DAFTAR PUSTAKA
1. Anderson Jr, Jhon D., Fundamental of Aerodyamics. Boston : Mc.Graw-Hill. 1999.
2. Barron, Randall F. Industrial Noise Control and Acoustics. New- York: Marcel Dekker, Inc. 2001
3. Beranek, Leo L, Noise and Vibration Control Engineering, Principles and
Applications, Second Edition, John Wiley and Sons, inc. 2006.
4. Cook, K., & Atcherson. Impulse Noise: Can Hitting a Softball Harm Your
Hearing?. Scientific World Journal. Vol. 2014, Article ID 702723, 4
pages, 2014
5. ���TM, DLE Operator’s Manual, Hobicco, Inc. 2010.
6. Dolle. Leslie L. dan Prasetio, Akustik Lingkungan, Penerbit Erlangga : Jakarta, 1993.
7. Harris, Cyril. M., Handbook Of Noise Control, Fifth Edition. New York, McGraw-Hill Companies. 1957.
8. Hemond Jr. Conrad J., Engineering Acoustic and Noise Control, Prentice Hall Inc., London, 1983.
9. K. D. Kryter. Acceptability of Aircraft Noise. U.S.A : Stanford Research Institute, Menlo Park, California.1966
10.Kurniawan, A., Desain dan Analisis Propeller pada Unmanned Aerial Vehicle (UAV). AAU Journal of Defense Science and Technology. 2011.
11.Llyod J, Jim Marchman, Aircraft Design Projects for Engineering Students, Linacre House, Jordan Hill, Oxford. 2003.
14.Tippler, Paul A. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jilid 1. Penerbit Erlangga. Jakarta. 1998
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini direncanakan berlangsung selama ± 4 bulan. Tempat
pelaksanaan penelitian adalah di Noise and Vibration Research Centre, Program
Magister Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
3.2 Variabel Penelitian
Pada penelitian ini ditentukan dua buah variable penelitian, yakni variable
terikat dan variable bebas
3.2.1 Variabel Terikat
Untuk membatasi permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini, maka
ditetapkan variabel terikat dalam penelitian ini yaitu:
1. Tingkat Kebisingan (SPL)
2. Kontur kebisingan
3.2.2 Variabel Bebas
Variable bebas pada penelitian ini merupakan faktor yang mempengaruhi
variable terikat dengan menentukan beberapa variabel. Adapun variable bebas
yang digunakan pada penelitian ini, yaitu :
1. Variasi putaran pada pesawat yaitu pada putaran 2000 rpm, 3000 rpm,
4000 rpm, 5000 rpm, 6000 rpm, 7000 rpm.
Gambar 3.1 Arah pengukuran pada pesawat tanpa awak
3.3 Spesifikasi Data
Pada penelitian ini diperlukan spesifikasi data yang membantu dalam
perhitungan dan analisa gaya-gaya yang terjadi pada simulasi. Karena itu maka
keakuratan data yang diperoleh akan sangat mempengaruhi hasil dari perhitungan
dan analisa gaya-gaya tersebut.
3.3.1 Spesifikasi Pesawat
Adapun bahan dalam penelitian ini yaitu pesawat tanpa awak prototype
NVC USU generasi 3 seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.2.Berikut
ini adalah data spesifikasi pesawat yang terdapat pada table 3.1 dibawah
ini.
Tabel 3.1 Data Badan pesawat
No Spesifikasi Karakteristik
1 Airfoil Semi Simetris NACA 2412
2 Posisi wings Parasol
3 Posisi Tail Conventional Tail
4 Diameter Sapuan 475 mm
5 Type Propulsion Tractor
6 Jumlah Sudu 2 buah
7 Fuselage Type 11
Gambar 3.2 Pesawat Prototipe NVC USU 3
3.3.2 Spesifikasi Kayu Balsa
Bahan badan pesawat adalah kayu balsa dengan spesifikasi seperti yang
ditampilkan pada table 3.2 dibawah ini.Data dibawah digunakan untuk
data bahan pada saat simulasi.
Tabel 3.2 Spesifikasi Kayu Balsa
No Spesifikasi Karakteristik
1 Massa Jenis 130 kg/m3
2 Modulus Young 3 x 109 N/m2
3 Possion Ratio 0.488
Sumber :Madison, Wisconsin, 2010
3.3.3 Spesifikasi Fluida
Spesifikasi Fluida, dalam hal ini adalah udara pada keadaan atmosfer. Data
untuk fluida ini digunakan dalam proses simulasi kebisingan. Oleh karena
itu di gunakan properties fluida pada keadaan atmosfer yang di tabulasikan
No Spesifikasi Karakteristik
1 Jenis Fluida Udara (pada tekanan 1 atm)
2 Massa Jenis 1,2041 kg/m3
3 Cepat Rambat Suara 343,24 m/s
4 Viskositas Dinamik 181,93 x 10-7 Pa.s
5 Konduktivitas Termal 0,0257 W/m.C
6 Panas Jenis Cp 1,005 J/kg.C
7 Panas Jenis Cv 0,712 J/kg.C
3.4 Cara Pelaksanaan Penelitian
Adapun tahapan dalam melakukan penelitian pada pesawat UAV ini untuk
mendapatkan hasil penelitian yang baik, maka urutan penelitian yang dilakukan
adalah sebagai berikut.
1. Menetapkan Tujuan dan Masalah
Pada tahap ini peneliti menetapkan tujuan penelitian dari latar belakang
masalah yang diperoleh. Tujuan yang ingin dicapai hendaknya selaras
dengan masalah yang didapat agar mendapatkan kesimpulan yang sesuai.
2. Studi Literatur
Penelitian ini harus dilakukan berlandaskan pada asas-asas teoritis yang
diakui di dalam dunia ilmu pengetahuan sehingga dapat dijadikan rujukan
penyelesaian penelitian ini. Studi literatur ini dilakukan dengan cara
memperolehnya dari buku referensi, jurnal ilmiah, kumpulan symposium,
diskusi personal, atau bahkan lewat media internet.
3. Pengumpulan data awal
Tahap ini merupakan tahapan dilakukan pengumpulan data tentang
informasi mengenai pesawat tanpa awak dari segi kerja, fungsi dan
kegunaan, dan perkembangan penelitian kebisingan terhadap pesawat
3. Pengolahan data
Perhitungan data pada penelitian ini dilakukan melalui simulasi
softwareAnsys 15.0. Data-data yang dibutuhkan selama proses pengerjaan
di input kedalam proses komputasi data dimulai dari pemodelan bentuk
geometripesawat tanpa awak, kemudian melakukan simulasi pada Ansys
untuk memperoleh hasil pengaruh variable bebas terhadap variable terikat
yang telah ditentukan.
4. Analisa Hasil
Pada tahapan ini akan dilakukan pembahasan terhadap masing-masing
hasil simulasi dengan berbagai input variabel bebasnya. Kemudian akan
dihitung tingkat kebisingannya dalam skala desibel (dB). Pada tahapan ini
ditentukan ambang nilai batas SPL yang yaitu 10dB ≤ SPL ≤ 140 dB
dimana ini merupakan ambang batas kemampuan pendengaran manusia.
5. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan ini berdasarkan korelasi terhadap tujuan penelitian
yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian diharapkan tidak
3.5 Diagram Alir Penelitian
Secara umum pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada diagram alir
penelitian pada gambar 3.3 dibawah ini.
Identifikasi masalah dan menetapkan tujuan penelitian
PENGUMPULAN DATA - Data Pesawat
- Data Fluida
PENGOLAHAN DATA - Simulasi Ansys
Tidak ANALISA DATA
10dB ≤ SPL ≤140 dB
Ya
KESIMPULAN
SELESAI MULAI
3.6 Setup Pengujian
3.6.1 Tahap Pre-Processing
Prosespre-processing merupakan proses yang dilakukan sebelum
pengujian(simulasi). Proses inimencakuppembuatanmodel,penentuandomain dan
pembuatan mesh(meshing).
1. PembuatanModel
Pembuatanmodel pesawat tanpa awak NVC USU
dalamsimulasiinimengacukepada bentukdan dimensiyang
sebenarnya.PembuatanmodelCADdilakukandengan
menggunakanperangkatlunakAutodesk Inventor.Gambar model pesawat
yang telah dibuat diperlihatkan pada gambar 3.4 dibawah ini.
Gambar 3.4 Model Pesawat Tanpa Awak NVC USU
denganAutodesk Inventor.
2. Menentukan Material
Setelah penginputan model pesawat tanpa awak, selanjutnya dilakukan
penginputan data material pesawat dengan data-data spesifikasi yang telah
dibahas sebelumnya. Penginputan data material pesawat seperti yang
Gambar 3.5 Penentuan Material
3. Menentukan Computational Domain
Computational Domain merupakan bidang batas simulasi yang akan
dipengaruhi oleh fluida di sekitar mesin. Computational Domain
ditentukan oleh sebuah kubus pejal dengan seperti gambar 3.6 dibawah
ini.
Gambar 3.6 Computational Domain
4. Pembuatan Mesh
Unit-unitvolume pada
diperoleh bentuk mesh seperti yang diperlihatkan oleh gambar 3.7
dibawah ini.
Gambar 3.7 Bentuk Mesh
5. Menginput Pengaturan Analisis Harmonic
Pada bagian ini diinput rentang frekuensi dari noise mesin. Rentang
frekuensi yang diinput adalah nilai frekuensi yang dihasilkan oleh tiap
putaran mesin. Pengaturan Analisis Harmonic dapat dilihat pada gambar
3.8 dibawah ini.
Gambar 3.8 Pengaturan Analisis Harmonic
6. Menginput Properties Dari Domain
Pada bagian ini diinput data properties dari acoustic body yaitu udara.
Properties udara yang diinput adalah massa jenis, cepat rambat suara,
viskositas, konduktivitas termal dan panas jenis. Pengaturan input data
Gambar 3.9 Input Properties Domain
7. Menginput Bidang Akustik
Pada bagian ini seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.10 akan diinput
bidang permukaan dari geometri akustik. Untuk pengaturan lainnya
digunakan pengaturan default.
Gambar 3.10 Input Tekanan Akustik
8. Mendefinisikan Eksitasi Gelombang Planar
Pada bagian ini dimasukkan pengaturan gelombang yang tereksitasi ke
kg/m3. Nilai cepat rambat udara pada udara adalah 343 m/s seperti yang
diperlihatkan pada gambar 3.11 dibawah ini.
Gambar 3.11 Input Data Sumber Gelombang Akustik
9. Mendefinisikan Kontrol Hamburan
Pada bagian ini dimasukkan pengaturan jenis hamburan dari gelombang.
Scattered Field Output diatur menjadi Scattered seperti gambar 3.12
dibawah ini.
Gambar 3.12 Input Kontrol Hamburan
3.6.2 Tahap Post-Processing
Pada tahap ini ditentukan hasil yang ingin didapatkan dari proses simulasi.
Untuk penelitian ini hasil yang ingin didapat dari simulasi adalah nilai
SPL (sound pressure level).
3.6.3 Menjalankan Simulasi
MULAI
selesai. Jika terjadi kegagalan maka kembali melihat data masukan di
pendefinisian bidang batas dan jika tidak terjadi kegagalan maka plot
kontur dan nilai SPL.
3.7 Diagram Alir Simulasi
Secara umum pelaksanaan simulasi dimulai diperlihatkan pada gambar 3.12
dibawah ini.
Pembuatan geometri di Autodesk Inventor
Proses import model pada ANSYS Workbench
Proses meshing
Pendefinisian bidang batas
Solve
Solveerror
Plot kontur noise dan SPL
SELESAI
Ya
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kontur Kebisingan
Simulasi uji kebisingan (noise) pada pesawat tanpa awak NVC USU
dilakukan untuk mendapatkan nilai kebisingan serta menunjukkan kontur
kebisingan (noise contour). Kontur kebisingan adalah data gambar yang
ditunjukkan oleh warna-warna yang menunjukkan tingkat besarnya SPL (Sound
Pressure Level) yang tereksitasi ke udara di sekitar pesawat tanpa awak. Simulasi
dilakukan dalam jarak ukur 3 meter dengan variasi putaran mesin mulai dari 2000
rpm hingga 7000 rpm dengan interval 1000 rpm dan sumbu X+, X-, Y+, Y-, Z+,
dan Z-. Berikut ini adalah kontur kebisingan pada tiap-tiap putaran.
4.1.1 Putaran 2000 rpm
Dibawah ini adalah hasil simulasi uji kebisingan (noise) pada
pesawat tanpa awak NVC USU pada putaran 2000 rpm pada setiap tiap
bidang seperti yang ditunjukkan oleh gambar 4.1 dibawah ini.
(b)
(c)
Gambar 4.1 (a) Noise Contour pada bidang YX (b) Noise Contour
pada bidang ZX (c) Noise Contour pada bidang ZY
Pada gambar 4.1 diatas terlihat kontur kebisingan yang di
perlihatkan oleh skala warna, dimana warna merah dengan tingkat
kebisingan tertinggi dan warna biru dengan tingkat kebisingan
terendah.Noise contour bidang YX, ZX dan ZY pada putaran 2000 rpm
memperlihatkan penyebaran kebisingan terjadi secara tidak merata
kesetiap arah dan daerah penyebaran dominan terjadi pada daerah dengan
rentang 76.461 dB sampai 104.29 dB.Bentuk kontur yang dihasilkan pada
gambar dipengaruhi oleh tingkat kebisingan pada medium yang dihasilkan
Sedang pada gambar 4.2 dibawah ini memperlihatkan penyebaran
pada bidang XYZ.Untuk melihat arah penyebaran dominan yang didapat
dari simulasi yang telah dilakukan.
Gambar 4.2 Kontur kebisingan pada bidang XYZ putaran 2000 rpm
Dari gambar 4.2 diatas terlihat bahwa pada bidang XYZ
penyebaran kebisingan dominan menyebar kearah sumbu Z+ yang
mengarah kebagian atas pesawat.Hal ini dipengaruhi oleh gelombang
bunyi yang dihasilkan menyebabkan resonansi di dalam badan pesawat
akibat pantulan pada dinding bagian dalam pesawat.Selanjutnya bunyi
resonansi pada badan pesawat (ruang resonansi) tersebut menyebar keluar
melalui daerah terbuka yaitu pada bagian atas pesawat sehingga
penyebaran kebisingan yang dihasilkan dominan menyebar kebagian atas
pesawat.
Peristiwa resonansi merupakan peristiwa bergetarnya suatu sistem
fisis dengan nilai frekuensi tertentu akibat dipengaruhi oleh sistem fisis
lain (sumber) yang bergetar dengan frekuensi tertentu pula dimana nilai
kedua frekuensi ini adalah sama. Peristiwa ini dapat kita amati dengan
menggunakan kolom(ruang) udara, dimana bentuk dan ukuran kolom
4.1.2 Putaran 3000 rpm
Hasil simulasi uji kebisingan pada pesawat tanpa awak NVC USU
pada putaran 3000 rpm pada setiap tiap bidang akan ditunjukkan oleh
gambar 4.3 dibawah ini.
(a)
(c)
Gambar 4.3 (a) Noise Contour pada bidang YX (b) Noise Contour
pada bidang ZX (c) Noise Contour pada bidang ZY
Pada gambar 4.3 diatas terlihat kontur kebisingan yang di
perlihatkan oleh skala warna dari warna merah dengan tingkat kebisingan
tertinggi dan warna biru dengan tingkat kebisingan terendah.Noise contour
pada bidang YX, ZX dan ZY memperlihatkan penyebaran kebisingan
terjadi secara tidak merata ke setiap arah dan daerah penyebaran dominan
terjadi pada daerah dengan rentang 75.116 dB sampai 100.39 dB.
Sedang pada gambar 4.4 dibawah ini memperlihatkan penyebaran
pada bidang XYZ.Untuk melihat arah penyebaran dominan yang didapat
Gambar 4.4 Kontur kebisingan pada bidang XYZ putaran 3000 rpm
Dari gambar 4.4 diatas terlihat bahwa pada bidang XYZ
penyebaran kebisingan dominan menyebar ke arah sumbu Z+ yang
mengarah kebagian atas pesawat.
4.1.3 Putaran 4000 rpm
Hasil simulasi uji kebisingan pada pesawat tanpa awak NVC USU
pada putaran 4000 rpm pada setiap tiap bidang akan ditunjukkan oleh
gambar 4.5 dibawah ini.
(a)
(c)
Gambar 4.5 (a) Noise Contour pada bidang YX (b) Noise Contour
pada bidang ZX (c) Noise Contour pada bidang ZY
Pada gambar 4.5 diatas terlihat kontur kebisingan yang di
perlihatkan oleh skala warna dari warna merah dengan tingkat kebisingan
tertinggi dan warna biru dengan tingkat kebisingan terendah.Noise contour
pada bidang YX, ZX dan ZY memperlihatkan penyebaran kebisingan
terjadi secara tidak merata ke setiap arah dan daerah penyebaran dominan
terjadi pada daerah dengan rentang 80.872 dB sampai 104.29 dB.
Sedang pada gambar 4.6 dibawah ini memperlihatkan penyebaran
pada bidang XYZ.Untuk melihat arah penyebaran dominan yang didapat
Dari gambar 4.6 diatas terlihat bahwa pada bidang XYZ
penyebaran kebisingan dominan menyebar ke arah sumbu Z+ yang
mengarah kebagian atas pesawat.
4.1.4 Putaran 5000 rpm
Hasil simulasi uji kebisingan pada pesawat tanpa awak NVC USU
pada putaran 5000 rpm pada setiap tiap bidang akan ditunjukkan oleh
gambar 4.7 dibawah ini.
(a)
(c)
Gambar 4.7 (a) Noise Contour pada bidang YX (b) Noise Contour pada
bidang ZX (c) Noise Contour pada bidang ZY
Pada gambar 4.7 diatas terlihat kontur kebisingan yang di
perlihatkan oleh skala warna dari warna merah dengan tingkat kebisingan
tertinggi dan warna biru dengan tingkat kebisingan terendah.Noise contour
pada bidang YX, ZX dan ZY memperlihatkan penyebaran kebisingan
terjadi secara tidak merata ke setiap arah dan daerah penyebaran dominan
terjadi pada daerah dengan rentang 79.673 dB sampai 103.44 dB.
Sedang pada gambar 4.8 dibawah ini memperlihatkan penyebaran
pada bidang XYZ.Untuk melihat arah penyebaran dominan yang didapat
Gambar 4.8 Kontur kebisingan pada bidang XYZ putaran 5000 rpm
Dari gambar 4.8 diatas terlihat bahwa pada bidang XYZ
penyebaran kebisingan dominan menyebar ke arah sumbu Z+ yang
mengarah kebagian atas pesawat.
4.1.5 Putaran 6000 rpm
Hasil simulasi uji kebisingan pada pesawat tanpa awak NVC USU
pada putaran 6000 rpm pada setiap tiap bidang akan ditunjukkan oleh
gambar 4.9 dibawah ini.
(a)
(c)
Gambar 4.10 (a) Noise Contour pada bidang YX (b) Noise Contour pada
bidang ZX (c) Noise Contour pada bidang ZY
Pada gambar 4.9 diatas terlihat kontur kebisingan yang di
perlihatkan oleh skala warna dari warna merah dengan tingkat kebisingan
tertinggi dan warna biru dengan tingkat kebisingan terendah.Noise contour
pada bidang YX, ZX dan ZY memperlihatkan penyebaran kebisingan
terjadi secara tidak merata ke setiap arah dan daerah penyebaran dominan
terjadi pada daerah dengan rentang 112.31 dB sampai 90.861 dB.
Sedang pada gambar 4.10 dibawah ini memperlihatkan penyebaran
pada bidang XYZ.Untuk melihat arah penyebaran dominan yang didapat
Gambar 4.10 Kontur kebisingan pada bidang XYZ putaran 6000 rpm
Dari gambar 4.10 diatas terlihat bahwa pada bidang XYZ
penyebaran kebisingan dominan menyebar ke arah sumbu Z+ yang
mengarah kebagian atas pesawat.
4.1.6 Putaran 7000 rpm
Hasil simulasi uji kebisingan pada pesawat tanpa awak NVC USU
pada putaran 7000 rpm pada setiap tiap bidang akan ditunjukkan oleh
gambar 4.11 dibawah ini.
(b)
(c)
Gambar 4.11 (a) Noise Contour pada bidang YX (b) Noise Contour pada
bidang ZX (c) Noise Contour pada bidang ZY
Pada gambar 4.11 diatas terlihat kontur kebisingan yang di
perlihatkan oleh skala warna dari warna merah dengan tingkat kebisingan
tertinggi dan warna biru dengan tingkat kebisingan terendah.Noise contour
pada bidang YX, ZX dan ZY memperlihatkan penyebaran kebisingan
terjadi secara tidak merata ke setiap arah dan daerah penyebaran dominan
Sedang pada gambar 4.12 dibawah ini memperlihatkan penyebaran
pada bidang XYZ.Untuk melihat arah penyebaran dominan yang didapat
dari simulasi yang telah dilakukan.
Gambar 4.12 Kontur kebisingan pada bidang XYZ putaran 7000 rpm
Dari gambar 4.12 diatas terlihat bahwa pada bidang XYZ
penyebaran kebisingan dominan menyebar ke arah sumbu Z+ yang
mengarah kebagian atas pesawat.
Dilihat dari data - data gambar kontur kebisingan diatas memperlihatkan
bahwa penyebaran kebisingan dominan menyebar ke arah sumbu Z+ yaitu
kebagian atas pesawat baik pada putaran 2000 rpm sampai 7000 rpm. Hal ini
dipengaruhi oleh gelombang bunyi yang dihasilkan menyebabkan resonansi di
dalam badan pesawat akibat pantulan pada dinding bagian dalam pesawat, dimana
resonansi ini adalah peristiwa ikut bergetarnya benda diakibatkan gelombang
bunyi yang dihasilkan sumber bunyi dan meningkatnya bunyi yang
dihasilkan.Selanjutnya bunyi resonansi pada badan pesawat tersebut menyebar
keluar melalui daerah terbuka yaitu pada bagian atas pesawat sehingga
penyebaran kebisingan yang dihasilkan dominan ke arah atas pesawat.
Penyebaran kebisingan yang terjadi juga diakibatkan pengaruh perbedaan massa
pesawat dan udara memiliki massa jenis yang berbeda sehingga mempengaruhi
bentuk kontur kebisingan yang dihasilkan.
Noise contour pada bidang YX, ZX dan ZY pada putaran 2000 rpm
sampai 7000 rpm memperlihatkan penyebaran kebisingan terjadi secara tidak
merata ke setiap arah. Hal ini terjadi diakibatkan pengaruh perbedaan massa jenis
media rambat. Kebisingan yang dihasilkan oleh pesawat tanpa awak ini diteruskan
melalui medium badan pesawat dan udara sekitar, dimana badan pesawat dan
udara memiliki massa jenis yang berbeda sehingga mempengaruhi penyebaran
kebisingan seperti yang diperlihatkan pada noise contour. Bentuk kontur yang
dihasilkan pada gambar terbentuk mengikuti tingkat kebisingan pada medium
yang dihasilkan oleh sumber kebisingan pada pesawat tanpa awak.
4.2 Tingkat Kebisingan (SPL)
Dari simulasi yang telah dilakukan selain mendapatkan kontur kebisingan
kita juga dapat melihat tingkat kebisingan pada setiap putaran dalam jarak ukur
yang telah ditentukan.Berikut ini adalah hasil simulasi yang menampilkan tingkat
kebisingan pada tiap putaran.
4.2.1 Putaran 2000 rpm
Tingkat kebisingan pada putaran 2000 rpm pada pesawat tanpa
Gambar 4.13 Tingkat kebisingan pada setiap sumbu pada putaran
2000 rpm
Dari gambar diatas terlihat bahwa tingkat kebisingan tertinggi
terdapat pada sumbu Z+ dengan nilai 81.879 dB dan tingkat kebisingan
terendah terjadi pada sumbu Y+ dengan nilai 75.261 dB. Rendah tingginya
tingkat kebisingan ini dipengaruhi oleh fluktuasi dari tekanan udara ketika
suatu sumber bunyi menghasilkan bunyi. Bunyi yang dihasilkan tersebut
akan merambat melalui medium yang ada disekitarnya. Ketika terjadi
perambatan, maka terjadi perubahan tekanan atmosfer beberapa saat. Hal
ini dapat dibuktikan dengan melihat persamaan 2.10 pada bab 2 yang telah
dibahas sebelumnya. Perubahan tekanan ini juga mempengaruhi cepat
rambat bunyi di udara selain suhu dan rapat massa medium yang juga
berpengaruh terhadap cepat rambat bunyi terjadi.
Selanjutnya pada putaran 3000 rpm sampai dengan putaran 7000
rpm akan ditampilkan arah kebisingan tertinggi dan terendah beserta nilai
tingkat kebisingan diperoleh. Dimana dengan alasan dan penjelasan yang
4.2.2 Putaran 3000 rpm
Tingkat kebisingan pada putaran 3000 rpm pada pesawat tanpa
awak akan diperlihatkan pada gambar 4.14 dibawah ini.
Gambar 4.14 Tingkat kebisingan pada setiap sumbu pada putaran
3000 rpm
Dari gambar 4.14 diatas terlihat bahwa tingkat kebisingan tertinggi
terdapat pada sumbu Y+ dengan nilai 83.356 dB dan tingkat kebisingan
terendah terjadi pada sumbu Z- dengan nilai 80.047 dB.
4.2.3 Putaran 4000 rpm
Tingkat kebisingan pada putaran 4000 rpm pada pesawat tanpa
Gambar 4.15 Tingkat kebisingan pada setiap sumbu pada putaran
4000 rpm
Dari gambar 4.15 tersebut terlihat bahwa tingkat kebisingan
tertinggi terdapat pada sumbu Y+ dengan nilai 88.248 dB dan tingkat
kebisingan terendah terjadi pada sumbu Z- dengan nilai 82.444 dB.
4.2.4 Putaran 5000 rpm
Tingkat kebisingan pada putaran 5000 rpm pada pesawat tanpa
Gambar 4.15 Tingkat kebisingan pada setiap sumbu pada putaran
5000 rpm
Dari gambar 4.15 diatas terlihat bahwa tingkat kebisingan tertinggi
terdapat pada sumbu X- dengan nilai 95.897 dB dan tingkat kebisingan
terendah terjadi pada sumbu Z- dengan nilai 83.075 dB.
4.2.5 Putaran 6000 Rpm
Tingkat kebisingan pada putaran 6000 rpm pada pesawat tanpa
awak akan diperlihatkan pada gambar 4.16 dibawah ini.
Gambar 4.16 Tingkat kebisingan pada setiap sumbu pada putaran 6000 rpm
Dari gambar 4.16 diatas terlihat bahwa tingkat kebisingan tertinggi
terdapat pada sumbu X dengan nilai 98.311 dB dan tingkat kebisingan
terendah terjadi pada sumbu Y- dengan nilai 87.444 dB.
4.2.6 Putaran 7000 rpm
Tingkat kebisingan pada putaran 7000 rpm pada pesawat tanpa
Gambar 4.17 Tingkat kebisingan pada setiap sumbu pada putaran
7000 rpm
Dari gambar 4.17 diatas terlihat bahwa tingkat kebisingan tertinggi
terdapat pada sumbu Z- dengan nilai 98.927 dB dan tingkat kebisingan
terendah terjadi pada sumbu Y+ dengan nilai 90.28 dB.
Selanjutnya tingkat kebisingan hasil simulasi pada putaran 2000 rpm
sampai dengan 7000 rpm yang telah dibahas diatas akan ditampilkan dalam
bentuk tabel untuk mengetahui letak tingkat kebisingan tertinggi dan terendah dari
semua titik pengukuran yang telah dilakukan. Adapun hasil rekapitulasi simulasi
Tabel 4.1 Tingkat Kebisingan dari hasil simulasi
N (rpm)
Sumbu Pengukuran (dB)
X+ X - Y+ Y- Z+ Z-
Dari tabel 4.1 diatas didapatkan bahwa tingkat kebisingan (SPL) terbesar
terjadi pada sumbu Z- pada putaran 7000 rpm dengan tingkat kebisingan sebesar
98.927 dB. Sumbu Z- adalah sumbu yang mengarah kebagian bawah pesawat
dimana dibagian ini terdapat knalpot. Knalpot pesawat sendiri merupakan salah
satu penyumbang kebisingan pada pesawat tanpa awak. Kemudian tingkat
kebisingan terendah terjadi pada arah sumbu Y+ pada putaran 2000 rpm dengan
tingkat kebisingan sebesar 75.261 dB. Sumbu Y+ sendiri merupakan sumbu yang
mengarah kebagian depan pesawat, dimana dibagian depan terdapat propeller dan
arah datangnya angin ketika pesawat terbang.
Dari tabel diatas juga diperoleh tingkat kebisingan tidak selalu konstan
terhadap pertambahan putaran pesawat yang bertambah konstan.
Ketidakkonstanan tingkat kebisingan ini dipengaruhi oleh parameter-paremeter
kebisingan seperti frekuensi, jumlah gelombang, panjang gelombang, sound
4.3 Grafik Hasil Simulasi
Dari simulasi yang telah dilakukan sebelumnya didapatlah nilai sound
pressure level (SPL) pada tiap putaran pada setiap sumbu ukur X+, X-, Y+, Y-,
Z+, Z-. Nilai kebisingan yang didapat dari simulasi selanjutnya akan ditampilkan
dalam bentuk grafik untuk melihat gambaran kenaikan nilai SPL pada setiap
sumbu ukur.
4.3.1 Sumbu X+
Grafik nilai SPL terhadap perubahan putaran pada sumbu X+
ditunjukkan pada gambar 4.18 dibawah ini.
Gambar 4.18 Grafik SPL vs Putaran pada sumbu x
Dari grafik diatas, pada sumbu X+ nilai SPL tertinggi terjadi pada
putaran 6000 Rpm dengan nilai 98.311 dB dan selanjutnya tingkat
kebisingan menurun pada putaran 7000 rpm. Naik turunnya tingkat
kebisingan ini diakibatkan oleh fluktuasi tekanan yang dihasilkan oleh
gelombang suara.Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat pada persamaan
2.10 pada Bab 2. Dengan begitu tekanan yang dihasilkan pada putaran
7000 rpm lebih rendah dibandingkan dengan putaran 6000 rpm sehingga
mengalami penurunan tingkat kebisingan. 60
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000
4.3.2 Sumbu X-
Grafik nilai SPL terhadap perubahan putaran pada sumbu
X-ditunjukkan pada gambar 4.19 dibawah ini.
Gambar 4.19 Grafik SPL vs Putaran pada sumbu x-
Dari grafik diatas, pada sumbu X- nilai SPL tertinggi terjadi pada
putaran 7000 Rpm dengan nilai 95.918 dB.Dari grafik juga terlihat pada
putaran 6000 rpm pada sumbu X- mengalami penurunan tingkat
kebisingan dibandingkan pada putaran 5000 rpm.Hal ini dipengaruhi oleh
fluktuasi tekanan yang berubah diakibatkan gelombang bunyi yang
dihasilkan.
4.3.3 Sumbu Y+
Grafik nilai SPL terhadap perubahan putaran pada sumbu Y+
ditunjukkan pada gambar 4.20 dibawah ini. 60
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000
Gambar 4.20 Grafik SPL vs Putaran pada sumbu Y
Dari grafik diatas, pada sumbu Y+ nilai kebisingan (SPL) tertinggi
terjadi pada putaran 7000 Rpm dengan nilai 89.949 dB.Pada arah sumbu
ini tidak terjadi penurunan tingkat kebisingan terhadap pertambahan
putaran pada pesawat, namun perubahan peningkatan kebisingan pada arah
sumbu ini tetap tidak konstan.
4.3.4 Sumbu Y-
Grafik nilai SPL terhadap perubahan putaran pada sumbu Y-
ditunjukkan pada gambar 4.21 dibawah ini. 60
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000
S
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000
Dari grafik diatas, pada sumbu Y- nilai kebisingan (SPL) tertinggi
terjadi pada putaran 7000 Rpm dengan nilai 93.829 dB.Pada arah sumbu
ini tidak terjadi penurunan tingkat kebisingan terhadap pertambahan
putaran pada pesawat, namun perubahan peningkatan kebisingan pada arah
sumbu ini tetap tidak konstan terhadap pertambahan nilai putaran pada
pesawat.
4.3.5 Sumbu Z+
Grafik nilai SPL terhadap perubahan putaran pada sumbu Z+
ditunjukkan pada gambar 4.22 dibawah ini.
Gambar 4.22 Grafik SPL vs Putaran pada sumbu Z
Dari grafik diatas, pada sumbu Z nilai kebisingan (SPL) tertinggi
terjadi pada putaran 7000 Rpm dengan nilai 96.736 dB.Kemudian dari
grafik juga terlihat bahwa pada putaran 3000 rpm nilai tingkat kebisingan
menurun dibandingkan dengan putaran 2000 rpm.Naik turunnya tingkat
kebisingan ini diakibatkan oleh fluktuasi tekanan yang dihasilkan oleh
gelombang suara.Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat pada persamaan
2.10 tentang sound pressure level. Dengan begitu tekanan yang dihasilkan 60
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000
kebisingan selanjutnya naik pada putaran 4000 rpm sampai dengan 7000
rpm.
4.3.6 Sumbu Z-
Grafik nilai SPL terhadap perubahan putaran pada sumbu Z-
ditunjukkan pada gambar 4.23 dibawah ini.
Gambar 4.23 Grafik SPL vs Putaran pada sumbu Z-
Dari grafik diatas, pada sumbu Z- nilai kebisingan (SPL) tertinggi
terjadi pada putaran 7000 Rpm dengan nilai 98.927 dB.Pada arah sumbu
ini tidak terjadi penurunan tingkat kebisingan terhadap pertambahan
putaran pada pesawat, namun perubahan peningkatan kebisingan pada arah
sumbu ini tetap tidak konstan terhadap pertambahan nilai putaran pada
pesawat.
Dari hasil pembahasan diatas didapat bahwa parameter utama perubahan
tingkat kebisingan pada pesawat tanpa awak ini adalah perubahan tingkat tekanan
yang dihasilkan oleh gelombang bunyi.Dimana semakin tinggi tekanan maka
semakin tinggi tingkat kebisingan yang dihasilkan.
Selanjutnya penyebaran kebisingan yang dihasilkan pada penelitian ini 60
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000
yang berpengaruh terhadap bentuk sebaran kebisingan yang dihasilkan.Ini
diakibatkan karena dinding pesawat memantulkan kembali gelombang bunyi yang
dihasilkan oleh sumber bunyi sehingga sangat berpengaruh terhadap sebaran
kebisingan pada medium.
Kemudian nilai tingkat kebisingan (SPL) pada setiap titik pengukuran
tidak selalu berbanding lurus terhadap bertambahnya nilai putaran (N).Hal ini
selain dipengaruhi oleh tekanan yang dihasilkan gelombang bunyi juga
dipengaruhi oleh cepat rambat bunyi pada medium dan jenis frekuensi yang
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan dilaporkan
pada bab - bab sebelumnya, maka dapat kita peroleh kesimpulan yaitu:
1. Dari simulasi uji kebisingan yang dilakukan terhadap pesawat tanpa
awak prototype NVC USU tampilan noise contour pada bidang YX,
bidang ZX, dan bidang ZY cenderung tersebar tidak merata pada tiap
bidang dan penyebaran kebisingan dominan kearah sumbu Z+.
2. Berdasarkan simulasi uji kebisingan pada pesawat tanpa awak prototype
NVC USU didapat nilai kebisingan (SPL) terbesar pada Sumbu Z- pada
putaran 7000 rpm yang mengarah kebagian bawah pesawat dan terdapat
knalpot. Sedangkan nilai kebisingan terkecil terjadi pada sumbu Y+ pada
putaran 2000 rpm yang mengarah kebagian depan pesawat dimana
terdapat propeller.
3. Sebaran kebisingan (noise) pada medium tidak merata dipengaruhi oleh
bentuk geometri pesawat yang memantulkan gelombang bunyi serta
dipengaruhi juga perbedaan massa jenis medium dan tinggi rendahnya
tingkat kebisingan dipengaruhi oleh tekanan yang dihasilkan pada tiap
putaran berbeda sehingga nilai tingkat kebisingan tidak berbanding lurus
5.2 Saran
Adapun saran untuk penelitian selanjutnya terhadap pesawat tanpa
awak ini, yaitu :
1. Untuk penelitian berikutnya diharapkan dari hasil penelitian ini dapat
melakukan penelitian lanjutan untuk dapat mereduksi kebisingan (noise)
pada pesawat tanpa awak ini.
2. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan perbandingan
pengaruh badan pesawat terhadap serap bunyi dari bahan material yang
lain.
3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan pengujian dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pesawat Tanpa Awak (Unmanned Aerial Vehicle)
Pesawat tanpa awak (Unmanned Aerial Vehicle) atau sering disingkat
UAV adalah sebuah mesin terbang yang berfungsi dengan kendali jarak jauh atau
mampu mengendalikan dirinya sendiri, menggunakan hukum aerodinamika untuk
mengangkat dirinya. Kontrol pesawat tanpa awak ada dua variasi utama, variasi
pertama yaitu dikontrol melalui pengendali jarak jauh dan variasi kedua adalah
pesawat yang terbang secara mandiri berdasarkan program yang dimasukan
kedalam pesawat sebelum terbang. Tidak seperti pesawat pada umumnya yang
memiliki pilot dan kru pesawat untuk mengontrol dan mengawasi secara langsung
kondisi pesawat, pada pesawat tanpa awak kondisi pesawat tidak dapat dikontrol
secara langsung karena memang tidak memiliki kru pesawat. Proses kontrol
pesawat sepenuhnya dilakukan oleh sistem autopilot dengan mengacu pada
parameter-parameter yang telah ditentukan oleh pengguna sebelum terbang. UAV
sendiri mampu membawa kamera, sensor, alat komunikasi dan beberapa peralatan
lain. Pesawat - pesawat semacam ini berkembang luas di kalangan militer. Seperti
yang di kembangkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
untuk angkatan laut dengan nama PUNA Gagak pada gambar 2.1 dibawah ini.
2.1.1 Mesin
Pada pesawat tanpa awak, mesin berfungsi memutar propeller sehingga
dapat memberikan gaya dorong (thrust) pada pesawat tanpa awak. Dengan adanya
gaya dorong (thrust) maka badan pesawat akan terdorong ke depan untuk
mencapai kecepatan yang cukup. Prinsip yang digunakan sama seperti pada kapal
laut yang memindahkan massa air kebelakang dengan menggunakan propeller
sehingga badan kapal terdorong ke depan. Setelah kecepatan pesawat cukup,
maka sayap pesawat akan mampu mengangkat pesawat tersebut.
Pesawat tanpa awak ini menggunakan mesin DLE-30. Jenis mesin
iniadalah jenis mesin bensindengan ukuran setara mesinglow. Pengapian
elektronikmemberikanpercikanawaldengancepat. Waktusecara otomatis
disesuaikanuntukdaya puncaksepanjang rentangrpm dandibuatuntuk desain
penerbangan dengan memastikanrasiokekuatanterbaikuntuk rasio beratterhadap
kinerja. Sebuah tempat minyak (sumber minyak) dibelakangkarburator dipasang
untukmemastikanagar dapat diinstallebih mudahdanidling
denganhalussebelumterbang dan dengan aliran bahan bakar yang dapat
diandalkansaat terbang. Pada gambar di bawah dapat dilihat gambar dan
spesifikasi daripada mesin tersebut. Mesin DLE-30 dapat dilihat pada gambar 2.2
di bawah ini.
Adapun spesifikasi dari mesin DLE-30 Gasolin Engine diperlihatkan pada
table 2.1 dibawah ini.
Tabel 2.1 Spesifikasi Mesin DLE-30 Gasolin Engine
Displacement 30.5 cc (1.86 cu.in)
Performance 3.7 HP / 8500 rpm
Idle Speed 1600 rpm
Ignition style Electronic Ignition
Recommended Propeller 18x8, 18x10, 20x8
Spark Plug Type CM6
(gap) 0.018 in – 0.020 in ( 0.45 mm –
0.51 mm)
D x Stroke 1.4 in (36 mm) x 1.18 in (30 mm)
Compression Ratio 7.6 : 1
Carborator DLE with manual choke
Weight Main engine ( 910 g )
Muffler (60 g)
Electronic ignition ( 120 g )
Engine mount standoffs (20 g)
Fuel 87-93 Oktan Gasoline with 30:1 gas oil
mixture
Sumber : DLE Operator’s Manual, 2010
2.1.2 Propeler
Propeller atau baling–baling adalah kitiran untuk menjalanka
menjadi daya dorong untuk menggerakkan sebua
massa seperti udara atau air, dengan memutar dua atau lebih bilah kembar dari
sepanjang sumbu aksis dari pesawat (gaya dorong) dan gaya yang bekerja pada
baling-baling propeller (momen torsi). Torsi berlawanan arah dengan pergerakan
rotasi dari mesin yang terjadi seperti adanya tarikan terhadap propeller.Dalam
keadaan setimbang, propeller berputar secara konstan yang digerakkan oleh torsi
mesin yang mempunyai besar yang sama tetapi arah berbeda seperti ditunjukkan
pada Gambar 2.3 dibawah.
Gambar 2.3 Gaya dorong dan torsi pada propeller( Kurniawan, 2011)
2.1.3 Badan Pesawat
Badan pesawat (fuselage) adalah bagian badan utama sebuah pesawat di
mana awak pesawat , penumpang atau
tunggal badan pesawat biasanya juga berisi mesin, meskipun di beberapa
pesawat , di mana badan pesawat digunakan untuk mengambang. Badan pesawat
juga berfungsi untuk mengontrol posisi dan permukaan penyetabil dalam
hubungannya untuk permukaan angkat , hal ini diperlukan untuk stabilitas dan
2.2 Mekanisme Pesawat untuk Terbang
Ada beberapa macam gaya yang bekerja pada benda-benda yang terbang
di udara. Gaya-gaya aerodinamika ini meliputi gaya angkat (lift), gaya dorong
(thrust), gaya berat (weight), dan gaya hambat udara (drag) seperti yang
ditunjukkan pada gambar 2.4 dibawah. Gaya-gaya inilah yang mempengaruhi
profil terbang semua benda-benda di udara, mulai dari burung-burung yang bisa
terbang mulus secara alami sampai pesawat terbang yang paling besar sekalipun.
Jadi gaya-gaya yang sama bekerja juga pada pesawat model yang ukurannya mini
ini.
Gambar 2.4 Gaya-gaya yang bekerja pada pesawat
Gaya hambat udara (drag) merupakan gaya yang disebabkan oleh
molekul-molekul dan partikel-partikel di udara. Gaya ini dialami oleh benda yang
bergerak di udara. Pada benda yang diam gaya hambat udara nol. Ketika benda
mulai bergerak, gaya hambat udara ini mulai muncul yang arahnya berlawanan
dengan arah gerak, bersifat menghambat gerakan (itu sebabnya gaya ini disebut
gaya hambat udara). Semakin cepat benda bergerak semakin besar gaya hambat
udara ini. Agar benda bisa terus bergerak maju saat terbang, diperlukan gaya yang
bisa mengatasi hambatan udara tersebut, yaitu gaya dorong (thrust) yang
dihasilkan oleh mesin. Supaya kita tidak perlu menghasilkan thrust yang terlalu
besar (sehingga tidak ekonomis) kita harus mencari cara untuk mengurangi drag.
Supaya bisa terbang, kita perlu gaya yang bisa mengatasi gaya berat akibat
tarikan gravitasi bumi. Gaya ke atas (lift) ini harus bisa melawan tarikan gravitasi
bumi sehingga benda bisa terangkat dan mempertahankan posisinya di angkasa.
Di sinilah tantangannya karena harus melawan gravitasi.Maka fisikawan seperti
Isaac Newton, Bernoulli, dan Coanda. Ketiganya bekerja sama menjawab
tantangan ini.
Isaac Newton yang terkenal dengan ketiga persamaan geraknya
menyumbangkan hukum III Newton tentang Aksi-Reaksi.Sayap pesawat
merupakan bagian terpenting dalam menghasilkan lift.Aliran udara di atas dan di
bawah sayap pesawat.Partikel-partikel udara menabrak bagian bawah sayap
pesawat.Partikel-partikel yang menabrak ini lalu dipantulkan ke bawah (ke arah
tanah). Udara yang menghujani tanah ini merupakan gaya AKSI. Ini adalah aksi
yang disebabkan proses yang terjadi di bagian bawah sayap. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar 2.5 dibawah ini.
Gambar 2.5 Arah aliran fluida pada airfoil
Untuk bagian atas sayap, ada proses lain yang juga menghasilkan aksi.
Dalam hal ini Bernoulli dan Coanda ‘bekerja sama’. Sewaktu udara akan mengalir
di bagian atas sayap, tekanannya sebesar P1. Ketika udara melewati bagian
meletakkan lilin menyala di depan sebuah botol. Ketika lilin ditiup dari belakang
botol, aneh ternyata lilin didepan botol itu akan mati. Menurut Coanda hal ini
disebabkan karena udara yang kita tiup mengalir mengikuti permukaan lengkung
botol lalu meniup api lilin hingga mati. Seperti inilah udara yang melewati bagian
atas sayap ini mirip udara yang bergerak sepanjang botol. Udara ini akan mengalir
sepanjang permukaan atas sayap hingga mencapai ujung bawah sayap. Di ujung
bawah sayap itu partikel-partikel udara bergerombol dan bertambah terus sampai
akhirnya kelebihan berat dan berjatuhan (downwash). Siraman udara atau
downwash ini juga merupakan komponen gaya AKSI. Tanah yang menerima gaya
aksi ini pasti langsung memberikan gaya REAKSI yang besarnya sama dengan
gaya aksi tetapi berlawanan arah. Karena gaya aksinya menuju tanah (ke arah
bawah), berarti gaya reaksinya ke arah atas. Gaya reaksi ini memberikan gaya
angkat (lift) yang bisa mengangkat pesawat dan mengalahkan gaya berat akibat
tarikan gravitasi bumi. Sumber gaya angkat (lift) yang lain adalah perubahan
tekanan udara di P2 (Kurniawan, 2011).
2.3 Bunyi
Bunyi secara harfiah dapat diartikan sebagai sesuatu yang kita
dengar.Bunyi merupakan hasil getaran dari partikel-partikel yang berada di udara
dan energi yang terkandung dalam bunyi dapat meningkat secara cepat dan dapat
menempuh jarak yang sangat jauh.Bunyi diidentikkan sebagai pergerakan
gelombang di udara yang terjadi bila sumber bunyi mengubah partikel terdekat
dari posisi diam menjadi partikel yang bergerak.
Bunyi mempunyai dua definisi, yaitu:
1. Secara fisis, bunyi adalah penyimpangan tekanan, pergeseran partikel
dalam medium elastik seperti udara. Definisi ini dikenal sebagai bunyi
objektif.
2. Secara fisiologis, bunyi adalah sensasi pendengaran yang disebabkan
penyimpangan fisis yang digambarkan pada bagian atas. Hal ini disebut
Secara singkat bunyi adalah suatu bentuk gelombang longitudinal yang
merambat secara perapatan dan perenggangan terbentuk oleh partikel zat
perantara serta ditimbulkan oleh sumber bunyi yang mengalami getaran.Rambatan
gelombang bunyi disebabkan oleh lapisan perapatan dan peregangan
partikel-partikel udara yang bergerak ke luar, yaitu karena penyimpangan tekanan.Hal
serupa juga terjadi pada penyebaran gelombang air pada permukaan suatu kolam
dari titik dimana batu dijatuhkan.Gelombang bunyi adalah gelombang yang
dirambatkan sebagai gelombang mekanik longitudinal yang dapat menjalar dalam
medium padat, cair dan gas. Gelombang bunyi ini merupakan getaran (vibrasi)
molekul-molekul zat dan saling beradu satu sama lain namun demikian zat
tersebut terkoordinasi menghasilkan gelombang serta mentransmisikan energi
bahkan tidak pernah terjadi perpindahan partikel.
Berbicara tentang substansi yang menjalar apabila gelombang bunyi
mencapai tapal batas maka gelombang bunyi tersebut akan terbagi dua yaitu
sebagian energi diteruskan dan sebagian lagi direfleksikan/dipantulkan. Suatu
penelitian mengenai terjadinya penjalaran bunyi, mendeteksi dan penggunaan
bunyi sangat penting untuk mengetahui lebih lanjut akan pengalihan energi
mekanik.
Pada udara, variasi-variasi tekanan ini berbentuk kompresi (compressions)
dan regangan (rarefactions) yang periodik.Amplitudo gelombang dibawa serta
oleh tekanan, yang mana semakin besar amplitudo maka semakin besar juga
kompresi dan regangan yang terjadi. Perubahan tekanan yang membawa informasi
bunyi ini bergerak pada arah yang sama dengan muka gelombang, yaitu secara
longitudinal, sehingga dapat dikatakan bunyi merupakan gerakan gelombang
mekanis yang longitudinal.
2.3.1 Frekuensi Bunyi
Frekuensi merupakan gejala fisis objektif yang dapat diukur oleh
membagi hitungan ini dengan panjang jarak waktu. Hasil perhitungan ini
dinyatakan dalam satuan hertz (Hz) yaitu nama pakar fisika Jerman Heinrich
Rudolf Hertz yang menemukan fenomena ini pertama kali.
Frekuensi adalah banyaknya getaran per banyaknya waktu pada waktu
lampau satuan dari ukuran sebuah frekuensi didefinisikan sebagai banyaknya
siklus perdetik (cps).Sekarang, frekuensi ditentukan dalam satuan yang disebut
Hertz (Hz). Satu Hertz sama dengan satu siklus perdetik. Frekuensi yang dapat
didengar oleh Manusia berkisar 20 sampai 20.000 Hz dan jangkauan frekuensi ini
dapat mengalami penurunan pada batas atas rentang frekuensi sejalan dengan
bertambahnya umur manusia. Jangkauan frekuensi audio manusia akan berbeda
jika umur manusia juga berbeda. Frekuensi bunyi dapat didefinisikan sebagai
jumlah periode siklus kompresi dan regangan yang muncul dalam satu satuan
waktu seperti yang ditunjukkan pada persamaan- persamaan dibawah ini
(Mediastika.Christina.2005).
Sedangkan periode adalah banyaknya waktu per banyaknya getaran,
sehingga periode berbanding terbalik dengan frekuensi.
T = 1
� ... (2.2)
Keterangan :
f = Frekuensi (Hz)
T = periode (detik)
Dalam tabel 2.2 berikut dapat dilihat perbedaan dari jarak rentang
frekuensi yang dapat ditransmisikan dan diterima oleh beberapa sumber dan
Tabel 2.2 Rentang frekuensi dari beberapa sumber bunyi
Sumber Bunyi Rentang Frekuensi (Hz)
Manusia 85-5000
Anjing 450-1080
Kucing 780-1520
Piano 30-4100
Pitch Music Standart 440
2.3.2 Cepat Rambat Bunyi
Bunyi bergerak pada kecepatan berbeda-beda pada tiap media yang
dilaluinya. Pada media gas udara, cepat rambat bunyi tergantung pada kerapatan,
suhu, dan tekanan
c = ����
� ... (2.3)
atau dalam bentuk yang sederhana dapat ditulis :
c = 20,05√� ... (2.4)
Pada media padat bergantung pada modulus elastisitas dan kerapatan, sedangkan
pada media cair bergantung pada modulus bulk dan kerapatan.
c = ��
ρ = Kerapatan (Kg/m3)
Pada media cair bergantung pada modulus bulk dan kerapatan.
c = ��
� ... (2.6)
Keterangan :
B = Modulus bulk (N/m2) �= Kerapatan (Kg/m3)
Bunyi merupakan gelombang maka bunyi mempunyai cepat rambat yang
dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu :
1. Kerapatan partikel medium yang dilalui bunyi. Semakin rapat susunan
partikel medium maka semakin cepat bunyi merambat, sehingga bunyi
merambat paling cepat pada zat padat. Tabel 2.3 disajikan beberapa
kecepatan bunyi dalam material tertentu.
Tabel 2.3Cepat rambat bunyi pada berbagai
Material Kecepatan bunyi (ft/s) Kecepatan bunyi (m/s)
Udara 1100 343
2. Suhu medium, semakin panas suhu medium yang dilalui maka semakin
cepat bunyi merambat. Hubungan ini dapat dirumuskan kedalam
persamaan matematis (v = v0 + 0,6 t) dimana v0 adalah cepat rambat pada
suhu nol derajat dan t adalah suhu medium (Dolle. Leslie L. dan Prasetio,
Kebisingan atau noise adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan
dapat mengganggu kesehatan dan kenyamanan lingkungan yang dinyatakan dalam
satuan decibel (dB).Seiring berkembangnya waktu, kebanyakan dari mesin
produksi, mesin–mesin transportasi, dan segala sesuatu yang dapat meningkatkan
taraf hidup manusia selalu berdampingan dengan masalah kebisingan.Kebisingan
dapat merambat melalui banyak jalur yang disebut sebagai path of noise (Harris,
Cyril.M, 1957).
2.4.1 Jenis- Jenis Kebisingan
Kebisingan (Noise) dapat dikelompokkan dalam dua jenis berdasarkan
adanya hubungan noise dengan sinyal, yaitu:
1. Correlated noise: Hubungan antara
kategori ini. Karena itu, correlated noise hanya muncul saat ada sinyal.
2. Uncorrelated noise: Noise yang dapat muncul kapanpun, saat terdapat
sinyal maupun tidak ada sinyal. Uncorrelated noise muncul tanpa
memperhatikan adanya sinyal atau tidak.
Sedangkan berdasarkan sumber bunyinya menurut Mediastika (2005)
kebisingandapat dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu :
1. Sumber noise
suatu
2. Sumber noise buatan manusia seperti
3. Sumber noise karena gangguan alamiah seperti
2.4.2 Sinyal Noise
Sinyal yang diterima pada transmisi data akan berisikan sinyal–sinyal yang
ditransmisikan, dimodifikasi oleh berbagai distorsi yang terjadi melalui sistem
utama yang membatasi performansi sistem komunikasi.Secara umum, grafik
sinyal noise diperlihatkan seperti pada Gambar 2.6 dibawah ini.
Gambar 2.6 Grafik sinyal noise
2.4.3 Parameter Kebisingan
Kebisingan memiliki banyak parameter yang bisa dijadikan sebagai acuan
dalam menentukan skala kebisingan tersebut sebagaimana banyaknya parameter
untuk menentukan bunyi. Namun, parameter yang sering dijadikan acuan dalam
mengukur suatu kebisingan untuk mempersempit pembahasan biasanya di
tentukan oleh parameter berikut:
a. Frekuensi
Gelombang gerak sendiri memiliki banyak kriteria yang dapat dijabarkan
secara terperinci diantaranya adalah frekuensi.Frekuensi didefinisikan
sebagai jumlah getaran ataupun gerakan yang terjadi dalam satu satuan
waktu.Frekuensi dapat di modelkan dengan persamaan 2.1 yang telah
dibahas sebelumnya.
b. Panjang gelombang
Panjang gelombang ( � ) dari gelombang suara merupakan parameter yang
sangat penting didalam mencari tau pola dari gelombang suara.jika dilihat
λ = c
f ... (2.7)
c. Jumlah Gelombang
Jumlah gelombang merupakan banyaknya gelombang suara yang terjadi
selama perambatan gelombang. Jumlah gelombang dirumuskan sebagai
berikut:
k =2�
� = 2��
� ... (2.8)
d. Sound Pressure
Parameter yang dijadikan sebagai bagian dari gelombang suara adalah
sound pressuredan sound power. Sound pressure merupakan fluktuasi dari
tekanan udara. Ketika suatu sumber bunyi menghasilkan bunyi, maka bunyi
tersebut akan merambat melalui medium udara yang ada disekitarnya.
Ketika terjadi perambatan, maka terjadi perubahan tekanan atmosfer
beberapa saat. Sesuatu yang merupakan perubahan tekanan udara sebagai
indikasi dari adanya perambatan bunyi inilah yang di sebut dengan sound
pressure.
e. Sound Power
Sedangkan sound power merupakan sejumlah daya yang dapat di ukur
dihasilkan oleh radiasi sumber bunyi yang menyebar disekitar udara. Secara
matemetik, sound power dapat di rumuskan sebagai berikut:
Ws = (4� r2) Imax (watt) ... (2.9)
2.4.4 Tingkat Kebisingan
Untuk mempermudah penentuan nilai kebisingan, maka ada metode yang
a. Sound Pressure Level (SPL)
Hampir setiap pemikiran umum mendefinisikan kata decibel (dB)
dengan mengaitkan terhadap sound pressure level. Hal seperti ini
telah menjadi suatu kesimpulan tersendiri bahwa apabila berbicara
tentang skala decibel berarti merupakan suatu hasil perhitungan dari
sound pressure level.
Secara matematis sound pressure level dapat di rumuskan
sebagai berikut:
P = tekanan yang terjadi (Prms ) untuk aliran fluida
P(ref) = tekanan pada air borne
P(ref) = 2 x 10-5 N/m2
Dan berikut ini adalah nilai SPL yang terjadi pada berbagai sumber
bunyi yang akan ditampilkan pada tabel 2.4 dibawah ini.
Tabel 2.4 SPL Berdasarkan Sumbernya
No Sound Sources(Noise) Examples with Distance
Sound Pressure
Jet aircraft, 50 m away
Threshold of pain
Threshold of discomfort
Chainsaw, 1 m distance
Disco, 1 m from speaker
Diesel truck, 10 m away
Kerbside of busy road, 5m
9
Conversational speech, 1 m
Average home
Quite library
Quite bedroom at night
Background in TV studio
Rustling leaves in the distance
Threshold of hearing
60
Sumber : Cook, K., & Samuel, 2014
b. Sound Power level
Sound power level dapat di rumuskan sebagai
Lw = 10 log10 ��
��� (db) ……….(2.11)
Dimana :
W = Sound Power
Wreff = sound power referensi dengan standar 10-12 watt
2.5 Prosedur Dasar Mengendalikan Kebisingan
Untuk menentukan perlakuan pengendalian kebisingan yang tepat untuk
permasalahan kebisingan terdapat beberapa langkah yang harus diikuti, yaitu:
1. Pengukuran sumber kebisingan.
Pengukuran dilakukan secara akurat dan tepat untuk mengidentifikasi
distribusi kebisinganyang terjadi.Setelah itu kontrol kebisingan yang
tepat dapat diukur pada setiap sumber yang memungkinkan.
2. Penentuan sasaran penurunan kebisingan
Apabila terdapat beberapa sumber kebisingan maka total output
3. Penjelasan kebutuhan penurunan kebisingan
Kebutuhan penurunan kebisingansangat diperlukan karena terdapat
perbedaan kelebihan kebisinganterhadap sasaran desain penurunan
kebisingan.
4. Aplikasi kontrol kebisingan.
Pemilihan perlakuan penurunan kebisingan untuk membatasi radiasi,
transmisi, dan kebisingan yang dibangkitkan pada beberapa sumber
yang diidentifikasi dan dihitung berdasarkan langkah 1.Semua
perlakuan harus dipilih sehingga efek keseluruhan dapat dikembangkan
menjadi tingkat sasaran desain penurunan kebisingan seperti yang
dijelaskan pada langkah 2, dalam kondisi biaya yang sedikit, tanpa
interferensi dari operator, perawatan, dan tingkat keamanan (Dolle.
Leslie dan Prasetio,1993).
2.6 Sumber Kebisingan Aerodinamis
Sumber noise pada komponen aerodinamis diketahui sebagai bunyi akibat
pergerakan antara udara terhadap medium lingkungannya. Sumber noise secara
umum dikenal dengan istilah sebagai Noise Generation Mechanism, adalah
mekanisme sumber kebisingan yang disebabkan oleh adanya operasi atau kegiatan
serta peralatan yang menimbulkan kebisingan seperti kegiatan crushing,
pengetokan, pengeboman, punch-press, penempaan, drilling, dan juga pada
pemutaran suatu propeller. Secara umum, Noise Generation Mechanism terbagi
menjadi tiga jenis yaitu :
1. Turbulensi : Disebabkan oleh pergerakan aliran udara yang acak karena
melewati perubahan bentuk suatu daerah.
2. Pulsasi : Merupakan tekanan bidang yang disebabkan adanya perubahan
kecepatan yang signifikan sehingga mengakibatkan perubahan tekanan yang
drastis, pada umumnya disebut sebagai pressure field.
3. Shock : Disebabkan adanya benturan secara cepat oleh aliran udara.
Gambar 2.7 Sumber-sumber noise pada komponen aerodinamis (Harris, Cyril M.,
1957)
Menurut Harris, Cyrill M didalam bukunya Handbook of Noise Control,
menyebutkan bahwa noise dari propeller yang menggerakkan pesawat terbagi
menjadi dua jenis sumber bising yang utama. Yaitu kebisingan yang bersumber
dari motor penggerak dan kebisingan yang bersumber dari propeler itu sendiri.
Noise generation mechanism pada propeller yang berputar dihasilkan dari
tiga jenis faktor yang berbeda.Yang pertama dihasilkan melalui bending vibration
dari bilah propeller.Yang kedua adalah noise dari rotasi propeller yang dihasilkan
oleh tekanan bidang (pulsasi) yang mengelilingi setiap blade sebagai konsekuensi Aerodynamic
noise
Periodic Broad Band
kebisingan yang dihasilkan oleh vortex noise yang dihasilkan oleh vortisitas udara
pada aliran lintasan baling yang terkumpul pada bilah propeler selama perputaran.
Secara skematik, penjabaran tentang mekanisme pembentukan kebisingan
dapat dilihat pada gambar 2.8 dibawah ini.
Gambar 2.8Noise GenerationMechanismepada propeller (Harris, Cyril M., 1957)
2.7 Kriteria Kebisingan Pesawat
Ada tiga kriteria yang dapat diterima dari kebisingan pesawat, berikut
penjabaran tiap-tiap kriteria.
1. Kriteria 1
Sebuah kebisingan lingkungan baru atau memiliki nilai kebaruan yang
sebanding pada dasar kebisingan untuk suara lingkungan dikenal dan dianggap
oleh kebanyakan orang untuk secara signifikan dapat dipertimbangkan di
tempat tinggal juga dianggap signifikan dapat diterima di tempat
tinggal.Ekspresi"kebanyakanorang" dan"secara signifikan dapat diterima"
membuatkriteria initerbuka untuk interpretasidanajudikasi.Namun
pendekatanyangmungkinmemiliki beberapa manfaatdalam yang
Banyak orang membuat kesimpulantentangefekdari kebisingan pesawat
terbangpadakomunitas orang didekatbandarayangberulang
kaliterkenasepertikebisingan lingkungan.GambarSayamenyarankanbahwa
suarapesawat yang memilikitingkatkebisinganyang dirasakan(3) lebih
dari100PNdBmungkin dianggapoleh sejumlahbesar orangmenjadi tidak dapat
diterimadirumah mereka, karenaitu adalahtingkat kebisinganperkiraan50ft(15
m) daritrukatausepeda motordijalan raya pada kecepatanmaksimum ataudalam
perjalananakselerasi200ftdari sebuah keretaapi dieseldengan kecepatan30
sampai 50mph.Perbandingan inimenjadisangat penting, harustermasuktidak
hanyapuncaktingkatPNdBtetapi jugajumlahdan durasikejadian. Dalam
halinieksposurke pesawat, truk, sepeda motor, dankebisingan kereta apisangat
berbeda, tidak selalumendukungkebisinganpesawat.
Gambar 2.9 Tingkatintermitenkhasyang dihasilkan
olehkendaraantransportasi.Peningkatan10PNdBbiasanyasetara
2. Kriteria 2
Sebuahkebisingan lingkunganmemilikipenilaian komposit
kebisingan(CNR) (4) yang menunjukkanbahwa banyaknya keluhandan
perilakukelompokterhadapkebisinganmungkin membuatnyadianggaptidak
dapat diterima. Ini adalahresponyang diharapkan untukCNRdari 100
hingga115.Tabel 2.3, kolom3, menunjukkanpuncaktingkatPNdBrata-rata
untukberbagai jumlahkejadiandari kebisingan pesawat terbang(kolom 1)yang
terjadi di antara jam7 pagi hingga10 malam, akanmemberikan nilaidari100.
Tabel 2.5 Jumlah kejadian dari kebisingan pesawat terbang dan rata-rata untuk
puncak PNB melebihi 80 yang diperlukan untuk mencapai sebuah kebisingan dan
dengan nomor indeks 45 atau peringkat kebisingan komposit 100, untuk
pesawat sipil yang beroperasi pada jam 7 pagi ke 10 malam
Number of
occurrences
Average peak PNdB
merekaterganggu oleh suaradengan berbagaicara, atau cenderung dinilai
sebagaiaspek terburukdarilinkungan perumahan dan dianggaptidak dapat
diterima. Angka2, 3, 4, dan5menunjukkan bahwalingkungan seperti
ituakanmemilikiNNI darii45.Tabel2.3kolom2, menunjukkanrata-ratatingkat
puncakPNdBper kejadianyangakanmemberikanNNIdari45. Singkatnya,
disiimpulkan bahwasuara, diulangcukup seringselama setiaphari,
memilikipuncaktingkat100PNdB(kriteria 1) atauCNRdari100(kriteria 2)
atauNNIdari45(kriteria 3) akandinilaitidak dapat diterimaolehsekitar 50%
dariorang-orangdiperumahanmasyarakat.Hal
inidisimpulkanberdasarkantigakriteria dari 30 hingga 40pengulangansetiap
haridarikebisinganpesawat di100PNdBmungkin tidak dapat
diterimaolehbanyak orang.
Gambar 2.10 GrafikNoise and number index (NNI) terhadap orang (K. D. Kryter,
1966)
2.8 Simulasi ANSYS
ANSYS adalah sebuah software analisis elemen hingga dengan
kemampuan menganalisa dengan cakupan yang luas untuk berbagai jenis masalah
nama menjadi ANSYS yang ditemukan pertama kali oleh Dr. John Swanson pada
tahun 1970.
ANSYS merupakan tujuan utama dari paket pemodelan elemen hingga
untuk secara numerik memecahkan masalah mekanis yang berbagai macam.
Masalah yang ada termasuk analisa struktur statis dan dinamis (baik linear dan
non-linear), distribusi panas dan masalah cairan, begitu juga dengan ilmu bunyi
dan masalah elektromagnetik. Teknologi ANSYS mekanis mempersatukan
struktur dan material yang bersifat non-linear.ANSYS multiphysic juga mengatasi
masalah panas, struktur, elektromagnetik, dan ilmu bunyi.Aplikasi ANSYS dapat
digunakan dalam teknik sipil, teknik listrik, fisika dan kimia.
2.8.1 ANSYS Acoustic
Akustik (acoustic) adalah studi tentang generasi, propagasi, penyerapan
dan refleksi gelombang tekanan suara dalam media. Adapun aplikasi untuk
akustik ini diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Sonar.
2. Desain ruang konser, di mana pemerataan tekanan suara diinginkan.
3. Minimalisasi kebisingan pada mesin.
4. Pembatalan kebisingan.
5. Akustik bawah air.
6. Desain speaker, rumah speaker, filter akustik, muffler, dan banyak
perangkat sejenis lainnya seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.11
dibawah.
Gambar 2.11 Simulasi akustik pada speaker (Ansys Workshop R150, 2015)
2.8.2 Acoustic ACT (Application Customization Toolkit) Extension
Acoustic ACT Extension adalah fitur tambahan dari Ansys yang dapat
memaparkan fitur-fitur akustik yang cukup lengkap. Fitur-fitur AnsysAcoustic
ACT Extension yaitu:
1. Menentukan sifat-sifat akustik.
2. Menentukan kondisi batas dan beban akustik.
3. Menentukan hasil proses akustik.
Pada analisis akustik yang tersedia di ANSYS, biasanya melibatkan
pemodelan media cairan dan struktur sekitarnya.Yang sering menjadi perhatian
pada analisis akustik distribusi tekanan pada cairan pada frekuensi yang berbeda,
gradien tekanan, kecepatan partikel, SPL (sound pressure level), serta hamburan,
difraksi, transmisi, radiasi, redaman, dan dispersi gelombang akustik.
Acoustic ACT dapat digunakan untuk melakukan simulasi sensor parkir
mobil yang mendeteksi benda-benda di sekitar mobil. Sensor ini bekerja dengan
menggunakan gelombang ultrasonik dan gema yang dihasilkannya. Simulasi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pesawat tanpa awak (Unmanned Aerial Vehicle atau disingkat UAV),
adalah sebuah mesin terbang yang dapat dikendali dari jarak jauh ataupun mampu
mengendalikan dirinya sendiri, dimana dalam aktivitasnya menggunakan hukum
aerodinamika untuk mengangkat dirinya.
Pesawat tanpa awak dimaksudkan untuk mengemban misi pemantauan
udara untuk melihat objek yang diam atau bergerak diatas permukaan tanah. Misi
tersebut dilakukan di wilayah dengan dukungan infrastruktur yang minim seperti
daerah hutan, pegunungan, rawa dan lain-lain. Di Indonesia cocok digunakan
untuk pemantauan daerah perbatasan yang sulit untuk dijangkau dimana wilayah
Indonesia merupakan wilayah kepulauan yang sangat luas dan sulit dijangkau,
dengan bantuan pesawat tanpa awak ini membuat pemantauan lebih mudah
melalui udara.
Proses kontrol pesawat sepenuhnya dilakukan oleh sistem autopilot
dengan mengacu pada parameter-parameter yang telah ditentukan oleh pengguna
sebelum terbang. UAV sendiri mampu membawa kamera, sensor, alat komunikasi
dan beberapa peralatan lain. Pesawat-pesawat semacam ini berkembang luas di
kalangan militer. Saat ini UAV semakin beragam jenis dan bentuk. Bahkan ada
yang berbentuk lingkaran dan lebih kecil ukurannya. Dan kesemuanya itu tidak
lepas dari fungsi dan tujuannya. UAV memang kerap digunakan untuk tugas
militer seperti yang dilakukan Predator dan Aquila UAV.
Penelitian terhadap Pesawat tanpa awak (UAV) ini telah banyak dilakukan
penelitian terutama pada pengembangan fungsi dan tujuan dari pesawat tanpa
Pesawat ini menggunakan mesin sebagai penggerak ketika beroperasi,
mesin akan menghasilkan suara bising yang diakibatkan aktivitas mesin yang
menghasilkan bunyi bising. Kebisingan dari sebuah propeller adalah kombinasi
dari 2 (dua) sumber kebisingan, yaitu dari propeller sendiri, dan dari sumber
tenaga (mesin). Pada dasarnya secara umum peningkatan putaran mesin pada
pesawat akan mengakibatkan peningkatan nilai kebisingan yang terjadi.
Laboratorium Noise and Vibration Research Centre (NVC) Fakultas
Teknik USU khusus untuk penelitian pesawat tanpa awak ini telah melakukan
beberapa penelitian diantaranya dapat dilihat di pada Tabel 1.1 dibawah ini.
Tabel 1.1 Penelitian Pesawat Tanpa Awak Teknik USU
No Nama Judul Tahun Pembimbing
1 Arifin FauziLubis,
dkk
Landing dengan
Variasi Sudut
2 JulionoSusanto Analisis Gaya
Tanpa Awak
Serat Rock Wool
Dengan Metode
Hand Lay Up
3 NazwirFahmiDamanik Simulasi
Karakteristik
2015 IkhwansyahIsranuri
4 IrwanRosyadiNst Studi
Eksperimental
Gambar 1.1 Pesawat- pesawat Tanpa Awak Prototype NVC USU
Pada gambar 1.1 diatas terlihat pesawat tanpa awak hasil penelitian dari
laboratorium NVC USU. Untuk penelitian ini akan dikaji tentang karakteristik
kebisingan yang terjadi pada pesawat tanpa awak generasi 3.
Dalam hal ini penelitian terhadap kebisingan pada pesawat tanpa awak
dilakukan dengan metode simulasi menggunakan ANSYS Workbench untuk
menganalisa kontur kebisingan yang terjadi pada pesawat tanpa awak.Analisa
simulasi dipilih karena dapat menganalisa sistem yang kompleks dan dapat
menyesuaikan desain lain terhadap kondisi yang di peroleh untuk mendapatkan
hasil terbaik.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas penulis tertarik untuk
melakukan penelitian pada karakteristik kebisingan pada pesawat tanpa awak
NVC USU dengan merumuskan masalah sebagai berikut : Generasi 3