PENGARUH KONSENTRASI TOTAL ALKALI AKTIF dan
%SULFIDDITY DI DALAM WHITE LIQUOR TERHADAP
PROSES PEMASAKAN CHIP DI DIGESTER PLANT
PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk PORSEA
KARYA ILMIAH
SARI WULAN
072409041
PROGRAM STUDI D-3 KIMIA INDUSTRI
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMTIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGARUH KONSENTRASI TOTAL ALKALI AKTIF dan %SULFIDITY DI DALAM WHITE LIQUOR TERHADAP PROSES PEMASAKAN CHIP
DI DIGESTER PLANT PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk PORSEA KARYA ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya
SARI WULAN 072409041
PROGRAM STUDI D-3 KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul :PENGARUH KONSENTRASI TAA (NaOH dan
Na2S) dan %SULFIDITY DI DALAM WL
TERHADAP PROSES PEMASAKAN CHIP DI DIGESTER PLANT PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk PORSEA
Kategori :KARYA ILMIAH
Nama :SARI WULAN
Nomor Induk Mahasiswa :072409041
Program Studi :D-3 KIMIA INDUSTRI
Departemen :KIMIA
Fakultas :MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Diluluskan di Medan, Juli 2010
Diketahui oleh
Departemen Kimia FMIPA USU
Ketua, Pembimbing
PERNYATAAN
PENGARUH KONSENTRASI TOTAL ALKALI AKTIF dan %SULFIDITY DI DALAM WHITE LIQUOR TERHADAP PROSES PEMASAKAN CHIP
DI DIGESTER PLANT PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk PORSEA
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing sumbernya disebutkan.
Medan, Juli 2010
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini dalam waktu yang ditetapkan. Tidak lupa penulis panjatkan shalawat beriring salam kepada Junjungan kita Nabi Muhammad Saw, yang telah membimbing kita menuju hidayah Allah Swt serta menjadi tauladan dalam kehidupan.
Dengan selesainya karya ilmiah ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini terutama kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Harry Agusnar, MSc. M. Phill, selaku Ketua Program Studi D-3 Kimia Industri dan dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
2. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS, selaku ketua Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Dr. Eddy Marlianto, MSc, selaku dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
4. Seluruh Dosen dan Staf pengajar di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
5. Seluruh Staf dan Karyawan PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Porsea yang telah membantu penulis selama menjalani Praktek Kerja Lapangan.
6. Teman-teman sepatner PKL sekaligus teman terbaik (naq – kunyuQ) Neng Yaz (kunyuq-14), Neng Joel (kunyuq-15), dan Neng Ndah (kunyuq-06) yang terus mendukung dan memberi keceriaan dalam hidup.
7. Teman-teman Mahasiswa/i Kimia Industri seperjuangan.
8. Teman-teman kost 16F, k’Irda, k’Ida, k’Amah, Fizah, Ega, Ivo, Tika, b’Iqbal, k’Endang, dan spesial untuk k’Zahrah, k’Wulan, k’Rarha, Unchu Leny, dan Mira Latifah yang selalu memberi keceriaan dalam mengisi keseharian.
10. Teristimewah kepada kedua Orang Tua penulis, Bapak Legiman dan Ibu Supia yang telah memberikan dukungan moril dan materil dengan terus memberi cinta dan kasih yang melimpah kepada penulis.
11. Saudara tercinta, Tony dan Luis (Adik-adikku yang selalu perhatian dan sayang pada kakaknya yang tercantik), Om’Iwan, Bulek Sari, Aqillah, dan Ani (sepupu). Terima kasih karena terus memberi dukungan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya ilmiah ini, penulis masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun, yang pada akhirnya dapat digunakan untuk perbaikan dan menambah pengetahuan atas kekuarangan dan kesalahan penulisan karya ilmiah ini.
Medan, Juli 2009
ABSTRAK
THE INFLUENCE OF CONCENTRATION of TOTAL ACTIVE ALKALI and %SULFIDITY IN WHITE LIQUOR TO PROCESS RIPENING OF CHIPS
IN DIGESTER PLANT PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk PORSEA
ABSTRACT
DAFTAR ISI
2.2.1 Pembuatan Pulp Secara Mekanik 17
2.2.2 Pembuatan Pulp Secara Semikimia 17
2.2.3 Pembuatan Pulp Secara Kimia 18
2.3 Tahap Pembuatan Pulp 19
2.3.1 Unit Persiapan Kayu (Wood Preparation) 19
2.3.2 Unit Pemasakan (Digester) 19
2.3.3 Unit Pencucian dan Penyaringan (Washing and Screening) 20
2.3.4 Unit Pengelantangan (Bleaching) 20
2.3.5 Unit Pulp Machine 21
Bab 3 METODOLOGI PERCOBAAN 23
3.1 Alat dan Bahan 23
3.1.1 Alat 23
3.1.2 Bahan 23
3.2 Prosedur Percobaan 24
Bab 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 26
4.1 Data 26
4.2 Perhitungan 27
4.3 Pembahasan 27
Bab 5 KESIMPULAN DAN SARAN 30
5.1 Kesimpulan 30
5.2 Saran 31
DAFTAR PUSTAKA 32
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Komposisi Unsur Kayu 10
Tabel 2.2 Komponen Kimia Menurut Golongan Kayu 12
Tabel 4.1 Data Konsentrasi TAA dan % Sulfidity dari WL per shift pada tanggal
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Bagan Umum Komponen Kayu 10
ABSTRAK
THE INFLUENCE OF CONCENTRATION of TOTAL ACTIVE ALKALI and %SULFIDITY IN WHITE LIQUOR TO PROCESS RIPENING OF CHIPS
IN DIGESTER PLANT PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk PORSEA
ABSTRACT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era globalisasi ini, kertas merupakan bahan produk yang banyak dipergunakan oleh
manusia. Semakin meningkat kebutuhan akan kertas, secara langsung kebutuhan akan
pulp sebagai bahan baku kertas semakin meningkat pula. Sejalan dengan kemajuan
teknologi, perkembangan industri pulp (bubur kertas) pun berkembang secara pesat
didukung oleh sumber daya yang ada, tenaga kerja yang melimpah dan pemasaran
yang sudah jelas.
Dengan semakin banyaknya industri pulp di Indonesia, kita dapat
menggunakan salah satu sumber daya alam yaitu kayu, yang begitu banyak terdapat di
Indonesia. Kayu tersebut dapat menjadi pulp yang nantinya akan dipergunakan oleh
manusia di dunia untuk dimanfaatkan sebagai buku tulis, majalah, koran, dan masih
banyak lagi. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan manusia akan kertas
merupakan satu faktor yang mendorong berdirinya PT. Toba Pulp Lestari, Tbk yang
terletak di desa Sosor Ladang Porsea, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara.
Perusahaan ini berlokasi di Porsea kira-kira ± 220 km dari kota Medan.
PT. Toba Pulp Lestari merupakan salah satu pabrik pulp berteknologi tinggi
memiliki areal Hutan Tanaman Industri ( HTI ) yang luas guna memenuhi persiapan
bahan baku dalam jangka waktu panjang untuk menjamin kelangsungan produksi dan
masa depan perusahaan. Bahan baku yang digunakan pada proses pembuatan pulp di
PT. Toba Pulp Lestari adalah jenis eucalyptus, akasia dan kayu alam.
Dalam pembuatan pulp, pemasakan adalah tahap pertama dalam proses.
Dimulai dengan memasak chip (serpihan kayu) yang berasal dari kayu batangan yang
dimasak dalam suatu bejana yang disebut digester dengan menggunakan cairan
pemasak yang disebut dengan White Liquor (WL). Pembuatan pulp di PT. Toba Pulp
Lestari dikenal dengan istilah pemasakan (cooking), dimana proses yang digunakan
adalah proses sulfat (kraft). Untuk memperoleh pulp yang berkualitas pada pembuatan
pulp, perlakuan pemasakan adalah hal yang sangat perlu diperhatikan sebelum melalui
tahap yang berikutnya. Kandungan utama dari WL adalah Natrium Hidroksida
(NaOH) dan Natrium Sulfida (Na2S) yang disebut dengan Total Alkali Aktif (TAA).
WL yang digunakan tidak dapat digunakan apabila belum memenuhi standart yang
ditentukan, jika WL tidak memenuhi standart yang ditentukan maka dapat
menimbulkan masalah pada kualitas pulp yang dihasilkan. Untuk menjaga mutu dari
WL yang akan digunakan dalam pemasakan chip maka perlu diperhatikan kandungan
WL yaitu konsentrasi TAA (NaOH dan Na2S) dan % Sulfidity.
Jika kadar NaOH diatas standart maka akan menyebabkan perusakan serat –
serat kayu (over cook), sedangkan jika kadar NaOH dibawah standart maka kayunya
tidak masak (hard cook) sehingga akan menyebabkan banyaknya kayu bakal terbuang
atau serpihan kayu masak sebagian. Jika kadar Na2S diatas standart maka akan
dibawah standart maka zat – zat dalam kayu yang tidak diinginkan seperti lignin dan
zat – zat ekstraktif lainnya tidak melarut sempurna. Dan jika % sulfidity diatas
standart maka dapat menyerang dan merusak selulosa, dan juga dapat menurunkan
kekuatan (viskositas) pulp, sedangkan jika % sulfidity dibawah standart maka kualitas
pulp akan turun. Oleh sebab itu nilai TAA (NaOH dan Na2S) dan % sulfidity yang ada
pada WL sangat mempengaruhi kualitas pemasakan chip di digester.
Dari uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk memilih judul :
PENGARUH KONSENTRASI TOTAL ALKALI AKTIF dan % SULFIDITY DI DALAM WHITE LIQUOR TERHADAP PROSES PEMASAKAN CHIP DI
DIGESTER PLANT PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk PORSEA.
1.2 Permasalahan
Pada PT. Toba Pulp Lestari cairan pemasak yang digunakan untuk memasak chip
(serpihan kayu) adalah WL, yang terdiri dari Natrium Hidroksida (NaOH) dan
Natrium Sulfida (Na2S) sebagai TAA. Bahan kimia ini berfungsi untuk melarutkan
lignin didalam serpihan kayu. Oleh sebab itu perlu dijaga kadar WL yang digunakan
seperti kadar NaOH dan Na2S. Jika kadar NaOH diatas standart maka akan
menyebabkan perusakan serat – serat kayu (over cook), sedangkan jika kadar NaOH
dibawah standart maka kayunya tidak masak (hard cook) sehingga akan menyebabkan
banyaknya kayu bakal terbuang atau serpihan kayu masak sebagian. Jika kadar Na2S
diatas standart maka akan menyebabkan perusakan serat selulosa yang diinginkan,
sedangkan jika kadar Na2S dibawah standart maka zat – zat dalam kayu yang tidak
Begitu juga dengan % sulfidity juga sangat mempengaruhi mutu pulp yang
dihasilkan. % sulfidity yang diharapkan adalah 23 – 25 %. Untuk mencapai target %
sulfidity tersebut, kadar Na2S merupakan faktor yang sangat perlu diperhatikan. Jika
kadar Na2S terlalu rendah maka % sulfidity tidak akan tercapai, bahkan pulp tidak
terpisah dari ikatan lignin sehingga akan memperbanyak pemakaian bahan kimia pada
proses selanjutnya. Sebaliknya jika kadar Na2S terlalu tinggi maka akan merusak fiber
selulosa yang menyebabkan pulp rapuh dan mudah sobek, artinya bukan hanya lignin
yang larut tetapi juga selulosa larut akibat kadar Na2S yang terlalu tinggi
menyebabkan % sulfiditynya pun tinggi, sehingga standart pemasakan pulp tidak
tercapai.
Dari uraian diatas maka yang menjadi rumusan permasalahan adalah :
Bagaimana pengaruh konsentrasi Total Alkali Aktif dan %Sulfidity terhadap tingkat
kematangan chip.
1.3 Tujuan
− Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi TAA dan % sulfidity yang digunakan
dalam cairan pemasak untuk memperoleh tingkat kematangan serpihan kayu
yang maksimal
1.4 Manfaat
Untuk mengetahui berapa besarnya konsentrasi TAA yang tepat agar dapat
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kayu
2.1.1 Pengertian Kayu
Kayu merupakan hasil hutan dari kekayaan alam, merupakan bahan mentah yang
mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi. Kayu memiliki
beberapa sifat sekaligus, yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain. Pengertian
kayu disini ialah sesuatu bahan, yang diperoleh dari hasil pemungutan pohon-pohon di
hutan, yang merupakan bagian dari pohon tersebut, setelah diperhitungkan
bagian-bagian mana yang lebih banyak dimanfaatkan untuk sesuatu tujuan penggunaan. Baik
berbentuk kayu pertukangan, kayu industri maupun kayu bakar. (Dumanauw.J.F,
1990)
Selama periode prasejarah dan sesudahnya kayu tidak hanya digunakan untuk
bahan bangunan tetapi juga semakin penting sebagai bahan mentah kimia untuk
pembuatan arang (digunakan dalam peleburan besi), ter dan getah (digunakan untuk
mengawetkan dan melapisi lambung kapal), dan kalium (digunakan dalam pembuatan
gelas dan sebagai bahan pemucat kain dan tekstil kapas). Namun disisi lain kayu
merupakan bahan dasar yang sangat modern. Kubah-kubah kayu yang besar dan
bentuk alih seperti kayu lapis, papan partikel dan papan serat, kayu telah menjadi
bahan bangunan yang berharga. Disamping itu, kayu merupakan bahan dasar pulp dan
kertas, serat, film, aditif, dan banyak produk-produk lain.
Produk paling penting dari pengolahan kayu secara kimia adalah pulp. Kimia
kayu dan komponen-komponennya tidak dapat dipisahkan dari strukturnya. Kayu
tidak hanya merupakan senyawa kimia, atau jaringan anatomi, atau bahan tetapi
merupakan gabungan dari ketiganya. Kesemuanya ini merupakan hasil hubungan yang
erat dari komponen-komponen kimia yang membentuk unsur-unsur ultra struktur,
yang kemudian bergabung menjadi suatu sistem yang berderajat tinggi yang
membentuk dinding sel yang akhirnya membentuk jaringan kayu. (Fengel.D, 1995)
2.1.2 Sifat – Sifat Kayu
2.1.2.1Sifat fisik kayu
Berat jenis merupakan petunjuk penting bagi aneka sifat kayu. Makin berat kayu itu,
umumnya makin kuat pula kayunya. Semakin ringan suatu jenis kayu, akan berkurang
pula kekuatannya. Berat jenis ditentukan antara lain oleh tebal dinding sel, dan
kecilnya rongga sel yang membentuk pori-pori.
a. Keawetan alami kayu
Yang dimaksud dengan keawetan alami, ialah ketahanan kayu terhadap
serangan dari unsur-unsur perusak kayu dari luar seperti : jamur, rayap, bubuk, cacing
laut dan makhluk lainnya yang diukur dengan jangka waktu tahunan. Keawetan kayu
merupakan sebagian unsur racun bagi perusak-perusak kayu, sehingga perusak
tersebut tidak sampai masuk dan tinggal di dalamnya serta merusak kayu.
b. Warna kayu
Ada beraneka macam, antara lain warna kuning, keputih-putihan, coklat muda,
coklat tua, kehitam-hitaman, kemerah-merahan dan lain sebagainya. Hal ini
disebabkan oleh zat-zat pengisi warna dalam kayu yang berbeda-beda. Warna suatu
jenis kayu dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut : umur pohon dan kelembaban
udara. Kayu pohon yang lebih tua dapat lebih gelap dari kayu pohon yang lebih muda
dari jenis yang sama. Kayu yang kering berbeda pula warnanya dari kayu yang basah.
Kayu yang lama berada diluar dapat lebih gelap, dapat juga lebih pucat daripada kayu
yang segar.
c. Higroskopik
Kayu mempunyai sifat higroskopik, yaitu dapat menyerap atau melepaskan air
atau kelembaban. Suatu petunjuk, bahwa kelembaban kayu sangat dipengaruhi oleh
kelembaban dan suhu udara pada suatu saat. Makin lembab udara disekitarnya akan
makin tinggi pula kelembaban kayu sampai tercapai keseimbangan dengan
lingkungannya. Masuk dan keluarnya air dari kayu menyebabkan kayu itu basah atau
kering. Akibatnya kayu itu akan mengembang atau menyusut.
d. Tekstur
Tekstur ialah ukuran relatif sel-sel kayu. Yang dimaksud dengan sel kayu ialah
serat-serat kayu. Jadi dapat dikatakan tekstur ialah ukuran relatif serat-serat kayu.
Berdasarkan teksturnya, jenis kayu digolongkan kedalam :
− Kayu bertekstur sedang, contoh : jati, senokeling dan lain-lain.
− Kayu bertekstur kasar, contoh : kempas, meranti ddan lain-lain.
e. Serat
Bagian ini terutama menyangkut sifat kayu, yang menunjukkan arah umum
sel-sel kayu didalam kayu terhadap sumbu batang pohon asal potongan tadi. Arah
serat dapat ditentukan oleh arah alur-alur yang terdapat pada permukaan kayu. Kayu
dikatakan berserat lurus, jika arah sel-sel kayunya sejajar dengan sumbu batang. Jika
arah sel-sel itu menyimpanag atau membentuk sudut terhadap sumbu batang,
dikatakan kayu itu berserat mencong.
f. Kekerasan
Pada umunya terdapat hubungan langsung antara kekerasan kayu dan berat
kayu. Kayu-kayu yang keras juga termasuk kayu-kayu yang berat. Sebaliknya kayu
ringan adalah kayu yang lunak. Cara menetapkan kekerasan kayu ialah dengan
memotong kayu tersebut dengan arah melintang. Kayu yang sangat keras akan sulit
dipotong melintang dengan pisau. Pisau tersebut akan meleset dan hasil potongannya
akan memberi tanda kilau pada kayu. Kayu yang lunak akan mudah rusak, dan hasil
potongan melintangnya akan memberikan hasil yang kasar dan suram.
g. Kesan raba
Kesan raba suatu jenis kayu adalah kesan yang diperoleh pada saat kita meraba
permukaan kayu tersebut. Ada kayu yang bila diraba memberi kesan kasar, halus,
licin, dingin dan sebagainya. Kesan raba yang berbeda-beda itu untuk tiap-tiap jenis
2.1.2.2Sifat mekanik kayu
Sifat-sifat mekanik atau kekuatan kayu ialah kemampuan kayu untuk menahan muatan
dari luar. Yang dimaksud dengan muatan dari luar ialah gaya-gaya di luar benda yang
mempunyai kecenderungan untuk mengubah bentuk dan besarnya benda. Dalam hal
ini dibedakan menjadi beberapa macam kekuatan sebagai berikut :
a. Keteguhan tarik
Kekuatan atau keteguhan tarik suatu jenis kayu ialah kekuatan kayu untuk
menahan gaya-gaya yang berusaha menarik kayu itu. Kekuatan tarik terbesar pada
kayu ialah sejajar arah serat.
b. Keteguhan tekan/kompresi
Keteguhan tekan suatu jenis kayu ialah kekuatan kayu untuk menahan muatan
jika kayu itu dipergunakan untuk penggunaan tertentu.
c. Keteguhan lengkung (lentur)
Ialah kekuatan untuk menahan gaya-gaya yang berusaha melengkungkan kayu
atau untuk menahan beban-beban mati maupun hidup selain beban pukulan yang
harus dipukul oleh kayu tersebut.
d. Keuletan
Kayu yang sukar dibelah, dikatakan ulet. Dalam keuletan ini, keuletan kayu
diartikan sebagai kemampuan kayu untuk menyerap sejumlah tenaga yang relatif
berulang-ulang yang melampaui batas proporsional serta mengakibatkan perubahan bentuk
yang permanen dan kerusakan sebagian.
e. Kekerasan
Kekerasan kayu dapat diartikan sebagai kemampuan kayu untuk Manahan
kikisan (abrasi).
2.1.2.3Sifat kimia kayu
Susunan kimia kayu digunakan sebagai pengenal ketahanan kayu terhadap serangan
makhluk perusak kayu. Selain itu dapat pula menentukan pengerjaan dan pengolahan
kayu, sehingga didapat hasil yang maksimal. Pada umumnya komponen kimia kayu
daun lebar dan kayu daun jarum terdiri dari 3 unsur :
− Unsur karbohidrat terdiri dari selulosa dan hemiselulosa
− Unsur non-karbohidrat terdiri dari lignin
− Unsur yang diendapkan dalam kayu selama proses pertumbuhan dinamakan
zat ekstraktif. (Dumanauw.J.F, 1993)
Tabel 2.1 Komposisi unsur kayu
2.1.3 Komposisi Kimia Kayu
2.1.3.1Zat – zat makromolekul
Sel kayu terutama terdiri atas selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Dimana selulosa
membentuk kerangka yang dikelilingi oleh senyawa-senyawa lain yang berfungsi
sebagai matriks (hemiselulosa) dan bahan-bahan yang melapisi (lignin). Sepanjang
menyangkut komponen kimia kayu, maka perlu dibedakan antara
komponen-komponen makromolekul utama dinding sel selulosa, poliosa (hemiselulosa) dan
lignin, yang terdapat pada semua kayu, dan komponen-komponen minor dengan berat
molekul kecil (ekstraktif dan zat-zat mineral). Perbandingan dan komposisi kimia
lignin dan poliosa berbeda pada kayu lunak dan kayu keras, sedangkan selulosa
merupakan komponen yang seragam pada semua kayu. (Sjostrom.E, 1993)
Gambar 2.1 Bagan umum komponen kayu
(Fengel.D, 1995) Kayu
polisakarida Lignin Senyawa makromolekul
Ektraktif
Bahan Anorganik Bahan Organik
Senyawa berat molekul kecil
Poliosa Selulosa
Unsur-unsur penyusun kayu tergabung dalam sejumlah senyawa organik:
selulosa, hemiselulosa dan lignin. Proporsi lignin dan hemiselulosa sangat bervariasi
di antara spesies-spesies kayu, dan juga antara kayu keras dan kayu lunak.
Tabel 2.2 Komponen kimia menurut golongan kayu
Tipe
% Berat Kering
Selulosa Hemiselulosa Lignin
Kayu Keras
Sumber : Kollmann dan Cote (1968) (Haygreen.J.G, 1987)
1. Selulosa
Jelas bahwa pemanfaatan selulosa secara tradisional yang terpenting, yang merupakan
setengah dari zat penyusun kayu, adalah sebagai bahan baku untuk produksi kertas.
Dalam berbagai bentuk pulp, selulosa mewakili bahan baku untuk produksi berbagai
tipe kertas dan karton, dan juga menghasilkan produk-produk selulosa yang
dimodifikasi. (Hohnholz.J.H, 1988)
Selulosa merupakan komponen kayu yang terbesar, yang dalam kayu lunak
dan kayu keras jumlahnya mencapai hampir setengahnya. Selulosa merupakan
polimer linear dengan berat molekul tinggi yang tersusun seluruhnya atas
β
-
D-glukosa. Karena sifat-sifat kimia dan fisiknya maupun struktur supramolekulnya maka
ia dapat memnuhi fungsinya sebagai komponen struktur utama dinding sel tumbuhan.
Bahan dasar selulosa ialah glukosa, dengan rumus C6H12O6. Molekul-molekul
glukosa disambung menjadi molekul-molekul besar, panjang dan berbetuk rantai
dalam susunan menjadi selulosa. Selulosa merupakan bahan dasar yang penting bagi
industri-industr yang memakai selulosa sebagai bahan baku, misalnya : pabrik kertas,
pabrik sutera tiruan dan lain sebagainya. (Dumanauw.J.F, 1993)
2. Poliosa (Hemiselulosa)
Persentase dalam kayu lembek lunak (softwood) rata-rata lebih rendah (15-25%). Di
samping itu, strukturnya dibedakan dalam dua tipe kayu. Dalam kayu keras dan
tanaman tahunan yang dominan adalah jenis pentose (terutama xilan), sedangkan
dalam hemiselulosa kayu lunak yang dominan adalah jenis hexosa mudah diisolasi
dari kayu dan lebih mudah dihidrolisis dibandingkan tanaman yang kadang-kadang
terikat rapat oleh selulosa. Dalam pulp kertas atau dalam kertas, hemiselulosa
berperanan sebagai perekat alam dan memperkuat ikatan antara serat ke serat.
(Hohnholz.J.H, 1988)
Beberapa polisakarida kayu secara ekstensif dapat larut di dalam air. Jenis
pohon tropis tertentu membentuk suatu getah secara spontan, yang dikeluarkan berupa
cairan kental pada bagian yang diberi luka/goresan dan setelah pengeringan getah
tersebut akan mengeras, getah-getah yang mengeras tersebut yang berbentuk
kecil-kecil kaya akan polisakarida. Sebagai contoh dari getah ini adalah getah arabic, yang
terdiri dari polisakarida yang dapat larut dalam air. (Sjostrom.E, 1993)
Jumlah hemiselulosa dari berat kering kayu biasanya antara 20 dan 30%.
Komposisi dan struktur hemiselulosa dalam kayu lunak secara khas berdeda dari kayu
hemiselulosa antara batang, cabang, akar, dan kulit kayu. Seperti halnya selulosa
kebanyakan hemiselulosa berfungsi sebagai bahan pendukung dalam dinding sel.
(Sjostrom.E, 1995)
3. Lignin
Lignin adalah komponen makromolekuler dinding sel ketiga. Lignin tersusun dari
satuan-satuan fenilpropan yang satu sama lain dikelilingi berbagai jenis zat pengikat.
Persentase rata-ratanya dalam kayu lunak adalah antara 25-35% dan dalam kayu keras
antara 20-30%. Perbedaan struktural yang terpenting dari lignin kayu lunak dan lignin
kayu keras, adalah bahwa lignin kayu keras mempunyai kandungan metoxil (-OCH3)
yang lebih tinggi. (Hohnholz.J.H, 1988)
Lignin adalah suatu polimer yang kompleks dengan berat molekul tinggi,
tersusun atas unit-unit fenilpropan. Meskipun tersusun atas karbon, hydrogen dan
oksigen, lignin bukanlah suatu karbohidrat dan bahkan tidak ada hubungannya dengan
golongan senyawa tersebut. Sebaliknya, lignin pada dasarnya adalah suatu fenol.
Lignin sangat stabil dan sukar dipisahkan dan mempunyai bentuk yang
bermacam-macam karenanya susunan lignin yang pasti didalam kayu tetap tidak menentu.
Lignin terdapat di antara sel-sel dan di dalam dinding sel. Di antara sel-sel,
lignin berfungsi sebagai perekat untuk mengikat sel-sel bersama-sama. Dalam dinding
sel, lignin sangat erat hubungannya dengan selulosa dan berfungsi untuk memberikan
ketegaran pada sel. Lignin juga berpengaruh dalam mempertinggi sifat racun kayu
C C
C C
C C
C C
C C C C
C C C C
C OCH3 CH3O C OCH3
O O
Kayu – Lunak Kayu – Keras
Gambar 2.2 Bentuk umum lignin
(Haygreen.J.G, 1987)
2.1.3.2Zat – zat berat molekul rendah
Di samping komponen-komponen dinding sel, terdapat juga sejumlah zat-zat yang
disebut bahan tambahan atau ekstraktif kayu. Meskipun komponen-komponen
tersebut hanya memberikan saham beberapa persen pada massa kayu, komponen
tersebut dapat memberikan pengaruh yang besar pada sifat-sifat dan kualitas
pengolahan kayu. Beberapa komponen, seperti ion-ion logam tertentu, bahkan sangat
penting untuk kehidupan pohon.
Zat-zat berat molekul rendah berasal dari golongan senyawa kimia yang sangat
berbeda hingga sukar untuk membuat sistem klasifikasi yang jelas tetapi
organik dan anorganik. Bahan organik lazim disebut dengan ekstraktif, sedangkan
bahan anorganik disebut dengan abu. (Fengel.D, 1995)
1. Zat Ekstraktif
Zat ekstraktif umumnya adalah zat yang mudah larut dalam pelarut seperti : eter,
alkohol, bensin dan air. Banyaknya rata-rata 3 – 8% dari berat kayu kering tanur.
Termasuk di dalamnya minyak-minyakan, resin, lilin, lemak, tannin, gula, pati, dan
zat warna. Zat ekstraktif memiliki arti yang penting dalam kayu karena :
− dapat mempengaruhi sifat keawetan, warna, bau, dan rasa suatu jenis kayu − dapat digunakan untuk mengenal suatu jenis kayu. (Dumanauw.J.F, 1993)
Kandungan dan komposisi ekstraktif berubah-ubah di antara spesies kayu.
Tetapi juga terdapat variasi yang tergantung pada tapak geografi dan musim. Pada sisi
lain, komposisi ekstraktif dapat digunakan untuk determinasi kayu-kayu tertentu yang
sukar dibedakan secara anatomi. Komposisi ekstraktif dapat berubah selama
pengeringan kayu, terutama senyawa-senyawa tak jenuh, lemak dan asam lemak
terdegradasi. Fakta ini penting untuk produksi pulp karena ekstraktif tertentu dalam
kayu segar mungkin menyebabkan noda kuning (gangguan getah) atau penguningan
pulp. Ekstraktif dapat juga mempengaruhi kekuatan pulp, perekatan dan pengerjaan
akhir kayu maupun sifat-sifat pengeringan. (Fengel.D, 1995)
2. Abu
Di samping persenyawaan-persenyawaan organik, di dalam kayu masih ada beberapa
zat organik, yang disebut bagian-bagian abu (mineral pembentuk abu yang tertinggal
setelah lignin dan selulosa habis terbakar). Kadar zat ini bervariasi antara 0,2 – 1%
Kayu hanya mengandung komponen-komponen anorganik dengan jumlah
yang agak rendah, diukur sebagai abu yang jarang melebihi 1% dari berat kayu kering.
Namun kandungan abu dalam tugi, daun, dan kulit dapat jauh lebih tinggi. Abu ini
asalnya terutama dari berbagai garam yang diendapkan dalam dinding-dinding sel dan
lumen. Endapan yang khas adalah berbagai garam-garam logam, seperti karbonat,
silikat, oksalat, dan fosfat. Komponen logam yang paling banyak jumlahnya adalah
kalsium diikuti kalium dan magnesium. (Sjostrom.E, 1995)
2.2 Metode Pembuatan Pulp
2.2.1 Pembauatan Pulp Secara Mekanik
Dalam proses pembuatan pulp secara mekanik, pemisahan serat dilakukan dengan
cara menggunakan tenaga mekanik. Proses ini dilakukan dengan menggiling kayu
menjadi serat pulp dan menghasilkan rendemen sebesar 90 – 95%, tetapi
menyebabkan kerusakan pada serat. Penggunaan pulp yang dihasilkan pada proses
mekanik ini nilainya kecil sekali, karena pulp itu masih mengandung banyak lignin
dan serat-seratnya tidak murni sebagai serat. (Anonim, 2003)
2.2.2 Pembuatan Pulp Secara Semikimia
Proses-proses pembuatan pulp secara semikimia pada dasarnya ditandai dengan
perlakuan kimia yang didahului dengan tahap penggilingan secara mekanik. Pulp-pulp
semikimia merupakan kelompok pulp khusus yang diperoleh terutama dari kayu keras
Proses yang pokok meliputi tiga tahap utama : − pelepasan serat dengan penggiling cakram
− impregmentasi dengan lindi natrium sulfit
− pemasakan pada suhu antara 160 dan 1900C. (Fengel.D, 1995)
2.2.3 Pembuatan Pulp Secara Kimia
Pada proses pembuatan pulp secara kimia, bahan yang terdapat ditengah lapisan kayu
akan dilarutkan agar serat dapat terlepas dari zat-zat yang mengikatnya. Hal yang
merugikan pada proses ini adalah rendemen yang rendah yaitu 45 – 55%.
Proses kimia dibagi menjadi tiga kategori :
− Proses soda
− Proses sulfit
− Proses sulfat
Dalam proeses soda, kayu dimasak dengan larutan sodium hidroksida. Nama
proses “soda” karena bahan kimia yang ditambahkan kedalam prosesnya berupa
sodium karbonat. Pada proses sulfit, larutan pemasak yang dipakai adalah asam-asam
yang mengandung sulfur dari logam alkali, atau alkali tanah berupa bisulfit.
Sedangkan pada proses sulfat larutan pemasak yang dipakai adalah larutan berair dari
sodium hidroksida (NaOH) dan sodium sulfida (Na2S). Namun saat ini proses
pembuatan pulp paling banyak dipakai adalah proses sulfat atau disebut juga proses
2.3 Tahap Pembuatan Pulp
2.3.1 Unit Persiapan Kayu (Wood Preparation)
Kayu dibawa ke lokasi pabrik dengan menggunakan truk-truk pengangkut kayu,
kayu-kayu tersebut berasal dari hutan yang dikelolah oleh perusahaan, kemudian kayu-kayu
tersebut dibongkar dengan menggunakan sebuah goliath crane yang besar di wood
yard, selanjutnya mengumpankan gelondongan-gelondongan kayu tersebut ke wood
room atas dasar pertama datang pertama digunakan. Glondongan-glondongan kayu
tersebut selanjutnya dikuliti, dipotong-potong, disaring dan disimpan pada tumpukan
serpihan kayu yang disebut dengan chip file.
2.3.2 Unit Pemasakan (Digester)
Serpihan kayu yang berasal dari chip file dikirim ke tungku pemasakan yang lazim
disebut dengan digester menggunakan sebuah belt conveyor. Digester adalah sebuah
bejana bertekanan yang didalamnya serpihan kayu, yang dimasak dengan sejumlah
tertentu larutan kimia serta dengan panas dan tekanan untuk memisahkan
bagian-bagian yang berupa serat kayu dari bagian-bagian-bagian-bagian yang bukan serat dengan cara
melarutkan bagian yang bukan serat itu, dimana prosesnya dinamakan ‘’cooking’’.
Chip dimasak didalam digester dengan menggunakan panas. Bahan kimia yang
digunakan adalah Caustic (NaOH) dan Sodium Sulfide (Na2S), campuran ini
dinamakan WL. Digester mempunyai tinggi sekitar 18,6 m dengan diameter 4,2 m
dan volume 200 m3 yang dirancang untuk bekerja pada tekanan tinggi hingga 12
kg/cm2, temperatur ±1950C dan terdapat dua saringan yang diletakkan didalam
Setelah siklus pemasakan selesai pulp dihembuskan menuju tangki
penampungan (blow tank). Dari blow tank dipompakan melewati unit pemisahan mata
kayu yang disebut dengan Pressure Knotter. Proses pemasakan berlangsung selama ±
4 jam pada suhu 1700C dan tekanan sekitar ± 7 kg/cm2.
2.3.3 Unit Pencucian dan Penyaringan (Washing and Screening)
Proses selanjutnya setelah proses pemasakan adalah pencucian dan penyaringan.
Setelah selesai dari unit digester kemudian akan menuju ke unit pencucian tiga tahap,
kemudian dikirim ke unit penyaringan dan sesudah itu dikirim ke unit pencucian tahap
keempat. Bubur kertas setelah melalui unit pencucian tahap yang keempat disimpan
dalam sebuah High Density Unbleached Storage Tower dengan konsistensi 12%.
Untuk kemudian diolah pada unit pengelantangan.
2.3.4 Unit Pengelantangan (Bleaching)
Tujuan bleaching adalah untuk memutihkan bubur pulp. Unit ini terdiri dari empat
tahap, 2 tahap yang pertama pada BKP (Bleached Kraft Pulp) dan DKP (Dissolving
Kraft Pulp) adalah sama, tahap pertama adalah perlakuan pengolahan terhadap pulp
dengan menggunakan khlorine dioksida (ClO2) yang diikuti dengan ekstraksi oksidai
oleh peroksida (H2O2) pada tahap yang kedua. Pengelantangan pada tahap yang ketiga
dan keempat pada DKP adalah perlakuan dengan Khlorine Dioksida. Untuk BKP
tahap yang ketiga adalah perlakuan pengelolahan dengan dengan khlorine Dioksida
2.3.5 Unit Pulp Machine
Pulp machine dirancang dengan fungsi utamanya memisahkan air dari bubur pulp
dengan cara sangat efisiensi tanpa merusak struktur serat, berat dasar, dan formasi
pulp yang dihasilkan sehingga memilki kekuatan lembaran yang maksimum. Pulp
machine merupakan tahapan terakhir dari proses produksi pulp yang memilki
kepentingan sendiri. Pulp yang keluar dari pulp machine dalam bentuk lembaran akan
dikeringkan di dalam sebuah alat pengeringan dengan nama Air Bone Flakt Dryer.
Sesudah itu lembaran tersebut dipotong-potong, ditimbang, dibungkus, diikat dengan
kawat, dan diberi tanda serta disimpan di gudang. (Anonim, 2003)
2.4 Total Alkali Aktif dan Sulfiditas
Pembuatan pulp kraft dilakukan dengan larutan yang terdiri atas natium hidroksida
dan natrium sulfida, yang dinamakan “lindi putih”. Menurut terminologi digunakan
definisi-definisi berikut, dimana semua bahan kimia dihitung sebagai ekuivalen
natrium dan dinyatakan sebagai berat NaOH atau Na2O. (Sjostrom.F, 1995)
Proses sulfat dilaporkan telah ada sejak 1884, yaitu ketika seorang ilmuan dari
Jerman mendapat penghargaan dalam teknik pembuatan pulp kimia pH tinggi (alkalis)
yang baru. Proses tersebut didasarkan atas penggunaan cairan pemasak yang dibuat
terutama dari natrium hidroksida dan natrium sulfida dan namanya diperoleh
berdasarkan penggunaan natrium sulfat sebagai bahan kimia pembantu dalam proses
pemulihan cairan pemasak tersebut. Suatu bagian yang menarik dari cerita tersebut
adalah keterangan bagaimana teknik ini dimodifikasi dan menjadi terkenal dengan
Dapat dipulihkannya sisa cairan pemasak, ini menunjukkan bahwa proses
sulfat (kraft) secara perbandingan bebas dari masalah pembuangan residu. Proses ini
lebih lanjut efektif dalam pembuatan pulp segala spesies. Satu dampak negatif ialah
suatu sifat bau kobis busuk yang khas yang disebabkan oleh senyawa-senyawa
belerang yang mudah menguap. Biaya untuk menghilangkan bau ini sangat tinggi.
Karena sistem alat penciuman manusia dapat mengenali konsentrasi yang sangat kecil
sekalipun, maka senyawa-senyawa belerang benar-benar harus dihilangkan dari
gas-gas timbunan untuk memecahkan bau tersebut dengan sempurna. (Haygreen.J.G,
1987)
Konsentrasi TAA daripada WL merupakan hal yang sangat penting.
Konsentrasi TAA dinyatakan sebagai gram per liter (gpl) dari aktif alkali (NaOH +
Na2S) sebagai Na2O. Jika konsentrasi (gpl) WL nya rendah maka proses penghilangan
lignin akan menjadi kurang baik sehingga menghasilkan banyak reject, sebaliknya jika
konsentrasi (gpl) WL nya tinggi maka serat selulosa juga akan terserang dan rusak
yang berakibat pada rendahnya kekuatan dan randemen pulp.
Komposisi lindi pemasak dalam pembuatan pulp sulfat dinyatakan dengan
yang disebut sulfiditas, yang menyatakan nisbah Na2S terhadap alkali aktif, keduanya
dinyatakan sebagai Na2O. Sulfiditas yang digunakan bervariasi menurut perubahan
banyaknya alkali, suhu pemasakan dan sejumlah faktor lain. Besar kecilnya persentase
sulfidity dalam WL akan mempengaruhi kecepatan reaksi penghilangan lignin, namun
sulfidity diatas 30% tidak menguntungkan karena ia akan lebih banyak menyerang
dan memutus rantai selulosanya. Pada umumnya konsentrasi TAA antara 100-102 gpl
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
− Digester
− Conveyor
− Liquor Heater
− Pompa Sirkulasi
− Blow Tank
− Akumulator tank
− relief heat recovery system
− Air Evacuation Scrubber
− Heating Up White Liquor dan Black Liquor System
3.1.1 Bahan
− Serpihan kayu (chip)
− White liquor (terdiri dari NaOH dan Na2S)
− Uap panas (steam)
− Air
3.2 Prosedur Percobaan
a. Chip Filing
Chip yang telah memiliki ukuran yang standart dikirim ke tungku pemasak (digester)
dengan menggunakan conveyor.
b. Tahap Prehydrolisis
Pada proses DKP, prehydrolisis merupakan tahapan awal dari proses pemasakan
setelah pengisian chip. Untuk membuat serat rayon dibutuhkan pulp dengan
kemurnian yang sangat tinggi, prehydrolisis dimaksudkan untuk mengolah terlebih
dahulu serpihan kayu sebelum kayu dimasak dengan alkali. Proses prehydrolisis
dilakukan dalam fase uap menggunakan steam. Dengan menginjeksikan langsung
steam LPS (Low Pressure Steam) melalui bagian bawah digester, sehingga mencapai
temperatur 1250C. Untuk menaikkan temperatur dari 1250C sampai temperatur 1650C,
dipakai steam MPS (Medium Pressure Steam).
c. Liquor Filing
Pada proses DKP pengisian liquor dilakukan setelah prehydrolisis, sedangkan pada
proses BKP pengisian liquor dilakukan segera setelah pengisian chip. Larutan
pemasak panas yang dimasukkan kedalam digester yang diperoleh dari relief heat
recovery system dengan temperatur 1200C harus sesuai dengan perbandingan yang
WL dan black liquor dimasukkan kedalam digester yang mengalir melalui
pipa-pipa liquor heater yang diletakkan berdampingan dengan digester. Saat
memasukkan liquor dalam digester dilakukan sirkulasi dengan menggunakan pompa
sirkulasi untuk mensirkulasikan cairan pemasak dari dalam digester bagian tengah ke
bagian atas dan bawah digester.
d. Pemasakan dengan Proses Alkali (Kraft)
Proses pemasakan secara kraft dilaksanakan setelah penambahan white liquor dan
black liquor ke dalam chip. Digester yang berisi chip dan larutan pemasak dipanaskan
hingga temperatur mencapai 1700C dan tekanan mencapai 7 kg/cm2. Pada temperatur
dan tekanan ini, chip dimasak dengan alkali untuk periode waktu tertentu. Temperatur
dinaikkan dengan menggunakan steam (uap panas) yang masuk di luar pipa sehingga
menjadi panas yang tidak langsung.
e. Kraft Relief
Pada saat proses pemasakan berlangsung, maka tekanan akan naik, dan jika mencapai
lebih dari 7 kg/cm2 maka perlu dilakukan kraft relief yaitu proses pembukaan kran
relief guna untuk mengurangi tekanan hingga 6 kg/cm2.
f. Pulp Blowing
Tujuan utama pada pengoperasian blowing adalah untuk mengeluarkan atau memblow
semua isi digester kedalam blow tank. Setelah bubur kertas melewati blowing, air
evacuation scrubber akan menyerap sisa panas dari digester. Hasil panas dari blowing
akan diproses kembali di akumulator tank dengan memanaskan air yang hangat yang
akhirnya panas air menjadi 700C. Air yang telah diproses akan digunakan untuk
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data
Tabel 4.1 Data Konsentrasi TAA dan % Sulfidity dari WL per shift pada tanggal 29 Desember 2009 – 01 Januari 2010.
Date Shift Time NaOH
4.2 Perhitungan
TAA (gpl) = NaOH + Na2S
% S =
Keterangan :
TAA = Total Alkali Aktif (gpl)
% S = Sulfidity
Contoh : Data diambil pada tanggal 29 Desember 2009 pukul 16.00 WIB
TAA = NaOH + Na2S
= 79.4 + 23.8
= 103.2 gpl
% S =
=
= 23.1 %
4.3 Pembahasan
Dari hasil analisa yang telah dilakukan selama praktek lapangan terhadap white liquor
diperoleh rata-rata TAA 102.04 gpl (yang terdiri dari NaOH 77.6 gpl dan Na2S 24.5
gpl), dan % Sulfiditynya 24.06%, sedangkan range target yang harus dicapai untuk
untuk % Sulfidity adalah 23 – 25%. Ini berarti kontrol kualitas dari white liquor yang
diperoleh cukup baik.
Bubur pulp yang keluar dari digester diharapkan mempunyai viskositas 11 –
12 Cp dan kappa number 12 – 13. Berdasarkan data, diperoleh nilai rata-rata untuk
viskositas adalah 11.49 Cp, dan nilai rata-rata untuk kappa number adalah 10.93. Hal
ini juga menunjukkan bahwa kontrol kualitas dari white liquor cukup baik, sehingga
diperoleh hasil pemasakan chip yang maksimal, karena nilai viskositas dan kappa
number yang diperoleh telah memenuhi target sesuai yang diinginkan.
Alkali aktif dalam white liquor didefinisikan sebagai gabungan antara jumlah
Natrium Hidroksida (NaOH) dan Natrium Sulfida (Na2S) yang dinyatakan dalam
gram/liter (gpl). Alkali aktif tersebut dimasukkan dalam digester berfungsi untuk
melarutkan komponen/kotoran bukan selulosa yang ada dalam kayu. Dimana NaOH
dalam alkali aktif berfungsi untuk melarutkan lignin dan zat ekstraktif pada serat kayu
sehingga proses pemasakan lebih cepat berlangsung, sedangkan Na2S selain berfungsi
untuk melarutkan lignin juga berfungsi untuk mengurangi kerusakan pada karbohidrat
dari serat sehingga didapat kualitas pulp dengan kekuatan serat dan kecerahan yang
lebih tinggi. Bertambahnya jumlah alkali aktif yang dimasukkan akan melarutkan
lebih banyak lagi komponen/kotoran tersebut, sebaliknya berkurangnya jumlah alkali
aktif yang dimasukkan akan menyebabkan kayunya tidak masak (hard cook) yang
berakibat banyaknya kayu bakal terbuang berupa reject atau serpihan kayu yang
hanya sebagian saja yang masak yang disebut dengan knots. Banyaknya alkali yang
Karena larutan alkali menembus ke dalam kayu lebih baik daripada larutan asam,
maka waktu pemanasan untuk mencapai suhu maksimum cukup baik.
Komposisi lindi pemasak dalam pembuatan pulp dinyatakan yang disebut
dengan sulfiditas, yang menyatakan nisbah Na2S terhadap Alkali Aktif. Sulfiditas
yang digunakan bervariasi menurut perubahan banyaknya alkali, suhu pemasakan dan
sejumlah faktor lain. Biasanya sulfiditas untuk kayu keras lebih rendah (15-20%) dari
pada untuk kayu lunak (25-35%). Besar kecilnya persentase sulfidity dalam white
liquor akan mempengaruhi kecepatan reaksi penghilangan lignin , namun sulfiditas di
atas 30% tidak menguntungkan karena ia akan lebih banyak menyerang dan memutus
rantai selulosanya. Oleh karena itu, tahap pemasakan ini harus diperhatikan dan
dikontrol sebaik mungkin karena hal ini akan sangat menguntungkan produsen dan
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan pembahasan data, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Hubungan Total Alkali Aktif terhadap proses pemasakan adalah jika Total
Alkali Aktif di atas target maka akan menyebabkan perusakan serat – serat
kayu (over cook), sedangkan jika Total Alkali Aktif dibawah target maka
kayunya tidak masak (hard cook) sehingga akan menyebabkan banyaknya
kayu bakal terbuang atau serpihan kayu masak sebagian.
2. Hubungan % Sulfidity terhadap proses pemasakan adalah jika % Sulfidity
dibawah target maka pulp tidak akan terpisah dari ikatan lignin sehingga akan
memperbanyak pemakaian bahan kimia pada proses selanjutnya, sebaliknya
jika kadar % Sulfidity di atas target maka akan merusak fiber selulosa yang
5.2 Saran
1. Kadar Total Alkali Aktif pada white liquor harus lebih diperhatikan dalam
setiap pemasakan chip, karena akan mempengaruhi kekuatan serat dan
brightness dari pulp yang dihasilkan.
2. Sebelum memulai pengoperasian alat pada unit pemasakan yang sebelumnya
mengalami pemberhentian proses, sebaiknya dilakukan reparasi instrument
terlebih dahulu, khususnya untuk blow tank, agar tidak terjadi kerusakan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2003. Digester Plant. PT. Toba Pulp Lestari. Porsea. Sumatera Utara.
Dumanauw, J. F. 1993. Mengenal Kayu. Yogyakarta: Kanisius.
Fengel, D. 1995. Kayu: Kimia, Ultrastruktur, Reaksi – reaksi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press.
Haygreen, J. G. 1987. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu: Suatu Pengantar. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press.
Hohnholz, J. H. 1988. Menuju Kelestarian Hutan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Sjostrom, E. 1995. Kimia Kayu: Dasar – dasar dan Penggunaan. Jilid 2. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press.