GAMBARAN PENGETAHUAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TENTANG
STERILISASI PERALATAN BEDAH MINOR
Oleh :
RAFIKA RAHMAN 080100185
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
GAMBARAN PENGETAHUAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TENTANG
STERILISASI PERALATAN BEDAH MINOR
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran
Oleh :
RAFIKA RAHMAN 080100185
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tentang Sterilisasi Peralatan Bedah Minor
Nama : Rafika Rahman
NIM : 080100185
Pembimbing Penguji I
(dr. Asrul, Sp.B, KBD) (dr. Juliandi Harahap, M.A)
NIP : 196607051997011001 NIP : 197007021998021001
Penguji II
(dr.Isti Ilmiati Fujiati, MSc.CM-FM, MPd.Ked) NIP : 196705271999032001
Medan, 6 Januari 2012 Dekan Fakultas Kedokteran USU
ABSTRAK
Sterilisasi adalah penghilangan total atau destruksi seluruh mikroorganisme yang hidup, dilakukan melalui metode perebusan dan perendaman dalam antiseptika. Ini bertujuan untuk melindungi pasien dari lingkungan sekitarnya dan mengusahakan lingkungan yang bebas dari semua organisme. Dalam hal ini alat bedah, personel, dan dokter pembedah merupakan pembawa potensial untuk memindahkan bakteri.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang sterilisasi peralatan bedah minor pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU angkatan 2008 dan 2009. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain
cross sectional. Subjek yang dipilih menggunakan teknik non-random (non probability) accidental sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan memberi
kuesioner kepada responden.
Dengan jumlah sampel sebanyak 90 orang, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pengetahuan responden kategori baik 52,2%, pengetahuan sedang 45,6%, dan pengetahuan kurang 2,2%. Mahasiswa disarankan untuk mencari bahan referensi untuk mendapatkan lebih banyak informasi.
ABSTRACT
Sterilization is the total removal or destruction of all microorganisms that live, performed by the method of immersion in boiling and antiseptic. It aims to protect patients from the surrounding environment and work environment free of all microorganisms. In this case surgical tools, personnel, and doctor surgery are potential carriers for transferring bacteria.
The purpose of this study was to know the description of knowledge about sterilization of minor surgical equipment at Universitas Sumatera Utara’s Faculty of Medicine students of year 2008 and 2009. This research is descriptive with cross sectional design. Subjects are selected using non-random (non probability) accidental sampling technique. The data was collected by giving questionnaire to the respondent.
With a total sample size of 90 individuals, obtained result shows that knowledge of good category was 52,2%, average knowledge was 45,6%, and 2,2% less knowledge. Students are advised to look for more reference materials in addition to getting more information.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Karya tulis ilmiah ini berjudul “Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tentang Sterilisasi Peralatan Bedah Minor”. Dalam penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak dr. Asrul, Sp.B-KBD, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberi arahan dan masukan kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.
3. Bapak dr. Juliandi Harahap, MA., dan Ibu dr. Isti Ilmiati Fujiati, MSc.CM-FM., MPd.Ked., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan saran yang begitu bermanfaat demi perbaikan karya tulis ilmiah ini.
4. Bapak dr. Muhammad Syahputra, M.Kes., selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan motivasi selama ini.
5. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
selalu memberikan do’a, perhatian, dukungan, dan semangat yang tak putus-putusnya sebagai bentuk kasih sayang kepada penulis.
7. Keluarga besar penulis di Medan nenek Salbiah, tante Azraimah, tante Azraini, om dr. Zaldi, Sp.M., yang telah memfasilitasi penulis dan selalu memberikan motivasi kepada penulis selama masa perkuliahan.
8. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Kedokteran USU angkatan 2008 dan 2009 yang telah meluangkan waktu untuk menjawab kuisioner pada penelitian ini. 9. Para sahabat terdekat dan senior penulis Ade S.R, Annisa I.S, Hijria W.L,
Novalita, Isra’ Sukhraini serta seluruh sahabat angkatan 2008 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan dan bantuannya.
Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan karya tulis ilmiah ini.
Medan, Desember 2011 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan ... i
Abstrak ... ii
Abstract ... iii
Kata Pengantar ... iv
Daftar Isi ... vi
Daftar Tabel ... ix
Daftar Gambar ... x
Daftar Lampiran ... xi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan Penelitian ... 3
1.3.1.Tujuan Umum ... 3
1.3.2.Tujuan Khusus ... 3
1.4. Manfaat Penelitian ... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan ... 5
2.1.1. Definisi Pengetahuan ... 5
2.1.2. Jenis-Jenis Pengetahuan... 6
2.1.3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 7
2.2. Peralatan Bedah ... 8
2.2.1. Peralatan Bedah Minor ... 8
2.3. Jenis-Jenis Peralatan Bedah Minor ... 9
2.3.1. Pisau Bedah ... 9
2.3.3. Pinset ... 11
2.3.4. Pemegang Jarum (Needle Holder) ... 12
2.3.5. Benang (Catgut) ... 13
2.4. Sterilisasi ... 13
2.4.1. Metode Sterilisasi ... 13
2.4.2. Dampak Sterilisasi yang Tidak Baik ... 15
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 17
3.2. Definisi Operasional ... 17
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian ... 19
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 19
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 19
4.3.1. Populasi Penelitian ... 19
4.3.2. Sampel Penelitian ... 19
4.3.3. Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi ... 20
4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 20
4.4.1. Data primer ... 21
4.4.2. Data Sekunder ... 21
4.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuisioner ... 21
4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 22
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian... 23
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 23
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 23
5.2. Hasil Analisis Statistik ... 24
5.3. Pembahasan ... 25
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan ... 28 6.2. Saran ... 28
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman Tabel 2.1 Minor Surgery Set ... 9 Tabel 4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 22 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Minor Surgery Set ... 9
Gambar 2.2 Pisau dan gagang pisau ... 10
Gambar 2.3 Gunting perban dan gunting benang ... 11
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Lembar Penjelasan
Lampiran 3 Lembar Persetujuan Responden Lampiran 4 Kuesioner Penelitian
Lampiran 5 Ethical Clearance
Lampiran 6 Tabel Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Lampiran 7 Hasil Uji Validitas Kuesioner
Lampiran 8 Hasil Reliabilitas Kuesioner Lampiran 9 Data Induk Responden Lampiran 10 Hasil Output
ABSTRAK
Sterilisasi adalah penghilangan total atau destruksi seluruh mikroorganisme yang hidup, dilakukan melalui metode perebusan dan perendaman dalam antiseptika. Ini bertujuan untuk melindungi pasien dari lingkungan sekitarnya dan mengusahakan lingkungan yang bebas dari semua organisme. Dalam hal ini alat bedah, personel, dan dokter pembedah merupakan pembawa potensial untuk memindahkan bakteri.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang sterilisasi peralatan bedah minor pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU angkatan 2008 dan 2009. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain
cross sectional. Subjek yang dipilih menggunakan teknik non-random (non probability) accidental sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan memberi
kuesioner kepada responden.
Dengan jumlah sampel sebanyak 90 orang, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pengetahuan responden kategori baik 52,2%, pengetahuan sedang 45,6%, dan pengetahuan kurang 2,2%. Mahasiswa disarankan untuk mencari bahan referensi untuk mendapatkan lebih banyak informasi.
ABSTRACT
Sterilization is the total removal or destruction of all microorganisms that live, performed by the method of immersion in boiling and antiseptic. It aims to protect patients from the surrounding environment and work environment free of all microorganisms. In this case surgical tools, personnel, and doctor surgery are potential carriers for transferring bacteria.
The purpose of this study was to know the description of knowledge about sterilization of minor surgical equipment at Universitas Sumatera Utara’s Faculty of Medicine students of year 2008 and 2009. This research is descriptive with cross sectional design. Subjects are selected using non-random (non probability) accidental sampling technique. The data was collected by giving questionnaire to the respondent.
With a total sample size of 90 individuals, obtained result shows that knowledge of good category was 52,2%, average knowledge was 45,6%, and 2,2% less knowledge. Students are advised to look for more reference materials in addition to getting more information.
1.1. Latar Belakang
Sterilisasi adalah penghancuran atau pemusnahan terhadap semua mikroorganisme (Schwartz, 2000). Asepsis adalah prinsip bedah untuk mempertahankan keadaan bebas kuman. Keadaan asepsis merupakan syarat mutlak dalam tindakan bedah. Antisepsis adalah cara dan tindakan yang diperlukan untuk mencapai keadaan bebas kuman patogen (Sjamsuhidajat dan Jong, 2004).
Tujuan tindakan asepsis dalam pembedahan adalah untuk mencegah masuknya bakteri pada luka pembedahan. Pencapaian tingkat asepsis dimulai dengan mensterilkan alat-alat, jubah operasi, sarung tangan, benang bedah, dan kasa pembalut yang kontak dengan luka operasi. Kemudian, lakukan desinfeksi pada kulit tempat pembedahan dengan menggunakan sediaan antiseptik (Schwartz, 2000).
Pasien-pasien bedah, pada masa : pra-bedah, intra-bedah dan pasca bedah, harus dilindungi sepenuhnya dari bahaya infeksi. Perawatan yang memperhatikan prinsip-prinsip asepsis, antisepsis serta lingkungan perawatan yang baik, mempengaruhi kejadian dan beratnya infeksi (Schrock, 1995). Sterilisasi merupakan jaminan tingkat tertinggi mengenai peralatan bedah bebas dari mikroba (Young, 2001).
Tindakan aseptik dalam pembedahan merupakan hal yang mutlak perlu dilaksanakan melalui serangkaian prinsip dan praktek yang bertujuan untuk menurunkan, atau menghambat proses infeksi (Zoltie, 1991). Maksud dari teknik aseptik adalah melindungi pasien dari lingkungan sekitarnya dan mengusahakan lingkungan yang bebas dari semua organisme (Nealon, 1996).
Infeksi merupakan komplikasi pasca bedah yang sering terjadi. Manifestasi pertama yang sering timbul adalah kenaikan suhu tubuh. Bila suhu tubuh pasien naik, sebaiknya segera dilakukan pemeriksaan luka. Adanya infeksi, tidak selalu terdapat ketegangan pada daerah luka, tetapi yang pasti ada indurasi. Daerah yang paling sering terkena infeksi adalah jaringan lemak superfisial dekat
Sumber infeksi dapat berasal dari udara, alat dan pembedah, kulit penderita, visera, dan darah. Mikroba atau bakteri dapat berpindah dari suatu tempat ke tempat lain melalui perantara. Pembawa kuman ini dapat berupa hewan, misalnya serangga, manusia, atau benda yang terkontaminasi, seperti peralatan bedah. Jadi, dalam hal ini alat bedah, personel, dan dokter pembedah merupakan pembawa potensial untuk memindahkan bakteri (Sjamsuhidajat dan Jong, 2004).
Beberapa penelitian telah dilakukan mengenai penggunaan sarung tangan yang steril. Di Belanda, hasilnya menunjukkan bahwa dari 126 pasien yang mendapat prosedur pembedahan dengan tidak memakai sarung tangan steril (hanya menggunakan sarung tangan bersih), hanya 4 pasien yang mengalami komplikasi dengan tiga (2,4%) pasien yang merupakan infeksi karena bedah (Bruens, 2008).
Suatu penelitian lain menunjukkan bahwa risiko untuk infeksi luka dalam bedah dermatologi setelah menggunakan sarung tangan bersih tidak signifikan lebih besar daripada setelah menggunakan sarung tangan steril, yaitu 1,7% dibandingkan 1,6% (Rogues, 2007).
Penggunaan peralatan yang tidak steril dapat berakibat buruk, yang paling berbahaya yang dapat mengenai pasien adalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan virus Hepatitis B. Penelitian menggunakan kuisioner, dari 138 responden yang mengembalikan kuisioner, didapatkan 127 responden menggunakan alat yang disterilkan. 106 (83,5%) menggunakan metode sterilisasi uap, 35 diantaranya menggunakan mesin uap dan 71 lainnya sterilisasi uap langsung. Dari 21 (19,8%) responden, 11 menggunakan ad hoc yang langsung dari pemerintah dan 10 responden sisanya menggunakan sterilisasi dengan metode sederhana yang kurang memuaskan, seperti : air panas, rebusan air, bahan kimia untuk disinfeksi (Whyte, 1992).
sehingga peneliti tertarik untuk melakukannya, terutama untuk melihat pengetahuan dari mahasiswa kedokteran USU mengenai masalah ini.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
Bagaimana gambaran pengetahuan mahasiswa tentang sterilisasi peralatan bedah minor?
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang sterilisasi peralatan bedah minor pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU.
1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus pada penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan mahasiswa tentang pengertian sterilisasi peralatan bedah minor.
2. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan mahasiswa tentang metode sterilisasi peralatan bedah minor.
3. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan mahasiswa tentang dampak sterilisasi peralatan bedah minor yang tidak baik.
1.4. Manfaat penelitian 1. Bagi peneliti
Untuk menumbuhkan jiwa penelitian pada peneliti sendiri sehingga nantinya peneliti dapat melakukan penelitian-penelitian yang lebih baik lagi.
2. Bagi subjek yang diteliti
Dapat menumbuhkan rasa kepedulian terhadap sterilisasi peralatan bedah minor.
Dapat memberikan informasi kepada masyarakat, khususnya bagi pekerja di bidang kesehatan mengenai pentingnya melakukan tindakan sterilisasi peralatan bedah minor dengan baik dan benar.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
2.1.1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu. Terjadinya pengetahuan adalah setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran, yakni mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif adalah domain yang sangat penting dalam bentuk tindakan seseorang.
Melalui pengalaman dan penelitian diketahui bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada yang tidak didasari pengetahuan. Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2007) mengungkap bahwa sebelum terjadi adopsi perilaku, di dalam diri seseorang secara berurutan terjadi proses sebagai berikut:
4. Awareness (kesadaran) yaitu proses menyadari dalam arti mengetahui
stimulus atau objek terlebih dahulu.
5. Interest, yakni seseorang mulai tertarik terhadap stimulus.
6. Evaluation (evaluasi) yaitu proses menimbang-nimbang baik dan tidaknya
stimulus bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik. 7. Trial, yaitu orang mulai mencoba melakukan sebuah perilaku baru.
8. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Namun demikian, penelitian selanjutnya membuktikan bahwa tidak seluruh tahap dilewati dalam pencapaian adopsi.
Apabila penerimaan adopsi sebuah perilaku didasari oleh adanya pengetahuan, kesadaran, dan sikap positif maka hal tersebut akan menyebabkan perilaku yang langgeng (long lasting). Sebaliknya, apabila perilaku tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan, dalam dominan kognitif memiliki enam tingkatan, yaitu: 1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai pengingatan terhadap sebuah materi yang sebelumnya sudah dipelajari. Termasuk dalam tingkat ini adalah kemampuan untuk recall atau mengingat kembali sesuatu hal spesifik dari pelajaran terdahulu. Pengukuran tercapainya kualitas pengetahuan ini adalah dengan menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
2. Memahami (comprehension)
Memahami adalah suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut dengan benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi, maka harus bisa menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya, terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini diartikan sebagai penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya, dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam sebuah struktur pengorganisasian, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5. Sintesis (synthesis)
meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan pekerjaan atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilaksanakan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian. Kedalaman pengetahuan yang ingin diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2007).
2.1.3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Pengetahuan, sebagai bagian dari perilaku kesehatan, dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu:
1. Faktor predisposisi (predisposing factor)
Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat, tradisi dan kepercayaan masyarakat, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Untuk berperilaku kesehatan, misalnya menjaga kesehatan ibu hamil, diperlukan pengetahuan dan kesadaran tentang manfaat. Faktor-faktor diatas terutama yang positif dapat mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering pula disebut dengan faktor pemudah.
2. Faktor pemungkin (enabling factor)
3. Faktor penguat (reinforcing factor)
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas, termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga undang-undang, peraturan, baik dari pusat maupun dari perda.
Oleh sebab itu, intervensi pendidikan hendaknya dimulai dengan memperhitungkan ketiga faktor tersebut. Pendekatan ini disebut dengan model Precede, yaitu predisposing, reinforcing, and enabling cause in educational and
evaluation (Notoatmodjo, 2007).
2.2. Peralatan Bedah
Dalam pembedahan sering diperlukan alat medis atau peralatan pembantu yang harus masuk ke daerah sekitar lapangan pembedahan. Alat-alat ini harus mengalami desinfeksi terlebih dahulu sebelum dibawa ke kawasan pembedahan. Alat yang akan langsung dipakai untuk pembedahan dan bersinggungan dengan lapangan pembedahan harus disterilkan dengan cara yang telah dijelaskan di atas. Alat-alat bedah ini harus tetap berada dalam daerah ruang pembedahan agar tidak terjadi infeksi silang, dan pada setiap akhir dari pembedahan, harus selalu didesinfeksi atau disterilkan segera setelah dipakai dan sesuai dengan pemakaiannya.
Alat yang bergerak bebas keluar masuk karena harus dipakai bersama dibatasi hanya sampai daerah di luar kawasan kain steril, yaitu sekitar meja bedah dan di tempat ahli anastesi bekerja (Sjamsuhidajat dan Jong, 2004).
Peralatan bedah adalah alat-alat yang dirancang untuk digunakan pada kegiatan pembedahan. Dari semua peralatan bedah yang dibutuhkan untuk suatu tindakan pembedahan, yang paling terpenting adalah peralatan bedah yang steril dan benang. Masing-masing dari peralatan tersebut memiliki fungsi tersendiri (Kozol, 1999).
2.2.1. Peralatan Bedah Minor
saja, alatnya sederhana dan mudah untuk dimiliki setiap orang. Alat-alat tersebut digabung pada suatu wadah dan disebut sebagai minor surgery set.
Tabel 2.1 Minor Surgery Set
Nama Alat Jumlah
Klem lurus Klem bengkok Pinset anatomis Pinset jaringan Gunting TA/TU lurus Gunting TA/TU bengkok
Needle holder
Gagang pisau Pisau bedah Sarung tangan
Silk atau Plain catgut Needle hecting Bak stainless 2 buah 2 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 pasang 1 buah 1 lusin 1 buah
Gambar 2.1 Minor Surgery Set
(Sumber:
2.3. Jenis-Jenis Peralatan Bedah Minor 2.3.1. Pisau Bedah
untuk pembedahan umum berukuran atau nomor A#10, untuk pembedahan minor ataupun kosmetik dipakai yang berukuran atau nomor A#15 (Kozol, 1999).
Gambar 2.2 Pisau dan gagang pisau (scalpel)
(Sumber:
Scalpel harus dipegang sedemikian rupa sehingga mudah dikendalikan dan
pada saat yang sama, dapat digerakkan dengan leluasa. Tangkai scalpel dipegang antara ibu jari dan jari ketiga dan keempat, sedangkan jari telunjuk diletakkan di punggung pisau sebagai kendali.
2.3.2. Gunting
Gunting merupakan peralatan yang sering digunakan untuk memotong jaringan. Gunting juga digunakan untuk memotong benang dan balutan luka. Gunting jaringan biasanya lebih ringan, terbuat dari baja yang lebih baik, dan mempunyai sisi pemotong yang runcing dan ujungnya lebih halus daripada gunting benang. Biasanya hanya bagian distal dari mata gunting yang digunakan untuk memotong.
1. Gunting Bedah
Gunting bedah yang paling terkenal adalah jenis Mayo dengan mata gunting yang lurus atau melengkung. Selain itu, ada jenis Metzenbaum yang ukurannya lebih panjang dan lebih banyak pemakaiannya dengan lengkungan yang halus pada ujungnya.
2. Gunting Benang
Gambar 2.3 Gunting perban dan gunting benang (Sumber:
3. Gunting Perban
Jenis yang paling sering dipakai adalah gunting dengan mata pisau yang datar, ujungnya tumpul sehingga dapat disisipkan di bawah balutan luka tanpa kuatir akan melukai kulit. Jenis ini jarang disediakan di meja operasi tetapi merupakan peralatan yang penting bagi para dokter bedah atau residen. Jika gunting dibawa dalam kantong maka tidak steril dan jangan sampai kontak dengan luka. Jika gunting dipakai pada balutan kotor dan basah, sebaiknya disterilkan sebelum digunakan untuk pasien lain. Ketika menghadapi luka terbuka, harus menggunakan perangkat peralatan yang steril.
4. Gunting untuk Kegunaan secara Umum
Gunting dengan dua ujung yang tumpul biasanya digunakan sebagai gunting benang. Gunting dengan salah satu atau kedua ujungnya runcing digunakan untuk membagi jaringan dengan mendorong ujungnya yang runcing di bawah jaringan. Gunting dengan ujung yang runcing tidak digunakan di dalam rongga karena dapat melubangi organ atau pembuluh darah.
2.3.3. Pinset
1. Pinset Anatomis (thumb forceps)
menggunakan tekanan yang berlebihan. Pinset dipegang di antara ibu jari, jari tengah dan jari telunjuk.
2. Pinset Jaringan (tissue forceps)
Pinset jaringan dilengkapi dengan gerigi agar tidak tergelincir. Karena geriginya dapat menggigit jaringan, maka hanya diperlukan sedikit tekanan untuk memegang jaringan dengan kuat. Bentuk spesifik dari kepala pinset tergantung dari tujuan khusus yang diharapkan. Jenis pinset anatomis dapat digunakan untuk memegang sebagian besar jaringan tapi tidak pernah digunakan untuk viskus yang berongga atau pembuluh darah.
3. Klem Pemegang
Peralatan ini dibentuk terutama untuk memegang jaringan dan memungkinkan untuk melakukan traksi. Permukaan yang berhadapan dari setiap kepala klem bervariasi tergantung dari tujuan yang spesifik. Semuanya mempunyai lubang untuk jari dan sistem pengunci.
4. Klem Hemostatik (hemostatic forceps)
Peralatan ini mempunyai arti penting dalam menghentikan perdarahan selama operasi. Terdapat sejumlah variasi. Sebagian besar dari alat ini bergerigi dengan susunannya yang paralel terhadap arah bilah, sedangkan lainnya tegak lurus. Dalam dan lebar gerigi juga bervariasi. Sebagian besar klem hemostatik menjepit dengan cukup kuat sehingga jaringan-jaringan yang kecil dapat terjepit. Klem hemostatik juga dapat digunakan untuk membantu membuat ligasi pada pembuluh darah kecil (Kozol, 1999).
2.3.4. Pemegang Jarum (Needle Holder)
2.3.5. Benang (Catgut)
Benang memiliki dua tipe, yang benang yang dapat menyatu dengan kulit dan benang yang tidak dapat menyatu dengan kulit (Kozol, 1999). Benang yang dapat menyatu dibuat dari usus kucing (Catgut), digunakan pada luka yang dalam dan untuk kegunaan kosmetik. Benang yang tidak dapat menyatu dengan kulit digunakan untuk menjahit luka yang tidak terlalu dalam. Pada benang yang tidak dapat menyatu dengan kulit dilakukan pelepasan benang setelah luka kering dan ini akan menimbulkan bekas pada kulit atau disebut dengan jaringan parut.
2.4. Sterilisasi
Menurut Brown (1995), seperti semua perlengkapan elektronik dan mekanik, perlengkapan bedah juga memerlukan perawatan yang teratur dan pemeliharaan untuk mempertahankan efisiensinya, untuk itu dilakukan teknik sterilisasi. Sterilisasi adalah penghancuran atau pemusnahan terhadap semua mikroorganisme. Dapat dilakukan dengan menggunakan cara fisika ataupun menggunakan preparat kimia (Dorland, 2000). Cara sterilisasi peralatan, barang, dan kain atau alat lain yang dipakai dalam pembedahan harus diketahui secara baik oleh setiap petugas ruang pembedahan. Sterilisasi merupakan suatu cara pengendalian infeksi silang yang sering terjadi disekitar ruang bedah (Sjamsuhidajat dan Jong, 2004).
2.4.1. Metode Sterilisasi
Metode yang digunakan untuk sterilisasi peralatan bedah minor di rumah sakit, menggunakan perangkat CSSD (Central Sterile Supplies Department), dimana alat-alat dibersihkan, disiapkan, dan dikemas pada central sterilizing
department, di-otoklaf dalam amplop kertas tertutup dan dikirim ke ruang
perawatan atau ruang operasi. Jika tidak ada fasilitas CSSD, dapat digunakan alternatif lain (Brown, 1995).
1. Otoklaf
Gas jenuh pada tekanan 750 mmHg dan suhu 120°C, membunuh semua bakteri vegetatif dan sebagian besar spora yang tahan dalam suasana kering, dalam waktu 13 menit. Penambahan waktu (biasanya hingga total 30 menit), akan memungkinkan penembusan panas dan gas lembab ke dalam pusat paket yang disterilkan.
Otoklaf modern yang bertekanan udara negatif atau dengan tekanan tinggi, bekerja dengan waktu yang lebih singkat.
2. Pemanasan kering
Benda-benda yang mudah rusak dengan gas lembab, atau benda yang sebaiknya tetap tinggal kering, dapat disterilkan dengan pemanasan kering, pada suhu 170°C selama 1 jam. Pada benda berlemak, sterilisasi cara ini akan memakan waktu 4 jam, dengan suhu 160°C (320°F).
3. Sterilisasi dengan gas
Etilen oksida cair dan gas, memusnahkan bakteri, virus, jamur, dan spora. Pada kontak dengan kulit, senyawa ini akan menimbulkan peradangan, peracunan dan luka bakar yang hebat. Untuk alat-alat yang tak dapat disterilkan dengan otoklaf, misalnya alat-alat teleskopik, alat-alat dari plastik atau karet, alat-alat yang peka dan lembut, kabel listrik dan ampul bersegel, sterilisasi gas merupakan pilihan utama.
Beberapa bahan (akrilat, polistirena, dan bahan-bahan farmasi) bereaksi dengan etilen oksida, sehingga rusak. Maka terhadap bahan-bahan tersebut, harus dipilih cara lain. Sterilisasi dengan gas memerlukan waktu 1 jam 45 menit, yaitu bila gas yang dipakai, sama dengan gas yang dipakai pada otoklaf, ialah campuran dari 12% etilen oksida dan 88% diklorodifloro-metana (Freon 12), pada suhu 55°C dan tekanan 410 mmHg. Setelah sterilisasi, dibutuhkan waktu beberapa saat untuk mengeluarkan gas dari bahan.
4. Perebusan
tidak akan hancur dan oleh karena itu jenis sterilisasi ini dianjurkan tidak digunakan (Brown, 1995).
Perebusan hanya dilaksanakan, bila alat-alat tak dapat disterilkan dengan otoklaf, pemanasan kering, dan sterilisasi dengan gas.
Waktu sterilisasi minimal pada perebusan di air adalah 30 menit, (pada tempat yang berketinggian di atas permukaan air laut yang kurang dari 300 meter).
Pada tempat yang berketinggian lebih dari itu, diperlukan waktu perebusan yang lebih lama. Penambahan alkali, meningkatkan daya guna bakterisidal, sehingga lamanya sterilisasi dapat dipersingkat, hanya 15 menit.
5. Perendaman dalam antiseptika
Sterilisasi dengan perendaman dalam antiseptika, biasanya merupakan pilihan terakhir, apabila keempat cara di atas tak bisa dipakai atau didapat. Pada keadaan-keadaan tertentu, cara ini mungkin akan lebih dibutuhkan atau lebih praktis, misalnya untuk mensterilkan alat-alat yang berlensa, alat-alat pemotong yang halus. Macam-macam gerisida dapat dipilih untuk keperluan ini, adalah Glutaraldehida 2% dalam larutan alkali. Cairan ini mempunyai aksi bakterisidal dan virusidal dalam waktu 3 jam (Schrock, 1991). Ini akan mendesinfeksi peralatan jika direndam selama 10 menit, dan akan menjadi steril jika direndam selama 10 jam (Brown, 1995).
Secara tradisional, alkohol 70% merupakan larutan yang paling banyak dipakai dengan penambahan Klorheksidin 0.5%. Larutan ini banyak digunakan untuk desinfeksi darurat peralatan bedah yang hanya memerlukan waktu dua menit (Brown, 1995).
2.4.2. Dampak Sterilisasi yang Tidak Baik
peralatan juga diperhatikan cara pemakaian yang tidak kasar, pemakaian alat secara kasar dapat menyebabkan abrasif.
Setelah dicuci, peralatan bedah harus dikeringkan dengan hati-hati untuk mencegah adanya sisa air pada sudut-sudut alat. Larutan salin adalah penyebab utama dari bercak-bercak yang timbul pada peralatan, oleh karena itu peralatan tidak boleh direndam dalam larutan itu, dan larutan salin juga tidak boleh dibiarkan mengering pada alat-alat (Brown, 1995).
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah disampaikan pada Bab 1, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
3.2. Definisi Operasional
Definisi operasional dari penelitian perlu dijabarkan untuk menghindari perbedaan persepsi dalam menginterpretasi masing-masing variabel penelitian. Adapun definisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Sterilisasi
Sterilisasi adalah penghilangan total atau destruksi seluruh mikroorganisme yang hidup, dilakukan melalui metode perebusan dan perendaman dalam antiseptika.
b. Peralatan bedah minor
Peralatan bedah minor adalah alat-alat yang dirancang untuk digunakan pada kegiatan bedah minor.
c. Pengetahuan sterilisasi peralatan bedah minor
• Pengetahuan sterilisasi peralatan bedah minor adalah segala informasi yang diketahui (hasil utuh) dari sterilisasi peralatan bedah minor.
• Pengukuran pengetahuan dilakukan dengan cara ukur berupa wawancara. Sedangkan, alat ukur yang digunakan berupa kuesioner.
• Hasil pengukuran didapat berdasarkan total nilai yang diperoleh dari beberapa pertanyaan yang diajukan. Jika jawaban responden benar maka akan diberi nilai 1, jika jawaban salah diberi nilai 0. Sehingga nantinya akan didapati total nilai yang maksimal. Nilai responden dikategorikan menurut Pratomo (1986) menjadi tiga kategori yaitu:
Pengetahuan baik apabila jawaban responden yang benar lebih dari 75% dari nilai tertinggi, berarti responden menjawab 8-10 pertanyaan dengan benar.
Pengetahuan sedang apabila jawaban responden yang benar antara 40% sampai 75% dari nilai tertinggi, berarti responden menjawab 4-7 pertanyaan dengan benar.
Pengetahuan kurang apabila jawaban responden yang benar kurang dari 40% dari nilai tertinggi, berarti responden menjawab 0-3 pertanyaan dengan benar.
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan studi
cross sectional. Penelitian ini diarahkan untuk mendapatkan gambaran
pengetahuan mahasiswa tentang sterilisasi peralatan bedah minor.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan dan dimulai sejak bulan Juni 2011 sampai Oktober 2011. Adapun tempat dilaksanakannya penelitian ini adalah di lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Penelitian
Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran USU semester dan semester VII yang telah mendapatkan pelajaran tentang sterilisasi peralatan bedah minor di semester IV pada blok
dermatomusculoskeletal system. Populasi pada penelitian ini berjumlah 885 orang.
4.3.2. Sampel Penelitian
Sampel merupakan sebagian objek yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi tersebut. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non-random (non probability)
accidental sampling yaitu dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada calon
responden yang kebetulan ada atau bersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian. Besarnya sampel dihitung dengan metode statistik dengan memakai formula (Notoatmodjo, 2005):
n = N
Keterangan :
n : jumlah sampel N : jumlah populasi
d : tingkat kepercayaan/ ketepatan yang diinginkan = 0.1
n = 885 1+ 885 (0,12)
n = 89,847 n ≈ 90
Dengan tingkat kepercayaan yang dikehendaki sebesar 90% dan tingkat ketepatan relatif adalah sebesar 10%. Maka jumlah sampel yang diperoleh dengan memakai rumus tersebut adalah sebanyak 90 orang.
4.3.3. Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi
Berikut kriteria yang termasuk dalam penelitian ini: a. Kriteria Inklusi
1. Mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara semester V dan VII.
2. Melaksanakan proses pembelajaran di Sumatera Utara selama penelitian berlangsung
3. Bersedia menjadi sampel penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan setelah penjelasan (informed consent)
b. Kriteria Eksklusi
1. Tidak berada di Sumatera Utara ketika proses penelitian sedang berlangsung
2. Tidak bersedia menjadi sampel penelitian
4.4. Teknik Pengumpulan Data
4.4.1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden yaitu dari hasil kuesioner yang disebarkan kepada responden. Kemudian kuesioner yang telah diisi dikumpulkan dan dicek kelengkapannya oleh peneliti untuk diolah dan dianalisis. Data primer meliputi karakteristik responden, yaitu nama, jenis kelamin, dan angkatan/semester.
4.4.2. Data sekunder
Data sekunder adalah data jumlah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang diperoleh dari dokumentasi data mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Kuesioner yang digunakan sebagai instrumen penelitian sebenarnya, telah dilakukan uji validasi dan uji reabilitas pada kuesioner.
4.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
Tabel 4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Variabel Nomor
Pertanyaan
Total Pearson Correlation
Status Alpha Status
Pengetahuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0,773 0,809 0,645 0,518 0,704 0,669 0,809 0,773 0,773 0,773 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
0,898 Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
Berdasarkan tabel di atas, maka dalam menentukan layak atau tidaknya suatu item digunakan, dilihat koefisien korelasi pada taraf signifikansi 0,05 (5%), artinya dari 10 pertanyaan yang ada dalam kuesioner semua pertanyaan dinyatakan valid. Kuesioner yang berisi 10 pertanyaan diatas juga dinyatakan reliabel karena memiliki nilai Alpha sebesar 0,898 dengan signifikansi 5% dan n=20.
4.5. Pengolahan dan Analisis Data
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran USU yang bertempat di Jalan dr. Mansyur No.5 Medan, Indonesia. Fakultas Kedokteran ini dibuka pada tanggal 20 Agustus 1952 oleh Yayasan USU yang berlokasi di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru dengan batas wilayah:
a. Sebelah utara : Jl. Dr. Mansyur, Padang Bulan b. Sebelah timur : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU c. Sebelah selatan : Jl. Universitas, Padang Bulan
d. Sebelah barat : Fakultas Psikologi USU
Kampus ini memiliki luas sekitar 122 Ha, dengan zona akademik seluas 100 Ha yang berada di tengahnya. Fakultas ini memiliki ruang kelas, ruang administrasi, ruang laboratorium, ruang skills lab, ruang seminar, perpustakaan, kedai mahasiswa, ruang PEMA, ruang POM, kantin, kamar mandi, dan mushala.
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden
Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa/i semester V dan VII FK USU. Dari 90 orang sampel, 45 orang sampel (50%) diantaranya adalah laki-laki dan 45 orang sampel lainnya (50%) adalah perempuan.
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi (orang) Presentase (%)
Laki-laki Perempuan
45 45
50,0 50,0
[image:38.595.114.513.617.676.2]5.2. Hasil Analisis Statistik
[image:39.595.123.509.206.492.2]Pada penelitian ini, dalam lembar kuesioner terdapat 10 pertanyaan mengenai pengetahuan mahasiswa FK USU tentang sterilisasi peralatan bedah minor. Data lengkap distribusi frekuensi jawaban responden berada pada tabel 5.2. Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden
No. Pertanyaan Jawaban Responden
Benar Salah
F % F %
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Pengertian sterilisasi Penting/tidaknya sterilisasi Waktu sterilisasi dengan perebusan
Metode sterilisasi dengan perendaman dalam antiseptika Metode yang dapat dilakukan untuk sterilisasi
Infeksi yang dapat terjadi jika tidak steril
Waktu terbaik melakukan sterilisasi
Dampak tidak steril pada alat Mikroorganisme yang dapat melekat jika tidak steril
Akibat darah menempel pada alat 66 75 53 77 67 61 71 67 66 73 73,3 83,3 58,9 85,6 74,4 67,8 78,9 74,4 73,3 81,1 24 15 37 13 23 29 19 23 24 17 26,7 16,7 41,1 14,4 25,6 32,2 21,1 25,6 26,7 18,9
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden
Pengetahuan Frekuensi (orang) Presentase (%)
Baik Sedang Kurang 47 41 2 52,2 45,6 2,2
Jumlah 90 100,0
Dari hasil penelitian, ternyata pengetahuan responden mengenai sterilisasi peralatan bedah minor yang paling banyak adalah pengetahuan baik sebesar 52,2% (47 orang), sedangkan yang paling sedikit adalah tingkat pengetahuan kurang sebesar 2,2% (2 orang), dan selebihnya adalah pengetahuan sedang sebesar 45,6% (41 orang).
5.3. Pembahasan
5.3.1. Gambaran Pengetahuan
Pelajaran sterilisasi peralatan bedah minor telah diberikan di perkuliahan pada semester IV pada salah satu kegiatan skills lab, penjelasan yang singkat namun sangat bermanfaat dan harus selalu dilakukan sebelum dan sesudah melakukan suatu tindakan bedah. Pertanyaan mengenai seberapa penting melakukan tindakan sterilisasi dijawab dengan benar yaitu sangat penting oleh 75 orang (83,3%). Untuk pertanyaan kapan dilakukan tindakan sterilisasi yang baik yaitu saat sebelum dan sesudah tindakan bedah dijawab dengan benar oleh 71 orang (78,9%).
Berbagai macam pengertian dari sterilisasi telah dijelaskan pada Bab sebelumnya. Pengertian sterilisasi yang difokuskan pada penelitian ini juga telah disebutkan pada Bab sebelumnya, bahwa sterilisasi adalah penghilangan total atau destruksi seluruh mikroorganisme yang hidup, dilakikan dengan metode perebusan dan perendaman dalam antiseptika. Dari pertanyaan yang diajukan mengenai pengertian sterilisasi di dalam kuesioner, sebanyak 66 orang (73,3%) menjawab dengan benar. Hal ini menunjukkan bahwa untuk pegertian sterilisasi tidak dimengerti sepenuhnya oleh mahasiswa.
gas. Pada perebusan menggunakan air mendidih (100°C) dan dilakukan selama 30 menit, hal ini merupakan suatu keharusan dikarenakan spora bakteri dan virus tidak akan hancur sebelum 30 menit. Pertanyaan mengenai waktu sterilisasi terbaik dengan metode perebusan yang diajukan dalam kuesioner hanya dijawab benar oleh 53 orang (58,9%). Pilihan jawaban lainnya adalah selama 10 menit dan 20 menit. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003), pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain dapat mempengaruhi pengalaman seseorang. Kemungkinan hal tersebut yang menjadi pengaruh terbesar sehingga tidak seluruh mahasiswa menjawab benar metode perebusan selama 30 menit.
Selain dengan perebusan menggunakan air mendidih, sterilisasi peralatan bedah minor juga dapat dilakukan dengan perendaman dalam antiseptika yaitu dengan Alkohol 70% (Brown, 1995). Pertanyaan yang diajukan pada kuesioner mengenai hal ini dijawab dengan benar paling banyak yaitu oleh 77 orang (85,6%). Responden sudah mengetahui cara sterilisasi peralatan bedah minor selain metode perebusan dengan benar. Jawaban pilihan lain pada pertanyaan ini adalah dengan NaCl 0,9% dan aquades. Sangat tidak dianjurkan untuk menggunakan NaCl 0,9% karena ini merupakan suatu penyebab utama kerusakan pada peralatan bedah minor.
Berbagai dampak dapat terjadi pada kegiatan sterilisasi yang tidak baik, dampak terhadap peralatan maupun pasien. Dampak pada peralatan jelas terlihat dapat membuat peralatan menjadi karat, abrasif, mencemari peralatan lain disekitarnya, dan dapat terjadi penumpukan mikroorganisme. Ini terdapat pada pertanyaan nomor 8, 9, dan 10 yang diajukan pada kuesioner. Pada pertanyaan nomor 8 dan 10 mengenai dampak tidak steril terhadap alat dijawab dengan benar masing-masing sebanyak 67 orang (74,4%) dan 73 orang (81,1%). Pada pertanyaan nomor 9 ditanyakan mikroorganisme berupa bakteri, virus, dan jamur yang dapat melekat pada peralatan yang tidak steril dijawab dengan benar sebanyak 66 orang (73,3%).
mengalami infeksi silang yang berasal dari pasien sebelumnya (Brown, 1995). Untuk terjadinya infeksi silang ini juga terdapat pada pertanyaan yang diajukan pada kuesioner nomor 6, dijawab dengan benar oleh responden hanya sebanyak 61 orang (67,8%). Ini menunjukkan responden tidak begitu memahami infeksi yang dapat terjadi pada pasien sebagai dampak peralatan yang tidak steril.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Hasil penelitian “Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tentang Sterilisasi Peralatan Bedah Minor” menunjukkan bahwa:
1. Pengetahuan mahasiswa dengan kategori pengetahuan baik 52,2% (47 orang), pengetahuan sedang 45,6% (41 orang), dan pengetahuan kurang 2,2% (2 orang).
2. Pengertian sterilisasi peralatan bedah minor dijawab dengan benar sebanyak 66 orang (73,3%).
3. Metode sterilisasi terdapat pada 3 pertanyaan dan dijawab masing-masing sebanyak 53 orang (58,9%), 77 orang (85,6%), dan 67 orang (74,4%).
4. Dampak sterilisasi yang tidak baik terdapat pada 3 pertanyaan dan dijawab masing-masing sebanyak 67 orang (74,4%), 66 orang (73,3%), dan 73 orang (81,1%).
6.2. Saran
Saran yang diajukan pada penelitian “Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tentang Sterilisasi Peralatan Bedah Minor” adalah:
1. Subjek penelitian disarankan untuk turut berperan aktif dalam menggali pengetahuan dengan mencari bahan referensi yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Brown, John Stuart., 1995. Buku Ajar dan Atlas Bedah Minor. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Bruens, Marco L., 2008. Minor Surgery in General Practice: Are Sterilised Gloves Necessary?. British Journal of General Practice.
Dorland, W.A.N., et al., 2000. Kamus Kedokteran Dorland. ed. 29., Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2065.
Galazka, Artur M., 1993. The Immunological Basis for Immunization Series
Module 3: Tetanus. Geneva: World Health Organization., 1.
Kozol, Robert A., Farmer, Diana L., Tennenberg, Steven D., Mulligan, Michael., 1999. Instruments and Sutures. In: Surgical Pearls. Philadelphia: F.A. Davis Company, 8-12.
Nealon, Thomas F., 1996. Peralatan bedah. Dalam: Keterampilan Pokok Ilmu
Bedah. ed. 4., Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 12-23.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2003. Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan. Dalam: Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta,121-128.
Notoatmodjo, Soekidjo., 2007. Promosi kesehatan dan Ilmu Perilaku. Cetakan Pertama. Jakarta: Rineka Cipta, 133-145.
Patwardhan, N., Kelkar, U., 2011. Disinfection, Sterilization and Operation
Theater Guidelines for Dermatosurgical Practitioners in India. Available
from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Disinfection%2C%20steriliza tion%20and%20operation%20theater%20guidelines%20for%20dermatosu rgical%20practitioners%20in%20India. [Accessed 3 Februari 2011]
Pratomo, H., 1986. Definisi Operasional dari Variabel. Dalam: Pedoman
Pembuatan Usulan Penelitian Kesehatan Masyarakat dan Keluarga
Berencana/Kependudukan. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebuadayaan RI PMU pengembangan FKM di Indonesia: 24-26.
Rogues, AM., Lasheras A., Amici JM., et al., 2007. Infection Control Practices
and Infectious Complications in Dermatological Surgery. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Infection%20Control%20Prac tices%20and%20Infectious%20Complications%20in%20Dermatological %20Surgery.%20 [Accessed 5 Februari 2011]
Schrock, Theodore R., Ernest Jawetz, MD, PhD., Dennis J. Flora, MD., 1991. Infeksi Bedah. Dalam: Handbook of Surgery/Theodore R. ed. 7., Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 120-122.
Sjamsuhidajat, R., dan De Jong, W., 2004. Pembedahan. Dalam: Sjamsuhidajat, R., dan De Jong, W., ed.2., Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC, 266-275.
Sulistyo, Joko. 2010. 6 Hari Jago SPSS 17. Yogyakarta: Penerbit Cakrawala.
Wahyuni, Arlinda S., 2007. Statistika Kedokteran. Jakarta Timur: Bamboedoea Communication.
Young, E., 2001. Care of Endoscopic Instrumentation. Available from:
Februari 2011].
Whyte, Andre., et al., 1992. Steril Instrument for Minor Operations in General Practice. British Journal of General Practice., 489.
Lampiran 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Rafika Rahman
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta/03 Juni 1991
Agama : Islam
Alamat : Jalan Puri Gang perguruan No. 186A/24A Medan Riwayat Pendidikan : 1. SDN 060808 Medan (1996-2002)
2. SMPN 2 Ciputat (2002-2005) 3. MAN 4 Model Jakarta (2005-2008)
Riwayat Pelatihan : 1. Workshop Sirkumsisi HMI FK USU (2008) 2. RJPO TBM PEMA FK USU (2009)
3. Workshop Hewan Coba SCORE PEMA FK USU (2010)
4. LKMM Lokal PEMA FK USU (2010) 5. CPR TBM PEMA FK USU (2011) Riwayat Organisasi : 1. SCOPH PEMA FK USU (2009-2010)
2. HMI FK USU (2009-2010)
Lampiran 2 LEMBAR PENJELASAN
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN
Assalamu’alaikum Wr Wb/Salam Sejahtera Dengan hormat,
Nama Saya Rafika Rahman, sedang menjalani pendidikan Kedokteran di Program S1 Ilmu Kedokteran FK USU. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul ”Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2008 dan 2009 tentang Sterilisasi Peralatan Bedah Minor”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan mahasiswa tentang sterilisasi peralatan bedah minor sebagai pengendalian infeksi.
Untuk kepentingan pengumpulan data penelitian ini, Saya mohon kesediaan Anda dalam menjawab pertanyaan dalam kuesioner ini dengan benar dan sejujur-jujurnya, tanpa bekerja sama dengan orang lain. Setiap data yang terdapat dalam kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya akan digunakan untuk tujuan penelitian saja. Seandainya Anda menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, maka tidak terdapat sanksi apapun.
Setelah memahami hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini, Saya mengharapkan Anda dapat mengisi lembar persetujuan partisipasi dalam penelitian ini.
Medan,……... .2011 Hormat saya,
Lampiran 3 LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN DALAM PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama :
Jenis kelamin : Angkatan :
Setelah mendapat keterangan secara terperinci dan jelas mengenai penelitian “Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2008 dan 2009 tentang Sterilisasi Peralatan Bedah Minor”, dan setelah mendapat kesempatan untuk bertanya tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan penelitian tersebut, maka dengan ini saya bersedia berpartisipasi menjadi responden dalam penelitan tersebut.
Medan, ...2011 Yang membuat pernyataan,
Lampiran 4 KUESIONER PENELITIAN
Kuesioner Penelitian
Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2008 dan 2009 tentang Sterilisasi Peralatan
Bedah Minor
No. Responden : ……….. Jenis kelamin : ……….. Angkatan : ...
Petunjuk :
Pilih dan berilah tanda silang (X) pada jawaban yang menurut Anda benar 1. Apakah yang dimaksud dengan sterilisasi?
a. Penghilangan total atau destruksi seluruh mikroorganisme yang hidup, dilakukan melalui metode perebusan dan perendaman dalam antiseptika b. Penghilangan total atau destruksi seluruh mikroorganisme yang hidup,
dilakukan dengan cara perebusan dan penggerusan
c. Penghilangan total atau destruksi seluruh mikroorganisme yang hidup, dilakukan dengan metode fisik dan cara perebusan
2. Menurut anda, seberapa penting dilakukannya sterilisasi sebelum melakukan tindakan pembedahan?
a. Sangat penting b. Penting
c. Tidak penting
3. Cara melakukan sterillisasi peralatan bedah minor yang terbaik adalah.. a. Direbus dengan air mendidih selama 30 menit
4. Jika disuatu keadaan tidak terdapat alat perebus, maka untuk sterilisasi dilakukan dengan cara..
a. Disiram dengan NaCl 0,9% b. Disiram dengan Alkohol 70% c. Disiram dengan aquades
5. Metode yang dapat digunakan untuk sterilisasi peralatan bedah minor adalah.. a. Perebusan dengan air mendidih, perendaman dalam Ringer Laktat
b. Perebusan dengan air mendidih, perendaman dalam NaCl 0,9% c. Perebusan dengan air mendidih, perendaman dalam Alkohol 70%
6. Apa yang terjadi jika kita menggunakan peralatan yang tidak atau kurang steril?
a. Infeksi primer b. Infeksi silang c. Reaksi intoksikasi
7. Kapan dilakukan sterilisasi peralatan bedah? a. Sebelum melakukan tindakan bedah
b. Sebelum dan sesudah melakukan tindakan bedah c. Sesudah melakukan tindakan bedah
8. Apa yang terjadi pada alat jika alat yang digunakan sesudah melakukan tindakan bedah tidak di bersihkan atau tidak disterilkan?
a. Alat menjadi karatan dan tidak dapat dipakai
b. Alat menjadi karatan dan terjadi penumpukan bakteri
c. Alat menjadi karatan dan terjadi penumpukan mikroorganisme
9. Mikroorganisme apa saja yang sangat memungkinkan untuk tinggal pada peralatan bedah yang tidak dibersihkan..
b. Bakteri, amoeba, parasit c. Virus, jamur, parasit
10. Darah yang masih menempel di peralatan bedah yang tidak di sterilkan dengan benar dan bersih, maka kemungkinan apa yang akan terjadi pada alat tersebut.. a. Darah akan menjadi kering dan dapat dibersihkan dan alat kembali steril b. Darah akan menjadi kering dan alat dapat dipakai kembali
Lampiran 6
Tabel Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
Nama responden P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Ptotal
A 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 3
B 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8
C 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
D 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9
E 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 3
F 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
G 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
H 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9
I 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9
J 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
K 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
M 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 7
N 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 7
O 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 8
P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
Q 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
R 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
S 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 7
Lampiran 7
HASIL UJI VALIDITAS KUESIONER
Correlations
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Jumlah
P1 Pearson
Correlation
1 .467* .577** .200 .378 .577** .467* 1.000** .467* .467* .773**
Sig. (2-tailed) .038 .008 .398 .100 .008 .038 .000 .038 .038 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P2 Pearson
Correlation
.467* 1 .577** .467* .378 .577** 1.000** .467* .467* .467* .809**
Sig. (2-tailed) .038 .008 .038 .100 .008 .000 .038 .038 .038 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P3 Pearson
Correlation
.577** .577** 1 .115 .218 .250 .577** .577** .346 .346 .645**
Sig. (2-tailed) .008 .008 .628 .355 .288 .008 .008 .135 .135 .002
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P4 Pearson
Correlation
.200 .467* .115 1 .378 .577** .467* .200 .200 .200 .518*
Sig. (2-tailed) .398 .038 .628 .100 .008 .038 .398 .398 .398 .019
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P5 Pearson
Correlation
.378 .378 .218 .378 1 .218 .378 .378 .882** .882** .704**
Sig. (2-tailed) .100 .100 .355 .100 .355 .100 .100 .000 .000 .001
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P6 Pearson
Correlation
.577** .577** .250 .577** .218 1 .577** .577** .289 .289 .669**
Sig. (2-tailed) .008 .008 .288 .008 .355 .008 .008 .217 .217 .001
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P7 Pearson
Correlation
.467* 1.000** .577** .467* .378 .577** 1 .467* .467* .467* .809**
P8 Pearson Correlation
1.000** .467* .577** .200 .378 .577** .467* 1 .467* .467* .773**
Sig. (2-tailed) .000 .038 .008 .398 .100 .008 .038 .038 .038 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P9 Pearson
Correlation
.467* .467* .346 .200 .882** .289 .467* .467* 1 1.000** .773**
Sig. (2-tailed) .038 .038 .135 .398 .000 .217 .038 .038 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P10 Pearson
Correlation
.467* .467* .346 .200 .882** .289 .467* .467* 1.000** 1 .773**
Sig. (2-tailed) .038 .038 .135 .398 .000 .217 .038 .038 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Jumlah Pearson Correlation
.773** .809** .645** .518* .704** .669** .809** .773** .773** .773** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .002 .019 .001 .001 .000 .000 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Lampiran 8
HASIL UJI RELIABILITAS KUESIONER
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 20 100.0
Excludeda 0 .0
Total 20 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.898 10
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
P1 .75 .444 20
P2 .75 .444 20
P3 .50 .513 20
P4 .75 .444 20
P5 .70 .470 20
P6 .80 .410 20
P7 .75 .444 20
P8 .75 .444 20
P9 .75 .444 20
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
P1 6.50 8.579 .708 .884
P2 6.50 8.474 .753 .881
P3 6.75 8.724 .538 .897
P4 6.50 9.316 .408 .903
P5 6.55 8.682 .619 .890
P6 6.45 8.997 .590 .892
P7 6.50 8.474 .753 .881
P8 6.50 8.579 .708 .884
P9 6.50 8.579 .708 .884
Lampiran 9 DATA INDUK RESPONDEN
[image:59.595.97.547.198.758.2]DATA INDUK RESPONDEN
GAMBARAN PENGETAHUAN MAHASISWA FK USU ANGKATAN 2008 DAN 2009 TENTANG STERILISASI PERALATAN BEDAH MINOR
Lampiran 10 HASIL OUTPUT
HASIL OUTPUT
GAMBARAN PENGETAHUAN MAHASISWA FK USU TENTANG STERILISASI PERALATAN BEDAH MINOR
I. Karakteristik responden a. Berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin Responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Laki-laki 45 50.0 50.0 50.0
Perempuan 45 50.0 50.0 100.0
Total 90 100.0 100.0
b. Berdasarkan angkatan
Angkatan Responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 2008 45 50.0 50.0 50.0
2009 45 50.0 50.0 100.0
Total 90 100.0 100.0
II. Gambaran pengetahuan/pertanyaan
Pertanyaan 1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 24 26.7 26.7 26.7
benar 66 73.3 73.3 100.0
Pertanyaan 2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid salah 15 16.7 16.7 16.7
benar 75 83.3 83.3 100.0
Total 90 100.0 100.0
Pertanyaan 3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid salah 37 41.1 41.1 41.1
benar 53 58.9 58.9 100.0
Total 90 100.0 100.0
Pertanyaan 4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid salah 13 14.4 14.4 14.4
benar 77 85.6 85.6 100.0
Total 90 100.0 100.0
Pertanyaan 5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid salah 23 25.6 25.6 25.6
benar 67 74.4 74.4 100.0
Pertanyaan 6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid salah 29 32.2 32.2 32.2
benar 61 67.8 67.8 100.0
Total 90 100.0 100.0
Pertanyaan 7
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid salah 19 21.1 21.1 21.1
benar 71 78.9 78.9 100.0
Total 90 100.0 100.0
Pertanyaan 8
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid salah 23 25.6 25.6 25.6
benar 67 74.4 74.4 100.0
Total 90 100.0 100.0
Pertanyaan 9
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid salah 24 26.7 26.7 26.7
benar 66 73.3 73.3 100.0
Pertanyaan 10
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid salah 17 18.9 18.9 18.9
benar 73 81.1 81.1 100.0
Total 90 100.0 100.0
Total skor Pengetahuan dalam kategori
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Kurang 2 2.2 2.2 2.2
Sedang 41 45.6 45.6 47.8
Baik 47 52.2 52.2 100.0