Profil Pennyebab Per Haji A U ritonitis pa Adam Mali LUCY FAKUL UNIVERSI
ada Pasien d ik Medan p
Oleh YANA CA 1001002 LTAS KED ITAS SUM MEDA 2013 dengan Per pada Tahun : AROLINA S 213 DOKTERA MATERA U AN 3 rforasi Lam n 2010-201 S AN UTARA
mbung di R 12
Profil Pen
Diajuka
nyebab Per Haji A
n sebagai S
U ritonitis pa Adam Mali KAR Salah Satu LUCY FAKUL UNIVERSI
ada Pasien d ik Medan p
RYA TULI Syarat unt Kedokte Oleh YANA CA 1001002 LTAS KED ITAS SUM MEDA 2013 dengan Per pada Tahun S ILMIAH tuk Mempe eran : AROLINA S 213 DOKTERA MATERA U AN 3 rforasi Lam n 2010-201 H eroleh Kelu S AN UTARA
mbung di R 12
ulusan Sarj RSUP
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Profil Penyebab Peritonitis pada Pasien dengan Perforasi Lambung di
RSUP Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2010-2012
Nama : Lucyana Carolina S
NIM : 100100213
Dosen Pembimbing Dosen Penguji I
(dr. Adi Muradi Muhar, Sp.B-KBD) (dr. Sunna Vyatra Hutagalung, MS)
NIP. 19671 207200012 1 001 NIP. 198104032006042002
Dosen Penguji II
(dr. Marina Yusnita Albar, Sp.M)
NIP. 198101052006042001
Medan, 11 Januari 2014
Dekan
Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH)
HALAMAN PERSETUJUAN
Penelitian dengan Judul:
Profil Penyebab Peritonitis pada Pasien dengan Perforasi Lambung di RSUP Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2010-2012
Yang dipersiapkan oleh:
LUCYANA CAROLINA S
100100213
Penelitian ini telah diperiksa dan disetujui,
Medan, 9 Desember 2013
Disetujui,
Dosen Pembimbing
(dr. Adi Muradi Muhar, Sp.B-KBD)
ABSTRAK
Latar Belakang: Perforasi pada lambung merupakan salah satu perforasi yang dapat terjadi pada saluran cerna. Perforasi pada lambung dapat menyebabkan peritonitis sekunder yang mempunyai angka mortalitas tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menjabarkan bagaimana profil penyebab peritonitis pada pasien dengan perforasi lambung di RSUP Haji Adam Malik Medan. Profil yang dimaksud berupa umur, jenis kelamin, penyebab, dan lokasi perforasi.
Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif dengan rancangan penelitian cross
sectional. Subjek penelitian ini adalah 23 rekam medis yang menderita peritonitis
dengan perforasi lambung di RSUP Haji Adam Malik Medan 2010-2012. Selanjutnya data dianalisis menggunakan program komputer.
Hasil: Dari penelitian ini diperoleh kategori umur yang sering yaitu 50-54 tahun dan 60-64 tahun masing-masing 4 penderita (17.4%). Berdasarkan jenis kelamin yang sering dijumpai pada laki-laki sebanyak 16 penderita(69.6%). Berdasarkan penyebab yang sering dijumpai pada tukak lambung sebanyak 16 penderita (69.6%). Sedangkan berdasarkan lokasinya yang sering dijumpai pada antum atau prepilorik sebanyak 18 penderita (78.3%).
Kesimpulan: Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa profil yang sering dijumpai yaitu pada umur 50-54 tahun dan 60-64 tahun. Berdasarkan jenis kelaminnya adalah laki-laki, berasarkan penyebabnya adalah tukak lambung, dan berdasarkan lokasi perforasi yaitu terletak di antrum atau prepilorik.
Kata kunci: Peritonitis, Perforasi Lambung.
ABSTRACT
Background: Gastric perforation is one of the perforation that can be happened within gastro-intestinal system. Gastric perforation can lead to secondary peritonitis which has high rate of mortality. This research is aimed on elaborating how the profile of the cause of peritonitis to the patients who have gastric perforation at RSUP Haji Adam Malik Medan. The profile’s components are age,
sex, cause, and the site of perforation.
Method: This research was using descriptive with cross sectional design. The subjects were 23 medical records of the patients which suffer peritonitis et causa gastric perforation at RSUP Haji Adam Malik Medan 2010-2012. Furthermore,
the data was analyzed using computer.
Results: This research concluded that the age that suffer the most were 50-54 and 60-64 years old patients, 4 patients each (17.4%). According to the sex, 16 patients were male gender (69.6%). According to the cause 16 patients were found having gastric ulcer (69.6%). According to the site, 18 patients got the
ulcer at antrum or prepiloric (78.3%).
Conclusion: From this research can be concluded that according to the age the most age group were found 50-54 years old and 60-64 years old, according to gender: found mostly on male gender, according to the cause: found more cause of gastric ulcer case, and according to the site: found more at antrum or prepiloric.
Keywords: Peritonitis, Gastric Perforation.
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan kharunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini,
yang berjudul “Profil Penyebab Peritonitis pada Pasien dengan Perforasi
Lambung di RSUP Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2010-2012” sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh tanda kelulusan sarjana kedokteran Program
Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Dengan ini, saya mengucapkan penghargaan dan rasa hormat kepada
bapak saya, Drs. Mindo Sembiring dan ibu saya Emas Deliana, SH Sp.N yang
telah memberikan saya dukungan baik secara moral, materil, do’a, dan kasih
saying untuk terus semangat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, serta adik-adik
kandung saya, yaitu: Endang Rizkinawaty Sembiring Pandia dan Rahmadi Rizki
Sembiring Pandia. Dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini, saya banyak
menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu saya ingin menyampaikan
ucapan terima kasih dan pernghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak dr. Adi Muradi Muhar, Sp.B-KBD, selaku Dosen Pembimbing
yang telah banyak memberi arahan dan masukan kepada saya sehingga
karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik. Juga kepada ibu dr.
Sunna Vyatra Hutagalung, MS dan ibu dr. Marina Yusnita Albar, Sp.M
selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang
membangun untuk penelitian ini.
3. Seluruh Staf Pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara dan RSUP Haji Adam Malik Medan.
4. Seluruh teman Angkatan 2010, terutama kepada Arnella Hutagalung,
Untuk seluruh bantuan baik secara moral maupun materil yang diberikan
kepada saya selama ini, saya ucapkan terima kasih dan semoga Allah SWT
memberikan imbalan pahala yang sebesar-besarnya.
Saya menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu saya mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat
berguna bagi kita semua.
Medan, 11 Januari 2013
Penulis,
Lucyana Carolina S
100100213
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Persetujuan……… i
Abstrak……… ii
Abstract……….. iii
Kata Pengantar……… ……. iv
Daftar Isi ………... vi
Daftar Gambar………... viii
Daftar Tabel……… ix
Daftar Lampiran……… x
BAB 1 PENDAHULUAN ……….. 1
1.1 Latar Belakang ………... 1
1.2 Rumusan Masalah ……….. 3
1.3 Tujuan Penelitian ……….. 3
1.4 Manfaat Penelitian ………... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………... 5
2.1 Lambung ………. 5
2.2 Perforasi pada Lambung……… 7
2.3 Peritonitis ………... 10
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL… 13 3.1 Kerangka Konsep Penelitian………... 13
3.2 Defenisi Operasional………... 13
BAB 4 METODE PENELITIAN………... 16
4.1 Rancangan Penelitian……….. 16
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian……….. 16
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ……….. 16
4.3.1 Populasi ……….. 16
4.3.2 Sampel ……….. 17
4.4 Metode Pengumpulan Data……… 17
4.5 Metode Analisis Data………. 17
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 18
5.1 Hasil Penelitian……… 18
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian……….. 18
5.1.2. Karakteristik Individu……….. 18
5.2 Pembahasan………. 21
5.2.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur……….. 21
5.2.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin…… 22
5.2.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Penyebab………... 22
5.2.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lokasi………23
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN……… 24
6.1 Kesimpulan……….. 24
6.2 Saran……… 24
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Letak Lambung ……….6
Gambar 2. Anatomi Lambung………...7
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Tabel Distribusi Frekuensi Umur ……….. 19
Tabel 5.2 Tabel Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin……… 20
Tabel 5.3 Tabel Distribusi Frekuensi Penyebab……… 20
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar riwayat hidup peneliti
Lampiran 2. Izin penelitian oleh Komisi Etik
Lampiran 3. Data penelitian
ABSTRAK
Latar Belakang: Perforasi pada lambung merupakan salah satu perforasi yang dapat terjadi pada saluran cerna. Perforasi pada lambung dapat menyebabkan peritonitis sekunder yang mempunyai angka mortalitas tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menjabarkan bagaimana profil penyebab peritonitis pada pasien dengan perforasi lambung di RSUP Haji Adam Malik Medan. Profil yang dimaksud berupa umur, jenis kelamin, penyebab, dan lokasi perforasi.
Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif dengan rancangan penelitian cross
sectional. Subjek penelitian ini adalah 23 rekam medis yang menderita peritonitis
dengan perforasi lambung di RSUP Haji Adam Malik Medan 2010-2012. Selanjutnya data dianalisis menggunakan program komputer.
Hasil: Dari penelitian ini diperoleh kategori umur yang sering yaitu 50-54 tahun dan 60-64 tahun masing-masing 4 penderita (17.4%). Berdasarkan jenis kelamin yang sering dijumpai pada laki-laki sebanyak 16 penderita(69.6%). Berdasarkan penyebab yang sering dijumpai pada tukak lambung sebanyak 16 penderita (69.6%). Sedangkan berdasarkan lokasinya yang sering dijumpai pada antum atau prepilorik sebanyak 18 penderita (78.3%).
Kesimpulan: Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa profil yang sering dijumpai yaitu pada umur 50-54 tahun dan 60-64 tahun. Berdasarkan jenis kelaminnya adalah laki-laki, berasarkan penyebabnya adalah tukak lambung, dan berdasarkan lokasi perforasi yaitu terletak di antrum atau prepilorik.
Kata kunci: Peritonitis, Perforasi Lambung.
ABSTRACT
Background: Gastric perforation is one of the perforation that can be happened within gastro-intestinal system. Gastric perforation can lead to secondary peritonitis which has high rate of mortality. This research is aimed on elaborating how the profile of the cause of peritonitis to the patients who have gastric perforation at RSUP Haji Adam Malik Medan. The profile’s components are age,
sex, cause, and the site of perforation.
Method: This research was using descriptive with cross sectional design. The subjects were 23 medical records of the patients which suffer peritonitis et causa gastric perforation at RSUP Haji Adam Malik Medan 2010-2012. Furthermore,
the data was analyzed using computer.
Results: This research concluded that the age that suffer the most were 50-54 and 60-64 years old patients, 4 patients each (17.4%). According to the sex, 16 patients were male gender (69.6%). According to the cause 16 patients were found having gastric ulcer (69.6%). According to the site, 18 patients got the
ulcer at antrum or prepiloric (78.3%).
Conclusion: From this research can be concluded that according to the age the most age group were found 50-54 years old and 60-64 years old, according to gender: found mostly on male gender, according to the cause: found more cause of gastric ulcer case, and according to the site: found more at antrum or prepiloric.
Keywords: Peritonitis, Gastric Perforation.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Peritonitis adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa yang sering
bersamaan dengan kondisi bakteremia dan sindroma sepsis. (Harrison Textbook
18th Edition, 2011)
Sebagaimana dalam penelitian Tarigan pada tahun 2012, peritonitis
didefenisikan suatu proses inflamasi membran serosa yang membatasi rongga
abdomen dan organ-organ yang terdapat didalamnya. Peritonitis dapat bersifat
lokal maupun generalisata, bakterial ataupun kimiawi. Peradangan peritoneum
dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, bahan kimia iritan, dan benda asing.
Kemudian disebutkan juga bahwa peritonitis merupakan salah satu penyebab
kematian tersering pada penderita bedah dengan mortalitas sebesar 10-40%.
Peritonitis difus sekunder yang merupakan 90% penderita peritonitis dalam
praktek bedah dan biasanya disebabkan oleh suatu perforasi gastrointestinal
ataupun kebocoran. (Tarigan, M.H, 2012)
Suatu perforasi dapat terjadi akibat trauma dan non trauma. Non trauma
misalnya akibat volvulus, spontan pada bayi baru lahir, ingesti obat-obatan, tukak,
malignansi, dan benda asing. Sedangkan trauma dapat berupa trauma tajam
maupun trauma tumpul, misalnya iatrogenik akibat pemasangan pipa nasogastrik.
Sementara itu beberapa contoh lokasi kebocoran atau perforasi gastrointestinal
yang menyebabkan peritonitis sekunder adalah kebocoran pada lambung maupun
kebocoran pada usus (duodenum, jejenum, ileum, colon, maupun appendik).
Kebocoran lambung dapat disebabkan oleh ulkus gaster atau yang biasanya
disebut tukak lambung. Tukak lambung umumnya terjadi pada pria, orang tua,
duodenum lebih sering terjadi dua kali dari pada tukak lambung. (NMS Surgery
5th Edition, 2008)
Walaupun tukak duodenum lebih sering terjadi dari pada tukak lambung,
tetapi tukak lambung yang perforasi mempunyai mortalitas lebih tinggi daripada
tukak duodenum yang perforasi. Pada kebanyakan kasus tingkat kematiannya
mencapai 15-20% dan kebanyakan perforasi lambung tersebut terjadi pada daerah
antrum atau prepilorik. (Maingot 11th Edition, 2007)
Tukak lambung adalah penyakit yang umum ditemukan, mempengaruhi
sekitar lebih dari 6 juta penduduk di Amerika Serikat, menjadikannya suatu
penyakit yang dipertimbangkan dan menjadi salah satu penyakit dengan
pengeluaran besar. Walaupun jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit
berangsur turun pada tahun 1980 dan 1990, laju ini masih dapat dikatakan
tinggi.(Feinstein, L.B., 2010). Di Amerika Serikat angka kematian tukak lambung
adalah sekitar 1 kasus per 1.000.000 orang. Angka kematian lebih tinggi pada
pasien yang lebih tua, yang dapat disebabkan oleh tingginya tingkat penggunaan
NSAID (non steroid anti inflammation drugs) dalam kelompok usia ini. Kelompok berisiko tinggi lainnya termasuk orang dengan diabetes. Tukak
lambung juga terkait dengan morbiditas yang cukup berhubungan dengan nyeri
epigastrium kronis, mual, muntah, dan anemia. (Shrestha, 2009)
Di Indonesia tukak lambung ditemukan antara 6-15% pada usia 20-50
tahun. Terutama pada lesi yang hilang timbul dan paling sering didiagnosis pada
orang dewasa usia pertengahan sampai usia lanjut, tetapi lesi ini mungkin sudah
muncul sejak usia muda. (Nasif et al, 2008)
Studi seroepidemiologik populasi umum di Indonesia menunjukkan bahwa
prevalensi tukak lambung yang disebabkan oleh Helicobacter pylori pada
anak-anak berumur 0-14 tahun sekitar 7,2-28%, sedangkan pada umur diatas 15 tahun
antara 36.54,3%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin meningkatnya umur, maka
penderita tukak lambung karena H. pylori lebih banyak ditemukan pada etnik
Batak dan Cina dari pada etnik lainnya. (Silitonga, 2007)
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan pertanyaan
penelitian sebagai berikut: Bagaimanakah profil penyebab peritonitis pada pasien
dengan perforasi lambung di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2010-2012?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui profil penyebab peritonitis pada pasien dengan
perforasi lambung di RSUP Haji Adam Malik tahun 2010-2012.
1.3.2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan peritonitis di RSUP
Haji Adam Malik.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:
1. Manfaat bagi civitas akademika yaitu dapat dijadikan sebagai bahan
referensi untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan peritonitis
pada pasien dengan perforasi lambung.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Lambung:
Fungsi lambung adalah sebagai penyimpanan, emulsifikasi, pencernaan
awal oleh asam dan amilase saliva, dan transisi makanan menuju
duodenum.(NMS Surgery 5th Edition, 2008)
Lambung dan duodenum terbentuk dari dilatasi foregut selama perkembangan minggu kelima dari kehamilan. Kecepatan perkembangan dinding
kiri lebih cepat daripada dinding kanan, sehingga membentuk kurvatura mayor
dan kurvatura minor. Putaran lambung menyebabkan saraf vagus kiri terletak pada
bagian anterior dan vagus kanan terletak pada bagian posterior. Lambung
biasanya terletak setentang vertebra T10 dan L3.(NMS Surgery 5th Edition, 2008)
Lambung mempunyai 4 bagian dan 2 mekanisme sfingter. Cardia adalah
bagian paling proksimal dari lambung, yang bersamaan dengan esofagus.
Kemudian terbentuk gastroesophageal junction pada daerah ini. Zona transisi ini dapat ditemukan 2-3 cm dibawah hiatus esofageal diaphragmatic dan mempunyai
mekanisme esofageal sfingter. Fundus adalah sambungan paling atas dari
lambung, terikat oleh diafragma pada superior dan spleen pada lateral. Sudut pada
lambung dibentuk oleh fundus. Corpus adalah bagian paling besar pada lambung,
terbentuk dari lengkungan besar dan lengkungan kecil. Incisura angularis
membentuk sudut kasar sepanjang lengkung kecil dan menandai permulaan dari
antrum atau prepilorik. Antrum atau prepilorik adalah 25% dari distal lambung.
Antrum atau prepilorik dimulai dari incisura angularis dan berakhir pada pylorus.
Sfingter bagian bawah adalah sfingter fisiologi. Sfingter ini adalah zona
bertekanan tingi dari aktifitas muscular pada distal esofagus. Relaksasi dengan
menelan memperbolehkan makanan masuk ke lambung. Kontraksinya mencegah
Sfingter ini mengatur alur makanan dari lambung menuju duodenum.(NMS
Surgery 5th Edition, 2008)
Lambung kaya akan pasokan darah. Disediakan oleh arteri gastrik kiri
(cabang dari aksis celiaca) memperdarahi lengkungan kecil (proksimal), arteri
gastrik kanan (cabang dari arteri hepatica komunis) memperdarahi lengkungan
kecil (distal), arteri gastroepiploik kiri (cabang arteri splenika) memperdarahi
lengkungan besar (proksimal), arteri gastroepiploik arteri (cabang dari arteri
gastroduodenal) memperdarahi lengkungan besar (distal), dan vasa brevia (vena
coroner) mempunyai anastomosis yang banyak dengan plexus vena esofageal
(secara sistematis memperdarahi langsung ke vena azigos).(NMS Surgery 5th
Edition, 2008)
Keempat lapisan dinding lambung adalah serosa, muskularis, muskularis
serosa, dan mukosa. Lapisan serat-serat otot ditemukan pada muskularis dan inner
oblique, middle circular, dan outer longitudinal. Morfologi mukosa dibentuk oleh
kelenjar yang berbeda-beda pada cardia, fundus/corpus, dan
pylorus/antrum.(NMS Surgery 5th Edition, 2008)
Gambar 2. Anatomi Lambung ditemukan pada:
http://www.medicalartlibrary.com/stomach-anatomy.html
2.2. Perforasi pada lambung:
Perforasi pada lambung dapat disebabkan oleh tukak lambung. Etiologi
tukak lambung adalah multifaktorial dan tidak sepenuhnya diketahui. Kerusakan
pada pertahanan mukosa lambung menjadi faktor penyebab terpenting. Reflux dari bile menuju lambung dapat mengubah pertahanan mukosa sehingga memperbolehkan asam lambung memasuki mukosa dan merusak mukosa
tersebut. Sementara itu obat-obat mengubah pertahanan mukosa menjadi ion
hidrogen. NSAID, salisilat, steroid, ethanol, dan kombinasi dari merokok dan
proses pencernaan salisilat adalah juga salah satu penyebab tukak lambung.
seseorang dengan tukak lambung biasanya mempunyai tingkat sekresi asam yang
lebih rendah dari normal, keduanya baik basal maupun yang distimulasi. Selain
itu infeksi Helicobacter pylori ditemukan pada lebih dari 80% pasien dengan
tukak lambung. Infeksi H. pylori dapat melemahkan pertahanan mukosa lambung,
meningkatkan dan menstimulasi konsentrasi gastrin, dan menghalangi pemulihan
jaringan mukosa lambung yang rusak yang mengakibatkan pembentukan tukak
pada lambung.(NMS Surgery 5th Edition, 2008). Sementara itu diterangkan pula
bahwa tukak lambung tersebar di seluruh dunia dengan prevalensi berbeda
tergantung pada sosial ekonomi, demografi, dan dijumpai lebih banyak pada usia
lanjut dan kelompok sosial ekonomi rendah pada dekade keenam. Insidensi dan
kekambuhan saat ini menurun sejak ditemukan kuman Helicobacter pylori (H.
pylori) sebagai penyebab tukak lambung, disamping NSAID, dan penyebab yang
jarang adalah Sindroma Zollinger Ellison. (Tarigan, 2001)
Tukak lambung umumnya terjadi pada pria, orang tua, dan kelompok
dengan tingkat sosioekonomi rendah. Sementara itu tukak duodenum lebih sering
terjadi dua kali dari pada tukak lambung.(NMS Surgery 5th Edition, 2008)
Lokasi atau tipe tukak lambung dibagi menjadi 5 tipe. Tipe 1 adalah tukak
lambung yang terdapat pada badan lambung, paling sering terdapat pada
lengkungan kecil pada incisura angularis sepanjang daerah lokus minoris.
Terminasi ini digunakan untuk menjelaskan zona transisional secara histologi
antara sel parietal pada badan lambung dan sel penghasil gastrin pada antrum
lambung. Tipe 2 adalah tukak lambung yang terdapat pada corpus kombinasi
dengan tukak duodenum. Tukak ini berhubungan dengan sekresi asam lambung
yang berlebihan. Tipe 3 adalah tukak lambung yang terdapat pada kanal pylori
sedalam 3 cm pada pylorus. Tukak ini berkaitan dengan sekresi yang berlebihan.
Tipe 4 adalah tukak lambung yang terletak pada daerah yang tinggi bersebelahan
dengan esofagus. Tipe 5 adalah tukak lambung yang terjadi akibat penggunaan
NSAID jangka panjang dan penggunaan aspirin dapat terjadi pada seluruh daerah
Tukak lambung tidak dapat menyebabkan ataupun berkembang menjadi
karsinoma. Sedangkan kasus kanker lambung dapat menjadi tukak pada 25%
kasus. 10% dari tukak lambung adalah keganasan dengan ulserasi.(NMS Surgery
5th Edition, 2008)
Gambar 3. Tipe Tukak Lambung ditemukan pada:
http://reference.medscape.com/article/1891351-overview
Tukak lambung yang perforasi mempunyai mortalitas lebih tinggi daripada
tukak duodenum yang perforasi. Pada kebanyakan kasus tingkat kematiannya
mencapai 15-20% dan kebanyakan perforasi lambung terjadi pada daerah
prepilorik. (Maingot’s 11th Edition, 2007).
Pada pasien yang mengalami tukak lambung yang perforasi, terjadi
kebocoran pada peritoneum yang terdiri dari bahan-bahan asam dari lambung
sehingga pasien tersebut segera merasakan sakit yang amat sangat. Setelah 3
sampai 6 jam rasa sakit ini kemudian berkurang sehingga pasien merasa lebih baik
dari peritonitis difusa mulai terlihat diikuti dengan distensi abdomen dan bising
usus yang menghilang. (Primsurg Docbook, Primary Surgery, Chapter 5)
2.3. Peritonitis:
Peritonitis adalah suatu keadaan mengancam jiwa yang biasanya diikuti
oleh bakteremia dan sindroma sepsis.(Harrison’s Textbook 18th Edition, 2011)
Selanjutnya dalam penelitian Tarigan pada tahun 2012 disebutkan bahwa
peritonitis didefinisikan sebagai suatu proses inflamasi membran serosa yang
membatasi rongga abdomen dan organ-organ yang terdapat didalamnya.
Peritonitis dapat bersifat lokal maupun generalisata, bakterial ataupun kimiawi.
Peradangan peritoneum dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, bahan kimia
iritan, dan benda asing. (Tarigan, 2012)
Ruang peritoneal adalah ruangan yang besar tetapi dibagi menjadi
kompartmen-kompartmen yang berbeda. Ruangan bagian atas dan bawah dari
peritoneal dibagi oleh mesocolon transversum; omentum yang lebih besar meluas
dari mesocolon transversum dan dari daerah yang rendah pada lambung untuk
membentuk garis pada bagian bawah dari peritoneal. Pankreas, duodenum, dan
colon ascending dan descending terletak pada anterior ruang retroperitoneal;
ginjal, ureter, dan adrenal ditemukan pada ruang retroperitoneal posterior.
Organ-organ lain termasuk hati, lambung, empedu, limpa, jejenum, ileum, kolon
transversum dan sigmoid, sekum, dan appendik, ditemukan dalam ruangan
peritoneal itu sendiri. Normalnya ruangan ini dibatasi oleh membrana serosa yang
dapat menyediakan saluran untuk cairan.(Harrison’s Textbook 18th Edition, 2011)
Sebagian kecil cairan sudah cukup untuk memperbolehkan perpindahan
dari organ-organ yang terdapat pada ruangan peritoneal. Cairan ini dalah cairan
serosa dengan konten protein (yang paling banyak albumin) dari <30 g/dL dan
infeksi beberapa kompartmen dapat mengumpulkan cairan atau pus lebih sering
dari pada keadaan yang lainnya. (Harrison’s Textbook 18th edition, 2011)
Berdasarkan sumber dan terjadinya kontaminasi mikrobial, peritonitis
diklasifikasikan menjadi: primer, sekunder, dan tersier. Peritonitis primer
disebabkan oleh infeksi monomikrobial. Sumber infeksi umumnya
ekstraperitoneal yang menyebar secara hematogen. Ditemukan pada penderita
sirosis hepatis yang disertai asites, sindroma nefrotik, metastasis keganasan, dan
pasien dengan peritoneal dialisis. Kejadian peritonitis primer kurang dari 5%
kasus bedah. Peritonitis sekunder merupakan infeksi yang berasal dari
intraabdomen yang umumnya berasal dari perforasi organ berongga Peritonitis
sekunder merupakan jenis peritonitis yang paling umum, lebih dari 90% kasus
bedah. Peritonitis tersier dapat terjadi akibat peritonitis sekunder yang telah
dilakukan interfensi pembedahan ataupun medikamentosa. Kejadian peritonitis
tersier kurang dari 1% kasus bedah. (Tarigan, M.H, 2012)
Peritonitis dapat terjadi primer (tanpa kontaminasi dari sumber nyata) atau
sekunder. Tipe dari organisme yang ditemukan dan presentasi klinis dari kedua
proses peritonitis tersebut adalah berbeda. Pada dewasa peritonitis bakterial
primer terjadi pada umumnya dengan sirosis hati (biasanya akibat dari
alkoholisme). Bagaimanapun penyakit ini telah dilaporkan terjadi pada pasien
dewasa dengan metastasis penyakit keganasan, sirosis, hepatitis kronik, hepatitis
akut viral, gagal jantung kongestif, Sistemic Lupus Erythematosus, dan limfedema pada pasien dengan tanpa penyakit mendasar. Penyebab peritonitis bakterial
primer ini belum ditetapkan secara pasti tapi dipercayai melibatkan penyebaran
hematogenus dari organisme tersebut. Organisme tersebut dapat berkembang-biak
pada asites karena asites merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan.
Sedangkan peritonitis sekunder terjadi ketika bakteri mengkontaminasi
peritoneum sebagai hasil perpindahan dari viskus intraabdominal. Organisme
yang paling sering ditemukan adalah merupakan flora campuran dari basil gram
negatif fakultatif dan predominan anaerob, khususnya ketika sumbernya adalah
Peritonitis sekunder dapat terjadi akibat dari iritasi kimia atau kontaminasi bakteri.
Contohnya pada pasien dengan ruptur tukak lambung mendapat iritasi oleh pH
lambung (kimiawi) disamping flora yang terdapat pada lambung. (Harrison’s
Textbook 18th Edition, 2011)
Selain itu terdapat peritonitis pada pasien yang menjalani CAPD
(continuous ambulatory peritoneal dialysis). Biasanya peritonitis ini disebabkan
oleh bakteri endogenus, peritonitis pada CAPD biasanya melibatkan
organisme-organisme kulit, peritonitis ini dapat digolongkan kepada peritonitis tersier.
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian
ini adalah:
3.2. Definisi Operasional
1. Peritonitis
Peritonitis didefenisikan suatu proses inflamasi membrane serosa yang
membatasi rongga abdomen dan organ-organ yang terdapat didalamnya.
Peritonitis dapat bersifat lokal maupun generalisata, bakterial ataupun kimiawi.
Peradangan peritoneum dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, bahan kimia
iritan, dan benda asing. (Tarigan, 2012) Peritonitis
Perforasi Lambung
Umur
Jenis Kelamin
Penyebab Perforasi
2. Perforasi Lambung
Perforasi dapat terjadi akibat trauma dan non trauma. Non-trauma
misalnya akibat volvulus, spontan pada bayi baru lahir, obat-obat, ulkus,
malignansi, dan benda asing. Sedangkan trauma dapat berupa trauma tajam
maupun trauma tumpul, misalnya iatrogenik akibat pemasangan pipa nasogastrik.
3. Profil
Pada penelitian ini adalah mencakup umur, jenis kelamin, lokasi perforasi
lambung.
Umur (tahun) 15-19
20-24
35-39
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
60-64
65-69
Jenis kelamin Laki-laki
Perempuan
Penyebab perforasi Tukak lambung
Kanker lambung
Trauma
Lokasi perforasi Tipe 1: kurvatura minor
Tipe 2: corpus dan duodenum
Tipe 3: antrum atau prepilorik
Tipe 4: cardia atau mendekati esofagus
Tipe 5: seluruh permukaan lambung
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan jenis penelitian deskriptif
dengan studi cross sectional yang bertujuan untuk melihat profil penyebab peritonitis pada pasien dengan perforasi lambung di Rumah Sakit Umum Pusat
Haji Adam Malik Medan pada tahun 2010-2012.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik. Hal ini didasarkan
oleh pertimbangan tersedianya data rekam medis pada instalasi rekam medis di
RSUP Haji Adam Malik Medan.
4.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2013 untuk melihat rekam medis
bulan Januari 2010 sampai bulan Desember 2012.
4.3. Populasi dan Sampel
4.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data rekam medis pasien yang
4.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh data rekam medis pasien yang
menderita peritonitis dengan perforasi lambung di RSUP Haji Adam Malik
dimulai dari bulan Januari 2010 sampai bulan Desember 2012. Cara pemilihan
sampel yang digunakan adalah total sampling.
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah semua data rekam medis pasien
yang mengalami peritonitis dengan perforasi lambung yang tercatat dimulai bulan
Januari 2010 sampai bulan Desember 2012. Kriteria eksklusi pada penelitian ini
adalah semua data rekam medis yang tidak lengkap.
4.4. Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan untuk penelitian ini berasal dari data sekunder,
terdiri dari jumlah pasien yang menderita peritonitis dengan perforasi lambung di
RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2010-2012.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pengumpulan rekam medis pasien yang menderita peritonitis dengan perforasi
lambung di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2010-2012.
Instrumen yang digunakan adalah rekam medis pasien yang ada pada
instalasi rekam medis RSUP Haji Adam Malik Medan.
4.5. Metode Analisis Data
Semua data yang diperoleh akan dianalisa dan diolah menggunakan piranti
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji
Adam Malik Medan jalan Bunga Lau no. 17 km 12 yang berada di wilayah
Kecamatan Medan Tuntungan Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara.
5.1.2. Karakteristik Individu
Dalam penelitian ini, data yang diperoleh berdasarkan rekam medis pasien
yang menderita peritonitis dengan perforasi lambung pada tahun 2010 – 2012
berjumlah 23 orang. Distribusi frekuensi penderita peritonitis dengan perforasi
lambung meliputi umur, jenis kelamin, penyebab, dan lokasi perforasi.
Adapun gambaran profil individu penderita peritonitis dengan perforasi
lambung berdasarkan umur, jenis kelamin, penyebab, dan lokasi perforasi sebagai
5.1.2.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur
VARIABEL N
(ORANG) PERSEN (%) Umur 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 1 0 1 2 2 1 3 4 2 4 3 4.3 0 4.3 8.7 8.7 4.3 13.0 17.4 8.7 17.4 13.0
[image:34.595.110.517.142.479.2]Total 23 100.0
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur.
5.1.2.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin
VARIABEL N
(ORANG) PERSEN (%) Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 16 7 69.6 30.4
[image:35.595.114.511.169.317.2]Total 23 100.0
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin.
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 23 penderita peritonitis dengan perforasi lambung terbanyak pada jenis kelamin laki-laki berjumlah 16 orang (69.6%), sedangkan pada penderita perempuan hanya berjumlah 7 orang (30.4%).
5.1.2.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Penyebab
VARIABEL N
(ORANG) PERSEN (%) Penyebab Tukak lambung Kanker lambung Trauma Pemasangan NGT 16 7 0 0 69.6 30.4 0 0
Total 23 100.0
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Penyebab.
[image:35.595.112.510.461.662.2]ditemukan penderita peritonitis dengan penyebab trauma dan pemasangan NGT (0%).
5.1.2.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lokasi Perforasi
VARIABEL N
(ORANG) PERSEN (%) Lokasi perforasi Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3 Tipe 4 Tipe 5 0 5 18 0 0 0 21.7 78.3 0 0
[image:36.595.115.510.186.396.2]Total 23 100.0
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lokasi Perforasi
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 23 penderita peritonitis dengan perforasi lambung pada lokasi korpus dan duodenum yaitu tipe 2 dijumpai sebanyak 5 orang (21.7%), sedangkan pada lokasi antrum atau prepilorik dijumpai sebanyak 18 orang (78.3%) dan tidak dijumpai lokasi perforasi pada lengkung kecil atau tipe 1, cardia atau tipe 4, dan seluruh area lambung atau tipe 5 (0%).
5.2. Pembahasan
5.2.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur
Pada penelitian ini memperlihatkan penderita peritonitis pada pasien
dengan perforasi lambung berkisar antara umur 15-62 tahun. Penderita perforasi
lambung terbanyak berumur dalam rentang 50-54 tahun dan 60-64 tahun (17.4%).
Nasif et al, 2008 mendapatkan insidensi tertinggi pada usia 20-50 tahun sebesar
(6-15%). Silitonga, 2007 mendapatkan insidensi pada umur 0-14 tahun sekitar
(7,2-28%), sedangkan pada pasien diatas 15 tahun (36-54,3%) yang
pasien anak-anak. Hal ini dapat terjadi karena tanda dan gejala lebih khas pada
pasien dewasa dibandingkan pasien anak-anak sehingga dapat didiagnosis dan
ditangani lebih cepat.
5.2.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin
Pada penelitian ini memperlihatkan subjek penelitian dengan jenis
kelamin laki–laki (69.6%) lebih banyak daripada perempuan (30.4%). Hal Ini
sesuai dengan penelitian Chalya et al pada tahun 2011 yang mendapatkan
insidensi terjadi lebih banyak pada laki-laki dibanding perempuan dengan rasio
1,3:1, hal ini dapat berkaitan dengan pola makan dan gaya hidup laki-laki yang
cenderung lebih tidak teratur dibandingkan perempuan sehingga menyebabkan
terjadi peningkatan asam lambung.
5.2.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Penyebab
Pada penelitian ini memperlihatkan subjek penelitian dengan distribusi
frekuensi penyebab yang paling tinggi adalah tukak lambung sebanyak 16 orang
(69.5%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh J.
Wilson-Macdonald, N.J Mortensen dan R. C Williamson yang mendapatkan insiden
sebanyak 38% yaitu 12 pasien karena obat-obatan pencetus tukak lambung yang
mengakibatkan penderita tersebut menderita tukak lambung, hal ini dapat terjadi
karena pemakaian obat-batan pencetus tukak lambung misalnya NSAID(non
steroid anti inflammation drug) dapat menghilangkan fungsi prostaglandin yang
bertugas untuk membentuk mukosa lambung. Ketiadaan mukosa lambung ini
yang menyebabkan iritasi mukosa lambung oleh asam lambung yang
menyebabkan tukak dan selanjutnya berkembang menjadi suatu peforasi.
5.2.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lokasi
Pada penelitian ini memperlihatkan subjek penelitian dengan distribusi
lokasi perforasi bahwa yang paling tinggi adalah yang terdapat di antrum atau
prepilorik sebanyak 18 orang (78.3%) dan di corpus dan duodenum sebanyak 5
orang (21.7%). Hal ini sesuai dengan penelitian Dahlgren dan Nordgren yang
meneliti 21 pasien dan didapati 13 mendapat tukak pada bagian prepilorik.
Antrum dan prepilorik adalah tempat yang paling banyak menampung asam
lambung sehingga saat mukosa pelindung lambung hilang daerah ini menjadi
rentan akan iritasi terhadap asam lambung sehingga daerah ini beresiko terhadap
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada rekam medis
pasien yang menderita peritonitis dengan perforasi lambug di RSUP. H. Adam
Malik Medan pada tahun 2010 – 2012 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Distribusi frekuensi penderita peritonitis dengan perforasi lambung
menurut kelompok umur terbanyak adalah kelompok umur 50-54 dan
60-64 tahun.
2. Distribusi frekuensi penderita peritonitis dengan perforasi lambung
menurut jenis kelamin terbanyak dijumpai adalah laki-laki.
3. Distribusi frekuensi penyebab peritonitis pada pasien dengan perforasi
lambung terbanyak adalah ulkus gaster atau yang biasanya disebut tukak
lambung.
4. Distribusi frekuensi lokasi perforasi pada lambung terbanyak adalah pada
daerah antrum atau prepilorik .
6.2. Saran
1. Dengan ini diharapkan kepada tenaga medis dan masyarakat dapat
meningkatkan pengetahuan tentang bagaimana profil penyebab peritonitis
pada penderita perforasi lambung sehingga dapat dijadikan sebagai bahan
karena sebagaimana telah dijelaskan bahwa peritonitis adalah salah satu
penyakit yang dapat mengancam jiwa .
2. Disarankan kepada tenaga medis agar dapat meneruskan penelitian ini
untuk tahun berikutnya ataupun menelusuri lebih dalam tentang
komponen-komponen profil tersebut diatas sehingga dapat menambah
pengetahuan lebih banyak tentang profil penyebab peritonitis pada pasien
dengan perforasi lambung tersebut.
3. Penelitian ini belum sepenuhnya dapat menjelaskan penyebab dari
peritonitis pada perforasi lambung sehingga disarankan bagi peneliti
selanjutnya dapat menelusuri penyebab peritonitis pada perforasi lambung.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, O.B., Boschi-Pinto, C., Lopez, A.D., Murray, C.J., Lozano, R., Inoue M.,
2001., Age standardization of Rates: a new who standard, WHO
Chalya. P.L., Mabula, J.B., Koy, M., Mchembe, M.D., Jaka, H.M., Kabangila, R.,
Chandika, A.B., Gilyoma, J.M., 2011., Word Journal of Emergency Surgery: Clinical profile and outcome of surgical treatment of perforated peptic ulcers in Northwestern Tanzania: A tertiary hospital experience
Dahlgren, S., Nordgreen B., 1976., Gastric acid secretion in patients with
prepyloric ulcer and with combined gastric and duodenal ulcer
Feinstein, L.B., Holman, R.C., Yorita, K.L., Steiner, C.A., Swerdlow, D.L., 2010.,
Trends in Hospitalizations for Peptic Ulcer Disease, United States, 1998-
2005., CDC Available from: http://wwwnc.cdc.gov/eid/article/16/9/09-
1126_article.htm [Accessed 18 July 2013]
Grant, C.N., 2013., Antrectomy., Medscape reference., Available from:
http://reference.medscape.com/article/1891351-overview [Accessed 18 July
2013]
Kasper, L.D., Fauci, SA., Longo, L.D., Braunwald, E., Hauser, L.S., Jameson,
L.J., Loscalzo, J., 2011., Principle of Internal Medicine: Harrison’s
18thEdition.,McGrawhill hal: 749-751
Medicalart Library., 2013., Stomach Anatomy., Available From:
http://www.medicalartlibrary.com/stomach-anatomy.html . [Accessed 3 June
2013]
Nasif, H., Dahlan, R., Lingga, L.I., 2008. Jurnal Profil dan Optimalisasi
Penggunaan Kombinasi Anti Tukak Peptik dengan Antasida pada Pasien
Tukak Peptik di Ruang Rawat Inap SMF Penyakit Dalam RSAM Bukit
Tinggi.
Primsurg Docbook, Perforated Gastric or Duodenal Ulcer: Primary Surgery1:
Non Trauma., Ch.5 Available from: http://www.meb.uni-
bonn.de/dtc/primsurg/docbook/html/x3617.html [Accessed 18 July 2013]
Shrestha, S. 2009. Peptic Ulcer Disease.Division of Gastroenterology, Gastroenterology Care Consultants. Available from:
http://emedicine.medscape.com [Accessed 29 April 2013]
Silitonga, M.M. 2007. Infeksi Saluran Gastroduodenal oleh Bakteri Helicobacter
pylori. Jurnal Biologic, Volume 6, Nomor 2. Fakultas MIPA Universitas
Tarigan, M.H.M., 2012. Kadar Serum LaktatSebelumdanSesudah EGDT
Pada Pasien Peritonitis Difusa yang Disertai Sepsis Berat di Rumah Sakit
Haji Adam Malik .Tesis.Program Pendidikan Dokter spesialis Departemen
Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan
Tarigan, P., 2001. Tukak Gaster. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV Jilid 1.
Jakarta: Pusat Penerbitan Fakultas Kedokteran. Page: 338-344
University of Maryland Medical Center., 2011. A.D.A.M., Inc: Normal Anatomy.,
Available from: http://www.umm.edu/patiented/articles/000607.htm .
[Accessed 3 June 2013]
Wilson-Macdonald, J., Mortensen, N.J., Williamson, R.C., 1985., Perforated Gastric Ulcer, Postgraduate Medical Journal
Zinner, J.M., Stanley, W.A., 2007., Abdominal Operation, Maingot 11thEdition. hal : 355
Lampiran 1.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Lucyana Carolina S
Tempat/Tanggal Lahir : Medan/ 15 Desember 1992
Agama : Islam
Alamat : Jl. Jamin Ginting Km. 8 R No.5 Buena Vista,
Padang Bulan, Medan.
Riwayat Pendidikan :1. TK Pelangi 1998-1999
2. SD NEGERI 060885 1999-2004
3. SMP NEGERI 31 MEDAN 2004-2005
4. SMP NEGERI 10 MEDAN 2005-2007
5. SMA NEGERI 2 MEDAN 2007-2010
6. FAKULTAS KEDOKTERAN USU 2010-
Lampiran 3.
Kategori Umur Menurut Who
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 15-19 1 4.3 4.3 4.3
25-29 1 4.3 4.3 8.7
30-34 2 8.7 8.7 17.4
35-39 2 8.7 8.7 26.1
40-44 1 4.3 4.3 30.4
45-49 3 13.0 13.0 43.5
50-54 4 17.4 17.4 60.9
55-59 2 8.7 8.7 69.6
60-64 4 17.4 17.4 87.0
65-69 3 13.0 13.0 100.0
Total 23 100.0 100.0
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Laki-laki 16 69.6 69.6 69.6
Perempuan 7 30.4 30.4 100.0
Total 23 100.0 100.0
Penyebab
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Kanker lambung 7 30.4 30.4 30.4
Tukak lambung 16 69.6 69.6 100.0
Total 23 100.0 100.0
Lokasi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Antrum, prepiloric 18 78.3 78.3 78.3
corpus & duodenum 5 21.7 21.7 100.0
Master Data
No. Nama Umur JK Penyebab Lokasi KU
1 M 55 Perempuan Tukak lambung corpus & duodenum 50-59
2 H 15 Laki-laki Tukak lambung Antrum, prepiloric 15-19
3 S 54 Perempuan Tukak lambung Antrum, prepiloric 50-54
4 S1 32 Laki-laki Tukak lambung Antrum, prepiloric 30-34
5 M1 61 Perempuan Tukak lambung corpus & duodenum 60-64
6 S2 62 Laki-laki Tukak lambung Antrum, prepiloric 60-64
7 M2 54 Perempuan Kanker lambung Antrum, prepiloric 50-54
8 M3 34 Laki-laki Tukak lambung Antrum, prepiloric 30-34
9 M4 47 Laki-laki Kanker lambung Antrum, prepiloric 45-49
10 S3 27 Laki-laki Tukak lambung Antrum, prepiloric 25-29
11 R 35 Laki-laki Kanker lambung corpus & duodenum 35-39
12 S4 36 Laki-laki Kanker lambung Antrum, prepiloric 35-39
13 H1 44 Laki-laki Tukak lambung Antrum, prepiloric 40-44
14 R1 69 Perempuan Kanker lambung Antrum, prepiloric 65-69
15 S4 58 Laki-laki Tukak lambung Antrum, prepiloric 50-59
16 N 65 Perempuan Tukak lambung Antrum, prepiloric 65-69
17 N2 67 Perempuan Kanker lambung Antrum, prepiloric 65-69
18 S5 64 Laki-laki Kanker lambung corpus & duodenum 60-64
19 D 46 Laki-laki Tukak lambung Antrum, prepiloric 45-49
20 P 61 Laki-laki Tukak lambung Antrum, prepiloric 60-64
21 R2 49 Laki-laki Tukak lambung Antrum, prepiloric 45-49
22 D1 54 Laki-laki Tukak lambung corpus & duodenum 50-54
23 T 52 Laki-laki Tukak lambung Antrum, prepiloric 50-54