• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemeriksaan Kolifekal Dan Colyform Pada Air Bersih Di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pemberantasan Penyakit (Btkl Pp) Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pemeriksaan Kolifekal Dan Colyform Pada Air Bersih Di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pemberantasan Penyakit (Btkl Pp) Kota Medan"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERIKSAAN KOLIFEKAL DAN COLYFORM PADA AIR BERSIH DI BALAI TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PEMBERANTASAN

PENYAKIT (BTKL PP) KOTA MEDAN

TUGAS AKHIR

OLEH: SRI RAHAYU NIM 082410060

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PEMERIKSAAN KOLIFEKAL DAN COLYFORM PADA AIR BERSIH DI BALAI TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PEMBERANTASAN

PENYAKIT (BTKL PP) KOTA MEDAN

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahil Madya Pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Oleh: SRI RAHAYU NIM 082410060

Medan, Agustus 2012 Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing,

Drs. Muchilsyam, M.Si., Apt. NIP 195006221980021001

Disahkan Oleh: Dekan,

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Tugas Akhir ini berjudul “PEMERIKSAAN KOLIFEKAL DAN COLYFORM PADA AIR BERSIH”. Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan.

Usaha dan kerja yang telah dilakukan penulis tidak akan berjalan sukses tanpa adanya bantuan dan dorongan dan berbagai pihak, Dalam kesempatan ini, dengan rasa tulus dan ikhlas penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada semua pihak yang mendukung dalam penyelesaian Tugas Akhir terutama kepada:

1. Ayahnda tercinta Muslim Nst dan Ibunda Rahmawaty Sarumpaet yang telah memberikan dorongan yang baik, baik moril maupun materil sehingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan.

2. Bapak Drs. Muchisyam, M.Si., Apt. Yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun Tugas Akhir ini.

3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt.. selaku Ketua Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU

(4)

4. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi USU.

5. Seluruh Dosen/Staf Pengajar Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. 6. Bapak Erlan Aritonang, S.Si., M.Si., selaku Koordinator Laboratorium Balai

Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit (BTKL PP) Medan.

7. Teman saya Dira, Nia, James, yang telah bekerja sama sepenuhnya sehingga terselesaikannya Praktek Kerja Lapangan.

Dalam menulis Tugas Akhir ini penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan dan kelemahan. Harapan kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis berharap Tugas Akhir bermanfaat untuk kita semua

Medan, Juli 2012 Penulis,

(5)

PEMERIKSAAN KOLIFEKAL DAN COLYFORM PADA AIR BERSIH B ALAI TEHNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PEMBERANTASAN

PENYAKIT (BTKL PP) KOTA MEDAN

ABSTRAK

Air sangat penting bagi kehidupan manusia dan fungsinya tidak dapat diganti dengan senyawa lain. Sesuai dengan fungsinya, air digunakan untuk berbagai keperluan seperti: untuk minum, keperluan rumah tangga, keperluan industri, pertanian, pembangkit tenaga listrik, untuk sanitasi dan air untuk transportasi baik di sungai maupun laut. Air yang digunakan harus memenuhi syarat dan segi kualitas maupun kuantitasnya. Secara kualitas, air harus tersedia pada kondisi yang memenuhi syarat kesehatan. Kualitas air dapat ditinjau dari segi fisika, kimia, dan biologi. Air yang dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari harus memenuhi standar baku air untuk rumah tangga. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya bakteri kolifekal dan colyform yang terdapat pada air bersih, sehingga memenuhi persyaratan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.173/Men.Kes/Per/VIII/77 dimana setiap komponen yang diperkenankan berada di dalamnya harus sesuai. Analisa pada sampel air bersih dilaksanakan di Laboratorium BTKL Medan. Sampel air bersih yang diperiksa diperoleh hasil bahwa adanya perbedaan antara bakteri kolifekal dan colyform, dimana tidak terdapat bakteri kolifekal satupun. sedangkan pada uji colyform terdapat bakterinya, tetapi tidak melebihi batas 50. Sampel air bersih yang diperiksa memenuhi persyaratan peraturan Menteri Kesehatan RI No. 73/Men.Kes/Per/VIII/77 dimana setiap komponen yang diperkenankan berada di dalamnya tidak boleh lebih dan 50 untuk colyform (Baku Mutu Colyform 50). Sedangkan untuk bakteri kolifekal tidak boleh lebih dan 10 (Baku Mutu Kolifekal < 10).

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

1.3 Manfaat ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Air ... 3

2.2 Kualitas Air Bersih ... 4

2.3 Pengolahan Air ... 6

2.4 Mikroba ... 8

2.4.1 Bakteri Kolifekal ... 8

2.4.2 Bakteri Colyform ... 10

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 13

3.1 Tempat Pengujian ... 13

3.2 Alat ... 13

3.3 Bahan ... 13

(7)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 15

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 17

5.1 Kesimpulan ... 17

5.2 Saran ... 17

(8)

PEMERIKSAAN KOLIFEKAL DAN COLYFORM PADA AIR BERSIH B ALAI TEHNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PEMBERANTASAN

PENYAKIT (BTKL PP) KOTA MEDAN

ABSTRAK

Air sangat penting bagi kehidupan manusia dan fungsinya tidak dapat diganti dengan senyawa lain. Sesuai dengan fungsinya, air digunakan untuk berbagai keperluan seperti: untuk minum, keperluan rumah tangga, keperluan industri, pertanian, pembangkit tenaga listrik, untuk sanitasi dan air untuk transportasi baik di sungai maupun laut. Air yang digunakan harus memenuhi syarat dan segi kualitas maupun kuantitasnya. Secara kualitas, air harus tersedia pada kondisi yang memenuhi syarat kesehatan. Kualitas air dapat ditinjau dari segi fisika, kimia, dan biologi. Air yang dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari harus memenuhi standar baku air untuk rumah tangga. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya bakteri kolifekal dan colyform yang terdapat pada air bersih, sehingga memenuhi persyaratan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.173/Men.Kes/Per/VIII/77 dimana setiap komponen yang diperkenankan berada di dalamnya harus sesuai. Analisa pada sampel air bersih dilaksanakan di Laboratorium BTKL Medan. Sampel air bersih yang diperiksa diperoleh hasil bahwa adanya perbedaan antara bakteri kolifekal dan colyform, dimana tidak terdapat bakteri kolifekal satupun. sedangkan pada uji colyform terdapat bakterinya, tetapi tidak melebihi batas 50. Sampel air bersih yang diperiksa memenuhi persyaratan peraturan Menteri Kesehatan RI No. 73/Men.Kes/Per/VIII/77 dimana setiap komponen yang diperkenankan berada di dalamnya tidak boleh lebih dan 50 untuk colyform (Baku Mutu Colyform 50). Sedangkan untuk bakteri kolifekal tidak boleh lebih dan 10 (Baku Mutu Kolifekal < 10).

(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air sangat penting bagi kehidupan manusia dan fungsinya tidak dapat diganti dengan senyawa lain. Sesuai dengan fungsinya, air digunakan untuk berbagai keperluan seperti: untuk minum, keperluan rumah tangga, keperluan industri, pertanian, pembangkit tenaga listrik, untuk sanitasi dan air untuk transportasi baik di sungai maupun laut (Wardhana, 2001).

Dapat dinyatakan bahwa kualitas air merupakan syarat untuk kualitas kesehatan manusia, karena tingkat kualitas air dapat digunakan sebagai indikator tingkat kesehatan masyarakat. Kebutuhan akan air bersih meningkat sesuai dengan pertambahan penduduk (Situmorang, 2007).

(10)

Untuk mengetahui adanya bakteri kolifekal dan colyform yang terdapat pada air bersih, sehingga memenuhi persyaratan yang tertuang dalam peraturan Menteri Kesehatan RI No.173/Men.Kes/Per/VIII/77 dimana setiap komponen yang diperkenankan berada di dalamnya harus sesuai.

1.3 Manfaat

(11)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

Air merupakan salah satu dan ketiga komponen yang membentuk bumi (zat padat, air, atmosfer). Bumi dilingkupi air sebanyak 70% sedangkan sisanya (30 0%) berupa daratan (dilihat dan permukaan bumi). Udara mengandung uap air sebanyak 15% di dalam atmosfer (Gabriel, 2001).

Air merupakan senyawa kimia yang terdiri dan atom H dan O. molekul air terdiri dari satu atom O yang berikatan kovalen dengan dua atom H. bagi manusia, air minum adalah salah satu kebutuhan utama. Dengan demikian air minum harus jernih, tidak berwarna tidak berasa, tidak berbau dan tidak mengandung zat kimia. Air minum pun juga tidak boleh mengandung kuman patogen dan segala makhluk yang membahayakan kesehatan manusia misalnya bakteri Escheria coli. Karena itu dibuat standar air minum yaitu suatu Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/IV//2002 yang memberi petunjuk tentang parameter yang diperbolehkan di dalam air minum agar tujuan penyediaan air bersih memenuhi persyaratan kesehatan. Mengingat pentingnya peranan air bagi manusia, maka diperlukan upaya menjaga kulitas air. Upaya menjaga kualitas air dilakukan melalui pengelolaan air (Slamet, 1994).

(12)

baku air untuk rumah tangga. Kualitas air yang baik ini tidak selamanya tersedia di alam. Adanya perkembangan industri dan pemukiman dapat mengancam kelestarian air bersih. Bahkan di daerah-daerah tertentu, air yang tersedia tidak memenuhi syarat kesehatan secara alam sehingga diperlukan upaya perbaikan secara sederhana maupun modern (Kusnaedi, 2002).

Pengadaan air bersih untuk kepentingan rumah tangga seperti untuk air minum, air mandi, dan sebagainya harus memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan peraturan internasional (WHO dan APHA) ataupun peraturan nasional dan setempat. Dalam hal ini kualitas air bersih di Indonesia harus memenuhi persyaratan yang tertuang di dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.1 73/Men.Kes/Per/VIII/77 dimana setiap komponen yang diperkenankan berada di dalamnya harus sesuai (Widiyanti dan Ristianti, 2004).

Air tawar bersih yang layak minum, kian langka di perkotaan. Sungai-sungai yang menjadi sumbernya sudah tercemar berbagai macam limbah, mulai dari buangan sampah organik, rumah tangga hingga limbah beracun dari industri. Air tanah sudah tidak aman dijadikan bahan air minum karena telah terkontaminasi rembesan dan tangki septic maupun air permukaan (Widiyanti dan Ristianti, 2004).

2.2 Kualitas Air Bersih

(13)

ditentukan sesuai peraturan internasional (WHO dan APHA) ataupun peraturan nasional atau setempat. Dalam hal ini kualitas air bersih di Indonesia harus memenuhi persyaratan yang tertuang dalam peraturan Menteri Kesehatan RI No.1 73/Men.Kes/Per/VIII/77 dimana setiap komponen yang diperkenankan berada di dalamnya harus sesuai (Widiyanti dan Ristianti, 2004).

Menurut Widiyanti dan Ristianti, 2004, Kualitas air tersebut menyangkut : a) Kualitas fisik

Yang meliputi kekeruhan, temperatur, warna, bau dan rasa. Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik dan anorganik yang terkandung di dalam air seperti lumpur dan bahan-bahan yang berasal dari buangan. Dari segi estetika, kekeruhan di dalam air dihubungkan dengan kemungkinan pencemaran oleh air buangan.

b) Kualitas kimia

yang berhubungan dengan ion-ion senyawa ataupun logam yang membahayakan, di samping residu dan senyawa lainnya yang bersifat racun, seperti antara lain residu pestisida. Dengan adanya senyawa-senyawa ini kemungkinan besar bau, rasa dan wama air akan berubah, seperti yang umum disebabkan oleh adanya perubahan pH air. Pada saat ini kelompok logam berat seperti Hg, Ag, Pb, Cu, Zn, tidak diharapkan kehadirannya di dalam air.

c) Kualitas biologis

(14)

Menurut Gabriel (2001), pengolahan air merupakan suatu usaha menjernihkan air dan meningkatkan mutu air agar dapat diminum. Proses pengolahan air meliputi 4 (empat) tahap yaitu:

1. Proses pemunian air yaitu suatu proses merubah keadaan air yang keruh, berbau dan berwarna, menjadi air yang jernih, bebas dan keruh, tidak berbau dan tidak berwarna.

2. Proses desinfeksi yaitu suatu proses agar kuman patogen yang berada dalam air dipanaskan. Cara yang dipakai dalam proses desinfeksi adalah sebagai berikut:

a. Khlorinasi: Air setelah mengalir melalui filter pasir maka air tersebut akan diberi 60% dengan perbandingan sath kubik air diperlukan klor sebanyak 5 gram. Dalam pemakaian klor cenderung meningkat keasaman air maka terdapat reaksi.

H2O + CL2

HClO HCL + [O]

 HCL + HClO

Pemakaian Cl bertujuan membasmi kuman dan [O] yang terbentuk juga membantu pembasmian kuman. HCL yang terbentuk dalam pemakaian Cl2

b. Ozonisasi: Air yang mendapat ozon atau ozonisasi, kuman-kuman yang terkandung di dalamnya akan mati. Cara ozonisasi mengalir melalui suatu penekanan, ozon (O

akan menambah keasaman air dapat merusak pipa yang terbuat dari logam.

(15)

H2O + O3  H2O + O2

3. Proses ultravioletisasi : Melalui penyinaran ultraviolet dengan intensitas cahaya pada air yang sedang mengalir maka kuman-kuman yang terdapat di dalam air akan mati.

+ [O]

4. Proses filtrasi: Proses ini terhadap zat atau unsur mineral dan kuman patogen. Filter yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Filter karbon aktif: Filter ini menggunakan karbon aktif berbentuk bubuk atau butiran.

b. Filter keramik: Filter ini terbuat dan bahan dasar keramik atau bubuk halus kemudian di bentuk menjadi keramik.

c. Filter selaput disebut juga filter membran, ada tiga macam filter selaput yaitu filter selaput selulose acetat, filter selaput selulose triacetat dan filter resin poliamida.

(16)

Mikroba adalah organisme berukuran mikroskopis yang antara lain terdiri dari bakteri, fungi dan virus. Bakteri merupakan mikroba prokariotik yang rata-rata selnya berukuran 0,5-1 x 2-5 µm, berbentuk elips, bola, batang atau spiral.

Selain berinteraksi intraspesies, mikroba tersebut juga berinteraksi secara interspesies dengan manusia, tumbuhan, dan hewan. Dalam interaksinya dengan manusia, mikroba tersebut ada yang bersifat menguntungkan dan merugikan. Contohnya bakteri patogen Escherichiacoli dan kelompok bakteri Coliform dapat menyebabkan diare, kolera dan penyakit saluran pencernaan lainnya. Kapang dan khamir menyebabkan penyakit karena menghasilkan racun (mikotoksin) dan menginfeksi permukaan tubuh seperti kulit, kuku, dan rambut (mikosis superfisial), serta menyerang jaringan dalam tubuh melalui peredaran darah (mikosis sistemik).

2.4.1 Bakteri Kolifekal

(17)

contoh air yang diperiksa selama satu bulan harus bebas dari E.coli. Dipakainya E.coli sebagai patokan utama untuk menentukan apakah air minum memenuhi syarat bakteriologis atau tidak ialah karena pada umumnya bibit penyakit ini ditemui pada kotoran manusia serta secara relative lebih sukar dimatikan dengan pemanasan air. (Azwar, 1996)

Penentuan kualitas air secara mikrobiologis menurut APHA (American Public Health Association) dan WHO (World Health Organization) dilakukan berdasarkan analisis kehadiran jasad indikator, yaitu bakteri golongan Coli fecal yang selalu ditemukan di dalam tinja manusia atau hewan berdarah panas, baik yang sehat maupun yang sakit. Selain itu, prosedur pengujian kualitas air menggunakan Coli fecal bersifat sangat spesifik, artinya pengujian tidak memberikan hasil positif yang salah dan bersifat sangat sensitif, yang artinya kualitas air sudah dapat ditentukan meskipun Coli fecal tersebut terdapat dalam jumlah yang sangat kecil, misalnya hanya ditemukan 1 sel per milliliter sampel air (Nugroho, 2006).

Golongan bakteri Coli merupakan indicator alami baik di dalam air yang tampak jernih maupun air kotor, yang memiliki karakteristik sebagai berikut: berbentuk batang, gram negatif, tidak membentuk spora, pada temperatur 37°C dapat memfermentasikan laktosa dengan membentuk asam dan dalam 48 jam dapat membentuk gas. (Pelezar, 2005)

Menurut Pelezar (2005), bakteri Coli terdiri dan kelompok, yaitu:

(18)

cloacae

c. Kelompok Klebsiela, misalnya Klebsiela pneumonia

Dari ketiga kelompok tersebut, kelompok Escherichia khususnya Escherichia coli merupakan bakteri yang paling tidak dikehendaki kehadirannya di dalam air minum maupun makanan. Aerobacter dan Klebsiela yang biasa disebut golongan perantara, mempunyai sifat seperti Coli fecal, tetapi tidak dapat hidup pada suhu diatas 37°C dan lebih sering dijumpai didalam tanah dan air daripada di dalam saluran pencernaan makanan manusia. Umumnya genus-genus tersebut tidak pathogen. Oleh karena itu, kelompok Aerobacter dan Klebsiela disebut kelompok bakteri Coli nonfecal (Non-fecal Coliform Bacterial/Non-FCB) (Chandra, 2005).

2.4.2 Bakteri Colyform

Koliform merupakan suatau grup bakateri yang digunakan sebagai indikator adanya polusi kotoran dan kondisi sanitasi yang tidak baik terhadap air, makanan, susu, dan produk-produk susu. Adanya bakteri koliform di dalam makanan atau minuman menunjukan kemungkinan adanya mikroorganisme yang bersifat enteropatogenik dan atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan. Bakteri koliform dapat di bedakan menjadi dua golongan yaitu

1. bakteri koliform golongan fekal misalnya Escherichia coli.

(19)

Analisis kehadiran golongan bakteri coli secara kualitatif dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

a) Tes Pendugaan (Presumtif Test)

Medium yang digunakan adalah kaldu laktosa. Bakteri coliform menggunakan laktosa sebagai sumber karbonnya. Tes ini dikatakan positif jika setelah inkubasi 37°C selama 24 jam laktosa yang telah difermentasi akan berubah warna dan terbentuk gas yang ditampung oleh tabung durham yang diletakkan terbalik.

b) Tes Konfirmasi (Confirmed Test)

Merupakan tes lanjutan dan tes pendugaan. Dan tabung yang positif pada tes pendugaan, dilakukan tes menggunakan medium BGLB (Brilliant Green Lactose Broth) yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan sebaliknya yaitu menstimulasi pertumbuhan bakteri gram negative seperti coliform. Selain itu dilakukan pula inokulasi pada cawan petri yang berisi media EMB-agar maka test dinyatakan positif. Bila menggunakan endoagar yang mengandung pewarna fuchsin, maka hasil yang positif ditunjukkan oleh terbentuknya kompleks fuchsin merah muda akibat adanya kandungan asam yang dihasilkan oleh coliform disekitar koloni E.coli.

c) Tes Penentu Pelengkap (Completed Test)

(20)

pada kaldu laktosa, maka tes penentu dinyatakan positif.

(21)

BAB III METODOLOGI

3.1 Tempat Pengujian

Pengujian pemeriksaan bakteri pada Air Bersih dilakukan di laboratorium mikrobiologi Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit (BTKL PP) dijalan: Wahid Hasyim No. 15 Medan Tanggal 20 Februari 2012.

3.2 Alat

Inkubator (Memmert), Autoklaf (Lab Tech), Tabung reaksi (Iwaki Pyrex), Inokulum Equipment, Pipet Ukur 10,0 ml (Iwaki Pyrex), Pipet Ukur 1,0 ml (Iwaki Pyrex).

3.3 Bahan

Laury Tryptose Broth (LTB), EC Broth, Brillian Green Lactose Broth (BGLBL) Aquadest.

3.4 Prosedur Kerja a. Tes Perkiraan

1. Di siapkan 5 porsi tabung untuk setiap volume sampel: 10; 1; 0,1 ml Dengan konsentarsi media LTB : 71,2 gr/L = 10 ml sampel

Dengan konsentari media LTB : 35,6 gr/L = 1; 0,1 ml sampel

(22)

bercampur rata.

4. Inkubasikan pada suhu 35°C ± 0,5°C selama 24 ± 2 jam.

5. Reaksi dinyatakan positif bila terbentuk asam dan gas dalam tabung fermentasi. Bila tidak ada reaksi asam atau gas, inkubasikn kembali sampai 48 jam ±3 jam.

6. Bila tabung fermentasi tidak terbentuk asam dan gas dalam waktu 48 jam ± 3 jam, maka tes perkiraan dinyatakan negative, bila pada tabung fermentasi terbentuk asam dan gas dalam 48 jam ± 3 jam, maka tes perkiraan dinyatakan positif.

7. Kemudian tabung-tabung yang positif dilanjutkan ke tes penegasan. b. Tes penegasan

1. Setiap tabung yang positif pada tes perkiraan dikocok, kemudian dipindahkan denga ose/lop ke media Brilliant Green Lactose Broth (BGLB)

2. Inkubasikan pada inkubator suhu 35°C ± 0,5°C selama 24 jam ± 2 jam. Reaksi dinyatakan positif bila terbentuk gas dalam tabung fermentasi. Bila tidak ada reaksi gas, inkubasikan kembali sampai 48 jam ± 3 jam. 3. Bila pada tabung fermentasi tidak terbentuk gas dalam waktu 48 jam

(23)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil pemeriksaan Kolifekal dan colyform pada air bersih yang dilaksanakan di Laboratorium BTKL, di peroleh hasil

Sampel Uji kolifekal Uji colyform

798/AB 0 41

799/AB 0 35

800 /AB 0 23

801 /AB 0 4,5

802/AB 0 >1,8

Dari hasil diatas, pada air bersih yang diperiksa ini dapat diamati bahwa adanya perbedaan antara bakteri kolifekal dan colyform, dimana tidak terdapat bakteri kolifekal satupun, sedangkan pada uji colyform terdapat bakterinya, tetapi tidak melebihi batas 50, maka sampel air bersih ini memenuhi persyaratan peraturan Menteri Kesehatan RI No.173/Men.Kes/Per/VIII/77 dimana setiap komponen yang diperkenankan berada di dalamnya tidak boleh lebih dan 50 untuk colyform (Baku Mutu Colyform ≤ 50). Sedangkan untuk bakteri kolifekal tidak boleh lebih dan 10 (Baku Muth Kolifekal 10).

(24)

positif apabila terbentuk gas pada tabung uji.

Proses pembuatan LTB yaitu campur bahan-bahan tersebut diatas dan pipet 9 ml ke dalam tabung ukuran20 mm x 150 mm yang berisi tabung durham ukuran 10 mm x 75 mm. Sterilisasi selama l5 menit pada suhu 121°C, pH media

6,8 ± 0.2 Media ini tersedia secara komersial. Sedangkan BGLB yaitu larutkan Peptone dan Lactose dalam 500 ml Aquades. Tambahkan 20 gram Oxgall dalam 200 ml Aquades. Atur pH 7,0-7,5. Aduk dan tambahkan Aquades hingga 975 ml. Atur pH 7,4 tambahkan 13,3 ml 0,1 % Brilliant green. Tepatkan hingga liter. Pipet ke dalam tabung-tabung yang berisi tabung durham. Sterilisasi selama 15 menit pada suhu 121°C (SNI, 2006).

(25)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan analisa pada air bersih yang dilaksanakan di Laboratorium BTKL Medan dapat disimpulkan bahwa semuanya sampel memenuhi persyaratan menurut peraturan Menteri Kesehatan RI No.173 Men.Kes/Per/VIII/77 dimana setiap komponen yang diperkenankan berada di dalamnya harus sesuai.

5.2 Saran

- Diharapkan agar dilakukan penelitian selain pada air bersih, misalnya pada air minum untuk mendapatkan air yang memenuhi kualitas air minum.

(26)

Azwar, A. (1996). Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Cetakan Kedelapan. Jakarta: Mutiara Sumber Widya. Hal 41.

Chandra. B. (2005). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal 69-70.

Gabriel. J. F. (2001). Fisika Lingkungan. Jakarta: Hipokrates. Hal. 96-98.

Kusnaedi. (2002). Mengolah Air Gambut dan Air Kotor Untuk Air Minum. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 1.

Nugroho. A. (2006). Bioindikator Kualitas Air. Cetakan Pertama. Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti. Hal 121.

Badan standarisasi Nasioanal. (2006). SNI 01-2332.1-2006; Cara Uji Penentuan Coliform Dan Ecsherichia Coli Pada Produk Makanan, Jakarta: Austor.

Pelczar. M.Z. (2005). Dasar Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press. Hal 873. Situmorang. M. (2007). Kimia Lingkungan. Medan: Unimed Press. Hal. 44-45 Slamet. (1994). Pencemaran Air. Surabaya: Karya Anda. Hal. 52-54.

Wardhana, W. A. (2001). Dampak Pencemaran Lingkungan. Edisi Kedua. Yogyakarta: Penerbit Andi. Hal 40-41.

Referensi

Dokumen terkait

‘Ubudiyah) Persamaan dengan penelitian yang sekarang adalah membahas tentang hamba Allah Perbadaannya terkait dengan ayat yang difokuskan dan seperti apa hamba atau

Some ideal properties of ameliorant materials show high base saturation, can increase soil pH, and contains all the nutrients needed by food crops, beside that

In the legal policy level, the government of Indonesia has already had the policies to assist the justice seekers who are financially weak to have an access to justice through

Apabila implementor dari Puskesmas Jetis memiliki disposisi yang baik, maka implementor akan dapat menjalankan kebijakan Jaminan Persalinan tersebut dengan baik

Perusahaan memberikan kesempatan yang sama bagi karyawan untuk meningkatkan karir sesuai dengan minat personal karyawan.. 6 Perusahaan kurang memperhatikan

Pada prinsipnya reaksi presipitasi adalah reaksi antara antigen (larut) dengan antibodi (pasti larut), menghasilkan suatu agregat yang terlihat dengan mata telanjang..

Trust as a mediator of the relationship between organizational justice and work outcomes: Test of a social exchange model.. Penyusunan skala

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa, Pertama : implementasi UU PKDRT di Kota Batam belum maksimal karena kurangnya kepekaan gender baik oleh masyarakat Batam maupun Pemerintah;