• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai-nilai kepahlawanan Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin di Nagari Ulakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Nilai-nilai kepahlawanan Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin di Nagari Ulakan"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI-NILAI KEPAHLAWANAN DALAM CERITA TUANKU KERAMAT SYEKH BURHANUDDIN DI NAGARI ULAKAN

SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN

O

L

E

H

NAMA : RAMLI RAHMAT EFENDI

NIM : 110702001

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

DEPARTEMEN SASTRA DAERAH

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA MELAYU

MEDAN

2015

(2)

ABSTRAK

(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dipanjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Shalawat

beserta salam semoga terlimpah kepada Baginda Rasulullah SAW, sang pencerah

seluruh semesta, pembawa ajaran kebenaran di atas muka bumi ini.

Skripsi ini berjudul “Nilai-nilai kepahlawanan Tuanku Keramat Syekh

Burhanuddin di Nagari Ulakan.” Penulis berharap penelitian ini dapat menambah

wawasan dan pengetahuan terhadap pengkajian sastra khasnya kajian budaya.

Berdasarkan dengan harapan semoga dapat memperkaya apresiasi dan kritik sastra

daerah yang ada di indonesia, khususnya daerah Melayu.

Dalam proses penulisan skripsi ini, ternyata tidak semudah yang dibayangkan.

Penulis menyadari tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, banyak

kekurangan-kekurangan yang terjadi didalamnya. Oleh karena itu, jika penulisan skripsi ini

akhirnya dinyatakan selesai, melainkan atas bantuan semangat dari berbagai pihak.

Medan, Mai 2015

Penulis

Ramli Rahmat Efendi

(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 kajian Yang Relevan ... 5

2.2 Kosmologi Masyarakat Nagari Ulakan ... 6

2.2.1 Sistem Kepercayaan dan Agama ... 6

2.2.2 Adat Istiadat Masyarakat Nagari Ulakan ... 7

2.2.3 Sosial Budaya Masyarakat Nagari Ulakan ... 11

2.3 Letak Geografis nagari Ulakan ... 16

2.4 Intelektual Kesusastraan Tradisi Melayu ... 17

2.5 Pendekatan Sejarah Sastra ... 19

BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian ... 21

(5)

3.3 Instrumen Penelitian ... 22

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 23

3.4.1 Teknik Observasi ... 24

3.4.2 Teknik Kuesioner ... 26

3.4.3 Teknik Dokumentasi ... 26

3.5 Teknik Analisis Data ... 27

3.5.1 Pengumpulan Data ... 27

3.5.2 Reduksi Data ... 27

3.5.3 Sajian Data ... 28

3.5.4 Penarikan Kesimpulan ... 29

BAB IV PERSEPSI MASYARAKAT DI NAGARI ULAKAN TERHADAP CERITA TUANKU KERAMAT SYEKH BURHANUDDIN 4.1 Hasil Taburan dan Jawaban ... 30

4.1.1 Latar Belakang Responden ... 30

4.1.2 Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin ... 32

4.1.3 Persepsi Perihal Hakikat Hidup ... 33

4.1.4 Persepsi Perihal Hakikat Kerja ... 36

4.1.5 Persepsi Perihal Waktu ... 39

4.1.6 Persepsi Terhadap Alam ... 40

4.1.7 Persepsi Hakikat Hubungan Hubungan Sesama Manusia ... 42

4.2. Teks Cerita Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin ... 51

(6)

5.1.1 Bahasa ... 69

5.1.2 Tema ... 69

5.1.3 Latar ... 72

5.2 Nilai-nilai Kepahlawanan Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin ... 82

5.2.1 Mampu mengalahkan seekor harimau ... 85

5.2.2 Melanjutkan Perjuangan Gurunya Walaupun Mendapat Tantangan Dari Masyarakat ... 86

5.2.3 Memiliki Tanda-tanda Untuk Menjadi Khalifah ... 88

5.2.4 Kepatuhan Seorang Murid Pada Gurunya ... 89

5.2.5 Mampu Menjaga Amanah Dari Gurunya ... 89

5.2.6 Menyebrangi Laut dengan Sehelai Tikar Pandan ... 90

5.2.7 Membentuk Gelar-gelar Pada Masyarakat Nagari Ulakan ... 91

5.2.8 Pernyataan Etos Masyarakat ... 96

5.2.9 Sebagai Perwujudan Sikap dan Pegangan Hidup ... 99

5.2.10 Sebagai gambaran Cara hidup ... 99

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 102

6.2 Saran ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 106

LAMPIRAN I Daftar Tanya ... 108

(7)

ABSTRAK

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sastra sebagai bagian dari sebuah kebudayaan suatu kelompok masyarakat,

merupakan gambaran dari berbagai kaidah dan aktivitas sosial yang berlaku dan terjadi

dalam kehidupan masyarakat dimana karya itu diciptakan. Setiap aktivitas sosial yang

terdapat pada masyarakat selalu direkam dan dijadikan bahan bagi seorang pengarang

untuk dituangkan ke dalam karya sastra. Aktivitas-aktivitas yang terekam dan tergambar

di dalam karya sastra adalah ekspresi atau refleksi dari realita yang ada di sekitar karya

tersebut.1

Karya sastra merupakan suatu karya imajinatif dari seorang yang dilandasi

kesadaran dan tanggung jawab dari segi kreativitas sebagai karya seni. Karya sastra juga

banyak memberikan gambaran kehidupan, khususnya tentang nilai-nilai patriotisme dan

heroisme seseorang yang dianggap keramat. Oleh karena itu, banyak karya sastra tradisi

yang mengungkapkan yang berkaitan dengan sejarah.2

Sejarah secara umum diartikan sebagai suatu peristiwa yang terjadi pada masa

lalu, lalu ditulis atau direkam dalam ingatan. Dalam penulisan suatu peristiwa yang

berlaku di dalam masyarakat selalu ditulis dalam bentuk cerita.

1 Teeuw, A. 1988. Sastra dan Ilmu Sastra, Pengantar Teori Sastra. Cetakan Kedua. Jakarta: Pustaka

Jaya Girimukti Pusaka. Hal 103

(9)

karya sastra yang bercorak sejarah dalam kesusasteraan, baik pilihan kata,

peristiwa latar dan tokoh-tokohnya selalu dianggap suci oleh masyarakat sebagai

pendukung cerita tersebut. Ruang lingkup karya sastra yang bercorak sejarah

pengungkapan nilai manusia, tempat dan waktu.

Berdasarkan pengamatan awal peneliti yang dilaksanakan pada cerita Keramat

Syekh Burhanuddin di Nagari Ulakan, masyarakat mengetahui dan memahami bahwa

karya sastra dapat mengungkapkan sejarah dan nilai serta norma-norma seperti nilai

patriotisme dan kepahlawanan. Masyarakat juga mempercayai dalam cerita Tuanku

Keramat Syekh Burhanuddin nilai-nilai kepahlawananya sangat bermanfaat dalam

kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, ia tidak terlepas dari realita sosial

pendukungnya. Bahkan merupakan refleksi dari nilai-nilai kepercayaan masyarakatnya.3

3 Tuanku kali Ali Imbran, Wawancara, Korong Ganting Tangah Padang, Selasa, 10 Februari 2015

(10)

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan yang akan dibicarakan dalam tulisan ini adalah pada

hakekatnya mencakup nilai-nilai kepahlawanan Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin

yang ada pada masyarakat Kabupaten Padang Pariaman Kecamatn Ulakan Tapakis

Nagari Ulakan. Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana sikap masyarakat tentang cerita Tuanku Keramat Syekh

Burhanuddin di Nagari Ulakan?

2. Bagaimana struktur cerita Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin di Nagari

Ulakan?

3. Bagaimana nilai-nilai kepahlawanan yang terkandung dalam cerita Tuanku

Keramat Syekh Burhanuddin di Nagari Ulakan?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan keberadaan cerita Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin di

Nagari Ulakan.

2. Mendeskripsikan struktur cerita Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin di

Nagari Ulakan.

3. Mendeskripsikan nilai-nilai kepahlawanan yang terkandung dalam cerita

(11)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Memperkenalkan nilai-nilai sejarah dalam karya sastra.

2. Untuk menjadi rujukan kepada peneliti selanjutnya.

3. Menjadi tambahan pengetahuan tentang sejarah Tuanku Keramat Syekh

Burhanuddin.

4. Menambah pembendaharaann kajian terhadap budaya dan sastra, khususnya

(12)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Yang Relevan

Syekh Burhanuddin merupakan tokoh yang sangat populer di Minangkabau. Hal

ini terkait dengan kontribusi dan perjuangannya sebagai pelopor islamisasi di tanah

Minangkabau. Dalam berbagai literatur, kajian mengenai Syekh Burhanuddin sudah

ramai diperbincangkan, tetapi masih banyak terjadi kesimpangsiuran masalah angka

tahun, sehingga kronologi sejarah tidak akurat, berikut ini beberapa literatur yang

membahas mengenai Syekh Burhanuddin yang sudah penulis temui, antara lain:

Syekh Burhanuddin dan Islamisasi di Minangkabau (Syarak Mandaki Adat

Manurun), yang ditulis oleh Duski Samat dan diterbitkan oleh The Minangkabau

Foundation di Jakarta tahun 2002. Buku ini terdiri dari 230 halaman. Penulis buku ini

lebih banyak membahas mengenai budaya masyarakat Minangkabau yang muncul

setelah Syekh Burhanuddin wafat, salah satunya yaitu budaya bersafa.4 Pembahasannya

yang menonjol mengenai perjanjian bukit Marapalam, secara umum yang menyangkut

islamisasi di Minangkabau.

Tarekat Syatariah di Minangkabau, yang ditulis oleh Oman Faturrahman,

diterbitkan oleh Prenada Media Group di Jakarta tahun 2008, terdiri dari 172 halaman.

Tulisan ini membahas mengenai pemikiran tarekat Syatariah yang dibawa oleh Syekh

4 Pergi melayat ke makam Syekh Burhannuddin yang dilakukan setiap bulan safar oleh para jamaah

(13)

Burhanuddin dari Aceh. Penelitian ini hanya sedikit membahas mengenai riwayat

Syekh Burhanuddin dan islamisasi di Minangkabau.

Mahmud Yunus dalam bukunya Sejarah Islam di Minangkabau (1969),

mengupas peranan Syekh Burhanuddin sebagai tokoh yang mengembangkan ajaran

Islam, yang perpusat di Ulakan. Syekh Burhanuddin adalah seorang ulama sekaligus

pelopor islamisasi di Minangkabau. Buku ini membahas riwayat Syekh Burhanuddin

dan kontribusinya dalam islamisasi di Minangkabau.

2.2 Kosmologi Masyarakat Nagari Ulakan

2.2.1 Sistem Kepercayaan dan Agama

Masyarakat Ulakan beragama Islam, maka bila ada orang Ulakan yang tidak

memeluk agama Islam adalah suatu keganjilan yang mengherankan, walaupun

kenyataannya ada sebagian yang tidak patuh menjalankan syari'at-syari'atnya.

Masyarakat desa percaya dengan hantu, seperti kuntilanak, perempuan menghirup

ubun-ubun bayi dari jauh, dan menggasing (santet), yaitu menghantarkan racun melalui udara.

Upacara-upacara adat di Ulakan meliputi :

1. Upacara Kitan dan Katam berhubungan dengan lingkaran hidup manusia,

seperti:

a. Upacara Turun Tanah/Turun Mandi adalah upacara bayi menyentuh tanah

pertama kali,

b. Upacara Kekah adalah upacara memotong rambut bayi pertama kali.

(14)

2.2.2 Adat Istiadat Masyarakat Nagari Ulakan

Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan orang Ulakan pada umumnya mengaku

berasal dari Darek (pusat alam Minangkabau). Orang yang tidak bisa menunjukan

dimana daerah Darek asal muasal nenek moyangnya berarti bukan asli orang Ulakan,

sebab Ulakan itu rantau, setiap rantau jelas ada Dareknya. Kepastian asal-usul Darek

seseorang juga menjadi persyaratan untuk menentukan status sosialnya dalam tatanan

kemasyarakatan. Bahkan raja, penghulu, dan datuk-datuk yang sekarang memegang

jabatan secara turun-temurun juga harus bisa menjelaskan dimana sumber Dareknya.

Dari sini jelas betapa keterkaitan dan ketersambungan hubungan antara Darek dan

rantau sangat penting.

Suku tertua diyakini yang dianggap membuka dan merintis nagari, menebang

hutan, membuka daerah baru pada sekitar abad XII M adalah suku Panyalai (Chaniago)

dan suku Koto. Dari kedua suku asal ini ada “orang tua yang berempat”yang memiliki

kedudukan khusus di tengah-tengah masyarakat. Empat suku lainnya merupakan

belahan, ada juga yang menyebut orang yang datang kemudian, yaitu suku Sikumbang

dan Tanjung belahan atau mengisi adat pada suku Koto dan suku Jambak, sedangkan

suku Guci belahan atau mengisi adat pada suku Panyalai (Chaniago).

Pemuka adat Ulakan dan tokoh masyarakat menuturkan bahwa Nagari Ulakan

sebagai daerah rantau bagi pusat kerajaan Minangkabau telah lama dikenal terutama

sejak kehadiran Syekh Burhanuddin abad ke-17 M. Atau ke-12 H. Nama Nagari Ulakan

ini kemudian menjadi pusat perhatian setelah Syekh Burhanuddin mengembangkan

agama Islam serta mendirikan surau sebagai pusat pendidikan Islam di Minangkabau

(15)

Bila dilihat dari asal muasal Nagari Ulakan yang dirintis oleh nenek moyang

orang Koto dan Panyalai maka dapat disimpulkan bahwa daerah Ulakan sama dengan

daerah Pesisir Barat pulau Sumatera sudah dikenal pedagang asing (Arab, Cina,

Portugis dan terakhir Belanda) sejak dulu. Ada informasi menyebutkan bahwa jauh

sebelum datang ke Pesisir Pantai barat pulau Sumatera ini sudah berkembang juga

agama Hindu dan Budha. Bukti pengaruh agama Hindu dan Budha pernah ditemukan

dari arsitektur rumah ibadah (surau) di Pariaman dan sekitarnya yang berbentuk pura,

dengan atap lancip ke atas. Begitu juga bahasa ibadah yang digunakan masih

menggunakan sebutan Hindu misalnya kata shalat dengan sembahyang. Lebih-lebih lagi

dikalangan tradisionil masih ada yang menggunakan stanggi untuk tempat kemenyan

yang akan dibakar ketika mendo’a. Kemenyan dan alat yang berhubungan ritual tesebut

masih menjadi budaya keagamaan masyarakat Ulakan dan golongan yang terpengaruh

dengan paham itu.

Adat nagari Ulakan terbagi kepada 4 bagian disebut Adaik nan ampek (adat yang empat) yaitu:

1. Adat yang sebenarnya adat (Adaik nan sabana Adaik)

Adat ini merupakan adat yang paling utama yang tidak dapat dirubah sampai

kapanpun dia merupakan harga mati bagi seluruh masyarakat nagari Ulakan, tidaklah

bisa dikatakan dia orang Ulakan apabila tidak melaksanakan Adat ini dan akan

dikeluarkan dia dari orang Ulakan apabila meninggalkan adat ini, adat ini yang paling

prinsip adalah bahwa seorang Ulakan wajib beragama Islam dan akan hilang

(16)

2. Adat yang di adatkan (Adaik nan diadaikkan)

Adat ini adalah sebuah aturan yang telah disepakati dan diundangkan dalam

tatanan Adat nagari Ulakan dari zaman dulu melalui sebuah pengkajian dan penelitian

yang amat dalam dan sempurna oleh para nenek moyang orang Ulakan dizaman dulu,

contohnya yang paling prinsip dalam adat ini adalah adalah orang Ulakan wajib

memakai kekerabatan Matrilineal mengambil pesukuan dari garis ibu dan nasab

keturunan dari ayah, makanya ada Dunsanak (persaudaraan dari keluarga ibu) dan

adanya Bako (persaudaraan dari keluarga ayah), Memilih dan atau menetapkan

Penguhulu suku dan Ninik mamak dari garis persaudaraan badunsanak berdasarkan dari

ampek suku asal (empat suku asal) Koto Piliang, Bodi, Caniago atau berdasarkan

pecahan suku nan ampek tersebut, menetapkan dan memlihara harta pusaka tinggi yang

tidak bisa diwariskan kepada siapapun kecuali diambil manfaatnya untuk anak

kemenakan, seperti sawah, ladang, hutan, pandam pakuburan, rumah gadang dll.

Kedua adat diatas disebut Adaik nan babuhua mati (Adat yang diikat mati) dan

inilah disebut Adat, adat yang sudah menjadi sebuah ketetapan dan keputusan

berdasarkan kajian dan musyawarah yang menjadi kesepakatan bersama antara tokoh

Agama, tokoh Adat dan cadiak pandai diranah Minang, adat ini tidak boleh

dirubah-rubah lagi oleh siapapun, sampai kapanpun, sehingga ia disebut Nan indak lakang dek

paneh nan indak lapuak dek hujan, dibubuik indaknyo layua dianjak indaknyo mati

(Yang tidak lekang kena panas dan tidak lapuk kena hujan, dipindah tidak layu dicabut

tidak mati). Kedua adat ini juga sama diseluruh daerah dalam wilayah Nagari Ulakan

tidak boleh ada perbedaan karena inilah yang mendasari adat di Nagari Ulakan itu

(17)

3. Adat yang teradat (Adaik nan Taradaik)

Adat ini adanya karena sudah teradat dari zaman dahulu dia adalah ragam

budaya di beberapa daerah di nagari ulakan yang tidak sama masing-masing daerah,

adat ini juga disebut dalam istilah Adaik salingka nagari (adat selinkar daerah). Adat ini

mengatur tatanan hidup bermasyarakat dalam suatu Nagari dan iteraksi antara satu suku

dan suku lainnya dalam nagari itu yang disesuaikan dengan kultur didaerah itu sendiri,

namun tetap harus mengacu kepada ajaran agama Islam. Adat ini merupakan

kesepakatan bersama antara Penguhulu Ninik mamak, Alim ulama, cerdik pandai,

Bundo Kanduang dan pemuda dalam suatu nagari di nagari Ulakan, yang disesuaikan

dengan perkembangan zaman memakai etika-etika dasar adat Minangkabau namun

tetap dilandasi ajaran Agama Islam.

4. Adat istiadat (Adaik Istiadaik)

Adat ini merupakan ragam adat dalam pelaksanaan silaturrahim, berkomunikasi,

berintegrasi, bersosialisasi dalam masyarakat nagari Ulakan seperti acara pinang

meminag, pesta perkawinan dll, adat inipun sama dalam wilayah nagari Ulakan, adat

inipun disebut Adaik nan babuhua sintak (adat yang tidak diikat mati) dan inilah yang

namakan Istiadat, karena ia tidak diikat mati maka ia boleh dirubah kapan saja

diperlukan melalui kesepakatan Penghulu Ninik Mamak, Alaim Ulama, Cerdik Pandai,

Bundo Kanduang dan pemuda yang disesuaikan dengan perkembangan zaman namun

acuannya adalah sepanjang tidak melanggar ajaran Adat dan ajaran Agama Islam,

sehingga disebut dalam pepatah adat maso batuka musim baganti, sakali aie gadang

(18)

2.2.3 Sosial Budaya Masyarakat Nagari Ulakan

Ulakan adalah nama sebuah Nagari yang terletak dalam sebuah wilayah

pemerintahan terendah kecamatan Ulakan Tapakis, Kabupaten Padang Pariaman. Secara

geografis daerah ini berada dalam daratan rendah dengan kawasan pantai yang cukup

luas di pinggir Samudera Indonesia. Iklim cuaca yang baik di daerah pinggir pantai

menjadikan mata pencaharian utama penduduknya sebagai nelayan, di samping itu juga

ada sebagian kecil yang bertani. Tetapi, juga tidak sedikit anak Nagari Ulakan yang

berada di perantauan.

Masyarakat Nagari Ulakan menganut sistem kekerabatan matrilineal. Sistem

matrilineal adalah suatu sistem yang mengatur kehidupan dan ketertiban suatu

masyarakat yang terikat dalam suatu jalinan kekerabatan dalam garis ibu. Seorang anak

laki-laki atau perempuan merupakan garis keturunan dari perkauman ibu. Ayah tidak

dapat memasukkan anaknya ke dalam sukunya sebagaimana yang berlaku dalam sistem

patrilineal. Dengan kata lain seorang anak di Ulakan akan mengikuti suku ibunya.

Segala sesuatunya diatur menurut garis keturunan ibu. Tidak ada sanksi hukum

yang jelas mengenai keberadaan sistem matrilineal ini, artinya tidak ada sanksi hukum

yang mengikat bila seseorang melakukan pelanggaran terhadap sistem ini. Sistem ini

hanya diajarkan secara turun temurun kemudian disepakati dan dipatuhi, tidak ada buku

rujukan atau kitab undang-undangnya. Namun demikian, sejauh manapun sebuah

penafsiran dilakukan atasnya, pada hakekatnya tetap dan tidak beranjak dari fungsi dan

peranan perempuan itu sendiri.

Pada dasarnya sistem matrilineal bukanlah untuk mengangkat atau memperkuat

(19)

pusaka suatu kaum dari kepunahan, baik rumah gadang, tanah pusaka dan sawah

ladang.

Dalam sistem matrilineal perempuan diposisikan sebagai pengikat, pemelihara

dan penyimpan, sebagaimana diungkapkan pepatah adatnya amban puruak atau tempat

penyimpanan. Itulah sebabnya dalam penentuan peraturan dan perundang-undangan

adat, perempuan tidak diikut sertakan. Perempuan menerima bersih tentang hak dan

kewajiban di dalam adat yang telah diputuskan sebelumnya oleh pihak ninik mamak.

Perempuan menerima hak dan kewajibannya tanpa harus melalui sebuah prosedur

apalagi bantahan. Hal ini disebabkan hak dan kewajiban perempuan itu begitu dapat

menjamin keselamatan hidup mereka dalam kondisi bagaimanapun juga. Semua harta

pusaka menjadi milik perempuan, sedangkan laki-laki diberi hak untuk mengatur dan

mempertahankannya.

Perempuan tidak perlu berperan aktif seperti ninik mamak. Perempuan

minangkabau yang memahami konstelasi seperti ini tidak memerlukan lagi atau

menuntut lagi suatu prosedur lain atas hak-haknya. Mereka tidak memerlukan

emansipasi lagi, mereka tidak perlu dengan perjuangan gender, karena sistem

matrilineal telah menyediakan apa yang sesungguhnya diperlukan perempuan.

Kedudukan laki-laki dan perempuan di dalam adat Minangkabau berada dalam

posisi seimbang. Laki-laki punya hak untuk mengatur segala yang ada di dalam

perkauman, baik pengaturan pemakaian maupun pembagian harta pusaka. Perempuan

sebagai pemilik dapat mempergunakan semua hasil itu untuk keperluannya anak

(20)

Peranan laki-laki di dalam dan di luar kaumnya menjadi sesuatu yang harus

dijalankannya dengan seimbang dan sejalan. Adapun peranan laki-laki di minangkabau

terbagi atas:

Sebagai Kemenakan

Di dalam kaumnya seorang laki-laki berawal sebagai kemenakan. Sebagai

kemenakan dia harus mematuhi segala aturan yang ada di dalam kaum. Belajar untuk

mengetahui semua aset kaumnya dan semua anggota keluarga kaumnya. Oleh karena

itu, ketika seseorang berstatus menjadi kemenakan, dia selalu disuruh ke sana ke mari

untuk mengetahui segala hal tentang adat dan perkaumannya. Dalam kaitan ini, peranan

surau menjadi penting, karena surau adalah sarana tempat mempelajari semua hal itu

baik dari mamaknya sendiri maupun dari orang lain yang berada di surau tersebut.

Dalam menentukan status kemenakan sebagai pewaris sako dan pusako.

anak kemenakan dikelompokan menjadi tiga kelompok:

a. Kemenakan di bawah daguak

Kemenakan di bawah daguak adalah penerima langsung waris sako dan pusako dari

mamaknya

b. Kemenakan di bawah pusek

Kemenakan di bawah pusek adalah penerima waris apabila kemenakan di bawah

daguak tidak ada (punah).

c. Kemenakan di bawah lutuik

Kemenakan di bawah lutuik, umumnya tidak diikutkan dalam pewarisan sako dan

(21)

Sebagai Mamak

Pada giliran berikutnya, setelah dia dewasa, dia akan menjadi mamak dan

bertanggung jawab kepada kemenakannya. Mau tidak mau, suka tidak suka, tugas itu

harus dijalaninya. Dia bekerja di sawah kaumnya untuk saudara perempuannya

anak-beranak yang sekaligus itulah pula kemenakannya. Dia mulai ikut mengatur, walau

tanggung jawab sepenuhnya berada di tangan mamaknya yang lebih tinggi, yaitu

penghulu kaum

Sebagai Penghulu

Selanjutnya, dia akan memegang kendali kaumnya sebagai penghulu. Gelar

kebesaran diberikan kepadanya, dengan sebutan datuk. Seorang penghulu berkewajiban

menjaga keutuhan kaum, mengatur pemakaian harta pusaka. Dia juga bertindak

terhadap hal-hal yang berada di luar kaumnya untuk kepentingan kaumnya. Setiap

laki-laki terhadap kaumnya selalu diajarkan; kalau tidak dapat menambah (maksudnya harta

pusaka kaum), jangan mengurangi (maksudnya, menjual,menggadai atau menjadikan

milik sendiri). Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa peranan seorang laki-laki di

dalam kaum disimpulkan dalam ajaran adatnya:

Tagak badunsanak mamaga dunsanak

Tagak basuku mamaga suku

Tagak ba kampuang mamaga kampuang

(22)

Peranan Laki-laki di Luar Kaum

Selain berperan di dalam kaum sebagai kemanakan, mamak atau penghulu,

seorang anak lelaki setelah dia kawin dan berumah tangga, dia mempunyai peranan lain

sebagai tamu atau pendatang di dalam kaum isterinya. Artinya di sini, dia sebagai duta

pihak kaumnya di dalam kaum istrinya, dan istri sebagai duta kaumnya pula di dalam

kaum suaminya. Satu sama lain harus menjaga kesimbangan dalam berbagai hal,

termasuk perlakuan-perlakuan terhadap anggota kaum kedua belah pihak. Di dalam

kaum istrinya, seorang laki-laki adalah sumando (semenda). Sumando ini di dalam

masyarakat Minangkabau dibuatkan pula beberapa kategori;

a. Sumando ninik mamak

Artinya, sumando yang dapat ikut memberikan ketenteraman pada kedua kaum;

kaum istrinya dan kaumnya sendiri. Mencarikan jalan keluar terhadap sesuatu persoalan

dengan sebijaksana mungkin. Dia lebih berperan sebagai seorang yang arif dan

bijaksana.Sikap ini yang sangat dituntut pada peran setiap sumando di minangkabau.

b. Sumando kacang miang

Artinya, sumando yang membuat kaum istrinya menjadi gelisah karena dia

memunculkan atau mempertajam persoalan-persoalan yang seharusnya tidak

dimunculkan.Sikap seperti ini tidak boleh dipakai.

c. Sumando lapik buruk

Artinya, sumando yang hanya memikirkan anak istrinya semata tanpa peduli

(23)

sumando apak paja, yang hanya berfungsi sebagai tampang atau bibit semata. Sikap

seperti ini juga tidak boleh dipakai dan harus dijauhi. Sumando tidak punya kekuasan

apapun di rumah istrinya.

2.3 Letak Geografis Nagari Ulakan

Nagari Ulakan sebagai sebuah wilayah pemerintahan terendah memiliki

batas-batas sebagai berikut: Sebelah Utara berbatas-batas dengan Kecamatan Nan Sabaris Pauh

Kambar. Sebelah Selatan berbatas dengan Kecamatan Batang Anai Pasar Usang.

Sebalah Barat berbatas dengan Samudera Indonesia. Sebelah Timur berbatas dengan

Kecamatan Perwakilan Lubuk Alung di Sintuk.

Letaknya yang begitu srategis menjadikan daerah ini sebagai jalur perlintaskan

bagi orang yang akan menuju Ibu Kota Kabupaten Padang Pariaman. Lebih-lebih lagi,

jalur jalan sebagai penghubung antara daerah sekitarnya cukup baik dan beraspal,

sehingga arus transportasi antar daerah relatif lancar dan mudah dijangkau dari berbagai

tempat. Nagari Ulakan mempunyai luas wilayah 4.150 Ha yang terdiri dari tanah

persawahan 1.810 Ha, sawah tadah hujan/ladang 652 Ha, perkebunan rakyat 823 Ha,

perumahan dan prasarana sosial 777 Ha, jalan 57 Ha dan laim-lain 33 Ha.

Penduduk kecamatan Ulakan Tapakis berjumlah 18.497 orang yang terdiri dari

3.709 kepala keluarga dengan perimbangan 8.596 perempuan dan 9.901 laki-laki.

Jumlah laki-laki yang lebih banyak dari perempuan berdasarkan data tersebut pada

umumnya terdiri dari para lanjut usia (lansia) yang biaya hidupnya sehari-hari dikirim

(24)

membantu ekonomi keluarga dengan berdagang kecil-kecilan di Pasar Ulakan tempat

ramainya orang melakukan ziarah ke makam Syekh Burhanuddin.

Kecamatan Ulakan Tapakis sekarang dibagi menjadi 12 Korong dipimpin oleh

seorang Wali Korong yang lebih banyak hanya mengurus masalah administrasi

pemerintahan, sedangkan masalah sosial kemasyarakatan masih dipegang kuat oleh

pemilik wilayah atau kalangan ninik mamak (yang berbingkah tanah).

2.4 Intelektual Kesusastraan Tradisi Melayu

Tradisi keintelektualan Melayu dapat dilihat pada hasil-hasil kesusasteraan yang

terdiri dari bentuk lisan dan tulisan. Bentuk lisan dan tulisan berkembang secara

terus-menerus selaras dengan perkembangan zaman Melayu. Sastera lisan misalnya yang

diturunkan dari satu generasi kepada generasi berikutnya melalui proses sosialisasi

anggota masyarakat ia menjadi satu unsur local genius kebijaksanaan di suatu tempatan,

ia juga memperlihatkan kekreatifan dan kebijaksanaan berfikir anggota masyarakatnya.

Bentuk-bentuk sastra lisan itu misalnya cerita penglipur lara, cerita jenaka, cerita

nasihat, cerita binatang, mitos, legenda, cerita asal-usul dan lain-lain. Bentuk-bentuk

ucapan lisan yang lain seperti pantun, peribahasa, simpulan bahasa, pepatah-petitih,

seloka, dan seumpamanya (yang kemudiannya didokumentasikan dalam bentuk tulisan),

menampakkan ciri-ciri akal budi dan kebijaksanaan orang Melayu menangani segala

sikap dan prilaku kehidupan yang dihasilkan oleh proses pengintelektualan orang

(25)

Suku Malayu atau Suku Melayu (Minang) adalah salah satu suku yang tergolong

banyak populasinya dalam kelompok suku Minangkabau. Suku Malayu sudah semenjak

lama diakui sebagai bagian dari suku bangsa Minangkabau itu sendiri. Mereka

menganut adat Minangkabau yang matrilineal, mempunyai pemuka-pemuka adat atau

penghulu yang disebut Datuk dan hidup bersuku-suku menurut garis ibu. Kalau mereka

ditanya, mereka tentu akan menjawab bahwa mereka adalah orang Minang atau orang

Padang, bukan orang Melayu di luar Minang seperti Melayu Riau, Melayu Jambi,

Melayu Bengkulu, Melayu Palembang, Melayu Malaysia dan Melayu-melayu lainnya.

Suku Malayu umumnya menganut adat Lareh Koto Piliang namun ada pula yang

memadukan kedua sistem adat di Minangkabau yaitu Lareh Koto Piliang dan Lareh

Bodi Caniago tergantung di nagari mana mereka tinggal.

Suku Melayu menyebar hampir ke seluruh wilayah Minangkabau baik luhak

(darek) maupun rantau. Di Sungai Pagu (Muara Labuh, Sangir dan sekitarnya), raja

alam dipegang oleh Suku Melayu dengan gelar Yang Dipertuan Raja Disembah. Di

Renah Indo Jati termasuk Inderapura, Tapan, Lunang, Silaut dan Mukomuko,

penduduknya juga mayoritas bersuku Malayu dengan berbagai pecahannya. Di Tanah

Datar, Sijunjung dan Pasaman, suku Mandailiang juga merupakan kerabat Suku

Malayu. Begitu pula di Solok, Suku Malayu juga tergolong mayoritas. Keluarga raja

Pagaruyung juga bersuku Malayu Kampung Dalam. Di beberapa daerah di

Minangkabau (luhak dan rantau), Suku Malayu disebut sebagai suku raja seperti di Air

Bangis, Lunang, Inderapura, Sungai Pagu dan Ampek Angkek (Agam).

Suku Malayu di Minangkabau awalnya berasal dari Melayu luar wilayah

Minangkabau yang datang ke wilayah Minangkabau bersamaan dengan pemindahan

(26)

dan menerima pengakuan sebagai orang Minang sehingga mereka bersuku sebagaimana

suku-suku di Minangkabau. Dipercaya Suku Malayu dibawa dan didorong oleh

Adityawarman untuk menyebar ke seluruh wilayah Minangkabau bersama suku

Minangkabau lainnya.

2.5 Pendekatan Sejarah Sastra

Sejarah sastra adalah kegiatan penelitian yang dilakukan secara sistematis untuk

menginterprestasikan masa lampau. Walaupun data yang dianalisis sudah lewat namun

hasilnya dapat dimanfaatkan untuk menginterprestasikan atau memprediksikan kejadian

sekarang. Sebagai sumber data bagi penelitian sejarah adalah bahan-bahan rekaman.5

Secara umum dapat dimengerti bahwa sejarah sastra merupakan penelaahan dokumen

serta sumber-sumber lain yang berisi informasi mengenai masa lampau dan

dilaksanakan secara sistematis. Dengan mempelajari sesuatu yang telah lampau para

sejarawan dapat memahami keadaan.

Sejarah sastra menitikberatkan kegiataannya dokumen hasil rekaman para ahli

dari berbagai bidang seperti ahli jurnalistik, ahli hukum, kedokteran, penulis buku

harian, hali fotografi dan ahli lain yang kadang-kadang bidang keahlian atau profesinya

tidak dipahami oleh sejarawan. Didalam menuliskan dokumennya tidak mustahil bahwa

para ahli tersebut telah memasukan kerancuannya yang berupa nilai, pendapat minat dan

perhatiannya. Dengan demikian fakta yang sebenarnya dapat saja ditambah atau

dikurangi berdasarkan atas latar belakang pribadinya itu.6

(27)

Penelitian sejarah biasanya didasarkan atas sumber yang bersangkutan yang

diklasifikasikan sebagai sumber Primer dan sekunder. Yang dapat dikatan sumber

primer adalah segala sumber yang direkam oleh peneliti yang hadir pada waktu

kejadian berlangsung. Sedangkan sumber sekunder adalah sumber yang direkam oleh

peneliti yang mendapat cerita dari orang yang mengalami peristiwa tentang hal yang

dimaksud. Mengenai klasifikasi primer dan sekundernya sumber ini merupakan hal

yang sangat fital pagi peneliti sejarah satra. Mengingat sifatnya itu maka peneliti sejarah

sastra harus pandai-pandai memilih sumber. Peneliti sejarah adalah seorang kritikus

yang harus melakukan kritikannya secara eksternal maupun internal. Peneliti sejarah

hendaknya selalu menyadari kelemahan yang ada padanya yang berupa latar belakang

keahlian, pendapat, minat dan sebagainya.

Penelitian sejarah sastra adalah kegiatan penelitian yang membahas manusia

yang dilakukan secara sistematis untuk menginterprestasikan masa lampau, yang berarti

mengkaji Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin dengan Sejarah Sastra untuk

(28)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Disain Penelitian

Disain penelitian atau dapat juga disebut metode penelitian adalah cara ilmiah

untuk memperoleh data dengan kegunaan dan tujuan tertentu. Jadi setiap penelitian

yang dilakukan itu memiliki kegunaan serta tujuan tertentu. metode penelitian adalah

cara-cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid, dengan tujuan dapat ditemukan,

dikembangkan dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya

dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah. 7

Metode penelitian adalah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan

analisis data yang diperlukan guna menjawab persoalan yang dihadapi. Hal ini

menyimpulkan bahwa metode penelitian adalah suatu cara untuk mencapai kebenaran

dengan mengumpulkan dan menganalisis data yang diperlukan guna mencapai tujuan.8

Dengan demikian penelitian ini menggunakan metode Kualitatif Naturalistik.

(29)

3.2 Sumber Data

Sumber data penelitian ini terdiri dari data primer dan data skunder. Data

primer: pertama, sumber data berupa manusia yaitu masyarakat nagari Ulakan

kecamatan Ulakan Tapakis kabupaten Padang Pariaman. Kedua, sumber data berupa

suasana mencakup kehidupan sehari-hari, balai masyarakat, interaksi antara masyarakat

sekitar dan tempat berkumpul/kerumunan yang berpotensi akan informasi tantang

penelitian. Data skunder terdiri dari pertama, hasil penelitian dan tugas akhir

mahasiswa. Kedua, buku yang diterbitkan dan berkaitan dengan objek penelitian.

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan,

memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau mengumpulkan, mengolah, menganalisa

dan menyajikan data-data secara sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan

suatu persoalan. Jadi semua alat yang bisa mendukung suatu penelitian bisa disebut

instrumen penelitian. Dalam suatu penelitian instrumen sangat memegang peranan yang

penting.9

Berhasil atau tidak suatu penelitian ditentukan oleh instrumen yang digunakan

dalam penelitian. Adapun instrumen dalam penelitian ini adalah kuisioner berupa

pertanyaan. pertanyaan diberikan kepada masyarakat yang terkait seputar mengenai

nilai-nilai kepahlawanan Tuanku Keramat Syehk Burhanuddin di Nagari Ulakan yang

ada di kecamatan Ulakan Tapakis tersebut, pertanyaan ini berisi tentang pemaparan

9 Rendi Novrizal, S.s. 2014, Jati Diri Masyarakat Melayu Serdang Dalam Tradisi Bela Diri Silat Lintau di

(30)

secara deskriptif Tuanku Keramat Syehk Burhanuddin tersebut, sedangkan angket

digunakan agar peneliti memperoleh tanggapan masyarakat.

Sugiono (2007 :26), menyebutkan peneliti dapat menjadi instrumen penelitian

jika memiliki wawasan yg luas tentang yang diteliti dan mampu pula menciptakan

rapport kepada setiap orang yang ada pada konteks sosial yang diteliti. Sugiono juga

menyatakan peneliti juga dapat memilih cara memperoleh kejelasan data atau objek

penenlitian dengan caranya sendiri, seperti membuat daftar tanya. Namun, dalam

menafasir jawaban harus berorientasi kepada kejujuran dan keilmuannya. Artinya,

dengan membuat daftar tanya bukan mengacu pada penelitian kuantitatif. Melainkan

hanya untuk membuat opini dari informasi yang diperoleh melalui taburan jawaban.10

Selain itu, cara lain dapat juga dilakukan dengan menciptakan sesuatu untuk

membangun hubungan yang akrab dengan setiap orang yang ada pada konteks sosial.

Dalam penelitian ini peneliti di samping menciptakan hubungan yang akrab juga

menyediakan daftar tanya kepada masyarakat yang dianggab mempunyai pemahamam

terhadap objek kajian.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian sesuai dengan maksud tujuan teknik ini digunakan

untuk mendapat informasi yang diharapkan, lalu pengumpulan data dilakukan melalui

teknik sebagai berikut:

10 Arikunto Suharsimi, 2000, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta, Rineka Cipta, hal.

(31)

3.4.1 Teknik Observasi

observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sangat lazim

dalam metode penelitian kualitatif. Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan

menggunakan pancaindera, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk

memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Hasil

observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu, dan

perasaan emosi seseorang. Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran riil suatu

peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian.11

Beberapa bentuk observasi, yaitu: 1). Observasi partisipasi, 2). observasi tidak

terstruktur, dan 3).observasi kelompok.12 Berikut penjelasannya:

1. Observasi partisipasi adalah (participant observation) adalah metode

pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui

pengamatan dan penginderaan di mana peneliti terlibat dalam keseharian

informan.

2. Observasi tidak terstruktur ialah pengamatan yang dilakukan tanpa

menggunakan pedoman observasi, sehingga peneliti mengembangkan

pengamatannya berdasarkan perkembangan yang terjadi di lapangan.

3. Observasi kelompok ialah pengamatan yang dilakukan oleh sekelompok tim

peneliti terhadap sebuah isu yang diangkat menjadi objek penelitian.

Observasi adalah studi yang sengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan

gejala-gejala alam dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Teknik observasi yang

11 Gubah dan Lincoln, 1981, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung, Pt. Remaja Posda Karya, hal.

191-193.

(32)

digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi dengan menerapkan pencatatan

berkala atau insidental record dimana pencatatan dilakukan menurut urutan kejadian dan

urutan waktu yang tidak dilakukan secara terus menerus melainkan pada waktu tertentu

dan mempunyai batas pula, pada jangka waktu yang ditetapkan untuk tiap-tiap kali

pengamatan.13

Peneliti menggunakan teknik observasi baik langsung maupun yang tidak

langsung yang didasari beberapa alasan sebagai berikut:

1. Banyak gejala yang dapat diselidiki dengan observasi sehingga hasilnya

akurat sulit dibantah.

2. Banyak objek yang hanya bersedia diambil datanya dengan cara observasi.

3. Kejadian yang serempak hanya dapat diamati dan dicatat secara serempak

pula dengan memperbanyak observer.

4. Banyak kejadian yang dipandang kecil yang tidak dapat ditangkap oleh alat

pengumpul data yang lain.

Berkaitan dengan jenis observasi yang digunakan peneliti menggunakan metode

observasi langsung yaitu di nagari Ulakan kecamatan Ulakan Tapakis kabupaten Padang

Pariaman, sedangkan yang dijadikan fokus observasi dalam penelitian ini adalah

nilai-nilai kepahlawanan Tuanku Keramat Syehk Burhanuddin di Nagari Ulakan.

(33)

3.4.2 Teknik Kuesioner

Daftar tanya berisi beberapa soal untuk masyarakat sebagai responden.

Pertanyaan-pertanyaan yang ada bertujuan memperoleh data tentang pandangan mereka

pada cerita dan nilai-nilai kepahlawanan Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin dalam

kehidupan sehari-hari.

3.4.3 Teknik Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara memperoleh

informasi dari bermacam-macam sumber tertulis atau dokumen yang ada pada

responden atau tempat, dimana responden bertempat tinggal atau melakukan kegiatan

sehari-harinya.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari

seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan

wawancara dalam penelitian kualitatif untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih

kredibel/dapat dipercaya.14

Dalam penelitian ini, metode dokumentasi dilakukan dengan cara peneliti

mengumpulkan data-data melalui pencatatan atau data-data tertulis yang ada di nagari

Ulakan kecamatan Ulakan Tapakis.

(34)

3.5 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif memungkinkan dilakukan analisis data pada waktu

peneliti berada di lapangan maupun setelah kembali dari lapangan baru dilakukan

analisis. Pada penelitian ini analisis data telah dilaksanakan bersamaan dengan proses

pengumpulan data. Alur analisis mengikuti model analisis interaktif.15 Teknis yang

digunakan dalam menganalisis data meliputi empat komponen, yaitu 1) pengumpulan

data; 2) reduksi data; 3) sajian data; 4) penarikan simpulan (Verifikasi). Penjelasannya

sebagai berikut.

3.5.1 Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dicatat

dalam catatan lapangan yang terdiri dari dua bagian yaitu deskriptif dan reflektif.

Catatan deskriptif adalah catatan alami, (catatan tentang apa yang dilihat, didengar,

disaksikan dan dialami sendiri oleh peneliti tanpa adanya pendapat dan penafsiran dari

peneliti terhadap fenomena yang dialami). Catatan reflektif adalah catatan yang berisi

kesan, komentar, pendapat, dan tafsiran peneliti tentang temuan yang dijumpai, dan

merupakan bahan rencana pengumpulan data untuk tahap berikutnya.

15Milles, M.B and Huberman, M.A, 1994, Qualitative Data Analysis, London, Sage Publication, 184,

(35)

3.5.2 Reduksi Data

Setelah data terkumpul, selanjutnya dibuat reduksi data, guna memilih data yang

relevan dan bermakna, memfokuskan data yang mengarah untuk memecahkan masalah,

penemuan, pemaknaan atau untuk menjawab pertanyaan penelitian. Kemudian

menyederhanakan dan menyusun secara sistematis dan menjabarkan hal-hal penting

tentang hasil temuan dan maknanya.

Pada proses reduksi data, hanya temuan data atau temuan yang berkenaan

dengan permasalahan penelitian saja yang direduksi. Sedangkan data yang tidak

berkaitan dengan masalah penelitian dibuang. Dengan kata lain reduksi data digunakan

untuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan dan membuang yang

tidak penting, serta mengorganisasikan data, sehingga memudahkan peneliti untuk

menarik kesimpulan.

3.5.3 Sajian Data

Penyajian data dapat berupa bentuk tulisan atau kata-kata, gambar, grafik dan

tabel. Tujuan sajian data adalah untuk menggabungkan informasi sehingga dapat

menggambarkan keadaan yang terjadi. Dalam hal ini, agar peneliti tidak kesulitan dalam

penguasaan informasi baik secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari hasil

penelitian, maka peneliti harus membuat naratif, matrik atau grafik untuk memudahkan

penguasaaninformasi atau data tersebut.

Dengan demikian peneliti dapat tetap menguasai data dan tidak tenggelam dalam

kesimpulan informasi yang dapat membosankan. Hal ini dilakukan karena data yang

(36)

bertindak secara ceroboh dan mengambil kesimpulan yang memihak, tersekat-sekat dan

tidak mendasar. Untuk display data harus disadari sebagai bagian dalam analisis data.

3.5.4 Penarikan Kesimpulan (Verifikasi)

Penarikan kesimpulan dilakukan selama proses penelitian berlangsung seperti

halnya proses reduksi data, setelah data terkumpul cukup memadai maka selanjutnya

diambil kesimpulan sementara, dan setelah data benar-benar lengkap maka diambil

kesimpulan akhir. Kesimpulan dari ini masih memerlukan adanya verifikasi (penelitian

kembali tentang kebenaran laporan) sehingga hasil yang diperoleh benar-benar valid.

Keempat komponen tersebut saling berkaitan dan dilakukan secara terus-menerus mulai

(37)

BAB IV

SIKAP MASYARAKAT DI NAGARI ULAKAN TERHADAP CERITA TUANKU KERAMAT SYEKH BURHANUDDIN

4.1 Hasil Taburan dan Jawaban

4.1.1 Latar Belakang Responden

Responden terdiri dari berbagai lapisan masyarakat dilihat dari jenis kelamin,

umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, suku, dan lamanya tinggal di daerah tersebut.

Sampel kajian terdiri dari 20 sampel dan jumlah soal yang diutarakan terdiri dari 59

soal.

Latar Belakang responden

Umur responden 15 – 19 tahun

20 – 29 tahun

30 – 39 tahun

40 – 49 tahun

50 – 59 tahun

60 tahun keatas

sebanyak 3 orang

sebanyak 1 orang

sebanyak 5 orang

sebanyak 5 orang

sebanyak 3 orang

sebanyak 2 orang

Jenis kelamin responden Laki-laki

Perempuan

sebanyak 11 orang

(38)

Tingkat Pendidikan responden Sekolah dasar (SD)

Sekolah menengah

pertama (SMP)

Sekolah menengah atas

(SMA)

Perguruan tinggi

sebanyak 4 orang

sebanyak 3 orang

sebanyak 9 orang

sebanyak 4 orang

Suku/etnik reponden Minangkabau sebanyak 20 orang

Pekerjaan responden Petani

Nelayan

Buruh

Pedagang

Pegawai negri

Lain-lain

sebanyak 1 orang

sebanyak 1 orang

sebanyak 2 orang

sebanyak 4 orang

sebanyak 4 orang

sebanyak 8 orang

(39)

4.1.2 Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin

Soal

Taburan jawaban

Ya Tidak

Ragu-ragu

Lain-lain

1. Apakah anda

mengetahui Tuanku

Keramat syekh

Burhanuddin

20 0 0 -

2. Sudah berapa lama

anda mengetahui

tentang Tuanku

Keramat syekh

Burhanuddin

- - - 6-10 tahun lalu = 4 orang

11-15 tahun lalu = 2 orang

16-20 tahun lalu = 1 orang

21-25 ahun lalu = 13

orang

3. Dari siapakah

pertama kalinya anda

mengetahui Tuanku

Keramat syekh

Burhanuddin

- - - Keluarga (ayah, ibu,

kakak) = 19 orang

Tokoh masyarakat (ketua

adat, ustadz) = 1 orang

4. Apakah anda

berminat terhadap

Tuanku Keramat

- - - Sangat berminat = 16

(40)

syekh Burhanuddin

Berminat = 4 orang

5. Pada umur berapa

pertama kali anda

mengetahui Tuanku

Keramat syekh

Burhanuddin

- - - 6-10 ahun = 20 orang

6. Apakah anda

memperoleh

pengetahuan tentang

Tuanku Keramat

syekh Burhanuddin

melalui pembelajaran

yang khusus

0 20 0 -

4.1.3 Persepsi Perihal Hakikat Hidup

Soal

Taburan jawaban

Ya Tidak

Ragu-ragu

Lain-lain

1. Apakah Tuanku

Keramat syekh

Burhanuddin

berkaitan dengan

kehidupan anda

(41)

2. Apakah ajaran yang

diberikan Tuanku

Keramat syekh

Burhanuddin berguna

untuk menghadapi

kesusahan dalam

hidup

20 0 0 -

3. Apakah anda

mengamalkan ajaran

dari Tuanku Keramat

syekh Burhanuddin

20 0 0 -

4. Apakah Tuanku

Keramat syekh

Burhanuddin

mempunyai kaitan

dengan keridhoan

Allah

17 0 3 -

5. Apakah ajaran

Tuanku Keramat

syekh Burhanuddin

bisa mewujudkan

keahlian tertentu

6 3 11 -

6. Apakah ajaran dari

Tuanku Keramat

(42)

syekh Burhanuddin

dapat merubah

kehidupan ke arah

yang lebih baik

7. Apakah ajaran dari

Tuanku Keramat

syekh Burhanuddin

dapat merubah

kehidupan ke arah

yang buruk

1 19 0 -

8. Apakah ajaran

Tuanku Keramat

syekh Burhanuddin

berkaitan dengan

kedinamisan hidup

19 0 3 -

9. Apakah ajaran

Tuanku Keramat

syekh Burhanuddin

menjadikan

kesejahterahan

masyarakat di nagari

Ulakan

20 0 0 -

10.Apakah anda

berminat menjaga dan

- - - Sangat berminat = 14

(43)

mengajarkan ajaran

Tuanku Keramat

syekh Burhanuddin

kepada masyarakat di

nagari Ulakan

Berminat = 6 orang

4.1.4 Persepsi Perihal Hakikat Kerja

Soal

Taburan jawaban

Sangat setuju Setuju Kurang setuju Tidak

setuju

1. Dalam menjalankan

aktivitas

menggunakan akal,

fikian dan kepandaian

14 6 0 0

2. Dalam menjalankan

aktivitas harus mahir

dalam bidang yang

ditekuni

13 7 0 0

3. Dalam menjalankan

aktivitas harian harus

bijak sana berinteraksi

terhadap isu dan

fenomena yang

berlaku

(44)

4. Dalam menjalankan

aktivitas harian

seharusnya

memahami dan

mengetahui adat yang

berlaku

19 1 0 0

5. Menjalankan aktivitas

seharusnya bisa

menggunakan

teknologi canggih

3 10 6 1

6. Diperlukan ahklak

yang baik di dalam

bekeluarga dan

lingkungan sekitarnya

14 6 0 0

7. Diperlukan ahklak

baik seseorang dalam

linkungan sosial

15 5 0 0

8. Menjalankan aktivitas

diperlukan ajaran

Tuanku Keramat

Syekh Burhanuddin

3 17 0 0

9. Apakah Tuanku

Keramat Syekh

Burhanuddin

(45)

berhubungan dengan

amal dan ketakwaan

10.Berbagai ajaran

Tuanku Keramat

Syekh Burhanuddin

diantaranya membawa

kejayaan didalam

kehidupan

9 11 0 0

11.Ajaran Tuanku

Keramat Syekh

Burhanuddin

mewujudkan

ketenangan dan

keselamatan

6 14 0 0

12.Ajaran Tuanku

Keramat Syekh

Burhanuddin

menambah

ketenangan lahir dan

batin

4 16 0 0

13.Ajaran Tuanku

Keramat Syekh

Burhanuddin

mempunyai pengaruh

(46)

terhadap aktivitas

14.Ajaran Tuanku

Keramat Syekh

Burhanuddin bisa

menambah keahlian

bekerja

0 10 10 0

15.Ajaran Tuanku

Keramat Syekh

Burhanuddin dengan

ketenangan fisik dan

mental

1 14 5 0

4.1.5 Persepsi Perihal Waktu

Soal

Taburan jawaban

Sangat setuju Setuju Kurang setuju Tidak

setu

ju

1. Ajaran Tuanku

Keramat Syekh

Burhanuddin masih

relevan dengan

zaman sekarang

18 2 0 0

2. Banyak aktivitas

(47)

masyarakat

melibatkan ajaran

Tuanku Keramat

Syekh Burhanuddin

3. Ajaran Tuanku

Keramat Syekh

Burhanuddin kekal

sepanjang zaman

19 1 0 0

4. Ajaran Tuanku

Keramat Syekh

Burhanuddin tidak

pernah penting dalam

kehidupan

20 0 0 0

4.1.6 Persepsi Terhadap Alam

Soal

Taburan jawaban

Sangat setuju setuju Kurang setuju Tidak

setuju

1. Apakah kedasyatan

bencana alam akibat

dari prilaku

masyarakat

0 16 4 0

2. Fenomena alam

(48)

karena menipisnya

kepercayaan terhadap

ajarn Tuanku

Keramat Syekh

Burhanuddin

3. Apakah ada peranan

ajaran Tuanku

Keramat Syekh

Burhanuddin terhadap

fenomena alam

0 13 7 0

4. Apakah ajaran

Tuanku Keramat

Syekh Burhanuddin

menjaga

keseimbangan di

antara makhluk

dengan alam

2 18 0 0

5. Apakah ajaran

Tuanku Keramat

Syekh Burhanuddin

berhubungan dengan

kejadian alam sekitar

2 14 4 0

6. Apakah ajaran

Tuanku Keramat

(49)

Syekh Burhanuddin

dapat mengurangi

bencana alam

7. Apakah ajaran

Tuanku Keramat

Syekh Burhanuddin

dapat menghindari

marabahaya

0 16 4 0

8. Apakah ajaran

Tuanku Keramat

Syekh Burhanuddin

sebagai kelangsungan

harmonisasi manusia

dan alam

2 18 0 0

4.1.7 Persepsi Hakikat Hubungan Hubungan Sesama Manusia

Soal

Taburan jawaban

Sangat setuju setuju Kurang setuju Tidak

setuju

1. Apakah ajaran

Tuanku Keramat

Syekh Burhanuddin

dapat menimbulkan

semangat bagi

(50)

masyarakat

2. Apakah ajaran

Tuanku Keramat

Syekh Burhanuddin

berhubungan dengan

keridhoan Allah

13 7 0 0

3. Apakah ajaran

Tuanku Keramat

Syekh Burhanuddin

berperan untuk

kerukunan sesama

3 17 0 0

4. Apakah media

teknologi lebih

berperan dalam

kehidupan

0 4 10 6

5. Apakah ajaran

Tuanku Keramat

Syekh Burhanuddin

sama dengan media

teknologi

0 3 7 10

6. Apakah ajaran

Tuanku Keramat

Syekh Burhanuddin

mengeratkan

(51)

hubungan adat

dengan individu

7. Apakah ajaran

Tuanku Keramat

Syekh Burhanuddin

mewujudkan

kebersamaan sesama

masyarakat

4 16 0 0

8. Apakan ajaran

Tuanku Keramat

Syekh Burhanuddin

diperlukan bagi

mewujudkan rasa

kerukunan sesama

makhluk ciptaan allah

7 13 0 0

9. Apakah ajaran

Tuanku Keramat

Syekh Burhanuddin

diperlukan dalam

mempersatukan

pikiran masyarakat

(52)

Pandangan penulis berdasarkan taburan jawaban :

Dari 20 sample yang dibagikan kepada masyarakat berbagai latar balakang usia,

umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan yang berbeda mereka semua mengetahui

tentang Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin, masyarakat mengetahuinya semenjak

mereka kanak-kanak umumnya masyarakat mengetahui tentang Tuanku Keramat Syekh

Burhanuddin dari keluarga dan sebagian kecil mengatakan mereka mengetahui dari

tokoh masyarakat (pengetua adat). Masyarakat di Nagari Ulakan tersebut sangat

berminat untuk meneruskan ilmu yang diwarisi Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin,

masyarakat tidak memperoleh pengetahuan tentang Tuanku Keramat Syekh

Burhanuddin melalui pembelajaran yang khusus.

Ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin sangat berkaitan dengan kehidupan

masyarakat di Nagari Ulakan berguna terhadap menjalankan kehidupan sehari-hari

termasuk dalam mengahadapi kesusahan hidup mereka mengamalkan ajaran-ajaran dari

Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin ajarannya juga berkaitan dengan keridhoan Allah,

masayarakat Nagari Ulakan menyebutkan ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin

bisa mewujudkan keahlian tertentu, tetapi sebagian masyarakat antara mempercayai

dan tidak mempercayai keahlian tertentu tersebut. Masyarakat meyakini bahwa ajaran

beliau membawa kehidupan kearah yang lebih baik, menjadikan hidup lebih dinamis,

dan membawa kesejahterhana masyarakat di Nagari Ulakan bahkan masyarakat sangat

berminat menjaga dan mengajarkan ajaran beliau kepada masyarakat luas, khususnya di

(53)

Masyarakat di Nagari Ulakan mengamalkan ajaran Tuanku Keramat Syekh

Burhanuddin dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, Syekh Burhanuddin Menjadi

panutan dalam masyarakat tersebut. masyarakat mengerti akan fenomena alam yang

terjadi pada lingkungan mereka bejak sana berinteraksi didalam hidup bermasyarakat,

mematuhi adat yang berlaku, masyarakat mengkaitan ajaran Tuanku Keramat Syekh

Burhanuddin dengan amal dan ketakwaan disebabkan beliau lah pejuang agama

ditengah-tengah masyarakat tersebut, selain itu ajaran beliau mewujudkan ketenangan

dan keselamatan masyarakat di Nagari Ulakan.

Masyarakat mengatakan ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin masih

relevan dengan zaman sekarang dan kekal sepanjaang zaman. banyak aktivitas

masyarakat melibatkan ajaran dari beliau, masyarakat melibatkan semua kegiatannya

dengan ajaran beliau dan selalu menganggap ajaran dari beliau sangat penting dalam

kehidupan sehari-hari.

Tuanku Keramat Syekh burhanuddin berperan terhadap fenomena alam,

Fenomena alam terjadi karena menipisnya kepercayaan masyarakat terhadap ajaran

Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin, fenome alam terjadi karena ulah prilaku manusia.

Ajaran beliau menjaga keseimbangan antar mahkluk dan alam, ajaran beliau dapat

mengurangi bencana alam, terhindar dari marabahaya, menjaga kelangsungsungan

harmonisasi manusia dan alam.

Masyarakat berpendapat ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin dapat

mengerakat hubungan sesama masyarakat, menimbulkan semangat didalam hidup

bermasyarakat dan juga ajaran beliau memperoleh keridhoan allah. Masyarakat

berpendapat bahwa teknologi tidak terlalu berperan dalam kehidupan mereka, ajaran

(54)

tetapi ajaran beliau dapat mewujudkan kebersamaan sesama masyrakata dan kerukunan

di antara masyarakat tersebut.

Persepsi Masyarakat

Konsep dasar

Orientasi nilai budaya

masyarakat

Pandangan penulis

Persepsi perihal hakikat

hidup

Kehidupan masyarakat di

Nagari ulakan tidak terlepas

dari ajaran Tuanku Keramat

Syekh Burhanuddin yang

menjadi acuan dalam

menjalankan kehidupan

sehari-hari.

Penulis menyimpulakan

dari hasil penelitian bahwa

benar adanya semua

kehidupan masyarakat di

Nagari Ulakan tidak

terlepas dari ajaran Tuanku

keramat Syekh

Burhanuddin.

persepsi perihal hakikat

kerja

Masyarakat di Nagari Ulakan

mengamalkan ajaran Tuanku

Keramat Syekh Burhanuddin

dalam menjalankan aktivitas

sehari-hari.

Syekh Burhanuddin Menjadi

panutan dalam masyarakat

tersebut.

Masyarakat mengerti akan

fenomena alam yang terjadi

Didalam bekerja

masyarakat mengamalkan

ajaran Tuanku Keramat

Syekh Burhanuddin seperti

bagi para nelayan ada kala

waktu yang tidak baik

untuk melaut, bagi petani

ada pantangan dalam

(55)

pada lingkungan mereka

bejak sana berinteraksi

didalam hidup bermasyarakat,

mematuhi adat yang berlaku,

masyarakat mengkaitan ajaran

Tuanku Keramat Syekh

Burhanuddin dengan amal dan

ketakwaan.

waktu tertentu yang sampai

sekarang masih dijalankan

masyarakat di Nagari

Ulakan.

Persepsi perihal waktu Masyarakat mengatakan

ajaran Tuanku Keramat Syekh

Burhanuddin masih relevan

dengan zaman sekarang dan

kekal sepanjaang zaman.

banyak aktivitas masyarakat

melibatkan ajaran dari beliau.

Ajaran Tuanku Keramat

Syekh Burhanuddin sampai

sekarang masih dipakai

seperti dalam tradisi

mancaliak bulan dalam

menetukan hari pertama

puasa dan hari raya, masih

adanya tradisi basapa

didalam masyarakat

pendukungnya.

Persepsi terhadap alam Masyarakat di Nagari Ulakan

mempercayai terjadinya

fenomena alam karena

menipisnya kepercayaan

masyarakat terhadap ajaran

Didalam adanya bencana

masyarakat melakukan

tradisi bagatik untuk

menghindari masyarakat

(56)

Tuanku Keramat Syekh

Burhanuddin.

ini merupakan ajaran dari

Tuanku Keramat Syekh

Burhanuddin agar terhindar

dari bencana alam.

Persepsi perihal hakikat

hubungan sesama

manusia

ajaran Tuanku Keramat Syekh

Burhanuddin dapat

menggerakat hubungan

sesama masyarakat,

menimbulkan semangat

didalam hidup bermasyarakat

dan juga ajaran beliau

memperoleh keridhoan allah.

Adanya nilai gotong royong

ditengah-tengah masyarakat

seperti didalam upacara

adat, dalam pesta

perkawinan semua anggota

masyarakat bahu membahu

didalam acara tersebut, ini

meurupakan contoh nyata

dalam hakikat hubungan

sesama manusia di Nagari

Ulakan.

Kesimpulan Dari Persepsi Masyarakat

Kehidupan masyarakat di Nagari ulakan tidak terlepas dari ajaran

Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin yang menjadi acuan dalam menjalankan

kehidupan sehari-hari. Penulis menyimpulakan dari hasil penelitian bahwa benar adanya

semua kehidupan masyarakat di Nagari Ulakan tidak terlepas dari ajaran Tuanku

keramat Syekh Burhanuddin. Masyarakat di Nagari Ulakan mengamalkan ajaran

Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Syekh

Burhanuddin Menjadi panutan dalam masyarakat tersebut. Masyarakat mengerti akan

(57)

hidup bermasyarakat, mematuhi adat yang berlaku, masyarakat mengkaitan ajaran

Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin dengan amal dan ketakwaan.

Dalam bekerja masyarakat mengamalkan ajaran Tuanku Keramat Syekh

Burhanuddin seperti bagi para nelayan ada kala waktu yang tidak baik untuk melaut,

bagi petani ada pantangan dalam mengambil air pada waktu waktu tertentu yang sampai

sekarang masih dijalankan masyarakat di Nagari Ulakan. Masyarakat mengatakan

ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin masih relevan dengan zaman sekarang dan

kekal sepanjaang zaman. banyak aktivitas masyarakat melibatkan ajaran dari beliau.

Ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin sampai sekarang masih dipakai

seperti dalam tradisi mancaliak bulan dalam menetukan hari pertama puasa dan hari

raya, masih adanya tradisi basapa didalam masyarakat pendukungnya.

Masyarakat di Nagari Ulakan mempercayai terjadinya fenomena alam karena

menipisnya kepercayaan masyarakat terhadap ajaran Tuanku Keramat Syekh

Burhanuddin. Didalam adanya bencana masyarakat melakukan tradisi bagatik untuk

menghindari masyarakat dari bencana alam. Bagatik ini merupakan ajaran dari Tuanku

Keramat Syekh Burhanuddin agar terhindar dari bencana alam. ajaran Tuanku Keramat

Syekh Burhanuddin dapat menggerakat hubungan sesama masyarakat, menimbulkan

semangat didalam hidup bermasyarakat dan juga ajaran beliau memperoleh keridhoan

Allah. Adanya nilai gotong royong ditengah-tengah masyarakat seperti didalam

upacara adat, dalam pesta perkawinan semua anggota masyarakat bahu membahu

didalam acara tersebut, ini meurupakan contoh nyata dalam hakikat hubungan sesama

(58)

4.2. Teks Cerita Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin

Cerita ini merupakan cerita lisan yang telah dicetak kemudian dilisankan

kembali dalam pentranslitanya tidak terlepas dari kata-kata peneliti sendiri adapun cerita

Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin ini pada penamaan tokoh cerita dalam cerita,

nama bangunan dalam cerita dan kata-katanya bersifat religius. Selain karena ini sifat

kelisananya tidak didapat karena dalam teks tulis maka dalam penelitian bahasa yang

digunakan bahasa ragam lisan yang dicetak tidak terlepas dari bahsa daerah. Adapun

ceritanya sebagai berikut :

Lazim sekali, sejarah tokoh-tokoh besar sering kali dikaitkan dengan peristiwa

alam yang merupakan kebanggaan bagi orang yang hidup di sekitarnya. Tak terkecuali,

sejarah Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin juga ditempatkan oleh penutur sejarah

dibelakangnya, khususnya oleh pengikut dan pengagumnya seperti itu. Nenek

moyangnya berasal dari Guguk Sikaladi Pariangan Padang Panjang Kabupaten Tanah

Datar Sumatera Barat. Neneknya bernama “Puteri Aka Lundang” seorang keturunan

berbangsa dengan gelar “Puteri” dan kakeknya dikenal dengan panggilan “Tantejo

Guruhano” dari dua orang nenek dan kakek ini lahirlah ayahnya yang bernama “Pampak Sati Karimun Merah” seorang pertapa sakti yang dikenal luas dalam

masyarakatnya sekaligus juga sebagai “Datu” (Pemberi obat) bagi masyarakat

sekitarnya. Sedangkan ibunya juga seorang Puteri yang disebut dengan panggilan

“Puteri Cukep Bilang Pandai”.

Secara pasti waktu kelahiran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin belum dapat

ditegaskan, namun dari beberapa penulis sejarah diketahui bahwa Ia diperkirakan lahir

awal abad ke-17 M. Ia hidup 1056-1104 H/1646-92 M. Nama kecil yang diberikan

(59)

dengan Buyung Panuah artinya anak laki-laki yang sudah mapan (kuat dan bisa

dipercaya). Kedua, menyebut nama kecilnya Buyung Pono yang diambil dari gelarnya “samparono” artinya sempurna. Kedua gelar ini bisa saja diterima karena keduanya

mengindikasikan sempurna. Panuah artinya sempurna demikian juga samparono atau

disingkat Pono juga berarti sempurna, (selanjutnya penulis akan menggunakan nama

Pono untuk Syekh Burhanuddin).

Pono menghabiskan masa kecilnya dibawah bimbingan orang tua didaerah

asalnya sebagai mana juga anak-anak lain ketika itu. Dunia anak-anak yang tidak luput

dari berbagai cerita unik dan menarik juga dialami oleh Pono. Pada saat usia antara 9

sampai 11 tahun terjadi suatu peristiwa yang menarik, yaitu ketika pada suatu hari Dia

sedang bersanda gurau sesama teman sepermainan disebuah tempat ketinggian yang

bernama Kuweak Gulandi Nan Baselo. Tanpa disadari harimau datang menerkam dari

belakang dan dengan sigap Ia mengadakan perlawanan terhadap harimau yang hampir

saja menerkam itu. Akhir dari perlawanan tersebut harimau kalah dan melarikan diri

masuk hutan, sedangkan Pono ditinggalkan dalam keadaan terluka pada paha sebelah

kiri. Luka tersebut ternyata membuat putus urat kakinya yang berakibat pincang pada

dirinya sampai akhir hayat. Karena pincang itulah teman-teman sepermainan

memperolok-oloknya dengan panggilan sipicang.

Sejak usia dini, Pono telah didik oleh orang tua denga

Gambar

GAMBAR

Referensi

Dokumen terkait

Ketika dihadapkan dengan kasus diatas maka tingkat keadaan darurat yang dijadikan alasan hakim untuk mengabulkan permohonan dispensasi nikah menurut penulis sudah tepat,

Dari penjabaran di atas penulis tertarik untuk meneliti seberapa besar pengaruh pendapatan bagi hasil pembiayaan mudharabah dan pendapatan bagi hasil pembiayaan

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Bupati Bangka Nomor 43 Tahun 2015 tentang Pedoman Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa (Berita Daerah Kabupaten

Orang Amerika biasanya tetap menggunakan kata glamour mengikuti ejaan Inggris (yang asalnya dari bahasa Skotlandia, bukan Latin atau Perancis).. Untuk undangan pernikahan,

Dalam Perang Chechnya I dan Perang Chechnya II yang merupakan konflik bersenjata non internasional, Rusia merupakan pihak yang memiliki tanggung jawab sebagai entitas negara serta

Toko suku cadang (spare part) mobil sebagai bagian dari subyek peneLitian dalam mendapatkan data harga-harga suku cadang yang sekiranya diperlukan untuk melengkapi

Robot digunakan untuk melewati daerah yang memiliki permukaan yang tidak rata berupa sebuah prototype robot hexapod yang menerapkan inverse kinematic dan algoritma gait,

Kedua, iman juga bisa dijabarkan dalam konteks kehidupan masyarakat Islam, dan ketiga, iman adalah perjuangan yang berlangsung terus-menerus untuk membumikan keesaan Tuhan