• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sifat Fisik dan Organoleptik Minuman Instan Madu Bubuk dengan Penambahan Efek Effervescent dari Tepung Kerabang Telur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sifat Fisik dan Organoleptik Minuman Instan Madu Bubuk dengan Penambahan Efek Effervescent dari Tepung Kerabang Telur"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK MINUMAN INSTAN

MADU BUBUK DENGAN PENAMBAHAN EFEK

EFFERVESCENT DARI TEPUNG

KERABANG TELUR

SKRIPSI

WISNU HADI SAPUTRA

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK MINUMAN INSTAN

MADU BUBUK DENGAN PENAMBAHAN EFEK

EFFERVESCENT DARI TEPUNG

KERABANG TELUR

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

Wisnu Hadi Saputra D14201021

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

(3)

Judul : SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK MINUMAN INSTAN MADU BUBUK DENGAN PENAMBAHAN EFEK EFFERVESCENT DARI TEPUNG KERABANG TELUR Nama : Wisnu Hadi Saputra

NRP : D.14201021

Menyetujui,

Pembimbing I

(Zakiah Wulandari, S.TP, M.Si) NIP 132 206 246

Pembimbing II

(Ir. Suhut Simamora, MS) NIP 130 422 708

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

(Dr. Ir. Ronny Rachman Noor, M.Rur.Sc) NIP 131 624 188

(4)

RINGKASAN

WISNU HADI SAPUTRA. D14201021. 2005. Sifat Fisik dan Organoleptik Minuman Instan Madu Bubuk dengan Penambahan Efek Effervescent dari Tepung Kerabang Telur. Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Zakiah Wulandari, S.TP, M.Si. Pembimbing Anggota : Ir. Suhut Simamora, MS

Kerabang telur adalah salah satu hasil ikutan dari unggas. Kerabang telur mempunyai kandungan CaCO3 yang sangat tinggi yaitu sekitar 94%. CaCO3 inilah

yang berpotensi untuk dikembangkan. Senyawa karbonat dalam CaCO3 dapat

dimanfaatkan sebagai pemberi efek effervescent dalam suatu produk minuman. Efek

effervescent ini akan memberikan kesan segar pada produk minuman saat konsumen

meminumnya karena efek sparkle yang terjadi sebagai akibat reaksi antara senyawa karbonat dengan senyawa asam. Senyawa asam yang digunakan adalah asam sitrat. Efek effervescent yang terjadi dikombinasikan dengan madu bubuk sehingga menghasilkan minuman instan madu bubuk effervescent. Madu bubuk adalah madu cair yang dikeringkan dengan penambahan bahan pengisi. Tujuan dari pembuatan madu bubuk adalah untuk menghindari sifat madu yang kental dan lengket, memudahkan dalam hal pengemasan dan transportasi. Bahan pengisi madu bubuk yang digunakan adalah dekstrin dan gum arab.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari sifat fisik dan organoleptik dari minuman instan madu bubuk effervescent. Sifat fisik yang diamati adalah nilai pH, indeks kelarutan air, indeks penyerapan air, densitas kamba, warna serta bentuk granula, sedangkan uji organoleptik dengan menggunakan metode skalar garis. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap pola searah (RAL) dengan perlakuan yang terdiri atas tiga taraf yaitu perbandingan madu bubuk, tepung kerabang telur, asam sitrat dan sukrosa. Taraf A yaitu 45%:13%:17%:25%. Taraf B yaitu 50%:11%:14%:25% dan taraf C yaitu 55%:9%:11%:25%. Tiap taraf perlakuan mendapat empat kali ulangan. Penelitian ini berlangsung dari bulan April sampai bulan Agustus 2005 bertempat di bagian teknologi hasil ternak, laboratorium pilot plant SEAFAST IPB, Balai Besar Pasca Panen Cimanggu.

Formulasi dari ketiga taraf perlakuan berpengaruh nyata terhadap nilai pH (taraf A mempunyai pH paling rendah dan perlakuan C mempunyai pH yang paling tinggi) dan indeks penyerapan air (taraf A mempunyai nilai paling rendah dan perlakuan C mempunyai nilai paling tinggi.), tetapi tidak mempengaruhi nilai densitas kamba, indeks kelarutan air, warna. Bentuk granula secara mikroskopis menunjukkan hasil bahwa minuman instan madu bubuk effervescent mengandung karbohidrat yang berasal dari madu bubuk. Hasil analisis ragam uji organoleptik menunjukkan formulasi dari ketiga perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap parameter penerimaan umum (taraf B paling disukai sedangkan taraf A kurang disukai), tetapi tidak mempengaruhi parameter warna, rasa, sparkle, efek

effervescent. Berdasarkan hasil penelitian, kerabang telur yang direaksikan dengan

asam sitrat dapat menghasilkan efek effervescent pada minuman.

(5)

ABSTRACT

Physic and Sensory Characteristics from Instant Honey Powder Beverages with Addition Effervescent Effect from Egg Shell Powder

Saputra,W.H., Z. Wulandari, S. Simamora

Egg shell is one of animal by products from poultry. Egg shell has potential element that we can explore to raise nutrition value of food products. A lot of advantages if we combine egg shell with other food materials. Eggshell element that can be used for further process is CaCO3. CaCO3 contains a lot of carbonate and calcium.

Carbonate from egg shell can be used to create effervescent effect in instant beverages. Effervescent effect will appear as a result from reaction between carbonate and acid element. Instant beverage which used in this research was honey powder. Combination between honey powder and egg shell would create product which contain high nutritional ingredients. Completely Randomized Design with three level treatments and four replications was used in this research. Physical characteristics which observed were pH value, solubility value, adsorption water value, bulky capacity, colour and granules shape. Organoleptic parameters were taste, colour, sparkle, effervescent effect, general acceptability. Analysis of variance showed that the treatments were significantly different (P<0,05) in pH value (level A had lower pH value and level C was the higher one), adsorption water value (level A had lower adsorption water value and level C was the higher one) and general acceptability (level B was the best acceptability than others) . The results from this research indicate that egg shell can used as carbonate source to create effervescent

effect in beverages. Continuing research could be done to increase sweetnest level, to analyze kinds of packaging matter and to analyze kinds of saccharides from this product.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 3 Desember 1982 di Kudus, Jawa Tengah.

Penulis adalah putra pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Juhadi A.K., S.Pd

dan Ibu Siti Sumarni.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 1995 di SD

Kutoharjo II Rembang. Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)

diselesaikan Penulis di SLTPN 1 Rembang pada tahun 1998 dan pendidikan SMU

pada tahun 2001 di SMU 1 Rembang. Tahun 2001 Penulis mendapat Undangan

Seleksi Masuk IPB (USMI) pada program studi Teknologi Hasil Ternak, Jurusan

Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan. Selama mengikuti pendidikan, Penulis

sempat menjadi pengurus di Himaproter dari tahun 2002-2004 dan pengurus HMI

komisariat Fakultas Peternakan tahun 2003. Penulis juga aktif di Himpunan Keluarga

(7)

KATA PENGANTAR

Sesungguhnya segala pujian hanya Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT,

yang telah memberikan kenikmatan tiada terkira, yang telah menciptakan manusia di

dunia ini dalam sebaik-baik bentuk dan dilengkapi dengan kebutuhan hidup, naluri,

akal, serta cara pemenuhannya. Atas rahmat dan karunia-Nya, penulisan skripsi yang

berjudul “Sifat Fisik dan Organoleptik Minuman Instan Madu Bubuk dengan

Penambahan Efek Effervescent dari Tepung Kerabang Telur ” dapat diselesaikan.

Skripsi ini berisikan tentang pemanfaatan kerabang telur sebagai salah satu

hasil ikutan ternak yang mempunyai banyak potensi untuk diproses lebih lanjut.

Kerabang telur pada skripsi ini dimanfaatkan sebagai pemberi efek effervescent pada

minuman instan juga sebagai sumber kalsium. Minuman instan yang digunakan

berasal dari madu yang telah dibubukkan.

Penulis berharap skripsi ini memberi nilai tambah dan manfaat kepada

penulis sendiri. Penulis juga berharap skripsi ini dapat dijadikan sumber bacaan yang

bermanfaat bagi pihak yang memerlukan.

Bogor, Oktober 2005

(8)

DAFTAR ISI

Penelitian Pendahuluan ... 19

(9)

Pembuatan Madu Bubuk ... 19

Pembuatan Tepung Kerabang Telur ... 20

Formulasi Minuman Instan Madu Bubuk Effervescent ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

Penelitian Pendahuluan ... 23

Penelitian Utama ... 23

Nilai pH ... 24

Indeks Kelarutan Air ... 26

Indeks Penyerapan Air ... 27

Densitas Kamba ... 28

Warna ... 29

Nilai L ... 29

Nilai a ... 30

Nilai b ... 30

Derajat HUE ... 30

Bentuk Granula ... 31

Penilaian Organoleptik ... 32

Rasa ... 33

Warna ... 33

Sparkle ... 33

Efek Effervescent ... 34

Penerimaan Umum ... 34

KESIMPULAN DAN SARAN ... 36

Kesimpulan ... 36

Saran ... 36

UCAPAN TERIMA KASIH ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Beberapa Sifat Fisik Madu ... 5

2. Pembagian Derajat HUE ... 17

3. Formulasi Pembuatan Madu Bubuk ... 19

4. Formulasi Minuman Instan Madu Bubuk Effervescent ... 22

5. Hasil Pembuatan Madu Bubuk ... 23

6. Nilai Rataan Peubah Fisik Minuman Instan Madu Bubuk Effervescent ... 24

(11)

SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK MINUMAN INSTAN

MADU BUBUK DENGAN PENAMBAHAN EFEK

EFFERVESCENT DARI TEPUNG

KERABANG TELUR

SKRIPSI

WISNU HADI SAPUTRA

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

(12)

SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK MINUMAN INSTAN

MADU BUBUK DENGAN PENAMBAHAN EFEK

EFFERVESCENT DARI TEPUNG

KERABANG TELUR

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

Wisnu Hadi Saputra D14201021

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

(13)

Judul : SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK MINUMAN INSTAN MADU BUBUK DENGAN PENAMBAHAN EFEK EFFERVESCENT DARI TEPUNG KERABANG TELUR Nama : Wisnu Hadi Saputra

NRP : D.14201021

Menyetujui,

Pembimbing I

(Zakiah Wulandari, S.TP, M.Si) NIP 132 206 246

Pembimbing II

(Ir. Suhut Simamora, MS) NIP 130 422 708

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

(Dr. Ir. Ronny Rachman Noor, M.Rur.Sc) NIP 131 624 188

(14)

RINGKASAN

WISNU HADI SAPUTRA. D14201021. 2005. Sifat Fisik dan Organoleptik Minuman Instan Madu Bubuk dengan Penambahan Efek Effervescent dari Tepung Kerabang Telur. Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Zakiah Wulandari, S.TP, M.Si. Pembimbing Anggota : Ir. Suhut Simamora, MS

Kerabang telur adalah salah satu hasil ikutan dari unggas. Kerabang telur mempunyai kandungan CaCO3 yang sangat tinggi yaitu sekitar 94%. CaCO3 inilah

yang berpotensi untuk dikembangkan. Senyawa karbonat dalam CaCO3 dapat

dimanfaatkan sebagai pemberi efek effervescent dalam suatu produk minuman. Efek

effervescent ini akan memberikan kesan segar pada produk minuman saat konsumen

meminumnya karena efek sparkle yang terjadi sebagai akibat reaksi antara senyawa karbonat dengan senyawa asam. Senyawa asam yang digunakan adalah asam sitrat. Efek effervescent yang terjadi dikombinasikan dengan madu bubuk sehingga menghasilkan minuman instan madu bubuk effervescent. Madu bubuk adalah madu cair yang dikeringkan dengan penambahan bahan pengisi. Tujuan dari pembuatan madu bubuk adalah untuk menghindari sifat madu yang kental dan lengket, memudahkan dalam hal pengemasan dan transportasi. Bahan pengisi madu bubuk yang digunakan adalah dekstrin dan gum arab.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari sifat fisik dan organoleptik dari minuman instan madu bubuk effervescent. Sifat fisik yang diamati adalah nilai pH, indeks kelarutan air, indeks penyerapan air, densitas kamba, warna serta bentuk granula, sedangkan uji organoleptik dengan menggunakan metode skalar garis. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap pola searah (RAL) dengan perlakuan yang terdiri atas tiga taraf yaitu perbandingan madu bubuk, tepung kerabang telur, asam sitrat dan sukrosa. Taraf A yaitu 45%:13%:17%:25%. Taraf B yaitu 50%:11%:14%:25% dan taraf C yaitu 55%:9%:11%:25%. Tiap taraf perlakuan mendapat empat kali ulangan. Penelitian ini berlangsung dari bulan April sampai bulan Agustus 2005 bertempat di bagian teknologi hasil ternak, laboratorium pilot plant SEAFAST IPB, Balai Besar Pasca Panen Cimanggu.

Formulasi dari ketiga taraf perlakuan berpengaruh nyata terhadap nilai pH (taraf A mempunyai pH paling rendah dan perlakuan C mempunyai pH yang paling tinggi) dan indeks penyerapan air (taraf A mempunyai nilai paling rendah dan perlakuan C mempunyai nilai paling tinggi.), tetapi tidak mempengaruhi nilai densitas kamba, indeks kelarutan air, warna. Bentuk granula secara mikroskopis menunjukkan hasil bahwa minuman instan madu bubuk effervescent mengandung karbohidrat yang berasal dari madu bubuk. Hasil analisis ragam uji organoleptik menunjukkan formulasi dari ketiga perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap parameter penerimaan umum (taraf B paling disukai sedangkan taraf A kurang disukai), tetapi tidak mempengaruhi parameter warna, rasa, sparkle, efek

effervescent. Berdasarkan hasil penelitian, kerabang telur yang direaksikan dengan

asam sitrat dapat menghasilkan efek effervescent pada minuman.

(15)

ABSTRACT

Physic and Sensory Characteristics from Instant Honey Powder Beverages with Addition Effervescent Effect from Egg Shell Powder

Saputra,W.H., Z. Wulandari, S. Simamora

Egg shell is one of animal by products from poultry. Egg shell has potential element that we can explore to raise nutrition value of food products. A lot of advantages if we combine egg shell with other food materials. Eggshell element that can be used for further process is CaCO3. CaCO3 contains a lot of carbonate and calcium.

Carbonate from egg shell can be used to create effervescent effect in instant beverages. Effervescent effect will appear as a result from reaction between carbonate and acid element. Instant beverage which used in this research was honey powder. Combination between honey powder and egg shell would create product which contain high nutritional ingredients. Completely Randomized Design with three level treatments and four replications was used in this research. Physical characteristics which observed were pH value, solubility value, adsorption water value, bulky capacity, colour and granules shape. Organoleptic parameters were taste, colour, sparkle, effervescent effect, general acceptability. Analysis of variance showed that the treatments were significantly different (P<0,05) in pH value (level A had lower pH value and level C was the higher one), adsorption water value (level A had lower adsorption water value and level C was the higher one) and general acceptability (level B was the best acceptability than others) . The results from this research indicate that egg shell can used as carbonate source to create effervescent

effect in beverages. Continuing research could be done to increase sweetnest level, to analyze kinds of packaging matter and to analyze kinds of saccharides from this product.

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 3 Desember 1982 di Kudus, Jawa Tengah.

Penulis adalah putra pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Juhadi A.K., S.Pd

dan Ibu Siti Sumarni.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 1995 di SD

Kutoharjo II Rembang. Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)

diselesaikan Penulis di SLTPN 1 Rembang pada tahun 1998 dan pendidikan SMU

pada tahun 2001 di SMU 1 Rembang. Tahun 2001 Penulis mendapat Undangan

Seleksi Masuk IPB (USMI) pada program studi Teknologi Hasil Ternak, Jurusan

Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan. Selama mengikuti pendidikan, Penulis

sempat menjadi pengurus di Himaproter dari tahun 2002-2004 dan pengurus HMI

komisariat Fakultas Peternakan tahun 2003. Penulis juga aktif di Himpunan Keluarga

(17)

KATA PENGANTAR

Sesungguhnya segala pujian hanya Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT,

yang telah memberikan kenikmatan tiada terkira, yang telah menciptakan manusia di

dunia ini dalam sebaik-baik bentuk dan dilengkapi dengan kebutuhan hidup, naluri,

akal, serta cara pemenuhannya. Atas rahmat dan karunia-Nya, penulisan skripsi yang

berjudul “Sifat Fisik dan Organoleptik Minuman Instan Madu Bubuk dengan

Penambahan Efek Effervescent dari Tepung Kerabang Telur ” dapat diselesaikan.

Skripsi ini berisikan tentang pemanfaatan kerabang telur sebagai salah satu

hasil ikutan ternak yang mempunyai banyak potensi untuk diproses lebih lanjut.

Kerabang telur pada skripsi ini dimanfaatkan sebagai pemberi efek effervescent pada

minuman instan juga sebagai sumber kalsium. Minuman instan yang digunakan

berasal dari madu yang telah dibubukkan.

Penulis berharap skripsi ini memberi nilai tambah dan manfaat kepada

penulis sendiri. Penulis juga berharap skripsi ini dapat dijadikan sumber bacaan yang

bermanfaat bagi pihak yang memerlukan.

Bogor, Oktober 2005

(18)

DAFTAR ISI

Penelitian Pendahuluan ... 19

(19)

Pembuatan Madu Bubuk ... 19

Pembuatan Tepung Kerabang Telur ... 20

Formulasi Minuman Instan Madu Bubuk Effervescent ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

Penelitian Pendahuluan ... 23

Penelitian Utama ... 23

Nilai pH ... 24

Indeks Kelarutan Air ... 26

Indeks Penyerapan Air ... 27

Densitas Kamba ... 28

Warna ... 29

Nilai L ... 29

Nilai a ... 30

Nilai b ... 30

Derajat HUE ... 30

Bentuk Granula ... 31

Penilaian Organoleptik ... 32

Rasa ... 33

Warna ... 33

Sparkle ... 33

Efek Effervescent ... 34

Penerimaan Umum ... 34

KESIMPULAN DAN SARAN ... 36

Kesimpulan ... 36

Saran ... 36

UCAPAN TERIMA KASIH ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38

(20)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Beberapa Sifat Fisik Madu ... 5

2. Pembagian Derajat HUE ... 17

3. Formulasi Pembuatan Madu Bubuk ... 19

4. Formulasi Minuman Instan Madu Bubuk Effervescent ... 22

5. Hasil Pembuatan Madu Bubuk ... 23

6. Nilai Rataan Peubah Fisik Minuman Instan Madu Bubuk Effervescent ... 24

(21)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Struktur Kerabang Telur ... 4

2. Struktur Molekul Dekstrin ... 10

3. Struktur Gum Arab ... 11

4. Spray Dryer Tipe Buchii-190 ... 13

5. Diagram Alir Proses Pembuatan Minuman Instan Madu Bubuk Effervescent ... 21

6. Pengaruh Perlakuan terhadap Nilai pH Minuman Instan Madu Bubuk Effervescent ... 25

7. Pengaruh Perlakuan terhadap Nilai IPA Minuman Instan Madu Bubuk Effervescent ... 27

8. Bentuk Granula Karbohidrat dan Minuman Instan Madu Bubuk Effervescent dengan Perbesaran 400X ... 31

9. Pengaruh Perlakuan terhadap Parameter Penerimaan Umum Minuman Instan Madu Bubuk Effervescent ... 34

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

4. Hasil Sidik Ragam Indeks Kelarutan Air

Minuman Instan Madu Bubuk Effervescent ... 45

5 Hasil Sidik Ragam Indeks Penyerapan Air

Minuman Instan Madu Bubuk Effervescent ... 45

6. Uji Lanjut Duncan Indeks Penyerapan Air ... 45

7. Hasil Sidik Ragam Densitas Kamba

(23)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kerabang telur atau dikenal masyarakat umum sebagai cangkang telur

merupakan salah satu hasil ikutan dari industri peternakan unggas yang berpotensi

untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi lebih bermanfaat. Kerabang telur adalah

hasil ikutan utama dari industri penetasan yang akan menimbulkan masalah bagi

lingkungan jika terdapat dalam jumlah yang besar. Masalah yang akan ditimbulkan

dari kerabang telur antara lain adalah bau yang tidak sedap, lingkungan sekitar

menjadi kotor. Pemanfaatan kerabang telur untuk produk pangan adalah untuk

meningkatkan nilai gizi dari produk pangan yang dihasilkan. Kerabang telur

mempunyai kandungan CaCO3 (kalsium karbonat)yang sangat besar yaitu sekitar

94%. Produk pangan yang ditambah kalsium karbonat akan memberikan nilai

tambah dari segi kesehatan karena adanya kalsium dari CaCO3 yang akan diserap

oleh tubuh.

Madu adalah salah satu produk peternakan yang kaya akan energi. Madu cair

yang diubah menjadi bentuk madu bubuk mempunyai tujuan yaitu untuk

memudahkan penanganannya dalam segi distribusi dan transportasi. Tujuan lain

pembuatan madu bubuk adalah untuk menghindari sifat madu yang lengket dan

meminimalkan biaya bahan pengemas.

Sekarang ini banyak beredar produk pangan siap saji di pasaran. Produk

pangan siap saji ini meliputi produk makanan dan minuman. Pangan siap saji

mempunyai keuntungan karena cepat dan praktis dalam penyajiannya. Salah satu

contoh dari pangan siap saji adalah minuman instan yang berbentuk bubuk dan

penyajiannya dilarutkan dalam air. Penggunaan madu bubuk sebagai bahan dasar

pembuatan minuman instan mempunyai manfaat yaitu sebagai sumber energi bagi

tubuh. Manfaat lain disamping sumber energi adalah untuk kesehatan tubuh karena

madu sangat berguna untuk menyembuhkan berbagai penyakit.

Effervescent adalah sediaan yang menghasilkan gelembung gas sebagai hasil

dari reaksi kimia dalam larutan. Produk minuman siap saji yang beredar di pasaran

banyak yang menggunakan efek effervescent. Efek Effervescent akan memberikan

kesan yang menarik dari segi penampakan dan rasa produk minuman. Minuman

(24)

dilarutkan dalam air dan rasanya seperti soda (sparkle) setelah diminum. Efek

effervescent terjadi karena reaksi antara senyawa karbonat dan senyawa asam.

Senyawa asam yang sering digunakan dalam pembentukan efek effervescent adalah

asam sitrat. Kerabang telur sangat berpotensi sebagai senyawa karbonat dalam

pembentukan efek effervescent karena mengandung kalsium karbonat yang sangat

tinggi. Manfaat lain adalah adanya penyerapan kalsium oleh tubuh. Kalsium dari

kerabang telur dapat diserap oleh tubuh karena adanya reaksi sempurna dari kalsium

karbonat dan senyawa asam dalam pembentukan efek effervescent.

Perumusan Masalah

Pemanfaatan kerabang telur pada minuman instan berfungsi sebagai pemberi

efek effervescent yang akan menimbulkan kesan menarik pada konsumen dan

berguna untuk kesehatan karena kerabang telur juga merupakan sumber kalsium.

Penggunaan madu bubuk sebagai sumber minuman instan yang diformulasikan

dengan kerabang telur akan menghasilkan produk pangan yang kaya akan nilai

nutrisi.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari sifat fisik minuman instan

madu bubuk yang diberi penambahan efek effervescent dari kerabang telur. Tujuan

lainnya yaitu untuk mengetahui penerimaan konsumen terhadap produk yang

(25)

TINJAUAN PUSTAKA Hasil Ikutan Ternak

Cooke dan Pugh (1980) menyatakan, jenis hasil ikutan ternak yang dapat

diolah dan dimanfaatkan antara lain tulang, tulang rawan, darah, bulu, rambut, kulit,

leher, kepala, kuku, kaki, lemak dan isi perut. Kerabang telur adalah satu hasil ikutan

dari industri pengolahan telur (egg breaking plants) yang sangat jarang dimanfaatkan

lebih lanjut (Walton et al., 1973). Kerabang telur dari industri pengolahan telur (egg

breaking plants) menyebarkan bau yang tidak sedap serta dapat mengundang adanya

serangga dan tikus saat dibuang tanpa pengolahan lebih lanjut (Walton et al., 1973).

Kerabang telur hasil dari industri pengolahan telur (egg breaking plants)

mengandung kadar air sekitar 29%. Hal ini dapat menjadikan kerabang telur sebagai

media yang ideal bagi pertumbuhan mikroorganisme (Vandepopuliere et al., 1975).

Kerabang Telur

Sebutir telur ayam kurang lebih terdiri dari 11% kerabang telur, 31% kuning

telur dan 58% putih telur (Benjamin et al., 1960 ; Mountney, 1976). Kerabang telur

ayam yang membungkus telur tersebut beratnya 9-12% dari berat telur total dan

mengandung 94% kalsium karbonat, 1% kalium phospat, 1% magnesium karbonat

dan 4% bahan organik (Benjamin et al., 1960; Mountney, 1976).

Kerabang telur mengandung 1,6% air dan 98,4% bahan kering. Bahan kering

ini terdiri dari 3,3% protein, 0,03% lemak dan 95,10% mineral. Jumlah mineral

dalam kerabang telur beratnya 2,25 gram yang terdiri dari 2,21 gram kalsium, 0,02

gram phosphor, 0,02 gram magnesium serta sedikit besi dan sulphur (Romanoff dan

Romanoff, 1963). Pembentukan kerabang telur secara sederhana didasarkan oleh

kombinasi ion kalsium dan ion karbonat, reaksinya terjadi sebagai berikut:

Ca2+ + HCO3-→ CaCO3 + H+

(Wells dan Belyavin, 1987).

Struktur dari kerabang telur sangat unik karena bersifat porous (menyerap)

yaitu sebagai tempat difusi dari oksigen dan karbon dioksida tetapi juga sebagai

penghambat pertumbuhan bakteri dan benda asing lain yang akan masuk ke dalam

bagian dalam telur (Kaplan dan Siegesmund, 1973). Struktur kerabang telur secara

(26)

Membran sel luar

Membran sel dalam

Jaringan bunga karang

Kutikula

Gambar 1. Struktur Kerabang Telur (Kaplan dan Siegesmund, 1973)

Gambar 1 menjelaskan lapisan-lapisan yang ada pada kerabang telur.

Lapisan-lapisan yang menyusun kerabang telur terdiri atas kutikula, jaringan bunga

karang (spons), jaringan mamilari dan membran kerabang (Kaplan dan Siegesmund,

1973). Lapisan paling luar dari kerabang telur adalah membran kerabang telur yang

terdiri atas bagian luar dan dalam, bagian dalam dari kerabang telur berbatasan

dengan jaringan bunga karang (Wells dan Belyavin, 1987).

Kerabang telur dapat ditambahkan pada proses pengolahan pangan.

Konsentrasi kerabang telur sebanyak 0,4% ditambahkan pada puding, es krim, kue

dasar, muffin, yeast roll, popovers dan mayonnaise guna meningkatkan kandungan

gizi dari bahan pangan. Penambahan kerabang telur tidak mempengaruhi kualitas

palatabilitas dan pemasakan bahan pangan tersebut (Mountney, 1966). Daengprok et

al. (2003) menjelaskan bahwa kalsium dari kerabang telur merupakan suplemen yang

sempurna untuk bahan pangan. Kalsium dari kerabang telur berfungsi meningkatkan

densitas mineral dalam tulang untuk penderita osteoporosis.

Penyerapan kalsium dari CaCO3 sangat bervariasi tergantung umur dan

kondisi badan. Penyerapan kalsium pada waktu anak-anak dan masa pertumbuhan

sekitar 50-70% tetapi untuk orang dewasa sekitar 10-40%. Garam kalsium

mempunyai sifat larut dalam asam, oleh karena itu penyerapan kalsium terjadi pada

bagian atas usus kecil, tepat setelah lambung (Winarno, 1992). Martin et al. (2002)

juga menjelaskan bahwa reaksi dari senyawa asam dan kalsium karbonat akan

(27)

Madu

Madu adalah cairan manis yang dihasilkan oleh lebah madu berasal dari

sumber nektar (DSN No. 01-3545, 1994). Di Eropa, madu didefinisikan sebagai

substansi manis yang diproduksi lebah madu dari nectar bunga atau hasil sekresi

tanaman hidup yang dikumpulkan oleh lebah, diubah dan disimpan dalam sarangnya

(Gojmerac, 1983). Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas madu antara lain yaitu

warna, rasa, kekentalan dan aroma (Sihombing, 1997). Sihombing (1997) juga

menambahkan warna dan rasa madu adalah yang paling penting dalam pemasaran

madu dan dapat rusak selama pengolahan.

Karakteristik Madu

Karakteristik madu yang bisa diamati adalah aroma, rasa dan warna.

Karakteristik tersebut berbeda-beda tergantung dari sumber nektarnya. Aroma madu

dipengaruhi oleh asam lemak atsiri dan senyawa lain dalam nektar (Sukartiko, 1986).

Warna, aroma dan flavor madu pada derajat tertentu masih berhubungan. Warna

dapat diukur secara objektif sedangkan aroma dan flavor masih menggunakan

pengujian subjektif (Gojmerac,1983).

Sifat Fisik Madu

Sifat fisik madu antara lain meliputi berat jenis, kadar air dan viskositas. Sifat

fisik madu dapat dilihat di Tabel 1.

Tabel 1. Beberapa Sifat Fisik Madu

Sifat fisik Besaran Keterangan

Berat jenis 1.4310 Ka 16% suhu 20º C

Tabel 1 menunjukkan bahwa berat jenis madu semakin turun seiring dengan

(28)

lingkungan, semakin tinggi suhu maka viskositas madu semakin menurun. Tabel satu

juga menunjukkan bahwa madu mempunyai kadar air yang rendah.

Densitas madu adalah berat madu persatuan volume, bila densitas suatu

bahan dibandingkan dengan berat air pada volume sama pada suatu temperatur

tertentu disebut berat jenis. Sifat ini dipengaruhi oleh temperatur pengukuran dan

kandungan air madu. Semakin tinggi kadar air dalam madu maka berat jenis madu

semakin rendah (White, 1992).

Sukartiko (1986) menyatakan bahwa madu bersifat higroskopis atau menarik

air. Hal ini dikarenakan madu merupakan larutan sangat jenuh dan tidak stabil

(Gojmerac,1983). Kadar air yang lebih tinggi dapat menyebabkan madu mengalami

fermentasi oleh mikroorganisme (Winarno, 1982).

Permasalahan Madu

Salah satu kendala produk madu di Indonesia untuk tujuan ekspor adalah

kadar air madu yang tinggi (umumnya kadar air madu alami Indonesia adalah diatas

21% padahal permintaan konsumen adalah madu dengan kadar air 17-21%)

(Sihombing, 1997). Kebanyakan madu yang dijumpai di pasaran berbentuk cairan

hasil ekstraksi dari sisiran madu dan dikemas dalam botol (Beinert, 1977). Model

pengemasan dalam botol kaca sangat riskan karena mudah pecah dan membutuhkan

lebih banyak tempat dalam pengangkutan produk dari produsen ke konsumen

(Sacharrow dan Griffin, 1970). Penyimpanan madu yang terlalu lama dapat

menyebabkan penurunan jumlah monosakarida dan peningkatan jumlah disakarida

atau karbohidrat kompleks lainnya, peningkatan jumlah karbohidrat kompleks dapat

mempengaruhi kelarutan madu bubuk yang dihasilkan menjadi kurang maksimal

karena karbohidrat kompleks sulit larut dalam air dibandingkan dengan karbohidrat

sederhana (Krell, 1996).

Karakteristik lain yang kurang diinginkan dari madu adalah sifatnya yang

lengket dan kental. Hal ini sering menimbulkan masalah dalam penanganannya,

madu akan lengket pada wadah atau kemasannya dan pada alat-alat pengukuran yang

digunakan. Pemanasan dengan suhu kurang lebih 30ºC sering dilakukan untuk

mengurangi kekentalan madu sehingga madu akan lebih mudah untuk dicampur

(29)

mendorong Shookhoff melakukan pengeringan terhadap madu di Amerika Serikat

dengan metode pengeringan semprot (Sacharow dan Griffin,1970).

Madu Bubuk

National Honey Board (2004b) menyatakan bahwa madu bubuk adalah madu

yang telah dikeringkan melalui proses pengeringan. Produk madu bubuk memiliki

kelebihan antara lain kadar air rendah, tekstur, flavor dan warna yang lebih

konsisten, bobot yang lebih ringan, mengurangi ruang penyimpanan dan mudah

dibersihkan (NHB, 2004b). Madu bubuk dengan formulasi 38% madu, 6% gum arab

dan 56% dekstrin tidak mengalami kerusakan terhadap nutrisi madu terutama kadar

fruktosa dan glukosa (Kumalasari, 2001). National Honey Board (2004b)

menyatakan bahwa warna madu bubuk bervariasi mulai dari warna coklat sampai

terang tergantung dari warna madu asal, proses pengeringan serta bahan pengisi yang

digunakan.

Minuman Instan

Bentuk minuman yang ada sebagai hasil industri saat ini berupa cairan kental

atau encer serta serbuk. Bentuk serbuk dikenal sebagai produk instan atau siap saji.

Minuman serbuk dapat diproduksi dengan biaya yang lebih rendah dari pada

minuman cair, tidak atau sedikit mengandung kadar air dengan berat dan volume

yang rendah, memiliki kualitas dan stabilitas produk yang lebih baik, pembawa zat

gizi seperti vitamin dan mineral yang mudah rusak jika digunakan dalam bentuk

minuman cair (Verral, 1984). Minuman instan menurut Oktaviany (2002) merupakan

produk minuman yang berdaya tahan lama, cepat saji, praktis dan mudah dalam

pembuatannya. Produk instan dikenal sebagai produk yang praktis dalam

penggunaannya dan tidak menimbulkan bahan buangan sisa dalam rumah tangga

ketika disajikan (Susanto, 2002).

Effervescent

Effervescent didefinisikan sebagai bentuk sediaan yang menghasilkan

gelembung gas sebagai hasil reaksi kimia dalam larutan. Gas yang dihasilkan

umumnya adalah karbondioksida (Pulungan et al.,2004). Dasar formula minuman

madu bubuk dan tablet effervescent adalah reaksi antara senyawa asam (asidulan)

(30)

al.,2004).Garam effervescent merupakan granula atau serbuk kasar sekali dan

mengandung unsur obat dalam campuran yang kering, biasanya terdiri dari natrium

karbonat, asam sitrat dan asam tartarat, bila ditambahkan dengan air asam dan

basanya bereaksi membebaskan CO2 sehingga menghasilkan buih (Ansel,1989). Gas

yang dihasilkan umumnya adalah karbondioksida meskipun pada beberapa formulasi

gas yang dihasilkan adalah oksigen. Ansel (1989) juga menambahkan bahwa garam

effervescent adalah granula atau serbuk kasar yang terdiri dari natrium bikarbonat,

asam sitrat dan asam tartarat, bila ditambahkan dengan air asam dan basanya

membebaskan karbondioksida sehingga menghasilkan buih.

Reaksi yang terjadi pada pelarutan effervescent adalah reaksi antara senyawa

asam dan senyawa karbonat untuk menghasilkan gas karbondioksida. Reaksi ini

dikehendaki terjadi spontan ketika effervescent dilarutkan dalam air yang reaksinya

adalah sebagai berikut :

2H3C6H5O7.H2O + 3CaCO3 Ca3(C6H5O7)2 + 5H2O + 3CO2

Asam sitrat Ca-karbonat Ca sitrat air karbondioksida

Kondisi lingkungan khusus untuk menjaga kestabilan produk effervescent yaitu

ruangan dengan RH maksimal 25% dan suhu maksimal 20˚C (Mohrle, 1989).

Sumber karbonat yang umum digunakan dalam pembuatan produk effervescent

adalah natrium bikarbonat (NaHCO3) dan natrium karbonat (Na2CO3) (Cakrawala,

2003). Produk effervescent yang beredar di pasaran meliputi dua bentuk produk,

yaitu serbuk dan tablet. Bentuk serbuk biasanya dikemas dalam kemasan sachet

sehingga konsumen tinggal menyobeknya dan menuangkankan isinya ke dalam

segelas air, sedangkan bentuk tablet merupakan bentuk produk yang kompak dan

dikemas dalam kertas aluminium foil di dalam tabung yang berisi beberapa tablet

atau tiap satu tablet dikemas dalam aluminium foil (Pulungan et al.,2004). Minuman

dalam bentuk effervescent banyak digemari masyarakat karena praktis, cepat larut

dalam air, memberikan larutan yang jernih dan memberikan efek sparkle atau seperti

rasa minum air soda, selain itu effervescent juga bisa menutupi rasa obat atau zat dari

bahan utama (Pulungan et al.,2004).

Asam Sitrat

Menurut Pulungan et al. (2004) asam sitrat adalah asam tribasik hidroksi

(31)

pemberi rasa asam serta cepat larut dalam air. Asam sitrat termasuk ke dalam

kelompok asidulan (senyawa asam yang ditambahkan pada proses pengolahan

makanan dengan berbagai tujuan) yang dapat digunakan sebagai penegas rasa dan

warna atau menyelubungi after taste yang tidak disukai (Winarno, 1992).

Menurut Winarno dan Rahayu (1994) tujuan dari penambahan asam sitrat

adalah untuk memperbaiki dan mempertahankan keasaman makanan sehingga

mempunyai rasa yang diinginkan atau meningkatkan kestabilan makanan. Senyawa

asam yang diperlukan dalam reaksi effervescent dapat diperoleh dari tiga sumber

utama yaitu asam makanan, asam anhidrida dan garam asam. Asam makanan yang

paling sering digunakan adalah asam sitrat, asam tartarat, asam malat dan asam

fumarat (Lieberman et al., 1992). Asam sitrat mempunyai kelebihan yaitu sangat

larut dalam air dan mempunyai efek baik terhadap aroma (Gardner, 1968). Pemilihan

jenis asam ini sebagai asidulan dalam pembentuk efek effervescent dikarenakan

mampu memberikan penggabungan khas dari sifat-sifat yang diinginkan dan tersedia

di pasaran dalam jumlah banyak (Pulungan et al.,2004). Asam sitrat akan bereaksi

dengan senyawa karbonat (NaHCO3, Na2CO3, CaCO3) menghasilkan gelembung gas

dalam bentuk karbondioksida dan hasil reaksi lainnya ikut terserap dalam tubuh

(Pulungan et al.,2004).

Asam sitrat sebagai chelating agent dapat mengikat logam dalam bentuk

ikatan kompleks sehingga dapat mengalahkan sifat dan pengaruh jelek logam dalam

bahan, dengan demikian senyawa ini dapat menstabilkan warna, citarasa, dan tekstur

(Kharisma, 2002). Asam sitrat lebih banyak digunakan dalam bentuk serbuk atau

tablet effervescent karena tersedia berlimpah di alam, bentuk granuler atau serbuknya

dapat diperoleh secara komersial dan harganya relatif murah dibandingkan dengan

asam makanan lain (Mohrle, 1989).

Bahan Pengisi

Bahan pengisi adalah bahan yang ditambahkan untuk memperbesar volume

dan meningkatkan jumlah total padatan. Kebanyakan bahan pengisi merupakan

bahan yang mengandung karbohidrat. Kandungan total padatan berpengaruh

(32)

Dekstrin

Dekstrin merupakan oligosakarida yang dihasilkan dari hidrolisa pati secara

tidak sempurna berbentuk amorf dan berwarna putih sampai kuning. Dekstrin

bersifat larut air panas atau dingin, dengan viskositas yang relatif rendah. Sifat

tersebut akan mempermudah penggunaan dekstrin bila dipakai dalam konsentrasi

yang cukup tinggi (Lineback dan Inlett, 1982). Dekstrin merupakan bahan yang

aman untuk digunakan (GRAS), tidak beracun dan tidak berbahaya untuk

dikonsumsi manusia. Dekstrin dipakai untuk memperbaiki penampakan produk

sehingga sering dipakai untuk campuran serbuk minuman, pembuatan gula-gula dan

bermacam-macam kue (Lewis, 1989). Struktur dekstrin terlihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Struktur Molekul Dekstrin

Gambar 2 menunjukkan bentuk molekul dekstrin yang globular. Selama

pembuatan dekstrin, rantai panjang pati mengalami pemutusan oleh suatu

enzim/hidrolisa asam pada suhu 180ºC-200ºC menjadi dekstrin dengan panjang

molekul yang lebih pendek, yaitu dekstrosa 6-10 unit. Dekstrin dapat dipecah lagi

menjadi maltosa yang selanjutnya dipecah lagi menjadi unit terkecil dekstrosa,

dengan semakin pendeknya rantai maka menyebabkan terjadinya perubahan sifat pati

yang tidak larut air menjadi dekstrin yang larut dalam air (Sumaatmaja, 1970). Saat

dilarutkan, gugus hidroksil dari monomer dekstrin akan membentuk ikatan hidrogen

dengan molekul air disekitarnya, apabila air dihilangkan dengan cepat, misalnya

(33)

ikatan hidrogen dengan gugus hidroksil lain dari sesama monomer sehingga

terbentuk kristal (Fennema, 1985).

Gum Arab

Gum arab dikenal juga dengan sebutan gum akasia yang merupakan gum

alami yang berwarna putih kecoklatan. Gum ini dikenal merupakan hasil sekresi

bagian kulit atau batang tanaman (plan exudation) dari spesies tertentu pohon akasia

yang berupa cairan kental dan akan jadi padat bila dibiarkan dingin. Spesies acasia

banyak ditemukan namun hanya tiga jenis yang dimanfaatkan secara komersial yaitu

A. senegal, A. seyal dan A. laeta (Klose dan Glickman,1968). Gum arab merupakan

bahan pengisi yang aman digunakan atau Generally Recognize as Safe (GRAS),

tidak beracun dan tidak berbahaya untuk dikonsumsi manusia (Lewis, 1989).

Struktur gum arab terlihat dari Gambar 3.

GALP GALP

ARAF ARAF

ARAF ARAF

GALP GALP GALP GALP

RHAP GALP RHAP GALP

GA GA

ARAF ARAF

Gambar 3. Struktur Gum Arab.

Gambar 3 adalah struktur dari gum arab yang merupakan jenis gula

heterosakarida. ARAF adalah arabofuranose, RHAP adalah ramnopyranosa, GALP

adalah galaktopyranosa dan GA adalah asam glucorom. Gum arab memiliki sifat

yang mudah larut dalam air dingin dan membentuk larutan yang kental sehingga

sesuai digunakan sebagai bahan pengisi untuk bahan pangan yang dikeringkan

dengan pengering semprot (Glicksman dan Schachat, 1959). Gum lain akan

membentuk larutan yang sangat kental pada konsentrasi yang rendah sedangkan gum

arab baru mencapai kekentalan maksimum pada konsentrasi 40-50%, rendahnya sifat

kekentalan ini berhubungan dengan sifat molekul globular yang bercabang banyak

(34)

Gum arab dapat mempertahankan aroma dari bahan yang yang akan

dikeringkan dengan pengering semprot karena gum arab dapat melindungi senyawa

aroma dari pengaruh oksidasi, evaporasi dan adsorbsi dari udara terbuka terutama

untuk produk yang higroskopis selain itu gum arab juga memperbaiki viskositas,

tekstur dan bentuk makanan (Glicksman dan Schachat, 1959).

Sukrosa

Pemanis sekarang ini semakin banyak variasinya, terutama dari golongan

pemanis buatan. Pemanis buatan salah satu contohnya adalah aspartam yang

memiliki kemanisan 160-200 kali sukrosa. Aspartam juga punya kelemahan yaitu

menyebabkan after taste yang seperti logam dan semakin muncul dengan semakin

tingginya konsentrasi (Pulungan et al.,2004). Tujuan dari pemakaian pemanis adalah

memperbaiki flavor (rasa), memperbaiki tekstur bahan, meningkatkan mouth feel

(Dewi,1987).

Almatsier (2001) menyatakan bahwa sukrosa adalah oligosakarida yang

mempunyai peranan penting dalam pengolahan makanan dan banyak terdapat pada

tebu, bit, siwalan dan kelapa kopyor. Winarno (1992) menyatakan bahwa kemanisan

dari sukrosa sama dengan 1.00 dan biasanya industri makanan menggunakan sukrosa

dalam bentuk kristal halus atau kasar dan dalam bentuk cairan sukrosa. Sukrosa

adalah disakarida non reduksi yang mengandung delapan grup alkohol, tiga

diantaranya adalah gugus hidroksil primer dan yang lainnya adalah gugus sekunder

(International Trade Centre, 1972). Sukrosa adalah bahan dasar pembuatan sorbitol

yang mempunyai banyak manfaat untuk industri farmasi, kosmetik dan industri

pangan.

Pengering Semprot

Pengeringan adalah suatu metode untuk mengeluarkan atau menghilangkan

sebagian air suatu bahan pangan dengan menggunakan energi panas. Menurut Master

(1979), pengeringan semprot adalah proses perubahan bahan dari bentuk cair ke

bentuk partikel kering oleh suatu proses penyemprotan bahan ke dalam medium

kering yang panas. Produk yang dihasilkan dari pengering semprot dapat berupa

tepung, butiran atau gumpalan tergantung sifat fisik dan kimia bahan yang

dikeringkan (Greenwald dan King, 1981). Tiga elemen penting yang sangat penting

(35)

partikel yang telah kering. Pengering semprot mempunyai keunggulan dibanding

dengan alat lain yang sejenis, keunggulannya yaitu produk jadi kering tanpa

bersentuhan dengan dengan permukaan logam panas, suhu produk rendah meskipun

suhu pengering tinggi, penguapan air terjadi pada permukaan yang sangat luas

sehingga waktu yang dibutuhkan untuk pengeringan menjadi lebih cepat, produk

akhir yang berupa bubuk memudahkan penanganannya (Spicer,1974).

Pengeringan semprot terdiri dari empat proses yaitu atomisasi bahan

sehingga dapat membentuk semprotan yang halus, (2) kontak antara partikel hasil

atomisasi dengan udara pengering, (3) penguapan air dan bahan, (4) pemisahan

bubuk kering dengan aliran udara yang membawanya (Master, 1979). Master (1979)

juga menyebutkan bahwa tingkat atomisasi bahan tergantung pada beberapa faktor

yaitu bentuk atomizer, kecepatan putaran, kecepatan aliran bahan dan sifat bahan.

Fungsi atomizer yaitu memecah bahan menjadi partikel yang lebih kecil sehingga

menghasilkan luas permukaan yang lebih besar dan proses penguapan yang lebih

cepat (Heldman dan Singh, 1981).

Keterangan Gambar:

1.Nozzle

2.Drying Chamber 3.Flow Controller

4.Switch and Controller for Feed Pump

5.Selang Pemasukan Bahan 6.Bahan

7.Switch, Display and Controller for Heating System

8.Switch and Controller for Aspirator 9.Digital Display of Inlet Temperature 10.Digital Display of Outlet Temperature 11.Connection Socket Laboratory

Recorder 12.Cyclone

13.Receiving Vessel for the Final Product

Gambar 4. Spray Dryer Tipe Buchii-190

Gambar 4 adalah pengering semprot tipe Buchii-190. Cara pengoperasian

(36)

Kompresor dihidupkan dan dipertahankan tekanannya pada 6 Kgf/cm2. Kemudian dilakukan pemeriksaan secara cermat terhadap pompa perilstaltik untuk pengumpan.

Langkah selanjutnya adalah selang pada pompa pengumpan dihubungkan dengan air

destilasi dan satu lagi pada atomizer. Kemudian suspensi bahan yang akan

dikeringkan disiapkan. Langkah berikutnya yaitu memeriksa sambungan pipa produk

dan udara. Gelas penampung yang bersih untuk menampung produk dipasang

dibawah siklon dan motor aspirator dinyalakan, serta diatur laju aliran udara dan

suhu udara pemanas. Langkah berikutnya adalah mengumpankan air ke atomizer

disertai pengaturan kecepatan mengumpan. Tepung kering yang dihasilkan

ditampung dalam gelas kemudian kecepatan dari pengumpan dikurangi. Langkah

berikutnya adalah penghentian pengumpanan air disertai pematian pemanas.

Atomizer lalu diangkat dan dibersihkan. Sambungan pipa penghubung ruang

(37)

METODE Lokasi dan Waktu

Program Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak,

Departemen Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini juga dilakukan di Laboratorium Pilot Plant SEAFAST Institut

Pertanian Bogor untuk pembuatan madu bubuk serta analisis fisik dilakukan di Balai

Besar Pasca Panen Cimanggu dari bulan April sampai Agustus 2005.

Materi

Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah kerabang telur ayam ras

yang berwarna coklat yang diperoleh dari pedagang nasi goreng, madu karet segar

yang diperoleh dari Pusbahnas Parung Panjang dan asam sitrat. Bahan kimia yang

digunakan adalah gum arab, dekstrin dan aqua destilata serta sukrosa.

Peralatan yang digunakan adalah blender kering, saringan, timbangan merk

AND kapasitas 100x0,01 g, spray dryer merk Buchii tipe B-190. Peralatan lain yang

diperlukan adalah pH meter, gelas ukur, saringan dengan ukuran 100 mesh

Chromameter Minolta CR-200, oven, sentrifus.

Rancangan Perlakuan

Perlakuan yang digunakan adalah kombinasi dari madu bubuk, tepung

kerabang telur, asam sitrat dan sukrosa. Perlakuan ini terdiri atas tiga taraf. Taraf

pertama adalah perbandingan madu bubuk : tepung kerabang telur : asam sitrat :

sukrosa sebesar 45: 13: 17: 25. Taraf kedua yaitu 50: 11: 14: 25 dan taraf ketiga yaitu

55: 9: 11: 25.

Model

Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap pola searah.

Model matematis yang digunakan menurut Steel dan Torrie (1995) adalah sebagai

berikut :

Yij = μ + τi + εij

Keterangan :

(38)

μ = nilai tengah

τi = pengaruh komposisi ke-i

εij = galat

i = perlakuan A (madu bubuk: tepung kerabang telur: asam sitrat:

sukrosa = 45:13:17:25), perlakuan B (madu bubuk: tepung kerabang

telur: asam sitrat: sukrosa = 50:11:14:25), perlakuan C (madu bubuk:

tepung kerabang telur: asam sitrat: sukrosa = 55:9:11:25).

j = 1,2,3,4.

Peubah

Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah sifat fisik dan organoleptik

dari minuman instan madu bubuk effervescent. Sifat fisik yang diamati meliputi nilai

pH, indeks kelarutan air, indeks penyerapan air, densitas kamba, warna sedangkan

penilaian organoleptik yang diamati adalah rasa, warna, rasa effervescent(sparkle),

efek effervescent, penerimaan umum. Uji organoleptik menggunakan uji skalar garis.

pH (Apriyantono et al., 1989). Sebanyak 25 g sampel diencerkan dalam 25 ml aqua destilata kemudian dihitung pH dengan menggunakan pH meter yang telah

dikalibrasi dengan larutan buffer pada pH 4 dan 7.

Densitas Kamba (Anwar, 1990). Pengukuran dilakukan dengan cara menimbang contoh yang telah dimasukkan ke dalam gelas yang volume telah diketahui secara

pasti. Sampel dimasukkan ke dalam gelas ukur kemudian diketuk-ketuk sampai tidak

terdapat rongga lalu ditimbang.

berat contoh (g) Densitas Kamba =

Volume contoh (ml)

Warna (Pomeranz dan Meloan, 1978). Pengujian warna dilakukan dengan menggunakan Chromameter Minolta CR-200. Sampel yang akan diukur warnanya

diletakkan dalam wadah kemudian diukur dengan kromameter dan akan

menghasilkan nilai x, y, Y. Nilai x, y, Y yang didapatkan akan dikoversikan kedalam

bentuk nilai L, a, b melalui persamaan berikut:

Y=y L=10Y1/2

X=Y (x/y) a=[17,5(1,02X-Y)]/Y1/2

(39)

Nilai L adalah nilai kecerahan, nilai a adalah cahaya pantul yang menghasilkan

warna kromatik campuran merah hijau, nilai b adalah warna kromatik biru dan

kuning. Nilai a dan b digunakan untuk menentukan derajat HUE. Derajat HUE

berfungsi untuk menentukan warna dari produk. Derajat HUE mempunyai rumus

yaitu :

ºHUE = arc tg (

a b

)

Pembagian warna derajat HUE dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Pembagian Warna Derajat HUE

Warna ºHUE

Tabel 2 adalah nilai warna yang ditentukan berdasarkan nilai derajat HUE. Warna

kuning merah mempunyai derajat HUE yang paling rendah dan warna ungu

mempunyai derajat HUE yang paling tinggi.

Indeks Penyerapan Air dan Indeks Kelarutan dalam Air (Muchtadi et al., 1988). Sebanyak 2,5 gram tepung dimasukkan ke dalam tabung sentrifuse lalu ditambah 25 ml aquades lalu diaduk dengan menggunakan vibrator sampai semua

bahan terdispersi merata. Selanjutnya tabung disentrifugasi dengan kecepatan yang

tinggi (2000 rpm) pada suhu ruang selama 15 menit. Hasil yang diperoleh dituangkan

ke dalam wadah yang lain sedangkan sentrifuse beserta residunya dipanaskan dalam

oven diatur pada suhu 50ºC selama 25 menit lalu tabung sentrifus ditimbang untuk

menentukan berat residunya. Supernatan yang diperoleh, diambil contoh sebanyak 2

(40)

dimasukkan ke oven vakum dan dikeringkan pada suhu 110ºC selama 1 jam.

Kemudian didinginkan dan ditimbang bahan kering yang terlarut dalam supernatan.

Indeks penyerapan air dan indeks kelarutan dalam air ditentukan dengan persamaan

berikut:

Supernatan hasil sentrifuse Indeks Penyerapan Air (ml/g) =

Berat awal – berat bahan terlarut

Berat bahan terlarut Indeks Kelarutan Air (g/ml) =

2 ml larutan

Bentuk Granula (Atika, 2003). Bentuk granula secara mikroskop dilihat dengan

Polarized Light Microscope, produk yang diamati diletakkan dalam gelas objek,

pengamatan dilakukan dengan cahaya terpolarisasi lalu dilakukan dengan

pemotretan.

Uji Organoleptik (Rahayu, 1998). Uji organoleptik yang digunakan menggunakan metode skalar garis. Uji skalar ini menggunakan garis sebagai parameter penentuan

kesan dari suatu rangsangan. Uji skalar garis dilakukan untuk mengetahui besaran

kesan yang diperoleh dari suatu komoditi sehingga mutu dari suatu produk dapat

diketahui. Garis yang digunakan pada uji skalar ini mempunyai titik pangkal dan

mempunyai arah. Sepanjang garis dibuat skala dengan jarak yang sama dan dalam

pengujian, panelis diminta menyatakan besaran kesan dengan menempatkannya pada

suatu lokasi di garis skalar, caranya dengan membuat tanda berupa garis vertikal

pada garis. Konversi garis vertikal dilakukan dengan menggunakan penggaris

sehingga didapatkan hasil dalam bentuk angka. Panelis yang digunakan adalah semi

terlatih dengan jumlah sebanyak 25 orang. Formulir uji organoleptik terlampir.

Analisis Data

Pengaruh perlakuan terhadap sifat fisik dan organoleptik minuman instan

madu bubuk dianalisis dengan menggunakan sidik ragam. Hasil sidik ragam yang

(41)

Prosedur

Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan

tiga taraf perlakuan dan empat ulangan. Tahapan penelitian yang dilakukan terdiri

dari penelitian pendahuluan dan penelitian utama.

Penelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan terdiri dari dua tahap. Tahap pertama yaitu mengukur

kadar air madu cair yang akan dikeringkan dengan spray dryer. Tahap kedua adalah

penentuan formulasi pembuatan madu bubuk. Formulasi yang digunakan dapat

dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Formulasi Pembuatan Madu Bubuk

Madu Cair Gum Arab Dekstrin

(%)

Formulasi 1 38 6 56

Formulasi 2 34 6 60

Formulasi pertama mengacu kepada penelitian Kumalasari (2001) dan formulasi

yang kedua adalah modifikasi dari formulasi pertama yaitu dengan menambah

persentase dekstrin. Suhu inlet dan outlet untuk kedua perlakuan adalah 180°C dan

92-93°C. Formulasi terbaik akan digunakan dalam penelitian utama.

Penelitian Utama

Penelitian utama terdiri atas tiga tahapan, yaitu pembuatan madu bubuk,

pembuatan tepung kerabang telur, formulasi minuman instan madu bubuk

effervescent.

Pembuatan Madu Bubuk. Tahap satu adalah tahap pembuatan madu bubuk. Metode pembuatannya menggunakan spray dryer merk Buchii tipe B-190 dengan

formulasi madu dan bahan pengisi mengacu pada penelitian pendahuluan untuk

mencari komposisi madu dengan bahan pengisi yang paling baik untuk dikeringkan.

Madu yang telah dicampur dengan bahan pengisi sesuai perbandingan di atas

diencerkan dengan pengenceran satu bagian bahan dalam satu bagian aqua destilata

kemudian diaduk dalam homogenizer selama 15 menit, larutan dikeringkan dengan

(42)

bahan 20 ml/menit. Suhu inlet dan suhu outlet yang digunakan adalah 180ºC dan

92-93ºC. Madu bubuk yang dihasilkan siap digunakan untuk tahap tiga.

Pembuatan Tepung Kerabang Telur. Tahap dua adalah pembuatan tepung kerabang telur. Tahap ini dimulai dengan pencucian kerabang dari kotoran yang

menempel dan pembuangan selaput telur yang melekat. Langkah selanjutnya adalah

perebusan kerabang telur selama 15 menit yang dilanjutkan dengan pengeringan

dengan oven selama 120 menit dengan suhu 60ºC kemudian dilakukan penggilingan

kerabang telur dengan menggunakan blender kering dan dilanjutkan dengan

pengayakan dengan ukuran 100 mesh.

Formulasi Minuman Instan Madu Bubuk Effervescent. Tahap tiga merupakan tahap pencampuran ketiga bahan utama, madu bubuk, tepung kerabang telur, asam

sitrat dan sukrosa. Pencampuran ini dengan menggunakan metode manual yaitu

dilakukan pencampuran secara biasa dalam ruangan bersuhu rendah (15-19ºC).

Penentuan kadar bahan-bahan tersebut didapatkan dari pemisalan satu takaran per

satu kali minum yang biasa dijual di pasaran yaitu 25 gram.

Bilangan formulasi didapatkan dengan melakukan penghitungan.

Penghitungan ini dilakukan dengan melihat dari kadar CO3 60% dan Ca 40% dari

total CaCO3 yang terkandung di kerabang telur. Kandungan kalsium yang

dibutuhkan berdasarkan AKG (Angka Kecukupan Gizi) yang dianjurkan 1200 mg.

Oleh karena itu dengan takaran per satu kali minum sebanyak 25 gram maka CaCO3

yang dibutuhkan sekitar 3000 mg, karena CaCO3 yang terkandung di dalam kerabang

telur sebanyak 94% maka kerabang telur yang dibutuhkan yaitu 3200 mg. Dari reaksi

pembentukan effervescent didapatkan perbandingan asam sitrat dengan kerabang

telur yaitu 7:5, maka asam sitrat yang dibutuhkan sekitar 4200 mg. Persentase

formulasi untuk asam sitrat dan kerabang telur yang diperoleh dari perhitungan diatas

yaitu 17% dan 13%. Penambahan sukrosa dilakukan bersamaan dengan

pencampuran madu bubuk, asam sitrat dan tepung kerabang telur sebanyak 25%.

Konsentrasi madu bubuk didapatkan dari rumus berikut :

% madu bubuk = % campuran – (%kerabang telur + %asam sitrat + %sukrosa)

Diagram alir proses pembuatan minuman instan madu bubuk effervescent dapat

dilihat pada Gambar 5 dan formulasi pembuatan minuman instan madu bubuk

(43)

Gambar 5. Diagram Alir Proses Pembuatan Minuman Instan Madu Bubuk Effervescent (Kumalasari, 2001) dan (Simamora dan Wahyuni, 2004 yang dimodifikasi)

Bahan pengisi yaitu gum arab 6% dan dekstrin 60% suhu inlet 180ºC dan suhu

outlet 92º-93ºC selama 2 jam pada suhu

60ºC

Penggilingan dengan blender kering dan pengayakan dengan ukuran 100 mesh

(44)

Tabel 4. Formulasi Minuman Instan Madu Bubuk Effervescent

Perlakuan Madu Bubuk Tepung Kerabang Telur

Asam Sitrat Sukrosa

(%)

A 45 13 17 25

B 50 11 14 25

C 55 9 11 25

Tabel 4 menunjukkan perbedaan persentase dari tiap taraf perlakuan.

Persentase madu bubuk cenderung tinggi dari taraf A sampai taraf C. Persentase

tepung kerabang telur dan asam sitrat didapatkan dari penghitungan reaksi

pembentukan efek effervescent yang dibatasi oleh kandungan Ca yang diperlukan

oleh tubuh. Pemberian sukrosa dengan persentase yang sama untuk semua taraf

perlakuan karena mengharapkan rasa minuman yang tidak terlalu manis. Hal ini

disebabkan bahwa produk effervescent yang sudah dijual untuk umum masih

mempunyai rasa asam dan tidak terlalu manis. Sukrosa yang ditambahkan sebanyak

25% karena disesuaikan standar penggunaan sukrosa maksimal 30% untuk produk

pangan (International Trade Center, 1972).

(45)

HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan ini dilakukan untuk menilai keberhasilan dari dua

formulasi pembuatan madu bubuk. Penentuan keberhasilan formulasi ditentukan oleh

kadar air madu yang telah diukur yaitu sebesar 17%. Keberhasilan dari kedua

formulasi dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Pembuatan Madu Bubuk

Formulasi Bentuk Madu Bubuk

1 Keras dan lengket

2 Bubuk halus

Tabel 5 menunjukkan bahwa madu bubuk yang dihasilkan dari formulasi pertama

yang merupakan formulasi penelitian Kumalasari (2001) menghasilkan gumpalan

madu yang keras dan lengket. Produk yang dihasilkan dari formulasi kedua

menghasilkan produk yang diharapkan yaitu berbentuk bubuk yang halus karena

penambahan dekstrin berpengaruh terhadap tekstur produk dan jumlah padatan yang

dihasilkan. Penambahan konsentrasi dekstrin bertujuan untuk meningkatkan jumlah

padatan yang dihasilkan pada saat pengeringan semprot karena saat dilarutkan gugus

hidroksil dari monomer dekstrin akan mengikat molekul dari produk yang

dikeringkan (Verral, 1984).

Penelitian Utama

Mengacu pada hasil dari penelitian pendahuluan yang dilakukan maka

formulasi yang digunakan untuk pembuatan minuman instan madu bubuk

effervescent adalah formulasi kedua dengan komposisi bahan penyusunnya terdiri

dari madu cair 34%, gum arab 6% dan dekstrin 60%. Madu bubuk yang dihasilkan

diformulasikan lagi dengan tepung kerabang telur dan asam sitrat untuk

mengharapkan adanya efek effervescent disertai dengan penambahan sukrosa sebagai

bahan pemanis

Peubah fisik yang diukur dari minuman instan madu bubuk effervescent

(46)

bentuk granula secara mikroskopis dan penilaian organoleptik dengan uji skalar

garis. Rataan dari seluruh peubah fisik yang diukur dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Nilai Rataan Peubah Fisik Minuman Instan Madu Bubuk

Effevescent

Peubah Fisik Perlakuan A Perlakuan B Perlakuan C Rataan

pH 4,11±0,22b 4,47±0.26ab 5,16±0,73a BN

Indeks Kelarutan

Air (g/ml) 0,074±0,002 0,072±0,008 0,082±0,002 0,076±0,005

Indeks Penyerapan

Air (ml/g) 7,471±0.649

b

8,207±0.728ab 9,130±0,643a BN Densitas Kamba

(g/ml) 0,78±0,06 0,79±0,04 0,83±0,04 0,80±0,026

Warna (nilai L) 88,09±3,30 88,59±3,50 86,12±3,10 87,61±1,31

Warna (nilai a) 1,82±0,53 1,62±0,63 1,91±0,35 1,78±0,15

Warna (nilai b) 12,11±1,90 12,14±2,30 13,63±0,91 12,62±0,87

Warna (ºHUE) 81,63±1,41 82,51±2,49 82,04±1,07 82,06±0,44

Keterangan: Perlakuan A yaitu madu bubuk 45%, tepung kerabang telur 13%, asam sitrat 17%, sukrosa 25%.

Perlakuan B yaitu madu bubuk 50%, tepung kerabang telur 11%, asam sitrat 14%, sukrosa 25%.

Perlakuan C yaitu madu bubuk 55%, tepung kerabang telur 9%, asam sitrat 11%, sukrosa 25%.

Superskrip huruf kecil pada baris yang sama menunjukkan perbedaan peubah fisik yang nyata (P<0,05).

BN yaitu hasil yang berbeda nyata.

NilaipH

pH adalah salah satu sifat fisik yang menentukan kadar keasaman dari suatu

produk. Semakin rendah pH menunjukkan tingginya keasaman dari suatu produk.

Nilai pH dari suatu produk tergantung dari zat-zat yang terkandung di dalamnya

selain itu konsentrasi zat juga dapat mempengaruhi nilai pH. Nilai pH akan turun

apabila dalam zat-zat yang terkandung dari suatu produk bersifat asam. Hasil analisis

ragam menunjukkan adanya pengaruh yang nyata (P<0,05) dari perlakuan terhadap

(47)

4.11 4.47

Gambar 6. Pengaruh Perlakuan terhadap Nilai pH Minuman Instan Madu Bubuk Effervescent.

Gambar 6 menunjukkan rataan nilai pH dari ketiga perlakuan. Nilai pH

terlihat semakin tinggi dari perlakuan A sampai perlakuan C. Penambahan asam

sitrat mempengaruhi nilai pH dari ketiga perlakuan, semakin banyak penambahan

asam yang diberikan maka nilai pH akan semakin rendah. Nilai pH dari asam sitrat

sekitar 3,2. Konsentrasi asam sitrat perlakuan A lebih tinggi daripada perlakuan B

dan C. Penambahan madu bubuk dari tiap perlakuan tidak memberikan pengaruh

terhadap perubahan nilai pH. Hal ini dikarenakan bahan pengisi yang digunakan saat

pembuatan madu bubuk. Bahan pengisi yang digunakan adalah dekstrin dan gum

arab dengan total persentase 66% dari keseluruhan bahan pembuatan madu bubuk.

Nilai pH dari kedua bahan pengisi yang sekitar 5-6 mempengaruhi pH madu yang

disemprot sehingga pH madu bubuk menjadi tinggi. Penurunan nilai pH terjadi

karena peningkatan jumlah ion H+ pada larutan yang berasal dari sumber asam. Faktor lain yang mempengaruhi perbedaan nilai pH dari ketiga perlakuan

adalah terbentuknya CO2 pada saat reaksi effervescent dalam air yang sebagian akan

larut membentuk asam karbonat yang akan mengurai ion H+ dalam larutan sehingga menyebabkan keasaman pada larutan dan berakibat nilai pH akan rendah (Kusnadhi,

2003). Pernyataan ini sesuai dengan hasil yang diperoleh dari ketiga perlakuan.

Perlakuan A, perlakuan B dan perlakuan C menunjukkan adanya reaksi effervescent

(48)

naik. Secara kimia, keasaman produk dapat mempengaruhi perilaku konsumen yang

mempunyai sakit maag tetapi keasaman yang ditimbulkan oleh reaksi effervescent

tidak mempengaruhi pH lambung karena asam yang terbentuk adalah asam lemah

(Pulungan et al., 2004). Sebagai perbandingan, minuman instan markisa ungu hasil

penelitian Sulistyowati (2003) mempunyai rataan nilai pH antara 3,5-3,65.

Indeks Kelarutan Air (IKA)

Indeks kelarutan dalam air adalah banyaknya padatan yang terlarut dalam air

yang dilambangkan dengan satuan g/ml. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa

indeks kelarutan air tidak berbeda nyata untuk ketiga perlakuan. Rataan dari indeks

kelarutan air untuk ketiga perlakuan adalah 0,076 g/ml. Hal ini menunjukkan bahwa

formulasi dari ketiga perlakuan tidak memberikan pengaruh terhadap nilai indeks

kelarutan air.

Rataan nilai indeks kelarutan air dari minuman instan madu bubuk

effervescent yang sebesar 0,076 g/ml dipengaruhi oleh adanya bahan pengisi pada

madu bubuk dan reaksi effervescent dari asam sitrat dan tepung kerabang telur.

Dekstrin dan gum arab berfungsi sebagai bahan pengisi saat madu cair dikeringkan.

Dekstrin adalah bahan yang mudah larut dalam air karena pada proses pembuatannya

rantai panjang dari pati mengalami pemutusan sehingga akan berubah menjadi

dekstrin dengan rantai yang lebih pendek dan mudah larut dalam air (Lineback dan

Inlett,1982).

Gum arab sebagai salah satu bahan pengisi dalam pembuatan madu bubuk

juga mempunyai sifat larut dalam air. Gum arab merupakan gula jenis heterosakarida

yang tersusun atas banyak jenis gula dan kompleks. Salah satu yang paling menonjol

adalah arabinosa yang merupakan jenis pentosa yang larut dalam air. Semakin tinggi

persentase dekstrin dan gum arab sebagai bahan pengisi akan meningkatkan indeks

kelarutan air.

Reaksi effervescent dari tepung kerabang telur dan asam sitrat juga

merupakan faktor yang mempengaruhi indeks kelarutan air. Hal ini karena larutnya

padatan yang berasal dari tepung kerabang telur dan asam sitrat sebagai hasil dari

reaksi effervescent. Reaksi dari tepung kerabang telur dan asam sitrat akan

menghasilkan Ca-sitrat, H2O dan CO2 yang akan larut dalam air (Ansel, 1989). Hasil

(49)

Kerabang telur tersusun atas jaringan-jaringan yang sulit larut dalam air misalnya

jaringan bunga karang. Salah satu cara meningkatkan kelarutan kerabang telur adalah

meningkatkan jumlah mesh saat pembuatan tepung kerabang telur. Sebagai

pembanding, pembuatan minuman madu bubuk dengan bahan dasar madu kaliandra

35% dan maltodekstrin 65% (Harahap, 2001) mempunyai kisaran nilai indeks

kelarutan air antara 0,03-0,05.

Indeks Penyerapan Air (IPA)

Indeks penyerapan air adalah banyaknya air yang dapat diserap oleh padatan

dan satuannya adalah ml/g. Hasil analisis ragam menunjukkan adanya pengaruh yang

nyata dari perlakuan (P<0,05) terhadap nilai indeks penyerapan air.

7.471 8.207

Gambar 7. Pengaruh Perlakuan terhadap Nilai IPA Minuman Instan Madu Bubuk.

Gambar 7 menunjukkan rataan nilai indeks penyerapan air dari ketiga

perlakuan. Rataan nilai indeks penyerapan air semakin tinggi dari perlakuan A ke

perlakuan C. Terlihat bahwa perlakuan C mempunyai indeks penyerapan air yang

paling tinggi dari perlakuan lainnya.

Faktor yang menyebabkan perlakuan C mempunyai indeks penyerapan air

yang tinggi dibanding kedua perlakuan adalah persentase madu bubuk yang ada lebih

banyak daripada perlakuan lain. Madu bubuk yang dihasilkan merupakan produk

yang higroskopis sehingga mudah menyerap air. Bahan penyusun pembuatan madu

bubuk pada penelitian ini adalah madu cair sebagai bahan utama dan dekstrin serta

Gambar

Gambar 1. Struktur Kerabang Telur (Kaplan dan Siegesmund, 1973)
Tabel 1. Beberapa Sifat Fisik Madu
Gambar 2. Struktur Molekul Dekstrin
Gambar 3. Struktur Gum Arab.
+7

Referensi

Dokumen terkait

a) Rasio nilai pasar, Total Asset Turnover (TATO) dan Current Ratio (CR) digunakan pada penelitian sekarang, sedangkan pada penelitian terdahulu tidak digunakan. b)

memerlukan pihak orang lain untuk membuatkannya, dalam hal seperti itu dapat dilakukan melalui jual beli istishna’ yaitu akad jual beli dalam bentuk pemesanan, pembuatan

engklek pada materi sistem pencernaan makanan. Penelitian ini menggunakan desain penelitian One Shot Case Study. Langkah-langkah pengembangan media yang digunakan dalam

iz 2014, rezultati ovoga istraživanja pokazuju da na smanjenje broja pušača najma- nje utječe ograničavanje oglašavanja i reklamiranja duhan- skih proizvoda te se znatno

kepemimpinan, tidak ada orang hebat yang bekerja pada anda4. karyawan anda tidak betah bekerja sama dengan anda,

INSIDEN INFEKSI SALURAN KEMIH BERDASARKAN HITUNG LEUKOSIT PADA WANITA HAMIL TRIMESTER III PERIODE SEPTEMBER-OKTOBER 2015 DI RUMAH SAKIT

Namun demikian kenyataannya yang terjadi dalam lingkungan anggota militer terdapat sebuah kebijakan adanya ketetapan kafaah dengan memperhatikan pangkat atau pekerjaan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kebiasaan menjodohkan anak-anaknya di kalangan keluarga kyai pondok Buntet Pesantren sudah menjadi tradisi yang turun temurun hingga saat