• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelayakan Finansial Peternakan Ayam Broelir Terpadu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kelayakan Finansial Peternakan Ayam Broelir Terpadu"

Copied!
281
0
0

Teks penuh

(1)

RINGKASAN

LAELI KOMALASARI. Kelayakan Finansial Peternakan Ayam Broiler

Terpadu. Dibawah bimbingan MUHAMMAD FIRDAUS.

Peternakan sebagai salah satu sub sektor pertanian berperan dalam mewujudkan ketahanan dan keamanan pangan, khususnya pangan asal hewan. Salah satu sumbangan terbesar dari PDB Sub Sektor Peternakan adalah daging ayam. Daging ayam merupakan pilihan utama bagi konsumen dalam pemenuhan protein hewani yang berasal dari ternak. Hal ini dikarenakan harga daging ayam relatif lebih murah dibandingkan harga daging dari ternak lain.

Peluang pengembangan ayam broiler cukup besar mengingat konsumsi masyarakat terhadap ayam broiler akan terus meningkat seiring peningkatan pendapatan. Selain itu siklus produksi ayam broiler relatif singkat, biasanya dipanen pada umur 35 hari sehingga perputaran modal cepat.

Salah satu kendala dalam usaha pengembangan ayam broiler adalah mahalnya harga pakan ayam broiler. Total biaya pakan mencapai sekitar 70 persen dari seluruh biaya produksi. Mahalnya pakan ini disebabkan sebagian dari bahan bakunya masih impor termasuk jagung. Jagung merupakan bahan baku utama yang dalam penyusunan pakan ayam diperlukan sebesar 40 – 50 persen sementara bahan baku yang lain seperti dedak, bungkil kelapa, tepung ikan, premiks proporsinya relatif lebih kecil. Permintaan jagung sebagai bahan baku pakan terus meningkat dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu diperlukan terobosan untuk mengurangi ketergantungan impor jagung yang semakin meningkat.

Salah satu alternatif peningkatan pendapatan usaha ayam broiler adalah melalui integrasi dengan usaha produksi jagung, yaitu melakukan peternakan terpadu. Dengan mengintegrasikan ternak dan kegiatan penanaman jagung kemudian diolah menjadi pakan ternak diharapkan akan menghasilkan efisiensi produksi yang tinggi. Ayam broiler menghasilkan kotoran yang dapat diubah menjadi pupuk organik yang dapat menyuburkan tanah dan meningkatkan produksi jagung. Dari sisi ternaknya dapat diperoleh penyediaaan pakan yang berkesinambungan.

Pengembangan peternakan ayam broiler terpadu merupakan investasi jangka panjang dan dana yang dibutuhkan cukup besar. Diperlukan perencanaan yang tepat agar dana yang diinvestasikan memberikan keuntungan dan manfaat bagi pihak yang terlibat. Analisis kelayakan usaha perlu dilakukan guna mendukung perencanaan ini.

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kelayakan finansial peternakan ayam broiler terpadu pada kapasitas 10.000 dan 25.000 ekor, membuat simulasi kelayakan finansial peternakan ayam broiler terpadu untuk berbagai kombinasi model pengembangan ayam broiler dan menganalisis pengaruh perubahan kenaikan harga DOC dan penurunan harga jual ayam broiler terhadap kelayakan finansial.

(2)

penelitian ini adalah data primer dan sekunder yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Program komputer yang digunakan untuk mengolah data adalah Microsoft Excel. Tiga model usahatani yang akan diterapkan dengan dua simulasi terdiri dari model 1, 2 dan 3. Model satu merupakan peternakan ayam broiler (tidak terpadu), model dua adalah kombinasi antara pabrik pakan dan peternakan ayam broiler serta model tiga yaitu kombinasi peternakan ayam broiler dengan pabrik pakan dan budidaya jagung. Simulasi pertama dengan kapasitas 10.000 ekor ayam broiler. Simulasi kedua dengan kapasitas 25.000 ekor ayam broiler.

Hasil analisis kelayakan finansial dan analisis switching value dapat disimpulkan bahwa peternakan ayam broiler terpadu pada skala 10.000 ekor tidak layak diusahakan. Dengan meningkatkan skala usaha menjadi 25.000 ekor maka usaha menjadi layak. Peningkatan nilai indikator kelayakan finansial dari 10.000 menjadi 25.000 ekor cukup besar. Artinya bila usaha peternakan ayam broiler dilakukan secara integrasi dengan skala usaha yang relatif besar maka usaha semakin layak secara finansial dibandingkan bila usaha peternakan ayam broiler saja. Hasil analisis kelayakan diperoleh nilai NPV sebesar Rp 1.1481.498.164, Net B/C lebih besar dari satu yaitu 1,59 dan IRR sebesar 30,60 persen. Jangka waktu pengembalian investasi selama 3 tahun 2 bulan 12 hari. Dari analisis kelayakan finansial maka peternakan ayam broiler terpadu merupakan model terbaik untuk diterapkan, dan untuk usaha tersebut diperlukan modal awal sebesar Rp 2.854.611.767.

Kombinasi usaha antara pabrik pakan dan peternakan ayam broiler dengan kapasitas 25.000 ekor layak untuk diusahakan. Sementara untuk usaha yang tidak diintegrasikan, peternakan ayam broiler dengan kapasitas 25.000 ekor lebih layak untuk diusahakan dibandingkan 10.000 ekor karena nilai IRR, Net B/C, NPV lebih besar dan waktu pengembalian investasi lebih cepat

Usaha peternakan ayam broiler terpadu pada skala 25.000 ekor lebih tahan terhadap perubahan penurunan harga jual ayam broiler dan kenaikan harga DOC dibandingkan model lain. Analisis switching value menunjukkan bahwa batas maksimum penurunan harga jual ayam broiler yang dapat membuat usaha tetap layak sebesar 11,08 persen dan kenaikan harga DOC maksimal 62,73 persen.

(3)

KELAYAKAN FINANSIAL PETERNAKAN

AYAM BROILER TERPADU

Oleh :

LAELI KOMALASARI A14105678

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperolah Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Insitut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(4)

Judul : KELAYAKAN FINANSIAL PETERNAKAN AYAM BROILER TERPADU

Nama : LAELI KOMALASARI

NRP : A14105678

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Muhammad Firdaus, SP, MSi, Ph.D NIP 132 158 758

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019

(5)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

KELAYAKAN FINANSIAL PETERNAKAN AYAM BROILER TERPADU

ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN UNTUK KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, November 2008

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 21 Mei 1970, sebagai anak keenam dari tujuh bersaudara pasangan Bapak H.M. Soekirno dan Ibu Hj. Siti Juhanah.

Pada tahun 1977 penulis masuk Sekolah Dasar (SD) Pabrik Es I Bogor dan lulus tahun 1983. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan sekolah di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 4 Bogor dan lulus pada tahun 1986. Kemudian pada tahun 1989 penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Bogor.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memproleh gelar sarjana pada Program Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini berjudul KELAYAKAN FINANSIAL PETERNAKAN AYAM BROILER TERPADU. Skripsi menganalisis kelayakan finansial pengembangan ayam broiler terpadu dan berbagai kombinasi model pengembangan dari peternakan ayam broiler.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun pihak-pihak yang memerlukan.

Bogor, November 2008

(8)

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan segala rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada kedua orang tua, suami dan kedua buah hati tercinta, Fauzan Nabil dan Alandra Rafi Farisi yang selalu memberikan kasih sayang, dorongan, motivasi, doa dan pengertiannya selama ini.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang sudah memberikan dukungan moril maupun materiil, dorongan semangat, bimbingan, sumbangan pemikiran dan lain-lain. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Muhammad Firdaus, Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis selama penulisan skripsi.

2. Tanti Novianti, SP, M.Si selaku dosen evaluator kolokium atas saran dan masukannya.

3. Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen penguji atas masukan dan koreksiannya.

4. Arif Karyadi, SP selaku dosen penguji Komisi Pendidikan atas masukan dan sarannya.

(9)

6. Ir. Ajar Widoyoko dari PT. Charoen Pokphand, Ir. Doddy Wiratmoko dari PT. Tanindo Subur Prima dan Ir. Sugeng dari peternakan ayam broiler atas informasi dan masukannya.

7. Dr. Ir. Ibnu Katsir Amarullah, Ir. Salundik, MS dan Ir. Rukmiasih, MS atas masukannya.

8. Staf pengajar dan penunjang Bagian Ilmu Produksi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan atas kebersamaan dan dukungannya.

9. Mira Sukmapradita, SPt atas bantuan tenaga selama penulisan skripsi. 10. Seluruh teman-teman ekstensi MAB yang tidak dapat disebutkan satu

persatu.

(10)

DAFTAR ISI

(11)

RINGKASAN

LAELI KOMALASARI. Kelayakan Finansial Peternakan Ayam Broiler

Terpadu. Dibawah bimbingan MUHAMMAD FIRDAUS.

Peternakan sebagai salah satu sub sektor pertanian berperan dalam mewujudkan ketahanan dan keamanan pangan, khususnya pangan asal hewan. Salah satu sumbangan terbesar dari PDB Sub Sektor Peternakan adalah daging ayam. Daging ayam merupakan pilihan utama bagi konsumen dalam pemenuhan protein hewani yang berasal dari ternak. Hal ini dikarenakan harga daging ayam relatif lebih murah dibandingkan harga daging dari ternak lain.

Peluang pengembangan ayam broiler cukup besar mengingat konsumsi masyarakat terhadap ayam broiler akan terus meningkat seiring peningkatan pendapatan. Selain itu siklus produksi ayam broiler relatif singkat, biasanya dipanen pada umur 35 hari sehingga perputaran modal cepat.

Salah satu kendala dalam usaha pengembangan ayam broiler adalah mahalnya harga pakan ayam broiler. Total biaya pakan mencapai sekitar 70 persen dari seluruh biaya produksi. Mahalnya pakan ini disebabkan sebagian dari bahan bakunya masih impor termasuk jagung. Jagung merupakan bahan baku utama yang dalam penyusunan pakan ayam diperlukan sebesar 40 – 50 persen sementara bahan baku yang lain seperti dedak, bungkil kelapa, tepung ikan, premiks proporsinya relatif lebih kecil. Permintaan jagung sebagai bahan baku pakan terus meningkat dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu diperlukan terobosan untuk mengurangi ketergantungan impor jagung yang semakin meningkat.

Salah satu alternatif peningkatan pendapatan usaha ayam broiler adalah melalui integrasi dengan usaha produksi jagung, yaitu melakukan peternakan terpadu. Dengan mengintegrasikan ternak dan kegiatan penanaman jagung kemudian diolah menjadi pakan ternak diharapkan akan menghasilkan efisiensi produksi yang tinggi. Ayam broiler menghasilkan kotoran yang dapat diubah menjadi pupuk organik yang dapat menyuburkan tanah dan meningkatkan produksi jagung. Dari sisi ternaknya dapat diperoleh penyediaaan pakan yang berkesinambungan.

Pengembangan peternakan ayam broiler terpadu merupakan investasi jangka panjang dan dana yang dibutuhkan cukup besar. Diperlukan perencanaan yang tepat agar dana yang diinvestasikan memberikan keuntungan dan manfaat bagi pihak yang terlibat. Analisis kelayakan usaha perlu dilakukan guna mendukung perencanaan ini.

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kelayakan finansial peternakan ayam broiler terpadu pada kapasitas 10.000 dan 25.000 ekor, membuat simulasi kelayakan finansial peternakan ayam broiler terpadu untuk berbagai kombinasi model pengembangan ayam broiler dan menganalisis pengaruh perubahan kenaikan harga DOC dan penurunan harga jual ayam broiler terhadap kelayakan finansial.

(12)

penelitian ini adalah data primer dan sekunder yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Program komputer yang digunakan untuk mengolah data adalah Microsoft Excel. Tiga model usahatani yang akan diterapkan dengan dua simulasi terdiri dari model 1, 2 dan 3. Model satu merupakan peternakan ayam broiler (tidak terpadu), model dua adalah kombinasi antara pabrik pakan dan peternakan ayam broiler serta model tiga yaitu kombinasi peternakan ayam broiler dengan pabrik pakan dan budidaya jagung. Simulasi pertama dengan kapasitas 10.000 ekor ayam broiler. Simulasi kedua dengan kapasitas 25.000 ekor ayam broiler.

Hasil analisis kelayakan finansial dan analisis switching value dapat disimpulkan bahwa peternakan ayam broiler terpadu pada skala 10.000 ekor tidak layak diusahakan. Dengan meningkatkan skala usaha menjadi 25.000 ekor maka usaha menjadi layak. Peningkatan nilai indikator kelayakan finansial dari 10.000 menjadi 25.000 ekor cukup besar. Artinya bila usaha peternakan ayam broiler dilakukan secara integrasi dengan skala usaha yang relatif besar maka usaha semakin layak secara finansial dibandingkan bila usaha peternakan ayam broiler saja. Hasil analisis kelayakan diperoleh nilai NPV sebesar Rp 1.1481.498.164, Net B/C lebih besar dari satu yaitu 1,59 dan IRR sebesar 30,60 persen. Jangka waktu pengembalian investasi selama 3 tahun 2 bulan 12 hari. Dari analisis kelayakan finansial maka peternakan ayam broiler terpadu merupakan model terbaik untuk diterapkan, dan untuk usaha tersebut diperlukan modal awal sebesar Rp 2.854.611.767.

Kombinasi usaha antara pabrik pakan dan peternakan ayam broiler dengan kapasitas 25.000 ekor layak untuk diusahakan. Sementara untuk usaha yang tidak diintegrasikan, peternakan ayam broiler dengan kapasitas 25.000 ekor lebih layak untuk diusahakan dibandingkan 10.000 ekor karena nilai IRR, Net B/C, NPV lebih besar dan waktu pengembalian investasi lebih cepat

Usaha peternakan ayam broiler terpadu pada skala 25.000 ekor lebih tahan terhadap perubahan penurunan harga jual ayam broiler dan kenaikan harga DOC dibandingkan model lain. Analisis switching value menunjukkan bahwa batas maksimum penurunan harga jual ayam broiler yang dapat membuat usaha tetap layak sebesar 11,08 persen dan kenaikan harga DOC maksimal 62,73 persen.

(13)

KELAYAKAN FINANSIAL PETERNAKAN

AYAM BROILER TERPADU

Oleh :

LAELI KOMALASARI A14105678

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperolah Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Insitut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(14)

Judul : KELAYAKAN FINANSIAL PETERNAKAN AYAM BROILER TERPADU

Nama : LAELI KOMALASARI

NRP : A14105678

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Muhammad Firdaus, SP, MSi, Ph.D NIP 132 158 758

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019

(15)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

KELAYAKAN FINANSIAL PETERNAKAN AYAM BROILER TERPADU

ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN UNTUK KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, November 2008

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 21 Mei 1970, sebagai anak keenam dari tujuh bersaudara pasangan Bapak H.M. Soekirno dan Ibu Hj. Siti Juhanah.

Pada tahun 1977 penulis masuk Sekolah Dasar (SD) Pabrik Es I Bogor dan lulus tahun 1983. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan sekolah di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 4 Bogor dan lulus pada tahun 1986. Kemudian pada tahun 1989 penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Bogor.

(17)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memproleh gelar sarjana pada Program Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini berjudul KELAYAKAN FINANSIAL PETERNAKAN AYAM BROILER TERPADU. Skripsi menganalisis kelayakan finansial pengembangan ayam broiler terpadu dan berbagai kombinasi model pengembangan dari peternakan ayam broiler.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun pihak-pihak yang memerlukan.

Bogor, November 2008

(18)

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan segala rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada kedua orang tua, suami dan kedua buah hati tercinta, Fauzan Nabil dan Alandra Rafi Farisi yang selalu memberikan kasih sayang, dorongan, motivasi, doa dan pengertiannya selama ini.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang sudah memberikan dukungan moril maupun materiil, dorongan semangat, bimbingan, sumbangan pemikiran dan lain-lain. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Muhammad Firdaus, Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis selama penulisan skripsi.

2. Tanti Novianti, SP, M.Si selaku dosen evaluator kolokium atas saran dan masukannya.

3. Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen penguji atas masukan dan koreksiannya.

4. Arif Karyadi, SP selaku dosen penguji Komisi Pendidikan atas masukan dan sarannya.

(19)

6. Ir. Ajar Widoyoko dari PT. Charoen Pokphand, Ir. Doddy Wiratmoko dari PT. Tanindo Subur Prima dan Ir. Sugeng dari peternakan ayam broiler atas informasi dan masukannya.

7. Dr. Ir. Ibnu Katsir Amarullah, Ir. Salundik, MS dan Ir. Rukmiasih, MS atas masukannya.

8. Staf pengajar dan penunjang Bagian Ilmu Produksi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan atas kebersamaan dan dukungannya.

9. Mira Sukmapradita, SPt atas bantuan tenaga selama penulisan skripsi. 10. Seluruh teman-teman ekstensi MAB yang tidak dapat disebutkan satu

persatu.

(20)

DAFTAR ISI

(21)

4.3 Analisis Data ... 28

4.3.1 Analisis Kelayakan Finasial ... 29

4.3.2 Analisis Switching Value ... 32

4.4 Asumsi Dasar ... 32

V. ASPEK-ASPEK STUDI KELAYAKAN 5.1 Aspek Pasar ... 36

(22)

8.1.1 Biaya ... 67 8.1.2 Arus Penerimaan ... 71 8.2 Analisis Kelayakan Finansial ... 73 8.3 Analisis Switching Value... 77 8.4 Alternatif model Terbaik... ... 79 8.5 Kelemahan Penerapan Peternakan Ayam Broiler Terpadu ... 81

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

9.1 Kesimpulan ... . 83 9.2. Saran ... . 84

DAFTAR PUSTAKA ... . 85

(23)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Produksi Daging Ayam Broiler Tahun 2003-2007 di Indonesia ... 2 2. Jumlah Ekskreta Murni pada Beberapa Jenis Unggas ... 7 3. Persamaan dan Perbedaan Penelitian dengan Penelitian Terdahulu ... 12 4. Neraca Perdagangan Daging Ayam di Indonesia Tahun 2002 - 2006 ... 37 5. Umur Ekonomis dan Harga Peralatan Kandang Peternakan Ayam

Broiler ... 48 6. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Peternakan Ayam Broiler pada

Kapasitas 10.000 Ekor... ………... 52 7. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Peternakan Ayam Broiler pada

Kapasitas 25.000 Ekor... ………... 53 8. Hasil Analisis Switching Value Peternakan Ayam Broiler pada

Kapasitas 10.000 dan 25.000 Ekor ………... 55 9. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Kombinasi Pabrik Pakan dan

Peternakan Ayam Broiler pada Kapasitas 10.000 Ekor... 63 10. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Kombinasi Pabrik Pakan dan

Peternakan Ayam Broiler pada Kapasitas 25.000 Ekor... 64 11. Hasil Analisis Switching Value Kombinasi Pabrik Pakan dan

Peternakan Ayam Broiler pada Kapasitas 25.000 Ekor... 65 12. Biaya Investasi Budidaya Jagung ... 67 13. Biaya Investasi Pendirian Pabrik Pakan ... 68 14. Biaya Investasi Peternakan Ayam Broiler ... 69 15. Analisis Kelayakan Finansial Peternakan Ayam Broiler Terpadu pada

Kapasitas 10.000 Ekor ... 74 16. Analisis Kelayakan Finansial Peternakan Ayam Broiler Terpadu pada

Kapasitas 25.000 Ekor ... 76 17. Hasil Analisis Switching Value Peternakan Terpadu Ayam Broiler ... 77 18. Perbandingan Kriteria Investasi Berbagai Model Kombinasi Usaha ... 79 19. Perbandingan Analisis Switching Value Berbagai Model Kombinasi

(24)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1. Integrasi Tanaman Pangan dan Produksi Ternak ... 10 2. Kurva Kemungkinan Produksi yang Memperlihatkan Kemungkinan

(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Biaya Tetap Peternakan Ayam Broiler Terpadu Kapasitas

10.000 dan 20.000 Ekor Selama Satu Tahun ... 87 2. Biaya Variabel Peternakan Ayam Broiler Kapasitas 10.000 dan

25.000 Ekor Selama Satu Tahun ... 88 3. Biaya Variabel Kombinasi antara Pabrik Pakan dan Peternakan

Ayam Broiler Selama Satu Tahun ... 88 4. Biaya Variabel Peternakan Ayam Broiler Terpadu Kapasitas

10.000 dan 20.000 Ekor Selama Satu Tahun ... 89 5. Proyeksi Rugi Laba Peternakan Ayam Broiler Kapasitas 10.000

Ekor ... 90 6. Proyeksi Rugi Laba Peternakan Ayam Broiler Kapasitas 25.000

Ekor ... 90 7. Proyeksi Rugi Laba Kombinasi Pabrik Pakan dan Peternakan Ayam

Broiler Kapasitas 10.000 Ekor ... ... 91 8. Proyeksi Rugi Laba Kombinasi Pabrik Pakan dan Peternakan Ayam

Broiler Kapasitas 25.000 Ekor ... ... 91 9. Proyeksi Rugi Laba Peternakan Ayam Broiler Terpadu Kapasitas

10.000 Ekor... ... 92 10. Proyeksi Rugi Laba Peternakan Ayam Broiler Terpadu Kapasitas

25.000 Ekor ... 92 11. Cashflow Peternakan Ayam Broiler Kapasitas 10.000 Ekor... 93 12. Cashflow Peternakan Ayam Broiler Kapasitas 25.000 Ekor... 95 13. Cashflow Pabrik Pakan dan Peternakan Ayam Broiler Kapasitas

10.000 Ekor ... 97 14. Cashflow Pabrik Pakan dan Peternakan Ayam Broiler Kapasitas

25.000 Ekor ... 100 15. Cashflow Peternakan Ayam Broiler Terpadu Kapasitas 10.000

Ekor ... ... 103 16. Cashflow Peternakan Ayam Broiler Terpadu Kapasitas

25.000 Ekor ... 106 17. Analisis Switching Value Model Peternakan Ayam Broiler

Kapasitas 10.000 Ekor pada Penurunan Harga Jual Ayam Broiler

(26)

Nomor Halaman 18. Analisis Switching Value Peternakan Ayam Broiler

Kapasitas 10.000 Ekor pada Kenaikan Harga DOC Sebesar

5,91 Persen ...… 111 19. Analisis Switching Value Peternakan Ayam Broiler Kapasitas

10.000 pada Penurunan Harga Jual Ayam Broiler Sebesar

1,82 Persen ... 113 20. Analisis Switching Value Peternakan Ayam Broiler Kapasitas

25.000 pada Kenaikan Harga DOC Sebesar 10,35 Persen ... 115 21. Analisis Switching Value Kombinasi Pabrik Pakan dan

Peternakan Ayam Broiler Kapasitas 25.000 dengan Penurunan Harga Jual Ayam Broiler Sebesar 1,29 Persen ... 117 22. Analisis Switching Value Kombinasi Pabrik Pakan dan

Peternakan Ayam Broiler Kapasitas 25.000 dengan Kenaikan Harga

DOC Sebesar 7,31 Persen ..……….... 120 23. Analisis Switching Value Peternakan Ayam Broiler Terpadu

Kapasitas 25.000 Ekor pada Penurunan Harga Jual

Ayam Broiler 11,08 Persen ... 123 24. Analisis Switching Value Peternakan Ayam Broiler Terpadu

Kapasitas 25.000 Ekor pada Kenaikan Harga DOC

(27)

Oleh :

LAELI KOMALASARI

A14105678

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

(28)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peternakan sebagai salah satu sub sektor pertanian berperan dalam mewujudkan ketahanan dan keamanan pangan, khususnya pangan asal hewan. Sektor peternakan memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB). Kontribusi sektor peternakan terhadap PDB Pertanian pada tahun 2003 sebesar 3,97 persen atau 1,9 persen terhadap PDB Nasional. PDB Sektor Peternakan pada tahun 2002 – 2006 terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2003 peningkatan sebesar 3,97 persen dibandingkan tahun 2002.

Salah satu sumbangan terbesar dari PDB Sub Sektor Peternakan adalah daging ayam. Daging ayam merupakan pilihan utama bagi konsumen dalam pemenuhan protein hewani yang berasal dari ternak. Hal ini dikarenakan harga daging ayam relatif lebih murah dibandingkan harga daging dari ternak lain.

(29)

Tabel 1 Produksi Daging Ayam Broiler Tahun 2003-2007 di Indonesia

Tahun Produksi (Ton)

2003 771.112 2004 846.097 2005 779.106 2006 861.263 2007 918.478 Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan (2007)

Impor daging ayam pada tahun 2003 – 2005 meningkat cukup tinggi, kenaikan berkisar antara 140,6 – 202,8 persen. Tahun 2006 mengalami penurunan sebesar 12,8 persen tetapi impor masih dilakukan karena belum mencukupi kebutuhan dalam negeri (Dirjen Peternakan, 2007). Keadaan ini bila dibiarkan, akan menyebabkan merosotnya peternakan ayam broiler nasional pada periode mendatang.

Salah satu upaya menanggulangi volume impor yang tinggi adalah meningkatkan produksi ayam broiler nasional dan ini merupakan suatu peluang. Peluang pengembangan ayam broiler cukup besar mengingat konsumsi masyarakat terhadap ayam broiler akan terus meningkat seiring peningkatan pendapatan. Selain itu siklus produksi ayam broiler relatif singkat, biasanya dipanen pada umur 35 hari sehingga perputaran modal cepat.

(30)

pakan terus meningkat dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu diperlukan terobosan untuk mengurangi ketergantungan impor jagung yang semakin meningkat.

1.2 Perumusan Masalah

Adanya kecenderungan impor paha ayam yang terus meningkat dengan harga yang lebih rendah dibanding harga dalam negeri menjadi ancaman bagi industri perunggasan nasional. Hal ini menuntut upaya untuk meningkatkan produksi dalam negeri melalui efisiensi sehingga dihasilkan produk yang memiliki daya saing di pasaran. Efisiensi usaha ayam broiler tidak hanya terkait dengan usaha ternaknya saja tetapi juga dengan harga input produksinya dalam hal ini jagung. Di lain pihak, jagung yang merupakan bahan baku pakan masih impor sehingga harga pakan mahal.

Selama ini pendapatan peternak dari usaha ayam broiler berfluktuasi. Hal ini dikarenakan harga jual daging ayam di pasaran berfluktuasi pula dan tidak bisa diprediksi secara tepat, sementara harga pakan terus mengalami peningkatan. Dari Januari 2007 sampai 2008 harga pakan ayam broiler terus meningkat mulai harga Rp 3.000 sampai Rp 4.000 per kg. Peningkatan ini seiring dengan meningkatnya salah satu harga bahan baku pakan yaitu jagung sebesar 28 persen dari Nopember 2006 sampai Januari 2008, sehingga banyak peternak yang dirugikan dengan kondisi seperti ini (GPMT, 2008).

(31)

sumberdaya yang tersedia. Ketersediaan sumberdaya mempengaruhi pengelolaan dalam peternakan terpadu. Sebenarnya berapa luasan yang dibutuhkan untuk tanaman jagung dan usaha ayam broiler dan kapasitas pabrik pakan yang dapat memenuhi kebutuhan ayam broiler.

Dengan mengintegrasikan ternak dan kegiatan penanaman jagung kemudian diolah menjadi pakan ternak diharapkan akan menghasilkan efisiensi produksi yang tinggi. Ayam broiler menghasilkan kotoran yang dapat diubah menjadi pupuk organik yang dapat menyuburkan tanah dan meningkatkan produksi jagung. Dari sisi ternaknya dapat diperoleh penyediaaan pakan yang berkesinambungan.

Pengembangan peternakan terpadu ayam broiler membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai investasi jangka panjang. Diperlukan perencanaan yang tepat agar dana yang diinvestasikan memberikan keuntungan dan manfaat bagi pihak yang terlibat. Analisis kelayakan usaha perlu dilakukan guna mendukung perencanaan ini.

Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah pengembangan peternakan ayam broiler terpadu layak secara finansial pada kapasitas 10.000 dan 25.000 ekor?

2. Bagaimana tingkat kelayakan finansial tersebut untuk berbagai kombinasi model pengembangan dari peternakan ayam broiler?

(32)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis kelayakan finansial peternakan ayam broiler terpadu pada kapasitas 10.000 dan 25.000 ekor.

2. Membuat simulasi kelayakan finansial peternakan ayam broiler terpadu untuk berbagai kombinasi model pengembangan dari peternakan ayam broiler.

3. Menganalisis pengaruh perubahan kenaikan harga DOC dan penurunan harga jual ayam broiler terhadap kelayakan finansial.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai: 1. Bahan referensi dan masukan untuk penelitian lebih lanjut.

2. Memberikan gambaran mengenai manfaat investasi bagi investor yang berminat dalam mengembangkan usaha ini.

3. Informasi kepada peternak untuk memanfaatkan dan mengolah sumberdaya yang ada secara optimal sehingga peternak mencapai tujuan usaha yaitu memperoleh keuntungan yang maksimal.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

(33)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ayam Broiler

Ayam broiler merupakan ayam pedaging yang dijual pada umur sekitar tujuh minggu. Umumnya ayam broiler dijual saat bobot badan mencapai sekitar 1,8 kg (North dan Bell, 1990). Istilah broiler berasal dari kata to broil artinya dipanggang. Menurut Hardjosworo dan Rukmiasih (2000), ayam broiler di Indonesia adalah ayam ras pedaging jantan atau betina yang dipotong pada umur 5 – 6 minggu dengan bobot hidup berkisar antara 1,7 – 2 kg.

Pakan ayam broiler terdiri dari pakan starter diberikan pada ayam berumur 0 sampai 3 minggu, pakan finisher diberikan umur 4 minggu sampai panen. Menurut Bell dan Weaver (2002) standar FCR broiler yang dipelihara selama 35-38 hari adalah lebih kecil dari 1,83. Artinya untuk mendapatkan ayam dengan bobot hidup 1 kg diperlukan pakan sejumlah 1,83 kg.

(34)

Tabel 2 Jumlah Ekskreta Murni pada Beberapa Jenis Unggas

Tanaman jagung (Zea mays L.) termasuk ke dalam famili rumput-rumputan (Graminae). Jagung adalah tanaman semusim, yang tinggi, tegap, biasanya dengan batang tunggal yang dominan, walaupun ada beberapa cabang pangkal pada beberapa genotipa dan lingkungannya. Merupakan tanaman berumah satu, seluruh tongkol terbungkus, sering kali sangat rapat, oleh pelepah-pelepah daun yang berubah disebut kelobot (Goldsworthy, Peter R dan N.M Fisher, 1996).

(35)

Untuk penanaman komersial, jagung diperbanyak dengan biji (benih) (Purwono dan Heni P, 2007). Dengan adanya perkembangan teknologi pemuliaan tanaman jagung yang semakin maju, telah banyak dilepas berbagai macam varietas unggul jagung terutama jagung hibrida. Jagung hibrida bisa diperoleh dari hasil seleksi kombinasi atau biasa disebut hibridisasi. Hal ini dapat menciptakan suatu jenis atau spesies baru yang dapat meningkatkan produksi, tahan terhadap serangan hama dan penyakit, umur pendek dan sebagainya. Produksi jagung hibrida bisa mencapai lebih dari enam ton pipilan kering per hektar. Bila dibandingkan dengan jagung lokal yang rata-rata hasilnya di bawah dua ton per hektar dan jagung komposit 2,5 – 3,5 ton per hektar (Warisno, 1998). Varietas unggul yang ada di Indonesia memiliki umur panen bervariasi mulai 85 hari sampai 118 hari (Purwono dan Heni P, 2007).

Poduktivitas jagung nasional pada tahun 2007 sebesar 35,88 kuintal per hektar. Selama kurun waktu 1969-2007 produksi jagung yang tertinggi dicapai pada tahun 2005 yaitu sebesar 12.524 ribu ton. Berdasarkan angka tetap tahun 2006, produksi jagung turun sebesar 7,30 persen menjadi 11.609 ribu ton, kemudian menurut angka ramalan tahun 2007 produksi meningkat kembali menjadi 12.446 ribu ton. Penurunan produksi jagung terutama disebabkan oleh penurunan luas panen, sedangkan produktivitas meningkat karena penggunaan benih jagung hibrida (Deptan, 2007).

2.3 Pupuk Kandang

(36)

dan unsur mikro seperti kalsium, magnesium dan sulfur (Sutanto, 2006). Kandungan unsur hara dan air pada pupuk yang berasal dari kotoran ayam adalah nitrogen 1,00 %, fosfor 0,80 %, kalium 0,40 %, air 55,00 % (Setiawan, A.I, 2007). Pupuk kandang membuat tanah lebih subur, gembur dan lebih mudah diolah. Kegunaan ini tidak dapat digantikan oleh pupuk buatan (Setiawan, A.I, 2007). Penggunaan pupuk kandang kering dianjurkan berdasarkan alasan dapat mengurangi pengaruh kenaikan temperatur selama proses dekomposisi dan terjadinya kekurangan nitrogen yang diperlukan tanaman (Sutanto, 2006). Kotoran ayam dapat dijadikan sebagai bahan organik bisa dikomposkan dan mengandung nitrogen, cocok dicampur dengan bahan yang kaya carbon. Penggunaan pupuk kandang untuk tanaman jagung sebanyak 20-25 ton per hektar (Yuwono, 2005).

2.4 Pertanian Terpadu

Konsep pertanian terpadu adalah integrasi kegiatan untuk mencapai kombinasi optimal yang memiliki sifat saling melengkapi dan berhubungan dalam interaksi yang bersifat sinergis dan berkelanjutan. Interaksi dalam sistem integrasi ini dapat meningkatkan efisiensi produksi, produksi optimal, peningkatan daya saing produk, peningkatan pendapatan sekaligus keseimbangan alam yang lestari.

(37)

Kotoran

Ternak Tanaman Pakan Ternak

Produksi Ternak

Residu Tanaman Pangan Produksi Tanaman Pangan

Gambar 1. Integrasi Tanaman Pangan dan Produksi Ternak Sumber : Edwars (1990)

2.5 Tinjauan Terdahulu

Penelitian tentang keterpaduan antara ternak dan tanaman pangan pernah dilakukan oleh Abduh, U et al (2004). Penelitiannya berjudul integrasi ternak itik dengan sistem usahatani berbasis padi di Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan. Sebanyak delapan orang peternak itik dibagi dua kelompok yaitu kelompok satu terdiri dari empat orang peternak yang masing-masing memiliki 100 ekor diberi pakan pelengkap dan pakan tambahan, sedangkan kelompok dua sebagai kontrol.

(38)

Yadnya, T.G.B (2004) melakukan penelitian dengan judul integrasi beternak itik dengan tanaman pangan yang merupakan pencerminan usaha pertanian berwawasan lingkungan yang berkelanjutan. Penelitian dilakukan pada lahan pekarangan yang luasnya 8 are terdiri dari 2 are untuk tanaman jagung yang ditumpangsarikan dengan ketela, 5 are untuk bangunan rumah dan 1 are untuk ternak itik. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kemampuan tanaman jagung pada lahan seluas dua are hanya bisa memenuhi sekitar 25 ekor itik.

Produksi kotoran yang dihasilkan 45 ekor itik selama delapan minggu yang diubah menjadi pupuk bokhasi adalah 182.479,65 gram. Selanjutnya pemberian pupuk bokhasi pada tanaman jagung atau yang dikombinasikan dengan ketela pohon dapat meningkatkan jerami tanaman jagung (daun dan batang), produksi biji jagung, daun ketela maupun berat umbi ketela pohon. Tanaman pangan (ketela + jagung) dengan ternak itik terjadi hubungan erat yang bersifat timbal balik, karena tanaman tersebut dapat menyediakan daun ketela dan biji jagung sebagai bahan ransum untuk kebutuhan ternak itik. Dilain pihak ternak sendiri dapat menghasilkan kotoran sebagai bahan pembuatan pupuk bokhasi untuk penyediaan unsur hara bagi tanaman ketela dan jagung, sehingga nampak tidak ada bahan yang terbuang.

(39)

mengikutsertakan lima petani koperator. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani model C paling cocok untuk dikembangkan. Analisis arus tunai usahatani secara keseluruhan dari Model C dengan menggunakan discount factor

sesuai dengan suku bunga modal (18,4%) menunjukkan indeks keuntungan seluruh usaha sebesar 140,4 persen, NPV sebesar Rp 3.122.063, IRR 30,6 persen dan jangka waktu pengembalian lima tahun.

Hasil penelitian Gustriyeni (2007) menunjukkan bahwa nilai NPV yang diperoleh dengan menggunakan suku bunga deposito 7,00 persen per tahun pada usaha peternakan ayam broiler adalah sebesar Rp 561.050.879,94 dan IRR 41 persen. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas maka usaha peternakan ayam broiler akan mengalami kerugian jika terjadi peningkatan harga DOC lebih dari 38,26 persen, peningkatan harga pakan lebih dari 10,47 persen dan jika terjadi penurunan harga jual ayam lebih dari 6,74 persen.

Penelitian berjudul Kelayakan Finansial Peternakan Ayam Broiler Terpadu memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu, seperti tersaji pada Tabel 3.

Tabel 3 Persamaan dan Perbedaan Penelitian ini dengan Penelitian Terdahulu

No Peneliti Persamaan Perbedaan

(40)

BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Fungsi Produksi

Menurut Doll dan Orazem (1984), fungsi produksi menggambarkan hubungan input dan output. Ini menggambarkan tingkat penggunaan sumberdaya yang dapat diubah menjadi produk. Ada sejumlah hubungan input output dalam pertanian karena tingkat penggunaan input yang dapat diubah menjadi output bervariasi tergantung tipe tanah, jenis ternak, teknologi yang digunakan, jumlah curah hujan dan sebagainya

Fungsi produksi dapat dituliskan sebagai berikut : Y = f (X1, X2,...,Xn)

Y merupakan output dan X1 ... Xn adalah input yang berbeda yang merupakan

bagian untuk menghasilkan Y. Fungsi produksi digunakan untuk memperoleh jumlah output yang maksimal dengan menggunakan input yang jumlahnya terbatas.

Hubungan antara output-output terdiri dari : a. Produk Kompetitif

(41)

b. Produk Komplementer

Dua produk disebut komplementer jika peningkatan dalam satu produk menyebabkan peningkatan produk kedua, ketika jumlah input-input yang digunakan pada keduanya konstan.

c. Produk Suplementer

Dua produk dikatakan suplementer jika jumlah produk yang satu meningkat tanpa menyebabkan perubahan pada produk yang lain.

d. Joint Product

(42)

a. Produk Kompetitif b. Produk Komplementer

Y2

Gambar 2 Kurva Kemungkinan Produksi yang Menunjukkan Kemungkinan Hubungan Antar Produk

Sumber : Doll dan Orazem (1984)

3.1.2 Siklus Proyek

(43)

Pudjosumarto (1991), proyek merupakan suatu rangkaian aktivitas yang dapat direncanakan, di dalamnya menggunakan sumber-sumber (input) untuk mendapatkan manfaat di masa yang akan datang. Siklus proyek merupakan tahap-tahap atau urutan yang dilalui dalam kegiatan suatu proyek.

Tahapan untuk melakukan proyek investasi adalah : 1. Identifikasi

Pada tahap ini sponsor proyek melihat adanya kesempatan investasi yang mungkin menguntungkan. Pengamatan dilakukan terhadap lingkungan untuk memperkirakan kesempatan dan ancaman dari usaha tersebut (Pudjosumarto, 1991). Pada tahap ini dilakukan dengan maksud mendapatkan proyek-proyek yang potensial. Usulan-usulan dapat datang dari para ahli dalam bidang teknis dan pimpinan-pimpinan setempat yang dikenal (Gittinger, 1986).

2. Persiapan dan Analisa

Proses ini meliputi semua pekerjaan yang perlu dilakukan untuk membawa proyek sehingga bisa dilakukan pengamatan atau penilaian ulang dengan hati-hati. Proyek apabila telah ditentukan menjadi suatu proyek yang baik, maka proyek tersebut bisa segera dilaksanakan. Dalam persiapan dan analisa proyek, pertimbangan akan diberikan terhadap tiap-tiap aspek.

(44)

bisa cocok dengan lingkungan fisik dan sosialnya dan memastikan bahwa proyek tersebut akan memberi hasil yang optimal (Gittinger, 1986).

3. Penilaian

Pada tahap ini melakukan analisa dan menilai aspek pasar, teknik, keuangan dan perekonomian (Husnan dan Suwarsono, 2000). Suatu proyek setelah dipersiapkan, biasanya dilakukan suatu pengkajian atau suatu penilaian tersendiri. Hal ini memberikan kesempatan untuk memeriksa kembali tiap-tiap aspek dari rencana suatu proyek. Selain itu, mungkin akan melibatkan informasi baru apabila spesialis-spesialis dari tim penilaian merasa bahwa sebagian data diragukan atau sebagian dari asumsi itu tidak tepat. Apabila tim penilai menyimpulkan bahwa rencana proyek tersebut masuk akal, investasi bisa diteruskan. Apabila tim penilai menemukan kekurangan yang cukup serius, kemungkinan perlu bagi analis untuk merubah rencana proyek atau mengembangkan suatu rencana yang sama sekali baru (Gittinger, 1986).

4. Pelaksanaan

Tahap ini merupakan bagian yang terpenting dari siklus proyek. Adanya rencana proyek yang lebih baik dan lebih realistis akan lebih memungkinkan untuk dilaksanakan dan keuntungan yang diharapkan dapat diwujudkan. Hal ini menekankan perlunya perhatian yang seksama terhadap tiap aspek dari perencanaan dan analisa suatu proyek.

(45)

5. Evaluasi

Analisis ini mempelajari secara sistematis elemen-elemen yang mencapai sukses dan gagal dalam proyek yang telah dilaksanakan untuk memetik pelajaran bagi perencanaan di masa depan. Evaluasi tidak terbatas hanya pada proyek yang telah diselesaikan saja. Evaluasi adalah alat yang paling penting dalam proyek yang sedang berjalan dan lebih cenderung lagi evaluasi secara formal mungkin dilakukan beberapa kali selama pelaksanaan proyek tersebut.

Sasaran dari suatu proyek akan merupakan kriteria utama dalam melakukan suatu evaluasi. Sasaran tidak dapat diterima tanpa adanya kritik untuk perbaikan, namun penelitian sebaiknya mempertimbangkan apakah sasaran-sasaran itu sendiri tepat dan sesuai.

3.1.3 Studi Kelayakan Proyek

Proyek pertanian adalah kegiatan usaha yang menggunakan sumber daya untuk memperoleh keuntungan atau manfaat (Gittinger, 1986). Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil. Tujuan dilakukan studi kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan (Husnan, S dan Suwarsono, 2000).

(46)

pengeluaran ekonomis yang dapat menimbulkan pengurangan manfaat yang dapat diterima.

Dari sisi dampaknya, studi kelayakan proyek akan menyangkut tiga aspek yaitu :

1. Manfaat ekonomi bagi proyek itu sendiri (sering disebut sebagai manfaat finansial). Hal ini berarti apakah proyek itu dipandang cukup menguntungkan apabila dibandingkan dengan resiko proyek tersebut.

2. Manfaat ekonomis bagi negara tempat proyek dilaksanakan (sering disebut manfaat ekonomi nasional). Hal ini menunjukkan manfaat proyek tersebut bagi ekonomi makro suatu negara.

3. Manfaat sosial bagi masyarakat sekitar proyek tersebut. Ini merupakan studi yang paling relatif sulit untuk dilakukan.

Faktor yang mempengaruhi intensitas studi kelayakan adalah : 1. Besarnya dana yang ditanamkan.

Umumnya semakin besar jumlah dana yang ditanamkan, semakin mendalam studi yang perlu dilakukan.

2. Tingkat ketidakpastian proyek

Semakin sulit kita memperkirakan penghasilan penjualan, biaya, aliran kas dan lain-lain, semakin berhati-hati dalam melakukan studi kelayakan. 3. Kompleksitas elemen-elemen yang mempengaruhi proyek.

(47)

3.1.4 Aspek-Aspek Studi Kelayakan

Untuk melakukan studi kelayakan, terlebih dahulu harus ditentukan aspek-aspek apa yang akan dipelajari. Banyak dan sedikitnya aspek-aspek yang akan dinilai serta kedalaman analisa tergantung pada besar kecilnya proyek yang akan dilakukan. Masing-masing aspek bisa dinilai dengan metode analisa yang berbeda-beda (Husnan, S dan Suwarsono, 2000).

Aspek-aspek dalam studi kelayakan adalah : 1. Aspek teknis

Aspek teknis meliputi evaluasi tentang input dan output dari barang dan jasa yang akan diperlukan dan diproduksi oleh proyek (Kadariah, 1999). Aspek teknis dan produksi menyangkut pemilihan lokasi, skala dan proses produksi, mesin dan perlengkapan yang dipilih, penanganan terhadap limbah, tata letak dan teknologi yang digunakan (Husnan dan Suwarsono, 2000).

2. Aspek komersial

Aspek komersial menyangkut penawaran (barang dan jasa) yang diperlukan proyek, baik waktu membangun proyek maupun pada waktu proyek sudah berproduksi. Selain itu juga menganalisis pemasaran output yang akan diproduksi oleh proyek (Kadariah et al. 1999). Menurut Gittinger (1986), yang termasuk dalam aspek komersial adalah rencana pemasaran ouput yang dihasilkan oleh proyek dan rencana penyediaan input yang dibutuhkan untuk kelangsungan dan pelaksanaan proyek.

3. Aspek institusional, organisasi dan manajerial

(48)

antara administrasi proyek dengan lembaga lainnya dapat terlihat secara jelas (Pudjosumarto, 1991).

4. Aspek finansial

Yaitu merupakan aspek utama yang akan menyangkut tentang perbandingan antara pengeluaran uang dengan pemasukan uang atau returns

dalam suatu proyek (Pudjosumarto, 1991). Aspek finansial menyangkut terutama perbandingan antara pengeluaran uang dengan revenue earning

proyek. Selain itu apakah proyek akan terjamin dana yang diperlukan, apakah proyek akan mampu membayar kembali dana tersebut dan apakah proyek itu akan berkembang sehingga secara finansial dapat berdiri sendiri (Kadariah et al. 1999).

5. Aspek ekonomi

Yaitu aspek yang akan menentukan tentang besar atau kecilnya sumbangan suatu proyek terhadap pembangunan ekonomi secara keseluruhan (Pudjosumarto, 1991).

6. Aspek sosial

(49)

7. Aspek hukum

Mempelajari tentang bentuk badan usaha, jaminan yang bisa disediakan jika menggunakan sumber dana berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat dan izin yang diperlukan (Husnan, S dan Suwarsono, 2000).

3.1.5 Analisis Kelayakan Finansial

Analisis kelayakan finansial merupakan ukuran yang dipakai untuk menyatakan layak tidaknya suatu proyek dilaksanakan. Beberapa kriteria yang dipakai dalam penilaian kelayakan adalah Nilai Bersih Sekarang (Net Present

Value), Rasio Manfaat Biaya Bersih (Net Benefit and Cost Rasio), Tingkat

Pengembalian Investasi (Internal Rate of Return) dan Masa Pengembalian Investasi (Payback Period).

Nilai Bersih Sekarang (Net Present Value) adalah selisih antara penerimaan dengan pengeluaran yang telah didiskontokan (Pudjosumarto, 1991). NPV merupakan menilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh penanaman investasi (Gittinger, 1986).

Proyek dikatakan layak atau bermanfaat jika NPV lebih besar dari nol. Jika NPV sama dengan nol, berarti proyek tersebut mengembalikan persis sebesar

Social Opportunity Cost of Capital. Jika NPV lebih kecil dari nol berarti proyek

ditolak, artinya ada penggunaan lain yang lebih menguntungkan untuk sumber-sumber yang diperlukan proyek (Kadariah et al, 1999).

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara jumlah

(50)

dengan nilai sekarang arus biaya. Proyek akan dipilih apabila Net B/C Ratio lebih besar dari satu.

Tingkat pengembalian investasi (Internal Rate of Return/IRR) adalah tingkat diskonto yang dapat membuat manfaat sekarang neto dari arus manfaat neto tambahan atau arus uang tambahan sama dengan nol. Tingkat tersebut adalah tingkat bunga maksimum yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan. Hal ini karena proyek membutuhkan dana lagi untuk biaya-biaya operasi dan investasi dan proyek baru sampai pada tingkat pulang modal (Gittinger, 1986).

IRR menunjukkan kemampuan suatu proyek untuk menghasilkan returns

atau tingkat keuntungan yang dapat dicapainya. Kadang-kadang IRR ini digunakan pedoman tingkat bunga (i) yang berlaku, walaupun sebetulnya bukan i, tetapi IRR akan selalu mendekati besarnya i tersebut (Pudjosumarto, 1991). Proyek layak dilakukan jika IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku.

Masa Pengembalian Investasi (Payback Period) adalah jangka waktu periode yang diperlukan untuk membayar kembali (mengembalikan) semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan di dalam investasi suatu proyek. Payback period yang semakin pendek menunjukkan bahwa investasi yang dikeluarkan dalam proyek tersebut semakin cepat kembali.

3.1.6 Switching Value.

(51)

menghadapi ketidaktentuan yang dapat saja terjadi pada keadaan yang telah kita ramalkan atau perkirakan.

Suatu variasi pada analisis sensitivitas adalah nilai pengganti atau disebut

switching value (Gittinger, 1986). Dalam analisis sensitivitas dapat memilih

sejumlah nilai yang dengan nilai tersebut dapat melakukan perubahan terhadap masalah yang dianggap penting dan menentukan pengaruh perubahan tersebut terhadap proyek. Sebaliknya bila ingin menghitung suatu nilai pengganti maka berapa banyak elemen yang kurang baik dalam analisa proyek yang akan diganti supaya dapat memenuhi tingkat minimum diterimanya proyek. Analisis switching

value dilakukan dengan metode coba-coba (trial and error) sehingga didapat nilai

NPV sama dengan nol.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Peluang pengembangan usaha peternakan ayam broiler cukup prospektif dengan pasar domestik yang cukup potensial. Dari total konsumsi daging domestik, sebesar 73,6 persen merupakan konsumsi ayam. Diperkirakan konsumsi ayam broiler ini masih mendominasi konsumsi daging di masa depan.

Namun, pengembangan usaha ini dihadapkan pada permasalahan ketergantungan terhadap bahan pakan impor terutama jagung yang merupakan komponen utama pakan. Ketergantungan terhadap impor jagung ini menyebabkan harga pakan mahal dan cenderung meningkat. Di samping itu, adanya impor daging ayam broiler (khususnya paha) yang semakin meningkat dapat mengancam usaha peternakan ayam broiler domestik.

(52)

broiler yang diintegrasikan adalah budidaya jagung dan pengolahan pakan. Integrasi usaha ini diharapkan selain dapat mengurangi ketergantungan terhadap pakan dari luar, juga dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumberdaya.

(53)

Gambar 3 Kerangka Pemikiran Operasional Usaha ayam broiler

Permasalahan :

Impor paha ayam

Harga pakan mahal

Pengembangan usaha ayam broiler skala 10.000 & 25.000 ekor

(54)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan berdasarkan studi literatur. Untuk mengetahui koefisien teknis budidaya ayam broiler, dilakukan di Peternakan Ayam Broiler milik Bapak Sugeng di daerah Caringin, Dramaga Bogor dengan skala usaha 10.000 ekor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan populasi ternak sesuai dengan kapasitas pabrik pakan yang direncanakan. Pengumpulan data untuk penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai bulan Juni 2008.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan cara wawancara dengan peternak, ahli pakan ternak dan ahli limbah peternakan. Data primer meliputi data produksi ayam broiler serta komponen biaya investasi dan operasional serta harga input dan output.

Data sekunder diperoleh dari Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian dan literatur yang relevan dengan penelitian. Data sekunder meliputi aspek budidaya jagung, ekspor impor daging ayam serta data lainnya yang terkait.

4.3 Analisis Data

(55)

proses produksi jagung, pengolahan pakan ternak, budidaya ayam broiler serta pengolahan pupuk organik. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisis biaya dan manfaat kombinasi usaha yang dijalankan melalui kriteria kelayakan investasi dan analisis switching value.

Tiga model kombinasi usaha yang akan diterapkan dengan dua simulasi : Model 1. Peternakan ayam broiler (tidak terpadu)

Model ini hanya berupa kegiatan peternakan ayam broiler. Pakan yang merupakan komponen terbesar biaya produksi berasal dari PT. Charoen Pokphand terdiri dari pakan starter dengan kandungan protein 21 – 23 persen dan pakan

finisher dengan protein 19 – 21 persen dan Energi Metabolis 3000 – 3200 kkal.

Setiap tahun mulai tahun pertama terdapat enam siklus produksi ayam broiler. Model 2. Kombinasi pabrik pakan dan peternakan ayam broiler.

Pada model ini kegiatan peternakan dikombinasikan dengan pabrik pakan. Pabrik pakan mengolah bahan baku menjadi pakan ayam broiler dengan kandungan protein 21 persen dan Energi Metabolis 3100 kkal. Bahan baku yang dipakai untuk membuat pakan ayam broiler termasuk jagung dibeli dari PT. Eka Matra. Pada tahun pertama, pabrik pakan sudah beroperasi mulai bulan pertama karena jagung dibeli dari luar sehingga tidak harus menunggu waktu panen. Pakan yang dihasilkan di pabrik langsung dikirim ke peternakan sebagai pakan ayam.

Model 3. Kombinasi peternakan ayam broiler dengan pabrik pakan dan budidaya jagung.

(56)

satu bahan baku pakan ayam broiler. Pakan yang dihasilkan di pabrik langsung digunakan sebagai pakan ayam. Produk sampingan dari ayam berupa kotoran dipakai sebagai pupuk pada tanaman jagung. Pada tahun pertama, pabrik mulai beroperasi pada bulan ke empat, karena jagung baru dapat dipanen setelah umur tiga bulan.

Simulasi pertama dengan kapasitas 10.000 ekor ayam broiler. Simulasi kedua dengan kapasitas 25.000 ekor ayam broiler. Kapasitas 10.000 dan 25.000 ekor ini merupakan populasi ayam broiler yang banyak dipelihara peternak mandiri. Program komputer yang digunakan untuk mengolah data adalah Microsoft Excel.

4.3.1 Analisis Kelayakan Finansial

Kriteria yang digunakan dalam melakukan kelayakan investasi adalah :

a. Net Present Value (NPV)

(57)

b. Internal Rate of Return (IRR)

Nilai IRR ditentukan dengan mencari nilaidiscounted factor yang membuat nilai NPV sama dengan nol. Untuk menentukan berapa tepatnya tingkat bunga tersebut adalah dengan menggunakan metoda interpolasi, yakni dengan menyisipkan tingkat bunga diantara bunga yang menghasilkan NPV positif dan tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif. Metoda tersebut diformulasikan dengan rumus berikut :

(2 1)

i2 = discounted factor yang menghasilkan NPV negatif

NPV1 = NPV yang bernilai positif NPV2 = NPV yang bernilai negatif

Proyek/investasi layak dilakukan jika IRR lebih tinggi dari suku bunga yang berlaku.

c. Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara

(58)

dahulu benefit bersih yang telah di discount factor untuk setiap tahun. Rumusnya adalah sebagai berikut

PVNegatif

Proyek/investasi layak dilakukan jika Net B/C lebih dari satu

d. Payback Period

Payback period adalah waktu minimum untuk mengembalikan

investasi awal dalam bentuk aliran kas yang didasarkan atas total penerimaan dikurangi semua biaya. Semakin pendek payback period, menunjukkan bahwa investasi yang dikeluarkan dalam proyek tersebut semakin cepat kembali. Untuk menghitung payback period mula-mula dihitung arus penerimaan kas, kemudian manfaat bersih dikumulatifkan dari tahun ke tahun dan dihitung rata – ratanya. Nilai Payback period

dapat dihitung dari pembagian investasi dengan net benefit rata-rata. Periode pengembalian dirumuskan sebagai berikut :

Sumber : Pudjosumarto (1991)

(59)

Payback period tidak dipakai untuk menilai layak tidaknya suatu proyek tetapi melihat berapa lama proyek dapat mengembalikan biaya investasinya. Perhitungan payback period belum memperhitungkan nilai waktu akan uang.

4.3.2 Analisis Switching value

Harga DOC dan ayam broiler hidup di pasaran berfluktuasi. Fluktuasi harganya cukup tinggi dan tidak bisa diprediksi secara tepat. Penyebab harga DOC berfluktuasi karena kapasitas produksi yang dihasilkan perusahaan pembibitan tidak sesuai dengan daya serap DOC di peternakan. Pada saat tertentu terjadi kelebihan permintaan DOC, pada saat lain terjadi kelebihan penawaran DOC. Keadaan ini menunjukkan bahwa perencaanaan skala dan struktur populasi di pembibitan tidak berjalan optimal.

Pada harga ayam broiler hidup, apabila terjadi penurunan harga daging ayam akan ditransmisikan dengan cepat ke usaha budidaya tetapi bila terjadi kenaikan harga daging ayam akan ditransmisikan secara lambat. Hal inilah penyebab salah satu mengapa harga ayam hidup di tingkat peternak berfluktuasi (Saragih, 2001).

Variabel yang menjadi parameter dalam analisis switching value pada penelitian ini adalah :

• Penurunan harga jual ayam broiler dengan asumsi faktor lain tetap (ceteris paribus)

• Kenaikan harga beli DOC dengan asumsi faktor lain tetap (ceteris paribus)

4.4 Asumsi Dasar

(60)

Asumsi untuk seluruh model :

1. Umur proyek adalah sepuluh tahun. Umur proyek berdasarkan umur ekonomis bangunan kandang.

2. Tingkat suku bunga yang dipakai adalah tingkat suku bunga pinjaman Bank Rakyat Indonesia (BRI) tahun 2007 sebesar 17 persen.

3. Produk utama yang dihasilkan adalah ayam hidup dengan bobot panen 1,7 kg dan tingkat kematian empat persen.

4. Harga ayam hidup selama sepuluh tahun diasumsikan tetap. Harga ayam hidup sebesar Rp 12.500 per kg. Harga tersebut merupakan harga yang ada di pasar pada saat penelitian berlangsung.

5. Strain ayam broiler yang dipakai adalah Hubbard dengan FCR (Feed

Conversi) = 1,7 yang artinya untuk mendapatkan ayam dengan bobot

hidup 1 kg diperlukan pakan sebanyak 1,7 kg.

6. Dalam satu tahun terdapat enam kali siklus produksi. Satu siklus produksi masa pemeliharaan selama 35 hari.

7. Selama masa pemeliharaan, satu ekor ayam broiler menghabiskan pakan sebesar 2,89 kg.

8. Harga untuk seluruh input yang digunakan dalam analisis ini adalah konstan. Harga input yang digunakan adalah harga yang berlaku pada saat penelitian.

9. Besarnya pajak ditentukan berdasarkan Undang-Undang Pajak No. 17 tahun 2000 yaitu :

(61)

• Di atas Rp 50.000.000 sampai dengan Rp 100.000.000 maka tarif pajak (10% x Rp 50.000.000) + (15% x (penghasilan – Rp 50.000.000))

• Di atas Rp 100.000.000 maka tarif pajak (10% x Rp 50.000.000) + (15% x Rp 50.000.000) + (30% x (penghasilan – Rp 100.000.000))

Asumsi untuk model satu dan dua :

1. Lahan utnuk mendirikan peternakan ayam broiler dan pabrik pakan dibeli dengan harga Rp 100.000 per m2.

2. Hasil sampingan berupa kotoran ayam. Harga jual kotoran ayam tanpa karung sebesar 1.500 per karung. Dalam satu karung berisi kotoran sebanyak 30 kg.

Asumsi untuk model dua dan tiga :

1. Untuk memenuhi 10.000 ekor ayam broiler, pabrik pakan berkapasitas 600 kg per hari sedangkan untuk 25.000 ekor, kapasitas pabrik sebesar 1600 kg per hari. Satu hari kerja lamanya delapan jam dan satu minggu enam hari kerja.

2. Pada kapasitas 25.000 ekor ayam broiler, ada kelebihan pakan jadi dari pabrik pakan dan dijual seharga Rp 3.500 per kg.

Asumsi untuk model dua :

Jagung yang merupakan bahan baku utama pakan ayam broiler diperoleh dari PT. Eka Matra dengan harga Rp 3.000 per kg untuk kapasitas 10.000 ekor dan Rp 2.700 untuk kapasitas 25.000 ekor.

Asumsi untuk model tiga :

(62)

2. Varietas jagung yang digunakan adalah hibrida BISI 16 dengan produktivitas 8 ton per hektar (Wiratmoko, 2008). Kadar air jagung pipilan untuk pakan sebesar 12 persen (NRC, 1994). Benih jagung diproduksi oleh PT. Bisi Internasional dengan distributornya PT. Tanindo Subur Prima.

3. Dalam satu tahun dilakukan tiga kali musim tanam jagung. Satu kali masa tanam selama tiga bulan.

4. Lahan jagung untuk kapasitas 10.000 ekor ayam terbagi menjadi dua, dengan luasan masing-masing 2 hektar. Jarak waktu tanam antara lahan satu dan dua adalah dua bulan, sehingga panen dilakukan dua bulan sekali. Lahan untuk kapasitas 25.000 ekor ayam terbagi menjadi empat dengan luasan masing-masing 2,5 hektar. Jarak waktu tanam antara lahan satu dengan yang lain selama satu bulan, sehingga panen dilakukan setiap bulan.

5. Jarak tanam jagung hibrida BISI 16 adalah 65 x 15 cm.

(63)

DAFTAR PUSTAKA

Aprisal. 2000. Kajian Reklamasi Lahan Marjinal Alang-alang dan Model Sistem Usahatani Terpadu untuk Membangun Pertanian Lestari di Daerah Transmigrasi Pandan Wangi Peranap Riau. Disertasi. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Doll, P.J dan Orazem, F. 1984. Production Economic Theory with Aplications. Second Ed. John Wiley & Sons. Kanada.

Edwards, C.A et al. 1990. Sustainable Agricultural Systems. St. Lucie Press. Delray Beach, Florida.

Ensminger, M.E. 1992. Poultry Science (Animal Agricultural Series). 3rd Ed. Interstato Publishers, Inc Danville, Illions.

Direktorat Jenderal Peternakan. 2007. Buku Statistik Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta.

Djajanegara, A, M. Sabrani, I.G. Ismail dan H. Supriadi. 1990. Sistem Usahatani Tanaman-Ternak di Lahan Kering Transmigrasi Batumarta. Risalah Seminar Hasil Penelitian Proyek Penelitian Sistem Usahatani Tanaman-Ternak (Crop-Animal Systems Research Project); Bogor, 19-21 Sept 1989. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Gittinger, J.P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. UI Press. Jakarta.

(64)

Goldsworthy, P.R dan N.M Fisher. 1996. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Terjemahan : Thohari. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

GPMT. 2008. Industri Pakan Ditengah Krisis Biji-Bijian. Seminar Ekonomi dan Bisnis; Surabaya, 9 Apr 2008. Asosiasi Produsen Pakan Indonesia. Gustriyeni. 2007. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Peternakan Ayam Broiler

(Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Pabangbon, Kecamatan Leuwiliang, Bogor). Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hardjosworo, P dan Rukmiasih. 2000. Meningkatkan Produksi Daging Unggas. Cetakan 1. Penebar Swadaya. Jakarta.

Husnan, S. dan Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek. UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Kadariah, L. K dan Clive G. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Ed Rev. Lembaga Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Krisnan, R. et al. 2008. Ketersediaan Bahan Pakan Lokal untuk Ternak di Indonesia. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

National Research Council. 1994. Nutrient Requirements of Poultry. USDA. Washington, DC.

North, M.O dan D.D Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th Ed. An Avi Book. Van Nostrand Reinhold. New York.

Parsono, Y. 2004. Analisis Kelayakan Finansial Peternakan Sapi Perah Pada “Kelompok Kania” Desa Tajurhalang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.

Pudjosumarto, M. 1991. Evaluasi Proyek. Liberty. Yogyakarta.

Purwono dan Heni P. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul, Seri Agribisnis. Penebar Swadaya. Jakarta.

Setiawan, A. I. 2007. Memanfaatkan Kotoran Ternak Solusi Masalah Lingkungan dan Pemanfaatan Energi Alternatif. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sutanto, Y. 2006. Penerapan Pertanian Organik, Pemasyarakatan dan Pengembangannya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

(65)
(66)
(67)

PROPOSAL PENELITIAN

KELAYAKAN FINANSIAL PETERNAKAN TERPADU AYAM BROILER

Oleh :

LAELI KOMALASARI A14105678

PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(68)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional Permasalahan

- Permintaan daging ayam yang lebih tinggi penawarannya

Peningkatan Produksi dan Efisiensi

(69)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peternakan sebagai salah satu sub sektor pertanian berperan dalam mewujudkan ketahanan dan keamanan pangan, khususnya pangan asal hewan. Sektor peternakan memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB). Kontribusi sektor peternakan terhadap PDB Pertanian pada tahun 2003 sebesar 3,97 persen atau 1,9 persen terhadap PDB Nasional. PDB Sektor Peternakan pada tahun 2002 – 2006 terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2003 peningkatan sebesar 3,97 persen dibandingkan tahun 2002.

Salah satu sumbangan terbesar dari PDB Sub Sektor Peternakan adalah daging ayam. Daging ayam merupakan pilihan utama bagi konsumen dalam pemenuhan protein hewani yang berasal dari ternak. Hal ini dikarenakan harga daging ayam relatif lebih murah dibandingkan harga daging dari ternak lain.

(70)

Tabel 1 Produksi Daging Ayam Broiler Tahun 2003-2007 di Indonesia

Tahun Produksi (Ton)

2003 771.112 2004 846.097 2005 779.106 2006 861.263 2007 918.478 Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan (2007)

Impor daging ayam pada tahun 2003 – 2005 meningkat cukup tinggi, kenaikan berkisar antara 140,6 – 202,8 persen. Tahun 2006 mengalami penurunan sebesar 12,8 persen tetapi impor masih dilakukan karena belum mencukupi kebutuhan dalam negeri (Dirjen Peternakan, 2007). Keadaan ini bila dibiarkan, akan menyebabkan merosotnya peternakan ayam broiler nasional pada periode mendatang.

Salah satu upaya menanggulangi volume impor yang tinggi adalah meningkatkan produksi ayam broiler nasional dan ini merupakan suatu peluang. Peluang pengembangan ayam broiler cukup besar mengingat konsumsi masyarakat terhadap ayam broiler akan terus meningkat seiring peningkatan pendapatan. Selain itu siklus produksi ayam broiler relatif singkat, biasanya dipanen pada umur 35 hari sehingga perputaran modal cepat.

(71)

pakan terus meningkat dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu diperlukan terobosan untuk mengurangi ketergantungan impor jagung yang semakin meningkat.

1.2 Perumusan Masalah

Adanya kecenderungan impor paha ayam yang terus meningkat dengan harga yang lebih rendah dibanding harga dalam negeri menjadi ancaman bagi industri perunggasan nasional. Hal ini menuntut upaya untuk meningkatkan produksi dalam negeri melalui efisiensi sehingga dihasilkan produk yang memiliki daya saing di pasaran. Efisiensi usaha ayam broiler tidak hanya terkait dengan usaha ternaknya saja tetapi juga dengan harga input produksinya dalam hal ini jagung. Di lain pihak, jagung yang merupakan bahan baku pakan masih impor sehingga harga pakan mahal.

Selama ini pendapatan peternak dari usaha ayam broiler berfluktuasi. Hal ini dikarenakan harga jual daging ayam di pasaran berfluktuasi pula dan tidak bisa diprediksi secara tepat, sementara harga pakan terus mengalami peningkatan. Dari Januari 2007 sampai 2008 harga pakan ayam broiler terus meningkat mulai harga Rp 3.000 sampai Rp 4.000 per kg. Peningkatan ini seiring dengan meningkatnya salah satu harga bahan baku pakan yaitu jagung sebesar 28 persen dari Nopember 2006 sampai Januari 2008, sehingga banyak peternak yang dirugikan dengan kondisi seperti ini (GPMT, 2008).

(72)

sumberdaya yang tersedia. Ketersediaan sumberdaya mempengaruhi pengelolaan dalam peternakan terpadu. Sebenarnya berapa luasan yang dibutuhkan untuk tanaman jagung dan usaha ayam broiler dan kapasitas pabrik pakan yang dapat memenuhi kebutuhan ayam broiler.

Dengan mengintegrasikan ternak dan kegiatan penanaman jagung kemudian diolah menjadi pakan ternak diharapkan akan menghasilkan efisiensi produksi yang tinggi. Ayam broiler menghasilkan kotoran yang dapat diubah menjadi pupuk organik yang dapat menyuburkan tanah dan meningkatkan produksi jagung. Dari sisi ternaknya dapat diperoleh penyediaaan pakan yang berkesinambungan.

Pengembangan peternakan terpadu ayam broiler membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai investasi jangka panjang. Diperlukan perencanaan yang tepat agar dana yang diinvestasikan memberikan keuntungan dan manfaat bagi pihak yang terlibat. Analisis kelayakan usaha perlu dilakukan guna mendukung perencanaan ini.

Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah pengembangan peternakan ayam broiler terpadu layak secara finansial pada kapasitas 10.000 dan 25.000 ekor?

2. Bagaimana tingkat kelayakan finansial tersebut untuk berbagai kombinasi model pengembangan dari peternakan ayam broiler?

Gambar

Tabel 3   Persamaan dan Perbedaan Penelitian ini dengan Penelitian Terdahulu
Gambar 2  Kurva Kemungkinan Produksi yang Menunjukkan Kemungkinan
Gambar 3   Kerangka Pemikiran Operasional
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis regresi sederhana menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara regulasi diri dan optimisme pada warga binaan yang menjadi

Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningtyas (2012), dimana di dapat hasil rata-rata tekanan darah sistolik penderita hipertensi adalah

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Berdasarkan hasil penelitian bahwa : 1) Implementasi Peraturan Presiden RI Nomor 5 Tahun

pemberdayaan keluarga Kitri Asih di Desa Sindangasih Kecamatan Banjarsari dapat bekerja secara maksimal. Hal ini tampak dari pelaksanaan aktivitas tidak dapat

Hasil simulasi yang ditunjukkan oleh tabel 3.9 diatas, dapat diketahui bahwa performa terbaik dimiliki oleh Algoritma ACS dan yang terjelek algoritma AS. Pada kasus – kasus

This study hence directs universities to be driven by optimism and use social constructivism theory to impart knowledge on stakeholders for effective practice of social

H a : “Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran koperatif tipe artikulasi dan model pembelajaran

Untuk informasi lebih lanjut tentang pengadaan barang/jasa dapat dikonfirmasi ke masing-masing SKPD. Pengumuman ini juga dapat diakses di situs resmi Pemerintah Kabupaten