• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUKU PEDOMAN METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BUKU PEDOMAN METODE PENELITIAN"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

BUKU PEDOMAN

PENULISAN SKRIPSI PROGRAM STUDI S1 PPKN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PAMULANG

Oleh: Aeng Muhidin, M.Pd

BAGIAN 1

PENELITIAN KUANTITATIF

Bab I Jenis Penelitian Kuantitatif

Bab II Kerangka Isi Penelitian Kuantitatif Bab III Logika Penelitian Kuantitatif

Bab IV Teknik Penyusunan Hasil Penelitian Bab V Teknik Presentasi Hasil Penelitian BAGIAN 2

PENELITIAN DESKRIPTIF & KUALITATIF Bab VI Jenis Penelitian Deskriptif & Kualitatif

Bab VII Kerangka Isi Penelitian Deskriptif & Kualitatif Bab VIII Logika Penelitian Deskriptif & Kualitatif

Bab IX Teknik Penyusunan Hasil Penelitian Bab X Teknik Presentasi Hasil Penelitian BAGIAN 3

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Bab XI Jenis Penelitian Tindakan dan Tindakan Kelas Bab XII Kerangka Isi Penelitian Tindakan dan Tindakan Kelas

Bab XIII Logika Penelitian Tindakan dan Tindakan Kelas Bab XIV Teknik Penyusunan Hasil Penelitian

Bab XV Teknik Presentasi Hasil Penelitian BAGIAN 4

HAL-HAL UMUM

Bab XVI Teknik Deskripsi Teoretik

Bab XVII Teknik Penulisan Notasi Ilmiah dan Bibliograf

Pa

g

e

(2)

BAGIAN 1

PENELITIAN KUANTITATIF

Pada bagian pertama ini akan dijelaskan:

1) Jenis Penelitian Kuantitatif, bahwa penelitian kuantitatif adalah penelitian yang ingin menguji teori yang menyatakan: (1) ada atau tidak adanya hubungan antara variabel X dengan variabel Y; (2) ada atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y; (3) ada atau tidak adanya perbedaan pengaruh variabel kriteria di antara dua kelompok yang mendapatkan perlakuan yang berbeda.

2) Kerangka Penelitian, bahwa bahwa jumlah bab dalam penelitian kuantitatif, paling sedikit 5 bab yaitu bab 1 pendahuluan, bab 2 deskripsi teoretik, bab 3 metodologi penelitian, bab 4 hasil penelitian dan pembahasan, dan bab 5 kesimpulan.

3) Logika Penelitian, bahwa antar-bab terdapat hubungan-keterkaitan, bahwa pertanyaan penelitian yang terdapat dalam rumusan masalah haruslah dapat dijawab oleh peneliti. Jawaban itu dikemukakan di sub-bab kerangka berfkir. Jawaban peneliti didasarkan pada teori yang harus dikemukakan di

sub-bab deskripsi teoretik. Deskripsi teoretik adalah penjelasan para ahli tentang variabel penelitian dan keterkaitan antar-variabel penelitian, apakah – berbentuk hubungan (asosiasi), atau pengaruh (korelasi) atau perbedaan pengaruh (komparasi). Jawaban peneliti di kerangka berfkir harus berisi penjelasan peneliti tentang ada atau tidak adanya hubungan (asosiasi), pengaruh (korelasi), atau perbedaan (komparasi), secara lebih gamblang dan terperinci. Penjelasan gamblang dan terperinci itu kemudian menjadi bahan peneliti untuk menyusun hipotesis penelitian. Hipotesis penelitian adalah dugaan penelitian tentang: (1) ada atau tidak adanya hubungan; atau (2) ada atau tidak adanya pengaruh; atau (3) ada atau tidak adanya perbedaan pengaruh. Hipotesis penelitian harus sejalan-cocok dengan rumusan masalah:

 Jika dalam rumusan masalah peneliti mengajukan pertanyaaan apakah terdapat hubungan antara variabel X dengan variabel Y, maka dalam hipotesis penelitian harus mengungkapkan dugaan peneliti tentang adanya hubungan antara variabel X dengan variabel Y.

Pa

g

e

(3)

 Jika dalam rumusan masalah peneliti mengajukan pertanyaaan apakah terdapat pengaruh variabel X terhdap variabel Y, maka dalam hipotesis penelitian harus mengungkapkan dugaan peneliti tentang adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y.

 Jika dalam rumusan masalah peneliti mengajukan pertanyaan apakah terdapat perbedaan pengaruh variabel X terhdap variabel Y, maka dalam hipotesis penelitian harus mengungkapkan dugaan peneliti tentang adanya perbedaan variabel Y antara kelompok pertama yang diperlakukan dengan hal-hal tertentu dengan kelompok kedua yang diperlakukan dengan hal-hal tertentu.

4) Teknik Penyusunan Hasil Penelitian, membahas tentang cara efektif menyusun bagian-bagian penelitian, yaitu bagian pertama yaitu identitas, bagian kedua yaitu isi, bagian ketiga yaitu lampiran.

 Bagian identitas terdiri dari cover sampai daftar

lampiran.

 Bagian isi terdiri dari bab pertama sampai bab

kelima.

 Bagian ketiga lampiran terdiri dari lampiran pertama sampai lampiran terakhir.

5) Teknik Presentasi Penelitian, membahas tentang hal-hal yang perlu ditampilkan salam slide-powerpoint, cara berkomunikasi yang efektif, serta teknik menjawabnya.

Pa

g

e

(4)

BAB I

JENIS PENELITIAN KUANTITATIF

A. PENGANTAR

Penelitian kuantitatif harus mengkaji suatu variabel. Variabel berasal dari kata vary berarti “macam-macam” dan able berarti “dapat”, artinya dapat bermacam-macam. Variabel penelitian harus berupa sifat-sifat, ciri-ciri, atau karakteristik dari diri manusia – sebagai objek penelitian – yang dapat diketahui dan diukur. Penelitian pendidikan di Program Studi S1 Pendidikan Kewarganegaraan haruslah berupa variabel sikap, variabel pengetahuan, dan variabel psikomotorik.

(1)Variabel sikap, yaitu karakteristik kejiwaan dan keyakinan (psikis) dari diri manusia. Termasuk variabel psikis di antaranya: motivasi, efkasi diri, konsep diri, minat, kepercayaan diri, kepuasan, kesadaran, tanggungjawab, dan lain sejenisnya. Variabel sikap sering disebut sebagai variabel afektif.

(2)Variabel pengetahuan, yaitu karakteristik pikiran, logika, dan nalar dari diri manusia. Termasuk variabel sikap di antaranya:

pengetahuan, penerapan, kemampuan analisis-sintesis, kemampuan evaluasi, dan kemampuan mencipta. Variabel pengetahuan disebut juga variabel kognitif.

(3)Variabel psikomotorik, yaitu karakteristik dari keahlian atau keterampilan motorik, termasuk pemberian perlakuan.

Penelitian kuantitatif terdiri dari tiga jenis, yaitu asosiasi, korelasi dan komparasi, sebagai berikut: (1)Penelitian asosiasi, yaitu penelitian yang

mengkaji hubungan antara variabel X dengan variabel Y.

(2)Penelitian korelasi, yaitu penelitian yang mengkaji pengaruh variabel X terhadap variabel Y.

(3)Penelitian komparasi, yaitu perbedaan variabel kriteria dua kelompok sebagai akibat pengaruh variabel perlakuan (X).

Penelitian apapun, termasuk penelitian kuantitatif harus beranjak dari masalah. Penelitian bertujuan ingin mengetahui keadaan yang bermasalah. Masalah adalah ketidaksesuaian antara keadaan yang diharapkan (das sein) dengan keadaan yang terjadi (das sollen). Misalnya, harapan (das sein) bahwa peserta didik memiliki semangat untuk belajar,

Pa

g

e

(5)

sedangkan kenyatannya (das sollen), peserta didik tidak mengerjakan pekerjaan rumah, datang terlambat, jarang berpartisipasi dalam diskusi kelas, dan sebagainya.

Gambar 1. Ilustrasi Masalah Penelitian

Harapan biasanya sesuatu yang baik-baik. Sedangkan jika kenyatannya, bisa buruk, bisa baik. Masalah penelitian muncul jika di lapangan ditemukan hal-hal bertentangan dengan harapan. Misalnya, semua guru berharap siswa rajin belajar, memiliki motivasi yang tinggi, dan pintar-pintar. Ternyata di lapangan ditemukan bahwa siswanya tidak rajin (indikator dari variabel kedisiplinan), tidak antusias (indikator dari variabel motivasi), dan kurang pintar (indikator dari prestasi belajar), berarti ada masalah.

Mengapa siswa tidak rajin, tidak termotivasi dan kurang pintar? Pasti ada penyebabnya. Seorang peneliti mencari hal-hal yang menyebabkan timbulnya masalah. Hal-hal yang menyebabkan timbulnya masalah adalah penyebab.

Masalah dalam penelitian kuantitatif haruslah bersifat variabel. Begitu juga penyebabnya harus pula bersifat variabel. Variabel adalah sesuatu yang dapat diamati dan diukur, serta hasil pengukurannya menghasilkan nilai yang berbeda-beda. Variabel adalah konsep dan suatu konsep memiliki indikator. Suatu indikator memiliki atribut dan nilai. Nilai dari suatu konsep sama dengan nilai dari suatu variabel. Jika dilakukan pengukuran pada beberapa orang dan hasil pengukurannya menunjukkan nilai yang berbeda-beda, maka nilai tersebut adalah nilai dari variabel.

Termasuk variabel misalnya tinggi badan. Tinggi badan adalah variabel, karena jika kita mengukur individu yang bernama Aeng dan Audrey, keduanya memiliki tinggi badan yang berbeda. Aeng 165 cm dan Audrey 180 cm. Tinggi badan sebagai variabel karena apabila kita mengukur tinggi badan di banyak

H

A

R

PA

A

N

KENYATAAN MASALAH

?

Pa

g

e

(6)

orang, nilainya bervariasi (berbeda-beda). Contoh lain dapat dikategorikan variabel, jika dilakukan pengukuran akan menunjukkan nilai yang berbeda-beda. Misalnya, berat bedan, prestasi belajar, motivasi belajar. Prestasi belajar adalah variabel, karena nilai hasil belajar di antara banyak orang akan berbeda-beda. Motivasi belajar adalah variabel, karena apabila diukur, maka hasilnya berbeda-beda pula.

Variabel dalam penelitian kuantitatif, terbagi menjadi dua yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas, disebut juga sebagai variabel penyebab atau variabel yang memberikan pengaruh, yaitu variabel yang menjadi penyebab masalah atau yang mempengaruhi munculnya masalah. Variabel terikat, disebut juga sebagai variabel akibat atau variabel yang dipengaruhi, yaitu variabel masalah itu sendiri.

Cara menentukan kedua jenis variabel penelitian penelitian berbeda-beda, berikut penjelasannya:

(1)Variabel terikat ditemukan di lapangan dari masalah di lapangan dan ditetapkan oleh nalar-logika si peneliti. Masalah dalah sesuatu yang jelek, buruk, atau sesuatu yang tidak

diharapkan, terjadi di lapangan. Variabel terikat ditemukan dari indikator variabel yang muncul di lapangan. Misalnya, guru menghendaki siswa rajin-rajin (harapan). Kenyatan di lapangan ditemukan banyak siswa yang bolos sekolah (masalah). Bolos sekolah, ketidakrajinan pergi ke sekolah, itu indikator dari variabel kedisiplinan belajar.

(2)Variabel bebas sebagai variabel penyebab munculnya masalah ditemukan dan ditetapkan oleh nalar-logika peneliti berdasarkan pada pendapat ahli (teori) yang ada. Teori dapat mengarahkan kita menemukan penyebab dari masalah penelitian. Jika kita menemui bukti di lapangan bahwa hasil belajar peserta didik rendah – misalnya, hasil belajar PPKn siswa kelas VII B SMA Negeri X Tangerang Selatan di bawah KKM – maka kita harus mencari tahu penyebab-penyebab yang mengakibatkan hasil belajar menjadi rendah. Penyebab itu didapatkan dari pendapat ahli. Pendapat ahli dicari di buku-buku, di jurnal ilmiah, makalah, dan sejenisnya.

Dalam mencari teori, kita harus apa yang menyebabkan hasil belajar peserta didik menjadi rendah. Tentu tidak satu pendapat ahli, lebih dari dua pendapat ahli tentunya. Misalnya, ketika peneliti menemukan bahwa hasil belajar rendah, diperoleh pendapat ahli yang menyatakan bahwa hasil belajar yang rendah itu dapat disebabkan oleh: (1)

Pa

g

e

(7)

motivasi belajar, (2) metode pembelajaran, (3) disiplin belajar, dan (4) kepercayaan diri peserta didik. Lalu, di antara penyebab yang ada, peneliti menetapkan satu di antara keempat sebab tersebut. Sebab yang terpilih disebut sebagai variabel sebab (atau variabel X). Penelitian kuantitatif harus terdiri minimal dari dua variabel, yaitu variabel sebab (Variabel X) dan variabel akibat (Variabel Y). Boleh lebih dari dua variabel, mungkin tiga, terdiri dari dua variabel sebab (X1 dan X2) dan satu variabel akibat (Y).

B. PENELITIAN ASOSIASI Sifat Penelitian Asosiasi

Penelitian asosiasi, yaitu penelitian yang mengkaji hubungan antara variabel X dengan variabel Y. Bertindak sebagai variabel Y adalah masalah penelitian, sedangkan penyebab munculnya masalah diposisikan sebagai variabel X. Ada ketentuan yang harus diperhatikan untuk menentukan variabel apa yang dianggap sebagai variabel X, yaitu:

 Variabel X adalah variabel penyebab munculnya masalah. Penyebab ditentukan oleh peneliti

berdasarkan kajian pustaka. Peneliti mengkaji dari berbagai buku dan jurnal untuk menemukan pendapat ahli tentang sebab-sebab munculnya masalah.

Misalnya, dari Buku Pembelajaran dan Motivasi Belajar, karangan Saidiman Ali, dikemukakan bahwa:

“... seseorang yang sering mengalami keberhasilan dalam belajar akan merasa puas dalam belajar. Kepuasan dalam belajar seiring dengan waktu akan muncul semangat belajar. Semangat belajar itu penting, karena semangat belajar menunjukkan motivasi belajar. Motivasi belajar yang tinggi dapat mendorong pencapaian kompetensi.”

Berdasarkan pendapat Saidiman Ali tersebut, maka dapat ditentukan bahwa Kepuasan Belajar bertindak sebagai variabel X dan Motivasi Belajar bertindak sebagai variabel Y. Perhatikan kutipan yang digarisbawahi tersebut di atas, adalah teori adanya hubungan antara Variabel X dengan Variabel Y.

Variabel X juga dapat bertindak sebagai variabel akibat yang disebabkan oleh variabel Y. Penyebab ditentukan oleh peneliti berdasarkan kajian pustaka. Peneliti mengkaji dari berbagai buku dan jurnal

Pa

g

e

(8)

untuk menemukan pendapat ahli tentang sebab-sebab munculnya masalah.

Pendapat Saidiman Ali tersebut baru mengatakan adanya hubungan antara Variabel X dengan Variabel Y. Penelitian asosiasi tidak hanya cukup dengan teori hubungan X dengan Y, tetapi juga hubungan Y dengan X. Maka dari itu, peneliti harus mencari teori hubungan Y dengan X. Peneliti harus mencari pendapat ahli selain Saidiman Ali yang mengatakan hubungan Y dengan X. Misalnya dalam Buku Peranan Motivasi dalam Dunia Pendidikan karangan Paulina Panen, dikemukakan bahwa:

“... Kepuasan belajar tidak cukup dengan didorong dengan penyelesaian tugas belajar harian, tetapi juga dapat didorong oleh pencapain prestasi belajar. Prestasi belajar yang baik berupa pencapaian nilai tertinggi banyak dipengaruhi oleh berbagai hal, di antaranya motivasi belajar. Seseorang yang memiliki motivasi belajar yang tercermin dari perilaku antuasis dalam belajar, berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar, cenderung memiliki prestasi belajar. Seseorang dengan motivasi belajar akan mengejar kepuasan belajar.”

Perhatikan pendapat Paulina Panen yang diberi garis bawah. Pernyatan yang digarisbawahi di atas menunjukkan teori hubungan Y dengan X.

Dalam penelitian asosiasi, variabel X dapat bertindak sebagai sebab dan juga bertindak sebagai akibat. Variabel kepuasan belajar dapat bertindak sebagai variabel X karena dapat mengakibatan terjadinya kepuasan belajar. Variabel kepuasan belajar juga dapat bertindak sebagai variabel Y karena dapat mengakibatkan munculnya motivasi belajar. Variabel X dan Y secara bergantian menjadi penyebab dan menjadi akibat. Jika kedua jenis teori, yakni (1) teori sebab-akibat X dengan Y, dan; (2) teori sebab-akibat Y dengan X sudah ditemukan, maka peneliti layak mengajukan masalah penelitian asosiasi. Jika kedua jenis teori belum ditemukan, maka kedua variabel tidak layak diajukan dalam penelitian asosiasi, mungkin hanya layak untuk penelitian korelasi (baca penjelasan berikutnya tentang penelitian korelasi !).

Kedudukan Variabel X dan Variabel Y dalam Penelitian Asosiasi

Pa

g

e

(9)

Dari paparan sebelumnya, penelitian asosiasi harus beranjak atau berdasar pada teori hubungan X dengan Y dan teori hubungan Y dengan X. Kedudukan X dan Y sebagai sebab dan sekaligus sebagai akibat, X dan Y saling berhubungan. Hubungan antara kedua variabel dapat diilustrasikan sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2 berikut:

Gambar 2. Kedudukan X dan Y dalam Penelitian Asosiasi

Dalam penelitian asosiasi, kedudukan variabel X dapat menjadi penyebab bagi variabel Y, “Kepuasan dalam belajar seiring dengan waktu akan muncul semangat belajar” dan kedudukan variabel X dapat

menjadi akibat dari variabel Y, “Seseorang dengan motivasi belajar akan mengejar kepuasan belajar”. Teori dari Saidiman Ali menyatakan kepuasan belajar menjadi penyebab (X) munculnya motivasi belajar (Y). Pendapat Paulina Panen menyatakan motivasi belajar menjadi penyebab (X) munculnya kepuasan belajar (Y). Motivasi belajar bertindak sebagai variabel X sekaligus sebagai variabel Y. Begitu juga kepuasan belajar bertindak sebagai variabel X sekaligus sebagai variabel Y.

Untuk memahami lebih lanjut perbedaan variabel sebab dan variabel akibat, perhatikan tabel berikut ini:

X DAN Y TEORI

X  Y Saidiman Ali X

Motivasi

Y Kepuasan Saidiman

Ali

Paulina Panen

Pa

g

e

(10)

“... seseorang yang sering mengalami keberhasilan dalam belajar akan merasa puas dalam belajar. Kepuasan dalam belajar seiring dengan waktu akan mendorong semangat belajar. Semangat belajar itu penting, karena semangat belajar menunjukkan motivasi belajar. Motivasi belajar yang tinggi dapat mendorong pencapaian kompetensi.”

Y  X Paulina Panen

“... Keberhasilan dalam kegiatan belajar ditunjukkan dengan pencapaian prestasi. Kepuasan belajar tidak cukup dengan didorong dengan penyelesaian tugas belajar harian, tetapi juga dapat didorong oleh pencapain prestasi belajar. Prestasi belajar yang baik berupa pencapaian nilai tertinggi banyak dipengaruhi oleh berbagai hal, di antaranya motivasi belajar. Seseorang yang memiliki motivasi belajar yang tercermin dari perilaku antuasis dalam belajar, berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar, cenderung memiliki prestasi belajar. Seseorang dengan motivasi belajar akan mengejar kepuasan belajar.”

Mengapa Harus Ada Teori?

Mengapa harus ada teori? Jawabannya, karena sifat penelitian kuantitatif yaitu membuktikan teori. Teori digunakan oleh peneliti sebagai dasar untuk menyusun kerangka berfkir. Kerangka berfkir adalah jawaban peneliti atas pertanyaan yang dikemukakan di perumusan masalah penelitian berdasarkan teori yang ada. Jawaban di kerangka berfkir juga bersifat teori (teori si peneliti). Teori itu harus dibuktikan. Tidak ada teori, maka tidak ada pembuktian, tidak ada pembuktian teori, tidak ada penelitian kuantitatif.

Gambar 3

Hubungan Teori dengan Kerangka Berfkir Dalam Penelitian Asosiasi

RUMUSAN MASALAH

“Apakah terdapat hubungan antara kepuasan belajar dengan motivasi belajar?

KERANGKA BERFIKIR

Mengungkapkan adanya hubungan antara kepuasan belajar dengan motivasi belajar

Pa

g

e

1

(11)

Mengapa harus ada pembuktian?

Jawabannya karena syarat kebenaran ilmiah terkait dengan pembuktian. Ada tiga syarat kebenaran yang harus dipenuhi dari penelitian, yaitu koherensi, korespondensi, dan pragmatis. Seorang peneliti melakukan kajian pustaka – mencari pendapat para ahli di buku-buku, di jurnal-jurnal – itu dilakukannya dalam rangka mengejar kebenaran korespondensi. Peneliti diminta untuk menjawab pertanyaan yang diajukan di sub-bab perumusan masalah penelitian. Jawaban peneliti haruslah jawaban yang benar. Jawaban yang benar menurut syarat kebenaran korespondensi adalah jawaban yang didasarkan pada pengetahuan sebelumnya yang telah terbukti benar. Jawaban peneliti atas pertanyaan penelitian itu diletakkan pada sub-bab kerangka berfikir. Kerangka berfkir yang isinya jawaban peneliti atas pertanyaan yang diajukan itu disebut teori peneliti.

Mengingat kerangka berfkir itu bersifat teori, maka dari itu harus dapat dibuktikan di lapangan. Jika seseorang berkata (berteori), “di luar sedang hujan”, maka orang yang berkata harus dapat membuktikan

memang hujan sedang terjadi di luar. Proses pembuktikan mendorong adanya analisis data. Dalam penelitian kuantitatif, kegiatan analisis data menggunakan analisis statistik – uji statistik. Setelah dilakukan pengujian statistik, akan diketahui benar atau tidaknya jawaban peneliti. Jika bukti statistik menunjukkan adanya hubungan antara variabel X dengan variabel Y, maka peneliti sudah memenuhi syarat kebenaran korespondensi. Kebenaran korespondensi menyatakan bahwa pengetahuan dianggap benar jika dapat dibuktikan (didukung dengan bukti) di lapangan. Jika seseorang berkata “di luar sedang hujan”, maka orang yang berkata harus dapat membuktikan bahwa di luar sedang terjadi hujan.

Jika peneliti telah berhasil membuktikan teori – teori terbukti benar – , syarat kebenaran ilmiah belum selesai. Selanjutnya, peneliti harus dapat meyakinkan bahwa teorinya dapat diterapkan dalam praktik sehari-hari. Ketika teori yang telah berhasil dibuktikan dapat diterapkan, syarat kebenaran yang ketiga – kebenaran pragmatis – tercapai. Kebenaran pragmatis yaitu pengetahuan dikatakan benar, jika

Pa

g

e

1

(12)

bermanfaat dan berguna dalam praktik sehari-hari. Misalnya, jika peneliti meneliti hubungan antara kepuasan belajar dan motivasi belajar, kemudian diuji secara statistik ternyata terdapat terbukti benar adanya hubungan antara kepuasan belajar dan motivasi belajar, maka peneliti harus membangun pengetahuan agar teori tersebut dapat diterapkan. Bangunan pengetahuan itu berupa ungkapan peneliti tentang cara-cara menerapkan teori, seperti berikut ini:

“... Kepuasan belajar akan terjadi jika seorang peserta didik dapat menyelesaikan tantangan belajar. Agar peserta didik dapat menyelesaikan tantangan belajar, maka tahapan-tahapan belajar harus dibuat secara sederhana, latihan dibuat secara bertahap, mudah, dan sederhana; tugas dibuat secara bertahap, mudah, dan sederhana.” Ungkapan tersebut kemudian dipraktekkan oleh seorang guru PPKn di kelasnya. Dari pengamatan bahwa para siswa menjadi rajin belajar dan tepat waktu ketika masuk kelas. Perilaku-perilaku tersebut menunjukkan adanya motivasi belajar di dalam diri peserta didik. Dari praktek di kelas terbukti bahwa

teori itu benar adanya, berarti kebenaran pragmatis tercapai.

C. Sifat Penelitian Korelasi Sifat Penelitian Korelasi

Penelitian korelasi, yaitu penelitian yang mengkaji pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Bertindak sebagai variabel Y adalah masalah penelitian. Penyebab munculnya masalah diposisikan sebagai variabel X. Ada ketentuan yang harus diperhatikan untuk menentukan variabel apa yang dianggap sebagai variabel X, yaitu:

 Variabel X adalah variabel penyebab munculnya masalah atau yang bertindak sebagai pemberi pengaruh. Apakah variabel tertentu dianggap sebagai pemberi pengaruh atau bukan, didasarkan pada teori, hasil kajian pustaka. Dari pencarian atas berbagai buku dan jurnal, peneliti menemukan pendapat ahli tentang sebab-sebab munculnya masalah.

Misalnya, dari Pembelajaran Berbasis

Karakter, karangan Atmadi Ahmad, dikemukakan bahwa:

“... pendidikan haruslah mendorong sikap disiplin, karena kedisiplinan menjadi hal yang paling penting dalam kehidupan. Seseorang yang memiliki disiplin tinggi cenderung mendorong

Pa

g

e

1

(13)

kesuksesan. Siswa harus didorong untuk disiplin belajar, agar mencapai kesuksesan belajar.”

Berdasarkan pendapat Atmadi Ahmad tersebut, maka dapat ditentukan bahwa Disiplin Belajar bertindak sebagai variabel pemberi pengaruh (variabel X) bagi kesuksesan belajar (variabel Y). Pendapat Atmadi “... Siswa harus didorong untuk disiplin belajar, agar mencapai kesuksesan belajar” sebagai teori yang menyatakan pengaruh Variabel Disiplin Belajar (Variabel X) terhadap variabel Kesuksesan Belajar (Variabel Y).

 Variabel Y bertindak sebagai variabel akibat atau variabel yang dipengaruhi oleh variabel X. Dalam kutipan “... Siswa harus didorong untuk disiplin belajar, agar mencapai kesuksesan belajar”, bahwa disiplin belajar dapat mempengaruhi kesuksesan belajar.

Berbeda dari penelitian asosiasi, penelitian korelasi tidak perlu mencari teori pengaruh Y (kesuksesan belajar) terhadap variabel X (disiplin belajar), cukup dengan satu teori utama, pengaruh variabel X terhadap Y. Mengapa? Karena penelitian korelasi (pengaruh)

secara harfah berarti dampak searah dari satu variabel terhadap variabel yang lain. Penelitian korelasi meneliti tentang dampak searah (direct current, DC), variabel X terhadap variabel Y, bukanlah dampak dua arah (alternating current, AC).

1. Kedudukan Variabel X dan Variabel Y dalam Penelitian Asosiasi

Dari paparan sebelumnya, penelitian korelasi harus beranjak pada teori pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Dalam pendapat yang dikemukakan oleh Atmadi Ahmad, bahwa kesuksesan belajar dipengaruhi oleh kedisiplinan, atau dengan kata lain kedisiplinan mempengaruhi kesuksesan belajar. Berbeda dengan penelitian asosiasi, yakni posisi Variabel X harus bertindak sebagai penyebab sekaligus sebagai sebab, begitu juga, posisi Variabel Y harus bertindak sebagai akibat sekaligus sebagai penyebab; pada penelitian korelasi, posisi Variabel X sebagai penyebab atau pemberi pengaruh belaka, dan posisi Variabel Y tetap penerima pengaruh (akibat) atau yang dipengaruhi

Pa

g

e

1

(14)

belaka. Kedudukan Varibel X dan Variabel Y dapat diilustrasikan seperti gambar berikut:

Gambar 4. Kedudukan X dan Y dalam Penelitian Asosiasi

Meskipun penelitian korelasi perlu didukung teori pengaruh X terhadap Y, perlu juga perlu mencari teori yang mengatakan sebaliknya yakni kesuksesan belajar (Variabel Y) tidak mempengaruhi kedisiplinan belajar (Variabel X).

Seperti apa itu teori sebaliknya? Dalam kaitannya dengan teori Atmadi Ahmad, Goleman mengungkapkan hal sebaliknya. Perhatikan kutipan pendapat Goleman berikut ini:

“... Kebanyakan orang sukses dikarenakan memiliki disiplin yang tinggi. Tetapi banyak orang telah meraih kesuksesan kedisiplinannya merosot, meskipun kesuksesannya tidak menurun. Kesuksesan tidak selalu berdampak pada kedisiplinan seseorang, karena kesuksesan

seringkali karena faktor genetik, yakni bakat, bukan semata-mata faktor kedisiplinan.

Kutipan pendapat Goleman tersebut, menyatakan tentang tidak ada pengaruh kesuksesan terhadap kedisiplinan. Pendapat Goleman ingin mengaskan tidak ada dampak balikan kedisiplinan terhadap kesuksesan. Bacalah kembali kutipan teori berikut ini:

X DAN Y TEORI

X  Y Atmadi Ahmad

“... pendidikan haruslah mendorong sikap disiplin, karena kedisiplinan menjadi hal yang paling penting dalam kehidupan. Seseorang yang memiliki disiplin tinggi cenderung mendorong kesuksesan. Siswa harus didorong untuk disiplin belajar, agar mencapai kesuksesan belajar.”

-X  Y Goleman

“... Kebanyakan orang sukses dikarenakan mereka memiliki disiplin yang tinggi. Tetapi banyak orang telah meraih kesuksesan kedisiplinannya merosot, meskipun kesuksesannya tidak menurun. Kesuksesan tidak selalu berdampak pada kedisiplinan seseorang, karena kesuksesan seringkali karena faktor genetik, yakni bakat.

X Y

Atmadi Ahmad

Pa

g

e

1

(15)

2. Mengapa Harus Ada Teori?

Mengapa harus ada teori? Jawabannya, karena sifat penelitian kuantitatif yaitu membuktikan teori. Teori digunakan oleh peneliti sebagai dasar untuk menyusun kerangka berfkir. Kerangka berfkir adalah jawaban peneliti atas pertanyaan yang dikemukakan di perumusan masalah penelitian. Jawaban peneliti dianggap sebagai teori. Teori harus dapat dibuktikan. Tidak ada penelitain tanpa ada pembuktian, dan tidak ada pembuktian tanpa ada teori.

Gambar 5.

Hubungan Teori dengan Kerangka Berfkir Dalam Penelitian Korelasi

Pembuktian terkait dengan syarat kebenaran ilmiah. Ada tiga syarat kebenaran dari kegiatan penelitian, yaitu korespondensi, koherensi, dan pragmatis. Seorang peneliti melakukan kajian pustaka – mencari pendapat para ahli di buku-buku, di jurnal-jurnal – itu dilakukannya dalam rangka mengejar kebenaran korespondensi. Peneliti diminta untuk menjawab pertanyaan penelitian di bagian rumusan masalah. Jawaban peneliti haruslah jawaban yang benar. Jawaban yang benar menurut syarat kebenaran korespondensi adalah jawaban yang didasarkan pada pengetahuan sebelumnya yang telah terbukti benar. Teori adalah kebenaran ilmiah yang digunakan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian di bagian rumusan masalah.

Jawaban peneliti di bagian kerangka berfkir harus dapat dibuktikan di lapangan. Pembuktikan itu RUMUSAN MASALAH

“Apakah tedapat pengaruh positif dan signifkan disiplin belajar terhadap kesuksesan belajar?

KERANGKA BERFIKIR

Mengungkapkan adanya pengaruh disiplin belajar terhadap kesuksesan belajar

Pa

g

e

1

(16)

dilakukan melalui analisis data secara statistik – uji statistik. Setelah dilakukan pengujian statistik, akan diperoleh bukti pengujian: benar atau tidaknya jawaban peneliti. Jika bukti statistik menunjukkan adanya hubungan antara variabel X dengan variabel Y, maka peneliti sudah memenuhi syarat kebenaran korespondensi. Kebenaran korespondensi artinya pengetahuan dianggap benar, jika pengetahuan dapat dibuktikan di lapangan.

Jika sebuah teori terbukti benar, kemudian diterapkan dalam praktik sehari-hari, maka peneliti sudah memenuhi syarat kebenaran yang ketiga, yaitu kebenaran pragmatis. Kebenaran pragmatis yaitu pengetahuan dikatakan benar, jika bermanfaat dan berguna dalam praktik sehari-hari.1 Misalnya, jika

peneliti meneliti pengaruh disiplin belajar terhadap kesuksesan belajar. Data di lapangan kemudian diuji secara statistik. Hasil pengujian menunjukkan disiplin belajar mempengaruhi kesuksesan belajar.

Di dalam teori dikatakan bahwa:

“... kedisiplinan belajar dapat dilakukan dengan cara membiasakan diri untuk menyusun jadual kegiatan belajar secara teratur, membangun kontrak perjanjian belajar tentang waktu belajar,

1

pengumpulan tugas dan latihan. Kedisiplinan haruslah didorong dengan pemberian tanggapan positif atas perilaku-perilaku yang telah benar dan menetap.”

Teori tersebut mengatakan cara-cara yang dilakukan guru untuk mendisiplinkan peserta didik. Cara-cara itu kemudian dipraktekkan oleh seorang guru PPKn di kelasnya. Kemudian dari pengamatan bahwa peserta didik menunjukkan perilaku-perilaku positif. Perilaku-perilaku tersebut adalah perilaku yang menunjukkan adanya disiplin belajar pada diri peserta didik. Dari praktek dan pengamatan di kelas, terbukti bahwa teori itu benar, berarti kebenaran pragmatis tercapai. Kebenaran pragmatis tercapai, jika teori dapat dipraktekkan dan bukti lapangan telah sesuai dengan teori.2

D. Penelitian Komparasi

Penelitian komparasi adalah penelitian yang membandingkan variabel kriteria dua kelompok yang yang berbeda. Untuk memahaminya, bacalah dengan seksama ilustrasi cerita berikut ini:

Seorang peternak, memiliki 100 anak bebek usia 12 hari. Sebagai peternak, ia ingin bebek-bebeknya memiliki bobot tubuh yang berat dan

2

Pa

g

e

1

(17)

cepat besar. Di gudang, peternak memiliki dua jenis pakan, yaitu dedak dan gabah. Selama berkarir sebagai peternak, selama ini ia memberi bebek peliharaannya dengan kedua jenis paka, pagi hari diberikan dedak, pada siang hari diberikan dedak. Selama ini, si peternak mengeluhkan bobot bebek peliharaannya tidak melebihi angka 3 kg pada usia 8 bulan. Dari obrolannya sesama peternak, diketahui bahwa bobot tubuh dan laju pertumbuhan bebek dipengaruhi oleh pakan (makanan). Peternak kemudian penasaran, lalu mengadakan percobaan. Apa yag dilakukan peternak? Dari 100 anak bebek bibit baru, kemudian ditimbang satu per satu untuk mendapatkan sejumlah bebek yang memiliki berat yang sama. Diperoleh 60 bebek yang memiliki berat yang sama (5 ons). Ke-60 bebek dengan berat yang sama dibagi dua, 30 bebek dimasukkan ke kandang A dan 30 bebek lainnya dimasukkan ke kandang B. Bebek yang berada di kandang A diberikan pakan dedak saja. Bebak yang berada di kandang B diberikan pakan gabah saja.

Setelah delapan bulan, semua bebek baik di kandang A maupun di kandang B ditimbang satu per satu.

Untuk mengetahui bebek mana yang paling berat, apakah bebek di kandang A atau bebek di kandng B, peternak menghitung rata-rata berat bebek di kandang A dan rata-rata berat bebek di kandang B. Dari perbandingan didapatkan bahwa berat bebek di kandang A rata-rata 3,7kg dan berat bebek di kandnag B rata-rata 4,2 kg. Dari hasil perhitungan bahwa terdapat perbedaan berat

rata-rata antara bebek yang diberikan pakan dedak dengan bebek yang diberikan pakan gabah. Bobot bebek yang diberikan pakan gabah lebih berat dibandingkan bobot rata-rata bebek yang diberikan pakan dedak.

Ilustrasi cerita terbut, peternak sedang melakukan eksperimen (percobaan). Percobaan yang dilakukan adalah memberikan perlakuan – pemberian pakan - yang berbeda dua kelompok bebek. Ke-100 anak bebek dengan usia yang sama dibagi dua kelompok, masing-masing kelompok diperlakukan berbeda. Pemberian pakan yang berbeda dilakukan selama 8 bulan. Pada akhir bulan ke-8, dihitung rata-rata bobot badan kedua kelompok bebek, lalu dibandingkan. Hasil perbandingan diperoleh hasil bahwa bebek yang diberikan pakan gabah lebih berat (40,2 kg) dibandingkan bebek yang diberikan pakan dedak (3,7 kg).

PEMILIHAN SAMPEL

PERLAKUAN

Pemberian Pakan

PERIODE

PERLAKUAN HASIL PERLAKUAN HASIL EKSPERIMEN

100 anak BEBE K

30

A Dedak 8 BULAN 3,7 KG

Pemberian pakan gabah dapat meningkatkan berat badan bebek 30

B Gabah 8 BULAN 4,2 KG

Pa

g

e

1

(18)

1. Sifat Penelitian Komparasi

Penelitian komparasi terbagi menjadi dua. Pertama, perbandingan dua kelompok yang memiliki perbedaan secara alamiah (non-eksperimen). Misalnya, perbandingan hasil belajar siswa antara siswa status anak bontot dengan siswa status anak tengah. Penelitian komparasi jenis pertama didasari oleh keraguan peneliti atas teori yang ada. Misalnya,:

Dalam teori psikologi perkembangan dikatakan bahwa anak tengah adalah anak yang mandiri, cenderung memiliki kebiasaan belajar mandiri. Kemandirian dalam belajar dapat mendorong hasil belajar yang tinggi. Sebaliknya, anak bontot adalah anak yang manja, cenderung malas belajar. Kemalasan belajar dapat mendorong hasil belajar yang rendah.

Beranjak dari teori tersebut, peneliti ingin membandingkan hasil belajar kelompok siswa anak sulung dengan hasil belajar kelompok siswa anak bontot. Dalam hal ini, peneliti tidak memberikan perlakuan yang berbeda. Perbedaan itu terjadi secara alamiah – anak sulung dan anak bontot – terbentuk secara alamiah.

Tabel 1. Penelitian Komparasi Non-Eksperimen PEMILIHAN

SAMPEL KELOMPOK PENGAMBILANDATA HASIL EKSPERIMEN

120 SISWA

50S Sulung 8,0 Terdapat perbedaan hasil belajar siswa sulung dan siswa bontot

70S Bontot 7,5

Kedua, perbandingan dua kelompok yang diberikan perlakuan yang berbeda (eksperimen). Misalnya, perbandingan hasil belajar antara siswa yang diperlakukan dengan metode cooperative jigsaw dengan siswa yang diperlakukan dengan metode cooperative student team achievement division. Penelitian komparasi jenis keua didasari oleh kenyataan bahwa variabel kriteria (hasil belajar) siswa di lokasi tertentu rendah. Misalnya:

Dari Buku Laporan Nilai Mata Pelajaran PPKn, bahwa nilai hasil belajar siswa pada mata pelajaran PPKn lebih rendah dari nilai KKM yang ditetapkan. Hal itu terjadi selama dua semester terakhir. Pada semester Ganjil 2014/2015 (1), dari 40 siswa Kelas VII A, 35 di antaranya memperoeh nilai di bawah 75 (KKM). Pada semester berikutnya, dari 40 siswa kelas VII A, 38 di antaranya memperoleh nilai di bawah 75 (KKM). Hal yang sama terjadi di kelas VII D. Di kelas VII D yang terdiri dari 35 siswa, 30 siswa di antaranya

Pa

g

e

1

(19)

memperoleh nilai di bawah KKM (75). Pada semester berikutnya 2014/2015 (2), dari 35 siswa, 34 siswa di antaranya memperoleh nilai di bawah KKM (75). Hal itu menunjukkan bahwa nilai hasil belajar siswa di kelas VII A dan VII D rendah (di bawah nilai KKM).

Peneliti eksperimen harus mencari teori – pendapat ahli – variabel apa saja yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Misanya diperoleh teori dari buku Ngalim Purwanto yang berjudul Pendekatan Pembelajaran Konstruktivisme, dikemukakan bahwa:

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh setelah siswa belajar. Hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor eksternal yang paling banyak berpengaruh terhadap perolehan hasil belajar adalah metode pembelajaran, media pembelajaran, dan lingkungan keluarga. Media pembelajaran adalah alat yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi pelajaran. Jenis media yang digunakan guru akan mempengaruhi kemampuan siswa menangkap informasi. Kemampuan intelektual siswa yang ditunjukkan oleh hasil belajar sangat dipengaruhi oleh media pembelajaran. Media pembelajaran yang mengaktifkan semua jenis memori saluran informasi dapat mendorong kuat penangkapan informasi. Belajar yang baik adalah belajar memproses informasi. Media pembelajaran yang multimedia dapat mendorong kemudahan dalam

pemrosesan informasi. Ketika informasi yang ditangkap mudah diproses oleh otak, maka pengetahuan siswa akan lebih banyak.

Dari teori Ngalim Purwanto diketahui bahwa media pembelajaran dapat mempengaruhi hasil belajar. Berdasarkan pada teori itu, peneliti dapat melakukan beberapa penelitian eksperimen sebagai berikut:

KELOMPOK SISWA

MEDIA PEMBELAJARAN ESKPERIMEN

1 EKSPERIMEN2 EKSPERIMEN3

VII A Modul Media Powerpoint CD Interaktif

VII D Media Powerpoint CD Interaktif Video Tutorial

2. Kedudukan Variabel X dan Variabel Y

Dalam penelitian komparasi, tidak ada variabel X dan variabel Y dalam arti yang sesungguhnya. Dalam hal ini, hanya ada variabel perlakuan dan variabel kriteria. Variabel perlakuan adalah perlakuan yang diberikan pada sampel penelitian. Sampel yang diperlakukan minimal dua kelompok. Variabel kriteria adalah hasil dari pengaruh pemberian perlakuan yang akan diperbandingkan.

VARIABEL PERLAKUAN KELOMPOK VARIABEL

Pa

g

e

1

(20)

PERLAKUAN PERLAKUA N

KRITERIA

METODE

PEMBELAJARAN

Cooperative Jigsaw

A Hasil Belajar Kelas A Cooperative

STAD

B Hasil Belajar Kelas B ORIENTASI

PEMBERIAN TES

Tanpa Orientasi Tes

C Hasil Belajar Kelas C Diberikan

Orientasi Tes

D Hasil Belajar Kelas D

3. Mengapa Perlu Teori?

Mengingat penelitian komparatif sebagai penelitian kuantitatif yang berciri sebagai “pembuktian teori”, sama halnya dengan dua jenis penelitian yang dijelaskan sebelumnya, penelitian komparasi juga harus berlandaskan (mengacu atau berdasar) pada teori. Misalnya, ada pendapat dua orang ahli, Beaulieu dan Utecht menyatakan bahwa:

“... prestasi peserta ddik pada tes meningkat di kelas-kelas yang gurunya memberikan kuis mingguan. Penelitian yang lain (Kulk & Kulk, 1991; Dempster, 1991) menunjukkan bahwa pembelajaran meningkat apabila asesmennya singkat dan lebih sering dibandingkan apabila asesmennya panjang dan jarang-jarang. Asesmen juga dapat membantu mahasiswa memahami dengan jelas tujuan pembelajaran. Pemberian umpan balik atas asesmen juga dapat

meningkatkan motivasi dan pembelajaran (Brookhart, 1997, Dempster, 1991; Brookhart & Durkin, 2003).

Kutipan teori di atas adalah teori yang mengungkapkan pengaruh pemberian tes, orientasi tes, dan frekuensi tes terhadap motivasi dan prestasi belajar. Berdasarkan pada kajian teori sebagaimana dikutip di atas, peneliti ingin membuktikan apakah benar, siswa yang diberitahukan tujuan tes, diberikan kuis, dan diberikan umpan balik, akan meningkatkan motivasi dan prestasi belajar. Atas dasar itulah, kemudian peneliti melakukan penelitian eksperimen dengan desain seperti diringkaskan pada tabel berikut ini:

VARIABEL PERLAKUAN

PERLAKUAN KELOMPOK

PERLAKUA N

VARIABEL KRITERIA

ORIENTASI PEMBERIAN TES

Tanpa

Orientasi Tes C Hasil Belajar Kelas C Diberikan

Orientasi Tes D Hasil Belajar Kelas D

Teori menjadi dasar – alasan – untuk dilakukannya penelitian eksperimen, karena teori harus dapat dibuktikan dalam penelitian eksperimen. Variabel

Pa

g

e

2

(21)

perlakuan ditentukan setelah teori yang didapatkan, begitu juga dengan variabel kriteria. Misalmnya, ada teori dari Brookhart, Durkin dan Dempster, berikut ini:

“... pemberian umpan balik atas asesmen juga dapat meningkatkan motivasi dan pembelajaran (Brookhart, 1997, Dempster, 1991; Brookhart & Durkin, 2003)”.

Dari teori tersebut dapat ditentukan variabel perlakuan dan variabel kriteria. Bertindak sebagai variabel perlakuan adalah pemberian umpan balik atas tes dan variabel kriteria adalah prestasi belajar. Perbedaan antara variabel perlakuan dan variabel kriteria sebagai berikut:

Variabel perlakuan bertindak sebagai penyebab

atau pemberi pengaruh (yang mempengaruhi) variabel kriteria.

Variabel kriteria bertindak sebagai akibat atau

yang dipengaruhi oleh variabel perlakuan.

Teori yang layak dijadikan dasar dalam penelitian komparasi adalah teori yang merumuskan sebab-akibat atau merumuskan mempengaruhi-dipengaruhi di antara salah satu variabel.

Pa

g

e

2

(22)

BAB II

KERANGKA ISI PENELITIAN KUANTITATIF

A. PENGANTAR

Dari penjelasan yang diuraikan di Bab I, mudah-mudahan Anda memahami ketiga jenis penelitian kuantitatif. Untuk mengingatkan Anda tentang ketiga jenis penelitian kuantitatif, di bawah ini perbedaan judul penelitian asosiasi, korelasi, dan komparasi beserta variabelnya:

JENIS PENELITIAN

VARIABEL

JUDUL

X Y

ASOSIASI Motivasi Kepuasan Hubungan Antara Motivasi dengan Kepuasan

KORELASI Kinerja Guru Minat Belajar

Pengaruh Disiplin Belajar Terhadap Prestasi Belajar

KOMPARASI

Motivasi Rendah

Hasil Belajar Motivasi Rendah

Perbandingan Hasil Belajar antara Kelompok Siswa Motivasi Tinggi dengan Hasil Belajar Kelompok Siswa Motivasi Tinggi Motivasi

Tinggi

Hasil Belajar Motivasi Tinggi

Hal paling penting, bahwa ada atau tidak adanya – hubungan, pengaruh, perbedaan pengaruh –

harus didasarkan pada teori – pendapat ahli – karena sifat penelitian kuantitatif adalah pembuktian teori.

B. DESKRIPSI MATERI

2.1 Kerangka Laporan Penelitian

Penelitian Kuantitatif secara umum terdiri dari lima bab sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah B. Identifkasi Masalah C. Pembatasan Masalah D. Masalah Penelitian E. Manfaat Penelitian

BAB II : DESKRIPSI TEORETIK, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Deskripsi Teoretik

B. Hasil Penelitain Relevan C. Kerangka Berfkir

D. HipotesisPenelitian

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Tuuan Penelitian

B. Lokasi dan Jadual Penelitian C. Populasi dan Sampel Penelitian D. Teknik Pengumpulan Data

1. Variabel Y

a. Defnisi Konseptual b. Defnisi Operasional

c. Instrumen dan Uji Kalibrasi 2. Variabel X

Pa

g

e

2

(23)

a. Defnisi Konseptual b. Defnisi Operasional

c. Instrumen dan Uji Kalibrasi E. Teknik Analisis Data

F. Hipotesis Statistik

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian

1. Variabel Y 2. Variabel X

B. Pengujian Persyaratan Analisis C. Pengujian Hipotesis

D. Pebahasan Temuan Penelitian

BAB V : KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan

B. Implikasi C. Saran DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP PENULIS

CATATAN:

1. Proposal penelitian, terdiri dari BAB I sampau dengan BAB III.

2. Laporan Hasil Penelitain, terdiri dari BAB I sampai dengan BAB V.

3. Perbedaan antara proposal dan laporan hasil penelitian, bahwa:

 Pada Proposal Penelitian, BAB III belum ada instrumen penelitian

 Pada Laporan Hasil Penelitian, BAB III sudah

ada instrumen penelitian dan hasil uji kalibrasi.

 Uji kalibrasi terdiri dari uji validitas dan reliabilitas.

Selanjutanya akan diuraikan secara rinci kerangka isi untuk masing-masing jenis penelitian kuantitatif, berikut:

2.1.1 KERANGKA ISI untuk PENELITIAN ASOSIASI

Variabel X : Motivasi Belajar Variabel Y : Kepuasan Belajar

Masalah : Apakah terdapat hubungan yang positif dan signifkan antara motivasi belajar dengan kepuasan belajar ? HALAMAN UTAMA

LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN ABSTRAK

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah B. Identifkasi Masalah C. Pembatasan Masalah D. Masalah Penelitian

Pa

g

e

2

(24)

E. Manfaat Penelitian

BAB II : DESKRIPSI TEORETIK, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

A. Deskripsi Teoretik

1. Belajar dan Pembelajaran PPKn a. PPKn

b. Belajar

c. Pembelajaran

d. Pembelajaran PPKn 2. Kepuasan Belajar

a. Hakikat Kepuasan Belajar b. Indikator Kepuasan Belajar 3. Motivasi Belajar

a. Hakikat Motivasi Belajar b. Indikator Motivasi Belajar 4. Teori Hubungan Antara Motivasi

Belajar dengan Kepuasan Belajar B. Hasil Penelitian Relevan

1. Penelitian Tentang Hubungan

Variabel Kepuasan dengan Motivasi Belajar

2. Penelitian Selain Hubungan Variabel Kepuasan Belajar dengan Motivasi Belajar

C. Kerangka Berfkir Catatan:

Hubungan Motivasi Belajar dengan Kepuasan Belajar)*

D. Hipotesis Penelitian Catatan:

Dugaan Hubungan Motivasi Belajar dengan Kepuasan Belajar)*

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Tuuan Penelitian

B. Lokasi dan Jadual Penelitian C. Populasi dan Sampel Penelitian D. Teknik Pengumpulan Data

1. Motivasi Belajar

a. Defnisi Konseptual b. Defnisi Operasional

c. Instrumen Motivasi Belajar dan Uji Kalibrasi Instrumen Motivasi Belajar

3. Kepuasan Belajar a. Defnisi Konseptual d. Defnisi Operasional

e. Instrumen Kepuasan Belajar dan Uji Kalibrasi Instrumen Kepuasan Belajar

4. Teknik Analisis Data 5. Hipotesis Statistik

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian

1. Variabel Kepuasan Belajar 2. Variabel Motivasi Belajar B. Pengujian Persyaratan Analisis

1. Uji Normalitas 2. Uji Homogenitas C. Pengujian Hipotesis

1. Uji r-Korelasi 2. Uji r-Determinasi

Pa

g

e

2

(25)

D. Pembahasan Temuan Penelitian

1. Analisis Deskriptif Hubungan Antar-Data Motivasi Belajar dan Kepuasan Belajar

2. Analisis Hipotesis Hubungan Antar-Data Motivasi Belajar dan Kepuasan Belajar

BAB V : KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan

B. Implikasi C. Saran DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP PENULIS LAMPIRAN

Pada penelitian asosiasi, berikut urutan daftar lampiran yang harus dilampirkan pada Laporan Hasil Penelitian :

Lampiran 1 Instrumen Ujicoba Variabel Y Kepuasan Belajar

Lampiran 2 Instrumen Ujicoba Variabel X Motivasi Belajar

Lampiran 3 Instrumen Variabel Y Kepuasan Belajar Lampuran 4 Instrumen Variabel X Motivasi Belajar Lampiran 5 Tabulasi Data Ujicoba Instrumen

Variabel Y Kepuasan Belajar

Lampiran 6 Uji Validitas Ujicoba Instrumen Variabel Y Kepuasan Belajar

Lampiran 7 Tabulasi Data Ujicoba Instrumen Variabel X Motivasi Belajar

Lampiran 8 Uji Reliabilitas Ujicoba Instrumen Variabel Y Kepuasan Belajar

Lampiran 9 Tabulasi dan Deskripsi Data Variabel Y Kepuasan Belajar

Lampiran 10 Tabulasi dan Deskripsi Data Variabel X Motivasi Belajar

Lampiran 11 Uji Normalitas Data Variabel Y Kepuasan Belajar

Lampiran 12 Uji Normalitas Data Variabel X Motivasi Belajar

Lampiran 13 Uji Homogenitas Data Lampiran 14 Uji r-Correlation

Lampiran 15 Uji r-Determination Lampiran 16 Tabel r-Product Moment

Lampiran 17 Tabel L-Liliefors atau Kolmogorov atau Chi-Square

Lampiran 18 Tabel F

Pa

g

e

2

(26)

2.1.2 KERANGKA ISI untuk PENELITIAN KORELASI

Variabel X : Kinerja Guru Variabel Y : Minat Belajar

Masalah : Apakah terdapat pengaruh positif dan signifkan kinerja guru terhadap minat belajar?

COVER

LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN ABSTRAK

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah B. Identifkasi Masalah C. Pembatasan Masalah D. Masalah Penelitian E. Manfaat Penelitian

BAB II : DESKRIPSI TEORETIK, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

A. Deskripsi Teoretik

1. Belajar dan Pembelajaran PPKn a. PPKn

b. Belajar

c. Pembelajaran

d. Pembelajaran PPKn 2. Minat Belajar

a. Hakikat Minat Belajar b. Indikator Minat Belajar 3. Kinerja Guru

a. Hakikat Kinerja Guru b. Indikator Kinerja Guru B. Hasil Penelitian Relevan

1. Penelitian Tentang Pengaruh Variabel Kinerja Guru Terhadap Minat Belajar

2. Penelitian Selain Pengaruh Variabel Kinerja Guru Terhadap Minat Belajar C. Kerangka Berfkir

Catatan:

Pengaruh Kinerja Guru Terhadap Minat Belajar)*

D. Hipotesis Penelitian Catatan:

Dugaan Kinerja Guru Terhadap Minat Belajar)*

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Tuuan Penelitian

B. Lokasi dan Jadual Penelitian C. Populasi dan Sampel Penelitian D. Teknik Pengumpulan Data

1. Minat Belajar

a. Defnisi Konseptual b. Defnisi Operasional

Pa

g

e

2

(27)

c. Instrumen Disiplin Belajar dan Uji Kalibrasi Instrumen Minat Belajar

2. Kinerja Guru

a. Defnisi Konseptual b. Defnisi Operasional

c. Instrumen Kinerja Guru dan Uji Kalibrasi Instrumen Kinerja Guru E. Teknik Analisis Data

F. Hipotesis Statistik

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian

1. Variabel Minat Belajar 2. Variabel Kinerja Guru

B. Pengujian Persyaratan Analisis 1. Uji Normalitas

2. Uji Homogenitas

3. Uji Linearitas Regresi Y=a+bx C. Pengujian Hipotesis

1. Uji r-Korelasi dan r-Determinasi 2. Uji F-Anava One Way

D. Pembahasan Temuan Penelitian

1. Analisis Deskriptif Pengaruh Kinerja Guru Terhadap Minat Belajar

2. Analisis Hipotesis Pengaruh Kinerja Guru Terhadap Minat Belajar

BAB V : KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan

B. Implikasi C. Saran DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP PENULIS LAMPIRAN

Pada penelitian korelasi, berikut urutan daftar lampiran yang harus dilampirkan pada Laporan Hasil Penelitian :

Lampiran 1 Instrumen Ujicoba Variabel Y Minat Belajar

Lampiran 2 Instrumen Ujicoba Variabel X Kinerja Guru

Lampiran 3 Instrumen Variabel Y Minat Belajar Lampiran 4 Instrumen Variabel X Kinerja Guru

Lampiran 5 Tabulasi Data Ujicoba Instrumen Variabel Y Minat Belajar

Lampiran 6 Uji Validitas Ujicoba Instrumen Variabel Y Minat Belajar

Lampiran 7 Tabulasi Data Ujicoba Instrumen Variabel X Kinerja Guru

Lampiran 8 Uji Reliabilitas Ujicoba Instrumen Variabel Y Minat Belajar

Lampiran 9 Tabulasi dan Deskripsi Data Variabel Y Prestasi Belajar

Lampiran 10 Tabulasi dan Deskripsi Data Variabel X Kinerja Guru

Lampiran 11 Uji Normalitas Data Variabel Y Minat Belajar

Lampiran 12 Uji Normalitas Data Variabel X Kinerja Guru

Lampiran 13 Uji Homogenitas Data

Lampiran 14 Uji Linearitas Regresi Y=a+bx Lampiran 15 Uji r-Correlation

Lampiran 16 Uji r-Determination Lampiran 17 Uji F-Anava One-Way

Pa

g

e

2

(28)

Lampiran 18 Tabel L-Liliefors atau Tabel Kolmogorov atau Tabel Chi-Square

Lampiran 19 Tabel r-Product Moment Lampiran 20 Tabel F

2.1.3 KERANGKA ISI UNTUK PENELITIAN KOMPARASI

Variabel Perlakuan : Metode Pembelajaran Cooperative Jigsaw dan Cooperative STAD

Variabel Kriteria : Hasil Belajar

Masalah : Apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara kelompok siswa yang diperlakukan dengan metode Cooperative Jigsaw dan kelompok siswa yang diperlakukan dengan metode Cooperative STAD.

COVER

LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN ABSTRAK

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah B. Identifkasi Masalah

C. Pembatasan Masalah D. Masalah Penelitian E. Manfaat Penelitian

BAB II : DESKRIPSI TEORETIK, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

A. Deskripsi Teoretik

1. Belajar dan Pembelajaran PPKn a. PPKn

b. Belajar

c. Pembelajaran

d. Pembelajaran PPKn 2. Hasil Belajar

a. Hakikat Hasil Belajar b. Indikator Hasil Belajar

3. Model Pembelajaran Cooperative Jigsaw

a. Konsep Model Pembelajaran Cooperative Jigsaw

b. Langkah Pembelajaran Cooperative Jigsaw

4. Model Pembelajaran Cooperative Jigsaw

a. Konsep Model Pembelajaran Cooperative STAD

b. Langkah Pembelajaran Cooperative STAD B. Hasil Penelitian Relevan

1. Penelitian Eksperimen Cooperative Jigsaw

Pa

g

e

2

(29)

2. Penelitian Eksperimen Cooperative STAD

C. Kerangka Berfikir Catatan:

Analisis perbandingan keunggulan pengaruh Cooperative STAD dengan Cooperative Jigsaw terhadap hasil belajar.

D. Hipotesis Penelitian Catatan:

Dugaan tentang perbedaan hasil belajar antara kelompok siswa yang diperlakukan dengan Metode Pembelajaran Cooperative STAD dengan kelompok siswa yang diperlakukan dengan Metode Pembelajaran Cooperative Jigsaw. BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

A. Tuuan Penelitian

B. Lokasi dan Jadual Penelitian C. Populasi dan Sampel Penelitian D. Teknik Pengumpulan Data

1. Defnisi Konseptual Variabel Kriteria Hasil Belajar

2. Defnisi Operasional Variabel Kriteria Hasil Belajar

3. Instrumen Hasil Belajar dan Uji Kalibrasi Instrumen Hasil Belajar E. Teknik Analisis Data

F. Hipotesis Statistik

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Penelitian

1. Hasil Belajar Kelas Eksperimen 2. Hasil Belajar Kelas Kontrol B. Pengujian Persyaratan Analisis

1. Uji Normalitas 2. Uji Homogenitas C. Pengujian Hipotesis

1. Uji Perbedaan Hasil Belajar Sebelum dan Sesudah Perlakuan a. Uji Perbedaan Hasil Belajar Kelas

Eksperimen Sebelum dan Sesudah Perlakuan

b. Uji Perbedaan Hasil Belajar Kelas Kontrol Sebelum dan Sesudah Perlakuan

2. Uji Perbedaan Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dengan Kelompok Kontrol Setelah Perlakuan 3. Pembahasan Temuan Penelitian

a. Analisis Deskriptif Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Jigsaw Terhadap Hasil Belajar di Kelas Eksperimen

b. Analisis Deskriptif Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative STAD Terhadap Hasil Belajar di Kelas Kontrol

c. Analisis Perbedaan Hasil Belajar Antara Kelompok Eksperimen dan Kelas Kontrol

BAB V : KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan

Pa

g

e

2

(30)

B. Implikasi C. Saran DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP PENULIS LAMPIRAN

Pada penelitian komparasi, berikut urutan daftar lampiran yang harus dilampirkan pada Laporan Hasil Penelitian :

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) Model

Pembelajaran Cooperative Jigsaw di Kelas Eksperimen

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) Model

Pembelajaran Cooperative STAD di Kelas Kontrol

Lampiran 3 Instrumen Ujicoba Hasil Belajar

Lampiran 4 Uji Validitas dan Reliabilitas Hasil Belajar

Lampiran 5 Uji Daya Pembeda

Lampiran 6 Uji Tingkat Kesulitan Soal Lampuran 7 Instrumen Hasil Belajar

Lampiran 8 Tabulasi dan Deskripsi Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen

Lampiran 9 Tabulasi dan Deskripsi Data Hasil Belajar Kelas Kontrol

Lampiran 10 Uji Normalitas Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen

Lampiran 11 Uji Normalitas Data Hasil Belajar Kelas Kontrol

Lampiran 12 Uji t Hasil Belajar Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada Kelas Eksperimen

Lampiran 13 Uji t Hasil Belajar Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada Kelas Kontrol Lampiran 14 Uji t Hasil Belajar Kelas Kontrol dan

Kelas Eksperimen

Lampiran 15 Tabel L-Liliefors atau Tabel Kolmogorov atau Tabel Chi-Square

Lampiran 16 Tabel F Lampiran 17 Tabel t

2.2 LOGIKA PENELITIAN

Gambar 4. Kerangka Ilmiah merupakan ringkasan logika penelitian dan langkah-langkah kegiatan penelitian. Antar-langkah saling berkaitan satu sama lain dengan logika tertentu : logika induktif, logika deduktif, dan logika pragmatis. Logika adalah cara bernalar – cara penalaran yaitu cara mendapatkan pengetahuan yang benar.

Pertama, penelitian dimulai (langkah pertama) dengan menetapkan masalah penelitian. Masalah dicari dari khasanah ilmiah yaitu media publikasi hasil penelitian – dokumen skripsi, tesis, disertasi, jurnal, makalah, buku. Biasanya dokumen itu tersimpan di perpustakaan. Di dalam dokumen-dokumen penelitian terkanduang teori. Teori adalah

Pa

g

e

3

(31)
[image:31.842.88.386.268.493.2]

penjelasan sebab akibat dari suatu kejadian. Masalah dapat dicari di lapangan – kenyataan sehari-hari di bidang-bidang tertentu. Masalah pendidikan dapat dicari dalam praktik sehari-hari kegiatan pembelajaran di sekolah – di ruang-ruang kelas, di ruang-ruang guru, di kantor-kantor dinas pendidikan, kantor-kantor departemen pendidikan.

Gambar 4. Kerangka Ilmiah

Masalah penelitian adalah ketidaksesuaian antara kenyataan sehari-hari (das sollen) yang tidak sesuai dengan teori yang diketahui atau keyakinan yang dipegang oleh peneliti (das sein). Teori atau keyakinan yang dipegang peneliti biasanya sesuatu yang ideal (harapan). Ketika peneliti menemukan praktik sehari-hari bertolak belakang – berbenturan atau berbeda – dengan teori atau keyakinan, maka peneliti kemudian bertanya, mengapa terjadi? Apa penyebabnya?. Masalah penelitian dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya – pertanyaan penelitian.

Sebaik-baiknya cara mengajukan pertanyaan adalah didahului dengan penjelasan tentang hal-hal yang akan dipertanyakan. Penelitian mengajukan pertanyaan 5 W + 1 H. Penelitian kuantitatif mengajukan 1 jenis pertanyaan apakah (Whats).

 Untuk penelitian asosiasi, pertanyaan yang diajukan yaitu apakah terdapat hubungan antara variabel X dengan variabel Y.

 Untuk penelitian korelasi, pertanyaan yang

diajukan yaitu apakah terdapat pengaruh variabel X terhadap variabel Y.

MASALAH Perumusan Masalah MASALAH Perumusan Masalah RUMUSAN HIPOTESIS RUMUSAN HIPOTESIS UJI HIPOTESIS UJI HIPOTESIS KHASANAH ILMU

KHASANAH ILMU KERANGKA BERFIKIRKERANGKA BERFIKIRPENYUSUNAN TEORIPENYUSUNAN TEORI

DITERIMA

DITERIMA DITOLAKDITOLAK

(32)

 Untuk penelitian komparasi, pertanyaan yang diajukan yaitu apakah terdapat perbedaan variabel kriteria antara kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan oleh variabel perlakuan tertentu dengan kelompok kontrol yang diberikan perlakuan oleh variabel perlakuan tertentu.

Kedua, pertanyaan haruslah dijawab oleh peneliti. Jika seorang peneliti mengajukan pertanyaan: (1) apakah terdapat hubungan antara variabel X dengan variabel Y ?; (2) apakah terdapat pengaruh variabel X terhadap variabel Y ?; (3) apakah terdapat perbedaan variabel kriteria antara kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan oleh variabel perlakuan tertentu dengan kelompok kontrol yang diberikan perlakuan oleh variabel perlakuan tertentu ?, maka peneliti harus menjawabnya. Penelitian pada dasarnya dimulai dari mengajukan pertanyaan yang harus dijawab oleh peneliti.

Sebaik-baiknya jawaban yang dikemukakan adalah jawaban yang benar. Jawaban yang benar didasarkan pada pengetahuan yang benar, diuraikan secara terperinci dan detail. Terperinci adalah

dijelaskan satu per satu. Detail yaitu penjelasan sampai hal-hal yang kecil. Terperinci dan detail adalah penjelasan secara bertahap satu per satu dan setiap tahapan dijelaskan sampai hal-hal yang kecil. Peneliti dapat membangun pengetahuan yang benar secara terperinci dan detail, ketika tidak ada satu kata pun yang tidak dimengertinya. Peneliti memahami sepenuhnya apapun yang dituliskan, tanpa ada satu kata pun yang tidak dipahami. Pengetahuan yang terperinci dan detail digunakan oleh peneliti untuk menyusun alat (instrumen) pengumpulan data. Pengetahuan yang terperinci dan detail diupayakan agar peneliti mengetahui dengan benar jenis data yang akan dikumpulkan. Dengan mengetahui jenis data yang akan dikumpulkan, peneliti dapat memilih dab menyusun alat pengumpulan data. Dengan alat yang dimilikinya, peneliti dapat mengumpulkan data.

Untuk memperoleh jawaban yang benar, maka peneliti harus mencari pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang benar diperoleh di khasanah ilmu itu – dokumen skripsi, tesis, disertasi, jurnal,

Pa

g

e

3

(33)

makalah –.3 Peneliti melakukan kajian pustaka untuk

memperoleh teori yang benar. Teknik membangun pengetahuan yang benar didasarkan pada pengetahuan-pengetahuan sebelumnya dilakukan secara induktif. Ketika peneliti berhasil membangun pengetahuan yang benar, dituliskan secara terperinci dan detail, peneliti telah mencapai syarat kebenaran pertama, yakni kebenaran koherensi.4

Kebenaran koherensi harus dicapai ketika peneliti membangun teori di sub-bab deskripsi teoretik (Bab II, lihat Kerangka Isi Penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya).

3 Ilmu pengetahuan itu bertangga – dimulai dari fakta, ke konsep, ke generalisasi, ke asumsi, ke hipotesis, ke teori, ke postulat, ke hukum. Teori adalah penjelasan kausalitas antara konsep dengan konsep. Konsep adalah penjelasan tentang beragam atibut yang mengandung kriteria dan nilai. Generalisasi adalah kesimpulan antar-konsep. Asumsi adalah dugaan tentang adanya hubungan kausalitas. Hipotesis adalah dugaan terdapatnya hubungan kausalitas. Teori adalah penjelasan kausalitas antar-konsep. Postulat adalah nilai yang relatif berlaku secara umum. Hukum adalah nilai mutlak yang berlaku secara umum dan tidak dapat dibantah.

4 Coherent (koherensi), artinya utuh, bulat, dan lengkap, tanpa ada satu pun yang hilang.

Deskripsi teoretik haruslah berisi pemahaman peneliti terhadap pengetahuan-pengetahuan sebelumnya yang menjelaskan variabel penelitian yang sedang dikaji oleh peneliti. Pengetahuan-pengetahuan sebelumnya itu menjadi dasar (bahan/rujukan) oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian yang akan diuraikan di sub-bab kerangka berfkir. Di bagian kerangka berfkir, peneliti menguraikan pemahamannya atas variabel penelitian, sekaligus menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan di sub-bab perumusan masalah di Bab 1. Di dalam kerangka berfkir, peneliti mengajukan teori – karena di dalam kerangka berfkir terdapat teori peneliti - penjelasan peneliti tentang kausalitas antara variabel X dengan varaibel Y.5

Teori harus dapat dibuktikan di lapangan – artinya teori harus didukung dengan fakta yang benar. Fakta adalah data yang sudah lolos uji verifkasi melalui uji kalibrasi yaitu uji validitas dan uji reliabilitas data, uji normalitas, uji homogenitas, uji kolinearitas, uji

5 Baca kembali penjelasan di catatan kaki nomor 3.

Pa

g

e

3

(34)

multikolinearitas.6 Pengujian teori dilakukan dengan

menguji hipotesis. Hipotesis penelitian adalah dugaan sementara peneliti atas fakta di lapangan berdasarkan pada teori yang telah disusun peneliti di bagian kerangka berfkir. Kerangka berfkir adalah teori peneliti, sedangkan hipotesis adalah dugaan peneliti bahwa teori yang dikemukakannya akan didukung oleh fakta.

Terbuktinya hipotesis jika fakta di lapangan sesuai dengan teori yang dikemukakan. Pembuktian hipotesis dilakukan melalui uji statistik. Pengujian statistik adalah menguji hipotesis induktif (Hi) – hipotesis teoretik. Hipotesis induktif sejalan dengan hipotesis penelitian. Pengujian hipotesis statistik untuk menyatakan penolakan terhadap Hipotesis Nol (Ho), yaitu hipotesis observasi. Hipotesis observasi adalah dugaan yang bertolak belakang dengan hipotesis induktif. Uji statistik adalah pengujian terhadap hipotesis observasi. Dengan menolak hipotesis observasi, hipotesis induktif diterima. Sebaliknya dengan menerima hipotesis

6 Data dikumpulkan oleh suatu alat (instrumen) pengumpulan data.

observasi, hipotesis induktif ditolak. Penolakan hipotesis induktif berarti hipotesis tidak terbukti.

Ketika suatu toeri peneliti terbukti – setelah uji hipotesis – maka teori harus dapat diterapkan di lapangan profesi. Teori pendidikan harus dapat diterapkan di lembaga-lembaga pendidikan. Untuk dapat diterapkan, penerapan teori harus dapat dijelaskan. Penjelasan peneliti tentang teori yang telah berhasil dibuktikan, dituliskan di bagian pembahasan hasil penelitian. Dalam pembahasan temuan penelitian, peneliti menjelaskan secara terperinci dan detail hal-hal yang dapat diterapkan di lapangan. Ketika teori itu telah diterapkan, maka syarat kebenaran ketiga – kebenaran pragmatis – tercapai. Kebenaran pragmatis, yaitu pengetahuan itu benar jika pengetahuan dapat bermanfaat oleh khalayak umum. Penjelasan di bagian pembahasan penelitian haruslah searah dengan rumusan manfaat penelitian yang dituliskan di Bab 1 pendahuluan.

Ketika peneliti sudah selesai menjelaskan manfaat teori dan pemanfaatannya, maka peneliti wajib menjelaskan kegiatan penelitian di awal sampai akhir di bagian kesimpulan. Di bagian

Pa

g

e

3

(35)

kesimpulan, peneliti meringkaskan semua sub-bab dari Bab 1 pendahuluan sampai Bab 4 pembahasan hasil penelitian. Ditutup dengan implikasi dan saran. Implikasi berisi tentang dampak lanjutan yang timbul ketika teori telah dimanfaatkan oleh praktisi pendidikan. Saran berisi tentang hal-hal yang patut dipatuhi ketika praktisi akan memanfaatkan teori yang telah terbukti. Penelitian lengkap sudah ketika telah diperoleh pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang benar diperoleh dengan tiga teknik yaitu teknik induktif, teknik deduktif, dan teknik praktis. Teknik induktif diupayakan untuk memenuhi syarat kebenaran koherensi, teknik deduktif diupayakan untuk memenuhi syarat kebenaran korespondensi, dan teknik praktis diupayakan untuk memenui syarat kebenaran pragmatis.

Berdasarkan penjelasan tentang logika penelitian, dapat disimpulkan bahwa peneliti harus memperhatikan kesesuaian dan kesinambungan antar-bab dalam laporan penelitain. Pada bagian berikut akan ditunjukan sifat kesinambungan itu. 2.2.1 LOGIKA PENELITIAN ASOSIASI

Pada penjelasan sebelumnya, telah dikatakan bahwa logika penelitian membahas tentang kesinambungan antar-bab dalam suatu laporan penelitian.

a. Kesinambungan Antar Sub-Bab Pada Bab Pendahuluan Penelitian Asosiasi

Penjelasan berikut ini akan menunjukkan kesinambungan antar-bab dalam laporan penelitian asosiasi. Perhatikanlah deskripsi pendahuluan berikut ini:

Gambar

Gambar 1. Ilustrasi Masalah Penelitian
Gambar 2. Kedudukan X dan Y dalam Penelitian
Gambar 3Hubungan Teori dengan Kerangka BerfkirDalam Penelitian Asosiasi
Gambar 4. Kerangka Ilmiah
+6

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan variasi komposisi yang dilakukan pada toner buatan juga berpengaruh terhadap sifat magnetik, pada toner komposisi polimer, fly ash dan karbon (50:30:20) dengan

BPR Syariah Artha Mas Abadi Pati sudah sesuai dengan teori yang ada antara lain: Penerapan unsur-unsur pembiayaan, jenis pembiayaan merupakan modal kerja yang

Lima Perangkat Daerah penerima pengaduan terbanyak dari media sosial bulan Mei 2021 antara lain Dinas Perhubungan (DISHUB), Dinas Kesehatan (DINKES), Dinas Tenaga Kerja, Penanaman

Tentu, pada tataran realita tidak mungkin akan kita dapati praksis yang sesuai dengan teori yang berasas tersebut. Jika setiap orang tetap akan memaksakan pengaplikasian di

hipertrofi atau peningkatan isi sekuncup NOC :  Cardiac Pump effectiveness  Circulation Status  Vital Sign Status Kriteria Hasil: o Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan

Barret (1981) menjelaskan, organisme yang hidup pada suatu lingkungan dengan stres tinggi akan beradaptasi dan meningkatkan pertahanan dirinya dengan melakukan

[r]

- Edukasi tentang diet sesuai usia dan kebutuhan anak serta menjelaskan kepada orang tua untuk tetap memperhatikan asupan diet anak, baik secara kualitas