• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Perbandingan Cairan Pemasak Dengan Chip Terhadap Proses Pemasakan Chip di Digester Plant PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Porsea Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Perbandingan Cairan Pemasak Dengan Chip Terhadap Proses Pemasakan Chip di Digester Plant PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Porsea Chapter III V"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat

Digester Conveyor

Liquor Heater

− Pompa Sirkulasi

Blow Tank Akumulator Tank

Relief Heat Recovery System Air Evacuation Scrubber

Heating up White Liquor and Black Liquor

3.1.2. Bahan

Serpihan kayu (chip)

White Liquor (lindi putih)

Black liquor (lindih hitam)

− Air

(2)

3.2. Prosedur Kerja a. Chip Filling

Chip yang telah memiliki ukuran yang standard diangkut dari chip pile

dengan menggunakan conveyor. Kemudian chip akan didistribusikan dengan

screw conveyor dan dimasukkan ke dalam digester melalui bagian atas digester. Satu digester diisi chip kira-kira 75 ton dengan moisture 50%.

b. Prehydrolisis,

yaitu proses yang dilakukan untuk mengeluarkan , kandungan-kandungan

yang bukan selulosa yang terdapat di dalam kayu, seperti selulosa yang

terpotong-potong dan karbohidrat rantai pendek yang disebut dengan

hemiselulosa sehingga akan mudah untuk mendapatkan pulp dengan

kemurnian yang lebih tinggi. Proses ini dilakukan dengan fase uap

menggunakan steam. Pada proses ini dipertahankan pada tempratur 165˚C

dan tekanan 6,0kg/cm² gauge selama 60 menit.

c. Liquor filling

yaitu proses pemasukan cairan pemasak panas kedalam digester yang berasal

dari relief heat recovery system. Untuk menjaga keberlangsungan peredaran

liquor dalam digester dan blowing yang bersih perlu diperhitungkan jumlah

perbandingan antara liquor dengan kayu yang sering disebut batch ratio.

Rationya berkisar 3,9:1, merupakan perbandingan terhadap kayu yang kering

yang dimasukkan kedalam digester, sehingga diperlukan liquor sebanyak 3,9

m³. Jumlah liquor terdiri dari white liquor, air yang terkandung dalam chip,

dan jumlah black liquor sebagai penambahnya.

(3)

yaitu pemanasan dengan menaikkan suhu di dalam digester dari 165˚C

menjadi 170˚ dengan sistem indirect steam dengan menggunakan Medium

Pressure (MP) Steam.

e. Kraft cooking

bertujuan untuk mempertahankan suhu dalam digester yang telah dicapai saat

kraft ramping. Suhu dipertahankan sampai diperoleh H-factor. H-factor target

1500. H-factor yang telah tercapai menunjukkan bahwa chip dalam digester

telah masak.

f. Kraft relief

yaitu proses yang dibutuhkan untuk menurunkan tekanan dalam digester.

Setelah chip - chip di dalam digester masak, maka tekanan di dalam digester

akan naik, untuk itu dibutuhkan proses kraft relief untuk mengurangi tekanan

di dalam digester selama kira-kira 2-5 menit sampai tekanan di dalam digester

turun menjadi kira-kira 6 kg/cm2.

g. Blowing

yaitu proses akhir dari pemasakan. Setelah siklus pemasakan selesai, pulp

dihembuskan menuju tangki penampungan (blow tank). Dari blow tank

kemudian dipompakan melewati unit pemisahan mata kayu yang disebut

(4)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Dari hasil pengamatan data yang diperoleh pada penentuan hubungan pengaruh

liquor to wood ratio terhadap proses pemasakan chip di digester untuk dapat

mencapai target kappa number di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk.

Data yang diperoleh dari proses pengolahan pulp di digester adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.1 : Data Pengamatan Lapangan Pada Proses Digester di Fiber Line L/W

(5)

4.2 Perhitungan

4.2.1. Perhitungan Jumlah cairan lindi hitam yang digunakan

(6)

Berdasarkan perhitungan di atas, telah diketahui volume black liquor yang

digunakan berdasarkan perbandingan liquor to wood. Dari semua data dan dengan

perhitungan yang sama maka diperoleh data sebagai berikut :

Tabel. 4.2. Data pengaruh liquor to wood terhadap volume black liquor dan Kappa number

L/W Ratio Volume Black Liquor Kappa Number

(m³) (K)

3,55 24,0 5,6

3,55 24,7 5,6

3,65 25,0 5,7

3,65 25,6 5,7

3,85 31,4 5,9

3,85 33,7 5,9

4,00 34,0 6,2

(7)

4.2.2. Menghitung Liquor to wood yang sesuai terhadap kappa number dengan metode least square

Tabel 4.3. Tabel Metode Least Square

(8)
(9)

= 1,292 (3,85) + 0,987

= 5,9612

y7 = 1,292 x7 + 0,987

= 1,292 (4,00) + 0,987

= 6,1550

y8 = 1,292 x8 + 0,987

= 1,292 (4,00) + 0,987

(10)

Tabel 4.4. Data Analisa Regresi Linier

X Y

3,55 5,5740

3,55 5,5740

3,65 5,7028

3,65 5,7028

3,85 5,9612

3,85 5,9612

4,00 6,1550

4,00 6,1550

Menghitung liquor to wood yang optimal untuk mencapai target kappa number

Target kappa number = 6

Y = ax + b

6 = 1,292 x + 0,987

5,013 = 1,292 x

X = 3,88

Jadi, liquor to wood yang optimal untuk mencapai kappa number target adalah

(11)

4.3. Pembahasan

Data pada tabel 4.2 yang diperoleh menunjukkan bilangan kappa yang dihasilkan

dari tahap pemasakan dan volume black liquor yang digunakan untuk

masing-masing pemasakan berdasarkan perbandingan chip dengan liquor yang digunakan.

Nilai kappa number didapatkan dari kappa analyzer yang terdapat pada digester.

Kemudian untuk hasil yang lebih akurat dilakukan pengujian secara laboratorium

yang kemudian hasilnya dicocokkan dengan hasil yang didapatkan pada kappa

analyzer.

Kappa number yang dihasilkan dipengaruhi oleh kondisi pemasakan pada

digester. Kappa number dapat digunakan sebagai salah satu parameter untuk

menentukan kualitas pulp dalam pemasakan. kappa number menunjukkan berapa

banyak lignin yang dihilangkan dalam proses pemasakan. Jika kappa number

menunjukkan hasil yang lebih tinggi dari target maka hal tersebut menyatakan

bahwa lignin yang tersisa dalam pulp masih banyak. Hal tersebut akan berdampak

pada kualitas pulp seperti pulp menjadi kaku dan tidak matang karena pulp masih

mengandung banyak lignin dan warna dari pulp yang sangat kecoklatan sehingga

diperlukan bahan kimia yang lebih banyak pada proses bleaching. Jika kappa

number lebih rendah dari target menunjukkan bahwa tidak hanya lignin yang

hilang pada proses pemasakan namun juga terjadi degradasi selulosa yang cukup

tinggi dan kekuatan dari serat akan menurun.

Liquor to wood ratio adalah perbandingan jumlah chip dengan liquor dalam

pemasakan. Liquor to wood ratio menyatakan jumlah total liquor untuk

pemasakan sejumlah chip kering di dalam digester. Nilai dari liquor to wood yang

(12)

3,5:1 yang berarti 1 ton chip kering membutuhkan sebanyak 3,5 m³ liquor. Total

volume liquor yang digunakan terdiri dari white liquor, kandungan air yang

terdapat dalam chip dan black liquor.

Black liquor adalah sisa larutan atau cairan yang diperoleh dari pemasakan

chip. Komposisi dari black liquor sebagian besar adalah lignin namun masih

mengandung sebagian dari alkali aktif yang diperlukan dalam proses pemasakan.

Larutan ini kemudian digunakan dalam proses pemasakan chip sebagai penambah

dari liquor. Namun apabila digunakan dalam jumlah yang banyak akan

berpengaruh terhadap kualitas pulp sehingga akan menyebabkan tingginya nilai

kappa number. Volume black liquor yang digunakan dipengaruhi oleh

perbandingan liquor to wood yang digunakan. Semakin besar perbandingan yang

digunakan dalam pemasakan maka akan menyebabkan semakin banyak black

liquor yang digunakan yang dinyatakan dengan tingginya kappa number.

Volume liquor yang digunakan dalam pemasakan sangat berpengaruh dalam

proses pemasakan. Jika volume liquor yang digunakan tidak sesuai dengan berat

kayu yang dimasak, maka hasil yang diharapkan tidak dapat tercapai. Apabila

volume liquor kurang dari jumlah pemasakan kayu maka alkali aktif yang

diperlukan dari liquor tidak dapat menghilangkan lignin dari kayu yang berarti

bahwa kayu tidak masak dan dapat menyebabkan tingginya kappa number. Untuk

itu perlu digunakan liquor to wood ratio yang sesuai untuk mendapatkan nilai

kappa number yang sesuai dengan target. Namun kondisi pemasakan yang baik

tidak hanya ditentukan dari liquor to wood ratio dan kappa number. Kondisi

(13)

sepertiviscosity, H-factor, %sulfidity, dan lain-lain yang keseluruhan sangat

(14)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Dari hasil pengamatan diketahui pengaruh perbandingan cairan pemasak

dengan chip yaitu semakin tinggi perbandingan cairan pemasak dengan

chip maka kualitas pulp yang dihasilkan akan menurun yaitu pulp akan

menjadi kaku dan berwarna lebih kecoklatan dipengaruhi oleh banyaknya

lignin yang terdapat dalam lindi hitam pada cairan pemasak.

2. Dari data yang diperoleh perbandingan cairan pemasak dengan chip yang

baik untuk mendapatkan bilangan kappa 6 adalah 3,88.

5.2. Saran

Proses pemasakan adalah proses pertama dari pembuatan pulp. Proses pemasakan

dapat mempengaruhi proses selanjutnya dari pembuatan pulp sehingga harus

diperhatikan untuk mendapatkan kualitas pulp yang diinginkan. Serpihan kayu

diharapkan masak secara merata dan lignin yang terdapat dalam serpihan kayu

dapat dipisahkan dengan baik dan menghasilkan pulp yang berkualitas sesuai

dengan yang diharapkan. Untuk itu maka variabel-variabel yang mempengaruhi

(15)

mungkin sehingga akan diperoleh tingkat kematangan serpihan kayu yang sesuai

Gambar

Tabel 4.1 : Data Pengamatan Lapangan Pada Proses Digester di Fiber Line
Tabel. 4.2. Data pengaruh liquor to wood terhadap volume black liquor dan
Tabel 4.3. Tabel Metode Least Square
Tabel 4.4. Data Analisa Regresi Linier

Referensi

Dokumen terkait

Berat jenis kayu merupakan faktor ekonomis yang sangat penting dalam pembuatan pulp. Dengan kayu yang lebih padat, kita dapat mengisi lebih berat pada digester

biasanya ditambahkan larutan pemasak atau alkali yang jumlahnya sedikit berlebih. Kelebihan alkali ini juga bermanfaat untuk menjaga pH dalam digester agar tidak turun diharapkan

Untuk mengetahui pengaruh dari besarnya sulphidity yang terkandung di dalam white liquor terhadap kandungan lignin yang masih terdapat dalam pulp yang dihasilkan yang ditandai

Dalam proses pemasakan di unit digester ada beberapa hal yang perlu di perhatikan untuk menghasilkan pulp yang baik yaitu Temperatur dan waktu (H-faktor) karena

Dimana jika Total Alkali Aktif dan % Sulfidity dalam white liquor semakin besar atau semakin kecil maka kualitas pulp yang diperoleh akan semakin turun... THE INFLUENCE

1.Hasil analisis untuk bilangan kappa dan viskositas dari pulp sulfat (kraft) yang. belum diputihkan setelah proses pemasakan, dan pencucian telah

Tujuan utama pada pengoperasian blowing adalah utnuk mengeluarkan atau blow semua isi digester kedalam tangki penampung (blow tank). Hanya satu digester yang dapat diblow ke

Dalam proses pemasakan di unit digester ada beberapa hal yang perlu di perhatikan untuk menghasilkan pulp yang baik yaitu Temperatur dan waktu (H-faktor) karena