• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekspresi Androgini Sebagai Suatu Fashion’’ (Studi Kasus Pada Mahasiswa FISIP USU)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Ekspresi Androgini Sebagai Suatu Fashion’’ (Studi Kasus Pada Mahasiswa FISIP USU)"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

        DAFTAR INFORMAN

Nama Umur Jurusan Angkatan Fakultas

Kartini Indayati

Ayu Lestari 21 Tahun Antropologi Sosial

Ingrid Aritonang 21 Tahun Antropologi Sosial

(2)

Yustry Manullang

21 Tahun Ilmu

Komunikasi

2012 FISIP

Firmansyah Tarigan

21 Tahun Administrasi Bisnis

2012 FISIP

Estina Aritonang

22 Tahun Sosiologi 2012 FISIP

Riska Anggreni 21 Tahun Antropologi Sosial

2012 FISIP

Yuni Pardede 22 Tahun Administrasi Negara

(3)

   Gambar-Gambar Ekspresi Fashion Androgini

Gambar : Ekspresi Fashion Maskulin Meria Sumber : Dokumentasi Pribadi

(4)

Gambar : Ekspresi Maskulin Kartini Sumber : Dokumentasi Pribadi

(5)

Gambar : Ekspresi Fashion Meria Pada Saat Bersama Teman Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar : Ekspresi Fashion Meria saat kuliah

(6)

Gambar : Ekspresi Feminin Ayu Sumber : Dokumentasi Pribadi

(7)

Gambar : Ekspresi Fashion Meria saat bersama keluarga yaitu adiknya Sumber : Dokumentasi Pribadi

(8)

Gambar : Ekspresi fashion maskulin Fani Sumber : Dokumentasi Pribadi

(9)

Gambar : Ekspresi fashion androgini Lia saat bersama teman organisasi

Keterangan : Lia yang memakai baju garis-garis dan paling pinggir sebelah kiri

(10)

Gambar : Ekspresi fahion saat Fani saat bersama teman

Keterangan : Fani memakai baju warna kuning dan rok warna hitam serta sepatu sneakers

(11)

Gambar : Ekspresi fashion Ingrid saat berpergian bersama teman

Keterangan : Ingrid yang memakai baju warna coklat dan berdiri nomor dua sebelah kiri dari pinggir

(12)

Gambar : Ekspresi fashion Fani saat bersama pasangan (pacar) Sumber : Dokumentasi Pribadi

(13)

Gambar : Ekspresi fashion feminin Ayu Sumber : Dokumentasi Pribadi

(14)

DAFTAR PUSTAKA Baron & Byrne

1994 Social Psychology : Understanding Human Interaction. USA: Needham Heights Allyn & Bacon Inc.

Boellstorff, Tom

1969 The Gay Archipelago. Inggris: Princeton University Press.

Dagun, Save M

1992 Maskulin Dan Feminim. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Eugenides, Jeffrey

2007 Middlesex. Jakarta: PT.Serambi Ilmu Semesta.

Fakih, Mansour

1996 Analis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Gaarder, Jostein

2008 Dunia Sophie. Bandung: Penerbit Mizan.

Koentjaraningrat

1990 Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Kuper, Adam

1996 Pokok Dan Tokoh Antropologi. Jakarta: Penerbit Bhratara.

Megawangi, Ratna

1999 Membiarkan Berbeda. Jakarta: Mizan Pustaka. Molloy, Jhon T

1996 The Woman’s Dres For Succes Book. London: Warner Books

Moore L, Henrietta

1998 Feminisme Dan Antropologi. Jakarta: Penerbit Obor.

Rosidi, Tjetjep Rohendi

(15)

Sadawi, Nawal El

2001 Perempuan Dalam Budaya Patriarki. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Savitri, Niken

2008 Ham Perempuan-Kritik Teori Hukum Feminis Terhadap KUHP. Bandung: PT Refika Aditama.

Sendratari. Luh Putu, dkk

2014 Sejarah Wanita: Perspektif Androgynous. Yogyakarta: Graha Ilmu dan Universitas Pendidikan Ganesha Press.

Sjarkawi

2006 Pembentukan Kepribadian Anak Peran Moral Intelektual, Emosional, dan

Sosial Wujud Integritas Membangun Jati Diri. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sihite, Romany

2007 Perempuan, Kesetaraan & Keadilan (Suatu Tinjauan Berwawasan Gender). Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Spradley, James.P

2007 Metode Etnografi. Yogyakarta: PT.Tiara Wacana.

Sumber Internet :

www.lontar.ui.ac.id (diakses pada tanggal 21/06/2014)

http://lifestyle.androgini/2019792/merabata.pdf.gaya-androgini-tidak-usang-dimakan-zaman (diakses pada tanggal 21/06/2014)

www.psikoterapis.com/?en_apa_itu_androgini_98 (diakses pada tanggal 15/03/2015) https://suluhpw.wordpress.com/2008/06/17/betty-friedan-dan-gagasan-androgini-polemik-tentang-arah-feminisme (diakses pada 31/05/2015)

https://id.wikipedia.org/wiki/Androgini (diakses pada tanggal 31/05/2015)

http://mediaislamnet.com/2012/07/androgini-yang-berbahaya (diakses pada tanggal 31/05/2015)

(16)

Sumber Lain :

(17)

BAB III

Ekspresi Dan Eksistensi Fashion Androgini Mahasiswi FISIP USU

3.1 Perempuan Androgini

Perempuan memiliki ekspresi tersendiri didalam kehidupan sehari-hari. Ekspresi

tersebut salah satunya dari fashion. Fashion sangat penting bagi kaum perempuan dan begitu

juga kaum laki-laki. Fashion bisa sangat mempengaruhi kepribadian seseorang termasuk

perempuan. Fashion juga bisa membuat perempuan tampil lebih cantik, modis, dan mengikuti

trend. Fashion androgini banyak diaplikasikan dalam kehidupan saat ini. Fashion androgini

lebih digemari kaum perempuan. Perempuan androgini biasanya akan lebih peduli dan

mengutamakan fashion dirinya. Fashion bagi perempuan androgini bukan hanya agar terlihat

cantik dan mengikuti trend fashion saja tetapi sudah mejadi kesukaan dan dapat

memperlihatkan karakternya.

3.2 Latar Belakang Informan

(18)

sehari-hari. Latar belakang dan cerita kehidupan fashion androgini dari informan kunci peneliti akan diuraikan secara lebih jelas dibawah ini.

3.2.1 Latar Belakang Ayu Lestari

Ayu lestari adalah mahasiswi di jurusan Antropologi Sosial angkatan 2012. Ayu merupakan anak ke-2 dari 4 bersaudara dan ada 1 anak angkat. Anak pertama merupakan anak angkat yang bernama Frian. Frian diangkat karena ayahnya bekerja sebagai tentara yang jarang berada dirumah ataupun di Medan, sedangkan ibunya sudah tiada atau meninggalkan ia. Anak kedua yaitu Ayu, anak ketiga yaitu Rian dan anak keempat yaitu Yoan.

Frian sekarang sudah bekerja sementara Ayu, Rian dan Yoan masih duduk dibangku sekolah. Ayu merupakan mahasiswa semester 7 di Antropologi Sosial sementara Rian duduk dibangku kelas 3 SMP dan Yoan duduk dibangku kelas 2 SMP. Dari kelas 3 SD sampai kelas 2 SMP Ayu diasuh oleh neneknya. Ayu diasuh oleh neneknya dikarenakan jarak dari sekolah lebih dekat ke rumah nenek yang berada di Seroja sementara orang tua tinggal di Belawan yang cukup jauh dari sekolah. Dari SD, SMP, SMA sampai kuliah Ayu mengalami perubahan dalam dirinya termasuk pada fashion sehari-hari.

(19)

Perubahan secara perlahan ada dan dirasakan Ayu pada saat kelas 6 SD sampai kelas 1 SMP. Rambut yang gonjes atau cepak seperti laki-laki berubah menjadi rambut yang panjang. Cara berbicara menjadi lebih lembut yang tadinya kasar seperti laki-laki. Pergi ke sekolah sudah mengenakan rok tetapi masih memakai celana olahraga didalamnya. Perubahan dari maskulin ke feminin itu tidak bertahan lama. Ketika Ayu duduk dibangku kelas 2-3 SMP ia kembali menjadi maskulin karena memiliki banyak teman laki-laki.

Ekspresi fashion Ayu juga maskulin yang identik dengan laki-laki. Ayu selalu menggunakan jaket besar, kaos yang maskulin dan sneakers. Ayu sering menghabiskan waktu dengan teman laki-laki hingga larut malam bahkan pernah sampai jam 3 pagi. Menghabiskan waktu bersama teman laki-laki dengan cara balapan. Ayu juga sering ikut balapan apabila balapan tersebut dikhususkan untuk perempuan. Di sekolah Ayu mengambil ekstrakurikuler PMR (Palang Merah Remaja) ia digabungin dengan anak-anak perempuan tetapi dia tidak merasa cocok apabila bersama anak perempuan. Ketidak cocokan tersebut membuat Ayu pindah tim atau kelompok dengan anak laki-laki. Selain ikut PMR Ayu juga mengikuti ekstrakurikuler Lompat Tinggi yang dimana anak laiki-laki lebih banyak mengikutinya.

(20)

Waktu berlalu begitu cepat sehingga Ayu naik kelas menjadi kelas 3 SMA yang dimana dia merasa bahwa ia memiliki sifat dan ekspresi fashion yang androgini. Ekspresi androgini itu dia rasakan tetap ada sampai sekarang ia sudah berada di semester 7 perkuliahannya. Androgini yang dimana ekspresi fashionnya selalu berganti-ganti yang terkadang maskulin dan terkadang feminin. Ketika kelas 3 SMA sampai sekarang Ayu tidak segan memakai bedak atau make-up di wajahnya ketika ia ingin tampil secara feminin. Ekspresi fashion maskulin Ayu juga dibuktikan dengan ketika Ayu pergi ke kampus menggunakan jaket, kemeja, kaos dan sneakers yang bercorak laki-laki atau maskulin. Ekspresi androgini ini membuat Ayu sering dikatakan sebagai hewan bunglon oleh teman-temannya dikarenakan Ayu selalu berubah-ubah fashionnya. Semester 7 yang sedang ia jalani dengan mata kuliah PKL 2 ataupun Magang yang membuat ia lebih sering feminin ketimbang maskulin. Lingkungan sekitar juga mempengaruhi Ayu untuk menjadi feminin dan maskulin dalam penampilannya sehari-hari.

3.2.2 Ekspresi Androgini Ayu

Ayu adalah salah satu perempuan yang menyukai dan mengaplikasikan fashion androgini. Fashion androgini Ayu dari sejak ia kecil sampai sekarang. Ketika Ayu melihat bahwa terlihat menarik jika perempuan berpenampilan feminin (perempuan) dan maskulin (laki-laki) lalu ia senang memakai pakaian yang dimiliki bercorak feminin dan maskulin.

‘’Aku lihatnya keren ya ruth, aku suka ya aku ikutin kan. Kalau masalah style androgini ku bebas-bebas ajanya, aku mau pake rok tapi pake sepatu sneakers kayak boat terus aku mau pakai kaos oblong yang coraknya laki-laki, ya gimana aku suka, aku gabungin kan fashion feminin dan maskulin ya seperti itulah style androgini ku ruth.’’ (Ayu Lestari)

(21)

aturan atau paksaan. Ayu juga suka menggabungkan fashion feminin dan fashion maskulin sehingga menjadi fashion androgini.

Dikampus Ayu juga memiliki teman yang bernama Riska. Riska merupakan teman yang sangat dekat dengan Ayu. Riska dan Ayu sama-sama kuliah dijurusan Antropologi Sosial dan mereka berdua angkatan 2012. Riska juga punya pendapat sendiri untuk style androgini ini,

‘’Menurut aku ya ruth, style androgini ini kalau dilihat dari perempuan dia yang sesuka hatinya berpenampilan, ada maskulin ada feminin terus mau digabungin feminin sama maskulinnya, ada juga dia yang karena lingkungan sekitar seperti itu penampilannya ya dia ngikutin.’’ (Riska Anggraini)

Adanya ekspresi fashion maskulin dan feminin yang ada pada satu orang yang membuat Riska berpendapat seperti itu mengenai style atau ekspresi fashion androgini. Fashion androgini yang dianggap sesuka hati secara penampilan yang membuat adanya anggapan bahwa style androgini ini bebas. Selama berteman dengan Ayu, Riska melihat bahwa Ayu adalah salah satu perempuan yang menyukai dan mengaplikasikan fashion androgini dalam kehidupan sehari-harinya.

‘’Aku kalau lihat Ayu ya dia sama kayak perempuan yang memiliki style androgini lainnya yang tampil sesuka hati kayak misalnya dia pakai kemeja terus roknya ya agak ngembang terus sepatunya boat yang kayak laki-laki terus dia pakai ransel, aku lihat dia kalau lagi style androgini ya seperti itu.’’ (Riska Anggraini)

(22)

3.2.3 Ekspresi Fashion Feminin Ayu

Selain menggabungkan fashion feminin dan fashion maskulin, Ayu juga sering membedakan fashion feminin dan fashion maskulin yang dimana Ayu dalam satu hari dapat tampil dengan fashion feminin dan begitu juga dengan sebaliknya ia dapat tampil dengan

fashion maskulin. Pada saat Ayu ingin tampil feminin, ia akan merasa bahwa ia merasa

dirinya itu cantik dan ia suka. Ayu akan menampilkan sisi femininnya dengan fashion feminin dan tidak ada terdapat fashion maskulin dalamnya.

‘’Aku kalau lagi feminin ya menurut aku ya, aku pakai rok terus aku pakai blouse, sepatu flat sama tas samping gitu yang bentuknya itu bentuk perempuan, aku juga pakai make-up sih, gitu lah aku kalau lagi feminin. (Ayu)

Memakai rok, sepatu flat, tas samping dan memakai make-up yang ada diwajahnya, seperti itulah fashion feminin yang dimiliki Ayu yang dimana tidak ada sama sekali fashion serta sisi maskulin yang ditampilkan Ayu. Jawaban atas pertanyaan yang diberikan sama seperti apa yang diutarakan Riska yang merupakan teman Ayu sendiri.

‘’Ayu kalau lagi feminin ya ku lihat dia pakai sepatu flat, tas samping cewek, make-up, dan rambutnya mau gitu diikat, pokoknya feminin lah.’’ (Ayu)

Dengan melihat jawaban yang diberikan oleh keduanya terbukti bahwa pada saat Ayu menampilkan sisi dan fashion feminin ayu secara total menampilkannya.

3.2.4 Ekspresi Fashion Maskulin Ayu

Selain fashion feminin Ayu juga senang terhadap fashion maskulin. Fashion maskulin yang disenangi Ayu juga ditunjukkan dengan penampilannya dalam kesehariannya.

(23)

Pada saat Ayu memakai fashion maskulin dalam kesehariannya tidak terdapat samas sekali sisi feminin dari Ayu. Meskipun Ayu memiliki teman sangat dekat padanya dikampus tetapi jika ia ingin tampil maskulin ia akan tampil secara maskulin. Ayu tidak pernah memperdulikan meskipun teman dekatnya dikampus tampil secara feminin. Riska yang merupakan salah satu teman dekat Ayu mempunyai pendapat tersendiri mengenai fashion maskulin Ayu.

‘’ Ayu yang aku lihat pas dia maskulin atau tomboy yang lebih aku kenal dia suka pakai celana jeans yang kayak cowok gitu terus pakai kaos oblong itupun coraknya corak cowok dan dia pasti gak mau pakai make-up.’’ (Riska)

Ada perbedaan Ayu ketika tampil dengan fashion feminin dan fashion maskulin. Ayu sama sekali tidak akan memakai make-up pada wajahnya ketika ia tampil dengan secara maskulin, sementara ketika ia tampil secara feminin Ayu senang memakai make-up.

3.2.5 Pola Asuh Orang Tua Ayu

Pola Asuh orang tua dari Ayu ini agak sedikit berbeda dengan pola suh orang tua lainnya. Pola asuh orang tua Ayu yang dimana orang tua Ayu mendidik dan menjadikan Ayu sebagai abang sekaligus kakak bagi adik-adiknya. Menjadikan abang sekaligus kakak yang membuat Ayu perlahan-lahan mengerti bagaimana menjadi laki-laki dan bagaimana menjadi perempuan dan ini juga membuat Ayu memiliki sisi dan penampilan secara maskulin dan feminin.

‘’Aku dibiasain ya jadi abang sekaligus kakak untuk adik ku sehingga aku jadi mau tampil maskulin atau tomboy terus mau juga tampil feminin karena ketika aku jadi abang ya aku maskulin kan penampilannya tapi pada saat aku jadi kakak aku pasti tampil feminin.’’

(Ayu)

(24)

jenis kelamin perempuan sementara ayah dari Ayu sangat menginginkan mempunyai anak laki-laki hal ini juga yang membuat Ayu diperlakukan secara laki-laki terhadap ayahnya.

‘’Waktu aku pas dikandungan aku diUSG kan laki-laki, terus ayah aku uda senang lah karena bakalan punya anak perempuan tapi pas aku lahir ternyata aku perempuan ya dari situ juga lah aku dibiasain laki-laki, ya jadi adalah sisi laki-laki ku.’’ (Ayu)

3.2.6 Mulai Menyukai Fashion Androgini

Setiap orang tentu memiliki waktu semenjak kapan dia menyukai atau mencintai sesuatu. Di dalam hal apapun yang setiap orang suka atau cintai pasti memiliki waktu atau masa tersendiri. Waktu adalah suatu pembuktian bahwa ia pernah menyukai atau mencintai sesuatu. Sesuatu itu berupa hoby, minat, dan bahkan sampai ke dalam hal fashion. Fashion juga merupakan suatu kesukaan bagi setiap orang. Fashion dapat membuat setiap orang untuk menjadi lebih memperhatikan penampilan diri sendiri. Fashion tidak ada matinya dari dahulu sampai sekarang.

Fashion androgini adalah salah satu fashion yang sudah ada dari dahulu tetapi dimasa

saat ini fashion androgini mulai banyak disukai dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Fashion androgini yang banyak diminati oleh kaum perempuan memiliki waktu semenjak kapan perempuan itu sendiri menyukainya. Waktunya tentu berbeda-beda setiap pemakai ada yang semenjak kecil bahkan ada yang baru menyukainya ketika dewasa.

‘’Aku dari sekolah SMP kelas 3 lah uda bisa menggabungkan fashion maskulin sama feminin jadinya fashion androgini dan aku suka’’ (Ayu)

(25)
(26)

3.3 Latar Belakang Fani Lourdes Simanjuntak

Fani Lourdes Simanjuntak yang lahir pada tanggal 01 Oktober 1994 adalah mahasiswi Sosiologi angkatan 2012. Fani sekarang duduku di semester 7 perkuliahannya. Fani berasal dari kota Pematang Siantar. Hidup secara mandiri sebagai anak kost dijalani Fani ketika dia dinyatakan lulus sebagai mahasiswi di jurusan Sosiologi FISIP USU.

Fani anak ke-2 dari 4 bersaudara. Fani merupakan satu-satunya anak perempuan dikeluarga dan 3 saudaranya adalah anak laki-laki. Anak pertama dikeluarga Simanjuntak ini bernama Robin Simanjuntak yang sekarang menempuh perkuliahannya di kota Semarang, anak kedua adalah Fani Simanjuntak yang menempuh perkuliahannya di kota Medan. 2 orang sauadara Fani bernama Nicholas Simanjuntak dan yang terakhir adalah Ajay Simanjuntak. Nicholas sekarang duduk di kelas 3 SMA, sedangkan Ajay sekarang duduk di bangku kelas 1 SMA. Dari SD sampai kuliah Fani juga mengalami perubahan ekspresi fashion dalam hidupnya.

Pada saat SD Fani adalah orang yang belum tau bergaya sama sekali. Fani menganggap dirinya orang yang memiliki ekspresi fashion yang biasa saja. Biasa saja dalam arti dia belum tau gaya maskulin dan feminin sehingga apapun yang dia pakai adalah dia merasa cocok dengan itu. Ketika kecil ataupun masih SD ini Fani juga akrab dengan permainan yang dimainkan anak laki-laki seperti guli, sepeda, alib kecebong yang semuanya lebih disukai anak laki-laki. Fani tidak pernah memainkan apa yang sering dimainkan anak perempuan seperti boneka, masak-masakan, dan lain-lain.

(27)

untuk memakai baju abangnya yang tertinggal di Siantar. Melihat saudara kandung yang semua adalah laki dan komplek perumahan yang kebetulan semuanya adalah anak laki-laki yang menjadikan Fani lebih maskulin dan tidak menemukan sisi feminin dari segi

fashion dan sifatnya. Disaat SMP ini Fani lebih akrab dengan rambut yang tidak panjang atau

lebih dikenal dengan gonjes.

Sewaktu SMA Fani tidak mengalami perubahan dalam dirinya dia sama seperti SMP yang dimana tetap memiliki ekspresi dan sifat yang maskulin. Dimasa SMA ini teman-teman Fani tidak lebih banyak laki-laki dan tidak lebih banyak perempuan yang artinya sama banyak. Ketika ia lebih nyaman gabung dengan laki-laki maka ia akan bergabung. Hal ini dirasakannya pada saat jam pelajaran sekolah yang dimana ia lebih sering duduk dibangku paling belakang bersama teman laki dan ia tertawa dan ribut bersama dengan teman laki-laki, berbeda dengan temannya yang perempuan yang dimana lebih menyukai duduk dibangku paling depan dan tertib dalam pelajaran. Orang tua Fani terkhususnya sang ayah sering menegur Fani agar dia seperti perempuan dan tidak seperti laki-laki.

Pada saat Fani duduk di bangku Universitas dia juga mengalami perubahan fashion dalam kehidupan sehari-hari. Androgini menjadi pilihan ekspresi fashion dari fani. Kuliah ini memiliki perbedaan dengan SMA yang dirasakan fani. Perbedaannya selama kuliah ini Fani lebih sering fashion feminin tetapi tidak meninggalkan fashion maskulin pada diri dia. Perlahan-lahan fani melihat teman-teman satu kostnya yang lebih feminin seperti memakai kosmetik, pakaian yang bermotifkan perempuan, lulur dan aksesoris perempuan. Pengaruh lingkungan sekitar juga membuat Fani mengenal feminin beserta fashionnya.

(28)

matahari, dan apabila cuaca dingin datang maka dia lebih memilih untuk feminin. Selain pengaruh cuaca ada juga pengaruh tempat yang diamana tempat menjadi penentu untuk tampil secara maskulin atau feminin seperti misalkan jika dia pergi ke tempat yang acaranya sedang formal ia akan lebih memilih untuk feminin sementara jika ia pergi ke mall dan tempat lain ia lebih menyukai style fashion yang santai atau maskulin. Fashion maskulin sendiri menurut Fani adalah suatu fashion yang cukup santai. Setelah lebih mengenal fashion feminin karena lingkungan sekitar koleksi baju Fani juga menjadi beragam ada fashion feminin dan fashion maskulin dan itu seimbang.

Suasana kampus tentunya berbeda dengan suasana rumah. Di rumah Fani lebih ke maskulin. Di rumah Fani adalah satu-satunya anak perempuan sementara yang lainnya adalah anak laki-laki sehingga membuat dia lebih seperti laki-laki dan menyukai fashion maskulin. Hal ini sangat terlihat jelas bahwa pengaruh lingkungan sekitar, cuaca, dan tempat sangat berpengaruh pada fashion dari Fani sendiri.

3.3.1 Ekspresi Androgini Fani

Fani merupakan salah satu perempuan yang menyukai dan menerapkan fashion androgini dalam kehidupannya sehari-hari. ekspresi atau style fashion androgini ini sudah diterapkan dari ketika masih remaja tepatnya ketika ia duduk dibangku kelas 3 SMP. Ekspresi androgini ini diterapkan Fani seperti ia suka memakai kaos oblong, celana jeans, rok , sepatu flat, memakai make-up, memakai kemeja kotak-kotak, dan topi.

(29)

Terlihat jelas dari jawaban Fani bahwa ekspresi fashion maskulin dan feminin dapat digabungkan sehingga menjadi fashion androgini. Pendapat ini sama dengan pendapat dari salah satu teman dekat Fani yaitu Estina Aritonang.

‘’Aku pernah dan sering juga lihat dia nanti tampil maskulin kayak tomboy gitu tapi masih pakai lipstick merah.’’ (Esti)

Dari hasil wawancara yang dilakukan secara mendalam tersebut dapat disimpulkan bahwa

style maskulin dan style feminin dan digabunggkan masih bisa diterapkan oleh Fani.

3.3.2 Ekspresi Fashion Feminin Fani

Ekspresi feminin mulai diperlihatkan Fani pada saat ia duduk dibangku perkuliahan. Dibangku perkuliahan ini ia lebih dekat dengan teman-teman perempuannya. Selain ia dekat dengan teman perempuannya dikampus ia juga dekat dengan teman perempuannya yang ada dikost. Ekspresi feminin ini ditunjukkan dengan seeringnya Fani memakai rok, sepatu flat, make-up diwajah, dan memakai kacamata yang mengikuti trend saat ini.

‘’Feminin, ya aku pakai rok, pakai sepatu flat, make-up dan terkadang mau juga pakai kacamata yang ngikutin trend gitu.’’ (Fani)

Esti yang merupakan salah satu teman perempuan yang dekat dengan Fani selama dikampus juga mempunyai pandangan tersendiri untuk ekspresi feminin Fani.’’

‘’Fani kalau lagi feminin dia selalu bawa bedak, sisir, kaca dan lipstick ditasnya. Dia juga pakaiannya pun maunya yang ngetrend, udah gitu ada 2-3 lipstick yang dibawa si Fani

kalau ke kampus dan dikampuspun sering dia sisiran kalau lagi mut kali feminin.’’ (Esti)

(30)

3.3.3 Ekspresi Fashion Maskulin Fani

Ekspresi atau style fashion maskulin ini ada pada diri Fani semenjak kecil. Fani adalah anak satu-satunya yang ada dikeluarga. Semua saudara kandung Fani adalah laki-laki. Memiliki saudara kandung laki-laki dan hanya sendiri perempuan menjadikan Fani memiliki karakter dan fashion maskulin yang lebih dikenal dengan fashion laki-laki.

‘’Saudara kandung ku kan laki-laki semua cuman aku yang perempuan sendiri, aku jadi senang terus suka ngikutin orang itu ya pakai kaos oblong yang coraknya cowok kan, terus pakai kemeja lah, pakai celana jeans, pakai sepatu boat yang bentuknya kayak laki-laki.’’ (Fani)

Pengaruh lingkungan terutama keluarga yang menjadikan Fani menyukai ekspresi yang satu ini yaitu ekspresi maskulin.

3.3.4 Pola Asuh Orang Tua Fani

Pola asuh orang tua Fani yang memberikan kebebasan akan style dalam kehidupan sehari-hari membuat Fani merasa lebih berekspresi dari segi fashion. Semenjak ibu Fani telah tiada, ayah dalam keluarga yang berperan besar dalam mengasuh anak-anaknya. Fani adalah salah satu anak perempuan dalam keluarga. Semenjak ia kecil sampai sekarang ia dibebaskan dalam hal style hanya saja orang tua Fani meminta atau menasehati agar setiap berpakaian selalu berpakaian sopan.

‘’Kalau bapakku ya biasa aja dan gak terlalu ngurusin, dia mengasih kebebasan sih, cuman ya bapakku selalu bilang sama ku kalau bisa pakaiannya yang sopan, udah gitu aja sih.’’ (Fani)

(31)

‘’Kalau masalah pola asuh orang tua Fani kayaknya dibebasin makanya stylenya agak sesuka hatinya terus aku lihat kalau dia lagi telfonan sama bapaknya pun dibebaskan gitu penampilannya dari gaya bahasa dia sama bapaknya ya kalau lagi telfonan, gitu sih yang aku dengar.’’ (Esti)

3.3.5 Mulai Menyukai Fashion Androgini

Fani menyukai fashion androgini dan menjadikan fashion androgini semenjak ia duduk dibangku perkuliahan. Sejak dari kecil sampai ia SMA (Sekolah Menengah Atas) ia hanya menyukai dan menerapkan gaya fashion maskulin dalam hidupnya tetapi semenjak ia kuliah ia mulai menyukai dan menerapkan fashion androgini dalam kehidupan sehari-harinya.

‘’Aku suka style androgini gitu kan style feminin sama style maskulin lebih jelas pas masa kuliah ini, kalau dari kecil sampai SMA kan aku lebih suka maskulin atau tomboy gitu.’’ (Fani)

Esti juga melihat dan mersakan hal yang sama dengan Fani bahwa ia menyukai dan menerapkan ekspresi fashion androgini semenjak duduk dibangku perkuliah semester awal yaitu semester 1 dan masih diterapkan sampai sekarang.

‘’Aku lihat dan tahunya dia suka style androgini semenjak semester 1 kuliah dan sampai sekarang masih gitu sih dia ku lihat kadang feminin dan kadang maskulin.’’ (Esti)

Hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa Fani lebih menyukai dan menerapkan style

fashion androgini ketika ia duduk dibangku perkuliahan. Dikarenakan faktor orang sekitar

(32)

3.4 Latar Belakang Kartini Indayati Napitu

Kartini Indayati Napitu adalah mahasiswi Administrasi Bisnis angkatan 2012 dan kelas A. Kartini lahir di Samosir, 14 Januari 1995 dan sekarang ia berusia 20 tahun. Kartini adalah anak ke-3 dari 6 bersaudara. Anak pertama yaitu Beta Srialawati Napitu, anak kedua yaitu Eci Fridayati Napitu, anak ketiga yaitu Kartini Indayati Napitu, anak keempat yaitu Togar Marsahap Napitu, anak kelima yaitu Maria Suyati Napitu dan yang terakhir adalah Ingwer Syahputra Napitu.

Ketika kecil tepatnya pada saat berusia 2,5 tahun ia tidak pernah tampil secara feminin dan selalu tampil maskulin. Ia berbeda dengan anak-anak perempuan yang lainnya yang berdandan secara feminin. Menurut orang tuanya ia tidak pernah mau dikasih pakaian baju terusan karena ia lebih menyukai memakai kaos oblong yang seperti laki-laki dan celana laki-laki. Kartini sangat dekat dengan kakaknya yang bernama Eci. Ia dan Eci memiliki jarak umur 2 tahun. Kartini dan Eci sangat menyukai tampil seacra maskulin tetapi berbeda sekali ketika mulai dewasa menyukai style androgini. Kartini dan Eci pada masa kecil lebih menyukai memainkan mobil-mobilan, robot-robotan, dan main bola. Kartini tidak pernah memainkan boneka-bonekaan dan masak-masakan karena ia sangat tidak menyukainya.

(33)

untuk ke acara-acara formal menurut Kartii sudah feminin sekali. Selain itu ia juga senang memakai aksesoris laki-laki seperti kalung dan gelang yang khusus untuk laki-laki.

Saat SMA Kartini juga memiliki banyak teman laki-laki dan ekspresi serta sifatnya masih terbawa dari SMP. Ketika kelas 3 SMA ia dipindahkan dari kelas IPA 3 ke IPA 1 yang dimana dikelas itu lebih banyak perempuan. Intensitas pergaulannya lebih banyak kepada perempuan dari pada laki-laki karena dikelas lebih banyak perempuan. Perubahan perlahan ada pada diri Kartini seperti ketika ia berbicara lebih lembut tidak seperti semula yang sedikit lebih keras seeperti laki-laki. Di saat ini juga ia sudah mulai mencoba memakai baju-baju yang bermotif perempuan, pake sendal yang perempuan dan aksesoris perempuan.

Setelah selesai dari SMA ia melanjutkan pendidikannya ke jenjang Universitas. Dimasa kuliah ini ia memilih style androgini sebagai stylenya. Dalam seminggu ia tidak setiap harinya maskulin tetapi ada juga hari dimana ia feminin. Perpaduan antara maskulin dan feminin juga sering ia lakukan.

Ketika semester 1-5 ia juga sudah menerima ekspresi fashion yang feminin tetapi rasa nyaman yang paling tinggi tetap ketika dia tampil secara maskulin. Sekarang ia duduk di semester 7 dan ia mengakui bahwa ia lebih sering feminin tetapi tetap tampil maskulin sekali-kali. Ia menyadari adanya tuntutan feminin terhadap dia dikarenakan semester depan atau semester 8 nanti ia akan ada mata kuliah PKL 2 atau Magang sehingga ini membuat dia lebih mencoba untuk tampil feminin lebih sering.

3.4.1 Ekspresi Androgini Kartini

(34)

style fashion androgini adalah dirinya sendiri. Style fashion androgini seperti pada saat ia sedang memakai dress dan ia memakai sepatu boat. Ada juga suatu keadaan yang dimana pada saat ia memakai kemeja, rok, ransel dan memakai sepatu flat.

‘’Aku senang ya sama style androgini dan aku merasa ya diri ku sendiri style ini, aku itu pernah pakai rok dibawahnya aku pakai sepatu boat terus aku pakai kemeja yang dipadukan dengan rok, memakai ransel dan sepatu flat.’’ (Kartini)

Dikampus Kartini akrab dengan dipanggil Tini. Kartini memiliki 2 (dua) sahabat laki-laki yang dekat dengannya. Sahabat tersebut bernama Mei Henriko Sinaga dan Jefri Parulian Nainggolan. Kedua sahabatnya itu satu kelas dengan Kartini di Ilmu Administrasi Bisnis kelas B Angkatan 2012. Mereka bersahabat semenjak semester awal perkuliahan sampai sekarang sehingga mereka kenal sekali dengan Kartini. Mei dan Jefri punya pendapat yang berbeda-beda mengenai ekspresi fashion Kartini terutama ekspresi fashion androgini.

‘’Celana jeans, rok, kaos oblong, sepatu boat, celana ketat. Dia gak bisa ditebak style fashionnya karena dia hari senin mau maskulin tiba-tiba selasa udah feminin aja, sering juga senin sampai rabu maskulin tapi kamis, jumat feminin dan bahkan minggu juga feminin jadi gak bisa ditebak stylenya, tapi enak aja sih kalau dilihat.’’ (Mei)

‘’ Pada saat dia berpakaian seperti laki-laki tetapi ia memoles wajahnya dengan make-up, dan dia juga pernah memakai dress api dibawahnya dengan sepatu boat.’’ (jefri)

(35)

3.4.2 Ekspresi Fashion Maskulin Kartini

Ekspresi fashion maskulin ini adalah salah satu ekspresi yang sangat disukai oleh Kartini. Ekspresi fashion maskulin ini ada pada diri Kartini sejak ia kecil. Sejak kecil tepatnya ketika ia SD Kartini memiliki banyak teman laki. Memiliki banyak teman laki-laki yang membuat Kartini menyukai style fashion maskulin ini. Selain memiliki teman laki-laki yang banyak ia juga memiliki kakak yang sama dengannya. Kartini dan kakaknya sama-sama menyukai style fashion androgini yang dimana dalamnya terdapat style fashion feminin

dan style fashion maskulin. Pada saat ia tampil dengan fashion maskulin, ia memakai kaos

oblong yang bercorak laki-laki yang besar sangat ia sukai, celana jeans, sepatu boat, tas ransel dan kemeja kotak-kotak.

‘’ aku kalau lagi maskulin ya aku suka pakai kaos oblong yang besar itu pun rata-rata coraknya corak cowok, pakai tas ransel, sepatu boat sama kemeja kotak-kotak.’’ (Kartini)

Mei dan Jefri juga sebagai teman dekat dari Kartini mempunyai pendapat tersendiri mengenai ekspresi fashion Kartini khususnya ekspresi fashion maskulin. pendapat kedua temannya juga berbeda-beda akan dirinya.

‘’Maskulin si Tini tampilnya dengan rambut yang tidak rapi, celana jeans dan terkadang mau yang robek-robek yang jadi gaya gitu, baju kaos oblong yang besar, tas ransel dan sepatu boat.’’ (Mei)

(36)

Kedua temannya Mei dan Jefri punya pendapat yang sama bahwa ketika Kartini tampil dengan fashion yang maskulin selalu didukung dengan tatanan rambut yang tidak rapi dan memakai kaos oblong yang memiliki desain lebih tegas lagi.

3.4.3 Ekspresi Fashion Feminin Kartini

Feminin merupakan suatu ekspresi fashion yang ketika ia ingin memakainya maka ia akan memakainya. Feminin juga suatu ekspresi yang ia pakai dan tampilkan pada saat ia ada acara yang formal.

‘’Aku pas feminin ya kalau lagi kepingin feminin ya aku feminin terus kalau lagi ada acara formal. Aku biasanya pakai dress yang agak longgar atau kelihatan lebih besar karena aku gak suka yang ketat, pakai make-up dan satu lagi aku pakai sepatu flat kalau gak aku pakai boat tapi boatnya ini yang cewek punya.’’ (Kartini)

Untuk tampil feminin Kartini dari atas sampai bawah seluruhnya feminin dan tidak ada sentuhan maskulin dari penampilannya. Pada ekspresi fashion feminin ini kedua temannya yaitu Mei dan Jefri memiliki pendapat yang sama.

‘’Femininnya, ketika dia pakai rok, baju yang perempuan kayak blouse gitu, terus tatanan rambutnya uda rapi dan sepatunya pakai yang flat dan boat dan dia suka pakai yang warna pink.’’ (Mei)

‘’ Pada saat feminin, dia cenderung memakai rok, dengan rambut yang sudah ditata rapi dengan polesan make-up di bagian wajah.’’ (Jefri)

(37)

3.4.4 Mulai Menyukai Ekspresi Fashion Androgini

Kartini juga memiliki waktu dimana ia mulai menyukai fashion androgini. Fashion androgini yang dimana sudah ia terapkan semenjak ia SMP (Sekolah Menengah Pertama), tetapi ia menetapkan bahwa fashion androgini menjadi style fashionnya ketika ia duduk dibangku perkuliahan.

‘’Aku dari SMP uda suka style yang maskulin dan feminin, uda mau juga makai keduanya tapi aku mulai milih fashion androgini jadi style fashion aku dari awal kuliah lah.’’ (Kartini)

Kedua teman Kartini yaitu Mei dan Jefri juga melihat hal yang sama bahwa ia lebih menyukai style fashion androgini dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari semenjak ia duduk dibangku perkuliahan.

‘’Aku kan kena Tini dari kuliah ya, dari awal kuliah, jadi aku rasa dia suka sama fashion androgini semenjak awal semester 1 sampai sekarang dia masih suka gaya fashionnya itu androgini.’’ (Mei)

‘’Aku melihat fashion androgininya sejak duduk dibangku kuliah, semester 1 tahun 2012 dan aku rasa dia suka sama fashion androgini dari awal kuliah.’’ (Jefri)

3.4.5 Pola Asuh Orang Tua Kartini

Kartini yang akrab Tini ini memiliki orang tua yang tidak pernah memaksakan segala sesuatunya terutama dalam hal fashion. Orang tua Kartini tidak pernah memaksakan fashion Kartini harus sesuai dengan yang diinginkan orang tuanya. Dari kecil Kartini sudah mempunyai sisi fashion maskulin dan feminin pada dirinya. Sewaktu ia kecil Kartini sering dibelikkan pakaian perempuan orang tuanya juga membelikan pakian laki-laki yang disukai Kartini.

(38)

dibelikkan pakaian perempuan ya aku juga dibelikkan pakaian laki-laki gitu dan semuanya aku pakai dan aku suka.’’ (Kartini)

Menurut Mei Henriko dan Jefri sebagai teman yang sangat dekat dengan Kartini juga melihat bahwa tidak ada peraturan yang tersendiri dari orang tua Kartini dan orang tuanya memberikan kebebasan akan fashion Kartini.

‘’Menurut aku gak ada yang salah sama pola asuh orang tuanya ya karena yang membuat dia punya sisi fashion yang maskulin dan feminin mungkin lingkungannya karena yang aku tau dia punya teman laki-laki yang banyak juga. orang tua juga ngasih aja kok mau seperti apa fashionnya.’’ (Jefri)

‘’kalau menurut ku ya dia bebas-bebas aja mau seperti apa penampilannya ya, yang

ku tau dia kalau sama keluarganya lebih sering maskulin penampilannya dan orang tuanya gak pernah permasalahkan itu karena itu kan cuman sekedar style aja bukan perbuatan yang jahat.’’ (Mei Henriko)

Dari hasil wawancara diatas terlihat bahwa orang tua Kartini tidak pernah memaksakan

fashion Kartini harus sesuai dengan yang orang tuanya inginkan. Ekspresi fashion androgini

(39)

3.5 Latar Belakang Ingrid Zerlinda Aritonang

Ingrid Zerlinda Aritonang yang lahir pada tanggal 23 Maret 1994 memiliki nama panggilan Ingrid. Ingrid anak ke-2 dari 2 bersaudara. Anak pertama dalam keluarga adalah anak laki-laki yaitu Arik Orlando Aritonang sementara ana kedua adalah anak perempuan yaitu Ingrid. Ingrid merupakan mahasiswi Antropologi Sosial angkatan 2012 dan sekarang duduk di semester 7. Saudara laki-laki Ingrid saat ini sedang bekerja di kota Jakarta. Orang tua Ingrid sekarang menetap di Jakarta sehingga disini Ingrid menjadi anak kost. Dalam kehidupan fashion Ingrid juga mengalami siklus perubahan.

Pada saat SD Ingrid memilki ekspresi fashion yang feminin. Ia menyukai pakaian-pakaian yang feminin dan hampir setiap hari ia memakainya. Sewaktu SD ini juga ia sering mengambil lipstick mama atau ibunya lalu ia memakainya. Ia juga suka memakai rok kemanapun ia pergi. Ingrid merasa bahwa feminin adalah ekspresi fashionnya pada saat SD.

SMP adalah saat dimana ia mulai beranjak remaja. SMP ini Ingrid lebih memiliki sifat dan ekspresi fashion yang maskulin. Sifat dan ekspresi fashion maskulin ini ada dikarenakan Ingrid memiliki teman laki-laki di sekolah. Sewaktu SMP ini tidak mau lagi memakai rok selain ke sekoah. Di saat ini juga rasa ingin maskulin timbul dan lebih dikenal dengan tomboy. Hal ini menyebabkan Ingrid tidak mau lagi memakai pakaian-pakaian yang feminin.

(40)

Ekspresi androgini ini tetap dipertahankan oleh Ingrid sampai ia sekarang duduk di bangku Universitas. Sekarang ia lebih percaya diri dengan apa yang dipakainya. Kemanapun ia pergi ia merasa bahwa apapun yang dipakainya adalah yang terbaik dan membuat dia nyaman sekali. Ingrid mengekspresikan style fashionnya dengan cara ketika ia ingin maskulin ia akan tampil secara maskulin seperti memakai kemeja kotak-kotak yang besar, sneakers, ransel dan ketika ia ingin feminin ia akan tampil dengan menggunakan rok, kemeja yang khusus untuk kaum perempuan, sepatu flat, dan tas yang khusus untuk kaum perempuan. Di saat kuliah ini ada perbedaan tersendiri pada SMP yaitu rasa femininnya sering muncul dan ia mengaplikasikannya dengan tampil feminin berbeda pada saat SMP ia sama sekali tidak memiliki rasa ingin feminin karena ia hanya menyukai maskulin. Dan semenjak SMA sampai sekarang ia lebih memilih ekspresi fashion androgini sebagai ekspresi fashionnya.

3.5.1 Ekspresi Androgini Ingrid

Ekspresi androgini Ingrid merupakan salah satu ekspresi fashion yang banyak ditunjukkan atau ditampilkan pada saat kuliah. Kebebasan dalam berpakaian membuat Ingrid menjadi lebih percaya diri dalam penampilannya. Kebebasan berpakaian yang dimaksud adalah mahasiswa/i bebas memakai pakaian apapun asalkan tetap dianggap sopan. Ekspresi

fashion ini ditunjukkan dengan ia memakai celana jeans, kemeja kotak-kotak yang besar,

ransel, rok, sepatu sneakers.

‘’Aku ya kalau ke kampus aku pakai celana jeans, kemeja kotak-kotak yang besar, sneakers, ransel terus aku mau pakai rok atasannya kemeja kotak-kotak yang besar.’’ (Ingrid)

(41)

‘’Aku ya lihat ekspresi fashionnya Ingrid itu maskulin ya terus androgini juga, tapi kalau feminin dia terkadang aja lebih sering maskulin dan androgini. Kalau dia androgini kan dia pakai rok, kemeja kotak-kotak, sneakers gitu terus kalau dia maskulin dia pakai celana jeans, kemeja kotak-kotak yang besar terus pakai ransel,.’’ (Cece)

3.5.2 Ekspresi Fashion Maskulin Ingrid

Ekspresi fashion maskulin ini merupakan ekspresi fashion yang disukai oleh Ingrid dari fashion androgini. Ekspresi fashion maskulin membuat Ingrid merasa lebih nyaman dan menjadi diri sendiri.

‘’Aku kalau ekspresi maskulin ya mersa jadi diri aku sendiri dan aku merasa nyaman karena aku suka kan.’’ (Ingrid)

Jawaban diatas membuktikan bahwa Ingrid merasa nyaman ketika tampil maskulin dan dia sangat menyukai ekspresi maskulin. Di dalam menampilkam ekspresi fashion maskulin ini Ingrid selalu menggunakan pakaian kemeja yang besar dan paling sering kotak-kotak, tas ransel, sepatu sneakers dan celana jeans yang tidak terlampau ketat.

‘’Aku kan kalau lagi maskulin ya atau tomboy gitu aku pakai kemeja yang besar dan terserah coraknya apa tapi aku paling suka corak yang kotak-kotak, pakai celana jeans tapi yang gak terlalu ketat karena aku gak suka celana jeans itu yang ketat, tas ransel sama sepatu sneakers.’’ (Ingrid)

Cece sebagai teman Ingrid melihat bahwa Ingrid lebih sering tampil dengan fashion maskulin dalam sehari-hari.

‘’Aku lihat Ingrid dia lebih sering maskulin tapi mau juga feminin terus mau juga kan dia gabungin jadi fashion androgini. Dia kalau lagi maskulin dia itu makai kemeja kotak-kotak yang besar, tas ransel, sepatu sneakers sama celananya itu gak terlampau ketat ya karena dia gak suka celana yang ketat kan.’’ (Cece)

(42)

3.5.3 Ekspresi Fashion Feminin Ingrid

Feminin merupakan salah satu ekspresi yang ada pada diri Ingrid. Ekspresi feminin ini ada pada Ingrid dikarenakan Ingrid merupakan seorang perempuan sehingga yang feminin melekat pada dirinya. Ketika SD (Sekolah Dasar) Ingrid sangat menyukai fashion feminin dan selalu tampil feminin dengan menggunakan bedak dan lipstick ibunya.

‘’Aku waktu SD lah yang feminin terus karena aku suka dulu tampil perempuan kali. Waktu itu aku juga suka gitu pakai bedak terus mau juga pakai lipstick mama ku.’’ (Ingrid)

Dimasa SD (Sekolah Dasar) tentu berbeda dengan yang sekarang. Sekarang Ingrid merupakan salah satu mahasiswa yang bisa dikatakan sudah mulai dewasa. Dimasa perkuliahan ini ekspresi fashion Ingrid merupakan ekspresi fashion androgini yang dimana adanya penggabungan fashion maskulin dan feminin. Pada saat Ingrid tampil dengan feminin cenderung memakai rok, tas samping yang biasa digunakan perempuan, sepatu flat dan memakai blouse. Hal ini dibuktikan dari hasil wawancara dan dari hasil penglihatan peneliti selama dilapangan.

‘’Feminin ya aku pakai rok, sepatu flat, tas samping gitu sama blouse sih gitu aja.’’(Ingrid)

Selain itu cece yang merupakan teman dari Ingrid juga mempunyai pendapat soal fashion feminin dari Ingrid.

‘’Ingrid ya kalau lagi feminin ya dia pakai rok, terus pakai sepatu flat, pakai tas samping terus pakai blouse git terus dia itu feminin pas saat ibadah ke gereja terus pas ke kampus tapi itupun gak selalu lah feminin.’’ (Cece)

(43)

Ingrid merupakan sesseorang yang memiliki ekspresi fashion androgini sehingga memiliki ekspresi fashion maskulin juga.

3.5.4 Pola Asuh Orang Tua Ingrid

Pola asuh orang tua Ingrid terhadap Ingrid yang tidak terlalu melarang dan tidak terlalu memberikan kebebasan. Orang tuanya tidak terlalu melarang bagaimana fashion dan penampilan dari Ingrid. Ingrid masih merasa bebas dengan pola asuh orang tuanya terhadap dirinya. Dengan pola asuh yang masih terlihat bebas akan penampilan tetapi orang tua Ingrid juga tidak terlalu memberikan kebebasan dengan cara memberikan nasihat kepada Ingrid tetapi tidak dalam penekanan kata yang marah dan kasar.

‘’Orang tua ku ya mereka itu gak terlalu melarang dengan kata lain aku masih bisa berekspresi dengan penampilan ku terus gak terlalu memberikan kebebasan juga pada ku dengan cara memberikan nasihat tapi manasihati aku gak pernah marah kali dan kasar gitu, nasihatinnya ya biasa aja.’’ (Ingrid)

Dari hasil wawancara diatas memperlihatkan bahwa pola asuh orang tua yang masih bebas terhadap dirinya tetapi masih memberikan nasihat kepada Ingrid. Cece juga mempunyai pendapat mengenai pola asuh orang tua Ingrid.

‘’Kalau orang tuanya ya mengasih kebebasan ya sama dia tapi tetap memberikan nasihat supaya Ingrid tampil feminin, cuman ya karena Ingrid masih suka tampil maskulin sehingga gak bisa menerapkan apa yang dibilang orang tuanya tapi ya meskipun dia belum bisa menerapkannya tapi ya dia gak pernah sampai dimarahin orang tuanya.’’ (Cece)

(44)

3.5.5 Mulai Menyukai Fashion Androgini

Mulai menyukai fashion androgini merupakan salah satu waktu dimana Ingrid mulai menerapkan atau mengaplikasikan fashion tersebut. Untuk fashion androgini ini Ingrid mulai menyukainya ketika ia duduk dibangku perkuliahan. Sewaktu ia SD (Sekolah Dasar)

fashion feminin menjadi pilihannya dan ketika ia beranjak SMP (Sekolah Menengah

Pertama), SMA (Sekolah Menengah Atas) ia berubah dengan fashion maskulinnya. Ekspresi

fashion maskulin yang menjadi stylenya itu dipengaruhi karena ia memiliki teman laki-laki

yang banyak disekolah. Dimasa perkuliahan sekarang ini ia cenderung menyukai fashion androgini bahkan ia menerapkan dalam kehidupannya. Fashion androgini yang dimana ia menyukai dan menerapkan feminin dan maskulin dari diri dia sendiri.

‘’Aku senang dengan fashion androgini ya pas kuliah ya dan itu puncaknya kalau aku bilang sih, karena pas aku SD aku fashionnya feminin terus SMP sama SMA aku fashionnya maskulin, pas kuliah ini aku suka aja pakai fashion yang maskulin tapi mau juga fashionnya feminin gitu.’’ (Ingrid)

Kesukaan Ingrid akan fashion androgini sekaligus menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari saat masa perkuliahan juga dilihat oleh teman sekelas dan teman organisasinya yaitu Cece. Cece melihat bahwa Ingrid memiliki ekspresi fashion androgini semenjak duduk dibangku perkuliahan.

‘’Dari awal kuliah sih aku liat dan tau dia suka sama fashion androgini terus diterapkannya juga dalam kehidupannya, ntah itu dikampus, tempat ibadah, organisasi dan dimanapun ia berada pasti fashionnya itu ya maskulin dan feminin kayak androgini gitu.’’ (Cece)

(45)
(46)

3.6 Latar Belakang Meria Napitupulu

Meria Napitupulu adalah mahasiswi Administrasi Negara angkatan 2011. Meria sekarang semester 9 dan sedang menulis skripsi. Meria lahir di Sosorgadong, 30 Juni 1993. Meria adalah anak ke-4 dari 5 bersaudara. Anak pertama yaitu Harnita Artisa Napitupulu, anak kedua yaitu Erica Yolana Napitupulu, anak ketiga yaitu Ratna Nuningsi Napitupulu, anak keempat yaitu Meria Melani Napitupulu, dan anak kelima atau terakhir yaitu Wandi Pagar Asi Napitupulu. Di dalam keluarga ini ada empat anak perempuan dan satu anak laki-laki yang terakhir.

Ketika SD Meria adalah orang yang tidak peduli soal fashion. Menurut ia penampilannya biasa saja. Baju-baju yang dipakai oleh Meria adalah baju turunan dari saudara perempuannya atau kakak-kakaknya. Bagi Meria tidak masalah memakai baju yang diturunkan dari kakak-kakaknya yang penting ada saja. Meria jarang dibelikan baju atau aksesoris oleh orang tuanya dikarenakan ia sudah memiliki kakak 3 orang sehingga ia waktu SD memakai baju-baju bekas dari kakak-kakaknya.

(47)

rasakan membuat ia jaga jarak dengan laki-laki pada akhir SMP dan lebih memilih berteman dengan perempuan dan berteman juga dengan laki-laki tetapi tidak terlalu akrab seperti semula.

Pada saat SMA ia merasakan bahwa ia adalah remaja yang beranjak dewasa. Meria ketika SMA sudah mulai suka memakai lipgloss, high-heels, baju-baju yang feminin, rok, dan apapun barang yang warna pink. Ekspresi fashion feminin ini tidak bertahan secara lama. Meria merasa semakin lama ketika ia tampil feminin seperti badut. Setelah menyelesaikan pendidikan di bangku SMA ia melanjutkan pendidikan ke jenjang Universitas. Di perkuliahan ini ia merasa bahwa ia gak sepenuhnya cocok dengan ekspresi feminin. Ia merindukan dan menginginkan tampil secara maskulin seperti sedia kala. Di bangku kuliah ini Meria mulai membuat perpaduan akan fashionnya. Awalnya ia mulai melakukan eksperimen baju serta aksesoris yang ada setelah itu ia mulai ‘’Mix and Match’’ fashionnya setiap hari. Belajar perpaduan fashion maskulin dan feminin awalnya dari aplikasi media sosial seperti Instagram dan media cetak seperti majalah. Setiap hari ke kampus ia padukan fashion maskulin dengan

fashion feminin seperti memakai kemeja kotak-kotak yang maskulin dengan rok serta ada

aksesoris feminin dan sneakers yang maskulin. Di kota hal ini selalu dilakukan dikarenakan

fashion bebas di kota dan tidak terlalu dilihat orang lain berebeda dengan dikampung yang

diaman penampilan selalu dilihat. Sampai sekarang Meria memilih style fashion androgini menjadi stylenya.

3.6.1 Ekspresi Androgini Meria

(48)

‘’Aku ku gabung ya, aku campur antara maskulin sama feminin gitu lah kalau pas androgini. Aku itu menggabungkannya ya kayak rok dengan sepatu boat terus kaos kakinya yang biasa dipaakai untuk olahraga, kadang aku cowok kali terus kadang aku cewek kali.’’ (Meria)

Dari jawaban diatas membuktikan bahwa Meria sering menggabungkan antara feminin dan maskulin sehingga menjadi androgini. Penggabungan tersebut salah satunya sewaktu Meria memakai rok dengan sepatu boat dan memakai kaos kaki yang biasa digunakan untuk olahraga. Adanya orang-orang sekitar Meria juga memberikan pendapat kepada Meria, salah satu orang sekitar itu sekaligus menjadi teman Meria adalah Yuni Pardede. Yuni juga mempunyai pendapat terhadap fashion androgini Meria.

‘’Meria kalau dia lagi menggabungkan fashion maskulin dan feminin itu ya dia mau pakai rok, sepatu boat terus mau juga pakai celana jeans terus bajunya itu blouse perempuan gitu terus mau pakai ransel dan mau juga pakai tas cewek yang samping itu.’’ (Yuni)

Jawaban diatas sama dengan apa yang dikatakan oleh Meria. Meria dan Yuni punya pendapat yang sama untuk ekspresi fashion androgini Meria bahwa Meria suka menggabungkan

fashion maskulin dan fashion feminin. Penggabungan fashion maskulin dan fashion feminin

disebut fashion androgini.

3.6.2 Ekspresi Fashion Maskulin Meria

Ekspresi fashion maskulin merupakan saat dimana Meria menampilkan fashionnya secara maskulin dan tidak ada femininnya. Selama berteman dengan Meria, Yuni melihat bahwa fashion Meria selalu menarik perhatian dikarenakan Meria tampil dengan fashion maskulin dan fashion feminin. Sebagai teman Yuni juga berpendapat bahwa Meria memiliki

fashion maskulin. Fashion maskulin itu ditujukan dengan memakai topi, kemeja yang agak

(49)

‘’Pas lagi maskulin ya yg dikenal dengan tomboy untuk cewek dia pakai topi, kemeja yang agak besar, ransel, celana jeans, dan sepatu boat.’’ (Yuni)

Jawaban yang diberikan Yuni diatas sama dengan apa yang dipakai Meria ketika sedang berpenampilan dengan fashion maskulin. Pada saat berpenampilan maskulin Meria suka memakai kemeja yang agak lumayan besar, tas ransel dan sepatu boat. Sepatu boat merupakan salah satu sepatu yang paling ia suka ketika sedang memakai fashion maskulin.

‘’Aku ya kalau lagi maskulin atau tomboy gitu aku suka pakai tas ransel, sepatu boat, kemeja ya mau yg agak besar gitu kan paling sering kotak-kotak kan, terus celana jeans. Aku paling suka dengan sepatu boat sih kalau lagi maskulin.’’ (Meria)

Ini membuktikan bahwa ketika maskulin Meria tampil dengan fashion maskulin dan tidak terdapat fashion feminin.

3.6.3 Ekspresi Fashion Feminin Meria

Ekspresi fashion feminin dari Meria merupakan salah satu ekspresi yang menarik perhatian dikarenakan ketika Meria berpenampilan secara feminin ia sama sekali tidak terlihat memiliki karakter dan fashion maskulin dari dirinya.

‘’Dia kalau lagi feminin ya pakai rok, tas selempang atau samping gitu yang khusus buat cewek kan, terus dia pakai make-up sama bloues, seperti itu aja sih.’’ (Yuni)

Ini membuktikan bahwa ketika Meria menampilkan dirinya feminin sama sekali tidak terlihat fashion maskulin padanya. Feminin dengan menggunakan tas selempang, rok dan memakai make-up diwajah merupakan ekspresi fashion yang pada umumnya dimiliki oleh perempuan.

(50)

3.6.4 Pola Asuh Orang Tua Meria

Meria merupakan anak ke-empat dari lima bersaudara dikeluarganya. Ia memiliki tiga orang kakak dan seorang adik laki-laki. Didalam keluarganya ia tidak pernah mendapat larangan yang khusus dari orang tuanya. Meria dantiga orang kakaknya tersebut memiliki ekspresi fashion yang sama yaitu ekspresi fashion androgini. Fashion androgini yang dimana Meria dan ketiga kakaknya tersebut dapat menggabungkan fashion feminin dan maskulin sekaligus dan menampilkan fashion feminin secara total dalam sehari serta menampilkan

fashion maskulin secara total dalam sehari. Dari kecil Meria mengikuti ekspresi fashion

kakak-kakaknya sehingga ia memiliki ekspresi fashion yang sama dengan ketiga kakaknya. Orang tua dari Meria memberikan kebebasan pada anaknya dari segi fashion. Kebebasan yang dalam arti masih terlihat sopan didepan khalayak umum. Mulai dari kakak Meria yang pertama sampai Meria yang merupakan anak paling kecil perempuan dan dibawahnya merupakan anak laki-laki tidak ada larangan sama sekali dari orang tuanya untuk memiliki ekspresi fashion seperti apa.

‘’Aku gak ada dapat larangan dari orang tua ku ya, aku itu kan punya kakak 3 orang diatas ku mulai dari kakak yang pertama sampai aku gak piernah dilarang yang penting sopan terus aku itu dari kecil suka ngikutin gaya fashionnya kakak ku mereka itu androgini juga, suka digabungin feminin sama maskulin terus nanti mau feminin dalam sehari atau gak maskulin dalam sehari, ya gitu aja.’’ (Meria)

(51)

Dalam pola asuh orang tua Meria terdapat bahwa anak perempuan dalam keluarga diberikan suatu kebebasan untuk berpenampilan maskulin, feminin dan androgini sehingga dikeluarga ini potensi anak perempuan itu sama dengan anak laki-laki yang dimana bisa berpenampilan maskulin dan androgini. Yuni yang merupakan teman Meria juga mempunyai pendapat untuk pola asuh orang tua Meria.

‘’ Pola asuh orang tuanya gak ada yang salah ya toh ini kan cuman sekedar style aja, lagian orang tuanya ngasih kebebasan gitu untuk dia tampil feminin, maskulin dan androgini kan, kalaupun dia dilarang tampil maskulin atau androgini gitu dan harus feminin pasti dia gak akan berpenampilan seperti sekarang yang maskulin, feminin sama androgini.’’ (Meria)

Hasil wawancara diatas membuktikan bahwa orang tua dari Meria memberikan suatu kebebasan yang dimana anaknya dapat berpenampilan secara maskulin, feminin dan androgini. Tidak ada larangan dari orang tua yang menyebabkan Meria masih nyaman dan berani tampil didepan orang banyak atau umum dengan gaya androgini.

3.6.5 Mulai Menyukai Fashion Androgini

Mulai menyukai fashion androgini pada saat dimana ia duduk dibangku perkuliahan. Saat Meria duduk dibangku SD (Sekolah Dasar) dan SMP (Sekolah Menengah Pertama) ia memilih untuk mengikuti style fashion kakak-kakaknya yaitu fashion maskulin tetapi ketika ia duduk dibangku SMA (Sekolah Menengah Atas) Meria mulai tertarik akan

fashion feminin yang dimana ia mulai menerapkan fashion femininnya dengan menggunakan

lipstick, high-heels, rok dan uda mulai menyukai memakai make-up. Dibangku perkuliahan

ini ia memilih ekspresi fashion androgini sebagai ekspresi fashionnya.

‘’Aku mulai bisa mix and match nya itu pas kuliah ya, kayak misalnya kan aku pakai rok terus dibawahnya aku pakai sepatu boat terus aku pakai ransel dan blouse gitu jadi itu aku mulai senang mix and match gitu pas kuliah lah.’’ (Meria)

(52)

Hal diatas tersebut membuktikan bahwa Meria ketika ia duduk dibangku perkuliahan ia mulai senang dengan kebiasaan menggabungkan fashion feminin dan fashion maskulin. Penggabungan fashion feminin dan fashion maskulin ini yang dikatakan ekspresi fashion androgini. Ekspresi fashion androgini ini juga ia aplikasikan dalam kehidupannya hampir setiap harinya itu pada saat ia duduk dibanngku perkuliahan dan ia menyukainya.

3.7 Latar Belakang Lia Simangunsong

Lia Simangunsong lahir pada tanggal 29 Mei 1993 di Tebing Tinggi, Sumatera Utara. Lia adalah mahasiswi dari jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial dan angkatan 2011. Lia adalah anak ke-4 dari 4 bersaudara. Ia adalah anak terakhir. Anak pertama dikeluarga ini yaitu Susie Simangunsong, anak kedua yaitu Camry Simangunsong, anak ketiga yaitu Orlando Simangunsong, dan anak terakhir yaitu Lia Simangunsong.

(53)

3.7.1 Ekspresi Androgini Lia

Ekspresi androgini merupakan salah satu ekspresi yang setiap hari diterapkan atau digunakan Lia. Lia merasa nyaman sekali dengan ekspresi fashion yang sekarang ini yaitu andrrogini. Fashion androgini yang selalu ia gabungkan antara fashion maskulin dan fashion feminin. Ekspresi fashion androgini ini Lia tampilkan dengan memakai kemeja kotak-kotak yang ia sangat gemari dan sukai, tas ransel, jepitan rambut dan sepatu flat.

‘’Aku ya androgini, aku itu setiap hari fashionnya androgini aku pakai kemeja kotak-kotak aku suka sekali sama kemeja kotak-kotak-kotak-kotak dan bahkan hampir setiap hari aku pakai kemeja kotak-kotak, aku pakai tas ransel, celana jeans terus pakai jepitan rambut ya itu enggak pernah lupa sama sepatu flat.’’ (Lia)

Cece sebagai adik satu organisasi diluar kampus juga melihat dan berpendapat bahwa Lia menerapkan ekspresi fashion androgini dalam kesehariannya.

‘’Kalau kak Lia ya dia feminin sama maskulinnya digabungin kayak dia makai jepitan rambut, tas ransel, kemeja kotak-kotak terus pakai sepatu flat, itu sih kakak itu fashion androgininya.’’ (Cece)

Hasil wawancara diatas membuktikan bahwa ekspresi fashion androgini dari Lia hampir setiap hari diterapkan atau digunakan oleh Lia. Ekspresi fashion androgini ini ditunjukkan dengan ketika Lia memakai tas ransel, jepitan rambut, celana jeans, kemeja kotak-kotak yang ia sukai dan sepatu flat. Ekspresi fashion androgini ini ia tampilkan baik itu dikampus maupun diorganisasi.

3.7.2 Ekspresi Fashion Feminin Lia

Fashion feminin ini merupakan salah satu ekspresi fashion yang dimiliki oleh Lia

(54)

beribadah dan ketika ia sedang diacara formal. Fashion feminin Lia ditunjukkan dengan ia memakai rok, blouse sepatu flat serta jepitan rambutnya.

‘’Aku feminin iya dan seringnya pas aku lagi ibadah minggu kan atau gereja sama kalau lagi ada acara formal. Aku biasa pakai itu rok, sepatu flat, jepitan rambut sama blouse gitu lah klo pas feminin.’’ (Lia)

Wawancara diatas membuktikan bahwaa Lia menampilkan fashion femininnya ketika ia sedang beribadah dan acara formal. Cece merupakan seseorang yang memiliki organisasi yang sama dengan Lia juga melihat bahwa ketika ada acara ibadah atau gereja Lia akan tampil dengan fashion feminin.

‘’Kalau kak Lia dia pas lagi ibadah atau gereja ya dia biasanya tampil dengan fashion feminin ya dengan memakai rok, sepatu flat dan terkadang mau makai dress gitu kan sama blouse.’’ (Cece)

3.7.3 Pola Asuh Orang Tua Lia

Pola asuh orang tua Lia ini sangat berpengaruh akan penampilan atau ekspresi

fashion dari Lia. Orang tua Lia tidak melarang Lia untuk tampil dengan fashion androgini

tetapi akan melarang Lia tumbuh dengan fashion yang maskulin. Sejak kecil sampai sekarang Lia hanya memiliki ekspresi fashion feminin dan androgini. Ekspresi fashion androgini yang dimana terdapat fashion feminin dan fashion maskulin sehingga membuat Lia tidak kehilangan sisi femininnya. Hal tersebut tidak membuat orang tua Lia keberatan ataupun melarang Lia untuk tampil dengan fashion androgini.

(55)

Dari hasil wawancara diatas membuktikan bahwa orang tua Lia tidak memberikan larangan pada Lia untuk tampil dengan fashion androgini karena dianggap masih ada sisi femininnya. Lia selalu menganggap dirinya itu androgini dan feminin tetapi ia hampir setiap hari suka memakai style fashion androgini.

‘’Aku kan maunya itu gak feminin total dan gak maskulin total tapi, aku hampir setiap hari androgini aku itu ada kan karena dia digabungin feminin sama maskulin. aku dari kecil itu ya seperti ini feminin dan maskulin disatukan tapi ada waktu yang khusus juga aku feminin secara total.’’ (Lia)

3.7.4 Mulai Menyukai Fashion Androgini

Fashion androgini ini sudah ada pada diri Lia sejak ia kecil. Lia menyukai fashion ini

karena menurutnya sesuai dengan dirinya dan ia merasa nyaman dengan fashion androgini. Mulai dari ia kecil dan sampai sekarang ia sudah menyukai fashion androgini tetapi untuk umur pastinya ia sudah tidak mengingatnya lagi.

‘’Aku ya suka dan makai fashion androgini kan karena aku nyaman dan sesuai sama diri aku, kalau aku gak nyaman gak mungkin aku pakai kan, dari kecil sih sampai sekarang ya fashion aku itu adroginin ada feminin dan maskulinnya tetapi tidak terlalu nampak salah satunya kan, misalnya gak nampak feminin dari atas sampai bawah karena ada kesan maskulinnya dan begitu juga sebaliknya. Dari kecil sih uda suka tapi kalau umur pastinya berapa suka dan makai fashion androgini ini aku uda lupa dan gak tau mulai kapan.’’ (Lia)

Sementara Cece melihat Lia memiliki dan memakai fashion androgini ini ketika Cece bergabung dengan organisasi yang diikutin oleh Lia. Cece bergabung diorganisasi yang diikutin Lia ini semenjak duduk dibangku kuliah saat ini.

(56)

Dari hasil wawancara diatas membuktikan bahwa Lia sudah dari kecil menyukai dan memakai fashion androgini dalam kehidupan sehari-hari dan itu masih diterapkan atau digunakan sampai sekarang duduk dibangku perkuliahan.

3.8 Alasan Menyukai Fashion Androgini

Alasan adalah yang melatar belakangi seseorang untuk melakukan sesuatu yang disukainya. Fashion androgini juga mempunyai alasan tersendiri untuk penggunanya. Mahasiswi yang bergaya atau memiliki fashion androgini mempunyai alasan untuk bergaya androgini. Alasan setiap mahasiswi tentu tidak sama setiap orangnya. Adanya ketertarikan dan kenyamanan tersendiri saat memakai fashion androgini menjadi hal yang utama.

‘’Aku suka sama fashion androgini ini karena nyaman kali ku rasa dan fashion ini keren aja menurut ku ya dan gak sok cantik gitu jatuhnya.’’ (Fani Lourdes Simanjuntak)

‘’Aku merasa nyaman ya kalau fashion aku androgini ya, apalagi kalau lagi maskulin aku suka dan gak pernah dimarahin orang tua aku terus kalau aku lagi feminin ya itu pasti berdasarkan keinginan ku dan aku suka, aku memang seperti ini adanya dan aku gak mau merubahnya dulu.’’ (Kartini Napitu)

‘’Fashion itu buat nyaman ya, kalaua fashionnya gak buat nyaman ya untuk apa dipakai. Aku merasa nyaman dan suka dengan style androgini ya aku pakai.’’ (Meria Napitupulu)

‘’Aku lihat style androgini ini keren, enak dilihat, aku suka ya aku pakai dan aku merasa jadi diri aku sendiri dengan style androgini ini.’’ (Ayu Lestari)

‘’Aku alasannya suka sama style androgini ini ya karena aku merasa nyaman kalau aku pakai.’’ (Ingrid)

‘’Aku nyaman ya sama style androgini ini, apalagi pas aku pakai kemeja kotak-kotak yang agak besar yang lebih identik dengan cowok pasti dibilang kawa-kawan, ‘’kenapa hampir setiap hari makai kemeja kotak-kotak’’ aku makai kemeja kotak-kotak ya karena aku suka dan aku suka sama style androgini, aku merasa nyaman.’’ (Lia)

(57)

3.9 Tokoh Artis Yang Menjadi Panutan

Artis merupakan salah satu tokoh panutan yang sering kali untuk ditiru dalam segala hal termasuk juga dalam hal fashion. Artis memiliki pengaruh yang besar dalam gaya fashion saat ini. Fashion yang dipakai seorang artis sering sekali ditiru oleh penggemarnya. Mengikuti perkembangan zaman sangat erat kaitannya pada seorang artis dalam hal fashion.

Artis yang menjadi panutan setiap penggemar sering sekali memiliki sex (jenis kelamin) yang sama pada penggemarnya. Penggemar perempuan pada umumnya memiliki artis yang sangat disukai dan menjadi panutan adalah artis perempuan. Perempuan dapat meniru gaya fashion dari artis perempuan yang disukainya, begitu juga dengan laki-laki.

‘’Sharena Gunawan artis favorit aku terus aku juga sering meniru gaya dia dalam fashion. Dia artis perempuan yang keren kali ku rasa soalnya dia udah menikah dan punya anak juga tapi fashion nya terkadang bisa feminin dan terkadang maskulin juga dan itu masih diterapkannya sampai sekarang ya.’’ (Fani Lourdes Simanjuntak)

Selain meniru artis dalam negeri untuk hal fashion ada juga mahasiswi androgini yang meniru style21 fashion dari luar negeri. Fashion dari luar negeri juga memberikan warna dan keunikan tersendiri bagi setiap orang yang sangat mengikuti perkembangan fashion.

‘’Aku suka sama Harazuku. Harazuku ini style nya orang jepang dalam fashion. Aku sering dan hampir selalu meniru Harazuku.’’ (Meria Napitupu)

3.10 Pusat Perbelanjaan Pemenuhan Fashion Androgini

Pusat perbelanjaan adalah sekelompok penjual eceran dan usahawan komersial lainnya yang merencanakan, mengembangkan, mendirikan, memiliki dan mengelola sebuah properti tunggal. Pada lokasi properti ini berdiri disediakan juga tempat parkir. Tujuan dan

      

(58)

ukuran besar dari pusat perbelanjaan ini umumnya ditentukan dari karakteristik pasar yang dilayani.22

Ada beberapa jenis pusat perbelanjaan yaitu :

1. Mall

Mall adalah jenis dari pusat perbelanjaan yang secara arsitektur berupa bangunan tertutup dengan suhu yang diatur dan memiliki jalur untuk berjalan jalan yang teratur sehingga berada di antara antar toko-toko kecil yang saling berhadapan. Karena bentuk arsitektur bangunannya yang melebar (luas), umumnya sebuah mal memiliki tinggi tiga lantai.

2. Distro

Distro adalah jenis toko yang menjual pakaian dan aksesori yang dititipkan oleh pembuat pakaian, atau diproduksi sendiri. Distro umumnya merupakan industri kecil dan menengah (IKM) yang sandang dengan merk independen yang dikembangkan kalangan muda. Produk yang dihasilkan oleh distro diusahakan untuk tidak diproduksi secara massal, agar mempertahankan sifat eksklusif suatu produk dan hasil kerajinan.

3. Pasar

Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang. Barang dan jasa yang dijual menggunakan alat pembayaran yang sah seperti uang. Kegiatan ini merupakan bagian dari perekonomian. Ini adalah pengaturan yang memungkinkan pembeli dan penjual untuk saling melakukan pertukaran.

4. Butik

      

(59)

Butik adalah toko pakaian eksklusif yang menjual pakaian modern, yang sesuai dengan mode mutakhir, dengan segala kelengkapannya (terutama untuk wanita). Jenis- jenis pusat perbelanjaan diatas adalah tempat para mahasiswi membeli keperluan fashion adrogini. Setiap mahasiswi yang androgini punya tempat belanjanya sendiri. Pusat perbelanjaan merupakan adalah tempat yang mengerti akan kebutuhan konsumen. Fashion merupakan sesuatu yang paling banyak dijual dipusat perbelanjaan. Fashion merupakan suatu kebutuhan yang paling utama sampai saat ini. Konsumen akan lebih tertarik membeli kebutuhannya apabila suatu pusat perbelanjaan seperti mall, distro, butik dan pasar menjual sesuai kebutuhannya terutama dalam hal fashion.

‘’Kalau aku tergantung beli nya dimana tapi paling sering kayak di mall sama distro gitu karena sesuai dengan kebutuhan dan keinginan ku fashion nya, karena kan fashion juga suatu kebutuhan untuk kita.’’ (Ayu Lestari)

‘’Aku lebih senang monja ya sesuai dengan mahasiswa, cuman kalau aku mau nyari yang langsung bagus ya aku cari di mall atau gak di toko-toko baju gitu aja sih.’’ (Fani Lourdes)

‘’Tergantung ya, dimana aku suka, dimana ada diskon biasanya aku ke mall, terus dimana ada yang murah aku ke monja atau gak aku ke toko-toko baju gitu.’’ (Lia)

‘’Aku biasanya ya di mall, toko-toko baju, terus monja juga mau.’’ (Ingrid)

‘’Aku mau di pasar, toko-toko baju, sekali-sekali di mall.’’ (Kartini)

‘’Aku belanjanya ya di mall, toko-toko baju, terus mau juga di pasar loak kayak monja gitu.’’ (Meria)

Dari hasil wawancara di atas merupakan salah satu bukti bahwa setiap orang mempunyai tempat belanja favoritnya karena mengerti akan kebutuhan dan keinginannya. Mahasiswi androgini FISIP USU memiliki tempat perbelanjaan yang semuanya hampir sama. Tempat perbelanjaan yang sama seperti mall, toko-toko baju, dan pasar loak yang lebih dikenal dengan monja23. Adanya pengaruh diskon juga membuat mahasiswi androgini

      

Gambar

Gambar : Ekspresi Fashion Maskulin Meria
Gambar : Ekspresi Fashion Meria Pada Saat Bersama Teman
Gambar : Ekspresi Feminin Ayu
Gambar : Ekspresi Fashion Meria saat bersama keluarga yaitu adiknya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berbagai faktor yang menyebabkan plagiarisme skripsi terjadi di kalangan mahasiswa Departemen Sosiologi FISIP USU diantaranya : kurangnya pengetahuan tentang aturan penulisan

Ini terbukti dari tanggapan mahasiswa terhadap sosialisasi HIV/AIDS yang dilakukan oleh Sahiva adalah cukup positif walaupun sebagian dari mahasiswa ada yang belum pernah

Model perilaku memilih subyek 5 termasuk dalam pendekatan struktural, kita dapat melihat kegiatan subyek 5 ketika memilih partai sebagai produk dari konteks struktur yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh citra merek, harga dan gaya hidup terhadap keputusan pembelian produk fashion imitasi pada Mahasiswa Strata I

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik untuk meneliti pengaruh citra merek, harga dan gaya hidup terhadap keputusan pembelian produk fashion imitasi

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik untuk meneliti pengaruh citra merek, harga dan gaya hidup terhadap keputusan pembelian produk fashion imitasi

Tabel 4.9 Distribusi jawaban responden tentang konsumen yang melakukan keputusan pembelian Pasta Gigi Pepsodent karena sudah melakukan pencarian internal mengenai Pasta Gigi

Ketika berperan dilingkungan sosialnya yaitu informan Vino sebagai “Me” ia juga memiliki konsep diri yang positif hal itu dapat dilihat dari bagaimana informan Vino menekuni