• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL KELAS VIII SMP NEGERI 5 STABAT T.A. 2015/2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL KELAS VIII SMP NEGERI 5 STABAT T.A. 2015/2016."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN

MASALAH SISWA PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL KELAS VIII SMP

NEGERI 5 STABAT T.A. 2015/2016

Oleh:

Aulia Resa Fahlevi Siregar NIM. 4113111010

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN

MASALAH SISWA PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL KELAS VIII SMP

NEGERI 5 STABAT T.A. 2015/2016 Aulia Resa Fahlevi Siregar

(NIM: 4113111010)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi penerapan model pembelajaran Quantum Learning dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa melalui penerapan model pembelajaran Quantum Learning pada pokok bahasan persamaan linear dua variabel di kelas VIII SMP Negeri 5 Stabat. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII-5 SMP Negeri VIII-5 Stabat T.A. 201VIII-5/2016 yang berjumlah 36 orang. Objek penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran Quantum Learning untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa pada pokok bahasan persamaan linear dua variabel.

Berdasarkan analisis data setelah pemberian tindakan pada siklus I melalui pemberian tes kemampuan pemecahan masalah I diperoleh 19 siswa (52,78%) dari 36 siswa telah mencapai ketuntasan belajar (nilainya  2,80). Setelah tindakan II, melalui pemberian tes kemampuan pemecahan masalah II diperoleh 32 siswa (88,89%) dari 36 siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar (nilainya

2,80). Terjadi peningkatan persentase ketuntasan klasikal sebesar 36,11%. Berdasarkan kriteria ketuntasan klasikal maka persentase ketuntasan ini terpenuhi. Nilai rata-rata pada tes kemampuan pemecahan masalah pada siklus I yaitu 2,47 dan pada siklus II meningkat menjadi 3,26. Peningkatatan nilai rata-rata yaitu sebesar 0,79 yang berada pada kategori baik.

Pada tindakan siklus I melalui pemberian tes kemampuan pemecahan masalah untuk setiap indikator yang diteliti yaitu pada indikator memahami masalah menjelaskan persentase rata-rata pada siklus I sebesar 88,89%, pada siklus II meningkat menjadi 94,44%. Indikator merencanakan penyelesaian masalah pada siklus I sebesar 86,11%, pada siklus II meningkat menjadi 88,89%. Indikator menyelesaikan masalah sesuai rencana pada siklus I sebesar 36,11%, pada siklus II meningkat menjadi 88,89%. Indikator memeriksa kembali hasil yang diperoleh pada siklus I sebesar 16,67%, pada siklus II meningkat menjadi 86,11%.

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya yang memberikan kesehatan, kesempatan, dan kemudahan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Quantum Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada Pokok Bahasan Persamaan Linear Dua Variabel Kelas VIII SMP Negeri 5 Stabat T.A. 2015/2016”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran yang membangun sejak penyusunan proposal, penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, dan Ibu Dra. N. Manurung, M.Pd selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan saran mulai dari rencana penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. B. Sinaga, M.Pd selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam perkuliahan.

(5)

v

Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Mukhsin Siregar dan Ibunda Hasnijah Sagala yang selalu memberikan doa, kasih sayang, motivasi dan dukungan yang tak terhingga kepada penulis selama menjalani pendidikan hingga menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih juga kepada adik-adik tercinta Aulia Resa Maulida Siregar dan Hamdina Resa Aufin Siregar yang telah banyak memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis.

Terima kasih kepada sahabat-sahabat terkasih Isneni, Juli, Indah, Nur, Imah, Lia, dan Leni yang selalu setia menemani penulis selama 8 tahun ini. Kepada sahabat terhebat Hailda Syaputri Minja, S.Pd dan Arasti, S.Pd terima kasih atas segenap canda tawa yang kalian berikan sehingga penulis mampu bertahan di jurusan matematika ini. Terima kasih rekan-rekan seperjuangan di Jurusan Matematika khususnya kelas DIK A 2011. Terimakasih untuk Laskar Bulan 5 Ku, Shanti, Kak Tika, Ade, Nisa, Dwi, Suci, Ida, Maksum, Umam, Ahyar, Sara, Edo yang telah banyak membantu penulis hingga menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih juga untuk Sarifah Sarah, S.Pd untuk suka duka yang kita lewati bersama dari penyusunan proposal sampai skripsi.

Teruntuk keluarga kos MakMora Kak Ana, Kak Nisa, Kak Uchi, Putri, Riza, Kiki, Masda, Masni, Azma, Virsa, dan Dinda yang selalu memberikan motivasi, dukungan dan bantuan yang tak terhingga kepada penulis. Terima kasih kepada keluarga PPLT SMP Negeri 2 Babalan Tahun 2014, terkhusus terima kasih untuk Vee, Dina, Lia, Rizka, dan Ike atas motivasi dan dukungan kalian.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.

Medan, April 2016 Penulis,

(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN i

RIWAYAT HIDUP ii

ABSTRAK iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI vi

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR TABEL x

DAFTAR LAMPIRAN xii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Identifikasi Masalah 7

1.3. Pembatasan Masalah 7

1.4. Rumusan Masalah 7

1.5. Tujuan Penelitian 8

1.6. Manfaat Penelitian 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis 9

2.1.1. Pengertian Belajar 9

2.1.2. Pembelajaran Matematika 10

2.1.3. Masalah dalam Matematika 11

2.1.4. Pemecahan Masalah Matematika 12

2.1.5. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 15

2.1.6. Model Pembelajaran 16

2.1.7. Model Pembelajaran Quantum Learning 17 2.1.8. Penerapan Model Pembelajaran Quantum Learning 21 2.1.9. Penerapan Model Pembelajaran Quantum Learning dalam

(7)

vii

2.2. Materi Persamaan Linear Dua Variabel 24

2.2.1. Membuat Persamaan Linear Dua Variabel 24 2.2.2. Menentukan Selesaian Persamaan Linear Dua Variabel 25 2.2.3. Membuat Model Masalah dari Sistem Persamaan Linear

Dua Variabel 28

2.2.4. Menyelesaikan Masalah yang berkaitan dengan Sistem

Persamaan Linear Dua Variabel 29

2.3. Penelitian yang Relevan 31

2.4. Kerangka Konseptual 32

2.5. Hipotesis Tindakan 33

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 34

3.2. Subjek dan Objek Penelitian 34

3.2.1. Subjek Penelitian 34

3.2.2. Objek Penelitian 34

3.3. Jenis Penelitian 34

3.4. Prosedur Penelitian 35

3.5. Instrumen Pengumpulan Data 39

3.5.1. Tes 39

3.5.2. Wawancara 41

3.5.3. Observasi 41

3.6. Analisis Data 41

3.6.1. Reduksi Data 41

3.6.2. Memaparkan Data 42

3.7. Penarikan Kesimpulan 44

3.8. Indikator Keberhasilan 45

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian 46

(8)

viii

4.1.1.1 Permasalahan 46

4.1.1.2 Perencanaan Tindakan I 48

4.1.1.3 Pelaksanaan Tindakan I 49

4.1.1.4 Observasi I 53

4.1.1.5 Analisis Data Hasil Siklus I 53

a. Reduksi Data 53

b. Paparan Data 53

c. Kesimpulan 58

4.1.1.6 Deskripsi Hasil Observasi I 60

4.1.1.7 Wawancara I 63

4.1.1.8 Refleksi 63

4.1.2. Hasil Penelitian Siklus II 66

4.1.2.1 Permasalahan 66

4.1.2.2 Perencanaan Tindakan II 67

4.1.2.3 Pelaksanaan Tindakan II 67

4.1.2.4 Observasi II 69

4.1.2.5 Analisis Data Hasil Siklus II 70

a. Reduksi Data 70

b. Paparan Data 70

c. Kesimpulan 74

4.1.2.6 Deskripsi Hasil Observasi II 76

4.1.2.7 Wawancara II 78

4.1.2.8 Refleksi 79

4.2. Hasil Pembahasan 83

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 85

5.2. Saran 86

(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1. Lembar Jawaban Salah Satu siswa 3

Gambar 3.4. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas 39 Gambar 4.1. Kemampuan Pemecahan Masalah Tiap Indikator pada

Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 57 Gambar 4.2. Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah I 59 Gambar 4.3. Deskripsi Ketuntasan Belajar Siklus I 59 Gambar 4.4. Kemampuan Pemecahan Masalah Tiap Indikator pada

Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 73 Gambar 4.5. Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah II 74 Gambar 4.6. Deskripsi Ketuntasan Belajar Siklus II 75 Gambar 4.7. Diagram Kenaikan Rata-rata Kemampuan Pemecahan Masalah 80 Gambar 4.8. Diagram Kenaikan Nilai Rata-rata Kelas 81 Gambar 4.9. Diagram Persentase Siswa yang Tuntas dengan Siswa yang

(10)

x

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.5.1 Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 40 Tabel 3.6.2 Rentang Nilai Kompetensi Pengetahuan dan Keterampilan 42 Tabel 4.1 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Awal 47 Tabel 4.2 Tingkat Kemampuan Memahami Masalah Siswa pada Tes

Kemampuan Pemecahan Masalah I 54

Tabel 4.3 Tingkat Kemampuan Merencanakan Penyelesaian Masalah

Siswa pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 55 Tabel 4.4 Tingkat Kemampuan Menyelesaikan Masalah Sesuai

Rencana pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 56 Tabel 4.5 Tingkat Kemampuan Memeriksa Kembali Hasil yang

Diperoleh pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 57 Tabel 4.6 Deskripsi Tingkat Pencapaian Hasil Tes Kemampuan

Pemecahan Masalah I 58

Tabel 4.7 Deskripsi Ketuntasan Belajar Siklus I 59 Tabel 4.8 Deskripsi Perbandingan Hasil Tes Awal dan Hasil Tes

Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Siklus I 60 Tabel 4.9 Deskripsi Hasil Observasi Guru dalam Melaksanakan

Pembelajaran pada Siklus I 60

Tabel 4.10 Deskripsi Hasil Observasi Siswa Melaksanakan Pembelajaran

pada Siklus I 62

Tabel 4.11 Deskripsi Perbedaan Tindakan pada Siklus I dan Siklus II 64 Tabel 4.12 Tingkat Kemampuan Memahami Masalah Siswa pada Tes

Kemampuan Pemecahan Masalah II 71

Tabel 4.13 Tingkat Kemampuan Merencanakan Penyelesaian Masalah

Siswa pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 71 Tabel 4.14 Tingkat Kemampuan Menyelesaikan Masalah Sesuai

(11)

xi

Tabel 4.15 Tingkat Kemampuan Memeriksa Kembali Hasil yang

Diperoleh pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 73 Tabel 4.16 Deskripsi Tingkat Pencapaian Hasil Tes Kemampuan

Pemecahan Masalah II 74

Tabel 4.17 Deskripsi Ketuntasan Belajar Siklus II 75 Tabel 4.18 Deskripsi Perbandingan Hasil Tes Awal dan Hasil Tes

Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Siklus I dan Siklus II 76 Tabel 4.19 Deskripsi Hasil Observasi Guru dalam Melaksanakan

Pembelajaran pada Siklus II 77

Tabel 4.20 Deskripsi Hasil Observasi Siswa Melaksanakan Pembelajaran

pada Siklus II 78

Tabel 4.21 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Awal, Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I dan Tes Kemampuan

Pemecahan Masalah II 80

Tabel 4.22 Deskripsi Peningkatan Jumlah Siswa yang Tuntas dan

Tidak Tuntas pada Siklus I dan Siklus II 81 Tabel 4.23 Perbandingan Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Tiap

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Siklus I) 89 Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Siklus I) 95 Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Siklus II) 104 Lampiran 4 : Lembar Aktivitas Siswa I (Siklus I) 111 Lampiran 5 : Lembar Aktivitas Siswa II (Siklus I) 115 Lampiran 6 : Lembar Aktivitas Siswa I (Siklus II) 119 Lampiran 7 : Alternatif Penyelesaian LAS I (Siklus I) 122 Lampiran 8 : Alternatif Penyelesaian LAS II (Siklus I) 125 Lampiran 9 : Alternatif Penyelesaian LAS I (Siklus II) 128

Lampiran 10 : Kisi-Kisi Tes Kemampuan Awal 132

Lampiran 11 : Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 133 Lampiran 12 : Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 134 Lampiran 13 : Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 135

Lampiran 14 : Tes Kemampuan Awal 136

Lampiran 15 : Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 137 Lampiran 16 : Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 138 Lampiran 17 : Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Awal 139 Lampiran 18 : Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah I 145

Lampiran 19 : Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah II 152

Lampiran 20 : Lembar Validasi Tes Kemampuan Awal 158 Lampiran 21 : Lembar Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 164 Lampiran 22 : Lembar Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 170

Lampiran 23 : Lembar Observasi I (Siklus I) 176

Lampiran 24 : Lembar Observasi II (Siklus I) 179

Lampiran 25 : Lembar Observasi I (Siklus II) 182

Lampiran 26 : Daftar Nama Siswa 185

(13)

xiii

Lampiran 28 : Analisis Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 189 Lampiran 29 : Analisis Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 191

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam meningkatkan Sumber Daya Manusia. Salah satu tujuan pendidikan adalah mengembangkan pemikir-pemikir yang matang dan untuk menciptakan SDM yang berkualitas. Hamid (2009:1) menyatakan bahwa: “Pembangunan bidang pendidikan memiliki peranan yang mendasar dalam proses pengembangan sumber daya manusia yang multidimensional”.

Matematika adalah ilmu dasar yang memiliki peran penting dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan Sudrajat (2008:2) :

Matematika merupakan ilmu dasar yang sangat diperlukan untuk landasan bagi teknologi dan pengetahuan modern. Di samping itu, matematika memberikan keterampilan yang tinggi pada seseorang dalam hal daya abstraksi, analisis permasalahan, dan penalaran logika. Dengan demikian, matematika berfungsi untuk membantu mengkaji alam sekitar sehingga dapat dikembangkan menjadi teknologi untuk kesejahteraan umat manusia.

Meskipun demikian, mata pelajaran matematika belum menjadi mata pelajaran yang diminati oleh banyak siswa. Masih banyak siswa yang menganggap matematika sebagai mata pelajaran yang susah, rumit, dan angker karena begitu ditakuti. Seperti yang dikemukakan oleh Abdurrahman (2012:202) bahwa: “Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar, dan lebih-lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar.”

(15)

2

pembelajaran matematika SD, SMP, SMA, dan SMK disamping tujuan yang berkaitan dengan pemahaman konsep yang sudah dikenal guru.

Dewan nasional untuk pengajaran Matematika di Amerika Serikat seperti dikutip oleh Abdurrahman (2012:206) mengusulkan agar kurikulum mencakup 10 keterampilan dasar sebagai berikut: (1) Pemecahan masalah; (2) Penerapan matematika dalam situasi kehidupan sehari-hari; (3) Ketajaman perhatian terhadap kelayakan hasil; (4) perkiraan; (5) keterampilan perhitungan yang sesuai; (6) geometri; (7) pengukuran; (8) membaca, menginterpretasikan, membuat tabel, cart, dan grafik; (9) menggunakan matematika untuk meramalkan; dan (10) melek komputer (computer literacy).

Dari tujuan pembelajaran matematika di atas, terlihat bahwa salah satu aspek yang ditekankan dalam kurikulum adalah meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Pemecahan masalah merupakan aspek kognitif yang sangat penting karena dengan cara memecahkan masalah, salah satu diantaranya siswa dapat berpikir kritis. Siswa dituntut untuk menggunakan segala pengetahuan yang diperolehnya untuk dapat memecahkan suatu masalah matematika.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 15 Desember 2015 di SMP Negeri 5 Stabat, diketahui bahwa tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII di sekolah tersebut masih rendah. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah tersebut diperoleh dari hasil tes diagnostik yang diberikan.

Adapun salah satu soal yang peneliti berikan adalah sebagai berikut: Harga sebuah buku tulis adalah Rp 20.000. Maulida memperoleh diskon sebesar

10% karena membayar kontan. Berapa rupiah Maulida harus membayar jika ia

membeli 2 buah buku tulis?

(16)

3

Gambar 1.1 Lembar Jawaban Salah Satu Siswa

Kesulitan yang dialami siswa adalah siswa kurang memahami masalah yang terkandung dalam soal, mereka cenderung mengambil kesimpulan untuk melakukan operasi hitung pada bilangan-bilangan yang ada dalam soal tanpa memahami dan memikirkan apa yang diminta dalam soal. Sehingga menyebabkan perhitungan yang salah.

Dari 36 siswa yang mengikuti tes, diperoleh gambaran kemampuan masalah matematika siswa dalam memecahkan masalah secara individu sebagai berikut: terdapat 0 orang siswa (0%) dengan tingkat kemampuan sangat baik, 3 orang siswa (8,33%) dengan tingkat kemampuan baik, 11 orang siswa (30,55%) dengan tingkat kemampuan sedang, 12 orang siswa (33,33%) dengan tingkat kemampuan rendah, dan 10 orang siswa (27,77%) dengan tingkat kemampuan yang sangat rendah.

Dari data ini terlihat jelas bahwa masih banyak siswa yang tidak mampu menyelesaikan soal dikarenakan masih kurang terampilnya siswa dalam memecahkan masalah matematika, sehingga menyebabkan rendahnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika.

(17)

4

karena mereka kurang mampu memahami konsep-konsep pada materi sistem persamaan linier dua variabel. Ini juga terjadi karena tingkat konsentrasi siswa yang tidak maksimal yang mungkin disebabkan karena model sebelumnya tidak membuat siswa termotivasi sehingga kebanyakan siswa kurang mampu memecahkan masalah yang berhubungan dengan materi tersebut. Selain itu, siswa hanya mampu menyelesaikan soal-soal matematika jika soal tersebut mirip atau serupa dengan contoh soal yang baru diberikan, jika soal tersebut bervariasi atau lain dari contoh soal yang diberikan maka siswa akan kesulitan untuk mengerjakan soal tersebut.

Kondisi siswa seperti diatas jika dibiarkan saja akan mengakibatkan siswa semakin kesulitan dalam mempelajari dan memahami materi matematika lebih lanjut. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa harus ditingkatkan dalam kegiatan pembelajaran, karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian suatu masalah, siswa dapat memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah matematika.

Memperhatikan pentingnya siswa mempunyai kemampuan pemecahan masalah matematika yang memadai dalam pembelajaran matematika maka diperlukan usaha dari guru dalam meningkatkan hal tersebut. Usaha yang dapat dilakukan oleh guru antara lain adalah memberikan strategi pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran matematika. Namun tidak sedikit guru yang masih menganut paradigma pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered) dan tidak melibatkan siswa aktif. Hal ini sejalan dengan pendapat Slameto (2010:65):

Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Guru biasa mengajar dengan metode ceramah saja. Siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar harus diusahakan yang tepat, efisien, dan efektif.

(18)

5

diungkapkan oleh Trianto (2011:5) bahwa : “Berdasarkan hasil analisis penelitian terhadap rendahnya hasil belajar peserta didik yang dominannya proses pembelajaran konvensional. Pada pembelajaran ini suasana kelas cenderung teacher-centered sehingga siswa menjadi pasif.”

Hal tersebut mengakibatkan aktivitas belajar siswa rendah karena mereka hanya dijadikan objek pembelajaran bukan subjek dalam pembelajaran. Jadi, dalam belajar ada usaha dan aktivitas, dengan artian dalam proses pembelajaran siswa diharapkan beraktivitas guna mengkonstruk pengetahuannya. Selanjutnya Sanjaya (2008:1130) mengatakan bahwa :

Belajar bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat; memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas siswa. Aktivitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental.

Kenyataan ini merupakan indikator bahwa guru harus memilih dan menggunakan model yang bervariasi sesuai dengan materi yang akan diajarkan, sehingga dapat meningkatkan minat siswa untuk belajar matematika. Ada beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Salah satu model pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar secara optimal adalah model pembelajaran Quantum Learning. Model pembelajaran ini merupakan model pemercepatan belajar

(accelerated learning) untuk mempercepat kemampuan pemecahan masalah siswa. Quantum Learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria, yang bereksperimen dengan apa yang disebutnya “suggestology” atau “suggestopedia”. Prinsip pembelajaran Quantum Learning ini adalah sugesti dapat dan pasti mempengaruhi situasi belajar, dan

(19)

6

dalam seni pengajaran sugestif. Aspek-aspek dalam metode pembelajaran Quantum Learning adalah lingkungan belajar, memiliki sikap positif, gaya

belajar, teknik mencatat, teknik menulis, kekuatan ingatan, kekuatan membaca, dan berpikir kreatif (DePoter, 2010:14).

Pada Quantum Learning mengutamakan konteks dan isi. Konteks berisi tentang 1.suasana yang memberdayakan, 2. Landasan yang kukuh, 3. Lingkungan yang mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis. Isi terdiri atas 1.penyajian yang prima, 2. Fasilitas yang luwes, 3. keterampilan belajar untuk belajar, dan ketrampilan hidup. Ada lima prinsip yang mempengaruhi seluruh aspek metode Quantum Learning yaitu segalanya berbicara, segalanya bertujuan, pengalaman

sebelum pemberian nama, akui setiap usaha dan jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan. Konteks dan isi sangat mendominasi dalam pelaksanaan pembelajaran Quantum. Konteks adalah latar untuk pengalaman pembelajaran. Konteks dianggap sebagai suasana yang mampu menberdayakan,landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung, dan rancangan pembelajaran yang dinamis. Sedangkan isi berisi tentang penyajian yang prima, fasilitas yang luwes, keterampilan belajar untuk belajar dan keterampilan hidup.

DePorter (2010:37) menyatakan bahwa: “Belajar Quantum menyatukan permainan, hiburan, cara berfikir, dan bersikap positif. Kebugaran fisik dan kesehatan emosional yang terpelihara dan dikemas secara sinergis dalam aktivitas pembelajaran mendorong meningkatnya kemampuan anak dalam menyelesaikan masalah serta berfikir secara kreatif.”

Jika proses pembelajaran tersebut dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Learning dapat mengubah kegiatan siswa menjadi lebih aktif (student oriented). Selain itu, siswa juga dapat lebih memahami materi pelajaran dan dapat berdampak pada kemampuan pemecahan masalah siswa.

(20)

7

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Matematika dipandang sebagai pelajaran yang sulit.

2. Siswa mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah matematika.

3. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa dalam menyelesaikan soal-soal Persamaan Linear Dua Variabel.

4. Guru masih mengajar menggunakan pendekatan tradisional (teacher centered) yang memosisikan siswa sebagai objek pasif di dalam belajar.

5. Belum adanya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Quantum Learning untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika

siswa di sekolah SMP Negeri 5 Stabat.

1.3 Pembatasan Masalah

Melihat luasnya cakupan masalah-masalah yang teridentifikasi, maka penulis merasa perlu memberikan batasan terhadap masalah yang akan dikaji agar lebih terarah dan jelas, masalah dalam penelitian ini dibatasi hanya pada penggunaan model pembelajaran Quantum Learning untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa pada pokok bahasan Persamaan Linear Dua Variabel kelas VIII SMP Negeri 5 Stabat T.A 2015/2016.

1.4 Rumusan Masalah

Dengan pembatasan di atas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana strategi penerapan model pembelajaran Quantum Learning dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa pada pokok bahasan Persamaan Linear Dua Variabel Kelas VIII SMP Negeri 5 Stabat?

(21)

8

1.5 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui strategi penerapan model pembelajaran Quantum Learning

dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa pada pokok bahasan Persamaan Linear Dua Variabel Kelas VIII SMP Negeri 5 Stabat. 2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa setelah

diterapkan model pembelajaran Quantum Learning pada pokok bahasan Persamaan Linear Dua Variabel Kelas VIII SMP Negeri 5 Stabat.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat:

1. Kepada siswa yaitu untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa terutama dalam memecahkan permasalahan matematika.

2. Kepada guru yaitu untuk mengetahui pendekatan pembelajaran yang dapat memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran di kelas sehingga permasalahan yang dihadapi oleh siswa mapun oleh guru dapat dikurangi. 3. Kepada sekolah yaitu hasil–hasil penelitian dapat dijadikan sebagai

masukan dalam mengambil alternatif kebijakan penerapan model pembelajaran yang inovatif di sekolah.

(22)

85 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Strategi yang digunakan dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa pada pokok bahasan persamaan linear dua variabel dengan menerapkan model pembelajaran Quantum Learning yaitu guru menumbuhkan rasa ketertarikan siswa untuk mengikuti pelajaran, guru mengawali pelajaran dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan terbuka, guru melakukan pembelajaran terbalik dimulai dari pemahaman dasar dari konsep sampai kepada pemahaman yang lebih kompleks, siswa melakukan demonstrasi materi melalui soal-soal demonstrasi yang diberikan guru untuk mendapatkan pemahaman sendiri, guru memberikan beberapa contoh soal dimulai dari soal dalam konkrit yang bisa dialami dalam kehidupan sehai-hari, guru memberikan LAS yang akan dikerjakan di dalam kelompok dan guru memberikan soal-soal tantangan untuk dikerjakan secara individu, guru memberikan kesempatan pada siswa untuk memberikan tanggapan dan pertanyaan, guru memberikan kuis berupa soal tantangan, dan diakhir pembelajaran guru memandu semua siswa untuk bertepuk tangan memberikan pujian atas usaha mereka selama pembelajaran.

(23)

86

merencanakan penyelesaian masalah pada siklus I sebesar 86,11%, pada siklus II meningkat menjadi 88,89%. Indikator menyelesaikan masalah sesuai rencana pada siklus I sebesar 36,11%, pada siklus II meningkat menjadi 88,89%. Indikator memeriksa kembali hasil yang diperoleh pada siklus I sebesar 16,67%, pada siklus II meningkat menjadi 86,11%. Peningkatan ketuntasan belajar siswa pada siklus I yaitu 19 siswa (52,78%) meningkat menjadi 32 siswa (88,89%) pada siklus II yang telah mencapai ketuntasan klasikal yaitu ≥80% siswa yang mencapai tes kemampuan komunikasi matematika dengan nilai ≥ 2,80.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut :

1. Kepada guru matematika dalam mengajarkan materi pembelajaran matematika disarankan untuk menggunakan model pembelajaran Quantum Learning sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah siswa.

2. Kepada guru hendaknya berupaya untuk selalu melibatkan siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan membuat suasana yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar sehingga siswa tertarik dan termotivasi dalam belajar.

3. Sebelum memulai pembelajaran hendaknya guru mengkondisikan siswa dalam keadaan nyaman dan siap untuk belajar, karena kondisi yang nyaman dapat menciptakan suasana yang efektif untuk belajar.

4. Kepada siswa diharapkan untuk lebih aktif dalam proses belajar mengajar, lebih banyak berlatih menyelesaikan soal-soal dan lebih berani untuk mengungkapkan ide dan pendapat saat berdiskusi.

(24)

87

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 2012. Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Dahar, R.W. 2006. Teori-Teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Deporter, Bobbi. 2000. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa.

Fahradina.N,dkk. 2014. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP dengan Menggunakan Model Investigasi Kelompok. Jurnal Didaktik Matematika. ISSN: 2355-4185. Vol. 1, No. 1

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, 2011. Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian Kependidikan. Medan: FMIPA Unimed.

Hamalik,O. 2007. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Hamid, Abdul. 2009. Teori Belajar dan Pembelajaran. Medan: Pascasarjana Unimed.

Hudojo, H. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: UM Press.

Isjoni. 2007. Cooverative Learning. Bandung: Alfabeta.

Istarani. 2012. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada.

Muslich, M. 2009. Melaksanakan PTK itu Mudah. Jakarta: Bumi Aksara.

Runtakuhu, J.T. 2014. Pembelajaran Matematika Dasar bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Raja Grafindo.

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Sagala, S. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group.

Slameto. 2010. Belajar & Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

(25)

88

Sudijono, A. 2011. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers.

Sudrajat. 2008. Model-Model Pembelajaran. Bandung: CV Sinar Baru.

Suprijono, A. 2010. Cooperatif Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Prenada Media Group.

Wiriaatmadja, R. 2008. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset

Gambar

Tabel 4.15  Tingkat Kemampuan Memeriksa Kembali Hasil yang
Gambar 1.1 Lembar Jawaban Salah Satu Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Alkalimetri adalah analisis yang menggunakan alkali (basa) sebagai larutan standar dan bentuk titrasi berdasarkan reaksi netralisasi antara zat titran dan zat yang akan

Akuntansi dilaksanakan baik dalam perusahaan yang berorientasi mencari laba maupun dalam organisasi nirlaba. Salah satu penyebabnya adalah karena hal

menurut peserta didik adalah informasi yang diberikan selalu dengan.. bahasa yang mudah dipahami, dan tidak membuat semuanya

Mahasiswa membawa bahan seminar lengkap yang telah ada tanda tangan Yuridis, Dosen Pembimbing Lapangan, dan Pembimbing Materi, minimal 2 Exemplar (1 untuk

PerjuanganpemudamendeklarasikanSumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 telah memberikan semangat dan motivasi baru bagi bangsa Indonesia untuk memperjuangkan eksistensinya

Pengadaan Peningkatan dan Perbaikan Sarana dal Prasarana PuskesmaslPuskesmas Pembantu dan Jaringarurya (Pembangunan Ruang Spesialistik Fuskesmas Rawat Inap

Materi matakuliah ini meliputi prose perencanaan dan pengendalian akuntansi termasuk berbagai proses penyusunan anggaran, konsep PPBS, penilaian investasi,

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia yang teregistrasi pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik ( LPSE ) dan memenuhi persyaratan Surat Ijin Usaha Jasa