• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSPERIMEN PEMBUATAN DENDENG GILING JAMUR TIRAM (Pleurotus Ostreanus) SUBSTITUSI IKAN LELE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EKSPERIMEN PEMBUATAN DENDENG GILING JAMUR TIRAM (Pleurotus Ostreanus) SUBSTITUSI IKAN LELE"

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)

JAMUR TIRAM (

Pleurotus

Ostreanus

) SUBSTITUSI

IKAN LELE

skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi S1 Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (Konsentrasi Tata

Boga)

oleh

Ahiidatul Ashriyyah

5401410095

JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

FAKULTAS TEKNIK

(2)
(3)

iii

Jamur Tiram (Pleurotus ostreanus) Substitusi Ikan Lele” merupakan hasil karya

(penelitian dan tulisan) sendiri, bukan buatan orang lain, dan tidak menjiplak

karya orang lain, baik seluruh maupun sebagian.

Penulis

Ahiidatul Ashriyyah

(4)

iv MOTTO

“Kemenangan tidak akan pernah datang secara tiba-tiba, tetapi harus didahului

dengan proses dan perjuangan”

PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan kepada :

1. Kakek dan Nenekku tercinta atas doa dan dukungannya

2. Bapak dan Ibuku tercinta atas doa, dukungan dan kasih sayang yang teramat besar

3. Saudaraku tersayang, Iqlimatul Ashriyyah yang selalu memberikan semangat 4. Teman seperjuangan Tata Boga angkatan

2010

(5)

v

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Eksperimen

Pembuatan Dendeng Giling Jamur Tiram (Pleurotus ostreanus) Substitusi

Ikan Lele”.

Skripsi ini dapat diselesaikan karena adanya kerjasama, bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada yang terhormat:

1. Drs. Muhammad Harlanu, M.Pd Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri

Semarang.

2. Dra. Wahyuningsih, M.Pd Ketua Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga.

3. Dra. Dyah Nurani Setyaningsih, M.Kes Dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan pada penulis dalam

menyelesaikan skripsi.

4. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas

bantuan dan dorongannya.

Semoga bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan

imbalan dari Allah Yang Maha Pengasih. Penulis menyadari bahwa masih

terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini dan harapan penulis semoga

penulisan skripsi dapat bermanfaat bagi kita semua.

Semarang, Desember 2014

(6)

vi

Dosen Pembimbing 1. Dra. Dyah Nurani Setyaningsih, M.Kes.

Kata kunci : dendeng giling, jamur tiram, ikan lele

Dendeng giling adalah makanan semi basah yang berbentuk lembaran tipis terbuat dari gilingan daging atau ikan, diberikan rempah-rempah sebagai bumbu yang berguna untuk menghasilkan aroma, rasa khas dan daya awet kemudian dikeringkan. Untuk memanfaatkan kepopuleran dendeng dengan menciptakan olahan dendeng dari bahan lain yaitu salah satunya jamur tiram sebagai bahan dasar dendeng, sedangkan penggantian sebagian bahan dasar yang digunakan adalah ikan lele yang kaya akan kandungan gizi terutama karbohidrat. Selain itu ikan lele mempunyai tekstur daging yang lembut dan lunak, harga ikan lele masih terjangkau dan mudah didapatkan di kalangan masyarakat, serta dapat meningkatkan nilai jual ikan lele.. Rumusan masalah: 1) Apakah ada perbedaan kualitas dendeng giling jamur tiram substitusi ikan lele yang berbeda persentasenya yaitu 70% : 30%, 60% : 40%, dan 50% : 50% jika ditinjau dari aspek warna, aroma, tekstur, dan rasa? 2) Bagaimana tingkat kesukaan masyarakat terhadap dendeng giling jamur tiram substitusi ikan lele dengan persentase 70% : 30%, 60% : 40%, dan 50% : 50%? 3) berapakah kadar air, abu, lemak, protein, serat kasar, dan karbohidrat dari dendeng giling jamur tiram substitusi ikan lele?. Tujuan penelitian: 1) Untuk mengetahui perbedaan kualitas dendeng giling jamur tiram substitusi ikan lele yang berbeda persentasenya yaitu 70% : 30%, 60% : 40%, dan 50% : 50% jika ditinjau dari aspek warna, aroma, tekstur, dan rasa? 2) Untuk mengetahui tingkat kesukaan masyarakat terhadap dendeng giling jamur tiram substitusi ikan lele dengan persentase 70% : 30%, 60% : 40%, dan 50% : 50%? 3) Untuk mengetahui kadar air, abu, lemak, protein, serat kasar, dan karbohidrat dari dendeng giling jamur tiram substitusi ikan lele.

Populasi penelitian ini jamur tiram putih dan ikan lele dumbo. Sampel penelitian yaitu jamur tiram putih berumur 2-3 hari, diameter 5-12 cm dan ikan lele dumbo berat ±300 gr. Teknik pengambilan sampel dengan cara simple random sampling. Variabel bebas yaitu penggunaan jamur tiram substitusi ikan lele. Variabel terikatnya yaitu kualitas inderawi dendeng jamur tiram substitusi ikan lele dengan indikator warna, aroma, tekstur, dan rasa. Kandungan gizi

(7)

vii

60% : 40%, 50% : 50% dilihat dari aspek warna coklat, tekstur kelunakan dan rasa gurih. Sedangkan dilihat dari aspek aroma dan rasa manis, tidak ada perbedaan kualitas inderawi pada sampel dendeng giling jamur tiram substitusi ikan lele. 2) Uji kesukaan diperoleh sampel A yang sangat disukai masyarakat, sampel B memiliki kriteria disukai masyarakat, dan sampel C memiliki kriteria disukai masyarakat. 3) Uji kimiawi sampel A memiliki kandungan air 18,0692%, abu 7,3795%, lemak 5,5279%, protein 63,2391% dan 6,5115%, serat kasar 10,3699%, dan karbohidrat 43,8114%. Sampel B memiliki kandungan air 20,2039%, abu 7,4033%, lemak 5,5330%, protein 14,2926%, serat kasar 12,3141%, dan karbohidrat 40,2529%. Sampel C memiliki kandungan air 19,3794%, abu 6,7911%, lemak 8,5576%, protein 18,7990%, serat kasar 13,1409%, dan karbohidrat 33,3318%.

Saran dari penelitian ini adalah : 1) Perlu adanya tindak lanjut dari pemerhati peneliti yang berminat memanfaatkan jamur tiram dan ikan lele sebagai bahan pangan lokal untuk dikembangkan menjadi berbagai hidangan khususnya

dendeng, karena dendeng yang dihasilkan dari bahan tersebut tidak jauh berbeda dengan dendeng berbahan dasar daging sapi. 2) Dapat dilakukan penelitian lanjutan untuk pengembangan produk dendeng jamur tiram substitusi ikan lele yaitu dengan memberikan penambahan rasa yang lebih bervariasi seperti dendeng

(8)

viii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Penegasan Istilah ... 6

1.6 Sistematika Skripsi ... 9

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum Tentang Dendeng ... 11

2.1.1 Macam – Macam Jenis Dendeng ... 12

2.1.2 Macam – Macam Aneka Olahan Dendeng ... 12

2.1.3 Tinjauan tentang Dendeng Giling ... 14

2.1.4 Tinjauan tentang Pembuatan Dendeng Sapi Giling ... 15

2.1.5 Bahan – Bahan dalam Pembuatan Dendeng Sapi Giling ... 16

2.1.6 Proses Pembuatan Dendeng Sapi Giling ... 18

2.1.7 Kriteria Mutu Inderawi Dendeng Sapi yang Baik ... 21

(9)

ix

2.2.4 Keunggulan dan Kelemahan Jamur Tiram Putih ... 29

2.2.5 Inovasi Pengolahan Jamur Tiram menjadi Dendeng ... 30

2.3 Tinjauan tentang Ikan Lele ... 31

2.3.1 Jenis – Jenis Ikan Lele ... 32

2.3.2 Tinjauan tentang Ikan Lele Dumbo ... 33

2.3.3 Manfaat dan Kandungan Gizi Ikan Lele Dumbo ... 34

2.3.4 Keunggulan dan Kelemahan Ikan Lele Dumbo ... 35

2.4 Kerangka Berfikir ... 36

2.5 Hipotesis ... 39

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Obyek Penelitian ... 41

3.1.1 Populasi Penelitian ... 41

3.1.2 Sampel Penelitian ... 41

3.1.3 Teknik Pengambilan Sampel ... 42

3.1.4 Variabel Penelitian ... 42

3.2 Metode Pendekatan Penelitian ... 44

3.2.1 Desain Eksperimen ... 44

3.2.2 Prosedur Pelaksanaan Ekperimen ... 48

3.3 Metode Pengumpulan Data... 56

3.3.1 Metode Penilaian Subjektif ... 56

3.3.2 Metode Penilaian Obyektif ... 58

3.4 Alat Pengumpul Data ... 59

3.4.1 Panelis Agak Terlatih ... 59

3.4.2 Panelis Tidak Terlatih ... 64

3.5 Metode Analisis Data ... 64

3.5.1 Perhitungan Analisis Data ... 65

(10)

x

4.1.2 Hasil Uji Inderawi Dendeng Hasil Eksperimen dan Dendeng Kontrol 76

4.1.3 Hasil Keseluruhan Uji Inderawi Dendeng ... 82

4.1.4 Hasil Perhitungan Analisis Varians Klasifikasi Tunggal Dendeng Jamur Tiram Eksperimen dan Dendeng Kontrol Berdasarkan Aspek Warna Coklat, Aroma Bumbu atau Rempah, Tekstur Kelunakan, Rasa Manis, dan Rasa Gurih ... 83

4.1.5 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Analisis Varians Klasifikasi Tunggal Secara Keseluruhan ... 87

4.1.6 Hasil Uji Tukey ... 88

4.1.7 Hasil Uji Kesukaan ... 91

4.1.8 Hasil Uji Kimiawi Dendeng Hasil Eksperimen dan Dendeng Kontrol 92 4.2 Pembahasan ... 94

4.2.1 Pembahasan Hasil Uji Inderawi Dendeng Hasil Eksperimen Secara Keseluruhan Meliputi Aspek Warna, Aroma, Tekstur, Rasa Manis, dan Rasa Gurih ... 95

4.2.2 Pembahasan Hasil Uji Kesukaan ... 102

4.2.3 Pembahasan Hasil Uji Laboratorium ... 103

BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan ... 105

5.2 Saran ... 106

DAFTAR PUSTAKA ... 107

(11)

xi

2.1 Kandungan Gizi Dendeng Daging Sapi per 100 gram ... 15

2.2 SNI dendeng sapi menurut SNI-01-2908-1992 ... 22

2.3 Hasil Analisis Laboratorium Nutrisi Jamur Tiram Putih Segar (Pleurotus ostreanus) Sampel 100 gram ... 27

2.4 Jumlah Kandungan Asam Amino Essensial dari Jamur Tiram ... 28

2.5 Komposisi Gizi pada Ikan Lele ... 34

2.6 Kandungan Asam Amino Essensial pada Ikan Lele ... 35

3.1 Daftar Bahan-Bahan yang Digunakan dalam Pembuatan Dendeng Giling Jamur Tiram Substitusi Ikan Lele ... 48

3.2 Peralatan dalam Pembuatan Dendeng Giling Jamur Tiram Substitusi Ikan Lele ... 49

3.3 Kriteria Penilaian Uji Inderawi ... 57

3.4 Analisis Varians Klarifikasi Tunggal ... 67

3.5 Interval Kelas Rerata dan Kriteria Uji Inderawi ... 69

3.6 Tabel Interval Persentase dan Kriteria ... 71

4.1 Uji Homogenitas Data Uji Inderawi Dendeng Bahan Dasar Jamur Tiram Substitusi Ikan Lele dan Dendeng Kontrol ... 74

4.2 Uji Normalitas Data Uji Inderawi Dendeng Bahan Dasar Jamur Tiram Substitusi Ikan Lele dan Dendeng Kontrol ... 75

4.3 Hasil Penilaian Dendeng Jamur Tiram Substitusi Ikan Lele dan Dendeng Kontrol pada Indikator Warna Coklat ... 77

4.4 Hasil Penilaian Dendeng Jamur Tiram Substitusi Ikan Lele dan Dendeng Kontrol pada Indikator Aroma Bumbu atau Rempah ... 78

4.5 Hasil Penilaian Dendeng Jamur Tiram Substitusi Ikan Lele dan Dendeng Kontrol pada Indikator Tekstur Kelunakan ... 79

(12)

xii

4.9 Hasil Analisis Varian Dendeng Jamur Tiram Eksperimen dan Dendeng

Kontrol dari Aspek Warna Coklat ... 84

4.10 Hasil Analisis Varian Dendeng Jamur Tiram Eksperimen dan Dendeng Kontrol dari Aspek Bumbu atau Aroma ... 84

4.11 Hasil Analisis Varian Dendeng Jamur Tiram Eksperimen dan Dendeng Kontrol dari Aspek Tekstur Kelunakan ... 85

4.12 Hasil Analisis Varian Dendeng Jamur Tiram Eksperimen dan Dendeng Kontrol dari Aspek Rasa Manis ... 86

4.13 Hasil Analisis Varian Dendeng Jamur Tiram Eksperimen dan Dendeng Kontrol dari Aspek Gurih ... 86

4.14 Rekapitulasi Analisis Varian Klasifikasi Tunggal terhadap Kualitas Inderawi Dendeng Jamur Tiram Substitusi Ikan Lele ... 87

4.15 Hasil Uji Tukey Aspek Warna Coklat ... 88

4.16 Hasil Uji Tukey Aspek Warna Aroma Bumbu atau Rempah ... 89

4.17 Hasil Uji Tukey Aspek Warna Tekstur Kelunakan ... 89

4.18 Hasil Uji Tukey Aspek Warna Rasa Manis ... 90

4.19 Hasil Uji Tukey Aspek Warna Rasa Gurih... 90

4.20 Hasil Penilaian Uji Kesukaan Keseluruhan Panelis (80 orang)... 91

(13)

xiii

2.1 Dendeng Sapi Giling... 12

2.2 Diagram Alir Pembuatan Dendeng Sapi Giling ... 20

2.3 Jamur Tiram Putih ... 27

2.4 Ikan Lele Dumbo ... 34

2.5 Skema Berfikir Pembuatan Dendeng Giling Jamur Tiram Substitusi Ikan Lele ... 38

3.1 Skema Desain Penelitian ... 45

3.2 Skema Desain Eksperimen ... 47

3.3 Diagram Alir Pembuatan Dendeng Giling Jamur Tiram Substitusi Ikan Lele ... 55

(14)

xiv

2. Pedoman Wawancara Seleksi Panelis ... 112

3. Tabulasi Skor Hasil Wawancara Calon Panelis ... 114

4. Daftar Nama Calon Panelis Tahap Penyaringan ... 115

5. Formulir Penyaringan Calon Panelis ... 116

6. Rekapitulasi Hasil Seleksi Calon Panelis Tahap Penyaringan... 118

7. Daftar Nama Calon Panelis Tahap Pelatihan ... 120

8. Formulir Pelatihan ... 121

9. Hasil Tabulasi Data Calon Panelis pada Tahap Uji Pelatihan ... 123

10. Hasil Tabulasi Data Calon Panelis pada Tahap Reliabilitas ... 126

11. Daftar Nama Calon Panelis yang Lolos Tahap Pelatihan ... 129

12. Daftar Nama Panelis yang Mengikuti Uji Inderawi... 130

13. Formulir Uji Inderawi ... 131

14. Hasil Tabulasi Data Panelis Agak Terlatih pada Uji Inderawi ... 133

15. Analisis Varian Data Aspek Warna Coklat ... 134

16. Analisis Varian Data Aspek Aroma Bumbu atau Rempah ... 137

17. Analisis Varian Data Aspek Tekstur Kelunakan ... 140

18. Analisis Varian Data Aspek Aroma Rasa Manis ... 143

19. Analisis Varian Data Aspek Rasa Gurih ... 146

20. Hasil Analisa Uji Homogenitas... 149

21. Hasil Analisa Uji Normalitas ... 152

22. Daftar Nama Calon Panelis Tidak Terlatih pada Uji Kesukaan Dendeng Giling Jamur Tiram Substitusi Ikan Lele ... 160

23. Formulir Penilaian Uji Kesukaan ... 161

24. Hasil Kesukaan Dendeng Jamur Tiram Substitusi Ikan Lele Oleh Masyarakat ... 163

(15)
(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Dendeng merupakan makanan yang berbentuk lempengan yang terbuat

dari irisan atau gilingan daging segar berasal dari sapi sehat yang telah diberi

bumbu dan dikeringkan (SNI 01-2908-1992). Dendeng merupakan salah satu cara

pengawetan daging secara tradisonal yang sudah banyak dikenal oleh masyarakat

Indonesia. Dendeng diolah dengan menambahkan bumbu berupa rempah-rempah

dan dikeringkan baik menggunakan bantuan sinar matahari ataupun dengan oven.

Dendeng biasanya disajikan dengan cara digoreng dan biasanya datambahkan

bumbu lainnya untuk meningkatkan citarasa dari dendeng tersebut. Ciri khas dari

dendeng adalah kering, teksturnya lembut, menyatu atau padat, rasanya manis,

dan dapat di simpan dalam jangka waktu yang lama.

Pengolahan dendeng giling merupakan pilihan dari beberapa metode

pengolahan daging. Di Indonesia makanan dendeng sudah dikenal luas, bahkan

bisa di kategorikan sebagai makanan khas nusantara. Pada umumnya, bahan

utama pembuatan dendeng adalah irisan daging sapi yang diawetkan dengan cara

dikeringkan atau dijemur di bawah terik matahari. Namun tidak semua orang

dapat memakan daging. Disamping harganya yang relatif mahal, banyak juga

beredar daging palsu. Oleh karena itu, mencoba memanfaatkan kepopuleran

dendeng dengan menciptakan olahan dendeng dari bahan lain. Salah satunya

adalah jamur tiram sebagai bahan dasar pembuatan dendeng.

(17)

Jamur merupakan salah satu produk holtikultura yang dapat dikembangkan

untuk memperbaiki keadaan gizi masyarakat, salah satunya adalah jamur tiram.

Jamur tiram (Pleurotus ostreanus) adalah jamur pangan dengan tudung berbentuk

setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung.

Jamur tiram juga merupakan sumber protein nabati yang cukup tinggi dengan

kandungan asam amino essensial cukup beragam yang sangat dibutuhkan oleh

tubuh manusia. Jamur tiram tiram tidak mengandung kolestrol sehingga sangat

bemanfaat bagi kesehatan (Ery Maulana Sy, 2012 : 14-36).

Jamur mempunyai nilai gizi tinggi terutama kandungan proteinnya

(15-20% berat keringnya). Daya cernanya pun cukup tinggi (34-89%). Jamur segar

umunya mengandung 85-89% air. Kandungan lemak cukup rendah antara

1,08-9,4% (berat kering) terdiri dari asam lemak bebas mono ditriglieserida, sterol, dan

phoshpolipid (M. Alex S, 2011:18).

Banyak masyarakat yang mengkonsumsi jamur tiram karena harganya

yang relatif murah dan rasanya enak. Terutama untuk masyarakat yang

menerapkan pola makan vegetarian, jamur tiram dapat di jadikan bahan makanan

pengganti dalam pembuatan produk makanan olahan daging. Jamur merupakan

salah satu bahan nabati yang tekstur dan rasanya gurih sedap mendekati rasa

daging. Sementara tekstur dan rasa gurih menjadikan jamur bisa di olah menjadi

bahan yang mirip dengan daging ayam atau sapi. Jamur tiram dapat diolah

menjadi makanan awetan. Adanya diversifikasi produk olahan jamur tiram

diharapkan mampu meningkatkan nilai tambah. Dikarenakan umur jamur tiram

(18)

prospek yang cerah untuk dikembangkan adalah mengolah jamur tiram sebagai

dendeng.

Sumber serat utama pada pada produk dendeng ini berasal dari jamur

tiram. Sedangkan bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan dendeng

sebagai sumber protein adalah ikan lele. Sangat jarang dijumpai produk makanan

yang memanfaatkan jamur tiram dan ikan lele.

Menurut Farikhah dan Badrul Huda (2013 : 3-5), ikan lele tidak bersisik,

sebagai penggantinya adalah keberadaan kulit yang cukup tipis dan dapat

menghasilkan lendir (mucus) yang cukup banyak. Bentuknya yang silindris

memanjang dengan kepala datar memungkinkan mereka menyusup dalam lumpur

dan mengubur diri ketika volume air menyusut sehingga tubuhnya tetap dapat

terjaga kelembabannya dan tetap dingin. Mereka akan dapat memperoleh

makanan berkat bantuan sungut atau barbel yang berjumlah empat pasang. Mulut

yang datar merupakan indikasi bahwa mereka mampu mencerna makanan didasar

perairan. Kepopuleran ikan lele juga disebabkan oleh harga yang terjangkau,

padahal rasa gurihnya tak kalah dengan ikan-ikan lain yang harganya lebih mahal.

Baik memasak maupun mengkonsumsinya, ikan lele tak merepotkan karena tak

mempunyai sisik dan jumlah duri disela dagingnya yang sedikit. Tekstur

dagingnya lunak dan keat, rasanya pun sangat gurih.

Keunggulan ikan lele dibanding ikan lainnya dengan produk hewani

lainnya adalah kaya akan leusin dan lissin. Leusin ( C6HI3N02) merupakan asam

(19)

menjaga keseimbangan nitrogen. Leusin juga berguna untuk perombakan dan

pembentukan protein otot (Wikipedia, 2008).

Hasil olahan ikan lele memiliki berbagai variasi menu. Bermula dari menu

pecel lele yang sering dicari konsumen. Adanya inovasi pada produk makanan

berbahan dasar lele menjadi produk abon lele, keripik tulang lele, kerupuk lele,

dendeng lele, es krim lele, nugget lele, dan dendeng lele mampu menepis

anggapan rendah pada ikan lele. Dengan mengolah ikan lele menjadi hasil olahan

makanan menjadi hasil olahan makanan yang enak, unik, serta kemasan yang

menarik, mampu meningkatkan nilai jual ikan lele di pasaran.

Penambahan ikan lele dalam pembuatan dendeng giling jamur tiram

adalah untuk memperkaya kandungan gizi dendeng terutama pada kandungan

protein. Kandungan protein yang terkandung dalam dendeng jamur tiram hanya

4,9423%, masih jauh dari kandungan protein dendeng sapi (SNI dendeng sapi

minimal sebesar 25-30%). Dengan penambahan bahan dasar ikan lele dalam

dendeng jamur tiram diharap mampu menigkatkan kandungan gizi protein, karena

ikan lele mengandung protein yang cukup tinggi yaitu 17,0%. Pengolahan produk

pangan yang berbasis ikan lele sendiri masih terbatas, sehingga dengan penelitian

tentang produk dendeng giling jamur tiram subtitusi ikan lele dapat meningkatkan

konsumsi di masyarakat. Inovasi pembuatan dendeng giling dengan menggunakan

bahan jamur tiram subtitusi ikan lele ini bertujuan untuk menciptakan suatu

produk makanan baru yang tinggi serat dan tinggi protein sehingga baik untuk

kesehatan. Selain itu dengan adanya produk ini juga diharapkan akan

(20)

Dalam pembuatan dendeng dari jamur tiram dan ikan lele, peneliti akan

menggunakan perbandingan 70% jamur tiram dan 30% ikan lele, 60% jamur tiram

dan 40% ikan lele, 50% jamur tiram dan 50% ikan lele untuk mendapatkan

formula dendeng dengan kualitas yang lebih baik ditinjau dari mutu inderawi,

kesukaan masyarakat, dan kandungan kimiawi terutama kandungan protein dan

serat.

Berdasarkan latar belakang di atas pennulis berkeinginan menyusun

skripsi dengan judul “EKSPERIMEN PEMBUATAN DENDENG GILING

JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus) SUBTITUSI IKAN LELE”.

1.2

Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah ada perbedaan kualitas dendeng giling jamur tiram subtitusi ikan

lele yang berbeda perbandingan persentasenya yaitu 70% : 30%, 60% :

40%, 50% : 50% dan dendeng giling jamur tiram 100% ditinjau dari

aspek warna, aroma, tekstur, dan rasa ?

1.2.2 Bagaimana tingkat kesukaan masyarakat terhadap dendeng giling jamur

tiram subtitusi ikan lele dengan persentase 70% : 30%, 60% : 40%, 50% :

50% dan dendeng giling jamur tiram 100% ?

1.2.3 Berapakah kadar air, abu, lemak, protein, serat kasar, dan karbohidrat dari

dendeng giling jamur tiram subtitusi ikan lele ?

1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1 Untuk mengetahui perbedaan kualitas inderawi dendeng giling jamur tiram

(21)

40%, 50% : 50%, dan dendeng giling jamur tiram 100% ditinjau dari

aspek warna, aroma, tekstur, dan rasa.

1.3.2 Untuk mengetahui tingkat kesukaan masyarakat terhadap dendeng giling

jamur tiram subtitusi ikan lele dengan persentase 70% : 30%, 60% : 40%,

50% : 50%, dan dendeng giling jamur tiram 100%.

1.3.3 Untuk mengetahui kadar air, abu, lemak,protein, serat kasar, dan

karbohidrat dari dendeng giling jamur tiram subtitusi ikan lele.

1.4

Manfaat Penelitan

1.4.1 Manfaat Langsung Penelitian

Bagi mahasiswa diharapkan dapat memperluas cakrawala pengetahuan dan

sebagai informasi dalam mendukung studi khususnya prodi Tata Boga dalam

pemanfaatan jamur tiram dan ikan lele menjadi produk dendeng.

1.4.2 Manfaat Tidak Langsung

Bagi Perguruan Tinggi dapat digunakan sebagai tambahan referensi di

perpustakaan jurusan Teknologi Jasa dan Produksi Fakultas Teknik dan

perpustakaan pusat Universitas Negeri Semarang. Selain itu juga dapat digunakan

sebagai sumber informasi bagi masyarakat yang membutuhkan pengetahuan

tentang inovasi pengolahan jamur tiram dan ikan lele.

1.5

Penegasan Istilah

1.5.1 Eksperimen

Eksperimen adalah prosedur penelitian yang dilakukan untuk

mengungkapkan hubungan sebab-akibat antara variabel yang sengaja diadakan

(22)

yang dimaksud eksperimen disini adalah suatu penelitian dengan bentuk

percobaan yang sistematis dan berencana dalam pembuatan dendeng giling jamur

tiram substitusi ikan lele.

1.5.2Pembuatan

Kata pembuatan berasal dari kata dasar buat, yang berarti membuat

sesuatu yang akan menjadi barang lain. Kata pembuatan menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia 1994:148 merupakan proses atau cara membuat sehingga

menjadi suatu produk yang baru dan dapat dikombinasi dengan bahan lain dan

nantinya akan diperoleh suatu produk yang lebih bervariasi lagi.

Pembuatan adalah studi proses untuk mengerjakan sesuatu dari

menyediakan bahan mentah menjadi bahan yang siap pakai (Badudu dan

Zain,1994:2). Dalam hal ini yang dimaksud pembuatan adalah proses pembuatan

dendeng giling jamur tiram subtitusi ikan lele dari persiapan hingga dendeng

tersebut siap untuk dikonsumsi.

1.5.3 Dendeng Giling

Dendeng giling adalah daging yang digiling berupa lembaran tipis dan

diberi bumbu, kemudian dikeringkan. Selama pembuatan dan pengeringan akan

terjadi pula pembentukan komponen-kompenen cita rasa, yang akan menambah

rasa dan aroma dendeng menjadi lebih sedap. Pada penelitian ini akan dibuat

dendeng giling dengan bahan dasar jamur tiram substitusi ikan lele.

1.5.4 Jamur Tiram

Jamur tiram (Pleurotus ostreanus) adalah jamur pangan dengan tudung

(23)

cekung. Permukaan tudung memiliki beragam warna, dengan warna inilah jamur

tiram diberi nama yaitu jamur tiram putih, tiram kelabu, tiram cokelat, tiram

kuning, tiram orange. (Ery Maulana Sy, 2012 : 1). Jamur tiram yang akan

digunakan pada pembuatan dendeng giling ini adalah jamur tiram putih dewasa

dengan ciri-ciri, berumur 2-3 hari, berwarna putih susu, berdiameter tudung 5-12

cm.

1.5.5 Subtitusi Ikan Lele

Substitusi adalah penggantian sebagian (Kamus Besar Bahasa Indonesia,

1991). Dalam percobaan ini subtitusi yang dimaksud yaitu penggantian sebagian

bahan lain. Bahan yang digunakan adalah ikan lele dumbo. Ikan lele dumbo

mempunyai bentuk badan yang bulat memanjang. Kepala besar gepeng

(depressed) dan bertulang sangat keras. Matanya kecil dan kurang berfungsi.

Mulut bertipe terminal, artinya berada tepat di moncong depan dan ukurannya

cukup lebar. Terdapat empat pasang barbel (sungut) yang tiap pasangan tidak

sama panjang, ada yang pendek dan ada yang panjang. (Farikhah dan Badrul

Huda, 2013 : 42).

Penggantian sebagian bahan dasar ini bertujuan untuk memperbaiki

kualitas dan menambah gizi dendeng giling jamur tiram substitusi ikan lele

sehingga dapat memenuhi kriteria dendeng yang sesuai dengan SNI

01-2908-1992. Subtitusi yang digunakan yaitu ikan lele sebanyak 30%, 40%, 50% dari

(24)

1.6

Sistematika Skripsi

Sitematika skripsi terdiri dari tiga bagian yaitu bagian awal skripsi, bagian

isi dan bagian akhir yang dapat disajikan sebagai berikut :

1.6.1 Bagian awal skripsi

Bagian awal berisi halaman judul, halaman pengesahan, halaman motto

dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel, dan daftar

lampiran. Bagian awal memberikan kemudahan kepada pembaca untuk mencari

bagian penting secara cepat.

1.6.2 Bagian isi terdiri dari 5 (lima) bab yaitu :

1.6.2.1 Bab 1 Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, penegasan istilah dan sistematika skripsi. Bab

pendahuluan ini memberikan gambaran kepada pembaca tentang isi

skripsi.

1.6.2.2 Bab 2 Landasan teori dan hipotesis

Dalam bab ini diuraikan tentang materi yang mendasari penelitian ini dan

tinjauan-tinjauan mengenai dendeng giling, jamur tiram, ikan lele dan

dendeng giling jamur substitusi ikan lele. Bagian terakhir adalah kerangka

berfikir dan hipotesis.

1.6.2.3 Bab 3 Metode penelitian

Metode penelitian digunakan sebagai pegangan atau pedoman dalam

kegiatan penelitian. Pada bab ini akan diuraikan tentang metode penentuan

(25)

data, dan metode analisis data untuk menguji kebenaran hipotesis yang

diajukan.

1.6.2.4 Bab 4 Hasil penelitian dan pembahasan

Dalam bab ini diuraikan tentang data penelitian secara garis besar serta

pembahasan, sehingga data yang ada mempunyai arti.

1.6.2.5 Bab 5 Bagian penutup

Dalam kesimpulan dan saran diuraikan tentang rangkuman hasil penelitian

yang ditarik dari analisis dan pembahasan. Saran berisi tentang alternatif

(26)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1

Tinjauan Umum Tentang

Dendeng

Dendeng adalah bentuk makanan semi basah yang biasanya terbuat dari

daging atau ikan, berbentuk tipis dan lebar, dibumbui, dan dikeringkan (Lisdiana

F, 1988:9). Bahan pembantu adalah bahan yang sengaja ditambahkan dengan

tujuan meningkatkan konsistensi nilai gizi, cita rasa, mengendalikan keasaman

dan kebasahan serta menerapkan bentuk dan rupa. Bahan tambahan yang

digunakan berupa garam, gula jawa, bumbu-bumbu (bawang putih, ketumbar,

merica, jinten, dan lengkuas).

Selain kesegaran dan mutu daging, bumbu merupakan faktor kunci yang

menentukan kualitas dan daya terima dendeng. Pembuatan dendeng di Indonesia

umumnya menggunakan bumbu garam, gula, lengkuas, ketumbar, asam dan

bawang merah. Kadang-kadang ada juga yang menambahkan lada dan bawang

putih. Gula yang ditambahkan dapat berupa gula merah maupun gula pasir.

Campuran bumbu berguna untuk menambah aroma, cita rasa, dan untuk

memperpanjang daya awet. Beberapa jenis rempah telah diketahui mempunyai

daya anti mikroba (Astawan, 2004).

Dendeng merupakan salah satu produk daging olahan sekaligus produk

daging yang diawetkan yang diproduksi di Indonesia secara sederhana dan

mempunyai daya terima yang tinggi di beberapa negara Asia. Pada umumnya

(27)

dendeng yang ada di pasaran yaitu dendeng sapi, baik dendeng sapi giling

maupun dendeng sapi iris (Purnomo, 1986).

Gambar 2.1. Dendeng Sapi Giling

2.1.1 Macam – Macam Jenis Dendeng

Ditinjau dari cara pembuatannya, dendeng dikelompokkan menjadi 3,

yaitu :

2.1.1.1 Dendeng giling merupakan dendeng yang terbuat dari daging yang

digiling atau dihaluskan, dicampur dengan bumbu, kemudian dicetak dan

dikeringkan.

2.1.1.2 Dendeng iris atau sayat, merupakan dendeng yang terbuat dari daging

yang diiris tipis kemudian dicampur dengan bumbu dan dikeringkan.

2.1.1.3 Dendeng gepuk merupakan salah satu makanan khas Wonosobo. Dendeng

ini terbuat dari irisan daging yang di rebus dengan santan atau air kelapa

yang dicampur dengan bumbu-bumbu sampai meresap pada daging,

kemudian daging dipukul-pukul sampai melebar, lalu digoreng sampai

(28)

2.1.2 Macam-Macam Aneka Olahan Dendeng

Menurut Lisdiana Fachruddin (1998), membuat aneka macam olahan

dendeng adalah sebagai berikut :

2.1.2.1Dendeng daging sapi

Daging sapi merupakan salah satu jenis daging yang banyak dikonsumsi

masyarakat. Kandungan gizi yang paling penting dari daging sapi adalah protein

dan lemak. Daging sapi dapat diolah dengan cara disayat dagingnya tipis2 dan

bisa juga digiling. Kemudian dilumuri dengan bumbu-bumbu yang dihaluskan

lalu di keringkan selama 2-3 hari.

2.1.2.2Dendeng daging kelinci

Dendeng daging kelinci memiliki rasa yang lezat dan gizi yang cukup

tinggi. Dendeng daging kelinci dapat diolah dengan cara digiling. Daging kelinci

yang sudah dibersihkan digiling halus, lalu dicampur dengan bumbu hingga

merata. Daging giling dicetak setebal 2-4 mm, selanjutnya daging dijemur hingga

kering selama ± 6 hari.

2.1.2.3Dendeng udang

Udang dapat dibuat berbagai masakan lezat yang memiliki harga jual

tinggi, salah satunya diolah menjadi dendeng. Dendeng udang dibuat dengan cara

membelah udang menjadi dua, kemudian dilumuri bumbu yang telah dihaluskan,

lalu dijemur hingga kering.

2.1.2.4Dendeng gepuk belut

Mengolah dendeng belut membutuhkan waktu yang agak lama. Belut yang

(29)

diamkan selama ½ jam, lalu dibersihkan lendirnya dengan abu gosok yang

dibalurkan ke tubuhnya. Belut dicuci hingga bersih dan dibuang bagian kepala,

ekor, dan isi perutnya. Daging dilumuri bumbu selama semalam, kemudian

dijemur. Selanjutnya belut dikeringkan selama ±2 hari. Dendeng belut yang telah

kering dibakar di atas anglo yang berisi arang panas hingga matang. Setelah

matang, dendeng digepuk sampai tipis, lalu dipanggang di dalam oven dengan

suhu 50 derajat celcius sampai 60 derajat celcius hingga kering.

2.1.2.5Dendeng ikan

Pembuatan dendeng ikan dapat diolah dengan cara di sayat. Ikan yang

telah disiangi, lalu diiris-iris atau di fillet. Rendam ikan dalam larutan gula dan

bumbu selama 12 jam. Kemudian ikan di keringkan.

2.1.3 Tinjauan tentang Dendeng Giling

Dendeng giling adalah daging yang digiling berupa lembaran tipis dan

diberi bumbu, kemudian dikeringkan. Selama pembuatan dan pengeringan akan

terjadi pula pembentukan komponen-komponen citarasa, yang akan menambah

rasa dan aroma dendeng menjadi lebih sedap. Keuntungan dari pembuatan

dendeng sapi giling adalah bahannya tidak harus menggunakan daging

berkualitas terbaik karena daging hasil gilingan dapat membentuk massa yang

relatif homogen. Proses penggilingan mampu meningkatkan flavor dan tekstur

dendeng yang dihasilkan karena bumbu yang ditambahkan akan meresap lebih

merata ke seluruh permukaan dendeng (Ainnurrohmah, 2012:11).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat dendeng giling yaitu

(30)

proses pengeringan. Selain itu juga pada pengeringan dengan oven perlu dijaga

terutama mengenai tinggi suhu dan lama pengeringan sehingga tidak merusak

kualitas dendeng secara alami maupun kimiawi (Tri Margono, dkk, 2000:3).

Dendeng giling merupakan produk olahan hasil ternak dengan

menggunakan berbagai jenis daging antara lain daging ayam dan daging sapi

dimana daging tersebut digiling dengan mesin penggilingan daging dan

dicampurkan bumbu-bumbu setelah itu dikeringkan. Proses penggilingan daging

juga bertujuan untuk mengempukkan daging (Rina Febrina N.R, 2010).

2.1.4 Tinjauan tentang Pembuatan Dendeng Sapi Giling

Dendeng merupakan salah satu bentuk hasil olahan pengawetan daging

secara tradisional dan telah banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia sejak

dulu. Menurut SNI 01-2908-1992 (Badan Standarisasi Nasional, 1992), dendeng

merupakan produk makanan berbentuk lempengan yang terbuat dari irisan atau

gilingan daging segar dan sehat yang telah diberi bumbu dan dikeringkan.

Pembuatan dendeng umumnya masih dilakukan secara tradisional. Proses

produksinya tidak rumit, bahan baku mudah diperoleh, dan alat-alat yang

digunakan cukup sederhana (Lisdiana F, 1998:10)

Kandungan gizi dendeng sapi per 100 gram menurut daftar komposisi

(31)
[image:31.595.171.452.139.394.2]

Tabel 2.1. Kandungan Gizi Dendeng Daging Sapi per 100 gram

Komponen Kandungan

Kalori (kkal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Air (g)

Ca (mg/100 gram) P (mg/100 gram) Fe (mg/100 gram) Vitamin A (IU) Vitamin B (mg) Vitamin C (MG)

433 55

9 10,50

25 30 370

5,1 0 0,1

0

Sumber : Daftar Komposisi Bahan Makanan tahun 2009

Dendeng mempunyai masa simpan lebih dari 6 bulan dengan kadar air

15% sampai 20% dan Ph 4,5 – 5,1 (Soeparno, 2005). Sedangkan menurut

Indriwati (2006), SNI (Standar Nasional Indonesia) 01-2906-1990 kadar air

dendeng antara 15 – 25%.

2.1.5 Bahan-bahan dalam Pembuatan Dendeng Sapi Giling

Dalam pembuatan dendeng sapi giling, dibutuhkan 8 macam bahan baku

dan baham tambahan yaitu :

2.1.5.1Daging sapi

Bahan baku utama dalam pembuatan dendeng adalah daging sapi. Daging

sapi segar yang digunakan memiliki kriteria berwarna merah terang, tidak

mengandung banyak lemak, tekstur dagingnya kenyal, serta aroma dagingnya

(32)

2.1.5.2Garam

Penambahan garam berfungsi untuk merangsang cita rasa dan menambah

rasa enak pada produk. Selain itu garam juga sebagai penghambat bakteri. Garam

sangat diperlukan dalam proses kuring (pencampuran bumbu). Garam yang

digunakan adalah garam dapur yang memiliki karakteristik putih, bersih dari

kotoran, kering dan berbentuk kristal halus.

2.1.5.3Gula

Dalam pembuatan dendeng, gula yang dapat digunakan yaitu gula jawa.

Penambahan gula pada dendeng membuat flavor manis dendeng yang khas dan

disukai banyak konsumen. Gula diperlukan untuk proses kuring, selain itu juga

memberikan rasa lembut pada produk. Hal ini terjadi karena gula dapat

mengurangi terjadinya efek pengerasan yang disebabkan oleh garam (Nunung

Yuli, 2007:3). Gula yang ditambahkan dengan konsentrasi tertentu dapat

berfungsi sebagai pengawet. Menurut Saripah Hudaya (1981:63) gula akan

mengkaramelisasi ketika melalui proses pemanasan (pencoklatan).

2.1.5.4Bawang putih

Bawang putih dapat memberikan aroma dan rasa gurih pada makanan.

Bawang putih memiliki aroma yang kuat dan tajam, tetapi hampir tidak berbau

jika belum dimemarkan dan dipotong-potong. Bawang putih dapat berfungsi

sebagai bahan pengawet karena bersifat bakteoriostatik yang disebabkan oleh

adanya zat aktif alicin yang sangat efektif terhadap bakteri, selain itu bawang

putih mengandung scordinin, yaitu senyawa kompleks thioglisidin yang bersifat

(33)

2.1.5.5Ketumbar

Ketumbar adalah rempah-rempah kering berbentuk bulat kecil dan

berwarna kuning kecoklatan, memiliki rasa gurih dan manis, beraroma khas serta

dapat membangkitkan kesan sedap di mulut.

2.1.5.6Merica

Merica adalah rempah-rempah yang berbentuk biji-bijian yang dihasilkan

dan tanaman merica atau lada (Piper ningrum L.), rasanya pedas. Merica yang

digunakan dalam pembuatan dendeng adalah merica putih. Cita rasa pedas dan

aroma yang khas terbentuk dengan menambahkan bumbu merica.

2.1.5.7Jinten

Jinten merupakan bumbu rempah-rempah yang berbentuk butiran

memanjang, aromanya sangat harum, agak manis dan menjadi campuran bumbu

hidangan tradisional. Penggunaanya sebaiknya disangrai atau dihaluskan bersama

bumbu lain saat akan diolah. Jinten juga tersedia dalam bentuk bubuk, yang

dikemas dengan botol (Prihastuti Ekawatiningsih, dkk, 2008:79 ). Kegunaan

jinten pada pembuatan dendeng adalah untuk menambah aroma yang khas dan

memberikan sedikit rasa pedas.

2.1.5.8Lengkuas

Lengkuas memiliki dua jenis, yaitu berwarna putih dan merah. Lengkuas

mengandung sejumlah senyawa penting antara lain minyak atsiri yang terdiri atas

galangol, methylcinnamae, galangin, dan sineol. Senyawa lainnya adalah kamfer,

seskuiterpen, kadien, resin, heksabidrokadalen hidrat, amilum dan masih banyak

(34)

lengkuas yang berwarna putih. Kegunaan dari lengkuas adalah menambah aroma

dan rasa yang khas pada dendeng.

2.1.6 Proses Pembuatan Dendeng Sapi Giling

Tahap-tahap dalam pembuatan dendeng adalah :

2.1.6.1Persiapan bahan

Semua bahan disiapkan kemudian ditimbang sesuai dengan formulanya.

Penimbangan bahan harus dilakukan dengan benar agar tidak terjadi kesalahan

dalam penggunaan jumlah bahan. Perlu dihindari pemakaian sendok atau gelas

sebagai takaran.

2.1.6.2Penggilingan

Daging yang telah disiapkan kemudian digiling menggunakan gilingan

daging sampai halus.

2.1.6.3Pemberian bumbu dan gula merah

Daging yang telah halus dicampur dengan bumbu dan gula merah,

kemudian diaduk sampai bumbu dan daging tercampur rata.

2.1.6.4Pencetakan

Dendeng yang sudah dicampur dengan bumbu dan gula kemudian dicetak

dengan ketebalan 3 mm. Dendeng dicetak berbentuk persegi tipis.

2.1.6.5Pengeringan

Dendeng yang sudah dicetak, ditata di loyang kemudian siap untuk

dikeringkan. Pengeringan dapat dilakukan dengan menggunakan sinar matahari

selama 3-4 hari atau menggunakan alat pengering dengan suhu 50-60 derajat

(35)

Diagram alir proses pembuatan dendeng sapi giling yang meliputi : (Lisdiana

Fachruddin, 1997)

[image:35.595.115.517.166.708.2]

Gambar 2.2. Diagram Alir Pembuatan Dendeng Sapi Giling Persiapan bahan

Bumbu dan gula merah Daging sapi yang

masih segar

Penghalusan Penggilingan

Pencampuran

Pencetakan (lembaran tipis 3 mm)

Pengeringan

(Dijemur dibawah sinar matahari 3-5 hari atau dioven suhu 50OC – 60OC)

(36)

2.1.7 Kriteria Mutu Inderawi Dendeng Sapi yang Baik

Dendeng yang bermutu baik harus memenuhi spesifikasi persyaratan mutu

seperti pada dendeng sapi, sehingga produk yang dihasilkan dapat diterima di

pasaran dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

Kriteria mutu inderawi dendeng sapi yang baik adalah :

2.1.7.1 Warna

Ciri-ciri warna dendeng yang baik adalah coklat tua (Sutaryo, dkk, 2004 :

4). Warna coklat tua dihasilkan dari penggunaan gula merah.

2.1.7.2 Aroma

Aroma dendeng sangat khas dengan aroma bumbu rempah-rempah yang

digunakan seperti ketumbar, jinten, dan merica serta gula merah. Dendeng

yang sudah kering aromanya akan semakin khas (Sutaryo, dkk, 2004 : 4).

2.1.7.3 Bentuk

Bentuk dendeng yang baik adalah tipis dan lebar (Sutaryo, dkk, 2004 : 4).

Bentuk tipis dan lebar akan mempermudah proses pengeringan dendeng.

2.1.7.4 Rasa

Rasa dari dendeng yang baik adalah manis dan gurih dengan bumbu

rempah-rempah yang khas (Intannursiam, 2010).

2.1.7.5 Tekstur

Tekstur dendeng yang baik adalah semi basah tidak terlalu kering sehingga

teksturnya empuk, tidak terdapat bercak putih dan kehijauan pada

(37)
[image:37.595.121.504.162.490.2]

Standar mutu dendeng sapi menurut SNI sebagai berikut :

Tabel 2.2 SNI Dendeng Sapi Menurut SNI-01-2908-1992

No Jenis Uji Satuan Persyaratan

Mutu I Mutu II

1. Warna dan bau - Khas dendeng

sapi

Khas dendeng

sapi 2. Kadar air

(bobot/bobot basah)

% Maks.12 Maks. 12

3. Kadar protein (bobot/bobot kering)

% Min. 30 Min. 25

4. Abu tak larut dalam asam (bobot/bobot kering)

% Maks. 1 Maks. 1

5. Benda asing

(bobot/bobot kering)

% Maks.1 Maks. 1

6. Kapang dan serangga

- Tidak nampak Tidak nampak

Keterangan :

Benda asing adalah benda-benda lain bukan bagian dari dendeng sapi selain

kapang dan serangga, misalnya tanah, batu-batuan, ranting-ranting, dan

sebagainya yang terdapat pada dendeng sapi dan ikut serta dalam kemasan (SNI

01-2908-1992:1).

2.1.8 Keunggulan dan Kelemahan Dendeng Daging Sapi

2.1.8.1Keunggulan dari produk dendeng sapi

Keunggulan dari produk dendeng sapi adalah makanan awetan yang

(38)

antara lain protein, karbohidrat, dan mineral yang sangat baik untuk tubuh. Dapat

bertahan dalam jangka waktu yang lama dan dapat dikirim jarak jauh.

2.1.8.2Kelemahan dari produk dendeng sapi

Kelemahan dari dendeng sapi jika ditinjau dari nilai ekonomi yaitu

harganya relatif mahal, sehingga hanya masyarakat dari golongan menengah

keatas yang dapat mengkonsumsinya.

Selain itu, fenomena yang ada di masyarakat saat ini adalah banyak

dendeng sapi yang dipalsu dengan dendeng yang terbuat dari daging babi. Banyak

produsen dendeng yang menggunakan daging babi dalam pembuatan dendeng,

baik sebagai campuran maupun sebagai bahan utama, hal itu karena harga daging

babi yang lebih murah, teksturnya lebih lembut dan hampir sama dengan daging

sapi. Dendeng sapi di pasaran yang telah ditemukan menggunakan daging babi

ternyata juga sulit untuk dikenali oleh masyarakat awam, karena dendeng tersebut

juga berlabel halal. Oleh karena itu, masyarakat perlu waspada dalam membeli

dan mengkonsumsi dendeng sapi yang ada di pasaran.

2.2

Tinjauan Umum tentang Jamur Tiram

Menurut Erie Maulana Sy. (2012), jamur tiram (Pleurotus ostreanus)

adalah jamur pangan dengan tudung berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang

tiram dengan bagian tengah agak cekung. Permukaan tudung memiliki beragam

warna, dengan warna inilah jamur tiram diberi nama yaitu jamur tiram putih,

tiram kelabu, tiram cokelat, tiram kuning, tiram orange.

Tubuh buah memiliki batang yang berada di pinggir (bahasa latin :

(39)

nama binomial Pleurotus ostreanus. Jamur tiram masih satu kerabat dengan

Pleurotus eryngii atau King Oyster Mushroom.

Tubuh buah mempunyai tudung yang berubah dari putih menjadi krem dan

semakin dewasa warna tudung akan semakin jelas. Tudung jamur memiliki

permukaan yang hampir licin dengan diameter 5-20 cm. Bagian tepi tudung

membulat mulus tetapi setelah dewasa sedikit berlekuk dan pecah. Tudung bagian

bawah berbentuk bilah (lamela) beruang ruang dimana spora terbentuk. Susunan

bilahnya agak rapat. Sewaktu muda bilahnya berwarna putih makin tua menjadi

krem kekuningan. Spora jamur akan dihasilkan setelah tudung terbuka sempurna

kurang lebih 3-5 hari setelah primordia tudung buah terbentuk. Spora berbentuk

batang berukuran 8-11 x 3-4 µm.

Jamur tiram memiliki batang pendek berukuran 1-3 cm. Pada satu titik

tumbuh akan menghasilkan tudung 5-15 buah, tetapi yang umum berkembang

sempurna sebanyak 5-7 buah. Apabila tudung yang berkembang secara sempurna

jumlahnya terbatas, maka ukuran tudung akan menjadi besar dan sebaliknya.

Tudung akan ditunjang oleh tangkai tudung yang tumbuh secara lateral (terletak

disamping tudung). Panjang tangkai tudung 2-10 cm atau tergantung posisi

tumbuh jamur. Apabila jamur tiram tumbuh secara vertikal, maka akan memiliki

tangkai tudung lebih panjang bila dibandingkan dengan jamur tiram yang tumbuh

secara horizontal.

MenurutAyu Sukarini dan Kembarini (2007:37), dilihat dari tekstur jamur

tiram yang kenyal, jamur tiram dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengganti

(40)

2.2.1 Ragam Jamur Tiram

Jamur tiram yang di budidayakan saat ini memiliki keragaman jenis dapat

dilihat dari bentuk, ukuran, dan warna permukaan atas dari tudung yang berbeda.

Jamur tiram yang berwarna putih banyak di budidayakan di Indonesia, sedangkan

di Malaysia jamur tiram berwarna abu-abu dan cokelat. Jamur tiram yang di

budidayakan di negara-negara Amerika dan Eropa sangat beragam (Erie Maulana

Sy, 2012 : 17).

Ragam jenis jamur tiram yang umum di budidayakan di antaranya :

2.2.1.1 Jamur tiram putih (Pleurotus ostreanus ) P. Florida

2.2.1.2 Jamur tiram abu-abu (Pleurotus cysridious)

2.2.1.3 Jamur tiram cokelat (Pleurotus cycstidiosus)

2.2.1.4 Jamur tiram kuning gading (Pleurotus citrinopileatus)

2.2.1.5 Jamur tiram kuning (Pleurotus citronopileatus)

2.2.1.6 Jamur tiram merah jambu (Pleurotus flatellatus)

2.2.1.7 Jamur tiram batang besar (Pleurotus pulmonarius)

2.2.1.8 Jamur tiram bertudung besar (Pleurotus eryngii) atau King Oyster

Mushroom.

Dalam penelitian ini, jamur yang akan digunakan adalah jenis jamur tiram

putih (Pleurotus ostreanus).

2.2.2 Tinjauan tentang Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreanus)

Dalam mikologi penggolongan jamur tiram putih adalah sebagai berikut :

Devisi : Amastigomycota

(41)

Subklas : Homobasidiomycetidae

Ordo : Agaricales

Suku : Agaricaceae

Marga : Pleurotus

Spesies : Pleurotus ostreanus

Jamur tiram putih (Pleurotus ostreanus) atau white mushroom juga dikenal

dengan istilah jamur shimeji (Jepang). Sesuai dengan namanya jamur ini memiliki

tudung berwarna putih susu dan diameter tudung dewasa 3-14 cm (Tim karya tani

mandiri, 2010 : 93). Kulit tudungnya agak tipis, tetapi rata dan ada yang

bergelombang serta memiliki banyak cabang dalam satu rumpun. Jamur ini

disebut juga jamur kayu, karena tumbuh pada media kayu lapuk atau serbuk kayu.

Besar kecilnya masing-masing cabang tidak sama, ada yang kecil dan ada pula

yang sangat besar/lebar. Pada budidaya jamur tiram dengan menggunakan media

serbuk gergajian kayu, jamur dapat dipanen setelah baglog (media) dibuka

biasanya akan tumbuh tunas dalam 2-3 hari dan akan menjadi sempurna. Daya

simpan jamur tiram jenis ini lebih lama dibandingkan dengan jamur tiram

abu-abu, meskipun tudungnya lebih tipis dibandingkan dengan jamur tiram cokelat

dan jamur tiram abu-abu (Nunug Yuli, 2007 : 3). Dari beberapa jenis jamur tiram,

jamur tiram putih paling banyak dan populer di budidayakan di Indonesia, serta

paling banyak dijual di pasaran, baik di pasar swalayan maupun pasar tradisonal

(Hardi Soenanto, 1999 : 7).

Jamur tiram putih merupakan salah satu komoditas bidang agribisnis yang

(42)

para pecinta kuliner di tanah air. Gambar jamur tiram putih dapat dilihat di bawah

[image:42.595.210.417.168.319.2]

ini :

Gambar 2.3 Jamur Tiram Putih

2.2.3 Manfaat dan Kandungan Gizi Jamur Tiram Putih

Menurut hasil penelitian mengenai jamur tiram putih di Pusat Teknologi

Bioindustri, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Netty Widyastuti, dkk

(2004:2) memperoleh hasil analisa sebagai berikut :

Tabel 2.3 Hasil Analisis Laboratorium Nutrisi Jamur Tiram Putih Segar (Pleurotus ostreanus) Sampel 100 gram

Deskripsi Hasil (% b/b) Metode analisis

Kadar air Kadar abu Serat kasar Lemak Protein Karbohidrat Glutamat

89,60 0,82 3,44 0,10 3,15 0,63 0,94

Gravimetri Gravimetri Gravimetri Soxhlet Kejldahl

Spektrofotometri HPLC

Hasil analisis kandungan nutrisi jamur tiram putih menunjukkan kadar

[image:42.595.158.463.509.685.2]
(43)

glutamatnya. Adanya asam glutamat membuat rasanya gurih dan lezat apabila

dimasak. Kandungan protein dan serat kasar jamur tiram putih yang relatif tinggi

menunjukkan bahwa jamur tiram putih dapat digunakan sebagai nutrisi diet atau

nutriceutical. Melihat hasil analisis tersebut (100 g jamur segar) kadar abu (0,82%

b/b) relative tinggi, demikian pula untuk serat kasar (3,445 b/b) dan protein

(3,15% b/b), sedangkan kadar karbohidrat (0,63% b/b) dan lemak (0,10% b/b)

relatif rendah.

Jamur tiram juga memiliki 9 macam asam amino essensial. Asam amino

essensial merupakan asam amino yang tidak bisa diproduksi sendiri oleh tubuh,

sehingga harus di dapat dari konsumsi makanan. Asam amino essensial sangat

[image:43.595.200.453.443.702.2]

baik untuk tubuh. Berikut ini adalah 9 macam asam amino dari jamur tiram :

Tabel 2.4 Jumlah Kandungan Asam Amino Essensial dari Jamur Tiram

No Jenis asam amino Satuan (g/100 g)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Leusin Isoleusin Valin Triptofan Lisin Treonin Fenialanin Metionin (Histidin)

7,5 5,2 6,9 1,1 9,9 6,1 3,5 3,0 (2,8)

Total 46,0

Sumber : Donowati, 2008 : 54

Dari 9 macam asam amino essensial tersebut salah satu diantaranya yaitu

(44)

memiliki berbagai manfaat yaitu sebagai makanan, menurunkan kolestrol, sebagai

antibakterial dan antitumor, serta dapat menghasilkan enzim hidrolis dan enzim

oksidasi. Selain itu, jamur tiram juga dapt berguna dalam membunuh nematoda.

Jamur tiram ini memiliki manfaat kesehatan diantaranya, dapat

mengurangi kolestrol dan jantung lemah serta beberapa penyakit lainnya. Jamur

ini juga dipercaya mempunyai khasiat obat untuk berbagai penyakit seperti

penyakit lever, diabetes, anemia. Selain itu jamur tiram juga dapat bermanfaat

sebagai antiviral dan antikanker serta menurunkan kadar kolestrol (M. Alex S,

2011:63).

2.2.4 Keunggulan dan Kelemahan Jamur Tiram Putih

Jamur tiram memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan yaitu :

2.2.4.1Keunggulan jamur tiram

Keunggulan jamur tiram yang utama terletak pada kandungan gizinya.

Jamur tiram mengandung protein, serat dan asam amino essensial yang sangat

baik untuk kesehatan. Selain itu jamur tiram memiliki kandungan asam glutamat

yang membuat rasa jamur tiram gurih dan enak ketika dimasak. Manfaat yang

dimiliki jamur tiram adalah sebgai bahan sayuran yaitu dengan dibuat berbagai

olahan makanan seperti jamur crispy, pepes jamur, sup jamur, oseng jamur, abon

jamur, nugget jamur, sosis jamur (Ainnurrohmah, 2012).

Biasanya orang mengkonsumsi jamur bukan hanya lantaran rasanya yang

lezat, tetapi juga karena alasan lain, yakni manfaat dan khasiat yang terkandung

(45)

Tujuannya tentu saja demi kesehatan tubuh atau hal lain yang berkaitan dengan

vitalitas (Erie Maulana Sy, 2012 : 38).

2.2.4.2Kelemahan jamur tiram

Kelemahan dari jamur tiram segar yaitu daya simpan pasca panen tidak

tahan lama, mudah diserang hama sciarid (lalat jamur),sulit dikirim jarak jauh

karena tudungnya mudah hancur, variasi oalahan makanannya kebanyakan bukan

makanan awetan (Tim Karya Tani Mandiri, 2010:104).

2.2.5 Inovasi Pengolahan Jamur Tiram menjadi Dendeng

Inovasi pengolahan jamur tiram merupakan suatu upaya untuk menambah

variasi olahan dari jamur tiram serta untuk memperbaiki kelemahan dari jamur

tiram yang tidak tahan lama dan variasi olahan makanan awetannya masih kurang.

Selain itu juga karena jamur tiram memiliki rasa yang enak dan mengandung gizi

yang sangat baik untuk kesehatan. Kelayakan jamur tiram untuk diolah menjadi

dendeng giling dapat ditinjau dari 5 aspek, sebagai berikut :

2.2.5.1Aspek karakteristik bahan

Karakteristik dari jamur tiram yaitu teksturnya berserat, empuk, sedikit

kenyal dan memiliki rasa yang enak seperti daging.

2.2.5.2Aspek kandungan gizi

Ditinjau dari kandungan gizi, jamur tiram mengandung serat dan 9 macam

asam amino essensial yang sangat baik untuk kesehatan. Selain itu jamur tiram

mengandung asam glutamat yang menjadikan rasanya gurih dan enak ketika

(46)

2.2.5.3Aspek kesehatan

Jika ditinjau dari aspek kesehatan jamur tiram dapat dijadikan sebagai

nutrisi diet untuk mencegah atau mengurangi resiko penyakit degeneratif, serta

dapat dijadikan makanan alternatif untuk vegetarian.

2.2.5.4Aspek nilai ekonomi

Ditinjau dari nilai ekonomi, jamur tiram di pasaran dijual dengan harga

Rp.8.000,00 – Rp.12.000,00 per kilogram, harga tersebut lebih murah dari harga

daging sapi atau daging ayam.

2.2.5.5Aspek potensi dan ketersediaan

Potensi dan ketersediaan, jamur tiram dalam bentuk segar mudah untuk

diperoleh di pasar tradisional maupun di supermarket ataupun langsung ke tempat

budidaya jamur tiram.

2.3

Tinjauan Tentang Ikan Lele

Menurut Farikhah dan Badrul Huda (2013), nama lele tidak dikenal di

negara selain Indonesia. Lele adalah nama lokal untuk menyebut ikan yang tak

bersisik, hidup di perairan air tawar, mempunyai barbel (sungut), berwarna hitam,

kecoklatan atau abu-abu, serta berkepala gepeng (depressed).

Ikan lele mudah dikenal dari bentuk badan yang membulat dan

memanjang. Kepala besar gepeng (depressed) dan bertulang sangat keras.

Matanya kecil dan kurang berfungsi. Fungsi mata tergantikan dengan kemampuan

membau yang sangat baik, dengan bantuan barbel. Ingsang membuka cukup lebar,

organ pernapasan tambahan (arborescent organ) muncul dari gill arch. Mulut

(47)

lebar. Terdapat empat pasang barbel (sungut) yang tiap pasangan tidak sama

panjang, ada yang pendek dan ada yang panjang sebagai organ sensor. Sirip-sirip

dorsal dan analnya memanjang hingga batang ekor. Pada sirip pektoral terdapat

jari-jari sirip keras (patil) yang beracun, tetapi pada Clarias gariepinus atau lele

dumbo patilnya tak beracun. Sirip ekor membulat bertipe rounded. Ikan ini akan

terus tumbuh sepanjang tersedia pakan yang cukup dan kualitas perairannya

mendukung, hingga bobotnya mencapai puluhan kilogram.

2.3.1 Jenis - Jenis Ikan Lele

Menurut Anggit Narantaka (2012 : 27), Ada 6 jenis ikan lele yang saat ini

telah dikembangkan di Indonesia, yaitu :

2.3.1.1 Clarias batrachus, dikenal sebagai lele (Jawa), ikan kalang (Sumatra

Barat), ikan maut (Sumatra Utara), dan ikan pintet (Kalimantan Selatan).

2.3.1.2 Clarias teysmani, dikenal sebagai lele kembang (Jawa Barat), kalang putih

(Padang).

2.3.1.3 Clarias melanoderma, yang dikenal sebagai ikan duri (Sumatra Selatan),

wais (Jawa Tengah), wiru (Jawa Barat).

2.3.1.4 Clarias nieuhofi, yang dikenal sebagai ikan lindi (Jawa), limbat (Sumatra

Barat), kaleh (Kalimantan Selatan).

2.3.1.5 Clarias loiacanthus, yang dikenal sebagai ikan keli (Sumatra Barat), ikan

penang (Kalimantan Timur).

2.3.1.6 Clarias gariepinus, yang dikenal sebagai lele dumbo (lele domba), king

(48)

Dalam penelitian ini, ikan lele yang digunakan adalah jenis ikan lele

dumbo.

2.3.2 Tinjauan tentang Ikan Lele Dumbo

Dalam mikologi penggolongan ikan lele dumbo adalah sebagai berikut :

Fillum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Ostariophysi

Sub ordo : Silaroidae

Famili : Clariidae

Genus : Clarias

Species : Clarias gariepinus

Nama Asing : African catfish

Nama Lokal : Lele dumbo, dumbo

Lele dumbo merupakan jenis lele yang memiliki ciri berupa tubuh besar (bongsor). Kata dumbo sendiri di duga berasal dari kata “jumbo” yang berarti

berukuran raksasa. Menurut informasi yang didapat, lele dumbo merupakan hasil

persilangan lele lokal dari Afrika (Clarias gariepinus) dengan lele lokal dari

Taiwan (Clarias fuscus).

Dalam perkembangannya, lidah penggemar lele sudah terbiasa dengan cita

rasa lele dumbo. Selain itu, teknologi pembenihan dan pembudidayaan lele dumbo

sudah lebih mudah dan praktis karena sudah dapat diakali dengan pemijahan

secara alami. Keadaan tersebut membuat pembudidayaan lele dumbo semakin

(49)

(Khairuman dan Khairul Amri, 2011 : 12). Gambar ikan lele dumbo dapat dilihat

[image:49.595.192.421.173.298.2]

dibawah ini :

Gambar 2.4 Ikan Lele Dumbo

2.3.3 Manfaat dan Kandungan Gizi Ikan Lele Dumbo

Protein yang terdapat dalam ikan merupakan protein yang amat penting

dan istimewa karena bukan hanya berfungsi sebagai penambah jumlah protein

konsumsi tetapi juga sebagai pelengkap mutu protein dalam pola makan. Ikan lele

selain mengandung gizi yang amat penting seperti protein juga mengandung asam

amino essensial seperti yang dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.5 Komposisi Gizi pada Ikan Lele

Zat Gizi Jumlah (%)

1. Protein 2. Lemak 3. Mineral 4. Karbohidrat 5. Air

17,7 4,8 1,2 0,3 76

Sumber : Vaas 1985 dalam Astawan 2008

Lele merupakan sumber asam lemak omega 3, yaitu asam lemak dengan

ikatan rangkap pada posisi karbon nomor 3 dari gugus metil atau disebut karbon

[image:49.595.186.440.522.662.2]
(50)

prostaglandin I3, zat yang sangat efektif untuk ganti agregasi keping-keping

darah. Pencegahan agregasi keping-keping darah dapat mengurangi risiko

[image:50.595.157.440.222.466.2]

menderita penyakit jantung (Wikipedia, 2008).

Tabel 2.6 Kandungan Asam Amino Essensial pada Ikan Lele

Sumber : Astawan, 2008

2.3.4 Keunggulan dan Kelemahan Ikan Lele Dumbo

Ikan lele dumbo memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan yaitu :

2.3.4.1Keunggulan lele dumbo

Saat dikembangkan, lele dumbo memiliki keunggulan yang tidak dimiliki

lele lain pada umumnya. Keunggulan lele dumbo diantaranya cepat tumbuh,

mudah dipelihara, mudah berkembang biak, dan cepat beradaptasi dengan

lingkungan baru. Lele dumbo juga selalu merespon pakan yang diberikan

kepadanya. Selain itu, lele dumbo dapat dipelihara dengan kepadatan tinggi.

Keunggulan ikan lele dibandingkan dengan produk hewani lainnya adalah

kaya akan Leusin dan Lisin. Leusin (C6H13NO2) merupakan asam amino

No Asam Amino Jumlah (%)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Arginin Histidin Isoleusin Leusin Lisin Metionin Fenilalanin Treonin Valin Triptophan

(51)

esensial yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan anak-anak dan menjaga

keseimbangan nitrogen. Leusin juga berguna untuk perombakan dan pembentukan

protein otot (Wikipedia, 2008).

2.3.4.2Kelemahan lele dumbo

Karakteristik dagingnya yang terlalu empuk dan lembut, sehingga mudah

hancur.

2.4

Kerangka Berfikir

Dendeng merupakan produk makanan yang dibuat dari daging sapi yang

diawetkan dengan cara dikeringkan dan dijemur di bawah terik sinar matahari.

Umumnya dendeng dibumbui dengan asam, garam dan rempah lainnya. Saat ini

dendeng bisa dibuat dengan cara digiling dan disayat tipis. Kandungan serat yang

terdapat pada dendeng dapat menjadikan dendeng potensial untuk dikembangkan

dengan berbagai bahan dasar lain. Salah satu variasi bahan dasar lainnya dapat

diganti dengan jamur tiram.

Jamur tiram merupakan salah satu bahan nabati yang tekstur dan rasanya

gurih, sedap, mendekati rasa daging. Sementara tekstur kenyal dan rasa gurih

menjadikan jamur bisa diolah menjadi bahan yang mirip dengan daging ayam atau

sapi. Bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan dendeng sebagai sumber

protein adalah ikan lele.

Ikan lele merupakan salah satu komoditas unggulan air tawar yang penting

dalam rangka pemenuhan gizi masyarakat. Penambahan bahan ikan lele dalam

pembuatan dendeng gilng jamur tiram adalah untuk memperkaya kandungan gizi,

(52)

Inovasi pengolahan jamur tiram dengan substitusi ikan lele merupakan

suatu upaya untuk meningkatkan mutu jamur tiram, serta untuk menambah nilai

jual ikan lele. Selain itu, juga untuk diversifikasi bahan pangan guna mencapai

peningkatan ketahanan pangan dan peningkatan pangsa pasar atau daya serap

masyarakat. Produk dendeng jamur tiram diharapkan dapat menjadi produk

diversifikasi jenis dendeng giling.

Dari kerangka berfikir tersebut, maka dilakukan eksperimen pembuatan

dendeng giling jamur tiram dengan substitusi ikan lele yang berbeda yaitu 30%,

40%, dan 50%. Untuk mengetahui perbedaan kualitas dan daya terima terhadap

dendeng giling jamur tiram yang dihasilkan, maka dilakukan penilaian subyektif

dan penilaian obyektif. Penilaian subyektif terdiri dari uji inderawi dan uji

kesukaan. Uji inderawi dilakukan oleh panelis yang agak terlatih, sedangkan uji

kesukaan dilakukan oleh panelis yang tidak terlatih. Penilaian obyektif yang

dilakukan adalah uji kandungan gizi meliputi kadar air, abu, protein, lemak,

karbohidrat, dan serat kasar. Uraian tersebut dapat disederhanakan dalam bentuk

(53)

Gambar 2.5 Skema Kerangka Berfikir Pembuatan Dendeng Giling Jamur Tiram Substitusi Ikan Lele

Jamur Tiram

Faktor Positif :

1. Kandungan protein, serat, dan asam amino baik untuk kesehatan. 2. Memiliki rasa yang

enak dan gurih. 3. Sudah banyak di

budidayakan. 4. Banyak masyarakat

yang mengkonsumsi. 5. Harganya lebi murah dari pada daging sapi

Faktor Negatif : 1. Tidak tahan lama

untuk disimpan. 2. Dalam kondisi

segar mudah diserang hama. 3. Sulit dikirim jarak

jauh karena tudungnya yang mudah rusak.

Ikan Lele

Faktor Positif : 1. Kaya akan

kandungan gizi, terutama pada

kandungan protein 2. Mudah di

dapat

Faktor Negatif : Tekstur daging yang tidak padat atau menyatu

Upaya meningkatkan kualitas jamur tiram yaitu diversifikasi olahan pangan berupa dendeng

giling

Alternatif pemecahan sebagai bahan penambahan campuran ikan lele kedalam pembuatan

dendeng giling

Dendeng giling jamur tiram dengan penambahan daging ikan lele

Penambahan ikan lele a. 30% dari bahan dasar b. 40% dari bahan dasar c. 50% dari bahan dasar

Penilaian Subjektif

Mutu Inderawi (warna, aroma, tekstur, rasa)

Uji Orgaanoleptik (uji kesukaan)

Penilaian Objektif

[image:53.595.63.558.149.751.2]
(54)

2.5

Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan

peneliti sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi Arikunto, 1998 :

67). Berdasarkan teori yang diuraikan maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai

berikut :

2.5.1 Hipotesis Kerja (Ha) : “Ada perbedaan kualitas dendeng giling jamur

tiram subtitusi ikan lele yang berbeda perbandingan persentasenya yaitu

70% : 30%, 60% : 40%, 50% : 50%, di tinjau dari aspek warna, aroma, tekstur, dan rasa”.

2.5.2 Hipotesis Nol (Ho) : “Tidak ada perbedaan kualitas dendeng giling jamur

tiram subtitusi ikan lele yang berbeda perbandingan persentasenya yaitu

(55)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu cara atau strategi yang digunakan dalam

kegiatan penelitian sehingga pelaksanaan dan hasil penelitian dapat dipertanggung

jawabkan secara ilmiah. Hal-hal yang diuraikan dalam metode penelitian ini

adalah metode penentuan obyek penelitian, metode pendekatan penelitian, metode

pengumpulan data, dan metode analisis data.

3.1

Metode Penentuan Objek Penelitian

Beberapa hal yang akan diungkap dalam penentuan objek penelitian

meliputi : populasi penelitian, sampel penelitian, teknik pengambilan sampel dan

variabel penelitian yang meliputi

Gambar

Tabel                                                                                                            Halaman
Gambar                                                                                                        Halaman
Gambar 2.1. Dendeng Sapi Giling
Tabel 2.1. Kandungan Gizi Dendeng Daging Sapi per 100 gram
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan Kandungan Protein, Zat Besi dan Daya Terima pada Pembuatan Bakso dengan Perbandingan Jamur Tiram (Pleurotus Sp) dan Daging Sapi yang Berbeda.. Fakultas Ilmu

Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jamur konsumsi yang saat ini cukup populer dan banyak digemari masyarakat karena rasanya lezat dan

Judul Skripsi : “ PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA KOMPOSISI MEDIA TANAM SERBUK GERGAJI, AMPAS TEBU DAN KULIT PISANG YANG

Berdasarkan hasil penelitian nugget jamur tiram substitusi tepung kulit udang, maka dapat disimpulkan : 1) Subtitusi tepung kulit udang terhadap nugget jamur tiram

Komposisi tongkol jagung yang digunakan sebagai substitusi serbuk gergaji pada media tanam jamur tiram putih ( Pleurotus ostreatus ) sebanyak 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%

Tujuan penelitian adalah mengukur pengaruh komposisi tongkol jagung sebagai substitusi serbuk gergaji pada media tanam jamur tiram putih ( Pleurotus ostreatus )

Daya simpan jamur tiram putih (JTP) sendiri mudah sekali rusak setelah dipanen. Hal ini disebabkan jamur tiram putih memiliki kadar air cukup tinggi, maka perlu

Penerimaan usahatani jamur tiram putih adalah nilai produk total dari usahatani jamur tiram yang diterima oleh petani, penerimaan dihitung dengan mengalikan jumlah produksi jamur tiram