angka 10 adalah
pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun yang
diperoleh dari sumber lain. Sebagai salah satu sumber pendapatan daerah yang
berperan penting bagi anggaran dan belanja daerah, Pajak Penerangan Jalan
sangat diharapkan dapat memberikan sumbangsihnya bagi kelangsungan
pembangunan daerah.
Fenomena pajak penerangan jalan di Kota Medan yang terjadi sekarang ini
yakni sejumlah daerah yang menikmati lampu penerangan jalan umum (LPJU) di
Kota Medan banyak yang melanggar Perda Nomor 16 Tahun 2011. Salah satu
hambatan yang di hadapi PLN dalam meningkatkan kontribusi pajak penerangan
jalan atas penggunaan tenaga listrik yang disediakan oleh PLN di kota medan
adalah pelanggan yang tidak menyelesaikan pembayaran rekening listrik yang
biasanya disebut tunggakan para pelanggan PLN. Hal tersebut secara langsung
menghambat tercapainya target dan penerimaan pajak penerangan jalan
dikarenakan merugikan sekali untuk biaya energi listrik yang telah dikeluarkan.
Beberapa daerah yang sering mengalami penunggakan pembayaran listrik adalah
Medan Belawan, Medan Barat dan Medan Tembung dikarenakan tingkat
4
rendah dan kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pembayaran
rekening listrik tepat waktu.
(http://www.jurnalasia.com)
Potensi pada pajak penerangan jalan seharusnya dapat mendorong pemerintah
untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan meningkatkan
pengawasan pajak penerangan jalan agar tidak terjadi pelanggaran oleh pengelola
pajak penerangan jalan yang dapat merugikan daerah. Target penerimaan pajak
penerangan jalan setiap tahunnya ditetapkan oleh walikota bersama DPRD
Medan, selanjutnya penagihan dan perhitungan diserahkan kepada Dinas
Pendpatan Daerah Kota Medan. Pencapaian realisasi penerimaan pajak
penerangan jalan akan menjadi tolak ukur keberhasilan target yang telah
ditetapkan.
Berdasarkan keterangan diatas, maka Peneliti tertarik untuk menyusun
Tugas Akhir yang berjudul “Analisis Penerimaan Pajak Penerangan Jalan (PPJ) Terhadap Pencapaian Target Realisasi Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan”
B. Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang tersebut di atas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini untuk mengetahui “Bagaimana analisis target dan realisasi
penerimaan pajak penerangan jalan pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan 5
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui analisis perbandingan target dan realisasi penerimaan pajak parkir
pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan selama 10 (sepuluh) tahun terakhir.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang pajak daerah khususnya
pajak penerangan jalan dan untuk lebih menyempurnakan ilmu
pengetahuan yang telah diperoleh selama masa perkuliahan dan
membandingkan dengan kenyataan yang terjadi di lapangan.
2. Bagi Instansi
Diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam mengambil kebijakan
dalam usahanya meningkatkan potensi pendapatan asli daerah guna
membiayai pembangunan daerah khususnya yang bersumber dari pajak
penerangan jalan.
3. Bagi Pihak Lain
Sebagai bahan pembelajaran dan tambahan ilmu pengetahuan di bidang
6 BAB II
PROFIL INSTANSI
A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
Dinas Pendapatan Kota Medan dahulu hanya satu unit kerja yang kecil yaitu
Sub-Bagian Penerimaan pada bagian keuangan dengan tugas pokoknya mengelola
bidang penerimaan/pendapatan daerah. Mengingat pada saat itu potensi pajak
maupun retribusi daerah di kota medan belum begitu banyak, maka dalam
sub-bagian penerimaan tidak terdapat seksi atau urusan.
Dengan peningkatan perkembangan pembangunan dan laju pertumbuhan
penduduk serta Potensi Pajak/Retribusi Daerah Kota Medan, maka melalui
Peraturan Daerah Kota Medan, Sub-Bagian tersebut di atas ditingkatkan menjadi
bagian dengan nama bagian IX yang tugas pokoknya mengelola penerimaan dan
pendapatan daerah. Bagian IX tersebut terdiri dari beberapa Seksi Dengan Pola
Pendekatan Secara Sektoral Pungutan Daerah.
Pada tahun 1978 berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor :
KUPD-7, tahun 1978, tentang penyeragaman Struktur Organisasi Dinas
Pendapatan Daerah Propinsi dan Kabupaten/Kotamadya di seluruh Indonesia,
maka Pemerintah Kota Medan menetapkan Peraturan Daerah Nomor 12 tahun
1978 tentang Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Medan
sebagaimana dimaksudkan dalam Instruksi Mendagri dimaksud. Struktur
Organisasi Dinas Pendapatan Daerah yang baru ini dipimpin oleh seorang Kepala
Dinas yang terdiri dari 1 (satu). Bagian Tata Usaha, dengan 3 (tiga) Urusan dan 4
Seiring dengan meningkatnya pembangunan dan pertumbuhan wajib
pajak/retribusi daerah. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan selama ini dibentuk
dengan membagi pekerjaan berdasarkan sektor jenis pungutan maka pola tersebut
perlu dirubah secara fungsional.Dengan keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor
973-442, tahun 1988, tanggal 26 Mei 1988 tentang Sistem dan Prosedur
Perpajakan/Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya serta Pajak Bumi
dan Bangunan di 99 Kabupaten/Kota dan surat Edaran Menteri Dalam Negeri
Nomor 061/1861/PUOD, tanggal 2 Mei 1988 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 1978 tentang Struktur
Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Medan menjadi Peraturan
Daerah Kota Medan Nomor 16 Tahun 1990 tentang susunan Organisasi dan Tata
Kerja dinas Pendapatan Kotamadya Daerah TK.II Medan.
Dalam perkembangan selanjutnya dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri
dan Otonomi Daerah Nomor 50 Tahun 2000, tentang Pedoman Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten/Kota, maka Pemerintah
Kota Medan membentuk Organisasi Dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah
dilingkungan Pemerintah Kota Medan sebagaimana diatur dan ditetapkan dalam
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 tahun 2001, sehingga Peraturan Daerah
Kotamadya Daerah Tk.II Medan Nomor 16 tahun 1990 dinyatakan tidak berlaku
dan diganti dengan SK. Walikota Medan Nomor 25 tahun 2002 tentang Susunan
Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.
Sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang pungutan
pajak, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya. Dinas pendapatan daerah
8
kepala daerah melalui sekretaris daerah, terdiri dari 1 (satu). Bagian tata usaha
dengan 4 (empat) sub bagian dan 5 (lima) Sub Dinas dengan masing-masing 4
(empat) seksi serta kelompok jabatan fungsional.
B. Visi dan misi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan:
a. Visi : "Mewujudkan Masyarakat Kota Medan Taat Pajak dan Retribusi"
b. Misi : 1. MeningkatkanpengelolaanPendapatan Daerah Kota Medan. 2. Memberdayakan SDM Pegawai Dinas Pendapatan Daerah
Kota Medan dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
dan diluar Dinas aktif meningkatkan kebersihan Kota Medan.
3. Meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat/Wajib
Pajak Daerah dan Wajib Retribusi Daerah.
4. Mengintensifkan Pungutan Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.
5. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan unit kerja
pengelola PAD lainnya.
6. Mencari terobosan dalam menggali sumber-sumber PAD yang
C. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
Struktur organisasi merupakan sebuah sistem hubungan antara para anggota
organisasi. Struktur organisasi diperlukan perusahaan untuk membedakan
batas-batas wewenang dan tanggung jawab secara sistematis yang menunjukkan adanya
hubungan/keterkaitan antara setiap bagian untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Demi tercapainya tujuan umum suatu perusahaan diperlukan suatu
wadah untuk mengatur seluruh aktivitas maupun kegiatan perusahaan tersebut.
Pengaturan ini dihubungkan dengan pencapaian tujuan perusahaan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Wadah tersebut disusun dalam suatu struktur organisasi
perusahaan.
Melalui struktur organisasi yang baik, pengaturan pelaksanaan pekerjaan
dapat diterapkan, sehingga efisiensi dan efektifitas kerja dapat diwujudkan
melalui kerjasama dengan koordinasi yang baik sehingga tujuan perusahaan dapat
dicapai. Suatu perusahaan terdiri dari berbagai unit kerja yang dapat dilaksanakan
perseorangan maupun kelompok kerja yang berfungsi untuk melaksanakan
serangkaian kegiatan tertentu dan mencakup tata hubungan secara vertikal melalui
saluran tunggal. Sesuai dengan PP No.41 Tahun 2007, struktur organisasi Dinas
D. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
Berdasarkan Keputusan Walikota Medan Nomor 1 Tahun 2010 pasal 2 maka
berikut adalah uraian tugas pokok dan fungsi organisasi Dinas Pendapatan Daerah
Kota Medan:
1. Dinas
Dinas merupakan unsur pelaksana Pemerintah daerah, yang dipimpin oleh
Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada
Walikota melalui Sekretaris Daerah. Dinas mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerah di bidang pendapatan daerah
berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Dalam melaksanakan tugas
pokok, Dinas menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan teknis di bidang pendapatan;
b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang
pendapatan;
c. pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pendapatan; dan
d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
2. Sekretariat
Sekretariat dipimpin oleh sekretaris, yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Kepala Dinas. Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Dinas lingkup Kesekretariatan meliputi pengelolaan administrasi
umum, keuangan dan penyusunan program. Dalam melaksanakan tugas pokok,
12
a. penyusunan rencana, program dan kegiatan kesekretariatan;
b. pengkoordinasian penyusunan perencanaan program Dinas;
c. pelaksanaan dan penyelenggarakan pelayanan administrasi kesekretariatan
Dinas yang meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan, kerumah
tanggaan Dinas;
d. pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan
organisasi dan ketataleksanaan;
e. pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas Dinas;
f. penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian;
g. pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kesekretariatan;
h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
3. Sub Bagian Umum
Sub Bagian Umum dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Sekretaris. Sub Bagian Umum mempunyai tugas
pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretariat lingkup administrasi umum.
Dalam melaksanakan tugas pokok, Sub Bagian Umum menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Umum;
b. penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi umum;
c. pengelolaan administrasi umum yang meliputi pengelolan tata naskah dinas,
penataankearsipan, perlengkapan, dan penyelenggaraaan kerumah tanggaan
Dinas;
e. penyiapan bahan pembinaan dan pengembangan kelembagaan,
ketatalaksanaan, dan kepegawaian;
f. penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian;
g. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
4. Sub Bagian Keuangan
Sub Bagian Keuangan dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris. Sub Bagian Keuangan
mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretariat lingkup
pengelolaan administrasi keuangan. Dalam melaksanakan tugas pokok, Sub
Bagian Keuangan menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Keuangan;
b. penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi keuangan;
c. pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan meliputi kegiatan
penyusunan rencana, penyusunan bahan, pemrosesan, pengusulan dan
vertifikasi;
d. penyiapan bahan/pelaksanaan koordinasi pengelolaan administrasi keuangan;
e. penyusunan keuangan Kepala Dinas;
f. penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian;
g. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas
14
5. Sub Bagian Penyusunan Program
Sub Bagian Penyusunan Program dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris. Sub Bagian
Penyusunan Program mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
Sekretariat lingkup penyusunan program dan pelaporan. Dalam melaksanakan
tugas pokok, Sub Bagian Penyusunan Program menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Penyusunan
Program;
b. pengumpulan bahan petunjuk teknis lingkup penyusunan rencana dan
program Dinas;
c. penyiapan bahan penyusunan rencana dan program Dinas;
d. penyiapan bahan pembinaan pengawasan, dan pengendalian;
e. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
6. Bidang Pendataan dan Penetapan
Bidang pendataan dan penetapan terdiri dari beberapa seksi yaitu:
A. Seksi Pendataan dan Pendaftaran
Seksi Pendataan dan Pendaftaran dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pendataan dan
Penetapan.Seksi Pendataan dan Pendaftaran mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas Bidang Pendataan dan Penetapan lingkup pendataan
dan pendaftaran. Dalam melaksanakan tugas pokok, Seksi Pendataan dan
a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pendataan dan Pendaftaran;
b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pendataan dan pendaftaran;
c. pelaksanaan objek pajak daerah/retribusi daerah dan pendapatan daerah
lainnya melalui Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) dan Surat
Pemberitahuan Retribusi Daerah (SPTRD).
d. pelaksanaan pendaftaran wajib pajak/retribusi daerah melalui formulir
pendaftaran;
e. penyimpanan, pendistribusian, pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak
Daerah/WajibRetribusi Daerah serta penyimpanan surat perpajakan daerah
lainnya yang berkaitan dengan pendaftaran dan pendataan;
f. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
g. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
B. Seksi Pemeriksaan
Seksi Pemeriksaan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pendataan dan Penetapan. Seksi
Pemeriksaan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang
Pendataan dan Penetapan lingkup pemeriksaan. Dalam melaksanakan tugas
pokok, Seksi Pemeriksaan menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pemeriksaan;
b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pemeriksaan;
c. penerimaan laporan hasil pemeriksaan dan unit pemeriksa/tim pemeriksa;
d. penatausahaan hasil pemeriksaan lapangan atas objek dan subjek pajak;
16
f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
C. Seksi Penetapan
Seksi penetapan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pendataan dan Penetapan. Seksi
Penetapan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang
Pendataandan Penetapan lingkup penetapan pokok pajak daerah/pokok retribusi
daerah. Dalam melaksanakan tugas pokok, Seksi Penetapan menyelenggarakan
fungsi:
a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Penetapan;
b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup penetapan;
c. penyiapan bahan dan data perhitungan penetapan pokok pajak daerah/pokok
retribusi daerah;
d. penyiapan penerbitan, pendistribusian, serta penyimpanan arsip surat
perpajakan daerah/retribusi daerah yang berkaitan dengan penetapan;
e. pelaksanaan perhitungan jumlah angsuran pembayaran/penyetoran atas
permohonan wajib pajak;
f. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanan tugas;
g. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
D. Seksi Pengelola Data dan Informasi
Seksi Pengelola Data dan Informasi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada
dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pendataan dan Penetapan.
Seksi Pengelola Data dan Informasi mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Bidang Pendataan dan penetapan lingkup data dan informasi.
Dalam melaksanakan tugas pokok, Seksi Pengelola Data dan Informasi
menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Data dan Informasi;
b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pendataan dan informasi;
c. pengumpulan dan pengolahan data objek pajak daerah/retribusi daerah;
d. penuangan hasil pengolahan data dan informasi data ke dalam kartu data;
e. pengiriman kartu data kepada Seksi Penetapan;
f. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
g. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
7. Bidang Penagihan
Bidang Penagihan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bidang Penagihan mempunyai tugas
pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pembukuan, vertifikasi,
penagihan, perhitungan, pertimbangan, dan retribusi. Dalam melaksanakan tugas
pokok, Bidang Penagihan menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Penagihan;
b. penyusunan petunjuk teknis lingkup pembukuan, vertifikasi, penagihan,
18
c. pelaksanaan pembukuan dan vertifikasi atas pajak daerah, retribusi daerah
dan pendapatan daerah lainnya;
d. pelaksanaan penagihan atas tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan
pendapatan daerah lainnya;
e. pelaksanaan perhitungan retribusi dan atau pemindahbukuan atas pajak
daerah, retribusi daerah dan pendapatan lainnya;
f. pelaksanaan telaahan dan saran pertimbangan terhadap keberatan wajib pajak
atas permohonan wajib pajak;
g. pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup Bidang Penagihan;
h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Bidang Penagihan memiliki beberapa seksi yaitu:
A. Seksi Pembukuan dan Vertifikasi
Seksi Pembukuan dan Vertifikasi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada
dibawah dan bertanggung jawab kepada Bidang Penagihan. Seksi Pembukuan dan
Vertifikasi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang
Penagihan lingkup pembukuan dan vertifikasi. Dalam melaksanakan tugas pokok,
Seksi Pembukuan dan Vertifikasi menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pembukuan dan Vertifikasi;
b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pembukuan dan vertifikasi;
c. pelaksanaan pembukuan dan vertifikasi tentang penetapan dan penerimaan
d. pelaksanaan pembukuan dan vertifikasi penerimaan dan pengeluaran benda
berharga serta pencatatan uang dari hasil pungutan benda berharga ke dalam
kartu persediaan benda berharga;
e. penyiapan bahan dan data laporan tentang realisasi penerimaan dan
tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah;
f. penyiapan bahan dan data laporan tentang realisasi penerimaan, pengeluaran,
dan sisa persediaan benda berharga secara berkala;
g. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
B. Seksi Penagihan dan Perhitungan
Seksi Penagihan dan Perhitungan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada
dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Penagihan. Seksi
Penagihan dan Perhitungan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
Bidang Penagihan lingkup Penagihan dan Perhitungan. Dalam melaksanakan
tugas pokok, Seksi Penagihan dan Perhitungan menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Penagihan dan Perhitungan;
b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup penagihan dan perhitungan;
c. penyiapan bahan dan data pelaksanakan penagihan atas tunggakan pajak
daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya;
d. penyiapan bahan dan data penerbitan dan pendistribusian dan penyimpanan
arsip surat perpajakan daerah/retribusi daerah yang berkaitan dengan
20
e. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
C. Seksi Pertimbangan dan Retribusi
Seksi Pertimbangan dan Retribusi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada
dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Penagihan. Seksi
Pertimbangan dan Retribusi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian
tugas Bidang Penagihan lingkup Pertimbangan dan Retribusi. Dalam
melaksanakan tugas pokok, Seksi Pertimbangan dan Retribusi menyelenggarakan
fungsi:
a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pertimbangan Retribusi;
b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pertimbangan dan retribusi;
c. penerimaan permohonan retribusi dan pemindahbukuan dari wajib pajak;
d. penelitian kelebihan pembayaran pajak daerah/retribusi daerah yang dapat
diberikan resritusi dan atau pemindahbukuan;
e. penyiapan surat keputusan Kepala Dinas tentang pemberian restitusi dan atau
pemindahbukuan;
f. penerimaan surat keberatan dari wajib pajak/retribusi;
g. penelitian keberatan wajib pajak/wajib retribusi;
h. pembuatan pertimbangan atas surat keberatan wajib pajak/wajib retribusi;
i. penyiapan bahan dan data penerbitan surat keputusan Kepala Dinas tentang
persetujuan atau penolakan atas keberatan;
k. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
8. Bidang Bagi Hasil dan Pendapatan
Bidang Bagi Hasil Pendapatan dipimpin oleh Kepala Bidang yang berada
dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bidang Bagi Hasil
Pendapatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup
bagi hasil pajak dan bukan pajak, penatausahaan bagi hasil dan
perundang-undangan dan pengkajian pendapatan. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang
Bagi Hasil Pendapatan menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Bagi Hasil Pendapatan;
b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasil pajak dan bukan pajak,
penatausahaan bagi hasil dan perundang-undangan dan pengkajian
pendapatan;
c. pelaksanaan penatausahaan bagi hasil pendapatan pajak dan bukan pajak,
DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang syah;
d. pelaksanaan koordinasi dengan instansi pemberi bagi hasil pajak dan bukan
pajak, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang syah;
e. pelaksanaan perhitungan penerimaan dari dana bagi hasil pajak/bukan pajak
provinsi dan dana bagi hasil pajak/bukan pajak pusat, DAU, DAK, dan
lain-lain pendapatan yang syah;
f. pelaksaan pengkajian pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan
pengkajian hasil pendapatan daerah di bidang dana perimbangan, dan
22
g. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang bagi
hasil pendapatan;
h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Bidang bagi hasil dan pendapatan memiliki beberapa seksi yaitu:
A. Seksi Bagi Hasil Pajak
Seksi Bagi Hasil Pajak dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Bagi Hasil Pendapatan. Seksi Bagi
Hasil Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bagi
Hasil Pendapatan lingkup bagi hasil pajak. Dalam melaksanakan tugas pokok,
Seksi Bagi Hasil Pajak menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Bagi Hasil Pajak;
b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasil pajak;
c. penerimaan dan pendistribusian Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang
(SPPT) dan Daftar Himpunan Pokok Pajak (DHPP)/Daftar Himpunan
Ketetapan Pajak (DHKP), Pajak Bumi dan Bangunan;
d. pelaksanaan penagihan Pajak Bumi dan Bangunan;
e. pelaksanaan perhitungan penerimaan bagi hasil pajak lainnya, membantu
menyampaikan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) Pajak Bumi dan
Bangunan kepada wajib Pajak, penerimaan kembali hasil pengisian SPOP dan
mengirimkannya kepada Kantor Pelayanan PBB;
f. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
g. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
B. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak
Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Bagi Hasil Pendapatan.
Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian
tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup bagi hasil bukan pajak. Dalam
melaksanakan tugas pokok, Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak menyelenggarakan
fungsi:
a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak;
b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasil bukan pajak;
c. pelaksanaan perhitungan dan penerimaan dana bagi hasil pajak provinsi, dana
bagi hasil bukan pajak pusat, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang
syah;
d. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
e. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
C. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil
Seksi Penatausahaan Bagi Hasil dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Bagi Hasil Pendapatan.
Seksi Penatausahaan Bagi Hasil mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian
tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup penatausahaan bagi hasil. Dalam
melaksanakan tugas pokok, Seksi Penatausahaan Bagi Hasil menyelenggarakan
fungsi:
a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Penatausahaan Bagi Hasil;
24
c. pelaksanaan penatausahaan surat-surat ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan;
d. pelaksanaan penatausahaan bagi hasil pajak dan bukan pajak, DAU, DAK,
dan lain-lain pendapatan yang syah;
e. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
D. Seksi Peraturan Perundang-undangan dan Pengkajian Pendapatan
Seksi Peraturan Perundang-undangan dan Pengkajian Pendapatan dipimpin
oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Bidang Bagi Hasil Pendapatan. Seksi Peraturan Perundang-undangan dan
Pengkajian Pendapatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup peraturan perundang-undangan dan kajian
pendapatan. Dalam melaksanakan tugas pokok, Seksi Peraturan
Perundang-undangan dan Pengkajian Pendapatan menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Peraturan
Perundang-undangan;
b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup peraturan perundang-undangan
dan pengkajian pendapatan;
c. penyiapan bahan dan data pelaksanaan koordinasi dengan unit terkait tentang
pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan pengkajian atas penerimaan
d. pelaksanaan monitoring, dan evaluasi pelaksanaan peraturan
perundang-undangan di bidang dana perimbangan;
e. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas dengan tugas dan
fungsinya.
9. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah
Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah dipimpin oleh Kepala Bidang,
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bidang
Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas dinas lingkup pengembangan pajak, retribusi dan pendapatan
lain-lain. Dalam melaksanakan tugas, Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah
menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pengembangan
Pendapatan Daerah;
b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pajak, retribusi
dan pendapatan lain-lain;
c. pelaksanaan pengkajian potensi pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan
lainnya;
d. penghitungan potensi pajak dan retribusi daerah;
e. pelaksanaan monitoring, evalausi, dan pelaporan lingkup bidang
pengembangan pendapatan daerah;
f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
26
Bidang pengembangan pendapatan memiliki beberapa seksi yaitu: A. Seksi Pengembangan Pajak
Seksi Pengembangan Pajak dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Pengembangan Pendapatan Daerah.
Seksi Pengembangan Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian
tugas Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah lingkup pengembangan pajak.
Dalam melaksanakan tugas pokok, Seksi Pengembangan Pajak menyelenggarakan
fungsi:
a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pengembangan Pajak;
b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pajak;
c. penyiapan bahan dan data penyusunan rencana potensi pendapatan daerah di
bidang pajak daerah;
d. penyiapan bahan dan data pengkajian pengembangan potensi pajak daerah;
e. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
B. Seksi Pengembangan Retribusi
Seksi Pengembangan Retribusi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pengembangan Pendapatan
Daerah. Seksi Pengembangan Retribusi mempunyai tugas pokok melaksanakan
tugas Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah lingkup pengembangan retribusi.
Dalam melaksanakan tugas pokok, Seksi Pengembangan Retribusi
a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pengembangan Retribusi;
b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan retribusi;
c. penyiapan bahan dan data penyusunan rencana potensi pendapatan daerah di
bidang retribusi daerah;
d. penyiapan bahan dan data pengkajian pengembangan potensi retribusi daerah;
e. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
C. Seksi Pengembangan Pendapatan dan Lain-lain
Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-Lain dipimpin oleh Kepala Seksi,
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang
Pengembangan Pendapatan Daerah. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-Lain
mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengembangan
Pendapatan Daerah lingkup pengembangan pendapatan lain-lain. Dalam
melaksanakan tugas pokok, Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-Lain
menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pengembangan Pendapatan
Lain-Lain;
b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pendapatan
lain-lain;
c. penyiapan bahan dan data penyusunan rencana potensi pendapatan daerah di
bidang pendapatan lain-lain;
d. penyiapan bahan dan data pengkajian pengembangan potensi pendapatan
28
e. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
10. Unit Pelaksanaan Teknis
Pembentukan, nomenklatur, tugas pokok dan fungsi Unit Pelaksanaan Teknis
ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
11. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagai tugas
Dinas Pendapatan sesuai dengan keahlian dan kebutuhan (pasal 24).
a. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga dalam jenjang
jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan
keahliannya.
b. Setiap kelompok tersebut dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior.
c. Jumlah jabatan fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan daerah
d. Jenis dan jenjang jabatan fungsional tersebut ditentukan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku (pasal 43).
E. Kinerja Usaha Terkini Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
Setiap perusahaan atau instansi tentu mempunyai visi dan misi yang harus
dijalankan sesuai dengan tujuan perusahaan atau instansi tersebut. Butuh waktu
untuk mencapai semua itu, begitu juga dengan Dinas Pendapatan Daerah Kota
Medan yang terus berupaya agar tujuan yang telah digariskan oleh Dinas
Pendapatan Daerah Kota Medan dapat terwujud. Tidak mudah mewujudkan itu
semua karena membutuhkan kerja keras yang tinggi, disiplin dan loyalitas dalam
bekerja.
Untuk mendorong tercapainya tujuan perusahaan atau instansi diperlukan
kinerja yang bermutu dan tepat. Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
mempunyai kinerja usaha terkini yang dijalankan yaitu:
1. program pelayanan administrasi kantor;
2. program peningkatan sarana dan prasarana aparatur;
3. program peningkatan sumber daya aparatur dan disiplin aparatur;
4. program peningkatan pengembangan sistem pelaporan pencapaian kinerja dan
keuangan;
5. program peningkatan dan pengembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD);
6. program pembinaan dan pemasyarakatan olahraga;
7. program Ruang Terbuka Hijau (RTH);
8. program penataan peraturan perundang-undangan;
9. program pelaksanaan kegiatan keagamaan dan hari-hari besar;
10. sesuai dengan Surat keputusan Walikota Medan No 973/015.K Tanggal 05
januari 2015 tentang Pembentukan Tim Fasilitasi Dan Koordinasi Pajak
30
a) melakukan pengawasan terhadap wajib pajak reklame di seluruh kota
medan;
b) melakukan penindakan terhadap Wajib Pajak reklame yang melakukan
pelanggaran;
c) melakukan pembongkaran terhadap Objek Pajak reklame yang melakukan
pelanggaran;
d) melakukan koordinasi dengan instansi terkait dalam membantu kelancaran
tugas tim;
31 BAB III PEMBAHASAN
A. Pajak
Pengertian menurut Soemitro dalam (Resmi, 2011:1) adalah iuran rakyat pada
kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada
mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dan dapat ditunjukkan
dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum. Kemudian defenisi tersebut
disempurnakan menjadi “pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat
kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan
untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public
investment.” Sedangkan defenisi pajak menurut Djadjadiningrat adalah “ Pajak
sebagai suatu kewajiban untuk menyerahkan sebagian dari kekayaan kepada
negara disebabkan oleh suatu kejadian, dan perbuatan yang memberikan
kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan-peraturan
yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal
balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum.”
Menurut (Muda, 2005:1) pajak merupakan sebagian harta kekayaan rakyat
(swasta) yang berdasarkan undang-undang wajib diberikan oleh rakyat kepada
negara tanpa mendapatkan kontraprestasi secara individual dan langsung dari
negara, serta bukan merupakan penalti, yang berfungsi:
1. Sebagai dana untuk penyelenggaraan negara, dan sisanya jika ada akan
digunakan untuk pembangunan;
32
Pajak berdasarkan Undang-Undang No 28 Tahun 2009 Pasal 1 Angka 10
adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
B. Fungsi Pajak
Pajak memegang peranan yang sangat penting bagi suatu negara, karena
pajak merupakan sumber pendapatan negara yang dapat digunakan sebagai alat
untuk mengatur kegiatan ekonomi dan sebagai pemerataan kegiatan masyarakat.
Menurut (Sudirman dan Antong, 2012:3) pajak memiliki fungsi utama
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Fungsi Pendapatan
Pendapatan negara melalui pajak cukup besar jumlahnya. Pajak merupakan
suatu sumber atau alat untuk memasukkan uang ke kas negara sesuai dengan
peraturan. Menurut fungsi ini, pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran
rutin dan pembangunan. Jika masih ada sisa, maka dapat digunakan untuk
membiayai investasi pemerintah.
b. Fungsi Stabilitas
Pajak dapat digunakan untuk menstabilkan keadaan ekonomi, misalnya
dengan menetapkan pajak yang tinggi, pemerintah dapat mengatasi inflasi,
karena jumlah uang yang beredar dapat dikurangi.
c. Fungsi Pemerataan
Peranan pemerintah diantaranya adalah mendorong pertumbuhan ekonomi
membiayai pembangunan. Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan
pembangunan. Pembangunan sarana dan prasrana dilakukan dengan tujuan
agar dapat mendorong meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
C. Jenis-Jenis Pajak
Menurut (Resmi, 2011:7) terdapat berbagai jenis pajak yang dapat
dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
1. Menurut Golongan
Pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri
oleh wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada
orang lain atau pihak lain. Contoh: Pajak Penghasilan (PPh).
b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan
atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Pajak tidak
langsung terjadi jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa, atau perbuatan
yang menyebabkan terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan
barang atau jasa. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
2. Menurut Sifat
Pajak dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Pajak subjektif, yaitu pajak yang pengenaannya memerhatikan keadaan
pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak yang memerhatikan keadaan
subjeknya. Contoh: Pajak Penghasilan (PPh).
b. Pajak objektif, yaitu pajak yang pengenaannya memerhatikan objeknya
baik berupa benda, keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang
34
memerhatikan keadaan pribadi subjek pajak (wajib pajak) maupun tempat
tinggal. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas
Barang Mewah (PPnBM), serta Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
3. Menurut Lembaga Pemungut
Pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Pajak negara (pajak pusat), yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah
pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada
umumnya. Contoh: PPh, PPN, PPnBM, PBB, serta Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
b. Pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik
daerah tingkat I (pajak provinsi) maupun daerah tingkat II (pajak
kabupaten/kota) dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah
masing-masing. Contoh: Pajak Penerangan Jalan (PPJ)
D. Pajak Daerah
Pajak daerah secara umum adalah kontribusi wajib kepada daerah yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, pajak daerah dan
retribusi daerah mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah dalam perpajakan
dan retribusi sejalan dengan semakin besarnya tanggung jawab daerah dalam
2. Meningkatkan akuntabilitas daerah dalam penyediaan layanan dan
penyelenggaraan pemerintahan dan sekaligus memperkuat otonomi daerah.
3. Memberikan kepastian bagi dunia usaha mengenal jenis-jenis pungutan
daerah dan sekaligus memperkuat dasar hukum pemungutan pajak daerah dan
retribusi daerah.
Menurut (Mardiasmo, 2011:13) pajak daerah dibagi menjadi dua bagian
yaitu:
1. Pajak Provinsi, terdiri dari:
a. Pajak Kendaraan Bermotor;
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;
d. Pajak Air Permukaan;
e. Pajak Rokok.
2. Pajak Kabupaten/Kota, terdiri dari:
a. Pajak Hotel;
b. Pajak Restoran;
c. Pajak Hiburan;
d. Pajak Reklame;
e. Pajak Penerangan Jalan;
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;
g. Pajak Parkir;
h. Pajak Air Tanah;
i. Pajak Sarang Burung Walet;
36
k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
Khusus untuk daerah yang setingkat dengan daerah provinsi, tetapi tidak
terbagi dalam daerah kabupaten/kota otonom, seperti Daerah Khusus Ibukota
Jakarta, jenis pajak yang dapat dipungut merupakan gabungan dari pajak untuk
daerah provinsi dan pajak untuk daerah kabupaten/kota.
E. Pajak Penerangan Jalan
Berdasarkan PP No.65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah, Pajak Penerangan
Jalan Umum adalah pajak yang dikenakan kepada pelanggan PLN sebagai salah
satu sumber Pendapatan Asli Daerah ( PAD ). Pajak Penerangan Jalan umum
yang selanjutnya di singkat dengan PPJ dapat diartikan juga sebagai pajak yang
dipungut atas tenaga listrik dengan ketentuan bahwa diwilayah daerah tersebut
tersedia penerangan jalan, yang rekeningnya dibayar oleh Pemerintah Daerah atau
dapat juga diartikan sebagai pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang
dihasilkan sendiri maupun yang diperoleh oleh sumber lain. Listrik yang
dihasilkan sendiri meliputi seluruh pembangkit listrik.
Pemungutan pajak penerangan jalan di Indonesia saat ini di dasarkan pada
dasar hukum yang jelas dan kuat sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan
pihak terkait. Dasar hukum pemungutan pajak penerangan jalan berdasarkan
Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2011 adalah:
1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, menetapkan pajak penerangan jalan merupakan jenis pajak daerah
dan kabupaten/kota.
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentanbg Pembentukan Peraturan
3. Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000 tentang Tata Cara Penyitaan
dan Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian
dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010 tentang Jenis Pajak Daerah yang
Dipungut Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau Dibayar oleh Wajib
Pajak Sendiri.
F. Objek Pajak Penerangan Jalan
Menurut (Sugianto, 2007:46) Objek Pajak Penerangan Jalan termasuk
penggunaan tenaga listrik non PLN yang menggunakan energi primer. Yang
dimaksud dengan pembangkit tenaga listrik non PLN antara lain genset,
sedangkan yang dimaksud dengan energi primer antara lain bensin, solar, gas,
tenaga matahari, tenaga air, tenaga angin dan tenaga nuklir. Sebagai upaya
mewujudkan pemerataan pengenaan Pajak Penerangan Jalan sekaligus memenuhi
rasa keadilan. Sedangkan, objek yang dikecualikan dari pengenaan pajak ini
adalah:
1. Penggunaan tenaga listrik oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah;
2. Penggunaan tenaga listrik pada tempat-tempat yang digunakan oleh
kedaulatan, konsultan, dan perwakilan negara asing dan lembaga-lembaga
internasional dengan asas timbal balik;
3. Penggunaan tenaga listrik yang bukan berasal dari PLN (yang dihasilkan
sendiri) dengan kapasitas tertentu yang tidak memerlukan izin dari instansi
tekhnis terkait;
38
G. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Penerangan Jalan
Menurut undang-undang Subjek Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi
atau badan yang dapat menggunakan tenaga listrik. Adapun Wajib Pajak
Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga
listrik. Dalam hal tenaga listrik disediakan oleh sumber lain ( jadi tidak mesti oleh
PLN ), Wajib Pajak Penerangan Jalan adalah penyedia tenaga listrik.
Menurut peraturan daerah, subjek Pajak Penerangan Jalan adalah wajib pajak
yaitu orang pribadi atau badan yang menggunakan listrik PLN dan penggunaan
listrik non PLN. Dalam menjalankan hak dan memenuhi kewajibannya, Wajib
Pajak pengguna listrik non PLN dapat diwakili dalam hal:
1.Orang Pribadi, oleh kuasanya atau ahli warisnya;
2.badan oleh pengurus dan kuasanya
3. Orang pribadi atau badan yang berdomisili atau berkedudukan di luar daerah
yang bersangkutan, oleh kuasanya atau pengurusnya yang berkedudukan di daerah
yang dimaksud.(Samudra, 2015:237)
H. Tarif Pajak Penerangan Jalan
Tarif pajak ditetapkan dan diatur oleh Peraturan Pemerintah. Tarif Pajak
Penerangan Jalan dikenakan atas nilai jual tenaga listrik yang terpakai. Besarnya
Pokok Penerangan Jalan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif
pajak dengan dasar pengenaan pajaknya. Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan
sebagai berikut:
a. Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari PLN, bukan untuk industri
b. Penggunaan tenaga listrik dari sumber lain oleh industri, pertambangan,
minyak bumi dan gas alam, tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan
paling tinggi sebesar 3% (tiga persen);
c. Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri, tarif Pajak Penerangan
Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 1,5% (satu koma lima persen)
Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
I. Pemungutan dan Perhitungan Pajak Penerangan Jalan
Menurut (Samudra, 2015:240) pemungutan pajak penerangan jalan tidak
dapat dibayarkan sekaligus. Pajak dipungut berdasarkan penetapan
walikota/bupati atau dibayar sendiri oleh wajib pajak. Pajak terutang berdasarkan
jumlah yang tercantum dalam rekening listrik PLN, harus dilunasi setiap bulan
bersama-sama dengan pembayaran tagihan listrik ke PLN. Tagihan Pajak
dilaksanakan dan disetor oleh PLN ke kantor kas daerah atau bank. Secara berkala
PLN berkewajiban untuk menyampaikan laporan kegiatan pemungutan pajak
kepada gubernur kepala daerah. Pembayaran pajak dilakukan setiap bulan
selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya di tempat yang ditentukan.
Seluruh penerimaan pajak dan realisasi pajak ini, disisihkan 10% untuk
penanggungan resiko kebakaran akibat pemnggunaan tenaga listrik.
Wajib pajak pengguna tenaga listrik non PLN wajib membayar pajak terutang
dalam masa pajak dengan menggunakan SSPD kepada kantor kas daerah atau
bank selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya. Berdasarkan SKPD yang
diterima akibat jumlah pajak terutang tidak atau kurang bayar dan tidak dilakukan
pendaftaran, wajib pajak penggunaan tenaga listrik non PLN wajib membayar
selambat-40
lambatnya 30 hari sejak SKPD diterima. Atas keterlambatan pembayaran pajak
terutang tersebut, dikenakan denda administrasi 10% dari pokok pajak terutang.
Sementara apabila pembayarannya tidak atau kurang bayar, pokok pajak terutang
dan dendanya dapat ditagih dengan STPPD yang diterbitkan kepala Dispenda atau
pejabat yang ditunjuk.
Besarnya pokok pajak penerangan jalan yang terutang dihitung dengan cara
mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak. Secara umum perhitungan
pajak penerangan jalan adalah sesuai rumus berikut (Nurmantu, 2005: 156)
Pajak Terhutang = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak
J. Analisa Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Penerangan Jalan Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
Dalam kamus besar bahasa indonesia, pengertian target adalah sasaran atau
batas ketentuan yang telah ditetapkan untuk dicapai. Oleh karena itu, dalam
melakukan suatu kegiatan atau usaha perlu dibuat suatu target yang dijadikan
sebagai acuan untuk mencapainya. Namun adakalanya target tersebut tidak dapat
dicapai dan bahkan ada juga yang melampaui target yang telah ditentukan. Sama
halnya di dalam penetapan penerimaan Pajak Penerangan Jalan, Pemerintah
Daerah pun menetapkan target yang hendak dicapai. Agar lebih jelas, peneliti
akan menjelaskan penerimaan Pajak Penerangan jalan pada Dinas Pendapatan
Tabel 3.1
Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Penerangan Jalan Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
Tahun Anggaran 2010-2014
Tahun Target ( Rp) Realisasi Penerimaan(Rp) (%)Realisasi Ket
2010 Rp 155,467,255,000.00 Rp 158,789,100,162.00 102,14% Sangat baik
2011 Rp 158,400,000,000.00 Rp 172,666,073,481.00 109,01% Sangat baik
2012 Rp 125,000,000,000.00 Rp 146,304,763,696.00 117,04% Sangat baik
2013 Rp 148,000,000,000.00 Rp 167,031,678,022.00 112,89% Sangat baik
2014 Rp164,746,171,770.00 Rp 190,552,925,861.00 115,66% Sangat baik
Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan (2015)
Berdasarkan tabel 3.1 target dan realisasi penerimaan pajak penerangan jalan
pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan selama 5 (lima) tahun, adalah sebagai
berikut:
1. Realisasi penerimaan pajak penerangan jalan pada tahun 2010 telah mencapai
target yang ditentukan yaitu sebesar 102,14% yang dikategorikan sangat baik
karena realisasi penerimaan melebihi target yang ditentukan. Hal ini terjadi
karena target yang ditetapkan telah sesuai dengan potensi pajak yang ada di
lapangan.
2. Realisasi penerimaan pajak penerangan jalan pada tahun 2011telah mencapai
target yang ditentukan yaitu sebesar Rp 14,266,073,481.00 atau naik sebesar
9,01% yang dikategorikan sangat baik karena realisasi penerimaan melebihi
target yang ditentukan. Pada tahun ini pajak penerangan jalan mengalami
kenaikan target yaitu sebesar Rp 2,932,745,000.00.
3. Realisasi penerimaan pajak penerangan jalan pada tahun 2012 mengalami
penurunan target dari tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp 33,400,000,000.00
42
penggunaan tenaga listrik dari sumber lain oleh industri, pertambangan
minyak bumi dan gas alam dari 7% (tujuh persen) menjadi 3% (tiga persen),
sehingga walikota menurutkan target pada tahun ini.
4. Realisasi penerimaan pajak penerangan jalan pada tahun 2013 telah mencapai
target yang ditentukan yaitu sebesar 112,89% yang dikategorikan sangat baik
karena realisasi penerimaan melebihi target yang ditentukan. Hal ini terjadi
karena target yang ditetapkan telah sesuai dengan potensi pajak yang ada di
lapangan, bertambahnya peninjauan terhadap potensi pajak juga menjadi
salah satu alasan terjadinya peningkatan realisasi penerimaan yang sangat
signifikan.
5. Realisasi penerimaan pajak penerangan jalan pada tahun 2014 mencapai
115,66% yang dikategorikan sangat baik . Pada tahun ini terjadi kenaikan
target yang cukup tinggi yaitu sebesar Rp 25,806,754,091.00 dari tahun
sebelumnya yang disebabkan oleh pertumbuhan potensi pajak penerangan
jalan seperti tumbuhnya bangunan pabrik, gedung perkantoran, dan pusat
perbelanjaan, bertambahnya peninjauan terhadap potensi pajak juga menjadi
salah satu alasan terjadinya peningkatan realisasi penerimaan yang sangat
signifikan.
Adapun upaya-upaya yang dilakukan Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak penerangan jalan antara lain:
a. Adanya peringatan bagi penunggakan pembayaran rekening listrik. PLN
memberikan Tata Usaha Langganan IV (TUL), dimana TUL IB berupa surat
peringatan yang diberikan kepada konsumen atau pelanggan. Waktu
pelanggan. Jika tidak ditanggapi maka akan dilakukan pemutusan sambungan
arus listrik oleh pihak PLN.
b. Peningkatan pelayanan terhadap konsumen atau pelanggan. Salah satu bentuk
peningkatan pelayanan terhadap konsumen adalah dengan mengatasi
gangguan listrik sehingga dapat berkurang. Misalnya tingkat pemadaman
listrik dengan presentase 20% (dua puluh persen) menjadi 10% (sepuluh
persen) setiap bulannya.
c. Menggalakkan operasi penertiban listrik liar. Hal ini dilakukan untuk
meningkatkan pendapatan daerah.
d. Pemerintah menaikkan tarif dasar listrik sesuai dengan Keputusan Presiden.
Dengan naiknya tarif maka otomatis akan menaikkan pendapatan pajak
penerangan jalan. Sehingga dapat meningkatkan jumlah pemasukan pajak
44 BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang Penulis lakukan tentang analisis target dan
realisasi penerimaan pajak penerangan jalan pada Dinas Pendapatan Daerah Kota
Medan selama 5 (lima) tahun terakhir dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 realisasi penerimaan pajak
penerangan jalan berturut-turut yakni 102,14%, 109,01%, 117,04%, 112,89%
dan 105,66% yang termasuk dalam kategori sangat baik karena penerimaan
pajak penerangan jalan mencapai bahkan melebihi target yang telah
ditentukan.
2. Pajak penerangan jalan (PPJ) adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik.
Maka tarif pajak penerangan jalan dikenakan atas nilai jual tenaga listrik yang
terpakai.
3. Dasar pengenaan pajak penerangan jalan berupa tarif yang dikenakan atas
nilai jual tenaga listrik yang terpakai, baik tenaga listrik yang berasal dari
PLN atau bukan PLN, baik digunakan untuk industri atau bukan industri.
4. Dalam pencapaian target penerimaan pajak penerangan jalan terdapat
beberapa faktor yang menghambat yaitu adanya tunggakan pembayaran
listrik oleh konsumen, adanya pemasangan listrik liar dan kurangnya
pendataan konsumen pajak penerangan jalan.
5. Untuk mengatasi hambatan dalam mengoptimalkan penerimaan pajak
peringatan bagi warga yang menunggak pembayaran listrik, meningkatkan
pelayanan kepada konsumen, dan menertibkan pemasangan listrik liar.
6. Dalam prakteknya pemungutan pajak penerangan jalan berjalan dengan
cukup baik.
B. Saran
Agar pelaksanaan pemungutan terhadap pajak penerangan jalan di Kota
Medan dapatdilaksanakan dengan baik dan memperoleh hasil yang optimal,
Adapun saran-saran yang dapat Peneliti sampaikan yaitu:
1. Hendaknya Pemeritah Kota Medan dan Dinas Pendapatan Daerah Kota
Medan benar-benar melihat atau meninjau kondisi di lapangan, sehingga
target dapat ditetapkan sesuai dengan potensi pajak yang ada.
2. Sebaiknya tarif parkir yang tercantum dalamPeraturan Daerah Kota Medan
Nomor 16 Tahun 2011 hendaknya ditinjau kembali agar dapat disesuaikan
dengan keadaan dan kondisi ekonomi pada masa sekarang.
3. Diharapkan pelaksanaan pemungutan pajak penerangan jalan diiringi dengan
peningkatan mutu pelayanan penerangan jalan bagi masyarakat. Pungutan ini
bukan bersifat retribusi sehingga sewajarnya setiap lapisan masyarakat di
seluruh wilayah pemerintah daerah yang bersangkutan berhak menikmati
pelayanan ini tanpa adanya perbedaan.
4. Dalam menetapkan target pajak penerangan jalan hendaknya melihat atau
meninjau kondisi langsung dilapangan agar mengetahui sejauh mana hak
masyarakat yang telah terpenuhi.
5. Diharapkan kepada penyedia fasilitas pajak penerangan jalan agar lebih
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Mardiasmo, 2011. Perpajakan Edisi Revisi 2011, Andi Offset, Yogyakarta.
Markus, Muda, 2005. Perpajakan Indonesia: Suatu Pengantar, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Pandiangan, Liberti, 2008. Modrenisasi & Reformasi Pelayanan Perpajakan, Elex Media Komputindo, Jakarta.
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 16 Tahun 2011 tentang Pajak Penerangan Jalan.
Resmi, Siti, 2011. Perpajakan Teori dan Kasus, Edisi Enam, Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta.
Sugianto, 2007. Pajak dan Retribusi Daerah: Pengelolaan Pemerintah Daerah Dalam Aspek Keuangan, Pajak, dan Retribusi Daerah, Grafindo, Jakarta.
Samudra, Azhari Aziz, 2015. Perpajakan Di Indonesia, RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Sudirman, Rismawati dan Antong Amiruddin, 2012. Perpajakan: Pendekatan Teori dan Praktik, Empat Dua Media, Malang.
Surat Keputusan Walikota Medan Nomor 973/015.K Tanggal 05 Januari 2015 tentang PembentukanTim Fasilitasi dan Koordinasi Pajak Reklame Tahun Anggaran 2015.